143
P E R I L A K U K O M U N I T A S M U S L I M P E R K O T A A N D A L A M M E N G O N S U M S I P R O D U K H A L A L E d i t o r : Muchith A. Karim K E M E N T E R I A N A G A M A R I B A D A N L I T B A N G D A N D I K L A T P U S L I T B A N G K E H I D U P A N K E A G A M A A N J A K A R T A , 2 0 1 3

PERILAKU KOMUNITAS MUSLIM PERKOTAAN DALAM …simbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/prilaku komunitas... · produk-produk makanan dan minuman. ... Aktifitas dan hasil eksperimen

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PERILAKU KOMUNITAS MUSLIM PERKOTAAN DALAM …simbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/prilaku komunitas... · produk-produk makanan dan minuman. ... Aktifitas dan hasil eksperimen

PERILAKU KOMUNITAS MUSLIM

PERKOTAAN DALAM MENGONSUMSI PRODUK HALAL

Editor:

Muchith A. Karim

KEMENTERIAN AGAMA RI BADAN LITBANG DAN DIKLAT

PUSLITBANG KEHIDUPAN KEAGAMAAN JAKARTA, 2013

Page 2: PERILAKU KOMUNITAS MUSLIM PERKOTAAN DALAM …simbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/prilaku komunitas... · produk-produk makanan dan minuman. ... Aktifitas dan hasil eksperimen

Perpustakaan Nasional: katalog dalam terbitan (KDT) perilaku komunitas muslim perkotaan dalam mengonsumsi produk halal/Puslitbang Kehidupan Keagamaan, Badan Litbang Dan Diklat, Kementerian Agama RI edisi I, Cet. 1 …… Jakarta, Badan Litbang dan Diklat, Kementerian Agama RI xxviii + 115 hlm; 14,8 x 21 cm ISBN : 978-979-797-354-4 Hak Cipta pada Penerbit Dilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan cara apapun, termasuk dengan cara menggunakan mesin fotocopy, tanpa izin sah dari penerbit Cetakan Pertama, Nopember 2013 PERILAKU KOMUNITAS MUSLIM PERKOTAAN DALAM MENGONSUMSI PRODUK HALAL Editor: Muchith A Karim

Desain cover dan Lay out, oleh: Zabidi

Penerbit: Puslitbang Kehidupan Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI Jl. MH. Thamrin No. 6 Jakarta Telp./Fax. (021) 3920425, 3920421 www.puslitbang1.balitbangdiklat.co.id

Page 3: PERILAKU KOMUNITAS MUSLIM PERKOTAAN DALAM …simbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/prilaku komunitas... · produk-produk makanan dan minuman. ... Aktifitas dan hasil eksperimen

iii

KATA PENGANTAR KEPALA PUSLITBANG KEHIDUPAN

KEAGAMAAN

uji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunia-Nya yang tiada terhingga, sehingga kami dapat

merealisasikan ”Penerbitan Naskah Buku Kehidupan Keagamaan”. Penerbitan buku tahun 2013 ini merupakan hasil penelitian Puslitbang Kehidupan Keagamaan, Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI pada tahun 2012.

Buku hasil penelitian yang diterbitkan sebanyak 8 (delapan) naskah. Buku-buku yang dimaksud sebagai berikut:

1. Survei Nasional Kerukunan Umat Beragama di Indonesia.

2. Efektivitas Pengawasan Fungsional bagi Peningkatan Kinerja Aparatur Kementerian Agama.

3. Menelusuri Makna di Balik Fenomena Perkawinan di Bawah Umur dan Perkawinan Tidak Tercatat.

4. Perilaku Komunitas Muslim Perkotaan dalam Mengonsumsi Produk Halal.

5. Pandangan Pemuka Agama terhadap Kebijakan Pemerintah Bidang Keagamaan.

6. Pandangan Pemuka Agama terhadap Ekslusifisme Agama di Berbagai Komunitas Agama.

Page 4: PERILAKU KOMUNITAS MUSLIM PERKOTAAN DALAM …simbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/prilaku komunitas... · produk-produk makanan dan minuman. ... Aktifitas dan hasil eksperimen

iv

7. Masyarakat Membangun Harmoni: Resolusi Konflik dan Bina Damai Etnorelijius di Indonesia.

8. Peran Pemerintah Daerah dan Kementerian Agama dalam Pemeliharaan Kerukunan Umat Beragama.

Kami berharap penerbitan naskah buku hasil penelitian yang lebih banyak menyampaikan data dan fakta ini dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan khazanah sosial keagamaan, serta sebagai bahan masukan bagi para pengambil kebijakan tentang pelbagai perkembangan dan dinamika sosial keagamaan. Di samping itu, diharapkan pula buku-buku ini dapat dijadikan sebagai acuan bagi berbagai pihak tentang informasi kehidupan keagamaan di Indonesia.

Dengan selesainya kegiatan penerbitan naskah buku kehidupan keagamaan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada:

1. Kepala Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI yang telah memberikan kepercayaan, arahan dan sambutan bagi terbitnya buku-buku ini.

2. Para pakar yang telah sudi membaca dan memberikan prolog atas buku-buku yang diterbitkan.

3. Para peneliti sebagai editor yang telah menyelaraskan laporan hasil penelitian menjadi buku, dan akhirnya dapat hadir di depan para pembaca yang budiman.

4. Kepada semua fihak yang telah memberikan kontribusi bagi terlaksananya program penerbitan naskah buku kehidupan keagamaan ini.

5. Tim Pelaksana Kegiatan, sebagai penyelenggara.

Page 5: PERILAKU KOMUNITAS MUSLIM PERKOTAAN DALAM …simbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/prilaku komunitas... · produk-produk makanan dan minuman. ... Aktifitas dan hasil eksperimen

v

Apabila dalam penerbitan buku ini masih ada hal-hal yang perlu perbaikan, kekurangan dan kelemahannya baik dari sisi substansi maupun teknis, kami mohon maaf dan berharap masukan serta saran untuk penyempurnaan dan perbaikan buku-buku yang kami terbitkan selanjutnya dan semoga bermanfaat. Semoga bermanfaat.

Jakarta, Oktober 2013 Kepala, Puslitbang Kehidupan Keagamaan Prof. Dr. H. Dedi Djubaidi, M.Ag. NIP. 19590320 198403 1 002

7. Masyarakat Membangun Harmoni: Resolusi Konflik dan Bina Damai Etnorelijius di Indonesia.

8. Peran Pemerintah Daerah dan Kementerian Agama dalam Pemeliharaan Kerukunan Umat Beragama.

Kami berharap penerbitan naskah buku hasil penelitian yang lebih banyak menyampaikan data dan fakta ini dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan khazanah sosial keagamaan, serta sebagai bahan masukan bagi para pengambil kebijakan tentang pelbagai perkembangan dan dinamika sosial keagamaan. Di samping itu, diharapkan pula buku-buku ini dapat dijadikan sebagai acuan bagi berbagai pihak tentang informasi kehidupan keagamaan di Indonesia.

Dengan selesainya kegiatan penerbitan naskah buku kehidupan keagamaan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada:

1. Kepala Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI yang telah memberikan kepercayaan, arahan dan sambutan bagi terbitnya buku-buku ini.

2. Para pakar yang telah sudi membaca dan memberikan prolog atas buku-buku yang diterbitkan.

3. Para peneliti sebagai editor yang telah menyelaraskan laporan hasil penelitian menjadi buku, dan akhirnya dapat hadir di depan para pembaca yang budiman.

4. Kepada semua fihak yang telah memberikan kontribusi bagi terlaksananya program penerbitan naskah buku kehidupan keagamaan ini.

5. Tim Pelaksana Kegiatan, sebagai penyelenggara.

Page 6: PERILAKU KOMUNITAS MUSLIM PERKOTAAN DALAM …simbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/prilaku komunitas... · produk-produk makanan dan minuman. ... Aktifitas dan hasil eksperimen

vi

Page 7: PERILAKU KOMUNITAS MUSLIM PERKOTAAN DALAM …simbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/prilaku komunitas... · produk-produk makanan dan minuman. ... Aktifitas dan hasil eksperimen

vii

Perilaku Komunitas Muslim Perkotaan dalam Mengonsumsi Produk Halal

SAMBUTAN KEPALA BADAN LITBANG DAN DIKLAT

KEMENTERIAN AGAMA RI

Assalamu‟alaikum wr, wb.

omunitas muslim di seluruh dunia telah membentuk segmen pasar yang potensial dikarenakan pola khusus mereka dalam

mengonsumsi suatu produk. Pola konsumsi ini diatur dalam ajaran Islam yang disebut dengan syari‟at. Dalam ajaran syari‟at, tidak diperkenankan kaum muslim untuk mengonsumsi produk-produk tertentu karena substansi yang dikandungnya atau proses yang menyertainya tidak sesuai dengan ajaran syari‟at tersebut. Dengan adanya aturan yang tegas ini maka para pemasar memiliki sekaligus barrier dan kesempatan untuk mengincar pasar khusus kaum muslim.

Populasi kaum muslimin yang sedemikian besar menjadi pasar yang potensial untuk dimasuki. Meskipun negara sekelas Amerika Serikat yang notabene jumlah kaum muslimin di sana adalah minoritas, namun diperkirakan ada sekitar empat sampai sembilan juta orang yang memeluk agama Islam, yang pola belanja dan konsumsi produk mereka sejalan dengan ajaran agama Islam atau ingin menyesuaikan pola konsumsinya dengan ajaran agamanya. Indonesia sendiri, dengan populasi kaum muslimin yang mencapai 87% dari jumlah total warga negara, dengan sendirinya pasar Indonesia merupakan pasar konsumen muslim yang demikian besar.

Pemahaman yang semakin baik tentang agama membuat konsumen muslim menjadi semakin selektif dalam pemilihan produk yang dikonsumsi. Khusus di Indonesia konsumen muslim dilindungi oleh lembaga yang secara khusus bertugas

K

Page 8: PERILAKU KOMUNITAS MUSLIM PERKOTAAN DALAM …simbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/prilaku komunitas... · produk-produk makanan dan minuman. ... Aktifitas dan hasil eksperimen

viii

Sambutan Kepala Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI

untuk mengaudit produk-produk yang dikonsumsi oleh konsumen muslim di Indonesia. Lembaga ini adalah Lembaga Pengawasan dan Peredaran Obat dan Makanan - Majelis Ulama Indonesia (LPPOM-MUI). Lembaga ini mengawasi produk yang beredar di masyarakat dengan cara memberikan sertifikat halal sehingga produk yang telah memiliki sertifikat halal tersebut dapat memberi label halal pada produknya. Artinya produk tersebut secara proses dan kandungannya telah lulus diperiksa dan terbebas dari unsur-unsur yang dilarang oleh ajaran agama Islam, atau produk tersebut telah menjadi kategori produk halal dan tidak mengandung unsur haram dan dapat dikonsumsi secara aman oleh konsumen muslim.

Produk-produk yang mendapat pertimbangan utama dalam proses pemilihannya berdasarkan ketentuan syari‟at yang menjadi tolok ukur untuk konsumen muslim adalah produk-produk makanan dan minuman. Ketidakinginan masyarakat muslim untuk mengonsumsi produk-produk haram akan meningkatkan keterlibatan yang lebih tinggi dalam proses pemilihan produk (high involvement). Dengan begitu akan ada produk yang dipilih untuk dikonsumsi dan produk yang disisihkan akibat adanya proses pemilihan tersebut. Proses pemilihannya sendiri akan menjadikan kehalalan sebagai parameter utamanya. Ketentuan ini membuat keterbatasan pada produk-produk makanan untuk memasuki pasar umat muslim. Konsumen muslim sendiri juga bukan tanpa kesulitan untuk memilih produk-produk yang mereka konsumsi menjadi produk dalam kategori halal dan haram. Tentunya untuk memeriksakan sendiri kondisi kehalalan suatu produk adalah kurang memungkinkan. Hal

Page 9: PERILAKU KOMUNITAS MUSLIM PERKOTAAN DALAM …simbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/prilaku komunitas... · produk-produk makanan dan minuman. ... Aktifitas dan hasil eksperimen

ix

Perilaku Komunitas Muslim Perkotaan dalam Mengonsumsi Produk Halal

ini berkaitan dengan masalah teknis dalam memeriksa kehalalan suatu produk, seperti uji kimia, pengamatan proses serta pemeriksaan kandungan produk.

Perilaku komunitas ini dalam mengonsumsi produk halal sesungguhnya bergantung bagaimana mereka memiliki pengetahuan tentang apa itu halal. Meskipun ajaran agama telah memberikan panduan yaitu melalui al-Qur’an dan Hadits akan tetapi dengan arus informasi dan berkem-bangnya teknologi kemasan produk telah memberikan pena-waran yang menggiurkan dapat mempengaruhi perilaku itu sendiri. Perilaku dalam mengonsumsi produk halal dapat dilihat dari seberapa sering mereka mengonsumsi produk yang telah ada label halal, seberapa sering mereka mengon-sumsi produk yang diragukan kehalalannya serta seberapa sering mereka mengajak orang lain untuk mengonsumsi produk halal dan mencegah orang lain mengonsumsi produk tidak halal. Selain faktor pengetahuan akan produk halal, persepsi terkait pentingnya halal itu sendiri dapat berpe-ngaruh terhadap perilaku. Persepsi itu dapat berupa keyakin-an yang tinggi akan pentingnya mengonsumsi produk halal, tingkat harapan/keinginan komunitas muslim perkotaan untuk memperoleh produk halal serta persepsi tentang pentingnya labelisasi halal.

Tinggi rendahnya pengetahuan dan persepsi komunitas muslim perkotaan terhadap produk halal tidak terlepas dari aktifitas keagamaan yang dilakukan. Semakin rajin komunitas muslim perkotaan mencari informasi terkait produk halal maka secara alami akan meningkatkan pengetahuan dan

untuk mengaudit produk-produk yang dikonsumsi oleh konsumen muslim di Indonesia. Lembaga ini adalah Lembaga Pengawasan dan Peredaran Obat dan Makanan - Majelis Ulama Indonesia (LPPOM-MUI). Lembaga ini mengawasi produk yang beredar di masyarakat dengan cara memberikan sertifikat halal sehingga produk yang telah memiliki sertifikat halal tersebut dapat memberi label halal pada produknya. Artinya produk tersebut secara proses dan kandungannya telah lulus diperiksa dan terbebas dari unsur-unsur yang dilarang oleh ajaran agama Islam, atau produk tersebut telah menjadi kategori produk halal dan tidak mengandung unsur haram dan dapat dikonsumsi secara aman oleh konsumen muslim.

Produk-produk yang mendapat pertimbangan utama dalam proses pemilihannya berdasarkan ketentuan syari‟at yang menjadi tolok ukur untuk konsumen muslim adalah produk-produk makanan dan minuman. Ketidakinginan masyarakat muslim untuk mengonsumsi produk-produk haram akan meningkatkan keterlibatan yang lebih tinggi dalam proses pemilihan produk (high involvement). Dengan begitu akan ada produk yang dipilih untuk dikonsumsi dan produk yang disisihkan akibat adanya proses pemilihan tersebut. Proses pemilihannya sendiri akan menjadikan kehalalan sebagai parameter utamanya. Ketentuan ini membuat keterbatasan pada produk-produk makanan untuk memasuki pasar umat muslim. Konsumen muslim sendiri juga bukan tanpa kesulitan untuk memilih produk-produk yang mereka konsumsi menjadi produk dalam kategori halal dan haram. Tentunya untuk memeriksakan sendiri kondisi kehalalan suatu produk adalah kurang memungkinkan. Hal

Page 10: PERILAKU KOMUNITAS MUSLIM PERKOTAAN DALAM …simbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/prilaku komunitas... · produk-produk makanan dan minuman. ... Aktifitas dan hasil eksperimen

x

Sambutan Kepala Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI

persepsi sikap terhadap produk halal. Faktor lingkungan seperti ceramah pemuka agama, dorongan keluarga juga ikut berperan dalam menentukan tingkat pengetahuan dan per-sepsi itu akan produk halal.

Dalam kesempatan ini kami tak lupa mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan berpartisipasi dalam penyusunan dan penerbitan buku ”Perilaku Komunitas Muslim Perkotaan dalam Mengonsumsi Produk Halal”. Mudah-mudahan buku ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Jakarta, Oktober 2013

Pgs. Kepala Badan Litbang dan Diklat Prof. Dr. H. Machasin, MA NIP. 19561013 198103 1 003

Page 11: PERILAKU KOMUNITAS MUSLIM PERKOTAAN DALAM …simbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/prilaku komunitas... · produk-produk makanan dan minuman. ... Aktifitas dan hasil eksperimen

xi

Perilaku Komunitas Muslim Perkotaan dalam Mengonsumsi Produk Halal

PROLOG URGENSI SERTIFIKASI PRODUK HALAL

BAGI UMAT ISLAM Oleh: Maulana Hasanudin

م بسم اهلل انزحمه انزحPendahuluan

emajuan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi akhir-akhir ini telah merambah seluruh aspek bidang kehidupan umat manusia; tidak saja

membawa berbagai kemudahan, kenyamanan, dan kesenang-an, melainkan juga menimbulkan sejumlah persoalan. Aktifitas dan hasil eksperimen baru yang beberapa waktu lalu tidak pernah dikenal, atau bahkan tidak pernah terbayangkan, kini hal itu menjadi kenyataan. Di sisi lain, kesadaran keberagamaan umat Islam di berbagai negeri, termasuk di Indonesia, pada dasawarsa terakhir ini semakin tumbuh subur dan meningkat. Sebagai konsekuensi logis, setiap timbul persoalan, penemuan, maupun aktifitas dan hasil eksperimen baru sebagai produk dari kemajuan tersebut, umat senantiasa bertanya-tanya, bagaimanakah kedudukan hal tersebut dalam pandangan ajaran dan hukum Islam.

Produk-produk olahan, baik makanan, minuman, obat-obatan, maupun kosmetika, telah membanjiri pasar Indonesia yang mayoritas penduduknya beragama Islam. Produk-produk tersebut banyak mendapat perhatian dari umat Islam, apalagi jika berasal dari negeri yang penduduknya mayoritas non muslim, sekalipun bahan bakunya berupa barang suci dan halal. Sebab, tidak tertutup kemungkinan dalam proses pembuatannya tercampur atau menggunakan bahan-bahan (baik sebagai bahan tambahan atau bahan penolong) yang haram atau tidak suci. Dengan demikian, produk-produk olahan tersebut bagi umat Islam jelas bukan merupakan

K

persepsi sikap terhadap produk halal. Faktor lingkungan seperti ceramah pemuka agama, dorongan keluarga juga ikut berperan dalam menentukan tingkat pengetahuan dan per-sepsi itu akan produk halal.

Dalam kesempatan ini kami tak lupa mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan berpartisipasi dalam penyusunan dan penerbitan buku ”Perilaku Komunitas Muslim Perkotaan dalam Mengonsumsi Produk Halal”. Mudah-mudahan buku ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Jakarta, Oktober 2013

Pgs. Kepala Badan Litbang dan Diklat Prof. Dr. H. Machasin, MA NIP. 19561013 198103 1 003

Page 12: PERILAKU KOMUNITAS MUSLIM PERKOTAAN DALAM …simbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/prilaku komunitas... · produk-produk makanan dan minuman. ... Aktifitas dan hasil eksperimen

xii

Prolog

persoalan sepele, tetapi merupakan persoalan besar dan serius. Oleh karena itu, wajarlah jika umat Islam sangat berkepentingan untuk mendapat ketegasan tentang status hukum produk-produk tersebut, sehingga apa yang akan mereka konsumsi tidak menimbulkan keresahan dan keraguan.

Umat Islam, sejalan dengan ajaran Islam, menghendaki agar produk-produk yang akan dikonsumsi tersebut dijamin kehalalan dan kesuciannya. Menurut ajaran Islam, mengon-sumsi yang halal, suci, dan baik merupakan perintah agama dan hukumnya adalah wajib. Cukup banyak ayat dan hadis menjelaskan hal tersebut. Di antaranya sebagai berikut:

ا ا ا انىاس أ ا طــبا حالال األرض فى مما كه ات التـتبع طان، خط انش نكم إو ه عد (868: انبقزة) مب

"Hai sekalian manusia! Makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terda-pat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu" (QS. al-Baqarah [2]: 168).

ا ا ه أ اآم انذ ا ى ا مارسقىاكم طـبات مه كه إاي كىتم إن هلل اشكزن (871: انبقزة) تعبد

"Hai orang yang beriman! Makanlah di antara rizki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar hanya kepada-Nya kamu menyembah" (QS. al-Baqarah [2]: 172).

ا أوتم انذي اهلل اتقا طـبا، حالال اهلل رسقكم مما كه ن ب : انمائدة) مؤمى88)

"Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari yang Allah telah rezkikan kepadamu, dan bertakwalah kepada Allah yang kamu beriman kepada-Nya" (QS. al-Ma'idah [5]: 88).

Page 13: PERILAKU KOMUNITAS MUSLIM PERKOTAAN DALAM …simbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/prilaku komunitas... · produk-produk makanan dan minuman. ... Aktifitas dan hasil eksperimen

xiii

Perilaku Komunitas Muslim Perkotaan dalam Mengonsumsi Produk Halal

ا ا طـبا، حالال اهلل رسقكم مما فكه ن إاي كىتم إن اهلل وعمت اشكز تعبد (881: انىحم)

"Maka makanlah yang halal lagi baik dari rezki yang telah diberikan Allah kepadamu; dan syukurilah nikmat Allah, jika kamu hanya kepada-Nya menyem-bah" (QS. al-Nahl [16]: 114).

Ayat-ayat di atas bukan saja menyatakan bahwa mengonsumsi yang halal hukumnya wajib karena merupakan perintah agama, tetapi juga menunjukkan bahwa hal tersebut merupakan salahsatu bentuk perwujudan dari rasa syukur dan keimanan kepada Allah. Sebaliknya, mengon-sumsi yang tidak halal dipandang sebagai mengikuti ajaran syaitan.

Mengonsumsi yang tidak halal (haram) menyebabkan segala amal ibadah yang dilakukan tidak akan diterima oleh Allah SWT. Nabi saw. dalam sebuah hadisnya menyatakan:

ا ه أمز اهلل إن. طــبا إال القبم طب اهلل إن! انىاس أ أمز بما انمؤمى به ا: فقال. انمزسه ا انزسم اأ ا انطــبات مه كه صانحا، اعمه بما إون م تعمه ا ا: قال. عه ه أ ا انذ ا آمى راي) مارسقىاكم طـبات هم كه 1.(. ززة أب عه مسهم

"Wahai umat manusia! Sesungguhnya Allah adalah ëayyib (baik), tidak akan menerima kecuali yang ëayyib (baik dan halal); dan Allah memerintahkan kepada orang beriman segala apa yang Ia perintahkan kepada para rasul. Ia berfirman, 'Hai rasul-rasul! Makanlah dari makanan yang baik-baik (halal) dan kerjakanlah amal yang saleh. Sesungguhnya Aku Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan' (QS. al-Mu'minun [23]: 51), dan berfiman pula, 'Hai orang yang beriman! Makanlah di antara rizki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu...' (QS. al-Baqarah [2]: 172) (HR. Muslim dari Abu Hurairah).

1Imam Muslim, Sahih Muslim, (Bairut: Dar al-Fikr, 1993), juz I, h. 448.

persoalan sepele, tetapi merupakan persoalan besar dan serius. Oleh karena itu, wajarlah jika umat Islam sangat berkepentingan untuk mendapat ketegasan tentang status hukum produk-produk tersebut, sehingga apa yang akan mereka konsumsi tidak menimbulkan keresahan dan keraguan.

Umat Islam, sejalan dengan ajaran Islam, menghendaki agar produk-produk yang akan dikonsumsi tersebut dijamin kehalalan dan kesuciannya. Menurut ajaran Islam, mengon-sumsi yang halal, suci, dan baik merupakan perintah agama dan hukumnya adalah wajib. Cukup banyak ayat dan hadis menjelaskan hal tersebut. Di antaranya sebagai berikut:

ا ا ا انىاس أ ا طــبا حالال األرض فى مما كه ات التـتبع طان، خط انش نكم إو ه عد (868: انبقزة) مب

"Hai sekalian manusia! Makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terda-pat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu" (QS. al-Baqarah [2]: 168).

ا ا ه أ اآم انذ ا ى ا مارسقىاكم طـبات مه كه إاي كىتم إن هلل اشكزن (871: انبقزة) تعبد

"Hai orang yang beriman! Makanlah di antara rizki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar hanya kepada-Nya kamu menyembah" (QS. al-Baqarah [2]: 172).

ا أوتم انذي اهلل اتقا طـبا، حالال اهلل رسقكم مما كه ن ب : انمائدة) مؤمى88)

"Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari yang Allah telah rezkikan kepadamu, dan bertakwalah kepada Allah yang kamu beriman kepada-Nya" (QS. al-Ma'idah [5]: 88).

Page 14: PERILAKU KOMUNITAS MUSLIM PERKOTAAN DALAM …simbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/prilaku komunitas... · produk-produk makanan dan minuman. ... Aktifitas dan hasil eksperimen

xiv

Prolog

Dalam lanjutan hadis di atas Nabi menceritakan seorang laki-laki yang melakukan perjalanan panjang, rambutnya acak-acakan dan badannya berlumur debu. Sambil menjulurkan tangan ke langit, ia berdoa, 'Ya Tuhan, Ya Tuhan..." (Berdoa dalam perjalanan, apalagi dengan kondisi seperti itu, pada umumnya dikabulkan oleh Tuhan --pen.). Akan tetapi, makanan orang itu haram, minumannya haram, pakaiannya haram, dan ia selalu menyantap yang haram. Oleh karena itu, Nabi memberikan komentar, "Jika demikian halnya, bagaimana mungkin ia akan dikabulkan doanya?"2

Dari uraian singkat di atas jelaslah bahwa masalah halal dan haram bagi umat Islam sangatlah urgen dan besar artinya, karena diterimanya suatu amal ibadah oleh Allah SWT sangat bergantung pada kehalalan segala apa yang dikonsumsi. Oleh karena itu, wajarlah jika masalah halal dan haram tersebut mendapat perhatian serius dari umat Islam.

Sertifikat Halal

Jika pada zaman dulu kehalalan dan kesucian makanan, minuman, obat-obatan dan kosmetika tidak merupakan suatu persoalan serius karena bahannya jelas-jelas halal dan cara pemerosesannya pun tidak bermacam-macam, kini tentu persoalannya tidak sesederhana itu. Sehingga, kita sebagai umat Islam sering dihadapkan pada pertanyaan seperti, "Bolehkah kita mengonsumsi makanan anu, bolehkah kita menikmati minuman anu, bolehkah kita menggunakan obat atau kosmetika anu?"

Pertanyaan-pertanyaan seperti itu, bagi umat Islam, tidak dipandang berlebihan. Sebab, bagi mereka, kesucian dan kehalalan sesuatu yang akan dikonsumsi mutlak harus diperhatikan, karena hal tersebut sangat menentukan diterima

2Ibid.

Page 15: PERILAKU KOMUNITAS MUSLIM PERKOTAAN DALAM …simbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/prilaku komunitas... · produk-produk makanan dan minuman. ... Aktifitas dan hasil eksperimen

xv

Perilaku Komunitas Muslim Perkotaan dalam Mengonsumsi Produk Halal

atau ditolaknya amal ibadah kita oleh Allah SWT sebagaimana telah dikemukakan di atas.

Pertanyaan berikutnya, dapatkah setiap orang mengetahui produk mana yang halal dan suci, dan produk mana pula yang haram atau tidak suci? Dengan kemajuan iptek dan kemampuan rekayasa luar biasa di bidang pengolahan pangan, obat dan kosmetika dewasa ini, kiranya cukup beralasan jika dikatakan bahwa untuk mengetahui kehalalan dan kesucian hal-hal tersebut bukanlah persoalan mudah. Dengan kata lain, tidak setiap orang (muslim) akan dengan mudah dapat mengetahuinya. Sebab, untuk mengetahuinya, diperlukan pengetahuan cukup memadai tentang pedoman atau kaidah-kaidah syari'ah Islam. Itulah kiranya apa yang telah disinyalir oleh Nabi SAW dalam sebuah hadis yang cukup populer:

ما ى ب

"Yang halal itu sudah jelas dan yang haram pun sudah jelas; dan di antara keduanya ada hal-hal yang musytabihat (syubhat, samar-samar, tidak jelas halal haramnya), kebanyakan manusia tidak mengetahui hukumnya. Barang siapa hati-hati (menjauhkan diri) dari perkara syubhat, sungguh ia telah menyelamatkan agama dan harga dirinya..." (HR. Muslim).3

Hadis ini menunjukkan bahwa yang haram itu sudah jelas dan yang haram pun sudah jelas; akan tetapi, dalam hadis itu pun disebutkan cukup banyak pula hal yang samar-

3Al-Shan'ani, Subul as-Salam, (Bandung: Maktabah Dahlan, t.th.), juz IV,

h. 171.

Dalam lanjutan hadis di atas Nabi menceritakan seorang laki-laki yang melakukan perjalanan panjang, rambutnya acak-acakan dan badannya berlumur debu. Sambil menjulurkan tangan ke langit, ia berdoa, 'Ya Tuhan, Ya Tuhan..." (Berdoa dalam perjalanan, apalagi dengan kondisi seperti itu, pada umumnya dikabulkan oleh Tuhan --pen.). Akan tetapi, makanan orang itu haram, minumannya haram, pakaiannya haram, dan ia selalu menyantap yang haram. Oleh karena itu, Nabi memberikan komentar, "Jika demikian halnya, bagaimana mungkin ia akan dikabulkan doanya?"2

Dari uraian singkat di atas jelaslah bahwa masalah halal dan haram bagi umat Islam sangatlah urgen dan besar artinya, karena diterimanya suatu amal ibadah oleh Allah SWT sangat bergantung pada kehalalan segala apa yang dikonsumsi. Oleh karena itu, wajarlah jika masalah halal dan haram tersebut mendapat perhatian serius dari umat Islam.

Sertifikat Halal

Jika pada zaman dulu kehalalan dan kesucian makanan, minuman, obat-obatan dan kosmetika tidak merupakan suatu persoalan serius karena bahannya jelas-jelas halal dan cara pemerosesannya pun tidak bermacam-macam, kini tentu persoalannya tidak sesederhana itu. Sehingga, kita sebagai umat Islam sering dihadapkan pada pertanyaan seperti, "Bolehkah kita mengonsumsi makanan anu, bolehkah kita menikmati minuman anu, bolehkah kita menggunakan obat atau kosmetika anu?"

Pertanyaan-pertanyaan seperti itu, bagi umat Islam, tidak dipandang berlebihan. Sebab, bagi mereka, kesucian dan kehalalan sesuatu yang akan dikonsumsi mutlak harus diperhatikan, karena hal tersebut sangat menentukan diterima

2Ibid.

Page 16: PERILAKU KOMUNITAS MUSLIM PERKOTAAN DALAM …simbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/prilaku komunitas... · produk-produk makanan dan minuman. ... Aktifitas dan hasil eksperimen

xvi

Prolog

samar (syubhat), yang status hukumnya, apakah ia halal ataukah haram, tidak diketahui oleh banyak orang.

Produk-produk olahan, baik makanan, minuman, obat maupun kosmetika menurut hemat penulis kiranya dapat diketogorikan ke dalam kelompok musytabihat (syubhat), apalagi jika produk tersebut berasal dari negeri yang penduduknya mayoritas non muslim, sekalipun bahan bakunya berupa barang suci dan halal. Sebab, tidak tertutup kemungkinan dalam proses pembuatannya tercampur atau menggunakan bahan-bahan yang tidak suci dan/atau haram. Bagi umat Islam hal tersebut jelas bukan merupakan persoalan sederhana, tetapi merupakan persoalan besar dan serius. Terlebih lagi jika mengingat lanjutan hadis di atas yang menyatakan bahwa "Barang siapa yang terjerumus ke dalam syubhat, ia terjerumus ke dalam yang haram".

Berdasarkan makna yang tersurat maupun tersirat dalam hadis tersebut, bagi umat Islam mengonsumsi atau menggunakan produk olahan --yang menurut hemat penulis termasuk kelompok musytabitah (syubhat)-- perlu dihindari kecuali setelah diketahui dengan jelas kehalalannya. Hanya saja, upaya untuk mengetahui kehalalan suatu produk olahan dengan cara meneliti secara seksama terhadap bahan-bahan yang digunakan dan proses pembuatannya bukanlah pekerjaan mudah. Demikian juga, melarang --dalam arti mengharamkan-- umat untuk mengonsumsi atau mengguna-kannya pun akan menimbulkan kesulitan. Oleh karena itu, untuk menghilangkan, atau setidaknya untuk mengurangi kesulitan ini, umat Islam hendaknya meneliti terlebih dahulu apakah produk yang akan dikonsumsi itu sudah memperoleh Sertifikat Halal dari lembaga yang berkompeten atau belum. Jika sudah, kiranya tidak perlu meragukan kehalalannya. Sebab, pada umumnya, sepanjang pengetahuan penulis lembaga tersebut sangat berhati-hati dan tidak akan

Page 17: PERILAKU KOMUNITAS MUSLIM PERKOTAAN DALAM …simbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/prilaku komunitas... · produk-produk makanan dan minuman. ... Aktifitas dan hasil eksperimen

xvii

Perilaku Komunitas Muslim Perkotaan dalam Mengonsumsi Produk Halal

memberikan Sertifikat Halal (SH) kecuali untuk produk yang sudah benar-benar diyakini kehalalannya. Di sinilah letak urgensi sertifikasi halal.

Kehadiran buku “Prilaku Komunitas Muslim Perkotaan dalam Mengonsumsi Produk Halal” patut disyukuri dan direspon secara positif oleh kita semua. Pengetahuan responden terhadap konsep produk halal yang berada pada level “sangat tinggi” sebagaimana diinformasikan oleh buku ini, patut kita syukuri. Keinginan responden agar semua produk yang beredar terjamin kehalalannya dan dilakukan labelisasi halal perlu kita respon dengan positif. Demikian juga, kesadaran untuk mengonsumsi produk halal yang hanya berada pada level “tinggi” patut kita respon dengan positif dan ditindaklanjuti. „Ala kulli hal, buku ini bermanfaan bagi kita semua.[]

samar (syubhat), yang status hukumnya, apakah ia halal ataukah haram, tidak diketahui oleh banyak orang.

Produk-produk olahan, baik makanan, minuman, obat maupun kosmetika menurut hemat penulis kiranya dapat diketogorikan ke dalam kelompok musytabihat (syubhat), apalagi jika produk tersebut berasal dari negeri yang penduduknya mayoritas non muslim, sekalipun bahan bakunya berupa barang suci dan halal. Sebab, tidak tertutup kemungkinan dalam proses pembuatannya tercampur atau menggunakan bahan-bahan yang tidak suci dan/atau haram. Bagi umat Islam hal tersebut jelas bukan merupakan persoalan sederhana, tetapi merupakan persoalan besar dan serius. Terlebih lagi jika mengingat lanjutan hadis di atas yang menyatakan bahwa "Barang siapa yang terjerumus ke dalam syubhat, ia terjerumus ke dalam yang haram".

Berdasarkan makna yang tersurat maupun tersirat dalam hadis tersebut, bagi umat Islam mengonsumsi atau menggunakan produk olahan --yang menurut hemat penulis termasuk kelompok musytabitah (syubhat)-- perlu dihindari kecuali setelah diketahui dengan jelas kehalalannya. Hanya saja, upaya untuk mengetahui kehalalan suatu produk olahan dengan cara meneliti secara seksama terhadap bahan-bahan yang digunakan dan proses pembuatannya bukanlah pekerjaan mudah. Demikian juga, melarang --dalam arti mengharamkan-- umat untuk mengonsumsi atau mengguna-kannya pun akan menimbulkan kesulitan. Oleh karena itu, untuk menghilangkan, atau setidaknya untuk mengurangi kesulitan ini, umat Islam hendaknya meneliti terlebih dahulu apakah produk yang akan dikonsumsi itu sudah memperoleh Sertifikat Halal dari lembaga yang berkompeten atau belum. Jika sudah, kiranya tidak perlu meragukan kehalalannya. Sebab, pada umumnya, sepanjang pengetahuan penulis lembaga tersebut sangat berhati-hati dan tidak akan

Page 18: PERILAKU KOMUNITAS MUSLIM PERKOTAAN DALAM …simbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/prilaku komunitas... · produk-produk makanan dan minuman. ... Aktifitas dan hasil eksperimen

xviii

Prolog

Page 19: PERILAKU KOMUNITAS MUSLIM PERKOTAAN DALAM …simbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/prilaku komunitas... · produk-produk makanan dan minuman. ... Aktifitas dan hasil eksperimen

xix

Perilaku Komunitas Muslim Perkotaan dalam Mengonsumsi Produk Halal

PRAKATA EDITOR

erlindungan dan jaminan pangan halal bagi konsumen sudah selayaknya diberikan oleh pihak yang berwenang, dalam tataran regulasi maupun

implementasi. Perilaku mengonsumsi produk halal pada komunitas muslim perkotaan di Indonesia merupakan kajian yang memiliki kompleksitas tersendiri. Hal ini karena banyak faktor baik internal maupun eksternal berkontribusi mem-bangun pola perilaku mengonsumsi produk halal. Selain persoalan regulasi yang belum secara komprehensif menata sistem jaminan pangan halal, stakeholders pemangku kepen-tingan belum cukup melangkah bersama secara sinergis untuk memberikan perlindungan terhadap konsumen, khu-susnya komunitas muslim perkotaan.

Komunitas muslim perkotaan selama ini menjadi bagian dari trendsetter yang dikonstruksi oleh dinamika perkem-bangan industrialisasi, dominasi budaya lokal dan adaptasi-nya di daerah minoritas muslim. Kearifan lokal yang ter-adaptasi menjadi sebuah pola perilaku komunitas muslim perkotaan dalam mengonsumsi produk halal serta berbagai faktor yang mempengaruhi konstruksi pola perilaku tersebut penting diteliti.

Naskah buku ini merupakan hasil penelitian yang bertujuan untuk mengidentifikasi pengetahuan, persepsi dan perilaku komunitas muslim perkotaan dalam mengonsumsi produk halal serta menggambarkan pola perilaku komunitas muslim perkotaan dalam mengonsumsi produk halal. Secara

P

Page 20: PERILAKU KOMUNITAS MUSLIM PERKOTAAN DALAM …simbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/prilaku komunitas... · produk-produk makanan dan minuman. ... Aktifitas dan hasil eksperimen

xx

Pengantar Editor

praktis urgensi penelitian ini memberikan rekomendasi yang signifikan bagi pemenuhan hak jaminan pangan halal bagi pihak yang berwenang. Selain itu penataan sistem jaminan pangan halal dan tatalaksananya dapat diselenggarakan berdasarkan kebutuhan komunitas muslim perkotaan. Perlin-dungan konsumen komunitas muslim dalam tataran kebi-jakan maupun praktis dapat disusun sesuai dengan hasil-hasil penelitian ini.

Pendekatan kuantitatif dan kualitatif sekaligus (mixed methods) digunakan dalam penelitian ini untuk mendapatkan gambaran pengaruh beberapa variabel terhadap perilaku, sekaligus mendapatkan data yang mendalam mengenai pola perilaku komunitas muslim perkotaan dalam mengonsumsi produk halal dengan segala kompleksitasnya.

Penelitian dilakukan pada 7 (tujuh) kota, yaitu DKI Ja-karta, Bandung, Surabaya, Batam, Solo, Denpasar dan Mena-do. Kota-kota tersebut dipilih secara purposive, menggunakan sampling kota yang memiliki kekhususan tertentu, seperti kota dengan jumlah muslim minoritas, dominasi budaya industri serta kota yang mempunyai budaya lokal dominan.

Random sampling dilakukan dengan mengambil sample secara acak dari kerangka sample yang diambil dari populasi muslim perkotaan di 7 (tujuh) kota tersebut. Jumlah respon-den untuk penelitian kuantitatif sebanyak 770 orang. Penarikan sample pada tahap kualitatif dilakukan secara pur-posif dengan pemilihan informan yang paling well inform menganai perilaku komunitas muslim perkotaan dalam mengonsumsi produk halal. Informan tidak dibatasi jumlahnya, melainkan menggunakan prinsip data saturation, yakni pengumpulan data dari sejumlah informan hingga tidak

Page 21: PERILAKU KOMUNITAS MUSLIM PERKOTAAN DALAM …simbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/prilaku komunitas... · produk-produk makanan dan minuman. ... Aktifitas dan hasil eksperimen

xxi

Perilaku Komunitas Muslim Perkotaan dalam Mengonsumsi Produk Halal

diperoleh informasi baru, artinya telah tercapai kecukupan data kualitatif.

Analisis data dilakukan dengan dua pendekatan yaitu teknis analisis data kuantitatif dan teknik analisis data kuali-tatif. Teknik analisis data kuantitatif diperoleh dari data kuesioner yang diberikan kepada 770 responden dengan teknik purposive sampling sedangkan teknik analisis data kualitatif diperoleh dari sumber informasi tokoh agama/ masyarakat/dosen/pengusaha. Teknik analisis data kuantitatif dilakukan dengan beberapa tahap yaitu uji validitas dan realibilitas kuesioner, analisis statistik deskriptif dan analisis statistik inferensial. Sedangkan analisis data kualitatif dilaku-kan menggunakan teknik reduksi data, display dan analisis serta kesimpulan. Analisis data kualitatif dimulai dengan mengorganisir informasi dan data, kemudian melakukan coding, kategorisasi data, menguraikan kasus-kasus sesuai konteksnya, menetapkan pola dan mencari hubungan antara beberapa kategori.

Buku yang memuat hasil kajian ini menginformasi-kan antara lain:

1. Secara umum tingkat pengetahuan komunitas muslim di tujuh kota terhadap konsep produk halal berada pada level pengetahuan ”sangat tinggi”. Hal ini ditujukan oleh indeks pengetahuan terhadap produk halal mencapai skor 4,55 (dalam skala 5). Pengetahuan mengenai konsep dasar produk halal itu terutama yang berkenaan dengan produk tidak mengandung babi, tidak mengandung khamr, tidak mengandung organ tubuh manusia dan tidak mengan-

praktis urgensi penelitian ini memberikan rekomendasi yang signifikan bagi pemenuhan hak jaminan pangan halal bagi pihak yang berwenang. Selain itu penataan sistem jaminan pangan halal dan tatalaksananya dapat diselenggarakan berdasarkan kebutuhan komunitas muslim perkotaan. Perlin-dungan konsumen komunitas muslim dalam tataran kebi-jakan maupun praktis dapat disusun sesuai dengan hasil-hasil penelitian ini.

Pendekatan kuantitatif dan kualitatif sekaligus (mixed methods) digunakan dalam penelitian ini untuk mendapatkan gambaran pengaruh beberapa variabel terhadap perilaku, sekaligus mendapatkan data yang mendalam mengenai pola perilaku komunitas muslim perkotaan dalam mengonsumsi produk halal dengan segala kompleksitasnya.

Penelitian dilakukan pada 7 (tujuh) kota, yaitu DKI Ja-karta, Bandung, Surabaya, Batam, Solo, Denpasar dan Mena-do. Kota-kota tersebut dipilih secara purposive, menggunakan sampling kota yang memiliki kekhususan tertentu, seperti kota dengan jumlah muslim minoritas, dominasi budaya industri serta kota yang mempunyai budaya lokal dominan.

Random sampling dilakukan dengan mengambil sample secara acak dari kerangka sample yang diambil dari populasi muslim perkotaan di 7 (tujuh) kota tersebut. Jumlah respon-den untuk penelitian kuantitatif sebanyak 770 orang. Penarikan sample pada tahap kualitatif dilakukan secara pur-posif dengan pemilihan informan yang paling well inform menganai perilaku komunitas muslim perkotaan dalam mengonsumsi produk halal. Informan tidak dibatasi jumlahnya, melainkan menggunakan prinsip data saturation, yakni pengumpulan data dari sejumlah informan hingga tidak

Page 22: PERILAKU KOMUNITAS MUSLIM PERKOTAAN DALAM …simbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/prilaku komunitas... · produk-produk makanan dan minuman. ... Aktifitas dan hasil eksperimen

xxii

Pengantar Editor

dung najis. Pengetahuan atas produk halal tersebut dipengaruhi positif signifikan oleh aktifitas keagamaan, lingkungan hidup dan latar belakang pendidikan responden.

2. Persepsi responden terhadap produk halal dan labelisasi produk halal menunjukkan gambaran yang tinggi. Hal ini didukung oleh kenyataan bahwa 95% responden meng-inginkan semua produk yang beredar terjamin kehalalan-nya dan mendukung dilakukannya labelisasi halal pada produk makanan dan minuman kemasan termasuk juga restoran dan rumah-rumah makan.

3. Perilaku responden yang berkaitan dengan kesadaran untuk mengonsumsi produk halal berada pada level ”tinggi” dengan nilai indeks perilaku sebesar 3,84 (dalam skala 5). Data yang diperoleh menunjukkan bahwa hanya 73% responden memeriksa label halal sebelum memutus-kan membeli produk, 63% responden tidak pernah/jarang mengonsumsi produk yang tidak ada label halal dan 54% responden tidak pernah/jarang makan di restoran yang tidak ada sertifikasi label halal. Terkait perilaku meng-hindari mengonsumsi produk kemasan yang meragukan dan restoran yang meragukan hanya dilakukan oleh 73% - 78% responden. Sedangkan tingkat keaktifan responden dalam mendorong, menginformasikan produk halal dan mencegah produk tidak halal hanya dilakukan oleh 73% - 79% responden. Fenomena yang demikian ini muncul diduga karena faktor masih banyaknya produk kemasan yang belum ada label halal dan restoran yang tersertifikasi

Page 23: PERILAKU KOMUNITAS MUSLIM PERKOTAAN DALAM …simbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/prilaku komunitas... · produk-produk makanan dan minuman. ... Aktifitas dan hasil eksperimen

xxiii

Perilaku Komunitas Muslim Perkotaan dalam Mengonsumsi Produk Halal

halal, sehingga hanya 67% responden menyatakan mudah untuk mencari produk halal dan hanya 53% yang menya-takan mudah dalam mencari restoran yang halal.

4. Berdasarkan hasil analisis jalur dapat diketahui bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara pengetahuan responden dengan persepsi mereka terhadap produk halal. Peningkatan pengetahuan responden atas produk halal secara positif akan meningkatkan persepsi terhadap produk halal. Pengetahuan dan persepsi secara bersama berpengaruh positif terhadap perilaku responden dalam mengonsumsi produk halal. Meskipun demikian penga-ruh persepsi secara langsung dinilai lebih tinggi diban-dingkan pengetahuan. Apa yang dipersepsikan oleh res-ponden tentang produk halal akan lebih dominan ber-pengaruh terhadap perilakunya dibandingkan apa yang diketahuinya.

5. Aktifitas keagamaan secara positif signifikan mempunyai kontribusi terbesar terhadap peningkatan pengetahuan dan persepsi responden akan produk halal dibandingkan faktor lingkungan dan pendidikan. Hal ini mengindi-kasikan bahwa perlunya mendorong komunitas muslim sering melakukan aktifitas keagamaan, hal ini akan sejalan dengan peningkatan pengetahuan/pemahaman komunitas muslim serta peningkatan persepsi positif akan produk halal.

6. Realitas sosial yang berhasil diungkap oleh penelitian ini menunjukkan bahwa keberadaan peraturan perundang-

dung najis. Pengetahuan atas produk halal tersebut dipengaruhi positif signifikan oleh aktifitas keagamaan, lingkungan hidup dan latar belakang pendidikan responden.

2. Persepsi responden terhadap produk halal dan labelisasi produk halal menunjukkan gambaran yang tinggi. Hal ini didukung oleh kenyataan bahwa 95% responden meng-inginkan semua produk yang beredar terjamin kehalalan-nya dan mendukung dilakukannya labelisasi halal pada produk makanan dan minuman kemasan termasuk juga restoran dan rumah-rumah makan.

3. Perilaku responden yang berkaitan dengan kesadaran untuk mengonsumsi produk halal berada pada level ”tinggi” dengan nilai indeks perilaku sebesar 3,84 (dalam skala 5). Data yang diperoleh menunjukkan bahwa hanya 73% responden memeriksa label halal sebelum memutus-kan membeli produk, 63% responden tidak pernah/jarang mengonsumsi produk yang tidak ada label halal dan 54% responden tidak pernah/jarang makan di restoran yang tidak ada sertifikasi label halal. Terkait perilaku meng-hindari mengonsumsi produk kemasan yang meragukan dan restoran yang meragukan hanya dilakukan oleh 73% - 78% responden. Sedangkan tingkat keaktifan responden dalam mendorong, menginformasikan produk halal dan mencegah produk tidak halal hanya dilakukan oleh 73% - 79% responden. Fenomena yang demikian ini muncul diduga karena faktor masih banyaknya produk kemasan yang belum ada label halal dan restoran yang tersertifikasi

Page 24: PERILAKU KOMUNITAS MUSLIM PERKOTAAN DALAM …simbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/prilaku komunitas... · produk-produk makanan dan minuman. ... Aktifitas dan hasil eksperimen

xxiv

Pengantar Editor

undangan yang melindungi konsumen (muslim) dari mengonsumsi produk tidak halal sangat dibutuhkan dan merupakan suatu hal yang sifatnya sangat mendesak. Untuk itu pemerintah dan DPR dinilai perlu ”lebih aktif”, agar pemerintah dan DPR tidak dinilai lamban dalam hal penyelesaian undang-undang produk halal.

Faktor internal dan eksternal berkelindan secara simultan memberikan pengaruh kepada pembentukan pola perilaku mengonsumsi produk halal. Pendidikan formal maupun non-formal pendidikan masa kecil di surau, harus selalu menanamkan bahwa makan dan minum harus memperhatikan kehalalan. Jadi, pendidikan non-formal dalam keluarga memgang peranan penting dalam membangun pola mengonsumsi produk halal, namun pendidikan tidak berdiri sendiri mengendali pola perilaku komunitas. Faktor eksternal yang telah menginternalisasi, seperti dominan budaya lokal, kondisi industrialisasi dan heterogenitas yang tinggi pada lokasi tujuh kota yang diteliti telah membangun pola yang khas pada masing-masing kota. Kota industri seperti Surabaya, Bandung, DKI Jakarta dan Batam memberikan corak tertentu pada pola perilaku komunitas muslim, demikian pula kota-kota dominan budaya lokal seperti Solo serta kota-kota dengan penduduk muslim sebagai minoritas seperti Bali dan Menado.

Faktor lainnya yang mendukung pembentukan sosiali-sasi oleh muballigh/mubalighat semakin intensif, ditambah pengawasan yang baik dari pemerintah dapat mensukseskan penyelenggaraan penataan pola mengonsumsi produk halal pada komunitas muslim.

Page 25: PERILAKU KOMUNITAS MUSLIM PERKOTAAN DALAM …simbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/prilaku komunitas... · produk-produk makanan dan minuman. ... Aktifitas dan hasil eksperimen

xxv

Perilaku Komunitas Muslim Perkotaan dalam Mengonsumsi Produk Halal

Saran dan kritik dari para pembaca sangat kami harapkan demi penyempurnaan buku ini pada masa yang akan datang. Kami berharap semoga buku ini dapat menambah wawasan para pembaca, dan bagi pihak-pihak yang berwenang dapat memanfaatkannya sesuai dengan kebutuhan.

Jakarta, Oktober 2013

Editor:

Muchith A. Karim

undangan yang melindungi konsumen (muslim) dari mengonsumsi produk tidak halal sangat dibutuhkan dan merupakan suatu hal yang sifatnya sangat mendesak. Untuk itu pemerintah dan DPR dinilai perlu ”lebih aktif”, agar pemerintah dan DPR tidak dinilai lamban dalam hal penyelesaian undang-undang produk halal.

Faktor internal dan eksternal berkelindan secara simultan memberikan pengaruh kepada pembentukan pola perilaku mengonsumsi produk halal. Pendidikan formal maupun non-formal pendidikan masa kecil di surau, harus selalu menanamkan bahwa makan dan minum harus memperhatikan kehalalan. Jadi, pendidikan non-formal dalam keluarga memgang peranan penting dalam membangun pola mengonsumsi produk halal, namun pendidikan tidak berdiri sendiri mengendali pola perilaku komunitas. Faktor eksternal yang telah menginternalisasi, seperti dominan budaya lokal, kondisi industrialisasi dan heterogenitas yang tinggi pada lokasi tujuh kota yang diteliti telah membangun pola yang khas pada masing-masing kota. Kota industri seperti Surabaya, Bandung, DKI Jakarta dan Batam memberikan corak tertentu pada pola perilaku komunitas muslim, demikian pula kota-kota dominan budaya lokal seperti Solo serta kota-kota dengan penduduk muslim sebagai minoritas seperti Bali dan Menado.

Faktor lainnya yang mendukung pembentukan sosiali-sasi oleh muballigh/mubalighat semakin intensif, ditambah pengawasan yang baik dari pemerintah dapat mensukseskan penyelenggaraan penataan pola mengonsumsi produk halal pada komunitas muslim.

Page 26: PERILAKU KOMUNITAS MUSLIM PERKOTAAN DALAM …simbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/prilaku komunitas... · produk-produk makanan dan minuman. ... Aktifitas dan hasil eksperimen

xxvi

Daftar Isi

Page 27: PERILAKU KOMUNITAS MUSLIM PERKOTAAN DALAM …simbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/prilaku komunitas... · produk-produk makanan dan minuman. ... Aktifitas dan hasil eksperimen

xxvii

Perilaku Komunitas Muslim Perkotaan dalam Mengonsumsi Produk Halal

DAFTAR ISI

Kata Pengantar Kepala Puslitbang Kehidupan Keagamaan ................................................................................

iii

Sambutan Kepala Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI ...................................................................................

vii

Prolog, oleh: Dr. H. Maulana Hasanuddin, M.Ag .............. xi Prakata Editor ........................................................................... xix DAFTAR ISI ............................................................................. xxvii BAB I PENDAHULUAN .................................................

A. Latar Belakang Masalah ................................ B. Batasan Masalah .............................................. C. Rumusan Masalah .......................................... D. Tujuan Penelitian ........................................... E. Kegunaan Penelitian ......................................

1 1 7 8 9 9

BAB II PENYUSUNAN KERANGKA TEORITIK ......... A. Deskripsi Teoritik ...........................................

1. Produk Halal ........................................... 2. Konsep tentang Sikap (Attitude)............. 3. Perilaku Konsumen Muslim ................. 4. Restoran ....................................................

B. Prior Research .................................................

11 11 11 12 14 18 19

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ............................ A. Pendekatan dan Metode Penelitian ............. B. Populasi dan Sampel ..................................... C. Instrumen Penelitian ..................................... D. Skala Pengukuran .......................................... E. Model dan Hipotesis Penelitian .................. F. Teknik Analisa Data ...................................... G. Waktu .............................................................

25 25 25 27 31 32 34 37

BAB IV HASIL DAN ANALISIS ....................................... A. Demografik Responden ................................

39 39

Page 28: PERILAKU KOMUNITAS MUSLIM PERKOTAAN DALAM …simbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/prilaku komunitas... · produk-produk makanan dan minuman. ... Aktifitas dan hasil eksperimen

xxviii

Daftar Isi

B. Pengetahuan Komunitas Muslim terhadap Produk Halal ...................................................

C. Persepsi Komunitas Muslim terhadap Produk Ha-lal...................................................

D. Perilaku Komunitas Muslim dalam Me-ngonsumsi Produk Halal ..............................

E. Korelasi antara Pengetahuan, Persepsi dan Perilaku Konsumen Muslim terkait Produk Halal ..................................................................

47

56

74

93 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI .............

A. Kesimpulan ..................................................... B. Rekomendasi ..................................................

107 107 109

DAFTAR PUSTAKA ............................................................... 113

Page 29: PERILAKU KOMUNITAS MUSLIM PERKOTAAN DALAM …simbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/prilaku komunitas... · produk-produk makanan dan minuman. ... Aktifitas dan hasil eksperimen

1

Perilaku Komunitas Muslim Perkotaan dalam Mengonsumsi Produk Halal

B. Pengetahuan Komunitas Muslim terhadap Produk Halal ...................................................

C. Persepsi Komunitas Muslim terhadap Produk Ha-lal...................................................

D. Perilaku Komunitas Muslim dalam Me-ngonsumsi Produk Halal ..............................

E. Korelasi antara Pengetahuan, Persepsi dan Perilaku Konsumen Muslim terkait Produk Halal ..................................................................

47

56

74

93 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI .............

A. Kesimpulan ..................................................... B. Rekomendasi ..................................................

107 107 109

DAFTAR PUSTAKA ............................................................... 113

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

ndonesia adalah negara dengan jumlah penduduk muslim terbesar di dunia. Sayangnya, mereka tak terlindungi dari produk-produk yang tak halal.

Sebab, banyak produk makanan dan minuman yang beredar di sekitar kita tak berlabelkan halal. Hal ini sangat meng-khawatirkan karena pemerintah bersifat pasif, produsen malas mendaftarkan kehalalan produknya, masyarakat acuh tak acuh. Ketiga hal tersebut merupakan salah satu penyebab lambatnya kesadaran masyarakat atas kehalalan produk di Indonesia. Padahal, ini merupakan kewajiban produsen atau perusahaan untuk mendaftarkan produknya untuk melin-dungi konsumen dari produk yang tidak halal. Sementara komunitas muslim perkotaan di seluruh dunia telah mem-bentuk segmen pasar yang potensial dikarenakan pola khusus mereka dalam mengonsumsi produk halal. Di Amerika Seri-kat yang notabene kaum muslimin di sana jumlahnya minori-tas, diperkirakan mencapai empat sampai sembilan juta pemeluk agama Islam, pola konsumsi produk mereka sejalan dengan ajaran Islam atau pola konsumsinya ingin menyesuai-kan dengan ajaran agamanya. Sementara di Indonesia, yang populasi kaum muslimnya mayoritas dari jumlah total warga negara tentu merupakan pasar konsumen muslim yang besar.

Menyadari hal tersebut maka pemerintah berkewajiban untuk melindungi warga negaranya dalam mengonsumsi produk tidak halal. Hal ini merupakan implementasi dari

I

Page 30: PERILAKU KOMUNITAS MUSLIM PERKOTAAN DALAM …simbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/prilaku komunitas... · produk-produk makanan dan minuman. ... Aktifitas dan hasil eksperimen

2

Bab I. Pendahuluan

amanat sejumlah peraturan perundang-undangan antara lain dalam pasal 30 UU No. 7 tahun 1996 tentang Pangan yang mengatur label dan iklan pangan yang menyatakan (1) Setiap orang yang memproduksi atau memasukkan pangan ke dalam wilayah Indonesia yang dikemas untuk diperdagang-kan wajib mencantumkan label pada, di dalam, dan atau di kemasan pangan; (2) Label, sebagaimana dimaksud pada ayat (1), memuat sekurang-kurangnya keterangan mengenai: a. nama produk; b. daftar bahan yang digunakan; c. berat bersih atau isi bersih; d. nama dan alamat pihak yang memproduksi atau memasukkan pangan ke dalam wilayah Indonesia; e. keterangan tentang halal; dan f. tanggal, bulan, dan tahun kedaluwarsa.

Di Indonesia, konsumen muslim dilindungi oleh instansi pemerintah dalam hal ini Badan Pengawasan Produk Obat dan Makanan (BPPOM) yang bertugas mengawasi produk-produk yang beredar di masyarakat. Selain itu ada kesepakatan kerjasama antara Kementerian Agama, Badan Pengawasan Produk Obat dan Makanan (BPPOM) dan Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan dan Kosmetika – Majelis Ulama Indonesia (LPPOM-MUI) yang bertugas secara khusus mengaudit produk-produk yang dikonsumsi oleh konsumen muslim di Indonesia.

BPOM mengawasi produk yang beredar di masyarakat dengan cara memberikan persetujuan, pencantuman tulisan/ logo halal pada label berdasarkan sertifikat halal yang dikeluarkan oleh LPPOM-MUI dan telah lulus diperiksa dan terbebas dari unsur-unsur yang dilarang oleh ajaran Islam, atau produk tersebut telah menjadi kategori produk halal dan

Page 31: PERILAKU KOMUNITAS MUSLIM PERKOTAAN DALAM …simbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/prilaku komunitas... · produk-produk makanan dan minuman. ... Aktifitas dan hasil eksperimen

3

Perilaku Komunitas Muslim Perkotaan dalam Mengonsumsi Produk Halal

tidak mengandung unsur haram dan dapat dikonsumsi secara aman oleh konsumen muslim.

Secara khusus pola konsumsi umat Islam sebetulnya telah diatur dalam ajaran Islam yang disebut dengan syari’at. Dalam ajaran syari’at, tidak diperkenankan bagi kaum muslim untuk mengonsumsi produk-produk tertentu yang substansi kandungan atau proses yang menyertainya tidak sesuai dengan ajaran syari’at tersebut. Syari’at Islam sangat tegas menghendaki umat Islam untuk menghindari hal-hal yang dilarang oleh Allah SWT dan melaksanakan apa saja yang diperintahkan. Hal ini membuat konsumen muslim bukanlah konsumen yang permissive dalam perilaku pola konsumsinya. Mereka dibatasi oleh kehalalan dan keharaman yang dimuat dalam nash al-Qur’an dan al-Hadits yang menjadi panduan utama bagi mereka.

Allah SWT berfirman dalam al-Qur’an Surat al-Baqarah: 168 yang artinya: ‚Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan, karena sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagimu‛, dan dalam Hadits Riwayat Salman Alfarisi RA: ‚Rasulullah SAW ditanya tentang hukum mentega, keju, dan bulu binatang. Beliau menjawab, halal adalah sesuatu yang dihalalkan oleh Allah di dalam Kitab-Nya, haram adalah sesuatu yang diharamkan oleh Allah dalam Kitab-Nya, dan sesuatu yang Allah diamkan (tidak ditetapkan hukumnya) maka termasuk yang diampuni‛. (Ali Mustofa Ya’kub: 33).

Berdasarkan nash al-Qur’an dan Hadits di atas, maka ketentuan syari’at inilah yang menjadi tolok ukur utama konsumen muslim dalam proses pemilihan produk-produk makanan dan minuman. Ketidakinginan masyarakat muslim

Page 32: PERILAKU KOMUNITAS MUSLIM PERKOTAAN DALAM …simbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/prilaku komunitas... · produk-produk makanan dan minuman. ... Aktifitas dan hasil eksperimen

4

Bab I. Pendahuluan

untuk mengonsumsi produk-produk haram akan mening-katkan keterlibatan yang lebih tinggi dalam proses pemilihan produk (high involvement). Dengan demikian akan ada produk yang pilih untuk dikonsumsi dan produk yang disisihkan akibat adanya proses pemilihan tersebut. Proses pemilihannya sendiri akan menjadikan kehalalan sebagai parameter utama-nya. Ketentuan ini membuat keterbatasan pada produk-produk makanan untuk memasuki pasar umat Muslim. Konsumen Muslim sendiri bukan tanpa kesulitan untuk memilih produk-produk yang mereka konsumsi menjadi produk dalam kategori halal dan haram. Tentunya untuk memeriksakan sendiri kondisi kehalalan suatu produk adalah kurang memungkinkan. Hal ini berkaitan dengan masalah teknis dalam memeriksa kehalalan suatu produk, seperti uji kimia, pengamatan proses serta pemeriksaan kandungan produk.

Keberadaan LPPOM-MUI dapat membantu masyarakat memudahkan proses pemeriksaan kehalalan suatu produk. Dengan mendaftarkan produk untuk diaudit keabsahan halalnya oleh LPPOM-MUI sebuah perusahaan dapat men-cantumkan label halal pada produk tersebut. Hal itu berarti produk tersebut telah halal untuk dikonsumsi umat Muslim dan hilanglah barrier nilai yang membatasi produk dengan konsumen muslim. Dengan adanya label halal ini konsumen muslim dapat memastikan produk mana saja yang boleh mereka konsumsi, yaitu produk yang memiliki dan mencan-tumkan label halal pada kemasannya. Secara teori maka, untuk para pemeluk agama Islam yang taat, persepsi, sikap dan motivasi mereka menentukan pilihan produk makanan halal yang diwakili dengan label halal.

Page 33: PERILAKU KOMUNITAS MUSLIM PERKOTAAN DALAM …simbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/prilaku komunitas... · produk-produk makanan dan minuman. ... Aktifitas dan hasil eksperimen

5

Perilaku Komunitas Muslim Perkotaan dalam Mengonsumsi Produk Halal

Seiring dengan pesatnya perkembangan media dan mudahnya informasi yang dapat diperoleh konsumen, akan turut mempengaruhi pola konsumsi mereka. Labelisasi halal yang secara prinsip adalah label yang memberi informasi kepada pengguna produk yang berlabel tersebut, bahwa produknya benar-benar halal dan nutrisi-nutrisi yang dikandungnya tidak mengandung unsur-unsur yang diharamkan secara syariah sehingga produk tersebut boleh dikonsumsi. Dengan demikian produsen yang tidak mencantukan label halal pada kemasannya dianggap belum mendapat persetujuan lembaga berwenang (LPPOM-MUI) untuk diklasifikasikan kedalam daftar produk halal atau dianggap masih diragukan kehalalannya. Keadaan label itu akan membuat konsumen muslim berhati-hati untuk memutuskan mengonsumsi atau tidak produk-produk tanpa label halal tersebut.

Label halal yang ada pada kemasan produk yang beredar di Indonesia adalah sebuah logo yang tersusun dari huruf-huruf Arab yang membentuk kata halal dalam sebuah lingkaran. Peraturan pelabelan yang dikeluarkan Ditjen POM (Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan) Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, mewajibkan para produsen makanan untuk mencantumkan label tambahan yang memuat informasi tentang kandungan (ingredient) produk makanan tersebut. Sehingga konsumen dapat memperoleh informasi yang dapat membantu mereka untuk menentukan sendiri kehalalan suatu produk. Kondisi masyarakat Muslim yang menjadi konsumen dari produk-produk makanan yang beredar dipasar, namun mereka tidak mengetahui apa yang sebenarnya mereka konsumsi selama ini. Sebagai orang Islam yang memiliki aturan yang sangat

Page 34: PERILAKU KOMUNITAS MUSLIM PERKOTAAN DALAM …simbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/prilaku komunitas... · produk-produk makanan dan minuman. ... Aktifitas dan hasil eksperimen

6

Bab I. Pendahuluan

jelas tentang halal dan haram, seharusnya konsumen Muslim terlindungi dari produk-produk yang tidak halal atau tidak jelas kehalalannya (syubhat). LPPOM MUI memberikan sertifikasi halal pada produk-produk yang lolos audit sehingga produk tersebut dapat dipasang label halal pada kemasannya, sehingga masyarakat dapat mengonsumsi pro-duk tersebut dengan aman.

Kenyataan yang berlaku pada saat ini adalah bahwa LPPOM-MUI memberikan sertifikat halal kepada produsen-produsen obat dan makanan yang secara sukarela mendaf-tarkan produknya untuk diaudit LPPOM-MUI. Dengan begitu produk yang beredar dikalangan konsumen muslim bukanlah produk yang secara keseluruhan memiliki label halal yang dicantumkan pada kemasannya. Artinya masih banyak produk yang beredar di masyarakat belum memiliki sertifikat halal yang diwakili label halal pada kemasan produknya. Oleh karena itu konsu-men muslim akan dihadapkan pada produk-produk halal yang diwakili label halal yang ada pada kemasannya dan produk yang tidak memiliki label halal pada kemasannya diragukan kehalalan produknya. Maka keputusan untuk membeli produk yang berlabel halal atau tidak, akan sepenuhnya ditentukan oleh konsumen sendiri.

Perilaku komunitas muslim dalam mengonsumsi produk halal sesungguhnya tergantung bagaimana mereka memiliki pengetahuan terkait apa itu halal. Meskipun al-Qur’an dan al-Hadits telah memberikan panduan tentang kehalalan suatu produk, akan tetapi dengan semakin berkembangnya arus informasi dan teknologi kemasan produk yang telah mem-berikan penawaran menggiurkan akan dapat memengaruhi prilaku itu sendiri. Perilaku dalam mengonsumsi produk halal

Page 35: PERILAKU KOMUNITAS MUSLIM PERKOTAAN DALAM …simbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/prilaku komunitas... · produk-produk makanan dan minuman. ... Aktifitas dan hasil eksperimen

7

Perilaku Komunitas Muslim Perkotaan dalam Mengonsumsi Produk Halal

dapat dilihat dari seberapa sering mereka mengonsumsi produk yang telah ada label halal, seberapa sering mereka mengonsumsi produk yang diragukan kehalalannya serta seberapa sering mereka mengajak orang lain untuk mengonsumsi produk halal dan mencegah orang lain mengonsumsi produk tidak halal. Selain faktor pengetahuan atas produk halal, persepsi masyarakat mengenai pentingnya kehalalan itu sendiri dapat berpengaruh terhadap perilaku. Persepsi dapat berupa keyakinan yang tinggi atas pentingnya mengonsumsi produk halal, tingkat harapan/keinginan komu-nitas muslim perkotaan untuk memperoleh produk halal serta persepsi tentang pentingnya labelisasi halal.

Tinggi rendahnya pengetahuan dan persepsi komunitas muslim perkotaan terhadap produk halal tidak terlepas dari aktifitas keagamaan yang mereka lakukan. Semakin rajin komunitas muslim perkotaan mencari informasi mengenai produk halal maka secara alami akan meningkatkan pe-ngetahuan dan persepsi dan sikap terhadap produk halal. Faktor lingkungan seperti dorongan keluarga, ceramah agama, ikut berperan dalam menentukan tingkat penge-tahuan dan persepsi terhadap produk halal.

Untuk dapat memperoleh informasi yang lebih jelas serta bukti ilmiah mengenai perilaku komunitas muslim perkotaan dalam mengonsumsi produk halal, Puslitbang Kehidupan keagamaan akan melakukan penelitian tentang ‚Perilaku Komunitas Muslim dalam Mengonsumsi Produk Halal‛.

B. Batasan Masalah

Mengingat keterbatasan waktu dan dana yang ada, maka dalam penelitian ini dibatasi pada perilaku komunitas muslim perkotaan terhadap produk-produk makanan dan

Page 36: PERILAKU KOMUNITAS MUSLIM PERKOTAAN DALAM …simbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/prilaku komunitas... · produk-produk makanan dan minuman. ... Aktifitas dan hasil eksperimen

8

Bab I. Pendahuluan

minuman dalam bentuk kemasan yang diproduksi oleh pabrikan serta makanan dan minuman yang disajikan di restoran.

Penelitian dibatasi dengan mengkaji komunitas muslim perkotaan karena muslim perkotaan adalah trendsetter yang secara disadari atau tidak, merupakan konstruksi atas dinamika industrialisasi, dominasi budaya lokal maupun daerah minoritas muslim. Representasi tiga karakteristik kota ini terdapat pada 7 (tujuh) kota, yaitu DKI Jakarta, Bandung, Surabaya, Batam, Solo, Menado dan Denpasar..

C. Rumusan Masalah

Dari uraian diatas permasalahan ini selanjutnya dirinci ke dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Seberapa besar tingkat pengetahuan komunitas muslim perkotaan terhadap konsep dasar produk halal ?

2. Seberapa besar penilaian/persepsi sikap mereka terhadap produk halal dan labelisasi halal?

3. Seberapa besar kesadaran komunitas muslim perkotaan dalam mengonsumsi produk halal?

4. Adakah pengaruh yang signifikan antara pengetahuan tentang konsep dasar produk halal dengan persepsi dan sikap terhadap produk halal ?

5. Adakah pengaruh yang signifikan antara pengetahuan tentang konsep dasar produk halal dan persepsi serta sikap atas produk halal terhadap perilaku mengonsumsi produk halal?

Page 37: PERILAKU KOMUNITAS MUSLIM PERKOTAAN DALAM …simbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/prilaku komunitas... · produk-produk makanan dan minuman. ... Aktifitas dan hasil eksperimen

9

Perilaku Komunitas Muslim Perkotaan dalam Mengonsumsi Produk Halal

6. Bagaimana pola perilaku komunitas muslim perkotaan dalam mengonsumsi produk halal?

D. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk :

1. Mengetahui tingkat pengetahuan komunitas muslim per-kotaan terhadap konsep dasar kehalalan produk baik makanan dan minuman kemasan maupun makanan dan minuman yang disajikan di rumah makan/restauran.

2. Mengetahui tingkat persepsi dan sikap mereka terhadap produk halal.

3. Mengetahui pola perilaku komunitas muslim perkotaan dalam mengonsumsi produk halal.

4. Menguji adakah pengaruh yang signifikan pengetahuan konsep dasar kehalalan produk dengan persepsi masya-rakat terhadap perilaku produk halal.

5. Menguji ada tidaknya pengaruh signifikan antara pengetahuan tentang konsep dasar kehalalan produk dengan persepsi dan sikap terhadap produk halal atas perilaku mengonsumsi produk halal.

6. Mengidentifikasi pola perilaku komunitas muslim per-kotaan dalam mengonsumsi produk halal

E. Kegunaan Penelitian

Kegunaan yang dapat diperoleh dari hasil penelitian ini adalah:

1. Bahan masukan bagi Kementerian Agama RI dan instansi lainnya dalam merumuskan kebijakan yang terkait dengan produk halal.

Page 38: PERILAKU KOMUNITAS MUSLIM PERKOTAAN DALAM …simbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/prilaku komunitas... · produk-produk makanan dan minuman. ... Aktifitas dan hasil eksperimen

10

Bab I. Pendahuluan

2. Referensi bagi instansi terkait sebagai bahan kajian lebih lanjut.

Page 39: PERILAKU KOMUNITAS MUSLIM PERKOTAAN DALAM …simbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/prilaku komunitas... · produk-produk makanan dan minuman. ... Aktifitas dan hasil eksperimen

11

Perilaku Komunitas Muslim Perkotaan dalam Mengonsumsi Produk Halal

BAB II

PENYUSUNAN KERANGKA TEORITIK

A. Deskripsi Teoritik

1. Produk Halal

alal berasal dari bahasa Arab yaitu halla yang berarti lepas atau tidak terikat. Dalam kamus fiqih, kata halal dipahami sebagai segala sesuatu yang boleh

dikerjakan atau dimakan. Istilah ini, umumnya berhubungan dengan masalah makanan dan minuman. Lawan dari kata halal adalah haram. Haram berasal dari bahasa Arab yang bermakna, suatu perkara yang dilarang oleh syara’ (agama). Mengerjakan perbuatan yang haram berarti berdosa dan mendapat pahala bila ditinggalkan. Misalnya, memakan bangkai binatang, darah, minum khamr, memakan barang yang bukan miliknya atau hasil mencuri. Menurut Prof. Dr. KH. Ali Mustofa Ya’kub, MA suatu makanan atau minuman dikatakan halal apabila masuk kepada 5 kriteria, yaitu: 1) Makanan dan minuman tersebut thayyib (baik) yaitu sesuatu yang dirasakan enak oleh indra atau jiwa tidak menyakitkan dan menjijikkan. Dalam surat al-Maidah ayat 4 yang artinya: ‛Mereka bertanya kepadamu, ‚Apakah yang dihalalkan bagi mereka? Katakanlah, dihalalkan bagimu yang baik-baik‛. 2) Tidak mengandung dharar (bahaya); 3) Tidak mengandung najis; 4) Tidak memabukkan dan 5) Tidak mengandung organ tubuh manusia. Dalam penelitian ini produk halal bukan hanya dinyatakan halal secara syar’i namun juga telah mendapatkan sertifikasi halal dari Majelis Ulama Indonesia (MUI). Produk ini mudah dikenali dengan adanya label halal

H

Page 40: PERILAKU KOMUNITAS MUSLIM PERKOTAAN DALAM …simbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/prilaku komunitas... · produk-produk makanan dan minuman. ... Aktifitas dan hasil eksperimen

12

Bab II. Penyusunan Kerangka Teoritik

yang dikeluarkan oleh MUI pada kemasannya. Produk halal yang akan dilihat mencakup makanan dan minuman yang dikemas yang dikelola oleh pabrik makanan dan minuman yang dihidangkan oleh restoran/rumah makan.

2. Konsep tentang Sikap (Attitude)

Sikap mulai menjadi fokus pembahasan dalam ilmu sosial semenjak abad 20. Secara bahasa, Oxford Advanced Learner Dictionary (Hornby, 1974) mencantumkan bahwa sikap (attitude), berasal dari bahasa Italia attitudine yaitu ‚Manner of placing or holding the body, and way of feeling, thinking or behafing‛. Sikap adalah cara menempatkan atau membawa diri, atau cara merasakan, jalan pikiran, dan perilaku. Thomas dan Znaneiecki (1920) menegaskan bahwa sikap adalah predisposisi untuk melakukan atau tidak melakukan suatu perikau tertentu, sehingga sikap bukan hanya kondisi internal psikologis yang murni dari individu, tetapi sikap lebih merupakan proses kesadaran yang sifatnya individual. Artinya proses ini terjadi secara subjektif dan unik pada diri setiap individu. Keunikan ini dapat terjadi oleh adanya perbedaan individual yang berasal dari nilai-nilai dan norma yang ingin dipertahankan dan dikelola oleh individu (Coser, dalam www.bolender.com). Dalam buku karya Kagan dan Havemann ‚an attitude is an organized an enduring set of beliefs and feelings toward some kind of abject or situation and predisposition to behave toward it in a particular way‛. Attitude (sikap) adalah suatu tatanan keyakinan dan perasaan yang terorganisir dan berlangsung terus terhadap suatu objek atau situasi dan kecenderungan untuk berprilaku terhadapnya dengan cara tertentu. Jadi ada 3 (tiga) elemen yang mem-bentuk attitude (sikap) yaitu: a) Elemen kognitif (pengetahu-

Page 41: PERILAKU KOMUNITAS MUSLIM PERKOTAAN DALAM …simbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/prilaku komunitas... · produk-produk makanan dan minuman. ... Aktifitas dan hasil eksperimen

13

Perilaku Komunitas Muslim Perkotaan dalam Mengonsumsi Produk Halal

an/kepercayaan), elemen emosional (persepsi/perasaan/afek-si) dan 3) Elemen perilaku.1

Sikap adalah pengorganisasian yang relatif lama dari proses motivasi, persepsi dan kognitif yang relatif menetap pada diri individu dalam berhubungan dengan aspek kehidupannya. Sikap individu ini dapat diketahui dari beberapa proses motivasi, emosi, persepsi dan proses kognitif yang terjadi pada diri individu secara konsisten dalam berhubungan dengan obyek sikap. Menurut Oskamp (1991) mengemukakan bahwa sikap dipengaruhi oleh proses evaluatif yang dilakukan oleh individu. Oleh karena itu, mempelajari sikap berarti perlu juga mempelajari faktor-faktor yang mempengaruhi proses evaluatif, yaitu: a) Faktor genetik dan fisiologik, individu membawa ciri sifat tertentu yang menentukan arah perkembangan sikap, namun di pihak lain faktor fisiologik juga memainkan peranan penting dalam pembentukan sikap melalui kondisi-kondisi fisiologik, missal-nya usia, atau sakit sehingga harus mengonsumsi obat ter-tentu; b) Pengalaman personal, pengalaman yang dialami langsung akan memberikan pengaruh yang lebih kuat daripada pengalaman yang tidak langsung; c) Pengaruh orang tua sangat besar, terhadap kehidupan anak-anaknya. Sikap orang tua akan dijadikan role model bagi anak-anaknya; d) Kelompok sebaya atau kelompok masyarakat, ada kecenderungan bahwa seorang individu berusaha untuk sama dengan teman sekelompoknya; e) Media massa ter-masuk salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku makan masyarakat (Ekonomi Islam, 2008).

1 Kagan dan Havemann: Psychology: An Introduction, New York, Harcourt Brace Jovanovich Inc, 1976, halaman 495.

Page 42: PERILAKU KOMUNITAS MUSLIM PERKOTAAN DALAM …simbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/prilaku komunitas... · produk-produk makanan dan minuman. ... Aktifitas dan hasil eksperimen

14

Bab II. Penyusunan Kerangka Teoritik

3. Perilaku Konsumen Muslim

Perilaku dalam bahasa Inggris disebut dengan ‚behavior‛ yang artinya kelakuan tindak-tanduk.2 Perilaku juga terdiri dari dua kata peri dan laku, peri yang artinya sekeliling, dekat melingkupi.3 Dan laku artinya tingkah laku, perbuatan, tindak tanduk. Secara etimologi perilaku artinya apa yang dilakukan oleh seseorang.4 Perilaku (behavior) is ‚the activities of an organism, both overt, or observable (such as motor behavior), and covert, or hidden (such as thinking)‛. Perilaku adalah kegiatan suatu makhluk hidup, baik yang nampak atau dapat dilihat (seperti perilaku gerakan) atau apa yang tidak nampak atau tersembunyi (seperti berfikir).5 Dari uraian di atas nampak jelas bahwa perilaku itu adalah kegiatan atau aktivitas yang melingkupi seluruh aspek jasmaniah atau rohaniah yang bisa dilihat.

Perilaku konsumen seperti perilaku pada umumnya dipengaruhi oleh aspek kultural, sosial, personal dan karak-teristik. Faktor kultural dianggap yang paling besar peng-aruhnya terhadap keinginan dan perilaku seseorang. Agama merupakan elemen kunci dalam kultur kehidupan yang mempengaruhi perilaku dan keputusan membeli. Religion is a system of beliefs and prakcties by which group of people interprets and responds to what they feel is supernatural and sacred (Johnstone, 1975 dikutip dari Shafie & Othman, 2008). Pada umumnya agama mengatur tentang apa yang diperbolehkan 2 John M. Echol, Kamus Bahasa Inggris-Indonesia (Jakarta: PT. Gramedia, 1996), cet. Ke-3, h,80. 3 Pedoman Umum Ejaan Bahsa Indonesia yang disempurnakan, Bandung: CV. Pustaka Setia, 1996, cet, ke-5, h. 91. 4 Mar’at, Sikap Manusia terhadap Perubahan serta Pengukurannya, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1982, h. 274. 5 Ibid, h. 551.

Page 43: PERILAKU KOMUNITAS MUSLIM PERKOTAAN DALAM …simbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/prilaku komunitas... · produk-produk makanan dan minuman. ... Aktifitas dan hasil eksperimen

15

Perilaku Komunitas Muslim Perkotaan dalam Mengonsumsi Produk Halal

dan apa yang dilarang untuk dilakukan, termasuk perilaku konsumsi. Agama dapat mempengaruhi perilaku konsumen khususnya pada keputusan membeli.

Berkaitan dengan perilaku individu yang berbeda-beda, maka untuk mempelajari dan menganalisa perilaku diper-lukan adanya suatu model yang dapat menggambarkan sebuah rancangan untuk membantu mengembangkan teori yang mengarahkan penelitian perilaku konsumen dan sebagai bahan dasar untuk mempelajari pengetahuan yang terus berkembang mengenai perilaku konsumen dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.

Menurut Henry Assael yang dikutip oleh Sutisna (2002) terdapat tiga faktor yang mempengaruhi pilihan konsumen yaitu:

Faktor individu konsumen menjelaskan bahwa pilihan untuk membeli suatu produk dipengaruhi oleh variabel gagasan (kebutuhan, motivasi, sikap, persepsi) dan karak-teristik konsumen (demografi, gaya hidup, kepribadian).

Menjelaskan bahwa faktor lingkungan yang mem-pengaruhi keputusan konsumen adalah faktor budaya (norma masyarakat, sub pekerjaan), kelompok referensi (teman, sub budaya), kelas sosial (pendapatan, jenis pekerjaan), kelompok referensi (teman, keluarga), situasi dimana barang atau jasa dikonsumsi).

Menjelaskan tentang variabel yang berada di bawah kontrol pemasar yaitu bauran pemasaran. Dalam hal ini strategi pemasaran yang lazim dikembangkan oleh pemasar yaitu yang berhubungan dengan produk apa yang akan ditawarkan, penentuan harga jual produknya,

Page 44: PERILAKU KOMUNITAS MUSLIM PERKOTAAN DALAM …simbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/prilaku komunitas... · produk-produk makanan dan minuman. ... Aktifitas dan hasil eksperimen

16

Bab II. Penyusunan Kerangka Teoritik

strategi promosinya, dan bagaimana melakukan distribusi produk pada konsumen. Selanjutnya pemasar harus mengevaluasi strategi pemasaran yang dilakukan dengan melihat respon konsumen untuk memperbaiki strategi pemasaran di masa depan. Sementara itu konsumen individual akan mengevaluasi pembelian yang telah dilakukannya.

Menurut Amirullah (2003), faktor-faktor yang mem-pengaruhi keputusan membeli konsumen secara sederhana dibagi dalam dua bagian, yaitu: a) kekuatan internal, seperti: pengalaman, belajar, kepribadian dan konsep diri, motivasi dan ketertiban, sikap dan keinginan; b) kekuatan eksternal, seperti: faktor budaya, sosial, lingkungan ekonomi, dan bauran pemasaran.

Perilaku konsumen secara umum digambarkan sebagai suatu proses dari pencarian, pemilihan, sampai pada keputusan membeli sesuatu barang atau jasa dalam rangka memenuhi kebutuhan fisik maupun psikis. Dalam studi perilaku konsumen, hal ini mencakup beberapa hal seperti apa yang dibeli konsumen, mengapa konsumen membeli? Kapan mereka membelinya? Dimana mereka membelinya? Berapa sering mereka membelinya? Dan berapa sering mereka menggunakannya? (Sumarwan, 2002).

Perilaku komunitas muslim perkotaan dalam meng-konsumsi produk halal dapat dilihat dari seberapa sering komunitas muslim perkotaan mengonsumsi produk yang mereka ragu akan kehalalannya dan seberapa sering mereka mengonsumsi produk yang tidak ragu. Apabila komunitas muslim perkotaan sering mengonsumsi produk yang mereka sendiri ragu kehalalannya menunjukkan perilaku yang buruk,

Page 45: PERILAKU KOMUNITAS MUSLIM PERKOTAAN DALAM …simbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/prilaku komunitas... · produk-produk makanan dan minuman. ... Aktifitas dan hasil eksperimen

17

Perilaku Komunitas Muslim Perkotaan dalam Mengonsumsi Produk Halal

sebaliknya perilaku yang baik dapat diartikan dengan konsisten mengonsumsi produk-produk yang telah diketahui secara jelas kehalalannya. Perilaku komunitas muslim perkotaan akan mengonsumsi produk halal tidak lepas dari tingkat pengetahuannya akan konsep halal itu sendiri. Bagaimana mereka mengetahui dan memahami tentang apa itu halal secara syari’ah. Apakah komunitas muslim perkotaan mengetahui apa-apa yang dibolehkan dan dilarang dalam ajaran agama dalam mengonsumsi suatu makanan dan minuman. Selain faktor pengetahuan, apa yang dipersepsikan oleh komunitas muslim perkotaan juga ikut berperan terhadap perilaku. Apakah mereka memandang mengonsum-si produk halal itu penting? Komunitas muslim perkotaan yang mengetahui dan paham akan konsep dasar Islam terkait apa itu halal tentu akan memandang bahwa mengonsumsi produk halal itu penting. Mereka akan meyakini semua produk yang akan dikonsumsi atau sebelum dibeli diteliti kehalalannya. Komunitas muslim perkotaan yang tinggi pengetahuannya akan produk halal seharusnya berimplikasi positif terhadap pembentukan persepsi positif akan produk halal dengan dukungan labelisasi halal dan meyakini serta memilah mana produk yang halal dan tidak halal.

Pengetahuan dan persepsi terhadap produk halal tidak dapat terjadi dengan sendirinya. Tinggi rendahnya penge-tahuan dan penilaian persepsi sikap positif atau negatif komunitas muslim perkotaan akan produk halal itu di-kendalikan oleh aktifitas keagamaan yang dilakukan, faktor lingkungan seperti keluarga, kerabat/saudara, teman, tetang-ga dan pemuka agama. Selain faktor tersebut ajaran agama berperan sebagai pendorong positif dalam meningkatkan pengetahuan dan persepsi sikap akan produk halal.

Page 46: PERILAKU KOMUNITAS MUSLIM PERKOTAAN DALAM …simbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/prilaku komunitas... · produk-produk makanan dan minuman. ... Aktifitas dan hasil eksperimen

18

Bab II. Penyusunan Kerangka Teoritik

4. Restoran

Restoran berbeda dengan rumah makan. Menurut SK Menteri Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi No. KM.73/ PW.105/MPPT-85, Rumah Makan (RM) adalah setiap tempat usaha komersial yang ruang lingkup kegiatannya menyedia-kan hidangan dan minuman untuk umum. Dalam SK tersebut juga ditegaskan bahwa setiap rumah makan harus memiliki seseorang yang bertindak sebagai pemimpin rumah makan yang sehari-hari mengelola dan bertanggungjawab atas pengusahaan RM tersebut. Usaha-usaha lain yang sejenis dan tidak termasuk dalam Usaha Rumah Makan dalam definisi ini adalah Usaha Restoran, Usaha Tempat Makan dan Usaha Jasa Boga (Catering).

Sedangkan restoran adalah salah satu jenis usaha dibidang jasa pangan yang bertempat disebagian atau seluruh bangunan yang permanen, dilengkapi dengan peralatan dan perlengkapan untuk proses pembuatan, penyimpanan, penya-jian, dan penjualan makanan dan minuman untuk umum. Pengusahaan restoran meliputi jasa pelayanan makan dan minum kepada tamu restoran sebagai usaha pokok dan jasa hiburan di dalam bangunan restoran sebagai penunjang yang tidak terpisahkan dari usaha pokok sesuai dengan ketentuan dan persyaratan teknis yang ditetapkan. Pemimpin restoran adalah seorang yang bertanggungjawab atas penyelenggaraan usaha restoran tersebut, sedangkan bentuk usaha restoran ini dapat berbentuk perorangan atau badan usaha (PT, CV, Fa atau Koperasi) yang tunduk kepada hukum Indonesia. Pene-litian ini dibatasi pada restoran dan bukan rumah makan, mengingat sifatnya yang relatif lebih besar, tumbuh subur di perkotaan dan biasa menjadi sasaran kuliner komunitas

Page 47: PERILAKU KOMUNITAS MUSLIM PERKOTAAN DALAM …simbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/prilaku komunitas... · produk-produk makanan dan minuman. ... Aktifitas dan hasil eksperimen

19

Perilaku Komunitas Muslim Perkotaan dalam Mengonsumsi Produk Halal

muslim perkotaan. Selain itu restoran lebih potensial untuk mengusahakan sertifikasi halal bagi produk yang disaji-kannya.

B. Prior Research

Riset yang berusaha mengetahui perilaku umat Islam dalam mengonsumsi produk halal pernah dilakukan sebelum-nya oleh kalangan individu dan lembaga, baik di tingkat lokal, nasional, regional, maupun internasional. Adanya riset tersebut menunjukkan bahwa kepedulian umat Islam ter-hadap produk halal bukan sekadar isu lokal, namun juga mondial. Bahkan di negara-negara Eropa dan Amerika peroduk halal menjadi yang sensitif yakni terkait dengan perlindungan konsumen dan pelaksanaan hak asasi manusia khususnya kebebasan beragama. Disebabkan terkait dengan hak asasi manusia, maka tidak terlalu berlebihan bila pemerintah negara-negara maju tersebut telah secara serius berusaha agar setiap produk yang dikonsumsi umat Islam telah mendapatkan sertifikat halal dari lembaga yang berwenang.

Policy pemerintah negara-negara maju di atas terkait sertifikasi halal, berbanding lurus dengan kesadaran umat Islam terhadap konsumsi produk halal. Berdasarkan Survey World Halal Forum 2008-2009, terungkap bahwa kesadaran umat Islam untuk daging dan produk olahan daging sebesar 94-98%, makanan olahan sebesar 40-64%, obat-obatan sebesar 24-30%, serta kosmetik dan produk perawatan diri sebesar 18-22%.6 Data tersebut mengungkapkan fakta, kesadaran umat Islam terhadap kehalalan daging dan produk olahan daging

6 Survey World Halal Forum, 2008-2009.

Page 48: PERILAKU KOMUNITAS MUSLIM PERKOTAAN DALAM …simbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/prilaku komunitas... · produk-produk makanan dan minuman. ... Aktifitas dan hasil eksperimen

20

Bab II. Penyusunan Kerangka Teoritik

jauh lebih ‚tinggi‛ daripada makanan olahan, obat-obatan, serta kosmetik dan produk perawatan diri. Diduga kuat, tingginya kesadaran tersebut tidak bisa dilepaskan dari ajaran Islam sendiri yang secara eksplisit mengharamkan beberapa jenis daging, seperti daging babi, bangkai, dan daging hewan yang disembelih tidak atas nama Allah.

Pada awal Desember 2010, American Muslim Consumer Conference (AMCC) di New Jersey, Amerika Serikat membuat riset kecil-kecilan tentang fakta perilaku konsumsi umat Islam global. Responden yang digunakan AMCC kebanyakan adalah umat Islam di Negeri Paman Sam. Berikut adalah fakta tentang umat Islam dunia yang diperoleh dari riset tersebut, yaitu total populasi umat Islam di dunia adalah 1,6 miliar. Angka ini adalah 25% dari total populasi penduduk dunia. Diprediksi populasi umat Islam akan mencapai 50% pada 2050. Dengan catatan jumlah umat Islam bertambah per-tahunnya 1,5-2% dari 1,6 miliar tersebut. Tipikal umur umat Islam di dunia saat ini adalah kalangan muda. Sebagai contoh di Timur Tengah, Afrika Utara, dan Asia Selatan, menurut survey, hampir 50%-nya berusia di bawah 25 tahun. Populasi ini diharapkan meningkat ke kelas menengah karena ada kecenderungan masyarakat urban yang sedang berkembang saat ini. Hasilnya bisa dilihat sepuluh tahun mendatang. Setiap tahunnya pasar syariah global menghasilkan US$ 2 triliun. Pendapatan ini sudah termasuk semua produk barang dan jasa yang dikonsumsi umat Islam baik makanan ataupun produk bank. Rata-rata pendapatan dari makanan halal adalah US$ 632 miliar per tahun. Itu merupakan 16% pendapatan dari industri makanan global. Angka tersebut terus naik secara signifikan dan menggambarkan per-

Page 49: PERILAKU KOMUNITAS MUSLIM PERKOTAAN DALAM …simbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/prilaku komunitas... · produk-produk makanan dan minuman. ... Aktifitas dan hasil eksperimen

21

Perilaku Komunitas Muslim Perkotaan dalam Mengonsumsi Produk Halal

tumbuhan yang ekspansi ekonomi yang cukup luar biasa bagi umat Islam.

Jusmaliani dan Hanny Nasution pada tahun 2009 meng-adakan riset tentang perilaku umat Islam dalam konsumsi produk halal dengan responden umat Islam Indonesia yang tinggal di Jakarta sebanyak 87 orang dan Melbourne sebanyak 73 orang. Hasil riset menunjukkan 80% responden menyata-kan ‚sangat setuju‛ mengonsumsi makanan halal adalah penting.

Selanjutnya Tim Peneliti Pusat Penelitian Ekonomi (P2E) LIPI melakukan riset tentang Perilaku Konsumen Muslim dalam Mengonsumsi Makanan Halal dengan mengambil area penelitian di Provinsi Banten. Tujuan utama riset adalah menganalisis pola perilaku umat Islam dalam mengonsumsi makanan halal yang digambarkan melalui pengetahuan (pemahaman) responden terhadap makanan halal, dengan mengungkapkan kriteria yang menjadi pertimbangan utama dalam menentukan makanan halal, menganalisis pengaruh kadar ke-Islaman terhadap pola perilaku konsumsi makanan halal, pengaruh latar belakang sosial-ekonomi dan psikologis terhadap pola konsumsi makanan halal, dan juga persepsi mereka terhadap sertifikasi produk halal. Hasilnya adalah 94% responden menyatakan sangat penting untuk me-ngonsumsi makanan halal. Hal ini terutama dilandasi oleh sikap yang mereka miliki, diikuti oleh kontrol terhadap prilaku mereka, ketimbang tekanan masyarakat sekitar akan keharusannya untuk mengonsumsi makanan halal. Dengan sikap yang mereka miliki, maka mereka pun melakukan kontrol terhadap keluarga mereka untuk selalu mengonsumsi

Page 50: PERILAKU KOMUNITAS MUSLIM PERKOTAAN DALAM …simbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/prilaku komunitas... · produk-produk makanan dan minuman. ... Aktifitas dan hasil eksperimen

22

Bab II. Penyusunan Kerangka Teoritik

makanan halal. Bahkan bagi mereka yang memiliki kadar ke-Islaman tinggi, mereka berani menegur para ulama setempat untuk mengontrol konsumsi makanan halalnya. Dengan memiliki sikap dan kontrol perilakunya yang sangat kuat, maka dapat diprediksikan bahwa di manapun mereka tinggal, mereka akan selalu mengonsumsi makanan halal. Walaupun responden menyatakan mengonsumsi makanan halal adalah sangat penting, dan juga kehalalan produk makanan tidak hanya terbatas pada zatnya (tidak mengandung babi, dan tidak mengandung alkohol), tapi juga manfaatnya untuk kesehatan, serta cara perolehan makanannya, namun, kontrol terhadap proses pengolahan/pemotongan daging yang dikon-sumsinya dapat dikatakan kurang hati-hati. Walaupun pilihan harga yang murah tidak menjadi pertimbangan utama dalam membeli/mengonsumsi daging potong, namun kualitas dari tampilan dagingnya yang segar dan bersih masih lebih penting ketimbang cara pemotongannya. Walaupun 94% responden menyatakan mengonsumsi makanan halal adalah sangat penting, hanya 70% yang menyatakan sangat setuju terhadap sertifikasi dari MUI. Dari 70% nya tersebut, justru sedikit lebih banyak mereka dari golongan yang tidak pernah mengikuti pendidikan pesantren ketimbang yang pernah (38,32%). Demikian halnya dengan keinginan responden untuk dapat membeli daging di tempat khusus daging halal, ternyata lebih banyak dikemukakan oleh mereka yang tidak pernah mengenyam pendidikan pesantren, dan hanya dari kelompok santri yang menyatakan sangat tidak setuju untuk membeli daging di penjualan khusus daging halal. Hal ini mengindikasikan bahwa kelompok santri kurang antusias terhadap diberlakukannya sertifikasi halal. Hal ini diasumsi-

Page 51: PERILAKU KOMUNITAS MUSLIM PERKOTAAN DALAM …simbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/prilaku komunitas... · produk-produk makanan dan minuman. ... Aktifitas dan hasil eksperimen

23

Perilaku Komunitas Muslim Perkotaan dalam Mengonsumsi Produk Halal

kan, oleh karena mereka mungkin merasa sudah sangat tahu untuk menentukan sendiri atas halal atau tidaknya daging yang mereka konsumsi tanpa harus ada label halal, sekalipun label halal tersebut diterbitkan oleh MUI. Di samping sulitnya memilih daging potong yang disembelih sesuai syari’ah, dewasa ini marak sekali makanan-makanan olahan yang dijual di sekeliling masyarakat baik yang diolah oleh pabrikan (biasanya dalam bentuk kemasan), maupun yang diolah oleh penjual skala industri rumahan. Makanan-makanan olahan ini rentan sekali masuk area makanan syubhat bahkan haram, karena meskipun secara zat dasar atau bahan dasar makanan tersebut halal, tetapi dalam proses pengolahannya bisa saja menggunakan zat-zat yang haram. Bagaimana dapat memilih makanan olahan yang dijamin kehalalannya, jika produk tersebut belum memiliki sertifikasi halal? Terlepas dari siapa yang paling berhak menentukan atau menerbitkan sertifikat halal, tampaknya masih perlu dilakukan edukasi atau paling tidak sosialisasi oleh institusi berkepentingan mengenai halal dan haramnya makanan olahan, bahkan daging potong segar kepada kelompok berpendidikan pesantren sekalipun, sehing-ga pemahaman masyarakat akan hal ini semakin mendalam dan lebih berhati-hati.7

Puslitbang Kehidupan Keagamaan pada tahun ini akan melakukan penelitian tentang ‚Perilaku Komunitas Muslim Perkotaan dalam Mengonsumsi Produk Halal‛. Dalam pene-litian ini dibatasi hanya untuk makanan dan minuman yang dikemas dan diproduksi oleh pabrik makanan dan minuman 7 Endang S. Soesilowati; “Perilaku Konsumsi Muslim dalam Mengonsumsi Makanan Halal: Kasus Muslim Banten”, makalah pada Seminar Sharia Economics Research Day, Widya Graha LIPI, 6 Juli 2010.

Page 52: PERILAKU KOMUNITAS MUSLIM PERKOTAAN DALAM …simbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/prilaku komunitas... · produk-produk makanan dan minuman. ... Aktifitas dan hasil eksperimen

24

Bab II. Penyusunan Kerangka Teoritik

yang dihidangkan restoran/rumah makan. Penelitian ini dilakukan di 7 (tujuh) provinsi yaitu: DKI Jakarta, Jawa Barat, Kepulauan Riau, Jawa Tengah, Bali, Jawa Timur dan Sulawesi Utara. Pemilihan ketujuh provinsi ini berdasarkan faktor dominan budaya dan dominasi industri.

Page 53: PERILAKU KOMUNITAS MUSLIM PERKOTAAN DALAM …simbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/prilaku komunitas... · produk-produk makanan dan minuman. ... Aktifitas dan hasil eksperimen

25

Perilaku Komunitas Muslim Perkotaan dalam Mengonsumsi Produk Halal

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan dan Metode Penelitian

enelitian ini menggunakan pendekatan mixed method karena kombinasi antara pendekatan kuantitatif dan kualitatif akan menghasilkan pemahaman yang lebih

baik. Pendekatan mixed methods research bertujuan mengatasi kelemahan-kelemahan yang ada pada pendekatan kuantitatif maupun pendekatan kualitatif. Secara spesifik, alasan peneliti menggunakan pendekatan mixed methods research dalam penelitian ini adalah karena:

1. Mixed methods research menghasilkan fakta yang lebih komprehensif karena peneliti memiliki kebebasan untuk menggunakan semua teknik pengumpulan data sesuai dengan jenis data yang dibutuhkan.

2. Mixed methods research dapat menjawab pertanyaan pene-litian yang tidak dapat dijawab oleh penelitian kuantitatif atau kualitatif.

3. Penelitian ini hendak mengetahui sikap konsumsi komu-nitas muslim perkotaan, yang secara multidimensi dapat menjadi landasan pembentukan perilaku konsumsinya, seperti dimensi sosial, behavioral maupun humanis.

B. Populasi dan Sampel

Populasi menurut Ronny Kountur (2005: 37) adalah suatu kumpulan menyeluruh dari suatu obyek yang merupa-kan perhatian peneliti. Obyek penelitian dapat berupa makh-

P

Page 54: PERILAKU KOMUNITAS MUSLIM PERKOTAAN DALAM …simbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/prilaku komunitas... · produk-produk makanan dan minuman. ... Aktifitas dan hasil eksperimen

26

Bab III. Metodologi Penelitian

luk hidup, benda-benda, sistem, prosedur, fenomena dan lain-lain. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh masyarakat muslim Indonesia. Sedangkan sampel adalah sebagian (representatife) populasi. Tidak seluruh populasi diteliti karena terlalu banyak, sehingga diambil beberapa representatif dari populasi ini yang dimaksud dengan sampel (Ronny Kountur, 2005: 138). Idealnya, agar hasil penelitiannya lebih bisa dipercaya seorang peneliti harus melakukan sensus (mengam-bil semua data populasi). Namun karena sesuatu hal seperti SDM yang terbatas, waktu penelitian yang terbatas, serta dana yang juga terbatas maka peneliti dapat mengambil sebagian dari keseluruhan elemen atau unsur tadi. Hal ini dinamakan teknik sampling. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampling purposive, dan populasinya adalah masyarakat muslim perkotaan disemua strata yang ada di 7 lokasi penelitian. Pemilihan ke-7 kota tersebut di-pengaruhi oleh faktor dominan budaya dan dominasi industri yang diasumsikan mempengaruhi terhadap konsumsi produk halal. Ke-7 lokasi penelitian adalah sebagai berikut: DKI Jakarta, Jawa Barat, Batam, Solo, Denpasar, Surabaya dan Manado.

Denpasar dan Manado adalah faktor dominasi budaya dimana terjadi interaksi antara masyarakat muslim dan non muslim. Apakah ada pengaruh di daerah dominasi non muslim terhadap perilaku muslim dalam mengonsumsi produk halal. Solo, Surabaya dan Bandung adalah dominasi budaya muslim. Penelitian ini akan melihat apakah ada perbedaan antara diminasi, dimana masyarakat muslim tinggal di daerah yang dominan non muslim dan dominan muslim dalam mengonsumsi produk halal. Sedangkan Batam dan DKI Jakarta diambil dengan asumsi adanya pengaruh

Page 55: PERILAKU KOMUNITAS MUSLIM PERKOTAAN DALAM …simbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/prilaku komunitas... · produk-produk makanan dan minuman. ... Aktifitas dan hasil eksperimen

27

Perilaku Komunitas Muslim Perkotaan dalam Mengonsumsi Produk Halal

dominasi industri. Selanjutnya dari populasi yang ada ditentukan sub-sub populasi yang diasumsikan dapat mem-presentasikan masyarakat muslim. Sub-sub populasi tersebut adalah laki-laki dan perempuan yang menikah, laki-laki dan perempuan yang belum menikah. Jumlah sample penelitian kuantitatif adalah 770 responden dimana masing-masing kota mendapat 110 responden. Jumlah sampel untuk responden atau informan terkait penelitian kualitatif tidak dibatasi, hingga tercapai data saturation. Mereka adalah tokoh masya-rakat/tokoh agama/akademisi (dosen) dan pelaku bisnis, yang paling memahami tentang perilaku komunitas muslim per-kotaan dalam mengonsumsi produk halal. Adapun informan sebagai sumber pengambilan data kualitatif dalam penelitian ini dipilih secara nonprobability sampling, teknik sampling yang memberi peluang atau kesempatan tidak sama bagi setiap unsur atau anggota populasi. Ini berbeda dengan probability sampling yang memberikan peluang atau kesem-patan sama untuk dipilih sebagai sampling. Informan dipilih dari komunitas yang mengetahui secara dalam tentang perilaku mengonsumsi priduk halal, yakni dari tokoh agama, tokoh masyarakat, pelaku bisnis restoran dan akademisi (dosen).

C. Instrumen Penelitian

Kuesioner utama dalam penelitian ini bersifat kuantitatif dan kualitatif yang berisi item-item pertanyaan yang berhubungan dengan model yang dijelaskan di atas. Item pertanyaan yang berhubungan dengan penelitian kuantitatif diukur dengan instrumen-instrumen yang mewakili konsep pengetahuan atas produk halal (kognitif). Persepsi atas produk halal (afektif) dan perilaku mengonsumsi produk halal

Page 56: PERILAKU KOMUNITAS MUSLIM PERKOTAAN DALAM …simbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/prilaku komunitas... · produk-produk makanan dan minuman. ... Aktifitas dan hasil eksperimen

28

Bab III. Metodologi Penelitian

(behavior) komunitas muslim perkotaan terhadap produk halal.

1. Instrumen Pengetahuan atas Produk Halal

Pengetahuan adalah konstruksi kognitif seseorang terhadap obyek, pengalaman, maupun lingkungannya. Konsep pengetahuan terhadap konsep halal meliputi seberapa baik pengetahuan komunitas muslim perkotaan terhadap konsep syariah atas kehalalan suatu produk. Pengetahuan tersebut akan membentuk tingkat pema-haman dasar komunitas muslim perkotaan tentang produk halal. Pengetahuan terkait aspek dasar produk halal diukur oleh 13 indikator yaitu bahwa produk halal adalah:

a. Tidak mengandung organ tubuh manusia; b. Tidak mengandung babi; c. Tidak mengandung khamer; d. Tidak mengandung unsur najis; e. Tidak rusak/kadaluwarsa; f. Tidak mengandung bahan berbahaya; g. Bukan barang illegal; h. Ada sertifikasi halal dari MUI; i. Ada tulisan/label halal; j. Ada nomor pendaftaran produk pangan/nomor izin

edar dari BPOM Kementerian Kesehatan.

Aspek syariah lainnya yang juga mengukur pengetahuan tentang konsep halal adalah:

a. Hewan yang disembelih dengan menyebut nama Allah b. Haram memakan bangkai (kecuali ikan dan belalang); c. Haram memakan darah.

Page 57: PERILAKU KOMUNITAS MUSLIM PERKOTAAN DALAM …simbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/prilaku komunitas... · produk-produk makanan dan minuman. ... Aktifitas dan hasil eksperimen

29

Perilaku Komunitas Muslim Perkotaan dalam Mengonsumsi Produk Halal

2. Instrumen Persepsi atas Produk Halal

Persepsi komunitas muslim perkotaan atas produk halal adalah bagaimana komunitas muslim perkotaan memberikan penilaian terhadap pentingnya produk halal, keinginan untuk memperoleh produk halal serta bagai-mana penilaian komunitas muslim perkotaan apabila mengonsumsi produk tidak halal. Persepsi komunitas muslim perkotaan terhadap produk halal juga dilihat dari pandangan komunitas muslim perkotaan terhadap pen-ting atau tidaknya labelisasi halal bagi produk/restoran. Instrumen persepsi atas produk halal ini diukur oleh 10 indikator yaitu:

a. Harapan/keinginan memperoleh produk halal; b. Keyakinan memilih produk halal sebelum membeli; c. Mengonsumsi produk tidak halal memberikan penga-

ruh negatif terhadap tubuh; d. Labelisasi halal pada produk kemasan; e. Sertifikasi halal pada restoran/rumah makan yang

halal. f. Labelisasi/pengkodean produk kemasan yang ‚tidak

halal‛; g. Penulisan label halal pada produk kemasan harus

tertulis jelas; h. Sertifikasi halal pada makanan dan minuman yang

disajikan di restoran/rumah makan harus dipampang; i. Pentingnya lembaga resmi yang memberikan labeli-

sasi/sertifikasi halal; j. Pentingnya penulisan informasi tentang tanggal

kedaluarsa dan komposisi bahan pada produk kemasan.

Page 58: PERILAKU KOMUNITAS MUSLIM PERKOTAAN DALAM …simbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/prilaku komunitas... · produk-produk makanan dan minuman. ... Aktifitas dan hasil eksperimen

30

Bab III. Metodologi Penelitian

3. Instrumen Perilaku Mengonsumsi Produk Halal

Perilaku mengonsumsi produk halal diukur oleh 10 indikator yaitu seberapa sering (frekuensi) responden melakukan aktifitas berikut:

a. Memeriksa komposisi/bahan makanan dan minuman kemasan sebelum memutuskan membeli;

b. Memperhatikan ada tidaknya label halal pada produk makanan dan minuman kemasan sebelum memutus-kan membeli;

c. Mengonsumsi dan menggunakan produk makanan dan minuman kemasan yang tidak berlabel halal.

d. Mengonsumsi makanan dan minuman yang disajikan di restoran/rumah makan yang tidak ada sertifikasi halal;

e. Mengonsumsi makanan dan minuman dalam kemasan yang kehalalannya diragukan;

f. Makan di restoran yang kehalalannya diragukan; g. Mendorong keluarga/teman dekat untuk mengonsum-

si produk halal; h. Mencegah keluarga/teman dekat untuk tidak mengon-

sumsi produk yang tidak halal; i. Memberitahu keluarga/teman dekat untuk tidak

makan/minum yang disajikan restoran yang tidak halal;

j. Memberitahu keluarga/teman dekat tentang restoran yang terjamin kehalalan produknya.

Page 59: PERILAKU KOMUNITAS MUSLIM PERKOTAAN DALAM …simbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/prilaku komunitas... · produk-produk makanan dan minuman. ... Aktifitas dan hasil eksperimen

31

Perilaku Komunitas Muslim Perkotaan dalam Mengonsumsi Produk Halal

4. Instrumen Aktifitas Keagamaan

Instrumen terkait aktifitas keagamaan dilihat dari seberapa sering responden membaca buku-buku keagama-an (Islam) mendengarkan ceramah keagamaan di televisi/ radio, menghadiri pengajian atau acara keagamaan, diskusi keagamaan dengan teman, kerabat, ustadz, keluarga serta membaca atau mencari informasi yang terkait produk-produk halal (makanan dan minuman serta restoran) da-lam buku, majalah, brosur, internet dan lainnya.

5. Instrumen Aktifitas Lingkungan

Instrumen faktor lingkungan atau eksternal yang mendorong komunitas muslim perkotaan terkait produk halal adalah keluarga, saudara/ kerabat, tetangga, pemuka agama dan ajaran agama.

6. Instrumen Pelengkap

Instrumen pelengkap lainnya yang diasumsikan penting terkait produk halal adalah mengidentifikasi indikator-indikator yang diyakini sebagai restoran yang halal, indikator yang sering dipilih (dianggap penting/ sering) oleh responden dalam mengonsumsi makanan dan minuman di restoran, pengetahuan responden akan undang-undang produk halal, perlunya undang-undang sertifikasi/labelisasi halal serta lembaga resmi yang ber-wenang mengeluarkan sertifikasi/labelisasi halal.

D. Skala Pengukuran

Pengukuran skala variabel pengetahuan penilaian/ persepsi sikap dan perilaku adalah skala likert (1-5) dimana respon terhadap masing-masing angka tersebut adalah:

Page 60: PERILAKU KOMUNITAS MUSLIM PERKOTAAN DALAM …simbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/prilaku komunitas... · produk-produk makanan dan minuman. ... Aktifitas dan hasil eksperimen

32

Bab III. Metodologi Penelitian

1 = sangat tidak setuju/sangat tidak penting/sangat tidak pernah/sangat tidak perlu.

2 = tidak setuju/tidak penting/jarang/tidak perlu. 3 = agak setuju/agak penting/kadang-kadang. 4 = setuju/penting/sering/perlu. 5 = sangat setuju/sangat penting/selalu/sangat perlu.

Sedangkan penelitian kualitatif menggunakan ‚interview guide‛ untuk mengungkap informasi yang tidak dapat diung-kap melalui angket di atas sekaligus untuk mendukung analisis kuantitatif. Isi interview guide meliputi pertanyaan-pertanyaan tentang konteks sosio cultural, dinamika social yang melatar belakangi pemahaman (kognitif), penilaian (afektif) dan perilaku (behavior) komunitas muslim perkotaan terhadap produk halal. Pendekatan kualitatif dalam penelitian ini juga menggali urgensi adanya UU sertifikasi halal, siapa yang tepat mengurusi persoalan produk halal, kendala dalam sertifikasi halal, apakah komunitas muslim perkotaan membutuhkan sertifikasi halal serta penanggulangan atau solusi terkait masalah-masalah di masyarakat yang berhubungan dengan kehalalan suatu produk.

E. Model dan Hipotesis Penelitian

Model dan hipotesis penelitian terkait dengan penelitian kuantitatif. Variabel utama dari penelitian kuantitatif ini adalah pengetahuan akan produk halal, persepsi komunitas muslim perkotaan dalam mengonsumsi produk halal. Meski-pun demikian ada variabel pelengkap lainnya seperti faktor lingkungan (keluarga, teman, tetangga, pemuka agama dan ajaran agama) serta variabel aktivitas keagamaan dan pendidikan responden yang diasumsikan memengaruhi tinggi

Page 61: PERILAKU KOMUNITAS MUSLIM PERKOTAAN DALAM …simbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/prilaku komunitas... · produk-produk makanan dan minuman. ... Aktifitas dan hasil eksperimen

33

Perilaku Komunitas Muslim Perkotaan dalam Mengonsumsi Produk Halal

rendahnya variabel pengetahuan akan produk halal dan persepsi akan produk halal.

Dari model di atas maka hipotesis penelitiannya adalah sebagai berikut:

H₁ : Pengetahuan berpengaruh signifikan terhadap persepsi atas produk halal.

H₂ : Persepsi atas produk halal berpengaruh signifikan terhadap perilaku mengonsumsi produk halal.

H₃ : Pengetahuan berpengaruh signifikan terhadap perilaku konsumen atas produk halal.

H₄ : Pendidikan keagamaan berpengaruh signifikan terha-dap pengetahuan atas produk halal.

H₅ : Aktifitas keagamaan berpengaruh signifikan terhadap pengetahuan konsumen atas produk halal.

H₆ : Lingkungan berpengaruh signifikan terhadap pengetahuan akan produk halal.

H₇ : Pendidikan berpengaruh signifikan terhadap persepsi produk halal.

H₈ : Aktifitas keagamaan berpengaruh signifikan terhadap persepsi produk halal.

H₉ : Lingkungan berpengaruh signifikan terhadap persepsi produk halal.

Hipotesis model utama melibatkan variabel penge-tahuan terhadap produk halal, persepsi atas produk halal serta perilaku mengonsumsi produk halal. Hipotesis variabel pendidikan, aktifitas keagamaan dan lingkungan dimasukkan dalam model bertujuan untuk menguji apakah variabel

Page 62: PERILAKU KOMUNITAS MUSLIM PERKOTAAN DALAM …simbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/prilaku komunitas... · produk-produk makanan dan minuman. ... Aktifitas dan hasil eksperimen

34

Bab III. Metodologi Penelitian

tersebut dapat secara signifikan mempengaruhi atau men-jelaskan terhadap tinggi rendahnya variabel pengetahuan dan persepsi.

F. Teknik Analisa Data

Analisis data dilakukan melalui dua pendekatan yaitu analisis data kuantitatif dan analisis data kualitatif. Analisis data kuantitatif diperoleh dari data kuesioner yang diberikan kepada 770 responden dengan teknik purposive sampling, sedangkan analisis data kualitatif diperoleh dari informasi analisis data kuantitatif dilakukan melalui beberapa tahap yaitu uji validitas dan reliabilitas kuesioner, analisis statistik deskriptif dan analisis statistik inferensial.

1. Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner

Analisis validitas butir-butir kuesioner dilakukan melalui dua tahap yaitu dilihat dari validitas isi (content validity) dan validitas konstrak. Pemeriksaan validitas isi dilakukan dengan cara mengonsultasikan butir-butir pertanyaan/instrumen yang telah disusun kepada para ahli. Sedangkan validitas konstrak dilakukan melalui pemeriksaan apakah butir-butir pertanyaan tersebut telah mengukur aspek yang sama. Dalam penelitian validitas konstrak dilakukan dengan mengkorelasikan setiap butir pertanyaan dengan skor total melalui korelasi product moment yang telah dikoreksi variansnya. Dalam SPSS 18 telah secara otomatis dikeluarkan dalam output corrected Item-Total Correlation. Selanjutnya setiap nilai tersebut dinamakan koefisien validitas. Rule of thumb koefisien validitas di atas 0,30 dikatakan valid.

Page 63: PERILAKU KOMUNITAS MUSLIM PERKOTAAN DALAM …simbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/prilaku komunitas... · produk-produk makanan dan minuman. ... Aktifitas dan hasil eksperimen

35

Perilaku Komunitas Muslim Perkotaan dalam Mengonsumsi Produk Halal

Reliabilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Ukuran statistik yang biasa digunakan untuk menentukan apakah suatu alat ukur reliable adalah Cronbach’s Alpha. Rule of thumb nilai Cronbach’s Alpha di atas 0,60 atau lebih dianjurkan di atas 0,70 dikatakan reliable.

Hasil pengolahan dengan software SPSS 18 menun-jukkan bahwa semua indikator dalam variabel pengetahu-an yang berjumlah 13 indikator mempunyai koefisien validitas antara 0,399–0,779 di atas 0,30, maka dapat dikatakan indikator tersebut valid dan dapat digunakan untuk mengukur variabel pengetahuan atas produk halal. Nilai koefisien reliabilitasnya adalah 0,839 di atas 0,70 mempunyai tingkat keandalan yang tinggi. Variabel persepsi terhadap produk halal mempunyai 10 indikator dimana semua koefisien validitasnyta valid. Nilai koefi-sien validitas terletak antara 0,353 – 0,676 diatas 0,30. Sedangkan koefisien reliabilitasnya adalah 0,797. Variabel perilaku mengonsumsi produk halal mempunyai 10 indikator dengan nilai koefisien validitas antara 0.317 – 0.728 lebih besar dari 0.30 sehingga dapat dikatakan valid. Koefisien reliabilitasnya sangat tinggi yaitu 0.842 diatas 0.70. selengkapnya hasil output SPSS 18 ada dalam lampiran 1.

2. Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif digunakan untuk menjelaskan data dalam bentuk rata-rata, frekuensi atau persentase. Dalam penelitian ini akan dilihat persentase setiap item pertanyaan dalam kuesioner yang menggambarkan distri-

Page 64: PERILAKU KOMUNITAS MUSLIM PERKOTAAN DALAM …simbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/prilaku komunitas... · produk-produk makanan dan minuman. ... Aktifitas dan hasil eksperimen

36

Bab III. Metodologi Penelitian

busi respon jawaban responden serta nilai rata-rata (mean skor). Selain dari kedua ukuran tersebut digunakan juga ukuran indeks untuk mengetahui seberapa tinggi penge-tahuan komunitas muslim perkotaan terhadap konsep dasar produk halal, dan seberapa baik perilaku komunitas muslim perkotaan dalam mengonsumsi produk halal. Indeks ini digunakan sebagai ukuran tunggal keseluruhan terkait tinggi rendahnya variabel pengetahuan dan peri-laku komunitas muslim perkotaan. Indeks diperoleh dari nilai ‚mean skor‛ seluruh indikator. Kualitas indeks ini dapat diartikan dalam 5 rentang berikut, yaitu:

RENTANG PENGETAHUAN PERILAKU

Arti 1,00 - 1,80 Sangat rendah Sangat buruk 1,81 – 2,60 Rendah Buruk 2,61 – 3,40 Cukup tinggi Cukup baik 3,41 – 4,20 Tinggi Baik 4,21 – 5,00 Sangat tinggi Sangat baik

3. Statistik Inferensial

Statistik inferensial digunakan untuk melihat apakah ada pengaruh yang signifikan antara pengetahuan ter-hadap penilaian/persepsi sikap dan apakah ada pengaruh yang signifikan antara pengetahuan dan penilaian/ persepsi sikap terhadap perilaku mengonsumsi produk halal. Analisis statistik yang digunakan adalah analisis jalur (path analysis) dengan alpha 5%. Analisis jalur ini digunakan untuk menguji hipotesis hubungan pengaruh antara variabel dengan bantuan statistik F dan statistik t. Statistik F digunakan sebagai uji bersama (simultan) antara variable independen terhadap variable dependen sedangkan uji

Page 65: PERILAKU KOMUNITAS MUSLIM PERKOTAAN DALAM …simbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/prilaku komunitas... · produk-produk makanan dan minuman. ... Aktifitas dan hasil eksperimen

37

Perilaku Komunitas Muslim Perkotaan dalam Mengonsumsi Produk Halal

t digunakan sebagai uji individu variable independen terhadap variable dependen. Besarnya pengaruh secara bersama variable independen terhadap variable dependen dilihat dari nilai R square sedangkan besar pengaruh secara individu variable independen terhadap varible dependen dilihat dari koefisien jalur. Bila pengaruh secara individu tersebut dilihat dalam bentuk Persentase (%) maka dihitung dengan cara mengalikan antara koefisien jalur dengan nilai korelasinya.

4. Analisis Data Kualitatif

Pengumpulan data kualititatif dilakukan melalui interview terhadap tokoh agama/masyarakat/peng-usaha/dosen. Analisis data kualitatif dilakukan meng-gunakan teknik reduksi data, display dan analisis serta kesimpulan. Analisis data kualitatif dilakukan dimulai dengan mengorganisir informasi dan data, kemudian melakukan coding, kategorisasi data, me-nguraikan kasus-kasus sesuai konteksnya, menetap-kan pola dan mencari hubungan antara beberapa kategori. Selanjutnya melakukan inter-pretasi dan mengembangkan generalisasi natural dari kasus baik untuk peneliti maupun untuk penerapannya pada kasus yang lain. Analisis ini digunakan untuk memperkuat beberapa temuan yang ada dalam analisis kuantitatif.

G. Waktu

Waktu penelitian ini dilaksanakan selama 7 (tujuh) bulan, mulai dari persiapan sampai pembuatan laporan dan

Page 66: PERILAKU KOMUNITAS MUSLIM PERKOTAAN DALAM …simbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/prilaku komunitas... · produk-produk makanan dan minuman. ... Aktifitas dan hasil eksperimen

38

Bab III. Metodologi Penelitian

executive summary bulan Juni s/d Desember 2011, dengan rincian pekerjaan sebagai berikut :

Tabel 1 Jadwal Penelitian

Perilaku Komunitas muslim perkotaan Dalam Mengonsumsi Produk Halal

No Kegiatan Bulan (2011)

Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des

1 Penyiapan DO, IPD, Kuesioner

Pembahasan DO, IPD, Kuesioner

2 Try Out

3 Hasil Try Out

4 Penyempurnaan Hasil Try Out

5 Penyempurnaan DO, IPD dan TRY OUT

6 Pengumpulan Data

7 Entry Data

8 Analisis Data

9 Pra Seminar

10 Perbaikan

11 Seminat

12 Pelaporan dan Penggandaan Hasil

Page 67: PERILAKU KOMUNITAS MUSLIM PERKOTAAN DALAM …simbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/prilaku komunitas... · produk-produk makanan dan minuman. ... Aktifitas dan hasil eksperimen

39

Perilaku Komunitas Muslim Perkotaan dalam Mengonsumsi Produk Halal

BAB IV

HASIL DAN ANALISIS

A. Demografik Responden

enelitian ini melibatkan 770 responden akan tetapi data yang dapat dianalisis hanya 764 responden. Jumlah ini cukup layak digunakan untuk dianalisis

selanjutnya. Tahap awal dari analisis data adalah melihat distribusi demografik responden yaitu jumlah responden perkota, distribusi responden berdasarkan jenis kelamin, usia, pendidikan, pekerjaan dan pengeluaran.

Memotret populasi dengan sekelompok sampel respon-den bukan hal yang sederhana. Populasi muslim di Indonesia dengan keberagamannya dapat dimengerti kompleksitas variabel yang menyusun pengetahuan, persepsi maupun perilakunya. Keterwakilan daerah industri, daerah dominan budaya lokal dan daerah muslim yang minoritas telah ditentukan secara purposive sehingga terdapat 7 (tujuh) kota sebagaimana dijelaskan sebelumnya. Selanjutnya dari kerang-ka sampel yang ada di setiap kota, peneliti berusaha melakukan pengambilan sampel secara random, sehingga diperoleh 110 orang di masing-masing kota. Sedangkan informan untuk tahapan riset kualitatif tidak ditentukan jumlah dari awal, tetapi menggunakan prinsip pengumpulan data hingga mencapai data saturation, yakni hingga tidak ada lagi informasi baru yang diperoleh.

‚qualitative researchers continue to collect data until they reach a point of data saturation. Data saturation occurs when the

P

Page 68: PERILAKU KOMUNITAS MUSLIM PERKOTAAN DALAM …simbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/prilaku komunitas... · produk-produk makanan dan minuman. ... Aktifitas dan hasil eksperimen

40

Bab IV. Hasil dan Analisis

researcher is no longer hearing or seeing new information. Unlike quantitative researchers who wait until the end of the study to analyze their data, qualitative researcher analyze their data throughout their study‛8.

Karakteristik sampel yang diperoleh perlu dijelaskan dalam upaya memahami komunitas responden sebagai dasar seberapa jauh generalisasi diberlakukan. Responden pada dasarnya adalah bagian dari komunitas muslim yang tinggal di area perkotaan. Sekalipun ada yang berasal dari rural area, mereka sudah tinggal di kota untuk sekolah, kuliah, bekerja atau berkeluarga. Sebagaimana diketahui sejak tahun sem-bilan puluhan terjadi transformasi sosial terkait kecen-derungan berperilaku masyarakat perkotaan. Transformasi sosial sejak menjelang era reformasi ditunjukkan oleh komu-nitas muslim perkotaan, dengan perkembangan Industriali-sasi yang menjadikan area perkotaan memiliki daya tarik ekonomi. Arus urbanisasi bergelombang menghasilkan suatu komunitas kelas pekerja yang terkonsentrasi di perkotaan. Status sosial ekonomi masyarakat perkotaan mulai didomi-nasi kelompok berpenghasilan UMR dan kelompok kelas menengah yang membelanjakan 2 USD (Rp 18.000) per hari sampai dengan 20 USD (Rp 180.000 per hari) sejak sekitar tahun 20009. Hal ini sejalan dengan data pertumbuhan kelas menengah yang dilaporkan Kompas Telkomsel Mobile News-paper.10

Transformasi sosial terjadi pada masyarakat perkotaan sebagai bentuk manifestasi pencarian identitas dan peme- 8 Bryman, Alan. 2008. Social Research Methods. Oxford University Press. 748 halaman 9 Kompas Telkomsel Mobile Newspaper, 19 Desember 2011. 10 ibid

Page 69: PERILAKU KOMUNITAS MUSLIM PERKOTAAN DALAM …simbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/prilaku komunitas... · produk-produk makanan dan minuman. ... Aktifitas dan hasil eksperimen

41

Perilaku Komunitas Muslim Perkotaan dalam Mengonsumsi Produk Halal

nuhan spiritualitas di tengah tuntutan rasionalisasi industri, rutinitas kompetitif dan solidaritas organic.11 Sejumlah kon-disi dan dinamika perkotaan memicu tumbuhnya lembaga-lembaga baru, sebagaimana kesimpulan dari teori Weber yang menekankan rasionalisasi aspek cara mencapai tujuan (instrumental progresif), menjadikan lahirnya lembaga-lembaga baru sebagai ciri utama proses industrialisasi. Sistem kelem-bagaan baru ini berfungsi mendukung proses industrialisasi, dimana industrialisasi dikatakan berkait dengan perubahan sosial (Dawam Raharjo, 1999). Lebih lanjut dikatakan Raharjo bahwa industrialisasi terbukti telah menimbulkan perubahan-perubahan mendasar dalam suatu masyarakat dan membawa berbagai bangsa kepada kemajuan material, kebudayaan dan spiritual. Lembaga-lembaga baru ini, diantaranya berbentuk ormas, NGO atau ikatan profesi yang berperan cukup besar dalam membangun opini, bahkan mengubah pengetahuan, persepsi dan perilaku anggotanya dengan ikatan keanggo-taan.

Proses industrialisasi perkotaan bukan hanya mewarnai kota-kota industri seperti Surabaya, Batam, Bandung dan DKI Jakarta. Kota-kota yang didominasi budaya lokal seperti Solo dan juga kota-kota minoritas muslim seperti Menado dan Bali. Tujuh kota yang dipilih secara purposive ini setidaknya memi-liki kesamaan dalam hal mengalami perkembangan industri yang cukup pesat.

11 Menurut Emile Durkheim, ketika masyarakat semakin kompleks, terjadi pembagian kerja, timbul spesialisasi yang pada akhirnya menimbulkan ketergantungan antar individu atas dasar pembagian kerja. Hal ini juga menggairahkan individu untuk meningkatkan kemampuannya secara individual sehingga “kesadaran kolektif” semakin redup kekuatannya. Solidaritas ini ada pada masyarakat Industri.

Page 70: PERILAKU KOMUNITAS MUSLIM PERKOTAAN DALAM …simbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/prilaku komunitas... · produk-produk makanan dan minuman. ... Aktifitas dan hasil eksperimen

42

Bab IV. Hasil dan Analisis

1. Distribusi Responden Per Kota

Jumlah responden setiap kota adalah 110 orang kecuali di Kota Manado yang berjumlah 104 orang, sehingga total responden sebanyak 764 orang. Hal ini sebagaimana diketengahkan dalam tabel berikut:

Tabel 1.

Jumlah responden setiap Kota

Kota Jumlah Jakarta 110 Bandung 110 Denpasar 110 Batam 110 Surabaya 110 Solo 110 Manado 104

Total 764

2. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Dilihat dari jenis kelamin, perimbangan jumlah responden dalam penelitian ini tidak jauh berbeda; mereka yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 389 orang atau 51% dari total 764 responden sedangkan mereka yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 375 orang atau mencapai 49%.

Gambaran dari perimbangan jumlah dimaksud dapat dilihat pada chart berikut:

Page 71: PERILAKU KOMUNITAS MUSLIM PERKOTAAN DALAM …simbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/prilaku komunitas... · produk-produk makanan dan minuman. ... Aktifitas dan hasil eksperimen

43

Perilaku Komunitas Muslim Perkotaan dalam Mengonsumsi Produk Halal

3. Distribusi Responden Berdasarkan Status Perkawinan

Ditilik dari status perkawinan survey ini mencatat bahwa jumlah responden yang sudah menikah lebih banyak dibanding mereka yang belum menikah. Mereka yang sudah menikah (menikah/ duda/janda) tercatat sebanyak 462 orang (60%), sedangkan sisanya 302 orang (40%) belum menikah.

Gambaran dari perimbangan jumlah dimaksud dapat dilihat pada chart seperti berikut:

Menikah60% Belum

Menikah40%

4. Distribusi Responden Berdasarkan Usia

Dari sisi usia, responden yang menjadi subjek penelitian ini terbagi dalam beberapa kelompok umur: paling banyak ditempati kelompok berusia 26-35 tahun

Page 72: PERILAKU KOMUNITAS MUSLIM PERKOTAAN DALAM …simbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/prilaku komunitas... · produk-produk makanan dan minuman. ... Aktifitas dan hasil eksperimen

44

Bab IV. Hasil dan Analisis

mencapai 256 orang (33%), diikuti responden yang berusia 36-45 tahun berjumlah 198 orang (26%), dan responden berusia 20-25 tahun yang mencapai 197 orang (26%).

Gambaran dari perimbangan kelompok usia dimaksud dapat dilihat pada chart berikut ini:

46-55tahun11%

20-25tahun26%

26-35tahun33%

26-35tahun33%

diatas 55tahun 4%

Sebaran usia responden ini sesuai dengan potret populasi komunitas perkotaan yang didominasi usia produktif. Angkatan kerja tertarik bermigrasi dan mengisi lapangan kerja yang tersedia di area perkotaan.

5. Distribusi Responden Berdasarkan Jenjang Pendidikan

Berdasarkan latar belakang pendidikan responden dalam survey ini didominasi oleh mereka yang berpen-didikan SLTA mencapai 306 orang atau 40,1%. Kelompok kedua terbesar adalah mereka yang berpendidikan sarjana/S1 tercatat sebanyak 223 orang (29,2%), diikuti oleh responden yang berlatar belakang pendidikan SLTP berjumlah 88 orang (11,5%), SD 63 orang (8,2%), serta

Page 73: PERILAKU KOMUNITAS MUSLIM PERKOTAAN DALAM …simbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/prilaku komunitas... · produk-produk makanan dan minuman. ... Aktifitas dan hasil eksperimen

45

Perilaku Komunitas Muslim Perkotaan dalam Mengonsumsi Produk Halal

diploma 61 orang (8%). Sedangkan sisanya sebanyak 23 orang (3%) memiliki pendidikan pasca sarjana.

Latar belakang pendidikan responden yang diambil dari kerangka sampel populasi muslim perkotaan ini menun-jukkan bahwa mereka sebagian besar berpendidikan SLTA dan sarjana. Kedua jenjang pendidikan ini mendo-minasi prasyarat kompetisi untuk mengisi sebagian besar peluang tenaga kerja di perkotaan.

6. Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan

Dilihat dari latar belakang pekerjaan, mayoritas res-ponden dalam penelitian ini didominasi oleh para karyawan swasta yang mencapai 315 orang atau 41,2%. Responden sebagai PNS menempati urutan kedua ber-jumlah 151 orang (19,8%), diikuti oleh pedagang/wiras-wasta berjumlah 117 orang (15,3%), ibu rumah tangga 82 orang (10,7%). Selebihnya adalah sebagai guru/dosen

Page 74: PERILAKU KOMUNITAS MUSLIM PERKOTAAN DALAM …simbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/prilaku komunitas... · produk-produk makanan dan minuman. ... Aktifitas dan hasil eksperimen

46

Bab IV. Hasil dan Analisis

mencapai 48 orang (6,3%). Mereka yang hidup sebagai petani, TNI/Polri, pensiunan, freelance, mahasis-wa dan karyawan BUMN/BUMD yang mencapai 51 orang (6,7%).

Gambaran perimbangan responden berdasarkan peker-jaan dapat dilihat pada chart berikut ini:

7. Distribusi Responden Berdasarkan Pengeluaran Perbu-lan

Pengelompokan responden berdasarkan pengeluar-an perbulan didominasi oleh responden dengan pe-ngeluaran kurang dari Rp. 2 juta setiap bulan mencapai 512 orang atau 67,1%, disusul responden yang pengeluar-annya lebih dari Rp. 2 juta setiap bulan sebanyak 252 orang (32,9%).

Page 75: PERILAKU KOMUNITAS MUSLIM PERKOTAAN DALAM …simbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/prilaku komunitas... · produk-produk makanan dan minuman. ... Aktifitas dan hasil eksperimen

47

Perilaku Komunitas Muslim Perkotaan dalam Mengonsumsi Produk Halal

Gambaran lebih rinci perimbangan responden berdasar-kan pengeluaran dapat dilihat pada chart berikut:

B. Pengetahuan Komunitas Muslim Terhadap Produk Halal

Dalam penelitian ini, pengetahuan komunitas muslim terhadap produk halal diukur melalui sejumlah indikator. Indikator-indikator dimaksud adalah sebagai-mana ditengah-kan dalam tabel 2 di bawah ini.

Page 76: PERILAKU KOMUNITAS MUSLIM PERKOTAAN DALAM …simbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/prilaku komunitas... · produk-produk makanan dan minuman. ... Aktifitas dan hasil eksperimen

48

Bab IV. Hasil dan Analisis

1. Distribusi Persentase Pengetahuan Komunitas Muslim terhadap Produk Halal

Tabel 2. Distribusi Persentase Responden dan Mean Skor Indikator Produk Halal

No.

Pernyataan

Distribusi Persentase Respon Jawaban

Mea

n sk

or

N

Sang

at ti

dak

men

geta

hui

Tida

k m

enge

tahu

i

Aga

k m

enge

tahu

i

Men

geta

hui

Sang

at

men

geta

hui

% % % % %

1. Tidak mengandung organ tubuh manusia

1 1 2 27 69 4.64 764

2. Tidak mengandung babi 0 0 2 23 75 4.75 764

3. Tidak mengandung Khamer 0 0 2 31 67 4.64 764

4. Tidak mengandung unsur najis 0 1 1 33 66 4.64 764

5. Tidak rusak/ kadaluarsa 0 0 6 42 51 4.42 764

6. Tidak mengandung bahan berbahaya 0 1 5 40 55 4.49 764

7. Bukan barang illegal 0 0 9 45 44 4.31 764

8. Ada sertifikasi halal dari MUI 0 1 5 32 63 4.58 764

9. Ada tulisan/label halal 0 1 6 33 60 4.52 764

10.

Ada nomor pendaftaran produk pangan/nomor izin edar dari BPOM (Kementerian Kesehatan)

0 1 8 40 51 4.41 764

11. Hewan yang disembelih dg menyebut nama Allah

0 1 3 22 74 4.70 764

12. Haram memakan bangkai (kecuali ikan dan belalang)

1 1 5 31 62 4.54 764

13. Haram memakan darah 0 1 5 28 66 4.58 764

Indeks Pengetahuan keseluruhan 4.55 764

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa jawaban responden terkait ke-13 indikator pengetahuan

Page 77: PERILAKU KOMUNITAS MUSLIM PERKOTAAN DALAM …simbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/prilaku komunitas... · produk-produk makanan dan minuman. ... Aktifitas dan hasil eksperimen

49

Perilaku Komunitas Muslim Perkotaan dalam Mengonsumsi Produk Halal

produk halal menyebar antara rentang ‚mengetahui dan sangat mengetahui‛. Secara keseluruhan persentase pengetahuan responden terkait produk halal berada pada rentang antara 91% - 99%. Hal ini menunjukkan bahwa antara 91% - 99% responden mengetahui konsep dasar produk halal seperti ‚larangan mamakan daging babi, darah, produk mengandung organ tubuh manusia, khamer, mengandung unsur najis‛. Persentase penge-tahuan responden dalam aspek produk halal yang mendasar adalah produk yang tidak mengandung babi mencapai 98% dan produk yang tidak mengandung khamer mencapai 98%. Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan dasar komunitas muslim terkait kedua indi-kator tersebut sangat tinggi.

2. Indeks Pengetahuan atas Produk Halal

Tingkat pengetahuan komunitas muslim sebagai-mana digambarkan di atas dapat dihitung melalui suatu indeks yang disebut ‚indeks pengetahuan atas produk halal‛ yang dibuat dalam rentang 5 (dimulai dari tingkat kualitas ‚sangat tidak tahu‛ dengan skor 1 hingga ke level ‚sangat mengetahui‛ dengan skor 5). Hasil analisis 4,55 sebagaimana tertera pada tabel 2 di atas menunjukkan tingkat kualitas ‚sangat tinggi‛, dengan pengertian bahwa tingkat pengetahuan komunitas muslim terkait produk halal pada tujuh kota yang diteliti adalah ‚sangat tinggi‛. Sangat tingginya skor indeks pengetahuan di atas menun-jukkan bahwa komunitas muslim memahami indikator-indikator produk haram terutama terkait indikator dasar seperti haram memakan babi, darah, adanya unsur najis dan mengonsumsi khamer, dan lainnya. Untuk menun-

Page 78: PERILAKU KOMUNITAS MUSLIM PERKOTAAN DALAM …simbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/prilaku komunitas... · produk-produk makanan dan minuman. ... Aktifitas dan hasil eksperimen

50

Bab IV. Hasil dan Analisis

jukkan indikator mana yang diketahui sangat tinggi oleh responden maka digunakan ukuran nilai ‚mean skor‛. Nilai mean skor ini menunjukkan indeks tingkat pengetahuan responden pada setiap indikator produk halal. Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa semua nilai mean skor setiap indikator lebih dari 4,21 menun-jukkan bahwa responden memiliki tingkat pengetahuan ‚sangat tinggi‛ atas setiap indikator produk halal.

Selanjutnya urutan indikator dari tingkat yang ter-tinggi sampai terendah adalah sebagai berikut:

Indikator pengetahuan responden terhadap produk

halal yang tertinggi dengan nilai mean skor 4,73 (dalam skala 5) adalah bahwa produk halal adalah produk yang tidak mengandung babi. Komunitas muslim di tujuh kota mengetahui bahwa mengonsumsi produk yang mengan-dung babi hukumnya haram. Pengetahuan mengenai haramnya mengonsumsi produk yang mengandung babi menunjukkan bahwa pengetahuan masyarakat Islam untuk mengonsumsi produk yang tidak halal cukup

Page 79: PERILAKU KOMUNITAS MUSLIM PERKOTAAN DALAM …simbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/prilaku komunitas... · produk-produk makanan dan minuman. ... Aktifitas dan hasil eksperimen

51

Perilaku Komunitas Muslim Perkotaan dalam Mengonsumsi Produk Halal

tinggi. Indikator lain mengenai pengetahuan responden terhadap produk halal yang dinilai sangat tinggi adalah ketika seseorang menyembelih hewan harus menyebut nama Allah, produk yang dikonsumsi tidak mengandung unsur najis, tidak mengandung khamer (memabukkan) dan tidak mengandung organ tubuh manusia.

3. Uji Perbedaan Tingkat Pengetahuan Produk Halal pada setiap Karakteristik Demografik Responden

Tabel 3. Uji F Tingkat Pengetahuan Produk Halal

Karakteristik Statistik F Tingkat Signifikansi

Keterangan

Jenis Kelamin 13.112 0,000* Signifikan Status Perkawinan 5.479 0,020* Signifikan Usia 2.098 0,079 Tidak signifikan Pendidikan 4.074 0,001* Signifikan Pengeluaran 2.440 0,033* Signifikan Kota 4.330 0,000* Signifikan

*Signifikan pada alpha 5%.

Berdasarkan hasil pengujian dengan statistik F di-ketahui bahwa ada perbedaan tingkat pengetahuan akan produk halal yang signifikan antara jenis kelamin perem-puan dan laki-laki, antara responden yang berstatus telah menikah dengan responden yang belum menikah serta antara tingkat pendidikan yang berbeda, tingkat penge-luaran serta kota tinggal antara responden sedangkan karakteristik usia tidak berbeda signifikan pada alpha 5%.

Page 80: PERILAKU KOMUNITAS MUSLIM PERKOTAAN DALAM …simbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/prilaku komunitas... · produk-produk makanan dan minuman. ... Aktifitas dan hasil eksperimen

52

Bab IV. Hasil dan Analisis

4. Tingkat Pengetahuan terhadap Produk Halal Berdasar-kan Jenis Kelamin

Meskipun tidak jauh berbeda data yang terkumpul mengenai tingkat pengetahuan responden terhadap pro-duk halal menurut jenis kelamin, namun terdapat kecenderungan bahwa responden wanita mempunyai tingkat pengetahuan yang lebih tinggi terhadap produk halal dibandingkan responden laki-laki. Hal ini bisa dilihat pada mean skor responden perempuan sebesar 4,606 yang berada pada tingkat ‚sangat tinggi‛ sedang nilai mean skor responden laki-laki sebesar 4,502 sedikit berada di bawah nilai mean skor responden wanita, meskipun keduanya berada pada level indeks ‚sangat tinggi‛. Nilai standard deviasi responden perempuan sebesar 0,386 lebih kecil dibanding nilai standard deviasi laki-laki yang besarnya mencapai 0,404, menunjukkan bahwa responden perempuan mempunyai tingkat pengetahuan yang relatif homogen dibanding laki-laki dalam pengetahuan produk halal. Gejala ini mungkin disebabkan bahwa secara umum responden perempuan lebih banyak berinteraksi dengan makanan dan minuman atau penyediaan konsumsi produk, sehingga wajar jika mereka memiliki tingkat pengetahuan lebih tinggi dibanding dengan laki-laki.

Tabel 4. Statistik Deskriptif Tingkat Pengetahuan Res-ponden Menurut Jenis Kelamin.

Jenis Kelamin N Mean Std Deviasi

Laki-Laki 389 4.502 0.404

Perempuan 375 4.606 0.386

Page 81: PERILAKU KOMUNITAS MUSLIM PERKOTAAN DALAM …simbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/prilaku komunitas... · produk-produk makanan dan minuman. ... Aktifitas dan hasil eksperimen

53

Perilaku Komunitas Muslim Perkotaan dalam Mengonsumsi Produk Halal

5. Tingkat Pemahaman Responden terhadap Produk Halal Menurut Latar Belakang Pendidikan

Meskipun secara umum tingkat pengetahuan ter-hadap produk halal pada setiap kelompok responden dapat dikatakan tidak memiliki perbedaan yang signi-fikan, karena semuanya berada pada skala indeks ‚sangat tinggi‛ (4,4 – 5), namun jika diperhatikan lebih seksama terdapat trend peningkatan yang linear antara penge-tahuan responden dengan peningkatan tingkat pendi-dikan dari satu jenjang ke jenjang yang lain. Responden tingkat pendidikan pasca sarjana mempunyai nilai mean skor tertinggi yakni 4,692 dibanding responden pada tingkat pendidikan lainnya. Kemudian diikuti oleh responden berpendidikan sarjana yang mencapai mean skor 4.623. Responden pada jenjang pendidikan SLTA memperoleh skor 4.540 sedikit berada di bawah skor responden SD maupun SLTP yang mempunyai mean skor paling kecil dari semua kelompok responden. Hal ini dapat disimak dari tabel dan grafik berikut:

Tabel 5. Statistik Deskriptif Tingkat Pengetahuan Res-ponden Menurut Pendidikan

Kota N Mean Std. Deviasi SD 63 4,444 0.444 SLTP 88 4,456 0.449 SLTA 306 4,540 0.403 Diploma 61 4.565 0.355 Sarjana 223 4.623 0.361 Pasca Sarjana 23 4.692 0.318

Page 82: PERILAKU KOMUNITAS MUSLIM PERKOTAAN DALAM …simbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/prilaku komunitas... · produk-produk makanan dan minuman. ... Aktifitas dan hasil eksperimen

54

Bab IV. Hasil dan Analisis

6. Tingkat Pengetahuan Responden terhadap Produk Halal Berdasarkan Kota

Dapat dikatakan bahwa secara umum tingkat pengetahuan responden terhadap konsep dasar produk halal pada setiap kota berada dalam rentang kualitas ‚sangat tinggi‛. Dengan kata lain pengetahuan responden di tujuh kota yang berbeda mempunyai tingkat penge-tahuan atas produk halal yang sangat memadai. Respon-den yang tinggal di Kota Bandung mempunyai tingkat pengetahuan dengan nilai mean skor 4,657 paling tinggi diantara kota lainnya, disusul Denpasar, Batam, Jakarta, Solo, Surabaya dan Manado. Kendati terdapat perbedaan variasi antara kota satu dengan lainnya, namun ditilik dari pencapaian indeks perbedaan ternyata tidak pada rentang 4,5 – 5 yang berarti tingkat pengetahuan mereka ‚sangat tinggi‛.

Distribusi tingkat pengetahuan responden pada setiap kota dapat difahami dari tabel dan chart berikut:

Page 83: PERILAKU KOMUNITAS MUSLIM PERKOTAAN DALAM …simbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/prilaku komunitas... · produk-produk makanan dan minuman. ... Aktifitas dan hasil eksperimen

55

Perilaku Komunitas Muslim Perkotaan dalam Mengonsumsi Produk Halal

Tabel 6. Statistik Deskriptif Tingkat Pengetahuan Ber-dasarkan Kota

Kota N Mean Std. Deviasi

Jakarta 110 4.552 0.348 Bandung 110 4.657 0.351 Denpasar 110 4.613 0.366 Batam 110 4.585 0.416 Surabaya 110 4.491 0.422 Solo 110 4.550 0.348 Manado 104 4.418 0.489

7. Sumber Pengetahuan Responden

Berdasarkan data yang diperoleh dari jawaban res-ponden diketahui bahwa pengetahuan/pemahaman mere-ka terhadap produk halal umumnya diperoleh dari sejumlah aktifitas keagamaan yang terinci sebagaimana diketengahkan dalam tabel berikut ini

Page 84: PERILAKU KOMUNITAS MUSLIM PERKOTAAN DALAM …simbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/prilaku komunitas... · produk-produk makanan dan minuman. ... Aktifitas dan hasil eksperimen

56

Bab IV. Hasil dan Analisis

Tabel 7. Aktifitas Keagamaan

No.

Pernyataan

Distribusi Persentase Respon Jawaban

Mea

n sk

or

N

Tida

k Pe

rnah

Jara

ng

Kad

ang-

kada

ng

Serin

g

Sela

lu

% % % % %

1. Membaca buku-buku keagamaan (Islam) 1 13 35 40 11 3.47 764

2. Mendengarkan ceramah keagamaan di televisi/radio 0 6 23 52 19 3.82 764

3. Menghadiri pengajian, acara keagamaan 2 11 35 37 15 3.53 764

4. Diskusi keagamaan dengan teman, kerabat, ustadz, keluarga

1 15 40 34 10 3.37 764

5.

Membaca atau men-cari informasi yang terkait produk-produk halal (makanandan minuman serta resto-ran) dalam buku, majalah, brosur, internet dan lainnya.

8 19 36 27 10 3.13 764

Berdasarkan tabel di atas aktifitas keagamaan yang paling banyak memberikan informasi tentang produk halal adalah ‚mendengarkan ceramah keagamaan di radio/televisi‛. Jumlah responden yang melakukan aktifitas ini menempati urutan teratas yakni sebanyak 71%. Kemudian diikuti oleh aktifitas keagamaan seperti menghadiri pengajian 52%, membaca buku ke-Islaman 51%, berdiskusi mengenai tema-tema keagamaan dengan ustadz, kerabat atau keluarga 44%, sedangkan yang ber-sumber dari upaya mencari informasi di luar kegiatan di atas menempati urutan terendah yakni 37% responden.

C. Persepsi Komunitas Muslim terhadap Produk Halal

Persepsi responden terhadap produk halal adalah bagai-mana mereka memandang penting kehalalan suatu produk

Page 85: PERILAKU KOMUNITAS MUSLIM PERKOTAAN DALAM …simbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/prilaku komunitas... · produk-produk makanan dan minuman. ... Aktifitas dan hasil eksperimen

57

Perilaku Komunitas Muslim Perkotaan dalam Mengonsumsi Produk Halal

yang akan dikonsumsi. Dalam penelitian ini persepsi diukur menggunakan beberapa indikator, meliputi seberapa besar keinginan (harapan) mereka untuk mengonsumsi produk halal bagaimana responden meyakini produk yang akan dikonsumsi terjamin kehalalannya apakah mereka meyakini terhadap dampak mengonsumsi produk tidak halal bagi tubuh serta perlu tidaknya labelisasi halal.

1. Distribusi Persentase Responden dalam Elemen Persepsi (Harapan/Keyakinan)

Dari data yang berhasil dihimpun melalui penelitian ini dapat diketahui bahwa persepsi komunitas muslim untuk mengonsumsi produk halal adalah ‚sangat positif‛ berada dalam rentang antara 89% sampai dengan 95%. Dari indikator ini menunjukkan adanya harapan (keinginan) yang ‚sangat tinggi‛ dari komunitas muslim untuk mengonsumsi produk halal. Dengan kata lain, mayoritas responden menunjukkan harapan (keinginan) yang sangat tinggi agar ‚semua makanan dan minuman dalam kemasan serta makanan dan minuman yang di-sajikan restoran/rumah makan terjamin kehalalannya‛. Harapan yang sangat tinggi tersebut didukung oleh keyakinan komunitas muslim bahwa jika mengonsumsi makanan dan minuman yang tidak halal akan ber-pengaruh negatif terhadap tubuh. Berdasarkan ajaran agama, komunitas muslim meyakini bahwa setiap makan-an yang dimakan akan membentuk sikap dan perilaku. Sikap dan perilaku terbentuk dari makanan yang dikon-sumsi. Oleh karena itu mengonsumsi sesuatu yang haram akan berpengaruh negatif terhadap tubuh. Survey men-catat bahwa ada 95% responden mendukung pernyataan

Page 86: PERILAKU KOMUNITAS MUSLIM PERKOTAAN DALAM …simbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/prilaku komunitas... · produk-produk makanan dan minuman. ... Aktifitas dan hasil eksperimen

58

Bab IV. Hasil dan Analisis

adanya pengaruh negatif jika mengonsumsi produk tidak halal. Selain itu sebanyak 89% memastikan tidak akan membeli suatu produk kemasan atau makanan di suatu restoran terkecuali mereka yakin bahwa produk yang akan mereka konsumsi terjamin kehalalannya.

Gambaran secara jelas dari kecenderungan dimaksud dapat dilihat dari tabel berikut ini.

Tabel 8. Distribusi Persentase Respon jawaban dan Mean Skor untuk elemen Persepsi.

No.

Pernyataan Distribusi Persentase Respon Jawaban

Mea

n sk

or

N

Sang

at ti

dak

setu

ju

Tida

k se

tuju

Aga

k se

tuju

Setu

ju

Sang

at se

tuju

% % % % %

1.

Sebagai seorang muslim saya berharap bahwa semua makanan dan minuman yang disajikan di restoran/rumah makan terjamin kehalalannya

0 1 4 26 69 4.62 764

2.

Mengonsumsi makanan dan minuman dlm kemasan dan makanan dan minuman yang disajikan di restoran/rumah makan yang tidak halal akan memberikan pengaruh negatif terhadap tubuh kita

1 2 6 39 52 4.40 764

3.

Saya tidak akan membeli makanan dan minuman dlm kemasan, makanan dan minuman yang disajikan di restoran/rumah makan kecuali saya yakin bahwa makanan dan minuman itu halal

0 2 9 38 51 4.39 764

Tabel di atas tidak saja menunjukkan bahwa persepsi responden memiliki kecenderungan kearah yang ‚sangat positif‛ tetapi sekaligus mengindikasikan bahwa tingkat kehati-hatian komunitas muslim dalam memilih untuk

Page 87: PERILAKU KOMUNITAS MUSLIM PERKOTAAN DALAM …simbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/prilaku komunitas... · produk-produk makanan dan minuman. ... Aktifitas dan hasil eksperimen

59

Perilaku Komunitas Muslim Perkotaan dalam Mengonsumsi Produk Halal

mengonsumsi/tidak mengonsumsi suatu produk makanan dan minuman adalah sangat tinggi. Penelitian ini me-ngungkap pula fakta bahwa ada sejumlah tanda/pedo-man/clue yang umumnya digunakan oleh umat Islam untuk membangun persepsi bahwa produk yang disajikan di suatu restoran/rumah makan terjamin kehalalannya. Tanda/pedoman/clue tersebut adalah sebagaimana tertera dalam tabel berikut ini.

Tabel 9. Distribusi Persentase jawaban respoden dan mean skor indikator yang diyakini menunjuk-kan kehalalan produk pada suatu restoran.

No.

Pernyataan

Distribusi Persentase Respon Jawaban

Mea

n sk

or

N

Sang

at T

idak

se

tuju

Tida

k se

tuju

Aga

k se

tuju

Setu

ju

Sang

at se

tuju

% % % % %

1. Ada simbol ke-Islaman (gambar masjid, gambar ka’bah, foto habib

2 22 28 33 15 3.37 764

2. Ada tulisan Arab “halal” yang dipampang 1 7 16 43 34 4.03 764

3. Tidak menyediakan menu makanan dan minuman yang tidak halal

0 3 8 41 48 4.34 764

4. Cara mengolah makanannya thayyib/sesuai dengan ketentuan agama

0 0 2 42 56 4.52 764

5. Ada sertifikasi halal dari MUI 0 0 5 36 59 4.54 764

6. Mendapatkan informasi dari teman/kerabat tentang kehalalannya

0 5 18 53 24 3.94 764

7.

Lingkungan atau tempat restoran/rumah makan tidak berdekatan dengan restoran/rumah makan yang menjual makanan dan minuman yang tidak halal

1 7 21 40 31 3.92 764

Berdasarkan tabel di atas, indikator utama yang paling diyakini menunjukkan kehalalan produk yang disajikan pada suatu restoran/rumah makan adalah

Page 88: PERILAKU KOMUNITAS MUSLIM PERKOTAAN DALAM …simbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/prilaku komunitas... · produk-produk makanan dan minuman. ... Aktifitas dan hasil eksperimen

60

Bab IV. Hasil dan Analisis

meliputi tiga hal, yakni adanya sertifikasi halal dari MUI, cara mengolah makanannya thayyib/ sesuai dengan keten-tuan agama, serta tidak menyediakan menu makanan dan minuman yang tidak halal.

Untuk indikator pertama, terdapat 95% responden meyakini bahwa jika sebuah restoran/rumah makan memiliki sertifikasi halal dari MUI maka restoran tersebut dipastikan sajiannya dianggap halal. Kedua, cara meng-olah makanan sesuai ketentuan Islam, dinilai 98% res-ponden sebagai indikasi bahwa restoran itu halal. Ketiga indikator ‚tidak menyediakan menu makanan dan minuman yang tidak halal‛ diyakini 85% responden. Indikator lain yang memperoleh penilaian cukup tinggi adalah informasi dari rekan/kerabat tentang keberadaan restoran yang halal (77%). Sementara Indikator lokasi restoran yang menjual makanan atau minuman tidak halal‛ besaran persentase 71% yang menarik, indikator simbol keagamaan seperti gambar masjid, Ka’bah dan foto Habib yang dipampang ternyata tidak sepenuhnya diyakini oleh responden sebagai petunjuk kehalalan sajian suatu restoran. Terbukti hanya 48% responden yang percaya bahwa simbol keagamaan merupakan tanda bahwa restoran itu halal. Uniknya, dibandingkan dengan simbol-simbol keagamaan lainnya indikator tulisan Arab halal lebih tinggi diyakini sebagai restoran halal. Ada 77% responden meyakini bahwa jika ada tulisan Arab ‚halal‛ mengidentifikasikan sebagai restoran yang halal.

Secara keseluruhan urutan indikator yang diyakini sangat penting dan diyakini menunjukkan kehalalan

Page 89: PERILAKU KOMUNITAS MUSLIM PERKOTAAN DALAM …simbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/prilaku komunitas... · produk-produk makanan dan minuman. ... Aktifitas dan hasil eksperimen

61

Perilaku Komunitas Muslim Perkotaan dalam Mengonsumsi Produk Halal

produk pada sebuah restoran/rumah makan adalah sebagai berikut.

Hasil diagram di atas menunjukkan bahwa serti-

fikasi halal dari MUI diasumsikan sebagai petunjuk utama yang diyakini bahwa restoran itu halal. Hasil dari mean skor menunjukkan nilai 4,54 (dalam skala 5). Cara mengolah makanan dan minuman sesuai ketentuan agama yang telah diketahui sebelumnya oleh responden menunjukkan skala kepentingan yang tinggi. Selanjutnya adalah restoran yang tidak menyediakan minuman yang memabukkan (khamer) serta restoran yang tidak me-nyediakan menu tidak halal. Sedangkan indikator simbol keagamaan dan lingkungan dinilai sebagai indikator yang memiliki tingkat kepentingan agak tinggi meskipun lebih rendah dari indikator lainnya.

Kecenderungan responden dalam membangun per-sepsi berdasarkan petunjuk/tanda sebagaimana diuraikan di atas, ternyata bervariasi antara kota satu dengan yang lain. Hal ini dijelaskan dalam uraian berikut.

Page 90: PERILAKU KOMUNITAS MUSLIM PERKOTAAN DALAM …simbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/prilaku komunitas... · produk-produk makanan dan minuman. ... Aktifitas dan hasil eksperimen

62

Bab IV. Hasil dan Analisis

Tabel 10. Mean Skor Indikator yang Diyakini Menun-jukkan Kehalalan Produk pada Suatu Restoran Setiap Kota.

No Pernyataan

K O T A

Jaka

rta

Ban

dung

Den

pass

ar

Bat

am

Sura

baya

Solo

Man

ado

1 Ada simbul ke-Islaman (gambar masjid, gambar ka’bah, foto habib).

3.26 3.16 3.48(3) 3.64(1) 2.92 3.09 4.08

2 Ada tulisan Arab “ halal ” yang dipampang.

4.02 4.09 4.14 4.23 3.93 3.85 3.95

3 Tidak menyediakan menu makanan dan minuman yang tidak halal.

4.18(4) 4.57(4) 4.28 4.45 4.32(4) 4.36(4) 4.20

4

Cara mengolah makanannya thayyib/sesuai dengan ketentuan agama

4.41(2) 4.65(1) 4.57(2) 4.55(3) 4.47(2) 4.50(1) 4.51(2)

5 Ada sertifikasi halal dari MUI 4.49(1) 4.59(3) 4.64(1) 4.56(2) 4.52(1) 4.44(2) 4.52(1)

6 Mendapatkan informasi dari teman/kerabat tentang kehalalannya

3.85 3.97 4.02 4.05 3.85 3.83 4.02

7

Lokasi atau tempat restaurant/rumah makan tidak berdekatan dengan restoran/rumah makan yang menjual makanan dan minuman yang tidak halal

3.82 3.97 3.79 4.17 3.87 3.53 4.30(4)

Catatan : Angka dalam kotak menunjukan mean skor sedangkan angka (1),(2),(3),(4) menunjukan urutan tingkat keyakinan utama

Dari tabel di atas terlihat jelas bahwa komunitas Muslim di Kota Jakarta, Bandung, Surabaya dan Solo

Page 91: PERILAKU KOMUNITAS MUSLIM PERKOTAAN DALAM …simbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/prilaku komunitas... · produk-produk makanan dan minuman. ... Aktifitas dan hasil eksperimen

63

Perilaku Komunitas Muslim Perkotaan dalam Mengonsumsi Produk Halal

mempunyai kecenderungan yang sama dalam meyakini sebuah restoran itu halal atau tidak yaitu berdasarkan 3 indikator utama. Indikator itu adalah ada sertifikasi MUI, tidak menyediakan menu makanan/minuman yang tidak halal, serta cara mengolah makanan dan minuman di restoran/warung tersebut sesuai ketentuan agama. Ketiga indikator tersebut dijadikan sebagai pertimbangan tertinggi dalam menilai kehalalan produk sebuah restoran dibanding dengan simbol-simbol agama.

Berbeda dengan kecenderungan yang ada di empat kota di atas, komunitas muslim yang tinggal di Batam, Denpasar dan Manado menggunakan indikator lain dalam membangun persepsi kehalalan produk sebuah restoran. Komunitas muslim di Kota Batam dan Denpasar lebih mengutamakan adanya simbol-simbol keagamaan seperti gambar mesjid, ka’bah, foto tokoh agama, untuk meng-identifikasi bahwa restoran/warung makan itu adalah halal. Mereka menilai bahwa ketika restoran menampilkan simbol-simbol agama Islam, maka mereka meyakini bahwa restoran/warung makan tersebut adalah halal.

Khusus untuk komunitas muslim yang berdomisili di Kota Denpasar dan Manado, mereka meyakini bahwa suatu restoran itu halal atau tidak, ketika di dalam tidak ditemukan sertifikasi halal mereka akan mendasari penilaiannya kepada identitas etnik pemiliknya (Suku Minahasa/Bali dengan suku Gorontalo/Padang/Madura). Kecenderungan ini tergambar dalam cross-tabulasi beri-kut:

Page 92: PERILAKU KOMUNITAS MUSLIM PERKOTAAN DALAM …simbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/prilaku komunitas... · produk-produk makanan dan minuman. ... Aktifitas dan hasil eksperimen

64

Bab IV. Hasil dan Analisis

Tabel 11. Crosstabulasi Identitas Pemilik Restoran dan Kota

Kota * Identitas Pemilik Restoran Crosstabulation

Identitas Pemilik Restoran

Total

Sang

at

Tida

k Pe

ntin

g

Tida

k Pe

ntin

g

Aga

k Pe

ntin

g

Pent

ing

Sang

at

Pent

ing

K o

t a

Jakarta Count 11 30 11 43 15 110

% within Kota 10.0% 27.3% 10.0% 39.1% 13.6% 100.0%

Bandung Count 22 23 23 29 13 110

% within Kota 20% 21% 21% 26% 12% 100.0%

Denpasar Count 17 16 17 39 21 110

% within Kota 15% 15% 15% 35% 19% 100%

Batam Count 7 23 16 46 18 110

% within Kota 6.4% 20.9% 14.5% 41.8% 16.4% 100%

Surabaya Count 9 31 25 31 14 110

% within Kota 8% 28% 23% 28% 13% 100%

Solo Count 22 28 20 31 9 110

% within Kota 20% 25% 18% 28% 8% 100%

Manado Count 3 10 21 51 19 104

% within Kota 3% 10% 20% 49% 18% 100%

Total Count 91 161 133 270 109 764

% within Kota 12% 21% 17% 35% 14% 100%

Dari analisis cross tabulasi di atas terlihat jelas bahwa responden yang tinggal di Kota Denpasar, Batam dan Manado menilai identitas pemilik restoran sangat penting untuk diperhatikan ketika akan mengonsumsi makanan di

Page 93: PERILAKU KOMUNITAS MUSLIM PERKOTAAN DALAM …simbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/prilaku komunitas... · produk-produk makanan dan minuman. ... Aktifitas dan hasil eksperimen

65

Perilaku Komunitas Muslim Perkotaan dalam Mengonsumsi Produk Halal

restoran/rumah makan dibandingkan di kota lainnya. Tercatat 54% - 67% responden di ketiga kota tersebut menilai identitas pemilik restoran menjadi sedemikian penting untuk dijadikan pedoman. Di Jakarta, kecen-derungan serupa sebesar 52% berada sedikit di bawah kecenderungan di tiga kota tersebut. Sedangkan respon-den yang tinggal di Kota Surabaya, Solo dan Bandung kurang memperhatikan identitas pemilik restoran sebagai indikator terjaminnya kehalalan produknya. Hal itu terlihat dari besaran prosentase di tiga kota terakhir, yang hanya mencapai kurang dari 50%. Fenomena semacam ini wajar, jika mengingat lingkungan budaya di Bali dan Manado adalah dominan budaya non-muslim, karenanya penduduk muslim setempat lebih mengedepankan aspek etnik dan budaya dalam menilai sesuatu ketimbang simbol-simbol tertentu.

2. Persepsi Responden terhadap Labelisasi/Sertifikasi Halal

Hasil survey menunjukkan bahwa 96% dari 764 responden setuju dan sangat setuju terhadap labelisasi halal pada produk kemasan, karena labelisasi halal pada produk menunjukkan identitas suatu produk, sekaligus menunjukkan bahwa produk itu layak dikonsumsi oleh umat Islam, sebab tidak mengandung sesuatu yang diharamkan agama. Identitas produk itu sangat perlu untuk membedakan terhadap yang tidak sesuai aturan agama.

Page 94: PERILAKU KOMUNITAS MUSLIM PERKOTAAN DALAM …simbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/prilaku komunitas... · produk-produk makanan dan minuman. ... Aktifitas dan hasil eksperimen

66

Bab IV. Hasil dan Analisis

Tabel 12. Tingkat Kebutuhan Sertifikasi/Labelisasi Halal

No.

Pernyataan

Distribusi Persentase Respon Jawaban

Mea

n sk

or

N

Sam

a se

kali

tidak

per

lu

Kur

ang

perlu

Cuk

up p

erlu

Per

lu

San

gat p

erlu

% % % % %

1. Apakah Undang-undang Sertifikasi/Labelisasi produk halal diperlukan?

0 1 5 27 67 4.60 764

Sebagaimana ditampilkan dalam tabel di atas, sebanyak 719 responden (94%) mengharapkan adanya undang-undang yang mengatur tentang sertifikasi atau labelisasi produk halal. Undang-undang ini diharapkan mampu mengatur segala proses terkait produk halal, sekaligus sebagai payung hukum yang dapat digunakan dalam mengatasi masalah sertifikasi/labelisasi produk halal, karena hanya melalui undang-undang inilah masya-rakat muslim akan terlindungi dalam memperoleh/ mengonsumsi produk halal.

Ketika ditanyakan sejauhmana responden menge-tahui peraturan perundang-undangan yang terkait dengan produk halal, mayoritas responden memiliki tingkat pengetahuan yang rendah, hal ini tergambar dalam tabel berikut:

Page 95: PERILAKU KOMUNITAS MUSLIM PERKOTAAN DALAM …simbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/prilaku komunitas... · produk-produk makanan dan minuman. ... Aktifitas dan hasil eksperimen

67

Perilaku Komunitas Muslim Perkotaan dalam Mengonsumsi Produk Halal

Tabel 13. Pengetahuan tentang Peraturan Produk Halal

No.

Pernyataan

Distribusi Persentase Respon Jawaban

Mea

n sk

or

N

San

gat t

idak

m

enge

tahu

i

Kur

ang

men

geta

hui

Cuk

up

men

geta

ui

Men

geta

hui

San

gat

men

geta

hui

% % % % %

1. Sejauh mana Bapak/Ibu/ Saudara mengetahui peraturan perundang-undangan yang terkait dengan produk halal?

7 40 29 20 4 2.74 764

Tabel di atas menunjukkan bahwa hanya 24% res-ponden yang mengetahui atau sangat mengetahui adanya peraturan tentang produk halal dan 29% cukup mengeta-hui. Sisanya 47% sama sekali tidak mengetahui adanya undang-undang produk halal.

Selain dari persentase tentang labelisasi/pengkodean terhadap produk yang halal, para responden juga memberikan persetujuan terhadap labelisasi/pengkodean terhadap produk yang ‚tidak halal‛. Data di lapangan menunjukkan bahwa 95% responden setuju atau sangat setuju pemberian labelisasi terhadap produk kemasan yang mengidentifikasikan bahwa produk tersebut ‚tidak halal‛. Mengenai sistem penulisan atau labelisasi, 98% responden menilai bahwa penulisan labelisasi halal atau kode tidak halal itu harus tertulis jelas. Dengan labelisasi atau pengkodean yang sederhana, akan mudah diketahui dan dipahami oleh komunitas muslim. Untuk jelasnya simak tabel berikut.

Page 96: PERILAKU KOMUNITAS MUSLIM PERKOTAAN DALAM …simbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/prilaku komunitas... · produk-produk makanan dan minuman. ... Aktifitas dan hasil eksperimen

68

Bab IV. Hasil dan Analisis

Tabel 14. Distribusi Persentase dan Mean Skor Persepsi terhadap Labeliasasi Halal.

No.

Pernyataan

Distribusi Persentase Respon Jawaban

Mea

n sk

or

N

San

gat t

idak

se

tuju

Tid

ak se

tuju

Aga

k Se

tuju

Set

uju

San

gat

setu

ju

% % % % %

1. Semua makanan dan minuman dlm kemasan yang halal perlu diberikan label halal/tulisan halal.

0 0 4 30 66 4.61 764

2. Semua makanan dan minuman yang disajikan di restoran/rumah makan yang halal perlu diberikan sertifikasi halal.

0 1 5 38 56 4.50 764

3. Semua makanan dan minuman dlm kemasan yang tidak halal perlu diberi tanda atau kode yang menyatakan tidak halal.

0 1 4 33 62 4.54 764

4. Label halal pada makanan dan minuman dlm kemasan harus tertulis jelas.

0 0 2 33 65 4.62 764

5. Sertifikasi halal pada makanan dan minuman yang disajikan di restoran/rumah makan harus dipampang.

0 1 8 36 55 4.44 764

6.

Label halal/sertifikasi halal untuk makanan dan minuman dlm kemasan yang disajikan di restoran/rumah makan dikeluarkan oleh lembaga resmi.

0 0 4 39 57 4.53 764

7. Ketika membeli makanan dan minuman dlm kemasan, informasi tentang tanggal kadaluarsa dan komposisi produk penting.

0 0 3 29 68 4.65 764

Dalam kaitannya dengan labelisasi/sertifikasi di restoran, komunitas muslim pada umumnya menunjukkan sikap yang tidak jauh berbeda. Seperti terlihat pada tabel di atas, sekitar 94% responden mendukung adanya sertifikasi halal terhadap restoran/rumah makan. Sertifikasi tersebut harus ditunjukkan pada setiap pengunjung atau dipam-pang pada area yang mudah terlihat, untuk menunjukkan identitas bahwa sajian restoran tersebut layak dikonsumsi oleh komunitas muslim. Tercatat 91% responden mendu-

Page 97: PERILAKU KOMUNITAS MUSLIM PERKOTAAN DALAM …simbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/prilaku komunitas... · produk-produk makanan dan minuman. ... Aktifitas dan hasil eksperimen

69

Perilaku Komunitas Muslim Perkotaan dalam Mengonsumsi Produk Halal

kung pernyataan bahwa sertifikasi halal pada restoran/ rumah makan harus dipampang di area yang terlihat oleh pelanggan. Selain informasi labelisasi halal atau pengkode-an terhadap produk tidak halal, sekitar 97% responden komunitas muslim mengharapkan adanya informasi ter-kait komposisi dan tanggal kadaluarsa produk.

Mengenai institusi yang berhak mengeluarkan serti-fikasi halal produk makanan dan minuman kemasan serta sertifikasi halal pada restoran atau rumah makan, mayo-ritas responden (96%) mengharapkan agar lembaga resmi. Mengingat lembaga resmi akan lebih bisa menjamin pemberian sertifikasi dapat dipertanggungjawabkan secara hukum, memiliki kekuatan serta memperoleh kepercayaan kuat dari masyarakat. Namun ketika ditanya institusi mana yang dianggap paling pas untuk mengeluarkan sertifikasi labelisasi produk halal, para responden itu tergambar dalam tabel di bawah ini.

Tabel 15. Lembaga yang Berwenang Memberikan Serti-fikasi/Labelisasi Halal.

No.

Pernyataan

Distribusi Persentase Respon Jawaban

Mea

n sk

or

N

San

gat t

idak

se

tuju

Tid

ak se

tuju

Aga

k Se

tuju

Set

uju

San

gat

setu

ju

% % % % % 1. Kementerian Agama 1 4 12 37 46 4.22 764 2. Majelis Ulama Indonesia. 0 1 5 33 61 4.54 764

3. Kementerian Kesehatan (BPOM). 1 7 9 38 45 4.20 764

4. Lembaga Swasta. 23 30 19 19 10 2.63 764

Page 98: PERILAKU KOMUNITAS MUSLIM PERKOTAAN DALAM …simbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/prilaku komunitas... · produk-produk makanan dan minuman. ... Aktifitas dan hasil eksperimen

70

Bab IV. Hasil dan Analisis

Dari keempat lembaga yang diajukan kepada res-ponden, ada tiga institusi yang dipandang lebih ber-wenang untuk mengurus masalah produk halal yaitu Majelis Ulama Indonesia (MUI), Kementerian Agama dan Kementerian Kesehatan (BPPOM), sedangkan lembaga swasta hanya diberikan kepercayaan oleh 29% responden. MUI dipercaya 94% sebagai lembaga yang berwenang mengurus serti-fikasi/labelisasi halal karena selama ini MUI diketahui banyak terlibat langsung pada kegiatan halal sehingga masyarakat menilai lembaga ini dianggap paling layak. Kementerian Agama mendapat kepercayaan yang sama dengan Kementerian Kesehatan yakni sebesar 83%. Namun berdasarkan interview dengan tokoh aga-ma/masyarakat/akademisi, ada kecenderungan untuk me-milih ketiga lembaga di atas berkolaborasi satu sama lain sesuai peran dan fungsi masing-masing, serta didukung kemampuan lembaga itu.

Pemahaman komunitas muslim perkotaan terhadap produk halal semakin meningkat, terjadi pada 7 (tujuh) kota sasaran penelitian. Meningkatnya pemahaman mus-lim atas produk halal merupakan dampak sosialisasi secara terus menerus yang dilakukan oleh kelompok-kelompok ormas. Transformasi sosial yang dialami komunitas muslim perkotaan menunjukkan kecenderungan ‘trendy’ sebagaimana maraknya pemakaian jilbab sejak era reformasi. Bahkan di Denpasar Bali dan Menado, meskipun transformasi sosial tidak sederas di 4 (empat) kota lain, namun dalam hal pemahaman tentang produk halal arus mainstraimnya menunjukkan kecenderungan preferensi terhadap produk halal. Kekhawatiran terhadap bahaya produk makanan

Page 99: PERILAKU KOMUNITAS MUSLIM PERKOTAAN DALAM …simbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/prilaku komunitas... · produk-produk makanan dan minuman. ... Aktifitas dan hasil eksperimen

71

Perilaku Komunitas Muslim Perkotaan dalam Mengonsumsi Produk Halal

dan minuman yang tidak thayyib menguatkan pemahaman bahwa produk halal mengandung bahan yang baik dan sehat.

Komunitas muslim perkotaan dari kalangan akade-misi menginginkan pembentukan sistem jaminan produk halal, bukan hanya UU Jaminan Pangan Halal (JPH), melainkan juga seperangkat regulasi pendukung imple-mentasi keseluruhan sistem jaminan pangan halal. Keber-hasilan program ini secara komprehensif didukung oleh setiap stakeholders terkait produk halal, mulai dari industri produsen produk makanan dan minuman hingga restoran penyedia makanan dan minuman serta retail penjualnya. Pembinaan industri, kerjasama perindustrian, Kemen-terian Kesehatan dengan BP-POMnya termasuk produk jamu-jamuan merupakan agenda penting dalam proses peningkatan pemahaman ini. Beberapa departemen/ kementerian peduli terhadap program-program penyadar-an dan memberikan dukungan sinergis. Konsumen muslim perkotaan setidaknya lebih peka mempertanya-kan label halal atau sertifikasi halal pada makanan dan minuman yang hendak dikonsumsi serta restoran yang dipilihnya.

Pemahaman mengenai produk halal tidak dapat dilepaskan dari dukungan akademisi melalui kesertaan perguruan tinggi ditingkatkan untuk siap mengcover hasil-hasil pembinaan dan realisasi konsumsi produk halal (thayyib).

Pemahaman komunitas muslim tentang konsumsi produk halal didasari pemahaman atas perintah untuk mengonsumsi makanan halal dan thayyib merupakan

Page 100: PERILAKU KOMUNITAS MUSLIM PERKOTAAN DALAM …simbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/prilaku komunitas... · produk-produk makanan dan minuman. ... Aktifitas dan hasil eksperimen

72

Bab IV. Hasil dan Analisis

perintah bagi seluruh manusia, sebagaimana seruan dalam al-Quran, menggunaan seruan kepada An-Naas, bukan hanya untuk muslim. Saat ini kebutuhan terhadap sertifikasi halal datang dari banyak industri makanan dan minuman.

Komunitas muslim perkotaan mayoritas memahami tentang produk halal melalui seruan mubaligh/mubalighat dalam ceramah-ceramah yang menyerukan untuk mem-perhatikan label halal. semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang akan semakin sadar dan memahami tentang produk halal serta berperilaku mengonsumsi produk halal. Fenomena yang dapat dilihat ketika ada isu bakso mengandung babi di Kota Surabaya, pembeli langsung sepi ternyata restoran Cina/non muslim banyak dan pengunjungnya tidak seramai setelah mendapat sertifikasi halal.12 Fenomena serupa juga terjad di DKI Jakarta, Solo, maupun Batam, meski tidak seluruhnya mengemuka terekspose di media massa.

Pentingnya pembinaan dan pendidikan dalam sosialisasi produk halal telah dirasakan oleh masyarakat. Pemahaman masyarakat terus meningkat melalui peran stakeholders, termasuk ormas-ormas Islam. Kesadaran sebagai tanggung jawab bersama terus meningkat dengan dibangunnya sinergi program pembinaan yang dilakukan secara formal termasuk dalam kurikulum sekolah yang harus menyatukan ipteks dengan imtaq. Selain itu diperlukan penguasaan manajemen sehingga ketika mereka terjun di dunia kerja mampu melaksanakan fungsi

12 Sebagaimana disampaikan oleh K.H. Imam Thabrani, tokoh agama, Pimpinan MUI dan DMI Kota Surabaya

Page 101: PERILAKU KOMUNITAS MUSLIM PERKOTAAN DALAM …simbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/prilaku komunitas... · produk-produk makanan dan minuman. ... Aktifitas dan hasil eksperimen

73

Perilaku Komunitas Muslim Perkotaan dalam Mengonsumsi Produk Halal

manajerial dengan baik, seperti rumah sakit, apotik, perusahaan dimanage secara Islami. Begitu pula dalam hal mengusahakan produk makanan dan minuman, obat-obatan, kosmetik yang berstandar halal, setidaknya memahami titik-titik kritis suatu produk. Tuntutan komu-nitas muslim perkotaan terhadap kehalalan makanan dan minuman semakin besar ditunjukkan oleh tuntutan konsumen untuk disertifikatkan produk makanan dan minuman. Pertanyaan detil tentang dagingnya halal, serti-fikasinya mana sudah biasa ditanyakan konsumen. Restoran-restoran lokal yang sudah mengembangkan fran-chise juga lebih mendapatkan trust dari masyarakat setelah sertifikasi.13

‚Mengenai pemahaman komunitas muslim perkotaan tentang produk halal, meskipun tidak sampai detil dalilnya tapi mereka mengerti tentang apa yang diharamkan oleh agama, bahkan yang tidak baik atau berbahaya bagi tubuh mereka juga semakin tercerahkan‛.14 Pemahaman komunitas muslim terhadap kehalalan preoduk yang merupakan komponen utama sehingga perasaannya dapat tunduk kepada apa yang difahaminya. Hal ini akan menuntun kebiasaan untuk memenuhan kebutuhan makanan dan minuman-nya sehingga terbentuklah perilaku. Inilah pembentukan karakter muslim, yang menjadi pilar penyusunan pola perilaku mengonsumsi produk halal pada komunitas muslim.

13 Hasil wawancara dengan Roni Susanto, Marketing Manager beberapa restoran dan produk makanan minuman (mamin), pada tanggal 30-31 Oktober 2011 14 Hasil wawancara dengan tokoh agama-tokoh agama, tanggal 27 Oktober - 3 November 2011

Page 102: PERILAKU KOMUNITAS MUSLIM PERKOTAAN DALAM …simbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/prilaku komunitas... · produk-produk makanan dan minuman. ... Aktifitas dan hasil eksperimen

74

Bab IV. Hasil dan Analisis

D. Perilaku Komunitas Muslim dalam Mengonsumsi Produk Halal

Perilaku komunitas muslim dalam mengonsumsi pro-duk halal dapat dilihat dari beberapa indikator: 1) seberapa sering mereka memeriksa komposisi bahan/label halal; 2) mengonsumsi produk kemasan yang tidak mencantumkan label halal; 3) makan dan minum di restoran yang tidak bersertifikasi halal; 4) menggunakan produk kemasan dan makan di restoran yang diragukan kehalalannya; 5) seberapa sering mereka mendorong, menginformasikan tentang pro-duk halal dan mengajak orang lain untuk tidak menggunakan produk yang tak berlabel halal. Analisis dari masing-masing indikator di atas dapat disimak pada uraian di bawah ini.

1. Memperhatikan Komposisi Produk dan Pencantuman Label Halal

Hasil survey menunjukan bahwa hanya tercatat 63% responden yang sering dan selalu memeriksa komposisi bahan makanan dan minuman sebelum membeli; 73% responden memperhatikan ada tidaknya label halal, 19% yang menyatakan kadang-kadang memperhatikan label halal dan sisanya ada 8% yang jarang atau tidak pernah memperhatikan adanya label halal pada produk kemasan. Distribusi prosentase sebagaimana disebut di atas dapat difahami dari gambaran dalam tabel berikut ini.

Page 103: PERILAKU KOMUNITAS MUSLIM PERKOTAAN DALAM …simbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/prilaku komunitas... · produk-produk makanan dan minuman. ... Aktifitas dan hasil eksperimen

75

Perilaku Komunitas Muslim Perkotaan dalam Mengonsumsi Produk Halal

Tabel 16. Distribusi Prosentase Respon Perilaku – Memeriksa Komposisi Bahan dan Label Halal.

No Pernyataan

Distribusi Prosentase Respon Jawaban

Mea

n Sk

or

N Ti

dak

Pern

ah

Jara

ng

Kad

ang-

kada

ng

Seri

ng

Sela

lu

1

Memeriksa komposisi/bahan makanan dan minuman kemasan sebelum memutuskan membeli.

3% 10% 24% 29% 34% 3.81 764

2

Memperhatikan ada tidaknya label halal pada produk makanan dan minuman kemasan sebelum memutuskan membeli.

2% 6% 19% 31% 42% 4.04 764

Tabel di atas, jika dihubungkan dengan tabel persepsi yang menggambarkan tingkat persetujuan responden akan adanya labelisasi. halal, akan menghasilkan analisis cross tabulasi sebagaimana tergambar dalam tabel berikut ini..

Page 104: PERILAKU KOMUNITAS MUSLIM PERKOTAAN DALAM …simbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/prilaku komunitas... · produk-produk makanan dan minuman. ... Aktifitas dan hasil eksperimen

76

Bab IV. Hasil dan Analisis

Tabel 17. Crosstabulasi Persepsi terhadap Label Halal dengan Perilaku Memeriksa Label

Persetujuan labelisasi Produk * Perilaku Memeriksa label Crosstabulation

Perilaku Memeriksa label

Total Ti

dak

Pern

ah

Jara

ng

Kad

ang-

Kad

ang

Seri

ng

Sela

lu

Persetu-juan

labeli-sasi

Produk

Sangat Tidak Setuju

Count 0 1 0 0 0 1 % of Total 0.0% 0.1% 0.0% 0.0% 0.0% 0%

Tidak Setuju

Count 0 1 1 1 0 3 % of Total 0.0% 0.1% 0.1% 0.1% 0.0% .0

Agak Setuju

Count 4 7 6 6 5 28 % of Total 0.5% 0.9% 0.8% 0.8% 0.7% 4%

Setuju Count 6 26 55 88 56 231

% of Total 0.8% 3.4% 7.2% 11.5% 7.3% 30%

Sangat Setuju

Count 8 12 80 141 260 501 % of Total 1.0% 1.6% 10.5% 18.5% 34.0% 66%

Total Count 18 47 142 236 321 764

% of Total 2.4% 6.2%

18.6%

30.9%

42.0%

100%

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa hanya ada 71%

responden yang konsisten terhadap persetujuan (setuju/sangat setuju) adanya labelisasi halal pada produk kemasan dengan kebiasaan berperilaku memeriksa ada tidaknya label halal sebelum memutuskan membeli. Sementara 29% lainnya menunjukkan adanya ketidak konsistenan. Ketidak konsistenan ini boleh jadi dikarenakan karena minimnya label

Page 105: PERILAKU KOMUNITAS MUSLIM PERKOTAAN DALAM …simbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/prilaku komunitas... · produk-produk makanan dan minuman. ... Aktifitas dan hasil eksperimen

77

Perilaku Komunitas Muslim Perkotaan dalam Mengonsumsi Produk Halal

halal yang terdapat pada kemasan produk, atau karena berada di suatu lingkungan yang mayoritas Muslim, atau karena produk-produk yang dibeli pada umumnya diyakini oleh mereka tidak berkaitan dengan hal-hal yang mengubah status kehalalan tersebut, seperti: permen, tahu, tempe, ikan dll.

2. Perilaku Mengonsumsi Produk Tidak berlabel Halal/Makan di Restoran yang tidak memiliki sertifikat halal

Meski hampir semua responden mengetahui kriteria kehalalan suatu produk dan meyakini pentingnya memilih produk berlabel halal, namun kenyataan menunjukkan ada-nya degradasi intensitas dalam menerapkan keyakinan tersebut dalam perilaku sehari-hari. Hal ini ditunjukkan dengan kenyataan di lapangan bahwa hanya ada 63% responden yang menyatakan tidak pernah/jarang mengon-sumsi produk kemasan yang tidak ada label halal, dan hanya 58% responden yang menyatakan tidak pernah atau jarang makan di restoran/warung makan yang tidak memiliki sertifikasi halal. Gambaran tentang distribusi yang demikian itu dapat difahami dari tabel berikut ini.

Page 106: PERILAKU KOMUNITAS MUSLIM PERKOTAAN DALAM …simbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/prilaku komunitas... · produk-produk makanan dan minuman. ... Aktifitas dan hasil eksperimen

78

Bab IV. Hasil dan Analisis

Tabel 18. Distribusi Prosentase Respon Mengonsumsi Pro-duk tidak ber-Label Halal/Makan di Restoran yang tidak memiliki sertifikat halal

No Pernyataan

Distribusi Prosentase Respon Jawaban

Mea

n Sk

or

N

Tida

k Pe

rnah

Jara

ng

Kad

ang-

kada

ng

Seri

ng

Sela

lu

1

Mengonsumsi dan menggunakan produk makanan dan minuman kemasan yang tidak berlabel halal .

39% 24% 24% 7% 6% 2.16 764

2

Mengonsumsi makanan dan minuman yang disajikan di restauran/rumah makan yang tidak ada sertifikasi halal.

34% 24% 27% 10% 5% 2.3 764

Pada tabel tersebut terlihat bahwa meski mayoritas

responden menyatakan bahwa mereka sangat jarang atau tidak pernah mengonsumsi produk yang tidak berlabel halal, namun data lapangan meunjukkan ada sebagian kecil (13%) di antara mereka mengaku sering atau bahkan selalu mengonsumsi produk tanpa berlabel halal atau sekitar 15% yang sering atau selalu makan di restoran/rumah makan yang tidak memiliki sertifikasi halal. Sudah barang tentu kecen-derungan di atas tidak boleh ditafsirkan bahwa ada sebagian kecil anggota komunitas Muslim yang tidak lagi memper-

Page 107: PERILAKU KOMUNITAS MUSLIM PERKOTAAN DALAM …simbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/prilaku komunitas... · produk-produk makanan dan minuman. ... Aktifitas dan hasil eksperimen

79

Perilaku Komunitas Muslim Perkotaan dalam Mengonsumsi Produk Halal

dulikan halal/tidak halalnya suatu produk, melainkan mungkin dikarenakan situasi dan kondisi tertentu yang mendorong mereka untuk berperilaku demikian, misalnya. produk kemasan yang berlabel halal atau rumah makan/ restoran yang telah memiliki sertifikat halal sangat minim, atau karena lingkungan tempat tinggal mayoritas Muslim, atau karena produk-produk yang dibeli pada umumnya diyakini tidak berkaitan dengan hal-hal yang meragukan. Hal-hal yang demikian inilah pada umumnya yang mendo-rong masyarakat untuk mengambil kesimpulan singkat dan meyakini suatu produk kemasan yang tidak berlabel halal sebagai produk yang halal, atau meyakini makanan yang disajikan di suatu restoran/rumah makan terjamin kehalalan-nya.

Dalam tataran perilaku, konsumen Muslim meyakini kehalalan makanan yang disajikan di suatu restoran ber-dasarkan indikator-indikator tertentu sebagaimana dikete-ngahkan dalam tabel berikut ini.

Page 108: PERILAKU KOMUNITAS MUSLIM PERKOTAAN DALAM …simbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/prilaku komunitas... · produk-produk makanan dan minuman. ... Aktifitas dan hasil eksperimen

80

Bab IV. Hasil dan Analisis

Tabel 19. Distribusi prosentase dan mean skor responden dalam memilih indikator halal pada tataran perilaku mengonsumsi suatu produk di restoran.

No Pernyataan

Distribusi Prosentase Respon Jawaban

Mea

n Sk

or

N Ti

dak

Pern

ah

Jara

ng

Kad

ang-

kada

ng

Seri

ng

Sela

lu

1 Rasa makanan / minuman 1% 9% 12% 54% 24% 3.91(4) 764

2 Harga 2% 13% 15% 51% 19% 3.71 764

3 Merek / Nama restoran

4% 20% 18% 43% 15% 3.45 764

4 Kebersihan restoran/warung makan

2% 5% 8% 46% 39% 4.16(1) 764

5 lokasi restoran/warung makan

2% 13% 18% 48% 18% 3.67 764

6 Ada tulisan/ simbul keIslaman

2% 17% 16% 39% 27% 3.73 764

7

Restoran tidak menyediakan menu makanan dan minuman yang haram

3% 7% 11% 41% 38% 4.06(2) 764

8 Identitas pemilik restoran

12% 21% 17% 35% 14% 3.19 764

9 Ada sertifikasi halal MUI

3% 13% 16% 36% 33% 3.82 764

10

Ada nomor pendaftaran produk pangan/nomor izin edar izin edar dari BPOM (Kementerian Kesehatan)

4% 15% 20% 33% 28% 3.66 764

Page 109: PERILAKU KOMUNITAS MUSLIM PERKOTAAN DALAM …simbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/prilaku komunitas... · produk-produk makanan dan minuman. ... Aktifitas dan hasil eksperimen

81

Perilaku Komunitas Muslim Perkotaan dalam Mengonsumsi Produk Halal

Berdasarkan nilai mean skor terlihat bahwa ada 3 indikator utama yang dinilai penting/sangat penting dan sering menjadi pedoman perilaku responden saat memutuskan untuk makan di suatu restoran/rumah makan yaitu:

1. Kebersihan restoran/warung makan

2. Restoran/warung makan yang tidak menyediakan menu makanan/minuman yang haram

3. Makanan/minuman yang disajikan memenuhi selera konsumen.

Bila diurai lebih jauh maka survey mencatat bahwa hanya ada 58% - 78% responden yang menilai penting dan sangat penting terkait aspek marketing seperti rasa, harga, merek, kebersihan dan lokasi restoran. Terkait aspek keagamaan seperti tulisan/simbul keIslaman, ada label/serti-fikasi halal dan restoran yang tidak menyediakan menu makanan yang haram dan minuman yang memabukan dinilai penting/ sangat penting dan sering dipertimbangkan oleh responden sebanyak 66% - 79%.

Yang menarik, penilaian responden terkait pentingnya sertifikasi halal MUI hanya dirasa penting/sangat penting oleh 68% responden padahal indikator ini yang paling tinggi diyakini oleh responden. Hal ini sangat dimungkinkan mengingat restoran yang memiliki sertifikasi halal masih sangat minim dan jarang, karenanya pilihan komunitas Muslim selanjutnya beralih kepada indikator yang lain.

Selanjutnya, untuk mengetahui tingkat konsistensi antara persetujuan terhadap labelisasi halal dengan perilaku mengonsumsi produk halal, berikut ini diketengahkan

Page 110: PERILAKU KOMUNITAS MUSLIM PERKOTAAN DALAM …simbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/prilaku komunitas... · produk-produk makanan dan minuman. ... Aktifitas dan hasil eksperimen

82

Bab IV. Hasil dan Analisis

analisis crosstabulasi antara persetujuan terhadap labelisasi halal dengan perilaku konsumen mengonsumsi kemasan tidak berlabel halal dan analisis crosstabulasi antara persetujuan terhadap labelisasi halal dengan perilaku konsumen untuk makan di restoran/rumah makan yang tidak memiliki sertifikat halal.

Tabel 20. Crosstabulasi Persepsi Label Halal Dengan Peri-laku Mengonsumsi Produk Tidak Berlabel Halal

Perilaku Mengonsumsi Produk Kemasan Tidak Ada Label Halal

Tota

l

Tida

k Pe

rnah

Jara

ng

Kad

ang-

Kad

ang

Seri

ng

Sela

lu

Persetujuan

labelisasi Produk

Sangat Tidak Setuju

Count 0 0 1 0 0 1 % of Total

0.0% 0.0%

0.1% 0.0% 0.0% 0.1%

Tidak Setuju

Count 0 0 3 0 0 3 % of Total

0% 0% 0% 0% 0% 0%

Agak Setuju

Count 7 10 7 1 3 28 % of Total

0.9% 1.3%

0.9% 0.1% 0.4% 3.7%

Setuju Count 77 70 60 13 11 231 % of Total

10.1%

9.2% 7.9% 1.7% 1.4% 30.2%

Sangat Setuju

Count 216 103 110 43 29 501 % of Total

28.3%

13.5%

14.4%

5.6% 3.8% 65.6%

Total Count 300 183 181 57 43 764

% of Total

39.3%

24.0%

23.7% 7.5% 5.6% 100.0%

Page 111: PERILAKU KOMUNITAS MUSLIM PERKOTAAN DALAM …simbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/prilaku komunitas... · produk-produk makanan dan minuman. ... Aktifitas dan hasil eksperimen

83

Perilaku Komunitas Muslim Perkotaan dalam Mengonsumsi Produk Halal

Tabel 21. Cross Tabulasi Persepsi Sertifkasi Halal Pada Restoran dengan Perilaku Mengonsumsi produk di Restoran yang tidak ber-Label Halal

Persetujuan Sertifikasi Halal pada Restoran *Perilaku Mengonsumsi Produk di Restoran yang Tidak Ada Sertifikasi Halal Crosstabulation

Perilaku Mengonsumsi Produk di Restoran Yang Tidak Ada Sertifikasi

Halal Total

Tida

k Pe

rnah

Jara

ng

Kad

ang-

Kad

ang

Seri

ng

Sela

lu

Persetujuan

Sertifikasi Halal

pada Restora

n

Tidak Setuju

Count 0 2 3 0 0 5 % of Total

0.0% 0.3%

0.4% 0.0% 0.0% 0.7%

Agak Setuju

Count 9 7 19 6 0 41 % of Total

1.2% 0.9%

2.5% 0.8% 0.0% 5.4%

Setuju Count 78 81 79 37 12 287 % of Total

10.2%

10.6%

10.3%

4.8% 1.6% 37.6%

Sangat Setuju

Count 170 91 106 35 29 431 % of Total

22.3%

11.9%

13.9%

4.6% 3.8% 56.4%

Total Count 257 181 207 78 41 764

% of Total

33.6%

23.7%

27.1%

10.2%

5.4% 100.0%

Dari analisis tabel. 19 diatas diketahui hanya ada 61% responden yang konsisten antara persepsi persetujuan akan labelisasi halal dengan perilaku menghindari mengonsumsi produk tidak berlabel halal; sementara dari tabel 19 diatas dapat disimpulkan bahwa hanya ada 55% responden yang konsisten dengan persetujuan yaitu setuju dan sangat setuju

Page 112: PERILAKU KOMUNITAS MUSLIM PERKOTAAN DALAM …simbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/prilaku komunitas... · produk-produk makanan dan minuman. ... Aktifitas dan hasil eksperimen

84

Bab IV. Hasil dan Analisis

terhadap sertifikasi halal menghindari makanan dan minuman pada restoran yang tidak ada sertifikasi halalnya.

3. Mengonsumsi Produk/Makan di Restoran yang Diragu-kan Kehalalannya

Penelitian ini mencatat sebesar 73% responden yang sudah memiliki kesadaran untuk tidak mengonsumsi produk yang diragukan kehalalannya serta 78% yang menghindari untuk memutuskan tidak makan di restoran yang diragukan kehalalan-nya. Kecenderungan demikian dapat disimak pada tabel berikut.

Tabel 22. Perilaku Mengonsumsi Produk yang kurang jelas makan di Restoran yang diragukan kehalalannya

No Pernyataan

Distribusi Prosentase Respon Jawaban

Mea

n Sk

or

N

Tida

k Pe

rnah

Jara

ng

Kad

ang-

kada

ng

Seri

ng

Sela

lu

1

Mengonsumsi produk makanan dan minuman dalam kemasan yang kehalalannya diragukan tapi tetap mengonsumsinya.

49% 24% 19% 6% 2% 1.87 764

2

Makan di restoran/rumah makan yang yang kehalalannya diragukan tapi tetap mengonsumsinya.

60% 18% 16% 4% 1% 1.67 764

Untuk mengetahui tingkat konsistensi antara persetuju-an terhadap labelisasi halal dengan perilaku mengonsumsi

Page 113: PERILAKU KOMUNITAS MUSLIM PERKOTAAN DALAM …simbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/prilaku komunitas... · produk-produk makanan dan minuman. ... Aktifitas dan hasil eksperimen

85

Perilaku Komunitas Muslim Perkotaan dalam Mengonsumsi Produk Halal

produk yang diragukan makan di restoran/rumah makan yang diragukan, diperlukan adanya analisis cross-tabulasi antara persetujuan terhadap labelisasi halal dengan perilaku konsumen mengonsumsi kemasan tidak berlabel halal/makan di restoran/rumah makan yang tidak memiliki sertifikat halal. Melalui analisis tersebut dapat difahami secara visual seberapa kuat responden konsisten dalam mempertahankan persetujuannya itu dalam perilakunya sehari-hari.

Setelah dilakukan analisis cross-tabulasi diperoleh gambaran sebagaimana tertera dalam tabel berikut ini.

Tabel 23. Crosstabulasi Mengonsumsi Produk Kemasan Meragukan dengan Restoran yang Meragukan

mengonsumsi produk di restoran yang diragukan kehalalannya

Total

Tida

k Pe

rnah

Jara

ng

Kad

ang-

Kad

ang

Seri

ng

Sela

lu

Mengonsum-si produk kemasan yang diragu-kan kehalal-annya

Tidak Pernah

Count 335 28 8 4 1 376

% of Total 43.8% 3.7% 1.0% 0.5% 0.1% 49.2%

Jarang Count 75 81 27 0 1 184

% of Total 9.8% 10.6% 3.5% 0.0% 0.1% 24.1%

Kadang-Kadang

Count 38 29 71 5 0 143

% of Total 5% 4% 9% 1% 0% 19%

Sering Count 9 2 16 18 1 46

% of Total 1% 0% 2% 2% 0% 6%

Selalu Count 5 1 1 2 6 15

% of Total 0.7% 0.1% 0.1% 0.3% 0.8% 2.0%

Total Count 462 141 123 29 9 764

% of Total 60.5% 18.5% 16.1% 3.8% 1.2% 100.0

%

Page 114: PERILAKU KOMUNITAS MUSLIM PERKOTAAN DALAM …simbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/prilaku komunitas... · produk-produk makanan dan minuman. ... Aktifitas dan hasil eksperimen

86

Bab IV. Hasil dan Analisis

Berdasarkan analisis cross tabulasi di atas, terlihat jelas bahwa hanya ada 67,9% yang konsisten untuk meninggalkan produk yang meragukan baik produk kemasan maupun restoran yang diragukan kehalalannya, sementara yang lain terpaksa mengonsumsinya dikarenakan situasi tertentu antara lain sulit untuk mendapatkan produk yang berlabel/ restoran yang bersertifikat halal. Sulitnya untuk mendapatkan produk kemasan berlabel/restoran bersertifikat halal ini ditunjukkan oleh hasil survey yang mencatat hanya ada 67% responden menyatakan bahwa mereka mudah atau sangat mudah mencari produk kemasan yang diyakini kehalalannya dan hanya ada 53% responden menilai mudah atau sangat mudah mencari restoran yang diyakini kehalalannya. Hal ini dapat difahami dengan memperhatikan gambaran yang diketengah-kan oleh tabel berikut.

Tabel 24. Tingkat kemudahan dalam Mendapatkan Produk Halal

No Pernyataan

Distribusi Prosentase Respon Jawaban

Mea

n Sk

or

N

Sang

at

Sulit

Sulit

Aga

k m

udah

Mud

ah

Sang

at

mud

ah

1 Makanan dan minuman dalam kemasan

1% 10% 22% 45% 22% 3.75 764

2 Restoran/warung makan

4% 18% 25% 38% 15% 3.44 764

Selanjutnya jika jawaban responden itu dianalisis secara lebih jauh lagi dengan membandingkan jawaban yang

Page 115: PERILAKU KOMUNITAS MUSLIM PERKOTAAN DALAM …simbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/prilaku komunitas... · produk-produk makanan dan minuman. ... Aktifitas dan hasil eksperimen

87

Perilaku Komunitas Muslim Perkotaan dalam Mengonsumsi Produk Halal

diperoleh dari masing responden di tujuh kota, gambarannya adalah sebagaimana ditampilkan oleh grafik berikut ini.

Grafik di atas menunjukkan bahwa secara kese-luruhan nilai mean skor dari masing-masing kota berada dalam rentang antara “cukup mudah dan mudah‛. Hal ini ditunjukan oleh nilai mean skor berkisar antara 3 – 4. Komunitas muslim yang tinggal di Kota Jakarta mempunyai tingkat kemudahan mencari produk halal kemasan dan restoran halal lebih tinggi, meski tidak terlalu jauh, dibandingkan dengan komunitas muslim yang tinggal di Kota Batam, Bandung, Denpasar, Solo dan Surabaya. Pada umumnya komunitas muslim di masing-masing kota mengaku bahwa mencari produk kemasan yang halal lebih mudah dibandingkan dengan mencari restoran yang halal, mengingat masih sangat minimnya restoran/rumah-rumah makan yang memiliki sertifikat halal. Namun yang demikian ini tidak berlaku untuk komunitas muslim di Kota Manado dan Denpasar yang mengaku bahwa mencari restoran yang

Page 116: PERILAKU KOMUNITAS MUSLIM PERKOTAAN DALAM …simbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/prilaku komunitas... · produk-produk makanan dan minuman. ... Aktifitas dan hasil eksperimen

88

Bab IV. Hasil dan Analisis

halal lebih mudah dibandingkan dengan produk kemasan yang diyakini halal. Kecenderungan ini dikarenakan restoran/ rumah makan yang diyakini halal itu berada dalam lingkungan kediaman mereka atau sekurang-kurangnya mereka mengetahui tempat-tempat mana yang menyediakan produk halal, sementara produk makanan kemasan yang berlabel halal sangat jarang di lingkungan mereka.

Untuk mengetahui apakah faktor demografik res-ponden (jenis kelamin, status perkawinan, latar belakang pendidikan, kondisi ekonomi dan kota) berpengaruh terha-dap perbedaan perilaku konsumen untuk mengonsumsi atau tidak mengonsumsi produk kemasan maupun makan di restoran/warung makan yang diragukan kehalalannya maka uraian berikut mengetengahkan analisis varian dengan statistik F untuk memvalidasi apakah terdapat perbedaan respon dari setiap karakteristik demografik itu. Hasilnya adalah sebagai diketengahkan dalam uraian berikut ini.

Tabel 25. Uji Statistik F Perilaku Mengonsumsi Produk Kemasan yang Diragukan Kehalalannya Ber-dasarkan Latar Belakang Demografik

Karakteristik Statistik F Tingkat

Signifikansi

Jenis kelamin 6.629 0.010* Status Perkawinan 0.437 0.437 Usia 0.472 0.756 Pendidikan 5.230 0.000* Pengeluaran 1.042 0.391 Kota 3.208 0.004*

‘* menunjukan signifikan pada alpha 5%

Page 117: PERILAKU KOMUNITAS MUSLIM PERKOTAAN DALAM …simbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/prilaku komunitas... · produk-produk makanan dan minuman. ... Aktifitas dan hasil eksperimen

89

Perilaku Komunitas Muslim Perkotaan dalam Mengonsumsi Produk Halal

Sedangkan perbedaan perilaku konsumen dalam mengonsumsi makanan di suatu restoran/rumah makan yang diragukan kehalalannya, gambarannya sebagaimana berikut.

Tabel 26. Uji Statistik F Mengonsumsi Produk di Res-toran yang Diragukan Kehalalannya Ber-dasarkan Demografik

Karakteristik Statistik F Tingkat Signifikansi

Jenis kelamin 7.208 0.007* Status Perkawinan 0.621 0.621 Usia 0.282 0.890 Pendidikan 4.000 0.001* Pengeluaran 1.519 0.181 Kota 3.813 0.001*

‘* menunjukan signifikan pada alpha 5%

Berdasarkan gambaran dari dua tabel di atas terlihat jelas bahwa jenis kelamin, latar belakang pendidikan dan kota dimana responden tinggal berpengaruh terhadap perbedaan respon mengonsumsi produk yang diragukan kehalalannya. Khusus untuk faktor jenis kelamin, dapat dijelaskan bahwa responden dengan jenis kelamin laki-laki ternyata lebih sering untuk mengonsumsi produk yang diragukan kehalalannya dibandingkan dengan responden berjenis kelamin perem-puan; Demikian pula untuk makan makanan minuman di restoran yang meragukan responden perempuan ternyata mempunyai kecenderungan untuk menghindari dibanding-kan responden laki-laki. Hal ini sebagaimana digambarkan dalam grafik-grafik berikut ini.

Page 118: PERILAKU KOMUNITAS MUSLIM PERKOTAAN DALAM …simbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/prilaku komunitas... · produk-produk makanan dan minuman. ... Aktifitas dan hasil eksperimen

90

Bab IV. Hasil dan Analisis

Adapun halnya dengan faktor pendidikan, dapat dikatakan bahwa responden dengan pendidikan lebih tinggi mempunyai kecenderungan untuk menghindari produk kemasan dan makanan minuman di restoran yang meragukan dibandingkan dengan responden dengan pendidikan dasar SD dan SLTP. Hal ini sebagaimana digambarkan dalam grafik berikut:

Sedangkan dari sisi domisili, responden yang tinggal di

Kota Batam dan Manado ternyata mempunyai kecenderungan lebih tinggi untuk mengonsumsi produk kemasan dan

Page 119: PERILAKU KOMUNITAS MUSLIM PERKOTAAN DALAM …simbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/prilaku komunitas... · produk-produk makanan dan minuman. ... Aktifitas dan hasil eksperimen

91

Perilaku Komunitas Muslim Perkotaan dalam Mengonsumsi Produk Halal

restoran yang diragukan kehalalannya dibandingkan dengan kota lainnya, seperti tergambar dalam grafik berikut.

4. Perilaku Mendorong dan Menginformasikan Untuk

Mengonsumsi Produk Halal

Tingkat kesadaran komunitas Muslim dalam bentuk mendorong, menginformasikan produk halal kepada keluarga/teman serta mencegah atau menginformasikan keluarga/teman untuk tidak mengonsumsi produk tidak halal menunjukkan tingkat yang tergolong tinggi yaitu ada dalam rentang 73% - 79%. Hal ini menunjukan bahwa hanya ada 73% - 79% yang aktif atau peduli terhadap produk halal dalam hal mencegah, mendorong dan memberitahukan keluarga akan produk halal dan tidak halal.

Page 120: PERILAKU KOMUNITAS MUSLIM PERKOTAAN DALAM …simbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/prilaku komunitas... · produk-produk makanan dan minuman. ... Aktifitas dan hasil eksperimen

92

Bab IV. Hasil dan Analisis

Tabel 27. Perilaku Mendorong dan Menginformasikan untuk Mengonsumsi Produk Halal

No Pernyataan

Distribusi Prosentase Respon Jawaban

Mea

n Sk

or

N

Tida

k Pe

rnah

Jara

ng

Kad

ang-

kada

ng

Seri

ng

Sela

lu

% % % % %

1

Mendorong keluarga/ teman dekat untuk mengonsumsi produk halal.

2 6 15 36 41 4.09 764

2

Mencegah keluarga/ teman dekat untuk tidak mengonsumsi produk yang tidak halal

3 4 15 37 42 4.10 764

3

Memberitahu keluarga/teman dekat untuk tidak makan/ minum yang disajikan rumah makan/resto-ran yang anda tahu menjual produk yang tidak halal.

2 8 16 37 36 3.96 764

4

Memberitahu keluar-ga/teman dekat tem-pat-tempat/restoran/ warung/ rumah makan yang anda tahu terjamin kehalalan produknya.

2 8 17 39 34 3.96 764

Page 121: PERILAKU KOMUNITAS MUSLIM PERKOTAAN DALAM …simbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/prilaku komunitas... · produk-produk makanan dan minuman. ... Aktifitas dan hasil eksperimen

93

Perilaku Komunitas Muslim Perkotaan dalam Mengonsumsi Produk Halal

E. Korelasi Antara Pengetahuan, Persepsi dan Perilaku Konsu-men Muslim Terkait Produk Halal

1. Perbandingan Indeks antara Pengetahuan, Persepsi dan Perilaku Mengonsumsi Produk Halal

Indeks perilaku mengonsumsi produk halal diukur dari ‚mean skor‛ keseluruhan indikator, {yakni: a) meme-riksa komposisi bahan produk berlabel halal, b) meng-konsumsi produk kemasan yang tidak berlabel halal atau mengonsumsi makanan minuman di restoran yang tidak bersertifikasi halal, c) mengonsumsi produk kemasan atau makanan di restoran yang diragukan kehalalannya; d) upaya mendorong, mencegah, dan memberi informasi terkait produk halal}. Secara keseluruhan mean skor menunjukkan ‚tinggi‛ yaitu nilai 3,84 (dalam skala 5) dan berada dalam rentang 3,41 – 4,20‛. Indeks ini berada di bawah indeks persepsi yang bernilai 4,40 dalam rentang 4,40 – 4,60 (sangat positif) dan berada juga di bawah indeks pengetahuan yang memiliki nilai 4,60 dalam rentang 4,40-4,70 (sangat tinggi). Perbedaan ini dapat dilihat secara jelas melalui grafik di bawah ini.

Berikut adalah perbandingan antara tingkat penge-tahuan, perspesi dan perilaku komunitas muslim terhadap produk halal di tujuh kota yang diteliti.

Page 122: PERILAKU KOMUNITAS MUSLIM PERKOTAAN DALAM …simbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/prilaku komunitas... · produk-produk makanan dan minuman. ... Aktifitas dan hasil eksperimen

94

Bab IV. Hasil dan Analisis

Grafik di atas menunjukkan adanya penurunan

dalam nilai indeks antara pengetahuan, persepsi dan perilaku. Responden yang mempunyai pengetahuan ‚sangat tinggi‛ terhadap produk halal dan mempunyai persepsi ‚sangat positif‛ dalam tataran perilaku ternyata berada dalam rentang ‚tinggi‛ atau dalam klasifikasi setingkat lebih rendah dibanding dengan indeks yang dicapai dalam elemen pengetahuan dan persepsi. Penurunan nilai indeks ini dikarenakan jumlah produk yang beredar di masyarakat baik produk kemasan mau-pun restoran yang bersertifikasi masih sedikit, sehingga untuk mencapai indeks prilaku yang ideal menemui hambatan yang cukup signifikan.

Page 123: PERILAKU KOMUNITAS MUSLIM PERKOTAAN DALAM …simbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/prilaku komunitas... · produk-produk makanan dan minuman. ... Aktifitas dan hasil eksperimen

95

Perilaku Komunitas Muslim Perkotaan dalam Mengonsumsi Produk Halal

2. Analisis Jalur (Path Analysis)

Analisis jalur atau disebut path analysis adalah bagian dari rangkaian analisis regresi yang berguna untuk meng-uji serangkaian model keterkaitan hubungan antara variabel secara simultan. Analisis ini merupakan analisis regresi linier dengan koefisien regresi yang dibakukan. Analisis tersebut akan menguji signifikan atau tidaknya hubungan pengaruh antara variabel yang dihipotesiskan. Model penelitian dan hipotesis penelitian ada dalam Bab III sebelumnya. Berikut adalah hasil pengolahan dengan software SPSS 18.

a. Analisis jalur untuk menguji hipotesis H1

Tabel 28. Analisis jalur untuk menguji hipotesis H1

Dengan Variabel dependen Persepsi

Variable

Koe

f. Ja

lur

Stat

istik

t

Ting

kat

Sign

ifika

nsi

Ket

eran

gan

Stat

istik

F

Ting

kat

Sign

ifika

nsi

Ket

eran

gan

R sq

uare

Pengetahuan 0.663 24.44 0,000 Signi-fikan

597,31 0,000 Signi-fikan

0.439

Persepsi atas produk halal signifikan positif di-

pengaruhi oleh pengetahuan responden terhadap produk halal. Semakin tinggi pengetahuan responden atas produk halal maka akan meningkatkan persepsi positif terhadap produk halal. Hal ini ditunjukan oleh nilai t statistik sebesar 24,444 yang mmpunyai tingkat signifikansi 0,000 < 0,05. Besarnya pengaruh pengetahuan terhadap pening-katan perspesi responden akan produk halal adalah 43,9%.

Page 124: PERILAKU KOMUNITAS MUSLIM PERKOTAAN DALAM …simbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/prilaku komunitas... · produk-produk makanan dan minuman. ... Aktifitas dan hasil eksperimen

96

Bab IV. Hasil dan Analisis

b. Analisis Jalur Untuk Menguji Hipotesis H2 dan H3

Tabel 29. Analisis jalur untuk menguji hipotesis H2 dan H3 dengan Variable dependen Perilaku

Var

iabl

e

Koe

f. Ja

lur

Stat

istik

t

Ting

kat

Sign

ifika

nsi

Ket

eran

gan

Stat

istik

F

Ting

kat

Sign

ifika

nsi

Ket

eran

gan

R sq

uare

Pengetahuan 0.188 4.348 0.000 Signifikan

94.837 0.000 Signifikan 0.200

Persepsi 0.299 6.902 0.000 Signifikan

Secara statistik, pengetahuan dan persepsi bersama-

sama mempengaruhi variabel perilaku. Hal ini diketahui dari nilai statistik F dengan tingkat signifi-kansi 0,00 < 0,05. Secara bersama-sama kedua variabel tersebut ber-pengaruh sebesar 20% terhadap pengendalian perilaku komunitas muslim dalam mengonsumsi produk halal. Berdasarkan nilai statistik t yang menguji apakah ada pengaruh masing-masing variabel pengetahuan dan per-sepsi terhadap perilaku diketahui nilai signifikansinya masing-masing adalah 0,000 < 0,05 maka dapat dikatakan bahwa pengetahuan berpengaruh positif signifikan ter-hadap perilaku dan persepsi berpengaruh positif signi-fikan terhadap perilaku. Dari koefisien jalur diketahui bahwa persepsi mempunyai pengaruh yang lebih besar yaitu sebesar 0,299 (12,7%) dibandingkan dengan penge-tahuan yang hanya berpengaruh sebesar 0,188 (7,3%) terhadap perilaku. Peningkatan persepsi positif terhadap produk halal maka akan semakin meningkatkan berperi-laku baik dalam mengonsumsi produk halal demikian halnya dengan peningkatan pengetahuan responden atas

Page 125: PERILAKU KOMUNITAS MUSLIM PERKOTAAN DALAM …simbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/prilaku komunitas... · produk-produk makanan dan minuman. ... Aktifitas dan hasil eksperimen

97

Perilaku Komunitas Muslim Perkotaan dalam Mengonsumsi Produk Halal

produk halal maka akan semakin meningkatkan perilaku baik dalam mengonsumsi produk halal.

c. Analisis Jalur untuk Menguji Hipotesis H4, H5 dan H6

Tabel 30. Analisis Jalur Untuk Menguji Hipotesis H7, H8, H9 Dengan Variable Dependent: Pengetahuan

Var

iabl

e

Koe

f. Ja

lur

Stat

istik

t

Ting

kat

Sign

ifika

nsi

Ket

eran

gan

Stat

istik

F

Ting

kat

Sign

ifika

nsi

Ket

eran

gan

R sq

uare

Pendidikan 0.102 2.992 0.003 Signifi-

kan

37.626 0,000 Signi-fikan

0.129 Aktifitas Keagamaan 0.266 7.685 0.000 Signifi-

kan

Lingkungan 0.160 4.607 0.000 Signifi-

kan

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa akti-fitas keagamaan, lingkungan dan pendidikan responden secara bersama-sama mempengaruhi pengetahuan res-ponden. Hal ini diketahui dari nilai statistik F yaitu 37,626 dengan tingkat signifkansi 0,00 < 0,05. Secara bersama sama dari nilai R square diketahui bahwa aktifitas ke-agamaan, lingkungan dan pendidikan responden ber-pengaruh terhadap peningkatan variabel pengetahuan responden akan produk halal sebesar 12,9%. Secara pengujian individu dengan statistik t diketahui bahwa ketiga variable tersebut mempunyai tingkat signifikansi 0,00 < 0,05 maka dapat dikatakan bahwa pada selang kepercayaan 95%, pendidikan responden berpengaruh positif terhadap peningkatan pengetahuan responden,

Page 126: PERILAKU KOMUNITAS MUSLIM PERKOTAAN DALAM …simbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/prilaku komunitas... · produk-produk makanan dan minuman. ... Aktifitas dan hasil eksperimen

98

Bab IV. Hasil dan Analisis

aktifitas keagamaan berpengaruh positif terhadap pening-katan pengetahuan responden, lingkungan berpengaruh positif terhadap peningkatan pengetahuan responden. Berdasatkan koefisien jalur di atas dapat dketahui bahwa aktifitas keagamaan adalah variabel yang pertama mem-punyai pengaruh terbesar terhadap pengetahuan yaitu sebesar 0,266 (8,1%) variabel lingkungan berpengaruh sebesar 0,160 (3,5%) dan variabel pendidikan berpengaruh sebesar 0,102 (1,3%).

d. Analisis jalur untuk menguji hipotesis H7, H8 dan H9

Tabel 31. Analisis Jalur Untuk Menguji Hipotesis H7, H8, H9 Dengan Variable Dependent: Persepsi

Variable

Koe

f. Ja

lur

Stat

istik

t

Ting

kat

Sign

ifika

nsi

Ket

eran

gan

Stat

istik

F

Ting

kat

Sign

ifika

nsi

Ket

eran

gan

R sq

uare

Pendidikan 0,138 4,141 0,00

Signifikan

49,722 0,000 Signifi-

kan 0,164 Aktifitas

Keagamaan 0,276 8,120 0,00

Signifikan

Lingkungan 0,197 5,814 0,00 Signifikan

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa nilai statistic F adalah 49,722 dengan tingkat signifikansi 0,000 < 0.05 maka tolak hipotesis nol yang artinya bahwa dalam selang kepercayaan 95% variabel pengetahuan, aktifitas keagamaan, lingkungan dan pendidikan berpengaruh positif signifikan terhadap peningkatan persepsi positif atas produk halal. Dari nilai R square diketahui bahwa secara bersama variabel

Page 127: PERILAKU KOMUNITAS MUSLIM PERKOTAAN DALAM …simbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/prilaku komunitas... · produk-produk makanan dan minuman. ... Aktifitas dan hasil eksperimen

99

Perilaku Komunitas Muslim Perkotaan dalam Mengonsumsi Produk Halal

pengetahuan, aktifitas keagamaan lingkungan dan pendidik-an berpengaruh sebesar 16,4%. Berdasarkan pengujian secara individu dengan statistik t diketahui bahwa masing-masing variabel pengetahuan, aktifitas keagamaan, lingkungan dan pendidikan berpengaruh positif signifikan terhadap persepsi komunitas muslim atas produk halal. Hal ini diketahui dari nilai tingkat signifikansi 0,000 < 0,05. Berdasarkan koefisien jalur diketahui aktifitas keagamaan mempunyai pengaruh yang terbesar terhadap peningkatan persepsi atas produk halal yaitu sebsar 0,276 (5,2%) diikuti oleh variabel ling-kungan yang berpengaruh sebesar 0,197 (5,2%) dan pendidik-an yang berpengaruh sebesar 0,138 (2,3%).

Secara keseluruhan hasil penelitian kuantitatif tentang perilaku komunitas muslim perkotaan dalam mengonsumsi produk halal tersebut di atas sejalan dengan hasil pendekatan penelitian kualitatif. Analisis perilaku ini sesuai dengan hasil-hasil pendekatan penelitian kualitatif di 7 (tujuh) kota. Pendekatan kualitatif mengidentifikasi kompleksitas yang saling menopang membangun pola perilaku mengonsumsi produk halal. Pola yang dapat digambarkan pada Gambar 1. menunjukkan perilaku mengonsumsi produk halal dengan menekankan pada faktor-faktor yang saling berkontribusi membangun pola perilaku mengonsumsi produk halal. Pola perilaku mengonsumsi produk halal merupakan bagian dari pola perilaku manusia yang kompleksitasnya tidak dapat disederhanakan dengan satu doktrin berperilaku tertentu. Seseorang terikat dengan identitas kelompok, misalnya seba-gai anggota komunitas intelektual, anggota ormas, ikatan keluarga yang mengikat serta jejaring sosial yang memberi wawasan tertentu kepada individu anggotanya. Dengan demikian, seorang muslim dalam komunitasnya memiliki

Page 128: PERILAKU KOMUNITAS MUSLIM PERKOTAAN DALAM …simbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/prilaku komunitas... · produk-produk makanan dan minuman. ... Aktifitas dan hasil eksperimen

100

Bab IV. Hasil dan Analisis

pola perilaku yang bervariasi. Komunitas muslim di daerah industri, di daerah dominan budaya dan di daerah minoritas muslim memiliki kearifan lokal masing-masing, yang tumbuh dengan mengadaptasi kondisi dengan pemahaman dan keya-kinannya terhadap produk yang dipilihnya untuk dikon-sumsi. Tindakan komunitas muslim perkotaan memilih produk yang dikonsumsi dalam Teori Tindakan, dinyatakan bahwa individu melakukan suatu tindakan berdasarkan pengalaman, persepsi, pemahaman dan penaf-siran atas suatu objek stimulus atau situasi tertentu. Tindakan individu itu merupakan tindakan sosial yang rasional, yaitu mencapai tujuan atas sasaran dengan sarana-sarana yang paling tepat.15 Jenis-Jenis Tindakan Sosial yang juga dikenal dengan istilah perilaku sosial menurut Max Weber, dapat digolongkan menjadi empat kelompok (tipe), yaitu tindakan rasional instrumental, tindakan rasional berorientasi nilai, tindakan tradisional, dan tindakan afeksi.

a. Tindakan Rasional Instrumental

Tindakan ini dilakukan seseorang dengan memper-hitungkan kesesuaian antara cara yang digunakan dengan tujuan yang akan dicapai.

b. Tindakan Rasional Berorientasi Nilai

Tindakan ini bersifat rasional dan memperhitungkan manfaatnya, tetapi tujuan yang hendak dicapai tidak terlalu dipentingkan oleh si pelaku. Pelaku hanya beranggapan bahwa yang paling penting tindakan itu termasuk dalam 15 Max Weber, dalam KJ Veeger. 1990. Realitas Sosial: Refleksi Filsafat Sosial atas

Hubungan Individu-Masyarakat dalam Cakrawala Sejarah Sosiologi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

Page 129: PERILAKU KOMUNITAS MUSLIM PERKOTAAN DALAM …simbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/prilaku komunitas... · produk-produk makanan dan minuman. ... Aktifitas dan hasil eksperimen

101

Perilaku Komunitas Muslim Perkotaan dalam Mengonsumsi Produk Halal

kriteria baik dan benar menurut ukuran dan penilaian masyarakat di sekitarnya. Misalnya menjalankan ibadah sesuai dengan agamanya masing-masing.

c. Tindakan Tradisional

Tindakan ini merupakan tindakan yang tidak rasio-nal. Seseorang melakukan tindakan hanya karena kebiasa-an yang berlaku dalam masyarakat tanpa menyadari alasannya atau membuat perencanaan terlebih dahulu mengenai tujuan dan cara yang akan digunakan. Misalnya berbagai upacara adat yang terdapat di masyarakat.

d. Tindakan Afektif

Tindakan ini sebagian besar dikuasai oleh perasaan atau emosi tanpa pertimbangan-pertim-bangan akal budi. Seringkali tindakan ini dilakukan tanpa perencanaan matang dan tanpa kesadaran penuh. Jadi dapat dikatakan sebagai reaksi spontan atas suatu peristiwa. Contohnya tindakan meloncat-loncat karena kegirangan, menangis karena orang tuanya meninggal dunia, dan sebagainya.

Teori Max Weber ini dikembangkan oleh Talcott Parsons bahwa suatu aksi merupakan tindakan mekanis terhadap suatu stimulus sedangkan perilaku adalah suatu proses mental yang aktif dan kreatif. Talcott Parsons beranggapan bahwa yang utama bukanlah tindakan individu melainkan norma-norma dan nilai-nilai sosial yang menuntut dan mengatur perilaku itu. Kondisi objektif disatukan dengan komitmen kolektif terhadap suatu nilai akan mengembangkan suatu bentuk tindakan sosial tertentu. Talcott Parsons juga beranggapan bahwa tindakan individu dan kelompok itu dipengaruhi oleh

Page 130: PERILAKU KOMUNITAS MUSLIM PERKOTAAN DALAM …simbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/prilaku komunitas... · produk-produk makanan dan minuman. ... Aktifitas dan hasil eksperimen

102

Bab IV. Hasil dan Analisis

sistem sosial, sistem budaya dan sistem kepribadian dari masing-masing individu tersebut. Talcott Parsons juga melakukan klasifikasi tentang tipe peranan dalam suatu sistem sosial yang disebutnya Pattern Variables, yang didalamnya berisi tentang interaksi yang afektif, berorientasi pada diri sendiri dan orientasi kelompok.16

Faktor internal dan faktor eksternal berkelindan secara simultan memberikan pengaruh kepada pemben-tukan pola perilaku mengonsumsi produk halal. Pendi-dikan formal maupun non-formal pendidikan masa kecil di surau, di keluarga, di langgar, ditanamkan sejak kecil bahwa makan dan minum mesti perhatikan kehalalan. Jadi, pendidikan non formal dalam keluarga memegang peranan penting membangun pola mengonsumsi produk halal. Namun pendidikan tidak berdiri sendiri mengendali pola perilaku komunitas. Faktor eksternal yang telah menginternalisasi, seperti budaya lokal, dominan budaya lokal, kondisi industrialisasi dan heterogenitas yang tinggi pada tujuh kota yang diteliti membangun pola yang khas pada masing-masing kota. Kota industri seperti Surabaya, Bandung, DKI Jakarta dan Batam memberikan corak tertentu pada pola perilaku komunitas muslim, demikian pula kota-kota dominan budaya lokal seperti Solo serta kota-kota dengan penduduk muslim sebagai minoritas seperti Bali dan Menado.

Faktor lainnya yang mendukung pembentukan sosiali-sasi oleh muballigh/muballighat semakin intensif, ditambah

16 Talcott Parsons. 1975. The Present Status of "Structural-Functional" Theory in

Sociology." In Talcott Parsons, Social Systems and The Evolution of Action Theory New York: The Free Press.

Page 131: PERILAKU KOMUNITAS MUSLIM PERKOTAAN DALAM …simbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/prilaku komunitas... · produk-produk makanan dan minuman. ... Aktifitas dan hasil eksperimen

103

Perilaku Komunitas Muslim Perkotaan dalam Mengonsumsi Produk Halal

pengawasan yang baik dari pemerintah dapat mensukseskan penyelengggaraan penataan pola mengonsumsi produk halal pada komunitas muslim.

Pengaruh eksternal terhadap pola mengonsumsi produk halal tidak terlalu besar apabila faktor internal sudah cukup kuat. Oleh karenanya perlu penguatan internal komunitas muslim, dengan pembinaan, terutama sekali penanaman karakter sejak dini. Faktor pendukung perilaku mengonsumsi produk halal17 :

1) Kesadaran masyarakat

2) Aturan perundang-undangan yang bisa ditegakkan

3) Adanya reward dan punishment bagi industri makanan dan minuman

4) Perundang-undangan yang mengatur bagaimana Indus-triawan sebagai produsen memahami dan memberikan hak-hak konsumen

5) Undang-undang yang ada untuk industri makanan dan minuman selama ini masih belum utuh, masih terserak dimana-mana, perlu ada satu payung hukum yang khusus membahas hal tersebut baik terkait dengan kemasan mau-pun makanan dan minuman yang disajikan di restoran

6) Komitmen pemerintah untuk melindungi konsumen, bisa dibandingkan dengan mekanisme JAKIM Malaysia yang mengharuskan sertifikasi halal, bukan hanya melindungi komunitas muslim tapi juga non muslim karena makanan yang thayyib juga bermanfaat bagi mereka.

17 Hasil wawancara dengan Direktur LP POM jawa Timur, tanggal 27 Oktober 2011

Page 132: PERILAKU KOMUNITAS MUSLIM PERKOTAAN DALAM …simbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/prilaku komunitas... · produk-produk makanan dan minuman. ... Aktifitas dan hasil eksperimen

104

Bab IV. Hasil dan Analisis

Pengusaha produk makanan dan minuman18 menam-bahkan bahwa faktor-faktor yang menurut pengamatannya paling berpengaruh adalah status sosial ekonomi, semakin tinggi status sosial ekonomi semakin tampak peduli terhadap kehalalan dan ke-thayyib-an makanan. Semakin tinggi tingkat pendidikan menunjukkan wawasan dan pengetahuan tentang produk halal semakin bertambah, terlebih lagi dengan arus informasi yang semakin cepat diakses, membuat konsumen komunitas elit lebih banyak pertimbangan saat memilih makanan dan minuman serta wawasan tentang kesehatan juga mempengaruhi konsumsi ini, mengingat sudah cukup banyak kesadaran akan bahaya makanan dan minuman yang tidak memenuhi gizi berimbang. Kesadaran ini lebih besar pada komunitas yang status sosial ekonominya tinggi. Indus-trialisasi berpengaruh terhadap budaya dan gaya hidup. Ini terkait aspek ekonomi, pendidikan, budaya industri yang ingin serba instan lebih besar pengaruhnya daripada peng-aruh politik. Pengusaha dan pemilik industri makanan dan minuman menegaskan pentingnya pengawasan terhadap produk, bukan hanya kemudahan proses sertifikasi. Karena tidak semua produk makanan dan minuman sudah men-dapatkan sertifikasi halal, maka perlu dipertimbangkan untuk sertifikasi produk yang ‘not good for muslim’ atau seharusnya tidak dikonsumsi oleh komunitas muslim.

18 Hasil wawancara dengan pengusaha makanan dan minuman di tujuh kota.

Page 133: PERILAKU KOMUNITAS MUSLIM PERKOTAAN DALAM …simbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/prilaku komunitas... · produk-produk makanan dan minuman. ... Aktifitas dan hasil eksperimen

105

Perilaku Komunitas Muslim Perkotaan dalam Mengonsumsi Produk Halal

Gambar 1. Pola Perilaku Mengonsumsi Produk halal pada Komunitas Muslim

Perilaku Mengonsumsi Produk Halal

Faktor-faktor Internal : - Status Sosial Ekonomi (SSE), -Tingkat pendidikan - Wawasan tentang kesehatan -Life style -Pendidikan formal dan non formal -Kemampuan mengakses informasi -Daya beli -Pemahaman tentang dalil syara’ -Pemahaman tentang produk makanan dan minuman

Faktor-faktor Eksternal : - arus informasi - tanda sertifikasi -Budaya industri -Kredibilitas dan kompetensi pihak pemberi sertifikasi -Pengawasan Pemerintah -Komitmen pemerintah untuk melindungi konsumen -Regulasi yang jelas -reward dan punishment bagi pengusaha -Kepedulian ormas/organisasi social -Sosialisasi oleh muballigh/muballighat

Individu

Komunitas Intelektual

Muslim

Ikatan Keluarga

Jamaah/ Anggota Ormas

Jejaring Sosial

Page 134: PERILAKU KOMUNITAS MUSLIM PERKOTAAN DALAM …simbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/prilaku komunitas... · produk-produk makanan dan minuman. ... Aktifitas dan hasil eksperimen

106

Bab IV. Hasil dan Analisis

Page 135: PERILAKU KOMUNITAS MUSLIM PERKOTAAN DALAM …simbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/prilaku komunitas... · produk-produk makanan dan minuman. ... Aktifitas dan hasil eksperimen

107

Perilaku Komunitas Muslim Perkotaan dalam Mengonsumsi Produk Halal

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

1. Secara umum tingkat pengetahuan komunitas muslim di tujuh kota terhadap konsep produk halal berada pada level pengetahuan ‚sangat tinggi‛. Hal itu ditunjukan oleh indeks pengetahuan akan produk halal yang mencapai skor 4,55 (dalam skala 5). Pengetahuan mengenai konsep dasar produk halal itu terutama yang berkenaan dengan produk tidak mengandung babi, tidak mengandung khamer, tidak mengandung organ tubuh manusia dan tidak mengandung najis. Pengetahuan akan produk halal tersebut dipengaruhi positif signifikan oleh aktifitas keagamaan, lingkungan hidup dan latar belakang pendidikan.

2. Perspesi responden atas produk halal dan labelisasi produk halal menunjukkan gambaran yang tinggi. Hal ini didukung oleh kenyataan bahwa 95% responden meng-inginkan semua produk yang beredar terjamin kehalal-annya dan mendukung dilakukannya labelisasi halal pada produk makanan dan minuman kemasan termasuk juga restoran dan rumah-rumah makan.

3. Perilaku responden yang bekaitan dengan kesadaran untuk mengonsumsi produk halal berada pada level ‚tinggi‛ dengan nilai indeks perilaku sebesar 3,84 (dalam skala 5). Data yang diperoleh menunjukkan bahwa hanya 73% responden yang memeriksa label halal sebelum

Page 136: PERILAKU KOMUNITAS MUSLIM PERKOTAAN DALAM …simbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/prilaku komunitas... · produk-produk makanan dan minuman. ... Aktifitas dan hasil eksperimen

108

Bab V. Kesimpulan dan Rekomendasi

memutuskan membeli produk, 63% tidak pernah/jarang mengonsumsi produk yang tidak ada label halal dan 54% tidak pernah/jarang makan di restoran yang tidak ada sertifikasi label halal. Terkait perilaku menghindari mengonsumsi produk kemasan yang meragukan dan restoran yang meragukan hanya dilakukan oleh 73% - 78% responden. Sedangkan tingkat keaktifan dalam men-dorong, menginformasikan produk halal dan mencegah produk tidak halal hanya dilakukan oleh 73% - 79%. Fenomena demikian muncul diduga karena faktor masih banyaknya produk kemasan yang belum ada label halal dan restoran yang tersertifikasi halal, sehingga hanya 67% responden yang menyatakan mudah untuk mencari produk halal dan hanya 53% yang menyatakan mudah mencari restoran yang halal .

4. Berdasarkan hasil analisis jalur dapat diketahui bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara pengetahuan responden dengan persepsi mereka terhadap produk halal. Peningkatan pengetahuan produk halal akan secara positif meningkatkan persepsi positif terhadap produk halal. Pengetahuan dan persepsi secara bersama ber-pengaruh positif terhadap perilaku responden dalam mngonsumsi produk halal. Meskipun demikian pengaruh persepsi secara langsung dinilai lebih tinggi dibandingkan pengetahuan. Apa yang dipersepsikan oleh responden tentang produk halal akan lebih dominan berpengaruh terhadap perilakunya dibandingkan apa yang diketahui-nya.

5. Aktifitas keagamaan secara positif signifikan mempunyai kontribusi terbesar terhadap peningkatan pengetahuan

Page 137: PERILAKU KOMUNITAS MUSLIM PERKOTAAN DALAM …simbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/prilaku komunitas... · produk-produk makanan dan minuman. ... Aktifitas dan hasil eksperimen

109

Perilaku Komunitas Muslim Perkotaan dalam Mengonsumsi Produk Halal

dan persepsi responden atas produk halal dibandingkan faktor lingkungan dan pendidikan. Hal ini mengindi-kasikan bahwa perlunya mendorong komunitas muslim mempersering kegiatan aktifitas keagamaan, hal ini akan sejalan dengan peningkatan pengetahuan, pemahaman komunitas muslim serta peningkatan persepsi positif akan produk halal.

6. Realitas sosial yang berhasil diungkap oleh penelitian ini menunjukkan bahwa keberadaan peraturan perundang-undangan yang melindungi konsumen (muslim) dari mengonsumsi produk tidak halal sangat dibutuhkan dan merupakan suatu hal yang sifatnya sangat mendesak. Untuk itu Pemerintah dan DPR dinilai perlu ‚lebih aktif‛ untuk menghindari penilaian masyarakat, bahwa peme-rintah dan DPR lamban dalam penyelesaian undang-undang produk halal.

B. Rekomendasi

Hasil penelitian ini menghasilkan sejumlah rekomen-dasi sebagai upaya improvement planning bagi perkembangan perilaku muslim perkotaan dalam mengonsumsi produk halal. Selain itu rencana aksi yang disarankan sebagai hasil penelitian ini merupakan bentuk tanggung jawab atas per-lindungan dan jaminan pangan halal bagi komunitas muslim.

1. Keterlibatan secara aktif dari lembaga-lembaga keagama-an, para pemuka agama, penceramah, da’i, ustadz sangat diharapkan guna mendukung program sosialisasi produk halal melalui khutbah Jum’at, tulisan dan tayangan di media, kegiatan seminar dan lainnya.

Page 138: PERILAKU KOMUNITAS MUSLIM PERKOTAAN DALAM …simbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/prilaku komunitas... · produk-produk makanan dan minuman. ... Aktifitas dan hasil eksperimen

110

Bab V. Kesimpulan dan Rekomendasi

2. Kerjasama dengan perguruan tinggi dalam penyusunan kurikulum yang memberikan pembekalan bagi maha-siswa dari berbagai profesi yang relevan untuk menum-buhkan tentang penggunaan dzat/produk halal.

3. Meningkatkan pengawasan terhadap usaha produksi ma-kanan dan minuman, untuk pengusaha kecil, pengawasan dan pembinaan setidaknya untuk memberikan wawasan tentang prinsip-prinsip kehalalan produk makanan dan minuman.

4. Koordinasi lintas sektor bersama kementerian Agama, BP POM dan MUI secara sinergis dan menyusun sinkronisasi langkah mendorong adanya regulasi dan implementasi jaminan pangan halal.

5. Mendorong efisiensi dan efektivitas proses sertifikasi dan labelisasi produk di seluruh provinsi dan kabupaten/kota

6. Kerjasama dengan KADIN, Kementerian Perindustrian dan kementerian UKM untuk pembinaan usaha makanan dan minuman.

7. Mendorong lembaga legislatif untuk segera mengesahkan UU JPH sebagai bentuk perlindungan terhadap konsu-men.

8. Mendorong adanya seperangkat regulasi yang kompre-hensif mendukung UU JPH yang mengatur produksi makanan dan minuman dari hulu ke hilir.

9. Kerjasama dengan ormas untuk pembinaan ormas, NGO, dan organisasi profesi untuk sosialisasi sosialisasi kon-sumsi produk halal kepada pelajar SD sampai perguruan tinggi.

Page 139: PERILAKU KOMUNITAS MUSLIM PERKOTAAN DALAM …simbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/prilaku komunitas... · produk-produk makanan dan minuman. ... Aktifitas dan hasil eksperimen

111

Perilaku Komunitas Muslim Perkotaan dalam Mengonsumsi Produk Halal

10. Membuat modul penyuluhan agama tentang materi seputar produk halal.

11. Mendorong berdirinya restoran yang hanya menyediakan produk halal.

Page 140: PERILAKU KOMUNITAS MUSLIM PERKOTAAN DALAM …simbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/prilaku komunitas... · produk-produk makanan dan minuman. ... Aktifitas dan hasil eksperimen

112

Bab V. Kesimpulan dan Rekomendasi

Page 141: PERILAKU KOMUNITAS MUSLIM PERKOTAAN DALAM …simbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/prilaku komunitas... · produk-produk makanan dan minuman. ... Aktifitas dan hasil eksperimen

113

Perilaku Komunitas Muslim Perkotaan dalam Mengonsumsi Produk Halal

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Ali Mustofa Ya’kub (2009), Kriteria halal-haram untuk pangan, obat dan kosmetika menurut al-Qur’an dan Hadist, Pustaka Firdaus, Jakarta.

Ajzen, I. (1991). The theory of planned behavior. Organizational Behavior and Human Decision Pro-cesses, 50, p. 179-211. Di akses dari Value Based jmanagement. Net

Assadi Djamchid (2003). Do Religions Influence Customer Behavior? Confronting Religious Rules and Marketing Concepts. Cahiers du CEREN Volume: 5 Halaman: 2 - 13

Babakus, Emin, T. Bettina Cornwell, Vince Mitchell, Bodo Schlegelmilch (2004). Reactions to unethical consumer behavior across six countries Journal of Consumer Marketing Volume: 21 Issue: 4 Halaman: 254 – 263

Bonne, Karijn et Wim Verbeke (2006). Muslim consumer’s motivations towards meat consumption in Belgium: qualitative exploratory insights from means-end chain analysis, http://aof.revues. org/document90.html

Bryman, Alan. 2008. Social research methods. Oxford University Press. 748 halaman

Cornwell, Bettina, Charles Chi Cui, Vince Mitchell, Bodo Schlegel milch, Anis

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI. 1995. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta.

Dzulkiflee, Joseph Chan (2005). A cross-cultural study of the role of religion in consumers' ethical positions. International Marketing Review Volume: 22 Issue: 5. Halaman: 531 – 546

Page 142: PERILAKU KOMUNITAS MUSLIM PERKOTAAN DALAM …simbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/prilaku komunitas... · produk-produk makanan dan minuman. ... Aktifitas dan hasil eksperimen

114

Daftar Kepustakaan

Delener, Nejdet (1994). Religious Contrasts in Consumer Decision Behaviour Patterns: Their Dimensions and Marketing Implications (Abstract). European Journal of Marketing. 1994 Volume: 28 Issue: 5 Halaman: 36 – 53

Echols, Johan dan Hassan Shadily. 1994. Kamus Indonesia-Inggris. Jakarta : Gramedia.

Essoo, Nittin and Dibb, Sally (2004). Religious influences on shopping behaviour: an exploratory study. Journal of Marketing Mana-gement, 20 (7-8). Halaman:. 683-712. ISSN 0267-257X

Indonesia International Halal Exhibition - Halal Indonesia 2006 7 - 29 April 2006. Jakarta.

Malaysian Science and Technology Information Centre Portal.

http://www.mastic.gov.my/servlets/sfs

Jusmaliani dan Hanny Nasution (2009). ‚Religiosity Aspect in Consumer Behaviour: Determinants of Halal Meat Consump-tion. Asean Marketing Journal. June 2009, Vol I-No.1

Kinnear, T.C. and Taylor, J.R. (1996). Marketing Research: An Applied Approach, 5 th edition, McGraw-Hill, Inc

Max Weber, dalam KJ Veeger. 1990. Realitas Sosial: Refleksi Filsafat Sosial atas Hubungan

Individu-Masyarakat dalam Cakrawala Sejarah Sosiologi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

Omar, M, Muhammad, M, and Omar, A. (2008). An Analysis of the Muslim Consumer ’attitude towards ‘Halal’ Food Products in Kelantan. Thrusting Islam Knowledge and

Professionalism in ECER Development. ECER Regional Conference. 15-17 Desember 2008. Malaysia

Page 143: PERILAKU KOMUNITAS MUSLIM PERKOTAAN DALAM …simbi.kemenag.go.id/pustaka/images/materibuku/prilaku komunitas... · produk-produk makanan dan minuman. ... Aktifitas dan hasil eksperimen

115

Perilaku Komunitas Muslim Perkotaan dalam Mengonsumsi Produk Halal

Pettinger, C., Holdsworth, M., Gerber, M., (2004). ‚Psycho-social influences on food choice in Southern France and Central England.‛ Appetite, 42(3), 307-316.

Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam. (2008). Ekonomi Islam. PT. Raja Grafindo Persada: Jakarta

Qardhawi, Yusuf. 2000. Halal dan Haram dalam Islam, Surabaya : P.T. Bina Ilmu.

Talcott Parsons. 1975. The Present Status of "Structural-Functional" Theory in Sociology." In Talcott Parsons, Social Systems and The Evolution of Action Theory New York: The Free Press.

Yamin Sofyan dan Kurniawan Heri (2009). SPSS Complete. Jakarta : Penerbit Salemba Empat.

http://duniabaca.com/definisi-pengetahuan-serta-faktor-faktor-yang-mempengaruhi- pengetahuan.html

http://id.shvoong.com/social-sciences/psychology/1837978-definisi-persepsi/