15
STUDI TINGKAT KESADARAN SISWA SEKOLAH DASAR DALAM MEMBUANG SAMPAH Oleh : Nurliana Cipta Apsari, S.Sos., MSW. Latar Belakang Sampah merupakan salah satu hal yang dapat menimbulkan berbagai macam permasalahan, baik itu masalah sosial, masalah kesehatan, dan masalah lingkungan. Membuang sampah merupakan sebuah kebiasaan yang sebaiknya semenjak dini sudah dilatihkan sehingga dapat meminimalisir timbulnya permasalahan seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Membuang sampah pada tempatnya juga merupakan sebuah proses pendisiplinan individu untuk menjaga lingkungan sekitarnya sehingga kesehatan lingkungan dan keberlangsungan hidup lingkungan dapat terjaga. Membuang sampah masih merupakan sebuah kegiatan yang dianggap enteng oleh sebagian masyarakat Indonesia. Masyarakat masih membuang sampah seenaknya seperti misalnya membuang sampah di jalan, membuang sampah di sungai atau kali yang mengalir sampai membuang sampah di selokan-selokan. Selain itu, masyarakat Indonesia 1

perilaku membuang sampah

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Konsep dasar

Citation preview

STUDI TINGKAT KESADARAN SISWA SEKOLAH DASAR

DALAM MEMBUANG SAMPAH Oleh :Nurliana Cipta Apsari, S.Sos., MSW.Latar Belakang

Sampah merupakan salah satu hal yang dapat menimbulkan berbagai macam permasalahan, baik itu masalah sosial, masalah kesehatan, dan masalah lingkungan. Membuang sampah merupakan sebuah kebiasaan yang sebaiknya semenjak dini sudah dilatihkan sehingga dapat meminimalisir timbulnya permasalahan seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Membuang sampah pada tempatnya juga merupakan sebuah proses pendisiplinan individu untuk menjaga lingkungan sekitarnya sehingga kesehatan lingkungan dan keberlangsungan hidup lingkungan dapat terjaga.

Membuang sampah masih merupakan sebuah kegiatan yang dianggap enteng oleh sebagian masyarakat Indonesia. Masyarakat masih membuang sampah seenaknya seperti misalnya membuang sampah di jalan, membuang sampah di sungai atau kali yang mengalir sampai membuang sampah di selokan-selokan. Selain itu, masyarakat Indonesia juga masih kurang mengetahui manfaat pemilahan sampah yang organik dan anorganik. Hal ini mengakibatkan sampah menumpuk, hingga menimbulkan bencana, seperti yang terjadi di tempat pembuangan akhir sampah Leuwigajah Cimahi. Selain itu juga banyak warga yang menolak tempat tinggalnya menjadi tempat pembuangan sampah dan bahkan memblokir lokasi pembuangan sampah akhir tersebut, seperti yang terjadi di TPA Bantar Gebang pada tahun 2012 ini. Anak merupakan generasi penerus bangsa yang sebaiknya telah dibekali oleh orang dewasa mengenai hal-hal yang dapat menjaga keberlangsungan sebuah bangsa, dalam hal ini, salah satunya adalah dengan menjaga lingkungan. Lingkungan yang kita tinggali saat ini harus terpelihara sehingga kita dapat mewariskan lingkungan hidup yang sehat kepada anak-anak sebagai generasi penerus bangsa. Anak-anak yang masih dalam tahap perkembangan proses imitasi dan melihat apa yang orang dewasa di sekitarnya lakukan dalam hal membuang sampah akan ia imitasi, sehingga sulit untuk memotong mata rantai kebiasaan membuang sampah yang tidak pada tempatnya. Mencontohkan membuang sampah pada tempatnya oleh orang dewasa kepada anak-anak usia 6-12 tahun merupakan salah satu upaya mengurangi kebiasaan buruk yang dapat menyelamatkan lingkungan. Sebagaimana yang disebutkan oleh Hutchinson (2003) bahwa dalam tahap perkembangannya, Anak usia 6-12 tahun adalah anak yang sedang mengalami proses imitasi dan bahwa ia sedang memiliki kesadaran moral untuk mengkritisi dan mencontoh perbuatan yang dilakukan oleh orang dewasa di sekitarnya.

Membiasakan anak untuk membuang sampah pada tempatnya akan mengurangi efek dari degradasi lingkungan terhadap segala segi kehidupan manusia. Kesadaran siswa untuk membuang sampah pada tempatnya menjadi salah satu faktor penting dalam pembelajaran kesehatan lingkungan, sebagaimana yang diungkapkan oleh hasil penelitian Charter (1992) dalam Carolyn (1998) mengungkapkan bahwa environmental awareness is increasing in schools throughout Europe, with the introduction of environmental topics in a range of school syllabuses, together with wide recognition of the importance of environmental issues as a cross-curricular subject. Dengan kombinasi pemahaman dan contoh perbuatan yang tepat dalam hal membuang sampah, anak sebagai generasi penerus bangsa diharapkan dapat mulai turut menjaga ekosistem dan menjaga kebersinambungan lingkungan tempat mereka hidup. Anak dalam proses tumbuh kembangnya sangat mudah untuk dipengaruhi atau ditanamkan dengan nilai-nilai yang baik maupun yang jelek. Salah satu nilai yang baik yang dapat ditanamkan pada diri anak adalah kesadaran dalam membuang sampah. Seperti yang disampaikan sebelumnya bahwa kesadaran dalam membuang sampah merupakan hasil dari proses sosialisasi. Dengan demikian, kesadaran anak dalam membuang sampah akan dipengaruhi oleh sosialisasi yang diterimanya mengenai pengetahuan akan membuang sampah yang benar, pengalamannya akan sikap terhadap sampah, dan perilaku yang dipelajarinya dalam membuang sampah.

Tingkat kesadaran individu dalam membuang sampah dipengaruhi oleh pengetahuan, sikap dan perilaku mereka dalam kegiatan membuang sampah tersebut. Siswa sekolah dasar sebagai individu yang sedang dalam tahapan operasional konkrit (Piaget, dalam Fong & Resnick, 1986) mulai memahami penggunaan symbol-simbol seperti kata-kata untuk mewakili hal yang lain. Dalam masa ini, maka anak mulai memikirkan hubungan timbal balik antara sebuah kejadian dengan penyebab dan akibat yang mungkin terjadi. Berdasarkan hal tersebut, penelitan ini dilaksanakan untuk mengetahui bagaimana tingkat kesadaran siswa SD dalam membuang sampah yang akan mencakup aspek pengetahuan, sikap dan perilaku mereka dalam membuang sampah. Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana kesadaran siswa sekolah dasar dalam membuang sampah melalui aspek pengetahuan, aspek sikap dan aspek perilaku, sehingga dapat disusun sebuah rekomendasi lanjutan yang dapat diaplikasikan, baik itu oleh siswa, oleh sekolah maupun oleh pemerintah. Penelitian ini dilaksanakan di Kota Cimahi, dan objek penelitian adalah para siswa kelas 2 sampai 5 Sekolah Dasar Negeri 5 Mandiri Cimahi Kota Cimahi. Perkembangan Anak

Perkembangan anak merupakan bagian dari ilmu perkembangan manusia yang khusus membahas mengenai tumbuh kembang anak. Perkembangan anak dimulai semenjak masa sebelum konsepsi hingga masa dewasa. Hasil-hasil penelitian mengenai perkembangan anak sangat bermanfaat bagi orang tua yang merupakan orang paling berpengaruh terhadap anak. Menurut Fong & Resnick (1986:3) child development is the physical, mental, emotional and social growth of the child.

Secara fisik dan emosi pada perkembangan anak dapat dilihat dari keberhasilan-keberhasilan penguasaan tugas perkembangan anak sesuai dengan tahapan usianya masing-masing. Secara fisik, perkembangan anak tergantung pada koordinasi antara sensori dan motor anak tersebut. Koordinasi tersebut menggunakan berbagai panca indera yang dimiliki oleh anak. Meskipun perkembangan fisik dan emosi berbeda-beda pada setiap individu, namun banyak tanda-tanda yang dapat mencirikan perkembangan fisik dan emosi tersebut (Fong & Resnick, 1986).

Perkembangan anak secara emosional salah satunya dipengaruhi oleh hal-hal yang dialami oleh individu dalam lingkungannya. Fong & Resnick (1986:406) menyatakan it is generally agreed that personality is shaped at least in part by an individuals experiences within the environment. Telah banyak teori yang dikembangkan untuk meneliti tentang perkembangan akan secara emosional, diantaranya adalah Sigmund Freud dengan Teori Psikoanalisis, Erikson dengan Teori Ego Psikologi, Maslow dengan Teori Kebutuhan, Bandura dengan Teori Pembelajaran Sosial, dan Bowlby dengan Teori Attachment (Fong & Resnick, 1986).

Proses perkembangan sosial anak dipengaruhi oleh sosialisasi dan merupakan kepanjangan dari perkembangan emosional. Ada dua perspektif yang mendasari perkembangan sosial seorang individu, yaitu perspektif pembelajaran sosial dan perspektif kognisi sosial (Fong & Resnick, 1986). Perspektif pembelajaran memandang sosialisasi terkait dengan adanya pengaruh dari luar diri individu, dan dapat tercapai melalui pemodelan, terkait dengan insight, pelatihan dan imitasi sedangkan perspektif kognisi sosial memandang sosialisasi terkait dengan diri individu itu sendiri, dan dapat tercapai melalui perkembangan kemampuan seorang anak untuk memahami perasaan dan perilaku orang lain. Fong & Resnick (1986:459) menyebutkan bahwa

Social learning beliefs socialization accomplished through observation of models, involving insight, training and imitation. Social cognition beliefs that socialization accomplished through a childs developing ability to understand other peoples feelings and attitudes.

Perkembangan anak penting untuk diketahui oleh semua orang yang memperhatikan anak dan masalah yang dihadapi oleh anak. Mempelajari perkembangan anak bertujuan untuk mengetahui kapasitas seseorang sesuai dengan umur dan kematangan fisiknya dan juga untuk mengetahui kekuatan-kekuatan yang mempengaruhi cara anak tumbuh kembang. Fong & Resnick (1986:8) menyatakan bahwa

work in the child development field have two major goals: (1) to find out the capacities psychological, intellectual, social, emotional- of a human being at any given age between birth and physical maturity; (2) to study the forces - including changing lifestyle that affect the way a child grows up and the grown-up he or she turns out to be.

Perkembangan anak akan mempengaruhi tingkat kesadaran mereka dalam membuang sampah. Tingkat kesadaran anak dalam membuang sampah akan dipengaruhi oleh usaha-usaha yang dilakukan oleh sekolah maupun pihak lain. Usaha yang dapat dilakukan diantaranya adalah dengan mempersiapkan sarana dan prasarana pembuangan sampah, sehingga anak dapat lebih mudah membuang sampah pada tempatnya. Selain itu adalah usaha pembelajaran kebersihan dan kesehatan di sekolah yang disesuaikan dengan usia perkembangan anak. Pembelajaran kebersihan akan mempengaruhi kognisi dan perilaku anak dalam membuang sampah, sehingga pembelajaran tersebut harus selalu diberikan kepada siswa. Oleh karena itu, pembelajaran kebersihan harus selalu senantiasa mempertimbangkan kondisi usia perkembangan anak, dalam hal ini adalah anak usia sekolah.

MetodologiSD Negeri Cimahi Mandiri 5 memiliki 1.059 orang siswa yang terdiri dari 546 orang siswa dan 513 siswi. Penelitian ini melakukan survei kepada responden yang dijadikan sampel berjumlah 185 orang siswa yang tersebar dari siswa kelas 2 sampai kelas 6 SD. Kelas 1 tidak dilibatkan karena beberapa alasan, antara lain masih belum meratanya kemampuan membaca diantara siswa kelas 1. Penarikan sampel didasarkan pada perhitungan 10% atau lebih dari jumlah total populasi. Hasil PenelitianPenelitian mengenai tingkat kesadaran siswa dalam membuang sampah dilakukan mencakup 3 aspek, yaitu aspek pengetahuan, sikap dan perilaku. Pengetahuan siswa sekolah dasar mengenai kebersihan dan kesehatan lingkungan yang dipengaruhi oleh sampah akan mempengaruhi sikap siswa tersebut dalam menjaga kebersihan dan kesehatan lingkungan melalui kegiatan membuang sampah, sehingga perilaku siswa dalam membuang sampah terpengaruhi oleh pengetahuan yang mereka dapatkan. Ketiga aspek tersebut akan mempengaruhi kesadaran siswa terutama dalam membuang sampah. Pengetahuan Siswa tentang Membuang SampahPengetahuan siswa tentang membuang sampah dimulai dengan diselenggarakannya pendidikan lingkungan hidup di sekolah. Dari semua responden, 99,9% menyebutkan bahwa mereka telah mendapatkan pendidikan lingkungan hidup di kelas, yang tentunya akan mempengaruhi pemahaman mereka mengenai kebersihan lingkungan dan isu sampah. Meski demikian, masih ada siswa yang mengalami kesulitan dalam memilah sampah organic dan anorganik. Dari total responden, hanya 7% yang menjawab tidak tahu pemilahan sampah, sementara 92,5% menyatakan tahu pemilahan sampah, dan 0.5% lainnya tidak menjawab pertanyaan mengenai pemilahan sampah. Namun begitu, siswa masih mengalami kesulitan dalam melakukan pemilahan sampah karena tidak diajarkan di mata pelajaran pendidikan lingkungan hidup tersebut. Dari seluruh responden yang diberikan kuesioner, sebanyak 7% masih mengalami kesulitan membedakan sampah organic dan sampah anorganik. Pengetahuan menjadi penting dalam meneliti kesadaran siswa dalam membuang sampah, karena pengetahuan akan mempengaruhi cara anak berpikir dan bertindak dalam menjaga lingkungannya agar menjadi bersih dan sehat. Dengan tingkat pemahaman yang tinggi mengenai kebersihan lingkungan dan isu sampah, akan mempengaruhi perilaku anak dalam menjaga kebersihan lingkungan dan isu sampah tersebut. Sikap siswa dalam membuang sampah

Aspek sikap diteliti dengan menggunakan beberapa pertanyaan yang mengarah pada sikap mereka terhadap sesuatu hal. Dalam penelitian ini, sikap ditanyakan melalui pendapat mereka mengenai membuang sampah pada tempatnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua responden menyatakan bahwa membuang sampah di selokan dan di sungai adalah tindakan yang salah dan mereka menyatakan bahwa membuang sampah di sembarang tempat adalah sikap yang salah. Ini membuktikan bahwa pengetahuan mengenai kebersihan dan kesehatan lingkungan telah mempengaruhi sikap mereka dalam membuang sampah di sembarang tempat. Perilaku siswa dalam membuang sampah

Perilaku siswa dalam membuang sampah merupakan sebuah rangkaian dari aspek pengetahuan dan sikap. Perilaku akan dipengaruhi oleh pengetahuan dan sikap, sehingga berdasarkan penjelasan sebelumnya mengenai pengetahuan yang tinggi dan sikap yang benar dalam hal membuang sampah, maka diasumsikan perilaku anak dalam membuang sampah menjadi sesuai dengan yang diharapkan. Namun begitu, hasil penelitian menunjukkan bahwa 77,8% responden menyatakan bahwa mereka pernah membuang sampah di sembarang tempat, dan hanya 22,2% saja yang menyatakan bahwa mereka selalu membuang sampah pada tempatnya. Hasil penelitian menemukan bahwa perilaku siswa dalam membuang sampah yang masih kurang diakibatkan oleh kurang tersedianya fasilitas pembuangan sampah yang dapat mereka temukan pada saat ingin membuang sampah, terutama ketika mereka telah keluar dari lingkungan sekolah. Ketiadaan sarana tempat sampah mempengaruhi perilaku siswa dalam membuang sampah, karena dorongan untuk membuang sampah pada tempatnya telah ada yang dibuktikan dengan tingginya pengetahuan dan sikap siswa sekolah dasar dalam membuang sampah.

Kesimpulan dan rekomendasi

Pengetahuan, sikap dan perilaku siswa sekolah dasar dalam kebersihan dan kesehatan lingkungan dapat menentukan tingkat kesadaran siswa dalam membuang sampah. Berdasarkan penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa pengetahuan siswa mengenai membuang sampah pada tempatnya telah tinggi dan sikap siswa telah menunjukkan kecenderungan yang baik dalam membuang sampah, ini berarti bahwa kesadaran siswa sekolah dasar dalam membuang sampah pada tempatnya sudah tinggi, namun dalam aspek perilaku masih kurang tinggi karena adanya kendala penyediaan sarana pembuangan sampah yang ada baik itu di lingkungan sekolah maupun di tempat-tempat umum.

Berdasarkan temuan penelitian ini, maka diajukan rekomendasi yang berkaitan dengan sarana pembuangan sampah yang lebih baik dan lebih banyak demi memfasilitasi kesadaran siswa sekolah dasar yang telah tinggi dalam hal membuang sampah pada tempatnya. Pemerintah maupun pihak swasta dapat bekerja sama untuk menempatkan dan menjaga sarana pembuangan sampah yang baik dan sesuai dengan volume sampah, terutama di tempat-tempat umum. Pihak-pihak tersebut dapat menempatkan tempat sampah di lokasi yang mudah dijangkau dan selalu terjaga kerapihan dan kebersihannya, sehingga sampah tidak lagi berserakan yang membuat tempat umum menjadi kumuh.

Selain penyediaan tempat sampah, rekomendasi lainnya adalah menambahkan materi mata pelajaran pendidikan lingkungan hidup dengan materi jenis-jenis sampah dan usaha daur ulang apa yang dapat dilakukan untuk jenis sampah yang berbeda. Selain itu juga membiasakan anak untuk menyimpan sampah di tas atau di saku baju hingga anak menemukan tempat sampah, sehingga anak tidak membuang sampah di jalan, selokan maupun sungai. Rekomendasi lainnya dari hasil penelitian ini adalah dengan melakukan pelatihan pemilahan sampah bagi seluruh siswa sekolah dasar dan pelatihan daur ulang sampah secara sederhana bagi seluruh siswa sekolah dasar. Diharapkan dengan kegiatan pelatihan tersebut, sampah tidak lagi menjadi momok menakutkan dan menjadi ancaman bagi masyarakat dan generasi muda memiliki pengetahuan dan keterampilan yang tinggi akan sampah.

Daftar Pustaka

Butler, I. & Roberts. G. 2004. Social Work with Children and Families. London, Jessica Kingsley Publishers.

Creswell, J.W. 1994. Desain Penelitian: Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif. Terjemahan Angkatan III & IV KIK-UI bekerjasama dengan Nur Khabibah, 2002. Jakarta: KIK Press.

Fong, B. C. & Resnick, M. R. 1986. The Child: Development Through Adolescence. Palo Alto, Mayfield Publishing Company.

Northen, H. 1987. Assessment In Direct Practice, in A. Minahan (Ed.), Encyclopedia of Social Work (18th ed., pp. 171-183). Silver Spring, MD: National Association of Social Workers

Petr, C.G. 2003. Social Work with Children and Their Families: Pragmatic Foundations, 2nd ed. New York, Oxford University Press.

Thornton, A. (ed). 2001. The Well-being of Children and Families. United States, The Michigan University Press.

Watson, D. & West, J. 2006. Social Work Process and Practice: Approaches, knowledge and skills. Basingstoke: Palgrave Macmillan.

Webb, N.B. 2003. Social Work Practice with Children and Families 2nd ed. New York: The Guilford Press.

SHAPE \* MERGEFORMAT

8