Upload
dangdat
View
225
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
PERILAKU MENYIMPANG REMAJA DALAM MEMANFAATKAN
TAMAN SEBAGAI RUANG PUBLIK
1Setyo Budhi Hermanto,
2Encep Syarief Nurdin,
3Syaifullah Syam
¹Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sosiologi FPIPS Universitas Pendidikan Indonesia
²Dosen Program Studi Pendidikan Sosiologi FPIPS Universitas Pendidikan Indonesia
³Dosen Program Studi Pendidikan Sosiologi FPIPS Universitas Pendidikan Indonesia
Email: [email protected]
Abstract: Adolescent deviate behaviors in utilizing park as public space
This research is motivated by Duta Telaga Mas in North District of Bekasi
City as a public space which should be used for the visitors as place to carry
out positive social activities, but unfortunately its abused by teenagers as the
park to commit immoral and drinking. This research purpose is to know the
answer of the question about form factors of adolescent deviant behavior in
utilizing parks, social and educational use by teenagers, effort and obstacle
enccountered by the local community, and the impact of adolescent deviant
social behavior in local communities. This research used a qualitative
approach and the case study method. To gather the information, this
research use several technique such as interviews, observation,
documentation and literature studies. This research found (1) The form of
adolescent behavior on park utilization, that is a) Rationality Instrumental,
b) Affective actions, the factors is unhealthy mental attitude, aberrant
learning process, environmental factors, the need to be praised, and the lack
of spare time utilization. (2) use of social and education such as taekwondo,
chit-chat, jogging. (3) preventive and repressive efforts have been made (4)
create a bad image of the local community and bad psychology impact for
local teenagers
Keyword: Deviate behavior, Adolescent, Park
2
ABSTRAK: Perilaku Menyimpang Remaja Dalam Memanfaatkan
Taman Sebagai Ruang Publik. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh
adannya taman Duta Telaga Mas Kecamatan Bekasi Utara Kota Bekasi
sebagai ruang publik yang semestinya digunakan untuk para pengunjung
sebagai tempat untuk melaksanakan kegiatan sosial yang positif, akan tetapi
disalahgunakan oleh remaja sebagai pengunjung taman untuk melakukan
tindak asusila dan minum-minuman keras. Pada penelitian ini ingin
mengetahui jawaban dari pertanyaan bentuk dan faktor-faktor perilaku
remaja yang menyimpang dalam memanfaatkan taman, pemanfaatan sosial
dan edukasi oleh remaja, upaya dan hambatan yang dialami oleh masyarakat
setempat, dan dampak perilaku sosial remaja yang menyimpang bagi
masyarakat setempat. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan
metode studi kasus. Teknik yang digunakan pada penelitian ini yaitu melalui
wawancara, observasi, studi dokumentasi, dan studi litaratur. Temuan
penelitian ini (1) Bentuk perilaku remaja dalam memanfaatkan taman yaitu
a) Rasionalitas Instrumental, b) Tindakan Afektif, faktornya yaitu sikap
mental yang tidak sehat, proses belajar yang menyimpang, faktor
lingkungan, karena ada rasa ingin dipuji, dan kurangnya pemanfaatan waktu
luang dengan baik. (2) pemanfaatan secara sosial dan edukasi seperti
taekwondo, bersantai sambil berbincang, jogging. (3) upaya telah dilakukan
secara preventif dan represif (4) Berdampak nama baik yang buruk bagi
masyarakat setempat dan psikologis bagi remaja sekitar.
Kata Kunci: Perilaku Menyimpang, Remaja, dan Taman
Manusia pada hakikatnya adalah
makhluk sosial dimana mereka
membutuhkan orang lain untuk
berinteraksi, membantunya dalam
pekerjaan yang tidak bisa diselesaikan
dengan sendirinya, dan sebagainya.
Interaksi sosial yang terjadi merupakan
syarat utama terjadinya aktivitas-aktivitas
sosial. Interaksi sosial merupakan
hubungan-hubungan sosial yang dinamis
3
yang menyangkut hubungan antara orang-
orang, perorangan, antara kelompok-
kelompok manusia, maupun orang
perorangan dengan kelompok manusia.
(Soekanto. 2007, hlm. 55)
Hubungan-hubungan interaksi
dalam kelompok akan menjadi
masyarakat. Suatu kelompok bisa
dikatakan masyarakat yaitu menurut
Koentjaraningrat (2009, hlm. 118)
menyebutkan bahwa:”Masyarakat adalah
kesatuan hidup manusia yang berinteraksi
menurut suatu sistem adat-istiadat
tertentu yang bersifat kontinu, dan yang
terikat oleh suatu rasa identitas bersama”.
Maka dari itu suatu kelompok
dikatakan masyarakat apabila mempunyai
sistem adat tertentu yang dianut bersama.
Sistem adat bisa dikatakan norma karena
didalam sistem adat mengatur hubungan
kehidupan dengan orang lain. Norma
nantinya akan mengatur segala perilaku
dan tindakan masyarakat untuk mencegah
penyimpangan agar tidak terjadi.
Didalam masyarakat tentu ada
norma yang berlaku, menurut Setiadi dan
Kolip (2011, hlm. 132-133) norma dapat
diklasifikasikan, diantarannya:
1. Norma agama, yaitu ketentuan-
ketentuan yang bersumber dari ajaran-
ajaran agama yang dianggap sebagai
wahyu dari Tuhan yang
keberadaannya tidak boleh ditawar-
tawar lagi.
2. Norma kesopanan, yaitu ketentuan-
ketentuan hidup yang sumbernya
adalah pola-pola prilaku sebagai hasil
interaksi sosial di dalam kehidupan
kelompok.
3. Norma kesusilaan, yaitu ketentuan-
ketentuan kehidupan yang berasal dari
hati nurani, yang produk dari norma
susila ini adalah moral.
4. Norma hukum, yaitu ketentuan-
ketentuan hidup yang berlaku dalam
kehidupan sosial yang sumbernya
adalah undang-undang yang dibuat
oleh lembaga formal kenegaraan.
Di Indonesia yang mayoritas
agamannya muslim tentu akan sangat
menjadikan norma agama adalah norma
yang terpenting dalam mengatur segala
hubunganya dengan sang Maha Pencipta
dan sesama manusia. Hubungan dengan
sang Maha Pencipta tentu berhubungan
dengan suatu ibadah menurut agama dan
kepercayannya masing-masing pemeluk
sebagai rasa syukur atas nikmat yang
telah diberikannya. Sedangkan hubungan
dengan manusia adalah bagaimana suatu
individu dapat bekerja sama,
menghormati, menghargai orang lain.
Jika melihat semua norma tentu
norma berlaku untuk siapa saja tidak
terkecuali seorang remaja sekalipun.
Maka dari itu para remaja harus bisa
mengikuti dan menerima norma yang
berlaku dimasyarakat untuk mengatur
hubungan sesama manusia dan mengatur
dirinya untuk tidak menyimpang dari
norma yang telah ada.
Norma yang telah ada
dimasyarakat tentu akan berlaku di ruang
publik sekalipun, yaitu taman. Taman
adalah salah satu fasilitas yang sengaja
dibuat dengan segala keindahan dari
tanaman dan pohon-pohon yang membuat
masyarakat nyaman untuk sekedar
berbincang atau tempat berkumpul
bersama teman, kerabat, saudara, atau
bahkan pacar sekalipun.
Maka dari itu diharapkan dengan
adannya taman, masyarakat kota dapat
merasa nyaman untuk sekedar berekreasi
menghilangkan kejenuhan dari aktifitas
yang ada dengan mengisi kegiatan-
kegiatan positif pada tempat taman
tersebut. Seperti untuk olahraga,
membaca buku, dan sebagainya.
4
Akan tetapi peneliti melihat
langsung sebagai observasi awal di
Taman Duta Telaga Mas tidak
dimanfaatkan dengan baik oleh remaja.
Remaja-remaja salah menggunakan
fungsi dari taman yang telah dibuat,
bukannya untuk mengisi kegiatan positif,
malah digunakan untuk kegiatan negatif.
Para remaja yang masih duduk dibangku
SMA dan SMP kebanyakan sekarang
menggunakan taman sebagai kesempatan
untuk melakukan hal-hal yang melanggar
norma-norma yang ada dimasyarakat,
seperti pacaran, mabuk-mabukan di
taman sebagai fasilitas ruang public.
Sehingga taman tidak dapat berfungsi
sebagai mana mestinya.
Kebiasaan-kebiasaan inilah yang
mereka lakukan sehingga perilaku-
perilaku yang tak sesuai dengan budaya
timur seperti di Indonesia mereka lakukan
didepan umum. Faktor tempat seperti
taman yang menurut dari sebagian remaja
mendukung untuk melakukan hal-hal
seperti itu karena dirasa juga sangat aman
dan nyaman bagi mereka sendiri.
Perilaku-perilaku remaja yang
negatif menyebabkan perubahan yang
terjadi pada pemanfaatan taman tentu
meresahkan warga, dimana tentunya
warga masyarakat setempat
menginginkan lingkungannya bersih,
aman dari segala tindakan dan perilaku
yang tidak diinginkan, akan tetapi
harapan jauh dari kenyataan.
Perilaku remaja yang seperti ini
harus ditindak lanjuti untuk mencari
solusi yang terbaik bagi semua kalangan
masyarakat, tentunya juga jika hal ini
terus didiamkan tanpa adannya
pemecahan masalah maka akan tidak baik
bagi penerus atau generasi bangsa yang
selanjutnya.
Fenomena fenomena seperti ini
tentu menjadi masalah tersendiri bagi
masyarakat khususnya orang tua para
remaja tersebut yang mengharapkan
anaknya bisa menjadi anak yang
membanggakan bagi masyarakat.
Berdasarkan latar belakang yang
telah penulis uraikan di atas, maka
penulis merasa tertarik untuk mengetahui
lebih dalam tentang perilaku menyimpang
remaja dalam memanfaatkan taman di
Taman Duta Telaga Mas, karena
kebanyakan dari remaja berperilaku
menyimpang dalam memanfaatkan
taman.
METODE
Dalam penelitian mengenai
perilaku menyimpang remaja dalam
memanfaatkan Taman Duta Telaga Mas
yang berada di Kecamatan Bekasi Utara
Kota Bekasi maka peneliti akan
menggunakan pendekatan kualitatif.
maka peneliti menggunakan penelitian
kualitatif berdasarkan tiga alasan.
Pertama permasalahan yang dikaji dalam
penelitian perilaku sosial remaja dalam
memanfaatkan taman sebagai ruang
publik di Taman Duta Telaga Mas
Kecamatan Bekasi Utara Kota Bekasi
membutuhkan sejumlah data lapangan
yang sifatnya aktual dan kontekstual.
Kedua, pemilihan ini didasarkan pada
keterkaitan masalah yang dikaji dengan
subjek penelitian yang dikaji tidak dapat
dipisahkan dari latar belakang alamiahnya
Ketiga, bahwa suatu perilaku sosial
manusia tidak hanya diukur oleh
perhitungan statistik akan tetapi dapat
dijelaskan dengan kata-kata secara
deskriptif karena setiap perilaku sosial
manusia juga mempunyai makna
tersendiri. Dengan demikian peneliti
dapat mengungkapkan fakta yang terjadi
di lapangan secara mendalam pada
permasalahan Perilaku Menyimpang
5
Remaja Dalam Memanfaatkan Taman
Sebagai Ruang Publik.
Untuk mendapatkan data yang
akurat untuk menjawab permasalahan
mengenai perilaku sosial remaja dalam
memanfaatkan taman di taman duta telaga
mas, maka peneliti memilih salah satu
strategi dari penelitian kualitatif yaitu
studi kasus.
Studi tentang Perilaku
Menyimpang Remaja Dalam
Memanfaatkan Taman Duta Telaga Mas
Kecamatan Bekasi Utara Kota Bekasi
menggunakan metode studi kasus karena
penelitian ini hanya meliputi daerah dan
subjek yang sangat sempit yaitu para
remaja yang berada di Taman Duta
Telaga Mas Kecamatan Bekasi Utara
Kota Bekasi. Ditinjau dari sifat penelitian,
penelitian studi kasus lebih mendalam
dan membicarakan kemungkinan untuk
memecahkan masalah yang aktual dengan
mengumpulkan data-data, menyusun,
mengaplikasikan,dan mengintepretasikan.
Dengan demikian peneliti bisa
mendeskripsikan mengenai bentuk bentuk
perilaku remaja, upaya dan dampak yang
terjadi bagi masyarakat setempat terhadap
perilaku sosial remaja yang tidak
memanfaatkan taman dengan semestinya
yang berada di Taman Tega Mas
Kecamatan Bekasi Utara Kota Bekasi.
Pada teknik pengumpulan data
yang dilakukan adalah dengan
menggunakan wawancara, observasi,
studi dokumentasi, studi literatur, dan
field note. Sedangkan untuk teknik
analisis data yang digunakan adalah
melalui teknik analisis data dengan tiga
tahapan yaitu reduksi data, display data,
dan penarikan kesimpulan. Pada uji
keabsahan data yang dilakukan oleh
peneliti adalah melalui triangulasi data,
dan member check.
HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL
Berbicara mengenai taman adalah
berbicara mengenai tentang adannya
fasilitas umum yang disediakan oleh
pihak tertentu baik itu pihak swasta atau
pemerintah untuk bisa dimanfaatkan oleh
publik atau masyarakat. Fasilitas umum
ini seperti taman tentunya semua orang
atau semua masyarakat dari kalangan dan
latar belakang yang berbeda tentu
mempunyai hak yang sama dalam
memanfaatkan taman. Pemanfaatan yang
dilakukan oleh masyarakat baik itu orang
tua, orang dewasa, remaja, dan anak-anak
ketika berada di taman dapat kita lihat
sebagai perilaku. Ada orang yang ketika
ditaman dia duduk santai dan sekedar
berbincang-bincang dengan orang lain
entah itu saudarannya, temannya, atau
bahkan pasangannya, ada juga orang yang
ketika di taman dia memancing, atau
bahkan berfoto-foto itu adalah bagian dari
perilaku yang diperlihatkan oleh
pengunjung ketika berada di taman.
Saat peneliti melakukan hal
observasi atau pengamatan di tempat
lokasi penelitian benar saja hal yang di
dapat dari hasil observasi para
pengunjung taman melakukan berbagai
macam perilaku seperti yang telah
dijelaskan tadi. Perilaku yang telah
mereka perlihatkan tersebut ketika berada
di taman membuat peneliti ingin
mengetahui bentuk dari perilaku
pengunjung taman dengan cara
mewawancarainya agar dapat dijelaskan
secara deskriptif pada penelitian ini.
Pertama peneliti mewawancarai
remaja yang melakukan aktifitas sosial di
taman. peneliti mendapati tiga informan
bahwa mereka datang ke taman dengan
tujuannya dan alasannya masing-masing
ada yang berkunjung ke taman karena
ingin duduk dan bersantai, jogging dan
6
bermain sepeda. Aktifitas sosial yang
mereka lakukan ditaman dapat mereka
lakukan karena taman mendukung dan
memfasilitasi dari apa yang ingin mereka
lakukan. Setelah itu peneliti mencari
informan remaja yang melakukan
perilaku menyimpang di taman seperti
berbuat asusila dan minum-minuman
keras dimana faktor yang ditemukan
adalah mereka menjelaskan ketika
mereka datang ke taman duta telaga mas
berperilaku menyimpang lebih disaat
waktu malam hari, karena beralasan
dimalam hari gelap dan diharapkan
perilakunya tidak diketahui orang lain
atau masyarakat sekitar apalagi petugas
keamanan. Remaja melakukan perilaku
mesum karena sebelumnya memang
ketika mereka berada di taman tersebut
melihat orang lain melakukan seperti itu,
jadi dari benak mereka sendiri punya
pemikiran untuk melakukannya. Maka
dari itu dari pengalaman mereka
sebelumnya karena telah melihat orang
lain banayak yang melakukan pacaran
dan mereka mengikutinya. Remaja
merasa senang saat melakukan perilaku
menyimpang tadi dan mereka telah
merencanakan perbuatan tersebut dari
awal saat akan berangkat menuju taman
duta telaga mas, serta dari keempat
remaja faktor lokasi yang tidak jauh dari
rumah dan bisa ditempuh dengan
menggunakan motor atau kendaraan
dengan waktu 10 sampai 15 menit mereka
sudah bisa sampai ke tempat taman duta
telaga mas kurangnya pemanfaatan waktu
luang dengan baik menjadi faktor dalam
tindakan mereka itu sendiri, mereka lebih
asyik mengisi kegiatan waktu luang
dengan hal-hal yang memuaskan dan
mengasyikkan bagi mereka sendiri.
Mendapat pujian dari teman juga faktor
dari menyebabkan mereka melakukan hal
itu.
Mendapatkan mengenai perilaku
remaja dalam memanfaatkan taman maka
peneliti juga mencari tahu tentang
pemanfaatan fungsi sosial dan edukasi
taman oleh remaja. remaja biasannya
pada pagi hari melakukan aktifitas seperti
jogging atau lari pagi, bermain sepeda di
area taman, dan ada juga yang melakukan
kegiatan taekwondo saat pagi hari di
akhir pekan. bahwa taman juga pernah
dimanfaatkan oleh sekolah SMP untuk
melakukaan acara kegiatan Diklat dengan
bercamping mendirikan tenda di area
taman duta telaga mas, serta adanya acara
silaturahmi antar pemuda atau remaja
karang taruna yang ada di perumahan
Duta Harapan.
Pada permasalahan remaja yang
memanfatkan taman dengan negatif maka
tentu ada upaya yang dilakukan oleh
pihak masyarakat setempat. Upaya yang
telah dilakukan yaitu Dari pihak Forkom
RW Dumas dan FSMM telah
bekerjasama untuk selalu mengadakan
agenda penggrebekan dan penyisiran di
area sekitar taman duta telaga mas dan
danau untuk mencegah dan memberantas
segala tindakan penyimpangan yang
dilakukan masyarakat termasuk remaja.
Pihak Forkom RW Dumas dan FSMM
juga memberikan hukuman fisik kepada
remaja yang tertangkap melakukan
penyimpangan di taman berupa push-up
dan bahkan berendam di danau. Polisi
Bekasi Utara juga ikut andil dalam
permasalahan ini. Polisi telah melakukan
patroli dan selalu siap siaga untuk hadir
di TKP jika dirasa darurat dan serta jika
ada pihak yang menginformasikannya
untuk segera datang dan membina para
remaja yang melakukan penyimpangan di
area taman duta telaga mas. . Di setiap
usaha dan upaya yang telah dilakukan
tentu ada saja hambatannya. Bagi pihak
Forkom RW dan FSMM Dumas itu
7
sendiri tidak semua anggota dan
masyarakatnya selalu ada waktu untuk
melakukan kegiatan penggrebekan
tersebut, serta tidak mungkin setiap hari
untuk selalu memantau segala perilaku
remaja disekitar taman dan danau.
Sehingga diambil solusi dengan
mempekerjakan 2 satpam keamanan yang
bertugas untuk menjaga sekitar area
taman dan danau. Adannya penjagaan
dari satpam tersebut tentu diharapkan
taman dan danau selalu terpantau untuk
mencegah perilaku menyimpang remaja
di taman. Akan tetapi hamabatan bagi
satpam itu sendiri dalam bertugas tentu
ada. Tugas yang dibagi dalam dua waktu
tentu saat malam yang berjaga hanya satu
satpam dan itu dengan adannya taman
dan danau yang cukup luas semua tidak
dapat terpantau secara keseluruhan.
Sehingga masih ada saja perilaku remaja
yang pacaran dan berbuat mesum.
Adanya perilaku menyimpang
remaja dalam memanfaatkan taman juga
akan berdampak bagi masyarakat sekitar.
Dampak bagi psikologi anak remaja yang
tinggal disekitar taman cukup
dikhawatirkan dan hal ini dirasakan oleh
orang tua remaja. Mereka para orang tua
takut anaknya terlibat hal-hal perbuatan
mesum dan mabuk-mabukan seperti yang
terjadi di taman duta telaga mas, karena
setiap kesehariannya remaja sekitar taman
melihat hal perbuatan yang negative di
taman tersebut.
Nama perumahan yang tercemar
menjadi masalah masyarakat sekitar
taman dan harus bisa membersihkan
nama baik perumahan dengan
mengupayakan berbagai macam cara
untuk mencegah perilaku remaja yang
salah memanfaatkan fasilitas publik yang
ada, karena sejatinya fasilitas publik tentu
harus digunakan bersama dengan aturan-
aturan yang berlaku dimasyarakat tidak
boleh dimanfaatkan apalagi untuk
kegiatan maksiat yang melanggar norma
sosial, dan agama.
PEMBAHASAN
Manusia akan menunjukkan
perilakunya kepada orang lain, saat
berinteraksi atau bahkan saat individu
berada pada suatu tempat. Perilaku-
perilaku yang dilakukan masing-masing
individu tentu akan berbeda karena di
dalam perilaku tersebut ada faktor yang
mendasari atau melatarbelakangi individu
berbuat perilaku tertentu. Individu akan
menunjukan perilakunya pada suatu
tempat, seperti adannya taman duta telaga
mas ada berbagai banyak pengunjung
yang datang ke taman tersebut. Mereka
datang ke taman dengan berbagai perilaku
yang berbeda. Hal ini seperti yang
dijelaskan oleh Haricahyono (1989,
hlm.73) membagi perilaku itu menjadi 2
bagian diantarannya:
“Perilaku manusia terdiri dari perilaku-
perilaku yang tampak oleh mata (Over
Behaviour, seperti bekerja menangis dan
sebagainnya) dan perilaku perilaku yang
tidak tampak oleh mata (Covert
Behaviour, seperti berfikir, perasaan
emosi, kebutuhan, kebahagiaan, sikap,
dan sebagainnya)”.
Peneliti mengobservasi atau
melihat taman secara langsung bahwa
perilaku-perilaku pengunjung taman itu
khusunya remaja yang tampak adalah
para remaja sedang duduk dan berbincang
dengan temannya atau berkumpul, ada
juga yang melakukan jogging, bermain
sepeda, dan bahkan ada juga remaja yang
melakukan hal seperti pacaran atau
berbuat mesum di daerah sekitar taman.
Hal ini adalah suatu perilaku remaja yang
tampak atau bisa dilihat oleh peneliti dan
bahkan masyrakat sekitar juga melihat
itu. Sedangkan perilaku remaja yang tidak
8
tampak oleh mata adalah saat remaja
berfikir dan mempunyai alasan tertentu
datang ke taman untuk tujuan yang ingin
dia capai. Seperti halnya ada remaja yang
datang ke taman tujuannya hanya untuk
mengisi waktu bolosnya, ada juga yang
jogging pagi dan bersepeda dengan alasan
untuk mengisi waktu luang pada akhir
pekan sebagai kegiatan rutinnya, Alasan
lainnya bagi remaja adalah tempat
tersebut menjadi aman bagi mereka untuk
melakukan perilaku menyimpang seperti
pacaran dan mabuk-mabukan, karena
tempat yang gelap dan kurangnya
pengawasan dari pihak keamanan yang
ada di danau. Ada pula perasaan puas dan
senang yang dirasakan remaja yang
melakukan perilaku menyimpang di
taman.
Perilaku manusia juga dapat
dibedakan melalui dua bagian, hal ini
seperti yang disampaikan oleh Skinner
(dalam Anggriani, 2005, hlm 4)
mengemukakan bahwa perilaku dibagi
menjadi 2 bagian yaitu “Perilaku
dibedakan menjadi perilaku yang alami
(Innate Behaviour) dan perilaku operan
(Operant Behaviour). Perilaku yang alami
adalah perilaku yang dibawa sejak lahir,
yang berupa repleks dan insting,
sedangkan perilaku operan adalah
perilaku yang dibentuk melalui proses
belajar. Perilaku operan merupakan
perilaku yang dibentuk, dipelajari dan
dapat dikendalikan, oleh karena itu dapat
berubah melalui proses belajar”.
Perilaku yang alami adalah
perilaku yang repleks, tentunya adalah
perilaku yang dibawa sejak lahir. Perilaku
repleks ini ditunjukan oleh remaja saat
dia berada di taman dan melakukan
perbuatan mesum, perbuatan mesum
inilah adanya naluri atau insting dari
manusia bahwasannya manusia
membutuhkan akan adannya hasrat cinta
atau sex kepada lain jenis. Seperti mereka
melakukan ciuman hal ini suatu perilaku
remaja yang bersifat alami. Dari hasil
melakukan mesum tentunnya dari remaja
akan ada rasa kepuasaan batin yang
mereka peroleh yaitu sebuah
kebahagiaan. Sedangkan perilaku operan
yaitu suatu perilaku dari hasil proses
belajar manusia yang dibentuk, dipelajari,
dan dapat dikendalikan. Dari perilaku ini
remaja melakukan perilaku mesum atau
asusila adalah dari hasil mereka belajar
dan mengamati pada saat remaja di taman
bahwa ada orang lain yang melakukan
perbuatan seperti mesum atau pacaran,
dan akhirnya dibenak mereka mempunyai
keinginan untuk melakukan perbuatan
seperti yang orang lain lakukan di taman
tersebut.
Perilaku sosial remaja juga akan
terbentuk dari adannya sebuah interaksi,
tidak hanya itu adannya lingkungan juga
akan dapat mempengaruhi remaja dalam
berperilaku. Perilaku remaja dalam
memanfaatkan taman bisa jadi akan
pengaruh lingkungan taman. Hal ini
seperti yang diungkapkan oleh Lewin
(dalam Helmi, 1999, hlm.7)
mengemukakan bahwa “Formulasi
mengenai perilaku dengan bentuk B = F
(E – O) dengan pengertian B = behavior,
F = function, E = environment, dan O =
organism, formulasi tersebut
mengandung pengertian bahwa perilaku
(behavior) merupakan fungsi atau
tergantung kepada lingkungan
(environment) dan individu (organism)
yang saling berinteraksi”.
Penjelasan Lewin tentang perilaku
adalah fungsi dari lingkungan dan
organsme. Dalam memanfaatkan taman
dapat dijelaskan bahwa perilaku remaja
adalah tergantung dari adannya
lingkungan, lingkungan disini yang
dimaksud adalah taman. Jadi ketika
9
adannya sebuah fasilitas umum yaitu
taman, maka jika ada remaja yang ketika
itu melihat adannya taman duta telaga
mas, dan dia hanya melewati taman duta
tersebut tanpa memanfaatkannya maka
belum ada interaksi antara remaja sebagai
organis dan taman sebagai environment.
Akan tetapi ketika ada taman duta telaga
mas dan remaja datang dan
memanfaatkan taman tersebut seperti
untuk sekedar duduk dan mengobrol,
jogging, serta bermain sepeda itu artinya
lingkungan taman duta telaga mas telah
mempengaruhi remaja untuk berperilaku
demikian, karena memang taman duta
telaga mas lingkungannya mendukung
untuk kegiatan masyarakat apalagi remaja
seperti untuk sekedar duduk dan
mengobrol dengan temannya, jogging,
dan bermain sepeda. Pemanfaatan lainnya
oleh remaja yang negatif yaitu untuk
perbuatan mesum dan mabuk-mabukan di
taman duta telaga mas itu juga karena
taman tersebut bagi para remaja sangat
mendukung dengan faktor kurangnya
penerangan lampu pada taman tersebut
serta penjagaan pihak keamanan yang
kurang, sehingga keadaan lingkungan
taman yang seperti ini turut
mempengaruhi perilaku sosial remaja
yang negatif dalam memanfaatkan taman.
Apalagi taman adalah sebagai fasilitas
umum dimana semua orang dapat dengan
mudah datang dan pergi meninggalkan
taman, karena sifatnya sebagai ruang
publik, semua orang boleh
memanfaatkannya.
Dari perilaku sosial remaja dalam
memanfaatkan taman, maka peneliti akan
menjelaskan bentuk dari perilaku sosial
remaja, dan hal ini akan dijelaskan
berdasarkan klasifikasi mengenai perilaku
sosial atau tindakan sosial menurut Max
Weber (dalam Narwoko dan Suyanto,
2011, hlm 19) adalah sebagai berikut:
Pertama rasionalitas instrumental
yaitu “Disini tindakan sosial yang
dilakukan seseorang didasarkan atas
pertimbangan dan pilihan sadar yang
berhubungan dengan tujuan tindakan itu
dan ketersediaan alat yang dipergunakan
untuk mencapainya”. Max Weber (dalam
Narwoko dan Suyanto, 2011, hlm 19).
Bentuk perilaku rasionalitas instrumental
yaitu sebuah tindakan atau perilaku
seseorang individu, dimana individu
tersebut mempunyai harapan atau
tujuannya yang ingin dicapai dengan
mempertimbangan kesesuaian antara
tujuan dengan suatu alat yang dapat
membantunya dalam mencapai tujuannya
tersebut. Kesesuaian antara tujuan dengan
alat yang digunakan adalah sebuah
pemikiran rasional yang ada pada diri
aetiap manusia.
Taman Duta Telaga Mas adalah
sebuah taman perumahan yang berada di
Bekasi tepatnya di Kelurahan Harapan
Baru Kecamatan Bekasi Utara menjadi
salah satu peminat bagi masyarakat untuk
mengunjungi taman tersebut, khusunya
para remaja. Lingkungan taman yang
cukup nyaman serta dari taman tersebut
ada danau yang dapat dinikmati
pemandangannya oleh pengunjung dan
dapat diambil manfaatnya untuk
memancing karena memang danau
tersebut ada ikannya, maka menjadi salah
satu alasan digemari oleh masyarakat
untuk berkunjung ke Taman Duta Telaga
Mas meskipun keberadaannya berada di
tengah perumahan. Walaupun keberadaan
taman ini di tengah perumahan akan
tetapi lokasinya sangat strategis tidak jauh
dari jalan raya Lingkar Utara jika dari
arah utara taman dan dari jalan raya
Perjuanagan jika dari arah selatan Taman
Duta Telaga Mas.
Peneliti mendapatkan berbagai
macam tujuan yang ingin dicapai oleh
10
pengunjung taman khusunya remaja,
karena setiap remaja yang mengunjungi
taman mempunyai tujuan yang berbeda-
beda. Akan tetapi dari setiap tujuan
remaja mengunjungi taman berdasarkan
atas alasan serta cara yang dilakukannya
secara rasional. Dari beberapa informan
yaitu remaja benar-benar memanfaatkan
taman sesuai dengan tujuannya dan taman
duta telaga mas menyediakan sarana
untuk pencapaian tujuan dari remaja
tersebut.
Dimulai dari remaja yang
tujuannya hanya ingin sekedar
mengobrol, duduk santai bersama
temannya dan mengisi waktu bolosnya
dengan tempat yang nyaman. Maka dapat
ia dapatkan dengan cara mengunjungi
taman, karena memang suasana taman
yang nyaman dan rindang serta sebagai
tempat fasilitas publik yang dapat
menampung orang banyak. Taman inilah
sebagai tempat bagi masyarakat apalagi
remaja dapat santai didalamnya. Ada juga
remaja yang tujuannya ingin melakukan
aktifitas olahraga agar mendapatkan
kesehatan dan kebugaran bagi tubuhnya
dengan cara jogging dan bermain sepeda
dapat ia lakukan di taman duta telaga
mas, karena memang di taman terdapat
lintasan atau area untuk berjogging dan
bermain sepeda.
Tujuan dari remaja telah tercapai
dengan datang ke Taman Duta Telaga
Mas, karena taman tersebut menyediakan
sarana dari apa yang mereka ingin capai.
Dari suasana taman yang rindang dan
sejuk dapat dinikmati remaja dengan
duduk santai dan mengobrol dengan
temannya, serta di taman ada lintasan
untuk dapat mengelilingi danau atau
taman sehingga remaja dapat berjogging
dan bisa bermain sepeda di taman
tersebut.
Kedua tindakan afektif yaitu
“Tipe tindakan ini didominasi oleh
perasaan atau emosi tanpa refleksi
intelektual atau perencanaan sadar.
Tindakan afektif ini sifatnya spontan,
tidak rasional, dan merupakan ekspresi
emosional dari individu”. Max Weber
(dalam Narwoko dan Suyanto, 2011, hlm
19). Tindakan afektif adalah sebuah
tindakan dilakukan oleh individu atas
dasar atau latar belakang perasaan.
Dimana tindakan ini lebih mementingkan
atas dasar perasaan bukan pada tindakan
yang berdasarkan dari pertimbangan
secara rasional. Remaja yang masih
dalam tahap menuju dewasa belum
mempunyai tahapan pemikiran yang
matang dan juga segala tindakannya
masih tergolong labil, karena masih
dalam proses pencarian jati diri. Maka
segala tindakan yang remaja lakukan
lebih sering cenderung dilatarbelakangi
oleh perasaan dari pada pemikiran yang
matang layaknya orang dewasa.
Taman Duta Telaga Mas yang
berlokasi didalam perumahan, menjadi
tempat yang menarik bagi masyarakat
untuk mengunjunginya, terutama bagi
para remaja. Tempat yang berfungsi
sebagai ruang publik menjadi sebuah
daya tarik tersendiri bagi para remaja
dalam mengunjungi taman tersebut.
Setiap individu atau remaja disini
mempunyai tujuan yang berbeda-beda
dalam mengunjungi taman dan cara yang
dilakukannya dalam mengekspresikan
perasaanya dalam bentuk tindakan atau
perilaku yang mereka inginkan.
Keberadaan Taman Duta Telaga
Mas lebih sering dimanfaatkan oleh
remaja dimalam hari untuk berbuat
mesum atau tindak asusila bersama
dengan pasanganya. Perilaku remaja yang
melakukan perbuatan mesum sampai
pada tahap berpelukan dan berciuman.
11
Tindakan oleh remaja yang melakukan
perbuatan mesum tentunya mempunyai
kesadaran dan memahami bahwa
tindakan yang ia lakukan dapat
berdampak dan berpengaruh terhadap
orang lain. Akan tetapi bagi informan
remaja yang pernah melakukan perbuatan
mesum di taman tersebut tidak menjadi
sebuah pertimbangan untuk tidak
melakukan perbuatan itu di tempat
terbuka atau ruang publik, karena pada
dasarnya tindakan yang mereka lakukan,
lebih kepada tindakan atas dasar tindakan
yang lebih dilatarbelakangi oleh perasaan.
Tindakan seperti inilah suatu tindakan
pacaran yang sangat berlebihan dan lebih
kepada orientasi sebuah kesenangan yang
ingin remaja dapatkan.
Taman Duta Telaga Mas juga
tidak hanya digunakan oleh remaja untuk
berbuat mesum atau asusila, akan tetapi
ada juga remaja yang memanfaatkan
taman tersebut untuk tempat minum-
minuman keras. Sesungguhnya remaja
menyadari bahwa akan ada
konsekuensinya dari apa yang dia
perbuat, akan tetapi perbuatannya tersebut
lebih mementingkan perasaan, dimana
remaja hanya menginginkan sebuah
kesenangan dan kenikmatan semata yang
ingin ia dapatkan. Saat malam hari
pemanfaatan taman duta telaga mas oleh
remaja lebih ditemukan kepada perilaku
yang negatif. Pada bentuk perilaku sosial
remaja dalam memanfaatkan taman,
peneliti hanya mendapatkan dua bentuk
perilaku sosialnya yaitu tindakan
rasionalitas instrumental dan tindakan
afektif, sedangkan untuk tindakan
rasionalitas nilai dan tindakan tradisional
tidak ditemukan dalam penelitian ini.
Di dalam masyarakat tentu ada
yang namannya aturan atau nilai-nilai
yang dijunjung tinggi oleh masyarakat.
Sehingga dengan adannya aturan dan
nilai-nilai yang ada di masyarakat
diharapkan segala tindakan atau
perbuatan individu dapat di batasi dan
tidak terjadi sebuah kekacauan.
Maka dari itu jika perbuatan
individu tidak sesuai dengan nilai atau
aturan yang berlaku di masyarakat maka
akan dianggap sebagai individu yang
berperilaku menyimpang. Hal ini seperti
yang di jelaskan oleh Menurut Soekanto
(1990, hlm. 237) menyatakan bahwa
perilaku menyimpang dalam istilah
deviation dengan penjelasan sebagai
berikut “Deviation merupakan
penyimpangan terhadap kaidah atau
norma-norma dan nilai-nilai dalam
masyarakat. Kaidah timbul dalam
masyarakat karena diperlukan sebagai
pengatur hubungan antara seseorang
dengan ornag lain atau antara seseorang
dengan masyarakatnya. Diadakannya
kaidah serta peraturan didalam
masyarakat bertujuan supaya ada
konformitas warga masyarakat terhadap
nilai-nilai yang berlaku di dalam
masyarakat yang bersangkutan”.
Pada penelitian yang telah
dilakukan kepada informan remaja dari
apa yang pernah mereka lakukan yaitu
perbuatan mesum dan mabuk-mabukan
maka perbuatan mereka adalah perbuatan
yang menyimpang. Dimana perbuatan
tersebut adalah tidak sesuai dengan nilai-
nilai dan norma-norma yang ada
dimasyarakat. Masyarakat tidak
menginginkan adannya perilaku
seseorang yang melakukan perbuatan
mesum, karena sejatinya manusia
diciptakan berpasangan dimana jika
individu menginginkan adannya
hubungan sex maka harus ada tali
pernikahan diantara pasangan tersebut.
Tidak hanya itu perbuatan remaja yang
minum-minuman keras di taman tersebut
juga bukan seseuatu perbuatan yang
12
dinginkan oleh masyarakat sekitar. Hal
ini ditunjukan dengan pemasangan baliho
di taman yang berisi aturan dan larangan
dalam memanfaatkan taman untuk
kegiatan menyimpang seperti berbuat
mesum, dan minum-minuman keras.
Dengan adannya baliho yang terpasang
berisi aturan diharapkan pengunjung
taman khususnya segala tindakannya
dapat konformitas atau sesuai dengan
nilai dan norma yang berlaku di
masyarakat perumahan duta telaga mas.
Perbuatan yang telah dilakukan
oleh remaja dalam memanfaatkan taman
duta telaga mas untuk perbuatan atau
perilaku menyimpang tentu saja ada
faktor-faktor yang menyebabkan mereka
melakukan itu. Faktor penyebab perilaku
menyimpang tersebut seperti yang
dijelaskan Setiadi dan Kolip (2011, hlm.
215-227) ada 11 penyebab terjadiinya
perilaku menyimpang, yaitu “Adannya
sikap mental yang tidak sehat,
ketidakharmonisan dalam keluarga,
pelampiasan rasa kecewa, dorongan
kebutuhan ekonomi, pengaruh lingkungan
dan media massa, keinginan untuk dipuji
proses belajar yang menyimpang, ketidak
sanggupan menyerap norma, proses
sosialisasi, adannya ikatan sosial yang
berlainan”.
Faktor pertama yang
menyebabkan informan remaja yang
melakukan perilaku menyimpang karena
adannya sikap mental yang tidak sehat,
hal ini ditunjukan oleh remaja saat
diwawancarai oleh peneliti yaitu mereka
tidak memikirkan akibat dari konsekuensi
perilaku yang mereka lakukan yaitu
melakukan mesum dan minum-minuman
keras di tempat umum seperti taman.
Maka yang ada di benak mereka hanyalah
pemikiran atau orientasi perbuatannya
yang bersifat sesuatu yang menyenangkan
tanpa memikirkan bahwa perilaku
tersebut adalah perilaku yang
menyimpang yang tidak boleh dilakukan
karena melanggar norma dan nilai yang
ada di masyarakat apalagi dilakukan di
tempat taman duta telaga mas sebagai
tempat umum.
Faktor yang kedua yaitu proses
belajar yang menyimpang, hal ini
dibuktikan dimana hasil dari informan
remaja yang melakukan perilaku
menyimpang seperti pacaran diawali dari
pengalaman mereka melihat langsung di
area taman bahwa banyak sekali remaja
lain yang melakukan perilaku atau
perbuatan mesum di tempat taman Duta
Telaga Mas padahal itu adalah sebuah
tempat umum. Maka dari remaja tersebut
berfikir dan merencanakan perbuatan
mesumnya di taman seperti yang
dilakukan oleh remaja lain dari yang
mereka lihat. Hal ini menjadi suatu proses
belajar yang menyimpang hasil dari
sebuah pengalaman yang mereka lihat di
taman.
Faktor ketiga yaitu karena
pengaruh lingkungan, lingkungan yang
menyebabkan remaja melakukan perilaku
menyimpang. Hal ini adalah dimana
taman duta telaga mas adalah sebagai
lingkungan, dimana taman tentunya boleh
dikunjungi oleh siapa saja apalagi remaja
karena memang taman duta telaga mas
adalah tempat umum, dan kondisi taman
duta telaga mas kurangnya penerangan
lampu sehingga kondisi pada malam hari
terlihat gelap, dan membuat mereka para
remaja menjadikan kesempatan tempat
tersebut untuk melakukan perbuatan
mesum dan minum-minuman keras.
Tidak hanya itu walaupun sudah adannya
penjagaan dari satpam yang bertugas
menjaga taman dan sekitar danau dirasa
bagi mereka seperti tidak ada penjagaan
yang ketat, dan kondisi seperti inilah
yang menjadi lingkungan taman duta
13
telaga mas sebagai pengaruh bagi
perilaku menyimpang mereka. Apalagi
taman ini sudah menjadi tempat
kebiasaan bagi remaja untuk berbuat
mesum dan mabuk.
Faktor keempat keinginan untuk
di puji sebagai faktor perilaku
menyimpang, hal ini dirasakan oleh
remaja, dimana remaja menceritakan
pengalaman berpacaran dengan
pasangannya kepada teman-teman
dekatnya di sekolah dan hal itu menjadi
respon berupa pujian dari temannya
bahwa ternyata mereka telah mempunyai
kemajuan dalam hal berpacaran yaitu
sudah berani bermesraan dengan
pasangannya di taman duta telaga mas.
Sama halnya dengan remaja yang
melakukan minum-minuman keras di
taman, dan dia mendapat pujian dari
temannya sendiri yang sama-sama
minum-minuman keras di taman duta
telaga mas, saat itu lah ketika remaja di
beri pujian sudah berani minum-minuman
keras.
Faktor kelima adalah akibat dari
kurangnya pemanfaatan waktu luang
dengan baik. Hal ini disampaikan oleh
informan remaja yang tidak tahu harus
melakukan apa disaat mereka mempunyai
waktu luang, sehingga mengakibatkan
waktu luang yang ada pada mereka
digunakan untuk kegiatan-kegiatan yang
negatif untuk berbuat mesum dan minum-
minuman keras di tempat umum seperti
taman duta telaga mas.
Taman Duta Telaga Mas adalah
sebuah taman yang letaknya berada di
tengah perumahan Duta Harapan dan
Telaga Mas. Taman ini menjadi sebuah
taman yang cukup menarik untuk
dikunjungi oleh masyarakat, hal ini bisa
dilihat dari peneliti yang mengobservasi
langsung ke taman dan ternyata cukup
banyak yang datang ke taman tersebut.
Dari adanya pengunjung taman oleh
masyarakat tentunya dirasa bagi mereka
Taman Duta Telaga Mas mempunyai
fungsi tersendiri yang mengakibatkan
mereka berkunjung ke taman tersebut,
apalagi remaja. Sebelum peneliti
membahas tentang pemanfaatan fungsi
sosial dan edukasi di Taman Duta Telaga
Mas oleh remaja, maka peneliti akan
menjelaskan terlebih dahulu definisi atau
arti dari taman atau Ruang Terbuka Hijau.
Menurut Pham, Duc Uy dan Nobukazu
Nakagoshi (dalam Hakim 2012, hlm 25)
Ruang Terbuka Hijau adalah “Ruang luar
yang terdiri dari sekelompok tumbuhan,
bersifat area terbuka secara alami didalam
kota dan merupakan aspek utama
ekosistem kota dalam menjaga
keanekaragaman kehidupan dan dalam
menghasilkan oksigen, mengurangi polusi
dan kebisingan, mengurangi efek pulau
panas, memengaruhi harga rumah dan
nilai sosial serta menyediakan kesehatan
sosial kepada penghuni kota”.
Pengertian taman yang dijelaskan
di atas benar saja, bahwa dari hasil
observasi dilapangan bahwa kondisi dari
Taman Duta Telaga Mas adalah sebuah
taman dan itu ditunjukkan dengan
adannya ruang terbuka dimana setiap
orang atau siapa saja boleh masuk dan
berkunjung ke Taman Duta Telaga Mas,
dan taman ini menjadi sebuah fasilitas
umum atau sebuah fasilitas yang ada di
Perumahan Duta Harapan dan Telaga
Mas. Bisa dikatakan taman karena
memang kondisinya menyediakan adanya
pohon yang rindang dan menghasilkan
sebuah kesejukan bagi masyarakat yang
berkunjung, tidak hanya itu dari
kesejukan inilah diharapkan mempunyai
dampak kesehatan yang baik bagi
masyarakat perumahan tersebut ditengah
banyaknya polusi di daerah Bekasi akibat
sudah mulai kurangnya udara bersih
14
karena adannya polusi dari pabrik dan
kendaraan yang ada.
Penjelasan akan arti dari definisi
sebuah taman maka berlanjut mengenai
tujuan dan fungsi taman atau Ruang
Terbuka Hijau. Tujuan dan fungsi dari
Ruang Terbuka Hijau (RTH) menurut
Budihardjo dan Sudjarto (1999, hlm.91)
fungsi Ruang Terbuka Hiaju adalah:
1. Fungsi Umum
a. Tempat bermain dan berolahraga
b.Tempat bersantai
c. Tempat Komunikasi sosial
d.Tempat peralihan, tempat
menunggu
e. Sebagai ruang terbuka untuk
mendapatkan udara segar dengan
lingkungan
f. Sebagai sarana penghubung antara
suatu tempat dengan tempat yang
lain
g.Sebagai pembatas atau jarak
diantara masa bangunan.
2. Fungsi Ekologis
a. Penyegaran udara
b.Menyerap air hujan
c. Pengendalian banjir
d.Memelihara ekosistem tertentu
e. Pelembut arsitektur bangunan
Selain dikenal dengan pemanfaatan
yang negatif oleh remaja untuk perilaku
menyimpang, akan tetapi taman ini juga
dimanfaatkan untuk hal-hal yang positif
juga oleh remaja. Pemanfaatan taman
yang positif oleh remaja dilihat dari sisi
sosial dan edukasi. Jika melihat dari sisi
sosial pemenfaatannya yaitu pertama
remaja memanfaatkan taman ini sebagai
tempat berkumpul dan bersantai dengan
temannya, Kegiatan remaja seperti ini
adalah sebuah kegiatan bersosial dimana
adannya interaksi dengan temannya.
Taman ini pun juga pernah menjadi
tempat anak sekolah SMP dari bekasi
untuk melakukan sebuah kegiatan tadabur
alam. Kegiatan tadabur alam dilakukan
secara berkelompok dimana mereka juga
melakukan kegiatan camping di taman
tersebut. Hal ini menjadi sebuah kegiatan
bagaimana siswa dapat bekerja sama dan
berhubungan sosial dengan baik bersama
temannya.
Taman Duta telaga mas pernah
menjadi sebuah tempat kegiatan
silaturahmi bagi pemuda karang taruna
yang masih remaja. Hal ini dilakukan
sebagai upaya dari pihak Forkom RW
Dumas agar dengan pemuda karang
taruna dari RW lain dapat saling
mengenal dan ajang komunikasi sosial
dalam melaksanakan kegiatan yang ada di
karang taruna. Kegiatan silaturahim
sangat penting, dan pemilihan tempat
taman sebagai kegiatan tersebut
dikarenakan sangat cocok dan nyaman
bagi terlaksananya kegiatan silaturahim
karena tempat yang luas dan nyaman.
Pemanfaatan sebagai tempat
kelompok taekwondo oleh remaja adalah
sebagai kegiatan berkumpul bagi mereka
yang menyukai tentang beladiri. Sarana
berkumpul ini menjadi wadah sosial
untuk membentuk sebuah kelompok atas
dasar latar belakang hobi yang sama.
Kegiatan taekwondo ini oleh remaja
mereka lakukan pada setiap akhir pekan
dan pelaksanaan tempat latihan di Taman
Duta Telaga Mas. Untuk jadwalnya hari
minggu di mulai pada pukul 07.00 wib sd
09.00 wib. Suasana pagi membuat
kegiatan mereka menjadi semangat dalam
latihan bela diri. Apalagi kegiatan
taekwondo tersebut dimulai dengan
kegiatan pemanasan. Kegiatan sosial
lainnya bagi kesehatan remaja, mereka
melakuka aktifitas jogging dan bermain
sepeda seperti yang dilakukan oleh Fikri
dan Dinda. Aktifitas jogging dan bermain
sepeda pada dasarnya adalah sebuah
15
kegiatan dimana untuk membuat badan
menjadi bugar dengan aktifitas yang
mengeluarkan keringat. Kegiatan
dilakukan pada akhir pekan adalah
sebagai bentuk kegiatan untuk
menyehatkan badan setelah mereka
melakukan berbagai aktifitas selama
enam hari, karena badan membutuhkan
kesehatan dengan olahraga.
Kegiatan yang dilakukan secara
positif oleh remaja yaitu dimulai dari
sebuah kegiatan berkumpul dan tempat
bersantai, adannya kegiatan tadabur alam
yang dilaksanakan oleh SMP di Bekasi,
kegiatan silaturahmi antar pemuda karang
taruna, kegiatan adannya taekwondo atau
bela diri, jogging dan bermain yang
dilakukan di Taman Duta Telaga Mas
sebagai tempat pelaksanaanya, maka
kegiatan seperti itulah termasuk kedalam
fungsi umum dari adannya Ruang
Terbuka Hijau atau taman sebagai tempat
komunikasi sosial remaja, tempat
bersantai, bermain dan berolahraga
dikalangan remaja.
Kegiatan yang dimanfaatkan oleh
remaja secara positif dari sisi edukasi atau
pendidikan yang remaja dapatkan adalah
dimulai dari kegiatan tadabur alam.
Kegiatan seperti inilah menjadi sarana
dan tujuan agar anak SMP yang masih
tergolong remaja mampu mengenali alam
dan makhluk hidup yang ada di sekitar
taman serta agar tertanam pada jiwanya
mempunyai rasa bersyukur atas segala
yang diciptakan oleh sang Maha Kuasa,
walaupun Taman Duta Telaga Mas adalah
sebuah alam atau taman buatan
setidaknya ada usaha dari pihak sekolah
untuk memperkenalkan lingkungan yang
berada di sekitar masyarakat. Kegiatan
tadabur alam juga dapat bermanfaat bagi
kecerdasan spiritual dan kecintaan remaja
pada lingkungan alam atau sekitar
sehingga ada rasa atau pemikiran untuk
selalu menjaga keasrian lingkungan.
Kegiatan taekwondo atau bela diri
bagi remaja menjadi sebuah pendidikan
bagi mereka untuk melatih bagaimana
belajar ilmu bela diri dengan baik dan
dapat menghadapi orang jahat apabila
menyerang mereka. Pada kegiatan ini
mereka biasannya diajarkan untuk
menggunakan ilmu bela dirinya untuk
hal-hal yang positif seperti membantu
orang lain dari serangan penjahat dan
tidak menggunakan ilmu bela dirinya
untuk menyombongkan diri. Sehingga
selain diajarkan ilmu bela diri juga
diajarkan bagaimana seorang remaja
bersikap dengan baik kepada orang lain.
Di dalam masyarakat tentunya
menginginkan kondisi sosial yang baik,
dimana tiap individu dapat bertindak dan
berperilaku dengan baik sesuai dari
norma sosial yang ada di masyarakat.
Akan tetapi tentu ada saja ada individu
atau kelompok yang tindakan atau
perilakunya melanggar norma sosial yang
sudah terbentuk dimasyarakat. Hal seperti
inilah yang tidak diinginkan oleh semua
masyarakat. Maka dari itu dilakukan
sebuah upaya pengendalian sosial agar
semuanya kembali kepada kondisi yang
kondusif dan harmonis.
Pada pengendalian sosial yang
dilakukan oleh masyarakat yang pertama
yaitu suatu pengendalian sosial secara
preventif. “Sifat pengendalian preventif
adalah segala bentuk pengendalian sosial
yang berupa pencegahan atas perilaku
menyimpang (deviation) agar dalam
kehidupan sosial tetap kondusif
(harmonis)”. (Setiadi dan Kolip, 2011,
hlm. 255). Ada juga tokoh lain yaitu
Narwoko dan Suyanto (2007. hlm 134)
yang berpendapat bahwa “Kontrol sosial
yang dilakukan sebelum terjadinnya
pelanggaran atau dalam versi mengancam
16
sanksi disebut kontrol sosial yang bersifat
preventif”. Pengendalian sosial yang telah
dilakukan oleh masyarakat sekitar dalam
hal mencegah pemanfaatan taman secara
negatif oleh remaja yaitu dengan
memasang baliho pada taman yang berisi
aturan yang jelas berupa larangan kepada
pengunjung taman saat berada di Taman
Duta Telaga Mas. Isi larangan tersebut
yaitu berupa larangan berpacaran,
memasuki limgkungan danau dumas
dengan seragam sekolah, melakukan
perbuatan asusila dan/atau maksiat,
membuat keonaran dan sebagainya. Pesan
dan aturan tersebut adalah hasil dari
kerjasama antara pihak Forkom RW
Dumas, Polsek Bekasi Utara, dan FSMM
Dumas.
Aturan ini disampaikan untuk
sosialisasi dengan tujuan agar para
pengunjung taman khususnya remaja
dapat mengatahui hal-hal yang dilarang
saat berkunjung ke taman. Sehingga
dengan adannya aturan yang telah
diketahui oleh remaja mereka dapat
berfikir untuk tidak melakukan perilaku
menyimpang tersebut dan takut akan
ancaman berupa sanksi hukum yang ia
dapat apabila melakukan penyimpangan.
Sebelum adannya aturan tertulis
pada baliho dahulu upaya pencegahan
dilakukan oleh pihak Forkom RW dan
FSMM Dumas dengan mengadakan
upaya penggrebekan yaitu menyisir ke
area taman untuk menangkap dan
memberikan pembinaan kepada remaja
yang kedapatan melakun perbuatan
mesum dan mabuk-mabukan serta dengan
memanggil orang tuanya untuk
menjemput anaknya agar perbuatan
anaknya dapat diketahui oleh orang
tuanya sehingga orang tua pun ikut dapat
mendidik dan memberikan nasehat agar
perbuatannya tersebut tidak diulanggi
lago olehnya. Akan tetapi upaya tersebut
sudah tidak dilakukan oleh pihak pihak
Forkom RW dan FSMM Dumas.
Upaya penggrebekan sudah tidak
dilakukan oleh pihak Forkom RW dan
FSMM Dumas, maka agar area taman
dapat terpantau dan terkontrol dengan
baik, pihak Forkom RW mempekerjakan
dua satpam atau keamanan untuk menjaga
area taman dan danau. Penjagaan
dilakukan oleh satpam tersebut dibagi ke
dalam dua waktu baik siang dan malam.
Jadwal dari penjagaan yang dilakukan
satpam pada Taman Duta Telaga Mas
yaitu pada pagi hari dimulai pada pukul
09.00-17.00 Wib dan malam hari dimulai
pukul 19.00-03.00 Wib. Adannya satpam
atau keamanan yang dikhususkan untuk
menjaga taman dan danau diharapkan
dapat mengontrol dan memantau situasi
taman. Sehingga tidak ada lagi remaja
yang melakukan perilaku menyimpang
seperti berbuat mesum dan minum-
minuman keras.
Upaya secara preventif ini juga
dilakukan oleh pihak Polsek Bekasi Utara
yaitu pada bagian Sat Binmas, dimana
dengan mengadakan patroli ke Taman
Duta Telaga Mas walaupun hanya
sekedar dilintasi dan itu pun dilakukan
setiap hari karena beliau berangkat dan
pulang dari kantor selalu lewat taman.
Upaya lainnya juga telah dilakukan oleh
pihak Polsek Bekasi Utara dimulai dari
sosialisasi aturan dalam pemanfaatan
taman juga telah dilakukan upaya patroli
atau mengontrol kondisi lingkungan
sekitar taman, dan hal itu dilakukan setiap
hari.
Pihak Forkom RW juga membuat
sebuah program yaitu adannya
pembentukan karang taruna, yang
mewadahi remaja Perumahan Duta
Harapan dan Telaga Mas agar remaja
mampu untuk berorganisasi dengan baik
dan terjalin hubungan kerjasama diantara
17
mereka dan dapat belajar bagaimana
bertanggungjawab dengan baik dalam
kegiatan sosial. Di dalam karang taruna
tentu ada kegiatan positif yang dapat
mereka lakukan dan dapat mereka ambil
manfaatnya dari kegiatan tersebut.
Kegiatan-kegiatan positif inilah mampu
membuat remaja sibuk dengan kegiatan
positifnya sehingga remaja akan terhindar
untuk melakukan kegiatan negatif.
Program dari FSMM Dumas
dalam mencegah perilaku menyimpang
remaja dalam memanfaatkan taman, yaitu
programnya adalah dengan mengadakan
majelis ta’lim di beberapa masjid dan
musholla yang ada di perumahan Duta
Harapan dan Telaga mas. Akan tetapi
kebanyakan yang hadir dari majelis ta’lim
ini yang hadir kebanyakan orang tua saja,
seperti kata beliau yaitu
Upaya secara preventif atau
pencegahan juga dilakukan oleh
masyarakat sekitar taman, pertama yaitu
dengan memberikan anak remaja
pendidikan formal. Pendidikan formal
atau sekolah diharapkan siswa yang
masih remaja dapat belajar ilmu
pengetahuan atau intelektual. Dari
pemahaman pengetahuannya dalam
intelektual dapat memberikan suatu bekal
dalam dunia kerja nanti saat remaja
menjadi dewasa.
Akan tetapi dalam pendidikan
tidak hanya pengetahuan secara
intelektual yang diberikan sekolah kepada
siswanya. Pendidikan formal atau sekolah
juga memberikan pendidikan karakter
dimana didalamnya ada nilai, budaya, dan
norma yang ditanamkan kepada siswa,
sehingga diharapkan siswa yang masih
remaja dapat menjadi manusia yang
mempunyai etika dan moral yang dapat
diaplikasikan dalam lingkungan
masyaraktnya.
Kedua upaya yang dilakukan
dalam pencegahan perilaku remaja yang
menyimpang adalah dengan
memberikannya tambahan belajar selain
di sekolah untuk mengikuti bimbingan
belajar. Selain dapat mengisi waktu
luangnya setelah jam belajar di sekolah
telah usai, ilmu pengetahuan yang tidak
remaja peroleh dari sekolah maka ia
dapatkan melalui bimbingan belajar. Dari
waktu luang itulah tidak ada kesempatan
atau pemikiran untuk melakukan hal-hal
atau perilaku menyimpang, karena telah
diisi dengan kegiatan positif.
Ketiga upaya yang dilakukan
dengan menitipkan anak remaja untuk
belajar mengaji kepada ustadz atau
mungkin dengan mengajaknya untuk
pergi dalam acara pengajian majelis
ta’lim yang ada disekitar ligkungan. Dari
kegiatan mengaji atau pengajian majelis
ta’lim diharapkan tertanam nilai agama
yang kuat, dengan nilai agama yang kuat
rasa takut akan dosa atas perbuatan buruk
dapat remaja hindari. Hal ini bisa menjadi
benteng dalam diri remaja untuk selalu
berbuat baik dan menjauhi perbuatan
yang buruk atau menyimpang.
Upaya yang telah dilakukan
secara preventif atau pencegahan tentu
dalam pengendalian sosial dilakukan pula
suatu pengendalian secara represif.
“Pengendalian sosial secara represif
adalah bentuk pengendalian sosial yang
bertujuan untuk mengembalikan
kekacauan sosial atau mengembalikan
situasi deviasi menjadi keadaan kondusif
kembali (harmonis)”. (Setiadi dan Kolip,
2011, hlm 256).
Pengendalian sosial secara
represif juga dijelaskan oleh Narwoko
dan Suyanto (2007, hlm. 134) bahwa
“Kontrol sosial yang dilakukan setelah
terjadi pelanggaran dengan maksud
hendak memulihkan keadaan agar bisa
18
berjalan seperti semula disebut kontrol
sosial yang bersifat represif”.
Pengendalian sosial secara represif yang
telah diupayakan masyarakat yaitu untuk
memperbaiki dan mengembalikan
keadaan taman untuk dapat dimanfaatkan
oleh remaja sesuai dengan fungsinya,
maka melalui pihak Forkom RW dan
FSMM Dumas memberikan hukuman
kepada remaja yang kedapatan
melakukan perbuatan mesum dan minum-
minuman keras di area taman berupa
push-up dan berendam di danau. Selain
adannya pemberian hukuman juga
didatangkannya orang tua remaja kepada
pihak Forkom RW dan FSMM Dumas
untuk menjemput anaknya. Diharapkan
dengan pemberian hukuman dan
didatangkannya orang tua remaja merasa
jera dan tidak akan mengulangi
perbuatannya lagi.
Pemberian hukuman oleh
masyarakat kepada remaja yang
melakukan perilaku menyimpang
menurut Setiadi dan kolip (2011, hlm.
257) ada tiga sanksi yaitu:
1. Sanksi fisik, yaitu sanksi yang
mengakibatkan penderitaan fisik pada
pihak yang terbebani sanksi tersebut,
misalnya didera, dipenjara, diikat, dan
sebagainya.
2. Sanksi psikologis, yang merupakan
beban penderitaan yang dikenakan
pada pihak yang terbebani sanksi
dengan beban kejiwaan, seperti
dipermalukan di muka umum, dan
lain sebagainya.
3. Sanksi ekonomik, yang merupakan
beban penderitaan yang dikenakan
kepada pelanggar norma berupa
pengurangan benda dalam bentuk
penyitaan dan denda, membayar ganti
rugi dan sebagainya.
Sanksi yang diberikan masyarakat
kepada remaja yang melakukan perilaku
menyimpang di Taman Duta Telaga Mas
telah diberikan. Dimulai dari sanksi fisik
berupa push-up dan berendam di danau.
Sanksi psikologispun telah diterima
remaja melalui adannya pemanggilan
orang tua untuk datang menjemput
anaknya, dengan begitu anak remaja
tersebut akan malu kepada orang tuanya
atas perbuatan yang telah dilakukannya.
Sedangkan untuk sanksi ekonomi disini
tidak ada dan tidak dilakukan oleh
masyarakat setempat dalam mengatasi
perilaku menyimpang untuk memberikan
denda bagi yang melanggar tata tertib
larangan pengunjung taman duta telaga
mas.
Upaya telah dilakukan oleh
masyarakat baik secara preventif yaitu
pencegahan dan upaya secara represif
berupa pemberian hukuman. Akan tetapi
semua upaya yang telah dilakukan oleh
masyarakat tentunya memiliki hambatan.
Hambatan yang dialami oleh masyarakat
pertama masyarakat bersama Polsek
Bekasi Utara telah melakukan sosialisasi
mengenai aturan dalam mengunjungi
taman yang tertulis di baliho. Baliho
tersebut telah dipasang pada taman
dengan tujuan dapat dibaca dan diketahui
oleh para pengunjung taman, akan tetapi
hambatannya sebagian dari baliho
tersebut sudah mulai robek dan tidak bisa
terbaca secara keseluruhan oleh
pengunjung.
Kedua hambatan dirasakan oleh
pihak Forkom Rw dan FSMM Dumas
bahwa dahulu telah dilakukan
penggrebekan dan menyisir area taman
dan danau akan tetapi pihak Forkom RW
dan FSMM Dumas tidak mempunyai
banyak waktu untuk melakukan hal itu
apalagi jika harus tiap hari memantau
keadaan taman, karena memang
mempunyai kesibukan tersendiri bagi
anggotannya dan masyarakat juga sedikit
19
yang berpartisipasi dalam kegiatan
tersebut. Akhirnya memutuskan untuk
menugaskan dua satpam atau keamanan
untuk menjaga area taman baik siang dan
malam dari perilaku pengunjung yang
tidak diinginkan oleh masyarakat.
Ketiga hambatan dirasakan oleh
pihak Forkom RW dimana membentuk
sebuah program yaitu adanya karang
taruna pada Perumahan Duta Harapan dan
Telaga Mas. Karang Taruna mewadahi
bagi setiap remaja untuk organisasi yang
diharapkan dapat membuat sebuah
kegiatan yang positif. Akan tetapi karang
taruna di perumahan tersebut kini sudah
tidak berjalan lagi, karena belum adannya
kepengurusan yang baru. Program
Majelis Ta’lim yang diadakan oleh pihak
FSMM Dumas juga mengalami
hambatan. Di dalam pengajian majelis
ta’lim ini adalah sebuah kegiatan agama
untuk menanamkan nilai-nilai keagamaan
khususnya islam, agar masyarakat
mempunyai ahklak yang baik, khusunya
remaja untuk mencegah perbuatan yang
tidak baik. Akan tetapi masih saja
mengalami kendala di mulai dari
kurangnya kesadaran remaja untuk
menghadiri kegiatan tersebut di masjid-
masjid dekat lingkungan mereka, yang
hadir dalam kegiatan tersebut kebanyakan
atau mayoritas orang tua.
Keempat hambatan yang
dirasakan oleh kedua satpam tersebut
mengakui bahwa hanya ada dua satpam
untuk menjaga daerah taman dan danau,
dan hal ini dibagi kedalam dua waktu
baik siang dan malam otomatis saat
penjagaan hanya sendiri, sedangkan
taman dan danau cukup luas sehingga
tidak dapat terpantau seluruhnya apalagi
setiap menit atau setiap jam. Maka dari
itu tentu masih ada saja remaja yang
melakukan perilaku menyimpang tersebut
walau tidak separah dulu.
Kelima hambatannya bagi Polsek
Bekasi Utara adalah walau patroli telah
dilakukan akan tetapi Polsek Bekasi Utara
juga tidak hanya berptaroli pada daerah
Taman Duta Telaga Mas saja, Polsek juga
harus berpatroli ke daerah lain yang
masih menjadi wilayah Bekasi Utara,
karena daerah Bekasi Utara cukup luas,
maka setiap pengawasan tak dapat
dilakukan setiap saat. Apalagi yang
berpatroli terkadang hanya 2 sampai 3
orang saja. Sehingga tidak setiap tindakan
remaja yang menyimpang dapat diawasi
secara terus-menerus oleh polisi.
Fasilitas umum diperuntukkan
bagi masyarakat untuk dipergunakan atau
dimanfaatkan dengan baik. Keberadaan
taman duta telaga mas, menjadi sebuah
tempat yang menarik untuk dinikmati
semua kalangan masyarakat. Perilaku
sosial yang ditunjukkan dalam
mengunjungi taman ini menjadi
berpengaruh terhadap citra dari sebuah
Taman Duta Telaga Mas yang letaknya
berada di tengah-tengah masyarakat
perumahan Duta Harapan dan Telaga
Mas. Tentu dari citra tersebut tergantung
dari perilaku pengunjung, jika
dimanfaatkan dengan baik maka citra dari
taman beserta masyarakat sekitar akan
baik pula. Akan tetapi jika
pemanfaatannya disalahgunakan maka
citra dari taman dan masyarakat sekitar
tersebut juga akan berpengaruh buruk.
Hal tersebut jika dikaitkan dengan
teori labeling Menurut Edwin M. Lemert
(dalam Maryati, 2011, hlm. 120) yaitu
“Adannya proses labelisasi (Pemberian
julukan, cap, etiket, atau merek), yang
yang dilakukan masyarakat terhadap
orang tersebut. Proses ini bisa membuat
seseorang yang tadinya tidak memiliki
kebiasaan menyimpang menjadi terbiasa,
Bahkan, kemudian kebiasaan itu menjadi
gaya hidupnya”. Cap yang negatif kepada
20
masyarakat sekitar taman yaitu
masyarakat perumahan duta harapan dan
telaga mas secara otomatis melekat pada
mereka, karena begitu banyaknya remaja
yang melakukan perilaku menyimpang
untuk berbuat mesum dan minum-
minuman di area taman tersebut.
Sehingga anggapan masyarakat luar
bahwa masyarakat duta harapan dan
telaga mas seperti dianggap tidak
melakukan upaya untuk memberantas
perilaku remaja yang menyimpang di
taman. Padahal masyarakat sekitar taman
sudah melakukan berbagai upaya untuk
mengatasi permasalahan remaja dalam
memanfaatkan taman. Selain itu akibat
dari terkenalnya Taman Duta Telaga Mas
sebagai tempat para remaja untuk
melakukan perilaku menyimpang,
membuat ketertarikan bagi remaja lain
untuk datang ke taman tersebut dan
melakukan perbuatan seperti apa yang
sudah menjadi terkenalnya nama taman
Duta Telaga Mas dikalangan masyarakat
luas sebagai tempat berbuat mesum dan
minum-minuman keras. Hal inilah yang
akan menjadi bertambahnya perilaku
yang memanfaatkan taman sebagai
tempat untuk memuaskan nafsu dan
kesenangan bagi remaja. Perbuatan
remaja tertarik datang ke taman tersebut
karena sebelumnya melihat remaja lain
terlebih dahulu yang memanfaatkan
taman secara negatif, dan hal ini telah
peneliti buktikan dengan mewawancarai
informan remaja yang melakukan hal
tersebut.
Dampak sosial pada psikologi
remaja yang tinggal disekitar taman juga
dikhawatirkan bagi orang tua, hal ini
wajar karena orang tua sejatinya sangat
mencintai anaknya sehingga takut
anaknya melakukan hal-hal yang
menyimpang seperti yang dilakukan oleh
remaja di taman. Perilaku remaja yang
memanfaatkan taman secara negatif
secara tidak langsung akan memberikan
contoh bagi generasi remaja yang tinggal
di sekitar taman, karena remaja terkadang
melakukan sesuatu tanpa pernah berpikir
panjang tentang akibat dari apa yang telah
mereka perbuat di masyarakat. Dari
perbuatan yang tanpa proses berpikir
panjang membuat perilaku remaja
melanggar norma-norma sosial yang ada
di masyarakat. Adannya perilaku
menyimpang remaja dalam
memanfaatkan taman seperti perbuatan
mesum dan mabuk-mabukan.
Sebagaimana menurut Robert M.Z
Lawang (dalam Setiadi dan Kolip, 2011,
hlm. 188) bahwa penyimpangan adalah
‘Semua tindakan yang menyimpang dari
norma-norma yang berlaku dalam suatu
system sosial dan menimbulkan usaha
dari mereka yang berwenang dalam
sistem itu untuk memperbaiki perilaku
tersebut’. Maka dari itu untuk
memperbaiki nama baik dari Taman Duta
Telaga Mas dilakukan upaya dari
masyarakat setempat dan aparat yang
berwenang berupa tindakan tegas untuk
merubah dan memperbaiki pemanfaatan
taman secara negatif oleh remaja kepada
pemanfaatan secara positif. Sehingga
tidak akan ada lagi remaja yang datang ke
taman tersebut untuk berbuat mesum dan
minum-minuman keras, mereka akan
merasa jera dan menghindari perbuatan
yang dibenci dan sangat dilarang pula
oleh masyarakat sekitar. Maka dari itu
harapan besar bagi masyarakat sekitar
untuk dapat dimanfatkan dengan baik dan
lebih positif lagi bagi remaja dan
masyarakat umum dapat terwujud dan
nama baik perumahan beserta masyarakat
sekitar dapat kembali baik seperti
sebelumnya, karena pada dasarnya
masyarakat menginginkan kondisi sosial
disekitar lingkungannya dapat berjalan
21
dengan baik tanpa ada masalah yang
terjadi.
SIMPULAN
Berdasarkan temuan dan
pembahasan yang telah diuraikan
sebelumnya maka pada bagian ini penulis
menuangkannya dalam bentuk skripsi
dengan judul “Perilaku Menyimpang
Remaja Dalam Memanfaatkan Taman
Sebagai Ruang Publik”. Studi Kasus
Pemanfaatan Taman Duta Telaga Mas
Kecamatan Bekasi Utara Kota Bekasi
dalam simpulannya yaitu:
Bentuk perilaku sosial remaja
dalam memanfaatkan taman lebih yaitu 1)
rasionalitas instrumental yaitu remaja
datang ke Taman Duta Telaga Mas
karena ingin mencari kesejukan, lari pagi,
bermain sepeda, dan taekwondo mereka
datang ke tempat taman sesuai dengan
apa yang mereka inginkan karena
lingkungan taman duta telaga mas
menyediakan oksigen dan kesejukan
karena ada pohon, serta adanya tempat
yang luas untuk memfasilitasi remaja
dalam beraktifitas seperti lari pagi,
bermain sepeda, dan taekwondo. 2)
Tindakan afektif yaitu remaja melakukan
perbuatan yang berorientasi kepada
kesenangan sehingga tindakan remaja
terkadang lebih mementingkan perasaan
ketimbang logika. Seperti remaja
melakukan perbuatan asusila dan minum-
minuman keras di area taman sebagai
ruang publik tanpa memikirkan rasa malu
dan lebih mementingkan kepuasan bagi
mereka. Faktor remaja melakukan
perilaku menyimpang dalam
memanfaatkan taman pertama lebih
kepada sikap mental mereka yang tidak
sehat, kedua proses belajar yang
menyimpang, ketiga kondisi lingkungan
taman yang gelap, keempat karena ada
rasa ingin dipuji oleh temannya, dan yang
kelima kurangnya pemanfaatan waktu
luang.
Pemanfaatan taman secara sosial
dan edukasi oleh remaja yaitu
dimanfaatkan untuk kegiatan duduk dan
bersantai serta berbincang dengan teman,
kegiatan camping SMP dari sekolah
Bekasi, kegiatan silaturahmi karang
taruna Duta Harapan dan Telaga Mas,
kegiatan taekwondo, dan kegiatan jogging
atau lari pagi. Kegiatan seperti yang
dijelaskan sebelumnya adalah sebuah
kegiatan sosial dimana remaja saling
berinteraksi antar individu dan kelompok
serta adannya kegiatan yang mengarah
kepada pendidikan diantarannya
pendidikan untuk mengenal alam sekitar
dari adanya kegiatan camping yang
dilakukan oleh sekolah SMP di Bekasi
dan adannya suatu pembelajaran tentang
ilmu beladiri dari kegiatan taekwondo
yang dilakukan di taman.
Upaya dari masyarakat dan pihak
berwajib telah dilakukan untuk mengatasi
perilaku menyimpang remaja dalam
memanfaatkan taman yaitu secara
preventif dimulai dari adannya sosialisasi
aturan larangan pada baliho yang
terpasang di taman dan adannya
penggrebekan yang dilakukan Forkom
RW dan FSMM Dumas, dilakukannya
patroli oleh pihak Polsek Bekasi Utara,
serta penjagaan taman oleh Satpam.
Upaya pengendalian sosial secara represif
yang telah diupayakan masyarakat yaitu
untuk memperbaiki dan mengembalikan
keadaan taman untuk dapat dimanfaatkan
oleh remaja sesuai dengan fungsinya,
maka melalui pihak Forkom RW dan
FSMM Dumas memberikan hukuman
kepada remaja yang kedapatan
melakukan perbuatan mesum dan minum-
minuman keras di area taman berupa
push-up dan berendam di danau. Selain
22
adannya pemberian hukuman juga
didatangkannya orang tua remaja kepada
pihak Forkom RW dan FSMM Dumas
untuk menjemput anaknya. Diharapkan
dengan pemberian hukuman dan
didatangkannya orang tua remaja merasa
jera dan tidak akan mengulangi
perbuatannya lagi. Sedangkan untuk
hambatan yang dialami untuk mengatasi
perilaku menyimpang remaja dalam
memanfaatkan taman oleh berbagai pihak
diantaranya Forkom RW dan FSMM
Dumas adalah tidak adanya waktu untuk
terus melakukan kegiatan penggrebekan
dan menyisir daerah taman akibat
mempunyai kesibukan tersendiri bagi
anggota. Pihak Polsek Bekasi Utara
adalah terlalu luasnya wilayah Kecamatan
Bekasi Utara sehinga tidak dapat
terpantau setiap saat dan menyeluruh
pada area taman Duta Telaga Mas.
Sedangkan pada pihak satpam Taman
adalah cukup luas wilayah taman jadi
tidak bisa terpantau secara keseluruhan
apalagi penjagaannya hanya satu orang.
Dampak yang dialami masyarakat
setempat dari adannya perilaku
menyimpang remaja dalam
memanfaaatkan taman yaitu nama baik
perumahan dan masyarakat sekitar
menjadi buruk oleh penilaian masyarakat
luas, karena adannya perilaku remaja
yang memanfaatkan taman untuk hal
negatif yaitu perilaku seperti berbuat
mesum dan minum-minuman keras di
area taman yang berada pada perumahan
Duta Harapan dan Telaga Mas. Dampak
sosial pada psikologi remaja yang tinggal
disekitar taman juga dikhawatirkan bagi
orang tua, hal ini wajar karena orang tua
sejatinya sangat mencintai anaknya
sehingga takut anaknya melakukan hal-
hal yang menyimpang seperti yang
dilakukan oleh remaja di taman. Perilaku
remaja yang memanfaatkan taman secara
negatif secara tidak langsung akan
memberikan contoh bagi generasi remaja
yang tinggal di sekitar taman, karena
remaja terkadang melakukan sesuatu
tanpa pernah berpikir panjang tentang
akibat dari apa yang telah mereka perbuat
di masyarakat.
Daftar Rujukan
Anggriani, N. (2005) Kajian Jalan Irian
Barat Sebagai Ruang Publik
KotaSurabaya. Jurusan Teknik
Arsitektur UPN “Veteran” Jatim 2
(1) hlm. 3-4
Budihardjo, E. dan Sujarto. (1999). Kota
Berkelanjutan. Bandung: PT.Alumni
Hakim, R, (2012). Komponen
Perancangan Arsitektur Lansekap.
Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Haricahyono, C. (1989). Dimensi-dimensi
Pendidikan Moral. Semarang: IKIP
Semarang Fres.
Helmi, A. F. (1999) Beberapa Teori
Psikologi Lingkungan Buletin
Psikologi VII. (2) hlm. 7
Koentjaraningrat. (2009). Pengantar Ilmu
Antropologi. Jakarta: PT Rineka
Cipta.
Maryati, Kun, dan Suryawati, Juju.
(2011). Sosiologi Untuk SMA/MA
Kelas X. Jakarta: Esis.
Narwoko, J.D. dan Suyanto, B. (2007).
Sosiologi Teks dan Terapan. Jakarta:
Kencana.
Narwoko, J.D. dan Suyanto, B. (2011).
Sosiologi Teks Pengantar dan
Terapan. Jakarta: Kencana.
Setiadi, Elly M. dan Kolip, Usman.
(2011). Pengantar Sosiologi. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.
Soekanto, S. (2007) Sosiologi Suatu
Pengantar. Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada.
23