10
Konferensi Nasional Teknik Sipil 11 Universitas Tarumanagara, 26-27 Oktober 2017 TRP-227 PERILAKU PENGGUNA JALAN YANG MENDUKUNG KESELAMATAN DI JALAN RAYA: STUDI KOMPARASI ANTAR DAERAH DI DIY Poei Eliza Purnamasari 1 1 Program Studi Teknik Sipil, Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Jl. Babarsari 44 Yogyakarta Email: [email protected] ABSTRAK Perkembangan teknologi kendaraan; peningkatan jumlah penduduk dan derap kehidupan yang serba cepat berpengaruh pada perilaku pengguna jalan di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Penelitian ini menggunakan questioner ingin mengetahui apakah ada perbedaan perilaku responden dari masing-masing daerah dalam wilayah (DIY). Penyebaran questioner kepada pelajar; mahasiswa dan masyarakat. setelah data dianalisis, dapat disimpulkan : Faktor utama pelaksanaan tertib lalu lintas yang baik di DIY, adalah a) Penerapan sanksi / hukuman secara konsekuen, b) Cara memperoleh SIM, apakah sudah sesuai dengan prosedur, c) Rambu, marka & APILL lengkap, berkualitas baik & terawat. Kecelakaan yang pernah dialami responden di semua wilayah DIY adalah tabarakan dengan sepeda motor. Sebab utama kecelakaan di semua wilayah DIY kecuali Bantul adalah “Kurang konsentrasi”; “Pengereman mendadak” (di Bantul). Waktu kecelakaan tertinggi Yogyakarta; Sleman dan Bantul terjadi pada “siang hari”. di Gunungkidul dan Kulonprogo pada “malam hari” . Faktor penyebab kecelakaan di semua wilayah DIY : “Jalanan yang licin” dan “Permukaan jalan yang berlubang”. Sikap responden terhadap adanya telp / SMS yang masuk saat berkendara di semua wilayah DIY yaitu “Mencari tempat aman, menepikan kendaraan, kemudian memeriksa telpon/SMS”. Mengenai responden melakukan pelanggaran APILL, sikap di semua wilayah DIY sama : “Tergesa-gesa karena hampir terlambat ke tempat tujuan”. Alasan orang tidak mematuhi rambu/marka jalan, disemua wilayah DIY sama : “Tidak adanya polisi yang mengawasi” dan “Terburu-buru”. Sikap responden dalam berkendaraan saat emosi tidak stabil, di Kulonprogo & Gunungkidul: “Menambah kecepatan kendaraan”. Jawaban di semua wilayah DIY sama untuk “kapan Responden melakukan pelanggaran rambu/marka jalan ” : “Tidak ada polisi yang mengawasi”. Kata kunci: perilaku, komparasi, keselamatan, pengguna jalan 1. PENDAHULUAN Sebagai kota Pelajar dan daerah tujuan wisata setelah pulau Bali, Yogyakarta banyak dihuni oleh pelajar, mahasiswa maupun turis baik dalam jangka waktu pendek maupun panjang. Mereka tinggal dan beraktifitas atau mengunjungi daerah wisata di berbagai kabupaten/ kota Yogyakarta dalam wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta. Perkembangan teknologi moda transportasi baik di udara, air maupun darat tiada hentinya, terutama yang akan dibahas disini adalah moda darat, dari yang dikayuh sendiri sampai bertenaga gerak motor seperti kendaraan bermotor baik yang beroda dua maupun roda empat mengalami peningkatan kemampuan geraknya yang semakin tinggi kecepatannya dan hemat energi; peningkatan jumlah penduduk dan derap kehidupan saat ini yang serba cepat akan mempengaruhi gaya hidup, perilaku pengguna jalan dalam mobilitas mereka sehari-hari. Jumlah kendaraan meningkat terus dari tahun ke tahun, lebih dari 26 ribu sepeda motor ada di Yogyakarta saat ini, padahal pertumbuhan jumlah panjang jalan di Yogyakarta tidak secepat pertumbuhan jumlah sepeda motor. Akibatnya lalu lintas kendaraan bermotor yang ada di jalan raya semakin padat dari hari ke hari. Banyak pengguna jalan kehilangan kesabaran dan berusaha secepat mungkin terlepas dari suasana terjebak oleh kemacetan di jalan raya, berbagai macam tindakan mereka lakukan misalnya, mengendarai kendaraan di atas trotoar; melanggar rambu larangan dengan mengendarai sepeda motor melawan arus. Perilaku pengguna jalan yang tidak tertib lalu lintas dapat membahayakan mereka sendiri dan juga dapat membahayakan pengguna jalan yang lain. Makalah ini merupakan bagian dari penelitian Hibah Bersaing yang berjudul ”Perilaku Pengguna Jalan dalam menuju Keselamatan dan Etika berlalu lintas di Daerah Istimewa Yogyakarta” yang dilakukan di 4 kabupaten dan 1 kota dalam wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta.

PERILAKU PENGGUNA JALAN YANG MENDUKUNG …konteks.id/p/11-TRP-20.pdf · Tujuan penelitian dalam makalah ini adalah : Apakah ada perbedaan mengenai perilaku pengguna jalan yang

  • Upload
    lynga

  • View
    227

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PERILAKU PENGGUNA JALAN YANG MENDUKUNG …konteks.id/p/11-TRP-20.pdf · Tujuan penelitian dalam makalah ini adalah : Apakah ada perbedaan mengenai perilaku pengguna jalan yang

Konferensi Nasional Teknik Sipil 11 Universitas Tarumanagara, 26-27 Oktober 2017

TRP-227

PERILAKU PENGGUNA JALAN YANG MENDUKUNG KESELAMATAN DI JALAN

RAYA: STUDI KOMPARASI ANTAR DAERAH DI DIY

Poei Eliza Purnamasari1

1Program Studi Teknik Sipil, Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Jl. Babarsari 44 Yogyakarta

Email: [email protected]

ABSTRAK

Perkembangan teknologi kendaraan; peningkatan jumlah penduduk dan derap kehidupan yang serba

cepat berpengaruh pada perilaku pengguna jalan di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Penelitian

ini menggunakan questioner ingin mengetahui apakah ada perbedaan perilaku responden dari

masing-masing daerah dalam wilayah (DIY). Penyebaran questioner kepada pelajar; mahasiswa dan

masyarakat. setelah data dianalisis, dapat disimpulkan : Faktor utama pelaksanaan tertib lalu lintas

yang baik di DIY, adalah a) Penerapan sanksi / hukuman secara konsekuen, b) Cara memperoleh

SIM, apakah sudah sesuai dengan prosedur, c) Rambu, marka & APILL lengkap, berkualitas baik

& terawat. Kecelakaan yang pernah dialami responden di semua wilayah DIY adalah tabarakan

dengan sepeda motor. Sebab utama kecelakaan di semua wilayah DIY kecuali Bantul adalah

“Kurang konsentrasi”; “Pengereman mendadak” (di Bantul). Waktu kecelakaan tertinggi

Yogyakarta; Sleman dan Bantul terjadi pada “siang hari”. di Gunungkidul dan Kulonprogo pada

“malam hari” . Faktor penyebab kecelakaan di semua wilayah DIY : “Jalanan yang licin” dan

“Permukaan jalan yang berlubang”. Sikap responden terhadap adanya telp / SMS yang masuk saat

berkendara di semua wilayah DIY yaitu “Mencari tempat aman, menepikan kendaraan, kemudian

memeriksa telpon/SMS”. Mengenai responden melakukan pelanggaran APILL, sikap di semua

wilayah DIY sama : “Tergesa-gesa karena hampir terlambat ke tempat tujuan”. Alasan orang tidak

mematuhi rambu/marka jalan, disemua wilayah DIY sama : “Tidak adanya polisi yang mengawasi”

dan “Terburu-buru”. Sikap responden dalam berkendaraan saat emosi tidak stabil, di Kulonprogo &

Gunungkidul: “Menambah kecepatan kendaraan”. Jawaban di semua wilayah DIY sama untuk

“kapan Responden melakukan pelanggaran rambu/marka jalan ” : “Tidak ada polisi yang

mengawasi”.

Kata kunci: perilaku, komparasi, keselamatan, pengguna jalan

1. PENDAHULUAN

Sebagai kota Pelajar dan daerah tujuan wisata setelah pulau Bali, Yogyakarta banyak dihuni oleh pelajar, mahasiswa

maupun turis baik dalam jangka waktu pendek maupun panjang. Mereka tinggal dan beraktifitas atau mengunjungi

daerah wisata di berbagai kabupaten/ kota Yogyakarta dalam wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta. Perkembangan

teknologi moda transportasi baik di udara, air maupun darat tiada hentinya, terutama yang akan dibahas disini adalah

moda darat, dari yang dikayuh sendiri sampai bertenaga gerak motor seperti kendaraan bermotor baik yang beroda

dua maupun roda empat mengalami peningkatan kemampuan geraknya yang semakin tinggi kecepatannya dan

hemat energi; peningkatan jumlah penduduk dan derap kehidupan saat ini yang serba cepat akan mempengaruhi

gaya hidup, perilaku pengguna jalan dalam mobilitas mereka sehari-hari. Jumlah kendaraan meningkat terus dari

tahun ke tahun, lebih dari 26 ribu sepeda motor ada di Yogyakarta saat ini, padahal pertumbuhan jumlah panjang

jalan di Yogyakarta tidak secepat pertumbuhan jumlah sepeda motor. Akibatnya lalu lintas kendaraan bermotor

yang ada di jalan raya semakin padat dari hari ke hari. Banyak pengguna jalan kehilangan kesabaran dan berusaha

secepat mungkin terlepas dari suasana terjebak oleh kemacetan di jalan raya, berbagai macam tindakan mereka

lakukan misalnya, mengendarai kendaraan di atas trotoar; melanggar rambu larangan dengan mengendarai sepeda

motor melawan arus. Perilaku pengguna jalan yang tidak tertib lalu lintas dapat membahayakan mereka sendiri dan

juga dapat membahayakan pengguna jalan yang lain. Makalah ini merupakan bagian dari penelitian Hibah Bersaing

yang berjudul ”Perilaku Pengguna Jalan dalam menuju Keselamatan dan Etika berlalu lintas di Daerah Istimewa

Yogyakarta” yang dilakukan di 4 kabupaten dan 1 kota dalam wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta.

Page 2: PERILAKU PENGGUNA JALAN YANG MENDUKUNG …konteks.id/p/11-TRP-20.pdf · Tujuan penelitian dalam makalah ini adalah : Apakah ada perbedaan mengenai perilaku pengguna jalan yang

TRP-228

2. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan penelitian dalam makalah ini adalah : Apakah ada perbedaan mengenai perilaku pengguna jalan yang

diwakili oleh responden dari masing-masing daerah kabupaten (Bantul, Gunungkidul, Kulonprogo dan Sleman) dan

kota Yogyakarta dalam wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta ?

3. TINJAUAN PUSTAKA

Perilaku manusia

Menurut Heinrich (1990) perilaku manusia dapat dibedakan menjadi dua kelompok yaitu tampak jelas dan yang

tersembunyi. Perilaku yang tampak jelas dapat di observasi, sedangkan perilaku yang tersembunyi hanya dapat

dipelajari secara deduksi dari perilaku external. Menurut Rasmussen dalam Heinrich (1990) perilaku dapat

dikendalikan dalam beberapa tingkat berdasarkan fungsinya yang berlandaskan kepada ketrampilan, peraturan dan

perilaku yang berdasarkan pada pengetahuan.

Menurut Khisty (1997) Kepribadian pengemudi adalah pengetahuan yang luas yang berhubungan dengan kemam-

puan alami pengemudi, kemampuan untuk belajar, motif dan sikapnya. Mengemudi yang baik tidak memerlukan

kemampuan alami yang luar biasa. Tes fisik dan psikologis dapat mengungkapkan kebutuhan alat bantu mekanis

dan visual untuk memperbaiki kekurangan manusia yang paling alami. Di sisi lain, kemampuan belajar pengemudi

harus diperoleh melalui studi dan praktik, dan kemahiran ini dapat diuji untuk menunjukkan adanya

kekurangan.Untuk memahami mengapa pengemudi berperilaku seperti yang mereka lakukan dapat diketahui dari

motif dan sikap mereka. Sikap sering menentukan bagaimana pengemudi bereaksi terhadap situasi berkendara.

Motif dapat dikaitkan dengan ketakutan akan luka, takut akan kritik, dan rasa tanggung jawab sosial. Kepribadian

mengemudi bisa dimodifikasi secara serius dan cepat dengan penggunaan alkohol, narkotika, dan obat-obatan.

Penyakit, kelelahan, dan ketidaknyamanan bisa sangat mengganggu efisiensi berkendara.

Menurut Psikolog Keselamatan (Goldenson) dalam Rahmawati (1998) ada ciri-ciri kepribadian tertentu yang dapat

mengarah kepada perilaku membahayakan keselamatan. Hal ini bukan hanya membahayakan diri sendiri, tetapi

juga dapat membahayakan orang lain atau masyarakat pengguna jalan. Ciri-ciri tersebut antara lain : 1) Kurang

rasa tanggung jawab. Ciri tersebut sering terdapat pada usia remaja sekitar usia 18 – 20 tahun. Menurut Smither

dalam Rahmawati, (1998) korban lalu-lintas kebanyakan pada usia remaja dan mereka yang belum menikah.

Kebanyakan dengan ciri-ciri : ceroboh serta kurang mampu menghadapi bahaya. 2) Sifat ego sentris. Sifat

mementingkan diri sendiri dan kurang memperhatikan/ kurang menghargai orang lain, sehingga dalam berlalu-

lintas mudah menimbulkan kecelakaan, karena semua yang ada disekitarnya dianggap hanya untuk kebutuhan

dan kepentingannya sendiri. 3) Agresif. Ciri-cirinya adalah : kurang sabar; penuh rasa persaingan; mudah

menyerang dan menyalahkan orang lain, sehingga kendaraan yang dikendarai dapat digunakan sebagai alat untuk

melampiaskan nafsu agresifnya untuk menyerang orang lain, sehingga mudah terjadi kecelakaan. 4) Emosi yang

kurang stabil. Ciri-cirinya adalah : pribadinya kurang matang, mudah tersinggung dan kurang dapat

mengendalikan amarahnya. Penelitian Sargent dalam Rahmawati, (1998) menunjukkan bahwa pengemudi truk

yang memiliki emosi yang stabil mempunyai taraf kecelakaan yang rendah. 5) Rasa percaya diri yang berlebihan.

Orang jenis ini merasa mampu mengatasi semua rintangan dan cenderung mudah mengabaikan peraturan,

mengabaikan rambu-rambu lalu lintas dan mengendarai kendaraan dalam kecepatan tinggi, kendaraan yang

dikendarai berjarak terlalu dekat dengan kendaraan di depannya, saat kendaraan di depannya mengerem mendadak

akan mudah sekali terjadi kecelakaan. 6) Keadaan temporer lainnya seperti stress, cemas, depresi, bosan dapat

menimbulkan kecelakaan bagi pengemudi, karena konsentrasi dan rasa waspada menjadi berkurang. Keadaan

jasmani seperti sakit, lelah, haus juga dapat mengganggu konsentrasi pengemudi.

Pengguna jalan dan jalan raya

Menurut Kusmagi (2010) Jalan raya adalah ruang publik yang digunakan oleh beragam manusia dengan berbagai

karakter, sehingga ruang publik tidak bisa dimonopoli oleh segelintir orang. Semua harus bisa saling menghargai

dan berbagi penggunaan jalan raya. Menghargai pengguna jalan yang lain tidak bisa dilakukan tanpa tahu aturan

dan etika yang ada saat seseorang menggunakan jalan. Menurut UU RI No 22 Tahun 2009 tentang Lalu lintas dan

Angkutan Jalan pasal 1 ayat 27: Pengguna jalan adalah orang yang menggunakan jalan untuk berlalu lintas. Menurut pasal 1 ayat 24 : Kecelakaan Lalu Lintas adalah suatu peristiwa di Jalan yang tidak diduga dan tidak

disengaja melibatkan Kendaraan dengan atau tanpa Pengguna Jalan lain yang mengakibatkan korban manusia

dan/atau kerugian harta benda. Pasal 105 berbunyi : Setiap orang yang menggunakan jalan wajib: a) berperilaku

tertib, b) Mencegah hal-hal yang dapat merintangi, membahayakan keamanan dan keselamatan lalu-lintas dan

angkutan jalan atau yang dapat menimbulkan kerusakan jalan

Page 3: PERILAKU PENGGUNA JALAN YANG MENDUKUNG …konteks.id/p/11-TRP-20.pdf · Tujuan penelitian dalam makalah ini adalah : Apakah ada perbedaan mengenai perilaku pengguna jalan yang

TRP-229

Keselamatan lalu lintas dan angkutan jalan

Pasal 1 ayat 31: Keselamatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan adalah suatu keadaan terhindarnya setiap orang dari

risiko kecelakaan selama berlalu lintas yang disebabkan oleh manusia, Kendaraan, Jalan, dan/atau lingkungan.

Rambu, Marka dan Alat Pemberi Isyarat Lalu lintas (APILL)

Menurut pasal 1 ayat 17 : Rambu Lalu Lintas adalah bagian perlengkapan Jalan yang berupa lambang, huruf, angka,

kalimat, dan/atau perpaduan yang berfungsi sebagai peringatan, larangan, perintah, atau petunjuk bagi Pengguna

Jalan. Pasal 1 ayat 18: Marka Jalan adalah suatu tanda yang berada di permukaan Jalan atau di atas permukaan Jalan

yang meliputi peralatan atau tanda yang membentuk garis membujur, garis melintang, garis serong, serta lambang

yang berfungsi untuk mengarahkan arus Lalu Lintas dan membatasi daerah kepentingan Lalu Lintas. Pasal 1 ayat 19:

Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas (APILL) adalah perangkat elektronik yang menggunakan isyarat lampu yang dapat

dilengkapi dengan isyarat bunyi untuk mengatur Lalu Lintas orang dan/atau Kendaraan di persimpangan atau pada

ruas Jalan.

4. METODOLOGI PENELITIAN

Pendekatan umum dalam penelitian ini adalah pendekatan eksploratif, pengolahan data dengan statistik deskriptif.

Menurut Nurgiyantoro (2000) Statistik deskriptif adalah teknik statistik yang memberikan informasi hanya

mengenai data yang dimiliki dan tidak bermaksud untuk menguji hipotesis dan kemudian menarik inferensi yang

digeneralisasikan untuk data yang lebih besar atau populasi. Statistik deskriptif “hanya” dipergunakan untuk

menyajikan dan menganalisis data agar lebih bermakna dan komunikatif dan disertai penghitungan-penghitungan

“sederhana” yang bersifat lebih memperjelas keadaan dan atau karakteristik data yang bersangkutan. Pengambilan

data primer dengan cara penyebaran minimal 1000 set questioner untuk seluruh DIY. Tiap Kabupaten di sebar

sebanyak 200 questioner dengan sasaran murid SMA negeri dan murid SMA swasta, mahasiswa dan masyarakat

umum. Dilakukan pula pengamatan langsung perilaku pengguna jalan di jalan raya.

5. HASIL DAN PEMBAHASAN

Setelah 1000 questioner disebar di 4 kabupaten dan 1 kota di dalam wilayah DIY, Dalam 10 pertanyaan ini, tiap

responden boleh menjawab lebih dari satu pilihan yang ada. Data ditabulasi dan dicari persentase dari masing-

masing pertanyaan serta ditampilkan dalam bentuk grafik. Adapun hasilnya sebagai berikut :

Gambar 1. Keterkaitan pelaksanaan tertib lalu lintas yang baik di DIY

Keterangan gambar 1 : a) Penerapan sanksi / hukuman secara konsekuen, b) Cara memperoleh SIM, apakah sudah

sesuai dengan prosedur, c) Rambu, marka dan APILL yang lengkap, berkualitas baik dan terawat, d)Latar belakang

keluarga si pengemudi, e) Latar belakang adat istiadat si pengemudi, f) Latar belakang pendidikan si pengemudi, g)

Usia si pengemudi, h) Keahlian si pengemudi, i) Pengalaman mengemudi, j) lainnya....

Page 4: PERILAKU PENGGUNA JALAN YANG MENDUKUNG …konteks.id/p/11-TRP-20.pdf · Tujuan penelitian dalam makalah ini adalah : Apakah ada perbedaan mengenai perilaku pengguna jalan yang

TRP-230

Dari gambar 1 Keterkaitan pelaksanaan tertib lalu-lintas yang baik di DIY, pilihan responden tertinggi ke 1 jatuh

pada pilihan a) “Penerapan sanksi/hukuman secara konsekuen” di seluruh wilayah DIY, kecuali Gunungkidul

memilih c) “Kelengkapan dan kualitas rambu, marka dan APILL...........” dan Sleman punya pilihan a) dan c).

Untuk pilihan tertinggi ke 2 untuk Bantul, Kulonprogo dan Yogya adalah c). Gunungkidul memilih a) dan Sleman

memilih b) “Cara memperoleh SIM, apakah sudah sesuai dengan prosedur”. Pilihan ke 3 tertinggi untuk

Gunungkidul; Sleman dan Yogya adalah b). Bantul memilih h) “Keahlian si pengemudi”, Sleman punya dua pilihan

dengan persentase yang sama (12%) yaitu g) “Usia si pengemudi” dan h).

Gambar 2. Kecelakaan yang pernah responden alami

Keterangan gambar 2 : a) Pejalan kaki, b) Kendaraan bermotor roda dua, c) Mobil, d) Kendaraan (sepeda motor,

mobil, sepeda) yang diparkir, e) Pengendara sepeda, f) Hewan, g) lainnya....

Dari gambar 2 tampak bahwa responden di semua kabupaten dan kota di wilayah DIY menyatakan kecelakaan yang

pernah mereka alami tertinggi ke 1 adalah tabrakan dengan sesama kendaraan bermotor roda dua. Hal ini bisa

terjadi karena jumlah sepeda motor yang sudah sangat banyak dan kurang tertib berkendara. Tertinggi ke 2 adalah

tabrakan dengan mobil untuk kabupaten Kulonprogo, Bantul dan kota Yogyakarta. Untuk kabupaten Sleman adalah

pilihan g (seperti misalnya tabrakan dengan kendaraan berat atau jatuh sendiri), untuk kabupaten Gunungkidul

kecelakaan tertinggi ke 2 adalah tabrakan dengan hewan. Untuk jumlah kecelakaan tertinggi ke 3 untuk kota

Yogyakarta, kabupaten Kulonprogo dan Gunungkidul adalah tabrakan dengan pejalan kaki, sedangkan untuk

kabupaten Sleman kecelakaan tertinggi ke 3 adalah tabrakan dengan mobil, untuk kabupaten Bantul adalah tabrakan

dengan pengendara sepeda.

Dari gambar 3 tampak bahwa responden di semua kabupaten dan kota di wilayah DIY menyatakan kecelakaan yang

pernah mereka alami tertinggi ke 1 terjadi karena pilihan c atau “kurang konsentrasi” kecuali Bantul yang lebih

disebabkan karena d atau “pengereman mendadak”, baik kendaraan di depannya maupun kendaraan responden yang

melakukan pengereman mendadak, hal ini bisa terjadi karena pengendara/responden kurang jaga jarak dengan

kendaraan di depannya. Sebab utama kecelakaan tertinggi ke 2 cukup bervariasi, di kota Yogyakarta disebabkan

karena “pengereman mendadak”, di kabupaten Sleman karena “ditabrak dari belakang” di Kulonprogo dan l karena

pilihan a atau “hilang kendali”, di Gunungkidul karena “hilang kendali” dan “pengereman mendadak”, sedangkan di

Bantul karena “kurang konsentrasi”. Untuk sebab utama tertinggi ke 3 di kota Yogyakarta karena “hilang kendali”;

di Sleman dan Kulonprogo adalah “pengereman mendadak”; di Gunungkidul karena “rem blong” dan di Bantul

karena “ditabrak dari belakang”.

Page 5: PERILAKU PENGGUNA JALAN YANG MENDUKUNG …konteks.id/p/11-TRP-20.pdf · Tujuan penelitian dalam makalah ini adalah : Apakah ada perbedaan mengenai perilaku pengguna jalan yang

TRP-231

Gambar 3. Sebab utama kecelakaan yang dialami responden

Keterangan gambar 3 : a) Hilang kendali, b) Rem blong, c) Kurang konsentrasi, d) Rem mendadak, e) Lampu tidak

berfungsi, f) Klakson tidak berfungsi, g)Ban yang “gundul”, h) Ditabrak dari belakang, i) Mengantuk, j) Lainnya...

Gambar 4. Waktu kecelakaan responden

Keterangan gambar 4 : a) Pagi (subuh), b) Siang hari, c) Sore hari, d) Malam hari, e) Saat kabut, f) Saat hujan.

Untuk waktu kecelakaan, responden di kabupaten Bantul; Sleman dan kota Yogyakarta mengalami kecelakaan

tertinggi ke 1 terjadi di siang hari, sedangkan di Gunungkidul dan Kulonprogo terjadi di malam hari. Kecelakaan

tertinggi ke 2 di semua wilayah DIY kecuali Kulonprogo terjadi di sore hari. Untuk Kulonprogo kecelakaan

tertinggi ke 2 terjadi di siang hari. Untuk waktu kecelakaan tertinggi ke 3 di kabupaten Bantul; Sleman dan kota

Yogya terjadi di malam hari, sedangkan untuk Kulonprogo terjadi di sore hari, di Gunungkidul terjadi di siang hari

dan saat hujan (lihat gambar 4).

Untuk gambar 5, mengenai faktor penyebab kecelakaan bagi responden, di semua wilayah DIY faktor penyebab

kecelakaan tertinggi ke 1 adalah pilihan b atau “jalan licin”, hal ini bisa diperparah oleh kondisi ban yang sudah aus.

Faktor penyebab kecelakaan tertinggi ke 2 adalah e atau “permukaan jalan yang berlubang” juga terjadi di semua

wilayah di DIY. Sedangkan urutan tertinggi ke 3 faktor penyebab kecelakaan di semua wilayah DIY kecuali Sleman

adalah karena pilihan a atau “tikungan tajam”, untuk Sleman sendiri disebabkan oleh faktor lainnya misalnya jatuh

sendiri, menabrak dinding dll.

Page 6: PERILAKU PENGGUNA JALAN YANG MENDUKUNG …konteks.id/p/11-TRP-20.pdf · Tujuan penelitian dalam makalah ini adalah : Apakah ada perbedaan mengenai perilaku pengguna jalan yang

TRP-232

Gambar 5. Faktor penyebab responden kecelakaan

Keterangan gambar 5: a) Tikungan tajam b) Jalan licin, c) Jalan menurun, d) Jalan mendaki, e) Permukaan jalan

yang berlubang, f) Lainnya ....

Gambar 6. Sikap responden terhadap adanya telp / SMS yang masuk saat berkendara

Keterangan gambar 6: a) Segera menepikan kendaraan meskipun di tempat yang ramai untuk memeriksa penelpon/

isi SMS yang masuk, b) Spontan menerima telpon/memeriksa SMS yang masuk, c) Menggunakan alat khusus

sejenis earphone untuk menerima telpon yang masuk, d) Mencari tempat yang aman untuk menepikan kendaraan,

kemudian baru memeriksa telpon / SMS yang masuk.

Dari gambar 6, yang berkaitan dengan “sikap responden terhadap adanya telp/SMS yang masuk saat berkendara”

tampak bahwa responden tertinggi ke 1 di semua wilayah DIY mempunyai sikap yang sama dengan memilih d atau

“Mencari tempat yang aman untuk menepikan kendaraan, kemudian baru memeriksa telpon / SMS yang masuk.”

sikap tertinggi ke 2 adalah pilihan a atau “Segera menepikan kendaraan meskipun di tempat yang ramai untuk

memeriksa penelpon/ isi SMS yang masuk”, Untuk sikap tertinggi ke 3 di semua wilayah DIY kecuali kota

Yogyakarta memilih c atau “Menggunakan alat khusus sejenis earphone untuk menerima telpon yang masuk”.

Adapun sikap responden di Yogyakarta tertinggi ke 3 sebanyak 15% memilih b atau “Spontan menerima telp/

memeriksa SMS yang masuk” hal ini akan memecah konsentrasi dalam mengendarai kendaraan dan bisa

membahayakan responden sendiri.

Page 7: PERILAKU PENGGUNA JALAN YANG MENDUKUNG …konteks.id/p/11-TRP-20.pdf · Tujuan penelitian dalam makalah ini adalah : Apakah ada perbedaan mengenai perilaku pengguna jalan yang

TRP-233

Gambar 7. Saat / waktu responden melakukan pelanggaran APILL

Keterangan gambar 7 : a) Tergesa-gesa karena hampir terlambat ke sekolah/tempat kerja/tempat tujuan, b) Tergesa-

gesa karena harus mengantar seseorang (ke RS atau tempat lainnya), c) Badan lelah dan ingin cepat-cepat sampai ke

tempat tujuan, d) Marah karena disalip /didahului kendaraan lain sehingga mengejar kendaraan tersebut, e) Sudah

terbiasa melakukannya, f) Sekedar ingin menunjukkan keberanian/kemampuandiri kepada orang lain, g)Jalanan

macet, h) Tidak pernah melanggar, i) Lainnya...

Dari gambar 7 tampak bahwa responden melakukan pelanggaran lampu lalu lintas (APILL) pada saat a atau

“Tergesa-gesa karena hampir terlambat ke sekolah/tempat kerja/tempat tujuan”, hal ini merupakan pilihan tertinggi

ke 1 di semua wilayah DIY, pilihan tertinggi ke 2 jatuh pada pilihan g = “Jalanan macet” untuk Yogyakarta dan

Bantul, pilihan h = “Tidak pernah melanggar” untuk Sleman, pilihan c = “Badan lelah dan ingin cepat-cepat sampai

ke tempat tujuan” untuk Kulonprogo, adapun pilihan b= “Tergesa-gesa karena harus mengantar seseorang (ke RS

atau tempat lainnya)” untuk Gunungkidul. Sedangkan pilihan tertinggi ke 3 untuk semua wilayah DIY kecuali

Gunungkidul dan Sleman adalah pilihan b = “Tergesa-gesa karena harus mengantar seseorang...”, sedangkan

Gunungkidul sendiri pilihannya jatuh ke g = “Jalanan macet”. Sleman punya dua pilihan dengan persentase yang

sama (14%) untuk b dan g.

Gambar 8. Alasan-alasan orang untuk tidak mematuhi rambu/marka jalan

Keterangan gambar 8 : a) Tidak mau repot, b) Tidak ada polisi yang mengawasi, c)Terburu-buru / dikejar waktu, d)

Sanksi pelanggaran yang ringan, e) Melihat orang lain melanggar lalu ikut-ikut melanggar, f) Belum adanya budaya

tertib lalu lintas di kalangan masyarakat.

Page 8: PERILAKU PENGGUNA JALAN YANG MENDUKUNG …konteks.id/p/11-TRP-20.pdf · Tujuan penelitian dalam makalah ini adalah : Apakah ada perbedaan mengenai perilaku pengguna jalan yang

TRP-234

Pada gambar 8, menunjukkan persentase alasan-alasan orang tidak mau mematuhi rambu/marka jalan. Persentase

tertinggi ke 1 di semua wilayah DIY jatuh pada pilihan b atau “Tidak ada polisi yang mengawasi”, Alasan tertinggi

ke 2 juga di semua wilayah DIY adalah pilihan c atau “ Terburu-buru /tergesa-gesa dikejar waktu”. Alasan tertinggi

ke 3 di kabupaten Bantul; Gunungkidul dan Sleman adalah pilihan f atau “Belum adanya budaya tertib lalu lintas di

kalangan masyarakat”, sedangkan di kabupaten Kulonprogo dan kota Yogyakarta, responden memilih e atau

“ Melihat orang lain melanggar lalu ikut-ikutan melanggar”

Gambar 9. Sikap responden dalam berkendaraan saat emosi tidak stabil

Keterangan gambar 9 : a) Menambah kecepatan kendaraan, b) Mengurangi kecepatan kendaraan, c)Sering menyalip

kendaraan lain, d) Mengemudi dengan “ugal-ugalan”, e) Seperti dalam kondisi emosi normal,

Gambar 10. Saat / waktu responden untuk melakukan pelanggaran rambu/marka jalan

Keterangan gambar 10 : a) Tidak memahami arti rambu-rambu yang dimaksud, b) Tahu arti rambu/marka tapi tetap

melanggar, c) Tidak ada sanksinya, d) Sanksi / dendanya terlalu ringan, e) Tidak ada polisi yang mengawasi, f)

Rambu-rambu tidak jelas karena sudah rusak, g) Rambu-rambu tidak terlihat jelas karena terhalang

pohon/tiang/umbul-umbul, h) Lainnya...

Page 9: PERILAKU PENGGUNA JALAN YANG MENDUKUNG …konteks.id/p/11-TRP-20.pdf · Tujuan penelitian dalam makalah ini adalah : Apakah ada perbedaan mengenai perilaku pengguna jalan yang

TRP-235

Pada gambar 9, tampak bahwa Sikap responden dalam berkendaraan saat emosi tidak stabil di setiap kabupaten dan

kota di DIY. Sikap tertinggi ke 1 di semua wilayah DIY kecuali Kulonprogo memilih e atau “Seperti dalam kondisi

emosi normal”, sedangkan Kulonprogo memilih a atau “Menambah kecepatan kendaraan”. Gunungkidul selalin

memilih e juga memilih a dengan persentase yang sama yaitu 29%. Untuk sikap tertinggi ke 2, Bantul memilih a dan

b = “Mengurangi kecepatan kendaraan” dengan persentase yang sama (24%), Sleman dan kota Yogyakarta juga

memilih a. Gunungkidul memilih b dan Kulonprogo memilih e. Untuk sikap tertinggi ke 3, Bantul; Gunungkidul

dan Kulonprogo memilih c = “Sering menyalip kendaraan lain”, sedangkan Sleman memilih b dan Yogyakarta

memilih sikap b dan c.

Untuk pertanyaan 10 (lihat gambar 10) mengenai Saat / kapan responden melakukan pelanggaran rambu / marka

jalan, Pilihan tertinggi ke 1 untuk semua wilayah di DIY memilih e atau “Tidak ada polisi yang mengawasi”,

responden memahami arti rambu-rambu yang dimaksud di jalan raya hanya saja mereka tetap melanggar hanya

karena saat itu tidak ada aparat negara yang mengawasi. Sleman pilihan tertingginya juga jatuh pada pilihan g

(persentase sama yaitu 26%). Pilihan tertinggi ke 2 di semua wilayah DIY kecuali kota Yogyakarta adalah f atau

“Rambu-rambu tidak jelas karena rusak”, sedangkan Yogyakarta sendiri memilih g atau “Rambu-rambu tidak

terlihat jelas karena terhalang pohon/tiang/umbul-umbul”. Pilihan tertinggi ke 3 untuk Kulonprogo; Gunungkidul

dan Bantul jatuh pada g, sedangkan kota Yogyakarta pada f dan Sleman pada a atau “Tidak memahami arti rambu-

rambu yang dimaksud (9%).

6. KESIMPULAN

Dari hasil analisis dapat disimpulkan bahwa :

1. Berkaitan dengan pelaksanaan tertib lalu lintas yang baik di DIY, pilihan tertinggi ke 1, 2 dan 3 berkaitan

dengan unsur a) Penerapan sanksi / hukuman secara konsekuen, b) Cara memperoleh SIM, apakah sudah

sesuai dengan prosedur, c) Rambu, marka dan APILL yang lengkap, berkualitas baik dan terawat, g) Usia si

pengemudi dan h) Keahlian si pengemudi.

2. Kecelakaan yang pernah dialami responden di semua wilayah DIY persentase tertinggi ke 1 adalah

tabarakan dengan sesama sepeda motor, Tertinggi ke 2 adalah tabrakan dengan mobil (di Yogyakarta;

Kulonprogo dan bantul) dengan hewan ( di Gunungkidul) dan lainnya (di Sleman). Tertinggi ke 3 adalah

tabrakan dengan pejalan kaki ( di kota Yogyakarta; Kabupaten Gunungkidul dan Kulonprogo), dengan

mobil (di Sleman) dan dengan pengendara sepeda (di Bantul).

3. Sebab utama kecelakaan di semua wilayah DIY kecuali Bantul adalah “Kurang konsentrasi”; “Pengereman

mendadak (di Bantul). Sebab utama tertinggi ke 2 adalah “Hilang kendali” (di Kulonprogo dan

Gunungkidul), “Pengereman mendadak” (di Gunungkidul dan kota Yogyakarta), “Kurang konsentrasi” (di

Bantul), di Sleman dengan sebab “Ditabrak dari belakang”.

4. Waktu kecelakaan tertinggi di semua wilayah DIY kecuali Gunungkidul dan Kulonprogo terjadi pada siang

hari. Sedangkan waktu kecelakaan tertinggi di Gunungkidul dan Kulonprogo terjadi pada malam hari.

5. Faktor penyebab kecelakaan tertinggi dan tertinggi ke 2 di semua wilayah DIY adalah “Jalanan yang licin”

dan “Permukaan jalan yang berlubang”. Faktor penyebab kecelakaan tertinggi ke 3 di semua wilayah DIY

kecuali Sleman adalah karena “Tikungan tajam”.

6. Sikap responden terhadap adanya telp / SMS yang masuk saat berkendaraan adalah tertinggi ke 1 di semua

wilayah DIY berpendapat sama yaitu “Mencari tempat yang aman untuk menepikan kendaraan, kemudian

baru memeriksa telpon/SMS yang masuk”.

7. Mengenai kapan responden melakukan pelanggaran APILL, di semua wilayah DIY mempunyai sikap yang

sama yaitu tertinggi ke 1 saat “Tergesa-gesa karena hampir terlambat ke sekolah/tempat kerja/tempat

tujuan”. Persentase tertinggi ke 2 pada saat “Jalanan macet” , sikap ini diambil oleh responden di kota

Yogyakarta dan kabupaten Bantul. Saat “Badan lelah dan ingin cepat-cepat sampai ke tempat tujuan” di

pilih responden di Kulonprogo, sedangkan di Gunungkidul saat “Tergesa-gesa karena harus mengantar

seseorang (ke RS atau tempat lainnya”, dan responden Sleman menyatakan “Tidak pernah melanggar”.

8. Alasan-alasan orang tidak mematuhi rambu/marka jalan, pilihan dengan persentase tertinggi ke 1 dan ke 2

dari responden disemua wilayah DIY adalah sama yaitu “Tidak adanya polisi yang mengawasi” dan

“Terburu-buru / dikejar waktu”. Alasan tertinggi ke 3 di Bantul; Gunungkidul dan Sleman adalah “Belum

adanya budaya tertib lalu lintas” sedangkan di Kulonprogo dan kota Yogyakarta memilih “Melihat orang

lain melanggar lalu ikut-ikutan melanggar”

Page 10: PERILAKU PENGGUNA JALAN YANG MENDUKUNG …konteks.id/p/11-TRP-20.pdf · Tujuan penelitian dalam makalah ini adalah : Apakah ada perbedaan mengenai perilaku pengguna jalan yang

TRP-236

9. Sikap responden dalam berkendaraan saat emosi tidak stabil, persentase tertinggi di Bantul (27%); Sleman

(33%); Gunungkidul (29%) dan kota Yogyakarta (30%) adalah “Seperti dalam kondisi emosi normal”.

Adapun di Kulonprogo (28%) dan Gunungkidul (juga 29%) adalah “Menambah kecepatan kendaraan”.

10. Kapan/ dalam kondisi bagaimana responden melakukan pelanggaran rambu/marka jalan ? Responden di

semua wilayah DIY menjawab dengan persentase tertinggi ke 1 yaitu pilihan e atau “Tidak ada polisi yang

mengawasi”, Sleman juga punya persentase yang sama untuk pilihan lain (26%) yaitu g atau “rambu-rambu

tidak jelas karena terhalang pohon/tiang/umbul-umbul”. Jawaban tertinggi ke 2 di semua wilayah DIY

kecuali kota Yogyakarta memilih f atau “Rambu-rambu tidak jelas karena sudah rusak”, sedangkan

responden kota Yogyakarta memilih g atau “Rambu-rambu tidak terlihat jelas karena terhalang pohon/tiang/

umbul-umbul”.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim (2009). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan

Jalan.

Hobbs, F.D. (1995). Perencanaan dan Teknik Lalu Lintas. Edisi Kedua. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta

Heinrich, H.Ch. (1990). “Behavioural Changes in The Context of Traffic Safety|”. IATSS Research. Vol 14 No 1.

85-88

Khisty, C.J. dan Lall, B.K. (1997). Transportation Engineering An Introduction. Second Edition. Prentice Hall

Kusmagi M.A. (2010). Selamat Berkendara di Jalan Raya. Raih Asa Sukses. Jakarta

Nurgiyantoro, B., Gunawan dan Marzuki (2000). Statistik Terapan untuk Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial. Gadjah Mada

University Press, Yogyakarta

Poei, E.P., dan Ansusanto J.D. (2016) “Perilaku Berlalu Lintas Yang Mendukung Keselamatan di Jalan Raya”,

Jurnal Teknik Sipil, Vol 14 No 1, 10-19

Poei, E.P., dan Ansusanto J.D. (2016) Perilaku Pengguna Jalan dalam menuju Keselamatan dan Etika Berlalu

lintas di Daerah Istimewa Yogyakarta, Laporan Penelitian Hibah Bersaing tahun ke 1

Rahmawati (1998). Korelasi Surat Ijin Mengemudi (SIM) dengan Kecelakaan yang terjadi di jalan. Tugas Akhir

Program Sarjana Ekstensi Teknik Sipil UGM (Tidalk dipublikasakan)