98
PERILAKU POLITIK DAN KEKUASAAN POLITIK (Studi Perpindahan Partai Politik Basuki Tjahaja Purnama Dalam Perpolitikan di Indonesia) Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Oleh: Denayu Swami Vevekananda 1112112000055 PROGRAM STUDI ILMU POLITIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2017

PERILAKU POLITIK DAN KEKUASAAN POLITIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40971...yang berpola dari pengalaman masa kecil, ideologi, harapan dan tujuan yang bersangkutan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PERILAKU POLITIK DAN KEKUASAAN POLITIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40971...yang berpola dari pengalaman masa kecil, ideologi, harapan dan tujuan yang bersangkutan

PERILAKU POLITIK DAN KEKUASAAN POLITIK

(Studi Perpindahan Partai Politik Basuki Tjahaja Purnama

Dalam Perpolitikan di Indonesia)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh:

Denayu Swami Vevekananda

1112112000055

PROGRAM STUDI ILMU POLITIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2017

Page 2: PERILAKU POLITIK DAN KEKUASAAN POLITIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40971...yang berpola dari pengalaman masa kecil, ideologi, harapan dan tujuan yang bersangkutan

PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME

Slaipsi yang bet'udul :

PERILAKU POLITIK DAN KEKUASAAN POLITIK

(STUDI PERPINDAI{AN PARTAI POLITIK BASUKI TJAHAJA PURNAMADALAM PERPOLITIKAN DI INDONESIA)

1. Menrpakan karya asli saya yaag diajukan rmtuk memelruhi salah satr

persyaratan memperoleh gelar Stmta I di Universitas Islam Negeri OfN)Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya

cantumkan sesuai dengan kEtEntuan yang berlaku di Universitas Islam

Negeri Of$ Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya saya ini bukan hasil karya asli

saya atau merupakan hasil jipl"kan dari karya omng lai4 maka saya

bersedia meirerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (urN)

Syarif Hidayatullah Jakarta.

Tangerang, 10 Juni 2017ffiDenayu Swami Vevekananda

Page 3: PERILAKU POLITIK DAN KEKUASAAN POLITIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40971...yang berpola dari pengalaman masa kecil, ideologi, harapan dan tujuan yang bersangkutan

PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI

Dengan ini, Pembimbing Skripsi me,nyatakan bahwa matrasiswa:

Nama

NIM

Program Studi

: Denayu Swami Vevekananda

:1112112000055

: Ilmu Politik

Telah menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul:

PERILAKU POLITIK DAN KEKUASAAN POLITIK

(STUDI PERPINDAHAN PARTAI POLITIK BASUKI TJAHAJA PURNAMADALAM PERPOLITIKAN DI INDONESIA)

Telah diuji pada tanggal 20lunt2017

Tangerang,zO Jluri2017

Mengetahui,Ketua Program Studi

Dr. Iding Rosyidin, M.SiNIP: 19701013 200501 I 003

ilt

Page 4: PERILAKU POLITIK DAN KEKUASAAN POLITIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40971...yang berpola dari pengalaman masa kecil, ideologi, harapan dan tujuan yang bersangkutan

PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI

SKRIPSI

PERILAKU POLITIK DAN KEKUASAAN POLITIK

(Studi Perpindahan Partai Politik Basuki Tjahaja Purnama Dalam Perpolitikan di Indonesia)

Oleh

Denayu Swami Vevekanauda

1112112000055

Telah dipertahankan dalam sidang ujian skripsi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 20 Juni 2Ol7 . Skripsi ini telah

diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sosial (S. Sos) pada Program Studi

Ilmu Politik.

etaris Program Studi,

Dr. Iding Rosyidin Hasan, M.SiNIP. 19701013 200501 I 003 NIP. 19770424 2007 t0 2 003

A. Bakir Ihsan, MANIP. 197204122003121 042 NIP.

Diterima dan dinyatakan memenuhi syarat kelulusan pada tanggal 20 Juni 2017

Ketua Program Studi Ilmu PolitikFISIP UIN Jakarta

I __-

\-//r"Dr. Iding Rosyidin, M.Si

NIP. 19701013 200501 I 03

t/"^

lv

NIP.

Page 5: PERILAKU POLITIK DAN KEKUASAAN POLITIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40971...yang berpola dari pengalaman masa kecil, ideologi, harapan dan tujuan yang bersangkutan

v

ABSTRAK

Skripsi menganalisa perpindahan kader partai politik ke partai politik lain,

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan melakukan pendekatan

kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan metode kepustakaan, wawancara

langsung, dan studi dokumentasi Basuki Tjahja Purnama dimana penulis

melakukan pengidentifikasian secara sistematis dari sumber yang berkaitan

dengan objek kajian yaitu perilaku politik Basuki Tjahaja Purnama. Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui dan menjelaskan faktor-faktor apa saja yang

mempengerahui perpindahan Basuki Tjahaja Purnama.

Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan faktor-faktor yang

mempengaruhi Basuki Tjahaja Purnama dalam berpindah-pindah partai politik

ditinjau dari teori-teori perilaku politik dan kekuasan politik.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa fenomena perpindahan Basuki

Tjahaja Purnama dari beberapa partai politik diperngaruhi oleh faktor internal

partai yaitu dinamika kaderisasi partai politik, dan faktor perilaku politik Basuki

yang berpola dari pengalaman masa kecil, ideologi, harapan dan tujuan yang

bersangkutan dalam menjalani karier politik.

Kata kunci:

Basuki Tjahaja Purnama, Perilaku Politik, Kekuasaan, Perpindahan Partai

Politik

Page 6: PERILAKU POLITIK DAN KEKUASAAN POLITIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40971...yang berpola dari pengalaman masa kecil, ideologi, harapan dan tujuan yang bersangkutan

vi

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat

dan hidayah-Nya sehingga skripsi ini bisa terselesaikan. Shalawat serta salam

semoga selalu terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, selaku pencerah

pertama dalam Islam yang telah membawa umat manusia dari gelapnya

ketidaktahuan menuju cerahnya ilmu pengetahuan, sebagai tauladan terbaik dalam

kepemimpinan.

Penulis menyadari bahwa selesainya skripsi ini berkat kehendak yang Maha

Kuasa dan berkat bantuan dari berbagai pihak, baik secara moril maupun materiil.

Oleh karena itu dengan tulus penulis mengucapkan rasa terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada kedua orang tua, Alm. Bapak H. Tumidjan Soepono

B.A. M.Si dan Ibu Darmini yang telah memberikan segalanya tanpa kenal lelah

demi anaknya mendapat gelar sarjana, keduanya adalah pahlawan nyata bagi

penulis. Kepada kakak-kakak tersayang Pandamdari AAM S.si, Dyah Kurotanur

Rembulandini S.E, Sy , Kusumaninghayu Sihpudyastuti S.pd, dan adik tersayang

Qulub Sidiq Permonojati seluruh keluarga yang menjadi inspirasi penulis untuk

selalu menjadi yang terbaik. Salam sayang untuk mereka.

Ucapan terima kasih kepada segenap civitas akademika UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, kepada Prof. Dr. Dede Rosyada, MA selaku Rektor UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta beserta staf dan jajarannya. Kepada Prof. Dr. Zulkifli,

MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) beserta staf dan

jajaranya. Kepada Iding Rosyidin, M.Si selaku Ketua Program Studi Ilmu Politik

Page 7: PERILAKU POLITIK DAN KEKUASAAN POLITIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40971...yang berpola dari pengalaman masa kecil, ideologi, harapan dan tujuan yang bersangkutan

vii

dan Suryani, M.Si selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Politik, beserta segenap

staf dan dosen FISIP UIN Jakarta yang tak bisa penuliskan sebutkan satu-satu.

Rasa terima kasih tak lupa penulis ucapkan kepada Idris Thaha, M.Si selaku

dosen pembimbing yang selalu meluangkan waktu untuk memberikan kritik dan

saran selama penulisan skripsi ini dari awal hingga akhir.

Kepada Anwar Ende selaku Wakil Sekretariat Jenderal Partai Gerindra dan

Hakim Kamarudin selaku Wakil Sekretariat Jenderal Partai Golkar yang dengan

terbuka mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian dan telah memberikan

informasi yang penulis butuhkan.

Teruntuk khusus ucapan terima kasih dan rasa bangga penulis untuk Fariz

Abdul Rohman S.E, Sy yang telah menemani penulis dalam multi-kondisi dan

tidak pernah henti untuk mengajarkan penulis dengan penuh kesabaran,

memberikan dukungan, inspirasi, meluangkan waktu, meluangkan pikiran,

dorongan semangat kepada penulis untuk segera menyelesaikan penulisan skripsi

ini dan selalu setia menemani sampai terselesainya skripsi ini sampai selesai.

Untuk Kakak Tersayang Elva Farhi Qolbina dan Faisal Husein yang selalu

siap mendengarkan keluh kesah adinda yang tak kenal waktu. Terima kasih

karena telah menemani perjuangan ini.

Ucapan yang sama penulis sampaikan kepada teman seperjuangan Ilmu

Politik angkatan 2012 para Biang Uler, Rizki Ahmad Zaenuri, Irsan Ardiansyah,

Putri Lalla Tanjung, Putri Nurafifah, Fajar Fachrian, Tadzkira, Hervi, Robiatul,

Rizki Ramadhan, Eko Adi, Sofyan Hadi, Ahmad Setiadi, dan Syahrizal Ahmad

Page 8: PERILAKU POLITIK DAN KEKUASAAN POLITIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40971...yang berpola dari pengalaman masa kecil, ideologi, harapan dan tujuan yang bersangkutan

viii

dan teman-teman lainnya yang telah menemani penulis dalam menghadapi

dinamika perkuliahan dengan berdiskusi, berdialog, dan memberikan pengalaman

yang tak terlupakan.

Semoga apa yang penulis susun dalam skripsi ini dapat bermanfaat bagi

semua kalangan khususnya bagi penuis sendiri.

Tangerang, 10 Juni 2017.

Penulis

Page 9: PERILAKU POLITIK DAN KEKUASAAN POLITIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40971...yang berpola dari pengalaman masa kecil, ideologi, harapan dan tujuan yang bersangkutan

ix

DAFTAR ISI

PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME ....................................................... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ..................................................... iii

PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI .................................................... iv

ABSTRAK ..... ....................................................................................................v

KATA PENGANTAR ....................................................................................... vi

DAFTAR ISI ................................................................................................... ix

BAB I PENDAHULUAN

A. Pernyataan Masalah ..................................................................................... 1

B. Pertanyaan Masalah .................................................................................... 8

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................................... 8

D. Tinjauan Pustaka ......................................................................................... 9

E. Kerangka Teori ......................................................................................... 10

F. Metode Penelitian ..................................................................................... 13

G. Sistematika Penulisan ............................................................................... 15

BAB II KERANGKA TEORI

A. Teori Perilaku Politik ................................................................................. 17

A.1. Definisi Perilaku Politik ..................................................................... 17

B. Teori Kekuasaan Politik ............................................................................. 23

B.1. Definisi Kekuasaan ............................................................................ 23

B.2. Dimensi-Dimensi Kekuasaan ............................................................. 27

B.3. Pengunaan Sumber-Sumber Kekuasaan ............................................. 28

C. Partai Politik ................................................................................................ 30

C.1. Batasan dan Pengertian Partai Politik .................................................. 32

D. Pendekatan Kelembagaan (Institusionalisme) ............................................ 35

Page 10: PERILAKU POLITIK DAN KEKUASAAN POLITIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40971...yang berpola dari pengalaman masa kecil, ideologi, harapan dan tujuan yang bersangkutan

x

BAB III BIOGRAFI BASUKI TJAHAJA PURNAMA

A. Profil Basuki Tjahaja Purnama .................................................................. 38

A.1. Biografi Basuki Tjahaja Purnama ..................................................... 38

B. Karier Politik Basuki: Dari Partai PIB hingga Partai Gerindra ................. 43

BAB IV ANALISA PERPINDAHAN BASUKI DALAM PERPOLITIKAN DI

INDONESIA

A. Analisa Basuki Tjahaja Purnama ............................................................... 52

A.1. Analisa Figur dan Komunikasi Politik Basuki 54

A.2. Analisa Kaderisasi Partai Politik Sebagai Faktor Internal ...............59

A.3. Analisa Partai Politik Sebagai Faktor Eksternal ................................ 61

B. Perpindahan Basuki dari Partai PIB ke Partai Golkar ............................... 66

C. Perpindahan Basuki dari Partai Golkar ke Partai Gerindra........................ 72

D. Keluarnya Basuki dari Partai Gerindra ...................................................... 76

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................................ 81

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 84

Page 11: PERILAKU POLITIK DAN KEKUASAAN POLITIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40971...yang berpola dari pengalaman masa kecil, ideologi, harapan dan tujuan yang bersangkutan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Pernyataan Masalah

Basuki Tjahaja Purnama atau yang akrab disapa Basuki dilahirkan di

wilayah Belitung, kini menjadi salah satu sosok pemimpin yang eksistensinya

mulai diperhitungkan. Namanya mulai dikenal tepatnya setelah mencalonkan diri

sebagai calon Wakil Gubernur DKI Jakarta tahun 2012 dan berhasil keluar

sebagai pemenang pemilihan umum bersama rekannya Joko Widodo. Bersama

Joko Widodo, ia menjadi salah satu sosok pemimpin yang eksistensinya mulai

diperhitungkan dan mendapat tempat di hati rakyat. Sebelum menjabat sebagai

seorang Wakil Gubernur DKI Jakarta, ia telah menjabat sebagai Bupati Belitung

Timur pada periode 2009-2014. Basuki kerap muncul di layar televisi dan dikenal

sebagai pejabat yang vokal. Gaya bicaranya yang ceplas-ceplos di mana saja,

membuatnya mendapatkan perhatian publik.

Awal mula Basuki terjun kedalam dunia politik dan memilih menjadi

pejabat yang berpolitik daripada menjadi seorang pengusaha. Merupakan sebuah

keinginan untuk memberikan suatu perubahan yang lebih baik bagi rakyat di

kampung halamanya yaitu Belitung. Basuki memutuskan untuk masuk ke dunia

politik di tahun 2003 dan bergabung di bawah bendera Partai Perhimpunan

Indonesia Baru (PPIB) yang saat itu dipimpin oleh Dr.Sjahrir. Pada pemilu 2004,

ia mencalonkan diri sebagai anggota legislatif. Dengan keuangan yang sangat

terbatas dan model kampanye yang lain dari yang lain, yaitu hanya dengan

Page 12: PERILAKU POLITIK DAN KEKUASAAN POLITIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40971...yang berpola dari pengalaman masa kecil, ideologi, harapan dan tujuan yang bersangkutan

2

mencetak buku, dan menolak memberikan uang kepada rakyat. Basuki terpilih

menjadi anggota Dewan Pimpinan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Belitung

Timur periode 2004-2009.1

Selama menjadi anggota DPRD, ia berhasil menunjukan integritasnya

dengan menolak ikut dalam praktik KKN, menolak mengambil uang Surat

Perintah Perjalanan Dinas (SPPD) fiktif dan menjadi dikenal masyarakat karena ia

satu-satunya anggota DPRD yang berani secara langsung dan sering bertemu

dengan masyarakat untuk mendengar keluhan langsung masyarakat kecil,

sementara anggota DPRD lain lebih sering memilih untuk mangkir.2

Munculnya dukungan dari rakyat yang mendorong Basuki menjadi

seorang bupati. Maju sebagai calon Bupati Belitung Timur di tahun 2005, Basuki

mempertahankan cara kampanyenya, yaitu dengan mengajar dan melayani

langsung rakyat dengan memberikan nomor telephone genggamnya yang juga

adalah nomor yang dipakai untuk berkomunikasi dengan keluarganya. Dengan

cara ini, ia mampu mengerti dan merasakan langsung situasi dan kebutuhan

rakyat. Terbukti dengan gaya kampanye yang tanpa mengutamakan politik uang

mampu membawa Basuki berhasil mengantongi suara 37,13% dan menjadi Bupati

Belitung Timur periode 2005-2010. Padahal pada saat itu Belitung Timur dikenal

sebagai daerah basis Masyumi.3

Bermodalkan pengalamannya sebagai pengusaha dan juga anggota DPRD

yang mengerti betul sistem keuangan dan budaya birokrasi yang ada, dalam waktu

1 Radis Bastian, Ahok: Tegas, Disiplin, Tanpa Getar, Demi Rakyat (Yogyakarta: Palapa,

2013), h.29. 2 “Ahok Mantan Bupati Belitung Timur (4), https://youtu.be/X5dUQx_I5tA, 2015.

3 “Biografi Basuki Tjahaja Purnama, http://bio.or.id/biografi-ahok-basuki-tjahaja-

purnama/

Page 13: PERILAKU POLITIK DAN KEKUASAAN POLITIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40971...yang berpola dari pengalaman masa kecil, ideologi, harapan dan tujuan yang bersangkutan

3

singkat menjadi Bupati Belitung Timur, Basuki mampu melaksanakan program

kerakyatan, dari rakyat untuk rakyat dan kembali kepada rakyat, seperti pelayanan

kesehatan gratis, sekolah gratis sampai tingkat SMA, pengaspalan jalan sampai ke

pelosok-pelosok daerah, perbaikan pelayanan publik bahkan transparasi dalam

pengelolaan keuangan selalu ditonjolkan Basuki dalam memimpin Belitung

Timur.4 Selama menjadi bupati, ia dikenal sebagai sosok yang anti sogokan baik

di kalangan lawan politik, pengusaha, maupun rakyat kecil. Basuki memotong

semua biaya pembangunan yang melibatkan kontraktor sampai 20%, dengan

demikian ia memiliki banyak kelebihan anggaran untuk memperbaiki

kesejahteraan masyarakat.5

Kesuksesan ini terdengar ke seluruh Bangka Belitung dan mulailah

muncul suara-suara untuk mendorong Basuki maju sebagai gubernur di tahun

2007. Kesuksesannya tercermin dalam pemilihan Gubernur Bangka Belitung

ketika 63% pemilih memilih Basuki. Langkahnya pun harus terhenti karena

banyaknya manipulasi dalam proses pemungutan dan penghitungan suara yang

membuat dirinya gagal memimpin Provinsi Bangka Belitung, ia dikalahkan oleh

rivalnya Eko Maulana Ali dan Syamsudin Basri. Setelah kekalahannya dari

pemilihan gubernur, ia memutuskan untuk tidak berpartai lagi sampai 2008.6

Pada 2009, Basuki bergabung masuk menjadi anggota Partai Golkar dalam

pemilihan legislatif 2009, untuk terus berkiprah dan membawa aspirasi

4 Nurulloh, Ahok untuk Indonesia (Jakarta: PT.Gramedia, 2014),h.37.

5 “Biografi Basuki Tjahaja Purnama, http://bio.or.id/biografi-ahok-basuki-tjahaja-

purnama/ 6 “Ahok Ungkap Alasan Mengapa Dulu Gabung Gerindra”,

http://sidomi.com/324610/ahok-ungkap-alasan-mengapa-dulu-gabung-gerindra/, 22 September

2014

Page 14: PERILAKU POLITIK DAN KEKUASAAN POLITIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40971...yang berpola dari pengalaman masa kecil, ideologi, harapan dan tujuan yang bersangkutan

4

masyarakat Belitung Timur ke Senayan Jakarta. Basuki mencoba maju sebagai

calon legislatif dari Partai Golkar.7 Meski awalnya ditempatkan pada nomor urut

keempat dalam daftar caleg, ia berhasil mendapatkan suara terbanyak dan

memperoleh kursi di DPR karena adanya perubahan sistem pembagian kursi dari

nomor urut menjadi suara terbanyak.8

Terpilihnya Basuki sebagai anggota DPR komisi II fraksi dari Partai

Golkar periode 2009-2014. Basuki dikenal oleh kawan dan lawan sebagai figur

yang apa adanya, vokal, dan mudah diakses oleh masyarakat banyak. Lewat

kiprahnya di DPR ia mencipatkan standard baru bagi anggota-anggota DPR lain

dalam anti-korupsi, transparansi, dan profesionalisme. Basuki bisa dikatakan

sebagai pioner dalam pelaporan aktivitas kerja DPR baik dalam proses

pembahasan undang-undang maupun dalam berbagai kunjungan kerja, (semua

laporan dapat diakses di web nya).

Sementara itu, staf ahli Basuki bukan hanya sekedar bekerja menyediakan

materi undang-undang tetapi juga secara aktif ditugaskan mengumpulan informasi

dan mengadvokasi kebutuhan masyarakat. Salah satu hal fundamental yang

diperjuangkan adalah bagaimana memperbaiki sistem rekrutmen kandidat kepala

daerah untuk mencegah koruptor masuk dalam persaingan pilkada dan membuka

peluang bagi individu-individu idealis untuk masuk merebut kepemimpinan di

daerah. Basuki berkeyakinan bahwa perubahan di Indonesia bergantung pada

apakah individu-individu idealis berani masuk ke politik dan berani

7 Nurulloh, Ahok untuk Indonesia , 36.

8 “Biografi Basuki Tjahaja Purnama, http://bio.or.id/biografi-ahok-basuki-tjahaja-

purnama/

Page 15: PERILAKU POLITIK DAN KEKUASAAN POLITIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40971...yang berpola dari pengalaman masa kecil, ideologi, harapan dan tujuan yang bersangkutan

5

mempertahankan integritasnya. Baginya, di alam demokrasi yang baik dan yang

jahat memiliki peluang yang sama untuk merebut kepemimpinan politik.

Pada 2011, Basuki berniat untuk mencalonkan diri menjadi calon

Gubernur DKI Jakarta melalui jalur independen. Langkah ini dilakukan karena

tidak adanya dukungan Partai Golkar dalam pemilihan Gubernur DKI Jakarta

2012 terhadap Basuki. Polemik antara Basuki dengan Partai Golkar terjadi,

manakala Partai Golkar lebih mempercayakan Alex Noerdin dan Nono Sampono

untuk bertarung memperebutkan kursi DKI 1. Peluang untuk menjadi kepala

daerah di DKI Jakarta terbuka, setelah Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan

(PDIP) mencalonkan Joko Widodo sebagai calon Gubernur dan Partai Gerindra

mengusung Basuki menjadi calon wakil Gubernur di DKI Jakarta.

Ketertarikan Basuki bergabung dengan Partai Gerindra, dikarenakan partai

politik bentukan Prabowo Subianto itu tidak meminta uang kepada calon kepala

daerah yang diusungnya. Berpindahnya Basuki dari Partai Golkar ke Gerindra

karena ia melihat Partai Gerindra mau mengusungnya sebagai calon Wakil

Gubernur DKI Jakarta tanpa meminta mahar. Mantan Bupati Belitung Timur ini

ingin membuktikan bahwa, ia bisa menjadi kepala daerah tanpa harus setor uang

ke partai meskipun Basuki tidak tahu apakah benar-benar tulus atau tidak.9

Kepercayaan penuh masyarakat terhadap dua sosok fenomenal dari Solo

dan Bangka Belitung ini mampu meraih simpati masyarakat dengan perolehan

suara 1.847.157 atau sebesar 42,60% menggunguli pasangan Fauzi Bowo-

9 “Ahok Ungkap Alasan Mengapa Dulu Gabung Gerindra”,

http://sidomi.com/324610/ahok-ungkap-alasan-mengapa-dulu-gabung-gerindra/ 22 September

2014.

Page 16: PERILAKU POLITIK DAN KEKUASAAN POLITIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40971...yang berpola dari pengalaman masa kecil, ideologi, harapan dan tujuan yang bersangkutan

6

Nachrowi Ramli yang di prediksi menang satu putaran, ternyata hanya mampu

meraih posisi kedua dengan jumlah suara 1.476.648 atau sebesar 34.05%.10

Namun, polemik Basuki dengan Partai penggusungnya yaitu Partai

Gerindra terjadi. Basuki memutuskan keluar dari Partai Gerindra karena adanya

suatu sikap Partai Gerindra yang sudah tidak sesuai dengan konstitusi yang

mengutamakan kepentingan rakyat. Hal itu berbeda jauh dari visi misi Partai

Gerindra ketika partai itu menariknya dari Partai Golkar.

Basuki adalah bagian sejarah perpolitikan regional-nasional yang

fenomenal. Ketika menjadi anggota DPRD dari Partai PIB ia memutuskan untuk

berhenti dan tidak berpartai lagi, berpindahnya Basuki dari Partai PIB ketika tidak

mungkin masuk kursi Senayan Jakarta dengan pembatasan yang tidak mungkin

dicapai partai lamanya itu. Maka, ketika digandeng Partai Golkar untuk berlaga ke

kursi Senayan Jakarta, ia melihat kemungkinan yang ada dan tidak mungkin

disediakan wahana yang lain. Sehingga menjadi tanggung jawab timbal balik,

ketika partai dan personal figur politik saling membutuhkan.

Berpindahnya Basuki dari Partai Golkar ke Partai Gerindra dan akhirnya

memutuskan keluar dari Partai Gerindra ini menunjukan bahwa kekuasaan, dan

uang bukanlah tujuannya terjun ke dunia politik, melainkan ia hanya ingin

mewujudkan mimpi untuk melayani rakyat dan memberikan pendidikan politik

kepada masyarakat.

Namun, bila dilihat dari perilaku politik Basuki sejak awal karier

politiknya, Basuki kerab kali berpindah-pindah partai politik dan menjadikan

10

Nurulloh, Ahok untuk Indonesia, 36.

Page 17: PERILAKU POLITIK DAN KEKUASAAN POLITIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40971...yang berpola dari pengalaman masa kecil, ideologi, harapan dan tujuan yang bersangkutan

7

partai politik sebagai kendaraannya untuk dapat meraih kekuasaan. Pertama,

perilaku politik Basuki cenderung berubah berbalik secara ekstrim. Kedua,

terdapat sebuah keadaan dimana sewaktu-waktu dapat mempengaruhi seorang

figur politik berganti peran untuk menyesuaikan kepentingan. Ketiga, prinsip dan

motivasi amat penting sehingga menentukan setiap langkah dan strategi.

Ketiga hal tersebut merupakan variabel-variabel yang melekat dalam diri

Basuki. Sebagai wakil rakyat terpilih Basuki meyakini menjadi seorang pejabat

adalah pekerjaan yang mulia karena mengayomi masyarakat. Namun, pandangan

itu berbanding terbalik dengan kenyataannya bermula dari kepemimpinannya

menjabat sebagai Bupati Belitung Timur, belum setahun menjabat Basuki sudah

meninggalkan rakyat Belitung. Hal ini menunjukan ketidakkonsistenan dan loyal

kepada konstituenya. Terkesan pragmatis, sekedar mengejar kedudukan yang

lebih tinggi dari pada berpegang teguh pada komitmen untuk menjalankan

amanah rakyat.

Melihat fenomena yang terjadi menunjukan bahwa proses kaderisasi partai

politik tidak berjalan dengan baik. Atas dasar tersebut, kader partai politik

melakukan pilihannya yang didasari oleh dua faktor. Pertama, faktor internal dan

kedua, faktor eksternal. Faktor internal sangat dipengaruhi oleh mekanisme

organisasi kepartaian yang belum mampu memfasilitasi kadernya untuk berkarya

dan berkarier baik pada tingkat internal partai maupun tingkat nasional.

Selanjutnya, faktor eksternal lebih mengarah kepada pilihan pribadi individu-

individu kader. Artinya, kader memiliki hak dan tanggung jawab serta mengetahui

sepenuhnya atas pilihan yang dipilihnya.

Page 18: PERILAKU POLITIK DAN KEKUASAAN POLITIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40971...yang berpola dari pengalaman masa kecil, ideologi, harapan dan tujuan yang bersangkutan

8

Dengan demikian hanya sebuah sistem kepartaian yang profesional yang

menjadikan partai politik akan bertahan dan berkembang menjadi sebuah partai

politik yang modern dan mampu diakui oleh masyarakat luas.11

Kegagalan

kaderisasi partai politik, hal ini terkait dengan mekanisme internal partai yang

kerap tidak berjalan karena lemahnya fungsi-fungsi organisasi dalam membentuk

dan menyalurkan kader ideologis. Penulis menilai dalam tahapan kaderisasi yang

baik partai seharusnya tidak hanya mampu merekrut, tetapi juga membina kader

loyalis dan ideologis.

Melihat fenomena diatas, maka peneliti menetapkan judul yang akan

diteliti adalah “Perilaku Politik dan Kekuasaan Politik (Studi Perpindahan

Basuki Tjahaja Purnama dalam Partai Politik di Indonesia)”

B. Pertanyaan Penelitian

Berkenaan dengan judul diatas, maka permasalahan yang diajukan adalah

sebagai berikut:

1. Apa yang melatarbelakangi Basuki Tjahaja Purnama berpindah-pindah

partai politik?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan dari penelitian ini pertama, untuk mengetahui faktor-faktor yang

mendasari Basuki Tjahaja Purnama partai untuk berpindah partai politik. Kedua,

untuk mengetahui faktor-faktor internal partai politik yang menyebabkan kader

partai berpindah ke partai politik lain.

11

Beni Azhar Assadam, “Partai Politik dan kaderisasi Partai studi:

PerpindahanYuddyChrisnandi, LiliChadijah Wahid dan Patrice Rio Capella (Skripsi S1 Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Islam Negeri Jakarta,2014), h.5.

Page 19: PERILAKU POLITIK DAN KEKUASAAN POLITIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40971...yang berpola dari pengalaman masa kecil, ideologi, harapan dan tujuan yang bersangkutan

9

C.1. Manfaat Penelitian Bagi Akademisi

Pengembangan Ilmu Politik di bidang kajian Partai Politik dalam

pemilihan umum yang sangat marak terjadi di Indonesia.

a) Menjadi referensi dan sarana penilaian bagi kalangan akademisi

maupun praktisi dalam menunjang penelitian selanjutnya yang akan

bermanfaat bagi penelitian yang lain.

b) Memperkaya studi tentang ilmu politik lokal terutama mengenai

Pemilihan Kepala Daerah.

c) Memahami faktor-faktor pendorong yang mendasari para politisi

untuk berpindah dari satu partai politik ke partai politik lain.

C.2. Manfaat Penelitian Bagi Praktisi

a) Menambah wawasan penulis dalam bidang sosial dan politik,

khususnya mengenai Sistem Pemilihan di Indonesia

b) Menambah Informasi bagi penulisan skripsi yang serupa di waktu

yang akan datang

D. Tinjauan Pustaka ( Literatur Review)

Pertama, penulisan skripsi oleh Beni Azhar Assadam, Program Studi Ilmu

Politik FISIP UIN Jakarta, pada tahun 2014. Dengan judul skripsi, Partai Politik

dan Kaderisasi Partai Politik (Studi Kasus: Perpindahan Yuddy Chrisnandi, Lily

Chadijah Wahid, dan Patrice Rio Capella). Penelitian ini memfokuskan fenomena

berpindahnya kader partai politik ke partai politik lain, dengan studi beberapa

tokoh politik, yaitu Yuddy Chrisnandi, Lily Chadidjah Wahid, dan Partrice Rio

Capella. Persamaannya dengan penelitian ini, sama sama membahas perpindahan

Page 20: PERILAKU POLITIK DAN KEKUASAAN POLITIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40971...yang berpola dari pengalaman masa kecil, ideologi, harapan dan tujuan yang bersangkutan

10

seseorang dari partai politik satu ke yang lain. Namun, dengan objek yang

berbeda.

Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Wardi dalam tesisnya, mengenai

Oligarki Partai Politik di Indonesia, Studi: Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan

Periode 1999-2004. Penelitian tersebut menunjukan bahwa PDIP di bawah

kepemimpinan Megawati Soekarno Putri terkesan oligarkis, hal ini disebabkan

banyaknya dominasi oleh Megawati, bukan kepemimpinan yang bersandar pada

prosedur dan aturan internal partai, yang mengakibatkan keluarnya beberapa

kader dari partai.12

E. Kerangka Teoritis

A. Perilaku Politik

Perilaku politik adalah tindakan atau kegiatan yang berkenaan dengan

proses pembuatan dan keputusan politik. Perilaku politik yaitu interaksi antara

pemerintah dan masyarakat dalam rangka proses pembuatan, pelaksanaan, dan

penegakan keputusan politik. 13

Dalam pelaksanaan pemilihan umum di suatu Negara ataupun dalam

pelaksanaan pemilihan kepala daerah langsung, perilaku politik dapat berupa

perilaku masyarakat dalam menentukan sikap dan pilihan. Dengan demikian hal

ini yang membuat digunakannya teori perilaku politik dalam penelitian ini.14

1. Perilaku politik lembaga-lembaga dan para pejabat pemerintah.

12

Wardi, Oligarki Partai Politik di Indonesia, Studi: Partai Demokrasi Indonesia

Perjuangan Periode 1999-2004 (Jakarta: Universitas Indonesia, 2010) 13

Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik (Jakarta: PT. Grasindo, 1992), h.131. 14

Surbakti, Memahami Ilmu Politik, 15-16.

Page 21: PERILAKU POLITIK DAN KEKUASAAN POLITIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40971...yang berpola dari pengalaman masa kecil, ideologi, harapan dan tujuan yang bersangkutan

11

2. Perilaku politik warga negara biasa (baik individu maupun kelompok)

yang pertama, bertanggung jawab membuat, melaksanakan dan

menegakan keputusan politik. Sedangkan yang kedua berhak

mempengaruhi pihak yang pertama dalam melaksankan fungsinya

karena apa yang dilakukan pihak pertama menyangkut kehidupan

pihak kedua. Kegiatan politik yang dilakukan oleh warga negara biasa

(individu maupun kelompok) disebut partisipasi politik.

Dalam melakukan kajian terhadap perilaku politik, dapat dipilih tiga unit analisis

yaitu:

a) Aktor politik (meliputi aktor politik, aktivitas politik, dan individu

warga negara biasa)

b) Agregasi politik (yaitu individu aktor politik secraa kolektif seperti

partai politik birokrasi, lembaga-lembaga pemerintahan)

c) Topologi kepribadian politik ( yaitu kepribadian pemimpin, seperti

Otoriter, Machiavelist, dan Demokrat).

Menurut Alan Ware, ada tiga hal yang menyebabkan kader partai politik

berpindah ke partai politik lainnya. Pertama, adanya pengaruh atau dorongan

materi (material incentives), Kedua, pengaruh atau dorongan rasa kesatuan

(solidarity incentives), Ketiga, pengaruh atau dorongan tujuan (purposive

inentives) adanya kekuatan yang mendasari keyakinan ideologi.15

15

Alan Ware, Political Partice and Party Sistem(New York: Oxford University Press,

1996), h. 74-78.

Page 22: PERILAKU POLITIK DAN KEKUASAAN POLITIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40971...yang berpola dari pengalaman masa kecil, ideologi, harapan dan tujuan yang bersangkutan

12

Selain Teori Perilaku Politik dan Teori Kekuasaan Politik, keberadaan

partai politik terletak pada sejauh mana mereka dapat melakukan rekrutmen

politik dan kaderisasi terhadap anggota-anggotanya. Tujuan menggunakan teori

ini adalah untuk meneliti sejauh mana internal partai politik menfasilitasi

kadernya untuk adanya sirkulasi kader.

B. Kekuasaan Politik

Pada dasarnya kekuasaan politik adalah kemampuan individu atau

kelompok untuk memanfaatkan sumber-sumber kekuataan yang bisa menunjang

sektor kekuasaannya dalam rangka mencapai tujuan tertentu. Sumber-sumber

tersebut bisa berupa media massa, media umum, mahasiswa, elit politik, tokoh

masyarakat atau pun militer.16

Jenis-jenis kekuasaan yang kita ketahui pada umumnya sekiranya dapat

dibagi beberapa jenis kekuasaan sebagai berikut:

a) Kekuasaan eksekutif, yaitu yang dikenal dengan kekuasaan

pemerintahan dimana mereka secara teknis menjalankan roda

pemerintahan

b) Kekuasaan legislatif, yaitu sesuatu yang berwenang membuat, dan

mengesahkan perundang-undangan sekaligus mengawasi roda

pemerintahan

16

Imam Hidayat, Teori-Teori Politik (Malang: Setara Press, 2009), h.31.

Page 23: PERILAKU POLITIK DAN KEKUASAAN POLITIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40971...yang berpola dari pengalaman masa kecil, ideologi, harapan dan tujuan yang bersangkutan

13

c) Kekuasaan yudikatif, yaitu sesuatu kekuasaan penyelesaian hukum,

yang di dukung demi menjamin law enforcement pelaksanaan

hukum.17

F. Metode Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

kualitatif dengan pendekatan penelitian analisis kualitatif. Pendekatan analisis

kualitatif dimaksudkan untuk memperoleh gambaran secara menyeluruh dan

mendalam tentang hal-hal yang diteliti. Penelitian kualitatif adalah metode

penelitian yang lebih menggunakan perspektif emik. Peneliti dalam hal ini harus

mengumpulkan data berupa cerita rinci pada responden dan diungkapkan dengan

apa adanya sesuai bahasa dan bertolak pada penggalian data sehingga

menimbulkan sifat mengembangkan teori.18

2. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di wilayah DKI Jakarta, sedangkan waktu

penelitian dilakukan secara bertahap hingga selesai penelitian tersebut.

3. Teknik Pengumpulan Data

a) Wawancara, merupakan salah satu teknik pengambilan data dan

informasi melalui percakapan langsung kepada responden dengan

menggunakan format tanya jawab yang terencana.

17

Hidayat, Teori-Teori Politik, 29. 18

Nurul Zuriah, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan: Teori-Aplikasi (Jakarta:

PT. Bumi Aksara, 2007), h.89.

Page 24: PERILAKU POLITIK DAN KEKUASAAN POLITIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40971...yang berpola dari pengalaman masa kecil, ideologi, harapan dan tujuan yang bersangkutan

14

b) Observasi dokumen sebagai instrument yang digunakan dalam

pengumpulan data penelitian ini adalah pedoman wawancara,

recorder dan buku, jurnal, artikel. Pedoman wawancara digunakan

agar peneliti dapat menyaring apa saja yang seharusnya ditanyakan

agar fokus pada permasalahan yang diteliti. Recorder digunakan

untuk merekam subjek yang difokuskan atau narasumber lainya. .

4. Sumber dan Jenis Data

Sumber data diperoleh peneliti melalui wawancara yang akan dilakukan

oleh peneliti serta data-data diperoleh dari dokumen-dokumen yang peneliti

masukan. Sebelum digunakan dalam proses analisis, data dikelompokan dulu

sesuai jenis dan karakteristiknya. Berdasarkan pengambilan data dibedakan

menjadi dua jenis, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer adalah suatu

subjek objek atau dokumen original material mentah dari pelaku yang yang

disebut first hand information dan orang pertama.19

Sedangkan data sekunder

adalah data yang 20

Dikumpulkan dari tangan kedua atau dari sumber-sumber lain

yang telah tersedia sebelum penelitian dilakukan.

5. Teknik Analisis Data

Analisis data untuk mengelola data yang sudah dikumpulkan penulis

menggunakan metode analisis deskripstif. Penelitian deskriptif adalah penelitian

19

UlberSilalahi, MetodePenelitianSosial (Bandung: PT. RefikaAditama, 2010), h. 289. 20

Samad Umarama, Strategi Pemenangan Partai Keadilan Sejahtera pada Pemilu

Legislatif 2004 (Studi di kabupaten Sula Provinsi maluku Utara)(Yogyakarta: UIN Sunan

Kalijaga, 2009).

Page 25: PERILAKU POLITIK DAN KEKUASAAN POLITIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40971...yang berpola dari pengalaman masa kecil, ideologi, harapan dan tujuan yang bersangkutan

15

yang diarahkan untuk memberikan gejala-gejala, fakta-fakta atau kejadian-

kejadian secara sistematis dan akurat mengenai sifat-sifat tertentu.21

Tahap pengelolaan data ini kemudian dilanjutkan dengan menganalisis dan

menginterpretasikan data. Analisis data merujuk kepada kegiatan

pengorganisasian data kedalam susunan-susunan tertentu dalam rangka

interpretasi data untuk menjawab pertanyaan penelitian. Dengan menggunakan

teknik analisis ini penulis berharap mampu memberikan gambaran suatu

fenomena atau permasalahan yang terjadi secara sistematis, faktual, aktual, akurat,

dan jelas berdasarkan data yang diperoleh mengenai problematika yang terjadi

dalam pemilihan Gubernur DKI Jakarta 2017 dengan menggunakan teori perilaku

politik dan kekuasaan politik.

G. Sistematika Penulisan

Dalam penulisan skripsi ini penulis membagi lima bab, dengan sistematika

penulisan sebagai berikut:

Bab pertama berisi tentang pendahuluan, penulis menjelaskan

permasalahan yang melatar belakangi pembahasan dan perumusan masalah serta

manfaat dan tujuan, tinjauan pustaka, metodologi penelitian dan sistematika

penulisan dari penulisan itu. Menjelaskan tentang perpindahan partai politik

Basuki Tjahaja Purnama dalam perpolitikan di Indonesia.

Bab kedua penulis menjelaskan kontekstualisasi teori. Pembahasan tentang

teori perilaku politik dan kekuasaan politik Basuki sehingga mampu menjelaskan

21

Prof. H Pupuh Fathurahman,Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: CV Pustaka

Setia, 2011), h.47.

Page 26: PERILAKU POLITIK DAN KEKUASAAN POLITIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40971...yang berpola dari pengalaman masa kecil, ideologi, harapan dan tujuan yang bersangkutan

16

faktor-faktor yang mendorong berpindahnya kader partai politik baik dari sisi

internal partai maupun pilihan Basuki Tjahaja Purnama.

Bab ketiga penulis memaparkan Profil Basuki Tjahaja Purnama dari awal

bergabungnya dalam Partai Politik hingga keluarnya dalam partai politik.

Bab keempat ini, merupakan inti dari penelitian penulis dari skripsi ini,

pada bab ini penulis memaparkan temuan-temuan pokok penelitian yang

menjelaskan latar belakang perpindahan Basuki Tjahaja Purnama dari partai yang

satu ke partai yang lain dilihat dari sisi internal partai atau dari sisi pilihan

individu Basuki Tjahaja Purnama sebagai kader partai politik. Dengan

menggunakan kacamata teori perilaku politik dan kekuasaa politik.

Bab kelima, penulis berusaha menyimpulkan skripsi sekaligus menjadi

penutup pada pokok masalah yang akan diangkat, terkait dengan perpindahan

Basuki Tjahaja Purnama dari perpolitikan di Indonesia.

Page 27: PERILAKU POLITIK DAN KEKUASAAN POLITIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40971...yang berpola dari pengalaman masa kecil, ideologi, harapan dan tujuan yang bersangkutan

17

BAB II

KERANGKA TEORI

Perilaku politik Basuki Tjahaja Purnama menunjukan sikap

ketidakkonsistenan untuk meraih kekuasaan dengan berpindah-pindah partai politik

sebagai kendaraannya. Fenomena berpindahnya Basuki dari partai politik ke partai

politik lain dapat ilihat dari sekedar kepentingan pragmatisme atau bisa juga karena

kepentingan untuk meraih kekuasaan, hal ini menjadi fokus penelitian yang akan

diteliti.

Oleh karena itu, untuk memahami teori dan konsep dari arti penting perilaku

politik dan kekuasaan politik yang bertujuan untuk membangun struktur dari skripsi

penulis, maka pada bab ini akan dijelaskan mengenai kajian teori-teori, dan

konseptualisasi yang akan digunakan dalam penelitian, sehubungan dengan tema

skripsi ini.

A. Perilaku Politik

A.1. Pengertian Perilaku Politik

Perilaku politik adalah kegiatan yang berkenaan dengan proses pembuatan

dan pelaksanaan keputusan politik, yang melakukan kegiatan adalah pemerintah dan

masyarakat. Kegiatan yang dilakukan pada dasarnya dibagi dua, yaitu fungsi-fungsi

pemerintah yang dipegang oleh pemerintah dan fungsi-fungsi politik yang dipegang

Page 28: PERILAKU POLITIK DAN KEKUASAAN POLITIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40971...yang berpola dari pengalaman masa kecil, ideologi, harapan dan tujuan yang bersangkutan

18

oleh masyarakat.1 Terdapat dua fungsi politik yang menjelaskan tentang siapa yang

melakukan kegiatan politik. Individu ataukah struktur kelembagaan? Pendekatan

kelembagaan dalam ilmu politik menyatakan bahwa lembaga (struktur) yang

melakukan kegiatan politik sesuai dengan fungsi yang dimiliki oleh lembaga tersebut,

sehingga yang perlu dipelajari bukan perilaku individu tetapi perilaku lembaga-

lembaga politik dan pemerintah (kelembagaan). Sedangkan jika dilihat melalui

pendekatan behavioralisme, bahwa individulah yang secara aktual melakukan

kegiatan politik karena perilaku lembaga politik pada dasarnya merupakan kumpulan

perilaku individu yang berpola tertentu.2

Dalam pandangan kaum behavioralis, pemahaman terhadap kehidupan politik

tergantung pada pemahaman terhadap tingkah laku aktor-aktor politik. Hal ini

disebabkan karena individu dengan segala kecenderungan psikologis dan nilai-nilai

budaya yang dianutnya memainkan peranan yang penting dalam menentukan tingkah

laku individu. Pada umumnya pendekatan perilaku tidak hanya menjelaskan

mengenai tingkah laku seseorang, melainkan juga orientasinya terhadap kegiatan

tersebut seperti sikap, motivasi, persepsi, evaluasi, tuntutan, harapan. Berdasarkan

anggapan perilaku politik hanya salah satu dari keseluruhan perilaku, maka

pendekatan ini cenderung untuk bersifat interdisipliner.3

1Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu-Ilmu Politik (Jakarta: PT Grasindo, 2010), h. 167.

2Surbakti, Memahami Ilmu Politik, 168.

3Yoyoh Rohaniah dan Efriza, Pengantar Ilmu Politik ( Malang: Intrans Publishing, 2015), h.

42.

Page 29: PERILAKU POLITIK DAN KEKUASAAN POLITIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40971...yang berpola dari pengalaman masa kecil, ideologi, harapan dan tujuan yang bersangkutan

19

Abdul Munir Mulkhan melihat perilaku politik sebagai fungsi dari kondisi

sosial dan ekonomi serta kepentingan, maka perilaku politik sebagian di antaranya

adalah produk dari perilaku sosial ekonomi dan kepentingan suatu masyarakat atau

golongan dalam masyarakat tersebut. Teori perilaku politik adalah sebagai salah satu

aspek dari ilmu politik yang berusaha untuk mendefinisikan, mengukur, dan

menjelaskan pengaruh terhadap pandangan politik seseorang, ideologi, dan tingkat

partisipasi politik. Perilaku politik juga bisa dipahami sebagai tanggapan-tanggapan

internal (seperti: persepsi, sikap, dan keyakinan) dan juga tindakan-tindakan yang

nampak (seperti: suara, gerak protes, lobying, kaukus, kampanye, dan demonstrasi).4

Perilaku politik tidaklah merupakan sesuatu yang berdiri sendiri tetapi

mengandung keterkaitan dengan hal-hal lain. Perilaku politik yang ditunjukan oleh

individu merupakan hasil pengaruh beberapa faktor, baik faktor internal maupun

faktor eksternal yang menyangkut lingkungan alam maupun lingkungan sosial

budaya. Diperlukan unit dasar analisis untuk melihat perilaku politik, yaitu :

1. Individu sebagai aktor politik lebih memiliki pengaruh dalam proses

politik adalah pemimpin dan pemerintah

2. Individu sebagai agregasi politik adalah kelompok individu yang

tergabung dalam suatu organisasi seperti partai politik, kelompok

kepentingan, birokrasi, dan lembaga-lembaga pemerintahan

4 Perilaku Politik,http://muhammadazzikra15.blogspot.co.id/2016/08/perilaku-politik.html,

7 Agustus 2016

Page 30: PERILAKU POLITIK DAN KEKUASAAN POLITIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40971...yang berpola dari pengalaman masa kecil, ideologi, harapan dan tujuan yang bersangkutan

20

3. Tipologi kepribadian politik adalah tipe-tipe kepribadian pemimpin,

seperti otoriter, demokratis, leissfer5

Hubungan teori perilaku politik dalam kasus ini dapat menjelaskan beberapa

hal, pertama Basuki dalam berperilaku politik dipengaruhi oleh beberapa faktor dan

latar belakang, dilihat dari unit analisis individu sebagai aktor politik yang memiliki

pengaruh dalam sistem politik yang bertugas sebagai perencana, pengambilan

keputusan, dan penegakan keputusan dipengaruhi oleh berbagai dimensi latar

belakang yang merupakan bahan dalam pertimbangan politiknya.

Lebih tepat diteliti melalui pendekatan behavioralisme yang menunjukan

eksistensi Basuki sebagai individu yang dapat membuat keputusan-keputusan politik

dalam menjalankan pemerintahan dan latar belakang Basuki yang secara aktual tidak

dapat diatur oleh lembaga melainkan sebaliknya Basuki dapat mengendalikan

lembaga pemerintahan.

Dalam kenyataannya suatu tindakan dan keputusan politik tidak hanya

ditentukan oleh fungsi (tugas dan kewenangan) yang melekat pada lembaga yang

mengeluarkan keputusan, sedangkan fungsi itu sendiri merupakan upaya mencapai

tujuan masyarakat negara atau nilai-nilai politik, tetapi juga dipengaruhi oleh

kepribadian (keinginan dan dorongan, persepsi dan motivasi, sikap dan orientasi,

5 Sudjiono Sastroatmodjo, Perilaku Politik (Semarang,: IKIP Semarang Press,2005),h.10-11.

Page 31: PERILAKU POLITIK DAN KEKUASAAN POLITIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40971...yang berpola dari pengalaman masa kecil, ideologi, harapan dan tujuan yang bersangkutan

21

harapan dan cita-cita, ketakutan dan pengalaman masa lalu) individu yang membuat

keputusan tersebut.

Kedua, perilaku politik dapat dilihat dari pengalaman masa lalu Basuki yang

membuatnya bekerja keras untuk dapat membangun sebuah interaksi yang baik antara

pemerintah dan masyarakat, antara lembaga, dan antara kelompok dan individu di

dalam masyarakat, dalam rangka proses pembuatan, pelaksanaan, dan penegakan

keputusan politik yang pada dasarnya merupakan perilaku politik.6

Ketiga, perilaku politik Basuki pada umumnya dipengaruhi dan ditentukan

oleh beberapa faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yang

muncul dari individu itu sendiri seperti idealisme, tingkat kecerdasan, kehendak hati.

Faktor eksternal yang muncul dari kondisi lingkungan seperti kehidupan beragama,

sosial, politik, ekonomi, dan sebagainya yang mengelilingnya.

Keempat, perilaku politik Basuki yang cenderung berpindah-pindah partai

politik Keadaan itu dapat mempengaruhi seorang figur politik berganti peran untuk

menyesuaikan kepentingan yang ingin dicapai. Berkenaan dengan kebijakan untuk

mencapai tujuan suatu masyarakat, serta memegang suatu sistem kekuasaan yang

memungkinkan adanya suatu otoritas untuk mengatur kehidupan masyarakat ke arah

pencapaian tujuan tersebut. Mengupayakan agar kebutuhan pokok rakyat dapat

terpenuhi secara baik menjadi suatu tujuan yang harus dilaksanakan.

6 Sastroatmodjo, Perilaku Politik., 3.

Page 32: PERILAKU POLITIK DAN KEKUASAAN POLITIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40971...yang berpola dari pengalaman masa kecil, ideologi, harapan dan tujuan yang bersangkutan

22

Menurut model ini, terdapat empat faktor yang mempengaruhi perilaku politik

seorang aktor politik.

a) Pertama, lingkungan sosial politik langsung, seperti sistem politik, sistem

ekonomi, sistem budaya, dan media massa.

b) Kedua, lingkungan sosial politik langsung yang mempengaruhi dan

membentuk kepribadian aktor, seperti keluarga, agama, sekolah, dan

kelompok pergaulan.

c) Ketiga, struktur kepribadian yang tercermin dalam sikap individu, yang

terdapat tiga basis fungsional sikap, yaitu kepentingan, penyesuaian diri,

eksternalisasi, dan pertahanan diri.

d) Keempat, faktor lingkungan sosial politik langsung berupa situasi, yaitu

sebuah keadaan yang mempengaruhi aktor secara langsung ketika hendak

melakukan suatu kegiatan, seperti: cuaca, keadaan keluarga, keadaan ruang,

kehadiran orang lain, suasana kelompok, dan ancaman dengan segala

bentuknya.

Pengertian teori di atas dapat dikatakan bahwa perilaku politik merupakan

objek yang dapat di analisis dalam kehidupan politik suatu negara. Untuk melihat

fenomena tersebut peneliti memandang pentingnya mengambil fokus mengenai

perpindahan Basuki dari partai ke partai politik lain dengan menggunakan kacamata

teori perilaku politik.

Page 33: PERILAKU POLITIK DAN KEKUASAAN POLITIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40971...yang berpola dari pengalaman masa kecil, ideologi, harapan dan tujuan yang bersangkutan

23

B. Kekuasaan

B.1. Pengertian Kekuasaan

Politik dianggap identik dengan kekuasaan, sehingga telah memunculkan

begitu banyak definisi. Dalam politik kekuasaan diperlukan untuk mendukung dan

menjamin jalanya sebuah keputusan politik dalam kehidupan masyarakat. Keterkaitan

logis antara politik dan kekuasaan menjadikan setiap pembahasan tentang politik,

selalu melibatkan kekuasaan didalamnya. Itulah sebabnya perlunya membahas

sekularisasi kekuasaan. Sekularisasi politik secara implisit bertujuan untuk

mendesakralisasi kekuasaan untuk tidak dilegitimasi sebagai sesuatu yang bersifat

sakral dan suci.

Perumusan yang umumnya dikenal yaitu, kekuasaan adalah kemampuan

seseorang atau sekelompok manusia untuk mempengaruhi perilaku seseorang atau

kelompok lain sehingga tingkah laku itu menjadi sesuai dengan keinginan dan tujuan

dari orang yang mempunyai kekuasaan.7 Berdasarkan definisi ini kekuasaan adalah

kemampuan untuk mempengaruhi pihak lain agar mengikuti kehendak pemegang

kekuasaan, baik dengan sukarela maupun dengan terpaksa.

Menurut Nicollo Machiavelli kekuasaan merupakan sesuatu yang harus diraih

karena tidak datang begitu saja. Kekuasaan haruslah diambil lalu dipertahankan, dan

dalam mempertahankannya seorang penguasa harus serentak dicintai dan ditakuti

warganya. Demi sebuah kekuasaan pertimbangan-pertimbangan moral menjadi tidak

7Rohaniah dan Efriza, Pengantar Ilmu Politik, 167.

Page 34: PERILAKU POLITIK DAN KEKUASAAN POLITIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40971...yang berpola dari pengalaman masa kecil, ideologi, harapan dan tujuan yang bersangkutan

24

relevan, karenannya ditakuti oleh segenap warga bagi sang penguasa adalah yang

esensial.8

Pada dasarnya kekuasaan politik adalah kemampuan individu atau kelompok

untuk memanfaatkan sumber-sumber kekuatan yang bisa menunjang sektor

kekuasaannya dalam rangka mencapai tujuan tertentu. Jenis-jenis kekuasaan yang

kita ketahui pada umumnya sekiranya dapat dibagi beberapa jenis kekuasaan sebagai

berikut: (a) kekuasaan eksekutif, yaitu yang dikenal dengan kekuasaan pemerintahan

dimana mereka secara teknis menjalankan roda pemerintahan, (b) kekuasaan

legislatif, yaitu sesuatu yang berwenang membuat, dan mengesahkan perundang-

undangan sekaligus mengawasi roda pemerintahan, (c) kekuasaan yudikatif, yaitu

sesuatu kekuasaan penyelesaian hukum yang didukung oleh kekuasaan kepolisian,

demi menjamin law enforcement pelaksanaan hukum. 9

Max Weber mengemukakan beberapa bentuk wewenang manusia yang

menyangkut juga kepada hubungan kekuasaan. Wewenang yang dimaksud adalah

kemampuan untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu yang diterima secara formal oleh

anggota-anggota masyarakat.10

Jenis authority yang disebutnya dengan rational legal

authority sebagai bentuk hierarki wewenang yang berkembang di dalam kehidupan

8 Rohaniah dan Efriza, Pengantar Ilmu Politik ,169.

9Imam Hidayat, Teori-Teori Politik (Malang: Setara Press, 2009), h. 31- 32.

10 Hotman Siahaan, Pengantar Kearah Sejarah dan Teori Sosiologi (Jakarta: Erlangga, 1986),

h.201.

Page 35: PERILAKU POLITIK DAN KEKUASAAN POLITIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40971...yang berpola dari pengalaman masa kecil, ideologi, harapan dan tujuan yang bersangkutan

25

masyarakat modern. Wewenang sedimikian ini dibangun atas dasar legitimasi

(keabsahan) yang menurut pihak yang berkuasa merupakan haknya.11

Perjuangan kekuasaan (power strunggle) mempunyai tujuan yang

menyangkut kepentingan seluruh masyarakat. Hal inilah yang melatarbelakangi

keinginan besar Basuki menjadi seorang pejabat pemerintah dengan kekuasaan yang

tinggi. Hal ini menarik dikaji bukan hanya memusatkan perhatian pada perjuangan

untuk memperoleh kekuasaan, tetapi bagaimana Basuki mempertahankan kekuasaan,

melaksanakan kekuasaan, mempengaruhi pihak lain, ataupun bahkan menentang

pelaksanaan kekuasaan.

Kekuasaan politik dapat dirumuskan sebagai kemampuan menggunakan

sumber-sumber pengaruh untuk mempengaruhi proses pembuatan dan pelaksanaan

keputusan politik sehingga keputusan itu menguntungkan dirinya, kelompoknya

ataupun masyarakat pada umumnya. Dalam setiap situasi hubungan kekuasaan

terdapat tiga unsur. Ketiga unsur itu meliputi tujuan yang ingin dicapai, cara

penggunaan sumber-sumber pengaruh, dan hasil penggunaan sumber-sumber

pengaruh. Kekuasaan yang beraspek politik merupakan penggunaan sumber-sumber

pengaruh untuk mempengaruhi proses politik.12

Terkait dengan masalah tersebut (pelaksanaan kekuasaan politik atau

penggunaan sumber-sumber kekuasaan) dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai

salah satu unsur mengenai sumber kekuasaan jabatan, keahlian, status sosial,

11

George Ritzer & Douglad J. Goodman, Teori Sosiologi Modern (Jakarta: Kencana, 2007),

h.37. 12

Surbakti, Memahami Ilmu Politik, 73.

Page 36: PERILAKU POLITIK DAN KEKUASAAN POLITIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40971...yang berpola dari pengalaman masa kecil, ideologi, harapan dan tujuan yang bersangkutan

26

popularitas pribadi, dan massa yang terorganisir.13

Sumber kekuasaan menurut

Soerjono Soekanto dirangkum bersama dengan kegunaaannya, yaitu birokrasi yang

berfungsi mengontrol, mengatur, menstabilkan, dan menjaga kontinuitas yang

berkenaan dengan segala aspek kehidupan dan domain. Dilihat dari segi politik yaitu

pengambilan keputusan.14

Dasar-dasar kekuasaan atau sumber-sumber kekuasaan adalah faktor-faktor

tempat berpijaknya kekuasaan. Salah satu dasar kekuasaan adalah kepercayaan

seseorang terhadap kekuasaan sang aktor. Sumber kekuasaan dapat berupa

kedudukan. Ada beberapa pengertian yang erat kaitannya dengan kekuasaan, yaitu

authority (otoritas, wewenang) dan legitimate (keabsahan). Seperti yang dikatakan

Harold D Laswell dan Abraham Kaplan dalam buku Power and Society bahwa

wewenang adalah kekuasaan formal. Dianggap bahwa yang mempunyai wewenang

berhak untuk mengeluarkan perintah dan membuat peraturan-peraturan serta berhak

untuk mengharapkan kepatuhan terhadap peraturan-peraturannya.15

Menurut Talcott Parson, kekuasaan merupakan suatu kemampuan untuk

menjamin pelaksanaan kewajiban yang mengikat terhadap tujuan-tujuan kolektif

yang telah disepakati dari satuan-satuan yang ada di dalam suatu sistem organisasi

kolektif. Kewajiban adalah sah jika menyangkut tujuan-tujuan kolektif.16

Pernyataan

tersebut cenderung melihat kekuasaan sebagai senjata yang ampuh untuk mencapai

13

Surbakti, Memahami Ilmu Politik, 133. 14

Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar (Jakarta: Rajawali Press, 2006), h.299. 15

Miriam Budiharjo, Demokrasi di Indonesia:Demokrasi Parlementer dan Demokrasi

Pancasila (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1994), h.90. 16

Roderick Martin, Sosiologi Kekuasaan (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1993), h. 17.

Page 37: PERILAKU POLITIK DAN KEKUASAAN POLITIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40971...yang berpola dari pengalaman masa kecil, ideologi, harapan dan tujuan yang bersangkutan

27

tujuan-tujuan kolektif dengan jalan membuat keputusan-keputusan yang mengikat

didukung dengan sanksi negatif.

Menurut Soerjono Soekanto mengemukakan bahwa, kekuasaan diartikan

suatu kemampuan untuk mempengaruhi pihak lain menurut kehendak yang ada pada

pemegang kekuasaan.17

Menurut Charles F. Andrain kekuasaan dimengerti sebagai

penggunaan sejumlah sumber daya yaitu berupa asset maupun kemampuan untuk

memperoleh kepatuhan atau tingkah laku menyesuaikan dari orang lain.18

Karena

pada hakikatnya kekuasaan merupakan suatu hubungan antara pemegang kekuasaan

yang memegang kontrol atas sejumlah orang lain.

B.2. Dimensi-Dimensi Kekuasan

Untuk memahami gejala politik kekuasaan secara tuntas maka kekuasaan

dapat ditinjau dari empat dimensi kekuasaan, yang dinyatakan oleh Charles F

Andrain yaitu potensial dan aktual, konsensual dan paksaan, jabatan dan pribadi,

positif dan negatif.19

Dalam setiap situasi, hubungan kekuasaan politik mempunyai

tiga unsur yang selalu terkait di dalamnya. Ketiga unsur itu meliputi: tujuan, cara

penggunaan sumber-sumber pengaruh, dan hasil penggunaan sumber-sumber

pengaruh.

17

Abdul Syani, Sosiologi Skematik, Teori, dan Terapan (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), h.136. 18

Prof. Dr. Damsar, Pengantar Sosiologi Politik (Jakarta: Prenada Media, 2010), h. 72. 19

Haryanto, Kekuasaan Elite: Suatu Bahasan Pengantar (Yogyakarta: PLOD, 2005), h.25.

Page 38: PERILAKU POLITIK DAN KEKUASAAN POLITIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40971...yang berpola dari pengalaman masa kecil, ideologi, harapan dan tujuan yang bersangkutan

28

Apabila dijabarkan lebih lanjut, maka dapat disebutkan sejumlah ciri yang

berkaitan dengan hubungan kekuasaan politik adalah sebagai berikut:

1. Kekuasaan merupakan hubungan antar manusia

2. Pemegang kekuasaan memengaruhi pihak lain

3. Pemegang kekuasaan dapat seorang individu, kelompok, organisasi, ataupun

pemerintah (negara dalam hubungan luar negeri)

4. Sasaran kekuasaan (yang dipengaruhi) dapat berupa individu, kelompok

organisasi, atau pemerintah (negara)

5. Suatu pihak yang memiliki sumber kekuasaan belum tentu mempunyai

kekuasaan karena bergantung pada kemampuannya menggunakan sumber

kekuasaan secara efektif

6. Penggunaan sumber-sumber kekuasaan mungkin melibatkan paksaan,

konsensus, atau kombinasi keduanya

7. Hal ini bergantung pada perspektif moral yang digunakan yakni tujuan yang

hendak dicapai itu baik atau buruk?

8. Hasil penggunaan sumber-sumber pengaruh itu dapat menguntungkan seluruh

masyarakat atau dapat juga menguntungkan kelompok kecil masyarakat

9. Pada umumnya kekuasaan politik mempunyai makna bahwa sumber-sumber

itu digunakan atau dilaksanakan untuk masyarakat umum, sedangkan

kekuasaan yang bersifat pribadi digunakan untuk kepentingan sebagian kecil

masyarakat

Page 39: PERILAKU POLITIK DAN KEKUASAAN POLITIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40971...yang berpola dari pengalaman masa kecil, ideologi, harapan dan tujuan yang bersangkutan

29

10. Kekuasaan yang beraspek politik merupakan penggunaan sumber-sumber

pengaruh untuk mempengaruhi proses politik20

B.3. Penggunaan Sumber-Sumber Kekuasaan

Dalam mempelajari kehidupan politik, kekuasaan tidak hanya diartikan

sebagai kemampuan untuk mempengaruhi tingkah laku individu ataupun kelompok

individu yang lain sehingga mereka bersedia bertindak menurut pemegang

kekuasaan. Akan tetapi kekuasaan juga dipandang sebagai kemampuan untuk

mempengaruhi proses pembuatan kebijaksanaan yang mengikat seluruh anggota

masyarakat. Pemahaman tentang kekuasaan lebih sering diarahkan untuk mengetahui

pengaruh individu ataupun sekelompok atas kebijaksanaan pemerintah yang mengikat

dan berlaku umum. Pencapaian yang sudah didapat Basuki hingga saat ini harus

dilihat dari segi penggunaan sumber-sumber kekuasaan.

Menurut Charles F. Andrain terdapat empat faktor yang menjadi sebuah

pertimbangan oleh pemilik sumber kekuasaan dalam menggunakan sumber untuk

mempengaruhi proses politik meliputi kuatnya motivasi untuk mencapai tujuan

tertentu, harapan akan keberhasilan mencapai tujuan, persepsi mengenai biaya dan

resiko yang timbul dalam mencapai tujuan, dan pengetahuan mengenai cara-cara

mencapai tujuan tersebut.

Penjabaran tentang kekuasaan dapat dinyatakan menempati posisi sentral

dalam ilmu politik. Dengan kekuasaan, pihak yang memiliki dapat menggunakannya

20

Rohaniah dan Efriza, Pengantar Ilmu Politik, 202.

Page 40: PERILAKU POLITIK DAN KEKUASAAN POLITIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40971...yang berpola dari pengalaman masa kecil, ideologi, harapan dan tujuan yang bersangkutan

30

untuk mempengaruhi pihak-pihak lain agar tunduk dan patuh kepada keinginan dan

perintahnya. Dengan kekuasaan sangat dimungkinkan proses pembuatan dan

pelaksanaan kebijakan yang mengikat warga masyarakat dapat dipengaruhi

sedemikian rupa sehingga sang penguasa dapat mewujudkan kepentingan-

kepentingannya melalui kebijakan tersebut.

C. Partai Politik

Dinamika perpolitikan suatu bangsa ditentukan oleh partai politiknya,

sehingga partai politiknya memiliki peran yang sangat besar sebagai sarana atau

media ataupun alat untuk memperoleh kekuasaan. Dengan adanya gagasan untuk

melibatkan rakyat dalam proses politik (kehidupan dan aktifitas ketatanegaraan),

maka secara spontan partai politik berkembang menjadi penghubung antara rakyat

disatu pihak dan pemerintahan di pihak lain.21

Sistem demokrasi tidak mungkin berjalan tanpa adanya partai politik.

Pembuatan keputusan secara teratur hanya mungkin dilakukan jika ada

pengorganisasian berdasarkan tujuan-tujuan kenegaraan. Tugas partai politik adalah

untuk menata aspirasi rakyat untuk dijadikan opini publik yang lebih sistematis

sehingga dapat menjadi dasar pembuatan keputusan yang teratur.22

21

Miriam Budiarjo,Dasar-Dasar Ilmu Politik (Jakarta: Gramedia, 1977),h.159. 22

Jimlly Asshiddiqie, Konstitusi dan Konstitusionalisme Indonesia (Jakarta: Sekretariat

Jenderal dan Kepaniteraan MK RI, 2006), h. 115-116

Page 41: PERILAKU POLITIK DAN KEKUASAAN POLITIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40971...yang berpola dari pengalaman masa kecil, ideologi, harapan dan tujuan yang bersangkutan

31

Pada dasarnya partai politik merupakan sarana bagi orang atau kelompok

untuk berpartisipasi dalam pengelolaan negara. Carl J. Frederich mendefinisikan

partai politik adalah sekelompok manusia yang terorganisir secara stabil dengan

tujuan untuk merebut dan mempertahankan kekuasaan dalam pemerintahan bagi

pimpinan partainya dan berdasarkan pengawasan ini memberikan kemanfaatan pada

anggota partainya yang berupa materil dan ideal.23

Partai politik dianggap sebagai tempat berkumpulnya orang-orang dengan

perhatian terhadap kehidupan politik, baik tingkat nasional maupun lokal selalu

membawa kepentingan dirinya dan kepentingan masyarakat umum. Kompetensi dan

kapabilitas orang yang ada di dalamnya akan sangat menentukan sampai seberapa

jauh partai politik mampu mengawal demokratisasi. Namun kepentingan individual

di partai politik menjadi titik dominan dalam setiap perpolitikan Indonesia.

Partai politik dapat dikatakan sebagai salah satu pilar demokrasi, sehingga

kompetensi dan kapabilitas orang yang ada di dalamnya akan sangat menentukan

sampai seberapa jauh partai politik mampu mengawal demokratisasi. Namun

kepentingan individiual di dalam kehidupan politik di partai politik menjadi titik

dominan dalam setiap perpolitikan Indonesia.

Perkembangan partai politik di Indonesia ini merupakan gambaran wajah

peran rakyat dalam percaturan politik nasional atau dengan kata lain merupakan

23

Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik (Jakarta: PT. Grasindo, 2010), h. 148.

Page 42: PERILAKU POLITIK DAN KEKUASAAN POLITIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40971...yang berpola dari pengalaman masa kecil, ideologi, harapan dan tujuan yang bersangkutan

32

cerminan tingkat pertisipasi politik masyarakat. Oleh karena itu, partai politik

mempunyai posisi dan peranan yang penting dalam sistem politik demokratis. Partai

memainkan peran penghubung yang sangat strategis antara proses-proses

pemerintahan dengan warga negara.

Secara teoritikal, makin banyak partai politik memberikan kemungkinan yang

lebih luas bagi rakyat untuk menyalurkan aspirasinya dan meraih peluang untuk

memperjuangkan hak-haknya serta menyumbangkan kewajibannya sebagai warga

negara. Banyaknya alternatif pilihan dan meluasnya ruang gerak partisipasi rakyat

memberikan indikasi yang kuat bahwa sistem pemerintahan di tangan rakyat sangat

mungkin untuk diwujudkan.24

C.1. Batasan dan Pengertian Partai Politik

1. Carl J. Friedrick: Sekelompok manusia yang terorganisir secara stabil dengan

tujuan merebut dan mempertahankan penguasa terhadap pemerintahan bagi

pemimpin partainya, dan berdasarkan penguasaan ini memberikan kepada

anggota partainya kemanfaatan yang bersifat ideal maupun material.

2. Miriam Budiarjo: suatu kelompok yang terorganisir yang anggota-

anggotannya mempunyai orientasi, nilai-nilai dan cita-cita yang sama dengan

tujuan memperoleh kekuasaan politik dan merebut kedudukan politik, dengan

cara konstitusional guna melaksanakan kebijaksanaan-kebijaksanaan mereka.

24

Alfian, Komunikasi Politik dan Sistem Politik Indonesia (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka

Utama, 1991), h. 25.

Page 43: PERILAKU POLITIK DAN KEKUASAAN POLITIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40971...yang berpola dari pengalaman masa kecil, ideologi, harapan dan tujuan yang bersangkutan

33

3. Roy C. Macridis: berpendapat bahwa partai politik merupakan keharusan

dalam kehidupan politik moderen yang demokratis. Sebagai organisasi partai

politik secara ideal dimaksudkan untuk mengaktifkan dan memobilisasi

rakyat, mewakili kepentingan tertentu, memberikan jalan kompromi bagi

pendapat yang saling bersaing, serta menyediakan sarana suksesi

kepemimpinan politik secara absah (legitimate) dan damai.

Menurut Roy C. Macridis, partai politik merupakan suatu assosiasi yang

mengaktifkan, memobilisasi rakyat, dan mewakili kepentingan tertentu, memberikan

jalan kompromi bagi pendapat-pendapat yang bersaing, dan memunculkan

kepemimpinan politik. Oleh karena itu partai politik menjadi fenomena umum dalam

kehidupan politik di dalam masyarakat moderen. Partai politik adalah alat untuk

memperoleh kekuasaan dan untuk memerintah.25

Berdasarkan penjabaran tersebut di atas, kita dapat mengetahui antara satu

dengan lainnya saling terkait. Paling tidak terdapat empat hal yang dapat dijadikan

sebagai pemahaman politik. Pertama, partai politik merupakan sebuah media untuk

aktif dalam konstelasi politik. Kedua, partai politik sebagai instrument perjuangan

untuk mencapai kekuasaan di lembaga pemerintah. Ketiga, partai politik sebagai

gudang ide yang mampu memperbaharui kehidupan sosial politik yang berorientasi

pada kesejahteraan rakyat. Keempat, jika dilihat hubungan pendapat yang satu

25

Ichsan Amal, Teori-Teori Mutakhir Partai Politik (Yogyakarta: PT. Tiara Wacana, 1996),

h.17.

Page 44: PERILAKU POLITIK DAN KEKUASAAN POLITIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40971...yang berpola dari pengalaman masa kecil, ideologi, harapan dan tujuan yang bersangkutan

34

dengan yang lain, yaitu bahwa tujuan partai politik itu didirikan adalah untuk merebut

ataupun mempertahankan kekuasaan dalam pemerintahan guna melaksanakan

kebijaksanaan-kebijaksanaan yang telah digariskan oleh masing-masing partai politik.

Relasi antara partai politik dengan kekuatan politik yang lain tercermin di

dalam bentuk-bentuk kerjasama yang dijalin atas dasar kesamaan sistem nilai yang

melandasi cita-cita, visi ataupun ideologi partai (platform) dan persaingan, serta

pilihan bentuk dan derajat partisipasi dalam mempengaruhi jalannya pemerintahan

melebihi kemampuannya menerapkan prosedur demokrasi di dalam mekanisme

internal partai politik. Hal ini berarti, signifikansi partai politik dalam mekanisme

sistem politik demokratis bukan saja akan ditentukan oleh platform serta pilihan

bentuk persaingan dan kerjasama yang ditampilkan, tetapi juga bergantung kepada

kemampuan.

Partai politik dalam menginternalisasikan cita-citanya sehingga menjiwai

keseluruhan aktivitas partai dan kemampuannya memasyarakatkan cita-cita tersebut

kepada para anggota sehingga terbangun komitmen bersama untuk mewujudkannya

melalui aktivitas partai.

Ideologi memegang peranan penting dalam dunia perpolitikan karena ideologi

merupakan ciri paling utama yang membedakan suatu partai dengan partai lain karena

setiap partai memiliki ideologi yang berbeda-beda. Secara istilah sebagai suatu sistem

sebaran ide, kepercayaan (beliefs), yang membentuk sistem nilai dan norma serta

Page 45: PERILAKU POLITIK DAN KEKUASAAN POLITIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40971...yang berpola dari pengalaman masa kecil, ideologi, harapan dan tujuan yang bersangkutan

35

sistem peraturan (regulation) ideal yang diterima sebagai fakta dan kebenaran oleh

kelompok tertentu.26

Ideologi merupakan suatu visi yang komprehensif dalam memandang segala

sesuatu yang diformulasikan secara sistematik dan ilmiah dari seseorang atau

sekelompok orang mengenai tujuan yang akan dicapai dengan segala metode

pencapaian.27

D. Pendekatan Kelembagaan (Institusionalisme)

Dalam kajian politik studi pada lembaga-lembaga pemerintah. Dalam

pandangan ini, kegiatan-kegiatan politik secara umum berpusat disekitar lembaga-

lembaga pemerintah misalnya kepresidenan, pengadilan, pemerintah daerah, dan

partai politik.28

Kegiatan yang dilakukan individu maupun kelompok secara umum

diarahkan kepada lembaga-lembaga pemerintah dan kebijakan publik secara otoratif

dan dilaksanakan lembaga-lembaga pemerintah.

Hubungan antar kebijakan publik dan lembaga pemerintah dilihat sebagai

hubungan yang sangat erat dan saling mendukung. Lembaga pemerintah memberi dua

karakteristik yang berbeda terhadap kebijakan publik sebagai berikut:29

26

Firmanzah, Mengelola Partai Politik (Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2011), h.

96. 27

Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Majelis Pertimbangan Pusat. Platform Kebijakan

Pembangunan Partai Keadilan Sejahtera, 2007.h. 30-31. 28

Budi Winarno, Kebijakan Publik (Teori, Proses dan Studi) (Yogyakarta: CAPS, 2011), h.

55. 29

Winarno, Kebijakan Publik (Teori, Proses, dan Studi), 56.

Page 46: PERILAKU POLITIK DAN KEKUASAAN POLITIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40971...yang berpola dari pengalaman masa kecil, ideologi, harapan dan tujuan yang bersangkutan

36

1. Pemerintah memberi legitimasi kepada kebijakan-kebijakan, kebijakan

pemerintah secara umum dipandang sebagai kewajiban-kewajiban

yang sah yang menuntut loyalitas warga negara.

2. Kebijakan-kebijakan pemerintah membutuhkan universalitas,

kebijakan-kebijakan pemerintah yang menjangkau dan dapat

menghukum secara sah orang-orang yang melanggar kebijakan

tersebut.

Meski studi lembaga pada awalnya mempunyai fokus sempit bukan berarti

pendekatan ini tidak produktif sama sekali. Lembaga-lembaga pemerintah sebenarnya

merupakan pola-pola perilaku yang tersusun dari individu-individu. Perlu diingat

bahwa dampak aturan-aturan lembaga pada kebijakan merupakan suatu pertanyaan

empirik yang membutuhkan penyelidikan lebih lanjut, dan seringkali para pembuat

kebijakan bersemangat bahwa suatu kebijakan khusus dalam struktur lembaga akan

menghasilkan perubahan-perubahan dalam kebijakan publik tanpa melihat dan

menyelidiki hubungan sebenarnya antara struktur dengan kebijakan.

Karakteristik kepemimpinan Basuki menggambarkan bahwasanya

karakteristik Basuki yang kuat terlihat lebih dominan dari pada lembaga itu sendiri.

Perjalanan politik Basuki dari awal masuk ke lembaga legislatif di Dewan Perwakilan

Rakyat Daerah (DPRD) Belitung Timur dan Dewan Perwakilan Rakyat Republik

Indonesia (DPR RI) menunjukan kelemahan-kelemahan kelembagaan itu. Hal ini

dapat dilihat dengan banyaknya anggota legislatif baik tingkat daerah, provinsi,

Page 47: PERILAKU POLITIK DAN KEKUASAAN POLITIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40971...yang berpola dari pengalaman masa kecil, ideologi, harapan dan tujuan yang bersangkutan

37

maupun pusat yang terlibat permainan anggaran dan penyalahgunaan kewenangan.

Basuki sebagai individu dalam lembaga mencoba mengubah dan mengkritisi

kelemahan tersebut dengan perjuangan yang ideal menurutnya, guna menjadikan

DPRD dan DPR RI lembaga yang bersih dan berjuang demi rakyat secara efektif dan

efisien. Sehingga pada waktu itu Basuki sangat terkenal vokal dan bersih.

Karakteristik kepimpinan Basuki semakin terlihat ketika ia memimpin di

lembaga eksekutif yaitu menjadi Bupati Belitung Timur, Wakil Gubernur DKI

Jakarta, dan terakhir menjadi Gubernur DKI Jakarta. Banyak sekali kebijakan-

kebijakan Basuki selama menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta khususnya, yang

semata-mata hanya berorientasi kepada kepentingan rakyat. Hal ini berpengaruh

dengan makin terlihatnya Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menjadi lembaga yang

kredibel, transparan, dan efektif kinerjanya.

Page 48: PERILAKU POLITIK DAN KEKUASAAN POLITIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40971...yang berpola dari pengalaman masa kecil, ideologi, harapan dan tujuan yang bersangkutan

38

BAB III

BIOGRAFI DAN SEJARAH PERPOLITIKAN

BASUKI TJAHAJA PURNAMA

Basuki Tjahaja Purnama atau yang sering disapa Ahok, merupakan politikus

asal Belitung. Basuki adalah seseorang yang memilih politk sebagai jalan

pengabdiannya. Seorang tokoh publik beretnis Tionghoa yang namanya cukup

dikenal di masyarakat. Mempunyai prestasi yang gemilang membuat namanya

menjadi sorotan publik. Karena ketegasan dan keberanianya untuk menegakkan

kebenaran meski berbicara ceplas-ceplos justru membuatnya menjadi populer dan

menjadi bahan pembicaraan banyak kalangan.

Untuk itu, pada bab ini peneliti akan menjelaskan lebih mendalam yang akan

membahas mengenai perpolitikan Basuki yang bertujuan agar kita dapat mengetahui

secara utuh, lebih dekat, dan menyeluruh mengenai Basuki.

A. Profil Basuki Tjahaja Purnama

A.1. Biografi Basuki

Ir. Basuki Tjahaja Purnama, M.M adalah putra pertama dari pasangan Indra

Tjahaja Purnama (Zhong Kim Nam) dan Buniarti Ningsih (Bun Nen Caw). Lahir di

Manggar, Belitung Timur pada 29 Juni 1966. Ia memiliki tiga orang adik, yang

masing-masing bernama dr. Basuri Tjahaja Purnama, M.Gizi.Sp.Gk, Fifi Lety, S.H.,

L.L.M, dan Harry Basuki, M.B.A. Berasal dari keluarga dari keturunan Tionghoa-

Page 49: PERILAKU POLITIK DAN KEKUASAAN POLITIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40971...yang berpola dari pengalaman masa kecil, ideologi, harapan dan tujuan yang bersangkutan

39

Indonesia dari suku Hakka (Kejia). Keluarga Nim Nam merupakan keluarga

Tionghoa yang termansyur namanya di Pulau Belitung karena kedermawananya. Kim

Nam adalah tokoh masyarakat Belitung, pembela masyarakat miskin bahkan mau

berhutang pada orang lain untuk memberi uang kepada orang susah.1

Masa kecil Basuki lebih banyak dihabiskan di Desa Gantung, Kecamatan

Gantung, Kabupaten Belitung Timur. Basuki lahir dari keluarga berkecukupan dan

lebih berada dibandingkan dengan teman-temannya yang lain. Basuki dididik dan

dibesarkan oleh kedua orangtuanya dengan keras, diajarkan tidak boleh sombong dan

harus menjadi seseorang yang berguna untuk masyarakat khususnya Belitung.

Kehidupan Basuki yang serba berkecukupan tidak selalu membuat hatinya senang,

Basuki harus dapat bergaul dengan teman-temannya.

Basuki terlahir dari etnis Tionghoa tidak dididik sebagai orang Tionghoa,

melainkan sebagai anak Indonesia dari kampung Manggar, namun bukan berarti

membuat Basuki tidak lepas dari tindakan diskriminasi, etnis minoritas yang selalu

ditindas di negeri mayoritas non-Tionghoa yang kerap terjadi. Diskriminasi yang

terjadi bermula ketika Basuki dilarang menjadi penggerek bendera di sekolah ketika

upacara bendera. Ketertarikannya yang ingin belajar membaca Al-Quran lebih dalam

membuat Basuki ingin dapat bisa membaca. Sempat tidak diperbolehkan masuk kelas

1Radis Bastian, Ahok: Tegas, Disiplin, Tanpa Gentar, Demi Rakyat (Yogyakarta: Palapa,

2013), h. 16-17.

Page 50: PERILAKU POLITIK DAN KEKUASAAN POLITIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40971...yang berpola dari pengalaman masa kecil, ideologi, harapan dan tujuan yang bersangkutan

40

agama Islam untuk belajar Al-Quran. Meskipun begitu, Basuki tetap tumbuh dan

berkembang sebagai warga Belitung.2

Menempuh pendidikan di SD Negeri dan SMP Negeri di daerah Gantung,

Belitung Timur. Kim Nam menyadari potensi anaknya yang tergolong cerdas dan

selalu menjadi juara kelas dengan kondisi ekonomi yang baik, setelah menamatkan

pendidikan sekolah menengah pertama di kampung halamannya. Kim Nam

memutuskan untuk mengirim Basuki ke Jakarta. Ia melanjutkan pendidikannya di

SMA PSKD (Perkumpulan Sekolah Kristen Djakarta) III, itulah pertama kali ia

menginjakan kakinya di Jakarta. Dengan demikian, jika Basuki menjadi pemimpin

Jakarta, maka Basuki bukanlah orang baru di Jakarta.3

Basuki yang diharapkan Ayahnya untuk menjadi seorang dokter, akhirnya

melanjutkan perkuliahan di perguruan tinggi Universitas Kristen Indonesia (UKI)

Fakultas Kedokteran, namun itu tidak bertahan lama. Basuki hanya menjalani

perkuliahan selama satu minggu dan kemudian pindah kuliah ke Universitas Trisakti

Fakultas Teknologi Mineral JurusanTeknik Geologi Trisakti. Keputusan Basuki kala

itu disambut kecewa oleh Kim Nam, mana kala Basuki lebih memilih menjadi

seorang Insinyur yang dapat bekerja di dunia pertambangan.

Setelah menamatkan pendidikan di Universitas Trisakti Jakarta pada 1989,

dengan menyandang gelar Insinyur, Basuki pulang dan menetap di kampung halaman

dengan mendirikan sebuah perusahan CV. Panda. Bergerak di bidang kontraktor

2Bastian, Ahok:Tegas, Disiplin, Tanpa Gentar, Demi Rakyat, 17-18.

3Bastian, Ahok:Tegas, Disiplin, Tanpa Gentar, Demi Rakyat, 19.

Page 51: PERILAKU POLITIK DAN KEKUASAAN POLITIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40971...yang berpola dari pengalaman masa kecil, ideologi, harapan dan tujuan yang bersangkutan

41

pertambangan PT. Timah. Keputusannya pulang kampung karena ingat akan pesan

ayahnya “Jangan pernah lupa kampung halaman. Kamu boleh kemana saja asal

jangan lupa pulang membangun kampung halaman”. Nasihat ini merupakan pesan

yang diikuti oleh Basuki dan adik-adiknya. Setelah menyelesaikan studi mereka

pulang untuk berbakti dan berkarya dikampung halamannya.

Basuki sempat menggeluti dunia kontraktor tambang timah selama dua tahun.

Ia menyadari betul bahwa hal ini tidak akan mampu mewujudkan visi untuk

membangun daerah yang ada dibenaknya, poleh karena itu untuk menjadi pengelola

mineral selain diperlukan modal (investor) juga dibutuhkan manajemen yang

profesional. Pada 1991, ia memutuskan melanjutkan kuliah S-2 dengan mendalami

bidang manajemen keuangan di Sekolah Tinggi Manajemen Prasetiya Mulya Jakarta

(STMP). Setelah mendapat gelar MBA (Master in Bussiness Administrasi) atau M.M

(Magister Manajemen) mengantarkan Basuki bekerja di PT Simaxindo Primadaya di

Jakarta. Perusahaan ini bergerak di bidang kontraktor pembangunan pembangkitan

listrik. Ia menjabat sebagai staf direksi bidang analisa biaya dan keuangan proyek.4

Pada 1992, Basuki mendirikan PT Nurindra Ekapersada sebagai persiapan

membangun pabrik Gravel Pack Sand (GPS) diharapkan dapat menjadi proyek

percontohan bagaimana mensejahterakan stakeholder juga diharapkan dapat

memberikan konstribusi bagi pendapatan asli daerah Belitung Timur dengan

memberdayakan sumber daya mineral yang terbatas. Tiga tahun berlalu Basuki

4 Tjahaja Purnama, Merubah Indonesia, 121.

Page 52: PERILAKU POLITIK DAN KEKUASAAN POLITIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40971...yang berpola dari pengalaman masa kecil, ideologi, harapan dan tujuan yang bersangkutan

42

memutuskan berhenti bekerja di PT. Simaxindo Primadaya5 Bagi Basuki, pabrik ini

diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi Pendapatan Asli Daerah Belitung

Timur dengan memberdayakan sumber daya mineral yang terbatas.

Tiga tahun berlalu Basuki memutuskan untuk berhenti bekerja dari PT.

Simaxindo Primadaya dan ia kemudian mendirikan pembangunan pabrik di Dusun

Burung Mandi, Desa Mengkubang, Kecamatan Manggar, Belitung Timur. Pabrik

pengolahan pasir kwarsa pertama di Pulau Belitung dengan memanfaatkan teknologi

Amerika dan Jerman. Lokasi pembangunan pabrik ini adalah menjadi cikal bakal

tumbuhnya suatu kawasan industri dan pelabuhan samudra dengan nama KIAK

(Kawasan Industri Air Kecil) di Belitung Timur. 6

Perusahan yang telah dibangun membuatnya harus kecewa karena akhirnya

terpaksa ia tutup, karena terbentur kebijakan korup pejabat. Kekecewaan inilah yang

membuat Basuki berniat untuk meninggalkan negara ini dan berkarier di luar negeri.

Namun, hal ini dilarang oleh ayahnya. Kim Nam berpesan, “jika tidak setuju jadilah

orang yang mampu mengubahnya, orang miskin jangan lawan orang kaya, orang kaya

jangan lawan pejabat”. Setinggi apapun orang kaya bisa menolong orang miskin,

tetapi yang bisa membantu mereka secara hakiki adalah pejabat melalui kebijakanya.

Kegelisahan Basuki untuk pergi bukanlah tanpa alasan, untuk dapat menghindari

diskriminasi terhadap kaum minoritas Tionghoa. Namun, ia diingatkan oleh ayahnya

untuk bertahan di Indonesia, karena ayahnya meyakini kalau Basuki dibutuhkan

5Tjahaja Purnama, Merubah Indonesia, 121.

6 Bastian, Ahok: Tegas, Disiplin, Tanpa Gentar, Demi Rakyat, 25.

Page 53: PERILAKU POLITIK DAN KEKUASAAN POLITIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40971...yang berpola dari pengalaman masa kecil, ideologi, harapan dan tujuan yang bersangkutan

43

warga Indonesia, terutama untuk membela warga minoritas.7 Ia bergerak memikirkan

bagaimana caranya agar bisa membantu mensejahterakan rakyat banyak.

Menurutnya, salah satu cara adalah dengan menjadi seorang pejabat negara.

B. Karier Politik Basuki: Dari PIB hingga Partai Gerindra

Awal karier politik Basuki dimulai pada tahun 2003. Pertama-tama Basuki

bergabung di bawah bendera Partai Perhimpunan Indonesia Baru (PPIB) dari partai

inilah awal mula Basuki menjajaki dunia politik untuk pertama kalinya. Partai PIB ini

didirikan oleh Sjahrir, di dalam Partai PIB Basuki berperan sebagai sebagai ketua

DPC Kabupaten Belitung Timur. Pada 2004 ia mencalonkan diri sebagai anggota

legislatif, dengan keuangan yang sangat terbatas dan model kampanye yang lain dari

yang lain, yaitu menolak memberikan uang kepada rakyat.

Langkahnya di dunia politik semakin mantap, karena berhasil terpilih menjadi

anggota legislatif DPRD Kabupaten Belitung Timur untuk periode 2004-2009.

Selama di DPRD, ia berhasil menunjukan integritasnya dengan menolak mengambil

uang Surat Perintah Perjalanan Dinas (SPPD) fiktif, dan menjadi dikenal masyarakat

karena sering bertemu dengan masyarakat. Hal itu dilakukan untuk mendengar

keluhan masyarakat secara langsung.8

Menjadi seorang wakil rakyat di DPRD, tidaklah cukup bagi Basuki untuk

ikut mensejahterakan rakyat. Belum lagi persoalan tidak sejalannya pemikiran, ide,

7Bastian, Ahok: Tegas, Disiplin, Tanpa Gentar, Demi Rakyat, 23.

8 Biografi Basuki Tjahaja Purnama, bio.or.id/biografi-ahok-basuki-tjahaja-purnama/

Page 54: PERILAKU POLITIK DAN KEKUASAAN POLITIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40971...yang berpola dari pengalaman masa kecil, ideologi, harapan dan tujuan yang bersangkutan

44

sikap dengan anggota dewan yang lain mengenai pola kerja penggunaan anggaran

APBD oleh pemerintah daerah yang tidak memihak kepada rakyat. Hal itulah yang

membuat Basuki dikucilkan dan dimusuhi oleh rekan-rekan DPRD lainnya. Melalui

rapat internal yang dilakukan oleh anggota DPRD, ia tidak diperkenankan menjabat

sebagai pimpinan dalam alat kelengkapan DPRD, baik dari komisi maupun fraksi.9

Tetapi ia menghadapinya dengan penuh keberanian dan penuh keyakinan. Ia

membuktikan diri sebagai pelayan untuk kepentingan rakyat. Ketika menjadi wakil

rakyat di DPRD Kabupaten Belitung Timur, ia dikenal sebagai seorang politisi yang

bersih, jujur dan mengedepankan kesejahteran rakyat. Namun, kariernya menjadi

anggota legislatif hanya bertahan selama tujuh bulan, sampai akhirnya memutuskan

untuk maju menjadi calon bupati. Munculnya banyak dukungan dari masyarakat yang

mendorong Basuki terus maju.

Oleh sebab itu, setahun kemudian Basuki maju mengikuti pilkada langsung

Bupati Belitung Timur 2005, maju sebagai calon Bupati Belitung Timur dengan

mempertahankan cara kampanyenya, yaitu dengan cara mengajar dan melayani

langsung rakyat dengan memberikan nomor handphone genggamnya yang juga

adalah nomor pribadi yang digunakan untuk berkomunikasi dengan keluarganya.

Basuki meyakini dengan cara ini ia mampu mengerti dan merasakan langsung situasi

dan kebutuhan rakyat. Tekad kuatnya membangun Belitung Timur mengiringi Basuki

menjadi seorang pemimpin pertama yang beretnis Tionghoa, berpasangan dengan

Khairul Effendi B.Sc yang berasal dari Partai Nasional Banteng Kemerdekaan

9Biografi Basuki Tjahaja Purnama, bio.or.id/biografi-ahok-basuki-tjahaja-purnama/

Page 55: PERILAKU POLITIK DAN KEKUASAAN POLITIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40971...yang berpola dari pengalaman masa kecil, ideologi, harapan dan tujuan yang bersangkutan

45

(PNBK) sebagai pasangan calon Bupati-Wakil Bupati Belitung Timur periode 2005-

2010. Pasangan Basuki Tjahaja Purnama- Khairul Effendi ini, kemudian mampu

mengantongi suara mayoritas 37,13% suara. Mereka mampu menjadi pasangan

dengan suara mayoritas, bahkan di wilayah yang awalnya dikuasai oleh Partai Bulan

Bintang (PBB).10

Bermodalkan gaya kampanye dengan selalu mengedepankan kepercayaan

masyarakat tanpa politik uang dan dipercaya untuk menjadi wakil rakyat, Basuki

tampil menunjukan integritas dengan menjadi wakil rakyat yang berani secara

langsung bertemu dengan masyarakat. Saat menjabat menjadi Bupati Belitung Timur,

ia menolak semua bentuk penyuapan, upeti-upeti, sumbangan-sumbangan, dan

memilih hanya hidup dari gaji pokoknya sebagai bupati untuk menghidupi diri dan

keluarganya.11

Bermodalkan pengalamanya sebagai pengusaha dan juga anggota DPRD yang

mengerti betul sistem keuangan dan budaya birokrasi yang ada, dalam waktu singkat

sebagai bupati ia mampu melaksanakan berbagai gebrakan dan terobosan yang

menyentuh dan dapat dirasakan masyarakat secara langsung telah dilakukan.

Terutama berkaitan dengan kebutuhan mendasar seperti pendidikan dan kesehatan.

Tidak hanya itu, lingkungan birokrasi pemerintah daerah pun ikut dibenahi untuk

10

Bastian, Ahok:Tegas, Disiplin, Tanpa Gentar, Demi Rakyat, 29. 11

Pitter Randan Bua, Berkaca Pada Kepemimpinan Ahok: Sang Pemimpin yang Berjiwa

Melayani (Yogyakarta: Yayasan Taman Pustaka Kristen Indonesia, 2013), h. 29.

Page 56: PERILAKU POLITIK DAN KEKUASAAN POLITIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40971...yang berpola dari pengalaman masa kecil, ideologi, harapan dan tujuan yang bersangkutan

46

menciptakan pola kerja aparatur yang profesional, anti korupsi, kolusi, dan

nepotisme.12

Pada masa kepemimpinannya, Pemerintah Kabupaten Belitung Timur

membebaskan biaya pendidikan sehingga sampai SMA/SMK dan berobat gratis

sampai dengan rumah sakit tingkat provinsi, dalam program jaminan pelayanan

kesehatan bagi masyarakat. Mengirim empat siswa berprestasi dari keluarga kurang

mampu untuk melanjutkan belajar gratis di Universitas Trisakti Jakarta serta sepuluh

orang siswa berprestasi di Universitas Bangka Belitung. Selain pendidikan dan

kesehatan, yang mendapatkan porsi 40% dari jumlah APBD, Pemerintahan Daerah

Kab. Belitung Timur menyediakan dana santunan kematian Rp. 500.000,-, dengan

syarat membuat akte kematian. Subsidi pembangunan rumah juga diberikan untuk

keluarga kurang mampu. Beberapa penghargaan yang telah diterima oleh Basuki,

merupakan penghargaan yang berintegritas dan prestisius.13

Namun, kiprahnya menjadi Bupati Belitung Timur tidak bertahan lama

Basuki mengajukan pengunduran dirinya pada 11 Desember 2006 untuk maju dalam

pemilihan Gubernur Bangka Belitung 2007. Terhitung hanya satu tahun enam bulan

(Agustus 2005- Desember 2006) masa jabatanya sebagai Bupati Belitung Timur.

Pada 22 Desember 2006, ia resmi menyerahkan jabatanya kepada wakilnya Khairul

12

Tjahaja Purnama, Merubah Indonesia, 118. 13

Tjahaja Purnama, Merubah Indonesia,127.

Page 57: PERILAKU POLITIK DAN KEKUASAAN POLITIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40971...yang berpola dari pengalaman masa kecil, ideologi, harapan dan tujuan yang bersangkutan

47

Effendi, untuk dapat maju dalam pemilihan Gubernur Bangka Belitung pada 22

Februari 2007.14

Dalam pencalonanya pada pemilihan Gubernur Bangka Belitung 2007-2012,

Basuki berpasangan dengan Dr.Ir. Eko Cahyono., M.Eng. Basuki dan Eko

memperoleh suara 63% pemilih, tetapi karena diwarnai kecurangan dalam

perhitungan suara, sehingga pasangan ini hanya memperoleh suara pada urutan kedua

dengan persentase 32,62%, kalah dengan jumlah 14.000 suara. Dalam hal ini, Basuki

merasa keberatan dengan perolehan suara yang diperoleh dan telah menyampaikan

kepada Mahkamah Agung. Namun hasil putusan dari Mahhkamah Agung menolak

keberatan yang diajukan Basuki, karena hal tersebut bukan kewenangan Mahkamah

Agung. Ia harus mengurungkan niatnya memimpin Provinsi Bangka Belitung

(Babel), ia dikalahkan oleh rivalnya Eko Maulana Ali dan Syamsudin Basri.15

Tidak terpilihnya Basuki dalam pemilihan gubernur dan wakil gubernur

Bangka Belitung, ia terus menekuni usahanya dan mengembangkan karier politiknya

dengan menepati kedudukan sebagai Sekretaris Jenderal Partai PIB. Namun, hal itu

tidak berlangsung lama dikarenakan pada September 2007, Basuki mengundurkan

diri dari Partai PIB dengan alasan persoalan internal partai dan tidak berpartai lagi

sampai tahun 2008. Kemudian mendirikan yayasan/ LSM dengan nama Center For

14

Bastian, Ahok: Tegas, Disiplin, Tanpa Gentar, Demi Rakyat, 33. 15

http://sidomi.com/324610/Ahok-ungkap-alasan-mengapa-dulu-gabung-gerindra/

Page 58: PERILAKU POLITIK DAN KEKUASAAN POLITIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40971...yang berpola dari pengalaman masa kecil, ideologi, harapan dan tujuan yang bersangkutan

48

Democracy and Traparency dengan visi mewujudkan tokoh-tokoh yang BTP (Bersih,

Transparan, dan Profesional) menjadi pejabat publik melalui pilkada langsung.16

Setahun kemudian, Basuki begabung menjadi anggota Partai Golkar dan

mencoba maju sebagai calon anggota DPR RI pada pemilu 2009. Terpilihnya Basuki

sebagai anggota DPR RI Komisi II dari Fraksi Golkar masa jabatan 2009-2014, untuk

berkiprah dan membawa aspirasi masyarakat dari Belitung Timur ke Senayan.

Kesempatan ini tidak pernah disia-siakan oleh Basuki dalam kiprahnya di DPR RI.

Gebrakan dan naluri ketegasan Basuki terus terasah. Basuki menjadi sosok yang

vokal dan bicara apa adanya sesuai dengan fakta, sehingga ia mampu menjadi pionir

penggerak anti korupsi, transparansi, dan profesional dalam bekerja menjadi wakil

rakyat di pusat.17

Pada 2011, Basuki berniat untuk mencalonkan diri menjadi Gubernur DKI

Jakarta melalui jalur independen dengan cara mengumpulkan KTP dari warga

Jakarta.Namun, usahanya gagal pada awal tahun 2012, ia mengaku pesimistis akan

memenuhi syarat dukungan dan berfikir untuk menggunakan jalur melalui partai

politik.18

Sampai akhirnya pada tahun 2012, Basuki mengundurkan diri agar bisa

mencalonkan diri sebagai calon Wakil Gubernur DKI Jakarta dan demi mewujudkan

politik yang bersih dan meninggalkan politik uang dalam pemilihan kepala daerah.19

16

Tjahaja Purnama, Merubah Indonesia, 124. 17

Nurulloh, Ahok untuk Indonesia (Jakarta: PT. Gramedia, 2014), 36. 18

Ahok: Pesimis Lolos Cagub Independen DKI Jakarta. Pada tanggal 15 November 2014 19

Nurulloh, Ahok untuk Indonesia (Jakarta: PT. Gramedia, 2014), 42.

Page 59: PERILAKU POLITIK DAN KEKUASAAN POLITIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40971...yang berpola dari pengalaman masa kecil, ideologi, harapan dan tujuan yang bersangkutan

49

Permasalahan di Partai Golkar dengan Basuki pun terjadi, manakala Golkar telah

mendeklarasikan dan lebih memercayakan Alex Nurdin dan Nono Sampono untuk

bertarung memperebutkan kursi DKI 1. Peluang untuk menjadi kepala daerah di DKI

Jakarta terbuka, setelah partai PDIP mencalonkan Jokowi sebagai Calon Gubernur

DKI dan partai Gerindra mengusung Basuki menjadi Calon Wakil Gubernur DKI

Ketertarikan Basuki bergabung dengan Partai Gerindra, dikarenakan partai

politik bentukan Prabowo Subianto itu tidak meminta uang kepada calon kepala

daerah yang diusungnya. Basuki pun ingin membuktikan bahwa, ia bisa menjadi

kepala daerah tanpa harus setor uang ke partai. Bergabungnya Basuki mengantarkan

ia pada kemenangan, pasangan Jokowi-Basuki pun mampu meraih simpati

masyarakat dengan perolehan suara sebesar 42,60% mengungguli pasangan Fauzi

Bowo-Nara yang hanya mampu meraih posisi kedua dengan jumlah suara 34,05%.20

Namun tantangan Basuki dengan Gerindra pun terjadi, dan memutuskan untuk

keluar dari partai yang menjadikannya sebagai Wakil Gubernur periode 2012-2017.

Basuki menilai sikap Gerindra sudah tidak lagi sesuai dengan konstitusi semula, yang

mengutamakan kepentingan rakyat. Karena apabila kepala daerah dipilih oleh DPRD,

mereka hanya akan mementingkan anggota dewan dan mengesampingkan urusan

rakyat. Hal itu berbeda jauh dari visi misi Gerindra ketika partai itu menariknya dari

Partai Golkar.

Hijrahnya Basuki dari PIB kemudian ke Partai Golkar dan terakhir ke Partai

Gerindra yang dinilainya berjalan dari zona nyaman ke jalan penuh resiko dan

20

Nurulloh, Ahok untuk Indonesia, 37.

Page 60: PERILAKU POLITIK DAN KEKUASAAN POLITIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40971...yang berpola dari pengalaman masa kecil, ideologi, harapan dan tujuan yang bersangkutan

50

ketidakpastian membuktikan bahwa ia bukanlah politisi kutu loncat. Sikap Basuki ini

menunjukan bahwa kenyamanan dalam status quo, kekuasaan, dan uang bukanlah

tujuannya terjun ke dunia poltiik. Melainkan ia hanya ingin mewujudkan mimpinya

melayani rakyat dan memberikan pendidikan politik kepada masyarakat.

Dalam pemilihan umum kepala daerah pada 2017, sikap yang sama pun

ditunjukan oleh Basuki, ia berniat untuk mencalonkan diri menjadi Gubernur DKI

Jakarta melalui jalur independen dengan cara mengumpulkan KTP bersama Teman

Basuki. Pengumpulan KTP dukungan yang dilakukan Teman Basuki memang

diarahkan untuk memastikan calon petahana ini maju dalam pilkada DKI 2017.

Namun usahanya gagal, peluang untuk menjadi kepala daerah di DKI Jakarta melalui

jalur independen tertutup setelah Partai Nasdem, Partai Hanura, Partai Golkar, yang

disusul Partai PDIP menerbitkan SK memastikan dukungan dan siap mengusung

Basuki, calon gubernur DKI incumbent ini pun tak ada keraguan lagi menyatakan

siap diusung partai politik.

Keputusan Basuki mantap di jalur partai politik, konsistensinya pun mulai

dipertanyakan. Basuki dianggap tergiur dengan godaan partai politik, padahal ada

sejuta amanah warga DKI Jakarta yang mendukungnya di jalur independen. Di akhir

Februari 2016, Basuki kembali menegaskan dirinya maju lewat jalur independen.

Pengumpulan KTP dukungan untuk Basuki mencapai hasil yang ditentukan. Namun,

Basuki telah menentukan sikapnya untuk maju melalui jalur partai politik sebagai

Page 61: PERILAKU POLITIK DAN KEKUASAAN POLITIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40971...yang berpola dari pengalaman masa kecil, ideologi, harapan dan tujuan yang bersangkutan

51

kendaraannya melaju di ajang kontes lima tahunan. Alasanya, keputusan itu untuk

menghormati partai politik yang telah mendukung dan menghormatinya.21

21

Panasnya Pilgub DKI, pernyataan Ahok dari masa ke masa soal independen atau partai,

http://news.detik.com/berita/3241362/pernyataan-Ahok-dari-masa-ke-masa-soal-independen-atau-

parpol, 24 Juni 2016.

Page 62: PERILAKU POLITIK DAN KEKUASAAN POLITIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40971...yang berpola dari pengalaman masa kecil, ideologi, harapan dan tujuan yang bersangkutan

52

BAB IV

ANALISIS PERPINDAHAN BASUKI TJAHAJA PURNAMA

DALAM PERPOLITIKAN DI INDONESIA

Perpindahan Basuki dari partai politik satu ke partai politik lain merupakan

fenomena yang sangat sering terjadi di kalangan politisi. Basuki bukanlah satu-

satunya politisi yang berpindah partai dalam aktifitas politik nya, Beberapa contoh

politisi seperti Dede Yusuf yang berpindah dari Partai Amanat Nasional (PAN) ke

Partai Demokrat, Muhammad Zainul Madji yang berpindah dari Partai Bulan Bintang

(PBB) ke Partai Demokrat, Ali Mochtar Ngabalin berpindah dari PBB ke Partai

Golkar, dan Ruhut Sitompul dari Partai Golkar ke Partai Demokrat kemudian keluar

dari Partai Demokrat.1

Tentu akan lebih banyak apabila dirunut lebih jauh tentang contoh-contoh

nyata politisi yang berpindah-pindah partai tersebut. Pertanyaan yang kemudian

mengemuka adalah bagaimana menjelaskan fenomena perilaku politik poitisi yang

berpindah-pindah partai dan apa saja faktor- faktor yang mempengaruhi politisi itu

dalam berpindah-pindah partai.

Penulis mencoba mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi Basuki dalam

berpindah-pindah partai dari beberapa faktor; faktor internal yang merupakan

1 “Ketika Politikus dan Pejabat jadi Pejabat Kutu Loncat” lipi.go.id/berita/single/Ketika-

Politikus-dan-Pejabat-jadi-Kutu-Loncat/6335, 27 April 2011.

Page 63: PERILAKU POLITIK DAN KEKUASAAN POLITIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40971...yang berpola dari pengalaman masa kecil, ideologi, harapan dan tujuan yang bersangkutan

53

mekanisme kaderisasi partai politik, dan faktor eksternal yang merupakan perilaku

politik Basuki sebagai politikus yang dapat dikaji dari teori-toeri perilaku politik,

Faktor internal sangat dipengaruhi oleh mekanisme organisasi kepartaian yang

belum mampu memfasilitasi kadernya untuk berkarya dan berkarier baik pada tingkat

internal partai maupun tingkat nasional. Faktor eksternal lebih mengarah kepada

pilihan pribadi individu-individu kader. Artinya, Basuki sebagai kader partai politik

memiliki hak dan tanggung jawab serta mengetahui sepenuhnya atas pilihan yang

dipilihnya.

Perpindahan Basuki dari partai politik yang menaunginya tidak hanya

disebabkan oleh kepentingan individunya sebagai kader partai untuk menentukan

pilihannya dalam partai politik, melainkan dipengaruhi oleh faktor lain yaitu faktor

internal partai politik yang mengharuskan Basuki untuk memutuskan pindah ke partai

politik lain. Fenomena itu menunjukan kekuatan individualisme lebih menonjol

ketimbang kekuatan partai poltiik yang bersifat institusional dan koletif.

Selanjutnya sebagai penunjang analisa tentang faktor-faktor perpindahan

Basuki dari partai politik satu ke partai politik lain penulis menilai perlu

menggambarkan analisa figur Basuki Tjahaja Purnama sebagai aktor utama sebagai

objek kajian penelitian.

Page 64: PERILAKU POLITIK DAN KEKUASAAN POLITIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40971...yang berpola dari pengalaman masa kecil, ideologi, harapan dan tujuan yang bersangkutan

54

A. Analisis Basuki Tjahaja Purnama

A.1. Analisis Figur dan Komunikasi Politik Basuki

Basuki merupakan salah satu pemimpin yang memiliki karakteristik

kepemimpinan agak berbeda jika dibandingkan dengan kepemimpinan kepala daerah

lainnya. Karateristik kepemimpinan Basuki yang kuat sangat khas dan sering sekali

dipuji sekaligus ditakuti oleh bawahannya. Ketika banyak orang ingin menjadi

pemimpin dengan harapan mendapatkan kekuasaan dan setelah itu digunakan untuk

kepentingan kemakmuran pribadinya. Basuki justru menggunakan otoritas

kepemimpinan yang dimilikinya berjuang untuk kepentingan rakyat. Penulis melihat

kebijakan-kebijakan Basuki selama menjabat sebagai kepala daerah membuktikan itu,

seperti program Kartu Jakarta Pintar (KJP), Kartu Jakarta Sehat (KJS) dan masih

banyak lagi kebijakan-kebijakan kepemimpinannya yang berorientasi untuk melayani

rakyat.

Di saat banyak pemimpin lebih ingin dilayani karena merasa merekalah

pemilik otoritas, Basuki berusaha untuk menerapkan bahwa menjadi seorang

pemimpin merupakan amanat dari rakyat untuk kemudian ketika terpilih, tentu saja

seharusnya wajib berjuang dan melayani kepentingan rakyat yang telah memilihnya.

Pemimpin jabatan publik bukanlah pemimpin perusahaan sehingga harus dilayani dan

bukan melayani. Basuki memiliki sebuah pemahaman tentang konsep pemimpin

publik yang seharusnya melayani rakyat:

Kalau dulu saya liat orang miskin terlalu banyak, tidak bisa sekolah, tidak bisa

berobat datang ke rumah saya. Menurut Bapak saya katakan “ Punya uang 1 miliar di

Page 65: PERILAKU POLITIK DAN KEKUASAAN POLITIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40971...yang berpola dari pengalaman masa kecil, ideologi, harapan dan tujuan yang bersangkutan

55

sedekahin 500 ribu untuk 2000 orang habis, jika kita jadi pejabat kita bisa membuat

semua orang miskin punya penghasilan 500 ribu” setelah bapak saya meninggal saya

tidak sanggup lagi nolong orang miskin.2

Jadi pengalaman ini yang mempengaruhi saya, saya berfikir saya tidak bisa bantu

rakyat begitu banyak kecuali saya masuk kedalam sistem. Saya akan masuk ke

DPRD dengan mengatur APBD yang baik, dengan ini kita akan membuat pemimpin

yang pro rakyat supaya rakyat menikmati pendidikan, kesehatan, dan usaha.

Pemimpin yang memegang jabatan publik seharusnya memang melayani

kepentingan publik dalam hal ini masyarakat yang memilihnya. Di saat pemimpin

lainya ketika terpilih berusaha untuk menampilkan dirinya seolah-olah bekerja untuk

rakyat, namun yang terjadi justru sebaliknya yaitu bekerja untuk memperkaya diri

sendiri. Hal ini dapat dilihat dengan banyakmya pejabat eksekutif ataupun legislatif

yang terkena kasus-kasus korupsi akibat penyalahgunaan anggaran dan otoritas

kekuasaannya.

Penulis menilai penyebabnya karena untuk mengembalikan modal kampanye,

juga karena menganggap jabatan itu merupakan kekuasaan yang harus dipertahankan

bagaimanapun caranya sehingga tidak melakukan perubahan-perubahan positif

dibandingkan pemerintahan sebelumnya. Hal ini disebabkan adanya kekhawatiran

nantinya akan berdampak terhadap kepemimpinannya, selain juga berusaha untuk

menjaga peluang agar tetap dapat terpilih kembali untuk masa periode pemilihan

berikutnya. Hal serupa disampaikan oleh Basuki;

Ketika mencalonkan diri menjadi Bupati Belitung Timur, saya berkampanye

menempelkan 3 kata “Beri Kami Kesempatan” lalu saya katakan harus ada debat

publik, saya jual saya siap menjadi seorang pelayan, pelayan masyarakat yang pro

bukan oknum rakyat. Kalau kita gunakan hukum dagang dengan niat menjadi

2 “Ahok Ungkap Alasan Mengapa Dulu Gabung dengan Gerindra”,

http://www.youtobe.com/watch?v=v057u1 , 23 September 2014

Page 66: PERILAKU POLITIK DAN KEKUASAAN POLITIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40971...yang berpola dari pengalaman masa kecil, ideologi, harapan dan tujuan yang bersangkutan

56

seorang pejabat/bupati untuk memperkaya hidup pribadi pasti begitu teorinya untung

rugi. Tapi saya kan tidak, saya terlahir dari keluarga yang ingin membantu rakyat.

Saya sudah hitung, yang saya lakukan saya bantu orang. 3

Penulis menilai Basuki adalah figur pemimpin yang berani melakukan

terobosan-terobosan baru yang positif. Ia berani merubah kebijakan-kebijakan lama

dan menggantinya dengan kebijakan-kebijakan baru yang dapat menunjang kinerja

pemerintahan yang efektif dan efisien. Etos kerja Basuki dalam memimpin

pemerintahan DKI ditunjang dengan karakteristik kepenimpinannya yang kuat yang

membuat kepemimpinan itu menjadi efektif dan tepat sasaran dalam menjalankan

kebijakan-kebijakan pemerintahannya. Sehingga kebijakan pemerintahan dapat

terukur dan dapat dirasakan oleh masyarakat seluruhnya.

Hal ini seperti dua mata uang yang punya kelebihan dan kekurangan,

ketegasan Basuki dalam menjalankan pemerintahannya dapat membuat kinerja

pemerintahan efektif, tapi di sisi lain karena ketegasan dan komunikasi politik Basuki

yang dianggap cendrung kasar mengakibatkan kebijakan-kebijakan Basuki dianggap

tidak pro rakyat. Terlihat jelas pada kebijakan penggusuran di DKI Jakarta yang

dianggap tidak pro rakyat. Hal ini diperkeruh dengan penyampaian Basuki di media-

media masa yang terkesan arogan terhadap kebijakannya.

Pemimpin tentu saja menjadi faktor penting dalam perubahan sebuah kota.

Akan tetapi, tanpa dukungan dari masyarakat itu sendiri seorang pemimpin tidak akan

mampu mengontrol dan mempimpin kota untuk mencapai tujuan yang diinginkan

bersama. Demi mencapai sebuah tujuan yang utama dengan masyarakat, dibutuhkan

3“Ahok Mantan Bupati Belitung Timur (3)”, https://youtu.be/GCZLWI7qYsE, 25 April 2015

Page 67: PERILAKU POLITIK DAN KEKUASAAN POLITIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40971...yang berpola dari pengalaman masa kecil, ideologi, harapan dan tujuan yang bersangkutan

57

sebuah komunikasi politik yang baik antara pemimpin dengan masyarakat yang

dipimpin. Hal ini tentu saja tidak mudah direalisasikan, apalagi Basuki bukan

masyarakat asli DKI Jakarta, bahkan ia juga adalah kaum minoritas beretnis

Tionghoa kristen dimana masyarakat Jakarta yang dipimpinya mayoritas adalah etnis

Betawi dengan agama muslim. Menjadi sebuah prestasi tersendiri bagi Basuki

sebagai bagian minoritas, dapat menjabat menjadi pemimpin di daerah yang

mayoritasnya berbeda secara etnis maupun agama.

Dalam menjalankan kepemimpinannya, seseorang dilihat berdasarkan dirinya

sebagai seorang figur pemimpin dan juga fungsi kepemimpinan yang dilakukannya.

Tipe kepemimpinan Basuki yang taat pada norma atau aturan dalam menindak jika

ada masyarakat atau pegawai negeri yang melakukan pelanggaran terhadap aturan.

Jika dilihat dari teori yang diungkapkan Weber dalam “The Theory of Social and

Economic Organization” menyatakan bahwa berdasarkan sumber kekuasaan,

kepemimpinan dibagi menjadi tiga yaitu kepemimpinan rasional, kepemimpinan

tradisional dan kepemimpinan kharismatik. Dari ketiga tipe tersebut, Basuki termasuk

dalam tipe kepemimpinan rasional yaitu kepemimpinan yang bersumber pada

kewenangan legal yang beranjak dari legalitas pola-pola peraturan normatif.4

Fungsi tugas seorang pemimpin yaitu pemimpin yang mampu memberikan

arahan dalam mencapai tujuan yang diinginkan bersama. Perubahan yang terjadi yang

dilakukan Basuki dari penindakan PKL Tanah Abang, serta pembangunan rumah

susun, pembangunan waduk di daerah Pluit Jakarta Utara menguatkan Basuki

4 Nurhadi, Teori Sosiologi (Bantul: Kreasi Wacana Offset, 2008), h. 56.

Page 68: PERILAKU POLITIK DAN KEKUASAAN POLITIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40971...yang berpola dari pengalaman masa kecil, ideologi, harapan dan tujuan yang bersangkutan

58

merupakan figur pemimpin yang membantu masyarakat dalam mencapai tujuannya.

Dibuktikan bahwa Basuki bekerja untuk kepentingan masyarakat demi terciptanya

kesejahteraan masyarakat DKI Jakarta lebih baik. Bagi seorang pemimpin merupakan

keharusan untuk menaati peraturan yang telah dibuat dan bukannya melanggarnya.

Oleh karenanya salah satu pernyataan yang pernah dilontarkan Basuki dalam

situsnya.5 menanggapi protes pedagang dan dianggap tidak memihak masyarakat

kecil ialah “Saya lebih taat pada konstitusi dan bukan konstituen”.

Basuki dilihat dari gaya komunikasi dalam menyampaikan pesan kepada

masyarakat, gaya komunikasi yang dikenal adalah gaya komunikasi mengendalikan

dan gaya komunikasi dua arah, dimana gaya komunikasi ini membatasi, mengatur,

perilaku bawahan dalam hal ini masyarakat DKI Jakarta untuk mengikuti aturan dan

norma yang disepakati sedangkan komunikasi dua arah ialah dalam mengungkapkan

pendapat melalui tindakan informal.6

Gaya komunikasi Basuki sebagai seorang pemimpin yang tegas dalam

melakukan kebijakan serta taat akan norma dapat disebut sebagai gaya komunikasi

mengendalikan. Akan tetapi, gaya komunikasi Basuki yang tekesan arogan dalam

menyampaikan suatu kebijakan kepada masyarakat cenderung kasar, dengan nada

tinggi dan blak-blakan dalam menyampaikan kebijakan ternyata menurut masyarakat

DKI Jakarta merupakan suatu hal yang tidak dapat diterima oleh masyarakat dan

harus dirubah oleh Basuki sebagai seorang pemimpin. Meski Basuki dipandang

5 www.Ahok.org.

6 Stewart L Tubss dan Slyvia Moss, Human Communication: Konteks-Konteks Komunikasi

(Bandung: PT.Remaja Rosdakarya Offset, 1996), h.169.

Page 69: PERILAKU POLITIK DAN KEKUASAAN POLITIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40971...yang berpola dari pengalaman masa kecil, ideologi, harapan dan tujuan yang bersangkutan

59

sebagai figur yang tegas dan melakukan terobosan dalam komunikasi politik oleh

masyarakat DKI Jakarta, akan tetapi Basuki perlu untuk memperbaiki cara bicarannya

dalam menyampaikan suatu kebijakan. Sebagai seorang pemimpin, Basuki tentu

mempunyai kewajiban mengayomi dan memberikan kenyamanan terhadap semua

golongan masyarakat.7

A.2. Analisis Kaderisasi Partai Politik Sebagai Faktor Internal

Di dalam ilmu politik, partai politik menjalankan fungsi kaderisasi politik

sebagai fungsi strategis untuk merekrut, mendidik, dan melatih anggota partai politik

yang mempunyai bakat untuk menjadi kader partai politik yang nantinya dipersiapkan

untuk menduduki jabatan-jabatan politik dalam publik atau untuk regenerasi

kepemimpinan.8 Selain sistem kepartaian, peran dan fungsi yang dimiliki dan

dimainkan oleh partai politik juga ikut menentukan kualitas demokrasi suatu negara.

Melalui fungsi rekrutmen,9 partai politik bertanggung jawab dalam

melaksanakan pendidikan politik melalui kaderisasi politik. Fungsi rekrutmen politik

inilah yang kemudian menjamin terciptanya perluasaan partisipasi politik masyarakat.

Dengan demikian keberhasilan dan kegagalan partai politik melakukan peran dan

7 “Politika: Jurnal Ilmu Politik, Persepsi Masyarakat DKI Jakarta Terhadap Figur dan

Komunikasi Politik Basuki”,

http://ejournal.undip.ac.id/index.php/politika/article/download/8895/7224. Oktober 2014 8Beni Azhar Assadam, “Partai Politik dan kaderisasi Partai studi:

PerpindahanYuddyChrisnandi, LiliChadijah Wahid dan Patrice Rio Capella (Skripsi S1 Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Islam Negeri Jakarta,2014), h.9. 9Miriam Budiarjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik (Jakarta: PT. Gramedia, 1988), h.169.

Page 70: PERILAKU POLITIK DAN KEKUASAAN POLITIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40971...yang berpola dari pengalaman masa kecil, ideologi, harapan dan tujuan yang bersangkutan

60

fungsinya akan sangat berpengaruh terhadap kualitas kehidupan demokrasi itu

sendiri. Partai politik berproses untuk dapat berkuasa, dan dengan demikian

memimpin proses pengambilan kebijakan publik. Hal ini mengharuskan partai politik

untuk mempersiapkan calon-calon pemimpin yang diharapkan mampu mengatur

jalannya pemerintahan. Dalam proses internal partai itulah, salah satu fungsi partai

politik urgen dibahas yakni fungsi perkaderan. Kegagalan partai politik dalam

menyiapkan calon-calon figur pemimpin yang berkualitas tidak lepas dari sistem

perkaderan yang dijalankan.

Kurang maksimalnya kaderisasi politik akan menghambat kemajuan partai

politik, hal ini terlihat ketika menghadapi pemilihan umum kepala daerah maupun

calon legislatif. Dimana hampir setiap partai politik banyak mencari kandidat

didasarkan pada popularitas dan bukan pada keahlian personal kader. Berpindahnya

Basuki dan beberapa politisi dari partai politik ke partai politik lain merupakan

sebuah salah satu akibat dari gagalnya kaderisasi politik.

Urgensi masalah kaderisasi dan rekrutmen, baik kontinuitas kaderisasi,

pemeliharaan, pengembangan materi kaderisasi, maupun proses rekrutmen pada

partai politik sangat terlihat masih belum maksimal. Secara umum, persoalan

kaderisasi dan rekrutmen di partai ini merupakan kombinasi antara kepentingan

sesaat dan mekanisme baku yang ada. Tidak jarang anggota baru partai lebih

disokong dan dapat lebih berkiprah dibanding anggota lama, termasuk dalam

pengisian jabatan publik.

Page 71: PERILAKU POLITIK DAN KEKUASAAN POLITIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40971...yang berpola dari pengalaman masa kecil, ideologi, harapan dan tujuan yang bersangkutan

61

Hal ini berpengaruh kepada banyaknya pemimpin politik yang melawan

kebijakan garis partai karena memang dia tidak ideologis dalam proses kaderisasi

partai. Kecendrungan ini bisa terlihat pada perilaku Basuki dan beberapa politisi lain

yang menggambarkan fenomena politisi kutu loncat. Para politisi itu berpandangan

bahwa paradigma partai politik sebelumnya dan partai politik barunya sama saja

sehingga mereka memandang tidak ada masalah ideologis dalam perpindahan partai

Keberhasilan sebuah partai politik sangat dipengaruhi oleh proses rekrutmen.

Anggota merupakan aset dari sebuah partai politik yang sangat berharga, karena

selain dapat diproyeksikan regenerasi kepemimpinan kedepannya.10

Kemajuan

sebuah partai politik akan tergantung pada pola kaderisasi politik yang menjadikan

kader sebagai kekuatan yang menentukan dan meneruskan arah perjuangan partai

politik.

A.3. Analisis Perilaku Politik Sebagai Faktor Eksternal

Kegiatan politik dalam suatu lembaga/negara selalu dipengaruhi oleh dasar

seseorang melakukan aktifitas politik dan melakukan keputusan politik. Pemerintah

dan masyarakat adalah satu kesatuan yang melakukan aktivitas-aktivitas politik,

dimana fungsi-fungsi pemerintahan diserahkan kepada pemerintah, dan fungsi-fungsi

politik yang dipegang pada masyarakat.11

10

Tarwin, Analisa Kaderisasi Kepemimpinan Organisasi Partai (Tesis Universitas Indonesia,

2010), h. 20. 11

Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik (Jakarta: PT.Grasindo, 2010), h.167.

Page 72: PERILAKU POLITIK DAN KEKUASAAN POLITIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40971...yang berpola dari pengalaman masa kecil, ideologi, harapan dan tujuan yang bersangkutan

62

Pada umumnya teori perilaku politik adalah rumusan kegiatan dan

pelaksanaan aktifitas dan keputusan politik yang dilakukan oleh pemerintah sebagai

struktur legitimasi kekuasaan dan masyarakat sebagai satuan individu yang bisa

melihat sesuatu keputusan politik baik atau buruk. Dalam kajian tentang model

perilaku politik dapat dibagi kepada tiga unit bahasan analisa; pertama individu

sebagai aktor politik, kedua adalah agregasi politik yaitu individu sebagai aktor

politik secara kolektitif, seperti kelompok kepentingan, birokrasi, kader partai politik,

ketiga tipologi kepribadian politik yang oleh penulis sudah banyak dipaparkan

sebelumnya.

Perdebatan yang sering muncul tentang siapa sebenernya yang sesunguhnya

melakukan aktifitas politik secara umum terbagi menjadi dua pandangan, pertama

pendekatan kelembagaan yang menjelaskan bahwa lembaga yang menjalankan

kegiatan politik sesuai fungsinya, sedangkan individu yang menduduki jabatan di

lembaga itu akan mengikuti keputusan lembaga, dan kedua pendekatan

behavioralisme yang menjelaskan bahwa individulah yang sebenarnya melakukan

aktifitas politik walaupun individu tidak bisa terlepas dari lembaga politik itu sendiri.

Fenomena perpindahan Basuki dari partai politik satu ke lain partai seakan

menunjukan kecondongan Basuki kepada pendekatan behavioralisme. Eksistensi

Basuki sebagai individu agregasi politik lebih dominan dari pada partai politik itu

sendiri. Kekuatan kepribadian Basuki yang banyak dipengaruhi oleh pengalaman

hidup, motivasi, dan pandangan ideologis Basuki sendiri lah yang diperjuangkan.

Page 73: PERILAKU POLITIK DAN KEKUASAAN POLITIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40971...yang berpola dari pengalaman masa kecil, ideologi, harapan dan tujuan yang bersangkutan

63

Hal ini pun sejalan dengan pandangan umum tentang apa yang harus

diperjuangkan oleh aktor politik dalam pemerintahan seharusnya, yaitu semata-mata

bertujuan untuk kesejahteraan rakyat dalam membentuk tatanan masyarakat yang

baik. Partai politik sebagai pilar demokrasi sebagai wadah aktualisasi ide calon

pemimpin politik yang harus konsisten mengawal kehidupan sosial politik yang

berorientasi kesejahteraan rakyat.

Kelembagaan partai yang sering mengalami distorsi dari tujuan dan ideologi

partai tak jarang menghasilkan kebijakan yang tidak berorientasi kepada

kesejahteraan rakyat, hal ini membuat sedikit banyak konflik pada anggota partai

yang tidak sependapat dan merasa tidak harus mematuhi kebijakan partai yang tidak

pro rakyat. Pada kasus-kasus perpindahan partai Basuki begitu menjelaskan

fenomena distorsi partai politik pada umumnya.

Hal ini kemudian seakan membuat kesan pada masyarakat bahwasanya

Basuki lebih besar dari pada partai itu sendiri, kemudian diperparah dengan makin

tidak percayanya masyarakat terhadap kebijakan-kebijakan partai sehingga ada

gerakan-gerakan sosial yang menghukum partai itu sendiri seperti gerakan

deparpolisasi pemerintah12

yang sempat terjadi di Pilkada DKI Jakarta 2017.

12

Istilah Deparpolisasi pemerintah penulis dengar dari Ketua Umum Partai Demokrasi

Indonesia Perjuangan Megawati Soekarno Poetri dalam pidato politik di acara Kongres PDI

Perjuangan ke IV di Bali yang berarti upaya menghilangkan peran partai politik di dalam proses

pemerintahan.

Page 74: PERILAKU POLITIK DAN KEKUASAAN POLITIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40971...yang berpola dari pengalaman masa kecil, ideologi, harapan dan tujuan yang bersangkutan

64

Menurut, Ikrar Nusa Bakti, dalam perspektif perilaku politik, fenomena

perpindahan kader partai ke partai lain dapat dijelaskan dalam beberapa hal, pertama

realitas subjektif sebagai push factor, yaitu daya dorong internal yang merupakan

hasil pembacaan dan konstruksi dari realitas politik yang ada. Dalam konteks inilah,

selaras dengan pemikiran Berger dan Luckman, perilaku politik kutu loncat tentu

telah melalui proses konstruksi yang matang dan perhitungan untung rugi politik

yang saling terkait. Persoalannya adalah, dalam proses konstruksi realitas politik

subjektif yang demikian, faktor loyalitas dan ideologi politik menjadi tidak penting

lagi.13

Kedua, realitas objektif sebagai pull factor yaitu daya tarik eksternal berupa

stimulus kekuasaan. Proses objektivasi senantiasa berkaitan dengan interaksi sosial

terhadap kekuatan-kekuatan politik yang ada. Keterbukaan dalam partisipasi politik

publik sebagai buah reformasi, partai politik dipandang sebagai peluang untuk

mendapatkan kader-kader politik potensial tanpa harus melalui perkaderan.14

Ketiga,cermin kegagalan partai politik dalam menjalankan peran internalnya

yaitu membangun komunikasi politik dan menciptakan kondusifitas kelompok. Partai

politik seharusnya mampu memainkan peran penting dalam proses edukasi,

kaderisasi dan melanggengkan ideologi politik yang menjadi latar belakang pendirian

partai politik. Tersumbatnya saluran komunikasi dan munculnya perasaan teralienasi

13

Ikrar Nusa Bakti ,Ketika Politikus dan Pejabat jadi Kutu Loncat, lipi.go.id , 1 Mei 2017. 14

Ikrar Nusa Bakti ,Ketika Politikus dan Pejabat jadi Kutu Loncat, lipi.go.id , 1 Mei 2017.

Page 75: PERILAKU POLITIK DAN KEKUASAAN POLITIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40971...yang berpola dari pengalaman masa kecil, ideologi, harapan dan tujuan yang bersangkutan

65

dari kelompok, mendorong kader partai politik mencari saluran komunikasi dan

sandaran kekuatan politik lain.15

Penulis menilai ketiga faktor tersebut menjelaskan apa yang harus dilakukan

oleh partai politik sebagai wadah perjuangan dan politisi sebagai individu atau aktor

politik sehingga perjuangan partai politik dapat berjalan beriringan dengan individu-

individu aktor politik di dalamnya. Idealnya, seorang politisi menetapkan dulu

idealisme perjuangannya seperti apa, dan partai apa yang paling cocok untuk wadah

perjuangannya. Setelah masuk partai, ia masuk ke dalam sistem dan garis perjuangan

partai, maka kebijakan dan garis partai lah yang harus diperjuangkan selama tidak

bertentangan dengan prinsip-prinsip keadilan sosial. Dengan begitu, partai politik dan

politisi adalah satu kesatuan yang tidak dipisahkan dalam menjalankan perjuangan.

Setelah menjelaskan analisa figur, dan analisa faktor-faktor internal dan

eksternal berpindahnya Basuki dari partai politik satu ke partai politik lainnya,

penulis memandang perlu mengurai analisa faktor-faktor yang menyebabkan Basuki

dalam berpindah-pindah partai dari kasus-kasus perpindahan partai Basuki.

Penulis mencoba menganalisa kasus-kasus perpindahan partai politik Basuki

dengan menggunakan pendapat Ikrar Nusa Bakti yaitu; yaitu pertama daya dorong

internal yang merupakan hasil pembacaan dan konstruksi dari realitas politik yang

ada, kedua daya tarik eksternal berupa stimulus kekuasaan, dan ketiga cermin

15

Ikrar Nusa Bakti ,Ketika Politikus dan Pejabat jadi Kutu Loncat, lipi.go.id , 1 Mei 2017.

Page 76: PERILAKU POLITIK DAN KEKUASAAN POLITIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40971...yang berpola dari pengalaman masa kecil, ideologi, harapan dan tujuan yang bersangkutan

66

kegagalan partai politik dalam menjalankan peran internalnya yaitu membangun

komunikasi politik dan menciptakan kondusifitas kelompok.

B. Perpindahan Basuki Tjahaja Purnama dari Partai Perhimpunan Indonesia

Baru ke Partai Golkar

Basuki Tjahaja Purnama merupakan politisi yang berbakat. Basuki merupakan

tipikal yang reaktif. Gayanya yang lugas dan berani marah dinilai sebagai pemantik

permusuhan dan terkesan tidak sopan dalam berbicara. Berasal dari latar belakang

yang kental dengan nuansa minoritas kian membuatnya jadi sasaran kelompok

mayoritas. Awal karier Basuki dimulai dengan masuknya Basuki kedalam partai

politik. Hal itu pun disampaikan oleh Basuki, menurutnya;

Saya dulu masuk politik karena melihat orang miskin yang datang kerumah yang

mengeluh tidak bisa berobat, tidak bisa sekolah susah dan saya bersama Ayah saya

tidak bisa bantu. Sehingga, kita memutuskan untuk mulai bantu partai politik untuk

bisa merubah memperbaiki kehidupan rakyat miskin. Namun, apa yang terjadi.

Pemilihan Bupati-Bupati yang terus melalui DPRD hanya menghasilkan Bupati yang

menservice DPRD. Ayah saya dulu salah satu tokoh Partai Golkar di Belitung

Timur, saya menyaksikan itu langsung. Ketika Ayah meninggal, saya tidak sanggup

lagi menolong masyarakat sehingga memutuskan untuk bergabung dengan partai

baru yaitu Partai PIB.

Bergabungnya saya dengan Partai PIB dengan harapan partainya menang lalu

memilih seorang Pegawai Negeri Sipil yang baik untuk menjadi Bupati yang baik

dan dapat memberikan Jaminan Kesehatan dan Pendidikan kepada rakyat miskin.

Namun, apa yang terjadi? Yang terjadi Partai PIB mengalami kekalahan, karena

rakyat sudah antipati dengan partai politik. Untuk dapat membantu orang lain saya

membutuhkan panggung politik, beruntung saya mendapatkan kursi sisa sehingga

mengantarkan saya duduk di kursi legislatif. Setelah mendapat kursi saya sempat

mengalami frustasi tapi saya merasa bersyukur, kemudian pemerintah dan para tokoh

politik menyadari kalau DPRD yang memilih akan masa bodoh terhadap rakyat,

Page 77: PERILAKU POLITIK DAN KEKUASAAN POLITIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40971...yang berpola dari pengalaman masa kecil, ideologi, harapan dan tujuan yang bersangkutan

67

tidak mau kenal rakyat dan hanya memikirkan keluar negeri bersama-sama dengan

DPRD.16

Awal karier politik Basuki ini lah dimulai dengan bergabung bersama Partai

PIB dengan langsung menduduki jabatan sebagai ketua DPC kabupaten Belitung

Timur.17

Langkahnya pun di dunia politik semakin mantap dan terus berkembang,

setahun menjabat Basuki mendapatkan kepercayaan sebagai wakil rakyat di DPRD

Kabupaten Belitung Timur masa bakti 2004-2009. Namun, menjadi anggota di DPRD

tidaklah cukup bagi seorang Basuki untuk dapat mensejahterakan rakyat.

Saya terpilih kurang lebih dari 300 suara dan mendapatkan kursi sisa, duduklah saya

di kursi DPRD. Sempat frustasi bekerja bersama anggota DPRD Fraksi PBB yang

didominasi kursi 55% karena pemilihan tidak langsung.

Perbedaan pendapat yang terjadi semakin nampak manakala Basuki mencoba

pesta demokrasi yang dilakukan dengan pemilihan langsung. Pendapat itu pun

disampaikan oleh Basuki:

Ketika ada pemilihan langsung saya coba ikut, padahal di sana waktu itu Fraksi PBB

menguasai 55% dengan total mayoritas kalau pemilihan tidak langsung mereka

otomatis yang langsung menang. Ketika pemilihan langsung berlangsung, tanpa

pemikiran yang lain saya coba mengikutinya. Walaupun pada saat itu Fraksi PBB

memiliki 55% yang menjadi total mayoritas. Keuntungan yang didapat adalah

pemilihan dilakukan secara langsung oleh rakyat, jadi dengan pemilihan dilakukan

langsung saya hanya memiliki 10% kursi di DPRD dari Partai PIB”.18

Tujuh bulan menjabat sebagai anggota DPRD, saya mengikuti pemilihan Bupati

Belitung Timur dengan suara mayoritas muslim 93% di Belitung Timur kala itu,

16

“Full Pengakuan Alasan Ahok keluar dari Gerindra”, https://youtu,be/uo57VL4k5Dg. 13

September 2014 17

Piter Randan Bua,Berkaca pada kepemimpinan Ahok (Yogyakarta: Yayasan Taman Pustaka

Kristen Indonesia, 2013), h.71. 18

“Satu Jam bersama Basuki Tjahaja Purnama dengan Cheryl Tanzil, RTV”,

https://youtu.be/ax9-GYXF8js. 23 Februari 2015

Page 78: PERILAKU POLITIK DAN KEKUASAAN POLITIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40971...yang berpola dari pengalaman masa kecil, ideologi, harapan dan tujuan yang bersangkutan

68

terpilihnya saya menjadi Bupati merupakan pemberian suara dari partai pemenangan

yaitu Masyumi memutuskan untuk memeberikan suara 37,13%.19

Keinginan menjadi bupati muncul agar dapat mengalahkan suara DPRD yang

mayoritas kursi dipegang oleh PBB. Berjalanan nya waktu terdapat pemilihan

langsung terpilihnya saya menjadi Bupati dan segera memberikan jaminan kesehatan,

pendidikan gratis. Namun, langkah pun terhenti manakala untuk membuat jaminan

asuransi, semakin besar baru bisa mengcover, nah dana dekonsentrasi itu semua

berpusat di gubenur. Lalu saya tawarkan pada gubernur untuk bikin, apalagi untuk

menghadapi AFTA 2015, kita jadikan Bangka Belitung seperti itu namun saya

ditolak. Saya mau jadi gubernur saja melawan dia, jadilah cita-cita menjadi gubernur.

Saya menjadi bupati dipilih rakyat, bagaimana saya bisa mengkhianti suatu sistem

yang membuat rakyat terpuruk.

Harapan menjadi seorang Bupati pun tercapai Basuki memanfaatkan

kekuasaanya untuk kesejahteraan rakyat, pendidikan, dan kesehatan gratis yang dapat

dirasakan masyarakat yang membutuhkan. Namun, hanya menjabat selama enam

belas bulan lamanya, sebelum masa berakhirnya sebagai Bupati, Basuki mencoba

keberuntungan maju menjadi Gubernur Bangka Belitung, ia berharap kekuasaanya

dapat mengubah dalam skala yang lebih luas yaitu provinsi. Namun, sayang upaya itu

gagal karena masyarakat belum siap dalam perbedaan yang ada pada diri Basuki.20

Banyaknya persoalan tidak sejalannya pemikiran, ide, sikap dengan anggota

kader partai yang lain mengenai pola kerja penggunaan Anggaran Pendapatan dan

Belanja Negara oleh pemerintah daerah yang tidak memihak kepada rakyat.21

Basuki

memutuskan mengundurkan diri dari Partai PIB dengan alasan persoalan internal

19

“Satu Jam bersama Basuki Tjahaja Purnama dengan Cheryl Tanzil, RTV”,

https://youtu.be/ax9-GYXF8js. 23 Februari 2015 20

Nurulloh, Ahok Untuk Indonesia (Jakarta: PT. Gramedia, 2014), h.114-115. 21

Nurulloh, Ahok Untuk Indonesia (Jakarta: PT. Gramedia, 2014), 45.

Page 79: PERILAKU POLITIK DAN KEKUASAAN POLITIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40971...yang berpola dari pengalaman masa kecil, ideologi, harapan dan tujuan yang bersangkutan

69

partai yang sudah tidak sejalan dan memutuskan tidak berpartai lagi sampai tahun

2008.22

Penulis menilai faktor yang mendorong keluarnya Basuki dari Partai PIB ini

bisa dilihat dari dua faktor; pertama realitas subjektif sebagai push factor atau faktor

Internal sebagai daya dorong. Konstruksi dan realitas politik yang ada membuat

Basuki lebih mengedepankan penghitungan untung rugi politik dan ideologi

individunya dibanding dengan ideologi partai. Kedua penulis melihat adanya

kegagalan partai politik dalam melakukan komunikasi politik dan menjaga

kohesivitas kelompok, sehingga menyebabkan Basuki mencari saluran komunikasi,

aspirasi dan sandaran kekuatan politik lain.

Hal ini sejalan dengan fungsi dalam perilaku politik dengan pendekatan

kelembagaan yang menyatakan bahwa lembaga (struktur) yang melakukan kegiatan

politik sesuai dengan fungsi yang dimiliki oleh lembaga tersebut yang dipergunakan

sebesar-besarnya untuk mengedepankan kepentingan rakyat, maka keputusan Basuki

untuk keluar dari PIB dan anggota DPRD waktu itu bisa dimaklumi.

Basuki menjadikan partai politik sebagai kendaraannya untuk terus

mengembangkan diri. Pengembangan diri itu tidak cukup sampai menjadi kader

Partai PIB. Setelah keluar dari Partai PIB, Basuki masuk ke dalam Partai Golkar.

Masuknya Basuki ke Partai Golkar merupakan sebuah amanah dari seorang ayah

22

Basuki Tjahaja Purnama, Merubah Indonesia (Bangka Belitung: Center For Democracy

and Traparency, 2008), h. 59.

Page 80: PERILAKU POLITIK DAN KEKUASAAN POLITIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40971...yang berpola dari pengalaman masa kecil, ideologi, harapan dan tujuan yang bersangkutan

70

Indra Tjahaja Purnama, untuk Basuki terus berjuang agar ia masuk ke dalam sistem.

Langkah itu pun diambil Basuki untuk mengambil jalur politik dan bergabung dengan

Partai Golkar dan mencoba maju sebagai calon anggota DPR RI untuk berkiprah dan

membawa aspirasi masyarakat dari Belitung Timur ke Senayan.

Terpilihnya Basuki menjadi anggota DPR RI dari Golkar mampu membawa

Basuki menjadi sosok yang terkenal kritis, tegas, didalam situasi parlemen dengan

komposisi orang yang tidak satu visi dengannya.23

Hal itu dibuktikan dengan

penolakan Basuki mengenai RUU Pilkada “saya menolak adanya RUU Pilkada dan

saya tidak akan mundur dari DPR tapi saya menunggu dipecat karena yang memilih

saya adalah rakyat saat saya berada di Komisi II”.24

Bergabungnya Basuki dengan

Partai Golkar pun diungkapkan oleh Hakim Kamarudin;

Bergabungnya Basuki kedalam Partai Golkar merupakan amanah dari sang ayah,

sang ayah merupakan kader Partai Golkar kala itu. Berpindahnya Basuki dari Partai

PIB ke dalam Partai Golkar disambut dengan hangat oleh Partai Golkar yang kala itu

memberikan peluang untuk siapa pun calon pemimpin untuk terus berkembang demi

bangsa yang lebih maju”25

Kesempatan yang didapat pun tidak disia-siakan oleh Basuki, gebrakan dan naluri

ketegasan Basuki terus terasah. Basuki merupakan sosok pemberani dan cerdik,

memikirkan dengan matang segala tindakannya. Sosok pemimpin yang tidak

mempan disuap, tidak mudah digertak dan cepat bereaksi ketika berhadapan dengan

23

Nurulloh, Ahok Untuk Indonesia, 89. 24

“Satu Jam bersama Basuki Tjahaja Purnama dengan Cheryl Tanzil, RTV”,

https://youtu.be/ax9-GYXF8js. 23 Februari 2015 25

Wawancara pribadi dengan Hakim Kamarudin, Kantor DPP Partai Golkar, Tanggal 27

maret 2017.

Page 81: PERILAKU POLITIK DAN KEKUASAAN POLITIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40971...yang berpola dari pengalaman masa kecil, ideologi, harapan dan tujuan yang bersangkutan

71

kelompok yang tidak segaris dengan perjuanganya mewujudkan keadilan dan

kesejahteraan untuk semua.26

Selama setahun di DPR, Basuki mengatakan melihat banyak contoh kongkret

tentang permainan penggunaan anggaran negara, maupun pembiayaan pembahasan

RUU yang sering tidak transparan. Ditambah lagi, pengambilan kelebihan uang reses,

peningkatan uang kunjungan secara diam-diam, dan tidak jelasnya potongan pajak

penghasilan DPR.27

Perseteruan Basuki dan Partai Golkar pun muncul manakala

Basuki berniat untuk mencalonkan diri menjadi Gubernur DKI Jakarta melalui jalur

independen tanpa dukungan Partai Golkar. Pada pemilihan Gubernur DKI 2012

Partai Golkar lebih mempercayakan Alex Noerdin–NonoSampono sebagai kandidat

Gubernur DKI Jakarta. Langkah Basuki pun tidak terhenti sampai disitu, Basuki siap

mengundurkan diri dari Partai Golkar untuk tetap maju mencalonkan diri.28

Menurut Basuki, untuk memperbaiki bangsa dan mengubah bangsa lebih tepat

menjadi seorang kepala daerah/pemimpin untuk memimpin suatu bangsa dibutuhkan

sebuah motivasi untuk menumbuhkan kepercayaan masyarakat bahwa orang jujur,

bersih, transparan, dan profesional mempunyai kesempatan untuk memimpin.29

Namun, hal itu tidak sejalan dengan apa yang diharapkan Basuki terhadap Partai

Golkar. Pandangan berbeda yang disampaikan Hakim Kamarudin, menurutnya;

26

Wawancara pribadi dengan Hakim Kamarudin, Kantor DPP Partai Golkar, Tanggal, 27

Maret 2017. 27

Radis Bastian, Ahok: Tegas, Displin, Tanpa Gentar, Demi Rakyat, 52. 28

Radis Bastian, Ahok: Tegas, Displin, Tanpa Gentar, Demi Rakyat , 43. 29

Radis Bastian, Ahok: Tegas, Displin, Tanpa Gentar, Demi Rakyat, 44.

Page 82: PERILAKU POLITIK DAN KEKUASAAN POLITIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40971...yang berpola dari pengalaman masa kecil, ideologi, harapan dan tujuan yang bersangkutan

72

Partai Golkar melihat Basuki terlebih dahulu bergerak untuk maju dalam pemilihan

gubernur melalui independen pada saat menjadi kader Partai Golkar. Pada saat itu

tidak ada aturan partai yang melarang kader partai untuk maju melalui independen.

Konsekuensinya karena aturan internal partai mengatakan bahwa apabila maju

melalui independen atau partai lain maka harus mengundurkan diri dari semua

jabatan partai dan pada saat itu secara sportif Basuki menyatakan mundur dari

jabatan di partai dan jabatan di DPR dan menyatakan untuk maju melalui

independen.

Hakim Kamarudin melihat sikap yang dilakukan oleh Basuki yaitu berpindah

dari Partai Golkar ke Partai Gerindra merupakan bentuk dari pilihan pribadi Basuki

karena setiap kader Partai Golkar mendapatkan hak dan tanggung jawab terhadap

Partai Golkar termasuk mempertahankan Partai Golkar atau melepaskannya dengan

pindah ke partai politik yang lain. Sejalan dengan pernyataan di atas menjadi sebuah

legitimasi hukum setiap partai politik untuk menindak tegas kader yang tidak sejalan

dengan garis ideologi atau kebijakan partai.30

Penulis menilai, kesalahpahaman antara Basuki dan Partai Golkar menjadikan

alasan kuat berpisahnya Basuki dan Partai Golkar karena dinamika politik yang ada

menjelang Pemilu Kepala Daerah DKI Jakarta waktu itu. Hal ini harusnya tidak perlu

terjadi apabila antara Basuki dan Partai Golkar tempat Basuki bernaung melakukan

komunikasi politik yang baik sehingga garis partai dapat dijalankan oleh semua

elemen partai politik.

C. Perpindahan Basuki Tjahaja Purnama dari Partai Golkar ke Partai

Gerindra

30

Wawancara pribadi dengan Hakim Kamarudin, Kantor DPP Partai Golkar, Tanggal 27

Maret 2017

Page 83: PERILAKU POLITIK DAN KEKUASAAN POLITIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40971...yang berpola dari pengalaman masa kecil, ideologi, harapan dan tujuan yang bersangkutan

73

Semangat Basuki dalam berpolitik mengantarkannya duduk dalam anggota

DPR RI 2009-2014 Komisi II dari Fraksi Golkar. Basuki mempunyai kesempatan

lebih banyak untuk merealisasikan kepentingan masyarakat melalui kebijakan-

kebijakan di DPR. Namun, tidak selamanya semangat berpolitik Basuki memberi

berkah. Basuki sering kali berbeda pendapat dengan kader partai lain ketika

menyelesaikan masalah di parlemen.

Perbedaan pendapat tersebut dan tidak adanya dukungan yang diberikan Partai

Golkar terhadap pencalonan Basuki dalam pemilihan Gubernur DKI 2012, berujung

pada pengunduran diri Basuki dari Fraksi Golkar. Saat menjadi wakil gubernur, ia

termasuk tokoh yang berintegritas dalam hal menyuarakan aspirasi dan menjelaskan

proses legislasi. Seluruh perkembangan diulasnya secara transparan dan dapat diakses

publik melalui situs pribadinya.31

Pasca pengunduran diri Basuki dari Partai Golkar, Basuki memutuskan maju

melalui independen untuk terus maju membangun bangsa. Kesempatan baik pun

datang ketika Partai Gerindra menyatakan mengusung Basuki menjadi calon Wakil

Gubernur DKI dan dipasangkan dengan Jokowi calon Gubernur DKI yang diusung

PDI Perjuangan. Sedangkan, pencalonan Basuki ke partai lain, dipersoalkan pihak

Partai Golkar. Sebab dalam aturan partai, jika ada kader Partai Golkar diusung partai

lain, harus melepaskan keanggotaan dan atribut kepartaian. Akhirnya, dengan tegas

31

Gubernurdki.wordpress.com

Page 84: PERILAKU POLITIK DAN KEKUASAAN POLITIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40971...yang berpola dari pengalaman masa kecil, ideologi, harapan dan tujuan yang bersangkutan

74

dan yakin, Basuki pun melepaskan keanggotaan Partai Golkar.32

Pendapat berbeda

diutarakan oleh Hakim Kamarudin,

Keinginan Basuki untuk maju melalui independen sebelumnya sudah disampaikan

kepada pimpinan fraksi pimpinan partai dan mempersilahkan tanpa ada persoalan.

Partai Golkar mempersilahkan kader untuk terus berkembang dan maju selagi kader

mau maju melalui independen, pada saat itu posisi partai belum menentukan calon

untuk diusung. Namun, belakangan saya mengetahui Basuki malah maju melalui

Partai Gerindra. Partai Golkar menggangap bahwa proses perpindahan Basuki

merupakan keputusan yang baik. Saya menanggapi hal itu dengan positif, Basuki

melihat peluang politik yang lebih besar dengan berpasangan bersama Jokowi. Tidak

ada konflik internal partai yang terjadi, justru Golkar mendorong Basuki untuk terus

maju membangun bangsa lebih baik. Tidak dipungkiri bahwa faktor pemimpinlah

yang menjadi prioritas dalam mengubah keadaan dan kekuasaan harus berada di

tangan orang yang tepat dan benar. Menurut Hakim, Gerindra meminta Basuki untuk

bergabung dengan Gerindra.33

Fenomena berpindahnya Basuki dari Partai Golkar ke Partai Gerinda yang

lebih dikarenakan alasan subjektif nya yang tidak diusung menjadi calon Gubernur

DKI Jakarta seperti apa yang digambarkan oleh penulis di bahasan sebelumnya

sungguh menggambarkan bahwa Basuki memiliki alasan subjektif sehingga penulis

dapat memetakan faktor yang mempengaruhinya;

Pertama,realitas subjektif sebagai faktor pendorong, yaitu gagalnya partai

politik dalam melakukan konsolidasi dan komunikasi organisasi dalam mencapai

tujuan organisasi, sehingga ada perasaan dari anggota partai dalam hal ini Basuki

tidak terwakili keinginan dan aspirasinya. Hal ini selaras dengan pemikiran Berger

dan Luckman yang telah menjelaskan perilaku politik kutu loncat tentu telah melalui

proses kalkulasi yang matang dan perhitungan untung rugi politik yang saling terkait

32

Radis Bastian, Ahok: Tegas, Displin, Tanpa Getar, Demi Rakyat, 45-46 33

Wawancara pribadi dengan Hakim Komarudin, Kantor DPP Partai Golkar, Tanggal 27

Maret 2017

Page 85: PERILAKU POLITIK DAN KEKUASAAN POLITIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40971...yang berpola dari pengalaman masa kecil, ideologi, harapan dan tujuan yang bersangkutan

75

Kedua dapat dilihat dari realitas objektif sebagai faktor pendorong eksternal,

yaitu motivasi mendapatkan kekuasaan hasil dari keterbukaan partisipasi publik

dengan realita bisa mendapatkan kekuasaan tanpa harus mempertimbangkan

kaderisasi partai. Hal ini dapat dibuktikan dengan diterimanya Basuki oleh Partai

Gerindra dengan diusung menjadi Calon Wakil Gubernur Jokowi di Pilgub DKI

2014.

Selanjutnya, Basuki menilai perjuangan politik harus melalui partai politik,

untuk itu Basuki memutuskan terjun lagi ke politik dan masuk ke Partai Gerindra.

Dalam perjalanannya bukan dengan mudah Basuki memutuskan untuk gabung

dengan Partai Gerindra melainkan dengan pertimbangan dan alasan Partai Gerindra

tidak meminta uang sebagai mahar politik kepada calon kepala daerah yang

diusungnya, biaya kampanye di pemilihan Gubernur DKI 2014 juga menjadi urusan

partai. Basuki berpendapat bahwa kami hanya diwajibkan menjaga integritas bersih

dan melayani rakyat. Basuki pun ingin membuktikan bahwa, untuk menjadi seorang

kepala daerah/pemimpin melalui partai tidak harus setor uang ke partai. Basuki

berpendapat, Menurutnya;

Keputusan hijrah ke Partai Gerindra merupakan sebuah ketertarikan, setelah

mengetahui Partai Gerindra menawarkan sebuah konsep yang lebih memikirkan

kesejahteraan rakyat banyak. Dengan mengutamakan dan menjual rekam jejak yang

baik akan mampu mengalahkan orang yang punya uang dengan konsep inilah

membutuhkan seorang “Aktor” yang mampu dan mau berkorban yang masuk

kedalam skenario konsep ini. Namun dengan ini walaupun hanya sebagai candangan,

Page 86: PERILAKU POLITIK DAN KEKUASAAN POLITIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40971...yang berpola dari pengalaman masa kecil, ideologi, harapan dan tujuan yang bersangkutan

76

cadangan dari wakil Jokowi dan candangan Dedy Mizwar saya merasa senang

makanya saya mengorbankan kursi DPR RI di Partai Golkar. 34

Dan hari ini saya membuktikan tuduhan lawan politik saya, bahwa Ahok bukan

seorang yang ambisius ini membuktikan, kalo saya ambisius saya baik-baik

menikmati dulu jadi Bupati 10 tahun baru jadi gubernur.

Pada awalnya, ide Prabowo mendapat tanggapan negatif dari para pengamat

dan partai-partai lain. Namun, Prabowo tetap yakin bahwa Basuki sebagai kader

Gerindra mempunyai peluang besar menduduki kursi jabatan Wakil Gubernur DKI

Jakarta. Keputusan yang diambil Probowo merupakan sebuah apresiasi, dari menilai,

menyimak, dan melihat potensi besar ada dalam diri Basuki. Orang baik dan memiliki

kemauan serta cerdas adalah salah satu kriteria yang wajib disandang oleh kader

Gerindra untuk didudukan dalam satu jabatan publik. Keberanian dan kemampuan

memecahkan masalah bisa beliau sumbangkan dengan leluasa sesuai dengan

kewenangan untuk membenahi kota Jakarta.35

Dukungan Gerindra memberikan semangat lebih, bahwa Basuki tidak bekerja

sendirian. Dengan tetap setia pada prinsip pribadinya, jujur, bersih, tegas, transparan,

demi rakyat. Basuki pun berhasil memenangkan pilkada 2012 tersebut. Bersama

Jokowi, Basuki mulai melancarkan gebrakan-gebrakan dahsyatnya berupa program-

program yang berorientasi kepada rakyat seperti KJP dan KJS untuk membangun

platform Jakarta Baru. Kepiawaian Jokowi-Basuki dalam membidani lahirnya

platform Jakarta Baru pun dapat dirasakan, meski kepemimpinanya masih seumur

34

“Satu Jam bersama Basuki Tjahaja Purnama dengan Cheryl Tanzil, RTV”,

https://youtu.be/ax9-GYXF8js. 23 Februari 2015 35

Nurulloh, Ahok Untuk Indonesia, 120-121.

Page 87: PERILAKU POLITIK DAN KEKUASAAN POLITIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40971...yang berpola dari pengalaman masa kecil, ideologi, harapan dan tujuan yang bersangkutan

77

jagung. Terbukti, tidak sedikit program kerja unggulan Jokowi-Basuki yang sudah

terealisasi dan mampu mengubah Jakarta. 36

D. Keluarnya Basuki Tjahaja Purnama dari Partai Gerindra

Keputusan Basuki keluar dari Partai Gerindra setelah menyatakan

kekecewaannya terhadap sikap partai pengusungnya yg mendukung RUU Pilkada

tidak langsung atau melalui DPRD. Namun sikap ini memunculkan kontroversi, ada

yang menyambut baik sikapnya namun berbeda dengan sikap para kader Partai

Gerindra yang menggangap Basuki tidak tahu terimakasih atau pengkhianat partai

dengan menolak RUU Pilkada37

yaitu usulan pemilihan kepala daerah yang dipilih

oleh DPRD. Usulan pilkada tidak langsung (pemilihan kepala daerah melalui DPRD),

ini didukung oleh anggota DPR RI dari partai-partai dalam Koalisi Merah Putih38

atau KMP yang dipimpin oleh Prabowo Subianto.39

Keputusan KMP mendukung pilkada melalui DPRD bukan berarti partai-

partai yang bernaung di KMP tidak demokratis, keputusan ini karena KMP menilai

36

Radis Bastian, Ahok: Tegas, Disiplin, Tanpa Getar, Demi Rakyat, 55. 37

RUU Pilkada adalah Rancangan Undang-Undang Pemilihan Kepala Daerah pengganti dari

Undang-undang no 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, Undang-undang Pilkada diusulkan

berdiri sendiri. Dalam perjalanannya RUU Pilkada menghasilkan keputusan Pilkada melalui DPRD

alias Pilkada tidak langsung melalui mekanisme voting di DPR yang dimenangi oleh Koalisi Merah

Putih, namun Susilo Bambang Yudhoyono yang masih menjabat Presiden RI mengeluarkan Perppu

atau Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang no 1 tahun 2014. Selanjutnya melalui

mekanisme lobbying di DPR akhirnya Perppu no 1 tahun 2014 yang diterbitkan oleh Presiden SBY

disahkan menjadi RUU yang akhirnya disetujui menjadi Undang-undang Pilkada. 38

Partai-partai pendukung Prabowo-Hatta di Pilpres 2014 terdiri dari Partai Gerindra, PAN,

Partai Golkar, PKS, PPP, dan PBB. Lihat Nur Rohim Yunus, KMP VS KIH; Implikasi ketatanegaraan

perseteruan dua kubu dalam dimensi etika politik. Jurnal UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 39

Wawancara pribadi dengan Anwar Ende (Wakil Sekretariat Jenderal DPP Gerindra)

Tanggal 29 Maret 2017

Page 88: PERILAKU POLITIK DAN KEKUASAAN POLITIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40971...yang berpola dari pengalaman masa kecil, ideologi, harapan dan tujuan yang bersangkutan

78

Pilkada langsung sangat boros anggaran dan tidak menciptakan pemimpin yang baik,

dapat terlihat dari banyaknya kepala daerah hasil pemilihan langsung yang terjerat

kasus korupsi karena mereka beranggapan biaya politik mahal. 40

Pendapat ini disampaikan oleh Anwar Ende selaku Wakil Sekretaris Jendral

Partai Gerindra. Menurutnya,“Anggaran yang seharusnya dipakai untuk kesejahteraan

rakyat dan pembangunan infrastruktur harusnya dapat dihemat apabila pilkada

diselenggarakan secara tidak langsung atau melalui DPRD. Karena sejatinya DPRD

pun dipilih secara langsung oleh rakyat melalui pemilihan umum legislatif, jadi

DPRD adalah representatif sebagai wakil gubernur rakyat”.41

Keputusan Basuki yang resmi mengundurkan diri dari Gerindra cukup

beralasan, menurutnya,

keluarnya saya dari Partai Gerindra merupakan sikapnya yang konsisten. Alasan saya

dulu masuk politik karena melihat saya tidak mampu membantu rakyat miskin lalu.

Semua tindakan yang akan diambil harus mempunyai sebuah tujuan yang beralasan

dan mementingan kepentingan orang banyak bukan hanya memperkaya diri sendiri.

Tanpa melupakan kewajiban harus taat pada AD/ART partai dan mendukung semua

keputusan partai. Persoalannya masalah substansi, saya tidak mau menjadi budak

DPRD, yang saya mau jadi budak rakyat dan taat pada konstitusi. Rakyat yang

50%+1 bukan semua rakyat”. Keputusan yang diambil dengan keluar dari partai

dipandang sebagai resiko politik yang harus saya tempuh, dengan menggunakan

nurani mampu mewujudkan keadilan sosial dan dengan kekuasaan saya mampu

memeriksa para anggota DPR. 42

40

Wawancara pribadi dengan Anwar Ende (Wakil Sekretariat Jenderal DPP Gerindra)

Tanggal 29 Maret 2017 41

Wawancara pribadi dengan Anwar Ende (Wakil Sekretariat Jenderal DPP Gerindra)

Tanggal 29 Maret 2017 42

“Satu Jam bersama Basuki Tjahaja Purnama dengan Cherly Tanzil, RTV”,

https://youtu.be/ax9-GYXF8js.23 Februari 2015

Page 89: PERILAKU POLITIK DAN KEKUASAAN POLITIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40971...yang berpola dari pengalaman masa kecil, ideologi, harapan dan tujuan yang bersangkutan

79

Permasalahan yang timbul jika RUU Pilkada yang membahas tentang

pemilihan kepala daerah itu disetujui, maka ada kemungkinan hal ini akan

menyebabkan kepala daerah akan lebih tunduk dengan DPRD bukan lagi sebagai

pelayan masyarakat yang seharusnya dan seterusnya akan menimbulkan politik

transaksional antara lembaga eksekutif dan DPRD. Basuki sadar bahwa jabatan

seorang pejabat publik adalah amanah dari masyarakat yang sudah mempercayainya

dan Tuhan yang sudah merestuinya, maka melayani masyarakat adalah tujuan utama

dari pejabat publik itu.

Penulis menilai hal ini sejalan dengan perjuangan kekuasaan (power

strunggle) dalam teori kekuasaan yang mempunyai tujuan yang menyangkut

kepentingan seluruh masyarakat. Hal inilah yang melatarbelakangi keinginan besar

Basuki menjadi seorang pejabat pemerintah dengan kekuasaan yang tinggi. Hal ini

menarik dikaji bukan hanya memusatkan perhatian pada perjuangan untuk

memperoleh kekuasaan, tetapi bagaimana Basuki mempertahankan kekuasaan,

melaksanakan kekuasaan, mempengaruhi pihak lain, ataupun bahkan menentang

pelaksanaan kekuasaan.

Penulis menilai fenomena keluarnya Basuki dari Partai Gerindra dapat dilihat

dari fungsi teori perilaku politik dengan pendekatan behavioralisme yaitu eksistensi

Basuki sebagai individu yang dapat membuat keputusan-keputusan politik dalam

menjalankan pemerintahan dan latar belakang Basuki yang secara aktual tidak dapat

Page 90: PERILAKU POLITIK DAN KEKUASAAN POLITIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40971...yang berpola dari pengalaman masa kecil, ideologi, harapan dan tujuan yang bersangkutan

80

diatur oleh lembaga melainkan sebaliknya Basuki dapat mengendalikan lembaga

pemerintahan.

Lebih jauh penulis menggambarkan fenomena keluarnya Basuki dari Partai

Gerindra dikarenakan faktor kegagalan partai politik dalam menjalankan peran

internalnya yaitu membangun komunikasi politik dan menciptakan kondusifitas

kelompok. Partai politik gagal menjalankan fungsi representasi menjadi bagian yang

paling menjadi sorotan. Kegagalan partai politik karena kualitas representasi partai

politik yang buruk cenderung semu. Untuk menghindari jebakan loyalitas personal

semu yang dapat memperburuk kualitas partai politik maka partai perlu menyusun

sistem pengelolaan sumber daya manusia dalam partai politik. Sistem pengelolaan

keanggotaan partai tersebut mengatur tentang: rekrutmen, kaderisasi dan pencalonan

menjadi pejabat publik.

Penulis melihat persoalan representasi tersebut disebabkan buruknya

pengelolaan keanggotaan dimulai dari rekrutmen, kaderisasi, dan pencalonan pejabat

publik dan diabaikannya ideologi partai. Fenomena berpindanya keanggotaan partai

dari partai satu ke partai lain juga menunjukan bahwa keanggotaan partai tidak solid

dan berorientasi pada pragmatisme menjadi pejabat publik. Seringkali terjadi

pertemuan kepentingan antara pragmatisme seseorang menjadi pejabat publik dan

pragmatisme partai atas resources yang dimiliki seorang calon.

Page 91: PERILAKU POLITIK DAN KEKUASAAN POLITIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40971...yang berpola dari pengalaman masa kecil, ideologi, harapan dan tujuan yang bersangkutan

81

BAB V

PENUTUP DAN KESIMPULAN

Berdasarkan analisa dan pembahasan serta uraian-uraian sebelumnya

mengenai studi perpindahan Basuki Tjahaja Purnama dari partai politik di Indonesia,

ditinjau dari teori perilaku politik dan kekuasaan politik, maka penulis dapat menarik

kesimpulan sebagai berikut; Secara umum perpindahan Basuki dari partai politik satu

ke partai politik yang lain dipengaruhi oleh dua faktor, pertama faktor internal yang

dipengaruhi oleh mekanisme organisasi kepartaian yang belum mampu memfasilitasi

kadernya untuk berkarya dan berkarier baik pada tingkat internal partai maupun

tingkat nasional. Kedua faktor eksternal yang lebih mengarah kepada pilihan pribadi

individu-individu kader. Artinya, Basuki sebagai kader partai politik memiliki hak

dan tanggung jawab serta mengetahui sepenuhnya atas pilihan yang dipilihnya.

Perpindahan kader partai politik ke partai politik lain dapat dilihat dari tiga

faktor: pertama,realitas subjektif sebagai push factor, yaitu daya dorong internal yang

merupakan hasil pembacaan dan konstruksi dari realitas politik yang ada. Kedua,

realitas objektiv sebagai pull factor, yaitu daya tarik eksternal berupa stimulus

kekuasaan. Proses objektivasi senantiasa berkaitan dengan interaksi social terhadap

kekuatan-kekuatan politik yang ada. Ketiga, cermin kegagalan partai politik dalam

menjalankan peran internalnya yaitu membangun komunikasi politik dan

menciptakan kondusifitas kelompok faktor-faktor tersebut dapat ditelaah dari

Page 92: PERILAKU POLITIK DAN KEKUASAAN POLITIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40971...yang berpola dari pengalaman masa kecil, ideologi, harapan dan tujuan yang bersangkutan

82

beberapa fenomena perpindahan Basuki dari partai satu ke partai yang lain. Penulis

menganalisis sebagai berikut;

Perpindahan Basuki dari Partai PIB ke Partai Golkar dapat dilihat dari dua

faktor; Pertama, realitas subjektif sebagai push factor atau faktor internal sebagai

daya dorong. Konstruksi dan realitas politik yang ada membuat Basuki lebih

mengedepankan kalkulasi untung rugi politik dan ideologi individunya dibanding

dengan ideologi partai. Kedua, penulis melihat ada faktor kegagalan partai politik

dalam melakukan komunikasi politik dan menjaga kondisifitas kelompok, sehingga

menyebabkan Basuki mencari saluran komunikasi, aspirasi dan sandaran kekuatan

politik lain.

Perpindahan Basuki dari Partai Golkar ke Partai Gerindra dapat dilihat dari

dua faktor penyebab; pertama realitas subjektif sebagai faktor pendorong, yaitu

gagalnya partai politik dalam melakukan konsolidasi dan komunikasi organisasi

dalam mencapai tujuan organisasi, sehingga ada perasaan dari anggota partai dalam

hal ini Basuki yang tidak terwakili keinginan dan aspirasinya. Hal ini selaras dengan

pemikiran Berger dan Luckman, yang telah menjelaskan perilaku politik kutu loncat

tentu telah melalui proses kalkulasi yang matang dan perhitungan untung rugi politik

yang saling terkait. Kedua dapat dilihat dari realitas objektif sebagai faktor pendorong

eksternal, yaitu motivasi mendapatkan kekuasaan hasil dari keterbukaan partisipasi

publik dengan realita bisa mendapatkan kekuasaan tanpa harus mempertimbangkan

kaderisasi partai. Hal ini dapat dibuktikan dengan diterimanya Basuki oleh Partai

Page 93: PERILAKU POLITIK DAN KEKUASAAN POLITIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40971...yang berpola dari pengalaman masa kecil, ideologi, harapan dan tujuan yang bersangkutan

83

Gerindra dengan diusung menjadi calon wakil gubernur JokoWidodo di pemilihan

Gubernur DKI 2014.

Keluarnya Basuki dari partai Gerindra dapat diakibatkan oleh beberapa faktor,

penulis menggambarkan kegagalan partai politik dalam menjalankan peran dalam

internalnya yaitu membangun komunikasi politik dan menciptakan kondusifitas

kelompok. Partai politik seharusnya mampu dalam melakukan edukasi, kaderisasi

dan konsolidasi anggota partai dalam melakukan keputusan-keputusan yang telah

digariskan dan harus ditaati oleh seluruh anggota partai.

Melihat fenomena itu menunjukan kekuatan individualisme lebih menonjol

ketimbang kekuatan partai politik yang bersifat institusional dan kolektif. Pindahnya

Basuki dari satu partai ke partai lain lebih karena motif penguatan status quo

kepentingan pribadi dan konflik pemahaman ideologi. Sehingga membuat partai

politik tidak lebih sebagai kereta tumpangan yang lemah dalam melakukan kontrol

terhadap para kadernya. Fenomena ini memperlihatkan sistem rekrutmen partai

politik masih lemah dan harus dibenahi, maka sangat penting mencari kader yang

loyal, dan mempunyai tujuan yang sama dengan partai karena itu merupakan sebuah

bagian dari etika kepemimpinan.

Page 94: PERILAKU POLITIK DAN KEKUASAAN POLITIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40971...yang berpola dari pengalaman masa kecil, ideologi, harapan dan tujuan yang bersangkutan

84

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Alfian, M.Alfan. Menjadi Pemimpin Politik. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka

Utama,2009.

Alfian. Komunikasi Politik dan Sistem Politik Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia

Pustaka Utama,1991.

Amal, Ichsan.Teori-Teori Mutakhir Partai Politik. Yogyakarta: PT.Tiara

Wacana,1996

Anwar, Ichhlausal. Teori Mutakhir Partai Politik. Yogyakarta: Tiara

Mutiara,1996.

Bastian, Radis. Ahok: Tegas, Displin, Tanpa Gentar, Demi Rakyat. Yogyakarta:

Palapa,2013.

Bua, Pitter Randan. Berkaca Pada Kepemimpinan Ahok: Sang Pemimpin yang

Berjiwa Melayani. Yogyakarta: Yayasan Taman Pustaka Kristen

Indonesia,2013.

Budiarjo, Miriam. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka

Utama,2009.

Budiarjo, Miriam. Demokrasi di Indonesia: Demokrasi Parlementer dan

Demokrasi Pancasila. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama,1994.

Fathurahman, Porf. H.Pupuh. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: CV.

Pustaka Setia,2011.

Page 95: PERILAKU POLITIK DAN KEKUASAAN POLITIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40971...yang berpola dari pengalaman masa kecil, ideologi, harapan dan tujuan yang bersangkutan

85

Firmanzah. Mengelola Partai Politik. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor

Indonesia,2010.

Haryanto. Kekuasaan Elite: Suatu Bahasan Pengantar. Yogyakarta: Plod,2005.

Hidayat, Imam. Teori-Teori Politik. Malang: Setara Press,2009.

Labolo, Dr. Muhadam dan Ilham Teguh. Partai Politik dan Sistem Pemilihan

Umum di Indonesia. Jakarta: Rajawali Press,2005.

Nurhadi. Teori Sosiologi. Bantul: Kreasi Wacana Offset,2008.

Nurulloh. Ahok untuk Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia,2014.

Purnama, Basuki Tjahaja Purnama. Merubah Indonesia. Bangka Belitung: Center

For Democracy and Traparancey,2008.

Rohaniah, Yoyoh, dan Efriza. Pengantar Ilmu Politik. Malang: Intrans

Publishing, 2015.

Sastroatmodjo, Drs. Sudjiono. Perilaku Politik. Semarang: IKIP Semarang

Press,2005.

Silalahi, Ulber. Metode Penelitian Sosial. Bandung: PT. Refika Aditama,2010.

Surbakti, Ramlan. Memahami Ilmu Politik. Jakarta: PT. Grasindo,1992.

Surbakti, Ramlan. Memahami Ilmu Politik. Jakarta: PT. Grasindo,2010.

Tubss Stewart L dan Slyvia Moss. Human Communication: Konteks-Konteks

Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosadakarya Offset,1996.

Ware, Alan. Political Partice and Party Sistem. New York: Oxford University

Press,1996.

Zuriah, Nurul. Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan: Teori-Aplikasi.

Jakarta: PT. Bumi Aksara,2007.

Page 96: PERILAKU POLITIK DAN KEKUASAAN POLITIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40971...yang berpola dari pengalaman masa kecil, ideologi, harapan dan tujuan yang bersangkutan

86

Wawancara

Wawancara Pribadi dengan Anwar Ende (Wakil Sekretariat Jenderal Partai

Gerindra, di DPP Partai Gerindra) Pada tanggal 29 Maret 2017

Wawancara pribadi dengan Hakim Kamarudin (Wakil Sekretariat Jenderal Partai

Golkar, di DPP Partai Golkar) Pada tanggal 27 Maret 2017

Jurnal

Asshiddiqie, Jimly.“Konstitusi dan Konstitusionalisme Indonesia”. Jakarta:

Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan MK RI,2006.

Bakti, Ikrar Nusa.“Ketika Politikus dan Pejabat jadi Kutu Loncat”, lipi.go.id,

pada tanggal 1 Mei 2017,2010.

Beni Azhar Assadam. “Partai Politik dan kaderisasi Partai Studi: Perpindahan

Yuddy Chrisnandi, Lili Chadijah Wahid dan Patrice Rio Capella”. Skrispsi

S1 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Univeristas Negeri Jakarta,2014.

Nur Rohim Yunus. “KMP vs KIH: Implikasi Ketatanegaraan Perseteruan dua

kubu dalam dimensi Etika Politik”. Jurnal UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tarwin. “Analisa Kaderisasi Kepemimpinan Organisasi Partai.” Tesis

Univeristas Indonesia,2010.

Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Majelis Pertimbangan Pusat Platform

Kebijakan Pembangunan Partai Keadilan Sejahtera,2007.

Page 97: PERILAKU POLITIK DAN KEKUASAAN POLITIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40971...yang berpola dari pengalaman masa kecil, ideologi, harapan dan tujuan yang bersangkutan

87

Riyono, Bagus. “Kepemimpinan Transformasional Kebangkitan Kembali Studi

Tentang Kepemimpinan” Jurnal I-Lib UGM ,Juni 1999

Umarama, Samad. “Strategi Pemenangan Partai Keadilan Sejahtera pada Pemilu

Legilatif 2004, studi: Kabupaten Sula Provinsi Maluku Utara” UIN Sunan

Kalijaga,2009.

Wardi. “Oligarki Partai Politik di Indonesia, studi: Partai Demokrasi Indonesia

Perjuangan Periode 1999-2004”. Universitas Indonesia,2010.

Internet

Ahok Ungkap dulu Alasan Mengapa Gabung dengan Partai Gerindra,

http://sidomi.com/324610/ahok-ungkap-alasan-mengaoa-dulu-gabung-

d=gerindra/, 23 September 2014

Ahok, Mantan Bupati Belitung Timur (3), https://youtu.be/GCZLW17qYsE, 25

April 2015

Ahok: Pesimis Lolos Cagub Independen DKI Jakarta,

https://www.google.co.id/url?http%3A%2F%2Fwww.beritasatu.com%2Fm

egapolitan%2F29121-a-hok-pesimis-lolos-cagub-independen-dki-jakarta.15

November 2015

Full Pengakuan Alasan Ahok Keluar dari Gerindra,

https://youtu.be/uo57VL4k%Dg, 13 September 2014

http://ejournal.undip.ac.id/index.php/politika/article/download/8895/722774

oktober 2014

Page 98: PERILAKU POLITIK DAN KEKUASAAN POLITIKrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40971...yang berpola dari pengalaman masa kecil, ideologi, harapan dan tujuan yang bersangkutan

88

http://news.detik.com/berita/3241362/pernyataan-Ahok-dar-masa-ke-masa-soal-

independen-atau-parpol, 24 Juni 2016

Panasnya PilGub DKI Jakarta, Pernyataan Ahok dari masa ke masa soal

independen atau partai politik,

Perilaku Politik, http://muhammadazzikra15.blogspot.co.id/2016/08/perilaku-

politik.html, 7 Agustus 2016.

Politika: Jurnal Ilmu Politik, Persepsi Masyarakat DKI Jakarta terhadap Figur

dengan komunikasi politik Basuki Tjahaja Purnama,

Satu Jam Bersama Basuki Tjahaja Purnama dengan Cherly Tanzil, RTV,

https://youtu.be/ax9-GYXF8js. 23 Februari 2015

www.Ahok.org