Upload
dangminh
View
224
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PERINGATAN !!!
Bismillaahirrahmaanirraahiim Assalamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh
1. Skripsi digital ini hanya digunakan sebagai bahan
referensi 2. Cantumkanlah sumber referensi secara lengkap bila
Anda mengutip dari Dokumen ini 3. Plagiarisme dalam bentuk apapun merupakan
pelanggaran keras terhadap etika moral penyusunan karya ilmiah
4. Patuhilah etika penulisan karya ilmiah
Selamat membaca !!!
Wassalamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh
UPT PERPUSTAKAAN UNISBA
TANGGAPAN PENDENGAR TERHADAP ACARA
IWAN FALS PADA RADIO SIARAN GMR 104.4 FM
BANDUNG
Studi Deskriptif Mengenai Tanggapan Pendengar di Lembaga Khusus Kemahasiswaan Pencinta Alam Universitas Islam Bandung
(LKK Mapenta – Unisba) Terhadap Acara Iwan Fals Pada Radio Siaran GMR (Generasi Muda Radio) 104.4 FM Bandung
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk meraih Gelar Sarjana
Ilmu Komunikasi
Oleh:
Qodri Leanga Putra
10080097113
Bidang Kajian Manajemen Komunikasi
FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
1425 H / 2004 M
Lembaran Pengesahan:
TANGGAPAN PENDENGAR TERHADAP ACARA IWAN
FALS PADA RADIO SIARAN GMR 104.4 FM BANDUNG
Studi Deskriptif Mengenai Tanggapan Pendengar di Lembaga Kegiatan Kemahasiswaan Pencinta Alam Universitas Islam Bandung
(LKK Mapenta – Unisba) Terhadap Acara Iwan Fals Pada Radio Siaran GMR (Generasi Muda Radio) 104.4 FM Bandung
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna meraih Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi
Oleh:
QODRI LEANGA PUTRA
100800971113
Menyetujui,
Pembimbing I Pembimbing II
(Nurhastuti, Dra., M.Si.) (Dede Lilis Ch., S.Sos.)
Mengetahui,
Ketua Bidang Kajian Manajemen Komunikasi
(Anne Maryani, Dra., M.Si.)
Kupersembahkan skripsi ini sebagai tanda terima kasih kepada yang selalu
memberikan do’a, limpahan kasih sayang dan motivasi serta materi
kepadaku: Papa, Mama, Dedek, Onan dan Jaka serta orang-orang yang
memberi arti dalam hidupku
ABSTRAK
Radio sebagai salah satu media massa telah berperan dalam kehidupan manusia, menjadi teman dalam kesepian dengan mendengarkan informasinya. Setiap stasiun radio berlomba-lomba untuk meraih pendengar sebanyak-banyaknya karena pendengar adalah aset bagi stasiun radio. Khalayak media massa radio adalah pendengar. Mereka memiliki sifat heterogen, pribadi, aktif, dan selektif. Sifat selektif yang dimiliki pendengar inilah yang membuat radio dituntut untuk memantapkan kekuatannya, sehingga dapat diminati pendengar. Karena dengan sifat selektif ini, pendengar dengan mudah akan mengalihkan perhatiannya, dari stasiun radio yang satu ke stasiun radio yang lain. Stasiun yang dapat memenuhi kebutuhannyalah yang dapat perhatian mereka.
Jika tujuan penelitian ini dirumuskan dalam sebuah rumusan masalah maka formulasinya adalah “Bagaimana tanggapan pendengar terhadap Acara Iwan Fals pada radio siaran GMR 104.4 FM Bandung”. Dan mengindentifikasi empat permasalahan yaitu bagaimana tanggapan pendengar tentang intensitas, bentuk penyajian, ethos penyiar, dan isi siaran kata pada Acara Iwan Fals pada radio siaran GMR 104.4 FM Bandung, serta menentukan tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui dan menganalisis tanggapan pendengar tentang intensitas, bentuk penyajian, ethos penyiar, dan isi siaran kata Acara Iwan Fals pada radio siaran GMR 104.4 FM Bandung. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian deskriptif dan populasi penelitian diambil dari pendengar radio GMR di LKK Mapenta – Unisba yang populasinya berjumlah 376 orang dan yang diambil sebagai sampel berjumlah 38 orang berdasarkan sampel nonprobabilitas dengan teknik penarikan sampel atau rancangan sampling (sampling design) yaitu purposif sampling.
Tanggapan pendengar tentang intensitas Acara Iwan Fals pada radio GMR untuk frekuensinya dan waktu penyiaran sudah tepat namun untuk durasinya masih kurang lama. Bentuk penyajian Acara Iwan Fals pada radio GMR untuk penyajian acara musik yaitu penyiaran lagu-lagu Iwan Fals saja cukup menarik bagi pendengar tapi adanya iklan dalam acara ini kurang menarik bagi pendengar. Untuk penyampaian informasi lewat kata-kata dan efek suara cukup menarik bagi pendengar. Tanggapan pendengar tentang ethos penyiar acara Iwan Fals pada radio GMR untuk kredibilitasnya yaitu keahlian penyiar acara ini masih kurang tetapi untuk kepercayaan pendengar terhadap penyiar dalam penyampaian informasi seputar Iwan Fals cukup tinggi dan untuk daya tarik pendengar terhadap penyiar masih kurang menarik bagi pendengar. Tanggapan pendengar tentang isi siaran kata dalam acara Iwan Fals pada radio GMR cukup dimengerti oleh pendengar hanya saja kata-kata yang dipergunakan oleh penyiar acara Iwan Fals kurang menarik bagi pendengar.
i
KATA PENGANTAR
Assalammu’alaikum Wr. Wb.
Segala puji bagi Allah SWT serta shalawat dan salam semoga tercurah
kepada Nabi Muhammad SAW dan keluarganya beserta pengikutnya yang setia.
Berkat rahmat dan karunia – Nya pula sehingga selesailah sudah penulisan skripsi
ini. Ada pun masalah yang diteliti adalah mengenai, “Tanggapan Pendengar
Terhadap Acara Iwan Fals Pada Radio Siaran GMR 104.4 FM Bandung”.
Dengan disertai kesungguhan hati penulis tidaklah lupa akan segala
bantuan dan jasa-jasa dari semua pihak yang telah memberikan andil dalam
penelitian dan menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu pada kesempatan ini
peneliti mengucapkan terima kasih kepada, sebagai berikut:
1. Yang terhormat, Ibu DR. Hj. Neni Yulianita, Dra., M.Si., selaku Dekan
Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Islam Bandung periode 2004 – 2008
yang telah memberikan nasehat bahwa untuk mencapai sarjana diperlukan
perjuangan yang keras maka patutlah kita untuk benci kepada sarjana-sarjana
palsu yang semakin marak belakangan ini
2. Yang terhormat, Bapak H. Azis Taufik Hirzi. Drs., M.Si., selaku Dekan
Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Islam Bandung periode 2000 – 2004
yang telah mengonfirmasikan jadwal akademis fakultas sehingga penulis bisa
mengikuti sidang sarjana.
3. Yang terhormat, Ibu Anne Maryani, Dra., M.Si., selaku Ketua Bidang Kajian
Manajemen Komunikasi Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Islam
ii
Bandung yang telah mengesahkan skripsi penulis sehingga bisa mengikuti
sidang sarjana.
4. Yang terhormat, Ibu Nurhastuti, Dra., M.Si., selaku Pembimbing I yang telah
meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran serta diiringi saran-saran selama
pengerjaan atau penyusunan skripsi ini.
5. Yang terhormat, Ibu Dede Lilis Ch., S.Sos., selaku Pembimbing II yang telah
memberikan petunjuk dan saran-saran serta meluangkan waktu dan pikiran
kepada penulis selama penyusunan skripsi ini.
6. Yang terhormat, Bapak Maman Suherman, Drs., M.Si, selaku Dosen Wali
penulis yang telah memberikan bimbingan kepada penulis mulai dari
semester pertama sampai selesai.
7. Seluruh Dosen Pengajar dan Staf Akademis Fakultas Ilmu Komunikasi
Universitas Islam Bandung.
8. Yang terhormat, Ny. H. Dorethia Sitompul, selaku Penanggung jawab Radio
GMR 104.4 FM Bandung yang telah memberikan izin kepada penulis untuk
mengadakan penelitian di Radio GMR104.4 FM Bandung.
9. Yang terhormat, Bapak Rokhmat Sutaryana, selaku Asst. Chief Music Room
Radio GMR 104.4 FM Bandung yang telah banyak membantu penulis
memberikan informasi mengenai Radio GMR 104.4 FM Bandung.
10. Seluruh Staf Karyawan dan Kru Radio GMR 104.4 FM Bandung, yang telah
membantu kelancaran dalam menyelesaikan skripsi ini.
11. Yang terhormat, Saudara Ferdi Nasution, selaku Ketua Dewan Pengurus
Mapenta – XIV , yang telah memberikan izin kepada penulis untuk
iii
penyebaran angket penelitian dan memberikan informasi mengenai LKK
Mapenta – Unisba serta peminjaman komputer Gudang dan komputernya
untuk pengetikan skripsi ini.
12. Teman – teman di Mapenta (Trias, As, Meidi, Lastjune, Tantan, Sarif, Riau,
Widi, Rita, Jaian, Rahadian, Boje, Agus, Boma, Wawi, Bernard, Ao’, Ali,
Stun, Obot, Pengki, Juki, Ipul, Tatak) dan seluruh Keluarga Besar LKK
Mapenta – Unisba yang tidak bisa disebutkan satu-satu karena saking
banyaknya, yang telah banyak menemani penulis berpetualang di alam bebas
dan memberikan semangat serta motivasi kepada penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
13. Yang tersayang dan tercinta, Ayahanda Kasrinas Munas dan Ibunda Ratnidar
yang telah memberikan kasih sayang dan do’a yang tak pernah putus kepada
penulis dan adik-adik penulis (Dedek, Onan, dan Jaka) yang telah
memberikan semangat kepada penulis untuk secepatnya menyelesaikan
skripsi ini.
14. Rekan-rekan penulis di Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Islam
Bandung yang telah banyak memberikan masukan, kritik dan saran kepada
penulis dalam menyusun dan menyelesaikan skripsi ini.
15. Adikku tersayang, Ai Nuraidah dan sohib penulis, Budi dan Rian serta anak-
anak kost-an Chakakak dan Chekikik yang telah banyak memberi semangat,
motivasi dan dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
16. Dan orang-orang yang pernah hadir di hati, yang telah memberikan semangat
dan dorongan dari jauh.
iv
Semoga Allah SWT membalas kebaikan dan melimpahkan rahmatnya
kepada mereka. Akhir kata semoga tulisan ini dapat memberikan tambahan
wawasan dan pengetahuan bagi kita semua. Amin.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Bandung, 27 September 2003
PENULIS
v
DAFTAR ISI
Halaman KATA PENGANTAR……………………………………………………………..i
DAFTAR ISI……………………………………………………………………...iv
DAFTAR TABEL………………………………………………………………..vii
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………………..ix
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………………x
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………1
1.1 Latar Belakang Masalah………………………………………………1
1.2 Perumusan Masalah…………………………………………………..4
1.3 Identifikasi Masalah…………………………………………………..5
1.4 Tujuan Penelitian……………………………………………………..5
1.5 Kegunaan Penelitian…………………………………………………..6
1.6 Alasan Pemilihan Masalah……………………………………………6
1.7 Pembatasan Masalah………………………………………………….7
1.8 Pengertian Istilah……………………………………………………...7
1.9 Anggapan Dasar………………………………………………………8
1.10 Operasionalisasi Variabel…………………………………………...10
1.11 Metode Penelitian…………………………………………………...11
1.12 Teknik Penelitian…………………………………………………...11
1.13 Populasi dan Sampel………………………………………………..12
1.14 Organisasi Karangan………………………………………………..15
vi
BAB II TINJAUAN TEORETIS………………………………………………...18
2.1 Komunikasi Massa…………………………………………………..18
2.1.1 Pengertian Komunikasi Massa…………………………...18
2.1.2 Karakteristik Komunikasi Massa………………………...20
2.1.3 Fungsi Komunikasi Massa……………………………….22
2.1.4 Proses Komunikasi Massa………………………………..24
2.2 Radio Siaran…………………………………………………………26
2.2.1 Pengertian Radio…………………………………………26
2.2.2 Karakteristik dan Sifat Radio…………………………….28
2.2.2.1 Karakteristik Radio………………………………28
2.2.2.2 Sifat Radio………………………………………..29
2.2.3 Kedudukan Radio………………………………………...31
2.2.4 Penyiar Radio…………………………………………….32
2.2.4.1 Pengertian Penyiar Radio………………………...32
2.2.4.2 Faktor Ethos Komunikator……………………….37
2.2.5 Sifat Pendengar Radio……………………………………39
2.2.6 Penyajian Siaran Radio…………………………………..40
2.2.6.1 Intensitas…………………………………………40
2.2.6.2 Musik……………………………………………..45
2.2.6.3 Siaran Kata……………………………………….47
2.2.6.4 Iklan………………………………………………49
2.2.6.5 Efek Suara………………………………………..52
vii
2.3 Tinjauan Model Komunikasi………………………………………...53
2.3.1 Model Uses and Gratifications…………………………...53
BAB III OBJEK PENELITIAN…………………….……………………………57
3.1 Tinjauan Umum Tentang Radio Siaran GMR 104.4 FM……………57
3.2 Program Acara Radio Siaran GMR 104.4 FM………………………58
3.3 Struktur Organisasi Radio Siaran GMR 104.4 FM………………….61
3.4 Tinjauan Tentang Acara Iwan Fals……………………….…………63
BAB IV ANALISIS DATA PENELITIAN………………………………..…….66
4.1 Analisis Deskriptif Data Responden……………………………...…66
4.2 Analisis Deskriptif Data Penelitian………………………………….69
BAB V PENUTUP…………………………………………………………...…..86
5.1 Kesimpulan…………………………………………………….……86
5.2 Saran – saran………………………………………………….……..87
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………...…….89
LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENULIS
vii
DAFTAR TABEL
Tabel halaman
3.2 Program Acara Radio Siaran GMR 104.4 FM Bandung................................57
4.1 Jenis kelamin responden.................................................................................66
4.2 Usia responden................................................................................................67
4.3 Tanggapan mengenai frekuensi penyiaran acara Iwan Fals…………………68
4.4 Tanggapan mengenai durasi atau lamanya penyiaran acara Iwan Fals...........69
4.5 Tanggapan mengenai waktu penyiaran acara Iwan Fals.................................70
4.6 Tanggapan mengenai penyajian acara Iwan Fals yaitu lagu-lagu
Iwan Fals saja.................................................................................................71
4.7 Tanggapan mengenai penyajian acara Iwan Fals yang diselingi iklan...........72
4.8 Tanggapan mengenai penyajian acara Iwan Fals yang diselingi kata-kata….73
4.9 Tanggapan mengenai penyajian acara Iwan Fals yang diselingi
sound effect....................................................................................................74
4.10 Tanggapan mengenai keahlian penyiar acara Iwan Fals............................76
4.11 Tanggapan mengenai kepercayaan terhadap penyiar acara Iwan Fals.......78
4.12 Tanggapan mengenai daya tarik penyiar acara Iwan Fals.........................79
4.13 Tanggapan mengenai dimengerti tidaknya kata-kata penyiar acara
Iwan Fals....................................................................................................82
4.14 Tanggapan mengenai menarik tidaknya kata-kata penyiar acara
Iwan Fals....................................................................................................83
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Proses Komunikasi Massa...............................................................................25
2.2 Model Uses and Gratifications Oleh Katz, Gurevitch and Hass.....................55
3.1 Struktur Organisasi Radio Siaran GMR 104.4 FM.........................................60
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Angket Penelitian.............................................................................................90
2. Coding Book....................................................................................................94
3. Coding Sheet....................................................................................................96
4. Daftar Wawancara............................................................................................97
5. Surat Keterangan Menyusun Skripsi................................................................98
6. Formulir Pengajuan Masalah...........................................................................99
7. Surat Permohonan Ijin Pra Riset/Riset...........................................................100
8. Surat Jawaban Permohonan Pra Riset/Riset..................................................101
9. Surat Angket Penelitian..................................................................................102
10. Daftar Riwayat Hidup....................................................................................103
1
BAB I
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
Seiring dengan kemajuan teknologi diberbagai bidang, maka kehidupan
dan gerak kehidupan turut mengalami kemajuan. Kemajuan teknologi di segala
bidang ini membawa berbagai kemudahan bagi kehidupan manusia dimana dunia
seakan menyempit dan hanya berbatas tipis antara jarak berkilometer. Teknologi
kemudian menjadi elemen penting dalam kehidupan manusia karena menjadi
pendukung daya kehidupan manusia. Berbagai aspek kehidupan manusia saat
sekarang ini berkaitan erat dengan teknologi dan hubungan antar manusia saat
sekarang pun dipengaruhi oleh faktor teknologi komunikasi yang memiliki esensi
yang sangat tinggi dalam hubungan antar pribadi manusia sehingga komunikasi
sudah menjadi kebutuhan yang menyangkut segala aspek kehidupan manusia
Salah satu bentuk komunikasi yang ada dalam kehidupan masyarakat
adalah Komunikasi Massa. Pengertian Komunikasi Massa menurut Jalaluddin
Rakhmat dalam bukunya Psikologi Komunikasi, yaitu:
“Komunikasi massa atau mass communication adalah jenis komunikasi
yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen, dan anonim
melalui media cetak atau elektronis sehingga pesan yang sama dapat diterima
secara serentak dan sesaat”. (Rakhmat, 2001: 189)
Dalam proses komunikasi, tidak selalu letak antara komunikator dan
komunikannya saling berdekatan, bahkan seringkali antara mereka saling
2
berjauhan. Bahkan dengan perkembangan teknologi, manusia tidak lagi berbatas
antar ruang dan jarak. Dapat saja manusia yang terpisah jarak puluhan, ratusan
bahkan ribuan kilometer masih dapat berkomunikasi satu dengan lainnya. Dalam
kondisi ini, manusia tetap berusaha menjalin komunikasi dengan memanfaatkan
bentuk komunikasi massa. Bentuk komunikasi massa ini terdiri dari media cetak
(surat kabar, majalah, dan lain-lain), media elektronik (televisi, radio, internet, dan
lain-lain) dan media mekanik (film layar).
Radio sebagai salah satu bagian dari komunikasi massa tergolong dalam
media elektronik mempunyai prinsip kerja yang khas dan unik karena dapat
dijadikan media komunikasi massa yang ampuh, efektif dan cukup handal karena
keuntungan dari radio antara lain: langsung, sebagai daya tembus, keserempakan
(simultanitas), daya tarik, fleksibel, akrab, simpel dan biaya relatif murah serta
personal. Pengertian radio siaran menurut Effendy dalam buku Kamus
Komunikasi, yaitu:
“Radio siaran (radio broadcast) adalah penyebaran secara elektronik
berbagai acara dalam bentuk kata-kata, musik, dan lain-lain yang sifatnya audial
(untuk didengarkan) kepada khalayak yang tersebar”. (Effendy, 1989: 301)
Melihat pengertian radio siaran di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
materi dasar radio siaran adalah kata-kata (speech), musik (music), dan efek suara
(sound effect) yang disebut dengan the three tools.
Jumlah radio siaran swasta dalam perkembangannya semakin bertambah,
hal ini dikarenakan pendengarnya yang heterogen berdasarkan golongan sosial
ekonomi, psikografi, geografi sosial, budaya sosial, user behaviour dan
3
demografis. Salah satu dari radio siaran swasta itu adalah PT. Generasi Muda
Radio yang berada di jalan Dr. Hatta No. 15 Bandung. PT. Generasi Muda Radio
dalam kegiatan penyiarannya mempunyai format musik classic rock dan
mengudara selama 18 jam setiap harinya dengan menyajikan lagu-lagu era tahun
enam puluhan sampai dengan delapan puluhan baik mancanegara maupun tanah
air dan diselingi dengan sajian sejumlah informasi dengan fokus pendengar
berusia 20 – 35 tahun dan berstatus sosial ekonomi menengah ke atas. (Rokhmat
Sutaryana: PR Promotion/Announcer/Asst.Chief Music Room GMR 104.4 FM)
Radio siaran GMR (Generasi Muda Radio) 104.4 FM berusaha memenuhi
kebutuhan pendengarnya akan hiburan dengan menyiarkan acara-acara musik baik
mancanegara maupun tanah air dan disesuaikan dengan format musiknya yaitu
classic rock. Mengenai pentingnya acara musik pada radio siaran menurut
Effendy dalam buku Radio Siaran Teori dan Praktek, yaitu:
“Tulang punggung radio siaran adalah musik. Orang menyetel pesawat
radio terutama untuk mendengarkan musik, karena musik merupakan hiburan”.
(Effendy, 1991: 78)
Salah satu acara musik dari radio GMR adalah Acara Iwan Fals yang
hanya menyiarkan lagu-lagu dari penyanyi yang bernama Iwan Fals dan acara ini
sudah ada di program siaran radio GMR sejak tahun 1996 dan masih berlangsung
hingga sekarang dengan beberapa kali pergantian waktu siaran. (Rokhmat
Sutaryana: PR Promotion/Announcer/Asst.Chief Music Room GMR 104.4 FM)
Disamping itu kurangnya keahlian penyiar dalam berbicara ketika
penyiaran acara Iwan Fals dimana hal ini berdasarkan opini dari para
4
pendengarnya di LKK Mapenta – Unisba dan penyiar seharusnya lebih
memahami lagi pengertian penyiaran menurut seorang ahli radio siaran Ben
H.Henneke:
“Penyiaran adalah tak lain hanya suatu usaha untuk mengkomunikasikan informasi – untuk memberitahukan sesuatu. Meskipun informasi tersebut dapat mencapai jutaan pendengar, namun ditujukannya kepada pendengar secara perorangan, dan komunikasi tersebut akan sempurna apabila si pendengar mendengar, mengerti, merasa tertarik, lalu melakukan apa yang ia dengar itu”. (Effendy, 1991: 126 – 127)
Oleh karena itulah penulis merasa tertarik untuk meneliti Acara Iwan Fals
untuk mengetahui efektif tidaknya acara ini dalam memenuhi kebutuhan
pendengar akan hiburan yang hanya menyiarkan satu musik saja yaitu lagu-lagu
dari satu penyanyi yang bernama Iwan Fals. Untuk itulah penulis ingin
mengetahui dengan meneliti bagaimana tanggapan pendengar terhadap Acara
Iwan Fals yang disiarkan oleh radio siaran GMR104.4 FM.
1.2 Perumusan Masalah
Dari latar belakang diatas penulis merumuskan permasalahan dalam
penelitian ini, yaitu: “Bagaimana tanggapan pendengar terhadap Acara Iwan
Fals pada Radio Siaran GMR 104.4 FM Bandung”.
5
1.3 Identifikasi Masalah
Dari latar belakang dan perumusan masalah, penulis mengidentifikasikan
masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana tanggapan pendengar tentang intensitas Acara Iwan Fals pada
radio siaran GMR 104.4 FM ?
2. Bagaimana tanggapan pendengar tentang bentuk penyajian Acara Iwan
Fals pada radio siaran GMR 104.4 FM ?
3. Bagaimana tanggapan pendengar tentang ethos penyiar dalam Acara Iwan
Fals pada radio siaran GMR 104.4 FM ?
4. Bagaimana tanggapan pendengar tentang isi siaran kata Acara Iwan Fals
pada radio siaran GMR 104.4 FM ?
1.4 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui dan menganalisis tanggapan pendengar tentang
intensitas Acara Iwan Fals pada radio siaran GMR 104.4 FM Bandung.
2. Untuk mengetahui dan menganalisis tanggapan pendengar tentang bentuk
penyajian Acara Iwan Fals pada radio siaran GMR 104.4 FM Bandung.
3. Untuk mengetahui dan menganalisis tanggapan pendengar tentang ethos
penyiar Acara Iwan Fals pada radio siaran GMR 104.4 FM Bandung.
4. Untuk mengetahui dan menganalisis tanggapan pendengar tentang isi
siaran kata dalam Acara Iwan Fals pada radio siaran GMR 104.4 FM
Bandung.
6
1.5 Kegunaan Penelitian
1. Kegunaan teoretis
a. Memberikan kontribusi bagi pengembangan Ilmu Komunikasi terutama
Komunikasi Massa dan Manajemen Produksi Siaran Radio.
b. Memberikan kontribusi bagi pengembangan riset dan penelitian pada
media massa komunikasi terutama Radio.
2. Kegunaan praktis
a. Memberikan kontribusi bagi mahasiswa bidang kajian Manajemen
Komunikasi khususnya dan mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi
umumnya sebagai perbendaharaan penelitian skripsi.
b. Memberikan masukan dan evaluasi bagi redaksi radio siaran GMR 104.4
FM dalam penyajian Acara Iwan Fals.
1.6 Alasan Pemilihan Masalah
Alasan penulis dalam memilih masalah ini, sebagai berikut:
1. Penulis ingin mengetahui tanggapan pendengar terhadap acara musik yang
hanya menyiarkan lagu-lagu dari satu penyanyi yaitu Acara Iwan Fals yang
disiarkan oleh radio GMR 104.4 FM Bandung dalam usahanya untuk
memenuhi kebutuhan pendengar akan acara yang bersifat hiburan.
2. Adanya kenyataan bahwa pendengar semakin selektif dalam memilih siaran
radio, maka perlu kreativitas dari para pengelola radio siaran dalam
menyajikan siaran-siarannya khususnya siaran yang mempunyai unsur
hiburan.
7
3. Penulis merasa tertarik pada LKK Mapenta – Unisba yang sering
mendengarkan acara-acara musik di radio GMR 104.4 FM termasuk Acara
Iwan Fals yang disiarkan sejak tahun 1996.
4. Adanya opini dari pendengar acara Iwan Fals di LKK Mapenta – Unisba
mengenai kurang ahlinya penyiar acara Iwan Fals ketika berbicara.
1.7 Pembatasan Masalah
Untuk mempermudah pembahasan, maka perlu kiranya dilakukan
pembatasan agar tidak terjadi salah pengertian. Adapun pembatasan masalah
dalam penelitian ini, sebagai berikut:
1. Permasalahan yang diteliti adalah tanggapan pendengar terhadap Acara Iwan
Fals yang meliputi intensitas siaran, bentuk penyajian, isi siaran kata, dan
ethos penyiar dalam menyiarkan Acara Iwan Fals pada radio GMR 104.4 FM
Bandung. Selama bulan Juli 2003 sampai dengan September 2003.
2. Pendengar yang dijadikan objek dari penelitian ini yaitu Lembaga Khusus
Kemahasiswaan Pencinta Alam Universitas Islam Bandung (LKK Mapenta –
Unisba).
1.8 Pengertian Istilah
Selanjutnya untuk pengertian istilah penulis merumuskannya sebagai
berikut:
1. Tanggapan adalah apa yang diterima oleh panca indra. (Poerwadarminta,
1989: 899)
8
2. Pendengar adalah sasaran komunikasi massa melalui radio siaran.
(Effendy, 1991: 84)
3. Acara Iwan Fals adalah salah satu nama program acara di radio GMR 104.4
FM Bandung yang menyiarkan musik yaitu lagu-lagu dari penyanyi yang
bernama Iwan Fals. (Rokhmat Sutaryana: PR Promotion/Announcer/Asst.
Chief Music Room GMR 104.4 FM)
4. Radio siaran (radio broadcast) adalah penyebaran secara elektronik
berbagai acara dalam bentuk kata-kata, musik, dan lain-lain yang sifatnya
audial (untuk didengarkan) kepada khalayak yang tersebar.
(Effendy, 1989: 301)
1.9 Anggapan Dasar
1. Radio siaran merupakan pemancar radio yang langsung ditujukan kepada
umum dalam bentuk suara dan mempergunakan gelombang radio sebagai
media. (Effendy, 1991: 165)
2. Intensitas merupakan kadar daya penyinaran terhadap sebuah objek yang
sedang direkam oleh kamera foto, televisi, radio atau film. (Effendy, 1989:
184)
3. Bentuk penyajian acara pada radio siaran harus memperhatikan unsur-unsur
yang terdapat dalam radio siaran, yakni:
a. Musik;
b. Kata-kata; dan
c. Efek suara (sound effect). (Effendy, 1991: 88)
9
4. Penyajian hal yang menarik dalam rangka penyampaian suatu pesan adalah
penting, karena publik sifatnya selektif. Begitu banyak pilihan di antara
sekian banyak media komunikasi, dan begitu banyak pula pilihan acara dari
sekian banyak acara dari setiap media. Dalam hubungan ini musik memegang
peranan yang sangat penting. Siapa orangnya yang tidak tertarik oleh musik ?
Di antara acara-acara musik yang memukau itulah pesan-pesan disampaikan
kepada para pendengar. (Effendy, 1991: 19)
5. Musik merupakan tulang punggung radio siaran. Orang menyetel pesawat
radio terutama untuk mendengarkan musik, karena musik merupakan hiburan.
(Effendy, 1991: 78)
6. Dalam pengemasan suatu acara tentunya tidaklah mudah. Dibutuhkan tenaga
yang cukup handal dalam pengemasannya. Adapun hal yang perlu
diperhatikan dalam pengemasan ini adalah kredibilitas komunikator yang
cukup terampil, yaitu yang dapat memenuhi syarat sebagai komunikator
seperti dikatakan oleh Rakhmat, dalam bukunya “Psikologi Komunikasi”
bahwa “Ethos atau faktor yang mempengaruhi efektifitas komunikator terdiri
dari kredibilitas, atraksi dan kekuasaan. Dan dua komponen yang terdapat
pada kredibilitas ialah keahlian komunikator dan kepercayaan komunikan
terhadap komunikator”. (Rakhmat, 2001: 256 – 257)
7. Siaran kata merupakan segala bahan siaran yang pokok isinya dilukiskan
dengan kata-kata (spoken words). (Effendy, 1991: 144)
8. Penelitian ini menggunakan teori Uses and Gratifications yang dikemukakan
leh Katz, Bumler & Gurevitch, teori ini menunjukkan bahwa yang menjadi
10
permasalahan utama bukanlah bagaimana media mengubah sikap dan perilaku
khalayak, jadi bobotnya ialah pada khalayak yang aktif yang sengaja
menggunakan media untuk mencapai tujuan khusus. (Effendy, 1993: 289)
1.10 Operasionalisasi Variabel
Pernyataan masalah dalam penelitian ini hanya mempunyai satu variabel
yaitu tanggapan pendengar terhadap acara Iwan Fals pada Radio Siaran GMR
104.4 FM Bandung.
Indikator I : Intensitas penyiaran acara Iwan Fals.
Alat ukur : - Frekuensi penyiaran acara Iwan Fals.
- Durasi penyiaran acara Iwan Fals.
- Waktu penyiaran acara Iwan Fals.
Indikator II : Bentuk penyajian acara Iwan Fals
Alat ukur - Musik atau lagu-lagu Iwan Fals
- Musik diselingi dengan iklan
- Musik diselingi dengan kata-kata (spoken words)
- Musik diselingi dengan sound effect.
Indikator III : Ethos penyiar
Alat ukur : - Kredibilitas meliputi keahlian penyiar dan kepercayaan
terhadap penyiar
- Daya tarik penyiar.
Indikator IV : Kata-kata yang digunakan penyiar
11
Alat ukur : - Mudah dimengerti tidaknya kata-kata yang digunakan
penyiar dalam acara Iwan Fals.
- Menarik tidaknya kata-kata yang digunakan penyiar dalam
acara Iwan Fals.
1.11 Metode Penelitian
Seperti yang didefinisikan oleh Issac dan Michael yang dikutip oleh
Jalaluddin Rakhmat dalam buku Metode Penelitian Komunikasi sebagai berikut:
“Metode deskriptif bertujuan untuk melakukan secara sistematik fakta atau
karakteristik populasi tertentu atau bidang tertentu secara faktual dan cermat”.
(Rakhmat, 2000: 22)
Jadi, metode deskriptif yaitu metode yang digunakan untuk memecahkan
masalah yang terjadi pada masalah sekarang atau masalah-masalah yang bersifat
aktual dengan memaparkan situasi-situasi atau peristiwa-peristiwa. Dan
penelitian ini tidak mencari atau menjelaskan hubungan dan tidak menguji
hipotesis ataupun membuat prediksi.
1.12 Teknik Penelitian
Adapun teknik pengumpulan data yang penulis gunakan adalah sebagai
berikut:
1. Wawancara, yaitu suatu teknik dalam memperoleh data primer dengan cara
tatap muka dan tanya jawab lisan kepada para anggota LKK Mapenta –
Unisba dan Bapak Rokhmat Sutaryana selaku PR Promotion/Announcer/Asst.
12
Chief Music Room GMR 104.4 FM sehubungan dengan Tanggapan Pendengar
Terhadap Acara Iwan Fals Pada Radio Siaran GMR 104.4 FM Bandung.
2. Studi kepustakaan, yaitu teknik pengumpulan data melalui buku-buku dan
artikel-artikel digunakan untuk melengkapi data penelitian yang dianggap
perlu. Dengan teknik ini diharapkan mendapat dukungan teori dalam
pembahasan masalah, yaitu dengan mengutip pendapat-pendapat dari para
ahli. Hal ini diharapkan akan memperjelas dan memperkuat pembahasan
masalah yang akan diuraikan.
3. Angket, yaitu cara pengumpulan data dengan menggunakan daftar pertanyaan
yang telah disusun secara tertulis dengan menggunakan skala pengukuran
nominal dimana setiap pilihan jawaban hanya membedakan dan tidak
diberikan nilai pada setiap pilihan jawaban dan kemudian disebarkan kepada
responden di LKK Mapenta – Unisba.
1.13 Populasi dan Sampel
Pengertian populasi menurut Jalaluddin Rakhmat yang tertuang dalam
bukunya Metode Penelitian Komunikasi, yaitu:
“Populasi adalah kumpulan objek penelitian, objek penelitian ini bisa
berupa orang, organisasi, lembaga, buku-buku, kata-kata, surat kabar, dan lain-
lain”. (Rakhmat, 2000: 78)
Populasi dalam penelitian ini adalah Lembaga Khusus Kemahasiswaan
Pencinta Alam Universitas Islam Bandung (LKK Mapenta – Unisba) yang
beranggotakan 376 orang berdasarkan penghitungan jumlah total anggota dari 22
13
angkatan sejak 15 Desember 1979 hingga 21 Februari 2004. (Ferdi Nasution:
Ketua LKK Mapenta – Unisba Periode 2003 – 2005)
Pemilihan populasi penelitian ini disesuaikan dengan fokus pendengar dari
radio siaran GMR yang mempunyai status sosial ekonomi menengah ke atas dan
berusia 20 – 35 tahun. LKK Mapenta – Unisba memiliki ciri-ciri yang sesuai
dengan fokus pendengar radio GMR dan biasanya pencinta alam cenderung
menyukai musik yang beraliran balada yang salah satunya adalah lagu-lagu Iwan
Fals berdasarkan pengamatan peneliti selama tujuh tahun berada di lingkungan
kegiatan LKK Mapenta - Unisba. Disamping itu pemilihan populasi juga karena
LKK Mapenta – Unisba merupakan kelompok pencinta alam dengan tingkat
pendidikan mahasiswa, sehingga diharapkan dapat memberikan masukan yang
berarti bagi penelitian ini.
Peneliti dalam penarikan sampel penelitian menggunakan sampel
nonprobabilitas yang disebut juga dengan rancangan sampel yang tidak
menggunakan prinsip kerandoman.
“Sampel nonprobabilitas adalah pengambilan sampel tertentu berdasarkan
pertimbangan-pertimbangan tertentu yang disebut juga dengan sampel
pertimbangan (judgemental sampling)”. (Rakhmat, 2000: 78)
Unit-unit sampel nonprobabilitas (n) diambil atau dipilih tidak mengikuti
hukum probabilitas, dimana masing-masing warga populasi dipilih dan
ditentukan sebagai sampel didasarkan atas pertimbangan-pertimbangan tertentu.
Pertimbangan-pertimbangan tersebut yaitu pada situasi dan kondisi yang
homogen mayoritas anggota LKK Mapenta – Unisba menyukai lagu-lagu Iwan
14
Fals karena pada umumnya lagu-lagu Iwan Fals mempunyai tema tentang alam
dan realitas kehidupan manusia yang merupakan bagian dari alam, dan dalam hal
ini terdapat kesesuaian dengan hakekat kepencinta alaman, dan disamping itu
berdasarkan pengamatan peneliti selama tujuh tahun berada di lingkungan
kegiatan LKK Mapenta - Unisba mayoritas anggota Mapenta - Unisba juga
mengetahui keberadaan Acara Iwan Fals yang disiarkan di radio GMR 104.4 FM
setiap hari Sabtu pukul 18.00 sampai dengan 21.00 WIB dan anggota Mapenta –
Unisba jarang memindahkan frekuensi unit radio yang terdapat di sekretariatnya
dari frekuensi GMR 104.4 FM dan selalu mendengarkan program-program acara
radio GMR 104.4 FM.
Dalam hubungannya dengan sampel nonprobabilitas, peneliti
menggunakan teknik penarikan sampel atau rancangan sampling (sampling
design) yaitu purposif sampling.
“Purposif sampling yaitu memilih orang-orang tertentu karena dianggap –
berdasarkan penilaian tertentu – mewakili statistik, tingkat signifikansi, dan
prosedur pengujian hipotesis”. (Rakhmat, 2000: 81)
Anggota LKK Mapenta – Unisba yang menjadi sampel penelitian dipilih
dan ditentukan oleh peneliti sebanyak 38 responden yang merupakan sepuluh
persennya dari 376 anggota LKK Mapenta – Unisba dan berdasarkan penilaian
dari peneliti sudah mewakili populasi karena pecahan sampel sepuluh persen
sering dianggap banyak penelitian sebagai ukuran sampel yang memadai.
(Rakhmat, 2000: 81)
15
1.14 Organisasi Karangan
Organisasi karangan pada penulisan sikripsi ini adalah sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang masalah
1.2 Perumusan masalah
1.3 Identifikasi masalah
1.4 Tujuan penelitian
1.5 Kegunaan Penelitian
1.6 Alasan pemilihan masalah
1.7 Pembatasan masalah
1.8 Pengertian istilah
1.9 Anggapan dasar
1.10 Operasionalisasi variabel
1.11 Metode penelitian
1.12 Teknik penelitian
1.13 Populasi dan sampel
1.14 Organisasi karangan
BAB II TINJAUAN TEORETIS
2.1 Komunikasi massa
2.1.1 Pengertian komunikasi massa
2.1.2 Karakteristik komunikasi massa
2.1.3 Fungsi komunikasi massa
2.1.4 Proses komunikasi massa
16
2.2 Radio siaran
2.2.1 Pengertian radio siaran
2.2.2 Karakteristik dan sifat radio siaran
2.2.2.1 Karakteristik radio siaran
2.2.2.2 Sifat radio siaran
2.2.3 Kedudukan radio siaran
2.2.4 Penyiar radio
2.2.4.1 Pengertian penyiar radio
2.2.4.2 Faktor ethos komunikator
2.2.5 Sifat pendengar radio
2.2.6 Penyajian siaran radio
2.2.6.1 Intensitas
2.2.6.2 Musik
2.2.6.3 Siaran kata
2.2.6.4 Iklan
2.2.6.5 Efek suara
2.3 Tinjauan model komunikasi
2.3.1 Model Uses and Gratifications
BAB III OBJEK PENELITIAN
3.1 Tinjauan Umum Tentang Radio Siaran GMR 104.4 FM
3.2.1 Program Acara Radio Siaran GMR 104.4 FM
3.2.2 Struktur Organisasi Radio Siaran GMR 104.4 FM
3.2 Tinjauan Tentang Acara Iwan Fals
17
BAB IV ANALISIS DATA PENELITIAN
4.1 Analisis Deskriftif Data Responden
4.2 Analisis Deskriptif Data Penelitian
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran – Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
18
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1 Komunikasi Massa
2.1.1 Pengertian Komunikasi Massa
Manusia harus hidup bermasyarakat, ia harus hidup bersama manusia lain,
baik demi kelangsungan hidupnya, maupun demi keturunannya. Dalam pergaulan
hidup manusia, dimana masing-masing individu satu sama lain beraneka ragam
akan terjadi interaksi, saling mempengaruhi demi kepentingan dan keuntungan
pribadi masing-masing terjadilah saling mengungkapkan pikiran dan perasaan
dalam bentuk komunikasi. Bentuk komunikasi manusia itu bermacam-macam,
tergantung sasarannya, salah satu diantaranya adalah komunikasi yang bisa
mencapai jumlah sasaran yang banyak, yaitu komunikasi massa.
Pada komunikasi massa, komunikasi yang dimainkan bersifat formal,
komunikator berbentuk organisasi dengan struktur tugas dan fungsi teratur
menjalankan media untuk menyebar luaskan informasi, mendidik, memberikan
penerangan, mempengaruhi, dan penyesuaian pesan bersifat umum. Dalam
komunikasi massa tidak ada yang rahasia bagi orang, sekelompok orang,
organisasi ataupun publik tertentu, seperti yang dikemukakan oleh Liliweri dalam
buku Komunikasi Antar Pribadi, yaitu:
“Isi pesan komunikasi massa tidak terbatas dan harus menjadi rahasia
umum”. (Liliweri, 1991: 64-65)
19
Werner I. Severin dan James W. Tankard, Jr. dalam buku Communication
Theories, Origins, Methods, Uses, mengemukakan sebagai berikut:
Komunikasi massa adalah sebagian keterampilan, sebagian seni, dan sebagian ilmu. Ia adalah keterampilan dalam pengertian bahwa ia meliputi teknik-teknik fundamental tertentu yang dapat dipelajari seperti memfokuskan kamera televisi, mengoperasikan tape recorder, atau mencatat ketika berwawancara. Ia adalah seni dalam pengertian bahwa ia meliputi tantangan-tantangan kreatif seperti menulis skrip untuk program televisi, mengembangkan tata letak yang estetis untuk iklan majalah, atau menampilkan teras berita yang memikat bagi sebuah kisah berita. Ia adalah ilmu dalam pengertian bahwa ia meliputi prinsip-prinsip tertentu tentang bagaimana berlangsungnya komunikasi yang dapat dikukuhkan dan dipergunakan untuk membuat berbagai hal menjadi lebih baik. (Effendy, 1998: 21)
Pendapat Joseph A. Devito dalam buku Communicology: An Introduction
to the Study of Communication, mengemukakan definisinya mengenai
komunikasi massa dengan lebih tegas, sebagai berikut:
Pertama, komunikasi massa adalah komunikasi yang ditujukan kepada massa, kepada khalayak yang luar biasa banyaknya. Ini tidak berarti bahwa khalayak meliputi seluruh penduduk atau semua orang yang membaca atau semua orang yang menonton televisi, agaknya ini berarti bahwa khalayak itu besar dan pada umumnya agak sukar untuk didefinisikan. Kedua, komunikasi massa adalah komunikasi yang disalurkan oleh pemancar-pemancar yang audio visual. Komunikasi massa barangkali akan lebih mudah dan lebih logis bila didefinisikan menurut bentuknya: televisi, radio, surat kabar majalah, film, buku, dan pita. (Effendy, 1998: 21)
Definisi yang paling sederhana tentang komunikasi massa dirumuskan
Bittner (1980: 10):
“Komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media
massa pada sejumlah besar orang”. (Rakhmat, 2001: 188)
20
Ahli komunikasi yang lain mendefinisikan komunikasi dengan
memperinci karakteristik komunikasi massa yaitu Gerbner (1967)
mengemukakan:
“Komunikasi massa adalah produksi dan distribusi yang berlandaskan
teknologi dan lembaga dari arus pesan yang kontinyu serta paling luas dimiliki
orang dalam masyarakat industri”. (Rakhmat, 2001: 188)
Dari pernyataan-pernyataan ditarik kesimpulan bahwa komunikasi massa
merupakan jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang
tersebar, heterogen, dan anonim melalui media yang salah satunya adalah radio
sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat.
2.1.2 Karakteristik Komunikasi Massa
Massa pada komunikasi massa adalah pembaca surat kabar atau majalah,
pendengar radio, penonton televisi yang memiliki sifat-sifat:
- Banyak jumlahnya. - Saling tidak mengenal. - Heterogen. - Tidak diorganisasikan. - Tidak dikenal oleh si pengirim atau komunikator. - Tidak dapat memberikan umpan balik secara langsung. (Wahyudi, 1986: 42)
Dengan melihat sifat-sifat massa diatas, media massa memiliki
karakteristik sebagai berikut:
1. Komunikasi massa bersifat umum.
Pesan yang disampaikan melalui media massa adalah terbuka untuk semua
orang. Tetapi meskipun sifatnya terbuka, ini tidak berarti bebas sama sekali.
21
Media massa merupakan sarana terorganisasikan dan terlembagakan, karenanya
komunikator media massa, seperti umpamanya penyiar dan wartawan radio adalah
komunikator terlembagakan yang dalam tugas pekerjaannya terbelenggu oleh
larangan-larangan, terutama dalam hubungannya dengan keamanan dan
ketertiban.
2. Komunikasi massa bersifat heterogen.
Perpaduan jumlah komunikan yang besar dengan keterbukaan dalam
memperoleh pesan-pesan komunikasi, erat sekali hubungannya dengan sifat
heterogen komunikan. Khalayak yang menjadi sasaran komunikasi massa terdiri
dari orang-orang yang heterogen, meliputi penduduk yang bertempat tinggal
dalam kondisi yang sangat berbeda, tingkat pendidikan yang tidak sama,
kebudayaan yang beragam, berasal dari berbagai lapisan masyarakat dengan
pekerjaan yang berjenis-jenis. Oleh sebab itu mereka berbeda pula dalam
kepentingan taraf hidup dan derajat kehormatan.
3. Media massa mengandung keserempakan.
Keserempakan disini adalah keserempakan kontak diantara komunikasi
dalam jarak jauh dari komunikator; dan komunikan ini berada dalam keadaan
terpisah. Radio dan televisi dalam hal ini melebihi media cetak, karena radio dan
televisi daya jangkaunya lebih jauh dan mudah menyampaikan suatu pesan,
karena inilah radio siaran yang pertama-tama menjadi incaran, jika terjadi
perebutan kekuasaan.
22
4. Komunikasi melembaga.
Komunikator dalam menyampaikan pesannya tidak atas nama pribadi,
melainkan suatu lembaga.
5. Komunikasi berlangsung satu arah.
Pada saat komunikasi berlangsung, komunikan tidak memberikan arus
balik kepada komunikator, kalaupun ada arus balik, berupa arus balik tertunda
(delayed feed back). (Effendy, 1998: 22 – 25)
Dari uraian diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa radio memiliki
karakteristik yang sama dengan media massa lainnya, hanya saja sifatnya yang
auditif sehingga memiliki kekurangan dan kelebihan yang berbeda dengan media
massa lainnya. Mengkaji karakteristik komunikasi massa tersebut, maka dapat
disimpulkan bahwa komunikator adalah orang yang mewakili lembaga, sehingga
merupakan suatu organisasi. Pesan komunikasi bersifat umum berdasarkan acara
radio yang diklasifikasikan berdasarkan usia, status sosial, dan sebagainya. Musik
juga merupakan pesan komunikasi yang menghibur dimana dalam
penyampaiannya bersifat satu arah sehingga arus balik komunikasi adalah arus
tertunda. Khalayaknya yang bersifat heterogen, anonim dan tersebar luas.
2.1.3 Fungsi Komunikasi Massa
Menurut Sean MacBride dan kawan-kawan dalam buku Aneka Suara, Satu
Dunia (Many Voices One World) mengatakan fungsi komunikasi massa dalam
tiap sistem sosial adalah sebagai berikut:
- Informasi: Pengumpulan, penyimpanan, pemrosesan, penyebaran berita, data, gambar, fakta dan pesan, opini dan komentar yang
23
dibutuhkan agar orang dapat mengerti dan bereaksi secara jelas terhadap kondisi internasional, lingkungan, dan orang lain, dan agar dapat mengambil keputusan yang tepat.
- Sosialisasi (pemasyarakatan): Penyediaan sumber ilmu pengetahuan yang memungkinkan orang bersikap dan bertindak sebagai anggota masyarakat yang efektif yang menyebabkan ia sadar akan fungsi sosialnya sehingga ia dapat aktif di dalam masyarakat.
- Motivasi: Menjelaskan tujuan setiap masyarakat jangka pendek maupun jangka panjang, mendorong orang menentukan pilihannya dan keinginannya, mendorong kegiatan individu dan kelompok berdasarkan tujuan bersama yang akan dikejar.
- Perdebatan dan diskusi: Menyediakan dan saling menukar fakta yang diperlukan untuk memungkinkan persetujuan atau menyelesaikan perbedaan pendapat mengenai masalah publik, menyediakan bukti-bukti yang relevan yang diperlukan untuk kepentingan umum dan agar masyarakat lebih melibatkan diri dalam masalah yang menyangkut kegiatan bersama di tingkat internasional, nasional, dan lokal.
- Pendidikan: Pengalihan ilmu pengetahuan sehingga mendorong perkembangan intelektual, pembentukan watak, dan pendidikan keterampilan serta kemahiran yang diperlukan pada semua bidang kehidupan.
- Memajukan kebudayaan: Penyebarluasan hasil kebudayaan dan seni dengan maksud melestarikan warisan masa lalu, perkembangan kebudayaan dengan memperluas horizon seseorang, membangunkan imajinasi dan mendorong kreativitas serta kebutuhan estetikannya.
- Hiburan: Penyebarluasan sinyal, simbol, suara, dan citra (image) dari drama, tari, kesenian, kesusastraan, musik, komedi, olah raga, permainan, dan sebagainya untuk rekreasi dan kesenangan kelompok dan individu.
- Integrasi: Menyediakan bagi bangsa, kelompok, dan individu kesempatan memperoleh berbagai pesan yang diperlukan mereka agar mereka dapat saling kenal dan mengerti dan menghargai kondisi, pandangan, dan keinginan orang lain. (Effendy, 1998: 27 – 28)
Diantara fungsi-fungsi komunikasi massa diatas, fungsi utama media
adalah sebagai media hiburan, dan hal ini diperkuat oleh Wahyudi dalam buku
Media Komunikasi Massa Televisi, yaitu: Communicative acts primarly intended
for amusement irrespective of any instrumental effect they might have. (Wahyudi,
1986: 44)
24
Dari paparan diatas, mengenai fungsi-fungsi komunikasi massa yang
begitu banyak itu Effendy dalam buku Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek
menyederhanakannya menjadi empat fungsi saja, yakni:
- menyampaikan informasi (to inform)
- mendidik (to educate)
- menghibur (to entertain)
- mempengaruhi (to influence). (Effendy, 1998: 31)
2.1.4 Proses Komunikasi Massa
Seperti halnya fungsi komunikasi massa, proses komunikasi massa tidak
jauh berbeda dengan proses komunikasi lainnya yang khas terhihat jelas bahwa
komunikasi massa bahkan teknologi modern dalam bentuk komunikasi massa itu
adalah essensial bagi komunikasi massa tersebut. (Pratikto, 1984: 74)
Menurut Wilbur Schramm, jika kita hendak melakukan komunikasi,
sekurang-kurangnya membuat tiga unsur, yaitu: the source (komunikator), the
message (pesan), dan the distination (komunikan). (Meinanda dan Jiwapraja,
1980: 111)
Meskipun berbagai pengertian komunikasi massa telah dikemukakan oleh
beberapa ahli, namun secara umum komunikasi massa merupakan suatu proses
penyampaian ide atau pesan dari komunikator kepada komunikan melalui media
massa.
25
Mengenai proses komunikasi massa, Drs.R.A Santoso menggambarkannya
sebagai berikut:
Gambar 2.1
Proses Komunikasi Massa
Sumber: Sastropoetro, 1987: 8
Keterangan gambar proses komunikasi massa di atas, sebagai berikut:
1. Sumber merupakan orang yang pertama memiliki gagasan mengenai sesuatu
yang akan disampaikan kepada komunikan.
2. Komunikator adalah yang bertugas menyampaikan gagasan yang dimiliki
sumber kepada komunikan dan sebelumnya komunikator lebih dahulu
melakukan encoding, yaitu merumuskan gagasan ke dalam pesan yang dapat
dimengerti oleh komunikan.
3. Media merupakan alat yang digunakan oleh komunikator dalam
menyampaikan pesan kepada komunikan.
4. Dengan menggunakan media massa, komunikator menyampaikan pesan
kepada komunikan. Pesan tersebut dirumuskan dahulu oleh komunikator
agar dapat menarik perhatian komunikan.
5. Sebelum sampai kepada komunikan, pesan mengalami proses decoding,
yaitu proses menafsirkan pesan yang dilakukan komunikan, agar komunikan
dapat memahami pesan yang diterimanya.
Sumber Kom.tor Media Pesan Media Kom.kan Effect
Encoding Decoding
26
Proses komunikasi ini sangat penting untuk dipahami karena untuk
menjalankan suatu strategi komunikasi terlebih dahulu harus memahami proses
komunikasi yang berlangsung, dalam hal ini adalah proses berlangsung
komunikasi massa khususnya radio sebagai media elektronik sehingga diharapkan
dapat menjalankan strategi komunikasi untuk mencapai efek dan tujuan yang
diinginkan.
2.2 Radio Siaran
2.2.1 Pengertian Radio Siaran
Radio merupakan salah satu jenis dari media komunikasi massa elektronik,
pengadaan radio sendiri telah dirintis para ahli sejak abad ke-19 dan berkembang
pada akhir abad ke-20, sejalan dengan perkembangan teknologi yang banyak
mendukung perkembangan radio itu sendiri. Di bidang teknologi, usaha untuk
menyempurnakan radio siaran itu telah mencapai kemajuan. Amstrong tahun
1933 memperkenalkan System Frequency Modulation (FM) sebagai
penyempurnaan Amplitude Modulation (AM) yang biasa digunakan radio siaran.
Dengan sistem baru ini, untuk pendengaran dapat dicapai fidelity yang lebih tinggi
dimana keuntungan FM dari AM yaitu:
1. Dapat menghilangkan interference (gangguan, pencampuran yang disebabkan cuaca, bintik-bintik matahari atau alat listrik)
2. Dapat menghilangkan interference yang disebabkan dua stasiun yang mengudara pada gelombang yang sama.
3. Dapat menyiarkan suara sebaik-baiknya bagi telinga manusia yang sensitif.
(Effendy, 1991: 24)
27
Dengan sistem FM, maka suara yang di terima oleh radio-radio di rumah
menjadi lebih bagus, bersih dan enak untuk didengarkan. Radio sebagai salah
satu media massa memiliki karakteristik cepat dalam menyampaikan pesan, luas
jangkauannya dalam arti tidak mengenal medan, tidak terikat waktu, ringan dan
dapat dibawa kemana pun, murah dan tidak memerlukan banyak konsentrasi,
karena radio hanya untuk didengarkan. Pengertian radio siaran menurut Peraturan
Pemerintah No.55 Tahun 1970 Pasal 1, yaitu:
“Radio siaran adalah pemancar radio yang langsung ditujukan kepada
umum dalam bentuk suara dan mempergunakan gelombang radio sebagai media”.
(Effendy, 1991: 165)
Radio merupakan sebuah media massa yang lebih bersifat pribadi, yang
senantiasa menyapa setiap pendengarnya sebagai individu. Radio selalu menuntut
partisipasi aktif pendengarnya dalam membayangkan hal-hal yang dikemukakan
oleh penyiar. Seperti yang dikemukakan oleh Theo Stokkink, bahwa:
“Radio adalah media yang buta, maka pendengarnya mencoba untuk
memvisualisasikan apa yang didengarnya dan mencoba menciptakan si pemilik
suara di dalam tayangan mereka sendiri”. (Stokkink, 1997: 101)
Radio siaran sebagai media massa yang mempunyai sifat yang khas yaitu
audial, untuk didengarkan, karena itu khalayak ketika menerima pesan-pesan dari
pesawat radio dengan tatanan mental yang pasif, tergantung pada jelas tidaknya
kata-kata yang diucapkan penyiar. Kelebihan radio siaran adalah pesan yang
disiarkan oleh komunikator dapat ditata menjadi suatu kisah yang dihiasi dengan
musik sebagai ilustrasi dan efek suara sebagai unsur dramatisasi dan oleh
28
khalayak dapat dinikmati dalam segala situasi, sedang makan, bekerja, berjalan,
bahkan sedang mengemudikan kendaraan.
2.2.2 Karakteristik dan Sifat Radio Siaran
2.2.2.1 Karakteristik Radio Siaran
Dalam perkembangannya, radio dijuluki “the fifth estate” atau kekuatan
kelima. Menurut Effendy dalam buku Radio Siaran Teori dan Praktek, radio
dianggap memiliki kekuatan yang begitu hebat dalam mempengaruhi massa
khalayak disebabkan oleh tiga faktor yang juga menjadi karakteristiknya, yaitu:
1. Daya langsung
Untuk mencapai sasarannya, yakni pendengar, isi programa yang akan
disampaikan tidaklah mengalami proses yang kompleks seperti pamflet,
penyebaran berita dengan surat kabar, penerangan dengan majalah, dan lain-lain
media yang bersifat cetak. Karena pada radio, setiap gagasan dapat dengan
mudah ditulis di atas kertas, kemudian tinggal dibacakan di depan corong radio,
sebanyak kali yang diinginkan. Pelaksanaannya berlangsung dengan mudah dan
cepat serta manfaat radio siaran “langsung” dimana suatu peristiwa dapat diikuti
oleh para pendengar pada saat peristiwa berlangsung, contohnya: Pidato Presiden,
upacara Hari Kemerdekaan, pertandingan sepak bola, siaran mesjid atau gereja
dan lain-lain dapat diikuti di saat peristiwa itu berlangsung.
2. Daya tembus
Faktor lain yang menyebabkan radio dianggap memiliki kekuatan kelima
ialah daya tembus radio siaran tidak mengenal jarak dan rintangan. Selain waktu,
29
jarak pun bagi radio siaran tidak menjadi masalah. Bagaimanapun jauhnya tempat
yang dituju, dengan radio siaran dapat dicapai. Gunung-gunung, lembah-lembah,
padang pasir, rawa-rawa maupun lautan semuanya tidak menjadi rintangan bagi
radio siaran.
3. Daya tarik
Faktor ketiga yang menyebabkan radio siaran mempunyai kekuasaan, ialah
daya tariknya yang kuat yang dimilikinya. Daya tarik ini ialah disebabkan
sifatnya yang serba hidup berkat tiga unsur yang ada padanya, yaitu: musik, kata-
kata, dan efek suara (sound effect). (Effendy, 1991: 75 – 77)
“Ketiga faktor itulah, yakni daya langsung, daya tembus dan daya tarik,
yang menyebabkan radio diberi julukan “the fifth estate” ”. (Effendy, 1991: 79)
2.2.2.2 Sifat Radio Siaran
Dalam operasionalisasi radio siaran perlu diperhatikan beberapa sifat yang
terdapat pada radio siaran yang mana dapat berpengaruh terhadap efektivitas
proses komunikasi yang disampaikan melalui radio siaran, Effendy telah
merumuskannya sebagai berikut:
a. auditori Sifat radio siaran adalah auditori, untuk didengar, karena hanya untuk didengar, maka isi siaran yang sampai ditelinga pendengar hanya sepintas lalu saja. Ini lain dengan sesuatu yang disiarkan melalui media surat kabar, majalah atau media dalam bentuk tulisan lainnya yang dapat dibaca, diperiksa dan ditelaah berulang kali. Pendengar yang tidak mengerti sesuatu uraian dari radio siaran tak mungkin meminta kepada pembicara agar mengulanginya lagi. Ia tidak melihat si pembicara dan apa yang diuraikan berlalu seperti angin. Begitu tiba ditelinganya, begitu hilang lagi. Pada saat ia mengingat-ingat untuk berusaha menyerap sesuatu perkataan yang tidak dipahaminya, pada saat itu pula perkataan dan kalimat lain datang
30
melanda. Semakin lama mengingat-ingat semakin banyak perkataan dan kalimat yang tidak dapat tertangkap yang bisa mengakibatkan seluruh uraian tidak dimengerti.
b. mengandung gangguan Setiap komunikasi dengan menggunakan saluran bahasa dan bersifat massal akan menghadapi dua faktor gangguan. Gangguan yang pertama ialah apa yang disebut “semantic noise factor” dan yang kedua ialah “Channel noise factor” atau kadang-kadang disebut “mechanic noise factor”. Memang radio siaran tidak merupakan media sempurna. Komunikasi melalui radio siaran tidak akan sesempurna seperti komunikasi antara dua orang secara berhadapan. Kalau tidak bersifat alamiah, maka gangguan itu bersifat teknis. Gelombang radio yang ditimbulkan oleh pancaran pemancar radio mendapat pengaruh dari sinar matahari. Akibatnya ialah isi siaran tidak dapat dipancarkan oleh gelombang yang mendukungnya secara leluasa. Oleh karena itulah, maka kebanyakan program-program penting banyak diselenggarakan pada malam hari, karena gangguan sinar matahari sedikit sekali, siaran diterima dengan baik. Gangguan yang berupa krotokan atau timbul-tenggelam (fading) yang disebabkan oleh alam mungkin sekali akan menjadi gangguan bagi pendengar dalam menangkap isi siaran. Gangguan teknis dapat juga berupa “interferensi” , yakni dua atau lebih gelombang yang berdempetan, sehingga membuat isi siaran sukar dimengerti. Selain itu juga gangguan “bersuit-suit” yang disebabkan pesawat radio tetangga (biasanya pesawat radio sederhana/murah) sering menjadi gangguan yang menjengkelkan. Dan banyak lagi gangguan lain yang sifatnya teknis yang mungkin timbul pada saat-saat para pendengar sedang menikmati sesuatu uraian pesawat radionya.
c. akrab Radio siaran sifatnya akrab, intim. Seorang penyiar radio seolah-olah berada di kamar pendengar yang dengan penuh hormat dan cekatan menghidangkan acara-acara yang menggembirakan kepada penghuni rumah. Demikian pula seorang penceramah. Ia seakan-akan datang di kamar pendengar dan memberikan uraian yang berguna kepada penghuni rumah sekeluarga. Setiap suara yang keluar dari pesawat radio seolah-olah diucapkan oleh orang yang ada disitu. Bagaikan seorang tamu yang datang beranjang-sana. Sifat itu tidak dimiliki oleh media lainnya (kecuali televisi yang merupakan saudaranya radio). Seseorang yang ingin mencari hiburan nonton film atau sandiwara, atau ingin mencari hiburan nonton film atau sandiwara, atau ingin mendengarkan ceramah di suatu tempat harus meninggalkan rumah. Dan ia bersama sejumlah banyak orang lainnya duduk melihat dan mendengarkan dari jarak jauh.
31
Tidak demikian dengan radio. Pendengar bersama penceramah atau juru hibur bersama-sama berada di dalam rumah. Mereka seolah-olah teman akrab. (Effendy, 1991: 82 – 84)
Sifat radio yang telah dikemukakan diatas yaitu auditori, hanya untuk
didengarkan sepintas lalu karena pendengar tidak bisa meminta untuk mengulangi
lagi suatu uraian kepada pembicara yaitu penyiar. Mengandung gangguan,
“semantic noise factor” yaitu suatu gangguan yang terjadi sebagai akibat faktor
bahasa, gangguan ini terjadi dalam berbagai bentuk misalnya akibat kesalahan,
pengucapan kata-kata tertentu oleh komunikator (penyiar) atau mungkin juga
akibat penggunaan kata-kata yang relatif asing bagi pendengar. “Channel noise
factor” yaitu suatu gangguan yang diakibatkan oleh masalah teknik atau karena
adanya gangguan pada perangkat keras pada radio siaran. Sifat yang terakhir
adalah akrab, maksudnya penyiar radio seolah-olah berada di dekat pendengar
dengan membawakan acara-acara yang menyenangkan bagi pendengar dan
pendengar dapat mendengarkan acara-acara di radio secara sendiri-sendiri
maupun bersama-sama.
2.2.3 Kedudukan Radio Siaran
Status badan penyiaran radio pada dasarnya dapat dibagi kedalam tiga
bagian, yaitu:
a. Badan penyiaran radio yang dimiliki dan diselenggarakan oleh pemerintah.
b. Badan penyiaran radio diselenggarakan sebagai public corporation (perum).
c. Badan penyiaran radio yang bersifat swasta dan mandiri secara Free Enterprise. (Effendy, 1993: 108)
32
Di Indonesia ada dua badan penyiaran radio, yaitu badan penyiaran radio
yang dimiliki dan diselenggarakan oleh pemerintah yang dikenal dengan Radio
Republik Indonesia (RRI) dan badan penyiaran radio yang dimiliki dan
diselenggarakan oleh non pemerintah yang bersifat komersial dan dikenal dengan
Radio Swasta Niaga, yang terhimpun dalam suatu organisasi yaitu Persatuan
Radio Siaran Swasta Nasional (PRSSNI), dan kedua bentuk radio siaran ini
mempunyai fungsi sosial yang sama. Mengenai fungsi sosial ini diatur dalam
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.55 Tahun 1970 Pasal 2 ayat 1, yaitu:
“Radio siaran harus berfungsi sosial, yaitu sebagai alat pendidikan, alat
penerangan dan alat hiburan”. (Effendy, 1991: 165)
Dengan demikian berarti semua radio siaran apa pun statusnya ikut
mensukseskan program pemerintah, radio siaran sebagai media massa telah
dirasakan manfaatnya oleh masyarakat karena merupakan alat pendidikan dan
penerangan yang aktif, kreatif bagi penghidupan orang banyak. Pesatnya radio-
radio siaran non pemerintah baik yang bersifat komersial maupun non komersial,
perlunya diimbangi dengan usaha pembinaan dan pengaturan dalam bentuk
peraturan pemerintah, antara lain dengan mengatur fungsi, hak, kewajiban, dan
tanggung jawab radio siaran.
2.2.4 Penyiar Radio
2.2.4.1 Pengertian Penyiar Radio
Penyiar radio adalah orang yang menyajikan materi siaran radio kepada
para pendengar. Dimana materi siaran tersebut adalah hasil yang telah diolah oleh
33
bagian produksi siaran berdasarkan programa yang telah disusun oleh staf khusus.
Sampainya sebuah acara kepada para pendengar adalah hasil kerjasama penyiar,
operator siaran dan petugas pemancar. Dalam proses penyiaran tidak selalu orang
yang berbicara di depan mikrofon adalah penyiar, bisa juga tamu dari luar yang
diminta oleh stasiun radio untuk memberikan penerangan atau pendidikan kepada
masyarakat.
Di samping pengertian mengenai penyiar, perlu sekiranya untuk
mengetahui pengertian penyiaran. Seorang ahli radio siaran Ben H. Henneke
memberikan definisi mengenai penyiaran (announcing) sebagai berikut:
“Penyiaran adalah tak lain hanya suatu usaha untuk mengkomunikasikan informasi – untuk memberitahukan sesuatu. Meskipun informasi tersebut dapat mencapai jutaan pendengar, namun ditujukannya kepada pendengar secara perorangan, dan komunikasi tersebut akan sempurna apabila si pendengar mendengar, mengerti, merasa tertarik, lalu melakukan apa yang ia dengar itu”. (Effendy, 1991: 126 – 127)
Dari pendapat ahli radio siaran diatas dapat diketahui bahwa komunikasi
melalui radio siaran bukan hanya sekedar menyampaikan informasi, bukan saja
agar pendengar mengerti dan tertarik, tetapi lebih daripada itu, agar pendengar
melakukannya. Dan hal ini sependapat dengan Carl I. Hovland dan Harold D.
Lasswell, yaitu bahwa komunikasi berfungsi untuk merubah tingkah laku dan
menimbulkan efek tertentu. Dalam proses penyiaran pada radio siaran, seorang
penyiar harus memperhatikan sifat-sifat pendengar radio yaitu bersifat pribadi
(personal), anonim dan heterogen, selektif dan aktif. Karena sifat-sifat pendengar
radio tersebut, diperlukan seorang penyiar yang memiliki kualifikasi yang tepat
dan berkeinginan untuk memahirkan dirinya dalam lapangan penyiaran radio.
34
Sehubungan dengan itu, Columbia Broadcasting System (CBS) menyatakan dua
hal yang diisyaratkan dalam kecakapan penyiar (announcer’s skill), sebagai
berikut:
1. Gaya bicara yang baik dan pengucapan yang cermat, tidak mengandung logat daerah (Excellent diction and accurate pronouncing not identifiable with any particular section).
2. Kepribadian suara yang mengudarakan yang khas tanpa dibuat-buat (Voice and air personality which is distinguished without affectation). (Effendy, 1991: 130)
Sebelum melakukan kegiatan penyiaran, seorang penyiar perlu kiranya
untuk melakukan persiapan dengan seksama, agar dalam pengutaraannya nanti
tidak terbata-bata. Dan hal ini juga bagi siapa saja yang akan menghadapi
mikrofon radio siaran, baik yang sudah biasa maupun yang belum biasa
menghadapi mikrofon. Hal apa saja yang akan diudarakan sebaiknya dipelajari
terlebih dahulu sebelumnya dan pada umumnya terdapat dua teknik yang
digunakan oleh penyiar yaitu:
1. Teknik ad libitum
Ad libitum berarti berbicara santai sebagaimana seseorang
menghendakinya. Dimana pada teknik ini penyiar melakukannya bebas tanpa
menggunakan naskah. Biasanya penyiar yang menggunakan teknik ini disenangi
oleh pendengarnya karena berbicara dengan bebas dan fasih tetapi juga dengan
bahasa yang benar, jelas dan tegas pengutaraannya. Beberapa hal yang harus
diperhatikan oleh penyiar dalam penggunaan teknik ini adalah sebagai berikut:
35
a. Mencatat pokok-pokok yang penting.
Hal ini perlu dilakukan oleh penyiar agar dalam pengutaraannya nanti
berlangsung secara sistematis dan selesai tepat pada waktunya.
b. Memelihara hubungan dengan pendengar.
Seperti yang sudah diutarakan pada pembahasan sebelumnya bahwa
pendengar sifatnya selektif dimana ia akan memilih-milih acara-acara yang ia
senangi dan ketika ia menemukan acara yang ia senangi belum tentu ia
mengetahui stasiun radio mana yang ia tangkap. Oleh karena itulah penyiar
perlu sekiranya menyebutkan stasiunnya dengan cara yang bervariasi bukan
dengan kalimat yang monoton atau itu-itu saja.
c. Menguasai istilah-istilah khusus (jargon).
Disini penyiar harus memiliki pengetahuan umum yang luas terlebih lagi
mengenai istilah-istilah khusus yang ada hubungannya dengan sesuatu bidang
dalam kehidupan masyarakat. Penyiar yang mempunyai penguasaan terhadap
jargon-jargon ini bukan saja dapat memperlancar pengutaraan tetapi juga akan
meningkatkan nilai diri penyiar dipandang dari pihak pendengar.
d. Menggunakan bahasa sederhana.
Dimana penyiar harus menggunakan kata-kata yang umum dan lazim yang
terdapat dikalangan masyarakat dan kalimat-kalimat yang tidak terlalu
panjang sehingga tidak terjadi salah pengertian di pihak pendengar dan
pendengar juga mendapatkan informasi yang jelas.
36
e. Mencegah pengucapan kata-kata tak wajar.
Bukan tidak mungkin seorang penyiar mengucapkan kata-kata yang tidak
wajar pada waktu ia berbicara secara ad libitum. Dan yang termasuk kata-kata
yang tak wajar adalah kata-kata cabul dan yang menyinggung perasaan
seseorang yang menyangkut soal kesukuan, agama atau cacat badaniah.
Untuk mencegah hal ini, penyiar harus menyadari bahwa dirinya adalah
komunikator terlembagakan (institutionalized communicator) yang berbicara
kepada pendengar bukan atas nama dirinya tapi atas nama lembaga yang ia
wakili, dalam hal ini stasiun radio.
2. Teknik membaca naskah
Teknik lain yang biasanya digunakan oleh penyiar adalah membaca
naskah. Ada naskah yang dibikin sendiri oleh penyiar atas prakarsanya sendiri
yang ia susun di atas kertas (ad libitum) dan ada juga naskah yang dibuat oleh
orang lain yang harus dibacakan oleh penyiar. Dalam hubungan ini, naskah
apapun yang penyiar utarakan haruslah seolah-olah diucapkan secara ad libitum;
tidak terdapat nada dibaca. (Effendy, 1991: 131 – 134)
Suksesnya tugas dan pekerjaan penyiar bukan saja karena kecakapannya,
tetapi juga keterampilannya. Berikut ini adalah beberapa hal yang termasuk
keterampilan penyiar, sebagai berikut:
1. Menyediakan waktu sebelum mengudara, minimal 15 menit sebelum siaran
dimulai untuk mempersiapkan segala sesuatunya yang diperlukan untuk
siaran.
2. Mempelajari acara siaran.
37
3. Menghubungi operator sebelum siaran dimulai karena bagaimanapun baiknya
seorang penyiar dalam membawakan sebuah acara, tanpa bantuan operator
tidak akan berhasil sebagaimana yang diharapkan. Disinilah diperlukan
kerjasama yang baik antara penyiar dengan operator.
4. Bertindak cepat dan bijaksana apabila menjumpai suatu problema secara tiba-
tiba selama tidak menyimpang dari kebijaksanaan atau policy dari stasiun
radio yang diwakilinya. (Effendy, 1991: 135 – 136)
Keterampilan penyiar yang diterangkan diatas sangat mempengaruhi
kesuksesan dari acara yang dibawakannya.
2.2.4.2 Faktor Ethos Komunikator
Untuk lebih memperkuat pembahasan mengenai komunikator dalam
halnya disini adalah penyiar, penulis juga akan menjelaskan mengenai ethos
komunikator atau penyiar.
Aristoteles menyebutkan bahwa karakter komunikator adalah sebagai ethos yang terdiri dari pikiran baik, akhlak yang baik, dan maksud yang baik (good sense, good moral character, good will). Hovland dan Weiss menyebutkan bahwa ethos ini adalah credibility yang terdiri dari dua unsur yaitu expertise (keahlian) dan trustworthiness (dapat dipercaya). Namun terdapat dua unsur lainnya dari ethos yaitu atraksi komunikator (source attractiveness) dan kekuasaan komunikator (source power). (Rakhmat, 2001: 256)
a. Kredibilitas
Kredibilitas adalah seperangkat persepsi komunikan tentang sifat-sifat
komunikator. Karena kredibilitas merupakan masalah persepsi maka kredibilitas
bergantung pada pelaku persepsi (komunikan), topik yang dibahas, dan situasi.
38
Kredibilitas tidak terdapat pada diri komunikator tetapi terletak pada persepsi
komunikan terhadap komunikator dan komponen kredibilitas ini adalah keahlian
dan kepercayaan.
“Keahlian adalah kemampuan pada komunikator terhadap topik yang
dibahas sehingga menimbulkan kesan pada komunikan”. (Rakhmat, 2001: 259)
Komponen kedua dari kredibilitas adalah kepercayaan dan pengertiannya adalah:
“Kepercayaan adalah penilaian komunikan atau pendengar terhadap watak
dari komunikator atau penyiar dimana Aristoteles mengatakan hal ini adalah
“good moral character” dan Quintillianus menulisnya sebagai “a good man
speaks well” atau orang yang berbicara baik”. (Rakhmat, 2001: 260)
Jadi yang dinilai dalam kepercayaan ini adalah dapat dipercaya atau
tidakkah komunikator atau penyiar dalam menyampaikan informasi pada siaran
kata dalam proses penyiaran.
b. Atraksi (attactiveness)
Atraksi atau attactiveness bisa disebut juga dengan daya tarik, disini yang
dimaksud adalah daya tarik komunikator atau penyiar. Dalam pembahasan
mengenai daya tarik komunikator atau penyiar, penulis tidak akan membahas daya
tarik komunikator dilihat dari fisik, tetapi daya tarik komunikator atau penyiar
dilihat dari kemampuannya untuk berempati terhadap komunikan atau pendengar,
kemampuannya untuk merasakan kesamaan dengan komunikan. Herbert W.
Simons (1976) mengatakan kesamaan ini adalah kesamaan disposisional
(dispositional similarity).
39
“Kesamaan disposisional atau dispositional similarity adalah komunikator
mempersamakan dirinya dengan komunikan dengan menegaskan persamaan
dalam kepercayaan, sikap, maksud, dan nilai-nilai sehubungan dengan suatu
persoalan”. (Rakhmat, 2001: 263)
2.2.5 Sifat Pendengar Radio
Sasaran dari komunikasi massa yang disampaikan melalui media radio
siaran adalah pendengar. Komunikasi yang dilancarkan melalui radio siaran
dikatakan efektif apabila pendengarnya terpikat perhatiannya, tertarik minatnya,
mengerti, tergerak, hatinya dan melakukan kegiatan yang diinginkan oleh
komunikator (penyiar). Sifat pendengar radio siaran, dijelaskan oleh Effendy
dalam bukunya Radio Siaran Teori dan Praktek yakni sebagai berikut:
a. Heterogen.
Pendengar adalah massa, mereka bersifat heterogen, dimana keberadaan
mereka terpencar-pencar sehingga satu sama lain tidak saling mengenal.
Disamping itu mereka juga berada dalam berbagai hal seperti jenis kelamin, usia,
agama, keinginan, cita-cita, dan sebagainya.
b. Pribadi.
Pendengar radio berada terpencar-pencar, yang umumnya berada di rumah
maka sesuatu pesan akan dapat diterima dan dimengerti kalau sifatnya pribadi,
sesuai dengan situasi dimana pendengarnya berada.
c. Aktif.
40
Pendengar radio pada dasarnya bersifat aktif, berpikir, aktif melakukan
interpretasi apabila radio mempunyai sesuatu yang menarik dari stasiun radio,
maka pendengar akan bertanya pada diri sendiri, apakah pesan yang disampaikan
benar atau tidak.
d. Selektif.
Pendengar radio sifatnya selektif ia bahkan memilih program radio siaran
yang disukai apabila ada program radio yang kurang disukainya, pendengar
dengan mudah dapat memindahkan jarum gelombang untuk mencari program
yang lain. (Effendy.1991: 85 – 86)
Dewasa ini banyaknya stasiun radio siaran yang beraneka ragam jenis
siarannya yang masing-masing berlomba-lomba untuk menarik perhatian
pendengar. Siaran yang tidak sesuai dengan selera pendengar sudah tentu akan
tidak diterima oleh para pendengar. Oleh karena itulah dalam proses komunikasi
massa, unsur pendengar banyak di teliti, karena sasaran dalam komunikasi massa
adalah masyarakat yang memiliki berbagai banyak perbedaan yakni perbedaan
sosiologis, psikologis, edukatif, kultural dan bahkan juga politis dan ekonomi.
2.2.6 Penyajian Siaran Radio
2.2.6.1 Intensitas
Waktu siaran penting sekali untuk dijadikan pemikiran oleh penata acara
siaran, karena pendengar pada waktu-waktu tertentu, berlainan dalam
kebiasaannya dalam kehidupannya sehari-hari. Karena itu bahan siaran harus
41
disesuaikan dengan kebiasaan pendengar, baik bahan dalam bentuk ceramah,
pendidikan atau penerangan, penyajian hiburan, dan sebagainya.
Waktu siaran terbagi dalam empat bagian, yakni: - Pagi - Siang - Petang - Malam. (Effendy, 1991: 121)
1. Acara pagi
Acara hiburan di pagi hari adalah sebagai pendorong untuk bekerja
gembira, baik sekali disajikan siaran hiburan hidup (bukan yang direkam
sebelumnya) dan warta berita yang merupakan sisa dari berita-berita malam yang
tidak sempat disiarkan atau berita-berita ulangan yang penting yang terjadi di
malam harinya. Pada waktu ini bisa juga disiarkan acara musik yang memacu
semangat untuk pendengar yang akan bekerja.
2. Acara siang
Suasana siang berlainan dengan suasana pagi, yang mendengarkan
kebanyakan adalah para ibu rumah tangga. Untuk acara siang, untuk siaran yang
sifatnya hiburan baik sekali disajikan acara musik yang tenang.
3. Acara petang
Siaran petang ditujukan kepada anak-anak dan orang dewasa yang baru
pulang kerja antara jam 17.00 dan 18.00. Untuk siaran hiburan baik sekali
menyajikan acara-acara yang sifatnya santai.
4. Acara malam
Waktu yang terbaik (prime time) dalam siaran radio adalah pada malam
hari antara jam 19.00 dan 23.00. Pada waktu tersebut secara alamiah siaran radio
42
dapat diterima sebaik-baiknya dibandingkan dengan waktu-waktu lainnya, juga
pada umumnya jumlah pendengar yang terbanyak akan berada di rumahnya
masing-masing. Maka, program radio sebaiknya merupakan top program, seperti:
ceramah penerangan atau pendidikan, siaran hiburan, dan sebagainya hendaknya
merupakan program acara yang terbaik dan meminta perhatian pendengar yang
terbanyak. (Effendy, 1991: 121 – 122)
Untuk kesempurnaan produksi dan penyajian siaran, perlu dilakukan
perencanaan sebagai berikut:
- Rencana Siaran Bulanan
- Rencana Siaran Pekanan
- Rencana Siaran Harian. (Effendy, 1991: 123)
1. Rencana Siaran Bulanan
Acara bulanan disusun hanya pada garis besarnya saja dimana setiap mata
siaran diberi berwarna untuk memudahkan peninjauan secara menyeluruh untuk
selama sebulan. Jenis mata siaran ditentukan oleh staf siaran dalam suatu
pertemuan yang khusus untuk membahas kesempurnaan produksi siaran,
meninjau kekurangan-kekurangan pada waktu-waktu yang sudah-sudah dan
menetapkan hal-hal yang akan memuaskan para pendengar. Peninjauan terhadap
produksi siaran ini biasanya dilakukan setiap tiga bulan sekali. Di negara-negara
yang sudah maju, penelitian terhadap pendengar (audience research) ini
dilakukan secara luas sekali, sehingga dengan demikian dapat diketahui kebiasaan
pendengar sehari-hari, apa yang disukainya, apa yang diinginkannya, dan
sebagainya.
43
Berdasarkan hasil penelitian itu, maka siaran yang disajikan benar-benar
mendekati hasrat pendengar. Dalam skema bulanan ini belum ditentukan nama
perkumpulan yang akan mengisi mata siaran dan nama lagu-lagu yang akan
disajikan, akan tetapi baru jenis mata siarannya saja. Sehubungan dengan itu,
dapat ditetapkan beberapa warna untuk jenis acara tertentu, misalnya:
- Siaran pemberitaan dan Penerangan - merah muda
- Siaran Pendidikan - hijau muda
- Siaran Kebudayaan - coklat muda
- Siaran Hiburan - biru muda
- Siaran lain-lain - lembayung
Kertas yang dipergunakan untuk skema yang diberi warna ini sebaiknya
kertas berkotak-kotak yang cukup panjang untuk secara horisontal
menggambarkan keadaan waktu mulai pukul 06.00 sampai pukul 24.00 dengan
satu kotak untuk periode 15 menit, dan cukup lebar untuk menggambarkan
keadaan dan hari ke hari sebanyak 31 hari, dimana satu kotak diperuntukkan satu
hari. Acara bulanan ini sudah harus selesai satu setengah bulan sebelum acara
dilaksanakan. Surat-surat undangan sebulan sebelumnya sudah harus disebarkan,
dan dalam surat permintaan untuk mengisi mata acara itu dimintakan sekaligus
lagu-lagu yang akan dihidangkan. Berdasarkan skema bulanan ini dapat
ditentukan perkumpulan mana yang akan mengisinya, dengan disesuaikan dengan
anggaran biaya yang disediakan.
44
2. Rencana Siaran Pekanan
Rencana Siaran Pekanan meliputi acara siaran untuk selama tujuh hari,
dimulai hari Minggu dan diakhiri hari Sabtu. Acara-acara ini merupakan
penjabaran dari Rencana Siaran Bulanan. Judul dan jenis serta
penyelenggaraannya sudah dicantumkan apakah siaran hidup atau direkam
sebelumnya.
Dalam Rencana Siaran Pekanan ini dapat dicantumkan nama-nama
penyiar dan operator untuk masing-masing acara. Jelas tertera nama-nama
penyiar dan operator yang bertugas pagi, siang, petang, atau malam.
Dicantumkan pula nama-nama petugas cadangan apabila petugas yang seharusnya
mendadak berhalangan, hal ini dimaksudkan agar para penyiar dan operator
tersebut dapat menyiapkan diri untuk penyajian dan pengutaraan, sehingga pesan-
pesan yang sampai kepada para pendengar benar-benar dapat diterima,
dimengerti, dan disenangi.
3. Rencana Siaran Harian
Rencana Siaran Harian merupakan penjabaran dari Rencana Siaran
Pekanan, yang lengkap terinci dari menit ke menit mulai dari pembukaan sampai
penutup siaran. Rencana Siaran Harian merupakan naskah pegangan penyiar dan
operator, sehingga produk siaran yang keluar dari pesawat radio di rumah-rumah
pendengar merupakan hasil kerja sama dan prestasi bersama-sama penyiar dan
operator. Dalam naskah (script) itu antara lain dicantumkan:
- Judul acara, penyelenggara, dan pimpinan atau produsernya;
45
- Nama lagu disertai band/orkes yang memainkannya dan nama pemimpinnya,
pencipta lagu dan biduan/biduanita yang menyanyikannya;
- Jenis penyajian, apakah siaran hidup, piringan hitam, atau kaset;
- Studio yang digunakan untuk siaran hidup, pembacaan berita, dan lain-lain;
- Nama-nama penyiar, penyiar khusus, pembaca berita, dan sebagainya;
- Nama-nama operator yang bertugas.
Bukan tidak mungkin bahwa dalam perencanaan siaran terjadi perubahan.
Dengan perencanaan yang baik, perubahan yang bisa terjadi sewaktu-waktu dapat
ditangani dengan segera, sehingga hidangan kepada para pendengar tetap
memuaskan. (Effendy, 1991: 123 – 125)
2.2.6.2 Musik
Dalam penggolongan bahan siaran yang dianut oleh badan-badan radio
siaran di dunia berdasarkan unsur acara siaran terdapat salah satunya adalah siaran
seni suara.
“Sedang yang dimaksud dengan seni suara adalah segala bentuk kesenian
yang pokok isinya dilukiskan dengan musik”. (Effendy, 1991: 114)
Jadi, musik termasuk pada siaran seni suara dan musik ini bisa seperti:
serious music, light music, dance, variety, dan sebagainya. Terhadap pengertian
seni suara ini terdapat tafsiran yang berbeda-beda, ada yang mengartikan suara
sebagai terjemahan dari tone, tapi ada pula yang menafsirkan sebagai terjemahan
dari voice. Disamping istilah seni suara ini terdapat pula istilah seni bunyian
(bunyian terjemahan dari tone) dan seni tetabuhan (tetabuhan adalah suara
46
instrument), namun ada pula yang memberikan pengertian toon kunst atau musik.
Tetapi walau pun begitu, baik tone (musik) dan voice merupakan satu paduan atau
kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.
Musik dalam penggolongan acara siaran berdasarkan maksud dan tujuan
menurut pedoman Unesco termasuk ke dalam bagian siaran hiburan
(entertainment) dan jenis di dalam acara siaran hiburan terbagi ke dalam empat
golongan, yaitu:
1. Musik daerah (populer) (Local music)
2. Musik Indonesia (populer) (National music)
3. Musik asing (Foreign music)
4. Hiburan ringan (Light entertainment). (Effendy, 1991: 118)
Yang dimaksud dengan musik Indonesia adalah corak musik yang telah dirasakan dan diterima sebagai milik nasional, yakni: 1. Lagu-lagu seriosa 2. Lagu-lagu populer (hiburan) 3. Lagu-lagu keroncong 4. Lagu-lagu hawaian 5. Lagu-lagu melayu. (Effendy, 1991: 120)
Dari paparan diatas kita dapat melihat betapa pentingnya acara musik pada
radio siaran, dan perlu diketahui bahwa dalam suatu siaran radio, musik biasanya
ditempatkan di awal acara untuk menarik perhatian pendengar. Jadi wajarlah
apabila musik dikatakan sebagai tulang punggung radio siaran dan petugas radio
siaran berusaha agar segala macam programa menjadi bersifat hiburan dengan
menggunakan musik.
47
2.2.6.3 Siaran Kata
Dalam penggolongan bahan siaran yang dianut oleh badan-badan radio
siaran di dunia berdasarkan unsur acara siaran terdapat salah satunya adalah siaran
kata
“Yang dimaksud dengan siaran kata ialah segala bahan siaran yang pokok
isinya dilukiskan dengan kata-kata (spoken words)”. (Effendy, 1991: 114)
Beberapa bahan yang termasuk siaran kata dijadikan bagian-bagian
tersendiri seperti: news features and dramas, talks and discussions, outside
broadcast, special events, dan lain-lain.
Radio siaran adalah “makanan” telinga, untuk didengarkan, hal-hal yang
dapat dipahami melalui indera telinga. Karena itu apa yang disajikan untuk di
baca belum tentu dapat dimengerti apabila dihidangkan melalui radio siaran
misalnya, susunan berita untuk surat kabar tidak akan mencapai tujuannya apabila
dibacakan di depan mikrofon radio siaran dan susunan untuk pidato dalam rapat
di alun-alun tidak akan sukses jika dibacakan di depan corong radio karena pada
radio siaran terdapat gaya tersendiri yang disebut dengan radio style atau gaya
radio. Di Amerika Serikat, tempat lahirnya radio style sudah terdapat ketentuan-
ketentuan mengenai bentuk dan susunan kalimat untuk radio siaran, kata-kata
yang boleh dipergunakan dan yang harus dihindari pemakaiannya. Bahkan telah
diselidiki kata-kata mana yang besar daya penerimaannya dan juga sudah
ditentukan pula bagaimana cara membawakannya pada suatu acara melalui
gelombang pendek, sehingga apa yang diucapkan oleh penyiar tidak hilang ditelan
gelombang fading sewaktu tiba di telinga pendengar.
48
“Fading adalah gelombang radio yang timbul tenggelam yang biasanya
pada gelombang pendek”. (Effendy, 1991: 115)
Pemakaian kata-kata tersebut adalah pemakaian kata-kata yang sinonim
yang sudah disusun menjadi daftar yang panjang untuk menjadi pegangan penyiar,
dimana ditentukan kata-kata yang ringan untuk diucapkan dan akan jelas
ditangkap oleh pendengar, sebagai contoh:
- “kalau” lebih baik daripada “apabila”
- “wafat” lebih baik daripada “meninggal dunia”
- “pergi” lebih baik daripada “berangkat”
“Faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya radio style atau gaya radio
ini adalah sifat radio siaran dan sifat pendengar radio”. (Effendy, 1991: 82)
Sifat radio siaran yaitu: auditori, mengandung gangguan dan akrab.
Sedangkan sifat pendengar radio yaitu: heterogen, pribadi, aktif dan selektif.
Berdasarkan hal itulah maka bahasa yang tepat digunakan dalam radio siaran
adalah bahasa yang bergaya yaitu bahasa yang disusun dan diatur sedemikian rupa
untuk memperoleh daya guna yang sebesar-besarnya dan benar-benar dapat
menyalurkan pesan yang disampaikan penyiar kepada pendengar, dalam hal ini
adalah isi siaran yang disampaikan oleh penyiar kepada penggemarnya. Jadi,
gaya bahasa di radio berdasarkan sifat radio siaran yang auditori, mengandung
gangguan dan akrab sebaiknya menggunakan, sebagai berikut:
- Kata-kata yang sederhana - Angka-angka yang dibulatkan - Kalimat-kalimat yang ringkas - Susunan kalimat yang akurat - Susunan kalimat yang bergaya obrolan. (Effendy, 1991: 87)
49
Berdasarkan sifat pendengar radio yang heterogen, pribadi, aktif dan selektif,
maka sebaiknya menggunakan, sebagai berikut:
- Kata-kata yang umum dan yang lazim dipakai - Kata-kata yang tidak melanggar kesopanan - Kata-kata yang mengesankan - Pengulangan kata-kata yang penting - Susunan kalimat yang logis. (Effendy, 1991: 87 – 88)
Jadi, bagaimana pun kata-kata yang digunakan penyiar dalam radio siaran
haruslah disadarinya bahwa yang akan menikmatinya bukan penyiar itu sendiri
dan jangan menggunakan kata-kata, kalimat, bahasa yang seolah-olah memberi
pelajaran kepada orang-orang bodoh karena penyiar bukan berbicara kepada
pendengar melainkan berbicara dengan para pendengar, dan yang harus disadari
oleh penyiar bahwa pendengar adalah orang-orang yang berlainan dalam
pendidikan, kebudayaan, kedudukan, keahlian, dan sebagainya. Oleh karena itu,
kata-kata yang digunakan haruslah dengan kata-kata yang bergaya obrolan
(conversational) dengan tema yang umum dan kata-kata serta istilah yang dikenal
sehari-hari karena kalau pendengar dibingungkan oleh kata-kata, kalimat, bahasa
dan hubungan ide yang satu dengan yang lainnya maka pendengar akan segan
untuk mendengarkan suatu uraian lebih lanjut.
2.2.6.4 Iklan
Menurut sejarah radio, sejak tahun-tahun pertama setelah radio siaran
dimulai di Amerika Serikat, radio siaran bersifat komersial dan dalam
komersialisasi ini, advertising atau periklanan memegang peranan penting.
Periklanan radio mengalami kemajuan dalam teknik penyajiannya sesuai dengan
50
perkembangan teknolgi yang semakin maju. Pengertian periklanan menurut The
Random House Dictionary of The English Languange adalah:
“Menjelaskan atau menyajikan suatu produk, organisasi, gagasan, dan
lain-lain, melalui media komunikasi utuk membujuk khalayak agar membeli,
mendukung, atau menyetujuinya”. (Effendy, 1991: 102)
Dari pengertian periklanan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
periklanan bisa bersifat informatif seperti iklan pernikahan, kematian, lelang, dan
sebagainya serta periklanan yang bersifat persuasif seperti penawaran mobil,
sepeda motor, produk barang dan sebagainya.
Periklanan pada hakekatnya adalah komunikasi pemasaran dengan jalan
menyewa suatu media atau media massa. Pada radio siaran, periklanan terdiri dari
tiga jenis, sebagai berikut:
1. Iklan yang dibacakan.
2. Iklan yang diolah dengan musik dan efek suara.
3. Iklan yang disponsori. (Effendy, 1991: 108)
1. Iklan yang dibacakan
Iklan yang dibacakan ialah iklan yang paling sederhana dan yang paling
murah tarifnya. Naskah iklan seperti ini dibacakan oleh seorang atau dua orang
penyiar, tergantung isi naskahnya sendiri. Ada naskah yang berbentuk dialog
antara dua orang yang terdiri dari masing-masing seorang pria dan wanita, atau
kedua-duanya pria atau kedua-duanya wanita, tergantung dari keperluan. Ada
juga yang tidak berbentuk dialog, melainkan anjuran biasa yang dibacakan oleh
51
seorang penyiar. Tarif iklan tersebut paling murah tarifnya karena paling
sederhana pembuatannya dan paling singkat waktunya.
2. Iklan yang diolah dengan musik dan efek suara
Iklan ini lebih menarik daripada iklan yang dibacakan karena mengandung
segi hiburan dan gambaran suasana. Efek suara dapat menggambarkan suasana,
seperti suasana angin, pesta, hujan, dalam mobil, dan sebagainya. Contohnya
iklan obat pilek diberi suasana hujan. Jenis musik pun dapat disesuaikan dengan
isi iklan. Lagu-lagu Indonesia atau daerah banyak yang dapat disesuaikan dengan
isi iklan. Untuk ini si pemasang iklan dapat berhubungan dan mengadakan
pembicaraan dengan para petugas periklanan di stasiun radio siaran yang
bersangkutan. Iklan itu harus diolah terlebih dahulu karena itu tarifnya lebih
mahal.
3. Iklan acara yang disponsori
Iklan radio jenis ini adalah dalam bentuk acara yang disponsori atau
sponsored programme. Seseorang atau sebuah organisasi – biasanya perusahaan
– memesan sejumlah waktu: 15 menit, 30 menit atau 1 jam, tergantung daripada
yang diinginkan. Stasiun radio siaran hanya menjual waktu, sedang pengisian
acara diserahkan kepada si pemesan. Acara dapat berbentuk musik hidup yang
dimainkan oleh band terkenal dengan biduan atau biduanita yang tenar pula.
Dapat pula diisi dengan cerdas dan tangkas atau acara apa saja yang dianggap
menarik. Selama itu berlangsung dapat diselipkan kata-kata yang mengandung
propaganda, baik dalam bentuk ajakan, seruan, wawancara dengan pelanggan,
pidato pemimpin, perusahaan dan lain-lain. Pendeknya selama waktu yang di
52
pesan itu, si pemesan iklan dapat melaksanakan gagasannya. Hanya saja sudah
tentu dalam melancarkan idenya itu ia harus menjaga norma-norma kesusilaan.
Sponsored programme ini dapat diselenggarakan oleh sebuah perusahaan, juga
dapat dilakukan oleh dua atau tiga perusahaan secara bersama-sama. Dengan
demikian perusahaan-perusahaan tersebut dapat menghemat biaya, tetapi dapat
melaksanakan idenya dengan puas. (Effendy, 1991: 109 – 110)
Penyusunan kata-kata, kalimat, bahasa iklan haruslah disusun dengan
singkat, sederhana dan umum serta menimbulkan kesan yang tak mudah hilang
dari ingatan pendengar.
2.2.6.5 Efek Suara
Mengenai sound effect atau efek suara, BBC (British Broadcasting
Company) telah membaginya menjadi enam jenis, sebagai berikut:
1. The Realistic Confirmatory Effect Efek suara yang memberikan gambaran nyata, menampilkan penegasan tanpa disebut-sebut dalam dialog para pemeran (drama), misalnya suara angin taufan.
2. The Realistic Evocative Effect Efek suara yang juga tanpa disebut-sebut dalam dialog, efek ini menampilkan suasana yang mendekati kenyataan selama scene berlangsung, misalnya suara burung camar yang menggambarkan suasana tepi laut.
3. The Symbolic Evocative Effect Efek suara yang membangkitkan gambaran suasana mengingatkan akan sesuatu, umpamanya suara laut selama sebuah scene yang menggambarkan seseorang melamun ketika ia berada dalam suasana itu.
4. The Conventional Effect Efek suara yang menampilkan penggambaran suasana sedemikian rupa sehingga seolah-olah nyata, misalnya suara meriam untuk menunjukkan suasana pertempuran.
5. The Impressionistic Effect
53
Efek suara yang menggunakan gema (echo) yang menggambarkan bahwa yang berbicara dengan suara bergema itu adalah hantu.
6. Music as an Effect Efek suara yang menggunakan musik yang mengejutkan atau yang menggetarkan hati sedemikian rupa sehingga memberikan efek tertentu kepada suatu suasana. (Effendy, 1991: 92)
Dalam acara musik pada radio siaran biasanya menggunakan Music as an
effect dan The Symbolic Evocative Effect. Penyajian efek suara ini biasanya
dilakukan di awal mulainya acara, setiap setelah penyiaran beberapa lagu,
sebelum dan sesudah iklan, dan selesai acara. Efek suara ini bertujuan untuk
menginformasikan dan menegaskan kepada pendengar bahwa acara yang mereka
dengarkan berada pada frekuensi stasiun radio yang menyiarkan acara musik
tersebut.
2.3 Tinjauan Model Komunikasi
2.3.1 Model Uses and Gratifications (Model Kegunaan dan Kepuasan)
Model ini menunjukkan bahwa yang menjadi permasalahan utama
bukanlah bagaimana media mengubah sikap dan perilaku khalayak, jadi bobotnya
ialah pada khalayak yang aktif yang sengaja menggunakan media untuk mencapai
tujuan khusus. (Effendy, 1993: 289)
Anggota khalayak dianggap secara aktif menggunakan media untuk
memenuhi kebutuhannya dari sini timbul istilah Uses and Gratifications
penggunaan dan pemenuhan kebutuhan. Menurut para pendirinya, Uses and
Gratifications meneliti asal mula kebutuhan secara psikologis dan social yang
menimbulkan harapan tertentu dari media massa atau sumber yang membawa
54
pada pola terpaan media yang berlainan (kebutuhan pada kegiatan lain), barang
kali termasuk juga tidak kita inginkan. (Katz, Blumer, Gurevitch dalam Rakhmat,
1996: 205)
Asumsi dari model ini adalah:
1. Khalayak dianggap aktif, artinya sebagian penting dari penggunaan bagian
massa diasumsikan mempunyai tujuan.
2. Dalam proses Komunikasi Massa banyak inisiatif untuk mengaitkan
pemuasan kebutuhan dengan pemilihan media terletak pada anggota
khalayak.
3. Media massa harus bersaing dengan sumber-sumber lain untuk
memuaskan kebutuhannya. Kebutuhan yang dipenuhi media hanyalah
bagian dari rentangan kebutuhan manusia yang luas. Bagaimana
kebutuhan ini terpenuhi melalui konsumsi amat bergantung pada perilaku
khalayak yang bersangkutan.
4. Banyak tujuan pemilih media massa disimpulkan dari data yang diberikan
anggota khalayak dan motif pada situasi-situasi tertentu.
5. Penilaian tentang arti cultural dari media massa harus ditangguhkan
sebelum diteliti lebih dahulu orientasi khalayak. (Blumer dan Katz, 1974:
22)
Jadi model ini memandang khalayak yang dianggap aktif dalam
menyeleksi media juga khalayak menganggap media itu dapat memenuhi
kebutuhannya.
55
Model Uses and Gratifications Oleh Katz, Gurevitch and Hass
Gambar 2.2
(Sumber: Effendy, 1993: 293)
Manusia didalam kehidupan sehari-harinya tidak bisa lepas dari yang
namanya informasi dan hiburan dimana informasi dan hiburan sudah menjadi
kebutuhan pokok yang harus didapatkan setiap hari, mereka berusaha mencari
Social Environment
1. Demoghrafic Characteristic
2. Group Affiliations
3. Personality Characteristic
Individual Needs
1. Cognitive Needs 2. Affective Needs 3. Personal
Integrative Needs 4. Social Integrative
Needs 5. Tension –
Release or Escape
Non Media Sources of Needs Satisfaction
1. Family, Friends 2. Interpersonal
Communication 3. Hobbies 4. Sleep 5. Drugs, ect.
Mass Media Use
1. Media Type – Newspaper, Radio 2. Media Contents 3. Exposure to Media 4. Social Context of Media
Exposure
Media Gratifications
1. Surveillance 2. Diversion/Entertainment 3. Personal 4. Social Relationship
56
informasi dan hiburan itu melalui berbagai media, baik itu media cetak maupun
media elektronik. Sekarang ini di abad ke-20 teknologi informasi semakin
canggih dimana orang tidak perlu repot-repot untuk mencari informasi dan
hiburan setiap pagi sampai malam informasi dan hiburan berdatangan baik
melalui koran, radio maupun televisi dan lain-lainnya, orang tinggal memilih
medianya saja dan informasi serta hiburan apa yang mereka butuhkan dan yang
mereka minati. Mengingat hal tersebut sekarang ini berbagai media saling
bersaing untuk memberikan yang terbaik kepada khalayaknya seperti halnya radio
siaran yang banyak bermunculan dengan program-program acara yang menarik
yang banyak diminati dan dicari oleh pendengarnya.
Pada dasarnya setiap radio siaran memberikan yang terbaik kepada
pendengarnya dimana berbagai macam informasi dan hiburan yaitu musik yang
dibutuhkan pendengar dikemas oleh orang-orang radio dalam berbagai macam
program acara, pendengar tinggal memilih program acara yang dibutuhkan tetapi
sebelum kepada program acara stasiun radio memilih-milih dahulu mana saja
acara yang layak untuk disajikan berdasarkan minat dari pendengarnya itu sendiri.
Acara Iwan Fals merupakan salah satu program acara yang terbaik dan
layak yang disajikan oleh radio GMR 104.4 FM Bandung yang berisikan
musik dan informasi mengenai lagu-lagu dan penyanyinya yaitu Iwan Fals.
57
BAB III
OBJEK PENELITIAN
3.1 Tinjauan Umum Tentang Radio Siaran Generasi Muda Radio 104,4 FM
Bandung
GMR didirikan pada tahun 1976 dengan nama Young Generation dan
memproklamirkan diri sebagai radio bernuansa Rock yang pertama dan satu-
satunya di Bandung dan mempunyai moto, “No Drug ‘n Alcohol, Just keep on
rock in GRM 104,4 FM”. Pada tahun 1991 bersamaan dengan berpindahnya jalur
dari AM ke FM serta pergantian nama menjadi “Generasi Muda Radio” yang
kemudian disingkat dengan GMR yang format musiknya bernuansa rock. Pada
tahun 1997 GMR merubah format musiknya dari yang sebelumnya bernuansa
rock berat atau heavy rock (Hard rock, Heavy metal, Hard rock, Grind core,
Trash, dan lain-lain) menjadi classic rock yang lebih lembut dan berkelas, dengan
format classic rock tersebut GMR mengudara 18 jam setiap harinya dengan
menyajikan lagu-lagu classic rock tahun 60-an sampai dengan tahun 80-an baik
mancanegara maupun tanah air yang diselingi atau menyelingi sajian sejumlah
informasi penting berbobot dalam kemasan program siaran yang sangat tepat dan
menarik untuk disimak dan dinikmati.
Program siaran yang disajikan oleh radio siaran P.T Generasi Muda radio
telah menjadi bagian hidup bagi 115.000 orang audience dengan fokus pendengar
berusia 20 – 35 tahun yang berstatus sosial ekonomi menengah ke atas dan dengan
pola pikir dan gaya hidup yang dewasa dan mapan.
58
Radio siaran GMR mempunyai badan hukum yaitu sebagai Perseroan
Terbatas (PT) dan berada di frekuensi 104,4 FM serta mempunyai pancaran tegas
di Kodya dan Kabupaten Bandung dan pancaran terjangkau yaitu di kota-kota di
Jawa Barat. Penanggung jawab dari P.T Generasi Muda Radio ini adalah Ny. H.
Dorethia Sitompul dengan alamat radio siaran di jalan Dr. Hatta No. 15 Bandung
40131 Jawa Barat dan Telp. (022) 4239952/4232011, Fax. (022) 4232011. Kantor
pemasaran di jalan Dr. Hatta No. 15 Bandung 40131 dan STIE Nusantara jalan
D.I Panjaitan No. 24 By Pass Jakarta Selatan 13340, Telp. (021) 8564932 ext : 57
/ (021) 85901148.
3.2 Program Acara Radio Siaran GMR 104,4 FM Bandung
JAM/HARI SENIN SELASA RABU KAMIS JUMAT SABTU MINGGU
06.00-07.00 JUST MUSIC 06.00-09.00 Sun Shine
Sunday
07.00-09.00 KOPI PAGI 09.00-10.00
Generasi Rock 15
09.00-11.00 INDONESIA 9 10.00-12.00 Democrazy
11.00-12.00 JUST MUSIC 12.00-14.00 Soft Song
12.00-14.00 NICE ROCK Bongkar Film
14.00-16.00 SONG 4 U Alternatif Box
14.00-16.00 GMR New
Colour
16.00-18.00 REQUEST LINE Stage of Metal Fest
16.00-18.00 Soul
Adrenalize
18.00-19.00 Music of the world
Its My Live
Neo Classical Heavy Chart Info Rock Tamu Kita Iwan Fals
Program
18.00-21.00 Rolling Stone
Program 19.00-21.00 Slank Program
History of Rock
Metal of Balde
Beatles Program
21.00-24.00 Sound of 70’s
Sound of 80’s
Blues From GMR
Thurdays Special
KKN Koboi Kolot
Ngumpul
Progresif Program
21.00-24.00 Sapa Pertiwi
Tabel 3.1 : Program Acara Radio Siaran GMR 104,4 FM Bandung
(Sumber : Company Profile Radio GMR 104,4 FM Bandung)
59
Keterangan program acara radio siaran GMR 104,4 FM, sebagai berikut :
• Kopi pagi adalah acara berlangsung tiap hari Senin sampai dengan Sabtu,
menemani pendengar memulai aktivitas harian mereka.
• Indonesia 9 adalah acara berlangsung tiap hari Senin sampai dengan Sabtu,
acara ini merupakan acara request khusus untuk lagu-lagu Indonesia.
• Just Music adalah acara yang menyajikan musik tanpa penyiar.
• Nice Rock adalah acara berlangsung tiap hari Senin sampai dengan Jum’at
yang merupakan acara tengah hari yang menemani pendengar beristirahat atau
makan siang.
• Song 4 U adalah acara berlangsung tiap hari Senin sampai dengan Jum’at,
acara ini merupakan acara request khusus lagu-lagu mancanegara secara on
air.
• Request Line adalah acara berlangsung tiap hari Senin sampai dengan Sabtu,
acara ini merupakan acara request khusus lagu-lagu mancanegara.
• Music of The World adalah acara berlangsung tiap hari Senin yang
menyuguhkan musik etnik mancanegara.
• Its My Live adalah acara berlangsung tiap hari Selasa yang membahas seputar
masalah remaja.
• Neo Classical Heavy Chart adalah acara yang menyuguhkan tangga lagu
musik-musik Heavy Metal.
• Info Rock adalah acara yang memberikan informasi-informasi mengenai band-
band rock.
60
• Tamu Kita adalah acara yang mengkhususkan wawancara (interview) dengan
band-band Bandung dan lain-lain.
• Bongkar Film adalah acara yang mengulas tentang film.
• Alternatif Box adalah acara yang khusus memutarkan lagu-lagu alternatif.
• Iwan Fals Program adalah acara khusus yang memutarkan lagu-lagu Iwan
Fals.
• Beatles Program adalah acara khusus yang memutarkan lagu-lagu Beatles.
• Rolling Stone Program adalah acara yang khusus yang memutarlan lagu-lagu
Rolling Stone.
• History of Rock adalah acara khusu yang membahas perjalanan band-band
tertentu (Cuma satu band).
• Slank Program adalah acara khusus yang memutarkan lagu-lagu Slank
(request).
• Metal of The Blade adalah acara yang menyuguhkan tangga lagu musik Heavy
Metal/speed metal.
• Progresif Program adalah acara yang khusus memutarkan lagu-lagu pogresif.
• KKN (Koboi Kolot Ngumpul) adalah acara khusus request lagu-lagu tahun
60, 70, 80 – an.
• Thurdays Special adalah acara khusus yang memutarkan lagu-lagu tahun ’60-
an.
• Sound of 70’s adalah acara yang memutarkan lagu-lagu tahun ’70 – an.
• Sun Shine Sunday adalah acara yang menemani pendengar menikmati suasana
hari Minggu.
61
• Generasi Rock 15 adalah acara yang memutarkan lagu-lagu rock Indonesia
dari Request Indonesia 9.
• Soft Song adalah acara yang menemani suasana siang di hari Minggu.
• GMR New Colour adalah acara yang menyuguhkan nomor atau lagu baru
(jenis musiknya).
• Sapa Pertiwi adalah acara yang khusus memutarkan lagu-lagu lama rock
Indonesia. (Sumber : Radio GMR 104,4 FM).
3.3 Struktur Organisasi Radio Siaran GMR 104,4 FM Bandung
Keberadaan struktur organisasi atau hirearki kepemimpinan sangatlah
diperlukan, begitu pula raadio siaran GMR 104,4 FM memiliki struktur organisasi
yang jelas yang digunakan sebagai panduan dalam rangka menjalankan roda
pelaksanaannya. Hierarki tersebut dapat terlihat jelas melalui struktur organisasi
di bawah ini :
Gambar 3.1 : Struktur Organisasi Radio Siaran GMR 104,4 FM (Sumber : GMR 104,44 FM)
Penanggung Jawab
Sekretaris
Divisi music
Programer/Kepala Studio
Marketing
Penyiar
Operator
Accounting Periklanan
Divisi News
62
- Penanggung Jawab
Bertanggung jawab terhadap semua permasalahan dan aktivitas yang ada di
radio siaran GMR 104,4 FM Bandung terutama dalam memutuskan kebijakan-
kebijakan dalam suatu kegiatan sehubungan dengan pelaksanaan pekerjaan
keseluruhan.
- Sekretaris
Bertugas membantu Penanggung jawab dalam pengambilan keputusan dan
kebijakan-kebijakan yang menyangkut kelancaran dalam perusahaan dan
mengurus dalam hal surat menyurat dan administrasi dalam perusahaan.
- Periklanan
Bertanggung jawab terhadap semua penyiaran iklan yang ada di Radio GMR
104,4 FM Bandung dan mendokumentasikannya.
- Marketing
Bertugas membantu pekerjaan periklanan dengan mencari dan menjalin kerja
sama dengan para produsen dan biro iklan.
- Programer/Kepala Studio
Merancang, menata dan mengontrol setiap program siaran GMR 104,4 FM dan
bertanggung jawab terhadap semua kegiatan penyiaran yang ada di studio
siaran. Programer juga bertugas merancang, menata dan mengontrol acara Iwan
Fals dibantu oleh Divisi Musik, Penyiar dan Divisi News.
- Accounting
Bertanggung jawab terhadap semua pemasukan dan pengeluaran uang
perusahaan dan membuat laporan berupa Account atau catatan keuangan
perusahaan dan melaporkannya kepada penanggung jawab perusahaan.
- Divisi News
Bertugas mencari berita-berita dan informasi-informasi yang aktual dan dapat
menarik minat pendengar untuk mendengarkan radio GMR 104,4 FM
Bandung. Dalam acara Iwan Fals, divisi ini mempunyai tugas untuk mencari
berita-berita dan informasi-informasi mengenai hal-hal yang berhubungan
dengan Iwan Fals.
63
- Penyiar / Announcer
Melaksanakan tugas-tugas kepenyiaran sesuai dengan format acara yang sudah
ditetapkan oleh Programer dan bertanggung jawab terhadap semua kelancaran
dan keberhasilan suatu acara yang dibawakannya serta bekerjasama dengan
operator dalam menjalankan tugas-tugas kepenyiarannya.
- Divisi Musik
Bertugas mencari dan mengumpulkan musik classic dan rock baik
mancanegara maupun nasional yang sesuai dengan format musik radio GMR
104,4 FM yaitu classic rock. Dalam acara Iwan Fals, divisi ini mempunyai
tugas mengumpulkan lagu-lagu Iwan Fals untuk keperluan penyiaran acara
Iwan Fals.
- Operator
Teknisi dalam pengoperasian peralatan siaran radio dan dalam melaksanakan
tugasnya bekerjasama dengan penyiar.
3.4 Tinjauan Tentang Acara Iwan Fals
Banyaknya program acara yang disajikan di radio GMR 104,4 FM bagi
para pendengarnya, terutama acara musik merupakan sajian acara dengan
pemutaran lagu-lagu, baik yang dipilih oleh pendengar maupun atas dasar
pemilihan si penyiar. Baik itu lagu-lagu dalam bahasa Indonesia maupun lagu-
lagu manca negara. Adapun program-program musik yang disajikan di radio
GMR terdapat salah satunya program musik yang diberi nama dengan Iwan Fals
program atau acara Iwan Fals. Acara Iwan Fals merupakan salah satu program
musik di radio GMR, acara ini hanya menyiarkan lagu-lagu dari penyanyi yang
bernama Iwan Fals.
Acara Iwan Fals ini sudah disiarkan sejak tahun 1996 dan mengalami
empat kali pergantian waktu siaran hingga sekarang karena pergantian
64
penyiarnya. Tahun 1996 acara Iwan Fals disiarkan setiap hari Sabtu jam 21.00 –
24.00 WIB, kemudian pada tahun 1997 diganti menjadi hari Minggu jam 21.00 –
24.00 WIB, lalu tahun 1999 acara Iwan Fals mengalami perubahan jam siar
menjadi jam 08.00 – 10.00 WIB , tahun 2001 berubah menjadi jam 18.00 – 21.00
WIB. Akhirnya pada tahun 2003 tepatnya bulan Mei waktu siarannya menjadi
hari Sabtu jam 18.00 – 21.00 WIB. (Rokhmat Sutaryana : PR
Promotion/Announcer/Asst. Chief Music Room GMR 104,4 FM).
Acara musik Iwan Fals yang sifat dan fungsinya menghibur (to
entertainment) pendengar karena memutarkan lagu-lagu Iwan Fals. Pada acara
Iwan Fals pernah menghadirkan tamu dari luar yang berkenaan dengan acara Iwan
Fals ini, yaitu: Anak Jalanan yang bergabung dalam kelompok Orang Indonesia
(OI) yang mempunyai kegiatan di bidang kesenian, untuk menyanyikan lagu-lagu
balada yang mempunyai aliran sama dengan lagu-lagu Iwan Fals dan Digo yang
sekarang menjadi gitarisnya Iwan Fals. Dalam penyiaran lagu-lagu Iwan Fals,
penyiar juga menyiarkan informasi-informasi yang berkenaan dengan Iwan Fals.
Acara Iwan Fals tergolong pada waktu siaran malam yang merupakan
waktu terbaik (prime time) dan merupakan salah satu top program dari raadio
GMR 104,4 FM. Dalam perencanaan siaran, acara Iwan Fals pada radio GMR
104,4 FM termasuk ke dalam Rencana Siaran Pekanan yang dilaksanakan sekali
dalam seminggu yang nama penyiarnya adalah Rokhmat Sutaryana yang juga
menjabat sebagai PR Promotion/Asst. Chief Music Room Radio GMR 104,4 FM.
Acara Iwan Fals berdasarkan penggolongan acara siaran radio
berdasarkan maksud dan tujuan merupakan siaran hiburan yang termasuk ke
65
dalam jenis acara siaran musik Indonesia (populer) (National music) yang dalam
penyajiannya menggunakan unsur-unsur yang terdiri dari kata-kata (spoken
words), musik dan efek suara (sound effect) serta dengan corak musik lagu-lagu
populer (hiburan).
Acara Iwan Fals pada radio GMR 104,4 FM menggunakan Music as an
effect dan The Symbolic Evocative Effect dimana pada efeknya di isi dengan
pembukaan musik rock kemudian selang beberapa detik di isi dengan suara
(voice), “GMR 104,4 FM Bandung” atau :GMR 104,4 FM, the best rock station”
(pengucapannya dalam bahasa Inggris). Penyajian efek suara ini dilakukan di awal
mulainya acara Iwan Fals, setiap setelah penyiaran beberapa lagu Iwan Fals,
sebelum dan sesudah iklan, dan selesai acara Iwan Fals. Efek suara ini bertujuan
untuk menginformasikan dan menegaskan kepada pendengar bahwa acara Iwan
Fals yang mereka dengarkan berada pada frekuensi radio GMR 104,4 FM
Bandung.
66
BAB IV
ANALISIS DATA PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana tanggapan
pendengar di Lembaga Khusus Kemahasiswaan Pencinta Alam Universitas Islam
Bandung (LKK Mapenta – Unisba) terhadap acara Iwan Fals pada radio siaran
GMR 104.4 FM Bandung. Analisis data yang digunakan adalah teknik analisis
deskriptif, yang merupakan pemaparan jawaban responden yaitu Mahasiswa
Pencinta Alam Universitas Islam Bandung (Mapenta – Unisba) atas sejumlah
pertanyaan yang diajukan di dalam angket.
Data penelitian ini diambil dari responden yaitu LKK Mapenta – Unisba
yang jumlah keseluruhan anggotanya 376 orang. Dalam hal ini peneliti
mengambil sampel sebanyak 38 orang untuk dijadikan responden yang
merupakan sepuluh persennya dari 376 orang (populasinya).
4.1 Analisis Deskriptif Data Responden
Dalam penelitian ini perlu diketahui terlebih dahulu identitas responden.
Identitas responden ini memainkan peranan dalam karakteristik tertentu yang
dimiliki responden. Masing-masing responden memiliki spesifikasi dalam jenis
kelamin dan usia. Keadaan ini akan mempengaruhi mereka dalam memberikan
sikap yaitu tanggapan terhadap Acara Iwan Fals pada radio GMR 104.4 FM
Bandung. Untuk mengetahui lebih jelas, data responden dapat dilihat pada tabel-
tabel berikut ini:
67
Tabel 4.1
Jenis kelamin
No. Jawaban f %
1. Laki-laki 28 74
2. Perempuan 10 26
Jumlah 38 100
n = 38 Sumber: Angket
Dari tabel 4.1 mengenai jenis kelamin responden di dapat jawaban dari
hasil penyebaran angket di sekretariat Mapenta - Unisba yaitu responden laki-laki
sebesar 74 % dan perempuan 26 %, ini membuktikan bahwa kebanyakan
pendengar Acara Iwan Fals di Radio GMR 104.4 FM adalah laki-laki karena di
LKK Mapenta – Unisba kebanyakan anggotanya adalah laki-laki karena LKK
Mapenta – Unisba merupakan organisasi kemahasiswaan kampus yang bergerak
di kegiatan kepencinta alaman dan petualangan di alam bebas seperti mendaki
gunung dan menjelajahi hutan rimba, SAR (Search And Rescue) atau dikenal
dengan usaha penyelamatan di alam bebas, menyusuri sungai melalui kegiatan
arung jeram, panjat tebing, menyusuri gua dan pantai yang kesemuanya itu
merupakan kegiatan-kegiatan yang mempunyai tingkat resiko yang tinggi, dan
kegiatan-kegiatan yang seperti ini lebih sesuai dan disenangi oleh laki-laki. Oleh
karena itulah kebanyakan pendengar Acara Iwan Fals radio GMR 104.4 FM
adalah laki-laki.
68
Tabel 4.2
Usia responden
No. Jawaban f %
1. 20 – 25 tahun 26 68
2. 26 – 30 tahun 11 29
3. 31 – 35 tahun 1 3
Jumlah 38 100
n = 38 Sumber: Angket
Dari tabel 4.2 mengenai usia responden di dapat jawaban dari hasil
penyebaran angket di sekretariat Mapenta – Unisba yaitu responden yang berusia
20 – 25 tahun sebesar 68 % dan responden yang berusia 26 – 30 tahun sebesar 29
%; serta responden yang berusia 31 – 35 tahun hanya sebesar 3 %. Ini
menunjukkan bahwa pendengar Acara Iwan Fals di Radio GMR 104.4 FM
kebanyakan berusia 20 – 25 tahun karena pendengar dengan usia tersebut masih
tergolong mahasiswa aktif baik di kegiatan kepencinta alaman maupun akademis
perkuliahan dan masih sering ditemui di sekretariat Mapenta - Unisba. Untuk
pendengar yaitu anggota Mapenta – Unisba yang berusia 26 tahun keatas jarang
ditemui di sekretariat Mapenta – Unisba karena sudah menyelesaikan studinya di
kampus Unisba dan sudah berkeluarga serta sibuk dengan pekerjaannya masing-
masing dan sudah tidak aktif lagi dalam kegiatan kepencinta alaman dan
petualangan di alam bebas.
69
4.2 Analisis Deskriptif Data Penelitian
Tabel 4.3
Frekuensi penyiaran acara Iwan Fals
No. Jawaban f %
1. Tepat 25 66
2. Kurang tepat 13 34
Jumlah 38 100
n = 38 Sumber: Angket
Dari tabel 4.3 mengenai tanggapan pendengar tentang frekuensi acara
Iwan Fals yang disiarkan satu kali dalam seminggu di dapat jawaban dari hasil
penyebaran angket di sekretariat Mapenta – Unisba yaitu responden yang
menjawab tepat sebesar 66 % dan responden yang menjawab kurang tepat sebesar
34 %. Responden yang menjawab bahwa penyiaran Acara Iwan Fals yang satu
kali dalam seminggu sudah tepat karena berhubungan dengan durasinya yang
lama yaitu tiga jam atau 180 menit dan waktu penyiarannya yang sudah tepat
yaitu hari Sabtu pukul 18.00 – 21.00 WIB atau malam minggu adalah waktu yang
tepat buat bersantai setelah disibukkan dengan aktivitas perkuliahan selama enam
hari. Sedangkan responden yang menjawab bahwa penyiaran Acara Iwan Fals
yang satu kali dalam seminggu kurang tepat karena pendengar menginginkan
adanya waktu yang lain dalam penyiarannya dengan penambahan frekuensi siaran
yaitu dua atau tiga kali dalam seminggu dan juga untuk mengantisipasi bagi
pendengar yang tidak bisa mendengarkan acara Iwan Fals pada malam minggu.
70
Tabel 4.4
Durasi penyiaran acara Iwan Fals
No. Jawaban f %
1. Lama 17 45
2. Kurang lama 16 42
3. Tidak lama 5 13
Jumlah 38 100
n = 38 Sumber: Angket
Dari tabel 4.4 mengenai tanggapan pendengar tentang lamanya penyiaran
acara Iwan Fals yang tiga jam atau 180 menit di dapat jawaban dari hasil
penyebaran angket di sekretariat Mapenta – Unisba yaitu responden yang
menjawab lama sebesar 45 % dan responden yang menjawab kurang lama sebesar
42 % serta responden yang menjawab tidak lama hanya sebesar 13 %. Responden
yang menjawab bahwa penyiaran Acara Iwan Fals selama tiga jam adalah lama
karena pendengar merasa jam siar tersebut sudah cukup untuk menghindari
kebosanan dari pendengar akan acara tersebut. Sedangkan responden yang
menjawab kurang lama karena berhubungan dengan frekuensi penyiarannya yang
sekali seminggu jadi tidak ada salahnya jika ada penambahan durasi penyiaran
apalagi waktu penyiarannya pada malam minggu adalah waktu yang sangat tepat,
dan responden yang menjawab tidak lama karena responden ingin menghabiskan
malam minggu dengan “begadang” sampai pagi dengan ditemani lagu-lagu Iwan
Fals di radio GMR 104.4 FM
71
Tabel 4.5
Waktu penyiaran acara Iwan Fals
No. Jawaban f %
1. Tepat 27 71
2. Kurang tepat 9 24
3. Tidak tepat 2 5
Jumlah 38 100
n = 38 Sumber: Angket
Dari tabel 4.5 mengenai tanggapan pendengar tentang waktu penyiaran
Acara Iwan Fals pada hari Sabtu pukul 18.00 - 21.00 WIB di dapat responden
yang menjawab tepat sebesar 71 % dan kurang tepat sebesar 24 % serta tidak tepat
hanya 5 %. Responden yang menjawab tepat karena waktu penyiarannya pada
malam minggu adalah waktu yang tepat karena menjelang hari libur dan
merupakan acara malam, hal ini didukung oleh pendapat Effendy yang
mengemukakan bahwa:
“Waktu yang terbaik (prime time) dalam siaran radio ialah antara jam 19.00 dan 23.00. Pada jam-jam tersebut selain secara alamiah siaran radio akan dapat diterima sebaik-baiknya dibandingkan dengan waktu-waktu lainnya, juga pada umumnya jumlah pendengar terbanyak akan berada di rumah masing-masing”. (Effendy, 1991: 122) Responden yang menjawab kurang tepat karena responden menginginkan
waktu yang lain dalam penyiarannya karena pada waktu tersebut masih sibuk
dengan urusannya. Sedangkan responden yang menjawab tidak tepat karena
responden menginginkan acara ini disiarkan setiap malam pada waktu tersebut.
72
Tabel 4.6
Penyajian lagu-lagu Iwan Fals
No. Jawaban f %
1. Menarik 28 74
2. Kurang menarik 10 26
Jumlah 38 100
n = 38 Sumber: Angket
Dari tabel 4.6 mengenai tanggapan pendengar tentang penyajian acara
Iwan Fals yang hanya menyiarkan lagu-lagu Iwan Fals saja di dapat jawaban dari
hasil penyebaran angket di sekretariat Mapenta – Unisba yaitu responden yang
menjawab menarik sebesar 74 % dan responden yang menjawab kurang menarik
hanya sebesar 26 % serta responden yang menjawab tidak menarik tidak ada.
Tingginya persentase menariknya acara ini karena pendengar menyukai penyiaran
lagu-lagu Iwan Fals saja dan tidak ingin dalam acara ini diselingi dengan lagu-
lagu lain apalagi Iwan Fals adalah penyanyi legendaris dan sekarang ini sedang
terkenal dengan album barunya disamping album-albumnya yang lain yang masih
diminati oleh pendengar hingga sekarang ini. Sedangkan pendengar yang
menyatakan kurang menarik karena pendengar menginginkan dalam acara ini juga
disiarkan lagu-lagu lain tapi masih berhubungan dengan Iwan Fals, seperti: lagu-
lagu dari grup musik Kantata Taqwa yang merupakan grup musik Iwan Fals
dulunya, lagu-lagu dari Sawung Jabo, Imanez, Setiawan Djodi dan puisi-puisi dari
W.S. Rendra. Besarnya persentase responden yang menyatakan menariknya
73
penyiaran lagu-lagu Iwan Fals saja pada acara Iwan Fals di radio GMR 104.4 FM
ini membuktikan bahwa musik pada radio siaran merupakan hal yang sangat
penting dan vital, hal ini sesuai dengan pendapat dari Effendy dalam Radio Siaran
Teori dan Praktek, yaitu:
“Tulang punggung radio siaran adalah musik. Orang menyetel pesawat
radio terutama untuk mendengarkan musik, karena musik merupakan hiburan”.
(Effendy, 1991: 78)
74
Tabel 4.7
Penyajian iklan pada acara Iwan Fals
No. Jawaban f %
1. Menarik 11 29
2. Kurang menarik 19 50
3. Tidak menarik 8 21
Jumlah 38 100
n = 38 Sumber: Angket
Dari tabel 4.7 mengenai adanya iklan dalam acara Iwan Fals, di dapat hasil
dari penyebaran angket di sekretariat Mapenta – Unisba yaitu responden yang
menjawab menarik sebesar 29 % dan kurang menarik sebesar 50 % serta tidak
menarik hanya sebesar 21 %. Tingginya persentase jawaban kurang menariknya
iklan dalam acara ini adalah karena pendengar merasa terganggu perhatiannya
ketika mendengarkan lagu-lagu Iwan Fals oleh adanya iklan dan iklan yang
disiarkan kurang menarik yaitu jenis iklan yang diolah dengan musik dan efek
suara. Responden yang menjawab menarik karena responden menyadari
pentingnya iklan sebagai informasi terhadap suatu produk barang atau jasa.
Sedangkan responden yang menjawab tidak menarik karena responden merasa
keberadaan iklan dalam Acara Iwan Fals hanya sebagai pengganggu pendengar
ketika sedang asyik mendengarkannya.
75
Tabel 4.8
Penyajian kata-kata penyiar pada acara Iwan Fals
No. Jawaban f %
1. Menarik 27 71
2. Kurang menarik 10 26
3. Tidak menarik 1 3
Jumlah 38 100
n = 38 Sumber: Angket
Dari keterangan tabel 4.8 mengenai tanggapan pendengar terhadap kata-
kata penyiar sebagai selingan dalam acara Iwan Fals di dapat hasil dari
penyebaran angket di sekretariat Mapenta – Unisba yaitu responden yang
menjawab menarik sebesar 71 % dan responden yang menjawab kurang menarik
sebesar 26 % serta responden yang menjawab tidak menarik hanya 3 %.
Responden yang menjawab menarik karena kata-kata dari penyiar acara ini
berisikan informasi seputar Iwan Fals dan hal-hal penting lainnya, album-
albumnya dan hal ini sesuai bagi pendengar yang menyukai lagu-lagu Iwan Fals.
Sedangkan responden yang menjawab kurang menarik karena pendengar merasa
adanya kata-kata dalam acara ini hanya mengganggu perhatian pendengar ketika
sedang menikmatinya disamping itu penyiar dalam memilih dan menyampaikan
kata-kata kurang ahli sehingga menyebabkan kurang menariknya penyiar Acara
Iwan Fals ini.
76
Tabel 4.9
Penyajian sound effect pada acara Iwan Fals
No. Jawaban f %
1. Menarik 21 55
2. Kurang menarik 15 40
3. Tidak menarik 2 5
Jumlah 38 100
n = 38 Sumber: Angket
Dari tabel 4.9 mengenai tanggapan pendengar tentang adanya sound effect
atau efek suara dalam Acara Iwan Fals ini di dapat 55 % responden menyatakan
menarik dan 40 % responden menyatakan kurang menarik hanya 5 % responden
saja yang menyatakan tidak menarik. Responden yang menjawab menarik adanya
efek suara dalam acara ini karena pendengar merasa sound effect yang ada di radio
GMR sudah bagus dalam pengemasannya dan pendengar merasa akrab dengan
efek suara yang ada di radio GMR dan menandakan kalau mereka berada pada
frekuensi radio GMR. Efek suara pada radio GMR menggabungkan Music as an
effect dan The Symbolic Evocative Effect yaitu diawali dengan musik rock
kemudian selang beberapa detik diselingi dengan suara (voice), “GMR 104.4 FM
Bandung” atau “GMR 104.4 FM, the best rock station” (pengucapannya dalam
bahasa Inggris). Sedangkan pendengar yang menjawab kurang menarik karena
sound effect hanya mengganggu pendengar ketika hendak melakukan tindakan
perekaman lagu-lagu Iwan Fals.
77
Tabel 4.10
Keahlian penyiar acara Iwan Fals
No Jawaban f %
1. Ahli 12 32
2. Kurang ahli 22 58
3. Tidak ahli 4 10
Jumlah 38 100
n = 38 Sumber: Angket
Dari tabel 4.11 mengenai tanggapan pendengar tentang keahlian penyiar
Acara Iwan Fals dalam membawakan acaranya di dapat dari hasil penyebaran
angket di sekretariat Mapenta – Unisba bahwa 32 % responden menjawab ahli
sedangkan 58 % menjawab kurang ahli dan 10 % responden menjawab tidak ahli.
Responden yang menjawab ahli karena responden merasa cukup dengan keahlian
penyiar dalam berkata-kata. Responden yang menyatakan bahwa penyiar acara
Iwan Fals kurang ahli dalam membawakan acaranya karena dalam menyiarkan
lagu-lagu Iwan Fals dalam menyampaikan dan menggunakan kata-kata terbilang
kaku dan kurang menarik karena penyiar dalam Acara Iwan Fals kurang
memperhatikan sifat radio dan sifat pendengar radio. Untuk lebih memperhatikan
sifat pendengar radio sebaiknya penyiar menggunakan, sebagai berikut:
- Kata-kata yang umum dan yang lazim dipakai - Kata-kata yang tidak melanggar kesopanan - Kata-kata yang mengesankan - Pengulangan kata-kata yang penting - Susunan kalimat yang logis. (Effendy, 1991: 87 – 88)
78
Untuk lebih memperhatikan sifat radio sebaiknya penyiar menggunakan,
sebagai berikut
- Kata-kata yang sederhana - Angka-angka yang dibulatkan - Kalimat-kalimat yang ringkas - Susunan kalimat yang akurat - Susunan kalimat yang bergaya obrolan. (Effendy, 1991: 87)
Jadi, bagaimana pun kata-kata yang digunakan penyiar dalam radio siaran
haruslah disadarinya bahwa yang akan menikmatinya bukan penyiar itu sendiri
dan jangan menggunakan kata-kata, kalimat, bahasa yang seolah-olah memberi
pelajaran kepada orang-orang bodoh karena penyiar bukan berbicara kepada
pendengar melainkan berbicara dengan para pendengar, dan yang harus disadari
oleh penyiar bahwa pendengar adalah orang-orang yang berlainan dalam
pendidikan, kebudayaan, kedudukan, keahlian, dan sebagainya. Oleh karena itu,
kata-kata yang digunakan haruslah dengan kata-kata yang bergaya obrolan
(conversational) dengan tema yang umum dan kata-kata serta istilah yang dikenal
sehari-hari karena kalau pendengar dibingungkan oleh kata-kata, kalimat, bahasa
dan hubungan ide yang satu dengan yang lainnya maka pendengar akan segan
untuk mendengarkan suatu uraian lebih lanjut.
79
Tabel 4.11
Kepercayaan terhadap penyiar acara Iwan Fals
No. Jawaban f %
1. Percaya 26 68
2. Kurang percaya 11 29
3. Tidak percaya 1 3
Jumlah 38 100
n = 38 Sumber: Angket
Dari tabel 4.12 mengenai kepercayaan pendengar terhadap penyiar acara
Iwan Fals di dapat dari hasil penyebaran angket di sekretariat Mapenta – Unisba
bahwa 68 % responden menjawab percaya sedangkan 29 % responden menjawab
kurang percaya dan hanya 3 % responden yang menjawab tidak percaya.
Responden yang menjawab percaya karena responden percaya terhadap penyiar
acara Iwan Fals dalam penyampaian informasinya karena informasi-informasi
yang disampaikan oleh penyiar sesuai pemberitaan-pemberitaan di media-media
lainnya.
“Kepercayaan adalah penilaian komunikan atau pendengar terhadap watak dari komunikator atau penyiar dimana Aristoteles mengatakan hal ini adalah “good moral character” dan Quintillianus menulisnya sebagai “a good man speaks well” atau orang yang berbicara baik”. (Rakhmat, 2001: 260) Sedangkan responden yang menjawab kurang percaya karena penyiar
kurang ahli dalam berkata-kata sehingga penyiar dianggap kurang bisa
meyakinkan pendengar terhadap apa yang disampaikan oleh penyiar.
80
Tabel 4.12
Daya tarik terhadap penyiar acara Iwan Fals
No. Jawaban f %
1. Menarik 12 32
2. Kurang menarik 23 60
3. Tidak menarik 3 8
Jumlah 38 100
n = 38 Sumber: Angket
Dari tabel 4.13 mengenai ketertarikan pendengar terhadap penyiar di dapat
dari hasil penyebaran angket di sekretariat Mapenta – Unisba bahwa 32 %
responden menjawab menarik sedangkan 60 % responden menjawab kurang
menarik dan 8 % responden menjawab tidak menarik. Responden yang menjawab
menarik karena adanya informasi-informasi yang disampaikan penyiar lewat
siaran katanya. Pendengar menjawab penyiar Acara Iwan Fals kurang menarik
karena penyiar dalam menggunakan dan memilih kata-kata kurang ahli dan
kemampuan penyiar untuk berempati terhadap pendengar dirasakan oleh
responden kurang dan hal ini dapat dilihat dari kurang bisanya penyiar untuk
menempatkan dirinya sebagai orang yang bersama-sama dengan pendengar
menyukai lagu-lagu Iwan Fals. Herbert W. Simons (1976) mengatakan tentang
kesamaan ini adalah kesamaan disposisional (dispositional similarity).
“Kesamaan disposisional atau dispositional similarity adalah komunikator
mempersamakan dirinya dengan komunikan dengan menegaskan persamaan
81
dalam kepercayaan, sikap, maksud, dan nilai-nilai sehubungan dengan suatu
persoalan”. (Rakhmat, 2001: 263)
Daya tarik penyiar Acara Iwan Fals dapat ditingkatkan dengan mengemas
lagu-lagu Iwan Fals berdasarkan tema-tema, misalnya pada penyiaran minggu ini
tema satu jam pertama adalah request, jam kedua temanya cinta, dan jam ketiga
adalah sosial dan lain-lain. Dan juga dengan memperhatikan sifat pendengar
radio, yaitu dengan menggunakan:
- Kata-kata yang umum dan yang lazim dipakai - Kata-kata yang tidak melanggar kesopanan - Kata-kata yang mengesankan - Pengulangan kata-kata yang penting - Susunan kalimat yang logis. (Effendy, 1991: 87 – 88)
Serta memperhatikan sifat radio itu sendiri yaitu dengan menggunakan,
sebagai berikut:
- Kata-kata yang sederhana - Angka-angka yang dibulatkan - Kalimat-kalimat yang ringkas - Susunan kalimat yang akurat - Susunan kalimat yang bergaya obrolan. (Effendy, 1991: 87)
Dari kutipan-kutipan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam
pemilihan, penggunaan, dan penyampaian kata-kata maupun kalimat-kalimat yang
diucapkan oleh penyiar sangat memegang peranan penting dalam meningkatkan
daya tarik penyiar ketika penyiaran. Ketika penyiaran, penyiar harus menyadari
pentingnya memperhatikan sifat pendengar radio dan sifat radio itu sendiri dan hal
ini sangat mempengaruhi keprofesionalan kerja penyiar dalam meningkatkan daya
tariknya dalam membawakan suatu acara serta mutu dan kualitas lembaga atau
institusi tempat ia bekerja penyiar Acara Iwan Fals sebaiknya menggunakan,
sebagai berikut:
82
- Kalimat dan kata-kata yang singkat, sederhana, dan umum.
- pengeluaran fakta atau susunan ide-ide yang memacu dan penting,
misalnya: Iwan Fals dulunya adalah pemakai psikotropika, dan dia
berusaha untuk berhenti dengan cara mengurung dirinya sendiri di
dalam sel, ternyata hal itu berhasil. Mungkin para pendengar
sekalian bisa meniru cara tersebut untuk berhenti dari
mengkonsumsi narkoba.
- contoh-contoh dan ilustrasi-ilustrasi serta bahan-bahan yang betul-
betul dikuasai, hal ini sebaiknya dilakukan dengan menggunakan
naskah.
- fakta atau ide yang jumlahnya tidak terlalu banyak
- kata-kata yang konkrit dan mengandung gambaran
- pendekatan yang segar
- pertentangan (conflict) dari ide-ide
- hal-hal yang sifatnya mengarah kepada keharuan: musik,suara,
pertanyaan, seruan, dan sebagainya.
- kalimat yang berbeda panjangnya, sehingga beberapa kalimat ada
yang lebih pendek daripada yang lain dan paragrap-paragrap yang
berbeda panjangnya serta paragrap-paragrap yang satu demi satu
mengarah kepada timbulnya perhatian yang melebihi semula.
- hal-hal yang lucu (anecdote) atau humor (kalau memungkinkan),
ini bisa di dapat di situs web: www.dagelan.com dan
www.humor.com.
83
Tabel 4.13
Pengertian terhadap kata-kata pada penyiar acara Iwan Fals
No. Jawaban f %
1. Dimengerti 29 76
2. Kurang dimengerti 9 24
Jumlah 38 100
n = 38 Sumber: Angket
Dari keterangan tabel 4.15 mengenai mengerti tidaknya pendengar
terhadap kata-kata yang diucapkan oleh penyiar di dapat hasil dari penyebaran
angket di sekretariat Mapenta - unisba bahwa 76 % responden menjawab
mengerti sedangkan 9 % responden menjawab kurang mengerti dan tidak ada
responden yang menjawab tidak mengerti. Pendengar yang menjawab mengerti
karena kata-kata yang diucapkan oleh penyiar dapat diterima dengan jelas dan
dipahami oleh pendengar hanya saja dalam pemilihan, penggunaan dan
pengemasan kata-katanya kurang menarik bagi pendengar. Sedangkan responden
yang menjawab kurang mengerti karena responden kurang peduli terhadap siaran
kata dari penyiar dan responden hanya peduli terhadap lagu-lagu Iwan Fals saja
apalagi dalam berkata-kata penyiarnya kurang ahli.
84
Tabel 4.14
Ketertarikan terhadap kata-kata pada penyiar acara Iwan Fals
No. Jawaban f %
1. Menarik 11 29
2. Kurang menarik 23 61
3. Tidak menarik 4 10
Jumlah 38 100
n = 38 Sumber: Angket
Dari tabel 4.16 mengenai menarik tidaknya kata-kata yang diucapkan oleh
penyiar Acara Iwan Fals di dapat dari hasil penyebaran angket di sekretariat
Mapenta – Unisba bahwa 29 % responden menjawab menarik sedangkan 61 %
responden menjawab kurang menarik dan hanya 10 % responden yang menjawab
tidak menarik. Responden yang menjawab menarik karena responden hanya
melihat dari sisi informasi-informasi yang disampaikan oleh penyiar saja.
Responden yang menjawab kurang menarik karena penyiarnya kurang
memperhatikan sifat radio yaitu auditori, mengandung gangguan, akrab, dan sifat
pendengar radio yaitu heterogen, pribadi, aktif, selektif. Supaya penyiar
memperhatikan sifat radio sebaiknya menggunakan, sebagai berikut:
- Kata-kata yang sederhana - Angka-angka yang dibulatkan - Kalimat-kalimat yang ringkas - Susunan kalimat yang akurat - Susunan kalimat yang bergaya obrolan. (Effendy, 1991: 87)
85
Supaya penyiar memperhatikan sifat pendengar radio ,sebaiknya
menggunakan sebagai berikut:
- Kata-kata yang umum dan yang lazim dipakai - Kata-kata yang tidak melanggar kesopanan - Kata-kata yang mengesankan - Pengulangan kata-kata yang penting - Susunan kalimat yang logis. (Effendy, 1991: 87 – 88)
86
BAB V
PENUTUP
Untuk memudahkan penulis dalam menarik kesimpulan, dalam bab
penutup akan disajikan secara keseluruhan. Selain itu, peneliti juga menganggap
perlu mengemukakan beberapa kesimpulan dari hasil penelitian ini. Kemudian
sebagai bahan pertimbangan, peneliti juga memberikan saran-saran yang
diharapkan dapat dijadikan bahan masukan baik untuk peneliti maupun maupun
untuk Radio GMR.
5.2 Kesimpulan
Dari hasil penyebaran angket dan analisa data yang sudah dilakukan oleh
peneliti, maka dapat ditarik kesimpulan dalam penelitian ini, sebagai berikut:
1. Tanggapan pendengar tentang intensitas Acara Iwan Fals pada radio GMR
untuk frekuensinya sudah tepat namun untuk durasinya masih kurang lama.
Untuk waktu penyiaran Acara Iwan Fals sudah tepat.
2. Tanggapan pendengar tentang bentuk penyajian acara Iwan Fals pada radio
GMR untuk penyajian acara musik yaitu penyiaran lagu-lagu Iwan Fals saja
cukup menarik bagi pendengar dan pendengar menyukainya tetapi adanya
iklan dalam acara ini kurang menarik bagi pendengar. Untuk penyampaian
informasi lewat kata-kata cukup menarik bagi pendengar dan efek suara juga
menarik dan dilihat dari kegunaannya juga sudah cukup tepat.
87
3. Tanggapan pendengar tentang isi siaran kata dalam acara Iwan Fals pada
radio GMR cukup dimengerti oleh pendengar hanya saja kata-kata yang
dipergunakan oleh penyiar acara Iwan Fals kurang menarik bagi pendengar.
4. Tanggapan pendengar tentang ethos penyiar acara Iwan Fals pada radio GMR
untuk kredibilitasnya yaitu keahlian penyiar acara ini masih kurang tetapi
untuk kepercayaan pendengar terhadap penyiar dalam penyampaian informasi
seputar Iwan Fals cukup tinggi. Untuk daya tarik pendengar terhadap penyiar
masih kurang menarik bagi pendengar.
5.3 Saran-saran
1. Sebaiknya dalam Acara Iwan Fals ini pihak radio GMR menambahkan
lagi durasi atau lamanya acara yaitu dari tiga jam menjadi empat jam.
2. Dalam penyajian iklan pada acara Iwan Fals sebaiknya jangan lama,
panjang dan banyak terutama pada iklan yang jenisnya diolah dengan
musik dan sound effect dan sebaiknya menyiarkan iklan yang dibacakan,
misalnya: iklan kegiatan kepencinta alaman.
3. Supaya suasana dalam kepenyiarannya lebih hidup dan menarik bagi
pendengar sebaiknya memakai dua penyiar, hal ini juga berguna dalam
pertentangan (conflict) dari ide-ide dan penggunaan teknologi canggih
seperti komputer di dalam ruangan penyiar, hal ini berguna dalam
pemilihan lagu-lagu yang akan disiarkan sehingga kerja penyiar menjadi
lebih cepat, disamping itu perlu sekiranya penyiar Acara Iwan Fals untuk
88
membaca-baca lagi hal-hal yang berkenaan dengan Iwan Fals sebelum
penyiaran dan ini dapat meningkatkan keahlian penyiar.
4. Untuk siaran kata pada Acara Iwan Fals supaya lebih meningkatkan
kredibilitas dan daya tarik penyiar, misalnya dengan penyiar memahami
dan mengerti mengenai semua hal tentang Iwan Fals baik mengenai
karakter dan kehidupannya maupun lagu-lagunya dengan membaca
artikel-artikel dari semua surat kabar yang pernah memuat dan
meliputnya bisa juga lewat internet. Dan menggunakan dua penyiar
dalam acara ini bisa juga menambah daya tarik acara Iwan Fals.
89
DAFTAR PUSTAKA
Effendy, O. U. (1989). Kamus Komunikasi. Bandung: Mandar Maju
_____________(1991). Radio Siaran Teori dan Praktek. Bandung: Mandar
Maju
_____________(1993). Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung: Citra
Aditya Bakti
_____________(1998). Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: Remaja
Rosdakarya
Liliweri, Alo. (1991). Komunikasi Antar Pribadi. Bandung: Cipta Aditya Bakti
Meinanda, Teguh dan Ganjar Jiwapraja. (1980). Dasar-dasar Publisistik.
Bandung: Armico
Pratikto, Riyono. (1984). Kreatif Menulis Feature. Bandung: Alumni
Poerwadarminta. (1989). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka
Rakhmat, J. (2000). Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: Remaja
Rosdakarya
__________(2001). Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya
__________(1996). Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya
Sastropoetro, R.A, Santoso. (1987). Komunikasi Sosial. Bandung: Bina Cipta
Stokkink, Theo. (1997). The Professional Radio Presenter. Yogyakarta: Kansius
Wahyudi, B.J. (1986). Media Komunikasi Massa Televisi. Bandung: Alumni
Sumber Bacaan Lain:
Company Profile Radio GMR 104.4 FM Bandung.
Fakultas Ilmu Komunikasi Lampiran: 6 halaman
Universitas Islam Bandung Bandung, 11 Agustus 2003
Jl. Tamansari No.1 Bandung
Kepada
Yth. Saudara/i
Di UKM Mapenta – Unisba
Assalamu’alaikum Wr. Wb,
Dalam rangka menyusun skripsi yang merupakan syarat menempuh ujian sidang
sarjana di Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Islam Bandung, dengan ini saya
mohon keikhlasan Saudara/i untuk mengisi angket penelitian yang saya lampirkan
sebagai pelengkap data.
Jawaban yang jujur dan benar merupakan sumbangan yang amat berguna bagi
penyusunan skripsi ini, ada pun formulasi masalahnya, yaitu:
“TANGGAPAN PENDENGAR TERHADAP ACARA IWAN FALS PADA
RADIO SIARAN GMR 104.4 FM BANDUNG”
Atas bantuan dan perhatian yang Saudara/i berikan, saya ucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya. Wassalam.
Bandung, 11 Agustus 2003
Mengetahui,
Dekan Fakultas Ilmu Komunikasi Mahasiswa
Universitas Islam Bandung Fakultas Ilmu Komunikasi
H. Azis Taufik Hirzi. Drs., M.Si. Qodri Leanga Putra
10080097113
Tercatat di Fakultas Ilmu Komunikasi
Tanggal : 14 Agustus 2003
Nomor : 181/Mk/VIII/03
90
ANGKET PENELITIAN
No. Angket:
Petunjuk pengisian angket:
1. Nomor angket tidak perlu di isi.
2. Mohon untuk membaca setiap pertanyaan dengan teliti.
3. Berilah tanda silang (x) untuk setiap jawaban yang menurut anda paling tepat.
4. Kejujuran anda dalam mengisi angket ini sangat berguna bagi penelitian.
A. DATA RESPONDEN
1. Jenis kelamin Saudara/i ?
a. Laki-laki.
b. Perempuan.
2. Usia Saudara/i ?
a. 20 – 25 tahun.
b. 26 – 30 tahun.
c. 31 – 35 tahun.
91
B. DATA PENELITIAN
1. Bagaimana tanggapan Saudara/i mengenai frekuensi acara Iwan Fals di radio
GMR 104.4 FM yang disiarkan satu kali dalam seminggu ?
a. Tepat
b. Kurang tepat
c. Tidak tepat.
2. Bagaimana tanggapan Saudara/i mengenai durasi atau lamanya acara Iwan
Fals yang disiarkan selama 3 jam atau 180 menit ?
a. Lama
b. Kurang lama
c. Tidak lama
3. Bagaimana tanggapan Saudara/i mengenai waktu penyiaran acara pada hari
Sabtu pukul 18.00 sampai 21.00 WIB ?
a. Tepat
b. Kurang tepat
c. Tidak tepat
4. Bagaimana tanggapan Saudara/i mengenai bentuk penyajian acara Iwan Fals
yang menyiarkan musik yaitu lagu – lagu Iwan Fals saja ?
a. Menarik
b. Kurang menarik
c. Tidak menarik
92
5. Bagaimana tanggapan Saudara/i mengenai bentuk penyajian acara Iwan Fals
yang menyajikan iklan sebagai selingan musik ?
a. Menarik
b. Kurang menarik
c. Tidak menarik
6. Bagaimana tanggapan Saudara/i mengenai bentuk penyajian acara Iwan Fals
yang menyajikan kata-kata dari penyiar seputar informasi musik Iwan Fals
sebagai selingan musik ?
a. Menarik
b. Kurang menarik
c. Tidak menarik
7. Bagaimana tanggapan Saudara/i mengenai bentuk penyajian acara Iwan Fals
yang menyajikan sound effect sebagai selingan musik ?
a. Menarik
b. Kurang menarik
c. Tidak menarik
8. Bagaimana tanggapan Saudara/i mengenai keahlian penyiar dalam
menyampaikan kata-kata dan menyiarkan musik yaitu lagu-lagu Iwan Fals ?
a. Ahli
b. Kurang ahli
c. Tidak ahli
9. Apakah Saudara/i percaya terhadap kata-kata dari penyiar dalam
menyampaikan informasi seputar musik Iwan Fals ?
93
a. Percaya
b. Kurang percaya
c. Tidak percaya
10. Bagaimana tanggapan Saudara/I mengenai penyiar dalam acara Iwan Fals
ketika berbicara atau berkata-kata ?
a. Menarik.
b. Kurang menarik
c. Tidak menarik
11. Bagaimana tanggapan Saudara/i mengenai kata-kata yang digunakan penyiar
dalam acara Iwan Fals ?
a. Dimengerti
b. Kurang dimengerti
c. Tidak dimengerti
12. Bagaimana tanggapan Saudara/i mengenai kata-kata yang digunakan penyiar
ketika berbicara dalam acara Iwan Fals ?
a. Menarik
b. Kurang menarik
c. Tidak menarik
Terima Kasih
94
CODING BOOK
NO. VARIABEL KOLOM KODE ARTI KODE
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Jenis Kelamin
Usia Responden
Frekuensi Penyiaran Acara Iwan
Fals
Durasi Penyiaran Acara Iwan
Fals
Waktu Penyiaran Acara Iwan
Fals
Penyajian lagu-lagu Iwan Fals
pada Acara Iwan Fals
1 – 2
3
4
5
6
7
8
1
2
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
Nomor Responden
Laki-laki
Perempuan
20 – 25 tahun
26 – 30 tahun
31 – 35 tahun
Tepat
Kurang tepat
Tidak tepat
Lama
Kurang lama
Tidak lama
Tepat
Kurang tepat
Tidak tepat
Menarik
Kurang menarik
Tidak menarik
95
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
Penyajian iklan pada Acara Iwan
Fals
Penyajian kata-kata Acara Iwan
Fals
Penyajian sound effect pada
Acara Iwan Fals
Keahlian Penyiar Acara Iwan
Fals
Kepercayaan Terhadap Penyiar
Acara Iwan Fals
Ketertarikan Terhadap Penyiar
Acara Iwan Fals
Dimengerti tidaknya Kata-kata
Penyiar Acara Iwan Fals
Menarik tidaknya Kata-kata
Penyiar Acara Iwan Fals
9
10
11
12
13
14
15
16
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1 2 3
1
2
3
Menarik
Kurang menarik
Tidak menarik
Menarik
Kurang menarik
Tidak menarik
Menarik
Kurang menarik
Tidak menarik
Ahli
Kurang ahli
Tidak ahli
Percaya
Kurang percaya
Tidak percaya
Menarik
Kurang menarik
Tidak menarik
Dimengerti Kurang dimengerti Tidak dimengerti
Menarik
Kurang menarik
Tidak menarik
96
CODING SHEET
Data Responden Data Penelitian 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 0 1 1 2 1 2 1 1 2 1 2 2 1 1 1 2 0 2 1 1 2 3 2 1 2 1 1 1 1 1 1 1 0 3 1 1 2 2 2 1 3 1 1 1 1 1 1 1 0 4 1 1 2 2 3 1 2 1 2 1 1 1 1 1 0 5 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 2 0 6 1 1 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 1 2 0 7 1 1 2 1 1 1 2 2 3 2 2 2 2 2 0 8 1 2 2 2 2 2 3 2 1 2 1 2 1 2 0 9 1 2 1 2 2 1 2 2 2 2 3 2 1 2 1 0 1 2 1 2 2 2 2 1 2 2 2 2 1 2 1 1 1 1 1 3 1 1 2 2 2 1 2 2 1 2 1 2 2 1 2 1 1 2 3 2 2 3 1 2 2 2 1 3 1 1 2 2 1 1 2 1 2 2 2 2 2 2 1 4 1 1 1 1 1 2 1 2 1 2 2 1 1 1 1 5 1 1 2 2 1 2 3 2 2 2 1 2 1 2 1 6 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 1 2 1 7 1 2 1 3 1 1 1 2 1 2 1 1 1 1 1 8 1 3 1 1 1 2 2 3 2 2 2 3 2 2 1 9 2 2 2 2 2 1 2 1 2 2 1 2 1 2 2 0 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 2 2 1 1 2 1 1 1 1 3 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 1 1 2 2 1 1 1 2 1 1 1 1 1 2 3 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 2 2 1 2 4 1 1 1 3 3 1 1 1 1 1 2 1 2 1 2 5 1 1 2 1 1 1 1 2 2 1 1 1 1 1 2 6 1 1 1 3 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 2 7 2 1 1 1 1 2 2 1 2 3 1 2 1 2 2 8 1 1 1 1 1 1 3 1 1 3 1 3 1 3 2 9 1 1 1 2 1 1 2 1 1 2 1 2 1 2 3 0 2 1 1 1 2 1 1 1 2 2 1 2 2 2 3 1 2 1 1 1 2 2 1 1 1 2 1 2 1 2 3 2 2 1 1 1 1 1 2 1 2 2 1 2 1 3 3 3 1 2 1 2 1 1 2 1 1 2 1 2 2 2 3 4 1 2 1 1 1 1 2 1 1 3 1 3 1 3 3 5 2 2 1 1 1 2 1 1 1 2 1 2 2 2 3 6 1 2 1 2 1 1 3 1 1 2 1 2 1 2 3 7 1 1 2 2 1 1 3 1 1 2 2 2 1 3 3 8 1 1 2 2 1 1 2 1 1 2 1 2 1 2
99
Wawancara dengan Rokhmat Sutaryana: Asst. Chief Music Room Radio GMR
104.4 FM Bandung.
NASKAH WAWANCARA
1. Bagaimanakah format musik Radio GMR 104.4 FM Bandung ?
2. Siapakah fokus pendengar Radio GMR 104.4 FM Bandung ?
3. Kapankah acara Iwan Fals dimulai pertama kali ?
4. Apakah pengertian acara Iwan Fals ?
5. Sejak kapan Radio GMR 104.4 FM berdiri ?
6. Apakah motto Radio GMR 104.4 FM Bandung ?
7. Program apa sajakah yang ada di Radio GMR 104.4 FM Bandung ?
8. Bagaimanakah struktur organisasi Radio GMR 104.4 FM Bandung ?
9. Berapa kalikah pergantian waktu penyiaran acara Iwan Fals dari tahun 1996
hingga sekarang ?
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : QODRI LEANGA PUTRA
Jenis Kelamin : Laki – laki
Tempat/Tgl Lahir : Pekan Baru/26 Agustus 1978
Agama : Islam
Kewarganegaraan : Indonesia
Suku Bangsa : Minangkabau
Nama Ayah : Kasrinas Munas
Pekerjaan : Pegawai PT. Caltex Pacific Indonesia
Nama Ibu : Ratnidar
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Jln. Rowosari No. 38 Kel. Umbansari Rumbai,
Pekan Baru – RIAU 46425
Telp. (0761) 51925 / 0817628058
Pendidikan :
SDN 005 Rumbai, lulus tahun 1985 – 1991
SMP Cendana Rumbai, lulus tahun 1991 – 1994
SMU Cendana Rumbai, lulus tahun 1994 – 1997
Universitas Islam Bandung, Fakultas Ilmu Komunikasi,
Bidang Kajian Manajemen Komunikasi, lulus tahun 1997 - 2004