Periodontitis Hello 2

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Periodontitis Hello

Citation preview

1

PERIODONTITIS

Merupakan suatu penyakit jaringan penyangga gigi yaitu yang melibatkan gingiva, ligamen periodontal, sementum, dan tulang alveolar karena suatu proses inflamasi. Inflamasi berasal dari ginggiva (gingivitis) yang tidak dirawat, dan bila proses berlanjut maka akan menginvasi struktur di bawahnya sehingga akan terbentuk poket yang menyebabkan peradangan berlanjut dan merusak tulang serta jaringan penyangga gigi, akibatnya gigi menjadi goyang dan akhirnya harus dicabut. Karekteristik periodontitis dapat dilihat dengan adanya inflamasi ginggiva, pembentukan poket periodontal, kerusakan ligamen periodontal dan tulang alveolar sampai hilangnya sebagian atau seluruh gigi.

Definisi

Periodontitis adalah peradangan atau infeksi pada jaringan penyangga gigi (jaringan periodontium). Yang termasuk jaringan penyangga gigi adalah gusi dan tulang yang membentuk kantong tempat gigi berada, dan ligamen periodontal (selapis tipis jaringan ikat yang memegang gigi dalam kantongnya dan juga berfungsi sebagai media peredam antara gigi dan tulang).

Suatu keadaan dapat disebut periodontitis bila perlekatan antara jaringan periodontal dengan gigi mengalami kerusakan. Selain itu tulang alveolar (tulang yang menyangga gigi) juga mengalami kerusakan.

Periodontitis dapat berkembang dari ginggivitis (peradangan atau infeksi pada gusi) yang tidak dirawat. Infeksi akan meluas dari gusi ke arah tulang di bawah gigi sehingga menyebabkan kerusakan yang lebih luas pada jaringan periodontal.

Etiologi

Periodontitis umumnya disebabkan oleh plak. Plak adalah lapisan tipis biofilm yang mengandung bakteri, produk bakteri, dan sisa makanan. Lapisan ini melekat pada permukaan dan gigi dan berwarna putih atau putih kekuningan. Plak yang menyebabkan ginggivitis dan periodontitis adalah plak yang berada tepat di atas garis gusi. Bakteri dan produknya dapat menyebar ke bawah gusi sehingga terjadi proses peradangan dan terjadilah periodontitis.

Etiologi Periodontitis Secara Umum

Terutama disebabkan oleh mikroorganisme dan produk-produknya yaitu: plak supra dan sub ginggiva. Faktor predisposisi atau faktor etiologi sekunder dari periodontitis dapat dihubungkan dengan adanya akumulasi, retensi dan maturasi dari plak, kalkulus yang terdapat pada ginggiva tepi dan yang over kontur, impaksi makanan yang menyebabkan terjadinya kedalaman poket. Faktor sistemik juga dapat berpengaruh pada terjadinya periodontitis, meskipun tidak didahului oleh proses inflamasi. Tekanan oklusal yang berlebihan juga dapat memainkan peranan penting pada progresivitas penyakit periodontitis dan terjadinya kerusakan tulang (contohnya: pada pemakaian alat ortodonsi dengan tekanan yang berlebihan).

Patologi

Ginggiva biasanya mengalami inflamasi kronis. Penampakan luar sangat bervariasi tergantung dari lamanya waktu terjadinya penyakit dan respons dari jaringan itu sendiri. Warna gingiva bervariasi dari merah sampai merah kebiruan. Konsistensinya dari odem sampai fibrotik. Teksturnya tidak stippling, konturnya pada gingiva tepi membulat dan pada interdental gingiva mendatar. Ukurannya rata-rata membesar, junctional epithelium berjarak 3-4 mm kearah apikal. Tendensi perdarahan banyak, pada permukaan gigi biasanya terdapat kalkulus diikuti dengan adanya eksudat purulen dan terdapat poket periodontal yang lebih dari 2 mm, terjadi mobilitas gigi.

Mekanisme Kerusakan Jaringan Periodontal

Osteoklas dan fagositosis mononukklear merupakan suatu peningkatan produk pada jaringan periodontal selama terjadinya inflamasi periodontal. Keduanya dapat mengakibatkan resopsi tulang dengan cara menghilangkan meneral dan kemudian memaparkan kolagen. Berikut ini adalah faktor-faktor yang menunjukan stimulasi pada peningkatan osteoklas

Produksi osteoklas, faktor aktivasi dari leukosit distimulasi oleh antigen dari plak gigiPeningkatan vaskularitas dihubungkan dengan inflamasi.Endotoksin dari mikroorganisme bacteriodes melaninogeniccus.

Faktor lain yang dihubungkan dengan resorpsi tulang adalah ekstrak glandula paratiroid, fragmen tumor, heparin, prostaglandin, kolagenase, hyaluronidase dan tekanan yang berlebihan pada bagian oklusal. Resorpsi tulang pada penyakit periodontal bukan merupakan proses nekrosis, tetapi merupakan suatu proses yang dapat merusak sel-sel tulang.

Histopatologi dan Patogenesis

Periodontitis dimulai dengan ginggivitis dan bila kemungkinan terjadi proses inflamasi, maka pada kebanyakan pasien, tetapi tidak semua pasien terjadi proses inflamasi secara bertahap dan akan memasuki jaringan periodontal yang lebih dalam. Bersama dengan proses inflamasi akan timbul potensi untuk menstimulasi resorpsi jaringan periodontal dan pembentukan poket periodontal.

Tipe poket periodontal

Poket periodontal merupakan suatu pendalaman sulkus gingiva dengan migrasi apikal dari epitelium junction dan rusaknya ligamen periodontal serta tulang alveolar.

Ada dua tipe poket periodontal yang didasarkan pada hubungan antara epitelium junction dengan tulang alveolar.

Poket periodontal suprabony yaitu dasar poket merupakan bagian koronal dari puncak tulang alveolar.

Poket periodontal infrabony yaitu dasar poket merupakan bagian apikal dari puncak tulang alveolar.

Pembentukan poket periodontal

Poket periodontal adalah sulkus gingiva yang mengalami pendalaman karena migrasi apikal junctional epithelium dan kerusakan ligamen periodontal serta tulang alveolar. Pembesaran ginggiva juga berperan dalam meningkatkan kedalaman poket .

Sementara mekanisme yang pasti dari pembentukan poket belum diketahui secara lengkap. Page dan Schoeder, dua orang ahli patologis yang terkemuka, membuat klasifikasi tahap patogenesis sebagai berikut:

Permulaan terjadinya lesi :

Karekteristik dari permulaan lesi adalah vaskulitis pembuluh-pembuluh darah yang mengarah ke dalam junctional epithelium, meningkatnya aliran cairan gingiva, gerakan leukosit ke dalam junctional epithelium dan sulkus gingiva, protein serum ekstraseluler, perubahan aspek koronal dari junctional epithelium, dan hilangnya serabut-serabut kolagen disekitar pembuluh darah gingiva.

Lesi tingkat awal :

Lesi awal terlihat dimulai dengan karakteristik permulaan lesi dalam jumlah yang besar, munculnya sel-sel limfoit di bawah junctional epithelium dimana ada konsentrasi akut, perubahan fibroblas, serabut-serabut kolagen gingiva mengalami kerusakan yang lebih parah, dan proliferasi awal sel-sel basal pada junctional epithelium.

Lesi yang telah terbentuk :

Dengan adanya lesi yang telah terbentuk manifestasi inflamasi akut akan bertahan; didominasi oleh sel-sel plasma; akumulasi immunoglobulin di bagian ekstravaskular; kerusakan serabut-serabut kolagen terus berlanjut; proliferasi, migrasi apikal dan terlihat perluasan junctional epithelium ke lateral; dan ada kemungkinan pembentukan poket periodontal awal, tetapi tidak terjadi kerusakan tulang yang cukup besar.

Lesi tingkat lanjut :

Lesi tingkat lanjut adalah tipikal dari periodontitis dan mempunyai karakteristik sebagai kelanjutan dari gambaran lesi yang telah terbentuk, penyebaran lesi ke dalam tulang alveolar dan ligamen periodontal yang mengakibatkan kerusakan tulang, hilangnya serabut-serabut kolagen yang berdekatan dengan poket epithelium, fibrosis pada daerah yang lebih periferal, adanya sel-sel plasma yang telah berubah, pembentukan poket periodontal, periode eksaserbasi dan periode aktifitas patologis yang sangat kecil, perubahan sumsum tulang menjadi jaringan fibrous, dan secara umum terlihat adanya reaksi jaringan inflamasi dan immunopatologis.

Klasifikasi

Secara umum periodontitis terbagi atas 2 jenis yaitu:

1. Marginal periodontitis2. Apikal periodontitisPeriodontitis marginalis berkembang dari gingivitis (peradangan atau infeksi pada gusi) yang tidak dirawat. Infeksi akan meluas dari gusi ke arah bawah gigi sehingga menyebabkan kerusakan yang lebih luas pada jaringan periodontal.Sedangkan periodontitis apikalis adalah peradangan yang terjadi pada jaringan sekitar apeks gigi yang biasanya merupakan lanjutan dari infeksi atau peradangan pada pulpa.

Klasifikasi periodontitis :

1. Periodontitis dewasa kronis

Tipe ini adalah tipe periodontitis yang berjalan lambat, terjadi pada 35 tahun keatas. Kehilangan tulang berkembang lambat dan didominasi oleh bentuk horizontal. Faktor etiologi utama adalah faktor lokal terutama bakteri gram negatif. Tidak ditemukan kelainan sel darah dan disertai kehilangan tulang

Gambar 4: Gambaran klinis periodontitis dewasa kronis

Gambar 5: Gambaran radiografi periodontitis dewasa kronis:

terlihat kehilangan tulang horizontal ringan-sedang dan terlokalisasi

2. Early Onset Periodontitis (EOP)

a) Periodontitis prepubertas, Tipe ini adalah tipe yang terjadi setelah erupsi gigi sulung. Terjadi dalam bentuk yang terlokalisir dan menyeluruh. Tipe ini jarang terjadi dan penyebarannya tidak begitu luas.

b) Periodontitis juvenil (periodontosis), Localised Juvenil Periodontitis (LJP) adalah penyakit peridontal yang muncul pada masa pubertas. Gambaran klasik ditandai dengan kehilangan tulang vertikal yang hebat pada molar pertama tetap, dan mungkin pada insisif tetap. Biasanya, akumulasi plak sedikit dan mungkin tidak terlihat atau hanya sedikit inflamasi yang terjadi. Predileksi penyakit lebih banyak pada wanita dengan perbandingan wanita:pria 3:1. Bakteri yang terlibat pada tipe ini adalah Actinobacillus actinomycetemcomittans. Bakteri ini menghasilkan leukotoksin yang bersifat toksis terhadap leukosit, kolagenase, endotoksin, dan faktor penghambat fibroblas. Selain bentuk terlokalisir, juga terdapat bentuk menyeluruh yang mengenai seluruh gigi-geligi.

c) Periodontitis yang berkembang cepat adalah penyakit yang biasanya dimulai sekitar masa pubertas hingga 35 tahun. Ditandai dengan resorbsi tulang alveolar yang hebat, mengenai hampir seluruh gigi. Bentuk kehilangan yang terjadi vertikal atau horizontal, atau kedua-duanya. Banyaknya kerusakan tulang nampaknya tidak berkaitan dengan banyaknya iritan lokal yang ada.

Penyakit ini dikaitkan dengan penyakit sistemik (seperti diabetes melitus, sindrom down, dan penyakit-penyakit lain), tetapi dapat juga mengenai individu yang tidak memiliki penyakit sistemik. Keadaan ini dibagi dalam dua subklas:

a. Tipe A: terjadi antara umur 14-26 tahun. Ditandai dengan kehilangan tulang dan perlekatan epitel yang cepat dan menyeluruh.

b. Tipe B: ditandai dengan kehilangan tulang dan perlekatan epitel yang cepat dan menyeluruh pada usia antara 26-35 tahun.

c. Nekrosis ulseratif gingivo-periodontitis (NUG-P) adalah bentuk periodontitis yang biasanya terjadi setelah episode berulang dari gingivitis ulseratif nekrosis akut dalam jangka waktu lama, yang tidak dirawat atau dirawat tetapi tidak tuntas. Pada tipe ini terjadi kerusakan jaringan di interproksimal, membentuk lesi seperti kawah, baik pada jaringan lunak mapun tulang alveolar.

3. Periodontitis yang berkaitan dengan penyakit sistemik

5. Diagnosis periodontitis

Ditegakkan berdasarkan anamnesa, gambaran klinik dan pemeriksaan penunjang.

Anamnesa didapatkan gejala

Gusi berdarah saat menyikat gigi.Gusi berwarna merah, bengkak, dan lunak.Terlihat adanya bagian gusi yang turun dan menjauhi gigi.Terdapat nanah di antara gigi dan gusi.Gigi goyang.Pemeriksaan fisik

Penampakan luar sangat bervariasi tergantung dari lamanya waktu terjadinya penyakit dan respons dari jaringan itu sendiri.

Warna gingiva bervariasi dari merah sampai merah kebiruan. Konsistensinya dari odem sampai fibrotik. Teksturnya tidak stippling, konturnya pada gingiva tepi membulat dan pada interdental gingiva mendatar. Ukurannya rata-rata membesar, junctional epithelium berjarak 3-4 mm kearah apikal Tendensi perdarahan banyak, pada permukaan gigi biasanya terdapat kalkulus diikuti dengan adanya eksudat purulen dan terdapat poket periodontal yang lebih dari 2mm, terjadi mobilitas gigi.

1.Inflamasi gingiva dan pendarahan

Adanya dan keparahan inflamasi gingiva tergantung pada status kebersihan mulut; bila buruk, inflamasi gingiva akan timbul dan terjadi pendarahan waktu penyikatan atau bahkan pendarahan spontan. Bila penyikatan gigi pasien cukup baik, plak cukup terkontrol tetapi ada deposit subgingiva karena skaling yang kurang adekuat, adanya penyakit periodontal mungkin tidak ditemukan pada pemeriksaan superfisial, bila dilakukan pemeriksaan riwayat dengan cermat pasien sering melaporkan riwayat pendarahan dimasa lalu yang berhenti ketika ia makin rajin membersihkan giginya.

2.PoketPengukuran kedalaman poket merupakan bagian penting dari diagnosis periodontal tetapi harus tetap diinterpretasikan bersama dengan inflamasi gingiva dan pembengkakan.

Teoritis, bila tidak ada pembengkakan gingiva, poket sedalam lebih dari 2 mm menunjukkan adanya migrasi ke apikal dari epiteluim krevikular, tetapi pembengkakan inflamasi sangat sering mengenai individu muda usia sehingga poket sedalam 3-4mm dapat seluruhnya merupakan poket gingiva atau poket palsu.

Resesi gingival

Resesi gingiva dan terbukanya akar dapat meyertai periodontitis kronis tetapi tidak selalu merupakan tanda dari penyakit. Bila ada resesi, pengukuran kedalaman poket hanya merupakan cerminan sebagian dari kerusakan periodontalseluruhnya.

4. Mobilitas gigi

Beberapa mobilitas gigi pada bidang labiolingual dapat terjadi pada gigi yang sehat, berakar tunggal, khususnya pada gigi insisivus bawah yang lebih kecil mobil daripada gigi berakar jamak.

Pemeriksaan dapat dilakukan dengan menekan salah satu sisi gigi yang bersangkutan dengan alat atau ujung jari dengan ujung jari lainnya pada sisi gigi yang berseberangan dan gigi tetangganya yang digunakan sebagai titik pedoman sehingga gerakan relatif dapat diperiksa. Cara lain untuk memeriksa mobilitas (walaupun tidak megukurnya) adalah dengan pasien mengoklusikan gigi-geliginya.

5. Derajat mobilitas gigi dapat dikelompokkanGrade 1. Hanya dirasakanGrade 2. Mudah dirasakan, pergeseran labiolingual 1 mmGrade 3. Pergeseran labiolingual lebih dri 1 mm, mobilitas dari gigi ke atas dan kebawah pada arah aksial.

6. Nyeri

Nyeri atau sakit waktu gigi diperkusi menunjukkan adanya inflamasi aktif dari jaringan penopang, yang paling akut bila ada pembentukan abcess dimana gigi sangan sensitive terhadap sentuhan. Sensitivitas terhadap dingin atau panas dan dingin kadang ditemukan bila ada resesi gingiva dan terbukanya pulpa.

pemeriksaan penunjang

untuk memastikan bakteri penyebab dapat dilakukan kultur, dan untuk pemeriksaan radiologis, gambaran radiologik pada gigi yang mengalami kelainan periondontium biasa memperlihatkan kehilangan tulang yang menyeluruh baik vertikal maupun horizontal sepanjang permukaan pada ketinggian yang berberda-beda atau tampak gambaran destruksi processus alveolaris.

Gejala

Kadang pasien tidak merasakan rasa sakit ataupun gejala lainnya. Biasanya tanda-tanda yang dapat diperhatikan adalah :

Gusi berdarah saat menyikat gigi.Gusi berwarna merah, bengkak, dan lunak.Terlihat adanya bagian gusi yang turun dan menjauhi gigi.Terdapat nanah di antara gigi dan gusi.Gigi goyang.

Penatalaksanaan

Perawatan periodontitis dapat dibagi menjadi 3 fase, yaitu:

Fase I : fase terapi inisial, merupakan fase dengan cara menghilangkan beberapa faktor etiologi yang mungkin terjadi tanpa melakukan tindakan bedah periodontal atau melakukan perawatan restoratif dan prostetik. Berikut ini adalah beberapa prosedur yang dilakukan pada fase I :

Memberi pendidikan pada pasien tentang kontrol plak.

Scaling dan root planning

Perawatan karies dan lesi endodontikMenghilangkan restorasi gigi yang over kontur dan over hangingPenyesuaian oklusal (occlusal ajustment)

Splinting temporer pada gigi yang goyahPerawatan ortodontikAnalisis diet dan evaluasinyaReevaluasi status periodontal setelah perawatan tersebut diatas

Fase II : fase terapi korektif, termasuk koreksi terhadap deformitas anatomikal seperti poket periodontal, kehilangan gigi dan disharmoni oklusi yang berkembang sebagai suatu hasil dari penyakit sebelumnya dan menjadi faktor predisposisi atau rekurensi dari penyakit periodontal. Berikut ini adalah bebertapa prosedur yang dilakukun pada fase ini:

Bedah periodontal, untuk mengeliminasi poket dengan cara antara lain: kuretase gingiva, gingivektomi, prosedur bedah flap periodontal, rekonturing tulang (bedah tulang) dan prosedur regenerasi periodontal (bone and tissue graft)Penyesuaian oklusiPembuatan restorasi tetap dan alat prostetik yang ideal untuk gigi yang hilang

Fase III: fase terapi pemeliharaan, dilakukan untuk mencegah terjadinya kekambuhan pada penyakit periodontal. Berikut ini adalah beberapa prosedur yang dilakukan pada fase ini:

Riwayat medis dan riwayat gigi pasienReevalusi kesehatan periodontal setiap 6 bulan dengan mencatat scor plak, ada tidaknya inflamasi gingiva, kedalaman poket dan mobilitas gigiMelekukan radiografi untuk mengetahui perkembangan periodontal dan tulang alveolar tiap 3 atau 4 tahun sekaliScalling dan polishing tiap 6 bulan seksli, tergantung dari evektivitas kontrol plak pasien dan pada kecenderungan pembentukan kalkulusAplikasi tablet fluoride secara topikal untuk mencegah karies

Pencegahan

Pencegahan penyakit periodontal antara lain dengan cara :

Menyikat gigi setiap habis makan dengan pasta gigi yang mengandung fluoride Membersihkan sela-sela antara gigi dengan dental floss, dental floss ini gunanya untuk mengangkat sisa makanan yang terdapat di leher gigi dan di bawah gusi Saat ini sudah banyak di produksi "dental water jet" yang terbukti lebih efektif menghilangkan perdarahan gusi di bandingkan dental flossMakanan bergizi yang seimbang Mengunjungi dokter gigi secara teratur untuk dilakukan pemeriksaan rutin dan cleaning

Prognosis

Dokter mengukur hygienists penyakit periodontal menggunakan perangkat yang disebut probe periodontal. Ini adalah tongkat tipis mengukur yang lembut ditempatkan ke dalam ruang antara gusi dan gigi, dan menyelipkan di bawah garis-gusi. Jika ujung dapat slip lebih dari 3 milimeter di bawah garis-gusi, pasien dikatakan memiliki saku gingiva jika tidak ada migrasi lampiran epitel telah terjadi atau saku periodontal jika migrasi apikal telah terjadi.Hal ini agak keliru, karena setiap kedalaman dalam esensi saku, yang pada gilirannya ditentukan oleh kedalaman, yaitu, saku 2 mm atau saku 6 mm.

Namun, secara umum diterima bahwa saku adalah diri-cleansable (di rumah, oleh pasien, dengan sikat gigi) jika mereka 3 mm atau kurang secara mendalam. Hal ini penting karena jika ada saku yang lebih dari 3 mm di sekitar gigi, perawatan di rumah tidak akan cukup untuk membersihkan saku, dan perawatan profesional harus dicari.

Ketika kedalaman saku mencapai 6 dan 7 mm di kedalaman, instrumen tangan dan cavitrons digunakan oleh profesional gigi tidak dapat mencapai cukup mendalam ke dalam saku untuk membersihkan plak microbic yang menyebabkan inflamasi gingiva.

Dalam situasi tulang atau gusi sekitar gigi yang harus diubah atau pembedahan akan selalu memiliki peradangan yang kemungkinan akan menyebabkan hilangnya tulang di sekitar gigi yang lebih banyak. Cara tambahan untuk menghentikan peradangan akan bagi pasien untuk menerima antibiotik subgingival (seperti minocycline) atau mengalami beberapa bentuk operasi gingiva untuk mengakses kedalaman kantong dan mungkin bahkan mengubah kedalaman saku sehingga mereka menjadi 3 mm atau kurang secara mendalam dan dapat sekali lagi akan dibersihkan oleh pasien di rumah dengan sikat giginya.

Jika seorang pasien memiliki 7 mm atau lebih dalam saku sekitar gigi mereka, maka mereka cenderung akan resiko kerugian akhirnya gigi selama bertahun-tahun.Jika kondisi periodontal tidak diidentifikasi dan pasien tetap tidak menyadari sifat progresif dari penyakit ini kemudian, tahun kemudian, mereka mungkin akan terkejut bahwa sebagian gigi berangsur-angsur akan menjadi longgar dan mungkin perlu digali, kadang-kadang karena infeksi yang parah atau bahkan nyeri.

Prognosis lesi-lesi ini bergantung pada perawatan periodontik, perawatan saluran tidak merupakan indikasi, terutama jika pulpanya masih vital. Bila penanganan dilakukan segera, kehilangan gigi dapat dicegah, bila tidak ditangani dengan baik dapat terbentuk pus dan bisa meluas menjadi pyorrhea alveolaris atau dapat menimbulkan kegoyangan gigi yang parah sehingga harus dilakukan ekstraksi gigi

DAFTAR PUSTAKA

Carranza, F.A., 1990, Glickman's clinical Periodontology, 7th Ed, W.B Saunders Company, Philadelphia, h.476-Fedi, F.J., Vernino, A.R., Gray, J.L., 2004, Silabus Periodonti, Edisi 4, EGC,Jakarta, h.46-61Harty, F.J., dan Ogston, R., 1995, Kamus Kedokteran Gigi, EGC, JakartaLynch, M.A., Brightman, V.J., Greenberg, M.A., 1992, Ilmu Penyakit Mulut: Diagnosis dan Terapi, Edisi 8, Binarupa Aksara, JakartaRateitschak, K.H, Rateitschak., E.M, Wolf, H.F., Hassell, T.M., 1985, Color Atlas of Periodontology, Georg Thieme Verlag Sturrgart, New YorkRose, L.F., Mealy, B.L., Genco, R.J., Cohen., D.W., 2004, Periodontics Medicine, Surgery, and Implants, Mobsy, St.LouisSuproyo, H., 2007, Bahan Ajar Penatalaksanaan Penyakit Jaringan Periodontal, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta