32
SMPN 1 BANDUNG Peristiwa Heroik Sekitar Kemerdekaan Indonesia Tugas IPS Annisa Nurimania S VIII-8 No. Absen: 3 Sumber : http://skulwork-nytha.blogspot.com/2012/02/peristiwa- peristiwa-heroik-setelah.html

Peristiwa Heroik Sekitar Kemerdekaan Indonesia

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Peristiwa Heroik Sekitar Kemerdekaan Indonesia

SMPN 1 Bandung

Peristiwa Heroik Sekitar Kemerdekaan Indonesia

Tugas IPS

Annisa Nurimania SVIII-8

No. Absen: 3

Sumber : http://skulwork-nytha.blogspot.com/2012/02/peristiwa-peristiwa-heroik-setelah.html

Page 2: Peristiwa Heroik Sekitar Kemerdekaan Indonesia

PERISTIWA HEROIK SEKITAR KEMERDEKAAN INDONESIA

Pada 1 Maret 1942, tentara Jepang mendarat di Pulau Jawa, dan tujuh hari kemudian,

tepatnya, 8 Maret, pemerintah kolonial Belanda menyerah tanpa syarat kepada Jepang. Sejak

itu, Indonesia diduduki oleh Jepang.

Tiga tahun kemudian, Jepang menyerah tanpa syarat kepada sekutu setelah

dijatuhkannya bom atom (oleh Amerika Serikat) di Hiroshima dan Nagasaki. Peristiwa itu terjadi

pada 6 dan 9 Agustus 1945. Mengisi kekosongan tersebut, Indonesia kemudian

memproklamirkan kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945.

Menyerahnya Jepang kepada sekutu pada tanggal 14 Agustus 1945 membawa hikmah

yang sangat besar kepada perkembangan bangsa Indonesia sebagai sebuah Negara yanag

berdaulat. “Vacuum of Power”, yaitu kekosongan kekuasaan yang terjadi di Indonesia dapat

dimanfaatkan oleh para “Founding fathers” untuk memproklamasikan kemerdekaan pada

tanggal 17 Agustus 1945 dan dilanjutkan dengan upaya melengkapi kelengkapan Negara

melalui sidang PPKI tanggal 18, 19 dan 22 Agustus 1945. Maka lengkap dan sah lah Indonesia

sebagai sebuah Negara berdaulat dengan nama Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Dengan menyerahnya Jepang terhadap Sekutu pada tanggal 15 Agustus 1945, dan

disusul dengan diproklamarkan Republik Indonesia 17 Agustus 1945, maka seharusnya tamatlah

kekuasaan Jepang di Indonesia. Akan tetapi setelah kekalahan pihak Jepang, rakyat dan pejuang

Indonesia berupaya melucuti senjata para tentara Jepang. Maka timbullah pertempuran-

pertempuran yang memakan korban di banyak daerah.

Page 3: Peristiwa Heroik Sekitar Kemerdekaan Indonesia

Berikut ini adalah daftar-daftar peristiwa heroik yang ada di Indonesia setelah

proklamasi kemerdekaan Indonesia di kumandangkan :

A. Pertempuran Lima Hari di Semarang

Pertempuran 5 Hari atau Pertempuran 5 Hari di Semarang adalah serangkaian

pertempuran antara rakyat Indonesia di Semarang melawan Tentara Jepang. Pertempuran ini

adalah perlawanan terhebat rakyat Indonesia terhadap Jepang pada masa transisi (bedakan

dengan Peristiwa 10 November - perlawanan terhebat rakyat Indonesia dalam melawan sekutu

dan Belanda). Pertempuran ini dimulai pada tanggal 15 Oktober 1945 (walau kenyataannya

suasana sudah mulai memanas sebelumnya) dan berakhir tanggal 20 Oktober 1945.

Berita Proklamasi dari Jakarta akhirnya sampai ke Semarang. Seperti kota-kota lain, di

Semarang pun rakyat khususnya pemuda berusaha untuk melucuti senjata Tentara Jepang

Kidobutai yang bermarkas di Jatingaleh. Pada tanggal 13 Oktober, suasana semakin mencekam,

Tentara Jepang semakin terdesak. Tanggal 14 Oktober, Mayor Kido menolak penyerahan

senjata sama sekali. Para pemuda pun marah dan rakyat mulai bergerak sendiri-sendiri. Aula

Rumah Sakit Purusara dijadikan markas perjuangan. Para pemuda rumah sakit pun tidak tinggal

diam dan ikut aktif dalam upaya menghadapi Jepang. Sementara itu taktik perjuangan pemuda

menggunakan taktik gerilya.

Setelah pernyataan Mayor Kido, Pada Minggu, 14 Oktober 1945, pukul 6.30 WIB,

pemuda-pemuda rumah sakit mendapat instruksi untuk mencegat dan memeriksa mobil Jepang

yang lewat di depan RS Purusara. Mereka menyita sedan milik Kempetai dan merampas senjata

mereka. Sore harinya, para pemuda ikut aktif mencari tentara Jepang dan kemudian

menjebloskannya ke Penjara Bulu. Sekitar pukul 18.00 WIB, pasukan Jepang bersenjata lengkap

melancarkan serangan mendadak sekaligus melucuti delapan anggota polisi istimewa yang

waktu itu sedang menjaga sumber air minum bagi warga Kota Semarang Reservoir Siranda di

Candilama. Kedelapan anggota Polisi Istimewa itu disiksa dan dibawa ke markas Kidobutai di

Jatingaleh. Sore itu tersiar kabar tentara Jepang menebarkan racun ke dalam reservoir itu.

Rakyat pun menjadi gelisah.

Page 4: Peristiwa Heroik Sekitar Kemerdekaan Indonesia

Selepas Magrib, ada telepon dari pimpinan Rumah Sakit Purusara, yang

memberitahukan agar dr. Kariadi, Kepala Laboratorium Purusara segera memeriksa Reservoir

Siranda karena berita Jepang menebarkan racun itu. Dokter Kariadi kemudian dengan cepat

memutuskan harus segera pergi ke sana. Suasana sangat berbahaya karena tentara Jepang

telah melakukan serangan di beberapa tempat termasuk di jalan menuju ke Reservoir Siranda.

Isteri dr. Kariadi, drg. Soenarti mencoba mencegah suaminya pergi mengingat keadaan yang

sangat genting itu. Namun dr. Kariadi berpendapat lain, ia harus menyelidiki kebenaran desas-

desus itu karena menyangkut nyawa ribuan warga Semarang. Akhirnya drg. Soenarti tidak bisa

berbuat apa-apa. Ternyata dalam perjalanan menuju Reservoir Siranda itu, mobil yang

ditumpangi dr. Kariadi dicegat tentara Jepang di Jalan Pandanaran. Bersama tentara pelajar

yang menyopiri mobil yang ditumpanginya, dr. Kariadi ditembak secara keji. Ia sempat dibawa

ke rumah sakit sekitar pukul 23.30 WIB. Ketika tiba di kamar bedah, keadaan dr. Kariadi sudah

sangat gawat. Nyawa dokter muda itu tidak dapat diselamatkan. Ia gugur dalam usia 40 tahun

satu bulan.

Sekitar pukul 3.00 WIB, 15 Oktober 1945, Mayor Kido memerintahkan sekitar 1.000

tentaranya untuk melakukan penyerangan ke pusat Kota Semarang. Sementara itu, berita

gugurnya dr. Kariadi yang dengan cepat tersebar, menyulut kemarahan warga Semarang. Hari

berikutnya, pertempuran meluas ke berbagai penjuru kota. Korban berjatuhan di mana-mana.

Pada 17 Oktober 1945, tentara Jepang meminta gencatan senjata, namun diam-diam mereka

melakukan serangan ke berbagai kampung. Pada 19 Oktober 1945, pertempuran terus terjadi di

berbagai penjuru Kota Semarang. Pertempuran ini berlangsung lima hari dan memakan korban

2.000 orang Indonesia dan 850 orang Jepang. Di antara yang gugur, termasuk dr. Kariadi dan

delapan karyawan RS Purusara.

Berdasarkan kejadiannya, kronologis pertempuran lima hari di Semarang dapat

dijabarkan sebagai berikut :

a) 7 Oktober : Pemuda Semarang berusaha melucuti senjata Tentara Jepang di Jatingaleh.

Sementara di saat yang sama, pimpinan Jepang dan pemuda berunding mengenai penyerahan

senjata.

Page 5: Peristiwa Heroik Sekitar Kemerdekaan Indonesia

b) 13 Oktober : Suasana semakin menegang dan Jepang semakin terdesak.

c) 14 Oktober : Mayor Kido menolak penyerahan senjata. Pukul 06.30, Aula RS Purusara

dijadikan markas perjuangan dan pemuda mencegat serta memeriksa mobil Jepang yang lewat.

Mereka juga menyita sedan milik Kampetai. Sore harinya, pemuda menjebloskan Tentara

Jepang ke Penjara Bulu namun pukul 18.00 Jepang melancarkan serangan mendadak kepada

delapan polisi istimewa yang menjaga Resevoir Siranda di Candi. Kedelapan Polisi itu disiksa dan

sore itu juga tersiatr kabar kalau Jepang menebar racun dalam reservoir tersebut. Selepas

Maghrib, dr. Kariadi memutuskan untuk segera memeriksa reservoir itu namun istrinya, drg.

Sonarti, mencoba mencegahnya karena ia berpendapat bahwa suasana sedang sangat

berbahaya namun tidak berhasil. Sayangnya, dalam perjalanan dr. Kariadi dan beberapa tentara

pelajar, mereka ditembak secara keji. Dr. kariadi sempat dibawa ke rumah sakit sekitar namun

tidak dapat diselamatkan. Selain kejadian di atas, pada hari itu juga terjadi pemberontakan

4.000 tentara Jepang di Cepiring.

d) 15 Oktober: Pukul 03.00, Mayor Kido menyuruh 1.000 tentara untuk melakukan penyerangan

ke pusat kota mendengar berita penangjkapann Jenderal Nakamura dan berita gugurnya dr.

Kariadi menyulut kemarahan warga Semarang. Di Semarang juga terjadi penangkapan Mr.

Wongsonegoro, Dr. Sukaryo, dan Sudanco Mirza Sidharta.

e) 16 Oktober : Pertempuran terus berlanjut

f) 17 Oktober : Jepang berunding dengan Mr. Wongsonegoro

g) 18 Oktober : Ada perundingan gencatan senjata oleh KAsman Singodimejo dan Jenderal

Nakamura. Dalam perundingan ini, Jepang ingin agar senjata yang direbut segera dikembalikan

bila tidak Jepang akan meloakukan pengeboman pada tanggal 19 Oktober 1945 pukul 10.00.

h) 19 oktober : Pukul 07.45, kedatangan Sekutu di pelabuhan Semarang dengan kapal HMS

Glenry mempercepat perdamaian antara Jepang dan rakyat sehingga perang berakhir.

Mengenai pertempuran lima hari di Semarang ini, ada beberapa tokoh yang terlbat

adalah sbb :

Page 6: Peristiwa Heroik Sekitar Kemerdekaan Indonesia

a) dr. Kariadi dr. Kariadi adalah dokter yang akan mengecek cadangan air minum di daerah Candi

yang kabarnya telah diracuni oleh Jepang. Beliau juga merupakan Kepala Laboratorium Dinas

Pusat Purusara.

b) Mr. Wongsonegoro Gubernur Jawa Tengah yang sempat ditahan oleh Jepang.

c) Dr. Sukaryo dan Sudanco Mirza Sidharta tokoh Indonesia yang ditangkap oleh Jepang

betrsama Mr. Wongsonegoro.

d) Mayor Kido Pimpinan Batalion Kido Butai yang berpusat di Jatingaleh.

e) drg. Soenarti istri dr. kariadi.

f) Kasman Singodimejo perwakilan perundingan gencatan senjata dari Indonesia.

g) Jenderal Nakamura Jenderal yang ditangkap oleh TKR di Magelang

Untuk memperingati Pertempuran 5 Hari di Semarang, dibangun Tugu Muda sebagai

monumen peringatan. Tugu Muda ini dibangun pada tanggal 10 November 1950. Diresmikan

oleh presiden Ir. Soekarno pada tanggal 20 Mei 1953. Bangunan ini terletak di kawasan yang

banyak merekam peristiwa penting selama lima hari pertempuran di Semarang, yaitu di Jl.

Pemuda, Jl. Imam Bonjol, Jl. Dr. Sutomo, dan Jl. Pandanaran dengan lawang sewu. Selain

pembangunan Tugu Muda, Nama dr. Kariadi diabadikan sebagai nama salah satu rumah sakit di

Semarang

B. Pertempuran Surabaya

Pertempuran Surabaya merupakan peristiwa sejarah perang antara pihak

tentara Indonesia dan pasukan Belanda. Peristiwa besar ini terjadi pada tanggal 10

November 1945 di Kota Surabaya, Jawa Timur. Pertempuran ini adalah perang pertama

pasukan Indonesia dengan pasukan asing setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dan satu

pertempuran terbesar dan terberat dalam sejarah Revolusi Nasional Indonesia yang menjadi

simbol nasional atas perlawanan Indonesia terhadap kolonialisme.

Setelah munculnya maklumat pemerintah Indonesia tanggal 31 Agustus 1945 yang

menetapkan bahwa mulai 1 September 1945 bendera nasional Sang Saka Merah

Putih dikibarkan terus di seluruh wilayah Indonesia, gerakan pengibaran bendera tersebut

Page 7: Peristiwa Heroik Sekitar Kemerdekaan Indonesia

makin meluas ke segenap pelosok kota Surabaya. Klimaks gerakan pengibaran bendera di

Surabaya terjadi pada insiden perobekan bendera di Yamato Hoteru / Hotel

Yamato (bernama Oranje Hotel atau Hotel Oranye pada zaman kolonial, sekarang

bernama Hotel Majapahit) di Jl. Tunjungan no. 65 Surabaya.

Sekelompok orang Belanda di bawah pimpinan Mr. W.V.Ch. Ploegman pada sore hari

tanggal 18 September 1945, tepatnya pukul 21.00, mengibarkan bendera Belanda (Merah-

Putih-Biru), tanpa persetujuan Pemerintah RI Daerah Surabaya, di tiang pada tingkat teratas

Hotel Yamato, sisi sebelah utara. Keesokan harinya para pemuda Surabaya melihatnya dan

menjadi marah karena mereka menganggap Belanda telah menghina kedaulatan Indonesia,

hendak mengembalikan kekuasan kembali di Indonesia, dan melecehkan gerakan pengibaran

bendera Merah Putih yang sedang berlangsung di Surabaya.

Tak lama setelah mengumpulnya massa di Hotel Yamato, Residen Soedirman, pejuang

dan diplomat yang saat itu menjabat sebagai Wakil Residen (Fuku Syuco Gunseikan) yang masih

diakui pemerintah Dai Nippon Surabaya Syu, sekaligus sebagai Residen Daerah Surabaya

Pemerintah RI, datang melewati kerumunan massa lalu masuk ke hotel Yamato dikawal Sidik

dan Hariyono. Sebagai perwakilan RI dia berunding dengan Mr. Ploegman dan kawan-kawannya

dan meminta agar bendera Belanda segera diturunkan dari gedung Hotel Yamato. Dalam

perundingan ini Ploegman menolak untuk menurunkan bendera Belanda dan menolak untuk

mengakui kedaulatan Indonesia. Perundingan berlangsung memanas, Ploegman

mengeluarkan pistol, dan terjadilah perkelahian dalam ruang perundingan. Ploegman tewas

dicekik oleh Sidik, yang kemudian juga tewas oleh tentara Belanda yang berjaga-jaga dan

mendengar letusan pistol Ploegman, sementara Soedirman dan Hariyono melarikan diri ke luar

Hotel Yamato. Sebagian pemuda berebut naik ke atas hotel untuk menurunkan bendera

Belanda. Hariyono yang semula bersama Soedirman kembali ke dalam hotel dan terlibat dalam

pemanjatan tiang bendera dan bersama Koesno Wibowo berhasil menurunkan bendera

Belanda, merobek bagianbirunya, dan mengereknya ke puncak tiang bendera kembali sebagai

bendera Merah Putih.

Setelah insiden di Hotel Yamato tersebut, pada tanggal 27 Oktober 1945 meletuslah

pertempuran pertama antara Indonesia melawan tentara Inggris . Serangan-serangan kecil

Page 8: Peristiwa Heroik Sekitar Kemerdekaan Indonesia

tersebut di kemudian hari berubah menjadi serangan umum yang banyak memakan korban

jiwa di kedua belah pihak Indonesia dan Inggris, sebelum akhirnya Jenderal D.C.

Hawthornmeminta bantuan Presiden Sukarno untuk meredakan situasi.

Setelah gencatan senjata antara pihak Indonesia dan pihak tentara Inggris

ditandatangani tanggal 29 Oktober1945, keadaan berangsur-angsur mereda. Walaupun begitu

tetap saja terjadi bentrokan-bentrokan bersenjata antara rakyat dan tentara Inggris di

Surabaya. Bentrokan-bentrokan bersenjata di Surabaya tersebut memuncak dengan

terbunuhnya Brigadir Jenderal Mallaby, (pimpinan tentara Inggris untuk Jawa Timur), pada 30

Oktober 1945 sekitar pukul 20.30. Mobil Buick yang ditumpangi Brigadir Jenderal Mallaby

berpapasan dengan sekelompok milisi Indonesia ketika akan melewati Jembatan Merah.

Kesalahpahaman menyebabkan terjadinya tembak menembak yang berakhir dengan tewasnya

Brigadir Jenderal Mallaby oleh tembakan pistol seorang pemuda Indonesia yang sampai

sekarang tak diketahui identitasnya, dan terbakarnya mobil tersebut terkena

ledakan granat yang menyebabkan jenazah Mallaby sulit dikenali. Kematian Mallaby ini

menyebabkan pihak Inggris marah kepada pihak Indonesia dan berakibat pada keputusan

pengganti Mallaby, Mayor Jenderal Eric Carden Robert Mansergh untuk mengeluarkan

ultimatum 10 November 1945 untuk meminta pihak Indonesia menyerahkan persenjataan dan

menghentikan perlawanan pada tentara AFNEI dan administrasi NICA.

Tom Driberg, seorang Anggota Parlemen Inggris dari Partai Buruh Inggris (Labour Party).

Pada 20 Februari 1946, dalam perdebatan di Parlemen Inggris (House of Commons) meragukan

bahwa baku tembak ini dimulai oleh pasukan pihak Indonesia. Dia menyampaikan bahwa

peristiwa baku tembak ini disinyalir kuat timbul karena kesalahpahaman 20 anggota pasukan

India pimpinan Mallaby yang memulai baku tembak tersebut tidak mengetahui bahwa gencatan

senjata sedang berlaku karena mereka terputus dari kontak dan telekomunikasi. Brigadir

Mallaby keluar dari diskusi (gencatan senjata), berjalan lurus ke arah kerumunan, dengan

keberanian besar, dan berteriak kepada serdadu India untuk menghentikan tembakan. Mereka

patuh kepadanya. Mungkin setengah jam kemudian, massa di alun-alun menjadi bergolak lagi.

Brigadir Mallaby, pada titik tertentu dalam diskusi, memerintahkan serdadu India untuk

menembak lagi. Mereka melepaskan tembakan dengan dua senapan Bren dan massa bubar dan

Page 9: Peristiwa Heroik Sekitar Kemerdekaan Indonesia

lari untuk berlindung; kemudian pecah pertempuran lagi dengan sungguh gencar. Jelas bahwa

ketika Brigadir Mallaby memberi perintah untuk membuka tembakan lagi, perundingan

gencatan senjata sebenarnya telah pecah, setidaknya secara lokal. Dua puluh menit sampai

setengah jam setelah itu, ia (Mallaby) sayangnya tewas dalam mobilnya-meskipun (kita) tidak

benar-benar yakin apakah ia dibunuh oleh orang Indonesia yang mendekati mobilnya; yang

meledak bersamaan dengan serangan terhadap dirinya (Mallaby).

Setelah terbunuhnya Brigadir Jenderal Mallaby, penggantinya, Mayor Jenderal Robert

Mansergh mengeluarkan ultimatum yang menyebutkan bahwa semua pimpinan dan orang

Indonesia yang bersenjata harus melapor dan meletakkan senjatanya di tempat yang

ditentukan dan menyerahkan diri dengan mengangkat tangan di atas. Batas ultimatum adalah

jam 6.00 pagi tanggal 10 November 1945.

Ultimatum tersebut kemudian dianggap sebagai penghinaan bagi para pejuang dan

rakyat yang telah membentuk banyak badan-badan perjuangan / milisi. Ultimatum tersebut

ditolak oleh pihak Indonesia dengan alasan bahwa Republik Indonesia waktu itu sudah berdiri,

dan Tentara Keamanan Rakyat (TKR) juga telah dibentuk sebagai pasukan negara. Selain itu,

banyak organisasi perjuangan bersenjata yang telah dibentuk masyarakat, termasuk di kalangan

pemuda,mahasiswa dan pelajar yang menentang masuknya kembali pemerintahan Belanda

yang memboncengi kehadiran tentara Inggris di Indonesia.

Pada 10 November pagi, tentara Inggris mulai melancarkan serangan berskala besar,

yang diawali dengan pengeboman udara ke gedung-gedung pemerintahan Surabaya, dan

kemudian mengerahkan sekitar 30.000 infanteri, sejumlah pesawat terbang, tank, dan kapal

perang.

Inggris kemudian membombardir kota Surabaya dengan meriam dari laut dan darat.

Perlawanan pasukan dan milisi Indonesia kemudian berkobar di seluruh kota, dengan bantuan

yang aktif dari penduduk. Terlibatnya penduduk dalam pertempuran ini mengakibatkan

setidaknya 6,000 - 16,000 pejuang dari pihak Indonesia tewas dan 200,000 rakyat sipil

mengungsi dari Surabaya. Korban dari pasukan Inggris dan India kira-kira sejumlah 600 - 2000

tentara. Pertempuran berdarah di Surabaya yang memakan ribuan korban jiwa tersebut telah

Page 10: Peristiwa Heroik Sekitar Kemerdekaan Indonesia

menggerakkan perlawanan rakyat di seluruh Indonesia untuk mengusir penjajah dan

mempertahankan kemerdekaan. Banyaknya pejuang yang gugur dan rakyat sipil yang menjadi

korban pada hari 10 November ini kemudian dikenang sebagai Hari Pahlawan oleh Republik

Indonesiahingga sekarang.

C. Pertempuran Ambarawa

Pertempuran Ambarawa atau yang sering disebut sebagai palagan Ambarawa memang

menarik. Secara singkat, dapat diceritakan bahwa disebut Pertempuran Ambarawa karena

memang terjadinya di kota Ambarawa. Pertempuran itu sebenarnya sudah diawali sejak

Oktober 1945, di mana pada tanggal 20 Oktober 1945 tentara Sekutu mendarat di Semarang di

bawah pimpinan Brigadir Jenderal Bethel

Pada tanggal 20 Oktober 1945, tentara Sekutu di bawah pimpinan Brigadir Bethell

mendarat di Semarang dengan maksud mengurus tawanan perang dan tentara Jepang yang

berada di Jawa Tengah. Kedatangan sekutu ini diboncengi olehNICA. Kedatangan Sekutu ini

mulanya disambut baik, bahkan Gubernur Jawa Tengah Mr Wongsonegoro menyepakati akan

menyediakan bahan makanan dan keperluan lain bagi kelancaran tugas Sekutu, sedang Sekutu

berjanji tidak akan mengganggu kedaulatan Republik Indonesia.

Namun, ketika pasukan Sekutu dan NICA telah sampai di Ambarawa dan Magelang

untuk membebaskan para tawanan tentara Belanda, para tawanan tersebut malah

dipersenjatai sehingga menimbulkan kemarahan pihak Indonesia. Insiden bersenjata timbul di

kota Magelang, hingga terjadi pertempuran. Di Magelang, tentara Sekutu bertindak sebagai

penguasa yang mencoba melucuti Tentara Keamanan Rakyat dan membuat kekacauan. TKR

Resimen Magelang pimpinan Letkol. M. Sarbini membalas tindakan tersebut dengan

mengepung tentara Sekutu dari segala penjuru. Namun mereka selamat dari kehancuran berkat

campur tangan Presiden Soekarno yang berhasil menenangkan suasana. Kemudian pasukan

Sekutu secara diam-diam meninggalkan Kota Magelang menuju ke benteng Ambarawa. Akibat

peristiwa tersebut, Resimen Kedu Tengah di bawah pimpinan Letkol. M. Sarbini segera

mengadakan pengejaran terhadap mereka. Gerakan mundur tentara Sekutu tertahan di Desa

Page 11: Peristiwa Heroik Sekitar Kemerdekaan Indonesia

Jambu karena dihadang oleh pasukan Angkatan Muda di bawah pimpinan Oni

Sastrodihardjo yang diperkuat oleh pasukan gabungan dari Ambarawa, Suruh dan Surakarta.

Tentara Sekutu kembali dihadang oleh Batalyon I Soerjosoempeno di Ngipik. Pada saat

pengunduran, tentara Sekutu mencoba menduduki dua desa di sekitar Ambarawa. Pasukan

Indonesia di bawah pimpinan Letkol. Isdimanberusaha membebaskan kedua desa tersebut,

namun ia keburu gugur terlebih dahulu. Sejak gugurnya Letkol. Isdiman, Komandan Divisi V

Banyumas, Kol. Soedirman merasa kehilangan seorang perwira terbaiknya dan ia langsung

turun ke lapangan untuk memimpin pertempuran. Kehadiran Kol. Soedirman memberikan

napas baru kepada pasukan-pasukan RI. Koordinasi diadakan di antara komando-komando

sektor dan pengepungan terhadap musuh semakin ketat. Siasat yang diterapkan adalah

serangan pendadakan serentak di semua sektor. Bala bantuan terus mengalir

dari Yogyakarta, Solo, Salatiga, Purwokerto, Magelang, Semarang, dan lain-lain.

Tanggal 23 November 1945 ketika matahari mulai terbit, mulailah tembak-menembak

dengan pasukan Sekutu yang bertahan di kompleks gereja dan kerkhop Belanda di Jl. Margo

Agoeng. Pasukan Indonesia terdiri dari Yon. Imam Adrongi, Yon. Soeharto dan Yon. Soegeng.

Tentara Sekutu mengerahkan tawanan-tawanan Jepang dengan diperkuat tanknya, menyusup

ke tempat kedudukan Indonesia dari arah belakang, karena itu pasukan Indonesia pindah ke

Bedono.

Pada tanggal 11 Desember 1945, Kol. Soedirman mengadakan rapat dengan para

Komandan Sektor TKR dan Laskar. Pada tanggal 12 Desember 1945 jam 04.30 pagi, serangan

mulai dilancarkan. Pembukaan serangan dimulai dari tembakan mitraliur terlebih dahulu,

kemudian disusul oleh penembak-penembak karaben. Pertempuran berkobar di Ambarawa.

Satu setengah jam kemudian, jalan raya Semarang-Ambarawa dikuasai oleh kesatuan-kesatuan

TKR. Pertempuran Ambarawa berlangsung sengit. Kol. Soedirman langsung memimpin

pasukannya yang menggunakan taktik gelar supit urang, atau pengepungan rangkap dari kedua

sisi sehingga musuh benar-benar terkurung. Suplai dan komunikasi dengan pasukan induknya

diputus sama sekali. Setelah bertempur selama 4 hari, pada tanggal 15

Desember1945 pertempuran berakhir dan Indonesia berhasil merebut Ambarawa dan Sekutu

dibuat mundur ke Semarang.

Page 12: Peristiwa Heroik Sekitar Kemerdekaan Indonesia

Kemenangan pertempuran ini kini diabadikan dengan didirikannya Monumen Palagan

Ambarawa dan diperingatinya Hari Jadi TNI Angkatan Darat atau Hari Juang Kartika.

D. Pertempuran Medan Area

Pada tanggal 24 Agustus 1945, antara pemerintah Kerajaan Inggris dan Kerajaan

Belanda tercapai suatu persetujuan yang terkenal dengan nama civil Affairs Agreement. Dalam

persetujuan ini disebutkan bahwa panglima tentara pendudukan Inggris di Indonesia akan

memegang kekuasaan atas nama pemerintah Belanda.

Dalam melaksanakan hal-hal yang berkenaan dengan pemerintah sipil, pelaksanaannya

diselenggarakan oleh NICA dibawah tanggungjawab komando Inggris. Kekuasaan itu kelak di

kemudian hari akan dikembalikan kepada Belanda. Inggris dan Belanda membangun rencana

untuk memasuki berbagai kota strategis di Indonesia yang baru saja merdeka. Salah satu kota

yang akan didatangi Inggris dengan “menyelundupkan” NICA Belanda adalah Medan.

Sementara di tempat lain pada tanggal 27 Agustus 1945 rakyat Medan baru mendengar

berita proklamasi yang dibawa oleh Mr. Teuku Moh Hassan sebagai Gubernur Sumatera.

Mengggapi berita proklamasi para pemuda dibawah pimpinan Achmad lahir membentuk

barisan Pemuda Indonesia.

Pada tanggal 9 Oktober 1945 rencana dalam Civil Affairs Agreement benar-benar

dilaksanakan. Tentara Inggris yang diboncengi oleh NICA mendarat di Medan. Mereka dipimpin

oleh Brigjen T.E.D Kelly.

Awalnya mereka diterima secara baik oleh pemerintah RI di Sumatra Utara sehubungan

dengan tugasnya untuk membebaskan tawanan perang (tentara Belanda). Sebuah insiden

terjadi di hotel Jalan Bali, Medan pada tanggal 13 Oktober 1945.

Saat itu seorang penghuni hotel (pasukan NICA) merampas dan menginjak-injak lencana

Merah Putih yang dipakai pemuda Indonesia. Hal ini mengundang kemarahan para pemuda.

Akibatnya terjadi perusakan dan penyerangan terhadap hotel yang banyak dihuni pasukan

NICA. Pada tanggal 1 Desember 1945, pihak Sekutu memasang papan-papan yang bertuliskan

Fixed Boundaries Medan Area di berbagai sudut kota Medan.

Page 13: Peristiwa Heroik Sekitar Kemerdekaan Indonesia

Sejak saat itulah Medan Area menjadi terkenal. Pasukan Inggris dan NICA mengadakan

pembersihan terhadap unsur Republik yang berada di kota Medan. Hal ini jelas menimbulkan

reaksi para pemuda dan TKR untuk melawan kekuatan asing yang mencoba berkuasa kembali.

Pada tanggal 10 Agustus 1946 di Tebingtinggi diadakan pertemuan antara komandan-

komandan pasukan yang berjuang di Medan Area. Pertemuan tersebut memutuskan

dibentuknya satu komando yang bernama Komando Resimen Laskar Rakyat Medan Area.

Pada tanggal 10 desember 1945, Sekutu dan NICA melancarkan serangan besar-besaran

terhadap kota Medan. Serangan ini menimbulkan banyak koraban di kedua belah pihak. Pada

bulan April 1946, Sekutu berhasil menduduki kota Medan. Pusat perjuangan rakyat Medan

kemudian dipindahkan ke Pemantangsiantar.

Untuk melanjutkan perjuangan di Medan maka pada bulan Agustus 1946 dibentuk

Komando Resimen Laskar Rakyat Medan Area. Komandan initerus mengadakan serangan

terhadap Sekutu diwilayah Medan. Hampir di seluruh wilayah Sumatera terjadi perlawanan

rakayat terhadap Jepang, Sekutu, dan Belanda. Pertempuran itu terjadi, antara lian di Pandang,

Bukit tinggi dan Aceh.

E. Bandung Lautan Api

Peristiwa Bandung Lautan Api adalah peristiwa kebakaran besar yang terjadi di

kota Bandung, provinsi Jawa Barat, Indonesia pada 24 Maret 1946. Dalam waktu tujuh jam,

sekitar 200.000 penduduk Bandung[1] membakar rumah mereka, meninggalkan kota menuju

pegunungan di daerah selatan Bandung. Hal ini dilakukan untuk mencegah tentara Sekutu dan

tentara NICA Belanda untuk dapat menggunakan kota Bandung sebagai markas strategis militer

dalam Perang Kemerdekaan Indonesia.

Pasukan Inggris bagian dari Brigade MacDonald tiba di Bandung pada tanggal 12

Oktober 1945. Sejak semula hubungan mereka dengan pemerintah RI sudah tegang. Mereka

menuntut agar semua senjata api yang ada di tangan penduduk, kecuali TKR dan polisi,

diserahkan kepada mereka. Orang-orang Belanda yang baru dibebaskan dari kamp tawanan

mulai melakukan tindakan-tindakan yang mulai menganggu keamanan. Akibatnya, bentrokan

bersenjata antara Inggris dan TKR tidak dapat dihindari. Malam tanggal 24 November 1945, TKR

Page 14: Peristiwa Heroik Sekitar Kemerdekaan Indonesia

dan badan-badan perjuangan melancarkan serangan terhadap kedudukan-kedudukan Inggris di

bagian utara, termasuk Hotel Homann dan Hotel Preanger yang mereka gunakan sebagai

markas. Tiga hari kemudian, MacDonald menyampaikan ultimatum kepada Gubernur Jawa

Barat agar Bandung Utara dikosongkan oleh penduduk Indonesia, termasuk pasukan

bersenjata.

Ultimatum Tentara Sekutu agar Tentara Republik Indonesia (TRI, TNI kala itu)

meninggalkan kota Bandung mendorong TRI untuk melakukan operasi "bumihangus". Para

pejuang pihak Republik Indonesia tidak rela bila Kota Bandung dimanfaatkan oleh pihak Sekutu

dan NICA. Keputusan untuk membumihanguskan Bandung diambil melalui

musyawarah Madjelis Persatoean Perdjoangan Priangan (MP3) di hadapan semua kekuatan

perjuangan pihak Republik Indonesia, pada tanggal 24 Maret 1946[2]. Kolonel Abdoel Haris

Nasoetion selaku Komandan Divisi III TRI mengumumkan hasil musyawarah tersebut dan

memerintahkan evakuasi Kota Bandung.[rujukan?] Hari itu juga, rombongan besar penduduk

Bandung mengalir panjang meninggalkan kota Bandung dan malam itu pembakaran kota

berlangsung.

Bandung sengaja dibakar oleh TRI dan rakyat setempat dengan maksud agar Sekutu

tidak dapat menggunakan Bandung sebagai markas strategis militer. Di mana-mana asap hitam

mengepul membubung tinggi di udara dan semua listrik mati. Tentara Inggris mulai menyerang

sehingga pertempuran sengit terjadi. Pertempuran yang paling besar terjadi di

Desa Dayeuhkolot, sebelah selatan Bandung, di mana terdapat gudang amunisi besar milik

Tentara Sekutu. Dalam pertempuran ini Muhammad Toha dan Ramdan, dua anggota milisi BRI

(Barisan Rakjat Indonesia) terjun dalam misi untuk menghancurkan gudang amunisi tersebut.

Muhammad Toha berhasil meledakkan gudang tersebut dengan dinamit. Gudang besar itu

meledak dan terbakar bersama kedua milisi tersebut di dalamnya. Staf pemerintahan kota

Bandung pada mulanya akan tetap tinggal di dalam kota, tetapi demi keselamatan mereka,

maka pada pukul 21.00 itu juga ikut dalam rombongan yang mengevakuasi dari Bandung. Sejak

saat itu, kurang lebih pukul 24.00 Bandung Selatan telah kosong dari penduduk dan TRI. Tetapi

api masih membubung membakar kota, sehingga Bandung pun menjadi lautan api.

Page 15: Peristiwa Heroik Sekitar Kemerdekaan Indonesia

Pembumihangusan Bandung tersebut dianggap merupakan strategi yang tepat

dalam Perang Kemerdekaan Indonesia karena kekuatan TRI dan milisi rakyat tidak sebanding

dengan kekuatan pihak Sekutu dan NICA yang berjumlah besar. Setelah peristiwa tersebut, TRI

bersama milisi rakyat melakukan perlawanan secara gerilya dari luar Bandung. Peristiwa ini

mengilhami lagu Halo, Halo Bandung yang nama penciptanya masih menjadi bahan perdebatan.

Beberapa tahun kemudian, lagu "Halo, Halo Bandung" secara resmi ditulis, menjadi

kenangan akan emosi yang para pejuang kemerdekaan Republik Indonesia alami saat itu,

menunggu untuk kembali ke kota tercinta mereka yang telah menjadi lautan api.

Latar belakang Bandung Lautan Api, antara lain :

a) Pasukan sekutu Inggris memasuki kota Bandung dan sikap pasukan NICA yang merajalela

dengan aksi terornya.

b) Perundingan antara pihak RI dengan Sekutu/NICA, dimana Bandung dibagi dua bagian.

c) Bendungan sungai Cikapundung yang jebol dan menyebabkan banjir besar dalam kota.

d) Keinginan sektu yang menuntut pengosongan sejauh 11km dari Bandung Utara.

F. Pertempuran Margarana

Latar belakang munculnya puputan Margarana atau pertempuran Margarana sendiri

bermula dari Perundingan Linggarjati. Pada tanggal 10 November 1946, Belanda melakukan

perundingan linggarjati dengan pemerintah Indonesia. Salah satu isi dari perundingan Linggajati

adalah Belanda mengakui secara de facto Republik Indonesia dengan wilayah kekuasaan yang

meliputi Sumatera, Jawa, dan Madura. Selanjutnya Belanda diharuskan sudah meninggalkan

daerah de facto paling lambat tanggal 1 Januari 1949. Pada tanggal 2 dan 3 Maret 1949 Belanda

mendaratkan pasukannya kurang lebih 2000 tentara di Bali yang diikuti oleh tokoh-tokoh yang

memihak Belanda. Tujuan dari pendaratan Belanda ke Bali sendiri adalah untuk menegakkan

berdirinya Negara Indonesia Timur. Pada waktu itu Letnan Kolonel I Gusti Ngurah Rai yang

menjabat sebagai Komandan Resiman Nusa Tenggara sedang pergi ke Yogyakarta untuk

mengadakan konsultasi dengan Markas tertinggi TRI, sehingga dia tidak mengetahui tentang

pendaratan Belanda tersebut.

Page 16: Peristiwa Heroik Sekitar Kemerdekaan Indonesia

Di saat pasukan Belanda sudah berhasil mendarat di Bali, perkembangan politik di pusat

Pemerintahan Republik Indonesia kurang menguntungkan akibat perundingan Linggajati, di

mana pulau Bali tidak diakui sebagai bagian wilayah Republik Indonesia. Pada umumnya Rakyat

Bali sendiri merasa kecewa terhadap isi perundingan tersebut karena mereka merasa berhak

masuk menjadi bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Terlebih lagi ketika

Belanda berusaha membujuk Letnan Kolonel I Gusti Ngurah Rai untuk diajak membentuk

Negara Indonesia Timur. Untung saja ajakan tersebut ditolak dengan tegas oleh I Gusti Ngurah

Rai, bahkan dijawab dengan perlawanan bersenjata Pada tanggal 18 November 1946. Pada saat

itu I Gusti Ngurah Rai bersama pasukannya Ciung Wanara Berhasil memperoleh kemenangan

dalam penyerbuan ke tangsi NICA di Tabanan. Karena geram, kemudian Belanda mengerahkan

seluruh kekuatannya di Bali dan Lombok untuk menghadapi perlawanan I Gusti Ngurah Rai dan

Rakyat Bali. Selain merasa geram terhadap kekalahan pada pertempuran pertama, ternyata

pasukan Belanda juga kesal karena adanya konsolidasi dan pemusatan pasukan Ngurah Rai

yang ditempatkan di Desa Adeng, Kecamatan Marga, Tabanan, Bali. Setelah berhasil

mengumpulkan pasukannya dari Bali dan Lombok, kemudian Belanda berusaha mencari pusat

kedudukan pasukan Ciung Wanara.

Pada tanggal 20 November 1946 I Gusti Ngurah Rai dan pasukannya (Ciung Wanara),

melakukan longmarch ke Gunung Agung, ujung timur Pulau Bali. Tetapi tiba-tiba di tengah

perjalanan, pasukan ini dicegat oleh serdadu Belanda di Desa Marga, Tabanan, Bali.

Tak pelak, pertempuran sengit pun tidak dapat diindahkan. Sehingga sontak daerah

Marga yang saat itu masih dikelilingi ladang jagung yang tenang, berubah menjadi pertempuran

yang menggemparkan dan mendebarkan bagi warga sekitar. Bunyi letupan senjata tiba-tiba

serentak mengepung ladang jagung di daerah perbukitan yang terletak sekitar 40 kilometer dari

Denpasar itu.

Pasukan pemuda Ciung Wanara yang saat itu masih belum siap dengan

persenjataannya, tidak terlalu terburu-buru menyerang serdadu Belanda. Mereka masih

berfokus dengan pertahanannya dan menunggu komando dari I Gusti Ngoerah Rai untuk

membalas serangan. Begitu tembakan tanda menyerang diletuskan, puluhan pemuda

menyeruak dari ladang jagung dan membalas sergapan tentara Indische Civil Administration

Page 17: Peristiwa Heroik Sekitar Kemerdekaan Indonesia

(NICA) bentukan Belanda. Dengan senjata rampasan, akhirnya Ciung Wanara berhasil memukul

mundur serdadu Belanda.

Namun ternyata pertempuran belum usai. Kali ini serdadu Belanda yang sudah

terpancing emosi berubah menjadi semakin brutal. Kali ini, bukan hanya letupan senjata yang

terdengar, namun NICA menggempur pasukan muda I Gusti Ngoerah Rai ini dengan bom dari

pesawat udara. Hamparan sawah dan ladang jagung yang subur itu kini menjadi ladang

pembantaian penuh asap dan darah.

Perang sampai habis atau puputan inilah yang kemudian mengakhiri hidup I Gusti

Ngurah Rai. Peristiwa inilah yang kemudian dicatat sebagai peristiwa Puputan Margarana.

Malam itu pada 20 November 1946 di Marga adalah sejarah penting tonggak perjuangan rakyat

di Indonesia melawan kolonial Belanda demi Nusa dan Bangsa.

G. Pertempuran Laut Aru

Pertempuran Laut Aru adalah suatu pertempuran yang terjadi di Laut Aru, Maluku, pada

tanggal 15 Januari 1962 antara Indonesia dan Belanda. Insiden ini terjadi sewaktu dua kapal

jenis destroyer, pesawat jenis Neptune dan Frely milik Belanda menyerang RI Matjan Tutul

(650), RI Matjan Kumbang (653) dan RI Harimau (654) milik Indonesia yang sedang berpatroli

pada posisi 04,49° LS dan 135,02° BT. Komodor Yos Sudarso gugur pada pertempuran ini

setelah menyerukan pesan terakhirnya yang terkenal, "Kobarkan semangat pertempuran".

Peristiwa Aru bermula dari suatu operasi rahasia untuk menyusupkan sukarelawan suku

Irian yang telah dilatih oleh TNI-AD ke Irian Barat. Komando Trikora memang sudah terbentuk,

namun misi tersebut dilaksanakan bukan dalam konteks operasi gabungan. Komando berdiri

sendiri sebagai task force dengan misi tertentu.

Hampir semua kekuatan yang akan dilibatkan dalam Operasi Trikora belum siap. Bahkan

semua kekuatan udara masih stand by di Jawa. Namun ternyata Angkatan Darat telah

mendahului dengan melakukan penyusupan sukarelawan. Untuk melaksanakan misi itu, AD

minta bantuan ALRI untuk mengangkut pasukan dari Jakarta menuju pantai Irian. Sedangkan

AURI hanya diminta mengerahkan dua pesawat Hercules untuk mengangkut pasukan dari

Jakarta menuju target yang nantinya ditentukan oleh ALRI.

Page 18: Peristiwa Heroik Sekitar Kemerdekaan Indonesia

Karena misi itu sangat rahasia, di Mabes AURI hanya beberapa petinggi yang

mengetahui. Walaupun nyatanya tidak rumit, hanya mengangkut pasukan ke sebuah pangkalan

di dalam negeri dengan terbang rendah. Batas tugas AURI hanya memindahkan pasukan

dengan Hercules, selebihnya tidak menjadi tanggung jawab Mabes AURI.

Pada 12 Januari 1962, pasukan berhasil didaratkan di Letfuan. Kedua Hercules kembali

ke pangkalan, dan AURI pun menjalankan tugas rutinnya. Namun tanggal 18 Januari muncul

situasi yang kurang mengenakkan, saat ada pimpinan angkatan lain melapor ke Bung Karno

bahwa tiadanya perlindungan dari AURI telah menyebabkan sebuah operasi gagal. Sampai saat

itu pihak AURI belum mengetahui apa yang sebenarnya terjadi.

Ternyata pada 15 Januari telah terjadi kontak senjata antara armada ALRI dengan AL

Belanda di Laut Aru yang menyebabkan gugurnya Komodor Yos Sudarso dan prajurit-prajurit

ALRI lainnya. Kalau dikatakan AURI tidak melindungi kapal beserta para prajurit ALRI, bukankah

tugas AURI hanya mengangkut pasukan dengan dua Hercules dalam operasi penyusupan ke

Irian?

Tidak ada kesalahan dalam peristiwa itu, namun AURI disalahkan. Padahal mereka yang

tahu rumitnya mengkoordinasikan operasi udara, apalagi dengan pengeboman untuk

melindungi kapal perang, pasti akan berpikir seratus kali lipat untuk menudingkan kesalahan

seperti itu. Tapi begitulah. Orang yang tidak tahu, dan tidak mau tahu, telah menudingkan

kesalahan – dan pemegang kekuasaan tertinggi pun membenarkan.

Hari H untuk pelaksanaan operasi penyusupan adalah Senin, 15 Januari 1962. Pada H

minus tiga (-3), semua kapal ALRI telah merapat di rendezvous point di sebuah pulau di

Kepulauan Aru. Pasukan yang sudah diturunkan dari Hercules AURI juga sudah diangkut kapal

dari Letfuan menuju pulau tersebut. Pada hari pertama di titik itu, pesawat-pesawat Belanda

sudah datang mengintai. Hal yang sama terjadi pada H -2 dan H -1.

Hari H pukul 17.00 waktu setempat, tiga kapal mulai bergerak. KRI Harimau berada di

depan, membawa antara lain Kol. Sudomo, Kol. Mursyid, dan Kapten Tondomulyo. Di

belakangnya adalah KRI Macan Tutul yang dinaiki Komodor Yos Sudarso. Sedangkan di belakang

adalah KRI Macan Kumbang.

Page 19: Peristiwa Heroik Sekitar Kemerdekaan Indonesia

Menjelang pukul 21.00, Kol. Mursyid melihat radar blips pada lintasan depan yang akan

dilewati iringan tiga kapal itu. Dua di sebelah kanan dan satu di kiri. Blips tersebut tidak

bergerak, menandakan kapal-kapal sedang berhenti. Ketiga KRI kemudian melaju. Tiba-tiba

terdengar dengung pesawat mendekat, lalu menjatuhkan flare yang tergantung pada parasut.

Keadaan tiba-tiba menjadi terang-benderang, dalam waktu cukup lama. Tiga kapal Belanda

yang berukuran lebih besar ternyata sudah menunggu kedatangan ketiga KRI. Kapal Belanda

melepaskan tembakan peringatan yang jatuh di samping KRI Harimau. Kol. Sudomo

memerintahkan untuk balas menembak namun tidak mengenai sasaran. Komodor Yos Sudarso

memerintahkan ketiga KRI untuk kembali. Ketiga kapal pun serentak membelok 180o. Naas, KRI

Macan Tutul macet dan terus membelok ke kanan. Kapal-kapal Belanda mengira manuver

berputar itu untuk menyerang mereka. Sehingga mereka langsung menembaki kapal itu.

Tembakan pertama meleset, namun tembakan kedua tepat mengenai KRI Macan Tutul.

Menjelang tembakan telak menghantam kapal, Komodor Yos Sudarso meneriakkan perintah,

“Kobarkan semangat pertempuran!”

AURI berada dalam kondisi ditekan karena misi yang gagal itu. Orang mengira, kekuatan

AURI mampu melayang-layang selamanya di udara dan mengawasi setiap jengkal wilayah RI.

Negara superpower seperti AS pun tidak akan bisa melakukannya di era itu, apalagi kita.

Bagaimana pesawat terbang melaksanakan misi bantuan serangan udara tanpa ada koordinasi

sebelumnya? Bahkan operasi itu sendiri tidak pernah dibicarakan dengan pimpinan AURI.

Namun saat gagal, kesalahan ditimpakan ke pihak AURI. Untuk mengakhiri polemik, KSAU

Suryadarma mengundurkan diri pada 19 Januari 1962. AURI pun berduka cita.

Hari Sabtu, 20 Januari 1962, diadakan rapat di Istana Bogor yang dipimpin oleh Bung

Karno, untuk mengangkat Laksamana Muda Omar Dhani sebagai KSAU yang baru. Setelah itu

langsung diadakan brifing mengenai peristiwa Aru. Kolonel Mursyid sebagai komandan tim juga

sudah kembali untuk memberikan paparan. Begitu paparan selesai, suasana di ruang rapat yang

terletak di sayap kiri Istana Bogor itu jadi mencekam, serius, sepi, dan semua diam. Seakan-

akan menikmati rasa kemenangan dan kepahlawanan. Yos Sudarso gugur, operasi gagal, namun

dinilai heroik.

Page 20: Peristiwa Heroik Sekitar Kemerdekaan Indonesia

Peristiwa Aru kemudian berlalu begitu saja. Sampai saatnya nanti orang bisa menilai,

pengorbanan batin para pimpinan AURI di masa itu adalah wujud nyata sikap tertinggi dalam

disiplin prajurit, yaitu loyalitas.

H. Tindakan Heroik Di Yogyakarta

Pada tanggal 26 September 1945 terjadi perebutan kekuasaan dan para pegawai negeri

semua mogok karena peristiwa ini. Sejak pukul 10.00, mereka mogok bekerja dan memaksa

Jepang untuk menyerahkan semua kantor Jepang ke Indonesia. Diperkuat oleh pengumuman

oleh KNI DI Yogyakarta pada 26 September 1945 bahwa kekuasaan di daerah itu sekarang

berada di tangan pemerintah RI. Kemudian terjadilah demo dan para pemuda berusaha untuk

merebut senjata dan peralatan perang, sedapat mungkin tanpa melalui jalan kekerasan. Tapi

karena usaha perundingan gagal, pada 1 Oktober malam, para pemuda, BKR dan kepolisian

menyerbu Tansi Otsuka Butai yang berada di kota baru. Malam itu jugaOtsuka Butai menyerah

setelah 18 orang pemuda polisi gugur.

Serangan Umum 1 Maret 1949 dilakukan terhadap kota Yogyakarta secara secara besar-

besaran yang direncanakan dan dipersiapkan oleh jajaran tertinggi militer di wilayah Divisi

III/GM III dengan mengikutsertakan beberapa pucuk pimpinan pemerintah sipil setempat

berdasarkan instruksi dari Panglima Besar Sudirman, untuk membuktikan kepada dunia

internasional bahwa TNI - berarti juga Republik Indonesia - masih ada dan cukup kuat, sehingga

dengan demikian dapat memperkuat posisi Indonesia dalam perundingan yang sedang

berlangsung di Dewan Keamanan PBB dengan tujuan utama untuk mematahkan

moral pasukan Belanda serta membuktikan pada dunia internasional bahwa Tentara Nasional

Indonesia (TNI) masih mempunyai kekuatan untuk mengadakan perlawanan. Soeharto pada

waktu itu sebagai komandanbrigade X/Wehrkreis III turut serta sebagai pelaksana lapangan di

wilayah Yogyakarta.

I. Peristiwa 11 Nopember 1946 di Sulawesi Selatan

Pada saat Belanda (Mayjend Van Mook) sedang mengadakan Konferensi Denpasar

dalam rangka pembentukan negara Indonesia Timur dan negara-negara boneka lainnya, pada

tanggal 11 Desember 1946 Belanda mengumumkan bahwa Sulawesi berada dalam status

Page 21: Peristiwa Heroik Sekitar Kemerdekaan Indonesia

darurat perang dan hukum militer (akibat dari penolakan rakyat terhadap rencana

(pembentukan Negara Indonesia Timur). Rakyat Sulawesi Selatan yang diangap menolak atau

tidak setuju/menentang rencana tersebut dibantai habis oleh pasukan Belanda pimpinan

Raymond Westerling yang mengakibatkan lebih dari 40.000 jiwa rakyat Sulawesi meninggal.

Robert Wolter Monginsidi dan Andi Matalatta yang memimpin pasukan untuk melawan

kebiadaban Belanda akhirnya tertangkap dan dijatuhi hukuman mati.

J. Tindakan Heroik Di Aceh

Di Aceh terjadi sebuah pertempuran besar. Pertempuran tersebut terjadi karena

pembentukan Organisasi yang dibentuk oleh para pemuda pada tanggal 6 oktober 1945 yang

diberi nama Angkatan Pemuda Indonesia (API), namun seminggu berdirinya organisasi tersebut

kemudian jepang melarang berdirinya Organisasi tersebut. Walaupun dipakasa untuk

membubarkan API, tapi para pemuda menolak dengan keras dan timbullah pertempuran. Para

pemuda melucuti senjata Jepang. Selain itu, para pemuda juga mengambil alih kantor-kantor

pemerintah Jepang dan mengibarkan bendera merah putih.

K. Tindakan Heroik Di Palembang

Di Palembang pada 8 Oktober 1945 Dr.A.K.Gani memimpin rakyat mengadakan upacar

pengibarab Bendera Merah-Putih. Perekutan kekuasaan di Plembnag dilakukan tanpa Insiden.

Pihak Jepang berusaha menghindari pertempuran.

L. Tindakan Heroik Di Kalimantan

Di Kalimantan dukungan Proklamasi Kemerdekaan dilakukan dengan berdemokrasi,

pengibaran Bendera Merah-Putih dan mengadakan rapat-rapat. Pada 14 November 1945

dengan beraninya sekitar 8000 orang berkumpul di komplek NICA dengan mengarak Bendera

Merah-Putih.

M. Peristiwa Merah Putih di Manado

Peristiwa ini terjadi pada tanggal 14 februari 1946 di Manado. Para pemuda Manado

bersama laskar rakyat dari barisan pejuang melakukan perebutan kekuasaan pemerintahan di

Page 22: Peristiwa Heroik Sekitar Kemerdekaan Indonesia

Manado, Tomohon, dan Minahasa. Sekitar 600 orang pasukan dan pejabat Belanda berhasil

ditahan.

Adapun latar belakang dari peristiwa ini yaitu keinginan pemuda untuk merebut kembali

kekuasan di seluruh Manado yang berada di tangan Belanda.

N. Tindakan Heroik di Nusa Tenggara

Di Nusa tenggara juga dilakukan usaha perebutan kekuasaan dari sekutu. Rakyat tetap

mengibarkan bendera merah putih dan memakai Lencana Merah.

O. Tindakan Heroik di Papua

Pada tanggal 14 Maret 1948 para pemuda papua menyerang NICA dan Tangsi Sorido.

Namn serangan itu gagal dan dua orang pemimpinnya dibunuh dan yang lainnya dipenjara

seumur hidup.

P. Tindakan Heroik di Padang dan Bukit Tinggi

Di padang dan bukit tinggi dibentuk balai penerangan pemuda indonesia dan pemuda

republik indonesia. Kedua organisasi pejuang iitu memelopori pembentukan BKR dan komite

nasional Indonesia.

Q. Tindakan Heroik di Surakarta

Terjadi pertempuran rakyat dengan Jepang di markas Kempeitai. Dalam pertempuran

gugur pemuda Arifin.

R. Tindakan Heroik di pulau Sumbawa

Pada Bulan Desember 1945, para pemuda berusaha merebut senjata dari jepang dan

bentrokan terjadi di Gempe dan di Sape.

S. Tindakan Heroik di Lampung

BKR dan para pemuda berhasil melucuti senjata Jepang di Teluk Betung, Kalianda dan

Manggala.