Upload
fahmi-musa-saite
View
16.593
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah swt. Sebagai tanda syukur kami karena
dapat menyelesaikan tugas makalah kelompok kami ini sesuai dengan yang diharapkan.
Guna menjunjung tinggi tujuan pendidikan nasional dengan memperhatikan tahap
perkembangan , kesesuaian dengan lingkungan, kebutuhan pembangunan nasional, dan
perkembangan ilmu pengatahuan dan tekhnologi, serta jenis jenjang pendidikan, kami membuat
makalah ini guna mempermudah dalam pemahaman ilmu sejarah ini.
Dalam penyusunan makalah ini, kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan
keterbatasan yang dirasakan, oleh karena itu kami membuka diri terhadap segala saran dan
kritikan yang bersifat membangun guna penyempurnaan makalah ini.
Demikian prakata dari kelompok kami. Semoga dapat bermanfaat dan memberikan
wawasan baru kepada kita. Jika ada salah-salah kata mohon dimaafkan, karena kami hanyalah
manusia biasa yang pastinya tidak akan pernah luput dari berbagai kesalahan. Terima kasih.
Takalar, Februari 2010
Penulis
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejak mendengar berita proklamasi, masyarakat Indonesia menyambutnya
dengan rasa gembira. Rakyat meneriakkan pekik kemerdekaan “Merdeka atau Mati” dan
“Sekali Merdeka Tetap Merdeka”. Kegembiraan rakyat ini terjadi tidak hanya di Jakarta,
tetapi sampai juga di luar Jawa bahkan akhirnya rakyat seluruh Indonesia mengetahuinya.
Kemerdekaan yang di peroleh bangsa Indonesia bukan karena pemberian
bangsa lain, akan tetapi merupakan hasil jerih payah sendiri, berkat kegigihan dan
keuletan dalam menghadapi segala bentuk pemerasan dari penjajah. Proklamasi
tersebutjuga di tunjukkan kepada dunia luar bahwa kemerdekaan adalah segala hak segala
bangsa yang tidak bisa digangu gugat oleh siapapun. Konsekuensinya dengan proklamasi
tersebut, Bangsa Indonesia siap menghadapi segala kemungkinan nanti yang akan
muncul dan mengancam keberadaan Bangsa Indonesia sebagai Negara yang Merdeka.
Proklamasi merupakan puncak perjuangan rakyat Indonesia dalam mencapai
kemerdekaan. Proklamasi menjadi alat hukum internasional untuk menyatakan kepada
rakyat dan seluruh dunia, bahwa bangsa Indonesia mengambil nasib ke dalam tangannya
sendiri untuk menggengam seluruh hak kemerdekaan.
Momentum yang paling bersejarah bagi suatu bangsa adalah keberhasilannya
melepaskan diri dari keterkaitan dan penguasaan bangsa lain. Hal ini diwujudkan dengan
bentuk mengumandangkan pernyataan kemerdekaan yang disebar luaskan keseluruh
dunia. Melalui perjalanan yang panjang, Bangsa Indonesia mampu mempersiapkan diri
untuk mengatur bangsanya sendiri melalui kemerdekaan. Dengan proklamasi berarti
Bangsa Indonesia berhasil melepaskan diri dari belenggu penjajahan bangsa asing,
sekaligus berhasil membuat pemerintahan sendiri.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana terjadinya peristiwan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia?
Bagaimana Perbedaan presrpektif antar kelompok sekitar proklamasi
kemerdekaan Indonesia?
Bagaimana Kronologi Proklamasi Kemerdekaan Indonesia?
Bagaimana proses terbentuknya pemerintahan Republik Indonesia dengan Sidang
PPKI?
Bagaimana Cara Penyebaran Proklamasi dan Sikap Rakyat di Berbagai daerah?
Bagaimana Terbentuknya Negara Kesatuan dan pemerintah Republik Indonesia
serta Kelengkapannya ?
C. Tujuan Penulisan
Mendeskripsikan tentang peristwa proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
Mengetahui apa saja perbedaan perspektif antar kelompok sekitar proklamasi
kemerdekaan Indonesia.
Menjelaskan tentang Kronologi Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
Mengetahui proses terbentuknya Pemerintahan Republik Indonesia dengan
sidang PPKI.
Untuk mengetahui cara penyebaran Proklamasi dan sikap rakyat di berbagai
daerah.
Untuk mengetahui Terbentuknya Negara Kesatuan dan Pemerintahan Republik
Indonesia serta kelengkapannya.
D. Manfaat Penulisan
Manfaat dari ilmu sejarah ini adalah untuk mengetahui peristiwa-peristiwa yang
terjadi disekitar proklamasi kemerdekaan Indonesia. Dan dengan mengetahui hal itu kita
dapat mengetahui tentang perjuangan bangsa kita ini untuk mempertahankan
kemerdekaannya.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
1. Peristiwa Rengasdengklok
Kekalahan Jepang dalam Perang Pasifik semakin jelas dengan dijatuhkannya
bom atom oleh Sekutu di kota Hiroshima pada tanggal 6 Agustus 1945 dan Nagasaki
pada tanggal 9 Agustus 1945. Akibat peristiwa tersebut, kekuatan Jepang makin
lemah. Kepastian berita kekalahan Jepang terjawab ketika tanggal 15 Agustus 1945
dini hari, Sekutu mengumumkan bahwa Jepang sudah menyerah tanpa syarat dan
perang telah berakhir. Berita tersebut diterima melalui siaran radio di Jakarta oleh
para pemuda yang termasuk orang-orang Menteng Raya 31 seperti Chaerul Saleh,
Abubakar Lubis, Wikana, dan lainnya.
Penyerahan Jepang kepada Sekutu menghadapkan para pemimpin Indonesia
pada masalah yang cukup berat. Indonesia mengalami kekosongan kekuasaan
(vacuum of power). Jepang masih tetap berkuasa atas Indonesia meskipun telah
menyerah, sementara pasukan Sekutu yang akan menggantikan mereka belum datang.
Gunseikan telah mendapat perintah-perintah khusus agar mempertahankan status quo
sampai kedatangan pasukan Sekutu. Adanya kekosongan kekuasaan menyebabkan
munculnya konflik antara golongan muda dan golongan tua mengenai masalah
kemerdekaan Indonesia.
Golongan muda menginginkan agar proklamasi kemerdekaan segera
dikumandangkan. Mereka itu antara lain Sukarni, B.M Diah, Yusuf Kunto, Wikana,
Sayuti Melik, Adam Malik, dan Chaerul Saleh. Sedangkan golongan tua
menginginkan proklamasi kemerdekaan harus dirapatkan dulu dengan anggota PPKI.
Mereka adalah Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, Mr. Ahmad Subardjo, Mr. Moh. Yamin,
Dr. Buntaran, Dr. Syamsi dan Mr. Iwa Kusumasumantri. Golongan muda kemudian
mengadakan rapat di salah satu ruangan Lembaga Bakteriologi di Pegangsaan Timur,
Jakarta pada tanggal 15 Agustus 1945 pukul 20.00 WIB.
Rapat tersebut dipimpin oleh Chaerul Saleh yang menghasilkan keputusan
tuntutan-tuntutan golongan muda yang menegaskan bahwa kemerdekaan Indonesia
adalah hal dan soal rakyat Indonesia sendiri, tidak dapat digantungkan kepada bangsa
lain. Segala ikatan, hubungan dan janji kemerdekaan harus diputuskan. dan sebaliknya
perlu mengadakan perundingan dengan Ir. Soekarno dan Mohammad Hatta agar
kelompok pemuda diikutsertakan dalam menyatakan proklamasi.
Langkah selanjutnya malam itu juga sekitar jam 22.00 WIB Wikana dan
Darwis mewakili kelompok muda mendesak Soekarno agar bersedia melaksanakan
proklamasi kemerdekaan Indonesia secepatnya lepas dari Jepang. Ternyata usaha
tersebut gagal. Soekarno tetap tidak mau memproklamasikan kemerdekaan. Kuatnya
pendirian Ir. Soekarno untuk tidak memproklamasikan kemerdekaan sebelum rapat
PPKI menyebabkan golongan muda berpikir bahwa golongan tua mendapat pengaruh
dari Jepang. Selanjutnya golongan muda mengadakan rapat di Jalan Cikini 71 Jakarta
pada pukul 24.00 WIB menjelang tanggal 16 Agustus 1945. Mereka membawa
Soekarno dan Hatta ke Rengasdengklok.
Rapat tersebut menghasilkan keputusan bahwa Ir. Soekarno dan Drs. Moh.
Hatta harus diamankan dari pengaruh Jepang. Tujuan para pemuda mengamankan
Soekarno Hatta dan ke Rengasdengklokantara lain:
a. Agar kedua tokoh tersebut tidak terpengaruh Jepang, dan
b. Mendesak keduanya supaya segera memproklamasikan kenerdekaan Indonesia
terlepas dari segala ikatan dengan Jepang.
Pada tanggal 16 Agustus 1945 pagi, Soekarno dan Hatta tidak dapat
ditemukan di Jakarta. Mereka telah dibawa oleh para pemimpin pemuda, di antaranya
Sukarni, Yusuf Kunto, dan Syudanco Singgih, pada malam harinya ke garnisun PETA
(Pembela Tanah Air) di Rengasdengklok, sebuah kota kecil yang terletak sebelah
Utara Karawang. Pemilihan Rengasdengklok sebagai tempat pengamanan Soekarno
Hatta, didasarkan pada perhitungan militer.
Antara anggota PETA Daidan Purwakarta dan Daidan Jakarta terdapat
hubungan erat sejak keduanya melakukan latihan bersama. Secara geografis,
Rengasdengklok letaknya terpencil, sehingga dapat dilakukan deteksi dengan mudah
setiap gerakan tentara Jepang yang menuju Rengasdengklok, baik dari arah Jakarta,
Bandung, atau Jawa Tengah. Mr. Ahmad Subardjo, seorang tokoh golongan tua
merasa prihatin atas kondisi bangsanya dan terpanggil untuk mengusahakan agar
proklamasi kemerdekaan dapat dilaksanakan secepat mungkin. Untuk tercapainya
maksud tersebut, Soekarno Hatta harus segera dibawa ke Jakarta.
Akhirnya Ahmad Subardjo, Sudiro, dan Yusuf Kunto segera menuju
Rengasdengklok. Rombongan tersebut tiba di Rengasdengklok pukul 17.30 WIB.
Peranan Ahmad Subardjo sangat penting dalam peristiwa kembalinya Soekarno Hatta
ke Jakarta, sebab mampu meyakinkan para pemuda bahwa proklamasi kemerdekaan
akan dilaksanakan keesokan harinya paling lambat pukul 12.00 WIB, nyawanya
sebagai jaminan. Akhirnya Subeno sebagai komandan kompi Peta setempat bersedia
melepaskan Soekarno Hatta ke Jakarta.
B. Perbedaan Perspektif Antar Kelompok Sekitar Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia.
Sejak lahirnya Budi utomo sudah diwarnai perbedaan pendapat antar
golongan tua dengan golongan muda. Golongan tua pada umumnya terdiri dari tokoh-
tokoh yang ikut duduk dalam pemerintahan, sedangkan golongan terdiri muda dari
pemuda-pemuda yang radikal tidak mau bekerjasama dengan penjajah. Perselisihan
kedua golongan tersebut terjadi sampai menjelang proklamasi kemerdekaan.
1. Perbedaan presfektif antar kelompok sekitar proklamasi
Pada masa pendudukan Jepang sudah terbentuk kelompok pemuda yang
melancarkan gerakan illegal. Mereka berjuang dengan cara memanfaatkan fasilitas-
fasilitas yang diberikan kepada Jepang untuk menanamkan nasionalisme ke generasi
muda. Kelompok tersebut antara lain:
a. Kelompok syahir
Kelompok ini memanfaatkan Asrama Indonesia Merdeka untuk mendidik
generasi muda dengan ajaran sosialisasi, democrat dan nasionalisme.
b. Kelompok Sukarni
Kelompok sukarni melancarkan gerakan illegal dengan memanfaatkan
asrama angkatan baru Indonesia. Mereka mengiginkan kemerdekaan Indonesia
diumumkan secepat mungkin, tanpa campur tangan pihak Jepang.
c. Kelompok Ahmad Subarjo
Kelompok ini terdiri dari pemuda yang bekerja didinas angkatan laut Jepang.
Mereka menanamkan nasionalisme ke generasi muda dengan memanfaatkan asrama
Indonesia Merdeka dengan mendatangkan guru yang antara lain Iwan Kusuma
Sumantri.
d. Kelompok Chaerul Saleh
Kelompok Chaerul Saleh memanfaatkan BAPERPPI (Badan
Permusyawaratan Perhimpunan Pelajar Indonesia) untuk mendidik para pemuda dan
pelajar dalam rangka persiapan kemerdekaan.
e. Kelompok pelajar dan Mahasiswa
Kelompok ini diwakili mahasiswa dari fakulitas kedokteran Jakarta yang
dipimpin oleh Johar Nur. Mereka berhasil menyatukan mahasiswa dan pelajar
dengan menumbuhkan semangat persatuan dan kesatuan bagsa.
C. Kronologi Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
Momentum yang paling bersejarah bagi suatu bangsa adalah keberhasilannya
melrpaskan diri dari keterkaitan dan penguasaan bangsa lain. Hal ini diwujudkan
dengan bentuk mengumandangkan pernyataan kemerdekaan yang disebarluaskan ke
seluruh dunia. Melalui perjalanan panjang, Bangsa Indoesia mampu mempersiapkan
diri untuk mengatur bangsanya sendiri melalui kemerdekaan. Adapun proses
pernyataan Kemerdekaan Bangsa Indonesia sebagai berikut:
1. Perumusan Teks Proklamasi
Setelah terjadi peristiwa Rengasdengklok, akhirnya para pemuda
mempercayakan masalah proklamasi kemerdekaan kepada ahmad subarjo yang
berhasil menangani perselisihan antara golongan tua dan golongan muda. Untuk itu
Ahmad Subarjo, Yusuf Kunto, dan sudiro bertolak ke Rengasdengklok untuk
menjemput kembali seokarno Hatta ke Jakarta pada tanggal 16 Agustus 1945 (malam
hari).
Mereka telah sepakat bahwa proklamasi akan dilaksanakan di Jakarta. Ahmad
Subarjo berjanji kepada para pemuda, bahwa proklamasi akan segera diumumkan
paling lambat tanggal 17 Agustus 1945 pukul 12.00 WIB. Pemuda menyetujuinya,
sehingga komandan kompi Peta Subeno melepas Sukarno-Hatta dari Rengasdengklok.
Peran Ahmad Subarjo dalam peristiwa ini sangat penting, Ia dikenal sebagai
tokoh yang sangat dekat dengan golongan tua maupun muda, bahkan dengan perwira
AL Jepang yaitu Laksamana Maeda. Hal ini terbukti sewaktu menelpon hotel
Des Indesuntuk digunakan sebagai tempat rapat ditolak, akhirnya Laksamana Maeda
menawarkanrumahnya. Laksamana Maeda ternyata sangat peduli dan mendukung
perjuangan. Bangsa Indonesia, Ia menjamin keamanan selama berlangsungnya rapat
meskipun resikonya besar.
Di tempat kediaman Laksamana Maeda jalan Imam Bonjol No. 1 Jakarta
itulah naskah proklamasi mulai disusun. Adapun tokoh yang berperan dalam
penyusunan naskah proklamasi antara lain; Ir. Sukarno, Drs. Muhammad Hatta, dan
Ahmad Subarjo. Sedangkan golongan pemuda yang hadir antara lain; Sayuti Melik,
Sudiro, BM. Diah dan Sukarni. Teks Proklamasi mulai disusun dengan kalimat
pertama
berbunyi “ Kami rakyat Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaan kami
“. Kalimat tersebut akhirnya dirubah oleh Ahmad Subarjo sehingga berbunyi “ Kami
Bangsa Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaan Indonesia”. Kalimat
kedua disusun oleh Ir. Sukarno yang berbunyi “ hal-hal yang mengenai pemindahan
kekuasaan dan lain-lain akan diselenggarakan dengan cara yang secermat-cermatnya
serta dalam tempo yang sesingkat-singkatnya.” Kalimat tersebut ahkirnya
disempurnakan oleh Drs. Muhammad Hatta sehingga bunyinya menjadi teks
proklamasi yang kita miliki sekarang ini, termasuk kata “tempoh” diganti “tempo”,
wakil bangsa Indonesia diganti “atas nama Bangsa Indonesia”, serta “Djakarta 17-8-05
diganti Jakarta, hari 17 boelan 8 tahun 05”.
Konsep naskah proklamasi tersebut, akhirnya disetujui oleh semua anggota
PPKI yang hadir dalam rapat tersebut. Selanjutnya muncul masalah mengenai siapa
yang akan menandatangani naskah proklamasi tersebut. Sukarni mengusulkan agar
naskah proklamasi ditandatangani oleh Sukarno dan Hatta atas nama Bangsa
Indonesia. Usul tersebut diterima dan selanjutnya Sayuti Melik mengetik naskah
tersebut dan ditandatangani Sukarno-Hatta. Rapat berakhir pada pukul 03.00 dinihari
denganmenghasilkan sebuah naskah proklamasi yang resmi/autentik.
1. Pembacaan Teks Proklamasi
Setelah Teks Proklamasi telah di susun, maka tinggal menentukan tempat
untuk membacakan naskah proklamasi tersebut. Sukarni mengusulkan agar naskah
proklamasi dibacakan di Lapangan Ikada dengan maksud agar seluruh Bangsa
Indonesia segera mengetahui proklamasi tersebut. Ir.Sukarno dan Hatta tidak setuju
dengan pertimbangan, jika dilaksanakan di Lapangan Ikada nanti akan memancing
bentrokan rakyat dengan militer Jepang. Ir. Sukarno mengusulkan agar naskah
proklamasi dibacakan di rumah kediamannya yaitu di jalan Pegangsaan Timur No. 56
Jakarta.
Pada tanggal 17 Agustus 1945, para pemuda, golongan tua yang antara lain;
Ki Hajar Dewantoro, KH. Mas Mansyur, Sam Ratulangi, Buntaran, Abi Kusno,
Mr.Sartono, AK. Pringgodigdo, Otto Iskandardinata dan masyarakat sudah
berkumpul di halaman kediaman Ir. Sukarno. Banyak juga pemuda dan masyarakat
yang sudah terlanjur berkumpul di lapangan Ikada karena dikiranya tempat
pembacaan naskah proklamasi di tempat tersebut. Masyarakat dengan tertib dan
antusias menanti saat dibacakan teks proklamasi. Sebelum naskah proklamasi
dibacakan, terlebih dahulu Ir. Sukarno menyampaikan pidato sambutan. Tepat pukul
10.00 WIB naskah proklamasi dibacakan oleh Ir. Sukarno yang didampingi oleh Drs.
Muhammad Hatta. Setelah pembacaan selesai dilanjutkan pengibaran bendera merah
putih oleh Suhut dan Latif Hendraningrat. Secara spontan masyarakat yang hadir
dalam acara tersebut mengiringinya dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya.
Peristiwa tersebut berlangsung hanya kurang lebih satu jam, namun
pengaruhnya besar sekali bagi Bangsa Indonesia. Peristiwa tersebut membuktikan
bahwa perjuangan Bangsa Indonesia sudah mencapai puncaknya dan berhasil dengan
gemilang untuk mewujudkan cita-citanya memperoleh kemerdekaan.
2. Makna Proklamasi
Proklamsi Kemerdekaan Bangsa Indonesia mempunyai makna yang
sangatmendalam, hal ini terlihat dalam bunyi naskah tersebut. Kemerdekaan yang
diperoleh Bangsa Indonesia bukan karena pemberian bangsa lain, akan tetapi
merupakan hasil jerih payahnya sendiri, berkat kegigihan dan keuletan dalam
menghadapi segala bentuk pemerasan dari penjajah. Proklamasi tersebut juga
ditunjukkan kepada dunia luar bahwa kemerdekaan adalah hak segala bangsa yang
tidak bisa diganggu gugat oleh siapapun.
Konsekuensinya dengan proklamasi tersebut, Bangsa Indonesia siap
menghadapi segala kemungkinan nanti yang muncul dan mengancam keberadaan
Bangsa Indonesia sebagai egara merdeka. Hal ini wajar, karena kenyataannya Jepang
kalah terhadap sekutu dan sekutu beranggapan berhak mengambil alih kekuasaan di
Indonesia. Apalagi Belanda masih ingin berkuasa di Indonesia.
Kita sebagai Bangsa Indonesia harus bangga memiliki tokoh-tokoh pergerakan
nasional yang memiliki pikiran brilian yang berhasil menyusun naskah proklamasi
dan mempersiapkan kemerdekaan Indonesia. Kalimat demi kalimat yang tersusun
dalam naskah proklamasi membuktikan bahwa isi proklamasi tersebut mempunyai
arti dan makna yang mendalam bagi Bangsa Indonesia. Adapan makna proklamasi
tersebut dapat ditinjau dari dua segi yaitu :
a. Secara Hukum
Naskah proklamasi dapat menggantikan kedudukan hukum kolonial Barat dengan
hukum Indonesia.
b. Secara politis
Dengan proklamasi berarti Bangsa Indonesia berhasil melepaskan diri dari
belenggu penjajahan bangsa asing, sekaligus berhasil membuat pemerintahan
sendiri. Secara defacto syarat terbentuknya negara sudah ada yaitu penduduk,
wilayah dan pemimpinnya.
1. Proses Terbentuknya Pemerintahan Republik Indonesia dengan Sidang
PPKI
Dengan memproklamasikan kemerdekaan yang diumumkan tanggal 17
Agustus 1945 tersebut bukan berarti tugas dari PPKI berakhir. Justru PPKI memulai
tugas baru dalam rangka penyusunan badan kelengkapan negara. Syarat berdirinya
sebuah negara sudah ada semua kecuali ada satu yang belum terpenuhi yaitu
pemerintahan yang berdaulat. Presiden dan Wakil presiden baru diangkat tanggal 18
Agustus 1945, begitu juga UUD baru disyahkan sehingga belum terbentuk badan
kelengkapan negara. Oleh karena itu sehari setelah proklamasi PPKI mulai mengadakan
sidang-sidang sebagai berikut ;
a. Sidang PPKI pertama diselenggarakan tanggal 18 Agustus 1945 dan berhasil
memutuskan antara lain :
1). Mengesahkan dan menetapkan UUD RI yang dikenal dengan nama UUD 1945.
2). Memilih Ir. Sukarno sebagai presiden, dan Drs. Muhammad Hatta sebagai wakil
presiden RI.
3). Sebelum terbentuknya MPR, pekerjaan presiden untuk sementara waktu dibantu
oleh Komite Nasional.
b. Sidang kedua diselenggarakan tanggal 19 Agustus 1945 dengan menghasilkan 2
keputusan yaitu :
1). Pembagian wilayah yang terdiri dari 8 propinsi yaitu (Jawa Barat, Jawa Tengah,
Jawa Timur, Borneo, Sulawesi, Maluku, Sunda Kecil dan Sumatra).
2). Menetapkan 12 kementrian dalam lingkungan pemerintahan yaitu (Kementrian
Dalam Negri, Kementrian Luar Negri, Kehakiman, Keuangan, Kemakmuran,
Kesehatan, Pengajaran, Sosial, Pertahanan, Penerangan, Perhubungan dan
Pekerjaan Umum).
c. Sidang PPKI yang ketiga diselenggarakan tanggal 22 Agustus 1945 dengan
memutuskan membentuk 3 hal yaitu :
1). Komite Nasonal
2). PNI
3). BKR
1. Pengesahan UUD 1945
UUD 1945 merupakan salah satu peraturan perundang-undangan yang dijadikan
pedoman penyelenggaraan suatu negara. UUD 1945 yang berhasil disyahkan oleh PPKI
tanggal 18 Agustus 1945 merupakan hasil rancangan dari panitia perumus rancangan
UUD yang diambilkan dari “Piagam Jakarta “. Ada beberapa perubahan yang dirumuskan
dari Piagam Jakarta antara lain Sila Pertama yang semula berbunyi “Kewajiban
menjalankan syariat Islam bagi pemeluknya” diganti menjadi “Ketuhanan yang Maha
Esa”. Selanjutnya pasal 6 yang semula berbunyi “Presiden adalah orang Indonesia asli
yang beragama Islam” diganti menjadi Presiden adalah orang Indonesia asli”.
UUD 1945 tersebut terdiri dari :
a. Pembukaan yang terdiri 4 alenia
b. Batang tubuh yang terdiri dari 16 Bab, 37 pasal, 4 pasal aturan peralihan dan 2 ayat
aturan tambahan
c. Penjelasan UUD yang terdiri dari penjelasan umum dan penjelasan pasal demi pasal.
2. Pemilihan dan Pengangkatan Presiden dan Wakil Presiden
Menurut ketentuan pasal dalam UUD 1945 yaitu pasal 4 ayat 1, “pemimpin
pemerintah Indonesia di pegang oleh seorang presiden”. Untuk itu keberadaan
presiden sangat penting dalam pengendalian roda pemerintahan. Karena MPR belum
terbentuk, maka PPKI yang berperan memilih dan mengangkat presiden maupun wakil
presiden. Hal ini sesuai dengan ketentuan pasal III aturan peralihan. Dalam sidang
PPKI yang pertama tanggal 18 Agustus 1945, atas usul dari Otto Iskandardinata,
aggota PPKI memilih Ir.Sukarno sebagai presiden dan Drs. Muhammad Hatta sebagai
wakil presiden. Keua tokoh tersebut peranannya sangat penting dalam perjuangan
memperoleh kemerdekaan.
3. Pembentukan Kabinet yang pertama
Setelah Presiden dan Wakil Presiden diangkat, perlu dibentuk sistem cabinet
yang bertugas membantu penyelenggaraan suatu Negara. Presiden Sukarno
menugaskan ke panitia kecil yang terdiri dari Ahmad Subarjo, , Sutarto
Kartahadikusumo dan Kasman Singodimejo untuk membahas susunan kabinet.
Rancangan susunan kabinet sudah berhasil disusun oleh panitia kecil yang
selanjutnya menyampaikan dalam sidang PPKI tanggal 19 Agustus 1945. PPKI
berhasil menetapkan 12 kementrian yang susunannya sebagai berikut :
a. Mentri dalam Negri : RAA. Wiranata Kusuma
b. Mentri Luar Negri : Mr. Achmad Subarjo
c. Mentri Keungan : Mr. AA Maramis
d. Mentri Kehakiman : Prof. Dr.Mr. Supomo
e. Mentri Kemakmuran : Ir. Surachman Cokroadisuryo
f. Mentri Keamanan Rakyat : Supriyadi
g. Mentri Kesehatan : Dr. Buntaran Marmoatmojo
h. Mentri Pengajaran : Kihajar Dewantoro
i. Mentri Penerangan : Mr. Amir Syarifudin
j. Mentri Sosial : Mr. Iwa Kusumasumantri
k. Mentri Pekerjaan Umum : Abi Kusno Cokrosuyoso
l. Mentri Perhubungan : Abi Kusno Cokrosuyoso
Disamping 12 kementrian yang mengurusi departemen di atas, dibentuk
pula 4 kementrian negara yaitu :
a. Mentri Negara : Wachid Hasyim
b. Mentri Negara : Dr. M. Amir
c. Mentri Negara : Mr. R.M. Sartono
d. Mentri negara : Otto Iskandardinata
Adapun 4 pejabat negara yang ikut membantu penyelenggaraan
pemerintahan sebagai berikut :
a. Ketua Mahkamah Agung : Dr.Mr. Kusuma Atmaja
b. Jaksa Agung : Mr. Gatot Tarunamiharja
c. Sekretaris Negara : Mr.A.G. Pringgodigdo
d. Juru Bicara Negara : Sukarjo Wiryopranoto
4. Pembagian Wilayah
Berdasarkan hasil sidang BPUPKI, wilayah RI adalah bekas wilayah jajahan
Hindia Belanda. Wilayah Indonesia yang sangat luas tersebut agar mudah dikelola dan
diatur, perlu dibagi menjadi wilayah-wilayah proponsi. Untuk itu presiden Sukarno
menugaskan panitia kecil yang dipimpin oleh Otto Iskandardinata untuk membahas
pembagian wilayah RI. Dan dalam sidang PPKI berhasil ditetapkan delapan propinsi
dengan gubernurnya masing-masing yaitu :
a. Propinsi Sumatra : Mr. Teuku Mohammad Hassan
b. Propinsi Jawa Barat : Sutarjo Kartokadikusumo
c. Propinsi Jawa Tengah : R. Panji Suroso
d. Propinsi Jawa Timur : R.A. Suryo
e. Propinsi Sunda Kecil : Mr. I. Gusti Ketut Puja
f. Propinsi Maluku : Mr. J. Latuharhary
g. Propinsi Sulawesi : Dr. G.S.SJ. Ratulangie
h. Propinsi Kalimantan : Ir. Pangeran Mohammad Noor
2. Penyebaran Proklamasi dan Sikap Rakyat di Berbagai Daerah
Makna Proklamasi yang begitu besar terhadap Bangsa Indonesia, untuk itu
berita proklamasi harus segera diketahui oleh seluruh Bangsa Indonesia maupun bangsa
lain di dunia.
Wilayah Indonesia sangatlah luas. Komunikasi dan transportasi sekitar tahun
1945 masih sangat terbatas. Di samping itu, hambatan dan larangan untuk menyebarkan
berita proklamasi oleh pasukan Jepang di Indonesia, merupakan sejumlah faktor yang
menyebabkan berita proklamasi mengalami keterlambatan di sejumlah daerah, terutama
di luar Jawa. Namun dengan penuh tekad dan semangat berjuang, pada akhirnya
peristiwa proklamasi diketahui oleh segenap rakyat Indonesia. Lebih jelasnya ikuti
pembahasan di bawah ini. Penyebaran proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 di
daerah Jakarta dapat dilakukan secara cepat dan segera menyebar secara luas.
Pada hari itu juga, teks proklamasi telah sampai di tangan Kepala Bagian
Radio dari Kantor Domei, Waidan B. Palenewen. Ia menerima teks proklamasi dari
seorang wartawan Domei yang bernama Syahruddin. Kemudian ia memerintahkan F.
Wuz (seorang markonis), supaya berita proklamasi disiarkan tiga kali berturut-turut.
Baru dua kali F. Wuz melaksanakan tugasnya, masuklah orang Jepang ke ruangan radio
sambil marah-marah, sebab mengetahui berita proklamasi telah tersiar ke luar melalui
udara.
Meskipun orang Jepang tersebut memerintahkan penghentian siaran berita
proklamasi, tetapi Waidan Palenewen tetap meminta F. Wuz untuk terus menyiarkan.
Berita proklamasi kemerdekaan diulangi setiap setengah jam sampai pukul 16.00 saat
siaran berhenti. Akibat dari penyiaran tersebut, pimpinan tentara Jepang di Jawa
memerintahkan untuk meralat berita dan menyatakan sebagai kekeliruan. Pada tanggal
20 Agustus 1945 pemancar tersebut disegel oleh Jepang dan para pegawainya dilarang
masuk.
Sekalipun pemancar pada kantor Domei disegel, para pemuda bersama Jusuf
Ronodipuro (seorang pembaca berita di Radio Domei) ternyata membuat pemancar
baru dengan bantuan teknisi radio, di antaranya Sukarman, Sutamto, Susilahardja, dan
Suhandar. Mereka mendirikan pemancar baru di Menteng 31, dengan kode panggilan
DJK 1. Dari sinilah selanjutnya berita proklamasi kemerdekaan disiarkan.
Usaha dan perjuangan para pemuda dalam penyebarluasan berita proklamasi
juga dilakukan melalui media pers dan surat selebaran. Hampir seluruh harian di Jawa
dalam penerbitannya tanggal 20 Agustus 1945 memuat berita proklamasi kemerdekaan
dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia. Harian Suara Asia di Surabaya
merupakan koran pertama yang memuat berita proklamasi. Beberapa tokoh pemuda
yang berjuang melalui media pers antara lain B.M. Diah, Sayuti Melik, dan Sumanang.
Proklamasi kemerdekaan juga disebarluaskan kepada rakyat Indonesia melalui
pemasangan plakat, poster, maupun coretan pada dinding tembok dan gerbong kereta
api, misalnya dengan slogan ”Respect our Constitution, August 17!” Hormatilah
Konstitusi kami tanggal 17 Agustus.
Melalui berbagai cara dan media tersebut, akhirnya berita Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia dapat tersebar luas di wilayah Indonesia dan di luar negeri. Di
samping melalui media massa, berita proklamasi juga disebarkan secara langsung oleh
para utusan daerah yang menghadiri sidang PPKI. Berikut ini para utusan PPKI yang
ikut menyebarkan berita Proklamasi.
3. Terbentukna Negara Kesatuan dan Pemerintah Republik Indonesia serta
Kelengkapannya
Negara RI yang dilahirkan pada tanggal 17 Agustus 1945 pada
kenyataannya belum sempurna sebagai suatu negara. Oleh karena itu langkah yang
diambil oleh para pemimpin negara melalui PPKI adalah menyusun konstitusi negara
dan membentuk alat kelengkapan negara. Untuk itu PPKI mengadakan sidang sebanyak
tiga kali yaitu pada tanggal 18 Agustus 1945, 19 Agustus 1945, dan 22 Agustus 1945.
Sebelum rapat dimulai, muncul permasalahan yang disampaikan oleh wakil dari luar
Jawa, di antaranya Mr. Latuharhary (Maluku), Dr. Sam Ratulangi (Sulawesi), Mr.
Tadjudin Noor dan Ir. Pangeran Noor (Kalimantan), dan Mr. I Ktut Pudja (Nusa
Tenggara) yang menyampaikan keresahan penduduk non-Islam mengenai kalimat
dalam Piagam Jakarta yang nantinya akan dijadikan rancangan pembukaan dan Undang
Undang Dasar Negara Republik Indonesia. Kalimat yang dimaksud adalah “Ketuhanan
dengan kewajiban menjalankan syariah Islam bagi para pemeluknya”, serta “syarat
seorang kepala negara haruslah seorang muslim”. Untuk mengatasi masalah tersebut
Drs. Mohammad Hatta beserta Ki Bagus Hadikusumo, Wachid Hasyim, Mr. Kasman
Singadimedjo, dan Mr. Teuku Mohammad Hassan membicarakannya secara khusus.
Akhirnya dengan mempertimbangkan kepentingan yang lebih luas dan menegakkan
Negara Republik Indonesia yang baru saja didirikan, rumusan kalimat yang dirasakan
memberatkan oleh kelompok non-Islam dihapus sehingga menjadi berbunyi “
Ketuhanan Yang Maha Esa” dan syarat seorang kepala negara adalah orang Indonesia
asli.
Daftar pustaka
www.scribd.com
www.tempodoeloe.com
www.cerdasbangsa.com
Tim edukatif HTS. 2010. Modul Sejarah untuk SMA/MA semester genap. Surakarta: CV. Hayati
Tumbuh Subur.