30
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Tenaga kerja merupakan faktor yang penting bagi pembangunan nasional Indonesia. Tanpa adanya tenaga kerja maka pembangunan nasional tidak mungkin akan dapat terlaksana. Masalah utama dalam bidang ketenagakerjaan, adalah adanya kesenjangan posisi antara pengusaha dan pekerja. Kedudukan pengusaha sebagai yang mempekerjakan buruh rawan menimbulkan konflik antara pengusaha dan pekerja. Adanya jurang terjal antara posisi pengusaha dan buruh ini menimbulkan berbagai ekses terutama bagi para pekerja. Posisi salah satu pihak yang lebih tinggi membuat pihak yang lebih lemah termarjinalkan. Banyak para pekerja yang terdiskriminasi atas ulah oknum pengusaha nakal yang mencari keuntungan. Akibatnya banyak hak-hak dasar para pekerja yang tidak diberikan walau pekerja sudah melakukan kewajibannya. Kaum pekerja sebenarnya mempunyai hak-hak yang dapat diperjuangkan. Pekerja berhak atas upah yang layak bagi kehidupannya, selain itu para buruh dapat menuntut para pengusaha atas jaminan-jaminan sosial bagi dirinya. Namun yang terjadi, Para pengusaha malah tidak memberikan jaminan- jaminan kehidupan bagi pekerjanya tersebut karena mereka 1

Perjanjian Kerja Waktu Tertentu

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Perjanjian Kerja Waktu Tertentu

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Tenaga kerja merupakan faktor yang penting bagi pembangunan nasional

Indonesia. Tanpa adanya tenaga kerja maka pembangunan nasional tidak

mungkin akan dapat terlaksana. Masalah utama dalam bidang ketenagakerjaan,

adalah adanya kesenjangan posisi antara pengusaha dan pekerja. Kedudukan

pengusaha sebagai yang mempekerjakan buruh rawan menimbulkan konflik

antara pengusaha dan pekerja.

Adanya jurang terjal antara posisi pengusaha dan buruh ini menimbulkan

berbagai ekses terutama bagi para pekerja. Posisi salah satu pihak yang lebih

tinggi membuat pihak yang lebih lemah termarjinalkan. Banyak para pekerja

yang terdiskriminasi atas ulah oknum pengusaha nakal yang mencari

keuntungan. Akibatnya banyak hak-hak dasar para pekerja yang tidak diberikan

walau pekerja sudah melakukan kewajibannya.

Kaum pekerja sebenarnya mempunyai hak-hak yang dapat

diperjuangkan. Pekerja berhak atas upah yang layak bagi kehidupannya, selain

itu para buruh dapat menuntut para pengusaha atas jaminan-jaminan sosial bagi

dirinya. Namun yang terjadi, Para pengusaha malah tidak memberikan jaminan-

jaminan kehidupan bagi pekerjanya tersebut karena mereka menganggap

pemberian jaminan bagi kaum buruh hanya akan mengurangi keuntungan

mereka.

Hal itu diperkuat dengan keengganan para buruh untuk menuntut haknya

tersebut, hanya karena tidak ingin kehilangan pekerjaan. Martabat pekerja

adalah tentang hak – yaitu hak-hak sebagai pekerja/hak asasi manusia. Hak-hak

inilah yang sering diselewengkan oleh tindakan semena-mena pengusaha.

Untuk mencegah terjadinya tindakan sewenang-wenang oleh pihak

pengusaha yang mempekerjakan buruh, maka telah ada suatu payung hukum

yang berisi berbagai peraturan untuk melindungi hak-hak para pekerja, salah

1

Page 2: Perjanjian Kerja Waktu Tertentu

satunya adalah Undang-Undang No.13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan,

dan masih banyak peraturan lain yang mengatur tentang ketenagakerjaan dan

hubungan industrial.

Hubungan kerja melalui kontrak, baik kontrak langsung maupun melalui

pihak ketiga yang dikenal sebagai Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT)

adalah hubungan kerja yang sudah lama ada di lingkungan ketenagakerjaan di

Indonesia. Pada dasarnya hubungan kerja, yaitu hubungan antara pekerja dan

pengusaha terjadi setelah diadakan perjanjian oleh pekerja dengan pengusaha.

Di mana pekerja menyatakan kesanggupannya untuk menerima upah dan

pengusaha menyatakan kesanggupannya untuk mempekerjakan pekerja dengan

membayar upah1. Di dalam Pasal 50 UU No. 13/2003 tentang Ketenagakerjaan

dijelaskan bahwa hubungan kerja terjadi karena adanya perjanjian kerja antara

pengusaha dengan pekerja.

PKWT ‘aturan main’ nya sudah lama diatur secara legal, melalui Undang-

Undang No.13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan serta Keputusan Menteri

Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. 100/MEN/IV/2004 tentang Pelaksanaan

Perjanjian Kerja Waktu Tertentu.

Karena PKWT merupakan hubungan kerja yang berpotensi konflik dalam

bidang  ketenagakerjaan, maka perlu diketahui dengan jelas batasan dan rambu-

rambu yang ditetapkan oleh  perundang-undangan yang berlaku.  Memahami

peraturan-peraturan perundang-undangan dan mengetahui akibat hukum

bilamana terjadi pelanggaran dalam pelaksanaan, adalah mutlak perlu

untuk  pekerja yang sehari-hari-nya menangani atau bertanggung jawab atas

pelaksanaan  PKWT , agar konflik hubungan industrial dapat dihindari.

Dalam makalah ini penulis akan menelaah praktek PKWT yang ada di

masyarakat. Penulis akan menganalisis secara yuridis PKWT PT. Suksesindo,

sebuah perusahaan yang bergerak di bidang penyediaan jasa pekerja bagi

perusahaan lain. PT Suksesindo mengadakan perjanjian kerja untuk waktu

tertentu dengan saudari Swastika Ariestarini yang akan dipekerjakan pada

PT .AJBS, swalayan bahan bangunan di Jawa Timur.

1 Imam Soepomo,1999. Pengantar Hukum Perburuhan, Jakarta: Djambatan,hal.88.

2

Page 3: Perjanjian Kerja Waktu Tertentu

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang di atas, terdapat beberapa hal yang dapat di

tarik sebagai rumusan masalah, antara lain:

1. Bagaimana analisis terhadap isi Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT)

PT.Suksesindo?

2. Bagaimana ketentuan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) dalam PKWT

PT.Suksesindo?

3. Bagaimana ketentuan Jamsostek dan asuransi dalam PKWT PT.Suksesindo?

C. TUJUAN PENELITIAN

1. Mengetahui analisis terhadap isi Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT)

PT.Suksesindo.

2. Mengetahui ketentuan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) dalam PKWT

PT.Suksesindo.

3. Mengetahui ketentuan Jamsostek dan asuransi dalam PKWT PT.Suksesindo.

3

Page 4: Perjanjian Kerja Waktu Tertentu

BAB II

TINJAUAN NORMATIF TENTANG PERJANJIAN KERJA DAN PERJANJIAN KERJA

WAKTU TERTENTU (PKWT)

A. PENGERTIAN PERJANJIAN KERJA

Perjanjian kerja diatur dalam Bab IX Undang-Undang Nomor 13 Tahun

2003 tentang Ketenagakerjaan. Dalam pasal 1 angka 14 UU Ketenagakerjaan

disebutkan bahwa perjanjian kerja adalah perjanjian antara pekerjaan/buruh

dengan pengusaha atau pemberi kerja yang memuat syarat-syarat kerja,hak,

dan kewajiban para pihak. Kemudian dalam pasal 1 nomor 15 UU

Ketenagakerjaan disebutkan bahwa hubungan kerja adalah hubungan antara

pengusaha dengan pekerja/buruh berdasarkan perjanjian kerja yang mempunyai

unsur pekerjaan,upah dan perintah. Dapat disebutkan bahwa perjanjin kerja

harus memenuhi 3 (tiga) unsur , yaitu sebagai berikut:

1. Ada orang di bawah pimpinan orang lain.

2. Penunaian kerja

3. Adanya upah.2

Sebagai suatu Undang-undang yang tujuannya antara lain untuk

memberikan perlindungan kepada pekerja dalam mewujudkan kesejahteraan

dan, meningkatkan kesejahteraan pekerja dan keluarga, Undang-undang No. 13

tahun 2003 memberikan panduan mengenai perjanjian kerja. Menurut Undang-

undang ini perjanjian kerja dapat dibuat secara tertulis maupun lisan. Apabila

perjanjian kerja dibuat secara tertulis, maka harus memuat sebagai berikut:

1. nama, alamat perusahaan, dan jenis usaha;

2. nama, jenis kelamin, umur, dan alamat pekerja/buruh;

3. jabatan atau jenis pekerjaan;

4. tempat pekerjaan;

2 F.X Djumialdji, 2005, Perjanjian Kerja, Jakarta:Sinar Grafika, hal.7-8

4

Page 5: Perjanjian Kerja Waktu Tertentu

5. besarnya upah dan cara pembayarannya;

6. syarat -syarat kerja yang memuat hak dan kewajiban pengusaha dan

pekerja/buruh;

7. mulai dan jangka waktu berlakunya perjanjian kerja;

8. tempat dan tanggal perjanjian kerja dibuat; dan

9. tanda tangan para pihak dalam perjanjian kerja.

Ketentuan dalam perjanjian kerja sebagaimana dimaksud diatas pada

angka 5 dan 6, tidak boleh bertentangan dengan peraturan perusahaan,

perjanjian kerja bersama, dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Apabila dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata diatur bahwa suatu

perjanjian dinyatakan sah apabila memenuhi empat syarat, maka dalam hukum

ketenagakerjaan secara khusus diatur dalam Undang-undang No. 13 tahun 2003

bahwa kesahan suatu perjanjian kerja harus memenuhi adanya 4 persyaratan

sebagai berikut:

1. Kesepakatan kedua belah pihak;

2. Kemampuan atau kecakapan melakukan perbuatan hukum;

3. Adanya pekerjaan yang diperjanjikan;

4. Pekerjaan yang diperjanjikan tidak bertentangan dengan ketertiban umum,

kesusilaan, dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Suatu perjanjian kerja tentu saja dapat meliputi berbagai jenis pekerjaan,

sepanjang pekerjaan tersebut memang diperlukan oleh pemberi kerja. Sedangkan

ditinjau dari jangka waktu perjanjian kerja, pemberi kerja dapat saja membuat

perjanjian kerja untuk suatu jangka waktu yang ditetapkan lebih awal atau tidak.

Semua ketentuan yang mengatur hubungan kerja antara perusahaan dan karyawan

diatur berdasarkan isi Perjanjian Kerja. Isi perjanjian itu bisa saja mengabaikan

ketentuan-ketentuan yang ada dalam UU Ketenagakerjaan sepanjang perusahaan

dan karyawan menyepakatinya.

5

Page 6: Perjanjian Kerja Waktu Tertentu

Namun demikian, dalam rangka memberi kepastian hukum kepada

pekerja dan pemberi kerja, perjanjian kerja yang dikaitkan dengan jangka

waktunya dibagi menjadi 2 (dua) jenis perjanjian kerja.

Kedua jenis perjanjian kerja yang diperbolehkan oleh Undang-undang

tersebut terdiri atas:

1. Perjanjian kerja untuk waktu tertentu (PKWT) yaitu perjanjian kerja antara

pekerja/buruh dengan pengusaha untuk mengadakan hubungan kerja dalam

waktu tertentu atau untuk pekerjaan tertentu.

2. Perjanjian kerja untuk waktu tidak tertentu (PKWTT) yaitu perjanjian kerja

antara pekerja/buruh dengan pengusaha untuk mengadakan hubungan kerja

tetap.

B. PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU (PKWT)

1. Pengertian Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT)

Pengertian perjanjian kerja waktu tertentu dan perjanjian kerja waktu tidak

tertentu tersebut dalam Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi

No. 100/MEN/IV/2004 tentang Pelaksanaan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu

disebutkan sebagai berikut:

“Perjanjian Kerja Waktu Tertentu yang selanjutnya disebut PKWT adalah

perjanjian kerja antara pekerja/buruh dengan pengusaha untuk mengadakan

hubungan kerja dalam waktu tertentu atau untuk pekerja tertentu. Perjanjian

Kerja Waktu Tidak Tertentu yang selanjutnya disebut PKWTT adalah

perjanjian kerja antara pekerja/buruh dengan pengusaha untuk mengadakan

hubungan kerja yang bersifat tetap.”

PKWT memiliki dasar batasan bahwa jangka waktu perjanjian kerja sudah

ditetapkan dari awal, dibatasi oleh suatu dasar khusus. Dalam Undang-

undang No. 13 tahun 2003 disebutkan bahwa PKWT didasarkan atas jangka

waktu atau selesainya suatu pekerjaan tertentu3.

3 Syarief Bachsir,Perjanjian Kerja Menurut Undang-Undang No. 13 Tahun 2003,Newsletter KAP, Edisi XII/Desember/2009,hal.3

6

Page 7: Perjanjian Kerja Waktu Tertentu

Jika dibandingkan dengan PKWTT, maka PKWT memiliki keterbatasan,

hal ini karena PKWT tersebut tidak bersifat berkelanjutan, sehingga jangka

waktu perlindungan kepada pekerja terbatas pada waktu tertentu tersebut.

Salah satu upaya agar PKWT tidak diterapkan kepada setiap jenis pekerjaan,

Undang-undang memberikan perlindungan dengan pembatasan agar PKWT

diterapkan pada situasi-situasi khusus. Hal ini berarti bahwa diluar situasi-

situasi tersebut, PKWT tidak diperbolehkan. Adapun batasan situasi tersebut,

dinyataka dalam Undang-Undang Ketenagakerjaan sebagai berikut:

a. pekerjaan yang sekali selesai atau yang sementara sifatnya;

b. pekerjaan yang diperkirakan penyelesaiannya dalam waktu yang tidak

terlalu lama dan paling lama 3 (tiga) tahun;

c. pekerjaan yang bersifat musiman; atau pekerjaan yan berhubungan

dengan produk baru, kegiatan baru, atau produk tambahan yang masih

dalam percobaan atau penjajakan.

d. perjanjian kerja untuk waktu tertentu tidak dapat diadakan untuk

pekerjaan yang bersifat tetap.

2. Isi Perjanjian Kerja Waktu Tertentu

Bentuk perjanjian kerja waktu tertentu (PKWT) berbeda dengan

perjanjian kerja untuk waktu tidak tertentu. Bagi PKWT harus dibuat secara

tertulis dengan menggunakan bahasa Indonesia dan tulisan latin serta harus

memuat sekurang-kurangnya:

a. Nama,alamat perusahaan dan jenis usaha;

b. Nama, jenis kelamin,umur,dan alamat pekerja/buruh;

c. Jabatan/jenis pekerjaan;

d. Tempat pekerjaan;

e. Besarnya upah dan cara pembayarannya;

f. Syarat-syarat kerja yang memuat hak dan kewajiban pengusaha

dan pekerja/buruh;

g. Mulai dan jangka waktu berlakunya perjanjian kerja.

7

Page 8: Perjanjian Kerja Waktu Tertentu

h. Tempat dan tanggal perjanjian kerja dibuat;

i. Tanda tangan para pihak dalam perjanjian kerja.

Perjanjian kerja dibuat sekurang-kurangnya dalam rangkap 3 (tiga) yang

mempunyai kekuatan hukum yang sama, serta pekerja/buruh dan pengusaha

masing-masing mendapat 1 (satu) perjanjian kerja. 1 (satu) eksemplar perjanjian

kerja waktu tertentu dicatatkan oleh pengusaha kepada instansi yang

bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan kabupaten/kota setempat

selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari kerja sejak penandatangan.4

3. Jenis Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT)

a. Perjanjian Kerja Waktu Tertentu Berdasarkan Waktu Tertentu

Perjanjian kerja waktu tertentu yang didasarkan atas jangka waktu tertentu

dapat diadakan untuk paling 2 (dua) tahun dan hanya boleh diperpanjang 1

(satu) kali untuk jangka waktu paling lama 1 (satu) tahun . Untuk memperpanjang

perjanjian kerja waktu tertentu, pengusaha paling lama 7 (tujuh) hari sebelum

perjanjian kerja waktu tertentu yang berlaku belum berakhir, telah

memberitahukan secara tertulis kepada pekerja/buruh yang bersangkutan.

Perjanjian kerja untuk waktu tertentu yang diperpanjang telah berakhir dapat

ditiadakan pembaharuan. Pembaharuan perjanjian kerja untuk waktu tertentu

hanya dapat diadakan setelah melebihi masa tenggang waktu 30 (tiga puluh

hari) berakhirnya perjanjian kerja waktu tertentu yang lama sekali, paling lama 2

(dua) tahun.

b. Perjanjian Kerja Waktu Tertentu Berdasarkan Pekerjaan Tertentu

1) PKWT untuk pekerjaan yang sekali selesai atau

sementara sifatnya yang penyelesaiannya paling

lama 3 (tiga) tahun.

2) Dalam hal pekerjann tertentu yang dikerjakan dalam

PKWT dapat diselesaikan lebih cepat dari waktu yang

4F.X Djumialdji, Op.Cit. Hal.22.

8

Page 9: Perjanjian Kerja Waktu Tertentu

diperjanjikan,maka PKWT tersebut putus demi hukum

pada saat selesainya pekerjaan.

3) Dalam PKWT yang didasarkan atas selesainya

pekerjaan tertentu harus dicantumkan batasan suatu

pekerjaan dinyatakan selesai.

4) Dalam hal PKWT dibuat berdasarkan selesainya

pekerjaan tertentu namun karena kondisi tertentu

pekerjaan tersebut belum dapat diselesaikan, dapat

dilakukan pembaharuan PKWT.

5) Pembaharuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (5)

dilakukan setelah melebihi masa tenggang waktu 30

(tiga puluh) hari setelah berakhirnya perjanjian kerja.

6) Selama tenggang waktu 30 (tiga puluh) hari, tidak ada

hubungan kerja antara pekerja/buruh dan pengusaha.

7) Para pihak dapat mengatur lain dari ketentuan di atas

yang dituangkan dalam perjanjian.

c. PKWT untuk pekerjaan yang bersifat musiman.

1) Pekerjaan yang bersifat musiman adalah pekerjaan yang

pelaksanaannya tergantung pada musim atau cuaca.

a) PKWT hanya dapat dilakukan untuk satu jenis

pekerjaan pada musim tertentu.

b) PKWT tidak dapat dilakukan pembaharuan.

2) Pekerjaan-pekerjaan yang harus dilakukan untuk memenuhi

pesanan atau target tertentu dapat dilakukan dengan PKWT

sebagai pekerjaan musiman.

a) PKWT yang dilakukan hanya diberlakukan untuk

pekerja/buruh yang melakukan pekerjaan tambahan.

b) PKWT tidak dapat dilakukan pembaharuan.

d. PKWT untuk pekerjaan yang berhubungan dengan produk baru.

9

Page 10: Perjanjian Kerja Waktu Tertentu

1) PKWT dapat dilakukan dengan pekerja/buruh untuk melakukan

pekerjaan yang berhubungan dengan produk baru, kegiatan baru,

atau produk tambahan yang masih dalam percobaan atau

penjajakan.

2) PKWT hanya dapat dilakukan untuk jangka waktu paling lama 2

(dua) tahun dan dapat diperpanjang untuk satu kali paling lama 1

(satu) tahun.

3) PKWT tidak dapat dilakukan pembaharuan.

4) PKWT hanya boleh diberlakukan bagi pekerja/buruh yang

melakukan pekerjaan di luar kegiatan atau di luar pekerjaan yang

biasa dilakukan perusahaan.

BAB III

10

Page 11: Perjanjian Kerja Waktu Tertentu

ANALISIS YURIDIS ATAS PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU (PKWT)

ANTARA PT. SUKSESINDO DENGAN SWASTIKA ARIESTARINI

A. ANALISIS ISI PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU (PKWT)

PT.SUKSESINDO.

Menurut pasal 54 Undang-Undang No.13 Tahun 2003 tentang

Ketenagakerjaan, perjanjian kerja dapat dibuat secara tertulis maupun lisan.

Apabila perjanjian kerja dibuat secara tertulis, maka harus memuat sebagai

berikut:

1. nama, alamat perusahaan, dan jenis usaha;

2. nama, jenis kelamin, umur, dan alamat pekerja/buruh;

3. jabatan atau jenis pekerjaan;

4. tempat pekerjaan;

5. besarnya upah dan cara pembayarannya;

6. syarat -syarat kerja yang memuat hak dan kewajiban pengusaha dan

pekerja/buruh;

7. mulai dan jangka waktu berlakunya perjanjian kerja;

8. tempat dan tanggal perjanjian kerja dibuat; dan

9. tanda tangan para pihak dalam perjanjian kerja.

Adapun isi perjanjian kerja waktu tertentu (PKWT) PT. Suksesindo dan

saudari Swastika Ariestarini:

1. Komparisi PKWT : Tanggal perjanjian, Identitas para pihak.

2. Isi Perjanjian:

a. Pokok perjanjian

b. Hak dan kewajiban

c. Ketentuan gaji dan absensi

d. Jam kerja

e. Sanksi dan hal lain-lain

11

Page 12: Perjanjian Kerja Waktu Tertentu

f. Jamsostek dan asuransi

g. Masa berlaku perjanjian

h. Pengakhiran perjanjian kerja

3. Penutup serta tanda tangan para pihak.

Di dalam perjanjian kerja waktu tertentu antara PT. Suksesindo dan saudari

Swastika Ariestarini, poin 1 dan 2 sebagai identitas para pihak sudah terpenuhi.

PT.Suksesindo yang berkedudukan di Surabaya sebagai pihak pertama dan

saudari Swastika Ariestarini sebagai pihak kedua.

Adapun analisis terhadap muatan PKWT diatas:

1. Jenis Pekerjaan Dalam PKWT PT. Suksesindo

Untuk poin ketiga berisi jabatan atau jenis pekerjaan bagi saudari

Swastika sudah dicantumkan pada bagian komparisi PKWT ini yakni sebagai

customer advisor, custodian, cashier, packer dan SPG. Dalam PKWT PT

Suksesindo, memang tidak dispesifikkan terhadap satu pekerjaan saja. Hal ini

dikarenakan di dalam praktek (di lapangan) saat pekerja tersebut bekerja di PT.

AJBS (sebagai pihak ketiga yang memakai jasa pekerja), nantinya pekerjaan

yang telah disebut diatas adalah klasifikasi pekerjaan yang dilakukan oleh

saudari Swastika.Dalam praktek pekerjaan sebagai customer advisor,

custodian, cashier, packer dan SPG akan di-rolling setiap harinya dengan jadwal

tertentu/ piket masing-masing pekerja.

Berdasarkan pada Pasal 59 (lima sembilan) UU Ketenagakerjaan No.13

tahun 2003,telah ditegaskan dengan rinci, baik dari jenis,sifat, dan kegiatan

pekerjaan. Pada pasal tersebut menjelaskan pekerjaan apa saja yang dapat

dijadikan objek Perjanjian Kerja Waktu Tertentu, seperti :

a. Pekerjaan yang sekali selesai atau yang sementara sifatnya;

b. Pekerjaan yang diperkirakan penyelesaiannya dalam waktu yang tidak

terlalu lama dan paling lama 3   (tiga) tahun;

12

Page 13: Perjanjian Kerja Waktu Tertentu

c. Pekerjaan yang bersifat musiman; atau

d. Pekerjaan yang berhubungan dengan produk baru, kegiatan baru, atau

produk tambahan yang masih dalam percobaan atau penjajakan. 

Dalam hal ini PKWT PT. Suksesindo memenuhi PKWT yang pekerjaan

diperkirakan selesainya dalam waktu yang tidak lama dan paling lama 3

tahun. Dalam pasal 7 PKWT tentang masa berlakunya perjanjian, pekerjaan

Swastika Arietarini akan berakhir setahun setelah dimulainya pekerjaan.

2. Tempat dan Waktu Kerja

Untuk poin keempat yakni tempat bekerja, telah disebut dalam pasal 1

tentang pokok perjanjian PKWT PT. Sukesindo yakni pekerja akan bekerja pada

PT. AJBS untuk melakukan penjagaan pada counter/toko serta cabang-cabang

PT. AJBS. Kelemahan PKWT ini adalah tidak jelasnya lokasi tempat pekerja

akan bekerja. PT. AJBS memiliki banyak cabang dan toko, intinya pekerja harus

mau ditempatkan di cabang PT AJBS yang mana saja.

Selain itu mengenai waktu kerja dalam pasal 4 tentang jam kerja hanya

disebutkan bahwa “ Jam Kerja untuk pihak kedua adalah jam kerja sesuai

dengan ketentuan pihak PT.AJBS”. Tidak ada kejelasan lama waktu kerja atau

jam kerja serta waktu mulai kerja. Bahkan jam kerja ditentukan pihak ketiga (PT.

AJBS). Walaupun memang pihak ketigalah yang menggunakan jasa

pekerja,namun seharusnya dijelaskan secara rinci mengenai waktu kerja serta

perhitungan jam kerja dan waktu istirahat pekerja sehingga tidak terjadi sengketa

karena tidak jelasnya waktu.

3. Besarnya Gaji dan Cara Pembayarannya

Dalam pasal 3 PKWT PT. Suksesindo mengenai ketentuan gaji dan

absensi menyebutkan bahwa pihak kedua akan menerima gaji sesuai dengan

ketentuan pemerintah yakni Upah Minimum Regional (UMR). Namun disini tidak

disebutkan secara jelas berapakah ketentuan UMR tersebut, bahkan juga tidak

13

Page 14: Perjanjian Kerja Waktu Tertentu

disebutkan secara jelas UMR daerah manakah yang digunakan untuk

menentukan gaji para pekerja. Hal ini sangat merugikan para pekerja tentunya.

Seharusnya gaji dijelaskan secara rinci besarannya dan juga jika ada

perubahan-perubahan gaji seharusnya disebutkan.

Gaji adalah bentuk pelaksanaan hak pekerja, sehingga klausula yang

tidak seimbang seperti ini merugikan pekerja dengan adanya ketimpangan hak

dan kewajiban antara pekerja dan pengusaha. Kepastian hukum bagi pekerja

kurang diperhatikan. Untuk mekanisme pembayaran gaji pekerja juga tidak

dijelaskan di dalam perjanjian ini apakah diambil secara langsung atau ditransfer

ke rekening pekerja.

Selain itu dalam pasal 3 poin 3 PKWT, terdapat suatu klausula yang

kurang jelas yakni “ Apabila Pihak kedua tidak dapat melaksanakan tugas tanpa

alasan yang jelas atau mangkir selama 1 (satu) hari, maka secara otomatis

Pihak kedua menyatakan mengundurkan diri dan Pihak pertama akan

memotong upahnya untuk setiap hari kemangkirannya tersebut.”

Ketidak jelasan klausula terdapat pada bagian “…Pihak kedua

menyatakan mengundurkan diri.” Hak para pekerja diselewengkan dengan

ketentuan sepihak perusahaan tersebut. Walau dengan alasan melindunggi hak

pengusaha namun seharusnya tidak secara sepihak mengasumsikan pihak

kedua mengundurkan diri.

4. Hak dan Kewajiban Pengusaha dan Pekerja/buruh

Dalam pasal 2 PKWT PT. Suksesindo ditentukan hak dan kewajiban para

pihak. Namun dari enam poin dalam pasal mengenai hak dan kewajiban para

pihak tersebut semuanya berisi kewajiban pihak kedua (pekerja) saja. Hanya

poin pertama yang menyatakan bahwa ada pemberian gaji sebagai hak pihak

kedua, selain itu tidak diatur mengenai kewajiban pihak pertama

(PT.Suksesindo) serta tidak disebut hak-hak lain bagi pihak pekerja.

5. Mulai dan Jangka Waktu Berlakunya Perjanjian Kerja

14

Page 15: Perjanjian Kerja Waktu Tertentu

Dalam pasal 7 PKWT PT. Suksesindo dijelaskan mengenai masa berlaku

perjanjian yakni perjanjian dibuat untuk jangka waktu 1 (satu) tahun terhitung

mulai 13 April 2009 sampai 13 April 2010. Namun kekurangan dari pasal ini

adalah tidak dijelaskan klausula perpanjangan PKWT.

Jika jangka waktu perjanjiannya habis, PKWT dapat diperpanjang dan

diperbaharui kembali. PKWT yang berdasarkan pada jangka waktu tertentu

dapat diadakan untuk paling lama 2 tahun, dan setelahnya hanya boleh

diperpanjang 1  kali untuk jangka waktu paling lama 1 tahun.

Pembaharuan sebagaimana dimaksud pasal 3 Keputusan Menteri Tenaga

Kerja dan Transmigrasi No. 100/MEN/IV/2004 tentang Pelaksanaan Perjanjian

Kerja Waktu Tertentu, dilakukan setelah melebihi masa tenggang waktu 30 (tiga

puluh) hari setelah berakhirnya perjanjian kerja. Selama tenggang waktu 30 (tiga

puluh) hari sebagaimana dimaksud diatas tidak ada hubungan kerja antara

pekerja/buruh dan pengusaha.

Dalam PKWT tidak dikenal adanya masa percobaan kerja. Jika dalam

PKWT disyaratkan adanya masa percobaan kerja, maka masa percobaan kerja

itu batal demi hukum. Sejak PKWT tersebut didaftarkan pada instansi dinas

ketenagakerjaan terkait, hukum tidak mengakui adanya masa percobaan kerja

dan karenanya sejak awal masa percobaan tersebut dianggap tidak ada.

6. Pengakhiran PKWT

Dalam pasal 8 disebutkan mengenai pengakhiran perjanjian kerja.

Dimana disebutkan ketentuan “ Bahwa pihak kedua tidak akan mengajukan

tuntutan/klaim/gugatan berupa apapun dan melepas haknya atas semua hal

yang timbul dari hubungan kerja yang ada, seperti uang pesangon,uang jasa

atau ganti rugi apapun dari pihak pertama.”

Hal ini menunjukkan timpangnya kedudukan antara pengusaha dan

pekerja, dimana pekerja dibatasi tidak boleh menuntut haknya lagi. Sungguh

15

Page 16: Perjanjian Kerja Waktu Tertentu

ironis, padahal pekerja sudah melaksanakan kewajibannya namun malah hak

mereka dinomor duakan.

Dalam pasal 8 PKWT PT. Suksesindo juga dinyatakan bahwa

penyelesaian perjanjian ini para pihak sepakat untuk melepaskan/

mengesampingkan pemberlakuan pasal 1266 dan atau 1267 KUHPerdata.

Bunyi pasal 1266 KUH Perdata adalah sebagai berikut:

“Syarat batal dianggap selalu dicantumkan dalam persetujuan yang timbal

balik manakala salah satu pihak tidak memenuhi kewajibannya.

Sedangkan Bunyi pasal 1267 KUH Perdata adalah sebagai berikut:

“Pihak terhadap siapa perikatan tidak dipenuhi, dapat memilih apakah ia, jika

hal itu masih dapat dilakukan, akan memasa pihak yang lain untuk memenuhi

perjanjian ataukah akan menuntut pembatalan perjanjian disertai penggantian

biaya, kerugian, dan bunga,”

Dalam hal Pihak Kedua (pekerja) mengundurkan diri, dicantumkan dalam

pasal 5 poin 3 tentang sanksi dan lain-lain. Dimana dinyatakan bahwa “ Apabila

pihak kedua ingin mengundurkan diri/berhenti bekerja sebelum berakhirnya

masa berlaku perjanjian, maka pihak kedua wajib mengajukan surat

pengunduran diri kepada pihak pertama paling lambat 30 (tiga puluh) hari

kalender sebelum tanggal efektif berhenti bekerja.”

Namun tidak dijelaskan konsekuensi bagi pekerja terhadap pengunduran diri

tersebut. Dalam pasal 62 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang

Ketenagakerjaan menyatakan bahwa, apabila salah satu pihak mengakhiri

hubungan kerja sebelum berakhirnya jangka waktu yang ditetapkan dalam

perjanjian kerja waktu tertentu, atau berakhirnya hubungan kerja bukan karena

ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 61 Ayat (1), pihak yang

mengakhiri hubungan kerja diwajibkan membayar ganti rugi kepada pihak

lainnya sebesar upah pekerja/ buruh sampai batas waktu berakhirnya jangka

waktu perjanjian kerja.

16

Page 17: Perjanjian Kerja Waktu Tertentu

B. ANALISIS MENGENAI KETENTUAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA

(PHK) DALAM PKWT PT.SUKSESINDO.

Sehubungan dengan dampak dari PHK yang demikian besar maka perlu

adanya mekanisme dan prosedur yang tepat agar kelangsungan hidup buruh

tetap terlindungi. Dalam pasal 168 UU Ketenagakerjaan telah diatur :

“ 1. Pekerja/buruh yang mangkir selama 5 (lima) hari kerja atau lebih berturut-

turut tanpa keterangan secara tertulis yang dilengkapi dengan bukti yang sah

dan telah dipanggil oleh pengusaha 2 (dua) kali secara patut dan tertulis dapat

diputus hubungan kerjanya karena dikualifikasikan mengundurkan diri .

2. Pemutusan hubungan kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)

pekerja/buruh yang bersangkutan berhak menerima uang penggantian hak

sesuai ketentuan Pasal 156 ayat (4) dan diberikan uang pisah yang besarnya

dan pelaksanaannya diatur dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan, atau

perjanjian kerja bersama.“

Sedangkan mengenai adanya uang pesangon untuk pekerja, dalam pasal

156 UU Ketenagakerjaan, disebut antara lain :

1. Dalam hal terjadi pemutusan hubungan kerja, pengusaha diwajibkan membayar

uang pesangon dan atau uang penghargaan masa kerja dan uang penggantian

hak yang seharusnya diterima.

2. Perhitungan uang pesangon sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) paling

sedikit , sebagai berikut :

a. masa kerja kurang dari 1 (satu) tahun, 1 (satu) bulan upah;

b. masa kerja 1 (satu) tahun atau lebih tetapi kurang dari 2 (dua) tahun, 2 (dua)

bulan upah;

c. masa kerja 2 (tiga) tahun atau lebih tetapi kurang dari 3 (tiga) tahun, 3 (tiga)

bulan upah;

d. masa kerja 3 (tiga) tahun atau lebih tetapi kurang dari 4 (empat) tahun, 4

(empat) bulan upah;

17

Page 18: Perjanjian Kerja Waktu Tertentu

e. masa kerja 4 (empat) tahun atau lebih tetapi kurang dari 5 (lima) tahun, 5

(lima) bulan upah;

f. masa kerja 5 (lima) tahun atau lebih, tetapi kurang dari 6 (enam) tahun, 6

(enam) bulan upah;

g. masa kerja 6 (enam) atau lebih tetapi kurang dari 7 (tujuh) tahun, 7 (tujuh)

bulan upah;

h. masa kerja 7 (tujuh) tahun atau lebih tetapi kurang darai 8 (delapan) tahun, 8

(delapan) bulan upah.

Jika dilihat dari segi PKWT, maka untuk pemberian uang pesangon paling

lama untuk masa kerja selama 3 (tiga) tahun. Dari PKWT PT Suksesindo sendiri,

alasan PHK ada dalam pasal 5 mengenai sanksi dan hal lain. Namun dalam

pasal tersebut dinyatakan bahwa pihak pertama berhak sewaktu-waktu

mengakhiri perjanjian dengan pihak kedua (pekerja) secara langsung dengan

tidak memberikan ganti kerugian apabila pihak kedua melakukan kesalahan-

kesalahan tertentu (pasal 2 poin a sampai poin m). Namun alasan PHK menurut

pasal 168 ayat (1) UU Ketenagakerjaan yakni alasan mangkir kerja malah tidak

dimasukan dalam perjanjian kerja.

Selain itu juga ketentuan pemberian pesangon juga tidak dijelaskan secara

rinci, sehingga apabila dalam perjanjian kerja tidak diatur maka dapat

menggunakan ketentuan undang-undang serta peraturan perusahaan yang

berlaku.

C. ANALISIS MENGENAI PEMBERIAN JAMSOSTEK DAN ASURANSI PKWT

PT.SUKSESINDO.

Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. KEP-150/MEN/1999 tentang

Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja bagi Tenaga Kerja

Harian Lepas, Borongan dan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu, mengatur

kepesertaan maupun upah sebagai dasar penetapan iuran, sebagai berikut:

18

Page 19: Perjanjian Kerja Waktu Tertentu

1. Bagi tenaga kerja harian lepas, borongan dan perjanjian kerja waktu

tertentu yang bekerja kurang dari 3 (tiga) bulan wajib diikutsertakan dalam

program jaminan kecelakaan kerja dan jaminan kematian, lebih dari 3

(tiga) bulan wajib diikutsertakan untuk seluruh program jaminan sosial

tenaga kerja.

2. Untuk tenaga kerja harian lepas dalam menetapkan upah sebulan adalah

upah sehari dikalikan jumlah hari kerja dalam 1 (satu) bulan kalender.

Apabila upah dibayar secara bulanan untuk menghitung upah sehari bagi

yang bekerja 6 (enam) hari dalam 1 (satu) minggu adalah upah sebulan

dibagi 25 (dua puluh lima) , sedangkan yang bekerja  5 (lima) hari dalam 1

(satu) minggu adalah upah sebulan dibagi 21 (dua puluh satu).

3. Untuk tenaga kerja borongan yang bekerja kurang dari 3 (tiga) bulan

penetapan upah sebulan adalah 1 (satu) hari dikalikan jumlah hari kerja

dalam 1 (satu) bulan kalender. Bagi yang bekerja lebih dari 3 (tiga) bulan,

upah sebulan dihitung dari upah rata - rata 3 (tiga) bulan terakhir. Jika

pekerjaan tergantung cuaca upah sebulan dihitung dari upah rata - rata 12

(dua) belas bulan terakhir.

4. Untuk tenaga kerja yang bekerja berdasarkan perjanjian kerja waktu

tertentu, penetapan upah sebulan adalah sebesar upah sebulan yang

tercantum dalam perjanjian kerja.

Adapun jenis program dan dasar penetapan iuran bagi tenaga kerja perjanjian

kerja waktu tertentu,yakni:

1. Pengusaha yang mempekerjakan tenaga kerja perjanjian kerja waktu

tertentu selama 3 (tiga) bulan secara berturut-turut atau lebih wajib

mengikutsertakannya dalam program jaminan kecelakaan kerja, jaminan

kematian, jaminan hari tua dan jaminan pemeliharaan kesehatan.

19

Page 20: Perjanjian Kerja Waktu Tertentu

2. Pengusaha yang mempekerjakan tenaga kerja perjanjian kerja waktu

tertentu kurang dari 3 (tiga) bulan secara berturut-turut wajib

mengikutsertakannya dalam program jaminan kecelakaan kerja dan

jaminan kematian.

3. Dalam hal hubungan kerja tenaga kerja perjanjian kerja waktu tertentu

sebagaimana dimaksu dapat di perpanjang sehingga bekerja selama 3

(tiga) bulan secara berturut-turut atau lebih, pengusaha wajib

mengikutsertakannya dalam program jaminan kecelakaan kerja, jaminan

kematian, jaminan hari tua dan jaminan pemeliharaan kesehatan terhitung

mulai perpanjangan perjanjian kerja waktu tertentu.

4. Upah sebulan yang dipergunakan sebagai dasar penetapan iuran bagi

tenaga kerja perjanjian kerja waktu tertentu ditetapkan sebesar yang

tercantum dalam Perjanjian Kerja.

Dalam PKWT antara PT Suksesindo dan pekerjanya tersebut, ada

pengaturan mengenai program jamsostek dan asuransi yakni dalam pasal 6.

Namun dalam pasal tersebut hanya dijelaskan iuran jamsostek, tidak

dijelaskan mengenai mekanisme pengurusannya.Untuk asuransi juga tidak

ada kejelasan asuransi apa yang akan diberikan kepada pekerja.

20

Page 21: Perjanjian Kerja Waktu Tertentu

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan atas analisis yang mengenai Perjanjian Kerja Waktu

Tertentu (PKWT) antara PT Suksesindo dan Swastika Ariestarini, dapat

penulis simpulkan bahwa:

1. Dalam Perjanjian kerja tersebut masih terdapat hal-hal yang tidak

sesuai dengan ketentuan Undang-Undang No.13 tahun 2003

tentang ketenagakerjaan dan Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan

Transmigrasi No. 100/MEN/IV/2004 tentang Pelaksanaan

Perjanjian Kerja Waktu Tertentu. Dalam PKWT tersebut masih ada

klausula yang tidak jelas dan timpang terlebih mengenai hak dan

kewajiban para pihak, jam kerja bahkan ketentuan gaji yang tidak

disebutkan secara rinci.

2. Ketentuan mengenai Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) dalam

PKWT antara PT Suksesindo dan Swastika Ariestarini, hanya

mengatur alasan-alasan PHK saja, namun tidak mengatur

mekanisme pemberian pesangon serta bagian pesangon bagi

pekerja yang di PHK.

3. Dalam PKWT antara PT Suksesindo dan Swastika

Ariestarini,sudah diatur mengenai iuran Jamsostek. Namun belum

diatur mengenai mekanisme dan penjelasan mengenai asuransi

bagi para pekerja.

B. SARAN

1. Para pengusaha sudah seharusnya memperhatikan kepentingan

para pekerja dalam membuat perjanjian kerja. Perjanjian kerja

adalah kesepakatan bersama, maka seharusnya kedudukan kedua

21

Page 22: Perjanjian Kerja Waktu Tertentu

belah pihak seimbang. Dalam praktek, para pengusaha lebih

mengutamakan kepentingannya sehingga terjadi ketimpangan

yang merugikan pihak pekerja. Pemerintah harus mengantisipasi

hal ini dengan membuat peraturan ketenagakerjaan yang

melindungi pihak pekerja dan pihak pengusaha secara seimbang.

22