105
PERJUANGAN GERAKAN PEMUDA ISLAM INDONESIA PADA MASA REVOLUSI FISIK 1945-1949 Skripsi Diajukan kepda Fakultas Adab untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Humaniora Oleh: Ahmad Bayqhuni NIM: 102022024349 JURUSAN SEJARAH PERADABAN ISLAM FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UIN SYARIF HIDAYATTULLAH JAKARTA 1429 H / 2008 M

PERJUANGAN GERAKAN PEMUDA ISLAM INDONESIA PADA …

  • Upload
    others

  • View
    9

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PERJUANGAN GERAKAN PEMUDA ISLAM INDONESIA PADA …

PERJUANGAN GERAKAN PEMUDA ISLAM

INDONESIA PADA MASA REVOLUSI FISIK

1945-1949

Skripsi

Diajukan kepda Fakultas Adab untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Humaniora

Oleh:

Ahmad Bayqhuni

NIM: 102022024349

JURUSAN SEJARAH PERADABAN ISLAM

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UIN SYARIF

HIDAYATTULLAH

JAKARTA

1429 H / 2008 M

Page 2: PERJUANGAN GERAKAN PEMUDA ISLAM INDONESIA PADA …

PERJUANGAN GERAKAN PEMUDA ISLAM

INDONESIA PADA MASA REVOLUSI FISIK

1945-1949

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Adab Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Humaniora

Oleh:

Ahmad Bayqhuni

NIM:102022024349

Di bawah bimbingan

Pembimbing

Dr. Jajat Burhanudin

NIP: 150 268 781

JURUSAN SEJARAH PERADABAN ISLAM

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1429 H / 2008 M

Page 3: PERJUANGAN GERAKAN PEMUDA ISLAM INDONESIA PADA …

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi berjudul ”PERJUANGAN GERAKAN PEMUDA ISLAM

INDONESIA PADA MASA REVOLUSI FISIK 1945-1949” telah diujikan

dalam sidang Munaqasyah Fakultas Adab UIN ”Syarif Hidayatullah” Jakarta pada

Tanggal 12 Mei 2008 Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu Syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Program Strata 1 (S-1) pada Program Studi Sejarah

Peradaban Islam.

Jakarta, 29 Mei 2008

Sidang Munaqasyah

Ketua Sidang, Sekretaris Sidang,

Drs. H.M. Ma’ruf Misbah, MA Usep Abdul Matin, MA

NIP: 150 247 010 NIP: 150 288 391

Penguji Pembimbing

Prof. Dr. H. Budi Sulistiono, M. Hum Dr. Jajat Burhanudin

NIP: 150 236 276 NIP: 150 268 781

Page 4: PERJUANGAN GERAKAN PEMUDA ISLAM INDONESIA PADA …

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayattullah

Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya

atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Bekasi, 29 Mei 2008

Ahmad Bayqhuni

Page 5: PERJUANGAN GERAKAN PEMUDA ISLAM INDONESIA PADA …

ABSTRAK

Perjuangan bangsa Indonesia di dalam mempertahankan kemerdekaan

Indonesia yang baru diproklamirkan pada tanggal 17 Agustus 1945 adalah satu bentuk nyata nasionalisme yang kuat terhadap segala bentuk penjajahan.

Perjuangan tersebut tidak hanya diberikan oleh kelompok nasionalis, akan tetapi kelompok Islam pun telah memberikan kontribusinya yang sangat besar dalam

perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

Pada masa revolusi fisik 1945-1949 G.P.I.I. ikut berjuang mempertahankan

Kemerdekaan Republik Indonesia. Manifestasi perjuangannya bisa dilihat antara

lain: yaitu Berjuang Melalui Balai Muslimin, Di Balai Muslimin inilah G.P.I.I.

berjuang dengan memberikan sebuah ide pembentukan Pemuda Pelopor, gagasan

tersebut dicetuskan oleh A. Karim Halim sebagai wakil ketua I G.P.I.I.. Tujuan

dari pembentukan Pemuda Pelopor adalah untuk menggerakan revolusi di daerah-

daerah bersama-sama dengan rakyat untuk menghadapi penjajah sehingga di

daerah masing-masing diharapkan dapat terbentuk People’s Defence (pertahanan

rakyat).

Lebih lanjut lagi, perjuangan G.P.I.I. pada masa revolusi fisik bisa dilihat dari aktifnya G.P.I.I. di dalam organisasi kepemudaan yaitu BKPRI (Badan

Kongres Pemuda Republik Indonesia). BKPRI pada awal berdirinya sebagai wadah bagi para pemuda dan rakyat Indonesia untuk berjuang yang berdasarkan

semangat persatuan sekaligus sebagai penolakan terhadap Pesindo yang diduga terdapat orang-orang komunis. Keikutsertaannya G.P.I.I. di dalam membentuk

D.M.P.I.I. (Dewan Mobilisasi Pemuda Islam Indonesia) pada tanggal 26 Oktober 1946 bersama-sama dengan Markas Tertinggi Hizbullah dan Markas Tertinggi

Sabilillah adalah wujud nyata di dalam perjuangannya mempertahankan

kemerdekaan Indonesia. Pada masa dewasa itu, pergolakan revolusi semakin

menghajatkan pengorbanan di atas keimanan dan kepentingan negara serta

keselamatan rakyat. Tujuan dari pembentukan D.M.P.I.I. adalah untuk

merapatkan barisan di dalam melanjutkan perjuangan menghadapi Tentara

Belanda.

Penelitian ini pada dasarnya ingin menjawab permasalahan sekitar sejauh

mana dan bagaimana pola perjuangan Gerakan Pemuda Islam Indonesia pada

Masa Revolusi Fisik 1945 – 1949. Melalui Pengumpulan data tersebut dapat

diketahui bahwa G.P.I.I. didalam usahanya mempertahankan kemerdekaan

Republik Indonesia pada masa revolusi fisik 1945-1949 telah memberikan

kontribusi yang sangat besar dan urgen.

Page 6: PERJUANGAN GERAKAN PEMUDA ISLAM INDONESIA PADA …

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Segala puji dan syukur bagi Allah Azza wa Jalla sehingga atas perkenan-Nya

jualah, karya tulis ini akhirnya bisa diselesaikan. Dan shalawat serta salam

semoga dilimpahkan kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, teladan

seluruh manusia.

Dengan segala kerendahan hati serta niat yang tulus dan ikhlas, penulis ingin

menyampaikan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. DR. Qomaruddin Hidayat, M.A, Rektor Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah (UIN) Jakarta.

2. Bapak DR. H. Abdul Chair, M.A, selaku Dekan Fakultas Adab yang telah

memberikan persetujuan untuk penulisan skripsi ini.

3. Bapak Drs. H. M. Ma’ruf Misbah, M.A, selaku Ketua Jurusan Sejarah

Peradaban Islam dan Sekjur Bapak Usep Abdul Matin, SA,g, M.A, yang

senantiasa mendukung dan memberikan kemudahan kepada penulis.

4. Bapak Dr. Jajat Burhanudin selaku pembimbing, yang telah meluangkan

banyak waktu dan tenaga untuk memberikan petunjuk dan bimbingan kepada

penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Bapak Prof. Drs. Budi Sulistiono, M. Hum, selaku penguji yang telah

menyediakan wktunya untuk menguji skripsi ini.

6. Bapak Umar Burhanudin selaku Pengurus GPI (Gerakan Pemuda Islam) yang

telah banyak memberikan bahan-bahan tulisan yang dibutuhkan bagi penulis

sehingga dapat terselesaikannya penulisan skripsi ini.

Page 7: PERJUANGAN GERAKAN PEMUDA ISLAM INDONESIA PADA …

7. Bapak dan Ibu Dosen di Fakultas Adab UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang

telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis.

8. Kepada segenap Pegawai Perpustakaan Nasional Tahun 2008 khususnya lantai

IV (Ruang Micro Film) yang senantiasa membantu serta memudahkan penulis

mencari data.

9. Ayahanda Samhari Armain dan Ibunda Dra. Siti Aminah yang dengan sabar

dan penuh keikhlasan selalu mengiringi penulis dengan doa-doanya.

10. Pimpinan Perpustakaan UIN “Syarif Hidayatullah”, Perpustakaan Nasional,

Perpustakaan Universitas Negeri Jakarta, Perpustakaan PB Nahdlathul Ulama

dan Arsip Nasional, yang telah memberikan kemudahan-kemudahan kepada

penulis dalam mencari bahan-bahan yang dibutuhkan.

11. Kakanda Nurman Hafiz dan Rifqiyati SE. dan Adik-adiku Miftahullah, Rahmi

Ulfah, Nur Rizqiyah dan Nur Hilalliyah yang telah turut memberikan

sumbangsihnya demi selesainya karya tulis ini.

12. Terima kasih juga kepada Monica Sartika yang telah banyak memberikan

dukungan moril sehingga penulis dapat kembali termotivasi dalam

menyelesaikan penulisan skripsi ini.

13. Sahabat-sahabatku diantaranya: Yusuf Sidik (Epray), Bahrudin (Aji),

Testriono, Ahmad Ghazali, Fahrizal, Anas Yusman, Olman Dahuri, Hendri,

Adiy Setiyadi dan Muhammad Nur.

14. Teman-teman Mahasiswa SPI angkatan 2002, yang selalu memberikan

kenangan manis dan semoga silahturahmi diantara kita tidak akan berakhir.

Penulis sepenuhnya menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang

terdapat dalam karya tulis ini. Untuk itu koreksi dan kritik membangun senantiasa

Page 8: PERJUANGAN GERAKAN PEMUDA ISLAM INDONESIA PADA …

penulis harapkan. Semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi setudi sejarah

Islam di Indonesia dan dapat menambah khazanah kepustakaan Islam di

Fakultas Adab UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, terutama bagi penulis sendiri

sambil mengharap ridha Allah, agar karya tulis ini merupakan amal yang

bermanfaat. Amin.

Jakarta, 29 Mei 2008

Penulis

Page 9: PERJUANGAN GERAKAN PEMUDA ISLAM INDONESIA PADA …

DAFTAR ISI

ABSTRAK………………………………………………………………....... i

KATA PENGANTAR…………………………………………………........ iii

DAFTAR ISI………………………………………………………………... vi

SINGKATAN – SINGKATAN .................................................................... viii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah.......................................................... 1

B. Perumusan dan Batasan Masalah............................................ 6

C. Tujuan Penelitian.................................................................... 7

D. Metode Penelitian................................................................... 7

E. Survei Pustaka........................................................................ 8

F. Sistematika Penulisan............................................................. 12

BAB II KEADAAN SOSIAL-POLITIK PASCA PROKLAMASI

KEMERDEKAAN

A. Munculnya Organisasi-organisasi Pemuda.............................. 14

B. Munculnya Multi Partai……………………………………… 19

C. Lahirnya Gerakan Pemuda Islam Indonesia…………………. 23

BAB III BIOGRAFI INTELEKTUAL, PEMIKIRAN DAN

KONTRIBUSI KEDUA TOKOH GPII HARSONO

TJOKROAMINOTO DAN ANWAR HARJONO

A. Harsono Tjokroaminoto

a. Latar Belakang Kehidupan Harsono Tjokroaminoto.......... 32

b. Perjalanan Pendidikan Harsono Tjokroaminoto................. 34

c. Harsono Tjokroaminoto (Islamisme dan Nasionalisme

sebagai alat pemersatu bangsa)........................................... 37

B. Anwar Harjono

a. Latar Belakang Kehidupan Anwar Harjono....................... 40

Page 10: PERJUANGAN GERAKAN PEMUDA ISLAM INDONESIA PADA …

b. Perjalanan Pendidikan Anwar Harjono.............................. 42

c. Persepektif Anwar Harjono tentang Pancasila dan

Piagam Jakarta (Pembukaan UUD

1945)........................................ 48

C. Kontribusi Harsono Tjokroaminoto dan Anwar

Harjono Di dalam G.P.I.I.

a. Harsono Tjokroaminoto.................................................... 52

b. Anwar Harjono................................................................. 55

BAB IV PERJUANGAN GPII PADA MASA REVOLUSI FISIK

1945- 1949

A. Berjuang Melalui Balai Muslimin Kramat Raya 19................. 59

B. GPII Versus Pesindo; Membendung Pengaruh Komunis di

Dalam Organisasi Kepemudaan……………………………... 68

C. Membentuk Dewan Mobilisasi Pemuda Islam Indonesia…... 78

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan............................………………………………. 87

B. Saran-saran……………………………………………......... 89

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………. 90

LAMPIRAN………………………………………………………………… 93

Page 11: PERJUANGAN GERAKAN PEMUDA ISLAM INDONESIA PADA …

SINGKATAN-SINGKATAN

API : Angkatan Pemuda Indonesia

AMLG : Angkatan Muda Listrik dan Gas

AMKA : Angkatan Muda Kereta Api

AMRI : Angkatan Muda Republik Indonesia

AMPTT : Angkatan Muda Pos, Tilpon dan Telegraf

AM : Angkatan Muda

AMS : Algemene Middelbarea School

BKPRI : Badan Kongres Pemuda Republik Indonesia

BKR : Badan Keamanan Rakyat

BP-KNIP : Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat

BPRI : Barisan Pemberontakan Rakyat Indonesia

BPS : Biro Pusat Statistik

DMPII : Dewan Mobilisasi Pemuda Islam Indonesia

DPR : Dewan Perwakilan Rakyat

ELS : Eropese Lagere School

FDR : Front Demokrasi Rakyat

FNP : Front Nasional Pemuda

GPII : Gerakan Pemuda Islam Indonesia

Gerpri : Gerakan Pemuda Republik Indonesia

HIS : Hollandse Inlandse School

IPI : Ikatan Pelajar Indonesia

Page 12: PERJUANGAN GERAKAN PEMUDA ISLAM INDONESIA PADA …

KRIS : Kebaktian Rakyat Indonesia Sulawesi

KNIL : Koninklijk Netherlands Indische Leger

KNIP : Komite Nasional Indonesia Pusat

MULO : Meer Uitegbreit Ondewijs

MPRS : Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara

NICA : Netherlands Indies Civil Administration

NU : Nahdlathul Ulama

OSVIA : Opleiding School Voor Inlandsche Ambtenaren

Pesindo : Pemuda Sosialis Indonesia

PPKI : Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia

PII : Partai Islam Indonesia

PNI : Partai Nasioanal Indonesia

PETA : Pembela Tanah Air

PRI : Pemuda Republik Indonesia

RUU : Rancangan Undang-undang

STI : Sekolah Tinggi Islam

SI : Sarekat Islam

SDI : Sarekat Dagang Islam

SMT : Sekolah Menengah Tinggi

SOBSI : Sentral Organisasi Buruh Seluruh Indonesia

SIAP : Sarekat Islam Afdeling Pandu

TKR : Tentara Keamanan Rakyat

Page 13: PERJUANGAN GERAKAN PEMUDA ISLAM INDONESIA PADA …

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sesudah proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 timbulah keinginan

dan gelombang kegembiraan baru dikalangan rakyat, terutama pemuda dan

setiap warga negara, yaitu menganggap bahwa sudah menjadi tugasnyalah

untuk melindungi Republik Indonesia dan kemerdekaan yang baru saja

direbut.1 Banyak organisasi pemuda bermunculan pasca Proklamasi

Kemerdekaan Indonesia, baik yang beruang lingkup lokal maupun nasional,

maupun menganut aliran agama tertentu seperti Gerakan Pemuda Islam

Indonesia,2 gerakan ini pertama kali muncul untuk mewakili Pemuda Islam

Indonesia dalam politik.3 Adapun organisasi-organisasi pemuda yang lahir pada

masa itu ialah: Angkatan Pemuda Indonesia (API), AMLG (Angkatan Muda

Listtrik dan Gas), Angkatan Muda Kereta Api (AMKA), PRI (Pemuda RI),

AMRI (Angkatan Muda RI), AMPTT (Angkatan Muda Pos, Tilpon dan

Telegraf).4

Perjuangan Gerakan pemuda pada masa Revolusi memberikan kontribusi

yang sangat besar dan urgen di dalam upayanya mempertahankan tanah air

1 P.R.S. Mani, Jejak Revolusi 1945 sebuah kesaksian sejarah, (Jakarta: PT Pustaka

Utama Grafiti, 1998), Cet. Ke-I, h. 87

2 H. Ridwan, Pemuda Islam Dalam Dinamika Politik Bangsa 1925-1984, (Jakarta: CV.

Rajawali, 1948), Cet, Ke-I, h. 61.

3 ”Anggaran Dasar G.P.I.I. ,” Kedaulatan Rakyat, 29 November 1945, h. 2.

4 A. Dahlan Naruwihardjo, S.H., Pergerakan Pemuda Setelah Proklamasi, (Jakarta:

Yayasan Idayu, 1979), h. 8.

Page 14: PERJUANGAN GERAKAN PEMUDA ISLAM INDONESIA PADA …

Indonesia dari bangsa penjajah dalam hal ini adalah Belanda dan Sekutu.

Perjuangan para pemuda bisa dilihat dari beberapa peristiwa yang terjadi

antara tahun 1945-1949 yang disebut masa revolusi, masa ini bisa disebut juga

masa revolusi fisik.5

Beberapa peristiwa yang dilakukan oleh para pemuda dalam merebut

kekuasaan serta mempertahankan kemerdekaan Indonesia diantaranya adalah

peristiwa perebutan alat transportasi milik sekutu yang dicetuskan pertama kali

dalam bulan September 1945 oleh API (Angkatan Pemuda Indonesia), API

didirikan pada tanggal 1 September 1945 dengan Wikana sebagai Ketua.6

Dalam usaha mempertahankan kemerdekaan, API mencoba melakukan

perebutan kekuasaan dengan cara merebut alat-pengangkutan, Mobil dan

Kereta Api yang kemudian pola tersebut dikuti oleh para pemuda lainnya.7

Kemudian peristiwa bersejarah yang dilakukan oleh para pemuda ialah

terlaksananya Rapat Raksasa di Lapangan Ikada yang terjadi pada tanggal 19

September 1945. Rapat tersebut digerakkan oleh API (Angkatan Pemuda

Indonesia) dan Balai Muslimin (Mahasiswa STI).8 Pada saat itu Balai Muslimin

adalah tempat tinggal bagi para Mahasiswa STI, PP STI terbentuk pada tanggal

5 Terminilogi Revolusi Fisik menunjuk kepada bentuk perjuangan, atau susunan

kehidupan perjuangan yang sedemikian rupa yang melibatkan konflik-konflik fisik.

Pertempuran dan peperangan yang terjadi tiga setengah abad ketika berhadapan dengan

Belanda dan lebih kurang tiga setengah tahun dibawah kekejaman Jepang yang terjadi di

seluruh pelosok nusantara adalah bentuk revolusi fisik bangsa Indonesia yang telah memakan

begitu banyak korban harta dan nyawa. Untuk lebih lanjutnya lihat, Mohammad Sidki Daeng

Materu, Sejarah Pergerakan Nasional Bangsa Indonesia, (Jakarta: Gunung Agung, 1985), cet,

ke-3, h. 5-7. 6 Ridwan, Pemuda Islam…., h. 61.

7 Adam Malik, Mengabdi Republik, (Jakarta: Gunung Agung, 1984), Cet-II Angkatan 45,

h. 63. 8 Pada tanggal 18 September 1945, Subianto memerintahkan warga Balai Muslimin

menyebar di sekitar Jakarta guna mengerahkan rakyat mengahadiri rapat raksasa di Lapangan

Ikada keesokan harinya. Malam itu juga penghuni Balai Muslimin dengan sejumlah truk yang

tersedia, menyebar ke seluruh penjuru Jakarta mengajak dan mengangkut rakyat mengikuti

rapat raksasa besok pagi. Anwar Harjono dan Lukman Hakiem, Di Sekitar Lahirnya Republik,

(Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia, 1997), Cet-I, h. 43.

Page 15: PERJUANGAN GERAKAN PEMUDA ISLAM INDONESIA PADA …

10 Juli 1945 dengan Subianto sebagai ketua umumnya.9 Peristiwa-peristiwa

tersebut dilakukan oleh para pemuda yang tujuannya adalah untuk merebut

kekuasaan guna menegakkan kedaulatan Republik Indonesia dan menyatakan

bahwa kemerdekaan itu bukanlah hadiah Jepang.

Sejumlah peristiwa di atas merupakan fakta sejarah yang dilakukan oleh

para pemuda. Para pemuda melakukan resistensi terhadap Belanda dan Sekutu

dikarenakan mereka dengan terang-terangan hendak ingin menegakkan kembali

kekuasaannya di Indonesia. Fakta tersebut terbukti dengan kedatangan pasukan

Inggris mendarat di Indonesia yang ditunggangi oleh Belanda,10

lambat laun

Belanda membentuk NICA (Netherlansd-Indies Civil Administration) yang

didukung oleh KNIL (Koninklijk Netherlandas-Indische Leger) untuk

mengokohkan kekuasaannya.11

Kedatangan Belanda yang membonceng Inggris ke Indonesia pada tahun

1945 disebabkan oleh ketidakberdayaannya Belanda yang ingin mengusai

9 Lukman Hakiem, Perjalanan Mencari Keadilan dan Persatuan: Biografi DR. Harjono,

S.H., (Jakarta: Media Da’wah, 1993), h. 66. 10

Kedatangan pasukan Serikat pertama kali mendarat di pulau Jawa dan Sumatra.

Mereka berada di bawah komando Asia Tenggara (South East Asia Comand atau SEAC) di bawah pimpinan Laksamana Lord Louis Mountbatten. Perwira Serikat yang pertama kali

datang ke Indonesia pada tanggal 14 September 1945, adalah mayor Greenhalgh yang terjun

payung di lapangan udara kemayoran. Tugas Greenhalgh adalah untuk mempersiapkan

pembentukkan markas besar Serikat di Jakarta. Kedatangan Greenhalgh disusul oleh

berlabuhnya kapal penjelajah Cumberland yang mendaratkan pasukan di Tanjung Priok pada

tanggal 29 September 1945. kapal itu membawa Panglima Skadron Penjelajah V Inggris, yakni

Laksamana Muda W.R. Patterson. Tujuan datangnya Laksamana Muda W.R. Patterson ini

adalah menerima penyerahan dari tangan Jepang, membebaskan para tawanan perang dan

interniran Serikat dan menegakkan serta mempertahanlkan keadaan damai untuk kemudian

diserahkan kepada pemerintah sipil. Namun kedatangan pasukan Serikat/Inggris ini diketahui

membawa orang-orang NICA yang dengan terang-terangan hendak mengembalikan kekusaan

Hindia Belanda. Marwati Djoened Poesponegoro, Sejarah Nasional Indonesia VI, (Jakarta: PN

Balai Pustaka, 1984), jilid VI, h. 121-122. 11

Kemerdekaan Indonesia yang diproklamirkan 17 Agustus 1945 sesungguhnya

merupakan pemanfaatan kevakuman kekuasaan yang terjadi pada saat itu akibat kekalahan

Jepang dalam perang dunia ke-2 menghadapi Sekutu. Setelah proklamasi kemerdekaan Sekutu

yang diwakili oleh Inggris datang ke Indonesia untuk melucuti Jepang. Kedatangan ini ternyata

diboncengi oleh Belanda (NICA: Pegawai Sipil Belanda) dan ini merupakan awal usaha

Belanda untuk kembali datang dan menjajah Indonesia yang memang tidak mereka akui

kemerdekaannya. Sobantardjo, Sari Sejarah, (Yogyakarta: Bopkri, 1987), Jilid II, h. 69.

Page 16: PERJUANGAN GERAKAN PEMUDA ISLAM INDONESIA PADA …

kembali Indonesia (Nusantara) atas kekalahan Jepang pada perang dunia ke II.

Pada abad ke XIX dan awal abad ke XX pada saat itu Belanda dapat

dikalahkan oleh Jepang pada perang dunia ke I yang berimplikasi jatuhnya

Indonesia ke tangan Jepang yang sudah dijajah selama 350 tahun oleh

imperialis Belanda. Ketika jepang mengalami kekalahan pada perang dunia ke

II,12

kemudian Belanda ingin menguasainya kembali dengan tujuan

menghancurkan sebuah negara yang dipimpin oleh orang-orang yang bekerja

sama dengan Jepang dan memulihkan suatu rezim kolonial yang menurut

keyakinan mereka telah mereka bangun selama 350 tahun.13

Namun pada

tahun 1945 Belanda tidak sanggup melakukan hal itu sendirian, sehingga

harapan mereka itu tertumpu pada pihak Inggris.14

Pendudukan kembali Belanda atas Indonesia ternyata mulai mengganggu

eksistensi sentral pemerintah Republik Indonesia yang berada di Jakarta. Pada

masa revolusi fisik 1945-1949 Sekutu di Jakarta semakin kuat dan akhirnya

pusat pemerintahan dipindahkan ke Yogyakarta. Akibatnya ketika itu, Jakarta

bukanlah ”Kota Pusat Revolusi”, melainkan ”Kota Biasa”. Sebagaimana kota di

daerah-daerah lain. Selama revolusi bergolak, dapat dikatakan Jakarta

senantiasa berada di bawah pendudukan kekuasaan asing yang silih berganti:

Inggris dan Belanda. Pada saat itu sekutu (Inggris) banyak menguasai

bangunan-bangunan penting yang dimiliki Republik dan para polisi-polisi di

Jakarta ditangkap oleh sekutu dengan dalih bahwa pemerintahan Republik

12 Negara yang berperang dalam Dunia ke II terdiri dalam dua blok yakni: Blok Sentral

(AS) yang terdiri dari negara-negara: Italia, Jerman, dan Jepang (Fasis, Nazi) dan Blok Sekutu

yang terdiri dari Negara-negara: Inggris Prancis, Rusia, Polandia, Belgia, Belanda dan Amerika

Serikat (Liberal Kapitalis, social, Komunis).

13

M.C. Riclefs, Sejarah Indonesia Modern, (Yogyakarta, Pen: Gajah Mada University

Press, Cet. 5 2995), h. 318.

14

Ibid., h. 323.

Page 17: PERJUANGAN GERAKAN PEMUDA ISLAM INDONESIA PADA …

dibuat dan dibentuk oleh Jepang, karena itu harus dibubarkan.15

Akhir tahun

1945 Jakarta sepenuhnya menjadi daerah pendudukan Sekutu. Pada tanggal 4

Januari 1946, Sukarno, Hatta, dan Menteri Pertahanan Amir Syariffudin, secara

formal pindah ke Yogyakarta.16

Meskipun demikaian, bangsa Indonesia tidak gentar dalam menghadapi itu

semua, resistensi terhadap Belanda dan Sekutu terus dilakukakan dengan

semangat revolusi guna mempertahankan kedaulatan Republik Indonesia yang

baru merdeka. Khususnya Perjuangan para pemuda Islam melalui wadah

G.P.I.I. yang berpusat di Balai Muslimin ialah sebagai salah satu wujud nyata

di dalam usaha mempertahankan kemerdekaan Indonesia yang baru merdeka.

Perjuangan G.P.I.I. Tidak mungkin dapat dipisahkan dari Balai Muslimin itu

sendiri, sebab dari Balai Muslimin pula arus pergerakkan pemuda Islam dimulai

dengan direalisasikannya G.P.I.I. sebagai wadah perjuangan dan Balai

Musliminlah sebagai tempat lahirnya G.P.I.I. sekaligus sebagai markas G.P.I.I.

pada awal-awal kemerdekaan Republik Indonesia.

Dalam Perjuangan Politiknya, di dalam organisasi kepemudaan G.P.I.I.

mencoba membendung pengaruh komunis (Pesindo). Di dalam usaha

membendung pengaruh Komunis, G.P.I.I. dan organisasi pemuda lainnya

membentuk satu wadah yang disebut BKPRI (Badan Kongres Pemuda

Republik Indonesia), BKPRI ini adalah hasil dari penolakan organisasi G.P.I.I.

dan organisasi lainnya yang menolak difusikan dengan organisasi Pemuda

Sosialis Indonesia (Pesindo).17

15 Robert Bridson Cribb, Gejolak Revolusi di Jakarta 1945-1949, (Pen: Grafiti, Jakarta

1990), h. 39. 16 Ibid., h. 62.

17

H. Ridwan, Pemuda Islam...., h. 61.

Page 18: PERJUANGAN GERAKAN PEMUDA ISLAM INDONESIA PADA …

Untuk lebih memperkuat barisan umat Islam, Gerakan Pemuda Islam

Indonesia di dalam usaha mempertahankan kemerdekaan Indonesia pada

masa Revolusi Fisik 1945 -1949 merasa perlu merapatkan barisan, maka pada

tanggal 26 Oktober 1946 dalam maklumat bersama yang dikeluarkan di Malang

oleh Markas Tertinggi Sabililillah atas nama K.H. Masjkur, Zainul Arifin atas

nama Markas Tertinggi Hizbullah dan R. H. Benjamin atas nama PP G.P.I.I.,

membentuk Dewan Mobilisasi Pemuda Islam Indonesia.18

Perjuangan pemuda Islam khususnya G.P.I.I. telah memberikan

sumbangan yang sangat besar di dalam menegakkan dan membangun bangsa

Indonesia. Sebagai penduduk mayoritas, dengan sendirinya dan sangat wajar

jika umat Islam memberi sumbangan terbesar dalam perjuangan kemerdekaan

Indonesia.

Dengan dilatar belakangi oleh fakta sejarah di atas, maka penulis

termotivasi untuk mendeskripsikan lebih lanjut dan lebih luas tentang

perjuangan G.P.I.I. pada masa Revolusi Fisik 1945-1949. Untuk itu, dalam

penelitian berupa skripsi ini penulis mengambil judul ”PERJUANGAN

GERAKAN PEMUDA ISLAM INDONESIA PADA MASA REVOLUSI

FISIK 1945-1949”.

18 Harjono dan Hakiem, Di Sekitar Lahirnya Republik, (Dewan Dakwah Islamiyah

Indonesia, 1997), Cet-I, h. 126.

Page 19: PERJUANGAN GERAKAN PEMUDA ISLAM INDONESIA PADA …

B. Batasan dan Perumusan Masalah

a. Batasan Masalah

Supaya pembahasan ini tidak melebar, peneliti membatasi pada tiga faktor

yang sangat penting dalam Perjuangan Gerakan Pemuda Islam Indonesia pada

masa Revolusi Fisik tahun 1945 – 1949, yaitu:

1. Perjuangan GPII Melalui Balai Muslimin Kramat Raya 19.

2. GPII Vs Pesindo; Membendung Pengaruh Komunis di dalam Organisasi

Kepemudaan.

3. Membentuk Dewan Mobilisasi Pemuda Islam Indonesia.

b. Perumusan Masalah

Maka dari batasan masalah tersebut dapat dirumuskan dengan pertanyaan

sejauh mana dan bagaimana pola perjuangan Gerakan Pemuda Islam Indonesia

dalam mempertahankan kemerdekaan Republik Inodenesia pada masa Revolusi

Fisik 1945 – 1949?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah pada dasarnya untuk menjawab

permasalahan sekitar perjuangan Gerakan Pemuda Islam Indonesia pada Masa

Revolusi Fisik 1945 – 1949. Selain tujuan di atas, penulisan ini juga untuk

menambah Khazanah pengetahuan.

Page 20: PERJUANGAN GERAKAN PEMUDA ISLAM INDONESIA PADA …

D. Metode Penelitian

Metode yang digunakan di dalam tulisan ini adalah metode deskriptif

analisis dengan pendekatan historis yaitu Pendekatan Sosiologis, dengan

tahapan-tahapan sebagai berikut:

1. Pengumpulan data, Di dalam pengumpulan data ini dibedakan antara data

primer dan sekunder. Data perimer dalam kajian ini adalah surat kabar yang

terbit pada masa itu. Adapun yang menjadi data sekunder adalah buku yang

di tulis oleh orang lain mengenai perjuangan dari gerakan itu sendiri. Untuk

menggali data-data yang diperlukan tersebut penulis melakukan

penelusuran kepustakaan (Library research) keberbagai perpustakaan

seperti: Perpustakaan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayattullah,

Perpustakaan Nasional, Perpustakaan Iman Jama, Perpustakaan Universitas

Negeri Jakarta, Perpustakaan PB Nahdathul Ulama, Perpustakaan PP

Muhamadiyah dan Arsip Nasioanal.

2. Analisa Data. Setelah dilakukan klasifikasi data, penulis melakukan analisa

dengan menggunakan pendekatan sosiologis. Pendekatan ini menekankan

pada perjuangan Gerakan Pemuda Islam Indonesia pasca proklamasi

kemerdekaan Indonesia. Selain itu, dengan pendekatan sosiologis juga

didapat data yang berkembang dari masa ke masa. Setelah dilakukan

analisa, penulis menuliskan dengan metode deskripsi yaitu penulis

menggambarkan Perjuangan Gerakan Pemuda Islam Indonesia pasca

proklamasi kemerdekaan Indonesia.

Page 21: PERJUANGAN GERAKAN PEMUDA ISLAM INDONESIA PADA …

3. Historiografi, yaitu penulisan hasil penelitian tersebut dengan aspek-aspek

kronologis. Tekhnik penulisan ini berpedoman pada buku “Pedoman

Penulisan Skripsi, Tesis, dan Disertasi” UIN Jakarta Press, Jakarta: 2002.

E. Survey Pustaka

Setelah melakukan survey pustaka yang berkaitan dengan pembahasan

mengenai Gerakan Pemuda Islam Indonesia pasca proklamsi kemerdekaan

Indonesia. Sejauh yang penulis ketahui belum ada sebuah buku yang menulis

secara fokus tentang perjuangan Gerakan Pemuda Islam Indonesia pasca

Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Oleh karena itu penulis tertarik untuk

mengangkat tema ini. Akan tetapi, dapat ditemukan beberapa buku yang

membahas sedikit tentang Gerakan Pemuda Islam Indonesia. Di antaranya:

1. Pemuda Islam Dalam Dinamika Politik Bangsa 1925-198419

Di dalam buku tersebut mengandung uraian-uraian deskriptif tentang

anatomi pergerakan pemuda Islam salah satunya adalah G.P.I.I.. Mengenai

perjuangan G.P.I.I. di dalam buku tersebut sedikit dianalisis oleh penulis.

Keterbatasan penulis mengenai Gerakan Pemuda Islam Indonesia Pada Masa

Revolusi Fisik 1945-1949 dikarenakan di dalam buku tersebut penulis memang

ingin menampilkan tentang anatomi pergerakan pemuda Islam pada umumnya

yang meliputi kurun waktu 1925-1984, juga mencoba secara analitis melihat

arah gejala yang muncul di atas permukaan sejarah terhadap hari depan pemuda

Islam di dalam rangka masa depan Islam di Indonesia. Dengan demikian,

19 H. Ridwan, Pemuda Islam Dalam Dinamika Politik Bangsa 1925-1984, (Jakarta: CV.

Rajawali, 1948), Cet, Ke-I.

Page 22: PERJUANGAN GERAKAN PEMUDA ISLAM INDONESIA PADA …

Penulis tidak menganalisis secara khusus mengenai Perjuangan G.P.I.I. secara

komprehensif melainkan menganalisis pemuda Islam secara umum pada

masa dewasa itu yang turut memberikan peranannya bagi kemerdekaan

Indonesia. Perlu diketahuai bahwa perjuangan pemuda Islam Indonesia tidak

sedikit dikarenakan bangsa Indonesia yang mayoritas beragama Islam. Oleh

karena itu, perjuangan Pemuda Islam di Indonesia mempunyai andil yang

sangat besar di dalam upaya mempertahankan kemerdekaan Indonesia terhadap

imperialisme Belanda. Jadi, mengenai perjuangan Gerakan Pemuda Islam

Indonesia secara khusus, penulis kurang menganalisis (komprehensif) sampai

sejauh mana kontribusi perjuangan Gerakan Pemuda Islam Indonesia bagi

kemerdekaan bangsa Indonesia pada tahun 1945-1949.

2. Revolusi Pemuda Pendudukan Jepang dan Perlawanan di Jawa 1944-

194520

Revolusi Kemerdekaan Indonesia, adalah revolusinya para pemuda.

Seorang ahli mengenai Indonesia, Ben Anderson begitu terpukau dengan

kenyataan ini, sampai-sampai dia meluangkan waktunya untuk menulis buku

khusus mengenai revolusi Kemerdekaan Indonesia yang disebutnya sebagai

Revolusi Pemuda. Mengenai pemuda pada masa revolusi ini Ben Anderson

menemukan keterangan-keterangan mutakhir dari orang Indonesia, Belanda dan

Inggris sama-sama menekankan bahwa peranan inti awal pecahnya revolusi itu

diambil, bukan oleh para cendekiawan yang terasingkan, bukan pula oleh kelas-

kelas yang tertindas, melainkan oleh kaum muda (Pemuda). Bedasarkan

20 Ben Anderson, Revolusi Pemuda, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1988), Cet, I.

Page 23: PERJUANGAN GERAKAN PEMUDA ISLAM INDONESIA PADA …

keterangan itu Ben Anderson menjadi percaya bahwa watak khas dan arah

revolusi Indonesia pada permulaannya memang sebagian ditentukan oleh

“kesadaran Pemuda”, oleh karena itu sebagian besar buku ini disediakan untuk

menguraikan dan menganalisisnya. Dalam bukunya juga terdapat keterangan

yang lebih luas tentang asal mula partai-partai poltik dan militer, dan juga

tentang peranan organisasi-organisasi pemuda. Akan tetapi di dalam buku

tersebut tidak dianalisis secara mendalam tentang pemuda Islamnya terutama

peranan G.P.I.I. pada awal revolusi, perlu diketahui bahwa manifestasi

perjuangan G.P.I.I. yang di awali dari markasnya yaitu Balai Muslimin tidak

sedikit pada masa awal-awal kemerdekaan Indonesia.

3. Perjalanan Mencari Keadilan dan Persatuan Biografi DR. Anwar

Harjono, S.H.21

Di dalam buku tersebut hanya menjelaskan bagaimana kiprah Dr. Anwar

Harjono S.H. di dalam berjuang membela dan mempertahankan kemerdekaan

Republik Indonesia. Manifestasi perjuangan Anwar Harjono pertama-tama

melalui Sekolah Tinggi Islam, yang kemudian Para pelajar Sekolah Tinggi

Islam tersebut mendirikan organisasi pemudanya yaitu Gerakan Pemuda Islam

Indonesia yang bergerak membina persatuan untuk berjuang membela Republik

Indonesia. Dengan persatuan itulah diharapkan umat Islam dan bangsa

Indonesia tidak akan mudah di pecah belah. Di dalam buku tersebut penulis

hanya menganalisis sepak terjang perjuangan beliau diantaranya yaitu

mendirikan G.P.I.I. dan berjuang di dalamnya serta pemikiran DR. Anwar

21 Lukman Hakiem, Perjalanan Mencari Keadilan dan Persatuan: Biografi DR.

Harjono, S.H., (Jakarta: Media Da’wah, 1993).

Page 24: PERJUANGAN GERAKAN PEMUDA ISLAM INDONESIA PADA …

Harjono baik pada awal masa revolusi sampai masa orde baru. Sudah jelas

sekali, mengenai perjuangan Gerakan Pemuda Islam Indonesia secara

khusus, penulis kurang menganalisis (komprehensif) sampai sejauh mana

kontribusi perjuangan Gerakan Pemuda Islam Indonesia bagi kemerdekaan

bangsa Indonesia pada tahun 1945-1949.

Dengan demikian, dari tiga buku di atas yang saya survey, ada sisi lain yang

belum diungkap oleh penulis sebelumnya dalam menguak perjuangan G.P.I.I..

Untuk itu, guna melengkapi hasil-hasil studi yang telah ada, maka diadakan

penelitian lebih lanjut tentang G.P.I.I., khususnya yang berkaitan dengan

bentuk-bentuk perjuangan yang dilakukan oleh organisasi tersebut. Mengingat

tulisan tentang G.P.I.I. belum ada, maka penelitian yang dilakukan ini memiliki

arti penting tersendiri dalam memberikan informasi dan sekaligus melengkapi

serta menambah khazanah kepustakaan yang ada.

F. Sistematika Penulisan

Dalam penulisan ini, penulis akan membagi pembahasan dalam lima bab

yaitu:

1. BAB I : Pendahuluan. Meliputi Latar Belakang Masalah, Perumusan Dan

Batasan Masalah, Tujuan Penelitian, Metode Penelitian, Survey

Pustaka Dan Sistematika Penulisan.

2. BAB II : Keadaan sosial-politik Indonesia pada masa revolusi. Munculnya

Organisasi-organisasi Pemuda, Munculnya Multi Partai, dan

Lahirnya Gerakan Pemuda Islam Indonesia.

3. BAB III : Biografi intelektual, Pemikiran serta kontribusi kedua Tokoh

G.P.I.I. Harsono Tjokroaminoto dan Anwar Harjono: Latar

Page 25: PERJUANGAN GERAKAN PEMUDA ISLAM INDONESIA PADA …

Belakang Kehidupan, Perjalanan Pendidikan, dan Pemikiran

kedua Tokoh tersebut. Harsono Tjokroaminoto (mengenai

Islamisme dan Nasionalisme sebagai alat pemersatu

bangsa). Sedangkan Anwar Harjono Tentang Pancasila dan

Piagam Jakarta (Pembukaan UUD 1945).

4. BAB IV : Pembahasan. Perjuangan G.P.I.I. pada masa Revolusi Fisik 1945-

1949; Berjuang Melalui Balai Muslimin Kramat Raya 19,

Membendung Pengaruh Komunis (G.P.I.I. Vs Pesindo di dalam

organisasi kepemudaan) dan Di dalam usaha Resistensi

Menghadapi Belanda: G.P.I.I. Membentuk Dewan Mobilisasi

Pemuda Islam Indonesia.

5. BAB V : Penutup dan Kesimpulan.

Page 26: PERJUANGAN GERAKAN PEMUDA ISLAM INDONESIA PADA …

BAB II

KEADAAN SOSIAL-POLITIK PASCA PROKLAMASI

KEMERDEKAAN INDONESIA

A. Munculnya Organisasi-Organisasi Pemuda

Fakta sejarah menyatakan bahwa di dalam mempertahankan Kemerdekaan

Indonesia tidak terlepas dari peranan para pemuda, manifestasi itu bisa

dibuktikan dari Gerakan pemudanya yang kemudian membentuk organisasi-

organisasi pemuda, yang pada akhirnya organisasi-organisasi tersebut

mememberikan gambaran tentang eksistensi para pemuda di dalam

mempertahankan serta mengisi kemerdekaan Republik Indonesia.

Gerakan pemuda pasca Proklamasi Kemerdekaan didirikan di Menteng 31,

Jakarta. Gerakan ini dinamakan sebagai pusat Komite Van Aksi yang bermarkas

di Menteng 31 Pimpinannya terdiri dari: Sukarni, M. Nitimihardjo, Adam

Malik, Wikana, Chaerul Saleh, Pandu Wigana, Kusnaeini, Darwis, Johar Nur,

Arminanto dan Hanafi.22

Munculnya kelompok ini, dikarenakan tidak puas

dengan pembentukkan BKR atau Badan Keamanan Rakyat yang dibentuk oleh

Presiden Sukarno pada tanggal 23 Agustus 1945 dan usul mereka mengenai hal

pembentukkan Tentara Nsional ditolak oleh Presiden Sukarno dan Wakilnya

Moh. Hatta .23 Oleh karena itu, kelompok ini mendirikan Gerakan tersendiri.

22 Adam Malik, Mengabdi Republik, (Jakarta: Gunung Agung, 1984), Cet-II Angkatan

45, h. 41.

23

Sagimun MD, Peranan Pemuda Dari Sumpah Pemuda Sampai Proklamasi, (Jakarta:

PT Bina Aksara, 1989), Cet-I, h. 332-333; Lihat juga Susila Budi Moefreni, Jakarta-

Karawang-Bekasi Dalam Gejolak Revolusi: Perjuangan Moeffreni Moe’min, (Jakarta:

Keluarga Moeffreni Moe’min, 1999), Cet-I, h. 20.

14

Page 27: PERJUANGAN GERAKAN PEMUDA ISLAM INDONESIA PADA …

Disamping Komite Van Aksi ini didirikan pulalah Barisan Pemudanya

yang dinamakan API (Angkatan Pemuda Indonesia).24 API adalah organisasi

pemuda yang pertama kali dibentuk setelah Proklamasi 17 Agustus 1945

dengan Wikana sebagai ketua dan anggota-anggota pimpinannya yang lain

yaitu: Chairul Saleh, D.N. Aidit, A.M. Hanafi dan Chalid Rasyidi.25 Di dalam

literatur lain disebutkan bahwa API (Angkatan Pemuda Indonesia) tepatnya

dibentuk pada tanggal 1 September 1945,26

organisasi ini berada di bawah

pimpinan langsung dari Komite Van Aksi.27

Dalam usaha mempertahankan Proklamasi Kemerdekaan, Komite Van

Aksi mempunyai suatu program. Adapun isi-pokok program tersebut adalah:28

1. Negara Kesatuan Republik Indonesia telah berdiri tanggal 17 Agustus 1945

dan Rakyat telah merdeka, bebas dari Pemerintahan bangsa Asing.

2. Semua kekuasaan harus di tangan Negara dan Bangsa Indonesia.

3. Jepang sudah kalah, dan tidak ada hak untuk menjalankan kekuasaan lagi di

atas bumi Indonesia.

4. Rakyat Indonesia harus merebut senjata dari tangan Jepang.

5. Segala perusahaan (kantor-kantor pabrik, tambang, kebon dan lain-lain)

harus direbut dan dikuasai oleh Rakyat Indonesia (terutama kaum buruh) dari

tangan Jepang.

Dengan keadaan dan susunan revolusi yang mulai bergelora ketika itu,

maka dengan cepat di mana-mana terasa sambutan seluruh rakyat terhadap

24 Adam, Mengabdi...., h. 61.

25

Ridwan, Pemuda Islam...., h. 61.

26

Robert Bridson Cribb, Gejolak Revolusi Di Jakarta 1945-1949, (Jakarta: PT Temprint,

1990), Cet-I, h. 47.

27 Adam, Mengabdi...., h. 62; Lihat juga Sugiman MD, Peranan Pemuda...., h.333.

28

Adam, Mengabdi...., h. 62.

Page 28: PERJUANGAN GERAKAN PEMUDA ISLAM INDONESIA PADA …

Menara API yang bergelora di Menteng 31. Untuk merealisasikan program

tersebut, kemudian yang dilakukan para pemuda dalam merebut kekuasaan

yang pertama-tama ialah, merebut alat-pengangkutan, Mobil dan Kereta Api.

Diawali dengan seorang dari organisasi API yaitu Chaerul Saleh pencetus

pertama sekaligus memberikan contoh-sebuah mobil di Gambir Timur 9

dihidupkan mesinnya dan dilarikan. Contoh pemimpin yang revolusioner inilah

yang diikuti oleh pemuda-pemuda lain dan kemudian oleh seluruh rakyat

sendiri, sehingga hampir seluruh mobil jatuh di tangan Pemerintah dan Rakyat

Indonesia.29

Tidak cukup disitu saja sesuai program yang sudah dibentuk, para pemuda

mulai melanjutkan perebutan kekuasaan yang mengarah kepada perebutan

Kereta Api. Pada tanggal 2/3-9-1945 diselenggarakan rapat Buruh Kereta-Api

di sebuah rumah pegawai Kereta-Api di Manggarai dekat stasiun Manggarai

dan dihadiri pula oleh pemuda Menteng 31 yang telah berlencana Kereta-Api.

Diantaranya Kusnaieni, Pandu, Maruto, Johar Nur, Armansyah, Legiman,

Hariyono dan Niman. Pada rapat itu diambil keputusan:30

1. Membentuk Komite Van Aksi untuk merebut seluruh jawatan Kereta-Api.

2. Pelaksanaan Perebutan Mulai Jam 10.30 pagi tanggal 3-9-1945

3. Pimpinan jawatan dan bagian-bagian diserahkan kepada tiap-tiap orang

yang dipilih.

Dengan pengorganisasian yang baik oleh para pemuda, pada akhirnya

seluruh jawatan Kereta-Api telah berada di bawah kekuasaan Republik

Indonesia dalam tangan Bangsa Indonesia.

29 Ibid., h. 63.

30

Ibid.

Page 29: PERJUANGAN GERAKAN PEMUDA ISLAM INDONESIA PADA …

Pola perebutan kekuasaan seperti di Jakarta yang dicetuskan oleh komite

Van Aksi dan API (Angkatan Pemuda Indonesia) bukan di Jakarta saja,

ternyata di luar Jakarta tepatnya di pelabuhan Surabaya, pada tanggal 21

Agustus 1945 sudah terbentuk organisasi yang terdiri dari para pekerja

penyulingan minyak dan pada tanggal 25 Agustus organisasi Angkatan Muda

dibentuk di bawahnya, dipimpin oleh Sumarsono dan Ruslan Widjaja. Di dalam

rapat yang diselenggarakan pada tanggal 17 September 1945 di lapangan

Pasarturi di tengah-tengah kota Surabaya, organisasi ini memutuskan dari hasil

rapatnya yaitu menuntut untuk mengambil alih gedung-gedung dan kantor-

kantor yang masih berada di bawah kekuasaan Jepang.31

Di Surabaya pada tanggal 23 September 1945 sebuah organisasi aksi baru

dibentuk, yaitu Pemuda Republik Indonesia atau PRI, yang peranan-peranan

utamanya diambil oleh Sumarsono, Kaslan, Krissubanu, Ruslan Widjaja,

Kusnadi, Supardi, Supijah, dan Sotomo, yang segera memperoleh nama harum

sebagai Bung Tomo.32 Tujuan dari organisasi ini adalah sama dengan

organisasi-organisasi yang bermunculan sebelumnya yaitu menuntut untuk

mengambil alih gedung-gedung dan kantor-kantor yang berada di tangan

Jepang. Dapat dicatat bahwa sampai akhir bulan September itu, kegiatan

pemuda dipusatkan di daerah-daerah kota dan ditujukan terutama terhadap

instansi-instansi sipil.

Peristiwa-peristiwa di atas yang di pelopori oleh pemuda, diikuti oleh

sebagian besar kota-kota lainnya seperti di Yogyakarta yang sebagian besar

sudah berada dalam tangan Indonesia menjelang tanggal 25 September. Begitu

31 Ben Anderson, Revolusi...., h. 150-151.

32

Ibid., h. 153.

Page 30: PERJUANGAN GERAKAN PEMUDA ISLAM INDONESIA PADA …

pula Bandung tanggal 28 September mulai di ambil alih. Begitu juga di Malang

dan Surakarta pada tanggal 30 September, paling sedikit kantor-kantor

pemerintahan dan gedung-gedung umum, tidak lagi dalam pengawasan

Jepang.33

Sebuah organisasi pemuda yang berideologikan agama pun muncul seperti

Gerakan Pemuda Islam Indonesia pada tanggal 2 Oktober 1945 di Jakarta,

dengan Harsono sebagai Ketuanya yang pertama.34

Tujuan dari Gerakan ini

adalah membela agama Islam dan menentukan perjuangan Pemuda Islam

Indonesia untuk mempertahankan serta menyempurnakan Negara Republik

Indonesia yang berdasarkan ke-Tuhanan Yang Maha Esa.35

Kemudian pada tanggal 10 November 1945 di Yogyakarta

diselenggarakannya Kongres Pemuda Indonesia yang pertama dalam alam

Indonesia. Berdasarkan kongres tersebut, organisasi-organisasi yang muncul

adalah Gerpri (Gerakan Pemuda Republik Indonesia) Yogya, API (Angkatan

Pemuda Indonesia) Jakarta, PRI (Pamuda Republik Indonesia) Surabaya,

AMRI (Angkatan Muda Republik Indonesia) Semarang, AMKA (Angkatan

Muda Kereta Api), AMLG (Angkatan Muda Pos Telegrap dan Telpon), dan

G.P.I.I. (Gerakan Pemuda Islam Indonesia) Jakarta.36

Didirikannya organisasi-organisasi pemuda tersebut ialah untuk

menghimpun potensi pemuda yang akan merealisasi isi Proklamasi khususnya

untuk merealisasi apa yang tercantum dalam naskah proklamasi: ”Hal-hal yang

mengenai pemindahan kekuasaan dan lain-lain, diselenggarakan dengan cara

33 Ibid., h. 154.

34

Subagijo I.N., Harsono Tjokrominoto Mengikuti Jejak Perjuangan Sang Ayah,

(Jakarta: Gunung Agung, 1985), Cet-I, h. 83; lihat juga Ridwan, Pemuda Islam...., h. 61.

35 ”Anggaran Dasar G.P.I.I.,” Kedaulatan Rakyat, 29-11-1945, h. 2.

36

A. Dahlan Ranuwihardjo, S.H., Pergerakan Pemuda...., h. 8.

Page 31: PERJUANGAN GERAKAN PEMUDA ISLAM INDONESIA PADA …

seksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya.”37

Dengan eksistensi

pemudalah satu-satunya kekuatan yang sanggup dan dalam dalam bulan-

bulan Agustus, September, Oktober, November 1945 telah membuktikan

kesanggupan itu dengan merealisasi pemindahan kekuasaan secara fisik dan

nyata.

Dengan organisasi-organisasi inilah para pemuda melakukan

perjuangannya di dalam mempertahankan Kemerdekaan Republik Indonesia.

Maka para pemuda pada tahun 45 dijadikan pejuang dan tahun ini juga

dikatakan sebagai Revolusi Pemuda. Kenapa dikatakan bahwa pada tahun 45

dikatakan Revolusi Pemuda? Dikarenakan struktur umur para pejuang 45,

maksudnya jumlah besar golongan muda yang aktif di dalamnya, menimbulkan

julukan ”Pemuda” pada tenaga-tenaga revolusioner.38

B. Munculnya Multi Partai Politik

Terbentuknya Kabinet Parlementer pertama dengan segala kekurangannya

yang dipimpin oleh Sutan Syahrir tidak terlepas dari kiprahnya dalam

meresponi gejala-gejala yang muncul dari penguasa dalam membawa negara ini

kedalam ideologi ”monolitic nasional parti” sebagaimana yang diumumkan

dalam hasil sidang PPKI pada tanggal 22 Agustus 1945.39

Menurut Sutan Syahrir, adanya ide ”monolitic nasional parti” adalah

mengarah kepada pembentukkan Republik ke arah otoritarianisme dan terang-

37 Ibid., h. 8.

38

Pilihan Artikel Prisma, Analisa Kekuatan Politik Di Indonesia, (Jakarta: LP3ES, 1985),

Cet-I, h. 120.

39 Wall Paragoan, Membangun Supremasi Sipil Lewat Multi Partai, (Jakarta: Misaka

Ghazila, 1998), cet. I, h. 46.

Page 32: PERJUANGAN GERAKAN PEMUDA ISLAM INDONESIA PADA …

terangan menuju fasisme.40

Oleh sebab itu semua harus dirubah dengan jalan

demokratis yang hanya bisa dilakukan melalui parlemen yang ada pada masa

itu, yaitu KNIP. Dengan merombak KNIP dari yang semata-mata berperan

sebagai dewan penasehat menjadi dewan yang mempunyai kekuasaan legislatif.

Hal ini berhasil dilaksanakan dengan jalan mengumpulkan 50 buah tanda

tangan dari 150 anggota KNIP yang ada untuk kemudian mengusulkannya

kepada Presiden.41

Munculnya Multi Partai Politik di Indonesia sejak merdeka sebagai akibat

dari usul yang diajukan oleh Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat

yang berfungsi sebagai parlemen yang disampaikan kepada pemerintah.42

Usul

ini menuntut kepada pemerintah supaya diberikan kesempatan seluas-luasnya

kepada rakyat untuk mendirikan partai-partai politik disertai pembatasan dan

harapan bahwa partai-partai politik tersebut hendaknya memperkuat perjuangan

dalam mempertahankan kemerdekaan dan menjamin keamanan masyarakat.43

Setelah usul tersebut diajukan oleh KNIP, akhirnya pemerintah mengeluarkan

Maklumat pada tanggal 3 November 1945, dan berlaku surut pada sejak tanggal

16 Oktober 1945.44

Maklumat ini ditanda tangani oleh wakil Presiden

Mohammad Hatta, yang bunyinya sbb:

”Berhubungan dengan usulan BPKNIP kepada Pemerintah,

supaya diberikan kesempatan kepada rakyat seluas-luasnya untuk

mendirikan partai-partai politik, dengan retrikasi, bahwa partai-partai

itu hendaknya memperkuat perjuangan kita dalam mempertahankan

40 Farchan Bulkin, Analisa Kekuatan Politik di Indonesia, “Seri Prisma I” (Jakarta:

LP3ES, 19910, cet. Ke-3, h.206.

41

Ibid., h. 207.

42

Sebelumnya pada masa pendudukan Jepang (1942-1945) seluruh kegiatan partai

dihentikan, baru pada masa proklamasi kemerdekaan mulai muncul kembali yaitu pada masa

Kabinet Syahrir.

43

M. Rusli Karim, Perjalanan Partai Politik Di Indonesia Sebuah Potret Pasang Surut,

(Jakarta: Rajawali, 1983), h. 64.

44

Hakiem, Perjalanan Mencari....., h. 81.

Page 33: PERJUANGAN GERAKAN PEMUDA ISLAM INDONESIA PADA …

kemerdekaan dan menjamin keamanan masyarakat, pemerintah

menjelaskan pendiriannya yang telah diambil beberapa waktu yang

lalu bahwa: 1. pemerintah menyukai timbulnya partai-partai politik, karena

adanya partai politik itulah dapat dipimpin kejalan yang teratur segala

aliran paham yang ada dalam masyarakat. 2. pemerintah berharap

supaya partai-partai itu telah tersusun, sebelumnya dilangsungkan

pemilihan anggota-nggota Badan-badan Perwakilan Rakyat pada

bulan Januari 1946”.45

Dengan adanya maklumat tersebut, jelas bahwa partai politik46

memiliki

garis tempat berpijak yang kokoh. Point pertama, Maklumat tersebut memuat

keinginan pemerintah akan kehadiran partai politik. Dengan adanya partai

inilah aliran paham yang ada di dalam masyarakat dapat disalurkan secara

teratur. Point kedua lebih meyakinkan lagi, berupa limit waktu pendirian partai

politik, yakni harus sudah tersusun sebelum dilangsungkan pemilihan anggota

badan-badan perwakilan rakyat pada bulan Januari 1946. Dengan dasar

maklumat pemerintah inilah kemudian berdiri berbagai partai politik yang telah

ada sejak jaman penjajahan Belanda dan jaman pendudukan Jepang maupun

partai politik yang baru berdiri sama sekali.

Untuk melihat jumlah partai politik sejak dikeluarkan Maklumat

Pemerintah tersebut akan lebih mudah jika diteliti melalui klasifikasi tertentu.

Buku Kepartaian Indonesia/terbitan Kementerian Penerangan tahun 1951,

misalnya, membuat klasifikasi:47

45 Adnan Buyung Nasution, Aspirasi Pemerintahan Konstitusional di Indonesia Studi

Sosio Legal atas Konstituante 1956-1959, (Jakarta: Pustaka Utama Grafiti, 1995), cet. Ke-I, h.

469.

46

Deefinisi Partai Politik. Secara umum dapat dikatakan bahwa partai politik adalah

suatu kelompok yang terorganisir yang anggota-anggotanya mempunyai orientasi, nilai-nilai

dan cita-cita yang sama. Tujuan kelompok ini ialah untuk memperoleh kekuasaan politik dan

merebut kedudukan politik – (biasanya) dengan cara konstitusional – untuk melaksanakan

kebijaksanaan-kebijaksanaan mereka. Untuk lebih lanjutnya lihat, Miriam Budiardjo, Dasar-

Dasar Ilmu Politik, (Jakarta: PT Garamedia Pustaka Utama, 1997), cet, ke-20, h. 160.

47

Rusli Karim, Perjalanan Partai Politik...., h. 65-66.

Page 34: PERJUANGAN GERAKAN PEMUDA ISLAM INDONESIA PADA …

I. Dasar Ketuhanan:

1. Masjumi.

2. Partai Sjarikat Islam Indonesia.

3. Pergerakan Tarbiyah Islamiyah (Perti).

4. Partai Kristen Indonesia (Parkindo).

5. Partai Katholik.

II. Dasar Kebangsaan:

1. Partai Nasional Indonesia (PNI).

2. Persatuan Indonesia Raya (PIR).

3. Partai Indonesia Raya (Parindra).

4. Partai Rakyat Indonesia (PRI).

5. Partai Demokrasi Rakyat (Banteng).

6. Partai Rakyat Nasional (PRN).

7. Partai Wanita Rakyat (PWR).

8. Partai Kebangsaan Indonesia (Parki).

9. Partai Kedaulatan Rakyat (PKR).

10. Serikat Kerakyatan Indonesia (SKI).

11. Ikatan Nasional Indonesia (INI).

12. Partai Rakyat Jelata (PRJ).

13. Partai Tani Indonesia (PTI).

14. Wanita Demokkrat Indonesia (WDI).

III. Dasar Marxisme:

1. Partai Komunis Indonesia (PKI).

2. Partai Sosialis Indonesia.

Page 35: PERJUANGAN GERAKAN PEMUDA ISLAM INDONESIA PADA …

3. Partai Murba.

4. Partai Buruh.

5. Persatuan Rakyat Marhaen Indonesia (Permai).

IV. Partai lain-lain:

A. Partai Demokrat Tionghua Indonesia (PDTI).

B. Partai Indo Nasional (PIN).

C. Lahirnya Gerakan Pemuda Islam Indonesia

Lahirnya G.P.I.I. tidak terlepas dari peranan Pelajar Sekolah Tinggi Islam

di dalam memberikan penerangan dan membangkitkan semangat rakyat.

Manifestasi perjuangan STI bisa dilihat dalam ide penyelenggaraan rapat

raksasa di Lapangan Ikada yang didesakkan oleh para mahasiswa di asrama

Perapatan 10 dan Balai Muslimin (Asrama STI).48 Rapat Raksasa yang

diprakarsai dan digerakkan oleh para pemuda pada tanggal 19 September 1945

adalah manifestasi tekad dan usaha bangsa Indonesia untuk mempertahankan

kemerdekaan dan menyatakan bahwa kemerdekaan itu bukanlah hadiah

Jepang.49

Sejak sukses memobilisasi rakyat dalam rapat raksasa di Lapangan Ikada,

semakin banyak pemuda Muslim yang datang ke Balai Muslimin dan

menyatakan hasrat mereka untuk bergabung di dalam perjuangan mahasiswa

STI. Melihat besarnya simpati kaum muda terhadap perjuangan para pemuda

Islam, juga mengingat tingkatan perjuangan yang lebih memerlukan

48 Hakiem, Perjalanan Mencari...., h. 64.

49

Ibid.

Page 36: PERJUANGAN GERAKAN PEMUDA ISLAM INDONESIA PADA …

pengorganisasian yang mantap pada saat itu, maka para mahasiswa STI merasa

perlu membentuk wadah perjuangan bagi para pemuda Islam.

Untuk merelisasikannya supaya PP STI dapat menampung dan menjadi

wadah perjuangan pemuda Islam, maka dalam salah satu rapat anggota STI

yang dipimpin oleh Suroto Kunto, disepakati perubahan nama PP STI,

Pembuatan Angaran Dasar, dan memilih pengurus baru – termasuk orang-orang

luar STI yang bersimpati kepada perjuangan pemuda Islam.50

Tentang saat-saat berdirinya organisasi pengganti PP STI itu yaitu G.P.I.I.

terdapat paling sedikit empat versi. Yakni versi Harsono Tjokroaminoto, versi

H. Aboebakar, versi A. Karim Halim, dan versi Anwar Harjono.

Versi Harsono Tjokroaminoto dalam Biografinya Soebagijo I.N.

”Pada suatu ketika akhir September, Harsono diminta datang di Balai

Muslimin dan disitu sudah nampak hadir sejumlah ”orang-orang tua”

Masyumi, seperti Wondoamiseno, Abikusno, Kiyai Mansyur, Kartosudarmo

dan lain-lain. Dalam pertemuan itu Harsono diminta agar membentuk suatu

wadah bagi pergerakan Pemuda Islam.

”Pada masa dewasa itu di Jakarta dan kemudian disusul dibeberapa

kota lainnya, telah dibentuk organisasi pemuda yang maksud serta tujuannya

memberi dukungan kepada Republik yang baru berdiri. Namun, organisasi

pemuda yang baru berdiri tadi ternyata tidak mewakili pemuda Islam dan

tidak ada tanda-tanda bernafaskan ke-Islam-an. Padahal, dalam negara

merdeka yang namanya Republik Indonesia, umat Islam merupakan

mayoritas dan justru kerenanya sudah sewajarnyalah apabila pemuda Islam

yang mempunyai wadah sendiri ikut dalam mempertahankan kelangsungan

hidup negara yang masih muda itu.

” Mengapa Harsono yang ditunjuk untuk mmenyusun serta mendirikan

Gerakan pemuda Islam itu, karena dialah yang selama ini dipandang orang

cakap dan telah berpengalaman dalam urusan organisasi; berkat

perjuangannya dalam SIAP dan dalam Pemuda Muslimin dimasa sebelum

perang dulu.

”Mendapat perintah dari para sesepuh demikian, Harsono tidak memberi

tanggapan apa-apa, kecuali menyanggupinya sesuai dengan disiplin yang

selama ini selalu dijalankannya: tiap mendapat tugas untuk kepentingan

negara, bangsa dan agama dia selalu ”sami’na wa toqna”, saya mendengar

dan saya tunduk atas perintah itu.

50 Ibid., h. 70.

Page 37: PERJUANGAN GERAKAN PEMUDA ISLAM INDONESIA PADA …

”Sebagaimana halnya yang selalu dilakukan sejak ia masih muda, pada

malam harinya Harsono lalu sembahyang tahajud, mendekatkan diri kepada

Tuhan, memohon petunjuk serta pertolongan-Nya, agar dia mendapat tugas

yang dibebankan kepadanya itu dengan baik....

”Demikian pula yang terjadi atas Gerakan pemuda yang kini hendak

disusun serta didirikannya itu. Dalam tekadnya, wadah pemuda yang akan

disusun serta didirikannya itu pertama-tama harus mempunyai sifat pemuda,

yaitu dinamis. Lincah cekatan, siap berkorban, tidak selalu lamban.

”Namanya pun jangan mempergunakan nama yang pernah terkait

dengan sesuatu organisasi yang pernah ada.

”Akhirnya, sewaktu bertemu kembali dengan para sesepuh yang

menginstruksikan kepadanya tempo hari, dia melapor bahwa kini telah

berhasil didirikan Gerakan Pemuda Islam Indonesia.

”Karena organisasi itu bernama Gerakan, maka jelaslah bahwa sifatnya

akan selalu bergerak, menuju ke arah perbaikan dan kemajuan sesuai

dengan sifat pemuda, dinamis. Kata-kata Pemuda dipakai, karena wadah

baru itu memang diperuntukan para pemuda, bunga bangsa.

”Kata-kata Islam dipakai, karena tekanan memang diletakkan pada kata-

kata itu, memberi identitas khas kepada segenap anggotanya, bahwa mereka

adalah pemuda Islam, yang berjuang dengan asas dan dasar ke-Islam-an,

dalam mencari ridho Tuhan ikut mempertahankan negara Republik

Indonesia.

”untuk lebih memberi penegasan lagi, bahwa pemuda Islam yang

bergerak itu memang pemuda Islam di Indonesia, maka nama Indonesia pun

harus dibubuhkan di belakangnya, sehingga wadah baru itu nama

lengkapnya adalah Gerakan Pemuda Islam Indonesia.

”Almanak waktu itu menunjukkan 2 Oktober 1945 dan peresmian

berdirinya G.P.I.I. diadakan di Balai Muslimin pula, dengan Harsono

sebagai Ketuanya yang pertama”.51

Kutipan di atas menyimpulkan beberapa hal. Pertama, inisiatif

pembentukkan G.P.I.I. sepenuhnya datang dari kalangan ”orang tua” yang

dalam hal ini adalah Wondoamiseno, Abikusno, Kiai Mansyur, Kartosudarmo,

dan lain-lain. Kedua, peran Harsono semata-mata melaksanakan inisiatif ”orang

tua” tersebut di atas. Ketiga, seluruh gagasan tentang penamaan dan sifat

organisasi G.P.I.I. sepenuhnya hasil pikiran Harsono, dalam rangka ini peran

para mahasiswa nihil sama sekali. Sebagai demikian, maka rapat-rapat yang

dilakukan PP STI untuk menggagas perubahan PP STI supaya dapat

51 Subagijo I.N., Harsono Tjokrominoto Mengikuti...., h. 82-85.

Page 38: PERJUANGAN GERAKAN PEMUDA ISLAM INDONESIA PADA …

menampung dan menjadi wadah perjuangan pemuda Islam, menjadi tidak ada

artinya sama sekali.

Yang menjadi pertanyaan kemudian, benarkah para mahasiswa itu sama

sekali tidak punya inisiatif seperti terkesan dari biografi Harsono

Tjokroaminoto di atas?

Untuk menjawab pertanyaan itu, kita simak versi H. Aboebakar:

”Sudah sejak revolusi meletus tanggal 17-8-1945, di dalam

kalangan pemimpin Masyumi pada waktu itu timbul hasrat untuk

mengadakan suatu ikatan dari pemuda Islam yang bersifat militant,

Gerakan pemuda yang bersemangat jihad untuk kemerdekaan agama,

bangsa dan tanah air. Dan yang besar sekali memberikan dorongannya

ke arah pembentukkan organisasi tersebut ialah M. Natsir, K.H.A.

Wahid Hasjim, dan Anwar Tjokroaminoto. Perpaduan pikiran ketiga

pemimpin ini berputar sekitar tiga pokok tujuan, yang harus terdapat

pada organisasi Pemuda Islam Indonesia yang dicita-citakan itu, yaitu

pertama meliputi tuntutan revolusi, kedua harus dapat menciptakan

kader-kader dan bibit-bibit pemimpin politik dari perjuangan umat, dan

yang ketiga harus merupakan suatu lapangan perjuangan yang dapat

mempertemukan pemuda-pemuda yang berasal dari pendidikan

pesantren dengan pemuda-pemuda yang berpendidikan sekolah umum.

”Cia-cita ketiga pemimpin besar itu, Moh. Natsir, K.H.A. Wahid

Hasjim dan Anwar Tjokroaminoto disambut dengan perhatian yang

besar oleh beberapa mahasiswa yang pada waktu itu belajar pada

Sekolah Tinggi Islam, yang baru didirikan pada waktu itu di Jakarta,

karena dalam kalangan mereka pun sudah terdapat keinginan hendak

mendirikan organisasi pemuda Islam Indonesia, yang dapat melayani

tuntutan-tuntutan revolusi ketika itu, sesuai dengan semangat yang

berkobar-kobar dalam jiwa tiap rakyat Indonesia, hendak merdeka

sebagai suatu bangsa yang layak dan bebas dari penjajahan yang

kejam dan zalim itu...

”Pada tanggal 2 Oktober 1945 diadakanlah pertemuan di antara

para Mahasiswa Sekolah Tinggi Islam, pemuda-pemuda Islam di

Jakarta dan para pemuka Islam yang dapat dicapai ketika itu.

Pertemuan itu diadakan di gedung Kramat Raya No. 19 di Jakarta yang

dinamakan Balai Muslimin Indonesia....

”Rapat pembentukkan pada 2 Oktober 1945 itu di mulai pada

pukul 4.30 sore. Setelah diadakan pertukaran pikiran seperlunya, maka

disetujuilah mendirikan organisasi pemuda Islam yang dicita-citakan

Page 39: PERJUANGAN GERAKAN PEMUDA ISLAM INDONESIA PADA …

itu dan yang diberi nama Gerakan Pemuda Islam Indonesia

G.P.I.I.....”.52

Berbeda dengan keterangan Harsono yang terkesan menafikan inisiatif

para mahasiswa STI, H. Aboebakar menyebut bertemunya dua hasrat. Hasrat

para orang tua, dan hasrat para mahasiswa STI. Menariknya, Aboebakar tidak

menyebut-nyebut Harsono dalam proses awal pembentukkan G.P.I.I.. Beberapa

nama yang didebut Aboebakar sebagai pemegang inisiatif mendirikan G.P.I.I.

di kalangan mahasiswa STI ialah: Anwar Harjono, Karim Halim, Ahmad

Buchari, Djanamar Adjam, sjadeli Muchsin, Adnan Sjamni, Masmimar, dan

Sjarwani.53

Nama Harsono, muncul dalam tulisan Karim Halim berikut ini:

”Panitia kecil dibentuk diketuai Karim Halim dan meyusun

Anggaran Dasarnya serta penggantian nama PP STI. Karena Karim

waktu remajanya hidup di tengah-tengah pemimpin PERMI (Persatuan

Muslimin Indonesia) di Sumatra Barat, ia terpengaruh oleh PERMI dan

menyusun Anggaran Dasarnya menyerupai AD PERMI. Untuk nama,

karena onderbouw PERMI bernama HPII (Himpunan Pemuda Islam

Indonesia), Karim memberi nama Gerakan Pemuda Islam Indonesia

(G.P.I.I.). Istilah Gerakan lebih dinamis.

”Konsep AD organisasi baru itu dimusyawarahkan dengan kawan

di asrama. M. Natsir yang juga hadir dalam pertemuan itu tidak setuju

tambahan kebangsaan. Untuk dasar cukup Islam, karena Islam telah

mencakup segala-galanya.

”Waktu menyusun personalia pengurus, panitia berkonsultasi

dengan Anwar Tjokroaminoto yang tinggal tidak jauh dari asrama,

yaitu di Keramat Pulo. Anwar Tjokroaminoto menyarankan untuk

mendapat simpati dari kalangan pemuda Islam supaya ketua umum

dipilh Harsono Tjokroaminoto, waktu itu masih di tahanan Kompetai....

”Persiapan itu dilaporkan kepada pimpinan MIAI yang waktu

sudah berubah nama dengan Masjoemi, Majelis Sjoero Moeslimin

Indonesia. Kiyai. A. Wahid Hasjim sangat gembira dan bangga akan

anak-anak Balai Muslimin. Rektor STI, Prof. Kahar Moezakir meluap-

luap semangatnya dan mengatakan kalau beliau masih muda sudah

barang tentu akan menjadi anggota organisasi pemuda Islam itu. H.

52 H. Aboebakar, Sejarah Hidup K.H.A. Wahid Hasjim dan Karangan Tersiar, Panitia

Buku Peringatan Alm. K.H.A. Wahid Hasjim, (Jakarta, Panitya Buku Peringatan Alm. K.H.A.

Wahid Hasjim, 1957), h. 449.

53

Ibid.

Page 40: PERJUANGAN GERAKAN PEMUDA ISLAM INDONESIA PADA …

Agus Salim memuji prakarsa yang diambil pelajar-pelajar STI, karena

beliau salah seorang dosen. Dr. Aboe Hanifah bersedia menjadi

donatur tetap”.54

Keterangan Karim Halim, ternyata sejalan tulisan H. Aboebakar. Yakni

bahwa pembentukkan G.P.I.I. merupakan hasil perpaduan gagasan antara para

mahasiswa STI dengan para orang tua. Tiga nama tokoh yang disebut

Aboebakar, juga muncul dalam tulisan Karim Halim, sementara ”orang-orang

tua” yang disebut Harsono tidak disebut baik oleh Aboebakar maupun oleh

Karim Halim.

Sesudah menjelaskan bahwa dalam bergejolaknya perjuangan, kalangan

mahasiswa STI merasakan perlunya wadah perjuangan pemuda Islam, Harjono

lebih lanjut berkata:

”Di kalangan orang-orang tua juga terdapat keinginan yang sama.

Karena waktu itu satu-satunya tokoh pemuda Islam yang populer

adalah Sdr. Harsono Tjokroaminoto, maka para orang tua cendrung

kepada Sdr. Harsono untuk mengetuai organisasi yang akan dibentuk.

Orang-orang tua yang menghendaki didirikannya wadah perjuangan

Pemuda Islam, yang saya tahu antara lain Pak Natsir, K.H.A. Wahid

Hasjmi, dan Pak Anwar Tjokroaminoto. Ketiga tokoh tersebut

menginginkan dibentuknya wadah bersifat umum/sipil dan juga bersifat

militer. Di samping itu juga supaya tercermin komposisi personalia

pimpinan menunjukkan adanya integrasi antara mereka yang keluaran

sekolah-sekolah umum dengan keluaran sekolah-sekolah agama.

”Ketika para mahasiswa STI sepakat membentuk wadah perjuangan

pemuda Islam, keinginan orang tua bertemu dangan keinginan para

pemuda. Ketika itu disepakati Sdr. Harsono sebagai Ketua Umum,

Moefreini Moekmin – dari unsur pemuda militer -, dan A. Karim Halim

– dari unsur keluaran AMS – sebagai Wakil Ketua;sedang saya dari

unsur pesantren dan madrasah sebagi sekretaris”.55

Demikianlah fakta tentang proses berdirinya G.P.I.I.. Maka pada tanggal 2

Oktober 1945 diresmikanlah berdirinya Gerakan Pemuda Islam Indonesia

54 Anwar Harjono dan Lukman Hakiem, Di Sekitar Lahirnya Republik, (Dewan Dakwah

Islamiyah Indonesia, 1997), Cet I, h. 52.

55

Hakiem, Perjalanan Mencari...., h. 74-75.

Page 41: PERJUANGAN GERAKAN PEMUDA ISLAM INDONESIA PADA …

(G.P.I.I.) yang bertujuan: (1) Mempertahankan Negara Republik Indonesia, dan

(2) Menyiarkan Agama Islam.56

Dalam upacara peresmian itu, Anwar Harjono tampil membacakan

Anggaran Dasar dan susunan pengurus. Pucuk Pimpinan G.P.I.I. pertama kali

tersusun sebagai berikut.57

Ketua : Harsono Tjokroaminoto

Wakil Ketua I : A. Karim Halim

Wakil Ketua II : Moefraini Moekmin

Sekretaris Umum : Anwar Hrjono

Bendahari : ......................

Pembantu : Ahmad Buchari

Pembantu : Djanamar Adjam

Pembantu : Adnan Sjamni

Semua pengurus hadir pada peresmian di Balai Muslimin itu, kecuali tiga

orang: Harsono Tjokroaminoto yang masih dalam tahanan Jepang, Moefraini

Moekmin yang sedang di luar kota untuk menyusun lasykar rakyat, dan Ahmad

Buchari yang sedang di Lampung.58

Semenjak G.P.I.I. berdiri, gerakan ini mulai menunjukan eksistensinya di

sekitar Pulau Jawa – Madura dan Pulau Sumatera, hal ini bisa dilacak dari titik

pergerakan G.P.I.I. yang bisa dilihat di dalam konperensi atau kongres yang

telah diselenggarakan serta menifestasi perjuangannya. Fakta tersebut diuraikan

di dalam surat kabar Kedaulatan Rakyat sebagai berikut:

56 H. Ridwan, Pemuda Islam...., h. 113; Lihat juga Pasal 4 Di Dalam Anggaran Dasar

G.P.I.I..

57 H. Aboebakar, Sejarah Hidup K.H.A. Wahid Hasjim...., h. 450.

58

Anwar dan Hakiem, Di Sekitar Lahirnya...., h. 52.

Page 42: PERJUANGAN GERAKAN PEMUDA ISLAM INDONESIA PADA …

“G.P.I.I. Yogyakarta minta diumumkan supaya anggota-anggota

G.P.I.I. seluruh kota Yogya menyambut pengumuman Ketua Dewan Pertahanan Daerah, yang diumumkan kemarin, dengan mengambil tindakan-

tindakan yang seperlunya agar pengumuman tersebut bisa berjalan dengan sempurna. Tindakan dijalankan bersamaan dengan badan-badan dan

pemerintah di tempat masing-masing.”59

“PP G.P.I.I. bagian penyiaran minta diumumkan sebagai berikut. Untuk merencanakan langkah pimpinan selanjutnya G.P.I.I.

mengundang pimpinan-pimpinan daerah untuk konferensi. Tempat di

Kediri dan waktu 17-18 Oktober 1946 yang hadir tiap-tiap pimpinan 4

orang, sebagaimana tsb. Peninjau tidak diadakan. Diharap semua utusan

sudah sampai di Kediri pada tanggal 16 Oktober 1946.”60

“PP G.P.I.I. minta diumumkan untuk memutuskan pendirian

G.P.I.I. seluruhnya terhadap naskah rencana persetujuan Indonesia –

Belanda, maka Pucuk Pimpinan mengundang untuk berkonprensi

bertempat di Solo pada tanggal 4-5 Desember 1946. 1. Ketua pimpinan

daerah (seorang) dan membawa suara seluruh cabang didaerahnya

masing-masing. 2. Pengawas wilayah, seorang dari tiap-tiap wilayah.

Utusan-utusan harap sudah datang di Solo pada hari Rabu sore tanggal 4

Desember 1946 dan masing-masing membawa uang sokongan konperensi sebanyak R. 5 (Lima Rupiah) peninjau tidak diadakan.”61

“Berhubung dengan kedatangan ketua PP G.P.I.I. di Madiun Sdr.

Harsono Tjokroaminoto, maka G.P.I.I. telah mengadakan pertemuan anggota, untuk mendengarkan penjelasan tentang soal yang mengenai

perjuangan G.P.I.I. pada masa ini.”62

“Kongres G.P.I.I. ke II yang didatangi oleh wakil-wakil cabang dan

pimpinan-pimpinan derah seluruh Jawa – Madura akan dilangsungkan

mulai besok pagi hingga tanggal 21-4-1947 di Yogyakarta. Akan

dibicarakan antara lain ialah: Kedudukan G.P.I.I. Pelajar, Ideologi Darul

Islam, dan langkah perjuangan ke depan.”63

“Upaya pembentukan G.P.I.I. telah dirintis sejak Ketua Harian PP

G.P.I.I., A. Karim Halim, berada di Sumatera. Hasilnya terlihat ketika

pada 15 Oktober 1946, Pembantu Umum PP G.P.I.I., Adnan Sjamni,

meresmikan kepengurusan G.P.I.I. se-Sumatera yang berpusat di

Pematang Siantar, diketuai oleh Mahals. G.P.I.I. Sumatera dibagi

menjadi tiga konsulat, masing-masing Konsulat Sumatera Utara

dipimpin oleh Mahals, Konsulat Sumatera Tengah berpusat di

59 “G.P.I.I. Membantu Yogyakarta,” Kedaulatan Rakyat, 11-10-1946, h. 2.

60

“Konperensi G.P.I.I. Seluruh Daerah,” Kedaulatan Rakyat, 12-10-1946, h. 2.

61

“Konperensi G.P.I.I. Yogyakarta,” Kedaulatan Rakyat, 30-11-1946, h. 2.

62 “Pertemuan G.P.I.I. Di Madiun,” Kedaulatan Rakyat, 10-5-1947, h. 4.

63

“Kongres G.P.I.I. ke II,” Kedaulatan Rakyat, 17-4-1947, h. 2.

Page 43: PERJUANGAN GERAKAN PEMUDA ISLAM INDONESIA PADA …

Bukittinggi dipimpin oleh Buchari Tamam, dan Konsulat Sumatera

Selatan berpusat di Palembang dipimpin oleh Usman Hamid.”64

64

Anwar dan Hakiem, Di Sekitar Lahirnya...., h. 77.

Page 44: PERJUANGAN GERAKAN PEMUDA ISLAM INDONESIA PADA …

BAB III

BIOGRAFI INTELEKTUAL, PEMIKIRAN DAN KONTRIBUSI

TOKOH G.P.I.I.

A. Harsono Tjokroaminoto

a. Latar Belakang Kehidupan Harsono Tjokroaminoto (keluarga)

Omar Said Tjokroaminoto adalah ayahnya Harsono Tjokroaminoto.

Orang tua Omar Said adalah seorang Pangreh Praja dengan pangkat Wedana

di Kleco, di daerah Madiun, bernama Raden Mas Tjokroamiseno beliau adalah

keturunan langsung Raden Mas Adipati Tjokronegoro, Bupati Ponorogo dan

beliau ini adalah anak laki-laki dari kiyai Bagus Kasan Besari sesepuh

sekaligus ulama di tanah Perdikan di wilayah Situ Pala. Istri kiyai Bagus

Kasan Besari ini seorang puteri pemberian dari Susuhan Paku Buwono III. Di

dalam tubuh Omar Said Tjokroaminoto mengalir darah ke-kiyai-an dan ke-

priyai-an, bagsawan budi dan bangsawan daerah sekaligus. Dalam

perkembangan jalan hidupnya di kemudian hari kedua unsur tadi sangat

mempengaruhinya.65

Sebagai anak bangsawan yang bergelar Raden Mas, Omar Said

Tjokroaminoto berhasil mengecap ilmu pengetahuan yang cukup memadai

yaitu beliau berhasil menyelesaikan studinya pada OSVIA, sekolah untuk

calon bumiputra. Setelah selesai dari OSVIA, Omar Said menjadi jurutulis di

Glodog, Purwodadi di daerah Madiun. Namun jabatan tersebut tidak lama

dipegangnya dan kemudian beliau minta keluar dari kepegawaian.66

65 Soebagijo I.N., Mengikuti Jejak...., h. 1. 66

Ibid., h. 2.

32

Page 45: PERJUANGAN GERAKAN PEMUDA ISLAM INDONESIA PADA …

Keluarga H.O.S. Tjokroaminoto lalu pindah ke Surabaya dan mulailah

beliau tergerak untuk terjun kedalam kancah perjuangan bangsanya. Adanya

Sarekat Dagang Islam yang didirikan oleh Haji Samanhudi pada tahun 1905,

yang kemudian berkembang menjadi organisasi masa yaitu Sarekat Islam,

pada saat itu Omar Said ikut bergabung kedalamnya. Dalam waktu yang

singkat Omar Said Tjokroaminoto berhasil mendapatkan kepercayaan dari

anggota Sarekat Islam dan terpilih menjadi ketuanya. Pemerintah Belanda

sadar dan tahu betapa besar pengaruh Omar Said Tjokroaminoto pada rakyat

Jawa terutamanya, maka sewaktu didirikan Volksraad di dalamnya Omar Said

diangkat sebagai anggota wakil Sarekat Islam, bersama Abdul Muis.67

Ketika Sarekat Islam mengadakan kongresnya pada tahun 1913 di

Surabaya, pada tahun yang sama Harsono Tjokroaminoto anak Omar Said

Tjokroaminoto lahir. Harsono Tjokroaminoto dilahirkan pada hari Senin

tanggal 24 April 1913 di Desa Glodok, daerah Madiun, Jawa Timur.68 Tempat

kelahirannya di sebuah kediaman resmi kakeknya Harsono yang bernama

Mangunsumo, beliau adalah seorang Patih.69

Harsono Tjokroaminoto mempunyai lima saudara, beliau sendiri

merupakan anak nomor 3 (tiga). Kakaknya yang tertua, Netty Utari, pernah

menjadi isteri pertama dari almarhum Bung Karno, Presiden Republik

Indonesia. Sedangkan kakaknya yang nomor 2 (dua) Anwar Tjokroaminoto,

semasa hidupnya pernah menjadi wartawan. Dalam kelembagaan negara

67

Ibid. 68

Harsono Tjokroaminoto, Menelusuri Jejak Ayahku Harsono Tjokrominoto, (Jakarta:

Penerbit Sejarah Lisan dan Arsip Nsional Republik Indonesia, 1983), h. 1. 69

Patih pada waktu itu suatu jabatan setingkat di bawah Bupati, merupakan kedudukan

yang tidak saja tinggi tetapi juga merupakan kedudukan yang dianggapnya setengah keramat,

karena tidak semua orang bisa mencapainya.

Page 46: PERJUANGAN GERAKAN PEMUDA ISLAM INDONESIA PADA …

beliau pernah menjabat Penasehat Almarhum Panglima Besar Sudirman,

Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong, Anggota Majelis

Permusyawaratan Rakyat Sementara, dan Anggota Dewan Pertimbangan

Agung Republik Indonesia untuk masa Jabatan 1968-1973 dan 1973-1978.

Adik Harsono yang perempuan bernama Islamiah, dan yang bungsu bernama

Suyud Achmad dan bekerja menjadi wartawan.70

b. Perjalanan Pendidikan Harsono Tjokroaminoto

Sebagai keturunan bangsawan, sudah tentu mendapat hak khusus dari

pemerintah Belanda terutama dalam pendidikan. Harsono dibenarkan untuk

belajar di Eropese Lagere School atau Sekolah Rendah Belanda, yang

sebenarnya memang diperuntukkan bagi anak-anak Belanda dan Indo-

Belanda. Pada waktu itu Sekolah Rendah mempunyai 7 kelas; dan bahasa

pengantar yang dipergunakan adalah bahasa Belanda. Dengan demikian, maka

anak-anak bumiputera yang sekolah di ELS secara tak disadari terpaksa harus

mempergunakan bahasa itu di dalam percakapannya sehari-hari.71

Selain mendapat pelajaran umum di ELS, Harsono bersaudara sebagai

keluarga yang taat kepada ajaran Islam oleh orang tuanya juga diwajibkan

belajar mengaji; belajar membaca huruf Al-Quran. Pelajaran mengaji ini

diberikan di rumah pada setiap sore hari dengan mendatangkan guru kerumah,

adapun guru tersebut bernama Ibu Sumbulatin. Pelajaran mengaji ini tidak

hanya merupakan membaca Al-Qur’an saja tetapi diajarkan pula mengenai

ilmu saraf dan tajwid.

70 Harsono Tjokroaminoto, Menelusuri Jejak...., h. 1. 71

Soebagijo I.N., Mengikuti Jejak...., h. 4.

Page 47: PERJUANGAN GERAKAN PEMUDA ISLAM INDONESIA PADA …

Sebagai anak seorang tokoh terkemuka Sarekat Islam, Harsono di dalam

menempuh pendidikan selalu berpindah-pindah, ketika tinggal di Surabaya

Harsono belajar di ELS. Namun tidak berapa lama kemudian keluarga Omar

Said Tjokroaminoto pindah ke Cimahi (Bandung), di sana sudah disediakan

rumah untuk keluarga Tjokroaminoto yang disediakan oleh warga Sarekat

Islam. Di Bandung Harsono Tjokroaminoto melanjutkan pendidikannya di

sekolah MULO sampai umur 16 tahun.72

Setelah menamatkan pelajaran pada tingkat pendidikan menengah,

kemudian Harsono Tjokroaminoto melanjutkan pendidikannya di pesantren-

pesantren, pada saat itu Harsono berusia 17 tahun yaitu: di Babat Rembang,

Jawa Timur, di Purwokerto, Jawa Tengah dan Jawa Barat. Pada waktu itu

jarang sekali anak-anak Indonesia yang melanjutkan pendidikan di pesantren.

Hal ini disebabkan oleh paradigma negatif orang tua anak-anak Indonesia

pada masa dewasa itu yaitu beranggapan bahwa: “anak-anak yang mengikuti

pendidikan di pesantren adalah anak-anak atau orang-orang yang agak kurang

intelak, kurang cerdas pikirannya, kurang maju, bahkan pakainnya pun kurang

teratur”.73

Sudah barang tentu di pesantren Harsono secara khusus memperdalam

pelajaran agama Islam, Di samping itu juga pelajaran mengenai bacaan atau

loghat Qur’an yang kalau dalam istilah sekarang disebut grammernya Qur’an,

termasuk pula seni membaca Qur’an seperti yang sekarang secara berkala

dipertandingkan di dalam Musabaqoh Tilawathil Qur’an. Dengan demikian

Harsono sebagai orang yang cukup berpengaruh di dalam masa kemerdekaan

72 Soebagijo I.N., Mengikuti Jejak...., h. 18-20. 73

Harsono, Menelusuri Jejak...., h. 18.

Page 48: PERJUANGAN GERAKAN PEMUDA ISLAM INDONESIA PADA …

Indonesia yaitu dengan menepis semua anggapan negatif bahwa pendidikan

pesantren kurang intelek. Sebab sebagai seorang yang pernah mengenyam

pendidikan pesantren Harsono telah mampu menunjukkan talentanya bahwa

beliau bisa berjuang melalui dua organisasi yang dia pimpin yaitu G.P.I.I. dan

Sareakat Islam.

Adapun pesantren yang pertama dituju oleh Harsono adalah sebuah

pesantren yang cukup terkenal yaitu di Kebon Jeruk, Jakarta. Di pesantren

tersebut gurunya orang Arab. Selanjutnya Harsono belajar pada beberapa

pesantren yaitu di Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Patut diketahui

bahwa kehidupan di lingkungan pesantren sangat berlainan dengan sekolah

umum, misalnya di ELS, MULO dan sebagainya. Sebab di pesantren pada

umumnya pelajaran diberikan pada sehabis sembahyang subuh sampai jam

10.00 pagi. Kemudian sampai kira-kira jam 12.00 siang menjelang lohor.

Setelah sembahyang lohor pelajaran dilanjutkan kembali sampai kira-kira

ashar.

Sistim pendidikan di pesanteren pada waktu itu pada umumnya bersifat

mandiri. Semua santri yang tinggal masing-masing harus membawa bekal

untuk makananya selama satu bulan sendiri-sendiri dan setiap satu bulan

mereka mendapat kiriman untuk satu bulan . Pesantren hanya menyediakan

pondok dan tempat belajar bagi para santrinya.74

Dengan bekal yang didapati

dari pesantren-pesantren, kemudian Harsono melanjutkan sekolahnya ke luar

negeri yaitu Hindustan untuk mempelajari Ilmu Perbandingan Agama. Adapun

74

Harsono, Menelusuri Jejak...., h. 20.

Page 49: PERJUANGAN GERAKAN PEMUDA ISLAM INDONESIA PADA …

perbandingan agama yang dipelajari adalah Islam, Kristen (Protestan dan

Katholik) dan Hindu.75

c. Islamisme dan Nasionalisme sebagai alat pengikat persatuan Bangsa

Perjuangan bangsa Indonesia di dalam merebut kemerdekaan sudah

diinsyafi oleh bangsa Indonesia itu sendiri yaitu dengan mengutamakan

semangat nasionalisme yang dijadikan sebagai alat pengikat persatuan,

dengan adanya kesadaran tersebut, bangsa Indonesia berhasil menuju ke

gerbang kemerdekaan. Sedangkan bagi bangsa Indonesia agama dijadikan

sebagai landasan utamanya dari rasa nasionalisme itu sendiri. Oleh karena itu

Harsono Tjkroaminoto terus menumbuhkan dan menerapkannya di dalam

dirinya maupun di dalam organisasi yang dia pernah pimpin seperti Gerakan

Pemuda Islam Indonesia dan Partai Syarikat Islam.

Kedua sendi tersebut yaitu Islamisme dan Nasionalisme sudah dididik oleh

ayahnya yaitu Omar Said Tjokroaminoto untuk menghadapi perjuangan, Omar

Said Tjokroaminoto selalu menekankan untuk senantiasa mengembangkan dua

sendi utama yaitu Islamisme dan Nasionalisme. Menurut Harsono

Tjokroaminoto tidaklah mungkin bisa bergerak sebagai orang Islam kalau

tidak mengerti Nasionalisme yang kita miliki untuk berjuang. Demikian juga

sebaliknya, Harsono tidak bisa berjuang hanya sebagai bangsa saja tanpa

adanya sendi atau asas yang kuat yaitu Islam. Dengan dasar pengertian inilah

maka pada waktu Harsono diangkat menjadi Pucuk Pimpinan Partai Syarikat

75

Harsono, Menelusuri Jejak...., h. 25.

Page 50: PERJUANGAN GERAKAN PEMUDA ISLAM INDONESIA PADA …

Islam kedua sendi itu selalu di pegang teguh. Ditegaskan lagi oleh Harsono

sebagai berikut:

”Di dalam zaman kemerdekaan Indonesia saya membangun

bukan untuk melawan, bukan untuk memberontak dan memecah belah kekuatan-kekuatan, tetapi saya membangun negara yang biasa disebut

dengan Istilah state dan nation building. Saya tidak memecah dan memberontak, melainkan dengan senjata ampuh yang saya miliki yaitu

dengan jiwa Islam dan dengan bekal ideologi dan falsafah negara

Pancasila saya ikut membangun suatu bangsa dan negara Indonesia,

yang merdeka dan berdaulat”.76

Menurut Harsono Tjokroaminoto ”Nasionalisme sudah tertanam dalam

jiwa bangsa Indonesia sejak dahulu dan oleh karenanya kita pergunakan

sebagai alat pengikat persatuan. Sedangkan agama adalah landasan

utamanya”.77 Unsur agama bagi partai syarikat Islam memang merupakan

sendi utamanya, tetapi untuk keluar yaitu pengembangan dan pembinaan

terhadap bangsa Indonesia maka rasa nasionalisme itu harus lebih dipertajam,

lebih-lebih menjelang saat-saat yang sudah dapat diperhitungkan, saat rakyat

Indonesia akan merdeka.

Manifestasi rasa Nasionalisme Harsono Tjokroaminoto dituangkan di

dalam Syarikat Islam yang dinaunginya yaitu Pancasila sebagai dasar negara

dipakai sebagai asas dari organisasi Syarikat Islam. Masalah ini memang

menjadi masalah yang sangat diprioritaskan, bukan saja dikarenakan Pancasila

sudah menjadi watak dan tabiat perjuangan Syarikat Islam sebagaimana yang

telah dijabarkan dalam Program Asas dan Program Tandhim Syarikat Islam

76 Soebagijo I.N., Mengikuti Jejak...., h. 277.

77

Harsono, Menelusuri jejak...., h. 56.

Page 51: PERJUANGAN GERAKAN PEMUDA ISLAM INDONESIA PADA …

sejak tahun 1917, tetapi juga masalah ini sangat diprioritaskan dalam rangka

menjaga kesinambungan dan kelestarian serta eksestensi Syarikat Islam.78

Di dalam Gerakan Pemuda Islam Indonesia yang pernah di pimpin oleh

Harsono Tjokroaminoto, Harsono juga menerapkan dan megembangkan kedua

landasan tersebut, yaitu Nasionalisme dan Islamisme. Hal ini bisa dilihat

ketika G.P.I.I. berdiri pada tanggal 2 Oktober 1945 telah berhasil merumuskan

Anggaran Dasar Gerakan Pemuda Islam Indonesia yang menjelaskan bahwa

Gerakan ini mendukung semangat Nasionalisme di dalam berjuang

mempertahankan kemerdekaan Indonesia, adapun Anggaran Dasar G.P.I.I.

yang mencerminkan semangat tersebut sebagai berikut: Fasal 4 ”Gerakan

Pemuda Islam Indonesia membela kesempurnaan Agama Islam dan

menentukan haluan perjuangan Pemuda Islam Indonesia untuk

mempertahankan serta menyempurnakan Negara Republik Indonesia Merdeka

yang berdasarkan ke-Tuhanan Yang Maha Esa”.79 Terlihat jelas bahwa

tujuan dari perjuangan G.P.I.I. yaitu berdasarkan falsafah Pancasila yaitu sila

ke 1 (satu) Ketuhanan Yang Maha Esa.

Meskipun organisasi ini berlandaskan Islam namun organisasi ini tidak

mengisolasikan diri dengan organisasi yang pada saat itu berdiri seperti API,

PRI, AMRI dll. Bahkan untuk mempersatukan pemuda se-Indonesia G.P.I.I.

bersama-sama organisasi pemuda lainnya membentuk Badan Kongres Pemuda

Republik Indonesia. G.P.I.I. di wakili oleh Achmad Buchori sebagai wakil

78 H. Harsono Tjokroaminoto, Pedoman Pelaksanaan Tugas Syarikat Islam, (T.tp, T.pn,

t.t.), h. 4.

79

“Anggaran Dasar G.P.I.I.,” Kedaulatan Rakyat, 29 November 1945, h. 2.

Page 52: PERJUANGAN GERAKAN PEMUDA ISLAM INDONESIA PADA …

ketua II.80

Dengan demikian jelas sekali bahwa Harsono sangat berpengaruh

di dalam organisasi ini dengan menanamkan dua landasan yaitu Islamisme

dan Nasionalisme.

B. DR. Anwar Harjono, S.H.

a. Latar Belakang Kehidupan Anwar Harjono (Keluarga)

Di dalam tradisi kekuasaan raja-raja Jawa sesudah kedatangan Islam,

pusat pemerintahan ditata dengan mengakomodasikan kepentingan Islam.

Selain Kraton sebagai tempat tinggal Sultan, Sultan juga mendirikan Masjid

dan perkampungan untuk tempat tinggal keluarga Penghulu Kraton dan para

stafnya, didirikanlah perkampungan yang diberi nama Kauman.

Menurut GF Pijper81, Kauman yang terletak di dekat masjid

dimungkinkan sebagai penjelmaan dari keinginan untuk dekat kepada sesuatu

”yang suci”. Lepas dari hal itu, perkampungan Kauman memang menarik.

Penduduknya adalah para abdi dalam santri yang mengabdikan diri pada

pemerintah, dan karenanya mereka termasuk golongan Priyai82

, tetapi dari

segi kelas sosial mereka termasuk kelas menengah. Pada perkembangan

berikutnya, kampung Kauman tidak hanya terdapat di sekitar Kraton.

Kampung Kauman dengan citranya sebagai kampung santri terbentuk juga di

berbagai kota yang jauh dari Kraton. Salah satu kampung Kauman terdapat di

Krian Sioardjo, Jawa Timur.

80 Mengenai BKPRI lihat bukunya H. Ridwan Saidi ”Pemuda Islam dalam Dinamika

Politik Bangsa 1925 -1984”, h. 62-63.

81

GF Pijfer, beberapa Studi tentang Sejarah Islam di Indonesia 1900-1950, (Jakarta, UI

Press, 1984), h. 65.

82 Istilah Priyai digunakan tidak untuk mengacu kepada sesuatu konsep. Sekedar

menunjukkan bahwa golongan ini berasal dari kalangan pegawai pemerintah.

Page 53: PERJUANGAN GERAKAN PEMUDA ISLAM INDONESIA PADA …

Di kampung ini hiduplah suami-istri Tamsir dan Datun. Tamsir sehari-

hari bekerja sebagai kepala kantor pos Krian, Tmasir dan Datun

sesungguhnya bukanlah penduduk asli Kauman, mereka sama-sama berasal

dari Pacitan. Untuk ukuran zamannya, Tmsir adalah pelopor. Beliau terhitung

orang yang pertama keluar dari desa untuk mencari kerjaan, walaupun

sesungguhnya dangan jabatan ayahnya sebagai kepala desa, bahkan melewati

batas Kabupaten. Karena itulah, bertahun-tahun kemudian jika ada warga desa

hendak mencari pekerjaan di Surabaya, rumah Tamsir senantiasa menjadi

semacam stasiun persinggahan.

Sebagai kepala kantor pos Krian, prestasi kerja Tamsir sesungguhnya

cukup baik. Jika beliau bersedia di pindahkan ke kota lain, tentu jabatannya

akan meningkat. Akan tetapi, Krian terutama Kauman dengan lingkungan

santrinya sudah terlanjur mengikat hati Tamsir dan Datun. Beliau lebih

memilih tetap sebagai kepala kantor pos, dari pada harus pindah dari Krian.

Begitulah sampai pensiun, Tamsir tetap kepala kantor pos Krian.

Pasangan Tamsir (1891-1966) dan Datun (1903 – 1979) dikarunai enam

putra. Lima laki-laki, dan seorang perempuan. Anak sulung pasangan suami

istri yang berbahagia ini dilahirkan di Krian pada tanggal 8 November 1923,

dan diberi nama Harjono.83

Sebagai anak yang dilahirkan dikampung santri,

Harjono telah sejak dini diperkenalkan kepada Islam. Selain mendapatkan

pendidikan Islam langsung dari orang tuanya, Harjono belajar kepada seorang

Kiyai yang tinggal di dekat masjid. Kiyai Mas demikian para penduduk

83 Hakiem, Perjalanan Mencari...., h. 20.

Page 54: PERJUANGAN GERAKAN PEMUDA ISLAM INDONESIA PADA …

kampung Kauman biasa memanggilnya. Dari Kiyai Mas, Harjono

mempelajari Al-quran, termasuk doa-doa yang diambil dari kitab suci itu.

Hubungan Tamsir dengan putra-putrinya tampak cukup akrab. Itu terlihat

dari kebiasaan Tamsir mendialogkan apa saja yang baru dilakukannya pada

hari itu kepada sisulung Harjono. Dari kebiasaan berdialog itulah Harjono

kemudian tahu bahwa meskipun ayahnya seorang pegawai pemerintah, beliau

rupanya salah seorang simpatisan Sarekat Islam khususnya dan pergerakan

nasional pada umumnya. Setiap habis menghadiri rapat umum Sarekat Islam

di Surabaya, Tamsir selalu menceritakan kesan-kesannya.

b. Perjalanan Pendidikan Anwar Harjono

Sikap simpati dan minatnya terhadap pergerakan nasional,

mempengaruhi pola pikir Tmasir terutama dalam hal pendidikan anak-

anaknya. Hal ini dapat terlihat dengan dimasukkannya Harjono ke Taman

Siswa di Mojokerto, bukan di Hollands Inlandse School (HIS), sekolah dasar

yang didirikan oleh Belanda bagi para Pribumi.84

Sebagaimana diketahui

Taman Siswa merupakan lembaga pendidikan yang di dirikan oleh Ki Hajar

Dewantara, pada tanggal 3 Juli 1922, sebagai wujud respon terhadap sistem

pendidikan yang dikembangkan oleh pemerintah Kolonial Belanda. Di Taman

Siswa dikembangkan sistem pendidikan yang demokratis. Sebutan murid

terhadap guru di sekolah-sekolah Belanda harus meneer atau tuan, tetapi

dalam Taman Siswa murid memanggil guru hanya dengan sebuah pak, mas

84 Ibid., h. 23.

Page 55: PERJUANGAN GERAKAN PEMUDA ISLAM INDONESIA PADA …

atau ibu saja. Ke sekolah semacam itulah Hrjono dikirim ayahnya. Rasa cinta

tanah air, dan sikap demokrat dipupuk di sekolah ini.85

Setelah menyelesaikan pendidikan dasarnya, di Taman Siswa Mojokerto,

walaupun dalam waktu yang singkat sempat pula pindah ke Taman Siswa

Surabaya. Kedua orang tuanya menunjukkan keinginan kuat untuk menjadikan

anak sulung mereka ahli dan berkhidmat kepada agama, maka Harjono pun

dikirim ke Muallimin Muhammadiyah Malang, sebuah lembaga pendidikan

yang cita-citanya guna mendidik kader pendidik dan da’i persyarikatan.

Namun beberpa saat setelah mengikuti pendidikan di Muallimin

Muhammadiyah Malang, ayah Harjono membaca iklan tentang dibukanya

Muallimin Muhammadiyah di Yogyakarta, yang pengelolaannya dilaksanakan

oleh tokoh-tokoh pimpinan pusat Muhammadiyah. Atas inisiatif ayahnya,

Harjono yang ketika itu baru naik ke kelas dua dipindahkan ke Yogyakarta.

Pengalaman yang dia peroleh dari proses belajar mengajar selama lima tahun

(1938 – 1942), memberikan pengaruh yang amat mendalam bagi pengalaman

hidup Harjono berikutnya.

Murid-murid Muallimin, sebagai kader Muhammadiyah masa depan,

tidak hanya memperoleh teori-teori, tetapi diajarkan pula praktik-praktik

lapangan. Murid-murid Muallimin juga mendapatkan pendidikan kader politik

dari tokoh-tokoh Partai Islam Indonesia (PII) seperti: Dr. Soekiman

Wirdjosanjojo, Wali Al-Fatah, dan lain-lain. Bahkan Harjono beserta teman-

temannya juga sering menghadiri rapat-rapat umum yang diadakan tokoh-

85

Ibid., h. 24.

Page 56: PERJUANGAN GERAKAN PEMUDA ISLAM INDONESIA PADA …

tokoh Partai Islam Indonesia (PII).86

Dan satu hal lain yang perlu menjadi

catatan, dan dapat membantu memahami sosok pergerakan yang ada di dalam

diri Hrjono, adalah kebiasaannya membaca surat kabar yang menyuarakan

semangat pergerakkan seperti: Pandji Islam, Pedoman Masyarakat, dan Islam

Bergerak. Jiwa kepemimpinan yang ada dalam dirinya, merupakan salah satu

hasil yang ia dapat di Muallimin Yogyakarta, di sana ia aktif di Kepanduan

Muhammadiyah, Hizbhul Wathon87

, bahkan Harjono pun pernah tercatat

sebagai pemimpin Hizbhul Wathon, ketika ia duduk di kelas akhir.

Setelah ia lulus dari Muallimin, sayang kelulusannya dipaksakan kondisi

dikarenakan faktor hadirnya penjajahan Jepang di Indonesia, Harjono mulai

mengabdikan dirinya di dunia pendidikan, ia mengajar di HIS

Muhammadiyah. Di tengah pengabdian dirinya pada dunia pendidikan, hasrat

untuk memperoleh pendidikan lebih lanjut tetap ada di dalam niatnya, maka

Harjono pun mencoba masuk di Sekolah Menengah Tinggi Surabaya,

kendatipun ia tidak mempunyai ijazah MULO sama dengan SMP sekarang.

Harjono tetap diterima di SMT. Bahkan lebih sekedar dari itu ia juga dianggap

murid yang pandai dan berbakat, hal itu dikarenakan ia telah terbiasa

berbahasa Indonesia. Ketika itu bahasa Indonesia belumlah lazim digunakan.

Setelah keluar dari SMT, Harjono muda masih tetap mengabdikan

dirinya pada dunia pendidikan, tetapi ada perkembangan lain yang tidak

diperkirakan, pada usia 20 tahun, kedua orang tua Harjono menyuruhnya

86 Partai Islam Indonesia didirikan pada tanggal 4 Desember 1938. ketuanya yang

pertama adalah Raden Wiwoho, bekas Ketua Umum Jong Islamiten Bond (JIB) dan anggota

Volksraad.

87

Hizbhul Wathon dibentuk pada tahun 1918 oleh K.H.. A. Dahlan. Mulanya sebagai

bagian dari Departemen Pendidikan Muhammadiyah. Pada tahun 1926, Kongres

Muhammadiyah memutuskan untuk membentuk departemen khusus bagi gerakan kepanduan

yang diberi nama Majlis Hizbul Wathon.

Page 57: PERJUANGAN GERAKAN PEMUDA ISLAM INDONESIA PADA …

untuk segera menikah, dan untuk istri sudah dipilihkan. Namun Harjono

merasa terlalu muda untuk menikah dan semangatnya untuk menimba ilmu

masih tinggi. Hal inilah yang mendorong Harjono untuk berangkat ke Jakarta

selain juga untuk menghindar dari keinginan orang tuanya.88

Kehidupan barunya di Jakarta diisi dengan mengikuti kursus bahasa

Jepang, di jalan Cilacap, Cikini. Dan tinggal sementara di rumah tantenya.

Untuk mengurangi beban yang ditanggung tantenya, Harjono berusaha

mencari pekerjaan dan pondokan, dan ia kemudian berhasil mendapatkan

pondokan baru yaitu asrama Kramat 19, yang kemudian Balai Muslimin

Indonesia dan asrama mahasiswa Sekolah Tinggi Islam. Menyusul setelah

Harjono mendapatkan pondokan baru, pada tahun 1943 ia pun mendapatkan

pekerjaan sebagai staf perpustakaan di Gunseinkabu Soombu Chosashitsu

(Biro Pusat Statistik) yang berkantor di jalan Dr. Soetomo.

Tempaan pendidikan agama dan tauhid yang kuat dari kedua orang

tuanya, dan latar pendidikan di Muallimin Muhammadiyah, membuat Harjono

kukuh dan lebih memilih keluar dari pekerjaannya. Faktor yang membuatnya

lebih memilih keluar dari pekerjaannya adalah adanya kewajiban bagi para

pegawai untuk melakukan Saikerei: yaitu upacara menghormati Tenno Heika

yang dianggap sebagai putra Dewa Matahari, dengan cara membungkukkan

badan sebagaimana rukuk, dalam shalat ke arah Timur Laut. Bahkan sekali

waktu seluruh karyawan BPS diwajibkan untuk hadir di Chureido, tempat

penyimpanan abu prajurit Jepang, di gereja Immanuel dan diwajibkan

memberi hormat kepada abu para prajurit Jepang tersebut.89

88 Ibid., h. 32.

89

Ibid., h. 33.

Page 58: PERJUANGAN GERAKAN PEMUDA ISLAM INDONESIA PADA …

Kegundahan rohani akibat kewajiban ber-seikerei, membuatnya merasa

ada beban batin. Maka ia pun berusaha mencari ketetapan ruhani dalam

shalat tahajud yang memang ia tidak pernah tinggalkan.

Upaya untuk mencari ketenangan dan ketetapan hati memperoleh suatu

keputusan, Harjono akan meneruskan mempelajari ilmu keagamaan, dan

lembaga yang dipilihnya ialah pesantren yang paling berpengaruh ketika itu,

yakni Pondok Pesantren Tebuireng. Pesantren yang dipimpin oleh Hadratus

Syaikh K.H. Hasyim Asy’ari (1871 – 1947). Pondok Pesantren Tebuireng

yang terletak di desa Cukir, kurang lebih 8 kilometer sebelah tenggara kota

Jomnbang, Jawa Timur,90

didirikan oleh Kiyai Hasyim pada tahun 1899 dan

diakui resmi oleh Pemerintah Belanda pada tanggal 6 Februari 1906.91

Pesantren Tebuireng menjadi terkenal bukan saja karena peranannya

yang menentukan di dalam pembentukkan dan pengembangan Jam’iyyah

Nahdlathul Ulama (NU) yang sejak didirikannya pada tahun 1926 telah

mengambil bagian yang cukup penting dalam kehidupan politik di

Indonesia,92

tetapi juga karena didirikannya Pondok Pesantren ini telah

memperlihatkan kecendrungannya yang amat kuat terhadap pembaharuan

materi dan metode pengajarannya.

Bagi Harjono yang terbiasa dengan model pendidikan sekolah, masuk

pesantren dan menjadi santri sama artinya dengan menjalankan kehidupan

baru. Karena itulah dia mempersiapkan diri lahir batin menjelang

keberangkatannya ke Pesantren. Selama Harjono menuntut ilmu di pesantren

90 Dhofier Zamakhsyari, Tradisi Pesantren Studi Tentang Pandangan Hidup Kiyai,

(LP3ES, Jakarta, 1982), Cet. Ke-2, h. 100.

91 Aboebakar, Sejarah Hidup K.H.A. Wahid Hasjim...., h. 77.

92

Hakiem, Perjalanan Mencari...., h. 35.

Page 59: PERJUANGAN GERAKAN PEMUDA ISLAM INDONESIA PADA …

tersebut, pada tahun 1916-1919 terjadi reformasi dan pembaharuan dalam

pendidikan pesantren Tebuireng tersebut yang dimotori oleh K.H. Wahid

Hasjim dan Kiyai Ma’shum.93 Semenjak reformasi dan pembaharuan mata

pelajaran dengan dimasukkannya pelajaran umum di pesantren Tebuireng,

Harjono kemudian di percaya untuk mengajar pelajaran umum semisal: Ilmu

Bumi, Sejarah, dan Bahasa Jepang. Yang pada awalnya Harjono sudah

menguasai pelajaran tersbut.

Di pesantren Tebuireng Hrjono juga dizinkan untuk mengikuti pengajian

sorogan langsung kepada Hadratus Syaikh Hasyim Asya’ri, padahal hanya

para Gus (keturunan Kiai/kerabat dekat Hadratus syaikh) yang kala itu

mengikuti pengajian sorogan.94

Meskipun demikian, Harjono mendapatkan

pengalaman yang tidak baik di pesantern pada awal ia masuk, ia sempat

dicurigai lantaran namanya Harjono bermata sipit berkepala plontos serta

mampu bahasa Jepang, akhirnya Harjono bertekad menambahkan nama

depannya dengan Anwar, jadilah nama lengkapnya Anwar Harjono.95

Pada awal tahun 1945, Masyumi membuat dua keputusan: Pertama

membentuk barisan Mujahidin dengan nama Hizbullah. Kedua mendirikan

perguruan tinggi Islam dengan nama Sekolah Tinggi Islam (STI). Sebagai

tindak lanjut dari keputusan mendirikan STI, pada bulan April 1945 Masyumi

mengundang para ulama dan cendikiawan muslim dari berbagai kalangan

swasta dan pemerintah untuk lebih mengkonkritkan rencana tersebut.96

93 Dhofier, Tradisi Pesantren...., h. 104.

94

Metode Sorogan adalah metode yang bersifat individual, dimana sang santri mengaji

kitab tertentu dan membacakannya di depan Kiyai atau asistennya.

95 Ibid., h. 41.

96

Ibid., h. 42.

Page 60: PERJUANGAN GERAKAN PEMUDA ISLAM INDONESIA PADA …

Berita dibukanya STI di Jakarta, sampai juga ke telinga Harjono di

Tebuireng. Dulu ketika Dr. Satiman Wirjosandjojo mendirikan perguruan

tinggi Islam yang disebut Pesantren Luhur di Surakarta, ayahanda Harjono

ingin sekali memasukkan anak sulungnya ke sana. Niat itu tidak terlaksana,

karena Pesantren Luhur itu keburu ditutup. Kini ketika Harjono mendengar

STI dibuka, perhatiannya dituju kesana. Yang pada waktu itu Harjono sudah

setahun nyantri di Tebuireng.

Hasratnya ingin masuk ke STI dikemukakan kepada Kiyai Wahid Hasjim

yang ternyata memberi dukungan penuh. Maka Harjono pun pergi ke Jakarta

untuk masuk STI. Setibanya di Jakarta Harjono bertemu Rektor STI, K.H.A.

Kahar Muzakir. Bekas Direktur Muallimin Muhammadiyah Yogyakarta yang

telah lama mengenal Harjono. Kemudian Anawar Harjono menjadi mahasiswa

Sekolah Tinggi Islam dan tinggal di Balai Muslimin97, jalan Kramat Raya 19.

c. Persepektif Anwar Harjono Tentang Pancasila Dan Piagam Jakarta

(Pembukaan UUD 1945)

Pendirian Harjono yang sangat tegas mengenai konstitusi negara

Indonesia, sesungguhnya bukanlah hal baru. Dan bukan soal yang

mengherankan bagi Harjono, sepanjang menyangkut Pancasila sebagai

falsafah dasar negara, sejak diproklamasikan kemerdekaan tidak ada satu

partai Islam pun yang ragu-ragu menyatakan penerimaannya. Penerimaan itu

tidak dilakukan sebagai taktik. Umat Islam menerima Pancasila, adalah karena

97 Balai Muslimin pada saat itu sebagai salah satu markas perjuangan nasional dan dalam

perkembangan sejarahnya Balai Muslimin sebagai tempat lahirnya G.P.I.I.. Di Jakarta pasca

Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia terdapat tiga markas pergerakan Nasional yaitu:

Menteng Raya 31, Prapatan 10, dan Kramat Raya 19, ketiganya sangat berperan di dalam

Perjuangan Kemerdekaan Republik Indonesia.

Page 61: PERJUANGAN GERAKAN PEMUDA ISLAM INDONESIA PADA …

pertimbangan-pertimbangan yang asasi, yakni karena asas Islam dapat

menerima Pancasila.

Sikap Harjono terhadap Pancasila, dalam tulisannya yang berjudul

”Piagam Jakarta dan Persepektifnya dalam Perundang-undangan Nasional

Kita”. Bagi Harjono, Piagam Jakarta adalah perumusan Kompromis atau

gentlemen agreement antara golongan Islam dan golongan Kebangsaan.98

Bagi Harjono, berdasarkan keterangan di atas, jelaslah ada “faktor luar” yang

sangat kuat sekali yang mempunyai daya menentukan, sehingga mampu

”membongkar” sama sekali perumusan kompromis yang dengan susah payah

telah dihasilkan oleh Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan melalui

Panitia Sembilan yang mereka bentuk. Apa dan siapa sebenarnya ”Faktor luar

yang mempunyai daya menentukan sehingga mampu membongkar sama

sekali gentlemen agreement itu”, menurut Harjono perlu diselidiki dengan

cermat dan serius.99

Menurut Harjono Piagam Jakarta kerap kali diidentikan dengan ide

Negara Islam dalam pengertian yang juga tidak tepat, padahal sepanjang

sejarah, belum pernah ada satu partai Islam pun yang mencantumkan

tujuannya untuk membentuk negara Islam. Harjono mengingatkan,

menghidup-hidupkan kembali masalah sikap umat Islam terhadap Pancasila

dalam konotasinya yang negatif, pada waktu negara dan bangsa sedang berada

dalam taraf pembangunan sekarang ini, adalah sungguh tidak bijaksana.

Lebih-lebih karena MPRS sendiri dalam sidang IV tahun 1966 dengan

ketetapan No. XX/MPRS/1996 telah mempertegas kedudukan hukum Piagam

98 Hakiem, Perjalanan Mencari...., h. 340.

99

Ibid., h. 342.

Page 62: PERJUANGAN GERAKAN PEMUDA ISLAM INDONESIA PADA …

Jakarta, maka membongkar kembali kesepakatan itu semata-mata berdasarkan

pertimbangan-pertimbangan machts-politik yang bersifat sangat insidental,

hanya akan menimbulkan dampak nasional serius.100

Karena itu, Harjono menegaskan kembali pendiriannya, sikap umat Islam

terhadap Pncasila sebagai filsafat dasar negara tidak perlu diragukan lagi.

Jangankan mengenai Pncasila, hasil ciptaan manusia, ujar Harjono,

”sedangkan mengenai wahyu-wahyu Tuhan sendiri orang dapat berbeda-beda

dalam penafsiran dan pengamalannya.” karena itu, perbedaan-perbedaan

penafsiran dan pengamalan Pancasila, bukan saja terjadi antara golongan

Islam dengan golongan-golongan lainnya, melainkan juga terjadi dalam

golongan Islam masing-masing, bahkan juga di dalam golongan-golongan

lainnya. ”Maka itu, dalam hal ini yang diperlukan ialah kelapangan dada dari

segala pihak, baik secara perorangan maupun golongan”. Tegas Harjono.

Pertanyaannya kemudian, apakah dengan dicoretnya tujuh kata dari

rumusan Pancasila yang pertama, Syari’at Islam menjadi kehilangan hak

hidupnya di Indonesia, dan dengan demikian mustahil dilaksanakan oleh

rakyat Indonesia yang beragama Islam? Menjawab pertannyaan ini, Harjono

lebih dulu mengemukakan fakta perumusan Pancasila yang dalam sejarah

mengalami beberapa kali perubahan: (1) Perumusan pertama pada tanggal 22

Juni 1945, (2) Perumusan kedua pada tanggal 18 Agustus 1945, (3)

Perumusan ketiga pada tanggal 6 Februari dan 15 Agustus 1950, dan (4)

Perumusan keempat pada tanggal 5 Juli 1959.101

100 Ibid., h. 343.

101

Ibid., h. 344.

Page 63: PERJUANGAN GERAKAN PEMUDA ISLAM INDONESIA PADA …

Melihat berbagai perubahan rumusan itu, Harjono berpendapat bahwa

sebenarnya yang diperjuangkan oleh umat Islam selama ini, dengan tidak

memandang partai tempatnya menyalurkan aspirasi politik, adalah masih tetap

dalam rangka penerimaannya terhadap Pancasila sebagai falsafah negara yang

mengikat kita semuanya sebagai bangsa.

Sambil mengingatkan agar jangan mempertentangkan Syari’at Islam

dengan Pancasila, Harjono merujuk penegasan agar Perdana Menteri Djuanda

ketika menjawab pertanyaan anggota DPR, Ahmad Sjaichu, sehubungan

dengan bunyi konsideran Dekrit 5 Juli, bahwa kepada perkataan ”Ketuhanan

Yang Maha Esa” dalam pembukaan UUD 1945, dapat diartikan ”Ketuhanan

dengan kewajiban bagi umat Islam untuk melaksanakan Syari’at Islam Islam”,

sehingga dasar itu dapat diciptakan perundang-undangan bagi para pemeluk

agama Islam yang disesuaikan Syari’at Islam.102 Harjono kemudian menunjuk

beberapa kasus ”perbenturan” antara pihak yang mengatur dengan pihak yang

diatur, akibat diabaikannya hal-hal di luar kekuasaan badan pembuat undang-

undang:

1. Proses terjadinya Undang-undang Perkawinan yang dimulai dengan RUU

yang bersifat sekuler, dan tidak menentu departemen mana yang

mengajukannya sebagai RUU ke DPR.

2. Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan yang membakar buku-

buku Pendidikan Moral Pancasila.

3. Proses terjadinya Undang-undang Pradilan Agama yang banyak menarik

perhatian agama, khususnya pihak-pihak non-Islam.

102 Mr. Mohammad Yamin, Naskah Persiapan Undang-undang Dasar 1945, (Jakarta:

Jajasan Prapanca, 1959), h. 621.

Page 64: PERJUANGAN GERAKAN PEMUDA ISLAM INDONESIA PADA …

4. Proses terjadinya Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional yang

semula berjiwa sekuler, dan kemudian dapat memenuhi hasrat

ummat.

5. Reaksi-reaksi Masyarakat terhadap aturan-aturan Direktur Jendral

Pendidikan Dasar dan Menengah yang melarang murid sekolah memakai

kerudung/jilbab sesuai keyakinan agama mereka yang kemudian ditinjau

kembali, sehingga tidak bertentangan dengan UUD.

Semua itu menurut Harjono, sekedar mengilustrasikan bagaimana harga

yang harus dibayar jika peraturan dibuat hanya berdasarkan kemauan mereka

yang berada di eksekutif/legislatif. Dan itu terjadi tidak salah lagi, karena

secara sadar maupun tidak sadar, mereka yang berwewenang membuat

undang-undang mengabaikan jiwa dan semangat konstitusi negara. Juga

aspirasi yang hidup di dalam qalbu mayoritas rakyat Indonesia.

D. Kontribusi Harsono Tjokroaminoto dan Anwar Harjono Di dalam

G.P.I.I.

c. Harsono Tjokroaminoto

Untuk memahami kontribusi Harsono Tjokroaminoto serta usaha-usaha

yang dilakukannya bagi perkembangan G.P.I.I., maka perlu dipahami terlebih

dahulu dari pemikirannya. Ditegaskan oleh Harsono sebagai berikut:

”Di dalam zaman kemerdekaan Indonesia saya membangun bukan

untuk melawan, bukan untuk memberontak dan memecah belah kekuatan-kekuatan, tetapi saya membangun negara yang biasa disebut dengan Istilah

state dan nation building. Saya tidak memecah dan memberontak, melainkan dengan senjata ampuh yang saya miliki yaitu dengan jiwa Islam

dan dengan bekal ideologi dan falsafah negara Pancasila saya ikut

Page 65: PERJUANGAN GERAKAN PEMUDA ISLAM INDONESIA PADA …

membangun suatu bangsa dan negara Indonesia, yang merdeka dan

berdaulat”.103

Menurut Harsono Tjokroaminoto ”Nasionalisme sudah tertanam

dalam jiwa bangsa Indonesia sejak dahulu dan oleh karenanya kita pergunakan

sebagai alat pengikat persatuan. Sedangkan agama adalah landasan

utamanya”.104

Unsur agama bagi G.P.I.I. memang merupakan sendi utamanya

sebagai landasan, tetapi untuk keluar yaitu pengembangan dan pembinaan

terhadap persatuan bangsa Indonesia maka rasa nasionalisme itu harus lebih

dipertajam, lebih-lebih menjelang saat-saat yang sudah dapat diperhitungkan,

saat rakyat Indonesia akan merdeka.

Kedua sendi tersebut yaitu Islamisme dan Nasionalisme selalu dipegang

teguh oleh Harsono Tjokroaminoto sehingga kedua sendi tersebut diterapkan

pula di dalam Gerakan Pemuda Islam Indonesia yang pernah dipimpinnya. Hal

ini bisa dilihat ketika G.P.I.I. berdiri pada tanggal 2 Oktober 1945, Ketua

Umumnya yang pertama yaitu Harsono Tjokroaminoto telah berhasil

merumuskan Anggaran Dasar Gerakan Pemuda Islam Indonesia yang

menjelaskan bahwa Gerakan ini mendukung semangat Nasionalisme di dalam

berjuang mempertahankan kemerdekaan Indonesia, adapun Anggaran Dasar

G.P.I.I. yang mencerminkan semangat tersebut ialah sebagai berikut: Fasal 4

”Gerakan Pemuda Islam Indonesia membela kesempurnaan Agama Islam dan

menentukan haluan perjuangan Pemuda Islam Indonesia untuk

mempertahankan serta menyempurnakan Negara Republik Indonesia merdeka

yang berdasarkan ke-Tuhanan Yang Maha Esa”.105

Terlihat jelas bahwa

103 Soebagijo I.N., Mengikuti Jejak...., h. 277.

104 Harsono, Menelusuri jejak...., h. 56.

105

“Anggaran Dasar G.P.I.I.,” Kedaulatan Rakyat, 29 November 1945, h. 2.

Page 66: PERJUANGAN GERAKAN PEMUDA ISLAM INDONESIA PADA …

tujuan dari perjuangan G.P.I.I. yaitu berdasarkan falsafah Pancasila yaitu sila

ke 1 (satu) Ketuhanan Yang Maha Esa.

Berdasarkan fakta di atas. Pemikiran Harsono Tjokroaminoto mengenai

Islamisme dan Nasionalisme ternyata memberikan implikasi bagi dirinya

terhadap perjuangan di dalam masa-masa awal kemerdekaan. Salah satunya

ialah, kontribusinya yang sangat besar sekali di dalam Gerakan Pemuda Islam

Indonesia pada masa awal kemerdekaan Republik Indonesia yaitu ketika

Harsono Tjokroaminoto dipercaya untuk memberikan sebuah nama bagi

pergerakan pemuda Islam.

Pada saat itu Harsono Tjokroaminoto ditugaskan oleh pemuka Masjumi

yang berkumpul disatu Hotel di jalan Kramat di sebelah stasiun trem untuk

mengadakan suatu musyawarah. Beberapa Pemuka Islam antara lain: dr.

Soekiman, Abikusno Tjokrosujoso, Abdul Kahar Muzakkir, Kiai Haji Mas

Mansur, Zainul Arifin, dan Wahid Hasjim. Pertemuan tersebut membicarakan

serta merencanakan bagaimana cara mempersatukan semua pergerakan

pemuda Islam yang ada kedalam satu wadah tunggal.106

Harsono Tjokroaminoto memberikan sebuah nama gerakan bagi pemuda

Islam, yaitu Gerakan Pemuda Islam Indonesia, nama tersebut tidak serupa

dengan nama-nama yang sudah lampau dan juga hendaknya tidak berbau

partai politik, tetapi tetap mempunyai watak suatu gerakan pemuda yang

dinamis sifatnya dan bernafaskan Islam. Pada bulan Oktober 1945 lahirlah

dengan resmi satu wadah tunggal pemuda-pemuda Islam yang ada di seluruh

Indonesia.

106 Sejarah Lisan, Menelusuri Jejak...., h. 127.

Page 67: PERJUANGAN GERAKAN PEMUDA ISLAM INDONESIA PADA …

Kontribusi Harsono Tjokroaminoto ternyata tidak hanya memberikan

sebuah nama gerakan bagi pemuda Islam seluruh Indonesia. Akan tetapi,

kelahiran Organisasi G.P.I.I pada awal kemerdekaan ternyata memberikan

kedudukan bagi Harsono Tjokroaminoto sebagai Ketua Umum yang pertama.

Hal itu sejalan dengan kiprah dan kontribusi Harsono Tjokroaminoto di dalam

pergerakan pemuda pada umumnya dan pergerakan pemuda Islam pada

khususnya.

d. Anwar Harjono

Sejak G.P.I.I. berdiri pada tanggal 2 Oktober 1945 di Jakarta, Anwar

Harjono terus terlibat di dalamnya. Anwar Harjono mula-mula muncul sebagai

Sekretaris Umum PP G.P.I.I., ketika Ketua PP G.P.I.I. berpindah dari Harsono

Tjokroaminoto. Posisi sebagai sekretaris dimasa itu agaknya memang pas

dengan temperamen Anwar Harjono yang tenang, karena itulah ketika G.P.I.I.

memperluas kiprahnya, Harjono sebagai orang G.P.I.I. ditunjuk mewakili

G.P.I.I. sebagai sekretaris. Seperti di Dewan Mobilisasi Pemuda Islam

Indonesia Harjono sebagai salah satu perwakilan dari G.P.I.I. yang ditunjuk

sebagai Sekretaris demikian pula di dalam Benteng Republik yang dibentuk

oleh berbagai partai dan organisasi yang menentang perjanjian Linggar Jati.

Namun demikian, posisi sekretaris tidak selamanya dijabat oleh Anwar

Harjono. Semenjak menghadapi agresi Belanda kedua Harjono meninggalkan

posisi sekretaris. Mula-mula Harjono ditunjuk sebagai Ketua PP G.P.I.I.

Darurat ketika menghadapi agresi Belanda II, setelah Belanda menyerah,

mandat Ketua PP G.P.I.I diserahkan kembali oleh Anwar Harjono, dalam

Page 68: PERJUANGAN GERAKAN PEMUDA ISLAM INDONESIA PADA …

kepengurusan yang diperbaharui, Anwar Harjono dipercaya menjadi Ketua I.

Tidak hanya di situ saja, ketika G.P.I.I. memperluas kiprahnya Anwar

Harjono sebagai perwakilan dari G.P.I.I. dipercaya menjadi Ketua di dalam

Front Nasional Pemuda (FNP).

Kontribusi Anwar Harjono bagi G.P.I.I. dapat dilihat dari Kongres ke

Kongres G.P.I.I. sebagai Berikut:107

Kongres Pertama diselenggarakan di Surakarta pada tanggal 25-26

Desember 1945, Anwar Harjono dalam kepengurusan pada periode tersebut

menjabat sebagai Sekretaris Umum.

Pada tanggal 15 Maret 1946, PP G.P.I.I. mengumumkan mobilisasi

pemuda Islam untuk menghadapi agresi militer Belanda II. Masuknya G.P.I.I.

ke Benteng Republik Indonesia dan terbentuknya Dewan Mobilisasi Pemuda

Islam Indonesia, menempatkan posisi Anwar Harjono sebagai salah satu

perwakilan dari G.P.I.I. sebagai Sekretaris di dalam kedua badan perjuangan

tersebut.

Kongres Kedua diselenggarakan di Yogyakarta pada tanggal 13-15 Maret

1947. Keputusan-keputusan antara lain: (1) menyatakan hubungan kerja sama

dengan Masyumi, (2) Berusaha mengambil inisiatif untuk menyelenggarakan

Kongres Pemuda Islam seluruh dunia, (3) Karena perbedaan pandangan

politik yang prinsipil dengan BKPRI, memutuskan supaya G.P.I.I. keluar dari

BKPRI. (4) Memilih Harsono Tjokroaminoto sebagai Ketua Umum G.P.I.I.,

dengan pengertian susunan kepengurusan yang lain tidak berubah. Di dalam

kepengurusan tersebut, Anwar Harjono tetap sebagai Sekretaris Umum.

107 Lukman Hakiem, Perjalanan Mencari...., h. 126-127.

Page 69: PERJUANGAN GERAKAN PEMUDA ISLAM INDONESIA PADA …

Kongres Ketiga diadakan di Surakarta pada tanggal 23-25 April 1948.

Kongres antara lain memutuskan G.P.I.I. Menolak perjanjian Renville. Pada

periode inilah Anwar Harjono ditunjuk menjadi Ketua PP G.P.I.I. Darurat.

Kongres Kempat diselenggarakan di Semarang pada tanggal 15-21 Maret

1950. Pada kongres tersebut membicarakan ikhtiar membangun kembali

organisasi G.P.I.I. setelah selesai revolusi fisik. Juga diambil keputusan-

keputusan mengenai soal-soal politik, keamanan dan lain-lain. Perlu dicatat

pula pada periode ini Anwar Harjono menjabat sebagai Wakil Ketua I.

Demikianlah kiprah Anwar Harjono di dalam organisasi G.P.I.I. dari awal

berdirinya sampai masa revolusi fisik berakhir. Beliau selalu aktif di dalam

organisasi tersebut dan memberikan kontribusi yang tidak sedikit, sehingga

hal tersebut terlihat dari kemajuan yang dicapainya dengan diberikannya

kepercayaan sebagai Sekretaris Umum dan akhirnya menjadi Ketua PP

G.P.I.I.

Page 70: PERJUANGAN GERAKAN PEMUDA ISLAM INDONESIA PADA …

BAB IV

PERJUANGAN GERAKAN PEMUDA ISLAM INDONESIA PADA

MASA REVOLUSI FISIK 1945-1949

Sesudah proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 timbulah keinginan

dan gelombang kegembiraan baru dikalangan rakyat, terutama pemuda dan

setiap warga negara, yaitu menganggap bahwa sudah menjadi tugasnyalah

untuk melindungi Republik Indonesia dan kemerdekaan yang baru saja

direbut.108

Perjuangan para pemuda Islam melalui wadah G.P.I.I. yang

berpusat di Balai Muslimin adalah sebagai salah satu representasi nyata di

dalam usaha mempertahankan kemerdekaan Indonesia yang baru merdeka.

Perjuangan G.P.I.I. Tidak mungkin dapat dipisahkan dari Balai Muslimin itu

sendiri, sebab dari Balai Muslimin pula arus pergerakan pemuda Islam dimulai

dengan direalisasikannya G.P.I.I. sebagai wadah perjuangan dan Balai

Musliminlah sebagai tempat lahirnya G.P.I.I. sekaligus sebagai markas G.P.I.I.

pada awal-awal kemerdekaan Republik Indonesia.

Perjuangan Politik G.P.I.I. dapat dilihat di dalam organisasi kepemudaan,

G.P.I.I. mencoba membendung pengaruh komunis (Pesindo). Di dalam usaha

membendung pengaruh Komunis, G.P.I.I. dan organisasi pemuda lainnya

membentuk satu wadah yang disebut BKPRI (Badan Kongres Pemuda

Republik Indonesia), BKPRI ini adalah hasil dari penolakan organisasi G.P.I.I.

dan organisasi lainya yang tidak mau difusikan dengan organisasi Pemuda

Sosialis Indonesia (Pesindo).109

108 P.R.S. Mani, Jejak Revolusi 1945…., h. 87.

109

H. Ridwan, Pemuda Islam...., h. 61.

58

Page 71: PERJUANGAN GERAKAN PEMUDA ISLAM INDONESIA PADA …

Untuk lebih memperkuat barisan umat Islam pada tanggal 26 Oktober

1946, Gerakan Pemuda Islam Indonesia di dalam mempertahankan

kemerdekaan menyatukan langkah dengan merealisasikan Dewan Mobilisasi

Pemuda Islam Indonesia, bersama Markas Tertinggi Sabililillah atas nama K.H.

Masjkur, Zainul Arifin atas nama Markas Tertinggi Hizbullah dan R. H.

Benjamin atas nama PP G.P.I.I..110

A. Berjuang Melalui Balai Muslimin Kramat Raya 19

Peranan pemuda dan mahasiswa di dalam perjuangan mempertahankan

kemerdekaan Republik Indonesia sangat besar kontribusianya. Fakta itu bisa

dilihat dari eksistensi para pemuda pada awal-awal kemerdekaan Indonesia

yang di analisis oleh seorang peneliti yang bernama Bend Anderson, ia

mengatakan bahwa:

“Ia menemukan keterangan-keterangan mutakhir dari orang-orang

Indonesia, Belanda dan Inggris sama-sama menekankan bahwa peranan inti pada awal pecahnya revolusi itu diambil, bukan oleh para

cendekiawan yang terasingkan, bukan juga terutama oleh kelas-kelas

tertindas, melainkan oleh kaum muda, atau sebagaimana orang-orang

Indonesia menyebutnya mereka, Pemuda”.111

Eksistensi para pemuda, bisa dilihat dari munculnya organisasi-organisasi

lokal di kota-kota. Didirikannya organisasi-organisasi tersebut ialah untuk

menghimpun potensi pemuda yang akan merealisasi isi Proklamasi khususnya

untuk merealisasi apa yang tercantum di dalam naskah Proklamasi, adapun isi

naskah Proklamasi tersebut adalah sebagai berikut: “Hal-hal yang mengenai

pemindahan kekuasaan dan lain-lain, diselenggarakan dengan cara seksama dan

110 Anwar Harjono dan Lukman Hakiem, Di Sekitar Lahirnya...., h. 126.

111 Ben Anderson, Revolusi...., h. 15.

Page 72: PERJUANGAN GERAKAN PEMUDA ISLAM INDONESIA PADA …

dalam tempo yang sesingkat-singkatnya.”112

Atas dasar ini, pemudalah satu-

satunya kekuatan yang sanggup dan dalam tahun khususnya 1945-1946 yang

sanggup merealisasikan pemindahan kekuasaan secara fisik dan nyata.

Pada masa dewasa itu di Jakarta telah dibentuk organisasi pemuda yang

maksud serta tujuannya memberi dukungan kepada Republik Indonesia yang

baru berdiri. Namun, organisasi pemuda yang baru berdiri tadi ternyata tidak

mewakili pemuda Islam dan tidak ada tanda-tanda bernafaskan ke-Islam-an.

Padahal, dalam negara merdeka yang namanya Republik Indonesia, umat Islam

merupakan mayoritas dan justru kerenanya sudah sewajarnyalah apabila

pemuda Islam yang mempunyai wadah sendiri ikut dalam mempertahankan

kelangsungan hidup negara yang masih muda itu. 113

Untuk merealisasikan cita-cita tersebut, para pemuda Islam pada tanggal 2

Oktober 1945 mengadakan pertemuan yang dihadiri antara antara lain: para

Mahasiswa Sekolah Tinggi Islam, pemuda-pemuda Islam di Jakarta dan para

pemuka Islam yang dapat dicapai ketika itu. Pertemuan itu diadakan di gedung

Kramat Raya No. 19 di Jakarta yang dinamakan Balai Muslimin Indonesia.

Rapat pembentukkan pada 2 Oktober 1945 itu dimulai pada pukul 4.30 sore.

Setelah diadakan pertukaran pikiran seperlunya, maka disetujuilah mendirikan

organisasi pemuda Islam yang dicita-citakan itu dan diberi nama Gerakan

Pemuda Islam Indonesia (G.P.I.I.).114

Perjuangan para pemuda Islam melalui wadah G.P.I.I., tidak mungkin

dapat dipisahkan dari peranan Balai Muslimin itu sendiri. Sebab dari Balai

Muslimin pula arus pergerakan pemuda Islam dimulai dengan direalisasikannya

112

A. Dahlan Ranuwihardjo, S.H., Pergerakan Pemuda...., h. 8.

113

Subagijo I.N., Harsono Tjokrominoto Mengikuti...., h. 82-85. 114

H. Aboe Bakar, Sejarah Hidup K.H.A. Wahid Hasjim...., h. 449.

Page 73: PERJUANGAN GERAKAN PEMUDA ISLAM INDONESIA PADA …

G.P.I.I. sebagai wadah perjuangan dan Balai Musliminlah sebagai tempat lahir

G.P.I.I. sekaligus sebagai markas G.P.I.I. pada awal-awal kemerdekaan.

Di dalam perkembangan lebih lanjut, perjuangan G.P.I.I. melalui Balai

Muslimin direalisasikan dengan bersedianya Markas Balai Muslimin dijadikan

tempat untuk sidang II KNIP115 dan para penghuni Balai Musliminlah yang

aktif mempersiapkan pelaksanaan sidang II KNIP.116

Ketika Sekretaris Wakil

Presiden, I. Wangsawidjaja datang ke Balai Muslimin untuk memberitahukan

bahwa pemerintah akan mempergunakan Balai Muslimin sebagai tempat

bersidang KNIP, dan meminta agar para mahasiswa STI mempersiapkan ruang

sidang dan menjaga kemanan selama sidang berlangsung; para mahasiswa STI

yang notabene adalah para nggota G.P.I.I. dengan sigap melaksanakan

permintaan tersebut.117 Pada masa itu di Jakarta mulai memanas, sering kali

terjadi insiden antara para pejuang kemerdekaan dengan tentara Jepang maupun

dengan pasukan NICA, hal tersebut membuat G.P.I.I. seluruhnya

mengamankan Balai Muslimin dengan ekstra ketat. Menurut kesaksian

Sobagijo I. N. di Balai Muslimin sendiri tidak luput dari pasukan NICA, lebih

lanjut ia menceritakan sebagai berikut:

“Pada suatu ketika seorang anggota PETA sedang menawar barang

di kaki lima dengan tanpa sebab ditembak. Prajurit PETA itu terjatuh

dan diusung masuk ke Balai Muslimin yang waktu itu dipergunakan

juga sebagai tempat penginapan bagi anggota KNIP dari seberang, dan

dalam tempo sekejap terjadi tembak-menembak. Begitulah yang terjadi

setiap hari di awal revolusi di Balai Muslimin”.118

115 KNIP yang membantu Presiden dalam melaksanakan kekuasaan sebelum MPR, DPR,

dan Dewan Pertimbangan Agung sebelum di bentuk, karena tanggal 17 Agustus semua bekas

anggota Panitia Persiapan Kemerdekaan ditetapkan menjadi anggota KNIP. Untuk lebih lanjut

lihat buku Dr. Ir. Soekarno dan KH. Ahmad Dahlan, Tokoh-tokoh Pemikir Paham Kebangsaan,

Depdikbud, Jakarta, 1999, h. 57-58.

116

Anwar dan Hakiem, Di Sekitar Lahirnya..., h. 131.

117

Anwar dan Hakiem, Di Sekitar Lahirnya..., h. 54 -55.

118 Ibid., h. 135-136; lihat juga buku Lukman Hakiem, Perjalanan Mencari Keadilan dan

Persatuan Biografi DR. Anwar Harjono, S.H., (Jakarta: Media Da’wah, 1993), h. 78.

Page 74: PERJUANGAN GERAKAN PEMUDA ISLAM INDONESIA PADA …

Sidang II KNIP yang berlangsung di Balai Muslimin pada tanggal 15, 16,

dan 17 Oktober 1945, sidang yang dihadiri kira-kira 120 orang anggota dari

berbagai daerah di Jawa, yang disaksikan oleh wakil Presiden Mohammad

Hatta dan menteri-menteri itu betul-betul mencerminkan suasana revolusi.119

Pada hakekatnya rapat KNI-P tanggal 16 Oktober 1945 di Balai Muslimin

yang bersejarah itu adalah mengambil segala kekuasaan yang masih bertumpuk

dalam tangan Presiden kedalam tangan KNI-P yang telah diangkat oleh

Presiden, walaupun resminya maklumat yang penting itu dikeluarkan dan

ditanda tangani oleh wakil Presiden.120 Adapun Maklumat tersebut adalah:

“Bahwa Komite Nasional Pusat, sebelum terbentuknya Majelis

Permusyawaratan Rakyat dan Dewan Perwakilan Rakyat diserahi

kekuasaan legislatif dan ikut menetapkan garis-garis besar daripada haluan negara. Serta menyetujui bahwa pekerjaan Komite Nasional

Pusat sehari-hari berhubung dengan gentingnya keadaan dijalankan oleh sebuah Badan Pekerja yang dipilih diantara mereka dan yang

bertanggung jawab kepada Komite Nasional Pusat”.121

Dengan demikian hasil rapat KNIP pada tanggal 16 Oktober 1945

berubahlah bentuk Komite Nasional Pusat yang mulanya hanya merupakan

badan pemusatan kehendak dan cita-cita mengobar-ngobarkan semangat dan

membantu pelaksanaan pemindahan kekuasaan ketangan Republik; sekarang

kekusaan badan itu bertambah dengan turut bertanggung jawab menetapkan

haluan politik negara. Jika Rapat II KNIP pada tanggal 16 Oktober 1945

memindahkan “kekuasaan rakyat” kepada KNIP, maka rapat tanggal 17

Oktober 1945, yang dipimpin oleh Mr. Latuhahary, memindahkan pimpinan

119 DR. A. H. Nasution, Sekitar Perang Kemerdekaan Indonesia jilid 2, (Bandung: PN

Balai Pustaka, 1976, h. 106.

120 Ibid., h. 107.

121

Ibid.

Page 75: PERJUANGAN GERAKAN PEMUDA ISLAM INDONESIA PADA …

kedalam tangan Sjahrir dan kawan-kawan.122

Pada rapat KNIP II yang

bersejarah di Balai Muslimin itu, menghasilkan beberapa keputusan, adapun

dari beberapa keputusan sidang tersebut ialah penggantian Ketua KNIP dari

Kasman ke tangan Sjahrir,123 Pembentukkan Badan Pekarja KNIP yang terdiri

dari wakil-wakil dari berbagai aliran dan golongan sehingga lebih

mencerminkan sifat demokrasi. Tokoh-tokoh muda seperti Mr. Sjafruddin

Prawinegara, Mohammad Natsir, dan Mr. Amir Sjarifuddin, diangkat menjadi

anggota BP-KNIP. Keputusan lain ialah membatalkan instruksi pemerintah

mengenai pembentukkan partai tunggal karena dianggap dapat membahayakan

sendi-sendi demokrasi.124

Perjuangan G.P.I.I. dalam mempertahankan kemerdekaan Republik

Indonesia melalui Balai Muslimin ternyata tidak hanya dalam soal

mengamankan dan memberikan tempat untuk bersidang saja, akan tetapi

memberikan ide dan merealisasikan dengan membentuk Pemuda Pelopor,125

ide pembentukkan Pemuda Pelopor yaitu melalui gagasan Abdul Karim Halim

Wakil Ketua I G.P.I.I. yang ketika itu ikut menyimak jalannya sidang II KNIP

di Balai Muslimin. Abdul Karim Halim yang notabne Wakil Ketua I G.P.I.I.

memberikan suatu gagasan yang membuat Sjahrir, Mohammd Hatta dan para

122 Ibid., h. 109.

123

Pemindahan jabatan dari ketua KNIP Kasman ke tangan Sjahrir ternyata sudah

direncanakan sedemikian rupa oleh Soekarnai dkk, pergantian tersebut dikarenakan Kasman

dianggap mengkhianati perjuangan pada hari-hari menjelang Proklamasi Kemerdekaan.

Kasman dituduh oleh Sukarni bertemu Pimpinan Tertinggi Militer Jepang Jawa-Madura, di

Bandung, Sukarni juga menuduh Kasman membiarkan PETA dilucuti senjatanya oleh Jepang.

Oleh karena itu Kasman tidak pantas memimpin KNIP. Setelah 37 tahun kemudian tuduhan itu

dibantah oleh Kasman dan Kasman menjawab secara resmi. Untuk lebih lanjut lihat buku DR.

Anwar Harjono, Perjalanan Politik Bangsa Menoleh Ke Belakang Menatap Masa Depan,

(Jakarta, Pen: Gema Insani Press, 1997), h. 74 -78.

124

Anwar dan Hakiem, Di Sekitar Lahirnya...., h. 55-56.

125

Rombongan pemuda yang berangkat ke luar Jawa ini dikenal dengan Barisan Pemuda

Pelopor atau Angkatan Pemuda Pelopor, karena Mr. Amir Sjarifuddin (Menteri Penerangan)

dan Mohammad Yamin menyebutnya Pemuda Pelopor.

Page 76: PERJUANGAN GERAKAN PEMUDA ISLAM INDONESIA PADA …

pemuda yang hadir memujinya dengan menyebutnya ide tersebut sangat baik.

Ide tersebut dimulai ketika Moehammad, M. Kamal, dan A. Karim Halim

sering ngobrol sambil mendengarkan pembicaraan sidang. M. Kamal

menceritakan bahwa asrama Prapatan 10 mulai berkurang penghuninya. Tiba-

tiba terpikir oleh Karim Halim, betapa baiknya kawan-kawan yang masih di

Jakarta dikirim ke daerah-daerah, seperti ke Sumatra, Sulawesi, Kalimantan,

dan lain-lain untuk Menggerakkan revolusi. Pada hari kedua Sidang KNIP,

Abdul Karim Halim menyampaikan gagasannya kepada Sjahrir dan juga Bung

Hatta yang kemudian ditanggapi dengan antusias oleh beliau, lebih lanjut Bung

Hatta mengatakan sebagai berikut: “Nyalakan dan bakar semangat rakyat untuk

mempertahankan kemerdekaan. Saya lebih rela Sumatra hangus terbakar, daripada

dijajah kembali oleh Belanda”.126

Mendapati respon yang sangat positif kemudian Karim Halim bekerja

dengan cepat, yaitu dengan membuka tempat pendaftaran di Balai Muslimin

bagi para pemuda yang berminat untuk bergabung, Kamal bekerja di Parapatan

10 mempersiapkan teman-temannya, Mohammad berkeliling ke pusat-pusat

berkumpulnya para pemuda pejuang yang ada di Jakarta untuk

menginformasikan rencana pengiriman para pemuda yang disebut sebagai

Pemuda Pelopor kedaerah-daerah untuk menggerakkan revolusi supaya seluruh

rakyat yang berada di daerah-daerah dapat ikut serta dalam People’s defence

(Pertahanan Rakyat).127

Setelah berita tersebar tidak beberapa lama kemudian, markas G.P.I.I.

yaitu Balai Muslimin dipenuhi oleh para pemuda, baik perorangan maupun

126 Ibid.

127

”Pemuda Pelopor,” Berita Antara, 25-7-1947, h. 10.

Page 77: PERJUANGAN GERAKAN PEMUDA ISLAM INDONESIA PADA …

wakil organisasi yang mendaftarkan diri dan para anggotanya. Dari Prapatan

10, Soetan Roesad mendaftarkan sejumlah nama: M. Kamal, Zakaria Raib,

Sojono Martosewojo, Soeparman, Hasjim Mahdan, Soetan Rosad, anas Asroel,

Chairul Anwar, Husaein Djakfar, Zoelaika Jasin, Jenni Anwar, dan lain-lain.

Persatuan Arab Indonesia (PAI) melalui surat yang ditanda tangani oleh A.R.

Baswedan mendaftarkan enam orang, masing-masing dua orang ditugaskan di

Palembang, Jambi, dan Medan. Ketua Ikatan Pemuda Pelajar Indonesia (IPPI),

Tatang Machmoed, mendaftarkan nama-nama anggotanya itu melalui telepon

dengan pesan bahwa para anggotanya itu akan bergerak dengan membawa

bendera sendiri, yaitu bendera IPPI. Adapun utuasan itu ialah Boeseno, Asmin

Nasution, Akmal Junus, Widia Latif, dan Zainal Abidin. I. Wangsawidjaja128

mendaftarkan A.S. Sumadi, Mariati Purwo, dan Nurlaila bersama ibunya.

Perseorangan yang mendaftarkan diri antara lain: Chairul Basri, Thaharuddin

Hamzah (Teha), S.K. Bonar Sitompul, Adanan Anas, Hasjim Rahman, dan

M.S. Ashar. Dan Dari Balai Muslimin sendiri adalah A. Karim Halim, M.

Sjarwani, Mahmud Idie, Adnan Sjamni, Hasjim, Masmimar Makkah, Darsaf

Rahman, dan Makmoer Haroen. Moehammad sebagai salah seorang

pemerakarsa, tidak jadi ikut serta ke Sumatera.129

Setelah para pemuda terdaftar, direncanakanlah pengiriman Pemuda

Pelopor tersebut. Rencana pengiriman Pemuda Pelopor dirundingkan lebih

lanjut oleh Moehammad, M. Kamal, dan Karim Halim di Gedung Jl.

Pengangsaan (kini Jl. Proklamasi No. 36) yang dirampas dari Jepang.

Moehammad membuat bagan organisasi seperti struktur organisasi kesatuan

128 I. Wangsawidjaja pada saat itu adalah Sekretaris Presiden Mohammad Hatta.

129

Anwar dan Hakiem, Di Sekitar Lahirnya...., h. 57.

Page 78: PERJUANGAN GERAKAN PEMUDA ISLAM INDONESIA PADA …

tentara; Komando, Strategi, Logistik, Perhubungan, dan lain-lain.130

Lebih

lanjut lagi dalam pertemuan anggota-anggota rombongan Pemuda Pelopor di

Balai Muslimin, terpilih sebagai panitia, adalah:131

Pimpinan: Ketua Umum : M. Kamal

Ketua I : A.S. Soemadi

Ketua II : A. Karim Halim

Sekretaris-Keuangan : M. Sjarwani

: Idham

Penerangan : Zakaria

: Masmiar Makkah

: Darsjaf Rahman

Strategi/Politik : Hasjim Machdan

: Sojono Martosewojo

: Soeparman

Perhubungan : Adnan Sjamni

: Soetan Roesad

Adapun tujuan terbentuknya Pemuda Pelopor tersebut ialah bertujuan untuk

Menggerakkan revolusi di daerah-daerah bersama-sama dengan rakyat di dalam

menghadapi penjajah sehingga di daerah masing-masing diharapkan dapat

terbentuk people’s defence. Hal tersebut diuraikan dalam Berita Antara sebagai

berikut: Segenap Pemuda Pelopor revolusi yang berjiwa patriot harus

130 Ibid., h. 100.

131

Ibid., h. 102.

Page 79: PERJUANGAN GERAKAN PEMUDA ISLAM INDONESIA PADA …

mencurahkan dan menyerahkan tenaganya secara ikhlas bagi segenap Djawatan

untuk membawa rakyat seluruhnya ikut serta dalam People’s Defence

(Pertahanan Rakyat).132

Menurut kesaksian H. Adnan Sjamni pada saat itu yang ikut dikirim sebagai

Pemuda Pelopor beliau mengatakan bahwa, tugas utama G.P.I.I. adalah

mengumpulkan para pemuda Islam Indonesia untuk mempertahankan

kemerdekaan. G.P.I.I. berkampanye, berpidato ke berbagai daerah, dan masuk

tentara. Bersama rombongan Pemuda Pelopor, H. Adnan Sjamni perwakilan

dari G.P.I.I. pergi ke Sumatera untuk Menggerakkan revolusi di sana. Ketika itu

Belanda ingin menguasai kembali Republik Indonesia, karena itu rombongan

Pemuda Pelopor harus memperkuat barisan. Orang-orang G.P.I.I. yang

bergabung di dalam Pemuda Pelopor dikirim kemana-mana untuk memperkuat

barisan rakyat. Di Palembang ada M. Sjarwani, salah seorang pendiri

G.P.I.I.,133 sedangkan Abdul Karim Halim Wakil Ketua I G.P.I.I. dan Adnan

Sjamni dikirim Ke Sumatera sebagai Pemuda Pelopor.134

132 ”Pemuda Pelopor,” Berita Antara, 25-7-1947, h. 10.

133 Anwar dan Hakiem, Di Sekitar Lahirnya...., h. 114.

134

Ibid., h. 77. Perlu dicatat bahwa Pengiriman kedua utusan G.P.I.I. yaitu Abdul Karim

Halim dan Adnan Sjamni di Sumatera, sebagai anggota G.P.I.I. dapat melebarkan sayapnya

dengan membentuk kepengurusan G.P.I.I. se-Sumatera. Pembentukkan G.P.I.I. Pada tanggal 15

Oktober 1946 yang diresmikan oleh Pembantu Umum PP G.P.I.I. Adnan Sjamni, menandakan

bahwa kepengurusan G.P.I.I. Sumatera berada di Pematang Siantar, di Ketuai oleh Mahlas.

G.P.I.I. Sumatera terbagi di dalam tiga konsulat, masing-masing Konsulat Sumatera Utara

dipimpin oleh Mahlas, Konsulat Sumatera Tengah (Sumatera Barat ketika itu menjadi Bagian

Sumatera Tengah) berpusat di Bukittinggi dipimpin oleh Buchari Tamam, dan Konsulat

Sumatera Selatan berpusat di Palembang dipimpin oleh Usman Hamid. Usaha ini ini tidak dapat

dilepaskan kaitannya dengan kepergian Pemuda Pelopor ke Sumatera. Untuk lebih jelas lihat

buku Anwar Harjono dan Lukman Hakiem, Di Sekitar Lahirnya Republik, (Dewan Dakwah

Islamiyah Indonesia, 1997), Cet-I, h. 77.

Page 80: PERJUANGAN GERAKAN PEMUDA ISLAM INDONESIA PADA …

B. GPII Vs Pesindo; Membendung Pengaruh Komunis di dalam Organisasi

Kepemudaan

Setiap Partai Komunis di manapun di dunia, mempunyai garis politik yang

sama, yaitu tujuan akhir mereka dalam rangka menciptakan diktatur proleter,

iyalah merebut kekuasaan pemerintah dengan jalan apapun.135

Di dalam

keorganisasian pemuda pun tidak luput dari usaha PKI untuk memfusikan

seluruh organisasi pemuda di Indonesia menjadi Pesindo (Pemuda Sosialis

Indonesia)136

yang berazas Sosialistis dan bertujuan menegakkan Negara

Republik Indonesia yang berdasarkan Kedaulatan Rakyat.137

Usaha pemfusian tersebut tidak sejalan dengan G.P.I.I. dan pemfusian itu

mengingatkan G.P.I.I. kepada salah satu keputusan Panitia Persiapan

Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada tanggal 22 Agustus yang menetapkan

pembentukkan Partai Nasional Indonesia, yang kemudian melalui sidang KNIP

II pada tanggal 16 Oktober 1945 di Balai Muslimin, BP - KNIP membatalkan

instruksi pemerintah mengenai pembentukkan partai tunggal karena dianggap

dapat membahayakan sendi-sendi demokrasi. Oleh dasar itulah G.P.I.I. di

dalam Kongres Pemuda yang diadakan di Yogyakarta pada tanggal 9-11

November 1945 menolak pemfusian tersebut. Selain itu, dibalik gagasan

tersebut G.P.I.I. mencium adanya penunggangan oleh unsur-unsur komunis.138

135 Mawarti Djoened Poesponegoro Nugroho Notosusanto, Sejarah Nasional Indonesia

VI, (Jakarta, Pen: Balai Pustaka, 1948), h. 387.

136

A. Dahlan Ranuwihardjo, S.H., Pergerakan Pemuda...., h. 7. Pemuda Sosialis

Indonesia didirikan pada tanggal 10 November 1945 bertepatan dengan Kongres Pemuda I.

137

“Rencana Kongres Pemuda Di Yogyakarta,” Soeara Moeda, 5-10-1945, h. 1.

138

H. Ridwan, Pemuda Islam...., h. 61. Sejak awalnya PKI telah menjadi sumber konflik

dalam dunia kepemudaan oleh karena cara-cara yang dipergunakannya untuk menanamkan

pengaruh dan mendominasinya. Pertama, kader-kader PKI menyelusup pada berbagai macam

organisasi pemuda, mahasiswa dan pelajar. Kedua: memaksakan kehandak golonganya, hal

tersebut bisa di lihat ketika pemfusian seluruh organisasi pemuda se-Indonesia melalui Kongres

Pemuda I yang pertama kali di alam Indonesia merdeka menjadi satu wadah tunggal yaitu

Page 81: PERJUANGAN GERAKAN PEMUDA ISLAM INDONESIA PADA …

G.P.I.I. adalah organisasi yang sejak awal pembentukkannya telah

meletakan komitmen yang tinggi kepada kemajemukan dalam persatuan.

Komitmen tersebut terlihat dalam susunan kepengurusannya yang

mencerminkan spektrum latar belakang cukup luas.

Adapun spektrum tersebut ialah sebagai berikut: Ketua umumnya adalah

Harsono Tjokroaminoto, seorang tokoh muda militan yang sangat anti Jepang.

Wakil Ketua I A. Karim Halim adalah seorang pemuda yang terpelajar didikan

AMS. Wakil Ketua II adalah Moefraini Moekmin, adalah pemuda militer yang

tengah giat menyusun lasykar rakyat. Sedangkan Anwar Harjono sebagai

Sekretaris Umum dianggap mewakili latar belakang pesantren. Dengan

komitmen seperti itu, tentu saja G.P.I.I. tidak dapat menyepakati gagasan

pewadahtunggalan organisasi pemuda seluruh Indonesia menjadi satu, yaitu

Pesindo. Pewadahtunggalan bertentangan dengan semangat memelihara

kemajemukan dalam kesatupaduan.139 Selain itu, bagi G.P.I.I. usaha-usaha

melebur organisasi-organisasi pemuda kedalam Pesindo melalui Kongres

Pesindo yang berazaskan sosialistis dan Kedaulatan Rakyat. Ketiga, PKI dengan Islam memang

sangat kontra sekali. Hal tersebut bisa di lihat dari taktik PKI dengan Belanda di dalam

memecah belah umat Islam menggunakan taktik yang sama. Belanda untuk memecah belah

umat Islam melalui politik Verdel-en-heers yang digerakkan dari Kantoor Voor Inlandsche

Zaken dan kalau kita perhatikan para sarjana yang memimpin mission ini baik sejak Dr. Snouck

Hurgronye, Dr. Pijper, Dr. Gobe, dan terakhir Dr. Van der Plas mereka semua adalah orang-

orang yang mengenal Islam tetapi bukan muslim yang taat pada agama tetapi justru sebaliknya,

mereka berusaha mencari lubang-lubang kelemahan dalam kalangan umat Islam untuk

kemudian memecah belahnya (masalah bid’ah dan far,iyah umat Islam terbelah). Sebagai agen

utama mereka tidak mampu terjun langsung menghadapi masyarakat. Untuk itu mereka

membutuhkan orang-orang yang bisa diajak kerja sama yaitu melalui para alim ulama, karena

peranan alim ulama di dalam masyarakat Islam sangat dominan. Pola sepert ini digunakan oleh

PKI untuk membelah umat Islam pada waktu peristiwa penghianatan G. 30.S/PKI tahun 1965

dan juga menjelang pemberontakkan PKI di Madiun 1948, tidak heran ketika itu seorang Kiai

terkemuka melalui tafsiran dan penerapan ayat Al-Qur’an justru memberikan justification atau

pengesahan belaka terhadap apa-apa yang digerakan PKI. Dari faktor-faktor inilah G.P.I.I.

sebagai perwakilan Pemuda Islam sangat menentang Komunis. Lebih lanjut lihat Buku Sejarah

Lisan , Menelusuri Jejak Ayahku Harsono Tjokroaminoto, (Jakarta: Penerbit Arsip Nsional

Republik Indonesia, 1983), 95-96.

139

Anwar dan Hakiem, Di Sekitar Lahirnya...., h. 67.

Page 82: PERJUANGAN GERAKAN PEMUDA ISLAM INDONESIA PADA …

Pemuda I seluruh Indonesia, yang diadakan sejak tanggal 9-11 November 1945

adalah soal yang sangat serius.140

Di dalam usaha mempertahankan kemerdekaan, G.P.I.I. memberikan

perjuangan yang sangat signifikan yaitu menolak keras difusikannya seluruh

organisasi pemuda menjadi satu wadah tunggal yaitu Pesindo.

Pewadahtunggalan Pesindo tersebut barlangsung ketika Kongres Pemuda I

yang diadakan di Yogyakarta pada tanggal 9-11 November 1945 atas inisiatif

Gerpri (Gerakan Pemuda Republik Indonesia), yang kemudian Kongres ini

akan dibelokkan untuk dijadikan Pesindo, hal ini terungkap dalam lobbying

diantara para utusan Kongres dan dalam Konferensi pendahuluan yang

diadakan pada tanggal 9 November 1945 adapun utusan-utusan konferensi yang

hadir dan diundang secara resmi sebagai berikut: Utusan dari Markas API

Jakarta, PRI Surabaya, PRI Bandung, Gerpri Yogyakarta, Pelopor Jakarta, IPI

Jakarta, AMRI Jawa Tengah dan anggota staf wartawan Kementrian

Penerangan. Dari hasil Konferensi tersebut memutuskan selain organisasi-

organisasi yang datang pada saat ini, perlu diundang juga organisasi pemuda

lainnya dan berhak bersuara yaitu: API Jakarta, PRI Surabaya, AMRI

Semarang, Gepri Yogyakarta, Pemuda Muhammadiyah Yogyakarta, PNU

Surabaya, Pemuda Katholik, Pemuda Protestan, dan Persatuan Putri.141

Ketika Kongres berlangsung pada tanggal 10-11 November 1945 tepat

seperti yang diduga, Kongres tersebut sangat dipengaruhi oleh para pemuda

sosialis dan komunis. Setiap kali muncul peserta yang berbicara lain dari yang

140 Pada saat itu PP G.P.I.I. untuk memusatkan perhatian dan pemikirannya kepada

segenap usaha menangkal rekayasa yang dilakukan menjelang dan saat Kongres Pemuda, PP

G.P.I.I. mengutus Ahmad Buchari dan Anwar Harjono ke arena Kongres Pemuda.

141 ”Rencana Kongres Pemuda Di Yogyakarta,” Soeara Muda, 5-10-1945, h. 1; lihat juga

Ben Anderson, Revolusi Pemuda...., h. 283.

Page 83: PERJUANGAN GERAKAN PEMUDA ISLAM INDONESIA PADA …

dikehendaki oleh pimpinan sidang, segera terdengar suara memperolok

pembicara tersebut.142 Pimpinan sidang tinggal mengetuk palu untuk

memutuskan seluruh organisasi pemuda difusikan menjadi satu wadah tunggal

yaitu Pesindo. Kemudian Ahmad Buchori perwakilan dari G.P.I.I. berbicara

dengan nada lantang dan tajam, ia berbicara sebagai berikut:

“Janganlah dipaksakan mendirikan Pesindo di sini. Marilah kita

tetap mempertahankan persatuan semua kalangan dan organisasi

pemuda dalam Republik kita. Jangan main paksa atau diktator. Tetapi

kalau toh dipaksakan juga Kongres ini menelorkan Pesindo sebagai

satu-satunya organisasi pemuda; kami akan keluar dari Kongres ini. Dan

jangan kaget kalau besok pagi kami akan mengadakan Kongres Pemuda

Islam Seluruh Indonesia, di tempat ini juga, yang jauh lebih besar dari

Kongres Pemu-da sekarang ini”.143

Suara lantang Ahmad Buchori tersebut ternyata cukup berhasil meredam

ambisi untuk menjadikan Pesindo sebagai satu-satunya organisasi Pemuda

Indonesia pada waktu itu. Menurut Anwar Harjono, keberhasilan Buchori

antara lain karena pada saat itu G.P.I.I. merupakan satu-satunya organisasi

Pemuda Islam yang mencakup spektrum dikalangan umat, sehingga suara

G.P.I.I. yang dibawakan dengan cemerlang oleh Ahmad Buchori sangat

diperhatikan.144

Kongres yang gagal melebur organisasi pemuda Indonesia itu akhirnya

membentuk Badan Kontak yang dinamakan Badan Kongres Pemuda Republik

Indonesia (BKPRI). BKPRI ini dipimpin oleh suatu Dewan Pimpinan Pusat

dengan Chairul Saleh sabagai Pimpinan Umum, Soepardo sebagai Wakil

Pimpinan Umum Pertama, Ahmad Buchori sebagai Wakil Pimpinan Umum

142 Anwar dan Hakiem, Di Sekitar Lahirnya...., h. 68.

143

Ibid., h. 69; lihat juga buku Lukman Hakiem, Perjalanan Mencari Keadilan dan

Persatuan Biografi DR. Anwar Harjono, S.H., (Jakarta: Media Da’wah, 1993), h. 83; lihat juga,

H. Ridwan, Pemuda Islam Dalam Dinamika Politik Bangsa 1925-1984, (Jakarta: CV. Rajawali,

1948), Cet, Ke-I, h. 62.

144

Hakiem, Perjalanan...., h. 84.

Page 84: PERJUANGAN GERAKAN PEMUDA ISLAM INDONESIA PADA …

Kedua, dan Moeljo sebagai Sekretaris. Anggota Dewan Pimpinan Pusat ada

sepuluh orang, yaitu: Sudarpo (IPI), Ny. Sutarman (Pemuda Putri Indonesia),

Dr. E.J. Siregar (Pemuda Protestan), P. Surono (Pemuda Katolik), Dr. Muwardi

(Barisan Pelopor), Udin (Andalas), Akiyuwen (Pemuda Maluku), Achi Mursidi

(Angkatan Muda Guru), Gusti Djohan (Kalimantan), A. Ratulangi (KRIS), dan

Supeno (Pesindo).145

Di bawah Dewan Pimpinan Pusat terdapat dua dewan lagi,

yaitu Dewan Pekerja Perjuangan yang bertanggung jawab atas

pengorganisasian semua kekuatan militer-rakyat, pengerahan penyediaan, dan

pelatihan di setiap tingkat pemerintah daerah dan Dewan Pekerja Pembangunan

yang bertanggung jawab mengenai semua kegiatan politik, propaganda untuk

perjuangan kemerdekaan dan mewakili pemuda pada pemerintahan pusat dan

daerah.146

Menurut Harjono, dimasa revolusi fisik rakyat pada umumnya, dan pemuda

pada khususnya mempunyai peranan besar. Fungsi utama BKPRI adalah untuk

menggelorakan semangat para pemuda khususnya dan rakyat umumnya di

dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan. Kerena itu G.P.I.I. aktif di

dalam BKPRI.147

Menurut Ahmad Buchori di dalam pembukaan Konperensi

G.P.I.I. seluruh Jawa dan Madura, menguraikan sikap BKPRI (di dalamnya

termasuk juga G.P.I.I.) lebih lanjut mengatakan supaya berusaha dengan

segiat-giatnya untuk memegang teguh dan tampuk kendali revolusi hingga

dapat langsung melalui jalan yang benar yaitu bersama-sama dengan seluruh

145 Meskipun demikian, Pesindo sebagai peleburan gerakan pemuda berhaluan sosialisme

tetap dibentuk oleh API, AMRI, PRI, GERPRI, Angkatan Muda Kereta Api, Angkatan Muda

PTT, dan Angkatan Gas Listrik. Untuk lebih lanjut lihat buku H. Ridwan, Pemuda Islam Dalam

Dinamika Politik Bangsa 1925-1984, (Jakarta: CV. Rajawali, 1948), Cet, Ke-I, h. 62; lihat juga,

A. Dahlan Naruwihardjo, S.H., Pergerakan Pemuda Setelah Proklamasi, (Jakarta: Yayasan

Idayu, 1979), h. 8.

146 Anwar dan Hakiem, Di Sekitar Lahirnya...., h. 69-70.

147

Hakiem, Perjalanan Mencari...., h. 109.

Page 85: PERJUANGAN GERAKAN PEMUDA ISLAM INDONESIA PADA …

pemuda dan rakyat Indonesia melalui wadah BKPRI yang dibentuk dengan

semangat persatuan.148

Meskipun gagal melebur organisasi pemuda kedalam satu wadah tunggal

yaitu Pesindo, tokoh-tokoh pemuda yang berhaluan kiri tidak pernah berhenti

menanamkan pengaruhnya dikalangan pemuda. BKPRI yang sejak semula

dimaksudkan untuk menggelorakan semangat para pemuda khususnya, dan

rakyat umumnya, dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan; oleh para

pemuda yang berhaluan kiri justru diperalat untuk mencapai kepentingan-

kepentingan politik mereka,149

hal tersebut bisa dilihat ketika BKPRI kemudian

menggabungkan diri kedalam organisasi politik Persatuan Perjuangan.150

Tetapi karena sebagian besar pengurus BKPRI menganggap bahwa Persatuan

Perjuangan gagal dalam mengoreksi Pemerintah (dipimpin Perdana Menteri

Syahrir), maka pada tanggal 14 Maret 1946 BKPRI keluar dari Persatuan

Perjuangan, hal ini kelak menyebabkan Chairul Saleh pada tanggal 23 Maret

1946 mengundurkan diri dari jabatan Ketua BKPRI.151

Sikap politik sebagian tokoh BKPRI yang menginginkan konfrontasi

dengan Kabinet Syahrir, kemudian pemundurannya Chairul Saleh yang

dianggap berorientasi kepada golongan murba dari jabatan Ketua BKPRI,

memperkuat keyakinan pemuda Islam bahwa wadah BKPRI hendak dijadikan

148

”Pemuda Sanggup Menyelesaikannya,” Berdjuang, 19-Oktober-1946, h. 1. ; Lihat

juga ”Pembukaan Konperensi G.P.I.I. Seluruh Jawa dan Madura,” Kedaulatan Rakyat, 19-10-

1946, h. 1.

149

Anwar dan Hakiem, Di Sekitar Lahirnya...., h. 71.

150

Persatuan Perjuangan di ketuai oleh Tan Malaka yang seorang komunis. Ia pernah

menjadi ketua PKI, yang kemudian di buang dari Indonesia pada bulan Maret 1922 dikarenakan

ia dapat memimpin partainya dengan penuh semangat sehingga menarik tindakan penindasan

yang cepat dari pemerintah Kolonial, itulah sebabnya ia di buang. Untuk lebih lanjut lihat buku

Ben Anderson, Revolusi Pemuda, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1988), Cet, I, h. 300.

151 H. Ridwan, Pemuda Islam...., h. 63; lihat juga buku Anwar dan Hakiem, Di Sekitar

Lahirnya...., h. 70.

Page 86: PERJUANGAN GERAKAN PEMUDA ISLAM INDONESIA PADA …

kuda tunggangan oleh Pesindo, sementara dominasi komunis dalam Pesindo

semakin menonjol. Keyakinan tersebut membuat Pemuda Islam khususnya

G.P.I.I., tidak bisa menerima kenyataan itu, maka pada kongres Pemuda II

pada tanggal 8-9 Juni 1946, BKPRI sebagai wadah persatuan kian goyah,

terhitung mulai tanggal 2 Mei 1947 G.P.I.I. keluar dari BKPRI yang diikuti

Pemuda Demokrat Indonesia yang ketika itu dipimpin Mh. Isnaeni (mantan

Wakil Ketua DPR/MPR RI), Himpunan Mahasiswa Islam, dan lain-lain.152

Meskipun G.P.I.I. secara formal keluar dari BKPRI akan tetapi sebagai

warga negara kesatuan Republik Indonesia anggota-anggotanya tentu akan

tetap menjaga persatuan dan berkehendak berjuang bersama-sama. Hal tersebut

diuraikan berdasarkan pernyataan G.P.I.I. di dalam putusan muktamarnya

BKPRI yang ke II sekaligus pengunduran G.P.I.I. dari BKPRI.153 Dengan fakta

tersebut, meskipun G.P.I.I. secara formal keluar dari BKPRI, namun anggota-

anggotanya diharapkan menjaga persatuan dengan cara berjuang bersama-sama

di dalam menghadapi imperialisme Belanda. Semangat persatuan di dalam

mempertahankan kemerdekaan telah direalisasikan oleh G.P.I.I.. Dengan jiwa

patriotismenya serta nasionalismenya, meskipun G.P.I.I. secara formal keluar

dari BKPRI, akan tetapi anggota-anggotanya dianjurkan supaya mengutamakan

persatuan di dalam mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia.

Keyakinan Pemuda Islam terbukti, ketika Kongres Pemuda III yang

diselenggarakan pada tanggal 3-5 April 1948 di Madiun, karena ternyata 5

152 Ibid., Pemuda Islam..., h. 64; lihat juga buku Lukman Hakiem, Perjalanan

Mencari...., h. 109.

153

“G.P.I.I. Keluar Dari BKPRI,” Kedaulatan Rakyat, 2-5-1947, h. 2.

Page 87: PERJUANGAN GERAKAN PEMUDA ISLAM INDONESIA PADA …

bulan kemudian PKI melancarkan pemberontakkan di kota tersebut,154

dan

tokoh-tokoh BKPRI semua terlibat155 terutama yang berasal dari Pesindo,

dalam pemberontakkan kaum komunis di Madiun pada tanggal 18 September

1948 salah satu pemimpin Pesindo yang terlibat dalam pemberontakkan

tersebut adalah Sumarsono yang sampai sekarang tinggal dan menjadi warga

negara Australia.156

Sebelum pemberontakkan terjadi, Komunis membuat

kerusuhan-kerusuhan dibeberapa daerah. Sedangkan Pesindo membuat

keonaran di daerah Solo dan Madiun. Sasaran pokoknya adalah untuk

menurunkan Hatta.157

Keterlibatan Pesindo di dalam pemberontakkan yang dicetuskan oleh PKI

semakin nyata melalui FDR yaitu ketika pada tanggal 26 Februari 1948

sebelum pemberontakkan terjadi, Amir Sjarifudin dan Setiadjit dalam suatu

rapat raksasa di Surakarta mengubah Sayap Kiri menjadi Front Demokrasi

Rakyat (FDR). Beranggotakan PKI, Partai Sosialisnya Amir Sjarifudin, Partai

Buruhnya Setiadjit dan Pesindonya Wikana, SOBSI-nya Njono dan BTI. D.N.

Aidit muncul dari Kongres partai ke IV sebagai Sekjen Partai dan Njoto sebagai

kepala Dept. Propaganda.158

Peranan Sumarsono yang berasal dari Pesindo

beserta Kolonel Djokosujono, Letkol Sumantri, dan Letkol Dahlan di dalam

154 Pada saat sebelum pemberontakkan, PKI mencoba mempengaruhi Masyumi dan PNI.

Karena gagal mempengaruhi dua Partai Besar tersebut, maka PKI pada saat itu berada di bawah

pimpinan Amir Syarifuddin dan Muso mencoba menghasut kaum buruh, tani, pemuda, pegawai

negeri, dan rakyat untuk menggulingkan Kabinet Hatta melalui FDR (Front Demokrasi

Rakyat). Puncaknya adalah percobaan perebutan kekuasaan oleh PKI di Madiun pada tanggal

18 September 1948. lebih lanjut lihat buku Anwar Harjono dan Lukman Hakiem, Di Sekitar

Lahirnya Republik, (Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia, cet I 1997), h. 82-83; lihat juga H.

Ridwan, Pemuda Islam Dalam Dinamika Politik Bangsa 1925-1984, (Jakarta: CV. Rajawali,

1948), Cet, Ke-I, h. 64.

155

Hakiem, Perjalanan Mencari...., h. 110.

156

O. E. Englen, Lahirnya Satu Bangsa dan Negara, (Jakarta: UI Press, 1947), h. 284.

157

Soegiarto Soerojo, Siapa Menabur Angin Akan Menuai Badai, (Jakarta: PT. Sri

Murni, 1998), h. 35.

158

Ibid.

Page 88: PERJUANGAN GERAKAN PEMUDA ISLAM INDONESIA PADA …

pemberontakkan untuk merebut kekuasaan di Madiun sangat besar, di Madiun

tokoh-tokoh inilah yang paling menonjol.159 Fakta tersebut membenarkan

keterlibatan Pesindo dengan PKI yaitu bergabungnya kelompok-kelompok yang

kontra dengan pemerintah, yang kemudian melakukan pemberontakkan di

Madiun 18 September 1948 untuk mendirikan pemerintahan tandingan.

Seperti telah disinggung dimuka, pemberontakkan PKI di Madiun

sesungguhnya sekedar membenarkan sikap waspada yang telah ditunjukkan

dengan kuat oleh G.P.I.I. terhadap prilaku politik kaum kiri sejak Kongres

Pemuda I di Yogyakarta. Ketika kalangan lain belum menyadari bahaya

komunisme yang menyusup kedalam organisasi pemuda Indonesia, G.P.I.I.

telah tampil kedepan mengingatkan bahaya tersebut. Dengan demikian, apakah

G.P.I.I. dipersalahkan ketika G.P.I.I. dituduh sebagai pengacau Kongres

Pemuda I yang diadakan di Yogyakarta?. Dibelakang hari, gagalnya usaha

memfusikan organisasi pemuda, dicatat dengan nada getir oleh pihak yang turut

memprakarsainya. Baiklah kita simak bagaimana nada getir itu diungkapkan:

“Tujuan hendak mendesak kongres agar diadakan fusi organisasi

pemuda mendapat tantangan keras dari beberapa pihak sebelum kongres

dimulai pada tanggal 7 November 1945. Tidak heran kekacauan timbul

sewaktu kongres berlangsung yang dihadiri oleh Presiden Soekarno,

Wakil Presiden Hatta, dan beberapa menteri.”160

Tulisan di atas memang sama sekali tidak menyebut-nyebut G.P.I.I., tetapi

berdasarkan fakta sejarahnya di dalam Kongres Pemuda I yang termaksud,

hanya G.P.I.I. yang vokal menentang ide pemfusian tersebut. Jika masih ada,161

159 Ibid., h. 40.

160

O.E. Englen, Lahirnya satu...., h. 217.

161

Dengan keputusan Presiden No. 139 tahun 1963 tertanggal 10 Juli 1963, G.P.I.I.

diperintahkan untuk menyatakan pembubaran dirinya dalam waktu 30 hari terhitung mulai

ditetapkannya Kepres tersebut. Lihat Lukman Hakiem, Perjalanan Mencari keadilan dan

Persatuan Biografi DR. Anwar Harjono, S.H., (Jakarta: Media Da’wah, 1993), h, 151. Sejak

Page 89: PERJUANGAN GERAKAN PEMUDA ISLAM INDONESIA PADA …

niscaya G.P.I.I. tidak akan berkecil hati dianggap telah menjadi penyebab

timbulnya kekacauan dalam Kongres Pemuda Indonesia pada tahun 1945.

Sebab tujuan G.P.I.I. memang bukan hendak mengacaukan Kongres, melainkan

hendak menyelamatkan para pemuda khususnya, dan seluruh bangsa pada

umumnya, dari cengkraman komunis yang kekejamannya kemudian terbukti

dan dirasakan oleh seluruh bangsa melalui pemberontakkan berdarahnya pada

tahun 1948 dan tahun 1965. Dua pemberontakkan itu niscaya tidak akan terjadi

jika seluruh bangsa tidak terlanjur mengendurkan kewaspadaannya terhadap

kaum komunis.

Bukti keberadaan dan kelicikan PKI semakin nyata, ketika cita-citanya

tidak dapat terwujud dengan cara cuci tangan. Hal ini bisa dilihat ketika

pemberontakkan di Madiun tahun 1948 yang gagal karena berhasil ditumpas

TNI dan rakyat tepat pada waktunya, kaum komunis ingin cuci tangan dengan

menuding Hatta sebagai biang keladi dari peristiwa itu dan menyebutnya

sebagai teror putih,162 demikian juga keadannya dengan usaha pemfusian di

dalam Kongres Pemuda Indonesia I yang diadakan di Yogyakarta pada tahun

1945 semua organisasi berusaha untuk dilebur menjadi satu wadah tunggal

yaitu Pesindo, G.P.I.I. menolak dengan lantang yang kemudian G.P.I.I.

dipersalahkan dengan disebut sebagai pengacau di dalam Kongres tersebut.

Justru seharusnya bangsa Indonesia sadar khususnya organisasi pemuda, ketika

G.P.I.I. selalu menentang komunis. G.P.I.I. telah memberikan warning terhadap

organisasi kepemudaan yang pada waktu itu berdiri, dan kemudian berdasarkan

fakta pemberontakkan yang dilakukakn oleh PKI di Madiun, tokoh-tokoh

1969 G.P.I.I. melakukan “reinkarnasi” dalam bentuk organisasi Gerakan Pemuda Islam. Sejak

Muktamar 1996, GPI semakin memantapkan kiprahnya.

162

Subagijo I.N., Harsono Tjokroaminoto Mengikuti...., h. 227.

Page 90: PERJUANGAN GERAKAN PEMUDA ISLAM INDONESIA PADA …

BKPRI yang berasal dari Pesindo ikut terlibat. Kewaspadaan G.P.I.I. terhadap

komunis ternyata telah dibenarkan oleh waktu dan sejarah.

C. Membentuk Dewan Mobilisasi Pemuda Islam Indonesia

Sejarah mencatat perjuangan menuju Indonesia merdeka ditempuh melalui

dua jalur konvensional, fisik-bersenjata163

dan diplomasi.164

Perjuangan fisik

dilakukan tanpa henti oleh seluruh rakyat yang mendambakan kemerdekaan dan

kedaulatan di seluruh pelosok tanah air. Perjuangan ini telah meminta banyak

nyawa dan pengorbanan moril maupun materil. Perjuangan tersebut telah

melahirkan hasil nyata dengan diproklamirkannya Kemerdekaan Indonesia, 17

Agustus 1945.

Diproklamasikannya Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus

1945, bukanlah berarti selesai perjuangan bangsa Indonesia melawan penjajah.

Rongrongan terhadap kemerdekaan disebabkan adanya sikap sebagian tentara

Jepang yang tidak mengakui kemerdekaan Indonesia sebagai akibat perjanjian

dengan Sekutu agar tetap mempertahankan status quo di daerah yang diduduki.

Disamping itu, rongrongan juga datang dari pihak Belanda yang ingin kembali

menjajah Indonesia. Berbagai rintangan tersebut tidaklah menghentikan

perjuangan bagi umat Islam di Indonesia khususnya G.P.I.I., bahkan memicu

semangat mempertahankan kemerdekaan dengan dasar keimanan serta

kepentingan negara.

163 Bagi sebagian kelompok pejuang, bahkan pemuda pejuang dan tentara Republik

Indonesia, “perjuangan” adalah satu-satunya jargon yang paling mereka yakini akan

memberikan hasil. Bagi mereka hasil baru akan dapat diperoleh melalui perang, bukan melalui

diplomasi. J.j.p. de Jong, Mitra dalam Perundingan, dalam A.B. Lapian dan P.J. Drooglever

(ed), Menelususri jalur Linggarjati, (Jakarta: PT Pustaka Utama Grafiti, 1992), cet, ke-I, h. 65. 164

Ibid., h. ix. Lebih lanjut diungkapkan bahwa sejarah diplomasi dan politik, sama

seperti diplomasi itu sendiri, bergerak di atas realistis; lihat juga Muhammad Roem, Diplomasi:

Ujung Tombak Perjuangan Republik Indonesia, (Jakarta: Gramedia, 1987), h. 57.

Page 91: PERJUANGAN GERAKAN PEMUDA ISLAM INDONESIA PADA …

Sebagai organisasi yang lahir dari rahim umat Islam di tengah

memuncaknya gelora revolusi, G.P.I.I. adalah anak kandung umat Islam dan

bangsa. Karena itulah sejak awalnya identitas ke-Islaman dan ke-Indonesiaan

telah menyatu secara utuh didalam nafas dan jiwa G.P.I.I.. Bagi G.P.I.I., ke-

Islaman dan ke-Indonesiaan bukanlah dua hal yang harus dipertentangkan.

Justru dengan Islam sebagai sumber motivasi dan sumber inspirasi, G.P.I.I.

semakin mengukuhkan kehadirannya didalam membela, mempertahankan dan

mengisi anugerah kemerdekaan yang diberikan oleh Allah S.W.T. Pada masa

dewasa itu, didalam menghadapi Belanda yang datang dengan cara

membonceng pasukan sekutu (Inggris) yang hendak kembali menjajah bangsa

Indonesia. Maka, G.P.I.I. dalam resistensi menghadapi Belanda mencoba

menyatukan langkah dengan membentuk Dewan Mobilisasi Pemuda Islam

Indonesia bersama Markas Tertinggi Hizbullah, Markas Tertinggi Sabilillah,

dan PP G.P.I.I..

Dewan Mobilisasi Pemuda Islam Indonesia merasa perlu didirikan sesuai

dengan maklumat Markas Tertinggi Hizbullah, Sabilillah dan PP G.P.I.I.

dikarenakan pada masa dewasa itu segala kemungkinan terjadi dan pergolakan

revolusi semakin menghajatkan pengorbanan diatas keimanan, mengingat juga

pada saat itu lanjutan Komando Mobilisasi tentara Allah dan mengingat

kepentingan negara serta keselamatan rakyatnya.165

Mengenai ide pembentukan Hizbullah berawal dari keberhasilan badan

Sukarelawan PETA menjaring anggota – anggota yang beragama Islam,

sehingga para pemimpinnya Islam terdorong untuk mendirikan korps khusus

165 H. Aboebakar, Sejarah Hidup K.H.A. Wahid Hasjim...,h. 454. lihat juga “Dewan

Mobilisasi Pemuda Islam Indonesia,” Kedaulatan Rakyat, 30-10-1946, h. 2.

Page 92: PERJUANGAN GERAKAN PEMUDA ISLAM INDONESIA PADA …

bagi sukarelawan Islam yang terpisah dari PETA. Persiapan pembentukan

dilakukan dalam satu rapat yang diadakan pada tanggal 13 September 1943.

pada saat itu yang hadir ialah: K.H. M. Mansyur, K.R.H. Adnan, Dr. H.A.K.

Amrullah, Goeroe H. Jacoeb, Goeroe H. Mansyur, Goeroe H. Cholid, K.H.

Junaidi, H. Muchtar, H. Moh. Sodri.166

Setelah rapat tersebut akhirnya mengambil kesepakatan untuk

mengirimkan surat permintaan kepada Saiko shikikan untuk mendirikan barisan

penjaga pulau Jawa yang akan dipimpin oleh asas dan peraturan Islam. Selain

itu mereka juga mengumumkan bahwa orang-orang Inggris dan Amerika adalah

musuh agama, oleh karena itu orang-orang Islam seluruh dunia harus bersatu

mengalahkannya.167

Permohonan tersebut tidak langsung mendapat tanggapan dari pemerintah

Militer Jepang. Pada tanggal 8 September 1944 pada suatu pidato politik di

depan sidang istimewa Teikoko Gikai (Parlemen Kerajaan) yang ke-85 di

Tokyo, Perdana Menteri Koiso mengumumkan kepada seluruh dunia tentang

pendirian Pemerintah Jepang atas seluruh daerah Hindia Timur, dalam

pernyataan tersebut ditegaskan bahwa penduduk di wilayah pendudukan Jepang

(Indonesia) akan diberi kemerdekaan kelak.168

Satu minggu setelah pidato politik tersebut dilontarkan, para pemuka

Agama Islam mengadakan rapat umum umat Islam bertempat di Taman Raden

Saleh Jakarta untuk menyambut janji Jepang. Dalam rapat tersebut para pemuka

Islam yang mengemukakan pendapatnya antara lain: K.H. A. Mukti, H. Abd.

166 Emi Maschuroh, Sejarah Pembentukan dan Peranan Hizbullah Dalam

Mempertahankan KemerdekaanRepublik Indonesia di Bogor (1945-1947), (UIN Jakarta:

Skripsi S-1 Sejarah Peradaban Islam Fakultas Adab, 2003), h. 31

167 Ibid., h. 32. 168

Ibid., h. 33.

Page 93: PERJUANGAN GERAKAN PEMUDA ISLAM INDONESIA PADA …

Kahar Muzakkir dan K.H. Abd. Wahid Hasjim, isi pokok dari rapat tersebut

adalah: “....dengan merdekanya bangsa kita, tidaklah amalan itu diukur

dengan harta, uang atau barang....penghargaan dan terima kasih serta bantuan

kita untuk kemerdekaan itu tidak cukup dengan perkataan...., melainkan harus

dengan darah kita di atas bumi ini”.169

Pada dasarnya janji Jepang yang dikeluarkan pada saat itu disebabkan

karena kekalahan serdadunya di medan pertempuran atas tentara Serikat,

disamping itu juga karena ada tuntutan dari kelompok Nasionalis. Setelah

Jepang merasa kelompok Nasionalis di Indonesia semakin meningkat, Jepang

yang telah dekat dengan golongan Islam akhirnya menerima usul pembentukan

korps sukarelawan Muslim yang telah lama ditunggu. Pernyataan tentang

diterimanya pembentukan korps tersebut disampaikan oleh Seiko Shikikan pada

tanggal 8 Desember 1944. Setelah usul tersebut diajukan akhirnya pada tanggal

15 Desember 1944 korps Hizbullah dibentuk.170 Hizbullah dibina oleh

Masyumi, suatu federasi Islam ketika itu yang dipimpin oleh K.H. Hasjim

Asy”ari (1871-1974) bersama K.H. Mas Mansur (1896-1946) dan K.H. Abdul

Wahid Hasjim (1914-1953). Adapun Syarat bagi calon Hizbullah ialah:

1. Pemuda Islam terutama murid-murid madrasah dan pesantren.

2. Berusia antara 17-25 tahun, dengan catatan sehat jasmani dan rohani, belum

menikah dan mendapat izin orang tuanya (walinya).171

Pasukan Hizbullah dibentuk mulai dari tingkat keresidenan sampai tingkat

kota peraja dengan induknya di Jakarta sampai ibu kota Republik Indonesia

169 Ibid.

170 Ibid., h. 35.

171

Ibid., h. 37-38

Page 94: PERJUANGAN GERAKAN PEMUDA ISLAM INDONESIA PADA …

pindah ke Yogyakarta kemudian pusat Hizbullah pindah ke Malang. Sedangkan

di tiap keresidenan dan kota besar boleh di bentuk pimpinan daerah172.

Sedangkan Sabilillah dibentuk pada masa revolusi fisik, peresmiannya

dilakukan di Yogyakarta, ketika partai Masyumi mengadakan kongresnya yang

pertama pada tanggal 7-8 November 1945 adapun tujuan dibentuknya yaitu:

1. Memperkuat persiapan umat Islam untuk berjihad fisabilillah.

2. Memperkuat pertahanan Indonesia dengan bebrbagai usaha yang

diwajibkan oleh agama Islam, maka disusunlah suatu barisan yang diberi

nama barisan Sabilillah di bawah pengawasan Masyumi.173

Pembentukan Sabilillah yang sifatnya militer murni dimaksudkan untuk

memperkokoh kesiap-siagaan kaum Muslimin dalam melakukan jihad

Fisabilillah. Organisasi ini berdiri karena keanggotaan Sabilillah tidak dapat

memasuki Hizbullah, dikarenakan umurnya terlalu tua, oleh karena itu

Sabilillah ini keanggotannya banyak dari kaum ulama. Organisasi ini bernaung

di bawah Masyumi dan menjadi bagian dari Masyumi. Ternyata revolusi

Indonesia telah memiliki ulama yang siap tempur, dan dijadikan sebagai

Barisan Istimewa TKR.174

Di dalam usaha-usaha mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia

G.P.I.I. bersama dengan Hizbullah dan Sabilillah memutuskan untuk

merapatkan barisan di dalam melanjutkan perjuangan menghadapi tentara

Belanda. Dalam sebuah maklumat bersama, yang tertanggal Malang 26 Oktober

1946 masing-masing ditandatangani dari Markas Tertinggi Sabilillah atas nama

172 Ibid., h. 40-41

173

Ibid., h. 49. 174 Ahmad Mansur Suryanegara, Menemukan Sejarah wacana Pergerakan Islam di

Indonesia, (Pen: Mizan Cet III Jaqnuari 1996), h. 300

Page 95: PERJUANGAN GERAKAN PEMUDA ISLAM INDONESIA PADA …

K.H. Masjkur, dan Markas Tertinggi Hizbullah atas nama Zainul Arifin, dan

Pemimpin G.P.I.I. atas nama H. Benjamin, dinyatakan terbentuknya Dewan

Mobilisasi Pemuda Islam Indonesia, dewan ini memegang Pimpinan Tertinggi

dalam melaksanakan Mobilisasi Pemuda Islam Indonesia seluruhnya. Tujuan

dibentuknya Dewan Mobilisasi Pemuda Islam Indonesia tersebut supaya

terdapat kesatuan pimpinan.

Untuk merealisasikan rencana tersebut, Markas Tertinggi Hizbullah,

Markas Tertinggi Sabilillah, Pimpinan G.P.I.I. di Jogyakarta, mengadakan

rapat bersama. Dari hasil rapat telah diputuskan:175

1. Membentuk Pengurus D.M.P.I.I. Pusat sebagai Berikut:

a. K.H. Masjkur

b. K.H. Fakih Oesman

c. Zainul Arifin

d. Moehammad

e. H. Benjamin

f. A. Boechori

2. Sekretariat: sdr. Zainul Arifin d/a M.T. Hizbullah Malang.

3. D.M.P.I.I. akan mengadakan Kongres presinya yang pertama kali seluruh

Jawa dan Madura pada tanggal 20-22 November 1946 di Malang; yang

akan dihadiri oleh Kepala Markas Daerah Sabilillah Komandan Divisi

Hizbullah, Pemimpin Daerah G.P.I.I.

Dewan ini secara resmi menjadi Pimpinan Tertinggi dalam melaksanakan

mobilisasi Pemuda Islam Indonesia, dibentuk di Pusat dan Daerah-Daerah,176

175 ”Dewan Mobilisasi Pemuda Islam Indonesia,” Kedaulatan Rakyat, 15-11-1946, h. 2.

176

”Dewan Mobilisasi Pemuda Islam Indonesia,” Kedaulatan Rakyat, 30-10-1946, h. 2.

Page 96: PERJUANGAN GERAKAN PEMUDA ISLAM INDONESIA PADA …

keberadaan D.M.P.I.I. tersebut bisa dilihat ketika pemuda Islam dikerahkan,

yaitu dengan adanya Dewan Mobilisasi Pemuda Islam Indonesia di daerah

Jogjakarta sebagai berikut:

“D.M.P.I.I. daerah Yogyakarta menganjurkan bahwa kepada seluruh anggota Hizbullah, Sabilillah, G.P.I.I. Putra Dan Putri dalam

daerah Jogyakarta supaya siap sedia menghadapi segala kemungkinan,

perlengkapan untuk jihad kita sewaktu-waktu harus dapat cepat

digerakan dan bekerja bersama-sama dengan pertahanan diwilayah

masing-masing, kuatkan iman, jagalah bahaya, kekacauan dan tanamkan

Jihad fi Sabilillah.”177

Dengan demikian Dewan Mobilisasi Pemuda Islam Indonesia pusat secara

formal telah berdiri dan bermarkas di Malang yang dipimpin oleh K.H.

Masjkur, Zainul Arifin, dan R.H. Benjamin masing-masing sebagai Ketua, serta

Anwar Harjono sebagai Sekretaris Umum. Dalam rangka itu, Harjono yang

juga Sekretaris Umum PP G.P.I.I. yang berkedudukan di ibukota negara,

Yogyakarta, harus mondar-mandir antara Yogyakarta dan Malang untuk

menunaikan sebaik mungkin segenap tugas yang diberikan kepadanya178

Semenjak Dewan Mobilisasi Pemuda Islam Indonesia dibentuk, maka

pimpinan tertinggi dalam melaksanakan mobilisasi pemuda Islam Indonesia

guna mempertahankan kemerdekaan, seluruhnya terletak dipundak Dewan

Mobilisasi tersebut. Dengan demikian terciptalah kesatuan pimpinan yang pada

masa itu sangat diperlukan sekali untuk menghadapi Belanda dan Sekutu.

Sebagai salah satu contoh manifestasi perjuangan pemuda Islam (G.P.I.I.)

melalui Dewan Mobilisasi Pemuda Islam Indonesia ialah mengambil sikap

menolak perjanjian Linggarjati yang disahkan oleh pemerintah pada tanggal 25

Maret 1947, persetujuan itu sangat menodai perjuangan bangsa Indonesia. Pada

177 “Pemuda Islam Dikerahkan,” Kedaulatan Rakyat, 30-6-1947, h. 2.

178

Hakiem, Perjalanan Mencari...., h. 92.

Page 97: PERJUANGAN GERAKAN PEMUDA ISLAM INDONESIA PADA …

masa dewasa itu bangsa Indonesia yang tadinya lemah menjadi kuat dengan

semangat perjuangan (Militan) di dalam menghadapi Belanda179 dan selain

itu, secara eksplisit maupun implisit, perjanjian Linggarjati mencatat banyak

cacat dan kelemahan. Kekurangan-kekurangan tersebut memberi konsekuwensi

kerugian buat Indonesia, penandatanganan perjanjian tersebut secara esensial

mengundang kontroversi pendapat beragam dari berbagai kalangan. Adapun

persetujuan yang terdiri atas 17 pasal dengan satu pasal penutup ini, pada

pokoknya meliputi tiga hal sebagai berikut:

1. Pengakuan Belanda secara de facto atas kekuasaan Republik Indonesia di

Jawa, Madura, dan sumatera.

2. Pengakuan terhadap Republik Indonesia sebagai salah satu negara dalam

Republik Indonesia Serikat yang akan dibentuk.

3. Pembentukkan Uni Indonesia – Belanda yang akan dikepalai oleh Ratu

Kerajaan Belanda.180

Perjanjian tersebut tidak sejalan dengan Dewan Mobilisasi Pemuda Islam

Indonesia (di dalamnya termasuk G.P.I.I.) dikarenakan D.M.P.I.I. ini dalam

mempertahankan kemerdekaan ingin 100% Negara Kesatuan Republik

Indonesia merdeka.181

Hasil keputusan Perjanjian Linggarjati ada yang

menolak dan ada yang tidak.182

Yang menolak kemudian terhimpun di dalam

179 Deliar Noer, Partai Islam Di Pentas Nasional, (Jakarta, P.T. Pustaka Utama Grafiti,

1987), hal. 154-155.

180

G. Mudjanto, Indonesia Abad ke-20, Dari Kebangkitan Nasional Sampai Linggarjati,

(Yogyakarta: Kanisius, 1992), cet. Ke-3, h. 181-182.

181

Anwar dan Hakiem, Di Sekitar...., h. 79.

182

Yang menolak perjanjian tersebut ialah: Angkatan Komunis Muda, Lasykar Rakyat

Jawa Barat, Barisan Benteng Republik Indonesia, Partai Nasional Indonesia, Muhammadiyah,

Barisan Pemberontak Republik Indonesia, Gerakan Pemuda Islam Indonesia (D.M.P.I.I.),

Kebaktian Rakyat Indonesia Sulawesi, Partai Rakyat, Masyumi, Wanita Rakyat, dan Partai

Rakyat Jelata. Sedangkan yang menerima ialah: Sayap Kiri, Partai Keristen Indonesia, Serikat

Buruh Minyak, Partai Katolik Republik Indonesia, Parpim, Barisan Buruh dan Gas, PBI,

Page 98: PERJUANGAN GERAKAN PEMUDA ISLAM INDONESIA PADA …

Benteng Republik.183

Pengorganisasian Benteng republik terdiri atas Dewan

Pimpinan yang dipimpin oleh BPRI dengan para anggotanya terdiri dari

Masyumi, PNI, dan Angkatan Muda Guru. Dewan Politik terdiri dari PNI,

Masyumi, Partai Wanita Rakyat, KRIS, dan Partai Rakyat. Dewan Pembelaan

terdiri dari Dewan Mobilisasi Pemuda Islam Indonesia (D.M.P.I.I.), Barisan

Banteng, Laskar Rakyat Jawa Barat, dan KRIS. Dewan Pimpinan dan Dewan

Pembelaan bermarkas di Malang, sedang Dewan Politik bermarkas di

Yogyakarta.184

Demikian manifestasi perjuangan Dewan Mobilisasi Pemuda

Islam Indonesia yang berperan melalui Benteng Republik di dalam menolak

perjanjian Linggarjati sebagai salah satu wujud perjuangan di dalam

mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

Pesindo, Partai Sosialis, PKI, AMKRI, Partai Tani, Gerakan Rakyat Indonesia Sunda Kecil,

Persatuan Pemuda Kristen Indonesia, Sarekat Mahasiswa, Mahasiswa Yogyakarta, dan

Sarekat Buruh Gula. Lebih lanjut lihat buku Anwar Harjono dan Lukman Hakiem, Di Sekitar

Lahirnya Republik, (Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia, 1997), Cet-I, h. 78-79.

184

Ibid.

Page 99: PERJUANGAN GERAKAN PEMUDA ISLAM INDONESIA PADA …

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dalam proses perwujudan kemerdekaan Indonesia pada masa revolusi fisik

1945-1949 G.P.I.I.. telah memberikan sumbangan yang sangat besar dalam

perjuangannya mempertahankan kemerdekaan antara lain:

Pertama, G.P.I.I. adalah salah satu manifestasi dari sekian organisasi

pemuda yang muncul pasca proklamsi Kemerdekaan untuk mempertahankan

Indonesia dari cengkraman imperialisme Belanda dan dari pengaruh Komunis.

G.P.I.I. memberikan andil di dalam perjuangannya melalui Balai Muslimin;

dikarenakan Balai Muslimin adalah tempat lahirnya G.P.I.I. sekaligus sebagai

markas pada awal kemerdekaan. Perlu diketahuai bahwa di dalam pelataran

sejarah Balai Muslimin pernah dijadikan tempat untuk bersidang oleh KNIP II

Pusat yang bertujuan untuk membicarakan bagaimana langkah pemerintah

untuk membangun bangsa yang baru merdeka. Pada saat itu Balai Muslilimin

yang notabenenya adalah anggota-anggota G.P.I.I., maka secara tidak langsung

merekalah yang menyiapkan serta mengamankan tempat sidang tersebut. Di

Balai Muslimin pula G.P.I.I. memberikan kontribusi berupa ide dan membentuk

Pemuda Pelopor. Adapun tujuan terbentuknya Pemuda Pelopor tersebut ialah,

bertujuan untuk Menggerakkan revolusi di daerah-daerah bersama-sama dengan

rakyat di dalam menghadapi penjajah sehingga di daerah masing-masing

diharapkan dapat terbentuk people’s defence. Gagasan mengenai Pemuda

87

Page 100: PERJUANGAN GERAKAN PEMUDA ISLAM INDONESIA PADA …

Pelopor diajukan oleh perwakilan G.P.I.I. yaitu Abdul Karim Halim yang pada

saat itu menjabat sebagai Wakil Ketua I G.P.I.I..

Kedua, Di dalam perjuangannya, G.P.I.I. hadir sebagai perwakilan

pemuda Islam dalam bidang politik. Perjuangan Politik G.P.I.I. dapat dilihat di

dalam organisasi kepemudaan. G.P.I.I. mencoba membendung pengaruh

komunis (Pesindo). Dalam usaha membendung pengaruh Komunis, G.P.I.I. dan

organisasi pemuda lainnya membentuk satu wadah yang disebut BKPRI (Badan

Kongres Pemuda Republik Indonesia), BKPRI ini adalah hasil dari penolakan

organisasi G.P.I.I. dan organisasi lainnya yang tidak mau difusikan dengan

organisasi Pemuda Sosialis Indonesia (Pesindo).

Ketiga, Untuk lebih memperkuat barisan umat Islam pada tanggal 26

Oktober 1946, Gerakan Pemuda Islam Indonesia dalam mempertahankan

kemerdekaan menyatukan langkah dengan merealisasikan membentuk Dewan

Mobilisasi Pemuda Islam Indonesia, bersama Markas Tertinggi Sabililillah atas

nama K.H. Masjkur, Zainul Arifin atas nama Markas Tertinggi Hizbullah dan

R. H. Benjamin atas nama PP G.P.I.I.. adapun tujuan dari terbentuknya Dewan

Mobilisasi Pemuda Islam Indonesia ialah agar terdapat kesatuan pimpinan.

Semenjak Dewan Mobilisasi Pemuda Islam Indonesia dibentuk, maka pimpinan

tertinggi dalam melaksanakan mobilisasi pemuda Islam Indonesia guna

mempertahankan kemerdekaan, seluruhnya terletak dipundak Dewan

Mobilisasi tersebut. Dengan demikian terciptalah kesatuan pimpinan yang pada

masa itu sangat diperlukan sekali di dalam menghadapi Belanda dan Sekutu.

Page 101: PERJUANGAN GERAKAN PEMUDA ISLAM INDONESIA PADA …

B. Saran-Saran

Pertama, G.P.I.I. adalah satu-satunya representasi perjuangan pemuda

Islam di Indonesia dalam bidang politik. Sudah sepantasnya sejarah itu ditulis

dalam sebuah buku yang lebih lengkap dan terperinci.

Kedua, G.P.I.I. yang berenkarnasi manjadi GPI (Gerakan Pemuda Islam)

sebagai satu gerakan pemuda yang masih eksis saat ini, sudah sepantasnya

memberikan kontribusi yang sangat signifikan seperti pada masa revolusi fisik

1945-1949 akan tetapi pada masa dewasa ini gaungnya tidak terdengar

dikancah politik Indonesia.

Ketiga, Terungkapnya fakta-fakta di sekitar peranan umat Islam, khususnya

G.P.I.I. yang selama ini tersembunyi. Dengan terungkapnya fakta-fakta

tersebut, kesan bahwa Pemuda Islam tidak banyak berperan dalam perjuangan

kemerdekaan Indonesia sedikit demi sedikit akan terhapus. Dengan terhapusnya

kesan yang tidak benar itu, maka diharapkan generasi muda pada masa dewasa

ini menjadi lebih paham mengenai peranan yang telah dimainkan oleh generasi

terdahulu. Dengan demikian, generasi umat Islam khususnya pemudanya pada

masa dewasa ini akan semakin besarlah perasaan memiliki dan tanggung jawab

mereka terhadap kelanjutan bangsa Indonesia di masa depan. Perjuangan

G.P.I.I. pada masa revolusi fisik memberikan manifestasi riil bahwa Pemuda

Islam pada masa dewasa itu menitik beratkan tentang masyarakat Indonesia

yang mempunyai motto Bhineka Tunggal Ika, sudah sepantasnya generasi

sekarang ini ikut memeliharanya serta mengamalkannya.

Page 102: PERJUANGAN GERAKAN PEMUDA ISLAM INDONESIA PADA …

DAFTAR PUSTAKA

Buku, Skripsi dan Artikel

Aboebakar, Sejarah Hidup K.H.A. Wahid Hasjim dan Karangan Tersiar,

Panitia Buku Peringatan Alm. K.H.A. Wahid Hasjim, (Jakarta, 1957).

Anderson, Ben, Revolusi Pemuda, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1988).

Bulkin, Farchan, Analisa Kekuatan Politik di Indonesia, “Seri Prisma I”

(Jakarta: LP3ES, 19910).

Budiardjo, Miriam, Dasar-Dasar Ilmu Politik, (Jakarta: PT Garamedia Pustaka

Utama, 1997).

Cribb, Robert Bridson, Gejolak Revolusi Di Jakarta 1945-1949, (Jakarta: PT

Temprint, 1990).

Dahlan, A. Naruwihardjo, S.H., Pergerakan Pemuda Setelah Proklamasi, (Jakarta: Yayasan Idayu, 1979).

Englen, O.E., Lahirnya Satu Bangsa dan Negara, (Jakarta: UI Press 1947).

Hakiem, Lukman, Perjalanan Mencari Keadilan dan Persatuan: Biografi DR.

Harjono, S.H., (Jakarta: Media Da’wah, 1993).

Harjono, Anwar dan Lukman Hakiem, Di Sekitar Lahirnya Republik, (Dewan

Dakwah Islamiyah Indonesia, 1997).

Harjono, DR. Anwar, Perjalanan Politik Bangsa Menoleh Ke Belakang

Menatap Masa Depan, (Jakarta, Pen: Gema Insani Press, 1997).

I.N., Subagijo, Harsono Tjokroaminoto Mengikuti Jejak Perjuangan Sang

Ayah, (Jakarta: Gunung Agung, 1985).

Karim, M. Rusli, Perjalanan Partai Politik Di Indonesia Sebuah Potret Pasang

Surut, (Jakarta: Rajawali, 1983).

Lapian, A.B. dan P.J. Drooglever (ed), Menelususri jalur Linggarjati, (Jakarta: PT Pustaka Utama Grafiti, 1992).

Mani, P.R.S. Jejak Revolusi 1945 sebuah kesaksian sejarah, (Jakarta: PT

Pustaka Utama Grafiti, 1998).

Page 103: PERJUANGAN GERAKAN PEMUDA ISLAM INDONESIA PADA …

Materu, Mohammad Sidki Daeng, Sejarah Pergerakan Nasional Bangsa

Indonesia, (Jakarta: Gunung Agung, 1985).

Malik, Adam, Mengabdi Republik, (Jakarta: Gunung Agung, 1984).

MD, Sagimun, Peranan Pemuda Dari Sumpah Pemuda Sampai Proklamasi,

(Jakarta: PT Bina Aksara, 1989).

Moefreni, Susila Budi, Jakarta-Karawang-Bekasi Dalam Gejolak Revolusi:

Perjuangan Moeffreni Moe’min, (Jakarta: Keluarga Moeffreni

Moe’min, 1999).

Mudjanto, G., Indonesia Abad ke-20, Dari Kebangkitan Nasional Sampai

Linggarjati, (Yogyakarta: Kanisius, 1992).

Mansur Suryanegara Ahmad, Menemukan Sejarah wacana Pergerakan Islam

di Indonesia, (Pen: Mizan Cet III Jaqnuari 1996).

Maschuroh, Emi, Sejarah Pembentukan dan Peranan Hizbullah Dalam

Mempertahankan KemerdekaanRepublik Indonesia di Bogor (1945-

1947), (UIN Jakarta: Skripsi S-1 Sejarah Peradaban Islam Fakultas Adab, 2003), h. 31

Nasution, Adnan Buyung, Aspirasi Pemerintahan Konstitusional di Indonesia

Studi Sosio Legal atas Konstituante 1956-1959, (Jakarta: Pustaka

Utama Grafiti, 1995).

Nasution, DR. A. H., Sekitar Perang Kemerdekaan Indonesia jilid 2,

(Bandung, 1976).

Notosusanto, Mawarti Djoened Poesponegoro Nugroho, Sejarah Nasional

Indonesia VI, (Jakarta, Pen: Balai Pustaka, 1948).

Noer, Deliar, Partai Islam Di Pentas Nasional, (Jakarta, P.T. Pustaka Utama

Grafiti, 1987).

Poesponegoro, Marwati Djoened, Sejarah Nasional Jilid VI, (Jakarta: PN Balai

Pustaka,1984).

Pijfer, GF, beberapa Studi tentang Sejarah Islam di Indonesia 1900-1950, (UI

Press, Jakarta, 1984).

Paragoan, Wall, Membangun Supremasi Sipil Lewat Multi Partai, (Jakarta: Misaka Ghazila, 1998).

Page 104: PERJUANGAN GERAKAN PEMUDA ISLAM INDONESIA PADA …

Ridwan, H. Pemuda Islam Dalam Dinamika Politik Bangsa 1925-1984,

(Jakarta: CV. Rajawali, 1948).

Roem, Muhammad, Diplomasi: Ujung Tombak Perjuangan Republik

Indonesia, (Jakarta: Gramedia, 1987).

Riclefs, M.C., Sejarah Indonesia Modern, (Yogyakarta, Pen: Gajah Mada

University Press, Cet. 5 2995), h. 318.

Sobantardjo, Sari Sejarah, (Yogyakarta: Bopkri, 1987).

Soekarno dan KH. Ahmad Dahlan, Tokoh-tokoh Pemikir Paham Kebangsaan,

(Depdikbud, Jakarta, 1999).

Soerojo, Soegiarto, Siapa Menabur Angin Akan Menuai Badai, (Jakarta: PT. Sri

Murni, 1998).

Sejarah Lisan, Menelusuri Jejak Ayahku Harsono Tjokroaminoto, (Jakarta:

Penerbit Arsip Nsional Republik Indonesia, 1983).

Tjokroaminoto, H. Harsono, Pedoman Pelaksanaan Tugas Syarikat Islam,

(T.tp, T.pn, t.t)

Yamin, Mr. Mohammad, Naskah Persiapan Undang-undang Dasar 1945,

(Jakarta: Jajasan Prapanca, 1959).

Zamakhsyari, Dhofier, Tradisi Pesantren Studi Tentang Pandangan Hidup

Kiyai, (LP3ES, Jakarta, 1982).

Pilihan Artikel Prisma, Analisa Kekuatan Politik Di Indonesia, (Jakarta:

LP3ES, 1985).

Surat Kabar

Berita Antara, 25 Juli 1947.

Berdjuang, 2 Januari s/d 31 Desember 1946 No.61/PN/M/-(Pos).

Kedaulatan Rakyat, 1 Januari 1946 s/d 1 Januari 1947 No: 242/PN/M/-(Pos)

Kedaulatan Rakyat, 31 Desember 1946 s/d 3 Januari 1947 No: 871/Prod.

87/88.

Soeara Moeda, 5 Oktober s/d 7 November 1945 No: 3074/PN/M.

Page 105: PERJUANGAN GERAKAN PEMUDA ISLAM INDONESIA PADA …