31
Pengaruh Berbagai pH Terhadap Perkecambahan Lamtoro (Leucaena leucephala) Pengetahuan Lingkungan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Biji merupakan salah satu alat perkembangbiakan bagi tumbuhan secara generatif. perkembangbiakan dengan biji banyak dilakukan sebagai riset percobaan maupun penelitian untuk mengetahui proses yang terjadi selama perkecambahan. Sebelum berkembang menjadi dewasa, biji terlebih dahulu melalui fase perkecambahan. Perkecambahan merupakan awal dari tumbuhan memasuki pertumbuhannya. Perkecambahan dimulai dari perombakan atau penggunaan cadangan makanan yang terdapat dalam biji tersebut untuk pembentukan awal organ-organ tumbuhan, yaitu dengan perombakan kotiledon pada biji tersebut. Prrombaan perombakan kotiledon ini menghasilkan 2 buah organ awal yang menjadi cikal bakal tanaman, yakni radikula sebagai bakal akar dan plumula sebagai bakal batang. perkecambahan biji terjadi ketika radikula muncul dari kulit biji dalam kondisi baku suatu uji perkecambahan, atau biasa dikatakan perkecambahan terjadi ketika bibit munul dari media. Dalam memasuki fase perkecambahan biji banyak dipengaruhi oleh beberapa faktor baik faktor Pendidikan Biologi A / 2010 1

PERKECAMBAHAN LAMTORO

Embed Size (px)

DESCRIPTION

eksperimen perkecambahan lamtoro

Citation preview

Pengaruh Berbagai pH Terhadap Perkecambahan Lamtoro (Leucaena leucephala)Pengetahuan Lingkungan

BAB IPENDAHULUAN1.1 Latar BelakangBiji merupakan salah satu alat perkembangbiakan bagi tumbuhan secara generatif. perkembangbiakan dengan biji banyak dilakukan sebagai riset percobaan maupun penelitian untuk mengetahui proses yang terjadi selama perkecambahan. Sebelum berkembang menjadi dewasa, biji terlebih dahulu melalui fase perkecambahan.Perkecambahan merupakan awal dari tumbuhan memasuki pertumbuhannya. Perkecambahan dimulai dari perombakan atau penggunaan cadangan makanan yang terdapat dalam biji tersebut untuk pembentukan awal organ-organ tumbuhan, yaitu dengan perombakan kotiledon pada biji tersebut. Prrombaan perombakan kotiledon ini menghasilkan 2 buah organ awal yang menjadi cikal bakal tanaman, yakni radikula sebagai bakal akar dan plumula sebagai bakal batang. perkecambahan biji terjadi ketika radikula muncul dari kulit biji dalam kondisi baku suatu uji perkecambahan, atau biasa dikatakan perkecambahan terjadi ketika bibit munul dari media. Dalam memasuki fase perkecambahan biji banyak dipengaruhi oleh beberapa faktor baik faktor dari dalam biji tersebut juga factor luar seperti ; kelembaban, pH, cahaya, suhu, dan lain-lain. Perkecambahan memiliki pH optimum yang berbeda-beda tergantung kepada jenis biji tanaman, setiap tanaman mempunyai kesesuaian pH yang berbeda-beda. pH dapat menunjukan mudah tidaknya unsur hara diserap oleh tanaman, pada umumnya unsur hara mudah diserap pada pH netral, karena pada pH netral unsur hara mudah larut dalam air. Dengan pH yang optimum proses perkecambahan biji dapat berlangsung lebih cepat.

1.2 Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan rumuskan masalah sebagai berikut :1). Bagaimana pengaruh berbagai pH terhadap Perkecambahan Lamtoro (Leucaena leucocephala)?2). Pada pH berapakah Lamtoro (Leucaena leucocephala) berkecambah secara optimal?3). Faktor-faktor apa saja yang memengaruhi perkecambahan Lamtoro (Leucaena leucocephala)?1.3 Tujuan PercobaanPada praktikum ini bertujuan untuk :1). Mengetahui pengaruh berbagai pH terhadap perkecambahan2). Mengetahui pH optimal untuk perkecambahn biji Lamtoro (Leucaena leucocephala)3). Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perkecambahan Lamtoro (Leucaena leucocephala)1.4 Hipotesis1) Adanya berbagai pH dapat mempengaruhi perkecambahan Lamtoro (Leucaena leucocephala.2) Seperti perkecambahan pada tanaman lainnya, pada Lamtoro (Leucaena leucocephala), pH optimal untuk perkecambahan adalah pH netral yakni 7.3) Faktor-faktor yang mempegarui perkecambahan biji terdiri dari faktor biotik dan abiotik.

BAB IIKAJIAN TEORI2.1 Lamtoro (Leucaena leucocephala)Lamtoro (Leucaena leucocephala), petai cina, atau petai selong adalah sejenis perdu dari suku Fabaceae (Leguminosae, polong-polongan), yang kerap digunakan dalam penghijauan lahan atau pencegahan erosi. Berasal dari Amerika tropis, tumbuhan ini sudah ratusan tahun dimasukkan ke Jawa untuk kepentingan pertanian dan kehutanan dan kemudian menyebar pula ke pulau-pulau yang lain di Indonesia. Oleh sebab itu agaknya, maka tanaman ini di Malaysia dinamai petai jawa. Berikut taksonomi ilmiah dari Lamtoro (Leucaena leucocephala). Taksonomi IlmiahKerajaan: PlantaeDivisi: MagnoliophytaKelas: MagnoliopsidaSub kelas: RosidaeOrdo: FabalesFamili: FabaceaeUpafamili: MimosoideaeGenus: LeucaenaSpesies: L. leucocephalaNama Lokal: Petai cina, Lamtoro, Peuteuy selong, Kalandingan.Lamtoro menyukai iklim tropis yang hangat (suhu harian 25-30 C); ketinggian di atas 1000 m dpl. dapat menghambat pertumbuhannya. Tanaman ini cukup tahan kekeringan, tumbuh baik di wilayah dengan kisaran curah hujan antara 6503.000 mm (optimal 8001.500 mm) pertahun; akan tetapi termasuk tidak tahan penggenangan.Tanaman Lamtoro mudah diperbanyak dengan biji dan dengan pemindahan anakan. Saking mudahnya tumbuh, di banyak tempat Lamtoro seringkali merajalela menjadi gulma. Tanaman ini pun mudah trubus; setelah dipangkas, ditebang atau dibakar, tunas-tunasnya akan tumbuh kembali dalam jumlah banyak.Tidak banyak hama yang menyerang tanaman ini, akan tetapi Lamtoro teristimewa rentan terhadap serangan hama kutu loncat (Heteropsylla cubana). Serangan hama ini di Indonesia di akhir tahun 1980an, telah mengakibatkan habisnya jenis Lamtoro lokal di banyak tempat.Sejak lama Lamtoro telah dimanfaatkan sebagai pohon peneduh, pencegah erosi, sumber kayu bakar dan pakan ternak. Di tanah-tanah yang cukup subur, Lamtoro tumbuh dengan cepat dan dapat mencapai ukuran dewasanya (tinggi 1318 m) dalam waktu 3 sampai 5 tahun. Tegakan yang padat (lebih dari 5000 pohon/ha) mampu menghasilkan riap kayu sebesar 20 hingga 60 m perhektare pertahun. Pohon yang ditanam sendirian dapat tumbuh mencapai gemang 50 cm.Lamtoro adalah salah satu jenis polong-polongan serbaguna yang paling banyak ditanam dalam pola pertanaman campuran (wanatani). Pohon ini sering ditanam dalam jalur-jalur berjarak 310 m, di antara larikan-larikan tanaman pokok. Kegunaan lainnya adalah sebagai pagar hidup, sekat api, penahan angin, jalur hijau, rambatan hidup bagi tanaman-tanaman yang melilit seperti lada, panili, markisa dan gadung, serta pohon penaung di perkebunan kopi dan kakao. Di hutan-hutan tanaman jati yang dikelola Perhutani di Jawa, Lamtoro kerap ditanam sebagai tanaman sela untuk mengendalikan hanyutan tanah (erosi) dan meningkatkan kesuburan tanah. Perakaran Lamtoro memiliki nodul-nodul akar tempat mengikat nitrogen.Menanam Lamtoro ini cukup mudah. Suku polong-polongan ini dapat tumbuh subur di daerah ketinggian 1-1500 m dpl. Tanaman ini juga tidak terkait dengan musim karena dapat tumbuh pada segala musim asalkan masih berkisar pada suhu 25-30 o C. Tanaman lamtoro mudah diperbanyak dengan biji dan dengan pemindahan anakan. Saking mudahnya tumbuh, di banyak tempat lamtoro seringkali merajalela menjadi gulma. Tanaman ini pun mudah trubus, setelah dipangkas, ditebang atau dibakar, tunas-tunasnya akan tumbuh kembali dalam jumlah banyak.Tidak banyak hama yang menyerang tanaman ini, akan tetapi lamtoro teristimewa rentan terhadap serangan hama kutu loncat (Heteropsylla cubana). Serangan hama ini di Indonesia di akhir tahun 1980an, telah mengakibatkan habisnya jenis lamtoro lokal di banyak tempat. Secara biologis, ada 2 cara tanaman lamtoro atau petai cina dikembangbiakkan yaitu secara generatif dan vegetatif. Akan tetapi, apabila dikembangkan melalui cara vegetatif yaitu dengan cangkok dan stek, akan banyak mengalami berbagai kegagalan.Cara generatif yaitu dengan menumbuhkan biji yang merupakan salah satiu cara paling umum untuk mengembangkan tanaman yang melakukan penyerbukan sendiri dan silang. Bijinya disebarkan di salah satu medium, lalu disiram dengan air secukupnya, kemudian dijaga kelembaban tanahnya, dan terakhir dipupuk dengan pupuk organik.Perkembangbiakan ini merupakan salah satu metode yang paling praktis dan mudah untuk mendapatkan bibit tanaman dalam jumlah yang cukup besar.Pengembangan dengan biji tersebut mempunyai keuntungan, antara lain :a. Pohonnya kuat karena mempunyai susunan akar yang baik.b. Tidak mudah mengalami stagnasi akibat kekeringan karena memiliki akar yang dalam.

2.2 PerkecambahanPara ahli fisiologis benih menyatakan bahwa perkecambahan adalah munculnya radikel menembus kulit benih. Para agronomis menyatakan bahwa perkecambahan adalah muncul dan berkembangnya struktur penting embrio dari dalam benih dan menunjukkan kemampuannya untuk menghasilkan kecambah normal pada kondisi lingkungan yang optimum.Dalam biji terdapat calon individu baru atau embrio yang dilengkapi dengan cadangan makanan. Pada tanaman dikotil misalnya kacang mempunyai dua kotiledon yang membesar. Sumbu embrio bagian bawah kotiledon disebut hipokotil. Bagian terminalnya (ujung) disebut radikula. Sumbu embrio bagian atas kotiledon disebut epikotil. Dan ujungnya disebut plumula (pucuk embrio) yaitu ujung batang bersama calon-calon (primordium) daun.Embrio yang tumbuh belum memiiki klorofil , sehingga embrio belum dapat membuat makanannya sendiri. Umumnya, makanan untu pertumbuhan embrio berasal dari endosperma. Akan tetapi tidak semua biji memiliki endsperma.biji tumbuhan polong-polongan,misalnya kacang tidak memiliki endosperma, melainkan cadangan makanannya dari kotiledon. Endosermanya sendiri sudah habis.biji yang demikian disebut biji eksalbuminus. Sedangkan biji yang endospermanya ada disebut biji albuminus.Tumbuhan monokotil mempunyai satu kotiledon .misalnya pada Grminineae (Poaceae), misalnya Lamtoro,kotiledonnya disebut skutelum. Skutelum menyerap nutrien dari endosperma dan memindahkannya ke bagian embrio selama proses perkecambahannya. Radikula (calon akar) monokotil diselubungi oleh koleoriza (sarung akar lembaga) dan ujung embrio diselubungi koleoptil (sarung pucuk lembaga).Perkecambahan diawali dengan penyerapan air dari lingkungan sekitar biji, baik tanah, udara, maupun media lainnya. Perubahan yang teramati adalah membesarnya ukuran biji yang disebut tahap imbibisi (berarti "minum"). Biji menyerap air dari lingkungan sekelilingnya, baik dari tanah maupun udara (dalam bentuk embun atau uap air. Efek yang terjadi adalah membesarnya ukuran biji karena sel-sel embrio membesar) dan biji melunak. Proses ini murni fisik.Kehadiran air di dalam sel mengaktifkan sejumlah enzim perkecambahan awal. Fitohormon asam absisat menurun kadarnya, sementara giberelin meningkat. Berdasarkan kajian ekspresi gen pada tumbuhan model Arabidopsis thaliana diketahui bahwa pada perkecambahan lokus-lokus yang mengatur pemasakan embrio, seperti ABSCISIC ACID INSENSITIVE 3 (ABI3), FUSCA 3 (FUS3), dan LEAFY COTYLEDON 1 (LEC1) menurun perannya (downregulated) dan sebaliknya lokus-lokus yang mendorong perkecambahan meningkat perannya (upregulated), seperti GIBBERELIC ACID 1 (GA1), GA2, GA3, GAI, ERA1, PKL, SPY, dan SLY. Diketahui pula bahwa dalam proses perkecambahan yang normal sekelompok faktor transkripsi yang mengatur auksin (disebut Auxin Response Factors, ARFs) diredam oleh miRNA.Perubahan pengendalian ini merangsang pembelahan sel di bagian yang aktif melakukan mitosis, seperti di bagian ujung radikula. Akibatnya ukuran radikula makin besar dan kulit atau cangkang biji terdesak dari dalam, yang pada akhirnya pecah. Pada tahap ini diperlukan prasyarat bahwa cangkang biji cukup lunak bagi embrio untuk dipecah.

2.3 Morfologi PerkecambahanMelihat pada keberadaan kotiledon atau organ penyimpanan, perkecambahan dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu perkecambahan epigeal dan perkecambahan hipogeal. Perkecambahan epigeal ditunjukkan oleh benih dari golongan kacang-kacangan dan pinus, sedangkan perkecambahan hipogeal ditunjukkan oleh benih dari golongan koro-koroan, dan rerumputan.2.3.1 Perkecambahan EpigealPerkecambahan epigeal adalah perkecambahan yang menghasilkan kecambah dengan kotiledon terangkat ke atas permukaan tanah (Gambar 1). Dalam proses perkecambahan, setelah radikel menembus kulit benih, hipokotil memanjang melengkung menembus ke atas permukaan tanah. Setelah hipokotil menembus permukaan tanah, kemudian hipokotil meluruskan diri dan dengan cara demikian kotiledon yang masih tertangkup tertarik ke atas permukaan tanah juga. Kulit benih akan tertinggal di permukaan tanah, dan selanjutnya kotiledon membuka dan daun pertama (plumula) muncul ke udara. Beberapa saat kemudian, kotiledon meluruh dan jatuh ke tanah. Beberapa contoh benih dengan perkecambahan epigeal adalah kedelai, kacang tanah, Lamtoro, dan lamtoro.

Gambar 1. Proses perkecambahan benih epigeal dari benih buncis (Phaseolus vulgaris) (dari Johnson, 1985) 2.3.2 Perkecambahan HipogealPerkecambahan hipogeal adalah perecambahan yang menghasilkan kecambah dengan kotiledon tetap berada di bawah permukaan tanah. Dalam proses perkecambahan, plumula dan radikel masing-masing menembus kulit benih. Radikel menuju ke bawah dilinungi oleh koleoriza, dan plumula menuju ke atas dilindungi oleh koleoptil. Setelah kolepotil menembus permukaan tanah dari bawah mencapai udara, lalu membuka dan plumula terbebas dari lindungan koleoptil dan terus tumbuh dan berkembang, sedangkan koleotil sendiri berhenti tumbuh (Gambar 2). Beberapa contoh benh dengan perkecambahan epigeal adalah padi, Lamtoro, dan sorgum.

Gambar 2. Proses perkecambahan benih hipogeal dari benih Lamtoro (Zea mays L (dari Johnson, 1985)2.4 Pengaruh Derajat Keasaman (pH)pH adalah derajat keasaman yang digunakan untuk menyatakan tingkat keasaman atau kebasaan yang dimiliki oleh suatu larutan. Ia didefinisikan sebagai kologaritma aktivitas ion hidrogen (H+) yang terlarut. Koefisien aktivitas ion hidrogen tidak dapat diukur secara eksperimental, sehingga nilainya didasarkan pada perhitungan teoritis. Skala pH bukanlah skala absolut. Ia bersifat relatif terhadap sekumpulan larutan standar yang pH-nya ditentukan berdasarkan persetujuan internasional.Kebanyakan tanaman toleran terhadap pH yang ekstrim rendah atau tinggi, asalkan pada media tanam tersedia unsur hara yang cukup. sayangnya tersedianya unsur hara yang cukup itu dipengaruhi oleh pH. Beberapa unsur hara tidak tersedia pada pH yang ekstrim dan beberapa unsur yang lainnya berada pada tingkat meracun (Hakim,dkk 1987).pH akan mempengaruhi kondisi lingkungan disekitar perakaran. PH dekat perakaran akan berlainan dari pH dalam bagian terbesar suatu tanah Perubahan-perubahan tersebut dapat dikaitkan dngan perbedaan dalam banyaknya (miliekuivalen) kation dan anion yang diambil oleh akar. (Nye, 1981). . pH menentukan mudah tidaknya unsur-unsur hara diserap oleh tanaman, pada umumnya unsur hara mudah diserap oleh akar pada pH netral, serta pH menunjukan adanya unsur-unsur yang bersifat racun(Hardjowigeno, 1989).Reaksi tanah sangat mempengaruhi ketersediaan unsur hara bagi tanaman. Pada reaksi media( tanah) yang netral, yaitu 6,0-7,5, unsur hara yang tersedia dalam jumlah yang optimal. Pada pH kurang dari 6 ketersediaan unsur-unsur fosfor, kalium, belerang, kalsium, magnesium,dan molibdenum menurun dengan cepat. Sedangkan pada pH yang lebih tinggi dari 8, akan menyebabkan unsur-unsur nitrogen, besi , mangan, boruim, tembaga,dan seng ketersediaannya jadi sedikit(Sarief, S 1986).

BAB IIIANALISA DAN PEMBAHASAN3.1 Tabel Hasil Pengamatan Pengaruh Berbagai pH Terhadap Perkecambahan Lamtoro (Leucaena leucocephala)Pengaruh pH 5 Terhadap Perkecambahan Lamtoro (Leucaena leucocephala)

PengamatanKecambah (cm)Rata-rata

ke-12345

12,52,52,52,52,52,5

23,3333,43,23,18

34,244,14,13,94,06

45,65,55,85,45,35,52

56,56,36,76,26,16,36

Pengaruh pH 6 Terhadap Perkecambahan Lamtoro (Leucaena leucocephala)

PengamatanKecambah (cm)Rata-rata

ke-12345

12,52,52,52,52,52,5

23,83,63,53,73,93,7

35,15,3555,35,14

46,56,16,366,26,22

58,38,78,68,48,58,5

Pengaruh pH 7 Terhadap Perkecambahan Lamtoro (Leucaena leucocephala)

PengamatanKecambah (cm)Rata-rata

ke-12345

12,52,52,52,52,52,5

22,92,62,92,72,72,76

34,443,93,84,24,06

45,76,25,95,75,35,76

57,37,37,277,17,18

3.2 Grafik dan Analisa Pengaruh Berbagai pH Terhadap Perkecambahan Lamtoro (Leucaena leucocephala)

3.3 Analisa Grafik : Pada percobaan yang telah kami lakukan, kami melakukan pengamatan perkecambahan lamtoro pada berbagai pH. Pada pH 5, pengamatan pertama menunjukkan rata-rata tinggi kecambah mencapai 2,5 cm, pada pH 6 tinggi kecambah 2,5 cm, begitu pula dengan tinggi kecambah pada pH 7. Pada pengamatan pertama rata-rata tinggi kecambah adalah sama. Pengamatan kedua, pada pH 5 menunjukkan rata-rata tinggi kecambah terjadi kenaikan menjadi 3,18 cm, pada pH 6 sebesar 3,7 cm, sedangkan pada pH 7 yaitu 2,76 cm. Pada pengamatan kedua ini dapat diketahui bahwa rata-rata tinggi kecambah unggul pada pH 6. Selanjutnya pada pengamatan ketiga, pH 5 diketahui rata-rata tinggi kecambah 4,06 cm, pH 6 sebesar 5,14 cm, dan pada pH 7 sebesar 4,06 cm. dari hasil pengamatan ketiga menunjukkan bahwa pH 6 rata-rata tinggi kecambah kembali unggul. Selanjutnya pada pengamatan keempat, pH 5 menunjukkan rata-rata tinggi kecambah mencapai 5,52 cm, pH 6 menunjukkan rata-rata tinggi kecambah yang lebih unggul yaitu sebesar 6,22 cm, sedangkan pH 7 sebesar 5,76 cm. pada pengamatan ini, pH 6 rata-rata tinggi kecambah kembali unggul. Dan yang terakhir pada pengamatan kelima, pH 5 rata-rata tinggi kecambah mencapai angka 6,36 cm, pada pH 6 kembali paling tinngi yaitu 8,5 cm, sedangkan pada pH 7 rata-rata tinggi kecambah mencapai 8,5 cm. Dari semua pengamatan, mulai dari pengamatan pertama sampai pengamatan terakhir, juga dapat dilihat pada grafik, dapat diketahui bahwa rata-rata tinggi kecambah paling unggul terjadi pada pH 6.

3.4 Pembahasan3.4.1 Pengaruh pH terhadap Perkecambahan Biji Lamtoro (Leucaena leucocephala)Dilihat dari segala segi, media yang mempunyai pH 6-7 merupakan pH yang paling baik, karena pada pH 6-7 keadaan biologis dan penyediaan unsur hara umumnya berada pada tingkat terbanyak. Keadaan biologis dan penyediaan unsur hara yang banyak ini mengakibatkan perkecambahan Lamtoro berlangsung optimal, setelah pada Lamtoro ini mengalami pembongkaran cadangan makanan dalam bijinya untuk pertumbuhan , maka Lamtoro memasuki fase perkembangan vegetatif. Untuk fase ini perkecambahannya diperlukan unsur hara yang lebih banyak, sehingga pertumbuhan tanaman berlangsung baik. pH 6-7 termasuk pH netral, pH ini lebih baik dari pH lain (masam dan alkalis), karena pada pH masam unsur seperti Posfor tidak dapat diserap tanaman karena diikat (fiksasi) oleh Al, padahal unsur P sangat penting bagi perkecambahan. Sedangkan pada pH alkalis unsur P juga tidak dapat diserap karena diikat oleh Ca.Pada praktikum ini, perkecambahan Lamtoro yang paling tinggi adalah pada pH 6. Hal ini sesuai dengan kisaran kajian teori, dimana berdasarkan informasi yang kami dapatkan, pH optimum dari perkecambahan Lamtoro, berkisar antara pH 6 sampai pH 7. Pada praktikum ini, tinggi kecambah antara pH 6 dan pH 7 tidak terlalu berbeda jauh atau tidak terlalu signifikan. Hanya berbeda beberapa millimeter saja. Sebagaimana yang kita ketahui, pada pH 6, dimana kondisi air masih terdapat unsur keasaman, sehingga unsur-unsur dan mineral yang dibutuhkan oleh biji dalam melakukan proses perkecambahan dapat terserap secara optimal, dan hal ini menyebabkan biji Lamtoro dapat berkecambah.Perkecambahan biji Lamtoro antara kelompok satu dengan yang lain tidak seragam. Ketidakseragaman ini terjadi karena adanya perbedaan pH. Molekul-molekul air dipecah menjadi ion hidrogen (H+ ) dan ion hidroksil (OH-). Selain itu kualitas biji Lamtoro dan kebersihan dari alat serta media tanam juga mempengaruhi perkecambahan biji. Tanaman Lamtoro toleran terhadap kadar garam tinggi yang memiliki kadar dekstrosa, gula total, dan pati lebih tinggi dari pada biji Lamtoro yang peka (Bintoro, 1988). Garam yang larut dalam air akan meningkatkan tekanan osmotik larutan. Makin tinggi tekanan osmotik larutan makin kuat air terikat oleh partikel larutan. Hal ini berakibat pada benih yang berada pada tanaman yang mengandung garam tinggi sehingga sulit untuk menyerap air, dan perkecambahan bijinya akan terhambat (Pramono, 1993). Faktor lain yang dapat mempengaruhi perkecambahan biji yaitu hama dan penyakit. Syarat utama pada proses perkecambahan biji adalah tersedianya air yang cukup. Oleh karena itu air merupakan faktor yang paling mendukung proses perkecambahan biji.Perkecambahan adalah proses fisiologis yang terjadi di dalam biji yang dapat menyebabkan terjadinya aktivitas/ kegiatan jaringan-jaringan plumule dan radicle yaitu calon batang dan calon akar, hingga menembus kulit biji. Akhirnya calon tersebut tumbuh menjadi tanaman baru.Proses perkecambahan biji Lamtoro berlangsung melalui tiga tahap, yaitu :1. Masuknya air yang berdampak melunakkan kulit biji2. Di dalam biji terjadi perubahan atau metabolisme secara kimia dan biologis (biokimia)3. Terjadi pembelahan sel pada jaringan titik tumbuh, baik calon akar maupun calon batang yang diikuti dengan calon akar menembus kulit biji. Biji Lamtoro yang dikecambahkan, mula-mula secara imbibisi menyerap air dan udara hingga menyebabkan terjadi pembengkakan pada biji. Perpaduan antara air bersama aerasi (udara) yang bagus pada temperatur 18oC sampai 21oC mengakibatkan terjadi proses perubahan yang disebut proses biokhemis yaitu cadangan makanan larut. Lamtoro tidak memerlukan persyaratan yang tajam, karena tanaman ini dapat ditanam hampir di semua macam tanah. Dan dalam praktikum ini, menggunkan media kapas, dan Lamtoro berhasil tumbuh dan berkecambah dengan baik. Hal ini menunjukkan bahwa, Lamtoeo bisa tumbuh di media lain selain tanah, dalam percoaan ini adalah media kapas. Percobaan terhadap perkecambahan biji Lamtoro, dilakukan dengan menggunakan larutan dengan berbagai macam pH. Macam pH yang digunakan adalah: pH 5, pH 6, dan pH 7. Penambahan pH diberikan setiap 2 hari sekali agar tidak terjadi kekeringan yang dapat menghambat proses perkecambahan.Perkecambahan biji dipengaruhi oleh pH melalui dua cara yaitu (1) pengaruh langsung ion hydrogen dan (2) pengaruh tidak langsung, yaitu tidak tersedianya unsur tertentu. Sebagian besar tanaman toleran terhadap pH yang ekstrim rendah atau tinggi. pH yang terlalu ekstrim akan menyebabkan kegiatan atau aktivitas dalam biji terganggu, karena pH tersebut akan merusak enzim yang berperan pada proses perkecambahan yang terdapat pada biji.Proses perkecambahan dan pertumbuhan tanaman sangat dipengaruhi oleh faktor luar dan faktor dalam. Faktor luar dapat berupa air, udara, sinar matahari, suhu serta pH. Semua faktor tersebut berkaitan dengan ketersediaan cadangan makanan (endosperm) dalam biji. Cadangan makanan dalam biji tersedia dalam bentuk karbohidrat Cadangan makanan dalam biji harus cukup untuk persediaan makanan selama proses perkecambahan. Sedangkan faktor dalam yang sangat berpengaruh terhadap proses perkecambahan biji adalah faktor genetik serta keadaan embrio dari biji tersebut. Embrio harus dalam keadaan baik dan sehat, sebab benih dengan keadaan tersebut akan menentukan proses pertumbuhan berikut dan sangat menentukan produksi yang akan dicapai.Penyimpangan yang terjadi pada praktikum dapat terjadi karena :1. Kurang sterilnya alat dan media yang digunakan2. Terjadinya pembusukan atau matinya biji Lamtoro3. Kurangnya perhatian dan pengawasan kami terhadap objek praktikum, dalam hal ini berupa perkecambahan Lamtoro.3.4.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkecambahan Lamtoro (Leucaena leucocephala)Faktor-faktor yang mempengaruhi perkecambahan Lamtoro meliputi faktor internal dan eksternal :a. Faktor Internal berupa kemasakan benih. Makin tinggi tingkat kemasakannya persentase perkecambahannya juga makin tinggi.b. Faktor Eksternal, yakni berupa : Ketersediaan Air : (Kapasitas Lapang) Udara (Oksigen dan CO2) : O2 udara normal (20%) baik untuk perkecambahan Suhu lingkungan: berpengaruh pada proses metabolisme sel, sehingga berpengaruh pada perkecambahan. Istilah suhu kardinal: (suhu minimum, optimum, maksimum) Cahaya: beberapa jenis perlu atau tidak perlu cahaya. Lamtoro memerlukan cahaya untuk melangsungkan proses perkecambahan. Fitokrom: Suatu senyawa pigmen protein yang fotoreversibel (dapat berubah karena perubahan cahaya) Bertanggungjawab pada proses perkecambahan dan pembungaan

BAB IVKESIMPULAN

Dari percobaan yang telah kami lakukan kami dapat menarik kesimpulan bahwasanya, adanya berbagai pH mempegaruhi tingkat perkecambahan Lamtoro yakni dengan ditunjukkannya adanya variasi tinggi perkecambahan Lamtoro dari pH 5, 6 dan pH 7. pH optimum dalam perkecambahan Lamtoro (Leucaena leucocephala) adalah pH 6. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkecambahan ini adalah faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal berupa kemasakan benih atau biji. Faktor eksternal berupa suhu, cahaya, kelembapan, ketersediaan air, udara dan lain-lain.

DAFTAR PUSTAKA

http://peri-kehidupan-lamtoro-leucaena.htmlBintoro, M.H. 1988. Toleransi Tanaman Jagung terhadap Salinitas. Desertasi Doktor. IPB, Bogor.Pramono Eko, dkk. 1993. Evaluasi Daya Tahan Kering Berbagai Genotip Kedelai Melalui Uji Perkecambahan dan Pertumbuhan Vegetatif. Jurnal Pengembangan Wilayah Lahan Kering No. 12, hal 31-35. Lampung. Pramono, Perkecambahan BenihKamil, Jurnalis. 1979. Teknologi Benih 1. Angkasa Raya : Padanghttp://Lamtoro.Wikipedia.bahasaIndonesia,Ensiklopediabebas.Pendidikan Biologi A / 2010 14