Upload
smurakata
View
302
Download
6
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pemanfaatan makhluk hidup dalam bidang teknologi menjadi suatu
kebutuhan menghadapi tantangan dunia untuk meningkatkan kesejahteraan
manusia, perkembangan ilmu dan teknologi menjadi suatu bagian terpenting
dalam abad ke-20 yang merupakan zaman molekuler bagi kehidupan manusia.
Perkembangan laju populasi manusia menimbulkan berbagai macam
permasalahan kompleks yang sulit dipecahkan sehingga butuh penangan yang
cepat dan akurat dalam menjawab setiap tantangan global.
Dalam kurun waktu 20 tahun terakhir ini, bioteknologi telah mengalami
perkembangan sangat pesat. Di beberapa negara maju, bioteknologi mendapatkan
perhatian serius dan dikembangkan secara intensif dengan harapan dapat memberi
solusi untuk mengatasi berbagai permasalahan yang dihadapi manusia pada saat
ini maupun yang akan datang menyangkut kebutuhan pangan, obat-obatan,
penelitian yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan hidup umat manusia
(Roitt, 2000).
Kemajuan dan perkembangan bioteknologi tidak dapat terlepas dari
kemajuan dan dukungan ilmu-ilmu dasar seperti mikrobiologi, biokimia, biologi
molekuler, dan genetika. Kompetensi menguasai bioteknologi tersebut dapat
tercapai ketika pembinaan sumber daya manusia diorientasikan pada kompetensi
meneliti dan menerapkan metode-metode mutakhir bioteknologi. Kemampuan
menguasai dan mengaplikasikan metode-metode mutakhir bioteknologi (current
methods of biotecnology) seperti kultur jaringan, rekayasa genetik, hibridoma,
kloning, dan polymerase chains reaction (PCR) secara prospektif telah mampu
menghasilkan produk-produk penemuan baru (Boenisch, 2001).
Sebagai contoh, penemuan-penemuan baru dibidang immunologi (ilmu
yang mempelajari sistem kekebalan tubuh) telah berhasil menemukan dan
menghasilkan antibodi-monoklonal (MAb) secara massal. Penemuan MAb
dengan metode klonasi (clone) memiliki kelebihan antara lain peka (sensitivitas),
khas (spesifitas), dan akurat. Selain itu, MAb dapat pula digunakan untuk
memberikan jasa pelayanan dalam berbagai hal seperti diagnosis suatu penyakit
dengan akurat, pencegahan dan pengobatan penyakit. Kontribusi MAb telah dapat
dirasakan manfaatnya khususnya dalam dunia riset (research) seperti
enzymeimmunoassay (EIA), radioimmunoassay (RIA), dan immunositokimia
(immunocytochemistry). Oleh karena itu, perkembangan bioteknologi perlu dikaji
dan dipelajari agar manusia dapat mengikuti perkembangan zaman (Soedigdo,
2000).
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah sejarah perkembangan bioteknologi?
2. Apa saja produk yang dihasilkan dari aplikasi pemanfataan bioteknologi?
3. Bagaimanakah dampak dari perkembangan bioteknologi bagi manusia?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk memaparkan sejarah perkembangan bioteknologi.
2. Dapat mengetahui jenis produk yang dihasilkan dari aplikasi
bioteknologi.
3. Untuk menjelaskan dampak dari perkembangan bioteknologi bagi
manusia.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Perkembangan Bioteknologi
Istilah bioteknologi pertama kali dikemukakan oleh Karl Ereky, seorang
insinyur Hongaria pada tahun 1917 yang mendeskripsikan produksi babi dalam
skala besar dengan menggunakan bit gula sebagai sumber pakannya (Suwanto,
1998). Bioteknologi berasal dari dua kata, yaitu 'bio' yang berarti makhuk hidup
dan 'teknologi' yang berarti cara untuk memproduksi barang atau jasa. Dari
paduan dua kata tersebut European Federation of Biotechnology (1989)
mendefinisikan bioteknologi sebagai perpaduan dari ilmu pengetahuan alam dan
ilmu rekayasa yang bertujuan meningkatkan aplikasi organisme hidup, sel, bagian
dari organisme hidup, dan/atau analog molekuler untuk menghasilkan produk dan
jasa (Primose, 2003).
Pemanfaatan mikroba untuk kepentingan manusia telah ada sejak zaman
sebelum masehi. Hingga sekarang manusia telah mengalami tiga periode
perkembangan bioteknologi, yaitu sebagai berikut.
a. Periode bioteknologi tradisional (sebelum abad ke-15 M)
Pada periode ini telah ada teknologi pembuatan minuman bir dan anggur
menggunakan ragi (6000 SM), pengembangan pembuatan roti dengan ragi (4000
SM), dan pemanfaatan ganggang sebagai sumber makanan yang dilakukan oleh
bangsa Aztek (1500 SM ).
b. Periode bioteknologi ilmiah (abad ke-15 sampai ke-20 M)
Periode ini ditandai dengan adanya beberapa peristiwa.
Tahun 1670 : usaha penambangan biji tembaga dengan bantuan mikrob di Rio
Tinto, Spanyol.
Tahun 1686 : Penemuan mikrosop oleh Antony van Leeuwenhoek yang juga
menjadi manusia pertama yang dapat melihat mikrob.
Tahun 1800-an : ahli botani dan tanaman, Gregor Mendel mempelajari prinsip
hereditas. Bereksperimen dengan kacang polong.
Tahun 1870 : Louis pasteur menemukan adanya mikrob dalam makanan dan
minuman.
Tahun 1890 : alkohol dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar motor.
Tahun 1897 : penemuan enzim dari ekstrak ragi yang dapat mengubah gula
menjadi alkohol oleh Eduard Buchner.
Tahun 1912 : pengelolahan limbah dengan menggunakan mikrob.
Tahun 1915 : produksi aseton, butanol, dan gliserol dengan menggunakan
bakteri.
Tahun 1928 : penemuan zat antibiotik penisilin oleh Alexander Fleming
Tahun 1994 : produksi besar-besaran penisilin
Tahun.1953 : penemuan struktur asam deoksiribo nukleat ( ADN ) oleh Crick
dan Watson .
c. Periode bioteknologi modern (abad ke-20 M sampai sekarang)
Periode ini diawali dengan penemuan teknik rekayasa genetik pada tahun
1970-an. Era rekayasa genetik dimulai dengan penemuan enzim endonuklease
restiksi oleh Dussoix dan Boyer. Dengan adanya enzim tersebut memungkinkan
kita dapat memotong DNA pada posisi tertentu, mengisolasi gen dari kromosom
suatu organisme, dan menyisipkan potongan DNA lain (teknik DNA
rekombinan). Setelah penemuan enzim endonuklease restriksi, dilanjutkan dengan
program bahan bakar alkohol dari brazil, teknologi hibridoma yang menghasilkan
antibodi monoklonal (1976), serta diberikannya izin untuk memasarkan produk
jamur yang dapat dikonsumsi manusia kepada Rank Hovis Mc. Dougall (1980).
Peran teknologi rekayasa genetik pada era ini semakin terasa dengan
diizinkannya penggunaan insulin hasil percobaan rekayasa genetik untuk
pengobatan penyakit diabetes di Amerika Serikat pada tahun 1982. Insulin buatan
tersebut diproduksi oleh perusahaan Eli Lilly dan Company. Hingga saat ini
penelitian dan penemuan yang berhubungan dengan rekayasa genetik terus
dilakukan. Misalnya dihasilkan organisme transgenik penelitian genom makhluk
hidup (Takayama, 2000).
Bioteknologi memiliki gradien perkembangan teknologi dimulai dari
penerapan bioteknologi tradisional yang telah lama dan secara luas dimanfaatkan
hingga teknik-teknik bioteknologi baru dan secara terus menerus berevolusi.
Gambar 1. Gradien Bioteknologi (dimodifikasi dari Doyle dan Presley, 1996).
Sebagai contoh, pemanfaatan biodecomposer. Biodecomposer dapat
mempercepat proses pengomposan menjadi 2-3 minggu. Selain itu, sebagian
mikroba bahan aktif biodecomposer yang masih tertinggal di dalam kompos juga
berperan sebagai musuh alami penyakit jamur akar atau busuk pangkal batang.
Aplikasi biofertilizer ke dalam tanah dapat meningkatkan aktivitas mikroba di
dalam tanah, sehingga ketersediaan hara berlangsung optimum dan dosis pupuk
konvensional dapat dikurangi tanmpa menimbulkan penurunan produksi tanaman
dan tanah. Mikroba juga telah dimanfaatkan untuk mengendalikan hama dan
penyakit tanaman. Aplikasi mikroba untuk biokontrol hama dan penyakit tanaman
meliputi mikroba liar yang telah diseleksi maupun mikroba yang telah mengalami
rekayasa genetika. Upaya untuk memperbaiki kondisi lingkungan yang terkena
polusi herbisida tersebut telah dilakukan. Salah satu teknologi alternatif untuk
tujuan tersebut adalah melalui bioremediasi. Bioremediasi didefinisikan sebagai
proses penguraian limbah organik/anorganik polutan secara biologi dalam kondisi
terkendali (Heru N, 2002).
Berdasarkan hasil dari tiap penemuannya, biotegnologi dibedakan
berdasarkan jenis warna.
a. Bioteknologi merah (red biotechnology) adalah bioteknologi yang mempelajari
aplikasi bioeknologi di bidang medis. Contoh penerapannya adalah
pemanfaatan organisme untuk menghasilkan obat dan vaksin.
b. Bioteknologi putih/abu-abu (white/gray biotechnology) adalah bioteknologi
yang diaplikasikan dalam industri seperti pengembangan dan produksi senyawa
baru serta pembuatan sumber energi terbarukan dengan memanipulasi
mikroorganisme seperti bakteri dankhamir/ragi.
c. Bioteknologi hijau (green biotechnology) mempelajari aplikasi bioteknologi di
bidang pertanian dan peternakan. Sementara itu, di bidang peternakan,
binatang-binatang telah digunakan sebagai “bioreaktor” untuk menghasilkan
produk penting seperti ayam telah digunakan sebagai penghasil antibodi-
protein protektif yang membantu sel tubuh mengenali dan melawan senyawa
asing (antigen).
2.2 Jenis Produk Yang Dihasilkan Dari Aplikasi Bioteknologi
2.2.1 Aplikasi pada bidang pertanian
Adanya perbaikan sifat tanaman dapat dilakukan dengan teknik modifikasi
genetik dengan bioteknologi melalui rekayasa genetika untuk memperoleh
varietas unggul, produksi tinggi, tahan hama, patogen, dan herbisida. Suatu hal
yang tidak dapat dipungkiri bahwa perbaikan genetis melalu pemuliaan tanaman
konvensional telah memberikan kontribusi yang sangat besar dalam penyediaan
pangan dunia. Dalam bidang pertanian telah dapat dibentuk tanaman dengan
memanfaatkan mikroorganisme dalam fiksasi nitogen yang dapat membuat
pupuknya sendiri sehingga dapat menguntungkan pada petani. Demikian pula
terciptanya tanaman yang tahan terhadap tanah gersang. Mikroba yang direkayasa
secara genetik dapat meningkatkan hasil panen pertanian. Demikian juga dalam
cara lain, seperti meningkatkan kapasitas mengikat nitrogen dari bakteri
Rhizobium. Keturunan bakteri yang telah disempurnakan atau diperbaiki dapat
meningkatkan hasil panen kacang kedelai sampai 50%. Rekayasa genetik lain
mencoba mengembangkan turunan dari bacteri Azetobacter yang melekat pada
akar tumbuh bukan tumbuhan kacang-kacangan (seperti jagung) dan
mengembangbiakan, membebaskan tumbuhan jagung dari ketergantungan pada
kebutuhan pupuk amonia (pupuk buatan).
Hama tanaman merupakan salah satu kendala besar dalam budidaya
tanaman pertanian. Untuk mengatasinya, selama ini digunakan pestisida. Namun
ternyata pestisida banyak menimbulkan berbagai dampak negatif, antara lain
matinya organisme nontarget, keracunan bagi hewan dan manusia, serta
pencemaran lingkungan. Oleh karena itu, perlu dicari terobosan untuk mengatasi
masalah, tersebut dengan cara yang lebih aman. Kita mengetahui bahwa
mikroorganisme yang terdapat di alam sangat banyak, dan setiap jenis
mikroorganisme tersebut memiliki sifat yang berbeda-beda. Dari sekian banyak
jenis mikroorganisme, ada suatu kelompok yang bersifat patogenik (dapat
menyebabkan penyakit) pada hama tertentu, namun tidak menimbulkan penyakit
bagi makhluk hidup lain. Contoh mikroorganisme tersebut adalah bakteri Bacillus
thuringiensis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Bacillus thuringiensis mampu
menghasilkan suatu protein yang bersifat toksik bagi serangga, terutama
seranggga dari ordo Lepidoptera. Protein ini bersifat mudah larut dan aktif
menjadi menjadi toksik, terutama setelah masuk ke dalam saluran pencemaan
serangga. Bacillus thuringiensis mudah dikembangbiakkan dan dapat
dimanfaatkan sebagai biopestisida pembasmi hama tanaman. Pemakaian
biopestisida ini diharapkan dapat mengurangi dampak negatif yang timbul dari
pemakaian pestisida kimia.
Dengan berkembangnya bioteknologi, sekarang dapat diperoleh cara yang
lebih efektif lagi untuk membasmi hama. Pada saat ini dikembangkan tanaman
transgenik yang resisten terhadap hama. Tanaman transgenik diperoleh dengan
cara rekayasa genetika. Gen yang mengkode pembentukan protein toksin yang
dimiliki oleh B. thuringiensis dapat diperbanyak dan disisipkan ke dalam sel
beberapa tanaman budidaya. Dengan cara ini diharapkan tanaman tersebut mampu
menghasilkan protein yang bersifat toksis terhadap serangga sehingga pestisida
tidak diperlukan lagi.
Aplikasi bioteknologi untuk pertanian menawarkan berbagai keuntungan.
Perbaikan sifat tanaman dapat dilakukan dengan teknik modifikasi genetik dengan
bioteknologi melalui rekayasa genetika. Keuntungan potensial bioteknologi
pertanian antara lain:
1. potensi hasil panen yang lebih tinggi,
2. mengurangi penggunaan pupuk dan pestisida,
3. toleran terhadap cekaman lingkungan,
4. pemanfaatan lahan marjinal,
5. identifikasi dan eliminasi penyakit di dalam makanan ternak,
6. kualitas makanan dan gizi yang lebih baik, dan perbaikan defisiensi
mikronutrien,
7. peningkatan kualitas bahan tanam melalui bioteknologi berdasarkan pada
empat kategori peningkatan: peningkatan kualitas pangan, resistensi
terhadap hama atau penyakit, toleransi terhadap stress lingkungan, dan
manajemen budidaya.
Sehingga dapat:
Meningkatkan produksi pangan misalnya dengan menciptakan kultivar
unggul seperti tanaman padi dan tanaman semusim sehingga dapat memenuhi
kebutuhan pangan masyarakat.
Meningkatkan produksi dan kualitas melalui transgenik antara lain kapas,
jagung, dll.
Mempercepat swasembada jagung. Jagung yang dihasilkan mempunyai
kualitas yang lebih baik dan kebal terhadap hama.
Produk yang dihasilkan untuk peningkatan produksi pangan antara lain:
1) Tanaman tahan hama.
2) Pengolahan makanan; tempe, tape, oncom, kecap.
3) Pengolahan minuman; anggur, bir, yoghurt, tuak, brem, dsb.
2.2.2 Aplikasi pada bidang peternakan dan perikanan
Penerapan bioteknologi pada peternakan contohnya adalah hewan
transgenik dan hormon bovin somatotropin. Hewan transgenik merupakan hewan
yang diberi perlakuan rekayasa genetika. Pada hewan-hewan tersebut disisipkan
gen-gen tertentu yang dibutuhkan manusia. Sebagai contoh adalah domba
transgenik. DNA domba tersebut telah disisipi dengan gen manusia yang disebut
dengan faktor VII (merupakan protein pembeku darah). Dengan adanya
penyisipan tersebut domba mneghasilkan susu yang mengandung faktor VIII yang
dapat dimurnikan untuk menolong penderita hemofilia. Rekayasa genetika pada
hewan juga dapat membantu melestarikan spesies langka. Sebagai contoh sel telur
zebra yang sudah dibuahi lalu ditanam pada kuda spesies lain. Spesies lain yang
dipinjam rahimnya disebut Surrogate. Anak zebra akan lahir dari kuda Surrogate.
Hal yang sama sudah diterapkan pada keledai yang hampir punah di
Australia. Teknik pelestarian dengan rekayasa genetika sangat berguna karena (a)
induk dari spesies biasa dapat melahirkan spesies langka, (b) telur hewan langka
yang sudah dibuahi dapat dibekukan lalu disimpan bertahun-tahun bahkan setelah
induknya mati. Jika sudah ditemukan surrogate yang sesuai, telur tadi
ditransplatasikan.
Aplikasi bioteknologi dalam bidang peternakan menawarkan berbagai
keuntungan antara lain:
1. Meningkatkan produksi peternakan.
2. Meningkatkan efisiensi dan kualitas pakan seperti manipulasi mikroba
rumen.
3. Menghasilkan embrio yang banyak dalam satu kali siklus reproduksi.
4. Menciptakan jenis ternak unggul.
Dalam bidang perikanan, kebutuhan adanya penerapan teknologi sangat
dinantikan, mengingat adanya penangkapan ikan yang melebihi potensi lestari
(over fishing), banyaknya terumbu karang yang rusak dan dengan adanya
peningkatan konsumsi ikan.
Penelitian bioteknologi dalam bidang perikanan, diutamakan pada tiga
kelompok, yaitu akuakultur, pemanfaatan produksi alam, dan prosesing bahan
makanan yang bernilai ekonomi tinggi. Pengembangan bioteknologi dibidang
akuakultur meliputi seleksi, hibridasi, rekayasa kromosom, dan pendekatan
biologi molekuler seperti transgenik sangat dibutuhkan untuk menyediakan benih
dan induk ikan.
Pada akuakultur, program peningkatan sistem kekebalan ikan telah
dilakukan dengan menggunakan vaksin, imunostimulan, probiotik, dan
bioremediasi. Vaksin dapat memacu produksi antibiotik spesifik dan hanya efektif
untuk mencegah satu patogen tertentu. Imunostimulan merupakan teknik
meningkatkan kekebalan yang non spesifik, misalnya lipopolysaccharide dan
Bglucan yang telah diterapkan untuk ikan dan udang di Indonesia. Sedangkan
probiotik diaplikasikan pada pakan atau dalam lingkungan perairan budidaya
sebagai penyeimbang mikroba dalam pencernaan dan lingkungan perairan.
Pada tahun 1980 penelitian transgenik pada ikan telah dimulai dengan
mengintroduksi gen tertentu kepada organisme hidup lainnya serta mengamati
fungsinya secara in vitro. Dalam teknik ini, gen asing hasil isolasi diinjeksi secara
makro ke dalam telur untuk memproduksi galur ikan yang mengandung gen asing
tersebut. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan ikan transgenik, yaitu:
1) isolasi gen (clone DNA) yang akan diinjeksi pada telur, 2) identifikasi gen pada
anak ikan yang telah mendapatkan injeksi gen asing tadi, dan 3) keragaman dari
turunan ikan yang diinjeksi gen asing tersebut.
2.2.3 Aplikasi pada bidang kesehatan dan pengobatan
Aplikasi bioteknologi dalam bidang kesehatan dan pengobatan telah
mandatangkan manfaat antara lain:
1) Para ilmuwan mengatakan mereka menemukan gen yang dapat digunakan
untuk mengembangkan pil kontrasepsi baru bagi pria. Mereka mengubah kode
genetika pada tikus untuk melihat apakah binatang ini menjadi mandul.
Mereka kemudian meneliti mutasi yang menyebabkan kemandulan, yang
membuka jalan ditemukannya Katnal1. (PLoS Genetics, 2012; 8)
2) Menurut para ilmuwan University of California – Irvine, persilangan antar
nyamuk akan menghalangi terjadinya infeksi parasit malaria pada manusia.
Penemuan ini merupakan pendekatan yang menarik untuk membantu
mengatasi salah satu masalah yang paling mendesak di dunia kesehatan
masyarakat yaitu penyakit malaria.
3) Memproduksi obat-obatan terhadap penyakit infeksi (antibiotik) seperti
penisilin, streptomysin.
Obat-obatan yang berbasis molekul biologis besar atau biasa disebut obat
biologis, telah diproduksi di dalam sel binatang, yeast (ragi) dan bakteri melalui
rekayasa genetika selama lebih dari dua decade. Insulin merupakan salah satu
produk obat biologis yang dibuat melalui bakteri Escherichia coli yang
dimodifikasi secara genetik.
Teknologi yang dikembangkan oleh perusahaan biotek Protalix Biotherapeutics telah
memungkinkan untuk memproduksi obat di dalam sel tanaman
(Credit: PROTALIX BIOTHERAPEUTICS)
Selain itu juga para ilmuwan melaporkan adanya cara baru yang lebih baik
untuk mengobati penyakit, yaitu dengan menggunakan “minute capsules atau
kapsul menit”. Kapsul menit tidak mengandung obat-obatan, tetapi berisi DNA
dan “mesin” biologi lainnya yang akan membuat obat di dalam tubuh.
4) Memproduksi vaksin untuk pencegahan jenis penyakit tertentu sesuai dengan
jenis vaksinnya seperti polio, cacar, hepatitis-B, TBC dsb. Selain pada
manusia, vaksin juga digunakan untuk melindungi ternak (ayam, sapi, dsb)
dari serangan berbagai penyakit menular.
5) Memproduksi zat kebal antibodi untuk diagnosis penyakit, penelitian dan
terapi antibodi monoklonal.
6) Untuk terapi gen misalnya untuk terapi penyakit genetis (bawaan).
7) Untuk memproduksi hormone insulin untuk terapi penderita kencing manis.
8) Untuk terapi gen; Sel somatis (somatic gene therapy); sel darah atau otot,
terapi penyakit genetis (bawaan). Sel embrional (Germ line gene therapy).
9) Untuk menumbuhkan cangkok tulang.
Peneliti dari laboratorium The New York Stem Cell Foundation (NYSCF)
menunjukkan bahwa sel punca (stem cell) embrio manusia dapat digunakan
untuk menumbuhkan cangkok jaringan tulang.
Sebuah langkah signifikan dalam menggunakan sel induk pluripoten untuk
memperbaiki dan mengganti jaringan tulang pada pasien
(Foto: Marco Desscouleurs / Fotolia)
2.2.4 Aplikasi pada bidang lingkungan
Aplikasi bioteknologi dalam bidang lingkungan antara lain:
1. Untuk pengolahan limbah
Pengolahan air limbah dengan bioteknologi pengolahan limbah menjadi
lebih terkontrol dan efektif. Pemrosesan air limbah oleh pabrik bertujuan untuk
menghilangkan zat pencemar, baik pencemar biologis maupun kimiawi yang
mungkin membahayakan manusia atau lingkungan.
2. Pelestarian plasma nutfah
Contohnya nanoflowers lebih efektif digunakan untuk mendeteksi polutan
beracun dalam aliran limbah pabrik daripada teknik yang digunakan saat ini.
Kelopak tersebut melakukan dua fungsi penting. Pertama, berfungsi menstabilkan
protein sehingga terhindar dari kerusakan. Kedua, jika protein tersebut memiliki
sifat katalitik (mempercepat suatu reaksi kimia), lalu nanoflower membungkus
protein tersebut, hal ini akan meningkatkan efektifitas katalis protein tersebut.
Nanoflowers (Jen Gu et al., 2012/Nature Nanotechnology)
2.2.5 Aplikasi Pada Bidang Hukum
Teknologi DNA menawarkan aplikasi bagi kepentingan forensik. Pada
kriminalitas dengan kekerasan, darah atau jaringan lain dalam jumlah kecil dapat
tertinggal di tempat kejadian perkara. Jika ada perkosaan, air mani dalam jumlah
kecil dapat ditemukan dalam tubuh korban. Melalui pengujian sidik jari DNA
(DNA finngerprint) dapat diidentifikasi pelaku dengan derajat kepastian yang
tinggi karena urutan DNA setiap orang itu unik (kecuali untuk kembar identik).
Sampel darah atau jaringan lain yang dibutuhkan dalam tes DNA sangat sedikit
(kira-kira 1000 sel). DNA fingerprint merupakan satu langkah lebih maju dalam
proses pengungkapan kejahatan di Indonesia. Keakuaratan hasil yang hampir
mencapai 100% menjadikan metode DNA fingerprint selangkah lebih maju
dibandingkan dengan proses biometri yang telah lama digunakan kepolisian untuk
identifikasi.
2.3 Dampak perkembangan bioteknologi
2.3.1 Dampak Positif Bioteknologi
1) Keanekaragaman hayati merupakan modal utama sumber gen untuk keperluan
rekayasa genetik dalam perkembangan dan perkembangan industri
bioteknologi. Baik donor maupun penerima (resipien) gen dapat terdiri atas
virus, bakteri, jamur, lumut, tumbuhan, hewan, juga manusia. Pemilihan
donor/resipien gen bergantung pada jenis produk yang dikehendaki dan nilai
ekonomis suatu produk yang dapat dikembangkan menjadi komoditis bisnis
(Yalow, 2000).
2) Meningkatnya sifat resistensi tanaman terhadap hama dan penyakit tanaman,
misalnya tanaman transgenik kebal hama.
3) Meningkatnya produk-produk (baik kualitas maupun kuantitas) pertanian,
perkebunan, peternakan maupun perikanan. Dengan temuan bibit unggul.
Contohnya domba transgenik pertama di dunia diproduksi dengan teknik
sederhana dengan menggunakan kloning buatan tangan, domba tersebut
berhasil lahir di Xinjiang daerah Otonomi Uygur, Cina.
Domba Peng Peng yang dikloning dengan teknik Handmade Cloning (HMC) (Foto :
Image courtesy of BGI Shenzhen)
4) Meningkatnya nilai tambah bahan makanan. Pengolahan bahan makanan
tertentu, seperti air susu menjadi yoghurt, mentega, keju. Contohnya Ilmuwan
menciptakan genetically modified (GM) atau rekayasa genetika pada sapi untuk
menghasilkan susu berkualitas tinggi. Para peneliti juga meyakini bahwa susu
yang dihasilkan sapi GM mengandung konsentrasi kalsium tingkat tinggi
ketimbang susu sapi biasa.
5) Membantu proses pemurnian logam dari bijinya pada pertambangan logam
(biohidrometalurgi). Contohnya seorang profesor di bidang seni elektronik dan
intermedia, menemukan sebuah bakteri bernama Cupriavidus metallidurans
yang bersifat toleran terhadap logam dan dapat tumbuh pada konsentrasi gold
chloride/klorida emas (emas cair, suatu senyawa kimia beracun yang
ditemukan di alam) yang tinggi. Kemampuan ini merupakan kunci untuk
menciptakan 24 karat emas (Science Daily).
Sebuah bioreaktor yang menggunakan bakteri untuk mengubah emas cair menjadi emas 24
karat. (Credit: Photo by G.L. Kohuth)
Contoh lain, para peneliti di University of Leeds telah menggunakan jenis
bakteri yang ’memakan’ besi untuk membuat medan magnet. Bakteri tersebut
mencerna besi kemudian menciptakan menciptakan medan magnet kecil dalam
dirinya sendiri.
Bakteri penghasil magnet dapat digunakan untuk membuat komputer di masa depan
dengan kapasitas hard drive yang lebih besar dan koneksi yang lebih cepat cepat.
(Foto: phys.org)
6) Membantu manusia mengatasi masalah-masalah pencemaran lingkungan.
Seperti: bakteri pemakan plastik dan parafin, bakteri penghasil bahan plastik
biodegradable.
7) Membantu manusia mengatasi masalah sumber daya energi. Misalnya:
bioethanol, biogas.
8) Membantu dunia kedokteran dan medis mengatasi penyakit-penyakit tertentu.
Contoh peneliti dari Weill Cornell Medical College telah berhasil memahami
kode saraf retina tikus dan memasukkan informasi di dalamnya ke perangkat
prostetik. Teknik ini berhasil memulihkan penglihatan tikus buta. Para peneliti
mengatakan bahwa mereka juga berhasil memahami kode syaraf retina monyet,
dimana kode tersebut pada dasarnya identik dengan kode syaraf retina
manusia. Dengan adanya temuan ini, para peneliti berharap untuk segera
merancang dan menguji perangkat yang dapat digunakan oleh manusia yang
buta.
(Credit: © Delphimages / Fotolia)
9) Mengatasi masalah pelestarian species langka dan hampir punah. Dengan
teknologi transplantasi nukleus, hewan / tumbuhan langka bisa dilestarikan.
2.3.2 Dampak Negatif Bioteknologi
Bioteknologi mengandung resiko akan dampak negatif. Timbulnya
dampak yang merugikan terhadap keanekaragaman hayati disebabkan oleh
potensi terjadinya aliran gen ketanaman sekarabat atau kerabat dekat. Di bidang
kesehatan manusia terdapat kemungkinan produk gen asing, seperti gen cry dari
Bacillus thuringiensis maupun Bacillus sphaeericus dapat menimbulkan reaksi
alergi pada tubuh manusia. Perlu dicermati pula bahwa insersi (penyisipan) gen
asing ke genom inang dapat menimbulkan interaksi antar gen asing dan inang
produk bahan pertanian dan kimia yang menggunakan bioteknologi (Shupnik,
2000).
1) Di bidang etika/ moral. Ada masyarakat yang menganggap bahwa menyisipkan
gen suatu mahluk hidup ke mahluk hidup lain bertentangan dengan nilai
budaya dan melanggar hukum alam. Misalnya kerusakan tatanan sosial
masyarakat, ketika cloning pada manusia tidak terkendali. menimbulkan
pertentangan berkepanjangan antara tokoh ilmuwan bioteknologi dengan
tokoh-tokoh kemanusiaan dan agama.
2) Di bidang sosial ekonomi, menimbulkan kesenjangan antara negara/
perusahaan yang memanfaatkan bioteknologi dengan yang belum
memanfaatkan bioteknologi. Persaingan internasional dalam perdagangan dan
pemasaran produk bioteknologi. Persaingan tersebut dapat menimbulkan
ketidakadilan bagi negara berkembang karena belum memiliki teknologi yang
maju. Misalnya, sangat terasa dalam produk pertanian transgenik yang sangat
merugikan bagi agraris berkembang. Hak paten yang dimiliki produsen
organisme transgenik juga semakin menambah dominasi negara maju
(tersingkirnya berbagai plasma nutfah alami/lokal. Flora dan fauna lokal
"terdesak" oleh kehadiran flora dan fauna transgenik).
3) Di bidang kesehatan manusia terdapat kemungkinan produk gen asing seperti
gen cry dari Bacillus thuringiensis maupun Bacillus sphaeericus, dapat
menimbulkan reaksi alergi pada tubuh manusia, perlu di cermati pula bahwa
insersi (penyisipan) gen asing ke genom inang dapat menimbulkan interaksi
antar gen asing dan inang produk bahan pertanian dan kimia yang
menggunakan bioteknologi serta munculnya penyakit-penyakit baru dan
kerentanan terhadap penyakit akibat pemanfaatan tanaman / hewan transgenik.
Dampak terhadap kesehatan Produk-produk hasil rekayasa genetika memiliki
resiko potensial sebagai berikut:
Gen sintetik dan produk gen baru yang berevolusi dapat menjadi racun dan
atau imunogenik untuk manusia dan hewan.
Rekayasa genetik tidak terkontrol dan tidak pasti, genom bermutasi dan
bergabung, adanya kelainan bentuk generasi karena racun atau
imunogenik, yang disebabkan tidak stabilnya DNA rekayasa genetik.
Virus di dalam sekumpulan genom yang menyebabkan penyakit mungkin
diaktifkan oleh rekayasa genetik.
Penyebaran gen tahan antibiotik pada patogen oleh transfer gen horizontal,
membuat tidak menghilangkan infeksi.
Meningkatkan transfer gen horizontal dan rekombinasi, jalur utama
penyebab penyakit.
DNA rekayasa genetik dibentuk untuk menyerang genom dan kekuatan
sebagai promoter sintetik yang dapat mengakibatkan kanker dengan
pengaktifan oncogen (materi dasar sel-sel kanker).
Tanaman rekayasa genetik tahan herbisida mengakumulasikan herbisida
dan meningkatkan residu herbisida sehingga meracuni manusia dan
binatang seperti pada tanaman.
d. Dampak terhadap lingkungan
Saat ini manusia mampu memasukkan gen ke dalam organisme lain dan
membentuk "makhluk hidup baru" yang belum pernah ada. Pengklonan,
transplantasi inti, dan rekombinasi DNA dapat memunculkan sifat baru yang
belum pernah ada sebelumnya. Pelepasan organisme-organisme transgenik ke
alam telah menimbulkan dampak berupa pencemaran biologis di lingkungan kita.
Setelah 30 tahun Organisme Hasil Rekayasa Genetik (OHRG) atau Genetically
Modified Organism (GMO) menimbulkan kerusakan yang ditimbulkannya
terdokumentasikan dalam laporan International Specialty Products. Di antaranya:
a. Tidak ada perluasan lahan, sebaliknya lahan kedelai rekayasa genetik
menurun sampai 20 persen dibandingkan dengan kedelai non-rekayasa
genetik. Bahkan kapas Bt di India gagal sampai 100 persen.
b. Tidak ada pengurangan pengunaan pestisida, sebaliknya penggunaan
pestisida tanaman rekayasa genetik meningkat 50 juta pound dari 1996
sampai 2003 di Amerika Serikat.
c. Tanaman rekayasa genetik merusak hidupan liar, sebagaimana hasil
evaluasi pertanian Kerajaan Inggris.
d. Area hutan yang luas hilang menjadi kedelai rekayasa genetik di Amerika
Latin, sekitar 15 hektar di Argentina sendiri, memperburuk kondisi karena
adanya permintaan untuk biofuel. Meluasnya kasus bunuh diri di daerah
India, meliputi 100.000 petani antara 1993-2003 dan selanjutnya 16.000
petani telah meninggal dalam waktu setahun.
e. Pangan dan pakan rekayasa genetik berkaitan dengan adanya kematian dan
penyakit di lapangan dan di dalam tes laboratorium.
f. Herbisida roundup mematikan katak, meracuni plasenta manusia dan sel
embrio. Roundup digunakan lebih dari 80 persen semua tanaman rekayasa
genetik yang ditanam di seluruh dunia.
g. Kontaminasi transgen tidak dapat dihindarkan. Ilmuwan menemukan
penyerbukan tanaman rekayasa genetik pada non-rekayasa genetik sejauh
21 kilometer.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Pemanfaatan mikroba untuk kepentingan manusia telah ada sejak zaman
sebelum masehi. Hingga sekarang manusia telah mengalami tiga periode
perkembangan bioteknologi, yaitu periode bioteknologi tradisional,
periode bioteknologi ilmiah, periode bioteknologi modern
2. Jenis produk yang dihasilkan dari aplikasi bioteknologi, pada bidang
pertanian, bidang peternakan, bidang perikanan, bidang kesehatan dan
pengobatan, pada bidang lingkungan, Pada Bidang Hukum.
3. Dampak perkembangan bioteknologi ada yang positif yaitu untuk
kesejahteraan hidup manusia dan lingkungan, sedangkan dampak yang
merugikan terhadap keanekaragaman hayati disebabkan oleh potensi
terjadinya aliran gen ketanaman sekarabat atau kerabat dekat.
3.2 Saran
Perkembangan bioteknologi dari masa ke masa selalu berkembang
disesuaikan dengan kebutuhan hidup manusia serta perkembangan ilmu dan
teknologi yang ada. Diharapkan para ilmuwan dan masyarakat lebih bijak dalam
mengaplikasikan bioteknologi pada kehidupan dengan melihat sisi positif dan
negative dari masing-masing produk bioteknologi tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim (-). Manual of Progesterone Enzyme Immunoassay Kit. USA: Cayman Chemical Company.
——– (2000). Instruction Manual OmniTags: Universal Streptavidin/Biotin Affinity Immnunostaining Systems. USA: Lipshaw.
——-, & Soejono, S.K. 2001. Pengaruh Curcumin dan Pentagamavunon-0 (PGV0) terhadap Steroidogenesis yang Dihasilkan oleh Kultur Sel Granulosa Berbagai Ukuran Folikel. Mediagama. Vol. III, No. 3. Hal.: 1-11.
Artama, W.T. (2000). Teknik Hibridoma untuk Porduksi Antibodi Monoklonal. Makalah Kursus Immuno-bioteknologi. Yogyakarta: PAU UGM.
A. T. Isaacs, N. Jasinskiene, M. Tretiakov, I. Thiery, A. Zettor, C. Bourgouin, A. A. James. 2012. PNAS Plus: Transgenic Anopheles stephensi coexpressing single-chain antibodies resist Plasmodium falciparum development. Proceedings of the National Academy of Sciences, 2012; DOI: 10.1073/pnas.1207738109
Avi Schroeder, Michael S. Goldberg, Christian Kastrup, Yingxia Wang, Shan Jiang, Brian J. Joseph, Christopher G. Levins, Sneha T. Kannan, Robert Langer, Daniel G. Anderson. Remotely Activated Protein-Producing Nanoparticles. Nano Letters, 2012; 12 (6): 2685 DOI:10.1021/nl2036047
Boenisch, T. (2001). Immunochemical Staining Methods. USA: Dako Corps.
Carlson, Daniel F. 2012. Proceedings of the National Academy of Sciences. DOI:10.1073/pnas.1211446109
Galloway, J. M. 2012. Biotemplated Magnetic Nanoparticle Arrays.Small, 8: 204-208. (online) (http://onlinelibra … 627/abstract), diakses tanggal 24 Januari 2013.
Nurcahyo, Heru. 2002. Strategi Pengembangan Sumber Daya Manusia Berorientasi pada Penguasaan Bioteknologi. Cakrawala Pendidikan. Edisi Khusus Dies Mei , 2002.
Primrose, S.B. 2003. Modern Biotechnology. Oxford: Blackwell Scientific Publications.
Pringgo, Soedigdo. 2000. Menyiapkan Para Ahli Biologi Guna Dapat Ikut dalam Pembangunan Bioteknologi di Indonesia. Makalah Seminar Biologi Molekuler 2000. Bandung: Kerjasama ITB dan Dirjen Dikti.
Roitt, I.M. 2000. Pokok-pokok Ilmu Kekebalan. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Shupnik, M.A. 2000. Introduction to Molecular Biology. In: Fauser, B.C.J.M., Rutherford, A.J., Strauss, III., J.F., and Van Steirteghem, A. (eds.) Molecular Biology in Reproductive Medicine. The Parthenon Publishing Group.
Smith, Lee B, Laura, Milne. 2012. Regulation of Sertoli Cell Microtubule Dynamics Is Essential for Spermiogenesis and Male Fertility. PLoS Genetics, 2012; 8 (5): e1002697 DOI: 10.1371/journal.pgen.1002697
Takayama, K., Fukaya, T., Sasano, H., Funayama, Y., Suzuki, T., Takaya, R., Wada, Y., and Yajima, A. 2000. Immunohistochemical Study of Steroidogenesis and Cell Proliferation in Polycystic Ovarian Syndrome. Hum. Reprod. Vol. 11, No.7. pp.: 1387-92.
Tanaka, M., Critchley, K., Matsunaga, T., Evans, S. D. and Staniland, S. S. 2012. Fabrication of Lipid Tubules with Embedded Quantum Dots by Membrane Tubulation Protein. Small. (online) (http://onlinelibra … 446/abstract), diakses pada tanggal 24 Januari 2013.
Yalow, R.S. 2000. Radioimmunoassay of Hormones. In: Wilson, J.D., & Foster, D.W. (eds.) Williams Textbook of Endocrinology. 8th.ed. W.B. Saunders Company.
PERKEMBANGAN BIOTEKNOLOGI
MAKALAHDisusun untuk memenuhi tugas Bioteknologi
yang dibina oleh Dr. Umie Lestari, M.Si
Oleh Kelompok 2
Moh. Imam S. (120341521831)
Pristiana AFH (120341521879)
Utari Minangkaning Putri (120341521859)
Restuning Ropika Putri (120341521857)
UNIVERSITAS NEGERI MALANGPROGRAM PASCASARJANA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGIJANUARI 2013