22
BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN III-2012 17 BAB 2 : PERKEMBANGAN INFLASI Pada triwulan III-2012, Gorontalo tercatat mengalami inflasi sebesar 5,40% (y.o.y) atau lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang mengalami inflasi sebesar 5,95% (y.o.y). Penurunan angka inflasi pada periode laporan terutama disebabkan karena beberapa komoditas penyumbang inflasi mengalami penurunan harga sebagai akibat persediaan/stok yang cukup memadai. Komoditas yang mengalami penurunan harga tersebut antara lain; cabe merah, cabe rawit dan tomat sayur. 2.1 INFLASI GORONTALO Menurunnya tekanan inflasi Gorontalo pada triwulan III-2012 menyebabkan terjadinya inflasi sebesar 5,40 (y.o.y), lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mengalami inflasi sebesar 5,95% (y.o.y). Pemicu utama terjadinya penurunan angka inflasi pada periode laporan adalah menurunnya harga beberapa komoditas bahan makanan seperti cabe merah, cabe rawit dan tomat sayur. Data disagregasi inflasi Gorontalo menunjukkan bahwa pada triwulan III-2012, kelompok volatile food mengalami inflasi sebesar 6,07% (y.o.y) relatif lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 3,50% (y.o.y). Sementara secara triwulanan, kelompok volatile food mengalami inflasi sebesar 2,08%, lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya yang tercatat inflasi sebesar 2,84% (q.t.q). Penurunan tersebut disebabkan karena tersedianya pasokan bahan makanan dan pengaruh cuaca di laut yang cenderung kondusif. Core inflation atau inflasi inti pada triwulan III-2012 secara tahunan tercatat sebesar 5,64% lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat inflasi sebesar 8,44% (y.o.y). Menurunnya tekanan kelompok inflasi inti disebabkan karena menurunnya harga beberapa komoditas bahan makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau. Tabel 2.1 menunjukkan disgregasi inflasi Gorontalo. Tabel 2.1 Disagregasi Inflasi Provinsi Gorontalo JAN FEB MAR APR MEI JUNI JULI AGS SEPT Total Inflasi 5.69% 6.51% 5.90% 7.86% 6.25% 5.95% 5.64% 6.37% 5.40% Core Inflation 9.24% 9.35% 9.71% 9.05% 8.91% 8.44% 7.83% 6.60% 5.64% Volatile Food 1.03% 3.02% 1.71% 8.81% 3.78% 3.50% 3.58% 7.48% 6.07% Administered Price 5.36% 5.78% 4.12% 4.00% 4.30% 4.31% 4.09% 4.18% 3.89% Core Inflation 3.08% 3.41% 3.66% 1.13% 0.46% 0.09% 0.75% 1.22% 1.10% Volatile Food 2.28% 4.16% -0.29% 2.52% -0.71% 2.84% 0.64% 6.48% 2.08% Administered Price 0.46% 0.64% 0.72% 0.62% 0.78% 0.60% 0.63% 1.07% 0.63% Inflasi Triwulanan (qtq) Disagregasi 2012 Inflasi Tahunan (yoy) Sumber : Bank Indonesia Gorontalo (Data Diolah)

PERKEMBANGAN INFLASI BAB 2 - bi.go.id filePemicu utama terjadinya penurunan angka inflasi pada periode laporan adalah menurunnya harga beberapa komoditas bahan makanan seperti cabe

  • Upload
    lynhan

  • View
    216

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI

BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN III-2012 17

BAB 2 : PERKEMBANGAN INFLASI

Pada triwulan III-2012, Gorontalo tercatat mengalami inflasi sebesar 5,40% (y.o.y)

atau lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang mengalami inflasi sebesar 5,95%

(y.o.y). Penurunan angka inflasi pada periode laporan terutama disebabkan karena

beberapa komoditas penyumbang inflasi mengalami penurunan harga sebagai akibat

persediaan/stok yang cukup memadai. Komoditas yang mengalami penurunan harga

tersebut antara lain; cabe merah, cabe rawit dan tomat sayur.

2.1 INFLASI GORONTALO

Menurunnya tekanan inflasi Gorontalo pada triwulan III-2012 menyebabkan

terjadinya inflasi sebesar 5,40 (y.o.y), lebih rendah dibandingkan dengan triwulan

sebelumnya yang mengalami inflasi sebesar 5,95% (y.o.y). Pemicu utama terjadinya

penurunan angka inflasi pada periode laporan adalah menurunnya harga beberapa

komoditas bahan makanan seperti cabe merah, cabe rawit dan tomat sayur. Data

disagregasi inflasi Gorontalo menunjukkan bahwa pada triwulan III-2012, kelompok volatile

food mengalami inflasi sebesar 6,07% (y.o.y) relatif lebih tinggi dibandingkan triwulan

sebelumnya yang tercatat sebesar 3,50% (y.o.y). Sementara secara triwulanan, kelompok

volatile food mengalami inflasi sebesar 2,08%, lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya

yang tercatat inflasi sebesar 2,84% (q.t.q). Penurunan tersebut disebabkan karena

tersedianya pasokan bahan makanan dan pengaruh cuaca di laut yang cenderung kondusif.

Core inflation atau inflasi inti pada triwulan III-2012 secara tahunan tercatat sebesar 5,64%

lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat inflasi sebesar 8,44% (y.o.y).

Menurunnya tekanan kelompok inflasi inti disebabkan karena menurunnya harga beberapa

komoditas bahan makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau. Tabel 2.1 menunjukkan

disgregasi inflasi Gorontalo.

Tabel 2.1 Disagregasi Inflasi Provinsi Gorontalo

JAN FEB MAR APR MEI JUNI JULI AGS SEPT

Total Inflasi 5.69% 6.51% 5.90% 7.86% 6.25% 5.95% 5.64% 6.37% 5.40%

Core Inflation 9.24% 9.35% 9.71% 9.05% 8.91% 8.44% 7.83% 6.60% 5.64%

Volatile Food 1.03% 3.02% 1.71% 8.81% 3.78% 3.50% 3.58% 7.48% 6.07%

Administered Price 5.36% 5.78% 4.12% 4.00% 4.30% 4.31% 4.09% 4.18% 3.89%

Core Inflation 3.08% 3.41% 3.66% 1.13% 0.46% 0.09% 0.75% 1.22% 1.10%

Volatile Food 2.28% 4.16% -0.29% 2.52% -0.71% 2.84% 0.64% 6.48% 2.08%

Administered Price 0.46% 0.64% 0.72% 0.62% 0.78% 0.60% 0.63% 1.07% 0.63%

Inflasi Triwulanan (qtq)

Disagregasi2012

Inflasi Tahunan (yoy)

Sumber : Bank Indonesia Gorontalo (Data Diolah)

BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI

18 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN III-2012| BANK INDONESIA

Di sisi lain, kelompok administered price mengalami inflasi tahunan sebesar 3,89% pada

triwulan III-2012. Angka tersebut lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang

tercatat sebesar 4,31% (y.o.y).

Sumber : Bank Indonesia Gorontalo (Data Diolah)

Grafik 2.1 Disagregasi Inflasi Tahunan (y.o.y) Provinsi Gorontalo

2.1.1 FAKTOR FUNDAMENTAL

Pada triwulan III-2012, tekanan inflasi inti (core inflation) adalah sebesar 5,64%

(y.o.y), menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 8,44% (y.o.y).

Menurunnya tekanan inflasi tersebut karena adanya penurunan harga beberapa komoditas

makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau. Output gap positif pasca Hari raya Idul Adha

ikut memberikan andil penurunan tekanan harga komoditas yang tergolong dalam core

inflation. Selanjutnya hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) menunjukkan tren

penurunan harga jual barang/jasa yang dijual oleh produsen pada triwulan III-2012.

Sumber : SKDU, Bank Indonesia Gorontalo

Grafik 2.2 Ekspektasi Harga Jual Dunia Usaha

(dalam %)

BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI

BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN III-2012 19

Faktor fundamental lainnya seperti ekspektasi inflasi juga menunjukkan adanya penurunan

pada persepsi masyarakat akan inflasi yang terjadi pada triwulan III-2012. Dalam grafik 2.3

ditunjukkan perbandingan antara indeks rata-rata tertimbang ekspektasi inflasi oleh

masyarakat dan inflasi aktual pada Bulan September 2012.

Sumber : SKDU, Bank Indonesia Gorontalo

Grafik 2.3 Perbandingan Indeks Rata-rata Tertimbang Inflasi SKDU dan Inflasi Aktual

2.1.2 FAKTOR NON – FUNDAMENTAL

Walaupun secara tahunan volatile food pada triwulan III-2012 mengalami inflasi

sebesar 6,07% (y.o.y) dan lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat

3,50% (y.o.y), namun secara triwulanan angka inflasi pada triwulan III-2012 tercatat sebesar

2,08% (q.t.q) lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat inflasi sebesar

2,84% (q.t.q).

Penurunan harga tersebut dipicu oleh turunnya harga komoditas volatile food seperti

cabe merah, cabe rawit dan tomat sayur sebagai akibat tersedianya pasokan yang cukup

memadai. Di samping itu, cuaca dan ombak di laut dirasakan cukup “bersahabat” sehingga

hasil tangkapan para nelayan berlimpah.

Administered price secara tahunan mengalami inflasi sebesar 3,89% lebih rendah

dibandingkan triwulan sebelumnya yang mengalami inflasi sebesar 4,31% (y.o.y).

Penurunan Inflasi yang terjadi pada komponen administered price, terutama disebabkan

oleh penurunan tarif angkutan antar kota dan angkutan udara karena pada bulan September

tidak ada hari libur nasional dan libur sekolah serta pasca Hari Raya Idul Fitri telah berakhir,

sehingga pihak pengelola angkutan umum darat dan udara cenderung menurunkan tarif.

(dalam %)

BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI

20 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN III-2012| BANK INDONESIA

2.2 INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK BARANG DAN JASA

2.2.1 INFLASI TAHUNAN (y.o.y)

Provinsi Gorontalo pada triwulan III-2012 mengalami inflasi sebesar 5,40% (y.o.y),

lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mengalami inflasi sebesar

5,95% (y.o.y). Pemicu utama terjadinya penurunan inflasi di Gorontalo secara tahunan

adalah kelompok sandang, kelompok pendidikan, rekreasi dan oleh raga, serta kelompok

transpor, komunikasi dan keuangan.

Tabel 2.2

Sumber : BPS Provinsi Gorontalo

Kelompok sandang mengalami inflasi sebesar 0,44% (y.o.y) lebih rendah

dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 7,11% (y.o.y). Di sisi lain,

kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga juga mengalami inflasi sebesar 0,88% (y.o.y)

lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang mengalami inflasi sebesar 4,26%

(y.o.y). Kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan pun mengalami inflasi sebesar

2,18% (y.o.y) yang juga lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang

mengalami inflasi sebesar 3,00% (y.o.y). Terjadinya penurunan inflasi pada beberapa

kelompok pengeluaran tersebut secara umum disebabkan karena pada akhir triwulan III-

2012 pengaruh faktor seasonal Hari Raya Idul Fitri 1433 H telah berakhir, sehingga tekanan

harga relatif berkurang.

(dalam %)

BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI

BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN III-2012 21

2.2.2 INFLASI TRIWULANAN (q.t.q)

Perkembangan harga kelompok barang dan jasa secara triwulanan (q.t.q) pada

triwulan II-2012 menunjukkan tendensi kenaikan. Perbandingan secara triwulanan

memperlihatkan bahwa pada kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar

mengalami peningkatan yang cukup signifikan.

Tabel 2.3 Kelompok Barang dan Jasa (q.t.q)

Sumber : BPS Provinsi Gorontalo

Inflasi kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar mengalami

peningkatan yang cukup signifikan pada triwulan III-2012. Setelah mengalami deflasi pada

triwulan II-2012 yang tercatat sebesar 0,74%, pada periode laporan justru mengalami inflasi

sebesar 0,90%. Beberapa komoditas yang mengalami kenaikan harga antara lain; cat

tembok, paku dan semen. Pada triwulan III-2012 diperkirakan beberapa proyek pemerintah

mulai direalisasikan, sehingga berdampak pada kenaikan harga pada subkomoditas

perumahan, listrik, air, gas dan bahan bakar. Survei Pemantauan Harga Bank Indonesia

mengkonfirmasi kenaikan harga semen khususnya. Pada triwulan II-2012, harga semen

masih berkisar Rp.67.500,- per sak, namun pada triwulan III-2012 harga semen naik

menjadi Rp.69.000,- per sak.

Sumber : Bank Indonesia

Grafik 2.4 Perkembangan Harga semen

(dalam %)

(dalam Rp.)

BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI

22 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN III-2012| BANK INDONESIA

BOKS 2 : LANGKAH NYATA TPID GORONTALO : TURUN PASAR, PANGKAS

MAKELAR

Kerumunan warga telah memadati

lapangan kantor Gubernur Gorontalo

lama pagi itu. Mereka rela berdesakan

di tengah menjalan ibadah puasa demi

memperoleh bahan makanan pokok

dengan harga di bawah harga pasar.

Barang-barang seperti minyak goreng,

telur ayam, tepung terigu, gula pasir,

beras dan margarin dijajakan dengan

label “harga distributor” atau bahkan

“harga bersubsidi”. Ya, pada pagi itu digelar pasar murah ramadhan bagi masyarakat

Gorontalo khususnya yang berada di bawah garis kesejahteraan. Pasar murah tersebut

diikuti oleh hampir seluruh instansi teknis pemerintah Provinsi Gorontalo.

Sejalan dengan hal tersebut, Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi Gorontalo

melakukan tindakan pengendalian harga dengan membuka gerai penjualan telur ayam

secara langsung kepada masyarakat Gorontalo. Langkah yang diambil oleh TPID ini

sebagai upaya pengendalian komoditas penyumbang inflasi yang salah satunya adalah telur

ayam. Bekerja sama dengan peternakan ayam setempat, harga yang dijual kepada

masyarakat pun dapat ditekan sehingga sama dengan harga dari peternak. Kalau di

pasaran Gorontalo telur ayam per butir dapat mencapai Rp.1600,-, Tim hanya menjual

Rp.1.200,-/butir. Alhasil dalam waktu kurang dari 2 jam saja, dagangan Tim laris manis

diserbu oleh masyarakat. Seluruh hasil penjualan pun diserahkan kepada peternak karena

memang Tim hanya berupaya memotong rantai distribusi penjualan yang mengakibatkan

harga telur melambung tinggi di pasaran.

Manfaat yang dirasakan masyarakat dari kehadiran TPID pun kian nyata. Tim tidak hanya

berupaya menyelesaikan masalah di atas kertas maupun di meja diskusi, namun turun

tangan langsung di lapangan. Ke depan, upaya-upaya seperti ini akan senantiasa

digencarkan. TPID Gorontalo melihat masalah pengendalian inflasi tidak dapat hanya

dilakukan melalui pertemuan semata, namun lebih jauh lagi aktualisasi kebijakan riil lah

yang sebenarnya ditunggu oleh masyarakat.

BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN III-2012 23

BAB 3 : PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

Pada triwulan III-2012, performa perbankan Gorontalo menunjukkan perkembangan

yang baik. Dilihat dari indikator Dana Pihak Ketiga (DPK) bank umum tercatat sebesar

Rp.3,06 triliun atau tumbuh tahunan sebesar 17,86%. Sementara itu DPK yang berhasil

dihimpun Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah sebesar Rp.19,81 milliar atau tumbuh

secara tahunan sebesar 33,71%. Penyaluran kredit yang dilakukan oleh bank umum pada

periode laporan tercatat sebesar Rp.5,24 trilliun atau tumbuh tahunan sebesar 21,78%,

sementara kredit pada BPR tercatat Rp.25,07 milliar atau tumbuh 13,51% (y.o.y). Di sisi lain,

rasio penyaluran kredit terhadap penghimpunan DPK (LDR) perbankan di Gorontalo relatif

tinggi, tercatat pada bank umum LDR sebesar 171,17% sedangkan pada BPR tercatat

sebesar 126,56%. Rasio kredit bermasalah (Non Performing Loans/NPLs) pada BPR perlu

mendapatkan perhatian, dimana pada periode laporan tercatat sebesar 9,93%, sementara

pada bank umum relatif terjaga pada level wajar yaitu sebesar 2,49%.

3.1 FUNGSI INTERMEDIASI

Fungsi intermediasi perbankan pada bank umum maupun BPR pada triwulan III-

2012 berjalan dengan cukup baik. Hal ini tercatat pada indikator Loan to Deposit Ratio

(LDR) pada bank umum sebesar 171,17% sementara pada BPR 126,56%. Namun

demikian, dari angka tersebut nampaknya perlu mendapatkan perhatian sebab dana yang

dihimpun oleh perbankan Gorontalo telah seluruhnya disalurkan kepada masyarakat

Gorontalo, di sisi lain perbankan justru harus mengambil dana dari daerah lain untuk

disalurkan. Di lihat dari penggunaanya, nampaknya kredit konsumsi masih memegang

proporsi tertinggi dari keseluruhan kredit bank umum yang tercatat sebesar 56,47%.

Sementara pada BPR, kredit modal kerja mendominasi share kredit dengan pangsa 51,02%.

Dari sisi sektoral, baik pada bank umum maupun BPR, sektor perdagangan hotel dan

restoran mendominasi penyaluran kredit bank dengan pangsa masing-masing 29,84% pada

bank umum dan 35,39% pada BPR.

3.1.1 PERKEMBANGAN KANTOR BANK

Data perkembangan jumlah bank di Provinsi Gorontalo adalah sebagai berikut: Bank

Umum Konvensional sebanyak 13 bank, Bank Umum Syariah sebanyak 3 bank dan BPR

sebanyak 4 bank. Sementara itu, jaringan kantor Bank Umum di Provinsi Gorontalo hingga

triwulan III-2012 antara lain 17 kantor cabang, 34 kantor cabang pembantu, 2 kantor

fungsional, 11 kantor kas serta 23 kantor unit. Sedangkan jaringan kantor BPR terdiri dari 4

kantor pusat, 3 kantor cabang dan 1 kantor kas.

BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

24 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN III-2012| BANK INDONESIA

3.1.2 PENYERAPAN DANA MASYARAKAT

Penyerapan dana masyarakat dalam bentuk Dana Pihak Ketiga (DPK) pada triwulan

III-2012 tercatat sebesar Rp.3,06 triliun atau tumbuh secara tahunan sebesar 17,86%.

Growth DPK tersebut menurun bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat

24,05% (y.o.y). Penurunan growth jumlah DPK tersebut di dorong oleh penurunan seluruh

komponen DPK antara Giro, Deposito dan Tabungan yang masing-masing mengalami

kontraksi sebesar 25,79%, 4,62% dan 23,17% (y.o.y). Pangsa tabungan dalam keseluruhan

DPK masih sangat tinggi yaitu sebesar 55,89% pada periode laporan. Hal tersebut

mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 57,24%.

Graifik 3.2 menunjukkan komposisi pembentuk DPK pada triwulan III-2012. Sementara itu

pertumbuhan DPK ditunjukkan oleh Grafik 3.1.

Sumber : Bank Indonesia

Grafik 3.1 Grafik 3.2 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) Komposisi Dana Pihak Ketiga (DPK)

Tabel 3.1 Perkembangan Dana Pihak Ketiga Bank Umum

Sementara itu, penghimpunan DPK pada BPR pada triwulan III-2012 tercatat

sebesar Rp.19,81 miliar atau tumbuh secara tahunan sebesar 33,71%. Pertumbuhan DPK

tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat tumbuh tahunan

sebesar 12,24%. Peningkatan tersebut didorong oleh seluruh komponen pembentuk DPK

Indikator Jun-12 Sep-12 Growth Jun Growth Sept

DANA PIHAK KETIGA (Rp.) 3,013 3,064 24.05% 17.86%

- Giro 464 512 29.89% 25.79%

- Deposito 824 838 8.35% 4.62%

- Tabungan 1,725 1,713 31.57% 23.17%

(Dalam miliar rupiah)

BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN III-2012 25

yakni deposito dan tabungan yang tumbuh masing-masing sebesar 27,10% dan 43,23%

(y.o.y).

3.1.3 PENYALURAN KREDIT

Penyaluran kredit/pembiayaan perbankan kepada masyarakat pada triwulan ini

tercatat sebesar Rp.5,24 triliun atau tumbuh tahunan sebesar 21,78%. Angka ini sedikit

mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar Rp.5,02

triliun atau secara tahunan tumbuh sebesar 21,58%.

Pertumbuhan kredit perbankan tersebut ditunjang oleh pertumbuhan kredit pada

triwulan ini ditopang oleh kredit konsumsi, dimana pada periode laporan tercatat sebesar

Rp.2,92 triliun atau tumbuh tahunan sebesar 35,33%. Sementara itu kredit produktif seperti

investasi dan modal kerja mengalami penurunan penyaluran masing-masing sebesar

Rp.619 miliar dan Rp.1,66 triliun atau growth secara tahunan masing-masing sebesar -

17,69% dan 21,82%. Pertumbuhan kredit berdasarkan penggunaan dapat dilihat pada grafik

3.3.

Selanjutnya, bila dilihat dari pangsa penggunaan kredit, kredit konsumsi masih

mendominasi penyaluran kredit perbankan dengan share sebesar 56,47% pada triwulan III-

2012. Di sisi lain, kredit modal kerja menempati urutan kedua dengan pangsa 31,73%, diikuti

oleh kredit investasi dengan pangsa 11,80%. Pertumbuhan kredit penggunaan dan pangsa

masing-masing jenis kredit terhadap total kredit di Gorontalo, dapat dilihat pada grafik 3.3

dan 3.4 berikut ini.

Sumber : Bank Indonesia

Grafik 3.3 Grafik 3.4 Pertumbuhan Kredit Penggunaan Komposisi Kredit Penggunaan

BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

26 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN III-2012| BANK INDONESIA

Tabel 3.2 Perkembangan Kredit Bank Umum

Indikator Jun-12 Sep-12 Growth Jun Growth Sept

KREDIT PENGGUNAAN (Rp.) 5,026 5,245 21.58% 21.78%

- Investasi 642 619 45.27% -17.69%

- Modal Kerja 1,992 1,664 29.85% 21.82%

- Konsumsi 2,392 2,962 10.85% 35.33%

(Dalam miliar rupiah)

Hal serupa nampaknya juga dialamai oleh BPR, dimana pada triwulan laporan kredit

yang disalurkan BPR mencapai Rp.25,07 miliar atau secara tahunan tumbuh sebesar

13,51%. Sama seperti bank umum, peningkatan penyaluran kredit BPR juga di dorong oleh

peningkatan kredit konsumsi yang mencapai Rp.11,85 miliar atau tumbuh tahunan sebesar

15,91%. Adanya peningkatan kredit konsumsi baik pada bank umum maupun BPR

mengindikasikan bahwa pola konsumsi masyarakat Gorontalo cenderung meningkat akibat

perubahan gaya hidup atau lifestyle. Di sisi lain, kredit modal kerja walaupun dari segi

penyaluran meningkat sebesar Rp.12,79 miliar, namun dari segi pertumbuhan menurun

sebesar 12,02% (y.o.y) dibandingkan triwulan sebelumnya. Sedangkan kredit investasi

sedikit mengalami kenaikan dibandingkan triwulan sebelumnya baik dari segi nominal

sebesar Rp.431 juta, maupun pertumbuhannya yang tercatat sebesar -3,33% (y.o.y).

Rendahnya angka penyaluran kredit produktif pada BPR mencerminkan bahwa masyarakat

gorontalo belum sepenuhnya mengenal dan memanfaatkan alternatif pembiayaan pada

BPR.

Apabila dilihat dari segi sektoral, penyaluran kredit bank umum masih didominasi oleh

sektor perdagangan, hotel dan restoran dengan baki debet sebesar Rp.1,56 triliun, dengan

pangsa kredit 29,84%. Kredit pada sektor tersebut tumbuh sebesar 23,05% (y.o.y) namun

menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 41,22% (y.o.y). Di sisi

lain, pada sektor lainnya yang mengalami perlambatan adalah pada sektor listrik, gas dan

air bersih yang mengalami perlambatan sebesar -51,07% serta sektor transportasi,

pergudangan dan komunikasi yang mengalami perlambatan sebesar -39,35%. Perlambatan

tersebut diduga karena geliat usaha pada sektor ini relatif menurun pada perode laporan.

Grafik 3.5 dan 3.6 menunjukkan pertumbuhan kredit sektoral dan komposisi kredit sektoral

bank umum.

BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN III-2012 27

Sumber : Bank Indonesia

Grafik 3.5 Grafik 3.6

Pertumbuhan Kredit Sektoral Komposisi Kredit Sektoral

Sama seperti bank umum, pada BPR sektor utama yang disalurkan kredit adalah

pada sektor perdagangan, hotel dan restoran dimana pada periode laporan tercatat sebesar

Rp.8,8 miliar dengan pangsa sebesar 35,39%. Sementara dari segi growth, sektor tersebut

tumbuh tahunan sebesar 10,11% namun mengalami penurunan dibandingkan triwulan

sebelumnya yang tercatat 11,77%.

Dari segi kategori debitur kreditnya, Kredit Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)

pada bank umum hingga triwulan III-2012 tercatat sebesar Rp.1,99 triliun atau tumbuh

sebesar 7,74% (y.o.y) dengan pangsa kredit sebesar 38% dari total kredit di Gorontalo.

Jumlah tersebut mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat

sebesar Rp.2,38 triliun atau tumbuh 38,74% (y.o.y). Dilihat dari komposisinya, kredit skala

kecil memiliki outstanding terbesar diantara skala kredit lainnya dengan nilai Rp.971 miliar.

Sementara kredit skala menengah dan mikro masing-masing memiliki baki debet sebesar

Rp.591 miliar dan Rp.431 miliar. Share kredit skala kecil adalah 48,72% sementara kredit

skala menengah dan kecil masing-masing sebesar 29,65% dan 21,62% dari total kredit

UMKM. Rasio kredit bermasalah (NPL) kategori debitur UMKM pada triwulan III-2012

tercatat sebesar 4,53%, dengan rasio NPL terbesar pada kredit skala kecil yaitu 9,28%

diikuti skala menengah dan mikro masing-masing sebesar 6,93% dan 2,61%. Dilihat dari

angka NPLnya, nampaknya perbankan perlu lebih berhati-hati dalam menyalurkan kreditnya

terutama pada UMKM dengan skala usaha kecil. Grafik 3.7 menunjukkan pertumbuhan

kredit UMKM.

BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

28 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN III-2012| BANK INDONESIA

Sumber : Bank Indonesia Grafik 3.7

Pertumbuhan Kredit UMKM

Data Kredit Usaha Raktyat (KUR) dari Kementerian Koordinator Bidang

Perekonomian menunjukkan bahwa outstanding KUR hingga posisi triwulan III-2012 tercatat

sebesar Rp.147 miliar dengan pertumbuhan tahunan melambat sebesar -18,29%.

Sementara itu, jumlah debitur yang memperoleh KUR sejak awal penyalurannya di

Gorontalo telah mencapai 48.340 debitur dengan nilai nominal penyaluran mencapai

Rp.480 miliar. Adapun bank penyalur KUR di Provinsi Gorontalo pada saat ini adalah Bank

Rakyat Indonesia, Bank Mandiri, Bank Tabungan Negara, Bank Negara Indonesia, Bank

Sulut dan Bank Syariah Mandiri. Pertumbuhan Kredit Usaha Rakyat (KUR) di Gorontalo

ditunjukan sebagaimana grafik 3.8 berikut.

Sumber : Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian

Grafik 3.8 Pertumbuhan Kredit Usaha Rakyat (KUR)

BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN III-2012 29

3.2 STABILITAS SISTEM PERBANKAN

Stabilitas sistem perbankan ditunjukkan oleh indikator risiko kredit yang dicerminkan

oleh rasio kredit bermasalah atau Non Performing Loans (NPLs) pada bank umum dan

risiko kredit yang dicerminkan oleh jangka waktu Dana Pihak Ketiga perbankan dan angka

rasio kredit/pembiayaan terhadap dana pihak ketiganya (LDR). Rasio NPL bank umum pada

triwulan III-2012 tercatat sebesar 2,49% sementara LDR tercatat sebesar 171,17%.

3.2.1 RISIKO KREDIT

Risiko kredit perbankan sebagaimana tercermin dari rasio kredit bermasalah atau Non

Performing Loans (NPLs) pada triwulan III-2012 tercatat sebesar 2,49% atau sedikit

meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 2,44%. Walaupun

masih berada pada kisaran di bawah ketentuan Bank Indonesia yaitu 5% (gross),

nampaknya perbankan gorontalo perlu senantiasa mengawasi potensi yang mungkin timbul

dari peningkatan angka NPL tersebut. Sebagaimana diketahui bahwa pada triwulan ini,

penunjang realisasi kredit perbankan di dorong oleh penggunaan kredit konsumtif dan

bukan produktif sehingga geliat usaha yang diharapkan sebagai pengungkit pertumbuhan

ekonomi belum sepenuhnya berjalan optimal. Dilihat secara sektoral, kredit pada sektor

pertambangan dan penggalian, sektor konstruksi dan sektor perikanan perlu mendapatkan

perhatian lebih dengan rasio masing-masing sebesar 19,48%, 19,04% dan 12,89%.

Sementara itu, rasio kredit bermasalah (NPL) untuk BPR tercatat sebesar 9,93%,

mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 10,62%.

Grafik 3.9 dan 3.10 menunjukkan perkembangan NPL bank umum dan NPL bank umum

dilihat dari masing-masing sektornya.

Sumber : Bank Indonesia

Grafik 3.9 Grafik 3.10 Perkembangan NPL Bank Umum NPL Bank Umum Per Sektor

BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

30 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN III-2012| BANK INDONESIA

Di lain sisi, yang agaknya perlu mendapat perhatian adalah proporsi kredit konsumsi

yang pada sektoral tercatat sebagai “bukan lapangan usaha”. Kredit konsumsi dalam

proporsi sektoral mempunyai share sebesar 56,47% dengan NPL 1,14%. Grafik 3.11

menunjukkan share konsentrasi kredit berdasarkan sektornya.

Sumber : Bank Indonesia

Grafik 3.11 Konsentrasi Kredit

3.2.2 RISIKO LIKUIDITAS

Indikator risiko likuiditas yang diindikasikan dari jangka waktu komposisi Dana Pihak

Ketiga (DPK) serta Loan Deposit Ratio (LDR) menunjukkan arah penurunan namun

demikian perlu senantiasa mendapat perhatian karena berkaitan langsung dengan

pemenuhan kewajiban jangka pendek perbankan. Dilihat dari komposisi DPKnya, terlihat

bahwa komposisi dana jangka menengah-panjang (giro-deposito) relatif lebih sedikit bila

dibandingkan dengan dana jangka pendeknya (tabungan). Namun demikian bila dilihat dari

komposisinya, giro dan deposito mengalami peningkatan share, masing-masing sebesar

27,37% dan 16,74% meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat masing-

masing sebesar 27,35% dan 15,31% dari keseluruhan DPK. Sementara itu, dana jangka

pendek (tabungan) memiliki share 55,89% dan menurun dibandingkan triwulan sebelumnya

yang tercatat 57,24% dari total struktur Dana Pihak Ketiga (DPK). Tingginya share dana

jangka pendek (tabungan) dalam struktur DPK, menyiratkan risiko likuiditas yang dihadapi

perbankan Gorontalo. Grafik 3.12 menunjukkan perkembangan portofolio DPK bank umum.

BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN III-2012 31

Sumber : Bank Indonesia Grafik 3.12

Perkembangan Portofolio DPK

Indikator risiko likuiditas lainnya adalah rasio kredit/pembiayaan terhadap Dana

Pihak Ketiga (DPK) perbankan atau lebih dikenal dengan rasio LDR. Pada triwulan laporan,

tercatat LDR bank umum sebesar 171,17% meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya

yang tercatat sebesar 166,78%. Tren perkembangan LDR perbankan menunjukkan bahwa

terdapat peningkatan risiko likuiditas yang dihadapi perbankan. Rata-rata LDR bank umum

di Gorontalo telah melampaui 155% dan pada posisi September 2012 telah mencapai

171,17%. Hal ini berarti dalam pemenuhan kreditnya, perbankan di gorontalo harus

memperoleh “dana segar” dari wilayah lain diluar gorontalo. Kondisi ini perlu mendapatkan

perhatian lebih, sebab untuk menjaga keseimbangan operasionalnya perbankan tidak hanya

dituntut untuk menyalurkan pembiayaan, namun juga harus mempertimbangkan Dana Pihak

Ketiga yang berhasil dihimpunnya. Perbankan agaknya perlu untuk lebih mempenetrasi

pasar pendanaan (funding) melalui program inklusi keuangan yang saat ini mulai

dikembangkan. Grafik 3.13 berikut menunjukkan perkembangan LDR perbankan gorontalo.

Sumber: Bank Indonesia Grafik 3.13

Perkembangan LDR Perbankan Gorontalo (dalam %)

BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

32 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN III-2012| BANK INDONESIA

3.2.3 RISIKO PASAR

Indikator risiko pasar yang dihadapi oleh perbankan, tercermin dari pergerakan suku

bunga dan kurs rupiah. Pada posisi akhir triwulan III-2012 tercatat angka BI Rate sebesar

5,75%, masih belum mengalami perubahan sejak ditetapkan dalam Rapat Dewan Gubernur

(RDG) BI pada tanggal 5,75%. Angka BI Rate tersebut mencerminkan bahwa kondisi

perekonomian Indonesia relatif stabil pada tahun 2012 ini dan diharapkan dengan

penetapan BI Rate pada kisaran tersebut dapat mendorong perbankan untuk menyalurkan

kredit produktifnya sehingga geliat perekonomian meningkat.

Sementara itu, kurs rupiah terhadap dollar pada posisi akhir triwulan III-2012

mengalami pelemahan dibandingkan triwulan sebelumnya. Pada akhir bulan September

2012 tercatat kurs rupiah terhadap dollar sebesar Rp.9.588,- melemah dibandingkan posisi

akhir Juni 2012 yang tercatat Rp.9.485,-. Grafik 3.14 menunjukkan perkembangan kurs

rupiah terhadap USD dan BI rate.

Sumber: Bank Indonesia

Grafik 3.14

Perkembangan Kurs Rupiah terhadap USD dan BI-Rate

BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN III-2012 33

BOKS 3: FESTIVAL EKONOMI SYARIAH 2012 MEMBUMIKAN

EKONOMI SYARIAH DI KOTA SERAMBI MADINAH

Ada yang berbeda di Mall Gorontalo pada tanggal 21 Agustus 2012. Jejeran stan

bank syariah dan aneka produk UMKM dan keuangan syariah lainnya ikut meramaikan

public hall dalam pusat perbelanjaan yang baru saja berdiri tersebut. Pada hari itu dan

selama 2 hari ke depan digelar Festival Ekonomi Syariah 2012 yang pertama di Gorontalo.

Festival Ekonomi Syariah 2012 digelar dengan tujuan mengenalkan masyarakat

Gorontalo pada perbankan syariah dan instrumen produk syariah yang dimilikinya. Kegiatan

tersebut juga merupakan salah satu program financial inclusion yang diharapkan dapat

mendekatkan bank syariah kepada masyarakat.

Data Bank Indonesia menunjukkan bahwa penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK)

bank syariah di Gorontalo pada posisi September 2012 adalah sebesar Rp.218 miliar atau

tumbuh secara tahunan sebesar 7,85%. Sementara penyaluran pembiayaan oleh bank

syariah di Gorontalo mencapai Rp.264 miliar atau tumbuh tahunan sebesar 24,47%.

Sementara itu aset perbankan syariah telah mencapai Rp.288 miliar pada posisi September

2012 atau tumbuh 18,19% secara tahunan.

Perkembangan aset, penghimpunan DPK serta pembiayaan bank syariah di

Gorontalo sudah berjalan cukup baik, namun demikian dengan adanya kegiatan Festival

Ekonomi Syariah diharapkan dapat meningkatkan pemahaman masyarakat untuk

menggunakan produk-produk bank syariah baik pendanaan maupun pembiayaannya.

Dalam kegiatan yang berjalan selama tiga hari tersebut juga diselenggarakan

workshop dan seminar mengenai ekonomi islam yang disampaikan oleh Bank Indonesia dan

praktisi perbankan syariah Dr. H.M Arie Mooduto. Workshop yang khusus diberikan kepada

guru/dosen universitas bertujuan untuk mengenalkan aspek teknis maupun non teknis

seputar ekonomi syariah khususnya dalam hal kajian akademis. Sementara itu seminar

ekonomi syariah dibuka untuk umum dan mendiskusikan hal-hal yang lebih familiar bagi

masyarakat.

Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo, Wahyu Purnama A

menyampaikan harapannya agar masyarakat Gorontalo yang notabene dikenal sebagai

Serambi Madinah dapat memanfaatkan jasa perbankan syariah dalam kehidupan sehari-

hari. Wahyu juga berharap agar kegiatan ini dapat diselengarakan pada tahun-tahun

mendatang karena memiliki respon positif di mata masyarakat.

Dalam kegiatan tersebut juga digelar aneka lomba yang melibatkan

pelajar/mahasiswa seperti cerdas cermat, nasyid, lomba dai dan tidak kalah menariknya

lomba peragaan busana muslim. Ekonomi syariah pun lebih membumi mulai sejak itu.

BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

34 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN III-2012| BANK INDONESIA

Halaman ini sengaja dikosongkan

BAB 4 KEUANGAN DAERAH

BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN III-2012 35

BAB 4 : KEUANGAN DAERAH

Realisasi penyerapan belanja APBD Pemerintah Provinsi Gorontalo pada triwulan III-

2012 lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, sementara tingkat

penghimpunan pendapatan daerah mengalami peningkatan. Tercatat realisasi belanja

APBD mencapai Rp 594 Miliar dengan realisasi penghimpunan pendapatan sebesar Rp 737

Miliar. Surplus pendapatan ini mendorong terjadinya kontraksi fiskal pada uang beredar di

masyarakat.

4.1 PENDAPATAN DAERAH

Pada triwulan III-2012, secara umum realisasi penerimaan keuangan daerah

terhadap target anggaran mengalami peningkatan. Realisasi yang cukup baik terjadi pada

Pos Dana Perimbangan dan Pendapatan Daerah Yang Sah.

Secara nominal, realisasi pendapatan triwulan III-2012 sebesar Rp 737 Miliar dengan

capaian 80% dari target anggaran APBD 2012. Realisasi tersebut meningkat dibandingkan

triwulan III-2011 yang tercatat sebesar Rp 541 Miliar dengan capaian 79% dari target

anggaran APBD-P 2011.

Kenaikan nilai realisasi tersebut tampak pada dana bagi hasil pajak yang mencapai

84% terhadap target anggaran sementara realisasi DAU dan DAK relatif sama dengan

periode tahun sebelumnya. Sementara itu penghimpunan PAD masih mencapai 76% dari

target anggaran atau sebesar Rp 124 Miliar.

Tabel 4.1 Anggaran Induk dan Realisasi Penerimaan APBD Provinsi Gorontalo

Sumber : Badan Keuangan Prov. Gorontalo

Dilihat dari pangsanya, komposisi dana perimbangan masih mendominasi APBD

triwulan III-2012 sebesar 71% namun lebih rendah dibandingkan pangsa dana perimbangan

pada triwulan III-2011 sebesar 77%. Demikian juga untuk pangsa PAD mengalami

penurunan 17% lebih rendah dibandingkan triwulan III-2011 sebesar 21%. Peningkatan

pangsa pendapatan daerah berasal dari pendapatan lain-lain.

Nominal Pencapaian (%) Nominal Pencapaian (%)

Pendapatan Asli Daerah 144.916.740.520 117.188.319.267 80,87 161.639.396.184 124.434.405.348 76,98

Pajak daerah 133.127.278.321 107.935.524.876 81,08 150.012.733.985 116.817.448.521 77,87

Pajak Kendaraan Bermotor 42.153.606.599 33.761.534.440 80,09 49.604.243.299 38.538.072.990 77,69

Pajak Kendaraan di Air 25.000.000 - - 25.000.000 -

Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor 66.537.687.034 54.285.268.450 81,59 71.110.005.998 57.191.648.200 80,43

Bea Balik Nama Kendaraan Di Air 15.000.000 - - 15.000.000 80.031.400 533,54

Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor 24.180.984.688 19.869.809.141 82,17 29.180.984.688 20.966.728.721 71,85

Pajak Air Permukaan 160.000.000 18.912.845 11,82 77.500.000 32.118.570 41,44

Pajak Air Bawah Tanah 55.000.000 - - - 8.848.640 -

Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan - - - - - -

Retribusi Daerah - 100.000.000 - -

Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah 11.789.462.199 9.252.794.391 78,48 11.526.662.199 7.616.956.827 66,08

Dana Perimbangan 513.158.308.835 416.836.605.517 81,23 630.131.540.835 523.291.549.517 83,04

Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak 23.983.008.835 11.528.615.517 48,07 23.983.008.835 20.168.381.517 84,09

Dana Alokasi Umum 461.118.100.000 384.265.090.000 83,33 582.140.302.000 485.116.920.000 83,33

Dana Alokasi Khusus 28.057.200.000 21.042.900.000 75,00 24.008.230.000 18.006.248.000 75,00

Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah 18.900.000.000 7.496.149.600 39,66 121.630.890.000 89.586.673.500 73,65

Jumlah Pendapatan 676.975.049.355 541.521.074.384 79,99 913.401.827.019 737.312.628.365 80,72

Sumber : Badan Keuangan Provinsi Gorontalo

Pendapatan Daerah APBDP 2011

III-2011

APBD 2012

III-2012

BAB 4 KEUANGAN DAERAH

36 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN III-2012| BANK INDONESIA

Tabel 4.2 Komposisi Penerimaan APBD Provinsi Gorontalo (dalam %)

4.2 BELANJA DAERAH

Pada triwulan III-2012 realisasi belanja daerah terhadap target anggaran relatif sama

dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Realisasi belanja daerah yang cukup

baik tampak dalam Pos Belanja Langsung, sementara untuk Pos Belanja Tidak Langsung

relatif rendah penyerapannya.

Pada triwulan laporan, tercatat Rp 594 Miliar dana APBD telah dibelanjakan dengan

persentase realisasi mencapai 63,30% dari target anggaran, relatif sama dibandingkan

penyerapan belanja triwulan III-2011 yang mencapai Rp 504 Miliar (60,94%). Rendahnya

penyerapan Pos Belanja Langsung hampir terjadi pada seluruh komponen penyusunnya

yaitu belanja pegawai, belanja barang/jasa dan belanja modal.

Tabel 4.3 Anggaran Induk dan Realisasi Belanja APBD Provinsi Gorontalo

Kualitas APBD Gorontalo triwulan III-2012 masih diarahkan pada kepentingan

konsumsi meskipun disisi lain untuk kegiatan investasi turut ditingkatkan. Pada triwulan

laporan, komposisi belanja konsumsi mencapai 88% sementara untuk belanja investasi

mencapai 12%.

Nominal Komposisi (%) Nominal Komposisi (%)

Pendapatan Asli Daerah 144.916.740.520 117.188.319.267 21,64 161.639.396.184 124.434.405.348 16,88

Pajak daerah 133.127.278.321 107.935.524.876 19,93 150.012.733.985 116.817.448.521 15,84

Pajak Kendaraan Bermotor 42.153.606.599 33.761.534.440 6,23 49.604.243.299 38.538.072.990 5,23

Pajak Kendaraan di Air 25.000.000 - - 25.000.000 -

Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor 66.537.687.034 54.285.268.450 10,02 71.110.005.998 57.191.648.200 7,76

Bea Balik Nama Kendaraan Di Air 15.000.000 - - 15.000.000 80.031.400 0,01

Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor 24.180.984.688 19.869.809.141 3,67 29.180.984.688 20.966.728.721 2,84

Pajak Air Permukaan 160.000.000 18.912.845 0,00 77.500.000 32.118.570 0,00

Pajak Air Bawah Tanah 55.000.000 - - - 8.848.640 0,00

Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan - - - - - -

Retribusi Daerah - 100.000.000 - -

Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah 11.789.462.199 9.252.794.391 1,71 11.526.662.199 7.616.956.827 1,03

Dana Perimbangan 513.158.308.835 416.836.605.517 76,98 630.131.540.835 523.291.549.517 70,97

Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak 23.983.008.835 11.528.615.517 2,13 23.983.008.835 20.168.381.517 2,74

Dana Alokasi Umum 461.118.100.000 384.265.090.000 70,96 582.140.302.000 485.116.920.000 65,80

Dana Alokasi Khusus 28.057.200.000 21.042.900.000 3,89 24.008.230.000 18.006.248.000 2,44

Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah 18.900.000.000 7.496.149.600 1,38 121.630.890.000 89.586.673.500 12,15

Jumlah Pendapatan 676.975.049.355 541.521.074.384 100,00 913.401.827.019 737.312.628.365 100,00

Sumber : Badan Keuangan Provinsi Gorontalo

Pendapatan Daerah APBDP 2011

III-2011

APBD 2012

III-2012

Nominal Pencapaian (%) Nominal Pencapaian (%)

Belanja Tidak Langsung 349.534.816.664,00 236.203.138.699,00 67,58 466.387.095.206,40 350.445.619.412,00 75,14

Belanja Pegawai 203.973.905.336,00 151.958.940.274,00 74,50 241.569.991.136,40 164.168.785.783,00 67,96

Belanja Subsidi 2.500.000.000,00 - - 4.500.000.000,00 - -

Belanja Hibah 73.240.000.000,00 34.920.809.500,00 47,68 139.830.890.000,00 136.300.216.724,00 97,48

Belanja Bantuan Sosial 7.500.000.000,00 5.457.508.239,00 72,77 5.600.000.000,00 1.500.000,00 0,03

Belanja Bagi Hasil Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem. Desa 51.070.911.328,00 36.556.990.611,00 71,58 54.676.214.070,00 38.536.899.532,00 70,48

Belanja Bantuan Keuangan Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem. Desa 7.500.000.000,00 5.639.090.200,00 75,19 15.210.000.000,00 11.344.230.373,00 74,58

Belanja Tidak Terduga 3.750.000.000,00 1.669.799.875,00 44,53 5.000.000.000,00 93.987.000,00 1,88

Belanja Langsung 418.812.138.202,00 268.506.083.649,00 64,11 472.014.731.812,80 243.586.035.379,00 51,61

Belanja Pegawai 30.891.979.880,00 18.652.115.771,00 60,38 36.893.361.512,00 16.905.013.483,00 45,82

Belanja Barang dan Jasa 239.917.730.430,00 160.482.649.632,00 66,89 289.417.165.499,80 151.181.200.874,00 52,24

Belanja Modal 148.002.427.892,00 89.371.318.246,00 60,39 145.704.204.801,00 75.499.821.022,00 51,82

Jumlah Belanja 768.346.954.866,00 504.709.222.348,00 65,69 938.401.827.019,20 594.031.654.791,00 63,30

Sumber : Badan Keuangan Provinsi Gorontalo

Belanja Daerah APBDP 2011

III-2011

APBDP 2012

III-2012

BAB 4 KEUANGAN DAERAH

BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN III-2012 37

Tabel 4.4 Komposisi Belanja APBD Provinsi Gorontalo

4.3. KONTRIBUSI REALISASI APBD GORONTALO TERHADAP SEKTOR RIIL DAN

UANG BEREDAR

Kinerja fiskal selama triwulan III-2012 belum menunjukkan perubahan yang signifikan

terhadap stimulan sektor riil. Realisasi anggaran konsumsi pemerintah memberikan pangsa

21,90%, sementara itu belanja modal memberikan pangsa 2,84%. Pangsa konsumsi

pemerintah terhadap sektor riil mengalami kenaikan dibandingkan triwulan III-2011, hal ini

terkait pembayaran Gaji ke-13 yang direalisasikan pada bulan Juli 2012.

Meskipun secara pangsa pasar belanja modal menunjukkan peningkatan namun

implikasi kepada pergerakan sektor konstruksi dan komponen investasi belum menunjukkan

dorongan pertumbuhan ekonomi.

Tabel 4.5 Stimulus Fiskal APBD terhadap Sektor Riil

Di sisi pengaruhnya terhadap uang beredar, realisasi anggaran APBD Gorontalo

sampai dengan akhir triwulan III-2012 menunjukkan kontraksi. Kontraksi terjadi karena

realisasi dari penerimaan APBD lebih besar dibandingkan penyerapan belanja APBD

dengan surplus penerimaan mencapai Rp 143 Miliar.

Nominal Komposisi (%) Nominal Komposisi (%)

Belanja Tidak Langsung 349.534.816.664,00 236.203.138.699,00 46,80 466.387.095.206,40 350.445.619.412,00 58,99

Belanja Pegawai 203.973.905.336,00 151.958.940.274,00 30,11 241.569.991.136,40 164.168.785.783,00 27,64

Belanja Subsidi 2.500.000.000,00 - - 4.500.000.000,00 - -

Belanja Hibah 73.240.000.000,00 34.920.809.500,00 6,92 139.830.890.000,00 136.300.216.724,00 22,94

Belanja Bantuan Sosial 7.500.000.000,00 5.457.508.239,00 1,08 5.600.000.000,00 1.500.000,00 0,00

Belanja Bagi Hasil Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem. Desa 51.070.911.328,00 36.556.990.611,00 7,24 54.676.214.070,00 38.536.899.532,00 6,49

Belanja Bantuan Keuangan Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem. Desa 7.500.000.000,00 5.639.090.200,00 1,12 15.210.000.000,00 11.344.230.373,00 1,91

Belanja Tidak Terduga 3.750.000.000,00 1.669.799.875,00 0,33 5.000.000.000,00 93.987.000,00 0,02

Belanja Langsung 418.812.138.202,00 268.506.083.649,00 53,20 472.014.731.812,80 243.586.035.379,00 41,01

Belanja Pegawai 30.891.979.880,00 18.652.115.771,00 3,70 36.893.361.512,00 16.905.013.483,00 2,85

Belanja Barang dan Jasa 239.917.730.430,00 160.482.649.632,00 31,80 289.417.165.499,80 151.181.200.874,00 25,45

Belanja Modal 148.002.427.892,00 89.371.318.246,00 17,71 145.704.204.801,00 75.499.821.022,00 12,71

Jumlah Belanja 768.346.954.866,00 504.709.222.348,00 100,00 938.401.827.019,20 594.031.654.791,00 100,00

Sumber : Badan Keuangan Provinsi Gorontalo

Belanja Daerah APBDP 2011

III-2011

APBDP 2012

III-2012

Nominal %PDRB Nominal %PDRB

Konsumsi Pemerintah 620.344.526.974 415.337.904.102 17,67 792.697.622.218 518.531.833.769 21,90

Belanja Pegawai 234.865.885.216 170.611.056.045 7,26 278.463.352.648 181.073.799.266 7,65

Belanja Subsidi 2.500.000.000 - - 4.500.000.000 - -

Belanja Hibah 73.240.000.000 34.920.809.500 1,49 139.830.890.000 136.300.216.724 5,76

Belanja Bantuan Sosial 7.500.000.000 5.457.508.239 0,23 5.600.000.000 1.500.000 0,00

Belanja Bagi Hasil Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem. Desa 51.070.911.328 36.556.990.611 1,56 54.676.214.070 38.536.899.532 1,63

Belanja Bantuan Keuangan Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem. Desa 7.500.000.000 5.639.090.200 0,24 15.210.000.000 11.344.230.373 0,48

Belanja Tidak Terduga 3.750.000.000 1.669.799.875 0,07 5.000.000.000 93.987.000 0,00

Belanja Barang dan Jasa 239.917.730.430 160.482.649.632 6,83 289.417.165.500 151.181.200.874 6,39

Pembentukan Modal Tetap Bruto 148.002.427.892 89.371.318.246 3,80 145.704.204.801 75.499.821.022 3,19

Belanja Modal 148.002.427.892 89.371.318.246 3,80 145.704.204.801 75.499.821.022 3,19

Sumber : Badan Keuangan Provinsi Gorontalo

III-2012 APBDP 2012 APBDP 2011

I-2011Belanja Daerah

BAB 4 KEUANGAN DAERAH

38 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN III-2012| BANK INDONESIA

Tabel 4.6 Dampak APBD Terhadap Uang Beredar

Nominal %PDRB Realisasi %PDRB

Pendapatan 676.975.049.355,00 541.521.074.383,92 23,04 913.401.827.019,20 737.312.628.365,45 27,70

Pendapatan Asli Daerah 144.916.740.520,00 117.188.319.266,92 4,99 161.639.396.184,20 124.434.405.348,45 4,68

Dana Perimbangan 513.158.308.835,00 416.836.605.517,00 17,74 630.131.540.835,00 523.291.549.517,00 19,66

Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak 23.983.008.835,00 11.528.615.517,00 0,49 23.983.008.835,00 20.168.381.517,00 0,76

Dana Alokasi Umum 461.118.100.000,00 384.265.090.000,00 16,35 582.140.302.000,00 485.116.920.000,00 18,23

Dana Alokasi Khusus 28.057.200.000,00 21.042.900.000,00 0,90 24.008.230.000,00 18.006.248.000,00 0,68

Dana Darurat - -

Dana Penyesuaian 18.900.000.000,00 7.496.149.600,00 0,32 121.630.890.000,00 89.586.673.500,00 3,37

Belanja 768.346.954.866,00 504.709.222.348,00 21,48 938.401.827.019,20 594.031.654.791,00 22,32

Belanja Pegawai 234.865.885.216,00 170.611.056.045,00 7,26 278.463.352.648,40 181.073.799.266,00 6,80

Belanja Subsidi 2.500.000.000,00 - - 4.500.000.000,00 - -

Belanja Hibah 73.240.000.000,00 34.920.809.500,00 1,49 139.830.890.000,00 136.300.216.724,00 5,12

Belanja Bantuan Sosial 7.500.000.000,00 5.457.508.239,00 0,23 5.600.000.000,00 1.500.000,00 0,00

Belanja Bagi Hasil Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem. Desa 51.070.911.328,00 36.556.990.611,00 1,56 54.676.214.070,00 38.536.899.532,00 1,45

Belanja Bantuan Keuangan Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem. Desa 7.500.000.000,00 5.639.090.200,00 0,24 15.210.000.000,00 11.344.230.373,00 0,43

Belanja Tidak Terduga 3.750.000.000,00 1.669.799.875,00 0,07 5.000.000.000,00 93.987.000,00 0,00

Belanja Barang dan Jasa 239.917.730.430,00 160.482.649.632,00 6,83 289.417.165.499,80 151.181.200.874,00 5,68

Belanja Modal 148.002.427.892 89.371.318.246 3,80 145.704.204.801 75.499.821.022 2,84

Surplus/Defisit (91.371.905.511) 36.811.852.036 1,57 (25.000.000.000) 143.280.973.574 5,38

Pembiayaan Netto (91.371.905.511) - - (25.000.000.000) - -

Sumber : Badan Keuangan Provinsi Gorontalo

III-2012 APBDP 2012 APBDP 2011

III-2011APBD