85
PERKEMBANGAN MAJELIS TA’LIM DAN PENGARUHNYA DI KELURAHAN BATU AMPAR CONDET JAKARTA TIMUR TAHUN 1965-2010 Skripsi Diajukan kepada Fakultas Adab Dan Humaniora untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Humaniora (S.Hum) Oleh : ANDINI RACHMAHLIA 1112022000082 PROGRAM STUDI SEJARAH DAN PERADABAN ISLAM FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2017 M/1438 H

PERKEMBANGAN MAJELIS TA’LIM DAN PENGARUHNYA DIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35368/2/ANDINI... · n garis keturunan yang dianggap sama. Asimilasi: P. embauran

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PERKEMBANGAN MAJELIS TA’LIM DAN PENGARUHNYA DIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35368/2/ANDINI... · n garis keturunan yang dianggap sama. Asimilasi: P. embauran

PERKEMBANGAN MAJELIS TA’LIM DAN PENGARUHNYA DI

KELURAHAN BATU AMPAR CONDET JAKARTA TIMUR TAHUN

1965-2010

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Adab Dan Humaniora untuk Memenuhi

Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Humaniora (S.Hum)

Oleh :

ANDINI RACHMAHLIA

1112022000082

PROGRAM STUDI SEJARAH DAN PERADABAN ISLAM

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2017 M/1438 H

Page 2: PERKEMBANGAN MAJELIS TA’LIM DAN PENGARUHNYA DIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35368/2/ANDINI... · n garis keturunan yang dianggap sama. Asimilasi: P. embauran
Page 3: PERKEMBANGAN MAJELIS TA’LIM DAN PENGARUHNYA DIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35368/2/ANDINI... · n garis keturunan yang dianggap sama. Asimilasi: P. embauran
Page 4: PERKEMBANGAN MAJELIS TA’LIM DAN PENGARUHNYA DIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35368/2/ANDINI... · n garis keturunan yang dianggap sama. Asimilasi: P. embauran
Page 5: PERKEMBANGAN MAJELIS TA’LIM DAN PENGARUHNYA DIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35368/2/ANDINI... · n garis keturunan yang dianggap sama. Asimilasi: P. embauran

I

ABSTRAK

Skripsi ini meneliti tentang perkembangan dan pengaruh majelis ta‟lim di Condet

Kelurahan Batu Ampar dari tahun 1965 sampai 2010, dengan melihat sejarah

awal berdirinya mejelis ta‟lim di Condet Kelurahan Batu Ampar, hingga

berkembangnya majelis ta‟lim dan memberikan pengaruh bagi masyarakat Condet

Kelurahan Batu Ampar. Majelis ta‟lim sebagai suatu lembaga pendidikan Islam

nonformal, merupakan tempat pengajian yang diselenggarakan atas dasar

kebutuhan untuk memahami Islam di sela-sela kesibukan bekerja dan aktivitas

lainnya atau kegiatan untuk mengisi waktu bagi ibu-ibu rumah tangga. Majelis

ta‟lim di Kelurahan Batu Ampar tidak terbatas pada masjid akan tetapi

masyarakat mendirikan majelis ta‟lim di rumahnya sendiri. Berdasarkan asumsi

tersebut maka, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan majelis

ta‟lim di Kelurahan Batu Ampar Condet, serta membahas bagaimana pengaruh

majelis ta‟lim bagi masyarakat Batu Ampar Condet. Dalam penelitiannya penulis

menggunakan metode kepustakaan (Library Research), riset lapangan (Field

Research), melakukan observasi langsung ke lokasi dan wawancara (Interview)

langsung kepada sumber-sumbernya. Setelah dilakukan kajian dan penelitian

dengan metode tersebut, dapat diketahui bahwa perkembangan majelis ta‟lim di

Kelurahan Batu Ampar Condet telah menjadi kegiatan yang rutin dilakukan baik

dari ibu-ibu, bapak-bapak, remaja sampai anak-anak. Perkembangan tersebut

membawa pengaruh bagi masyarakatnya dari aspek pendidikan, keagamaan,

pembinaan akhlak, sosial-budaya, dan ekonomi.

Kata Kunci: Majelis Ta‟lim, Masyarakat Condet, Pengaruh Majelis Ta‟lim

Page 6: PERKEMBANGAN MAJELIS TA’LIM DAN PENGARUHNYA DIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35368/2/ANDINI... · n garis keturunan yang dianggap sama. Asimilasi: P. embauran

II

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat

rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Shalawat dan Salam senantiasa tercurahkan pada junjungan baginda Nabi

Muhammad SAW, serta keluarga, sahabat, dan seluruh pengikutnya. Akhirnya

Skripsi ini selesai dengan tema tentang Perkembangan Majelis Ta’lim dan

Pengaruhnya di Kelurahan Batu Ampar Condet Jakarta Timur Tahun 1965-

2010. Tentunya dalam menyelesaikan skripsi ini penulis tidak semata-mata

berhasil dengan tenaga dan upaya sendiri namun banyak pihak yang telah

berpartisipasi dalam penulisan skripsi ini, baik yang bersifat moril maupun

materil, maka dengan ini sepatutnya penulis menyampaikan terima kasih atas

motivasinya. Rasa terima kasih yang begitu tinggi saya sampaikan kepada :

1. Prof. Dr. Syukron Kamil, M.A selaku Dekan Fakultas Adab dan

Humaniora Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Nurhasan, M.A selaku Ketua Jurusan Sejarah dan Peradaban Islam dan

Shalikatus Sa‟diyah M.Pd selaku Sekretaris Jurusan Sejarah dan

Peradaban Islam Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

3. Teruntuk Drs. M. Ma‟ruf Misbah, M.A selaku dosen pembimbing

Akademik sekaligus dosen pembimbing skripsi yang banyak membantu

dengan sabar serta selalu memotivasi dalam mengarahkan proses

penelitian ini.

4. Dosen-dosen di Jurusan Sejarah dan Peradaban Islam yang memberikan

ilmu dan pengalamannya.

5. Terimakasih kepada Bapak Lurah dan Sekertaris Lurah Kelurahan Batu

Ampar yang telah membantu penulis dalam memberikan masukan dan

data seputar masyarakat Kelurahan Batu Ampar.

Page 7: PERKEMBANGAN MAJELIS TA’LIM DAN PENGARUHNYA DIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35368/2/ANDINI... · n garis keturunan yang dianggap sama. Asimilasi: P. embauran

III

6. Terimakasih kepada Mpok Wirda dan Kak Lala yang telah menemani

penulis mendatangi majelis-majelis ta‟lim yang ada di Kelurahan Batu

Ampar.

7. Terimakasih kepada Ibu Arini, Umi Zahra, Ustadz Ahmad Fuadi yang mau

berbagi dan bercerita tentang pengajian-pengajian yang ada di Kelurahan

Batu Ampar.

8. Teruntuk mamah dan papah yang tidak pernah putus berdo‟a untuk

kesuksesan anak-anaknya dan yang setiap hari bertanya kapan lulus. Dari

situ, penulis selalu termotivasi untuk menyelesaikan penelitian ini.

9. Penulis pun mengucapkan terimakasih kepada Muhammad Ilham Pratama

yang telah banyak membantu penulis dalam memberikan dukungan serta

meluangkan waktu untuk menemani penulis ketika penelitian.

10. Sahabat-sahabat yang selalu mengingatkan agar cepat menyelesaikan

skripsi ini Merindu Fitriani S.Hum, Nursilam S.Hum, Titi Maria Ulfah,

Dede Delfia, Duratul Muazah, Zainudin, Abdul Kholil, Rosita, Maria

Angelina, Mardiyah, Agidia Oktavia, Diah Nur Afifah S.Hum, Rizki

Nurdia Astuti.

11. Terimakasih juga untuk M. Nur Arief Budiman yang selalu memberikan

semangat dan dukungan untuk mengerjakan skripsi dan mengirimkan buku

untuk penulis.

Sekali lagi penulis ucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah

membantu dan mendukung serta membimbing penulis hingga selesai. Penulis

sadar bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Semoga skripsi ini bermanfaat

untuk pembaca sekalian.

Page 8: PERKEMBANGAN MAJELIS TA’LIM DAN PENGARUHNYA DIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35368/2/ANDINI... · n garis keturunan yang dianggap sama. Asimilasi: P. embauran

IV

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN

LEMBAR PERSETUJUAN

LEMBAR PENGESAHAN

ABSTRAK………………………………….,………………………...... I

KATA PENGANTAR……………………………………………....... II

DAFTAR ISI………………………………………….……………....... IV

DAFTAR TABEL DAN GAMBAR………......................................... VI

DAFTAR ISTILAH…………………………………………….…….... VII

DAFTAR SINGKATAN………………………………………………. IX

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ..................................................

B. Identifikasi Masalah.........................................................

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah ..............................

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian…………………….........

E. Tinjauan Pustaka…………………………………...........

F. Kerangka Teori.................................................................

G. Metode Penelitian ............................................................

H. Sistematika Penulisan.........................................................

1

8

8

9

9

11

13

15

Page 9: PERKEMBANGAN MAJELIS TA’LIM DAN PENGARUHNYA DIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35368/2/ANDINI... · n garis keturunan yang dianggap sama. Asimilasi: P. embauran

V

BAB II

GAMBARAN UMUM KELURAHAN BATU AMPAR

CONDET JAKARTA TIMUR

A. Letak Geografis Kelurahan Batu Ampar.................................

B. Kondisi Sosial Keagamaan......................................................

C. Kondisi Pendidikan.................................................................

D. Kondisi Ekonomi ....................................................................

16

20

23

25

BAB III PERKEMBANGAN MAJELIS TA’LIM DI

KELURAHAN BATU AMPAR CONDET JAKARTA

TIMUR

A. Asal-usul Berdirinya Majelis Ta‟lim di Kelurahan Batu

Ampar Condet .......................................................................

B. Kuantitas Perkembangan Majelis Ta‟lim di Kelurahan Batu

Ampar Condet ......................................................................

C. Bentuk-bentuk Majelis Ta‟lim di Kelurahan Batu Ampar

Condet ...................................................................................

30

34

39

BAB IV PENGARUH MAJELIS TA’LIM BAGI MASYARAKAT

KELURAHAN BATU AMPAR CONDET JAKARTA

TIMUR

A. Aspek Pendidikan Keagamaan…………..…………….........

B. Aspek Pembinaan Akhlak……………….…………..............

C. Aspek Sosial dan Budaya………………………....................

D. Aspek Ekonomi ......................................................................

46

49

53

56

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan .............................................................................

B. Saran........................................................................................

.

60

63

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................

LAMPIRAN.................................................................................................

64

68

Page 10: PERKEMBANGAN MAJELIS TA’LIM DAN PENGARUHNYA DIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35368/2/ANDINI... · n garis keturunan yang dianggap sama. Asimilasi: P. embauran

VI

DAFTAR TABEL

Batas-batas Wilayah Kelurahan Batu Ampar ....................................................... 17

Jumlah Penduduk Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin .................................... 18

Jumlah Murid Laki-laki dan Perempuan ............................................................... 25

Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian ............................................... 26

Jenis-jenis Usaha yang ada di Kelurahan Batu Ampar Condet............................. 27

Data Majelis Ta‟lim Kelurahan Batu Ampar Condet dari tahun 1955-2015 ........ 36

DAFTAR GRAFIK

Perkembangan Majelis Ta‟lim di Kelurahan Batu Ampar Tahun 1955-2015 ...... 38

Page 11: PERKEMBANGAN MAJELIS TA’LIM DAN PENGARUHNYA DIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35368/2/ANDINI... · n garis keturunan yang dianggap sama. Asimilasi: P. embauran

VII

DAFTAR ISTILAH

Pribumi : Orang yang lahir di suatu tempat, wilayah

atau negara dan

menetap disana dengan status orisinal atau asli

Vreemde Orsterlingan : Orang Timur asing

Batavia : Ibu kota Hindia Belanda yang dibangun sejak

menjadi lokasi markas besar perdagangan

Vereenigde Oost-Indische Compagnie (VOC) serta

menjadi kota yang telah berkembang pesat oleh J.P

Coen tahun 1619.

Etnis : Suatu golongan manusia yang anggota-anggotanya

mengidentifikasikan dirinya dengan sesamanya,

biasanya berdasarkan garis keturunan yang

dianggap sama.

Asimilasi : Pembauran dua kebudayaan yang disertai dengan

hilangnya ciri khas kebudayaan asli sehingga

membentuk kebudayaan baru.

Cagar Budaya : Warisan budaya bersifat kebendaan berupa benda

cagar budaya, bangunan cagar budaya, struktur

cagar budaya, situs cagar budaya, dan kawasan

cagar budaya di darat atau di air yang perlu

dilestarikan keberadaannya karena memiliki nilai

penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan,

pendidikan, agama, dan atau kebudayaan melalui

proses penetapan.

Halaqoh : Sekelompok kecil Muslim yang secara rutin

mengkaji ajaran Islam.

Kitab Kuning : Kitab-kitab tradisional yang berisi pelajaran-

pelajaran agama Islam.

Page 12: PERKEMBANGAN MAJELIS TA’LIM DAN PENGARUHNYA DIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35368/2/ANDINI... · n garis keturunan yang dianggap sama. Asimilasi: P. embauran

VIII

Dependency Ratio : Perbandingan antara jumlah penduduk berumur

0-14 tahun, ditambah dengan jumlah penduduk 65

tahun keatas dibandingkan dengan jumlah

penduduk usia 15-64 tahun.

Sayyid : Gelar kehormatan yang diberikan kepada orang-

orang yang merupakan keturunan Nabi

Muhammad SAW melalui para cucunya.

Habaib : Gelar bangsawan Timur Tengah yang merupakan

kerabat Nabi Muhammad (Bani Hasyim) dan

secara khusus dinisbatkan terhadap keturunan Nabi

Muhammad melalui Fatimah az-Zahra (yang

berputera Husain dan Hasan) dan Ali bin Abi

Thalib.

Trend : Suatu hal yang sedang berkembang di dikenal oleh

banyak masyarakat.

Ukhuwah Islamiyah : Persaudaraan Islam.

Kurikulum : Perangkat mata pelajaran dan program pendidikan

yang diberikan oleh suatu lembaga penyelenggara

pendidikan yang berisi rancangan pelajaran yang

akan diberikan kepada peserta pelajaran dalam satu

periode jenjang pendidikan.

Wirid : Suatu Kebiasaan yang di lakukan saat telah

melakukan ibadah (Shalat) oleh orang Islam.

Religius : Suatu sikap yang taat akan agama yang

dipeluknya.

Page 13: PERKEMBANGAN MAJELIS TA’LIM DAN PENGARUHNYA DIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35368/2/ANDINI... · n garis keturunan yang dianggap sama. Asimilasi: P. embauran

IX

DAFTAR SINGKATAN

RT : Rukun Tetangga

RW : Rukun Warga

UPKMK : Usaha Pemberdayaan Kecamatan Masyarakat Kelurahan

Ha : Hektar

SK : Surat Keputusan

DKI : Daerah Khusus Ibukota

WNA : Warga Negara Asing

WNI : Warga Negara Indonesia

UKM : Usaha Kecil Menengah

Page 14: PERKEMBANGAN MAJELIS TA’LIM DAN PENGARUHNYA DIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35368/2/ANDINI... · n garis keturunan yang dianggap sama. Asimilasi: P. embauran

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Penyebaran Islam di Nusantara telah terjadi berabad-abad silam.

Tersebarnya Islam di Nusantara tidak semata-mata dibawa oleh orang Arab yang

kemudian diterima oleh masyarakat pribumi. Akan tetapi, ada beberapa faktor

yang menyebabkan Islam dapat diterima dengan baik di Nusantara. Ada faktor

perdagangan, pernikahan, ajaran tasawuf, pesantren, kesenian, dan politik.

Pendapat Azyumardi Azra dalam bukunya Islam Nusantara: Jaringan Global dan

Lokal menyatakan bahwa “Islam di Nusantara dibawa langsung dari Tanah Arab

pada abad ke-7 yang diperkenalkan langsung oleh para guru atau juru dakwah dan

orang yang pertama kali masuk Islam adalah para penguasa.”1 Pendapat lain

mengatakan bahwa masuknya Islam ke Nusantara yaitu pada sekitar abad ke-9

dimulai dengan datangnya orang Arab Hadramaut yang hijrah ke seluruh belahan

dunia hingga sampai ke Nusantara.2 Kebanyakan orang Arab yang bermukim di

Nusantara berasal dari Hadramaut, dan sebagian lagi ada yang berasal dari

Muskat, Tepian Teluk Persia, Yaman, Hijaz, Mesir, atau dari pantai Timur

Afrika.3

Masuknya Islam yang dibawa oleh padagang-pedagang Arab, yang pada

awalnya datang untuk membeli rempah-rempah yang diperlukan untuk dijual

kembali di negara mereka, menjadikan orang Arab di Nusantara banyak yang

berprofesi sebagai pedagang perantara, pedagang kecil, pemilik toko, dan

penyedia barang dan jasa yang tidak dilakukan pendatang dari Eropa.

Di samping melakukan perdagangan, para pedagang Muslim tersebut juga

memperkenalkan ajaran Islam kepada penduduk setempat. Artinya, sambil

1 Azyumardi Azra, Islam Nusantara : Jaringan Global dan Lokal, (Bandung : Mizan,

2002), h. 31 2 Abdul Qadir Umar Mauladdawilah, 17 Habaib Berpengaruh di Indonesia, cet. VII,

(Malang: Pustaka Bayan, 2010), h. 5 3 L. W. C. van den Berg, Hadramaut dan Koloni Arab di Nusantara, (Jakarta: INIS, 1989),

h. 67

Page 15: PERKEMBANGAN MAJELIS TA’LIM DAN PENGARUHNYA DIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35368/2/ANDINI... · n garis keturunan yang dianggap sama. Asimilasi: P. embauran

2

berdagang mereka mengajarkan syariat Islam, hingga ada di antara mereka yang

melakukan perkawinan dengan perempuan pribumi yang sudah lebih dahulu

memeluk Islam. Interaksi unsur agama Islam melalui perkawinan oleh penduduk

lokal maupun bangsawan dan elite kerajaan ini pada gilirannya membentuk inti

masyarakat Muslim yang hingga saat ini menjadi titik tolak perkembangan Islam

yang semakin lama semakin meluas di kalangan masyarakat setempat.4 Dengan

banyaknya masyarakat pribumi yang mengubah keyakinannya kepada Islam,

maka para penguasa pribumi Nusantara dapat berpartisipasi secara lebih luas dan

menguntungkan dalam perdagangan internasional, dan para pedagang Muslim

mendapat kemudahan untuk mendapatkan ekspor dan impor komoditas yang

diperlukan pasaran dunia.5

Komunitas Arab sudah menetap di Jakarta sejak berabad-abad lamanya.

Selain orang Arab ada juga komunitas Cina, di zaman kolonial kedua ras ini

disebut sebagai Timur Asing atau Vreemde Osterlingan.6 Akan tetapi, jumlah

penduduk keturunan Arab lebih sedikit dibanding dengan keturunan Cina.

Kelompok Arab di Batavia, telah menjadi kelompok yang besar di Nusantara

meskipun baru berumur setengah abad, sehingga pemerintah Belanda

mengharuskan adanya kepala kelompok, karena sebelumnya orang Arab masih

dalam kelompok-kelompok kecil yang menetap di wilayah pribumi, terutama di

wilayah yang ditinggali orang Benggali yang dalam bahasa Melayu disebut

Pekojan, artinya “tempat orang koja”.7 Lama kelamaan orang Benggali digantikan

oleh orang Arab. Di Pekojan hanya terdapat beberapa orang Cina dan sebagian

besar pribumi. Pendatang Arab di Batavia lebih dari seratus setiap tahunnya, dan

sebagian pendatang ini kemudian menetap. Jadi, kelompok Arab di Batavia telah

berkembang dan jumlah anggotanya melampaui kelompok-kelompok yang lain.8

4 Esa Damar Pinuluh, Pesona Majapahit, (Yogyakarta: BUKUBIRU, 2010), h. 132

5Esa Damar Pinuluh, Pesona Majapahit, ... h. 130

6Firman Lubis, Jakarta 1960-an: Kenangan Semasa Mahasiswa, (Jakarta: Masup Jakarta,

2008), h. 59 7Dalam bahasa Melayu, kojah dari bahasa Persia Khawajah berarti „Benggali‟, atau lebih

tepat „penduduk asli Hindustan‟. 8L. W. C. van den Berg, Hadramaut dan Koloni Arab di Nusantara..., h. 73

Page 16: PERKEMBANGAN MAJELIS TA’LIM DAN PENGARUHNYA DIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35368/2/ANDINI... · n garis keturunan yang dianggap sama. Asimilasi: P. embauran

3

Ada tiga fase yang menunjukkan eksistensi Islam di Batavia. Pertama, saat

Sunda Kelapa berhasil ditaklukkan oleh Fatahillah. Pada fase itu seluruh

kehidupan sosial, ekonomi, politik di Jayakarta didasari pada ajaran Islam dan

mendapat pengawasan langsung dari Kesultanan Cirebon.9 Kedua, sejak

banyaknya masjid dan pusat-pusat kegiatan Islam yang didirikan pada abad ke-

18.10

Selain menggambarkan perkembangan Islam di Batavia, masjid-masjid itu

juga menggambarkan adanya percampuran berbagai kelompok etnis yang menjadi

landasan bagi munculnya kelompok etnis baru yang kemudian

mengidentifikasikan diri mereka sebagai orang Islam di Batavia.11

Langkah mendirikan bangunan masjid memang memiliki peran. Di

antaranya adalah peran sebagai tempat kaum Muslimin untuk beribadah dan

mendekatkan diri kepada Allah SWT, beri‟tikaf, membersihkan diri, tempat

bermusyawarah kaum Muslimin untuk memecahkan persoalan-persoalan yang

timbul dalam masyarakat, tempat berkonsultasi, tempat membina keutuhan ikatan

jama‟ah dan kegotong-royongan di dalam mewujudkan kesejahteraan bersama,

tempat pembinaan dan pengembangan kader-kader pimpinan umat, dan tempat

pengaturan dan kegiatan sosial.

Ketiga, semakin berkembangnya penggunaan bahasa Melayu Betawi pada

abad ke-19, yang disebabkan karena menghilangnya pengaruh bahasa Portugis.

Bahasa Melayu Betawi itu 93% merupakan kosa kata bahasa Indonesia dan 7%

berasal dari bahasa Jawa, Sunda, Bali, dan Cina. Jadi, secara linguistis bahasa

Betawi adalah bahasa Melayu.12

Perbedaan dialek antara Melayu Betawi dari

bahasa Indonesia yaitu banyaknya vokal „e‟ pada kosakata bahasa Betawi, seperti

ape, ade, aye, dan sebagainya. Sepertinya penggunaan bahasa Melayu Betawi ini

9Muhammad Zafar Iqbal, Islam di Jakarta Studi Sejarah Islam dan Budaya Betawi, (Jakarta

: Disertasi Program Pasca Sarjana IAIN, tidak diterbitkan 2002), h. iii 10

Abdul Azis, Islam dan Masyarakat Betawi, (Jakarta: LP3S, 2002), h. 45 11

Masjid pertama yang didirikan adalah masjid Al-Mansur di Kampung Sawah, Jembatan

Lima pada tahun 1777, lalu masjid Pekojan yang didirikan di Perkampungan Arab pada tahun

1755, pada tahun 1761 berdiri masjid Kampung Angke di perkampungan orang-orang Bali,

kemudian masjid Kebon Jeruk yang didirikan oleh peranakan Cina Islam tahun 1786, dan masjid

yang didirikan orang-orang Banda di Kampung Banda tahun 1789. 12

Muhadjir, Bahasa Betawi: Sejarah dan Perkembangannya, (Jakarta: Puslitbang

Kemasyarakatan dan Kebudayaan (PMB-LIPI) dengan The Ford Foundation, 2000), H. 61

Page 17: PERKEMBANGAN MAJELIS TA’LIM DAN PENGARUHNYA DIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35368/2/ANDINI... · n garis keturunan yang dianggap sama. Asimilasi: P. embauran

4

berkaitan erat dengan proses Islamisasi orang Betawi. Mereka bukan saja

menggunakan bahasa Melayu menjadi bahasa komunikasi sehari-hari masyarakat

Betawi, akan tetapi mereka juga telah menjadikan Islam sebagai pandangan hidup.

Adapun penyebaran Islam yang dibawa oleh para ulama Betawi yang

belajar di Makkah, sangat menentukan corak pendidikan yang mereka

sebarluaskan di kalangan orang Betawi. Ciri utama dalam corak ini ialah

kecenderungan yang kuat dalam mempertahankan tradisi pemahaman Islam

melalui khazanah intelektual sebagaimana terkandung dalam kitab-kitab klasik

berbahasa Arab (Kitab Kuning).13

Seperti pengalaman belajar mereka di tanah

suci yang umumnya berbentuk halaqah di masjid, model belajar dan materi yang

mereka terapkan kepada murid-murid mereka di tanah air juga tidak jauh berbeda.

Jadi dapat dikatakan bahwa corak pendidikan seperti majelis ta‟lim sudah

dikembangankan oleh para ulama betawi abad ke-19, yang menerapkan model

halaqah dalam penyebaran ilmu agama Islam kepada masyarakat Betawi.

Tradisi keagaman yang dibawa oleh orang-orang Timur Tengah memang

tidak sedikit di Indonesia. Di antaranya, adalah tradisi pesantren yang mempunyai

akar dari Timur Tengah seperti pelajaran yang menggunakan kitab-kitab

berbahasa Arab (Kitab Kuning) dan pengajaran model halaqoh. Hal ini sesuai

dengan yang dinyatakan oleh Martin Van Bruinessen bahwa dalam waktu hampir

dua abad lamanya, para “ulama Jawi” telah menyerap tradisi dari kawasan Timur

Tengah itu, untuk dijadikan standar baku bagi kawasan Nusantara.14

Adapun jasa ulama Arab telah memainkan peranan penting dalam proses

dan perkembangan Islam di kalangan masyarakat Betawi, ditandai tersebarnya

majelis-majelis ta‟lim yang telah diikuti oleh masyarakat pribumi (Betawi). Jasa

lain yang sesuai pengamatan terakhir, bahwa keturunan Arab di Nusantara

cenderung berasimilasi dengan masyarakat pribumi,15

sehingga melahirkan

13

Abdul Aziz, Islam dan Masyarakat Betawi..., h. 62 14

Martin Van Bruinessen, Kitab Kuning, Pesantren, dan Tarekat: Tradisi-tradisi Islam di

Indonesia, (Bandung: Mizan, 1999), h. 13 15

L. W. C. van den Berg, Hadramaut dan Koloni Arab di Nusantara..., h. 72

Page 18: PERKEMBANGAN MAJELIS TA’LIM DAN PENGARUHNYA DIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35368/2/ANDINI... · n garis keturunan yang dianggap sama. Asimilasi: P. embauran

5

kebudayaan Betawi yang bernapaskan Islam seperti yang terlihat pada

masyarakat Kelurahan Batu Ampar Condet.

Identifikasi orang Betawi terhadap Islam dalam berbagai aspek

kehidupannya termasuk tradisi keagamaan di Kelurahan Batu Ampar Condet,

agaknya sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Clifford Geertz bahwa agama

eksis dan termanifestasikan dalam setiap aktivitas kemanusiaan. Dengan demikian

agama tidak bisa dilepaskan dari segala aspek kemanusiaan dan segala perubahan

yang bersifat alami atau manusiawi”.16

Di tengah arus globalisasi seperti saat ini, majelis ta‟lim tampak seperti

sebuah fenomena. Majelis ta‟lim yang terdiri atas dua kata yaitu “majelis” yang

berarti pertemuan (kumpulan) orang banyak dan “ta‟lim” berarti pengajaran

agama atau pengajian.17

Maka majelis ta‟lim dapat diartikan sebagai gambaran

sebuah suasana di mana para Muslim berkumpul untuk melakukan kegiatan yang

tidak terikat seperti “pengajian”. Sebagai forum pengajian, maka majelis ta‟lim

menjadi lembaga yang menampung jama‟ah dari berbagai latar belakang dan

lapisan.18

Pengajian Nabi Muhammad SAW yang diadakan secara sembunyi di

rumah sahabat Arqam bin Abil Arqam r.a. di Makkah saat itu, tidak disebut

majelis ta‟lim. Akan tetapi, dalam pengertian sekarang pengajian tersebut dapat

dianggap sebagai majelis ta‟lim. Setelah Allah SWT menurunkan perintah untuk

menyiarkan Islam secara terang-terangan, pengajian seperti itu berkembang di

tempat-tempat lain yang menyelenggarakan pengajiannya secara terbuka.

Selanjutnya di zaman Kerajaan Samudra Pasai yang dipimpin oleh Raja Malik

Az-Zahir, sebagai raja yang terkenal sangat alim dalam ilmu agama, raja

16

Zakiyudin Baidhawy, Agama dan Pluralitas Budaya Lokal, (Surakarta: Pusat Studi

Budaya dan Perubahan Sosial , UMS, 2003), h. 3 17

Tutty Alawiyah, Strategi Dakwah Di Lingkungan Majelis Taklim, (Bandung : Mizan,

1997), h. 5 18

Khozin, Jejak-jejak Pendidikan Islam di Indonesia, (Malang: Universitas

Muhammadiyah, 2006), h. 240

Page 19: PERKEMBANGAN MAJELIS TA’LIM DAN PENGARUHNYA DIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35368/2/ANDINI... · n garis keturunan yang dianggap sama. Asimilasi: P. embauran

6

mengadakan pengajian sampai waktu ashar.19

Materi yang diajarkan yaitu

pelajaran agama dalam bidang syari‟at yaitu fikih mazhab Syafi‟i, dan sistem

pengajarannya berupa majelis ta‟lim dan halaqoh.

Perkembangan majelis ta‟lim telah meluas pada kegiatan–kegiatan modern

seperti seminar, tour dakwah, peningkatan dan pendalaman wawasan, kunjungan

ke pusat–pusat kegiataan penting masyarakat, serta pertemuan dengan para

pejabat tinggi negara dan tokoh masyarakat. Pada umumnya majelis ta‟lim adalah

lembaga swadaya masyarakat.20

Majelis ta‟lim didirikan, dikelola dan

dikembangkan atas dukungan anggotanya. Oleh karena itu majelis ta‟lim

merupakan wadah masyarakat untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri.

Daerah Condet sendiri merupakan salah satu kota yang ada di Jakarta,

kawasan Condet meliputi 3 kelurahan, yaitu Kelurahan Batu Ampar, Kampung

Tengah (Kampung Gedong) dan Bale Kambang, termasuk wilayah Kecamatan

Kramat Jati, Kotamadya Jakarta Timur. Nama Condet berasal dari sebuah anak

sungai Ci Liwung, yaitu Ci Ondet.21

Wilayah ini tadinya merupakan tebing,

karena terdapat sungai Ciliwung yang melintasi Condet. Di sana pohon-pohon

salak hampir menutupi rumah-rumah yang sebagian di antaranya masih dihiasi

ukiran dan pola bergaya Betawi kuno. Pada sisi lain, Condet merupakan

kecamatan yang melestarikan budaya Betawi yang berada di pinggiran kota. Sejak

dinyatakan sebagai kawasan cagar budaya pada tahun 1976, penduduk Condet

mengeluhkan peraturan yang dimaksudkan untuk menghambat gelombang

pembangunan yang ada di sekeliling mereka.22

Di Condet pada umumnya dan kelurahan Batu Ampar pada khusunya

majelis ta‟lim telah menjadi kegiatan rutin ibu-ibu yang ingin memanfaatkan

waktunya untuk menambah wawasan tentang ilmu agama. Banyaknya masyarakat

19

Sofyan Rofi, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, (Yogyakarta: Deepublish, 2016), h.

6 20

Tutty Alawiyah, Strategi Dakwah Di Lingkungan Majelis Taklim..., h. 75 21

Rachmat Ruchiat, Asal-usul Nama Tempat di Jakarta, (Jakarta: Masup Jakarta, 2012), h.

49 22

Susan Blackburn, Jakarta: Sejarah 400 Tahun, (Jakarta: Masup Jakarta, 2011), h. 350

Page 20: PERKEMBANGAN MAJELIS TA’LIM DAN PENGARUHNYA DIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35368/2/ANDINI... · n garis keturunan yang dianggap sama. Asimilasi: P. embauran

7

asli Betawi yang beragama Islam telah mendominasi wilayah ini, menjadikan

majelis ta‟lim dapat berkembang di masyarakatnya.23

Masyarakat Condet

mengalami asimilasi dari latar belakang kebudayaan yang berbeda-beda, di mana

Condet menjadi tempat yang banyak didatangi oleh masyarakat keturunan Arab.

Oleh karena itu, di Condet banyak tersebar majelis-majelis ta‟lim yang didirikan

oleh masyarakat keturunan Arab maupun pribumi. Di Kelurahan Batu Ampar

Condet, majelis ta‟lim lebih banyak didirikan oleh masyarakat pribumi dan ada

pula beberapa majelis ta‟lim yang didirikan oleh masyarakat keturunan Arab.

Pemilihan objek Perkembangan dan Pengaruh Majlis Ta‟lim di Kelurahan

Condet Batu Ampar didasari oleh beberapa faktor. Pertama, majelis ta‟lim

merupakan salah satu tempat pendidikan non formal yang banyak didirikan di

Condet Batu Ampar. Majelis ta‟lim yang ada tidak hanya untuk kaum ibu-ibu.

Ada juga pengajian bapak-bapak, remaja dan anak-anak. Kedua, pendirian majelis

ta‟lim semakin lama terus berkembang dan banyak, sehingga setiap RT (Rukun

Tetangga) dari kelurahan Condet Batu Ampar memiliki sedikitnya satu majelis

ta‟lim di lingkungannya. Ketiga, majelis ta‟lim memberikan pengaruh bagi para

jama‟ah dari aspek pendidikan, keagamaan, pembinaan akhlak, sosial-budaya, dan

ekonomi.

Berdasarkan beberapa sumber, penulis berkesimpulan bahwa masyarakat

Muslim telah menjadi mayoritas di kelurahan Condet Batu Ampar. Dengan

banyaknya majelis ta‟lim yang ada, telah menjadikan masyarakat Condet Batu

Ampar masyarakat yang religius, hal ini dapat dilihat dari antusias masyarakat

terhadap pengajian agama yang diadakan mulai dari anak-anak sampai orang tua.

Perbedaan pengajaran antara majelis ta‟lim yang didirikan oleh pribumi dan

majelis ta‟lim yang didirikan oleh orang keturunan Arab. Kemudian, dengan

adanya respon masyarakat terhadap majelis ta‟lim dapat dinilai, masyarakat lebih

antusias untuk datang ke majelis ta‟lim yang didirikan oleh pribumi atau majelis

23

Berdasarkan hasil wawancara dengan Hj. Maryam sebagai tokoh masyarakat pribumi

Condet, beliau mengatakan bahwa masyakarat Condet khususnya Kelurahan Batu Ampar

kebanyakan orang Betawi asli jadi, dari tahun 1970-an sudah banyak yang mendirikan pengajian-

pengajian.

Page 21: PERKEMBANGAN MAJELIS TA’LIM DAN PENGARUHNYA DIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35368/2/ANDINI... · n garis keturunan yang dianggap sama. Asimilasi: P. embauran

8

yang didirikan oleh orang keturunan Arab. Kesenjangan antara majelis ta‟lim

yang banyak dan jama‟ahnya yang sedikit pun menjadi satu hal yang menarik

dikaji dalam skripsi ini.

B. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang di atas penulis menduga bahwa kedatangan orang Arab

di Indonesia, hingga masuk dan berbaur dengan masyarakat Betawi khususnya

masyarakat Condet, turut mempengaruhi tradisi keagamaan di daerah tersebut.

Pengaruh-pengaruh tentang ajaran Islam yang dibawa oleh masyarakat keturunan

Arab dapat dibuktikan, seperti banyaknya majelis ta‟lim yang telah didirikan oleh

masyrakat Condet sendiri, khususnya masyarakat kelurahan Condet Batu Ampar.

Banyak majelis ta‟lim yang didirikan dan dikembangkan secara turun-temurun.

Terdapat beberapa fenomena yang berhasil diidentifikasi penulis, di antaranya

adalah sebagai berikut:

1. Pengaruh tradisi keagamaan terhadap masyarakat Condet.

2. Ketidak seimbangan Majelis ta‟lim dengan jumlah jama‟ah.

3. Majelis ta‟lim sebagai warisan yang turun-temurun.

4. Perkembangan majelis ta‟lim di Kelurahan Condet Batu Ampar setiap

tahun.

5. Majelis ta‟lim mempunyai pengaruh bagi kehidupan masyarakat

Condet Batu Ampar.

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Dari lima permasalahan yang penulis berhasil identifikasi, akhirnya

penulis membatasi permasalahan dalam skripsi ini pada permasalahan seputar

perkembangan majlis ta‟lim di kelurahan Condet Batu Ampar, serta pengaruh

majlis ta‟lim bagi masyarakat kelurahan Condet Batu Ampar. Batas tahun yang

digunakan ialah pada tahun 1965-2010. Ada tiga rumusan masalah, yaitu:

1. Bagaimanakah gambaran umum kelurahan Condet Batu Ampar?

2. Bagaimanakah perkembangan majelis Ta‟lim di kelurahan Condet

Batu Ampar?

Page 22: PERKEMBANGAN MAJELIS TA’LIM DAN PENGARUHNYA DIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35368/2/ANDINI... · n garis keturunan yang dianggap sama. Asimilasi: P. embauran

9

3. Apakah pengaruh Majelis Ta‟lim bagi masyarakat kelurahan Condet

Batu Ampar?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

1. Menjelaskan gambaran umum tentang kelurahan Condet Batu Ampar,

dari segi kondisi sosial, keagamaan, pendidikan dan ekonomi.

2. Menjelaskan perkembangan jumlah majelis ta‟lim di kelurahan Condet

Batu Ampar.

3. Menjelaskan pengaruh majelis ta‟lim bagi masyarakat kelurahan

Condet Batu Ampar, dalam aspek pendidikan, aspek keagamaan, aspek

pembinaan akhlak, aspek sosial-budaya, dan aspek ekonomi.

Manfaat penelitian ini adalah:

1. Meningkatkan minat penelitian dan pengkajian terkait perkembangan

majelis ta‟lim yang berada di tengah-tengah kota Jakarta khususnya

majelis ta‟lim di kalangan masyarakat Kelurahan Batu Ampar Condet,

yang sebelumnya pembahasan ini tidak banyak menjadi sorotan,

terutama oleh mahasiswa Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam

Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Menjawab permasalahan sejarah secara mendetail dengan

menggunakan metode sejarah yang ilmiah. Agar penelitian ini dapat

memeberikan sumbangan yang berarti terhadap pengkajian tradisi

keagamaan yang terdapat di Asia Tenggara, khususnya bagi mereka

yang menaruh perhatian terhadap perkembangan majelis-majelis

Ta‟lim yang terdapat di kelurahan Condet Batu Ampar, serta pengaruh

majelis ta‟lim terhadap masyarakat Condet Batu Ampar.

E. Tinjauan Pustaka

Sejauh yang penulis temukan, literatur tentang perkembangan majelis

ta‟lim dan pengaruhnya di Batu Ampar, yang terkait dengan tradisi keagamaan

yang dibawa oleh orang Arab dan para ulama Betawi yang telah menyelesaikan

Page 23: PERKEMBANGAN MAJELIS TA’LIM DAN PENGARUHNYA DIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35368/2/ANDINI... · n garis keturunan yang dianggap sama. Asimilasi: P. embauran

10

belajarnya dari Timur Tengah, yaitu memberikan pelajaran dalam bentuk

halaqah-halaqah pengajian yang umumnya disebut majelis ta‟lim, belum ada

yang ditulis secara sfesifik yang terkait dengan pembahasan majelis ta‟lim yang

berkembang di kelurahan Batu Ampar serta pengaruhnya bagi masyarakat.

Berikut literatur yang dijadikan tinjauan pustaka:

Buku yang berjudul Hadramaut dan Koloni Arab di Nusantara merupakan

karya L. W. C. van den Berg. Dalam buku ini dijelaskan sejarah kedatangan

bangsa Arab ke Nusantara yang akhirnya menetap di Indonesia dan membentuk

komunitas-komunitas Arab. Buku ini membantu penulis untuk menjelaskan asal

mula terbentuknya majelis ta‟lim yang berada di Condet, yang dibawa oleh orang

Arab Hadramaut. Kemudian, penjelasan tentang tradisi keagamaan dijelaskan

secara umum. Perbedaan buku ini dengan skripsi penulis adalah bahwa, penulis

mengambil spesifikasi wilayah yaitu majelis ta‟lim di kelurahan Condet Batu

Ampar, serta menjelaskan perkembangan majelis ta‟lim serta pengaruhnya di

Condet Batu Ampar.

Buku yang berjudul Strategi Dakwah di Lingkungan Majelis Taklim ditulis

oleh Tutty Alawiyah. Buku ini sangat membantu penulis dalam menjelaskan

tentang majelis ta‟lim, mulai dari strategi-strategi dakwah di majelis ta‟lim,

mengembangkan kelembagaan yang ada di majelis ta‟lim dan cara

mengembangkan majelis ta‟lim. Perbedaan skripsi penulis dengan buku ini adalah

bahwa majelis ta‟lim yang dikaji berbeda tempat walaupun masih dalam satu

lingkup Ibukota. Kemudian, buku ini tidak membahas tentang perkembangan dan

pengaruh majelis ta‟lim akan tetapi lebih kepada cara-cara berdakwah di

lingkungan majelis ta‟lim.

Skripsi yang berjudul Asimilasi Sosial-Budaya Komunitas Keturunan Arab

di kelurahan Condet Balekambang, Jakarta Timur ditulis oleh Titin Widarti yang

merupakan mahasiswa UIN Jakarta Fakultas Ilmu Sosial dan Politik. Dalam

skripsinya, Titin lebih menjelaskan tentang terjadinya asimilasi antara komunitas

Arab dan masyarakat Condet antara perkawinan dan budaya. Skripsi ini juga

Page 24: PERKEMBANGAN MAJELIS TA’LIM DAN PENGARUHNYA DIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35368/2/ANDINI... · n garis keturunan yang dianggap sama. Asimilasi: P. embauran

11

membatu penulis dalam memilih budaya apa saja yang telah bercampur antara

komunitas Arab dan masyarakat Condet, seperti majelis ta‟lim yang dibawa oleh

orang Arab yang datang ke Nusantara. Kemudian, persamaan tempat kajian dapat

membantu penulis dalam menjelaskan hal yang terkait tentang Condet.

Selain itu buku Abdul Azis, Islam dan Masyarakat Betawi, memang

menjelaskan bagaimana Islam menjadi faktor pembeda antara etnis Betawi dengan

etnis lain di Jakarta pada masa kolonial, akan tetapi buku ini tidak menjelaskan

tentang majelis ta‟lim. Pulangnya ulama-ulama Betawi dari Timur Tengah,

membawa corak pendidikan agama yang berbentuk halaqah yang dalam

perjalanannya berganti menjadi majelis ta‟lim.

Dari referensi yang penulis temukan di atas, penulis belum menemukan

buku-buku, jurnal maupun hasil penelitian yang menjelaskan tentang

perkembangan majelis ta‟lim dan pengaruhnya di Kelurahan Condet Batu Ampar.

Penulis merasa bahwa tema yang penulis kembangkan ini akan menjadi karya

sejarah yang berbeda dan tidak sama dengan karya sejarah lainnya.

F. Kerangka Teori

Dalam penelitian perkembangan majelis ta‟lim dan pengaruhnya di

Kelurahan Batu Ampar Condet, penulis menggunakan teori fungsionalisme

struktural yang dikembangkan oleh Robert K. Merton yang dianggap relevan

dalam kaitannya dengan analisa fungsi majelis ta‟lim melalui pendekatan

sosiologi. Menurut Robert K. Merton analisis struktural memusatkan perhatian

pada kelompok sosial, organisasi, masyarakat dan kebudayaan. Teori

fungsionalisme struktural memandang masyarakat sebagai suatau sistem yang

teratur dan terdiri dari bagian-bagian yang saling berhubungan satu sama lain,

yang di mana bagian yang satu tidak dapat berfungsi tanpa ada hubungan dengan

bagian lain. Jika terjadi perubahan di satu bagian maka akan menyebabkan

ketidakseimbangan bahkan menyebabkan perubahan pada bagian lainnya.

Adapun teori fungsionalisme strukural Robert K. Merton adalah

menekankan kepada keteraturan dan mengabaikan perubahan-perubahan dalam

Page 25: PERKEMBANGAN MAJELIS TA’LIM DAN PENGARUHNYA DIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35368/2/ANDINI... · n garis keturunan yang dianggap sama. Asimilasi: P. embauran

12

masyarakat. Konsep utamanya adalah fungsi, disfungsi, fungsi laten, fungsi

manifes dan keseimbangan.24

Teori tersebut menjelaskan bahwa masyarakat

merupakan suatu sistem sosial yang terdiri atas bagian-bagian yang saling

berkaitan dan saling menyatu dalam keseimbangan. Masyarakat yang terdiri dari

kumpulan individu-individu membentuk kelompok sosial, organisasi, dan

lembaga, yaitu untuk mencapai keseimbangan sosial.

Menurut Robert K. Merton, fungsi adalah akibat yang dapat diamati yang

dapat menuju adaptasi atau penyesuain diri dalam suatu sistem.25

Majelis ta‟lim

merupakan bagian dari kultur sosial yang dapat diamati oleh anggota majelis

ta‟lim. Tugas sebagai anggota majelis ta‟lim adalah menerapkan ilmu yang telah

didapat dari setiap pengajian. Majelis ta‟lim sebagai wadah menuntut ilmu di

lingkungan masyarakat, menjadikan anggotanya harus menjalankan fungsinya

sebagai penyebar ilmu di keluarga dan lingkungan sekitarnya. Adapun konsep

disfungsi yang merupakan salah satu cara untuk memperbaiki dan menutupi

kelemahan dalam teori fungsionalisme struktural. Definisi dari disfungsi sendiri

yaitu sebagai sebab negatif yang muncul dalam penyesuain sebuah sistem.

Robert K. Merton juga memperkenalkan konsep fungsi manifes yaitu

fungsi yang diharapkan, sedangkan fungsi laten yaitu fungsi yang tidak

diharapakan. Sebagai contoh, peran majelis ta‟lim terhadap peningkatan keilmuan

anggotanya baik keilmuan yang bersifat religi ataupun yang bersifat umum, tetapi

juga terkandung fungsi yang tersembunyi, dengan keadaan majelis ta‟lim yang

sederhana dan anggota yang mengikutinya. Setiap tindakan akan mempunyai

akibat, entah itu akibat yang diharapkan ataupun akibat yang tidak diharapkan.

Masyarakat memiliki banyak keanekaragaman, fungsi keanekaragaman ini

dapat dilihat dalam struktur sosial masyarakat. Struktur sosial merupakan

serangkaian hubungan sosial yang teratur yang dapat mempengaruhi anggota

masyarakat atau kelompok tertentu dengan berbagai macam cara.26

24

George Ritzer, Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berpradigma Ganda, (Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada, 2007), h. 21 25

Robert K. Merton, Manifes and Latent Function dalam R.K Merton Sosial Theory and

Sosial Structure, (New York: Free Press), h. 105 26

George Ritzer, Teori Sosiologi dari Teori Sosiologi Klasik sampai Perkembangan

Mutakhir Teori Sosial Post Modern, (Yogyakarta: Kreasi Wacana: 2012), h. 273

Page 26: PERKEMBANGAN MAJELIS TA’LIM DAN PENGARUHNYA DIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35368/2/ANDINI... · n garis keturunan yang dianggap sama. Asimilasi: P. embauran

13

Dalam perkembangannya, majelis ta‟lim akan memproduk anggotanya

menjadi seseorang yang faham tentang norma, Islam, intelektual, dan menjadikan

anggotanya taat kepada Allah SWT. Keinginan majelis ta‟lim di atas, tersusun

dari sistem yang teratur dan sesuai dengan keinginan dan pengharapan hubungan

antara majelis ta‟lim dan anggotanya. Majelis ta‟lim dalam hal ini akan berfungsi

sebagaimana tujuan dan harapannya, sedangkan majelis ta‟lim dalam praktek

sosialnya yang bersifat fungsional bagi anggota majelis ta‟lim secara keseluruhan

pasti menunjukkan tingginya level integrasi anggota dalam majelis ta‟lim.

Jadi secara fungsional majelis ta‟lim dapat mengokohkan landasan hidup

manusia dalam bidang mental spiritual keagamaan Islam dalam rangka

meningkatkan kualitas hidupnya secara keseluruhan, lahiriah dan batiniahnya,

duniawiah dan ukhrawiah secara bersamaan, sebagaimana ajaran agama Islam

yaitu iman dan takwa yang melandasi kehidupan duniawi dalam segala bidang

kegiatannya, fungsi demikian sesuai dengan pembangunan lingkungan

masyarakat.27

G. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif-analitis dengan pendekatan

sosial-keagamaan. Dengan menggunakan metode tersebut, penulisan sejarah

bertujuan untuk merekontrusksi peristiwa masa lampau yang bersifat

komprehensif, untuk mengetahui kronologi persitiwa, proses serta faktor-faktor

yang mempengaruhi masyarakat Condet Batu Ampar dalam perkembangan

majelis ta‟lim serta pengaruhnya.28

Adapun dalam penelitian ini penulis

mengunakan metode pengumpulan data yang meliputi 4 tahapan yaitu:29

Pertama, adalah tahapan heuristik, yaitu kegiatan mengumpulkan sumber

sejarah. Metode yang penulis gunakan dalam penelitian ini terdiri dari beberapa

sumber, yaitu : sumber primer yang bersifat tertulis, berupa sumber yang

diterbitkan seperti buku-buku, dokumen, naskah-naskah dan sumber yang tidak

27 H. M. Arifin, Kapita Selekta Pendidikan Islam (Islam dan Umum), (Jakarta: Bumi

Aksara, 1995). Cet. I, h. 120 28

Sartono Kartodirdjo, Pendekatan llmu Sosial dalam Metodelogi Sejarah, (Jakarta: PT

Gramedia Pustaka Utama, 1992), h .4-5, 144-156 29

Muhamad Arif, Pengantar Kajian Sejarah, (Bandung: Yrama Widy, 2001), h. 32

Page 27: PERKEMBANGAN MAJELIS TA’LIM DAN PENGARUHNYA DIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35368/2/ANDINI... · n garis keturunan yang dianggap sama. Asimilasi: P. embauran

14

diterbitkan seperti sumber tertulis di arsip, dokumen negara, kemudian wawancara

dan pengamatan langsung. Adapun sumber data sekunder seperti, buku-buku,

tesis, disertasi, majalah, surat kabar, jurnal serta sumber elektronik dari website

milik instansi resmi daerah maupun pemerintah.

Adapun pengumpulan data-data dilakukan dengan menggunakan metode

penelusuran kepustakaan (Library Research) dengan merujuk kepada sumber-

sumber yang berhubungan dengan tema skripsi ini. Dalam hal ini, penulis

mengunjungi beberapa lembaga yang memiliki koleksi buku maupun arsip terkait

tema penelitian ini, seperti Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) untuk

memperoleh data berupa arsip-arsip, Perpusatakaan Fakultas Adab dan

Humaniora, Perpustakaan Umum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta untuk mencari

buku-buku maupun skrispi dengan tema serupa dan Perpustakaan Negara

Republik Indonesia (PNRI), Perpustakaan Daerah Jakarta Timur, Perpustakaan

Walikota Jakarta Timur serta mencari buku-buku terkait di beberapa toko buku

yang ada di wilayah Jakarta untuk memperkaya sumber-sumber bagi penulis.

Tahapan kedua, adalah kritik sumber. Penulis berusaha membandingkan,

menganalisis dan mengkritisi beberapa sumber yang telah penulis dapat, baik

sumber primer, sekunder maupun sumber elektronik guna mendapat sumber yang

valid dan relevan dengan tema kajian.

Tahapan ketiga adalah interpretasi data, yakni penulis melakukan analisa

sejarah untuk mengungkap masalah yang ada, dalam hal ini penulis berusaha

melihat fakta yang penulis dapat dari pengumpulan data dan kritik sumber,

sehingga memperoleh pemecahan atas masalah tersebut.

Keempat adalah tahapan historiografi yang merupakan cara penulisan,

pemaparan atau laporan hasil penelitian sejarah yang telah dilakukan.30

Penulis

menuliskan hasil pemikiran dari penelitian serta memaparkan hasil dari penelitian

sejarah secara sistematik yang telah diatur dalam pedoman penulisan skripsi,

30

Dudung Abdurrahman, Metode Penelitian Sejarah, (Yogyakarta: Logos Wacana Ilmu,

1999), h. 54

Page 28: PERKEMBANGAN MAJELIS TA’LIM DAN PENGARUHNYA DIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35368/2/ANDINI... · n garis keturunan yang dianggap sama. Asimilasi: P. embauran

15

sehingga penelitian ini bukan hanya baik dari segi isi tetapi juga baik dalam

metode penulisannya.

H. Sistematika Penulisan

Secara keseluruhan skripsi ini terbagi menjadi lima bab dengan susunan

sebagai berikut:

Bab I berisi pendahulaun yang terdiri atas latar belakang masalah,

identifikasi masalah, batasan dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,

tinjauan pustaka, kerangka teori, metodologi penelitian dan sistematika penulisan.

Bab II membahas mengenai gambaran umum kelurahan Condet Batu

Ampar yang meliputi penjelasan tentang letak geografis, kondisi sosial

keagamaan, kondisi pendidikan dan kondisi ekonomi masyarakat Condet Batu

Ampar.

Bab III membahas mengenai perkembangan majelis ta‟lim di Kelurahan

Condet Batu Ampar, yang meliputi asal-usul berdirinya majelis ta‟lim, penjelasan

tentang kuantitas perkembangan majelis ta‟lim, dan bentuk-bentuk majelis ta‟lim

dan respon masyarakat terhadap majelis ta‟lim yang ada di Kelurahan Condet

Batu Ampar.

Bab IV membahas mengenai pengaruh majlis ta‟lim di kelurahan Condet

Batu Ampar bagi masyarakat. Bab ini menjelaskan tentang aspek-aspek seperti,

aspek pendidikan, aspek keagamaan, aspek pembinaan akhlak, aspek sosial dan

budaya, dan aspek ekonomi.

Bab V berisi penutup yang terdiri atas kesimpulan jawaban dari

permasalahan penelitian ini, dan saran-saran yang menjadi masukan-masukan

untuk perbaikan penelitian selanjutnya.

Page 29: PERKEMBANGAN MAJELIS TA’LIM DAN PENGARUHNYA DIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35368/2/ANDINI... · n garis keturunan yang dianggap sama. Asimilasi: P. embauran

16

BAB II

GAMBARAN UMUM MENGENAI KELURAHAN BATU AMPAR

CONDET JAKARTA TIMUR

A. Letak Geografis Kelurahan Batu Ampar

Condet merupakan salah satu kelurahan yang berada di Jakarta Timur,

wilayah Jakarta Timur dibentuk berdasarkan SK Gubernur DKI Jakarta No. Id

3/1/1/66 tanggal 12 Agustus 1966. SK tersebut mulai berlaku tanggal 1 September

1966.31

Jakarta Timur adalah salah satu wilayah di Jakarta yang dipimpin oleh

seorang Walikota. Berdasarkan data statistik, Jakarta Timur pada tahun 2004

memiliki luas wilayah 187.75 Km² dan menjadi wilayah kota terluas dengan

penduduk yang padat.32

Condet merupakan kelurahan yang saat ini berpecah menjadi 3

Kelurahan. Kota yang awalnya adalah perkebunan salak, kini menjadi kawasan

yang meliputi 3 kelurahan, yaitu Kelurahan Batu Ampar, Kampung Tengah

(Kampung Gedong) dan Bale Kambang. Kelurahan Batu Ampar yang berada di

Kecamatan Keramat Jati, Kotamadya Jakarta Timur, mempunyai batas-batas

wilayah sebagai berikut:33

Wilayah Batas-batas Wilayah

Utara Jalan Kumbang ( Kelurahan Cililitan )

Timur Kali Baru ( Kelurahan Kramat Jati )

Selatan Jalan Inerbang, Jalan Inpres

Kelurahan Tengah dan Jalan Damai

Kelurahan Gedong

31

Pemerintah Provinsi Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta, Dinas Kebudayaan, dan

Permusiuman, culture & Heritage, cet. Ke-II, (Ensiklopedia Jakarta : Dinas Kebudayaan, dan

Permusiuman, 2005), h. 17 32

Pemerintah Provinsi Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta, Dinas Kebudayaan, dan

Permusiuman..., h. 18 33

Laporan Tahunan Kelurahan Batu Ampar, Tentang Gambaran Umum Daerah,

(Jakarta: Februari, 2015), h. 2

Page 30: PERKEMBANGAN MAJELIS TA’LIM DAN PENGARUHNYA DIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35368/2/ANDINI... · n garis keturunan yang dianggap sama. Asimilasi: P. embauran

17

Barat Jalan Condet Raya Kelurahan

Balekambang

Sumber data Kelurahan Batu Ampar Condet tahun 2015

Kelurahan Batu Ampar merupakan salah satu Kelurahan yang ditetapkan

sebagai Cagar Budaya dan buah-buahan sesuai dengan Surat Keputusan Gubernur

KDKI Jakarta Nomor D.1-7903a/30/1975 tanggal 18 Desember 1975 tentang

penegasan "Penetapan Kelurahan Condet Batu Ampar, Kelurahan Condet

Balekambang dan Kelurahan Condet Kampung Tengah, Kecamatan Kramat Jati

Kota Administrasi Jakarta Timur sebagai daerah cagar buah-buahan”.34

Berdasarkan data sensus kependudukan yang dikeluarkan oleh Kelurahan

Batu Ampar, sampai bulan Februari 2015 ada sebanyak 14.778 Kepala Keluarga

(KK) terdiri dari KK laki-laki, 9.128 KK dan KK perempuan, 5.650 KK, dengan

keseluruhan penduduk berjumlah 51.740 jiwa yang terdiri dari laki-laki, 26.248

jiwa dan perempuan, 25.492 jiwa. Dalam tabel berikut bisa kita lihat keadaan

jumlah penduduk di Kelurahan Batu Ampar Condet.35

Kemudian, pada jumlah

masyarakat menurut agama yang dianut yaitu, Muslim sebanyak 47.083 jiwa

sedangkan agama selain Islam ada sebanyak 4.657 jiwa. Maka dapat dikatakan

bahwa penduduk Condet Batu Ampar mayoritas Muslim.

Tabel 1. Jumlah Penduduk Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin

Umur WNI WNA Jumlah

LK PR LK PR WNA+WNI

0-4 1.174 1.101 0 0 3.449

5-9 1.262 1.150 0 0 3.412

10-14 1.390 1.405 0 0 2.795

34

Laporan Tahunan Kelurahan Batu Ampar, Tentang Gambaran Umum Daerah, (Jakarta:

Februari, 2015), h. 2 35

Laporan Tahunan Kelurahan Batu Ampar, Tentang jumlah penduduk berdasar umur

dan jenis kelamin, (Jakarta: Februari, 2015), h. 14

Page 31: PERKEMBANGAN MAJELIS TA’LIM DAN PENGARUHNYA DIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35368/2/ANDINI... · n garis keturunan yang dianggap sama. Asimilasi: P. embauran

18

15-19 1.652 1.708 0 0 3.360

20 – 24 2.024 1.992 0 0 4.016

25 – 29 2.747 2.194 1 0 4.942

30 – 34 2.995 2.941 1 0 5.937

35 – 39 2.731 2.840 1 0 5.572

40 – 44 2.470 2.469 1 0 3.940

45 - 49 2.238 1.865 1 0 3.104

50 – 54 1.310 1.460 0 0 2.770

55 – 59 1.031 1.226 0 0 2.257

60 – 64 992 1.164 0 0 2.156

65 – 69 943 751 0 0 1.694

70 – 74 764 660 0 0 1.424

>75 525 566 0 0 1.591

Jumlah 26.248 25.492 5 0 51.745

Sumber data Kelurahan Batu Ampar Condet tahun 2015

Untuk mengetahui produktivitas penduduk di suatu wilayah, dapat

digunakan menggunakan Angka Beban Tanggungan atau Dependency Ratio.

Angka Beban Tanggungan sendiri adalah angka yang menyatakan perbandingan

antara banyaknya orang yang berumur tidak produktif (umur belum produktif itu

umur dibawah 15 tahun dan umur tidak produktif lagi yaitu usia 65 tahun ke atas)

dengan yang berumur produktif (umur 15-64 tahun).36

36

Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2015, (Jakarta: Kementerian Kesehatan RI, 2016), h.

5

Page 32: PERKEMBANGAN MAJELIS TA’LIM DAN PENGARUHNYA DIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35368/2/ANDINI... · n garis keturunan yang dianggap sama. Asimilasi: P. embauran

19

Angka tersebut dapat digunakan sebagai indikator kasar yang

menunjukkan keadaan ekonomi suatu wilayah. Dilihat dari data penduduk

Kelurahan Condet Batu Ampar, orang yang berumur tidak produktif yaitu 9.656

orang berada di umur belum produktif dan 4.709 orang berada di umur tidak

produktif lagi. Jadi, jumlah orang yang berumur tidak produktif ada 14.365 orang.

Sedangkan orang yang berumur produktif berjumlah 38.054 orang. Jadi dapat

disimpulkan bahwa masyarakat Kelurahan Condet Batu Ampar masih dapat

menanggung dan membiayai hidup orang yang berumur belum produktif dan

tidak produktif lagi.

Adapun luas wilayah Kelurahan Batu Ampar adalah 255.025 Hektar,

terbagi menjadi 6 RW dan 86 RT. Dengan rincian luas wilayah per-RW sebagai

berikut: RW 01 mempunyai luas wilayah 5.743 Ha, RW 02 mempunyai luas

wilayah 32.661 Ha, RW 03 mempunyai luas wilayah 91.152 Ha, RW 04

mempunyai luas wilayah 41.719 Ha, RW 05 mempunyai luas wilayah 32.774 Ha,

dan RW 06 mempunyai luas wilayah 20.977 Ha.37

Dari sini dapat dilihat RW

yang paling luas yaitu RW 03. Penemuan penulis, RW 03 ini berada di paling

depan ketika akan masuk menuju Kelurahan Batu Ampar dari jalan raya Condet,

dan Kantor Kelurahan Batu Ampar sendiri itu terdapat di RW 03. Adapun status

tanah Kelurahan Condet Batu Ampar terdiri dari:

a. Tanah Negara: 50.190 Ha

b. Tanah Milik Adat: 202.592 Ha

c. Tanah Wakaf: 2.243 Ha

Dari jumlah keseluruhan luas wilayah Condet Batu Ampar, memiliki tanah yang

di peruntukkan sebagai:

a. Perumahan: 115.875 Ha

b. Perkebunan: 35.110 Ha

37

Laporan Tahunan Kelurahan Batu Ampar, Tentang Luas Wilayah, (Jakarta: Februari,

2015), h. 2

Page 33: PERKEMBANGAN MAJELIS TA’LIM DAN PENGARUHNYA DIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35368/2/ANDINI... · n garis keturunan yang dianggap sama. Asimilasi: P. embauran

20

c. Fasilitas Umum: 57.500 Ha

d. Pemakaman: 4.700 Ha

e. Sarana Ibadah: 2.243 Ha

f. Irigasi dan lain-lain: 39.597 Ha

Adapun untuk masalah tanah wakaf yang berada di wilayah tersebut yang di

prosentasekan 2.243 Hektar, umumnya dipergunakan untuk bangunan masjid dan

musholla serta pemakaman umum. Sedangkan yang lainnya digunakan untuk

jalan dan kepentinngan lainnya seperti sekolah.

Pada umumnya keadaan geografis Kelurahan Batu Ampar Condet

merupakan tebing dengan kemiringan antara 15 sampai 30 derajat. Hal ini terjadi

akibat terdapat sungai Ciliwung yang melintasi Condet, dan lokasi ini umumnya

ditumbuhi pohon-pohon salak, duku, melinjo, kecapi dan lainnya, pohon-pohon

tersebut hampir menutupi sebagian rumah-rumah masyarakat, sehingga pada

tahun 1975 Kelurahan Batu Ampar ditetapkan sebagai kawasan cagar buah-

buahan khas Jakarta (Betawi) di Kelurahan Batu Ampar yang pengawasan dan

pembinaannya dilaksanakan oleh pemerintah DKI Jakarta.38

Pada sisi lain, Condet

merupakan kecamatan yang melestarikan budaya Betawi yang berada di pinggiran

kota. Sejak dinyatakan sebagai kawasan cagar budaya pada tahun 1976, penduduk

Condet mengeluhkan peraturan yang dimaksudkan untuk menghambat gelombang

pembangunan yang ada di sekeliling mereka.39

B. Kondisi Sosial Keagamaan

Sebagaimana telah diketahui, keberadaan orang-orang Arab di Jakarta

tidak semata-mata bertujuan untuk mencari kekayaan. Ada beberapa komponen

masyarakat Arab terutama dari kalangan ulama seperti Syaikh, Sayyid atau

38

Laporan Tahunan Kelurahan Batu Ampar, Tentang Gambaran Umum Daerah, (Jakarta:

Februari, 2015), h. 2 39

Susan Blackburn, Jakarta: Sejarah 400 Tahun, (Jakarta: Masup Jakarta, 2011), h. 350

Page 34: PERKEMBANGAN MAJELIS TA’LIM DAN PENGARUHNYA DIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35368/2/ANDINI... · n garis keturunan yang dianggap sama. Asimilasi: P. embauran

21

Habaib datang secara khusus untuk mendakwahkan Islam kepada masyarakat

Jakarta.40

Pada tahun 1919 M ada penghapusan sistem pemukiman sebagian besar

orang Arab di Pekojan yang sebelumnya juga ada yang tinggal di Krukut,

Petamburan, dan Tanah Abang. Mereka menyebar ke daerah-daerah sekitarnya

seperti, Sawah Besar, Jatinegara, Tanah Tinggi dan Condet.

Seperti yang terlihat pada masyarakat Condet Batu Ampar, sebagian

masyarakatnya merupakan orang Arab yang tinggal dan menetap di Condet Batu

Ampar baik yang datang hanya untuk berdagang maupun yang datang untuk

tujuan lainnya. Adapun kalangan habaib kemudian berdakwah dan mendirikan

yayasan serta majelis-majelis ta‟lim untuk menyebarkan agama Islam di

masyarakat sekitar.

Adapun kelompok elit yang dikenal oleh masyarakat Betawi yaitu hanya

yang berkaitan dengan agama, seperti guru mengaji, para haji dan orang Arab

keturunan Nabi Muhammad SAW yang disebut Sayyid dan Habib.41

Penghormatan kepada setiap guru mengaji juga tidak sama, baik guru yang hanya

mengajar mengaji Al-Qur‟an dengan guru yang mengajar Al-Qur‟an serta

mengajar kitab kuning. Akan tetapi, penghormatan kepada setiap guru ngaji tetap

besar, baik dari kalangan masyarakat biasa ataupun dari sesama ulama. Begitu

juga yang terjadi dengan para haji, perlakuan masyarakat Betawi terhadap haji itu

cukup istimewa. Biasanya masyarakat memberikan penghormatan kepada haji

yang berkaitan dengan upacara keagamaan ataupun sosial. Kemudian, sebutan haji

juga akan selalu ada pada nama orang yang telah melaksanakan haji. Para Sayid

dan Habib juga sangat dihormati, hal ini karena mereka dipandang sebagai

40

Syaikh yang berarti orang tua. Istilah Syaikh sendiri sebenarnya hanya sebuah gelar

kehormatan bagi semua orang yang mengabdikan dirinya dalam ilmu pengetahuan, khususnya

dalam bidang keagamaan. Ada suku yang berhak menggunakan gelar Syaikh yaitu Suku Baraik

dan Suku Amudi. Adapun keluarga yang menggunakan gelar Syaikh di Indonesia adalah Bafadhel

(keturunan ahli hukum dan teologi terkenal), Bahmid, Baraja, Baharmi, Bawajir, Basyu‟aib,

Bahmuzahmi, Ba‟abbad, Bin Khathib, dan al-Zabda. Diambil dari tulisan G.F Pijper, Studien over

de Geschiedenis van de Islam in Indonesia 1900-1950, Terjemahan, Tudjimah dan Yessy

Augusdin, Beberapa Studi tentang Sejarah Islam di Indonesia 1900-1950, h. 21 41

Abdul Aziz, Islam dan Masyarakat Betawi ..., h. 38

Page 35: PERKEMBANGAN MAJELIS TA’LIM DAN PENGARUHNYA DIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35368/2/ANDINI... · n garis keturunan yang dianggap sama. Asimilasi: P. embauran

22

keturunan Nabi yang sudah sepantasnya mereka mendapatkan penghormatan.

Selain itu, mengingat jasa mereka yang telah menyebarkan agama Islam,

mendirikan madrasah dan dari mereka pula banyak penerus para ulama yang

berkembang.

Ajaran yang mereka sampaikan pun beragam. Ada yang menggunakan

metode ceramah, pendekatan budaya, dan ada pula yang menggunakan metode

pengajaran salafiyah atau halaqah. Kebanyakan masyarakat Condet Batu Ampar

terbiasa menggunakan metode terakhir yaitu metode salafiyah atau halaqah,

karena dengan metode tersebut masyarakat dapat mendalami ilmu keagmaaan dan

terbuka bagi setiap kalangan. Dan sesuai dengan metode yang digunakan,

pengajaran yang mereka lakukan itu ada yang bersifat massal dan ada pula yang

bersifat khusus, bahkan ada yang mengajar secara privat.42

Agama yang dianut masyarakat kelurahan Batu Ampar di antaranya adalah

agama Islam dan Kristen. Kerukunan antar umat beragama selalu diupayakan di

lingkungan masyarakat Condet Batu Ampar agar terbina dan terlaksana

kesinambungan pembangunan yang kokoh serta persatuan dan kesatuan bangsa.

Hal tersebut merupakan usaha yang dapat membentengi diri dari dampak negatif

atas modernisasi dan globalisasi.43

Fungsi agama bagi kehidupan sosial adalah fungsi penentu, yang dimana

nilai-nilai agama dapat menciptakan suatu ikatan kebersamaan antara anggota-

anggota masyarakat maupun dalam hal kewajiban-kewajiban sosial yang dapat

mempersatukan masyarakat. Karena mayoritas masyarakat memeluk agama Islam,

maka dibentuklah kegiatan-kegiatan keagamaan untuk memenuhi hasrat untuk

mencari ilmu agama, di antaranya adalah kegiatan TPA, pengajian malam Jum‟at

serta kegiatan majelis ta‟lim.

Menurut informan Ibu Hj. Maryam, “Masyarakat Batu Ampar

kebanyakan orang Betawi asli jadi, dari tahun 1970-an sudah banyak pengajian”.

42

Abdul Aziz, Islam dan Masyarakat Betawi ..., h. 144 43

Uka Tjandrasasmita, Pertumbuhan dan Perkembangan Kota-kota Muslim di Indonesia , (

Menara Kudus, 2000), h. 1-2

Page 36: PERKEMBANGAN MAJELIS TA’LIM DAN PENGARUHNYA DIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35368/2/ANDINI... · n garis keturunan yang dianggap sama. Asimilasi: P. embauran

23

44 Dari pernyataan tersebut, dapat digambarkan bahwa mayoritas penduduk

Kelurahan Batu Ampar orang asli Betawi dan orang Betawi indentik dengan

Islam. Oleh karena itu perkembangan majelis ta‟lim begitu cepat di wilayah ini.

Islam telah dianut dari lahir oleh masyarakat kebanyakan.

Dapat dilihat juga bahwa masyarakat Condet merupakan masyarakat

yang agamis. Hal ini dikarenakan masyarakat Condet Batu Ampar dapat

mengikuti tradisi-tradisi yang dibawa oleh orang Arab yang datang ke

lingkungannya. Selain itu pengaruh dari habaib yang mendakwahkan Islam

kepada masyarakat Condet dapat menjadi faktor masyarakat Condet lebih agamis

dibandingkan masyarakat yg ada di luar Condet, seperti yang dikatakan oleh

Ustadz Ahmad Fuadi, “Masyarakat Condet itu agamis, karena masyarakat mau

mengikuti tradisi-tradisi orang Arab yang datang ke Condet ini”. 45

C. Kondisi Pendidikan

Pendidikan menjadi sebuah kebutuhan yang sangat penting bagi

masyarakat saat ini. Dengan pendidikan, masyarakat akan lebih berkualitas.

Begitu pula dengan masyarakat kelurahan Batu Ampar, yang mendapatkan

fasilitas program pendidikan yang diadakan oleh pemerintah, orang tua yang sadar

akan pentingnya pendidikan maka mereka akan membawa anak-anak mereka ke

sekolah-sekolah yang telah dibangun oleh pemerintah.

Masyarakat batu ampar rata-rata memiliki latar belakang pendidikan

hingga Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) meskipun ada beberapa yang

memiliki latar belakang yang melanjutkan ke Perguruan Tinggi, namun itu hanya

sebagian kecil. Hal ini disebabkan karena perekonomian mereka yang tidak

mencukupi biaya untuk sampai pada Pendidikan Perguruan Tinggi.

Mereka yang berpendidikan SLTA, mencoba membantu orang tua mereka

dengan bekerja. Kelurahan Batu Ampar sudah melakukan pendataan terhadap

44

Wawancara Pribadi dengan Ibu Hj. Maryam, Tokoh Masyarakat RW 06 Kelurahan

Batu Ampar Condet, pada tanggal 12 Agustus 2016. 45

Wawancara Pribadi dengan Ahmad Fuadi, Pimpinan Majelis Ta‟lim Al-Fuadiyah yang

berada di RW 04 Kelurahan Batu Ampar Condet, pada tanggal 13 Oktober 2016.

Page 37: PERKEMBANGAN MAJELIS TA’LIM DAN PENGARUHNYA DIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35368/2/ANDINI... · n garis keturunan yang dianggap sama. Asimilasi: P. embauran

24

jumlah penduduk menurut tingkat pendidikan. Kondisi pendidikan di Kelurahan

Batu Ampar yaitu, adalah sebagai berikut :

Tabel 3. Jumlah Murid laki-laki dan perempuan

NO Pendidikan Laki-laki Perempuan Jumlah

1 Tidak Sekolah 2.178 2.212 4.390

2 Belum Sekolah 3.640 3.832 7.472

3 Tamat SD 4.121 4.918 9.039

4 Tamat SLTP 5.231 5.694 10.925

5 Tamat SLTA 6.773 5.712 12.485

6 Tamat Akademi/PT 4.679 3.461 8.140

Sumber data Kelurahan Batu Ampar Condet tahun 2015

Dari tabel di atas dapat kita lihat bahwa tingkat kesadaran penduduk akan

pentingnya pendidikan cukup tinggi. Jumlah angka yang tidak sekolah lebih

sedikit dari pada jumlah angka yang bersekolah. Dengan demikian dapat ditarik

kesimpulan bahwa tingkat kesadaran masyarakat Condet Batu Ampar akan

pentingnya pendidikan cukup baik. Hal ini terlihat dari banyaknya murid-murid

yang mengenyam pendidikan di bangku sekolah. Di wilayah Condet Batu Ampar

ini, remaja yang memiliki latar belakang pendidikan SLTA masih mendominasi

karena kebanyakan dari mereka setelah lulus SLTA tidak melanjutkan ke tingkat

perguruan tinggi, akan tetapi lebih banyak yang langsung melanjutkan hidupnya

dengan bekerja atau membantu orang tua mereka untuk berdagang, dan untuk

yang melanjutkan pendidikannya ke perguruan tinggi itu kebanyakan berasal dari

kalangan anak-anak tokoh masyarakat yang nantinya akan menjadi penerus orang

tua dalam bidang pendidikan ataupun bidang dakwah. Jika ada di antara mereka

orang yang berasal dari kalangan biasa, maka itu hanya untuk mendaptakan

pekerjaan yang lebih baik

Page 38: PERKEMBANGAN MAJELIS TA’LIM DAN PENGARUHNYA DIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35368/2/ANDINI... · n garis keturunan yang dianggap sama. Asimilasi: P. embauran

25

D. Kondisi Ekonomi

Kondisi perekonomian merupakan salah satu aspek yang diukur dalam

menentukan keberhasilan pembangunan suatu wilayah. Pengertian ilmu ekonomi

sendiri yaitu studi tentang perilaku masyarakat dalam menggunakan sumber daya

yang langka agar dapat memproduksi berbagai komoditi, dan kemudian

disalurkan kepada individu atau kelompok yang ada di masyarakat.46

Di

Kelurahan Condet Batu Ampar ini ada tiga macam jenis ekonomi yang dapat

menunjang perekonomian masyarakat Condet Batu Ampar, yaitu sebagai berikut:

1. Usaha Ekonomi Lemah

Penduduk wilayah Kelurahan Batu Ampar tidak hanya terdiri dari

masyarakat asli Jakarta atau dari daerah lain di Indonesia. Kini masyarakatnya

mulai berubah dengan adanya percampuran penduduk negara asing. Mereka

berasimilasi dengan masyarakat setempat baik dalam bidang sosial ataupun

budaya. Di wilayah Kelurahan Batu Ampar ini masyarakat keturunan Arab

sebagian besar beraktivitas sebagai pedagang.

Masyarakat Kelurahan Batu Ampar memiliki mata pencaharian yang

bermacam-macam, namun pada umumnya, perekonomian masyarakat Batu

Ampar merupakan kalangan menengah ke atas. Dalam laporan tahun 2015 jumlah

penduduk Condet Batu Ampar berdasarkan mata pencaharian dapat dilihat pada

tabel berikut:47

Tabel 4. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

PEKERJAAN Jumlah

Penduduk Jiwa

Karyawan Swasta / Pemerintah /

ABRI 8.491

46

Ari Sudarman, Pengertian Dasar Fungsi Pasar dan Harga, Teori Ekonomi Mikro 1,

ESPA4211/MODUL 1, h. 1.2 47

Laporan Tahunan Kelurahan Batu Ampar, Tentang Jumlah Berdasarkan Mata

Pencaharian, (Jakarta: Februari, 2015), h. 17

Page 39: PERKEMBANGAN MAJELIS TA’LIM DAN PENGARUHNYA DIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35368/2/ANDINI... · n garis keturunan yang dianggap sama. Asimilasi: P. embauran

26

Pedagang 12.109

Buruh Tani 5.031

Pensiunan 6.131

Pertukangan 1.869

Fakir Miskin 7.820

Lain-lain 9.007

Sumber data Kelurahan Batu Ampar Condet tahun 2015

Mayoritas penduduk Condet Batu Ampar berprofesi sebagai pedagang

atau wiraswasta. Sekitar 8.491 orang dari penduduknya tercatat sebagai karyawan

swasta/TNI/POLRI, , 12.109 orang sebagai pedagang, 5.031 orang buruh tani,

6.131 orang sebagai pensiunan, 1.960 orang sebagai pertukangan, 7.820 orang

fakir miskin dan sisanya 9.007 orang, masuk kepada pekerjaan yang lain.

Adapun pengusaha yang ada di Wilayah Kelurahan Batu Ampar adalah

para pengusaha ekonomi lemah yaitu pengusaha yang belum mendapat suntikan

dana dari pemerintah. Akan tetapi, pengusaha kecil mempunyai peran yang

penting dalam pembangunan ekonomi. Perkembangan pengusaha kecil di

masyarakat dapat berperan dalam pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga

kerja.48

Dalam upaya untuk pengembangan usaha kecil, setiap bulan diadakan

pertemuan rutin untuk PPMK se-Kecamatan Kramat Jati secara bergantian yang

dihadiri oleh Ka. Subsi Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan Batu Ampar dan

Anggota Lembaga Musyawarah Kelurahan Batu Ampar dan Usaha Pemberdayaan

Kecamatan Masyarakat Kelurahan (UPKMK). Berkembangnya usaha-usaha kecil

di masyarakat merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah dan

48

Mohammad Jafar Hafsah, Upaya Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM),

infokop Nomor 25 Tahun XX, 2004, h. 40

Page 40: PERKEMBANGAN MAJELIS TA’LIM DAN PENGARUHNYA DIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35368/2/ANDINI... · n garis keturunan yang dianggap sama. Asimilasi: P. embauran

27

masyarakat. Adapun jenis-jenis usaha yang ada di Kelurahan Condet Batu Ampar,

yaitu:

No Jenis Usaha Lokasi RT/RW

1 Pengrajin Emping Melinjo 05/04, 12/02, 10/04

2 Pembuat Kue 05/01, 11/03, 07/05,14/05

3 Pengrajin Tas 13/02, 09/05

4 Bubutan 013/02, 04/02

5 Pengrajin Sepatu 17/02, 06/04, 04/02

6 Pengrajin tempe, tahu 05/02, 06/02, 06/02, 06/06, 05/06

7 Pengrajin boneka 11/05, 18/05

8 Pengerajin Smop/Bordir 07/05, 012/02

9 Perternakan ikan hias 09/01, 10/05, 17/05, 10/05, 04/01,

03/03, 09/05

10 Peternakan ikan lele 10/05, 17/05, 04/05, 01/05,

11 Ternak ayam kampong 008/05

12 Ternak kambing domba 007/05

Sumber data Kelurahan Batu Ampar Condet tahun 2015

Pada tabel di atas kita dapat melihat bahwa masyarakat Condet Batu

Ampar lebih banyak yang tertarik pada usaha peternakan ikan hias yang berada di

RT dan RW yang berbeda. Hal ini dikarenakan tempat tinggal mereka dekat

dengan pasar Kramat Jati. Jadi, ikan hias yang mereka ternak nantinya akan

mereka jual ke pasar yang akan menjadikan perputaran ekonomi mereka berjalan.

2. Industri Besar Menengah

Industri adalah suatu usaha untuk memproduksi barang jadi yang berasal

dari bahan baku atau bahan mentah melalui proses penggarapan dalam jumlah

besar, sehingga barang dapat diperoleh dengan harga satuan yang rendah dengan

Page 41: PERKEMBANGAN MAJELIS TA’LIM DAN PENGARUHNYA DIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35368/2/ANDINI... · n garis keturunan yang dianggap sama. Asimilasi: P. embauran

28

mutu yang tinggi.49

Adapun skala industri dapat dibedakan menjadi 4 lapisan,

yang dilihat dari jumlah tenaga kerjanya, yaitu:50

1) Industri besar yaitu jumlah tenaga kerja antara 100 orang atau lebih.

2) Industri sedang yaitu jumlah tenaga kerja antara 20 orang sampai 99

orang.

3) Industri kecil yaitu jumlah tenaga kerja antara 5 orang sampai 19

orang.

4) Industri rumah tangga yaitu jumlah tenaga kerja antara 1 orang sampai

4 orang.

Sedangkan industri besar menengah yang terdapat di kelurahan Condet

Batu Ampar termasuk ke dalam jenis industri nonekstratif.51

Pada data sensus

2015 hanya ada dua yang masuk ke dalam industri besar menengah dengan jenis

nonekstratif, yaitu :

Industri Besar Tas Sekolah yang berlokasi di RT 012/RW 03.

Pabrik Tenun/Tekstil yang berlokasi di RT 01/RW 05.

3. Koperasi

Dalam rangka meningkatkan peran koperasi sebagai sokoguru

perekonomian dan pemberdayaan usaha kecil dan menengah ( UKM ),

Pemerintah Kelurahan Batu Ampar telah berupaya melakukan pembinaan

terhadap koperasi-koperasi dan UKM yang terdapat di wilayah Kelurahan Batu

Ampar. Pada dasarnya koperasi yang diterapkan di Indonesia mengacu pada

konsep koperasi negara berkembang. Konsep koperasi negara berkembang sendiri

masih ada campur tangan dari pemerintah dalam pembinaan dan

49

I Made Sandy, Republik Indonesia Geografi Regional, (Jakarta: Puri Margasari, 1985),

h. 154 50

Riky Eka Putra, Pengaruh Nilai Investasi, Nilai Upah, dan Nilai Produksi Terhadap

Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Mebel di Kecamatan Pedurungan Kota Semarang,

Economics Development Analysis Journal 1 (2) (2012), h. 49 51

Industri nonekstratif adalah jenis industri yang bahan bakunya didapat dari tempat lain,

selain alam sekitar atau bahannya disediakan oleh industri lain.

Page 42: PERKEMBANGAN MAJELIS TA’LIM DAN PENGARUHNYA DIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35368/2/ANDINI... · n garis keturunan yang dianggap sama. Asimilasi: P. embauran

29

pengembangannya.52

Campur tangan ini terjadi karena apabila di suatu

masyarakat dengan modal yang terbatas mendirikan suatu koperasi maka koperasi

tersebut tidak akan tumbuh dan berkembang, maka dari itu ada campur tangan

pemerintah agar koperasi yang didirikan dapat berkembang. Tujuan koperasi

negara berkembang adalah untuk meningkatkan kondisi sosial ekonomi setiap

anggotanya.

Koperasi dibagi menjadi 2 jenis yaitu, 1) koperasi primer yaitu koperasi

yang didirikan dan beranggotakan orang perseorangan dan 2) koperasi sekunder

yaitu koperasi yang didirikan dan beranggotakan badan hukum koperasi.53

Dapat

disimpulkan bahwa koperasi yang ada di Kelurahan Condet Batu Ampar

merupakan koperasi dengan jenis primer yaitu koperasi simpan pinjam. Pada data

sensus Kelurahan Batu Ampar tahun 2015 tercatat ada 9 koperasi dengan jenis

simpan pinjam dan untuk anggotanya tercatat ada 450 anggota yang berkerja

untuk koperasi tersebut.

52

Arifin Sitio dan Halomoan Tamba, Koperasi : Teori dan Praktik, (Jakarta : Erlangga,

2001), h. 3 53

Orinton Purba, Panduan Praktis Mendirikan Berbagai Macam Usaha (PT, CV, Firma,

Yayasan, Koperasi), Cet. ke-1, (Jakarta: Raih Asa Sukses (Penebar Swadaya Grup), 2015), h. 39

Page 43: PERKEMBANGAN MAJELIS TA’LIM DAN PENGARUHNYA DIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35368/2/ANDINI... · n garis keturunan yang dianggap sama. Asimilasi: P. embauran

30

BAB III

PERKEMBANGAN MAJELIS TA’LIM DI KELURAHAN BATU AMPAR

CONDET JAKARTA TIMUR

A. Asal-usul Berdirinya Majelis Ta’lim di Kelurahan Batu Ampar Condet

Sebutan majelis ta‟lim pada awalnya belum banyak diketahui masyarakat

Condet Batu Ampar. Majelis ta‟lim diperkenalkan oleh K.H. Abdullah Syafi‟ie

yang ketika itu beliau mengembangkan sebuah pengajian yang disebutnya majelis

ta‟lim, yang diperuntukan untuk kaum bapak maupun kaum ibu. Pada saat ini

istilah majelis ta‟lim menjadi trend dari pengajian K.H. Abdullah Syafi‟ie.

Padahal sebelumnya masyarakat jika ingin menghadiri pengajian tidak pernah

menyebut majelis ta‟lim, akan tetapi lebih suka menyebutnya dengan pengajian.54

Penamaan majelis ta‟lim pada akhirnya melahirkan identitas tersendiri

untuk membedakan dengan pengajian umum yang biasa, yaitu dengan sifatnya

yang tetap dan berkesinambungan. Dengan begitu, sebuah kegiatan majelis ta‟lim

dapat menjadi kebutuhan bagi masyarakat baik di kota-kota besar maupun di

desa-desa terpencil. Adanya majelis ta‟lim telah memberikan wadah yang tidak

terikat kepada masyarakat kecuali ikatan tanggung jawab untuk berdakwah dan

tanggung jawab persaudaraan.

Majelis ta‟lim mulai dari lahir sampai berkembang tidak

menggantungkan dirinya pada bantuan pihak lain. Sejak berdirinya majelis ta‟lim

merupakan organisasi swadaya masyarakat yang independen dalam

perkembangannya, kemudian membentuk badan yang lebih luas jangkauannya

yang dikenal dengan Badan Kontak Majelis Ta‟lim (BKMT). BKMT lahir dari

kebutuhan majelis ta‟lim untuk mengembangkan dirinya agar dapat menjalankan

54

Tutty Alawiyah, Strategi Dakwah di Lingkungan Majelis Ta’lim..., h. 91

Page 44: PERKEMBANGAN MAJELIS TA’LIM DAN PENGARUHNYA DIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35368/2/ANDINI... · n garis keturunan yang dianggap sama. Asimilasi: P. embauran

31

fungsinya secara efektif sebagai lembaga pendidikan non formal.55

BKMT

merupakan badan kontak atau forum utnuk bekomunikasi antara pengurus dan

para guru di setiap majelis ta‟lim. BKMT diharapkan dapat menciptakan forum

bersama, yang didalamnya mereka dapat bertukar pendapat dan bertukar

pengalaman.56

BKMT sendiri diresmikan pada 1 Januari 1981 dengan alasan

bahwa kegiatan majelis ta‟lim telah menjadi kebutuhan masyarakat baik di kota-

kota besar maupun di desa terpencil. Dengan kenyataan yang seperti ini, tumbuh

gagasan-gagasan untuk mengkoordinasikan mereka dalam satu wadah yang tidak

terikat. Akhirnya, dalam pertemuan yang diikuti 700 pimpinan majelis ta‟lim se-

Jabodetabek berdirilah organisasi kontak yang disebut Badan Kontak Majelis

Ta‟lim (BKMT).57

Dalam perjalanannya BKMT berpotensi untuk menjaring kekuatan massa

Islam di pemerintahan Orde Baru dalam perolehan suara bagi partai politik

tertentu. Dapat dilihat bahwa BKMT tidak lepas dari dukungan dan peran

pemerintah, dalam hal ini Menteri Agama Tarmizi Taher. Hal ini terlihat pada

tahun 1996 yang mengindikasikan adanya hubungan antara pemerintah dan umat

Islam yang direpresentasikan oleh BKMT.58

Kelompok BKMT merupakan

penyumbang suara yang potensial pada saat pemilu, maka pemerintah tidak

mengabaikan ormas wanita besar seperti BKMT untuk mendapatkan suara.

Pada tahun 1970 banyak warga yang mendirikan pengajian khususnya

untuk kaum ibu-ibu. Kebanyakan dari pengajian-pengajian tersebut dimulai

dengan pengajian yang diadakan di rumah salah seorang warga dan tidak ada

nama khusus untuk pengajiannya.59

Sama seperti yang dikatakan oleh Ahmad

Fuadi, awalnya majelis ta‟lim dimulai dari pengajian perorangan dan belum ada

55

Ninip Hanifah Kadir, Pemahaman Mubaligh Tentang Kepemimpinan Perempuan

Dalam Islam: Studi Kasus Majelis Ta’lim As-Syafi’iyah Pondok Gede), Tesis Program Kajian

Wanita, Universitas Indonesia, 2001), h. 70 56

Ninip Hanifah Kadir, Pemahaman Mubaligh Tentang Kepemimpinan Perempuan...., h.

71 57

Tutty Alawiyah, Strategi Dakwah Di Lingkungan Majelis Taklim..., h. 92 58

Jajat Burhanudin, Ulama Perempuan Indonesia, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,

2002), h. 212 59

Wawancara Pribadi dengan Hj. Maryam, Tokoh Masyarakat RW 06 Kelurahan Batu

Ampar Condet, pada tanggal 12 Agustus 2016.

Page 45: PERKEMBANGAN MAJELIS TA’LIM DAN PENGARUHNYA DIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35368/2/ANDINI... · n garis keturunan yang dianggap sama. Asimilasi: P. embauran

32

nama dari pengajian tersebut, kemudian mulai berkembang lalu pendiri pengajian

mulai memberi identitas untuk pengajiannya berupa nama.60

Pada saat itu masyarakat belum menyebut pengajian dengan sebutan

majelis ta‟lim. Majelis ta‟lim yang terkenal pada waktu itu hanya ada di

Kelurahan Cililitan yaitu majelis ta‟lim Al-Hawi dan As-Sa‟adah. Biasanya para

pengajar yang mendirikan pengajian, akan mengikuti pengajian yang ada di kedua

majelis ta‟lim tersebut dengan berjalan kaki sampai ke majelis ta‟lim tersebut.

Kemudian pada tahun 1980 Kelurahan Batu Ampar memberi bantuan

dana untuk pembangunan fasilitas pada setiap pengajian yang membutuhkan

bangunan untuk tempat mengaji. Akhirnya pada tahun 1990 kelurahan meminta

kepada setiap pendiri pengajian agar pengajiannya diberi nama atau identitas. Hal

ini dilakukan agar pengajian-pengajian yang ada di setiap RT dan RW Kelurahan

Batu Ampar dapat terdata di kelurahan.61

Adapun awal mula terbentuknya majelis ta‟lim di setiap RW itu berbeda-

beda. Contohnya adalah di RW 01 dan RW 02. Majelis ta‟lim yang ada di kedua

RW ini masih ada yang belum menetap atau belum memiliki tempat khusus untuk

majelis ta‟limnya. Warga secara bergantian menggilir tempat pengajian dari

rumah satu ke rumah yang lainnya. Berbeda dengan majelis ta‟lim di RW 03 yang

telah memiliki tempat di setiap majelis ta‟lim yang digunakan khusus untuk acara

pengajian, tidak hanya telah memiliki tempat yang khusus, walaupun hanya teras-

teras rumah yang diperluas untuk mereka jadikan tempat mengaji, tetapi majelis

ta‟lim di RW 03 ini juga telah memberikan identitas atau nama untuk majelis

ta‟limnya.

Majelis ta‟lim di RW 04 yang pada awalnya dimulai dengan pengajian-

anak-anak, kemudian berlanjut pada pengajian Al-Qur‟an yang diadakan untuk

60

Wawancara Pribadi dengan Ustadz Ahmad Fuadi, Pimpinan Majelis Ta‟lim Al-

Fuadiyah RW 04 Kelurahan Batu Ampar Condet, pada tanggal 13 Oktober 2016. 61

Wawancara Pribadi dengan Ibu Hj. Sarpiah, Ketua Majelis Ta‟lim Az-Zuhriyah RW

02 Kelurahan Batu Ampar Condet, pada tanggal 13 Agustus 2016.

Page 46: PERKEMBANGAN MAJELIS TA’LIM DAN PENGARUHNYA DIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35368/2/ANDINI... · n garis keturunan yang dianggap sama. Asimilasi: P. embauran

33

orang dewasa dengan materi pengajian tajwid dan tahsin.62

Akhirnya, seiring

berjalannya waktu, dengan jama‟ah yang ada, dibentuklah menjadi majelis ta‟lim,

dalam setiap pertemuannya akan membahas materi yang berkaitan dengan Al-

Qur‟an dan pelajaran lainnya di bidang ilmu agama.

Majelis ta‟lim yang ada di RW 05, berawal dari pengajian yang diadakan

oleh H. Ishak Nasir yang mengajarkan ta‟lim kepada masyarakat RW 05.

Pengajian tersebut diadakan di Musholla Al-Mujahidin. Di antara para jama‟ah

yang mengikuti pengajiannya, ada salah satu jama‟ah yang menonjol untuk

mengikuti jejaknya yaitu Hj. Salbiyah. Akhirnya Hj. Salbiyah mendirikan majelis

ta‟lim sendiri di rumahnya khusus untuk jama‟ah ibu-ibu, karena pengajian yang

ada di musholla saat itu masih bercampur dengan bapak-bapak.

Pengajian yang berada di masjid Al-Mujahidin masih berjalan, namun

dikhususkan untuk jama‟ah bapak-bapak. Sedangkan untuk jama‟ah ibu-ibu

pengajian bertempat di Majelis Ta‟lim Nurul Jannah pimpinan Hj. Salbiyah.

Tidak hanya mengajarkan kaum ibu untuk belajar agama, Majelis Ta‟lim Nurul

Jannah juga mengadakan pengkaderan bagi masyarakat yang ingin mendirikan

majelis ta‟lim di tempatnya. Pengajaran untuk pengkaderan lebih ditekankan pada

cara menyampaikan materi ketika berdakwah dan lebih banyak memberikan

materi keagamaan yang dapat diamalkan dan disebarkan kembali lewat para calon

pendiri majelis ta‟lim. Dapat dilihat saat ini bahwa di RW 05 telah banyak majelis

ta‟lim yang berdiri, dan pendiri majelis ta‟lim kebanyakan adalah murid dari Hj.

Salbiyah.63

Majelis ta‟lim di RW 06 awal mulanya dimulai dengan adanya majelis-

majelis dzikir. Majelis dzikir ini biasanya hanya diperuntukan untuk kaum laki-

62

Tahsin sering dikaitkan dengan aktivitas membaca Al-Qur‟an. Istilah tahsin muncul

sebagai sinomin dari kata tajwid, yang sering dipahami sebagai ilmu yang membahas tata cara

membaca Al-Qur‟an dengan baik dan benar, serta segala tuntutan kesempurnaannya. Tahsin

memiliki arti membaguskan, para ulama memberi batasan bagi istilah ini yaitu, mengeluarkan

huruf-huruf Al-Qur‟an dari tempat-tempat keluarnya (makharij huruf) dengan memberikan hak

dan mustahaknya. Lebih lengkap baca Suwarno, Tuntunan Tahsin Al-Qur’an, (Yogyakarta:

Deepublish, 2016). 63

Wawancara Pribadi dengan Ibu Miroroh, Ibu Ketua RT 011/RW 05 Kelurahan Batu

Ampar Condet, pada tanggal 17 Oktober 2016.

Page 47: PERKEMBANGAN MAJELIS TA’LIM DAN PENGARUHNYA DIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35368/2/ANDINI... · n garis keturunan yang dianggap sama. Asimilasi: P. embauran

34

laki. Adapun pengajian yang ada untuk kaum ibu adalah pengajian Al-Qur‟an

saja.64

Dalam perkembangannya banyak majelis ta‟lim besar di RW 06, yang

terkenal di masyarakat Kelurahan Batu Ampar.

Dapat disimpulkan bahwa asal usul majelis ta‟lim di Kelurahan Batu

Ampar ini pada mulanya adalah pengajian yang didirikan oleh masyarakat, baik

pengajian untuk anak-anak, ibu-ibu maupun bapak-bapak. Namun, pengajian yang

ada belum diberi identitas atau nama oleh masing-masing pendirinya. Cara

membedakan antara pengajian yang satu dengan pengajian yang lain yaitu dengan

menyebut nama yang mendirikan atau mengajarkan pengajian tersebut, seperti

contoh pengajian Hj. Enong yang dipimpin oleh Hj. Enong itu sendiri.

Dalam perkembangannya, Kelurahan Batu Ampar mulai meminta agar

setiap pengajian memberikan identitas untuk pengajiannya, dan pada saat itu

masing-masing ketua atau pengurus mulai memberi nama untuk pengajiannya dan

membuat plang-plang yang menunjukan tempat majelis ta‟lim tersebut berada.

Akhirnya, masyarakat mulai menyebut setiap pengajian menjadi majelis ta‟lim,

terlebih lagi bagi majelis ta‟lim yang besar.

Perkembangan majelis ta‟lim yang ada di Kelurahan Batu Ampar,

berkembang seiring berjalannya waktu. Dengan keterbatasan tempat dan jama‟ah

majelis ta‟lim yang hadir di tengah-tengah masyarakat perkotaan, majelis ta‟lim

tetap memberikan manfaatnya bagi masyarakat sekitar yang ingin menuntut ilmu

agama dan memberikan ruang bagi masyarakat yang ingin mempererat rasa

ukhuwah islamiyah dengan sesama. Pesatnya perkembangan majelis ta‟lim juga

tidak terlepas dari peran yang dimainkan oleh para mubaligh.

B. Kuantitas Perkembangan Majelis Ta’lim di Kelurahan Batu Ampar

Condet

Majelis ta‟lim merupakan lembaga pendidikan luar sekolah yang bersifat

nonformal, karena tidak memakai kurikulum, waktu belajar yang tidak ditentukan

64

Wawancara Pribadi dengan Bapak M. Shidiq Ketua Majelis Ta‟lim Nahdatul

Mubtadiin RW 06 Kelurahan Batu Ampar Condet, pada tanggal 17 Oktober 2016.

Page 48: PERKEMBANGAN MAJELIS TA’LIM DAN PENGARUHNYA DIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35368/2/ANDINI... · n garis keturunan yang dianggap sama. Asimilasi: P. embauran

35

lamanya, tidak ada raport dan ijazah seperti yang ada di lembaga pendidikan

formal seperti sekolah.65

Perkembangan majelis ta‟lim yang ada di Kelurahan

Batu Ampar, berjalan lambat. Pada awal tahun 1955 sampai tahun 1978, setiap 5

tahun baru ada majelis ta‟lim yang berdiri.

Dililhat dari data yang telah dikumpulkan penulis, majelis ta‟lim yang

paling tua di Condet Batu Ampar adalah Majelis Ta‟lim Al-Mujahidin yang

didirikan pada tahun 1955 dan masih ada sampai saat ini. Berikut adalah data

majelis ta‟lim yang ada di Condet Kelurahan Batu Ampar dimulai dari yang

paling lama berdirinya:

No Majelis Ta’lim RT/RW Tahun Tempat

1 Al-Mujahidin 09/05 1955 Aula yayasan

2 Nurul Huda 09/03 1960 Masjid

3 Nurul Jannah 07/05 1965 Majelis

4 Al-Barokah 17/05 1977 Masjid

5 Az-Zuhriyah 15/02 1978 Majelis

6 Raudhotul Jannah 08/05 1982 Musholla

7 Al-Ikhlas 05/02 1983 Majelis

8 Al-Faizin 02/04 1983 Majelis

9 Al-Ikhlas 06/06 1985 Aula yayasan

10 Al-Hikmah 12/05 1989 Musholla

11 Nurus Shobah 11/05 1990 Majelis

12 As-Syifa 08/06 1990 Rumah

13 Babut Taubah 02/01 1992 Majelis

14 Al-Awabin 06/06 1994 Musholla

15 Al-Barkah Tachmid 08/06 1995 Aula yayasan

16 Shirojuth Tholibiin 10/04 1998 Rumah

17 Darul Muhajirin 06/03 1999 Aula Yayasan

65

Nurul Huda, Pedoman Majelis Ta’lim, (Jakarta: Koordinasi Dakwah Islam (KODI),

1986/1987), h. 13

Page 49: PERKEMBANGAN MAJELIS TA’LIM DAN PENGARUHNYA DIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35368/2/ANDINI... · n garis keturunan yang dianggap sama. Asimilasi: P. embauran

36

18 Pengajian Hj. Tri 10/02 2000 Majelis

19 Nurul Qadim 05/03 2002 Majelis

20 Babul Jannah 04/01 2006 Rumah

21 Al-Fuadiyah 09/04 2006 Majelis

22 Khairunnisa 09/05 2006 Rumah

23 Pengajian RW 06 06/06 2006 Kantor RW 06

24 Nurul Khairat 17/02 2007 Rumah

25 Nurul Maghfiroh 09/04 2007 Majelis

26 Nahdatul Mubtadiin 02/06 2007 Rumah

27 Babut Taubah 02/01 2008 Posyandu

28 Nurul Iman 02/02 2010 Rumah

29 Baiturrahman 03/02 2010 Rumah

30 Imam At-Turmudzi 04/02 2010 Majelis

31 Nurul Abror 06/03 2010 Rumah

32 Miftahul Jannah 04/03 2010 Rumah

33 Ad-Duratul Yatimah 04/03 2011 Rumah

34 Al-Muqorrobin 11/05 2011 Musholla

35 At-Taufiq 13/03 2012 Musholla

36 Al-Yaqin 07/02 2015 kantor Kelurahan

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa majelis ta‟lim di Condet Batu Ampar

telah ada sejak tahun 1955, yaitu Majelis Ta‟lim Al-Mujahidin yang berada di

RW 05. Majelis ta‟lim ini sudah ada sejak Masjid Al-Mujahidin masih menjadi

Musholla Al-Mujahidin. Majelis Ta‟lim Al-Mujahidin didirikan oleh H. Ishak

Nasir yang rumahnya tidak jauh dari bangunan musholla tersebut. Ia mengajarkan

jama‟ah membaca Al-Qur‟an dan memberikan materi-materi keagamaan dasar

tentang tauhid, akhlak, hadist dan tafsir.

Jumlah majelis ta‟lim yang ada di Kelurahan Batu Ampar ada 36 majelis

ta‟lim dengan rincian jumlah majelis ta‟lim per RW sebagai berikut:

Page 50: PERKEMBANGAN MAJELIS TA’LIM DAN PENGARUHNYA DIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35368/2/ANDINI... · n garis keturunan yang dianggap sama. Asimilasi: P. embauran

37

1. RW 01 ada sebanyak 3 majelis ta‟lim

2. RW 02 ada sebanyak 8 majelis ta‟lim

3. RW 03 ada sebanyak 7 majelis ta‟lim

4. RW 04 ada sebanyak 5 majelis ta‟lim

5. RW 05 ada sebanyak 7 majelis ta‟lim

6. RW 06 ada sebanyak 6 majelis ta‟lim

Dari data di atas dapat dilihat bahwa majelis ta‟lim yang paling banyak

itu berada di RW 02 yang berjumlah 8 majelis ta‟lim. Sedangkan majelis ta‟lim

yang paling sedikit berada di RW 01. Hal ini disebabkan masyarakat yang ada di

RW 01 kebanyakan merupakan pendatang dari luar daerah Jakarta. Mereka

kebanyakan berprofesi sebagai pedagang. RW 01 berdekatan dengan pasar

Kramat Jati dan berada di pinggir jalan raya Kramat Jati.

Masyarakat yang tinggal dekat keramaian ibu kota memiliki perubahan

yang cukup besar. Sementara masyarakat yang tinggal di daerah terpencil hanya

sedikit mengalami perubahan.66

Dapat dilihat bahwa masyarakat yang tinggal

dekat dengan pasar, akan lebih tertarik pada hal-hal duniawi dan memperkaya diri

dari segi ekonomi. Sedangkan masyarakat yang tinggal agak ke dalam dan jauh

dari keramaian pasar, akan lebih memperkaya diri dari segi sosial seperti

membangun kegiatan yang melibatkan masyarakat sekitar, salah satunya

mengikuti kegiatan majelis ta‟lim.

66

Gunarso, P., Setyawati, T., Sunderland, T.C.H. dan Schakleton, C, Pengelolaan

Sumber Daya Hutan di Era Disentralisasi: Pelajaran yang diperoleh dari hutan penelitian

Malinau, Kalimantan Timur, Indonesia, (Bogor: CIFOR, 2009), h. 9

Page 51: PERKEMBANGAN MAJELIS TA’LIM DAN PENGARUHNYA DIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35368/2/ANDINI... · n garis keturunan yang dianggap sama. Asimilasi: P. embauran

38

0

1

2

3

4

51

95

5

19

60

19

65

19

77

19

78

19

82

19

83

19

85

19

89

19

90

19

92

19

94

19

95

19

98

19

99

20

00

20

02

20

06

20

07

20

08

20

10

20

11

20

12

20

15

Grafik Perkembangan Majelis Ta'lim di Kelurahan Batu Ampar

Statistik

Berdasarkan grafik di atas dapat dilihat bahwa perkembangan majelis

ta‟lim mulai naik pada tahun 2000 dan puncak dari kenaikan perkembangan yang

paling banyak berada di tahun 2010 sebanyak 5 majelis ta‟lim yang bermunculan

di setiap RW, hal ini berkaitan dengan keadaan politik negara yang telah beralih

dari masa Orde Baru ke masa reformasi. Pada masa peralihan banyak perubahan

dan kemajuan utamanya pada unsur-unsur masyarakat seperti majelis ta‟lim,

yayasan, ormas-ormas Islam dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM).67

Kemudian, perkembangan kembali normal di angka 2 dan 1 majelis ta‟lim di

Kelurahan Batu Ampar yang muncul pertahun sampai saat ini.

Hampir di setiap musholla dan masjid yang ada di Condet Batu Ampar

mengadakan pengajian, baik pengajian biasa maupun pengajian yang telah

terorganisasi dengan majelis ta‟lim. Di Condet Batu Ampar pengajian tidak

pernah libur. Setiap hari pasti ada pengajian dari pagi sampai pagi lagi, pasti ada

67

A. Chunaini Saleh, Penyelenggaraan Haji Era Reformasi Analisis Internal Kebijakan

Publik Departemen Agama, (Tangerang: Pustaka Alvabet, 2008), h. 51

Page 52: PERKEMBANGAN MAJELIS TA’LIM DAN PENGARUHNYA DIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35368/2/ANDINI... · n garis keturunan yang dianggap sama. Asimilasi: P. embauran

39

pengajian.68

Walaupun dengan jama‟ah yang tidak banyak pengajian akan tetap

dilaksanakan sebagai kegiatan majelis ta‟lim di masjid-masjid dan musholla.

C. Bentuk-bentuk Majelis Ta’lim di Kelurahan Batu Ampar Condet

Perkembangan majelis ta‟lim di Condet Batu Ampar telah memberikan

wadah bagi masyaraktnya yang ingin memperdalam ilmu agama. Majelis ta‟lim

akan bermanfaat bagi jama‟ahnya ketika kebutuhan yang dicari oleh jama‟ah

terpenuhi. Akan tetapi tidak semua majelis ta‟lim dapat memberikan apa yang

jama‟ah butuhkan, karena majelis ta‟lim hanya memenuhi sesuai apa yang

dikuasai oleh guru dan memberikan fungsi majelis ta‟lim itu sendiri.

Majelis ta‟lim yang terdapat di Condet Batu Ampar memiliki perbedaan-

perbedaan. Hal ini disebabkan oleh perbedaan lingkungan atau perbedaan dalam

segi materinya. Adapun bentuk-bentuk majelis ta‟lim yang dilihat dari berbagai

macam kelompok pengajiannya, yaitu:69

a. Majelis ta‟lim yang dilihat dari jama‟ahnya

Majelis ta‟lim pada dasarnya tidak ditujukan bagi jenis kelamin

tertentu,70

akan tetapi di Condet Batu Ampar majelis ta‟lim terbagi

dalam lima kategori, yaitu:

1. Majelis ta‟lim kaum ibu, yaitu majelis ta‟lim yang hanya dihadiri

oleh ibu-ibu dengan tenaga pengajar juga perempuan, syarifah atau

ustadzah.

2. Majelis ta‟lim kaum bapak, yaitu majelis ta‟lim yang hanya

dihadiri oleh bapak-bapak dengan tenaga pengajar seorang kiyai,

habaib atau ustadz.71

68

Wawancara Pribadi dengan Bpk. Agus, Pimpinan Yayasan Al-Muhajirin RW 05, pada

tanggal 23 Januari 2017. 69

Muhsin MK, Manajemen Majelis Taklim, (Jakarta: Pustaka Intermasa, 2009, cet. Ke-1),

h. 9-12, lihat juga Tutty Alawiyah, Strategi Dakwah di Lingkungan Majelis Ta’lim..., h. 76-78 70

Dewan Redaksi Ensiklopedi, Ensiklopedi Islam, (Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve,

1994), cet. Ke-4, jilid 3, h. 120 71

Istilah kiyai dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, memiliki arti “sebutan bagi alim

ulama” atau “cerdik pandai di agama Islam” (Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai

Pustaka, 2002), Edisi ke-III, h. 565)

Page 53: PERKEMBANGAN MAJELIS TA’LIM DAN PENGARUHNYA DIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35368/2/ANDINI... · n garis keturunan yang dianggap sama. Asimilasi: P. embauran

40

3. Majelis ta‟lim kaum remaja, yaitu majelis ta‟lim yang hanya

dihadiri oleh remaja yang ada di lingkungan setempat.

4. Majelis ta‟lim campuran yaitu antara jama‟ah laki-laki, perempuan

atau kaum bapak dan ibu, yaitu majelis ta‟lim yang dihadiri oleh

bapak-bapak dan ibu-ibu.

Berdasarkan pemisahan pengajian diatas, hal ini dapat membawa

konsekuensi yang mendasar yaitu, adanya perbedaan pada pengajar

dan tema yang diajarkan. Meskipun begitu, semua bertujuan untuk

mengajarkan dan menyebarluaskan ajaran agama Islam di

masyarakat.

b. Majelis ta‟lim yang dilihat dari tempatnya

1. Majelis ta‟lim yang diadakan di masjid atau musholla.

Masjid pada umumnya mempunyai kegiatan majelis ta‟lim, majelis

ta‟lim yang berada antara masjid satu dengan masjid yang lainnya

tentu berbeda, karena beda masjid beda pula tipe kepengurusannya.

Masjid telah menjadi tempat yang memasyarakat bagi

penyelenggraan majelis ta‟lim, baik masjid-masjid di perkotaan,

maupun masjid-masjid di pedesaan.72

Majelis ta‟lim model ini seperti majelis ta‟lim musholla At-Taufiq,

majelis ta‟lim masjid Nurul Huda yang berada di RW 03, majelis

ta‟lim musholla Al-Hikmah, majelis ta‟lim musholla Raudhotul

Jannah, majelis ta‟lim musholla Al-Barokah, majelis ta‟lim

musholla Al-Ikhlas yang berada di RW 05, majelis ta‟lim musholla

Al-Awabin yang berada di RW 06.

2. Majelis ta‟lim yang diadakan di rumah.

Adapun rumah yang dijadikan majelis ta‟lim yaitu rumah guru,

guru menyediakan ruangan khusus untuk dipakai majelis ta‟lim,

ruangan khusus itu sebelumnya merupakan bagian dari rumah.

Kemudian rumah pengurus dari majelis ta‟lim baik secara tetap

atau berpindah-pindah. Seiring bertambahnya jama‟ah maka

72

Syahidin, Pemberdayaan Umat Berbasis Masjid, (Bandung: Alfabeta, 2003), h. 180

Page 54: PERKEMBANGAN MAJELIS TA’LIM DAN PENGARUHNYA DIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35368/2/ANDINI... · n garis keturunan yang dianggap sama. Asimilasi: P. embauran

41

dibuatlah ruangan khusus di luar rumah, biaya pembangunan ruang

belajar semacam itu ditanggung oleh jama‟ah dengan cara amal

jariyah.

Majelis ta‟lim model seperti ini, seperti Majelis Ta‟lim Babul

Jannah yang berada di RW 01, Majelis Ta‟lim Nurul Khairot yang

berada di RW 02, Majelis Ta‟lim Nurul Abror dan Miftahul Jannah

yang berada di RW 03, Majelis Ta‟lim Shirojuth Tholibiin yang

berada di RW 04, Majelis Ta‟lim As-Syifa yang berada di RW 05

dan Majelis Ta‟lim Nahdatul Mubtadiin yang berada di RW 06.

3. Majelis ta‟lim yang diadakan di kantor.

Majelis ta‟lim yang diadakan di kantor, menggunakan aula kantor

untuk menyelenggrakan acaranya. Pengajiannya hanya

berlangsung 1x dalam sebulan. Model majelis ta‟lim seperti ini,

seperti Majelis Ta‟lim Al-Yaqin yang diadakan di kantor

Kelurahan Batu Ampar dan pengajian RW 06 yang diadakan di

kantor RW 06 Kelurahan Batu Ampar.

4. Majelis ta‟lim yang berbentuk yayasan.

Ruangan khusus yang ada di yayasan bisa dikembangkan menjadi

majelis ta‟lim, sehingga majelis ta‟lim diselenggarakan di yayasan.

Tetapi ada juga yang majelis ta‟lim yang lebih dulu ada, kemudian

dikembangkan menjadi yayasan. Majelis ta‟lim model ini, seperti

Majelis Ta‟lim Al-Mujahidin yang berada di RW 05, Majelis

Ta‟lim Al-Ikhlas dan Majelis Ta‟lim Al-Barkah yang berada di

RW 06.

Selain bentuk-bentuk majelis ta‟lim yang dilihat dari kelompok

pengajiannya, adapula bentuk-bentuk majelis ta‟lim yang dilihat dari jenis-jenis

materi yang diajarkan oleh majelis ta‟lim, di antaranya adalah:73

Pertama, majelis ta‟lim yang memberikan pelajarannya secara tidak

rutin. Majelis ta‟lim seperti ini hanya menjadi tempat berkumpul untuk

73

Tutty Alawiyah, Strategi Dakwah di Lingkungan Majelis Ta’lim...., h. 79

Page 55: PERKEMBANGAN MAJELIS TA’LIM DAN PENGARUHNYA DIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35368/2/ANDINI... · n garis keturunan yang dianggap sama. Asimilasi: P. embauran

42

mengajarkan shalawat, membaca salah satu surat dari Al-Qur‟an seperti Surat

Yasin, membaca kitab maulid, shalat sunnah berjama‟ah. Kemudian setiap

sebulan sekali pengurus majelis ta‟lim mengundang seorang guru untuk

berceramah. Kedua, majelis ta‟lim yang mengajarkan dasar ajaran agama seperti

mempelajari bacaan Al-Qur‟an baik tahsin dan tajwidnya atau penerangan ilmu

Fiqih, Tauhid, Tafsir, Hadist dan Akhlak. Pengetahuan agama disampaikan

dengan metode ceramah yang disertai dengan tanya-jawab. Ketiga, majelis ta‟lim

yang memberikan ceramah dan bahan pelajaran pokok kemudian pelajaran pokok

diberikan dengan teks tertulis kepada jama‟ah. Biasanya materi disesuaikan

dengan isu-isu hangat yang ada di tengah masyarakat, kemudian dikaitan dengan

agama. Artinya, ketika menyampaikan ceramah harus memunculkan dalil-dalil

yang berupa ayat Al-Qur‟an, hadist-hadist atau mengambil contoh-contoh dari

kehidupan Rasulullah.74

Materi yang dikaji oleh majelis ta‟lim adalah pengetahuan dasar ajaran

agama seperti belajar membaca Al-Qur‟an (Tajwid), Tafsir, Tauhid, Fiqih dan

Akhlak. Setiap majelis ta‟lim mempunyai metode pembelajaran yang berbeda-

beda. Ada beberapa metode yang digunakan oleh majelis ta‟lim, yaitu:75

a. Metode Ceramah, adalah metode dengan penerangan guru terhadap

materi ta‟lim kepada para jama‟ah majelis ta‟lim. Metode ini

biasa dipakai oleh setiap majelis ta‟lim yang ada di Kelurahan

Batu Ampar, karena metode ini dapat menyampaikan materi

yang sangat sederhana kepada jama‟ah.

b. Metode Tanya Jawab, adalah proses interaksi jama‟ah yang berisi

pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dan guru memberikan

jawaban-jawaban atas pertanyaan dari topik yang sedang dibahas,

untuk mencapai tujuan belajar.76

Metode ini dapat lebih

74

Nurul Huda, Pedoman Majelis Ta’lim...., h. 5 75 Dewan Redaksi Ensiklopedi, Ensiklopedi Islam, (Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve,

1994), cet. Ke-4, jilid 3, h. 43-45 76

Eliza Herijulianti, Tati Svasti Indriani, dan Sri Artini, Pendidikan Kesehatan Gigi,

(Jakarta: EGC, 2001), h. 82

Page 56: PERKEMBANGAN MAJELIS TA’LIM DAN PENGARUHNYA DIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35368/2/ANDINI... · n garis keturunan yang dianggap sama. Asimilasi: P. embauran

43

merangsang para jama‟ah untuk memperhatikan setiap materi

yang disampaikan oleh pengajar, karena ada kesempatan jama‟ah

untuk bertanya seputar meteri yang sedang dibahas.

c. Metode Latihan, adalah metode untuk melatih jama‟ah agar

memiliki keterampilan dalam berdakwah. Metode ini biasa

digunakan di majelis ta‟lim yang memberikan pelatihan bagi ibu-

ibu yang ingin memiliki keterampilan dalam berdakwah, yang

nantinya akan mendirikan majelis ta‟lim di lingkungan rumahnya.

Selain metode diatas majelis ta‟lim di Condet Batu Ampar memberikan

metode terpadu, dengan cara memberikan kesempatan kepada jama‟ah majelis

ta‟lim untuk membaca sendiri kitab yang telah ditentukan untuk menjadi bahan

pengajian, setelah diberi penjelasan lalu diadakan dialog interaktif.77

Metode ini

ternyata mampu menarik minat jama‟ah sehingga semakin lama jama‟ah terus

bertambah.

Adapun kitab-kitab yang dipakai oleh majelis ta‟lim yang ada di

Kelurahan Batu Ampar untuk memberikan materi di majelis ta‟lim yaitu, kitab

Safinatun Najah karya Syaikh Salim bin Sumair Al-Hadhromi. Kitab Safinatun

Najah ini merupakan kitab dasar dalam ilmu fiqih yang ringkas dan mudah

dipahami bagi pemula dan masyarakat umum, biasanya kitab ini menjadi kitab

wajib di pesantren untuk mengajarkan ilmu fiqih dasar kepada santrinya yang

sekelas Ibtida’iyyah atau setara dengan Sekolah Dasar.78

Banyak orang keliru

dengan pengarang kitab Safinatun Najah, antara Syaikh Salim atau Sayikh

Nawawi, padahal Syaikh Nawawi itu pengarang syarah kitab Safinatun Najah

yang kitabnya bernama Kasyifah As-Saja syarah Safinatun Najah.

Kitab Tanbihul Ghofilin karya Abi Laist As-Samarqondi, merupakan

kitab akhlak tuntunan kehidupan bagi manusia. Kitab Riyadus Sholihin karya

Syaikh Nawawi Al-Bantani, merupakan kitab yang berisi tentang hadist-hadist

77

Amelia Fauzia, dkk, Tentang Perempuan Islam Wacana dan Gerakan, (Jakarta:

Gramedia Pustaka Utama, 2004), h. 100 78

Abdul Ghoffir Muhaimin, The Islamic Traditions of Cirebon: Ibadat and Adat Among

Javanese Muslims, The Australian National University, published by ANU E Press, 1995, h. 101

Page 57: PERKEMBANGAN MAJELIS TA’LIM DAN PENGARUHNYA DIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35368/2/ANDINI... · n garis keturunan yang dianggap sama. Asimilasi: P. embauran

44

dan ahkamul Qur’an yang diambil dari kitab yang shahih. Kitab Nurul Yaqin

karya Syaikh khudori Beik. Kitab Nurul Yaqin merupakan kitab yang membahas

tentang sejarah kehidupan Nabi Muhammad, tetapi yang banyak digunakan di

Indonesia adalah kitab ringkasannya yaitu Khulashoh Nurul Yaqin yang dikarang

oleh Syaikh Umar Abdul Jabar. Kitab Aqidatul Awam karya Syaikh Ahmad

Marzuki Al-Maliki, merupakan kitab yang menjelaskan tentang tauhid, seperti

membahas sifat-sifat Allah, sifat-sifat Rasul dan lainnya. Kitab Adabul Insan

karya Al-Habib Usman bin Abdullah bin Aqil bin Yahya Al-Alawi, merupakan

kitab mengenai etika yang membahas mulai dari bangun tidur sampai tidur lagi, di

dalamnya termasuk etika makan dan minum.

Adapun kitab maulid yang biasa digunakan yaitu kitab maulid

Simtudduror karya Sayyid Ali bin Muhammad bin Husein Al-Habsyi, kitab

Diba’i karya Al- Imam Al-Jalil Abdurrahman Ad-Diba‟i dan kitab Barjanzi karya

Sayyid Ja‟far bin Husein bin Abdul Karim Al-Barzanji. Ketiga kitab maulid

tersebut adalah kitab maulid yang paling banyak dipakai pada majelis ta‟lim yang

ada di Condet Batu Ampar, pembacaan kitab maulid dibaca tidak hanya ketika

datang acara maulid. Akan tetapi, kitab maulid juga dibaca sebelum guru

menyampaikan ta‟limnya. Majelis ta‟lim yang seperti ini biasanya majelis ta‟lim

yang didirikan oleh orang keturunan Arab di Condet seperti Majelis Ta‟lim Ad-

Duratul Al-Yatimah dan Majelis Ta‟lim Nurul Abror yang berada di RW 03.

Tidak hanya pembacaan kitab maulid, majelis ta‟lim di Condet Batu

Ampar ada juga yang mengadakan pembacaan Qasidah Burdah karya Al-Bushiri.

Burdah merupakan syair-syair yang berisi puji-pujian kepada Rasulullah SAW

yang dibaca bersamaan dengan iringan alat musik hadroh. Pembacaan Burdah

telah menjadi wirid bagi masyarakat yang diyakini mujarab apabila ada hajat

tertentu, seperti menempati rumah baru atau ketika ada bencana.79

Selain pengajian, jama‟ah majelis ta‟lim dapat mengisi kegiatannya

dengan mengadakan santunan anak yatim, membantu anggota lain yang sedang

79

Muhammad Adib, Burdah: Antara Kasidah, Mistis dan Sejarah, (Yogyakarta: Pusaka

Pesantren, 2009), h. 27

Page 58: PERKEMBANGAN MAJELIS TA’LIM DAN PENGARUHNYA DIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35368/2/ANDINI... · n garis keturunan yang dianggap sama. Asimilasi: P. embauran

45

dalam kesulitan atau terkena musibah dan mengadakan kegiatan koperasi yang

akan bermanfaat bagi masyarakat setempat. Majelis ta‟lim telah memberikan

ruang tidak hanya untuk ibu-ibu akan tetapi untuk seluruh lapisan masyarakat

Condet Batu Ampar untuk menjadikan dirinya lebih berkualitas dalam hal dunia

maupun dalam urusan akhirat.

Page 59: PERKEMBANGAN MAJELIS TA’LIM DAN PENGARUHNYA DIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35368/2/ANDINI... · n garis keturunan yang dianggap sama. Asimilasi: P. embauran

46

BAB IV

PENGARUH MAJELIS TA’LIM BAGI MASYARAKAT KELURAHAN

BATU AMPAR CONDET JAKARTA TIMUR

Majelis ta‟lim tidak hanya menjadi tempat untuk menuntut ilmu. Tetapi

juga untuk pembinaan pendidikan keagamaan, sosial, akhlak dan ekonomi.

perkembangan majelis ta‟lim di Condet Batu Ampar telah membuktikan bahwa

majelis ta‟lim dapat menjadi tempat untuk masyarakat memenuhi kebutuhan ilmu

agama, berkehidupan sosial, dan mengembangkan perekonomian. Majelis ta‟lim

juga sangat potensial dan strategis untuk memulai suatu perubahan yang dimulai

dari berkumpulnya masyarakat, khususnya para ibu setelah belajar di majelis

ta‟lim kemudian kembali ke keluarganya, seorang ibu dapat menjadi benteng bagi

keluarga dan anak-anaknya dari pengaruh negatif.80

Perkembangan majelis ta‟lim

juga telah memberikan pengaruh dari berbagai aspek kehidupan bagi masyarakat

Condet Batu Ampar, di antaranya aspek pendidikan keagamaan, aspek pembinaan

akhlak, aspek sosial budaya dan aspek ekonomi.

A. Aspek Pendidikan Keagamaan

Adanya majelis ta‟lim telah membawa pengaruh baik bagi masyarakat

Condet Batu Ampar, salah satunya yaitu pengaruh dalam aspek pendidikan. Pada

saat ini, masih ada sebagian masyarakat yang hidup dalam sebuah kultur yang

menganggap perempuan masih mendapatkan posisi yang belum setara dengan

kaum pria, salah satunya dalam bidang pendidikan. Dalam bidang pendidikan,

perempuan mendapatkan fasilitas yang lebih rendah. Hal ini berakibat pada

meningkatnya buta aksara bagi kaum perempuan. Kenyataan seperti ini akan

berlanjut terhadap rendahnya pendidikan kaum ibu yang dapat mempengaruhi

perannya dalam mengasuh anak-anak dan menjaga keluarganya.

Dalam hal ini, majelis ta‟lim menjadi sangat dibutuhkan perannya

sebagai pembinaan masyarakat khususnya kaum ibu yang tidak mempunyai

kesempatan pendidikan atau terhenti karena perannya dalam tugas sebagai ibu

rumah tangga. Fungsi majelis ta‟lim memang masih terbatas pada pengajaran

80

Ibnu Watiniyah, Ibu Sekuat Seribu laki-laki, (Depok: Kaysa Media, 2015), h. 151-152

Page 60: PERKEMBANGAN MAJELIS TA’LIM DAN PENGARUHNYA DIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35368/2/ANDINI... · n garis keturunan yang dianggap sama. Asimilasi: P. embauran

47

agama atau pemberian penyuluhan, tetapi bagi kaum ibu yang tidak lagi menjalani

pendidikan formal akan terbantu dalam penemuan jati dirinya sebagai seorang

yang memiliki jati diri dan tempat terhormat dalam sistem nilai agama yang

terhormat.81

Dengan begitu, kaum ibu akan merasa memiliki landasan moral dan

hukum yang meyakinkan. Hal itu menjadikan mereka tidak takut untuk ikut

berperan mengatur kehidupan rumah tangganya ataupun dalam kehidupan

bermasyarakat.

Upaya majelis ta‟lim dalam meningkatkan pendidikan bagi masyarakat

Condet Batu Ampar dapat dilihat dari jumlah masyarakat Muslim yang ada di

Kelurahan Batu Ampar sekitar 47.083 jiwa. Masyarakat yang mengenyam

pendidikan mulai dari SD, SLTP, SLTA sampai ke perguruan tinggi ada sekitar

34.500 jiwa. Dari sini dapat dilihat bahwa kesadaran akan pendidikan di

masyarakat Condet Batu Ampar hampir menyeluruh bagi masyarakat Muslim

yang ada di Condet. Majelis ta‟lim telah berpengaruh kepada para jama‟ah yang

sadar akan pendidikan berkelanjutan tidak hanya sampai pada tahap SLTA, akan

tetapi sampai pada tahap perguruan tinggi yang dimana terlihat sekali yang

banyak mendapatkan pendidikan sampai perguruan tinggi biasanya para guru atau

ustadzah yang memiliki majelis ta‟lim serta anak-anak keturunannya. Setelah itu

para jama‟ah yang rutin mengikuti majelis ta‟lim mulai meningkatan

pendidikannya dengan memberikan pendidikan yang lebih tinggi untuk anak-anak

mereka.

Salah satu fungsi dari majelis ta‟lim yaitu sebagai tempat memberi dan

memperoleh tambahan ilmu dan kemampuan. Majelis ta‟lim juga dapat menjadi

tepat menambah ilmu dan wawasan, bukan hanya ilmu agama seperti ilmu tajwid,

tauhid, aqidah, tafsir, hadist dan lain sebagainya, tetapi ilmu dunia juga akan

didapat.82

Selain tempat menambah ilmu, majelis ta‟lim juga dapat berpengaruh

menjadi tempat untuk memotivasi diri sendiri maupun orang lain agar mampu

81

Tutty Alawiyah, Strategi dakwah......, h. 116 82

Wawancara dengan Arini Syamsudin, Pimpinan Majelis Ta‟lim Nurul Jannah di RW

05 pada tanggal 3 Agustus 2016.

Page 61: PERKEMBANGAN MAJELIS TA’LIM DAN PENGARUHNYA DIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35368/2/ANDINI... · n garis keturunan yang dianggap sama. Asimilasi: P. embauran

48

lebih giat dalam belajar, dengan saling berbagi pengalaman dan pengetahuan

tentang kehidupan ataupun hal lainnya.

Dengan bertambahnya ilmu agama yang telah didapatkan dari majelis

ta‟lim, jama‟ah dapat memperbaiki bacaan Al-Qur‟annya dengan mempelajari

ilmu tajwid atau tahsin dan tata cara ibadahnya dengan mempelajari ilmu fiqih,

yang sebelumnya mereka hanya mengerjakan sekedarnya. Jama‟ah akan

mempraktekkan ilmu yang telah didapat setelah mereka pulang ke rumah masing-

masing. Mereka akan mengerjakan setiap ibadah dengan ilmu dan akan mendidik

anak-anaknya dengan ilmu yang telah didapatkannya dari majelis ta‟lim.83

Agama adalah seperangkat aturan yang mengatur hubungan manusia

dengan Tuhan, lingkungan dan manusia lainnya.84

Keberadaan majelis ta‟lim

banyak memberikan manfaat bagi masyarakat Condet Kelurahan Batu Ampar,

khususnya kepada para jama‟ahnya. Manfaat tersebut lebih cenderung kepada

manfaat keagamaan, agar dapat memperbaiki dan meningkatkan nilai-nilai ajaran

agama Islam yang akan dijadikan bekal dalam mengarungi kehidupan beragama

di lingkungan masyarakat. Karena tidak semua masyarakat Condet Kelurahan

Batu Ampar faham dengan baik aturan-aturan atau nilai-nilai yang ada di dalam

agama Islam, maka masyarakat yang ikut-serta dalam majelis ta'lim akan

dibimbing serta diajarkan tentang aturan-aturan tersebut, setelah itu mereka akan

lebih berhati-hati dalam mempraktekkan setiap ibadah yang telah menjadi

kewajiban umat Muslim.

Banyaknya majelis ta‟lim yang ada di Condet Kelurahan Batu Ampar,

memberikan banyak ruang untuk menuntut ilmu, tidak saja untuk para ibu-ibu

akan tetapi juga ada untuk bapak-bapak dan remaja. Hal ini menunjukkan bahwa

majelis ta‟lim dapat memasuki setiap lapisan masyarakat yang ada di lingkungan

masyarakat. Kemudian, muncul antusias masyarakat terhadap acara keagamaan

seperti acara maulid Nabi Muhammad SAW yang sering diperingati oleh majelis-

83

Wawancara dengan Umi Zahra sebagai Pimpinan Majelis Ta‟lim Ad-Duratul Yatimah

pada tanggal 9 Agustus 2016. 84

Nur Syam, Tantangan Multikulturalisme Indonesia: Dari Radikalisme Menuju

Kebangsaan, (Yogyakarta: KANISIUS (Anggota IKAPI), 2009), h. 134

Page 62: PERKEMBANGAN MAJELIS TA’LIM DAN PENGARUHNYA DIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35368/2/ANDINI... · n garis keturunan yang dianggap sama. Asimilasi: P. embauran

49

majelis ta‟lim khususnya majelis ta‟lim yang ada di Condet Kelurahan Batu

Ampar. Tidak hanya pada acara maulid akan tetapi pada acara keagamaan yang

lain pun masyarakat turut berpartisipasi baik secara materi atau pun tenaga.

Adapun isi acara dari peringatan maulid yang diadakan oleh masyarakat

Condet Kelurahan Batu Ampar yaitu, dimulai dengan membaca tawasul, yang

dilanjutkan dengan pembacaan surat Yasin dan pembacaan tahlil, setelah itu

membaca maulid dengan kitab maulid yang telah ditetapkan oleh penyelenggara

acara tersebut. Kemudian, masuk kepada acara puncak di mana penyelenggara

acara mengundang penceramah yang akan memberikan ceramah agama kepada

jama‟ah yang hadir. Biasanya penceramah bisa lebih dari satu orang. Jadi setiap

penceramah hanya diberikan waktu yang singkat untuk memberikan ceramah

agamanya. Setelah rangkaian acara berakhir, di beberapa majelis ta‟lim ada yang

menyiapkan makanan untuk dibagikan kepada jama‟ah atau makan bersama di

tempat dengan menggunakan nampan besar, kemudian para jama‟ah membentuk

kelompok-kelompok kecil untuk menghabiskan makanan yang sudah disediakan

oleh panitia penyelenggara.

B. Aspek Pembinaan Akhlak

Menurut kamus bahasa Indonesia, pembinaan yang asal katanya dari bina

atau membina berarti membangun atau mengusahakan supaya lebih baik atau

lebih maju.85

Kata akhlak berasal dari bahasa Arab yang merupakan jamak dari

kata khuluqun atau khuluq yang artinya perangai, tabiat, watak dasar kebiasaan,

sopan dan santun.86

Pengertian lain dari kata akhlak menurut Al-Mu’jam Al-wasit

yaitu akhlak ialah sifat yang tertanam dalam jiwa, yang dengannya lahir macam-

macam perbuatan baik dan buruk, tanpa membutuhkan pemikiran dan

pertimbangan.87

Jadi, akhlak merupakan sifat-sifat yang dibawa manusia sejak

lahir dan tertanam dalam jiwanya, dari sifat-sifat tersebut lahir berupa perbuatan

85

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia,

(Jakarta: Balai Pustaka, 2002), Edisi ke-III, h. 152 86

Moh. Ardani, Akhlak Tasawuf Nilai-nilai Akhlak atau Budipekerti dalam Ibadah dan

Tasawuf, (Jakarta: CV Karya Mulia, 2005), h. 25-26 87

Asmaran, Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1994), cet. Ke-

11, h. 2

Page 63: PERKEMBANGAN MAJELIS TA’LIM DAN PENGARUHNYA DIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35368/2/ANDINI... · n garis keturunan yang dianggap sama. Asimilasi: P. embauran

50

baik yang disebut akhlak mulia dan perbuatan buruk yang disebut akhlak tercela

sesuai dengan bagaimana pembinaannya.

Dalam kehidupan sehari-hari akhlak sangat memiliki pengaruh yang

penting karena akhlak dapat mencerminkan seperti apa kepribadian orang

tersebut. Sikap keagamaan merupakan integritas yang kompleks antara

pengetahuan agama, perasaan agama serta tindak keagamaan dalam diri

seseorang.88

Islam sebagai suatu sistem tidak hanya dapat diwujudkan dalam

bentuk ibadah ritual saja, tapi bisa juga dalam bentuk aktifitas lainnya, salah

satunya mengikuti kegiatan keagamaan yang ada di lingkungan masyarakat.

Majelis ta'lim tidak hanya mengajarkan tentang bagaimana Islam namun

juga mengajarkan bagaimana tata cara hidup orang Islam yang baik dan benar.

Dalam hal ini, masyarakat Condet Batu Ampar masih banyak yang belum

menerapkan tata cara kehidupan yang baik. Sebagai contoh, ketika sedang makan,

bagaimana seorang Muslim beretika makan yang baik menurut Islam. Pada

kenyataannya masih banyak orang yang melakukan kesalahan ketika sedang

makan, seperti makan sambil berdiri. Kemudian, dalam adab berbicara kepada

sesama keluarga atau orang lain, masih banyak juga orang yang berbicara kasar,

berbicara dengan suara yang keras ataupun berbicara kotor.

Pembicaraan tentang akhlak atau sikap keagamaan seseorang berkaitan

dengan pengamalan ajaran agamanya, karena pengamalan ajaran agama dapat

mempengaruhi akhlak seseorang. Sifat keagamaan dapat mendorongnya untuk

berprilaku sesuai dengan kadar ketaatannya terhadap agama. Dari sini, ada tiga

aspek yang menjelaskan tentang membentuk kecenderungan untuk bertindak,

yaitu:89

1. Aspek kognisi, yang berhubungan dengan intelek jiwa manusia, di

mana akal pikiran merupakan potensi manusia yang dapat

88

Jalaludin, Psikologi Agama, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007), h. 199 89

Syahrul Mubarok, Peranan Majelis Ta’lim Gabungan Kaum Ibu Ad-Da’watul Islami

Dalam Membina Sikap Keagamaan Jamaah (Studi Kasus di Lingkungan Rt 13/12 Keluarahan

Sahabat Kecamatan Cengkareng Timur Jakarta Barat), Skripsi Jurusan Pendidikan Agama Islam ,

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, h. 16-17

Page 64: PERKEMBANGAN MAJELIS TA’LIM DAN PENGARUHNYA DIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35368/2/ANDINI... · n garis keturunan yang dianggap sama. Asimilasi: P. embauran

51

dikembangkan untuk mendorong pada perbuatan yang baik dan

menghindar dari perbuatan buruk. Manusia yang berfikir dan

memahami perbuatan-perbuatannya, maka manusia membutuhkan

pegangan hidup yang disebut agama, sehingga diri manusia mengakui

adanya zat yang Mahakuasa sebagai tempat berlindung dan memohon

pertolongan.

2. Aspek afektif, yang berhubungan dengan emosional seperti perasaan

senang, tidak senang atau setuju dan tidak setuju. Jika seseorang

percaya bahwa agama adalah sesuatu yang baik dan benar, maka akan

timbul perasaan suka terhadap agama yang akan menimbulkan sikap

batin yang seimbang dalam menghayati kebenaran ajaran agama.

3. Aspek konasi merupakan wujud dari kognisi dan afeksi. Konasi

bererti bereaksi, berusaha, berkemauan dan berkehendak. Aspek ini

ditandai dengan tingkah laku yang bertujuan untuk berbuat. Konasi

disini dapat diartikan yang berhubungan dengan prilaku keagamaan.

Aspek ini dapat berfungsi untuk mendorong timbulnya perasaan

doktrin suatu ajaran agama untuk mengamalkan ajaran agama

tersebut dengan ikhlas di dalam hidupnya.

Ketiga aspek di atas dapat saling berkaitan dalam pelaksanaan

pengamalan ajaran agama. Aspek kognisi berperan menentukan kebenaran ajaran

agama berdasarkan pertimbangan intelektual seseorang. Aspek afektif berperan

untuk menyeimbangkan sikap batin dan positif dalam menghayati kebenaran

ajaran agama. Terakhir aspek konasi yang berperan dalam menimbulkan amalan-

amalan yang benar.

Dengan pembinaan akhlak yang diajarkan di majelis ta‟lim, sedikit demi

sedikit masyarakat mempunyai keinginan untuk merubahnya kemudian untuk

yang tidak mengikuti majelis ta‟lim akan mendapatkan teguran dari jama‟ah yang

mengkuti majelis ta‟lim, karena hal itu telah menjadi tanggung jawab jama‟ah

sebagai pendakwah di lingkungan keluarga maupun masyarakat di sekitar

Page 65: PERKEMBANGAN MAJELIS TA’LIM DAN PENGARUHNYA DIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35368/2/ANDINI... · n garis keturunan yang dianggap sama. Asimilasi: P. embauran

52

rumahnya. Dengan begitu agama yang merupakan sebuah aturan akan terealisasi

dengan baik.

Dalam majelis ta‟lim tema-tema keagamaan yang berkembang dan

berkaitan dengan pembinaan akhlak berada di seputar peran kaum perempuan.

Seperti sikap-sikap keagamaan bagi perempuan yang secara umum yaitu

perempuan yang berlaku sopan, taat kepada suami, mampu mendidik anak serta

berbakti kepada suami dan masih banyak prilaku lainnya yang termasuk dalam

perannya di lingkungan keluarga.90

Padahal pembinaan akhlak tidak hanya

dikhususkan bagi kaum perempuan akan tetapi siapapun yang mengikuti majelis

ta‟lim seharusnya dapat memperbaiki akhlaknya setalah mendapatkan ilmu-ilmu

keagamaan.

Akhlak tidak hanya berarti tentang tabi'at, tingkah laku, atau budi pekerti

tapi juga tentang saling menghormati baik menghormati diri sendiri maupun

menghormati orang lain. Dalam majelis ta‟lim jama‟ah diajarkan tentang rasa

saling menghargai sesama jama‟ah dan sangat menekankan tentang menghargai

seorang pengajar atau guru. Jama‟ah yang telah mengikuti majelis ta‟lim akan

memulai untuk memperbaiki dirinya sedikit demi sedikit.91

Contoh menghormati diri sendiri yang telah dilakukan oleh jama‟ah

majelis ta‟lim yaitu jama‟ah terlihat berpakaian sopan meskipun ia berada di

dalam rumah. Dengan seperti itu, ia telah menghormati dirinya dengan

memberikan hal positif bagi dirinya sendiri. Dengan begitu orang lain yang

melihat akan lebih menghormatinya. Dari sini, majelis ta'lim di Condet Batu

Ampar mampu membawa pengaruh yang baik untuk masyarakatnya dalam aspek

pembinaan akhlak.

Selain untuk menuntut ilmu majelis ta‟lim juga berfungsi sebagai tempat

pembinaan dan pengembangan kemampuan kualitas sumber daya manusia

90

Amelia Fauzia, dkk, Tentang Perempuan Islam Wacana dan Gerakan, (Jakarta:

Gramedia Pustaka Utama, 2004), h. 101 91

Wawancara dengan Arini Syamsudin, Pimpinan Majelis Ta‟lim Nurul Jannah di RW

05 pada tanggal 3 Agustus 2016.

Page 66: PERKEMBANGAN MAJELIS TA’LIM DAN PENGARUHNYA DIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35368/2/ANDINI... · n garis keturunan yang dianggap sama. Asimilasi: P. embauran

53

khususnya kaum perempuan dalam segala bidang yang sesuai dengan kodratnya,

seperti dalam bidang pembinaan akhlak yang akan dipakai untuk mengajarkan

keluarganya yang berdasarkan pada ajaran-ajaran Islam yang telah dipelajarinya

di majelis-majelis ta‟lim.92

C. Aspek Sosial dan Budaya

Mejelis ta‟lim merupakan sebuah komunitas yang ada di masyarakat.

Komunitas sendiri merupakan satu kesatuan masyarakat dengan lingkup yang

kecil, mempunyai hubungan dan keterkaitan yang kuat, memiliki kepentingan

bersama dan kesadaran sosial.93

Majelis ta‟lim merupakan komunitas primordial

yaitu komunitas yang diikat oleh persamaan agama.94

Majelis ta‟lim telah

berkembang menjadi satu bentuk gerakan sosial-keagamaan, dilihat dari gerakan

keagamaan majelis ta‟lim yang merupakan wujud dari pola gerakan perempuan.95

Pada dasarnya wanita harus memainkan peran aktif dalam menciptakan

kondisi masyarakat dan negara yang stabil, agar tecapai tujuan program

pembangunan. Di samping menjalankan peran sentralnya sebagai ibu rumah

tangga, mereka berusaha mencerdaskan kehidupan bangsa dan mentransformasi

nilai-nilai kehidupan yang baik. Hal itu dilakukan oleh para wanita agar mereka

dapat diperhitungkan dalam memainkan peran bagi negara dan bangsa yang

sedang membangun. Menurut Tutty Alawiyah wanita yang sadar akan arti

perkembangan kualitas diri, pasti dia akan berusaha untuk mengembangkannya,

seperti kegiatan di luar rumah untuk memperoleh perkembangan intektual,

spiritual ataupun fisikal. Pandangan tersebut secara tidak langsung tidak

menggambarkan wanita Betawi akan tetapi apa yang telah dijelaskan oleh Tutty

itu sangat dekat dengan adab dan aqidah Islam modern.96

92

Dakwah Menjelang Tahun 2000, (Jakarta: Koordinator Dakwah Islam, 1986), h. 65 93

Paulus Wirutomo, Sosiologi untuk Jakarta: Menuju Pembangunan Sosial-Budaya,

(Jakarta: Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Jakarta (LPMJ), 2012), h. 31-32 94

Paulus Wirutomo, Sosiologi untuk Jakarta: Menuju Pembangunan Sosial-Budaya..., h.

32 95

Amelia Fauzia, dkk, Tentang Perempuan Islam Wacana dan Gerakan, (Jakarta:

Gramedia Pustaka Utama, 2004), h. 100-101 96

Tutty Alawaiyah, Strategi Dakwah di Lingkungan Majelis Ta’lim..., h. 12-14

Page 67: PERKEMBANGAN MAJELIS TA’LIM DAN PENGARUHNYA DIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35368/2/ANDINI... · n garis keturunan yang dianggap sama. Asimilasi: P. embauran

54

Dalam aspek sosial majelis ta‟lim memberikan pengaruh terhadap

jama‟ah dalam meningkatkan rasa kekeluargaan yang erat dengan sesama. Rasa

kekeluargaan ini digambarkan, seperti ketika ada salah satu jama‟ah yang sakit,

jama‟ah yang lain akan bersama-sama menjenguknya. Rasa kekeluargaan yang

lainnya, ketika ada yang pulang kampung, tetangganya akan bersedia untuk

menjaga rumahnya.97

Begitu juga ketika salah satu jama‟ah sedang mengadakan acara, jama‟ah

yang lain akan membantu satu sama lain, membantu dalam hal materi ataupun

tenaga. Dan ini tergambar pada acara maulid atau pengajian pada acara-acara hari

besar Islam, masyarakat biasanya menyumbang makanan dan minuman, untuk

dihidangkan pada acara tersebut, dan itu dilakukan secara sukarela. Walaupun ia

tidak hadir dalam acara tersebut, akan tetapi ada bantuan yang ia berikan langsung

kepada pengurus majelis ta‟lim yang bersangkutan.

Pada acara maulid Nabi Muhammad SAW banyak majelis yang

memberikan sajadah, mukena, ataupun santunan anak yatim.98

Hal ini dapat

mempererat hubungan sesama Muslim. Dengan begitu, kedekatan sosial di antara

masyarakat yang ada di Condet Batu Ampar dapat berjalan dengan baik. Majelis

ta‟lim memberikan tempat bagi masyarakat untuk saling bersilaturrahmi serta

mempererat hubungan persaudaraan mereka.

Pada awalnya majelis ta'lim hanya merupakan pengajian biasa yang ada

di tengah-tengah masyarakat yang awam akan ilmu agama. Dengan datangnya

orang Arab dan pulangnya para ulama-ulama Betawi yang telah menyelesaikan

studinya di Timur Tengah, kedatangan mereka memberikan warna baru bagi

pengajian-pengajian yang telah ada. Hal ini dapat terjadi karena banyaknya

masyarakat keturunan Arab yang tinggal di lingkungan Condet Batu Ampar,

kemudian kebudayaan orang-orang Arab dalam berdakwah dipakai oleh

masyarakat pribumi, sehingga jadilah suatu kebudayaan baru bagi masyarakat

97

Wawancara dengan Umi Zahra sebagai Pimpinan Majelis Ta‟lim Ad-Duratul Yatimah

pada tanggal 9 Agustus 2016. 98

Titin Wirdati, Asimilasi Sosial-Budaya Komunitas Keturunan Arab di Kelurahan

Condet Balekambang, Jakarta Timur, (Jakarta: Jurusan Sosiologi Agama, Fakultas Sosial dan

Politik, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, 2010), h. 31

Page 68: PERKEMBANGAN MAJELIS TA’LIM DAN PENGARUHNYA DIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35368/2/ANDINI... · n garis keturunan yang dianggap sama. Asimilasi: P. embauran

55

dalam memberikan corak bagi pengajian. Menurut Ki Hajar Dewantara budaya

mempunyai arti buah budi manusia yang merupakan hasil perjuangan manusia

terhadap dua pengaruh kuat, yakni alam dan zaman (kodrat dan masyarakat).99

Saat ini masyarakat mulai gemar dengan lagu-lagu shalawat yang sering

digunakan oleh majelis ta‟lim yang dipimpin oleh kalangan Habaib dan keturunan

Arab lainnya, seperti pembacaan rawi dan kitab maulid yang dibawakan dengan

diiringi alat musik berupa marawis, rebana, atau hadrah. Kemudian, kegiatan itu

mulai diadakan oleh majelis ta‟lim yang ada di Condet Batu Ampar agar dapat

dilakukan di majelis ta‟limnya sebelum memulai kajian, atau ketika datang bulan

maulid dan acara-acara besar Islam lainnya, group musik tersebut akan

ditampilkan sebagai hiburan bagi jama‟ah yang hadir.

Dari majelis ta‟lim, masyarakat tidak sekedar menuntut ilmu agama yang

wajib dilakukan bagi setiap umat Muslim, majelis ta‟lim juga memberikan

pengaruh dari aspek kebudayaan bagi masyarakat Condet Batu Ampar. Setalah

jama‟ah mempelajarinya di majelis ta‟lim, mereka membawa kebiasaan yang ada

di majelis ta‟lim sampai ke rumah. Seperti lagu-lagu qasidah yang mereka

hafalkan di majelis ta‟lim, mereka dapat gunakan sebagai kebiasaan untuk

dinyanyikan sebelum tidur kepada anak-anaknya.

Selain itu, ada wisata religius, seperti majelis ta‟lim mengadakan ziarah

ke makam ulama-ulama Islam yang telah berjuang menegakkan ajaran-ajaran

Islam, makam Wali Songo yang berada di Jawa, dimulai dari makam Sunan

Gunung Jati yang berada di Jawa Barat, dilanjutkan menuju makam Sunan

kalijaga, Sunan Kudus, dan Sunan Muria yang berada di Jawa Tengah, kemudian

makam Sunan Ampel, Sunan Giri, Sunan Drajat, dan Sunan Bonang yang berada

di Jawa Timur, dan tempat-tempat bersejarah yang berkaitan dengan Islam.100

Makam dan tempat-tempat bersejarah lainnya sering menjadi tujuan majelis ta‟lim

pada kegiatan wisata religius. Hal ini dilakukan karena berziarah ke makam

99

Noorkasiani, Heryati, dan Rita Ismail, Sosiologi Keperawatan, (Jakarta: EGC, 2009), h.

12 100

Sjamsudduha, Wali Sanga Tidak Pernah Ada?: Menyingkap Misteri Para Wali dan

Perang Demak-Majapahit, (Surabaya: JP BOOKS, 2006), h. 1

Page 69: PERKEMBANGAN MAJELIS TA’LIM DAN PENGARUHNYA DIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35368/2/ANDINI... · n garis keturunan yang dianggap sama. Asimilasi: P. embauran

56

orang-orang yang dianggap waliyullah telah menjadi tradisi masyarakat Islam

pada umumnya.

Kegiatan seperti ini biasanya diadakan setahun sekali, dengan sistem

pembayaran dapat dicicil setiap pertemuan ketika ada jadwal pengajian. Selain

mengadakan perjalanan religius, biasanya setelah selesai ziarah jama‟ah diajak

untuk menikmati keindahan alam atau refreshing. Hal ini dilakukan agar para

jama‟ah ketika kembali pada rutinitas sehari-hari akan lebih bersemangat dalam

menjalaninya.101

Kemudian, ada lagi kebudayaan yang terpengaruh dari orang-orang Arab

lewat majelis ta‟lim yaitu pakaian. Dewasa ini, masyarakat Condet Batu Ampar

banyak yang menggunakan gamis hitam atau sering disebut dengan abaya.

Pakaian ini biasa digunakan wanita-wanita Arab atau Timur Tengah dalam

kesehariannya.102

Dengan masuknya orang-orang Arab ke Indonesia dan

menyebar ke pelosok-pelosok daerah Jakarta khususnya Condet, masyarakat

Condet Batu Ampar terpengaruh dengan gaya busana yang mereka pakai. Hal ini

karena, abaya yang mereka pakai, sesuai dengan ajaran Islam bagi para wanita

yaitu dapat menutupi bentuk tubuhnya dan tidak terawang. Lama-kelamaan

busana ini banyak dipakai dan dicari oleh jama‟ah majelis ta‟lim untuk dipakai

ketika acara pengajian.

D. Aspek Ekonomi

Aspek ekonomi dalam pengaruhnya di majelis ta‟lim agaknya terdengar

tidak biasa, akan tetapi fenomena yang terjadi saat ini adalah pengajian menjadi

tempat berjalannya perekonomian para jama‟ah dengan masyarakat lainnya.

Konsumen utamanya yaitu para jama‟ah yang hadir dalam majelis ta‟lim, dengan

menggunakan metode penjualan presentasi kepada konsumen atas barang yang

101

Wawancara dengan Arini Syamsudin, Pimpinan Majelis Ta‟lim Nurul Jannah di RW

05 pada tanggal 3 Agustus 2016. 102

Wawancara dengan Umi Zahra sebagai Pimpinan Majelis Ta‟lim Ad-Duratul Yatimah

pada tanggal 9 Agustus 2016

Page 70: PERKEMBANGAN MAJELIS TA’LIM DAN PENGARUHNYA DIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35368/2/ANDINI... · n garis keturunan yang dianggap sama. Asimilasi: P. embauran

57

akan dijual, kemudian mendatangi setiap majelis ta‟lim yang sedang mengadakan

pengajian.103

Keadaan yang terlihat dari beberapa majelis ta‟lim yang ada di Condet

Batu Ampar yaitu adanya fasilitas bagi pedagang yang ingin berjualan ketika ada

acara-acara besar yang diadakan oleh majelis ta‟lim. Namun, ada juga para

pedagang yang langsung memenuhi lapak-lapak kosong yang ada di sekitar acara

majelis ta‟lim, tanpa izin terlebih dahulu dengan pengurus majelis ta‟lim terkait.

Kelurahan Batu Ampar mendukung usaha masyarakatnya dengan mengadakan

bazar dan memberikan fasilitas bagi pedagang. Ketika kantor Kelurahan Batu

Ampar mengadakan acara maulid, Isra Mi‟raj dan acara hari besar Islam lainnya.

Adanya aspek ekonomi dalam majelis ta‟lim ini dapat saling memudahkan, yaitu

apabila salah satu jama‟ah ada yang mempunyai usaha atau berdagang, dari situ

jama‟ah yang lain dapat membeli dengan keringanan yaitu boleh dibayar kredit

atau dicicil.

Berbicara majelis ta‟lim tidak jauh dengan berbicara tentang

perkumpulan ibu-ibu yang mempunyai satu tujuan yaitu meningkatkan kualitas

diri dalam hal keagamaan. Disamping itu, ada kegiatan lain yang dibuat oleh

majelis ta‟lim untuk mempererat hubungan antara jama‟ah dan masyarakat lain,

kegiatan itu disebut arisan. Arisan tersebut tidak saja diadakan untuk para jama‟ah

yang ikut dalam majelis ta‟lim, akan tetapi masyarakat luar yang tidak mengikuti

pengajian majelis ta‟lim juga boleh mengikutinya. Kegiatan seperti ini dapat

berdampak positif bagi masyarakat yang tinggal di sekitar majelis ta‟lim, agar

tidak ada rasa perpecahan atau perselisihan di antara masyarakat baik yang

mengikuti majelis ta‟lim dan yang tidak mengikuti majelis ta‟lim.

Arisan juga dapat berpengaruh kepada kondisi sosial masyarakat yaitu

menyatukan masyarakat dalam satu kegiatan tanpa melihat status sosialnya.

Majelis ta‟lim tidak melihat dari status sosialnya akan tetapi lebih kepada

hubungan persaudaraannya. Selain arisan, majelis ta‟lim juga mempunyai

103

Grant Steward, Sukses Manajemen Penjualan: Cara Membuat Tim Penjualan Anda

Menjadi yang Terbaik, (Jakarta: Erlangga, 2006), h. 4

Page 71: PERKEMBANGAN MAJELIS TA’LIM DAN PENGARUHNYA DIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35368/2/ANDINI... · n garis keturunan yang dianggap sama. Asimilasi: P. embauran

58

kegiatan lain dalam aspek ekonomi seperti mengumpulkan uang kas. Dari uang

kas tersebut majelis ta‟lim dapat memberikan pinjaman bagi jama‟ah yang

membutuhkan seperti memberikan modal untuk membuka usaha kecil-kecilan,

dengan sistem pembayaran kredit atau cicilan sesuai perjanjian antara peminjam

dan pengurus majelis ta‟lim. Uang kas yang dikumpulkan dari para jama‟ah akan

kembali kepada jama‟ah lagi, ketika jama‟ah ada yang mengadakan acara, majelis

ta‟lim akan membatu dengan menggunakan uang kas tersebut. Ketika salah satu

jama‟ah ada yang terkena musibah, maka majelis ta‟lim dengan menggunakan

uang kas akan memberikan sumbangan kepada jama‟ah yang terkena musibah.

Majelis ta‟lim saat ini telah menjadi suatu proses umum yang

berkembang di wilayah metropolitan seperti Jakarta. Sebagai salah satu cara untuk

mendekatkan diri kepada agama Islam dengan cara yang modern.104

Para wanita

karir yang mempunyai pekerjaan kedua setelah menjadi ibu rumah tangga dalam

keluarganya, banyak yang mengikuti majelis ta‟lim. Faktor yang menjadikan

mereka ikut aktif dalam kegiatan majelis ta‟lim, salah satunya yaitu program haji

dan umroh yang diadakan oleh majelis ta‟lim tertentu.

Selain menambah ilmu agama bagi dirinya, ada keinginan lain yang

mereka dapatkan dengan mengikuti majelis ta‟lim. Saat ini majelis ta‟lim

memberikan banyak inovasi agar jama‟ah termotivasi untuk terus hadir pada

kegiatan majelis ta‟lim. Salah satunya mengadakan arisan atau tabungan yang

disepakati pada setiap pertemuannya, kemudian arisan atau tabungan tersebut

digunakan untuk membiayai haji atau umroh para jama‟ah yang mendapatkan

giliran.

Ada kegiatan tahunan ketika hari raya besar umat Islam yaitu kegiatan

pembagian zakat, di setiap masjid akan membuka tempat penyaluran zakat, dan

setelah terhimpun dana zakat akan di salurkan kepada mereka yang berhak

menerima zakat. Adanya manajemen zakat yang dikelola oleh pengurus masjid

dan majelis ta‟lim, akan lebih mempermudah untuk menjalankan fungsi zakat di

masyarakat. Zakat merupakan sebagian kekayaan yang dimiliki oleh seseorang,

104

Moeslim Abdurrahman, Bersujud di Baitullah: Ibadah Haji, Mencari Kesalehan

Hidup, (Jakarta: PT Kompas Media Nusantara, 2009), h. 151

Page 72: PERKEMBANGAN MAJELIS TA’LIM DAN PENGARUHNYA DIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35368/2/ANDINI... · n garis keturunan yang dianggap sama. Asimilasi: P. embauran

59

yang diberikan kepada golongan masyarakat tertentu dengan ketentuan yang

berlaku dalam Islam.105

Kelembagaan yang hadir melalui masjid akan dapat

meningkatkan kesadaran dari masyarakat dalam memberikan fungsinya. Hal itu

dapat dilihat dari pembentukan kelembagaan ekonomi di bawah manajemen

masjid.106

Pendataan nama-nama yang berhak menerima zakat akan di

musyawarahkan dengan majelis ta‟lim, setelah mendapatkan hasil atas siapa yang

berhak menerima zakat, barulah pengurus masjid dan majelis ta‟lim membagikan

zakat tersebut kepada yang berhak.107

Majelis ta‟lim telah banyak memberikan pengaruh dari beberapa aspek

kehidupan, tidak hanya aspek keagamaan yang dapat memberikan perkembangan

bagi diri manusia agar dapat hidup sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam. Akan

tetapi, majelis ta‟lim dapat memberikan pengaruh dari aspek ilmu pengetahuan

yang dapat menjadikan masyarakat berkembang dengan menjadi alat untuk

mencapai kesejahteraan hidup manusia dan juga pengaruh dari aspek sosial

seperti; aspek hidup kemasyarakatan yang dapat menjadikan masyarakat dapat

berlaku adil dan menciptakan kemakmuran; aspek hidup berkeluarga yang dapat

menjadikan masyarakat berkembang menjadi keluarga yang harmonis.108

105

Beni Kurniawan, Pendidikan Agama Islam Untuk Perguruan Tinggi, (Jakarta:

GRASINDO, 2009), h. 58 106

Elfindri, dkk, Strategi Sukses Membangun daerah,(Gorga Media, 2008), h. 241 107

Elfindri, dkk, Strategi Sukses Membangun daerah,... h. 245 108

Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), h. 9

Page 73: PERKEMBANGAN MAJELIS TA’LIM DAN PENGARUHNYA DIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35368/2/ANDINI... · n garis keturunan yang dianggap sama. Asimilasi: P. embauran

60

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dari seluruh rangkaian proses penelitian yang penulis lakukan, dengan

berfokus pada judul yang diangkat yaitu Perkembangan Majelis Ta‟lim dan

Pengaruhnya di Kelurahan Batu Ampar Condet Jakarta Timur Tahun 1955-2015.

Condet merupakan wilayah Jakarta Timur, condet sendiri dibagi menjadi tiga

kelurahan, yaitu Kelurahan Batu Ampar, Kampung Tengah (Kampung Gedong),

dan Bale Kambang. Skripsi ini hanya mengambil satu kelurahan, yaitu Kelurahan

Batu Ampar. Di Kelurahan Batu Ampar, keseluruhan penduduk berjumlah 51.740

jiwa yang terdiri dari laki-laki, 26.248 jiwa dan perempuan 25.492 jiwa. Adapun

luas wilayah Kelurahan Batu Ampar adalah 255.025 Hektar, yang dibagi menjadi

6 RW dan 86 RT. Kondisi sosial keagamaan yang ada di Kelurahan Batu Ampar

tidak terlepas dari keberadaan orang-orang Arab di Jakarta. Adanya penghapusan

pemukiman orang Arab yang berada di Pekojan pada tahun 1919 M,

mengakibatkan menyebarnya orang-orang Arab ke daerah-daerah lain yang salah

satunya adalah Condet. Maka tidaklah heran jika saat ini, banyak orang Arab yang

tinggal di Condet, bahkan mereka sudah seperti tuan rumah di kampung orang.

Dari kalangan Habaib kebanyakan mereka berdakwah dan mendirikan yayasan

dan majelis-majelis ta‟lim untuk menyebarkan agama Islam di masyarakat. Dapat

dilihat juga dari kesehariannya, masyarakat Condet Batu Ampar ini agamis. Hal

ini disebabkan masyarakat mau mengikuti tradisi-tradisi orang Arab yang datang

ke Condet. Masyarakat Condet Batu Ampar memiliki tingkat kesadaran yang

cukup baik bagi pentingnya pendidikan. Hal ini dilihat dari jumlah angka yang

tidak sekolah lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah angka yang bersekolah.

Adapun kondisi ekonomi yang ada di Condet Batu Ampar adalah adanya usaha

ekonomi lemah, Industri besar Menengah dan Koperasi.

Hal menarik lainnya dapat dilihat dari pembahasan tentang

Perkembangan Majelis Ta‟lim di Kelurahan Batu Ampar yaitu perkembangannya

yang hingga saat ini masih mendapatkan antusias masyarakat, walaupun dengan

Page 74: PERKEMBANGAN MAJELIS TA’LIM DAN PENGARUHNYA DIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35368/2/ANDINI... · n garis keturunan yang dianggap sama. Asimilasi: P. embauran

61

jama‟ah yang tidak banyak tetapi majelis ta‟lim tetap memberikan manfaatnya

kepada masyarakat yang ingin mengembangkan dan membekali dirinya dengan

ilmu agama. Kesenjangan ini disebabkan karena majelis ta‟lim masih identik

dengan orang tua, ibu rumah tangga, dan jama‟ah sholat di masjid atau musholla.

Pada akhirnya banyak majelis ta‟lim yang berdiri khusus hanya untuk ibu-ibu,

bapak-bapak, remaja bahkan anak-anak. Adapun perkembangan majelis ta‟lim di

Condet Batu Ampar, sebagai berikut:

1. Majelis ta‟lim yang awalnya hanya pengajian biasa yang diadakan di

masjid-masjid dan musholla-musholla, secara bertahap berkembang

dengan banyaknya minat masyarakat untuk menuntut ilmu agama di

majelis ta‟lim. Prosentase perkembangan yaitu dari tahun 1955-1999

berada di posisi angka 1, kemudian dari tahun 2000 sampai 2011

kenaikan perkembangan sampai di angka 2, 3, dan 4 hingga mencapai

angka 5 pada tahun 2010. Tidak hanya minat masyarakat yang banyak,

akan tetapi banyak juga masyarakat yang ingin mendirikan majelis

ta‟lim. Bagi masyarakat Condet Batu Ampar, berdakwah merupakan

hal yang tidak boleh dihilangkan dari masyarakat Betawi di Condet

Batu Ampar.

2. Dinamika perkembangan majelis ta‟lim di Kelurahan Batu Ampar

Condet, diketahui sangat baik. Banyak masyarakat yang peduli

terhadap pendidikan untuk mencerdaskan kehidupan mereka dan

generasi di bawah mereka. Keberadaan majelis ta‟lim di tengah-tengah

masyarakat sangat berperan dalam menanamkan ajaran Islam di

lingkungan masyarakat perkotaan.

3. Majelis ta‟lim mengalami perkembangan yang perlahan namun pasti,

di Kelurahan Batu Ampar Condet. Dari tahun 1955 sampai 1999 setiap

tahun hanya ada satu majelis ta‟lim yang berdiri. Tapi tahun 1983 dan

1990 ada dua majelis ta‟lim yang berdiri. Dimulai dari tahun 2000

sampai 2011 kenaikan yang sangat signifikan pada pendirian majelis

ta‟lim di Kelurahan Condet Batu Ampar mulai terlihat. Jumlah

keseluruhan majelis ta‟lim yang ada di Kelurahan Condet Batu Ampar

Page 75: PERKEMBANGAN MAJELIS TA’LIM DAN PENGARUHNYA DIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35368/2/ANDINI... · n garis keturunan yang dianggap sama. Asimilasi: P. embauran

62

sebanyak 36 majelis ta‟lim, dengan rincian majelis ta‟lim yang

diadakan di rumah sebanyak 11 majelis ta‟lim, diadakan di majelis

(tempat khusus) ada sebanyak 11 majelis ta‟lim, diadakan di

masjid/musholla ada sebanyak 7 majelis ta‟lim, diadakan di aula

yayasan ada sebanyak 4 majelis ta‟lim dan lainnya diadakan di

posyandu dan kantor Kelurahan atau RW ada sebanyak 3 majelis

ta‟lim.

4. Keberhasilan ini disebabkan adanya dukungan pengurus majelis ta‟lim

yang memberikan fasilitas yang dibutuhkan, memberikan semangat

dan motivasi kepada jama‟ah, dan juga metode atau cara penyampaian

materi yang sangat mudah untuk dipahami, sehingga menumbuhkan

semangat untuk terus menuntut ilmu, yang didasari dengan ketululusan

untuk menambah pengetahuan agama sehingga dapat tertanam aqidah

dan ibadah yang baik dan tercermin sikap keberagamaan yang baik.

Berkembangnya majelis ta‟lim bukan tanpa pengaruh bagi masyarakat

Condet Batu Ampar. Banyak pengaruh yang diberikan majelis ta‟lim kepada

jama‟ahnya di antaranya; pengaruh dari aspek pendidikan keagamaan, yaitu

majelis ta‟lim dapat menjadi tempat menuntu ilmu dan menambah wawasan,

bukan hanya ilmu agama, tetapi juga ilmu dunia; pengaruh dari aspek pembinaan

akhlak, yaitu memperoleh ilmu tentang tata cara hidup sebagai orang Islam yang

baik dan benar, yang kemudian diinterpretasikan dalam kehidupan sehari-hari

dalam mendidik anak dan keluarga; pengaruh dari aspek sosial budaya, yaitu

meningkatkan rasa kekeluargaan yang erat terhadap sesama, dan dari sisi budaya

masyarakat mulai gemar dengan lagu-lagu shalawat yang mereka baca di

pengajian. Terakhir pengaruh dari aspek ekonomi, yaitu adanya arisan, tabungan

dan praktek jual-beli dengan keringanan dalam membayarnya yaitu dengan sistem

kredit atau mencicil. Studi ini menemukan bahwa kegiatan majelis ta‟lim

mendapat respon sangat baik dari masyarakat.

Page 76: PERKEMBANGAN MAJELIS TA’LIM DAN PENGARUHNYA DIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35368/2/ANDINI... · n garis keturunan yang dianggap sama. Asimilasi: P. embauran

63

B. SARAN

1. Perlu ada penelitian lebih lanjut terkait dengan perkembangan majelis ta‟lim

yang ada di Condet Kelurahan Batu Ampar untuk melengkapi dan

meneruskan penlitian ini.

2. Perlu dibuat daftar materi pengajian, agar materi yang nanti disampaikan oleh

ustadzah terprogram secara sistematis, bahkan dimungkinkan untuk

pembuatan buku ringkasan materi untuk jamaah.

3. Majelis Ta‟lim perlu memasangkan plang nama, spanduk atau tanda pengenal

lainnya di setiap majelis ta‟lim, agar memudahkan masyarakat baru yang

ingin mengikuti pengajian di majelis ta‟lim agar mengetahui majelis ta‟lim

yang dekat dengan tempat tinggalnya.

Page 77: PERKEMBANGAN MAJELIS TA’LIM DAN PENGARUHNYA DIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35368/2/ANDINI... · n garis keturunan yang dianggap sama. Asimilasi: P. embauran

64

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Abdurrahman, Dudung. 1999. Metode Penelitian Sejarah. Yogyakarta: Logos

Wacana Ilmu.

Abdurrahman, Moeslim. 2009. Bersujud di Baitullah: Ibadah Haji, Mencari

Kesalehan Hidup. Jakarta: PT Kompas Media Nusantara.

Adib, Muhammad. 2009. Burdah: Antara Kasidah, Mistis dan Sejarah.

Yogyakarta: Pusaka Pesantren.

Alawiyah, Tutty. 1997. Strategi Dakwah Di Lingkungan Majelis Taklim. Bandung

: Mizan.

Ardani, Moh. 2005. Akhlak Tasawuf Nilai-nilai Akhlak atau Budipekerti dalam

Ibadah dan Tasawuf. Jakarta: CV Karya Mulia.

Arif, Muhamad. 2001. Pengantar Kajian Sejarah. Bandung: Yrama Widy.

Arifin, M. 1995. Kapita Selekta Pendidikan Islam (Islam dan Umum). Jakarta:

Bumi Aksara.

Asmaran. 1994. Pengantar Studi Akhlak. Cet. Ke-11Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada.

Aziz, Abdul. 2002. Islam dan Masyarakat Betawi. Jakarta: LP3S.

Azra, Azyumardi. 2002. Islam Nusantara : Jaringan Global dan Lokal. Bandung :

Mizan.

Baidhawy, Zakiyudin. 2003. Agama dan Pluralitas Budaya Lokal. Surakarta:

Pusat Studi Budaya dan Perubahan Sosial , UMS.

Berg, L. W. C. van den. 1989. Hadramaut dan Koloni Arab di Nusantara. Jakarta:

INIS.

Blackburn, Susan. 2011. Jakarta: Sejarah 400 Tahun. Jakarta: Masup Jakarta.

Bruinessen, Martin Van. 1999. Kitab Kuning, Pesantren, dan Tarekat: Tradisi-

tradisi Islam di Indonesia. Bandung: Mizan.

Burhanudin, Jajat. 2002. Ulama Perempuan Indonesia. Jakarta: PT Gramedia

Pustaka Utama.

Dakwah Menjelang Tahun 2000. 1986. Jakarta: Koordinator Dakwah Islam.

Page 78: PERKEMBANGAN MAJELIS TA’LIM DAN PENGARUHNYA DIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35368/2/ANDINI... · n garis keturunan yang dianggap sama. Asimilasi: P. embauran

65

Dewan Redaksi Ensiklopedi. 1994. Ensiklopedi Islam. Cet. Ke-4, jilid 3. Jakarta:

PT. Ichtiar Baru Van Hoeve.

Elfindri, dkk. 2008. Strategi Sukses Membangun daerah. Gorga Media.

Fauzia, Amelia. Dkk. 2004. Tentang Perempuan Islam Wacana dan Gerakan.

Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Gunarso, P., Setyawati, T., Sunderland, T.C.H. dan Schakleton, C. 2009.

Pengelolaan Sumber Daya Hutan di Era Disentralisasi: Pelajaran yang

diperoleh dari hutan penelitian Malinau, Kalimantan Timur, Indonesia.

Bogor: CIFOR.

Herijulianti, Eliza, Tati Svasti Indriani, dan Sri Artini. 2001. Pendidikan

Kesehatan Gigi. Jakarta: EGC.

Huda, Nurul. 1987. Pedoman Majelis Ta’lim. Jakarta: Koordinasi Dakwah Islam

(KODI).

Jalaludin. 2007. Psikologi Agama. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Kartodirdjo, Sartono. 1992. Pendekatan llmu Sosial dalam Metodelogi Sejarah.

Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Khozin. 2006. Jejak-jejak Pendidikan Islam di Indonesia. Malang: Universitas

Muhammadiyah, 2006.

Kurniawan, Beni. 2009. Pendidikan Agama Islam Untuk Perguruan Tinggi.

Jakarta: GRASINDO.

Lubis, Firman. 2008. Jakarta 1960-an: Kenangan Semasa Mahasiswa. Jakarta:

Masup Jakarta.

Mauladdawilah, Abdul Qadir Umar. 2010. 17 Habaib Berpengaruh di Indonesia,

cet. VII. Malang: Pustaka Bayan.

Merton, Robert K. Manifes and Latent Function dalam R.K Merton Sosial Theory

and Sosial Structure. New York: Free Press.

MK, Muhsin. 2009. Manajemen Majelis Taklim. Jakarta: Pustaka Intermasa.

Muhadjir. 2000. Bahasa Betawi: Sejarah dan Perkembangannya. Jakarta:

Puslitbang Kemasyarakatan dan Kebudayaan (PMB-LIPI) dengan The

Ford Foundation.

Noorkasiani, Heryati, dan Rita Ismail. 2009. Sosiologi Keperawatan. Jakarta:

EGC.

Pemerintah Provinsi Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta, Dinas Kebudayaan, dan

Permusiuman, culture & Heritage. Cet. Ke-II. 2005. Ensiklopedia Jakarta :

Dinas Kebudayaan, dan Permusiuman.

Pinuluh, Esa Damar. 2010. Pesona Majapahit. Yogyakarta: BUKUBIRU.

Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2015. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI,

2016.

Purba, Orinton. 2015. Panduan Praktis Mendirikan Berbagai Macam Usaha (PT,

CV, Firma, Yayasan, Koperasi). Jakarta: Raih Asa Sukses (Penebar

Swadaya Grup).

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. 2002. Kamus Besar Bahasa

Indonesia. Edisi ke-III. Jakarta: Balai Pustaka.

Ritzer, George. 2007. Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berpradigma Ganda. Jakarta:

PT. Raja Grafindo Persada.

Page 79: PERKEMBANGAN MAJELIS TA’LIM DAN PENGARUHNYA DIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35368/2/ANDINI... · n garis keturunan yang dianggap sama. Asimilasi: P. embauran

66

Ritzer, George. 2012. Teori Sosiologi dari Teori Sosiologi Klasik sampai

Perkembangan Mutakhir Teori Sosial Post Modern. Yogyakarta: Kreasi

Wacana.

Rofi, Sofyan. 2016. Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia. Yogyakarta:

Deepublish.

Ruchiat, Rachmat. 2012. Asal-usul Nama Tempat di Jakarta. Jakarta: Masup

Jakarta.

Saleh, A. Chunaini. 2008. Penyelenggaraan Haji Era Reformasi Analisis Internal

Kebijakan Publik Departemen Agama. Tangerang: Pustaka Alvabet.

Sandy, I Made. 1985. Republik Indonesia Geografi Regional. Jakarta: Puri

Margasari.

Sitio, Arifin dan Halomoan Tamba. 2001. Koperasi : Teori dan Praktik. Jakarta :

Erlangga.

Sjamsudduha. 2006. Wali Sanga Tidak Pernah Ada?: Menyingkap Misteri Para

Wali dan Perang Demak-Majapahit. Surabaya: JP BOOKS.

Steward, Grant. 2006. Sukses Manajemen Penjualan: Cara Membuat Tim

Penjualan Anda Menjadi yang Terbaik. Jakarta: Erlangga.

Syahidin. 2003. Pemberdayaan Umat Berbasis Masjid. Bandung: Alfabeta.

Syam, Nur. 2009. Tantangan Multikulturalisme Indonesia: Dari Radikalisme

Menuju Kebangsaan. Yogyakarta: KANISIUS (Anggota IKAPI).

Tjandrasasmita, Uka. 2000. Pertumbuhan dan Perkembangan Kota-kota Muslim

di Indonesia. Menara Kudus.

Uhbiyati, Nur. 1997. Ilmu Pendidikan Islam. Bandung: Pustaka Setia.

Watiniyah, Ibnu. 2015. Ibu Sekuat Seribu laki-laki. Depok: Kaysa Media.

Wirutomo, Paulus. 2012. Sosiologi untuk Jakarta: Menuju Pembangunan Sosial-

Budaya. Jakarta: Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Jakarta (LPMJ).

Wawancara

Wawancara dengan Arini Syamsudin, Pimpinan Majelis Ta‟lim Nurul Jannah di

RW 05 pada tanggal 3 Agustus 2016.

Wawancara dengan Umi Zahra sebagai Pimpinan Majelis Ta‟lim Ad-Duratul

Yatimah pada tanggal 9 Agustus 2016.

Wawancara dengan Ibu Hj. Maryam Tokoh Masyarakat RW 06 Kelurahan Batu

Ampar Condet pada tanggal 12 Agustus 2016.

Wawancara dengan Ahmad Fuadi Pimpinan Majelis Ta‟lim Al-Fuadiyah yang

berada di RW 04 Kelurahan Batu Ampar Condet pada tanggal 13 Oktober

2016.

Wawancara dengan Ibu Hj. Sarpiah Ketua Majelis Ta‟lim Az-Zuhriyah RW 02

Kelurahan Batu Ampar Condet pada tanggal 13 Agustus 2016.

Wawancara dengan Ibu Miroroh sebagai Ibu Ketua RT 011/RW 05 Kelurahan

Batu Ampar Condet pada tanggal 17 Oktober 2016.

Wawancara dengan Bapak M. Shidiq Ketua Majelis Ta‟lim Nahdatul Mubtadiin

RW 06 Kelurahan Batu Ampar Condet pada tanggal 17 Oktober 2016.

Wawancara dengan Bpk. Agus Pimpinan Yayasan Al-Muhajirin RW 05 pada

tanggal 23 Januari 2017.

Page 80: PERKEMBANGAN MAJELIS TA’LIM DAN PENGARUHNYA DIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35368/2/ANDINI... · n garis keturunan yang dianggap sama. Asimilasi: P. embauran

67

Laporan Tahunan Kelurahan Batu Ampar Condet

Tentang Gambaran Umum Daerah. Jakarta: Februari, 2015.

Tentang jumlah penduduk berdasar umur dan jenis kelamin. Jakarta: Februari,

2015.

Tentang Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian. Jakarta: Februari,

2015.

Tentang Luas Wilayah. Jakarta: Februari, 2015.

Jurnal dan Artikel

Hafsah, Mohammad Jafar. Upaya Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah

(UKM), infokop Nomor 25 Tahun XX. 2004.

Muhaimin, Abdul Ghoffir. 1995. The Islamic Traditions of Cirebon: Ibadat and

Adat Among Javanese Muslims. The Australian National University.

Published by ANU E Press.

Putra, Riky Eka. Pengaruh Nilai Investasi, Nilai Upah, dan Nilai Produksi

Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Mebel di Kecamatan

Pedurungan Kota Semarang, Economics Development Analysis Journal 1

(2) (2012).

Sudarman, Ari. Pengertian Dasar Fungsi Pasar dan Harga, Teori Ekonomi Mikro

1, ESPA4211/MODUL 1.

Skripsi

Iqbal, Muhammad Zafar. 2002. Islam di Jakarta Studi Sejarah Islam dan Budaya

Betawi. Jakarta : Disertasi Program Pasca Sarjana IAIN.

Kadir, Ninip Hanifah. 2001. Pemahaman Mubaligh Tentang Kepemimpinan

Perempuan Dalam Islam: Studi Kasus Majelis Ta’lim As-Syafi’iyah

Pondok Gede). Tesis Program Kajian Wanita, Universitas Indonesia.

Mubarok, Syahrul. Peranan Majelis Ta’lim Gabungan Kaum Ibu Ad-Da’watul

Islami Dalam Membina Sikap Keagamaan Jamaah (Studi Kasus di

Lingkungan Rt 13/12 Keluarahan Sahabat Kecamatan Cengkareng Timur

Jakarta Barat). Skripsi Jurusan Pendidikan Agama Islam , Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Wirdati, Titin. 2010. Asimilasi Sosial-Budaya Komunitas Keturunan Arab di

Kelurahan Condet Balekambang, Jakarta Timur. Jakarta: Jurusan

Sosiologi Agama, Fakultas Sosial dan Politik, Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah.

Page 81: PERKEMBANGAN MAJELIS TA’LIM DAN PENGARUHNYA DIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35368/2/ANDINI... · n garis keturunan yang dianggap sama. Asimilasi: P. embauran

68

LAMPIRAN

LAMPIRAN 1

Gambar 1.1 Majelis Ta‟lim Al-Mujahidin sebagai majelis ta‟lim yang tertua di

Kelurahan Batu Ampar yang berdiri pada tahun 1955.

Gambar 2.1 Majelis Talim Babut Taubah menjadi majelis ta‟lim tertua di RW 01

yang berdiri pada tahun 1992.

Page 82: PERKEMBANGAN MAJELIS TA’LIM DAN PENGARUHNYA DIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35368/2/ANDINI... · n garis keturunan yang dianggap sama. Asimilasi: P. embauran

69

LAMPIRAN 2

Gambar 1.2 Majelis Talim Al-Barkah At-Tachmid salah satu contoh majelis

ta‟lim yang berkembang menjadi yayasan berdiri pada tahun 1995.

Gambar 2.2 Majelis Ta‟lim Sirojuth Tholibin salah satu contoh majelis ta‟lim

yang memakai rumah pendiri atau guru sebagai tempat pengajiannya, berdiri pada

tahun 1998.

Page 83: PERKEMBANGAN MAJELIS TA’LIM DAN PENGARUHNYA DIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35368/2/ANDINI... · n garis keturunan yang dianggap sama. Asimilasi: P. embauran

70

Gambar 3.2 Majelis Talim Nurul Jannah merupakan salah satu contoh majelis

ta‟lim yang bertempat di majelis untuk mengadakan pengajian, berdiri pada tahun

1965.

LAMPIRAN 3

Gambar 1.3 Suasana pengajian mingguan Majelis Ta‟lim As-Syifa yang diadakan

di salah satu rumah warga Kelurahan Batu Ampar.

Page 84: PERKEMBANGAN MAJELIS TA’LIM DAN PENGARUHNYA DIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35368/2/ANDINI... · n garis keturunan yang dianggap sama. Asimilasi: P. embauran

71

Gambar 2.3 Sosialisasi LSM Puspaga (Pusat Pembelajaran Keluarga) di Majelis

Ta‟lim Babul Jannah.

Gambar 3.3 Pengajian bergilir dari rumah satu ke rumah yang lain pada

masyarakat Kelurahan Batu Ampar.

Page 85: PERKEMBANGAN MAJELIS TA’LIM DAN PENGARUHNYA DIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35368/2/ANDINI... · n garis keturunan yang dianggap sama. Asimilasi: P. embauran

72

LAMPIRAN 4

Gambar 1.4 Majelis Talim Nurul Qadim dalam peringatan Isra Mi‟raj.

Gambar 2.4 Acara Isra Mi‟raj