Upload
buikhue
View
231
Download
3
Embed Size (px)
Citation preview
PERKEMBANGAN MASALAH GIZI DAN PENGUATAN
PELAYANAN GIZI DALAM PENCEGAHAN
STUNTING DI INDONESIA
Direktur Bina Gizi
Ditjen Bina Gizi dan KIA
Kementerian Kesehatan RI
Disampaikan pada Launching Proyek Kesehatan dan Gizi Berbasis
Masyarakat dan Sosialisasi Gerakan Percepatan Perbaikan Gizi
Jakarta, 18 Oktober 2013
PRADIGMA BARU PERBAIKAN GIZI
• Masalah gizi adalah MASALAH KEADILAN karena merupakan dampak dari kegagalan seseorang untuk memenuhi haknya;
• Perlu perubahan cara pandang dari upaya untuk menangani anak-anak kelaparan menjadi pembangunan ekonomi dengan fokus pada pemenuhan hak azasi manusia dan keadilan;
• transformasi pendekatan penanganan masalah gizi yang semula dilakukan masing-masing pemangku kepentingan berubah menjadi pendekatan yang memungkinkan para pemangku kepentingan untuk bekerja bersama melalui platform multi stakeholders dengan menggunakan prinsip-prinsip kerja yang transparan.
2
Perkembangan Status Gizi
Masalah yang telah dapat dikendalikan Kekurangan Vit A,
Gangguan Akibat Kurang Yodium, Anemia Gizi pada anak 2-5 th
Masalah yang belum selesai (un-finished) Stunting dan
Gizi Kurang
Masalah baru yang mengancam kesehatan masyarakat (emerging) Gizi lebih
4
Masalah Kurang Vitamin A
% Xerophthalmia (X1B) 1978-1992
1,3
0,35
0
0,2
0,4
0,6
0,8
1
1,2
1,4
1978 1992
% retinol < 20 µg/DL 1992-2011
54
14,6 0,8
0
10
20
30
40
50
60
1992 2007 2011
Batas masalah
kesehatan 0.5 %
Batas masalah
kesehatan 15 %
Sumber data: - 1978 Survai Nasional Vita A - 2007 Survai Nasional gizi Mikro - 1992 Survai Nasional Vita A - 2011 SEANUTS (Nasional) 5
Prevalence of vitamin A deficiency
Vitamin A deficiency based on serum retinol < 0.7 μmol/l, borderline: 0.7 -1.05 μmol/l, sufficient: > 1.05 μmol/l
VIETNAM
5.7 9.7
57.3 46.3
37.0 44.0
0
20
40
60
80
100
urban rural
% P
revale
nce
MALAYSIA
5.2 4.5 3.2 4.2 3.3 4.2
49.861.0
51.3 49.7 51.2 51.3
45.034.5
45.5 46.2 45.5 44.5
0
20
40
60
80
100
urban rural urban rural urban rural
% P
revale
nce
THAILAND
8.0 3.715.7
37.1 29.6 30.531.6
83.4
55.762.9 68.7 69.2 64.7
0.30.9 1.7
36.3
0
20
40
60
80
100
urban rural urban rural urban rural
% P
revale
nce
INDONESIA
93.882.4
0.90.1
16.76.1
0
20
40
60
80
100
urban rural
% P
revale
nce
5 – 12 y
7 – 12 y
5 – 11 y
4.0 – 6.9 y Total 3.0 – 5.9 y 6 – 12 y Total
Sufficient
Borderline
Deficient
Gangguan Akibat Kurang Yodium (GAKY)
Indikator
Batas masalah kesehatan
masyarakat
2002/03 2007 2011
Median EYU pada anak sekolah (µg/L)
100-299
229
224
228
% EYU < 100 µg/L
≤ 20%
16,3 12,9 11,5
Sumber data: 2002 – Survai GAKI 2007 - Riskesdas 2011 - SEANUTS
EIU : Ekskresi Iodium dalam Urin
7
Sebaran kabupaten berdasarkan median UIE
4.4
12.2
17.5
20.1 19.8
14.9
6.15
0
5
10
15
20
25
< 100 100-149 150-199 200-249 250-299 300-349 350-399 > 399
Median UIE
jum
lah
ka
b (
%)
39.9 34.1 26.0
Prevalensi Anemia Gizi pada anak 1995-2011
51,5 58,0
40,2
25,0 17,6
0,0
10,0
20,0
30,0
40,0
50,0
60,0
70,0
1995 (SKRT) 2001 (SKRT) 2004 (SKRT) 2006 (SUR GZ MIKRO)
2011 (SEANUTS)
Batas masalah kesehatan
masyarakat 20 %
9
Status Gizi Balita 1989-2010
31 28,2
21,618,4
17,912,8
8,4 5,4
4,90
5
10
15
20
25
30
35
40
1989 1995 2000 2007 2010
GZ Kurang dan Buruk
GZ Buruk
Status Gizi Balita 2010 Kecenderungan Gizi Kurang
1989-2010
17,9
35,6
13,3 14,2
0
5
10
15
20
25
30
35
40
Gizi Kurang
Stunting Kurus Gizi Lebih
10
Sebaran Prevalensi Stunting dan Proporsi Gakin menurut Provinsi 2010
0,0
10,0
20,0
30,0
40,0
50,0
60,0
70,0
NA
D
Sum
ut
Sum
Ba
r
Ria
u
Jam
bi
Sum
Sel
Be
ng
kulu
Lam
pu
ng
BaB
el
Ke
pR
i
Jaka
rta
Jab
ar
Jate
ng
DI Y
og
ya
Jati
m
Ba
nte
n
Bal
i
NT
B
NT
T
Ka
lBa
r
Ka
lTim
Ka
lSe
l
Ka
lTim
SulU
t
SulT
en
g
SulS
el
SulT
era
Go
ron
talo
SulB
ar
Ma
luku
Ma
lUt
Pa
pB
ar
Pa
pu
a
IND
ON
ESI
A
Stunting %Gakin
Keterangan: Data Stunting (Riskesdas 2010) Data % Gakin: SUSENAS 2010
11
Prevalensi Gizi Lebih pada Anak dan Dewasa
12,2 14,2
19,1 21,7
0
5
10
15
20
25
Balita 2007 Balita 2010 Dewasa 2007
Dewasa 2010
12
Arah kebijakan gizi
Undang-Undang nomor 36 tahun 2009 secara tegas memuat bahwa tujuan pembinaan gizi adanya tercapainya mutu gizi perorangan dan masyarakat; melalui;
• perbaikan pola konsumsi makanan yang sesuai dengan gizi seimbang;
• perbaikan perilaku sadar gizi, aktivitas fisik, dan PHBS;
• peningkatan akses dan mutu pelayanan gizi yang sesuai dengan kemajuan ilmu dan teknologi.
13
Arah kebijakan pembangunan gizi (1)
1. Tujuan perbaikan gizi harus menjadi agenda
pembangunan nasional dalam rangka
meningkatkan daya saing bangsa.
2. Program Perbaikan Gizi secara eksplisit perlu
memasukkan tujuan dan program pencegahan
stunting pada anak balita.
3. Perlunya upaya perlindungan khusus untuk
keluarga miskin agar kebutuhan gizinya
terpenuhi. 14
Arah kebijakan pembangunan gizi (2)
4. Perlu menjadikan Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi sebagai arus utama pembangunan di sektor terkait baik oleh pemerintah maupun swasta
5. Perlu penguatan integrasi intervensi gizi ke dalam intervensi program lain seperti penanggulangan kemiskinan, pendidikan nasional, Keluarga Berencana, dll
6. Penguatan riset dan pengembangan termasuk monitoring dan evaluasi
15
Upaya untuk mencegah dan mengurangi gangguan secara langsung.
Kegiatan ini pada umumnya dilakukan oleh sektor kesehatan.
Kegiatannya a.l. imunisasi, PMT ibu hamil dan balita, monitoring pertumbuhan balita di Posyandu.
Sasaran : khusus kelompok 1.000 HPK (Ibu Hamil, Ibu Menyusui, dan Anak 0-23 bulan).
Kontribusi: 30%
Upaya untuk mencegah dan mengurangi gangguan secara tidak langsung.
Berbagai kegiatan pembangunan non-kesehatan.
Kegiatannya a.l. penyediaan air bersih, penanggulangan kemiskinan, kesetaraan gender, pendidikan.
Sasaran: keluarga dan masyarakat
Kontribusi: 70%
INTERVENSI GIZI SENSITIF INTERVENSI GIZI SPESIFIK
Jenis Intervensi dalam Gerakan 1000 HPK
Nutrition Interventions Reviewed Paper 2
18
Women of reprod age and pregnancy
• Folic acid suppl.
• Iron and iron-folate suppl.
•MMN suppl.
•Calcium suppl.
• Iodine through iodisation of salt
•Maternal supplementation with balanced energy Protein
Neonates
•Delayed cord clamping
•Neonatal vitamin K administration
•Vitamin A supplementation
•Kangaroo mother care and promotion of breastfeeding
Infants and young children
• IYCF promotion
•Preventive vitamin A suppl ( 6 -59 months)
• Iron suppl.
•MMN suppl.
• Zinc suppl.
•Management of MAM
•Management of SAM
Disease prevention and management
•WASH interventions
•Maternal drowning
•Deworming in children
• Feeding practices in diarrhoea
• Zinc therapy for diarrhoea
• IPTp/ITN for malaria in pregnancy
•Malaria prophylaxis in Children