31
PERKEMBANGAN MUSIK MAULID HABSYI DI KALIMANTAN SELATAN (Tinjauan Sosiologi Seni) ABSTRAK Perkembangan Musik Maulid Habsyi di Kalimantan Selatan (Tinjauan Sosiologi Seni). Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin. 2016. Maryanto 1 *, Sulisno, 2 Muhammad Najamudin 3 Kata Kunci: Maulid Habsy, KH Muhammad Zaini abd al-Ghani, Kalimantan Selatan Maulid al-Habsyi atau Maulid Simthud Durar sangat terkenal di Kalimantan Selatan. Maulid Habsyi dibacakan saat perayaan maulid Nabi Muhammad SAW di berbagai wilayah Kalimantan Selatan. Maulid Habsy terkenal dan menyebar ke berbagai wilayah Kalimantan Selatan pada tahun 1990an, serta menggeser kitab maulid lain yang sudah popular sebelumnya. Syair Maulid Simtu al- Durar (al-Habsyi) dilantunkan dalam perayaan Maulid Nabi Muhammad di berbagai daerah di Kalimantan Selatan begitu meriah. Penelitian ini menggunakan data kualitatif. Data diperoleh melalui jalan obeservasi, wawancara, pengumpulan dokumen, serta studi pustaka. Hasil pengolahan data selanjutnya dipaparkan secara deskriptif analisis. Penelitian ini menyimpulkan bahwa Maulid Habsy atau Maulid Simthud Durar terkenal dan menyebar ke berbagai wilayah Kalimantan Selatan, serta menggeser kitab maulid lain yang sudah popular sebelumnya setelah dipopulerkan oleh ulama besar Banjar, yaitu KH Muhammad Zaini abd al-Ghani atau Guru Sekumpul. Maulid Habsy menarik bukan saja pada isi syairnya, melainkan juga cara menyampaikannya, yaitu dengan lantunan seni suara yang diiringi dengan music terbang. Guru Sekumpul selalu melantunkan syair Maulid Simthud Durar dengan suara yang merdu diiringi musik terbang dan suara “koor’ jamaah yang menyertainya. KH Muhammad Zaini abd al- Ghani melakukan pengembangan dan modifikasi syair maulid Simtu al-Durar (al-Habsyi) bersama murid- muridnya. Guru Sekumpul melakukan pengembangan khususnya pada syair-syair maulid, mengambil syair-syair maulid dari kitab-kitab maulid lainnya, dan melakukan modifikasi dalam amaliah maulid al-Habsyi menjadi bentuk tersendiri. Alat musik rabana atau terbang dalam mengiringi lantunan syair maulid oleh KH Muhammad Zaini abd al-Ghani dikembangkan oleh para murid beliau dan direstui oleh beliau. Namun sepeninggal beliau, terjadi modifikasi terhadap lagu-lagu, aransemen dan alat musik. Alat musik berkembang menjadi beberapa jenis terbang, ada yang berukuran besar (bass), ada yang berukuran kecil (marawis).

PERKEMBANGAN MUSIK MAULID HABSYI DI KALIMANTAN …eprints.ulm.ac.id/4108/1/Artikel Maulid Habsy.pdf · PERKEMBANGAN MUSIK MAULID HABSYI DI KALIMANTAN SELATAN (Tinjauan Sosiologi Seni)

  • Upload
    others

  • View
    69

  • Download
    6

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PERKEMBANGAN MUSIK MAULID HABSYI DI KALIMANTAN …eprints.ulm.ac.id/4108/1/Artikel Maulid Habsy.pdf · PERKEMBANGAN MUSIK MAULID HABSYI DI KALIMANTAN SELATAN (Tinjauan Sosiologi Seni)

PERKEMBANGAN MUSIK MAULID HABSYI DI

KALIMANTAN SELATAN (Tinjauan Sosiologi Seni)

ABSTRAK Perkembangan Musik Maulid Habsyi

di Kalimantan Selatan (Tinjauan Sosiologi Seni). Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin. 2016.

Maryanto1*, Sulisno,2 Muhammad

Najamudin3 Kata Kunci: Maulid Habsy, KH

Muhammad Zaini abd al-Ghani, Kalimantan Selatan

Maulid al-Habsyi atau Maulid

Simthud Durar sangat terkenal di Kalimantan Selatan. Maulid Habsyi dibacakan saat perayaan maulid Nabi Muhammad SAW di berbagai wilayah Kalimantan Selatan. Maulid Habsy terkenal dan menyebar ke berbagai wilayah Kalimantan Selatan pada tahun 1990an, serta menggeser kitab maulid lain yang sudah popular sebelumnya. Syair Maulid Simtu al-Durar (al-Habsyi) dilantunkan dalam perayaan Maulid Nabi Muhammad di berbagai daerah di Kalimantan Selatan begitu meriah.

Penelitian ini menggunakan data kualitatif. Data diperoleh melalui jalan obeservasi, wawancara, pengumpulan dokumen, serta studi pustaka. Hasil pengolahan data

selanjutnya dipaparkan secara deskriptif analisis.

Penelitian ini menyimpulkan bahwa Maulid Habsy atau Maulid Simthud Durar terkenal dan menyebar ke berbagai wilayah Kalimantan Selatan, serta menggeser kitab maulid lain yang sudah popular sebelumnya setelah dipopulerkan oleh ulama besar Banjar, yaitu KH Muhammad Zaini abd al-Ghani atau Guru Sekumpul. Maulid Habsy menarik bukan saja pada isi syairnya, melainkan juga cara menyampaikannya, yaitu dengan lantunan seni suara yang diiringi dengan music terbang. Guru Sekumpul selalu melantunkan syair Maulid Simthud Durar dengan suara yang merdu diiringi musik terbang dan suara “koor’ jamaah yang menyertainya.

KH Muhammad Zaini abd al-Ghani melakukan pengembangan dan modifikasi syair maulid Simtu al-Durar (al-Habsyi) bersama murid-muridnya. Guru Sekumpul melakukan pengembangan khususnya pada syair-syair maulid, mengambil syair-syair maulid dari kitab-kitab maulid lainnya, dan melakukan modifikasi dalam amaliah maulid al-Habsyi menjadi bentuk tersendiri. Alat musik rabana atau terbang dalam mengiringi lantunan syair maulid oleh KH Muhammad Zaini abd al-Ghani dikembangkan oleh para murid beliau dan direstui oleh beliau. Namun sepeninggal beliau, terjadi modifikasi terhadap lagu-lagu, aransemen dan alat musik. Alat musik berkembang menjadi beberapa jenis terbang, ada yang berukuran besar (bass), ada yang berukuran kecil (marawis).

Page 2: PERKEMBANGAN MUSIK MAULID HABSYI DI KALIMANTAN …eprints.ulm.ac.id/4108/1/Artikel Maulid Habsy.pdf · PERKEMBANGAN MUSIK MAULID HABSYI DI KALIMANTAN SELATAN (Tinjauan Sosiologi Seni)

2

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Maulid al-Habsyi atau sering

disebut Maulid Habsyi sangat

terkenal di Kalimantan Selatan.

Mayoritas masyarakat Kalimantan

Selatan yang memeluk agama Islam

dan taat menjalankan kegiatan

keagamaan mengenal dan mampu

membawakan Maulid Habsyi dengan

baik. Mereka melafalkan dan

menyanyikan Maulid Habsyi dalam

acara peringatan Maulid Nabi

Muhammad SAW dan berbagai

kesempatan di masjid-masjid, di

rumah, di kantor-kantor, dan lain-

lain.

Ada banyak kelompok

Handil Maulidan al-Habsyi di

Kalimantan Selatan. Di masjid-

masjid di tengah pemukiman warga

pada umumnya ada kelompok

Maulid Habsyi. Ada kelompok

bapak-bapak, kelompok ibu-ibu,

kelompok mahasiswa dan lain-lain.

Maulid Habsyi berasal dari

kitab yang ditulis oleh Habib Ali bin

Muhammad Al-Habsyi, salah

seorang tokoh ulama Alawiyyin

terkemuka abad ke-19 Masehi (abad

ke-13 Hijriyyah) di Hadhramaut.

Nama kitab yang sebenarnya adalah

Simthud Durar. Karena ditulis oleh

Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi

maka orang sering menyebutnya

Maulid Habsyi.

Maulid Habsy berisi pujian

dan ungkapan cinta pada Nabi

Muhammad SAW. Pembacaan kitab

Maulid Habsyi sering diyakini

masyarakat Banjar sebagai sarana

atau pintu untuk berhubungan

dengan Nabi Muhammad SAW.

Maulid Habsy atau Maulid

Simthud Durar terkenal dan

menyebar ke berbagai belahan dunia.

Page 3: PERKEMBANGAN MUSIK MAULID HABSYI DI KALIMANTAN …eprints.ulm.ac.id/4108/1/Artikel Maulid Habsy.pdf · PERKEMBANGAN MUSIK MAULID HABSYI DI KALIMANTAN SELATAN (Tinjauan Sosiologi Seni)

3

Sebelum tersebar luas di Indonesia,

kitab ini telah menyebar di Jazirah

Arab, Afrika, dan beberapa negeri

lain di Asia, dan kini telah mencapai

benua Eropa, Amerika, dan belahan

dunia lainnya. Di Indonesia, daerah

yang paling popular dengan Maulid

Habsy adalah Kalimantan Selatan.

Almarhum K.H. Muhammad Zaini

bin Abdul Gani (Haji Ijai atau Guru

Sekumpul), ulama kharismatik dari

Martapura, Kalimantan Selatan,

mempopulerkan Maulid Habsy

hingga tersebar hingga ke pelosok-

pelosok Kalimantan Selatan.

Maulid Habsyi dibacakan

dengan dinyanyikan dan diiringi alat

musik rebana. Ribuan orang jamaah

mengiringi suara Guru Sekumpul

dengan khidmat, khusuk dan penuh

kesyahduan seperti suara paduan

suara. Maulid Habsyi yang

dipadukan dengan seni suara yang

baik semakin memperkuat fungsi

dakwah. Realitas Maulid Habsyi

sebagai seni dakwah kemudian

menjadi sorotan utama dalam

penelitian ini.

Dakwah mengandung

pengertian menyeru atau ‘mengajak’

orang lain memahami ajaran agama

dan mengamalkannya. Dakwah

Islam dengan demikian adalah

menyeru kepada orang tentang ajaran

dan amalan Islam. Ajaran dan

amalan Islam itu adalah jalan yang

digariskan Allah kepada manusia,

maka dakwah Islam ialah menyeru

manusia kepada jalan Allah

(Gazalba, 1988: 184).

Dakwah dengan media seni

selain bermakna sebagai amar

ma’ruf nahi mungkar ―berlomba-

lomba dalam kebaikan―. Selain itu

juga sebagai aktivitas olah rasa atau

olah qalbu ―hati― baik bagi pelaku

Page 4: PERKEMBANGAN MUSIK MAULID HABSYI DI KALIMANTAN …eprints.ulm.ac.id/4108/1/Artikel Maulid Habsy.pdf · PERKEMBANGAN MUSIK MAULID HABSYI DI KALIMANTAN SELATAN (Tinjauan Sosiologi Seni)

4

maupun pendengarnya. Kegiatan

olah qalbu nantinya menghasilkan

kepekaan dan kualitas hati nurani.

Apabila seseorang mendengar seni

yang kurang baik, maka jiwanya pun

kurang baik pula, demikian halnya

apabila seseorang mendengar seni

yang baik, maka jiwanya baik pula

(Poetra, 2004:21). Hal ini

menegaskan bahwa kepekaan

perasaan, emosi, bahkan tinggi

rendahnya derajat moral masyarakat

juga turut ditentukan oleh sejauh

mana seni difungsikan oleh

kreatornya (Poetra, 2004:10).

Munculya kesadaran

keindahan yang dimiliki oleh

masyarakat muslim di Kalimantan

Selatan dalam mengamalkan ajaran

Islam melalui senandung-senandung

Maulid Habsyi merupakan hal yang

menarik.

Maulid Habsyi menjadi

sarana mengekspresikan rasa

cintanya pada Nabi Muhammad dan

Allah SWT sekaligus sarana

berdakwah. Ajakan di jalan Allah

dengan pendekatan seni bisa sangat

efektif karena dapat menyentuh hati

pendengar maupun pelakunya.

Tersentuhnya hati pendengar atau

pelaku memperlihatkan bahwa seni

―Maulid Habsyi― dan dakwah

yang telah dijelaskan pengertiannya

di atas memperlihatkan keduanya

merupakan satu kesatuan yang tidak

dapat dipisahkan. Pernyataan di atas

dapat dijelaskan, bahwa ketika

Maulid Habsyi disenandungkan,

maka kandungan isi seruan kepada

manusia untuk menuju jalan kepada

Allah dapat dihadirkan.

Perkembangan Maulid

Habsyi yang menyebar di wilayah

Kalimantan Selatan dan dipakai

terutama dalam perayaan Maulid

Page 5: PERKEMBANGAN MUSIK MAULID HABSYI DI KALIMANTAN …eprints.ulm.ac.id/4108/1/Artikel Maulid Habsy.pdf · PERKEMBANGAN MUSIK MAULID HABSYI DI KALIMANTAN SELATAN (Tinjauan Sosiologi Seni)

5

Nabi Muhammad SAW

menunjukkan bahwa Maulid Habsyi

merupakan manifestasi seni budaya

Islam yang sangat penting.

Perayaan Maulid Nabi

Muhammad SAW yang merupakan

peringatan hari kelahiran Nabi

Muhammad SAW diselenggarakan

di berbagai daerah dengan bentuk

berbeda-beda dengan melibatkan

unsure seni-budaya daerah setempat.

Di Keraton Solo dan Yogyakarta,

perayaan Maulid Nabi masuk ke

dalam istana yang sarat dengan ritual

adat-istiadat. Sejak masa Kerajaan

Demak, atas usaha Sunan Kalijaga

perayaan Maulid berkembang

dengan istilah grebeg maulud atau

sekaten yang berasal darikata

syahadat tain. Istilah grebeg artinya

“mengeroyok”, ”mengepung”, atau

“mengerumuni”. Hal ini ditandai

dengan dikeluarkannya gunungan

atau nasi tumpeng besar yang

diyakini memberi berkah kepada

siapa saja yang mekakannya, yang

kemudian dikepung dan

diperebutkan banyak orang. Di

Keraton Cirebon, peringatan Maulid

NabiMuhammad SAW diperingati

dengan upacara panjang jimat, yaitu

penyucian pusaka-pusaka keraton.

Di Maluku Utara, masyarakat

Gamkonora menyajikan dabus dalam

perayaan Maulid. Di Takalar

menyebutnya perayaan

maudu’lompoa (maulid besar)

dengan menyajikan pembacaan rate,

sebuah kitab yang ditulis oleh Sayyid

Jalaluddin yang dipercaya sebagai

ajaran tarekat Nur Muhammad.

Di Padang Pariaman,

perayaan maulid berlangsung lama,

bisa mencapai waktu satu setengah

bulan karena perayaan diadakan

secara bergiliran antara satu

Page 6: PERKEMBANGAN MUSIK MAULID HABSYI DI KALIMANTAN …eprints.ulm.ac.id/4108/1/Artikel Maulid Habsy.pdf · PERKEMBANGAN MUSIK MAULID HABSYI DI KALIMANTAN SELATAN (Tinjauan Sosiologi Seni)

6

kampung dengan kampung lainnya.

Acara dimulai dari memasak lamang

sebagai tanda tibanya bulan maulid,

kemudian pembacaan dzikir maulid,

membawa jamba (nasi dengan segala

lauk-pauknya) ke surau dan saling

memberi lamang kepada sanak-

saudara.

Di Madura, sebagaimana

ditulis dalam buku Lebur Seni Musik

dan Pertunjukan dalam Masyarakat

Madura, karya Helene Bouvier,

perayaan maulid Nabi Muhamad

SAW dirayakan secara besar-

besaran. Perayaan Maulid diiringi

kesenian hadrah dan qasidah yang

disertai arak-arakan topeng-topengan

raksasa dan harimau serta tari-tarian.

Di Kalimantan Selatan,

perayaan maulid diperingati dengan

pembacaan syair-syair maulid,

dilanjutkan ceramah agama. Dulu,

syair al-barzandzi, al-Diba’I,

Asyaraf al-Anam sering dibacakan

dalam perayaan maulid diKalimantan

Selatan. Sekarang yang paling sering

dibaca adalah maulid al-Habsyi

B. Rumusan Masalah

Penjabaran latar belakang

masalah di atas selanjutnya

dikerucutkan dalam bentuk rumusan

masalah berikut ini.

1. Bagaimana Kedudukan syair

Maulid al-Habsyi di

Kalimantan Selatan?

2. Bagaimana pembacaan syair

Maulid al-Habsyi di

Kalimantan Selatan?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan.

1. Mengetahui proses

persebaran Maulid

Habsyi di Kalimantan

Selatan.

Page 7: PERKEMBANGAN MUSIK MAULID HABSYI DI KALIMANTAN …eprints.ulm.ac.id/4108/1/Artikel Maulid Habsy.pdf · PERKEMBANGAN MUSIK MAULID HABSYI DI KALIMANTAN SELATAN (Tinjauan Sosiologi Seni)

7

2. Manfaat.

1. Bagi kepentingan dunia

akademik, penelitian ini

bermanfaat dan

berkontribusi terhadap

perkembangan seni

Maulid Habsyi.

2. Melalui hasil penelitian

ini diharapkan dapat

digunakan untuk

melengkapi hasil

penelitian lain yang

sejenis mengenai

persolan budaya seni

Islam.

TINJAUAN PUSTAKA

Penulis melakukan tinjauan

pustaka untuk menggali lebih dalam

persoalan-persoalan yang terkait dengan

tema kajian. Teknik yang digunakan

untuk melakukan hal itu adalah dengan

jalan menelusuri berbagai sumber

pustaka atau sumber laporan penelitian

sebelumnya. Beberapa sumber tertulis

dimaksud adalah:

Abdullah Yusof, laporan

penelitian berjudul “Perkembangan Seni

Seni dalam Peradaban Islam di

Nusantara” (1999), Akademi Pengajian

Islam, Universiti Malaya, Kuala

Lumpur. MenurutYusofdi Nusantara,

perkembagan muzik Islam masih terus

berlangsung meski pun tidak seaktif

seni-seni yang dibawa dari Barat. Yusof

menjelaskan para aktivis atau penggiat

seni Islam perlu berhati-hati menghadapi

arus dan gelombang ini dan dalam masa

yang sama para ilmuwan Islam juga

harus memberi bimbingan, pandangan

dan panduan yang tepat agar segala

aktivitas berkaitan seni dalam

masyarakat Islam berlandaskan syariat.

Menurutnya seni dan hiburan pada

dasarnya adalah halal karana ia

merupakan suatu keperluan tabi’i

manusia sebagai makhluk ciptaan Allah.

Penelitian selanjutnya dilakukan

oleh Bagus Susetyo berjudul “Perubahan

Page 8: PERKEMBANGAN MUSIK MAULID HABSYI DI KALIMANTAN …eprints.ulm.ac.id/4108/1/Artikel Maulid Habsy.pdf · PERKEMBANGAN MUSIK MAULID HABSYI DI KALIMANTAN SELATAN (Tinjauan Sosiologi Seni)

8

Seni Rebana menjadi Kasidah Modern

di Semarang sebagai suatu Proses

Dekulturasi dalam Seni

Indonesia”.Penelitian yang diajukan

pada Fakultas Bahasa dan Seni,

Universitas Negeri Semarang tahun

2005 tersebut menyimpulkan bahwa seni

kasidah modern adalah jenis seni yang

bercirikan Islam yang ada di masyarakat

kota Semarang saat ini, dan merupakan

suatu fenomena seni pertunjukan yang

ada di masyarakat seiring dengan

keberadaan seni pertunjukan seni ke-

Islaman yang lain. Menurutnya, jenis

seni ini tidak hadir begitu saja seperti

yang ada sekarang, tetapi mengalami

suatu proses akulturasi, yang

diperkirakan berasal dari bentuk-bentuk

seni Islam yang ada sebelumnya yang

membentuk seni rebana, kemudian

mengalami proses dekulturasi sehingga

terbentuklah seni kasidah modern.

Kaitan antara penelitian Yusof

dan Susetyo ini sama-sama melihat seni

dalam bingkai kebudayaan manusia.

Yusof memaparkan bahwa segala

aktivitas berkaitan seni dalam

masyarakat Islam masih berhubungan

dengan landaskan syariat atau hukum

Islam, sedangkan Susetyo berpijak pada

implementasi syariat, yakni berupa

tahap aktivitas kreatif dalam seni rebana

sehingga dirinya menemukan fakta

bahwa terdapat proses dekulturasi seni

yang menurutnya dihadirkan dalam

bentuk perubahan elemen-elemen

seninya. Susetyo menjelaskan bahwa

pada proses dekulturasi seni rebana

mengalami perubahan budaya seni dan

perubahan elemen-elemen senialnya,

baik pada komposisi seninya maupun

pada bentuk penyajiannya yang

mengakibatkan satu sisi mengalami

kemajuan pada aspek hiburannya dan

pada sisi lain mengalami perubahan

pada nilai-nilai sakral ke-Islamannya.

Manfaat penelitian Yusuf dan

Susetyo adalah memberikan

pengetahuan awal bahwa di dalam seni

Islam terdapat aspek legal ―hukum atau

Page 9: PERKEMBANGAN MUSIK MAULID HABSYI DI KALIMANTAN …eprints.ulm.ac.id/4108/1/Artikel Maulid Habsy.pdf · PERKEMBANGAN MUSIK MAULID HABSYI DI KALIMANTAN SELATAN (Tinjauan Sosiologi Seni)

9

syariat― dalam mengimplementasikan

aktivitas berseni. Bahkan memberi

pengetahuan awal bahwa budaya seni

Islam sebelumnya, turut memberikan

pengaruh atas seni Islam selanjutnya,

yang ini oleh Susetyo dinamakan

dengan dekulturasi seni.

Tinjauan Pustaka di atas

memberikan gambaran mengenai

pembahasan persoalan seni dalam

kebudayaan seni Islam.

E. Landasan Konseptual

Maulid Habsyi sebagai produk

budaya seni Islam, kehadirannya

memperlihatkan bahwa ideseninya

berhubungan dengan kepentingan

penyampaian atau ajakan untuk kembali

menuju jalan Allah. Hal ini

menunjukkan bahwa ide pokok Maulid

Habsyi sebagai seni dakwah adalah

landasan utamanya. Dengan demikian,

unsur-unsur kontekstual seperti norma,

nilai, hingga ajaran keislaman pun tidak

dapat dilepaskan dari Maulid Habsyi.

Secara lebih khusus aspek-aspek

keislaman tersebut melekat pada

kandungan teks Maulid Habsyi,

khususnya pujian kepada

NabiMuhammad SAW.

Maulid Habsyi dengan demikian

adalah cara mengajak umat Islam untuk

mencintai Nabi Muhammad yang telah

menunjukkan jalan menuju Allah.

Maulid Habsyi dalam konteks

kebudayaan mampu memberikan warna

dalam kehidupan manusia, khususnya

adalah umat Islam. Maulid Habsyi

dimainkan untuk menyampaikan makna

agama sekaligus diharapkan mampu

mempengaruhi perasaan pelantuan dan

pendengarnya. Seperti dinyatakan oleh

Sidi Gazalba, bahwa bentuk yang

bermakna itu adalah bentuk daripada

karya seni yang menimbulkan tanggapan

berupa emosi estetik dalam diri

seseorang. Sebaliknya perasaan estetik

adalah perasaan yang digetarkan oleh

bentuk yang bermakna (1988: 93). Seni

Page 10: PERKEMBANGAN MUSIK MAULID HABSYI DI KALIMANTAN …eprints.ulm.ac.id/4108/1/Artikel Maulid Habsy.pdf · PERKEMBANGAN MUSIK MAULID HABSYI DI KALIMANTAN SELATAN (Tinjauan Sosiologi Seni)

10

dakwah dengan demikian adalah hasil

karya seni bunyi dalam bentuk lagu atau

komposisi seni yang di dalamnya berisi

ajakan atau seruan kembali kepada jalan

Allah yang kandungan seninya penuh

makna.

Menurut Dieter Mack dalam

bukunya yang berjudul Seni

Kontemporer dan Persoalan

Interkultural, semua lingkungan

melahirkan berbagai struktur-struktur

dasar yang sangat alami buat setiap

budaya tersebut.Dieter Mack

menegaskan bahwa satu karya seni

memiliki kepentingan mengikat manusia

dari berbagai lingkungan yang berbeda

(2004:100). Pernyataan Mack tersebut

menegaskan bahwa fenomena Maulid

Habsyi sebagai seni dakwah secara

eksplisit memiliki tujuan untuk

mengikat umat dengan kebermaknaan

hidup yang berorientasi pada jalan

Tuhan.

Realitas ini memperlihatkan

seni tidak dapat terlepas dari

kepentingan hidup manusia. Fenomena

ini pula yang turut dilihat dalam

penelitian ini. Seperti dinyatakan Bakdi

Soemanto bahwa kehidupan sebuah

kesenian ―seni―tidak mungkin hanya

diamati sebagai bentuk kesenian

―seni―itu sendiri melainkan harus

didekati dengan melihat bagaimana dan

cara kesenian itu hadir dan bertahan

(2003: 84). Pandangan Soemanto

menjadi dasar dalam melihat bagaimana

sesungguhnya proses hadirnya Maulid

Habsyi sebagai seni dakwah.

Dugaan lain yang diajukan

adalah bahwa hadirnya Maulid Habsyi

yang ditulis oleh Habib Ali bin

Muhammad Alhabsyi tidak terlepas dari

dorongan dalam menyebarkan nilai-nilai

keislaman kepada umat. Nilai-nilai

tersebut terus dihidupi melalui bentuk

seni Maulid Habsyi. Hal ini

menunjukkan bahwa sistem nilai yang

terkandung di dalam Maulid Habsyi

tidak dapat terlepas dari konsepesi

kebaikan yang ada di dalam aturan

Page 11: PERKEMBANGAN MUSIK MAULID HABSYI DI KALIMANTAN …eprints.ulm.ac.id/4108/1/Artikel Maulid Habsy.pdf · PERKEMBANGAN MUSIK MAULID HABSYI DI KALIMANTAN SELATAN (Tinjauan Sosiologi Seni)

11

Islam. Seperti dinyatakan oleh

Koentjaraningrat, menurutnya sistem

nilai kandungannya terdiri dari

konsepsi-konsepsi yang hidup dalam

alam pikiran sebagian besar warga

masyarakat mengenai hal-hal yang harus

mereka anggap amat bernilai dalam

hidup (2000: 25). Hal-hal yang dianggap

baik dalam konteks Maulid Habsyi

adalah segala sesuatu yang tertuang di

dalam aturan hukum Islam, berupa al

Qur’an dan hadis.

Penjelasan di atas turut

ditegaskan oleh Gazalba menurutnya,

segala seni Islam dan khususnya Maulid

Habsyi ialah karya yang mengandung

nilai estetik yang berpadu dengan nilai

etik Islam (1988: 122).Capaian dari

penyampaian sistem nilai yang

kekuatannya ada pada aspek keislaman

adalah terbentuknya akhlak yang islami.

Akhlak adalah sikap rohaniah yang

melahirkan laku perbuatan manusia

terhadap diri sendiri dan makhluk lain,

sesuai dengan seruhan dan larangan

serta petunjuk al Qur’an dan hadis

(Gazalba, 1988: 122).

Munculnya Maulid Habsyi pun

tidak dapat terlepas dari kondisi dan

keadaan umat saat ini yang sudah

dipengaruhi oleh paham materialisme,

yakni paham yang lebih mengedepankan

kehidupan yang berprinsip pada

kesenangan-kesenangan dunia dengan

jalan menggali keuntungan materi

sebanyak-banyaknya.Maulid Habsyi

dalam konteks ini adalah wujud

konsepsi ideal penciptaan karya seni

seni sebagai alternatif hiburan di mana

basiskemunculannya adalah berorientasi

pada dakwah Islam. Seruan dakwah pun

dapat terlihat dalam surat al Qur’an

berikut ini.

“Serulah mereka kepada jalan Allah dengan hikmah, dan nasehat yang baik dan

Page 12: PERKEMBANGAN MUSIK MAULID HABSYI DI KALIMANTAN …eprints.ulm.ac.id/4108/1/Artikel Maulid Habsy.pdf · PERKEMBANGAN MUSIK MAULID HABSYI DI KALIMANTAN SELATAN (Tinjauan Sosiologi Seni)

12

berbicaralah dengan mereka dengan cara yang lebih baik, sesungguhnya Tuhanmu lebih tahu tentang orang yang menyeleweng dari jalan-Nya dan Dia lebih tahu tentang orang-orang yang mendapatkan petunjuk” (Q.S. an Nahl, 16 :125)

Berpijak pada suratan Nahl di

atas Maulid Habsyi berkedudukan

sebagai sarana dakwah, dan hal ini

dipandang sebagai salah satu bentuk

metode dakwah yang memanfaatkan

seni sebagai medianya. Secara intrinsik

Maulid Habsyi pun mengandung

hikmah, nasehat yang baik dan bahkan

pembicaraan yang baik. Dengan

demikian kekuatan Maulid Habsyi

sebagai seni dakwah terletak pada

kandungan-kandungan hikmah yang ada

di dalamnya yang disampaikan kepada

umat.

Page 13: PERKEMBANGAN MUSIK MAULID HABSYI DI KALIMANTAN …eprints.ulm.ac.id/4108/1/Artikel Maulid Habsy.pdf · PERKEMBANGAN MUSIK MAULID HABSYI DI KALIMANTAN SELATAN (Tinjauan Sosiologi Seni)

METODE PENELITIAN

Penelitian ini adalah

penelitian kualitatif. Kedudukan

peneliti dalam penelitian kualitatif

selain sebagai perencana, peneliti

pun juga berperan sebagai

pengumpul data, analisis, penafsir

data, dan juga menjadi pelapor hasil

penelitiannya (Moleong, 2006:

168).Berdasarkan pandangan

Moleong di atas, peneliti

berkewajiban merencanakan,

mengumpulkan data, menganalisis,

menafsir, dan melaporkan hasilnya

dalam bentuk laporan penelitian.

Untuk tujuan tersebut peneliti

melakukan penyusunan metode

penelitian secara sistematis.Di

antaranya tersusun dalam bentuk

struktur berikut ini.

Peneliti mengambil data di

beberapa wilayah yang memiliki

banyakkelompok maulid habsyi,

serta melaksanakan kegiatan maulid

Nabi Muhammad SAWsecarabesar-

besaran yaitumartapura, Tapin dan

wilayah Hulu Sungai yang terdiri

atas Kabupaten Hulu Sungai Utara,

Hulu Sungai Tengah, dan Hulu

Sungai Selatan.

1. Wawancara

Wawancara adalah langkah

utama dan mendasar dalam

memperoleh data secara langsung di

lapangan. Keterampilan menangkap

informasi yang diberikan narasumber

menjadi hal mutlak yang harus

dilakukan. Wawancara dilakukan

kepada narasumber di antaranya: 1.

Dr. Muhammad Faizal, dosen

Fakultas Tarbiyah IAIN Antasari

Banjarmasin, tinggal di komplek

Dalam Pagar Martapura, 2. Ahmad

Jayadi, ketua salah satu perkumpulan

kelompok handil maulidan al-Habsyi

Page 14: PERKEMBANGAN MUSIK MAULID HABSYI DI KALIMANTAN …eprints.ulm.ac.id/4108/1/Artikel Maulid Habsy.pdf · PERKEMBANGAN MUSIK MAULID HABSYI DI KALIMANTAN SELATAN (Tinjauan Sosiologi Seni)

14

Desa Telaga Jingah Hilir RT 13,

Kecamatan Labuan Amas Selatan

Pantai Hambawang Kabupaten Hulu

Sungai Tengah, 3) Maskuni, anggota

maulid Habsyi di Kelurahan Kupang,

Tapin, 4. Sukri, anggota maulid

Habsyi di Palajau, Barabai

Dalam penelitian ini

digunakan metode wawancara bebas.

Hal ini dilakukan agar data yang

diperoleh dapat diketahui secara

baik, karena wawancara bersifat

mengalir sehingga kesan formal

dalam berkomunikasi yang mungkin

timbul dapat dihindari. Meskipun

wawancara dilakukan secara bebas,

namun tetap terarah sesuai dengan

fokus penelitian. Adapun alat rekam

yang digunakan untuk wawancara

adalah handpone, seperangkat MP4

digital dan alat tulis.

Adapun di dalam

pengumpulan data wawancara

ditemukan tiga data pokok: (1)

2. Pengamatan

Teknik pengumpulan data

yang lain adalah berupa teknik

pengamatan. Teknik ini dipakai

hampir bersamaan waktunya dengan

wawancara. Pengamatan yang

dilakukan lebih tertuju pada

penggalian data-data yang tidak

terungkap secara lisan tetapi

terinformasikan melalui sikap,

perilaku, tindakan, atau reaksi yang

muncul dari diri pemain seni atau

munsyid.

Pola pengamatan yang

dilakukan ini dipahami turut

membantu dalam memperjelas

bentuk atau wujud dakwah seni.

Pengamatan menjadi alat bantu yang

cukup penting untuk mendapatkan

informasi secara menyeluruh.

Page 15: PERKEMBANGAN MUSIK MAULID HABSYI DI KALIMANTAN …eprints.ulm.ac.id/4108/1/Artikel Maulid Habsy.pdf · PERKEMBANGAN MUSIK MAULID HABSYI DI KALIMANTAN SELATAN (Tinjauan Sosiologi Seni)

15

3. Studi Pustaka

Proses Studi Pustaka ini

dilakukan dengan jalan jelajah buku,

jurnal yang terkait langsung terhadap

objek kajian. Studi ini dilakukan

terhadap berbagai sumber literatur

yang masih memiliki hubungan

dengan data atau informasi yang

menjadi fokus kajian yang sedang

diteliti. Peneliti juga memanfaatkan

perpustakaan digital yang tersebar di

internet untuk mendapatkan sumber

pustaka terkait. Hasil yang diperoleh

cukup membantu peneliti dalam

memetakan perspektif penelitian

sehingga hasilnya dapat digunakan

untuk melakukan analisis.

4. Metode Analisis Data

Data yang diperoleh dan

terkumpul ada kemungkinan sangat

beragam atau bervariasi. Dengan

demikian sebelum dilakukan proses

analisis, data perlu direduksi sesuai

dengan kebutuhan dan terkait dengan

fokus amatan. Proses reduksi yakni

membuang atau mengurangi data

yang diragukan kebenarannya.

Reduksi dilakukan beberapa kali

sampai terkumpul data yang paling

valid dan yang sesuai dengan

kebutuhan analisis.

Penelitian ini menjadikan

seni dakwah sebagai fokus

amatan.Dengan demikian persoalan-

persoalan yang terkait dengan seni

dakwah yang telah dirumuskan

dalam sub-bab rumusan masalah

menjadi batasan dalam analisis.

Dengan demikian untuk melakukan

analisis pembahasan, maka

penelitian ini menggunakan konsep

dakwah dan seni.Konsep dakwah

dipahami sebagai upaya

mengajakkepada

ajaranIslam.Dakwah Islam adalah

Page 16: PERKEMBANGAN MUSIK MAULID HABSYI DI KALIMANTAN …eprints.ulm.ac.id/4108/1/Artikel Maulid Habsy.pdf · PERKEMBANGAN MUSIK MAULID HABSYI DI KALIMANTAN SELATAN (Tinjauan Sosiologi Seni)

16

menyeru kepada ajaran dan amalan

Islam.Ajaran dan amalan Islam itu

adalah jalan yang digariskan Allah

kepada manusia, maka dakwah Islam

ialah menyeru manusia kepada jalan

Allah (Gazalba, 1988: 184).Adapun

seni adalah sebuah bunyi yang

dinamis dan mempunyai makna bagi

manusia, selama bunyi itu

mempunyai makna maka bunyi itu

adalah seni (Eduard, 2001: 37).

Sedangkan menurut Suka Hardjana

bunyi adalah materi yang paling

penting di dalam seni, di sana bunyi

mengalami modifikasi konstruktural

yang artistik dalam bentuk ritme,

melodi, harmoni, dan vitalitas

(Hardjana, 1983: 42).

Adapun untuk menjelaskan

pemahaman seni dakwah peneliti

mengurai terlebih dahulu aspek-

aspek yang turut membentuk

pemahaman dakwah.Setelah

dipahami unsur-unsur yang terlibat

dalam pembentukan konsep dakwah

selanjutnya mengurai aspek-aspek

senial. Di antaranya yang diuraikan

adalah wujud seni, meliputi alat seni

yang digunakan, karya lagu yang

diciptakan, sasaran penonton sebagai

penerima dakwah, serta sajian

pertunjukan yang dilakukan.

PEMBAHASAN

A. Kedudukan syair Maulid al-

Habsyi di Kalimantan Selatan

Kegiatan maulid telah menjadi

tradisi masyarakat muslim sejak lama.

Saat bulan Rabiul Awal umat Islam

secara serempak merayakan Maulid.

Diisi dengan pembacaan perjalanan

hidup Nabi Muhammad SAW dan

ceramah agama seputar kehidupan

beliau yang pada dasarnya bertujuan

untuk memotivasi umat Islam agar

senantiasa mencintai danmengagungkan

Nabi SAW. Untuk membaca sejarah

kehidupan Rasulullah SAW tersebut,

Page 17: PERKEMBANGAN MUSIK MAULID HABSYI DI KALIMANTAN …eprints.ulm.ac.id/4108/1/Artikel Maulid Habsy.pdf · PERKEMBANGAN MUSIK MAULID HABSYI DI KALIMANTAN SELATAN (Tinjauan Sosiologi Seni)

17

ada beberapa kitab maulid yang

dijadikan sebagai rujukan. Kitab-kitab

maulid tersebut umumnya disusun oleh

keturunan Nabi SAW, yang akrab

disebut habib. Ada beberapa kitab

maulid yang sering digunakan, di

antaranya: maulid syarf al-Anam yang

disusun oleh Abd Allah asy-Syarf,

maulid al-Barzanji yang disusun oleh

Jafar Ibn Muhammad al-Barzanji,

maulid ad-Dibai yang disusun Abd ar-

Rahman ad-Diba I, maulid al-Azb yang

disusun Muhammad Abu Abd Allah al-

Azb,dan maulid al-Habsyi (simth ad-

Durar) yang disusun Ali ibn Muhammad

ibn al-Husayn al-Habsyi.

Di Kalimantan Selatan, kitab-

kitab tersebut telah sejak lama beredar

dan sering dibaca ketika peringatan

maulid Nabi Muhammad SAW

berlangsung. Kitab simth ad-Durar yang

dikenal dengan maulid al-Habsyi paling

terkenal di Kalimantan Selatan, karena

dipopulerkan oleh seorang ulama

kharismatik Banjar yaitu KH

Muhammad Zaini bin Abdul Gani

(1948-2005 M) dan menggeser maulid

syarf al-Anam, maulid al-Barzanji, dan

maulid ad-Dibai yang juga pernah

popular pada tempo dulu.

Terdapat tradisi ijazah dalam

mengamalkankitab maulid. Setiap

bacaan yang diambil untuk diamalkan

harus melaluiproses ijazah dari seorang

syekh. Orang pertama yang

memperkenalkan kitab Simtu al-Durar/

al-Habsyi ke Kalimantan

Selatan,khususnya di Martapura,adalah

KH Badaruddin (Guru Ibad). KH

Badaruddin mengambil ijazah kitab al-

Habsyi dari al-Habib Alwi bin Ali al-

Habsyi dari Solo.

Para ulama di Martapura

termasuk KH Muhammad Zaini Abd al-

Ghani atau Guru Sekumpul mengambil

ijazah maulid al-Habsyi dari beliau.

Semasa Guru Sekumpul masih hidup,

banyak murid beliau yang meminta

ijazah kitab al-Habsyi, namun beliau

menyarankan untuk pergi ke Desa

Page 18: PERKEMBANGAN MUSIK MAULID HABSYI DI KALIMANTAN …eprints.ulm.ac.id/4108/1/Artikel Maulid Habsy.pdf · PERKEMBANGAN MUSIK MAULID HABSYI DI KALIMANTAN SELATAN (Tinjauan Sosiologi Seni)

18

Tunggul Irang untuk menemui KH.

Rasyad (Guru Rasyad) dalam meminta

ijazah al-Habsyi, beliau tidak bersedia

memberikan ijazah.

Perbedaan antara KH Badaruddin

dengan KH Muhammad Zaini abd al-

Ghani dalam pengamalan kitab al-

Habsyi adalah pengembangan syair-

syair maulid dalam Simtu al-Durar (al-

Habsyi). KH Badaruddin murni

mengambil dari Simtu al-Durar.

Sementara KH Muhammad Zaini abd al-

Ghani melakukan pengembangan

khususnya pada syair-syair maulid. KH

Muhammad Zaini abd al-Ghani

mengambil syair-syair maulid dari kitab-

kitab maulid lainnya. Selain itu, beliau

juga melakukan modifikasi dalam

amaliah maulid al-Habsyi menjadi

bentuk tersendiri.

Dalam Simtu al-Durar terdapat

bagian-bagian cerita (rawi) yang ditulis

cukup panjang. Rawi-rawi ini

menceritakan peristiwa sejarah hidup

(shirah al-Nabawiyah) yang dimulai

peristiwa menjelang kelahiran, saat

kelahiran, peristiwa isra’ mi’raj, hingga

peristiwa meninggal Nabi Muhammad

SAW.

Oleh KH Muhammad Zaini abd

al-Ghani rawi-rawi tersebut hanya

diambil sebagian saja dari Simtu al-

Durar. Sementara syair-syair banyak

diambil dari berbagai sumber rujukan

dan dikemas menjadi al-Habsyi versi

Sekumpul. Syair-syiar maulid yang

dipopulerkan beliau telah dihimpun oleh

al-Qusyairy.

KH Muhammad Zaini abd al-

Ghani juga dikenal sebagai ulama

kharismatik yang memiliki suara merdu.

Beliau juga piawai membuat lirik lagu

maulid yang diambil dari Simtu al-

Durar dan sumber kitab lainnya.

Alat musik rabana atau terbang

dalam mengiringi lantunan syair maulid

oleh KH Muhammad Zaini abd al-Ghani

dikembangkan oleh para murid beliau

dan direstui oleh beliau. Semasa beliau

masih hidup, alat musik rebana tidak

Page 19: PERKEMBANGAN MUSIK MAULID HABSYI DI KALIMANTAN …eprints.ulm.ac.id/4108/1/Artikel Maulid Habsy.pdf · PERKEMBANGAN MUSIK MAULID HABSYI DI KALIMANTAN SELATAN (Tinjauan Sosiologi Seni)

19

rutin digelar, tergantung situasi.

Pembacaan syair maulid hanya sebagai

pengantar dalam memulai kegiatan

majlis taklim yang beliau pimpin. Alat

musik yang mengiringi pembacaan kitab

maulid hanya terbatas pada alat musik

rebana atau terbang. Namun

sepeninggal beliau, terjadi modifikasi

terhadap lagu-lagu, aransemen dan alat

musik. Alat musik berkembang menjadi

beberapa jenis terbang, ada yang

berukuran besar (bass), ada yang

berukuran kecil (marawis).

Foto: KH Muhammad Zaini abd al-

Ghani

Proses pengembangan dan

modifikasi yang dilakukan KH

Muhammad Zaini abd al-Ghani bersama

murid-muridnya inilah yang membuat

maulid Simtu al-Durar (al-Habsyi)

popular dan menggeser kitab maulid lain

yang sudah popular sebelumnya.

Kepopuleran karya KH Muhammad

Zaini abd al-Ghani tidak hanya di

wilayah Kalimantan Selatan Saja dan

untuk perayaan Maulid Nabi saja.

Dalam industri musik religi,

karya-karya KH Muhammad Zaini abd

al-Ghani juga dilantunkan penyanyi

Hadad Alwi dan Sulis, serta Emha

Ainun Najib (Cak Nun) bersama

kelompok musik Kyai Kanjeng.

Kebesaran KH Muhammad Zaini

abd al-Ghani sebagai ulama sangat

identik dengan amaliyah pembacaan

syair maulid al-Habsyi. Ada murid-

murid beliau dari Martapura, yaitu: KH.

Munawwir dan H. Abdul Hakim yang

menulis syair sebagai penghormatan

kepada KH Muhammad Zaini abd al-

Ghani. Syair berjudul Ya Syaikhana Ya

Zaini Anta Murabbihunidan Ya

Syaikhana Ya Zaini Gani tersebut juga

sering disisipkan dalam pembacaan syair

maulid al-Habsyi.

Page 20: PERKEMBANGAN MUSIK MAULID HABSYI DI KALIMANTAN …eprints.ulm.ac.id/4108/1/Artikel Maulid Habsy.pdf · PERKEMBANGAN MUSIK MAULID HABSYI DI KALIMANTAN SELATAN (Tinjauan Sosiologi Seni)

20

B. Perayaan Maulid Nabi dan

Pembacaan al-Habsyi dalam

Budaya Masyarakat

Kalimantan Selatan.

B.1. Musik Rebana dan

Nyayian Maulid

Dalam perayaan Maulid Nabi,

masyarakat muslim di Kalimantan

Selatan membacakan kitab maulid yang

diiringi dengan musik rebana. Dasar

penggunaan musik ini, di antaranya

adalah ayat dalam Kitab al-Sirat al-

Halabiyyah Juz 3, halaman 99, Zad al-

Ma’aad juz 1halaman 1297, Fath al-

Bari juz 8 halaman 469 tentang kisah

para sahabat pada saat Rasulullah SAW

masih hidup. Saat para sahabat

mendengar kabar bahwa Nabi

Muhammad SAW akan hijrah ke

Madinah, para sahabat yang berada di

Madinah sudah sangat merindukan

kehadiran Nabi. Mereka setiap hari

menanti kedatangan Nabi Muhammad

SAW di batas Kota Madinah. Saat Nabi

Muhammad SAW datang bersama Abu

Bakar al-Shiddiq datang ke Kota

Madinah, para sahabat menyambut

dengan suka cita. Mereka meluapkan

ekspresi kegembiraan yang tidak bisa

digambarkan dengan kata-kata. Mereka

menyanyikan syair dengan diiringi

musik rebana.

Mereka bersyair:

“Telah terbit bulan purnama

menyinarikami dari bukit wada’. Maka

kita wajib bersyukur tibanya sang dai

yang menyeru di jalan Allah”

Masyarakat Madinah juga

menyenandungkan syair yang diiringi

musik rebana untuk menyambut Nabi

Muhammad SAW saat pulang dari

Perang Tabuk. Sepanjang hidupnya,

Rasulullah SAW tidak pernah melarang

senandung syair dan tabuhan rebana,

termasuk senandung syair dan musik

Page 21: PERKEMBANGAN MUSIK MAULID HABSYI DI KALIMANTAN …eprints.ulm.ac.id/4108/1/Artikel Maulid Habsy.pdf · PERKEMBANGAN MUSIK MAULID HABSYI DI KALIMANTAN SELATAN (Tinjauan Sosiologi Seni)

21

rebana yang dimainkan untuk

menyambut beliau. .

Dalil berikutnya yang dipakai

umat Islam untuk memainkan musik

rebana adalah Sunan al- Tirmidzi yang

di dalamnya menyebutkan bahwa ketika

Nabi Muhammad SAW pulang dari

sebuah peperangan, seorang budak

wanita berkulit hitam datang menemui

Nabi Muhammad SAW sambil

membawa rebana dan berkata:

“Wahai Rasulullah SAW, aku

telah bernadzar, jika Allah

mengembalikan dirimu dalam keadaan

selamat, maka aku akan memainkan

rebana dan bernyanyi di hadapanmu. .

Rasulullah SAW menjawab,”jika kau

telah bernadzar maka

tunaikanlah,namun jika tidak bernadzar

maka jangan.”. Wanita itu pun

menunaikan nadzarnya. Ia menyanyi

dan menabuh rebana cukup lama. Satu

per satu sahabat Nabi, yaitu: Abu Bakar,

Utsman, dan Ali datang menemui Nabi

Muhammad. Budak itu tetap memainkan

rebana dan menyanyi. Nabi Muhammad

tetap mendengarkan. Ketika Umar Bin

Khattab tiba, wanita itu berhenti dan

segera menyembunyikan rebananya dan

mendudukinya,sebab ia takut terhadap

Syaidina Umar yang terkenal keras dan

tegas. Setelah keempat sahabat tersebut

berkumpul, Nabi Muhammad SAW

bersabda, “ sesungguhnyasyetan pasti

takut kepadamu,wahai Umar. Ketika aku

duduk,ia tetapmanabuh rebana. Ketika

Abu bakar dan Utsman masuk,ia

tetapmenabuh rebana. Ketika Ali masuk,

ia tetap memainkan rebana. Tetapi saat

engkau masuk,wahaiUmar, wanita itu

segera membuang rebananya (HR

Tirmidzi).

Hadis di atas menunjukkan bahwa

lantunan syair diiringi musik rebana

Page 22: PERKEMBANGAN MUSIK MAULID HABSYI DI KALIMANTAN …eprints.ulm.ac.id/4108/1/Artikel Maulid Habsy.pdf · PERKEMBANGAN MUSIK MAULID HABSYI DI KALIMANTAN SELATAN (Tinjauan Sosiologi Seni)

22

sudah ada sejak jaman Nabi Muhammad

dan beliau tidak melarangnya. Ini

termasuk sunnah taqririyah, suatu

tindakanyang dilakukanpara

sahabat,beliau melihat atau mendengar

tetapi tidak melarangnya.

Sebagian muslim di Kalimantan

Selatan juga ada yang menolak perayaan

Maulid Nabi Muhammad SAW dengan

menggunakan alat musik rebana,

khususnya di dalam masjid. Mereka

menggunakan dalil yang terdapat dalam

kitab al-Bida’ al-Hauliyah yang ditulis

oleh Abdullah bin Abdul Aziz al-

Tuwaijiry. Dalam kitab tersebut

dijelaskan tentang haramnya perayaan

maulid, termasuk hal-hal yang berkaitan

dengan perayaan tersebut seperti

pembacaan syair diiringi musik rebana.

Dalam kitab tersebut disebutkan bahwa

perayaan maulid dan hal-hal yang

berhubungan dengan perayaan tersebut

dikatakan sebagai bid’ah yang tidak

dikerjakan Nabi Muhammad SAW,

sahabat-sahabatnya, tabi’in, dan tabi’it

tabi’in berdasarkan hadis Nabi

Muhammad SAW:

“Barang siapa yang mengerjakan

suatu perbuatan yang tidak kami

perintahkan, maka amalnya itu ditolak”

(diriwayatkan Muslim).

Hadis lain diriwayatkan oleh

Imam Ahmad:

“Sesungguhnya siapa yang akan

hidup di antara kalian sesudahku, kelak

akan melihat ada banyak perbedaan.

Oleh karena itu, hendaklah kalian

berpegang teguh kepada sunnahku dan

sunnah para khulafaurrasyidin yang

mendapat hidayah,maka berpegang

teguhlah kepadanya dan gigitlah ia

dengan gigi geraham. Jauhilah segala

perkara yang baru karena segala perkara

yang baru itu adalah bid’ah dan setiap

bid’ah adalah sesat”

Kesimpulan dalam kitab tersebut

menyebutkan bahwa perayaan maulid

Page 23: PERKEMBANGAN MUSIK MAULID HABSYI DI KALIMANTAN …eprints.ulm.ac.id/4108/1/Artikel Maulid Habsy.pdf · PERKEMBANGAN MUSIK MAULID HABSYI DI KALIMANTAN SELATAN (Tinjauan Sosiologi Seni)

23

dan hal-hal yang berkaitan dengan

perayaan maulid adalah bid’ah yang

tidak semestinya dikerjakan umat Islm.

B.2 Perayaan Maulid Nabi di

Kalimantan Selatan.

Perayaan Maulid Nabi merupakan

peringatan hari kelahiran Nabi

Muhammad SAW yang jatuh pada

tanggal 12 Rabiul Awal tahun Hijriah.

Pada masa Nabi Muhammad SAW

masih hidup belum ada perayaan hari

kelahiran beliau. Perayaan Maulid Nabi

baru dilakukan jauh setelah Nabi

Muhammad SAW wafat.

Di Kalimantan Selatan,

pelaksanaan perayaan Maulid Nabi tidak

diketahui sejak kapan. Tidak ada sumber

tertulis yang menjelaskan sejarah

Maulid Nabi di Kalimantan Selatan

secara jelas. Satu-satunya sumber yang

bisa diperoleh adalah sumber lisan yang

berkembang atau melalui wawancara

dengan tetuha masyarakat.

H.Utuh Tiga (96 tahun), tokoh

masyarakat di Barabai, menyebutkan

bahwa perayaan Maulid Nabi di Hulu

Sungai Tengah sudah ada sejak ia masih

kecil. Waktu itu perayaan Maulid Nabi

sudah menjadi tradisi di Barabai.

Perayaan Maulid Nabi yang awalnya

masih sederhana lambat-laun semakin

berkembang sesuai jamannya.

Dalam perayaan hari kelahiran

Nabi Muhammad SAW tersebut

dibacakanlah dan dinyanyikan tulisan-

tulisan yang berisi pujian kepada Nabi

Muhammad SAW, di antaranya: Kitab

syarf al-Anam yang disusun oleh Abd

Allah asy-Syarf, maulid al-Barzanji

yang disusun oleh Jafar Ibn Muhammad

al-Barzanji, maulid ad-Dibai yang

disusun Abd ar-Rahman ad-Diba I,

maulid al-Azb yang disusun Muhammad

Abu Abd Allah al-Azb dibacakan dalam

perayaan Maulid Nabi dan maulid al-

Habsyi (simth ad-Durar) yang disusun

Ali ibn Muhammad ibn al-Husayn al-

Habsyi. Maulid al-Habsyi (simth ad-

Page 24: PERKEMBANGAN MUSIK MAULID HABSYI DI KALIMANTAN …eprints.ulm.ac.id/4108/1/Artikel Maulid Habsy.pdf · PERKEMBANGAN MUSIK MAULID HABSYI DI KALIMANTAN SELATAN (Tinjauan Sosiologi Seni)

24

Durar) menempati posisi istimewa dan

sering dibacalkan di Kalinantan Selatan

setelah dipopulerkan Guru Sekumpul

Dalam perayaan maulid al-Nabi

berbagai ritual dan perilaku

keberagamaan beraneka warna sebagai

refleksi dari kebesaran dan keutamaan

dari bulan maulid.Berikut ini

digambarkan secara sekilas tentang

pelaksanaan perayaan maulid di

berbagai daerah di Kalimantan Selatan.

B.2.1. Perayaan Maulid di Sekumpul,

Martapura

Martapura dapat dianggap sebagai

pusat penyebaran agama Islam di

Kalimantan Selatan. Di Martapura

pernah hidup ulama besar Syekh

Arsyad al Banjari dan Muhammad

Zaini Abd al-Ghani atau terkenal

dengan sebutan Guru Sekumpul.

Keduanya sangat terkenal dan memiliki

pengaruh besar di wilayah Kalimantan

Selatan. Sampai saat ini kehidupan

keagamaan di Martapura sangat kental.

Banyak ulama dan santri di pondok-

pondok pesantren di Martapura. Bupati

Kabupaten banjar yang berpusat di

Martapura saat penelitian ini dilakukan

juga dijabat seorang ulama, yaitu KH

Khalilurrahman.

Sejak awal tahun 1990-an, KH

Muhammad Zaini Abd al-Ghani mulai

terkenal ke berbagai wilayah. Dalam

majlis taklim yang beliau

selenggarakan, KH Muhammad Zaini

Abd al-Ghani sering membacakan syair

al-Habsyi yang diiringi musik terbang

oleh murid-muridnya. Pembacaan syair

al-Habsyi yang dilakukan KH

Muhammad Zaini Abd al-Ghani ini

kemudian menyebar ke berbagai

wilayah Kalimantan Selatan dan

menjadi kiblat bagi pembacaan al-

Habsyi di tempat lain; cara

membacakan syair al-Habsyi, nada-

nada yang digunakan, cengkok lagunya,

hingga pukulan rebananya meniru Guru

Sekumpul.

Page 25: PERKEMBANGAN MUSIK MAULID HABSYI DI KALIMANTAN …eprints.ulm.ac.id/4108/1/Artikel Maulid Habsy.pdf · PERKEMBANGAN MUSIK MAULID HABSYI DI KALIMANTAN SELATAN (Tinjauan Sosiologi Seni)

25

Foto: Maulid Habsyi di Martapura

Di Langgar Ar Raudhah, langgar

peninggalan KH Muhammad Zaini Abd

al-Ghani, pembacaan syair al-Habsyi

tidak hanya dilakukan saat perayaan

Maulid Nabi Muhammad SAW, tetapi

secara terus-menerus seminggu dua

kali.

Perayaan Maulid Nabi dilakukan

dengan meriah. Ribuan orang dari

berbagai wilayah Kalimantan biasanya

datang ke Martapura pada puncak

perayaan Maulid yang dilaksanakan

pada tanggal 12 Rabiul Awal, Para

pejabat, pengusaha, dan para dermawan

berlomba-lomba dalam acara tersebut,

baik dalam bentuk memberi konsumsi

maupun menyumbangkan uang. Para

warga di kompleks Sekumpul pun

membuka pintu rumahnya untuk para

tamu yang hadir ke Sekumpul.

B.2.2. Perayaan Maulid di Kabupaten

Tapin

Di gerbang masuk Kota Rantau,

Ibukota Kabupaten Tapin ingin, tertulis

kata “Serambi Madinah” yang secara

tidak langsung menunjukkan bahwa

kehidupan agama Islam di Kabupaten

Tapin sangat kuat.

Masyarakat Kabupaten Tapin

merayakan acara maulid Nabi

Muhammad SAW sebulan penuh

selama bulan Rabiul Awal. Kegiatan

dilangsungkan siang dan malam hari.

Perayaan yang paling besar dilakukan

pada tanggal 12 Rabiul Awal.

Foto: Maulid Habsyi di Rantau,

Tapin

Page 26: PERKEMBANGAN MUSIK MAULID HABSYI DI KALIMANTAN …eprints.ulm.ac.id/4108/1/Artikel Maulid Habsy.pdf · PERKEMBANGAN MUSIK MAULID HABSYI DI KALIMANTAN SELATAN (Tinjauan Sosiologi Seni)

26

Perayaan maulid Nabi

berlangsung meriah. Maulid nabi

menjadi perwujudan ekspresi agama,

budaya, sekaligus ajang silatirahmi

besar. Bila acara maulid digelar oleh

satu keluarga, maka keluarga yang lain

wajib datang ke acara itu. Kehadiran

tetangga, keluarga dan tamu dianggap

sebagai bentuk penghargaan bagi

penyelenggara acara itu.

“Bila ada keluarga yang tak hadir

dalam acara itu, maka keluarga tersebut

dianggap kurang harmonis

hubungannya. Nantinya bila keluarga

yang tidak hadir dalam acara itu

menyelenggarakan acara maulid maka

keluarga yang lain tidak datang” kata

Maskuni, warga Kelurahan Kupang,

Kabuapten Tapin.

Hukum sosial di berlakukan.

Seorang warga yang mau mendatangi

undangan orang lain akan didatang

orang lain saat ia menyelenggarakan

acara maulid. Sebaliknya, bila ia tidak

mendatangi undangan orang lain maka

saat ia mengundang orang lain maka

orang lain akan membalasnya dengan

cara tidak datang.

Meskipun tidak tertulis, hukum

sosial ini sangat efektif untuk

merekatkan hubungan masyarakat

melalui silaturahmi dengan cara saling

mengunjungi. Maka bila satu keluarga

menyelenggarakan maulid maka semua

orang yang diundang akan datang.

Peserta tidak hanya berasal dari satu

desa saja. Masyarakat dari desa lain,

bahkan dari luar daerah pun ikut

datang. Undangan tidak hanya bersifat

individu, tetapi juga bersifat kolektif

mewakili desa. Menghadiri maulid

dianggap lebih sakral dibanding

lebaran, baik lebaran Idul Adha

maupun Idul Fitri.

Ada kelompok-kelompok

masyarakat dari kampung lain yang

datang mewakili kampung. Saling

berbalas-balasan menghadiri undangan.

Orang datang berkelompok dengan naik

mobil mapun sepeda motor. Maka

Page 27: PERKEMBANGAN MUSIK MAULID HABSYI DI KALIMANTAN …eprints.ulm.ac.id/4108/1/Artikel Maulid Habsy.pdf · PERKEMBANGAN MUSIK MAULID HABSYI DI KALIMANTAN SELATAN (Tinjauan Sosiologi Seni)

27

selama Rabiul Awal jalan-jalan di

Kabupaten Tapin juga tampak meriah

dengan mobil-mobil pick up yang hilir

mudik mebawa orang-orang berpakaian

putih.

Perayaan Maulid Nabi

Muhammad SAW menjadi acara paling

besar dan meriah di Kabupaten Tapin.

Tidak ada acara lain yang melebihi

meriahnya acara perayaan maulid.

Perayaan dipusatkan di langgar

atau masjid. Semua orang berkumpul di

masjid membacakan syair maulid al-

Habsyi dan ceramah keagamaan.

Setelah seluruh rangkaian acara di

langgar atau masjid selesai warga

kemudian berkeliling mengunjungi

keluarga satu per satu. Sehingga

perayaan maulid bersifat kolektif

sekaligus pribadi.

B.2.3. Perayaan Maulid di Hulu

Sungai

Masyarakat Hulu Sungai

merayakan Maulid Nabi dengan sangat

meriah. Mereka melakukan perayaan

selama sebulan penuh pada bulan

Rabiul Awal, pada siang maupun

malam hari.

Ahmad Jayadi, ketua salah satu

perkumpulan kelompok handil

maulidan al-Habsyi Desa Telaga Jingah

Hilir RT 13, Kecamatan Labuan Amas

Selatan Pantai Hambawang Kabupaten

Hulu Sungai Tengah, menjelaskan

bahwa awal mula semaraknya perayaan

maulid al-Nabi di Hulu Sungai dimulai

pada awal tahun delapan puluhan.

Waktu itu perayaan maulid mulai

dilakukan siang dan malam hari selama

satu bulan Rabiul Awal, terutama oleh

masyarakat Kecamatan Barabai Kota

dan sekitarnya. Saat itu syair-syair yang

dibawakan adalah syair al-Barzanji

atau al-Diba’I dan/atau Syaraf al-Anam

yang waktu itu masih sangat terkenal.

Masyarakat di daerah Hulu Sungai pada

waktu itu belum mengenal syair-syair

Page 28: PERKEMBANGAN MUSIK MAULID HABSYI DI KALIMANTAN …eprints.ulm.ac.id/4108/1/Artikel Maulid Habsy.pdf · PERKEMBANGAN MUSIK MAULID HABSYI DI KALIMANTAN SELATAN (Tinjauan Sosiologi Seni)

28

al-Habsyi/Simtual-Durar. Baru pada

awal tahun sembilan puluhan syair-

syair al-Habsyi mulai sering

dilantunkan dalam perayaan Maulid

Nabi di wilayah Hulu Sungai seiring

dengan terkenalnya seorang ulama

besar atau Tuan Guru KH Muhammad

Zaini Abd al-Ghani atau terkenal

dengan sebutan Guru Sekumpul yang

memopulerkan syair al-Habsyi. Syair

al-Habsyi kemudian menggeser syair

al-Barzanji, al-Diba’I dan Syaraf al-

Anam. Syair Syaraf al-Anam bahkan

sekarang sudah sangat jarang

dilantunkan.

Foto: Maulid Habsyi di Kab Hulu

Sungai Tengah Di Desa Buntu Karau, salah satu

desa di Kecamatan Juai, Kabupaten

Balangan, acara perayaan Maulid Nabi

diselenggarakan di rumah-rumah warga

tetapi pusat kegiatan perayaan

dilaksanakan di masjid. Dana perayaan

dipersiapkan selama setahun

sebelumnya melalui arisan maulid,

yaitu dengan cara mencicil seminggu

sekali. Undangan yang hadir pada saat

upacara perayaan maulid adalah sanak

keluarga, penduduk desa setempat, dan

penduduk desa sekitarnya.

Diawali dengan pembacaan ayat

suci al-Quran oleh qari. Lalu syair

maulid al-Habsyi dibaca oleh

perkumpulan maulid dari desa

setempat. Setelah itu disampaikan

tausyiah (ceramah agama) yang

biasanya disampaikan seorang habaib

(keturunan Nabi Muhammad SAW),

dan doa.

Maulid Habsyi di Kandangan, Hulu

Sungai Selatan

Page 29: PERKEMBANGAN MUSIK MAULID HABSYI DI KALIMANTAN …eprints.ulm.ac.id/4108/1/Artikel Maulid Habsy.pdf · PERKEMBANGAN MUSIK MAULID HABSYI DI KALIMANTAN SELATAN (Tinjauan Sosiologi Seni)

29

Kehadiran habaib atau keturunan

NabiMuhammad SAW ini bagi

masyarakat Hulu Sungai dipandang

memiliki arti tersendiri dalam rangka

memeroleh keberkahan dan syafaat

(pertolongan) dari Rasulullah SAW.

Masyarakat Hulu Sungai bahkan juga

percaya bahwa pada saat acara maulid

ini dilangsungkan ruh Nabi Muhammad

juga datang bertamu memberikan

syafaat.

PENUTUP

A. Simpulan

Maulid Habsy atau Maulid

Simthud Durar terkenal dan menyebar

ke berbagai wilayah Kalimantan

Selatan, serta menggeser kitab maulid

lain yang sudah popular sebelumnya

setelah dipopulerkan oleh ulama besar

Banjar, yaitu KH Muhammad Zaini abd

al-Ghani atau Guru Sekumpul. Maulid

Habsy dipakai dalam perayaan maulid

Nabi Muhammad SAW karena berisi

puji-pujian kepada Nabi Muhammad

SAW. Selain itu, maulid Habsyi juga

dibawakan dengan lantunan seni suara

yang diiringi dengan musik terbang.

Guru Sekumpul selalu melantunkan

syair Maulid Simthud Durar dengan

suara yang merdu diiringi music terbang

dan suara “koor’ jamaah yang

menyertainya.

KH Muhammad Zaini abd al-

Ghani melakukan pengembangan dan

modifikasi syair maulid Simtu al-Durar

(al-Habsyi) bersama murid-muridnya.

Guru Sekumpul melakukan

pengembangan khususnya pada syair-

syair maulid, mengambil syair-syair

maulid dari kitab-kitab maulid lainnya,

dan melakukan modifikasi dalam

amaliah maulid al-Habsyi menjadi

bentuk tersendiri.

Alat musik rabana atau terbang

dalam mengiringi lantunan syair maulid

oleh KH Muhammad Zaini abd al-Ghani

dikembangkan oleh para murid beliau

dan direstui oleh beliau. Namun

sepeninggal beliau, terjadi modifikasi

terhadap lagu-lagu, aransemen dan alat

Page 30: PERKEMBANGAN MUSIK MAULID HABSYI DI KALIMANTAN …eprints.ulm.ac.id/4108/1/Artikel Maulid Habsy.pdf · PERKEMBANGAN MUSIK MAULID HABSYI DI KALIMANTAN SELATAN (Tinjauan Sosiologi Seni)

30

musik. Alat musik berkembang menjadi

beberapa jenis terbang, ada yang

berukuran besar (bass), ada yang

berukuran kecil (marawis).

B. Rekomendasi

1. Seni penting untuk

memperkuat syiar agama.

Para pendakwah sebaiknya

bisa memahami seni serta

memiliki keterampilan seni,

khususnya seni suara untuk

memperkuat dakwahnya atau

melakukan kolaborasi dengan

para seniman.

2. Seniman sebagai bagian dari

masyarakat perlu memahami

persoalan-persoalan

kemasyarakatan, termasuk

soal agama, sehingga bisa

memberikan isi karya seninya

dengan nilai-nilai agama.

DAFTAR PUSTAKA

Daud, Alpani. Islam dan Budaya Banjar. Jakarta:PT Raja Grafindo Persada. 1997

Eduard, Pieter. Alat Musik Jawa Kuno. Yogyakarta: Mahardika. 2001.

Gazalba, Sidi. Islam danKesenian, Relevansi Islam dan Seni Budaya. Jakarta: Pustaka Alhusna. 1988.

Hardjana, Suka. Estetika Musik. Jakarta: Proyek Pengadaan Buku Pendidikan Menengah Kejuruan. 1983.

Muttaqin, Moh. Seni Musik Klasik Jilid 1 untuk SMK.Jakarta :Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional. 2008.

Moleong. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 2006.

Nugroho, Panji Suryo. “Membongkar Mitos Musik Pop Religi Dalam Mitologi Budaya Massa Islam Di Indonesia: Semiotika Sampul Album Pop Religi Ungu”. Tesis S2 diajukan pada Program Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang 2008.

Poetra, Adji Esa. Revolusi Nasyid.

Page 31: PERKEMBANGAN MUSIK MAULID HABSYI DI KALIMANTAN …eprints.ulm.ac.id/4108/1/Artikel Maulid Habsy.pdf · PERKEMBANGAN MUSIK MAULID HABSYI DI KALIMANTAN SELATAN (Tinjauan Sosiologi Seni)

31

Bandung: MOS Publishing. 2004

Soemanto, Bakdi. “Kesenian: Tarik Menarik Antara Nasional dan Daerah” Dalam Sal Murgiyanto, Rustopo, Santoso dan Waridi, Mencermati Seni Pertunjukan I Prespektif Kebudayaan, Ritual, Hukum. Surakarta: The Ford Fondation dan Progaram Pasca Sarjana STSI Surakarta. 2003.

Susetyo, Bagus. “Perubahan Musik Rebana menjadi Kasidah Modern Di Semarang sebagai suatu Proses Dekulturasi dalam Musik Indonesia” dalam Jurnal Harmonia: Jurnal Pengetahuan dan Pemikiran Seni Vol. VI No. 2/Mei-Agustus 2005.

Sunarto, Bambang. 2006. “SholawatCampurngaji: Musikalitas, Pertunjukan, dan Maknanya”. Tesis-S2.ISI Surakarta.

Sutrisno, Mudji. “Seni, Cipta dan Politik” dalam Teks-Teks Kunci Estetika: Filsafat Seni. Yogyakarta: Galang Press. 2005.

Sofwan, Risdin. Merumuskan kembali Interelasi Islam-Jawa. Yogyakarta: Gama Media, 2004.

Yusof, Abdullah. “Perkembangan Seni Musik dalam Peradaban

Islam di Nusantara”. Di ajukan pada Akademi Pengajian Islam, Universiti Malaya, Kuala Lumpur. 1999.