12
Bab 3 - Perkembangan Pasar Keuangan dan Komoditas Global 71 dan pembalikan arus modal asing ke negara AEs yang dinilai lebih stabil. Sumber: Bloomberg Grafik 3.1 Indeks Harga Saham Global 850 750 950 1050 1150 1250 1350 2500 2400 2300 2200 2100 2000 1900 1800 1700 1600 1500 Jan-18 Mar-18 May-18 Jul-18 Sep-18 Nov-18 Jan-19 Mar-19 May-19 Jul-19 Sep-19 Nov-19 Jan-20 Mar-20 Indeks Indeks MSCI World MSCI Emerging Markets, rhs Sumber: Bloomberg Grafik 3.2 Perubahan Indeks Saham Dunia (TW1-20 vs TW4-19) -40 -35 -30 -25 -20 -15 -10 -5 0 5 DJIA S&P 500 Nasdaq Stoxx 50 FTSE Nikkei Hang Seng KOSPI IHSG SET KLCI PCOMP STI SENSEX IBOV % Point to Point (ptp) Rata-rata (qoq avg.) 3.1 Pasar Saham Saham global melemah signifikan pada TW1-20 seiring aksi risk off investor ke aset safe haven. Aksi risk off masif ini dipicu oleh merebaknya wabah COVID-19 di berbagai belahan dunia dan langkah kebijakan pencegahan wabah COVID-19 yang menyebabkan perlambatan ekonomi global. 1 Indeks saham negara maju (MSCI World) terkoreksi -21,4% ptp ke level 1.853 pada TW1-20, setelah naik 8,2% pada TW4- 19. 2 Adapun indeks harga saham negara berkembang (MSCI Emerging Markets/EMs) terkoreksi lebih tajam -23,9% ptp ke level 849, setelah naik 11,4% pada TW4-19. Kinerja indeks saham EMs tertekan lebih dalam dibandingkan AEs, disebabkan pasar EMs lebih rentan terhadap sentimen risk off 1 Perilaku risk off investor tercermin dari melonjaknya indeks VIX (mencapai titik tertinggi dalam sejarah pada pertengahan Mei), yang mengindikasikan bahwa volatilitas (akibat ketidakpastian) meningkat drastis. 2 Merupakan kinerja saham triwulanan terburuk sejak krisis finansial 2008. Perkembangan Pasar Keuangan dan Komoditas Global BAB 3

Perkembangan Pasar Keuangan dan Komoditas Global

  • Upload
    others

  • View
    1

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Perkembangan Pasar Keuangan dan Komoditas Global

Bab 3 - Perkembangan Pasar Keuangan dan Komoditas Global

71

dan pembalikan arus modal asing ke negara

AEs yang dinilai lebih stabil.

Sumber: Bloomberg

Grafik 3.1 Indeks Harga Saham Global

850

750

950

1050

1150

1250

13502500

2400

2300

2200

2100

2000

1900

1800

1700

1600

1500

Jan-

18

Mar

-18

May

-18

Jul-1

8

Sep-

18

Nov

-18

Jan-

19

Mar

-19

May

-19

Jul-1

9

Sep-

19

Nov

-19

Jan-

20

Mar

-20

IndeksIndeks MSCI World MSCI Emerging Markets, rhs

Sumber: Bloomberg

Grafik 3.2 Perubahan Indeks Saham Dunia (TW1-20 vs TW4-19)

-40 -35 -30 -25 -20 -15 -10 -5 0 5

DJIAS&P 500Nasdaq

Stoxx 50FTSE

NikkeiHang Seng

KOSPIIHSGSETKLCI

PCOMPSTI

SENSEXIBOV

% Point to Point (ptp) Rata-rata (qoq avg.)

3.1 Pasar Saham

Saham global melemah signifikan

pada TW1-20 seiring aksi risk off investor

ke aset safe haven. Aksi risk off masif ini

dipicu oleh merebaknya wabah COVID-19

di berbagai belahan dunia dan langkah

kebijakan pencegahan wabah COVID-19

yang menyebabkan perlambatan ekonomi

global.1 Indeks saham negara maju (MSCI

World) terkoreksi -21,4% ptp ke level 1.853

pada TW1-20, setelah naik 8,2% pada TW4-

19.2 Adapun indeks harga saham negara

berkembang (MSCI Emerging Markets/EMs)

terkoreksi lebih tajam -23,9% ptp ke level

849, setelah naik 11,4% pada TW4-19.

Kinerja indeks saham EMs tertekan lebih

dalam dibandingkan AEs, disebabkan pasar

EMs lebih rentan terhadap sentimen risk off

1 Perilaku risk off investor tercermin dari melonjaknya indeks VIX (mencapai titik tertinggi dalam sejarah pada pertengahan Mei), yang mengindikasikan bahwa volatilitas (akibat ketidakpastian) meningkat drastis.

2 Merupakan kinerja saham triwulanan terburuk sejak krisis finansial 2008.

Perkembangan Pasar Keuangan dan Komoditas Global

BAB

3

Page 2: Perkembangan Pasar Keuangan dan Komoditas Global

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Edisi II 2020

72

Sumber: Bloomberg

Grafik 3.3 Indeks Saham Negara Maju

90

120

170

220

270

320

Jan-

18

Mar

-18

May

-18

Jul-1

8

Sep-

18

Nov

-18

Jan-

19

Mar

-19

Jan-

20

Mar

-20

May

-19

Jul-1

9

Sep-

19

Nov

-19

IndeksJan -13 = 100

DJIA S&P 500 Nasdaq Stoxx 50FTSE Nikkei Hang Seng STI

Sumber: Bloomberg

Grafik 3.4 Indeks Saham Negara Berkembang

90

70

110

130

150

170

190

210

Jan-

18

Mar

-18

May

-18

Jul-1

8

Sep-

18

Nov

-18

Jan-

19

Mar

-19

Jan-

20

Mar

-20

May

-19

Jul-1

9

Sep-

19

Nov

-19

Indeks Jan-13 = 100

KOSPI IHSG SET KLCIPCOMP SENSEX IBOV

Indeks saham negara maju lainnya

turut terkoreksi dalam, karena wabah

COVID-19 diprakirakan memperburuk

kondisi ekonomi yang tengah melambat.

Indeks Stoxx 50 Eropa terkoreksi drastis

-25,6% ptp pada TW1-20 (dari 4,9%), seiring

dampak COVID-19 yang menekan ekonomi

EA yang tengah melambat signifikan sebelum

wabah4, serta tingginya kasus COVID-19 di EA

terutama di Italia dan Spanyol. FTSE London

turut terkoreksi tajam -24,8% (dari 1,8%)

terimbas COVID-19 dan ketidakpastian trade

deal antara UK dan EU sehingga mendorong

4 Ekonomi EA hanya tumbuh 0,1% qoq pada TW4-19.

Bursa saham AEs serempak

melemah, karena disrupsi ekonomi

yang ditimbulkan oleh kebijakan

lockdown atau social distancing untuk

mengatasi penyebaran COVID-19.3 S&P

500 (representasi saham AS dan global) turun

tajam sebesar -20% ptp (dari 1,2%) dan

sempat mencatatkan kerugian harian terbesar

dalam sejarah (-12% pada 16 Mar). Pasar

saham AS tertekan seiring pemburukan sektor

tenaga kerja yang signifikan (melonjaknya

tingkat pengangguran) akibat lockdown dan

ketegangan terkait produksi minyak antara

Rusia-Arab yang menyebabkan harga minyak

WTI turun drastis dibandingkan Brent (karena

penyimpanan minyak di Cushing, Oklahoma

nyaris penuh dan demand ekspor sangat

lemah). Namun pasar saham sempat rebound

pada akhir Maret, setelah pemerintah dan

Kongres AS menyetujui paket stimulus CARES

Act senilai USD2,2 triliun pada 27 Maret

(setara tiga kali stimulus krisis 2008). Selain

itu, penguatan pasar saham juga ditopang

oleh langkah the Fed memangkas FFR dengan

total sebesar 150 bps hingga turun menjadi

0,0%-0,25% dalam dua pertemuan FOMC

yang tidak terjadwal pada Maret 2020,

dan komitmen the Fed untuk melanjutkan

program pembelian aset – dalam jumlah

yang tidak terbatas – untuk tetap menjaga

berfungsinya pasar keuangan dan efektivitas

kebijakan moneter.

3 Share bursa AS sebesar 57% world market cap, AEs lainnya 31%, dan EMs 12%.

Page 3: Perkembangan Pasar Keuangan dan Komoditas Global

Bab 3 - Perkembangan Pasar Keuangan dan Komoditas Global

73

Indeks Harga Saham Gabungan

(IHSG) turut terkoreksi -27,9% ptp pada

TW1-20 (dari -2,1%). Pelemahan disebabkan

masih tingginya ketidakpastian pasar

keuangan global seiring makin meluasnya

penyebaran COVID-19. Secara sektoral,

kinerja saham di seluruh sektor terkoreksi

cukup dalam, terutama sektor yang memiliki

keterkaitan erat dengan kinerja eksternal,

yaitu industri pengolahan dan keuangan.

Kinerja negatif IHSG menyebabkan net sell

investor asing meningkat menjadi USD713

juta pada TW1-20 (dari net sell $191 juta).

Kinerja pasar saham diperkirakan

masih volatil pada TW2-20, namun dapat

rebound terbatas didukung stimulus

otoritas akibat merebaknya COVID-19.

Stimulus moneter dan fiskal yang masif untuk

menahan dampak COVID-19 diperkirakan

cukup untuk menahan saham global dari

koreksi masif pada TW2-20. Investor cukup

optimis dengan langkah cepat otoritas dalam

memangkas suku bunga dan menjanjikan

suntikan likuiditas skala besar (melalui

program pembelian aset). Skala rebound

saham pada TW2-20 diperkirakan bervariasi

antarnegara, bergantung dari skala stimulus

yang diberikan. Saham AEs (terutama AS)

diperkirakan dapat rebound tajam karena

komitmen the Fed untuk melanjutkan

program pembelian aset guna mendukung

stabilitas pasar keuangan. Sementara saham

EMs hanya rebound terbatas, seiring adanya

kekhawatiran investor akan kerentanan fiskal

dan volatilitas nilai tukar (memengaruhi return

bagi investor asing).

nilai tukar GBP/USD terdepresiasi masif (lihat

sub-bab nilai tukar). Nikkei Jepang melemah

-20% ptp (dari 8,7%) dipicu oleh pelemahan

sentimen akibat kontraksi ekonomi TW4-

19 yang jauh di bawah prakiraan – akibat

kenaikan pajak konsumsi, dampak wabah

COVID-19 yang makin menekan pelemahan

ekonomi Jepang, serta penundaan

penyelenggaraan Olimpiade 2020 ke 2021.

Adapun Hang Seng Hong Kong melemah

relatif moderat -16,3% (dari 8%), seiring

upaya containment HK yang dinilai berhasil

dan jumlah kasus COVID-19 cukup minimal.

Indeks saham negara EMs turun

tajam melebihi AEs dipengaruhi oleh

aksi jual investor seiring ketidakpastian

yang tinggi akibat wabah COVID-19,

pelemahan harga komoditas dan

depresiasi nilai tukar. Merebaknya pandemi

COVID-19 menyebabkan harga komoditas

turun seiring berkurangnya permintaan dan

mendorong investor menjual aset EMs yang

berisiko. Dinamika ini terkonfirmasi dari EM’s

equity net outflow senilai USD48,1 miliar pada

TW1-20 (dari net inflow USD24,3 miliar pada

TW4-19).5 Tekanan cukup signifikan dialami

oleh pasar saham EMs terutama di negara

pengekspor komoditas, antara lain Brasil

-38,4% ptp, Afrika Selatan -40,4% (turut

tertekan oleh Moody’s downgrade rating ke

junk), Rusia -36,4% dan Meksiko -35%. EMs

Asia juga tertekan seiring depresiasi nilai tukar

terhadap USD, antara lain: Filipina -31,9%,

India -28,6%, dan Korea -20,1%.

5 Sumber: IIF Capital Flows Tracker (Mei 2020).

Page 4: Perkembangan Pasar Keuangan dan Komoditas Global

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Edisi II 2020

74

Yield obligasi AS turun tajam

karena risk off investor dan kebijakan

ultra akomodatif the Fed. Yield US Treasury

10-yr (benchmark obligasi global) turun

122 bps menjadi 0,11% pada TW1-20. UST

dipandang oleh sebagai pilihan safe haven

terbaik di tengah dampak pandemi yang

melemahkan ekonomi AS (terkonfirmasi

dengan angka pengangguran yang melonjak

tajam), serta kebijakan moneter yang makin

akomodatif seiring pemangkasan FFR sebesar

150 bps menjadi 0,0-0,25%, dan komitmen

the Fed untuk meneruskan program

pembelian aset. The Fed juga mengindikasikan

akan mendukung obligasi yang didasari utang

edukasi, otomotif dan asset‑backed securities

lainnya, serta menyuntikkan likuiditas di

short‑term municipal debt dan commercial

paper market. Sementara itu, sejalan dengan

peningkatan ketidakpastian, yield curve

kembali menukik (steepened) dibandingkan

dengan TW4-19, karena yield tenor pendek

turun lebih jauh dibandingkan tenor panjang.

Yield UST 1-3 months bahkan sempat

menyentuh teritori negatif pada intraday

trading 25 Maret, meski kembali positif pada

akhir triwulan.

Yield obligasi negara maju

lainnya juga menurun lebih dalam ke

level negatif. 10-year German bunds’

yield –indikator pasar utang Kawasan Euro–

turun 29 bps menjadi -0,47% pada TW1-

20, karena dua negara utama (Spanyol dan

Italia) termasuk dalam negara dengan infeksi

3.2 Pasar Obligasi

Obligasi pemerintah mencatat

kinerja positif pada TW1-20 baik di AEs

dan mayoritas EMs (yield turun). Wabah

COVID-19 yang diprakirakan menekan

pertumbuhan ekonomi global dan berpotensi

menyebabkan resesi di sejumlah negara telah

memicu aksi risk off masif dan mendorong

aliran modal ke aset safe haven (investor beralih

dari aset berisiko ke obligasi pemerintah).

Aliran modal ke obligasi pemerintah makin

kuat seiring stimulus kebijakan moneter yang

makin akomodatif, baik berupa pemangkasan

suku bunga maupun pembelian aset.

Sumber: Bloomberg

Grafik 3.5 Perubahan Yield Obligasi 10-Tahun (TW1-20 vs TW4-19)

-135 -90 -45 10 45 90

ASJerman

PerancisInggrisJepang

TiongkokKorea

IndonesiaMalaysia

SingapuraThailand

IndiaBrazil

bps Rata-rata (qoq avg.) Point to Point (ptp)

3-Month 6-Month 1-Year 2-Year 5-Year 10 -Year 20 -Year

1,551,601,591,581,691,922,25

Sumber: US Department of the Treasury

0,110,150,170,230,370,701,15

Maturity Yield31-03-2020 (%)

Yield padapada31-12-2019 (%)

Tabel 3.1 US Treasury Yields

Page 5: Perkembangan Pasar Keuangan dan Komoditas Global

Bab 3 - Perkembangan Pasar Keuangan dan Komoditas Global

75

Sumber: Bloomberg

Grafik 3.6 10-Yr Gov’t Bond Yield Negara Maju

-0,8

-0,4

-0,8

-0,12

0

0,4

0,8

0

0,5

1

1,5

2

2,5

3

3,5

Jan-

18

Mar

-18

May

-18

Jul-1

8

Sep-

18

Nov

-18

Jan-

19

Mar

-19

Jan-

20

Mar

-20

May

-19

Jul-1

9

Sep-

19

Nov

-19

%% AS Inggris Jerman, rhs Jepang, rhs

Sumber: Bloomberg

Grafik 3.7 10-Yr Gov’t Bond Yield Negara Berkembang

1

0

2

3

4

3

2

4

5

6

7

8

9

Jan-

18

Mar

-18

May

-18

Jul-1

8

Sep-

18

Nov

-18

Jan-

19

Mar

-19

Jan-

20

Mar

-20

May

-19

Jul-1

9

Sep-

19

Nov

-19

%% India Indonesia Brazil Tiongkok, rhs Thailand, rhs

Di sisi lain, yield obligasi

Pemerintah Indonesia cenderung naik

(harga turun) seiring aliran modal asing

yang mencatatkan net outflow. Yield 10

tahun ditutup pada level 7,91% – naik 85 bps

ptp dari akhir 2019, meski secara rerata yield

10 tahun turun 13 bps qoq avg. Dinamika

pergerakan yield obligasi cukup dinamis.

Yield obligasi awalnya menurun hingga akhir

Februari (seiring risk off dari aset saham,

pada periode awal COVID-19 merebak di

luar Indonesia), namun kemudian meningkat

pada Maret didorong net outflow di pasar

terbanyak di dunia, dan ECB meningkatkan

program pembelian aset menjadi lebih dari

€1,1 triliun hingga akhir 2020.6 10-year UK

gilts’ yield juga turun 47 bps menjadi 0,36%,

didukung kebijakan moneter akomodatif BoE

(50 bps cut menjadi 0,1%) dan peningkatan

kepemilikan BoE terhadap gilt dan sterling

non-financial IG corp. bonds senilai £200

miliar menjadi total £645 miliar.

Kinerja obligasi negara EMs

bervariasi, mayoritas menguat (yield

turun). Penguatan obligasi EMs didorong oleh

risk off investor yang beralih dari aset saham ke

obligasi pemerintah EMs (karena COVID-19)

dan kebijakan moneter akomodatif bank

sentral EMs (pemangkasan suku bunga atau

program pembelian aset). Aksi safe haven

flight investor di sejumlah EMs menyebabkan

net inflow asing ke pasar obligasi berlanjut,

senilai USD22,8 miliar (dari USD27,1 miliar

pada TW4-19). Yield India turun 42 bps ptp

seiring rate cut yang signifikan dan operasi

pasar untuk menurunkan yield obligasi

tenor panjang (“Operation Twist”, mulai 23

Desember 2019). Yield Tiongkok turun tajam

56 bps karena investor mengonversi aset

saham menjadi obligasi di tengah lockdown

ketat pada Februari. Yield Thailand turun

8 bps karena safe haven flight, meskipun

sempat melonjak pada awal Maret karena

kekeringan likuiditas (BOT melakukan operasi

pasar masif untuk menyuntikkan likuiditas

dan memperbaiki disfungsi pasar).

6 ECB juga memperluas cakupan pembelian aset, dengan menambahkan obligasi Yunani dan non-financial commercial paper.

Page 6: Perkembangan Pasar Keuangan dan Komoditas Global

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Edisi II 2020

76

depresiasi (-3,01% ptp dan -0,09% on

average). Penguatan USD didorong oleh aksi

flight to quality–terutama ke aset UST–seiring

meningkatnya kekhawatiran pasar terhadap

penyebaran kasus infeksi COVID-19 yang

makin meningkat terutama di AS yang telah

melebihi kasus infeksi di Tiongkok, Italia dan

Spanyol. Secara umum, pergerakan nilai tukar

baik AE maupun EM bergerak depresiatif

terhadap USD, kecuali JPY dan CHF.

Meski mengalami apresiasi pada

TW1-20, pergerakan indeks DXY pada

Mar-20 cenderung fluktuatif. Indeks

DXY sempat turun pada 9 Mar-20 di level

95,07, dipengaruhi penguatan EUR dan

GBP pasca pengumuman bahwa Jerman

akan menambah paket stimulus sebesar

EUR12,4 miliar untuk membantu perusahaan

dan pekerja yang terdampak COVID-19,

meredanya spekulasi penurunan suku bunga

BoE, dan penguatan JPY di tengah sentimen

risk off pelaku pasar. Namun, indeks DXY

kembali naik tajam pada 19 dan 20 Mar-20

(102,7-102,8) di atas rerata TW1-20 (93,0),

dipengaruhi oleh peningkatan demand

terhadap USD liquidity di tengah fenomena

global asset sell-off. Tekanan likuiditas global

mereda seiring disepakatinya perjanjian swap

lines Federal Reserve Bank (the Fed) dengan

sembilan bank sentral (Australia, Brazil,

Korea Selatan, Meksiko, Singapura, Swedia,

Denmark, Norwegia, dan Selandia Baru).

Dalam hal ini, Indonesia juga memperoleh

fasilitas repurchase agreement dari the Fed

atau yang disebut facility for foreign and

international monetary authorities (FIMA).

obligasi seiring aksi likuidasi oleh investor

asing dan preferensi investor yang cenderung

memegang aset tunai.

Yield obligasi pemerintah global di-

perkirakan masih menurun secara gradual,

terutama karena wabah COVID-19 terus

menyebar dan kebijakan bank sentral

yang makin akomodatif. Penurunan yield

disebabkan upaya containment COVID-19

yang berkepanjangan dapat terus menekan

ekonomi global, adanya potensi infeksi second

wave infection, kebijakan otoritas ke depan

yang diperkirakan masih ultra akomodatif,

dan inflasi yang diprakirakan makin rendah.

Pemangkasan suku bunga lebih lanjut dan

program pembelian aset skala besar oleh

bank sentral – dapat mendorong yield makin

rendah. Selain wabah COVID-19, berbagai

risiko ketidakpastian dapat memicu risk off ke

aset obligasi, yaitu ketegangan harga minyak

antara Arab-Rusia, implementasi phase one

trade deal AS-Tiongkok, isu politik mendekati

Pemilu AS, dan ketegangan geopolitik AS-

Tiongkok yang berpotensi meningkat.

3.3 Pasar Valuta Asing

Pasar valas non USD bergerak

melemah terhadap USD pada TW1-20

dipicu oleh aksi risk-off investor seiring

meningkatnya ketidakpastian akibat

pandemi COVID-19. Indeks DXY pada

TW1-20 menguat dibandingkan TW4-19.

DXY terapresiasi 6,60% ptp dan 0,16% on

average, setelah pada TW4-19 mengalami

Page 7: Perkembangan Pasar Keuangan dan Komoditas Global

Bab 3 - Perkembangan Pasar Keuangan dan Komoditas Global

77

-19, sehingga memicu perilaku memburu aset

safe haven – JPY dipandang sebagai salah

satu aset safe haven. JPY ditutup pada level

JPY 107,70/USD (dari JPY108,61/USD).

Sumber: Bloomberg

Grafik 3.8 Indeks Nilai Tukar USD (DXY)

92

94

96

98

100

102

104Indeks DXY

TW1-20

Sumber: Bloomberg

Grafik 3.9 Perubahan Nilai Tukar TW1-20 vs TW4-19

-22,5-21,0-19,5 -18,0-16,5 -15,0-13,5 -12,0 -10,5 -9,0 -7,5 -6,0 -4,5 -3,0 -1,5 0,0 1,5 3,0

EUR

GBP

JPY

INR

CNY

IDR

THB

RUB

Rata-rata Point to Point

Depresiasi Apresiasi

Mata uang Yuan Tiongkok

(CNY) melemah moderat pada TW1-20.

Pelemahan CNY dipengaruhi oleh sentimen

negatif atas ekspektasi kondisi ekonomi

domestik CNY yang terdampak signifikan

akibat wabah COVID-19 dan potensi

pemulihan ekonomi yang berjalan lambat

seiring permintaan global yang melemah

akibat kebijakan restriksi untuk mengatasi

pandemi COVID-19. CNY terdepresiasi sebesar

Mata uang Poundsterling dan Euro

(EUR) cenderung melemah terhadap USD.

Pelemahan dipengaruhi oleh aksi risk-off

pelaku pasar seiring meningkatnya kebutuhan

pendanaan jangka pendek dalam mata uang

USD, peningkatan kasus infeksi COVID-19 di

Kawasan Euro, dan rilis data ekonomi Eropa

dan Inggris yang memburuk, serta refleksi

kekecewaan pasar atas respons Pemerintah

Inggris yang dinilai lambat dalam menangani

penyebaran COVID-19. Nilai poundsterling

(GBP) terdepresiasi signifikan secara point-

to-point (ptp) pada TW1-20 sebesar -6,29%

ptp dan rerata -0,31% (dari apresiasi 7,88%

ptp dan rerata 4,16 pada TW4-19) sehingga

ditutup pada level USD1,24/GBP. EUR

mengalami tekanan seiring pemburukan data

ekonomi akibat kebijakan containment yang

ketat berupa travel ban diseluruh Eropa mulai

24 Mar-20. Namun berbeda dengan GBP, pada

TW1-20 EUR terdepresiasi moderate (-1,61%

secara ptp dan -1,85% secara rerata). Pada

akhir sesi perdagangan, EUR ditutup pada

level USD1,10/EUR (dari USD1,12/EUR pada

TW4-19).

Sementara itu, kinerja Yen (JPY)

menguat tipis pada TW1-20. Nilai JPY

terapresiasi sebesar 1,13% ptp dan 0,83

secara rerata pada TW1-20. Sebelumnya, pada

TW4-19 sentimen positif tensi dagang AS-

Tiongkok dan pemburukan kinerja domestik

Jepang menekan JPY sehingga terdepresiasi

-0,52% ptp dan rerata -1,28%. Penguatan

JPY pada TW1-20 dipicu oleh perang harga

minyak dunia di tengah kekhawatiran pasar

akan krisis yang dipicu oleh wabah COVID

Page 8: Perkembangan Pasar Keuangan dan Komoditas Global

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Edisi II 2020

78

surplus dari sektor pariwisata. Meski melemah

secara ptp, secara rerata pada TW1-20, THB

masih menguat tipis sebesar 0,96%. Kurs

THB ditutup pada level THB 32,67/USD (dari

THB31.72/USD pada TW4-19).

Rupiah juga melemah seiring

pelemahan mata uang dunia terhadap

USD. Peningkatan ketidakpastian global

akibat pandemi COVID-19 mengakibatkan

penurunan aliran masuk modal asing di

pasar keuangan domestik, sehingga nilai

tukar Rupiah bergerak melemah sejak akhir

Feb-20. Untuk menjaga stabilitas nilai tukar

Rupiah, dan guna mendorong bekerjanya

mekanisme pasar domestik, Bank Indonesia

meningkatkan intensitas stabilisasi di pasar

DNDF, pasar spot, dan pembelian SBN dari

pasar sekunder, serta melakukan kerja sama

repo line dengan the Fed. Pada akhir Mar-20,

Rupiah diperdagangkan di sekitar Rp16.350

per dolar AS.

Pergerakan pasar valuta asing

ke depan masih dibayangi oleh

ketidakpastian seiring penyebaran

COVID-19 yang masih tinggi di sejumlah

negara dan potensi second wave

infection di beberapa negara seiring

pelonggaran kebijakan containtment.

Di beberapa negara seperti Tiongkok, Korea

Selatan, Jerman dan Inggris, jumlah kasus baru

COVID-19 mulai menurun seiring keberhasilan

kebijakan containment yang dilakukan,

sehingga secara bertahap restriksi mulai

dilonggarkan. Meski demikian, pelonggaran

dikhawatirkan dapat memicu second wave

infection di beberapa negara. Sementara itu,

-1,86% ptp dan secara rerata terkontraksi

-2,16% pada TW1-20. Sebelumnya, pada

TW4-19, CNY terapresiasi sebesar 2,66% ptp

dan 2,78% secara rerata. Pada sesi terakhir

perdagangan, CNY ditutup pada level CNY

7,08/USD (dari CNY 6,96/USD pada TW4-19).

Kinerja Rubel Rusia (RUB)

melemah tajam pada TW1-20. Pelemahan

RUB terutama diakibatkan oleh perang

harga minyak antara Arab Saudi dan Rusia

akibat penolakan Rusia untuk mematuhi

kesepakatan kuota minyak OPEC pada 6

Mar-20. Penolakan tersebut dibalas oleh

Arab Saudi dengan memberikan diskon

harga minyak pada pelanggan di area

Eropa, Asia dan Amerika Serikat, sehingga

memicu penurunan harga minyak dunia.

RUB kian melemah pada Maret-20 seiring

kekhawatiran ancaman pandemi COVID-19

dan pelemahan global demand minyak dunia

akibat kebijakan lockdown serta pembatasan

perjalanan di berbagai negara. Pada TW1-20,

RUB terdepresiasi tajam sebesar -20.44% ptp

atau -2.91% secara rerata (dari 4,54% ptp

dan rerata 1,48% pada TW4-19). RUB ditutup

dengan nilai RUB 79,59/USD (dari RUB61,95/

USD) pada akhir sesi perdagangan.

Mata uang Baht Thailand (THB)

melemah tipis pada TW1-20. THB melemah

secara ptp sebesar -7,90% dibandingkan

TW4-19 yang terapresiasi 2,91% ptp.

Tekanan terhadap THB terutama terjadi pada

Mar-20 seiring peningkatan kasus COVID-19

di Thailand. Kondisi ini berbeda dengan

periode sebelumnya dimana THB dalam tren

apresiatif seiring peningkatan current account

Page 9: Perkembangan Pasar Keuangan dan Komoditas Global

Bab 3 - Perkembangan Pasar Keuangan dan Komoditas Global

79

3.4 Pasar Komoditas

Harga komoditas cenderung

melemah seiring penurunan permintaan

global akibat kebijakan containment untuk

mengatasi pandemi COVID-19. Aktivitas

ekonomi dunia pada TW1-20 mengalami

pelemahan akibat containment measures

yang ditempuh berbagai negara untuk

memutus rantai penyebaran virus. Langkah

tersebut menurunkan permintaaan konsumsi,

menghentikan kegiatan produksi, serta

mengurangi penggunaan sarana transportasi.

Penurunan signifikan terutama terjadi pada

negara-negara yang melakukan lockdown

secara ketat seperti Tiongkok, Italia, Spanyol,

dan India. Kondisi tersebut mengakibatkan

pelemahan permintaan komoditas sehingga

menurunkan harga energi, terutama minyak.

Harga minyak melemah tajam

akibat penurunan permintaan dan tetap

tingginya pasokan minyak karena tidak

disepakatinya pakta perjanjian produksi

negara OPEC+. Rerata harga minyak TW1-

20 menurun sebesar 19,2% qtq (Brent) dan

19,0% qtq (WTI). Pada 31 Maret 2020, harga

minyak Brent ditutup lebih rendah menjadi

USD21,47 per-barel (dari USD66,42 per-barel

pada 31 Desember 2019; atau -67,7% ptp).

Sementara harga minyak WTI ditutup pada

level USD20,48 per-barel (dari USD61,06 per-

barel pada 31 Desember 2019; atau -66,5%

ptp), terendah selama 18 tahun terakhir.

Selain rendahnya permintaan akibat pandemi

COVID-19, penurunan harga minyak juga

dipengaruhi oleh runtuhnya pakta perjanjian

produksi negara OPEC+ pada awal Maret

jumlah kasus baru COVID-19 di beberapa

negara emerging seperti Rusia, India dan

Indonesia cenderung meningkat dan belum

mencapai puncaknya sehingga kebijakan

restriksi diprakirakan berlanjut hingga TW2-

20. Ketidakpastian pasar juga mengemuka

dari faktor lainnya seperti ketegangan yang

kembali mengemuka antara AS dan Tiongkok

yang dipicu oleh tuduhan AS atas Tiongkok

sebagai penyebar virus SARS-COV2, dan

ancaman retaliasi Tiongkok terhadap 122

negara yang membentuk koalisasi untuk

mendukung Australia menuntut investigasi

independen atas asal usul virus SARS-COV2

di Tiongkok.

Sumber: Bloomberg

Grafik 3.10 Nilai Tukar Negara Maju

70

72

74

76

78

80

82

84

86

78

80

82

84

86

88

90

92

94

Jan-

19

Feb-

19

Mar

-19

Apr

-19

May

-19

Jun-

19

Jul-1

9

Aug

-19

Sep-

19

Oct

-19

Nov

-19

Dec

-19

Jan-

20

Feb-

20

Mar

-20

Indeks Jan 2013=100

IndeksJan 2013=100 EUR, lhs GBP, rhs JPY, rhs

Apresiasi

TW1-20

Sumber: Bloomberg

Grafik 3.11 Indeks Nilai Tukar USD (DXY)

30,0

40,0

50,0

60,0

70,0

80,0

90,0

100,0

110,0CNY INR IDR THB RUB

Indeks 2013=100

TW1-20

Page 10: Perkembangan Pasar Keuangan dan Komoditas Global

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Edisi II 2020

80

Sumber: Bloomberg

Grafik 3.13 Harga Minyak

45

35

25

15

55

65

75

85

USD/barrel

TW1

WTI Brent

Jan-18 Apr-18 Jul-18 Okt-18 Jan-19 Apr-19 Jul-19 Okt-19 Jan-20

Harga komoditas logam cenderung

melemah seiring pelemahan permintaan.

Penurunan tajam aktivitas manufaktur global

memicu pelemahan harga logam sebesar

4,7% qtq pada TW1-20. Harga Nikel menurun

tajam pada TW1-20 (-16,9% qtq atau -18,1%

ptp) akibat penurunan permintaan stainless

steel di Tiongkok dan Italia akibat lockdown.

Sebaliknya, harga emas meningkat sebesar

6,7% qtq atau 3,9% ptp pada periode yang

sama. Kenaikan harga emas dipengaruhi oleh

pembelian aset safe-haven untuk memitigasi

risiko di tengah ketidakpastian yang tinggi,

serta gangguan produksi tambang di Afrika

Selatan dan Amerika Selatan.

Harga komoditas pertanian

bergerak variatif pada TW1-20. Harga

jagung dan kedelai menurun, sementara

gandum dan beras meningkat. Penurunan

produksi akibat lockdown melemahkan

permintaan jagung dan kedelai yang

digunakan dalam proses produksi. Rerata

harga jagung menurun -4,6% qtq atau

-13,7% ptp dipicu penurunan permintaan

etanol untuk bahan bakar transportasi. Harga

kedelai juga menurun -4,5% qtq atau -9,2%

2020. Rusia menolak menaikkan jumlah

pemangkasan produksi sebesar 1,5 juta barel

per-hari sehingga produksi tetap tinggi di saat

demand rendah dan persediaan yang tinggi.7

Harga batu bara, berbeda dengan

minyak, relatif stabil. Harga batu bara

pada TW1-20 tumbuh tipis sekitar 0,2% ptp

sejalan dengan penurunan permintaan yang

diimbangi oleh pelemahan produksi batu

bara.8 Permintaan batu bara dari Tiongkok—

yang merupakan konsumen terbesar dengan

pangsa lebih dari 50% permintaan dunia—

melemah akibat aktivitas ekonomi domestik

yang turun tajam. Pelemahan aktivitas

ekonomi tersebut diakibatkan oleh kebijakan

karantina wilayah dan pembatasan aktivitas

bisnis yang menyebabkan disrupsi sektor

industri dan korporasi. Namun dampak pada

pelemahan harga relatif minimal karena pada

saat yang bersamaan produksi batu bara

Tiongkok terkendala akibat lockdown, serta

terjadinya penutupan tambang batu bara di

Kolombia dan Afrika Selatan.

Sumber: World Bank

Grafik 3.12 Indeks Harga Komoditas

40

45

50

55

60

65

70

75

80

85

90

95

100

Jan-18 Apr-18 Jul-18 Okt-18 Jan-19 Apr-19 Jul-19 Okt-19 Jan-20

US$, 2010=100

Energi

Agrikultur

Logam

TW 1

Ket.: Data per Maret 2020

7 Sebelumnya OPEC+ telah memotong produksi minyak sebesar 2,1 juta barel per-hari sehingga total volume produksi sebesar 25,15 juta barel per-hari.

8 Dibandingkan triwulan sebelumnya, pergerakan harga batubara TW1-20 sebesar 1,5% qtq.

Page 11: Perkembangan Pasar Keuangan dan Komoditas Global

Bab 3 - Perkembangan Pasar Keuangan dan Komoditas Global

81

Sumber: Bloomberg

Grafik 3.14 Perubahan Harga Komoditas TW1-20 vs TW4-19

-70 -65 -60 -55 -50 -45 -40 -35 -30 -25 -20 -15 -10 -5 0 5 10 15

Oil Price - BrentOil Price - WTI

CoalGold

AlumuniumCopper

ZincNickelLead

TinCorn

WheatSoybean

RicePalm Oil

CoffeeCocoa

%

Rata-rata

Point to Point

Sumber: Bloomberg

Batu Bara USD/metric tonEmas USD/ounceAlumunium USD/tonTembaga USD/tonZinc USD/tonNikel USD/tonTimbal USD/tonTimah USD/tonJagung USD/bushelGandum USD/bushelKedelai USD/bushelBeras USD/kuintalKelapa Sawit MYR/tonKopi USD/poundKakao USD/ton

Komoditas SatuanRata-Rata Harga Last Price

Tabel 3.2 Perubahan Harga Komoditas

TW1-20 TW4-19 TW1-20 TW4-1968 67 68 68

1.582 1.483 1.577 1.5171.715 1.762 1.526 1.8105.659 5.925 4.951 6.1742.129 2.359 1.906 2.272

12.784 15.388 11.484 14.0251.835 2.044 1.742 1.927

16.280 16.707 14.602 17.175382 401 346 401548 531 563 564913 956 890 98013 13 14 13

2.681 2.494 2.393 3.026115 118 120 134

2.640 2.531 2.259 2.536

ptp akibat penurunan permintaan biofuel dan

ekspansi planting intervention kedelai di AS.

Namun, harga beras meningkat 6,3% qtq dan

6,2% ptp dipicu panic buying, pembatasan

ekspor oleh beberapa negara Asia (seperti

Vietnam), dan penurunan produksi akibat

cuaca buruk.9

Harga komoditas perkebunan

secara umum mengalami pelemahan.

Harga kelapa sawit menurun -20,9% ptp

dari triwulan sebelumnya, disebabkan

penurunan permintaan CPO akibat

lockdown, dan pembatasan impor India

atas CPO Malaysia.10,11 Secara umum, harga

kopi juga menurun -3,3% qtq atau -10,2%

ptp, terutama Robusta akibat peningkatan

suplai dari Vietnam. Harga varian Arabika

yang meningkat akibat gangguan cuaca dan

terbatasnya produksi Brazil akibat pandemi

tidak dapat menggerakkan harga kopi secara

keseluruhan. Harga kakao juga turun -10,9%

ptp akibat pelemahan permintaan dan

tingginya panen di Côte d’Ivoire, pemasok

kakao terbesar dunia.

9 Pembatasan ekspor ditujukan untuk menjaga pasokan domestik di tengah merebaknya COVID-19.

10 Namun rerata harga CPO masih lebih tinggi dibandingkan TW4-19.

11 India, pembeli utama minyak kelapa sawit global, membatasi impor minyak sawit Malaysia pada Januari 2020. Pembatasan tersebut merupakan retaliasi terhadap kritik Malaysia atas langkah India menginvasi Kashmir dan memberlakukan undang-undang (UU) kewarganegaraan baru. UU tersebut menyatakan bahwa imigran dari Afganistan, Bangladesh dan Pakistan yang datang ke India sebelum 2015 dapat mengajukan kewarganegaraan India, kecuali yang beragama Islam.

Page 12: Perkembangan Pasar Keuangan dan Komoditas Global

Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional - Edisi II 2020

82

Halaman ini sengaja dikosongkan