31
A. LATAR BELAKANG Abad pertengahan di Eropa sering disebut zaman kemunduran jika dibandingkan dengan zaman klasik (Yunani-Romawi). Sebaliknya Negara-negara Arab pada abad pertengahan mengalami kemajuan, namun akhirnya negeri itu sedikit demisedikit mengalami kemerosotan. dalam bidang kebudayaan dan kekuasaan. Setelah perang maladki pada tahun 463 H / 1071 M, yang dimenengkan oleh orang-orang saljuk dengan kemenangan yang paling gemilang atas Romawi, pengaruh kemenangan ini terus meluas ke negeri Anatolia dan kemudian jatuh ketangan mongolia.bersamaan lemahnya Mongolia, pemerintahan saljuk Romawi terpecah menjadi beberapa pemerintahan dengan kondisi yang lemah dan saling bertikai. Pemerintahan Usmaniyah lalu menguasainya pada waktu yang berbeda, kemudian menyatukan wilayah ini dibawah benderanya. Rentang sejarah antara tahun 923-1342 H dari sejarah Islam merupakan masa Usmaniyah. Hal ini karena kekuasaan Usmaniyah merupakan periode terpanjang dari halaman sejarah Islam. Selama 5 abad pemerintahan Usmaniyah telah memainkan peran yang pertama dan satu-satunya dalam menjaga dan melindungi kaum muslim. Usmaniyah merupakan pusat khalifah Islam yang terkuat pada masa itu, bahkan merupakan Negara paling besar di dunia. Sekalipun telah muncul pada tahun 699 H / 1299 M, namun pemerintahan ini belum menjadi khalifah. Orang-orang Usmaniyah belum mengumumkan kekhalifahan mereka, hingga akhirnya khalifah Abbasiyah di kairo menyerahkan kepada mereka kekhalifahannya pada tahun 923 H / 1517 M. 1

Perkembangan Pemikiran dan Peradaban Islam Turki Ustmani

  • Upload
    riko

  • View
    22

  • Download
    0

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Turki Ustmasni merupakan pusat kebudayaan dan peradaban yang terkenal melahirkan tokoh tokoh islam yang berkontribusi positif terhaadap pertumbuhan islam di indonesia. sejarah masuknya islam ke indonesia tidak terlepas dari peran kerajaan turki ustmani yang menugaskan para ualamnya untuk mnyebarkan islam ke seluruh dunia.

Citation preview

Page 1: Perkembangan Pemikiran dan Peradaban Islam Turki Ustmani

A. LATAR BELAKANG

Abad pertengahan di Eropa sering disebut zaman kemunduran jika dibandingkan dengan

zaman klasik (Yunani-Romawi). Sebaliknya Negara-negara Arab pada abad pertengahan

mengalami kemajuan, namun akhirnya negeri itu sedikit demisedikit mengalami kemerosotan.

dalam bidang kebudayaan dan kekuasaan.

Setelah perang maladki pada tahun 463 H / 1071 M, yang dimenengkan oleh orang-orang

saljuk dengan kemenangan yang paling gemilang atas Romawi, pengaruh kemenangan ini terus

meluas ke negeri Anatolia dan kemudian jatuh ketangan mongolia.bersamaan lemahnya

Mongolia, pemerintahan saljuk Romawi terpecah menjadi beberapa pemerintahan dengan

kondisi yang lemah dan saling bertikai. Pemerintahan Usmaniyah lalu menguasainya pada waktu

yang berbeda, kemudian menyatukan wilayah ini dibawah benderanya.

Rentang sejarah antara tahun 923-1342 H dari sejarah Islam merupakan masa

Usmaniyah. Hal ini karena kekuasaan Usmaniyah merupakan periode terpanjang dari halaman

sejarah Islam. Selama 5 abad pemerintahan Usmaniyah telah memainkan peran yang pertama

dan satu-satunya dalam menjaga dan melindungi kaum muslim. Usmaniyah merupakan pusat

khalifah Islam yang terkuat pada masa itu, bahkan merupakan Negara paling besar di dunia.

Sekalipun telah muncul pada tahun 699 H / 1299 M, namun pemerintahan ini belum

menjadi khalifah. Orang-orang Usmaniyah belum mengumumkan kekhalifahan mereka, hingga

akhirnya khalifah Abbasiyah di kairo menyerahkan kepada mereka kekhalifahannya pada tahun

923 H / 1517 M.

Di Negara-Negara Arab pada masanya, kerajaan turki usmani merupakan kerajaan

terbesar dan peling lama berkuasa, bralangsung selama enam abad lebih (1281-1924 M). pada

masa pemerintahan turki Usmani, para sultan bukan hanya merebut negri-negri Arab, tetapi juga

seluruh wilayah kaukasus dan wina bahkan sampai ke balkan. Dengan demikian tumbuhlah

pusat-pusat Islam di Trace, Mecodonia, dan sekitarnya.

Eksistensi kerajaan turki Usmani sangnat diperhitungkan oleh ahli-ahli politik barat. Hal

ini didasarkan pada realita sejarah bahwa selama berabad-abad kekuasanya, turki telah

memberikan kontribusi yang besar terhadap perkembangan peradaban, baik dikawasan Negara-

negara Arab, Asia bahkan Eropa.

B. LETAK GEOGRAFIS TURKI

Negara Turki adalah negara di dua benua. Dengan luas wilayah sekitar 814.578 kilometer

persegi, 97% (790.200 km persegi) wilayahnya terletak di benua Asia dan sisanya sekitar 3%

(24.378 km persegi) terletak di benua Eropa. Posisi geografi yang strategis itu menjadikan Turki

jembatan antara Timur dan Barat. Bangsa Turki diperkirakan berasal dari Asia Tengah. Secara

1

Page 2: Perkembangan Pemikiran dan Peradaban Islam Turki Ustmani

historis, bangsa Turki mewarisi peradaban Romawi di Anatolia, peradaban Islam, Arab dan

Persia sebagai warisan dari Imperium Usmani dan pengaruh negara-negara Barat Modern.

Hingga saat ini bangunan-bangunan bersejarah masa Bizantium masih banyak ditemukan di

Istanbul dan kota-kota lainnya di Turki. Yang paling terkenal adalah Aya Sofya, suatu gereja di

masa Bizantium yang berubah fungsinya menjadi masjid pada masa Khalifah Usmani dan sejak

pemerintahan Mustafa Kemal hingga kini dijadikan museum.

Peradaban Islam dengan pengaruh Arab dan Persia menjadi warisan yang mendalam bagi

masyarakat Turki sebagai peninggalan Dinasti Usmani. Islam di masa kekhalifahan diterapkan

sebagai agama yang mengatur hubungan antara manusia sebagai makhluk dengan Allah SWT

sebagai Khalik, Sang Pencipta, dan juga suatu sistem sosial yang melandasi kehidupan

bermasyarakat dan bernegara. Islam yang muncul di Jazirah Arab dan telah berkembang lama di

wilayah Persia, berkembang di wilayah kekuasaan Kekhalifahan Turki dengan membawa

peradaban dua bangsa tersebut. Perkembangan selanjutnya memperlihatkan pengaruh yang kuat

kedua peradaban tersebut ke dalam kebudayaan bangsa Turki. Kondisi ini menimbulkan

kekeliruan pada masyarakat awam yang sering menganggap bahwa bangsa Turki sama dengan

bangsa Arab. Suatu anggapan yang keliru yang selalu ingin diluruskan oleh bangsa Turki sejak

tumbuhnya nasionalisme pada abad ke-19. Selanjutnya arah modernisasi yang berkiblat ke Barat

telah menyerap unsur-unsur budaya Barat yang dianggap modern. Campuran peradaban Turki,

Islam dan Barat, inilah yang telah mewarnai identitas masyarakat Turki.

Masyarakat Indonesia mengenal Turki sebagai suatu negara berpenduduk mayoritas

Muslim. Kita juga mengenal Turki sebagai bangsa yang pernah memimpin dunia Islam selama

tujuh ratus tahun, dari permulaan abad ke-13 hingga jatuhnya Kekhalifahan Usmani pada awal

abad ke-20. Fenomena kehidupan masyarakat Turki menjadi menarik ketika negara Turki yang

berdiri tahun 1923 menyatakan sebagai sebuah negara sekuler, di mana Islam yang telah

berfungsi sebagai agama dan sistem hidup bermasyarakat dan bernegara selama lebih dari tujuh

abad, dijauhkan peranannya dan digantikan oleh sistem Barat.

C. ASAL MULA KERAJAAN TURKI USTMANI

Bangsa Turki mempunyai dua dinasti yang berhasil mengukir sejarah dunia. Pertama,

dinasti turki saluk dan kedua dinasti turki utsmani. Namun akhirnya kerajaan turki saljuk hancur

oleh seragan pasukan mongol, yang nantinya merupakan moment terbentuknya dinasti turki

utsmani1.

Kerajaan Turki Usmani muncul di pentas sejarah Islam pada periode pertengahan. Masa

kemajuan Dinasti ini dihitung dari mulai digerakkannya ekspansi ke wilayah baru yang belum

1 Moh. Nurhakim, Sejarah Dan Peradaban Islam (Malang, UMM Press, 2004). Hlm. 132.

2

Page 3: Perkembangan Pemikiran dan Peradaban Islam Turki Ustmani

ditundukkan oleh pendahulu mereka. keberhasilan mereka dalam memperluas wilayah

kekuasaan serta terjadinya peristiwa-peristiwa penting merupakan suatu indikasi yang dapat

dijadikan ukuran untuk menentukan kemajuan tersebut.

Pendiri dari kerajaan Turki ini adalah bangsa Turki dari kabilah Qayigh Oghus salah satu

anak suku Turki yang mendiami sebelah barat gurun Gobi, atau daerah Mongol dan daerah utara

negeri Cina, yang dipimpin oleh Sulaiman. Dia mengajak anggota sukunya untuk menghindari

serbuan bangsa mongol yang menyerang dunia Islam yang berada di bawah kekuasaan Dinasti

Khawarizm pada tahun 1219-1220. Sulaiman dan anggota sukunya lari ke arah Barat dan

meminta perlindungan kepada Jalaluddin, pemimpin terakhir Dinasti Khawarizm di Transoxiana

(maa wara al-Nahr). Jalaluddin menyuruh Sulaiman agar pergi kearah Barat (Asia Kecil).

Kemudian mereka menetap di sana dan pindah ke Syam dalam rangka menghindari serangan

mongol Pada abad ke-13 saat Chengis Khan mengusir orang-orang Turki dan Khurasan dan

sekitarnya. Kakeknya Usman, yang bernama Sulaeman bersama pengikutnya bermukim di Asia

Kecil. Setelah reda serangan Mongol terhadap mereka, Sulaeman menyeberangi Sungai Efrat

(dekat Allepo). Namun, ia tenggelam empat putera Sulaeman yang bernama, Shunkur,

Gundogdur, al-Thugril, dan Dundar. Dua puteranya yang pertama kembali ke tanah air mereka.

Sementara dua yang terakhir bermukim didaerah Asia Kecil2.

Kelompok kedua ini berjumlah 400 kepala keluarga yang dipimpin oleh Ertugril (Erthogrol) ibn

Sulaiman. Mereka mengabdikan dirinya kepada Sultan Alauddin II dari Dinasti Saljuk Rum

yang pusat pemerintahannya di Kuniya, Anatolia Asia Kecil.

Pada saat itu, Sultan Alauddin II sedang menghadapi bahaya peperangan dari bangsa

Romawi yang mempunyai kekuasaan di Romawi Timur (Byzantium). Dengan bantuan dari

bangsa Turki pimpinan Erthogrol, Sultan Alauddin II dapat mencapai kemenangan. Atas jasa

baik tersebut Sultan menghadiahkan sebidang tanah yang berbatasan dengan Bizantium. Sejak

itu Erthogrol terus membina wilayah barunya dan berusaha memperluas wilayahnya dengan

merebut wilayah Byzantium.

Pada tahun 1288 Erthogrol meninggal dunia, dan meninggalkan putranya yang bernama

Usman, yang diperkirakan lahir pada 1258 M. usman inilah yang ditunjuk oleh Erthogrol untuk

meneruskan kepemimpinannya dan disetujui serta didukung oleh Sultan Saljuk pada saat itu.

Nama Usman inilah yang nanti diambil sebagai nama untuk Kerajaan Turki Usmani. Usman ini

pula yang dianggap sebagai pendiri Dinasti Usmani. Sebagaimana ayahnya, Usman banyak

berjasa kepada Sultan Alauddin II. Kemenangan-kemenangan dalam setiap pertempuran dan

2 Ahmad Syafii Maarif, Sejarah pemikiran dan peradapan Islam,(Yogyakarta:Pustaka Book Publisher,2007). Hlm. 310.

3

Page 4: Perkembangan Pemikiran dan Peradaban Islam Turki Ustmani

peperangan diraih oleh Usman. Dan berkat keberhasilannya maka benteng-benteng Bizantium

yang berdekatan dengan Broessa dapat ditaklukkan. Keberhasilan Usman ini membuat Sultan

Alauddin II semakin simpati dan banyak memberi hak istimewa pada Usman. Bahkan Usman

diangkat menjadi gubernur dengan gelar Bey, dan namanya selalu disebut dalam do’a setiap

khutbah Jum’at. Penyerangan Bangsa Mongol pada tahun 1300 ke wilayah kekuasaan Saljuk

Rum mengakibatkan terbunuhnya Sultan Saljuk tanpa meninggalkan putra sebagai pewaris

kesultanan. Dalam keadaan kosong itulah, Usman memerdekakan wilayahnya dan bertahan

terhadap serangan bangsa Mongol. Usman memproklamirkan kemerdekaan wilayahnya dengan

nama Kesultanan Usmani.

Pada awalnya Kerajaan Turki Usmani hanya memiliki wilayah yang sangat kecil, namun

dengan adanya dukungan militer, tidak berapa lama Usmani menjadi kerajaan yang sangat besar

dan bertahan dalam kurun waktu yang lama. Setelah Usmani meninggal pada 1326, puteranya

Orkhan (Urkhan) naik tahta pada Usia 42 tahun. Pada periode ini tentara islam pertama kali

masuk Eropa. Orkhan berhasil mereformasi dan membentuk tiga pasukan utama tentara. Pertama

tentara sipahi (tentara reguler) yang mendapatkan gaji pada tiap bulannya.

Kedua, tentara Hazeb (tentara ireguler) yang digaji pada saat mendapatkan harta

rampasan perang (Mal al-Ghanimah). Ketiga tentara jenisari direkrut pada saat berumur 12

tahun, kebanyakan adalah anak-anak kristen yang dibimbing Islam dan disiplin yang kuat3.

Sejak saat itu, dalam sejarah Islam terdapat dua jabatan penting yang dikuasai oleh seorang

penguasa. Yaitu, sebagai sultan untuk kekuasaan Turki dan sebagai khalifah bagi seluruh dunia

Islam. Sepeninggal Salim I digantikan Sulaiman Agung 1520-1566 M, ia sebagai penguasa

Usmani yang berhasil membawa kejayaan Islam. Ia dijuluki sebagai Sulaeman al-Qanuni.

Sulaeman bukan hanya sultan yang paling terkenal dikalangan Turki Usmani, akan tetapi pada

awal ke-16 ia adalah kepala negara yang paling terkenal di dunia. Ia seorang penguasa yang

saleh, ia mewajibkan rakyat muslim harus shalat lima kali dan berpuasa dibulan Romadhon, jika

ada yang melanggar tidak hanya dikenai denda namun juga sangsi badan. Sulaiman juga berhasil

menerjemahkan al-Qur’an dalam bahasa turki4.

Sekitar dua pertiga abad setelah didirikan di Anatolia pada 1300 dengan mengorbankan

kekaisaran Bizantium, dan didirikan di atas reruntuhan kerajaan Saljuk, kerajaan Turki Utsmani

hanyalah sebuah emirat di daerah perbatasan. Negara ini selalu diliputi suasana peperangan dan

pada saat itu senantiasa dalam keadaan genting. Ibukota negara ini, pertama kali didirikan pada

1326, adalah Brusa (Bursa). Mendekati 1366, emirat itu telah berkembang lebih stabil,

3 Ibid. Hlm. 311.4 Ibid. Hlm. 314.

4

Page 5: Perkembangan Pemikiran dan Peradaban Islam Turki Ustmani

mendapatkan pijakan yang lebih kokoh di daratan Eropa, dan berkembang menjadi sebuah

kerajaan besar dengan Adrianopel (Edirna) sebagai ibukotanya. Penaklukan Konstantinopel pada

1453 yang dipimpin oleh Muhammad II, Sang Penakluk (1451-1481) secara formal

mengantarkan negara ini pada satu era baru yaitu era kerajaan5.

Selama masa kesultanan Turki Usmani (1299-1942 M.) sekitar 625 tahun berkuasa tidak

kurang dari 38 Sultan. Dalam hal ini, Syafiq A. Mughni membagi sejarah kekuasaan Turki

Usmani menjadi lima periode, yaitu:

1. Periode pertama (1299-1402), yang dimulai dari berdirinya kerajaan, ekspansi pertama

sampai kehancuran sementara oleh serangan timur yaitu dari pemerintahan Usman I

sampai pemerintahan Bayazid.

2. Periode kedua (1402-1566), ditandai dengan restorasi kerajaan dan cepatnya

pertumbuhan sampai ekspansinya yang terbesar. Dari masa Muhammad I sampai

Sulaiman I.

3. Periode ketiga (1566-1699), periode ini ditandai dengan kemampuan Usmani untuk

mempertahankan wilayahnya. Sampai lepasnya Honggaria. Namun kemunduran segera

terjadi dari masa pemerintahan Salim II sampai Mustafa II.

4. Periode keempat (1699-1838), periode ini ditandai degan berangsur-angsur surutnya

kekuatan kerajaan dan pecahnya wilayah yang di tangan para penguasa wilayah, dari

masa pemerintahan Ahmad III sampai Mahmud II.

5. Periode kelima (1839-1922) periode ini ditandai dengan kebangkitan kultural dan

administrasi dari negara di bawah pengaruh ide-ide barat, dari masa pemerintahan Sultan

A. Majid I sampai A Majid II.

D. PERADABAN PADA MASA KERAJAAN TURKI

Sebagai diketahui Kerajaan Turki Usmani dikepalai oleh seorang Sultan yang

mempunyai kekuasaan temporal atau dunia dan kekuasaan spritual atau rohani. Sebagai

penguasa duniawi ia memakai titel Sultan dan sebagai kepala rohani umat Islam ia memakai

gelar Khalifah6.Dengan demikian Raja Usmani mempunyai dua bentuk kekuasaan, kekuasaan

memerintah negara dan kekuasaan menyiarkan dan membela Islam.

Dalam melaksanakan kedua kekuasaan di atas Sultan dibantu oleh dua pegawai tinggi

sadrazam untuk urusan pemerintahan dan syaikh al-Islam untuk urusan keagamaan. Keduanya 5 Philip K. Hitti, History of the Arabs,(Jakarta:PT. Serambi Ilmu Semesta, 2002). Hlm. 905.

6 Harun Nasution, Pembaharuan Dalam Islam Sejarah Pemikiran dan Gerakan, (Jakarta: Bulan Bintang, 1996), hlm. 92.

5

Page 6: Perkembangan Pemikiran dan Peradaban Islam Turki Ustmani

tidak mempunyai banayak suara dalam soal pemerintahan dan hanya melaksanakan perintah

Sultan. Dikala Sultan berhalangan atau berpergian ia digantikan sadrazam dalam menjalankan

pemerintahan. Syaikh al-Islam yang mengurus bidang keagamaan dibantu oleh qadhi askar al-

rumali yang membawahi qadhi-qadhi wilayah Usamniyah bagian Eropa, sedang qadhi askar

andulymembawahi qadhi-qadhi wilayah Usmaniyah di Asia dan Mesir. Dalam melaksanakan

tugasnya para qadhi tersebut merujuk kepada mazhab Hanafi. Hal ini yang disebabkan mazhab

yang dipakai oleh Sultan adalah mazhab Hanafi.

Bentuk-bentuk peradilan pada masa ini:

1. Mahkamah Biasa/Rendah (al-Juziyat), yang bertugas menyelesaikan perkara-perkara

pidana dan perdata.

2. .Mahkamah Banding (Mahkamah al-Isti’naf), yang bertugas meneliti dan mengkaji

perkara yang berlaku.

3. Mahkamah Tinggi (Mahkamah al-Tamayz au al-Naqd wa al-Ibram), yang bertugas

memecat para qadhi yang terbukti melakukan kesalahan dalam menetapkan hukum.

4. Mahkamah Agung (Mahkamah al-Isti’naf al-Ulya), yang langsung di bawah pengawasan

Sultan.

Lembaga peradilan (qadha’) pada masa ini belum berjalan dengan baik, karena terdapat

intervensi dari pemerintah, bahkan sistem peradilan dikuasai oleh kroni-kroni dan pejabat

pemerintah. Jadi belum tampak dengan jelas pemisahan antara urusan agama dan pemerintahan.

Masa Tanzimat (1839-1876 M) secara etimologi tanzimat berasal dari kata nazhzhama-

yunazhzhimu-tanzhimat, yang berarti mengatur, menyusun, dan memperbaiki7. Term ini

dimaksudkan untuk menggambarkan seluruh gerakan pembaharuan yang terjadi di Turki Usmani

pada pertengahan abad ke-19. Gerakan ini ditandai dengan munculnya sejumlah tokoh

pembaharuan Turki Usmani yang belajar dari Barat yaitu bidang pemerintahan, hukum,

administrasi, pendidikan, keuangan, perdagangan dan sebagainya. Tanzimat merupakan suatu

gerakan pembaharuan sebagai kelanjutan dari kemajuan yang telah dilakukan oleh Sultan

Sulaiman (1520-1566 M) yang termasyhur dengan nama al-Qanuni. Namun pembaharuan yang

sebenarnya lebih membekas dan berpengaruh pada masa Sultan Mahmud II (1808-1839 M).

Ia memusatkan perhatiannya pada berbagai perubahan internal diantaranya dalam

organisasi pemerintahan dan hukum. Sultan Mahmud II juga dikenal sebagai Sultan yang

pertama kali dengan tegas mengadakan perbedaan antara urusan agama dan urusan dunia.

Urusan agama diatur oleh syari’at Islam (tasyr’ al-dini) dan urusan dunia diatur oleh hukum

yang bukan syari’at(tasyri’ madani). Hukum syari’at terletak di bawah kekuasaansyaikh al-

7 Lois Ma’luf, Al-Munjid fi Lughah wa al- A’lam, (Beirut: Dar al-Masyriq), hlm. 818.

6

Page 7: Perkembangan Pemikiran dan Peradaban Islam Turki Ustmani

Islam, sedangkan hukum bukan syari’at diserahkan kepada dewan perancang hukum untuk

mengaturnya, hukum yang bukan syari’at ini diadopsi dari Eropa, Perancis dan negeri asing

lainnya. Diantaranya adalah al-Nizham al-Qadha al-Madani(Undang-undang Peradilan Perdata).

Dengan penerapan al-Nizham al-Qadha al-madani (Undang-undang Peradilan Perdata)

dalam peradilan muncul Mahkamah al-Nizhamiyah yang terdiri dariQadha al-Madani (Peradilan

Perdata) dan Qadha-Syar’i(Peradilan Agama ). Dikotomi lembaga peradilan pada masa Sultan

Mahmud II memberikan indikasi sudah adanya pemisahan urusan agama dan urusan dunia.

Kemunculan tanzimat dilatarbelakangi oleh:

1. Khusus bidang hukum terjadinya persentuhan hukum Barat dan hukum Islam

2. para tokoh tanzimat yang ingin membatasi kekuasaan Sultan yang absolut.

Disamping itu pada masa ini kondisi masyarakat terdiri dari tiga lapisan yaitu:

1. Tradisional, yang mempertahankan dan membangun pemikiran berdasarkan fiqh dan

berpijak pada mazhab yang ada. Karena fiqh dianggap telah mapan dan sempurna

sehingga mereka berpendapat mazhab ini harus dikembangkan dan disosialisasikan.

2. Modernisme, yang menawarkan agar fiqh perlu diseleksi dan dikembangkan sesuai

dengan kondisi sosial budaya masyarakat.

3. Reformasi, melontarkan gagasan, bahwa fiqh yang ada tidak mampu merespon berbagai

perkembangan yang muncul sebagai akses perkembangan zaman dan kebutuhan manusia

yang multi dimensionalitas. Oleh karena itu diperlukan fiqh baru, yang menafsirkan nash

secara kontekstual.

Agaknya keadaan masyarakat ini juga mempengaruhi munculnya pembaharuan lebih-

lebih lapisan modernisme dan reformasi. Realisasi pembaharuan ini dimulai dengan

diumumkannya Piagam Gulhane (Khatt-i Syarif Gulhane) pada tanggal 3 Nopember 1839 M,

kemudian ditindaklanjuti dengan dikeluarkannya Piagam Humayun (Khatt-i Syarif al-Humayun)

pada tahun 1856 M. Gerakan ini terjadi pada masa Sultan Abdul Majid (1839-1861 M) putra

Sultan Mahmud II. Piagam Gulhane berisikan berbagai bentuk perubahan yang pada masa

permulaan kerajan Turki Usmani, syari’at Islam dan Undang-undang Negara dipatuhi, sehingga

negara menjadi kokoh dan kuat. Untuk kembali pada masa tersebut, maka perlu diadakan

perubahan-perubahan yang membawa kepada pemerintahan yang baik, yaitu:

1. Terjaminnya ketentraman hidup, harta kehormatan dan warga negara.

2. Peraturan mengenai pemungutan pajak.

3. Peraturan mengenai kewajiban dan lamanya dinas meliter.

Selanjutnya dijelaskan bahwa tertuduh akan diadili secara terbuka dan sebelum

pengadilan pelaksanaan hukuman mati dengan racun dan jalan lain tidak dibolehkan.

7

Page 8: Perkembangan Pemikiran dan Peradaban Islam Turki Ustmani

Pelanggaran terhadap kehormatan seseorang juga tidak diperkenankan. Hak milik terhadap harta

dijamin dan tiap orang mempunyai kebebasan terhadap harta yang dimilikinya. Ahli waris dari

yang kena hukuman pidana tidak boleh dicabut haknya untuk mewarisi, dan demikian pula harta

yang kena hukuman pidana tidak boleh disita.

Melihat muatan Piagam Gulhane ini terlihat adanya usaha pembaharu untuk melakukan

rekonsiliasi antar muslim tradisional dengan kemajuan, serta institusi-institusi baru yang tidak

bertentangan dengan hukum Islam, bahkan bisa menampung kebutuhan mereka. Menjamin

keamanan hidup, ketenangan, jaminan kepemilikan. Satu hal yang penting dalam piagam ini

adalah adanya ketentuan bahwa aturan-aturan itu berlaku untuk semua lapisan masyarakat dan

semua golongan agama tanpa ada pengecualian.

Atas dasar piagam ini, maka terjadi beberapa pembaharuan dalam berbagai institusi

kemasyarakan Turki Usmani. Diantaranya dalam bidang hukum dirumuskannya kodifikasi

hukum perdata oleh Majelis Ahkam al-Adliyah dan hukum pidana. Sedang dibidang

pemerintahan adanya sistem musyawarah dan di bidang pendidikan adanya pemisahan antara

pendidikan umum dan agama, serta kekuasaan pendidikan umum dilepaskan dari kekuasaan

ulama. Pada masa ini mulai masuk pengaruh sistem pendidikan Barat. Agaknya sejak saat ini

pemisahan pendidikan antara hukum dan agama ini berlaku sampai sekarang. Selanjutnya pada

tahun 1856M Sultan Abdul Majid mengumumkan belakunya piagam Humayun yang lebih

banyak mengandung pembaharuan terhadap kedudukan orang Eropa dan non muslim yang

berada di bawah kekuasaan Turki Usmani, sehingga antara orang Eropa dan rakyat Islam Turki

tidak ada perbedaan lagi artinya mereka mempunyai hak yang sama dalam hukum.

Walaupun piagam Humayun dikeluarkan untuk memperkuat keberadaan piagam

Gulhane, namun jika diperhatikan lebih jauh piagam ini memberikan hak dan jaminan kepada

bangsa Eropa untuk semakin memantapkan keberadaan di Turki Usmani. Sikap pro-Barat ini

pada akhirnya membawa kelemahan terhadap kerajaan Turki Usmani dalam menghadapi Eropa.

Dapat dipahami bahwa perkembangan tasyri’ pada masa tanzimat di kerajaan Turki

Usmani banyak dipengaruhi oleh hukum dari Barat, artinya telah bercampur hukum Islam

dengan hukum Barat. Sedangkan Piagam Gulhane menyatakan penghargaan tinggi pada syari’at

Islam tetapi juga mengakui perlunya diadakan sistem baru. Hukum baru yang disusun banyak

dipengaruhi oleh hukum Barat. Apalagi piagam Humayun yang secara tegas diperlakukan untuk

non Islam dan Eropa.

Pada masa ini telah ditetapkan pedoman hakim dalam menetapkan hukum, yaitu dengan

dikeluarkannya Undang-undang Dusturiyah pada tahun 1293 H/1877 M. Sehingga terhindar dari

hawa nafsu dan keinginan pribadi dalam menetapkan hukum. Dan juga didirikan Mahkamah al-

8

Page 9: Perkembangan Pemikiran dan Peradaban Islam Turki Ustmani

Tamyiz (al-Naqdu) yang merupakan lembaga yang diberi wewenang untuk memecat para qadhi

yang melakukan perbuatan yang melanggar hukum, karena dianggap tidak melaksanakan tugas

sesuai yang ditetapkan. Namun pada akhirnya lembaga yang didirikan serta undang-undang yang

berlaku sebagaimana mestinya karena ada unsur korupsi dan kolusi dalam pemerintahan.

Kondisi ini menjadikan peradilan seperti barang dagangan yang diperjualbelikan.

Kerajaan Turki usmani merupakan salah satu kerajaan Islam yang bertahan lama yang

mampu mengembangkan peradaban dalam berbagai hal. Selain pembangunan dalam bentuk

fisik, perkembangan pesat juga terjadi dalam hal pemikiran.

1. Bidang Pendidikan

Akibat kegigihan dan ketangguhan yang dimiliki oleh para pemimpin dalam

mempertahankan Turki Usmani membawa dampak yang baik sehingga kemajuan-

kemajuan dalam perkembangan wilayah Turki Usmani dapat diraihnya dengan cepat.

Dengan cara atau taktik yang dimainkan oleh beberapa penguasa Turki seperi Sultan

Muhammad yang mengadakan perbaikan-perbaikan dan meletakkan dasar-dasar

keamanan dalam negerinya yang kemudian diteruskan oleh Murad II (1421-1451M).

Sehingga Turki Usmani mencapai puncak kejayaan pada masa Muhammad II

(1451- 1484 M). Usaha ini di tindak lanjuti oleh raja-raja berikutnya, sehingga

dikembangkan oleh Sultan Sulaiman al-Qonuni. Ia tidak mengarahkan ekspansinya

kesalah satu arah timur dan Barat, tetapi seluruh wilayah yang berada disekitar Turki

Usmani itu, sehingga Sulaiman berhasil menguasai wilayah Asia kecil.

Kemajuan dan perkembangan wilayah kerajaan Usmani yang luas berlangsung

dengan cepat dan diikuti oleh kemajuan-kemajuan dalam bidang-bidang kehidupan

lain yang penting, diantaranya dalam bidang pendidikan.

Salah satu lembaga yang maju pada masa turki usmani adalah madrasah,

didorong dengan mempelajari beragam ilmu pengetahuan. Lembaga pendidikan

berserak saat berlangsungnya pemerintahan Turki Usmani. Salah satunya adalah

madrasah. Bukan hanya kuantitas bangunan yang menjadi perhatian, juga kualitas

pendidikan. Terobosan bermakna dalam hal ini adalah perumusan kurikulum.

Kurikulum yang diberlakukan di madrasah berkembang secara dinamis menuju ke

arah lebih baik. Salah satu hal yang berlaku dalam proses pengajaran di madrasah

Turki Usmani adalah mendorong para siswa untuk mengakses sebanyak mungkin

buku yang membahas beragam bidang ilmu.

Hal ini merupakan uraian perinci dari tujuan utama pendirian lembaga

pendidikan berupa madrasah. Yaitu, melahirkan siswa Muslim yang memiliki banyak

9

Page 10: Perkembangan Pemikiran dan Peradaban Islam Turki Ustmani

pengetahuan dan memegang teguh nilai-nilai moral yang baik dan benar. Madrasah

digiring untuk menciptakan para siswa yang pandai sekaligus baik hati dan berbudi

luhur. Pada masa pemerintahan Sultan Suleiman, terdapat kode hukum yang

menjabarkan secara umum mengenai tujuan pendidikan.Disebutkan dalam kode

hukum itu bahwa tujuan pendidikan adalah guna memahami misteri penciptaan dan

membangun sebuah negara yang berjalan secara teratur dan baik. Ini diyakini akan

menjamin kelestarian, ketertiban, dan kesejahteraan umat manusia. Tujuan lainnya,

pendidikan menjadi sebuah sarana untuk menuai ilmu pengetahuan dan kebijaksanaan.

Lalu, mendapatkan penjelasan mengenai kebajikan, bakat, dan agama, hingga

akhirnya para siswa memiliki kapasitas yang baik. Sejumlah sumber menyebutkan

mengenai penetapan tujuan dan kurikulum pendidikan di madrasah itu. Di antaranya,

berasal dari cendekiawan Ahmed bin Isameddin, yang hidup pada abad ke-16.

Bahkan, ia merupakan seorang pengajar di madrasah.

2. Bidang kemiliteran

Para pemimpin kerajaan Usmani pada masa-masa pertama adalah orang-orang

yang kuat sehingga dapat melakukan ekspansi dengan cepat dan luas. Kemajuan

kerajaan Usmani tidak semata mata karena keunggulan politik para pemimpinnya.

Faktor-faktor tersebut adalah keberanian, keterampilan, ketangguhan dan kekuatan

militernya yang sanggup bertempur kapan dan dimana saja.

Strategi yang dilakukan diantaranya adalah:

1. Kekuatan militer diorganisasi dengan baik dan teratur. Untuk pertama kali

dilakukan ketika terjadi kontak senjata dengan Eropa yang mencapai

kemenangan. Ekspansi kerajaan ini pertama kalinya lebih banyak ditujukan ke

Eropa Timuryang belum masuk dalam wilayah kekuasaan dan agama islam.

2. Mengadakan perombakan besar-besaran dalam tubuh militer. Hal ini dilakukan

Orkhan ketika kesadaran prajuritnya menurun.

3. Pembaharuan dalam tubuh organisasi militer oleh Orkhan tidak hanya dalam

bentuk mutasi personil-personil pimpinan, tetapi juga diadakan perombakan

dalam keanggotaan. Bangsa-bangsa non-Turki dimasukkan sebagai anggota,

anak-anak Kristen yang masih kecil diasramakan dan dibimbing dalam suasana

Islam untuk dijadikan prajurit. Program ini ternyata berhasil dengan terbentuknya

kelompok militer baru yang disebut pasukan Jenissariatau Inkisyariah. Pasukan

Inkisyariah adalah tentara utama Dinasti Usmani yang terdiri dari bangsa Gerrgia

dan Armenia yang baru masuk islam.[8] Pasukan inilah yang dapat mengubah

10

Page 11: Perkembangan Pemikiran dan Peradaban Islam Turki Ustmani

Negara Usmani menjadi mesin perang yang paling kuat dan memberikan

dorongan yang amat besar dalam penaklukkan negeri-negeri non muslim.

4. Disamping Jenissari, ada lagi prajurit dari tentara kaum feudalyang dikirim

kepada pemerintah pusat yaitu kelompok militer Thaujiah. Kelompok ini

mempunyai peranan yang besar dalam perjalanan Tuki Usmani terutama dalam

pembenahan Angkatan laut. Sehingga pada abad ke-16 angkatan laut Turki

Usmani mencapai puncak kejayaannya.

5. Tabiat bangsa turki yang bersifat militer, berdisiplin, dan patuh terhadap

peraturan yang diwarisi dari nenek moyangnya di Asia Tengah menyebabkan

fokus kegiatan mereka juga lebih menonjol dalam bidang militer.

6. pasukan Turki terus diperbesar dengan merekrut pendatang-pendatang baru

orang-orang Turkmen dari timur, yang ingin menjadi ghazi atau prajurit iman

melawan orang Kristen, dan dari ghazi-ghazi inilah dinasti Usmnaniyyah

mendapatkan tradisi militer dan semangat yang member jalan baginya untuk

berkembang dan maju dan akhirnya mencaplok semua kesultanan Turki lainnya

yang lebih statis.

3. Bidang Budaya dan Sosial

Adapun mengenai budaya sosial, budaya Turki Usmani sangat di pengaruhi

oleh tiga budaya. Dari kebudayaan persia mereka mengambil ajaran tentang etika dan

tata krama dalam istana. Ajaran tentang prinsip-prinsip ekonomi , sosial,

kemasyarakatan, dan keilmuan mereka mengambil dari Bangsa Arab. Sedangkan

pemerintahan dan organisasi kemiliteran mereka banyak dapat dari Bizantium.

Dalam menjalankan ilmu pemerintahan, pemimpin turki Usmani menggunakan

dua gelar sekaligus yaitu khalifah dan sultan. Khalifah sebagai simbol penguasa dunia

dan khalifah juga symbol sebagai penguasa spritual (agama). Secara praktis,

pemimpin turki Usmani memiliki dua pembantu utama.

1. Mufti atau Syaykh al-Islam yang berwenang mewakili pemimpin turki Usmani

dalam melaksanakan wewenang spiritual.

2. Shadhr al- A’zham (perdana mentri) yang berwenang mewakili pemimpin Turki

Usmani dalam melaksanakan duniawi.

Ulama dan sejumlah karyanya yang dihasilkan pada masa Turki Usmani

adalah:

11

Page 12: Perkembangan Pemikiran dan Peradaban Islam Turki Ustmani

3. Mustafa Ali (1541-1599), ahli sejarah. Diantara karyanya adalah Kunh al-Akhbar,

yang berisi sejarah dunia dari Adam As sampai Yesus, sejarah Islam awal hingga

Turki Usmani.

4. Evliya Chelebi (1614-1682), ahli ilmu sosial. Diantara karyanya adalah Seyabat

Name (buku pedoman perjalan) yang berisi tentang masyarakat dan Turki

Usmani.

5. Arifi (1561), sejatawan istana. Diantara karyanya adalah Shah-name –I al-Osman

yang berisi cerita tentang keluarga raja-raja Usmani.

Selain meninggalkan buku-buku sebagai kekayaan sejarah, Turki Usmani juga

meninggalkan sejumlah bangunan yang memperlihatkan keunggulan penguasaan

teknologi pada zamannya. Masjid Aya Sophia, Masjid Agung Sultan Muhammad Al-

Fatih, masjid Abu Ayub Al-Anshari, masjid Byazid dan masjid Sulaiman al-Qanuni,

merupakan masjid yang berasitektur tinggi dengan menggunakan “kubah batu” yang

menggambarkan persaingan antara Islam dengan Kristen.

4. Bidang Keagamaan

Agama dalam tradisi masyarakat Turki mempunyai peranan besar dalam

lapangan sosial dan politik. Masyarakat di golongkan berdasarkan agama, dan

kerajaan sendiri sangat terikat dengan syariat sehingga fatwa ulama menjadi hukum

yang berlaku. Oleh karena itru, ajaran ajaran thorikot berkembang dan juga

mengalami kemajuan di Turki Usmani.

1) Adanya jabatan Mufti sebagai Pejabat urusan agama tertinggi, yang memiliki

kuasa legitimasi dalam hukum kerajaan.

2) Dalam bidang Tasauf berkembang tiga tarekat besar yang memberikan dukungan

kuat bagi kerajaan:

a. Tarekat Baktasyi, Tarekat ini dibawa oleh Ahmad Yasawi (1169 M) dan

pengikutnya pernah menjadi tentara yang sangat tangguh dalam berbagai

penaklukan yang dilakukan oleh kerajaan Turki Usmani.

b. Tarekat Maulawiyah, tarekat ini dibawa oleh Jalaluddin Rumi (1273 M), ia

memperkenalkan sama’, sebuah tarian untuk mendekatkan diri kepada Allah

dengan zikir tertentu.

c. Tarekat Naqsabandiyah, tarekat ini memperkenalkan zikir khafi (diam/tidak

bersuara) dan masih berkembang sampai saat ini.

5. Bidang Ekonomi

12

Page 13: Perkembangan Pemikiran dan Peradaban Islam Turki Ustmani

Tercatat beberapa kota yang maju dalam bidang industri pada waktu itu di

antaranya: Mesir sebagai pusat produksi kain sutra dan katun. Anatoli selain sebagai

pusat produksi bahan tekstil dan kawasan pertanian yang subur, juga menjadi pusat

perdagangan dunia pada saat itu.

Orang Turki terkenal pandai berbaur dengan masyarakat bangsa-bangsa lain,

mereka terbuka dengan berbagai kebudayaan. Sementara itu Usmani mempunyai

wilayah kekuasaan yang sangat luas. Maka, latar belakang ini menyebabkan

kebudayaan Usmani bercorak pluralistik. Diamna antara dipusat dengan didaerah, atau

antara didaerah lai, bisa berbeda. Diantara unsur kebudayaan yang paling menonjol

disana adalah kebudayaan Persia, Bizantine, dan Arab. Kebudayaan persia lebih

banyak menyumbangkan aspek-aspek etika terutama etika kehidupan istana. Sedang

kebudayaan Bizantine lebih menonjolkan organisasi pemerintahan dan kemiliteran.

Ajaran-ajaran tentang ekonomi, sosial dan kemasyarakatan, keilmuan dan

bahasa diambil dari bangsa Arab.[9] Sebagai bangsa yang berdarah militer, Usmani

lebih menonjolkan kegiatan dibidang kemiliteran, sedangkan dalam bidang ilmu

pengetahuan tidak begitu menonjol. Meskipun demikian, dalam batas-batas tertentu

seni arsitektur Islam tidak luput dari perhatian Usmani. Masjid jami’ Sultan

Muhammad al-Fatih, Masjid Agung Sulaiman, dan Masjid Abi Ayyub al-Anshari

dibangun dengan mempertimbangkan unsur-unsur seni seperti hiasan kaligrafi Arab

yang indah.

Dalam bidang keagamaan, Usmani sangat memperhatikan kehidupan

keagamaan dimasyarakat. Khususnya dalam aspek-aspek sosial keagamaan dan

pelaksanaan hukum-hukum Agama. Kekhalifahan ini lebih bercorak keagamaan,

sehingga ia sendiri sangat terikat dengan syari’at sehingga fatwa ulama menjadi

hukum yang berlaku. Ulama menjadi sangat penting, khususnya ketika masa-masa

kejayaan Usmani. Dari sisi ilmu-ilmu Agama, sebenarnya kurang berkembang, justru

sebaliknya, kehidupan bermadzhab lebih menonjol sebagai salah satu tanda bahwa

masyarakat merasa cukup dengan ilmu-ilmu agama yang pernah dibangun oleh para

ulama terdahulu dimasa Bani Abbas.

E. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUI KEMUNDURAN DAN KEJATUHAN

TURKI UTSMANI

1. Wilayah kekuasaan yang terlalu luas

Perluasan wilayah yang begitu cepat yang terjadi pada kerajaan Usmani,

menyebabkan pemerintahan merasa kesulitan dalam melakukan administrasi pemerintahan,

13

Page 14: Perkembangan Pemikiran dan Peradaban Islam Turki Ustmani

terutama pasca pemerintahan Sultan Sulaiman. Sehingga administrasi pemerintahan

kerajaan Usmani tidak beres. Tampaknya penguasa Turki Usmani hanya mengadakan

ekspansi, tanpa mengabaikan penataan sistem pemerintahan. Hal ini menyebabkan wilayah-

wilayah yang jauh dari pusat mudah direbut oleh musuh dan sebagian berusaha melepaskan

diri.[10]

2. Heterogenitas penduduk

Sebagai kerajaan besar, yang merupakan hasil ekspansi dari berbagai kerajaan,

mencakup Asia kecil, Armenia, Irak, Siria dan negara lain, maka di kerajaan Turki terjadi

heterogenitas penduduk. Dari banyaknya dan beragamnya penduduk, maka jelaslah

administrasi yang dibutuhkan juga harus memadai dan bisa memenuhi kebutuhan hidup

mereka. Akan tetapi kerajaan Usmani pasca Sulaiman tidak memiliki administrasi

pemerintahan yang bagus di tambah lagi dengan pemimpinpemimpin yang berkuasa sangat

lemah dan mempunyai perangsai yang jelek.

3. Kelemahan para penguasa

Penguasa yang tidak cakap Setelah sultan Sulaiman II al-Qanuni. Kelemahan ini

lebih disebabkan masuknya sikap hedonisme di kalangan istana, seperti suka bermewah-

mewahan, minum-minuman kras, dan wanita penghibur, hal ini menimbulkan perselisihan

dilingkungan istana.

4. Budaya Pungli

Budaya ini telah meraja lela yang mengakibatkan dekadensi moral terutama

dikalangan pejabat yang sedang memperebutkan kekuasaan (jabatan).

5. Pemberontakan-Pemberotakan Tentara Jenissari

Pemberontakan Jenissari terjadi sebanyak empat kali yaitu pada tahun 1525 M, 1632

M, 1727 M dan 1826 M. Pada masa belakangan pihak Jenissari tidak lagi menerapkan

prinsip seleksi dan prestasi, keberadaannya didominasi oleh keturunan dan golongan

tertentu yang mengakibatkan adanya pemberontakan-pemberontakan.

6. Merosotnya Ekonomi

Akibat peperangan yang terjadi secara terus menerus maka biaya pun semakin

membengkak, sementara belanja negara pun sangat besar, sehingga perekonomian kerajaan

Turki pun merosot

7. Kurang berkembangnya ilmu pengetahuan

Ilmu dan Teknologi selalu berjalan beriringan sehingga keduanya sangat dibutuhkan

dalam kehidupan. Keraajan usmani kurang berhasil dalam pengembagan Ilmu dan

Teknologi ini karena hanya mengutamakan pengembangan militernya. Kemajuan militer

14

Page 15: Perkembangan Pemikiran dan Peradaban Islam Turki Ustmani

yang tidak diimbangi dengan kemajuan ilmu dan teknologi menyebabkan kerajaan Usmani

tidak sanggup menghadapi persenjataan musuh dari Eropa yang lebih maju.

F. ANALISIS

Dalam kurun waktu 6 abad berkuasa, kerajaan turki usmani telah diakui oleh

sejarah sebagai kerajaan islam terbesar dan terlama dibanding dengan kerajaan islam

lainnya. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa hal penting sehingga kerajaan ini mampu

bertahan sedemikian lamanya. Penulis ingin menganalisis dari bebagai aspek, yaitu:

Sistem sosial masyarakat, salah satu kunci kesuksesan dan keberhasilan turki

usmani adalah adanya persatuan di antara masyarakatnya yang begitu banyak, (pada tahun

1520 jumlah penduduk kerajaan turki usmani adalah 11,692,480 peduduk). Persatuan ini

oleh pemerintah diwadahi dalam bentuk organisasi keagamaan bernama millet. Millet

adalah kelompok agama yang diperbolehkan membangun komunitasnya sendiri di bawah

peraturan dan perlindungan kerajaan turki usmani. pluralitas yang diberikan pada rakyatnya

mampu memberikan rasa persatuan bagi rakyat dari berbagai wilayah yang ditaklukannya

sehingga, semua masyarakatnya bersatu. Namun pada akhirnya sistem ini runtuh bersamaan

dengan munnculnya paham nasionalisme yang disebarkan oleh bangsa barat, yang memang

bertujuan menyerang dari dalam masyarakatnya.

Sehingga setiap wilayah / kerajaan kecil yang ditaklukannya mulai memberontak

dari dalam atas semangat nasionalisme mereka, masyarakat kerajaan turki usmani pun

kemudian terpecah belah, setelah sebelumnya bersatu, bahkan kerajaan turki usmani

mendapat julukan “The Sickman Europe” (Orang Eropa yang sakit). Hal ini kemudian ingin

dihilangkan dengan memberikan paham pan-turkisme, paham untuk menyatukan seluruh

masyrakat turki, namun paham ini tidak bisa diterima rakyat, berlanjut dengan paham pan-

islamisme oleh Sultan Abdul Hamid II, paham yang menyerukan umat islam bersatu secara

politik, persatuan ini diwujudkan berupa pengakuan sultan turki usmani sebagai khalifah

umat islam, gagasan ini berhasil mendapat simpati umat islam untuek beberapa tahun.

Namun perlawanan barat tidak berhenti sampai di situ, kartu As terakhir mereka adalah

mengusung paham demokrasi yang kemudian mengakhiri kerajaan turki usmani dan

memunculkan republik turki yang dipelopori oleh Mustafa kemal attaturk.

Kekuatan militer, berbeda dengan kerajaan-kerajaan islam sebelumnya, kerajaan

turki usmani, mulai dari raja pertamanya Usman hingga raja terhebatnya Sulaiman Al

Qanuni, lebih memfokuskan pada perkembangan militer. Hal ini dikarenakan bangsa turki

terkenal sebaga bangsa yang berdarah militer, sehingga semangat militernya sangat kuat,

untuk itu sebagian besar APBN kerajaan dipergunakan untuk membiayai prajurit perang

15

Page 16: Perkembangan Pemikiran dan Peradaban Islam Turki Ustmani

daripada untuk keperluan lain, seperti agama, ilmu pengetahuan dan lain-lain. Bahkan untuk

memperbanyak prajurit, raja kedua turki usmani, Orkhan mengangkat Bangsa-bangsa non-

Turki sebagai prajurit, bahkan anak-anak Kristen yang masih kecil diasramakan dan

dibimbing dalam suasana Islam untuk dijadikan prajurit.

Program ini ternyata berhasil dengan terbentuknya kelompok militer baru yang

disebut pasukan Jenissari atau Inkisyariah. Pasukan inilah yang dapat mengubah negara

Usmani menjadi mesin perang yang paling kuat, dan memberikan dorongan yang amat besar

dalam penaklukkan negeri-negeri non muslim. Hal ini menjadikan kerajaan ini lebih kuat

dibandingkan kerajaan-kerajaan lain, sehingga semakin banyak wilayah yang ditaklukkan

maka semakin banyak pula prajurit-prajurit baru yang dapat dilatih untuk dijadikan tentara

islam. Jadilah kerajaan turki usmani kerajaan yang hebat dan berwilayah yang luas.

Sistem pemerintahan, saat wilayah semakin luas, tentunya sistem pemerintahan

harus hebat juga, dalam mengelola wilayah yang luas sultan-sultan Turki Usmani senantiasa

bertindak tegas. Sulaiman Al Qanuni menerapkan sistem pemerintahan pembagian wilayah

kekuasaan, sehingga dalam struktur pemerintahan, sultan sebagai penguasa tertinggi,

dibantu oleh shadr al-a’zham (perdana menteri), yang membawahi pasya (gubernur).

Gubernur mengepalai daerah tingkat I. Di bawahnya terdapat beberapa orang al-zanaziq

atau al-’alawiyah (bupati). Hal ini menjadikan kerajaan turki usmani pada masa sulaiman

Al-Qanuni bisa mengatur wilayah yang sedemikian besarnya.

Ilmu pengetahuan, meskipun kerajaan turki usmani hebat dalam hal sistem militer

dan sistem pemerintahan, namun mereka tidak terlalu memperhatikan ilmu pengetahuan,

yang sebenarnya bisa lebih memperkuat tenaga militer. APBN Negara sebagian besar

dipergunakan untuk membiayai pendidikan militer bangsa-bangsa non-turki untuk dijadikan

prajurit islam yang kuat, sehingga hanya sedikit yang dipergunakan untuk perkembangan

ilmu pengetahuan.

Hal ini merupakan kelemahan tersendiri bagi mereka. Berbeda dengan kerajaan-

kerajaan barat yang lebih memfokuskan perhatian pada ilmu pengetahuan, sehingga

perkembangan ilmu pengetahuannya berkembang pesat, yang kemudian memperkuat militer

dengan senjata-senjata api baru, yang tidak dimiliki oleh turki usmani. ketika bangsa turki

usmani diserang oleh bangsa barat dengan senjata baru mereka, bangsa turki usmani mulai

kekualahan. Sehingga pasca kehebatan dan wilayahnya yang luas, sedikit demi sedikit

kerajaan ini mulai digerogoti, baik dari luar kerajaan maupun dari dalam kerajaan

(pemberontak).

16

Page 17: Perkembangan Pemikiran dan Peradaban Islam Turki Ustmani

Munculnya kaum elit, bahwa raja-raja setelah sulaiman al qanuni, kurang bisa

mengatur pemerintahannya, bahkan ditambah lagi munculnya kaum elit kapitalis di wilayah

pemerintahan, sehingga individualitas antar pemimpin dan golongan-golongan elit semakin

tumbuh, yang berlanjut dengan penumpukan harta umtuk kepentingan masing-masing, hal

ini dimanfaatkan oleh Negara-negara yang telah dikuasainya untuk memerdekakan diri,

mereka tidak mau lagi dimanfaatkan tenaganya oleh bangsa turki untuk dijadikan tentara,

disamping itu serangan-serangan barat pada wilayah terluar kerajaan juga semakin

memperburuk suasana pemerintahan, anggaran dana yang seharusnya dipergunakan untuk

memperkuata pertahanan militer Negara sebagian besar dikuasai dan dimonopoli oleh kaum

elit kerajaan, hal ini mengakibatkan semangat berperang prajurit melemah karena tidak

adanya dana untuk peperangan yang memadai, sehingga perlahan-lahan wilayah kerajaan

mulai mengalami penyusutan, hingga pada tahun 1924 kerajaan turki usmani berubah

menjadi republik turki.

G. KESIMPULAN

Kerajaan turki utsmani merupakan kerajaan yang dipimpin oleh 40 sultan. Pada

abad pertengahan memang masa yang paling bersejarah bagi bangsa arab, bahkan

kemunduran bagi bangsa barat, dalam segi pandang kerajaan, kekuasaan wilayah adalah

yang terpenting. Turki utsmani yang memimpin selama kurang lebih 6 abad memberikan

bukti kejayaannya sampai ke Eropa, akan tetapi dari stagnanisasi bangsa utsmani mereka

17

Page 18: Perkembangan Pemikiran dan Peradaban Islam Turki Ustmani

lebih memajukan kemiliteran mereka dari pada pendidikannya, bagi mereka kemiliterannya

adalah satu hal yang terpenting yang harus dimiliki oleh seorang pemimin, dengan orientasi

penalukan konstantinopel, membuat mereka menjadi bersemangat untuk menjadikan

kerajaan turki utsmani menjadi symbol kejayaan islam.

Penyimpangan orientasi mereka ini membuat terlena dengan keluasan wilayah

sehingga membuat mereka meninggalkan perkembangan pendidikan mereka. Berbeda

dengan bangsa Eropa yang telah mengugguli mereka, kemunduran kerajaan turki utsmani

ini terlihat dari bagian bagian wilayah yang dikuasai oleh turki utsmani ini mulai tergerak

ingin merubah hidupnya menjadi yang lebih baik dan muncul paham kapitalisme individual

sehingga sebagian mereka ingin melepaskan diri. Tampaknya pengaruh barat mulai

mendapatkan hasil dengan kelemahan kerajaan turki ini, dan terlahir paham-paham yang

ingin membebaskan, sehingga paham turki sendiri tidak dapat menghalangi mereka.

H. DAFTAR PUSTAKA

Abdul M. Karim. Sejarah Pemikiran Dan Peradaban Islam. Yogyakarta: Pustaka Book Publisher,

2007.

Hasan Abu Ali al-Nadwi. Islam Membangun Peradaban Dunia. Jakarta: PT Dunia Pustaka Jaya,

1988.

18

Page 19: Perkembangan Pemikiran dan Peradaban Islam Turki Ustmani

Hodgson, Marshall G. S. Rethinking world history. Cambridge: Cambridge University Press.

2002.

K. Philip Hitti. History Of The Arabs. Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta, 2008.

Lois Ma’luf, Al-Munjid fi Lughah wa al- A’lam. Beirut: Dar al-Masyriq.

Maryam, Siti. Sejarah Peradaban Islam. Yogyakarta: LESFI, 2004.

Mubarok, Jaih. Sejarah Peradaban Islam. Bandung: Pustaka Bani Quraisy. 2005.

Nasution, Harun. Pembaharuan Dalam Islam Sejarah Pemikiran dan Gerakan. Jakarta: Bulan

Bintang, 1996.

Nurhakim Moh. Sejarah Dan Peradaban Islam. Malang: UMM Press, 2004.

SJ. Fadil. Pasang Surut Pereadaban Islam dalam Lintasan Sejarah. Malang: UIN-Malang Press.

2008.

Yatim, Badri. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 2008.

19