35

Perkembangan Penyelenggaraan Pemerintahan · Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan Daerah 6.1. Perkembangan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah 6.1.1 Perkembangan Kelembagaan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Perkembangan Penyelenggaraan Pemerintahan · Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan Daerah 6.1. Perkembangan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah 6.1.1 Perkembangan Kelembagaan
Page 2: Perkembangan Penyelenggaraan Pemerintahan · Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan Daerah 6.1. Perkembangan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah 6.1.1 Perkembangan Kelembagaan
Page 3: Perkembangan Penyelenggaraan Pemerintahan · Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan Daerah 6.1. Perkembangan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah 6.1.1 Perkembangan Kelembagaan

Perkembangan Penyelenggaraan PemerintahanDan Pembangunan Daerah

VI - 2Buku Pegangan 2009Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan Daerah

BAB VIPERKEMBANGAN

PENYELENGGARAANPEMERINTAHAN DAN

PEMBANGUNAN DAERAH

Tujuan nasional dari pembentukan pemerintahan adalah melindungisegenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukankesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikutmelaksanakan ketertiban dunia. Kemerdekaan yang telah diraih harusdijaga dan diisi dengan pembangunan yang berkeadilan dan demokratisserta dilaksanakan secara bertahap dan berkesinambungan. Salah satukebijakan lain yang diambil oleh pemerintah dalam rangka mewujudkancita-cita dan tujuan nasional tersebut adalah dengan melaksanakandesentralisasi dan otonomi daerah. Dalam konteks penyelenggaraanpemerintahan di daerah, komponen desentralisasi tersebut harusdiaktualisasikan secara bersama-sama dan satu dengan lainnya harussaling mendukung. Tujuan dari pelaksanaan desentralisasi adalah untukmemberikan pelayanan publik yang lebih baik dan menciptakan prosespengambilan keputusan publik yang lebih demokratis. Sebagai sebuahproses, pelaksanaan desentralisasi di Indonesia bersifat dinamis dantelah dilakukan sejak tahun 2001. Bab VI dalam Buku Pegangan 2009 inimencoba menelaah kembali perkembangan penyelenggaraanpemerintahan dan pembangunan daerah yang telah dilaksanakanselama ini yang meliputi: perkembangan pencapaian kelembagaanpemerintah daerah, aparatur pemerintah daerah, kerjasama antardaerah, dan pembentukan daerah otonom baru. Selain itu pada bab inipun akan dibahas mengenai garis besar pencapaian pembangunandaerah yang dilihat dari sudut pandang pelaksanaan penataan ruangwilayah, perkembangan pembangunan kawasan khusus dan daerahtertinggal, dan perkembangan pembangunan perkotaan dan perdesaan.

Page 4: Perkembangan Penyelenggaraan Pemerintahan · Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan Daerah 6.1. Perkembangan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah 6.1.1 Perkembangan Kelembagaan

PENGUATAN EKONOMI DAERAH:Langkah Menghadapi Krisis Keuangan Global

VI - 3Buku Pegangan 2009

Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan Daerah

6.1. Perkembangan Penyelenggaraan PemerintahanDaerah

6.1.1 Perkembangan Kelembagaan Pemerintah Daerah

Kelembagaan Pemerintah Daerah merupakan elemen dasar dalampenyelenggaraan pemerintahan di suatu daerah, selain elemen urusanpemerintahan dan kapasitas aparatur pemerintah daerah itu sendiri.Pengaturan terhadap kelembagaan atau sering disebut dengan OrganisasiPerangkat Daerah (OPD), telah diatur dan ditetapkan berdasarkan PP No.84 Tahun 2000, yang diganti dengan PP No. 8 Tahun 2003, dan kemudiandirevisi menjadi PP No. 41 Tahun 2007 tentang Organisasi PerangkatDaerah. Dalam PP No. 41 Tahun 2007 tersebut, disebutkan bahwapelaksanaan peraturan perundangan ini diharapkan dapat selesai dalamwaktu 1 tahun sejak ditetapkan. Akhir tahun 2008 merupakan batas waktubagi pemerintah daerah untuk menetapkan Peraturan Daerah mengenaiOrganisasi Perangkat Daerah berdasarkan PP No. 41 Tahun 2007.

Sampai saat ini baru 15 provinsi, 120 kabupaten dan 25 kota yangtelah melaporkan Perda Organisasi Perangkat Daerahnya kepada Depdagri,atau hanya sebesar 45% provinsi dan 30% kabupaten/kota. Informasilengkap daerah-daerah yang telah melaporkan pelaksanaan PP No. 41Tahun 2007 di daerahnya masing-masing dapat dilihat pada Tabel B.1 dilampiran B Buku Pegangan 2009 ini.

Tabel tersebut menunjukkan bahwa pencapaian pelaksanaan PPNo. 41 Tahun 2007 oleh Pemerintah Daerah baru mencapai 31% dariseluruh wilayah di Indonesia. Dari 160 wilayah (provinsi, kabupaten dankota), 17,5% diantaranya telah melaksanakan pada tahun 2007, dansebanyak 82,5%, melaksanakan PP tersebut pada tahun 2008. Sisanya,masih terdapat 18 provinsi, 267 kabupaten dan 71 kota yang belummelaksanakan PP tersebut, atau setidaknya belum melaporkan PerdaOrganisasi Perangkat Daerah mereka berdasarkan PP No. 41 Tahun 2007.Oleh karenanya Pemerintah Provinsi, Kabupaten dan Kota yang belummelaksanakan PP dimaksud agar segera melaksanakan danmelaporkannya.

Selanjutnya terdapat beberapa peraturan mengenai kelembagaanpemerintah daerah (baik struktural maupun non struktural), yangmengamanatkan tiap daerah untuk membentuk suatu instansi daerahdengan nomenklatur tertentu untuk menjalankan urusan pemerintahanyang didelegasikan oleh kementerian lembaga terkait. antara lain:

Baru 15 provinsi(45%), 120

kabupaten dan 25kota (30%) yang

telah melaporkanPerda Organisasi

Perangkat Daerah

Page 5: Perkembangan Penyelenggaraan Pemerintahan · Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan Daerah 6.1. Perkembangan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah 6.1.1 Perkembangan Kelembagaan

Perkembangan Penyelenggaraan PemerintahanDan Pembangunan Daerah

VI - 4Buku Pegangan 2009Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan Daerah

1. UU No. 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian,Perikanan, Dan Kehutanan, mengamanatkan pembentukankelembagaan penyuluhan pemerintah, dengan ketentuan (pasal 8):a. pada tingkat pusat berbentuk badan yang menangani penyuluhan;b. pada tingkat provinsi berbentuk Badan Koordinasi Penyuluhan;c. pada tingkat kabupaten/kota berbentuk badan pelaksana

penyuluhan; dand. pada tingkat kecamatan berbentuk Balai Penyuluhan.

2. UU No. 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik, yangmengatur mengenai Komisi Informasi, yang terdiri atas KomisiInformasi Pusat, Komisi Informasi Provinsi, dan jika dibutuhkan KomisiInformasi Kabupaten/kota, dengan ketentuan (pasal 24):a. Komisi Informasi Pusat berkedudukan di ibu kota Negara.b. Komisi Informasi Provinsi berkedudukan di ibu kota provinsi danc. Komisi Informasi Kabupaten/kota berkedudukan di ibu kota

kabupaten/kota.

Beberapa kewajiban pokok yang harus dilakukan oleh pemerintahdaerah sebagai konsekuensi dari disahkannya UU/14 2008 tersebutdalam rangka memperkuat kelembagaan daerah adalah perlunyasegera menyusun rencana strategis dan rencana aksi sebagaiperangkat kesiapan internal lembaga untuk dapat memenuhi tuntutanpublik atas informasi. Rencana-rencana tersebut antara lain:1. Rencana jangka menengah: mengembangkan budaya

pendokumentasian bagi seluruh unit kerja di daerah.2. Rencana jangka pendek: mengklasifikasi jenis informasi yang dapat

dibuka untuk publik sesuai Undang-undang dan mengembangkanpusat-pusat layanan informasi publik, data center danmeningkatkan kualitas layanannya.

3. UU No. 3 Tahun 2005, tentang Sistem Keolahragaan Nasional,mengatur mengenai penyelenggaraan keolahragaan sebagai berikut(Pasal 14):a. Dalam melaksanakan tugas, Pemerintah dapat melimpahkan

sebagian kewenangannya kepada pemerintah daerah sesuaidengan peraturan perundang-undangan.

b. Dalam melaksanakan tugas, pemerintah daerah membentuksebuah dinas yang menangani bidang keolahragaan sesuai denganperaturan perundang-undangan.

4. Peraturan Presiden No. 83 Tahun 2007 tentang Badan NarkotikaNasional, Badan Narkotika Provinsi, Dan Badan NarkotikaKabupaten/Kota, mengatur mengenai:

Page 6: Perkembangan Penyelenggaraan Pemerintahan · Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan Daerah 6.1. Perkembangan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah 6.1.1 Perkembangan Kelembagaan

PENGUATAN EKONOMI DAERAH:Langkah Menghadapi Krisis Keuangan Global

VI - 5Buku Pegangan 2009

Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan Daerah

a. (Pasal 15) à Badan Narkotika Provinsi yang selanjutnya disebutBNP adalah lembaga non-struktural yang berkedudukan di bawahdan bertanggung jawab langsung kepada Gubernur

b. (Pasal 23) à Badan Narkotika Kabupaten/Kota yang selanjutnyadalam Peraturan Presiden ini disebut BNK/Kota adalah lembaganonstruktural yang berkedudukan di bawah dan bertanggungjawab langsung kepada Bupati/Walikota.

5. UU No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, mengaturmengenai Badan Penanggulangan Bencana Daerah, sebagai berikut(Pasal 18)a. Pemerintah daerah membentuk badan penanggulangan bencana

daerah.b. Badan penanggulangan bencana daerah sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) terdiri atas:i. badan pada tingkat provinsi dipimpin oleh seorang pejabat

setingkat di bawah gubernur atau setingkat eselon Ib; danii. badan pada tingkat kabupaten/kota dipimpin oleh seorang

pejabat setingkat di bawah bupati/walikota atau setingkateselon IIa.

Salah satu bentuk kelembagaan pemerintah daerah yang sedangditingkatkan terkait pelayanan publik adalah pelayanan terpadu satu pintu.Sistem pelayanan ini dikembangkan dalam rangka mendorongpertumbuhan ekonomi melalui peningkatan investasi, sesuai InstruksiPresiden No. 3 Tahun 2006 tentang Paket Kebijakan Perbaikan IklimInvestasi. Tingginya tingkat kesulitan masyarakat dalammengurus/memperoleh dokumen perijinan maupun non perijinan daripemerintah, disinyalir terkait dengan panjangnya rantai birokrasi danbanyaknya instansi yang bertanggung jawab terhadap hal tersebut. Olehkarena itu, peningkatan iklim investasi diusahakan melalui pemangkasanrantai birokrasi pelayanan publik, yang juga diaplikasikan pada pelayanandokumen non perijinan.

Bentuk pelayanan terpadu satu pintu (penyederhanaan pelayanan)yang diarahkan oleh Pemerintah untuk dilaksanakan di daerah adalahpembentukan Perangkat Daerah Penyelenggara Pelayanan Terpadu SatuPintu (PPTSP), yang memiliki:

i. loket/ruang pengajuan permohonan dan informasi;ii. tempat/ruang pemrosesan berkas;iii. tempat/ruang pembayaran;iv. tempat/ruang penyerahan dokumen; danv. tempat/ruang penanganan pengaduan, sebagai sarana dan

prasarana pendukung mekanisme pelayanan.

Sistem pelayananterpadu satu pintu

dikembangkandalam rangka

mendorongpertumbuhan

ekonomi melaluipeningkatan

investasi

Page 7: Perkembangan Penyelenggaraan Pemerintahan · Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan Daerah 6.1. Perkembangan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah 6.1.1 Perkembangan Kelembagaan

Perkembangan Penyelenggaraan PemerintahanDan Pembangunan Daerah

VI - 6Buku Pegangan 2009Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan Daerah

Terkait dengan hal tersebut, beberapa wilayah di Indonesia telahmelaksanakan pelayanan terpadu satu pintu dengan berbagai macambentuk kelembagaan, yaitu kantor, badan dan unit pelayanan. Daerah-daerah yang telah menyusun PPTSP disajikan pada Tabel B.2 di lampiran BBuku Pegangan 2009 ini.

Permasalahan mendasar dalam program peningkatan kapasitaskelembagaan Pemda adalah masih belum optimalnya proses penerapanSPM (Standar Pelayanan Minimal) sampai saat ini, sesuai dengan amanatdari PP Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan danPenerapan SPM. Penetapan SPM dalam rangka menyediakan pelayanankepada masyarakat, khususnya pelayanan yang bersifat wajib, minimalPemerintah Daerah (kabupaten/kota atau provinsi) harus mengacukepada SPM yang disusun oleh Pemerintah. Untuk itu setiap pemerintahdaerah diwajibkan menyusun rencana pencapaian SPM yang memuattarget tahunan pencapaian SPM dengan mengacu pada batas waktupencapaian SPM. Sampai Awal Januari 2009, terdapat 3 (tiga) SPM yangsecara resmi diterbitkan oleh Pemerintah, dintaranya:1. Departemen Kesehatan telah menerbitkan Keputusan Menteri

Kesehatan RI No. 1457/MENKES/SK/X/2003 tentang SPM BidangKesehatan di Kabupaten/Kota. Sedangkan, SPM Rumah Sakit masihdalam proses finalisasi.

2. Kementerian Negara Lingkungan Hidup telah menerbitkan KeputusanMenteri Negara Lingkungan Hidup No 197 tahun 2004 tentang SPMBidang Lingkungan Hidup di daerah kabupaten dan daerah kota.

3. Departemen Sosial telah menerbitkan Peraturan Menteri Sosial RI No.129 / HUK / 2008 tentang SPM Bidang Sosial Daerah Provinsi danDaerah Kabupaten/Kota.

Beberapa langkah yang sudah dilakukan Pemerintah dalam rangkapelaksanaan penerapan SPM antara lain :1. Penerbitan Petunjuk Teknis Penyusunan dan Penetapan SPM,

termasuk Pengembangan Instrumen Analisis Rencana danPenganggaran Pencapaian SPM berdasarkan Analisis Kemampuan danPotensi Daerah sebagai alat bantu Pemerintah Daerah dalam mengkajikemampuannya dan menyusun rencana pencapaian SPM.

2. Penerbitan Pedoman Penyusunan Rencana Pencapaian SPM. Dalammenyusun rencana pencapaian SPM, Pemerintah Daerah wajibmenetapkan skala prioritas yang disesuaikan dengan kemampuan danpotensi daerah. Beberapa metode yang kita kenal dapat digunakanuntuk menentukan skala prioritas salah satunya adalah metodeanalisis SWOT (Kekuatan/Strength, Kelemahan/Weaknesses,Peluang/Opportunities dan Ancaman/Threats).

3. Penetapan prioritas dalam SPM khususnya bidang kesehatan,pendidikan dan prasarana dasar oleh Dewan Pertimbangan Otonomi

Permasalahanmendasar dalamprogrampeningkatankapasitaskelembagaan Pemdaadalah masih belumoptimalnya prosespenerapan SPM

Page 8: Perkembangan Penyelenggaraan Pemerintahan · Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan Daerah 6.1. Perkembangan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah 6.1.1 Perkembangan Kelembagaan

PENGUATAN EKONOMI DAERAH:Langkah Menghadapi Krisis Keuangan Global

VI - 7Buku Pegangan 2009

Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan Daerah

Daerah (DPOD). Hal ini diarahkan dalam upaya meningkatkanpenggunaan indeks pembangunan manusia (human developmentindex) sebagai indikator kemajuan pembangunan di suatu daerah,dengan cara menyusun indikator SPM sejalan dengan MilleniumDevelopment Goals (MDGs), dan mengumpulkan data yang telahdikoordinasikan dengan instansi terkait (kantor statistik, dinas terkait)sebagai input perhitungan indikator SPM

4. Pengembangan Modul Pelatihan untuk Pelatihan Penyusunan danpenerapan SPM di tingkat Pemerintah Pusat dan Daerah. Modultersebut akan berguna sebagai bahan (materi khusus) bagipeningkatan pengetahuan aparat pemerintah dalam memahami SPMsecara lebih baik

5. Pengembangan instrumen Monitoring dan Evaluasi PenerapanStandar Pelayanan Minimal Pemerintah Propinsi danKabupaten/Kota. Hal ini diperlukan untuk mengawasi danmengevaluasi jaminan pelayanan minimum yang telah direncanakanuntuk diberikan, SPM yang sudah dicapai, dan mengantisipasipersoalan-persoalan berkenaan dengan SPM.

Pelaksanaan SPM secara luas menghadapi beberapa tantanganyaitu: (1) kompleksitas dalam merancang dan menyusun indikator didalam SPM; (2) ketersediaan dan kemampuan penganggaran yang relatifterbatas; (3) perlu melakukan proses konsultasi publik dalam menentukannorma dan standar tertentu yang disepakati bersama untuk menghindariadanya perbedaan persepsi di dalam memberikan pelayanan publik sesuaiSPM. Pelaksanaan SPM ke depan diharapkan mampu meningkatkanpelayanan dasar Pemerintah Daerah kepada masyarakat dengan lebih baik.SPM juga diarahkan untuk meningkatkan kualitas perimbangan keuangandan/atau bantuan lain dari Pemerintah Pusat ke Pemerintah Daerahmenjadi lebih adil dan transparan. Dalam proses penentuan anggarankinerja berbasis manajemen kinerja, SPM dapat dijadikan dasar dalamalokasi anggaran daerah dengan tujuan yang lebih terukur. SPM dapatmenjadi alat untuk meningkatkan akuntabilitas Pemerintahan Daerahterhadap masyarakat. Sebaliknya, masyarakat dapat mengukursejauhmana Pemerintahan Daerah dapat memenuhi kewajibannya dalammenyediakan pelayanan publik.

6.1.2 Perkembangan Aparatur Pemerintah Daerah

Dalam UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah,terdapat ketentuan mengenai kepegawaian daerah, yaitu sebanyak 7pasal dalam Bab V. Kepegawaian daerah yang dimaksud adalah pegawainegeri sipil daerah, dimana penyelenggaraan manajemen kepegawaiandaerah merupakan satu kesatuan dengan pegawai negeri sipil secaranasional. Terkait dengan fungsi pengelolaan kepegawaian tersebut, lebih

SPM dapat dijadikanalat untuk mengukur

kinerja pemerintahdaerah dalammemberikan

pelayanan publikdan meningkatkan

akuntabilitasPemerintahan

Daerah terhadapmasyarakat

Page 9: Perkembangan Penyelenggaraan Pemerintahan · Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan Daerah 6.1. Perkembangan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah 6.1.1 Perkembangan Kelembagaan

Perkembangan Penyelenggaraan PemerintahanDan Pembangunan Daerah

VI - 8Buku Pegangan 2009Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan Daerah

lanjut UU No. 32 Tahun 2004 menjelaskan bahwa yang dimaksud denganmanajemen kepegawaian daerah meliputi (Pasal 129 ayat 2):

1. Penetapan Formasi2. Pengadaan, Pengangkatan, Pemindahan, Pemberhentian Pegawai3. Penetapan Pensiun, gaji, tunjangan, kesejahteraan hak dan

kewajiban, kedudukan hukum4. Pengembangan Kompetensi5. Pengendalian Jumlah Pegawai

Wilayah pemerintahan di Indonesia terdiri dari wilayah Provinsi,Kabupaten, dan Kota yang masing-masing memiliki karakteristik khusus,terkait dengan elemen dasar pemerintahan daerah, khususnya personel.Berdasarkan UU No. 32 Tahun 2004, disebutkan bahwa PemerintahProvinsi memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus segalakewenangan pemerintahan dalam skala lintas kabupaten/kota, dan dalamposisinya sebagai Gubernur yang juga menjadi wakil Pemerintah, memilikikewenangan untuk mengatur dan mengurus segala kewenanganpemerintahan dalam upaya memperpendek rentang kendali pelaksanaantugas dan fungsi Pemerintah. Tugas tambahan tersebut kemungkinanmempengaruhi kondisi jumlah aparatur pemerintah Provinsi. Namun,dilihat dari tugas dan fungsi pelayanan umum langsung kepadamasyarakat, maka Kabupaten/Kota memiliki tugas yang lebih teknis danperlu didukung oleh jumlah aparatur yang sebanding dengan beban danjangkauan pelayanannya (jumlah penduduk dan luas wilayah). Tidakseperti kondisi sekarang ini dimana konsentrasi penduduk terkonsentrasidi Pulau Jawa-Bali, maka pola persebaran aparatur pemerintah daerah diIndonesia juga mengikuti beban pelayanan umum yang didasarkan padajumlah penduduk saja, tetapi tidak mengikuti rentang kendali ataujangkauan pelayanannya (luas wilayah) sehingga perlu adanyapenyesuaian kembali penataan aparatur pemerintah daerah yangmempertimbangkan lokasi geografis daerah sebagai variabel pengaruhbagi pengembangan kapasitas pemerintahan daerah.

6.1.3 Kerjasama Antar Daerah

Kerjasama antar Pemerintah Daerah merupakan bentukkesepakatan antara gubernur dengan gubernur; atau gubernur denganbupati/wali kota; atau antara bupati/wali kota dengan bupati/wali kotayang lain, dan atau gubernur, bupati/wali kota dengan pihak ketiga, yangdibuat secara tertulis serta menimbulkan hak dan kewajiban. Kerjasamaantar Pemerintah Daerah ini semakin didorong dalam era desentralisasiterkait dengan usaha meningkatkan kemandirian daerah dalampenyelenggaraan pembangunan. Terkait dengan tujuan desentralisasi danotonomi daerah dalam rangka peningkatan pelayanan publik, maka saatini kerjasama antar Pemerintah Daerah juga didorong untuk mencakup

Penduduk Indonesiaterkonsentrasi diPulau Jawa-Bali,Dengan polapersebaran aparaturpemerintah daerahyang mengikutibeban pelayananumum yang tidakdidasarkan padajumlah penduduksaja, tetapi tidakmengikuti rentangkendali ataujangkauanpelayanannya (luaswilayah)

Upayameningkatkankemandirian daerahdalampenyelenggaraanpembangunan di eradesentralisasi ini,Pemerintahmendorong upaya-upaya Kerjasamaantar PemerintahDaerah

Page 10: Perkembangan Penyelenggaraan Pemerintahan · Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan Daerah 6.1. Perkembangan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah 6.1.1 Perkembangan Kelembagaan

PENGUATAN EKONOMI DAERAH:Langkah Menghadapi Krisis Keuangan Global

VI - 9Buku Pegangan 2009

Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan Daerah

sektor pelayanan publik, yang selama ini masih cenderung dipisahkanberdasarkan batas administrasi wilayah.

Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalampengembangan kerjasama antar Pemerintah Daerah di Indonesia. Hal-haltersebut diatur dalam PP No. 50 Tahun 2007, yang menjadi pedomandaerah dalam bekerja sama dan mengembangkan potensi daerahnya.Poin-poin kerjasama antar Pemerintah Daerah yang perlu disepakati antarsubyek kerjasama (kepala daerah dan/atau pihak ketiga), meliputi hal-halsebagai berikut:

1. Subjek kerja sama;2. Objek kerja sama;3. Ruang lingkup kerja sama;4. Hak dan kewajiban para pihak;5. Jangka waktu kerja sama;6. Pengakhiran kerja sama;7. Keadaan memaksa; dan8. Penyelesaian perselisihan.

Kesepakatan tersebut harus dituangkan dalam surat perjanjiankerjasama (dapat dalam berbagai bentuk : Kesepakatan Bersama,Perjanjian Bersama, dan lain-lain), yang perlu mendapatkan persetujuandari DPRD. Namun, jika kegiatan yang akan dikerjasamakan tersebut telahtercakup dalam APBD (telah dianggarkan), maka kerjasama tersebut dapatdilakukan tanpa melewati proses persetujuan Dewan.

6.1.4 Daerah Otonom Baru

Sejak diberlakukannya UU No. 22 dan No. 25 Tahun 1999, yangkemudian diganti dengan UU No. 32 dan No. 33 Tahun 2004, Indonesiamulai mencoba satu bentuk penyelenggaraan pemerintahan baru yangmemberikan peran yang lebih besar kepada pemerintahan daerah. Olehkarena itu, penataan Daerah Otonom Baru (DOB) menjadi salah satu isupenting, yang sampai tahun 2008 masih menjadi fokus Pemerintah.Penataan DOB sampai saat ini masih sangat identik dengan pemekaranwilayah, belum ada yang mengarah pada penghapusan dan penggabunganwilayah seperti diatur dalam PP 129 tahun 2000 tentang PersyaratanPembentukan dan Kriteria Pemekaran, Penghapusan, dan PenggabunganDaerah yang kemudian diganti dengan PP 78 tahun 2007 tentang TataCara Pembentukan, Penghapusan, dan Penggabungan Daerah.

Pembentukan DOB sejak tahun 1999 sampai 2008 menunjukkanperkembangan yang cukup signifikan, karena jumlah Provinsi di Indonesiameningkat sebesar 21%, jumlah Kabupaten meningkat sebesar 41%, danjumlah Kota meningkat sebesar 37%. Selanjutnya, perkembangan

Penataan DOBsampai saat ini

masih sangat identikdengan pemekaranwilayah, belum ada

upaya-upaya yangmengarah pada

penghapusan danpenggabunganwilayah seperti

diatur dalam PP 129Tahun 2000

Page 11: Perkembangan Penyelenggaraan Pemerintahan · Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan Daerah 6.1. Perkembangan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah 6.1.1 Perkembangan Kelembagaan

Perkembangan Penyelenggaraan PemerintahanDan Pembangunan Daerah

VI - 10Buku Pegangan 2009Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan Daerah

pembentukan daerah otonom baru sejak tahun 1999 sampai tahun 2009dapat dilihat pada gambar 6.1 berikut.

Gambar 6.1. Perkembangan DOB Tahun 1999-2009

Perkembangan Daerah Otonom Baru (DOB) 1999 - 2009

452

3025

001

4938

123

205203

173

148148148147

98

604845

0

50

100

150

200

250

1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009

Tahun

Jum

lah

Jumlah Kumulatif

Sumber : Depdagri, 2008

Peningkatan tersebut sangat mempengaruhi penyelenggaraanpemerintahan di Indonesia, khususnya pemerintahan daerah, mengingattujuan penyelenggaraan otonomi daerah seluas-luasnya adalah untuk: (1)meningkatkan kesejahteraan masyarakat, (2) pelayanan umum, (3) dayasaing daerah. Untuk itu, sedang disusun Grand Design Penataan OtonomiDaerah, untuk menjawab berapa jumlah ideal Provinsi, Kabupaten, danKota di Indonesia untuk dapat menjalankan pemerintahannya denganefektif dan efisien. Keberagaman wilayah administrasi DOB merupakansalah satu kondisi yang perlu diperhatikan, disamping isu lain yangbermunculan.

Selama pelaksanaan desentralisasi dan otonomi daerah,pemekaran wilayah yang terpantau oleh Pemerintah adalah pemekaranProvinsi, Kabupaten dan Kota, karena penetapannya harus melaluiUndang-undang. Di sisi lain, pembentukan kecamatan, kelurahan dan desahanya ditetapkan melalui peraturan daerah, sehingga belum dapatterpantau secara terkini oleh Pemerintah, mengingat belum adanyasuatu sistem pelaporan atau pencatatan peraturan daerah yang kontinyudi tingkat pusat. Berdasarkan pencatatan yang dilakukan oleh DepartemenDalam Negeri selama 6 bulan (Juli 2007 – Januari 2008), diketahui bahwatelah terbentuk 106 kecamatan, 177 kelurahan dan 399 desa.

Grand Designdisusun untukmenjawab berapajumlah idealprovinsi, kabupatendan kota diIndonesia.

Page 12: Perkembangan Penyelenggaraan Pemerintahan · Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan Daerah 6.1. Perkembangan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah 6.1.1 Perkembangan Kelembagaan

PENGUATAN EKONOMI DAERAH:Langkah Menghadapi Krisis Keuangan Global

VI - 11Buku Pegangan 2009

Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan Daerah

Pembentukan wilayah administrasi tersebut terkait dengan adanyapemekaran wilayah kabupaten/kota yang mensyaratkan beberapapersyaratan teknis seperti yang terangkum dalam skema berikut.

Gambar 6.2. Skema Pembentukan Kecamatan, Kelurahan dan Desa

Sumber : Bappenas, 2008

Jika dihitung secara rata-rata dari kecenderungan pemekarankecamatan, kelurahan dan desa pada kurun waktu Juli 2007 sampaiJanuari 2008 di atas, maka dapat diasumsikan bahwa tiap bulannyaterbentuk 18 kecamatan, 30 kelurahan dan 67 desa di Indonesia. Wilayahyang terbentuk tersebut menjadi cikal bakal bagi pemekaran wilayah yanglebih besar, yaitu kabupaten, kota, maupun provinsi, sehingga perlumendapat perhatian khusus. Persyaratan cakupan wilayah DOB yangdiatur dalam PP No. 78 Tahun 2007 dapat dipenuhi melalui pemekaranwilayah kecamatan, yang secara tidak langsung juga akan mendorongpemekaran kelurahan dan desa. Walaupun dalam ketentuannya, masihterdapat persyaratan lain, misalnya jumlah penduduk, luas wilayah,tingkat perekonomian, pelayanan publik serta sarana dan prasarana,namun pemekaran wilayah yang lebih kecil ini masih merupakan isu yangperlu ditindaklanjuti, terutama terkait dengan pengendaliannya.

Tingginya tingkatpemekarankecamatan,

kelurahan dan desadi Indonesia

berpotensi menjadicikal bakal bagi

pemekaran wilayahyang lebih besar,yaitu kabupaten,

kota, maupunprovinsi

Page 13: Perkembangan Penyelenggaraan Pemerintahan · Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan Daerah 6.1. Perkembangan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah 6.1.1 Perkembangan Kelembagaan

Perkembangan Penyelenggaraan PemerintahanDan Pembangunan Daerah

VI - 12Buku Pegangan 2009Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan Daerah

6.2. Perkembangan Pelaksanaan PembangunanDaerah

6.2.1 Perkembangan Pelaksanaan Penataan Ruang Wilayah

Penataan ruang memiliki peranan penting sebagai instrumenspasial dalam pembangunan. Tata ruang diharapkan menjadi pendoronguntuk meningkatkan daya dukung wilayah nasional dalam rangkapelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) dan RencanaPembangunan Jangka Menengah (RPJM) baik di tingkat nasional maupundi tingkat daerah. Adapun tujuan dari penyelenggaraan penataan ruangadalah:(1) Instrumen pembangunan untuk mengarahkan pola pemanfaatan

ruang dan struktur ruang yang disepakati bersama antara pemerintahdan masyarakat dengan memperhatikan kaidah teknis, ekonomis, dankepentingan umum;

(2) Suatu upaya mewujudkan tata ruang yang terencana melalui suatuproses yang meliputi perencanaan, pemanfaatan, dan pengendalianpemanfaatan ruang yang satu sama lain merupakan satu kesatuanyang saling terkait; dan

(3) Suatu upaya untuk mencegah perbenturan kepentingan antar sektor,daerah dan masyarakat dalam penggunaan sumberdaya manusia,sumberdaya alam, sumberdaya buatan melalui proses koordinasi,integrasi, dan sinkronisasi perencanaan, pemanfaatan, danpengendalian pemanfaatan ruang.

Landasan pelaksanaan penataan ruang adalah:· Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang yang

merupakan revisi dari Undang-Undang No. 24 Tahun 1992 tentangPenataan Ruang.

· Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata RuangWilayah Nasional (RTRWN) 2008-2028.

· Peraturan Presiden No. 54 Tahun 2008 tentang Penataan RuangKawasan Jakarta, Bogor, Tangerang, Bekasi, Puncak, dan Cianjur(Jabodetabekpunjur).

· Revisi Keppres No. 62 Tahun 2000 tentang Badan Koordinasi TataRuang Nasional (BKTRN)

Peraturan Perundangan yang masih dalam proses penyusunan adalah:· Draft 7 perpres RTR Pulau, yaitu RTR Pulau Sumatera, jawa-Bali,

Kalimantan, Sulawesi, papua, dan kepualaun Maluku dan NusaTenggara dan Ranperpres RTR Kawasan Metropolitan Mamminasatadan Badan Kerjasama Pembangunan Metropolitan Mamminasata(BKPMM).

Tata ruangdiharapkan menjadipendorong untukmeningkatkan dayadukung wilayahnasional dalamrangka pelaksanaanRPJP dan RPJM baikdi tingkat nasionalmaupun di tingkatdaerah

Page 14: Perkembangan Penyelenggaraan Pemerintahan · Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan Daerah 6.1. Perkembangan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah 6.1.1 Perkembangan Kelembagaan

PENGUATAN EKONOMI DAERAH:Langkah Menghadapi Krisis Keuangan Global

VI - 13Buku Pegangan 2009

Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan Daerah

· Draft revisi PP. 69 Tahun 1996, tentang Peran Serta Masyarakat dalamPenataan Ruang dalam rangka kegiatan peninjauan kembali danpendayagunaan rencana tata ruang untuk menjamin keterpaduanpembangunan antar wilayah dan antar sektor.

· Draft RPP amanat UU No. 26 Tahun 2007 yaitu RPP tentangpenyelenggaraan penataan ruang, tingkat ketelitian peta dan RTR,penataan ruang kawasan pertahanan, pembangunan sumber daya,bentuk dan tata cara peran masyarakat,

Penataan ruang juga tidak terlepas dari bidang pertanahan,dimana tanah merupakan unsur vital yang merupakan modal dasar dalampembangunan kehidupan berbangsa dan bernegara, terlebih sebagianbesar rakyat Indonesia susunan masyarakat dan perekonomiannyabercorak garis yang menggantungkan hidup dari tanah. Oleh karena itutanah perlu dikelola dan diatur secara nasional untuk menjagakeberlanjutan sistem kehidupan berbangsa dan bernegara.

Adapun dalam bidang pertanahan, terdapat beberapa isu strategisyang muncul, yakni: (1) Ketimpangan penguasaan, pemilikan, danpenggunaan tanah. (2) Belum memadainya kepastian hukum hak atastanah. (3) Maraknya konflik dan sengketa tanah.

Fenomena yang perlu menjadi perhatian adalah adanya alih fungsilahan dari penggunaan tanah pertanian ke non pertanian. Lahan diIndonesia saat ini sebesar 190,92 juta hektar. Jumlah ini terbagi menjadidua yaitu kawasan terbangun sekitar 71,98% dan kawasan lindung sebesar28,02%. Berdasarkan hasil analisa, bahwa proporsi terbesar lahanterdapat pada kategori: lahan tersedia dan dapat digunakan untukbudidaya yaitu sebesar 45,06%. Sementara proporsi paling kecil terdapatpada kategori lahan yang sudah dikuasai dan penggunaannya sesuai fungsikawasan sebesar 13,94%. Penggunaan tanah di Indonesia terbagi menjadipenggunaan untuk hutan, non-pertanian, sawah, pertanian tanah kering,perkebunan, dan lain-lain. Dari data yang didapat, penggunaan tanah yangpaling besar yaitu untuk hutan dan yang peling kecil adalah untuk sawah.

Pengelolaanpenataan ruang

tidak terlepas daribidang pertanahan

dengan isu alihfungsi lahan

Page 15: Perkembangan Penyelenggaraan Pemerintahan · Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan Daerah 6.1. Perkembangan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah 6.1.1 Perkembangan Kelembagaan

Perkembangan Penyelenggaraan PemerintahanDan Pembangunan Daerah

VI - 14Buku Pegangan 2009Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan Daerah

Gambar 6.3. Ketersediaan Tanah Nasional

Sumber: BPN, 2008

Gambar 6.4. Penggunaan Tanah di Indonesia.

Sumber: BPN, 2008

6.2.2 Perkembangan Pelaksanaan Pembangunan KawasanKhusus dan Daerah Tertinggal

Perkembangan pelaksanaan Pembangunan kawasan khusus dandaerah tertinggal khususnya berkaitan dengan aspek (a) pengembanganwilayah tertinggal, (b) pengelolaan kawasan perbatasan dan pulau-pulaukecil terluar, dan (c) pengelolaan kawasan strategis nasional meliputikawasan pelabuhan bebas, kawasan ekonomi khusus, dan kawasanpengembangan ekonomi terpadu. Ketiga kawasan tersebut diarahkandalam rangka mendukung pencapaian daya saing perekonomian nasionaldan daya saing domestik.

64,50%9,35%1,96%

4,64%9,49%

10,06% HutanNon pertanianSawahPertanian tanah keringPerkebunanLain-lain

14,46%

13,94%

24,41%

45,56%

Sudah ada penguasaan &penggunaan tanah tidaksesuai fungsiSudah ada penguasaan &penggunaan tanah sesuaifungsiTersedia fungsi lindung

Tersedia

Page 16: Perkembangan Penyelenggaraan Pemerintahan · Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan Daerah 6.1. Perkembangan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah 6.1.1 Perkembangan Kelembagaan

PENGUATAN EKONOMI DAERAH:Langkah Menghadapi Krisis Keuangan Global

VI - 15Buku Pegangan 2009

Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan Daerah

A. Pengembangan Wilayah Tertinggal

Di dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJM) NasionalTahun 2004-2009 (Perpres Nomor 7 Tahun 2005) telah diidentifikasi ada199 daerah yang dikategorikan sebagai daerah tertinggal, yaitu daerahkabupaten yang masyarakat serta wilayahnya relatif kurang berkembangdibandingkan daerah lain dalam skala nasional. 199 daerah yangdikategorikan sebagai daerah tertinggal, yang tersebar di Sumatera,Kalimantan, Papua, dan Nusa Tenggara Timur. Sebagian kecil daerahtertinggal terdapat di Pulau Jawa dan Bali. Bagian terbesarnya tersebar diKawasan Timur Indonesia (KTI). Berdasarkan sebaran wilayahnya,sebanyak 123 kabupaten atau (63%) kawasan tertinggal berada diKawasan Timur Indonesia, 58 Kabupaten (28%) berada di Pulau Sumatera,dan 18 Kabupaten (8%) berada di Pulau Jawa dan Bali.

Di luar kategori wilayah tertinggal, terdapat sejumlah kawasan yangdapat kita sebut sebagai “kawasan paling tertinggal”. Kawasan ini dihunioleh Komunitas Adat Terpencil (KAT), yaitu kelompok sosial budaya yangbersifat lokal dan terpencar. Pada umumnya, kawasan itu belum tersentuholeh jaringan dan pelayanan sosial, ekonomi dan politik. Sementara itu,hampir seluruh pulau-pulau kecil terluar dan terdepan di dalam wilayahkedaulatan negara kita, yang berjumlah 92 pulau, termasuk pula di dalamkategori kawasan tertinggal.

Berbagai permasalahan sebagai penyebab suatu daerah kabupatenmenjadi daerah tertinggal, secara dominan dikelompokkan ke dalam:� Permasalahan aspek pengembangan ekonomi lokal yaitu keterbatasan

pengelolaan sumber daya lokal dan belum terintegrasinya dengankawasan pusat pertumbuhan;

� Permasalahan aspek pengembangan sumber daya manusia yaiturendahnya kualitas sumber daya manusia;

� Permasalahan aspek kelembagaan, terutama rendahnya kemampuankelembagaan aparat dan masyarakat;

� Permasalahan aspek sarana dan prasarana terutama transportasidarat, laut, dan udara; telekomunikasi, dan energi, serta keterisolasiandaerah;

� Permasalahan aspek karakteristik daerah terutama berkaitan dengandaerah rawan bencana (kekeringan, banjir, longsor, kebakaran hutan,gempa bumi, dll) serta rawan konflik sosial.

Untuk mengatasi permasalahan pembangunan daerah tertinggaldilakukan strategi dasar melalui empat pilar:(1) Pilar pertama, meningkatkan kemandirian masyarakat dan daerah

tertinggal, dilakukan melalui: (1) pengembangan ekonomi lokal, (2)

Perpres Nomor 7Tahun 2005 telah

mengidentifikasi ada199 daerah yang

dikategorikansebagai daerah

tertinggal

“Kawasan palingtertinggal” adalah

kawasan yang belumtersentuh oleh

jaringan danpelayanan sosial,

ekonomi dan politikseperti 92 pulaukecil terluar dan

terdepan

Page 17: Perkembangan Penyelenggaraan Pemerintahan · Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan Daerah 6.1. Perkembangan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah 6.1.1 Perkembangan Kelembagaan

Perkembangan Penyelenggaraan PemerintahanDan Pembangunan Daerah

VI - 16Buku Pegangan 2009Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan Daerah

pemberdayaan masyarakat, (3) penyediaan prasarana dan saranalokal/perdesaan, dan (4) peningkatan kapasitas kelembagaanpemerintah daerah, dunia usaha, masyarakat;

(2) Pilar kedua, mengoptimalkan pemanfaatan potensi wilayah,dilakukan melalui: (1) penyediaan informasi potensi sumberdayawilayah, (2) pemanfatan teknologi tepat guna, (3) peningkataninvestasi dan kegiatan produksi, (4) pemberdayaan dunia usaha danUMKM, dan (5) pembangunan kawasan produksi;

(3) Pilar ketiga, memperkuat integrasi ekonomi antara daerahtertinggal dan daerah maju, dilakukan melalui: (1) pengembanganjaringan ekonomi antar wilayah, (2) pengembangan jaringanprasarana antar wilayah, dan (3) pengembangan pusat-pusatpertumbuhan ekonomi daerah;

(4) Pilar keempat, meningkatkan penanganan daerah khusus yangmemiliki karakteristik ‘keterisolasian ’, dilakukan melalui: (1)pembukaan keterisolasian daerah (pedalaman, pesisir, dan pulaukecil terpencil), (2) penanganan komunitas adat terasing, dan (3)pembangunan daerah perbatasan dan pulau-pulau kecil.

Berdasarkan evaluasi terhadap kebijakan alokasi dana perimbangandan kinerja ekonomi daerah tertinggal, maka dapat disimpulkan bahwa:1. Faktor atau dimensi yang paling dominan yang menyebabkan

ketertinggalan suatu daerah yaitu:· belum adanya sikap profesionalisme dan kewirausahaan dari

pelaku pengembangan kawasan di daerah;· Masih lemahnya koordinasi, sinergi, dan kerjasama diantara

pelaku-pelaku pengembangan kawasan, baik pemerintah, swasta,lembaga non pemerintah, dan masyarakat, serta antarapemerintah pusat, provinsi, dan kabupaten/kota, dalam upayameningkatkan daya saing produk unggulan;

· Jeterbatasan jaringan prasarana dan sarana fisik dan ekonomidalam mendukung pengembangan kawasan dan produk unggulandaerah;

· Belum optimalnya pemanfaatan kerangka kerjasama antar wilayahmaupun antar negara untuk mendukung peningkatan daya saingkawasan dan produk unggulan;

· Ketidakseimbangan pasokan sumberdaya alam dengan kebutuhanpembangunan;

· Permasalahan utama dari ketertinggalan pembangunan di wilayahperbatasan adalah arah kebijakan pembangunan kewilayahanyang selama ini cenderung berorientasi ’inward looking’ sehinggaseolah-olah kawasan perbatasan hanya menjadi halaman belakangdari pembangunan negara;

· Pulau-pulau kecil yang ada di Indonesia sulit berkembang terutamakarena lokasinya sangat terisolir dan sulit dijangkau. Diantaranya

Page 18: Perkembangan Penyelenggaraan Pemerintahan · Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan Daerah 6.1. Perkembangan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah 6.1.1 Perkembangan Kelembagaan

PENGUATAN EKONOMI DAERAH:Langkah Menghadapi Krisis Keuangan Global

VI - 17Buku Pegangan 2009

Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan Daerah

banyak yang tidak berpenghuni atau sangat sedikit jumlahpenduduknya, serta belum tersentuh oleh pelayanan dasar daripemerintah.

2. Faktor pengungkit untuk mempercepat pembangunan daerahtertinggal:· Peningkatan kapasitas fiskal merupakan titik awal dari percepatan

pembangunan daerah tertinggal.· Pembangunan infrastruktur sosial dan dasar agar berdampak

optimal terhadap penegmbangan sumberdaya manusia, baik dariapsek ekonomi, pendidikan,dan kesehatan.

· Aksestabilitas masyarakat daerah tertinggal terhadap faktorproduksi yang terdapat diwilayahnya maupun diluar wilayahnya.

3. Strategi percepatan pembangunan dari masing-masing daerahtertinggal berdasarkan dimensi yang paling dominant dan factorpengungkit dari masing-masing dimensi ketertinggalan:· Pembangunan daerah tertinggal harus dilakukan dengan

pendekatan kewilayahan.· Perlu dibedakan stratagi pembangunan daerah tertinggal yang ada

di kepulauan dan pesisir dengan di non kepulauan dan non pesisir.· Perlu dibedakan stratagi pembangunan daerah tertinggal yang ada

diperbatasan dan non perbatasan.4. Rencana kedepan strategi percepatan pembangunan daerah

tertinggal:· Pengembangan daerah tertinggal dapat dilakukan dengan strategi

pokok sebagai berikut: (a) setiap daerah harus menentukan sektorunggulan; (b) pembangunan sumberdaya manusia disesuaikandengan potensi sumberdaya alam lokal dan sesuai dengan standarindustri, untuk meminimalkan atau menghilangkan konflik antaramasyarakat lokal dengan industri; (c) pengembangan komoditasunggulan secara terfokus; (d) pemberian insentif fisik dan nonfisikbagi pengembangan sektor/komoditas unggulan, diantaranyaberupa keringanan pajak dan retribusi, pembangunan prasaranadan sarana, kemudahan perijinan, dan kepastian hukum; (e)pembangunan industri berbasis sumberdaya alam; (f)meningkatkan produktivitas untuk menciptakan daya saing daerah;dan (g) membangun alur pasar yang jelas, terutama UKM, melaluiperantara perusahaan besar.

· Fungsi Pemerintah adalah melakukan pemihakan kepada yanglemah, sehingga pembangunan tidak sekedar bersifat market-driven, sehingga diperlukan instrumen untuk mengkoordinasikanprogram dan anggaran dalam pengembangan daerah tertinggal,yang diantaranya dapat melalui peningkatan kerjasamaantardaerah, sesuai PP Nomor 50 Tahun 2007, yang diperlukanuntuk permasalahan daerah-daerah tertinggal.

Page 19: Perkembangan Penyelenggaraan Pemerintahan · Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan Daerah 6.1. Perkembangan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah 6.1.1 Perkembangan Kelembagaan

Perkembangan Penyelenggaraan PemerintahanDan Pembangunan Daerah

VI - 18Buku Pegangan 2009Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan Daerah

· Permasalahan utama dalam pengembangan ekonomi lokal adalahpasarnya yang kecil sehingga strategi ekspor sangat penting untukmemperluas pasar, yang diantaranya: (a) fokus padapengembangan berbasis klaster; dan (b) membangun kemitraanantara pemerintah dengan sektor swasta.

B. Pengelolaan Kawasan Perbatasan dan Pulau-Pulau Kecil Terluar

Salah satu langkah pemerintah dalam mengantisipasi krisis ekonomiadalah melalui penguatan perekonomian wilayah-wilayah di kawasanperbatasan. Kawasan Perbatasan termasuk pulau-pulau kecil terluarmemiliki potensi sumber daya alam (SDA) yang sangat besar yang dapatdioptimalkan pemanfaatannya untuk meningkatkan pertumbuhanperekonomian daerah dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Selainitu kawasan perbatasan merupakan kawasan yang sangat strategis bagipertahanan dan keamanan negara.

Pengembangan perekonomian kawasan perbatasan perlu dilakukansecara seimbang dengan pengelolaan aspek keamanan yang juga seringmuncul sebagai isu krusial di kawasan ini. Kegiatan eksploitasi SDA secarailegal oleh pihak asing, seperti illegal logging dan illegal fishing, masihmarak terjadi dan menyebabkan degradasi lingkungan hidup. Adanyakesamaan budaya dan adat antara masyarakat di kedua negaramenyebabkan munculnya aktivitas lintas batas tradisional, tidak hanyapada pintu-pintu batas resmi yang telah disepakati namun juga padajalur-jalur tidak resmi. Lemahnya sistem pengawasan di kawasanperbatasan menyebabkan tingginya tingkat kerawanan kawasan initerhadap transnasional crime.

Permasalahan lain yang tidak dapat dilepaskan dalam pengelolaankawasan perbatasan adalah belum disepakatinya penetapan wilayahnegara di beberapa segmen batas darat dan laut melalui kesepakatandengan negara tetangga. Kerusakan atau pergeseran sebagian patok-patok batas darat sering menyebabkan demarkasi batas di lapanganmenjadi kabur. Perlu diperhatikan pula eksistensi pulau-pulau terluar yangmenjadi lokasi penempatan Titik Dasar/Titik Referensi sebagai acuandalam menarik Garis Pangkal Kepulauan Indonesia.

Permasalahan lainnya yang mengemuka hingga saat ini adalah masihbelum optimalnya koordinasi dan sinergitas antar pelaku yangmenyebabkan lambannya upaya pengelolaan kawasan perbatasan. Hal inidisebabkan oleh belum berjalan optimalnya manajemen pengelolaankawasan perbatasan yang terintegrasi, baik dalam aspek perencanaanmaupun pelaksanaannya.

Pengembanganperekonomiankawasan perbatasanperlu dilakukansecara seimbangdengan pengelolaanaspek keamananyang sering munculsebagai isu krusial dikawasan tersebut

Permasalahan yangmengemuka dalampengelolaankawasan perbatasanadalah belumadanya kesepakatanpenetapan bataswilayah negara sertakurang optimalnyakoordinasi dansinergitas antarpelaku

Page 20: Perkembangan Penyelenggaraan Pemerintahan · Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan Daerah 6.1. Perkembangan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah 6.1.1 Perkembangan Kelembagaan

PENGUATAN EKONOMI DAERAH:Langkah Menghadapi Krisis Keuangan Global

VI - 19Buku Pegangan 2009

Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan Daerah

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJP) 2005-2025telah menetapkan arah kebijakan pengembangan wilayah perbatasansebagai pintu gerbang aktivitas ekonomi dan perdagangan dengan negaratetangga. Pendekatan yang digunakan selain menggunakan pendekatankeamanan juga dengan menggunakan pendekatan kesejahteraan.Penjabaran lima tahun pertama dari kebijakan jangka panjang tersebuttertuang dalam Perpres No. 7 tahun 2005 mengenai RencanaPembangunan Jangka Menengah Nasional 2004-2009 melalui ProgramPembangunan Wilayah Perbatasan yang memiliki 2 tujuan, yaitu : (a)Menjaga keutuhan wilayah NKRI melalui penetapan hak kedaulatan NKRIyang dijamin oleh Hukum Internasional; (b) Meningkatkan kesejahteraanmasyarakat setempat dengan menggali potensi ekonomi, sosial danbudaya serta keuntungan lokasi geografis yang sangat strategis untukberhubungan dengan negara tetangga.

Program Pengembangan Wilayah Perbatasan memiliki 6 kegiatanpokok antara lain:1. Penguatan pemerintah daerah dalam mempercepat peningkatan

kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat melalui: (a) peningkatanpembangunan sarana dan prasarana sosial dan ekonomi; (b)peningkatan kapasitas SDM; (c) pemberdayaan kapasitas aparaturpemerintah dan kelembagaan; (d) peningkatan mobilisasi pendanaanpembangunan;

2. Peningkatan keberpihakan pemerintah dalam pembiayaanpembangunan, terutama untuk pembangunan sarana dan prasaranaekonomi di wilayah-wilayah perbatasan dan pulau-pulau kecil melalui,antara lain, penerapan berbagai skema pembiayaan pembangunanseperti: pemberian prioritas dana alokasi khusus (DAK), public serviceobligation (PSO) dan keperintisan untuk transportasi, penerapanuniversal service obligation (USO) untuk telekomunikasi, programlistrik masuk desa;

3. Percepatan pendeklarasian dan penetapan garis perbatasan antarnegara dengan tanda-tanda batas yang jelas serta dilindungi olehhukum internasional;

4. Peningkatan kerja sama masyarakat dalam memelihara lingkungan(hutan) dan mencegah penyelundupan barang, termasuk hasil hutan(illegal logging) dan perdagangan manusia (human trafficking). Namundemikian perlu pula diupayakan kemudahan pergerakan barang danorang secara sah, melalui peningkatan penyediaan fasilitaskepabeanan, keimigrasian, karantina, serta keamanan danpertahanan;

5. Peningkatan kemampuan kerja sama kegiatan ekonomi antar kawasanperbatasan dengan kawasan negara tetangga dalam rangkamewujudkan wilayah perbatasan sebagai pintu gerbang lintas negara.Selain dari pada itu, perlu pula dilakukan pengembangan wilayah

Pendekatanpengembangan

wilayah perbatasandilakukan melalui

pendekatankeamanan dan

pendekatankesejahteraan

Page 21: Perkembangan Penyelenggaraan Pemerintahan · Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan Daerah 6.1. Perkembangan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah 6.1.1 Perkembangan Kelembagaan

Perkembangan Penyelenggaraan PemerintahanDan Pembangunan Daerah

VI - 20Buku Pegangan 2009Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan Daerah

perbatasan sebagai pusat pertumbuhan ekonomi berbasis sumberdaya alam lokal melalui pengembangan sektor-sektor unggulan;

6. Peningkatan wawasan kebangsaan masyarakat; dan penegakansupremasi hukum serta aturan perundang-undangan terhadap setiappelanggaran yang terjadi di wilayah perbatasan.

Mengacu kepada kebijakan dan program pembangunan jangkapanjang dan jangka menengah, pemerintah telah mengeluarkan berbagairegulasi terkait dalam pengelolaan kawasan perbatasan. Mengantisipasipesatnya pembangunan kawasan perbatasan dan paradigma baru dalampengelolaan kawasan perbatasan, Undang-undang No. 26 Tahun 2007tentang Penataan Ruang telah menegaskan prioritas penataan ruangkawasan perbatasan sebagai kawasan strategis nasional dari sudutpandang pertahanan dan keamanan. Terdapat 5 fungsi yang menjadidasar kebijakan penataan ruang kawasan perbatasan, yaitu : (1) kawasanperbatasan sebagai “beranda depan” negara dan pintu gerbanginternasional ke negara tetangga, (2) penerapan keserasian prinsippembangunan kesejahteraan dan pertahanan keamanan, (3) perlindunganterhadap kawasan konservasi dunia dan kawasan lindung nasional, (4)pengembangan ekonomi secara selektif sesuai potensi eksternal daninternal kawasan, dan (5) penciptaan kerjasama ekonomi yangmenguntungkan antar negara dengan melibatkan pemerintah daerah,masyarakat, dan dunia usaha.

Undang-Undang Penataan Ruang juga menetapkan 10 kawasanstrategis nasional pertahanan dan keamanan di perbatasan baikperbatasan darat maupun laut. Kawasan perbatasan darat terdiri dari 3kawasan antara lain : (1) Kawasan Perbatasan Darat dengan Malaysia(Kalbar dan Kaltim), (2) Kawasan Perbatasan Darat dengan Papua Nugini(Papua), dan (3) Kawasan Perbatasan Darat dengan Timor Leste (NTT).Sedangkan kawasan perbatasan laut terdiri darl 7 kawasan, antara lain :(1) Kawasan Perbatasan Laut dengan Thailand/India/Malaysia (NAD danSumut) termasuk 2 Pulau Kecil Terluar, (2) Kawasan Perbatasan Lautdengan Malaysia/Vietnam/Singapura (Riau dan Kepri), termasuk 20 PulauKecil Terluar; (3) Kawasan Perbatasan Laut dengan Malaysia dan Filipina(Kaltim, Sulteng, dan Sulut), termasuk 18 Pulau Kecil Terluar; (4) KawasanPerbatasan Laut dengan Palau (Maluku Utara, Papua Barat, Papua),termasuk 8 Pulau Kecil Terluar; (5) Kawasan Perbatasan Laut denganTimor Leste dan Australia (Papua dan Maluku), termasuk 20 Pulau KecilTerluar; (6) Kawasan Perbatasan Laut dengan Timor Leste dan Australia(NTT), termasuk 5 Pulau Kecil Terluar; dam (7) Kawasan Perbatasan LautBerhadapan dengan Laut Lepas (NAD, Sumut, Sumbar, Bengkulu,Lampung, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, NTB), termasuk19 Pulau Kecil Terluar.

Undang-undang No.26 Tahun 2007tentang PenataanRuang telahmenegaskanprioritas penataanruang kawasanperbatasan sebagaikawasan strategisnasional (terdiri dari10 KSN dan 26 PKSN)yang dilihat darisudut pandangpertahanan dankeamanan

Page 22: Perkembangan Penyelenggaraan Pemerintahan · Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan Daerah 6.1. Perkembangan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah 6.1.1 Perkembangan Kelembagaan

PENGUATAN EKONOMI DAERAH:Langkah Menghadapi Krisis Keuangan Global

VI - 21Buku Pegangan 2009

Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan Daerah

Gambar 6.5. Ilustrasi 10 Kawasan Perbatasan di Indonesia

Peraturan Pemerintah nomor 26 tahun 2008 tentang Rencana TataRuang Wilayah Nasional sebagai penjabaran Undang-Undang nomor 26tahun 2007 tentang Penataan Ruang telah menetapkan 26 Pusat KegiatanStrategis Nasional di Perbatasan (PKSN). PKSN adalah kawasan perkotaanyang ditetapkan untuk mendorong pengembangan kawasan perbatasannegara yang ditetapkan dengan beberapa kriteria, antara lain : (1) pusatperkotaan yang berpotensi sebagai pos pemeriksaan lintas batas dengannegara tetangga; (2) pusat perkotaan yang berfungsi sebagai pintugerbang internasional yang menghubungkan dengan negara tetangga; (3)pusat perkotaan yang merupakan simpul utama transportasi yangmenghubungkan wilayah sekitarnya; dan/atau (4) pusat perkotaan yangmerupakan pusat pertumbuhan ekonomi yang dapat mendorongperkembangan kawasan di sekitarnya. Pengembangan PKSN dimaksudkanuntuk menyediakan pelayanan yang dibutuhkan untuk mengembangkankegiatan masyarakat di kawasan perbatasan, termasuk pelayanan kegiatanlintas batas antarnegara.

Sebagai respon dan kebutuhan terhadap manajemen pengelolaankawasan perbatasan secara terintegrasi, saat ini telah dikeluarkan UndangUndang nomor 43 tahun 2008 tentang Wilayah Negara yangmengamanatkan pengelolaan batas wilayah negara dan kawasanperbatasan. Undang-undang ini mengamanatkan pembentukan BadanPengelola Nasional dan Badan Pengelola Daerah yang berwenang untuk :(1) menetapkan kebijakan program pembangunan perbatasan; (2)menetapkan rencana kebutuhan anggaran; (3) mengoordinasikanpelaksanaan; dan (4) melaksanakan evaluasi dan pengawasan.

Page 23: Perkembangan Penyelenggaraan Pemerintahan · Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan Daerah 6.1. Perkembangan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah 6.1.1 Perkembangan Kelembagaan

Perkembangan Penyelenggaraan PemerintahanDan Pembangunan Daerah

VI - 22Buku Pegangan 2009Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan Daerah

Tabel 6.1. Daftar 26 Pusat Kegiatan Strategis Nasional di KawasanPerbatasan

PKSN Kab/Kota PKSN Kab/Kota1. Jagoibabang Bengkayang 14. Jayapura Jayapura (Kota)2. Nangabadau Kapuas Hulu 15. Merauke Merauke3. Paloh-Aruk Sambas 16. Batam Batam4. Entikong Sanggau 17. Ranai Natuna5. Jasa Sintang 18. Dobo Kepulauan Aru6. Long

PahangaiKutai Barat 19. Saumlaki Maluku Tenggara

Barat7. Long Nawan Malinau 20. Ilwaki8. Nunukan Nunukan 21. Daruba Halmahera Utara9. Simanggaris 22. Sabang Sabang10. Long Midang 23. Kalabahi Alor11. Atambua Belu 24. Dumai Dumai12. Kefamenanu Timor Tengah

Utara25. Tahuna Kepulauan Sangihe

13. TanahMerah

Boven Digoel 26. Melonguane Kepulauan Talaud

Pemerintah secara khusus mengeluarkan pula regulasi mengenaipengelolaan pulau-pulau kecil terluar, melalui penerbitan PeraturanPresiden nomor 78 tahun 2005 mengenai pengelolaan pulau-pulau kecilterluar yang bertujuan untuk memberikan arahan kebijakan operasionaldalam pengelolaan 92 pulau kecil terluar. Terdapat 3 misi utama dariPerpres 78 tahun 2005 yaitu : (1) Menjaga keutuhan NKRI, keamanannasional, pertahanan negara dan bangsa, serta menciptakan stabilitaskawasan; (2) Memanfaatkan sumberdaya alam dalam rangkapembangunan berkelanjutan; (3) Memberdayakan masyarakat dalamrangka peningkatkan kesejahteraan dengan prinsip pengelolaanberdasarkan wawasan nusantara, berkelanjutan dan berbasis masyarakat,serta mengacu kepada Rencana Tata Ruang Wilayah.

Penerbitan berbagai produk kebijakan diatas diharapkan dapatsemakin meningkatkan keberpihakan. keterpaduan dan sinergitas seluruhstakeholder, baik pemerintah pusat, pemerintah daerah, dunia usaha,maupun masyarakat, dalam melakukan pengelolaan kawasan perbatasan,sehingga percepatan pembangunan kawasan perbatasan dalam aspekkesejahteraan dan keamanan secara seimbang dapat terwujud.

Perpres 78 tahun2005 mengenaipengelolaan pulau-pulau kecil terluarbertujuan untukmemberikan arahankebijakanoperasional dalampengelolaan 92pulau kecil terluarmelalui 3 misi utama

Page 24: Perkembangan Penyelenggaraan Pemerintahan · Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan Daerah 6.1. Perkembangan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah 6.1.1 Perkembangan Kelembagaan

PENGUATAN EKONOMI DAERAH:Langkah Menghadapi Krisis Keuangan Global

VI - 23Buku Pegangan 2009

Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan Daerah

C. Pengelolaan Kawasan Strategis Nasional

Pengelolaan kawasan strategis dalam Buku Pegangan inidifokuskan informasinya pada 3 kawasan strategis nasional yaitu meliputi:(a) Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas, (b) KawasanEkonomi Khusus, dan (c) Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu.

Langkah-langkah kebijakan yang telah dilaksanakan untukpengembangan kawasan perdagangan bebas dan pelabuhan bebas(KPBPB) khusus untuk Sabang adalah melalui UU No. 37 Tahun 2000tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-UndangNomor 2 Tahun 2000 tentang Kawasan Perdagangan Bebas dan PelabuhanBebas Sabang menjadi Undang-Undang yang mulai efektif berlaku sejaktanggal 1 September 2000. Penetapan ini bertujuan untuk mendorongpembangunan Provinsi NAD dan daerah lain di Indonesia, dimana jangkawaktu berlakunya Undang-undang ini adalah 70 tahun. KeputusanPresiden No. 191/M Tahun 2005 Tanggal 22 Desember 2005 tentangpejabat Gubernur Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam selaku ExOfficiomenjadi Ketua Dewan Kawasan Sabang. Selain itu diterbitkannya UU No.11/2006 tentang Pemerintahan Aceh, dimana dalam UU tersebut telahmengukuhkan dan mempertegas status dan kapasitas Sabang sebagaisuatu kawasan yang bebas dari tata niaga, pengenaan bea masuk, pajakpertambahan nilai dan pajak penjualan atas barang mewah.Pengembangan Kawasan Sabang diarahkan untuk kegiatan perdagangandan investasi serta kelancaran arus barang dan jasa.

Untuk KPBPB lainnya pemerintah melakukan perubahan UU No36/2000 tentang Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas atauPerpu No 1/2007 menyangkut batas kawasan yang ditetapkan dengan PP,Jenis kegiatan di kawasan ditetapkan dengan PP, Pembentukan kawasanyang juga dengan PP, mengubah Perpu No 1/2007 menjadi UU No. 44Tahun 2007 Tentang Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas,tersusunnya PP No. 46 Tahun 2007 tentang Penetapan Batam sebagaiKawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas, PP No. 47 Tahun 2007tentang Penetapan Bintan sebagai Kawasan Perdagangan Bebas danPelabuhan Bebas, PP No. 48 Tahun 2007 tentang Penetapan Karimunsebagai Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas, tesusunnyaKeppres No. 9 Tahun 2008 tentang Dewan Kawasan Batam, Keppres No.10 Tahun 2008 tentang Dewan Kawasan Bintan, Keppres No. 11 Tahun2008 tentang Dewan Kawasan Karimun, Perpres No. 30 Tahun 2008tentang Dewan Nasional Kawasan Perdagangan Bebas dan PelabuhanBebas, dan tersusunnya Dewan Nasional dengan tugas menetapkankebijakan umum dalam rangka percepatan pengembangan KPBPBsehingga mampu bersaing dengan kawasan sejenis di negara lain,membantu Dewan KPBPB dalam rangka pengelolaan KPBPB, termasuk

Page 25: Perkembangan Penyelenggaraan Pemerintahan · Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan Daerah 6.1. Perkembangan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah 6.1.1 Perkembangan Kelembagaan

Perkembangan Penyelenggaraan PemerintahanDan Pembangunan Daerah

VI - 24Buku Pegangan 2009Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan Daerah

dalam upaya penyelesaian permasalahan strategis yang timbul dalampengelolaan KPBPB, melakukan pengawasan atas pelaksanaanpengelolaan KPBPB, dan adanya Keputusan Menko Perekonomian selakuKetua Dewan Nasional Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan BebasNo. KEP-35/M.EKON/05/2008 tentang Tim Pelaksana Dewan NasionalKawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas, dan telah tersusunnyaMaster Plan Kawasan Batam 2008-2027 beserta Business Plan OtoritaBatam 2008-2012 meski belum memiliki kekuatan hukum (belumdisahkan).

Langkah-langkah kebijakan untuk pengembangan KAPETdiantaranya sedang mengupayakan perbaikan Keppres 150/2000 tentangBP KAPET menjadi Perpres tentang Revitalisasi Pengelolaan KAPET yangberisi kejelasan komitmen Pemerintah terhadap pengembangan KAPETkedepan dengan merevitalisasi kebijakan KAPET, perbaikan sistemkelembagaan Badan Pengembangan di pusat dan Badan Pengelola didaerah, bentuk kelembagaan pengelola menjadi Badan Pengusahaan yangprofesional, kejelasan kewenangan dan peran Badan Pengembangandengan Badan Pengusahaan di daerah, mekanisme koordinasi sinkronisasiketerpaduan program lintas sektor dan pendanaan di pusat dan daerah,keorganisasian tugas dan fungsi Badan Pengembangan dan BadanPengusahaan, mengupayakan rencana percepatan penyediaan saranainfrastruktur di KAPET.

Langkah kebijakan untuk KEK adalah dibentuknya Tim NasionalPengembangan KEKI melalui SK Menko Perekonomian No21/M.Ekon/03/2006 yang dirubah menjadi Keputusan MenkoPerekonomian No. 33/2008 tentang Timnas KEKI, dan sedang dilakukanpembahasan tentang RUU tentang KEK antara Pemerintah dengan DPR.

Langkah-langkah kebijakan untuk pengembangan KESR oleh SeknasKSER adalah membina memelihara dan melanjutkan komitmen denganberbagai pihak terkait antar negara anggota KESR baik secara bilateralmaupun multilateral, memberikan informasi dan konsultasi bagi Provinsidan Kabupaten/Kota yang terkait dengan kegiatan KESR, melakukankorespondensi dan materi tentang partisipasi Indonesia dalam kerjasamaekonomi, dan koordinasi dengan instansi terkait baik di pusat maupundaerah, menyelesaikan Country Papers bagi anggota delegasi Indonesiadan Chairman Notes tentang hal yang relevan bagiISOM/SOM/MM/Summit, mempersiapkan pendapat dan saran bagiAnnotated Agenda dan program untuk ISOM/SOM/MM/Summit dankegiatan lainnya, menyiapkan atau membagikanHighlight/Laporan/Updates/Persetujuan yang ditetapkan di berbagaimeeting atau petunjuk pimpinan, menyiapkan rencana kegiatan tahunanIndonesia dalam rangka kerjasama ekonomi sub-regional, melaksanakan

Page 26: Perkembangan Penyelenggaraan Pemerintahan · Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan Daerah 6.1. Perkembangan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah 6.1.1 Perkembangan Kelembagaan

PENGUATAN EKONOMI DAERAH:Langkah Menghadapi Krisis Keuangan Global

VI - 25Buku Pegangan 2009

Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan Daerah

monitoring terhadap tindakan yang dilakukan untuk menghadapi hal-halyang timbul dari berbagai rapat koordinasi/working group/cluster, danjuga melaksanakan asistensi dalam pengorganisasian meeting, dimanaIndonsia menjadi tuan rumah.

Disamping itu peran yang dilakukan oleh Asosiasi PengusahaIndonesia dalam kaitannya dengan pengembangan KESR adalahmendukung Tim Diskusi dan Peraturan Perundang-Undangan Indonesiaterutama dalam bidang Ketenagakerjaan dan Perburuhan meliputi upaya-upaya memberikan informasi tentang Peraturan Perundang-Undangantentang Ketenagakerjaan termasuk Peraturan Dasar yang terkait denganKESR, mengajukan usulan agar hambatan mobilitas worker migrationdapat dihilangkan tanpa mengurangi aspek keamanannya seperti fiskalkeberangkatan keluar negeri, adanya MOU tentang prosedur penggunaantenaga kerja asing yang lebih jelas dan aman antar negara pemasok dannegara penerima, memberikan informasi tentang ketersediaan dankebutuhan tenaga kerja baik dari segi jumlah maupun mutu SDM-nya.

6.2.3 Perkembangan Pelaksanaan Pembangunan WilayahPerkotaan dan Perdesaan

Potret perkembangan wilayah perkotaan di Indonesia tidak jauhberbeda dari gambaran perkembangan pembangunan wilayah yang ada.Jumlah dan proporsi penduduk perkotaan terus meningkat, namun bagianterbesar penduduk perkotaan masih berada di Jawa. Proporsi pendudukyang tinggal di wilayah perkotaan di Indonesia meningkat dari sekitar 22persen di tahun 1980 menjadi 31 persen dan 42 persen di tahun 1990 dan2000, dan diperkirakan akan terus meningkat menjadi lebih dari 60 persendi tahun 2025. Proporsi penduduk perkotaan yang tinggal di Jawa tidakbanyak berubah dari 69.8 persen di tahun 1980 menjadi 69.2 persen dan69.1 persen di tahun 1990 dan 2000, masih selalu lebih besardibandingkan dengan mereka yang menghuni kota-kota di luar Jawa.

Jumlah dan proporsipenduduk perkotaan

terus meningkat,namun bagian

terbesar pendudukpekotaan masih

berada di jawa

Page 27: Perkembangan Penyelenggaraan Pemerintahan · Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan Daerah 6.1. Perkembangan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah 6.1.1 Perkembangan Kelembagaan

Perkembangan Penyelenggaraan PemerintahanDan Pembangunan Daerah

VI - 26Buku Pegangan 2009Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan Daerah

Jumlah penduduk perkotaan > perdesaan

34.95

65.05

39.61

43.95

47.9751.7

56.01

64.09

69.1

77.73

82.6

60.39

56.05

52.03

48.3

43.99

35.91

30.9

17.4

22.27

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

1970

1980

1990

1995

2002

2005

2010

2015

2020

2025

Perdesaan

Perkotaan

tahun Perdesaan(% pddk)

Perkotaan(% pddk)

Sumber : Bappenas (2005),Pustra (2008), diolah denganasumsi growth 1.5%/thn

PERKOTAAN

Struktur dan hirarkhi kota-kota kita masih belum beranjak banyakdari keadaan beberapa dekade lalu di mana wilayah Jakarta dansekitarnya masih menduduki urutan pertama pusat pertumbuhan, diikutiSurabaya, Bandung, Semarang, Palembang, Medan, Makassar, Padang,Malang, Lampung dan seterusnya. Jumlah kota-kota kecil relatif lebihsedikit bila dibandingkan dengan jumlah kota menengah.

Kota Metropolitan

Kota Besar

Kota Sedang

Kota Kecil

58 %

14 %

15 %

12 %

Ketidakseimbangan Jumlah Kota Menengah danKecil : Kota Kecil Belum BerkembangèKeterkaitan

antara desa-kota kecil masih kurang

Di satu sisi kota-kota di Indonesia memiliki potensi dan daya tarikyang amat besar dengan keunikan lokasi dan pemandangan alam sertakekayaan dan keragaman sosial dan budaya, termasuk keragaman seni,hasil bumi, dan kuliner. Namun di sisi lain, berbagai permasalahan dalambidang pembangunan perkotaan masih harus dihadapi di antaranyaadalah: (1) rendahnya kualitas pelayanan publik, (2) terbatasnya tingkatpenyediaan perumahan yang layak, (3) rendahnya akses terhadap lahan

Page 28: Perkembangan Penyelenggaraan Pemerintahan · Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan Daerah 6.1. Perkembangan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah 6.1.1 Perkembangan Kelembagaan

PENGUATAN EKONOMI DAERAH:Langkah Menghadapi Krisis Keuangan Global

VI - 27Buku Pegangan 2009

Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan Daerah

perkotaan, (4) masih tingginya tingkat kemiskinan di perkotaan, serta (5)masalah-masalah yang terkait dengan proses otonomi daerah dandemokratisasi pembangunan, seperti pembentukan kota-kota baru yangmenambah jumlah agenda pembangunan perkotaan, adanya konflikkewenangan antara pusat dan daerah, terjadinya krisis solidaritas lintaswilayah.. Di samping itu masih terdapat pula masalah lainnya seperti (6)keterkaitan kota-desa masih lemah, (7) belum terbangunnya keterkaitanspasial dan mata rantai produksi antara pertanian dan suplai inputnyaantara kawasan perkotaan dan perdesaan, (8) belum optimalnyakerjasama antar Pemerintah Daerah dalam pengelolaan kawasanperkotaan, (9) menurunnya daya dukung kota besar dan metropolitanakibat pembangunan yang tidak terkendali, (10) belum maksimalnyaperan kota kecil dan menengah dalam mendorong pertumbuhan wilayah, ,serta (11) rentannya kota-kota di Indonesia terhadap dampak perubahaniklim dan bencana alam.

Ancaman Perubahan Iklim :Krisis air baku, sanitasi, energi , dan pangan, serta Peningkatan banjir

343 Bencana di Indonesia pada 1907 – 2007 terbanyak adalah banjir, gempabumi, gunung berapi , longsor dan epidemi

8

8 5

3 3

1 0 8

3 7

4 5

8

9

1 0

0 3 0 6 0 9 0 1 2 0

K e k e r i n g a n

G e m p a b u m i

E p i d e m i

B a n j i r

L o n g s o r

G u n u n g B e r a p i

T s u n a m i

K e b a k a r a n h u t a n

A n g i n t o p a n

Polusi Udara, Air Dan Suara Merupakan Degradasi Lingkungan PerkotaanTerbesar

Sesuai dengan misi yang harus diemban dalam pembangunan nasionaljangka panjang, maka arah pembangunan perkotaan dapat dirinci kedalam program-program pembangunan yang menekankan pentingnya hal-hal sebagai berikut:

Page 29: Perkembangan Penyelenggaraan Pemerintahan · Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan Daerah 6.1. Perkembangan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah 6.1.1 Perkembangan Kelembagaan

Perkembangan Penyelenggaraan PemerintahanDan Pembangunan Daerah

VI - 28Buku Pegangan 2009Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan Daerah

1. Orientasi pada keragaman etnis & budaya, serta pembangunan berkelanjutan.2. Penciptaan lapangan kerja formal serta kesejahteraan pekerja informal.3. Peningkatan Iklim investasi yang menarik4. Pengembangan IKM di luar Pulau Jawa.5. Peningkatan sarana dan prasarana dalam kota, antar kota, antara kota dan desaberorientasi ramah lingkungan dan hemat energi6. Penyediaan kebutuhan hunian untuk mewujudkan kota tanpa permukimankumuh.7. Peningkatan pelayanann dasar (industri, perdagangan, transportasi, pariwisata,dan jasa)

MISI ARAH PEMBANGUNAN PERKOTAAN

Bangsa yg berdayasaing

Pembangunan ygmerata danberkeadilan

Indonesia asri danlestari

Negara kepulauan ygmandiri, maju,kuat

1. Menyeimbangkan pertumbuhan antar kota2. Peningkatan keterkaitan kegiatan ekonomi antar kota3. pengendalian pemanfaatan ruang4. Peningkatan peran dan fungsi kota-kota menengah dan kecil5. Peningkatan kegiatan ekonomi kota ramah lingkungan6. Peningkatan kemampuan keuangan daerah perkotaan7. Pengembalian fungsi kawasan8. Penataan kembali pelayanan fasilitas publik9. Pemenuhan kebutuhan pelayanan dasar perkotaan

1. Identifikasi dan pemetaan daerah-daerah rawan bencana2. Kemampuan penerapan sistem deteksi dini bencana alam3. pembangunan yang berkelanjutan4. Pemanfaatan jasa ramah lingkungan5. Pemulihan dan rehabilitasi kondisi lingkungan hidup1. Pengembangan kota berwawasan bahari2. Pengembangan industri kelautan3. Pengurangan dampak bencana pesisir dan pencemaran

Kebijakan bidang perkotaan didasarkan pada paradigmapembangunan perkotaan yang melihat kota sebagai suatu kesatuankawasan/wilayah. Dengan melihat kota sebagai kesatuan ini, maka kotaharus dilihat dari dua sisi, yaitu kota sebagai “mesin” pertumbuhannasional dan regional serta kota sebagai tempat tinggal yang nyaman,layak huni dan berkelanjutan. Mengembangkan kota sebagai mesinpertumbuhan nasional dan regional dapat dilakukan melalui upaya-upayaseperti peningkatan daya saing kawasan perkotaan, pengembangan danpengoptimalan peran kota kecil dan menengah sebagai pendukungekonomi perdesaan, peningkatan kerjasama antar Pemerintah Daerahdalam pengelolaan kawasan perkotaan (Keterkaitan antar kota),peningkatan manajemen perkotaan di kawasan metropolitan sertapeningkatan fungsi koordinasi lintas wilayah dan lintas sektoral sertapeningkatan dan revitalisasi peran dan fungsi kawasan metropolitan.Sedangkan untuk mengembangkan kota sebagai tempat tinggal yangnyaman, layak huni dan berkelanjutan dapat dilakukan melalui upaya-upaya seperti peningkatan pelayanan perkotaan, pengendalianpertumbuhan penduduk kota-kota besar dan kawasan metropolitan (tidakhanya dengan mengendalikan kelahiran tetapi juga denganmengembangkan kota kecil dan menengah untuk mencegah migrasimasuk ke kota besar dan kawasan metropolitan, development capacitypembangunan berkelanjutan kawasan metropolitan, serta peningkatanpenataan ruang kawasan metropolitan.

Prioritas pembangunan perkotaan tahun 2010 diarahkan untukmelaksanakan upaya-upaya sebagai berikut :

Page 30: Perkembangan Penyelenggaraan Pemerintahan · Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan Daerah 6.1. Perkembangan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah 6.1.1 Perkembangan Kelembagaan

PENGUATAN EKONOMI DAERAH:Langkah Menghadapi Krisis Keuangan Global

VI - 29Buku Pegangan 2009

Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan Daerah

1. Pengembangan Sistem Informasi Perkotaana. Pengkajian dan Pengembangan Sistem Informasi melalui

Penyusunan Data dan Informasi peran masing-masing kota PKN,PKW, PKL dam PKSN dalam sistem perkotaan nasional

2. Pengembangan Badan Kerjasama Antar Kotaa. Fasilitasi Pengelolaan Kawasan Perkotaan

3. Penyusunan Pedoman, Rencana dan Evaluasi Pedoman PembangunanKota /Antar Kotaa. Penataan Lingkungan Kawasan Perkotaan Metropolitan, Besar,

Menengah dan Kecil.b. Fasilitasi Penguatan Sistem Perkotaan Nasionalc. Penataan Lingkungan Kawasan Pinggiran Kota (Fringe Area)

4. Pengembangan Sistem Kelembagaan Ekonomi Perkotaana. Pengembangan dan Revitalisasi Sistem Kelembagaan Ekonomi

Perkotaan5. Pengembangan Infrastruktur Kota

a. Pembangunan Sektor Perkotaan (USDRP)6. Pengembangan Ekonomi Kota Kecil dan Menengah

a. Pendampingan Penyusunan Rencana Program Investasi JangkaMenengah (RPIJM) Kabupaten/Kota

7. Pengembangan Sistem Informasi Pembangunan Kota Besar danMetropolitana. Penyiapan Jakstra 20 th Pengembangan Perkotaan Nasional

8. Penyusunan Rencana, Kebijakan dan Pedoman PengendalianPembangunan Kota-Kota Besar dan Kawasan Metropolitana. Penyiapan Rencana Tindak Pengembangan Kota-Kota Besarb. Penyusunan RTR, rencana tindak dan pembentukan kelembagaan

kawasan metropolitanc. Penyusunan kebijakan dalam pengendalian pertumbuhan kota-

kota satelit di sekitar kota inti metropolitan sesuai dengan fungsidan daya dukung lingkungan

d. Pengendalian dan Pengembalian Fungsi Kawasan Metropolitan danKota Besar melalui peremajaan pada pusat kegiatan perkotaan(pasar tradisional, kawasan pendidikan, kawasan kesehatan).

Meskipun terdapat kecenderungan peningkatan jumlah danprosentase penduduk di wilayah perkotaan, sebagian besar wilayahIndonesia sebenarnya merupakan kawasan perdesaan. Namun demikian,tingkat kesejahteraan penduduk pedesaan secara umum masih relatiflebih rendah bila dibandingkan dengan rata-rata penduduk perkotaan.Sebagian besar penduduk perdesaan bekerja di sektor pertanian denganpola kepemilikan lahan yang semakin sempit. Jumlah penduduk yangberada di bawah garis kemiskinan di perdesaan juga masih lebih tinggidaripada penduduk miskin perkotaan.

Tingkatkesejahteraan

penduduk pedesaansecara umum masihrelatif lebih rendah

bila dibandingkandengan penduduk

perkotaan

Page 31: Perkembangan Penyelenggaraan Pemerintahan · Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan Daerah 6.1. Perkembangan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah 6.1.1 Perkembangan Kelembagaan

Perkembangan Penyelenggaraan PemerintahanDan Pembangunan Daerah

VI - 30Buku Pegangan 2009Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan Daerah

WILAYAH PERDESAAN

87.6170.07

91.58

88.6391.54

90.61

96.68

Sumatera

Jawa dan Bali

Kalimantan

Sulawesi

Maluku

Nusa Tenggara

Papua

Sumber: BPS, PODES 2006

82,31 % wilayah Indonesia adalah kawasan perdesaanmembangun Indonesia = membangun perdesaan = membangun pertanian

PERTANIAN: WAJAH DOMINAN PERDESAAN

60%

1%9%

0%

14%

0% 7%4%

5%

Pertanian Pertambangan Industri PengolahanListrik, Gas, Air Bangunan PerdaganganAngkutan Jasa& Keuangan Jasa Kemasyarakatan

Konsentrasi Penduduk Miskin Di PedesaanTinggi Meskipun Cenderung Menurun

Tahun Kota Desa Total1996 9,42 24,59 34,011998 17,60 31,90 49,501999 15,64 32,33 47,972000 12,30 26,40 38,702001 8,60 29,30 37,902002 13,30 25,10 38,402003 12,20 25,10 37,302004 11,40 24,80 36,102005 12,40 22,70 35,102006 14,49 24,81 39,302007 13,56 23,61 37,17

Dalam Juta Orang

0102030405060

NA

D

Sum

ater

a U

tara

Sum

ater

a B

arat

Ria

u

Jam

bi

Ben

gkul

u

Lam

pung

Ban

gka

Belit

ung

Kep

ulau

an R

iau

DK

I Jak

arta

Jaw

a B

arat

Jaw

a Te

ngah

DI Y

ogya

karta

Jaw

a Ti

mur

Bant

en Bal

i

NTB

NTT

Sul

awes

i Uta

ra

Gor

onta

lo

Sul

awes

i Bar

at

Mal

uku

Mal

uku

Uta

ra

Pap

ua B

arat

Pap

ua

2007 Kota 2007 Desa 2008 Kota 2008 Desa

% Penduduk Miskin lebih tinggi di perdesaan dibandingkan perkotaan berdasarkan propinsi (2007 & 2008)

Kawasan perdesaan menghadapi permasalahan-permasalahaninternal dan eksternal yang menghambat perwujudan kawasanpermukiman perdesaan yang produktif, berdaya saing dan nyaman.Adapun permasalahan tersebut secara garis besar meliputi: (1) masihterbatasnya alternatif lapangan kerja berkualitas, (2) masih lemahnya

Page 32: Perkembangan Penyelenggaraan Pemerintahan · Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan Daerah 6.1. Perkembangan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah 6.1.1 Perkembangan Kelembagaan

PENGUATAN EKONOMI DAERAH:Langkah Menghadapi Krisis Keuangan Global

VI - 31Buku Pegangan 2009

Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan Daerah

keterkaitan kegiatan ekonomi baik secara sektoral maupun spasial, (3)masih timbulnya hambatan distribusi dan perdagangan antar daerah, (4)tingginya resiko petani dan pelaku usaha di perdesaan akibat kerentananterhadap bencana alam, hama, dan fluktuasi harga, (5) rendahnya asetyang dikuasai masyarakat perdesaan, (6) rendahnya tingkat pelayananprasarana dan sarana perdesaan, (7) rendahnya kualitas SDM diperdesaan yang sebagain besar masih berketerampilan rendah, (8)meningkatnya konversi lahan pertanian subur dan beririgasi teknis keperuntukan lain, (9) meningkatnya degradasi sumber daya alam danlingkungan hidup, (10) masih lemahnya kelembagaan dan organisasiberbasis masyarakat, (11) masih lemahnya koordinasi lintas bidang dalampengembangan kawasan perdesaan, (12) masih rendahnya tingkat adopsiteknologi perdesaan.

Proporsi RT pengguna listrik& jalan utama aspal

RegionProporsi RT

dengan listrikProporsi Jalanutama aspal

Sumatra 0.57 0.46Jawa-Bali 0.64 0.63Kep. Nusa 0.21 0.44Kalimanta 0.43 0.32Sulawesi 0.46 0.50Kep. Malu 0.39 0.36Papua 0.48 0.17

Region LK di desa Akses kreditSumatra 0.06 0.20Jawa-Bali 0.43 0.64Kep. Nusa 0.27 0.41Kalimanta 0.07 0.29Sulawesi 0.13 0.33Kep. Malu 0.02 0.13Papua 0.01 0.04

Ekonomi: lembaga keuangan & kredit

Page 33: Perkembangan Penyelenggaraan Pemerintahan · Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan Daerah 6.1. Perkembangan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah 6.1.1 Perkembangan Kelembagaan

Perkembangan Penyelenggaraan PemerintahanDan Pembangunan Daerah

VI - 32Buku Pegangan 2009Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan Daerah

Bertolak dari misi yang harus diemban dalam pembangunannasional jangka panjang, maka arah pembangunan perdesaan dapatdirinci ke dalam program-program pembangunan yang menekankanpentingnya hal-hal sebagai berikut:

1. peningkatan penciptaan lapangan kerja di sektor formalserta kebijakan yg mendukung sektor informal

2. peningkatan efisiensi dan modernisasi dalam pengolahansektor primer (pertanian, kelautan dan pertambangan)

3. Peningkatan nilai tambah sektor primer melaluipengembangan agribisnis (rantai nilai)

4. Peningkatan daya saing melalui diversifikasi produk5. Penguatan industri dan jasa pendukung sektor primer

MISI ARAH PEMBANGUNAN PERDESAAN

Bangsa yg berdayasaing

Pembangunan ygmerata danberkeadilan

Indonesia asri danlestari

Negara kepulauan ygmandiri, maju,kuat

1.Pengembangan agroindustri berbasis pertanian dan kelautan;

2.Peningkatan kapasitas SDM

3.Pengembangan jaringan infrastruktur penunjang kegiatanproduksi di kawasan perdesaan dan kota-kota kecil;

4.Peningkatan akses informasi, pemasaran, lembaga keuangan,kesempatan kerja, dan teknologi;

5.Pengembangan social capital

6.Intervensi harga dan kebijakan pro pertanian1.Pengelolaan berbasis keragaman SDA lokal

2.Mitigasi bencana alam

3.Peningkatan nilai tambah dari SDA berbasis keunikan lokal

1.Pengembangan industri kelautan (pariwisata dan agroindustri)

Dengan perkiraan pencapaian sasaran pada RPJMN 2004-2009sampai dengan tahun 2008, maka rencana dan langkah tindak lanjutpembangunan untuk periode selanjutnya adalah sebagai berikut:1. Peningkatan penciptaan lapangan kerja di sektor formal serta

kebijakan yg mendukung sektor informal.2. Peningkatan efisiensi dan modernisasi dalam pengolahan sektor

primer (pertanian, kelautan dan pertambangan).3. Peningkatan nilai tambah sektor primer melalui pengembangan

agribisnis (rantai nilai).4. Peningkatan daya saing melalui diversifikasi produk.5. Penguatan industri dan jasa pendukung sektor primer.6. Pengembangan agroindustri berbasis pertanian dan kelautan.7. Peningkatan kapasitas SDM.8. Pengembangan jaringan infrastruktur penunjang kegiatan produksi di

kawasan perdesaan dan kota-kota kecil.9. Peningkatan akses informasi, pemasaran, lembaga keuangan,

kesempatan kerja, dan teknologi.10. Pengembangan social capital.11. Intervensi harga dan kebijakan pro pertanian.

Page 34: Perkembangan Penyelenggaraan Pemerintahan · Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan Daerah 6.1. Perkembangan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah 6.1.1 Perkembangan Kelembagaan

PENGUATAN EKONOMI DAERAH:Langkah Menghadapi Krisis Keuangan Global

VI - 33Buku Pegangan 2009

Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan Daerah

12. Pengelolaan berbasis keragaman SDA lokal13. Mitigasi bencana alam.14. Peningkatan nilai tambah dari SDA berbasis keunikan lokal.15. Pengembangan industri kelautan (pariwisata dan agroindustri).

Dalam rangka pengembangan ekonomi lokal dan daerah, berbagaipermasalahan yang masih harus dihadapi adalah: (1) Rendahnya aksesterhadap infrastruktur fisik pendukung kegiatan ekonomi produktif danmasih rendahnya kuantitas dan kualitas infrastruktur bagi pengembanganekonomi, (2) Rendahnya akses terhadap data dan informasi yangmendukung percepatan pengembangan ekonomi lokal dan daerah, (3)Belum kondusifnya pengembangan usaha ditinjau dari iklim berusaha,persaingan usaha, dan keberlanjutan sumberdaya produk unggulandaerah, sehingga dianggap perlu untuk mengoptimalkan regulasi dalammoneter, fiskal, dan perizinan, (4) Belum terintegrasi program-programlintas sektoral di dalam lingkup pengembangan ekonomi lokal dan daerah,(5) Rendahnya kinerja kelembagaan dan kemampuan sumberdayamanusia di pusat dan daerah dalam upaya mempercepat pembangunan,(6) Belum optimalnya kerjasama antar daerah, antar kementerian/lembaga dengan daerah, dan kemitraan antara pemerintah dan duniausaha, (7) Kurang terakomodasinya aspirasi dan kondisi daerah dalamdesain program, (8) Terbatasnya kapasitas dan jumlah fasilitasi sertajangka waktu fasilitasi di dalam sistem yang mendukung pengembanganekonomi lokal, (9) Belum maksimalnya dan terintegrasikannya program-program pembangunan yang terkait dengan pengembangan kawasan,seperti agropolitan, Kawasan Sentra Produksi (KSP), Kota terpadu Mandiri(KTM), dan lainnya dan cenderung bersifat sektoral.

Dengan perkiraan pencapaian sasaran pada RPJMN 2004-2009sampai dengan tahun 2008, maka rencana dan langkah tindak lanjutpembangunan untuk periode selanjutnya adalah sebagai berikut:1. Pengembangan ekonomi lokal dan daerah diharapkan berjalan dengan

memperhatikan perubahan paradigma pembangunan, terutamadengan adanya perubahan paradigma kepemerintahan berdasarkandesentralisasi dan otonomi daerah.

2. Pengembangan ekonomi lokal dan daerah diharapkan sebagai sebagaiinsiatif daerah yang dilakukan secara partisipatif melalui peningkatannilai tambah sektor primer melalui pengembangan agribisnis denganmenekankan pada pendekatan pengembangan bisnis (businessdevelopment).

3. Pengembangan dan peningkatan jaringan infrastruktur penunjangkegiatan produksi, distribusi dan pemasaran.

4. Peningkatan keterkaitan kegiatan ekonomi di wilayah perkotaan dan diperdesaan secara sinergis dalam suatu ‘sistem wilayah pengembanganekonomi’.

Page 35: Perkembangan Penyelenggaraan Pemerintahan · Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan Daerah 6.1. Perkembangan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah 6.1.1 Perkembangan Kelembagaan

Perkembangan Penyelenggaraan PemerintahanDan Pembangunan Daerah

VI - 34Buku Pegangan 2009Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan Daerah

5. Perluasan dan diversifikasi aktivitas ekonomi dan perdagangan(nonpertanian) di pedesaan yang terkait dengan pasar di perkotaan

6. Pengembangan ekonomi lokal diarahkan melibatkan seluruhstakeholder khususnya dunia usaha dan pemerintah daerah baikdalam penganggaran maupun perencanaan, agar tercapaikeberlanjutan.

7. Pengembangan ekonomi lokal dan daerah diarahkan untuk mengisidan mengoptimalkan kegiatan ekonomi yang dilakukan berdasarkanpengembangan wilayah berkelanjutan melalui pengembangankomoditi unggulan yang berbasis sumber daya alam dan berbasispengetahuan.

8. Kerjasama sama antar daerah dilakukan dalam rangka pengembanganekonomi lokal terutama untuk peningkatan promosi investasi danregional marketing.

9. Pengembangan sistem informasi pengembangan ekonomi lokal dandaerah dalam rangka mendukung promosi investasi dan regionalmarketing.