Upload
others
View
8
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PERLINDUNGAN HUKUM BAGI MASYARAKAT TERHADAP
SENGKETA TANAH PADA KAWASAN EKONOMI KHUSUS
MANDALIKA
(Studi di Kabupaten Lombok Tengah)
JURNAL ILMIAH
Oleh :
NOPIA RIZKY SABELLA
D1A015200
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MATARAM
MATARAM
2019
PERLINDUNGAN HUKUM BAGI MASYARAKAT TERHADAP
SENGKETA TANAH PADA KAWASAN EKONOMI KHUSUS
MANDALIKA (STUDI DI KABUPATEN LOMBOK TENGAH)
NOPIA RIZKY SABELLA
D1A015200
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MATARAM
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana perlindungan hukum
bagi masyarakat terhadap sengketa tanah pada Kawasan Ekonomi Khusus
Mandalika di Desa Kuta, yang merupakan penelitian empiris dengan pendekatan
perundang-undangan, pendekatan konseptual dan pendekatan sosiologi.
Hasil penelitian menunjukkanbahwa perlindungan hukum bagi masyarakat
terhadap sengketa tanah pada Kawasan Ekonomi Khusus Mandalika yaitu
perlindungan hukum preventif berupa pengaturan oleh UUPA dan perlindungan
hukum represif berupa pembatalan sertifikat hak atas tanah bagi pemegang yang
tidak berhak.Faktor-faktor penyebab terjadinya sengketa tanah yaitu berupa faktor
yuridis dan non yuridis. Adapun proses penyelesaian sengketa hak kepemilikan
atas tanah oleh Badan Pertanahan Nasional ada dua macam yaitu proses
penyelesaian sengketa yang merupakan kewenangan kementrian dan yang bukan
merupakan kewenangan kementrian.
Kata kunci: Perlindungan Hukum, Sengketa Tanah, Masyarakat
LEGAL PROTECTION FOR COMMUNITIES ON LAND DISPUTES IN
SPECIAL ECONOMIC AREAS OF MANDALIKA (STUDY IN CENTRAL
LOMBOK DISTRICT)
ABSTRACT
This study aims to find out how legal protection for the community against
land disputes in the Mandalika Special Economic Zone in Kuta Village, which is
an empirical study with a legislative approach, conceptual approach and
sociological approach.
The results showed that legal protection for the community against land
disputes in the Mandalika Special Economic Zone, namely preventive legal
protection in the form of an agrarian law and repressive legal protection in the
form of a certificate of land rights for holders who are not entitled to cancel. The
causes of land disputes are juridical and non-juridical factors. The process of
resolving disputes over land ownership rights by the National Land Agency is of
two kinds, namely the dispute resolution process which is the authority of the
ministry and which is not the authority of the ministry.
Keywords: Legal Protection, Land Disputes, Community
i
I. PENDAHULUAN
Tanah merupakan sumber daya alam yang sangat penting bagi
kelangsungan hidup manusia.Apalagi jika dikaitkan dengan karakteristik
Indonesia sebagai Negara agraris maka tanah memegang peranan penting
dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat, baik dalam kehidupan ekonomi
maupun kehidupan sosial lainnya.Dalam UUD NRI 1945 Pasal 33 ayat (3)
menyatakan bahwa:
“bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya
dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat.”
Namun, hak menguasai Negara tidak memberi arti bahwa Negara dapat
memiliki tanah.Kekuasaan Negara untuk menguasai atas tanah ini atas dasar
dari penerapan fungsi sosial atas tanah.1
Masalah tanah adalah masalah yang menyangkut hak rakyat yang paling
dasar.Tanah adalah permukaan yang dapat dukuasai oleh Negara, masyarakat
adat, dan/atau perorangan serta dapat dipergunakan untuk kepentingan yang
bernilai ekonomis dan budaya.2Masalah tanah yang penyelesaiannya dilakukan
secara berlarut-larut dapat menimbulkan konflik/ sengketa tanah.
Di Lombok Tengah sendiri salah satu konflik yang sering terjadi adalah
pada pembangunan Kawasan Ekonomi Khusus Mandalika yang terletak di
Kecamatan Pujut, Praya, Lombok Tengah.
1Mudakir Iskandar Syah, Pembebasan Tanah Untuk Pembangunan Kepentingan Umum,
Upaya Hukum Masyarakat yang Terkena Pembebasan dan Pencabutan Hak, Permata Aksara,
Jakarta. 2015, hlm.7 2 Muhammad Arba, Hukum Agraria Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, 2015, hlm.10
ii
Dalam tanah dengan luas 1.035,67 Ha terdapat masalah seperti belum
tuntas pembayarannya oleh ITDC kepada masyarakat pemegang hak, saling
klaim kepemilikan hak atas tanah dan sebagainya.
Sengketa pertanahan memerlukan penyelesaian yang tuntas dan adil.Hal
ini agar terdapat kepastian hak dan kepastian hukum mengenai penguasaan dan
pemilikan tanah sehingga tanah benar-benar dapat menjadi sumber
kemakmuran rakyat. Untuk dapat terjadinya kepastian tersebut maka perlu
dilakukan pelaksanaan pendaftaran tanah sehingga adanya perlindungan
hukumya sebagaimana diatur dalam pasal 3 Peraturan Pemerintah Nomor 24
Tahun 1997 Tentang Pendaftaran tanah yang berbunyi :
“Pendaftaran tanah bertujuan :
a. Untuk memberikan kepastian hukum dan perlindungan hukum
kepada pemegang hak atas suatu bidang tanah, satuan rumah susun
dan hak-hak lain yang terdaftar agar dengan mudah dapat
membuktikan dirinya sebagai pemegang hak yang ber-sangkutan,
b. Untuk menyediakan informasi kepada pihak-pihak yang
berkepentingan termasuk Pemerintah agar dengan mudah dapat
memperoleh data yang diperlukan dalam mengada-kan perbuatan
hukum mengenai bidang-bidang tanah dan satuan-satuan rumah
susun yang sudah terdaftar;
c. Untuk terselenggaranya tertib administrasi pertanahan.”
Hukum sendiri berfungsi dan bertujuan untuk menciptakan ketertiban
dan kepastian hukum, hukum harus mampu menciptakan keadilan dalam
kehidupan bermasyarakat, dan hukum dapat memberikan manfaat yang besar
bagi kepentingan semua pihak.3
3 Arba., dkk, Perlindungan Hukum Terhadap Pemegang Hak Atas Tanah Dalam
Pengadaan Tanah dan Pencabutan Hak Atas Tanah Untuk Kepentingan Umum, Vol.18 No.1,
2104,hlm.67
iii
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan beberapa
rumusan masalah sebagai berikut: 1.Bagaimanakah perlindungan hukum
terhadap pemegang hak milik atas tanah yang diklaim oleh pihak lain di
Kawasan Ekonomi Khusus Mandalika? 2.Apa saja faktor-faktor penyebab
terjadinya sengketa kepemilikan hak atas tanah di Kawasan Ekonomi Khusus
Mandalika? 3. Bagaimana proses penyelesaian sengketa kepemilikan hak atas
tanah oleh Badan Pertanahan Nasional di Kawasan Ekonomi Khusus
Mandalika?
Tujuan penelitian yang hendak dicapai adalah: 1. Untuk mengetahui
perlindungan hukum bagipemegang hak milik atas tanah yang diklaim oleh
pihak lain di Kawasan Ekonomi Khusus Mandalika. 2. Untuk mengetahui
faktor-faktor faktor-faktor penyebab terjadinya sengketa kepemilikan hak atas
tanah di Kawasan Ekonomi Khusus Mandalika. 3. Untuk mengetahui proses
penyelesaian sengketa kepemilikan hak atas tanah oleh Badan Pertanahan
Nasional di Kawasan Ekonomi Khusus Mandalika.Manfaat dari penelitian ini
adalah sebagai berikut: 1. Manfaat Akademis. 2. Manfaat Teoritis.3. Manfaat
Praktis.
Penelitian ini merupakan penelitian empiris yang menggunakan
pendekatan perundang-undangan, konseptual, dan sosiologis.Sumber jenis dan
bahan hukum ini menggunakan data primer, sekunder, dan tersier.Adapun
analisis data dan bahan hukum yang digunakan dalam penelitian ini adalah
analisis kualitatif.
iv
II. PEMBAHASAN
Perlindungan Hukum Bagi Masyarakat Terhadap Sengketa Kepemilikan
Hak Atas Tanah di KEK Mandalika
Adapun perlindungan hukum bagi masyarakat terhadap sengketa
kepemilikan hak atas tanah ada dua macam, yaitu:
Perlindungan Hukum Preventif
Dalam perlindungan preventif, perlindungan diberikan oleh
pemerintah dengan tujuan untuk mencegah sebelum terjadinya pelanggaran
yakni dengan dikeluarkannya UUPA dan Peraturan Pemerintah tentang
pendaftaran tanah serta peraturan lainnya yang mengatur mengenai
pendaftaran tanah, sehingga dengan dikeluarkannya aturan mengenai
pendaftaran tanah dapat mewujudkan tujuan dari pendaftaran tanah itu
sendiri.
Perlindungan hukum atas tanah hanya dapat diberikan kepada orang
atau badan hukum jika tanahnya tersebut telah didaftarkan. Pendaftaran
tanah itu sendiri di dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 Tentang
Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria diatur dalam Pasal 19 ayat 1 yang
berbunyi:
“Untuk menjamin kepastian hukum oleh Pemerintah diadakan
pendaftaran tanah diseluruh wilayah Republik Indonesia menurut
ketentuan-ketentuan yang diatur dalam Peraturan Pemerintah.”
Mengenai kekuatan hukum sertifikat sebagai tanda bukti hak,
ketentuan Pasal 32 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tentang
Pendaftaran Tanah menyatakan:
v
“Sertifikat merupakan surat tanda bukti hak yang berlaku sebagai
alat pembuktian yang kuat mengenai data fisik dan data yuridis
yang termuat didalamnya, sepanjang data fisik dan data yuridis
tersebut sesuai dengan data yang ada dalam surat ukur dan buku
tanah hak yang bersangkutan.”
Oleh karena itu penting bagi pihak yang merasa sebagai pemilik tanah
untuk mendaftarkan tanah miliknya di Badan Pertanahan Nasional setempat
agar dapat diberikan kepastian maupun perlindungan hukum baginya jika
terdapat masalah di kemudian hari.
Perlindungan Hukum Represif
Perlindungan hukum represif merupakan perlindungan akhir berupa
sanksi seperti denda, penjara dan hukuman tambahan yang diberikan apabila
sudah terjadi sengketa atau telah dilakukan suatu pelanggaran.Perlindungan
hukum yang represif bertujuan untuk menyelesaian sengketa.Adapun sarana
perlindungan hukum represif bagi masyarakat yang dapat diberikan ada 2
macam yaitu:
Perlindungan Hukum Oleh BPN
Dalam penyelesaian sengketa yang dilakukan oleh Badan
Pertanahan Nasional Kabupaten Lombok Tengah dapat dilakukan
mediasi sebagai salah satu bentuk perlindungan hukum yang diberikan
kepada masyarakat. Hal ini seperti yang disampaikan oleh Bapak
Marsoan selaku Kepala Sub Seksi Sengketa, Konflik dan Perkara BPN
Kabupaten Lombok Tengah:
“Salah satu bentuk perlindungan hukum yang diberikan oleh
Badan Pertanahan Nasional dalam sengketa kepemilikan hak
vi
atas tanah di Kabupaten Lombok Tengah adalah dengan
melakukan mediasi (musyawarah).”4
Setelah melakukan mediasi (musyawarah) jika memang disepakati
barulah dilakukan Pencabutan atau Pembatalan Surat Keputusan TUN di
bidang Pertanahan oleh Kepala BPN jika terdapat bukti bahwa pihak lain
yang mengkalim tanah milik orang/ badan hukum ternyata data fisik, data
yuridisnya dan data pendukung serta alat bukti lainnya tersebut tidak
benar atau tidak sesuai dengan data yang ada dalam surat ukur dan buku
tanah hak yang bersangkutan.
Perlindungan Hukum Oleh Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara
Berdasarkan Pasal 53 ayat (2) UU PTUN Pertama, untuk dapat
diajukan ke pengadilan, KTUN tersebut haruslah bertentangan dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku dan bertentangan dengan
asas-asas umum pemerintahan yang baik.
Bilamana sertifikat itu terdapat cacat administratif atau juga
merugikan pihak lain, maka itu tergolong sebagai sengketa TUN, dan
sengketa TUN ini gugatannya diajukan kepada Pengadilan TUN untuk
dapat dibatalkan sertifikatnya.
Jadi perlindungan hukum represif dapat diberikan kepada
orang/badan hukum oleh Pengadilan Tata Usaha Negara dengan cara
4 Wawancara dengan Pak Marsoan, Kepala Sub Seksi Sengketa Konflik dan Perkara BPN
Kabupaten Lombok Tengah, tanggal 10 Januari 2019, di Badan Pertanahan Nasional Kabupaten
Lombok Tengah.
vii
dibatalkan sertifikat tanah jika dalam sertifikat tanah tersebut terdapat
cacat administratif.
Faktor Penyebab Sengketa Kepemilikan Tanah di KEK Mandalika
Faktor Yuridis
Dalam sengketa kepemilikan tanah di KEK Mandalika salah satu
faktor yuridis penyebab terjadinya sengketa tanah di Desa Kuta yaitu tanah
yang menjadi objek sengketa overlapping.Tanah overlapping adalah tanah
yang mengalami penumpukan sertifikat.Maksudnya yaitu bahwa suatu
bidang tanah memiliki dua sertifikat hak atas tanah yang berbeda datanya.
Sesuai amanat UU N0.5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-
Pokok Agraria pasal 19 ayat 1 yaitu pemerintah berkewajiban
menyelenggarakan pendaftaran tanah di seluruh Indonesia. Kantor Badan
Pertanahan Nasional Kabupaten Lombok Tengah adalah instansi pemerintah
di daerah yang berkewajiban melaksanakan pendaftaran tanah di Lombok
Tengah. Dasar dari pelaksanaan pendaftaran tanah diatur dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 dimana pendaftaran tanah dilaksanakan
dengan baik, teliti, tertib dan teratur agar tidak terjadi penerbitan sertifikat
ganda atau double. Sengketa tanah karena overlapping di Desa Kuta
disebabkan karena kesalahan penunjukkan batas bidang tanah pada saat
terjadi pengukuran bidang tanah. Hal itu terjadi karena pada saat
pengukuran bidang tanah tidak hadir dan petugas ukur kantor pertanahan
yang datang berbeda dengan petugas ukur yang pernah melaksanakan
pengukuran sebelumya, ataupun ada kesengajaan dari pemilik tanah agar
viii
memperoleh tanah yang lebih luas dengan cara menyerobot tanah
sebelahnya yang juga sudah bersertifikat.
Faktor Non Yuridis
Faktor Pendidikan
Tingkat pendidikan akan mempengaruhi kesadaran hukum bagi
masyarakat untuk membuat sertifikat tanah setelah melakukan jual beli
tanah di hadapan pejabat PPAT. Hal ini karena masyarakat merasa bahwa
akta jual beli tanah cukup sebgai bukti kepemilikan hak atas tanah.
Minimnya Sosialisasi Hukum oleh Pemerintah
Minimnya sosialisasi hukum tentang tanah oleh pemerintah
merupakan salah satu penyebab terjadinya sengketa tanah di Desa
Kuta.Di Desa Kuta terdapat salah satu kasus dimana objek tanah yang
menjadi sengketa tidak dapat dibuktikan kepemilikannya oleh pihak/
masyarakat yang merasa sebagai pemilik tanah. Hal ini karena
masyarakat merasa tetap membayar pajak setiap tahun, namun tanah
tersebut diklaim oleh pihak lain sebagai tanah yang berstatus hak
pengelolaan. Kemudian masyarakat yang merasa dirugikan membuat
pengaduan ke Kantor BPN Lombok Tengah hanya dengan didasarkan
bukti SPPT ( Surat Pemberitahuan Pajak Terutang).
Faktor Ketidaktahuan Masyarakat
Salah satu faktor penyebab terjadinya sengketa tanah di KEK
Mandalika khususnya di Desa Kuta yaitu ketidaktahuan masyarakat
mengenai jual beli yang dilakukan oleh pemilik tanah sebelumnya.
ix
Tabel 3: Sengketa tanah KEK Mandalika di Desa Kuta
No. PARA PIHAK POKOK
MASALAH
TINDAK LANJUT
PENANGANAN
1. Salimin (Pelapor)
Melawan
Alvin Suhandinata dan Ir.
Ang Weli (Terlapor)
obyek dijual dua
kali
Selesai, Pihak Salimin
mengajukan gugatan ke
PTUN Mataram
2. Syahrun, dkk. 16 orang
(Pelapor)
Melawan
Muhammad Kurniawan
dan Mariani (Terlapor)
Obyek tidak
pernah dijual
(salah obyek)
Usulan Pembatalan
SHM ke Kanwil BPN
Prov. NTB Petunjuknya
di adakan Mediasi oleh
Kantor Pertanahan
Lombok Tengah
3. Ridwan (Pelapor)
Melawan
PT. ITDC (Terlapor)
Obyek tidak
pernah dilepaskan
oleh pemegang
hak ke PT. ITDC.
Usulan Pembatalan
SHM ke Kanwil BPN
Prov. NTB. Proses
masih di Kanwil
4. H Sahdan ( Pelapor )
Melawan
Ike Ratna Wulan
(Terlapor)
Tanah kebun
berdasarkan Surat
Jual Beli Pelapor
dengan Samah
telah dijual ke Ike
Ratna Wulan oleh
pihak lain
Masih dalam proses
hukum di Pengadilan
Negeri Praya
5. - Lalu Jaenun (Pelapor)
melawan
- Direktur PT. ITDC
(Terlapor)
obyek sengketa
overlapping
Selesai dengan upaya
hukum di pengadilan
SUMBER: Data Sengketa Tanah Badan Pertanahan Nasional Kabupaten
Lombok Tengah Tahun 2018
Dari data di atas penyebab terjadinya sengketa kepemilikan yang
diadukan ke BPN Kabupaten Lombok Tengah tersebut sama seperti yang
telah dijelaskan oleh Bapak Mardan selaku sekretaris Desa Kuta dan Bapak
Marsoan selaku Kepala Sub Seksi Sengketa, Konflik dan Perkara BPN
x
Kabupaten Lombok Tengah.Dari 5 sengketa tanah tersebut terdapat 2
sengketa tanah yang dapat diselesaikan oleh BPN melalui mediasi dan 3
lainnya diajukan ke Pengadilan untuk diselesaikan permasalahannya. Hal ini
berarti terdapat 2 perlindungan hukum yang diberikan oleh BPN dengan
cara dibatalkan/ dicabut surat keputusan berupa sertifikat melalui BPN dan
ada 3 perlindungan hukum juga yang diberikan oleh Pengadilan.Baik
sengketa tanah yang diselesaikan oleh BPN dan Pengadilan merupakan
sengketa tentang tanah yang telah bersertifikat dan tidak
bersertifikat.Dengan melalui mediasi oleh BPN dapat mempertemukan
keinginan dari pihak-pihak yang bersengketa (win-win solution).
Dalam data di atas terdapat konflik tanah yang belum didaftarkan
kepemilikannya kepada Badan Pertanahan Nasional Lombok Tengah. Hal
tersebut terjadi dikarenakan kurangnya sumber daya manusia yang
mengetahui akan pentingnya dilakukan pendaftaran tanah.
Proses Penyelesaian Sengketa Tanah Oleh BPN
Proses Penyelesaian Sengketa Tanah Secara Non Litigasi
Tahapan-tahapan penyelesaian sengketa di KEK Mandalika melalui
BPN Kabupaten Lombok Tengah saat ini mengacu pada Peraturan Menteri
Agraria dan Tata Ruang/ Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 11
Tahun 2016 Tentang Penyelesaian Sengketa Pertanahan, dibagi menjadi dua
yaitu: a. Penyelesaian Sengketa Oleh BPN (Yang Merupakan Kewenangan
Kementerian), dimana tahapan-tahapan penyelesaiannya antara lain: 1).
Pengaduan, 2). Penelitian, 3). Pelaksanaan Analisis, 4). Pengkajian, 5).
xi
Pemeriksaan Lapangan, 6). Paparan, 7). Laporan Penyelesaian Kasus Pertanahan,
8). Penyelesaian, 9). Pelaksanaan Keputusan Penyelesaian b. Penyelesaian
Sengketa dan Konflik Oleh BPN(Yang Bukan Merupakan Kewenangan
Kementerian). Penyelesaian Sengketa atau Konflik dapat dilakukan melalui
Mediasi.Dalam hal salah satu pihak menolak untuk dilakukan Mediasi maka
penyelesaiannya diserahkan kepada para pihak sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.Hal ini sebagaimana diatur dalam pasal 37 Permen Nomor 11
Tahun 2016.
Apabila para pihak bersedia untuk dilakukan Mediasi, maka
mediasi dilaksanakan berdasarkan prinsip musyawarah untuk mufakat
bagi kebaikan semua pihak.Pelaksanaan Mediasi dalam pasal 38 ayat (2)
dilakukan paling lama 30 (tiga puluh) hari.
“Proses mediasi dimulai dengan adanya laporan pengaduan dari
masyarakat dalam bentuk permohonan Mediasi yang disampaikan
kepada Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Lombok Tengah
melalui loket penerimaan.Selanjutnya Permohonan Mediasi
tersebut diteruskan kepada subseksi Penanganan Sengketa, Konflik
dan Perkara Pertanahan dengan Disposisi dari Pimpinan Kantor
untuk melakukan penyelesaian kasus yang diadukan tersebut.”5
Dalam hal Mediasi menemukan kesepakatan, dibuat Perjanjian
Perdamaian berdasarkan berita acara mediasi yang mengikat para
5Hasil wawancara dengan Bapak Marsoan, Kepala Sub Seksi sengketa konflik dan perkara
BPN Kabupaten Lombok Tengah, 9 Januari 2019, di Kantor Pertanahan Nasional Kabupaten
Lombok Tengah.
xii
pihak.Perjanjian Perdamaian didaftarkan pada Kepaniteraan Pengadilan
Negeri setempat sehingga mempunyai kekuatan hukum mengikat.
Proses Penyelesaian Sengketa Tanah Secara Litigasi
Apabila jalur mediasi oleh BPN tidak menghasilkan titik temu atau
kesepakatan antara para pihak yang bersengketa terkait objek tanah yang
disengketakan maka sengketa tanah akan diselesaikan melalui jalur litigasi
atau pengadilan. Penyelesaian perkara dimulai dengan mengajukan gugatan
ke pengadilan yang berwenang yaitu pengadilan TUN atau pengadilan
Negeri.Apabila yang gugatannya terkait dengan hak para pihak yang
bersengketa maka yang berwenang menyelesaikannya adalah Pengadilan
Negeri .Namun apabila gugatannya mengenai sertifikat hak atas tanah maka
yang berwenang menyelesaikannya adalah Pengadilan TUN.
Dalam hal telah dikeluarkannya putusan hak atas tanah yang telah
bersertifikat oleh pengadilan dan telah mempunyai kekuatan hukum tetap
maka pelaksanaannya akan diserahkan ke Badan Pertanahan Nasional untuk
eksekusinya yaitu berupa pencabutan atau pembatalan sertifikat hak atas
tanah. Jika terbukti bahwa pihak yang tercantum dalam sertifikat ternyata
tidak berhak, maka pengadilan dapat membatalkan sertifikat tersebut dan
memerintahkan pergantian nama orang yang berhak atas tanah dalam
sertifikat dimaksud.
xiii
III. PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan diatas, maka
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Perlindungan hukum yang dapat
diberikan kepada masyarakat terhadap sengketa kepemilikan hak atas tanah ada
dua macam yaitu perlindungan hukum preventif berupa pengaturan oleh UUPA
dan perlindungan hukum represif berupa pembatalan atau pencabutan sertifikat
tanah yang bersengketa bagi pemegang yang tidak berhak.2. Penyebab terjadinya
sengketa tanah di KEK Mandalika terdiri dari faktor yuridis berupa terjadinya
penumpukan sertifikat yang mengakibatkan sengketa dan faktor non yuridis yang
disebabkan oleh faktor pendidikan masyarakat yang masih kurang, minimnya
sosialisasi hukum tentang tanah oleh pemerintah, dan faktor ketidaktahuan
masyarakat. 3. Penyelesaian Sengketa tanah dibagi menjadi dua, yaitu melalui
jalur non litigasi yang dilakukan oleh BPN dengan cara mediasi yang bertempat di
Kantor BPN Kabupaten Lombok Tengah dan penyelesaian sengketa melalui jalur
litigasi yang dilakukan oleh lembaga peradilan dengan putusan berupa
pembatalan sertifikat hak atas tanah yang eksekusinya akan dilaksanakan oleh
BPN berdasarkan peraturan yang berlaku.
Saran
Adapun saran yang dapat dikemukakan oleh penyusun adalah sebagai
berikut: 1. Kepada BPN Kabupaten Lombok Tengah diharapkan agar lebih
maksimal dalam pelayanan pemberian sertifikat gratis kepada masyarakat melalui
program PTSL agar terdapat kapastian hukum dan perlindungan hukum bagi
xiv
pemegang hak dengan adanya sertifikat tersebut. 2. Kepada pemerintah agar lebih
sering memberikan sosialisasi hukum tentang tanah kepada masyarakat khususnya
di KEK Mandalika untuk menambah wawasan masyarakat tentang tanah
sehingga meminimalisir terjadinya sengketa tanah. 3. Dalam proses penyelesaian
sengketa dan konflik di KEK Mandalika diharapkan agar pihak yang bersengketa
untuk menyelesaikan masalahnya melalui mediasi sehingga dapat tercapainya
kesepakatan yang saling menguntungkan para pihak (win-win solution).
DAFTAR PUSTAKA
Buku/literatur, dan Jurnal
Syah, Mudakir Iskandar. 2015. Pembebasan Tanah Untuk Pembangunan Kepentingan
Umum, Upaya Hukum Masyarakat yang Terkena Pembebasan dan Pencabutan
Hak. Jakarta: Pemata Aksara
Arba, Muhammad. 2015. Hukum Agraria Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika
Arba, Arief Rahman, Wiwiek Wahyuningsih, dan Shinta Andriyani (2014).
Perlindungan Hukum Terhadap Pemegang Hak Atas Tanah Dalam Pengadaan
Tanah dan Pencabutan Hak Atas Tanah Untuk Kepentingan Umum. Vol.18 No.1.
hlm.67
Peraturan Perundang-undangan
Indonesia, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Indonesia. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun1997 Tentang Pendaftaran Tanah, LN.
No.59 Tahun 1997.
Indonesia, Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/ Kepala Badan Pertanahan
Nasional No. 11 Tahun 2016 Tentang Penyelesaian Kasus Pertanahan.Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 569.