77
i PERLINDUNGAN HUKUM DATA NASABAH DALAM INTERNET BANKING (Tinjauan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan) Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Guna memperoleh gelar Sarjana Hukum (S.H) Oleh: Ajeng Kumalasari NIM : 1110048000036 K O N S E N T R A S I H U K U M B I S N I S PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1435 H/2014

PERLINDUNGAN HUKUM DATA NASABAH DALAM INTERNET …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24969/1/AJENG... · menjadi sasaran empuk kejahatan di dunia maya (cyber crime)

  • Upload
    lyngoc

  • View
    221

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PERLINDUNGAN HUKUM DATA NASABAH DALAM INTERNET …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24969/1/AJENG... · menjadi sasaran empuk kejahatan di dunia maya (cyber crime)

i

PERLINDUNGAN HUKUM DATA NASABAH

DALAM INTERNET BANKING

(Tinjauan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan)

Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Guna memperoleh gelar Sarjana Hukum

(S.H)

Oleh:

Ajeng Kumalasari

NIM : 1110048000036

K O N S E N T R A S I H U K U M B I S N I S

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1435 H/2014

Page 2: PERLINDUNGAN HUKUM DATA NASABAH DALAM INTERNET …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24969/1/AJENG... · menjadi sasaran empuk kejahatan di dunia maya (cyber crime)

ii

PERLINDUNGAN HUKUM DATA NASABAH DALAM INTERNET BANKING

(Tinjauan Undang-undang Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Hukum (S.H.)

Oleh :

Ajeng Kumalasari

NIM : 1110048000036

Pembimbing

Dr. Djawahir Hejazziey, S.H., M.A., M.H.

NIP. 195510151979031002

K O N S E N T R A S I H U K U M B I S N I S

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1436H/2014M

Page 3: PERLINDUNGAN HUKUM DATA NASABAH DALAM INTERNET …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24969/1/AJENG... · menjadi sasaran empuk kejahatan di dunia maya (cyber crime)

iii

Page 4: PERLINDUNGAN HUKUM DATA NASABAH DALAM INTERNET …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24969/1/AJENG... · menjadi sasaran empuk kejahatan di dunia maya (cyber crime)

iv

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah

satu syarat untuk memperoleh gelar Strata 1 (S1) di Universitas Islam Negeri

(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan telah tercantum sesuai dengan ketentuan yang

ada pada Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika kemudian hari terbukti bahwa skripsi ini bukan karya asli saya atau jiplakan

karya orang lain, maka saya siap dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 24 April 2014

Ajeng Kumalasari

Page 5: PERLINDUNGAN HUKUM DATA NASABAH DALAM INTERNET …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24969/1/AJENG... · menjadi sasaran empuk kejahatan di dunia maya (cyber crime)

v

ABSTRAK

Ajeng Kumalasari, Nim 1110048000036, Perlindungan Hukum Data Nasabah

Dalam Internet Banking (Tinjauan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 Tentang

Otoritas Jasa Keuangan),Konsentrasi Hukum Bisnis,Fakultas Syariah dan

Hukum,Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, 1435 H/2014 M,x+

halaman + 2 halaman daftar pustaka + 27 halaman lampiran.

Penelitian ini merupakan suatu permasalahan yang ada di jaman sekarang

dengan peraturan yang baru. Data nasabah internet banking dirasa merupakan bagian

dari produk internet banking yang perlu diperhatikan karena data nasabah adalah

identitas yang lazim disediakan oleh Nasabah kepada Bank dalam rangka melakukan

transaksi keuangan dengan Bank terutama pada Internet Banking. Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui bagaimana bentuk dan upaya perlindungan data nasabah

dalam internet banking. Dengan menggunakan metodologi yuridis normatif

pendekatan terhadap Undang-Undang OJK dan BI, bahan hukum primer, sekunder,

dan tertier, teknik pengumpulan data berdasarkan rumusan masalah dan

diklasifikasikan menurut sumber, dianalisa menggunakan pengolahan data sekunder.

Berdasarkan hasil analisis, data nasabah dalam internet banking membutuhkan

perlindungan hukum yang jelas dan pasti serta pengamanan data nasabah secara

efektif. Karena perlindungan terhadap konsumen jasa perbankan telah berpindah dari

Bank Indonesia ke Otoritas Jasa Keuangan tidak menutup kemungkinan bahwa

peraturan Bank Indonesia masih digunakan selama peraturan OJK belum ada atau

tidak bertentangan dengan Peraturan Bank Indonesia.

Kata kunci : Perlindungan Hukum, Data Nasabah, Internet Banking

Dosen Pembibing : Dr. Djawahir Hejazziey, S.H., M.A., M.H.

Daftar Pustaka : 1993-2011

\

Page 6: PERLINDUNGAN HUKUM DATA NASABAH DALAM INTERNET …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24969/1/AJENG... · menjadi sasaran empuk kejahatan di dunia maya (cyber crime)

vi

KATA PENGANTAR

Dengan iringan doa dan puji syukur kepada Allah SWT karena izin-Nyalah

penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi sebagai salah satu syarat yang harus

dipenuhi untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum (S.H.) pada Fakultas Syariah dan

Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Shalawat serta salam tak lupa penulis

hanturkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW beserta seluruh keluarga dan

sahabatnya, karna berkat perjuangannya kita dapat memeluk agama Islam sampai saat

ini. Dalam penulisan skripsi ini banyak pihak yang telah memberikan bantuan moril

maupun materil, juga masukan serta saran. Oleh karena itu penulis ingin

mengucapkan terimakasih Kepada Yang Terhormat :

1. Dr. H. JM Muslimin, M.A dan seluruh jajaran dekanat Fakultas Syariah dan

Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ketua Prodi Ilmu Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Dr. Djawahir

Hejazziey, S.H., M.A., M.H. dan Sekertaris Prodi Ilmu Hukum UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta Drs. Abu Tamrin S.H., M.Hum.

3. Dosen Pembimbing Penulis, Dr. Djawahir Hejazziey, S.H.,M.A.,M.H. yang

dengan sabar telah membimbing penulis sampai dengan selesainya penulisan

skripsi ini.

Page 7: PERLINDUNGAN HUKUM DATA NASABAH DALAM INTERNET …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24969/1/AJENG... · menjadi sasaran empuk kejahatan di dunia maya (cyber crime)

vii

4. Segenap dosen pengajar tetap maupun tidak tetap Fakultas Syariah dan

Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, serta seluruh staf Perpustakaan

Utama dan Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum yang merupakan

bagian yang membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini.

5. Keluarga tercinta yang sangat berarti terutama Bapak, Ibu tersayang dan

Kakak yang selalu ada dalam keadaan senang maupun sedih dan telah

memberi dukungan dalam segala hal.

6. Sahabat-sahabatku dari awal berjuang di Ilmu Hukum dari awal masuk

sampai sekarang dari senang maupun duka bersama Hopsah Varah Dini (ocha

ganneosha), Siti Anisah (ninis), Defi Satiatika, Ayyida Sabila (abil), Nazia

Tunisa Alham (zia), Muhamad Rizky.

7. Yang telah membantu memberi masukan dan saran skripsi ini Liza Tri

Kusuma dan Zikri Muliansyah terima kasih atas bimbingan kalian. Segenap

mahasiswa Ilmu Hukum angkatan 2010 dan Hukum Bisnis Atiek Af’idata,

Apriyanti, Nourma Andriany, Nurfika, serta kawan-kawan lainnya terima

kasih banyak atas supportnya.

Akhir kata, dengan segala kerendahan hati, penulis mempersembahkan

skripsi ini, semoga dapat bermanfaat dan menambah wawasan dan

pengetahuan bagi pihak-pihak yang berkepentingan.

Jakarta, 24 April 2014

Penulis

Ajeng Kumalasari

Page 8: PERLINDUNGAN HUKUM DATA NASABAH DALAM INTERNET …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24969/1/AJENG... · menjadi sasaran empuk kejahatan di dunia maya (cyber crime)

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................... i

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................................. ii

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ...................................................................... iii

LEMBAR PERNYATAAN ....................................................................................... iv

ABSTRAK .................................................................................................................. v

KATA PENGANTAR ............................................................................................... vi

DAFTAR ISI .............................................................................................................. vii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .................................................................................... 1

B. Identifikasi Masalah ............................................................................ 4

C. Batasan dan Rumusan Masalah ........................................................... 5

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................................... 6

E. Tinjauan (review) Kajian Terdahulu ................................................... 7

F. Kerangka Teori dan Kerangka Konseptual ......................................... 9

G. Metode Penelitian............................................................................... 11

H. Sistematika penelitian ........................................................................ 14

BAB II PERLINDUNGAN HUKUM DATA NASABAH

A. Perlindungan Hukum ......................................................................... 16

B. Data Nasabah ..................................................................................... 23

BAB III INTERNET BANKING

A. Perbankan

1. Pengertian Perbankan .................................................................... 33

2. Pengertian Nasabah ....................................................................... 34

3. Jenis-Jenis dan Kegiatan Usaha ..................................................... 35

Page 9: PERLINDUNGAN HUKUM DATA NASABAH DALAM INTERNET …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24969/1/AJENG... · menjadi sasaran empuk kejahatan di dunia maya (cyber crime)

ix

4. Pengawasan dan Pengaturan .......................................................... 40

B. Internet Banking

1. Pengertian Internet Banking ......................................................... 42

2. Fasilitas Internet Banking ............................................................ 43

3. Tipe layanan Internet Banking ..................................................... 46

BAB IV PERLINDUNGAN HUKUM DATA NASABAH DALAM

INTERNET BANKING

A. Bentuk Perlindungan Hukum Kepada Nasabah Internet

Banking .......................................................................................... 48

B. Mekanisme Perlindungan Hukum Data Nasabah Internet

Banking .......................................................................................... 52

C. Upaya yang Dilakukan Perbankan dalam Melindungi Data

Nasabah Pengguna Internet Banking ............................................. 55

D. Analisa Kasus ................................................................................ 59

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan .................................................................................... 64

B. Saran .............................................................................................. 64

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 66

Page 10: PERLINDUNGAN HUKUM DATA NASABAH DALAM INTERNET …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24969/1/AJENG... · menjadi sasaran empuk kejahatan di dunia maya (cyber crime)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Berbagai kebijakan yang ada dalam lingkup perbankan di sisi lain untuk

memenuhi kebutuhan masyarakat yang terus mengalami perkembangan dan

kemajuan bidang teknologi. Dengan kehadiran berbagai produk perbankan salah

satunya yaitu electronic banking adalah layanan yang memungkinkan nasabah

Bank untuk memperoleh informasi, melakukan komunikasi, dan melakukan

transaksi perbankan melalui media elektronik antara lain ATM, phone banking,

electronic fund transfer, internet banking, mobile phone.

Kemajuan teknologi informasi khususnya media internet, dirasakan

banyak memberikan manfaat seperti dari segi keamanan, kecepatan serta

kenyamaan.1Di era yang disebut information age ini, media elektronik menjadi

salah satu media andalan untuk melakukan komunikasi dan bisnis industri

perbankan saat ini sudah mengandalkan kegiatan operasional berbasiskan pada

teknologi informasi salah satu bentuknya berupa internet banking.2

Dengan kehadiran layanan internet banking ini merupakan suatu sarana

media alternatif dalam memberikan kemudahan-kemudahan bagi nasabah oleh

1 Dikdik M. Arief Mansur dan Elisatris Gultom, Cyber Law aspek hukum teknologi

informasi, (Bandung: Refika Aditama, 2005), h. 84.

2 Muhamad Djumhana. Asas-asas Hukum Perbankan Indonesia, (Bandung: Citra Aditya,

2008), h. 277.

Page 11: PERLINDUNGAN HUKUM DATA NASABAH DALAM INTERNET …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24969/1/AJENG... · menjadi sasaran empuk kejahatan di dunia maya (cyber crime)

2

suatu bank yang ingin menjadikan suatu solusi yang efektif untuk nasabah dalam

melakukan transaksi pembayaran apapun dengan mudah, cepat, di mana saja dan

kapan saja.

Karakteristik layanan internet banking untuk memfasilitasi transaksi

perbankan yang berbeda dengan perbankan secara konvensional menimbulkan

dampak negatif dalam hal pengaturan hukum data pribadi nasabah yang berkaitan

dengan kerahasiaan bank. Hal ini terlihat bahwa dalam pelaksanaannya

pemanfaatan layanan internet banking ini melibatkan banyak pihak, baik pihak

perbankan, pihak internet service provider, maupun nasabah perbankan yang

bersangkutan.3

Salah satu aspek yang sangat perlu diperhatikan dalam layanan internet

banking, yaitu aspek keamanan (security) sehingga nasabah mempercayai layanan

tersebut. Selain unsur keamanan internet banking memerlukan persyaratan

lainnya yaitu meliputi aplikasi yang mudah digunakan, layanan dapat dijangkau

dari mana saja, kapan saja, dan murah, serta dapat diandalkan.

Persoalan yang sering diperdebatkan seperti kerahasiaan (privasi) dan

keamanan informasi, ketepatan akumulasi dan menyebarkan informasi (oleh

badan medis, polisi, perpajakan dan otoritas yang serupa, bisnis dan institusi

pribadi) serta akses informasi (dari catatan yang disimpan oleh otoritas) telah

mendapatkan aturan-aturan baru. Efisiensi sistem hukum dan pendidikan hukum

3 Budi Agus Riswandi, Aspek Hukum Internet Banking, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,

2005), h. 186.

Page 12: PERLINDUNGAN HUKUM DATA NASABAH DALAM INTERNET …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24969/1/AJENG... · menjadi sasaran empuk kejahatan di dunia maya (cyber crime)

3

telah dibantu dengan penyesuaian aturan yang mengatur bukti dan pengumpulan,

penyimpanan dan pencarian materi-materi yang bersifat melalui teknologi

informasi.4

Eksistensi internet banking disamping menjanjikan sejumlah harapan pada

saat yang sama juga melahirkan kecemasan-kecemasan baru, antara lain, sering

menjadi sasaran empuk kejahatan di dunia maya (cyber crime). Kejahatan di

dunia maya yang terjadi dalam internet banking yaitu dengan mencuri data

pribadi nasabah terdapat dalam komputer yang menggunakan software illegal.

Salah satu kewajiban bank adalah menjamin kerahasiaan data pribadi

nasabah, munculnya pemanfaatan layanan internet banking dalam dunia

perbankan semakin mempersulit terjaminnya kerahasiaan data pribadi nasabah

tersebut. Berbicara data pribadi nasabah dalam pemanfaatan layanan internet

banking dapat meliputi dua aspek yaitu data privacy dan information privacy.

Data pribadi didefinisikan sebagai setiap informasi yang berhubungan untuk

mengidentifikasikan atau dapat mengidentifikasikan seseorang.5

Keamanan atas data pribadi nasabah merupakan unsur terpenting dalam

perbankan karena nasabah memilih bank tertentu untuk melakukan transaksi

keuangannya atas dasar kepercayaan pada bank yang telah dipilih oleh nasabah.

4 Assafa Endeshaw. Hukum E-Commerce dan internet, dengan fokus di Asia Pasifik,

(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), h. 28.

5 Edmon Makarim, Kompilasi Hukum Telematika, Cet. II, (Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada, 2004), h. 152

Page 13: PERLINDUNGAN HUKUM DATA NASABAH DALAM INTERNET …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24969/1/AJENG... · menjadi sasaran empuk kejahatan di dunia maya (cyber crime)

4

Dimana perlu adanya jaminan keamanan data pribadi nasabah bisa juga diartikan

perlu adanya payung hukum untuk mengatur hal tersebut.

Berdasarkan uraian tersebut, bahwa teknologi komputer diakui telah

meningkatkan kecemasan masyarakat dengan kemampuannya dalam hal

mengolah informasi. Kemampuan komputer tersebut dapat saja disalahgunakan

sehingga dirasakan kebutuhan akan suatu sistem checks and balances untuk

mencegah penyalahgunaan kemampuan tersebut. Dengan semakin meningkatnya

penggunaan internet banking sekarang ini, perhatian akan perlunya perlindungan

terhadap data nasabah. Oleh sebab itu, dapat penelitian ini dipilih judul

“PERLINDUNGAN HUKUM DATA NASABAH DALAM INTERNET

BANKING (Tinjauan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 Tentang

Otoritas Jasa Keuangan).”

B. Identifikasi Masalah

1. Masalah perlindungan hukum nasabah internet banking

2. Masalah pengawas perbankan yang dilakukan Otoritas Jasa Keuangan dalam

melindungi nasabah internet banking

3. Masalah mekanisme Otoritas Jasa Keuangan dalam penyelesaian masalah

kerahasian data nasabah dalam transaksi internet banking

4. Masalah upaya perbankan untuk melindungi data nasabah dalam internet

banking

Page 14: PERLINDUNGAN HUKUM DATA NASABAH DALAM INTERNET …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24969/1/AJENG... · menjadi sasaran empuk kejahatan di dunia maya (cyber crime)

5

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Mengingat luasnya cakupan mengenai data nasabah dalam internet

banking maka penelitian ini hanya mengkaji bagaimana perlindungan data

nasabah dalam internet banking berdasarkan Undang-undang Nomor 21

Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan, Undang-Undang Nomor 10

Tahun 1998 tentang Perbankan, Peraturan Bank Indonesia, Undang-Undang

Nomor 8 Tahun 1999 dan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang

Informasi dan Transaksi Elektronik.

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang pemikiran dan batasan masalah diatas

maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut:

a. Bagaimana bentuk perlindungan hukum data nasabah dalam Internet

Banking ?

b. Bagaimana mekanisme perlindungan hukum data nasabah internet

banking ?

c. Upaya apa saja yang dilakukan Perbankan dalam melindungi nasabah

dalam internet banking ?

Page 15: PERLINDUNGAN HUKUM DATA NASABAH DALAM INTERNET …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24969/1/AJENG... · menjadi sasaran empuk kejahatan di dunia maya (cyber crime)

6

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Setiap penelitian pasti mempunyai tujuan tertentu dari hasil penelitian,

penelitian ini bertujuan:

a. Untuk mengetahui dan mengkaji perlindungan data nasabah pengguna

internet banking menurut Undang-Undang Otoritas Jasa Keuangan,

Perbankan, Perlindungan Konsumen dan Informasi Teknologi Elektronik.

b. Untuk mengetahui dan memahami bagaimana mekanisme pelaksanaan

perlindungan hukum terhadap data nasabah internet banking.

c. Untuk mengetahui dan memahami upaya apa saja yang dilakukan

perbankan dalam melindungi data nasabah internet banking.

2. Manfaat Penelitian

Secara garis besar manfaat penelitian ini dapat dibedakan menjadi dua,

yaitu:

a. Manfaat teoritis, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai :

Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah

pengetahuan mengenai perlindungan data nasabah internet banking beserta

penggunaan internet banking dengan baik.

b. Manfaat praktis, hasil penelitian ini dapat digunakan :

1) Bagi Akademis

Dapat menambah pengetahuan mengenai perbankan beserta

peraturan-peraturan yang berlaku di Indonesia khususnya dalam

Page 16: PERLINDUNGAN HUKUM DATA NASABAH DALAM INTERNET …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24969/1/AJENG... · menjadi sasaran empuk kejahatan di dunia maya (cyber crime)

7

internet banking dan juga dapat sebagai suatu bentuk penambahan

literatur perbankan.

2) Bagi Masyarakat Umum

Dapat menjadi masukan bagi masyarakat apabila ingin

melakukan transaksi perbankan dengan menggunakan internet banking

agar lebih berhati-hati dan waspada terhadap penggunaan internet

banking dimana saja.

3) Bagi Pemerintah

Dapat memberi masukan kepada pemerintah untuk

memperjelas peraturan mengenai perlindungan data nasabah pengguna

jasa internet banking.

E. Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu

Dahulu pernah ada penelitian dengan internet banking yang ditulis oleh

Siti Nurjanah, Prodi Muamalat (Ekonomi Islam), Konsentrasi Perbankan Syariah

UIN Syarif Hidayatullah, 2010 yang berjudul “Respon Nasabah Bank BNI

Syariah Terhadap Transaksi Melalui Layanan Internet Banking (Studi kasus PT.

BNI Syariah Cabang Jakarta Timur)”. Penelitian tersebut menggunakan

penelitian lapangan dan berupa data kuantitatif yang berisi kuosioner dan

wawancara dan di penelitian ini hanya membahas terhadap hasil kepuasan

terhadap layanan internet banking.Sedangkan yang membedakan skripsi ini yaitu

disini peneliti membahas peraturan yang mengatur perlindungan data nasabah

Page 17: PERLINDUNGAN HUKUM DATA NASABAH DALAM INTERNET …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24969/1/AJENG... · menjadi sasaran empuk kejahatan di dunia maya (cyber crime)

8

internet banking dilihat dari segi hukumnya dan peneliti disini menggunakan

metode yuridis normatif yang menganalisis peraturan Otoritas Jasa Keuangan dan

Bank Indonesia.

Skripsi Arief Hannany, Prodi Ilmu Hukum, Konsentrasi Hukum Bisnis,

Fakultas Syariah dan Hukum,Uin Syarif Hidayatullah,2013 yang berjudul

“Perlindungan Konsumen Perbankan Oleh Otoritas Jasa Keuangan (Studi

Komparatif Perlindungan Konsumen Perbankan Oleh Bank Indonesia)”.

Penelitian tersebut lebih menjelaskan tentang kewenangan Otoritas Jasa

Keuangan terhadap perlindungan konsumen perbankan secara menyeluruh oleh

Bank Indonesia yang terkait tugasnya memberikan kredit atau pembiayaan bagi

bank yang mengalami kesulitan pendanaan jangka pendek. Yang membedakan

dengan skripsi ini yaitu disini lebih spesifik terhadap masalah perbankan dalam

perlindungan hukum data nasabah internet banking dari sisi Otoritas Jasa

Keuangan dan Bank Indonesia

Penulisan skripsi ini penulis juga telah review buku yang terkait dengan

penelitian seperti “Aspek Hukum Internet Banking” yang ditulis oleh Budi Agus

Riswandi yang diterbitkan oleh PT RajaGrafindo Persada, yang membedakan

buku tersebut dengan skripsi ini adalah buku tersebut lebih meninjau dari sudut

hukum perbankan.

Page 18: PERLINDUNGAN HUKUM DATA NASABAH DALAM INTERNET …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24969/1/AJENG... · menjadi sasaran empuk kejahatan di dunia maya (cyber crime)

9

F. Kerangka Teori dan Kerangka Konseptual

1. Kerangka Teori

Menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan

Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan Pasal 1 Ayat

(1), Perbankan merupakan segala sesuatu yang menyangkut tentang bank,

mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam

melaksanakan kegiatan usahanya. Sedangkan bank adalah badan usaha yang

menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan

menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-

bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

Dapat disimpulkan bahwa usaha perbankan meliputi tiga kegiatan,

yaitu menghimpun dana, menyalurkan dana, dan memberikan jasa bank

lainnya. Menghimpun dana dan menyalurkan dana seperti yang sudah

diketahui masyarakat yang menjadi fungsi utama bank. Sedangkan dalam

memberikan jasa bank lainnya tergantung pada kebijakan bank yang akan

membantu mempermudah masyarakat untuk kelancaran sistem perbayaran.

Berbagai macam jasa layanan perbankan serta berkembangnya

teknologi, tingkat keamanan terhadap nasabah merupakan bagian dari

pelayanan jasa perbankan yang perlu diperhatikan. Karena atas dasar

kepercayaan nasabah kepada bank untuk menggunakan jasa layanan yang

membantu mempermudah membutuhkan pelayanan yang aman, cepat dan

teliti.

Page 19: PERLINDUNGAN HUKUM DATA NASABAH DALAM INTERNET …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24969/1/AJENG... · menjadi sasaran empuk kejahatan di dunia maya (cyber crime)

10

2. Kerangka Konseptual

Bank adalah lembaga keuangan yang menjadi tempat bagi orang

perseorangan, badan-badan usaha swasta, badan-badan usaha milik negara,

bahkan lembaga-lembaga pemerintahan menyimpan dana-dana yang

dimilikinya.6

Nasabah adalah pihak yang menggunakan jasa Bank, termasuk pihak

yang tidak memiliki rekening namun memanfaatkan jasa Bank untuk

melakukan transaksi keuangan (walk-in customer).

Data Pribadi Nasabah menurut Peraturan Bank Indonesia adalah

identitas yang lazim disediakan oleh Nasabah kepada Bank dalam rangka

melakukan transaksi keuangan dengan Bank. Data pribadi nasabah merupakan

bagian dari perbankan yang harus dijamin kerahasiannya bank terhadap

nasabah terutama nasabah internet banking.

Produk bank adalah produk dan atau jasa perbankan termasuk produk

atau jasa lembaga keuangan bukan bank yang dipasarkan oleh bank sebagai

pemasaran.

Layanan perbankan melalui media elektronik adalah layanan yang

memungkinkan nasabah bank untuk memperoleh informasi, melakukan

komunikasi, dan melaikan transaksi perbankan melalui media elektronik

6 Chatamarrasjid Ais, Hukum perbankan Nasional Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2005), h. 7.

Page 20: PERLINDUNGAN HUKUM DATA NASABAH DALAM INTERNET …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24969/1/AJENG... · menjadi sasaran empuk kejahatan di dunia maya (cyber crime)

11

antara lain ATM, phone banking, electronic fund transfer, internet banking,

mobile banking.

Teknologi Informasi adalah teknologi terkait sarana komputer,

telekomunikasi dan sarana elektronis lainnya yang digunakan dalam

pengolahan data keuangan dan atau pelayanan jasa perbankan.

Cyber crime adalah kejahatan yang dilakukan oleh sesorang atau

kelompok orang dengan pemanfaatan jasa computer atau internet.7

Internet Banking adalah jasa-jasa yang juga diberikan melalui

perbankan tradisional, seperti pembukaan rekening, tagihan pembayaran

elektronis yang memungkinkan nasabah untuk menerima dan melakukan

pembayaran melalui internet banking.8

G. Metode Penelitian

1. Tipe Penelitian

Tipe penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah

metode penelitian yuridis normatif, yaitu penelitian yang dilakukan mengacu

pada norma hukum yang terdapat pada peraturan perundang-undangan serta

norma-norma yang berlaku di masyarakat atau juga yang menyangkut

kebiasaan yang berlaku di masyarakat. Pada penelitian hukum normatif yang

sepenuhnya mempergunakan data sekunder, maka penyusunan kerangka

7 Abdul Manan, aspek-aspek pengubah hukum, (Jakarta: Kencana, 2006), h. 176.

8 Budi Agus Riswandi,Aspek Hukum Internet Banking, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,

2005), h. 20.

Page 21: PERLINDUNGAN HUKUM DATA NASABAH DALAM INTERNET …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24969/1/AJENG... · menjadi sasaran empuk kejahatan di dunia maya (cyber crime)

12

teoritis yang bersifat tentatif dapat ditinggalkan. Penyusunan kerangka

konsepsionil mutlak diperlukan. Di dalam menyusun kerangka konsepsionil,

maka dipergunakan perumusan-perumusan yang terdapat di dalam peraturan

perundang-undangan yang dijadikan dasar penelitian.9

2. Pendekatan masalah

Sehubungan dengan tipe penelitian yang digunakan yakni yuridis

normatif, maka pendekatan yang dilakukan adalah pendekatan perundang-

undangan (statute approach), pendekatan konsep (conceptual approach) dan

pendekatan kasus (case approach). Pendekatan perundang-undangan

dilakukan untuk meneliti aturan-aturan terkait perlindungan hukum data

nasabah dan internet banking. Pendekatan konsep dilakukan untuk memahami

konsep perlindungan hukum data pribadi nasabah. Pendekatan kasus yaitu

kasus kejahatan dalam internet banking yang setelah itu penulis analisis

dengan undang-undang yang terkait dengan kasus.

3. Metode Pengumpulan Data

Alat pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah

studi kepustakaan dengan menggunakan bahan-bahan pustaka hukum yang

mendukung. Sumber data diperoleh dari:

a. Bahan hukum primer, yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat yakni:

norma atau kaidah dasar, yaitu pembukaan UUD 1945, peraturan dasar

Otoritas Jasa Keuangan, Bank Indonesia, Perlindungan Konsumen<

9 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: UI Press, 2008), h. 54.

Page 22: PERLINDUNGAN HUKUM DATA NASABAH DALAM INTERNET …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24969/1/AJENG... · menjadi sasaran empuk kejahatan di dunia maya (cyber crime)

13

Informasi Transaksi Elektronik. Serta peraturan perundang-undangan yang

berkaitan dengan internet banking.

b. Bahan hukum sekunder, yang memberikan penjelasan mengenai bahan

hukum primer, seperti: rancangan UU, hasil-hasil penelitian, karya dari

kalangan hukum dan sebagainya.

c. Bahan hukum tertier atau bahan hukum penunjang, mencakup: bahan-

bahan yang memberi petunjuk-petunjuk maupun penjelasan terhadap

hukum primer dan sekunder seperti kamus, ensiklopedia. Dan di luar

bidang hukum seperti ekonomi, sosiologi.

4. Prosedur Pengumpulan Bahan Hukum

Bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, maupun sumber non-

hukum yang telah didapatkan itu kemudian dikumpulkan berdasarkan

rumusan masalah dan diklasifikasikan menurut sumber dan hierarkinya.

5. Pengolahan dan Analisis Bahan Hukum

Pada penelitian hukum normatif, pengolahan data dalam hakikatnya

kegiatan untuk mengadakan sistematisasi berarti membuat klasifikasi terhadap

bahan-bahan hukum tertulis tersebut untuk memudahkan pekerjaan analisis

dan konstruksi.10

Pengklasifikasian dengan pengolahan bahan hukum secara

deduktif yaitu dengan menarik kesimpulan dari suatu permasalahan yang

bersifat umum terhadap permasalahan yang bersifat konkret. Metode analisis

10

Bambang Sunggono. Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada,

2005), h. 186

Page 23: PERLINDUNGAN HUKUM DATA NASABAH DALAM INTERNET …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24969/1/AJENG... · menjadi sasaran empuk kejahatan di dunia maya (cyber crime)

14

data yang digunakan yaitu pendekatan kualitatif karena penyajian dan

pengolahan data secara sekunder dengan Undang-Undang Otoritas Jasa

Keuangan, Bank Indonesia, Perlindungan Konsumen, dan Informasi Transaksi

Elektronik.

H. Sistematika Penulisan

Skripsi ini disusun berdasarkan buku “Petunjuk Penulisan Skripsi Fakultas

Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2012” dengan

sistematika yang terbagi dalam lima bab. Masing-masing bab terdiri atas beberapa

subbab sesuai pembahasan dan materi yang diteliti. Adapun perinciannya sebagai

berikut:

BAB I : Bab ini merupakan bagian pendahuluan penulisan, memuat

latar belakang, identifikasi masalah, batasan dan rumusan masalah,

tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan (review) kajian terdahulu,

kerangka teori dan kerangka konseptual, hipotesis, metode

penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II : Bab ini memuat tentang tinjauan umum perlindungan hukum

data nasabah, pengertian perlindungan hukum beserta teori-teori

hukum, pengertian data nasabah, perlindungan hukum terhadap

data nasabah dan unsur-unsur data nasabah.

Page 24: PERLINDUNGAN HUKUM DATA NASABAH DALAM INTERNET …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24969/1/AJENG... · menjadi sasaran empuk kejahatan di dunia maya (cyber crime)

15

BAB III : Bab ini memuat tentang tinjauan umum internet banking, yaitu

pengertian perbankan, jenis-jenis dan kegiatan usaha perbankan

serta pengawasan dan pengaturan Perbankan, pengertian internet

banking, fasilitas yang ada dalam internet banking, tipe layanan.

BAB IV : Bab ini menganalisa peran perlindungan data nasabah dalam

internet banking ditinjau dari Undang-Undang Otoritas Jasa

Keuangan, Peraturan Bank Indonesia, Perlindungan Konsumen,

Informasi Transaksi Elektronik serta analisa penulis serta ayat

yang terkait dengan skripsi ini.

BAB V : Bab ini merupakan bab penutup dari skripsi ini. Untuk itu penulis

menarik beberapa kesimpulan dari hasil penelitian, disamping itu

penulis memberikan saran yang dianggap perlu.

Page 25: PERLINDUNGAN HUKUM DATA NASABAH DALAM INTERNET …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24969/1/AJENG... · menjadi sasaran empuk kejahatan di dunia maya (cyber crime)

16

BAB II

PERLINDUNGAN HUKUM DATA NASABAH

A. Perlindungan Hukum

Manusia merupakan makhluk sosial atau makhluk bermasyarakat, tiap

anggota masyarakat mempunyai hubungan antara satu dengan yang lain.1 Sebagai

makhluk sosial maka sadar atau tidak sadar manusia selalu melakukan perbuatan

hukum (rechtshandeling) dan hubungan hukum (rechtsbetrekkingen). 2

Perbuatan hukum (rechtshandeling) diartikan sebagai setiap perbuatan

manusia yang dilakukan dengan sengaja/atas kehendaknya untuk menimbulkan

hak dan kewajiban yang akibatnya diatur oleh hukum. Perbuatan hukum terdiri

dari perbuatan hukum sepihak seperti pembuatan surat wasiat atau hibah, dan

perbuatan hukum dua pihak seperti jual-beli, perjanjian kerja dan lain-lain.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) yang dimaksud dengan

Perlindungan adalah cara, proses, perbuatan melindungi. Sedangkan hukum

adalah peraturan yang dibuat oleh Pemerintah atau dapat yang berlaku bagi semua

orang dalam masyarakat (Negara). Perlindungan hukum adalah peraturan yang

dibuat oleh pemerintah dalam rangka melindungi masyarakat.

Hubungan hukum (rechtsbetrekkingen) diartikan sebagai hubungan antara

dua atau lebih subyek hukum, hubungan mana terdiri atas ikatan antara individu

1 Uti, Ilmu Royen, Perlindungan Hukum Terhadap Pekerja/ Buruh Outsourcing, (Tesis S2

Fakulas Hukum, Universias Diponegoro Semarang, 2009), h. 46

2 Soeroso, Pengantar Ilmu Hukum, (Jakarta: Sinar Grafika, 2006, Cet. Kedelapan), h. 49.

Page 26: PERLINDUNGAN HUKUM DATA NASABAH DALAM INTERNET …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24969/1/AJENG... · menjadi sasaran empuk kejahatan di dunia maya (cyber crime)

17

dengan individu, antara individu dengan masyarakat atau antara masyarakat yang

satu dengan masyarakat yang lain. Dalam hubungan hukum ini hak dan kewajiban

pihak yang satu berhadapan dengan hak dan kewajiban pihak yang lain.3

Hubungan hukum tercermin pada hak dan kewajiban yang diberikan dan

dijamin oleh hukum. Hak dan kewajiban timbul karena adanya peristiwa menurut

van Apeldorn 4“peristiwa hukum adalah peristiwa yang berdasarkan hukum

menimbulkan atau menghapuskan hak”. Berdasarkan peristiwa hukum maka

hubungan hukum dibagi menjadi 3 (tiga) jenis yaitu:

1. Hubungan hukum yang bersegi satu (eenzijdigerechtsbetrekkingen),

dimana hanya terdapat satu pihak yang berwenang memberikan sesuatu,

berbuat sesuatu atau tidak berbuat sesuatu (Pasal 1234 KUHPerdata)

sedangkan pihak yang lain hanya memiliki kewajiban.

2. Hubungan hukum bersegi dua (tweezijdige rechtsbetrekkingen), yaitu

hubungan hukum dua pihak yang disertai adanya hak dan kewajiban pada

masing-masing pihak, kedua belah pihak masing-masing

berwenang/berhak untuk meminta sesuatu dari pihak lain, sebaliknya

masing-masing pihak juga berkewajiban memberi sesuatu kepada pihak

lainnya, misalnya hubungan bank dengan nasabah.

3. Hubungan antara satu subyek hukum dengan semua subyek hukum

lainnya, hubungan ini terdapat dalam hal hak milik (eigendomrecht).

3Soeroso, Pengantar Ilmu Hukum Cetakan kedelapan, h. 269

4 Soeroso, Pengatar Ilmu Hukum Cetakan Kedelapan, h. 251

Page 27: PERLINDUNGAN HUKUM DATA NASABAH DALAM INTERNET …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24969/1/AJENG... · menjadi sasaran empuk kejahatan di dunia maya (cyber crime)

18

Logemann sebagaimana dikutip Soeroso berpendapat, bahwa dalam tiap

hubungan hukum terdapat pihak yang berwenang/berhak meminta prestasi yang

disebut dengan “prestatie subject” dan pihak yang wajib melakukan prestasi yang

disebut “plicht subject”.5 Dengan demikian setiap hubungan hukum mempunyai

dua segi yaitu kekuasaan/wewenang atau hak (bevoegdheid) dan kewajiban

(plicht). Kewenangan yang diberikan oleh hukum kepada subjek hukum

dinamakan “Hak”, yaitu kekuasaan/kewenangan untuk berbuat sesuatu atau

menuntut sesuatu yang diwajibkan oleh hak itu.

Tiap hubungan hukum tentu menimbulkan hak dan kewajiban, selain itu

masing-masing anggota masyarakat tentu mempunyai hubungan kepentingan

yang berbeda-beda dan saling berhadapan atau berlawanan, untuk mengurangi

ketegangan dan konflik maka ada hukum yang mengatur dan melindungi

kepentingan tersebut yang dinamakan perlindungan hukum.

Perlindungan hukum mempunyai makna sebagai perlindungan dengan

menggunakan sarana hukum atau perlindungan yang diberikan oleh hukum,

ditujukan kepada perlindungan terhadap kepentingan-kepentingan tertentu, yaitu

dengan cara menjadikan kepentingan yang perlu dilindungi tersebut ke dalam

sebuah hak hukum.6 Dalam ilmu hukum “Hak” disebut juga hukum subyektif,

Hukum subyektif merupakan segi aktif dari pada hubungan hukum yang

diberikan oleh hukum obyektif (norma-norma, kaidah, recht).

5 Soeroso, Pengatar Ilmu Hukum Cetakan Kedelapan, h. 270

6 Uti Ilmu Royen, Perlindungan Hukum terhadap Pekerja/ Buruh outsourcing, h. 49

Page 28: PERLINDUNGAN HUKUM DATA NASABAH DALAM INTERNET …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24969/1/AJENG... · menjadi sasaran empuk kejahatan di dunia maya (cyber crime)

19

Perlindungan hukum selalu terkait dengan peran dan fungsi hukum

sebagai pengatur dan pelindung kepentingan masyarakat, Bronislaw Malinowski

dalam bukunya berjudul Crime and Custom in Savage, mengatakan “bahwa

hukum tidak hanya berperan di dalam keadaan-keadaan yang penuh kekerasan

dan pertentangan, akan tetapi bahwa hukum juga berperan pada aktivitas sehari-

hari”.

Hukum menentukan kepentingan-kepentingan masyarakat yang dapat

ditingkatkan menjadi hak-hak hukum yang dapat dipaksakan pemenuhannya. Hak

diberikan kepada pendukung hak yang sering dikenal dengan entitas hukum (legal

entities, rechtspersoon) yang dapat berupa orang-perorangan secara kodrati

(naturlijke) dan dapat juga entitas hukum nir kodrati yaitu entitas hukum atas

hasil rekaan hukum.7

Pendukung hak (entitas hukum) memiliki kepentingan terhadap objek dari

hak yang dapat berupa benda (ius ad rem) atau kepada entitas hukum orang secara

kodrati (ius in persona). Pemberian hak kepada entitas hukum, karena adanya

kepentingan dari entitas tersebut kepada obyek hak tertentu.

Menurut Roscoe Pound dalam teori mengenai kepentingan (Theory of

interest), terdapat 3 (tiga) penggolongan kepentingan yang harus dilindungi oleh

hukum, yaitu pertama; menyangkut kepentingan pribadi (individual interest),

7 Harjono, Konstitusi Sebagai Rumah Bangsa, (Jakarta: Penerbit Sekretariat Jenderal dan

Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi, 2008), h. 377.

Page 29: PERLINDUNGAN HUKUM DATA NASABAH DALAM INTERNET …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24969/1/AJENG... · menjadi sasaran empuk kejahatan di dunia maya (cyber crime)

20

kedua; yang menyangkut kepentingan masyarakat (social interest), dan ketiga;

menyangkut kepentingan umum (public interest).

Kepentingan individu (individu interest) ini terdiri dari kepentingan

pribadi, sedangkan kepentingan kemasyarakatan (social interest) terdiri dari

keamanan sosial, keamanan atas lembaga-lembaga sosial, kesusilaan umum,

perlindungan atas sumber-sumber sosial dari kepunahan, perkembangan sosial,

dan kehidupan manusia. Adapun kepentingan publik (public interest) berupa

kepentingan negara dalam bertindak sebagai representasi dari kepentingan

masyarakat.

Selanjutnya Bohannan mengatakan “lembaga hukum memberikan

ketentuan-ketentuan tentang cara-cara menyelesaikan perselisihan-perselisihan

yang timbul di dalam hubungannya dengan tugas-tugas lembaga-lembaga

kemasyarakatan lainnya”. Cara-cara menyelesaikan perselisihan yang timbul

inilah yang kemudian dinamakan upaya hukum. Upaya hukum diperlukan agar

kepentingan-kepentingan yang telah menjadi hak benar-benar dapat terjaga dari

gangguan pihak lain.

Upaya hukum dikenal dalam dua jenis, yaitu upaya hukum non yudisial

(di luar peradilan) dan upaya hukum yudisial (peradilan). Upaya hukum non-

yudisial bersifat pencegahan sebelum pelanggaran terjadi (preventif) yang berupa

tindakan-tindakan seperti peringatan, teguran, somasi, keberatan, dan pengaduan.

Sedangkan upaya hukum yudisial bersifat represif/korektif artinya telah

memasuki proses penegakan hukum (law enforcement), upaya ini dilakukan

Page 30: PERLINDUNGAN HUKUM DATA NASABAH DALAM INTERNET …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24969/1/AJENG... · menjadi sasaran empuk kejahatan di dunia maya (cyber crime)

21

setelah pelanggaran terjadi dengan maksud untuk mengembalikan atau

memulihkan keadaan. “Muara dari upaya hukum adalah agar hak yang dimiliki

seseorang terhindar dari gangguan atau apabila hak tersebut telah dilanggar maka

hak tersebut akan dapat dipulihkan kembali. Namun demikian, tidaklah dapat

diartikan bahwa dengan adanya upaya hukum maka keadaan dapat dikembalikan

sepenuhnya”.

Keberadaan hukum dalam masyarakat sangatlah penting, dalam kehidupan

dimana hukum dibangun dengan dijiwai oleh moral konstitusionalisme, yaitu

menjamin kebebasan dan hak warga, maka mentaati hukum dan konstitusi pada

hakekatnya mentaati imperatif yang terkandung sebagai subtansi maknawi

didalamnya imperatif. Hak-hak asasi warga harus dihormati dan ditegakkan oleh

pengembang kekuasaan negara dimanapun dan kapanpun, ataupun juga ketika

warga menggunakan kebebasannya untuk ikut serta atau untuk mengetahui

jalannya proses pembuatan kebijakan publik.8

Kebijakan publik didasarkan pada apa yang dibutuhkan dan diperlukan

oleh masyarakat seperti perlindungan hukum karena Indonesia menganut atas

dasar Negara yang menjunjung tinggi hukum maka dalam aspek apapun

khususnya dalam aspek perbankan masyarakat membutuhkan perlindungan

hukum terhadap produk perbankan.

Perlindungan hukum adalah suatu perlindungan yang diberikan terhadap

subyek hukum dalam bentuk perangkat hukum baik yang bersifat preventif

8 Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum (Yogyakarta : Liberty, 2003), h.22.

Page 31: PERLINDUNGAN HUKUM DATA NASABAH DALAM INTERNET …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24969/1/AJENG... · menjadi sasaran empuk kejahatan di dunia maya (cyber crime)

22

maupun yang bersifat represif, baik yang tertulis maupun tidak tertulis. Dengan

kata lain perlindungan hukum sebagai suatu gambaran dari fungsi hukum., yaitu

konsep dimana hukum dapat memberikan suatu keadilan, ketertiban, kepastian,

kemanfaatan dan kedamaian.9

Perlindungan Hukum adalah adanya upaya melindungi kepentingan

seseorang dengan cara mengalokasikan suatu kekuasaan kepadanya untuk

bertindak dalam rangka kepentingannya tersebut.10

Perlindungan hukum selalu dikaitkan dengan konsep rechtstaat atau

konsep Rule of Law karena lahirnya konsep-konsep tersebut tidak lepas dari

keinginan memberikan pengakuan dan perlindungan terhadap hak asasi manusia,

konsep rechtsct muncul di abad ke-19 yang pertama kali dicetuskan oleh Julius

Stahl. Pada saatnya hampir bersamaan muncul pula konsep negara hukum (rule of

Law) yang dipelopori oleh A.V.Dicey.

Negara hukum pada dasarnya bertujuan untuk memberikan perlindungan

hukum bagi rakyat terhadap tindakan pemerintah dilandasi dua prinsip negara

hukum, yaitu :

1. Perlindungan hukum yang preventif Perlindungan hukum kepada rakyat

yang diberikan kesempatan untuk mengajukan keberatan (inspraak) atau

pendapatnya sebelum suatu keputusan pemerintah menjadi bentuk yang

menjadi definitif.

9 http//www.artikata.com/artiperlindunganhukum.htmlm, diunduh 15 maret 2014

10

Satjipto Raharjo, Sisi Lain dari Hukum di Indonesia (Jakarta: Kompas, 2003), h. 121.

Page 32: PERLINDUNGAN HUKUM DATA NASABAH DALAM INTERNET …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24969/1/AJENG... · menjadi sasaran empuk kejahatan di dunia maya (cyber crime)

23

2. Perlindungan hukum yang represif Perlindungan hukum yang represif

bertujuan untuk menyelesaikan sengketa. Kedua bentuk perlindungan

hukum diatas bertumpu dan bersumber pada pengakuan dan perlindungan

hak asasi manusia serta berlandaskan pada prinsip Negara hukum.

Oleh karena itu terhadap lembaga perbankan perlu diberikan landasan

gerak yang kokoh dan mampu menampung tuntutan perkembangan jasa

perbankan lebih mampu melaksanakan fungsinya secara efisien, sehat, dan

wajar.11

B. Data Nasabah

Perlindungan hukum terhadap nasabah bank atas kerusakan elektronik

banking dihubungkan dengan undang-undang nomor 8 tahun 1999 tentang

perlindungan konsumen.12

Dengan disahkannya UUPK tersebut pada tanggal 20 April 1999, masalah

perlindungan konsumen telah dijadikan sebagai hal yang penting, artinya

kehadiran Undang-Undang tersebut tidak saja memberikan posisi tawar yang kuat

pada konsumen untuk menegakkan hak-haknya, melainkan juga agar dapat

tercipta aturan main yang lebih fair bagi semua pihak. Dalam penjelasan Undang-

Undang Nomor 8 Tahun 1999 disebutkan bahwa piranti hukum yang melindungi

11

Direktorat Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Kehakiman, Penelitian Hukum

Tentang Aspek Hukum Pertanggung jawaban Bank Terhadap Nasabah (Jakarta : Direktorat Badan

Pembinaan Hukum Nasional Departemen Kehakiman, 1995), h. 21.

12

Ronny Prasetya, Pembobolan Atm Tinjauan Hukum Perlindungan Nasabah Korban

Kejahatan Perbankan (Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher, 2010), h. 58

Page 33: PERLINDUNGAN HUKUM DATA NASABAH DALAM INTERNET …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24969/1/AJENG... · menjadi sasaran empuk kejahatan di dunia maya (cyber crime)

24

konsumen tidak dimaksudkan untuk mematikan pelaku usaha, tetapi justru

sebaliknya, perlindungan konsumen akan dapat mendorong iklim berusaha yang

sehat serta lahirnya perusahaan yang tangguh dalam menghadapi persaingan

melalui penyediaan barang dan/ atau jasa yang berkualitas.

Konsumen dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia; 1. pemakai barang hasil

produksi (bahan pakaian, makanan, dsb): kepentingan pun harus diperhatikan; 2.

penerima pesan iklan; 3. pemakai jasa (pelanggan dsb). Dalam peraturan

perundang-undangan di Indonesia, istilah konsumen sebagai definisi yuridis

formal ditemukan pada Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Perlindungan Konsumen

(UUPK) No. 8 Tahun 1998. UUPK menyatakan, bahwa konsumen adalah setiap

orang pemakai barang dan jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi

kepentingan diri sendiri, keluarga orang lain, maupun makhluk hidup lain dan

tidak untuk diperdagangkan.13

Hal ini kemudian diakomodasi dalam Pasal 1 angka 2 UUPK, yaitu

konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam

masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun

makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan.

Jadi, konsumen dalam pengertian ini merupakan pemakai akhir, dan

bukan konsumen antara. Konsumen tidak harus terikat dalam hubungan jual beli

sehingga dengan sendirinya konsumen tidak identik dengan pembeli. Artinya,

13

Ahmad Miru & Sutarman Yodo, Hukum Perlindungan Konsumen (Jakarta, PT.

RajaGrafindo Persada, 2011), hal. 4.

Page 34: PERLINDUNGAN HUKUM DATA NASABAH DALAM INTERNET …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24969/1/AJENG... · menjadi sasaran empuk kejahatan di dunia maya (cyber crime)

25

dasar hubungan hukum antara konsumen dan pelaku usaha tidak perlu dilandasi

privity of contract (hubungan kontraktual).

Namun demikian, posisi konsumen pada umumnya lemah dibandingkan

pelaku usaha. Hal ini berkaitan dengan tingkat pendidikan, tingkat kesadaran akan

haknya, kemampuan finansial, dan daya tawar (bargaining position) yang rendah,

padahal tata hukum tidak bisa mengandung kesenjangan. Tata hukum harus

memosisikan pada tempat yang adil, di mana hubungan konsumen dengan pelaku

usaha berada pada kedudukan yang saling menghendaki dan mempunyai tingkat

ketergantungan yang cukup tinggi satu dengan yang lain.

Terhadap posisi konsumen tersebut, ia harus dilindungi oleh hukum

karena salah satu sifat, sekaligus tujuan hukum adalah berikan perlindungan

(pengayoman) kepada masyarakat. Perlindungan kepada masyarakat tersebut

harus diwujudkan dalam bentuk kepastian hukum yang menjadi hak konsumen.

Implikasi hukum terhadap pemahaman mengenai aspek perlindungan

konsumen dalam sistem hukum Indonesia menempatkan posisi hukum

perlindungan konsumen sebagai bagian dari bidang hukum publik, terutama

bidang hukum pidana dan hukum administrasi Negara. Sebelumnya pandangan

hukum perlindungan konsumen hanya berkaitan dengan bidang hukum perdata

(dalam arti luas). Hal ini dipengaruhi oleh pemahaman mengenai hubungan antara

konsumen dengan pelaku usaha yang bersifat kontraktual saja.

Page 35: PERLINDUNGAN HUKUM DATA NASABAH DALAM INTERNET …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24969/1/AJENG... · menjadi sasaran empuk kejahatan di dunia maya (cyber crime)

26

Dasar hubungan hukum antara bank dengan para nasabah adalah

hubungan kontraktual. Begitu seorang nasabah menjalin kontraktual dengan bank,

maka perikatan yang timbul adalah perikatan atas dasar kontrak (perjanjian).

Hubungan kontraktual antara bank dengan nasabah merupakan suatu

kontrak campuran, yang menampakkan ciri-ciri perjanjian pemberian kuasa

(lastgeving) sebagaimana diatur oleh Pasal 1792, dan juga dalam bentuk

perjanjian penitipan barang Pasal 1694.14

Perkembangan ilmu teknologi yang semakin maju kemudian membawa

perubahan juga terhadap arah perlindungan konsumen. Talcott Parsons,

sebagaimana diuraikan oleh Satjipto Rahardjo mengemukakan bahwa“…

penemuan di bidang teknologi merupakan penggerak perubahan sosial sebab

penemuan yang demikian itu menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan yang

berantai sifatnya.” Pemahaman terhdap hukum pun akan berubah. Hukum tidak

sekedar pasif menunggu adanya perubahan namun aktif menciptakan perubahan

di mana peranan hukum dalam pembangunan adalah justru untuk mendirikan

insfrastruktur bagi tercapainya perubahan politik, perubahan ekonomi, dan

perubahan sosial di dalam masyarakat.

Dalam pasal 2 UUPK, dinyatakan bahwa perlindungan hukum bagi

konsumen diselenggarakan sebagai usaha bersama berdasarkan 5 (lima) prinsip

dalam pembangunan nasional, yaitu:

14

Marulak Pardede, Likuidasi Bank Perlindungan Nasabah (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan,

1998, Cet. Pertama), h. 59.

Page 36: PERLINDUNGAN HUKUM DATA NASABAH DALAM INTERNET …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24969/1/AJENG... · menjadi sasaran empuk kejahatan di dunia maya (cyber crime)

27

1. Prinsip manfaat. Dimaksudkan untuk mengamanatkan bahwa segala upaya

dalam penyelenggaran perlindungan hukum bagi konsumen harus memberi

manfaat sebesarnya-besarnya bagi kepentingan konsumen dan pelaku usaha

secara keseluruhan;

2. Prinsip keadilan. Dimaksudkan agar partisipasi seluruh rakyat dapat

diwujudkan secara maksimal dan memberikan kesempatan kepada konsumen

dan pelaku usaha untuk memperoleh haknya dan melaksanakan kewajibannya

secara adil;

3. Prinsip Keseimbangan. Dimaksudkan untuk memberikan keseimbangan

antara kepentingan konsumen, pelaku usaha, dan pemerintah;

4. Prinsip Keamanan dan keselamatan konsumen. Dimaksudkan untuk memberi

jaminan atas keamanan dan keselamatan kepada konsumen dalam

penggunaan, pemakaian, dan pemanfaatan barang dan / atau jasa yang

digunakan;

5. Prinsip Kepastian Hukum. Dimaksudkan agar baik pelaku usaha maupun

konsumen mentaati hukum dan memperoleh keadilan dalam penyelenggaraan

perlindungan hukum bagi konsumen, di mana negara dalam hal ini turut

menjamin adanya kepastian hukum tersebut.

Dalam praktiknya saat ini perlindungan hukum atas privasi data/ informasi

pribadi dalam transaksi online di internet dapat diperoleh berdasarkan peraturan

perundang-undangan yang ada, yaitu misalnya Undang-Undang Perlindungan

Data atau Undang-Undang lainnya yang mengatur pula mengenai perlindungan

Page 37: PERLINDUNGAN HUKUM DATA NASABAH DALAM INTERNET …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24969/1/AJENG... · menjadi sasaran empuk kejahatan di dunia maya (cyber crime)

28

privasi data pribadi. Selain itu, perlindungan hukum atau juga dapat diperoleh

berdasarkan peraturan yang dibuat oleh situs misalnya kebijakan privasi (privacy

policy), privacy notice, privasi statement maupun ketentuan-ketentuan pelayanan

situs.

Dalam Undang-Undang Perlindungan Data Pribadi tersebut diatur

mengenai siapa yang dimaksud dengan subjek data, pengguna data, hak dan

kewajiban para pihak, lembaga pengawas pelaksanaan dan penyelesaian sengketa

mengenai perlindungan data, prinsip-prinsip perlindungan data dan lain-lain.

Prinsip-prinsip tersebut jika mengacu pada Data Protection Act Inggris

1998 yaitu sebagai berikut.

1. Data pribadi harus diperoleh secara jujur dan sah.

2. Data pribadi harus dimiliki hanya satu tujuan atau lebih yang spesifik dan sah,

dan tidak boleh diproses lebih lanjut dengan cara yang tidak sesuai dengan

tujuan-tujuan tersebut.

3. Data pribadi harus layak, relevan, dan tidak terlalu luas dalam hubungannya

dengan tujuan atau tujuan-tujuan pengolahannya.

4. Data pribadi harus akurat dan jika perlu selau up-to-date.

5. Data pribadi harus diproses sesuai dengan tujuannya dan tidak boleh dikuasai

lebih lama dari waktu yang diperlukan untuk kepentingan tujuan atau tujuan-

tujuan tersebut.

Page 38: PERLINDUNGAN HUKUM DATA NASABAH DALAM INTERNET …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24969/1/AJENG... · menjadi sasaran empuk kejahatan di dunia maya (cyber crime)

29

6. Data pribadi harus diproses sesuai dengan hak-hak dari subjek data

sebagaimana yang diatur dalam Undang-Undang ini.

7. Tindakan-tindakan pengamanan yang memadai harus diambil untuk

menghadapi kegiatan pemrosessan data pribadi yang tidak sah serta atas

kerugian yang tidak terduga atau kerusakan dari data pribadi.

8. Data pribadi tidak boleh dikirim ke Negara atau wilayah lain di luar Wilayah

Ekonomi Eropa kecuali jika Negara atau wilayah tersebut menjamin dengan

suatu tingkat perlindungan terhadap hak-hak dan kebebasan-kebebasan subjek

data sehubungan dengan pemrosesan data pribadi.15

Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/6/PBI/2005 juga menjelaskan

pengertian Data Pribadi Nasabah yaitu identitas yang lazim disediakan oleh

Nasabah kepada Bank dalam rangka melakukan transaksi keuangan dengan Bank.

Perlindungan hukum terhadap nasabah dapat dilakukan melalui 2 cara

yaitu:

a. Perlindungan secara implisit (implicit deposit protection), yaitu perlindungan

yang dihasilkan olrh pengawasan dan pembinaan bank yang efektif, yang

dapat menghindarkan terjadinya kebangkrutan bank. Perlindungan ini yang

diperoleh melalui:

(1) Peraturan perundang-undangan di bidang perbankan,

15

Edmon Makarim, Pengantar Hukum Telematika, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,

2005), h. 187.

Page 39: PERLINDUNGAN HUKUM DATA NASABAH DALAM INTERNET …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24969/1/AJENG... · menjadi sasaran empuk kejahatan di dunia maya (cyber crime)

30

(2) Perlindungan yang dihasilkan oleh pengawasan dan pembinaan yang

efektif, yang dilakukan oleh Bank Indonesia,

(3) Upaya menjaga kelangsungan usaha bank sebagai sebuah lembaga

pada khususnya dan perlindungan terhadap sistem perbankan pada

umumnya,

(4) Memelihara tingkat kesehatan bank,

(5) Melakukan usaha sesuai dengan prinsip kehati-hatian,

(6) Cara pemberian kredit yang tidak merugikan bank dan kepentingan

nasabah, dan

(7) Menyediakan informasi resiko pada nasabah.16

Perlindungan ini adalah suatu perlindungan yang diberikan kepada

nasabah penyimpan dana secara langsung terhadap kemungkinan timbulnya

resiko kerugian dari kegiatan yang dilakukan oleh bank. Perlindungan langsung

terdapat dalam ketentuan sebagai berikut:

a. Perlindungan secara eksplisit (explicit deposit protection), yaitu perlindungan

melalui pembentukan suatu lembaga yang menjamin simpanan masyarakat,

sehingga apabila bank mengalami kegagalan, lembaga tersebut yang akan

mengganti dana masyarakat yang disimpan pada bank yang gagal tersebut.

Perlindungan ini diperoleh melalui pembentukan lembaga yang menjamin

simpanan masyarakat, sebagaimana diatur dalam Keputusan Presiden RI No.

26 Tahun 1998 tentang Jaminan Terhadap Kewajiban Bank Umum.

16

Hermansyah, Hukum Perbankan Nasional Indonesia, (Jakarta:Kencana, 2005), h. 133

Page 40: PERLINDUNGAN HUKUM DATA NASABAH DALAM INTERNET …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24969/1/AJENG... · menjadi sasaran empuk kejahatan di dunia maya (cyber crime)

31

2. Sistem Perlindungan Nasabah Penyimpan (deposit protection system).

Di seluruh dunia, industri perbankan adalah salah satu cabang industri

yang paling banyak diatur oleh Pemerintah karena stabilitas sistem perbankan

dan keuangan merupakan prasyarat mutlak bagi pertumbuhan dan stabilitas

perekonomian secara keseluruhan. Alasan intervensi Pemerintah tersebut

adalah;

Pertama, menjaga keamanan dan kesehatan lembaga perbankan maupun

sistem keuangan secara keseluruhan. Tanpa adanya lembaga perbankan dan

sistem keuangan yang terpercaya tidak mungkin masyarakat bersedia

menerima uang sebagai alat tukar, sebagai ukuran nilai, sebagai alat

penyimpan kekayaan, maupun sebagai alat penyelesaian hubungan utang

piutang di kemudian hari (deferred payments).

Kedua, untuk dapat mengontrol jumlah uang beredar dalam menjaga

stabilitas tingkat harga. Semakin maju suatu perekonomian, semakin kecil

peranan uang kertas dan uang logam yang beredar karena semakin besar

peranan surat utang yang dikeluarkan oleh lembaga perbankan sebagai

pengganti uang kertas dan logam.

Ketiga, industri perbankan dianggap sebagai industri yang sangat strategis

dalam mengalokasikan sumber-sumber ekonomi untuk mewujudkan berbagai

sasaran pembangunan. Dengan perkataan lain, lembaga keuangan seolah-olah

dianggap sebagai semi perusahaan negara yang dapat digunakan oleh

Pemerintah sebagai instrumen untuk mewujudkan sasaran kebijaksanaannya.

Page 41: PERLINDUNGAN HUKUM DATA NASABAH DALAM INTERNET …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24969/1/AJENG... · menjadi sasaran empuk kejahatan di dunia maya (cyber crime)

32

Keempat, untuk memelihara persaingan yang sehat dalam industri

keuangan. Melalui persaingan yang sehat, lembaga keuangan berlomba untuk

memobilisir dana masyarakat, berlomba untuk menurunkan biaya

intermediasi, dan lomba menurunkan piutang ragu-ragu karena adanya kredit

macet.17

Untuk mencapai hal-hal diatas, kepada nasabah bank juga perlu diberikan

perlindungan. Dalam kaitannya dengan perlindungan terhadap nasabah bank

tersebut setidaknya terdapat enam pilihan kebijakan yang dapat dilakukan

yaitu:

a. Secara tegas menyatakan, bahwa pemerintah tidak memberikan

perlindungan terhadap simpanan nasabah;

b. Simpanan nasabah tidak diberikan perlindungan akan tetapi nasabah

penyimpan diberi hak prioritas dalam proses likuidasi bank;

c. Cakupan jaminan yang tidak tegas;

d. Jaminan terselubung;

e. Jaminan terbatas yang dinyatakan secara eksplisit;

f. Jaminan menyeluruh yang dinyatakan secara tegas.18

17

Zulkarnain Sitompul, Perlindungan Dana Nasabah Bank, (Jakarta: Fakultas Hukum UI,

2002), h. 140.

18

Zulkarnain Sitompul, Perlindungan Dana Nasabah Bank, h. 141.

Page 42: PERLINDUNGAN HUKUM DATA NASABAH DALAM INTERNET …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24969/1/AJENG... · menjadi sasaran empuk kejahatan di dunia maya (cyber crime)

33

BAB III

INTERNET BANKING

A. Perbankan

1. Pengertian Perbankan

Perbankan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia segala sesuatu

mengenai Bank. Bank berasal dari kata Italia banco yang artinya bangku.

Bangku inilah yang dipergunakan oleh bankir untuk melayani kegiatan

operasionalnya kepada para nasabah. Istilah bangku secara resmi dan populer

menjadi bank.

Menurut Muhammad Djumhana, hukum perbankan adalah sebagai

kumpulan peraturan hukum yang mengatur kegiatan lembaga keuangan bank

yang meliputi segala aspek, dilihat dari segi esensi, dan eksistensinya, serta

hubungannya dengan bidang kehidupan yang lain. 1

Sedangkan Munir Fuady merumuskan hukum perbankan adalah

seperangkat kaidah hukum dalam bentuk peraturan perundang-undangan,

yurisprudensi, doktrin dan lain-lain sumber hukum, yang mengatur masalah-

masalah perbankan sebagai lembaga, dan aspek kegiatannya sehari-hari,

rambu-rambu yang harus dipenuhi oleh suatu bank, perilaku petugas-

petugasnya,hak , kewajiban, tugas dan tanggung jawab para pihak yang

tersangkut dengan bisnis perbankan, apa yang boleh dan tidak boleh

1 Muhamad Djumhana, Hukum Perbankan di Indonesia, (Bandung: PT. Citra Aditya bakti,

1996), h. 1.

Page 43: PERLINDUNGAN HUKUM DATA NASABAH DALAM INTERNET …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24969/1/AJENG... · menjadi sasaran empuk kejahatan di dunia maya (cyber crime)

34

dilakukan oleh bank, eksistensi perbankan, dan lain-lain yang berkenaan

dengan dunia perbankan.2

Secara umum dapat dikatakan bahwa hukum perbankan adalah hukum

yang mengatur segala sesuatu yang berhubungan dengan perbankan.

2. Pengertian Nasabah

Dalam Peraturan Bank Indonesia No. 7/7/PBI/2005 jo No.

10/10/PBI/2008 tentang penyelesaian pengaduan nasabah Pasal 1 angka 2

yang dimaksud dengan nasabah adalah pihak yang menggunakan jasa bank,

termasuk pihak yang tidak memiliki rekening namun memanfaatkan jasa bank

untuk melakukan transaksi keuangan (walk-in costumer).

Di dalam UU No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan dimuat tentang

jenis dan pengertian nasabah. Dalam Pasal 1 angka 17 disebutkan bahwa

penegertian nasabah yaitu pihak yang menggunakan jasa bank. Jenis-jenis

nasabah ada 2, yakni:

1. Nasabah Penyimpan, yakni nasabah yang menempatkan dananya di bank

dalam bentuk simpanan berdasarkan perjanjian bank dengan nasabah yang

bersangkutan.

2. Nasabah Debitur, yakni nasabah yang memperoleh fasilitas kredit atau

pembiayaan berdasarkan prinsip syariah atau yang dipersamakan dengan

itu berdasarkan perjanjian bank dengan nasabah yang bersangkutan.

2 Munir Fuadi, Hukum Perbankan Modern Buku Kesatu, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti,

1999), h. 14

Page 44: PERLINDUNGAN HUKUM DATA NASABAH DALAM INTERNET …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24969/1/AJENG... · menjadi sasaran empuk kejahatan di dunia maya (cyber crime)

35

3. Jenis Bank dan Kegiatan Usaha Perbankan

a. Jenis - Jenis Bank

Mengenai jenis-jenis bank yang dikenal di Indonesia dapat dilihat

dari ketentuan Pasal 5 Ayat (1) Undang-Undang Perbankan yang

membagi bank dalam dua jenis, yaitu Bank Umum dan Bank perkreditan

Rakyat.3

Yang dimaksud dengan bank umum adalah bank yang melaksanakan

kegiatan usaha secara konvensional dan/atau berdasarkan prinsip syariah

yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran,

sedangkan yang dimaksud dengan Bank Perkreditan Rakyat adalah bank

yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan/atau

berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan

jasa dalam lalu lintas pembayaran.4

b. Kegiatan Usaha Perbankan

Usaha Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat Dalam pasal 6

Undang-Undang Perbankan No 10 Tahun 1998 yang diubah disebutkan

bahwa usaha-usaha yang dapat dijalankan oleh Bank Umum Meliputi:

a. Menghimpun dana dari masyarakat

Bank Umum menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk

simpanan berupa giro, deposito, sertifikat deposito, tabungan , dan /

3 Hermansyah, Hukum Perbankan Nasional, (Jakarta: Kencana, 2005), h. 20-21

4 Hermansyah, Hukum Perbankan Nasional, h.21

Page 45: PERLINDUNGAN HUKUM DATA NASABAH DALAM INTERNET …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24969/1/AJENG... · menjadi sasaran empuk kejahatan di dunia maya (cyber crime)

36

atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu.

b. Memberikan kredit

c. Menerbitkan surat pengakuan utang

Bank Umum dapat menerbitkan surat pengakuan utang baik yang

berjangka pendek maupun yang berjangka panjang. Surat pengakuan

utang yang berjangka pendek adalah sebagaimana dimaksud dalam

pasal 100 sampai pasal 229 Kitab Undang-undang Hukum Dagang,

yang dalam pasar uang dikenal sebagai Surat Berharga Pasar Uang

(SBPU), yaitu promes dan wesel maupun jenis lain yang mungkin

dikembangkan di masa yang akan datang. Surat pengakuan utang

berjangka panjang dapat berupa obligasi atau sekuritas kredit.

d. Membeli, menjual atau menjamin atas risiko sendiri maupun untuk

kepentingan dan atas perintah nasabahnya:

1. Surat-surat wesel termasuk wesel yang diakseptasi oleh bank yang

masa berlakunya tidak lebih lama daripada kebiasaan dalam

perdagangan surat-surat dimaksud;

2. Surat pengakuan utang dan kertas dagang lainnya yang masa

berlakunya tidak lebih lama dari kebiasaan dalam perdagangan

surat-surat dimaksud;

3. Kertas perbendaharaan negara dan surat jaminan pemerintah;

4. Sertifikat Bank Indonesia (SBI);

5. Obligasi;

Page 46: PERLINDUNGAN HUKUM DATA NASABAH DALAM INTERNET …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24969/1/AJENG... · menjadi sasaran empuk kejahatan di dunia maya (cyber crime)

37

6. Surat dagang berjangka waktu sampai dengan 1 (satu) tahun;

7. Instrumen surat berharga lain yang berjangka waktu sampai

dengan 1 (satu) tahun.

Usaha Bank Umum sebagaimana dimaksud di atas mencakup

kegiatan membeli, menjual atau menjamin surat-surat berharga seperti

surat pengakuan utang dan surat-surat berharga yang diterbitkan oleh

pemerintah dan/atau Bank Indonesia.

e. Memindahkan uang

Bank Umum menjalankan usaha memindahkan uang baik untuk

kepentingan sendiri maupun nasabah.

f. Menempatkan atau meminjamkan dana

Bank Umum menjalankan usaha menempatkan dana pada,

meminjamkan dana dari, atau meminjamkan dana kepada bank lain,

baik dengan menggunakan surat, sarana telekomunikasi maupun

dengan wesel unjuk, cek atau saran lainnya.5

g. Menerima pembayaran

Bank umum menerima pembayaran dari tagihan atas surat berharga

dan melakukan perhitungan dengan atau antar pihak ketiga. Kegiatan

ini mencakup antara lain inkaso dan kliring.

5 Rachmadi Usman, Aspek-aspek Hukum Perbankan Indonesia, (Jakarta: PT Gramedia

Pustaka Utama, 2001), h. 209

Page 47: PERLINDUNGAN HUKUM DATA NASABAH DALAM INTERNET …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24969/1/AJENG... · menjadi sasaran empuk kejahatan di dunia maya (cyber crime)

38

h. Menyediakan tempat penyimpanan

Bank umum menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat

berharga. Penyedian tempat di sini adalah kegiatan bank yang semata-

mata melakukan penyewaan tempat penyimpanan barang dan surat

berharga (safety box) tanpa perlu diketahui mutasi dan isinya oleh

bank.

i. Melakukan kegiatan penitipan

Bank umum melakukan kegiatan penitipan untuk kepentingan pihak

lain berdasarkan suatu kontrak. Kegiatan penitipan dapat dilakukan

baik dengan menerima titipan harta penitip maupun

mengadministrasikannya secara terpisah dari kekayaan bank.

j. Penempatan dari dalam bentuk surat berharga

Bank umum melakukan penempatan dana dari nasabah kepada

nasabah lainnya dalam bentuk surat berharga yang tidak tercantum

dalam bursa efek.

k. Kegiatan anjak piutang, kartu kredit dan wali amanat

Bank umum melakukan penempatan anjak piutang, usaha kartu kredit

dan kegiatan wali amanat. Kegiatan anjak piutang merupakan kegiatan

pengurusan piutang atau tagihan jangka pendek dari transaksi

perdagangan dalam dan luar negeri, yang dilakukan dengan

pengambilalihkan atau pembelian piutang tersebut.

Page 48: PERLINDUNGAN HUKUM DATA NASABAH DALAM INTERNET …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24969/1/AJENG... · menjadi sasaran empuk kejahatan di dunia maya (cyber crime)

39

l. Menyediakan pembiayaan

Bank umum menyediakan pembiayaan dan/atau melakukan kegiatan

lain berdasarkan prinsip syariah, sesuai dengan ketentuan yang

ditetapkan oleh Bank Indonesia.

m. Menyediakan kegiatan lain

Bank umum dapat melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan oleh

bank sepanjang tidak bertentangan dengan undang-undang ini dan

peraturan perudang-undangan yang berlaku.

Ketatnya persaingan di bidang perbankan dan pengaruh global saat

ini membuat pengelola usaha perbankan berupaya secara maksimal agar

setiap kegiatan dilakukan secara efisien dan efektif, sehingga tidak dapat

dihindarkan adanya pemakaian alat-alat elektronik seperti:

- Telephone Bill Payment (pembayaran dengan telepon)-TBP

-Automatic Teller Machine (mesin kasir otomatis)- ATM

-Electronic Fund Transfer (pemindahan dana secara elektronik) – EFT

-Transfer Kawat

-Komputer

-Clearing house inter bank payment/CHIBP (lembaga kliring/

pembayaran antarbank).6

6 Leden Marpaung, Kejahatan Terhadap Perbankan, (Jakarta: Erlangga, 1993) ,h. 50

Page 49: PERLINDUNGAN HUKUM DATA NASABAH DALAM INTERNET …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24969/1/AJENG... · menjadi sasaran empuk kejahatan di dunia maya (cyber crime)

40

4. Pengawasan dan Pengaturan Perbankan

a. Pengawasan Perbankan

Kebijakan pengawasan yang dilakukan oleh Bank Indonesia

terhadap perbankan bertujuan untuk melindungi kepentingan masyarakat

pemilik dan serta menjaga kelangsungan usaha bank sebagai kepercayaan

dan sebagai lembaga intermediasi. Pengawasan tersebut dilaksanakan baik

secara tidak langsung (off-site supervisory) maupun secara langsung (on-

site examination).

Yang dimaksud dengan pengawasan tidak langsung adalah

pengawasan yang dilakukan dengan meneliti, menganalisis serta

mengevaluasi laporan-laporan yang disampaikan oleh suatu bank dengan

tujuan untuk mengetahui apakah bank telah melaksanakan ketentuan

perbankan sekaligus untuk menilai kinerja perbankan.

Sementara itu, yang dimaksud dengan pengawasan langsung adalah

pengawasan dalam bentuk pemeriksaan langsung yang diikuti dengan

tindakan-tindakan perbaikan. Sebagaimana diatur dalam undang-undang,

seluruh bank wajib memberikan kesempatan kepada pemeriksa bank

untuk memeriksa buku-buku serta berkas-berkas yang ada pada bank.

Selain itu, bank juga wajib membantu apabila diperlukan dalam rangka

Page 50: PERLINDUNGAN HUKUM DATA NASABAH DALAM INTERNET …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24969/1/AJENG... · menjadi sasaran empuk kejahatan di dunia maya (cyber crime)

41

memperoleh kebenaran dari segala keterangan, dokumen dan penjelasan

yang dilaporkan oleh bank yang bersangkutan.7

b. Pengaturan Perbankan

Kebijakan pengaturan bank dilaksanakan oleh Bank Indonesia

dengan mengeluarkan berbagai ketentuan kehati-hatian tentang perbankan

dengan mengacu pada ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

Pokok-pokok ketentuan atau peraturan perbankan yang ditetapkan

dengan Peraturan Bank Indonesia secara garis besar memuat: (1) perizinan

bank; (2) kelembagaan bank, termasuk kepengurusan dan kepemilikan; (3)

kegiatan usaha bank pada umumnya; (4) kegiatan bank berdasarkan

prinsip syariah; (5) merger, konsolidasi dan akuisisi bank; (6) sistem

informasi antarbank; (7) tata cara pengawasan bank; (8) sistem pelaporan

bank kepada Bank Indonesia; (9) penyehatan bank; (10) pencabutan izin

usaha, likuidasi dan pembubaran bentuk hukum bank; dan (11) lembaga-

lembaga pendukung sistem perbankan.8

7 Suseno Piter Abdullah, Sistem dan Kebijakan Perbankan di Indonesia, (Jakarta: Pusat

Pendidikan dan Studi Kebanksentralan, 2003) h. 33-34

8 Suseno Piter Abdullah, Sistem dan Kebijakan Perbankan di Indonesia, (Jakarta: Pusat

Pendidikan dan Studi Kebanksentralan, 2003) h. 32

Page 51: PERLINDUNGAN HUKUM DATA NASABAH DALAM INTERNET …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24969/1/AJENG... · menjadi sasaran empuk kejahatan di dunia maya (cyber crime)

42

B. Internet Banking

1. Pengertian Internet Banking

Internet merupakan sekumpulan jaringan yang terhubung satu dengan

lainnya, di mana jaringan menyediakan sambungan menuju global informasi.9

Secara konseptual, lembaga keuangan bank dalam menawarkan

layanan internet banking dilakukan melalui dua jalan, yaitu pertama, melalui

bank konvensional (an existing bank) dengan representasi kantor secara fisik

menetapkan suatu website dan menawarkan layanan internet banking pada

nasabahnya dan dalam hal ini merupakan penyerahan secara tradisional.

Kedua, suatu bank mungkin mendirikan suatu “virtual”, “cabang”, atau

„internet” bank. Virtual bank dapat menawarkan kepada nasabahnya

kemampuan untuk penyimpanan deposito dan tagihan dana pada ATM atau

bentuk lainnya yang dimiliki.

Internet banking merupakan salah satu pelayanan perbankan tanpa

cabang, yaitu berupa fasilitas yang akan memudahkan nasabah untuk

melakukan transaksi perbankan tanpa perlu datang ke kantor cabang. Layanan

yang diberikan internet banking kepada nasabah berupa transaksi pembayaran

tagihan informasi rekening, pemindahbukuan antar rekening, informasi

terbaru mengenai suku bunga dan nilai tukar valuta asing, administrasi

mengenai perubahan Personal Indentification Number (PIN), alamat rekening

9 Budi Sutedjo Dharma Oetomo, Pengantar Teknologi Informasi Internet: Konsep dan

Aplikasi, (Yogyakarta: Penerbit Andi, 2007), h. 117.

Page 52: PERLINDUNGAN HUKUM DATA NASABAH DALAM INTERNET …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24969/1/AJENG... · menjadi sasaran empuk kejahatan di dunia maya (cyber crime)

43

atau kartu, data pribadi dan lain-lain, terkecuali pengambilan uang atau

penyetoran uang. Karena untuk pengambilan uang masih memerlukan layanan

atm dan penyetoran uang masih memerlukan bantuan bank cabang.

Pengertian internet banking menurut Karen Furst adalah sebagai

berikut. Internet banking is the use of the internet as remote delivery channel

for banking services, including traditional services, such as opening a deposit

account or transferring funds among different account, as well as new

banking services, such as electronic bill present and payment, which allow

customers to receive and pay bill over bank’s website.10

Dari pengertian ini,

dapat didefinisikan secara sederhana bahwa internet banking merupakan suatu

bentuk pemanfaatan media internet oleh bank untuk mempromosikan dan

sekaligus melakukan transaksi secara online, baik dari produk yang sifatnya

konvensional maupun yang baru.

2. Fasilitas Internet Banking

Pemanfaatan teknologi informasi bagi industri perbankan dalam

inovasi produk jasa bank juga dibayang-bayangi oleh potensi risiko kegagalan

sistem dan / atau risiko kejahatan elektronik yang dilakukan oleh orang-orang

yang tidak bertanggungjawab. Dalam memberikan pelayanan internet

banking, bank dapat menyediakan layanan yang bersifat informational,

communicative dan/ atau transactional. Penyediaan layanan tersebut

memperhatikan prinsip prudential banking, prinsip pengamanan dan

10

Budi Agus Riswandi, Aspek Hukum Internet Banking, h. 20.

Page 53: PERLINDUNGAN HUKUM DATA NASABAH DALAM INTERNET …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24969/1/AJENG... · menjadi sasaran empuk kejahatan di dunia maya (cyber crime)

44

terinteregrasinya sistem TI, cost effectiveness, perlindungan nasabah yang

memadai serta searah dengan strategi bisnis. Pemanfaatan teknologi informasi

dan transaksi elektronik dilaksanakan berdasarkan asas kepastian hukum,

manfaat, kehatian-hatian, itikad baik, dan kebebasan memilih teknologi atau

netral teknologi.

Harus disadari bahwa cyber crime merupakan salah satu bentuk atau

dimensi baru dari kejahatan masa kini yang mendapat perhatian luas dunia

internasional. Volodymyr Golubev seperti disitir barada nawawi arief,

meyebutkan new form of anti social behavior. Beberapa sebutan lainnya yang

cukup keren diberikan kepada jenis kejahatan dunia maya (cyber space/virtual

space offence), dimensi baru dari high tech crime, dimensi baru dari

transnational crime, dan dimensi baru dari white collar crime.

Hal ini juga dikarenakan bank sebagai lembaga kepercayaan sehingga

dalam menjalankan kegiatan internet banking harus pula diselenggarakan

dengan memperhatikan penyelenggaraan internet banking khususnya risiko

reputasi dan risiko hukum.

Dalam praktik internet banking terdapat berbagai macam serangan

atau ancaman bagi pihak pengguna dan penyedia layanan internet banking.

Contohnya serangan seperti Man In The Middle Attack dan Trojan horses

dapat menggangu keamanan layanan. Gambaran umum dari aktifitas yang

sering disebut Man In The Middle Attack yaitu penyerang membuat sebuah

website dan membuat nasabah pengguna layanan internet banking atau user

Page 54: PERLINDUNGAN HUKUM DATA NASABAH DALAM INTERNET …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24969/1/AJENG... · menjadi sasaran empuk kejahatan di dunia maya (cyber crime)

45

masuk ke website tersebut. Agar berhasil mengelabui user, website tersebut

harus dibuat semirip mungkin dengan website bank yang sebenarnya.

Kemudian user memasukkan passwordnya, dan penyerang kemudian

menggunakan informasi ini untuk mengakses website bank yang sebenarnya.

Untuk mengecoh token, penyerang dapat mengirimkan challenge-response

kepada user sebelum melakukan transaksi illegal. Sedangkan Trojan horses

adalah program palsu dengan tujuan jahat, yang disusupkan kepada sebuah

program yang umum dipakai. Disini para penyerang menginstall Trojan

kepada computer user. Ketika user mulai login ke website banknya,

penyerang menumpangi sesi tersebut melalui Trojan untuk melakukan

transaksi yang diinginkannya. Untuk mencegah serangan-serangan tersebut,

bank penyedia layanan internet banking perlu melakukan sosialisasi aktif dan

intensif kepada para nasabahnya mengenai penggunaan layanan jasa internent

banking yang baik dan aman. Selain itu, diperlukan suatu ketentuan yang

mengatur perbankan nasional yang memiliki pusat penyimpanan, melakukan

proses data atau informasi dan transaksi perbankan. serta perlu dibentuk

sebuah unit kerja khusus atau divisi pengamanan dan pencegahan kejahatan

perbankan di dalam struktur bank tersebut dan Bank Indonesia yang fungsinya

untuk melakukan penerapan kebijakan pengamanan sistem, melakukan

penelitian untuk pencegahan terhadap ancaman atau kejahatan yang sudah ada

maupun yang mungkin terjadi dan melalukan tindakan pemulihan serta

pemantauan transaksi perbankan selama 24 jam.

Page 55: PERLINDUNGAN HUKUM DATA NASABAH DALAM INTERNET …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24969/1/AJENG... · menjadi sasaran empuk kejahatan di dunia maya (cyber crime)

46

3. Tipe layanan internet banking

Bank Indonesia dalam surat edarannnya No.6/18/DPNP

menggolongkan layanan internet banking menjadi beberapa tipe layanan,

yaitu:

1. informational internet banking

Yaitu layanan jasa bank kepada nasabah dalam bentuk informasi

melalui jaringan internet dan tidak melakukan eksekusi transaksi (

execution transaction).

2. communicative internet banking

Yaitu pelayanan jasa bank kepada nasabah dalam bentuk komunikasi

atau melakukan interaksi dengan bank penyedia layanan internet banking

secara terbatas dan tidak melakukan eksekusi transaksi (execution

transaction).

3. transactional internet banking

Yaitu pelayanan jasa bank kepada nasabah untuk melakukan

interaksi dengan bank penyedia layanana internet banking dan melakukan

eksekusi transaksi (execution transactional).

Adapun jenis layanan pada internet banking yang umumnya

diselenggarakan di indonesia adalah sebagai berikut:

1. transfer antar rekening sesama bank penyelenggara layanan internet

banking ataupun antar bank domestik (kliring);

Page 56: PERLINDUNGAN HUKUM DATA NASABAH DALAM INTERNET …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24969/1/AJENG... · menjadi sasaran empuk kejahatan di dunia maya (cyber crime)

47

2. pembayaran, seperti untuk telepon, kartu kredit, internet, listrik, dan lain

sebagainya;

3. pembelian, seperti untuk pulsa telepon berbasis teknologi GSM ataupun

CDMA;

4. penempatan deposito, untuk Automatic Roll Over (ARO) atau Non-ARO;

5. informasi rekening dan kartu kredit;

6. fasilitas layanan, seperti informasi kurs dan infromasi suku bunga.

Page 57: PERLINDUNGAN HUKUM DATA NASABAH DALAM INTERNET …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24969/1/AJENG... · menjadi sasaran empuk kejahatan di dunia maya (cyber crime)

48

BAB IV

PERLINDUNGAN HUKUM DATA NASABAH

DALAM INTERNET BANKING

A. Bentuk Perlindungan Hukum Data Nasabah dalam Internet Banking

Bentuk perlindungan hukum terhadap data nasabah internet banking di

wujudkan dengan di terbitkan beberapa peraturan perundang-undangan yang

didalamnya mengatur tentang perlindungan terhadap nasabah internet

banking, seperti:

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan yang

dibentuk dalam rangka menghadapi perkembangan perekonomian nasional

yang senantiasa bergerak cepat, kompetitif, dan terintegrasi dengan tantangan

yang semakin kompleks serta sistem keuangan yang semakin maju,

diperlukan penyesuaian kebijakan di bidang ekonomi, termasuk perbankan

dengan memasuki era globalisasi dan telah diratifikasi beberapa perjanjian

Internasional di bidang perdagangan barang dan jasa, diperlukan penyesuaian

terhadap peraturan perundang-undangan di bidang perekonomian khususnya

sektor perbankan.

Pada Pasal 40 UU Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan

disebutkan bahwa bank wajib merahasiakan keterangan mengenai nasabah

penyimpan dan simpanannya, kecuali dalam hal sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 41, Pasal 41A, Pasal 42, Pasal 43, Pasal 44, dan Pasal 44A.

Page 58: PERLINDUNGAN HUKUM DATA NASABAH DALAM INTERNET …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24969/1/AJENG... · menjadi sasaran empuk kejahatan di dunia maya (cyber crime)

49

Prinsip kerahasiaan bank pada ketentuan tersebut tidak dapat

diterapkan secara optimal terhadap perlindungan hukum atas data pribadi

nasabah dalam penyelenggaraan layanan internet banking. Hal ini dikarenakan

perlindungan hukum atas data pribadi nasabah yang ada pada ketentuan

tersebut terbatas hanya pada data yang disimpan dan dikumpulkan oleh bank,

padahal data nasabah di dalam penyelenggaraan layanan internet banking

tidak hanya data yang disimpan dan dikumpulkan, tetapi termasuk data yang

ditransfer oleh pihak nasabah dari tempat komputer dimana nasabah

melakukan transaksi.

Pasal ini menjelaskan bahwa dalam perbankan yang salah satunya

mengandung prinsip kerahasian harus diterapkan dalam sistem perbankan

yang berhubungan dengan data nasabah yang sangat penting dalam produk

internet banking.

Ada pula pada Peraturan Bank Indonesia Nomor 9/15/PBI/2007

Tentang Penerapan Manajemen Risiko Dalam Penggunaan Teknologi

Informasi Oleh Bank Umum yang termasuk dalam bentuk perlindungan

hukum data nasabah internet banking. Bahwa perkembangan Teknologi

Informasi memungkinkan bank memanfaatkannya untuk meningkatkan

efisiensi kegiatan operasional dan mutu pelayanan bank kepada nasabah,

bahwa penggunaan Teknologi Informasi dalam kegiatan operasional bank

juga dapat meningkatkan risiko yang dihadapi bank, dengan meningkatnya

risiko yang dihadapi, bank perlu menerapkan manajemen risiko secara

Page 59: PERLINDUNGAN HUKUM DATA NASABAH DALAM INTERNET …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24969/1/AJENG... · menjadi sasaran empuk kejahatan di dunia maya (cyber crime)

50

efektif, bahwa Teknologi Informasi merupakan aset yang berharga bagi

Bank sehingga pengelolaannya bukan hanya merupakan tanggung jawab unit

kerja penyelenggara Teknologi Informasi namun juga seluruh pihak yang

menggunakannya.

Sedangkan menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang

Perlindungan Konsumen di dalam Pasal 3 pada huruf a,b,d,f Perlindungan

Konsumen bertujuan:

a. meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemandirian

konsumen untuk melindungi diri;

b. mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara

menghindarkannya dari ekses negatif pemakaian barang dan/atau

jasa;

d. menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung

unsur kepastian hukum dan keterbukaan informasi serta akses

untuk mendapatkan informasi;

f. meningkatkan kualitas barang dan/atau jasa yang menjamin

kelangsungan usaha produksi barang dan/atau jasa, kesehatan,

kenyamanan, keamanan, dan keselamatan konsumen.

Lalu Dalam Pasal 4 huruf a Hak konsumen adalah:

a. Hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam

mengkonsumsi barang dan/atau jasa;

Page 60: PERLINDUNGAN HUKUM DATA NASABAH DALAM INTERNET …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24969/1/AJENG... · menjadi sasaran empuk kejahatan di dunia maya (cyber crime)

51

Bahwa dapat disadari dalam peraturan perlindungan konsumen,

konsumen mendapatkan perlindungan dari adanya kepastian hukum dan

keterbukaan informasi yang dimana dalam internet banking dibutuhkan

suatu aturan yang pasti untuk melindungi data nasabah beserta keterbukaan

informasi dalam mengakses internet banking agar terhindar dari kejahatan

teknologi. Dan disebutkan di dalam Pasal 4 konsumen memiliki hak atas

keamanan dalam megkonsumsi barang.

Lalu menurut Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang

Informasi Teknologi Elektronik pada Pasal 16 huruf b dan d:

(1) Sepanjang tidak ditentukan lain oleh undang-undang

tersendiri, setiap Penyelenggara Sistem Elektronik wajib

mengoperasikan Sistem Elektronik yang memenuhi persyaratan

minimum sebagai berikut:

b. Dapat melindungi ketersediaan, keutuhan, keotentikan,

kerahasiaan, dan keteraksesan Informasi Elektronik dalam

Penyelenggaraan Sistem Elektronik tersebut;

d. Dilengkapi dengan prosedur atau petunjuk yang diumumkan

dengan bahasa, informasi, atau symbol yang dapat dipahami oleh

pihak yang bersangkutan dengan Penyelenggaraan Sistem

Elektronik tersebut.

Kerahasian sebuah informasi merupakan bukan hanya diatur dalam

sistem perbankan untuk menjaga informasi atas data nasabah tetapi di dalam

Page 61: PERLINDUNGAN HUKUM DATA NASABAH DALAM INTERNET …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24969/1/AJENG... · menjadi sasaran empuk kejahatan di dunia maya (cyber crime)

52

UU ITE sebagaimana yang diatur untuk melindungi suatu kerahasiaan yang

menyangkut data nasabah yang dilakukan oleh penyelenggara elektronik.

Sementara itu yang penulis analisa Pada Undang-Undang OJK

terdapat pada Pasal 7 huruf c. pengaturan dan pengawasan mengenai aspek

kehati-hatian bank, meliputi:

1. manajemen risiko;

2. tata kelola bank;

3. prinsip mengenal nasabah dan anti pencucian uang; dan

4. pencegahan pembiayaan terorisme dan kejahatan perbankan;

Disini penulis mengkaitkan dalam Pasal ini dalam Manajemen risiko

dengan prinsip kehati-hatian bisa dikatakan bahwa disini OJK telah mengikuti

peraturan yang sudah ada yang diatur sebelumnya pada UU Perbankan,

manajemen resiko terkait dalam UU Perlindungan Konsumen yang mana

dapat menjamin keamanan suatu produk yaitu internet banking, serta

berkaitan dengan UU ITE yang dapat melindungi kerahasian informasi data

nasabah.

B. Mekanisme Perlindungan Hukum Data Nasabah Dalam Internet Banking

Mekanisme merupakan tata cara pelaksaaan menurut undang-undang

yang berlaku terdapat pada:

Pada peraturan UU ITE Pasal 16 huruf e lanjutan pada bagian yang

sebelumnya telah dijabarkan bahwa:

Page 62: PERLINDUNGAN HUKUM DATA NASABAH DALAM INTERNET …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24969/1/AJENG... · menjadi sasaran empuk kejahatan di dunia maya (cyber crime)

53

Sepanjang tidak ditentukan lain oleh undang-undang tersendiri, setiap

Penyelenggara Sistem Elektronik wajib mengoperasikan Sistem Elektronik

yang memenuhi persyaratan minimum.

e. Memiliki mekanisme yang berkelanjutan untuk menjaga kebaruan,

kejelasan, dan kebertanggungjawaban prosedur atau petunjuk.

Dapat diketahui bahwa mekanisme yang baik dalam perlindungan data

nasabah internet banking dibutuhkan kebaruan-kebaruan terhadap informasi

atau data nasabah agar terhindar dari suatu perbuatan yang diluar dugaan

nasabah.

Sedangkan pada Peraturan Bank Indonesia Nomor 9/15/PBI/2007

Proses Manajemen Risiko Terkait Teknologi Informasi Pasal 10 dan 14 yaitu:

Pasal 10

(1) Bank wajib melakukan proses manajemen risiko yang mencakup

identifikasi, pengukuran, pemantauan dan pengendalian atas risiko terkait

penggunaan Teknologi Informasi.

(2) Proses manajemen risiko dilakukan terhadap aspek-aspek terkait

Teknologi Informasi yang paling kurang mencakup pengembangan dan

pengadaan Teknologi Informasi, operasional Teknologi Informasi,

jaringan komunikasi, pengamanan informasi, Business Continuity Plan,

end user computing, Electronic Banking, dan penggunaan pihak penyedia

jasa Teknologi Informasi.

Page 63: PERLINDUNGAN HUKUM DATA NASABAH DALAM INTERNET …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24969/1/AJENG... · menjadi sasaran empuk kejahatan di dunia maya (cyber crime)

54

(3) Dalam hal Bank menggunakan jasa pihak lain untuk menyelenggarakan

Teknologi Informasi, Bank wajib memastikan bahwa pihak penyedia jasa

Teknologi Informasi menerapkan juga manajemen risiko yang paling

kurang sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan Bank Indonesia ini.

Pasal 14

Bank wajib memastikan pengamanan informasi dilaksanakan secara

efektif Dengan memperhatikan paling kurang hal-hal sebagai berikut:

a. pengamanan informasi ditujukan agar informasi yang dikelola terjaga

kerahasiaan (confidentiality), integritas (integrity) dan ketersediaannya

(availability) secara efektif dan efisien dengan memperhatikan kepatuhan

terhadap ketentuan yang berlaku;

b. pengamanan informasi dilakukan terhadap aspek teknologi, sumber daya

manusia dan proses dalam penggunaan Teknologi Informasi;

c. pengamanan informasi mencakup pengelolaan aset bank yang terkait

dengan informasi, kebijakan sumber daya manusia, pengamanan fisik,

pengamanan akses, pengamanan operasional, dan aspek penggunaan

Teknologi Informasi lainnya;

Pasal 29

OJK melakukan pelayanan pengaduan Konsumen yang meliputi:

a. menyiapkan perangkat yang memadai untuk pelayanan pengaduan

Konsumen yang dirugikan oleh pelaku di Lembaga Jasa Keuangan;

Page 64: PERLINDUNGAN HUKUM DATA NASABAH DALAM INTERNET …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24969/1/AJENG... · menjadi sasaran empuk kejahatan di dunia maya (cyber crime)

55

b. membuat mekanisme pengaduan Konsumen yang dirugikan oleh pelaku di

Lembaga Jasa Keuangan; dan c. memfasilitasi penyelesaian pengaduan

Konsumen yang dirugikan oleh pelaku di Lembaga Jasa Keuangan sesuai

dengan peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan.

C. Upaya Terhadap Perlindungan Data Nasabah Pengguna Internet

Banking

Lebih lanjut mengenai apa yang mana dari masing-masing peraturan

perundangan ataupun ketetapan Bank Indonesia serta Otoritas Jasa Keuangan

di sebutkan apa saja bentuk dari perlindungan bagi nasabah internet banking

yang tertuang dalam Pasal-Pasal berikut:

Peraturan Bank Indonesia Nomor 9/15/PBI/2007 Tentang Penerapan

Manajemen Risiko Dalam Penggunaan Teknologi Informasi Oleh Bank

Umum, di dalam Bab Peraturan tersebut terdapat upaya perlindungan data

nasabah pengguna internet banking pada Pasal 10 dan 14 dengan upaya Proses

Manajemen Risiko Terkait Teknologi Informasi di Bank, yang mana

dijelaskan sebagai mekanisme. Dalam Undang-Undang Otoritas Jasa

Keuangan Perlindungan Konsumen dan Masyarakat Pasal 28 yang berbunyi:

“Untuk perlindungan Konsumen dan masyarakat, OJK berwenang

melakukan tindakan pencegahan kerugian Konsumen dan masyarakat, yang

meliputi: a. memberikan informasi dan edukasi kepada masyarakat atas

Page 65: PERLINDUNGAN HUKUM DATA NASABAH DALAM INTERNET …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24969/1/AJENG... · menjadi sasaran empuk kejahatan di dunia maya (cyber crime)

56

karakteristik sektor jasa keuangan, layanan, dan produknya; b. meminta

Lembaga Jasa Keuangan untuk menghentikan kegiatannya apabila kegiatan

tersebut berpotensi merugikan masyarakat; dan c. tindakan lain yang

dianggap perlu sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di

sektor jasa keuangan.”

a. Meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemandirian

konsumen untuk melindungi diri;

b. Mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara

menghindarkannya dari ekses negatif pemakaian barang dan/atau

jasa;

c. Meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memilih,

menentukan dan menuntut hak­haknya sebagai konsumen;

d. Menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung

unsur kepastian hukum dan keterbukaan informasi serta akses

untuk mendapatkan informasi;

e. Menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya

perlindungan konsumen sehingga tumbuh sikap yang jujur dan

bertanggung jawab dalam berusaha;

f. Meningkatkan kualitas barang dan/atau jasa yang menjamin

kelangsungan usaha produksi barang dan/atau jasa, kesehatan,

kenyamanan, keamanan, dan keselamatan konsumen.

Page 66: PERLINDUNGAN HUKUM DATA NASABAH DALAM INTERNET …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24969/1/AJENG... · menjadi sasaran empuk kejahatan di dunia maya (cyber crime)

57

Sedangkan UU Perlindungan Konsumen Pasal 5

Kewajiban konsumen adalah :

a. Membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur

pemakaian atau pemanfaatan barang dan/atau jasa, demi keamanan

dan keselamatan;

b. Beritikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang

dan/atau jasa;

c. Membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati;

d. Mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa perlindungan

konsumen secara patut.

Sementara itu di dalam UU ITE Pasal 21 ayat (3), (4) dan Pasal 26,

Pasal 30 dan Pasal 32

(3) Jika kerugian Transaksi Elektronik disebabkan gagal

beroperasinya Agen Elektronik akibat tindakan pihak ketiga

secara langsung terhadap Sistem Elektronik, segala akibat hukum

menjadi tanggung jawab penyelenggara Agen Elektronik.

(4) Jika kerugian Transaksi Elektronik disebabkan gagal

beroperasinya Agen Elektronik akibat kelalaian pihak

pengguna jasa layanan, segala akibat hukum menjadi

tanggungjawab pengguna jasa layanan.

Page 67: PERLINDUNGAN HUKUM DATA NASABAH DALAM INTERNET …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24969/1/AJENG... · menjadi sasaran empuk kejahatan di dunia maya (cyber crime)

58

Pasal 26

(1) Kecuali ditentukan lain oleh Peraturan Perundang-undangan,

penggunaan setiap informasi melalui media elektronik yang

menyangkut data pribadi seseorang harus dilakukan atas

persetujuan Orang yang bersangkutan.

(2) Setiap Orang yang dilanggar haknya sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dapat mengajukan gugatan atas

kerugian yang ditimbulkan berdasarkan Undang-Undang ini.

Pasal 30

(1) Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau

melawan hukum mengakses Komputer dan/atau Sistem

Elektronik milik Orang lain dengan cara apapun.

(2) Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau

melawan hukum mengakses Komputer dan/atau Sistem

Elektronik dengan cara apa pun dengan tujuan untuk

memperoleh Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik.

(3) Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau

melawan hukum mengakses Komputer dan/atau Sistem

Elektronik dengan cara apa pun dengan melanggar,

menerobos, melampaui, atau menjebol sistem pengamanan.

Page 68: PERLINDUNGAN HUKUM DATA NASABAH DALAM INTERNET …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24969/1/AJENG... · menjadi sasaran empuk kejahatan di dunia maya (cyber crime)

59

Pasal 32

(1) Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan

hukum dengan cara apa pun mengubah, menambah,

mengurangi, melakukan transmisi, merusak, menghilangkan,

memindahkan, menyembunyikan suatu Informasi Elektronik

dan/atau Dokumen Elektronik milik Orang lain atau milik publik.

(2) Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan

hukum dengan cara apapun memindahkan atau mentransfer

Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik kepada

Sistem Elektronik Orang lain yang tidak berhak.

(3) Terhadap perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

yang mengakibatkan terbukanya suatu Informasi Elektronik

dan/atau Dokumen Elektronik yang bersifat rahasia menjadi

dapat diakses oleh publik dengan keutuhan data yang

tidak sebagaimana mestinya.

D. Analisa Kasus

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu cepat

banyak Negara yang belum siap dan sempat membuat produk-produk hukum

untuk mengantisipasi dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

tersebut.1

1 Abdul Manan, Aspek-aspek Pengubah Hukum,(Jakarta: Kencana, 2005), h. 180.

Page 69: PERLINDUNGAN HUKUM DATA NASABAH DALAM INTERNET …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24969/1/AJENG... · menjadi sasaran empuk kejahatan di dunia maya (cyber crime)

60

Contoh kasus "Tersangka pencurian uang menggunakan media internet

banking ditangkap Kepolisian Daerah Metro Jaya. Hal itu disampaikan

Kepala Satuan Cyber Crime Polda Metro Jaya Ajun Komisaris Besar Winston

Tommy Watuliu hari ini di Polda Metro Jaya, Selasa (2/2).

Tersangka berinisial EYN, seorang sarjana berusia 30-an tahun, saat ini

ditahan di Polda Metro Jaya. Sedangkan tersangka lain berinisial HH masih

diburu pihak kepolisian. "Pelaku mencuri uang korbannya dengan meng-

intercept data nasabah saat korban melakukan transaksi lewat internet," jelas

Winston. Korban ada dua orang, yaitu AS dan WRS. Keduanya karyawan

swasta di Jakarta.

Modus yang digunakan tersangka yakni mengambil data-data nasabah

lalu melakukan konfigurasi untuk dapat membuka PIN atau password

rekening korbannya. Setelah itu, pelaku melakukan pemindahbukuan

sejumlah uang ke tiga rekening penampung. Tiga rekening penampung dibuka

di bank yang berlainan. "Total kerugian sekitar 60-100 juta rupiah," kata

Winston.

Kasus ini didasarkan pada laporan polisi pada Oktober 2009 dari pihak

bank yang mengalami kebobolan. "Akhir November pelaku EYN berhasil

kami tangkap," kata Winston. Pelaku dikenakan Pasal 363 Kitab Undang-

Undang Hukum Pidana dengan ancaman hukuman empat tahun penjara,

Page 70: PERLINDUNGAN HUKUM DATA NASABAH DALAM INTERNET …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24969/1/AJENG... · menjadi sasaran empuk kejahatan di dunia maya (cyber crime)

61

Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik, serta Undang-Undang

Tindak Pidana Pencucian Uang.2

Dari kasus diatas dapat dijera UU ITE pada Pasal 52 ayat (3) yang berbunyi:

“Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 sampai

dengan Pasal 37 ditujukan terhadap Komputer dan/atau Sistem Elektronik

serta Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik milik Pemerintah

dan/atau badan strategis termasuk dan tidak terbatas pada lembaga

pertahanan, bank sentral, perbankan, keuangan,lembaga internasional, otoritas

penerbangan diancam dengan pidana maksimal ancaman pidana pokok

masing-masing Pasal ditambah dua pertiga.”

Berdasarkan penelitian dalam Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011

tentang Otoritas Jasa keuangan bahwa didalamnya bab Perlindungan

Konsumen dan Masyarakat Untuk Perlindungan Konsumen dan masyarakat,

OJK berwenang melakukan tindakan pencegahan kerugian Konsumen dan

masyarakat, yang meliputi: a. memberikan informasi dan edukasi kepada

masyarakat atas karakteristik sektor jasa keuangan, layanan, dan produknya.

Dari pasal tersebut menjelaskan bahwa edukasi kepada konsumen

diperlukan dan dibutuhkan untuk menunjang perlindungan hukum terhadap

data nasabah dalam internet banking. Keseimbangan perlindungan hukum

2 Diakses dari http://www.tempo.co/read/news/2010/02/02/064222937/Tersangka-Pencuri-

Uang-Lewat-Transaksi-Internet-Ditangkap pada 7 Mei 2014 pukul 21.00 WIB

Page 71: PERLINDUNGAN HUKUM DATA NASABAH DALAM INTERNET …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24969/1/AJENG... · menjadi sasaran empuk kejahatan di dunia maya (cyber crime)

62

terhadap konsumen dengan produsen tidak terlepas dari adanya pengaturan

tentang hubungan-hubungan hukum yang terjadi antara para pihak.

Surat al-Lukman ayat 20

(03: 03)لقما ن /

Artinya: Tidakkah kamu memperhatikan bahwa Allah telah

menundukkan apa yang ada di langit dan apa yang di bumi untuk

(kepentingan)mu dan menyempurnakan nikmat-Nya untukmu lahir dan batin.

Tetapi di antara manusia ada yang membantah tentang (keesaan) Allah tanpa

ilmu atau petunjuk dan tanpa kitab yang memberi penerangan.

Dijelaskan bahwa:

Allah Subhaanahu wa Ta'aala mengingatkan hamba-hamba-Nya akan

nikmat-nikmat-Nya dan mengajak mereka bersyukur, dan agar mereka

melihat nikmat itu dan tidak melupakannya dengan mata dan hatimu. Seperti

matahari, bulan dan bintang agar kamu mengambil manfaat daripadanya.

Seperti hewan, pohon-pohon, tanaman, sungai, barang tambang dan lain-lain.

Page 72: PERLINDUNGAN HUKUM DATA NASABAH DALAM INTERNET …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24969/1/AJENG... · menjadi sasaran empuk kejahatan di dunia maya (cyber crime)

63

Yakni yang tampak terlihat, seperti penampilan yang menarik, sempurnanya

fisik, nikmat harta, dsb. Yakni yang tersembunyi, seperti pengetahuan, iman,

nikmat agama, memperoleh manfaat dan terhindar dari bahaya dan lain-lain.

Oleh karena itu, sikap yang seharusnya kamu lakukan adalah mensyukuri

nikmat itu, mencintai Pemberi nikmat dan tunduk kepada-Nya,

menggunakannya untuk ketaatan kepada Allah dan tidak menggunakannya

untuk maksiat meskipun nikmat itu turun berturut-turut. Yakni ada orang yang

tidak bersyukur, bahkan kufur kepada nikmat itu dan kufur kepada

Pemberinya, dan mengingkari yang hak yang ada dalam kitab-kitab-Nya dan

yang dibawa para rasul-Nya. Dia mendebat yang hak dengan yang batil untuk

mengalahkannya, padahal perdebatannya tidak di atas ilmu. Dari rasul atau

mengikuti orang yang mendapat petunjuk. Dengan demikian perdebatannya

tidak di atas dalil „aqli (akal), dalil nakli, dan tidak mengikuti rasul dan orang-

orang yang mendapat petunjuk, bahkan hanya sekedar ikut-ikutan dengan

nenek moyang mereka yang tidak mendapatkan petunjuk, yang sesat lagi

menyesatkan.

Kaitannya dalam skripsi ini yaitu ilmu yang bermanfaat manusia diberi

ilmu untuk dimanfaatkan dengan sebaik mungkin jangan mengambil ilmu

untuk memanfaatkan orang lain atau mengambil haknya orang lain.

Page 73: PERLINDUNGAN HUKUM DATA NASABAH DALAM INTERNET …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24969/1/AJENG... · menjadi sasaran empuk kejahatan di dunia maya (cyber crime)

64

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan dari uraian bab-bab terdahulu penulis dapat menyimpulkan

bahwa:

1. Bentuk perlindungan terhadap data nasabah dalam internet banking di

Indonesia terdapat dari beberapa macam peraturan yang telah mengatur

tentang internet banking yaitu Peraturan Bank Indonesia Nomor

9/15/PBI/2007 tentang Penerapan Manajemen Risiko Dalam Penggunaan

Teknologi Informasi Oleh Bank Umum lalu Undang-Undang Nomor 11

Tahun 2008 Tentang Informasi Teknologi Elektronik beserta Undang-Undang

Otoritas Jasa Keuangan pada bagian perlindungan terhadap konsumen.

2. Mekanisme yang dilakukan dalam peraturan perundang-undangan yaitu

mampu mengendalikan risiko yang sudah diatur dalam peraturan bank

Indonesia serta Undang-Undang Informasi Transaksi Elektronik.

3. Untuk mencegah agar tidak terjadinya kejahatan dalam internet banking

dengan mengupayakan konsumen agar selalu update terhadap pembaharuan

data nasabah.

B. Saran

Bahwasannya dengan berkembangnya dan kemajuan dibidang teknologi di

bidang perdagangan khususnya dibidang perbankan dibutuhkan suatu Undang-

undang khusus yang mengatur tentang perlindungan Data nasabah termasuk

Page 74: PERLINDUNGAN HUKUM DATA NASABAH DALAM INTERNET …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24969/1/AJENG... · menjadi sasaran empuk kejahatan di dunia maya (cyber crime)

65

dalam Internet banking melihat dari kemajuan Negara lain yang sudah lebih

dahulu membuat Undang-undang Perlindungan Data Pribadi. Maka Indonesia

dengan sebagai Negara yang sudah termasuk dalam Negara teknologi maju yang

sudah perlu dibentuk Undang-Undang perlindungan data nasabah agar

terjaminnya para nasabah perbankan menggunakan data pribadi. Hal ini

dimaksudkan untuk menjamin bahwa setiap individu mengetahui informasi

mengenai mereka yang ada pada pihak lain, serta untuk mendorong pengumpul

data (data collector) untuk lebih menjaga privasi informasi pribadi yang mereka

kumpulkan tersebut.

Seberapa efektifkah Undang-Undang yang telah dibuat, menurut

Lawrence Friedman dalam teori efektifitas, unsur-unsur sistem hukum itu

terdiri dari struktur hukum (legal structure), substansi hukum (legal

substance) dan budaya hukum (legal culture).1 Struktur hukum meliputi

badan eksekutif, legislatif dan yudikatif serta lembaga-lembaga terkait, seperti

Kejaksaan, Kepolisian, Pengadilan, Komisi Judisial, Komisi Pemberantasan

Korupsi (KPK) dan lain-lain. Sedangkan substansi hukum adalah mengenai

norma, peraturan maupun undang-undang.

1 Lawrence Friedman, “American Law”, (London: W.W. Norton & Company, 1984), h. 6.

Page 75: PERLINDUNGAN HUKUM DATA NASABAH DALAM INTERNET …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24969/1/AJENG... · menjadi sasaran empuk kejahatan di dunia maya (cyber crime)

66

DAFTAR PUSTAKA

BUKU

, Pengantar Hukum Telematika, Jakarta: PT. Raja Grafindo

Abdullah, Suseno Piter, Sistem dan Kebijakan Perbankan di Indonesia, Jakarta: Pusat

Pendidikan dan Studi Kebanksentralan, 2003.

Agus Riswandi, Budi, Aspek Hukum Internet Banking, Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada, 2005.

Ais, Chatamarrasjid, Hukum perbankan Nasional Indonesia, Jakarta: kencana, 2005.

Departemen Kehakiman, Penelitian Hukum Tentang Aspek Hukum Pertanggung

jawaban Bank Terhadap Nasabah, Jakarta: Badan Pembinaan Hukum

Nasional, 1995.

DJumhana, Muhamad, Asas-asas Hukum Perbankan Indonesia, Bandung: Citra

Aditya, 2008.

Endeshaw, Assafa, Hukum E-Commerce dan Internet, (Dengan Fokus di Asia

Pasifik), Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007.

Hermansyah, Hukum Perbankan Nasional Indonesia, Jakarta: Kencana, 2005.

Makarim,Edmon, Kompilasi Hukum Telematika, Cet. II, Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada, 2004.

Manan, Abdul, Aspek-aspek pengubah hukum, Jakarta: Kencana, 2006.

Mansur, Dikdik M. Arief dan Elisatris Gultom, Cyber Law aspek hukum teknologi

informasi, Bandung: Refika Aditama, 2005.

Marpaung, Leden, Kejahatan Terhadap Perbankan, Jakarta: Erlangga, 1993.

Mertokusumo, Sudikno, Mengenal Hukum, Yogyakarta: Liberty, 2003.

Miru, Ahmadi dan Sutarman Yodo, Hukum Perlindungan Konsumen, Jakarta: PT.

Raja Grafindo Persada, 2011.

Miru, Ahmadi Prinsip-prinsip Perlindungan Hukum Bagi Konsumen di Indonesia,

Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2011.

Page 76: PERLINDUNGAN HUKUM DATA NASABAH DALAM INTERNET …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24969/1/AJENG... · menjadi sasaran empuk kejahatan di dunia maya (cyber crime)

67

Pardede, Marulak, Likuidasi Bank Perlindungan Nasabah, Cetakan Pertama, Jakarta:

Pustaka Sinar Harapan, 1998.

Persada, 2005.

Prasetya, Ronny, Pembobolan Atm Tinjauan Hukum Perlindungan Nasabah Korban

Kejahatan Perbankan, Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher, 2010.

Raharjo, Satjipto, Sisi Lain dari Hukum di Indonesia, Jakarta: Kompas, 2003.

Sitompul, Zulkarnain, Perlindungan Dana Nasabah Bank, Jakarta: Fakultas Hukum

UI, 2002.

Soekanto, Soerjono, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: UI Press, 2008.

Soeroso, Pengantar Ilmu Hukum, Cetakan Kedelapan, Jakarta: Sinar Grafika, 2006.

Sunggono, Bambang, Metode Penelitian Hukum, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada,

2005.

Usman, Rachmadi, Aspek-aspek Hukum Perbankan Indonesia, Jakarta: PT Gramedia

Pustaka Utama, 2001.

Peraturan Perundang-undangan

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan

Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan

Peraturan Bank Indonesia Nomor 9/15/PBI/2007 Tentang Penerapan Manajemen

Risiko Dalam Penggunaan Teknologi Informasi Oleh Bank Umum

Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor: 1/POJK.07/2013 Tentang

Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Transaksi Elektronik

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

Page 77: PERLINDUNGAN HUKUM DATA NASABAH DALAM INTERNET …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24969/1/AJENG... · menjadi sasaran empuk kejahatan di dunia maya (cyber crime)

68

Skripsi, Tesis, atau Disertasi

Nurjanah, Siti “Respon Nasabah Bank BNI Syariah Terhadap Transaksi Melalui

Layanan Internet Banking (Studi kasus PT. BNI Syariah Cabang Jakarta

Timur Prodi Muamalat (Ekonomi Islam)” (Skripsi S1 Perbankan Syariah UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010)

Hannany, Arief “Perlindungan Konsumen Perbankan Oleh Otoritas Jasa Keuangan

(Studi Komparatif Perlindungan Konsumen Perbankan Oleh Bank Indonesia)”

(Skripsi S1 Ilmu Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013)

Ilmu Royen, Uti “Perlindungan Hukum Terhadap Pekerja/ Buruh Outsourcing” (Tesis

S2 Fakultas Hukum, Universias Diponegoro Semarang, 2009)

Internet

http://www.tempo.co/read/news/2010/02/02/064222937/Tersangka-Pencuri-

Uang-Lewat-Transaksi-Internet-Ditangkap