Upload
others
View
6
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PERLINDUNGAN HUKUM HAK CIPTA TERHADAP
TINDAK PLAGIARISME KARYA TULIS DI
PERGURUAN TINGGI
TESIS
Oleh
SERE BEATRIX EUGENIE SIMANJUNTAK
127011089 / M.Kn
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2018
Universitas Sumatera Utara
PERLINDUNGAN HUKUM HAK CIPTA TERHADAP
TINDAK PLAGIARISME KARYA TULIS DI
PERGURUAN TINGGI
TESIS
Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Magister Kenotariatan Pada
Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara
Oleh
SERE BEATRIX EUGENIE SIMANJUNTAK
127011089 / M.Kn
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2018
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Telah diuji pada :
Tanggal : 14 November 2018
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Prof. Dr. Runtung, SH., M.Hum
Anggota : 1. Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH., MS., CN
2. Dr. T. Keizerina Devi Azwar SH.,CN., MHum
3. Prof. Dr. Saidin. SH. M.Hum
4. Dr. Dedi Harianto., SH., M.Hum
Universitas Sumatera Utara
i
ABSTRAK
Plagiarisme adalah suatu tindakan penjiplakan yang melanggar hak cipta,
tindakan atau perbuatan secara sengaja atau tidak sengaja dalam memperoleh atau
mencoba memperoleh kredit atau nilai untuk suatu karya ilmiah, dengan mengutip
sebagian atau seluruh karya dan/atau karya ilmiah pihak lain yang diakui sebagai
karya ilmiahnya, tanpa menyatakan sumber secara tepat dan memadai menurut
aturan penulisan karya ilmiah. Plagiarisme terhadap Karya tulis sering terjadi di di
Perguruan Tinggi. Undang-Undang No. 28 Tahun 2014 mengatur tentang Hak
Cipta salah satu cakupannya adalah Karya Tulis, Undang-Undang Hak Cipta
Mengatur tentang ketentuan apabila terjadi pelanggaran hak moral dan hak
ekonomi terhadap hak cipta namun secara spesifik tidak mengatur tentang
plagiarisme di dalamnya. Tesis ini akan membahas bagaimana perlindungan hak
cipta terhadap Plagiarisme Karya Tulis, bagaimana bentuk Plagiarisme Hak Cipta
Karya Tulis, Bagaimana Upaya Pemerintah untuk mencegah terjadinya
Plagiarisme Karya Tulis di Perguruan Tinggi, dan Bagaimana Perlindungan
Hukum yang diberikan pemerintah apabila terjadi tindak plagiarisme karya tulis di
perguruan tinggi.
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian hukum dengan metode
pendekatan yuridis normatif, yang bersifat deskriptif analisis. Penelitian ini
termasuk ruang lingkup penelitian yang menggambarkan, menelaah dan
menjelaskan serta menganalisa teori hukum yang bersifat umum dan peraturan
perundang-undangan mengenai perlindungan hak cipta terhadap tindak
plagiarisme karya tulis di perguruan tinggi.
Secara umumnya penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah
bentuk-bentuk tindakan plagiarisme yang dilakukan oleh mahasiswa dalam
menyelesaikan tugas-tugas perkuliahan, apakah faktor-faktor penyebab timbulnya
perilaku plagiarisme di Perguruan Tinggi dan bagaimana peran Pemerintah dalam
menanggulanginya. Hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa Pemerintah
melakukan upaya berupa tindakan represif dan tindakan preventif terhadap tindak
Plagiarisme karya tulis di perguruan tinggi, yang dituangkan di dalam Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No.17 tahun 2010 pada pasal 6
dan 7 berupa upaya pencegahan plagiat di perguruan tinggi, dan Tindakan
Represif yang dilakukan pemerintah dituangkan dalam Undang-Undang No. 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 70.
Kata Kunci: Hak Cipta, Plagiarisme, Karya Tulis, Perguruan Tinggi.
Universitas Sumatera Utara
ii
ABSTRACT
Plagiarism is an action of copying which violates copyright. It is one’s
intentional or unintentional action done to obtain credit or value for scientific
papers, by quoting a part or all of other people’s work and/or scientific paper,
which he claims as his work, without stating the source precisely and adequately
in accordance with the rules of writing scientific papers. It frequently occurs in
scientific papers in College. Law No. 28/2014 regulates Copyright and its
coverage is Scientific Paper. Law on Copyright regulates the provisions if there is
any violation to moral and economic rights of copyrights, yet it does not
specifically regulate plagiarism therein. This thesis discusses how the form of
copyright plagiarism in scientific papers, how the government make efforts to
prevent plagiarism in scientific papers in colleges, and how the legal protection is
provided by the government in case of plagiarism in scientific papers in colleges.
This is a legal research using normative juridical approach, with
descriptive analysis. It describes, studies, explains, and analyzes the general legal
theory as well as laws and regulations on copyright protection from plagiarism in
scientific papers in colleges.
Generally, the objective of the research is to discover the forms of
plagiarism performed by college students to accomplish their college
assignments, the factors that cause plagiarism behavior at colleges, and the role
of the Government to overcome it. The result of the research demonstrates that the
Government makes some efforts such as repressive and preventive actions to deal
with plagiarism in scientific papers in colleges, which is stated in Articles 6 and 7
of the Regulation of the Ministry of National Education of the Republic of
Indonesia No. 17/2010 containing preventive efforts against plagiarism in
colleges, and the Repressive Action done by the Government is stipulated in
Article 70 of Law No. 20/2003 on National Education System.
Keywords: Copyright, Plagiarism, Scientific Paper, College.
Universitas Sumatera Utara
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala
berkat, rahmat dan kasih karuniaNya telah memberikan kekuatan jasmani dan
rohani serta inspirasi yang terbaik sehingga penulis mampu menyelesaikan
penulisan tesis ini tepat pada waktunya. Tesis ini berjudul “PERLINDUNGAN
HUKUM HAK CIPTA TERHADAP TINDAK PLAGIARISME
KARYA TULIS DI PERGURUAN TINGGI”. Penulisan tesis ini
merupakan suatu persyaratan yang harus dipenuhi untuk memperoleh gelar
Magister Kenotariatan (M.Kn.) pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera
Utara.
Selama penyusunan tesis ini, penulis mendapatkan banyak dukungan,
semangat, saran, motivasi dan doa dari berbagai pihak. Untuk itu pada
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Runtung, SH., M.Hum., selaku Rektor Universitas
Sumatera Utara yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas yang
terbaik dalam menyelesaikan pendidikan di Fakultas Hukum, Program Studi
Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara kepada penulis dan juga
Ketua Pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan saran kepada
penulis dalam penyelesaian tesis.
2. Bapak Prof. Dr. Budiman Ginting, SH., M.Hum., selaku Dekan Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Prof. Dr. Muhammad Yamin, S.H, M.S., C.N., selaku dosen
pembimbing kedua saya, yang telah sangat banyak membantu saya dan
memberikan masukan dalam penyelesaian penulisan tesis tersebut.
4. Ibu Dr. T. Keizerina Devi Azwar, SH, CN, M.Hum., selaku Ketua
Program Studi Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara sekaligus
dosen Pembimbing ketiga saya yang telah memberikan masukan kepada
penulis dalam menyelesaikan tesis;
5. Bapak Dr. Edy Ikhsan, SH., MA., selaku Sekretaris Program Studi
Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara,;
Universitas Sumatera Utara
iv
6. Para Bapak dan Ibu Guru Besar juga segenap Dosen Pengajar yang ada di
Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
seluruhnya atas jasa-jasanya yang telah membimbing dan membagikan
ilmunya selama masa perkuliahan kepada penulis;
7. Seluruh Pegawai pada Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara, yang telah banyak memberikan
bantuan kepada penulis selama menjalani pendidikan;
8. Teristimewakan pada Almarhum Bapak saya tercinta serta Ibunda, dan
seluruh keluarga saya terima kasih atas cinta dan kasih sayang yang telah
diberikan juga doa dan motivasi dalam keseharian hidup penulis;
9. Suami saya terkasih, Yohannes Siahaan dan anak saya Iris Niana Gauri,
yang senantiasa memberikan dan menjadi semangat dan membantu penulis
dalam setiap proses penyelesaian tesis ini;
10. Seluruh teman-teman seperjuangan di Pascasarjana Kenotariatan Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara, yang telah memberikan dukungan dan
motivasi kepada penulis dalam penyelesaian tesis ini;
11. Semua pihak-pihak yang tidak disebutkan, terima kasih atas dukungan dan
motivasi yang diberikan kepada penulis dalam menyelesaikan masa
perkuliahan dan penulisan tesis ini.
Demikianlah yang dapat penulis sampaikan. Akhir kata atas segala
perhatian yang telah diberikan sekali lagi penulis mengucapkan terima kasih.
Semoga tesis ini juga bermanfaat bagi kita semua.
Medan, November 2018
Penulis,
Sere Beatrix Eugenie
Universitas Sumatera Utara
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
NAMA : Sere Beatrix Eugenie Simanjuntak
Tempat/Tanggal Lahir : Medan, 20 Mei 1991
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Kristen Protestan
Alamat : Jl. Sriwijaya No.68A, Medan
II. KELUARGA
Ayah : (Alm) Nerson Diapari Simanjuntak
Ibu : Magdalena Singarimbun
Saudara Kandung : Sarah Ursula Vivani Simanjuntak, S.Sos. M.M
III. PENDIDIKAN
Sekolah Dasar : SD. Methodist 1 Medan
(1996-2002)
Sekolah Menengah Pertama : SMP. Methodist 1, Medan
(2002-2005)
Sekolah Menegah Atas : SMA Negeri 1, Medan,
(2005-2008)
Strata I : UNIVERSITAS SUMATERA
UTARA, Fakultas Hukum
(2008-2012)
Strata II : UNIVERSITAS SUMATERA
UTARA, Magister Kenotariatan
(2012-2018)
Universitas Sumatera Utara
vi
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ..................................................................................................... i
ABSTRACT .................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR .................................................................................... iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ..................................................................... v
DAFTAR ISI .................................................................................................. vi
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1
A. Latar Belakang ....................................................................... 1
B. Perumusan Masalah ............................................................... 12
C. Tujuan Penelitian ................................................................... 12
D. Manfaat Penelitian ................................................................. 13
E. Keaslian Penulisan ................................................................. 13
F. Kerangka Teori dan Konsepsi ................................................ 14
1. Kerangka Teori ............................................................. 14
2. Konsepsi ....................................................................... 19
G. Metode Penelitian................................................................... 21
1. Jenis dan Sifat Penelitian ................................................ 21
2. Sumber Data Penelitian ................................................... 24
3. Teknik Dan Alat Pengumpulan Data ............................. 25
4. Analisis Data .................................................................. 25
BAB II BENTUK-BENTUK PLAGIARISME KARYA TULIS
DI PERGURUAN TINGGI ........................................................ 28
A. Tinjauan Umum Hak Cipta ................................................... 28
1. Pengertian Hak Cipta ..................................................... 28
2. Ruang Lingkup Hak Cipta .............................................. 34
3. Perlindungan Hak Cipta ................................................. 38
B. Tinjauan Umum Karya Tulis ................................................. 47
1. Pengertian Karya Tulis.................................................... 47
2. Jenis-Jenis Karya Tulis .................................................. 51
Universitas Sumatera Utara
vii
C. Tinjauan Umum Tentang Plagiarisme ................................... 54
1. Pengertian Plagiarisme .................................................... 54
2. Jenis-jenis Plagiarisme ................................................... 58
3. Faktor-faktor Terjadinya Plagiarisme ............................ 61
D. Kasus Pelanggaran Hak Cipta Berupa Karya Tulis di
Perguruan Tinggi .................................................................... 66
BAB III UPAYA PEMERINTAH UNTUK MENGANTISIPASI
TERJADINYA PLAGIARISME HAK CIPTA KARYA
TULIS DI PERGURUAN TINGGI ........................................... 69
A. Plagiarisme Sebagai Pelanggaran Etika ................................. 69
B. Plagiarisme Sebagai Pelanggaran Hukum ............................. 74
C. Upaya Pemerintah Untuk Mengantisipasi Terjadinya
Plagiarisme Hak Cipta Karya Tulis Di Perguruan Tinggi ..... 77
1. Upaya preventif yang dilakukan pemerintah untuk
mencegah tindak plagiarisme .......................................... 79
BAB IV PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP TINDAK
PLAGIARISME ATAS HAK CIPTA KARYA TULIS DI
PERGURUAN TINGGI ............................................................. 95
A. Plagiarisme Sebagai Pelanggaran Undang-Undang Hak
Cipta ...................................................................................... 95
B. Perlindungan Hukum Terhadap Tindak Plagiarisme Atas
Hak Cipta Karya Tulis Di Perguruan Tinggi ......................... 106
1. Penerapan Tindakan Hukum Represif terhadap pelaku
Plagiarisme di Perguruan Tinggi..................................... 109
2. Penerapan Tindakan Hukum Represif Terhadap Tindak
Plagiarisme Yang Dilakukan Dosen ............................... 111
3. Penerapan Tindakan Hukum Represif terhadap Tindak
Plagiarisme yang dilakukan Mahasiswa ......................... 117
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .................................................. 124
A. Kesimpulan ........................................................................... 124
B. Saran ...................................................................................... 126
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 127
LAMPIRAN
Universitas Sumatera Utara
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Zaman yang modern ini manusia dituntut untuk selalu bergerak cepat
untuk menghasilkan sesuatu. Begitu juga dengan mahasiswa yang selalu dituntut
cepat dalam menyelesaikan tugas dan kewajibannya. Keberadaan teknologi yang
sangat canggih menjadikan semua hal begitu memungkinkan untuk dilakukan
dengan cepat. Mahasiswa seringkali diberi waktu yang hanya sedikit untuk bisa
menyelesaikan tugas-tugasnya sehingga seringkali mahasiswa menyelesaikan
tugas-tugasnya dengan cara instan. Mahasiswa seringkali melakukan
penyalahgunaan teknologi untuk kemudahan kepentingan-kepentingannya.
Adanya internet sering sekali dijadikan cara instan oleh mahasiswa dalam
mencari, mendapatkan, dan mengolah informasi atau data sebagai salah satu
kebutuhannya.1
Seseorang yang menciptakan sesuatu yang merupakan hasil karya ciptanya
pada umumnya selain untuk digunakan sendiri, juga kemudian diperbanyak untuk
dapat dimanfaatkan kepada orang lain, sebagai contoh apabila kita melihat sebuah
karya tulis seseorang berupa “paper” biasanya seseorang memberi komentar
karena jumlah halamannya yang cuma beberapa lembar saja, tetapi untuk
membuat karya tulis tersebut bukan pekerjaan mudah, karena harus dapat
menyajikan hal apa yang akan ditulis di dalam karya tulis tersebut kemudian judul
1 Laili Alfiatih Imamah, “Kultur Plagiarisme: Kejahatan Akademis di Kalangan
Mahasiswa”, http://lailialfiati.blogspot.com/2013/12/kultur-plagiarisme-kejahatan-akademis.html,
diakses tanggal 14 Maret 2015.
1
Universitas Sumatera Utara
2
apa yang dipilih karena judul tulisan harus dapat menggambarkan isinya secara
keseluruhan.2
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2012 tentang
Pendidikan Tinggi menjelaskan di Pasal 1 Ayat 3 bahwa Ilmu Pengetahuan adalah
rangkaian pengetahuan yang digali, disusun, dan dikembangkan secara sistemastis
dengan menggunakan pendekatan tertentu, yang dilandasi metodologi ilmiah
untuk menerangkan gejala alam dan/atau kemasyarakatan tertentu.3 Pada Pasal 1
ayat 4 dijelaskan bahwa Teknologi adalah penerapan dan pemanfaatan berbagai
cabang ilmu pengetahuan yang menghasilkan nilai bagi pemenuhan kebutuhan
dan kelangsungan hidup, serta peningkatan mutu.4
Dunia Akademik dapat kita lihat kenyataannya bahwa kemajuan teknologi
mengakibatkan mudahnya pembajakan dan plagiasi terhadap ilmu pengetahuan
seperti suatu karya ilmiah sehingga dapat pula berimplikasi terhadap melemahnya
denyut jantung kehidupan ilmiah karena melemahnya aktivitas pengkajian,
penelaahan, dan penelitian dalam pengembangan ilmu pengetahuan. Hal inilah
yang sebenarnya telah menjadi rahasia umum dalam dunia perkuliahan yang
dikatakan sebagai masyarakat ilmiah dan intelektual. Dengan PC, Internet, dan
sejenisnya, para subjek keilmuan itu tanpa sadar memiliki kebiasaan untuk
melakukan copy-paste terhadap karya orang lain untuk di claim menjadi karya
miliknya.5
Dunia Akademik kita ketahui bahwa menciptakan sesuatu karya cipta
bukan sesuatu hal mudah dilakukan seseorang, oleh karena itu, orang lain
2 Gatot Supromono, Hak Cipta dan Aspek-Aspek Hukumnya, (Jakarta : Rineka Cipta, 2010), hal 2.
3 Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi
Pasal 1 Ayat 3. 4 Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi
Pasal 1 Ayat 4. 5Yola Ginting, “Pekan Ilmiah Geografi Regional Sumatera Utara”,
http://gienting.yolasite.com/pekan-ilmiah-geografi.php, diakses terakhir tanggal 9 April 2015.
Universitas Sumatera Utara
3
diwajibkan menghormatinya dalam dan hal ini merupakan kebutuhan yang tidak
boleh diabaikan begitu saja. Orang lain sudah pasti mengetahui sebuah karya cipta
pasti ada penciptanya sehingga tidak dapat dengan mudahnya mengatakan itu
sebagai karyanya. Apabila hendak memperbanyak ada etika yang harus dipatuhi
yaitu meminta izin lebih dahulu kepada pemiliknya. Sebaliknya bagi orang yang
menciptakan (pencipta) memiliki hak yang timbul atas ciptaan dan mengawasi
karya cipta miliknya yang beredar di masyarakat. Pencipta berhak melarang orang
lain yang menggunakan ciptaanya tanpa izin dengannya, dan berhak pula
menuntut orang yang bersangkutan secara hukum. Hal ini menunjukkan
keberadaan pencipta diperlukan sebuah pengakuan baik oleh masyarakat maupun
hukum.6
Dosen Filsafat Universitas Gadjah Mada, Agus Wahyudi menyatakan
tindakan plagiarisme sebagai kejahatan akademik yang serius. Plagiarisme
menurut Agus, didefenisikan sebagai tindakan mencuri gagasan, kata-kata,
kalimat atau hasil penelitian orang lain dan menjadikan seolah-olah sebagai karya
ciptaanya sendiri. Mengkategorikan Plagiarisme sebagai kejahatan akademik
tampaknya tidak terlalu berlebihan dan dapat dipahami. Sebab tindakan seperti itu
sesungguhnya bukan hanya merupakan tindakan pelanggaran hukum, tetapi juga
pengabaian terhadap etika penghormatan atau hak-hak yang lebih bersifat
personal.7
Dunia akademik juga mengenal istilah Auto Plagiarisme, Auto plagiarisme
(penipuan daur ulang) adalah perbuatan dengan menggunakan kembali sebagian
6 Gatot Supramono, Op. Cit., hal 2.
7 Henry Soelistyo, Plagiarisme : Pelanggaran Hak Cipta Dan Etika, (Yogyakarta,
Penerbit Kanisius, 2011), hal 32.
Universitas Sumatera Utara
4
atau seluruh karya ilmiah sendiri tanpa menyebutkan bahwa karya tersebut sudah
pernah dipublikasikan. Secara etika keilmuan tidak menyalahi apabila hak cipta
dari karya sebelumnya masih sama penulis daur ulang yang bersangkutan,
dianggap ilegal (melanggar) apabila hak cipta dari karya sebelumnya sudah
dialihkan ke pihak lain. Biasanya sebuah artikel yang separuh isinya mengambil
dari karya yang sudah pernah dipublikasikan bila ketahuan akan ditolak penerbit.
Para mitra bestari (peer review) juga selalu berusaha mengecek unsur “daur
ulang” sebelum suatu karya ilmiah atau hasil penelitian diloloskan dan mereka
memiliki takaran penilaian sampai berapa persen masih diizinkan (lazimnya tak
lebih 10%). Contoh autoplagiat: satu hasil penelitian dipublikasikan di dua Iacara
seminar yang berbeda.8
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2012 Tentang
Pendidikan Tinggi menyatakan bahwa pendidikan tinggi adalah jenjang
pendidikan setelah pendidikan menegah yang mencakup program diploma,
program sarjana, program magister, program doktor, dan program profesi, serta
program spesialis, yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi berdasarkan
kebudyaan bangsa indonesia9 sedangkan perguruan tinggi adalah satuan
pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan tinggi.10
Kehidupan akademik memiliki track record yang amat panjang sebagai
lingkungan yang memiliki aturan tersendiri, bersifat independen, dan tidak
8 Seputar Plagiat dan Autoplagiat, http://www.kopertis12.or.id/2011/09/23/seputar-
plagiat-dan-autoplagiat.html, di unduh pada 5 juni 2015. 9 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2012 Tentang Pendidikan Tinggi
Pasal 1 Ayat 2 10
Undang-Undang Republik Indoneisa Nomor 12 Tahun 2012 Tentang Pendidikan
Tinggi Pasal 4 Ayat 6.
Universitas Sumatera Utara
5
memihak. Ilmu pengetahuan hanya dapat tumbuh subur dan berkembang apabila
karakteristik dasar tersebut dipertahankan. Dalam upaya mempertahankan hal
tersebut, maka pengembangan ilmu pengetahuan dan kehidupan akademik secara
umum memiliki etika dan aturan tertentu yang harus bebas dengan kepentingan
sesaat. Nilai-nilai etika dan moral sudah selayaknya mendominasi dalam
kehidupan akademik mahasiswa. Mahasiswa sudah semestinya mempunyai etika
dan moral akademik yang kokoh untuk dapat membentuk karakter yang kuat.11
Dalam dunia akademik, karya tulis merupakan media penyampaian konsep
yang berisi idea tau gagasan. Gagasan seperti itu dikomunikasikan dalam bentuk
tulisan untuk dipahami, diuji, ditanggapi atau dimengerti layaknya sebagai
informasi bagi masyarakat yang berkepentingan. Oleh karena itu, tulisan harus
dirancang dan diarahkan sesuai dengan minat pembaca yang jadi sasarannya.
Dalam Konteks yang lebih personal, tulisan adalah sarana dialog antara penulis
dengan pembaca. Itu yang harus disadari dan mengharuskan perlunya segmen
pembaca ditentukan sesuai dengan topik karya tulisnya.12
Undang-Undang Republik Indonesia No. 12 Tahun 2012 tentang
Pendidikan Tinggi menjelaskan bahwa penelitian adalah kegiatan yang dilakukan
menurut kaidah dan metode ilmiah secara sistematis untuk memperoleh informasi,
data, dan keterangan yang berkaitan dengan pemahaman dan/atau pengujian suatu
cabang ilmu pengetahuan dan teknologi13
, sehingga dalam pengerjaan suatu karya
11
Suwarjo, dkk, Makalah Identifikasi Bentuk Plagiat Pada Skripsi Mahasiswa Fakultas
Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogya, hal 2. 12
Henry Soelistyo, Op.cit, hal 29. 13
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi
Pasal 1 Ayat 10.
Universitas Sumatera Utara
6
ilmiah perlu dilakukan penelitian yang mendalam terhadap objek yang akan
diteliti nantinya.
Sejak Indonesia merdeka, karya ilmiah seseorang khususnya di dunia
pendidik adalah suatu hal yang wajib dan merupakan bukti keilmuan seseorang.
Dunia pendidikan memperkenalkan dunia riset, yang berunsurkan analisa dan
data. Dalam melakukan riset, tidak hanya mengamati dan mendata, tetapi terdapat
pula usaha pengembangan data. Tetapi dalam penulisan karya ilmiah, tak jarang
terjadi suatu tindakan dimana ide-ide yang dituang dalam karya ilmiah bukan
merupakan hasil riset yang telah dilaksanakan. Mengutip karya tulis atau ide
orang lain menjadi salah satu cara instant peletakan ide dan konsep maupun
analisa dalam karya tulis ilmiah. Disinilah sering terjadi suatu permasalahan
manakala kutipan yang diambil dari suatu karya tertentu tidak memberikan
penjelasan darimana asal ide tersebut. Hal ini yang kemudian dikenal dengan
sebutan tindakan plagiarisme.14
Meminimalkan plagiat dan meningkatkan kualitas penelitian juga dapat
dilakukan dengan digitalisasi skripsi, tesis atau disertasi dan mempublikasikannya
di portal perpustakaan (perpustakaan online), namun demikian kurangnya
kompetensi petugas perpustakaan dalam pengarsipan dan publikasi elektronik
skripsi, tesis atau disertasi menjadi masalah yang rumit dan ruwet. Oleh karena
itu, diperlukan pedoman penulisan skripsi, tesis atau disertasi yang mengatur
secara teknis tata cara penulisan yang terhindar dari plagiat. Menanggapi
kebijakan Direktorat Pendidikan Tinggi yang mewajibkan mahasiswa S1, S2, dan
14
Hayatullah Khumaini, “Plagiat Kejahatan Akademik”, http://www.acehinstitute.org/
en/public-corner/education/item/105-plagiat-kejahatan akademik.html, diakses terakhir 9 April
2015.
Universitas Sumatera Utara
7
S3 memiliki publikasi ilmiah sebelum selesai kuliah adalah tepat. Bisa saja,
artikel disimpulkan dari skrispi, tesis atau disertasi sehingga sesuai dengan format
artikel yang bisa dimuat di jurnal sehingga mahasiswa dapat memiliki publikasi
ilmiah sebelum menyelesaikan kuliahnya.15
Sejumlah aturan atau undang-undang tentang plagiat memang sudah ada,
seperti dalam Undang-Undang No. 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi
salah satunya tertuang dalam pasal 42 (3) mengenai plagiarisme, Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2010 Tentang
Pencegahan dan Penanggulangan Plagiat di Perguruan Tinggi, Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta, dan Undang-
Undang No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Kendatipun
Undang-undang yang mengatur plagiat memang sudah ada, namun pada
kenyataannya tindakan plagiat masih marak dan sering terjadi di kalangan
akademisi. Secara tidak langsung hal ini menunjukkan bahwa aturan atau undang-
undang tentang plagiat tersebut belum mempunyai kekuatan hukum yang kokoh
dan perlu pemikiran kreatif lain sebagai solusi mencegah terjadinya plagiat.16
Selain itu plagiarisme karya tulis juga tercakup dalam ruang lingkup haki
dimana sebuah karya tulis memiliki hak ciptanya sendiri. Hak cipta karya ilmiah
termasuk dalam ruang lingkup HKI (Hak Kekayaan Intelektual). Istilah ini
merupakan terjemahan dari “Intellectual Property Right” (IPR). Kata kuncinya
adalah “hak”, “kekayaan”, dan “intelektual”. Kekayaan merupakan abstraksi yang
15
Andi Anto Patak, “ Problematika Plagiat Skripsi, Thesis dan Disertasi”,
http://edukasi.kompasiana.com/2012/06/15/problematika-plagiat-skripsi-thesisdisertasi-
470061.html, diakses terakhir 9 April 2015. 16
Dr. Suwarjo, Dkk, Op.Cit, hal 2.
Universitas Sumatera Utara
8
dapat dimiliki, dialihkan, dibeli, maupun dijual, sedangkan “kekayaan intelektual”
merupakan kekayaan atas segala hasil produksi kecerdasan daya pikir, seperti
teknologi, pengetahuan, seni, sastra, gubahan lagu, karya tulis,karikatur, dan
sebagainya.17
Berbicara mengenai hak milik intelektual, sebenarnya berbicara tentang
pelaksanaan dari sebuah hukum. Secara hukum, Hak atas Kekayaan Intelektual
(untuk selanjutnya disebut sebagai HKI)18
dibagi menjadi dua bagian, yaitu : hak
cipta (copyrights) dan hak kekayaan industri (industrial property rights). HKI
pada dasarnya adalah hak privat (perdata), dalam arti seseorang bebas untuk
mengajukan permohonan bagi pendaftaran dan perlindungan atas HKI-nya. Jika
tidak dilakukan ia tidak akan dituntut apa-apa, tetapi ia akan rugi sendiri kalau
orang lain seenaknya memanfaatkan, atau bahkan mengaku-aku karya ciptaannya.
Dengan adanya HKI diharapkan kreatifitas manusia juga akan terdokumentasi
dengan baik sehingga terhindar dari pembajakan, penyalahgunaan, dan
perampasan.19
HKI pada umumnya berhubungan dengan perlindungan penerapan ide
dan informasi yang memiliki nilai komersil. HKI adalah kekayaan pribadi yang
17
Mulyana, Jurnal ilmiah Pencegahan Tindak Plagiarisme Dalam Penulisan Skripsi:
Upaya Memperkuat Pembentukan Karakter Di Dunia Akademik, Universitas Negeri Yogya, hal 5. 18
Sebelum istilah “Hak Kekayaan Intelektual” (yang disingkat HKI) resmi dipergunakan,
maka dahulu lebih umum dikenal istilah “Hak atas Kekayaan Intelektual” (yang disingkat HAKI).
Namun istilah HAKI sudah tidak dipakai lagi berdasarkan Keputusan Menteri Hukum dan
Perundang-undangan RI No.M.03.PR.07.10 Tahun 2000, telah ditetapkan secara resmi
penggunaan istilah “Hak Kekayaan Intelektual” (tanpa kata “atas”) atau yang disingkat HKI. Lihat
lebih lanjut Ahmad Zen Umar Purba, “Pokok Kebijakan Pembangunan Sistem HKI Nasional”,
Jurnal Hukum Bisnis, Vol.13, April 2001, Hal.8. 19
Haris Munandar dan Sally sitanggang, Mengenal HAKI Hak Kekayaan Intelektual Hak
Cipta, Paten, Merek, dan Seluk-beluknya, (Jakarta : Erlangga, 2008) hal 3.
Universitas Sumatera Utara
9
dapat dimiliki dan diperlakukan sama dengan bentuk-bentuk kekayaan lainnya.20
Pelanggaran bidang hak cipta berupa perbuatan mengambil mengutip, merekam,
memperbanyak, dan mengumumkan Ciptaan orang lain, baik sebagian atau
seluruhnya tanpa izin pencipta/pemegang hak cipta atau bertentangan dengan
undang-undang hak cipta atau perjanjian. Bertentangan artinya tidak sesuai
dengan, atau melanggar ketentuan undang-undang hak cipta, misalnya :21
1. Diperbolehkan, memfotokopi bab tertentu tanpa izin pencipta untuk
kepentingan pendidikan, tetapi fotokopi itu diperjualbelikan (dikomersialkan)
2. Mengutip ciptaan orang lain dimasukkan ke dalam ciptaan sendiri tanpa
menyebutkan sumbernya (plagiat)
3. Mengambil ciptaan orang lain untuk diperbanyak dan diumumkan
sebagaimana aslinya tanpa mengubah bentuk, isi, pencipt, penerbit/perekam.
4. Melampaui jumlah eksampler, penerbitan yang disepakati dalam perjanjian
misalnya 2.000 (dua ribu) eksampler diterbitkan 4000 (empat ribu)
eksampler.
Terdapat beberapa pengecualian dalam penggunaan hak cipta, diantaranya,
tidak dianggap sebagai pelanggaran hak cipta apabila :22
1. Pengumumam dan/atau perbanyakan lambang negara dan lagu kebangsaan
menurut sifatnya yang asli:
20
Tim Lindsey, dkk, Hak Kekayaan Intelektual Suatu Pengantar, (Bandung, Alumni,
2011) hal 3. 21
Abdulkadir Muhammad, Kajian Hukum Ekonomi Hak Kekayaan Intelektual, (Bandung,
PT Citra Aditya Bakti, 2001), hal 150.
22
Yusran Isnaini, Buku Pintar Haki, Tanya Jawab Seputar Hak Kekayaan Intelektual,
(Bogor, Ghalia Indonesia, 2010), Hal 17.
Universitas Sumatera Utara
10
2. Pengumuman dan/atau perbanyakan segala sesuatu yang diumumkan
dan/atau diperbanyak oleh atau atas nama pemerintah, kecuali apabila hak
cipta itu dinyatakan dilindungi, baik dengan peraturan perundang-undangan
maupun dengan pernyataan pada ciptaan itu sendiri atau ketika ciptaan itu
diumumkan dan/atau diperbanyak; atau
3. Pengambilan berita aktual baik seluruhnya maupun sebagian dari kantor
berita, lembaga penyiaran , dan surat kabar atau sumber sejenis lain, dengan
ketentuan sumbernya harus disebutkan secara lengkap.
Kemajuan teknologi di bidang informasi telah menantang hukum positif
hak cipta dan penegakannya. Hukum hak cipta bahkan mendapat tantangan-
tantangan baru akibat begitu semaraknya kegiatan penelitian dan pengembangan
yang akan menghasilkan teknologi informasi baru di masa mendatang. Penemuan
mesin fotokopi misalnya telah membuat para pengguna informasi begitu
mudahnya dapat memproduksi bahan-bahan hasil karya intelektual orang lain.23
Disatu sisi hadirnya mesin fotokopi memberikan kemudahan kepada para
pengguna informasi dengan menyediakan informasi secara cepat dan biaya ringan.
Akan tetapi, pada sisi yang lain kemajuan ini telah memungkinkan manusia untuk
lebih mudah melakukan pelanggaran hak cipta, yaitu memproduksi tanpa izin
karya intelektual orang lain. Akibat adanya mesin fotokopi ini membuat proses
reproduksi bahan-bahan yang telah diberikan hak cipta sulit untuk dideteksi oleh
pemegang hak ciptanya sehingga hukum hak cipta sulit untuk ditegakkan.24
23
Sanusi Bintang, Hukum Dan Hak Cipta, (Bandung, Citra Aditya, 1998), Hal 10. 24
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
11
Seperti Kasus percetakan ulang secara tidak sah untuk keuntungan
komersil. Terdapat beberapa penerbit pembajak di Indonesia, sebagian besar
usaha-usaha keluarga kecil-kecilan, yang memilih buku-buku yang laku dan
mencetaknya kembali dalam jumlah cukup untuk dijual melalui took-toko buku,
atau langsung kepada profesional atau akademis. Dari pengalaman dapat dilihat
bahwa jenis pembajakan ini khususnya banyak terdapat dalam pasaran buku-buku
pelajaran tingkat universitas.25
Pada 15 April 2011 kasus plagiarisme terjadi di Institut Teknologi
Bandung (ITB). Pelakunya tidak lain adalah alumninya bernama Dr. M.
Zuliansyah. Kasus ini terungkap setelah makalahnya berjudul “3D Topological
Relations for 3D Spatial Analysis” terbukti menjiplak makalah berjudul “On 3D
Topological Relationship” karya Siyka Zlatanova yang diterbitkan di Jurnal
IEEE.26
Walau tidak terpublikasi ke masyarakat, sejumlah pimpinan perguruan
tinggi yang memiliki komitmen tinggi menegakkan etika akademik juga sudah
banyak melakukan tindakan tegas kepada para mahasiswa, alumni dan dosennya
yang terbukti melakukan plagiasi. Misalnya, terpaksa mencabut gelar sarjana
kepada para alumni yang terbukti melakukan plagiasi karya orang lain dalam
penulisan disertasi. Sejumlah dosen yang terbukti melakukan pelanggaran etika
ilmiah akademik juga diberikan sanksi tegas sesuai dengan kadar dan tingkat
pelanggarannya.27
25
Widyopramono, Tindak Pidana Hak Cipta Analisis dan Penyelesaiannya, (Jakarta,
Sinar Grafika, 1992), hal 23. 26
Hermansyah Kahir, Dosen Plagiat?,
https://literaraindonesiacom.wordpress.com/2016/03/25/dosen-plagiat/, diakses tanggal 23 maret
2018. 27
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
12
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka perlu dikaji
lebih jauh “Perlindungan Hukum Hak Cipta Terhadap Tindak Plagiarisme Karya
Tulis Di Perguruan Tinggi”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka pembahasan
akan dibatasi dalam beberapa permasalahan, yaitu :
1. Bagaimanakan bentuk-bentuk plagiarisme terhadap hak cipta berupa karya
tulis yang terjadi di Perguruan Tinggi?
2. Bagaimanakah upaya yang dilakukan oleh pemerintah untuk mengantisipasi
terjadinya plagiarisme atas hak cipta karya tulis di perguruan tinggi?
3. Bagaimanakah upaya perlindungan hukum yang dilakukan pemerintah
terhadap tindak plagiarisme atas hak cipta karya tulis di perguruan tinggi?
C. Tujuan Penelitian
Dari latar belakang dan permasalahan yang ada di atas, maka yang
menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk menganalisis bentuk-bentuk plagiarisme atas hak cipta karya tulis di
perguruan tinggi.
2. Untuk menganalisis upaya yang dilakukan pemerintah untuk mengantisipasi
plagiarisme atas hak cipta karya tulis di perguruan tinggi
3. Untuk mengetahui perlindungan hukum apa dilakukan pemerintah terhadap
tindakan plagiarisme atas hak cipta karya tulis di perguruan tinggi.
Universitas Sumatera Utara
13
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik secara
teoritis maupun secara praktis, adalah sebagai berikut :
1. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manffaat teoritis
berupa sumbangan pemikiran bagi pengembangan ilmu hukum khususnya
yang berkaitan dengan Hak Kekayaan Intelektual (untuk selanjutnya disebut
dengan HKI), khususnya pada bidang hak cipta dan juga menjadi dasar bagi
penelitian pada bidang yang sama serta memberikan pemahaman dan
pandangan yang baru mengenai Hak Kekayaan Intelektual di bidang hak
cipta.
2. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan
sumbangan pemikiran bagi masyarakat umum dan pihak- pihak terkait
dengan Hak Kekayaan Intelektual khususnya masalah perlindungan hak cipta
pada tindak plagiarisme karya tulis di perguruan tinggi dan sebagai sumber
informasi bagi masyarakat umum, khususnya bagi Perguruan Tinggi.
E. Keaslian Penulisan
Berdasarkan hasil penelusuran pustaka di lingkungan Universitas
Sumatera Utara, khususnya di lingkungan pasca sarjana Universitas Sumatera
Utara menunjukkan bahwa penelitian dengan judul : “Perlindungan Hukum Hak
Cipta Terhadap Tindak Plagiarisme Karya Tulis Di Perguruan Tinggi.” Ini belum
pernah dilakukan dalam pendekatan dan perumusan masalah yang sama,
walaupun ada beberapa topik yang mirip, namun jelas berbeda dengan penelitian
ini.
Universitas Sumatera Utara
14
Ada ditemukan penelitian sebelumnya tentang hak kekayaan intelektual
mengenai hak cipta, namun topik permasalahan dan bidang kajiannya berbeda
dengan penelitian ini, peneliti tersebut antara lain :
1. Amran ( 07370036), Fakultas Hukum Universitas Negeri Sunan Kalijaga
Yogyakarta, dengan judul “ Plagiat Di Perguruan Tinggi Indonesia Prespektif
Islam”, adapaun permasalahannya yang dibahas dalam penelitian tersebut
adalah :
1) Mengapa plagiat banyak terjadi di perguruan tinggi di Indonesia?
2) Bagaimana pandangan islam terhadap plagiat di perguruan tinggi?
F. Kerangka Teori dan Konsepsi
1. Kerangka Teori
Perkembangan ilmu hukum tidak terlepas dari teori hukum sebagai
landasannya dan tugas teori hukum adalah untuk menjelaskan nilai-nilai hukum
dan postulat-postulatnya hingga dasar-dasar filsafatnya yang paling dalam.
Sehingga penelitian ini tidak terlepas dari teori-teori ahli hukum yang dibahas
dalam bahasa dan sistem pemikiran para ahli hukum sendiri.28
Menurut Pendapat Sudikno Martukusumo kata teori berasal dari kata
theoria yang atau wawasan, artinya pandangan atau wawasan, kata teori
mempunyai banyak arti dan biasanya diartikan sebagai pengetahuan yang hanya
ada dalam alam pikiran tanpa dihubungkan dengan kegiatan yang bersifat
praktis.29
Teori adalah untuk menerangkan atau menjelaskan mengapa gejala
28
Jujun S. Suryasumantri, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, (Jakarta:Pustaka
Sinar Harapan, 1997), hal. 237. 29
Sudikno Martokusumo, Teori Hukum, (Yogyakarta : Cahaya Atma Pusaka,2012), hal 4
Universitas Sumatera Utara
15
spesifik atau proses tertentu terjadi.30
Teori mempunyai kedudukan dan peranan
yang sangat penting dalam pengembangan ilmu karena teori dapat memberikan
kegunaan dan kemanfaatan, baik bagi pengembangan ilmu pengetahuan maupun
untuk hal-hal yang bersifat praktis.31
Kerangka teori merupakan landasan dari teori atau dukungan teori dalam
membangun atau memperkuat kebenaran dari permasalahan yang dianalisis.
Kerangka teori atau landasan teori dimaksud adalah kerangka pemikiran atau
butir-butir pendapat teori, tesis mengenai sesuatu kasus atau permasalahan yang
bagi si pembaca menjadi bahan perbandingan, pegangan teoritis yang mungkin
disetujui atau tidak disetujui, yang dijadikan masukan eksternal dalam membuat
kerangka berpikir dalam penulisan.32
Menurut H.R. Otje Salman dan Anthon F. Susanto, teori berasal dari kata
theoria dalam bahasa latin yang berarti perenungan yang pada gilirannya berasal
dari kata thea dalam bahasa yunani yang secara hakiki menyiratkan sesuatu yang
disebut realitas. Dalam banyak literature beberapa ahli menggunakan kata ini
untuk menunjukkan bangunan berpikir yang tersusun secara sistematis, logis
(rasional), empiris (kenyataannya), juga simbolis.33
Tugas teori hukum ialah memberikan suatu analisis tentang pengertian
hukum dan tentang pengertian-pengertian lain yang dalam hubungan ini relevan,
kemudian menjelaskan hubungan antara hukum dan logika dan selanjutnya
30
JJ. M. Wuisman, Penelitian Ilmu-lmu Sosial, Asas-asas, (Jakarta : Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia, Penyunting M. Hisyam, 1996), Hal. 203. 31
H. Salim, HS. Perkembangan Teori Dalam Ilmu Hukum, (Jakarta, PT. Raja Grafindo
Persada, 2010), hal 16. 32
M. Solly Lubis, Filsafat ilmu dan Penelitian, (Bandung : Mandar Madju, 1994), hal 80
33
H.R Otje Salman S dan Anthon F. Susanto, Teori Hukum, Mengingat, Mengumpulkan.
Dan Membuka kembali. (Bandung : PT. Refika Aditama, 2010), Hal 21.
Universitas Sumatera Utara
16
memberikan suatu filsafat ilmu dari ilmu hukum dan suatu ajaran metode untuk
praktek hukum.34
Teori berguna untuk menerangkan atau menjelaskan mengapa gejala
spesifik atau proses tertentu terjadi.35
Menurut Soejono Soekanto bahwa
“Kontinuitas perkembangan ilmu hukum, selain bergantung pada metodologi,
aktivitas penelitian dan imajinasi sosial sangat ditentukan oleh teori”.36
Kerangka
Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori perlindungan hukum yang
dikemukakan oleh Philipus M Hadjon perlindungan hukum artinya ”suatu
perlindungan yang diberikan oleh perangkat hukum baik yang bersifat preventif
maupun yang bersifat represif, baik melalui hukum tertulis maupun hukum tidak
tertulis yang diberikan terhadap subjek hukum dengan tujuan memberikan suatu
rasa aman, damai, tertib, dan pasti dalam kehidupan sehari-hari subjek hukum.”37
Perlindungan hukum preventif merupakan sebuah bentuk perlindungan
yang mengarah pada tindakan yang bersifat pencegahan. Tujuannya adalah
meminimalisasi peluang terjadinya pelanggaran hak cipta. Langkah ini difokuskan
pada perlindungan terhadap hak eksklusif pemilik dan pemegang hak atas hak
cipta. Perlindungan hukum represif yang dilakukan untuk menyelesaikan atau
menanggulangi suatu peristiwa atau kejadian yang telah terjadi yaitu berupa
pelanggaran hak atas hak cipta. Tentunya dengan demikian peranan lebih besar
berada pada lembaga peradilan dan penegakan hukum.38
34
B. Arief Sidharta, Meuwissen, Tentang Pengembanan Hukum, Ilmu Hukum, Teori
Hukum Dan Filsafat Hukum, (Bandung: PT Refika Aditama, 2007), Hal 31. 35
S. Matayaborbir, SIstem Hukum Pengurusan Piutang Negara, (Jakarta : Pustaka
Bangsa Press, 2004), Hal. 13. 36
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta : Universitas Indonesia (UI
Press), 1986),Hal 6. 37
Otje Salman, Teori Hukum (Suatu Pencarian/Penelahaan), (Jakarta : Grenada Media,
2007) , Hal 19. 38
Y Sri Pudyatmoko, Penegakan dan Perlindungan Hukum, (Jakarta : Salemba Empat,
2007) hal 155-160.
Universitas Sumatera Utara
17
HKI sebagai suatu sistem perlindungan hukum juga mempunyai dua jenis
perlindungan sebagaimana yang diungkapkan oleh Hadjon, HKI mengenal adanya
sistem pendaftaran yang cenderung kepada perlindungan hukum secara preventif
dan sistem pidana untuk perlindungan secara represif, mengingat pidana pada
asasnya adalah satu tindakan terakhir untuk menegakkan hukum.39
Perlindungan HKI pada dasarnya dibangun atas asumsi dasar bahwa suatu
ciptaan atau penemuan merupakan hasil daya olah pikir dan olah kreativitas
manusia yang tidak sedikit mengeluarkan pengorbanan, sehingga pencipta atau
penemu tersebut berhak untuk mendapatkan penghargaan atas satu karya yang
telah dihasilkannya, mengingat karya tersebut juga bermanfaat bagi kehidupan
manusia.40
Hukum juga memberikan perlindungan terhadap hak yang dimilki oleh
manusia. Sanusi Bintang dalam bukunya yang berjudul hak cipta mengartikan hak
cipta sebagai kewenangan yang diberikan kepada seseorang untuk dipergunakan
secara bebas.41
Menurut Sajipto Raharjo Hak tidak saja berarti kewenangan yang
dilindungi hukum namun juga menekanankan pada pengakuan atas wewenang
dari hak tersebut.42
Diantara hak-hak yang diakui oleh masyarakat global yang harus
mendapat perlindungan adalah intellectual Property Rights atau disebut juga hak
kekayaan intelektual, hak yang secara khusul diperuntukkan bagi perlindungan
hasil karya atau pikiran manusia. Beberapa penulis hukum adapula yang
39
Riswandi, Budi Agus dan Shabhi Mahmashani, Dinamika Hak Kekayaan Intelektual
dalam Masyarakat Kreatif , (Yogyakarta, Total media , 2009), Hal 12. 40
ibid. 41
Sanusi Bintang, Op.Cit, hal 1. 42
Sajipto Raharjo, Ilmu Hukum, (Bandung, Citra Aditya, 1996), hal 54.
Universitas Sumatera Utara
18
menggunakan istilah hak milik Intelektual. Hak Milik Intelektual tersebut
meliputi:
a. Hak milik hasil pemikiran (intelektual) melekat pada pemiliknya, bersifat
tetap dan eksklusif
b. Hak yang diperoleh pihak lain atas izin dari pemilik, bersifat sementara.43
Hak Cipta pertama kali mendapat perlindungan di tingkat internasional
pada tanggal 9 September 1886 melalui Berne Convention for The Protection of
Literary and Artistic Works. Indonesia telah meratifikasi konvensi internasional
dalam bidang hak cipta yaitu Bern Convention for the Protection of Artistic and
Literary Works (Konvensi Bern tentang Perlindungan Karya Seni dan Sastra)
melalui Keppres No.18 tahun 1997 dan World Intellectual Property Organization
Treaty (Perjanjian Hak Cipta WIPO) melalui Keppres No.6 tahun 1997.
Perjanjian-perjanjian yang terkandung dalam WIPO lebih bersifat spesifik di
bidang-bidang HAKI tertentu. Hal ini berbeda dengan TRIPs yang justru
mengatur persoalan-persoalan HAKI secara lebih komprehensif.44
Hak Cipta harus memberikan perlindungan bagi pencipta dalam hubungan
pribadi dan intelektual dari ciptaanya dan juga untuk memanfaatkan ciptaanya.
Hal ini berarti perlindungan hak cipta berdimensi hak moral (moral right) yang
ditimbulkan dari hubungan pribadi dan intelektual pencipta dengan ciptaanya, dan
dimensi Hak Ekonomi (economic right) terkait dengan pemanfaatan atau
pengeksploitasian ciptaanya.45
43
Abdulkadir Muhammad, Op.Cit, hal 1. 44
Ahmad M. Ramli dan Fathurahman P.Ng.J, Film Independen (Dalam Perspektif Hukum
Hak Cipta dan Hukum Perfilman Indonesia), (Ghalia Indonesia, Bogor, 2005), hal. 16. 45
Rahmi Jened Parinduri Nasution, , Interface Hukum Kekayaan Intelektual dan Hukum
persaingan ( Penyalahgunaan HKI), (PT. Rajagrafindo Persada, Jakarta, 2013), hal 105.
Universitas Sumatera Utara
19
Perlindungan hak cipta di Indonesia sebenarnya telah dikenal sejak jaman
penjajahan Belanda dengan sebutan Auteurswet 1912 (Undang-Undang hak
Pengarang 1912), Reglement Industriele Eigendom kolonien 1912 (Peraturan Hak
milik Industrial Kolonial 1912) dan octrooiwet 1910 (Undang-Undang Paten
1910).46
Peraturan ini terus diberlakukan menurut Undang-undang Dasar 1945
sambil menunggu Peraturan Perundangan Indonesia diberlakukan.47
Kemudian Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1987 dirubah lagi menjadi
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1997. Hal ini disebakan karena perkembangan
dibidang perdagangan dan industri telah berubah sedemikian pesatnya, sehingga
diperlukan perlindungan bagi pencipta dan pemilik hak terkait. Maka untuk
menjawab perkembangan tersebut dan untuk memenuhi kebutuhan setiap warga
negara Indonesia untuk melindungi ciptaannya diperlukan perubahan kembali
peraturan tersebut menjadi Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak
Cipta (untuk selanjutnya disebut sebagai UU Hak Cipta).48
2. Konsepsi
Konsepsi adalah bagian yang terpenting dari sebuah teori. Konsepsi dalam
bahasa latin disebut Conceptio (di dalam bahasa Belanda: begrip) atau pengertian
merupakan hal yang dimengerti. Definisi tersebut berarti perumusan (di dalam
bahasa Belanda: omschrijving) yang pada hakikatnya merupakan suatu bentuk
ungkapan pengertian disamping aneka bentuk lain yang dikenal dalam
epistemologi atau teori ilmu pengetahuan.49
46
Adrian Sutedi, Hak Atas Kekayaan Intelektual, (Jakarta:Sinar Grafika, 2009), hal.1 47
Heri, Sosialisasi HAKI dan Penegakannya Menuju Bisnis Beretika,
(Yogyakarta:Aggregator Batik News, 2007), hal.1. 48
Djamal, Hukum Acara Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia, (Bandung:Pustaka Reka
Cipta, 2009), hal.6. 49
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif: Suatu Tinjauan
Singkat,Cet. 4,( Rajawali Pers, Jakarta, 1995), hal. 6
Universitas Sumatera Utara
20
Dalam penelitian hukum sebagai suatu penelitian deskriptif yang sering
kali lebih bersifat normatif atau doctrinal. Adanya kerangka konsepsional dan
landasan atau kerangka teoritis menjadi syarat yang sangat penting agar penelitian
itu menjadi tak biasa. Konsepsi yang dipergunakan dalam penelitan ini adala
a. Perlindungan Hukum adalah Perlindungan Hukum terhadap hak-hak
eksklusif dari pencipta atau pemegang Hak Cipta atas suatu Karya, dalam hal
ini adalah karya cipta tulisan.
b. Hak Cipta menurut Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang No.28 Tahun 2014
tentang Hak Cipta adalah hak eksklusif pencipta yang timbul secara otomatis
berdasarkan prinsip deklaratif setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam bentuk
nyata tanpa mengurangi pembatasan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan
c. Plagiarisme adalah penjiplakan yg melanggar hak cipta,50
tindakan atau
perbuatan secara sengaja atau tidak sengaja dalam memperoleh atau mencoba
memperoleh kredit atau nilai untuk suatu karya ilmiah, dengan mengutip
sebagian atau seluruh karya dan/atau karya ilmiah pihak lain yang diakui
sebagai karya ilmiahnya, tanpa menyatakan sumber secara tepat dan memadai
menurut aturan penulisan karya ilmiah.51
d. Auto Plagiarisme (self plagiarism) didefenisikan sebagai plagiarisme dalam
bentuk yang lain, yang dilakukan oleh seseorang penulis yang menulis
kembali karyanya, baik secara keseluruhan maupun menggunakan kembali
50
Arti kata Plagiarisme, http://kbbi.web.id/plagiarisme ,diakses terakhir tanggal 15
januari 2015. 51
Ermis Suryana, Self Efficaccy dan Plagiarisme di Perguruan tinggi”, Vol II No 2,
2016, hal 5.
Universitas Sumatera Utara
21
beberapa bagian dari tulisannya, yang pernah ditulis sebelumnya, untuk
kemudian dijadikan sebagai sebuah karya yang baru.52
e. Karya tulis ilmiah merupakan suatu karangan atau tulisan yang diperoleh
sesuai dengan sifat keilmuannya dan didasari oleh hasil pengamatan,
peninjauan, penelitian dalam bidang tertentu, disusun menurut metode
tertentu dengan sistematika penulisan yang bersantun bahasa dan isinya dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya/ keilmiahannya. Salah satu bentuk
karya tulis ilmiah adalah: makalah, tesis, dan disertasi.
G. Metode Penelitian
Metode (Inggris: method, Latin; methodus, Yunani: methodos–meta berarti
sesudah, di atas, sedangkan hodos, berarti suatu jalan, suatu cara). Mula-mula
metode diartikan secara harafiah sebagai suatu jalan yang harus ditempuh,
menjadi penyelidikan atau penelitian berlangsung menurut suatu rencana tertentu.
Metode penelitian secara harfiah menggambarkan jalan atau cara penelitian
tersebut dicapai atau dibangun.53
Metodologi penelitian merupakan penelitian
yang menyajikan bagaimana cara atau prosedur, maupun langkah-langkah yang
harus diambil dalam suatu penelitian secara sistematis dan logis sehingga dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya.54
1. Jenis dan Sifat Penelitian
Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah yang didasarkan pada
metode, sistematika dan pemikiran tertentu yang bertujuan untuk mempelajari
52
Yeffry Handoko, plagairisme dan jurnal ilmiah, Bandung, Universitas Komputer
Indonesia, 2015, hal 11
53
Jhoni Ibrahim, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normative, (malang : Bayu
Media Publishing, 2008) hal, 25-26.
54
Sutrisno Hadi, Metodologi Riset Nasional, (Magelang : Akmil, 1987) hal 8.
Universitas Sumatera Utara
22
satu atau beberapa gejala hukum tertentu dengan jalan menganalisany.55
Dalam
penelitian ini menggunakan jenis penelitian hukum yuridis normatif, yang
disebabkan karena penelitian ini merupakan penelitian hukum doktriner yang
disebut juga penelitian hukum kepustakaan atau studi dokumen yang dilakukan
atau ditujukan hanya pada peraturan-peraturan yang tertulis atau badan hukum
lain.56
Penelitian hukum yuridis normatif adalah penelitian hukum yang
menggunakan sumber data sekunder atau data yang diperoleh melalui bahan-
bahan pustaka dengan meneliti sumber-sumber bacaan yang relevan dengan tema
penelitian, meliputi penelitian terhadap azas-azas hukum, sumber-sumber hukum,
teori hukum, buku-buku, peraturan perundangan yang bersifat teoritis ilmiah serta
dapat menganalisa permasalahan yang dibahas.57
Penelitian hukum normatif atau penelitian hukum doktrinal dikonsepkan
sebagai apa yang tertulis di dalam peraturan perundang-undangan (law in the
books) atau hukum yang dikonsepkan sebagai kaidah atau norma yang merupakan
patokan berperilaku manusia yang dianggap pantas.58
Peraturan tersebut
dikumpulkan dengan cara mengoleksi publikasi-publikasi dan dokumen-dokumen
yang mengandung peraturan-peraturan hukum positif. Setelah bahan-bahan
tersebut terkumpul, kemudian diklasifikasikan secara sistemastis untuk melakukan
investarisasi data sebagai bahan perpustakaan saat melakukan penelitian serta
55
Soerjono Soekanto, Op Cit,Pengantar Penelitian Hukum, cetakan ke tiga, UI Press,
Jakarta, 1986. Hal. 43. 56
Bambang Waluyo, Metode Penelitian Hukum, (Semarang:Ghalia Indonesia 1996), hal 13. 57
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Peneltian Hukum Normatif Suatu Tinjauan
Singkat, (Jakarta:Rajawali Pers, 2010), hal 13-14. 58
Muslan Abdurrahman, Sosiologi dan Metode Pebelitian Hukum, (Malang : UMM
Press,2009), Hal 127.
Universitas Sumatera Utara
23
mengacu pada norma-norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundangan
di Indonesia59
.
Penelitian ini bersifat deskriptif analitis yaitu “untuk menggambarkan
semua gejala dan fakta dan menganalisa permasalahan yang ada pada sekarang”.60
Dengan penelitian yang bersifat deskriprif dimaksudkan untuk melukiskan
keadaan objek dan peristiwanya.61
Penelitian ini kemudian menelaah dan
menjelaskan serta menganalisis data secara mendalam dengan mengujinya dari
berbagai peraturan perundangan yang berlaku maupun dari berbagai pendapat ahli
hukum, sehingga dapat diketahui gambaran jawaban atas permasalahannya yang
diteliti, yakni gambaran mengenai pandangan hukum terhadap perjanjian yang
dibuat antara pencipta buku dengan penerbit.
Bersifat deskriptif analisis maksudnya dari penelitian ini diharapkan
diperoleh gambaran secara rinci dan sistematis tentang permasalahan yang akan
diteliti. Analisis dimaksudkan berdasarkan gambaran, fakta yang diperoleh akan
dilakukan analisis secara cermat untuk menjawab permasalahannya.62
Deskriptif
maksudnya untuk mengetahui dan memperoleh gambaran secara menyeluruh dan
sistematis tentang peraturan yang dipergunakan berkaitan dengan hak cipta.
Analisis maksudnya adalah mengungkapkan karakteristik objek dengan cara
menguraikan dan menafsirkan fakta-fakta tentang konvensi bahasa dan pokok
persoalan yang diteliti.63
59
Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum. (Jakarta : Rajawali Pers, 2011)
Hal 81-82. 60
Winarni Surakhmad, Dasar dan Teknik Research, Tarsito, Bandung, 1978. Hal. 132. 61
Sutrisno Hadi, Metodologi Research, (Yogyakarta : Penerbit Andi Offset, 1989). Hal. 3. 62
Sunaryati Hartono, Penelitian Hukum di Indonesia Pada Akhir Abad ke-20,
(Bandung:Alumni, 2006), hal 101. 63
Johni Ibrahim, Teori Dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, (Malang:Bayu
Media Publishing, 2005), hal 336.
Universitas Sumatera Utara
24
Penelitian ini menggunakan metode pendekatan perundang-undangan
(statue approach) yang dilakukan dengan mencari dan menelaah semua peraturan
perundang-undangan dan regulasi yang bersangkutan paut dengan isu hukum
yang sedang ditangani. Oleh karena itu untuk memecahkan suatu isu hukum harus
menelusuri berbagai produk peraturan perundang-undangan.64
2. Sumber Data Penelitian
Berhubungan metode penelitian adalah penelitian hukum normative maka
sumber data dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari bahan
penelitian yang berupa bahan-bahan sekunder dan bahan hukum tersier, seperti: 65
a. Bahan Hukum Primer yaitu bahan-bahan hukum atau dokumen peraturan
yang mengikat dan ditetapkan oleh pihak yang berwenang berupa bahan
pustaka yang berisikan peraturan perundang-undangan, yang antar lain terdiri
dari :
1. Undang-Undang Dasar 1945
2. Undang-undang No. 28 Tahun 2014, tentang Hak Cipta
3. Undang-undang No. 12 Tahun 2012, tentang Pendidikan Tinggi
4. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 17
Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Penanggulangan Plagiat di Perguruan
Tinggi
5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional.
64
Peter Marzuki Mahmud, Penelitian hukum (Jakarta : Kencana, 2010), Hal 93. 65
Peter marzuki Mahmud, ibid ,Hal 23-24.
Universitas Sumatera Utara
25
b. Bahan Hukum Sekunder yaitu bahan-bahan hukum yang berkaitan erat dan
memberikan penjelasan bahan hukum primer yang ada dan dapat membantu
untuk proses analisis seperti buku-buku yang ditulis para ahli hukum,
doktrin/pendapat/ ajaran dan para ahli hukum, hasil seminar, sumber dari
laman dunia maya/internet yang memilki kaitan erat dengan permasalahan
yang menjadi objek penelitian.
c. Bahan Hukum Tersier yaitu : semua bahan yang meberikan petunjuk ,
penjelasan dan keterangan-keterangan yang mendukung bahan hukum primer
dan sekunder seperti kamus umum, kamus hukum, ensiklopedia, dan lain-
lain.
3. Teknik Dan Alat Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini
menggunakan studi pustaka, yaitu menghimpun data hasil penelahaan bahan
pustaka atau data sekunder yang meliputi bahan hukum primer, bahan hukum
sekunder dan bahan hukum tersier. Untuk memperoleh data sekunder yang berupa
bahan hukum primer, sekundern tersier, dalam penelitian ini akan menggunakan
alat penelitian studi dokumen/pustaka atau penelitian pustaka (library research)
dengan cara mengumpulkan semua peraturan perundangan dokumen-dokumen
hukum dan buku-buku yang berkaitan dengan rumusan masalah penelitian.66
4. Analisis Data
Analisis data merupakan proses mengorganisasikan dan menguraikan data
ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema
66
Mukti Fajar ND dan Yulianto Achmad, Dualisme Penelitian Hukum Normatif dan
Empiris, (Yogyakarta :Pustaka Pelajar, 2010), hal 156-159.
Universitas Sumatera Utara
26
dan dapat dirumuskan hipotesa kerja seperti yang disarankan data.67
Dalam
penelitian hukum normatif maka analisis pada hakekatnya berarti kegiatan untuk
mengadakan sistematisasi terhadap bahan-bahan hukum tertulis, untuk
memudahkan pekerjaan analisis dan konstruksi.68
Analisis data dalam penulisan ini digunakan metode kualitatif, metode
kualitatif ini digunakan agar peneliti dapat mengerti dan memahami gejala yang
akan ditelitinya. Maka tesis ini digunakan metode analisis kualitatif agar lebih
fokus kepada analisis hukumnya dan menelaah bahan-bahan hukum baik yang
berasal dari peraturan perundang-undangan, buku-buku, bahan dari internet,
kamus dan lain-lainnya yang berhubungan dengan judul tesis yang digunakan
untuk menjawab soal yang dihadapi.
Adapun tahapan untuk menganalisa bahan-bahan hukum yang telah ada
tersebut, secara sederhana dapat diuraikan dalam beberapa tahapan:
1. Tahapan Pengumpulan data, yaitu mengumpulkan dan memeriksa bahan-
bahan pustaka misalnya ketentuan peraturan perundang-undangan dan
memeriksa bahan-bahan pustaka misalnya ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berkaitan langsung dengan permasalahan yang diteliti.
2. Tahapan pemilihan data, dalam tahapan ini seluruh data yang telah
dikumpulkan sebelumnya akan dipilah-pilah secara sistematis dengan
mempedomi konteks yang sedang diteliti, sehingga akan lebih
memudahkan dalam melakukan kajian lebih lanjut terhadap permasalahan
di dalam penelitian tesis ini.
67
Lexi J. Moeleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung : Remaja Rosdakarya,
1993), hal 103. 68
Soerjono Soekanto, Metodologi Research, (Andi Offset, Yogyakarta,1998,) hal. 25.
Universitas Sumatera Utara
27
3. Tahapan analisis data dan penulisan hasil penelitian, sebagai tahapan
klimaks dimana seluruh data yang telah diperoleh dan dipilah tersebut
akan dianalisa dengan seksama dengan melakukan interpretasi/penafsiran
yang diperlukan dengan berpedoman terhadap konsep, asas, dan kaidah
hukum yang dianggap relevan dan sesuai dengan tujuan utama daripada
penelitian ini. Hasil penelitian kemudian akan ditarik kesimpulan dengan
metode analisis kualitatif dan dituangkan dalam bentuk tertulis yang
diharapkan akan dapat menjawab permasalahan yang ada, sehingga hasil
penelitian akan dapat dijadikan sebagai refrensi ilmiah.
Universitas Sumatera Utara
28
BAB II
BENTUK-BENTUK PLAGIARISME KARYA TULIS
DI PERGURUAN TINGGI
A. Tinjauan Umum Hak Cipta
1. Pengertian Hak Cipta
Hak cipta secara harfiah berasal dari dua kata yaitu hak dan cipta. Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata “hak” berarti suatu kewenangan yang
diberikan kepada pihak tertentu yang sifatnya bebas untuk digunakan atau tidak.
Sedangkan kata “cipta” atau “ciptaan” tertuju pada hasil karya manusia dengan
menggunakan akal pikiran, perasaan, pengetahuan, imajinasi dan pengalaman.
Sehingga dapat diartikan bahwa hak cipta berkaitan erat dengan intelektual
manusia.
Hak cipta (copyright) merupakan salah satu dari bagian hak kekayaan
intelektual (Intellectual Property Rights). Selain hak cipta, hak kekayaan
intelektual juga mencakup hak kekayaan industri (Industrial Propety Rights) yang
terdiri dari: paten (patent), desain industri (industrial design), merek (trademark),
desain tata letak sirkuit terpadu (layout design of integrated circuit), rahasia
dagang (trade secret), penanggulangan praktek persaingan curang (repression of
unfair competition), indikasi geografis (geographical indications), dan varietas
tanaman baru.69
69
Tim Lindsey et al., Hak Kekayaan Intelektual Suatu Pengantar (Bandung: Asian Law
Group Pty Ltd dan P.T. Alumni, 2002), hal 3
28
Universitas Sumatera Utara
29
Istilah hak cipta diusulkan pertama kalinya oleh Sultan Mohammad Syah,
pada Kongres Kebudayaan di Bandung pada tahun 1951 (yang kemudian di
terima di kongres itu) sebagai pengganti istilah hak pengarang yang dianggap
kurang luas cakupan pengertiannya, karena istilah hak pengarang itu memberikan
kesan “penyempitan” arti, seolah-olah yang di cakup oleh pengarang itu hanyalah
hak dari pengarang saja, atau yang adasangkut pautnya dengan karang-mengarang
saja, padahal tidak demikian.
Frase hak cipta berasal dari terminologi asing yaitu copyrights dalam
bahasa Inggris atau auteurrecht yang berarti Hak Pengarang.70
Istilah hak
pengarang itu sendiri merupakan terjemahan dari istilah bahasa Belanda Auteurs
Rechts.71
Terminologi hak cipta dalam Kepustakaan Hukum di Indonesia pertama
kali diusulkan oleh Prof. Sultan Mohammad Syah, S.H. pada Kongres
Kebudayaan Indonesia kedua, Oktober 1951 di Bandung.72
Penggunaan istilah
hak pengarang dipersoalkan karena dipandang menyempitkan pengertian hak
cipta. Jika istilah yang dipakai adalah hak pengarang, seolah-olah yang diatur
hanyalah hak-hak dari pengarangnya saja dan hanya bersangkut-paut dengan
karang-mengarang saja, sedangkan cakupan hak cipta jauh lebih luas dari hak-hak
pengarang. Karena itu kongres memutuskan untuk mengganti istilah hak
pengarang dengan istialh hak cipta. Istilah ini merupakan istilah yang
diperkenalkan oleh Prof. St. Moh. Syah, S.H dalam suatu makalah sewaktu terjadi
70
OK. Saidin, Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual, (Jakarta:PT.Raja Grafindo
Persada, 2015), Hal. 193 71
Rachmadi Usman, Hukum Hak atas Kekayaan Intelektual: Perlindungan dan Dimensi
Hukumnya di Indonesia,(Bandung : PT Alumni, Bandung, 2003), hal. 85 72
Ibid, Hal.198.
Universitas Sumatera Utara
30
kongres. Menurutnya, terjemahan auteurrecht adalah hak pencipta, tetapi untuk
penyederhanaan dan kepraktisan disingkat menjadi hak pencipta.73
Menurut Pasal 1 ayat (1) Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang
Hak Cipta, Hak Cipta diartikan sebagai hak eksklusif bagi pencipta atau penerima
hak untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya atau memberikan izin
untuk itu dengan tidak mengurangi pembatasan-pembatasan menurut peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Hak eksklusif di dalam hak cipta tersebut
adalah hak yang diberikan bagi pemegang hak cipta tersebut sehingga tidak ada
orang lain yang boleh memanfaatkan hak tersebut tanpa izin dari dari pemegang
hak cipta tersebut.74
Hak cipta memiliki hak eksklusif di dalamnya yaitu hak yang sematamata
diperuntukkan bagi pemegangnya sehingga tidak ada orang lain yang boleh
memanfaatkan hak tersebut tanpa izin dari pemegangnya. Pemanfaatan hak
tersebut meliputi kegiatan menerjemahkan, mengadaptasi, mengaransemen,
mengalih wujudkan, menjual, meminjamkan, mengimpor, memamerkan,
mempertunjukkan kepada publik, menyiarkan, merekam dan mengkomunikasikan
ciptaan kepada publik melalui sarana apapun. 75
Defenisi di atas dapat disimpulkan bahwa hak cipta adalah hak kebendaan
yang bersifat eksklusif bagi seorang pencipta atau penerima hak atas suatu karya
atau ciptaannya di bidang ilmu pengetahuan, seni dan sastra. Sebagai suatu hak
kebendaan yang bersifat khusus hak cipta memiliki sifat dan karakter yang sedikit
73
Eddy Damian, Hukum Hak Cpta, (Bandung:Alumni, 2009), Hal.119. 74
Undang-Undang No.28 Tahun 2014, Pasal 1 ayat 1. 75
Aan Priyatna, Penegakan Hukum Terhadap Pelanggaran Hak Cipta Adalah, Pembuatan
E-Book, Universitas Diponegoro, Semarang, 2016, Hal. 6.
Universitas Sumatera Utara
31
berbeda dengan hak kebendaan pada umumnya. Hakikat, kriteria, dan sifat dari
hak cipta baik secara implisit maupun eksplisit terkandung dalam beberapa pasal
Undang-undang Hak Cipta yaitu Pasal 1 ayat (1), Pasal 2, Pasal 3, dan Penjelasan
Pasal 4 ayat (1) Undang – Undang Hak Cipta, yaitu :
a. Hak Cipta adalah hak eksklusif bagi pencipta atau pemegang hak untuk
mengumumkan dan memperbanyak atau menyewakan ciptaanya;
b. Hak Cipta timbul secara otomatis setelah suatu ciptaan dilahirkan;
c. Hak Cipta dikategorikan sebagai benda bergerak;
d. Hak Cipta dapat dialihkan sebagian atau seluruhnya;
e. Pengalihan hak cipta dapat terjadi karena perwarisan, hibah, wasiat lisensi,
atau sebab-sebab lain yang dibenarkan oleh peraturan perundang-
undangan yang berlaku;
f. Hak Cipta merupakan satu kesatuan dengan penciptanya dan tidak dapat
disita, kecuali jika hak-hak tersebut diperoleh secara melawan hukum.76
Hak Cipta adalah bagian dari sekumpulan hak yang dinamakan Hak atas
Kekayaan Intelektual (HKI) yang pengaturannya terdapat dalam ilmu hukum dan
dinamakan hukum HKI. Yang dinamakan hukum HKI ini meliputi suatu bidang
hukum yang membidangi hak-hak yuridis dari karya-karya atau ciptaan-ciptaan
hasil olah pikir manusia bertautan dengan dengan kepentingan-kepentingan yang
bersifat ekonomi dan moral.77
Hak cipta bersifat deklaratif. Artinya, pencipta atau penerima hak
mendapatkan perlindungan hukum seketika setelah suatu ciptaan dilahirkan.
Dengan kata lain, hak cipta tidak perlu didaftarkan ke Direktorat Jenderal Hak
Kekayaan Intelektual . Namun, ciptaan dapat didaftarkan dan dicatat dalam Daftar
Umum Ciptaan di Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual tanpa dikenakan
biaya sama sekali.78
76
Ibid, Pasal 4. 77
Gatot Supramono, Hak Cipta dan Aspek- Aspek Hukumnya, (Jakarta : Rineka Cipta,
2010), hal.4. 78
Nety Rnawati, Lisensi Hak Cipta,
http://netyernawaty.blogspot.com/2012/11/pengertian-hak-cipta.html, diakses tanggal 23
september 2018.
Universitas Sumatera Utara
32
Sebagai HKI maka Hak Cipta tergolong sebagai hak ekonomi (economy
right) yang merupakan hak khusus pada HKI. Adapun yang disebut dengan hak
ekonomi adalah hak untuk memperoleh keuntungan ekonomi atas HKI. Dikatakan
sebagai hak ekonomi karena HKI termasuk sebuah benda yang dapat dinilai
dengan uang. Hak Cipta sebagai hak ekonomi dapat diliat dari penerapan hak
eksklusif sebagaimana dibicarakan diatas, seorang pencipta/pemegang Hak Cipta
melakukan perbanyakan ciptaan kemudian dijual dipasaran, maka ia memperoleh
keuntungan materi dari perbanyakan ciptaan tersebut.79
Hak- hak yang timbul dari suatu ciptaan dalam Hak Cipta oleh hukum
diberikan secara bersamaan dengan keistimewaan-keistimewaan tertentu yaitu hak
untuk mengeksploitasi ciptaannya. Kepemilikan Hak Cipta terkait dengan hak-hak
yang melekat atau dimiliki pemegang Hak Cipta. Pada umumnya hukum Hak
Cipta memberikan hak yang dikenal dengan hak eksklusif. 80
Berbagai penemuan di segala bidang oleh masyarakat sejatinya harus
mendapat pengakuan di bidang hukum. Untuk itu, berbagai penemuan dan karya
cipta ini sejatinya harus dilindungi secara hukum, baik dari sisi ciptaan maupun
penciptanya. Perlindungan secara hukum ini kerap kita kenal dengan istilah Hak
Kekayaan Intelektual. Pemerintah melalui Kementerian Hukum dan HAM (Hak
Asadi Manusia) telah membuka ruang-ruang pelayanan pendaftaran hak kekayaan
intelektual. Melalui Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual (DJHKI)
ataupun konsultan HKI yang terdaftar, pemilik hak cipta dapat mendaftarkan
79
Ibid, Hal.5 80
Ibid
Universitas Sumatera Utara
33
segala jenis penemuannya di segala bidang. Saat ini, pendaftaran dapat dilakukan
dengan mengakses halaman resmi DJHKI.81
Tidak semua pemilik hak cipta yang mengetahui informasi dan layanan
ini. Ada saja pemilik yang mendatangi Notaris untuk mengurus hak kekayaan
intelektualnya. Dalam Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta,
sebenarnya tidak ada kewenangan notaris untuk mendaftarkan hak kekayaan
intelektual. Dalam UU tersebut, Notaris memiliki kewenangan dalam
membuat akta otentik peralihan atas hak cipta. Pengalihan hak cipta dapat
dilakukan dari pemilik hak cipta kepada pihak lain yang ditunjuk. Namun,
pengalihan ini tidak serta merta mendapatkan seluruh hak eksklusif dari pemilik
cipta. Pihak yang ditunjuk dalam pengalihan hanya dapat mendapatkan hak
ekonomi saja. Hak moral atas kekayaan intelektual tetap dimiliki oleh pemilik hak
cipta. meskipun dalam UU tersebut pengalihan hak cipta dilakukan secara jelas
dan tertulis baik dengan atau tanpa akta notaris, sebaiknya dilengkapi dengan akta
otentik dari notaris. Ini didasarkan, pengalihan hak cipta ini berkaitan erat dengan
pengalihan hak ekonomi, sehingga dibutuhkan akta yang memiliki kekuatan
pembuktian kuat secara hukum.82
Hak Cipta dalam konsep common law yaitu ”the protection of literary and
artistic works”. Dalam pandangan Common law System, Hak Cipta merupakan
Fungsionalis justification, yaitu memandang Hak Cipta sebagai instrumen
81
Victori S.H., M.Kn., Notaris Cimahi, Kewenagan Notaris di Bidang HAKI,
https://notariscimahi.co.id/notaris/kewenangan-notaris-di-bidang-haki, diakses pada tanggal 12
april 2018. 82
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
34
ekonomi dan kebijakan untuk meningkatkan pengetahuan dan mendukung
perkembangan sosial.83
2. Ruang Lingkup Hak Cipta
Pasal 9 ayat 2 TRIP‟s menyatakan:84
“Perlindungan hak cipta hanya diberikan pada perwujudan suatu ciptaan dan
bukan pada ide, prosedur, metode pelaksanaan atau konsep-konsep matematis
semacamnya.”
Menurut L.J. Taylor dalam bukunya Copyright for Librarians menyatakan
bahwa yang dilindungi hak cipta adalah ekspresinya darisebuah ide, jadi bukan
melindungi idenya itu sendiri. Artinya, yang dilindungi hak cipta adalah sudah
dalam bentuk nyata sebagai sebuah ciptaan, bukan masih merupakan gagasan.85
Terdapat dua persyaratan pokok untuk mendapatkan perlindungan hak cipta, yaitu
unsur keaslian dan kreatifitas dari suatu karya cipta. Bahwa suatu karya cipta
adalah hasil dari kreatifitas penciptanya itu sendiri dan bukan tiruan serta tidak
harus baru atau unik. Namun, harus menunjukkan keaslian sebagai suatu ciptaan
seseorang atas dasar kemampuan dan kreatifitasnya yang bersifat pribadi.
Pasal 40 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta telah
memberikan beberapa kriteria mengenai hasil ciptaan yang diberikan
perlindungan oleh Hak Cipta sebagai berikut :
1. Dalam Undang-Undang ini ciptaan yang dilindungi adalah ciptaan dalam
bidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra, yang mencakup:
83
Suyud Margono, Hukum Hak Cipta Indonesia: Teori dan Analisis Harmonisasi
Ketentuan World Trade Organization/WTO- TRIPs Agreement, (Bogor : Ghalia Indonesia, 2010),
hal.103 84
Tim Lindsley,dkk, Hak Kekayaan Intelektual Suatu Pengantar, (Bandung : PT. Alumni,
2006), hal. 105. 85
Rachmadi Usman, Op.cit., hal. 121
Universitas Sumatera Utara
35
a) Buku, pamflet, perwajahan karya tulis yang diterbitkan, dan semua
hasil karya tulis lain;
b) Ceramah, kuliah, pidato, dan ciptaan lain yang sejenis dengan itu;
c) Alat peraga yang dibuat untuk kepentingan pendidikan dan ilmu
pengetahuan;
d) Lagu dan/atau musik dengan atau tanpa teks;
e) Drama, drama musikal, tari, koreografi, pewayangan, dan pantomim;
f) Karya seni rupa dalam segala bentuk seperti lukisan, gambar, ukiran,
kaligrafi, seni pahat, patung, kolase;
g) Karya seni terapan;
h) Karya arsitektur;
i) Peta;
j) Karya seni batik atau seni motif lain;
k) Karya fotografi;
l) Potret;
m) Karya sinematografi;
n) Terjemahan, tafsir, saduran, bunga rampai, basis data, adaptasi,
aransemen, modifikasi dan karya lain dari hasil transformasi;
o) Terjemahan, adaptasi, aransemen, transformasi, atau modifikasi
ekspresi budaya tradisional;
p) Kompilasi Ciptaan atau data, baik dalam format yang dapat dibaca
dengan Program Komputer maupun media lainnya;
Universitas Sumatera Utara
36
q) Kompilasi ekspresi budaya tradisional selama kompilasi tersebut
merupakan karya yang asli;
r) Permainan video;
s) dan Program Komputer
2. Ciptaan sebagaimana dimaksud pada ayat l dilindungi sebagaiciptaan
tersendiri dengan tidak mengurangi Hak Cipta atas Ciptaan asli.
3. Perlindungan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 dan ayat 2, termasuk
perlindungan terhadap ciptaan yang tidak atau belum dilakukan
Pengumuman tetapi sudah diwujudkan dalam bentuk nyata yang
memungkinkan penggandaan ciptaan tersebut.
Selanjutnya Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 juga menjelaskan
pengertian dari jenis ciptaan yang dilindungi sebagaimana disebutkan dalam
Penjelasan Pasal 40 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 sebagai berikut:
a. Perwajahan karya tulis adalah karya cipta yang lazim dikenal dengan
"typholographical arrangement", yaitu aspek seni pada susunan dan
bentuk penulisan karya tulis. Hal ini mencakup antara lain format, hiasan,
komposisi warna dan susunan atau tata letak huruf indah yang secara
keseluruhan menampilkan wujud yang khas;
b. Alat peraga adalah ciptaan yang berbentuk 2 (dua) ataupun 3 (tiga)
dimensi yang berkaitan dengan geografi, topografi, arsitektur, biologi atau
ilmu pengetahuan lain;
c. Lagu atau musik dengan atau tanpa teks diartikan sebagai satu kesatuan
karya cipta yang bersifat utuh;
Universitas Sumatera Utara
37
d. Gambar antara lain meliputi: motif, diagram, sketsa, logo dan unsur-unsur
warna dan bentuk huruf indah. kolase adalah komposisi artistik yang
dibuat dari berbagai bahan (misalnya dari kain, kertas, atau kayu) yang
ditempelkan pada permukaan sketsa atau media karya;
e. Karya Seni Terapan adalah karya seni rupa yang dibuat dengan
menerapkan seni pada suatu produk hingga memiliki kesan estetis dalam
memenuhi kebutuhan praktis, antara lain penggunaan gambar, motif, atau
ornament pada suatu produk;
f. Karya Arsitektur antara lain, wujud fisik bangunan, penataan letak
bangunan, gambar rancangan bangunan, gambar teknis bangunan, dan
model atau maket bangunan;
g. Peta adalah suatu gambaran dari unsur alam dan/atau buatan manusia yang
berada di atas ataupun di bawah permukaan bumi yang digambarkan pada
suatu bidang datar dengan skala tertentu, baik melalui media digital
maupun non digital;
h. Karya seni batik adalah motif batik kontemporer yang bersifat inovatif,
masa kini, dan bukan tradisional. Karya tersebut dilindungi karena
mempunyai nilai seni, baik dalam kaitannya dengan gambar, corak,
maupun komposisi warna. Karya seni motif lain adalah motif yang
merupakan kekayaan bangsa Indonesia yang terdapat di berbagai daerah,
seperti seni songket, motif tenun ikat, motif tapis, motif ulos, dan seni
motif lain yang bersifat kontemporer, inovatif, dan terus dikembangkan;
Universitas Sumatera Utara
38
i. Karya fotografi meliputi semua foto yang dihasilkan dengan
menggunakan kamera;
j. Karya Sinematografi adalah Ciptaan yang berupa gambar gerak (moving
images) antara lain: film dokumenter, film iklan, reportase atau film cerita
yang dibuat dengan skenario, dan film kartun. Karya sinematografi dapat
dibuat dalam pita seluloid, pita video, piringan video, cakram optik
dan/atau media lain yang memungkinkan untuk dipertunjukkan di
bioskop,layar lebar, televisi atau media lainnya. Sinematografi merupakan
salah satu contoh bentuk audiovisual;
k. Bunga rampai meliputi: ciptaan dalam bentuk buku yang berisi kompilasi
karya tulis pilihan, himpunan lagu pilihan, dan komposisi berbagai karya
tari pilihanyang direkam dalam kaset, cakram optik atau media lain. Basis
data adalah kompilasi data dalam bentuk apapun yang dapat dibaca oleh
komputer atau kompilasi dalam bentuk lain, yang karena alasan pemilihan
atau pengaturan atas isi data itu merupakan kreasi intelektual.
Perlindungan terhadap basis data diberikan dengan tidak mengurangi hak
para pencipta atas ciptaan yang dimaksudkan dalam basis data tersebut.
3. Perlindungan Hak Cipta
Setelah merek, hak cipta merupakan salah satu objek hak kekayaan
intelektual yang paling rentan terhadap pelanggaran. Pada dasarnya, pelanggaran
hak cipta terjadi apabila materi hak cipta tersebut digunakan tanpa izin dan harus
ada kesamaan antara dua karya yang ada. Si penuntut harus membuktikan bahwa
karyanya ditiru atau dilanggar atau dijiplak, atau karya lain tersebut berasal dari
Universitas Sumatera Utara
39
karya ciptaannya. Hak cipta juga dilanggar bila seluruh atau bagian substansial
dari ciptaan yang telah dilindungi hak cipta telah dikopi.86
Untuk kebutuhan praktis, upaya memahami Hak Cipta dapat diawali
dengan mengenali objeknya. Yaitu, segala bentuk ciptaan yang bermuatan ilmu
pengetahuan, berbobot seni dan bernuansa sastra. Singkatnya, karya ilmu
pengetahuan, seni dan sastra. Lingkup ketiga objek ini yang menjadi wilayah
perlindungan hak cipta. Karena luasnya ragam ciptaan, prinsip-prinsip dan norma
pengaturan perlindungan Hak Cipta sangat dipengaruhi oleh bentuk dan sifat
berbagai ragam ciptaan itu. Artinya, bentuk dan sifat masing-masing ciptaan akan
menentukan ada tidaknya subsistensi Hak Cipta tanpa mempertimbangkan
kualitas artistiknya.87
Penggunaan suatu karya cipta oleh pihak lain harus didahului oleh
pemberian lisensi. Dalam Pasal 1 angka 20 Undang-Undang Nomor 28 Tahun
2014 tentang Hak Cipta didefinisikan, bahwa Lisensi adalah izin tertulis yang
diberikan oleh Pemegang Hak Cipta atau Pemilik Hak Terkait kepada pihak lain
untuk melaksanakan hak ekonomi atas Ciptaannya atau produk Hak Terkait
dengan syarat tertentu. Atas pemberian lisensi tersebut, pemberi lisensi
memperoleh imbalan dalam bentuk royalti yang dibayarkan oleh penerima lisensi,
yang besarnya bergantung pada negosiasi para pihak.88
86
Endang Purwaningsih, Perkembangan Hukum Intellectual Property Rights, (Bogor :
Ghalia Indonesia, 2005), hal. 6. 87
Henry Soelistyo, Plagiarisme : Pelanggaran Hak Cipta dan Etika, (Yogyakarta :
Penerbit Kaisius, 2011), hal. 50 88
Gunawan Widjaja, Seri Hukum Bisnis Lisensi, (Jakarta : Rajagrafindo Persada, 2001),
hal. 20.
Universitas Sumatera Utara
40
Pengaturan terhadap hak cipta di Indonesia sejak kemerdekaan Indonesia
diatur dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1982. Kemudian diubah dengan
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1987. Pada tahun 1997 diubah lagi dengan
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1997. Di tahun 2002, Undang-Undang Hak
Cipta kembali mengalami perubahan dan diatur dalam Undang-Undang Nomor 19
Tahun 2002. Namun di tahun 2014, Undang-Undang Hak Cipta diubah lagi
dengan UndangUndang Nomor 28 Tahun 2014. Revisi terakhir yang dilakukan
oleh pemerintah Indonesia memiliki alasan. Dengan lahirnya Undang-Undang
Hak Cipta Tahun 2014 ini dapat melindungi hak ekonomi dan hak moral pencipta
dan pihak terkait lainnya sehingga dapat mendorong semangat seluruh pencipta
serta para pelaku usaha untuk mengembangkan kreativitas dalam menghasilkan
suatu karya intelektual.89
Rancangan Undang-Undang Hak Cipta telah ditetapkan menjadi undang-
undang. Undang-Undang Hak Cipta yang baru ini adalah Undang-Undang Nomor
28 Tahun 2014 akan mengganti Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang
Hak Cipta. Contohnya dalam Pasal 1 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014,
dapat kita lihat bahwa di dalam Undang-Undang Hak Cipta baru memberikan
definisi yang sedikit berbeda untuk beberapa hal. Selain itu, dalam bagian definisi,
dalam Undang-Undang Hak Cipta Baru juga diatur lebih banyak, seperti adanya
definisi atas “fiksasi”, “fonogram”, “penggandaan”, “royalti”, “Lembaga
Manajemen Kolektif”, “pembajakan”, “penggunaan secara komersial”, “ganti
89
Requisitoire Magazine, 2014, “Menguap Dampak UU Hak Cipta Nomor 28 Tahun
2014”. URL : http://requisitoire-magazine.com/menguak-dampak-uu-hak-cipta-nomor-28-tahun-
2014) yang diakses pada tanggal 05 Maret 2017 pada pukul 20.50 WIB.
Universitas Sumatera Utara
41
rugi”, dan sebagainya. Dalam Undang-Undang Hak Cipta Baru juga diatur lebih
detail mengenai apa itu hak cipta.90
Perbedaan setiap pasal dari Undang-Undang No.19 Tahun 2002 dan UU
No. 28 Tahun 2014 adalah :
1. Mengenai perbedaan antara UU 19/2002 dengan UU 28/2014, dapat dilihat
dalam Penjelasan Umum UU Hak Cipta Baru yang mengatakan bahwa secara
garis besar, UU Hak Cipta Baru mengatur tentang:
a) Perlindungan hak cipta dilakukan dengan waktu lebih panjang;
b) Perlindungan yang lebih baik terhadap hak ekonomi para pencipta
dan/atau pemilik hak terkait, termasuk membatasi pengalihan hak ekonomi
dalam bentuk jual putus (sold flat).
c) Penyelesaian sengketa secara efektif melalui proses mediasi, arbitrase, atau
pengadilan, serta penerapan delik aduan untuk tuntutan pidana.
d) Pengelola tempat perdagangan bertanggung jawab atas tempat penjualan
dan/atau pelanggaran hak cipta dan/atau hak terkait di pusat tempat
perbelanjaan yang dikelolanya;
e) Hak cipta sebagai benda bergerak tidak berwujud dapat dijadikan objek
jaminan fidusia;
f) Menteri diberi kewenangan untuk menghapus ciptaan yang sudah
dicatatkan, apabila ciptaan tersebut melanggar norma agama, norma susila,
ketertiban umum, pertahanan dan keamanan negara, serta ketentuan
peraturan perundang-undangan.
90
Faizal Imam, Makalah Tentang Perbedaan Tentang Undang-Undang Hak Cipta Yang
Lama Dan Yang Baru, http://faizalimam.blogspot.com/2015/12/makalah-tentang-perbedaan-uu-
hak-cipta.html, diakses tanggal 7 agustus 2018.
Universitas Sumatera Utara
42
g) Pencipta, pemegang hak cipta, pemilik hak terkait menjadi anggota
Lembaga Manajemen Kolektif agar dapat menarik imbalan atau royalti.
h) Pencipta dan/atau pemilik hak terkait mendapat imbalan royalti untuk
ciptaan atau produk hak terkait yang dibuat dalam hubungan dinas dan
digunakan secara komersial.
i) Lembaga Manajemen Kolektif yang berfungsi menghimpun dan
mengelola hak ekonomi pencipta dan pemilik hak terkait wajib
mengajukan permohonan izin operasional kepada Menteri.
j) Penggunaan hak cipta dan hak terkait dalam sarana multimedia untuk
merespon perkembangan teknologi informasi dan komunikasi.
2. Sebagai benda bergerak, baik dalam Undang-Undang Hak Cipta Nomor 19
Tahun 2002 dan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 diatur mengenai
cara mengalihkan hak cipta. Akan tetapi dalam Pasal 16 ayat 1 Undang-
Undang Hak Cipta baru ditambahkan bahwa hak cipta dapat dialihkan dengan
wakaf.
3. Masih terkait dengan hak cipta sebagai benda bergerak, dalam Undang-
Undang Nomor 19 Tahun 2002 tidak diatur mengenai hak cipta sebagai
jaminan. Akan tetapi, dalam Pasal 16 ayat 3 Undang-Undang Nomor 28
Tahun 2014 dikatakan bahwa hak cipta adalah benda bergerak tidak berwujud
yang dapat dijaminkan dengan jaminan fidusia.
4. Mengenai jangka waktu perlindungan hak cipta yang lebih panjang, dalam
Pasal 29 ayat 1 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 disebutkan bahwa
jangka waktu perlindungan hak cipta adalah selama hidup pencipta dan
Universitas Sumatera Utara
43
berlangsung hingga 50 tahun setelah pencipta meninggal dunia, sedangkan
dalam UU 28 Tahun 2014, masa berlaku hak cipta dibagi menjadi 2 (dua)
yaitu masa berlaku hak moral dan hak ekonomi.
5. Hak moral pencipta untuk tetap mencantumkan atau tidak mencatumkan
namanya pada salinan sehubungan dengan pemakaian ciptaannya untuk
umum menggunakan nama aliasnya atau samarannya mempertahankan
haknya dalam hal terjadi distorsi ciptaan, mutilasi ciptaan, modifikasi ciptaan,
atau hal yang bersifat merugikan kehormatan diri atau reputasinya, berlaku
tanpa batas waktu (Pasal 57 ayat (1) Undang-Undang Nomor 28 Tahun
2014), sedangkan hak moral untuk mengubah ciptaannya sesuai dengan
kepatutan dalam masyarakat dan mengubah judul dan anak judul ciptaan,
berlaku selama berlangsungnya jangka waktu hak cipta atas ciptaan yang
bersangkutan (Pasal 57 ayat 2 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014).
6. Hak ekonomi atas ciptaan, perlindungan hak cipta berlaku selama hidup
pencipta dan terus berlangsung selama 70 tahun setelah pencipta meninggal
dunia, terhitung mulai tanggal 1 Januari tahun berikutnya (Pasal 58 ayat 1
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014), sedangkan jika hak cipta tersebut
dimiliki oleh badan hukum, maka berlaku selama 50 tahun sejak pertama kali
dilakukan pengumuman. Perlindungan sebagaimana diatur dalam Pasal 58
tersebut hanya berlaku bagi ciptaan berupa:
a. buku, pamflet, dan semua hasil karya tulis lainnya;
b. ceramah, kuliah, pidato dan Ciptaan sejenis lain;
Universitas Sumatera Utara
44
c. alat peraga yang dibuat untuk kepentingan pendidikan dan ilmu
pengetahuan;
d. lagu atau musik dengan atau tanpa teks;
e. drama, drama musikal, tari, koreografi, pewayangan, dan pantomim;
f. karya seni rupa dalam segala bentuk seperti lukisan, gambar, ukiran,
kaligrafi, seni pahat, patung, atau kolase;
g. karya arsitektur;
h. peta; dan
i. karya seni batik atau seni motif lain.
7. Akan tetapi, bagi ciptaan berupa:
a. karya fotografi;
b. potret;
c. karya sinematografi;
d. permainan video;
e. program komputer;
f. perwajahan karya tulis;
g. terjemahan, tafsiran, saduran, bunga rampai, basis data, adaptasi,
aransemen, modifikasi, dan karya lain dari hasil transformasi.
h. terjemahan, adaptasi, aransemen, transformasi atau modifikasi ekspresi
budaya tradisional.
i. kompilasi ciptaan atau data, baik dalam format yang dapat dibaca dengan
program komputer atau media lainnya.
Universitas Sumatera Utara
45
j. kompilasi ekspresi budaya tradisional selama kompilasi tersebut
merupakan karya yang asli. Berlaku selama 50 tahun sejak pertama kali
dilakukan pengumuman. (Pasal 59 ayat 1 Undang-Undang Nomor 28
Tahun2014). Kemudian untuk ciptaan berupa karya seni terapan,
perlindungan hak cipta berlaku selama 25 tahun sejak pertama kali
dilakukan pengumuman (Pasal 59 ayat 2 Undang-Undang Nomor 28Tahun
2014).
8. UU Hak Cipta Baru ini juga melindungi pencipta dalam hal terjadi jual putus
(sold flat). Ciptaan buku, dan/atau semua hasil karya tulis lainnya, lagu
dan/atau musik dengan atau tanpa teks yang dialihkan dalam perjanjian jual
putus dan/atau pengalihan tanpa batas waktu, hak ciptanya beralih kembali
kepada pencipta pada saat perjanjian tersebut mencapai jangka waktu 25
tahun (Pasal 18 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014). Hal tersebut juga
berlaku bagi karya pelaku pertunjukan berupa lagu dan/atau musik yang
dialihkan dan/atau dijual hak ekonominya, hak ekonomi tersebut beralih
kembali kepada pelaku pertunjukan setelah jangka waktu 25 tahun (Pasal 30
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014).
9. Hal lain yang menarik dari Undang-Undang Hak Cipta Baru ini adalah
adanya larangan bagi pengelola tempat perdagangan untuk membiarkan
penjualan dan/atau penggandaan barang hasil pelanggaran hak cipta dan/atau
hak terkait di tempat perdagangan yang dikelolanya (Pasal 10 Undang-
Undang Hak Cipta Baru). Dalam Pasal 114 Undang-Undang Hak Cipta Baru
diatur mengenai pidana bagi tempat perbelanjaan yang melanggar ketentuan
Universitas Sumatera Utara
46
tersebut, yaitu pidana denda paling banyak Rp100.000.000,00 (seratus juta
rupiah).
10. Selain itu, dalam UU Hak Cipta Baru juga ada yang namanya Lembaga
Manajemen Kolektif. Lembaga Manajemen Kolektif adalah institusi yang
berbentuk badan hukum nirlaba yang diberi kuasa oleh pencipta, pemegang
hak cipta, dan/atau pemilik hak terkait guna mengelola hak ekonominya
dalam bentuk menghimpun dan mendistribusikan royalti (Pasal 1 angka 22
UU Hak Cipta Baru).
Dalam lingkup internasional, terdapat beberapa konvensi yang membahas
dan mengatur tentang Hak Cipta, antara lain :
1. TRIPs Agreement
TRIPs Agreement merupakan singkatan dari The Agreement on
TradeRelated of Intellectual Property Rights yaitu salah satu perjanjian
multilateral terpenting berkaitan dengan hak keayaan intelektual. Tujuan
umum dari perjanjian TRIPs adalah mengurangi penyimpangan dan
hambatan-hambatan dalam perdagangan internasional, promosi lebih
efektif tentang perlindungan hak kekayaan intelektual, mempromosikan
atau mendorong inovasi teknologi, menyediakan keseimbangan antara hak
dan kewajiban antara produsen dengan pemakai. Negara Indonesia telah
meratifikasi perjanjian ini melalui Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994.
2. Berne Convention
Berne Convention for The Protection of Literary and Artistic Works adalah
konvensi multilateral terpenting dalam hak cipta. Konvensi ini pertama
kali berlaku pada tanggal 9 September 1886. Konvensi Berne memiliki
Universitas Sumatera Utara
47
tiga prinsip dasar yaitu perlakuan nasional (national treatment),
perlindungan otomatis (automatic protection), dan kebebasan
perlindungan (independence of protection). Indonesia pernah menjadi
anggota dalam Konvensi Berne tahun 1959 namun keluar dan kembali
menjadi anggota melalui Keppres Nomor 18 Tahun 1997 tentang
Pengesahan Berne Convention for The Protection of Literary and Artistic
Works.
3. Universal Copyright Convention (UCC)
Universal Copyright Convention adalah suatu konvensi hak cipta yang
lahir karena adanya gagasan dari peserta Konvensi Berne dan Amerika
Serikat yang disponsori oleh PBB khususnya UNESCO yaitu untuk
menyatukan satu system hukum hak cipta secara universal. UCC ini
dicetuskan dan ditandatangani oleh Jenawa pada bulan September 1952,
dan telah mengalami revisi di Paris pada tahun 1971. Ketentuan yang
monumental dari Konvensi Universal adalah adanya ketentuan formalitas
hak cipta berupa kewajiban setiap karya yang ingin dilindungi harus
mencantumkan tanda C dalam lingkaran, disertai nama penciptanya, dan
tahun karya tersebut mulai dipublikasikan.91
B. Tinjauan Umum Karya Tulis
1. Pengertian Karya Tulis
Pembelajaran menulis sudah dimulai sejak masuk taman kanak-kanak,
namun belum menjadi budaya. Kegiatan menulis seolah menjadi hal yang
eksklusisif, yang hanya dilakukan oleh orang-orang teretnte, sehingga perlu
mengenalkan budaya menulis sejak dini.Selain itu, kebudayaan menulis juga
91
Muhamad Djumhana dan R. Djubaedillah, Hak Milik Intelektual (Sejarah Teori dan
Prakteknya di Indonesia), (Bandung : Citra Aditya Bakti, 1993), hal.16.
Universitas Sumatera Utara
48
harus diimbangi dengan kesadaran literasi yang baik. Dengan adanya budaya
literasi yang baik diharapkan akan muncul kesadaran untuk menghargai karya
orang lain dengan mencantumkan sumber tulisan sesuai pedoman yang ada.92
Karya tulis terdiri dari dua kata yaitu karya dan tulis. Karya menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah pekerjaan, hasil perbuatan, buatan,
ciptaan (terutama hasil karangan). Sedangkan kata Tulis dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI) adalah huruf atau angka yang dibuat dengan pena
(pensil, cat, dan sebagainya), bersurat (yang sudah disetujui), yang ada tulisannya.
Dari pengertian KBBI dapat disimpulkan bahwa karya tulis merupakan hasil
karangan dalam bentuk tulisan atau karangan yang mengetengahkan hasil pikiran,
hasil pengamatan, tinjauan dalam bidang tertentu yang disusun secara sistematis.
Karya tulis juga dapat dikatakan tulisan yang membahas masalah tertentu
berdasarkan pengamatan secara sistematis dan terarah. Ada yang mengatakan
karya tulis itu sebagai gagasan seseorang yang dituangkan dalam bentuk tulisan .
Dari berbagai pengertian yang ada pada dasarnya mempunyai arti yang sama
namun dapat disimpulkan bahwa karya tulis merupakan hasil karya seseorang
yang dituangkan dalam bentuk tulisan.93
Tarigan, menulis dapat didefinisikan sebagai suatu kegiatan penyampaian
pesan (komunikasi) dengan mengguanakan bahasa tulis sebagai alat atau
medianya. Dalam komunikasi tulis, terdapat empat unsur yang terlibat, yaitu:
1) Penulis sebagai penyampai pesan
92
Penerbit Deepublish, Jenis Plagiarisme Dalam Teknik Menulis Karya Ilmiah,
https://penerbitdeepublish.com/teknik-menulis-penerbit-buku-b05/, dikses tanggal 5 september
2017 93
Kusmana, Suherli, Merancang Karya Tulis Ilmiah. (Bandung : Remaja Rosda Karya,
2010), Hal.2
Universitas Sumatera Utara
49
2) Pesan atau isi tulisan
3) Saluran atau media
4) Pembaca sebagai penerima pesan.94
Menulis mempunyai banyak manfaat yang dapat dipetik dalam kehidupan
ini, diantaranya adalah:
1) peningkatan kecerdasan,
2) pengembangan daya inisiatif dan kreatif,
3) penumbuhan keberanian, dan
4) pendorongan kemauan dan kemampuan mengumpulkan informasi.
Menulis merupakan tindak komunikasi yang pada hakikatnya sama dengan
berbicara. Persamaan itu terletak pada tujuan dan muatannya. Tujuan menulis
adalah untuk menyampaikan sesuatu kepada orang lain, sedangkan muatannya
adalah pikiran, perasaan, gagasan, pesan, dan pendapat. 95
Ada dua hal yang penting dan diperlukan dalam menulis, yaitu bahan
tulisan serta bagaimana cara menuliskannnya. Salah satu skema dan bentuk
tulisan yang berdasar pemikiran kritis dan dengan tata cara penulisan yang baku
adalah karya ilmiah. Karya ilmiah adalah tulisan yang dibuat oleh praktisi
akademik dalam memenuhi syarat ataupun untuk memenuhi tugas akademik.
Karya ilmiah merupakan tulisan yang didasarkan atas penelitian ilmiah.96
Karya ilmiah merupakan tulisan yang didasarkan atas hasil dari penelitian
ilmiah. Namun, dewasa ini mulai berkembang paradigma baru bahwa suatu karya
94
Guntur Tarigan, Membaca Sebagai Keterampilan Berbahasa, Edisi Revisi, (Bandung :
Angkasa Bandung), 2008, hal.10 95
Ibid, hal 21-22 96
Dalman, Keterampilan Menulis, (Jakarta : Rajawali Press), 2012, hal1-2
Universitas Sumatera Utara
50
ilmiah tidak harus berdasarkan pada penelitian ilmiah, melainkan bisa juga suatu
kajian terhadap suatu masalah yang dianalisis oleh ahlinya secara profesional.
Tradisi keilmuan bukan sekedar menjadi penerima ilmu atau pelaksana teori yang
sudah ada. Akan tetapi, sekaligus sebagai pemberi (penyumbang) ilmu. Dengan
demikian, tugas kaum intelektual dan cendekiawan tidak hanya dapat membaca,
tetapi juga harus dapat menulis tentang tulisan-tulisan ilmiah. Apalagi bagi
seorang mahasiswa sebagai calon ilmuwan wajib menguasai tata cara penulisan
karya ilmiah.97
Seperti yang telah dipaparkan dimuka, karya ilmiah merupakan karya tulis
yang menyajikan gagasan, deskripsi atau pemecahan masalah secara sistematis,
disajikan secara objektif dan jujur. Karya ilmiah merupakan karya tulis yang
isinya berusaha memaparkan suatu pembahasan secara ilmiah yang dilakukan
oleh seoarang penulis atau peneliti. Tujuannya untuk memberitahukan seuatu hal
secara logis dan sistematis kepada para pembaca. Maka sudah selayaknyalah, jika
tulisan ilmiah sring mengangkat tema seputar hal-hal yang baru (aktual) dan
belum pernah dituilis orang lain. Hal senacam ini disebut juga dengan
pengembangan penelitian. Dilihat dari panjang pendeknya atau kedalaman
uaraian, karya tulis ilmiah dibedakan atas makalah dan laporan penelitian. Dalam
penulisan, baik makalah maupun laporan penelitian didasarkan pada kajian ilmiah
dan cara kerja ilmiah98
.
Karya tulis ilmiah sebagai sarana komunikasi ilmu pengetahuan yang
berbentuk tulisan menggunakan sistematika yang dapat diterima oleh komunitas
97
Ibid, hal 3 98
Tarigan, Op.Cit, hal.26
Universitas Sumatera Utara
51
keilmuan melalui suatu sistematika penulisan yang disepakati. Dalam karya tulis
ilmiah, ciri-ciri keilmiahan dari suatu karya harus dapat dipertanggungjawabkan
secara empiris dan objektif. Teknik penulisan ilmiah mempunyai dua aspek yakni
gaya penulisan dalam membuat pernyataan ilmiah serta teknik notasi dalam
menyebutkan sumber pengetahuan ilmiah yang digunakan dalam penulisan.
Penulisan ilmiah harus menggunakan bahasa yang baik dan benar. Sebuah kalimat
yang tidak bisa diidentifikasikan mana yang merupakan subjek dan predikat serta
hubungan apa antara subjek dan predikat kemungkinan besar merupakan
informasi yang tidak jelas. Penggunaan kata harus dilakukan secara tepat, artinya
kita harus memilih kata-kata yang sesuai dengan pesan yang disampaikan.99
Pernyataan ilmiah yang harus kita gunakan dalam tulisan harus mencakup
beberapa hal, yaitu:
1) Harus dapat kita identifikasikan orang yang membuat pernyataan tersebut;
2) Harus dapat kita identifikasikan media komunikasi ilmiah dimana
pernyataan disampaikan apakah dalam makalah, buku, seminar, lokakarya;
3) Harus dapat diidentifikasikan lembaga yang menerbitkan publikasi ilmiah
tersebut beserta tempat domisili dan waktu penerbitan dilakukan dan
apabila tidak diterbitkan, maka harus disebutkan tempat, waktu, dan
lembaga yang mekukan kegiatan.100
2. Jenis-Jenis Karya Tulis
Karya tulis ilmiah digunakan sebagai tugas untuk meresum pelajaran,
menganalisis suatu masalah berdasarkan hasil penelitian, serta sebagai persyaratan
99
Tarigan, Op.Cit, hal.28 100
Dalman, Op.Cit, Hal.5-6
Universitas Sumatera Utara
52
mencapai suatu gelar pendidikan. Karya tulis ilmiah pendidikan mempunyai
beberapa macam bentuk dan jenis berdasarkan fungsi dari karya itu sendiri, yaitu
paper, skripsi, tesis, dan disertasi. Berikut ini penjelasan macam-macam karya
tulis ilmiah :
1) Karya Tulis Ilmiah pendidikan:
a) Paper (karya tulis) Paper atau yang lebih popular berisi ringkasan atau
resume dari suatu mata kuliah tertentu atau ringkasan dari suatau
ceramah yang diberikan olah dosen kepada mahasiswanya Tujuan
pembuatan paper ini adalah melatih mahasiswa untuk mengambil
intisari dari mata kuliah atau ceramah yang diajarkan oleh dosen.
b) Skripsi adalah karya tulis ilmiah yang mengemukakan pendapat
penulis berdasarkan pendapat orang lain yang ditulis oleh mahasiswa
sebagai syaratmendapat gelar sarjana S-1. Pendapat yang diajukan
harus didukung oleh data dan fakta empirik-objektif berdasarkan
penelitian langsung (observasi lapangan) maupun penelitian tidak
langsung (studi kepustakaan). Pembahasan dalam skripsi harus
dilakukan mengikuti alur pemikiran ilmiah, yaitu logis dan empirik.
c) Tesis adalah suatu karya ilmiah yang sifatnya lebih mendlam daripada
skripsi. Tesis merupakan syarat untuk mendapat gelar magister (S-2).
Penulisan tesis bertujuan mensintesiskan ilmu yang diperoleh dari
perguruan tinggi guna memeperluas khazanah ilmu yang telah
didapatkan dari bangku kuliah master, khazanah ini terutama berupa
Universitas Sumatera Utara
53
temuan-temuan baru dari hasil suatu penelitian secara mendalam
tentang suatu hal yang menjadi tema tesis tersebut.
d) Disertasi adalah karya tulis ilmiah yang mengemukakan suatu dalil
yang dapat dibuktikan oleh penulis berdasarkan fakta akurat dan
analisis terinci. Dalil yang dikemikakan biasanya dipertahankan oleh
penulisnya dari sanggahan-sanggahan senat guru besar atau penguji
pada perguruan tinggi. Penemuan penulis menggunakan metode
penelitian mendalam terhadap tema disertasi yang berasal dari penulis
sendiri.
2) Karya Tulis Ilmiah Penelitian. Siklarifikasikan menjadi beberapa jenis,
yaitu:
a) Makalah Seminar Makalah seminar adalah karya ilmiah yang berisi
uraian dari topik yang membahas suatu permasalahan yang akan
disampaikan dalam forum seminar. Makalah seminar besiri hasil
penelitian atau pemikiran murni dari penulis dalam membahas dan
memecahkan masalah yang dijadikan topik dalam forum seminar
b) Laporan Hasil Penelitian Laporan adalah bagian dari bentuk karya
tulis ilmiah ilmiah yang cara penulisannya dilakukan secara relatif
singkat. Laporan ini bisa dikelompokkan sebagai karya tulis ilmiah
karena berisikan hasil dari suatu kegiatan penelitian meskipun masih
dalam tahap awal.
Universitas Sumatera Utara
54
c) Jurnal Penelitian Jurnal penelitian adalah karya tulis ilmiah berupa
ringkasan dari hasil penelitian yang kemudian diunggah melalui
media elektronik secara online untuk dipublikasikan.
3) Karya tulis non ilmiah Merupakan karangan yang tidak terlalu
mengindahkan penyajian fakta dan metode penulisan, bisa merupakan
pandangan subjektif pengarang, bisa hasil imajinasi, bisa opini pribadi,
bisa kisah-kisah tentang pengalaman, dan lain-lain. Namun demikian,
tidak tertutup kemungkinan bahwa gagasan yang dituangkan dalam karya
tulis non ilmiah juga mengandung sifat-sifat ilmiah. Itulah kenapa
belakangan muncul istilah fiksi sains atau fiksi ilmiah dalam dinamika
kesusasteraan. Secara umum, karya tulis non ilmiah memiliki ciri-ciri
sebagai berikut: berisi fakta pribadi, kesimpulan subjektif, gaya bahasa
populer, sering mengandung unsur drama atau disokong kiasan-kiasan
dalam wujud struktur tulisannya. contoh karya tulis non ilmiah adalah
puisi, roman, dongeng, novel, cerpen, naskah teater (drama) dan lain-lain.
Catatan harian yang biasanya ditulis dalam buku diare juga bisa dikatakan
jenis karya tulis non ilmiah. Tentu tradisi menulis buku harian sudah
pudar, sebab kini orang sudah beralih menulis catatan harian di blog.101
C. Tinjauan Umum Tentang Plagiarisme
1. Pengertian Plagiarisme
Pada sisi etimologis, kata plagiat berasal dari bahasa Inggris plagiarism,
sebelumnya plagiary. Kata Inggris ini diderivasi dari kata Latin, plagiarius yang
101
Solup Literal, jenis-jenis karya tulis, (https://solup.blogspot.co.id/2016/07/jenis-jenis-
karya-tulis.html) yang diakses pada tanggal 10 Maret 2017 pada pukul 20.50 WIB
Universitas Sumatera Utara
55
berarti penculik, penjiplak. Berdasarkan etimologi dan arti kata, plagiat adalah
tindakan mencuri (gagasan/karya intelektual) orang lain dan mengklaim atau
mengumumkannya sebagai miliknya.102
Plagiat adalah suatu tindakan meniru, menjiplak, atau mencuri karya milik
orang lain dengan maksud untuk dijadikan hasil karya milik sendiri, sedangkan
karya ilmiah (scientific paper) merupakan karya tulis disusun berdasarkan
karangan, pernyataan, atau gagasan orang lain yang menyajikan data dan fakta
hasil penelitian atau pengkajian. Ditulis menurut metode dan sistematika yang
baik dan dapat dipertanggungjawabkan.103
Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No.17
tahun 2010 pasal 1 ayat (1):
“Plagiat merupakan perbuatan secara sengaja atau tidak sengaja dalam
memperoleh atau mencoba memperoleh kredit atau nilai untuk suatu karya
ilmiah, dengan mengutip sebagian atau seluruh karya dan/atau karya
ilmiah pihak lain yang diakui sebagai karya ilmiahnya, tanpa menyatakan
sumber secara tepat dan memadai”.104
Hal ini berarti dalam membuat karya ilmiah untuk memperoleh nilai
dibutuhkan kejujuran dalam menyertakan pemilik asli sebuah karya. Karya
seseorang memiliki perlindungan hukum yaitu dalam Undang-undang No. 28
tahun 2014 tentang Hak Cipta. Dalam pasal 40 disebutkan ciptaan yang dilindungi
meliputi ciptaan dalam bidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra. Jadi apabila
seseorang melakukan pelangaran terhadap karya ilmiah seseorang maka akan
dikenai sanksi sesuai dengan undang-undang.105
102
R. Masri Sareb Putra, Kiat Menghindari Plagiat (Jakarta: Indeks, 2011), hal. 11. 103
R.Poppy Yaniwati, Bandung. Teknik Penulisan Karya Ilmiah,.Universitas Pasundan,
Bandung, Febuari 2018. 104
Pasal 1 ayat (1), Peraturan Menteri No.17 Tahun 2010 tentang pencegahan dan
penanggulangan plagiat di perguruan tinggi. 105
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta Pasal
40 Ayat 1.
Universitas Sumatera Utara
56
Definisi plagiarisme menurut beberapa ahli:
a) Menurut Ajib Rosidi, Plagiat adalah pengumuman sebuah karya
pengetahuan atau seni oleh ilmuwan atau seniman kepada publik atas
semua atau sebagian besar karya orang lain tanpa menyebutkan nama sang
pengarang yang diambil karyanya.106
b) Belinda Rosalina (mengutip pendapat Alexander Lindsey) dalam buku
Plagiarisme: Pelanggaran Hak Cipta dan Etika karya Henry Soelistyo,
plagiarisme merupakan tindakan menjiplak ide, gagasan atau karya orang
lain untuk diakui sebagai karya sendiri atau menggunakan karya tanpa
menyebutkan sumbernya sehingga menimbulkan asumsi yang salah atau
keliru mengenai asal muasal dari suatu ide, gagasan atau karya.
c) Menurut sastrawan Ajib Rosidi plagiat adalah pengumuman sebuah karya
pengetahuan atau seni oleh ilmuwan atau seniman kepada publik atas
semua atau sebagian besar karya orang lain tanpa menyebutkan nama sang
pengarang yang diambil karyanya.107
d) Menurut Asep Jihad, plagiarisme adalah mencuri gagasan, kata-kata,
kalimat, atau hasil penelitin orang lain dan menyajikannya seolah-olah
sebagai karya sendiri.108
Ada dua macam tindakan plagiat yang dijumpai dalam karya tulis ilmiah,
yaitu plagiarisme tidak sengaja (inadvertent plagiarism) dan plagiarisme yang
disengaja (deliberate plagiarism).
106
Henry Soelistyo, Plagiarisme Pelanggaran Hak Cipta dan Etika, (Yogyakarta,
Kanisius, 2011), Hal.17 107
Ibid., hlm. 17. 108
Suyanto dan Asep Jihad, Betapa Mudah Menulis Karya Ilmiah (Yogyakarta: Multi
Solusindo, 2011), hlm. 134.
Universitas Sumatera Utara
57
1) Plagiarisme tidak disengaja adalah plagiarisme yang terjadi karena
ketidaktahuan (ignorancy) penulis terhadap perkembangan ilmu yang
menjadi bidang spesialisasinya. Plagiarisme tidak disengaja dapat pula
terjadi akibat ketidakpahaman penulis dalam melakukan pengutipan dan
penulisan sumber kepustakaan.
2) plagiariasme yang disengaja adalah perbuatan yang secara sengaja
menjiplak karya ilmiah orang lain untuk dipublikasikan sebagai hasil
karya sendiri. Baik tidak disengaja maupun disengaja, suatu plagiat
tetaplah dipandang dan diperlakukan sebagai plagiat, apapun alasan yang
dikemukakan oleh pelakunya (plagiator). 109
Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa
plagiarisme merupakan suatu tindakan meniru atau menjiplak karya orang lain
(gagasan maupun idenya) tanpa menyebutkan sumbernya dan mengakuinya
sebagai karya sendiri. Sedangkan dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Republik Indonesia No.17 tahun 2010 disebutkan bahwa plagiat meliputi:
a. Mengacu dan/atau mengutip istilah, kata-kata dan/atau kalimat, data
dan/atau informasi dari suatu sumber tanpa menyebutkan sumber dalam
catatan kutipan dan/atau tanpa menyatakan sumber secara memadai;
b. Mengacu dan/atau mengutip secara acak istilah, kata-kata dan/atau
kalimat, data dan/atau informasi dari suatu sumber tanpa menyebutkan
sumber dalam catatan kutipan dan/atau menyatakan sumber secara
memadai;
109
Prof. Dr. Ir. H. Zulkarnaen, M. Hort. Sc, menghindari perangkap plagiarisme dalam
menghasilkan karya tulis, http://www.unja.ac.id/2013/04/10/prof-dr-ir-h-zulkarnain-mhortsc/,
diakses tanngal 8 oktober 2017.
Universitas Sumatera Utara
58
c. Menggunakan sumber gagasan, pendapat, pandangan, atau teori tanpa
menyatakan sumber secara memadai;
d. Merumuskan dengan kata-kata dan/atau kalimat sendiri dari sumber kata-
kata dan/atau kalimat, gagasan, pendapat, pandangan, atau teori tanpa
menyatakan sumber secara memadai;
e. Menyerahkan suatu karya ilmiah yang dihasilkan dan/atau telah
dipublikasikan oleh pihak lain sebagai karya ilmiahnya tanpa menyatakan
sumber secara memadai.
2. Jenis-Jenis Plagiarisme
Menulis adalah sebuah kegiatan yang menuangkan ide dan gagasan kita ke
dalam bentuk tulisan. Memang menulis itu tidak semudah berbicara, menulis
membutuhkan sebuah topik mengenai bahan pembicaraan yang disampaikan
dalam bentuk rangkaian tulisan. Terkadang tidak semua orang pandai untuk
menulis, karena tidak ingin mencoba, dan ingin menyelesaikan tugas secara
instan, makan menjiplak karya orang lain adalah jalan pintasnya. Mengacu pada
konsep plagiarisme seperti dimaksud diatas, penting untuk mengetahui jenis-jenis
plagiarisme yaitu :
a. Plagiarisme Ide (Plagiarism of ideas)
Tipe plagiarisme ini relatif sulit dibuktikan karena ide atas gagasan itu
bersifat abstrak dan berkemungkinan memiliki persamaan dengan ide
orang lain. Atau ada kemungkinan terjadi adanya dua ide yang sama pada
dua orang pencipta yang berbeda
b. Plagiarisme kata demi kata (word for word plagiarism)
Universitas Sumatera Utara
59
Tipe ini serupa dengan slavish copy, yaitu mengutip karya org lain secara
kata demi kata tanpa menyebutkan sumbernya. Plagiarisme dianggap
terjadi karena skala pengutipannya sangat substansial, sehingga selutuh ide
atau gagasan penulisnya benar-benar terambil. Plagiarisme seperti ini
banyak dilakukan pada karya tulis puisi.
c. Plagiarisme atas sumber (plagiarisme of source)
Plagiarisme tipe ini memiliki “dosa” karena tidak menyebutkan secara
lengkap referensi yang dirujuk dalam kutipan. Jika sumber kutipan itu
merujuk seseorang sebagai penulis yang terkait dengan kutipan, maka
nama penulis tersebut harus turut serta disebut. Ini tentu sikap yang fair
dan tidak merugikan kepentingan penulis tersebut serta kontributor-
kontributor lainnya.
d. Plagiarisme Kepengarangan
Plagiarisme kepenngarangan terjadi apabila seseorang mengaku sebagai
pengarang dari karya tulis yang disusun oleh orang lain. Tindakan ini
terjadi atas dasar kesdaran dan motif kesengajaan untuk „membohongi‟
publik. Misalnya mengganti cover buku atau sampul karya tulis orang lain
dengan cover atas namanya tanpa ijin.110
Menurut R. Masri Sareb Putra plagiarisme terdiri dari beberapa bentuk.
Bentuk-bentuk plagiarisme tersebut antara lain:
a. Plagiat langsung
110
Henry Soelistyo, Op.Cit, Hal.19-20
Universitas Sumatera Utara
60
Plagiat jenis ini merupakan plagiat yang berat dimana seseorang menyalin
secara langsung sumber kata demi kata tanpa menunjukkan bahwa itu
merupakan kutipan dan sama sekali tidak menyebutkan sumbernya.
b. Plagiat karena kutipannya tidak jelas atau salah kutip
Plagiat jenis ini yaitu plagiat dimana tidak ditunjukkan sumber rujukan
secara jelas dimana awal dan akhirnya dalam suatu karya. Jadi dalam hal
ini si plagiat tidak membedakan bagian yang sebenarnya ia kutip
c. Plagiat mosaik
Plagiat jenis ini merupakan plagiat yang sering terjadi. Plagiat jenis ini
yaitu dimana penulis tidak menyebutkan sumber aslinya, penulis hanya
mengubah kata-kata dalam kutipannya. Istilah ini seperti parafrasa dimana
dalam membuat parafrasa kalimat atau kutipan yang akan ditulis diubah
dengan kata-kata sendiri namun bedanya dalam pembuatan parafrasa harus
dicantumkan sumber aslinya dengan jelas.111
Bentuk Plagiarisme lainnya dikenal dengan Autoplagiat (Self Plagiarism)
adalah perbuatan dengan menggunakan kembali sebagian atau seluruh karya
ilmiah sendiri tanpa menyebutkan bahwa karya tersebut sudah pernah
dipublikasikan. Secara etika keilmuan tidak menyalahi apabila hak cipta dari
karya sebelumnya masih sama penulisnya, dianggap ilegal (melanggar) apabila
hak cipta dari karya sebelumnya sudah dialihkan ke pihak lain. Biasanya sebuah
artikel yang separuh isinya mengambil dari karya yang sudah pernah
dipublikasikan bila ketahuan akan ditolak penerbit. Para mitra bestari (peer
111
R. Masri Sareb Putra, Op.Cit, hal.13-14
Universitas Sumatera Utara
61
review) juga selalu berusaha mengecek unsur “daur ulang” sebelum suatu karya
ilmiah atau hasil penelitian diloloskan dan mereka memiliki takaran penilaian
sampai berupa berapa persen masih diijinkan (lazimnya tak lebih 10%). Contoh
autoplagiat: satu hasil penelitian dipublikasikan di dua event seminar yang
berbeda.112
3. Faktor-Faktor Terjadinya Plagiarisme
Di dunia pendidikan, plagiarisme terkait sangat erat dengan integritas
sivitas akademik. Ketajaman berpikir seorang mahasiswa secara bertahap diasah
untuk menjadi seorang lulusan yang bermoral tinggi, jujur, mandiri, berilmu, dan
penuh rasa percaya diri melalui proses pembelajaran orang dewasa yang lama dan
mahal. Selama dalam bangku pendidikan, setiap mahasiswa mengalami proses
transformasi intelektual dan psikologis, setelah selesai mereka menjadi lebih
bijaksana, pandai, dan cerdas sehingga dapat menjadi penerus bangsa yang
memajukan negara. Tindakan plagiat menjadikan seseorang malas berpikir, tidak
berani bertanggung jawab dalam menghadapi tantangan baru. Kecenderungan
mencari kemudahan dengan mengambil karya orang lain dan mengakui sebagai
karya pribadi menjadikan moral luntur.113
Teknologi khususnya pada Gadget mencerminkan nilai-nilai kepemilikan,
kecintaan atas kecepatan akses internet dan teknik pengolahan data. Nilai-nilai
tersebut dapat memuaskan mahasiswa dalam proses penyelesaian tugas
112
Ristekdikti, seputar plagiat dan auto plagiat,
http://lldikti12.ristekdikti.go.id/2011/09/23/seputar-plagiat-dan-autoplagiat.html, diakses tanggal
12 januari 2018. 113
Adik wibowo, Mencegah dan Menanggulagi plagiarisme di dunia pendidikan, jurnal
ilmiah fakultas kesehatan masyarakat vol 6 no 5 hal 196, Universitas Indonesia yang diakses pada
tanggal 23 Maret 2017.
Universitas Sumatera Utara
62
akademiknya dengan melakukan tindakan plagiarisme dari internet. Menurut
James S. Coleman bahwa nilai seseorang dapat diukur melaui tindakan yang akan
dilakukannya. teknologi merupakan penyebab terjadinya plagiarisme karena telah
membuat mahasiswa semakin terlena pada situasi yang instan tersebut, semua
informasi yang diinginkan mahasiswa selalu terpenuhi pada akses internet
tersebut.114
Plagiarisme harus kita berantas di masyarakat kita, karena merupakan
sebuah pelanggaran atas hak cipta karya orang lain. Orang-orang yang telah
bersusah payah untuk menciptakan sebuah karya kemudian dengan seenaknya
diakui oleh orang lain, itulah sebuah pelanggaran yang sangat memalukan.
Mengapa terjadinya plagiarisme merupakan tanda tanya besar bagi kita. Beberapa
faktor penyebab tindakan plagiarisme adalah :
a. Aspek lemahnya etika akademik
Dari segi etika, setiap komunitas memiliki norma-norma penuntun
perilaku tersendiri dalam rangka mewujudkan keutamman pribadi. Selain
itu, norma etika juga tidak mengedepankan sanksi sekeras aturan hukum.
Sanksi terhadap pelanggaran etika tidak lebih dari cela dan kecaman.
Misalnya, terhadap cendikiawan yang berani memanipulasi kebenaran
ilmiah. Adapula sindiran „ intelektual selebriti‟ bagi mereka yang sering
memanipulasi kebenaran untuk mengejar popularitas. Sedangkan mereka
yang memanfaatkan kebenaran ilmiah berdasarkan order atau pesanan
disebut‟ intelektual tukang‟.
114
Anisah Hasan, Fenomena Plagiarisme Plagiarisme, Jurnal Ilmiah, hal 25,Vol iv No 1.
2016, Universitas Muhammadiyah Makasar.
Universitas Sumatera Utara
63
Para peneliti sosial menegarai fenomena ini sebagai tanda terjadinya
perubahan paradigma dalam dunia pendidikan. Artinya pendidikan tak
lebih hanya menjadi semacam pasar komoditas gelar dan ijasah.
Pemalsuan skripsi dan plagiarisme menjadi potret nyata budaya instan
pendidikan yang lebih mengutamakan kemudahan mendapatkan hasil
ketimbang menjalani tantangan dalam proses meraih gelar.115
b. Aspek Kohesi dengan Penegakan Hukum
Tindakan plagiarisme sesungguhnya merupakan salah satu misteri
pelanggaran hukum yang belakangan ini semakin meluas dan beragam.
Berbagai upaya pencegahan telah dilakukan, namu hasilnya belum tampak
menggembirakan. Para ahli hukum sering mendiagnosa sumbernya pada
tiga faktor kolektif, yakni perangkat hukumnya, pemahaman aparatnya,
dan kesadaran hukum masyarakatnya. Pertama makin meluasnya
mentalitas menerobos di kalangan masyarakat, termasuk mereka yang
berstatus mahasiswa. Yang dimaksud dengan menerobos adalah langkah
pintas, yang berorientasi pada hasil dan bukan pada proses. Di zaman
persaingan yang semakin ketat ini. Mereka cenderung mengutamakan
hasil, meski asal jadi dan tidak mengutamakan kualitas. Sejalan dengan
logika itu, plagiarismepun ditempuh dan bukan merupakan hal yang tabu
bila harus membeli skripsi pesanan, sebagai jalan pintas menyelesaikan
pendidikan dan meraih gelar.
115
Henry Solelistyo, Op.Cit, Hal.37
Universitas Sumatera Utara
64
c. Menebalnya budaya simulacra atau ilusif/keseolah-olahan. Masalahnya
masyarakat terjangkit syndrome megalomania, yaitu semangat pantang
tidak tampil hebat, termasuk kemudian mengejar sederetan gelar akademik
atau prestige. Ini banyak menjangkiti dosen-dosen muda yang kurang
percaya diri. Sayangnya yang dilakukan kemudian adalah membuat karya
ilmiah sebanyak-banyaknya. Meski padat dengan kutipan plagiat yang
jelas-jelas milik orang lain.
d. Minimnya sanksi hukum terhadap pelaku plagiarisme. Penjiplakan atau
pemgambilan karangan, termasuk pendapat dan pemikiran orang lain
sesungguhnya merupakan pelanggaran hak yang berdimensi kriminal.
Namun, sampai sejauh ini, sanksi hukum bagi plagiator masih sangat
jarang diterapkan kecuali sekedar sanksi administratif.116
e. Aspek Lemahnya Mekanisme Filtering Orisinal
Fenomena lainnya yang turut mendorong intensitas praktek penjiplakan.
Hal ini terkait dengan mekanisme filtering dalam proses dan penilaian
karya tulis. Dalam hal tulisan ini berupa karya ilmiah yang diajukan untuk
dimuat dalam jurnal, atau buletin akademik lainnya, penelitian terhadap isi
dan orisinalitas metri tulisan tidak dilakukan secara seksama. Selain karena
topik artikel yang tidak menjadi keahlian anggota redaksi jurnal yang
bersangkutan, review seperti itu hanya menjadi basa-basi jika penulisnya
merupakan tokoh yang memiliki sedereta gelar atau memilki nama besar.
Oleh karena itu penelitian terhadap keaslian penulisan harus dilakukan.117
f. Kemalasan
116
Ibid. hal.38-40 117
Ibid. Hal 40-41
Universitas Sumatera Utara
65
Malas adalah penyakit yang menular, kususnya istilah ini layak digunakan
untuk memotret fenomena yang terjadi di Indonesia. Pemuda usia produkti
yang mayoritas masih berstatus pelajar seakan mempunyai penyakit malas
ini. Dari malas ini muncul banyak permasalahan, salah satunya adalah
tindak plagiat. Misalnya, mahasiswa yang malas dalam menacri infromasi
terhadap tata cara penulisan yang benar, cara pengutipan yang benar,
ketika mendapat tugas membuat karya tulis ilmiah, cenderung terjeremus
kedalam tindak plagiat.
g. Mengikisnya Kejujuran
Etika dan moral adalah landasan utama untuk dijadikan pedoman dalam
menjalani kehidupan. Tidak terkecuali dalam kegiatan akademik
mahasiswa yang mempunyai kegiatan yang bermacam-macam, salah
satunya menghasilkan karya tulis ilmiah. Namun, bersamaan dengan
perkembangan zaman yang tidak diserta dengan usaha self defence, yang
terjadi adalah degradasi moral mahasiswa kususnya. Perbuatan-perbuatan
melanggar etika dan moral mewabah, yang sedang hangat dibicarakan
adalah tindak plagiat. Plagiat adalah bukti konkret mengikisnya sikap
kejujuran mahasiswa dalam membuat karya ilmiah. Plagiat yang
merupakan pencurian terhadap karya orang lain tidak akan terjadi jika
kejujuran dijunjung tinggi.
h. Minimnya Sosialisasi
Minimnya sosilasisasi terhadap plagiat kepada masyarakat pada umumnya
dan kalangan akademisi pada khususnya merupakan salah satu penyebab
tindak plagiat. Plagiat yang merupakan pelanggaran etika dan hukum perlu
Universitas Sumatera Utara
66
disosialisasikan atau diberitahukan kepada khalayak dengan berbagai cara,
sehingga khalayak diharapkan tidak melakukan plagiat. Untuk mahasiswa
misalnya, pada awal masuk kuliah sudah harus dibekali pengetahuan
tentang plagiat beserta tata cara penulisan karya ilmiah yang benar.
D. Kasus Pelanggaran Hak Cipta Berupa Karya Tulis di Perguruan Tinggi
Harus diakui, ciptaan buku dan karya ilmiah memang tidak dapat
dilepaskan dari sumber utamanya, yaitu perguruan tinggi dan kalangan
intelektual. Seperti perumpamaan yang digunakan sebelumnya, jika diibaratkan
pabrik, perguruan tinggi adalah produser utama karya tulis, buku dan karya ilmiah
lainnya.118
Sejauh ini sistem pendidikan di perguruan tinggi menetapkan syarat
mahasiswa menulis karya ilmiah untuk memenuhi tugas akhir studi. Karya ilmiah
tersebut selanjutnya diuji untuk menentukan berhak atau tidaknya seseorang
menyandang gelar. Dalam hirarki kepangkatan ini, Gelar tertinggi bagi dosen
adalah menjadi guru besar atau profesor. Karena gelar profesor menuntut jumlah
karya tulis yang besar, yang secara normal baru dapat terkumpul dalam kurun
waktu cukup lama, maka hal ini mengundang berbagai tindakan jalan pinta dalam
menyelesaikan kraya ilmiahnya. Diantaranya melakukan tindakan plagiat atau
mengambil karya orang lain dan mengakui ciptaan tersebut sebagai karyanya.
Hari-hari terakhir ini dunia akademis Indonesia dikejutkan dengan skandal
penjiplakan karya ilmiah oleh para sivitas ITB (Institut Teknologi Bandung), yang
meliputi Guru Besar sampai dengan mahasiswa S3 bimbingannya. Sebenarnya
118
Ibid, Hal.127.
Universitas Sumatera Utara
67
peristiwa semacam ini sudah seringkali muncul, dan terjadi, baik di Indonesia
maupun di luar negeri sekalipun. Tetapi peristiwa kali ini menjadi "sedikit
istimewa" karena :
1. Penjiplakan dilakukan oleh satu tim kolaborasi yang melibatkan seluruh
promotor, kopromotor dan mahasiswa S3 bimbingannya dari sebuah
perguruan tinggi terbaik di Indonesia.
2. Penjiplakan dikuak dan dipublikasikan secara terbuka oleh organisasi
profesi ilmiah internasional ternama dan terbesar di dunia, yaitu Institute
of Electrical and Electronics Engineers (IEEE).
3. Sesuai informasi dari IEEE diatas, penjiplakan dilakukan dengan sangat
terang-terangan, alias mendekati penjiplakan mentah-mentah.
IEEE jelas merupakan organisasi profesi ilmiah yang bisa dikatakan super
body di bidang riset teknik. 119
Permasalahan plagiarisme yang dilakukan oleh Mochammad Zuliansyah
(MZ) berawal dari dinyatakannya paper Mochammad Zuliansyah berjudul "3D
topological relations for 3D spatial analysis" sebagai plagiasi dari paper berjudul
"On 3D Topological Relationships" yang dikarang oleh Siyka Zlatanova.
Pernyataan tersebut dikeluarkan oleh pihak komite IEEE ketika paper
Mochammad Zuliansyah diikutsertakan dalam The IEEE International
Conference on Cybernetics and Intelligent Systems di Chengdu, Cina, pada 21-24
September 2008. Sementara paper Siyka pernah dipresentasikan pada The 11th
International Workshop on Database and Expert System application, DEXA
119
Laksana Tri Handoko, Skandal penjiplakan di ITB : mengkaji ulang hal-hal keterlaluan
didalamnya, http://u.lipi.go.id/1271433666 , diakses 1 september 2018
Universitas Sumatera Utara
68
2000. Tindakan plagiarisme yang dilakukan oleh Mochammad Zuliansyah
dikategorikan sebagai plagiasi yang cukup berat.120
120
Institut Tekologi Bandung, Peryataan Sikap ITB terhadap Plagiarisme Mochammad
Zuliansyah. http://www.itb.ac.id/news/read/2813/home/pernyataan-sikap-itb-terhadap-plagiarisme-
mochammad-zuliansyah, diakses tanggal 5 juni 2018.
Universitas Sumatera Utara
69
BAB III
UPAYA PEMERINTAH UNTUK MENGANTISIPASI TERJADINYA
PLAGIARISME HAK CIPTA KARYA TULIS DI PERGURUAN TINGGI
A. Plagiarisme Sebagai Pelanggaran Etika
Tindakan plagiat yang dilakukan oleh dosen sebuah perguruan tinggi
dalam menulis karya tulis untuk memenuhi syarat pengangkatan sebagai guru
besar dapat terjadi karena dalam proses penyusunan dilakukan secara mandiri
tanpa ada pendampingan sehingga kemungkinan adanya tindakan plagiat sangat
besar. Penulisan hukum skripsi merupakan salah satu bentuk karya tulis yang
sangat rentan dengan tindakan plagiat. Tidak jarang bagi mahasiswa yang ingin
cepat menyelesaikan skripsi mereka lebih memilih untuk melakukan tindakan
plagiat baik plagiat secara keseluruhan maupun sebagian.121
Pengertian Etika (Etimologi), berasal dari bahasa Yunani adalah “Ethos”
yang berarti watak kesusilaan atau adat kebiasaan (custom). Etika biasanya
berkaitan erat dengan perkataan moral yang merupakan istilah dari bahasa latin,
yaitu “Mos” dari dalam bentuk jamaknya “Mores”, yang berarti juga adat
kebiasaan atau cara hidup seseorang dengan melakukan perbuatan yang baik, dan
menghindari hal-hal tindakan yang buruk. Etika dan moral lebih kurang sama
pengertiannya, tetapi dalam kegiatan sehari-hari terdapat perbedaan, yaitu moral
121
Ratih Ayu Puspita, Dosen Pembimbing Skripsi Dalam Mencegah Tindakan Plagiat
Penulisan Hukum/Skripsi Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Atma Jaya Yogyakarta,
Universitas Atmajaya, Yogyakkarta, 2015, hal 4.
69
Universitas Sumatera Utara
70
atau moralitas untuk penilaian perbuatan yang dilakukan, sedangkan etika adalah
untuk pengkajian system nilai-nilai yang berlaku.
Secara umum pengertian etika adalah sebuah sesuatu dimana dan
bagaimana mempelajari nilai atau kualitas dalam menilai moral, etika dimulai
apabila manusia merefleksikan unsur-unsur etis dalam pendapat-pendapat spontan
kita. Kebutuhan akan refleksi itu akan kita rasakan, antara lain karena pendapat
etis kita tidak jarang berbeda dengan pendapat orang lain. Untuk itulah diperlukan
ada nya etika, yaitu untuk mencari tahu apa yang seharusnya dilakukan oleh
manusia. Didalam pergaulan hidup bermasyarakat, bernegara hingga pergaulan
hidup memang sangat diperlukan suatu system yang mengatur bagaimana
seharusnya seorang manusia bergaul dan bersosialisasi, pengaturan tersebut itulah
yang dinamakan sebuah etika.122
Etika sebagai sebuah nilai yang menjadi pegangan seseorang atau suatu
kelompok dalam mengatur tingkah laku di dalam kehidupan kelompok tersebut,
tentunya tidak akan terlepas dari tindakan-tindakan tidak etis. Tindakan tidak etis
yang dimaksudkan di sini adalah tindakan melanggar etika yang berlaku dalam
lingkungan kehidupan tersebut. Hal-hal yang menyebabkan terjadinya tindakan-
tindakan tidak etis dalam sebuah penciptaan sebuah karya tulis ilmiah.
Dewasa ini kita sering mendengar istilah “hak cipta” dan “hak kekayaan
intelektual‟ melalui televisi, radio, surat kabar dan majalah. Kita dibanjiri
informasi. Karena banyak dari informasi tersebut tunduk pada hak cipta, banyak
aspek kehidupan sehari-hari kita mau tidak mau dipengaruhi oleh hak cipta. Ini
122
Joshua Ignatius Eddfar, Peengertian etika serta pelanggarannya dalam kehidupan
sehari-hari, https://joshuaig.wordpress.com/2015/10/12/pengertian-etika-serta-pelanggaran-nya-
dalam-kehidupan-sehari-hari/, diakses tanggal 12 oktober 2017.
Universitas Sumatera Utara
71
termasuk sekolah dan pendidikan sosial, layanan sosial, lingkungan kegiatan
budaya, kegiatan sukarela. Contoh paling baik adalah hubungan antara orang
awam dengan komputer, tidak dapat dibayangkan bagaimana kehidupan tanpa
komputer.123
Peraturan perundangan yang terkait dengan hak cipta sudah ada, dan
ketentuan dalam penulisan karya ilmiahpun sudah banyak dipublikasi, bahkan
mata kuliah Etika juga ada di kurikulum perguruan tinggi walaupun di kurikulum
pendidikan menengah dan pendidikan dasar sudah mulai terkikis. Ada juga mata
kuliah metode ilmiah yang membekali siswa untuk berpikir ilmiah, bertindak
ilmiah, dan agar siswa dapat melakukan kajian ilmiah untuk mencari kebenaran
ilmiah yang semuanya itu tidak terlepas dari kaidah kebenaran ilmiah. Perlu
diketahui juga bahwa pedoman penulisan karya ilmiah telah diterbitkan oleh
berbagai perguruan tinggi, aturan penulisan jurnal/buletin telah dibuat oleh dewan
redaksi, bahkan di setiap perguruan tinggi memiliki peraturan akademik dan kode
etik yang harus dipatuhi oleh semua warganya. Namun, kepatuhan seseorang
yang telah mengetahui aturan menjadi hal yang utama untuk mendidik anak
didiknya dan masyarakat pada umumnya.124
Komputer telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan kita
sejak dua puluh tahun terakhir ini. Kemajuan teknologi digital seperti internet,
email dan komunikasi data melanda seluruh dunia. Komputer telah menjadi
barang yang mau tidak mau harus ada, terutama dalam dunia tulis menulis.
123
Ajip Rosidi, Asian Copyright Handbook, (Jakarta : Ikatan Penerbit Indonesia, 2004),
hal.42 124
Ir. Indriyanto, Cara Mencegah plagiarisme,
http://staff.unila.ac.id/indriyanto/2012/01/17/cara-mencegah-plagiarisme/ , diakses tanggal 14
oktober 2017
Universitas Sumatera Utara
72
Digitalisasi memungkinkan perbanyakan tanpa kehilangan kualitas ciptaan
orisinil. Selain itu, komputer memungkinkan semua orang menghasilkan ciptaan
tanpa pengetahuan yang mendalam, sementara sebelumnya diperlukan
kemampuan khusus dan pengalaman.125
Pada dasarnya manusia memang suka meniru orang lain., tetapi di
Indonesia adalah tidak adanya hukum yang kuat dan tegas yang akhirnya
membuat para plagiator itu merajalela. Wibawa hukum di negara kita itu cuma
sekedar formalitas di atas kertas, dalam prakteknya, hukum bisa diputarbalikkan
sesuai keperluan dan kepentingan. Itulah yang membuat para plagiat menjadi
budaya di negara kita. Selain itu juga rendahnya budaya malu membuat para
plagiator itu tidak jera walaupun sudah jelas-jelas diumumkan karyanya sebagai
hasil jiplakan. Bagi kalangan akademisi (mahasiswa) banyak yang tidak
menyadari bahwa beberapa tindakan searching yang kemudian dilanjutkan
dengan copy paste yang bertujuan untuk penulisan karya ilmiah merupakan
contoh tindakan plagiat.126
Mengenai plagiarisme sebagai pelanggaran undang-undang hak cipta,
karena seperti kita tahu hak cipta adalah hak eksklusif yang dimiliki pencipta
gagasan, karya atau sebagainya, untuk mengatur penuangan gagasan tersebut.
Penyalinan atau peniruan gagasan atau karya tersebut harus mendapat izin pemilik
hak cipta tersebut. Jadi jika tindakan penjiplakan tersebut tanpa izin pemilik hak
ciptanya, hal itu merupakan tindakan yang tergolong plagiarisme, akan tetapi ada
125
Op.Cit, Ajib Rosidi, Hal.24. 126
Herizal Fauzi, plagiarisme sebagai pelanggaran undang-undang hak cipta, plagiarisme
sebagai pelanggaran etika, plagiarismehaki.blogspot.co.id/2011/12/plagiarisme-sebagai-
pelanggaran-uu-hak.html?m=1.
Universitas Sumatera Utara
73
pengecualian bila si penyalin gagasan mencantumkan sumber yang jelas, dan hal
yang dilakukannya terbatas untuk kegiatan yang bersifat non komersial seperti
kegiatan lingkup pendidikan, penelitian, ilmu pengetahuan dan sebagainya.127
Plagiarisme termasuk sebagai pelanggaran etika. Sebagai suatu norma,
tentu etika tersebut secara otomatis harus dipahami oleh setiap individu dalam
lingkungan akademik. Sungguh aneh jika dikatakan pelanggaran itu dilakukan
secara tidak sengaja dan karena tidak tahu kalau plagiarisme adalah suatu
pelanggaran etika. Dengan demikian, plagiarisme pada dasarnya adalah suatu
bentuk tindakan korupsi etika. Bagi kalangan akademisi, plagiarisme adalah
perbuatan yang sangat memalukan.128
Undang-Undang Hak Cipta sama sekali tidak menyinggung perihal auto
plagiarisme. Dapat dimaknai melalu argumentum a-contrario, bahwa karena tidak
diatur maka perilaku auto plagiarisme bukan dipandang sebagai pelanggaran hak
cipta. Auto plagiarisme memang lebih tepat dikonstruksikan sebagai pelanggaran
etika. Meskipun demikian, ia masih dapat dianggap sebagai pelanggaran hukum
perjanjian apabila misalnya seorang penulis mengajukan karya tulisannya kepada
sebuah penerbit, padahal dalam perjanjian antara penulis dan penerbit itu sudah
dipersyaratkan bahwa tulisan yang diajukan harus orisinal, dalam arti belum
pernah dipublikasikan di media manapun. Senyampang tulisan yang tidak orisinal
127
Farizhan Khazimi, plagiarisme sebagai pelanggaran hak cipta dan etika.
https://www.google.com/amp/s/farizankazhimi.wordpress.com/2011/12/20/plagiarisme-sebagai-
pelanggaran-hak-cipta-dan-etika/amp/?client=ms-opera-mobile&espv=1), diakses tanggal 20
oktober 2017. 128
Rahis, Sasena Rauther, Plagiarisme sebagai pelanggaran undang-undang hak cipta,
plagiarisme sebagai pelanggaran etik, http://rahisteknologi.blogspot.co.id/2011/12/plagiarisme-
sebagai-pelanggaran-uu-hak.html?m=1), diakses tanggal 20 oktober 2017.
Universitas Sumatera Utara
74
itu jadi diterbitkan tanpa ada pemberitahuan atau keterangan apapun dari
penulisnya, maka tindakan otoplagiarisme sudah terjadi.129
Untuk mencegah sifat pembajakan ini sebenarnya dimulai dari diri sendiri
karena upaya apapun yang dilakukan pemerintah dan orang-orang yang
berwenang dalam hal perlindungan hak cipta ini, tidak akan bisa berjalan kalau
dari diri sendiri masih sering melakukan pembajakan.
B. Plagiarisme Sebagai Pelanggaran Hukum
Plagiarisme merupakan tindakan yang senada dengan korupsi, bahkan
terdapat kesamaan fundamental yakni keduanya sama-sama tindakan mengambil
milik orang lain secara illegal (mencuri), namun, perbedaannya adalah pada dua
aspek. Pertama, material yang diambil/dicuri. Kedua, artikulasi atau sikap
pelakunya setelah mencuri barang/karya orang lain. Dalam korupsi, material yang
dicuri itu umumnya berupa uang dan hasil korupsinya disembunyikan atau
diupayakan sekeras mungkin agar tidak diketahui oleh orang lain atau pihak
berwenang. Bahkan, bagi sebagian besar koruptor, mereka melakukannya dengan
cara money laundry. Sementara dalam plagiarisme, material yang dicuri itu
berupa karya ilmiah/fiksi orang lain.130
Di dunia Perguruan Tinggi, tindakan tidak terpuji itu dikategorikan
extraordinary crime, sebagaimana korupsi dalam dunia politik. Karena itu, pelaku
plagiarisme atau sang plagiator harus mendapat sanksi yang berat sehingga
membuat efek jera. Bila sanksinya ringan seperti pembatalan nilai matakuliah
129
Tessa Warongan, Etika Profesi Undang-Undang yang mengatur tentang Hak Cipta dan
Plagiat, http://tessasoniawarongan-unsrat.blogspot.com/2017/02/undang-undang-hak-cipta-dan-
plagiat.html, diakses tanggal 1 agustus 2018. 130
Ermis Suryaana, SelfEfficacy dan Plagiarisme di Perguruan Tinggi, Jurnal Ilmiah, vol
II,No. 2, 2016, hal 5.
Universitas Sumatera Utara
75
bagi mahasiswa dan penurunan pangkat dan/atau jabatan akademik (fungsional)
bagi dosen, maka justru akan menyuburkan praktik plagiarisme.131
Kegiatan-kegiatan pengembangan, penyebarluasan dan pemanfaatan ilmu
pengetahuan sangat menentukan kualitas perguruan tinggi sebagai suatu lembaga
ilmiah, yang pada akhirnya akan menentukan kualitas lulusannya. Ditinjau dari
segi sumberdaya, kualitas suatu perguruan tinggi dapat diukur dari jumlah dosen
berkualifikasi pascasarjana dan guru besar. Kualifikasi tingkat pendidikan dan
jabatan akademik mencerminkan kualitas ilmu suatu perguruan tinggi yang
sekaligus menjadi ukuran kualitasnya. Agar perguruan tinggi lebih mampu
mengembangkan ilmu pengetahuan, setidak-tidaknya 80% dosen pada suatu
perguruan tinggi harus berkualifikasi pascasarjana (S2 dan S3). 132
Sementara itu, dari sudut karya, bobot perguruan tinggi ditentukan oleh
jumlah karya ilmiah bermutu yang dihasilkan. Indikator mutu karya ilmiah dapat
dilihat dari pemuatannya di jurnal ilmiah internasional atau nasional terakreditasi
dan/atau seberapa sering karya tersebut dirujuk oleh penulis lain. Tindakan
plagiarisme di perguruan tinggi telah mencapai titik yang mengkhawatirkan,
sehingga Menteri Pendidikan Nasional menilai perlu adanya upaya penertiban
guna menjaga kredibilitas dan martabat kaum intelektual Indonesia.
Tahun 2010 Menteri Pendidikan Nasional menerbitkan Peraturan Menteri
No. 17 tentang Pencegahan dan Penanggulangan Plagiat di Perguruan Tinggi.
Tujuan diterbitkannya Peraturan Menteri No. 17 Tahun 2010 tersebut adalah
131
Ibid, hal 2 132
Prof. Dr. Ir. H. Zulkarnain, M.Hort.Sc., Menghindari Perangkap Plagiarisme Dalam
Menghasilkan Karya Tulis Ilmiah, https://www.unja.ac.id/2013/04/10/prof-dr-ir-h-zulkarnain-
mhortsc/, diakses pada tanggal 20 agustus 2018.
Universitas Sumatera Utara
76
untuk menumbuh kembangkan kreativitas akademik di kalangan dosen dan
mahasiswa dengan menjunjung tinggi nilai-nilai kejujuran dan etika akademik,
terutama menghindarkan diri dari tindakan plagiat.133
Sejauh ini belum ada kasus plagiarisme yang dibawa sampai ke tingkat
pengadilan. Padahal, apabila dicermati ketentuan sanksi pidana dalam Undang-
Undang Hak Cipta, perbuatan plagiarisme termasuk ke dalam kriteria tindak
pidana yang diancamkan. Undang-Undang Hak Cipta menyebutkan delapan pasal
perbuatan-perbuatan yang dapat dijerat dengan ancaman pidana. Semua perbuatan
tadi dikategorikan sebagai delik aduan. Dari pasal-pasal tersebut, tidak ada
satupun yang menyebutkan istilah plagiarisme dan autop lagiarisme.134
Justru Pasal 44 Undang-Undang Hak Cipta membuat rumusan secara
negatif dengan kata-kata sebagai berikut:
“Penggunaan, pengambilan, penggandaan, dan/atau pengubahan suatu
ciptaan dan/atau produk hak terkait secara seluruh atau sebagian yang
substansial tidak dianggap sebagai pelanggaran hak cipta jika sumbernya
disebutkan atau dicantumkan secara lengkap untuk keperluan: (a)
pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan,
penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah dengan tidak merugikan
kepentingan yang wajar dari pencipta atau pemegang hak cipta; (b) dst…”
Rumusan Pasal 44 huruf a ini perlu dicermati. Dari bunyi ketentuan
tersebut jelas, bahwa syarat mencantumkan sumber adalah sebuah syarat mutlak
untuk dapat terbebas dari tindak pelanggaran. Artinya, jika tidak dicantumkan
sumbernya, pasal ini otomatis mengkategorikan tindakan itu sebagai pelanggaran
hak cipta, sekalipun dalam sanksi pidana tidak disebut-sebut secara eksplisit
133
Ibid 134
Shidarta, Plagiarisme : Plagiarisme : Peristilahan, Penulisan Ilmiah, Jakarta
:Universitas Bina Nusantara, 2015
Universitas Sumatera Utara
77
tentang ancaman sanksi jika terjadi pelanggaran atas Pasal 44 Undang-Undang
Hak Cipta.135
C. Upaya Pemerintah Untuk Mengantisipasi Terjadinya Plagiarisme Hak
Cipta Karya Tulis Di Perguruan Tinggi
Saat ini perilaku plagiat merupakan hal yang biasa dilakukan pelajar,
mahasiswa, guru, maupun dosen. Menurut Hartanto bahwa perilaku plagiat adalah
perilaku yang biasa dijumpai dalam dunia pendidikan. Hampir semua mahasiswa
mengetahui atau pernah melakukannya. Perilaku ini adalah perilaku salah tetapi
ada kecenderungan semakin ditolerir oleh masyarakat dan dianggap perilaku yang
wajar-wajar saja dilakukan tiap mahasiswa.136
Kelahiran hak cipta diawali dari ide atau gagasan. Gagasan muncul dari
kreativitas olah pikir, dengan menggunakan kecerdasan intelektual dan kecerdasan
emosional yang dimiliki oleh manusia. Dua kecerdasan tersebut melahirkan karya
berupa ilmu pengetahuan, kesenian dan kesusasteraan. Karya dalam bentuk ilmu
pengetahuan, kesenian dan kesusanteraan itu dapat diwujudkan dengan bentuk
nyata yang dilindungi sebagai hak kekayaan immaterill. Itulah disebut hak
kekayaan intelektual. Bukan bendanya yang dilindungi tetapi ide atau gagasannya
Kasus plagiarisme telah banyak dijumpai di berbagai belahan dunia,
termasuk Indonesia. Bahkan memplagiat karya dari negara lain tampaknya bukan
hal baru lagi di dunia sekarang ini. Seolah kehabisan akal, banyak orang di dunia
yang tidak tanggung-tanggung melakukan tindakan plagiarisme bahkan terkadang
demi mencapai suatu ketenaran dan kejayaan atas diri sendiri secara tidak jujur
135
ibid 136
Ermis Suryana, Op,Cit, hal 2
Universitas Sumatera Utara
78
mengakui karya orang lain sebagai karya pribadi sungguh adalah perbuatan
memalukan yang sangat tidak pantas untuk dijunjung tinggi. Apalagi dengan
adanya perkembangan teknologi yang semakin pesat, para plagiator pun semakin
banyak dijumpai di berbagai belahan dunia, terutama dengan adanya internet
bukan hal yang baru lagi jika kita menemukan sejumlah artikel yang memiliki
persamaan isi dan kata-kata baik secara sebagian maupun keseluruhan, hal ini
dapat merugikan bagi pencipta asli dari artikel tersebut.
Kita ketahui bersama bahwa ilmu pengetahuan dikembangkan berdasarkan
pada ilmu pengetahuan yang sudah ada sebelumnya. Sehingga tidak perlu ragu-
ragu bagi siapapun (masyarakat akademis) ketika menyusun karya ilmiah/karya
tulis, menyebutkan sumber rujukan. Hal ini harus dipahami sebagai kejujuran
intelektual yang tidak akan menurunkan bobot karya tulis kita. Sebutkanlah
dengan jujur, sumber rujukan yang kita gunakan, atau melakukan kutipan,
sehingga akan terlihat jelas, bagian mana dari karya kita yang merupakan ide atau
gagasan orang lain, dan yang mana yang merupakan ide atau gagasan kita sendiri.
Penulisan artikel yang dimaksudkan sebagai pemberi informasi yang bisa
dipercaya karena berasal langsung dari sang pencipta menjadikan artikel tersebut
terlihat seperti jiplakan dari orang lain juga, karena dalam internet sering kali
dilakukan copy-paste ini tidak mencantumkan sumber aslinya.137
Pada umumnya, plagiator menyatakan tidak mengetahui bahwa tindakan
yang dilakukannya adalah plagiat. Mereka beranggapan jika sudah memberikan
kepustakaan, maka sudah cukup walaupun kalimat sama sekali tidak diubah.
137
Plagiarisme sebagai pelanggaran undang-undang hak cipta, plagiarisme sebagai
pelanggaran etika, http://barisankatakata.blogspot.co.id/2011/12/plagiarisme-sebagai-
pelanggaran-uu-hak.html?m=1, diakses tanggal 21 oktober 2017
Universitas Sumatera Utara
79
Alasan lainnya adalah tidak sengaja melakukan plagiarisme karena terpengaruh
oleh apa yang mereka baca sehingga tanpa sadar menyalin apa yang dibacanya. 138
1. Upaya preventif yang dilakukan pemerintah untuk mencegah tindak
plagiarisme
Batasan Plagiat/Plagiarisme Pasal 1 ayat (1) Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional Nomor 17 Tahun 2010 secara jelas menyatakan bahwa
“Plagiat adalah perbuatan secara sengaja atau tidak sengaja dalam
memperoleh atau mencoba memperoleh kredit atau nilai untuk suatu karya
ilmiah, dengan mengutip sebagian atau seluruh karya dan/atau karya
ilmiah pihak lain yang diakui sebagai karya ilmiahnya, tanpa menyatakan
sumber secara tepat dan memadai”.
Pasal 2 Ayat (1) berbunyi: “Plagiat meliputi tetapi tidak terbatas pada:
a. Mengacu dan/atau mengutip istilah, kata-kata dan/atau kalimat, data
dan/atau informasi dari suatu sumber tanpa menyebutkan sumber
dalam catatan kutipan dan/atau tanpa menyatakan sumber secara
memadai;
b. Mengacu dan/atau mengutip secara acak istilah, kata-kata dan/atau
kalimat, data dan/atau informasi dari suatu sumber tanpa menyebutkan
sumber dalam catatan kutipan dan/atau tanpa menyatakan sumber
secara memadai;
c. Menggunakan sumber gagasan, pendapat, pandangan, atau teori tanpa
menyatakan sumber secara memadai;
d. Merumuskan dengan kata-kata dan/atau kalimat sendiri dari sumber
kata-kata dan/atau kalimat, gagasan, pendapat, pandangan, atau teori
tanpa menyatakan sumber secara memadai;
e. Menyerahkan suatu karya ilmiah yang dihasilkan dan/atau telah
dipublikasikan oleh pihak lain sebagai karya ilmiahnya tanpa
menyatakan sumber secara memadai.139
Plagiarisme merupakan suatu tindakan yang harus dihindari oleh
masyarakat akademik. Penanggulangan plagiat adalah tindakan tindakan represif
represif yang dilakukan dilakukan oleh Pimpinan Pimpinan Perguruan Tinggi
dengan menjatuhkan sanksi kepada plagiator di lingkungan perguruan tingginya
138
Herqutanto, Plagiarisme, Runtuhnya Tembok Kejujuran Akademik, Jurnal Universitas
Indonesia, 1 April 2013 139
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 17 Tahun 2010
Universitas Sumatera Utara
80
yang bertujuan mengembalikan kredibilitas akademik perguruan tinggi yang
bersangkutan.140
Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik
Indonesia Nomor 17 tahun 2010 tentang pencegahan dan penanggulangan plagiat
di perguruan tinggi pada pasal 6 dan 7 terdapat beberapa upaya dalam mencegah
plagiat di perguruan tinggi, antara lain:
a. Pimpinan perguruan tinggi mengawasi pelaksanaan kode etik
mahasiswa/dosen/tenaga kependidikan, yang antara lain berisi kaidah
pencegahan dan penanggulangan plagiat.
b. Pimpinan perguruan tinggi menetapkan dan mengawasi pelaksanaan gaya
selingkung untuk setiap bidang ilmu, teknologi, dan seni yang
dikembangkan oleh perguruan tinggi.
c. Pimpinan perguruan tinggi secara berkala mendiseminasikan kode etik
mahasiswa/dosen/tenaga kependidikan dan gaya selingkung yang sesuai
agar tercipta budaya anti plagiat.
d. Karya mahasiswa (skripsi, tesis dan disertasi) dilampiri dengan surat
pernyataan dari yang bersangkutan, yang menyatakan bahwa karya ilmiah
tersebut tidak mengandung unsur plagiat.
e. Pimpinan Perguruan Tinggi berkewajiban mengunggah semua karya
ilmiah yang dihasilkan di lingkungan perguruan tingginya, seperti portal
Garuda atau portal lain yang ditetapkan oleh Direktorat Pendidikan
Tinggi.141
Dalam dunia akademik, terdapat ketentuan dimana seseorang harus
menghormati hak cipta atau gagasan orang lain. Gagasan dipandang sebagai
properti intelektual oleh karena itu, memberikan sumber rujukan sebagai
pengakuan atas gagasan atau karya orang lain sangat penting, dengan memberikan
sumber rujukan yang jelas atas gagasan yang dikutip akan menghindarkan dari
tindakan plagiarisme. Menurut R. Masri Sareb Putra untuk menghindari plagiat
hendaknya seorang penulis harus memahami terlebih dahulu tatacara pengutipan,
140
Biro Hukum Dan Organisasi Kementrian Pendidikan Nasional, Plagiarisme ditinjau
dari aspek hukum dan latar belakangnya, Jurnal/Artikel Biro Hukum Dan Organisasi Kementrian
Pendidikan Nasional. 141
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No.17 tahun 2010 tentang
pencegahan dan penanggulangan plagiat di perguruan tinggi, Pasal 6-7.
Universitas Sumatera Utara
81
kemudian menerapkan teknik mengutip yang benar, melakukan parafrasa, dan
atau meringkas gagasan atau wacana dari karya orang lain.142
Teknik mengutip
merupakan salah satu cara agar terhindar dari plagiarisme. Kutipan merupakan
pinjaman kalimat atau pendapat dari gagasan seseorang baik yang terdapat dalam
buku-buku maupun majalah.143
Kutipan dibedakan menjadi dua macam, yaitu kutipan langsung dan
kutipan tidak langsung.
a. Kutipan langsung
Kutipan langsung merupakan kutipan yang sama dengan bentuk asli yang
dikutip dalam hal susunan kata dan tanda bacanya. Kutipan langsung ini
tidak boleh lebih dari satu halaman. Jadi, dalam kutipan langsung ini
dibatasi banyaknya kata atau kalimat yang dikutip.144
b. Kutipan tidak langsung
Kutipan tidak langsung merupakan kutipan yang hanya mengambil isinya
saja, seperti ringkasan atau parafrasa. Kutipan isi atau parafrasa
merupakan kutipan yang hanya mengambil inti atau maksud dari kalimat-
kalimat yang ditulis dalam buku sumber. Kutipan ini dilakukan dengan
mengambil intinya saja (diringkas) kemudian ditulis dengan bahasa
penulis sendiri.145
Selain tata cara pengutipan, teknik penulisan catatan kaki juga perlu
diperhatikan. Catatan kaki merupakan catatan pada bagian bawah halaman teks
yang menyatakan sumber sesuatu kutipan, pendapat atau keterangan penulis
mengenai sesuatu hal yang diuraikan dalam teks. Tata cara penulisan catatan kaki
(footnote) yang digunakan secara garis besar yaitu nama pengarang/penulis (nama
gelar tidak dicantumkan) kemudian koma (jika nama pengarang tidak ada, diganti
dengan instansi penanggung jawab atau penerbit setelah judul buku tanpa koma
142
R. Masri sareb Putra, op. cit., hlm. 27. 143
Umum Budi karyanto, Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi (Pekalongan: STAIN
Pekalongan Press, 2012), hlm. 78 144
Moh. Muslih, dkk, Pedoman Penulisan Skripsi (Pekalongan: STAIN Pekalongan
Press, 2015), hlm. 22. 145
Ibid., hal.24
Universitas Sumatera Utara
82
(jika tidak ada nomor jilid, nomor cetakan atau edisi buku) atau judul buku (ditulis
miring) koma (jika ada nomor jilid, nomor cetakan atau edisi buku); nomor jilid
buku (jika ada) tanpa koma; kemudian kurung buka; nama kota tempat penerbit,
titik dua; nama penerbit, koma; tahun terbit, kurung tutup, koma; halaman yang
dikutip atau yang berkaitan dengan teks (halaman disingkat hlm), titik.146
Salah satu cara cerdas untuk menghindari plagiarisme adalah melakukan
parafrase. Yaitu, mengambil ide atau gagasan orang lain, dan kemudian
mengungkapkannya dengan kalimat atau kata-kata sendiri. Dengan melakukan
parafrase tidak berarti gagasan atau pemikiran itu menjadi “ciptaan” milik penulis.
Gagasan itu tetap merupakan buah karya intelektual penulis aslinya. Oleh karena
itu keaslian atau orisinalitas ide harus tetap dipertahankan. Ini berarti, secair
apapun rumusan hasil parafrase, hal itu tidak boleh mengubah makna gagasan
yang akan disampaikan. Sebeda apapun kalimat yang digunakan dalam parafrase,
juga tidak menjadikan tulisan itu sebagai buah karya pikirannya. Gagasan,
pemikiran dan ide yang terkandung di dalam rumusan kalimat hasil parafrase
tetap menjadi milik penulis aslinya. Ini berarti, parafrase tidak lebih dari cara
seseorang mengutip gagasan orang lain dengan jujur dan beretika.147
Cara memperkecil kemungkinan terjadi plagiarisme antara lain mencegah
kejadian plagiarisme. Secara umum, pencegahan antara lain dilakukan dengan
menghargai karya orang lain, melakukan parafrasa, bantuan piranti lunak, dan
bertanya untuk mendapatkan pengarahan. Mengambil atau memakai karya orang
lain seyogyanya dilakukan secara baik dan benar. Setiap tulisan dalam bentuk
146
Ibid, Hal.25 147
Agus Wahyudi, “Plagiarisme dan Cara Menghindarinya”, filsafat.ugm,
http://filsafat.ugm.ac.id/aw/, diakses pada tanggal 30 Maret 2017.
Universitas Sumatera Utara
83
kalimat atau paragraf yang dikutip harus selalu ditulis sumber informasi dan nama
penulisnya. Apabila mencari bahan untuk penyusunan karya ilmiah, dianjurkan
untuk mengembangkan kebiasaan mencatat nama penulis dan sumber karya
ilmiah dari setiap pustaka yang dicatat. Citation (rujukan) sering dilakukan
dengan menempatkan bagian-bagian yang dirujuk di antara tanda kutip atau
ditulis miring. Apabila menggunakan ide orang lain, sumber ide tersebut
dicantumkan dan ide yang digunakan benar-benar sesuai dan relevan dengan
karya ilmiah yang sedang disusun. Hal tersebut mempermudah pembaca
mengaitkan nalar penulis dengan sumber ide yang dikutip tersebut.148
Pendekatan terbaik menghindari plagiarisme adalah melakukan parafrasa
yang diartikan secara bebas sebagai upaya mengangkat intisari dari bacaan dan
menuliskan kembali dengan memakai kata-kata sendiri. Langkah melakukan
parafrasa meliputi membaca dan memahami bagian dari karya ilmiah penulis asli
yang ingin dikutip; mencamkan bagian tersebut dan kemudian menuliskan
kembali dengan kata-kata sendiri tanpa merubah makna atau pesan yang ditulis
penulis asli serta menuliskan nama penulis asli dan sumber informasi.149
Ada dua macam tindakan plagiat yang dijumpai dalam karya tulis ilmiah,
yaitu plagiarisme tidak sengaja (inadvertent plagiarism) dan plagiarisme yang
disengaja (deliberate plagiarism).
1. Plagiarisme tidak disengaja adalah plagiarisme yang terjadi karena
ketidaktahuan (ignorancy) penulis terhadap perkembangan ilmu yang
148
Mencegah dan Menanggulagi plagiarisme di dunia pendidikan, ,
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=269550&val=7113&title=Mencegah%20d
an%20Menanggulangi%20Plagiarisme%20di%20Dunia%20Pendidikan, yang diakses pada
tanggal 23 Maret 2017. 149
Ibid
Universitas Sumatera Utara
84
menjadi bidang spesialisasinya. Plagiarisme tidak disengaja dapat pula
terjadi akibat ketidakpahaman penulis dalam melakukan pengutipan dan
penulisan sumber kepustakaan.
2. Sementara itu, plagiariasme yang disengaja adalah perbuatan yang secara
sengaja menjiplak karya ilmiah orang lain untuk dipublikasikan sebagai
hasil karya sendiri. Baik tidak disengaja maupun disengaja, suatu plagiat
tetaplah dipandang dan diperlakukan sebagai plagiat, apapun alasan yang
dikemukakan oleh pelakunya (plagiator).
Sebagaimana disinggung dalam paparan terdahulu, terdapat beberapa
tindakan yang secara kategoris dianggap sebagai plagiarisme dan yang bukan.
Yang pertama meliputi tiga bentuk tindakan, yaitu menyajikan tulisan yang sama
dalam kesempatan berbeda tanpa menyebutkan sumbernya tetapi rumusan kalimat
dan pilihan katanya masih terlalu sama dengan sumber yang dikutipnya. Adapun
tiga hal yang tidak dianggap sebagai plagiarisme meliputi tindakan menggunakan
informasi yang berupa fakta umum, menuliskan kembali opini orang lain dengan
memberikan sumber yang jelas; dan mengutip secukupnya tulisan orang lain
dengan memberikan tanda batas yang jelas pada bagian kutipannya dan
mencantumkan referensi atau sumber rujukannya.
Menurut Indriyanto Dosen Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Unila
Beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk mencegah terjadinya plagiarisme
pada karya tulis, antara lain sebagai berikut :
1. Kejujuran pada diri seorang penulis.
Universitas Sumatera Utara
85
Kejujuran merupakan dasar untuk menegakkan kebenaran, termasuk
menegakkan dan membangun kebenaran ilmiah sangat diperlukan
kejujuran. Kejujuran merupakan nilai nurani (lubuk hati yang paling
dalam) yang hakekatnya tidak bisa dibuat-buat, tetapi bisa ditempa melalui
pendidikan moral atau mental, kemudian diperkaya dengan ilmu
pengetahuan. Suatu kejujuran yang hakiki hanya diketahui secara pasti
oleh diri sendiri dan oleh Allah, sedangkan orang lain hanya bisa
mengetahui ekspresi dari kejujurannya itu. Hanya diri sendiri dan Allah
yang benar-benar tahu bahwa materi yang dikemukakan dalam bentuk
kalimat ataupun data pada karya tulisnya itu asli milik dirinya atau
bersumber dari karya tulis orang lain. Kadang-kadang seorang penulis
ingin mengemukakan kalimat (konsep, teori, ataupun pernyataan) serta
data (baik gambar maupun angka) yang bersumber dari tulisan orang lain,
namun tidak tahu cara merujuk sumber secara benar. Di sinilah diperlukan
ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan tata tulis; membuat kalimat
yang benar, mengutip kalimat baik kutipan langsung maupun kutipan tidak
langsung, mengutip gambar dan/atau angka, dan lain sebagainya.
2. Pengakuan terhadap karya orang lain.
Pengakuan terhadap karya orang lain yang dijadikan bahan pustaka
merupakan salah satu tindakan jujur seorang penulis karena hal ini
merupakan salah satu faktor yang memengaruhi berkembangnya ilmu
pengetahuan dan teknologi. Pengakuan terhadap karya orang lain dapat
terekspresikan pada cara pengutipan kalimat dan data yang dituangkan
Universitas Sumatera Utara
86
dalam isi tulisan, cara penulisan daftar pustaka, dan pada kata pengantar
maupun sanwacana.
3. Meningkatkan peran pendidik dalam mencegah plagiarisme.
Pendidik dalam segala tingkatan institusi pendidikan memiliki kewajiban
membimbing anak didiknya dalam segala aspek pendidikan dan
pengajaran sesuai dengan kurikulumnya. Seorang pendidik yang diberi
tugas pimpinan untuk membimbing anak didiknya dalam penulisan karya
tulis ilmiah atau skripsi harus menjalankan peranannya secara baik dan
penuh tanggungjawab.150
Peranan seorang pembimbing sangat banyak, antara lain:
a) memberi ide penelitian atau karya tulis ilmiah ketika siswa yang
dibimbingnya tidak mempunyai ide yang sesuai dengan bidangnya,
b) memberikan arahan tentang garis besar atau kerangka isi karya tulis
ilmiah yang akan dibuat,
c) membimbing tata cara penulisan dan metode penelitian yang sesuai
dengan tujuan yang hendak dicapai,
d) membimbing cara pengolahan dan penyajian data yang akan
dituliskan dalam karya tulis ilmiahnya,
e) memberikan arahan tentang interpretasi serta pembahasan data yang
telah diperoleh,
f) membaca secara teliti semua yang dituliskan bimbingannya dalam
karya tulis ilmiah,
150
Mengutip Artikel Indriyanto “Cara mencegah plagiarisme” Dosen Jurusan Kehutanan
Fakultas Pertanian Unila, Tahun 2012
Universitas Sumatera Utara
87
g) memberikan masukkan atau koreksi terhadap segala kekurangan yang
dijumpai pada karya tulis bimbingannya mencakup kaidah penulisan
kalimat, cara merujuk suatu sumber pustaka, dan kaidah keilmuan,151
h) memberikan teladan atau contoh yang baik dan benar berkaitan
dengan pembuatan karya tulis ilmiah.
Dalam rangka upaya pencegahan ataupun penanggulangan plagiarisme,
ditentukan pula bahwa dalam karya ilmiah yang digunakan untuk pengangkatan
awal atau kenaikan jabatan akademik dan kenaikan pangkat dosen, harus
memenuhi kewajiban menyerahkan pernyataan mengenai keaslian tulisan nya.
Seiring dengan itu, dilakukan pula penilaian sejawat sebidang (peer review) oleh
paling sedikit dua orang dosen yang memiliki jabatan akademik dan kualifikasi
akademik dosen yang diusulkan.152
Pengaturan penilaian yang dibuat berjenjang tersebut dimaksudkan untuk
mendapatkan hasil yang obyektif dan komprhensif. Hal ini juga dimaksudkan
untuk menghargai senioritas dan asas kepantasan. Khusus untuk kenaikan jabatan
akademik guru besar atau profesor, dilakukan pula penelitian sejawat sebidang
oleh paling sedikit dua guru besar atau profesor dari perguruan tinggi lain.153
Untuk kepentingan yang berbeda, karya ilmiah yang digunakan untuk
pengangkatan awal atau kenaikan jabatan fungsional dan kenaikan pangkat
peneliti dan tenaga kependidikan, diisyaratkan harus memenuhi kewajiban
menyerahkan surat pernyatan mengenai orisinalitas karyanya. Selain itu, juga
151
Ibid 152
Op.Cit, Henry Soelistyo, hal.116 153
Op.Cit, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia no. 17 tahun 2010,
Pasal 8
Universitas Sumatera Utara
88
harus dilakukan penilaian sejawat sebidang (peer review) oleh paling sedikit dua
orang sejawat sebidang. Yang ditunjuk sebagai penilai harus mereka yang
memiliki jabatan fungsional dan kualifikasi akademik yang setara atau lebih tinggi
dari jabatan fungsional dan kualifikasi akademik peneliti atau tenaga
kependidikan yang diusulkan. Pelaksanaan penilaian sejawat sebidang tersebut
dilakukan pada saat usul pengangkatan awal atau pada saat kenaikan jabatan
fungsional diproses pada perguruan tinggi yang bersangkutan.154
Ada beberapa upaya yang dilakukan untuk mencegah plagiarisme secara
langkah akademis yang seharusnya dapat kita lakukan secara bijak dan cerdas
seperti :
a. Hak Cipta Menjadi Kurikulum
Konsepsi hukum Hak Cipta yang mengajarkan perlunya sikap pengakuan,
penghormatan dan perlindungan terhadap karya cipta seseorang,
sesungguhnya merupakan hal yang fundamental bagi para mahasiswa.
Seperti layaknya membangun sebuah kebiasaan, budaya atau karakter
bangsa, diperlukan pemahaman tentang konsepsi dasar, tujuan dan manfaat
perlindungan hukum Hak Cipta. Untuk dapat menumbuhkan pemahaman
hukum, diperlukan pengajaran, baik melalui metode pendidikan maupun
sosialisasi bertema edukasi. Menjadikan Hak Cipta sebagai materi ajar dan
masuk dalam kurikulum telah menjadi wacana di berbagai forum seminar
dan diskusi tentang HKI. Alasannya beragam. Ada yang memandangnya
penting dalam rangka menumbuhkan kesadaran akan arti penting dan
154
Ibid, Pasal 9
Universitas Sumatera Utara
89
manfaat perlindungan Hak Cipta dan HKI pada umumnya, namun yang
yang pasti, semuanya bermuara pada upaya untuk membangun sikap dan
karakter pribadi yang sadar akan nilai-nilai etika untuk senantiasa mau
menghormati, menghargai dan melindungi hak-hak orang lain, termasuk
Hak Cipta sesuai dengan asas keselarasan dan kepatutan dalam
masyarakat. Sikap pribadi tersebut pada gilirannya akan membentuk
perilaku komunal dan akhirnya akan menjadi wajah dan karakter bangsa
secara keseluruhan.155
Dari segi moral dan etika, palgiarisme merupakan
refleksi dari hasil pendidikan karakter bangsa. Karena Plagiarisme tak jauh
beda dengan tindkan mencuri, maka perilaku seperti itu dapat
dikualifikasikan sebagai tindakan kriminal pula. Bila pendidikan karakter
bangsa berhasil maka dapat dipastikan tidak banyak tindakan plagiarisme.
b. Komitmen Bersama Anti Plagiarisme
Sesungguhnya, sikap keras anti plagiarisme harus terus diperkuat dan
diperluas. Kesadaran untuk menolak juga tak boleh putus ditumbuhkan.
Kesadaran yang bijak dan berwawasan. Membiarkan praktek plagiarisme
berlangsung, sama maknanya dengan membiarkan dunia pendidikan
dijangkiti epidemi moral yang semakin menjauhkan masyarakat dari nilai-
nilai kejujuran, keutamaan dan keluhuran. Perguruan Tinggi juga tak lagi
ketat menjaga perilaku mahasiswa dan dosennya dari keruskan moral.156
Plagiarisme semakin menjadi catatan panjang yang melibatkan banyak
akademisi yang rapuh intelektualitasnya. Harus ada kesadaran bahwa plagiarisme
155
Op.Cit, Henry Soelistyo, hal.183 156
Teuku Kemal Fasya, “Plagiat dan Kegersangan Perguruan Tinggi”, Kompas, edisi 19
februari 2010
Universitas Sumatera Utara
90
selalu memiliki pendukung dan pengikut. Banyak alasan pembenar yang
digunakan, termasuk dalil-dalil dan teori-teori yang sekilas terkesan filosofis.
Dari segi idealisme, komitmen bersama ini dilandasi misi untuk
menjunjung tinggi norma dan budaya akademik serta nilai-nilai kejujuran. Secara
kelembagaan, komitmen yang diikuti oleh rektor, direktur politeknik, ketua
sekolah tinggi dan koordinator perguruan tinggi swasta ini didukung oleh
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Kementerian Pendidikan Nasional.
Memang, masih harus dilihat sejauh mana implementasinya dan seberapa tinggi
efektivitasnya.157
Terdapat dua instrumen regulasi yang relevan untuk disosialisasikan untuk
mencegah dan menanggulangi tindak plagiarisme yaitu Undang-Undang Republik
Indonesia Tentang Hak Cipta Nomor 28 Tahun 2014 dan Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2010. Peraturan
Mendiknas tersebut merupakan pelaksanaan dari Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Beberapa cara lain yang mudah untuk mendeteksi dan mencegah
plagiarisme yaitu dengan menggunakan mesin atau alat, Penggunaan perangkat
lunak pendeteksi plagiarisme dalam pendidikan tinggi pertama kali diterapkan
pada 2001 di Universitas Virginia (Tedford, 2003). Dalam kasus 5 yang
dipublikasikan dengan baik ini, seorang Profesor Fisika mengembangkan kode
khusus untuk memeriksa 1500 makalah mahasiswa dari tiga tahun sebelumnya.
Sebagai hasil dari pemeriksaan ini, sejumlah siswa telah menyelidiki plagiarisme
157
Op.Cit, Henry Soelistyo, hal.185
Universitas Sumatera Utara
91
terkait dengan tuduhan ketidakjujuran akademik.158
Perkembangan zaman yang
semakin canggih membuat peneliti menemukan alat-alat (software) untuk
mengecek indikasi tindakan plagiarisme, hal ini dapat menjadi alat yang
mempermudah dosen dalam mengoreksi tindakan plagiarisme yang dilakukan
oleh mahasiswa. Software-software tersebut antara lain:
1) Turnitin
Program berbayar ini dikembangkan Universitas California, Berkeley,
melalui perusahaan Ipardigms. Aplikasi ini mendukung 30 bahasa dan
telah dipakai kurang lebih di 106 negara. Menurut catatan, aplikasi ini
dapat menurunkan penjiplakan hingga 82%.159
2) Wcopyfind
Program ini dapat diperoleh secara gratis melalui situs internet yang dibuat
oleh Loubloomfield, Profesor Fisika Universitas Virginia, Amerika
Serikat. Aplikasi ini mencari kesamaan kata/frasa sebuah artikel dengan
database yang ada di komputer. Aplikasi ini tidak membandingkan
langsung melalui internet dan dapat dijalankan dengan sistem operasi
windows serta linux.160
3) Viper
Viper merupakan software pendeteksi plagiarisme. Viper bisa diunduh
secara gratis di situs resmi mereka: http://www.scanmyessay.com/. Ukuran
installer-nya tidak terlalu besar, sekitar 3,5mb. Untuk bisa menggunakan
158
Hengki Wijaya, Pencegahan Plagiarisme dengan Anti-Plagiarism Software dan
Reference Management Tools Sebagai Terobosan Inovasi Pendidikan dalam Publikasi Karya
Ilmiah, Artikel Juli 2018. 159
Ibid, hal 167 160
Ibid
Universitas Sumatera Utara
92
Viper, kita harus memiliki akun terlebih dahulu. Sebagaimana pendaftaran
akun email, pendaftaran akun Viper pun sangat mudah. Aktivasi akun
diperlukan, oleh karena itu dibutuhkan akun email yang valid. Setelah
akun terdaftar, langsung bisa login menggunakan antarmuka yang ada di
perangkat lunak ini. Lalu dapat langsung untuk mengunggah sebuah file
(Adobe file atau Office file), yang nantinya akan diproses dan dicocokkan
dengan referensi yang ter-indeks di Viper. Untuk lama atau tidaknya
pengecekan sebuah paper tergantung pada koneksi internet.161
4) Article Checker
Aplikasi ini memanfaatkan fasilitas mesin pencari google dan yahoo.
Caranya dengan memasukkan teks yang akan dicek dan salah satu mesin
pencari akan melacak kesamaan naskah yang telah ditentukan.162
b. Dengan analisis
Analisis merupakan cara sederhana dalam mendeteksi plagiarisme. Cara ini
dapat dengan mudah dilakukan dengan tanpa alat, namun dalam menganalisis
diperlukan ketelitian. Langkah-langkah untuk mengidentifikasi tindakan
plagiasi menurut Universitas Pendidikan Indonesia yaitu:
1) Ada perbedaan internal dalam isi teks, seperti dalam gaya penulisan, ejaan,
tanda baca, penggunaan font, huruf besar, cetak miring, bahasa, tata bahasa
dan konstruksi kalimatnya.
161
Sunu Wibarama. “Viper : Cara Mudah Mendeteksi Plagiarisme”.
http://wibirama.staff.ugm.ac.id/2013/01/29/sunu-wibirama-viper-cara-mudah-
mendeteksiplagiarisme/ , diakses pada tanggal 24 Maret 2017. 162
Op.Cit, Henry Soelistyo, hal.167
Universitas Sumatera Utara
93
2) Tugas yang diserahkan kualitasnya lebih baik atau bentuknya berbeda
(misalnya ujaran bahasanya) dengan apa yang biasanya mahasiswa yang
bersangkutan hasilkan.
3) Terdapat ketidakkonsistenan internal dalam hal perujukan apakah diteks
utama, pustaka acuan atau keduanya.
4) Adanya penghilangan sumber tertentu yang mestinya harus muncul.
5) Ada pernyataan yang tidak didukung oleh bagian teks lainnya.
6) Tugas yang disampaikan tidak sesuai dengan apa yang ditugaskan,
kualitasnya lebih rendah atau lebih bagus dari yang diminta.
7) Perujukan yang tidak memadai atau tak sejalan dengan rincian yang
muncul di dalam naskah.163
Menurut Muthoin, apabila terdapat sumber yang berasal dari internet dapat
ditempuh dengan cara analisis sebagai berikut:
1) Telusuri alamat-alamat internet yang disebutkan dalam makalah.
2) Jika alamat internet tidak bisa diakses ada dua kemungkinan yang pertama
pemakalah salah menuliskan alamat dan yang kedua pemakalah sengaja
menuliskan alamat yang tidak sesuai untuk menyembunyikan sumber
aslinya.
3) Jika alamat tidak bisa diakses, maka dilakukan dengan membandingkan
antara makalah dengan sumber aslinya.
4) Jika ditemukan kejanggalan misalnya ada alamat internet yang tidak
diakses atau perujukan tidak memadai karena antara isi dengan sumber
163
Hana Silvana, dkk, Makalah Universitas Pendidikan Indonesia. “Upaya Pencegahan
Plagiarisme”http://aresearch.upi.edu/operator/upload/paps_2012_didi_upaya_pencegahan_plagi
arisme.pdf, diakses pada tanggal 25 Maret 2018.
Universitas Sumatera Utara
94
yang dirujuk tidak sesuai, maka dilakukan dengan pencarian terhadap
artikel-artikel yang mempunyai bahasan yang sama dengan makalah
5) Agar penelusuran artikel dengan search engine lebih fokus terhadap
artikel yang relevan dengan pembahasan, maka diperlukan teknik filter
dengan menggunakan simbol matematika diantaranya tanda plus (+), tanda
minus (-) dan tanda petik.164
Selain dengan analisis tadi, dari segi teknik
penulisan juga diperhatikan. Misalnya catatan kaki dan daftar pustaka.
Dalam menganalisis sangat diperlukan ketelitian.
164
Muthoin, “Internet dan Signifikansinya terhadap Karya Ilmiah Mahasiswa” (STAIN
Pekalongan: Pusat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (P3M), 2013), hlm. 14-15.
Universitas Sumatera Utara
95
BAB IV
PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP TINDAK PLAGIARISME ATAS
HAK CIPTA KARYA TULIS DI PERGURUAN TINGGI
A. Plagiarisme Sebagai Pelanggaran Undang-Undang Hak Cipta
Plagiarisme seringkali dikonotasikan hanya sebagai pelanggaran etika,
bukan sebagai perbuatan melawan hukum. Bagi komunitas hukum, perbuatan
melawan hukum dapat dikategorikan ke beberapa macam. Dalam konteks ini,
perbuatan melawan hukum pidana adalah yang paling relevan dikaitkan. Dalam
konteks ini perbuatan melawan hukum (wederrechtelijkheid) adalah yang paling
relevan untuk dikaitkan. Untuk itu, Undang-Undang Hak Cipta Nomor 28 Tahun
2014 sudah mengaturnya secara jelas.
Hak Cipta adalah salah satu hak kekayaan intelektual ( Intellectual
property rights) yang mendapat perlindungan secara otomatis oleh negara, jadi
tanpa harus melalui prosedur pendaftaran atau permintaan, hak ini akan langsung
diberikan oleh negara. Kebijakan demikian semata-mata demi kepentingan
praktis, yaitu agar memudahkan setiap pencipta mendapatkan perlkindungan,
mengingat sedemikian banyak ciptaan dihasilkan setiap hari, baik di bidang ilmu
pengetahuan, seni maupun sastra. Pendaftaran sebenarnya lebih diperlukan untuk
menjamin perlindungan dan mempermudah proses pembuktian, khususnya tatkala
terjadi sengketa hak cipta di kemudian hari.
Pasal 44 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014
menjelaskan bahwa Penggunaan, Pengambilan, Penggandaan, dan/atau
pengubahan suatu ciptaan dan/atau produk Hak Terkait secara seluruh atau
sebagian yang substansial tidak dianggap sebagai pelanggaran hak cipta jika
95
Universitas Sumatera Utara
96
sumbernya disebutkan atau dicantumkan secara lengkap salah satunya adalah
untuk keperluan Pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan
laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah dengan tidak merugikan
kepentingan yang wajar dari Pencipta atau Pemegang Hak Cipta.165
Kepemilikan atas Hak Cipta dapat dipindahkan kepada pihak lain, tetapi
Hak Moralnya tetap tidak terpisahkan dari penciptanya. Hak Moral merupakan
hak yang khusus serta kekal yang dimiliki si pencipta atas hasil ciptaannya, dan
hak itu tidak dipisahkan dari penciptanya. Komen dan Verkade dalam AbdulKadir
Muhammad menyatakan bahwa hak moral yang dimiliki seorang pencipta itu
meliputi:
a. Larangan mengadakan perubahan dalam ciptaan
b. Larangan mengubah judul
c. Larangan mengubah penentuan pencipta
d. Hak untuk mengadakan perubahan.166
Melalui pemahaman yang ada, penulis berpendapat bahwa Hak Moral
merupakan Hak yang melekat secara abadi bagi pencipta yang tidak dapat
dialihkan tanpa adanya tindakan tertentu sebagaimana diatur dalam Undang-
Undang Hak Cipta. Hak Moral merupakan bentuk deklarasi bahwa ciptaan
tersebut adalah milik nama yang tercantum sebagai Pencipta.167
165
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta, Pasal
44 Ayat 1. 166
Sujana Donandi S., S.H., M.H. “Perubahan-perubahan penting terkait hak cipta Pasca
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta”, Jurnal Ilmiah Program Studi Ilmu
Hukum, Fakultas Humaniora, Universitas Presiden. 167
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
97
Hak Cipta itu dibatasi, kecuali dalam kaitan dengan beberapa syarat
tertentu. Dibatasi berarti bahwa hak itu dikontrol. Dibatasi berarti bahwa hak cipta
tidak berlaku dan ciptaan bersangkutan dapat dengan bebas dieksploitasi, kecuali
dalam kaitan dengan beberapa syarat tertentu yang spesifik. Namun baru-baru ini,
timbul banyak masalah akibat penggunaan ketentuan ini. Berdasarkan
interprestasi yang sangat luas. Salah satu masalah yang mendapat perhatian besar
sekarang ini adalah perbanyakan untuk penggunaan pribadi atau di perpustakaan
umum, dan sebagainya. Selain itu, belum ada pengertian yang cukup pasti
mengenai perbedaan antara “kutipan” (quotation) yang secara hukum diakui,
dengan “penggunaan” (use) yang memerlukan izin. Batas-batas hak cipta harus
diartikan sebagai tidak lebih dari mengakui beberapa pengecualian dalam aturan-
aturan yang ada. Penting untuk diingat bahwa tujuan akhir adalah melindungi
keuntungan pemegang hak cipta.168
Plagiarisme sebagai pelanggaran Hak Cipta adalah bentuk pelanggaraan
terhadap norma hukum yang ditetapkan oleh negara, yaitu dalam hal ini Undang-
Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta, yang telah memberikan
perlindungan hak cipta kepada setiap pencipta dalam bentuk hak eksklusif yang
berlaku selama jangka waktu tertentu untuk memperbanyak dan/atau
mengumumkan ciptaannya. Hukum mengatur demikian karena negara
berpandangan bahwa setiap pencipta telah memberikan kontribusi kepada
masyarakat melalui karya-karya mereka di bidang seni, sastra atau ilmu
pengetahuan sehingga mereka layak mendapatkan penghargaan berupa hak
168
Op.Cit, Ajip Rosidi, hal.36
Universitas Sumatera Utara
98
eksklusif tadi. Manakala ada pihak lain yang mengumumkan atau memperbanyak
suatu ciptaan tanpa seijin si pencipta atau pemegang hak cipta, maka berarti telah
terjadi pelangaran hak cipta yang dapat berakibat pada timbulnya sanksi hukum,
baik secara perdata melalui gugatan ganti kerugian maupun secara pidana berupa
penjara atau denda.169
Perlindungan hak cipta diberikan secara otomatis sejak karya cipta
tersebut dihasilkan. Namun demikian, agar suatu hak cipta memiliki bukti otentik
yang sangat berperan dalam pembuktian awal di pengadilan, maka sebaiknya hak
cipta tersebut didaftarkan. Apabila hak cipta seseorang ternyata dilanggar oleh
orang lain, maka ia dapat menempuh jalur hukum, baik pidana maupun perdata.
Berdasarkan hukum perdata, pemegang hak cipta berhak mengajukan gugatan
ganti rugi kepada Pengadilan Niaga atas pelanggaran hak cipta yang terjadi.
Suatu perbuatan dapat dikatakan sebagai suatu pelanggaran Hak Cipta
apabila perbuatan tersebut melanggar hak eksklusif dari pencipta atau pemegang
Hak Cipta. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta, yang
merupakan hak eksklusif dari pencipta atau pemegang Hak Cipta adalah hak
untuk mengumumkan dan hak untuk memperbanyak ciptaannya tersebut.170
Pelanggaran terhadap Hak Cipta dapat merupakan pelanggaran terhadap
hak moral maupun hak ekonomi atau pelanggaran di bidang administrasi.
Berbicara mengenai hak ekonomi, hak ekonomi adalah hak yang dimiliki oleh
169
Prayudi Setiadharma, Antara Plagiarisme dan Pelanggaran Hak cipta
https://psetiadharma.wordpress.com/tag/plagiat/ yang diakses pada tanggal 27 Maret 2016. 170
Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual Departemen Hukum dan HAM RI, Buku
Panduan Hak Kekayaan Intelektual dilengkapi dengan Peraturan Perundang-undangan dibidang
Hak Kekayaan Intelektual,Tahun 2006, (Tangerang: Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual
– EC Asian Intellectual Property Rights Co-operation Program, 2006) hal. 18.
Universitas Sumatera Utara
99
seseorang pencipta untuk mendapatkan keuntungan atas ciptaannya. Hak ekonomi
pada setiap undang-undang hak cipta selalu berbeda, baik terminologinya, jenis
hak yang diliputinya, ruang lingkup dari tiap jenis hak ekonomi tersebut. Secara
umumnya setiap negara minimal mengenal dan mengatur hak ekonomi tersebut
meliputi jenis hak :
1. Hak reproduksi atau penggandaan (Reproduction right) adalah hak
pencipta untuk menggandakan ciptaannya. Hak ini merupakan penjabaran
dari hak ekonomi dari si pencipta;
2. Hak adaptasi (Adaptation Right) adalah hak untuk mengadakan adaptasi,
yang dapat berupa penerjemahan dari bahasa satu ke bahasa lain,
aransemen musik, dramatisasi dari non dramatik, merubah menjadi cerita
fiksi dari karangan non fiksi, atau sebaliknya;
3. Hak Distribusi (Distribution Right) adalah hak yang dimiliki pencipta
untuk menyebarkan kepada masyarakat setiap hasil ciptaannya;
4. Hak Pertunjukan (Public Performance Right) adalah hak yang dimiliki
pemusik, dramawan, maupun seniman lainnya, yang karyanya dapat
terungkapkan dalam bentuk pertunjukan;
5. Hak Penyiaran (Broadcasting Right) adalah hak untuk menyiarkan
bentuknya, berupa mentransmisikan suatu ciptaan oleh peralatan tanpa
kabel;
6. Hak Programa Kabel (Cablecasting Right) adalah hak yang hampir sama
dengan penyiaran hanya saja mentransmisikan melalui kabel;
Universitas Sumatera Utara
100
7. Droit de suite adalah hak pencipta yang bersifat kebendaan dan merupakan
hak tambahan;
8. Hak Pinjam masyarakat (Public Landing Right) adalah hak yang dimiliki
oleh pencipta yang karyanya tersimpan di perpustakaan, atas suatu
pembayaran dari pihak tertentu karena karya yang diciptakannya sering
dipinjam masyarakat dari perpustakaan milik pemerintah.171
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 menjelaskan
bahwa hak ekonomi atas suatu ciptaan tetap berada di tangan pencipta atau
pemegang hak cipta selama pencipta atau pemegang hak cipta tidak mengalihkan
seluruh hak ekonomi atas pencipta atau pemegang hak cipta tersebut kepada
penerima pengalihan hak cipta.172
Hak Ekonomi yang dialihkan pencipta atau
pemegang hak cipta untuk seluruh atau sebagian tidak dapat dialihkan untuk
kedua kalinya oleh pencipta atau pemegang hak cipta yang sama.173
Perlindungan Hak Cipta khususnya terhadap Hak Ekonomi ini pada
dasarnya lebih diberikan kepada siapa pemilik Hak Cipta (Copyright Owner) dan
bukan kepada pencipta yang sesungguhnya (The Author). Namun terkadang
pemilik Hak Cipta adalah pencipta yang sesungguhnya juga, contohnya adalah
seorang penulis yang mendistribusikan dan menerbitkan karyanya sendiri tanpa
bantuan penerbit, dimana dalam hal ini penulis tersebut adalah pencipta yang
171
Muhamad Djumhana., dan R. Djubaedillah, Hak Milik Intelektual, sejarah, teori, dan
prakteknya di Indonesia,cet. ketiga, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2003), hal. 67. 172
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta, Pasal
17 Ayat 1. 173
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta, Pasal
17 Ayat 2.
Universitas Sumatera Utara
101
sesungguhnya dari karyanya tersebut dan juga sebagai pemilik Hak Cipta dari
karyanya tersebut.174
Selain Hak Ekonomi terdapat satu hak pokok lagi yang terkandung dalam
suatu ciptaan, yaitu Hak Moral. Hak moral adalah hak pencipta untuk mengklaim
sebagai pencipta suatu ciptaan dan hak pencipta untuk mengajukan keberatan
terhadap setiap perbuatan yang bermaksud mengubah, mengurangi, atau
menambah keaslian ciptaannya, yang dapat meragukan kehormatan dan reputasi
pencipta.175
Menurut Muhamad Djumhana, Hak Moral ini mempunyai tiga dasar:
1. Hak untuk mengumumkan ( the right of publication)
2. Hak Paterniti (the right of paternity)
3. Hak integritas (the right of integrity).176
Sedangkan Komen da Verkade sebagaimana yang disebut dalam buku
simorangkir menyatakan bahwa hak moral yang dimiliki seorang pencipta itu
meliputi:
1. Hak untuk melarang mengadakan perubahan dalam ciptaan
2. Hak untuk melarang mengubah judul
3. Hak untuk mengubah penentuan pencipta
4. Hak untuk mengadakan perubahan.177
174
Agus Sardjono, Pengetahuan Tradisional: Studi Mengenai Perlindungan Hak
Kekayaan Intelektual Atas Obat-Obatan, Cetakan pertama, (Jakarta: Program Pascasarjana
Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2004), hlm. 137. 175
Eddy Damian, Hukum Hak Cipta, (Bandung: Penerbit Alumni, 2003), hal.62 176
Op.Cit, Djumhana, Hal.74 177
J.C.T. Simorangkir, Hak Cipta Lanjutan II, Cetakan pertama, (Jakarta: PTDjambatan,
1979), hlm 39.
Universitas Sumatera Utara
102
Apabila dilihat pada kedua pendapat diatas mengenai hak moral terdapat
pandangan yang sama terhadap hak moral,yaitu hak moral diartikan sebagai suatu
hak yang dimiliki oleh pencipta atau pemegang Hak Cipta untuk diketahui oleh
publik sebagai pencipta dari ciptaannya tersebut dan hak untuk menjaga integritas
atau reputasi pencipta maupun ciptaannya.
Hak moral ini juga diatur di dalam konvensi internasional dibidang hak
cipta yaitu Bern Convention, yang antara lain menyebutkan bahwa pencipta
memiliki hak untuk mengklaim kepemilikan atas karyanya dan mengajukan
keberatan atas perubahan, pemotongan, pengurangan atau modifikasi lain serta
aksi pelanggaran lain yang berkaitan dengan karya tersebut, di mana hal-hal
tersebut merugikan kehormatan atau reputasi si pencipta.178
Begitu eratnya hubungan pencipta dengan hak moral, maka hak moral
tersebut tidak dapat dilepaskan atau dengan kata lain melekat pada si pencipta.
Oleh karena itu hak cipta yang dimiliki oleh pencipta, sekalipun hak cipta tersebut
tidak diumumkan, setelah penciptanya meninggal dunia, hak cipta tersebut
menjadi milik ahli warisnya atau penerima wasiat, sehingga hak cipta tersebut
tidak dapat di sita oleh siapapun, kecuali jika hak itu diperoleh secara melawan
hukum. Hal ini mengingat hak cipta satu dengan diri pencipta dan bersifat tidak
berwujud, maka pada prinsipnya hak cipta itu tidak dapat di sita dari padanya.
Hak Moral tidak dapat dialihkan selama pencipta masih hidup, tetapi
pelaksanaan hak tersebut dapat dialihkan dengan wasiat atau sebab lain sesuai
178
Tim Lindsey, et. Al., Hak Kekayaan Intelektual Suatu Pengantar, (Bandung : Alumni,
2002), hal. 117
Universitas Sumatera Utara
103
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan setelah pencipta meninggal.179
Pengalihan pelaksanaan hak moral, penerima dapat melepaskan atau menolak
pelaksanaan haknya dengan syarat pelepasan atau penolakan pelaksanaan hak
tersebut dinyatakan secara tertulis.180
Terhadap hak moral ini, walaupun hak ciptanya (hak ekonominya) telah
diserahkan seluruhnya atau sebagian, pencipta tetap berwenang menjalankan suatu
tuntutan hukum untuk mendapatkan ganti kerugian terhadap seseorang yang
melanggar hak moral pencipta. Hal ini sesuai dengan ketentuan pasal 1365 Kitab
Undang-undang Hukum Perdata, yang menyatakan bahwa tiap perbuatan
melanggar hukum yang membawa kerugian kepada seseorang lain, mewajibkan
orang yang karena salahnya menerbitkan kerugian itu, mengganti kerugian
tersebut.
Suatu perbuatan dapat dikatakan sebagai suatu pelanggaran Hak Cipta
apabila perbuatan tersebut melanggar hak eksklusif dari pencipta atau pemegang
Hak Cipta. Menurut pasal 1 butir 1 jo. Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Nomor 28
Tahun 2014 Tentang Hak Cipta, yang merupakan hak eksklusif dari pencipta atau
pemegang Hak Cipta adalah hak untuk mengumumkan dan hak untuk
memperbanyak ciptaannya tersebut.181
179
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta, Pasal
5 Ayat 2. 180
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta, Pasal
5 Ayat 3. 181
Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual Departemen Hukum dan HAM RI, Buku
Panduan Hak Kekayaan Intelektual dilengkapi dengan Peraturan Perundang-undangan dibidang
Hak Kekayaan Intelektual,Tahun 2006, (Tangerang : Direktorat Jenderal Hak Kekayaan
Intelektual – EC Asian Intellectual Property Rights Co-operation Program, 2006) hal. 18.
Universitas Sumatera Utara
104
Pelanggaran terhadap Hak Cipta dapat merupakan pelanggaran terhadap
hak moral maupun hak ekonomi atau pelanggaran di bidang administrasi.
Dikategorikan sebagai pelanggaran terhadap hak eksklusif moral dari suatu Hak
Cipta apabila terhadap suatu Hak Cipta tanpa seizin si pencipta atau ahli warisnya
bila si pencipta telah meninggal dunia, telah dilakukan:
1. Peniadaan nama pencipta yang tercantum pada ciptaan
2. Pencatuman nama pencipta pada ciptaan
3. Penggantian atau pengubahan judul ciptaan
4. Pengubahan isi ciptaan
5. Peniadaan atau perubahan terhadap informasi elektronik tentang
manajemen hak pencipta
6. Perusakan, peniadaan atau membuat tidak berfungsi sarana kontrol
teknologi sebagai pengaman hak pencipta.
Perbuatan yang dikategorikan sebagai pelanggaran Hak Cipta yang
merupakan pelanggaran terhadap hak eksklusif di bidang ekonomi adalah sebagai
berikut:
1. Mengumumkan dan memperbanyak suatu ciptaan
2. Membuat, memperbanyak atau menyiarkan rekaman suara dan atau
gambar
3. Menyiarkan, memamerkan, mengedarkan atau menjual kepada umum
suatu barang hasil pelanggaran Hak Cipta
Universitas Sumatera Utara
105
4. Menggandakan atau menyalin program computer dalam bentuk kode
sumber (Source Code) atau program aplikasinya untuk kepentingan
komersial.
Namun demikian, dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28
Tahun 2014 terdapat ketentuan yang mengatur beberapa tindakan yang tidak
dianggap sebagai suatu pelanggaran Hak Cipta , yaitu:
1. Pengumuman, Pendistribusian, Komunikasi, dan/atau Penggandaan
lambang negara dan lagu kebangsaan menurut sifatnya yang asli;
2. Pengumuman, Pendistribusian, Komunikasi, dan/atau Penggandaan segala
sesuatu yang dilaksanakan oleh atau atas nama pemerintah, kecuali
dinyatakan dilindungi oleh peraturan perundang-undangan, pernyataan
pada Ciptaan tersebut, atau ketika terhadap Ciptaan tersebut dilakukan
Pengumuman, Pendistribusian, Komunikasi, dan/atau Penggandaan;
3. pengambilan berita aktual, baik seluruhnya maupun sebagian dari kantor
berita, Lembaga Penyiaran, dan surat kabar atau sumber sejenis lainnya
dengan ketentuan sumbernya harus disebutkan secara lengkap; atau
4. pembuatan dan penyebarluasan konten Hak Cipta melalui media teknologi
informasi dan komunikasi yang bersifat tidak komersial dan/atau
menguntungkan Pencipta atau pihak terkait, atau Pencipta tersebut
menyatakan tidak keberatan atas pembuatan dan penyebarluasan tersebut.
5. Penggandaan, Pengumuman, dan/atau Pendistribusian Potret Presiden,
Wakil Presiden, mantan Presiden, mantan Wakil Presiden, Pahlawan
Nasional, pimpinan lembaga negara, pimpinan kementerian/lembaga
Universitas Sumatera Utara
106
pemerintah non kementerian, dan/atau kepala daerah dengan
memperhatikan martabat dan kewajaran sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.182
B. Perlindungan Hukum Terhadap Tindak Plagiarisme Atas Hak Cipta
Karya Tulis Di Perguruan Tinggi
Kehidupan manusia banyak dipengaruhi oleh hukum. Meski dalam
masyarakat beredar suatu pendapat bahwa hidup dipengaruhi oleh dua faktor
utama, yaitu hukum dan ekonomi. Kenyataannya, ekonomi juga diatur oleh
hukum sehingga muncul hukum-hukum ekonomi dari teori-teori ekonomi yang
ada saat ini. Hukum ada untuk mengatur manusia, sehingga tercipta kondisi
masyarakat yang tertib dan teratur. Hal ini merupakan tujuan keberadaan hukum
dalam kehidupan bermasyarakat. Hukum yang dituang dalam bentuk peraturan
perundang-undangan maupun norma-norma masyarakat, bertujuan untuk
menertibkan dan melindungi hak-hak dalam masyarakat.
Kehidupan hukum tidak hanya menyangkut urusan hukum teknis, seperti
pendidikan hukum, tetapi menyangkut pendidikan dan pembinaan perilaku
individu dan social yang lebih luas. Dalam dunia pendidikan, penulisan karya
ilmiah adalah suatu hal yang mutlak ada sebagai bukti keilmuan seseorang. Dunia
pendidikan memperkenalkan dunia riset, yang berunsurkan analisa dan data.
Dalam melakukan riset, tidak hanya mengamati dan mendata, tetapi terdapat pula
usaha pengembangan data. Pengembangan inilah yang menjadi suatu inovasi dan
memunculkan hal baru, baik berupa gagasan maupun teori.183
182
Undang-Undang Hak Cipta No. 28 Tahun 2014, Pasal 43 183
Analisis hukum perdata pada kasus plagiat,
https://grifalenwestreenen.wordpress.com/2012/03/31/analisis-hukum-perdata-pada-kasus-
plagiat/ yang diakses pada tanggal 29 Maret.
Universitas Sumatera Utara
107
Dalam penulisan karya ilmiah, tak jarang terjadi suatu tindakan dimana
ide-ide yang dituang dalam karya ilmiah bukan merupakan hasil riset yang telah
dilaksanakan. Pembuatan karya tulis ilmiah dalam dunia akademik merupakan
suatu bukti kompetensi seorang akademika. Sehingga mengutip karya tulis atau
ide orang lain menjadi salah satu jalan pintas peletakan ide, konsep maupun
analisa dalam karya tulis ilmiah. Disinilah sering terjadi suatu permasalahan
manakala kutipan yang diambil dari suatu karya tertentu tidak memberikan
penjelasan asal ide tersebut. Hal ini yang kemudian dikenal dengan sebutan
tindakan plagiat. Dan yang terjadi adalah sebuah pengakuan terhadap karya
“curian” tersebut sebagai milik akademika yang telah menelurkan karya tersebut.
Dan disini sering timbul suatu permasalahan tentang kepemilikan sebenarnya
secara yuridis terhadap karya tulis ilmiah yang telah disiarkan kepada khalayak.
Sehingga terjadi suatu tindakan saling klaim terhadap suatu karya tulis ilmiah
Pada pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Hak Cipta, diterangkan tentang
definisi hak cipta secara khusus yang isinya bahwa Hak Cipta merupakan hak
eksklusif bagi Pencipta atau Pemegang Hak Cipta untuk mengumumkan atau
memperbanyak Ciptaannya, yang timbul secara otomatis setelah suatu ciptaan
dilahirkan tanpa mengurangi pembatasan menurut peraturan perundang-undangan
yang berlaku. Yang mana pengalihan hak cipta, dalam hal penggandaan suatu
karya tulis atau kekayaan intelektual lainnya, dapat dilakukan dengan pemberian
lisensi atau perijinan kepada suatu pihak tertentu yang hal ini diatur dalam suatu
kesepakatan antara pihak pemegang hak milik dengan pihak lain yang akan
menerima pengalihan hak cipta tersebut. Maka jelaslah bahwa penggandaan atau
Universitas Sumatera Utara
108
duplikasi menjadi wewenang pihak penerima hak cipta. Dan barang siapa yang
hendak menggandakan seluruh atau sebagian dari karya yang hak ciptanya dalam
penguasaan suatu pihak tertentu, maka harus mendapatkan izin dari pihak
pemegang lisensi hak cipta tersebut.
Pada umumnya pencipta melakukan publikasi terhadap karya ilmiah yang
dihasilkan tersebut. Publikasi terhadap karya cipta yang berwujud ilmu
pengetahuan (scientific work) maupun karya sastra (literary work) dilakukan
melalui media tertulis, baik yang berupa buku, karya tulisan ilmiah, dan makalah
yang berupa artikel untuk jurnal, buletin, majalah atau koran. Tujuan dari
dilakukannya publikasi tersebut adalah untuk mendapatkan nilai keuntungan
ekonomis (hak ekonomi) atas hasil karya ciptanya sekaligus adanya pengakuan
dari pihak lain dan adanya perlindungan hukum terhadap karya ciptaannya.
Dengan kata lain, publikasi terhadap karya ciptaan tidak hanya semata
mengandung hak ekonomis, tetapi juga hak moral yang menempatkan suatu
pengakuan, penghargaan dan atau penghormatan terhadap hasil karya seseorang.
Oleh karenanya segala tindakan yang mengarah kepada plagiarisme, distorsi,
mutilasi atau perubahan-perubahan serta perbuatan pelanggaran lain yang
berkaitan dengan karya tersebut yang dipandang dapat merugikan kehormatan
atau reputasi si pengarang atau pencipta dilarang. Konsepsi hak moral tersebut
tercantum di dalam ketentuan Pasal 6 Konvensi Bern dan juga Pasal 24 Undang-
Undang tentang Hak Cipta. Sekalipun telah terdapat peralihan terhadap hak
ekonomis atas hasil ciptaan tersebut, namun tidaklah berarti hak moral tersebut
hilang atau beralih pula.
Universitas Sumatera Utara
109
1. Penerapan Tindakan Hukum Represif terhadap pelaku Plagiarisme di
Perguruan Tinggi
Adanya perlindungan hukum terhadap karya ilmiah tersebut membawa
konsekuensi yuridis manakala terjadi pelanggaran hukum terhadap hak-hak
pencipta maka pencipta dapat menggunakan sarana hukum yang ada untuk
menjamin dan melindungi hak-haknya tersebut. Plagiarisme merupakan suatu
bentuk pelanggaran terhadap hak cipta dan pelakunya dapat dikenakan sanksi
hukum.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2012 Tentang
Pendidikan tinggi menjelaskan bahwa Lulusan Perguruan Tinggi yang
menggunakan karya ilmiah untuk memperoleh ijazah dan gelar , yang terbukti
merupakan hasil jiplakan atau plagiat, ijazahnya dinyatakan tidak sah dan
gelarnya dicabut Perguruan tinggi.184
Larangan terhadap plagiarisme di perguruan tinggi dan sanksi terhadap
dilakukannya perbuatan tersebut diatur secara khusus dalam Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan
Penanggulangan Plagiat di Perguruan Tinggi.
Sebagai salah satu bentuk pelanggaran Hak Cipta, tindakan Plagiarisme
sesungguhnya lebih bernuansa pelanggaran Hak Moral. Lebih fokus lagi
pelanggaran Hak Paterniti (right of paternity), yakni yang menyangkut
kelengkapan dan kejelasan identitas yang harus dinyatakan, terutama nama
penulis atau penciptanya. Pelanggaran Hak Moral seperti ini memerlukan sanksi
184
Undang-Uundang Republik Indonesia No. 12 Tahun 2012 Tentang Pendidikan Tinggi,
Pasal 42 ayat (3).
Universitas Sumatera Utara
110
yang proporsional. Masalahnya, berbeda dengan pelanggaran Hak Ekonomi yang
memiliki sanksi yang jelas dan terukur, pelanggaran Hak Moral memiliki sanksi
yang relatif lunak. Sanksi bagi pelanggaran Hak Moral dapat ditetapkan melalui
putusan Pengadilan.185
Rujukan mengenai sanksi atas tidakan plagiarisme juga relevan dengan
merujuk pada UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Ketentuan Pasal 25 dan Pasal 70 secara tegas mengancam sanksi pencabutan
gelar, dan bahkan pidana penjara 2 tahun dan/ atau denda Rp.200.000.000,00
apabila karya ilmiahnya merupakan jiplakan. Dalam kerangka yang lebih teknis,
aturan mengenai sanksi Plagiarisme dirumuskan dalam Peraturan Menteri
Republik Indonesia Pendidikan Nasional No.17 Tahun 2010. Apa pun instrumen
yang digunakan sebagai resolusi penyelesaian kasus plagiarisme, putusannya akan
diikuti dengan sanksi.186
Ada beberapa sanksi yang mungkin bisa dipertimbangkan untuk
diberlakukan bagi orang yang melakukan tindakan plagiarisme seperti :
a. Kompensasi keuangan atau ganti rugi plagiarisme
b. Perintah untuk menghentikan atau mencegah berlanjutnya pelanggaran
c. Pernyataan pelanggaran hak moral pencipta
d. Pernyataan permintaan maaf di depan umum
e. Memperbaiki penulisan identitas pencipta.
185
Henry Soelistyo,Op.Cit,hal.187 186
Ibid
Universitas Sumatera Utara
111
2. Penerapan Tindakan Hukum Represif Terhadap Tindak Plagiarisme
Yang Dilakukan Dosen
Penanggulangan plagiarisme di perguruan tinggi yang dilakukan oleh
dosen dijelaskan dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik
Indonesia Nomor 17 Tahun 2010 yaitu :
1) Perihal dugaan telah terjadi plagiat oleh dosen/penelitian tenaga
pendidikan pimpinan perguruan tinggi membuat persandingan antara
karya ilmiah dosen/peneliti/ tenaga kependidikan dengan karya dan/atau
karya ilmiah yang diduga merupakan sumber yang tidak dinyatakan oleh
dosen/peneliti/tenaga kependidikan.
2) Pemimpin Perguruan Tinggi Meminta senat akademik/organ lain yang
sejenis untuk memberikan pertimbangan secara tertulis tentang kebenaran
plagiat yang diduga merupakan sumber yang tidak dinyatakan oleh
dosen/peneliti.tenaga kependidikan.
3) Sebelum senat akademik/organ lain yang sejenis memberikan
pertimbangan sebagaimana dimaksud, senat akademik/organ lain yang
sejenis meminta komisi etik dari senat akademik/organ lain yang sejenis
untuk melakukan telaah tentang kebenaran plagiat dan proporsi karya
dan/atau karya ilmiah pihak lain yang diakui sebagai karya ilmiah
plagiator yang diduga telah dilakukan dosen/peneliti/tenaga kependidikan.
4) Senat akademik/organ lain yang sejenis menyelenggarakan sidang dengan
acara membahas hasil telaah komisi etik dan mendengar pertimbangan
para anggota senat akademik/organ lain yang sejenis, serta merumuskan
pertimbangan yang akan disampaikan kepada pimpinan perguruan tinggi.
Universitas Sumatera Utara
112
5) Dosen/peneliti/tenaga kependiikan yang diduga melakukan plagiat diberi
kesempatan melakukan pembelaan di hadapan sidang senat
akademik/organ lain yang sejenis.
6) Apabila berdasarkan persandingan dan hasil telaah telah terbukti terjadi
plagiat maka senat akademik/organ lain yang sejenis merekomendasikan
sanksi untuk dosen/peneliti/ tenaga kependidikan sebagai plagiator kepada
pemimpim/pimpinan perguruan tinggi.
7) Apabila Salah Satu dari persandingan atau hasil telaah, ternyata tidak
dapat membuktikan terjadinya plagiat, maka sanksi tidak dapat dijatuhkan
kepada dosen/peneliti/tenaga kependidikan yang diduga melakukan
plagiat.187
Terhadap tindakan Plagiarisme, perguruan tinggi dapat melakukan
tindakan represif yang dilakukan oleh pimpinan perguruan tinggi yang
bersangkutan dengan menjatuhkan sanksi kepada plagiator di lingkungan
perguruan tingginya. Sanksi bagi dosen/peneliti/tenaga pendidikan yang terbukti
melakukan plagiat sebagaimana dimaksudkan peraturan menteri pendidikan
Nasional Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2010, Pasal 11 ayat (6), disusun
secara berurutan dari yang paling ringan sampai dengan yang paling berat, terdiri
atas:
a. Teguran;
b. Peringatan Tertulis;
c. Penundaan pemberian hak dosen/peneliti/tenaga kependidikan;
187
Peraturan Menteri Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2010 Tentang Pencegahan
Dan Penanggulangan Plagiat di Perguruan Tinggi, Pasal 11.
Universitas Sumatera Utara
113
d. Penurunan pangkat dan jabatan akademik/fungsional;
e. Pencabutan hak untuk diusulkan sebagai guru besar/professor/ahli peneliti
utama bagi yang memenuhi syarat;
f. Pemberhentian dengan hormat dari status sebagai dosen/peneliti/tenaga
kependidikan;
g. Pemberhentian dengan tidak hormat dari status sebagai
dosen/peneliti/tenaga kependidikan;
h. Pembatalan ijasah yang diperoleh dari perguruan tinggi yang
bersangkutan.
Apabila dosen/peneliti/tenaga pendidikan sebagaimana dimaksud dalam
ayat(2) huruf f, huruf g dan huruf h menyandang sebutan guru besar/profesor/ahli
peneliti utama, maka dosen/peneliti/tenaga kependidikan tersebut dijatuhi sanksi
tambahan berupa pemberhentian dari jabatan guru besar/professor/ahli peneliti
utama oleh menteri atau pejabat yang berwenang atas usul perguruan tinggi yang
diselenggarakan oleh pemerintah atau atas usul perguruan tinggi yang
diselenggarakan oleh masyarakat melalui koordinator perguruan tinggi swasta.
Lebih lanjut menteri atau pejabat yang berwenang dapat menolak usul
untuk mengangkat kembali dosen/peneliti/tenaga kependidikan dalam jabatan
guru besar/profesor/ahli peneliti utama atas usul perguruan tinggi lain, apabila
dosen/peneliti/tenaga kependidikan tersebut pernah dijatuhi sanksi sebagaimana
Universitas Sumatera Utara
114
dimaksud dalam ayat (2) huruf f dan guruf g serta dijatuhi sanksi tambahan
berupa pemberhentian dari jabatan guru besar/profesor/ahli peneliti utama.188
Apabila pemimpin perguruan tinggi yang bersangkutan tidak menjatuhkan
sanksi tegas sebagaimana yang digariskan dalam Permendiknas tersebut kepada
plagiator maka menteri dapat menjatuhkan sanksi kepada plagiator dan juga
pimpinan perguruan tinggi yang bersangkutan yang berupa:
a. Teguran
b. Peringatan tertulis
c. Pernyataan pemerintah bahwa yang bersangkutan tidak berwenang
melakukan tindakan hukum dalam bidang akademik.
Larangan praktik plagiarisme di perguruan tinggi tersebut dapat dipahami
karena misi perguruan tinggi adalah untuk mencari, menemukan,
mempertahankan dan menjunjung tinggi nilai-nilai kebenaran dan penghargaan
terhadap nilai ilmu pengetahuan. Plagiarisme bertentangan dengan nilai-nilai
kejujuran dan etika akademik yang seharusnya dijunjung tinggi oleh para civitas
akademika dimanapun ia berada. Etika akademis yang berlaku diperguruan tinggi
mengharuskan penulis mencantumkan catatan yang menunjukkan nama penulis
asal apabila hendak mengutip. Pencantuman hal tersebut dinilai sebagai
pengecualian dari tindakan yang dianggap melanggar hak cipta seseorang, atau
disebut penggunaan wajar (fair dealing).189
Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya, salah satu sanksi yang dapat
diberikan oleh perguruan tinggi terhadap dosennya yang melakukan plagiarisme
188
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 17 Tahun 2010, Pasal 12 ayat (2), ayat
(3) dan ayat (4) 189
Op.Cit, Tim Lindsey, hal.123
Universitas Sumatera Utara
115
adalah pemberhentian dengan hormat atau bahkan pemberhentian tidak dengan
hormat. Kedua jenis sanksi tersebut memiliki akibat hukum putusnya hubungan
kerja antara dosen denganperguruan tinggi tempatnya bekerja.
Pertimbangan hukum yang digunakan oleh perguruan tinggi adalah bahwa
dosen tersebut telah melakukan perbuatan yang melawan hukum yaitu dengan
melakukan penipuan atau setidaknya memberikan keterangan palsu yang juga
dapat merugikan kepentingan perguruan tinggi yang bersangkutan. Pengertian
keterangan palsu tersebut merujuk pada adanya pengakuan dari dosen yang
bersangkutan/plagiator yang mengakui bahwa karya tersebut adalah miliknya,
padahal kenyataan justru sebaliknya. Terhadap dalil yang dikemukakan oleh pihak
perguruan tinggi, dosen plagiator terkadang dapat membantah hal tersebut dengan
alasan bahwa perbuatan tersebut sudah mendapat ijin dari pemilik karya cipta
aslinya, atau dengan dalih kealpaan dalam melakukan perbuatan.
Terhadap hal demikian, maka hakim harus dapat menemukan hukumnya
dan menyelesaikan setiap permasalahan hukum yang diajukan kepadanya. Hakim
dituntut untuk dapat melakukan penemuan hukum. Penemuan hukum tersebut
tidak semata-mata karena hukumnya belum mengatur, tetapi juga manakala terjadi
pertentangan di antara aturan-aturan hukum yang berlaku. Hakim diharapkan
mampu menggali dan mengkorelasikan secara cerdas aturan-aturan hukum yang
ada, baik yang umum maupun yang khusus sehingga didapatkan suatu
pemahaman yang tepat dan bijak dalam menangani suatu perkara yang diajukan
kepadanya.
Universitas Sumatera Utara
116
Prosedur untuk bisa menentukan benar atau tidaknya seseorang melakukan
plagiat tidak boleh ditentukan secara gegabah. Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional telah mengatur hal tersebut. Dalam hal diduga telah terjadi plagiat oleh
dosen/tenaga kependidikan, maka pimpinan perguruan tinggi harus membuat
persandingan antara karya ilmiah dosen tersebut dengan karya yang diduga
merupakan sumber yang tidak dinyatakan oleh dosen tersebut. Selanjutnya, hal
tersebut akan dimintakan telaah dari komisi etik untuk menentukan kebenaran
mengenai dugaan plagiat tersebut berikut dengan proporsi karya dan/atau karya
ilmiah pihak lain yang diakui sebagai karya ilmiah plagiator.
Hasil telaah tersebut disampaikan kembali kepada Senat akademik/organ
lain yang sejenis. Senat akademik/organlain yang sejenis akan menyelenggarakan
sidang dengan acara membahas hasil telaah komisi etik tersebut.
Dosen/peneliti/tenaga kependidikan yang diduga melakukan plagiat juga
diberikan kesempatan untuk melakukan pembelaan di hadapan sidang senat
akademik/organ lain yang sejenis.
Berdasarkan persandingan dan hasil telaah yang telah terbukti tersebut
senat akademik atau organ sejenis merekomendasikan sanksi bagi
dosen/peneliti/tenaga kependidikan sebagai plagiator kepada pimpinan perguruan
tinggi. Apabila salah satu dari persandingan atau hasil telaah ternyata tidak dapat
membuktikan terjadinya plagiat, maka sanksi hukum tidak dapat dijatuhkan.190
Pengenaan sanksi haruslah diterapkan secara bijaksana dengan tetap
memperhatikan aspek kemanfaatannya. Penjatuhan sanksi yang dilakukan
190
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2010,
Pasal 11.
Universitas Sumatera Utara
117
terhadap dosen pelaku plagiat adalah tidak dalam rangka semata-mata
menghukum yang bersangkutan atas kesalahan yang telah dilakukannya, namun
juga memiliki makna edukatif yaitu untuk mendidik yang bersangkutan agar
menyadari kesalahannya dan tidak mengulangi lagi perbuatan tersebut.
Hal tersebut nampak dari jenis atau kategori sanksi yang disebutkan dalam
Permendiknas Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Penanggulangan
Plagiat di Perguruan Tinggi yang mengatur urutan sanksi dari yang paling ringan
hingga yang paling berat. Bercermin dari kandungan ide-ide dasar tersebut maka
seyogyanya pemberian dan pelaksanaan sanksi hukum terhadap pelaku memuat
kandungan nilai-nilai tersebut.
3. Penerapan Tindakan Hukum Represif terhadap Tindak Plagiarisme yang
dilakukan Mahasiswa
Tindakan plagiarisme tidak hanya melanda kawasan dunia akademik di
Asia dan kususnya Indonesia, namun juga telah melanda akademik di kawasan
Amerika dan Eropa. Di Eropa penelitian tentang tindakan plagiarisme juga telah
banyak dikaji oleh kalangan pakar pendidikan maupun ahli penelitian. Misalnya,
penelitian yang dilakukan oleh (Ashworth & Bannister 1997) dengan judul Guilty
in whose Eyes? University Students’ Perceptions of Cheating and Plagiarism in
Academic Work and Assessment. Studies in Higher Education di Inggris. Hasil
penelitian menyimpulkan bahwa para mahasiswa di perguruan tinggi tersebut
kurang mempunyai informasi yang lengkap tentang apakah bentuk-bentuk
tindakan yang dianggap sebagai plagiarisme. Perkara tersebut menyebabkan
Universitas Sumatera Utara
118
tindakan plagiarisme begitu bebas di kalangan mahasiswa ketika menyelesaikan
tulisan-tulisan ilmiah pada perkuliahan.191
Penanggulangan Plagiarisme yang dilakukan mahasiswa di Perguruan
Tinggi dijelaskan dalam Peraturan Menteri Pendidikan Republik Indonesia Nomor
17 Tahun 2010 tentang pencegahan dan penanggulangan plagiat di perguruan
tinggi yaitu :
1) Dalam hal diduga telah terjadi plagiat oleh mahasiswa, ketua
jurusan/departemen/ bagian membuat persandingan antara karya ilmiah
mahasiswa dengan karya dan/atau karya ilmiah yang diduga merupakan
sumber yang tidak dinyatakan oleh mahasiwa.
2) Ketua jurusan/departemen/bagian meminta seorang dosen sejawat
sebidang untuk memberikan kesaksian secara tertulis tentang kebenaran
plagiat yang diduga telah dilakukan mahasiswa.
3) Mahasiswa yang diduga melakukan plagiat diberi kesempatan melakukan
pembelaan di hadaoan ketua jurusan/departemen/bagian.
4) Apabila berdasarkan persandingan dan kesaksian telah terbukti terjadi
plagiat, maka ketua berdasarkan persandingan dan kesaksian telah terbukti
terjadi plagiat, maka ketua jurusan/departemen/ bagian menjatuhkan sanksi
kepada mahasiswa sebagai plagiator.
5) Apabila salah satu dari persandingan atau kesaksian ternyata tidak dapat
membuktikan terjadinya plagiat, maka sanksi tidak daopat dijatuhkan
kepada mahasiswa yang diduga melakukan plagiat.192
191
Muhammad Zainur, Plagiarisme di Kalangan Mahasiswa Dalam Membuat Tugas-
Tugas Perkuliahan di Falkutas Tarbiyah Iain Imam Bonjol Padang, Jurnal Ilmiah, Fakultas
Tarbiyah IAIN Imam Bonjol Padang, hal 57.
Universitas Sumatera Utara
119
Melihat kasus plagiarisme dalam penyusunan skripsi sebenarnya telah menjadi
perhatian bagi Pemerintah Indonesia Khususnya Menteri Riset Teknologi dan
Pendidikan Tinggi, berbagai upaya dilakukan, baik dengan mengadakan Seminar
Nasional tentang isu plagiarisme di Universitas hingga merumuskan Undang-
Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional Nomor 17 Tahun 2010 Tentang Pencegahan dan
Penanggulangan Plagiat Di Perguruan Tinggi. Dalam Undang-Undang Sistem
Pendidikan Nasional tersebut termuat pada pasal 25 ayat 2 menyatakan :
“Jika karya ilmiah yang digunakan untuk mendapatkan gelar akademik,
profesi, atau vokasi terbukti hasil jiplakan, maka gelarnya akan dicabut”,
lebih lanjut dalam undang-undang yang sama pada pasal 70 menyatakan
“lulusan yang terbukti menjiplak karya ilmiah orang lain diancam dengan
pidana penjara paling lama dua tahun dan/atau pidana denda paling banyak
Rp 200 juta”.193
Mengamati praktek plagiarisme yangterjadi di kalangan perguruan tinggi,
dapat kiranya dinyatakan bahwa esensi plagiarisme sesunggunya bukan sekedar
persamaan tema atau gagasan dalam tulisan. Tetapi lebih dari itu, juga persamaan
kalimat, frasa, alinea, bahkan kesamaan struktur, pengungkapan pikiran.Bagi para
mahasiswa dan dosen pengajar, melakukan penelitian adalah salah satu tugasnya
sebagai ilmuwan. Mereka juga harus banyak menulis untuk mengungkapkan
gagasan-gagasan pemikiran kritis yang diyakininya mengandung kebenaran.
192
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2010
Tentang Pencegahan Dan Penanggulangan Plagiat Di Perguruan Tinggi, Pasal 10. 193
Lytha Dayanara Hutagalung, sanski hukum asksi plagiat dalam penyusunan skripsi,
http://www.calonsh.com/2016/11/06/sanksi-hukum-aksi-plagiat-dalam-penyusun-skripsi/ yang
diakses pada tanggl 30 Maret 2017.
Universitas Sumatera Utara
120
Menulis atau membuat karya tulis sesungguhnya merupakan kegiatan
mengungkapkan kebenaran secara terbuka, netral dan akurat. Dalam konteks nilai-
nilai ini, kebenaran adalah mitra dekat kejujuran dan objektivitas.
Tidak berhenti sampai disitu pada Peraturan Menteri juga termuat
beberapa sanksi hukum dalam upaya pencegahan maraknya terjadi plagiarisme
dalam penyusunan skripsi yakni apabila mahasiswa terbukti melakukan plagiat,
maka sanksi yang diterima adalah :
1) Teguran
2) Peringatan tertulis
3) Penundaan pemberian sebagian hak mahasiswa
4) Pembatalan nilai satu atau beberapa mata kuliah yang diperoleh mahasiwa
5) Pemberhentian dengan hormat dari status sebagai mahasiwa
6) Pemberhentian tidak hormat dari status sebagai mahasiwa, atau
7) Pembatalan ijazah apabila mahasiswa telah lulus dari suatu program,194
Sehingga jelaslah Sanksi yang mengancam sang plagiat dalam aksi plagiarisme
dalam menyusun skripsi tak lain ialah pencabutan gelar akademik, pembatalan
ijazah dan sanksi pidana denda paling banyak Rp 200 Juta.195
Salah satu kasus plagiarisme Dr. Zuliansyah, Alumni Sekolah Tinggi
Elektroniks dan Informatika (STEI) ITB, Bandung. Mochammad Zaliansyah yang
sedang diproses statusnya sebagai dosen ITB, terbukti melakukan plagiarisme.
Daam karya ilmiahnya On 3D Topological Relationship yang dikirim untuk
konferensi “ Cybernatics and Intelligent System 2008”, di China tahun 2008, dan
194
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2010,
Pasal 12 Ayat 1. 195
Permendiknas No.17 Tahun 2010, Pasal. 12
Universitas Sumatera Utara
121
diterbitkan tahun 2009, ditemukan adanya banyak kesamaan dengan karya syska
Zlatanova; Ilmuwan Austria. Laporan Ilmuwan Austria yang menemukan plagiasi
itu berujung pada pemeriksaan di Komisi Etik IEEE ( Institute od Electrical and
Electronics Engineers ). 196
Di Indonesia, kasus Mochammad Zuliansyah ini dibahas oleh Sekolah
Tinggi Elektronika dan Informatika (STEI) ITB yang melibatkan pihak rektorat,
senat akademik, Majelis Guru Besar dan Majelis Amanah. Hasilnya, disertasi dan
ijasah Doktor Mochammad Zuliansyah dinyatakan tidak berlaku. Mealui
pertimbanagan dan masukan dari Majelis Wali Amanat (MWA), pimpinan senat
akademik (SA), pimpinan Majelis Guru Besar (MGB), dan rektor ITB, maka
pihak institusi menyatakan bahwa plagiarisme yang dilakukan MZ telah dilakukan
dengan kesengajaan tanpa diketahui sama sekali oleh para pembimbing
disertasinya. 197
Permintaan maaf secara langsung akan dikirimkan oleh pihak institusi
kepada Dr. Siyka Zlatanova dan IEEE. ITB juga menyatakan permintaan maaf
kepada seluruh pemangku kepentingan ITB, serta komunitas akademik nasional
dan internasional. ITB menyatakan bahwa disertasi dan ijazah progra doktoral
Mochammad Zuliansyah tidak berlaku. Sementara surat teguran langsung dari
rektor diberikan kepada pembimbing Mochammad Zuliansyah karena dinilai
kurang cermat dalam proses pembimbingan disertasi. Selanjutnya, sebagai upaya
196
Henry Soelistyo, Op.Cit, hal 153 197
Prita, Pernyataan sikap itb terhadap plagiarisme mochamad zuliansyah,
http://www.itb.ac.id/news/read/2813/home/pernyataan-sikap-itb-terhadap-plagiarisme-
mochammad-zuliansyah, diakses 11 januari 2018.
Universitas Sumatera Utara
122
perbaikan di masa mendatang, ITB akan melaksanakan upaya penyempurnaann
academic environment.
Dikutip dari press release kasus plagiarisme MZ, ITB menyatakan tidak
akan pernah mentolerir plagiarisme dan segala bentuk kecurangan akademik
lainnya. Sejak awal ITB menilai bahwa plagiarisme adalah bentuk tindakan yang
mencederai nilai-nilai akademik yang selalu dijunjung tinggi. ITB telah memiliki
kode etik di bidang akademik yang berkaitan dengan integritas, diantaranya :
Peraturan Akademik dan Kemahasiwaan ITB (SK Rektor ITB
No.297/SK/K01/PP/2009), Nilai-nilai inti ITB (SK Senat Akademik ITB No.
032/SK/K01-SA/2002), Kode Etik Dosen (SK Senat Akademik ITB No.
03/SK/K01-SA/2008) dan Kode Etik ITB (SK Senat Akademik ITB
No.09/SK/K01-SA/2009).
Mantan Rektor Universitas Gajah Mada (UGM), Prof Dr Sofian Effendi
ikut prihatin atas terungkapnya praktek plagiarisme yang dilakukan Dr.
Mochamad Zuliansyah, doktor di Institut Teknologi Bandung (ITB). Dr. Sofian
berpendapat praktek plagiarisme subur karena menjadi dasar kenaikan
pangkat. Ketua Dewan Pertimbangan Forum Rektor Indonesia (DP-FRI), Prof Dr
Edy Suandi Hamid mengatakan perguruan tinggi harus responsif mencegah terjadi
plagiarisme yang dilakukan oleh sivitas akademik. Dosen-dosen yang melakukan
plagiarisme harus diberi sanksi. Dia mengatakan kasus plagiarisme tidak bisa
dibenarkan terutama bagi kalangan akademik. Kasus plagiarisme tidak hanya
dilakukan oleh seorang dosen saja tapi mahasiswa juga melakukan hal tersebut.
Universitas Sumatera Utara
123
Oleh karena itu, dia meminta agar pimpinan perguruan tinggi juga harus peka bila
ada laporan-laporan seperti itu yang diberikan masyarakat. 198
198
Farida Denura, Plagiarisme lagu lama yang kian nyaring berbunyi,
http://scholae.co/web/read/432/plagiarisme.lagu.lama..yang.kian.nyaring.berbunyi, diakses padsa 7
juli 2018.
Universitas Sumatera Utara
124
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Terdapat beberapa bentuk plagiarisme karya tulis di perguruan tinggi yaitu,
plagiarisme ide (plagiarism of ideas) dimana tipe plagiarisme ini relatif sulit
dibuktikan karena ide atau gagasan itu bersifat abstrak dan berkemungkinan
memiliki persamaan dengan ide orang lain. Kedua adanya plagiarisme kata
demi kata (word for word plagiarism) yaitu mengutip karya orang lain secara
kata demi kata tanpa menyebutkan sumbernya. Ketiga plagiarisme atas
sumber (plagiarism of source) yaitu dimana plagiarisme ini tidak
menyebutkan secara lengkap referensi yang dirujuk dalam kutipan. Dan
keempat plagiarism kepengarangan, yaitu terjadi apabila seseorang mengaku
sebagai pengarang dari karya tulis yang disusun oleh orang lain, dan ada juga
yang dinamakan Autoplagiarisme yaitu perbuatan dengan menggunakan
kembali karya ilmiahnya sendiri tanpa menyebiutkan bahwa karya tersebut
sudah pernah dipublikasikan. Kasus plagarisme yang dilakukan oleh
Mochammad Zuliansyah, Alumnus program doktoral STEI angkatan 2003.
Kasus plagiarisme ini juga termasuk dalam bentuk plagiarisme atas sumber
(plagiarism of source) yaitu dimana plagiarisme ini tidak menyebutkan secara
lengkap referensi yang dirujuk dalam kutipan.
2. Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 17
tahun 2010 tentang pencegahan dan penanggulangan plagiat di perguruan
tinggi pada Bab I pasal 1 disebutkan bahwa yang dimaksud dengan
124
Universitas Sumatera Utara
125
pencegahan plagiat adalah tindakan preventif yang dilakukan oleh pimpinan
Perguruan Tinggi yang bertujuan agar tidak terjadinya plagiat di lingkungan
perguruan tingginya. Peraturan Menteri Republik Indonesia Nomor 17 Tahun
2010 tentang Pencegahan Dan Penanggulangan Plagiat menyebutkan dalam
Bab IV tentang pencegahan pada pasal 6, pasal 7, pasal 8 dan pasal 9. Secara
umum, pencegahan antara lain dilakukan dengan menghargai karya orang
lain, melakukan parafrasa, bantuan piranti lunak, dan mendapatkan
pengarahan. Mengambil atau memakai karya orang lain seyogyanya
dilakukan secara baik dan benar. Setiap tulisan dalam bentuk kalimat atau
paragraf yang dikutip harus selalu ditulis sumber informasi dan nama
penulisnya.
3. Penanggulangan Plagiat adalah tindakan represif yang dilakukan oleh
Ppimpinan Perguruan Tinggi dengan menjatuhkan sanksi kepada plagiator di
lingkungan perguruan tingginya yang bertujuan mengembalikan kredibilitas
akademik perguruan tinggi yang bersangkutan. Penanggulangan terhadap
tindak plagiarisme yang terjadi di perguruan tinggi diatur di dalam peraturan
menteri republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pencegahan Dan
Penanggulangan Plagiat di Perguruan Tinggi pada pasal 10 apabila terjadi
plagiat terhadap mahasiswa dan pada pasal 11 apabila terjadi plagiat terhadap
dosen. Pada pasal 12 diatur tenantang sanksinya apabila akademisi terbukti
melakukan plagiarisme dan adanya sanksi pidana diatur dalam Undang-
Undang Republik Indonesia Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional.
Pada kasus plagiarisme yang dilakukan oleh Mochammad Zuliansyah, seperti
Universitas Sumatera Utara
126
yang diatur dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 17 Tahun
2010 pasal 11 ayat 7 bahwa disertasi dan ijazah program doktoral
Mochammad Zuliansyah tidak berlaku akibat tindakan plagiarisme yang
dilakukannya.
B. Saran
1. Akademisi, peneliti, dan mahasiswa diharapkan lebih berhati-hati dalam
melakukan penelitian/penulisan suatu karya tulis ilmiah di Perguruan Tinggi.
Kecermatan dan kejujuran dalam melakukan penulisan dapat menghidarkan
diri berbagai bentuk pelanggaran yang merugikan diri sendiri dan juga orang
lain. Pelanggaran ini dapat berupa pelanggaran etika dan/atau perundang-
undangan lainnya.
2. Undang-undang Hak Cipta mempunyai peran yang besar dalam melakukan
perlindungan terhadap karya cipta seseorang. Untuk itu pemerintah perlu
membentuk lebih ketat lagi menanggulangi tindakan plagiarisme yang
semakin meluas terutama di kalangan Perguruan Tinggi dan juga pemerinta
dihrapkan bisa memperketat lagi peraturan yang menjelaskan mengenai
batasan-batasan suatu karya dapat dikatakan plagiat. Batasan-batasan tersebut
untuk mempermudah dalam penyelesaian sengketa plagiarisme.
3. Pihak Universitas diharapkan mempertegas aturan yang sudah ada sebagai
upaya pencegahan dan penanggulangan plagiarisme karya tulis ilmiah, dan
diharapkan juga mempunyai sistem aplikasi komputer anti plagiarisme.
Aplikasi dan aturan ataupun SOP (Standar Operasional Prosedur) tentang
Pencegahan dan Penanggulang Plagiarisme dapat menekan angka plagiarisme
di era kemajuan teknologi informasi saat ini.
Universitas Sumatera Utara
127
DAFTAR PUSTAKA
A. BUKU BACAAN/LITERATUR
Abdurrahman, Muslan, 2009,Sosiologi dan Metode Penelitian Hukum, Malang,
UMM Press,
Bintang, Sanusi, Hukum dan Hak Cipta, Citra Aditya, Bandung, 1998.
Dalman, Keterampilan Menulis, (Jakarta : Rajawali Press), 2012
Damian, Eddy, 2003, Hukum Hak Cipta, Penerbit Alumni, Bandung
Djamal, 2009, Hukum Acara Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia, Pustaka
Rineka Cipta, Bandung
Djumhana Muhamad dan R. Djubaedillah, 1993, Hak Milik Intelektual (Sejarah
Teori dan Prakteknya di Indonesia), Citra Aditya Bakti, Bandung
Djumhana., Muhamad dan R. Djubaedillah, 2003, Hak Milik Intelektual, sejarah,
teori, dan prakteknya di Indonesia,cet. ketiga, Citra Aditya Bakti,
Bandung
Hadi, Sutrisno, 1987, Metodologi Riset Nasional, Magelang, Akmil
Heri, 2007, Sosialisasi HAKI dan Penegakannya Menuju Bisnis Beretika,
Yogyakarta:Aggregator Batik News
Isnaini, Yusran., 2010, Buku Pintar Haki, Ghalia Indonesia, Bogor
Karyanto, Umum Budi, 2012, Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi, STAIN
Pekalongan Press, Pekalongan
Kusmana, Suherli, 2010, Merancang Karya Tulis Ilmiah. Remaja Rosda Karya,
Bandung
Lindsey, Tim et al., 2006, Hak Kekayaan Intelektual Suatu Pengantar, Asian Law
Group Pty Ltd dan P.T. Alumni, Jakarta
Lindsey, Tim, dkk., 2002, Hak Kekayaan Intelektual Suatu Pengantar. Alian Law
Group Pty Ltd. Bekerjasama dengan Penerbit PT. Alumni, Bandung
Lubis, M. Solly, 1994, Filsafat Ilmu dan Penelitian, Mandar Madju, Bandung
Margono, Suyud, 2010, Hukum Hak Cipta Indonesia: Teori dan Analisis
Harmonisasi Ketentuan World Trade Organization/WTO- TRIPs
Agreement, Ghalia Indonesia, Bogor
127 Universitas Sumatera Utara
128
Martokusumo, Sudikno, 2012, Teori Hukum, Cahaya Atma Pusaka, Yogyakarta
Matanyaborbir, S, 2004, Sistem Hukum Pengurusan Piutang Negara, Pustaka
Bangsa Press, Jakarta
Moleong, Lexi J., 1993, Metodologi Penelitian Kualitatif, Remaja Rosdakarya,
Bandung
Muhammad, Abdulkadir, 2001,Kajian Hukum Ekonomi Hak Kekayaan
Intelektual, PT Citra Aditya Bakti, Bandung
Munandar Haris, Sally Sitanggang, 2008, Mengenal HAKI Hak Cipta, Paten,
Merek, dan Seluk Beluknya, Erlangga, Jakarta
Muslih, Moh., dkk, 2015, Pedoman Penulisan Skripsi, STAIN Pekalongan Press,
Pekalongan
Mutho‟in, 2013, “Internet dan Signifikansinya terhadap Karya Ilmiah
Mahasiswa”, Pusat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (P3M),
Pekalongan
Nasution,Prof. Dr. Rahmi Jened Parinduri, S.H., M.H., 2013, Interface Hukum
Kekayaan Intelektual dan Hukum Persaingan (Penyalahgunaan HKI), PT.
Raja Grafindo Persada, Jakarta
ND, Mukti Fajar dan Yulianto Achmad, 2010, Dualisme Penelitian Hukum
Normatif dan Empiris, Yogyakarta, Pustaka Pelajar
Pudyamoko, Sri, 2007, Penegakan dan Perlindungan Hukum di Bidang Pajak.
Salemba Empat, Jakarta
Purwaningsih, Endang, S.H., M.Hum., 2005, Perkembangan Hukum Intellectual
Property Rights, Ghalia Indonesia, Bogor
Raharjo Satjipto, 1996, Konsep Ilmu Hukum, Bandung, Citra Aditya Bakti
Ramli, Ahmad M dan Fathurahman P. Ng. J, 2005, Film independen: dalam
perspektif hukum hak cipta dan hukum perfilman Indonesia, Ghalia
Indonesia, Jakarta
Riswandi, Budi Agus dan Shabhi Mahmashani, 2009, Dinamika Hak Kekayaan
Intelektual dalam Masyarakat Kreatif , Total media, Yogyakarta
Rosidi, Ajip, 2004, Asian Copyright Handbook, Ikatan Penerbit Indonesia, Jakarta
Salim, 2010, Perkembangan Teori Dalam Ilmu Hukum, PT. Rajagrafindo Persada,
Jakarta
Universitas Sumatera Utara
129
Salman S, H.R Otje dan Anthon F, Susanto, 2010, Teori Hukum, Mengingat
Mengumpulkan dan Membuka Kembali, PT. Refika Aditama,
Bandung
Sardjono, Agus, 2004, Pengetahuan Tradisional: Studi Mengenai Perlindungan
Hak Kekayaan Intelektual Atas Obat-Obatan, Cetakan pertama, Program
Pascasarjana Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Jakarta
Sareb Putra, R. Masri, 2011, Kiat Menghindari Plagiat, Indeks, Jakarta
Sidharta, B. Arief, Meuwissen, 2007, Tentang Pengembanan Hukum, Ilmu
Hukum, Teori Hukum, Dan Filsafat Hukum, PT. Refika Aditama,
Bandung
Simorangkir, J.C.T., 1979, Hak Cipta Lanjutan II, Cetakan pertama, PT
Djambatan, Jakarta
Soekanto, Soerjono dan Sri Mamudji, 2010, Penelitian Hukum Normatif Suatu
Tinjauan Singkat, Rajawali Pers, Jakarta
Soekantor, Soerjono, 1986, Pengantar Penelitian Hukum, Penerbit Universitas
Indonesia, Jakarta
Soelistyo, DR. Henry, 2011, Plagiarisme : Pelanggaran Hak Cipta Dan Etika,
Penerbit Kanisius, Yogyakarta
Soerjono Soekanto, 1998, Metodologi Research, Andi Offset, Yogyakarta
Sunggono, Bambang, 2011, Metode Penelitian Hukum, Rajawali Pers, Jakarta
Supramono, Gatot, 2010, Hak Cipta dan Aspek- Aspek Hukumnya, Rineka Cipta,
Jakarta
Surakhmad Winarno. 1975, Dasar dan Teknik Research : PengantarMetodologi
Ilmiah, Tarsito, Bandung
Suryasumantri, Jujun S., 1997, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, Pustaka
Sinar Harapan, Jakarta
Sutedi, Adrian, 2009, Hak Atas Kekayaan Intelektual, Sinar Grafika, Jakarta
Suyanto dan Asep Jihad, 2011, Betapa Mudah Menulis Karya Ilmiah Multi
Solusindo, Yogyakarta
Tarigan, Guntur, 2008, Membaca Sebagai Keterampilan Berbahasa, Edisi Revisi,
Angkasa Bandung, Bandung
Universitas Sumatera Utara
130
Usman, Rachmadi, 2003, Hukum Hak atas Kekayaan Intelektual: Perlindungan
dan Dimensi Hukumnya di Indonesia, PT Alumni, Bandung
Widjaja, Gunawan, 2001, Seri Hukum Bisnis Lisensi, Raja Grafindo Persada,
Jakarta
Widyopramono, Tindak Pidana Hak Cipta Analisis dan Penyelesaiannya.Sinar
Grafika, Jakarta
Wuisman, JJ, M., 1996, Penelitian Ilmu-ilmu Sosial, Asas-Asas, Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia, Penyunting M. Hisyam, Jakarta
B. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945
Undang-Undang No. 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi
Undang-Undang No. 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta
Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Pendidikan Nasional
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 17 Tahun
2010 tentang Pencegahan dan Penanggulangan Plagiat di Perguruan Tinggi
C. ARTIKEL, MAKALAH, DAN INTERNET
Admin, 2014, “Menguap Dampak UU Hak Cipta Nomor 28 Tahun 2014”. URL :
http://requisitoire-magazine.com/menguak-dampak-uu-hak-cipta-nomor-
28-tahun-2014) yang diakses pada tanggal 05 Maret 2017 pada pukul
20.50 WIB.
Agus Wahyudi, “Plagiarisme dan Cara Menghindarinya” , filsafat.ugm,
http://filsafat.ugm.ac.id/aw/, diakses pada tanggal 30 Maret 2017
Analisis hukum perdata pada kasus plagiat,
https://grifalenwestreenen.wordpress.com/2012/03/31/analisis-hukum-
perdata-pada-kasus-plagiat/ yang diakses pada tanggal 29 Maret.
Andi Anto Patak, http://edukasi.kompasiana.com/2012/06/15/problematika-
plagiat-skripsi-thesisdisertasi-470061.html diakses terakhir 9 April 2015.
Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual Departemen Hukum dan HAM RI,
Buku Panduan Hak Kekayaan Intelektual dilengkapi dengan Peraturan
Perundang-undangan dibidang Hak Kekayaan Intelektual,Tahun 2006,
Universitas Sumatera Utara
131
(Tangerang: Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual – EC Asian
Intellectual Property Rights Co-operation Program, 2006).
Farida Denura, Plagiarisme lagu lama yang kian nyaring berbunyi,
http://scholae.co/web/read/432/plagiarisme.lagu.lama..yang.kian.nyaring.b
erbunyi, diakses pada 7 juli 2018.
Faizal Imam, Makalah Tentang Perbedaan Tentang Undang-Undang Hak Cipta
Yang Lama Dan Yang Baru,
http://faizalimam.blogspot.com/2015/12/makalah-tentang-perbedaan-uu-
hak-cipta.html, diakses tanggal 7 agustus 2018.
Farizhan Khazimi, Plagiarisme sebagai pelanggaran hak ciota dan etika,
https://www.google.com/amp/s/farizankazhimi.wordpress.com/2011/12/20/
plagiarisme-sebagai-pelanggaran-hak-cipta-dan-etika/amp/?client=ms-
opera-mobile&espv=1), diakses tanggal 21 oktober 2017
H. Zulkarnaen, menghindari perangkap plagiarisme dalam menghasilkan karya
tulis, http://www.unja.ac.id/2013/04/10/prof-dr-ir-h-zulkarnain-mhortsc/,
diakses tanngal 8 oktober 2017.
Harris Munandar dan Sally Sitanggang, Mengenal HAKI (Hak Kekayaan
Intelektual : Hak Cipta, Paten, Merek dan Seluk- beluknya),
http://www.hakiindonesia.co.id, diunduh pada Sabtu 23 Maret 2017 pukul
21.00 Wib.
Hayatullah Khumaini, S.H, http://www.acehinstitute.org/en/public-
corner/education/item/105-plagiat-kejahatan akademik.html diakses
terakhir 9 April 2015.
Hengki Wijaya, Pencegahan Plagiarisme dengan Anti-Plagiarism Software dan
Reference Management Tools Sebagai Terobosan Inovasi Pendidikan
dalam Publikasi Karya Ilmiah, Artikel Juli 2018.
Herizal Fauzi, plagiarisme sebagai pelanggaran undang-undang hak cipta,
plagiarisme sebagai pelanggaran etika, herizal fauzi,
plagiarismehaki.blogspot.co.id/2011/12/plagiarisme-sebagai-
pelanggaran-uu-hak.html?m=1), diakses 18 november 2017.
Herqutanto, Plagiarisme, Runtuhnya tembok Kejujuran Akademik, Jjurnal
Universitas Indonesia, 1april 2013
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=269550&val=7113&title=
Mencegah%20dan%20Menanggulangi%20Plagiarisme%20di%20Dunia
%20Pendidikan yang diakses pada tanggal 23 Maret 2017.
Universitas Sumatera Utara
132
Indriyanto, Cara mencegah plagiarisme,
http://staff.unila.ac.id/indriyanto/2012/01/17/cara-mencegah-plagiarisme/,
diakses tanggal 14 oktober 2017.
Institut Tekologi Bandung, Peryataan Sikap ITB terhadap Plagiarisme
Mochammad Zuliansyah.
http://www.itb.ac.id/news/read/2813/home/pernyataan-sikap-itb-terhadap-
plagiarisme-mochammad-zuliansyah, diakses tanggal 5 juni 2018.
Joshua Ignatius Eddfar, Peengertian etika serta pelanggarannya dalam kehidupan
sehari-hari, https://joshuaig.wordpress.com/2015/10/12/pengertian-etika-
serta-pelanggaran-nya-dalam-kehidupan-sehari-hari/, diakses tanggal 12
oktober 2017.
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Plagirisme, http://kbbi.web.id/plagiarisme,
diakses terakhir tanggal 15 januari 2015.
Kemal Fasya, “Plagiat dan Kegersangan Perguruan Tinggi”, Artikel Kompas,
edisi 19 februari 2010
Kementrian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Maluku,
http://www.kopertis12.or.id/2011/09/23/seputar-plagiat-dan-
autoplagiat.html , diakses terakhir 5 Juni 2015
Laili Alfiatih Imamah, //lailialfiati.blogspot.com/2013/12/kultur-plagiarisme-
kejahatan-akademis.html, diakses tanggal 14 Maret 2015
Lytha Dayanara Hutagalung, Sanksi Hukum aksi plagiat dalam penyusunan
skripsi, http://www.calonsh.com/2016/11/06/sanksi-hukum-aksi-plagiat-
dalam-penyusun-skripsi/ yang diakses pada tanggl 30 Maret 2017.
Makalah Identifikasi bentuk plagiat pada skripsi mahasiswa fakultas ilmu
pendidikan universitas negeri yogya,.
Mengutip Artikel Indriyanto “Cara mencegah plagiarisme” Dosen Jurusan
Kehutanan Fakultas Pertanian Unila, Tahun 2012
Mochtar Marhum, Kasus Plagiarisme dan Penanganan,
http://jikti.bakti.or.id/updates/kasus-plagiarisme-dan-upaya-
penanganannya, mochtar marhum, diakses pada tanggal 12 Maret 2017.
Mulyana, Jurnal ilmiah Pencegahan Tindak Plagiarisme Dalam Penulisan
Skripsi: Upaya Memperkuat Pembentukan Karakter Di Dunia Akademik,
Universitas Negeri Yogya
Nety Rnawati, Lisensi Hak Cipta,
http://netyernawaty.blogspot.com/2012/11/pengertian-hak-cipta.html,
diakses tanggal 23 september 2018.
Universitas Sumatera Utara
133
Penelitian Hukum Normatif-informasi-pendidikan, www.informasi-
pendidikan.com/2013/08/penelitian-hukum-normatif.html?m=1, diakses
tanggal 10 Mei 2015
Plagiarisme sebagai pelanggaran hak cipa,
http://barisankatakata.blogspot.co.id/2011/12/plagiarisme-sebagai-
pelanggaran-uu-hak.html?m=1, diakses tanggal 20 oktober 2017
Prayudi Setiadharma, Antara Plagiarisme dan pelanggaran hak cipta,
https://psetiadharma.wordpress.com/tag/plagiat/ ,yang diakses pada
tanggal 27 Maret 2016.
R.Poppy Yaniwati, Bandung. Teknik Penulisan Karya Ilmiah,.Universitas
Pasundan, Bandung, febuari 2018.
Rahis Sashena Rauther, Plagiarisme sebagai pelanggaran Undang-Undang Hak
Cipta, Plagiarisme sebagai pelanggaran etika,
http://rahisteknologi.blogspot.co.id/2011/12/plagiarisme-sebagai-
pelanggaran-uu-hak.html?m=1), diakses tanggal 21 oktober 2017.
Solup Literal, Jenis-jenis karya tulis. https://solup.blogspot.co.id/2016/07/jenis-
jenis-karya-tulis.html) yang diakses pada tanggal 10 Maret 2017 pada
pukul.
Sujana Donandi S., S.H., M.H. “Perubahan-perubahan penting terkait hak cipta
Pasca Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta”, Jurnal
Ilmiah Program Studi Ilmu Hukum, Fakultas Humaniora, Universitas
Presiden.
Sunu Wibarama. “Viper : Cara Mudah Mendeteksi Plagiarisme”.
http://wibirama.staff.ugm.ac.id/2013/01/29/sunu-wibirama-viper-cara-
mudah-mendeteksiplagiarisme/ yang diakses pada tanggal 24 Maret 2017.
Suwarjo, Dkk, Identifikasi bentuk plagiat pada skripsi mahasiswa fakultas ilmu
pendidikan universitas negeri yogya.
Universitas Pendidikan Indonesia. “Upaya Pencegahan Plagiarisme”
http://aresearch.upi.edu/operator/upload/paps_2012_didi_upaya_pencega
han_plagiarisme.pdf yang diakses pada tanggal 25 Maret 2017.
Victori S.H., M.Kn., Notaris Cimahi, Kewenagan Notaris di Bidang HAKI,
https://notariscimahi.co.id/notaris/kewenangan-notaris-di-bidang-haki,
diakses pada tanggal 12 april 2018.
Yola Ginting, http://gienting.yolasite.com/pekan-ilmiah-geografi.php diakses
terakhir tanggal 9 April 2015.
Universitas Sumatera Utara
1
PRESS RELEASE KASUS PLAGIARISME
MOCHAMMAD ZULIANSYAH
Jum’at, 23 April 2010
ITB sebagai pusat ilmu pengetahuan dan pengembangan budaya bangsa, selalu berupaya keras
untuk menegakkan tradisi akademik dengan kualitas dan nilai-nilai yang tinggi untuk
kepentingan bangsa dan negara secara holistik. Berkaitan dengan plagiarisme, sejak awal ITB
selalu berkeyakinan bahwa plagiarisme adalah tindakan yang tidak terpuji, yang mencederai
nilai-nilai akademik yang selama ini selalu dijunjung tinggi dan dijaga tetap tegaknya oleh ITB.
Oleh karena itu ITB tidak akan pernah mentolerir plagiarisme dan segala bentuk kecurangan
akademik lain.
Pada dasarnya ITB telah mempunyai kode etik yang dapat menjadi pegangan dan rambu-
rambu untuk masyarakat akademiknya (mahasiswa maupun dosen) guna menegakkan nilai-
nilai dan integritas akademik ITB, yaitu berupa: (1) Peraturan Akademik dan Kemahasiswaan
ITB (SK Rektor ITB, No. 297/SK/K01/PP/2009), (2) Nilai-Nilai Inti ITB (SK Senat Akademik ITB,
No. 032/SK/K01-SA/2002), (3) Kode Etik Dosen (SK Senat Akademik ITB, No. 03/SK/K01-
SA/2008), dan (4) Kode Etik ITB (SK Senat Akademik ITB, No. 09/SK/K01-SA/2009).
A. INFORMASI DASAR
1. Mochammad Zuliansyah (selanjutnya disingkat MZ), sebelumnya adalah mahasiswa
program Doktor ITB di lingkungan Sekolah Teknik Elektro dan Informatika (STEI) angkatan
2003 dengan NIM: 33203011.
2. Disertasi MZ yang berjudul “Model Topologi Geometri Spasial 3 Dimensi” telah disetujui
pada tanggal 1 Agustus 2008. MZ telah dinyatakan lulus program Doktor dan telah
mengikuti Acara Wisuda ITB pada Oktober 2008.
B. PERMASALAHAN PLAGIARISME
1. Plagiarisme yang dilakukan oleh MZ mencakup plagiasi makalah ilmiah dan plagiasi
Disertasi program Doktornya.
2. Makalah ilmiah MZ yang berjudul “3D topological relations for 3D spatial analysis” yang
pengarangnya tercantum sebagai Mochammad Zuliansyah, Suhono Harso Supangkat, Yoga
Priyana dan Carmadi Machbub dan dipresentasikan pada the IEEE International Conference
on Cybernetics and Intelligent Systems di Chengdu China, 21-24 Sptember 2008; telah
diketemukan oleh komite IEEE sebagai plagiasi dari paper yang berjudul “On 3D Topological
Relationships” yang dikarang oleh Siyka Zlatanova dan dipresentasikan pada the 11th
International Workshop on Database and Expert System Application, DEXA 2000, pp. 913-
919. IEEE mengkategorikan plagiasi yang dilakukan oleh MZ sebagai plagiasi Level 1 (paling
berat).
3. MZ telah mengirimkan permintaan maaf kepada pihak IEEE melalui jalur e-mail untuk
kesalahan plagiasi yang dilakukannya. MZ juga menginformasikan pada IEEE bahwa plagiasi
makalah ilmiah ini dilakukan oleh dia sendiri tanpa sepengetahuan para penulis
pendamping (co-authors). Dalam hal ini IEEE telah memutuskan bahwa MZ dilarang
Universitas Sumatera Utara
2
(banned) untuk publikasi pada semua bentuk publikasi IEEE selama 3 tahun sejak April
2009.
4. Berkaitan dengan kemungkinan plagiarisme dalam penulisan disertasi yang dilakukan oleh
MZ, tim Dekanat dan para Guru Besar di lingkungan STEI ITB, telah melakukan penelaahan
terhadap Disertasi saudara MZ yang berjudul “Model Topologi Geometri Spasial 3 Dimensi”
serta disertasi Dr. Siyka Zlatanova yang berjudul “3D GIS for Urban Development” dari Graz
University of Technology, Austria tahun 2000. Tim menyimak bahwa disertasi MZ telah
banyak mengambil bahan dan ide dari disertasi Dr. Siyka Zlatanova tanpa sama sekali
menyebutkan sumbernya. Tim berpendapat bahwa disertasi MZ merupakan plagiasi dari
disertasi Dr. Siyka Zlatanova.
5. MZ telah mengirimkan permintaan maaf kepada Rektor ITB, Dekan STEI, para pembimbing
program Doktor, komunitas dosen dan juga alumni ITB melalui jalur e-mail, atas kesalahan
plagiasi yang dilakukannya. MZ menyampaikan bahwa plagiasi ini dilakukan oleh dia sendiri
tanpa sepengetahuan para pembimbingnya. MZ juga telah mengundurkan diri dari status
calon CPNS dosen ITB tahun 2008-2009.
D. PERNYATAAN SIKAP ITB
Setelah mempelajari semua fakta yang terkait dan mempertimbangkan masukan dari pimpinan
MWA (Majelis Wali Amanat), pimpinan SA (Senat Akademik), pimpinan MGB (Majelis Guru
Besar), Rektor ITB atas nama ITB menyatakan bahwa :
1. Plagiarisme yang dilakukan oleh saudara Mochamad Zuliansyah dalam penulisan makalah
ilmiah dan disertasi telah dilakukan dengan kesengajaan tanpa diketahui sama sekali oleh
para pembimbingnya yaitu Prof. Carmadi Machbub, Prof. Suhono Harso Supangkat, dan Dr.
Yoga Priyana.
2. ITB secara institusi sangat menyesalkan terjadinya kejadian ini, dan dengan tulus meminta
maaf pada Dr. Siyka Zlatanova, IEEE, seluruh pemangku kepentingan ITB, serta komunitas
akademik nasional maupun internasional. ITB juga akan segera mengirimkan surat
permintaan maaf langsung ke Dr. Siyka Zlatanova dan IEEE.
3. Karena disertasi Mochamad Zuliansyah merupakan hasil plagiasi dari disertasi Dr. Siyka
Zlatanova, maka sesuai dengan Peraturan Akademik dan Kemahasiswaan yang berlaku di
lingkungan ITB, dan juga kode etik ilmiah yang berlaku universal, maka disertasi dan ijazah
Doktor dari Mochamad Zuliansyah dinyatakan tidak berlaku.
4. Para pembimbing program Doktor dari Mochammad Zulfiansyah telah kurang cermat dalam
melaksanakan proses pembimbingan sehingga proses plagiasi tidak terdeteksi dari awal,
dan secara moral ikut bertanggung jawab terhadap terjadinya plagiasi tersebut. Untuk itu
Rektor ITB telah menegur secara tertulis masing-masing pembimbing atas kekurang
cermatan dalam proses pembimbingan tersebut.
5. Agar kasus sejenis tidak terjadi lagi di masa mendatang, maka ITB akan secara serius
melaksanakan upaya-upaya penyempurnaan academic environment yang dapat menjamin
tetap tegaknya kinerja, kualitas serta nilai-nilai akademik yang baik dan membanggakan
semua pihak.
Bandung, 23 April 2010
Rektor ITB
Prof. Akhmaloka, PhD
Universitas Sumatera Utara
1
PRESS RELEASE KASUS PLAGIARISME
MOCHAMMAD ZULIANSYAH
Jum’at, 23 April 2010
ITB sebagai pusat ilmu pengetahuan dan pengembangan budaya bangsa, selalu berupaya keras
untuk menegakkan tradisi akademik dengan kualitas dan nilai-nilai yang tinggi untuk
kepentingan bangsa dan negara secara holistik. Berkaitan dengan plagiarisme, sejak awal ITB
selalu berkeyakinan bahwa plagiarisme adalah tindakan yang tidak terpuji, yang mencederai
nilai-nilai akademik yang selama ini selalu dijunjung tinggi dan dijaga tetap tegaknya oleh ITB.
Oleh karena itu ITB tidak akan pernah mentolerir plagiarisme dan segala bentuk kecurangan
akademik lain.
Pada dasarnya ITB telah mempunyai kode etik yang dapat menjadi pegangan dan rambu-
rambu untuk masyarakat akademiknya (mahasiswa maupun dosen) guna menegakkan nilai-
nilai dan integritas akademik ITB, yaitu berupa: (1) Peraturan Akademik dan Kemahasiswaan
ITB (SK Rektor ITB, No. 297/SK/K01/PP/2009), (2) Nilai-Nilai Inti ITB (SK Senat Akademik ITB,
No. 032/SK/K01-SA/2002), (3) Kode Etik Dosen (SK Senat Akademik ITB, No. 03/SK/K01-
SA/2008), dan (4) Kode Etik ITB (SK Senat Akademik ITB, No. 09/SK/K01-SA/2009).
A. INFORMASI DASAR
1. Mochammad Zuliansyah (selanjutnya disingkat MZ), sebelumnya adalah mahasiswa
program Doktor ITB di lingkungan Sekolah Teknik Elektro dan Informatika (STEI) angkatan
2003 dengan NIM: 33203011.
2. Disertasi MZ yang berjudul “Model Topologi Geometri Spasial 3 Dimensi” telah disetujui
pada tanggal 1 Agustus 2008. MZ telah dinyatakan lulus program Doktor dan telah
mengikuti Acara Wisuda ITB pada Oktober 2008.
B. PERMASALAHAN PLAGIARISME
1. Plagiarisme yang dilakukan oleh MZ mencakup plagiasi makalah ilmiah dan plagiasi
Disertasi program Doktornya.
2. Makalah ilmiah MZ yang berjudul “3D topological relations for 3D spatial analysis” yang
pengarangnya tercantum sebagai Mochammad Zuliansyah, Suhono Harso Supangkat, Yoga
Priyana dan Carmadi Machbub dan dipresentasikan pada the IEEE International Conference
on Cybernetics and Intelligent Systems di Chengdu China, 21-24 Sptember 2008; telah
diketemukan oleh komite IEEE sebagai plagiasi dari paper yang berjudul “On 3D Topological
Relationships” yang dikarang oleh Siyka Zlatanova dan dipresentasikan pada the 11th
International Workshop on Database and Expert System Application, DEXA 2000, pp. 913-
919. IEEE mengkategorikan plagiasi yang dilakukan oleh MZ sebagai plagiasi Level 1 (paling
berat).
3. MZ telah mengirimkan permintaan maaf kepada pihak IEEE melalui jalur e-mail untuk
kesalahan plagiasi yang dilakukannya. MZ juga menginformasikan pada IEEE bahwa plagiasi
makalah ilmiah ini dilakukan oleh dia sendiri tanpa sepengetahuan para penulis
pendamping (co-authors). Dalam hal ini IEEE telah memutuskan bahwa MZ dilarang
Universitas Sumatera Utara
2
(banned) untuk publikasi pada semua bentuk publikasi IEEE selama 3 tahun sejak April
2009.
4. Berkaitan dengan kemungkinan plagiarisme dalam penulisan disertasi yang dilakukan oleh
MZ, tim Dekanat dan para Guru Besar di lingkungan STEI ITB, telah melakukan penelaahan
terhadap Disertasi saudara MZ yang berjudul “Model Topologi Geometri Spasial 3 Dimensi”
serta disertasi Dr. Siyka Zlatanova yang berjudul “3D GIS for Urban Development” dari Graz
University of Technology, Austria tahun 2000. Tim menyimak bahwa disertasi MZ telah
banyak mengambil bahan dan ide dari disertasi Dr. Siyka Zlatanova tanpa sama sekali
menyebutkan sumbernya. Tim berpendapat bahwa disertasi MZ merupakan plagiasi dari
disertasi Dr. Siyka Zlatanova.
5. MZ telah mengirimkan permintaan maaf kepada Rektor ITB, Dekan STEI, para pembimbing
program Doktor, komunitas dosen dan juga alumni ITB melalui jalur e-mail, atas kesalahan
plagiasi yang dilakukannya. MZ menyampaikan bahwa plagiasi ini dilakukan oleh dia sendiri
tanpa sepengetahuan para pembimbingnya. MZ juga telah mengundurkan diri dari status
calon CPNS dosen ITB tahun 2008-2009.
D. PERNYATAAN SIKAP ITB
Setelah mempelajari semua fakta yang terkait dan mempertimbangkan masukan dari pimpinan
MWA (Majelis Wali Amanat), pimpinan SA (Senat Akademik), pimpinan MGB (Majelis Guru
Besar), Rektor ITB atas nama ITB menyatakan bahwa :
1. Plagiarisme yang dilakukan oleh saudara Mochamad Zuliansyah dalam penulisan makalah
ilmiah dan disertasi telah dilakukan dengan kesengajaan tanpa diketahui sama sekali oleh
para pembimbingnya yaitu Prof. Carmadi Machbub, Prof. Suhono Harso Supangkat, dan Dr.
Yoga Priyana.
2. ITB secara institusi sangat menyesalkan terjadinya kejadian ini, dan dengan tulus meminta
maaf pada Dr. Siyka Zlatanova, IEEE, seluruh pemangku kepentingan ITB, serta komunitas
akademik nasional maupun internasional. ITB juga akan segera mengirimkan surat
permintaan maaf langsung ke Dr. Siyka Zlatanova dan IEEE.
3. Karena disertasi Mochamad Zuliansyah merupakan hasil plagiasi dari disertasi Dr. Siyka
Zlatanova, maka sesuai dengan Peraturan Akademik dan Kemahasiswaan yang berlaku di
lingkungan ITB, dan juga kode etik ilmiah yang berlaku universal, maka disertasi dan ijazah
Doktor dari Mochamad Zuliansyah dinyatakan tidak berlaku.
4. Para pembimbing program Doktor dari Mochammad Zulfiansyah telah kurang cermat dalam
melaksanakan proses pembimbingan sehingga proses plagiasi tidak terdeteksi dari awal,
dan secara moral ikut bertanggung jawab terhadap terjadinya plagiasi tersebut. Untuk itu
Rektor ITB telah menegur secara tertulis masing-masing pembimbing atas kekurang
cermatan dalam proses pembimbingan tersebut.
5. Agar kasus sejenis tidak terjadi lagi di masa mendatang, maka ITB akan secara serius
melaksanakan upaya-upaya penyempurnaan academic environment yang dapat menjamin
tetap tegaknya kinerja, kualitas serta nilai-nilai akademik yang baik dan membanggakan
semua pihak.
Bandung, 23 April 2010
Rektor ITB
Prof. Akhmaloka, PhD
Universitas Sumatera Utara