18
PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEKERJA PEREMPUAN MENURUT HUKUM POSITIF INDONESIA JURNAL ILMIAH Oleh : PINADUMI ATIKA PUTRI FAJRINA D1A015207 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MATARAM MATARAM 2019

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEKERJA ......pekerja perempuan, khususnya bagi mereka yang bekerja pada malam hari. Terkait dengan perlindungan jam kerja ini diatur khusus didalam Pasal

  • Upload
    others

  • View
    11

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEKERJA ......pekerja perempuan, khususnya bagi mereka yang bekerja pada malam hari. Terkait dengan perlindungan jam kerja ini diatur khusus didalam Pasal

i

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEKERJA PEREMPUAN

MENURUT HUKUM POSITIF INDONESIA

JURNAL ILMIAH

Oleh :

PINADUMI ATIKA PUTRI FAJRINA

D1A015207

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS MATARAM

MATARAM

2019

Page 2: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEKERJA ......pekerja perempuan, khususnya bagi mereka yang bekerja pada malam hari. Terkait dengan perlindungan jam kerja ini diatur khusus didalam Pasal

ii

Page 3: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEKERJA ......pekerja perempuan, khususnya bagi mereka yang bekerja pada malam hari. Terkait dengan perlindungan jam kerja ini diatur khusus didalam Pasal

iii

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEKERJA PEREMPUAN

MENURUT HUKUM POSITIF INDONESIA

PINADUMI ATIKA PUTRI FAJRINA

D1A015207

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MATARAM

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perlindungan hukum

terhadap pekerja perempuan menurut hukum positif Indonesia dan untuk

mengetahui faktor-faktor yuridis yang mempengaruhi perlindungan kerja bagi

perempuan. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian hukum normatif dengan

metode pendekatan perundang-undangan dan pendekatan konseptual. Kesimpulan

penelitian ini adalah perlindungan hukum terhadap pekerja perempuan menurut

hukum positif Indonesia diatur dalam UUD 1945, UU Nomor 39 tahun 1999

tentang HAM, UU Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, dan UU

Nomor 7 tahun 1984 tentang Konvensi CEDAW. Faktor-faktor yuridis yang

mempengaruhi perlindungan kerja bagi perempuan yaitu faktor hukumnya,

penegak hukumnya, sarana dan fasilitas hukumnya, masyarakatnya, dan

kebudayaannya.

Kata kunci: Perlindungan Hukum, Pekerja Perempuan, Hukum Positif

Indonesia

LEGAL PROTECTION OF FEMALE WORKERS ACCORDING TO

INDONESIAN POSITIVE LAW

ABSTRACT

The purpose of this research is to find out the legal protection for female

workers according to Indonesian positive law and to find out juridical factors that

influence the employment protection for women. This research uses a type of

normative legal research with the method of legislative approach and conceptual

approach. The conclusion of this research is that legal protection of female

workers according to Indonesian positive law is regulated in the Constitution of

Republic Indonesia 1945, Law Number 39 of 1999 concerning Human Rights,

Law Number 13 of 2003 concerning Employment, and Law Number 7 of 1984

concerning the Convention of CEDAW. Juridical factors that influence the

employment protection for women are legal factors, law enforcement, facilities

and legal facilities, community, and cultural.

Keywords: Legal Protection, Female Workers, Indonesian Positive Law

Page 4: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEKERJA ......pekerja perempuan, khususnya bagi mereka yang bekerja pada malam hari. Terkait dengan perlindungan jam kerja ini diatur khusus didalam Pasal

i

I. PENDAHULUAN

Pada hakikatnya, setiap manusia dilahirkan memiliki kedudukan dan

kesempatan yang sama, baik yang lahir berjenis kelamin laki-laki maupun

perempuan. Namun, karena perbedaan kodrat, maka banyak masyarakat yang

beranggapan bahwa kedudukan perempuan lebih lemah daripada laki-laki.

Karena dipandang lebih lemah, maka perempuan sering mendapatkan

perlakuan yang bersifat diskriminasi dalam segala lini kehidupan termasuk

dalam segi pelaksanaan kegiatan dalam wujud pekerjaan.

Dalam dunia kerja, setiap pekerja perempuan sangat potensial berada

pada posisi tersulit, hal tersebut disebabkan karena masih kentalnya budaya

patriarki yang hidup ditengah masyarakat yang selalu menempatkan pria

sebagai sosok yang superior, sedangkan perempuan dinyatakan sebagai sosok

yang inferior (lemah).1 Hal tersebut kemudian menghambat pekerja

perempuan dalam mengembangkan segala potensi dan bakat dalam diri

mereka masing-masing khususnya dalam melakukan pekerjaan. Meskipun

isu keadilan dan kesetaraan gender telah diperjuangkan sedemikian rupa,

namun tampaknya kaum perempuan selalu dianggap sebagai makhluk yang

dinomor duakan setelah kaum laki-laki.

Mengingat bahwa pada dasarnya setiap manusia itu berhak untuk

diperlakukan sama dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, hal tersebut

seperti yang tercantum dalam Pasal 27 ayat (2) Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang menyatakan bahwa :

1Joupy G.Z Mambu. Aspek Perlindungan Hukum Terhadap Pekerja Wanita (Menurut

Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003). Skipsi Sarjana Hukum Fakultas Hukum Universitas

Negeri Manado, 2013, hlm 5.

Page 5: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEKERJA ......pekerja perempuan, khususnya bagi mereka yang bekerja pada malam hari. Terkait dengan perlindungan jam kerja ini diatur khusus didalam Pasal

ii

“Tiap-tiap warga Negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang

layak bagi kemanusiaan.”

Kemudian dalam Pasal 28D ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945 yang menyatakan bahwa :

“Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan

perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan kerja.”

Masuknya perempuan dalam dunia kerja juga tidak terlepas dari adanya

pengaruh era globalisasi yang memberikan kesempatan kepada para

perempuan untuk bekerja atau berkarir diluar rumah demi untuk menopang

perekonomian keluarganya.2 Namun karena secara kodrat perempuan

kedudukannya lebih lemah, maka dalam Undang-Undang diberikan

perlakuan yang lebih khusus. Hal tersebut nampak dalam Pasal 49 ayat (2)

Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia (HAM),

yang menyatakan bahwa:

“Wanita berhak untuk mendapatkan perlindungan khusus dalam

pelaksanaan pekerjaan atau profesinya terhadap hal-hal yang dapat

mengancam keselamatan dan atau kesehatannya berkenaan dengan

fungsi reproduksi wanita.”

Meskipun telah diatur dalam berbagai Peraturan Perundang-undangan,

namun perlindungan hukum bagi hak pekerja/buruh perempuan masih belum

sepenuhnya dapat direalisasikan. Dengan melihat kenyataan kondisi bahwa

pekerja perempuan yang sampai saat ini sulit untuk memperoleh perlindungan

hukum, maka penyusun tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul

“PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEKERJA PEREMPUAN

MENURUT HUKUM POSITIF INDONESIA”.

2 Viqih Akbar. Peran Perempuan Terhadap Perekonomian Keluarga. Skripsi Sarjana

Sosial Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2017, hlm 3

Page 6: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEKERJA ......pekerja perempuan, khususnya bagi mereka yang bekerja pada malam hari. Terkait dengan perlindungan jam kerja ini diatur khusus didalam Pasal

iii

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan beberapa

rumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimanakah perlindungan hukum

terhadap pekerja perempuan menurut hukum positif Indonesia? 2. Faktor-

faktor yuridis apa saja yang mempengaruhi perlindungan kerja bagi

perempuan?

Adapun tujuan penelitian yang hendak dicapai adalah: 1. Untuk

mengetahui perlindungan hukum bagi pekerja perempuan menurut hukum

positif di Indonesia. 2. Untuk mengetahui faktor-faktor yuridis yang

mempengaruhi perlindungan kerja bagi perempuan.

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis,

untuk mengembangkan ilmu pengetahuan khususnya dibidang

ketenagakerjaan yang berkaitan dengan pekerja perempuan. 2. Manfaat

Praktis, dapat dijadikan referensi atau acuan bagi penyusun lain dalam

melakukan penelitian serupa.

Berdasarkan judul dan permasalahan yang diteliti, maka jenis penelitian

ini adalah jenis penelitian hukum normatif dengan menggunakan dua metode

pendekatan yaitu: 1. Pendekatan Perundang-undangan dan 2. Pendekatan

Konseptual. Kemudian jenis dan sumber bahan hukumnya adalah: 1. Bahan

Hukum Primer, 2. Bahan Hukum Sekunder, dan 3. Bahan Hukum Tersier.

Adapun teknik/cara memperoleh bahan hukum adalah dengan melakukan

studi kepustakaan. Sementara itu analisis bahan hukumnya menggunakan

Analisis Deskriptif dan dengan menggunakan Metode Deduktif.

Page 7: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEKERJA ......pekerja perempuan, khususnya bagi mereka yang bekerja pada malam hari. Terkait dengan perlindungan jam kerja ini diatur khusus didalam Pasal

iv

II. PEMBAHASAN

A. Perlindungan Hukum Terhadap Pekerja Perempuan Menurut Hukum

Positif Indonesia

Mengingat bahwa pekerja perempuan merupakan pihak yang secara

fisik lebih rentan dan lemah, maka sudah sepatutnya mereka memperoleh

perlindungan hukum secara maksimal. Ada beberapa instrument nasional

yang mengatur terkait dengan perlindungan hukum bagi pekerja perempuan

itu sendiri, yang selanjutnya dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Perlindungan Hukum Terhadap Pekerja Perempuan Menurut

Undang-Undang Dasar 1945 dan Undang-Undang Nomor 39 Tahun

1999 tentang Hak Asasi Manusia

Perlindungan hukum terhadap pekerja perempuan tidak dapat

dipisahkan dari hak asasi manusia, sebab secara konstitusional Indonesia

telah mengakui hak untuk bekerja yang berarti bahwa pada dasarnya

memperoleh suatu pekerjaan adalah hak asasi setiap manusia yang bersifat

fundamental.3 Hal tersebut selaras dengan bunyi Pasal 27 ayat (2) UUD 1945

yang berbunyi: “Tiap-tiap warga Negara berhak atas pekerjaan dan

penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”.

Hak untuk bekerja tidak hanya diberikan kepada kaum laki-laki saja,

akan tetapi juga diberikan kepada kaum perempuan, sebab secara normatif

baik antara laki-laki maupun perempuan pada dasarnya mempunyai hak yang

sama untuk mengenyam suatu profesi atau pekerjaan sehingga dalam hal ini

3 Muladi, Hak Asasi Manusia:Hakekat, Konsep, dan Implikasinya dalam Perspektif

Hukum dan Masyarakat, Refika Aditama, Bandung, 2009, hlm 4.

Page 8: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEKERJA ......pekerja perempuan, khususnya bagi mereka yang bekerja pada malam hari. Terkait dengan perlindungan jam kerja ini diatur khusus didalam Pasal

v

tidak dibenarkan adanya tindakan diskriminasi dalam bentuk apapun. Hal

tersebut juga selaras dengan apa yang dicetuskan dalam Pasal 28 I ayat (2)

UUD 1945 yang berbunyi: “Setiap orang berhak bebas dari perlakuan yang

bersifat diskriminatif atas dasar apapun dan berhak mendapatkan

perlindungan terhadap perlakuan yang bersifat diskriminatif itu”.

Selanjutnya dalam Pasal 49 Ayat (2) Undang-Undang Nomor 39

Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia telah diatur secara spesifik lagi

mengenai hak-hak dari kaum perempuan/wanita khususnya dalam bidang

ketenagakerjaan yang menyatakan bahwa: “Wanita berhak atas

perlindungan khusus dalam pelaksanaan pekerjaannya atau profesinya

terhadap hal-hal yang dapat mengancam keselamatan dan/atau kesehatannya

yang berkenaan dengan fungsi reproduksi wanita.”

2. Perlindungan Hukum Terhadap Pekerja Perempuan Menurut

Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan

Adapun bentuk-bentuk perlindungan hukum terhadap pekerja

perempuan secara umum telah diatur didalam Undang-Undang Nomor 13

Tahun 2013 tentang Ketenagakerjaan yang menentukan norma kerja bagi

perempuan sebagai berikut:4

a. Perlindungan Jam Kerja

Merupakan salah satu bentuk perlindungan yang diberikan kepada

pekerja perempuan, khususnya bagi mereka yang bekerja pada malam hari.

Terkait dengan perlindungan jam kerja ini diatur khusus didalam Pasal 76

4 Zaeni Asyhadie, Hukum Kerja: Hukum Ketenagakerjaan Bidang Hubungan Kerja,

PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2013, hlm 95

Page 9: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEKERJA ......pekerja perempuan, khususnya bagi mereka yang bekerja pada malam hari. Terkait dengan perlindungan jam kerja ini diatur khusus didalam Pasal

vi

Ayat (1), (2), (3), dan (4) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang

Ketenagakerjaan yang selengkapnya berbunyi:5

(1) Pekerja/buruh perempuan yang berumur kurang dari 18 (delapan

belas) tahun dilarang diperkerjakan antara pukul 23.00 sampai

dengan pukul 07.00.

(2) Pengusaha dilarang memperkerjakan pekerja/buruh perempuan

hamil yang menurut keterangan dokter berbahaya bagi kesehatan

dan keselamatan kandungannya maupun dirinya apabila bekerja

antara pukul 23.00 sampai dengan 07.00

(3) Pengusaha yang memperkerjakan pekerja/buruh perempuan antara

pukul 23.00 sampai dengan 07.00 wajib:

a) Memberikan makanan dan minuman yang bergizi; dan

b) Menjaga kesusilaan dan keamanan selama ditempat kerja.

(4) Pengusaha wajib menyediakan angkutan antar jemput bagi

pekerja/buruh perempuan yang berangkat dan pulang bekerja

antara pukul 23.00 sampai dengan 05.00.

b. Perlindungan Dari Segi Upah

Setiap tenaga kerja berhak memperoleh penghasilan yang layak bagi

kemanusiaan. Adapun terkait pengaturan tentang pengupahan ini telah diatur

secara tegas didalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang

Ketenagakerjaan, yang berbunyi:

1) Setiap pekerja/buruh berhak memperoleh penghasilan yang

memenuhi penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. (Pasal 88

ayat 1) 2) Pengusaha dilarang membayar upah lebih rendah dari upah

minimum. (Pasal 90 ayat 1)

c. Perlindungan Dalam Masa Haid (Menstruasi)

Bagi perempuan yang normal dan sehat, pada usia tertentu pasti akan

mengalami haid. Hal tersebut merupakan bagian dari kodrat seorang

perempuan yang berjalan secara biologis dan bersifat alamiah. Akan tetapi

jika keadaan fisiknya tidak memungkinkan sehingga yang bersangkutan

5 Ibid. hlm 96

Page 10: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEKERJA ......pekerja perempuan, khususnya bagi mereka yang bekerja pada malam hari. Terkait dengan perlindungan jam kerja ini diatur khusus didalam Pasal

vii

tidak dapat melakukan pekerjaannya, maka dalam hal ini Undang-Undang

13 Tahun 2003 tepatnya pada Pasal 81 memberikan dispensasi,

selengkapnya berbunyi:

(1) Pekerja/buruh perempuan yang dalam masa haid merasakan sakit

dan memberitahukan kepada pengusaha, tidak wajib bekerja pada

hari pertama dan kedua pada waktu haid. (Pasal 81 Ayat 1)

d. Perlindungan Khusus Dalam Masa Maternitas seperti Hamil, Melahirkan,

Gugur Kandungan, dan Kesempatan Menyusui

Bagi seorang perempuan pasti akan mengalami masa-masa dimana

ia akan mengandung seorang anak (hamil), melahirkan, menyusui dan

bahkan hingga mengalami keguguran. Hal tersebut merupakan bagian

yang bersifat kodrati dan berjalan secara biologis serta merupakan

ketetapan dari Tuhan Yang Maha Esa.

Pengaturan terhadap hak maternitas pekerja perempuan tersebut

diatur lebih lanjut didalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang

Ketenagakerjaan, yang selengkapnya berbunyi:

(1) Pekerja/buruh perempuan berhak memperoleh istirahat selama 1,5

(satu setengah) bulan sebelum saatnya melahirkan anak dan 1,5

(satu setengah) bulan sesudah melahirkan menurut perhitungan

dokter kandungan atau bidan. (Pasal 82 ayat 1)

(2) Pekerja/buruh perempuan yang mengalami keguguran berhak

memperoleh istirahat 1,5 (satu setengah) bulan atau sesuai surat

keterangan dokter kandungan atau bidan. (Pasal 82 ayat 2)

(3) Pekerja/buruh perempuan yang anaknya masih menyusu harus

diberi kesempatan sepatutnya untuk menyusui anaknya jika hal itu

harus dilakukan selama waktu kerja. (Pasal 83)

Page 11: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEKERJA ......pekerja perempuan, khususnya bagi mereka yang bekerja pada malam hari. Terkait dengan perlindungan jam kerja ini diatur khusus didalam Pasal

viii

3. Perlindungan Hukum Terhadap Pekerja Perempuan Menurut

Konvensi Mengenai Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi

Terhadap Perempuan (Convention on the Elimination of All Forms of

Discrimination Against Women/CEDAW)

Convention On the Elimination Of All Forms Of Discrimination

Against Women (CEDAW) m e r upa ka n pe r j an j i an in t e r na s iona l

ya n g telah diratifikasi oleh bangsa Indonesia melalui Undang-Undang

Nomor 7 Tahun 1984 tentang Pengesahan Konvensi Penghapusan Segala

Bentuk Diskriminasi Terhadap Perempuan pada tanggal 24 Juli 1984.6

Khusus bagi kaum perempuan dalam CEDAW ini terdapat apa yang

disebut dengan affirmative action yang tercantum dalam Pasal 4 ayat (2) yang

berbunyi: “pengambilan tindakan-tindakan khusus oleh Negara-negara Pihak,

termasuk tindakan-tindakan yang termuat dalam Konvensi ini, yang ditujukan

untuk melindungi kehamilan, tidak boleh dianggap sebagai diskriminasi”.

Affirmative Action yang merupakan perwujudan dari Pasal 4 tersebut

mempunyai makna yaitu diskriminasi positif (positive discrimination) atau

langkah-langkah khusus yang dilakukan guna mempercepat tercapainya

keadilan dan kesetaraan antara laki-laki dan perempuan. Kebijakan

affirmative bertujuan untuk mempromosikan kesempatan yang sama bagi

setiap warga Negara, terutama kaum perempuan yang tergolong kelompok

rentan memperoleh perlakuan marginalisasi. Untuk itu ketika perempuan

mengalami hal-hal yang berkaitan khusus dengan fungsi reproduksinya,

6 Kelompok Kerja Convention Watch, Hak Azasi Perempuan: Instrumen Hukum untuk

Mewujudkan Keadilan Gender, Yayasan Pustaka Obor Indonesia, Jakarta, 2012, hlm 44

Page 12: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEKERJA ......pekerja perempuan, khususnya bagi mereka yang bekerja pada malam hari. Terkait dengan perlindungan jam kerja ini diatur khusus didalam Pasal

ix

seperti hamil, maka setiap Negara berkewajiban memberikan perlindungan

khusus sehingga perlindungan tersebut tidak boleh dianggap sebagai bentuk

diskriminasi bagi kaum laki-laki, sebab perlindungan itu semata-mata

diberikan untuk melindungi kaum perempuan dalam melewati masa

kehamilannya karena mereka pada saat hamil berada pada posisi fisik yang

lebih lemah, oleh karena itu perlu mendapatkan perlakuan khusus dari

pemerintah. Itulah yang dinamakan dengan istilah Affirmative Action

(diskrimnasi positif).7

B. Faktor-Faktor Yuridis Yang Mempengaruhi Perlindungan Kerja Bagi

Perempuan

Pada prinsipnya, penegakan hukum terhadap perempuan dan penegakan

hak-hak perempuan yang berkecimpung dalam dunia kerja adalah sama dan

sebangun keseluruhannya dengan prinsip-prinsip penegakan hukum pada

umumnya, dimana menurut Soerjono Soekanto berpendapat bahwa faktor-

faktor yang mempengaruhi penegakan hukum antara lain:8

1. Faktor Hukumnya;

2. Faktor Penegak Hukumnya;

3. Faktor Sarana dan Fasilitas Hukumnya;

4. Faktor Masyarakatnya;

5. Faktor Kebudayaannya.

Kelima faktor tersebut diatas saling berkaitan erat, oleh karena

merupakan esensi dari penegakan hukum dan juga merupakan tolak ukur

7 Syarifah Rahmatillah, “Saatnya Affirmative Action bagi Perempuan”, diakses dari

http://aceh.tribunnews.com/2013/04/29/saatnya-affirmative-action-bagi-perempuan?page=2, pada

tanggal 7 November 2018, pada pukul 23.45 Wita. 8 Soerjono Soekanto, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, PT.

RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2010, hlm 8

Page 13: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEKERJA ......pekerja perempuan, khususnya bagi mereka yang bekerja pada malam hari. Terkait dengan perlindungan jam kerja ini diatur khusus didalam Pasal

x

daripada efektivitas penegakan hukum.9 Sehingga perlindungan dan

penegakan hukum perempuan khususnya yang menyangkut aspek

perlindungan hukum bagi pekerja perempuan juga dipengaruhi oleh faktor-

faktor tersebut diatas yang secara spesifik dapat penyusun uraikan sebagai

berikut:

1. Faktor Hukumnya

Mencakup berbagai peraturan tertulis yang dibuat oleh penguasa

atau pemerintah yang berlaku secara umum dan memiliki daya

memaksa serta mengikat yakni dalam bentuk Undang-Undang

terutama terkait regulasi yang mengatur tentang perlindungan hukum

terhadap pekerja perempuan seperti Undang-Undang Nomor 13

tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, Konvensi CEDAW, dan

sebagainya. Dengan adanya berbagai macam peraturan perundang-

undangan yang didukung dengan sanksi yang tegas didalamnya,

maka diharapkan pemberian perlindungan kerja bagi perempuan

dapat berjalan secara lebih efektif dan maksimal.

2. Faktor Penegak Hukumnya

Mencakup para petugas, lembaga, atau stakeholder (pemangku

kepentingan) yang bertanggung jawab atas

berlangsungnya/terlaksananya hukum dalam masyarakat. Khusus

dalam bidang ketenagakerjaan, maka lembaga yang memiliki

peranan penting untuk mewujudkan perlindungan kerja bagi

9 Ibid. hlm 9

Page 14: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEKERJA ......pekerja perempuan, khususnya bagi mereka yang bekerja pada malam hari. Terkait dengan perlindungan jam kerja ini diatur khusus didalam Pasal

xi

perempuan adalah Disnaker, Dewan Pengupahan, serta PPK

(Pegawai Pengawas Ketenagakerjaan).

3. Faktor Sarana dan Fasilitas Hukumnya

Khusus bagi pekerja perempuan pada kenyataannya memang

membutuhkan sarana dan fasilitas tertentu dalam mendukung

kelancaran pekerjaan yang mereka lakukan. Adapun sarana dan

fasilitas yang wajib diberikan bagi pekerja perempuan menurut KEP-

224/MEN/2003 seperti:

a. Pemberian fasilitas makanan dan minuman bergizi, dimana

makanan dan minuman tersebut harus sekurang-kurangnya

memenuhi 1.400 kalori dan diberikan pada waktu istirahat antara

jam kerja serta fasilitas makanan dan minuman bergizi tersebut

tidak boleh diganti dengan uang;

b. Pemberian sarana transportasi atau angkutan antar jemput

khususnya bagi pekerja/buruh perempuan yang berangkat dan

pulang bekerja antara pukul 23.00 sampai dengan 05.00 dan

sebagainya.

Bila semua sarana/fasilitas tersebut telah terpenuhi, maka akan

berimplikasi baik bagi pemberian perlindungan kerja bagi

perempuan agar dapat berjalan secara efisien, efektif, dan maksimal.

4. Faktor Masyarakatnya

Masyarakat merupakan wadah/tempat berlangsungnya proses

interaksi dalam kehidupan sehari-hari. Peran masyarakat disini

sangat dibutuhkan terutama dalam memberikan kepedulian dan

melihat sejauh mana tingkat kesadaran mereka khususnya untuk ikut

membela hak-hak pekerja perempuan.

Page 15: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEKERJA ......pekerja perempuan, khususnya bagi mereka yang bekerja pada malam hari. Terkait dengan perlindungan jam kerja ini diatur khusus didalam Pasal

xii

5. Faktor Kebudayaannya

Yaitu terkait dengan pandangan masyarakat atau nilai-nilai yang

hidup/berakar ditengah masyarakat dalam menegakkan hukum

sebagai pedoman perilaku sehari-hari. Dalam hal ini peran budaya

juga berperan amat penting dalam perlindungan kerja bagi

perempuan, dimana budaya yang dimaksud disini adalah budaya

patriarki. Keberadaan budaya patriarki tersebut pada akhirnya

berimplikasi negatif terhadap perlindungan kerja bagi perempuan,

oleh karena masyarakat selalu beranggapan bahwa „perempuan

bukanlah pencari nafkah utama‟ melainkan „tugas perempuan itu

hanyalah mengurus rumah tangga‟. Dalam hal ini kaum perempuan

acap kali selalu dianggap sebagai makhluk yang dinomor duakan

setelah kaum laki-laki.

Page 16: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEKERJA ......pekerja perempuan, khususnya bagi mereka yang bekerja pada malam hari. Terkait dengan perlindungan jam kerja ini diatur khusus didalam Pasal

xiii

III. PENUTUP

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan diatas, maka

dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Perlindungan hukum terhadap pekerja

perempuan menurut hukum positif Indonesia diatur dalam Undang-Undang Dasar

1945, Undang-Undang Nomor 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia,

Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, dan Undang-

Undang Nomor 7 tahun 1984 tentang Konvensi CEDAW. 2. Faktor-faktor yuridis

yang mempengaruhi perlindungan kerja bagi perempuan ada 5 (lima). Pertama,

Faktor Hukumnya; berupa peraturan-peraturan tertulis yang didukung dengan

sanksi yang tegas didalamnya. Kedua, Faktor Penegak Hukumnya; mencakup para

petugas, lembaga, dan stakeholders yang bertanggungjawab dalam penegakan

hukum di masyarakat khususnya terkait pekerja perempuan. Ketiga, Faktor Sarana

dan Fasilitas Hukumnya; mencakup sarana dan peralatan/fasilitas yang memadai

dalam mendukung efektivitas kerja dari perempuan. Keempat, Faktor

Masyarakatnya; melihat sejauh mana tingkat kesadaran dan kepedulian

masyarakat khususnya dalam membela hak-hak pekerja perempuan. Kelima,

Faktor Kebudayaannya; berupa budaya patriarki yang masih kental hidup dalam

masyarakat sehingga mempengaruhi perlindungan kerja bagi perempuan.

Saran

Adapun saran yang dapat dikemukakan oleh penyusun adalah sebagai

berikut: 1. Pemerintah dan Disnaker seharusnya berperan aktif dalam memberikan

perlindungan hukum khususnya bagi pekerja perempuan yang memang tergolong

Page 17: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEKERJA ......pekerja perempuan, khususnya bagi mereka yang bekerja pada malam hari. Terkait dengan perlindungan jam kerja ini diatur khusus didalam Pasal

xiv

dalam kelompok rentan serta diharapkan mampu menindak tegas pihak

perusahaan atau pengusaha yang secara sengaja mengabaikan hak-hak pekerja

perempuan agar supaya pekerja perempuan dapat lebih merasa aman dan nyaman

dalam bekerja serta demi mendukung adanya produktivitas kerja dari perempuan

tersebut. 2. Pekerja perempuan juga seharusnya lebih bisa mengedukasi diri

mereka sendiri dan lebih sadar akan hak-hak mereka sebagai pekerja serta ikut

andil dalam memperjuangkan segala bentuk ketidakadilan maupun kesewenangan

yang mereka dapatkan baik dari pihak pengusaha maupun majikannya. Peran aktif

dari pekerja perempuan dalam menuntut dan memperjuangkan hak-hak mereka

tersebut sangat dibutuhkan agar perlindungan hukum bagi pekerja perempuan juga

dapat ditegakkan secara efektif dan maksimal.

Page 18: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEKERJA ......pekerja perempuan, khususnya bagi mereka yang bekerja pada malam hari. Terkait dengan perlindungan jam kerja ini diatur khusus didalam Pasal

xv

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku/literatur, Makalah, dan Artikel

Joupy G.Z Mambu, 2013, Aspek Perlindungan Hukum Terhadap Pekerja

Wanita (Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003). Skipsi

Sarjana Hukum Fakultas Hukum Universitas Negeri Manado.

Kelompok Kerja Convention Watch, 2012, Hak Azasi Perempuan: Instrumen

Hukum untuk Mewujudkan Keadilan Gender, Yayasan Pustaka Obor

Indonesia, Jakarta.

Muladi, 2009, Hak Asasi Manusia: Hakekat, Konsep, dan Implikasinya

dalam Perspektif Hukum dan Masyarakat, Refika Aditama, Bandung.

Soerjono Soekanto, 2010, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan

Hukum, PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta.

Viqih Akbar, 2017, Peran Perempuan Terhadap Perekonomian Keluarga,

Skripsi Sarjana Sosial Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta.

Zaeni Asyhadie, 2013, Hukum Kerja: Hukum Ketenagakerjaan Bidang

Hubungan Kerja, PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta.

B. Peraturan Perundang-undangan

Indonesia, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Indonesia, Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi

Manusia (HAM).

Indonesia, Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.

Konvensi Perempuan, The United Nations Conference, Convention on the

Elimination of All Forms of Discrimination Against Women

(CEDAW), 1979.

C. Sumber Website

Syarifah Rahmatillah, “Saatnya Affirmative Action bagi Perempuan”,

diakses dari http://aceh.tribunnews.com/2013/04/29/saatnya-

affirmative-action-bagi-perempuan?page=2, pada tanggal 7 November

2018, pada pukul 23.45 Wita.