45
Permasalahan Isu SARA : Realitas budaya nusantara yang plural berdasarkan kemajemukan komunitas etnis yang hidup di atas pulau atau gugusan pulau yang dipisahkan oleh lautan menunjukkan berbagai macam perbedaan. Perbedaan peta geografis dan etnis-kultural inilah yang berpotensi sebagai sumber dari berbagai jenis konflik yang timbul secara alamiah atau yang dengan sengaja direkayasa menjadi konflik. Jenis konflik ditimbulkan, antara lain, oleh isu SARA dan oleh adanya ketegangan antara keinginan untuk mempertahankan diri sebagai komunitas lokal pada satu sisi, dan pada sisi lain lemahnya perekat keadilan yang seharusnya dapat merekat seluruh komunitas agar dapat mempersatukan diri sebagai sebuah bangsa dengan makna dalam ungkapan bhinneka tunggal ika sebagai jatidiri. Secara alamiah timbul konflik pada sebagian komunitas nusantara yang ingin mempertahankan identitas komunalnya dalam konteks etnis-kultural, termasuk SARA, menghadapi nasionalisme melalui arus transformasi politik yang ingin membangun sebuah masyarakat baru, yaitu masyarakat bangsa dari seluruh komunitas nusantara yang hidup di dalam bekas wilayah jajahan

Permasalahan Isu SARA.docx

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Permasalahan Isu SARA.docx

Permasalahan Isu SARA : Realitas budaya nusantara yang plural berdasarkan kemajemukan

komunitas etnis yang hidup di atas pulau atau gugusan pulau yang dipisahkan oleh lautan

menunjukkan berbagai macam perbedaan. Perbedaan peta geografis dan etnis-kultural inilah

yang berpotensi sebagai sumber dari berbagai jenis konflik yang timbul secara alamiah atau

yang dengan sengaja direkayasa menjadi konflik. Jenis konflik ditimbulkan, antara lain, oleh

isu SARA dan oleh adanya ketegangan antara keinginan untuk mempertahankan diri sebagai

komunitas lokal pada satu sisi, dan pada sisi lain lemahnya perekat keadilan yang seharusnya

dapat merekat seluruh komunitas agar dapat mempersatukan diri sebagai sebuah bangsa

dengan makna dalam ungkapan bhinneka tunggal ika sebagai jatidiri. 

Secara alamiah timbul konflik pada sebagian komunitas nusantara yang ingin

mempertahankan identitas komunalnya dalam konteks etnis-kultural, termasuk SARA,

menghadapi nasionalisme melalui arus transformasi politik yang ingin membangun sebuah

masyarakat baru, yaitu masyarakat bangsa dari seluruh komunitas nusantara yang hidup di

dalam bekas wilayah jajahan Hindia Belanda yang heterogenik. Berdasarkan keinginan

alamiah inilah pula, maka ada elite yang ingin daerahnya merdeka sebagai negara atau

merdeka di dalam status negara federal setelah proklamasi 17 Agustus 1945. 

Di antara konflik yang paling meresahkan ialah konflik yang bersumber dari isu SARA dan

isu yang ditimbulkan oleh kecenderungan kuat sebagian warga dan kelompok komunitas

nusantara yang menolak persatuan Indonesia (NKRI) atau tak menginginkan terbangunnya

masyarakat baru yang bernama bangsa Indonesia. Konflik di dalam membangun sebuah

masyarakat bangsa yang utuh, aman, dan damai ditimbulkan oleh transformasi politik yang

diwujudkan melalui pembangunan bangsa secara tak adil atau yang menyimpang dari tujuan

nasional sebagai manifestasi dari kepentingan bersama. 

Page 2: Permasalahan Isu SARA.docx

Secara fenomenal dapat disimak bahwa sebagian kerusuhan dan pemberontakan di sejumlah

daerah bermuatan bibit konflik yang berisu SARA atau berisu separatisme. Sebagian

pemberontakan yang bernuansa separatisme disebabkan oleh kesenjangan dari proses

pembangunan dan hasilnya antara pusat dan daerah. Keadilan yang tidak dapat atau kurang

dinikmati, baik di dalam partisipasi pembangunan, maupun di dalam penikmatan hasil

pembangunan antara pusat dan daerah, telah melahirkan kesenjangan yang mengundang

konflik dan ketegangan yang berkembang menjadi pemberontakan. 

Pemadaman pemberontakan terhadap gerakan separatis di sejumlah daerah, seperti RMS,

PRRI/Permesta, Daud Beureu di Aceh, Kartosuwiryo di Jabar, Kahar Muzakkar di Sulsel,

dan gerakan OPM, secara militer atau secara represif tidak menyelesaikan akar persoalan.

Selama keadilan yang menjadi substansi utama yang dapat merekat segenap masyarakat

plural di atas bumi nusantara gagal diwujudkan, selama itu potensi konflik akan tetap

mengancam, termasuk ancaman politik yang bernuansa separatisme. 

Berbagai kerusuhan yang bernuansa SARA selama ini dan api pemberontakan di tahun 50-an

dan sesudahnya beraroma separatisme sudah berhasil dipadamkan. Namun, bara apinya

mungkin saja masih tersisa. Lanjutan tindakan pemulihan kehidupan masyarakat melalui

pembangunan yang berkeadilan dan berkeseimbangan adalah jawaban jitu untuk benar-benar

memadamkan seluruh sumber api kerusuhan dan pemberontakan dalam berbagai bentuknya.

Terwujudnya keadilan akan menyempitkan kesenjangan sebagai lahan subur bagi tumbuh dan

berkembangnya potensi konflik, baik yang bernuansa SARA, maupun yang bermuatan isu

separatisme.

Page 3: Permasalahan Isu SARA.docx

Isu-isu SARA yang saat ini sedang menjadi perbincangan di kalangan publik tentang

maraknya paham-paham sesat yang sangat meresahkan bahkan sampai kasus penistaan

agama yang dilakukan oleh salah satu ormas agama tertentu tehadap agama lain sangat

mengganggu ketentraman kehidupan berbangsa dan bernegara kita. Bila kita bertolak dari

dasar Negara kita yaitu Pancasila sebagai Pandangan hidup bangsa Indonesia khususnya sila

pertama Ketuhanan Yang Maha Esa telah dijelaskan secara gamblang bahwa setiap

warganegara Indonesia diwajibkan memeluk agama yang telah ada untuk diyakini. Dalam

pengertian inilah maka Negara menegaskan dalam Pokok Pikiran ke – IV UUD 1945 bahwa

“Negara berdasar atas Ketuhanan yang Maha Esa atas dasar Kemanusiaan yang Adil dan

Beradab”. Pada proses reformasi dewasa ini di beberapa wilayah Negara Indonesia terjadi

konflik sosial yang bersumber pada masalah SARA khususnya masalah agama. Hal ini

menunjukkan kemunduran bangsa Indonesia kearah kehidupan beragama yang tidak

berkemanusiaan dan betapa melemahnya toleransi kehidupan beragama yang berdasarkan

Kemanusiaan yang Adil dan Beradab. Bila kita mengerti dan memahami apa yang telah

dijabarkan dalam butir-butir Pancasila tentunya kasus-kasus konflik social yang menjurus

pada SARA tentunya dapat kita hindari. Dengan semangat saling menghormati perbedaan

keyakinan, toleransi beragama dan tenggang rasa tentu kita bisa mewujudkan suasana

kehidupan yang harmonis dan penuh kerukunan menuju Indonesia yang Merdeka seutuh-

utuhnya.

Anda baru saja membaca artikel yang berkategori Ekonomi dengan judul

PERMASALAHAN PANCASILA DAN SARA. Anda bisa bookmark halaman ini dengan

URL http://iptekindonesiae.blogspot.com/2013/11/permasalahan-pancasila-dan-

sara.html. Terima kasih!

- See more at: http://iptekindonesiae.blogspot.com/2013/11/permasalahan-pancasila-dan-

sara.html#sthash.LfnlFwXl.dpuf

Page 4: Permasalahan Isu SARA.docx

PANCASILA dan PERMASALAHANNYA (SARA, HAM dan KRISIS EKONOMI)

Latar Belakang Masalah

Dalam perjalanan sejarah eksistensi Pancasila sebagai dasar filsafat Negara Republik

IndonesiaIndonesia. mengalami berbagai macam interpretasi dan manipulasi poliltik

sesuai dengan kepentingan penguasa demi kokoh dan tegaknya kekuasaan yang

berlindung di balik legitimasi ideology Negara Pancasila. Dengan kata lain Pancasila

tidak lagi dijadikan Pandangan hidup bangsa dan Negara

Berdasarkan kenyataan tersebut diatas gerakan reformasi berupaya untuk mengembalikan

kedudukan dan fungsi Pancasila yaitu sebagai dasar Negara Republik Indonesia yang

direalisasikan dalam TAP SI MPR No. XVIII/MPR/1998 disertai dengan pencabutan P-4

dan sekaligus juga pencabutan Pancasila sebagai satu-satunya azas bagi Organisasi Sosial

Politik (ORSOSPOL) di Indonesia.

Pancasila merupakan pandangan hidup dan falsafah bangsa Indonesia yang mana dahulu

pernah akan digantikan keberadaannya dari hati sanubari rakyat Indonesia oleh paham

ideology lain. Pancasila adalah pandangan hidup yang ber-Ketuhanan Maha Esa yang

artinya bahwa manusia adalah makhluk ciptaan tujan yang wajib percaya dan

menyembah-NYA. Pancasila menjunjung tinggi kemanusiaan, keadilan, persatuan,

kesatuan, keserasian, keselarasan dan keseimbangan. Pancasila bersifat akomodatif dan

menganut system pemerintahan demokrasi berdasarkan kebijaksanaan musyawarah dan

mufakat. Pancasila diamalkan melalui pembangunan nasional dalam empat bidang

politik, ekonomi, social budaya dan pertahanan keamanan. Dengan mendalami nilai-nilai

luhur Pancasila tentu kita sadar dan yakin akan keunggulan Pancasila.

Page 5: Permasalahan Isu SARA.docx

Hal-hal tersebut diatas merupakan modal utama untuk menangkal bahaya laten

komunisme ataupun laten-laten yang lain. Cara pandang masyarakat mengenai Pancasila

mulai masa Orde Baru sampai Orde Reformasi mengalami perkembangan persepsi yang

berbeda. Masa Orde Baru dimana penerapan Pancasila dilaksanakan secara konsisten dan

terarah walaupun masih banyak penyimpangannya. Dari dulu hingga sekarang kita kenal

dengan Wawasan Nusantara yang artinya cara pandang bangsa Indonesia terhadap

diri dan lingkungan nya kini lambat laun pudar dan hampir-hampir siswa sekolah

kurang mengerti akan hal ini, itu merupakan salah satu contoh kemunduran dari

penerapan dari nilai-nilai Pancasila. Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila

yang biasa kita kenal dengan P4 mungkin merupakan salah satu contoh upaya pemerintah

dalam menanamkan nilai-nilai luhur yang terkandung dalam Pancasila tapi pada masa

reformasi nilai-nilai tersebut mulai pudar dan hilang dalam pandangan masyarakat

Indonesia. Pada masa reformasi penghayatan dan pengamalan Pancasila rupanya mulai

hilang dari benak warga Indonesia. Ancaman disintegrasi bangsa merupakan salah satu

contoh kurangnya pemahaman terhadap nilai luhur Pancasila. Toleransi beragama pun

juga mengalami pengapuran. Jadi bila dibandingkan dengan masa reformasi penerapan

nilai-nilai luhur Pancasila lebih baik pada masa orde baru yang pelaksanaannya dilakukan

dengan konsisten serta tanggungjawab. Tapi mengapa TAP MPR No. 2 tahun 1978 di

cabut tanpa harus ada formula penggantinya? Banyak sekali permasalahan yang harus

kita sikapi dengan cermat mengenai perlunya kita memahami Pancasila dan bagaimana

menjalankannya secara murni dan konsekuen ?

Tujuan

Adapun tujuan dari penulisan karya tulis ini adalah sebagai berikut :

Page 6: Permasalahan Isu SARA.docx

1. Menganalisis Pancasila beserta Permasalahannya yang berkaitan dengan masalah

SARA, HAM dan Krisis Ekonomi

2. Dapat memahami dan memperluas wawasan tentang permasalahan-permasalahan

yang sering terjadi dewasa ini di Indonesia

3. Menyimpulkan dan mencari jalan keluar (solusi) dari berbagai macam masalah yang

berkaitan dengan penerapan dan pengamalan Pancasila.

2. Permasalahan

2. 1. Isu SARA

Realitas budaya nusantara yang plural berdasarkan kemajemukan komunitas

etnis yang hidup di atas pulau atau gugusan pulau yang dipisahkan oleh lautan

menunjukkan berbagai macam perbedaan. Perbedaan peta geografis dan etnis-

kultural inilah yang berpotensi sebagai sumber dari berbagai jenis konflik yang

timbul secara alamiah atau yang dengan sengaja direkayasa menjadi konflik. Jenis

konflik ditimbulkan, antara lain, oleh isu SARA dan oleh adanya ketegangan antara

keinginan untuk mempertahankan diri sebagai komunitas lokal pada satu sisi, dan

pada sisi lain lemahnya perekat keadilan yang seharusnya dapat merekat seluruh

komunitas agar dapat mempersatukan diri sebagai sebuah bangsa dengan makna

dalam ungkapan bhinneka tunggal ika sebagai jatidiri.

Secara alamiah timbul konflik pada sebagian komunitas nusantara yang ingin

mempertahankan identitas komunalnya dalam konteks etnis-kultural, termasuk

SARA, menghadapi nasionalisme melalui arus transformasi politik yang ingin

Page 7: Permasalahan Isu SARA.docx

membangun sebuah masyarakat baru, yaitu masyarakat bangsa dari seluruh

komunitas nusantara yang hidup di dalam bekas wilayah jajahan Hindia Belanda

yang heterogenik. Berdasarkan keinginan alamiah inilah pula, maka ada elite yang

ingin daerahnya merdeka sebagai negara atau merdeka di dalam status negara

federal setelah proklamasi 17 Agustus 1945.

Di antara konflik yang paling meresahkan ialah konflik yang bersumber dari

isu SARA dan isu yang ditimbulkan oleh kecenderungan kuat sebagian warga dan

kelompok komunitas nusantara yang menolak persatuan Indonesia (NKRI) atau tak

menginginkan terbangunnya masyarakat baru yang bernama bangsa Indonesia.

Konflik di dalam membangun sebuah masyarakat bangsa yang utuh, aman, dan

damai ditimbulkan oleh transformasi politik yang diwujudkan melalui

pembangunan bangsa secara tak adil atau yang menyimpang dari tujuan nasional

sebagai manifestasi dari kepentingan bersama.

Secara fenomenal dapat disimak bahwa sebagian kerusuhan dan

pemberontakan di sejumlah daerah bermuatan bibit konflik yang berisu SARA atau

berisu separatisme. Sebagian pemberontakan yang bernuansa separatisme

disebabkan oleh kesenjangan dari proses pembangunan dan hasilnya antara pusat

dan daerah. Keadilan yang tidak dapat atau kurang dinikmati, baik di dalam

partisipasi pembangunan, maupun di dalam penikmatan hasil pembangunan antara

pusat dan daerah, telah melahirkan kesenjangan yang mengundang konflik dan

Page 8: Permasalahan Isu SARA.docx

ketegangan yang berkembang menjadi pemberontakan.

Pemadaman pemberontakan terhadap gerakan separatis di sejumlah daerah,

seperti RMS, PRRI/Permesta, Daud Beureu di Aceh, Kartosuwiryo di Jabar, Kahar

Muzakkar di Sulsel, dan gerakan OPM, secara militer atau secara represif tidak

menyelesaikan akar persoalan. Selama keadilan yang menjadi substansi utama yang

dapat merekat segenap masyarakat plural di atas bumi nusantara gagal diwujudkan,

selama itu potensi konflik akan tetap mengancam, termasuk ancaman politik yang

bernuansa separatisme.

Berbagai kerusuhan yang bernuansa SARA selama ini dan api pemberontakan

di tahun 50-an dan sesudahnya beraroma separatisme sudah berhasil dipadamkan.

Namun, bara apinya mungkin saja masih tersisa. Lanjutan tindakan pemulihan

kehidupan masyarakat melalui pembangunan yang berkeadilan dan

berkeseimbangan adalah jawaban jitu untuk benar-benar memadamkan seluruh

sumber api kerusuhan dan pemberontakan dalam berbagai bentuknya. Terwujudnya

keadilan akan menyempitkan kesenjangan sebagai lahan subur bagi tumbuh dan

berkembangnya potensi konflik, baik yang bernuansa SARA, maupun yang

bermuatan isu separatisme.

Isu-isu SARA yang saat ini sedang menjadi perbincangan di kalangan publik

tentang maraknya paham-paham sesat yang sangat meresahkan bahkan sampai

kasus penistaan agama yang dilakukan oleh salah satu ormas agama tertentu tehadap

Page 9: Permasalahan Isu SARA.docx

agama lain sangat mengganggu ketentraman kehidupan berbangsa dan bernegara

kita. Bila kita bertolak dari dasar Negara kita yaitu Pancasila sebagai Pandangan

hidup bangsa Indonesia khususnya sila pertama Ketuhanan Yang Maha Esa telah

dijelaskan secara gamblang bahwa setiap warganegara Indonesia diwajibkan

memeluk agama yang telah ada untuk diyakini. Dalam pengertian inilah maka

Negara menegaskan dalam Pokok Pikiran ke – IV UUD 1945 bahwa “Negara

berdasar atas Ketuhanan yang Maha Esa atas dasar Kemanusiaan yang Adil dan

Beradab”. Pada proses reformasi dewasa ini di beberapa wilayah Negara Indonesia

terjadi konflik sosial yang bersumber pada masalah SARA khususnya masalah

agama. Hal ini menunjukkan kemunduran bangsa Indonesia kearah kehidupan

beragama yang tidak berkemanusiaan dan betapa melemahnya toleransi kehidupan

beragama yang berdasarkan Kemanusiaan yang Adil dan Beradab. Bila kita

mengerti dan memahami apa yang telah dijabarkan dalam butir-butir Pancasila

tentunya kasus-kasus konflik social yang menjurus pada SARA tentunya dapat kita

hindari. Dengan semangat saling menghormati perbedaan keyakinan, toleransi

beragama dan tenggang rasa tentu kita bisa mewujudkan suasana kehidupan

yang harmonis dan penuh kerukunan menuju Indonesia yang Merdeka seutuh-

utuhnya.

2. 2. Hak Asasi Manusia (HAM)

Masalah HAM menjadi salah satu pusat perhatian manusia sejagat, sejak

pertengahan abad kedua puluh. Hingga kini, ia tetap menjadi isu aktual dalam

berbagai peristiwa sosial, politik dan ekonomi, di tingkat nasional maupun

internasional.

Page 10: Permasalahan Isu SARA.docx

Menurut konsiderans UU Hak Asasi Manusia No. 39 tahun 1999 bahwa yang

dimaksud dengan hak asasi manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada

hakikat dan keberadaan sebagai mahkluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan

anugerah-NYA yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh Negara,

hukum, pemerintah dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat

dan martabat manusia. Disamping itu menurut UU No. 39 ttahun 1999 tersebut juga

menentukan Hak Asasi Manusia adalah hak-hak dasar atau hak-hak pokok yang

dibawa manusia sejak lahir sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa. Hak Asasi ini

menjadi dasar daripada hak-hak dan kewajiban-kewajiban yang lain.

Hak Asasi tidak dapat dituntut pelaksanaannya secara mutlak karena penuntutan

pelaksanaan hak asasi secara mutlak berarti melanggar hak asasi yang sama dari

orang lain.

Menurut sejarahnya asal mula hak asasi manusia ialah dari Eropa Barat yaitu

Inggris. Tonggak pertama kemenangan hak asasi manusia ialah pada tahun 1215

dengan lahirnya Magna Charta. Perkembangan berikutnya ialah adanya revolusi

Amerika 1776 dan revolusi Perancis 1789. Dua revolusi dalam abad ke XVIII ini

besar sekali pengaruhnya pada perkembangan hak asasi manusia.

Hak Asasi Manusia yang kemudian disingkat HAM adalah permasalahan yang

selama dua atau tiga tahun terakhir menjadi bahan perbincangan masyarakat.

Banyak contoh kasus-kasus pelanggaran HAM yang terjadi di Indonesia.

Pelanggaran HAM pada saat pelaksanaan jajak pendapat Referendum Timor Timur.

Kasus Daerah Operasi Militer (DOM) di daerah Serambi Mekkah Aceh yang

banyak menelan korban jiwa dari pihak masyarakat sipil dan disinyalir banyak di

lakukan oleh oknum-oknum tentara yang notabene adalah para aparat-aparat Negara

Page 11: Permasalahan Isu SARA.docx

sampai dengan kasus sengketa tanah yang melibatkan salah satu unsur alat

pertahanan negara yaitu tentara dalam hal ini Marinir dengan warga Alas Tlogo

Pasuruan. Hal ini sangat bertentangan dengan apa yang terkandung dalam nilai-nilai

Pancasila. Banyak tokoh yang dinyatakan sebagai tersangka tapi pada kenyataannya

para pelaku masih bebas berkeliaran sementara keluarga korban menanti kepastian

hukum tentang apa yang dialaminya. Tapi perlu kita ketahui sebenarnya kesalahan

maupun pelanggaran itu juga tidak sepenuhnya dilakukan oleh para oknum tentara.

Masyarakat sipil mempunyai hak untuk hidup tentara pun demikian. UU No. 39

tahun 1999 juga menentukan Kewajiban Dasar Manusia yaitu seperangkat

kewajiban yang apabila tidak dilaksanakan tidak memungkinkan terlaksana dan

tegaknya hak asasi manusia. Seperti yang tertuang dalam Undang-undang Dasar

1945 pasal 28i ayat 5 (amandemen ke 2) yang berbunyi “Untuk menegakkan dan

melindungi hak asasi manusia sesuai dengan prinsip Negara hukum yang

demokratis maka pelaksanaan hak asasi manusia dijamin, diatur dan dituangkan

dalam peraturan perundang-undangan”. Pasal 28j ayat 1 dan 2 (amandemen ke 2)

yang intinya setiap manusia wajib menghormati hak asasi manusia dan wajib tunduk

kepada pembatasan yang ditetapkan oleh undang-undang sesuai dengan

pertimbangan moral, nilai-nilai agama, keamanan dan ketertiban umum dalam suatu

masyarakat demokratis. Jadi dalam masalah ini kita perlu secara cermat menanggapi

kasus-kasus seperti ini karena permasalahan yang demikian sangatlah kompleks dan

sangat rentan terhadap perpecahan atau ancaman diintegrasi bangsa.

Hak Asasi Manusia: Makna dan Historisitas.

Dari membandingkan beberapa definisi tentang hak, ia dapat dimaknai sebagai

sesuatu nilai yang diinginkan seseorang untuk melindungi dirinya, agar ia dapat

Page 12: Permasalahan Isu SARA.docx

memelihara dan meningkatkan kehidupannya dan mengembangkan kepribadiannya.

[i] Hak itu mengimplisitkan kewajiban, karena pada umumnya seseorang berbicara

tentang hak manakala ia mempunyai tuntutan yang harus dipenuhi pihak lain.

Dalam pergaulan masyarakat, adalah mustahil membicarakan tanpa secara langsung

mengaitkan hak itu dengan kewajiban orang atau pihak lain.

Dari sejumlah hak-hak manusia itu ada yang dinilai asasi. Dalam kata asasi

terkandung makna bahwa subjek yang memiliki hak semacam itu adalah manusia

secara keseluruhan, tanpa membedakan status, suku, adat istiadat, agama, ras, atau

warna kulit, bahkan tanpa mengenal kenisbian relevansi menurut waktu dan tempat.

Dengan demikian, hak asasi manusia haruslah sedemikian penting, mendasar, diakui

oleh semua peradaban, dan mutlak pemenuhannya.

Kesadaran akan hak asasi dalam peradaban Barat timbul pada abad ke-17 dan

ke 18 Masehi sebagai reaksi terhadap keabsolutan raja-raja kaum feodal terhadap

rakyat yang mereka perintah atau manusia yang mereka pekerjakan. Sebagaimana

dapat diketahui dalam sejarah, masayarakat manusia pada zaman dahulu terdiri dari

dua lapisan besar : lapisan atas, minoritas, yang mempunyai hak-hak; dan lapisan

bawah, yang tidak mempunyai hak-hak tetapi hanya mempunyai kewajiban-

kewajiban, sehingga mereka diperlakukan sewenang-sewenang oleh lapisan atas.

Kesadaran itu memicu upaya-upaya perumusan dan pendeklerasian HAM, menurut

catatan sejarah HAM berkembang melalalui beberapa tahap. Hal ini terutama dapat

dilihat dalam sejarah ketatanegaraan di Inggris dan Prancis. Yaitu ditandainya

dengan keberhasilan rakyat Inggris memperoleh hak tertentu dari raja dan

pemerintahan Inggris yang dituangkan dalam berbagai piagam seperti: Petition Of

Rights tahun 1628, Habeas Corpus Act tahun 1679 dan Bill Of Rights tahun 1689

Page 13: Permasalahan Isu SARA.docx

serta dikeluarkannya Declaration des D du Citoyen tahun 1789 di Prancis.[ii] Selain

dua negara di atas, Bill Of Rights juga terjadi di negara bagian Virginia tahun 1776,

deklarasi kemerdekaan 13 Negara Bagian Amerika Serikat tahun 1789.

Setelah berakhirnya perang dunia I dan II dibentuk PBB dan dikeluarkan

pernyataan HAM internasional : Universal Declaration of Human Rights pada

tanggal 10 Desember 1948, dan disusul dengan Covenant on Civil and Political

Rights tahun 1966 dan Covenant on Economic, Social and Cultur Rights tahun 1966

dan Optional Protocol to he Covenant on Civil and Political Rights tahun 1966.

Kempat dokumen HAM internasional sering disebut sebagai The International Bill

Of Human Rights.

Dokumen-dokumen tersebut merupakan instrumen normatif HAM

internasional yang harus dihormati dan dipatuhi oleh setiap negara anggota PBB.

Bahkan dalam Covenant on Civil and Political Rights dimuat beberapa HAM yang

penerapannya tidak dapat diperkecualikan meskipun dalam keadaan sabagai luar

biasa. Apapun kedaaannya hak-hak yang dianggap sebagai intisari dari HAM harus

tetap dihormati.

Adanya pengakuan dan perlindungan kedudukan pribadi dalam instrumen

HAM tersebut menunjukkan adanya kemajuan dalam nilai dan norma yang

mendasari hubungan antar negara. HAM yang dulu lebih merupakan urusan dalam

negri masing-masing negara telah bergeser menjadi nilai dan hubungan

internasional, yaitu dibuktikan dengan adanya persetujuan semua negara, setidak-

tidaknya negara-negara anggota PBB terhadap deklarasi, konvensi dan konvenan

HAM internasional.

Page 14: Permasalahan Isu SARA.docx

Deklarasi PBB tersebut dapat diklasifakasikan dalam tiga katagori:

1. Hak sipil dan hak ploitik, hak persamaan /kemerdekaan sejak lahir (pasal 1), hak

untuk hidup (pasal 3), hak untuk memperoleh keadilan didepan hukum (pasal 6-8),

hak untuk memperoleh perlakuan yang manusiawi (tidak sewenang-wenang) dalam

penyelesain tertib sosial (pasal 5, dan 9-11), hak untuk bebas bergerak, mencari

suaka ke negara lain, dan menetapkan suatu kewarganegaraan (pasal 13-15), hak

untuk menikah dan membangun keluarga (pasal 16), hak untuk bebas berpikir,

berkesadaran dan beragama (pasal 18-19), dan hak untuk berkumpul dan berserikat

(pasal 20-21).

2. Hak eknomi dan sosial (pasal 22- 28) antara lain; hak untuk bekerja dan

memeperoleh upah yang layak, hak untuk beristirahat dan berkreasi, hak untuk

mendapat liburan periodik dengan (tetap) mendapat upah, hak untuk menikmati

standar hidup yang cukup, termasuk perumahan dan pelayanan medis, hak untuk

memperoleh jaminan sosial, hak untuk memperoleh pendidikan, dan hak untuk

berperan serta dalam kegiatan kebudayaan.

3. Dan hak kolektif mencakup hak semua bangsa untuk menentukan nasibnya sendiri,

hak semua ras dan suku bangsa untuk bebas dari segala bentuk diskrimainasi, hak

masyarakat untuk bebas dari neo-kolonialisme (pasal 28-30).

Hak-hak asasi manusia di atas, walaupun merupakan dekalarasi PBB dimana

seluruh bangsa dari pelbagai penjuru dunia terlibat, namun harus diakui berasal dari

buah pemikiran dan anak peradaban barat.

Pengaturan HAM di Indonesia dapat dilihat dari berbagai peraturan

perundang-undangan, khususnya dalam pembukaan dan batang tubuh Undang-

Page 15: Permasalahan Isu SARA.docx

undang Dasar 1945 serta peraturan perundangan lain diluar UUD 1945, misalnya

HAM yang berhubungan dengan proses peradilan dalam UU No. 14 Tahun 1970

tentang ketentuan-ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman dan UU No. 8 Tahun

1981 tentang KUHAP dan sebagainya. Sedangkan konsepsi HAM bangsa Indonesia

dapat dilihat dalam ketetapan MPR No. II/MPR/1998 tentang Garis-garis Besar

Haluan Negara (GBHN) dan tercantum dalam Bidang Pembangunan Hukum yang

menyatakan bahwa :

"HAM sebagai anugrah Tuhan Yang Maha Esa adalah hak-hak dasar yang secara

kodrati melekat pada diri manusia dan Meliputi : hak untuk hidup layak, hak

memeluk agama dan beribadat menurut agama masing-masing, hak untuk

berkeluarga dan memperoleh keturunan melalui perkawinan yang sah, hak untuk

mengembangkan diri termasuk memperoleh pendidikan, hak untuk berusaha, hak

milik perseorangan, hak memperoleh kepastian hukum dan persamaan kedudukan

dalam hukum, keadilan dan rasa aman, hak mengeluarkan pendapat, berserikat dan

berkumpul."

Dari latar historis beberapa perumusan dan dekalarasi HAM (yaitu:

perlindungan terhadap kebebasn individu di depan kekuasan raja, kaum feodal atau

negara yang domina atau tersentaralisasi), dan kesadaran ontologis tentang struktur

deklarasi PBB, serta kesadaran historis tentang peradaban yang melahirkannya,

dapatlah diidentifikasi karektaristik utama HAM. Perspektif Barat dalam melihat

HAM dapat disebut bersifat antrhoposentris, dengan pengertian bahwa manusia

dipandang sebagai ukuran bagi segala sesuatu karena ia adalah pusat atau ttitik tolak

dari semua pemikiran dan perbuatan. Produk dari perspektif antrhoposentris ini

tidak lain adalah individu yang otonom.

Page 16: Permasalahan Isu SARA.docx

Hak dapat dimaknai sebagai suatu nilai yang diinginkan seseorang untuk

melindungi dirinya, agar ia dapat ia memelihara dan meningkatkan kehidupannya

dan mengembangkan kepribadiannya. Ketika diberi imbuhan asasi, maka ia

sedemikian penting, mendasar, diakui oleh semua peradaban, dan mutlak

pemenuhannya.

Setelah melalui proses yang panjang, kesadaran akan hak asasi manusia

mengglobal sejak 10 Desember 1948 dengan ditetapkannya oleh PBB Deklarasi

tentang Hak Asasi Manusia. Deklarasi PBB ini, juga deklarasi-deklarasi

sebelumnya, dirancang untuk melindungi kebebasan individu di depan kekuasaan

raja, kaum feodal, atau negara yang cenderung dominan dan terdesentralisasi.

Karena itu, deklarasi-deklarasi tersebut, yang nota bene anak peradaban Barat,

melihat hak-hak asasi manusia dalam perspektif anthroposentris.

Dalam hal pelaksanaan hak-hak asasi manusia dalam Pancasila yang perlu

mendapat perhatian kita adalah bahwa disamping hak-hak asasi, wajib-wajib

asasi harus kita penuhi terlebih dahulu dengan penuh rasa tanggungjawab. Hak-

hak asasi manusia dilaksanakan dalam rangka hak-hak serta kewajiban warga

Negara.

2. 3. Krisis Ekonomi

TAHUN 1998 menjadi saksi bagi tragedi perekonomian bangsa. Keadaannya

berlangsung sangat tragis dan tercatat sebagai periode paling suram dalam sejarah

perekonomian Indonesia. Mungkin dia akan selalu diingat, sebagaimana kita selalu

mengingat black Tuesday yang menandai awal resesi ekonomi dunia tanggal 29

Oktober 1929.

Page 17: Permasalahan Isu SARA.docx

Hanya dalam waktu setahun, perubahan dramatis terjadi. Prestasi ekonomi

yang dicapai dalam dua dekade, tenggelam begitu saja. Dia juga sekaligus

membalikkan semua bayangan indah dan cerah di depan mata menyongsong

milenium ketiga.

Selama periode sembilan bulan pertama 1998, tak pelak lagi merupakan

periode paling hiruk pikuk dalam perekonomian. Krisis yang sudah berjalan enam

bulan selama tahun 1997,berkembang semakin buruk dalam tempo cepat. Dampak

krisis pun mulai dirasakan secara nyata oleh masyarakat, dunia usaha.

Dana Moneter Internasional (IMF) mulai turun tangan sejak Oktober 1997,

namun terbukti tidak bisa segera memperbaiki stabilitas ekonomi dan rupiah.

Bahkan situasi seperti lepas kendali, bagai layang-layang yang putus talinya. Krisis

ekonomi Indonesia bahkan tercatat sebagai yang terparah di Asia Tenggara.

Seperti efek bola salju, krisis yang semula hanya berawal dari krisis nilai tukar

baht di Thailand 2 Juli 1997, dalam tahun 1998 dengan cepat berkembang menjadi

krisis ekonomi, berlanjut lagi krisis sosial kemudian ke krisis politik.

Akhirnya, dia juga berkembang menjadi krisis total yang melumpuhkan nyaris

seluruh sendi-sendi kehidupan bangsa. Katakan, sektor apa di negara ini yang tidak

goyah. Bahkan kursi atau tahta mantan Presiden Soeharto pun goyah, dan akhirnya

dia tinggalkan. Mungkin Soeharto, selama sisa hidupnya akan mengutuk devaluasi

baht, yang menjadi pemicu semua itu.

Efek bola salju

Faktor yang mempercepat efek bola salju ini adalah menguapnya dengan cepat

kepercayaan masyarakat, memburuknya kondisi kesehatan Presiden Soeharto

memasuki tahun 1998, ketidakpastian suksesi kepemimpinan, sikap plin-plan

pemerintah dalam pengambilan kebijakan, besarnya utang luar negeri yang segera

Page 18: Permasalahan Isu SARA.docx

jatuh tempo, situasi perdagangan internasional yang kurang menguntungkan, dan

bencana alam La Nina yang membawa kekeringan terburuk dalam 50 tahun

terakhir.

Dari total utang luar negeri per Maret 1998 yang mencapai 138 milyar dollar

AS, sekitar 72,5 milyar dollar AS adalah utang swasta yang dua pertiganya jangka

pendek, di mana sekitar 20 milyar dollar AS akan jatuh tempo dalam tahun 1998.

Sementara pada saat itu cadangan devisa tinggal sekitar 14,44 milyar dollar AS.

Terpuruknya kepercayaan ke titik nol membuat rupiah yang ditutup pada level

Rp 4.850/dollar AS pada tahun 1997, meluncur dengan cepat ke level sekitar Rp

17.000/dollar AS pada 22 Januari 1998, atau terdepresiasi lebih dari 80 persen sejak

mata uang tersebut diambangkan 14 Agustus 1997.

Rupiah yang melayang, selain akibat meningkatnya permintaan dollar untuk

membayar utang, juga sebagai reaksi terhadap angka-angka RAPBN 1998/ 1999

yang diumumkan 6 Januari 1998 dan dinilai tak realistis.

Krisis yang membuka borok-borok kerapuhan fundamental ekonomi ini

dengan cepat merambah ke semua sektor. Anjloknya rupiah secara dramatis,

menyebabkan pasar uang dan pasar modal juga rontok, bank-bank nasional dalam

kesulitan besar dan peringkat internasional bank-bank besar bahkan juga surat utang

pemerintah terus merosot ke level di bawah junk atau menjadi sampah.

Puluhan, bahkan ratusan perusahaan, mulai dari skala kecil hingga

konglomerat, bertumbangan. Sekitar 70 persen lebih perusahaan yang tercatat di

pasar modal juga insolvent atau nota bene bangkrut.

Sektor yang paling terpukul terutama adalah sektor konstruksi, manufaktur,

dan perbankan, sehingga melahirkan gelombang besar pemutusan hubungan kerja

Page 19: Permasalahan Isu SARA.docx

(PHK). Pengangguran melonjak ke level yang belum pernah terjadi sejak akhir

1960-an, yakni sekitar 20 juta orang atau 20 persen lebih dari angkatan kerja.

Akibat PHK dan naiknya harga-harga dengan cepat ini, jumlah penduduk di

bawah garis kemiskinan juga meningkat mencapai sekitar 50 persen dari total

penduduk. Sementara si kaya sibuk menyerbu toko-toko sembako dalam suasana

kepanikan luar biasa, khawatir harga akan terus melonjak.

Pendapatan per kapita yang mencapai 1.155 dollar/kapita tahun 1996 dan

1.088 dollar/kapita tahun 1997, menciut menjadi 610 dollar/kapita tahun 1998, dan

dua dari tiga penduduk Indonesia disebut Organisasi Buruh Internasional (ILO)

dalam kondisi sangat miskin pada tahun 1999 jika ekonomi tak segera membaik.

Data Badan Pusat Statistik juga menunjukkan, perekonomian yang masih

mencatat pertumbuhan positif 3,4 persen pada kuartal ketiga 1997 dan nol persen

kuartal terakhir 1997, terus menciut tajam menjadi kontraksi sebesar 7,9 persen

pada kuartal I 1998, 16,5 persen kuartal II 1998, dan 17,9 persen kuartal III 1998.

Demikian pula laju inflasi hingga Agustus 1998 sudah 54,54 persen, dengan angka

inflasi Februari mencapai 12,67 persen.

Di pasar modal, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Jakarta

(BEJ) anjlok ke titik terendah, 292,12 poin, pada 15 September 1998, dari 467,339

pada awal krisis 1 Juli 1997. Sementara kapitalisasi pasar menciut drastis dari Rp

226 trilyun menjadi Rp 196 trilyun pada awal Juli 1998.

Di pasar uang, dinaikkannya suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI)

menjadi 70,8 persen dan Surat Berharga Pasar Uang (SBPU) menjadi 60 persen

pada Juli 1998 (dari masing-masing 10,87 persen dan 14,75 persen pada awal

krisis), menyebabkan kesulitan bank semakin memuncak. Perbankan mengalami

Page 20: Permasalahan Isu SARA.docx

negative spread dan tak mampu menjalankan fungsinya sebagai pemasok dana ke

sektor riil.

Di sisi lain, sektor ekspor yang diharapkan bisa menjadi penyelamat di tengah

krisis, ternyata sama terpuruknya dan tak mampu memanfaatkan momentum

depresiasi rupiah, akibat beban utang, ketergantungan besar pada komponen impor,

kesulitan trade financing, dan persaingan ketat di pasar global.

Selama periode Januari-Juni 1998, ekspor migas anjlok sekitar 34,1 persen

dibandingkan periode sama 1997, sementara ekspor nonmigas hanya tumbuh 5,36

persen.

Anomali

Krisis kepercayaan ini menciptakan kondisi anomali dan membuat instrumen

moneter tak mampu bekerja untuk menstabilkan rupiah dan perekonomian.

Sementara di sisi lain, sektor fiskal yang diharapkan bisa menjadi penggerak

ekonomi, juga dalam tekanan akibat surutnya penerimaan.

Situasi yang terus memburuk dengan cepat membuat pemerintah seperti

kehilangan arah dan orientasi dalam menangani krisis. Di tengah posisi goyahnya,

Soeharto sempat menyampaikan konsep "IMF Plus", yakni IMF plus CBS

(Currency Board System) di depan MPR, sebelum akhirnya ide tersebut

ditinggalkan sama sekali tanggal 20 Maret, karena memperoleh keberatan di sana-

sini bahkan sempat memunculkan ketegangan dengan IMF, dan IMF sempat

menangguhkan bantuannya.

Ditinggalkannya rencana CBS dan janji pemerintah untuk kembali ke program

IMF, membuat dukungan IMF dan internasional mengalir lagi. Pada 4 April 1998,

Letter of Intent ketiga ditandatangani. Akan tetapi kelimbungan Soeharto, telah

Page 21: Permasalahan Isu SARA.docx

sempat menghilangkan berbagai momentum atau kesempatan untuk mencegah

krisis yang berkelanjutan.

Bahkan memicu adrenali masyarakat, yang sebelumnya terbilang tenang

menjadi beringas. Kemarahan rakyat atas ketidakberdayaan pemerintah

mengendalikan krisis di tengah harga-harga yang terus melonjak dan gelombang

PHK, segera berubah menjadi aksi protes, kerusuhan dan bentrokan berdarah di Ibu

Kota dan berbagai wilayah lain, yang menuntun ke tumbangnya Soeharto pada 21

Mei 1998.

Tragedi berdarah ini memicu pelarian modal dalam skala yang disebut-sebut

mencapai 20 milyar dollar AS, gelombang hengkang para pengusaha keturunan,

rusaknya jaringan distribusi nasional, terputusnya pembiayaan luar negeri, dan

ditangguhkannya banyak rencana investasi asing di Indonesia.

Munculnya pemerintahan baru yang tidak memiliki legitimasi, dan lebih sibuk

dengan manuvernya untuk merebut hati rakyat, tidak banyak menolong keadaan.

Pemburukan kondisi ekonomi, sosial, dan politik dengan cepat ini setidaknya terus

berlangsung hingga kuartal kedua, bahkan kuartal ketiga 1998. Begitulah, kita telah

menyaksikan episode terburuk perekonomian sepanjang tahun 1998.

Pemulihan Ekonomi Tergantung Penyelesaian Agenda Politik

PELAKSANAAN agenda politik secara aman, lancar, tertib dan sesuai dengan

aspirasi sebagian besar rakyat merupakan keharusan, apabila diinginkan ekonomi

akan segera pulih. Sebaliknya, bila kerusuhan sosial terus meningkat dan pemilu

tidak dapat dilaksanakan, maka pemulihan ekonomi sulit diharapkan dalam waktu

cepat.

Laksamana Sukardi menilai, kondisi perekonomian di tahun 1999 berada

dalam situasi yang kritis. Artinya perekonomian nasional berada di persimpangan

Page 22: Permasalahan Isu SARA.docx

jalan antara kemungkinan terjadi recovery dan kehancuran. Peluangnya separuh-

separuh.

Investor bersikap menunggu, apakah pemilu akan berjalan jujur dan adil, serta

demokratis. Kedua hal itu menjadi syarat pembentukan pemerintahan yang bisa

dipercaya rakyat. Apabila demikian, maka dengan cepat ekonomi Indonesia akan

pulih, karena investor pasti akan datang kembali ke Indonesia.

Oleh karena itu, keinginan seluruh rakyat Indonesia yang menghendaki agar

pemilu berlangsung jujur, adil, transparan, serta demokratis harus benar-benar

dilaksanakan dan tidak bisa ditawar-tawar lagi. Menurut dia, masuknya aliran modal

asing sebagai jalan terbaik dalam pemulihan ekonomi hanya bisa terjadi kalau ada

pemerintahan yang bersih, didukung rakyat, adanya kepastian hukum dan sistem

peradilan yang independen.

Suksesnya pemilu dan Sidang Umum di tahun 1999 tidak serta merta terjadi

begitu saja. Mulai saat ini harus dipersiapkan. Namun bayangan kegagalan masih

berkecamuk, mengingat intensitas kekerasan dan kejadian perampokan dan

penjarahan yang membuat masyarakat merasa tidak aman masih sering terjadi.

MELIHAT pentingnya faktor penyelesaian politik, rencana pegelaran dialog

nasional sangat penting. Melalui dialog nasional tersebut, diharapkan tokoh-tokoh

yang terlibat menyamakan persepsi bahwa pemilu harus berhasil dan sesuai aspirasi

rakyat.

Kita sama-sama menghendaki, pemerintahan yang demokratis dan didukung

rakyat. Pemerintah sekarang berani mengakui, bahwa dirinya bersifat transisi dan

hanya mempersiapkan pemerintahan yang akan datang. Sebaliknya tokoh-tokoh

nasional juga harus berani mengakui pemerintahan yang sekarang.

Page 23: Permasalahan Isu SARA.docx

Selain masalah politik, pembenahan sektor ekonomi terutama moneter juga

sangat penting, apabila kita mengharapkan pemulihan ekonomi. Dua persoalan

mendasar yang harus diselesaikan, yaitu restrukturisasi perbankan dan utang luar

negeri.

Pertama, restrukturisasi perbankan harus berhasil. Rencana rekapitalisasi

kemungkinan besar tidak akan berhasil. Oleh karena itu, pemerintah harus berani

melakukan penutupan bank-bank yang memang tidak solvent, dengan demikian

hanya tinggal sedikit bank yang kuat dan profesional.

Sebelum mengatasi perbankan swasta, bank-bank BUMN harus juga selesai.

Apabila persoalan bank ini tidak diselesaikan, maka tidak akan ada kegiatan

ekonomi, karena tidak ada kodal kerja dan perdagangan.

Kedua, masalah utang luar negeri pemerintah dan swasta. Seberapa jauh

masalah utang LN ini bisa diselesaikan. Sebab, mengakhiri krisis perbankan

kepercayaan dunia internasional terhadap pemerintah tergantung dari penyelesaian

utang tersebut. Bila default, maka kredibilitas turun dan investor enggan masuk ke

Indonesia.

Ketua Umum Himpunan Pengusaha Muda Indonesia, Haryadi B Sukamdani

mengatakan, sebagai pengusaha pihaknya memang harus optimis. Tetapi kalau

melihat di lapangan terutama perkembangan politik yang ada, maka yang ada hanya

rasa waswas dan gamang. Sebab pemilu masih jauh, tetapi intensitas kekerasan

sudah cukup tinggi, apalagi nanti kalau mendekati kampanye dan pemilu.

Oleh karena itu sikap para pengusaha di tahun 1999 ini sudah pasti akan

menunggu. Investasi tidak akan ada. Yang terjadi, para pengusaha hanya

meningkatkan volume dan penjualan dari yang sudah ada. Pengusaha tidak mungkin

mengandalkan pasar domestik, tetapi luar negeri.

Page 24: Permasalahan Isu SARA.docx

Kalau penyelesaian politiknya baik, masyarakat mendukung pemerintahan

yang baru, maka ekonomi akan cepat sekali kembalinya. Yang dikhawatirkan ialah

kalau terjadi gejolak sosial akibat kegagalan pemilu yang tidak menampung aspirasi

rakyat.

Dengan pertimbangan-pertimbangan seperti itu, dunia usaha melihat kondisi

perekonomian nasional di tahun 1999 ibarat seseorang yang sedang mengendarai

mobil di tengah "kabut tebal". Kabut tebal (situasi sosial politik-Red) menyebabkan

pengendara (baca: pengusaha) tidak bisa memandang jauh ke depan. Atas dasar

pertimbangan keselamatan, maka pengendara itu tidak punya pilihan lain kecuali

menghentikan perjalanannya dan menunggu sampai kabut itu berlalu.

Itu berarti, pemerintah sejak sekarang harus bisa menyelesaikan semua

persoalan ekonomi dan politik yang di dalam negeri. Transparan, tegas, jelas, dan

cepat diperlukan. Jangan sampai malah menimbulkan kebingungan dan

ketidakjelasan.

Sistem ekonomi Indonesia pada masa Orde Baru bersifat “birokrat

otortarian” yang ditandai dengan pemusatan kekuasaan dan partisipasi dalam

membuat keputusan-keputusan nasional hamper sepenuhnya berada di tangan

penguasa bekerjasama dengan kelompok militer dan kaum teknokrat.

Kebijaksanaan ekonomi yang selama ini diterapkan yang hanya mendasarkan pada

pertumbuhan dan mengabaikan prinsip nilai kesejahteraan bersama seluruh bangsa,

dalam kenyataannnya hanya menyentuh kesejahteraan sekelompok kecil orang

bahkan pengusaha. Krisis ekonomi yang terjadi di dunia dan melanda Indonesia

mengakibatkan ekonomi Indonesia terpuruk sehingga kepailitan yang diderita oleh

para pengusaha harus di tanggung oleh rakyat.

Page 25: Permasalahan Isu SARA.docx

Dalam kenyataannnya sector ekonomi yang justru mampu bertahan pada masa

krisis dewasa ini adalah ekonomi kerakyatan yaitu ekonomi yang berbasis pada

usaha rakyat. Langkah yang strategis dalam upaya melakukan reformasi

ekonomi yang berbasis pada ekonomi rakyat yang berdasarkan nilai-nilai

Pancasila yang mengutamakan kesejahteraan seluruh bangsa adalah sebagai

berikut : “Keamanan pangan dan mengembalikan kepercayaan yaitu dilakukan

dengan program “social safety net” yang lebih dikenal dengan program Jaring

Pengaman Sosial (JPS). Untuk mengembalikan kepercayaan rakyat terhadap

pemerintah maka pemerintah harus secara konsisten menghapus KKN serta

mengadili oknum-oknum yang melakukan pelanggaran. Ini akan memberikan

kepercayaan dan kepastian usaha”.

1. Kesimpulan

Kondisi persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia dewasa ini serta penyimpangan

implementasi Pancasila pada masa Orde Lama dan Orde Baru yang menimbulkan

gerakan reformasi di Indonesia sehingga terjadilah suatu perubahan yang cukup besar

dalam berbagai bidang terutama bidang kenegaraan, hukum maupun politik. Maka dari

itu sebagai warganegara yang baik sebaiknya kita tahu beberapa hal-hal sebagai berikut :

a. Dalam penegakan hak asasi manusia kita sebagai mahasiswa harus bersifat objektif

dan benar-benar berdasarkan kebenaran moral demi harkat dan martabat

manusia bukan karena kepentingan politik.

Page 26: Permasalahan Isu SARA.docx

b. Perlu disadari bahwa dalam penegakan hak asasi manusia tersebut pelanggaran hak

asasi manusia dapat dilakukan seseorang, kelompok orang termasuk aparat

Negara, penguasa Negara baik disengaja ataupun tidak (UU No. 39 tahun

1999).

c. Sistem ekonomi harus berdasarkan pada nilai dan upaya terwujudnya kesejahteraan

seluruh bangsa maka peningkatan kesejahteraan akan dirasakan oleh sebagian

besar rakyat sehingga dapat mengurangi kesenjangan ekonomi.

d. Kehidupan beragama dalam Negara Indonesia dewasa ini harus dikembangkan

kearah terciptanya kehidupan bersama yang penuh toleransi, saling menghargai

berdasarkan nilai kemanusiaan yang adil dan beradab.

e. Rehabilitasi dan pemulihan ekonomi. Hal ini dilakukan dengan menciptakan

kondisi kepastian usaha yaitu dengan diwujudkannya perlindungan hukum

serta undang-undang persaingan yang sehat

Diposkan oleh Shanzjunior Blog di 06.48

Label: pMp

Masalah n solusinya

Apakah Pancasila?

1. Ketuhanan Yang Maha Esa

Page 27: Permasalahan Isu SARA.docx

2. Kemanusiaan yang Adil dan Beradab

3. Persatuan Indonesia

4. Kerakyataan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam

Permusyawaratan/Perwakilan

5. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia

Alhamdulillah…tanpa membaca buku atau internet, ternyata saya masih hafal kelima butir

Pancasila, hehe…

Okelah sila ke-1 hingga ke-4 boleh kita katakan cukup bagus pencapaiannya. Namun sila ke-

5 memang masih jauh panggang dari api.

Lagi-lagi terjadi kasus SARA, kasus Sampang, dll itu adalah bentuk penyimpangan dari

Pancasila. Paling sulit memang di manapun adalah pada tataran aplikasi atau implementasi.

Lebih mudah menulis dan menyusun nilai-nilai ketuhanan, nilai-nilai keagamaan, nilai-nilai

universal, dan nilai-nilai kemanusiaan, dalam jutaan bahkan miliaran lembar mengenai

Pancasila. Namun pada tataran implementasi sangat-sangat sulit.

Oleh karenanya demi implementasi Pancasila pada kehidupan bangsa dan negara yang multi

SARA ini harus mengedepankan skala prioritas. Dalam menentukan skala prioritas, kita

harus tahu apa saja yang kita butuhkan dalam waktu dekat, misalnya dalam kurun waktu

sebulan, setahun atau lima tahun. Kebutuhan kita bisa saja kita inventaris, tetapi urutkan

menurut skala prioritas dan timeline-nya juga ada.

Dari awal berdirinya Nusantara yang dari kerajaan-kerajaan, lalu periode penjajahan, hingga

kita merdeka sudah 67 tahun, tentu kita tahu urutan skala prioritas kebutuhan kita. Kebutuhan

Page 28: Permasalahan Isu SARA.docx

mendesak sekarang ini misalnya adalah rasa aman bagi seluruh rakyat Indonesia, tanpa

kecuali, karena itu juga berujung pada kelima Pancasila.

Walaupun negara sangat kesulitan untuk menjamin rasa aman bagi seluruh rakyat Indonesia,

tetapi harus terus diupayakan, minimal pencapaiannya 80% misalnya atau 90% atau 99%, itu

tergantung musyawarah kita. Angka itulah sebagai patokan dalam menilai kinerja kita.

Kemudian sebagai contoh kasus Sampang baru-baru ini, maka kebutuhan mendesaknya

adalah menyelesaikan akar permasalahan, yakni adanya perbedaan akidah antara Islam

dengan Syiah. Nah, negara tentu harus berpihak kepada Islam secara adil. Artinya, 1)

Berpihak dalam arti, bahwa Syiah dihimbau untuk membuat agama baru bila ingin terus

memakai akidahnya, tidak mengaku sebagai Islam. 2) Berpihak dalam arti, bahwa Syiah

dihimbau untuk kembali kepada Islam, karena ada beberapa hal memiliki kesamaan. Tinggal

pilihan umat Syiah, mau pilih poin 1 atau 2 silahkan.

Adapun hak sebagai WNI harus ada jaminan keamanan dari negara. Kecuali bila Syiah terus-

menerus menyimpang akidahnya dan mengaku Islam, maka negara harus tegas dengan

membuat vonis yang disertai dengan pembuatan perundangan yang berkuatan hukum

walaupun tidak harus sedarurat ketika pernah dilakukan oleh Kesultanan Demak Bintoro

ketika memvonis hukuman mati bagi Syek Siti Jenar dan pengikutnya. Persyaratan

kedaruratan itu pun harus dikaji secara mendalam sehingga ketika vonis dilakukan justru

tidak menimbulkan kemudharatan yang lebih buruk.

*) Saya menulis dari perspektif saya yang sangat subyektif.