Permasalahan Sosial Pada Anak Korban Pelecehan Seksual

Oleh Intan Pratitasari10050011093

Identitas• Nama : Y M• Jenis Kelamin : Laki-laki • Tempat/ Tgl Lahir : Bandung, 21 November

2005• Suku bangsa : Sunda• Agama : Islam• Pendidikan: SD• Alamat : Kp. CK Kec. D K, Kota B• Keurutan dalam keluarga : Anak ke – Empat dari

Emoat bersaudara

KeluhanSetelah mengalami musibah pada bulan Oktober

taun 2014 lalu yaitu perlakuan sodomi yang dilakukan oleh orang yang dekat dengan S dan berada di lingkungan sekitar rumah S yaitu seorang penjaga mesjid,Setelah kejadian tersebut tampak perubahan pada

tingkah laku S yaitu S menjadi sangat pendiam, menarik diri dan sering melamun S pun susah sekali untuk mau di ajak main ke luar rumah padahal sebelumnya S adalah anak yang suka bergaul dengan teman – teman sekitar rumahnya walaupun temannya hanya itu – itu saja.

S sebelum kejadian yang menimpa dirinya ia masih mau untuk di ajak bermain keluar rumah seperti bermain sepeda dengan temannya ataupun bermain bulu tangkis namun sekarang S lebih sering berdiam diri di kamar terkadang hanya bermain sendiri dengan mainan yang dimilikinya

S banyak menghabiskan waktu untuk berdiam diri di rumah saja. selain itu bila S melihat orang asing yang tak dikenal datang ke rumahnya S sering kali terlihat ketakutan dan langsung berlari masuk kamar

S sekarang tidak mau bersekolah, Sudah beberapa bulan ini S membolos sekolah dan tidak mau masuk sekolah. Suasana hati S sering kali berubah – ubah. S tiba – tiba marah atau kesal, Bila S sedang bermain sendiri S terkadang melempar mainannya tiba – tiba karena S merasa kesal.

Riwayat KeluhanS mengalami pelecehan seksual sekitar 7 bulan yang lalu yang dilakukan oleh orang yang notabene nya adalah orang yang dekat dengan SMenurut ibunya gejala awal muncul S terlihat sering

murung tetapi ibunya tidak begitu merasa curiga karena S memang anak yang jarang sekali bercerita kepada ibunya di karenakan ibunya sangat sibuk bekerja begitupun hubungan S dengan ayahnya yang tidak begitu dekat karena ayahnya bekerja di luar kota dan jarang sekali pulang selain itu dalam hubungan dengan kakak – kakak nya pun tidak begitu dekat karena terpaut usia yang jauh dan terkadang kakak – kakak s sibuk dengan urusannya amsing – masing.

S semakin lama terlihat semakin pendiam S sama sekali tidak mau bermain dan keluar rumah bila ada yang mengajak bermain S selalu menolak.

S pun saat bersekolah S akan mendadak pulang ke rumah padahal jam sekolah masih berlangsung kadang S tidak mau pergi sekolah dengan alasan tidak enak badan

Ibu S mengetahui bahwa anaknya adalah korban pelecehan saat ada pihak kepolisian mendatangi rumahnya. Reaksi S pada saat itu langsung berteriak menangis meronta - ronta. S langsung mengurung diri di kamar tidak mau berbicara dengan siapapun

Dari kejadian tersebut sampai sekarang S enggan bersekolah dan sulit sekali untuk di ajak ke luar rumah karena S mengaku s merasa malu akan dirinya sendiri S menjadi anak yang lebih suka menyendiri dan nyaman bermain dengan mainan ketimbang bermain dengan teman – temannya di luar

Menurut ibunya apabila S sedang bermain sendiri dengan mainannya pun S tiba – tiba melempar mainannya terkadang S juga menangis

S tampaknya berusaha untuk merepress kejengkelan, kemarahan, kekecewaan akibat dari musibah yang pernah di alami S sehingga pengalaman – pengalaman buruk tersebut terkadang muncul dalam mimpi S

Hasil AnamnesaLatar Belakang Keluarga (Pola Asuh)• Ibunya kurang berperan dalam tumbuh kembang S karena

ibunya sibuk bekerja kadang S di urus dengan bibinya. Menurut ibunya memang S sangat jarang bercerita pada ibunya karena ibunya mengaku ia sangat sibuk bekerja sehingga waktu bersama anak – anaknya tidak begitu banyak.. Ibunya kurang berperan dalam proses tumbuh kembang S karena S.

• Kedekatan S dengan Ayahnya pun tidak terlalu dekat sejak dari kecil dikarenakan Ayah S jarang berada di rumah.

Perkembangan Sosial

Setelah mengalami perlakuan sodomi S menjadi kurang mampu bersosialisai dengan baik S sering berdiam diri di kamar. S hanya memiliki sedikit teman karena S bila sudah berteman dengan satu teman maka S akan bermain terus – menerus dengan temanya tersebut. S cenderung menarik diri dan memisahkan diri dan bermain sendiri. S saat ini menjadi anak yang sangat pendiam dan sekarang sama sekali S tidak mau bermain ke luar rumah., karena S merasa malu akan kejadian yang telah menimpanya

Terganggunya perkembangan psikis S terutama perkembangan sosial disebabkan karena S merasa terhina yang dipenuhi rasa bersalah seolah-olah merekalah yang menyebabkan terjadinya pelecehan tersebut. S mengalami gangguan akibat pelecehan seksual yang diterimanya dan mengalami kesulitan dalam berinteraksi dengan orang lain, baik itu orang dewasa maupun dengan teman sebaya mereka

Perkembangan Emosi

Suasana hati S sering berubah – ubah . S sulit mengontrol emosinya ketika ia sedang marah atau kesal. Perilaku yang dimunculkan S ketika emosi disebabkan oleh suasana hatinya yang kurang baik. Jika S sedang dalam suasana hati yang kurang baik, S menjadi marah-marah atau diam tidak mau melakukan aktivitas apapun. Saat S marah. Bila S sedang kesal S selalu melempar mainannya

Kesimpulan Sementara Sebelum musibah yang menimpa S yaitu

perlakuan sodomi S dalam bergaul dengan teman – teman baik di sekolah maupun teman – teman sekitarnya terjalin dengan baik walaupun teman – teman S hanya itu – itu saja

setelah musibah S menjadi seseorang yang penyendiri dan S menarik diri dengan lingkungannya

S lebih sering berdiam diri di rumah ibu S merasa serba salah dan membiarkan S karena ibu S merasa S sudah mulai tenang apabila S bermain dengan mainan – mainannya selain itu ibu S tidak bisa begitu memperhatikan S karena ibunya sibuk bekerja

perilaku yang di tampilkan S semenjak S mengalami kejadian pelecehaan seksual yang dialaminya 7 bulan lalu yaitu S sangat sulit untuk bisa bergaul dengan lingkungan sekitarnya dan cenderung menarik diri atau memisahkan diri dari lingkungan sosial, S menjadi sangat jarang berbicara,

S juga mengalami gangguan emosi dikarenakan suasana hati S sering kali berubah – ubah. S tiba – tiba marah atau kesal, Bila S sedang bermain sendiri S terkadang melempar mainannya tiba – tiba karena S merasa kesal

Tinjauan Teoritis

Karakeristik Usia Late Childhood (J.W. Santrock, 2011:236

• Usia sekolah dasar• Usia penyesuaian diri . Pada usia ini terjadi

perubahan sikap, nilai dan tingkah laku.• Usia penyesuaian sosial. Pada usia ini terjadi

perubahan peran dan bertambahnya teman, sehingga anak dituntut melakukan penyesuaian dengan tuntutan dan harapan yang ada di lingkungan.

• Usia berkelompok . Pada usia ini, motif lebih terarah pada penerimaan teman sebaya.

.

• Usia kreativitas atau periode dalam dorongan berprestasi. Pada usia ini, anak – anak mempunyai kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru. Perkembangan ini sangat dipengaruhi oleh lingkungan terutama lingkungan sekolah.

• Usia bermain ; minat kegiatan bermain menjadi semakin luas

Teori Dollard MillerKebiasaan (habit) adalah satu-satunya elemen dalam Teori Dollard dan Miller yang memiliki sifat struktural. Habit adalah ikatan atau asosiasi antara stimulus dengan respon, yang relatif stabil dan bertahan lama dalam kepribadian. Karena itu gambaran kebiasaan seseorang tergantung pada event khas yang menjadi pengalamannya

Sejumlah kebiasaan dapat meli batkan respon-respon internal yang pada gilirannya membang kitkan stimulus-stimulus internal yang memiliki sifat-sifat dorongan. (Kita telah memeriksa rasa takut sebagai salah satu contoh dorongan yang dihasilkan oleh respon dan yang bersifat dipelajari.) Dorongan-dorongan sekunder ini juga harus dipan dang sebagai bagian-bagian kepribadian yang bersifat menetap. Dorongan-dorongan primer dan hubungan-hubungan S-R bawaan juga merupakan unsur bagi pembentukan struktur kepribadian.

Dinamika Kepribaian Dollard MillerKiranya juga jelas bahwa kebanyakan perkuatan dalam kehidupan sehari-hari subjek manusia tidak berupa hadiah- hadiah primer. Melainkan berupa peristiwa-peristiwa yang mulanya netral namun kemudian memiliki nilai hadiah karena terus-menerus dialami bersamaan dengan perkuatan primer.

Teori Psikoanalisa

Represi merupakan proses penekanan dorongan-dorongan ke alam tak sadar, ka, orang atau karena mengancam keamanan ego. Anna Freud mengartikan pula sebagai “melupakan yang bermotivasi”, adalah ketidakmampuan untuk mengingat kembali situasi, orang atau peristiwa yang menakutkan. Represi merupakan mekanisme pertahanan dasar yang terjadi ketika memori, pikiran atau perasaan (kateksis objek = id) yang menimbulkan kecemasan ditekan keluar dari kesadaran oleh antikateksis (ego). Orang cenderung merepres keinginan atau hasrat yang apabila dilakukan dapat menimbulkan perasaan bersalah (guilty feeling) dan konflik yang menimbulkan rasa cemas atau merepres memori (ingatan) yang meyakitkan.

Dinamika Masalah

Dalam permasalahan ini, pengasuhan yang diberikan oleh ibu sebagai figur utama bagi S, Ibu S kurang memperhatikan S karena sibuk bekerja. Jadi kurang ada kedekatan antara S dengan ibunya, Begitu pun hubungan S dengan ayahnya dikarenakan ayahnya jarang sekali berada di rumah karena ayahnya bekerja di luar kota

Dalam hubungan dengan kakak – kakak nya pun tidak begitu dekat karena terpaut usia yang jauh dan terkadang kakak – kakak S sibuk dengan urusannya masing – masing

Namun keadaan S sekarang berbeda, akar dari permasalahan ini yang menjadi stimulus yaitu berawal dari musibah yang menimpa S yaitu perlakuan sodomi yang diterima S Setelah mengalami musibah tersebut pada bulan Oktober taun 2014 lalu yang dilakukan oleh orang yang dekat

Setelah musibah tersebut respon tingkah laku yang di tampilkan S sangat berbeda yaitu S menjadi anak yang sangat penyendiri dan menarik dirinya dari lingkungan S tidak mau bermain dengan orang lain dan tidak mau bermain ke luar rumah

S pun mengalami masalah emosi, suasana hati S sering kali berubah – ubah. S tiba – tiba marah atau kesal, Bila S sedang bermain sendiri

Respon tingkah laku S tersebut diperkuat oleh kedua orang tua S yang keduanya sibuk bekerja sehingga tidak punya banyak waktu untuk bisa memberikan perhatian pada S

S tampaknya berusaha untuk merepress kejengkelan, kemarahan, kekecewaan akibat dari musibah yang pernah di alami S sehingga pengalaman – pengalaman buruk tersebut terkadang muncul dalam mimpi S

Saat ini S duduk di kelas 5 SD, menurut tahap perkembangan Late Childhood, seharusnya S dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan dan mengikuti perubahan sikap nilai dan tingkah laku yang mengarah lebih positif lagi, namun hal ini tidak dapat dilakukan S dengan baik

Diagnosa

Berdasarkan hasil observasi dan anamnesa, maka perilaku S dapat di indikasikan bahwa S mengalami kesulitan dalam penyesuaian sosialnya dan masalah emosi.

Prognosa

Prognosa pada S adalah positif, dan di dukung oleh kesedian orang tua S untuk mebantu membimbing atau mengajarkan perilaku positif dan memberikan perhatian yang lebih banyak pada S. Prognosa akan menjadi negatif apabila kurangnya dukungan dari banyak pihak seperti keluarga khsusunya orang tua jika kurang tetap memberikan stimulasi pada S.

Daftar Pustaka