89

PERNYATAAN ORISINALITAS TUGAS AKHIRrepository.uinjambi.ac.id/3829/1/JEMA'AT W.pdf · 2020. 7. 8. · musik seringkali juga menjadi ajang pesta minum minuman keras, peredaran obat-obatan

  • Upload
    others

  • View
    0

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • PERNYATAAN ORISINALITAS TUGAS AKHIR

    : Jema’at

    : SIP. I51996

    : Ilmu Pemerintahan

    : Syariah

    : Desa Mangsang, Kecamatan Bayung Lencir, Kabupaten Musi Bayuasin

    Jambi, 23 Maret 2020 Yang Menyatakan,

    Jema’at NIM. SIP. 151996

    ii

  • iii

  • iv

  • MOTTO

    َ یَْجعَل لَّھُ َمْخَرًجا َویَْرُزْقھُ ِمْن َحْیُث َال یَْحتَ { َ بَاِلُغ أَْمِرِه قَْد َوَمن یَتَِّق �َّ ِ فَُھَو َحْسبُھُ إِنَّ �َّ ِسُب َوَمن یَتََوكَّْل َعلَى �َّ

    ُ ِلُكِلّ َشْيٍء قَْدًرا ] 3 -2 : الطالق [ } َجعََل �َّ

    Artinya: Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barang siapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan) nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki) Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap -tiap sesuatu}. (Q.S.At -Thalaq 2-3)

    v

  • KATA PENGANTAR

    Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena

    atas rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat

    beserta salam semoga tetap terlimpahkan kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad

    SAW yang telah mencurahkan hidupnya untuk menyempurnakan akhlak dan menjadi rahmat

    bagi umat manusia.

    Skripsi ini adalah salah satu wujud di antara karunia Allah yang di limpahkan kepada

    penulis melalui kemampuan mencurahkan pemikiran kedalam rangkaian karya tulis ini.

    Selanjutnya penulisan skripsi ini merupakan kewajiban bagi mahasiswa untuk memperoleh

    gelar sarjana strata satu (S.1) di Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

    Disamping itu juga penulis ingin menyumbangkan karya demi nusa dan bangsa dan agama.

    Adapun judul skripsi ini adalah “ Efektivitas Kinerja Pemerintah Dalam Pengawasan

    Hiburan Pesta Rakyat ( Studi Di Desa Mangsang Kecamatan Bayung Lencir )”.

    Dalam penyelesaian penulisan skripsi ini, Penulis tidak dapat berbuat banyak tanpa

    bantuan, arahan, bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak. Karena itu penulis merasa

    bersyukur kehadirat Allah SWT dan menghaturkan ucapan terima kasih kepada yang terhormat ;

    1. Bapak Prof. Dr. H. Su’aidi Asy’ari, MA, Ph.D selaku Rektor Universitas Islam Negeri

    Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

    2. Bapak Dr. Sayuti S. Ag,. M.H selaku Dekan Fakultas Syari’ah Universitas Islam Negeri

    Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

    vi

  • 3. Bapak Dr. Agus Salim, M.A, M.I.R,Ph.D Wakil Dekan Bidang Akademik Fakultas

    Syari’ah Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

    4. Bapak Dr. Ruslan Abdul Gani,S.H,. M.H Wakil Dekan Bidang Administrasi Umum

    Fakultas syari’ah Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

    5. Bapak Dr. Ishaq, S.H,. M.Hum Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan kerja sama di

    Fakultas Syari’ah Univrtias Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddiin Jambi.

    6. Ibu Dr. Irmawati Sagala, S.IP. M.SI Ketua Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Syari;ah

    Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi. Dan Sekretaris Jurusan Ilmu

    Pemerintahan Fakultas Syari’ah Universitas Islam Negeri Sulthan ThahaSaifuddin Jambi.

    7. Dr. Rabiatul Adawiyah,.M.HI selaku pembimbing I dan Bapak Yudi

    Armansyah,.M.Hum selaku pembimbing II yang banyak meluangkan waktu dalam

    bimbingan skripsi ini.

    8. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Syari’ah Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha

    Saifuddin Jambi.

    9. Karyawan Fakultas Syari’ah dan perpustakaan Fakultas Syari’ah Universitas Islam

    Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

    10. Bapak dan Ibu seluruh Jajaran Pemerintah Desa Mangsang Kecamatan Bayung Lencir

    Kabupaten Musi Banyuasin yang banyak meluangkan waktu untuk menjadi informan

    dalam penulisan skripsi ini.

    vii

  • viii

  • PERSEMBAHAN

    Kupersembahkan skripsi untuk

    Kedua orangtua ku

    ALMARHUM Ayahanda tercinta SANGKUT BIN SAHORI dan Ibunda

    tercinta ASNI BIN MUHAMMAD Termasuk Saudara Laki – laki ku

    yaitu Helmi Bin Sangkut juga Heri Bin Sangkut dan Ayuk Iparku

    MIRNA yang selalu memperjuangkan hidupku, rela berkorban

    lahir dan bathin yang dalam mencarikan nafkah kehidupan dan

    tercurah dalam tetesan keringat tanpa mengenal rasa lelah serta

    untaian doa-doa yang di panjatkan dalam setiap sujudnya serta

    selalu memberikan bimbingan dan semangat dan mengasuh dengan

    segala ketabahan dan kelembutannya

    Dan tak luput kepada adikku tercinta MIMO BIN SANGKUT yang

    selalu memberikan semangat dan dukungan dalam kehidupanku

    Kepada dosen pembimbing terima kasih atas bimbingannya dalam

    memberikan pemikiran-pemikiran dan pemasukkan gambaran

    ide-ide dalam setiap proses penyelesaian skripsi ini

    Dan untuk seseorang yang selalu menyemangati memberikan

    dorongan dan masukan atas segala persoalan yang saya hadapi serta

    sahabat-sahabat ku yang selalu memberikan dorongan dan

    semangat kepada ku dalam keadaan suka maupun duka.

    ix

  • Abstrak

    Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana Efektivitas Kinerja Pemerintah Dalam Pengawasan Hiburan Pesta Rakyat Studi di Desa Mangsang Kecamatan Bayung Lencir Khususnya Peraturan Daerah Kabupaten Musi Banyuasin Nomor 2 Tahun 2018 selanjutnya ingin mengetahui penerapan terhadap efektivitas pemerintah desa mangsang yang tercantum dalam perda sebagaimana dimaksud. Desa mangsang adalah desa yang berada dalam kecamatan Bayung Lencir Kabupaten Musi Banyuasin, yang memiliki 5 dusun dengan geografis desa sangat fantastics terpisah oleh beberapa perusahaan. Pelaksanaan perda yang telah digelar di kabupaten musi banyuasin itu memiliki variasi program unggulan masing-masing. Dimana setiap desa ada yang melaksankannya cukup dengan baik ada juga yang tidak efektif. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan tujuan untuk mendeskrifkan dan menggambarkan segala macam dan cara pemerintahan Desa Mangsang kecamatan bayung lencir dalam menjalankan peraturan daerah kabupaten musi banyuasin Nomor 2 Tahun 2018 tentang hiburan pesta rakyat. Penelitian ini juga dimaksudkan untuk melihat seberapa besar dan seberapa efektifkah hasil perda tentang hiburan pesta rakyat. Berdasarkan hasil penelitian ada beberapa penyebab terjadinya pelanggaran terhadap hiburan pesta rakyat; 1).Kurangnya sosialisasi mengenai peraturan daerah tentang hiburan pesta rakyat. 2). Minimnya kesadaran masyarakat akan dampak dari pada pesta rakyat. 3). Kurangnya penertiban serta evaluasi kegiatan hiburan pesta rakyat agar sejalan dengan peraturan daerah. Efektivitas pemerintah desa mangsang dalam pengawasan hiburan pesta rakyat kurang berjalan dengan baik sehubungan ada beberapa pelanggaran hiburan pesta rakyat olehkarena itu, diperlukan adanya kerja sama yang lebih terorganizir antara pemerintah, polri,TNI, tokoh masyarakat, tokoh agama, pemuka adat, dan pemuda beserta masyarakat lainnya, yang tergabung dalam ormas maupun organisasi lainnya sebagai upaya pencegahan terhadap pelanggaran hiburan pesta rakyat di Desa Mangsang Kecamatan Bayung Lencir Kabupaten Musi Banyuasin.

    Kata Kunci ; Kinerja , Pemerintah, Pengawasan

    x

  • DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL.........................................................................................................i

    LEMBARAN PERNYATAAN........................................................................................ii

    PERSETUJUAN PEMBIMBING. ...................................................................... ..........iii

    PENGESAHAN PANITIA UJIAN. ..................................................................... ..........iv

    MOTO .................................................................................................................... ...........v

    KATA PENGANTAR ........................................................................................... ...........v

    KATA PERSEMBAHAN ..................................................................................... ...........vi

    ABSTRAK........................................................................................................................vii

    DAFTAR ISI.......................................................................................................... ..........xi

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar belakang ...................................................................................... ......... 1 B. Rumusan Masalah...........................................................................................4 C. Batasan Masalah .................................................................................. ......... 4 D. Kerangka Teori .................................................................................... .........6 E. Tinjauan Pustaka .................................................................................. ........ 13

    BAB II METODE PENELITIAN

    A. Lokasi Penelitian .................................................................................. ....... 16 B. Pendekatan Penelitian .......................................................................... ....... 16 C. Jenis dan Sumber Data ......................................................................... ....... 17 D. Teknik Pengumpulan Data ................................................................... ........ 21 E. Analisis Data ........................................................................................ .........21 F. Sistematika Penulisan.................................................................................... 22 G. Jadwal Penelitian.............................................................................................23

    BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

    A. Geografis .............................................................................................. ......... 25 B. Sejarah DesaMangsang ....................................................................... ..........25

    xi

  • BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

    A. Faktor Penyebab Terjadinya Pelangaran Terhadap Hiburan Pesta Rakyat ..47. B. Pengawasan Hiburan Pesta Rakyat di Desa Mangsang ................................49 C. Efektivitas Kinerja Pemerintah Desa dalam Pengawasan Hiburan Pesta

    Rakyat ...........................................................................................................69

    BAB V PENUTUP A. Kesimpulan .......................................................................................... ......... 72 B. Saran..................................................................................................... ......... 73 C. Kata Penutup ........................................................................................ ......... 73

    DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ .........

    LAMPIRAN........................................................................................................... .........

    DAFTAR INFORMAN ........................................................................................ .........

    DAFTAR PERTANYAAN ................................................................................... .........

    CURICULUM VITAE......................................................................................... .........

    xii

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Penurunankualitas moral manusia merupakan fenomena yang pasti dan

    sedangterjadi pada masyarakat sekarang ini. Perbuatan tidak bermoral seperti

    perjudian, perzinaan, meminum minuman keras, penyalah gunaan narkoba,

    perkelahian, dan pornografiselaluterjadisetiaphariseperti yang diberitakan oleh

    media massa. Istilah moral itu sendiri berasal dari bahasa latin mos(jamak: mores),

    yang artinya cara hidup atau kebiasaan. Secara umum, moral merupakan standar

    penilaian baik dan buruk oleh manusia tentang sesuatu. Seiring perkembangan

    zaman, banyak hal yang mempengaruhi moral manusia. Akses informasi melalui

    media massa, internet yang susah dikontrol, serta gaya hidup hedonisme yang

    mengikis nilai moral yang menjadi standar bagi bangsa Indonesia.1

    Perubahan moral dan kebudayaan membuat banyak sesuatu yang dahulu

    dianggap buruk tetapi sekarang sudah dipandang sebagai hal yang wajar dan

    menjadi konsumsi sehari-hari, salah satunya dalam bidang hiburan atau

    Penayangan acara televisi yang tidak berkualitas, pemutaran lagu - lagu yang

    menyiratkan pornografi, hingga yang bersentuhan langsung dengan masyarakat

    seperti penyelenggaraan orgen tunggal pada acara resepsi pernikahan.

    1. Http://www.halosumsel.co.id.diaksesTanggal 14Januari 2019 Regulasi Tentang Hiburan Pesta Rakyat di Kabuapaten Musi Banyuasin

    1

    http://www.halosumsel.co.id.diakses/

  • 2

    Dahulu, hiburan yang sering ditampilkan dalam merayakan resepsi

    pernikahan adalah kesenian tradisional, tetapi sekarang masyarakat lebih sering

    menyajikan hiburan yang lebih modern seperti organ tunggal dan orkes melayu.

    Selain untuk merayakan acara resepsi pernikahan, organ tunggal dan orkes melayu

    juga sering ditampilkan pada acara keramaian lainnya seperti acara hiburan

    pemuda, atau kampanye politik.

    Penyelenggaraan pesta di malam hari terutama diiringi dengan iringan

    musik seringkali juga menjadi ajang pesta minum minuman keras, peredaran obat-

    obatan terlarang, dan tempat maksiat.Menurut Bupati Musi Banyuasin

    mengungkapkan bahwa munculnya Perda Tentang Pesta Rakyat bertujuan untuk

    meminimalisir dan menekan penggunaan dan peredaran narkoba serta perbuatan

    asusila/prostitusi yang kerap terjadi di pesta rakyat.Jadi, dengan lahirnya Perda ini

    bertujuan semata-mata untuk kepentingan masyarakat Musi Banyuasin.Bupati

    Musi Banyuasinberkeyakinan semua masyarakat Musi Banyuasinakan

    mendukung perda ini, karena didalam perda ini mengatur untuk kebaikan masa

    depan anak dan cucu agar terhindar dari efek negatif dari Pesta Rakyat.2

    Dikeluarkannya Peraturan Daerah Kabupaten Musi Banyuasin Nomor 2

    Tahun 2018 tentang Pesta Rakyat dilakukan dengan menimbang makin maraknya

    peredaran dan penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika, Zat adiktif lainnya serta

    penggunaan minuman keras, prostitusi dan tindak kejahatan lainnya pada pesta

    rakyat di maIam hari, sangat memprihatinkan kehidupan generasi di masa yang

    2Sumber: https//www. Mubaonline.com DikeluarkannyaPeraturanDaerah KabupatenMusiBanyuasinNomor 2 Tahun2018 TentangHiburan PestaRakyat

  • 3

    akan datang. Peraturan Daerah tersebut diterbitkan dalam rangka mewujudkan

    keamanan, ketentraman dan ketertiban di masyarakat perlu dilakukan

    pengendalian dan pengaturan dalam penyelenggaraan pesta rakyat.

    Perda Kabupaten Musi Banyuasin Nomor 2 Tahun 2018 tentang Pesta

    Rakyat mengatur mengenai larangan menyelenggarakan pesta di malam hari

    mendapat tentangan dari beberapa elemen masyarakat. Forum Masyarakat Muba

    Bersatu (FM2B) mengecam Perda Pembatasan Pesta Rakyat yang dinilai sebagai

    upaya memberangus budaya masyarakat Muba.Pesta Rakyat sudah dianggap

    sebagai tradisi budaya dan bagian dari hak azazi masyarakat Muba. Forum

    Masyarakat Muba Bersatu (FM2B) mengadakan demonstrasi supaya Perda

    Kabupaten Musi Banyuasin Nomor 2 Tahun 2018 dibatalkan karena Perda

    tersebut dianggap akan menghapus salah satu budaya turun temurun masyarakat

    Muba3

    Walaupun terjadi prokontra mengenai Peraturan Daerah Nomor 2 tahun

    2018 mengenai pesta rakyat tersebut, sosialisasi Perda terus dilaksanakan oleh

    Pemda Kabupaten Musi Banyuasin. Menindaklanjuti keluarnya Perda tersebut.

    diadakan penandatanganan Nota Kesepakatan tingkat Kabupaten antara Bupati

    Muba dan perangkat organisasi daerah di oproom beberapa waktu yang lalu,

    tentang Penegakan Perda Nomor 2 Tahun 2018 mengenai Pesta Rakyat.

    Kemudian hasil nota kesepahaman tersebut diimplementasikan di setiap

    kecamatan di wilayah Kabupaten Musi Banyuasin.

    3PeraturanDaerahKabupatenMusiBanyuasinNomor 2Tahun2018 Tentang Hiburan Pesta Rakyat

  • 4

    Berdasarkan gambaran latar belakang di atas, maka penulis tertarik

    melakukan penelitian tentang analisis peraturan daerah dengan judul ;

    “Efektivitas Kinerja Pemerintah Dalam Pengawasan Hiburan Pesta Rakyat

    Studi Di Desa Mangsang Di Kecamatan Bayung Lencir ”

    B. Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang masalah yang telah digambarkan, maka

    rumusan permasalahan dalam penelitian ini yaitu:

    1. Mengapa masih terjadi pelanggaran terhadap aturan hiburan pesta rakyat di

    Desa Mangsang Kecamatan Bayung Lencir Kabupaten Musi Banyuasin ?

    2. Bagaimana sistem pengawasan hiburan pesta rakyat di Desa Mangsang

    Kecamatan Bayung Lencir Kabupaten Musi Banyuasin berdasarkan Perda

    Nomor 2 Tahun 2018?

    3. Bagaimana Efektifitas Kinerja Pemerintah khususnya Pemerintahan Desa

    Mangsang dalam pengawasan hiburan pesta rakyat di Desa Mangsang

    Kecamatan Bayung Lencir Kabupaten Musi Banyuasin ?

    C. Batasan Masalah

    Berdasarkan permasalahan yang ditemukan dan adanya keterbatasan

    waktu dan sumber daya, maka peneliti memberikan batasan permasalahan

    penelitian pada analisisPeraturan Daerah Kabupaten Musi Banyuasin Nomor 2

    Tahun 2018 Tentang Larangan Pesta Rakyat.

    D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

  • 5

    1. Tujuan Penelitian

    Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah:

    a. Untuk mengetahui upaya pemerintah terhadap pelanggaran-

    pelanggaran tentang Peraturan Daerah Kabupaten Musi Banyuasin

    Nomor 2 Tahun 2018 mengenai larangan pestarakyat di Kabupaten

    Musi Banyuasin Provinsi Sumatera Selatan Desa Mangsang.

    b. Untuk mengetahui sistem pengawasan Peraturan Daerah Kabupaten

    Musi Banyuasin Nomor 2 Tahun 2018 mengenai larangan

    pestarakyat di Desa Mangsang Kecamatan Bayung Lencir .

    c. Untuk mengetahui efektifitas kinerja pemerintah dalam

    melaksanakan Peraturan Daerah Kabupaten Musi Banyuasin Nomor

    2 Tahun 2018 mengenai larangan pestarakyat di Kabupaten Musi

    Banyuasin Provinsi Sumatera Selatan Desa Mangsang Kecamatan

    Bayung lencir.

    2. Kegunaan Penelitian

    a. Manfaat dan hasil yang dapat dihasilkan dari penelitian ini adalah:

    1. Kegunaan teoritis, penelitian ini diharapkan menjadi bahan studi

    dan menjadi salah satu sumbangsih pemikiran ilmiah dalam

    melengkapi kajian implementasi kebijakan yang mengarah pada

    pengembangan ilmu Pemerintahan.

    2. Kegunaan praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi

    bahan masukan bagi semua pihak terkait Perda Kabupaten Musi

  • 6

    Banyuasin Nomor 2 Tahun 2018 mengenai larangan pesta

    rakyat di Desa Mangsang Kecamatan Bayung Lencir .

    3. hasil penelitian ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh

    program gelar proses sarjana strata satu (S1) pada Jurusan llmu

    Pemerintahan, Fakultassyariah, UIN sulthan Thaha Saiffudin

    Jambi.

    E. Kerangka Teori

    Di sini penulis akan menguraikan teori-teori yang berkaitan dengan materi

    penelitian ini, yakni tentang ‘’Efektivitas Kinera Pemerintah dalam Pengawasan

    Hiburan Pesta Rakyat Studi di Desa Mangsang Kecamata. Teoti-teori tersebut

    menjadi landasan bagi penulis dalam pelaksanaan penelitian’’. Teori tersebut

    menjadi landasan bagi penulis dalam pelaksanaan penelitian, Mengenai teori

    tersebut untuk lebih jelas akan di uraikan selanjutnya.

    1. Konsep Efektivitas

    Kata efektif berasal dari bahasa Inggris yaitu effective yang berarti

    berhasil atau sesuatu yang dilakukan berhasil dengan baik. Kamus ilmiah

    popular mendefinisikan efetivitas sebagai ketepatan penggunaan, hasil guna

    atau menunjang tujuan.

    Efektivitas merupakan unsur pokok untuk mencapai tujuan atau sasaran

    yang telah ditentukan di dalam setiap organisasi, kegiatan ataupun program.

  • 7

    Disebut efektif apabila tercapai tujuan ataupun sasaran seperti yang telah

    ditentukan. Hal ini sesuai dengan pendapat H. Emerson yang dikutip Soewarno

    Handayaningrat S. yang menyatakan bahwa “Efektivitas adalah

    pengukuran dalam arti tercapainya tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.”

    Sedangkan Georgopolous dan Tannembaum mengemukakan:4

    “Efektivitas ditinjau dari sudut pencapaian tujuan, dimana keberhasilan suatu

    organisasi harus mempertimbangkan bukan saja sasaran organisasi tetapi juga

    mekanisme mempertahankan diri dalam mengejar sasaran. Dengan kata lain,

    penilaian efektivitas harus berkaitan dengan mesalah sasaran maupun tujuan.”

    Selanjutnya Steers mengemukakan bahwa:

    “Efektivitas adalah jangkauan usaha suatu program sebagai suatu sistem

    dengan sumber daya dan sarana tertentu untuk memenuhi tujuan dan sasarannya

    tanpa melumpuhkan cara dan sumber daya itu serta tanpa memberi tekanan yang

    tidak wajar terhadap pelaksanaannya”. Lebih lanjut menurut Agung Kurniawan

    dalam bukunya Transformasi Pelayanan Publik mendefinisikan efektivitas,

    sebagai berikut: “Efektivitas adalah kemampuan melaksanakan tugas, fungsi

    (operasi kegiatan program atau misi) Dari pada suatu organisasi atau sejenisnya

    yang tidak adanya tekanan atau ketegangan diantara pelaksanaannya”

    (Kurniawan, Dari beberapa pendapat di atas mengenai efektivitas, dapat

    disimpulkan bahwa efektivitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa

    4 Handayaningrat S. menyatakan bahwa “Efektivitas ‘’ hlm.16-20

  • 8

    jauh target (kuantitas,kualitas dan waktu) yang telah dicapai oleh manajemen,

    yang mana target tersebut sudah ditentukan terlebih dahulu. Hal ini sesuai dengan

    pendapat yang dikemukakan oleh Hidayat yang menjelaskan bahwa :“Efektivitas

    adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target (kuantitas,kualitas dan

    waktu) telah tercapai. Dimana makin besar persentase target yang dicapai,makin

    tinggi efektivitasnya”. 5

    Upaya mengevaluasi jalannya suatu organisasi, dapat dilakukan melalui

    konsep efektivitas. Konsep ini adalah salah satu faktor untuk menentukan apakah

    perlu dilakukan perubahan secara signifikan terhadap bentuk dan

    manajemenorganisasi atau tidak. Dalam hal ini efektivitas merupakan pencapaian

    tujuan organisasi melalui pemanfaatan sumber daya yang dimiliki secara efisien,

    ditinjau dari sisi masukan (input), proses, maupun keluaran (output). Dalam hal

    ini yang dimaksud sumber daya meliputi ketersediaan personil, sarana dan

    prasarana serta metode dan model yang digunakan. Suatu kegiatan dikatakan

    efisien apabila dikerjakan dengan benar dan sesuai dengan prosedur sedangkan

    dikatakan efektif bila kegiatan tersebut dilaksanakan dengan benar dan

    memberikan hasil yang bermanfaat.

    2. Ukuran Efektivitas

    5Hidayat (1986) yangmenjelaskanbahwa :“Efektivitasadalahsuatuukuran yang menyatakanseberapajauh target (kuantitas,kualitas dan waktu) telahtercapai hlm. 72-73

  • 9

    Mengukur efektivitas organisasi bukanlah suatu hal yang sangat

    sederhana, karena efektivitas dapat dikaji dari berbagai sudut pandang dan

    tergantung pada siapa yang menilai serta menginterpretasikannya. Bila

    dipandang dari sudut produktivitas, maka seorang manajer produksi

    memberikan pemahaman bahwa efektivitas berarti kualitas dan kuantitas

    (output) barang dan jasa.

    Tingkat efektivitas juga dapat diukur dengan membandingkan antara

    rencana yang telah ditentukan dengan hasil nyata yang telah diwujudkan.

    Namun, jika usaha atau hasil pekerjaan dan tindakan yang dilakukan tidak tepat

    sehingga menyebabkan tujuan tidak tercapai atau sasaran yang diharapkan,

    maka hal itu dikatakan tidak efektif. Adapun kriteria atau ukuran mengenai

    pencapaian tujuan efektif atau tidak, sebagaimana dikemukakan oleh S.P.

    Siagian yaitu ;

    a). Kejelasan tujuan yang hendak dicapai, hal ini dimaksdukan supaya

    karyawan dalam pelaksanaan tugas mencapai sasaran yang terarah dan

    tujuan organisasi dapat tercapai.

    b) Kejelasan strategi pencapaian tujuan, telah diketahui bahwa strategi

    adalah “pada jalan” yang diikuti dalam melakukan berbagai upaya dalam

    mencapai sasaran-sasaran yang ditentukan agar para implementer tidak

    tersesat dalam pencapaian tujuan organisasi.

  • 10

    c) Proses analisis dan perumusan kebijakan yang mantap, berkaitan dengan

    tujuan yang hendak dicapai dan strategi yang telah ditetapkan artinya

    kebijakan harus mampu menjembatani tujuan tujuan dengan usaha-usaha

    pelaksanaan kegiatan operasional.

    d) Perencanaan yang matang, pada hakekatnya berarti memutuskan sekarang

    apa yang dikerjakan oleh organisasi dimasa depan.

    e) Penyusunan program yang tepat suatu rencana yang baik masih perlu

    dijabarkan dalam program-program pelaksanaan yang tepat sebab apabila

    tidak, para pelaksana akan kurang memiliki pedoman bertindak dan bekerja.

    f) Tersedianya sarana dan prasarana kerja, salah satu indikator efektivitas

    organisasi adalah kemamapuan bekerja secara produktif. Dengan sarana dan

    prasarana yang tersedia dan mungkin disediakan oleh organisasi.

    g) Pelaksanaan yang efektif dan efisien, bagaimanapun baiknya suatu program

    apabila tidak dilaksanakan secara efektif dan efisien maka organisasi

    tersebut tidak akan mencapai sasarannya, karena dengan pelaksanaan

    organisasi semakin didekatkan pada tujuannya.

    h) Sistem pengawasan dan pengendalian yang bersifat mendidik mengingat

    sifat manusia yang tidak sempurna maka efektivitas organisasi menuntut

    terdapatnya sistem pengawasan dan pengendalian.

  • 11

    Adapun kriteria untuk mengukur efektivitas suatu organisasi ada tiga

    pendekatan yang dapat digunakan, seperti yang dikemukakan oleh Martani

    dan Lubis yakni:

    1. Pendekatan Sumber (resource approach) yakni mengukur efektivitas dari input.

    Pendekatan mengutamakan adanya keberhasilan organisasi untuk memperoleh

    sumber daya, baik fisik maupun nonfisik yang sesuai dengan kebutuhan

    organisasi.

    2. Pendekatan proses (process approach) adalah untuk melihat sejauh mana

    efektivitas pelaksanaan program dari semua kegiatan prosesinternal atau

    mekanisme organisasi.

    3. Pendekatan sasaran (goals approach) dimana pusat perhatian pada output,

    mengukur keberhasilan organisasi untuk mencapai hasil (output) yang sesuai

    dengan rencana.

    Selanjutnya Strees, dalam Tangkilisan mengemukakan 5 (lima) kriteria dalam

    pengukuran efektivitas, yaitu:

    1). Produktivitas

    2). Kemampuan adaptasi kerja

    3). Kepuasan kerja

    4). Kemampuan berlaba

  • 12

    5). Pencarian sumber daya

    Sedangkan Duncan yang dikutip Richard M. Steersdalam bukunya “Efektrivitas

    Organisasi” mengatakan mengenai ukuran efektivitas, sebagai berikut: 6

    a . Pencapaian Tujuan

    Pencapaian adalah keseluruhan upaya pencapaian tujuan harus dipandang sebagai

    suatu proses. Oleh karena itu, agar pencapaian tujuan akhir semakin terjamin,

    diperlukan pentahapan, baik dalam arti pentahapan pencapaian bagian-bagiannya

    maupun pentahapan dalam arti periodisasinya. Pencapaian tujuan terdiri dari

    beberapa faktor, yaitu: Kurun waktu dan sasaran yang merupakan target kongktit

    b. Integrasi

    Integrasi yaitu pengukuran terhadap tingkat kemampuan suatu organisasi untuk

    mengadakan sosialisasi, pengembangan konsensus dan komunikasi dengan

    berbagai macam organisasi lainnya. Integrasi menyangkut proses sosialisasi.

    c. Adaptasi

    Adaptasi adalah kemampuan organisasi untuk menyesuaikan diri dengan

    lingkungannya. Untuk itu digunakan tolak ukur proses pengadaan dan pengisian

    tenaga kerja sehingga tujuan lembaga akan tercapai.

    6 KurniawanKebijakanTentangEfektifitasDalamTercapainyaTujuanTahun2005hlm.147

  • 13

    Pengawasan terhadap masyarakat di tinjau dari perspektif post-strukturalis

    adalah suatu proses yang menantang dan mengubah diskursus. Pemberdayaan

    lebih di tekankan pertama-tama pada aspek intelektualitas ketimbang aktivitas

    aksi; atau pengawasan masyarakat adalah upaya pengembangan pengertian

    terhadap pengawasan tentang pesta rakyat yang dampaknya sangat berpengaruh

    kepada lingkungan sosial dan fenomena masyarakat,

    Menurut Pemerintahan Desa Mangsang yaitu bapak Zaenal Arifin

    menjelaskan bahwa:Pada dasarnya Pesta Rakyat memberikan nilai-nilai tertentu

    ada berbagai macam danpak dan efek samping baik dalam segi negatif dan positif.

    Visi Pemerintahan Desa Mangsang dalam pengawasan hiburan pesta

    rakyat yaitu, usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana aman

    nyaman dan tentram, proses pengawasan agar hiburan pesta rakyat tidak

    menimbulkan hal negatif bagi masyarakat di Desa Mangsang.

    F. Tinjauan Pustaka

    Penelitian ini mengkaji tentang Efektivitas Pemerintah Desa Mangsang

    Kecamatan Bayung Lencir Terhadap Hiburan Pesta Rakyat sesuai dengan

    regulasi yang telah ditetapkan di Kabupaten Musi Banyuasin guna untuk

    menambah wawasan peneliti sebelum meneliti melangkah lebih jauh dalam

    permasalahan yang di temukan. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan

    tinjauan pustaka yang mendekati penelitian ini. Penelitian yang menjelaskan

    tentang Peraturan Daerah Kabupaten Musi Banyuasin Kecamatan Bayung

  • 14

    Lencir secara umum memang belum ada penelitian perda tersebut dikarenakan

    perda tersebut baru diberlakukan tahun 2019 dan dikeluarkan akhir tahun 2018 .

    pertama, skripsi tahun 2015 yang disusun oleh Yogig Sugianto tentang

    upaya pemerintah dalam mmbina moral masyarakat pada hiburan malam.

    Kesimpulan dari skripsi ini adalah peran pemerintah dalam melaksanakan

    pemberdayaan dan pengawasan masyarakat di Desa Mangsang Kabupaten Musi

    Banyuasin telah di lakukan dengan baik dengan bukti beberapa bangunan yang

    berhasil di laksanakan.

    Kedua, Penelitian jurnal yang berjudul “pengaruh aktivitas tempat

    hiburan malam terhadap prubahan perilaku masyarakat” yang di susun oleh

    riska desi anggaraini, dari hasil penelitian yang dilakukan saudari Riska Dewi

    Anggraini bahwasan pemerintah sangat berperan penting dalam pengawasan

    hiburan malam terutama di desa maupun di kota, akan tetapi dari kesimpulan

    skripsi yang di tulis oleh saudari Riska Dewi Anggraini berfokus terhadap upaya

    pemerintah dalam memberantas adanya hiburan malam.

    Ketiga, penelitian Muhammad Ilmar L yang berjudul “efektivitas

    pengasawan dan pengendalian peredaran minuman beralkohol berdasarkan

    paturan daerah Nomor 1 Tahun 2013” penelitian ini bertujuan untuk

    mendeskripsikan strategi pemerintah dalam pengawasan peredaran minuman

    beralkohol, menggerakkan dan mengawasi pergerakan untuk mengedarkan

    alkohol, dalam meningkatkan masyarakat yang aman. Penelitian ini merupakan

  • 15

    studi kasus dengan menggunakan pendekatan kualitatif.7 Subjek penelitian

    adalah memberantas peredaran minuman beralkohol, hasil dari penelitian ini

    menunjukkan pemerintah desa sebagai seorang pemimpin berperan penting

    dalam kenyamanan masyarakat.

    Dari tiga Penelitian di atas yang menjadi perbedaan dengan penelitian

    penulis adalah dari segi pembahasan, penelitian sebelumnya membahas hal

    yang dari yang penulis teliti. Peneliti pertama yang membahas upaya pemerintah

    dalam membina moral masyarakat pada hiburan malam, peneliti kedua,

    membahas tentang pengaruh aktivitas tempat hiburan malam terhadap

    perubahan perilaku masyarakat, dan peneliti yang ketiga membahas tentang

    efektivitas pengasawan dan pengendalian peredaran minuman beralkohol

    berdasarkan paturan daerah Nomor 1 Tahun 2013. Sedangkan, di penelitian ini

    penulis mendalami tentang Efektivitas Kinerja Pemerintah Dalam Pengawasan

    Hiburan Esta Rakyat, Studi Di Desa Mangsang Kabupaten Musi Banyuasin.

    Meskipun ada kesamaan judul, namun, penelitian yang penulis lakukan sudah

    pasti berbeda dari penelitian sebelumnya, karena penelitian ini di lakukan

    ditempat dan waktu yang berbeda.

    7Penelitian Muhammad Ilmar L yang berjudul “Efektivitaspengasawan dan pengendalianPeredaranMinumanBeralkoholBerdasarkanPeraturanDaerahNomor 1 Tahun 2013”.

  • BAB II

    METODE PENELITIAN

    A. Pendekatan Penelitian

    1). Tempat Dan Waktu Penelitian

    Lokasi penelitian yang di lakukan penulis bertempat di desa Desa

    Mangsang Kecamatan Bayung Lencir Kabupaten Musi Banyuasin Pemilihan

    lokasi wilayah tersebut sebagai tempat penelitian karena tempatnya

    permasalahan Kinerja Pemerintah Dalam Pengawasan Hiburan Pesra Rakyat

    dan sangat membutuhkan kinerja dari pemerintah dalam meningkatkan

    pengawasan terhadap masyarakat di wilayah mangsang.

    Berdasarkan aspek metodologi penelitian, menulis menggunakan

    penelitian kualitatif. Melalui pendekatan kualitatif ini di harapkan terangkat

    gambaran mengenai kualitas, realitas social dan persepsi narasumber dari

    sasaran penelitian. Pendekatan penelitian kualitatif lebih banyak menggunakan

    logika vertikal. Pendekatan ini di mulai dengan berpikir dedukatif untuk

    menurunkan kesimpulan, kemudian melakukan pengujian di lapangan.

    Kesimpulan tersebut di tarik berdasarkan data empiris.

    16

  • 17

    2). Pendekatan Penelitian

    Penelitian ini di laksanakan menggunakan pendekatan kualitatif.Dengan

    pendekatan kualitatif maka di peroleh data-data yang memungkinkan peneliti

    untuk melihat kecenderungan umum yang melatarbelakangi seorang melalui

    penganalisaan data-data.Penggunaan pendekatan kualitatif ini mempermudah

    peneliti untuk menganalisis korelasi antara variable, yang ahirnya mempermudah

    pelaksanaan penelitiannya

    3). Jenis Dan Sumber Data

    1. Sumber Data

    Jenis data dalam penelitian ini adalah subjek dari mana data dapat di

    peroleh.Sumber data dalam penelitian ini berupa primer dan sekunder.

    a). Data Primer

    Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data primer yang di butuhkan

    dalam rangka penulisan skripsi dengan cara penulis melakukan penelitian secara

    langsung ke lapangan yang di jadikan objek penelitian untuk mengumpulkan data

    di lapangan dari populasi yang ada.yaitu mengambil sampel berdasarkan kriteria

    tertentu, kriteria di sini yang di anggap yang berkaitan dengan masalah-masalah

    yang di teliti di antaranya adalah;

  • 18

    1). Kepala Desa Mangsang

    2). Camat Bayung Lencir

    3). Aparat Penegak Hukum ( Polisi)

    4.) Tokoh Agama dan Tokoh Masyarakat

    5.) Masyarakat

    b). Data sekunder

    data sekunder adalah data yang di peroleh atau di kumpulkan oleh

    orang yang melakukan penelitian dari sumber - sumber yang ada. Data

    sekunder merupakan data pendukung penelitian terhadap data primer. Data

    sekunder yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari internet berupa

    data skripsi, jurnal, laporan, tesis, disertasi dan peraturan perundang-undangan

    yang memiliki hubungan terhadap subjek dan dokumen yang berkaitan dengan

    penelitian.

  • 19

    4). Unit Analisis

    Penelitian ini menggunakan unit analisis data untuk sampai kepada objek

    penelitian. Adapun unit analisis data dari penelitian ini adalah Kepala Desa,

    Pemerintah Kecamatan, Aparat Penegakan Hukum serta elemen masyarakat,

    Kepala Desa yang di pandang berhubungan langsung dengan keseluruhan

    catatan atau informasi tentang ‘’Efektivitas Kinerja Pemerintah Dalam

    Pengawasan Hiburan Pesta Rakyat Studi di Desa Mangsang Kecamatan

    Bayung Lencir’’.

    5). Instrument pengumpulan data

    Instrument penelitian ini adalah metode yang di gunakan untuk

    mengumpulkan data dan fakta penelitian, metode yang di gunakan dalam

    penelitian ini adalah.

    a. Observasi

    Sutrisno Hadi dalam Sugiyono (2010) mengemukakan bahwa observasi

    merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari

    berbagai proses biologis dan psikologis. Diantara yang terpending adalah

    proses-proses ingatan dan pengamatan. Usaha mengumpulkan data dengan

    pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena yang diteliti

    berkaitan dengan sosialisasi dan implementasi Perda Kabupaten Musi

  • 20

    Banyuasin Nomor 2 Tahun 2018 mengenai larangan pesta malam di

    Kabupaten Musi Banyuasin Provinsi Sumatera Selatan.1

    b. Wawancara

    Menurut Moleong , mengutarakan bahwa wawancara adalah percakapan

    dengan maksud tertentu. Jadi percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu

    pewawancara atau yang mengajukan pertanyaan (interviewer) dan terwawancara

    atau yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu (interviewee). Teknik

    wawancara dilakukan secara sistematis dan berdasarkan pada tujuan penelitian

    dengan cara wawancara dengan Pemerintah Desa Pemerintah Kecamatan, Tokoh

    agama dan tokoh masyarakat di Desa Mangsang. Wawancara dilakukan secara

    terfokus pada masalah penelitian, dimana pertanyaan penelitian telah

    diformulasikan sebelum wawancara dilakukan.

    c. Dokumentasi

    Menurut Sugiyono, mengemukakan bahwa dokumen merupakan catatan

    peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau

    karya-karya monumental dari seseorang. Metode ini dilakukan dengan

    mempelajari berbagai literatur, peraturan, dan laporan-laporan yang berkaitan

    dengan permasalahan penelitian.

    8 Sugiono, Metode Penlitian (Pendekatan Kualitatif, Kualitatif dan R &D), (Bandung:Alfabeta, 2007), Hlm. 349

  • 21

    6. Teknik Analisis Data

    Analisis data pada penelitian ini dilakukan secara kualitatif, untuk

    mencapai kejelasan terhadap masalah yang akan dibahas. Analisis data kualitatif,

    adalah suatu cara penelitian yang menghasilkan data deskriptif analisis, yaitu apa

    yang dinyatakan oleh responden secara tertulis, atau lisan yang diteliti secara utuh.

    Pengertian analisis di sini dimaksudkan sebagai suatu penjelasan dan

    penginterpretasian secara logis-sistimatis. Logis sistimatis menunjukkan cara

    berpikir yang deduktif dan mengikuti tata tertib dalam penulisan laporan

    penelitian ilmiah.

    Teknik analisis deskriptif diawali dengan mengelompokkan data dan

    informasi yang sama menurut subaspek dan selanjutnya melakukan interpretasi

    untuk memberi makna terhadap tiap subaspek dan hubungannya satu sama lain.

    Kemudian setelah itu dilakukan analisis atau interpretasi secara keseluruhan aspek

    untuk memahami makna hubungan antara aspek yang satu dengan lainnya dan

    dengan keseluruhan aspek yang menjadi pokok permasalahan penelitian yang

    dilakukan secara induktif sehingga memberikan gambaran hasil yang utuh

    (Nasution, 2008). Setelah analisis data selesai maka hasilnya akan disajikan yaitu

    dengan menuturkan dan menggambarkan apa adanya sesuai dengan permasalahan

    yang diteIi

  • 22

    7. Sistematika Penulisan

    Untuk memudahkan penulis dalam penulisan Skripsi ini serta mendapatkan

    gambaran yang jelas mengenai apa yang akan dibahas pada setiap Bab, maka

    sistematika penulisan disusun sebagai berikut.

    Bab I Pendahuluan

    Menggambarkan latar belakang permasalahan, batasan masalah,

    rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka

    konseptual, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan. Bab

    pendahuluan ini berfungsi sebagai Bab pengantar yang memberi arah

    atau pedoman dalam melaksanakan penelitian dan penulisan.

    Bab II Tinjauan Pustaka

    Dalam Bab ini penulis akan menguraikan tentang sosialisasi,

    implementasi Peraturan Daerah, pesta rakyat, dan larangan pesta rakyat

    dilihat dari pengertian, tujuan dan manfaat penetapan peraturan.

    Bab III Gambaran umum lokasi penelitian

    Selanjutnya dalam Bab ini diuraikan mengenai: data hasil penelitian

    yang terdiri dari sosialisasi Perda Kabupaten Musi Banyuasin Nomor

    2 Tahun 2018 dan faktor-faktor yang mempengaruhi penerapan Perda

    tersebut.

  • 23

    Bab IV Pembahan dan Hasil Penelitian

    Pada Bab ini seluruh pembahasan dan hasil penelitian dalam skripsi

    ini. Dari hasil penelitian tersebut itu, penulis menyampaikan beberapa

    hasil penelitian yang berkenaan dengan permasalahan yang ada

    dalam penulisan skripsi ini.

    Bab V Penutup ( Kesimpulan dan Saran – saran )

    8. Jadwal Penelitian

    Penelitian di lakukan dengan pembuatan proposal, kemudian di lanjutkan

    dengan perbaikan hasil seminar proposal skripsi.Setelah pengesahan judul dan

    riset, maka penulisan mengadakanpengumpulan data, vertifikasi dan analisis

    waktu yang berurutan. Untuk memudahkan penelitian di lapangan, maka

    penulis menyusun agenda secara sistematis yang terlihat pada tabel jadwal

    penelitian sebagai berikut:

  • 24

    No

    Kegiatan

    Bulan

    Maret Oktober Desember januari februari

    1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

    1. Pengajuan Judul X

    2 Pembuatan Proposal

    3 Perbaikan Proposal Dan

    Seminar

    x

    4 Surat Izin Riset

    5 Pengumpulan Data

    6 Pengolahan Data

    7 Pembuatan Laporan

    8 Bimbingan Dan Perbaikan

    9 Agenda Ujian Skripsi

    10 Perbaikan Dan Perjilidan

  • BAB III

    GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

    A. Geografi Dan Demografi Desa

    1. Letak Geografis Mangsang

    Desa Mangsang merupakan bagian dari salah satu Desa diwilayah

    Kecamatan Bayung Lencir kearah selatan dari kecamatan Bayung

    lencir dengan Luas wilayah + 405.000 ha Sedangkan jarak dengan

    ibu kota Kabupaten Musi Banyuasin sekitar 160 km dan jarak dengan

    Kecamatan BayungLencir sekitar 74 km. Desa Mangsang terbagi 5

    Dusun yang tersebar di 43 RT.

    Gambar 2.1

    Peta Desa Mangsang

    25

  • 26

    2. Batas Desa

    Batas Desa Mangsang Kecamatan BayungLencir sebagai berikut:

    • Sebelah Utara : Berbatasan dengan Sungai Petaling Jambi

    • Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Desa simpang Tungkal,

    B1 dan B2 Kecamatan Tungkal Jaya

    • Sebelah Timur : Berbatasan dengan Sungai Bakungdan

    Sungai Beduri

    • Sebelah barat : Berbatasan dengan Sungai Bangsa dan

    sungai Balam Ijuk

    3. Aset Desa Mangsang.

    Desa Mangsang memiliki beragam aset sebagai kekayaan desa berupa;

    a. Bangunan Milik Desa (kantor Desa, Jembatan, Polindes, dll)

    b. Tanah Lapangan

    c. Peralatan pendukung pelayanan pemerintah desa

    d. Perairan Meliputi: Sungai, Rawa Dll

    e. Organisasi Desa (Karang Taruna, PKK ,IRMAS, Kesenian

    Tradisiona, Dll)

  • 27

    4. Peruntukan Lahan di Mangsang.

    Desa Mangsang merupakan desa dengan kondisi pemukiman

    antardusunyang Terpisah–pisaholeh Perkebunan. Sedangkan untuk

    kondisi lahan mayoritas daratandenganPresentase 70 : 30,Adapun

    untukjenispekerjaanMasyarakat Desa Mangsang mayoritas mempunyai

    mata pencaharian sebagai petanipekebunKelapa sawit dan karet

    adapun yang lainyabekerjasebagaiBuruhperkebunan.

    Gambar 2.4

    Lahan PerkebunanWarga

    Sebagian besar penggunaan lahan di desa Mangsang, Kecamatan

    Bayunglencir, Kabupaten MusiBanyuasin diperuntukkan buat lahan

    Perkebunan KelapaSawit Dan Karet. Dari total luas wilayah

    administratif desa Mangsang seluas 70% nya digunakan untuk lahan

    perkebunan. Sisanya 30% di peruntukan bagi sarana

    umum.Pertanian dan pemukiman penduduk.

  • 28

    5. Kependudukan

    Jumlah penduduk Desa Mangsang dari Tahun 2017 sampai

    dengan Tahun 2018 masihdalampendataan.

    Tabel 1.1

    Jumlah Penduduk Berdasar Jenis Kelamin

    Jenis Kelamin Jumlah

    Laki-Laki 7.911 Jiwa

    Perempuan 8.457 Jiwa

    Jumlah 16.368 Jiwa

    Jumlah Penduduk Berdasar Jenis Kelamin di Setiap Dusun

    DUSUN Laki – laki Perempuan JUMLAH

    Dusun 1 3.552 Jiwa 4.231 jiwa 7.783 Jiwa

    Dusun 2 KTGR 815 Jiwa 863 Jiwa 1.678 Jiwa

    Dusun 3 Hijrah Mukti 263 Jiwa 305 Jiwa 568 Jiwa

    Dusun 4 Hijrah Mukti 506 Jiwa 491 jiwa 997 Jiwa

    Dusun 5 Tanah Tinggi 2.647 Jiwa 2.695 jiwa 5.342 jiwa

    JUMLAH 7.911 Jiwa 8.457 Jiwa 16.368 Jiwa

    Sumber Data : Profil Desa Mangsang tahun 2016

  • 29

    Dari sejumlah jiwa tersebut, pemerintah desa telah melakukan

    kategorisasi berdasar Rumah tangga mencapai sejumlah 5.412 Kepala

    Keluarga. Pemerintah desa Mangsang telah melakukan pemetaan

    sosial secara partisipatif untuk mengukur tingkat kesejahteraan

    keluarga per / rumah tangga tersebut dengan hasil pemetaan sosial

    sebagai berikut.

    Grafik 1.1

    PetaSosialDesaMangsang

    Berdasar peta sosial yang telah dilakukan secara partisipatif oleh

    kelompok warga desa Mangsang, jumlah rumah tangga pra sejahtera

    23%, rumah tangga sejahtera 55 %, sedangkan rumah tangga dalam

    kategori sejahtera plus (kaya) 22%.

    Peta Sosial Desa Mangsang Tahun 2016

    pra sejahtera

    sejahtera

    sejahtera plus

  • 30

    Pra Sejahtera yang dimaksud adalah kondisi perekonomian pada

    rumah tangga yang masuk kategori keluarga miskin, sejahtera adalah

    rumah tangga yang dinilai mampu memenuhi kebutuhan dasar hidup,

    sedang sejahtera plus adalah rumah tangga yang dinilai masuk dalam

    kategori keluarga kaya.

    Tabel 2.2

    Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia Kerja

    Tenaga Kerja Laki-Laki Perempuan

    Penduduk usia produktif 18 - 56 tahun

    Penduduk usia 18 - 56 tahun yang bekerja

    Penduduk usia 18 - 56 tahun yang belum atau

    tidak bekerja

    Penduduk usia 0 - 6 tahun

    Penduduk masih sekolah 7 - 18 th

    Penduduk usia 56 tahun ke atas

    Sumber Data : Profil Desa Mangsang tahun 2014

    Berdasarkan data tersebut, jumlah penduduk yang belum/tidak bekerja

    hanya 1.96 % dari total jumlah penduduk usia produktif. Sementara

    jumlah penduduk usia lansia mencapai 8.17% dari total jumlah

    penduduk. Penduduk dalam kategori anak balita mencapai 11.26% dari

  • 31

    total jumlah penduduk. Sedangkan penduduk dalam usia sekolah

    mencapai 19.53% dari total jumlah penduduk.

    Lapangan pekerjaan pada sektor peranian di desa Mangsang, sudah

    bisa menjadi sumber penghidupan bagi warga Mangsang. Hampir

    semua warga Mangsang terlibat dalam kegiatan pertanian yang yang

    menjadi sumber pendapatan dan penghidupan.Tabel 2.3

    Penduduk berdasarkan profesi/pekerjaan

    Pekerjaan Laki-Laki Perempuan

    Petani 4.677 3.245 Buruh tani 2.468 3.545 Buruh Migran Pegawai Negeri Sipil 12 9 Pembantu Rumah Tangga 28 94 TNI POLRI Karyawan Swasta 1.255 989

    Sumber Data : Profil Desa Mangsang tahun 2014

  • 32

    Dari total usia produktif sejumlah 8.289 jiwa, sejumlah 96.12%

    warga Mangsang berprofesi sebagai petani. Selebihnya adalah buruh

    tani, pegawai negei sipil, polri dan karyawan swasta

    Data tersebut menunjukan bahwa potensi pertanian di Desa

    Mangsang mampu memenuhi kebutuhan hidup masyarakat, tanpa harus

    menjadi buruh migran dan atau merantau ke daerah lain untuk

    memenuhi kebutuhan hidupnya.

    Sektor pertanian di desa Mangsang adalah potensi ekonomi utama

    untuk peningkatan kesejahteraan warga. Sektor pertanian menjadi

    sumber utama dalam hal perekonomian warga. Maka pertanian di

    Mangsang akan terus ditingkatkan kualitasnya, untuk meningkatkan

    kesejahteraan petani di Mangsang.

    Dalam data kependudukan yang dimiliki oleh pemerintah desa

    Mangsang, jumlah warga desa Mangsang yang merantau keluar daerah

    menjadi tenaga buruh migran di luar negeri hanya sejumlah 6 orang.

    Selebihnya memilih bekerja sebagai petani dengan mengolah lahan

    pertanian yang dimiliki oleh penduduk desa Mangsang.

    Dalam hal Pertanian tersebut diatas yang di maksud adalah Sektor

    Kebun Kelapa sawit dan Karet

  • 33

    Tabel 4

    Penduduk berdasar tingkat pendidikan

    Sumber Data : Profil Desa Mangsang Tahun 2014

    Berdasarkan data tersebut, tingkat pendidikan penduduk di desa Mangsang masih

    sangat rendah. Berdasarkan data kependudukan tersebut, jumlah penduduk usia

    produktif (18-56 tahun) yang tidak pernah sekolah, pernah sekolah SD tapi tidak

    tamat, dan yang tamat sekolah SD/sederajat mencapai 65.91%. Sementara

    penduduk yang tamat SLTP/sederajat dan SLTA/sederajat mencapai 11.36%.

    Sedangkan jumlah penduduk yang tamat perguruan tinggi/sederajat hanya 0.39%.

    Sisanya masih dalam proses pendidikan di tingkat PAUD/TK. Peningkatan tingkat

    Tingkat Pendidikan Laki-Laki PerempuanUsia 3-6 tahun yang belum masuk TK 0 0Usia 3-6 tahun yang sedang TK/play group 29 27Usia 7-18 tahun yang tidak pernah sekolah 2 1Usia 7-18 tahun yang sedang sekolah 183 160Usia 18-56 tahun tidak pernah sekolah 36 77Usia 18-56 thn pernah SD tetapi tidak tamat 71 122Tamat SD/sederajat 451 426Tamat SMP/sederajat 109 60Tamat SMA/sederajat 25 10Tamat D-1/sederajat 0 0Tamat D-2/sederajat 0 0Tamat D-3/sederajat 0 0Tamat S-1/sederaja 2 5Tamat S-2/sederajat 0 0Tamat S-3/sederajat 0 0Tamat SLB A 0 0Tamat SLB B 0 0Tamat SLB C 0 0

  • 34

    pendidikan menjadi tantangan bagi desa Mangsang. Kedepan, warga Mangsang

    harus memiliki tingkat pendidikan yang lebih baik, untuk secara tidak langsung

    membantu peningkatan kualitas produksi pertanian yang menjadi sumber utama

    pendapatan warga desa Mangsang.

    B. Sejarah Desa

    1. Asal-Usul Pembentukan Desa

    Desa Mangsang berdiri pada tahun yang tidak diketahui

    sejarahnya. Diperkirakan berdiri pada tahun 1.825 M,yang

    padasaatitumasihbernamaMargaKubuLalan. Hingga saat ini

    pemerintah desa Mangsang belum menemukan dokumen dan bukti

    sejarah yang menyebutkan tahun berdirinya desa Mangsang. Sejarah

    desa Mangsang hanya bisa dirunut berdasarkan cerita lisan yang

    berkembang secara turun menurun di tengah masyarakat, bahwa Desa

    Mangsang didirikan hingga saat ini belum ada dokumen dan bukti

    sejarah yang menorehkan nama pendiri desa Mangsang pada saat itu.

    Menurut riwayat dari cerita yang berkembang di penduduk, desa

    Mangsang merupakan pemukiman belum berbentu yang bernama

    Kubu Lalan yang baru disahkan oleh pemerintah menjadi desa

    Mangsang pada tahun 1947 yang pada saat itu dipimpin oleh seorang

    keriyo, dan di tahun 1982 Pemimpin Desa dari Nama Kriyo di ganti

    nama menjadi Kepala Desa.

  • 35

    Sejarah ini ditulis berdasarkan cerita secara turun-temurun. Salah

    satu narasumber yang menjadi rujukan penulisan sejarah desa

    Mangsang adalah Kepala Desa Mangsang periode saat ini yaitu Bapak

    Zaenal Arifin yang menceritakan sejarah berdirinya desa Mangsang

    kepada sekdes Mangsang periode sekarang, Apriadi.

    2. Pemimpin Desa

    a. Zaenal Arifin : Periode 2015 – 2021

    ZaenalArifin adalah mantan Kepala Desa

    Mangsang Periode 2007 – 2014 yang

    mencalonkan diri kembali sebagai Kepala Desa

    Mangsang untuk periode 2015 – 2021.Pada masa

    kepemimpinannya Periode Pertama(2007-2014) telah tercapai

    beberapa prestasi, diantaranya Desa Tertib dan Taat Pajak Bumi

    Dan Bangunan. Selain itu juga mampu menciptakan transparansi di

    bidang pemerintahan,Pembangunan Fasilitas Kesehatan dan

    Fasilitas Pendidikan di setiap dusun, Pembangunan Akses

    Transportasi (jalan jembatan,Plat Deuker)di seluruh Dusun ) maka

    Beliau Kembali terpilih Untuk 2 periode Sebagai Kepala Desa

    Mangsang dan Dengan Program- program yang lebih Memajukan

    Desa Mangsang dengan Motto”MENUJU MANGSANG EMAS

    2021”

  • 36

    b. Zaenal Arifin : Periode 2007-2014

    ZaenalArifin lahir Di BayungLencirpada

    tanggal 30Desember 1966.Pendidikan terakhir

    adalah SMU. Beliau adalah anak Pertama dari

    Pasangan Abdul Rauf(Alm)danZawiyahyang

    merupakanPendudukasliDesaMangsang.Di Tahun 1997 ia

    mencalonkan diri sebagai Kepala

    DesanamumTidakterpilih.DanPada tahun 2004 iaDiangkatsebagai

    Sekretaris Desa Mangsang PadaMasa. di tahun 2007 setelah masa

    jabatan Tomi Madowi Berakhir Beliau

    MencalonkanKembalimenjadiKepalaDesaMangsang.

    Beliau berhasilTerpilihmenjadi Kepala desa Mangsang

    Periode 2007 – 2013.Banyak Pembangunan yang sukses di masa

    kepemimpinannya baik Pembangunan di Bidang Pemberdayaan

    Manusia maupun Fisik Konstruksi.yang sekaligusMenjadi PLT

    sebelumpemilihanpadaPeriodeSelanjutnya di Tahun 2014

    IaMencalonkanKembalidanSekalilagiterpilihsebagaikepalaDesaMa

    ngsangperiode 2015-2021dikarenakan program-programnya yang

    sangatMembawakemajuanDesaMangsang.

    c. Tomi Madowi : Periode 1991-2007

  • 37

    TomiMadowi. Lahir di MangsangPada 1 Januari1958.

    Sebelum menjadi kepala desa beliau adalah KaurPemerintahan

    desaMangsang Di MasaPeriodeH.Soleh. Ia menjabatSebagaiKades

    selama 16tahun. Pada masa kepimimpinannya,

    membangundanMembawaPerubahanDesaMangsang yang

    AwalnyaDesaTertinggalBerkependudukansekitar 175 KK

    MenjadiDesa Yang Modern sehinggaditahun 1996 Menjadi+650

    KK

    d. H.Soleh Bin H.MatNur : Periode 1978-1991

    H.Soleh. Lahir di Mangsang 1918. Beliau merupakan kakak

    kandung Dari HUSIN Bin H. Mat Nurperiode 1984 – 1991

    menjabat Sebagai kepala Desa Pertama Mangsang Sejak

    Pergantian Nama Pemimpin Desa yang sebelumnya masih disebut

    dengan Nama Kriyo. Sebelumnya Beliau Juga menjabat sebagai

    Kriyo (Sekarang Kepala Desa) dalam kepemimpinan Desa

    Mangsang sejak tahun 1978 – 1984. Beliau merupakan salah satu

    orang yang berperan dalam pembangunan Desa Mangsang dengan

    Dibangunkannya Balai Desa Pertama pada Tahun 1985 Belaiau

    wafat Pada tahun tidak lama setelah itu.

    e. Husin : Periode 1960-1978

    Husin Bin H.MatNur Lahir di Mangsang tahun 1922.

    Adalah Kriyo (Sekarang Kades) pada masa Pesirah (sekarang

  • 38

    Camat) ES. Bagus Mutaram yang mempunyai masa jabatan 18

    Tahun,beliau adalah pemimpin Mangsang dengan masa jabatan

    paling lama Sepanjang kepemimpinan Desa Mangsang beliau

    wafat pada tahun 1980

    f. ANI : Periode 1947-1960

    Ani Lahir di Mangsang tahun 1910-an. Beliau adalahKriyo

    (sekarang Kades) padamasa Pesirah (sekarang Camat) Beliau

    menjabat Sebagai Kriyo selama 13 Tahun. Beliau wafat pada tahun

    1970.

    C. Keuangan dan Kekayaan Desa

    a. Potensi Keuangan Desa

    1) PotretAPBDes 2 tahunterakhir

    Keuangan Desa di bagi dalam Pendapatan Desa, Belanja Desa dan

    Pembiayaan Desa, Dalam hal ini tentang potensi keuangan desa Mangsang

    Kecamatan Bayung Lencir memperoleh penerimaan atau pendapatan dari :

  • 39

    Tabel 5

    PotretAPBDesTahun 2017-2018

    KOD

    E

    Uraian Tahun 2017 Tahun 2018

    1 2 3 4

    1. PENDAPATAN DESA

    1.1 Pendapatan Asli Desa

    1.1.1 Hasil usaha desa

    1.1.2 Hasil kekayaan desa

    1.1.3 Hasil swadaya dan partisipasi

    1.1.4 Hasil gotong royong

    1.1.5 Hasil pajak desa

    1.1.6 Hasil retribusi desa

    1.1.7 Hasil bunga deposito /

    simpanan desa

    1.1.8 Lain-lain pendapatan asli desa

    yang sah

    1.3 Bagian dana perimbangan

    keuangan pusat dan daerah

    kabupaten

    1.3.1 Alokasi Dana Desa (ADD) Dari

  • 40

    Kabupaten

    1.3.2 Dana Desa (APBN)

    1.4 Bantuan keuangan dari

    pemerintah, pemerintah

    provinsi dan pemerintah

    kabupaten

    1.4.1 Bantuan Pemerintah

    1.4.2 Bantuan Pemerintah Propinsi

    1.4.3 Bantuan Pemerintah Kabupaten

    1.5 Hibah dan sumbangan dari

    pihak ketiga yang tidak

    mengikat

    1.5.1 Hibah

    1.5.2 Bantuan keuangan

    2. BELANJA DESA

    2.1 Belanja Tidak Langsung

    2.1.1 Belanja Pegawai / Personalia

    2.1.3 Belanja Subsidi

    2.1.4 Belanja Hibah

  • 41

    2.1.5 Belanja Bantuan Sosial

    2.1.6 Belanja Bagi Hasil

    2.1.7 Belanja Bantuan Keuangan

    2.1.8 Belanja Tidak Terduga

    Jumlah Belanja Tidak

    Langsung

    2.2 Belanja Langsung

    2.2.1 Belanja Pegawai

    2.2.2 Belanja Barang dan Jasa

    2.2.3 Belanja Modal

    Jumlah Belanja Langsung

    Jumlah Belanja Desa

    3 PEMBIAYAAN DESA

    3.1 Penerimaan Pembiayaan

    3.1.1 Sisa Lebih Perhitungan

    Anggaran Tahun Anggaran

    Sebelumnya (SiLPA)

    3.1.2 Pencairan Dana Cadangan

    3.1.3 HasilPenjualanKekayaanDesa

  • 42

    yang dipisahkan

    Jumlah Penerimaan

    Pembiayaan

    3.2 Pengeluaran Pembiayaan

    3.2.1 Pembentukan Dana Cadangan

    3.2.2 Penyertaan Modal (Investasi)

    PemerintahDesa

    Jumlah Pengeluaran

    Pembiayaan

    Pembiayaan Netto

    3.3 Sisa Lebih Pembiayaan

    anggaran tahun berkenan

    (SILPA)

  • 43

    2) Tugaspembantuan yang diterimaolehDesa

    a) ADD/K

    Tabel 6

    AlokasiPenerimaanADD/K Tahun2017 – 2018

    Jenispenerimaan 2017 2018

    Tunjangan Rp.640.200.000

    Pemberdayaan

    Fisik

    Keberhasilan program PNPM di desamangsangantara lain

    digunakan untuk pembangunan Sarana Prasarana berupa Jalan,

    lospasar, Jembatan. Selain itu juga dana Simpan Pinjam Khusus

    Perempuan (SPP) digunakan untuk kegiatan peningkatan penghasilan

    khusus perempuan.

    b) PenerimaanRaskin

    Tabel 6

    AlokasiPenerimaanRaskin

    TahunPenerimaan JumlahBeras (kg) Jumlah KK

    2017

    2018

  • 44

    c) Usaha ekonomi yang dijalankanolehdesa

    d) Struktur APBDes pasca Undang – Undang Desa Dengan berlakunya

    Undang – Undang Desa, struktur APBDes Desa Mangsang akan

    berubah menjadi sebagai berikut ;

    o Pendapatanaslidesayaitu :

    1. Hasilusahadesa

    2. Hasilkekayaandesa

    3. Hasilswadayadanpartisipasi

    4. HasilGotongRoyong

    5. Hasil lain lain pendapatan desa yang sah

    o Pendapatandana transfer keDesaterdiridari:

    1. Dana Desa

    2. Alokasi Dana Desa

    3. Bagi Hasil Pajak dan Retribusi Daerah

    o Pendapatan Lain lain

    1. BantuanbantuandariPemerintahProvinsidanKabupaten

    2. Hibah3

    3. Sumbangansumbangan

  • 45

    b. PotensiKekayaanDesa

    Kekayaan desa adalah segala sesuatu baik berupa uang atau barang

    milik desa yang dikelola oleh pemerintah desa untuk operasional

    pemerintahan desa, untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat

    termasuk untuk kegiatan pembangunan dan pemberdayaan masyarakat.

    Kekayaan desa Mangsang antara lain ;

    Tabel 8

    Data KekayaanDesaBerupa Tanah &Bangunan

    No JenisKekayaan Volume Keterangan

    1 Balai Desa 1

    2 Kantor Desa 1

    3 Gedung TK/PAUD/TPA 6

    4 PKD

    5 SanggarBelajar 1

    6 Gedung PKK

    7 LapanganSepakbola

    (4lokasi)

    4

    8 Lapangan Bola Voli 5 Unit

    9 LapanganFutsall 1 Unit

    10 Gedung Posyandu

    11 Gedung 3

  • 46

    Polindes/Poskesdes

    12 Gedung BUMDesa 1

    13 Jalan Desa 42 km

    14 JalanKampung 125km

    15 Masjid 8 Bh

    16 Musholla 32 h

    c. Orbitas/Jarak Antar Ibu Kota

    Jarak(KM) Desa Mangsang Ibu Kota

    Kec.

    Ibu Kota

    Kab. Ibu Kota Prov.

    Desa Mangsang

    ± 74 KM ± 160 KM ± 230 KM

    Ibu Kota Kec. ± 74 KM

    ± 182 KM ± 244 KM

    Ibu Kota Kab. ± 160 KM ± 202 KM

    ± 284 KM

    Ibu Kota Prov. ± 230 KM ± 244 KM ± 284 KM

  • BAB IV

    PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

    A. Faktor Faktor Penyebab Terjadinya Pelanggarannya Terhadapa Hiburan

    Pesta Rakyat

    Secara geografis Desa Mangsang di kelilingi oleh beberapa perusahaan

    yang berada dalam desa mangsang kecamatan bayung lencir. Oleh karenanya

    jarak dari dusun kedusun tidak dapat dipantau melalui akses telekomuikasi

    ditambah dengan dipisahkan oleh sungai lalan maka dari itu masih ada

    beberapa masyarakat yang nekat melaksanakan pesta hiburan pada malam hari

    yang menurutnya tidak dapat dijangkau oleh pihak yang berwenang.

    1.) Kurangnya Sosialisasi Peraturan DaerahTentang Hiburan Pesta Rakyat

    oleh Pemerintah Desa Mangsang

    “ Menurut wawancara peneliti dengan Bpk. Ruslan Selaku Tokoh

    Masyarakat.1 Dusun III Desa Mangang beliau Mengatakan ; Iya memang kita

    sudah mendengar adanya regulasi mengenai hiburan pesta rakyat tersebut akan

    tetapi mengenai sosialisasi perda tersebut tidak ada sampai sekarang yang kami

    dapat khususnya didesa mangsang terutama dusun III ini, bukannya kami tidak

    mengindahkan perda tersebut itu juga sudah menjadi kebudayaan kami turun

    temurun dari nenek moyang kami, kalaupun kami harus mengikuti perda

    1 Hasil wawancara peneliti dengan Bpk. Ruslan Selaku Tokoh Masyarakat.

    47

  • 48

    tersebut mungkin kami harus bertahap tidak dapat secara serta merta seperti

    kapur dengan kunyit“

    2.) Minimnya Kesadaran Masyarakat Akan Dampak Negatif Pesta Hiburan

    Rakyat.

    Hasil wawancara saya dengan pemuda – pemudi desa Mangsang

    Kecamatan Bayung Lencir yaitu Sdr. Irman ; ‘’ Kita memang mengetahui

    adanya aturan mengenai larangan pesta rakyat dan itu memang sudah ada

    Regulasinya akan tetapi bagi kami muda mudi di desa mangsang kecamatan

    bayung lencir ini sangatlah sulit untuk menghilangkan budaya kami ini yang

    sudah kami dapatkan dari turun temurun. Selain kami juga tidak ada hiburan

    lain serta jauh dari keramian kami sangat merasa terhibur dengan adanya

    pesta seperti biasanya pada malam hari . Kami bisa mengeskpresikan

    kemampuan kami dalam bernyanyi di tengah orang banyak pada pesta orgen

    tunggal meskipun itu pada malam hari .

    B. Sistem Pengawasan Hiburan Pesta Rakyat Sesuai Peraturan Daerah

    Kabupaten Musi Banyuasin Nomor 2 Tahun 2018

    1. Regulasi Peraturan Daerah Kabupaten Musi Banyuasin Tentang

    Hibura Pesta Rakyat

    Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Musi Banyuasin Nomor 2

    Tahun 2018 didalam hal pengawasan pada bunyi pasal 12, pengawasan

    terhadap hiburan pesta rakyat dilakukan oleh ;

  • 49

    a. Satuan polisi pamong praja

    b. Camat

    c. Lurah

    d. Kepala desa

    e. Dinas teknis ; dan

    f. Instansi terkait lainnya ;

    Dengan berkoordinasi kepada pihak kepolisian dan pihak kodim.

    Sedangkan didalam hal penyelenggaraan pesta rakyat pada pasal 7 waktu

    penyelenggaran pesta rakyat sebagai berikut ;

    a. Yang dilaksanakan oleh setiap orang, sebagaimana dimaksud dalam pasal

    4 ayat (1) dan (2) dimulai dari pukul 08.00 s.d.17.00 WIB.

    b. Oleh pemerintah, kegiatan partai politik, hari besar nasional dan kegiatan

    keagamaan sebagaimana dimaksud dalam pasal (4) ayat (3) dimulai dari

    pukul 08.00 s.d. 24. 00 WIB.

    Begitu juga dengan kewajiban dan larangan pada pasal (8), penyelenggaraan

    pesta rakyat wajib :

    a. Menjamin keamanan, ketertiban, kebersihan dan kesehatan lingkungan

    dan lalu lintas kendaraan dijalan negara, jalan kabupaten, maupun jalan

    desa.

    b. Mengatur tata ruang lokasi pesta rakyat agar sesuai dengan norma

    kesopanan, dan kesusilaan dan agama;

  • 50

    c. Menjalin hubungan sosial, budaya yang harmonis, dan

    d. Mencegah dampak sosial yang merugikan masyarakat.

    Bunyi pasal ( 9 ) :

    1. Setiap orang yang menyelenggarakan pesta rakyat dilarang :

    a. Menjadikan tempat hiburan sebagai tempat jual beli narkoba

    b. Menjadikan tempat hiburan sebagai tenpat asusila dan / atau pelacuran

    serta perbuatan maksiat lainnya ;

    c. Mengedarkan dan / atau memakai narkoba ; dan

    d. Menjual minuman beralkohol golongan A, golongan B dan golongan

    C.

    2. Penyelenggara orkes, orgen tunggal dan / atau hiburan lainnya yang

    menggunakan alat musik dalam penyelenggaraan pesta rakyat dilarang :

    a. Menyajikan dan menampilkan pertunjukan yang mengarah kepada

    pornografi dan pornoaksi;

    b. Menampilkan musik – musik remix yang tidak sesuai dengan norma

    kesopanan, kesusilaan dan agama;

    c. Melakukan setiap bentuk perjudian ; dan

    d. Mengkonsumsi dan penggunaan narkoba

    Didalam BAB IX mengenai ketentuan pidana bagi para pelanggar

    hiburan pesta rakyat pasal ( 14 ) yaitu ;

    a. Setiap orang yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud

    dalam pasal 5 sampai dengan pasal 8 dan pasal 10 dipidana dengan

  • 51

    pidana kurungan paling lama 6 ( enam ) bulan dan / denda paling

    banyak Rp. 50.000.000; ( lima puluh juta rupiah).2

    b. Perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan

    penerimaan negara.

    c. Denda sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan

    penerimaan negara.

    2. Pengawasan Kerja Kepala Desa

    Desa adalah lembaga yang mempunyai tujuan di antaranya mencari

    laba.perolehan laba desa itu tentu saja harus didukung oleh beberapa faktor

    penting yang bertujuan untuk menjaga kelangsungan hidup dan produktivitas

    masyarakat.

    Pada dasarnya, setiap masyarakat atau instansi akan melakukan aktivitas

    untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Untuk itu suatu desa

    akan berusaha meengerahkan semua sumber daya yang ada serta

    mengombinasikannya agar dapat mencapai tujuan seperti yang akan ditetapkan.

    Salah satu sumber daya yang saat ini mendapat perhatian sangat besar

    sebagai penggerak seluruh aktivitas masyarakat adalah sumber daya kepala

    desanya. Berbeda dengan faktor produksi yang lain seperti sumber daya alam,

    modal atau uang. Kepala desa sebagai tenaga kerja merupakan salah satu faktor

    yang paling banyak berperan dalam aktivitas masyarakat. Kepala desa mempunyai

    sifat, prilaku, dan kebutuhan yang sangat bervariasi. Oleh karena itu, sumberdaya

    11. Peraturan Daerah Kabupaten Musi Banyuasin Nomor 2 tahun 2018

  • 52

    ini perlu mendapat perhatian dan penanganan yang lebih efisien serta efektif,

    karena apabila tidak maka aktivitas masyarakat secara keseluruhan akan

    terganggu. Untuk mencegah terjadinya aktivitas yang tidak sesuai dengan tujuan

    maka diperlukan pengawasan. Pengawasan menurut T. Hani Handoko dapat

    didefinisikan sebagai proses’’ menjamin ‘’ bahwa tujuan-tujuan masyarakat dan

    manajemen tercapai. 3

    Pengawasan kerja merupakan salah satu kegiatan yang ada di masyarakat

    yang dilakuakan dengan menggunakan standar-standar pengawasan kerja yang

    efektif sehingga tercipta komunikasi kerja yang baik antara pengawas kerja

    dengan kepala desa yang diawasi. Pada awalnya sebagian pihak menganggap

    fungsi pengawasan tidak perlu dilakukan, dilupakan dan disalah artikan.

    Kata ‘’ pengawasan ‘’ sering mempunyai konotasi yang tidak

    menyenangkan karena dianggap akan mengancam kebebasan dan otonomi pribadi

    padahal kepala desa memerlukan pengawasan untuk menjamin tercapainya

    tujuan.untuk itu, tugas kepala masyarakat adalah menemukan keseimbangan

    antara kepengawasan dan kebebasan pribadi atau mencari tingkat pengawasan

    yang tepat. Pengawasa yang berlebihan akan menimbulkan birokerasi, mematikan

    kereativitas dan sebagainya, yang akhirnya merugikn masyarakat sendiri.

    Sebaliknya, pengawasan yang tidak mencukupi dapat menimbulkan

    pemborosan sumber daya dan membuat sulit tercapainya tujuan. Namun, dalam

    masyarakat modern serta perusahaan besar dan kompleks, semakin disadari

    3 Pengawasan menurut T. Hani Handoko (2003;193) dapat didefinisikan sebagai proses’’ menjamin ‘’ bahwa tujuan-tujuan masyarakat dan manajemen tercapai. Hlm 193

  • 53

    pentingnya pengawasan kerja ini yang sebenarnya bermaksud baik. Pengawasan

    kerja mulai disadari sebagai fungsi manajemen untuk menjamin apa yang

    ditetapkan sebagai tujuan masyarakat dapat dicapai dengan semestinya.

    Selain pengawasan yang dapat meningkatkan prestasi kerja, kedisplinan

    merupakan fungsi operatif manajemen sumber daya manusia yang terpenting.

    Semakin baik disiplin kepala desa yang baik, sulit bagi desa mencapai hasil yang

    optimal.4 Kedisplinan menurut Malayu S.P Hasibuan adalah kesadaran dan

    kesediaan kepala desa menaati semua peraturan masyarakat serta norma-norma

    yang berlaku.

    Jadi, kedisplinan diartikan jika kepala desa selalu datang dan pulang tepat

    pada waktunya mengerjakan semua pekerjaan dengan baik, serta mematuhi semua

    peraturan masyarakat dan norma-norma sosial yang berlaku. Jadi, kedisplinan

    diartikan jika kepala desa selalu datang dan pulang waktu tepat waktunya,

    mengerjakan semua pekerjaannya dengan baik, serta mematuhi peraturan dan

    norma-norma sosial yang berlaku.

    Peraturan sangat diperlukan untuk memberikan bimbingan dan

    penyuluhan bagi kepala desa dalam menciptakan tata tertib yang baik di

    masyarakat. Dengan tata tertib yang baik semangat kerja, efesiensi dan efektivitas

    kerja kepala desa akan meningkat. Hal ini akan mendukung tercapainya tujuan

    kepala desa dan masyarakat.

    4 Kedisplinan menurut Malayu S.P Hasibuan 2005 adalah kesadaran dan kesediaan kepala desa menaati semua peraturan masyarakat serta norma-norma yang berlaku. Hlm 175

  • 54

    Jelasnya,desa sulit mencapai tujuannya jika kepala desa tidak mematuhi

    peraturan-peraturan desa tersebut. kedisiplinan suatu kepala desa dikatakan baik

    jika kepala desa menaati peraturan-peraturan yang ada.

    Menanamkan disiplin kerja terhadap kepala desa dikembangkan dengan

    cara kepemimpinan yang dapat menjadi panutan atau teladan bagi tenaga kerja.

    Biasanya setiap masyarakat dalam meningkatkan disiplin kerja setiap kepala

    desanya dilakukan dengan dua cara, yaitu disiplin kerja ang bersifat positif dan

    negatif.

    Kedisiplinan harus ditegakkan dalam suatu desa. Tanpa dukungan disiplin

    kepala desa yang baik, sulit bagi desa mewujudkan tujuannya. Masalah – masalah

    yang dihadapi kepala desa propesional itulah yang dapat mempengaruhi prestasi

    kerja.

    1. Pengertian pengawasan

    Pengawasan sebagai salah satu fungsi manajemen dalam proses

    pencapaian tujuan, memegang peranan yang sangat penting. Dengan adanya

    pengawasan, kemungkinan terjadina penyimpangan dapat dicegah sedini

    mungkin sehingga usaha untuk mengadakan perbaikan atau koreksi dapat

    segera dilakukan. Adapun fungsi pengawasan yang dimaksud adalah untuk

    mencegah atau memperbaiki kesalahan, penyimpangan, dan bentuk-bentuk

    penyelewengan lainnya dan bukan untuk mecari siapa yang salah atau berbuat

    kesalahan.

  • 55

    Kepala desa dapat meningkatkan kualitas pekerjaanya apabila

    pengawasan dilaksanakan dengan baik dan sesuai dengan tujuan pengawasan

    itu sendiri. Pengawasan bukanlah, untuk mencari kesalahan atau yang berbuat

    kesalahan, melainkan ditunjukkan demi perbaikan di masa yang akan datang.

    Menurut S.P Siagian, pengawasan adalah proses pengamatan dari

    pelaksanaan seluruh kegiatan untuk menjamin agar semua pekerjaan yang

    sedang dilakukan berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan

    sebelumnya.5

    Menurut Earl. P.Strong alih bahasa oleh Suwanto,Djoko Pitoyo, dan

    Rasto, pengawasan adalah proses pengaturan berbagai faktor dalam suatu

    masyarakat , agar sesuai dengan ketetapan – ketetapan dalam rencana.

    Harold Koonz alih bahasa oleh Suwanto, Djoko Pitoyo

    mengemukakan bahwa pengawasan adalah pengukuran dan perbaikan

    terhadap pelaksanaan kerja bahawan agar rencana- rencana yang telah dibuat

    untuk mencapai tujuan-tujun desa dapat terselenggara.

    Selanjutnya, T.Hani Handoko mengemukakan bahwa pengawasan

    adalah sebagai proses untuk “ menjamin” bahwa tujuan-tujuan desa dapat

    tercapai.walaupun pengertian-pengertian dari para ahli tersebut berbeda satu

    sama lain dari segi redaksional, namun fokus perhatiannya memmpunyai

    5 Menurut Earl. P.Strong alih bahasa oleh Suwanto,Djoko Pitoyo, dan Rasto (2002:133), pengawasan adalah proses pengaturan berbagai faktor dalam suatu masyarakat , agar sesuai dengan ketetapan – ketetapan dalam rencana.

  • 56

    kesamaan. Dengan begitu, dapat ditarik kesimpulan bahwa pengawasan adalah

    kegiatan yang dilakukan dalam usaha menilai hasil pekerjaan serta

    mengadakan tindakan apabila terjadi penyimpangan- penyimpangan agar

    tujuan dapat tercapai sesuai dengan rencana yang ditetapkan.

    2. Prinsip-Prinsip Pengawasan

    Untuk mendapatkan suatu sistem pengawasan yang efektif dan

    sesuai dengan standar pengawasan kerja sehingga pelaksanaan pekerjaan

    dapat tercapai,perlu dipenuhi beberapa prinsip pengawasan. M.

    Manuallang, mengumukakakn suatu sistem pengawasan haruslah

    mengandung prinsip-prinsip sebagai berikut;

    a. dapat mereflesasikan sifat-sifat dan kebutuhan-kebutuhan dari

    kegiatan-kegiatan yang diawasi

    b. dapat dengan segera melaporkan penyimpangan-penyimpangan yang

    terjadi.

    c. Flesibel

    d. Dapat merefleksasikan pola masyarakat

    e. Ekonomis

    f. Dapat dimengerti

    g. Dapat menjamin diadaakannya tindakan korektif

    h. Koontz dan Cyril O’ Donnel yyang dikutif oleh Suwanto,Djoko

    Pitoyo, Rasto menetapkan asas pengawasan sebagai berikut.

    a. Asas Tercapainya Tujuan ( Principle of Assurance of Obektive)

  • 57

    Pengawasan harus ditunjukan kearah tercapainya tujuan, yaitu

    dengan mengadakan perbaikan (koreksi) untuk menghindari penyimpangi

    – penyimpangi / deviasi dari perencanaan

    b. Asas Efiensi pengawasan (Principle of eficiency of Control )

    Pengawasan itu efisien apabila dapat menghindari deviasi-deviasi

    dari perencanaan sehingga tidak menimbulkan hal-hal yang diluar

    dugaan.

    c. Asas Tanggung Jawab Pengawasan ( prinsiple of control

    renponssibility)

    Pengawasan hanya dapat dilaksanakan apabila kepala masyarakat

    bertanggung jawab pelaksana rencana.

    d. Asan Pengawasan Terhadap Masa Depan ( Prinsiple Of Future

    Control)

    Pengawasan yang efektif harus ditunjukan kearah pencegahan

    penyimpangan dari perencanaan yang akan terjadi, baik pada waktu

    sekarang maupun masa yang akan datang

    e. Asas Pengawasan Langsung ( Prinsiple of Direct Control )

    Teknik control yang efektif adalah dengan mengusahakan adanya

    kepala masyarakat yang berkualitas baik. Pengawasan itu dilakukan oleh

    kepala masyarakat atas dasar kepala desa sering berbuat salah.

    f. Asas Refleksi Perencanaan ( Principle of Reflection Plan)

    Pengawasan harus disusun dengan baik sehingga dapat

    mencerminkan karakter dan susunan perencanaan

  • 58

    g. Asas Penyesuaian dengan Masyarakat ( Principle of Organizational

    Suitability )

    Pengawasan harus dilakukan sesuai dengan struktur masyarakat.

    Kepala masyarakat dan bawahannya merupakan sarana untuk melaksanakan

    rencana. Dengan demikian, pengawasan yang efektif harus disesuaikan

    dengan besarnya wewenang kepala masyarakat sehingga mencerminkan

    struktur masyarakat

    h. Asas Pengawasan Individual ( Prinsiple of Individuality of

    control)

    Pengawasan harus sesuai dengan kebutuhan kepala masyarakat. Teknik

    kontrol harus ditujukan terhadap kebutuhan – kebutuhan akan informasi

    setiap kepala masyarakat. Ruang lingkup informasi yang dibutuhkan

    berbeda satu sama lain, tergantung pada tingkat dan tugas kepala

    masyarakat.

    i. Asas Standar ( Prinsiple of Standard )

    Kontrol yang efisien dan efektif memerluan standar yang tepat, yang akan

    diergunakan sebagai tolak ukur pelaksanaan dan tujuan yang tercapai

    j. Asas Pengawasan Terhadap Strategis ( Prinsiple of Strategi Point

    Control )

    Pengawasan yang efektif dan efisien memerlukan adana

    perhatian yyang ditujukan terhadap faktor-faktor yang strategis dalam

    masyarakat.

  • 59

    k. Asas Kekecualian ( The Exception Prinsiple )

    Efisien dalam kontrol membutuhkan perhatian yang ditujukan terhadap faktor

    kekecualian. Kekecualian ini dapat terjadi dalam keadaan tertentu ketika situasi

    berubah atau tidak sama.

    l. Asas Pengawasan Fleksibel ( Prinsiple of Fleksibility of Control )

    Pengawasan harus luwes untuk menghindarkan kegagalan pelaksanaan rencana

    k. Asas Peninjauan Kembali ( Prinsiple of Review )

    Sistem kontrol harus ditinjau berkali-kali agar sistem yang digunakan berguna

    untuk mencapai tujuan .

    l. Asas Tindakan ( Prinsiple of Action )

    Pengawasan dapat dilakukan apabila ada ukuran - ukuran untuk mengoreksi

    penyimpangan – penyimpangan rencana masyarakat , staffing,dan directing.

    Sementara itu, ciri-ciri pengawasan yang efektif menurut T. Hani Handoko ( 2003

    : 373 ) sebagai berikut.

    a. Akurat.

    b. Tepat waktu.

    c. Objektif menyeluruh.

    d. Terpusat pada titik – titik pengawasan yang strategik.

    e. Realistik secara ekonomis.

    f. Realistik menurut msyarakat.

    g. Terkoordinasi.

  • 60

    h. Fleksibel.

    i. Bersifat sebagai petunjuk dan operasional.

    j. Diterima masyarakat.

    3. Jenis – Jenis Pengawasan

    Menurut Suwatno, Djoko Pitoyo dan Rasto ( 2002:136) pengawasan dibagi

    kedalam beberapa jenis sebagai berikut.

    a. Pengawasan produksi (production control )

    Pengawasan produksi bertujuan untuk mengetahui kualitas dan kuwantitas

    produksi yyang dihasilkan, apakah sesuai dengan rencana yang ada atau tidak.

    b. Pengawasan keuangan ( financial control )

    Pegawasan keungan kepala desa diajukan untuk hal-hal yyang menyangkut

    keuangan, tentang pemasukan dan pengeluaran, biaya-biaya masyarakat, termasuk

    pengendalian anggaran.

    c. Pengawasan kepala desa ( personal control )

    Pengawasan kepala desa ditujukan kepadahal-hal yang ada hubungan nya

    dengan kegiatan kepala desa. Apakah kepala desa bekerja sesuai dengan

    perintah,rencana,kata kerja, bagaimana absensi kepala desa, dan hal-hal lainnya.

    d. Pengawasan waktu ( time control )

    Pengawasan ini ditujukan kepada pengawsan waktu. Apakah waktu untuk

    mengerjakan suatu pekerjaan sesuai atau tidak dengan rencana.

  • 61

    e. Pengawasan kebijaksanaan ( police control )

    Pengawasan ini ditujukan untuk mengetahui dan menilai apakah kebijaksanaan-

    kebijaksanaan masyarakat telah dilaksankan sesuai dengan telah digariskan.

    f. Pengawasan teknis ( technical control )

    Pengawasan ini ditujukan kepada hal-hal yang bersifat fisik dan berhubungan

    dengan teknis pelaksanaan.

    g. Pengawasan penjualan ( sales control )

    Pengawasan ini ditujukan untuk mengetahui apakah produksi yang terjual sesuai

    dengan target yang telah ditetapkan.

    4. Metode Pengawasan

    Dalam melakukan pengawasan diperlukan metode pengawasan. Adapun

    metode pengawasan tersebut Soewamo Handayaningrat ( 1996 : 147 ) sebagai

    berikut.

    a. Pengawasan langsung

    adalah pengawasan yang dilaksankan langsung oleh kepala desa secara

    pribadi. Kepala desa memeriksa pekerjaan yang sedang dilakukan

    untuk mengetahui apakah hasilnya sesuai dengan dikehendakinya

    b. Pengawasan tidak langsung

    Pengawasan tidak langsung adalah pengawasan jarak jauh

    melalui laporan yang diberikan oleh bawahan. Laporan ini dapat

    berupa kata-kata angka-angka , atau statistik yang berisi yang

    gambaran kemajuan yang dicapai. Pengawasan tidak langsung dapat

    berupa laporan tertulis dan laporan lisan.

  • 62

    c. Pengawasan formal

    Pengawasan formal adalah pengawasan secara formal yang dilakukan

    oleh unit atau aparat pengawasan yang bertinndak atas nama kepala

    desa.

    d. Pengawasan informal

    Pengaawasan informal adalah pengawasan yang dilakukan tidak secara

    formal prosedur yang telah ditetapkan pengawasan ini dilakukan oleh

    pejabat dengan melalui kunjungan tidak resmi.

    e. Pengawasan administratif

    Pengawasan administratif adalah pengawasan yang meliputi bidang

    administratif seperti keuangan, kekepala desaan, dan material.

    f. Pengawasan teknik

    Pengawasan teknik adalah pengawasan terhadap hal-hal yang bersifat

    fisik dan teknis. Seperti pemeriksaan terhadap kualitas pekerjaan jalan

    , bangunan gedung, dan jembatan.

    5. Tipe – Tipe Pengawasan

    Menurut T. Hani Handoko, ada tiga tipe dasar pengawasan,yaitu sebagai

    berikut.

    a. Pengawasan pendahuluan ( Feed Forward Control )

    Pengawasan pendahuluan atau sering disebut steering controls

    dirancang untuk mengantisipasi masalah- masalah atau penyimpangan-

    penyimpangan dari standar atau tujuan dan memungkinkan koreksi

    dibuat sebelum kegiatan tertentu diselesaikan. Jadi, pendekatan

  • 63

    pengawasan ini lebih aktif dan agresif, dengan mendeteksi masalah –

    masalah dan mengambil tindakan yang dperlakuakan sebelum suatu

    masalah terjadi. Pengawasan ini akan efektif hanya jika kepala

    msyarakat mampu mendapatkan informasi akurat dan tepat pada

    waktunya tentang perubahan – perubahan dalam lingkungan atau

    tentang perkembangan terhadap tujuan yang di inginkan .

    b. Pengawasan Concurrent

    Pengawasan ini sering disebut pengawasan “ Ya atau Tidak “,

    screening control, atau “ berhenti – terus “ . pengawasan ini dilakukan

    selama suatu kegiatan berlangsung. Tipe pengawasan ini merupakan

    proses jika aspek tertentu dari suatu prosedur harus disetujui terlebih

    dahulu, atau syarat tertentu harus dipenuhi terlebih dahulu sebelum

    kegiatan- kegiatan bisa dilanjutkan , atau menjadi semacam peralatan “

    double check” yang lebih menjamin ketepatan pelaksanaan suatu

    kegiatan.

    c. Pengawasan Umpan Balik ( Feedback Control )

    Pengawasan umpan balik juga dikenal sebagai past-action

    control. Pengawasan mengukur hasil – hasil dari suatu kegiatan yang

    telah diselesaikan, penyebab penyimpangan dari rencana standar yang

    ditentukan dan penemuan – penemuan yang ditetapkan untuk

    kegiatan- kegiatan serupa di masa yang akan datang. Pengawasan ini

    bersifat historis. Pengukuran dilakukan setelah kegiatan berlangsung.

  • 64

    Ketiga bentuk pengawasan tersebut sangat berguna bagi

    manajemen. Pengawasan dan pendahuluan dan “ berhenti - terus ,

    cukup memadai untuk memungkin manajemen membuat tindakan

    koreksi serta dapat mencapai tujuan. Akan tetapi, ada beberapa faktor

    yang perlu dipertimbangkan disampingkan disamping kegunaan dua

    bentuk pengawasan tersebut. Pertama biaya keduanya mahal. Kedua,

    banyak kegiatan tidak memungkinkan dirinya dimonitor secara terus –

    menerus. Ketiga, pengawasan yang berlebihan akan menjadikan

    produktivitas berkurang yang tentunya prestasi kerja kepala desa juga

    menurun. Oleh karena itu, manajemen harus menggunakan sistem

    pengawasan yang paling sesuai dengan situasi tertentu.

    6. Tahap – Tahap dalam Pengawasan

    Menurut T. Hani Handoko, pada umumnya proses pengawasan

    minimal terdiri dari lima tahap ( langkah ), yaitu sebagai berikut.

    a. Penetapan standar pelaksanaan.

    b. Penentuan pengukuran pelaksanaan kegiatan.

    c. Pengukuran pelaksanaan kegiatan nyata.

    d. Pembandingan pelaksanaan kegiatan dengan standar dan

    penganalisaan penyimpangan- penyimpangan.

    e. Pengambilan tindakan koreksi bila perlu.

    a. Penetapan Standar

  • 65

    Tahap pertama dalam pengawasan adalah enetapan standar

    pelaksanaan. Standar mngandung arti suatu satuan pengukuran

    yang dapat digunakan sebagai “ patokan” untuk penilaian hasil –

    hasil. Tujuan, sasaran, kuota,dan target pelaksanaan dapat

    digunakaan sebagai standar. Bentuk standar yang lebih khusus

    antara lain target penjualan, anggaran, bagian pasar ( market share

    ), margin keuntungan, keselamatan kerja, dan sasaran produksi.

    Standar terdiri dari tiga bentuk sebagai berikut.

    1. Standar – standar fisik, dapat meliputi kuantitas barang atau

    jasa, jumlah langganan, atau kualitas produk.

    2. Standar – standar moneter yang ditunjukkan dalam rupiah dan

    mencakup biaya tenaga kerja, biaya penjualan, laba kotor,

    pendapatan penjualan, dan sebagiannya.

    3. Standar – standar waktu meliputi kecepata