Upload
others
View
0
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PERNYATAAN ORISINALITAS TUGAS AKHIR
: Jema’at
: SIP. I51996
: Ilmu Pemerintahan
: Syariah
: Desa Mangsang, Kecamatan Bayung Lencir, Kabupaten Musi Bayuasin
Jambi, 23 Maret 2020 Yang Menyatakan,
Jema’at NIM. SIP. 151996
ii
iii
iv
MOTTO
َ یَْجعَل لَّھُ َمْخَرًجا َویَْرُزْقھُ ِمْن َحْیُث َال یَْحتَ { َ بَاِلُغ أَْمِرِه قَْد َوَمن یَتَِّق �َّ ِ فَُھَو َحْسبُھُ إِنَّ �َّ ِسُب َوَمن یَتََوكَّْل َعلَى �َّ
ُ ِلُكِلّ َشْيٍء قَْدًرا ] 3 -2 : الطالق [ } َجعََل �َّ
Artinya: Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barang siapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan) nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki) Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap -tiap sesuatu}. (Q.S.At -Thalaq 2-3)
v
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena
atas rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat
beserta salam semoga tetap terlimpahkan kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad
SAW yang telah mencurahkan hidupnya untuk menyempurnakan akhlak dan menjadi rahmat
bagi umat manusia.
Skripsi ini adalah salah satu wujud di antara karunia Allah yang di limpahkan kepada
penulis melalui kemampuan mencurahkan pemikiran kedalam rangkaian karya tulis ini.
Selanjutnya penulisan skripsi ini merupakan kewajiban bagi mahasiswa untuk memperoleh
gelar sarjana strata satu (S.1) di Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
Disamping itu juga penulis ingin menyumbangkan karya demi nusa dan bangsa dan agama.
Adapun judul skripsi ini adalah “ Efektivitas Kinerja Pemerintah Dalam Pengawasan
Hiburan Pesta Rakyat ( Studi Di Desa Mangsang Kecamatan Bayung Lencir )”.
Dalam penyelesaian penulisan skripsi ini, Penulis tidak dapat berbuat banyak tanpa
bantuan, arahan, bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak. Karena itu penulis merasa
bersyukur kehadirat Allah SWT dan menghaturkan ucapan terima kasih kepada yang terhormat ;
1. Bapak Prof. Dr. H. Su’aidi Asy’ari, MA, Ph.D selaku Rektor Universitas Islam Negeri
Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
2. Bapak Dr. Sayuti S. Ag,. M.H selaku Dekan Fakultas Syari’ah Universitas Islam Negeri
Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
vi
3. Bapak Dr. Agus Salim, M.A, M.I.R,Ph.D Wakil Dekan Bidang Akademik Fakultas
Syari’ah Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
4. Bapak Dr. Ruslan Abdul Gani,S.H,. M.H Wakil Dekan Bidang Administrasi Umum
Fakultas syari’ah Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
5. Bapak Dr. Ishaq, S.H,. M.Hum Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan kerja sama di
Fakultas Syari’ah Univrtias Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddiin Jambi.
6. Ibu Dr. Irmawati Sagala, S.IP. M.SI Ketua Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Syari;ah
Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi. Dan Sekretaris Jurusan Ilmu
Pemerintahan Fakultas Syari’ah Universitas Islam Negeri Sulthan ThahaSaifuddin Jambi.
7. Dr. Rabiatul Adawiyah,.M.HI selaku pembimbing I dan Bapak Yudi
Armansyah,.M.Hum selaku pembimbing II yang banyak meluangkan waktu dalam
bimbingan skripsi ini.
8. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Syari’ah Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha
Saifuddin Jambi.
9. Karyawan Fakultas Syari’ah dan perpustakaan Fakultas Syari’ah Universitas Islam
Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
10. Bapak dan Ibu seluruh Jajaran Pemerintah Desa Mangsang Kecamatan Bayung Lencir
Kabupaten Musi Banyuasin yang banyak meluangkan waktu untuk menjadi informan
dalam penulisan skripsi ini.
vii
viii
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan skripsi untuk
Kedua orangtua ku
ALMARHUM Ayahanda tercinta SANGKUT BIN SAHORI dan Ibunda
tercinta ASNI BIN MUHAMMAD Termasuk Saudara Laki – laki ku
yaitu Helmi Bin Sangkut juga Heri Bin Sangkut dan Ayuk Iparku
MIRNA yang selalu memperjuangkan hidupku, rela berkorban
lahir dan bathin yang dalam mencarikan nafkah kehidupan dan
tercurah dalam tetesan keringat tanpa mengenal rasa lelah serta
untaian doa-doa yang di panjatkan dalam setiap sujudnya serta
selalu memberikan bimbingan dan semangat dan mengasuh dengan
segala ketabahan dan kelembutannya
Dan tak luput kepada adikku tercinta MIMO BIN SANGKUT yang
selalu memberikan semangat dan dukungan dalam kehidupanku
Kepada dosen pembimbing terima kasih atas bimbingannya dalam
memberikan pemikiran-pemikiran dan pemasukkan gambaran
ide-ide dalam setiap proses penyelesaian skripsi ini
Dan untuk seseorang yang selalu menyemangati memberikan
dorongan dan masukan atas segala persoalan yang saya hadapi serta
sahabat-sahabat ku yang selalu memberikan dorongan dan
semangat kepada ku dalam keadaan suka maupun duka.
ix
Abstrak
Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana Efektivitas Kinerja Pemerintah Dalam Pengawasan Hiburan Pesta Rakyat Studi di Desa Mangsang Kecamatan Bayung Lencir Khususnya Peraturan Daerah Kabupaten Musi Banyuasin Nomor 2 Tahun 2018 selanjutnya ingin mengetahui penerapan terhadap efektivitas pemerintah desa mangsang yang tercantum dalam perda sebagaimana dimaksud. Desa mangsang adalah desa yang berada dalam kecamatan Bayung Lencir Kabupaten Musi Banyuasin, yang memiliki 5 dusun dengan geografis desa sangat fantastics terpisah oleh beberapa perusahaan. Pelaksanaan perda yang telah digelar di kabupaten musi banyuasin itu memiliki variasi program unggulan masing-masing. Dimana setiap desa ada yang melaksankannya cukup dengan baik ada juga yang tidak efektif. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan tujuan untuk mendeskrifkan dan menggambarkan segala macam dan cara pemerintahan Desa Mangsang kecamatan bayung lencir dalam menjalankan peraturan daerah kabupaten musi banyuasin Nomor 2 Tahun 2018 tentang hiburan pesta rakyat. Penelitian ini juga dimaksudkan untuk melihat seberapa besar dan seberapa efektifkah hasil perda tentang hiburan pesta rakyat. Berdasarkan hasil penelitian ada beberapa penyebab terjadinya pelanggaran terhadap hiburan pesta rakyat; 1).Kurangnya sosialisasi mengenai peraturan daerah tentang hiburan pesta rakyat. 2). Minimnya kesadaran masyarakat akan dampak dari pada pesta rakyat. 3). Kurangnya penertiban serta evaluasi kegiatan hiburan pesta rakyat agar sejalan dengan peraturan daerah. Efektivitas pemerintah desa mangsang dalam pengawasan hiburan pesta rakyat kurang berjalan dengan baik sehubungan ada beberapa pelanggaran hiburan pesta rakyat olehkarena itu, diperlukan adanya kerja sama yang lebih terorganizir antara pemerintah, polri,TNI, tokoh masyarakat, tokoh agama, pemuka adat, dan pemuda beserta masyarakat lainnya, yang tergabung dalam ormas maupun organisasi lainnya sebagai upaya pencegahan terhadap pelanggaran hiburan pesta rakyat di Desa Mangsang Kecamatan Bayung Lencir Kabupaten Musi Banyuasin.
Kata Kunci ; Kinerja , Pemerintah, Pengawasan
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.........................................................................................................i
LEMBARAN PERNYATAAN........................................................................................ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING. ...................................................................... ..........iii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN. ..................................................................... ..........iv
MOTO .................................................................................................................... ...........v
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ...........v
KATA PERSEMBAHAN ..................................................................................... ...........vi
ABSTRAK........................................................................................................................vii
DAFTAR ISI.......................................................................................................... ..........xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang ...................................................................................... ......... 1 B. Rumusan Masalah...........................................................................................4 C. Batasan Masalah .................................................................................. ......... 4 D. Kerangka Teori .................................................................................... .........6 E. Tinjauan Pustaka .................................................................................. ........ 13
BAB II METODE PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian .................................................................................. ....... 16 B. Pendekatan Penelitian .......................................................................... ....... 16 C. Jenis dan Sumber Data ......................................................................... ....... 17 D. Teknik Pengumpulan Data ................................................................... ........ 21 E. Analisis Data ........................................................................................ .........21 F. Sistematika Penulisan.................................................................................... 22 G. Jadwal Penelitian.............................................................................................23
BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Geografis .............................................................................................. ......... 25 B. Sejarah DesaMangsang ....................................................................... ..........25
xi
BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN
A. Faktor Penyebab Terjadinya Pelangaran Terhadap Hiburan Pesta Rakyat ..47. B. Pengawasan Hiburan Pesta Rakyat di Desa Mangsang ................................49 C. Efektivitas Kinerja Pemerintah Desa dalam Pengawasan Hiburan Pesta
Rakyat ...........................................................................................................69
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan .......................................................................................... ......... 72 B. Saran..................................................................................................... ......... 73 C. Kata Penutup ........................................................................................ ......... 73
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ .........
LAMPIRAN........................................................................................................... .........
DAFTAR INFORMAN ........................................................................................ .........
DAFTAR PERTANYAAN ................................................................................... .........
CURICULUM VITAE......................................................................................... .........
xii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Penurunankualitas moral manusia merupakan fenomena yang pasti dan
sedangterjadi pada masyarakat sekarang ini. Perbuatan tidak bermoral seperti
perjudian, perzinaan, meminum minuman keras, penyalah gunaan narkoba,
perkelahian, dan pornografiselaluterjadisetiaphariseperti yang diberitakan oleh
media massa. Istilah moral itu sendiri berasal dari bahasa latin mos(jamak: mores),
yang artinya cara hidup atau kebiasaan. Secara umum, moral merupakan standar
penilaian baik dan buruk oleh manusia tentang sesuatu. Seiring perkembangan
zaman, banyak hal yang mempengaruhi moral manusia. Akses informasi melalui
media massa, internet yang susah dikontrol, serta gaya hidup hedonisme yang
mengikis nilai moral yang menjadi standar bagi bangsa Indonesia.1
Perubahan moral dan kebudayaan membuat banyak sesuatu yang dahulu
dianggap buruk tetapi sekarang sudah dipandang sebagai hal yang wajar dan
menjadi konsumsi sehari-hari, salah satunya dalam bidang hiburan atau
Penayangan acara televisi yang tidak berkualitas, pemutaran lagu - lagu yang
menyiratkan pornografi, hingga yang bersentuhan langsung dengan masyarakat
seperti penyelenggaraan orgen tunggal pada acara resepsi pernikahan.
1. Http://www.halosumsel.co.id.diaksesTanggal 14Januari 2019 Regulasi Tentang Hiburan Pesta Rakyat di Kabuapaten Musi Banyuasin
1
http://www.halosumsel.co.id.diakses/
2
Dahulu, hiburan yang sering ditampilkan dalam merayakan resepsi
pernikahan adalah kesenian tradisional, tetapi sekarang masyarakat lebih sering
menyajikan hiburan yang lebih modern seperti organ tunggal dan orkes melayu.
Selain untuk merayakan acara resepsi pernikahan, organ tunggal dan orkes melayu
juga sering ditampilkan pada acara keramaian lainnya seperti acara hiburan
pemuda, atau kampanye politik.
Penyelenggaraan pesta di malam hari terutama diiringi dengan iringan
musik seringkali juga menjadi ajang pesta minum minuman keras, peredaran obat-
obatan terlarang, dan tempat maksiat.Menurut Bupati Musi Banyuasin
mengungkapkan bahwa munculnya Perda Tentang Pesta Rakyat bertujuan untuk
meminimalisir dan menekan penggunaan dan peredaran narkoba serta perbuatan
asusila/prostitusi yang kerap terjadi di pesta rakyat.Jadi, dengan lahirnya Perda ini
bertujuan semata-mata untuk kepentingan masyarakat Musi Banyuasin.Bupati
Musi Banyuasinberkeyakinan semua masyarakat Musi Banyuasinakan
mendukung perda ini, karena didalam perda ini mengatur untuk kebaikan masa
depan anak dan cucu agar terhindar dari efek negatif dari Pesta Rakyat.2
Dikeluarkannya Peraturan Daerah Kabupaten Musi Banyuasin Nomor 2
Tahun 2018 tentang Pesta Rakyat dilakukan dengan menimbang makin maraknya
peredaran dan penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika, Zat adiktif lainnya serta
penggunaan minuman keras, prostitusi dan tindak kejahatan lainnya pada pesta
rakyat di maIam hari, sangat memprihatinkan kehidupan generasi di masa yang
2Sumber: https//www. Mubaonline.com DikeluarkannyaPeraturanDaerah KabupatenMusiBanyuasinNomor 2 Tahun2018 TentangHiburan PestaRakyat
3
akan datang. Peraturan Daerah tersebut diterbitkan dalam rangka mewujudkan
keamanan, ketentraman dan ketertiban di masyarakat perlu dilakukan
pengendalian dan pengaturan dalam penyelenggaraan pesta rakyat.
Perda Kabupaten Musi Banyuasin Nomor 2 Tahun 2018 tentang Pesta
Rakyat mengatur mengenai larangan menyelenggarakan pesta di malam hari
mendapat tentangan dari beberapa elemen masyarakat. Forum Masyarakat Muba
Bersatu (FM2B) mengecam Perda Pembatasan Pesta Rakyat yang dinilai sebagai
upaya memberangus budaya masyarakat Muba.Pesta Rakyat sudah dianggap
sebagai tradisi budaya dan bagian dari hak azazi masyarakat Muba. Forum
Masyarakat Muba Bersatu (FM2B) mengadakan demonstrasi supaya Perda
Kabupaten Musi Banyuasin Nomor 2 Tahun 2018 dibatalkan karena Perda
tersebut dianggap akan menghapus salah satu budaya turun temurun masyarakat
Muba3
Walaupun terjadi prokontra mengenai Peraturan Daerah Nomor 2 tahun
2018 mengenai pesta rakyat tersebut, sosialisasi Perda terus dilaksanakan oleh
Pemda Kabupaten Musi Banyuasin. Menindaklanjuti keluarnya Perda tersebut.
diadakan penandatanganan Nota Kesepakatan tingkat Kabupaten antara Bupati
Muba dan perangkat organisasi daerah di oproom beberapa waktu yang lalu,
tentang Penegakan Perda Nomor 2 Tahun 2018 mengenai Pesta Rakyat.
Kemudian hasil nota kesepahaman tersebut diimplementasikan di setiap
kecamatan di wilayah Kabupaten Musi Banyuasin.
3PeraturanDaerahKabupatenMusiBanyuasinNomor 2Tahun2018 Tentang Hiburan Pesta Rakyat
4
Berdasarkan gambaran latar belakang di atas, maka penulis tertarik
melakukan penelitian tentang analisis peraturan daerah dengan judul ;
“Efektivitas Kinerja Pemerintah Dalam Pengawasan Hiburan Pesta Rakyat
Studi Di Desa Mangsang Di Kecamatan Bayung Lencir ”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah digambarkan, maka
rumusan permasalahan dalam penelitian ini yaitu:
1. Mengapa masih terjadi pelanggaran terhadap aturan hiburan pesta rakyat di
Desa Mangsang Kecamatan Bayung Lencir Kabupaten Musi Banyuasin ?
2. Bagaimana sistem pengawasan hiburan pesta rakyat di Desa Mangsang
Kecamatan Bayung Lencir Kabupaten Musi Banyuasin berdasarkan Perda
Nomor 2 Tahun 2018?
3. Bagaimana Efektifitas Kinerja Pemerintah khususnya Pemerintahan Desa
Mangsang dalam pengawasan hiburan pesta rakyat di Desa Mangsang
Kecamatan Bayung Lencir Kabupaten Musi Banyuasin ?
C. Batasan Masalah
Berdasarkan permasalahan yang ditemukan dan adanya keterbatasan
waktu dan sumber daya, maka peneliti memberikan batasan permasalahan
penelitian pada analisisPeraturan Daerah Kabupaten Musi Banyuasin Nomor 2
Tahun 2018 Tentang Larangan Pesta Rakyat.
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
5
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah:
a. Untuk mengetahui upaya pemerintah terhadap pelanggaran-
pelanggaran tentang Peraturan Daerah Kabupaten Musi Banyuasin
Nomor 2 Tahun 2018 mengenai larangan pestarakyat di Kabupaten
Musi Banyuasin Provinsi Sumatera Selatan Desa Mangsang.
b. Untuk mengetahui sistem pengawasan Peraturan Daerah Kabupaten
Musi Banyuasin Nomor 2 Tahun 2018 mengenai larangan
pestarakyat di Desa Mangsang Kecamatan Bayung Lencir .
c. Untuk mengetahui efektifitas kinerja pemerintah dalam
melaksanakan Peraturan Daerah Kabupaten Musi Banyuasin Nomor
2 Tahun 2018 mengenai larangan pestarakyat di Kabupaten Musi
Banyuasin Provinsi Sumatera Selatan Desa Mangsang Kecamatan
Bayung lencir.
2. Kegunaan Penelitian
a. Manfaat dan hasil yang dapat dihasilkan dari penelitian ini adalah:
1. Kegunaan teoritis, penelitian ini diharapkan menjadi bahan studi
dan menjadi salah satu sumbangsih pemikiran ilmiah dalam
melengkapi kajian implementasi kebijakan yang mengarah pada
pengembangan ilmu Pemerintahan.
2. Kegunaan praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi
bahan masukan bagi semua pihak terkait Perda Kabupaten Musi
6
Banyuasin Nomor 2 Tahun 2018 mengenai larangan pesta
rakyat di Desa Mangsang Kecamatan Bayung Lencir .
3. hasil penelitian ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh
program gelar proses sarjana strata satu (S1) pada Jurusan llmu
Pemerintahan, Fakultassyariah, UIN sulthan Thaha Saiffudin
Jambi.
E. Kerangka Teori
Di sini penulis akan menguraikan teori-teori yang berkaitan dengan materi
penelitian ini, yakni tentang ‘’Efektivitas Kinera Pemerintah dalam Pengawasan
Hiburan Pesta Rakyat Studi di Desa Mangsang Kecamata. Teoti-teori tersebut
menjadi landasan bagi penulis dalam pelaksanaan penelitian’’. Teori tersebut
menjadi landasan bagi penulis dalam pelaksanaan penelitian, Mengenai teori
tersebut untuk lebih jelas akan di uraikan selanjutnya.
1. Konsep Efektivitas
Kata efektif berasal dari bahasa Inggris yaitu effective yang berarti
berhasil atau sesuatu yang dilakukan berhasil dengan baik. Kamus ilmiah
popular mendefinisikan efetivitas sebagai ketepatan penggunaan, hasil guna
atau menunjang tujuan.
Efektivitas merupakan unsur pokok untuk mencapai tujuan atau sasaran
yang telah ditentukan di dalam setiap organisasi, kegiatan ataupun program.
7
Disebut efektif apabila tercapai tujuan ataupun sasaran seperti yang telah
ditentukan. Hal ini sesuai dengan pendapat H. Emerson yang dikutip Soewarno
Handayaningrat S. yang menyatakan bahwa “Efektivitas adalah
pengukuran dalam arti tercapainya tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.”
Sedangkan Georgopolous dan Tannembaum mengemukakan:4
“Efektivitas ditinjau dari sudut pencapaian tujuan, dimana keberhasilan suatu
organisasi harus mempertimbangkan bukan saja sasaran organisasi tetapi juga
mekanisme mempertahankan diri dalam mengejar sasaran. Dengan kata lain,
penilaian efektivitas harus berkaitan dengan mesalah sasaran maupun tujuan.”
Selanjutnya Steers mengemukakan bahwa:
“Efektivitas adalah jangkauan usaha suatu program sebagai suatu sistem
dengan sumber daya dan sarana tertentu untuk memenuhi tujuan dan sasarannya
tanpa melumpuhkan cara dan sumber daya itu serta tanpa memberi tekanan yang
tidak wajar terhadap pelaksanaannya”. Lebih lanjut menurut Agung Kurniawan
dalam bukunya Transformasi Pelayanan Publik mendefinisikan efektivitas,
sebagai berikut: “Efektivitas adalah kemampuan melaksanakan tugas, fungsi
(operasi kegiatan program atau misi) Dari pada suatu organisasi atau sejenisnya
yang tidak adanya tekanan atau ketegangan diantara pelaksanaannya”
(Kurniawan, Dari beberapa pendapat di atas mengenai efektivitas, dapat
disimpulkan bahwa efektivitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa
4 Handayaningrat S. menyatakan bahwa “Efektivitas ‘’ hlm.16-20
8
jauh target (kuantitas,kualitas dan waktu) yang telah dicapai oleh manajemen,
yang mana target tersebut sudah ditentukan terlebih dahulu. Hal ini sesuai dengan
pendapat yang dikemukakan oleh Hidayat yang menjelaskan bahwa :“Efektivitas
adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target (kuantitas,kualitas dan
waktu) telah tercapai. Dimana makin besar persentase target yang dicapai,makin
tinggi efektivitasnya”. 5
Upaya mengevaluasi jalannya suatu organisasi, dapat dilakukan melalui
konsep efektivitas. Konsep ini adalah salah satu faktor untuk menentukan apakah
perlu dilakukan perubahan secara signifikan terhadap bentuk dan
manajemenorganisasi atau tidak. Dalam hal ini efektivitas merupakan pencapaian
tujuan organisasi melalui pemanfaatan sumber daya yang dimiliki secara efisien,
ditinjau dari sisi masukan (input), proses, maupun keluaran (output). Dalam hal
ini yang dimaksud sumber daya meliputi ketersediaan personil, sarana dan
prasarana serta metode dan model yang digunakan. Suatu kegiatan dikatakan
efisien apabila dikerjakan dengan benar dan sesuai dengan prosedur sedangkan
dikatakan efektif bila kegiatan tersebut dilaksanakan dengan benar dan
memberikan hasil yang bermanfaat.
2. Ukuran Efektivitas
5Hidayat (1986) yangmenjelaskanbahwa :“Efektivitasadalahsuatuukuran yang menyatakanseberapajauh target (kuantitas,kualitas dan waktu) telahtercapai hlm. 72-73
9
Mengukur efektivitas organisasi bukanlah suatu hal yang sangat
sederhana, karena efektivitas dapat dikaji dari berbagai sudut pandang dan
tergantung pada siapa yang menilai serta menginterpretasikannya. Bila
dipandang dari sudut produktivitas, maka seorang manajer produksi
memberikan pemahaman bahwa efektivitas berarti kualitas dan kuantitas
(output) barang dan jasa.
Tingkat efektivitas juga dapat diukur dengan membandingkan antara
rencana yang telah ditentukan dengan hasil nyata yang telah diwujudkan.
Namun, jika usaha atau hasil pekerjaan dan tindakan yang dilakukan tidak tepat
sehingga menyebabkan tujuan tidak tercapai atau sasaran yang diharapkan,
maka hal itu dikatakan tidak efektif. Adapun kriteria atau ukuran mengenai
pencapaian tujuan efektif atau tidak, sebagaimana dikemukakan oleh S.P.
Siagian yaitu ;
a). Kejelasan tujuan yang hendak dicapai, hal ini dimaksdukan supaya
karyawan dalam pelaksanaan tugas mencapai sasaran yang terarah dan
tujuan organisasi dapat tercapai.
b) Kejelasan strategi pencapaian tujuan, telah diketahui bahwa strategi
adalah “pada jalan” yang diikuti dalam melakukan berbagai upaya dalam
mencapai sasaran-sasaran yang ditentukan agar para implementer tidak
tersesat dalam pencapaian tujuan organisasi.
10
c) Proses analisis dan perumusan kebijakan yang mantap, berkaitan dengan
tujuan yang hendak dicapai dan strategi yang telah ditetapkan artinya
kebijakan harus mampu menjembatani tujuan tujuan dengan usaha-usaha
pelaksanaan kegiatan operasional.
d) Perencanaan yang matang, pada hakekatnya berarti memutuskan sekarang
apa yang dikerjakan oleh organisasi dimasa depan.
e) Penyusunan program yang tepat suatu rencana yang baik masih perlu
dijabarkan dalam program-program pelaksanaan yang tepat sebab apabila
tidak, para pelaksana akan kurang memiliki pedoman bertindak dan bekerja.
f) Tersedianya sarana dan prasarana kerja, salah satu indikator efektivitas
organisasi adalah kemamapuan bekerja secara produktif. Dengan sarana dan
prasarana yang tersedia dan mungkin disediakan oleh organisasi.
g) Pelaksanaan yang efektif dan efisien, bagaimanapun baiknya suatu program
apabila tidak dilaksanakan secara efektif dan efisien maka organisasi
tersebut tidak akan mencapai sasarannya, karena dengan pelaksanaan
organisasi semakin didekatkan pada tujuannya.
h) Sistem pengawasan dan pengendalian yang bersifat mendidik mengingat
sifat manusia yang tidak sempurna maka efektivitas organisasi menuntut
terdapatnya sistem pengawasan dan pengendalian.
11
Adapun kriteria untuk mengukur efektivitas suatu organisasi ada tiga
pendekatan yang dapat digunakan, seperti yang dikemukakan oleh Martani
dan Lubis yakni:
1. Pendekatan Sumber (resource approach) yakni mengukur efektivitas dari input.
Pendekatan mengutamakan adanya keberhasilan organisasi untuk memperoleh
sumber daya, baik fisik maupun nonfisik yang sesuai dengan kebutuhan
organisasi.
2. Pendekatan proses (process approach) adalah untuk melihat sejauh mana
efektivitas pelaksanaan program dari semua kegiatan prosesinternal atau
mekanisme organisasi.
3. Pendekatan sasaran (goals approach) dimana pusat perhatian pada output,
mengukur keberhasilan organisasi untuk mencapai hasil (output) yang sesuai
dengan rencana.
Selanjutnya Strees, dalam Tangkilisan mengemukakan 5 (lima) kriteria dalam
pengukuran efektivitas, yaitu:
1). Produktivitas
2). Kemampuan adaptasi kerja
3). Kepuasan kerja
4). Kemampuan berlaba
12
5). Pencarian sumber daya
Sedangkan Duncan yang dikutip Richard M. Steersdalam bukunya “Efektrivitas
Organisasi” mengatakan mengenai ukuran efektivitas, sebagai berikut: 6
a . Pencapaian Tujuan
Pencapaian adalah keseluruhan upaya pencapaian tujuan harus dipandang sebagai
suatu proses. Oleh karena itu, agar pencapaian tujuan akhir semakin terjamin,
diperlukan pentahapan, baik dalam arti pentahapan pencapaian bagian-bagiannya
maupun pentahapan dalam arti periodisasinya. Pencapaian tujuan terdiri dari
beberapa faktor, yaitu: Kurun waktu dan sasaran yang merupakan target kongktit
b. Integrasi
Integrasi yaitu pengukuran terhadap tingkat kemampuan suatu organisasi untuk
mengadakan sosialisasi, pengembangan konsensus dan komunikasi dengan
berbagai macam organisasi lainnya. Integrasi menyangkut proses sosialisasi.
c. Adaptasi
Adaptasi adalah kemampuan organisasi untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungannya. Untuk itu digunakan tolak ukur proses pengadaan dan pengisian
tenaga kerja sehingga tujuan lembaga akan tercapai.
6 KurniawanKebijakanTentangEfektifitasDalamTercapainyaTujuanTahun2005hlm.147
13
Pengawasan terhadap masyarakat di tinjau dari perspektif post-strukturalis
adalah suatu proses yang menantang dan mengubah diskursus. Pemberdayaan
lebih di tekankan pertama-tama pada aspek intelektualitas ketimbang aktivitas
aksi; atau pengawasan masyarakat adalah upaya pengembangan pengertian
terhadap pengawasan tentang pesta rakyat yang dampaknya sangat berpengaruh
kepada lingkungan sosial dan fenomena masyarakat,
Menurut Pemerintahan Desa Mangsang yaitu bapak Zaenal Arifin
menjelaskan bahwa:Pada dasarnya Pesta Rakyat memberikan nilai-nilai tertentu
ada berbagai macam danpak dan efek samping baik dalam segi negatif dan positif.
Visi Pemerintahan Desa Mangsang dalam pengawasan hiburan pesta
rakyat yaitu, usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana aman
nyaman dan tentram, proses pengawasan agar hiburan pesta rakyat tidak
menimbulkan hal negatif bagi masyarakat di Desa Mangsang.
F. Tinjauan Pustaka
Penelitian ini mengkaji tentang Efektivitas Pemerintah Desa Mangsang
Kecamatan Bayung Lencir Terhadap Hiburan Pesta Rakyat sesuai dengan
regulasi yang telah ditetapkan di Kabupaten Musi Banyuasin guna untuk
menambah wawasan peneliti sebelum meneliti melangkah lebih jauh dalam
permasalahan yang di temukan. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan
tinjauan pustaka yang mendekati penelitian ini. Penelitian yang menjelaskan
tentang Peraturan Daerah Kabupaten Musi Banyuasin Kecamatan Bayung
14
Lencir secara umum memang belum ada penelitian perda tersebut dikarenakan
perda tersebut baru diberlakukan tahun 2019 dan dikeluarkan akhir tahun 2018 .
pertama, skripsi tahun 2015 yang disusun oleh Yogig Sugianto tentang
upaya pemerintah dalam mmbina moral masyarakat pada hiburan malam.
Kesimpulan dari skripsi ini adalah peran pemerintah dalam melaksanakan
pemberdayaan dan pengawasan masyarakat di Desa Mangsang Kabupaten Musi
Banyuasin telah di lakukan dengan baik dengan bukti beberapa bangunan yang
berhasil di laksanakan.
Kedua, Penelitian jurnal yang berjudul “pengaruh aktivitas tempat
hiburan malam terhadap prubahan perilaku masyarakat” yang di susun oleh
riska desi anggaraini, dari hasil penelitian yang dilakukan saudari Riska Dewi
Anggraini bahwasan pemerintah sangat berperan penting dalam pengawasan
hiburan malam terutama di desa maupun di kota, akan tetapi dari kesimpulan
skripsi yang di tulis oleh saudari Riska Dewi Anggraini berfokus terhadap upaya
pemerintah dalam memberantas adanya hiburan malam.
Ketiga, penelitian Muhammad Ilmar L yang berjudul “efektivitas
pengasawan dan pengendalian peredaran minuman beralkohol berdasarkan
paturan daerah Nomor 1 Tahun 2013” penelitian ini bertujuan untuk
mendeskripsikan strategi pemerintah dalam pengawasan peredaran minuman
beralkohol, menggerakkan dan mengawasi pergerakan untuk mengedarkan
alkohol, dalam meningkatkan masyarakat yang aman. Penelitian ini merupakan
15
studi kasus dengan menggunakan pendekatan kualitatif.7 Subjek penelitian
adalah memberantas peredaran minuman beralkohol, hasil dari penelitian ini
menunjukkan pemerintah desa sebagai seorang pemimpin berperan penting
dalam kenyamanan masyarakat.
Dari tiga Penelitian di atas yang menjadi perbedaan dengan penelitian
penulis adalah dari segi pembahasan, penelitian sebelumnya membahas hal
yang dari yang penulis teliti. Peneliti pertama yang membahas upaya pemerintah
dalam membina moral masyarakat pada hiburan malam, peneliti kedua,
membahas tentang pengaruh aktivitas tempat hiburan malam terhadap
perubahan perilaku masyarakat, dan peneliti yang ketiga membahas tentang
efektivitas pengasawan dan pengendalian peredaran minuman beralkohol
berdasarkan paturan daerah Nomor 1 Tahun 2013. Sedangkan, di penelitian ini
penulis mendalami tentang Efektivitas Kinerja Pemerintah Dalam Pengawasan
Hiburan Esta Rakyat, Studi Di Desa Mangsang Kabupaten Musi Banyuasin.
Meskipun ada kesamaan judul, namun, penelitian yang penulis lakukan sudah
pasti berbeda dari penelitian sebelumnya, karena penelitian ini di lakukan
ditempat dan waktu yang berbeda.
7Penelitian Muhammad Ilmar L yang berjudul “Efektivitaspengasawan dan pengendalianPeredaranMinumanBeralkoholBerdasarkanPeraturanDaerahNomor 1 Tahun 2013”.
BAB II
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
1). Tempat Dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian yang di lakukan penulis bertempat di desa Desa
Mangsang Kecamatan Bayung Lencir Kabupaten Musi Banyuasin Pemilihan
lokasi wilayah tersebut sebagai tempat penelitian karena tempatnya
permasalahan Kinerja Pemerintah Dalam Pengawasan Hiburan Pesra Rakyat
dan sangat membutuhkan kinerja dari pemerintah dalam meningkatkan
pengawasan terhadap masyarakat di wilayah mangsang.
Berdasarkan aspek metodologi penelitian, menulis menggunakan
penelitian kualitatif. Melalui pendekatan kualitatif ini di harapkan terangkat
gambaran mengenai kualitas, realitas social dan persepsi narasumber dari
sasaran penelitian. Pendekatan penelitian kualitatif lebih banyak menggunakan
logika vertikal. Pendekatan ini di mulai dengan berpikir dedukatif untuk
menurunkan kesimpulan, kemudian melakukan pengujian di lapangan.
Kesimpulan tersebut di tarik berdasarkan data empiris.
16
17
2). Pendekatan Penelitian
Penelitian ini di laksanakan menggunakan pendekatan kualitatif.Dengan
pendekatan kualitatif maka di peroleh data-data yang memungkinkan peneliti
untuk melihat kecenderungan umum yang melatarbelakangi seorang melalui
penganalisaan data-data.Penggunaan pendekatan kualitatif ini mempermudah
peneliti untuk menganalisis korelasi antara variable, yang ahirnya mempermudah
pelaksanaan penelitiannya
3). Jenis Dan Sumber Data
1. Sumber Data
Jenis data dalam penelitian ini adalah subjek dari mana data dapat di
peroleh.Sumber data dalam penelitian ini berupa primer dan sekunder.
a). Data Primer
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data primer yang di butuhkan
dalam rangka penulisan skripsi dengan cara penulis melakukan penelitian secara
langsung ke lapangan yang di jadikan objek penelitian untuk mengumpulkan data
di lapangan dari populasi yang ada.yaitu mengambil sampel berdasarkan kriteria
tertentu, kriteria di sini yang di anggap yang berkaitan dengan masalah-masalah
yang di teliti di antaranya adalah;
18
1). Kepala Desa Mangsang
2). Camat Bayung Lencir
3). Aparat Penegak Hukum ( Polisi)
4.) Tokoh Agama dan Tokoh Masyarakat
5.) Masyarakat
b). Data sekunder
data sekunder adalah data yang di peroleh atau di kumpulkan oleh
orang yang melakukan penelitian dari sumber - sumber yang ada. Data
sekunder merupakan data pendukung penelitian terhadap data primer. Data
sekunder yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari internet berupa
data skripsi, jurnal, laporan, tesis, disertasi dan peraturan perundang-undangan
yang memiliki hubungan terhadap subjek dan dokumen yang berkaitan dengan
penelitian.
19
4). Unit Analisis
Penelitian ini menggunakan unit analisis data untuk sampai kepada objek
penelitian. Adapun unit analisis data dari penelitian ini adalah Kepala Desa,
Pemerintah Kecamatan, Aparat Penegakan Hukum serta elemen masyarakat,
Kepala Desa yang di pandang berhubungan langsung dengan keseluruhan
catatan atau informasi tentang ‘’Efektivitas Kinerja Pemerintah Dalam
Pengawasan Hiburan Pesta Rakyat Studi di Desa Mangsang Kecamatan
Bayung Lencir’’.
5). Instrument pengumpulan data
Instrument penelitian ini adalah metode yang di gunakan untuk
mengumpulkan data dan fakta penelitian, metode yang di gunakan dalam
penelitian ini adalah.
a. Observasi
Sutrisno Hadi dalam Sugiyono (2010) mengemukakan bahwa observasi
merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari
berbagai proses biologis dan psikologis. Diantara yang terpending adalah
proses-proses ingatan dan pengamatan. Usaha mengumpulkan data dengan
pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena yang diteliti
berkaitan dengan sosialisasi dan implementasi Perda Kabupaten Musi
20
Banyuasin Nomor 2 Tahun 2018 mengenai larangan pesta malam di
Kabupaten Musi Banyuasin Provinsi Sumatera Selatan.1
b. Wawancara
Menurut Moleong , mengutarakan bahwa wawancara adalah percakapan
dengan maksud tertentu. Jadi percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu
pewawancara atau yang mengajukan pertanyaan (interviewer) dan terwawancara
atau yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu (interviewee). Teknik
wawancara dilakukan secara sistematis dan berdasarkan pada tujuan penelitian
dengan cara wawancara dengan Pemerintah Desa Pemerintah Kecamatan, Tokoh
agama dan tokoh masyarakat di Desa Mangsang. Wawancara dilakukan secara
terfokus pada masalah penelitian, dimana pertanyaan penelitian telah
diformulasikan sebelum wawancara dilakukan.
c. Dokumentasi
Menurut Sugiyono, mengemukakan bahwa dokumen merupakan catatan
peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau
karya-karya monumental dari seseorang. Metode ini dilakukan dengan
mempelajari berbagai literatur, peraturan, dan laporan-laporan yang berkaitan
dengan permasalahan penelitian.
8 Sugiono, Metode Penlitian (Pendekatan Kualitatif, Kualitatif dan R &D), (Bandung:Alfabeta, 2007), Hlm. 349
21
6. Teknik Analisis Data
Analisis data pada penelitian ini dilakukan secara kualitatif, untuk
mencapai kejelasan terhadap masalah yang akan dibahas. Analisis data kualitatif,
adalah suatu cara penelitian yang menghasilkan data deskriptif analisis, yaitu apa
yang dinyatakan oleh responden secara tertulis, atau lisan yang diteliti secara utuh.
Pengertian analisis di sini dimaksudkan sebagai suatu penjelasan dan
penginterpretasian secara logis-sistimatis. Logis sistimatis menunjukkan cara
berpikir yang deduktif dan mengikuti tata tertib dalam penulisan laporan
penelitian ilmiah.
Teknik analisis deskriptif diawali dengan mengelompokkan data dan
informasi yang sama menurut subaspek dan selanjutnya melakukan interpretasi
untuk memberi makna terhadap tiap subaspek dan hubungannya satu sama lain.
Kemudian setelah itu dilakukan analisis atau interpretasi secara keseluruhan aspek
untuk memahami makna hubungan antara aspek yang satu dengan lainnya dan
dengan keseluruhan aspek yang menjadi pokok permasalahan penelitian yang
dilakukan secara induktif sehingga memberikan gambaran hasil yang utuh
(Nasution, 2008). Setelah analisis data selesai maka hasilnya akan disajikan yaitu
dengan menuturkan dan menggambarkan apa adanya sesuai dengan permasalahan
yang diteIi
22
7. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan penulis dalam penulisan Skripsi ini serta mendapatkan
gambaran yang jelas mengenai apa yang akan dibahas pada setiap Bab, maka
sistematika penulisan disusun sebagai berikut.
Bab I Pendahuluan
Menggambarkan latar belakang permasalahan, batasan masalah,
rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka
konseptual, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan. Bab
pendahuluan ini berfungsi sebagai Bab pengantar yang memberi arah
atau pedoman dalam melaksanakan penelitian dan penulisan.
Bab II Tinjauan Pustaka
Dalam Bab ini penulis akan menguraikan tentang sosialisasi,
implementasi Peraturan Daerah, pesta rakyat, dan larangan pesta rakyat
dilihat dari pengertian, tujuan dan manfaat penetapan peraturan.
Bab III Gambaran umum lokasi penelitian
Selanjutnya dalam Bab ini diuraikan mengenai: data hasil penelitian
yang terdiri dari sosialisasi Perda Kabupaten Musi Banyuasin Nomor
2 Tahun 2018 dan faktor-faktor yang mempengaruhi penerapan Perda
tersebut.
23
Bab IV Pembahan dan Hasil Penelitian
Pada Bab ini seluruh pembahasan dan hasil penelitian dalam skripsi
ini. Dari hasil penelitian tersebut itu, penulis menyampaikan beberapa
hasil penelitian yang berkenaan dengan permasalahan yang ada
dalam penulisan skripsi ini.
Bab V Penutup ( Kesimpulan dan Saran – saran )
8. Jadwal Penelitian
Penelitian di lakukan dengan pembuatan proposal, kemudian di lanjutkan
dengan perbaikan hasil seminar proposal skripsi.Setelah pengesahan judul dan
riset, maka penulisan mengadakanpengumpulan data, vertifikasi dan analisis
waktu yang berurutan. Untuk memudahkan penelitian di lapangan, maka
penulis menyusun agenda secara sistematis yang terlihat pada tabel jadwal
penelitian sebagai berikut:
24
No
Kegiatan
Bulan
Maret Oktober Desember januari februari
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Pengajuan Judul X
2 Pembuatan Proposal
3 Perbaikan Proposal Dan
Seminar
x
4 Surat Izin Riset
5 Pengumpulan Data
6 Pengolahan Data
7 Pembuatan Laporan
8 Bimbingan Dan Perbaikan
9 Agenda Ujian Skripsi
10 Perbaikan Dan Perjilidan
BAB III
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Geografi Dan Demografi Desa
1. Letak Geografis Mangsang
Desa Mangsang merupakan bagian dari salah satu Desa diwilayah
Kecamatan Bayung Lencir kearah selatan dari kecamatan Bayung
lencir dengan Luas wilayah + 405.000 ha Sedangkan jarak dengan
ibu kota Kabupaten Musi Banyuasin sekitar 160 km dan jarak dengan
Kecamatan BayungLencir sekitar 74 km. Desa Mangsang terbagi 5
Dusun yang tersebar di 43 RT.
Gambar 2.1
Peta Desa Mangsang
25
26
2. Batas Desa
Batas Desa Mangsang Kecamatan BayungLencir sebagai berikut:
• Sebelah Utara : Berbatasan dengan Sungai Petaling Jambi
• Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Desa simpang Tungkal,
B1 dan B2 Kecamatan Tungkal Jaya
• Sebelah Timur : Berbatasan dengan Sungai Bakungdan
Sungai Beduri
• Sebelah barat : Berbatasan dengan Sungai Bangsa dan
sungai Balam Ijuk
3. Aset Desa Mangsang.
Desa Mangsang memiliki beragam aset sebagai kekayaan desa berupa;
a. Bangunan Milik Desa (kantor Desa, Jembatan, Polindes, dll)
b. Tanah Lapangan
c. Peralatan pendukung pelayanan pemerintah desa
d. Perairan Meliputi: Sungai, Rawa Dll
e. Organisasi Desa (Karang Taruna, PKK ,IRMAS, Kesenian
Tradisiona, Dll)
27
4. Peruntukan Lahan di Mangsang.
Desa Mangsang merupakan desa dengan kondisi pemukiman
antardusunyang Terpisah–pisaholeh Perkebunan. Sedangkan untuk
kondisi lahan mayoritas daratandenganPresentase 70 : 30,Adapun
untukjenispekerjaanMasyarakat Desa Mangsang mayoritas mempunyai
mata pencaharian sebagai petanipekebunKelapa sawit dan karet
adapun yang lainyabekerjasebagaiBuruhperkebunan.
Gambar 2.4
Lahan PerkebunanWarga
Sebagian besar penggunaan lahan di desa Mangsang, Kecamatan
Bayunglencir, Kabupaten MusiBanyuasin diperuntukkan buat lahan
Perkebunan KelapaSawit Dan Karet. Dari total luas wilayah
administratif desa Mangsang seluas 70% nya digunakan untuk lahan
perkebunan. Sisanya 30% di peruntukan bagi sarana
umum.Pertanian dan pemukiman penduduk.
28
5. Kependudukan
Jumlah penduduk Desa Mangsang dari Tahun 2017 sampai
dengan Tahun 2018 masihdalampendataan.
Tabel 1.1
Jumlah Penduduk Berdasar Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Jumlah
Laki-Laki 7.911 Jiwa
Perempuan 8.457 Jiwa
Jumlah 16.368 Jiwa
Jumlah Penduduk Berdasar Jenis Kelamin di Setiap Dusun
DUSUN Laki – laki Perempuan JUMLAH
Dusun 1 3.552 Jiwa 4.231 jiwa 7.783 Jiwa
Dusun 2 KTGR 815 Jiwa 863 Jiwa 1.678 Jiwa
Dusun 3 Hijrah Mukti 263 Jiwa 305 Jiwa 568 Jiwa
Dusun 4 Hijrah Mukti 506 Jiwa 491 jiwa 997 Jiwa
Dusun 5 Tanah Tinggi 2.647 Jiwa 2.695 jiwa 5.342 jiwa
JUMLAH 7.911 Jiwa 8.457 Jiwa 16.368 Jiwa
Sumber Data : Profil Desa Mangsang tahun 2016
29
Dari sejumlah jiwa tersebut, pemerintah desa telah melakukan
kategorisasi berdasar Rumah tangga mencapai sejumlah 5.412 Kepala
Keluarga. Pemerintah desa Mangsang telah melakukan pemetaan
sosial secara partisipatif untuk mengukur tingkat kesejahteraan
keluarga per / rumah tangga tersebut dengan hasil pemetaan sosial
sebagai berikut.
Grafik 1.1
PetaSosialDesaMangsang
Berdasar peta sosial yang telah dilakukan secara partisipatif oleh
kelompok warga desa Mangsang, jumlah rumah tangga pra sejahtera
23%, rumah tangga sejahtera 55 %, sedangkan rumah tangga dalam
kategori sejahtera plus (kaya) 22%.
Peta Sosial Desa Mangsang Tahun 2016
pra sejahtera
sejahtera
sejahtera plus
30
Pra Sejahtera yang dimaksud adalah kondisi perekonomian pada
rumah tangga yang masuk kategori keluarga miskin, sejahtera adalah
rumah tangga yang dinilai mampu memenuhi kebutuhan dasar hidup,
sedang sejahtera plus adalah rumah tangga yang dinilai masuk dalam
kategori keluarga kaya.
Tabel 2.2
Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia Kerja
Tenaga Kerja Laki-Laki Perempuan
Penduduk usia produktif 18 - 56 tahun
Penduduk usia 18 - 56 tahun yang bekerja
Penduduk usia 18 - 56 tahun yang belum atau
tidak bekerja
Penduduk usia 0 - 6 tahun
Penduduk masih sekolah 7 - 18 th
Penduduk usia 56 tahun ke atas
Sumber Data : Profil Desa Mangsang tahun 2014
Berdasarkan data tersebut, jumlah penduduk yang belum/tidak bekerja
hanya 1.96 % dari total jumlah penduduk usia produktif. Sementara
jumlah penduduk usia lansia mencapai 8.17% dari total jumlah
penduduk. Penduduk dalam kategori anak balita mencapai 11.26% dari
31
total jumlah penduduk. Sedangkan penduduk dalam usia sekolah
mencapai 19.53% dari total jumlah penduduk.
Lapangan pekerjaan pada sektor peranian di desa Mangsang, sudah
bisa menjadi sumber penghidupan bagi warga Mangsang. Hampir
semua warga Mangsang terlibat dalam kegiatan pertanian yang yang
menjadi sumber pendapatan dan penghidupan.Tabel 2.3
Penduduk berdasarkan profesi/pekerjaan
Pekerjaan Laki-Laki Perempuan
Petani 4.677 3.245 Buruh tani 2.468 3.545 Buruh Migran Pegawai Negeri Sipil 12 9 Pembantu Rumah Tangga 28 94 TNI POLRI Karyawan Swasta 1.255 989
Sumber Data : Profil Desa Mangsang tahun 2014
32
Dari total usia produktif sejumlah 8.289 jiwa, sejumlah 96.12%
warga Mangsang berprofesi sebagai petani. Selebihnya adalah buruh
tani, pegawai negei sipil, polri dan karyawan swasta
Data tersebut menunjukan bahwa potensi pertanian di Desa
Mangsang mampu memenuhi kebutuhan hidup masyarakat, tanpa harus
menjadi buruh migran dan atau merantau ke daerah lain untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya.
Sektor pertanian di desa Mangsang adalah potensi ekonomi utama
untuk peningkatan kesejahteraan warga. Sektor pertanian menjadi
sumber utama dalam hal perekonomian warga. Maka pertanian di
Mangsang akan terus ditingkatkan kualitasnya, untuk meningkatkan
kesejahteraan petani di Mangsang.
Dalam data kependudukan yang dimiliki oleh pemerintah desa
Mangsang, jumlah warga desa Mangsang yang merantau keluar daerah
menjadi tenaga buruh migran di luar negeri hanya sejumlah 6 orang.
Selebihnya memilih bekerja sebagai petani dengan mengolah lahan
pertanian yang dimiliki oleh penduduk desa Mangsang.
Dalam hal Pertanian tersebut diatas yang di maksud adalah Sektor
Kebun Kelapa sawit dan Karet
33
Tabel 4
Penduduk berdasar tingkat pendidikan
Sumber Data : Profil Desa Mangsang Tahun 2014
Berdasarkan data tersebut, tingkat pendidikan penduduk di desa Mangsang masih
sangat rendah. Berdasarkan data kependudukan tersebut, jumlah penduduk usia
produktif (18-56 tahun) yang tidak pernah sekolah, pernah sekolah SD tapi tidak
tamat, dan yang tamat sekolah SD/sederajat mencapai 65.91%. Sementara
penduduk yang tamat SLTP/sederajat dan SLTA/sederajat mencapai 11.36%.
Sedangkan jumlah penduduk yang tamat perguruan tinggi/sederajat hanya 0.39%.
Sisanya masih dalam proses pendidikan di tingkat PAUD/TK. Peningkatan tingkat
Tingkat Pendidikan Laki-Laki PerempuanUsia 3-6 tahun yang belum masuk TK 0 0Usia 3-6 tahun yang sedang TK/play group 29 27Usia 7-18 tahun yang tidak pernah sekolah 2 1Usia 7-18 tahun yang sedang sekolah 183 160Usia 18-56 tahun tidak pernah sekolah 36 77Usia 18-56 thn pernah SD tetapi tidak tamat 71 122Tamat SD/sederajat 451 426Tamat SMP/sederajat 109 60Tamat SMA/sederajat 25 10Tamat D-1/sederajat 0 0Tamat D-2/sederajat 0 0Tamat D-3/sederajat 0 0Tamat S-1/sederaja 2 5Tamat S-2/sederajat 0 0Tamat S-3/sederajat 0 0Tamat SLB A 0 0Tamat SLB B 0 0Tamat SLB C 0 0
34
pendidikan menjadi tantangan bagi desa Mangsang. Kedepan, warga Mangsang
harus memiliki tingkat pendidikan yang lebih baik, untuk secara tidak langsung
membantu peningkatan kualitas produksi pertanian yang menjadi sumber utama
pendapatan warga desa Mangsang.
B. Sejarah Desa
1. Asal-Usul Pembentukan Desa
Desa Mangsang berdiri pada tahun yang tidak diketahui
sejarahnya. Diperkirakan berdiri pada tahun 1.825 M,yang
padasaatitumasihbernamaMargaKubuLalan. Hingga saat ini
pemerintah desa Mangsang belum menemukan dokumen dan bukti
sejarah yang menyebutkan tahun berdirinya desa Mangsang. Sejarah
desa Mangsang hanya bisa dirunut berdasarkan cerita lisan yang
berkembang secara turun menurun di tengah masyarakat, bahwa Desa
Mangsang didirikan hingga saat ini belum ada dokumen dan bukti
sejarah yang menorehkan nama pendiri desa Mangsang pada saat itu.
Menurut riwayat dari cerita yang berkembang di penduduk, desa
Mangsang merupakan pemukiman belum berbentu yang bernama
Kubu Lalan yang baru disahkan oleh pemerintah menjadi desa
Mangsang pada tahun 1947 yang pada saat itu dipimpin oleh seorang
keriyo, dan di tahun 1982 Pemimpin Desa dari Nama Kriyo di ganti
nama menjadi Kepala Desa.
35
Sejarah ini ditulis berdasarkan cerita secara turun-temurun. Salah
satu narasumber yang menjadi rujukan penulisan sejarah desa
Mangsang adalah Kepala Desa Mangsang periode saat ini yaitu Bapak
Zaenal Arifin yang menceritakan sejarah berdirinya desa Mangsang
kepada sekdes Mangsang periode sekarang, Apriadi.
2. Pemimpin Desa
a. Zaenal Arifin : Periode 2015 – 2021
ZaenalArifin adalah mantan Kepala Desa
Mangsang Periode 2007 – 2014 yang
mencalonkan diri kembali sebagai Kepala Desa
Mangsang untuk periode 2015 – 2021.Pada masa
kepemimpinannya Periode Pertama(2007-2014) telah tercapai
beberapa prestasi, diantaranya Desa Tertib dan Taat Pajak Bumi
Dan Bangunan. Selain itu juga mampu menciptakan transparansi di
bidang pemerintahan,Pembangunan Fasilitas Kesehatan dan
Fasilitas Pendidikan di setiap dusun, Pembangunan Akses
Transportasi (jalan jembatan,Plat Deuker)di seluruh Dusun ) maka
Beliau Kembali terpilih Untuk 2 periode Sebagai Kepala Desa
Mangsang dan Dengan Program- program yang lebih Memajukan
Desa Mangsang dengan Motto”MENUJU MANGSANG EMAS
2021”
36
b. Zaenal Arifin : Periode 2007-2014
ZaenalArifin lahir Di BayungLencirpada
tanggal 30Desember 1966.Pendidikan terakhir
adalah SMU. Beliau adalah anak Pertama dari
Pasangan Abdul Rauf(Alm)danZawiyahyang
merupakanPendudukasliDesaMangsang.Di Tahun 1997 ia
mencalonkan diri sebagai Kepala
DesanamumTidakterpilih.DanPada tahun 2004 iaDiangkatsebagai
Sekretaris Desa Mangsang PadaMasa. di tahun 2007 setelah masa
jabatan Tomi Madowi Berakhir Beliau
MencalonkanKembalimenjadiKepalaDesaMangsang.
Beliau berhasilTerpilihmenjadi Kepala desa Mangsang
Periode 2007 – 2013.Banyak Pembangunan yang sukses di masa
kepemimpinannya baik Pembangunan di Bidang Pemberdayaan
Manusia maupun Fisik Konstruksi.yang sekaligusMenjadi PLT
sebelumpemilihanpadaPeriodeSelanjutnya di Tahun 2014
IaMencalonkanKembalidanSekalilagiterpilihsebagaikepalaDesaMa
ngsangperiode 2015-2021dikarenakan program-programnya yang
sangatMembawakemajuanDesaMangsang.
c. Tomi Madowi : Periode 1991-2007
37
TomiMadowi. Lahir di MangsangPada 1 Januari1958.
Sebelum menjadi kepala desa beliau adalah KaurPemerintahan
desaMangsang Di MasaPeriodeH.Soleh. Ia menjabatSebagaiKades
selama 16tahun. Pada masa kepimimpinannya,
membangundanMembawaPerubahanDesaMangsang yang
AwalnyaDesaTertinggalBerkependudukansekitar 175 KK
MenjadiDesa Yang Modern sehinggaditahun 1996 Menjadi+650
KK
d. H.Soleh Bin H.MatNur : Periode 1978-1991
H.Soleh. Lahir di Mangsang 1918. Beliau merupakan kakak
kandung Dari HUSIN Bin H. Mat Nurperiode 1984 – 1991
menjabat Sebagai kepala Desa Pertama Mangsang Sejak
Pergantian Nama Pemimpin Desa yang sebelumnya masih disebut
dengan Nama Kriyo. Sebelumnya Beliau Juga menjabat sebagai
Kriyo (Sekarang Kepala Desa) dalam kepemimpinan Desa
Mangsang sejak tahun 1978 – 1984. Beliau merupakan salah satu
orang yang berperan dalam pembangunan Desa Mangsang dengan
Dibangunkannya Balai Desa Pertama pada Tahun 1985 Belaiau
wafat Pada tahun tidak lama setelah itu.
e. Husin : Periode 1960-1978
Husin Bin H.MatNur Lahir di Mangsang tahun 1922.
Adalah Kriyo (Sekarang Kades) pada masa Pesirah (sekarang
38
Camat) ES. Bagus Mutaram yang mempunyai masa jabatan 18
Tahun,beliau adalah pemimpin Mangsang dengan masa jabatan
paling lama Sepanjang kepemimpinan Desa Mangsang beliau
wafat pada tahun 1980
f. ANI : Periode 1947-1960
Ani Lahir di Mangsang tahun 1910-an. Beliau adalahKriyo
(sekarang Kades) padamasa Pesirah (sekarang Camat) Beliau
menjabat Sebagai Kriyo selama 13 Tahun. Beliau wafat pada tahun
1970.
C. Keuangan dan Kekayaan Desa
a. Potensi Keuangan Desa
1) PotretAPBDes 2 tahunterakhir
Keuangan Desa di bagi dalam Pendapatan Desa, Belanja Desa dan
Pembiayaan Desa, Dalam hal ini tentang potensi keuangan desa Mangsang
Kecamatan Bayung Lencir memperoleh penerimaan atau pendapatan dari :
39
Tabel 5
PotretAPBDesTahun 2017-2018
KOD
E
Uraian Tahun 2017 Tahun 2018
1 2 3 4
1. PENDAPATAN DESA
1.1 Pendapatan Asli Desa
1.1.1 Hasil usaha desa
1.1.2 Hasil kekayaan desa
1.1.3 Hasil swadaya dan partisipasi
1.1.4 Hasil gotong royong
1.1.5 Hasil pajak desa
1.1.6 Hasil retribusi desa
1.1.7 Hasil bunga deposito /
simpanan desa
1.1.8 Lain-lain pendapatan asli desa
yang sah
1.3 Bagian dana perimbangan
keuangan pusat dan daerah
kabupaten
1.3.1 Alokasi Dana Desa (ADD) Dari
40
Kabupaten
1.3.2 Dana Desa (APBN)
1.4 Bantuan keuangan dari
pemerintah, pemerintah
provinsi dan pemerintah
kabupaten
1.4.1 Bantuan Pemerintah
1.4.2 Bantuan Pemerintah Propinsi
1.4.3 Bantuan Pemerintah Kabupaten
1.5 Hibah dan sumbangan dari
pihak ketiga yang tidak
mengikat
1.5.1 Hibah
1.5.2 Bantuan keuangan
2. BELANJA DESA
2.1 Belanja Tidak Langsung
2.1.1 Belanja Pegawai / Personalia
2.1.3 Belanja Subsidi
2.1.4 Belanja Hibah
41
2.1.5 Belanja Bantuan Sosial
2.1.6 Belanja Bagi Hasil
2.1.7 Belanja Bantuan Keuangan
2.1.8 Belanja Tidak Terduga
Jumlah Belanja Tidak
Langsung
2.2 Belanja Langsung
2.2.1 Belanja Pegawai
2.2.2 Belanja Barang dan Jasa
2.2.3 Belanja Modal
Jumlah Belanja Langsung
Jumlah Belanja Desa
3 PEMBIAYAAN DESA
3.1 Penerimaan Pembiayaan
3.1.1 Sisa Lebih Perhitungan
Anggaran Tahun Anggaran
Sebelumnya (SiLPA)
3.1.2 Pencairan Dana Cadangan
3.1.3 HasilPenjualanKekayaanDesa
42
yang dipisahkan
Jumlah Penerimaan
Pembiayaan
3.2 Pengeluaran Pembiayaan
3.2.1 Pembentukan Dana Cadangan
3.2.2 Penyertaan Modal (Investasi)
PemerintahDesa
Jumlah Pengeluaran
Pembiayaan
Pembiayaan Netto
3.3 Sisa Lebih Pembiayaan
anggaran tahun berkenan
(SILPA)
43
2) Tugaspembantuan yang diterimaolehDesa
a) ADD/K
Tabel 6
AlokasiPenerimaanADD/K Tahun2017 – 2018
Jenispenerimaan 2017 2018
Tunjangan Rp.640.200.000
Pemberdayaan
Fisik
Keberhasilan program PNPM di desamangsangantara lain
digunakan untuk pembangunan Sarana Prasarana berupa Jalan,
lospasar, Jembatan. Selain itu juga dana Simpan Pinjam Khusus
Perempuan (SPP) digunakan untuk kegiatan peningkatan penghasilan
khusus perempuan.
b) PenerimaanRaskin
Tabel 6
AlokasiPenerimaanRaskin
TahunPenerimaan JumlahBeras (kg) Jumlah KK
2017
2018
44
c) Usaha ekonomi yang dijalankanolehdesa
d) Struktur APBDes pasca Undang – Undang Desa Dengan berlakunya
Undang – Undang Desa, struktur APBDes Desa Mangsang akan
berubah menjadi sebagai berikut ;
o Pendapatanaslidesayaitu :
1. Hasilusahadesa
2. Hasilkekayaandesa
3. Hasilswadayadanpartisipasi
4. HasilGotongRoyong
5. Hasil lain lain pendapatan desa yang sah
o Pendapatandana transfer keDesaterdiridari:
1. Dana Desa
2. Alokasi Dana Desa
3. Bagi Hasil Pajak dan Retribusi Daerah
o Pendapatan Lain lain
1. BantuanbantuandariPemerintahProvinsidanKabupaten
2. Hibah3
3. Sumbangansumbangan
45
b. PotensiKekayaanDesa
Kekayaan desa adalah segala sesuatu baik berupa uang atau barang
milik desa yang dikelola oleh pemerintah desa untuk operasional
pemerintahan desa, untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat
termasuk untuk kegiatan pembangunan dan pemberdayaan masyarakat.
Kekayaan desa Mangsang antara lain ;
Tabel 8
Data KekayaanDesaBerupa Tanah &Bangunan
No JenisKekayaan Volume Keterangan
1 Balai Desa 1
2 Kantor Desa 1
3 Gedung TK/PAUD/TPA 6
4 PKD
5 SanggarBelajar 1
6 Gedung PKK
7 LapanganSepakbola
(4lokasi)
4
8 Lapangan Bola Voli 5 Unit
9 LapanganFutsall 1 Unit
10 Gedung Posyandu
11 Gedung 3
46
Polindes/Poskesdes
12 Gedung BUMDesa 1
13 Jalan Desa 42 km
14 JalanKampung 125km
15 Masjid 8 Bh
16 Musholla 32 h
c. Orbitas/Jarak Antar Ibu Kota
Jarak(KM) Desa Mangsang Ibu Kota
Kec.
Ibu Kota
Kab. Ibu Kota Prov.
Desa Mangsang
± 74 KM ± 160 KM ± 230 KM
Ibu Kota Kec. ± 74 KM
± 182 KM ± 244 KM
Ibu Kota Kab. ± 160 KM ± 202 KM
± 284 KM
Ibu Kota Prov. ± 230 KM ± 244 KM ± 284 KM
BAB IV
PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN
A. Faktor Faktor Penyebab Terjadinya Pelanggarannya Terhadapa Hiburan
Pesta Rakyat
Secara geografis Desa Mangsang di kelilingi oleh beberapa perusahaan
yang berada dalam desa mangsang kecamatan bayung lencir. Oleh karenanya
jarak dari dusun kedusun tidak dapat dipantau melalui akses telekomuikasi
ditambah dengan dipisahkan oleh sungai lalan maka dari itu masih ada
beberapa masyarakat yang nekat melaksanakan pesta hiburan pada malam hari
yang menurutnya tidak dapat dijangkau oleh pihak yang berwenang.
1.) Kurangnya Sosialisasi Peraturan DaerahTentang Hiburan Pesta Rakyat
oleh Pemerintah Desa Mangsang
“ Menurut wawancara peneliti dengan Bpk. Ruslan Selaku Tokoh
Masyarakat.1 Dusun III Desa Mangang beliau Mengatakan ; Iya memang kita
sudah mendengar adanya regulasi mengenai hiburan pesta rakyat tersebut akan
tetapi mengenai sosialisasi perda tersebut tidak ada sampai sekarang yang kami
dapat khususnya didesa mangsang terutama dusun III ini, bukannya kami tidak
mengindahkan perda tersebut itu juga sudah menjadi kebudayaan kami turun
temurun dari nenek moyang kami, kalaupun kami harus mengikuti perda
1 Hasil wawancara peneliti dengan Bpk. Ruslan Selaku Tokoh Masyarakat.
47
48
tersebut mungkin kami harus bertahap tidak dapat secara serta merta seperti
kapur dengan kunyit“
2.) Minimnya Kesadaran Masyarakat Akan Dampak Negatif Pesta Hiburan
Rakyat.
Hasil wawancara saya dengan pemuda – pemudi desa Mangsang
Kecamatan Bayung Lencir yaitu Sdr. Irman ; ‘’ Kita memang mengetahui
adanya aturan mengenai larangan pesta rakyat dan itu memang sudah ada
Regulasinya akan tetapi bagi kami muda mudi di desa mangsang kecamatan
bayung lencir ini sangatlah sulit untuk menghilangkan budaya kami ini yang
sudah kami dapatkan dari turun temurun. Selain kami juga tidak ada hiburan
lain serta jauh dari keramian kami sangat merasa terhibur dengan adanya
pesta seperti biasanya pada malam hari . Kami bisa mengeskpresikan
kemampuan kami dalam bernyanyi di tengah orang banyak pada pesta orgen
tunggal meskipun itu pada malam hari .
B. Sistem Pengawasan Hiburan Pesta Rakyat Sesuai Peraturan Daerah
Kabupaten Musi Banyuasin Nomor 2 Tahun 2018
1. Regulasi Peraturan Daerah Kabupaten Musi Banyuasin Tentang
Hibura Pesta Rakyat
Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Musi Banyuasin Nomor 2
Tahun 2018 didalam hal pengawasan pada bunyi pasal 12, pengawasan
terhadap hiburan pesta rakyat dilakukan oleh ;
49
a. Satuan polisi pamong praja
b. Camat
c. Lurah
d. Kepala desa
e. Dinas teknis ; dan
f. Instansi terkait lainnya ;
Dengan berkoordinasi kepada pihak kepolisian dan pihak kodim.
Sedangkan didalam hal penyelenggaraan pesta rakyat pada pasal 7 waktu
penyelenggaran pesta rakyat sebagai berikut ;
a. Yang dilaksanakan oleh setiap orang, sebagaimana dimaksud dalam pasal
4 ayat (1) dan (2) dimulai dari pukul 08.00 s.d.17.00 WIB.
b. Oleh pemerintah, kegiatan partai politik, hari besar nasional dan kegiatan
keagamaan sebagaimana dimaksud dalam pasal (4) ayat (3) dimulai dari
pukul 08.00 s.d. 24. 00 WIB.
Begitu juga dengan kewajiban dan larangan pada pasal (8), penyelenggaraan
pesta rakyat wajib :
a. Menjamin keamanan, ketertiban, kebersihan dan kesehatan lingkungan
dan lalu lintas kendaraan dijalan negara, jalan kabupaten, maupun jalan
desa.
b. Mengatur tata ruang lokasi pesta rakyat agar sesuai dengan norma
kesopanan, dan kesusilaan dan agama;
50
c. Menjalin hubungan sosial, budaya yang harmonis, dan
d. Mencegah dampak sosial yang merugikan masyarakat.
Bunyi pasal ( 9 ) :
1. Setiap orang yang menyelenggarakan pesta rakyat dilarang :
a. Menjadikan tempat hiburan sebagai tempat jual beli narkoba
b. Menjadikan tempat hiburan sebagai tenpat asusila dan / atau pelacuran
serta perbuatan maksiat lainnya ;
c. Mengedarkan dan / atau memakai narkoba ; dan
d. Menjual minuman beralkohol golongan A, golongan B dan golongan
C.
2. Penyelenggara orkes, orgen tunggal dan / atau hiburan lainnya yang
menggunakan alat musik dalam penyelenggaraan pesta rakyat dilarang :
a. Menyajikan dan menampilkan pertunjukan yang mengarah kepada
pornografi dan pornoaksi;
b. Menampilkan musik – musik remix yang tidak sesuai dengan norma
kesopanan, kesusilaan dan agama;
c. Melakukan setiap bentuk perjudian ; dan
d. Mengkonsumsi dan penggunaan narkoba
Didalam BAB IX mengenai ketentuan pidana bagi para pelanggar
hiburan pesta rakyat pasal ( 14 ) yaitu ;
a. Setiap orang yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam pasal 5 sampai dengan pasal 8 dan pasal 10 dipidana dengan
51
pidana kurungan paling lama 6 ( enam ) bulan dan / denda paling
banyak Rp. 50.000.000; ( lima puluh juta rupiah).2
b. Perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan
penerimaan negara.
c. Denda sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan
penerimaan negara.
2. Pengawasan Kerja Kepala Desa
Desa adalah lembaga yang mempunyai tujuan di antaranya mencari
laba.perolehan laba desa itu tentu saja harus didukung oleh beberapa faktor
penting yang bertujuan untuk menjaga kelangsungan hidup dan produktivitas
masyarakat.
Pada dasarnya, setiap masyarakat atau instansi akan melakukan aktivitas
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Untuk itu suatu desa
akan berusaha meengerahkan semua sumber daya yang ada serta
mengombinasikannya agar dapat mencapai tujuan seperti yang akan ditetapkan.
Salah satu sumber daya yang saat ini mendapat perhatian sangat besar
sebagai penggerak seluruh aktivitas masyarakat adalah sumber daya kepala
desanya. Berbeda dengan faktor produksi yang lain seperti sumber daya alam,
modal atau uang. Kepala desa sebagai tenaga kerja merupakan salah satu faktor
yang paling banyak berperan dalam aktivitas masyarakat. Kepala desa mempunyai
sifat, prilaku, dan kebutuhan yang sangat bervariasi. Oleh karena itu, sumberdaya
11. Peraturan Daerah Kabupaten Musi Banyuasin Nomor 2 tahun 2018
52
ini perlu mendapat perhatian dan penanganan yang lebih efisien serta efektif,
karena apabila tidak maka aktivitas masyarakat secara keseluruhan akan
terganggu. Untuk mencegah terjadinya aktivitas yang tidak sesuai dengan tujuan
maka diperlukan pengawasan. Pengawasan menurut T. Hani Handoko dapat
didefinisikan sebagai proses’’ menjamin ‘’ bahwa tujuan-tujuan masyarakat dan
manajemen tercapai. 3
Pengawasan kerja merupakan salah satu kegiatan yang ada di masyarakat
yang dilakuakan dengan menggunakan standar-standar pengawasan kerja yang
efektif sehingga tercipta komunikasi kerja yang baik antara pengawas kerja
dengan kepala desa yang diawasi. Pada awalnya sebagian pihak menganggap
fungsi pengawasan tidak perlu dilakukan, dilupakan dan disalah artikan.
Kata ‘’ pengawasan ‘’ sering mempunyai konotasi yang tidak
menyenangkan karena dianggap akan mengancam kebebasan dan otonomi pribadi
padahal kepala desa memerlukan pengawasan untuk menjamin tercapainya
tujuan.untuk itu, tugas kepala masyarakat adalah menemukan keseimbangan
antara kepengawasan dan kebebasan pribadi atau mencari tingkat pengawasan
yang tepat. Pengawasa yang berlebihan akan menimbulkan birokerasi, mematikan
kereativitas dan sebagainya, yang akhirnya merugikn masyarakat sendiri.
Sebaliknya, pengawasan yang tidak mencukupi dapat menimbulkan
pemborosan sumber daya dan membuat sulit tercapainya tujuan. Namun, dalam
masyarakat modern serta perusahaan besar dan kompleks, semakin disadari
3 Pengawasan menurut T. Hani Handoko (2003;193) dapat didefinisikan sebagai proses’’ menjamin ‘’ bahwa tujuan-tujuan masyarakat dan manajemen tercapai. Hlm 193
53
pentingnya pengawasan kerja ini yang sebenarnya bermaksud baik. Pengawasan
kerja mulai disadari sebagai fungsi manajemen untuk menjamin apa yang
ditetapkan sebagai tujuan masyarakat dapat dicapai dengan semestinya.
Selain pengawasan yang dapat meningkatkan prestasi kerja, kedisplinan
merupakan fungsi operatif manajemen sumber daya manusia yang terpenting.
Semakin baik disiplin kepala desa yang baik, sulit bagi desa mencapai hasil yang
optimal.4 Kedisplinan menurut Malayu S.P Hasibuan adalah kesadaran dan
kesediaan kepala desa menaati semua peraturan masyarakat serta norma-norma
yang berlaku.
Jadi, kedisplinan diartikan jika kepala desa selalu datang dan pulang tepat
pada waktunya mengerjakan semua pekerjaan dengan baik, serta mematuhi semua
peraturan masyarakat dan norma-norma sosial yang berlaku. Jadi, kedisplinan
diartikan jika kepala desa selalu datang dan pulang waktu tepat waktunya,
mengerjakan semua pekerjaannya dengan baik, serta mematuhi peraturan dan
norma-norma sosial yang berlaku.
Peraturan sangat diperlukan untuk memberikan bimbingan dan
penyuluhan bagi kepala desa dalam menciptakan tata tertib yang baik di
masyarakat. Dengan tata tertib yang baik semangat kerja, efesiensi dan efektivitas
kerja kepala desa akan meningkat. Hal ini akan mendukung tercapainya tujuan
kepala desa dan masyarakat.
4 Kedisplinan menurut Malayu S.P Hasibuan 2005 adalah kesadaran dan kesediaan kepala desa menaati semua peraturan masyarakat serta norma-norma yang berlaku. Hlm 175
54
Jelasnya,desa sulit mencapai tujuannya jika kepala desa tidak mematuhi
peraturan-peraturan desa tersebut. kedisiplinan suatu kepala desa dikatakan baik
jika kepala desa menaati peraturan-peraturan yang ada.
Menanamkan disiplin kerja terhadap kepala desa dikembangkan dengan
cara kepemimpinan yang dapat menjadi panutan atau teladan bagi tenaga kerja.
Biasanya setiap masyarakat dalam meningkatkan disiplin kerja setiap kepala
desanya dilakukan dengan dua cara, yaitu disiplin kerja ang bersifat positif dan
negatif.
Kedisiplinan harus ditegakkan dalam suatu desa. Tanpa dukungan disiplin
kepala desa yang baik, sulit bagi desa mewujudkan tujuannya. Masalah – masalah
yang dihadapi kepala desa propesional itulah yang dapat mempengaruhi prestasi
kerja.
1. Pengertian pengawasan
Pengawasan sebagai salah satu fungsi manajemen dalam proses
pencapaian tujuan, memegang peranan yang sangat penting. Dengan adanya
pengawasan, kemungkinan terjadina penyimpangan dapat dicegah sedini
mungkin sehingga usaha untuk mengadakan perbaikan atau koreksi dapat
segera dilakukan. Adapun fungsi pengawasan yang dimaksud adalah untuk
mencegah atau memperbaiki kesalahan, penyimpangan, dan bentuk-bentuk
penyelewengan lainnya dan bukan untuk mecari siapa yang salah atau berbuat
kesalahan.
55
Kepala desa dapat meningkatkan kualitas pekerjaanya apabila
pengawasan dilaksanakan dengan baik dan sesuai dengan tujuan pengawasan
itu sendiri. Pengawasan bukanlah, untuk mencari kesalahan atau yang berbuat
kesalahan, melainkan ditunjukkan demi perbaikan di masa yang akan datang.
Menurut S.P Siagian, pengawasan adalah proses pengamatan dari
pelaksanaan seluruh kegiatan untuk menjamin agar semua pekerjaan yang
sedang dilakukan berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan
sebelumnya.5
Menurut Earl. P.Strong alih bahasa oleh Suwanto,Djoko Pitoyo, dan
Rasto, pengawasan adalah proses pengaturan berbagai faktor dalam suatu
masyarakat , agar sesuai dengan ketetapan – ketetapan dalam rencana.
Harold Koonz alih bahasa oleh Suwanto, Djoko Pitoyo
mengemukakan bahwa pengawasan adalah pengukuran dan perbaikan
terhadap pelaksanaan kerja bahawan agar rencana- rencana yang telah dibuat
untuk mencapai tujuan-tujun desa dapat terselenggara.
Selanjutnya, T.Hani Handoko mengemukakan bahwa pengawasan
adalah sebagai proses untuk “ menjamin” bahwa tujuan-tujuan desa dapat
tercapai.walaupun pengertian-pengertian dari para ahli tersebut berbeda satu
sama lain dari segi redaksional, namun fokus perhatiannya memmpunyai
5 Menurut Earl. P.Strong alih bahasa oleh Suwanto,Djoko Pitoyo, dan Rasto (2002:133), pengawasan adalah proses pengaturan berbagai faktor dalam suatu masyarakat , agar sesuai dengan ketetapan – ketetapan dalam rencana.
56
kesamaan. Dengan begitu, dapat ditarik kesimpulan bahwa pengawasan adalah
kegiatan yang dilakukan dalam usaha menilai hasil pekerjaan serta
mengadakan tindakan apabila terjadi penyimpangan- penyimpangan agar
tujuan dapat tercapai sesuai dengan rencana yang ditetapkan.
2. Prinsip-Prinsip Pengawasan
Untuk mendapatkan suatu sistem pengawasan yang efektif dan
sesuai dengan standar pengawasan kerja sehingga pelaksanaan pekerjaan
dapat tercapai,perlu dipenuhi beberapa prinsip pengawasan. M.
Manuallang, mengumukakakn suatu sistem pengawasan haruslah
mengandung prinsip-prinsip sebagai berikut;
a. dapat mereflesasikan sifat-sifat dan kebutuhan-kebutuhan dari
kegiatan-kegiatan yang diawasi
b. dapat dengan segera melaporkan penyimpangan-penyimpangan yang
terjadi.
c. Flesibel
d. Dapat merefleksasikan pola masyarakat
e. Ekonomis
f. Dapat dimengerti
g. Dapat menjamin diadaakannya tindakan korektif
h. Koontz dan Cyril O’ Donnel yyang dikutif oleh Suwanto,Djoko
Pitoyo, Rasto menetapkan asas pengawasan sebagai berikut.
a. Asas Tercapainya Tujuan ( Principle of Assurance of Obektive)
57
Pengawasan harus ditunjukan kearah tercapainya tujuan, yaitu
dengan mengadakan perbaikan (koreksi) untuk menghindari penyimpangi
– penyimpangi / deviasi dari perencanaan
b. Asas Efiensi pengawasan (Principle of eficiency of Control )
Pengawasan itu efisien apabila dapat menghindari deviasi-deviasi
dari perencanaan sehingga tidak menimbulkan hal-hal yang diluar
dugaan.
c. Asas Tanggung Jawab Pengawasan ( prinsiple of control
renponssibility)
Pengawasan hanya dapat dilaksanakan apabila kepala masyarakat
bertanggung jawab pelaksana rencana.
d. Asan Pengawasan Terhadap Masa Depan ( Prinsiple Of Future
Control)
Pengawasan yang efektif harus ditunjukan kearah pencegahan
penyimpangan dari perencanaan yang akan terjadi, baik pada waktu
sekarang maupun masa yang akan datang
e. Asas Pengawasan Langsung ( Prinsiple of Direct Control )
Teknik control yang efektif adalah dengan mengusahakan adanya
kepala masyarakat yang berkualitas baik. Pengawasan itu dilakukan oleh
kepala masyarakat atas dasar kepala desa sering berbuat salah.
f. Asas Refleksi Perencanaan ( Principle of Reflection Plan)
Pengawasan harus disusun dengan baik sehingga dapat
mencerminkan karakter dan susunan perencanaan
58
g. Asas Penyesuaian dengan Masyarakat ( Principle of Organizational
Suitability )
Pengawasan harus dilakukan sesuai dengan struktur masyarakat.
Kepala masyarakat dan bawahannya merupakan sarana untuk melaksanakan
rencana. Dengan demikian, pengawasan yang efektif harus disesuaikan
dengan besarnya wewenang kepala masyarakat sehingga mencerminkan
struktur masyarakat
h. Asas Pengawasan Individual ( Prinsiple of Individuality of
control)
Pengawasan harus sesuai dengan kebutuhan kepala masyarakat. Teknik
kontrol harus ditujukan terhadap kebutuhan – kebutuhan akan informasi
setiap kepala masyarakat. Ruang lingkup informasi yang dibutuhkan
berbeda satu sama lain, tergantung pada tingkat dan tugas kepala
masyarakat.
i. Asas Standar ( Prinsiple of Standard )
Kontrol yang efisien dan efektif memerluan standar yang tepat, yang akan
diergunakan sebagai tolak ukur pelaksanaan dan tujuan yang tercapai
j. Asas Pengawasan Terhadap Strategis ( Prinsiple of Strategi Point
Control )
Pengawasan yang efektif dan efisien memerlukan adana
perhatian yyang ditujukan terhadap faktor-faktor yang strategis dalam
masyarakat.
59
k. Asas Kekecualian ( The Exception Prinsiple )
Efisien dalam kontrol membutuhkan perhatian yang ditujukan terhadap faktor
kekecualian. Kekecualian ini dapat terjadi dalam keadaan tertentu ketika situasi
berubah atau tidak sama.
l. Asas Pengawasan Fleksibel ( Prinsiple of Fleksibility of Control )
Pengawasan harus luwes untuk menghindarkan kegagalan pelaksanaan rencana
k. Asas Peninjauan Kembali ( Prinsiple of Review )
Sistem kontrol harus ditinjau berkali-kali agar sistem yang digunakan berguna
untuk mencapai tujuan .
l. Asas Tindakan ( Prinsiple of Action )
Pengawasan dapat dilakukan apabila ada ukuran - ukuran untuk mengoreksi
penyimpangan – penyimpangan rencana masyarakat , staffing,dan directing.
Sementara itu, ciri-ciri pengawasan yang efektif menurut T. Hani Handoko ( 2003
: 373 ) sebagai berikut.
a. Akurat.
b. Tepat waktu.
c. Objektif menyeluruh.
d. Terpusat pada titik – titik pengawasan yang strategik.
e. Realistik secara ekonomis.
f. Realistik menurut msyarakat.
g. Terkoordinasi.
60
h. Fleksibel.
i. Bersifat sebagai petunjuk dan operasional.
j. Diterima masyarakat.
3. Jenis – Jenis Pengawasan
Menurut Suwatno, Djoko Pitoyo dan Rasto ( 2002:136) pengawasan dibagi
kedalam beberapa jenis sebagai berikut.
a. Pengawasan produksi (production control )
Pengawasan produksi bertujuan untuk mengetahui kualitas dan kuwantitas
produksi yyang dihasilkan, apakah sesuai dengan rencana yang ada atau tidak.
b. Pengawasan keuangan ( financial control )
Pegawasan keungan kepala desa diajukan untuk hal-hal yyang menyangkut
keuangan, tentang pemasukan dan pengeluaran, biaya-biaya masyarakat, termasuk
pengendalian anggaran.
c. Pengawasan kepala desa ( personal control )
Pengawasan kepala desa ditujukan kepadahal-hal yang ada hubungan nya
dengan kegiatan kepala desa. Apakah kepala desa bekerja sesuai dengan
perintah,rencana,kata kerja, bagaimana absensi kepala desa, dan hal-hal lainnya.
d. Pengawasan waktu ( time control )
Pengawasan ini ditujukan kepada pengawsan waktu. Apakah waktu untuk
mengerjakan suatu pekerjaan sesuai atau tidak dengan rencana.
61
e. Pengawasan kebijaksanaan ( police control )
Pengawasan ini ditujukan untuk mengetahui dan menilai apakah kebijaksanaan-
kebijaksanaan masyarakat telah dilaksankan sesuai dengan telah digariskan.
f. Pengawasan teknis ( technical control )
Pengawasan ini ditujukan kepada hal-hal yang bersifat fisik dan berhubungan
dengan teknis pelaksanaan.
g. Pengawasan penjualan ( sales control )
Pengawasan ini ditujukan untuk mengetahui apakah produksi yang terjual sesuai
dengan target yang telah ditetapkan.
4. Metode Pengawasan
Dalam melakukan pengawasan diperlukan metode pengawasan. Adapun
metode pengawasan tersebut Soewamo Handayaningrat ( 1996 : 147 ) sebagai
berikut.
a. Pengawasan langsung
adalah pengawasan yang dilaksankan langsung oleh kepala desa secara
pribadi. Kepala desa memeriksa pekerjaan yang sedang dilakukan
untuk mengetahui apakah hasilnya sesuai dengan dikehendakinya
b. Pengawasan tidak langsung
Pengawasan tidak langsung adalah pengawasan jarak jauh
melalui laporan yang diberikan oleh bawahan. Laporan ini dapat
berupa kata-kata angka-angka , atau statistik yang berisi yang
gambaran kemajuan yang dicapai. Pengawasan tidak langsung dapat
berupa laporan tertulis dan laporan lisan.
62
c. Pengawasan formal
Pengawasan formal adalah pengawasan secara formal yang dilakukan
oleh unit atau aparat pengawasan yang bertinndak atas nama kepala
desa.
d. Pengawasan informal
Pengaawasan informal adalah pengawasan yang dilakukan tidak secara
formal prosedur yang telah ditetapkan pengawasan ini dilakukan oleh
pejabat dengan melalui kunjungan tidak resmi.
e. Pengawasan administratif
Pengawasan administratif adalah pengawasan yang meliputi bidang
administratif seperti keuangan, kekepala desaan, dan material.
f. Pengawasan teknik
Pengawasan teknik adalah pengawasan terhadap hal-hal yang bersifat
fisik dan teknis. Seperti pemeriksaan terhadap kualitas pekerjaan jalan
, bangunan gedung, dan jembatan.
5. Tipe – Tipe Pengawasan
Menurut T. Hani Handoko, ada tiga tipe dasar pengawasan,yaitu sebagai
berikut.
a. Pengawasan pendahuluan ( Feed Forward Control )
Pengawasan pendahuluan atau sering disebut steering controls
dirancang untuk mengantisipasi masalah- masalah atau penyimpangan-
penyimpangan dari standar atau tujuan dan memungkinkan koreksi
dibuat sebelum kegiatan tertentu diselesaikan. Jadi, pendekatan
63
pengawasan ini lebih aktif dan agresif, dengan mendeteksi masalah –
masalah dan mengambil tindakan yang dperlakuakan sebelum suatu
masalah terjadi. Pengawasan ini akan efektif hanya jika kepala
msyarakat mampu mendapatkan informasi akurat dan tepat pada
waktunya tentang perubahan – perubahan dalam lingkungan atau
tentang perkembangan terhadap tujuan yang di inginkan .
b. Pengawasan Concurrent
Pengawasan ini sering disebut pengawasan “ Ya atau Tidak “,
screening control, atau “ berhenti – terus “ . pengawasan ini dilakukan
selama suatu kegiatan berlangsung. Tipe pengawasan ini merupakan
proses jika aspek tertentu dari suatu prosedur harus disetujui terlebih
dahulu, atau syarat tertentu harus dipenuhi terlebih dahulu sebelum
kegiatan- kegiatan bisa dilanjutkan , atau menjadi semacam peralatan “
double check” yang lebih menjamin ketepatan pelaksanaan suatu
kegiatan.
c. Pengawasan Umpan Balik ( Feedback Control )
Pengawasan umpan balik juga dikenal sebagai past-action
control. Pengawasan mengukur hasil – hasil dari suatu kegiatan yang
telah diselesaikan, penyebab penyimpangan dari rencana standar yang
ditentukan dan penemuan – penemuan yang ditetapkan untuk
kegiatan- kegiatan serupa di masa yang akan datang. Pengawasan ini
bersifat historis. Pengukuran dilakukan setelah kegiatan berlangsung.
64
Ketiga bentuk pengawasan tersebut sangat berguna bagi
manajemen. Pengawasan dan pendahuluan dan “ berhenti - terus ,
cukup memadai untuk memungkin manajemen membuat tindakan
koreksi serta dapat mencapai tujuan. Akan tetapi, ada beberapa faktor
yang perlu dipertimbangkan disampingkan disamping kegunaan dua
bentuk pengawasan tersebut. Pertama biaya keduanya mahal. Kedua,
banyak kegiatan tidak memungkinkan dirinya dimonitor secara terus –
menerus. Ketiga, pengawasan yang berlebihan akan menjadikan
produktivitas berkurang yang tentunya prestasi kerja kepala desa juga
menurun. Oleh karena itu, manajemen harus menggunakan sistem
pengawasan yang paling sesuai dengan situasi tertentu.
6. Tahap – Tahap dalam Pengawasan
Menurut T. Hani Handoko, pada umumnya proses pengawasan
minimal terdiri dari lima tahap ( langkah ), yaitu sebagai berikut.
a. Penetapan standar pelaksanaan.
b. Penentuan pengukuran pelaksanaan kegiatan.
c. Pengukuran pelaksanaan kegiatan nyata.
d. Pembandingan pelaksanaan kegiatan dengan standar dan
penganalisaan penyimpangan- penyimpangan.
e. Pengambilan tindakan koreksi bila perlu.
a. Penetapan Standar
65
Tahap pertama dalam pengawasan adalah enetapan standar
pelaksanaan. Standar mngandung arti suatu satuan pengukuran
yang dapat digunakan sebagai “ patokan” untuk penilaian hasil –
hasil. Tujuan, sasaran, kuota,dan target pelaksanaan dapat
digunakaan sebagai standar. Bentuk standar yang lebih khusus
antara lain target penjualan, anggaran, bagian pasar ( market share
), margin keuntungan, keselamatan kerja, dan sasaran produksi.
Standar terdiri dari tiga bentuk sebagai berikut.
1. Standar – standar fisik, dapat meliputi kuantitas barang atau
jasa, jumlah langganan, atau kualitas produk.
2. Standar – standar moneter yang ditunjukkan dalam rupiah dan
mencakup biaya tenaga kerja, biaya penjualan, laba kotor,
pendapatan penjualan, dan sebagiannya.
3. Standar – standar waktu meliputi kecepata