17
i

Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT)journal.ustjogja.ac.id/download/rosidah_03.pdf · Seluruh makalah yang terdapat dalam ... berbagai peristiwa atau kejadian yang

  • Upload
    lekhanh

  • View
    235

  • Download
    6

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT)journal.ustjogja.ac.id/download/rosidah_03.pdf · Seluruh makalah yang terdapat dalam ... berbagai peristiwa atau kejadian yang

i

Page 2: Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT)journal.ustjogja.ac.id/download/rosidah_03.pdf · Seluruh makalah yang terdapat dalam ... berbagai peristiwa atau kejadian yang

ii

Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT)Prosiding Seminar Nasional Manajemen Pendidikan Januari 2014Editor: Restu Febriantura, A.Md.

ISBN: 978-602-17617-6-2

Surakarta: Fairuz Media, 2014151 halaman

PROSIDINGSeminar Nasional Manajemen Pendidikan

PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA MANUSIADALAM ERA INDUSTRI MODERN

Perum, Soditan Permai Ngadirejo No. 11. A, Gumpang,Kartasura, Sukoharjo 57161

Telp.: 08164274703 Email: [email protected]

Magister Manajemen PendidikanProgram Pascasarjana

Universitas Muhammadiyah SurakartaJl. A. Yani Tromol Pos I, Pabelan Surakarta 57102

Telp. 0271 730772, email: [email protected]://mpd.ums.ac.id

Copyright © 2013© HAK CIPTA DILINDUNGI OLEH UNDANG – UNDANG

Page 3: Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT)journal.ustjogja.ac.id/download/rosidah_03.pdf · Seluruh makalah yang terdapat dalam ... berbagai peristiwa atau kejadian yang

iii

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telahmemberikan rahmat dan karunianya sehingga kami dapat menyusun ProsidingSeminar Nasional Manajemen Pendidikan Program Studi Magister ManajemenPendidikan, Program Pascasarjana UMS 2014 sesuai rencana. Seluruh makalahyang terdapat dalam prosiding ini telah dipresentasikan dalam kegiatan seminarpada tanggal 8 Januari 2014 di Ruang Seminar Program Pascasarjana UMS.

Seminar Nasional Manajemen Pendidikan yang diselenggarakan olehP rogram Studi Magister Manajemen Pendidikan mengambil tema”Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Dalam Era Industri Modern”. Untukitu dalam seminar nasional ini disajikan satu makalah utama, yaitu “KontribusiPembelajaran Matematika Kontekstual” oleh Prof. Dr. Sutama, M.Pd dari UMS.Selain makalah utama tersebut, dalam seminar ini juga disampaikan makalahhasil-hasil penelitian dari para dosen maupun guru yang berkaitan dengan bidangpendidikan.

Akhirnya, semoga prosiding ini dapat bermanfaat sebagai mediapenyebaran hasil-hasil kajian dan penelitian bidang pendidikan dan dapatdimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas pendidikan.

Surakarta, Januari 2014

Tim Editor

Page 4: Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT)journal.ustjogja.ac.id/download/rosidah_03.pdf · Seluruh makalah yang terdapat dalam ... berbagai peristiwa atau kejadian yang

iv

DAFTAR ISI

Halaman Judul iHalaman Penerbit iiKata Pengantar iiiDaftar Isi iv

Makalah Utama:Kontribusi Pembelajaran Matematika KontekstualSutama, Sabar Narimo, dan Nita Purwaningsih (1 – 15)

Makalah Pendamping:Pendekatan Saintifik Dalam Pembelajaran Di SekolahSri Lahir (16 – 29)

Penilaian Pembelajaran Kurikulum 2013Budi Paryono (30 – 40)

Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Dalam Era Industri ModernCipto budoyo (41 – 47)

Optimalisasi Permainan Anak Untuk Penanaman Pendidikan Budi PekertiRosidah Aliim Hidayat (48 – 59)

Manajemen Pembelajaran Pendekatan Scientific Untuk Meningkatkan KualitasLulusan Sekolah DasarSri Utaminingsih (60 – 74)

Model Pelatihan Apresiasi Dan Kreasi Seni Rupa trimatra (Gagasan PeningkatanKompetensi Guru Taman Kanak-Kanak)Sri Verayanti R. (75 – 88)

Merancang Karir Guru Melalui Pengembangan Keprofesian BerkelanjutanEndang Wuryandini (89 – 104)

Implementasi Kurikulum 2013: Perlunya Adaptabilitas Manajemen SekolahDalam Menghadapi Tantangan Dan PerubahanPurwanto Hudi R (105 – 117)

Merubah Kurikulum Merupakan Tuntutan Zaman Elemen Perubahan ManakahYang Dilakukan Dari Kurikulum Lama Menjadi Kurikulum 2013Benedictus Kusmanto (118 – 127)

Page 5: Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT)journal.ustjogja.ac.id/download/rosidah_03.pdf · Seluruh makalah yang terdapat dalam ... berbagai peristiwa atau kejadian yang

v

Menjadi Guru EfektifRahayuningsih (128 – 138)

Pembelajaran Karakter Wirausaha Untuk Meningkatkan Kualitas SDM LulusanSMKWidiyanto (139 – 151)

Page 6: Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT)journal.ustjogja.ac.id/download/rosidah_03.pdf · Seluruh makalah yang terdapat dalam ... berbagai peristiwa atau kejadian yang

Prosiding Seminar Nasional Manejemen PendidikanMagister Manajemen Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta, 8 Januari 2014

48

OPTIMALISASI PERMAINAN ANAK UNTUK PENANAMANPENDIDIKAN BUDI PEKERTI

OlehRosidah Aliim Hidayat

Pendidikan Guru Sekolah Dasar USTJl. Batikan,Tuntungan UH III/1043 Umbulharjo Telp.(0274) 7009648 Yogyakarta

[email protected]

Abstrak

Kemerdekaan bangsa Indonesia telah lebih dari setengah abad, akan tetapikarakter bangsa Indonesia semakin mengalami kemunduran. Terbukti dalamberbagai peristiwa atau kejadian yang sering berlangsung dalam kehidupan sehari-hari dapat dilihat melalui TV maupun media cetak menunjukan betapa masyarakatbangsa Indonesia tengah mengalami degradasi jati diri. Kurangnya keterampilanguru maupun orangtua dalam mengembangkan dan mengintegrasikan aspek-aspekbudi pekerti kedalam mata pelajaran maupun kegiatan sehari-hari dan adanyaanggapan bahwa pendidikan budi pekerti menjadi tanggung jawab guru agamaserta pendidikan saat ini mengandalkan aspek kognitif kurang memperhatikanaspek yang lainnya menjadikan pembangunan kearah jati diri bangsa belumterwujud. Sikap kedisiplinan, kejujuran, semangat kerja tinggi, serta berakhlakmulia cenderung mengalami penurunan. Hal tersebut mnenunjukkan bahwapendidikan budi pekerti mengalami kegagalan. Secara konsepsional, pendidikanbudi pekerti merupakan usaha sadar menyiapkan peserta didik menjadi manusiaseutuhnya yang berbudi pekerti luhur dalam segenap peranannya sekarang danmasa yang akan datang. Secara operasional, pendidikan budi pekerti merupakanupaya membekali peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, danlatihan selama pertumbuhan dan perkembangannya sebagai bekal bagi masadepannya. Berangkat dari pentingnya pendidikan budi pekerti tersebut, akan lebihbaik jika penanaman budi pekerti dilakukan sejak dini (masa anak-anak). Olehkarena itu diperlukan pengintegrasiannya dalam kehidupan anak-anak. Permainananak-anak berguna bagi kemajuan jasmani serta rohani mereka. Badannyamenjadi kuat dan sehat, serta kekakuan bagian-bagian tubuh juga hilang. Manfaatpermainan anak-anak bagi kemajuan jiwa, yaitu ketajaman pikiran, kehalusanrasa, serta kekuatan kemauan. Permianan anak dapat membiasakan berpikir riilserta menghilangkan kesegangan atau gampang putus asa sehingga mampumendidik anak-anak untuk tetap terus sanggup berjuang sampai tercapaitujuannya. Proses pendidikan yang terdapat dalam permainan anak-anak ituditerima mereka tidak dengan paksaaan atau perintah. Namun, merekamelakukannya karena kemauan serta kesenangan untuk menerima dan mengalamisegala pengaruh yang sangat mendidik itu.

Kata Kunci: pendidikan karakter, budi pekerti, permainan anak.

Page 7: Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT)journal.ustjogja.ac.id/download/rosidah_03.pdf · Seluruh makalah yang terdapat dalam ... berbagai peristiwa atau kejadian yang

Rosidah Aliim Hidayat/ Optimalisasi Permainan Anak

49

Pendahuluan

Kemerdekaan bangsa Indonesia telah lebih dari setengah abad, akan tetapi

karakter bangsa Indonesia semakin mengalami kemunduran. Pendidikan budi

pekerti saat ini menjadi sorotan masyarakat untuk dikaji dan dicari solusinya. Hal

tersebut disebabkan bangsa Indonesia telah mengalami krisis moral. Terbukti

dalam berbagai peristiwa atau kejadian yang sering berlangsung dalam kehidupan

sehari-hari dapat disaksikan melalui TV maupun media cetak menunjukan betapa

masyarakat bangsa Indonesia tengah mengalami degradasi jati diri.

Moral bangsa terasa semakin memperhatinkan dan kesewenangan terjadi

dimanan-mana, tata krama pun hilang, nyawa seperti tak ada harganya, korupsi

menjadi-jadi bahkan telah dilakukan terang-terangan. Berbagai bentuk kerusuhan

yang diikuti penjarahan, pembunuhan dan pemerkosaan terjadi di berbagai daerah.

Selain itu, keutuhan dan ketahanan bangsa-pun terancam disintegrasi dengan

terjadinya beberapa konflik di berbagai daerah nusantara.

Kurangnya keterampilan guru maupun orangtua dalam mengembangkan

dan mengintegrasikan aspek-aspek budi pekerti kedalam mata pelajaran maupun

kegiatan sehari-hari dan adanya anggapan bahwa pendidikan budi pekerti menjadi

tanggung jawab guru agama serta pendidikan saat ini mengandalkan aspek

kognitif kurang memperhatikan aspek yang lainnya menjadikan pembangunan

kearah jati diri bangsa belum terwujud. Sikap kedisiplinan, kejujuran, semangat

kerja tinggi, serta berakhlak mulia cenderung mengalami penurunan. Hal tersebut

mnenunjukkan bahwa pendidikan budi pekerti mengalami kegagalan.

Secara konsepsional, pendidikan budi pekerti merupakan usaha sadar

menyiapkan peserta didik menjadi manusia seutuhnya yang berbudi pekerti luhur

dalam segenap peranannya sekarang dan masa yang akan datang. Di samping itu,

pendidikan budi pekerti merupakan upaya pembentukan, pengembangan,

peningkatan, pemeliharaan, dan perbaikan perilaku peserta didik agar mereka

bersedia dan mampu melaksanakan tugas-tugas hidupnya secara selaras, serasi,

dan seimbang.

Secara operasional, pendidikan budi pekerti merupakan upaya membekali

peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan selama

Page 8: Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT)journal.ustjogja.ac.id/download/rosidah_03.pdf · Seluruh makalah yang terdapat dalam ... berbagai peristiwa atau kejadian yang

Prosiding Seminar Nasional Manejemen PendidikanMagister Manajemen Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta, 8 Januari 2014

50

pertumbuhan dan perkembangannya sebagai bekal bagi masa depannya.

Tujuannya agar mereka memiliki hati nurani yang bersih, berperangai baik, serta

menjaga kesusilaan dalam melaksanakan kewajiban terhadap Tuhan dan terhadap

sesama makhluk.

Berangkat dari pentingnya pendidikan budi pekerti tersebut, akan lebih

baik jika penanaman budi pekerti dilakukan sejak dini (masa anak-anak). Oleh

karena itu diperlukan pengintegrasiannya dalam kehidupan anak-anak.

Pengintegrasian budi pekerti perlu diperjelas wujudnya. Hal tersebut dapat

diwujudkan melalui strategi yang tepat untuk anak-anak supaya mereka memiliki

kesadaran berperilaku baik.

Konsep Pendidikan Budi Pekerti

Dalam undang-undang pendidikan, sebenarnya sudah dicantumkan bahwa

pendidikan nasional kita ini bertujuan untuk membantu generasi muda agar

berkembang menjadi manusia yang utuh, yang berpengetahuan tinggi, bermoral,

beriman, berbudi luhur, bersosialitas, dan lain-lain. Dengan kata lain menurut

undang-undang pendidikan, pendidikan sekolah kita ini ingin membentu generasi

muda untuk berkembang menjadi manusia yang lebih utuh dengan segala aspek

kemanusiaannya.

Pendidikan (education) dalam bahasa Inggris berasal dari bahasa Latin

“educare” berarti memasukkan sesuatu (Hasan Langgulung, 1988: 4). Dalam

konsteks ini, istilah pendidikan dapat dimaknai sebagai proses menanamkan nilai-

nilai tertentu ke dalam kepribadian anak didik. Pendidikan ditinjau dari sudut

pandang masyarakat menurut Hasan Langgulung (1988: 3) berarti: pewarisan

kebudayaan dari generasi tua kepada generasi muda, agar hidup masyarakat tetap

berkelanjutan. Atau dengan kata lain, penyaluran nilai-nilai budaya oleh

masyarakat yang akan disalurkan dari generasi ke genarasi agar identitas

masyarakat tersebut tetap terpelihara.

Hal tersebut sejalan dengan pendapat Kneller yang memaknai pendidikan

sebagai proses pewarisan budaya. Menurut Kneller (1967: 21), education is the

process by which society, through schools, colleges, universities, and other

Page 9: Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT)journal.ustjogja.ac.id/download/rosidah_03.pdf · Seluruh makalah yang terdapat dalam ... berbagai peristiwa atau kejadian yang

Rosidah Aliim Hidayat/ Optimalisasi Permainan Anak

51

institutions, deliberately transmits its cultural heritage-its accumulated

knowledge,value, and skill from one generation to another. Dengan kata lain,

pendidikan merupakan proses dimana masyarakat melalui sekolah-sekolah,

perguruan tinggi, universitas, dan institusi lain dengan sengaja mewariskan

warisan budayanya-yakni berupa akumulasi pengetahuan, nilai, dan keterampilan

dari generasi ke generasi yang lain. Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan

oleh keluarga, masyarakat, dan pemerintah melalui kegiatan bimbingan,

pengajaran, dan/atau latihan, yang berlangsung di sekolah dan di luar sekolah

untuk mempersiapkan peserta didik agar dapat memainkan peranan secara tepat

dalam berbagai lingkungan hidup (Mudyaharjo, 2001). Buah dari pendidikan

seharusnya berupa kemantapan budi dan keteguhan tekad (Tetep anteping budi lan

kencening tekad iku wohing kawruh). Jadi jika hasil pendidikan kita belum

demikian perlu introspeksi dimana kesalahan itu terjadi. Salah satu diantaranya

adalah minimnya faktor keteladanan, disamping faktor lain seperti faktor

psikologis dan fisiologis, faktor internal dan eksternal.

Faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar dapat dipilah

menjadi dua, yakni faktor dari dalam dan faktor dari luar (Suryabrata, 1984).

Faktor dari dalam terdiri atas faktor psikologis yang terdiri atas minat, kecerdasan,

bakat, motivasi, dan kemampuan kognitif. Faktor fisiologis terdiri atas kondisi

fisik secara umum dan kondisi panca indera. Faktor dari luar terdiri atas

lingkungan (alami dan sosial), dan faktor instrumental terdiri atas kurikulum,

program, sarana dan fasilitas atau prasarana, serta guru (tenaga pengajar).

Diantara faktor-faktor di atas, faktor kecerdasan, bakat, dan motivasi memegang

peranan besar.

Secara etimologis, istilah budi pekerti, atau dalam bahasa Jawa disebut

budi pakerti, dimaknai sebagai budi berarti pikir, dan pakerti berarti perbuatan.

Badan Pertimbangan Pendidikan Nasional (1997) mengartikan istilah budi pekerti

sebagai sikap dan perilaku sehari-hari, baik individu, keluarga, masyarakat,

maupun bangsa yang mengandung nilai-nilai yang berlaku dan dianut dalam

bentuk jati diri, nilai persatuan dan kesatuan, integritas, dan kesinambungan masa

depan dalam suatu sistem moral, dan yang menjadi pedoman perilaku manusia

Page 10: Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT)journal.ustjogja.ac.id/download/rosidah_03.pdf · Seluruh makalah yang terdapat dalam ... berbagai peristiwa atau kejadian yang

Prosiding Seminar Nasional Manejemen PendidikanMagister Manajemen Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta, 8 Januari 2014

52

Indonesia untuk bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dengan bersumber pada

falsafah Pancasila dan diilhami oleh ajaran agama serta budaya Indonesia.

Lickona (2013: 69-70), yang mengemukakan bahwa terdapat dua nilai moral

utama, yaitu sikap hormat dan bertanggungjawab. Nilai-nilai tersebut mewakili

dasar moralitas utama yang berlaku secara universal. Nilai-nilai rasa hormat dan

tanggungjawab tersebut sangat diperlukan untuk: 1) pengembangan jiwa yang

sehat; 2) kepedulian akan hubungan interpersonal; 3) sebuah masyarakat yang

humanis dan demokratis; dan 4) dunia yang adil dan damai.

Berdasarkan dua nilai moral utama, yaitu rasa hormat dan tanggungjawab,

Lickona (2013: 74) menurunkan sejumlah nilai lain, yaitu kejujuran, keadilan,

toleransi, kebijaksanaan, disiplin diri, tolong menolong, peduli sesama, kerjasama,

keberanian, dan sikap demokratis. Nilai-nilai khusus tersebut menurut Lickona

sebagai media pendukung untuk bersikap hormat dan bertanggugjawab.

Haidar (2004) mengemukakan bahwa pendidikan budi pekerti adalah usaha

sadar yang dilakukan dalam rangka menanamkan atau menginternalisasikan nilai-

nilai moral ke dalam sikap dan perilaku peserta didik agar memiliki sikap dan

perilaku yang luhur dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam berinteraksi dengan

Tuhan, dengan sesama manusia maupun dengan alam/lingkungan. Dalam Kamus

Besar Bahasa Indonesia (1991) istilah budi pekerti diartikan sebagai tingkah laku,

perangai, akhlak dan watak. Budi pekerti dalam bahasa Arab disebut dengan

akhlak, dalam kosa kata latin dikenal dengan istilah etika dan dalam bahasa

Inggris disebut ethics.

Secara konsepsional, pendidikan budi pekerti dapat dimaknai sebagai

usaha sadar melalui kegiatan bimbingan, pembiasaan, pengajaran dan latihan,

serta keteladanan untuk menyiapkan peserta didik menjadi manusia seutuhnya

yang berbudi pekerti luhur dalam segenap peranannya di masa yang akan datang.

Pendidikan budi pekerti juga merupakan suatu upaya pembentukan,

pengembangan, peningkatan, pemeliharaan dan perbaikan perilaku peserta didik

agar bersedia dan mampu melaksanakan tugas-tugas hidupnya secara selaras

serasi, seimbang antara lahir-batin, jasmani-rohani, material-spiritual, dan

individu-sosial (Balitbang Puskur, Depdiknas, 2010).

Page 11: Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT)journal.ustjogja.ac.id/download/rosidah_03.pdf · Seluruh makalah yang terdapat dalam ... berbagai peristiwa atau kejadian yang

Rosidah Aliim Hidayat/ Optimalisasi Permainan Anak

53

Secara operasional, pendidikan budi pekerti dapat dimaknai sebagai suatu

upaya untuk membentuk peserta didik sebagai pribadi seutuhnya yang tercermin

dalam kata, perbuatan, sikap, pikiran, perasaan, dan hasil karya berdasarkan nilai-

nilai agama serta norma dan moral luhur bangsa Indonesia melalui kegiatan

bimbingan, pelatihan dan pengajaran. Tujuannya agar mereka memiliki hati

nurani yang bersih, berperangai baik, serta menjaga kesusilaan dalam

melaksanakan kewajiban terhadap Tuhan dan terhadap sesama makhluk

(Balitbang Puskur, Depdiknas, 2010).

Hakekat Permainan Anak

Permainan menurut Santrock ialah suatu kegiatan yang menyenangkan

yang dilaksanakan untuk kepentingan kegiatan itu sendiri. Kegiatan tersebut

dilakukan tanpa paksaan dan dengan perasaan senang. Vygotsky yakin bahwa

permainan adalah suatu setting yang sangat bagus bagi perkembangan kognitif,

khususnya pada aspek-aspek simbolis dan khayalan (John W. Santrock, 2002:

272-273). Aspek simbolis dan khayalan ini terlihat ketika anak menirukan sesuatu

yang dilihatnya sesuai dengan apa yang dipikirkannya. Bettelheirn dalam

Tedjasaputra menambahkan permainan merupakan kegiatan yang ditandai dalam

aturan serta persyaratan-persyaratan yang disetujui bersama dan ditentukan dari

luar untuk melakukan kegiatan dalam tindakan yang bertujuan (Mayke S.

Tedjasaputra, 2001: 60). Maka permainan memberikan kontribusi pada anak

dalam belajar konsep dan aktivitas yang nyata dalam bermain.

Jackman mendefinisikan bermain sebagai sebuah perilaku memotivasi

diri, bebas memilih, berproses dan menyenangkan merupakan aktivitas alamiah

bagi anak-anak (Hilda L. Jackman: 20). Selanjutnya Fromberg dalam Dockett

mendefinisikan bermain sebagai pengalaman simbolik dan penuh makna (Sue

Dockett dan Mailyn Fleer, 2000: 18). Selanjutnya Dockett dan Fleer

mendefinisikan dalam bukunya bermain sebagai aktivitas yang mendatangkan

kesenangan (Ibid: 21). Ditambahkan oleh Brewer bahwa bermain adalah

kegembiraan, sebuah kegiatan yang menyenangkan ketika melakukannya, bebas

dari paksaan atau tekanan luar, spontan dan dilakukan dengan sukarela (Marjorie

Page 12: Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT)journal.ustjogja.ac.id/download/rosidah_03.pdf · Seluruh makalah yang terdapat dalam ... berbagai peristiwa atau kejadian yang

Prosiding Seminar Nasional Manejemen PendidikanMagister Manajemen Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta, 8 Januari 2014

54

J. Kostelnik, dkk, 2007: 380). Hal ini memberikan mereka kesempatan untuk

membuat, menemukan, dan mempelajari dunia mereka. Hal ini memberikan

kegembiraan bagi anak dan pemahaman tentang diri mereka sendiri dan orang

lain.

Pakar teori kognitif yang dikemukakan oleh Smilansky (1968) membagi

permainan dalam empat jenis sejalan dengan tahap-tahap perkembangan kognitif

anak (Hilda L. Jackman: 125). Diantaranya sebagai berikut: a) Bermain

fungsional, terjadi ketika seorang anak mengambil peran dan berpura-pura

menjadi orang lain, b) Bermain konstruktif, jenis permainan ini dapat dilakukan

sendiri atau dengan orang lain yang mana anak merencanakan objek yang akan di

manipulasi atau orang untuk menciptakan pengalaman tertentu, c) Bermain

drama, melibatkan berpura-pura dan mempercayai, d) Permainan dengan aturan,

anak-anak bermain sesuai dengan aturan yang sudah ada.

Sifat permainan anak-anak diapandang oleh Haeckel (Ki Hadjar Dewantara,

2009: 133) sebagai ulangan zaman batu, zaman pertanian, pelajaran,

penggembalaan, keprajuritan dan sebagainya yang terdapat di seluruh dunia.

Sebagai contoh adalah permainan anak-anak yang menggunakan batu, tanah, air,

hewan, permainan perang-perangan, pertanian, perdagangan, dan beradu

kekuatan.

Jumlah permainan anak-anak banyak sekali, sehingga dapat dikatakan tak

terhitung. Sebab, selain permianan yang lama sudah ada, permainan-permainan

baru juga semakin bertambah. Anak-anak memilii kodrat lebih tepat disebut

dengan iradat atau keinginan, untuk selalu meniru segala apa yang menarik

perhatiannya. Selain itu, nampak pula semangat “konservatifnya” atau

keenggangan mereka untuk melepaskan adat kebiasaannya sehingga seringkali

kita lihat permainan yang lama terus hidup berdampingan dengan permianan-

permainan yang baru.

Permainan lama diperbaharui dengan isi baru, akan tetapi cara atau

langkah-langkahnya dengan cara yang lama. Isi baru ini diambil dari bahan-bahan

yang terdapat dalam zaman atau masyarakat baru. Dengan demikian, maka di

dalam kehidupan anak-anak tersebut selalu nampak kemajuan yang terus-

Page 13: Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT)journal.ustjogja.ac.id/download/rosidah_03.pdf · Seluruh makalah yang terdapat dalam ... berbagai peristiwa atau kejadian yang

Rosidah Aliim Hidayat/ Optimalisasi Permainan Anak

55

menerus, yaitu zaman dahulu bersambung dengan zaman yang baru secara terus-

menerus yang dapat berlangsung kearah kemajuan.

Permainan anak-anak dapat dikelompokkan menjadi beberapa jenis. Pada

pengelompokan tersebut ada pengelompokkan khusus bagi anak-anak perempuan,

permainan laki-laki, dan ada juga permainan yang dilakukan bersama oleh anak

laki-laki dan perempuan, yaitu permainan campuran perempuan dan laki-laki.

Adapaun perbedaannya pada sifat dan bentuk setiap permainan. Sehingga sesuai

dengan sifat hidup anak-anak perempuan atau anak-anak laki-laki atau sifat hidup

anak-anak secara umum.

Jenis permainan dapat dikelompokkan dalam jenis permianan keolahragaan,

kekuatan badan, dan permainan menurut isi atau maksudnya (permainan

sandiwara). Corak istimewa permainan anak-anak bangsa Indonesia dengan

menggunakan nyanyian. Nyanyian ini dapat mengembalikan cara pendidikan dan

pengajaran dari sifatnya intelektualistis kepada sifat kemanusiaan. Maksudnya,

mempergunakan pengaruh rhytme yaitu wirama untuk mencapai terbentuknya

budi pekerti yang lurus atau harmonis.

Penanaman Pendidikan Budi Pekerti dengan Permainan Anak

Segala gerak-gerik anak-anak, sikapnya, kesedihan dan kesenangannya,

serta tingkah lakunya ada dalam berbagai permainan. Hal tersebut disebabkan

waktu bukan tidur atau tidak sedang melakukan suatu pekerjaan tertentu (biasanya

dilaksanakan secara sambil lalu), seringkali hanya bermain-main saja. Dengan

kata lain, hampir seluruh kehidupan anak-anak itu terisi oleh permainan. Bagi

mereka, semua aktivitas yang dapat memutus waktu bermain dianggap sebagai

“gangguan” yang mengecewakan. Anak-anak berhenti bermain jika merasa lelah

sekali (jarang sekali terjadi) atau dalam keadaan terpaksa, misalnya saat mereka

makan atau minum, mengasingkan diri sebentar, atau dipanggil ayah-bundanya.

Anak-anak kecil suka merangkak, suka bersandar pada tongkat atau barang

lain, merambat pagar, dan lain–lain. Aktivitas tersebut merupakan tuntutan

jasmani untuk mendapatkan tambahan kekuatan atau pengurangan beban yang

sangat diperlukan untuk menjalankan segala gerak-gerik badan anak-anak yang

Page 14: Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT)journal.ustjogja.ac.id/download/rosidah_03.pdf · Seluruh makalah yang terdapat dalam ... berbagai peristiwa atau kejadian yang

Prosiding Seminar Nasional Manejemen PendidikanMagister Manajemen Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta, 8 Januari 2014

56

secara kodrati masih kekurangan kekuatan. Permainan anak-anak pada umumnya

dapat dipandang sebagai tuntutan jiwa mereka untuk menuju ke arah kemajuan

hidup jasmani.

Banyak permainan anak-anak yang menirukan gerak-gerik orang tua.

Sebagai contoh permainan meniru orang bercocok tanam, berdagang, menerima

tamu, dan mengejar pncuri. Kegiatan tersebut memiliki sifat mendidik diri pribadi

dengan jalan orientasi serta mengalami, walaupun kegiatannya hanya khayal atau

fantasi. Dalam hal tersebut memiliki manfaat sama dengan sandiwara (bermain

peran).

Pengujian kekuatan atau kepandaian (kecerdikan, kecakapan, dan

sebagainya) terdapat dalam permainan anak. Rasa ingin selalu dapat mengalahkan

temanya, merasa senang sekali jika menang, dan sangat bersedih kalau kalah. Hal

tersebut sesuai dengan semangat orang-orang yang sedang bertanding dalam

olahraga. Tentu saja sikap yang seperti itu dapat mendidik anak, tidak saja untuk

selalu memperbaiki kecakapannya, tetapi juga untuk menebalkan tekad dan

kepercayaan diri mereka sendiri. Mencoba kekuatan atau kepandaian dapat

dengan beradu, dapat pula dilakukan dengan sendirian. Setelah demonstrasi

mereka memperlihatkan kejayaannya. Hal itu memiliki manfaat, antara lain

berhubungan dengan tumbuhnya rasa percaya diri, rasa bertanggungjawab, rasa

tidak minderwaarding (kurang berharga), dan sebagainya. Permainan anak-anak

pada umumnya berlatih diri untuk kehidupannya kelak. Caranya, anak-anak harus

terus-menerus mengulangi suatu permainan tanpa merasa bosan sehingga bisa

menunjukkan sifat dari latihan tersebut.

Selain permainan anak yang berhubungan dengan kesehatan badan (yang

sangat diperlukan untuk pertumbuhan jasmani dengan sebaik-baiknya), terdapat

pula hal penting mengenai kemajuan kehidupan rohani anak-anak. Sebagai contoh

permainan yang menggunakan alat indera. Permainan tersebut memiliki pengaruh

sangat besar pada pertumbuhan serta pengembangunan batin anak-anak. Wujud

permainan tersebut dapat berbeda-beda, seperti menggambar, mengatur urutan

suara atau barang-barang menurut panjangnya, besarnya atau beratnya. Dengan

hal tersebut maka rasa, pikiran, dan kemauan anak-anak tersebut dapat terdidik

Page 15: Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT)journal.ustjogja.ac.id/download/rosidah_03.pdf · Seluruh makalah yang terdapat dalam ... berbagai peristiwa atau kejadian yang

Rosidah Aliim Hidayat/ Optimalisasi Permainan Anak

57

dengan sendirinya. Disinilah secara tegas dapat dibuktikan terdapat hubungan erat

antara kemajuan jasmani dengan rohani. Permainan anak-anak tersbut spontan

keluar dari kemauan anak sendiri. Sehingga tidak ada yang mengatur baik guru

maupun fasilitator atau benar-benar mengandung faktor psikologis. Permainan

anak-anak dapat mendatangkan kegembiraan, kesegaran jiwa, dan semangat yang

dapat memupuk perkembangan jiwa mereka. Permainan cepat melihat dan

mendengar dapat digunakan untuk memperbaiki masuknya alam luar kedalam

jiwa, tepat dan teliti memperkirakan jarak dan sebagainya. Latihan panca indera

ini diadakan di alam terbuka sehingga dapat terlihat sesuai dengan nyatanya.

Permainan anak yang mengandung kesenian berguna untuk menghidupkan

dan memperkembangkan beberapa naluri yang baik-baik, di antaranya naluri-

naluri motoris, ritmis, dan lain-lain, yang semuanya dapat memajukan budi

pekerti yang harmonis. Antara lain gerak-gerik yang terdapat dalam permainan-

permainan dan tarian-tarian yang hidup di dalam masyarakat Indonesia. Tarian

disini harus berbeda dengan tarian oarang dewasa supaya anak-anak dapat

merasakan kegembiraan. Kesenian tersebut harus disesuaikan dengan jiwanya.

Permainan anak-anak tersebut yang lama dapat diperbaharui dengan isi

baru, akan tetapi cara atau langkah-langkahnya dengan cara yang lama. Isi yang

baru dapat diambil dari bahan-bahan yang terdapat dalam zaman atau maysrakat

baru. Dengan demikian, maka dalam kehidupan anak-anak tersebut selalu nampak

kemajuan yang terus-menerus (Ki Hadjar Dewantara). Menurut hukum evolusi,

sifat terus-menerus ini terdapat dalam segala hidup yang berlangsung ke arah

kemajuan.

Munculnya permainan anak-anak adalah akibat adanya kelebihan atau sisa

kekuatan yang ada pada jiwa anak-anak untuk dikeluarkan. Kekuatan energi yang

ada di dalam jiwanya lebih dari yang mereka butuhkan (untuk segala gerak-gerik

lahir dan batin).

Permianan anak-anak dalam pendidikan dapat dikembangkan sesuai dengan

daerah masing-masing. Beberapa contoh permainan anak Jawa seperti sumbar,

gateng, dan unclang, yang mendidik agar saksama (titi pratitis), cekatan, dan

menjernihkan penglihatan. Kemudian permainan, seperti: dakon, cublak-cublak

Page 16: Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT)journal.ustjogja.ac.id/download/rosidah_03.pdf · Seluruh makalah yang terdapat dalam ... berbagai peristiwa atau kejadian yang

Prosiding Seminar Nasional Manejemen PendidikanMagister Manajemen Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta, 8 Januari 2014

58

suweng, dan kubuk yang mendidik anak tentang pengertian perhitungan dan

perkiraan (taksiaran). Selain itu, permainan gobag, trembung, raton, cu, geritan,

obrog, panahan, si, jamuran, jelungan, dn lain-lainnya yang bersifat olahraga akan

mendidik anak dalam hal: kekuatan dan kesehatan badan, kecekatan dan

keberanian, ketajaman penglihatan, dan lain-lain. Ada juga permainan sepeti:

mengutas bunga (ngronce), menyulam daun pisang atau janur, atau membuat

tikar, dan pekerjaan anak lainnya yang dapat menjadikan mereka memiliki sikap

tertib dan teratur.

Penutup

Permainan anak-anak adalah suatu kesenian yang sederhana dari anak-anak

tetapi memenuhi syarat-syarat etis dan estetis berasal dari alam ke arah budaya.

Permainan anak-anak berguna bagi kemajuan jasmani serta rohani mereka.

Badannya menjadi kuat dan sehat, serta kekakuan bagian-bagian tubuh juga

hilang. Seluruh panca inderanya khususnya mata, telinga, dan kaki serta

tangannya dapat dipergunakan dengan sebaik-baiknya sehingga menjadi lancar,

lembut, dan cekatan.

Manfaat permainan anak-anak bagi kemajuan jiwa, yaitu ketajaman pikiran,

kehalusan rasa, serta kekuatan kemauan. Pengaruh-pengaruh yang tak khusus dari

permainan anak-anak misalnya: tambahnya kesadaran akan kekuatan lahir dan

batin dari sendirinya, kebiasaan setiap waktu menyesuaikan diri dengan tiap-tiap

keadaaan baru, dan lebih tegas mengoreksi segala kesalahan atau kekurangan pada

diri sendiri, menyadari kekuatan orang lain, dan melakukan siasat atau sikap yang

tepat serta bijaksana, yakni siasat yang praktis idealistis. Selain itu, sangat

bermanfaat sekali untuk mendidik perasaan diri dan sosial, disiplin diri,

ketertiban, kesetiaan atau ketaatan pada janji dan kesanggupan, membiasakan

bersikap awas dan waspada serta siap sedia menghadapi segala keadaan dan

peristiwa.

Permianan anak dapat membiasakan berpikir riil serta menghilangkan

kesegangan atau gampang putus asa sehingga mampu mendidik anak-anak untuk

tetap terus sanggup berjuang sampai tercapai tujuannya. Proses pendidikan yang

Page 17: Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT)journal.ustjogja.ac.id/download/rosidah_03.pdf · Seluruh makalah yang terdapat dalam ... berbagai peristiwa atau kejadian yang

Rosidah Aliim Hidayat/ Optimalisasi Permainan Anak

59

terdapat dalam permianan anak-anak itu diterima mereka tidak dengan paksaaan

atau perintah. Namun, mereka melakukannya karena kemauan serta kesenangan

untuk menerima dan mengalami segala pengaruh yang sangat mendidik itu.

Daftar Pustaka

Depdiknas. 2010. Rencana Aksi Nasional Pendidikan Karakter. Jakarta.

Haidar Putra Daulay, (2004). Pendidikan Islam Dalam Sistem PendidikanNasional di Indonesia. Jakarta: Prenada Media, Cet. ke-1.

Hasan Langgulung, 1988 Hasan Langgulung. (1988). Asas-asas PendidikanIslam. Jakarta: Pustaka Al-Husna.

Hilda L. Jackman, op.cit

Ki Hadjar Dewantara. 2009. Menuju Manusia Merdeka. Yogyakarta: CV. GrafinaMediacipta.

Kneller, G. F. (1967). The philosophy of education. New York: London-Sydney.

Lickona, T. 2013. Educating for Character. Mendidik untuk Membentuk Karakter.Terjemahan oleh Juma Abbdu Wamaungo. Jakarta: Bumi Aksara.

Mayke S. Tedjasaputra. 2001. Bermain, Mainan dan Permainan untuk PendidikanUsia Dini. Jakarta: Gramedia.

Marjorie J. Kostelnik, dkk, 2007. Developmentally Appropriate Curriculum BestPractices In Early Chilhood Education, United States: Pearson PrenticeHall.

Redja. 2001. Filsafat Ilmu Pendidikan. Bandung: Rosda Karya.

Santrock, John W. 2002. Life Span Development edition 5, perkembangan masahidup jilid 1, Jakarta:Erlangga

Sue Dockett dan Mailyn Fleer, Sue. 2000. Play and Pedagogy in EarlyChildhood Bending the Rules, Sydney: Harcourt.

Suryabrata, Sumadi. 1984. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rajawali.

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa DepartemenPendidikan dan Kebudayaan, (1991). Kamus Besar Bahasa Indonesia.Jakarta: Balai Pustaka, edisi kedua.