Pers Mahasiswa Pasca-21 Mei 1998 (2000)

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/14/2019 Pers Mahasiswa Pasca-21 Mei 1998 (2000)

    1/16

    Search: The Web Tripod Report Abuse Previous | Top 100 |Next

    hasanbachtiar share: del.icio.us | digg | reddit | furl | facebook

    The page cannot be displayed

    The page you are looking for is currently unavailable. The Web site

    might be experiencing technical difficulties, or you may need to adjust

    sejarah cetak mencetak . . .

    Apa PIPMIBerita Terbaru

    Indeks AnggotaFormulir Registrasi

    Link Khusus

    Artikelresensi

    tips

    untuk sementara situs ini

    dikelola oleh Litbang MajalahBalairung

    Majalah BALAIRUNG 2000webmaster[11/21/00]

    Pers Mahasiswa Pasca-21 Mei 1998:Menuntaskan Romantisme Sejarah1hasan bachtiar2Kalau benar bahwa pers mahasiswa mempunyai hakikat yang tidak terpisahkan dengan kehidupan mahasiswa, maka iaadalah sebuah ruh. Ekspresinya bisa tebal ataupun tipis, tetapi secara eksistensial ia ada: menyelinap kesana-kemari. Suatusaat bisa teramat lesu, tetapi saat yang lain bisa sangat bergairah.3Sekarang ini, ketika Bursa Efek Jakarta baru saja diguncang ledakan bom yang dahsyat, 10 lebih nyawa melayang, dan kursrupiah terhadap dolar AS lagi-lagi anjlok, atau militer Indonesia sedang melakukan suatu konsolidasi diam-diam danmerencanakan sesuatu yang tak akan pernah terperkirakan oleh pengamat politik terjenius sekalipun di Indonesia, apakahmenariknya mendiskusikan soal pers mahasiswa (persma)?

    Tatkala Pangeran Alawaleed bin Talal bin Abdul Aziz al-Saud dengan enjoymenginvestasikan hampir 900 miliar dolar untukpembangunan industri teknologi informasi di semenanjung Arab4, dan sehari-hari ia bisa santai dikelilingi gadis-gadis yangsiap melayaninya melahap korma-korma segar sembari mengklik-klik mouse komputer mininya yang keluaran terbaru dariIntel, masih pentingkah kita di sini, di Indonesia yang muram ini, memperdebatkan habis-habisan tentang dinamika persma

    Page 1 of 16

  • 8/14/2019 Pers Mahasiswa Pasca-21 Mei 1998 (2000)

    2/16

  • 8/14/2019 Pers Mahasiswa Pasca-21 Mei 1998 (2000)

    3/16

  • 8/14/2019 Pers Mahasiswa Pasca-21 Mei 1998 (2000)

    4/16

    yang diberikan persma sepantasnya ialah menawarkan kerangka konseptual (pemikiran alternatif),baik bagi penyadaran masyarakat maupun mahasiswa sendiri. Maka, kalau persma dituntut untukmampu mencerahkan mahasiswa dan masyarakat umum, pertanyaan penulis: bagaimana itu bisadiraih jika segmentasi pembaca persma tak pernah jelas? Bukankah selama ini pegiat persma

    menulis dan menerbitkan media untuk dinikmati sendiri? Pemaparan Didik dalam buku ini (semulaskripsi sarjana Ilmu Pemerintahan, Fisipol UGM) telah cukup terang: pun pada 1980-an hingga1990-an, persma tak berhak mengklaim dirinya sebagai motor utama masa-masa kegairahankembali gerakan mahasiswa.

    Ana Nadhya Abrar pun banyak menulis artikel-artikel tentang persma dan permasalahanoperasionalisasinya, antara lain: Panduan buat Pers Indonesia (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1995),Pers Mahasiswa dan Permasalahan Operasionalisasinya (Yogyakarta: Liberty, 1994). Mantan awakBALAIRUNG dan kini Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi, Fisipol UGM, itu tampaknya memandang

    bahwa persma merupakan "pers alternatif". Penulis ragu: alternatif yang seperti apa?

    Di samping itu, masih banyak tulisan tersebar yang lain14, yang selalu saja dikutip-kutip oleh para "aktivis"mengapa bukan"wartawan"?persma dalam diskusi-diskusi tentang sejarah dan dinamika persma Indonesia. Kesemua karya tulis itu, selainmemang merupakan dokumentasi ilmiah nan berharga, pada hemat penulis, sebenarnya telah ikut menyumbang pada upaya-upaya "mitologisasi romantisme" peranan pers mahasiswa dalam sejarah Indonesia modern. Walhasil, para pegiat persmakerap kali terjebak: ingin meneriakkan demokrasi dengan "D" besar, tanpa menghitung-hitung secara realistis kemampuannyasendiri!

    Persma: Del ic ious Mixt ure of ProblemsMarilah kita amati dulu di mana posisi persma dalam semesta peradaban manusia, melalui peta "simplistis" berikut ini:

    Page 4 of 16

  • 8/14/2019 Pers Mahasiswa Pasca-21 Mei 1998 (2000)

    5/16

    Dari peta sederhana tersebut, penulis menyimpulkan bahwa, sesungguhnya, selama ini eksistensi pers mahasiswa adalah"ambigu". Personalitas persma sebagai entitas menderita apa yang dinamai oleh psikologi modern sebagai "split personality".

    Mengapa bisa begitu?

    Untuk ini, seorang kawan saya, Luqman Hakim Arifin (mantan Pemred BALAIRUNG 19992000) pernah menulis,

    Merujuk pada namanya, "pers mahasiswa", esensi persma sebenarnya sudah cukup jelas. Persmaadalah entitas-sintesis dari dua subjek yang sama-sama potensial dan berat; yang satu "pers" dansatunya lagi "mahasiswa". Sebagai pers, ia dituntut mampu menjalankan fungsi-fungsi persnyasecara konsekuen dan independen. Sedangkan sebagai mahasiswa, ia dituntut menjadi peloporperubahan dan pemecah kebekuan. Maka, ketika kedua entitas itu digabungkan, dapatdibayangkan betapa besar, agung, dan beratnya nama itu.15

    Meski kawan penulis itu lumayan romantis dengan kiprah kesejarahan mahasiswa dan persma Indonesia, paparannya bisamembantu penulis untuk menjelaskan di mana titik ambiguitas eksistensi persma. Pada suatu saat, para awak persma akandengan enak saja menikmati fasilitasmisalnya: masuk seminar gratis, perlindungan khusus, dll.yang biasanya dimiliki persumum. Namun, persma tidak bersungguh-sungguh untuk bekerja dengan tatanan dan logika pers umum: perusahaankomersial, publisitas, periodisitas, faktualitas, objektivitas berita, dll. Sedangkan pada saat yang lain, para awak persmamengklaim dirinya sebagai salah satu elemen pergerakan politik mahasiswa. Tetapi, ketika terjadi penggebukan aksi

    Page 5 of 16

  • 8/14/2019 Pers Mahasiswa Pasca-21 Mei 1998 (2000)

    6/16

  • 8/14/2019 Pers Mahasiswa Pasca-21 Mei 1998 (2000)

    7/16

  • 8/14/2019 Pers Mahasiswa Pasca-21 Mei 1998 (2000)

    8/16

  • 8/14/2019 Pers Mahasiswa Pasca-21 Mei 1998 (2000)

    9/16

    Dengan struktur yang demikian, masing-masing divisi dalam BALAIRUNG mempunyai otonomi yang optimal. Divisi-divisi ituberhak penuh untuk melakukan inovasi dalam program-programnya. Bagian umum (PU, Sekum, Bendum) hanya bertugasmemfasilitasi kerja semua divisi, selain menggarap bidang hubungan eksternal lembaga.

    Pada Divisi Redaksi, kami menderivasikan ISJ ke dalam metodologi penggarapan tema Majalah BALAIRUNG, yakni kami sebutdengan "jurnalisme integral", yang sudah kami aplikasikan sejak kepengurusan setahun lalu (19992000). Penjelasangampangnya, kami menggarap suatu isu dalam kerangka abstraksinya yang paling mendasar. Dari sana, kami membuat

    derivasinya dan diterapkan ke dalam rubrikasi. Harapannya, suatu isu akan bisa kami kaji secara tuntas, multiperspektif,multidisiplin, baik isu nasional maupun global.

    (Catatannya, konsep ini sebenarnya menjadi pilihan sementara kami. Pilihansetidaknya yang mendekatifinal kami dalamkerangka reposisi persma ialah BALAIRUNG akan menjadi "jurnal mahasiswa", bukan cuma majalah berita/isu, sebab sudahlama ada tuntutan di antara kami agar isu-isu yang dikaji BALAIRUNG bisa tuntas. Untuk mencapai derajat ketuntasan yangtertinggi, ya, melalui karya-karya tulis ilmiah versi jurnal yang memungkinkan analisis masalah dengan daya abstraksi danteorisasi yang kuat.)27

    Page 9 of 16

  • 8/14/2019 Pers Mahasiswa Pasca-21 Mei 1998 (2000)

    10/16

  • 8/14/2019 Pers Mahasiswa Pasca-21 Mei 1998 (2000)

    11/16

    depan kemanusiaan".32 Apa lagi yang tersisa milik kita jika bukan komitmen, motivasi, dan optimisme?Makna ZamanDalam gelombang besar peradaban manusia yang sudah demikian jauh, penulis mengajak kepada seluruh pegiat persmaIndonesia untuk kembali menengok historisitas persma Indonesia secara proporsional, lantas memaknai zaman kita sendiri,sekarang ini, dengan penuh kepercayaan diri. Itu saja.

    Kota Gudeg, Yogyakarta, 17 September 2000Salam hangat,

    hasan bachtiar

    1 Kertas kerja ini didiskusikan pada acara Sarasehan Nasional Pers Mahasiswa, 1819 September 2000, di Gedung

    Dewantara, Taman Rekreasi Wiladatika, Cibubur, Jakarta, yang diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan

    Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional.

    2 Penulis saat ini menjabat Pemimpin Umum Majalah Mahasiswa Universitas Gadjah Mada BALAIRUNG periode 20002001, dan tercatat sebagai mahasiswa Departemen Linguistik, Fakultas Sastra UGM. Dalam perumusan wacana ini, penulis

    banyak dibantu oleh Nino Aditomo (PU Bulaksumur, mitra debat yang setiapenulis berharap Nino pun bisa ikut

    menyumbangkan ide-idenya yang cemerlang dalam forum ini, namun sayang situasi belum mengizinkan), dan kawan-kawan

    Komunitas B-21 lainnya, serta sahabat-sahabat Komunitas Sawitsariterutama Mas Andy atas pinjaman PC-nya. Penulis

    menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada mereka semua atas diskusi-diskusi yang hangat dan intensif.

    Pada akhirnya, tanggung jawab "akademis" kertas kerja ini ada pada penulis sepenuhnya. Namun, benarkah "wartawan"

    dapat menulispaperyang benar-benar "ilmiah"? Semoga!

    3 BALAIRUNG, Edisi 13/Tahun V/1991.

    4 Penulis terheran-heran sekaligus takjub ketika membaca majalah Fortune, December 6, 1999, yang memaparkan

    kerajaan informasi berteknologi tinggi milik Alwaleed sebagai cover story-nya. Bukan saja bisnis ini di Semenanjung Arab

    dia kuasai, namun jumlah sahamnya di Silicon Valley lumayan mencengangkan.

    Page 11 of 16

  • 8/14/2019 Pers Mahasiswa Pasca-21 Mei 1998 (2000)

    12/16

    5 Time, October 12, 1998: "The 50 Most important People in Cyberspace".6 Lihat laporan utama majalah Asiaweek(July 4, 1997), yang judulnya istimewa: "McChina: American Pop Culture is

    Sweepingthe Mainland". Diskotek, McDonald, Coca Cola, dan jins Levis menjadi pemandangan sehari-hari bukan saja di

    negeri komunis itu, namun di hampir seluruh penjuru bumi. Viva America?

    7 Lihat analisis Ignatius Haryanto, "Boom! Penerbitan Baru", dalam Independen Watch!, No. 2/Th. I/Juni 2000. Kesan

    penulis, menakjubkan! Hingga April 1999 saja, Deppensebelum dilikuidasi oleh Gus Durmengeluarkan 852 SIUPP baru.

    Jumlah sekarang tentu meningkat lagi. Selain itu, harian Kompasedisi ulang tahun ke-35, 28 Juni 2000, menyiarkan

    sejumlah karangan yang amat penting untuk diacu dalam diskursus pers nasional: Onno W. Purbo, Atmakusumah, A. Muis,Asvi Warman Adam, Ishadi S.K., Ashadi Siregar, dll.

    8 Suatu analisis termutakhir yang menarik tentang ini, lihat Ariel Heryanto, "Industrialisasi Pendidikan", dalam Basis,

    Nomor 78/Tahun ke-49/JuliAgustus 2000.

    9 Namun, tampaknya, para pegiat persma "menikmati" kontradiksi-kontradiksi tersebut, dengan sejauh mungkin

    melakukan inovasi-inovasi pada semua aspek pengelolaan persma. Penulis menangkap gejala ini setelah banyak melakukanstudi banding dengan persma-persma yang mengunjungi BALAIRUNG.

    10 Masmimar Mangiang, dalam sebuah karangannya berjudul "Mahasiswa: Ilusi Sebuah Kekuatan" (Prisma, No.

    12/Desember 1981), menganggapdan penulis sepakatbahwa kekuatan gerakan mahasiswa untuk memelopori perubahan

    cuma "ilusi". Kalaulah Angkatan 66 yang dijadikan nostalgia, maka angkatan itu memang cuma mitos sebab tak ada tawaran

    paradigmatik pasca-aksi, selain banyak bukti-bukti sejarah yang menunjukkan bahwa gerakan mahasiswa 66 justru di-

    settingoleh militer. Yang tragis, para arsitek Angkatan 66, yang pada masanya menjadi pelopor aksi-aksi massa melawan

    kekuasaan despot, kemudian malah menjadi arsitek proyek pembelengguan kemerdekaan mahasiswa pada 1980-an. Periksapula Prisma, No. 6/Juni 1987, yang menurunkan laporan serial diskusi aktivis mahasiswa (angkatan 1980-an) di Jakarta,

    Yogyakarta, dan Bandung, AprilMei 1987.

    11 Amir Effendi Siregar, Pers Mahasiswa Indonesia: Patah Tumbuh Hilang Berganti(Jakarta: Karya Unipress, 1983).

    12 Francois Raillon, Politik dan Ideologi Mahasiswa Indonesia: Pembentukan dan Konsolidasi Orde Baru 19661974

    Page 12 of 16

  • 8/14/2019 Pers Mahasiswa Pasca-21 Mei 1998 (2000)

    13/16

    (Jakarta: LP3ES, 1985).

    13 Didik Supriyanto, Perlawanan Pers mahasiswa: Protes Sepanjang NKK/BKK(Jakarta: Sinar Harapan dan Yayasan

    Sinyal, 1998).

    14 Antara lain, Koran Mahasiswa UMI-Makassar Cakrawala Ide, dalam edisi perdananya (1994) diturunkan laporan utama

    dengan judul wah: "Bangkitlah Pers Mahasiswa"! Majalah Timeedisi March 30, 1998, menyebut persma Indonesia sebagai

    "behind the scenes"penggerak Reformasi Mei 1998 yang terduga. Disertasi David T. Hill dari Murdoch University,

    Australia, berjudul The Press in New Order Indonesia(Perth: UWAP, 1994) menyinggung sedikit tentang persma. Bagian

    termenarik dari buku itu ialah Chapter4, "The Rise of Press Empires", yang mengupas soal konglomerasi pers diIndonesia.

    15 Luqman Hakim Arifin, "Cerita Panjang dari Lombok", dalam BALAIRUNG, Edisi 32/Tahun XV/2000. Biarpun begitu,

    beberapa proposisi Luqmanselain kategorisasinya tidak tepat, terutama yang berkaitan dengan penjajaran antara "pers"

    sebagai entitas abstrak dan "mahasiswa" sebagai entitas konkretbahwa mahasiswa dan pers itu "pelopor perubahan,

    konsekuen, independen, besar, agung" belum bisa saya setujui sepenuhnya. Bagi saya, diksi seperti ini jelas telah berlebih-

    lebihan.

    16 Didin S. Damanhuri, Menerobos Krisis: Renungan Masalah Kemahasiswaan, Intelektual, dan Perguruan Tinggi(Jakarta:

    Inti Sarana Aksara, 1985).

    17 Sastrawan Seno Gumira Adjidarma pernah menulis cerpen yang amat fenomenal: "Dilarang Menyanyi di Kamar Mandi".

    Sastrawan putra fisikawan Nang Seno ini berteriak, "Bagaimana caranya menertibkan imajinasi?!?!"

    18 Buku Bahasa dan Kekuasaan: Politk Wacana di Panggung Orde Baru(Bandung: Mizan, 1996editor: Yudi Latif dan IdySubandy Ibahim) menjelaskan kepada kita soal ini lebih gamblang.

    19 Sengaja hal ini penulis tandaskan untuk menandai bahwa 21 Mei 1998, hari ketika penguasa-despot Soeharto

    mengundurkan diri dari jabatan presiden RI setelah selama 32 tahun berkuasa, kemudian menjadi satu titik penting dalam

    sejarah Indonesia, yang membuka banyak kemungkinan baru bagi penataan ulang perikehidupan masyarakat, dan sekaligus

    memunculkan efek yang dahsyat: kerusuhan sosial, boomingpers, resesi ekonomi berkepanjangan, dan masih banyak lagi.

    Page 13 of 16

  • 8/14/2019 Pers Mahasiswa Pasca-21 Mei 1998 (2000)

    14/16

  • 8/14/2019 Pers Mahasiswa Pasca-21 Mei 1998 (2000)

    15/16

    dll.seperti yang sudah saya sebut di muka. Perdebatan wacana reposisi persma ini, bahkan sampai makalah ini ditulis,

    masih memenuhi ruang-ruang diskusi di markas BALAIRUNG. Paling tidak, penulis di sini berusaha merangkumkan itu

    semua.

    26 Meski sebenarnya "sistem integral" adalah bahasa yang sangat umum dalam ilmu manajemen, namun kami memiliki

    sejumlah spesifikasi pemaknaan yang subjektif. Terutama, kami merumuskan turunan konsep sistem integral itu pada

    masing-masing divisi.

    27 Dalam bahasa kami, lebih-kurang, BALAIRUNG sekarang tidak ubahnya dengan "Prismayang Tempo" atau "Scientific

    Americanyang Time". Jadi, bagaimana cara mengemas "pikiran jurnal" menjadi "majalah berita populer"? Itulaheksperimentasi yang terasa lezat.

    28 Ketika makalah ini ditulis, BALAIRUNG Koran kami hentikan penyiarannya setelah mencapai 13 edisi dalam tiga bulan.

    Kami sedang melakukan kajian SWOT untuk mereposisinya. Paling tidak, selain untung-rugi finansialnya, kadar efektivitas

    dan kesiapan manajemen SDM merupakan pertimbangan penting kami. Rekan kami serumah di Bulaksumur B-21, SKM

    Bulaksumur, menerbitkan newslettermingguan Bulaksumur Posyang dibagikan secara gratis (beroplah antara 20004000

    eksemplar), penulis nilai merupakan suatu pilihan yang tegas untuk kembali kepada community paperyang merupakah

    "khittah" pendirian SKM Bulaksumur. Bagi penulis, pilihan tegas semacam ini membuka jalan baru, berikut berbagai

    kemungkinannya, bagi reposisi persma yang amat penting. Di Yogyakarta, community papersbanyak diterbitkan di

    kampung-kampung, misalnya Angkringan, Karangmalang Pos, dll.

    29 Dalam persiapan perumusan kerja sama pers kampus on-linedengan Detikcom, BALAIRUNG pernah menggelar acar

    Seminar "Cybermedia: Menuju Pers Kampus On-line", 24 Februari 2000, yang menghadirkan para pemakalah: Budiono

    Darsono (Detikcom), Didik Supriyanto (AJI), dan Yayan Sopyan (Agrakom).

    30 Sayangnya, kami melihat bahwa Detikcom justru "tidak serius" menggarap ini. Semenjak memorandum of

    understanding(MoU) ditandatangani bersama antara Detikcom dan persma, 24 Februari 2000, Detikcom masih berutang

    banyak: launchingyang belum dilaksanakan, biaya operasionalisasi bulanan yang macet, dll.

    31 Pedoman Kerja Sama Iklan BALAIRUNG, 1999. Salah satu upaya promosi terakhir kami (untuk BALAIRUNG edisi

    Spiritual), selain lewat pengiklanan BALAIRUNG di Republika, Kedaulatan Rakyat, dan radio-radio di Yogyakarta, ialah

    Page 15 of 16

  • 8/14/2019 Pers Mahasiswa Pasca-21 Mei 1998 (2000)

    16/16

    Site Sponsors

    dengan menyelenggarakan acara Lesehan Spiritual di Hotel Natour Garuda, Yogyakarta, 21 Agustus 2000, mengundang

    pakar meditasi Anand Krishnayang buku-bukunya (38 judul) dibredel oleh penerbitnya sendiri: Gramedia.

    32 Draf Keputusan Mubes BALAIRUNG, 15 April 1999.

    The page cannot be displayed

    The page you are looking for is currently unavailable. The Web site

    might be experiencing technical difficulties, or you may need to adjust

    Page 16 of 16