Click here to load reader
Upload
anisa-yustiana
View
6
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
pers kolonial
Citation preview
PERKEMBANGAN PERS PADA MASA KOLONIAL
DISUSUN OLEH :1. ACHISNA RAHMATIKA2. ALIVO PRADANA3. ANISA YUSTIANA4. YOLANDA KHARISMA5. YUNIAR DWI ASTUTI
KELAS : 5A4
A. Perkembangan Media Massa Pers pada Abad ke-19.
Pada awal abad ke-19, media massa yang pertama kali muncul pada Era Kolonial Belanda
adalah Bataviasche Kolonial Courant, tetapi pada massa Pemerintahan Inggris diganti dengan
surat kabar yang berbahasa Inggris yaitu Java Government Gazette. Akan tetapi setelah
diadakannya Konvensi London dan Belanda berhasil mendapatkan kembali daerah Koloninya
tersebut, surat kabar itu berubah lagi menjadi Javasche Courant, yang tetap membawa suara
Pemerintah Hindia Belanda.
W. Bruining dari Rotterdam adalah Orang yang pertama kali membawa alat percetakan
ke Indonesia. Pada 1851, Ia berhasil menerbitkan surat kabar mingguan Het Bataviasche
Advertentie Blad, sesuai dengan namanya mingguan itu hanya berisi iklan dan berita-berita
umum lain yang dikutip dari penerbitan resmi yang terbit di Nederland (Staatscourant) dan
untuk berita di daerah jajahan dari Javasche Courant.
Pada tahun 1852, di Betawi muncul surat kabar Java Bode sebagai pengganti Het
Bataviasche Advertentie Blad. Pendirinya adalah W. Bruining dengan bantuan H.M Van Dorp,
Van Hazen Noman dan Kolf. Pada tahun 1857, seluruh perusahaan diambil alih oleh Van Dorp,
yang mengusahakan edisi Istimewa untuk diedarkan
di Nederland. Pada akhir tahun 1869, Java Bode menjadi harian.
Saingan Java Bode yang pertama kali ialah Het Algemeen Dagblad voor Nederlandsch
Indie yang didirikan oleh Coenraad Busken Huet, mantan pegawai yang telah habis masa
kontraknya dengan Java Bode.
Adapun surat kabar yang berkembang pada abad ke-19 adalah:
Dari perkembangan pers tersebut, pada mulanya pers terbit sebagai bagian usaha Orang
Belanda dan kemudian menjadi pembawa kepentingan perusahaan perkebunan dan Industri
minyak. Isinya belum mencerminkan persoalan-persoalan politik masa itu, karena memang
sejak semula Pemerintah Hindia Belanda mengatur berita-berita yang tidak berbahaya bagi
pemerintahan sendiri. Pers Belanda sendiri sejak semula merupakan “Pers Resmmi” karena
isinya harus disetujui oleh Pemerintah.
Secara umum dapat dikatakan, isi surat kabar dan Majalah Hindia Belanda berhaluan
Politik Netral. Namun, sejak akhir abad ke-19 mulai kelihatan adanya mingguan yang bercorak
dan berdasar suatu program Politik. Karangan-karangan di Surat Kabar pun mulai bersikap kritis
terhadap politik kolonial Belanda di Indonesia.
Diantara Majalah yang mulai berpolitik antara lain Bondsblad, terbit pertama kali pada
tahun 1897. Sebagai pembawa suara Indische Bond, yaitu perkumpulan kaum Indo-Belanda
yang memperjuangkan Hindia Belanda sebagai
Tanah Airnya dan mengusahakan perlakuan yang sama dalam bidang politik bagi Mereka.
B. Perkembangan Media Massa Pers pada Awal Abad ke-20.
Di Jakarta, pada waktu itu ada Java Bode yang merupakan surat kabar resmi, dan selalu
membela kebijaksanaan Pemerintah. Untuk itu, Java Bode mendapat berita-berita Pemerintah
secara khusus, sehingga merupakan lembaran penerangan bagi apa saja yang terjadi di
kalangan Pemerintah tentang Pengangkatan dan Pemindahan Pegawai, rencana-rencana
peraturan Pemerintah,dll.
Pada tahun 1907, E.F.E. Douwes Dekker diangkat menjadi RedakturBataviasche
Nieuwsblad menggantikan F.K.H. Zaalberg. Ia seorang Politikus terkemuka sampai masa
Republik Indonesia. Douwes Dekker seorang Wartawan berbakat, Ia memiliki Pikiran yang tajam
dan dapat mengolah kesan-kesan dengan cepat.
Begitu juga dengan Zaalberg, Ia juga merasa Sakit Hati terhadap Negeri Belanda dan
Belanda di Jawa Timur. Pandangannya reaksioner terhadap tumbuhnya pergerakan Nasional. Ia
melakukan kritik tajam terhadap kebikaksanaan politik Gubernur Jenderal Idenburg
Orang-Orang Belanda. Pengalamannya di dalam Locomotief memperdalam pengetahuan dan
pengertiannya, dan kesimpulannya bahwa penyebab kemelaratan Kaum Indo ialah tata
susunan Eksploitasi modal kolonial. Oleh karena itu, hubungan kolinial harus dihancurkan.
Pada tahun 1912, Ia mendirikan Indische Partij di Bandung, yang merumuskan program
kerja sama Penduduk Bumiputra dengan kaum Indo dan golongan-golongan lain untuk
membina “Bangsa Hindia” (Indiers).
Sebagai Wartawan, kemampuannya dibuktikan dengan laporannya tentang Pemberontakan
Petani Tanggerang, yang berlatar belakang adanya ketidakadilan dan penindasan di tanah-
tanah Partikelir. Sebab-sebab pemberontakan Petani itu terletak pada tata susunan milik atas
tanah-tanah Partikelir dengan Penduduknya, yang sejak abad ke-18 dijual oleh Gubernur
Jenderal Van Imhoff kepada pihak Partikelir.
Kota kedua yang penting bagi perkembangan Pers Belanda ialah Surabaya tempat
terbit Het Soerabajaasch Handelsblad, yang terutama didukung oleh kaum pengusaha Pabrik
Gula
banyak berisi berita-berita yang berasal dari Telegram.
Pada Zaman Gubernur Jenderal J.B. Van Heutsz (1904-1909) pernah didirikan suatu
kantor berita setengah resmi yang berada di dalam sekretariat Umum. Karena sifatnya yang
resmi maka kantor berita itu tidak lama bertahan.
Pada 1 April 1917, di tengah-tengah kecamuk Perang Dunia I, D.W. Beretty Mantan
Pegawai Kantor Telegrap dan pernah bekerja untuk Bataviaasch Nieuwsblad dan Java
Bode mendirikan kantor berita ANETA (Algemeen Nieuws En Telegraaf Agentschap= Keagenan
Berita Umum dan Telegraf).
ANETA dalam waktu singkat berkembang menjadi kantor berita atau biro pers yang besar dan
modern, sebagai pusat pengirim dan penerima berita dari berbagai penjuru Dunia. Pada tahun
1920, ANETA telah mempunyai kantor bertingkat berlantai tiga (kini ditempati Kantor Berita
ANTARA) dan pada tahun 1924 membuka sendiri stasiun Radionya.
ANETA juga menjadi pemegang monopoli dalam penyebaran dan pembagian berita-
Sosialisme merencanakan berbagai Program perbaikan dan perluasan Kota. Kehidupan Politik di
Kota itu memberi warna-wajah surat kabar di Kota itu, baik Surat Kabar Belanda, Melayu-
Tionghoa maupun Indonesia. Dilihat dari sudut perkembangan Pers pada umumnya, proses
antar hubungan ketiga Pranata Komunikasi Masyarakat itu pun sangat penting bagi
kesinambungan perkembangan Pers di Indonesia.
C. Lahirnya Kantor Berita “ANETA”.
Salah satu segi kegiatan penting yang berhubungan dengan surat kabar ialah kehidupan
lalu lintas Telegram. Surat-surat kabar Belanda makin lama makin
berita, terutama karena kedudukannya disokong sepenuhnya oleh Pemerintah Hindia Belanda.
, yang dengan simpatik memperhatikan tumbuhnya Budi Utomo, Sarekat Islam dan Indische
Partij.
Kota ketiga yang penting bagi kelahiran Pers Belanda ialah Semarang. Pada awal abad ke-
20, kehidupan Orang-orang Belanda terpusat pada masalah bagaimana membangun Kota
Semarang. Kota Semarang didalam Sejarah Indonesia dikenal pula sebagai tempat lahirnya
gagasan Sosialisme. Melalui kegiatannya dalam Dewan Kotapraja, wakil-wakil penganjur