Persalinan Lama

Embed Size (px)

Citation preview

BAB IPENDAHULUANPersalinan lama, yang disebut juga dengan istilah distosia secara umum memaksudkan persalinan yang abnormal atau sulit. Sementara itu, WHO secara lebih spesifik mendefinisikan persalinan lama (prolonged labor/partus lama) sebagai proses persalinan yang berlangsung lebih dari 24 jam. Waktu pemanjangan proses persalinan yang dimaksud adalah penambahan antara kala I dan kala II persalinan. Dalam penentuan batas waktu, terdapat variasi sebuah sumber yang menyatakan bahwa batasan waktu dalam penentuan partus lama adalah 18 jam.

BAB IILAPORAN KASUS

A. ANAMNESISAnamnesis dilakukan secara auto-anammesis di kamar bersalin RSUD Karawang pada tanggal 5 Juni 2014 pukul 16.10 IdentitasI. Identitas Pasien Nama: Ny. TAUsia: 25 tahunPendidikan: SMPPekerjaan: Ibu Rumah TanggaAgama: IslamAlamat:Dusun Karawang Tanjung Rt.03 Rw.01 Kelurahan Gebangjaya, Kecamatan Cibuaya, KarawangTanggal masuk RS: 5 Juni 2014Tanggal keluar RS: 8 Juni 2014Dokter penanggung jawab: dr. David, Sp.OG

II. Identitas SuamiNama: Tn. IUsia: 25 tahunPendidikan: SDPekerjaan: BuruhAgama: IslamAlamat:Dusun Karawang Tanjung Rt.03 Rw.01 Kelurahan Gebangjaya, Kecamatan Cibuaya, KarawangSuku: Sunda

Keluhan utamaPasien datang dirujuk oleh bidan dengan PK II lama.Riwayat Penyakit SekarangPasien G2P1A0 mengaku hamil 10 bulan, dengan HPHT 05-08-2013, taksiran partus 12-05-2014, usia kehamilan 43 minggu. Mulas-mulas pertama kali dirasakan sejak 1 hari SMRS (pukul 06.00), dirasa teratur, semakin lama semakin sering, semakin lama durasinya, dan semakin kuat, namun pasien tidak segera ke RS ataupun bidan. Keesokan harinya, 05-06-2014 pukul 02.30 keluar air-air, jumlah cukup banyak, tidak berwarna dan tidak berbau. Air yang keluar disertai dengan lendir, namun darah dan flek-flek coklat atau merah disangkal. Pasien memanggil paraji, lalu dikatakan sudah ada bukaan, kemudian pasien ke bidan dan pukul 04.00 dikatakan bukaan 6. Pukul 09.00 dikatakan bidan bukaan lengkap, kemudian pasien dipimpin meneran, namun bayi tidak lahir juga. Pasien mengaku, saat dibidan kekuatannya untuk meneran tidak kuat. Pukul 11.00 pasien dibawa ke puskesmas, dipersiapkan untuk dirujuk namun pasien baru dapat RS rujukan dan sampai di VK RSUD Karawang pukul 15.45. Keluhan pandangan kabur, nyeri ulu hati, mual, muntah, demam, menggigil, nyeri saat buang air kecil disangkal oleh pasien. Sampai saat tiba di RS, pasien mengaku gerakan janin masih ada namun dirasa semakin berkurang. Selama kehamilan ini, pasien kontrol di bidan, teratur 2 minggu sekali sejak usia kehamilan 4 bulan dikarenakan pasien tidak tahu sedang hamil karena menstruasinya yang tidak teratur, imunisasi TT (-), riwayat USG kehamilan ini tidak ada, saat kontrol di bidan, kondisi selalu baik, tensi darah tidak pernah tinggi dan tidak ada keluhanyang berarti.Riwayat Penyakit DahuluRiwayat darah tinggi, kencing manis, asma, alergi, dan jantung disangkal pasienRiwayat Penyakit KeluargaRiwayat darah tinggi, kencing manis, jantung, asma, dan alergi juga disangkal ada dalam keluarga pasien.Riwayat MenstruasiMenarche pada usia 14 tahun. Menstruasi awalnya teratur sebulan sekali, namun sejak melahirkan anak pertama dan menggunakan KB, menstruasi jadi tidak teratur, bisa 3 bulan sekali, lamanya 3-5 hari, ganti pembalut rata-rata 2x/hari, nyeri haid (-) hanya dirasakan linu-linu namun masih bisa beraktifitas seperti biasa.Riwayat PernikahanPasien menikah 1x, diusia 20 tahun.Riwayat ObstetriI Laki-laki, 5 tahun, lahir di dokter, normal, berat badan lahir bayi 3.500 gr, panjang badan lupa.II Hamil ini.

B. PEMERIKSAAN FISIKI. Status Generalis Keadaan Umum: Tampak sakit sedangKesadaran: Compos MentisBB/TB: 68 kg / 160 cmTanda Vital: Tekanan darah: 160/100mmHgNadi: 88x/ menitSuhu: 36.5oCPernafasan: 20x/ menitKepala: Normocephali, deformitas (-)Mata: Konjungtiva pucat (-/-), Sklera ikterik (-/-)Leher: Kelenjar getah bening tidak teraba membesar Kelenjar tiroid tidak teraba membesarThorax:Paru: Suara nafas vesikuler ( + / + ), ronkhi ( - / - ), wheezing ( - / - )Jantung: S1-S2 reguler, mumur ( - ), gallop ( - )Abdomen: Membuncit sesuai dengan usia kehamilanEkstremitas: Akral Hangat ( + / + ), Oedem ( - / - )Genitalia: Vulva edema ( - )

II. Status Obstetri LeopoldLeopold I: Bulat, tidak melenting (bokong)Leopold II: Teraba rata disebelah kanan ibu (punggung kanan) Teraba bagian-bagian kecil disebelah kiriLeopold III: Bulat, melenting (kepala)Leopold IV: Masuk PAP 1/5TFU: 35 cm, punggung kanan, presentasi kepala TBJ klinis: 3720 gramDJJ: 155 bpmHis: 3x / 30 menit / 10 detikGenitaliaInspeksi: V/U tenang, perdarahan aktif (-)Inspekulo: Tidak dilakukan VT: Pembukaan lengkap, ketuban (-), kepala di Hodge III-IV

C. PEMERIKSAAN PENUNJANGLaboratorium 05-06-2014 16:20Hb: 11.5 g/dLLeukosit: 23.760/mm3Trombosit : 331.000/mm3Hematokrit: 35.1%Masa perdarahan/BT: 2Masa pembekuan/CT: 11Golongan darah: BRhesus: ( + )HbSaG rapid: Non reaktifGDS: 101 mg/dlUSG tidak dilakukan

D. DIAGNOSISPK II lama pada G2P1A0 hamil aterm , JPKTHSyarat ekstraksi terpenuhi

E. PENATALAKSANAANAsuhan PK II Ibu dipimpin meneran, hiss tidak adekuat, bayi tidak lahirPukul 16.05, dengan ekstraksi vakum lahir bayi laki-laki dengan berat 3550 gram, panjang 49 cm, Apgar Score 3/5, kelainan bawan ( - ), bayi tidak segera menangis, ketuban hijau kental jumlah sedikit, caput succacedenum ( + ).Ibu disuntik Oxcitocin 10 IU im dan drip Oxytocin 10 IU, tali pusat diklem dan dipotong. Lahir plasenta lengkap, kontraksi uterus baik. Dilakukan eksplorasi dan didapat ruptur perineum grade I dilakukan perineoraphy.F. PROGNOSISAd vitam : Dubia ad bonam Ad Fungsionam : Ad bonam Ad Sanationam : Dubia ad bonam

Tanggal 5 Juni 2014 pukul 17.00, oleh koass ObsgynFollow Up

S: Os tampak lemas, demam (+), sebelumnya tidak ada riwayat demam. O: CM/TSS TD: 140/90S: 39oC N: 84x/menitRR: 20x/menit Status GeneralisMata: CA -/- ; SI -/-Paru: Suara nafas vesikuler, ronkhi -/-, wheezing -/-Jantung: S1-S2 Reguler, murmur -, gallop Abdomen: Supel, nyeri tekan -, BU + normalEkstremitas: Akral hangat ( + / + ), Oedem ( - / - )Status Obstetri TFU: setinggi umbilikus, kontraksi baikInspeksi V/P: Jahitan perineoraphy terjahit baik, perdarahan aktif (-), lochia rubra (+)A: P2A0 post partus maturus dengan ekstraksi vakum + perineoraphy atas indikasi PK II lama NH-0P: Cek DPL post partum Observasi tanda vital, kontraksi, perdarahan, suhu Cefadroxil 2 x 500 mg Asam Mefenamat 3x 500 mg Hemobion 1 x 1 caps Paracetamol 500 mg selama demam ( + ) Mobilisasi bertahap Folley catheter 1 x 24 jam

Tanggal 6 Juni 2014 pukul 06.00, oleh koass Obsgyn

S: Pasien merasa nyeri pada perut ( + ), lemas ( + ), demam ( - ). Pasien mengaku kemarin setelah minum sanmol 1x demam langsung turun, menggigil ( - ). Mobilisasi ( - ), buang air kecil melalui selang kencing, BAB ( - ), ASI belum keluar karena belum dirangsang dan belum memegang bayinya. O: CM/TSS TD: 130/70S: 37.1oC N: 104x / menitRR: 16 x/menit Status GeneralisMata: CA -/- ; SI -/-Paru: Suara nafas vesikuler, ronkhi -/-, wheezing -/-Jantung: S1-S2 Reguler, murmur -, gallop Abdomen: Supel, nyeri tekan positif pada region epigastrium, umbilical, dan hipogastrium, bising usus ( + ) normal.Ekstremitas: Akral hangat ( + / + ), Oedem ( - / - )

Status Obstetri TFU: 1 jari dibawah pusat, kontraksi baikInspeksi V/U: tenang, perdarahan aktif ( - ), lochia rubra ( + ), OUE terpasang cath urin, urin jernih kekuningan, jumlah cukup.A: P2A0 post partus maturus dengan ekstraksi vakum + perineoraphy atas indikasi PK II lama NH-1P: Observasi tanda vital, kontraksi, perdarahan, tanda-tanda infeksi Cek DPL post partum Cefadroxil 2 x 500 mg Asam Mefenamat 3x 500 mg Hemobion 1 x 1 caps Mobilisasi bertahap Aff folley catheter

Tanggal 7 Juni 2014 pukul 06.30, oleh koass Obsgyn

S: Nyeri perut ( - ), ASI ( + ), mobilisasi ( + ) pasien sudah jalan ke kamar mandi, buang air kecil ( + ) tidak ada rasa panas atau nyeri saat buang air kecil, urin warna kekungingan, darah dari jalan lahir hanya tinggal flek, buang air besar ( - ), demam ( - ). O: CM/TSS TD: 120/80 mmHgS: 36.7oC N: 92x / menitRR: 16 x/menit

Status GeneralisMata: CA -/- ; SI -/-Paru: Suara nafas vesikuler, ronkhi -/-, wheezing -/-Jantung: S1-S2 Reguler, murmur -, gallop Abdomen: Supel, nyeri tekan positif pada region epigastrium, umbilical, dan hipogastrium, bising usus ( + ) normal.Ekstremitas: Akral hangat ( + / + ), Oedem ( - / - )

Status Obstetri TFU: 2 jari dibawah pusat, kontraksi baikInspeksi V/U: tenang, perdarahan aktif ( - ), lochia rubra ( + ), jahitan perineoraphy tampak baik.

Pemeriksaan PenunjangLaboratorium darah 07-06-2014Hb: 11.8 gr/dlLeukosit: 15.670/mm3

A: P2A0 post partus maturus dengan ekstraksi vakum + perineoraphy atas indikasi PK II lama NH-2P: Observasi tanda vital, kontraksi, perdarahan, tanda-tanda infeksi Cek DPL post partum Cefadroxil 2 x 500 mg Asam Mefenamat 3x 500 mg Hemobion 1 x 1 caps Mobilisasi aktifBoleh pulangMotivasi ASIEdukasi hygiene perineoraphy

BAB IIIPEMBAHASANKASUSANALISIS KASUS

Berdasarkan hasil anamnesisPasien G2P1A0 dengan riwayat persalinan sebelumnya 5 tahun yang lalu dengan persalinan normal, berat badan lahir bayi 3500 gr.Dengan riwayat persalinan sebelumnya, kemungkinan distosia akibat faktor passage dapat disingkirkan.

Pasien merasa mulas-mulas sejak 1 hari SMRS dirasa teratur, semakin lama semakin sering, semakin lama durasinya, dan semakin kuat, namun pasien tidak segera ke RS ataupun bidan.

13 jam SMRS, keluar air-air, cukup banyak, tidak berwarna, tidak berbau, lendir (+), darah (-), 1.5 jam setelahnya pasien ke bidan.Tanda-tanda persalinan (+) pada pasien berupa hiss (+) yang secara fisiologis timbul pada beberapa jam terakhir kehamilan berupa kontraksi uterus yang menyebabkan penipisan, dilatasi serviks lalu pengeluaran janin melalui jalan lahir. Kontraksi yang teratur, dapat merupakan tanda awitan persalinan kala I laten.1Keluarnya air-air dan lendir menggambarkan pecahnya ketuban yang fisiologis disertai dengan pembukaan cerviks. Kemungkinan pasien sedang dalam kala I persalinan, namun dikarenakan saat itu juga tidak dilakukan pemeriksaan dalam untuk menentukan bukaan cervix, masih ada kemungkinan pasien mengalami ketuban pecah dini

12.5 jam SMRS pasien ke bidan, dikatakan bukaan 6.

7.5 jam SMRS dikatakan bukaan lengkap.

Pasien dipimpin meneran, namun hingga 2 jam kemudian, bayi belum lahir.Kemungkinan ketuban pecah dini disini dapat disingkirkan, karena 0.5 jam setelah ketuban pecah pasien masuk pada PK I aktif. PK I pada pasien belum dapat dipastikan mengalami pemanjangan, karena tidak tahu secara pasti kapan PK I tepatnya dimulai. Apabila diasumsikan sejak timbulnya hiss, maka PK I pasien memanjang, yakni selama 27 jam. Fisiologis pada multigravida, PK I berlangsung selama 12 jam .Fisiologis PK II pada multipara adalah 1 jam, jadi pasien mengalami PK II memanjang.

Di VK RSUD Karawang pasien kembali dipimpin meneran, namun hiss tidak adekuat, 20 menit kemudian dilakukan vakum ekstraksi, lahir bayi.Kriteria persalinan lama telah terpenuhi, sehingga dilakukan tatalaksana pertolongan persalinan pervaginam dengan vakum ekstraksi, dkarenakan hiss ibu (+), masih dapat meneran, namun kekuatannya kurang.

Lahir bayi laki-laki BBL 3500gr, ketuban hijau kental, sedikit, bayi tidak langsung menangis.Berat badan bayi tidak makrosomia, faktor passanger sebagai penyebab distosia dapat disingkirkan.Ketuban hijau kental menggambarkan adanya mekonium pada ketuban, yang dapat terjadi akibat keadaan janin yang kurang baik seperti hipoksia janin, kemungkinan terjadinya infeksi intra uterin juga dapat terjadi pada pasien dikarenakan lamanya proses sejak ketuban pecah sampai bayi dilahirkan.

Sampai saat tiba di RS, pasien mengaku gerakan janin masih ada namun dirasa semakin berkurang.Kemungkinan kondisi janin tidak baik (fetal distress).

Riwayat penyakit dahulu dan keluarga tidak ada diabetes mellitus.Menyingkirkan kemungkinan faktor passanger pada distosia ec makrosomia.

TD : 160/100 mmHgTingginya TD pada pasien dikarenakan dilakukan pengukuran sesaat setelah pasien dipimpin meneran.Kemungkinan HDK atau preeklamsi tidak terpenuhi dari riwayat ANC.

TatalaksanaDilakukan ekstraksi vakum setelah dinyatakan criteria VE terpenuhi.Pada kondisi Kala II memanjang, perlu segera dilakukan upaya janin. 1 ) Induksi : Oksitosin2) Upaya pengeluaran janin : Ekstraksi vakum , forsep

BAB IVTINJAUAN PUSTAKA4.1 DEFINISIPersalinan lama, disebut juga distosia, didefinisikan sebagai persalinan yang abnormal/sulit.14.2 EPIDEMIOLOGIBerdasarkan penelitian di Rumah Sakit Park Land, Amerika Serikat, pada tahun 2007, didapatkan bahwa hanya sekitar 50 persen ibu dengan janin presentasi kepala yang mengalami partus spontan fisiologi. Lima puluh persen lainnya, perlu mendapatkan intervensi untuk pelahiran. Baik intervensi medis maupun intervensi bedah. Tingginya tingkat partus abnormal ini juga menunjukkan tingginya tingkat persalinan lama. Persalinan lama yang kadang juga disebut distosia, di Amerika Serikat distosia merupakan indikasi dilakukannya Sectio caesarea emergensi pada 68% pasien yang menjalani operasi seksio sesar primer.

4.3 ETIOLOGISebab-sebab terjadinya distosia dapat dibagi dalam 3 golongan berikut ini:1. Kelainan tenaga (kelainan His) atau power. His yang tidak normal dalam kekuatan atau sifatnya menyebabkan kerintangan pada jalan lahir yang lazim terdapat pada setiap persalinan, tidak dapat diatasi sehingga persalinan mengalami hambatan atau kemacetan.2. Kelainan janin atau passenger. Persalinan dapat mengalami gangguan atau kemacetan karena kelainan pada janin. Kelainan tersebut dapat berupa kelainan letak, presentasi, posisi, kehamilan ganda, bayi besar, dan cacat bawaan. Kelainan-kelainan ini akan menyulitkan bayi melalui jalan lahir atau bahkan sama sekali tidak memungkinkan bayi melalui jalan lahir, sehingga tidak jarang persalinan harus diselesaikan dengan seksio sesarea.3. Kelainan jalan lahir atau passage. Kelainan dalam ukuran atau bentuk jalan lahir bisa menghalangi kemajuan persalinan atau menyebabkan kemacetan.

Kelainan His (Power)Kelainan his terutama ditemukan pada primigravida, khususnya primigravida tua. Pada multipara lebih banyak ditemukan kelainan yang bersifat inersia uteri. Faktor herediter mungkin memegang peranan pula dalam kelainan his. Peregangan rahim yang berlebihan pada kehamilan ganda ataupun hidramnion juga dapat menyebabkan inersia uteri yang murni.4Jenis-jenis kelainan His :Inersia uteriDi sini His bersifat biasa dalam arti bahwa fundus berkontraksi lebih kuat dan lebih dahulu daripada bagian-bagian lain, peranan fundus tetap menonjol. Kelainannya terletak dalam hal kontraksi uterus lebih aman, singkat dan jarang daripada biasa. Keadaan umu penderita biasanya baik dan rasa nyeri tidak seberapa. Selama ketuban masih utuh umumnya tidak berbahaya, baik bagi ibu maupun janin, kecuali persalinan berlangsung terlalu lama. Keadaan ini dinamakan inersia uteri primer atau hypotonic uterine contraction. Kalau timbul setelah berlangsung his kuat untuk waktu yang lama, dan hal itu dinamakan inersia uteri sekunder. Dalam menghadapi inersia uteri, harus diadakan penilaian yang saksama untuk menentukan sikap yang harus diambil. Diagnosis inersia uteri paling sulit ditegakkan pada masa laten. Kontraksi uterus yang disertai rasa nyeri tidak cukup untuk menjadi dasar utama diagnosis bahwa persalinan sudah dimulai. His terlampau kuatHis terlampau kuat atau disebut juga hypertonic uterine contraction. His yang terlalu kuat dan terlalu efisien menyebabkan persalinan selesai dalam waktu yang sangat singkat. Partus yang sudah selesai kurang dari 3 jam dinamakan partus presipitatus yang ditandai oleh sifat his yang normal, tonus otot di luar his juga biasa, kelainannya terletak pada kekuatan his. Bahaya partus presipitatus pada ibu ialah terjadinya perlukaan luas pada jalan lahir, khususnya vagina dan perineum. Bayi bisa mengalami perdarahan dalam tengkorak karena bagian tersebut mengalami tekanan kuat dalam waktu yang singkat.

Incoordinate uterine action Di sini sifat his berubah. Tonus otot uters meningkat, juga di luar his, dan kontraksinya tidak berlangsung seperti biasa karena tidak ada sinkronisasi kontraksi bagian-bagiannya. Tidak adanya koordinasi antara kontraksi bagian atas, tengah dan bawah menyebabkan his tidak efisien dalam mengadakan pembukaan. Di samping itu, tonus otot uterus yang menaik akan menyebabkan rasa nyeri yang keras dan lama bagi ibu dapat pula menyebabkan hipoksia pada janin. His jenis ini juga disebut sebagai incoordinated hypertonic uterine contraction. Dalam pemantauan kemajuan persalinan, his harus dinilai secara objektif dengan melakukan penilaian manual, yakni palpasi abdomen sekurang-kurangnya selama 10menit. Menurut WHO (The Partograph, WHO, 1988) his dinyatakan memadai bila terdapat his yang kuat sekurang-kurangnya 3 kali dalam kurun waktu10 menit dan masing-masing lamanya >40 detik. Interval his yang terlampau pendek dan atau lamanya >50 detik dapat membahayakan kesejahteraan janin. His yang terjadi terus-menerus tanpa istirahat di antara 2 his berturut-turut disebut tetania uteri.2Kelainan Janin (Passenger)1. Kelainan PosisiDalam kebanyakan persalinan dengan posisi oksipito poterior, kepala akan mengalami putaran paksi, sehingga anak lahir dengan oksiput di bawah simfisis. Namu karena sudut pemutaran besar (umumnya 135), kala II biasanya sedikit lebih lama. Putaran ini baru terjadi di Hodge III (+) bahkan kadang-kadang beru terjadi di Hodge IV. Bila pada posisi oksipito posterior ubun-ubun kecil berputar ke belakang kita menyebutnya sebagai posisi oksipito posterior persisten. Peyebab tidak terjadinya putaran paksi ialah panggul antropoid, panggul android, kesempitan bidag tengah panggul, ketuban pecah sebelum waktunya, fleksi kepala kurang, inersia uteri. Hanya sebagian kecil (4%) posisi oksipito posterior yang memerlukan pertolongan pembedahan.22. Kelainan PresentasiLetak defleksi terdiri dari presentasi muka dan presentasi dahi. Presentasi muka : Merupakan presentasi kepala dengan defleksi maksimal sehingga oksiput menyentuh punggung dan muka terarah ke bawah (kaudal terhadap ibu). Punggung dalam posisi lordosis dan biasanya terdapat di belakang. Penyebab yang terpenting ialah panggu sempit dan anak yang besar.2 Presentasi dahi : Merupakan presentasi kepala dengan defleksi sedang, sehingga dahi menjadi bagian terendah. Biasanya presentasi dahi bersifat sementara, dengan majunya persalinan, presentasi ini berubah menjadi presentasi muka atau belakang kepala. Presentasi dahi menetap agak jarang terjadi. Sebab-sebab presentasi dahi kira-kira sama dengan sebab-sebab presentasi muka.23. Kelainan Letak Letak Sungsang : Letak sungsang adalah letak memanjang dengan bokong sebagai bagian yang terendah (presentasi bokong). Angka kejadiannya sekitar 3% dari kehamilan. Letak Lintang (presentasi bahu) : Pada letak lintang, sumbu panjang anak tegak lurus atau hampir tegak lurus sumbu panjang ibu. Pada presentasi bahu, bahu menjadi bagian terendah dan disebut juga presentasi akromion; bila punggung terdapat di sisi depan, disebut dorsoanterior; dan bila punggung terdapat di sisi belakang, disebut dorsoposterior. Penyebab letak lintang yang terpenting ialah, dinding perut kendur, kesempitan panggul, plasenta previa, prematuritas, kelainan bentuk rahim seperti uterus arkuatus, mioma uteri dan kehamilan ganda. 4. Janin Besar (Makrosomia) Anak dikatakan berukuran besar bila berbobot lebih dari 4000gr. Berbagai penyebab anak besar antara lain diabetes mellitus, keturunan dan multiparitas. Kesukaran yang timbul dalam persalinan disebabkan oleh besarnya kepala/bahu. Oleh sebab regangan dinding rahim oleh anak yang sangat besar, dapat timbul inersia uteri. Resiko perdarahan pascasalin akibat atonia uteri juga lebih besar. 5. Hidrosefalus Hidrosefalus berarti terjadi pertambahan cairan otak di dalam ventrikel, sehingga ukuran kepala menjadi besar. Hidrosefalus sering menimbulkan distosia, bahkan ruptur uteri, dan anak sering dilahirkan dalam letak sungsang karena kepala terlalu besar untuk masuk ke dalam pintu atas panggul.2

Kelainan Jalan Lahir (Passage)Dalam obstetri, makna panggul sempit secara anatomis tidak sepenting makna panggul sempit secara fungsional, yang menunjukkan ketidakserasian perbandingan antara kepala dan panggul. Kesempitan panggul dibagi sebagai berikut :1. Kesempitan pintu atas panggul2. Kesempitan bidang tengah panggul3. Kesempitan pintu bawah panggul4. Kombinasi kesempitan pintu atas panggul, bidang tengah dan pintu bawah panggulKesempitan pintu atas panggulPintu atas panggul dianggap sempit bila konjugata vera