Upload
others
View
16
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
Chapter
9
Persediaan
2
Tujuan Pembelajaran
1. Menggambarkan kontrol internal terhadap pesediaan.
2. Menjelaskan pengaruh pencatatan persediaan yang salah pada
laporan keuangan.
3. Menjelaskan tiga asumsi arus biaya persediaan dan bagaiman
pengaruhnya terhadap laporan laba rugi dan neraca.
4. Menghitung biaya persediaan dengan sistem persediaan
perpetual dan periodik, menggunakan metode biaya berikut: first-
in, first-out; last-in, first-out; dan average cost.
5. Membandingkan dan membedakan penggunaan ketiga metode
biaya tersebut.
6. Menghitung penilaian persediaan dengan dasar selain biaya,
menggunakan konsep biaya atau harga pasar yang mana yang
lebih rendah (lower of cost or market) dan nilai realisasi bersih.
7. Menyajikan persediaan barang dagangan dalam neraca.
8. Mengestimasi persediaan dengan metode ritel dan laba kotor.
9. Menghitung rasio perputaran persediaan dan jumlah hari rata-rata
persediaan.
3
Mengapa Kontrol Persediaan
Penting?
Persediaan adalah aset yang signifikan dan untuk kebanyakan perusahaan merupakan aset yang terbesar.
Persediaan merupakan pusat aktivitas utama dari perusahaan dagang dan manufaktur.
Kesalahan dalam menentukan biaya persediaan bisa menimbulkan kesalahan pada laporan keuangan.
Persediaan harus dilindungi dari risiko eksternal (seperti kebakaran dan pencurian) dan penipuan internal oleh pegawai.
4
Laporan
Penerimaan
Barang
Pesanan
Pembelian
Faktur
SETUJU
JURNAL
Keterangan
Nov. 9
Post.
Ref. Tanggal
Persediaan 1 222 00
Utang Dagang--XYZ Co. 1 222 00 Membeli barang dagangan
secara kredit.
Kontrol Internal terhadap
Persediaan
5
KEWAJIBAN
EKUITAS
PENDAPATAN
AKTIVA
BIAYA &
BEBAN
Persediaan
Barang Dagangan
Harga Pokok
Penjualan
Jika Persediaan Barang Dagangan…
Harga Pokok Penjualan . . . . . .
Laba Kotor dan Bersih . . .
Ekuitas Pemilik Akhir . . . . . . . . .
Pengaruh Salah Catat Persediaan
pada Laporan Keuangan
kelebihan
kekecilan
kelebihan
kelebihan
Laba Bersih
6
Barang
dibeli
Barang
dijual
Arus biaya yang keluar
(Harga Pokok Penjualan)
merupakan arus biaya
yang masuk terlebih
dahulu, sehingga biaya
yang tercatat pada akun
persediaan adalah biaya
yang belakangan masuk.
Asumsi Arus Biaya Persediaan
7
Barang
dibeli
Barang
dijual
Arus biaya yang keluar
(Harga Pokok Penjualan)
merupakan arus biaya
yang masuk belakangan,
sehingga biaya yang
tercatat pada akun
persediaan adalah biaya
yang terebih dahulu
masuk.
Asumsi Arus Biaya Persediaan
8
Barang
dibeli Barang
dijual
Asumsi Arus Biaya Persediaan
Arus biaya merupakan
rata-rata biaya yang
terjadi
9
Data biaya persediaan untuk ilustrasi
Sistem Perpetual FIFO
Cost of
Mdse. Sold
Item 127B Unit Biaya Harga
Jan. 2 Persediaan 200 9
Mar 10 Pembelian 300 10
Apr 5 Penjualan 200 15
Mei 7 Penjualan 100 15
Sep 21 Pembelian 400 11
Nov 18 Pembelian 100 12
Biaya Persediaan Perpetual
10
Data biaya persediaan untuk ilustrasi
Sistem Perpetual FIFO
Cost of
Mdse. Sold
Item 127B Unit Biaya Harga
Nov. 2 Penjualan 200 17
Des 10 Penjualan 200 18
Biaya Persediaan Perpetual
11
Item 127B
Persediaan dengan Perpetual FIFO
Pembelian Harga Pokok Penjualan Saldo Persediaan
Biaya Total Biaya Total Biaya Total
Tgl Qty. /unit Biaya Qty. /unit Biaya Qty. /unit Biaya
10/03 300 10 3.000 200 9 1.800
300 10 3.000
02/01 200 9 1.800
05/04 200 9 1.800 300 10 3.000 07/05 100 10 1.000 200 10 2.000
21/09 400 11 4.400 200 10 2.000
400 11 4.400
18/11 100 12 1.200 200 10 2.000
400 11 4.400
100 12 1.200
12
Item 127B
Persediaan dengan Perpetual FIFO
Pembelian Harga Pokok Penjualan Saldo Persediaan
Biaya Total Biaya Total Biaya Total
Tgl Qty. /unit Biaya Qty. /unit Biaya Qty. /unit Biaya
20/11 200 10 2000 400 11 4.400
100 12 1.200
200 11 2.200 200 11 2.200
100 12 1.200
Total 800 8.600 700 7.000 300 3.400
13
Jan. 2
200 unit @ Rp9
Persediaan dengan Periodik Fifo
Mar. 10
300 unit @ Rp10
Sep. 21
400 unit @Rp11
Nov. 18
100 unit @ Rp12
Rp1,800
Rp3,000
Rp4,400
Rp1,200
Pembelian
Barang Tersedia Untuk
Dijual Rp1,800
Rp3,000
Rp2,200
Harga Pokok Penjualan
200 unit Rp 9
Rp10,400 Rp2,200
Rp1,200
Rp7,000
Pesediaan Barang
Rp3,400
300 unit Rp10
200 unit Rp11
200 unit Rp11
100 unit Rp12 1,000 unit
700 unit
terjual
300 unit
tersisa
14
Jan. 1 Persediaan
awal
200 unit @ Rp9
Mar. 10 Pembelian 300 unit @ Rp10
400 unit @ Rp11 Sept. 21 Pembelian
100 unit @ Rp12 Nov. 18 Pembelian
1,000 unit tersedia
untuk dijual
Metode biaya rata-rata didasarkan pada
rata-rata biaya dari barang yang serupa.
Biaya Rata-Rata Periodik
15
200 unit @ Rp9 = Rp 1,800
1,000 unit tersedia
untuk dijual
300 unit @ Rp10 = Rp 3,000
400 unit @ Rp11 = Rp 4,400
100 unit @ Rp11 = Rp 1,200
Rp10,400 Biaya barang yang tersedia untuk dijual
Biaya Rata-Rata Periodik
16
Biaya barang yang tersedia
untuk dijual
unit tersedia untuk dijual
= Rata-rata biaya per
unit
Rp10,400
1,000 Unit = Rp10.40 per Unit
Biaya Rata-Rata Periodik
Biaya barang yang teredia untuk dijual Rp10,400
Dikurangi persediaan akhir (Rp10.40 x 300) 3,120
Harga pokok penjualan Rp 7,280
Untuk mencek jumlah ini, kalikan 700 unit yang terjual
dengan Rp10.40, menghasilkan jumlah yang sama Rp7,280.
17
Rp 3,800
2,700
4,650
3,920
Total 15,520 15,472 15,070
Penilaian Persediaan pada Biaya atau
Harga Pasar yang Mana Yang Lebih Kecil
A 400 Rp10.25 Rp 9.50 Rp 4,100 3,800
B 120 22.50 24.10 2,700 2,892
C 600 8.00 7.75 4,800 4,650
D 280 14.00 14.75 3,920 4,130
Harga
Kuantitas Biaya Pasar Total Total Lebih kecil
Item Persediaan /unit /unit Biaya Pasar B atau P
18
Aktiva
Aktiva Lancar:
Kas Rp 19 400 00
Piutang Dagang Rp80 000 00
Dikurangi penyisihan
piutang tak tertagih 3 000 00 77 000 00
Persediaan Barang Dagangan
pada biaya (first-in,
first-out method) atau pasar 216 300 00
Metro-Arts
Neraca
31 Desember 2007
Penyajian Persediaan Barang
Dagangan pada Neraca
19
Mengestimasi Persediaan dengan Metode Ritel
Metode ritel didasarkan pada hubungan antara biaya barang tersedia untuk dijual dan harga ritel.
Harga ritel dari semua barang dagangan harus diakumulasi dan ditotal.
Persediaan pada ritel dihitung pada harga ritel barang yang tersedia untuk dijual dikurangi penjualan bersih pada ritel.
Rasio dihitung dengan membagi biaya dengan harga ritel.
Persediaan pada harga ritel dikali rasio biaya sama dengan jumlah persediaan yang diestimasi.
20
Mengestimasi Persediaan dengan
Metode Ritel
Tahap 1: Menentukan rasio biaya
pada harga ritel.
Biaya Ritel
Persediaan barang dagang 1 Jan Rp19,400 Rp 36,000
Pembelian di Januari (bersih) 42,600 64,000
Barang tersedia untuk dijual Rp62,000 Rp100,000
Rasio biaya pada harga ritel = Rp62,000
Rp100,000 = 62%
21
Tahap 2: Menentukan persediaan
akhir pada ritel.
Penjualan di Januari (bersih) 70,000
Persediaan barang 31 Januari, pada ritel Rp 30,000
Cost Retail
Persediaan Barang Dagang 1 JanRp19,400 Rp 36,000
Pembelian di Januari (bersih) 42,600 64,000
Barang tersedia untuk dijual Rp62,000 Rp100,000
Mengestimasi Persediaan dengan
Metode Ritel
22
Tahap 3: Hitung persediaan yang
diestimasi pada biaya.
Persediaan barang 31 Januari pada biaya
(Rp30,000 x 62%) Rp18,600
Penjualan di Januari (bersih) 70,000
Persediaan barang 31 Januari, pada ritel Rp 30,000
Cost Retail
Persediaan Barang Dagang 1 JanRp19,400 Rp 36,000
Pembelian di Januari (bersih) 42,600 64,000
Barang tersedia untuk dijual Rp62,000 Rp100,000
Mengestimasi Persediaan dengan
Metode Ritel
23
Mengestimasi Persediaan dengan Metode
Laba Kotor
1. Persentase laba kotor diestimasi berdasarkan pengalaman sebelumnya yang disesuaikan dengan perubahan yang diketahui.
2. Laba kotor dihitung dengan mengalikan tingkat laba kotor estimasi dengan penjualan bersih aktual.
3. Harga Pokok Penjualan estimasi dihitung dengan mengurangi laba kotor dari penjualan aktual.
4. Harga Pokok Penjualan estimasi dikurangi dari barang tersedia untuk dijual aktual untuk menentukan persediaan barang estimasi.
24
Persediaan 1 Januari Rp 57,000
Pembelian di Januari (bersih) 180,000
Barang tersedia untuk dijual
Penjualan di Januari (bersih) Rp250,000
Dikurangi: Laba Kotor Estimasi
Harga Pokok Penjualan Estimasi
Persediaan Estimasi 31 Januari
(Rp250,000 x 30%) 75,000
175,000
Rp 62,000
Metode Laba Kotor
Metode laba kotor berguna untuk mengestimasi
persediaan pada laporan keuangan bulanan atau
kuartalan dalam sistem persediaan periodik.
Rp237,000
25
Perputaran Persediaan
SUPERVALU Zale
Harga Pokok Penjualan Rp15,620,127,000 Rp 737,188,000
Persediaan:
Awal Rp1,115,529,000 Rp478,467,000
Akhir 1,067,837,000 571,669,000
Total Rp2,183,366,000 Rp1,050,136,000
Rata-rata Rp1,091,683,000 Rp525,068,000
Perputaran persediaan 14.3 kali 1.4 kali
Kegunaan: Perputaran persediaan mengukur
hubungan antara volume penjualan barang dan
jumlah persediaan yang disimpan selama
periode berjalan.
26
Rerata harga pokok
penjualan harian:
Rp15,620,127,000/365 Rp42,794,868
Rp737,188,000/365 Rp2,019,693
Persediaan akhir Rp1,067,837,000 Rp571,669,000
Jumlah Hari Rata-Rata Persediaan
SUPERVALU Zale
Rerata periode penjualan 25 hari 283 hari
Kegunaan: untuk mengukur efisiensi
manajemen persediaan
27
Summary 1. Kontrol internal terhadap persediaan.
2. Kesalahan pencatatan persediaan dapat menyebabkan kesalahan pada laporan keuangan.
3. Sistem pencatatan persediaan:
• Sistem Perpetual
• Sistem Periodik
4. Metode arus biaya persediaan:
• First In, First Out
• Last In, First Out
• Average Cost
5. Penilaian persediaan pada biaya atau harga pasar yang mana yang lebih kecil.
6. Metode estimasi persediaan:
• Metode Ritel
• Metode Laba Kotor
7. Rasio perputaran persediaan dan jumlah hari rata-rata persediaan.