Upload
others
View
10
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PERSEPSI GURU DAN SISWA
TERHADAP EVALUASI PEMBELAJARAN SEJARAH
BERBASIS HIGHER ORDER THINKING SKILL (HOTS)
DI SMA NEGERI 6 YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Sejarah
Oleh:
THERESIA APRI LINDAWATI
151314042
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2019
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
i
PERSEPSI GURU DAN SISWA
TERHADAP EVALUASI PEMBELAJARAN SEJARAH
BERBASIS HIGHER ORDER THINKING SKILL (HOTS)
DI SMA NEGERI 6 YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Sejarah
Oleh:
THERESIA APRI LINDAWATI
151314042
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2019
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PENGESAHAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan kepada :
1. Allah Bapa, Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria yang senantiasa menyertai,
membimbing dan memberkati saya.
2. Kedua orang tua yang sangat saya cintai; Bapak Dominicus Gusman Maryono dan
Ibu Fransisca Suyatmi, serta kakak saya; Kakak Yohanes Agung Danang Nugraha
yang senantiasa memberikan doa, motivasi, semangat serta dukungan selama ini.
3. Sahabat-sahabat yang sangat saya sayangi yang selalu memberikan penghiburan,
bantuan, semangat, dan dukungan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
MOTTO
-Amsal 17:22-
“Hati yang gembira adalah obat yang manjur, tetapi semangat yang patah
mengeringkan tulang.”
-Filipi 4:13-
“Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan
kepadaku.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya sebuah karya ilmiah.
Yogyakarta, 26 Juli 2019
Penulis,
(Theresia Apri Lindawati)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini,saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Theresia Apri Lindawati
NIM : 151314042
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
PERSEPSI GURU DAN SISWA
TERHADAP EVALUASI PEMBELAJARAN SEJARAH
BERBASIS HIGHER ORDER THINKING SKILL (HOTS)
DI SMA NEGERI 6 YOGYAKARTA
Dengan demikian saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata
Dharma untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya
dalam bentuk perangkat data, mendistribusikan secara terbatas, dan
mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademisi
tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya
selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal, 26 Juli 2019
Yang menyatakan
(Theresia Apri Lindawati)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
ABSTRAK
PERSEPSI GURU DAN SISWA
TERHADAP EVALUASI PEMBELAJARAN SEJARAH
BERBASIS HIGHER ORDER THINKING SKILL (HOTS)
DI SMA NEGERI 6 YOGYAKARTA
Theresia Apri Lindawati
151314042
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: (1) persepsi guru dan (2)
persepsi siswa terhadap evaluasi pembelajaran sejarah berbasis Higher Order
Thinking Skill (HOTS). Jenis penelitian ini adalah kualitatif dengan metode studi
kasus. Informan dalam penelitian ini terdiri dari dua guru sejarah dan delapan
siswa SMA Negeri 6 Yogyakarta yang dipilih menggunakan teknik purposive
sampling. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi, angket, wawancara,
dan dokumen. Teknik analisis data menggunakan model interaktif Miles dan
Huberman yang terdiri atas pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan
penarikan kesimpulan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) Guru dan (2) Siswa memiliki
persepsi positif terhadap evaluasi pembelajaran sejarah berbasis HOTS. Persepsi
positif guru dan siswa mencakup enam indikator yaitu kemampuan berpikir kritis,
kemampuan berpikir kreatif dan inovatif, kemampuan memecahkan masalah dan
mengambil keputusan, kemampuan mengaitkan materi dengan pengetahuan baru,
kemampuan mengkreasi atau mencipta produk serta kemampuan berefleksi untuk
diaplikasikan dalam keseharian.
Kata Kunci : Higher Order Thinking Skill (HOTS), Evaluasi Pembelajaran
Sejarah, Persepsi Guru, Persepsi Siswa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
ABSTRACT
TEACHERS AND STUDENTS PERCEPTION
OF HISTORICAL LEARNING EVALUATION
BASED ON HIGHER ORDER THINKING SKILL (HOTS)
AT SMA NEGERI 6 YOGYAKARTA
Theresia Apri Lindawati
151314042
The aim of this research is to describe: (1) teachers’ perception and (2)
students’ perception of evaluation on learning history based on Higher Order
Thinking Skill (HOTS). This research is a qualitative research with a case study
method. The informants in this research are two history teachers and eight
students of SMA Negeri 6 Yogyakarta who are selected by using purposive
sampling technique. The data collection is done by conducting observation,
distributing questionnaire, interviewing, and documenting. The data analysis
technique uses Miles and Huberman interactive model which consists of the data
collection, data reduction, data presentation, and conclusion.
The result of this research shows that: (1) the teachers and (2) the students
have positive perception of evaluation on learning history based on HOTS. The
positive perception of teachers and students involves six indicators that are the
ability to think critically, think creatively and innovatively, solve a problem and
take a decision, relate the material with a new knowledge, create a product, reflect
to be applied in daily life.
Key word: Higher Order Thinking Skill (HOTS), Historical Learning,
Evaluation, Teacher Perception, Student Perception.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir dengan
judul “Persepsi Guru dan Siswa Terhadap Evaluasi Pembelajaran Sejarah
Berbasis Higher Order Thinking Skill (HOTS) di SMA Negeri 6 Yogyakarta”
Penelitian ini disusun guna memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana
Pendidikan Program Studi Pendidikan Sejarah. Dalam proses penyusunan tugas
akhir ini penulis menyadari akan keterlibatan dan bantuan dari berbagai pihak
baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Yohanes Harsoyo S.Pd. M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan
2. Bapak Ignatius Bondan, S.Pd., M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan izin
penelitian kepada peneliti
3. Ibu Dra. Theresia Sumini, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Sejarah Universitas Dharma sekaligus dosen pembimbing yang telah banyak
memberikan bimbingan dan dukungan kepada peneliti dari awal penelitian
sampai penyusunan laporan penelitian.
3. Bapak Hendra Kurniawan, M.Pd., selaku Wakil Ketua Program Studi
Pendidikan Sejarah sekaligus dosen pembimbing serta dosen pembimbing
Akademik yang dengan sabar membimbing dan memberi banyak masukan
kepada peneliti.
4. Seluruh dosen program studi Pendidikan Sejarah yang selalu memberikan
dukungan kepada mahasiswa tingkat akhir dalam menyelesaikan tugas akhir.
5. Bruder Sarju dan Pak Tri selaku pengurus Lembaga Kesejahteraan Mahasiswa
Universitas Sanata Dharma atas kesempatan yang diberikan kepada penulis
untuk dapat menerima beasiswa selama menempuh studi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
6. Bapak Agus selaku sekretariat Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta yang selalu sabar dan telaten memberikan
pelayanan dan administrasi demi kelancaran penelitian kepada penulis.
7. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Hubungan Masyarakat, Staf
Tata Usaha, Guru Sejarah dan Siswa Kelas X MIPA 1 dan X MIPA 6 SMA
Negeri 6 Yogyakarta yang telah membantu penulis dalam pengumpulan data
guna menyelesaikan skripsi.
8. Kedua orang tua tercinta Bapak Dominicus Gusman Maryono dan Ibu
Fransisca Suyatmi serta Kakak Yohanes Agung Danang Nugraha yang selalu
memberikan dukungan.
9. Seluruh keluarga besar yang selalu menyemangati dan mendukung penulis
dalam setiap langkah dan perjuangan.
10. Teman-teman seperjuangan Pendidikan Sejarah angkatan 2015, Universitas
Sanata Dharma yang telah mendukung dan memberikan semangat dalam
menyelesaikan tugas akhir.
11. Sahabat-sahabat penulis Dian,Sesilia,Yuyun,Konsita, mas Pandu,Suster Lidia.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan tugas akhir ini masih terdapat
kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun agar penelitian ini lebih baik. Semoga karya tulis
ini dapat bermanfaat.
Yogyakarta, 26 Juli 2019
Penulis
Theresia Apri Lindawati (151314042)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. iii
HALAMAN PERSEMBAHAN .......................................................................... iv
HALAMAN MOTTO ........................................................................................... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .............................................................. vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS .......................................................... vii
ABSTRAK .......................................................................................................... viii
ABSTRACT ........................................................................................................... ix
KATA PENGANTAR ........................................................................................... x
DAFTAR ISI ........................................................................................................ xii
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiv
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 7
C. Tujuan .......................................................................................................... 7
D. Manfaat ........................................................................................................ 8
BAB II KAJIAN PUSTAKA .............................................................................. 10
A. Kajian Teori ................................................................................................. 10
1. Pendidikan Abad 21 .............................................................................. 10
2. Kurikulum 2013 .................................................................................... 13
3. Higher Order Thinking Skill (HOTS) ................................................... 17
4. Pembelajaran Sejarah ............................................................................ 28
5. Evaluasi (Penilaian Autentik) Pembelajaran Sejarah ........................... 33
6. Persepsi ................................................................................................ 42
B. Penelitian yang Relevan............................................................................... 44
C. Kerangka Pikir ............................................................................................. 47
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 50
A. Jenis Penelitian ............................................................................................ 50
B. Tempat dan Waktu Penelitian ...................................................................... 52
C. Sumber Data ................................................................................................ 52
D. Teknik Pengumpulan Data .......................................................................... 53
E. Instrumen Pengumpulan Data ...................................................................... 55
F. Teknik Cuplikan ............................................................................................ 61
G. Validitas Data ............................................................................................... 61
H. Analisis Data ............................................................................................... 65
I. Sistematika Penulisan ................................................................................... 69
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................... 70
A. Deskripsi Lokasi Penelitian ......................................................................... 70
B. Deskripsi Hasil Penelitian ............................................................................ 74
C. Pembahasan ................................................................................................. 97
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 113
A. Kesimpulan ................................................................................................ 113
B. Saran .......................................................................................................... 118
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 115
LAMPIRAN ....................................................................................................... 123
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Perbedaan Taksonomi Bloom dengan Anderson dan Krathwohl......... 24
Tabel 2. Kata Kerja Operasional Ranah Kognitif ...............................................25
Tabel 3. Matrik Tujuan Pembelajaran Dimensi Kognitif dan Pengetahuan........26
Tabel 4. Kata Kerja Operasional Ranah Afektif .................................................27
Tabel 5. Kata Kerja Operasional Ranah Psikomotorik .......................................27
Tabel 6. Jadwal Pelaksanaan Penelitian ..............................................................51
Tabel 7. Kisi-kisi Kuesioner Guru ......................................................................56
Tabel 8. Kisi-kisi Kuesioner Siswa .....................................................................57
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar I. Kerangka Pikir .................................................................................. 49
Gambar II. Model Analisis Data Miles dan Huberman ..................................... 68
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Catatan Lapangan 1 ..................................................................... 120
Lampiran 2. Lembar Kuesioner Guru .............................................................. 123
Lampiran 3. Lembar Kuesioner Siswa ............................................................. 126
Lampiran 4. Catatan Lapangan 2 ..................................................................... 129
Lampiran 5. Catatan Lapangan 3 ..................................................................... 131
Lampiran 6. Daftar Pertanyaan Wawancara Guru .......................................... 135
Lampiran 7. Daftar Pertanyaan Wawancara Siswa ......................................... 136
Lampiran 8. Daftar Narasumber ...................................................................... 137
Lampiran 9. Catatan Lapangan 4 ..................................................................... 138
Lampiran 10. Catatan Lapangan 5 ................................................................... 141
Lampiran 11. Catatan Lapangan 6 ................................................................... 145
Lampiran 12. Catatan Lapangan 7 ................................................................... 147
Lampiran 13. Catatan Lapangan 8 ................................................................... 149
Lampiran 14. Catatan Lapangan 9 ................................................................... 151
Lampiran 15. Catatan Lapangan 10 ................................................................. 153
Lampiran 16. Catatan Lapangan 11 ................................................................. 155
Lampiran 17. Catatan Lapangan 12 ................................................................. 157
Lampiran 18. Catatan Lapangan 13 ................................................................. 159
Lampiran 19. Catatan Lapangan 14 ................................................................. 161
Lampiran 20. Dokumen Rencana Pelaksanaan Pembelajaran.......................... 162
Lampiran 21. Dokumen Daftar Nilai ............................................................... 195
Lampiran 22. Dokumentasi Pengisian Kuesioner ........................................... 196
Lampiran 23. Dokumentasi Wawancara ......................................................... 197
Lampiran 24. Surat Izin Melaksanakan Penelitian dari Universitas................ 200
Lampiran 25. Surat Izin Melaksanakan Penelitian dari Dikpora..................... 201
Lampiran 26. Surat Telah Menyelesaikan Penelitian....................................... 202
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan salah satu pilar utama dalam upaya memajukan dan
membangun suatu bangsa. Taraf kehidupan bangsa dapat meningkat apabila
bangsa tersebut sangat menjamin mutu dan kualitas pendidikan bagi
masyarakatnya. Oleh karena itu sumber daya manusia yang terlatih dan
memperoleh pendidikan layak akan mampu berkontribusi untuk kemajuan bangsa.
Pelaksanaan pendidikan yang optimal berperan penting membentuk karakter
generasi penerus bangsa yang handal. Usaha memajukan bangsa dimaksudkan
agar para generasi penerus di masa depan memiliki keunggulan dan keahlian
untuk bersaing di era global.
Pembenahan dan peningkatan mutu pembelajaran yang ada di sekolah dan
lembaga-lembaga pendidikan lainnya, pada dasarnya adalah sebuah upaya untuk
menciptakan transformasi kehidupan. Meningkatkan mutu pembelajaran berarti
menciptakan generasi terdidik yang mampu untuk bersaing di tengah masyarakat
global dan tuntutan perubahan itu sendiri.1 Dengan kata lain, jika implementasi
pembelajaran di sekolah dan lembaga-lembaga pendidikan tersebut cenderung
kurang inovatif maka akan menghambat perkembangan peserta didik dalam
mengasah potensi dan motivasinya, sehingga akan sulit memenuhi tantangan
global.
1Hatta Saputra, Pengembangan Mutu Pendidikan Dalam Era Global, Bandung: CV. Smile’s
Indonesia Institute, 2016, hlm. 86.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
Awal abad 21 ditandai dengan bergantinya tahun dari tahun 2000 menuju
tahun 2001. Banyak aspek kehidupan yang berubah pada abad 21, yang menonjol
salah satunya adalah bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Sistem komunikasi
termasuk di dalam revolusi tersebut, dengan mudahnya akses internet hingga ke
pelosok negeri menjadi salah satu cirinya. Segala macam hal dengan mudah dan
cepat dapat diketahui orang serta tersebar luas ke penjuru dunia, seakan dunia
berada dalam genggaman. Oleh sebab itu, menjadi keuntungan bagi manusia
untuk mempermudah berbagai urusan dengan efektif dan efisien.
Hal serupa turut berlaku pada dunia pendidikan yang juga mengalami
banyak perubahan dan perkembangan. Pada abad 21 ini pendidikan nasional
mempunyai tujuan mencapai cita-cita bangsa yang diwujudkan melalui
pemberdayaan manusia agar semakin berkualitas yang diharapkan dapat
menjadikan kedudukan Indonesia setara dengan negara-negara lain di kancah
Internasional.
Sebagai manifesto untuk mencetak generasi milenial yang unggul dan
berdaya saing, kementerian pendidikan berupaya agar pembelajaran di sekolah
mengintegrasikan literasi, Penguatan Pendidikan Karakter (PPK),
Communication, Collaborative, Critical Thinking, Creativity (4C) dan Higher
Order Thinking Skill (HOTS), sehingga dikeluarkanlah kurikulum 2013 revisi
2017. Pada penerapan Kurikulum 2013 pula memuat adanya pendekatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
pembelajaran saintifik yang di dalamnya terdapat kegiatan 5M yaitu mengamati,
menanya, menalar, mengasosiasi dan mengkomunikasikan.2
Dalam proses pembelajaran, terdapat penilaian pokok oleh guru terhadap
siswa berdasarkan kurikulum 2013 yang terdiri atas penilaian sikap spiritual dan
sosial (afektif), penilaian keterampilan (psikomotorik) dan penilaian pengetahuan
(kognitif). Dimensi atau ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar
intelektual, atau segala upaya yang menyangkut aktivitas berpikir. Taksonomi
tujuan pembelajaran yang dikemukakan oleh Bloom tahun 1956, mengkategorikan
ranah kognitif terdiri dari enam jenjang, yaitu C1 (pengetahuan), C2
(pemahaman), C3 (aplikasi), C4 (analisis), C5 (sintesis), dan C6 (eveluasi).3 Akan
tetapi seiring perkembangan zaman, taksonomi Bloom direvisi oleh Anderson dan
Krathwohl tahun 2001 yang isi taksonominya menjadi C1 (mengingat), C2
(memahami), C3 (menerapkan), C4 (menganalisis), C5 (mengevaluasi) dan C6
(mencipta).
Indikator untuk mengukur keterampilan berpikir tingkat tinggi meliputi tiga
kemampuan siswa yaitu menganalisis, mengevaluasi dan mengkreasi atau
menghasilkan produk. Dalam ketiga indikator tersebut jika diuraikan memuat
berpikir kritis, kreatif, mengambil keputusan dan memecahkan masalah. Ketiga
indikator tersebut merupakan indikator revisi dari taksonomi kemampuan kognitif
Bloom dari C4-C6.
2 Abdul Majid dan Chaerul Saleh, Pendekatan Ilmiah dalam Implementasi Kurikulum 2013,
Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2014, hlm. 75. 3 Ida Farida, Evaluasi Pembelajaran Berdasarkan Kurikulum Nasional, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2017, hlm. 22.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
Langkah penting yang ditempuh sekolah dalam menghasilkan lulusan yang
berkualitas salah satunya dengan peningkatan kualiatas soal yang dibuat oleh
guru. Semakin berbobot tingkat kesulitan soal yang dibuat, semakin mendorong
siswa untuk terampil berpikir kritis. Reformasi pembelajaran sudah dilakukan di
dunia dengan mengubah pembelajaran yang cenderung teacher centered yang
berbasis Lower Order Thinking Skill (LOTS) atau keterampilan berpikir tingkat
rendah menjadi Higher Order Thinking Skill (HOTS) atau keterampilan berpikir
tingkat tinggi.4 Higher Order Thinking Skill (HOTS) sangat berperan bagi siswa
dalam mengambil sikap dan menyaring informasi pada era digital seperti saat ini.
Adanya pembelajaran interaktif, peran guru mempunyai hubungan yang erat
dengan cara mengaktifkan siswa dalam belajar, terutama dalam proses
pengembangan keterampilan.5 Penerapan pembelajaran berbasis Higher Order
Thinking Skill (HOTS) tidak lagi menjadikan guru sebagai pusat orientasi atau
bisa disebut teacher centered. Siswa yang harus lebih aktif sehingga, menjadi
student centered. Guru tidak lagi sepenuhnya menyampaikan materi dengan
metode ceramah, siswa yang harus mencari informasi terkait materi dari berbagai
sumber yang dapat dipertanggung jawabkan dengan pengawasan guru di dalam
kelas.
Mencari tahu melibatkan proses berpikir kreatif untuk menemukan
informasi yang memuat solusi. Proses berpikir yang demikian mengarahkan siswa
dituntut untuk mengeksplorasi, mengingat, memahami hingga menganalisis suatu
masalah untuk dipecahkan. Kegiatan belajar interaktif tidak ditekankan pada
4 Ridwan Abdullah Sani, Pembelajaran Berbasis HOTS (Higher Order Thinking Skills),
Tangerang: Tira Smart, 2019. hlm. 45 5 Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013, hlm. 86.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
“hasil”, tetapi pada “proses” belajar.6 Intinya adalah penyusunan strategi
pembelajaran yang mendorong siswa memperoleh pengetahuan dengan cara
“mengalami”, bukan “menghafal”.
Ketika terampil berpikir kompleks, siswa akan terbiasa menghadapi
berbagai hal sulit dan rumit. Oleh sebab itu, supaya dapat menghadapi hal sulit
otomatis memerlukan Higher Order Thinking Skill (HOTS). Pada saat guru
membuat soal-soal ujian baik yang soal objektif maupun uraian, terlebih dahulu
membuat kisi-kisi agar soal yang diujikan mencakup tingkat kesukaran dari yang
mudah, sedang hingga sulit. Soal yang memuat indikator Higher Order Thinking
Skill (HOTS) cenderung bersifat analitis dan kompleks dan masuk kategori soal
tingkat sulit.
Soal-soal yang melibatkan keterampilan berpikir tingkat tinggi akan
mendorong siswa-siswa untuk menghasilkan jawaban beragam. Kompleksitas
tersebut disebabkan oleh perbedaan daya ingat, pengalaman dan pemahaman
siswa ketika menerima materi dari guru. Dari jawaban tersebut, guru dapat
mengukur tingkat berpikir siswa yang bisa dikategorikan tinggi, sedang dan
rendah.
Semua hal di atas berlaku dan sudah pasti dapat diterapkan pada
pembelajaran sejarah. Guru harus berupaya membuat perangkat pembelajaran
sejarah serta instrumen penilaian baik penilaian tugas secara terstruktur, penilaian
harian sampai penilaian akhir semester sesuai materi sejarah yang diajarkan
dengan berbasis Higher Order Thinking Skill (HOTS). Pembelajaran sejarah yang
6 Ibid., hlm. 87.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
mengintegrasikan Higher Order Thinking Skill (HOTS) dapat melatih siswa untuk
berpikir kreatif, kritis dalam pengambilan keputusan untuk memecahkan masalah.
Selaras dengan bunyi pasal 57 ayat 2 Undang-Undang (UU) No. 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, menyatakan bahwa evaluasi dilakukan
terhadap peserta didik, lembaga, program pendidikan pada jalur formal dan non
formal untuk semua jenjang, satuan, dan jenis pendidikan. Berkaitan dengan hal
ini, Evaluasi hasil belajar murid merupakan bagian integral dari tugas seorang
guru.7
Evaluasi dilakukan guru dalam rangka mengetahui kesesuaian antara tingkat
pemahaman belajar yang dicapai oleh siswa dengan tujuan yang ditetapkan.
Kegiatan evaluasi mencakup hasil tes, ulangan maupun ujian yang dilaksanakan
secara berkelanjutan serta sistematis agar tidak menyimpang dari tujuan yang
sudah dirumuskan. Dari hasil evaluasi itu, guru mendapat gambaran untuk dapat
mengoptimalkan proses pembelajaran. Berangkat dari evaluasi pembelajaran di
kelas yang melibatkan peran guru dan siswa di dalamnya, tentu tidak terlepas dari
persepsi. Sudut pandang yang diuraikan baik guru maupun siswa sudah pasti
beragam, dapat positif atau negatif. Hal tersebut tergantung dari hasil pengalaman
yang sudah didapatkan selama proses pembelajaran dan berpengaruh pada respon
guru dan siswa ketika pelaksanaan evaluasi.
Pembelajaran berbasis Higher Order Thinking Skill (HOTS) telah
diterapkan di beberapa SMA di Yogyakarta, salah satunya adalah SMA Negeri 6
Yogyakarta yang sudah menerapkan pembelajaran sejarah berbasis Higher Order
7 Winkel, Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Pembelajaran, Jakarta: PT Gramedia, 1983, hlm.
102.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
Thinking Skill (HOTS). Oleh sebab itu, peneliti memilih SMA Negeri 6
Yogyakarta sebagai tempat penelitian sesuai pemaparan latar belakang yang sudah
peneliti kemukakan di atas. Secara khusus, peneliti tertarik untuk mengetahui
persepi guru dan siswa terhadap evaluasi pembelajaran sejarah berbasis Higher
Order Thinking Skill (HOTS).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti merumuskan masalah
penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana persepsi guru terhadap evaluasi pembelajaran sejarah berbasis
Higher Order Thinking Skill (HOTS) di SMA Negeri 6 Yogyakarta?
2. Bagaimana persepsi siswa terhadap evaluasi pembelajaran sejarah berbasis
Higher Order Thinking Skill (HOTS) di SMA Negeri 6 Yogyakarta?
C. Tujuan
Tujuan Penelitian ini berdasarkan rumusan masalah di atas untuk
mendeskripsikan tentang:
1. Persepsi guru terhadap evaluasi pembelajaran sejarah berbasis Higher Order
Thinking Skill (HOTS) di SMA Negeri 6 Yogyakarta.
2. Persepsi siswa terhadap evaluasi pembelajaran sejarah berbasis Higher
Order Thinking Skill (HOTS) di SMA Negeri 6 Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
D. Manfaat
Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat baik dari segi teoretis
maupun praktis, sebagai berikut:
1. Manfaat Teoretis:
Menambah khasanah keilmuan tentang evaluasi pembelajaran sejarah
berbasis Higher Order Thinking Skill (HOTS) agar semakin jelas.
2. Manfaat Praktis:
a) Bagi Universitas Sanata Dharma
Dengan adanya hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah koleksi
penelitian terkait evaluasi pembelajaran berbasis Higher Order
Thinking Skill (HOTS) siswa SMA pada pembelajaran sejarah.
b) Bagi Sekolah
Hasil Penelitian ini diharapkan dapat membantu sekolah dalam
pembelajaran berbasis Higher Order Thinking Skill (HOTS) agar dapat
meningkatkan kualitas akademik siswa.
c) Bagi Guru
Terkhusus bagi guru mata pelajaran sejarah dengan adanya hasil
penelitian ini diharapkan mampu membantu dalam membuat perangkat
serta evaluasi pembelajaran sejarah yang mengasah Higher Order
Thinking Skill (HOTS) pada siswa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
d) Bagi Peneliti
Dengan melaksanakan penelitian ini, peneliti memperoleh pengetahuan
baru mengenai evaluasi pembelajaran berbasis Higher Order Thinking
Skill (HOTS) pada siswa SMA serta mendapat pengalaman baru dalam
tata cara penulisan karya ilmiah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
10
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Pendidikan Abad 21
Frederico Mayor menyatakan perlunya perubahan atau transformasi guna
membangun segala aspek kehidupan yang lebih pada abad 21 yang memang
kewajiban dan pekerjaan rumah bagi setiap orang.8 Perubahan yang dimaksud
adalah perubahan ke arah positif di berbagai bidang kehidupan seperti pendidikan,
ekonomi, sosial, IPTEK, dan bidang pokok kehidupan lainnya. Bidang-bidang
penting dalam kehidupan manusia sangat diharapkan membawa kemajuan serta
menjadi warisan bagi generasi penerus. Dalam mewujudkan peningkatan taraf
kehidupan tentu saja menghadapi berbagai rintangan.
Tan dalam Ridwan Abdullah Sani mengungkapkan bahwa terdapat berbagai
tantangan masa depan yang akan dihadapi antara lain:9
a. Kompetisi ekonomi global
b. Perubahan dalam pandangan ekonomi dan keuangan
c. Pandangan baru dalam politik
d. Perubahan pandangan sosial
e. Perubahan kebutuhan industri
f. Perubahan bisnis dan layanan
g. Perubahan pola perilaku konsumen
h. Globalisasi
i. Kecenderungan penggunan IT
j. Inovasi yang berkembang cepat
k. Perubahan kebutuhan dunia kerja
l. Perubahan kebutuhan pemberi kerja
8 Hatta Saputra, op.cit., hlm. 25. 9 Ridwan Abdullah Sani, op.cit., hlm. 55.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
Kehidupan dan karir pada abad 21 membutukan kemampuan untuk: 1) fleksibel
dan adaptif, 2) berinisiatif dan mandiri, 3) memiliki keterampilan sosial dan
budaya, 4) produktif dan akuntabel, 5) memiliki kepemimpinan dan tanggung
jawab.10
Oleh sebab itu, dalam hal ini peran pendidikan sangat berpengaruh guna
menghadapi tantangan abad 21 yang semakin nyata dirasakan masyarakat global.
Kurikulum dan pembelajaran yang harus diterapkan menurut Oon-Seng-Tan
untuk menghadapi tantangan abad 21 adalah:11
1) Belajar mandiri
2) Mencari informasi
3) Menggunakan tantangan dunia nyata
4) Menggunakan permasalahan tidak terstruktur
5) Kontektualisasi pengetahuan
6) Menggunakan keterampilan berpikir tingkat tinggi (Higher Order
Thinking Skill)
7) Siswa menentukan lingkup dan isu pembelajaran
8) Pembelajaran teman sejawat
9) Evaluasi oleh teman sejawat
10) Kerja kelompok
11) Pembelajaran multi-disiplin
12) Penilaian keterampilan proses
Pendidikan yang baik dapat membentuk masyarakat cerdas dalam
mengolah informasi yang ada, sehingga bisa menyerap yang baik dan yang tidak
sesuai dengan khazanah kultural kebangsaan akan disaring dan ditinggalkan.12
Seseorang yang terdidik dan terbiasa berada di lingkungan yang mendukung
pendidikannya dengan baik akan memiliki perbedaan sudut pandang dan cara
menjalani hidup berbeda dengan mereka yang sebaliknya. Pendidikan merupakan
10 Ibid., hlm. 54. 11 Ibid,. hlm. 58. 12 Hatta Saputra, op.cit., hlm. 23.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
investasi penting untuk bekal hidup yang berguna sampai kapanpun. Di samping
itu, memiliki keterampilan dan berusaha mengasahnya dapat menjadi pegangan
yang berharga termasuk dalam menjalani hidup di abad 21 ini.
Trilling dan Fadel menjelaskan tiga keterampilan pada abad 21 yaitu Life
and career skills (keterampilan hidup dan berkarir), Learning and innovation
skills (keterampilan belajar dan berinovasi) serta Information, media and
technology skills (keterampilan mengolah informasi, menggunakan media dan
teknologi).13
Oleh sebab itu, guru turut memiliki peran penting dalam pendidikan di abad
21 ini, sebagai berikut:14
a) Learning to know: guru dalam menguasai ilmu pengetahuan harus mencakup
proses sampai produk yang dihasilkan dengan menguasai epistimologi serta
disiplin ilmu tersebut.
b) Learning to do: guru harus mengenal karakteristik siswa sebagai pribadi yang
sedang dalam proses perkembangan pemikiran, sosial, emosional dan moral.
c) Learning to be: guru harus memiliki pemahaman mengenai pendidikan sebagai
proses pembudayaan, supaya mampu memilih model belajar dan sistem
evaluasi yang memungkinkan terjadinya proses sosialisasi berbagai
kemampuan, nilai, sikap dalam proses mempelajari berbagai disiplin ilmu.
d) Learning to live together: peranan guru yang berhubungan dengan aktivitas
pengajaran dan administrasi pendidikan, diri pribadi dan dari sudut pandang
psikologis.
13 Daryanto dan Syaiful Karim, Pembelajaran Abad 21, Yogyakarta: Gava Media, 2017, hlm. 13. 14 Ibid., hlm. 6-7.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
2. Kurikulum 2013
Kurikulum adalah sebuah rencana tertulis terkait usaha yang harus dimiliki
berdasarkan penetapan standar nasional, materi dan pengalaman belajar untuk
mencapai tujuan usaha tersebut serta dengan mengupayakan kegiatan evaluasi
untuk mengukur tingkat pencapaian akademik siswa dan seperangkat aturan
tentang pengalaman belajar siswa dalam rangka mengembangkan bakat pada
dalam satuan pendidikan tertentu.15 Dengan adanya kurikulum pada sistem
pendidikan untuk membantu siswa mengembangkan dan menggali berbagai
potensi yang dimilikinya baik dari segi psikis maupun fisik yang meliputi moral
dan nilai-nilai agama, sosial-emosional, kognitif, bahasa, fisik/motorik,
kemandirian dan keterampilan-seni dalam persiapan memasuki pendidikan dasar
(sekolah).
Kurikulum dapat dimaknai dalam tiga konteks, yaitu Kurikulum sebagai
sejumlah mata pelajaran dimaksudkan bahwa Kurikulum berisi aturan yang wajib
diikuti dan dicapai oleh siswa untuk memenuhi tujuan pendidikan. Kurikulum
sebagai pengalaman belajar yaitu dalam proses pembelajaran di sekolah, siswa
adalah tanggung jawab guru serta sekolah tersebut baik ketika kegiatan belajar
dan pembelajaran berlangsung maupun dalam kegiatan di luar sekolah yang dalam
rangka membawa nama baik sekolah. Kurikulum sebagai perencanaan program
belajar yaitu guru sebagai perencana kegiatan pembelajaran dengan mengacu
kurikulum yang berlaku serta dapat mengembangkan sesuai situasi dan kondisi
15 Oemar Hamalik, Manajemen Pengembangan Kurikulum, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008,
hlm. 91.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
kelas dengan tujuan agar siswa mampu mencapai kompetensi yang telah
ditetapkan.16
Untuk itu, adanya kurikulum merupakan program rencana yang dirancang
sebagai bentuk usaha menghadapi salah satu tantangan dalam dunia pendidikan
yang menuntut untuk menghasilkan sumber daya manusia yang memiliki
kompetensi utuh yang mencakup kemampuan pengetahuan, sikap dan
keterampilan yang terintegrasi.17 Bentuk konkret dalam mewujudkan tujuan
pendidikan nasional, salah satunya adalah dengan mengkaji dan merevisi berbagai
kebijakan dan program pendidikan supaya semakin berorientasi pada
pembangunan bangsa yang lebih baik di masa depan.18
Oleh sebab itu, kementerian pendidikan dan kebudayaan memberlakukan
kurikulum 2013. Sehubungan dengan pelaksanaan kurikulum 2013 yang
merupakan perbaikan dan pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)
yang telah dirintis tahun 2004 dan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
pada tahun 2006 yang merupakan perpaduan antara kompetensi pengetahuan,
sikap dan keterampilan.
Kurikulum 2013 didesain ulang dengan penyempurnaan pola pikir yang
termuat dalam Salinan Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
No.69 tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah
Menengah Atas/Madrasah Aliyah, sebagai berikut:19
16 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran: Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta:
Kencana Prenada Media, 2006, hlm. 2. 17 Abdul Majid dan Chaerul Saleh, op.cit., hlm. 1. 18 Hatta Saputra, op.cit., hlm. 26. 19 Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No 69 tahun 2013 tentang
Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
(1) Pola pembelajaran yang berpusat pada guru menjadi pembelajaran
berpusat pada siswa. Siswa harus memiliki pilihan-pilihan terhadap
materi yang dipelajari untuk memiliki kompetensi yang sama
(2) Pola pembelajaran satu arah (interaksi guru-siswa) menjadi
pembelajaran interaktif (interaktif guru-siswa-masyarakat lingkungan
alam, sumber/media lainnya)
(3) Pola pembelajaran terisolasi menjadi pembelajaran secara jejaring
(siswa dapat menimba ilmu dari siapa saja dan darimana saja yang
dapat dihubungi serta diperoleh melalui internet)
(4) Pola pembelajaran pasif menjadi pembelajaran aktif - mencari
(pembelajaran siswa aktif mencari semakin diperkuat dengan model
pembelajaran pendekatan sains)
(5) Pola belajar sendiri menjadi belajar kelompok (berbasis tim)
(6) Pola pembelajaran alat tunggal menjadi pembelajaran berbasis alat
multimedia
(7) Pola pembelajaran berbasis massal menjadi kebutuhan pelanggan (users)
dengan memperkuat pengembangan potensi khusus yang dimiliki setiap
siswa
(8) Pola pembelajaran ilmu pengetahuan tunggal (monodiscipline) menjadi
pembelajaran ilmu pengetahuan jamak (multidisciplines); dan
(9) Pola pembelajaran pasif menjadi pembelajaran kritis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pola pembelajaran
Kurikulum 2013 lebih menekankan siswa untuk aktif dan berpikir kritis. Guru
memiliki peran sebagai fasilitator dalam peroses pembelajaran dengan
mengarahkan siswa untuk terus menggali potensi yang dimiliki agar terus
berkembang dan membimbing siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran.
Sehubungan dengan hal di atas, orientasi pembelajaran kurikulum 2013
adalah untuk menghasilkan insan muda Indonesia yang unggul, kreatif, inovatif
dan produktif melalui penguatan sikap (tahu mengapa), pengetahuan (tahu apa)
dan keterampilan (tahu bagaimana). Hal tersebut didasari adanya kesadaran
bahwa perkembangan kehidupan dan IPTEK pada abad 21 mengalami pergeseran
aspek pokok dibanding dengan abad sebelumnya yang merupakan abad otomasi,
komputasi, informasi dan komunikasi.20
Perbaikan dan peningkatan mutu pendidikan melalui pembelajaran
berdasarkan kurikulum 2013 terpusat pada usaha mengintegrasikan Penguatan
Pendidikan Karakter (PPK) dalam implementasi pembelajaran. Terdapat lima
karakter yang diperkuat dalam PPK yaitu religius, nasionalis, mandiri, gotong
royong dan integritas. Di samping itu, dalam upaya menjawab tantangan di era
global pada abad 21, pembelajaran perlu mengintegrasikan pula budaya literasi,
4C (Communication, Collaborative, Creative dan Critical Thinking) yang
merupakan keterampilan abad 21 serta dengan keterampilan berpikir tingkat tinggi
atau yang biasa disebut Higher Order Thinking Skill (HOTS).21
20 Hatta Saputra, op.cit., hlm. 2. 21 Hendra Kurniawan, Kajian Kurikulum dan Bahan Ajar Sejarah SMA Menurut Kurikulum 2013,
Yogyakarta: Sanata Dharma University Press, 2018, hlm. 253.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
3. Higher Order Thinking Skill (HOTS)
a. Konsep Higher Order Thinking Skill (HOTS)
Higher Order Thinking Skill (HOTS) dalam bahasa Indonesia berarti
keterampilan berpikir tingkat tinggi. Menurut Petres, ketika seseorang sedang
menerapkan HOTS, ia perlu memeriksa asumsi dan nilai-nilai, mengevaluasi fakta
dan menilai kesimpulan.22 Pendapat senada juga diungkapkan oleh Lewis dan
Smith, keterampilan berpikir tingkat tinggi akan terjadi jika seseorang memiliki
informasi yang disimpan dalam ingatan dan memperoleh informasi baru lalu
menghubungan dan mengembangkan informasi tersebut untuk mencapai tujuan
atau memperoleh solusi ketika dalam situasi yang rumit.23
Pada dunia pendidikan, Corebina mengemukakan bahwa keterampilan
berpikir tingkat tinggi dapat diketahui dari kemampuan kognitif siswa pada
tingkatan analisis, sintesis, dan evaluasi.24 Pendapat yang tidak jauh berbeda juga
dikatakan oleh Tomei bahwa HOTS sebenarnya mencakup transformasi informasi
dan ide-ide. Transformasi ini terjadi jika siswa mampu menganalisa, mensintesa
(menggabungkan fakta dan ide), menggeneralisasi kemudian menjelaskannya dan
yang terakhir dapat membuat kesimpulan atau menginterpretasikan informasi
tersebut.25
Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa HOTS atau
keterampilan berpikir tingkat tinggi merupakan proses berpikir secara lebih
22 Ridwan Abdullah Sani, op.cit., hlm. 3. 23 Ibid., hlm. 2. 24 Bela Wicasari & Zeni Ernaningsih, Analisis Kemampuan Berpikir Siswa dalam Menyelesaikan
Permasalahan Matematika yang Berorientasi pada HOTS, Jurnal Prosiding Seminar Nasional
Reforming Pedagogy, Universitas Sanata Dharma, 2016, hlm. 250. 25 Ridwan Abdullah Sani, op.cit., hlm. 2.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
matang untuk menghadapi tantangan baru yang lebih rumit lalu menjawab
tantangan tersebut. Keterampilan berpikir tingkat tinggi sama artinya jika
seseorang mampu berpikir pada tingkat lebih tinggi bukan hanya menghafal dan
mengulang informasi yang sama lalu menyampaikan informasi tersebut pada
orang lain sama persis dengan pemberi informasi pertama.
Hal serupa turut berlaku jika diterapkan kepada siswa dalam mengikuti
proses pembelajaran. Siswa harus dibiasakan untuk berpikir kritis untuk
memecahkan masalah terkait pembelajaran yang diikuti. Supaya dapat
membiasakan siswa menerapkan HOTS, siswa harus mampu menalar,
mempertimbangkan berbagai macam ide dan informasi yang didapat lalu
menganalisisnya agar menemukan solusi atau kesimpulan. Dalam menerapkan
HOTS maka tentu melibatkan aktivitas mental dalam usaha mengeksplorasi
pengalaman yang kompleks agar dapat mengambil keputusan untuk
menyelesaikan masalah dalam hidup sehari-hari.
Secara lebih lanjut, Suharsimi Arikunto menyatakan bahwa ada delapan
aspek yang berasosiasi dengan berpikir tingkat tinggi, yaitu:26
(a) Tidak ada seorang pun yang dapat berpikir sempurna atau tidak dapat berpikir
sepanjang waktu.
(b) Mengingat sesuatu tidak sama dengan berpikir persis tentang sesuatu tersebut.
(c) Mengingat sesuatu dapat dilakukan tanpa memahaminya.
(d) Berpikir dapat diwujudkan dalam kata dan gambar.
(e) Terdapat tiga tipe intelegensi dan berpikir yaitu analitis, kreatif dan praktis.
(f) Ketiga intelegensi dan cara berpikir tersebut berguna dalam kehidupan sehari-
hari.
(g) Keterampilan berpikir dapat ditingkatkan dengan memahami proses yang
terlibat dalam berpikir.
(h) Metakognisi adalah bagian berpikir tingkat tinggi.
26 Suharsimi Arikunto, Evaluasi Program Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 2014, hlm. 122.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
Siswa dengan pengetahuan konseptual yang lebih mendalam akan lebih
mampu memproses informasi tersebut untuk digunakan dalam konteks baru. Hal
ini merupakan manfaat yang paling penting dari pemikiran tingkat tinggi.
Pengetahuan yang diperoleh melalui proses berpikir tingkat tinggi lebih mudah
ditransferkan, sehingga siswa dengan pemahaman konseptual mendalam tentang
sebuah ide memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk dapat menerapkan
pengetahuan itu dalam memecahkan masalah baru.
b. Karakteristik Higher Order Thinking Skill (HOTS)
1) Berpikir Kritis dan Kreatif
Secara teknis, kemampuan berpikir menurut Bloom diartikan sebagai
kemampuan intelektual, yaitu kemampuan menganalisis, mensintesis, dan
mengevaluasi. Dalam bahasa lain kemampuan-kemampuan ini dapat dikatakan
sebagai kemampuan berpikir kritis.27
Kemampuan berpikir kritis merupakan pemikiran yang bersifat selalu ingin
tahu terhadap berbagai informasi yang ada untuk mencapai suatu pemahaman
yang mendalam. Kemampuan berpikir kritis meliputi interpretation, analysis,
inference, evaluation, explanation. Aspek interpretation siswa mampu
mengelompokkan permasalahan yang diterima sehingga mempunyai arti dan
bermakna jelas. Aspek analysis siswa mampu menguji ide-ide dan mengenali
alasan serta pernyataan. Aspek inference siswa mampu membuat suatu
kesimpulan dalam pemecahan masalah. Aspek evaluation siswa mampu menilai
pernyataan atau pendapat yang diterima baik dari diri sendiri maupun orang lain.
27 Kokom Komalasari, Pembelajaran kontekstual, Bandung: Refika Aditama, 2011, hlm. 266.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
Aspek explanation siswa mampu menjelaskan pernyataan maupun pendapat yang
telah diungkapkan.28
Penjabaran tentang berpikir kritis dapat dilihat bahwasannya saat ini siswa
sangat dituntut untuk dapat menganalisis, mensintesis, dan menyimpulkan
informasi-informasi yang didapatkan dengan kemampuan berpikir kritisnya,
sehingga siswa mampu membedakan antara informasi yang baik dan buruk, serta
dapat mengambil keputusan terhadap informasi yang didapatkannya melalui
berpikir kritis.
Kreativitas adalah kemampuan yang dirancang untuk menstimulasikan
imajinasi berdasarkan data dan informasi yang tersedia, untuk memberikan
gagasan-gagasan baru dengan menemukan banyak kemungkinan jawaban
terhadap suatu masalah, yang menekankan pada segi kuantitas, ketergantungan,
dan keragaman jawaban, menerapkannya dalam pemecahan masalah.29
Kemampuan berpikir kreatif merupakan kemampuan yang harus dimiliki
siswa dalam belajar. Berpikir kreatif dapat mendorong siswa untuk menyebutkan
banyak ide dan contoh-contoh serta solusi penyelesaian yang berhubungan dengan
kehidupannya. Hal ini dikarenakan berpikir kreatif merupakan tahapan
bereksplorasi dan elemen penting dalam memecahkan masalah.30
28 Septy Yustyan,et al, Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Dengan Pembelajaran Berbasis
Scientific Approach Siswa Kelas X Sma Panjura Malang. Jurnal Biologi Indonesia, Vol.1 No.
4, 2015, hlm.241. 29 Beni S. Ambarjaya, Model-Model Pembelajaran Kreatif, Bogor: Tim Kreatif Regina, 2009,
hlm.85. 30 Elsa Bunga, et al, Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah Dan Group Investigation
Terhadap Hasil Belajar Dan Kemampuan Berpikir Kreatif Pada Materi Sistem Pencernaan
Makanan Di SMA Negeri 1 Muara Batu Kabupaten Aceh Utara, Jurnal Pendidikan, Vol. 5 No
4, 2016, hlm. 67.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
Dari pernyataan di atas dapat kita ketahui pentingnya siswa memiliki dan
menggunakan kemampuan berpikir kreatif dalam pembelajaran serta kehidupan
sehari-hari. Dengan dimilikinya kemampuan berpikir kreatif siswa dapat
mengungkapkan hubungan-hubungan baru, menemukan solusi terhadap suatu
masalah, mempunyai banyak ide-ide yang sangat dibutuhkan. Siswa dapat
melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata yang
relatif berbeda dengan yang telah ada sebelumnya.
Kemampuan berpikir kritis dan kemampuan berpikir kreatif sangat
diperlukan mengingat bahwa dewasa ini ilmu pengetahuan dan teknologi
berkembang sangat pesat dan memungkinkan siapa saja bisa memperoleh
informasi secara cepat dan mudah dengan melimpah dari berbagai sumber dan
tempat manapun di dunia. Hal ini mengakibatkan cepatnya perubahan tatanan
hidup serta perubahan global dalam kehidupan.
2) Mengambil Keputusan untuk Memecahkan Masalah
Garofalo dan Lester dalam Ridwan Abdulah menyatakan bahwa Problem
Solving atau Pemecahan masalah adalah proses yang mencakup visualisasi,
sosialisasi, abstraksi, pemahaman, manipulasi, bernalar, analisis, sintesis, dan
generalisasi, yang masing-masing harus diatur dan dikoordinasikan31
Berpikir tingkat tinggi meliputi aktivitas pembelajaran terhadap
keterampilan dalam memutuskan hal-hal yang bersifat kompleks untuk mencari
solusi dalam pemecahan masalah.32
31 Ridwan Abadullah Sani, op.cit., hlm. 27. 32 Hendra Kurniawan, op.cit., hlm. 263.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
Langkah-langkah yang bisa ditempuh untuk mengambil keputusan dalam
rangka memecahkan masalah antara lain:33
a) Mencari definisi permasalahan
b) Memperoleh informasi dan sumber daya pendukung
c) Membuat atau menyusun daftar pilihan
d) Menimbang dan membandingkan pilihan yang sudah didaftar
e) Membuat keputusan
f) Membuat rencana tindakan selanjutnya
g) Mengevaluasi keputusan yang sudah diambil
Siswa juga dapat memecahkan masalah, menghindarkan diri dari segala
jenis penipuan, pencucian otak yang sangat marak terjadi saat ini, dan siswa juga
dapat membuat keputusan yang tepat. Berpikir kritis selalu bersanding dengan
berpikir kreatif, karena saat siswa mendapatkan suatu masalah, siswa mengunakan
kemampuan berpikir kritis dalam mengambil keputusan tepat dan juga
menggunakan kemampuan berpikir kreatif untuk mencari solusi dari masalah
tersebut.
Jika tidak dibekali dengan kemampuan berpikir kritis dan kemampuan
berpikir kreatif maka siswa tidak akan mampu mengolah menilai dan mengambil
informasi yang dibutuhkan untuk menghadapi tantangan tersebut. Oleh karena itu
kemampuan berpikir kritis dan kemampuan berpikir kreatif merupakan
kemampuan yang penting untuk diterapkan kepada siswa supaya dapat mengambil
keputusan dalam mencari solusi permasalahannya.
33 Ridwan Abadullah Sani, op.cit., hlm. 167.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
Di sisi lain terkait dengan pentingnya berefleksi dalam kehidupan sehari-
hari harus senantiasa disadari. Refleksi menurut Tahir adalah suatu tindakan atau
kegiatan untuk mengetahui serta memahami apa yang terjadi sebelumnya, belum
terjadi, dihasilkan apa yang belum dihasilkan, atau apa yang belum tuntas dari
suatu upaya atau tindakan yang telah dilakukan. Di sisi lain, Paul Suparno
menyatakan bahwa refleksi memiliki banyak manfaat diantaranya melalui refleksi
siswa dibantu untuk menggali pengalaman sedalam-dalamnya dan mengambil
makna bagi hidup pribadi, hidup bersama, dan hidup kemasyarakatan. Pembiasaan
refleksi juga membantu siswa untuk melihat secara mendalam makna dan nilai
dari bahan yang dipelajari; sehingga memunculkan aksi serta membentuk suara
hati sebagai proses formatif untuk; melihat hal baik dan buruk dalam persoalan.34
c. Taksonomi Bloom
Teori belajar Bloom bernama taksonomi pendidikan. Taksonomi berasal
dari dua kata dalam bahasa Yunani, yaitu tassein yang berarti “mengklasifikasi”,
dan nomos yang berarti “aturan”. Dengan demikian taksonomi berarti hierarki
klasifikasi atas prinsip dasar atau aturan.35
Brookhart menyatakan indikator untuk mengukur kemampuan analisis ialah
fokus pada ide utama, menganalisis argumen, serta membandingkan dan
mengkontraskan. Indikator untuk mengukur kemampuan evaluasi ialah
kemampuan mengambil keputusan atau metode agar sejalan dengan tujuan yang
34 Paul Suparno, Prinsip-Prinsip Pedagogi Ignatian dan Pengalaman Implementasi, Visi, Misi,
Nilai Dasar Dan PPI dalam Pembelajaran Jurnal Repository USD dalam Lokakarya
Pengembangan Model-Model Pembelajaran Berbasis Pedagogi Ignatian,
Yogyakarta:Universitas Sanata Dharma, 2017, hlm. 5. 35Chairul Anwar, Teori-Teori Pendidikan Klasik Hingga Kontemporer, Yogyakarta: IRCiSoD,
2017, hlm. 191.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
diinginkan. Indikator untuk mengukur kemampuan kreasi ialah menyelesaikan
soal dengan solusi lebih dari satu, merancang suatu cara untuk menyelesaikan
masalah, dan membuat sesuatu yang baru.36
Seiring perkembangan jaman dan untuk menyesuaikan dengan tujuan
pembelajaran pada era saat ini maka Krathwohl dan Anderson yang merupakan
murid dari Bloom mencoba untuk merevisi tingkatan berpikir dari Bloom yang
terkenal dengan sebutan Taksonomi Bloom. Revisi dilakukan terhadap
Taksonomi Bloom, yakni perubahan dari kata benda (dalam Taksonomi Bloom)
menjadi kata kerja (dalam taksonomi revisi). Perubahan ini dibuat agar sesuai
dengan tujuan-tujuan pendidikan. Tujuan-tujuan pendidikan mengindikasikan
bahwa siswa akan dapat melakukan sesuatu (kata kerja) dengan sesuatu (kata
benda).
Tabel 1. Perbedaan Taksonomi Bloom dengan Taksonomi Revisi Anderson dan
Krathwohl
Revisi dilakukan oleh Krathwohl dan Anderson, taksonomi menjadi:
mengingat (remembering), memahami (understanding), menerapkan (applying),
36 Dian Kurniati, Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Siswa SMP Di Kabupaten Jember dalam
Menyelesaikan Soal Berstandar PISA, Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan Vol. 20 No.
2, 2016, hlm. 144.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
menganalisis (analyzing), mengevaluasi (evaluating) dan mencipta (creating)
dengan penjelasan sebagai berikut:37
(1) Mengingat (Remembering): Mengambil, mengakui, dan mengingat
pengetahuan yang relevan dari memori jangka panjang.
(2) Memahami (understanding): Membangun makna dari pesan lisan, tertulis,
dan grafis melalui menafsirkan mencontohkan,mengklasifikasi, meringkas,
menyimpulkan, membandingkan, dan menjelaskan.
(3) Menerapkan (applying): Melaksanakan atau menggunakan prosedur melalui
mengeksekusi, atau pelaksana.
(4) Menganalisis (analyzing): membagi-bagi informasi ke dalam struktur yang
lebih kecil, menentukan cara bagian-bagiandapat berhubungan satu sama lain
dan ke struktur keseluruhan atau tujuan melalui membedakan,
pengorganisasian, serta menghubungkan.
(5) Mengevaluasi (evaluating): Membuat penilaian berdasarkan kriteria dan
standar melalui pemeriksaan dan mengkritisi.
(6) Membuat (Creating): merelasikan elemen bersama-sama untuk membentuk
satu kesatuan yang utuh atau fungsional; reorganisasi unsur ke dalam pola
baru atau struktur melalui pembangkit,perencanaan, atau yang menghasilkan.
Berikut daftar klasifikasi kata kerja operasional dalam ranah kognitif menurut
Anderson dan Karthwohl38:
37 Bella Wicasari, op.cit., hlm. 250. 38 L.W Anderson dan D.R Krathwohl, Kerangka Landasan untuk Pembelajaran, Pengajaran dan
Asesmen (Revisi Taksonomi Pendidikan Bloom), Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010, hlm. 88.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
Tabel 2. Kata Kerja Operasional Ranah Kognitif
C1
Mengingat
C2
Memaha
mi
C3
Mengaplik
asikan
C4
Menganal
isis
C5
Mengeval
uasi
C6
Mencipta
Mengutip
Menjelas
Kan
Memasang
kan
Membaca
Menamai
Meninjau
Memberi
kode
Menulis
Menyata
kan
Menunjuk
kan
Mendaftar
Menggam
bar
Menghafal
Mencatat
Meniru
Memper
kirakan
Mencerita
kan
Menjabar
kan
Menconth
kan
Mengemu
kakan
Mengubah
Mengurai
kan
Mengarti
kan
Menerang
kan
Menafsir
kan
membeda
kan
Menegas
kan
Menentu
Kan
Menerap
kan
Memba
ngun
Mencegah
Melatih
Menyelidiki
Memproses
Mensimulas
ikan
Mengurut
kan
Mengklasifi
kasi
Menjalan
kan
Memecah
kan
Menegas
kan
Meganali
sis
Menyimp
ulkan
Mengait
kan
Mentrans
fer
Mengedit
Menemu
kan
Menyelek
si
Menelaah
Mengukur
Memban
dingkan
Menilai
Mengarah
kan
Mengukur
Meangkum
Mendu
kung
Memilih
Memproye
ksikan
Mengkritik
Mengarah
kan
Memutus
kan
Memisah
kan
Mengumpul
kan
Mengatur
Merancang
Membuat
Mengkreasi
Memperjelas
Mengarang
Menyususn
Mengkombi
nasikan
Memfasili
tasi
Mengkons
truksi
Merumuskan
Menciptakan
Menampil
Kan
Berikut Matriks Tujuan Pembelajaran berdasarkan KKO ranah kognitif
dengan dimensi pengetahuan:39
39Ibid, hlm. 89.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
Tabel 3. Matriks Tujuan Pembelajaran Dimensi Kognitif dengan Pengetahuan
Upaya pembiasaan memberikan masalah yang berorientasi pada HOTS juga
dapat meningkatkan tingkat kemampuan berpikir siswa jika sebelumnya hanya
sampai pada mengingat atau menghafal (remembering) dan mungkin sedikit
memahami (understanding) karena terlalu tergantung pada rumus maka dengan
pembiasaan yang baru ini diharapkan siswa mampu mencapai tahap mencipta
(creating).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
Di bawah ini terdapat klasifikasi kata kerja operasional ranah afektif dan
psikomotorik:40
Tabel 4. Kata Kerja Operasional Ranah Afektif
Menerima
(A1)
Merespon
(A2)
Menghargai
(A3)
Mengelola
(A4)
Karakterisasi
Menurut Nilai
(A5)
Mengikuti
Menganut
Mematuhi
Meminati
Menyenangi
Mengopromikan
Menyambut
Mendukung
Melaporkan
Memilih
Memilah
Menolak
Menampilkan
Menyetujui
Mengatakan
Mengasumsikan
Meyakini
Meyakinkan
Memperjelas
Menekankan
Memprakarsai
Menyumbang
Mengimani
Mengubah
Menata
Mambangun
Membentuk-
pendapat
Memadukan
Mengelola
Merembuk
Menegosiasi
Membiasakan
Mengubah
perilkau
Melayani
Mempengaruhi
Mengkualifikasi
Memuktikan
Memecahkan
Tabel 5. Kata Kerja Operasional Ranah Psikomotorik
Meniru
(P1)
Memanipula
si
(P2)
Presisi
(P3)
Artikulasi
(P4)
Naturaslisas
i
(P5)
Mengulang
Menjiplak
Meneladani
Menyamakan
Membangun
Melakukan
Menerapkan
Merancang
Melatih
Mereparasi
Menunjukkan
Melengkapi
Mengendalikan
Mengalihkan
Menggantikan
Memutar
Membangun
Mengatasi
Beradaptasi
Mengembang
kan
Merumuskan
Mensketsa
Mendesain
Menentu
kan
Mengelola
Mencipta
kan
4. Pembelajaran Sejarah
a. Konsep Belajar
Belajar merupakan suatu proses yang berlangsung sepanjang hayat. Hampir
semua kecakapan, ketrampilan, pengetahuan, kebiasaan, kegemaran dan sikap
manusia terbentuk, dimodifikasi dan berkembang karena belajar. Dengan
40 Ibid, hlm. 90.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
demikian belajar merupakan proses penting yang terjadi dalam kehidupan setiap
orang. Karenanya pemahaman yang benar tentang konsep belajar sangat
diperlukan.41 Belajar adalah suatu aktivitas atau suatu proses untuk memperoleh
pengetahuan, meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku, sikap, dan
mengokohkan kepribadian.42
Belajar menurut Wasty Soemanto merupakan proses dasar dari pada
perkembangan hidup manusia. Dengan belajar, manusia melakukan perubahan-
perubahan untuk menjadi lebih baik sehingga tingkah lakunya berkembang.43
Winkel menyatakan bahwa belajar adalah suatu aktivitas mental atau psikis yang
berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan
sejumlah perubahan dalam pengetahuan pemahaman, ketrampilan dan nilai
sikap.44
Dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan aktivitas dari dalam diri
seseorang dalam rangka memperluas wawasan dengan secara aktif melakukan
kontak sosial di lingkungan sekitar dan memberi hasil berupa perubahan berupa
pengalaman, daya cipta serta nilai-nilai kehidupan.
b. Konsep Sejarah
Kata sejarah diadopsi dari bahasa Arab yaitu “Syajarah” yang berarti pohon
kehidupan. Maksudnya segala hal mengenai kehidupan memiliki “pohon” yakni
masa lalu itu sendiri. Sebagai pohon, sejarah adalah awal dari segalanya yang
41 Nyanyu Khodijah, Psikologi Pendidikan, Jakarta: PT Raja Grafindo, 2014, hlm. 47. 42 Suyono dan Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran: Teori dan Konsep Dasar, Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2011, hlm. 9. 43 Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan, Bandung: PT Bina Aksara, 1984, hlm. 99. 44 Jamil, Suprihatiningrum, Strategi Pembelajaran: Teori dan Aplikasi, Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media, 2014, hlm.15.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
menjadi realitas masa kini.45 Sejarah merupakan suatu proses perjuangan manusia
dalam mencapai gambaran tentang segala aktivitasnya yang disusun secara ilmiah
dengan memperhatikan urutan waktu, diberi tafsiran dan analisa kritis, sehingga
mudah dimengerti dan dipahami.46
Menurut Kuntowijoyo sejarah merupakan rekonstruksi masa lalu. Artinya
apa yang telah terjadi dalam kaitannya dengan manusia dan tindakan manusia
direkonstruksi (re berarti kembali; contruction artinya bangunan) dalam bentuk
kisah sejarah.47 Sejarah sebagai ilmu dapat berkembang dengan cara: (1)
perkembangan dalam filsafat, (2) perkembangan dalam teori sejarah, (3)
perkembangan dalam ilmu-ilmu lainnya, dan (4) perkembangan dalam metode
sejarah. Perkembangan sejarah selalu berarti berubah bahwa sejarah selalu
responsif terhadap kebutuhan masyarakat akan informasi.48
Sejarah selalu berkaitan dengan kontinuitas atau kesinambungan antara
masa lalu, masa kini dan masa yang akan datang. Di dalam kesinambungan
sejarah memuat dimensi waktu dan tempat yang melibatkan sudut pandang
berbeda ketika fakta sejarah tersebut dinarasikan.
Dalam dunia pendidikan nasional, sejarah adalah salah satu mata pelajaran
yang diwajibkan dalam pembelajaran khususnya di jenjang SMA (Sekolah
Menengah Atas). Pada penerapannya, pembelajaran sejarah tidak selalu
menitikberatkan pada hafalan baik menghafal nama tokoh maupun waktu dan
45 Rahman Hamid dan Muhammad Saleh, Pengantar Ilmu Sejarah, Yogyakarta: Penerbit Ombak,
2011, hlm. 4. 46 Heri Susanto, Seputar Pembelajaran Sejarah (Isu, Gagasan dan Strategi Pembelajaran),
Yogyakarta: Aswaja Pressindo, 2014, hlm. 54. 47 Rahman Hamid dan Muhammad Saleh, op.cit., hlm. 9. 48 Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah, Yogyakarta: Bentang Pustaka, 1995, hlm. 22.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
tempat suatu peristiwa bersejarah, namun lebih ditekankan pada penanaman nilai-
nilai kehidupan yang dapat diamalkan pada kehidupan di masa kini serta dapat
sebagai bekal di masa depan.
Menurut Aman, Pembelajaran sejarah yang diterapkan pada semua jenjang
pendidikan mulai dari SD (Sekolah Dasar) sampai dengan tingkat Sekolah
Menengah Atas (SMA) adalah pembelajaran yang mengandung tugas
menanamkan semangat berbangsa dan bertanah air. Tugas pokok pembelajaran
sejarah adalah dalam rangka character building peserta didik. Pembelajaran
sejarah akan membangkitkan kesadaran empati di kalangan peserta didik, yakni
sikap empati dan toleransi terhadap orang lain yang disertai dengan kemampuan
mental dan sosial untuk mengembangkan imajinasi dan sikap kreatif, inovatif
serta partisipatif.49
Pada implementasi pembelajaran sejarah tentu mempunyai tujuan antara lain
untuk mengasah kemampuan berpikir kritis siswa dalam memahami materi
sejarah yang diajarkan guru dengan berlandaskan kajian keilmuan yang berisifat
ilmiah serta berefleksi agar dapat mengambil nilai positif dari setiap materi yang
diterima. Hal tersebut mendorong siswa menjadi terbuka dan dapat mengkritisi
suatu peristiwa maupun masalah yang terjadi dalam kehidupannya baik di
lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat dan bangsa. Mengajar sejarah berarti
membantu peserta didik untuk mempelajari sejarah sehingga guru perlu
mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan pembelajaran sejarah.50
49 Aman, Model Evaluasi Pembelajaran Sejarah, Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2009, hlm. 2. 50 Brian Garvey dan Mary Krug, Model-Model Pembelajaran Sejarah, Yogyakarta: Ombak, 2015,
hlm. 1.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
Guru sejarah berperan penting dalam memberi pemahaman siswa akan
materi sejarah agar siswa tidak hanya berkembang secara kognitif melainkan juga
aspek afektif dan psikomotoriknya sehingga, dapat mengaktualisasikannya dalam
hidup berbangsa dan bernegara.
Djoko Suryo merumuskan beberapa indikator dalam pembelajaran sejarah
sebagai berikut:51
1) Pembelajaran sejarah memiliki tujuan, subtansi dan sasaran pada aspek yang
bersifat normatif.
2) Kepentingan tujuan pendidikan menjadi arah bagi makna dan nilai sejarah dari
pada akademik atau ilmiah murni.
3) Aplikasi pembelajaran sejarah bersifat pragmatis, sehingga dimensi dan
substansi dipilih dan disesuaikan dengan tujuan, makna dan nilai pendidikan
sesuai dengan tujuan pendidikan.
4) Pembelajaran harus memuat unsur pokok: instruction, intellectual training,
pembelajaran moral bangsa, civil society yang demokratis dan bertanggung
jawab pada masa depan bangsa.
5) Pembelajaran sejarah bukan hanya menyajikan pengetahuan fakta pengalaman
kolektif dari masa lalu tetapi harus memberikan latihan berpikir kritis dalam
memahami makna dari peristiwa sejarah.
6) Interpretasi sejarah merupakan latihan berpikir secara intelektual kepada para
peserta didik (learning process dan reasoning) dalam pembelajaran sejarah.
51 Aman, op.cit., hlm. 62-63.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
7) Pembelajaran sejarah berorientasi pada humanistic dan verstehn
(understanding), meaning, historical conciuness bukan hanya pengetahuan
kognitif (knowledge) dari bahan sejarah.
8) Nilai dan makna peristiwa kemanusiaan sebagai nilai-nilai universal di
samping nilai partikular.
9) Virtue, religiusitas, keluruhan kemanusiaan universal, nilai-nilai patriotisme,
nasionalisme dan kewarganegaraan serta nilai-nilai demokratis yang
berwawasan nasional penting dalam penyajian pembelajaran sejarah.
10) Pembelajaran sejarah tidak hanya mendasari pembentukan kecerdasan dan
intelektualitas tetapi pembentukan martabat manusia yang tinggi.
11) Relevansi pembelajaran sejarah dengan orientasi pembangunan nasional
berwawasan kemanusiaan dan kebudayaan.
5. Evaluasi (Penilaian Autentik) Pembelajaran Sejarah
Evaluasi di sini dapat diartikan sebagai kegiatan penilaian soal-soal dalam
pembelajaran sejarah guna mengukur tingkat pemahaman siswa ketika menerima
materi sejarah yang diajarkan guru.
a. Pengertian Evaluasi (Penilaian Autentik)
Ida Farida mengemukakan bahwa Penilaian merupakan rangkaian kegiatan
untuk menentukan pencapaian kompetensi siswa terhadap suatu mata pelajaran.52
Secara teoritis menurut Stufflebeam, evaluasi adalah suatu usaha terencana dan
terorganisir untuk mengumpulkan, menyusun dan mengolah data yang memuat
fakta dengan tujuan menarik garis besar mengenai makna atau nilai guna serta
52 Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013, hlm. 335.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
prestasi suatu program dan kemudian dari hasil tersebut dijadikan sarana
penentuan pengambilan keputusan maupun perbaikan kinerja suatu program.53
Evaluasi adalah sebuah proses terstruktur, berkesinambungan serta menyeluruh
dengan maksud untuk mengontrol, menjamin, penetapan kualitas dari berbagai
komponen pembelajaran berdasarkan kriteria yang telah disepakati .54
Berdasarkan pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa evaluasi
atau penilaian merupakan suatu kegiatan mengukur dari awal proses hingga akhir.
Pengambilan data dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung hingga
akhir proses pembelajaran, kemudian data yang diperoleh tersebut dianalisis untuk
mengetahui tingkat keberhasilan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Maka
dari itu, evaluasi menjadi kegiatan yang direncanakan untuk menilai ketercapaian
suatu program yang bermanfaat bagi pengambilan keputusan. Dalam hal ini,
evaluasi digunakan sebagai faktor penentu keputusan berkaitan dengan proses
pendidikan.
Penyempurnaan Kurikulum 2013 masih terus dilaksanakan yang sejak tahun
2016 kemudian lebih dikenal dengan Kurikulum Nasional. Pada Kurikulum
Nasional, Standar Pendidikan diatur dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan (Permendikbud) No. 23 Tahun 2016. Pada pelaksanaan Kurikulum
Nasional, penilaian autentik memuat ruang lingkup yang meliputi aspek sikap
(afektif), aspek pengetahuan (kognitif), aspek keterampilan (psikomotorik) dan
disesuaikan jenis penilaian berdasarkan aspek yang dinilai.55
53 Aman, op.cit., hlm. 77. 54 Ida Farida, op.cit., hlm. 2. 55 Ibid., hlm. 7.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
b. Prinsip Evaluasi (Penilaian Autentik)
Penilaian autentik hasil belajar siswa disemua jenjang pendidikan baik
bangku Sekolah Dasar maupun Sekolah Menengah dalam penerapannya berdasar
prinsip-prinsip sebagai berikut:56
1) Sahih: penilaian didasarkan menurut data yang mencerminkan kompetensi
siswa yang dapat diukur menggunakan alat ukur sesuai kompetensi yanga
akan dinilai.
2) Objektif: penilaian didasarkan pada pertimbangan yang jelas dan bebas dari
pengaruh emosional dan subjetivitas penilai.
3) Adil: penilaian harus sesuai dengan hasil belajar siswa, tidak ada unsur
keberpihakan karena faktor keberagaman latar belakang sosial, budaya,
agama, ekonomi maupun gender yang dapat membuat untung atau rugi siswa.
4) Terpadu: penilaian yang dilakukan guru merupakan bagian yang sudah
menyatu dan tidak dapat terpisahkan pada proses pembelajaran.
5) Terbuka: alur prosedur, kriteria serta dasar pengambilan keputusan terkait
dalam penilaian bersifat transparan sehingga pihak yang berkepentingan
dapat mengetahui dengan jelas.
6) Menyeluruh dan berkesinambungan: penilaian oleh guru meliputi seluruh
aspek kompetensi siswa yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik dilakukan
dengan teknik penilaian yang telah disesuaikan berdasar kebutuhan dalam
rangka mengamati perkembangan kemampuan siswa.
56 Abdul Majid, op.cit., hlm. 336-337.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
7) Sistematis: penilaian dilaksanakan secara terstruktur, runtut dalam
perencanaan sesuai langkah-langkah baku yang sudah diatur.
8) Beracuan kriteria: penilaian didasarkan sesuai ukuran pencapaian kemampuan
siswa yang telah ditetapkan.
9) Akuntabel: penilaian harus dapat dipertanggungjawabkan dari teknik,
prosedur serta hasil yang diperoleh siswa.
c. Tujuan Evaluasi
Menurut Eggen dan Kauchak, evaluasi memiliki tujuan diantaranya:57
1) Mengumpulkan informasi dan membuat keputusan tentang kemajuan dan
perkembangan belajar siswa. Informasi ini berguna untuk memantau tingkat
pencapaian siswa serta menjadi bahan utama guru dalam pengambilan
keputusan terkait tindakan selanjutnya yang dilakukan untuk mengoptimalkan
kemampuan siswa.
2) Meningkatkan belajar siswa, hal tersebut karena setelah siswa mengetahui hasil
belajar yang telah dicapai dapat menjadi bahan introspeksi dan refleksi.
Informasi tentang hasil belajar itu kemudian menjadi acuan atau titik tolak
siswa untuk berusaha lebih maksimal dalam belajar serta ke depannya dapat
mengatur strategi belajar yang lebih baik lagi.
3) Meningkatkan motivasi belajar siswa, karena melalui hasil belajar, siswa
menjadi termotivasi dalam upaya memperbaiki usaha belajarnya agar terus
meningkat. Jika hasil yang dicapai memenuhi target, membuat siswa untuk
57 Nyanyu Khodijah, op.cit, hlm. 191.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
tidak mudah berpuas diri begitu pula sebaliknya jika hasil belajar belum
memuaskan dapat memacu semangat siswa agar lebih giat dalam belajar.
Sejalan dengan hal di atas, Chittenden juga mengemukakan tentang tujuan
kegiatan evaluasi oleh guru di kelas yang hendaknya diarahkan pada empat hal
sebagai berikut:58
a) Penelurusan (keeping track) yaitu untuk menelusuri agar proses pembelajaran
siswa tidak menyimpang dari rencana yang sudah disusun. Melalui hasil
penilaian selama satu sampai dua semester guru mendapat gambaran tentang
tingkat pencapaian kompetensi siswa.
b) Pengecekan (checking-up) yaitu dengan kegiatan evaluasi, guru dapat
melakukan pengecekan terkait pemahaman materi pembelajaran oleh siswa,
sehingga dapat lebih mengoptimalkan pada bagian materi yang belum dikuasai
atau dipahami siswa.
c) Pencarian (finding out) yaitu guru harus menganalisis serta merefleksikan hasil
penilaian kelas untuk mencari dan menemukan hal-hal yang menjadi penyebab
kegiatan pembelajaran kurang efektif.
d) Penyimpulan (summing up) yaitu ketika akhir semester guru wajib melaporkan
hasil belajar siswa kepada orang tua atau wali. Oleh sebab itu guru harus
menyimpulkan tentang mampu atau tidaknya siswa dalam mencapai semua
kompetensi yang ditetapkan kurikulum.
Dari beberapa pendapat yang telah dikemukakan, tujuan evaluasi dalam
pembelajaran adalah untuk mengetahui keefektifan dan efisien sistem
58 Abdul Majid, op.cit., hlm. 337-338.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
pembelajaran, baik yang menyangkut tentang tujuan, materi, metode, sumber
belajar, maupun penilaian itu sendiri. Selain itu, adanya evaluasi juga betujuan
untuk mengetahui pencapaian kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan
berdasarkan informasi dan data yang diperoleh, untuk selanjutnya digunakan
sebagai dasar dalam melaksanakan kegiatan tindak lanjut atau untuk melakukan
pengambilan keputusan berikutnya.
d. Fungsi Evaluasi
Menurut Zainal Arifin, fungsi evaluasi hasil belajar adalah sebagai berikut:59
1) Fungsi formatif
Untuk memberikan umpan balik (feedback) kepada guru sebagai dasar
untuk memperbaiki proses pembelajaran dan mengadakan program remedial bagi
siswa.
2) Fungsi sumatif
Untuk menentukan nilai (angka) kemajuan/hasil belajar siswa dalam mata
pelajaran tertentu, sebagai bahan untuk memberikan laporan kepada berbagai
pihak, penentuan kenaikan kelas, dan penentuan kelulusan siswa.
3) Fungsi diagnostik
Untuk memahami latar belakang (psikologis, fisik, dan lingkungan) siswa
yang mengalami kesulitan belajar, yang hasilnya dapat digunakan sebagai dasar
dalam memecahkan kesulitan-kesulitan tersebut.
59 Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013, hlm. 20.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
4) Fungsi penempatan
Untuk menempatkan siswa dalam situasi pembelajaran yang tepat (misalnya
dalam menentukan program spesialisasi/penjurusan) sesuai dengan tingkat
kemampuan siswa.
Sehubungan dengan Fungsi pembelajaran, menurut Sukardi evaluasi
mempunyai fungsi yang bervariasi di dalam proses belajar mengajar, sebagai
berikut:60
a) Sebagai alat guna mengetahui apakah peserta didik telah menguasai
pengetahuan, nilai-nilai, dan keterampilan yang telah diberikan oleh seorang
guru.
b) Untuk mengetahui aspek-aspek kelemahan peserta didik dalam melakukan
kegiatan belajar.
c) Mengetahui tingkat ketercapaian siswa dalam kegiatan belajar.
d) Sebagai sarana umpan balik bagi seorang guru, yang bersumber dari siswa.
e) Sebagai alat untuk mengetahui perkembangan belajar siswa.
f) Sebagai materi utama laporan hasil belajar kepada para orang tua atau wali
siswa.
60 Sukardi, Evaluasi Pendidikan Prinsip dan Operasionalnya, Jakarta: Bumi Aksara, 2012, hlm. 4.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
e. Jenis Evaluasi (Penilaian Autentik)
Terdapat lima jenis evaluasi (penilaian autentik) pembelajaran sebagai
berikut:61
1) Penilaian Proyek
Guru dalam melakukan Penilaian proyek diatur setiap akhir bab atau tema
pelajaran. Penyelesaian tugas dimaksud berupa investigasi dilakukan oleh siswa,
mulai dari perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan,
analisis, dan penyajian data. Dengan demikian, penilaian proyek berkaitan dengan
aspek pemahaman, pengaplikasian, penyelidikan, dan lain-lain.
2) Penilaian Kinerja
Dalam kurikulum 2013, pelaksanaan penilaian autentik khususnya pada
penilaian kinerja ada beberapa pertimbangan yang harus diperhatikan, yaitu
langkah-langkah kinerja harus dilakukan siswa untuk menunjukkan kinerja yang
nyata untuk suatu atau beberapa jenis kompetensi tertentu; ketepatan dan
kelengkapan aspek kinerja yang dinilai; kemampuan-kemampuan khusus yang
diperlukan oleh siswa untuk menyelesaikan tugas-tugas pembelajaran, fokus
utama dari kinerja yang akan dinilai, khususnya indikator pokok yang akan
diamati; urutan keterampilan siswa yang akan diamati.
3) Penilaian Portofolio
Penilaian Portofolio merupakan pelaksanaan penilaian oleh guru dari hasil
kumpulan tugas-tugas yang telah dibuat siswa serta sudah terdapat nilai di
dalamnya pada jangka waktu tertentu. Melalui penilaian portofolio guru akan
61 Abdul Majid, Penilaian Autentik: Proses dan Hasil Belajar, Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2014, hlm. 62.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
mengetahui perkembangan atau kemajuan belajar siswa. Misalnya, hasil karya
mereka dalam menyusun atau membuat karangan, puisi, surat, gambar, foto,
lukisan, resensi buku/literatur, laporan penelitian, sinopsis. Atas dasar penilaian
itu, guru dan/atau siswa dapat melakukan perbaikan sesuai dengan tuntutan
pembelajaran.
4) Jurnal
Jurnal digunakan siswa untuk mencatat atau merangkum hal-hal pokok
yang telah dipelajari, kesan yang diperoleh siswa selama menerima materi mata
pelajaran tertentu, kesulitan maupun keberhasilan siswa dalam menyelesaikan
masalah atau topik pelajaran, dan catatan siswa tentang harapannya dalam proses
pembelajaran yang digunakan untuk menilai kinerja siswa pada mata pelajaran
tertentu.62
5) Penilaian Tertulis
Penilaian Tertulis dapat berjenis memilih atau menguraikan jawaban.
Bentuk penilaian tertulis jenis memilih jawaban dapat berupa pilihan ganda atau
menjodohkan kemudian untuk jenis menguraikan jawaban dapat berbentuk soal
essay yang meminta siswa untuk menyebutkan atau menjelaskan maupun
menganalisis. Dalam menyusun instrumen penilaian tertulis perlu
dipertimbangkan hal- hal berikut:63
a) Materi: kesesuaian soal dengan indikator pada kurikulum.
b) Konstruksi: rumusan soal atau pernyataan harus jelas dan tegas.
62 Ibid., hlm. 67. 63 Ibid., hlm. 69.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
c) Bahasa : rumusan soal tidak menggunakan kata atau kalimat yang
menimbulkan penafsiran ganda.
6. Persepsi
Menurut Jalaludin Rackhmat, persepsi merupakan pengalaman tentang
obyek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan
informasi dan menafsirkan pesan.64 Setelah melihat suatu obyek atau peristiwa
lalu timbullah pengalaman. Dengan adanya pengalaman, seseorang dapat berpikir
atau membayangkan ulang obyek yang baru dilihatnya. Pada proses berpikir
tersebut kemudian menimbulkan persepsi dari diri sendiri terkait hal atau obyek
yang baru dijumpainya tersebut.
Persepsi adalah suatu proses di mana individu mengorganisasikan dan
menginterpretasikan kesan sensori mereka untuk memberi arti pada lingkungan
mereka.65 Dalam hal ini, indera menjadi alat penghubung antara individu dengan
dunia luar yaitu lingkungan kehidupannya, sehingga individu dapat menyadari
dan mengerti tentang suatu hal yang diperoleh dari alat indera.
Dapat disimpulkan bahwa persepsi sebagai suatu proses penginderaan,
stimulus (rangsangan) yang diterima oleh individu melalui alat indera kemudian
diinterpretasikan sehingga individu dapat memberikan tanggapan, memahami dan
dapat mengartikan tentang stimulus yang telah diterimanya. Proses
menginterpretasikan ini biasanya dipengaruhi oleh pengalaman dan proses belajar
individu.
64 Jalaludin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007, hlm. 50. 65 Stephen P Robbins, Prinsip-Prinsip Perilaku Organisasi (cetakan ke 5), Jakarta: Erlangga,
2002, hlm. 124
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
Beberapa faktor bekerja untuk membentuk dan kadang pula dapat memutar
balik persepsi. Faktor-faktor ini lalu dapat berada pada pihak pelaku persepsi
(perceiver), dalam objeknya atau target yang dipersepsikan, atau dalam konteks
dari situasi persepsi itu diperoleh. Ketika seorang individu melihat suatu sasaran
dan berupaya menginterpretasikan sesuatu yang ia lihat, maka interpretasi itu
sangat dipengaruhi oleh karakteristik pribadi individu yang melihat. Karakteristik
pribadi yang mempengaruhi persepsi meliputi sikap, kepribadian, motif,
kepentingan, pengalaman masa lalu dan harapan66 Berbagai macam karakteristik
tersebut membuat proses terciptanya persepsi dapat menjadi kompleks.
Bimo Walgito menyatakan bahwa terdapat beberapa syarat yang perlu
dipenuhi agar individu dapat mengadakan persepsi, yaitu:67
a) Adanya objek yang dipersepsi
Objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera atau reseptor.
Stimulus dapat datang dari luar individu yang mempersepsi, tetapi juga dapat
datang dari dalam diri individu yang bersangkutan yang langsung mengenai
syaraf penerima yang bekerja sebagai reseptor. Akan tetapi sebagian terbesar
stimulus berasal dari luar individu.
b) Adanya indera, syaraf, dan pusat susunan syaraf
Merupakan alat untuk menerima stimulus. Di samping itu harus ada pula
syaraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan stimulus yang diterima reseptor ke
pusat susunan syaraf, yaitu otak sebagai pusat kesadaran. Sebagai alat untuk
mengadakan respons diperlukan syaraf motoris.
66 Ibid., hlm. 46. 67 Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum, Yogyakarta: Penerbit Andi, 2010, hlm. 102.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
c) Adanya perhatian
Sebagai langkah pertama untuk persiapan dalam mengadakan persepsi.
Perhatian merupakan pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktivitas individu
yang ditujukan kepada sesuatu atau sekumpulan objek.
B. Penelitian yang Relevan
Penelitian yang dilakukan oleh Nur Astuti Puspaningtyas pada tahun 2018
yaitu Peningkatan Higher Order Thinking Skill (HOTS) Melalui Strategi
Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir (SPPKB) Pada Pembelajaran
Ekonomi di Kelas X SMK Muhammadiyah 1 Wates. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa Penerapan model pembelajaran Strategi Pembelajaran
Peningkatan Kemampuan Berpikir (SPPKB) efektif untuk meningkatkan Higher
Order Thinking Skill (HOTS) pada pembelajaran Ekonomi. Hal tersebut didukung
oleh hasil analisis kovarians (Ancova) yang menunjukkan bahwa penerapan
SPPKB dalam pembelajaran Ekonomi kelas X SMK Muhammadiyah 1 Wates
lebih baik daripada model pembelajaran konvensional (ceramah). Peserta didik
yang menggunakan model pembelajaran SPPKB memiliki peningkatan HOTS
yang lebih tinggi dibanding peserta didik yang menggunakan model pembelajaran
ceramah, sehingga dapat melatih peserta didik untuk meningkatkan keterampilan
berpikir tingkat tinggi.68
68 Nur Astuti Puspaningtyas, Peningkatan Higher Order Thinking Skill (HOTS) Melalui Strategi
Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir (SPPKB) Pada Pembelajaran Ekonomi pada
Kelas X SMK Muhammadiyah 1 Wates, Skripsi tidak diterbitkan, Yogyakarta: Universitas
Negeri Yogyakarta, 2018.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
Penelitian yang dilakukan oleh Dyadara Eva Hermawati tahun 2018 tentang
Implementasi Model Pembelajaran Blended Learning dalam Pembelajaran
Matematika terhadap Higher Order Thinking Skill (HOTS) dan Keaktifan Belajar
Siswa Kelas VII B SMP Negeri 2 Bangsri pada Materi Penyajian Data Tahun
Pelajaran 2017/2018. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata presentase tes
HOTS masuk kategori kurang atau di bawah standar sehinggga, pencapaian hasil
tes kurang memenuhi indikator yang sudah disusun. Di samping itu, kekurangan
data penelitian menjadi kendala untuk menyatakan bahwa model pembelajaran
Blended Learning dapat menumbuhkan Higher Order Thinking Skill (HOTS)
siswa, hal ini dikarenakan siswa belum memiliki kesiapan dalam mengikuti tes.
Akan tetapi, Model pembelajaran Blended Learning dapat mengembangkan
keaktifan belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dengan dengan peningkatan keaktifan
belajar siswa pada setiap pertemuan yang secara keseluruhan rata-rata persentase
keaktifan belajar siswa adalah 83,33% termasuk dalam kategori tinggi.69
Penelitian yang dilakukan oleh Fitria Ratna Sari tahun 2017 tentang
Penerapan Model Pembelajaraan Inkuiri Untuk Meningkatkan Higher Order
Thinking Skill Peserta Didik Di SMA Muhammadiyah 2 Bandar Lampung. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa (1) Pembelajaran biologi dengan menerapkan
model pembelajaran inkuiri terbimbing dapat meningkatkan Higher Order
Thinking Skill siswa kelas X pada materi keanekaragaman hayati di SMA
Muhammadiyah 2 Bandar Lampung. (2) Terdapat Perbedaan antara siswa yang
69 Dyadara Eva Hermawati, Implementasi Model Pembelajaran Blended Learning dalam
Pembelajaran Matematika terhadap Higher Order Thinking Skill (HOTS) dan Keaktifan
Belajar Siswa Kelas VII B SMP Negeri 2 Bangsri pada Materi Penyajian Data Tahun
Pelajaran 2017/2018, Skripsi tidak diterbitkan, Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma, 2018.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
memiliki kemampuan berpikir kritis dengan siswa yang memiliki kemampuan
berpikir kreatif. (3) Terdapat interaksi antara model inkuiri terhadap Higher Order
Thinking Skill siswa.70
Mengacu pada ketiga hasil penelitian di atas, maka dapat dilakukan
penelitian yang dengan topik yang sejenis tetapi dengan aspek kajian yang
berbeda. Ketiga penelitian di atas mengkaji tentang implementasi model
pembelajaran untuk mengetahui sejauh mana tingkat efektivitas Higher Order
Thinking Skill (HOTS) serta keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. Maka
dari itu, akan memberi warna baru jika dikaji pula tentang Higher Order Thinking
Skill (HOTS) tetapi lebih khusus kepada persepsi evaluasi pembelajarannya. Jika
ketiga penelitian di atas membahas tentang implementasi model pembelajaran
SPPKB pada pelajaran ekonomi, Blended Learning pada pelajaran matematika
untuk mengetahui tingkat ketercapaian Higher Order Thinking Skill (HOTS),
model pembelajaran inkuiri pada pelajaran biologi untuk mengetahui peningkatan
Higher Order Thinking Skill (HOTS), maka penelitian ini mengkaji mengenai
persepsi guru dan siswa terhadap evaluasi pembelajaran sejarah berbasis Higher
Order Thinking Skill (HOTS).
70 Fitria Ratna Sari, Penerapan Model Pembelajaraan Inkuiri Untuk Meningkatkan Higher Order
Thinking Skill Peserta Didik Di SMA Muhammadiyah 2 Bandar Lampung, Skripsi tidak
diterbitkan, Lampung: Universitas Islam Negeri Raden Intan, 2017.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
C. Kerangka Pikir
Pendidikan pada abad 21 memiliki tujuan untuk menghasilkan generasi
milineal yang berdaya saing di era global. Sumber daya manusia yang berkualitas
harus dipersiapkan dengan matang salah satu caranya adalah melalui pendidikan
dan pelatihan. Dengan mengasah bakat serta membekali mereka keahlian (skill)
tentu akan sangat berguna untuk berkompetisi. Pada era digital ini, manusia
seharusnya dapat lebih unggul dan menguasai perkembangan teknologi yang
semakin canggih.
Untuk mengakomodasi pendikan abad 21, kementerian pendidikan dan
kebudayaan mengesahkan Kurikulum 2013 yang terus dikembangkan. Kurikulum
2013 revisi 2017 merupakan kurikulum yang berupaya mewujudkan pendidikan
abad 21. Oleh sebab itu, di dalam kurikulum 2013 revisi 2017 mengintegrasikan
empat unsur pembelajaran yaitu Penguatan Pendidikan Karakter (PPK), Literasi,
4C Critical Thinking and Problem Solving (berpikir kritis dan kecakapan
memecahkan masalah), Creativity and Innovation (berpikir kreatif dan inovatif)
Communication (kecakapan berkomunikasi), Collaboration (kolaborasi atau
kerjasama), dan Higher Order Thinking Skill (HOTS) yang merupakan
keterampilan berpikir tingkat tinggi.
Salah satu dari empat keterampilan pendidikan abad 21 yang dimuat dalam
kurikulum 2013 revisi 2017 adalah Higher Order Thinking Skill (HOTS) yang
berarti keterampilan berpikir tingkat tinggi. Kemampuan berpikir kritis, kreatif,
reflektif, metakognitif dan logis merupakan elemen yang termuat dalam HOTS.
Untuk mengimplementasikan pembelajaran berbasis Higher Order Thinking Skill
(HOTS), guru tidak lagi sepenuhnya menyampaikan materi dengan metode
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
ceramah, akan tetapi siswa lah yang harus lebih berperan aktif atau lebih dikenal
dengan istilah student centered. Begitu pula dalam penerapan pembelajaran
sejarah berbasis HOTS, guru sejarah juga harus mempersiapkan perangkat
pembelajaran untuk merencanakan pelaksanaan kegiatan pembelajaran sejarah
sesuai Kompetensi Dasar (KD) yang akan diajarkan beserta rumusan Indikator
Pencapaian Kompetensi (IPK).
Pada pelaksanaannya di tengah maupun di akhir proses pembelajaran, guru
melakukan kegiatan evaluasi yang bertujuan untuk mengetahui dan mengukur
ketercapaian indikator yang telah dirancang pada Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) sejarah. Aspek yang harus dievaluasi guru sejarah meliputi
penilaian pengetahuan, keterampilan dan sikap siswa menggunakan instrumen tes
yang relevan. Ketika hasil evaluasi telah diketahui baik guru maupun siswa tentu
akan merespon dengan memberikan persepsi yang beragam terkait implementasi
pembelaran sejarah berbasis HOTS yang telah dilaksanakan. Persepsi yang
berbeda-beda ini berguna untuk memberi gambaran dan pemahaman mengenai
evaluasi pembelajaran sejarah yang berbasis HOTS.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
Berdasarkan uraian di atas, dapat digambarkan dengan skema kerangka pikir
sebagai berikut:
Gambar I. Kerangka Pikir
Pendidikan
Abad 21
HOTS
Pembelajaran
Sejarah
Evaluasi
Pembelajaran Sejarah
Persepsi
Kurikulum
2013
Guru Siswa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi
kasus. Penelitian kualitatif merupakan sebuah metode penelitian yang digunakan
untuk meneliti kondisi obyek penelitian yang alamiah dengan berlandaskan
filsafat postpositivisme (paradigma konstruktif). Penelitian dengan pendekatan
kualitatif, peneliti adalah instrumen kunci dengan teknik pengumpulan data yang
dilakukan secara gabungan (triangulasi) serta menekankan analisis data yang
bersifat induktif, sehingga hasil penelitian lebih mengarah pada makna daripada
generaliasasi.71
Penelitian deskriptif kualitatif bertujuan untuk memberikan gambaran yang
menyeluruh dan mendalam mengenai peristiwa atau realita sosial serta berbagai
macam fenomena pada lingkungan masyarakat yang menjadi subjek penelitian
sehingga memunculkan gambaran karakter, ciri, model, dan sifat dari fenomena
atau kejadian tersebut.72 Penelitian kualitatif diartikan sebagai metode penelitian
yang melingkupi ilmu-ilmu sosial dalam mengumpulkan dan menganalisis data
menggunakan kata-kata baik lisan maupun tulisan serta tindakan manusia oleh
karena itu peneliti tidak perlu mengolah atau menganalisis data dalam bentuk
angka sehingga data yang diperoleh tidak dikuantifikasikan.73
71 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan RnD, Bandung: Alfabeta, 2017, hlm. 9. 72 Wina Sanjaya, Penelitian Pendidikan (Jenis, Metode dan Prosedur), Jakarta: Kencana Prenada
Media Grup, 2013, hlm. 47. 73 Afrizal, Metode Penelitian Kualitatif, Jakarta: Rajagrafindo, 2015, hlm. 13.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
Dalam pelaksanaan penelitian ini, peneliti mengunakan metode studi kasus.
Studi kasus merupakan salah satu jenis penelitian dari penelitian kualitatif, di
dalamnya memuat studi yang mengeksplorasi suatu permasalahan dengan
menggunakan batasan terperinci serta proses pengambilan data dilakukan secara
mendalam dan menyertakan sumber informasi yang memadai.74 Pada dunia
pendidikan, studi kasus didefinisikan sebagai metode penelitian deskriptif yang
digunakan untuk menemukan jawaban dari masalah seputar pendidikan secara
menyeluruh dan terperinci serta menjadikan subjek penelitian yang terbatas untuk
terlibat sesuai dengan ragam kasus yang akan diteliti. Pada studi kasus yang dapat
menjadi subjek penelitian adalah individu, lembaga, golongan atau kelompok
tertentu. Berbagai aspek yang berhubungan dengan kasus dianalisis dengan
mendalam untuk menghasilkan generalisasi utuh.75
Sehubungan dengan hal tersebut, untuk mendapatkan generalisasi yang
optimal, peneliti memperoleh data-data dari guru dan siswa yang menjadi sumber
penelitian untuk kasus ini. Perolehan data hasil observasi, kuesioner, dokumen
dan wawancara bersama guru dan siswa kemudian peneliti analisis dengan
pendekatan kualitatif.
74 Hamid Darmadi, Metode Penelitian Pendidikan dan Sosial: Teori Konsep Dasar dan
Implementasi, Bandung: Alfabeta, 2014, hlm. 287. 75 Wina Sanjaya, op.cit., hlm. 73.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 6 Yogyakarta yang beralamat di
Jl. C. Simanjuntak No.2, Terban, Gondokusuman, Kota Yogyakarta, Daerah
Istimewa Yogyakarta.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret-Juni 2019 dengan jadwal
penelitian sebagai berikut:
Tabel 6. Jadwal Pelaksanaan Penelitian
No Kegiatan
Bulan
Maret April Mei Juni
1 Penyusunan Proposal
2 Perizinan
3 Pengambilan data
4 Pengolahan data
5 Penyusunan laporan
C. Sumber Data
Menurut Lofland dan Lofland sumber data utama dalam penelitian kualitatif
ialah kata-kata dan tindakan selebihnya adalah data tambahan.76 Pada penelitian
kualitatif, data diperoleh secara verbal dengan wawancara atau dapat tertulis
dalam bentuk analisis dokumen. Pada dasarnya data kualitatif terdiri dari jawaban
76 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Edisi Revisi), Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2006, hlm. 157.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
atau kutipan yang mendeskripsikan suatu peristiwa atau situasi dan interaksi
tertentu.77 Pada penelitian ini sumber data yang diperoleh peneliti berasal dari
guru dan siswa sebagai subjek penelitian. Sementara yang menjadi objek
penelitian adalah evaluasi pembelajaran sejarah berbasis Higher Order Thinking
Skill (HOTS) .
D. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh kelengkapan data dan informasi yang sesuai dengan
fokus penelitian maka yang dijadikan teknik pengumpulan data adalah sebagai
berikut:
1. Observasi
Observasi adalah pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap
gejala-gejala yang diteliti.78 Dalam penelitian ini, peneliti memilih melakukan
observasi partisipan (observasi berperan serta). Observasi partisipan berarti
peneliti terlibat langsung dengan kegiatan yang dilakukan oleh narasumber yang
menjadi sumber data supaya data yang diperoleh lebih tajam dan lengkap.79 Pada
penelitian ini, observasi berlangsung ketika proses pembelajaran untuk
mengetahui aktivitas guru dan siswa dalam mengikuti evaluasi pembelajaran
sejarah berbasis Higher Order Thinking Skill (HOTS) di kelas.
77 Rulam Ahmadi, Metodologi Penelitian Kualitatif, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2014, hlm. 108. 78 Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian Sosial (Edisi Kedua),
Jakarta: Bumi Aksara, 2008, hlm. 52. 79 Sugiyono, op.cit., hlm. 145.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
2. Angket
Angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
memberi beberapa pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawab.80 Dalam
penelitian ini, angket diberikan kepada guru dan siswa sebagai responden untuk
dijawab. Tujuan penyebaran kuesioner ini adalah untuk mendapatkan informasi
dalam bentuk tertulis yang lengkap dan jelas mengenai persepsi guru dan siswa
terhadap evaluasi pembelajaran sejarah berbasis Higher Order Thinking Skill
(HOTS).
3. Wawancara
Wawancara adalah suatu percakapan yang mengarah pada permasalahan
tertentu yang di dalamnya terdapat kegiatan tanya jawab secara lisan yang
dilakukan oleh dua orang atau lebih dengan berhadapan secara fisik. Wawancara
dilakukan supaya memperoleh data selengkap dan sejelas mungkin dari subjek
penelitian.81 Ada beberapa jenis wawancara, namun peneliti menggunakan jenis
wawancara semi terstruktrur. Wawancara semi terstruktur yaitu jenis wawancara
yang bertujuan untuk menemukan permasalahan yang lebih terbuka dengan cara
mengajak narasumber atau pemberi informasi untuk turut memberikan
pendapatnya.82
Kelebihan teknik wawancara adalah dapat mengumpulkan data yang lebih
luas dan memunculkan sesuatu yang belum terpikirkan sebelumnya.83 Dalam
penelitian ini, peneliti telah mempersiapkan daftar pertanyaan untuk dijawab oleh
80 Sugiyono, op.cit., hlm. 142. 81 Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif: Teori & Praktik, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2013,
hlm. 160. 82 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta, 2014, hlm. 107. 83 Wina Sanjaya, op.cit., hlm. 263.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
narasumber ketika wawancara berlangsung. Metode wawancara yang digunakan
peneliti untuk mengetahui persepsi guru dan siswa terhadap evaluasi pembelajaran
sejarah berbasis Higher Order Thinking Skill (HOTS).
4. Dokumen
Dokumen adalah catatan peristiwa dalam bentuk gambar, tulisan, maupun
karya seseorang. Dokumentasi merupakan data pelengkap dari penggunaan teknik
pengumpulan data dengan observasi dan wawancara.84Studi dokumentasi
merupakan salah satu metode pengumpulan data kualitatif dengan melihat atau
mengolah dokumen-dokumen yang dibuat oleh subjek penelitian itu sendiri atau
oleh orang lain tentang subjek. Dengan studi dokumentasi peneliti yang
melakukan penelitian kualitatif berupaya memperoleh gambaran dari sudut
pandang subjek melalui media tertulis atau gambar dan dokumen lainnya yang
dibuat langsung oleh subjek penelitian yang bersangkutan.85
Dalam penelitian ini, dokumen yang digunakan peneliti berasal dari guru
sejarah yang menjadi subjek penelitian dengan dokumen yang meliputi Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Soal-soal penilaian harian, maupun penugasan.
E. Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan
oleh peneliti dalam kegiatan mengumpulkan data agar pengumpulan data menjadi
lebih mudah dan sistematis.86 Instrumen pengumpulan data yang digunakan
84 Sugiyono, op.cit., hlm. 82. 85 Hamid Darmadi, op.cit., hlm. 176. 86 Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, Jakarta: Rineka Cipta, 2000, hlm. 101.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
tergantung pada metode penelitian. Berikut ini instrumen pengumpulan data yang
peneliti gunakan:
1. Instrumen Observasi
Instrumen observasi adalah alat yang berfungsi sebagai pedoman bagi
observer untuk mencatat hasil pengamatannya tentang hal-hal yang menjadi bahan
observasinya. Untuk mencatat hasil observasi, peneliti menggunakan lembar
pengamatan berupa check list atau daftar cek. Check list adalah pedoman
observasi yang berisikan daftar aspek yang diamati.87
Dalam penelitian ini, peneliti melakukan observasi pada proses pelaksanaan
kegiatan pembelajaran di kelas. Peneliti melakukan observasi langsung dengan
menggunakan lembar observasi yang berupa check list dengan pilihan “Ya” dan
“Tidak” untuk setiap pernyataan yang telah disusun. Pada lembar Check list aspek
yang diamati dalam hal ini adalah aktivitas evaluasi pembelajaran sejarah berbasis
Higher Order Thinking Skill (HOTS).
2. Instrumen Kuesioner
Kuesioner atau angket dalam penelitian digunakan untuk mengetahui minat
siswa pada pembelajaran sejarah berbasis Higher Order Thinking Skill (HOTS).
Untuk penentuan skor pada kuesioner menggunakan skala likert yang terdiri dari
lima kategori, yaitu: pada pernyataan positif, pilihan jawaban “Sangat Setuju”
(SS) diberi skor 5, “Setuju” (S) diberi skor 4, “Kurang Setuju” (KS) diberi skor 3,
“Tidak Setuju” (TS) diberi skor 2, dan “Sangat Tidak Setuju” (STS) diberi skor 1.
Begitupula sebaliknya, untuk pernyataan negatif “Sangat Setuju” (SS) diberi skor
87 Wina Sanjaya, op.cit., hlm. 274.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
1, “Setuju” (S) diberi skor 2, “Kurang Setuju” (KS) diberi skor 3, “Tidak Setuju”
(TS) diberi skor 4, dan “Sangat Tidak Setuju” (STS) diberi skor 5.88 Akan tetapi
peneliti dalam menyusun instrument penelitian kuesioner melakukan modifikasi
skala dengan menghilangkan kolom”KS” atau Kurang Setuju, sehingga hanya ada
empat kolom kategori untuk mengetahui skor kuesioner yang diisi responden.
Berikut ini merupakan kisi-kisi dari kuesioner yang akan diberikan:
Tabel 7. Kisi-Kisi Kuesioner Guru
88 Sugiyono, op.cit., hlm. 93.
Variabel
Penelitian dan
Pengertiannya
Indikator
Butir Pernyataan
Total
Kognitif Afektif Konatif
Pembelajaran
sejarah berbasis
HOTS
merupakan
pembelajaran
yang memiliki
lima muatan
keterampilan
yaitu berpikir
kritis, berpikir
kreatif,
memecahkan
masalah dan
mengambil
keputusan, serta
mengasah
kemampuan
mencipta suatu
produk yang
bertujuan agar
seseorang
terbiasa
merefleksikan
nilai positif
dalam
1. Mampu
Berpikir
Kritis
1,2 9 15 4
2. Mampu
Berpikir
Kreatif dan
Inovatif
3,4
.
10
16
4
3.Mampu
Memecah
kan
Masalah
dan
Mengambil
Keputusan
5
11
17
3
4.Mampu
Mengait
kan Materi
dengan
Pengeta
huan baru
8
12
18
3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
pembelajaran
yang dapat
diterapkan dalam
hidup sehari-hari.
5.Mampu
Mencipta
atau
Mengkreasi
Produk
6
13
19
3
6.Mampu
berefleksi
dan
menerapkan
dalam
keseharian
7 14 20
Total
20
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
Tabel 8. Kisi-Kisi Kuesioner Siswa
Variabel
Penelitian dan
Pengertiannya
Indikator
Butir Pernyataan
Total
Kognitif Afektif Konatif
Pembelajaran
sejarah berbasis
HOTS
merupakan
pembelajaran
yang memiliki
lima muatan
keterampilan
yaitu berpikir
kritis, berpikir
kreatif,
memecahkan
masalah dan
mengambil
keputusan, serta
mengasah
kemampuan
mencipta suatu
produk yang
bertujuan agar
seseorang
terbiasa
merefleksikan
nilai positif
dalam
pembelajaran
yang dapat
diterapkan dalam
hidup sehari-hari.
1. Mampu
Berpikir
Kritis
3, 6 11 14 4
2.Mampu
Berpikir
Kreatif dan
Inovatif
1
.
4
9
3
3.Mampu
Memecah
kan
Masalah
dan
Mengambil
Keputusan
2,5
7
10
4
4.Mampu
Mengaitkan
Materi
dengan
Pengetahuan
Baru
8
13
18
3
5.Mampu
Mencipta
atau
Mengkreasi
Produk
16
17
19
3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
3. Instrumen Wawancara
Dalam penelitian ini, kegiatan wawancara dilakukan peneliti dengan
narasumber guru sejarah dan siswa di SMA Negeri 6 Yogyakarta yang mengikuti
proses pembelajaran sejarah. Daftar pertanyaan wawancara disusun berkaitan
dengan evaluasi pembelajaran sejarah berbasis Higher Order Thinking Skill
(HOTS). Daftar pertanyaan wawancara juga disusun berdasarkan kisi-kisi yang
dibuat oleh peneliti sebagai berikut:
Tabel 9. Pokok Pertanyaan Wawancara untuk Guru dan Siswa
Fokus Penelitian Indikator
Evaluasi Pembelajaran sejarah yang
berbasis HOTS
Kegiatan atau hal yang dilakukan
sebelum menghadapi evaluasi
pembelajaran sejarah berbasis
HOTS
Proses selama kegiatan evaluasi
pembelajaran sejarah berbasis
HOTS
Suatu hal yang didapatkan atau
pengalaman setelah melaksanakan
evaluasi pembelajaran sejarah
berbasis HOTS
6.Mampu
Berefleksi
dan
Menerapkan
nya dalam
Keseharian
15 12 20
Total
20
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
F. Teknik Cuplikan
Teknik cuplikan yang peneliti gunakan dengan teknik sampling. Arti teknik
sampling adalah teknik pengambilan sampel untuk menentukan sampel yang akan
digunakan dalam penelitian.89 Tujuan pengambilan sampel dengan teknik ini
adalah merinci kekhususan yang ada dalam ramuan konteks terkait topik serta
menggali informasi yang akan menjadi dasar dari rancangan dan teori yang
muncul.90
Sejalan dengan hal tersebut, maka teknik sampling yang digunakan pada
penelitian ini adalah purposive sampling. Purposive Sampling merupakan teknik
pengambilan sampel dengan pertimbangan tertentu dari sumber data yang
digunakan.91 Perrtimbangan dalam pengambilan sampel dengan teknik ini yaitu
orang yang dipilih peneliti adalah yang telah memenuhi kriteria yang sudah
ditetapkan peneliti. Mereka yang terpilih diharapkan dapat memudahkan peneliti
untuk meneliti obyek atau situasi yang sedang diteliti. Dalam pengambilan sampel
dengan teknik ini yang menjadi sumber data adalah guru sejarah dan siswa yang
dipilih beberapa orang oleh peneliti. Siswa yang dipilih untuk diwawancarai oleh
peneliti diambil dari data hasil kuesioner yang telah disebarkan.
G. Validitas Data
Validitas adalah ketepatan antara data yang ada pada objek penelitian
dengan data yang dilaporkan oleh peneliti. Data dapat dinyatakan valid ketika
tidak ada perbedaan antara yang dilaporkan oleh peneliti dengan yang nyata
89 Sugiyono, 2014, op.cit., hlm. 52. 90 Lexy J. Moleong, op.cit., hlm. 224. 91 Ibid., hlm. 85.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
terjadi di lapangan. 92 Dalam penelitian ini peneliti menggunakan uji keabsahan
atau kredibilitas data dengan menggunakan triangulasi, meningkatkan ketekunan,
serta pemeriksaan teman sejawat melalui diskusi.
1. Triangulasi
Supaya data yang diperoleh dari hasil penelitian dapat dipercaya
kredibilitasnya maka peneliti memilih untuk melakukan triangulasi. Dalam
pengujian kredibilitas, triangulasi diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai
sumber dengan bermacam cara dan waktu. Triangulasi merupakan teknik
pengecekan keabsahan data yang memanfaatkan pembanding di luar data
penelitian.93 Triangulasi dibedakan menjadi empat macam, yaitu:
a. Triangulasi teknik
Triangulasi teknik yaitu menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara
memeriksa data pada sumber yang sama namun menggunakan teknik yang
berbeda.94 Pada penelitian ini peneliti memperoleh data melalui observasi,
wawancara, angket (kuesioner) dan serta dengan data tambahan berupa dokumen
atau dokumentasi.
b. Triangulasi Teori
Triangulasi teori adalah teknik dengan cara pemeriksaan data yang
dilakukan menggunakan lebih dari satu teori untuk memeriksa data temuan
penelitian.95 Dapat diartikan pula teknik ini memerlukan penjelasan pembanding
dengan menggunakan teori yang sesuai dengan data yang diteliti. Triangulasi teori
92 Ibid., hlm. 267. 93 Lexy J. Moleong, op.cit., hlm. 330. 94 Loc. cit. 95Andi Prastowo, Metode Penelitian Kualitatif dalam Perspektif Rancangan Penelitian,
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2014, hlm. 270.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
ini dapat meningkatkan pemahaman yang mendalam jika peneliti mampu
menggali pengetahuan teoritik atas hasil analisis data yang telah diperoleh.
Dalam penelitian ini peneliti melakukan triangulasi teori dengan menganalisis
data yang diperoleh dengan menggunakan kajian teori dan konsep mengenai
pendidikan abad 21, kurikulum 2013, Higher Order Thinking Skill (HOTS),
pembelajaran sejarah, evaluasi dan persepsi.
c. Triangulasi waktu
Triangulasi waktu yaitu teknik yang dilakukan dengan cara memeriksa hasil
wawancara, observasi,angket dan dokumentasi pada waktu atau situasi yang
berbeda. Data yang diperoleh peneliti di waktu yang berbeda kemudian diperiksa
kembali untuk mengecek data yang diperoleh hasilnya sama atau tidak. Apabila
hasil data tetap sama meskipun waktunya berbeda maka data tersebut dapat
dipercaya kredibiltasnya.96
Peneliti melakukan koordinasi dengan sumber data yaitu guru sejarah untuk
menentukan waktu pengambilan data. Waktu yang peneliti pilih untuk melakukan
wawancara dengan beberapa siswa sebagai narasumber adalah ketika istirahat jam
pertama yaitu sekitar pukul 10.15-10.30 WIB dan ketika guru memiliki jeda
istirahat atau jeda jam tidak mengajar.
d. Triangulasi Sumber
Peneliti memperoleh data dilapangan dari sumber data dengan orang yang
berbeda dan berjumlah lebih dari satu. Dalam artian Guru sejarah sebagai
informan sekaligus responden berjumlah dua orang, Siswa kelas sepuluh yang
96 Andi Prastowo, op.cit., hlm. 271.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
berasal dari dua kelas yang berbeda dan berjumlah enam puluh orang. Hal tersebut
dilakukan untuk mencari sumber data pembanding agar data yang didapatkan
untuk diolah menjadi lebih beragam.
2. Meningkatkan Ketekunan
Meningkatkan ketekunan berarti melakukan pengamatan secara lebih
mendalam dan berkesinambungan. Meningkatkan ketekunan digunakan untuk
mendapatkan interpretasi yang lengkap dan konsisten. Hal ini berarti peneliti
melakukan pengamatan dengan teliti dan rinci secara berkesinambungan.97
Dengan melakukan observasi dengan teliti dan berkelanjutan peneliti memiliki
tujuan agar tingkat ketekunan mengalami peningkatan terkait dengan proses
evaluasi pembelajaran.
3. Pemeriksaan Sejawat Melalui Diskusi
Teknik ini dilakukan dengan cara mengekspos hasil sementara atau hasil
akhir yang diperoleh dalam bentuk diskusi dengan rekan-rekan sejawat (sebaya).
Teknik ini berarti melakukan pengecekan bersama rekan-rekan yang sebaya, yang
memiliki persamaan dalam pengetahuan umum mengenai topik yang sedang
diteliti supaya dapat bersama-sama mengulas persepsi, pandangan, dan analisis
yang sedang dilakukan.98
Peneliti melakukan pemeriksaan sejawat dengan teman-teman yang juga
melakukan penelitian dengan jenis yang sama seperti peneliti. Hal ini dilakukan
untuk saling bertukar informasi tentang data yang diperoleh ketika penelitian. Di
97 Lexy J. Moleong, op.cit., hlm. 330. 98 Ibid., hlm. 332.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
samping itu, peneliti juga melakukan diskusi dengan dosen pembimbing agar
lebih terarah.
H. Analisis Data
Analisis data merupakan kegiatan mencari dan menyusun data secara
sistematis yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan
dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori,
menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola,
memilih yang penting untuk dipelajari, serta membuat kesimpulan supaya data
mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.99
Model analisis data dalam penelitian ini mengikuti konsep yang dibuat oleh
Miles dan Huberman. Miles dan Hubermen mengungkapkan bahwa aktifitas
dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara
terus-menerus pada setiap tahapan penelitian sampai tuntas.100
Berikut ini adalah proses analisis data model interaktif menurut Miles dan
Huberman dalam buku Haris Herdiansyah:101
1. Tahap Pengumpulan Data
Dalam penelitian kualitatif, taha pertama adalah pengumpulan data sebelum
melakukan penelitian, ketika proses penelitian berlangsung, dan bahkan di akhir
penelitian. Proses pengumpulan data sebaiknya sudah dilakukan ketika data
penelitian masih dalam bentuk konsep atau draft. Dalam penelitian kualitatif,
99 Sugiyono, Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Bandung: Alfabeta, 2012, hlm. 244. 100 Sugiyono, op.cit., hlm. 242. 101 Haris Herdiansyah, Metode Penelitian Kualitatif: Untuk Ilmu-Ilmu Sosial, Jakarta: Salemba
Humanika, 2012, hlm. 163.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
proses pengumpulan data tidak memiliki batasan atau rentang waktu tersendiri,
melainkan sepanjang pelaksanaan penelitian maka proses pengumpulan data
masih dapat dilakukan.102
Dalam penelitian ini, peneliti mengumpulkan data dari hasil observasi,
angket (kuesioner), wawancara, kemudian dilengkapi data tambahan dari
dokumen dan dokumentasi. Hasil yang peneliti dapatkan dari tahap pengumpulan
data ini berupa lembar checklist observasi, jawaban kuesioner, catatan lapangan
hasil wawancara, dan lembar checklist dokumen serta dokumentasi.
2. Tahap Reduksi Data
Reduksi data adalah proses penggabungan dan penyeragaman segala bentuk
data yang diperoleh menjadi satu bentuk tulisan yang yang akan dianalisis.103
Reduksi data berarti memilih hal-hal pokok dengan mencari pola dan temanya,
serta memusatkan pada hal penting dengan tujuan supaya peneliti mendapat
gambaran yang jelas untuk mempermudah dalam pengumpulan data
selanjutnya.104 Pada tahap reduksi data ini tujuan intinya adalah membuang hal-
hal yang tidak diperlukan, data yang direduksi adalah data yang tidak mendukung
penelitian. di samping itu untuk memilah-milah hasil pengumpulan data agar
peneliti lebih terarah dan mudah dalam menarik kesimpulan.
Pada penelitian ini, peneliti melakukan reduksi data hasil dari pengambilan
data bersama narasumber yaitu guru dan siswa yang tidak sesuai dengan inti
permasalahan dari penelitian yang sedang dilakukan melalui hasil observasi,
wawancara, dan dokumen dan dokumentasi.
102 Ibid., hlm. 164. 103 Ibid., hlm. 165 104 Sugiyono., op.cit., hlm. 247.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
3. Tahap Penyajian Data
Tahap penyajian data kualitatif dapat dilakukan dalam bentuk uraian
singkat, bagan, hubungan antar kategori, dan sejenisnya. Namun, yang paling
sering digunakan adalah teks naratif. Melalui penyajian tersebut, maka data dapat
terorganisasikan, tersusun dalam pola hubungan sehingga akan semakin mudah
dipahami. Dengan menyajikan data, maka akan memudahkan peneliti untuk
memahami sesuatu yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan
dengan apa yang telah dipahami tersebut.105 Dalam penelitian ini, peneliti
menyajikan data berupa teks naratif.
4. Tahap Verifikasi dan Penarikan Kesimpulan
Tahap akhir dalam proses analisis data adalah melakukan verifikasi dan
penarikan kesimpulan. Pada tahap ini peneliti mengemukakan kesimpulan dari
data-data penelitian yang telah diperoleh. Tujuan dari kegiatan verifikasi adalah
untuk mencari makna terhadap data-data yang telah dikumpulkan dengan mencari
hubungan, persamaan, atau perbedaannya. Selama penelitian berlangsung
penarikan kesimpulan juga diverifikasi, makna-makna yang muncul dari data
harus diuji validitasnya.106
105 Ibid., hlm. 249. 106 Andi Prastowo, op.cit., hlm. 249.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
Berikut ini gambar alur analisis data menurut Miles dan Huberman yang
diterjemahkan oleh Tjejep Rohendi Rohidi107:
Gambar II. Model Analisis Data Menurut Miles dan Huberman
107 Matthew B. Miles, A. Michael Huberman (Penerjemah: Tjetjep Rohendi Rohidi), Analisis Data
Kualitatif, Jakarta: Universitas Indonesia Press, 1992, hlm. 18.
REDUKSI DATA
PENGUMPULAN
DATA
PENYAJIAN DATA
VERIFIKASI /
PENARIKAN
KESIMPULAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
I. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
BAB I. Pendahuluan
Berisi pokok bahasan utama yang menjadi latar belakang penelitian ini. Isi pada
bab ini mencakup latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat
penelitian.
BAB II. Kajian Pustaka
Berisi kajian teori yang di dalamnya mencakup deskripsi kajian teori Pendidikan
Abad 21, Kurikulum 2013, Higher Order Thinking Skill (HOTS), Pembelajaran
sejarah, Evaluasi pembelajaran sejarah dan Persepsi. Setelah itu terdapat
penelitian yang relevan, dan kerangka pikir.
BAB III. Metodologi Penelitian
Berisi tentang jenis penelitian, tempat dan waktu penelitian, sumber data, teknik
pengumpulan data, instrumen pengumpulan data, teknik cuplikan, teknik validitas
data, analisis data dan sistematika penulisan.
BAB IV. Hasil Penelitian dan Pembahasan
Berisi tentang deskripsi latar, deskripsi hasil penelitian, dan pembahasan dari hasil
penelitian.
BAB V. Kesimpulan dan Saran.
Berisi tentang kesimpulan dari hasil penelitian dan saran-saran untuk peneliti.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian
1. Sejarah SMA Negeri 6 Yogyakarta
Pelaksanaan penelitian ini adalah di SMA Negeri 6 Yogyakarta. SMA
Negeri 6 Yogyakarta pada mulanya didirikan untuk menutupi kekurangan tenaga
pamong praja di Negara bagian Yogyakarta pada tahun 1950. Mengingat sejak
Jakarta ditetapkan menjadi Ibu Kota RIS pada tahun 1949, maka kegiatan
pemerintah pusat berangsur-angsur dipindahkan dari Yogyakarta ke Jakarta,
bersama-sama dengan pegawai pamong prajanya.
Untuk mengatasi kekurangan atau bahkan kekosongan pegawai ini,
kemudian digelar pertemuan antar tokoh-tokoh Universitas Gadjah Mada (UGM)
dengan para pendidik yang ada, merumuskan upaya apa yang tepat dan apa yang
dapat dilaksanakan untuk mengisi kekosongan formasi pamong praja tersebut.
Dari hasil rapat itu, diputuskan untuk mendirikan sebuah sekolah.108
Pada awalnya sekolah baru ini diberi nama SMA Yuridis Ekonomi. Siswa-
siswanya diambil dari para pegawai yang berijazah SMP/SLTP dan ex-TP
(Tentara Pelajar). Karena pada saat itu jenis SMA yang ada adalah SMA/A dan
SMA/B maka akhirnya SMA Yuridis Ekonomi berubah nama menjadi SMA/C,
sesuai dengan SK Pendirian (Intillingen Besluit) yang diterbitkan oleh Menteri
Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan pada 1 Juli 1950. Pada saat itu, SMA
108 http://sman6-yogya.sch.id/, di akses pada 30 Mei 2019, pukul 09:30 WIB.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
Negeri C terbagi menjadi 2 sekolah yaitu SMA IC masuk siang dan SMA IIC
masuk pagi dalam satu lokasi yang sama.109
Setelah beberapa tahun kemudian, terdapat perubahan nama sesuai urutan
jumlah SMA Negeri yang berada di Kota Yogyakarta pada waktu itu, maka SMA
IC berubah menjadi SMA 5C dan SMA IIC menjadi SMA 6C. Seiring dengan
perkembangan waktu itu, SMA 5C memisahkan diri dari SMA 6C kemudian
menempati gedung baru di Jl. Nyi Pembayun Kota Gede sedangkan SMA 6C
tetap bertahan di Jl. Cornelis Simanjuntak 2 sampai saat ini. Karena kekhasan
nama SMA 6 dengan huruf “C”, maka hingga saat inipun masyarakat lebih sering
menyebut SMA N 6 Yogyakarta dengan sebutan “SMA Namche”.110
Kepala Sekolah yang pertama adalah alm. R.M. Poespokoesoemo. Akan
tetapi beliau hanya menjabat selama kurang lebih setahun saja (31 Maret 1950
hingga 1 Desember 1951). Lalu beliau digantikan oleh alm. R.A. Djoko Tirtono,
SH. (1 Desember 1951 – 1 Juni 1968). Kemudian saat ini dipimpin oleh Drs.
Miftakodin, MM.111
109 http://sman6-yogya.sch.id/, di akses pada 30 Mei 2019, pukul 09:30 WIB. 110 http://sman6-yogya.sch.id/, di akses pada 30 Mei 2019, pukul 09:30 WIB. 111 http://sman6-yogya.sch.id/, di akses pada 30 Mei 2019, pukul 09:30 WIB.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
2. Visi dan Misi SMA Negeri 6 Yogyakarta
a. Visi SMA Negeri 6 Yogyakarta112
Terwujudnya Insan Religius, Cerdas, Unggul, dan Berwawasan Lingkungan.
b. Misi SMA Negeri 6 Yogyakarta113
1) Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan yang aktif, inovatif, kreatif,
efektif, menyenangkan dan individual.
2) Mewujudkan pendidikan yang menghasilkan lulusan cerdas, terampil,
beriman, bertaqwa, dan memiliki keunggulan kompetitif.
3) Mewujudkan jumlah siswa yang diterima di perguruan tinggi berkualitas
tingkat nasional maupun internasional yang semakin tinggi.
4) Mewujudkan lulusan yang cerdas dan kompetitif dengan penilaian otentik
dan pembelajaran aktif, kreatif, inovatif, dan menyenangkan.
5) Mewujudkan kemampuan teknologi informasi dan komunikasi yang
tangguh dan kompetitif.
6) Mewujudkan kemampuan research yang cerdas dan kompetitif di tingkat
nasional maupun internasional.
7) Mewujudkan kemampuan berbahasa inggris yang tangguh dan kompetitif
di tingkat nasional maupun internasional.
8) Mewujudkan kemampuan olimpiade sains yang tangguh dan kompetitif.
9) Mewujudkan pendidik dan tenaga kependidikan yang berkualitas dan
profesional.
10) Mewujudkan sekolah sehat dan berwawasan lingkungan hidup.
11) Mewujudkan proses pembelajaran yang mengintegrasikan pendidikan
berwawasan lingkungan serta kurikulum etika berlalu lintas.
12) Mewujudkan kultur etika berlalu lintas.
13) Mewujudkan proses pembelajaran dengan perangkat kurikulum yang
lengkap, mutakhir, dan bewawasan kedepan.
14) Mewujudkan organisasi sekolah yang terus belajar(learning organization).
15) Mewujudkan lulusan tangguh yang mampu bersaing di kancah lokal
maupun global.
112 http://sman6-yogya.sch.id/, di akses pada 30 Mei 2019, pukul 09:30 WIB. 113 http://sman6-yogya.sch.id/, di akses pada 30 Mei 2019, pukul 09:30 WIB.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
3. Tujuan Pendidikan SMA Negeri 6 Yogyakarta
a. Tujuan Khusus Pendidikan Menengah Atas adalah:114
Mempersiapkan peserta didik melanjutkan kejenjang pendidikan lebih tinggi
dan mampu hidup dalam masyarakat.
b. Tujuan Umum Pendidikan SMA Negeri 6 Yogyakarta
Menghasilkan lulusan yang berkualitas agar mampu bersaing di tingkat lokal,
nasional, maupun global dengan cara:115
1) Meningkatkan rata-rata nilai ujian sekolah dan ujian nasional;
2) Meningkatkan jumlah siswa yang diterima di Perguruan Tinggi terkemuka;
3) Meningkatkan kemampuan di bidang penelitian, dan yang menunjukkan
karakter berbudaya peduli lingkungan;
4) Mempersiapkan lulusan yang religius, mandiri, kreatif, inovatif, berakhlak
mulia, dan berwawasan lingkungan;
5) Mempersiapkan lulusan yang religius mandiri, kreatif, inovatif, berakhlak
mulia, dan memiliki etika berlalu lintas;
6) Meraih prestasi akademik dan non akademik dalam berbagai kejuaraan di
tingkat lokal, nasional, dan internasional;
7) Meningkatkan fungsi “The Research School” dan pusat studi sekolah
berwawasan lingkungan, serta sebagai sekolah model pendidikan etika
berlalu lintas;
8) Mengembangkan budaya dan karakter bangsa Indonesia bagi seluruh
warga SMA Negeri 6 Yogyakarta;
9) Menjalin kerjasama dengan lembaga penelitian;
10) Menyelenggarakan pembelajaran yang berbasis Pembelajaran Aktif,
Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAIKEM).
SMA Negeri 6 Yogyakarta memiliki sembilan kelas disetiap
jenjangnya (jumlah kelas paralel). Sembilan kelas tersebut terdiri dari delapan
kelas MIPA dan satu kelas IPS. Peneliti berkesempatan untuk meneliti kelas
X MIPA 1 dan X MIPA 6. Kedua kelas tersebut masing-masing terdiri dari
30 siswa putra dan putri, sehingga jumlah siswa yang menjadi subyek
penelitian adalah 60 siswa.
114 http://sman6-yogya.sch.id/, di akses pada 30 Mei 2019, pukul 09:30 WIB. 115 http://sman6-yogya.sch.id/, di akses pada 30 Mei 2019, pukul 09:30 WIB.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
B. Deskripsi Hasil Penelitian
Untuk menjawab rumusan masalah dalam penelitian ini, peneliti
berdasarkan data-data yang yang diperoleh, menjabarkan hasilnya dalam dua
bagian yaitu persepsi guru terhadap evaluasi pembelajaran sejarah berbasis HOTS
dan persepsi siswa terhadap evaluasi pembelajaran sejarah berbasis HOTS
1. Persepsi Guru Terhadap Evaluasi Pembelajaran Sejarah Berbasis HOTS
Persepsi guru terhadap evaluasi pembelajaran sejarah berbasis HOTS di
SMA Negeri 6 Yogyakarta adalah Positif. Hal tersebut dipaparkan pada deskripsi
hasil penelitian yang dibagi ke dalam beberapa kategori, yaitu kemampuan
berpikir kritis, kemampuan berpikir kreatif dan inovatif, kemampuan
memecahkan masalah dan mengambil keputusan, kemampuan mengaitkan materi
dengan pengetahuan baru, kemampuan mengkreasi produk, kemampuan
berefleksi serta mengaplikasikannya dalam keseharian. Indikator-indikator
tersebut sebagai berikut:
a. Kemampuan Berpikir Kritis
Berkaitan dengan gambaran umum mengenai evaluasi berbasis HOTS
maka guru yang mengampu mata pelajaran sejarah di SMA Negeri 6 Yogyakarta
memiliki pendapat yang sejalan dalam menanggapi kemampuan berpikir kritis.
Guru merespon positif bahwa dengan evaluasi pembelajaran berbasis HOTS,
Soal-soal yang guru berikan kepada siswa misalnya pada materi tentang teori-teori
masuknya agama Hindu, Buddha dan Islam di Indonesia membuat siswa mampu
memahami serta menganalisis hal-hal yang berkaitan dengan materi terkait.116 Hal
tersebut diperkuat dengan respon Ibu Ida bahwa evaluasi pembelajaran sejarah
116 CL 2.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
berbasis HOTS mampu mengarahkan siswa untuk berpikir lebih mendalam secara
mandiri, selain itu siswa dapat meningkat dalam berpikir logis dan kritis. Siswa
dituntut untuk lebih berpikir mendalam tanpa harus dijelaskan secara rinci oleh
guru. Siswa juga menjadi lebih proaktif ketika kegiatan pembelajaran
berlangsung. Hal tersebut ditunjukkan dengan tingginya antusiasme siswa-siswa
mengajukan pertanyaan yang sifatnya kritis dan tidak dangkal terkait materi yang
diajarkan.117
Guru meyakini pula bahwa evaluasi atau soal-soal baik ketika penilaian
harian, penilaian akhir semester maupun pada penilaian akhir tahun, yang guru
berikan telah memuat indikator yang menuntut siswa untuk berpikir kritis.118 Hal
tersebut dikuatkan dengan tanggapan dari Ibu Wati bahwa evaluasi pembelajaran
sejarah berbasis HOTS apabila dilakukan secara bertahap akan mampu
mendorong pemahaman siswa dengan optimal sehingga akan sangat bagus untuk
mengembangkan kemampuan siswa dalam mengkritisi suatu hal. Apabila
implementasi dan evaluasi pembelajaran sejarah berbasis HOTS dilaksanakan
secara keseluruhan dan langsung tentu akan membuat siswa kaget dan kesulitan
menerima dan memahami materi. Oleh sebab itu perlahan tapi pasti Ibu Wati
mengupayakan untuk membiasakan siswa mengerjakan soal sejarah berbasis
HOTS.119
Di samping itu, soal-soal yang guru berikan kepada siswa tidak selalu
terpaku pada buku teks (book oriented)120. Oleh sebab itu, menurut Ibu Wati pada
117 CL 4. 118 CL 2. 119 CL 5. 120 CL 2.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
evaluasi pembelajaran berbasis HOTS masa kini siswa tidak dituntut untuk
menghafal materi tapi lebih ke menganalisis agar siswa mampu berpikir
kompleks.121 Tataran tingkat kesulitan soal yang biasa Ibu Wati buat untuk
memunculkan HOTS biasanya mulai dari C3-C6 (Mengaplikasikan sampai
Mengevaluasi), sehingga soal tidak hanya bersifat untuk me-recall ingatan siswa
saja tapi sudah menuntut siswa untuk mengkritisi permasalahan.
Hal itu didukung pernyataan Ibu Ida ketika pembelajaran berlangsung,
pendapat dan pertanyaan siswa bisa diluar dugaan bahkan terkadang membuat Ibu
Ida harus mencari referensi tambahan agar dapat memberikan jawaban yang
optimal sehingga wawasan guru semakin bertambah agar lebih mampu mendidik
siswa. Semakin canggihnya teknologi semakin banyak akses tersedia untuk
mempelajari berbagai hal. Oleh sebab itu siswa menjadi lebih terbuka
wawasannya sebab ilmu yang diperoleh tidak hanya di dapat dari kelas tapi juga
dari lingkungan di luar sekolah.122
Menurut pernyataan Ibu Wati terdapat kendala dalam evaluasi
pembelajaran sejarah berbasis HOTS seperti penggunaan kosa kata ilmiah dalam
soal berbasis HOTS masih perlu perhatian ekstra agar siswa semakin terbiasa
ketika menjumpai kosa kata ilmiah dalam soal evaluasi. Oleh sebab itu strategi
yang Ibu Wati lakukan adalah menjelaskan arti kosa kata yang masih asing serta
terus mengulang ketika kegiatan belajar mengajar berlangsung agar siswa paham
dan tidak merasa asing lagi ketika kosa kata tersebut termuat dalam kalimat soal
evaluasi. Pembiasaan tersebut akan berguna untuk memudahkan siswa dalam
121 CL 4. 122 CL 4.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
memahami inti soal ketika menghadapi evaluasi pembelajaran sejarah berbasis
HOTS.123
b. Kemampuan Berpikir Kreatif dan Inovatif
Berkaitan dengan kemampuan berpikir kreatif dan inovatif, guru memberi
tanggapan bahwa untuk mempelajari materi sejarah misalnya perkembangan
kehidupan masyarakat, pemerintahan, dan budaya, pada masa Kerajaan Hindu,
Buddha, dan Islam guru terbiasa untuk mengarahkan siswa agar terlatih membuat
peta konsep menggunakan software aplikasi maupun manual.124 Hal tersebut
sesuai dengan pernyataan Ibu Ida bahwa jenis evaluasi yang paling sering guru
berikan pada siswa adalah membuat peta konsep secara berkelompok. Siswa-
siswa sudah terbiasa membuat peta konsep hal tersebut dapat dilihat dari isi peta
konsep mereka yang padat dan jelas. Pembiasaan membuat peta konsep
diharapkan mampu memudahkan siswa untuk memahami materi sejarah yang
cukup banyak dan beragam.125
Guru menyadari bahwa pembelajaran sejarah sekaligus evaluasi di
dalamnya harus disesuaikan dengan kurikulum 2013 revisi agar mampu
membangkitkan semangat dan motivasi siswa untuk memiliki kemampuan
berpikir kreatif dan inovatif untuk dijadikan bekal di masa depan.126 Hal tersebut
dikuatkan dengan adanya tanggapan dari Ibu Wati yang mengungkapkan bahwa
guru harus lebih kreatif dan memperluas wawasan karena misalnya saja dalam
pembuatan soal evaluasi sejarah berbasis HOTS, harus disertai paragraf literasi
123 CL 5. 124 CL 2. 125 CL 4. 126 CL 2.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
sejarah untuk menambah pengetahuan siswa sebelum menjawab soal. Dalam
evaluasi pembelajaran sejarah berbasis HOTS, jenis soal tidak langsung pada inti
tapi harus di dahului dengan literasi yang bagus untuk memperkaya pengetahuan
pada siswa.127
Guru menyatakan bahwa apabila dalam diskusi siswa enggan menuliskan
hal-hal penting mengenai topik yang sedang dipresentasikan serta kurang mampu
mengajukan pertanyaan yang relevan maka siswa tersebut biasanya akan diberi
nasihat untuk lebih memperhatikan teman yang sedang presentasi agar mampu
memahami materi yang dipresentasikan teman lain.128 Hal tersebut dikuatkan oleh
pernyataan dari Ibu Wati yang mengungkapkan bahwa kesadaran siswa dalam
partisipasi di kelas dan keinginan belajar harus lebih ditingkatkan. Siswa yang
terlihat acuh tak acuh ketika teman lain sedang presentasi biasanya akan Ibu Wati
datangi dan memberi nasihat untuk lebih memperhatikan dan menghargai teman
lain. Terkadang Ibu Wati juga memberikan pertanyaan pada siswa yang terlihat
tidak fokus pada saat pembelajaran berlangsung. Dari situ dapat diketahui siswa
tersebut benar-benar mengikuti kegiatan pembelajaran dengan baik atau justru
sebaliknya asik dengan kegiatannya sendiri.129
Pada pembelajaran abad 21 guru dituntut untuk memanfaatkan teknologi
dalam proses pembelajaran salah satunya dengan cara memanfaatkan media
audio visual sebagai media pembelajaran bagi siswa.130 Hal itu dikuatkan dengan
adanya respon dari Ibu Wati bahwa terkadang guru juga memberi tugas siswa
127 CL 5. 128 CL 2. 129 CL 5. 130 CL 2.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
untuk membuat video sejarah secara berkelompok dengan topik materi yang
sudah dibagi sebelumnya. Siswa-siswa zaman sekarang rata-rata sudah melek
teknologi, dalam artian mereka mampu mampu mengetehui dan belajar yang
berkaitan dengan penguasaan teknologi dengan cepat. Hal tersebut dapat dilihat
dari hasil video kreasi siswa yang bagus dan kreatif. Terdapat kendala yaitu
terkadang guru merasa kesulitan dalam mempelajari cara mengoperasikan aplikasi
untuk menunjang pembelajaran. Oleh sebab itu guru memiliki strategi untuk
mengatasi kesulitan tersebut dengan senantiasa memperbaharui diri mengikuti
workshop multimedia serta belajar dari rekan kerja yang sudah ahli dalam
menggunakan aplikasi pembelajaran.131
c. Kemampuan Memecahkan Masalah dan Mengambil Keputusan
Berkaitan dengan kemampuan memecahkan masalah dan mengambil
keputusan dalam evaluasi pembelajaran sejarah berbasis HOTS, guru menyatakan
bahwa guru merasa sudah cukup mahir dalam pembuatan soal-soal untuk siswa
bermuatan pemecahan masalah yang mengaitkan berbagai isu-isu aktual dengan
materi pembelajaran sejarah.132 Hal tersebut didukung dengan pernyataan Ibu
Wati bahwa evaluasi berbasis HOTS juga sangat baik untuk mengembangkan
kemampuan siswa dalam memecahkan permasalahan namun, dalam
implementasinya harus dilakukan secara bertahap supaya siswa tidak kaget serta
dapat memahami dengan optimal sehingga akan sangat bagus untuk
131 CL 5. 132 CL 2.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
mengembangkan kemampuan siswa dalam menganalisis dan memecahkan
permasalahan.133
Guru merasa puas apabila siswa dapat mengerjakan soal-soal pemecahan
masalah yang menuntut siswa mampu mengaitkan berbagai isu-isu aktual dengan
materi yang diajarkan.134 Itu artinya dalam kegiatan pembelajaran di kelas, siswa
mampu mengikuti dan memahami dengan baik materi yang disampaikan guru.
Hal tersebut didukung dengan pernyataan Ibu Ida bahwa dalam membuat soal
evaluasi lebih cenderung bersifat menganalisis, sehingga siswa tidak selalu
dituntut untuk menghafal tanggal, tempat kejadian atau nama tokoh sejarah. Akan
tetapi siswa lebih dituntut agar dapat mengkritisi suatu permasalahan untuk
kemudian dicari solusinya. Siswa tidak lagi dihadapkan pada persoalan seputar
nama pelaku sejarah beserta latar tempat dan waktunya tapi siswa harus mampu
menguaraikan analisisnya terkait permasalahan pada peristiwa masa itu sendiri.135
Guru berusaha untuk rutin memberikan penugasan berupa lembar diskusi
siswa yang memuat isu-isu aktual untuk meningkatkan kemampuan berpikir
kompleks sehingga siswa dapat mengambil sikap dalam berbagai keadaan.136
Menurut Ibu Wati, dalam membuat soal evaluasi yang paling sering guru berikan
biasanya soal yang bersifat menuntut siswa untuk menganalisis, menelaah,
mencari solusi atau pemecahan masalah.137 Hal tersebut didukung oleh pernyataan
Ibu Ida dan Ibu Wati bahwa pentingnya evaluasi pelajaran sejarah berbasis HOTS
untuk mematahkan anggapan bahwa pelajaran sejarah itu tidak selalu hanya
133 CL 5. 134 CL 2. 135 CL 4. 136 CL 2. 137 CL 5.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
tentang hafalan tetapi harus dapat menganalisis dan menemukan solusi dari
permasalahan. Kemudian evaluasi HOTS juga berguna untuk mengetahui tingkat
pemahaman serta dapat mengarahkan siswa menjadi pribadi yang bijaksana dalam
kehidupan dan dapat menjadi bekal siswa untuk mempersiapkan masa depan.138
d. Kemampuan Mengaitkan Materi Dengan Pengetahuan Baru
Berkaitan dengan kemampuan mengaitkan materi dengan pengetahuan
baru dalam pelaksanaan evaluasi pembelajaran sejarah berbasis HOTS, guru
berpendapat bahwa banyak nilai-nilai kehidupan, warisan nenek moyang pada
zaman dulu sampai sekarang banyak yang masih diakui keberedaannya.139 Maka
dari itu perangkat pembelajaran yang telah guru siapkan bertujuan untuk
mendorong siswa agar mampu mengaitkan ilmu pengetahuan yang telah
dimilikinya dengan ilmu baru yang akan diperolehnya pada saat pembelajaran
berlangsung. Hal tersebut diperkuat dengan adanya pernyataan dari Ibu Wati
bahwa membiasakan siswa untuk berliterasi sejarah mampu mengembangkan
kemampuan siswa dalam mengaitkan materi dengan pengetahuan baru sehingga
siswa menjadi lebih kaya wawasan kesejarahannya.140
Sebagai tambahan Ibu Wati menuturkan bahwa, guru pernah memberi
tugas bersifat tidak terstruktur pada siswa dengan meminta mereka untuk berfoto
di depan museum untuk kemudian diunggah ke media sosial dengan ditambahkan
keterangan foto yang menjelaskan tentang obyek sejarah yang dikunjungi. Dari
situ siswa menjadi terlatih untuk merangkai kata dan mengaitkan materi pelajaran
138 CL 4, CL 5. 139 CL 2. 140 CL 5.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
yang telah didapatkan dari sekolah dengan informasi yang berisi pengetahuan
baru dari obyek sejarah yang mereka kunjungi.141
Di samping itu, menurut Ibu Ida dan Ibu Wati dalam hal mempersiapkan
segala macam perangkat pembelajaran termasuk perangkat evaluasi berbasis
HOTS dibanding dengan pembelajaran yang tidak memuat unsur HOTS sangat
berbeda dan cenderung lebih kompleks daripada non HOTS tapi guru tetap
mengupayakan untuk selalu menyusun perangkat pembelajaran dan evaluasi
HOTS secara komprehensif. Hal tersebut dibuktikan dengan kelengkapan
perangkat pembelajaran dan evaluasi berbasis HOTS yang disusun guru telah
meencakup rencana pelaksanaan pembelajaran, soal-soal serta kunci jawaban,
rubrik penilaian kognitif, rubrik penilaian afektif, rubrik penilaian psikomotorik,
daftar nilai.142
Guru selalu mempunyai ide atau gagasan untuk membuat siswa mampu
mengaitkan pengetahuan yang telah dimiliki dengan pengetahuan yang baru
setelah membahas materi pelajaran.143 Di samping itu, guru berusaha mendorong
siswa untuk mengaitkan berbagai warisan nenek moyang misalnya kesenian pada
Kerajaan Islam yang eksistensinya masih diakui sampai saat ini. Hal tersebut
diperkuat dengan adanya pernyataan dari Ibu Ida bahwa pada implementasi
pembelajaran dan evaluasi berbasis HOTS, guru memberi soal yang bersifat lebih
kontekstual dengan mengaitkan materi dengan isu atau berita yang sedang hangat
jadi dapat mempermudah siswa memahami materi.144 Ketika guru memberikan
141 CL 5. 142 CL 14. 143 CL 2. 144 CL 4.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
penjelasan kemudian ada siswa yang merasa belum jelas dan berani untuk
langsung bertanya, guru memberi jawaban pada siswa dengan memberikan
contoh dan mengkontekstualkan materi dengan isu atau berita yang sedang hangat
waktu itu.145
e. Kemampuan Mengkreasi Produk
Berkaitan dengan kemampuan mengkreasi produk dalam pelaksanaan
evaluasi pembelajaran sejarah berbasis HOTS, guru menyatakan bahwa dalam
pendidikan abad 21 ini, guru terbiasa memberikan penugasan siswa untuk
membuat mengunggah foto atau video di media sosial yang berkaitan dengan
materi pelajaran.146 Hal itu didukung oleh pernyataan Ibu Ida yang
mengungkapkan bahwa siswa zaman sekarang rata-rata sudah mahir dalam
menggunakan gawai yang beteknologi mutakhir, oleh sebab itu sebagai guru tidak
boleh sampai ketinggalan atau kalah dengan siswa. Guru dituntut untuk terus
memperbaharui diri seiring waktu dan menciptakan pembelajaran yang optimal.147
Di samping itu, menurut penuturan Ibu Wati bahwa guru dalam
memberikan evaluasi berbasis HOTS berupa penugasan individu dapat beragam
tidak hanya menjawab latihan soal secara mandiri tapi juga siswa diminta untuk
membuat artikel sejarah yang berisi opini analisis mereka tentang suatu peristiwa
sejarah, membuat resensi buku novel sejarah dengan menggunakan kalimat
sendiri. Lalu untuk penugasan kelompok, misal tugas membuat makalah para
145 CL 1. 146 CL 2. 147 CL 4.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
siswa harus mampu menjelaskan isi dari makalah yang mereka buat untuk
membuktikan orisinalitas karya mereka.148
Guru akan bertindak tegas dan akan menegur ketika siswa membuat karya
terkait penugasan dari hasil menjiplak karya orang lain di internet.149 Hal tersebut
bertujuan melatih mereka untuk menghindari plagiarisme serta menghargai hak
cipta atas karya orang lain. Oleh sebab itu guru selalu menekankan pada siswa
untuk jangan lupa menyertakan kredit sumber pada setiap mereka mengutip
tulisan orang lain meskipun telah mereka ubah dengan bahasa sendiri.
Dalam proses pembelajaran guru memberi arahan kepada siswa dalam
menggunakan berbagai aplikasi penunjang pembelajaran untuk mengasah
keahlian atau skill siswa. Hal itu didukung oleh pernyataan Ibu Ida yang
menyatakan bahwa evaluasi pembelajaran berbasis HOTS sangat penting untuk
mengukur tingkat pengetahuan siwa selama kegiatan belajar mengajar
berlangsung. Pada ranah psikomotorik, siswa menjadi lebih kreatif dan produktif
dalam membuat produk atau karya, misalnya : video, sejarah dari hasil kreasi
mereka sendiri.150
f. Kemampuan Berefleksi serta Mengaplikasikannya dalam Keseharian
Berkaitan dengan kemampuan berefleksi serta mengaplikasikannya dalam
keseharian dalam pelaksanaan evaluasi pembelajaran sejarah berbasis HOTS, guru
memberikan tanggapan bahwa guru memaknai setiap nilai yang diperoleh dari
materi yang ajarkan maka guru berupaya mengajak siswa agar terbiasa
148 CL 5. 149 CL 2. 150 CL 4.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
merefleksikan nilai dari pembelajaran untuk diterapkan dalam kehidupan.151 Ibu
Wati terkadang merasa masih sulit dalam membimbing siswa supaya mampu
merefleksikan nilai-nilai yang terkandung dalam pembelajaran. Namun guru tetap
berupaya memotivasi dan mendorong siswa supaya dapat menganalisis suatu
kasus dengan kritis agar dapat menyelesaikan permasalahan untuk kemudian
dicari solusinya serta diambil nilai-nilai positifnya untuk direfleksikan.152
Ditambah menurut penuturan Ibu Wati, guru selalu menekankan pada
siswa untuk terbiasa berefleksi. Pembiasaan tersebut dilakukan oleh guru tidak
selalu pada saat akhir pelajaran tapi juga dapat di awal pelajaran, yang terpenting
setiap kegiatan pembelajaran siswa harus selalu diajak untuk mengambil nilai
positif dari materi yang sudah dipelajari bersama untuk diterapkan dalam
keseharian. Misal ada siswa yang pasif, guru berusaha untuk terus mendorong
siswa untuk merespon pertanyaan guru agar semua siswa dapat terbiasa
berpartisipasi dalam berefleksi.153
Sebagai contoh pada materi pertempuran di berbagai daerah untuk
mempertahankan kemerdekaan Indonesia dapat diambil nilai positifnya yaitu
sikap gigih, pantang menyerah dan kerjasama untuk dapat mempertahankan
segala sesuatu yang telah dicapai dalam hidup. Pada intinya di evaluasi
pembelajaran sejarah berbasis HOTS, siswa diajak untuk tidak hanya mempelajari
tentang “apa, siapa dan kapan” tapi juga lebih diarahkan untuk mampu memahami
“mengapa dan bagaimana” peristiwa sejarah itu terjadi.154
151 CL 2. 152 CL 5. 153 CL 5. 154 CL 5.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
Setelah proses pembelajaran guru lebih intens mengajak siswa untuk
merefleksikan nilai-nilai yang diperoleh pada pembelajaran agar dapat
diaplikasikan dalam keseharian. Hal tersebut menurut pernyataan guru bahwa
adanya evaluasi pembelajaran berbasis HOTS sangat penting, karena dengan
evaluasi berbasis HOTS mampu mengarahkan siswa untuk menjadi pribadi yang
mampu memposisikan diri di berbagai situasi serta mengambil hikmah untuk
dimaknai dalam hidup jika siswa terbiasa merefleksikan nilai-nilai yang didapat
dari masa lalu untuk bekal di masa depan.155
2. Persepsi Siswa Terhadap Evaluasi Pembelajaran Sejarah Berbasis HOTS
Persepsi siswa terhadap evaluasi pembelajaran sejarah berbasis HOTS di
SMA Negeri 6 Yogyakarta Positif. Hal tersebut dipaparkan pada deskripsi hasil
penelitian yang dibagi ke dalam beberapa kategori yaitu kemampuan berpikir
kritis, kemampuan berpikir kreatif dan inovatif, kemampuan memecahkan
masalah dan mengambil keputusan, kemampuan mengaitkan materi dengan
pengetahuan baru, kemampuan mengkreasi produk, kemampuan berefleksi serta
mengaplikasikannya dalam keseharian. Indikator-indikator tersebut sebagai
berikut:
a. Kemampuan Berpikir Kritis
Mengenai kemampuan berpikir kritis dalam mengikuti pembelajaran
sejarah berbasis HOTS, sebagian besar siswa menuturkan bahwa mereka dalam
menyelesaikan tugas membuat kliping sejarah semakin tersadarkan akan
155 CL 5.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
pentingnya bertoleransi di dalam keberagaman.156 Ketika mengerjakan soal
evaluasi mengenai akulturasi kebudayaan kerajaan Hindu, Buddha serta Islam di
Indonesia, mayoritas siswa merasa semakin termotivasi untuk saling menghargai
adanya perbedaan. Hal tersebut didukung oleh pernyataan siswa bernama Rahil,
Arda, Naya dan Yasmina yang menyatakan bahwa mereka semakin memahami
adanya kemajemukan dalam kehidupan, dapat diambil contoh dari lingkungan
kelas sendiri sudah terdapat agama yang beragam namun mereka tetap saling
menghargai dan saling merangkul satu sama lain. Siswa mengatakan bahwa
mereka mengakui adanya perbedaan tetapi perbedaan tersebut bukan menjadi
penghalang dalam jalinan pertemanan di antara mereka.157
Dalam mengerjakan tugas untuk menguraikan contoh akulturasi Hindu,
Buddha dan Islam di Nusantara kebanyakan siswa merasa lebih senang mencari
tambahan referensi dari sumber media digital dan internet daripada harus
membaca media cetak.158 Hal ini dikuatkan dari hasil wawancara bersama seorang
siswa yaitu Martin yang mengatakan bahwa mencari tambahan sumber untuk
mengerjakan tugas dari guru yang benar-benar sesuai seringkali sulit ditemukan
dari media cetak seperti koran atau majalah. Akan tetapi Martin tetap mencari data
dari media cetak terlebih dahulu karena bagi Martin, sumber dari emdia cetak
dapat dipertanggungjawabkan keakuratannya kemudian untuk melengkapinya
menggunakan sumber dari internet.159
156 CL 3. 157 CL 6, CL 9, CL 10, CL 12. 158 CL 3. 159 CL 7.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
Di samping itu terdapat kendala yang dialami sebagian besar siswa
terlebih dalam memahami kalimat soal yang diberikan guru karena banyak
menggunakan kosa kata ilmiah. Hal tersebut sesuai dengan pengalaman beberapa
siswa yaitu Norman, Arda, Naya Satriya dan Fauzi yang mengatakan bahwa
dalam evaluasi pembelajaran sejarah berbasis HOTS, materi yang dipelajari dirasa
terlalu banyak, rumit dan kosa kata yang sulit dipahami. Akan tetapi strategi yang
mereka gunakan adalah dengan cara mencatat penjelasan guru dan memahami inti
atau pokok materi terlebih dahulu, penjelasan selebihnya dapat dikembangkan
dengan bahasa siswa sendiri.160
b. Kemampuan Berpikir Kreatif dan Inovatif
Mengenai kemampuan berpikir kreaif dan inovatif pada proses evaluasi
pembelajaran sejarah berbasis HOTS, mayoritas siswa berpendapat bahwa
menjadi hal yang biasa saja bagi mereka ketika membuat tugas peta konsep
misalnya pada materi mengenai kesultanan Islam di Pulau Jawa karena dengan
mereka memahami kata kuncinya atau pokok materi, itu berarti sudah dapat
menjelaskan inti materi.161 Hal tersebut sesuai dengan yang diungkapan beberapa
siswa yaitu Rahil, Norman, Arda, Satriya, Yasmina dan Fauzi bahwa dalam
mengikuti kegiatan pembelajaran, beberapa siswa tersebut mengalami kendala
dalam memahami materi sejarah karena mereka merasa materi terlalu banyak dan
kompleks. Cara atau strategi yang siswa-siswa tersebut pilih adalah dengan
160 CL 8, CL 9, CL 11, CL 13. 161 CL 3.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
membuat peta konsep dengan menggunakan rangkaian kalimat yang disusun
sendiri untuk memudahkan dalam memahami materi sejarah yang beragam. 162
Dikuatkan oleh pernyataan bahwa siswa merasakan tantangan lebih dengan
menggunakan penalaran dan kreatifitas sendiri daripada hanya sekadar
menghafalkan isi buku.163 Didukung pula dengan hasil observasi yang dilakukan
observer di kelas X MIPA 1 bahwa para siswa nampak sangat antusias
mendengarkan penjelasan dari guru dan banyak pula yang mencatat bagian-bagian
yang dianggap penting. Ada beberapa siswa yang berani untuk langsung bertanya
pada guru ketika mereka merasa kurang jelas dengan maksud penjelasan dari guru
lalu ada beberapa siswa yang berani menyampaikan pendapatnya setelah guru
membahas suatu kejadian.164
Dalam mempelajari materi menggunakan catatan yang diberikan guru atau
meringkas sendiri, sebagian siswa merasa senang menggaris bawahi bagian
penting materi karena isinya terlalu banyak sehingga memudahkan dalam
mengerjakan tugas dari guru. Hal itu menjadi kebiasaan yang rutin dilakukan oleh
beberapa siswa yaitu Martin dan Norman, mereka merasa terbantu dalam belajar
menjelang evaluasi jika catatan mereka sudah lengkap digaris bawahi pada
bagian-bagian penting sehingga, untuk memahami dan mengingat pokok materi
menjadi lebih mudah.165 Di sisi lain, untuk mendapatkan nilai tambah, Yasmina
162 CL 6, CL 8, CL 9, CL 11, CL 12, CL 13. 163 CL 6, CL 9. 164 CL 1. 165 CL 7, CL 8.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
berusaha mengumpulkan tugas lebih awal dari tempo waktu yang diberikan guru
namun dengan hasil pekerjaan yang dibuat dengan semaksimal mungkin.166
Ketika mendapat tugas presentasi, mayoritas siswa mempunyai inisiatif
untuk mencari video terkait materi yang akan dipresentasikan untuk ditayangkan,
mereka tidak khawatir meskipun akan mengundang banyak pertanyaan dari siswa
lain. Selain itu menurut Martin, ketika mendapat tugas yang jawabannya tidak ada
dalam buku catatan atau buku paket, siswa tersebut mempunyai inisiatif untuk
mencari informasi di internet nemun tetap dengan memperhatikan sumbernya.167
c. Kemampuan Memecahkan Masalah dan Mengambil Keputusan
Mengenai kemampuan memecahkan masalah dan mengambil keputusan
pada evaluasi pembelajaran sejarah yang berbasis HOTS terkhusus dalam
mengerjakan soal evaluasi, misalnya soal tentang terjadinya kepulauan Indonesia,
sebagian besar siswa menjadi tahu jika pelajaran sejarah berkaitan pula dengan
geografi.168 Hal itu karena kedua cabang ilmu tersebut merupakan rumpun ilmu
sosial. Meskipun siswa-siswa pada saat SMA tidak mendapat pelajaran geografi
karena memang jurusan MIPA, namun pada saat SMP mereka cukup mengerti
bahwa pelajaran sejarah ada kaitannya dengan geografi.
Di sisi lain, ketika mengerjakan soal penilaian harian tentang terbentuknya
kepulauan Indonesia, mayoritas siswa yakin dan percaya dengan jawaban sendiri
sehingga tidak ingin mencontek atau menggunakan jawaban teman yang dianggap
pintar. Rasa percaya diri pada Naya, Satriya dan Yasmina karena ia terbiasa
belajar dengan cara membaca lalu menulis ulang di catatan serta merangkum
166 CL 10. 167 CL 7. 168 CL 3.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
dengan bahasa sendiri. Para siswa tersebut ingin melatih kejujuran mereka serta
untuk meningkatkan rasa percaya diri mereka karena mereka lebih berorientasi
pada proses dan tidak begitu mempersoalkan tentang hasil yang akan mereka
dapat meski salah atau benar yang penting itu murni dari hasil pemikiran mereka
sendiri.169
Setelah mengerjakan tugas tentang sejarah yang berkaitan dengan
keberagaman bangsa, sebagian besar siswa merasa terpanggil untuk ikut menjaga
kekayaan alam Indonesia agar tidak diklaim bangsa lain.170 Hal tersebut didukung
dengan pernyataan Fauzi bahwa dengan tekun mempelajari pelajaran sejarah
Indonesia dapat menumbuhkan rasa nasionalismenya, terlebih menurutnya dengan
membaca hikayat, cerita sejarah tentang kerajaan-kerajaan besar Nusantara seperti
kerajaan Sriwijaya dan Majapahit membuat Fauzi merasa semakin takjub
sekaligus bangga memiliki warisan leluhur sehebat itu. Fauzi mengatakan bahwa
usaha untuk turut menjaga keutuhan negara, warisan budaya serta alam yang
dimiliki Indonesia dapat dengan mengikuti upacara dengan tertib, menonton
kesenian reog serta tidak membuang sampah sembarangan agar lingkungan tetap
nyaman.171
Di samping itu pula, ketika mendapat tugas membuat artikel sejarah,
mayoritas siswa memilih untuk membuat dengan hasil pemikiran mereka sendiri
dan tidak ingin menyalin artikel di internet meskipun dapat menghemat waktu.172
Hal tersebut didukung oleh pernyataan beberapa siswa yaitu Rahil, Norman,
169 CL 10, CL 11, CL 12. 170 CL 3. 171 CL 13. 172 CL 3.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
Naya, Satriya dan Yasmina yang mengungkapkan bahwa mereka terbiasa
mengerjakan tugas jauh-jauh hari sebelum jatuh tempo waktu pengumpulan. Hal
tersebut mereka lakukan untuk mengantisipasi jika mereka merasa kesulitan
dalam mengerjakan tugas misal seperti membuat artikel tentang opini mereka
mengenai suatu materi sejarah, sehingga mereka tetap mengerjakan dengan baik
namun menggunakan hasil pemikiran sendiri.173
d. Kemampuan Mengaitkan Materi Dengan Pengetahuan Baru
Mengenai kemampuan mengaitkan materi dengan pengetahuan baru dalam
setiap evaluasi yang dilakukan guru berbasis HOTS, sebagian besar siswa tidak
merasa kesulitan menjawab soal tentang bukti peninggalan Hindu dan Buddha di
Nusantara meskipun mereka ada yang belum pernah berkunjung ke candi
Prambanan dan Borobudur yang merupakan peninggalan kerajaan Hindu-
Buddha.174 Hal tersebut dikuatkan dengan penuturan dari beberapa siswa yaitu
Martin, dan Arda yang mengatakan bahwa belajar sejarah tidak selalu harus
dengan mengunjungi obyeknya akan tetapi dengan canggihnya teknologi zaman
sekarang semakin memudahkan mereka dalam mengakses informasi yang berguna
dalam menunjang pembelajaran khususnya sejarah. Dengan menonton video di
media youtube, mengakses situs wikipedia bagi mereka cukup membantu dalam
menambah wawasan sejarah misal peninggalan-peninggalan masa Hindu-
Buddha.175
Hal tersebut ditambahkan oleh pernyataan Rahil dan Yasmina bahwa
untuk menyiasati kesulitan dalam mengerjakan tugas berbasis HOTS, para siswa
173 CL 6, CL 8, CL 10, CL 11, CL 12. 174 CL 3. 175 CL 7, CL 9.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
tersebut berusaha untuk lebih rajin belajar dan membaca ulang materi yang masih
dianggap belum jelas, kalimat per kalimat mereka coba untuk pahami dengan
seksama bahkan jika ada kosa kata yang masih asing, mereka kemudian mencari
maksudnya melalui kamus besar bahasa Indonesia akan tetapi jika tidak bisa
menganalisis lebih lanjut, maka mereka menggunakan kreatifitas sendiri untuk
mensimulasikan soal dengan kehidupan di sekitar yang berkaitan.176
Selain itu pula ketika mendapat tugas untuk menuliskan karakteristik candi
Buddha dan Hindu, mayoritas siswa tidak keberatan apabila harus mengunjungi
langsung candi Sewu dan candi Prambanan agar hasil yang dikerjakan lebih
optimal.177 Kemudian untuk menghasilkan artikel ilmiah yang optimal tentang
bukti peninggalan masa Hindu dan Buddha di Nusantara, sebagian besar siswa
menyatakan kesanggupan mereka untuk melakukan penelitian dengan berkunjung
ke candi Prambanan dan candi Plaosan.178
e. Kemampuan Mengkreasi Produk
Mengenai kemampuan mengkreasi produk dalam evaluasi pembelajaran
sejarah berbasis HOTS, sebagian besar siswa merasa ketika mendapat tugas
untuk membuat video tentang materi kerajaan Hindu dan Buddha sangat penting
untuk menumbuhkan keterampilan mereka dalam menghadapi tantangan abad
21.179 Hal tersebut diperkuat oleh pernyataan Satriya dan Fauzi bahwa mereka
beberapa kali pernah mendapat penugasan kelompok untuk membuat video
sejarah.. Kendala yang siswa rasakan ketika awalnya siswa merasa terbebani dan
176 CL 6, CL 12. 177 CL 3. 178 CL 3. 179 CL 3.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
kesulitan untuk dapat menghasilkan video konten sejarah yang baik agar hasil
video dapat optimal. Strategi atau cara yang siswa lakukan untuk dapat mengatasi
kendala tersebut adalah dengan berusaha belajar dari media sosial youtube tentang
cara merekam, mengambil gambar yang baik serta mengedit video dengan
aplikasi, antar siswa saling membantu agar video yang dihasilkan dapat maksimal.
Para siswa tersebut pergi ke beberapa museum dan keraton Yogyakarta untuk
mendokumentasikan video. Mereka saling bekerjasama untuk menghasilkan karya
yang optimal. Selama proses pengambilan video tersebut mereka merasa semakin
lebih mengerti tentang sejarah wilayah Yogyakarta yang mereka rasa masih
sedikit diajarkan di sekolah.180
Sebagian besar siswa merasa bangga ketika guru mengapresiasi kliping
yang siswa buat tentang peninggalan Hindu dan Buddha di Nusantara namun hal
tersebut tidak membuat mereka mudah berpuas diri dan merendahkan karya teman
lain. Di sisi lain, saat mendapat tugas untuk merangkum materi peninggalan
kerajaan Samudera Pasai, sebagian besar siswa berinisiatif untuk menyertakan
pula gambar yang mendukung penjelasan tersebut. Hal itu didukung oleh
pernyataan seorang siswa bahwa ketika mendapat tugas presentasi dan penugasan
dalam evaluasi berbasis HOTS, siswa tersebut merasa terdorong untuk
menjelaskan lebih dari materi serta memanfaatkan sarana teknologi untuk
menunjang presentasinya.181
180 CL 11, CL 13. 181 CL 11.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
f. Kemampuan Berefleksi serta Mengaplikasikannya dalam Keseharian
Mengenai kemampuan berefleksi serta mengaplikasikannya dalam
keseharian dalam evaluasi pembelajaran sejarah berbasis HOTS, pada proses
menyelesaikan tugas peta konsep yang diberikan guru misal tentang akulturasi
budaya kesultanan Islam di Nusantara, sebagian besar siswa memperhatikan dan
tidak mengabaikan nilai moral yang termuat di dalam materi tersebut supaya dapat
diambil nilai positifnya.182 Hal itu didukung dengan pernyataan Martin, Arda dan
Naya yang mengungkapkan bahwa mereka telah terbiasa melakukan refleksi
belajar terhadap diri mereka sendiri, maka dari itu para siswa tersebut merasa
memiliki kemampuan untuk menyelesaikan masalahnya sendiri. Siswa-siswa juga
menjadi mengerti cara belajar terbaik bagi dirinya sendiri serta memotivasi diri
untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Begitu pula bagi mereka belajar sejarah
penuh dengan nilai dan pesan moral yang baik untuk membuat mereka
berkembang dan mempelajari masa lalu untuk tidak mengulangi kesalahan atau
kegagalan yang sama di masa kini dan masa depan.183
Di tambah ketika mengerjakan soal evaluasi tentang akulturasi budaya
kesultanan Islam di Nusantara, mayoritas siswa menjadi lebih mengerti adanya
pluralisme dalam kehidupan sehari-hari namun mereka berupaya untuk tetap
saling menghargai meski dalam perbedaan.184 Di sisi lain, sebagian besar siswa
merasa semakin percaya diri ketika dapat menjawab pertanyaan lisan dari guru
dengan menggunakan rangkaian kalimat yang mereka susun sendiri.185 Hal
182 CL 3. 183 CL 7, CL 9, CL 10. 184 CL 3. 185 CL 3.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
tersebut dikuatkan dengan pernyataan Naya bahwa ketika ia berani menajawab
pertanyaan dari guru secara spontan dan ternyata jawabannya benar, kemudian
ada perasaan senang dan ia menjadi termotivasi untuk lebih aktif dalam
berpartisipasi menjawab pertanyaan dari guru karena bagi dia terlepas dari benar
tidaknya jawaban yang ia berikan, Naya dapat berlatih untuk lebih percaya diri
berbicara di depan umum.186
C. Pembahasan
Penerapan evaluasi berbasis Higher Order Thinking Skill (HOTS),
memberikan pengalaman baru bagi guru dan tentu berbeda dengan hal yang sudah
didapatkan sebelumnya. Dari pengalaman yang diperoleh tersebut, guru dalam
pelaksanaan evaluasi pembelajaran kemudian memunculkan adanya persepsi.
Oleh karena pengalaman yang diperoleh setiap guru berbeda dengan pengalaman
guru yang lain maka persepsi yang didapatpun beragam dan tentu berbeda satu
dengan lain terkait dengan evaluasi pembelajaran berbasis HOTS.
Proses munculnya persepsi guru disebabkan objek yang diterima oleh
panca indera, diproses oleh syaraf sensorik dalam menyampaikan stimulus yang
ditangkap oleh panca indera tersebut. Selanjutnya stimulus tersebut pada akhirnya
akan membentuk persepsi. Pada penelitian ini, yang menajadi objek penelitian
adalah persepsi guru sejarah yang terbentuk dari pengalaman guru ketika
mengimplementasikan evaluasi pembelajaran berbasis HOTS.
Menurut Stephen P. Robbins, persepsi adalah suatu proses di mana
individu mengorganisasikan dan menginterpretasikan kesan sensori mereka untuk
186 CL 10.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
memberi arti pada lingkungan mereka.187 Proses evaluasi yang dilakukan oleh
guru sejarah dalam pembelajaran, misalnya dengan melakukan ujian lisan atau
kuis yang tentunya akan memberikan pengalaman dan pemahaman baru bagi
guru. Melalui pengalaman dan pemahaman kuis lisan yang dilakukan tersebut,
maka guru dapat membuat soal evaluasi yang sesuai dengan keadaan kelas dan
karakteristik siswa.
1. Persepsi Guru Terhadap Evaluasi Pembelajaran Sejarah Berbasis HOTS
a. Kemampuan Berpikir Kritis
Guru memberi tanggapan positif terkait evaluasi pembelajaran berbasis
HOTS, soal-soal yang dibuat guru dimaksudkan untuk membuat siswa mampu
memahami serta menganalisis hal-hal yang berkaitan dengan materi serta mampu
mendorong siswa untuk berpikir lebih mendalam secara mandiri dan berpikir logis
dan kritis. Di samping itu, guru meyakini pula bahwa setiap evaluasi yang guru
berikan telah memuat indikator yang menuntut siswa untuk berpikir kritis. Akan
tetapi pada pelaksanaan evaluasi pembelajaran berbasis HOTS, harus dilakukan
secara bertahap supaya mampu meningkatkan pemahaman siswa dengan optimal.
Di sisi lain, dalam pembuatan soal, guru tidak selalu terpaku pada buku teks
(book oriented). Pada evaluasi pembelajaran berbasis HOTS, siswa tidak dituntut
untuk selalu menghafal materi tapi lebih ke menganalisis agar siswa mampu
berpikir kompleks, sehingga dapat mengeksplor penalarannya. Hal tersebut sesuai
dengan Frederico Mayor yang menyatakan perlunya perubahan atau transformasi
187 Jalaludin Rakhmat,op.cit., hlm. 50. 187 Stephen P Robbins,op.cit., hlm. 124.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
guna membangun segala aspek kehidupan yang lebih pada abad 21 yang memang
kewajiban dan pekerjaan rumah bagi setiap orang.188
Secara keseluruhan guru menyatakan bahwa implementasi evaluasi berbasis
HOTS sudah baik tapi tetap terdapat kendala yaitu penggunaan kosa kata ilmiah
dalam soal berbasis HOTS masih perlu perhatian ekstra agar siswa semakin
terbiasa ketika menjumpai kosa kata ilmiah dalam soal evaluasi. Oleh sebab itu
strategi yang lakukan adalah menjelaskan arti kosa kata yang masih asing serta
terus mengulang ketika kegiatan belajar mengajar berlangsung agar siswa paham
dan tidak merasa asing lagi ketika kosa kata tersebut termuat dalam kalimat soal
evaluasi. Pembiasaan tersebut akan berguna untuk memudahkan siswa dalam
memahami inti soal ketika menghadapi evaluasi pembelajaran sejarah berbasis
HOTS
Hal tersebut sejalan dengan pernyataan Hatta Saputra bahwa di abad 21 ini,
untuk dapat bertahan dan unggul daripada yang lain harus dapat berdaya saing.
Oleh sebab itu, dalam hal ini peran pendidikan sangat berpengaruh guna
menghadapi tantangan abad 21 yang semakin nyata dirasakan masyarakat
global.189 Orang yang memiliki daya saing yang baik tentu sudah dibekali
pendidikan dan ilmu yang berkualitas pula. Orientasi pembelajaran kurikulum
2013 adalah untuk menghasilkan insan muda Indonesia yang unggul, kreatif,
inovatif dan produktif melalui penguatan sikap (tahu mengapa), pengetahuan
(tahu apa) dan keterampilan (tahu bagaimana).
188 Hatta Saputra, op.cit., hlm. 25. 189 Ibid,. hlm. 58.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
b. Kemampuan Berpikir Kreatif dan Inovatif
Jenis evaluasi yang paling sering guru berikan pada siswa adalah membuat
peta konsep secara berkelompok. Oleh sebab itu, guru terbiasa untuk
mengarahkan siswa agar terlatih membuat peta konsep menggunakan software
aplikasi maupun manual supaya memudahkan siswa dalam memahami materi.
Hal di atas sejalan dengan pernyataan Petres, ketika seseorang sedang menerapkan
HOTS, ia perlu memeriksa asumsi dan nilai-nilai, mengevaluasi fakta dan menilai
kesimpulan.190
Guru menyadari bahwa evaluasi pembelajaran sejarah disesuaikan dengan
kurikulum 2013 agar mampu membangkitkan motivasi siswa untuk memiliki
kemampuan berpikir kreatif dan inovatif. Oleh sebab itu guru dituntut untuk lebih
kreatif dan memperluas wawasan. Guru memberi tugas siswa untuk membuat
video sejarah secara berkelompok karena pada pembelajaran abad 21 ini, guru
dituntut untuk mampu memanfaatkan teknologi dalam proses pembelajaran salah
satunya dengan cara memanfaatkan media audio visual sebagai media
pembelajaran bagi siswa.
Terdapat kendala dalam evaluasi pembelajaran sejarah berbasis HOTS
yaitu terkAdang guru merasa kesulitan dalam mempelajari cara mengoperasikan
aplikasi sebagai media penunjang pembelajaran. Oleh sebab itu guru memiliki
strategi untuk mengatasi kesulitan tersebut dengan senantiasa memperbaharui diri
mengikuti workshop multimedia serta belajar dari rekan kerja yang sudah ahli
dalam menggunakan aplikasi pembelajaran.
190 Ridwan Abdullah Sani, op.cit., hlm. 3.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
Hal tersebut sesuai dengan teori menurut Stufflebeam, evaluasi adalah
suatu usaha terencana dan terorganisir untuk mengumpulkan, menyusun dan
mengolah data yang memuat fakta dengan tujuan menarik garis besar mengenai
makna atau nilai guna serta prestasi suatu program dan kemudian dari hasil
tersebut dijadikan sarana penentuan pengambilan keputusan maupun perbaikan
kinerja suatu program.191
c. Kemampuan Memecahkan Masalah dan Mengambil Keputusan
Guru menyatakan bahwa guru merasa sudah terbiasa dalam pembuatan soal-
soal bermuatan pemecahan masalah yang mengaitkan berbagai isu-isu aktual
dengan materi pembelajaran sejarah. Guru beranggapan bahwa evaluasi berbasis
HOTS sangat baik untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam memecahkan
permasalahan namun, dalam implementasinya harus dilakukan secara bertahap
agar dapat dipahami dengan optimal.
Di samping itu, guru merasa puas apabila siswa mampu mengerjakan soal-
soal pemecahan masalah serta cenderung bersifat menganalisis, sehingga siswa
tidak selalu dituntut untuk menghafal untuk kemudian dikritisi dan dicari
solusinya. Hal tersebut sejalan dengan pernyataan Hatta Saputra bahwa adanya
kesadaran bahwa perkembangan kehidupan dan IPTEK pada abad 21 mengalami
pergeseran aspek pokok dibanding dengan abad sebelumnya yang merupakan
abad otomasi, komputasi, informasi dan komunikasi.192
191 Aman, op.cit., hlm. 77. 192 Hatta Saputra, op.cit., hlm. 2.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
Pendidikan merupakan investasi penting untuk bekal hidup yang berguna
sampai kapanpun. Di samping itu, memiliki keterampilan dan berusaha
mengasahnya dapat menjadi pegangan yang berharga termasuk dalam menjalani
hidup di abad 21 ini. Di sisi lain, guru rutin memberikan penugasan berupa lembar
diskusi siswa yang memuat isu-isu aktual untuk meningkatkan kemampuan
berpikir kompleks sehingga siswa dapat mengambil sikap dalam berbagai keadaan
serta dapat mengarahkan siswa menjadi pribadi yang bijaksana dalam kehidupan.
Upaya pembiasaan memberikan soal pemecahan masalah yang berorientasi
pada HOTS juga dapat meningkatkan tingkat keterampilan berpikir siswa jika
sebelumnya hanya sampai pada mengingat atau menghafal (remembering) dan
memahami (understanding) maka dengan pembiasaan evaluasi yang baru ini
diharapkan siswa mampu mencapai tahap mencipta (creating).
d. Kemampuan Mengaitkan Materi Dengan Pengetahuan Baru
Guru berpendapat bahwa banyak nilai-nilai kehidupan, warisan nenek
moyang pada zaman dulu sampai sekarang banyak yang masih diakui
keberedaannya. Maka dari itu perangkat pembelajaran yang telah guru siapkan
bertujuan untuk mendorong siswa agar mampu mengaitkan ilmu pengetahuan
yang telah dimilikinya dengan ilmu baru yang akan diperolehnya pada saat
pembelajaran berlangsung supaya dapat semakin menyadari pentingnya
melestarikan budaya leluhur. Pada implementasi pembelajaran dan evaluasi
berbasis HOTS, guru memberi soal yang bersifat lebih kontekstual dengan
mengaitkan materi dengan isu atau berita yang sedang hangat jadi dapat
mempermudah siswa memahami materi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
Hal tersebut diperkuat dengan teori menurut Tomei bahwa HOTS
sebenarnya mencakup transformasi informasi dan ide-ide. Transformasi ini terjadi
jika siswa mampu menganalisa, mensintesa (menggabungkan fakta dan ide),
menggeneralisasi kemudian menjelaskannya dan yang terakhir dapat membuat
kesimpulan atau menginterpretasikan informasi tersebut.193
e. Kemampuan Mengkreasi atau Mencipta Produk
Dalam pelaksanaan evaluasi pembelajaran sejarah berbasis HOTS, guru
menyatakan bahwa dalam pendidikan abad 21 ini, guru terbiasa memberikan
penugasan siswa yang berkaitan dengan perkembangan teknologi seperti halnya
mengunggah foto atau video di media sosial yang berkaitan dengan materi
pelajaran. Secara tidak langsung penugasan tersebut juga dapat bermanfaat bagi
masyarakat yang melihat foto atau video terkait materi sejarah dari unggahan
siswa. Akan tetapi guru akan bertindak tegas dan menegur ketika siswa membuat
karya dari hasil menjiplak karya orang lain di internet tanpa mencantumkan
sumber, karena itu merupakan tindakan plagiarisme dan dilarang.
Di tambah guru juga mengarahkan siswa untuk terampil menggunakan
berbagai aplikasi penunjang pembelajaran untuk mengasah keahlian/skill siswa.
Hal itu akan berguna bagi siswa menghadapi revolusi industri 4.0 sekarang ini. Di
samping itu, penugasan untuk menghasilkan produk oleh siswa dikaji pada ranah
psikomotorik, siswa menjadi lebih kreatif dan produktif dalam membuat produk
atau karya, misalnya : video, sejarah dari hasil kreasi mereka sendiri.
193 Ridwan Abdullah Sani, op.cit., hlm. 2.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
Hal di atas didukung oleh teori Brookhart yang menyatakan bahwa indikator
untuk mengukur kemampuan analisis ialah fokus pada ide utama, menganalisis
argumen, serta membandingkan dan mengkontraskan. Indikator untuk mengukur
kemampuan evaluasi ialah kemampuan mengambil keputusan atau metode agar
sejalan dengan tujuan yang diinginkan. Indikator untuk mengukur kemampuan
kreasi ialah menyelesaikan soal dengan solusi lebih dari satu, merancang suatu
cara untuk menyelesaikan masalah, dan membuat sesuatu yang baru.194 Hal
tersebut karena guru memiliki peran sebagai fasilitator dalam peroses
pembelajaran dengan mengarahkan siswa untuk terus menggali potensi yang
dimiliki agar terus berkembang dan membimbing siswa dalam mencapai tujuan
pembelajaran.
f. Kemampuan Berefleksi serta Mengaplikasikannya dalam Keseharian
Guru memberikan tanggapan bahwa untuk memaknai setiap nilai yang diperoleh
dari materi yang diajarkan maka guru berupaya mengajak siswa agar terbiasa
merefleksikan nilai dari pembelajaran untuk diterapkan dalam kehidupan. Pada
kenyataannya terdapat kendala yang dirasakan guru dalam memotivasi siswa agar
terbiasa berefleksi, sebab banyak siswa belum sadar pentingnya refleksi. Maka
dari itu strategi yang dilakukan guru lakukan adalah mendorong siswa untuk rutin
menuliskan kesan dan pesan positif yang dapat diambil dari setiap kegiatan
pembelajaran melalui gambar, tulisan atau secara lisan.
Kebiasaan rutin berefleksi pada akhir pembelajaran atau evaluasi berbasis
HOTS mampu mengarahkan siswa untuk menjadi pribadi yang bijaksana dalam
194 Dian Kurniati, op.cit., hlm. 144.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
merefleksikan nilai-nilai yang didapat dari masa lalu untuk menjadi pijakan di
masa kini dan bekal di masa depan. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan
Refleksi menurut Tahir adalah suatu tindakan atau kegiatan untuk mengetahui
serta memahami apa yang terjadi sebelumnya, belum terjadi, dihasilkan apa yang
belum dihasilkan, atau apa yang belum tuntas dari suatu upaya atau tindakan yang
telah dilakukan.195
2. Persepsi Siswa Terhadap Evaluasi Pembelajaran Sejarah Berbasis HOTS
a. Kemampuan Berpikir Kritis
Sebagian besar siswa menuturkan bahwa mereka dalam menyelesaikan
evaluasi baik penugasan maupun soal-soal penilaian, para siswa merasa semakin
sadar akan pentingnya bertoleransi di dalam keberagaman serta semakin
termotivasi untuk saling menghargai adanya perbedaan. Di samping itu, siswa-
siswa semakin menyadari pentingnya memilah informasi yang diterima dari media
cetak maupun media sosial agar tidak mudah terhasut dan termakan berita palsu.
Para siswa semakin memahami pentingnya kritik sumber dalam menerima suatu
berita.
Dalam mengerjakan tugas mayoritas siswa masa kini merasa lebih senang
mencari tambahan referensi dari sumber media digital dan internet daripada harus
membaca media cetak dengan alasan praktis dan lebih menghemat waktu. Akan
tetapi para siswa tetap membandingkan setiap berita yang diperoleh untuk
mengetahui kebenarannya. Terdapat kendala yang dialami sebagian besar siswa
terlebih dalam memahami kalimat soal yang diberikan guru karena banyak
195 Muhammad Tahir, op.cit., hlm. 93.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
menggunakan kosa kata ilmiah. Beberapa siswa merasa kesulitan dalam
mengikuti evaluasi pembelajaran sejarah berbasis HOTS karena materi yang
dipelajari dirasa terlalu banyak, rumit dan kosa kata yang sulit dipahami. Strategi
yang mereka gunakan adalah dengan cara mencatat penjelasan guru dan
memahami inti atau pokok materi terlebih dahulu, penjelasan selebihnya dapat
dikembangkan dengan bahasa siswa sendiri.
Hal tersebut dengan pendapat Hatta yang menyatakan bahwa Pendidikan
yang baik dapat membentuk masyarakat cerdas dalam mengolah informasi yang
ada, sehingga bisa menyerap yang baik dan yang tidak sesuai dengan khazanah
kultural kebangsaan akan disaring dan ditinggalkan.196 Seseorang yang terdidik
dan terbiasa berada di lingkungan yang mendukung pendidikannya dengan baik
akan memiliki perbedaan sudut pandang dan cara menjalani hidup berbeda dengan
mereka yang sebaliknya. Pendidikan merupakan investasi penting untuk bekal
hidup yang berguna sampai kapanpun. Di samping itu, memiliki keterampilan dan
berusaha mengasahnya dapat menjadi pegangan yang berharga termasuk dalam
menjalani hidup di abad 21 ini.
b. Kemampuan Berpikir Kreatif dan Inovatif
Mayoritas siswa berpendapat bahwa menjadi hal yang biasa saja bagi
mereka ketika membuat peta konsep mereka harus terlebih dahulu memahami
kata kuncinya, itu berarti sudah dapat menjelaskan inti materi supaya saaat
digunakan untuk bahan belajar menjadi lebih mudah dipahami. Pada saat
menghadapi evaluasi pembelajaran sejarah berbasis HOTS, siswa merasa lebih
196 Hatta Saputra, op.cit., hlm. 23.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
tertantang untuk mengeksplor kemampuan berpikir dan kreatifitas sendiri
daripada hanya sekedar menghafalkan isi buku.
Ditambah pula saat mempelajari materi dari catatan yang diberikan guru
atau sebagian siswa merasa senang menggaris bawahi bagian penting materi
karena memudahkan dalam mengerjakan tugas dari guru. Di sisi lain, ketika
mendapat tugas presentasi secara berkelompok mayoritas siswa mempunyai
inisiatif untuk mencari video untuk ditampilkan terkait materi yang akan
dipresentasikan, mereka tidak khawatir meskipun akan mengundang banyak
pertanyaan dari siswa lain.
Dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, beberapa siswa tersebut
mengalami kendala dalam memahami materi sejarah karena mereka merasa materi
terlalu banyak dan kompleks. Cara atau strategi yang siswa-siswa tersebut pilih
adalah dengan membuat peta konsep dengan menggunakan rangkaian kalimat
yang disusun sendiri untuk memudahkan dalam memahami materi sejarah yang
banyak dan kompleks.
Hal dia atas sesuai dengan pendapat Elsa Bunga yang mengungkapkan
bahwa Kemampuan berpikir kreatif merupakan kemampuan yang harus dimiliki
siswa dalam belajar. Berpikir kreatif dapat mendorong siswa untuk menyebutkan
banyak ide dan contoh-contoh serta solusi penyelesaian yang berhubungan dengan
kehidupannya. Hal ini dikarenakan berpikir kreatif merupakan tahapan
bereksplorasi dan elemen penting dalam memecahkan masalah.197
197 Elsa Bunga, op.cit., hlm. 67.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
c. Kemampuan Memecahkan Masalah dan Mengambil Keputusan
Terkait kemampuan memecahkan masalah dan mengambil keputusan pada
evaluasi pembelajaran sejarah yang berbasis HOTS terkhusus dalam mengerjakan
soal evaluasi, sebagian besar siswa semakin mengetahui bahwa cabang ilmu sosial
itu ada bermacam-macam dan saling berkaitan. Di sisi lain, ketika mengerjakan
soal-soal evaluasi, mayoritas siswa percaya diri dengan jawaban sendiri sehingga
tidak ingin mencontek meskipun dengan teman yang dianggap lebih pintar.
Rasa percaya diri pada mayoritas siswa tumbuh karena siswa terbiasa
belajar dengan cara membaca lalu menulis ulang di catatan serta merangkum
dengan bahasa sendiri. Hal serupa juga berlaku ketika siswa mendapat tugas
membuat artikel sejarah, mayoritas siswa memilih untuk membuat dengan hasil
pemikiran mereka sendiri dan tidak ingin menyalin artikel di internet meskipun
dapat menghemat waktu. Di tambah setelah mengerjakan tugas tentang sejarah,
rasa nasionalisme siswa-siswa semakin tumbuh dan sadar pentingnya menjaga
keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Hal di atas sejalan dengan Penyempurnaan Kurikulum 2013 masih terus
dilaksanakan yang sejak tahun 2016 kemudian lebih dikenal dengan Kurikulum
Nasional. Pada Kurikulum Nasional, Standar Pendidikan diatur dalam Peraturan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) No. 23 Tahun 2016. Pada
pelaksanaan Kurikulum Nasional, penilaian autentik memuat ruang lingkup yang
meliputi aspek sikap (afektif), aspek pengetahuan (kognitif), aspek keterampilan
(psikomotorik) dan disesuaikan jenis penilaian berdasarkan aspek yang dinilai.198
198 Ibid., hlm. 7.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
Tujuan evaluasi dalam pembelajaran untuk mengetahui keefektifan n
sistem pembelajaran melingkupi tujuan, materi, metode, sumber belajar, maupun
penilaian itu sendiri. Selain itu, betujuan untuk mengetahui pencapaian kegiatan
pembelajaran yang telah dilaksanakan berdasarkan informasi dan data yang
diperoleh, untuk selanjutnya digunakan sebagai dasar dalam melaksanakan
kegiatan tindak lanjut atau melakukan pengambilan keputusan berikutnya.
d. Kemampuan Mengaitkan Materi Dengan Pengetahuan Baru
Dalam mengaitkan materi dengan pengetahuan baru, mayoritas siswa tidak
merasa kesulitan menjawab soal misal tentang materi bukti peninggalan Hindu
dan Buddha di Nusantara meskipun mereka belum pernah berkunjung ke candi
Prambanan dan Borobudur. Siswa memiliki cara untuk menyiasati kesulitan
dalam mengerjakan tugas berbasis HOTS, dengan berusaha untuk lebih rajin
belajar dan membaca, jika tidak bisa menganalisis lebih lanjut, maka siswa
tersebut menggunakan kreatifitas sendiri untuk mensimulasikan soal dengan
kehidupan di sekitar yang berkaitan.199
Selain itu pula ketika mendapat tugas untuk menuliskan karakteristik candi
Buddha dan Hindu, mayoritas siswa tidak keberatan apabila harus mengunjungi
langsung candi-candi peninggalannya agar lebih hasil yang dikerjakan lebih
optimal. Ditambah pula untuk menghasilkan artikel ilmiah yang optimal tentang
bukti peninggalan masa Hindu dan Buddha di Nusantara, sebagian besar siswa
bersedia dan sanggup untuk melakukan penelitian dengan berkunjung ke obyek
bersejarah terkait materi yang akan diteliti.
199 CL 3.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
Hal di atas sesuai dengan pendapat Bela Wicasari yang menyatakan bahwa
pada dunia pendidikan, Corebina mengemukakan bahwa keterampilan berpikir
tingkat tinggi dapat diketahui dari kemampuan kognitif siswa pada tingkatan
analisis, sintesis, dan evaluasi.200 Saat ini siswa sangat dituntut untuk dapat
menganalisis, mensintesis, dan menyimpulkan informasi-informasi yang
didapatkan dengan kemampuan berpikir kritisnya, sehingga siswa mampu
membedakan antara informasi yang baik dan buruk, serta dapat mengambil
keputusan terhadap informasi yang didapatkannya melalui berpikir kritis.
e. Kemampuan Mengkreasi Produk
Terkait dengan kemampuan mengkreasi produk dalam evaluasi
pembelajaran sejarah berbasis HOTS, guru pernah beberapa kali memberikan
penugasan kelompok untuk membuat video sejarah. Oleh sebab itu sebagian besar
siswa merasa ketika mendapat tugas untuk membuat video tentang materi
kerajaan Hindu dan Buddha sangat penting untuk menumbuhkan keterampilan
mereka dalam menghadapi tantangan abad 21.
Sebagian besar siswa merasa bangga ketika guru mengapresiasi kliping
yang siswa buat namun hal tersebut tidak membuat mereka mudah berpuas diri
dan merendahkan karya teman lain. Di sisi lain, saat mendapat tugas untuk
merangkum misal materi peninggalan kerajaan Samudera Pasai, sebagian besar
siswa berinisiatif untuk menyertakan pula gambar untuk mendukung penjelasan
tersebut. Beberapa siswa terdorong untuk menjelaskan materi lebih mendetail
serta memanfaatkan sarana teknologi untuk menunjang presentasinya.
200 Bela Wicasari & Zeni Ernaningsih, op.cit., hlm. 250.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
Kendala yang siswa rasakan ketika awalnya siswa merasa terbebani dan
kesulitan untuk dapat menghasilkan video konten sejarah yang baik agar hasil
video dapat optimal. Strategi atau cara yang siswa lakukan untuk dapat mengatasi
kendala tersebut adalah dengan berusaha belajar dari media sosial youtube tentang
cara merekam, mengambil gambar yang baik serta mengedit video dengan
aplikasi, antar siswa saling membantu agar video yang dihasilkan dapat maksimal.
Hal diatas sejalan dengan teori Lewis dan Smith yang mengemukakan
bahwa, keterampilan berpikir tingkat tinggi akan terjadi jika seseorang memiliki
informasi yang disimpan dalam ingatan dan memperoleh informasi baru lalu
menghubungan dan mengembangkan informasi tersebut untuk mencapai tujuan
atau memperoleh solusi ketika dalam situasi yang rumit.201
f. Kemampuan Berefleksi serta Mengaplikasikannya dalam Keseharian
Terkait dengan kemampuan kemampuan berefleksi serta
mengaplikasikannya dalam keseharian dalam evaluasi pembelajaran sejarah
berbasis HOTS, pada proses menyelesaikan tugas peta konsep yang diberikan
guru misal tentang akulturasi budaya kesultanan Islam di Nusantara, sebagian
besar siswa memperhatikan dan tidak mengabaikan nilai moral yang termuat di
dalam materi tersebut supaya dapat diambil nilai positifnya.
Di tambah ketika mengerjakan soal evaluasi sejarah berbasis HOTS misal
tentang akulturasi budaya kesultanan Islam di Nusantara, mayoritas siswa
menjadi lebih mengerti adanya keberagaman dan sadar pentingnya bertoleransi.
Sebagian besar siswa merasa semakin percaya diri ketika dapat menjawab
201 Ridwan Abdullah Sani, op.cit., hlm. 2.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
pertanyaan lisan dari guru dengan menggunakan rangkaian kalimat yang mereka
susun sendiri. Siswa menjadi dapat berpikir dengan bijaksana karena terbiasa
merefleksikan nilai-nilai yang didapat dalam pembelajaran.
Hal di atas sesuai dengan pendapat Paul Suparno mengenai
kebermanfaatan refleksi yaitu melalui refleksi siswa dibantu untuk menggali
pengalaman sedalam-dalamnya dan mengambil makna bagi hidup pribadi, hidup
bersama, dan hidup kemasyarakatan. Pembiasaan refleksi juga membantu siswa
untuk melihat secara mendalam makna dan nilai dari bahan yang dipelajari
sehingga memunculkan aksi atau perbuatan serta membentuk suara hati sebagai
proses formatif untuk melihat hal baik dan buruk dalam menghadapi persoalan.202
202 Paul Suparno, op.cit., hlm. 5.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka diperoleh kesimpulan sebagai
berikut:
1. Dengan adanya perkembangan dalam pendidikan khususnya pada evaluasi
pembelajaran sejarah yang berbasis Higher Order Thinking Skill (HOTS), guru
memiliki persepsi positif. Hal tersebut diuraikan sebagai berikut.
a. Terkait kemampuan berpikir kritis, guru berperan sebagai fasilitator yang
mengarahkan siswa untuk dapat berpikir kritis, mandiri dan mendalam.
Terdapat kendala dalam evaluasi pembelajaran sejarah berbasis HOTS seperti
penggunaan kosa kata ilmiah dalam soal sejarah berbasis HOTS yang dianggap
sulit dan asing oleh siswa. Strategi yang dilakukan guru dengan menjelaskan
arti kosa kata ilmiah dan mengulangnya agar memudahkan siswa dalam
memahami inti soal ketika menghadapi evaluasi pembelajaran sejarah berbasis
HOTS.
b. Terkait kemampuan berpikir kreatif, supaya mampu membangkitkan motivasi
siswa, guru merasa semakin dituntut untuk selalu memperbaharui diri dalam
menciptakan pembelajaran yang dapat mengembangkan kemampuan siswa
untuk berani mengeksplor dan mencoba suatu hal positif yang baru. Terdapat
kendala yaitu terkadang guru merasa kesulitan dalam mempelajari cara
mengoperasikan aplikasi media penunjang pembelajaran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
Strategi yang dilakukan guru untuk mengatasi kesulitan tersebut dengan
senantiasa memperbaharui diri mengikuti workshop multimedia serta belajar
dari rekan kerja yang sudah ahli dalam menggunakan aplikasi pembelajaran.
c. Terkait kemampuan memecahkan masalah dan mengambil keputusan, pada
evaluasi berbasis HOTS guru berupaya menyusun soal evaluasi yang bertujuan
mengembangkan kemampuan siswa memecahkan permasalahan pembelajaran
untuk mengambil keputusan namun, dalam implementasinya harus dilakukan
secara bertahap agar dapat dipahami dengan optimal.
d. Terkait kemampuan mengaitkan materi dengan pengetahuan baru pada
implementasi evaluasi pembelajaran berbasis HOTS, guru memberi soal yang
bersifat kontekstual dengan mengaitkan materi dengan berita yang sedang
terjadi di kehidupan nyata agar siswa dapat lebih mudah memahami materi.
e. Terkait kemampuan mengkreasi produk, penugasan yang menuntut siswa
untuk menghasilkan produk oleh siswa dikaji pada ranah psikomotorik, mampu
meningkatkan kreativitas dan produktivitas siswa dalam membuat produk atau
karya. Pada abad 21 ini, guru semakin dituntut untuk menciptakan
pembelajaran yang bertujuan untuk mengembangkan skill siswa agar mampu
bersaing di era digital.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
f. Terkait kemampuan berefleksi untuk diaplikasikan dalam keseharian, refleksi
bermanfaat untuk membantu siswa memaknai pengalaman yang telah diperoleh
serta dapat menjadikan siswa berpikir lebih bijaksana dalam menyikapi suatu
permasalahan dalam hidup keseharian. Terdapat kendala yang dirasakan guru
dalam membiasakan siswa untuk berefleksi, sebab banyak siswa belum sadar
pentingnya refleksi. Maka dari itu strategi yang dilakukan guru lakukan adalah
mendorong siswa untuk rutin menuliskan kesan dan pesan positif yang dapat
diambil dari setiap kegiatan pembelajaran melalui gambar, tulisan atau secara
lisan.
2. Dalam mengikuti evaluasi pembelajaran sejarah berbasis HOTS, siswa-siswa
memiliki persepsi positif, hasil tersebut ditunjukkan dari uraian sebagai
berikut.
a. Segi kemampuan berpikir kritis, siswa merasa jenis evaluasi yang diberikan
guru tidak selalu hanya bersifat hafalan sehingga dapat meningkatkan
pemahaman siswa dalam berpikir kritis Terdapat kendala yang dialami
sebagian besar siswa terlebih dalam memahami kalimat soal yang diberikan
guru karena banyak menggunakan kosa kata ilmiah. Beberapa siswa merasa
kesulitan dalam mengikuti evaluasi pembelajaran sejarah berbasis HOTS
karena materi yang dipelajari dirasa terlalu banyak, rumit dan kosa kata yang
sulit dipahami. Strategi yang mereka gunakan adalah dengan cara mencatat
penjelasan guru dan memahami inti atau pokok materi terlebih dahulu,
kemudian dikembangkan dengan bahasa siswa sendiri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
b. Segi kemampuan berpikir kreatif, kreativitas dan kemampuan berinovasi siswa
meningkat sebab terbiasa mengerjakan soal yang bersifat menganalisis. Dalam
mengikuti kegiatan pembelajaran, beberapa siswa tersebut mengalami kendala
dalam memahami materi sejarah karena mereka merasa materi terlalu banyak
dan kompleks. Cara atau strategi yang siswa-siswa tersebut pilih adalah dengan
membuat peta konsep dengan menggunakan rangkaian kalimat yang disusun
sendiri untuk memudahkan dalam memahami materi sejarah yang banyak dan
kompleks.
c. Segi kemampuan memecahkan masalah dan mengambil keputusan, dengan
terbiasa mengerjakan soal analisis dan berdiskusi kelompok, kemampuan
dalam memecahkan permasalahan pada siswa semakin terlatih, sehingga
membantu siswa untuk mengambil keputusan. Di samping itu, pada saat
mengerjakan soal-soal evaluasi, banyak siswa mengaku percaya diri dengan
jawaban sendiri sehingga tidak berminat untuk mencontek meskipun dengan
teman yang dianggap lebih pintar. Rasa percaya diri pada banyak siswa
tersebut tumbuh karena mereka terbiasa belajar mandiri dengan cara membaca
terlebih dahulu kemudian merangkumnya dengan bahasa sendiri
d. Segi kemampuan mengaitkan materi dengan pengetahuan baru, dalam
menghadapi evaluasi pembelajaran sejarah berbasis HOTS, siswa dituntut
untuk lebih rajin membaca dan memahami inti materi. Oleh sebab itu dengan
rajin membaca materi dari berbagai sumber dapat mengembangkan
kemampuan siswa dalam mengaitkan materi dengan pengetahuan baru.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
e. Segi kemampuan mengkreasi produk, pada pendidikan abad 21, siswa dituntut
untuk memiliki keahlian atau skill agar dapat bersaing di era global. Kendala
yang siswa rasakan awalnya siswa merasa terbebani untuk dapat menghasilkan
video konten sejarah yang baik agar hasil video dapat optimal. Strategi yang
siswa lakukan untuk dapat mengatasi kendala tersebut adalah dengan berusaha
belajar dari media sosial youtube tentang cara merekam, mengambil gambar
yang baik serta mengedit video dengan aplikasi, antar siswa saling membantu
agar video yang dihasilkan dapat maksimal.
f. Segi kemampuan berefleksi untuk diaplikasikan dalam keseharian, pada
evaluasi pembelajaran sejarah berbasis HOTS, siswa berusaha membiasakan
diri untuk merefleksikan nilai-nilai positif yang diperoleh pada setiap
pembelajaran secara lisan, tertulis maupun gambar. Refleksi dapat menjadikan
siswa lebih bijaksana menyikapi suatu hal. Siswa menyadari bahwa motivasi
dalam diri sendiri penting untuk mendorong siswa lebih giat dalam belajar agar
ketika menghadapi evaluasi pembelajaran berbasis HOTS dapat menghasilkan
hasil yang optimal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka dapat diajukan beberapa saran sebagai
berikut:
1. Bagi Universitas Sanata Dharma khususnya program studi Pendidikan Sejarah
berkesempatan untuk mengadakan penyuluhan atau seminar mengenai
pembelajaran sejarah berbasis Higher Order Thinking Skill (HOTS).
2. Bagi sekolah diharapkan untuk menyelenggarakan pelatihan atau workshop
penyusunan soal berbasis HOTS untuk melengkapi Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan yang bermuatan HOTS.
3. Bagi guru pelajaran sejarah diharapkan supaya senantiasa memperbaharui diri
dengan memperluas wawasan melalui rutin mengikuti pelatihan dan seminar
agar semakin meningkat pemahaman terkait evaluasi pembelajaran berbasis
HOTS.
4. Bagi Peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian lanjutan terkait evaluasi
pembelajaran sejarah berbasis HOTS yang belum pernah diteliti sebelumnya.
5. Bagi siswa diharapkan mampu meningkatkan keterampilan berpikir tingkat
tinggi dalam mengikuti evaluasi berbasis HOTS serta mampu merefleksikan
nilai-nilai positif yang didapat untuk diaplikasikan dalam keseharian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
119
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Majid. 2013. Strategi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Abdul Majid dan Chaerul Saleh. 2014. Pendekatan Ilmiah dalam Implementasi
Kurikulum 2013. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Afrizal. 2015. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rajagrafindo.
Aman. 2009. Model Evaluasi Pembelajaran Sejarah. Yogyakarta: Penerbit
Ombak.
Anderson, L.W dan Krathwohl, D.R. 2010. Kerangka Landasan untuk
Pembelajaran, Pengajaran dan Asesmen (Revisi Taksonomi Pendidikan
Bloom). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Andi Prastowo. 2014. Metode Penelitian Kualitatif dalam Perspektif Rancangan
Penelitian. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Beni Ambarjaya. 2009. Model-Model Pembelajaran Kreatif. Bogor: Tim Kreatif
Regina.
Bimo Walgito. 2010. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Penerbit Andi.
Chairul Anwar. 2017. Teori-Teori Pendidikan Klasik Hingga Kontemporer.
Yogyakarta: IRCiSoD.
Daryanto dan Syaiful Karim, 2017. Pembelajaran Abad 21. Yogyakarta: Gava
Media.
Garvey, Brian dan Krug, Mary. 2015. Model-Model Pembelajaran Sejarah.
Yogyakarta: Ombak.
Hamid Darmadi. 2014. Metode Penelitian Pendidikan dan Sosial: Teori Konsep
Dasar dan Implementasi. Bandung: Alfabeta.
Haris Herdiansyah. 2012. Metode Penelitian Kualitatif: Untuk Ilmu-Ilmu Sosial.
Jakarta: Salemba Humanika.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
120
Hatta Saputra. 2016. Pengembangan Mutu Pendidikan Dalam Era Global.
Bandung:CV.Smile’s Indonesia Institute.
Hendra Kurniawan. 2018. Kajian Kurikulum dan Bahan Ajar Sejarah SMA
Menurut Kurikulum 2013. Yogyakarta: Sanata Dharma University Press.
Heri Susanto. 2014. Seputar Pembelajaran Sejarah (Isu, Gagasan dan Strategi
Pembelajaran). Yogyakarta: Aswaja Pressindo.
Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar. 2008. Metodologi Penelitian Sosial
(Edisi Kedua). Jakarta: Bumi Aksara.
Ida Farida. 2017. Evaluasi Pembelajaran Berdasarkan Kurikulum Nasional.
Bandung,: PT Remaja Rosdakarya
Imam Gunawan. 2013. Metode Penelitian Kualitatif: Teori & Praktik. Jakarta: PT
Bumiaksara.
Jalaludin Rakhmat. 2007. Psikologi Komunikasi. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Kokom Komalasari. 2011. Pembelajaran kontekstual. Bandung: Refika Aditama.
Kuntowijoyo. 1995. Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Bentang Pustaka.
Miles Matthew, Huberman Michael. 1992. (Penerjemah: Tjetjep Rohendi Rohidi).
Analisis Data Kualitatif. Jakarta: Universitas Indonesia Press.
Moleong, Lexy. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif (Edisi Revisi). Bandung:
PT Remaja Rosdakarya.
Muhammad Tahir. 2011. Pengantar Metodologi Penelitian Pendidikan.
Makassar: Universitas Muhammadiyah Makassar.
Oemar Hamalik. 2008. Manajemen Pengembangan Kurikulum. Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2008
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No 69 tahun
2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah
Atas/Madrasah Aliyah
Rahman Hamid dan Muhammad Saleh. 2011. Pengantar Ilmu Sejarah.
Yogyakarta: Penerbit Ombak.
Ridwan Abdullah Sani. 2019. Pembelajaran Berbasis HOTS (Higher Order
Thinking Skills). Tangerang: Tira Smart.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
121
Robbins, Stephen. 2002. Prinsip-Prinsip Perilaku Organisasi (cetakan ke 5).
Jakarta: Erlangga.
Rulam Ahmadi. 2014. Metodologi Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media.
Septy Yustyan,et al. 2015. Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Dengan
Pembelajaran Berbasis Scientific Approach Siswa Kelas X SMA Panjura
Malang. Jurnal Biologi Indonesia Vol.1 No. 4.
Sugiyono. 2012. Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
_______. 2014. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
_______. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan RnD. Bandung:
Alfabeta.
Suharsimi Arikunto. 2000. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
_______. 2014. Evaluasi Program Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Sukardi. 2012. Evaluasi Pendidikan Prinsip dan Operasionalnya. Jakarta: Bumi
Aksara.
Wina Sanjaya. 2006. Strategi Pembelajaran: Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. 2006. Jakarta: Kencana Prenada Media.
_______. 2013. Penelitian Pendidikan (Jenis, Metode dan Prosedur). Jakarta:
Kencana Prenada Media Grup.
Winkel, 1983. Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Pembelajaran, Jakarta: PT
Gramedia.
Zainal Arifin. 2013. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
JURNAL:
Bela Wicasari & Zeni Ernaningsih. 2016. Analisis Kemampuan Berpikir Siswa
dalam Menyelesaikan Permasalahan Matematika yang Berorientasi pada
HOTS. Jurnal Prosiding Seminar Nasional Reforming Pedagogy.
Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.
Dian Kurniati. 2016. Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Siswa SMP Di
Kabupaten Jember Dalam Menyelesaikan Soal Berstandar PISA. Jurnal
Penelitian dan Evaluasi Pendidikan Vol. 20 No. 2.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
122
Elsa Bunga, et al. 2009. Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah Dan
Group Investigation Terhadap Hasil Belajar Dan Kemampuan Berpikir
Kreatif Pada Materi Sistem Pencernaan Makanan Di SMA Negeri 1 Muara
Batu Kabupaten Aceh Utara. Jurnal Pendidikan.Vol. 5 No 4.
Suparno, Paul. 2017. Prinsip-Prinsip Pedagogi Ignatian dan Pengalaman
Implementasi, Visi, Misi, Nilai Dasar Dan PPI dalam Pembelajaran Jurnal
Repository USD dalam Lokakarya Pengembangan Model-Model
Pembelajaran Berbasis Pedagogi Ignatian, Yogyakarta:Universitas Sanata
Dharma.
SKRIPSI
Dyadara Eva Hermawati. 2018. Implementasi Model Pembelajaran Blended
Learning dalam Pembelajaran Matematika terhadap Higher Order
Thinking Skill (HOTS) dan Keaktifan Belajar Siswa Kelas VII B SMP
Negeri 2 Bangsri pada Materi Penyajian Data Tahun Pelajaran 2017/2018.
Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma. Skripsi tidak diterbitkan.
Fitria Ratna Sari. 2017. Penerapan Model Pembelajaraan Inkuiri Untuk
Meningkatkan Higher Order Thinking Skill Peserta Didik Di SMA
Muhammadiyah 2 Bandar Lampung. Lampung: Universitas Islam Negeri
Raden Intan. Skripsi tidak diterbitkan.
Nur Astuti Puspaningtyas. 2018. Peningkatan Higher Order Thinking Skill
(HOTS) Melalui Strategi Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir
(SPPKB) Pada Pembelajaran Ekonomi pada Kelas X SMK Muhammadiyah
1 Wates. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta. Skripsi tidak
diterbitkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
123
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
124
LAMPIRAN 1
CATATAN LAPANGAN 1
INSTRUMEN OBSERVASI
Sekolah : SMA Negeri 6 Yogyakarta
Kelas : X MIPA 1
Jam ke : 5-6
Mata Pelajaran : Sejarah Indonesia (Wajib)
Guru Mapel : Wahyu Ida Permata Sari, S.Pd.
Observer : Theresia Apri Lindawati
Hari, Tanggal : Kamis, 11 April 2019
A. AKTIVITAS GURU DI KELAS
PETUNJUK:
1. Amati aktivitas guru di kelas dalam melakukan interaksi belajar mengajar!
2. Berilah tanda √ yang sesuai dengan sesuai dengan keadaan yang Anda amati!
No ASPEK YANG DIAMTI YA TIDAK
A MEMBUKA PEMBELAJARAN
1. Melakukan kegiatan apersepsi
2. Menyampaikan kompetensi yang akan dicapai
dan rencana kegiatannya
B KEGIATAN INTI PEMBELAJARAN
1. Mendorong siswa memproses materi
pembelajaran untuk menumbuhkan kempampuan
metakognitif
2. Menggunakan pendekatan atau strategi
pembelajaran sesuai dengan kompetensi yang
akan dicapai
3. Mengakomodasi kemampuan tingkat tinggi siswa
4. Menggunakan media yang dapat merangsang
siswa untuk berpikir tingkat tinggi
5. Memfasilitasi tanya jawab interaktif secara kritis
dan logis
6. Melakukan penilaian yang berbasis HOTS
C PENUTUP
1. Melakukan refleksi pembelajaran dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
125
melibatkan siswa
2. Menyusun rangkuman dengan melibatkan siswa
3. Melakukan refleksi pembelajaran dengan
mengarahkan siswa untuk mengaitkan nilai-nilai
yang didapat untuk diaplikasi dalam keseharian
4. Memberikan arahan, kegiatan atau tugas sebagai
remidial
5. Memberikan arahan, kegiatan atau tugas sebagai
bagian pengayaan
B. AKTIVITAS KELAS DI KELAS
NO BUTIR-BUTIR SASARAN YA TIDAK
1 Siswa antusias mengikuti proses pembelajaran
sejarah
2 Siswa mengekspresikan kemampuan metakognitifnya
dalam pembelajaran
3 Siswa menanggapi pembelajaran dengan kritis dan
logis
4 Siswa terlibat dalam memanfaatkan media
pembelajaran untuk menumbuhkan kemampuan
berpikir tingkat tingginya
5 Siswa menandai/menulis hal-hal penting
6 Siswa terlibat dalam aktivitas tanya jawab secara
kritis dan logis
7 Siswa berpartisipasi secara aktif dalam diskusi
8 Siswa menunjukan kreativitas dalam memecahkan
masalah terkait dengan materi pembelajaran
9 Siswa antusias menanggapi tugas yang diberikan
oleh guru
10 Pada akhir pembelajaran siswa berefleksi
dengan mengaitkan nilai-nilai yang didapat untuk
diaplikasi dalam keseharian
C. ANEKDOT
Ketika observer masuk kelas X MIPA 1 untuk malakukan observasi pertama
kali, kegiatan pembelajaran yang berlangsung adalah presentasi yang dilakukan
siswa secara berkelompok. Kelompok yang presentasi terlihat sudah
mempersiapkan materi dengan baik dibuktikan dengan cara penyampaian
jawaban yang tidak terpakau pada PPT. Ketika sesi tanya jawab berlangsung,
kelas sangatr aktif serta siswa banyak yang berpartisipasi untuk bertanya dan
membantu kelompok yang presentasi ketika kesulitan menjawab pertanyaan dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
126
teman lain. Pertanyaan yang ditujukan pada kelompok rata-rata sudah
menggunakan bahasa baku yang tertata rapi sehingga mudah dipahami kelompok
yang presentasi. Penguasaan materi oleh kelompok yang presentasi terlihat sangat
baik dibuktikan dengan cepatnya mereka menjawab pertanyaan secara bergantian
secara jelas. Ketika presentasi selesai, guru kemudian memberi penguatan dan
melanjutan menyampaikan materi. Siswa nampak sangat antusias mendengarkan
penjelasan dari guru dan banyak pula yang mencatat. Ada beberapa siswa yang
berani untuk langsung bertanya pada guru ketika mereka merasa kurang jelas
dengan maksud penjelasan dari guru. Dalam memberi jawaban pada siswa, guru
memberikan contoh dan mengkontekstualkan materi dengan isu atau berita yang
sedang hangat waktu itu.
Pada saat pembelajaran, guru telah menerapkan model atau metode yang
telah ditetapkannya dalam RPP. Biasanya guru dominan menggunakan metode
ceramah. Bukan berarti guru tidak boleh ceramah, karena ceramah tidak dapat
dihindari dalam pembelajaran. Akan tetapi ketika observasi, observer mengamati
bahwa guru menggunakan model dan metode yang lebih variatif, mengarah
kepada pembelajaran yang, kreatif dan inovatif, membangun keterampilan
berpikir kritis, pemecahan masalah, mengarahkan kemampuan untuk
menghasilkan karya dan membiasakan untuk berefleksi. Hal tersebut ditunjukkan
dengan tingginya antuasiasme siswa dalam bertanya dan berpartipasi menjawab
pertanyaan dari guru dengan tata bahasa yang padat,jelas dan tidak menyimpang
dari materi.
Observer
Theresia Apri Lindawati
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
127
LAMPIRAN 2
LEMBAR KUESIONER GURU
A. Data Responden
Mohon Bapak/Ibu bersedia mengisi data diri secara lengkap
Nama :
B. Pengantar
Dalam kuesioner ini peneliti memohon kesediaan Bapak/Ibu Guru selaku
pengampu mata pelajaran sejarah untuk dapat mengisi jawaban secara jujur.
Kuesioner ini merupakan bagian dari instrumen pengumpul data yang dibutuhkan
peneliti. Kesediaan Bapak/Ibu guru dalam mengisi kuesioner ini sangat berarti
bagi peneliti dalam menyelesaikan penelitian ini. Atas ketersediaan Bapak/Ibu
guru, peneliti mengucapkan terima kasih.
C. Petunjuk Pengisian
1. Mohon Bapak/Ibu guru untuk membaca seluruh pernyataan dan memilih salah
satu jawaban sesuai dengan penilaian Bapak/Ibu.
2. Mohon Bapak/Ibu untuk memberi tanda check list (√) pada butir-butir
pernyataan berikut ini sesuai dengan kriteria sebagai berikut:
SS : Sangat Setuju
S : Setuju
TS : Tidak Setuju
STS : Sangat Tidak Setuju
3. Sebelum Bapak/Ibu mengembalikan lembar kuesioner kepada peneliti, mohon
bapak/Ibu memeriksa kembali kuesioner, apakah semua pertanyaan telah
dijawab.
NO PERNYATAAN SS S TS STS
1 Soal-soal yang saya berikan kepada siswa
mengenai teori-teori masuknya agama Hindu,
Buddha dan Islam di Indonesia membuat
siswa mampu memahami serta menganalisis
hal-hal yang berkaitan dengan proses
masuknya agama Hindu Buddha
2 Evaluasi/soal-soal yang saya berikan sudah
memuat indikator yang menuntut siswa untuk
berpikir kritis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
128
3 Untuk mempelajari perkembangan kehidupan
masyarakat, pemerintahan, dan budaya, pada
masa Kerajaan Hindu, Buddha, dan Islam
saya mengarahkan siswa untuk membuat peta
konsep menggunakan software aplikasi
maupun manual
4 Saya sadar bahwa pembelajaran sejarah yang
sesuai dengan kurikulum 2013 revisi harus
mampu membangkitkan semangat siswa
untuk memiliki kemampuan berpikir kreatif
dan inovatif untuk dijadikan bekal di masa
depan
5 Saya kurang mendalami tentang penyajian
soal-soal untuk siswa bermuatan pemecahan
masalah yang mengaitkan berbagai isu-isu
aktual dengan materi pembelajaran sejarah
6 Dalam pendidikan abad 21 ini, saya terbiasa
memberikan penugasan siswa untuk membuat
mengunggah foto atau video di media sosial
yang berkaitan dengan materi pelajaran
7 Saya memaknai setiap nilai yang diperoleh
dari materi yang saya ajarkan karena itu saya
mengajak siswa agar terbiasa merefleksikan
nilai dari pembelajaran untuk diterapkan
dalam kehidupan
8 Kejayaan Mataram Islam masih dirasakan
sampai saat ini. Maka perangkat pembelajaran
yang saya siapkan mampu mendorong siswa
untuk mengaitkan ilmu pengetahuan yang
telah dimilikinya dengan ilmu baru yang akan
diperolehnya pada saat pembelajaran
berlangsung
9 Saya merasa ragu untuk memberikan soal-
soal penilaian harian yang menuntut siswa
berpikir kritis dan logis
10 Saya menganggap wajar apabila dalam
diskusi siswa enggan menuliskan hal-hal
penting mengenai topik yang sedang
dipresentasikan serta kurang mampu
mengajukan pertanyaan yang relevan
11 Saya merasa puas apabila siswa dapat
mengerjakan soal-soal pemecahan masalah
yang menuntut siswa mampu mengaitkan
berbagai isu-isu aktual dengan materi yang
diajarkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
129
12 Saya merasa kekurangan ide untuk membuat
siswa mampu mengaitkan pengetahuan yang
telah dimiliki dengan pengetahuan yang baru
setelah membahas materi pelajaran
13 Saya memaklumi ketika siswa membuat karya
dari hasil menjiplak karya orang lain di
internet
14 Saya masih kesulitan dalam membimbing
siswa supaya mampu merefleksikan nilai-nilai
yang terkandung dalam pembelajaran
15 Evaluasi/soal-soal yang akan saya berikan
kepada siswa selalu terpaku pada buku teks
(book oriented)
16 Pembelajaran abad 21 menuntut saya untuk
memanfaatkan teknologi dalam proses
pembelajaran salah satunya dengan cara
memanfaatkan media audiovisual sebagai
media pembelajaran bagi siswa
17 Saya akan memberikan penugasan berupa
lembar diskusi siswa yang memuat isu-isu
aktual untuk meningkatkan kemampuan
berpikir kompleks sehingga siswa dapat
mengambil sikap dalam berbagai keadaan.
18 Saya akan mendorong siswa untuk
mengaitkan berbagai kesenian pada Kerajaan
Islam yang eksistensinya masih diakui sampai
saat ini
19 Dalam proses pembelajaran saya memberi
arahan kepada siswa dalam menggunakan
berbagai aplikasi penunjang pembelajaran
untuk menambah keahlian/skill siswa
20 Setelah proses pembelajaran saya akan lebih
intens mengajak siswa untuk merefleksikan
nilai-nilai yang diperoleh pada pembelajaran
agar dapat diaplikasikan dalam keseharian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
130
LAMPIRAN 3
LEMBAR KUESIONER SISWA
A. Data Responden
Tulislah data identitas Anda secara lengkap.
1. Nama :
2. Kelas :
3. No.HP :
B. Pengantar
Dalam kuesioner ini Anda diminta untuk dapat mengisi jawaban secara jujur.
Adapun jawaban Anda tidak akan berpengaruh terhadap nilai apapun dan
kerahasiaannya terjamin. Kuesioner ini merupakan bagian dari instrumen
pengumpul data yang dibutuhkan peneliti. Kesediaan Anda dalam mengisi
kuesioner ini sangat berarti bagi penulis dalam menyelesaikan penelitian ini. Atas
ketersediaan Anda, penulis mengucapkan terima kasih.
C. Petunjuk Pengisian
1. Tulislah data identitas Anda secara lengkap.
2. Bacalah semua pernyataan dan pilih salah satu jawaban sesuai dengan penilaian
Anda sendiri.
3. Berilah tanda check list (√) pada butir-butir pernyataan berikut ini sesuai
dengan kriteria sebagai berikut:
SS : Sangat Setuju
S : Setuju
TS : Tidak Setuju
STS : Sangat Tidak Setuju
4. Sebelum Anda kembalikan kepada peneliti, periksalah kembali kuesioner Anda
apakah semua pertanyaan telah dijawab.
5. Tidak ada jawaban yang benar atau salah, jawaban yang jujur sangat
diharapkan
Contoh Pengerjaan:
NO PERNYATAAN SS S TS STS
1 Saya selalu antusias mengerjakan tugas √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
131
pelajaran sejarah yang diberikan guru
Butir-butir Pernyataan
NO PERNYATAAN SS S TS STS
1 Saya kesulitan ketika membuat tugas peta
konsep mengenai kesultanan Islam di Pulau
Jawa karena sama saja meringkas satu buku
yang belum sepenuhnya saya pahami
materinya
2 Ketika mengerjakan soal tentang terjadinya
kepulauan Indonesia, saya menjadi tahu jika
pelajaran sejarah berkaitan pula dengan
geografi
3 1. Saya kebingungan dan kurang mampu
memahami pentingnya mengenal budaya
bangsa sendiri meski telah menyelesaikan
tugas membuat kliping mengenai jenis-jenis
akulturasi dari masa Hindu dan Buddha serta
Islam di Nusantara
4 Saya senang menggaris bawahi bagian
penting tentang materi Kesultanan Islam di
Nusantara karena isinya terlalu banyak
sehingga memudahkan saya mengerjakan
tugas dari guru
5 Saat mengerjakan soal penilaian harian
tentang terbentuknya kepulauan Indonesia,
saya ragu dengan jawaban sendiri sehingga
saya menggunakan jawaban teman yang saya
anggap pintar
6 Saya merasa termotivasi untuk semakin
menghargai antar umat beragama setelah
mempelajari dan mengerjakan soal-soal
tentang contoh akulturasi kebudayaan Hindu
dan Buddha serta Islam di Nusantara
7 Setelah mengerjakan tugas tentang terjadinya
kepulauan Indonesia, saya merasa terpanggil
untuk ikut menjaga kekayaan alam Indonesia
agar tidak lagi diambil bangsa lain
8 Saya belum pernah berkunjung ke candi
Prambanan dan Borobudur maka dari itu saya
sulit menjawab soal tentang bukti peninggalan
Hindu dan Buddha di Nusantara
9 Ketika mendapat tugas presentasi, saya
enggan mencari video tentang kesultanan
Mataram Islam untuk ditayangkan karena
akan mengundang banyak pertanyaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
132
10 Ketika mendapat tugas membuat artikel
mengenai terbentuknya kepulauan Indonesia,
saya menyalin artikel di internet untuk
menghemat waktu
11 Ketika guru memberi tugas untuk
menguraikan contoh akulturasi Hindu,
Buddha dan Islam di Nusantara, saya
terdorong untuk mencari contoh dari artikel
koran agar lebih kontekstual
12 Pada proses menyelesaikan tugas peta konsep
mengenai akulturasi budaya kesultanan Islam
di Nusantara, saya mengabaikan nilai moral
yang termuat di dalamnya
13 Saat mendapat tugas menuliskan karakteristik
candi Buddha dan Hindu, saya sangat malas
untuk mengerjakannya karena harus
mendatangi candi Sewu dan candi Prambanan
14 Saya kesulitan dalam memahami kalimat soal
yang diberikan guru karena banyak
menggunakan kosa kata ilmiah
15 Ketika mengerjakan soal tentang akulturasi
budaya kesultanan Islam di Nusantara, saya
menjadi lebih mengerti adanya keberagaman
16 Tugas membuat video tentang materi kerajaan
Hindu dan Buddha sangat penting untuk
menumbuhkan keterampilan saya dalam
menghadapi tantangan abad 21
17 Saya merasa bangga ketika guru
mengapresiasi kliping yang saya buat tentang
peninggalan Hindu dan Buddha di Nusantara
kemudian saya pamerkan ke teman agar
mereka iri
18 Untuk menghasilkan artikel ilmiah yang
optimal tentang bukti peninggalan masa
Hindu dan Buddha di Nusantara, saya akan
melakukan penelitian dengan berkunjung ke
candi Prambanan dan candi Plaosan
19 Saat mendapat tugas untuk merangkum materi
peninggalan kerajaan Samudera Pasai, saya
akan menyertakan pula gambar yang
mendukung penjelasan tersebut
20 Saya menjadi percaya diri ketika dapat
menjawab pertanyaan lisan dari guru tentang
sistem kepercayaan manusia purba dengan
kalimat saya sendiri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
133
LAMPIRAN 4
CATATAN LAPANGAN 2
HASIL REKAPITULASI KUESIONER GURU SEJARAH SMA NEGERI 6 YOGYAKARTA
NO NAMA
ITEM PERNYATAAN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
1 WIP S SS S S TS SS S S STS TS S TS STS TS TS S S S S S
2 TTW SS SS S SS TS SS SS S TS TS SS TS STS TS S SS SS SS SS S
JUMLAH MASING-MASING PERNYATAAN
Pernyataan
Nomor Urut Pernyataan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
SS 1 2 0 1 0 2 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0
S 1 0 2 1 0 0 1 2 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 2
TS 0 0 0 0 2 0 0 0 1 2 0 2 0 2 1 0 0 0 0 0
STS 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0
Total 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
134
PERSENTASE MASING-MASING PERNYATAAN
Pernyataan Nomor Urut Pernyataan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
SS 1,7 3,3 0 1,7 0 3,3 1,7 0 0 0 1,7 0,0 0,0 0,0 0 1,7 1,7 1,7 1,7 0
S 1,7 0,0 3,3 1,7 0 0 1,7 3,3 0,0 0 1,7 0,0 0 0 1,7 1,7 1,7 1,7 1,7 3,3
TS 0,0 0 0 0 3,3 0 0 0,0 1,7 3,3 0 3,3 0 3,3 1,7 0 0 0,0 0,0 0
STS 0,0 0 0,0 0 0 0 0 0 1,7 0 0 0 3,3 0,0 0 0 0 0 0 0
Total 3,3 3,3 3,3 3,3 3,3 3,3 3,3 3,3 3,3 3,3 3,3 3,3 3,3 3,3 3,3 3,3 3,3 3,3 3,3 3,3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
135
LAMPIRAN 5
CATATAN LAPANGAN 3
HASIL REKAPITULASI KUESIONER SISWA KELAS X MIPA 1 & X MIPA 6 SMA NEGERI 6 YOGYAKARTA
NO NAMA
ITEM PERNYATAAN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
1 AH TS S S S TS SS S STS TS TS TS STS STS TS S TS TS S S S
2 AA TS S TS S S S TS TS TS TS TS TS S TS S TS TS S S S
3 BW TS S S S TS SS S TS TS TS TS STS STS TS S TS TS S S S
4 FA TS SS TS TS S TS SS STS TS TS STS TS SS S S SS TS S SS S
5 FN TS SS TS S S S SS TS TS TS TS STS TS S S SS TS S SS S
6 FNH S S S S S SS S STS TS TS TS TS TS S SS S STS S SS SS
7 GG S S S TS S TS S S TS S TS TS S S TS S TS S TS S
8 HA S S S TS TS SS S TS TS TS TS STS STS TS S TS TS S S S
9 NA TS S S S TS SS TS TS TS STS S STS STS TS S SS TS SS S SS
10 NN TS SS TS TS S SS S TS TS STS S TS TS S S S STS S S TS
11 OI TS S TS S S S S STS TS STS S TS TS TS S S S S SS S
12 PD TS S TS TS TS SS TS STS TS TS TS STS TS TS S SS TS S SS S
13 QP TS SS TS S S S S STS TS TS TS TS TS S S S TS S SS TS
14 RC TS S TS S TS S S STS STS STS S STS TS TS S SS STS S SS SS
15 RD TS S TS S S S SS TS STS TS S STS TS TS S S TS S SS S
16 RM S S TS TS TS TS S TS STS TS TS STS TS S S S TS S SS S
17 SB TS SS TS TS TS SS TS STS TS TS TS STS TS TS S SS TS S SS S
18 ST TS SS TS S TS SS S STS S STS TS TS TS TS S S STS SS SS S
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
136
19 SS TS S STS S TS S S STS TS STS TS STS S TS SS S TS S S SS
20 SN TS SS S S S SS S STS STS STS TS STS TS S S S TS S S TS
21 SW TS SS TS S TS S S TS STS TS TS TS TS S S TS TS S S SS
22 SR TS S S S TS TS S TS TS S S TS TS S TS S TS S S S
23 SK TS S TS TS S TS TS TS TS TS TS TS S S TS S TS TS S S
24 SRP TS SS TS STS TS S TS TS TS TS S TS TS TS S S TS S S S
25 TS TS S TS TS S S S TS S TS TS STS TS STS S TS STS S S SS
26 VS TS SS S TS S S S TS TS TS S TS TS S SS S TS S S S
27 VN TS SS S TS TS S TS TS TS TS TS TS TS TS S S TS S SS SS
28 WL TS SS S S TS TS S TS TS STS S TS TS TS S S TS S SS SS
29 YA TS SS TS S S SS SS TS S STS STS TS TS S S S TS SS SS SS
30 ZA TS S S TS TS SS S TS S TS TS S TS TS S TS TS S S S
31 AR TS SS TS S TS S SS STS STS TS S TS TS TS S S STS S S S
32 ACH S S S S TS SS S STS STS TS S STS TS S S S TS S SS SS
33 AVP S SS S S TS S S TS STS TS S TS TS S TS SS S S S S
34 BRD TS S TS S S SS S TS S S TS TS TS STS S S TS TS S TS
35 CAM TS S TS S TS S TS TS S STS TS TS TS TS S S TS S S TS
36 GNV TS S S S S SS TS TS STS TS S TS S S S S TS S S TS
37 HB TS SS TS S TS S S TS S TS TS TS TS S S S TS S S SS
38 LK TS S TS TS S S SS TS TS TS TS STS S S S SS TS S S S
39 MVR TS SS TS SS TS TS SS TS S STS TS STS TS TS S S STS S SS SS
40 MT TS SS STS SS S TS S STS STS TS TS STS TS SS S SS TS S SS SS
41 MTER TS S S S S SS TS TS TS TS S TS TS S S S S SS S S
42 NE TS S TS S TS SS S TS STS TS S TS TS S S S TS SS S S
43 OKB STS SS TS S TS TS S STS TS TS STS STS STS S S S STS S SS SS
44 RFRH STS SS S STS S TS SS STS TS TS TS STS STS TS TS TS S S S S
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
137
45 RSP S S S S S S TS STS TS TS S TS TS S S TS TS S S S
46 RAAR TS SS S TS STS SS S STS TS STS S TS TS STS S S STS SS SS SS
47 RN S S TS TS S S S TS TS TS STS TS TS TS TS TS TS S S S
48 RNA TS SS TS S TS SS S STS TS TS TS TS TS TS S S STS S SS SS
49 RSA TS S STS TS TS SS S TS STS TS S STS STS STS S S STS SS S S
50 RSRT TS SS TS S TS S S TS STS TS SS STS TS S S S TS S S S
51 SM STS SS TS TS TS SS SS STS TS TS S STS STS TS S SS STS SS SS S
52 SF TS SS TS TS S SS S TS TS TS TS TS TS TS S TS TS S S S
53 SG STS S TS SS S S S TS TS TS TS TS S S S SS TS SS SS SS
54 SSRM TS S TS S S S SS STS TS TS S STS TS TS S S TS SS S S
55 SAK TS SS TS S TS SS S STS STS TS TS S STS S S TS TS SS S SS
56 TJA TS S TS S S S S TS S TS TS TS TS S S S TS S S S
57 TSP TS SS S S S TS TS TS S TS S STS TS S S S S SS S S
58 VPS S S TS TS S SS S TS S TS S TS TS S S S S S SS S
59 YE TS SS STS STS TS TS SS STS TS SS STS SS STS S S S TS S S S
60 ZMN TS S TS S S SS SS STS TS TS S STS TS TS S S TS SS S S
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
138
JUMLAH MASING-MASING PERNYATAAN
Pernyataan
Nomor Urut Pernyataan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
SS 0 28 0 3 0 25 12 0 0 1 1 1 1 1 3 11 0 13 23 18
S 9 32 20 35 29 23 36 1 11 3 23 2 7 29 51 37 6 45 36 36
TS 47 0 36 19 30 12 12 35 35 44 31 32 42 26 6 12 42 2 1 6
STS 4 0 4 3 1 0 0 24 14 12 5 25 10 4 0 0 12 0 0 0
Total 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60
PERSENTASE MASING-MASING PERNYATAAN
Pernyataan
Nomor Urut Pernyataan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
SS 0 46,7 0 5 0 42 20 0 0 1,7 1,7 1,7 1,7 1,7 5 18,3 0 22 38,3 30
S 15 53,3 33,3 58 48 38 60 1,67 18,3 5 38 3,3 12 48 85 61,7 10 75 60 60
TS 78,3 0 60 32 50 20 20 58,3 58,3 73 52 53 70 43 10 20 70 3,3 1,7 10
STS 6,7 0 6,7 5 1,7 0 0 40 23,3 20 8,3 42 17 6,7 0 0 20 0 0 0
Total 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
139
LAMPIRAN 6
DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA GURU
1. Bagaimana pendapat bapak/ibu mengenai evaluasi pembelajaran sejarah berbasis
HOTS?
2. Menurut pendapat bapak/ibu seberapa penting penerapan evaluasi pembelajaran
sejarah berbasis HOTS?
3. Bagaimana langkah-langkah yang dilakukan oleh bapak/ibu dalam menyusun
RPP?
4. Apakah sumber yang digunakan sebagai referensi baik yang disediakan
pemerintah maupun yang mencari sendiri di luar yang sudah disediakan
pemerintah sudah memadai untuk menjadi pedoman dalam melaksanakan evaluasi
pembelajaran sejarah yang berbasis HOTS?
5. Bagaimana penyusunan evaluasi termasuk dalam penyusunan soal-soal
pembelajaran sejarah yang bapak/ibu lakukan agar memuat indikator HOTS?
6. Apa saja jenis evaluasi atau penilaian yang digunakan oleh bapak/ibu?
7. Jenis evaluasi manakah yang sering bapak/ibu gunakan dalam melakukan evaluasi
pembelajaran sejarah berbasis HOTS?
8. Apa perbedaan mendasar antara evaluasi pembelajaran berbasis HOTS dengan
evaluasi yang pernah diterapkan sebelumnya yang dirasakan oleh bapak/ibu?
9. Menurut pendapat bapak/ibu, apa saja kelebihan dan kekurangan evaluasi
pembelajaran sejarah yang berbasis HOTS?
10. Adakah kendala atau kesulitan yang bapak/ibu dihadapi dalam melakukan
evaluasi pembelajaran sejarah yang berbasis HOTS? Kalau ada, seperti apa
kendala tersebut?
11. Bagaimana cara yang dilakukan bapak/ibu dalam mengatasi kendala atau
kesulitan yang dihadapi tersebut?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
140
LAMPIRAN 7
DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA SISWA
1. Persiapan seperti apa yang anda lakukan untuk menghadapi evaluasi
pembelajaran sejarah berbasis HOTS?
2. Bagaimana kesan anda selama mengikuti evaluasi pembelajaran sejarah
berbasis HOTS?
3. Bagaimana pendapat anda mengenai evaluasi pembelajaran sejarah
berbasis HOTS?
4. Dalam evaluasi pembelajaran sejarah, apa saja jenis evaluasi yang
dilakukan guru anda baik dalam penugasan maupun penilaian?
5. Lalu menurut anda sudahkah mengarah pada proses berpikir tingkat
tinggi?
6. Bagaimana jenis evaluasi pembelajaran sejarah berbasis HOTS yang
dilakukan guru anda baik dalam penugasan maupun penilaian?
7. Apa saja kendala atau kesulitan yang Anda hadapi dalam setiap evaluasi
pembelajaran sejarah yang dilakukan guru dengan basis HOTS?
8. Bagaimana strategi atau cara yang Anda lakukan untuk mengatasi kendala
atau kesulitan yang dihadapi?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
141
LAMPIRAN 8
DAFTAR NARASUMBER
Guru Mata Pelajaran Sejarah SMA Negeri 6 Yogyakarta
1. Ibu Wahyu Ida Permata Sari, S.Pd.
2. Ibu Tutik Trisnawati, S.Pd.
Siswa SMA Negeri 6 Yogyakarta
3. Rahil Aufa Astagina Aufan
4. Martinus Tejakusuma
5. Norman Edra
6. Gerarda Novena Vinetri
7. Qinaya Putri Kusuma
8. Satriya Wira Devriyanta
9. Yasmina Aziza
10. Sefiansyah Rizqi Fauzi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
142
LAMPIRAN 9
CATATAN LAPANGAN 4
WAWANCARA GURU
Topik/Judul : Persepsi Guru dan Siswa Terhadap Evaluasi Pembelajaran
Sejarah Berbasis HOTS di SMA Negeri 6 Yogyakarta
Peneliti : Theresia Apri Lindawati
Informan : Wahyu Ida Permata Sari, S.Pd.
Waktu : 22 April 2019
Keterangan P: Peneliti
I : Informan
P: Bagaimana pendapat bapak/ibu mengenai evaluasi pembelajaran sejarah
berbasis HOTS?
I: Menggiring siswa untuk berpikir lebih mendalam secara mandiri, selain itu
siswa dapat meningkat dalam berpikir logis dan kritis. Dalam
implementasinya, lebih kontekstual dengan mengaitkan materi dengan isu atau
berita yang sedang hangat jadi dapat mempermudah siswa memahami materi
P: Menurut pendapat bapak/ibu seberapa penting penerapan evaluasi
pembelajaran sejarah berbasis HOTS?
I: Sangat penting untuk mengukur tingkat pengetahuan siwa selama kegiatan
belajar mengajar berlangsung. Pada ranah psikomotorik, siswa menjadi lebih
kreatif dan produktif dalam membuat produk/ karya, misalnya : video, sejarah
dari hasil kreasi mereka sendiri
P: Bagaimana langkah-langkah yang dilakukan oleh bapak/ibu dalam menyusun
RPP?
I: berpedoman dari buku kementerian pendidikan dan kebudayaan, dengan cara
mencocokan media pembelajaran dengan materi sejarah. Kemudian mensiasati
melesetnya rancangan pelaksanaan pembelajaran (RPP), yang terpenting
adalah tujuan pembelajarannya tercapai. Di samping itu, media dan model
pembelajaran berbeda penerapannya setiap kelas yang diajar karena agar
bervariasi dan menyesuaikan dengan karakteristik siswa masing-masing kelas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
143
P: Apakah sumber yang digunakan sebagai referensi baik yang disediakan
pemerintah maupun yang mencari sendiri di luar yang sudah disediakan
pemerintah sudah memadai untuk menjadi pedoman dalam melaksanakan
evaluasi pembelajaran sejarah yang berbasis HOTS?
I: Belum memadai jika hanya berpedoman dari buku anjuran pemerintah , jadi
harus cari referensi lain di luar buku dari kementrian. Di sisi lain, saya jarang
membuat lembar kerja perserta didik (LKPD) sendiri karena memakai buku
LKPD yang sudah disediakan sekolah.
P: Bagaimana penyusunan evaluasi termasuk dalam penyusunan soal-soal
pembelajaran sejarah yang bapak/ibu lakukan agar memuat indikator HOTS?
I: Soal yang dibuat berdasarkan materi yang sudah diajarkan. Kemudian
menyamaratakan soal yang diberikan pada semua kelas yang diajar supaya
kompetensi dasar (KD)nya yang sama. Dengan presentase tingkat kesulitan
soal 50% berbasis Higher Order Thinking Skill (HOTS), 50% sisanya sedang
dan mudah. Dalam pembuatan soal HOTS, sering menggunakan kosa kata
ilmiah.
P: Apa saja jenis evaluasi atau penilaian yang digunakan oleh bapak/ibu?
I: analisis, mengkritisi permasalahan atau peristiwa sejarah dari artikel atau buku,
recall, ujian lisan
P: Jenis evaluasi manakah yang sering bapak/ibu gunakan dalam melakukan
evaluasi pembelajaran sejarah berbasis HOTS?
I: Tugas yang paling sering diberi mengkritisi suatu artikel/film/buku
Membuat peta konsep secara berkelompok
P: Apa perbedaan mendasar antara evaluasi pembelajaran berbasis HOTS dengan
evaluasi yang pernah diterapkan sebelumnya atau yang non HOTS yang
dirasakan oleh bapak/ibu?
I: Saya baru mengajar selama kurang lebih tiga tahun jadi belum begitu
merasakan perbedaan evaluasi non HOTS dengan yang HOTS karena ketika
begitu masuk dan menjadi guru sudah langsung menggunakan evaluasi
berbasis HOTS, biasanya yang tidak HOTS hanya sebatas hafalan atau recall
saja.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
144
P: Menurut pendapat bapak/ibu, apa saja kelebihan dan kekurangan evaluasi
pembelajaran sejarah yang berbasis HOTS?
I: (-)Kalau yang Non HOTS terbatas recall
(+)Non HOTS > lebih cepat koreksi
(+)HOTS>bisa mengukur tingkat pemahaman siswa
(+)HOTS>pendapat dan pertanyaan siswa bisa diluar dugaan atau malah harus
mencari referensi tambahan agar guru dapat memberikan jawaban yang
optimal sehingga wawasan guru semakin bertambah
(-) HOTS> memakan waktu lama karena harus membuat kalimat literasi dalam
pembuatan soal jadi tidak langsung to the point
(-) HOTS> Upaya menyadarkan literasi sejarah pada siswa tidak hanya
membaca buku tapi siswa juga dapat mendengar pejelasan orang lain dari
luar sekolah misalnya saat mengunjungi objek sejarah akan tetapi
kendalanya ketika akan mengajak siswa mengunjungi objek sejarah guru
harus membuat surat tugas yang diajukan pada kepala sekolah jadi lumayan
memakan waktu untuk mengurus perizinannya.
P: Adakah kendala atau kesulitan yang bapak/ibu dihadapi dalam melakukan
evaluasi pembelajaran sejarah yang berbasis HOTS? Kalau ada, seperti apa
kendala tersebut?
I: Kendala : waktunya lama, minimal satu minggu karena harus membuat kisi kisi
dan kunci jawaban terlebih dahulu. Lalu lebih rumit karena musti meyakinkan
valid tidaknya soal yang akan diberikan pada siswa menggunakan Analisis
butir soal (Anbuso) untuk mempertimbangkan penyampaian materi agar
pencapaian kompetensi dasar di semua kelas yang diajar itu sama rata.
P: Bagaimana cara yang dilakukan bapak/ibu dalam mengatasi kendala atau
kesulitan yang dihadapi tersebut?
I: membuat banyak cadangan alternatif soal. Sudah mencicil membuat soal jauh
jauh hari sebelum hari H serta Sering mengikuti pelatihan membuat soal HOTS
dua bulan sekali bersama tim MGMP untuk membahas soal HOTS pada USBN
dan penilaian akhir tahun dan cukup membantu guru untuk lebih memahami
dan membuat soal berbasis HOTS.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
145
LAMPIRAN 10
CATATAN LAPANGAN 5
WAWANCARA GURU
Topik/Judul : Persepsi Guru dan Siswa Terhadap Evaluasi
Pembelajaran Sejarah Berbasis HOTS di SMA
Negeri 6 Yogyakarta
Peneliti : Theresia Apri Lindawati
Informan : Tutik Trisnawati, S.Pd.
Waktu : 24 April 2019
Keterangan P: Peneliti
I : Informan
P: Bagaimana pendapat bapak/ibu mengenai evaluasi pembelajaran sejarah
berbasis HOTS?
I: Kalau sepenuhnya langsung diberikan dalam satu waktu akan memberatkan
siswa dan membuat siswa merasa kesulitan dalam menerima dan
mengerjakannya jadi harus dilakukan secara bertahap supaya siswa tidak kaget
serta dapat memahami dengan optimal sehingga akan sangat bagus untuk
mengembangkan kemampuan siswa dalam mengkritisi suatu hal dan
memecahkan permasalahan.
P: Menurut pendapat bapak/ibu seberapa penting penerapan evaluasi
pembelajaran sejarah berbasis HOTS?
I: Penting sekali, karena dengan evaluasi berbasis HOTS mampu mengarahkan
siswa untuk menjadi pribadi yang bijaksana dalam merefleksikan nilai-nilai
yang didapat dari masa lalu untuk bekal di masa depan.
. P: Bagaimana langkah-langkah yang dilakukan oleh bapak/ibu dalam menyusun
RPP?
I: Dengan melakukan pendekatan saintifik yang di dalamnya terdapat langkah-
langkah 5M serta kita terlebih dahulu mengambil indikator pembelajaran untuk
kemudian dapat melakukan evaluasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
146
P: Apakah sumber yang digunakan sebagai referensi baik yang disediakan
pemerintah maupun yang mencari sendiri di luar yang sudah disediakan
pemerintah sudah memadai untuk menjadi pedoman dalam melaksanakan
evaluasi pembelajaran sejarah yang berbasis HOTS?
I: Saya menggunakan buku yang sudah disediakan sekolah dan juga memakai
buku referensi dari luar juga.
P: Bagaimana penyusunan evaluasi termasuk dalam penyusunan soal-soal
pembelajaran sejarah yang bapak/ibu lakukan agar memuat indikator HOTS?
I: Tidak keluar dari Indikator Pencapaian Akademik. Kemudian jenis soal tidak
selalu menganalisis tapi bisa juga siswa dituntut untuk dapat menelaah,
mencari solusi serta dalam membuat soal, saya tidak langsung to the point pada
inti pertanyaan namun, biasanya saya membuat literasi sebagai pengantar inti
soal dan supaya siswa mendapat informasi tambahan dalam menjawab soal.
P: Apa saja jenis evaluasi atau penilaian yang digunakan oleh bapak/ibu?
I: Dalam pembuatan soal evaluasi jenis soal yang menuntut siswa untuk
menganalisis, menelaah, mencari solusi atau pemecahan masalah. Soal
evaluasi yang dibuat berbentuk pilihan ganda untuk penilaian akhir semester
maupun akhir tahun. Kemudian ketika dalam memberi penugasan siswa lebih
sering yang bersifat diskusi kelompok lalu siswa mempresentasikannya
dengan sesi tanya jawab disertai pembuatan makalah. Selain itu, saya juga
pernah memberi tugas siswa untuk membuat video sejarah secara
berkelompok.
P: Jenis evaluasi manakah yang sering bapak/ibu gunakan dalam melakukan
evaluasi pembelajaran sejarah berbasis HOTS?
I: Pilihan Ganda yang memuat literasi sejarah. Lalu ketika ulangan terkadang
saya melaksanakannya dengan sistem mencongak jadi tidak melulu konsep
ulangan yang bersifat terstruktur.
P: Apa perbedaan mendasar antara evaluasi pembelajaran berbasis HOTS
dengan evaluasi yang pernah diterapkan sebelumnya yang dirasakan oleh
bapak/ibu?
I: Tentunya sangat berbeda.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
147
Jika dahulu, soal evaluasi hanya sebatas untuk me-recall ingatan siswa
sehingga secara tidak langsung memaksa siswa untuk mengingat dan
menghafal materi dan cenderung siswa bisa stres karena terlalu berusaha
menghafal materi menjelang ulangan. Lalu bedanya dengan sistem zaman
sekarang, dalam membuat soal evaluasi lebih cenderung menganalisis jadi
siswa tidak terlalu dituntut untuk menghafal tanggal, tempat kejadian atau
nama tokoh sejarah. Siswa lebih dituntut agar dapat mengkritisi suatu
permasalahan untuk kemudian dicari solusinya. Di samping itu, meski masa
kini siswa tidak dituntut untuk menghafal materi tapi lebih ke menganalisis,
terdapat sisi minusnya pula seperti misalnya adanya keterbatasan waktu
sehingga siswa sering merasa kekurangan waktu dalam mengerjakan soal
berbasis HOTS karena di dalamnya memuat literasi sejarah pula serta siswa
sering terkecoh dalam memilih jawaban yang bersifat Pilihan Ganda karena
pilihan jawabannya dibuat sengaja hampir mirip satu sama lain sehingga
siswa harus lebih teliti dan memahami esensi soal yang ditanyakan.
P: Menurut pendapat bapak/ibu, apa saja kelebihan dan kekurangan evaluasi
pembelajaran sejarah yang berbasis HOTS?
I: (-)Kalau yang Non HOTS Kurang dapat mengukur tingkat pemahaman siswa
(-) Hanya sekadar recall ingatan siswa sehingga kurang mendalam
(+)Non HOTS > lebih cepat koreksi dan dapat langsung pada inti permasalahan
ketika membuat soal
(+) Non HOTS> waktu yang dibutuhkan untuk pembuatan soal relatif lebih
singkat
(+)HOTS> dapat mengembangkan keterampilan siswa dalam memecahkan
permasalahan dan memacu siswa untuk berpikir kritis
(-) HOTS> harus lebih kreatif dan memperluas wawasan karena dalam
pembuatan soal harus disertai paragraf literasi sejarah untuk menambah
pengetahuan siswa sebelum menjawab soal
(-) HOTS> Waktu yang diperlukan untuk membuat soal HOTS dan untuk
koreksi pekerjaan siswa cenderung lebih lama
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
148
P: Adakah kendala atau kesulitan yang bapak/ibu dihadapi dalam melakukan
evaluasi pembelajaran sejarah yang berbasis HOTS? Kalau ada, seperti apa
kendala tersebut?
I: Kendalanya ada dan cukup sulit, karena siswa harus dapat menganalisis suatu
kasus dengan kritis agar dapat menyelesaikan permasalahan untuk kemudian
dicari solusinya serta diambil nilai-nilai positifnya untuk direfleksikan. Di
samping itu dalam menyusun soal-soal evaluasi sejarah berbasis HOTS pun
juga tidaklah mudah bagi guru jadi siswa dalam mengerjakan maupun guru
dalam membuat soal pun sama-sama susah. Di samping itu penggunaan kosa
kata ilmiah dalam soal berbasis HOTS masih perlu perhatian lebih agar siswa
semakin biasa dan tidak asing lagi ketika menjumpai kosa kata ilmiah dalam
soal evaluasi.
P: Bagaimana cara yang dilakukan bapak/ibu dalam mengatasi kendala atau
kesulitan yang dihadapi tersebut?
I: Untuk solusi agar kendala tersebut dapat diatasi misalnya untuk kosa kata
yang masih asing akan terus diulang ketika kegiatan belajar mengajar
berlangsung agar siswa paham dan tidak merasa asing lagi ketika kosa kata
tersebut termuat dalam kalimat soal evaluasi. Di samping itu, rutin turut
terlibat dalam pelatihan guru dalam pembuatan soal berbasis HOTS agar
semakin mampu dan lancar ketika menyusun soal evaluasi berbasis HOTS.
Strategi yang terakhir agar dapat meminimalisir kendala dalam penyusunan
soal berbasis HOTS adalah dengan melakukan analisis butir soal atau anbuso
sebelum soal tersebut diujikan agar dapat mengetahui banyaknya soal yang
tidak layak uji dan gugur sehingga dapat segera dibuatkan soal yang baru
serta yang lolos dalam analisis butir soal agar dapat diujikan pada siswa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
149
LAMPIRAN 11
CATATAN LAPANGAN 6
WAWANCARA SISWA
Topik/Judul : Persepsi Guru dan Siswa Terhadap Evaluasi
Pembelajaran Sejarah Berbasis HOTS di SMA
Negeri 6 Yogyakarta
Peneliti : Theresia Apri Lindawati
Informan : Rahil Aufa Astagina Aufan
Waktu : 22 April 2019
Keterangan P: Peneliti
I : Informan
P: Persiapan seperti apa yang anda lakukan untuk menghadapi evaluasi
pembelajaran sejarah berbasis HOTS?
I: Banyak membaca buku dan catatan lalu meringkas dengan bahasa sendiri atau
kadang membuat peta konsep.
P: Bagaimana kesan anda selama mengikuti evaluasi pembelajaran sejarah
berbasis HOTS?
I: Ulangan belum tentu diberi soal soal tentang HOTS tapi tetap bisa mengikuti,
untuk materi pembelajaran secara tidak langsung juga ikut menganalisis soal
HOTS, ulangan pasti berasal dari materi yang sudah dijelaskan dan tidak
mungkin menyimpang dari materi yang sudah diajarkan
P: Bagaimana pendapat anda mengenai evaluasi pembelajaran sejarah berbasis
HOTS?
I: analisis soal selain analisis HOTS merupakan hafalan seperti silsilah raja raja,
selain ulangan juga diberikan kesempatan untuk presentasi
P: Dalam evaluasi pembelajaran sejarah, apa saja jenis evaluasi yang dilakukan
guru anda baik dalam penugasan maupun penilaian?
I: analisis 50% hafalan 50%,
P: Lalu menurut anda sudahkah mengarah pada proses berpikir tingkat tinggi?
I: belum 100% mengarah pada HOTS
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
150
P: Bagaimana jenis evaluasi pembelajaran sejarah berbasis HOTS yang
dilakukan guru anda baik dalam penugasan maupun penilaian?
I: presentasi kelompok dan ada sesi tanya jawab, jika ada pertanyan yang tidak
dapat dijawab oleh siswa, guru akan menjelaskan secara benar dengan
memberikan gambaran /ilustrasi sehingga siswa diharapkan dapat lebh mudah
memahami materi.
P: Apa saja kendala atau kesulitan yang Anda hadapi dalam setiap evaluasi
pembelajaran sejarah yang dilakukan guru dengan basis HOTS?
I: karena kurangnya basic pengetahuan yang didapat ada beberapa bagian yang
susah dianalisis.
P: Bagaimana strategi atau cara yang Anda lakukan untuk mengatasi kendala
atau kesulitan yang dihadapi?
I: lebih rajin belajar dan membaca, jika tidak bisa menganalisis lebih lanjut,
maka siswa menggunakan kreatifitas sendiri untuk mensimulasikan soal dengan
kehidupan di sekitar yang berkaitan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
151
LAMPIRAN 12
CATATAN LAPANGAN 7
WAWANCARA SISWA
Topik/Judul : Persepsi Guru dan Siswa Terhadap Evaluasi
Pembelajaran Sejarah Berbasis HOTS di SMA
Negeri 6 Yogyakarta
Peneliti : Theresia Apri Lindawati
Informan : Martinus Tejakusuma
Waktu : 23 April 2019
Keterangan P: Peneliti
I : Informan
P: Persiapan seperti apa yang anda lakukan untuk menghadapi evaluasi
pembelajaran sejarah berbasis HOTS?
I: meringkas dan belajar dari catatan yang diberikan guru ketika mengajar
karena materi yang diberikan cenderung lebih lengkap daripada buku paket.
P: Bagaimana kesan anda selama mengikuti evaluasi pembelajaran sejarah
berbasis HOTS?
I: seru, karena guru mengajar dengan memberi banyak catatan karena banyak
soal hafalan, jika ada pertanyaan dari siwapun dapat langsung dijawab dengan
baik
P: Bagaimana pendapat anda mengenai evaluasi pembelajaran sejarah berbasis
HOTS?
I: Baik, karena soal sesuai dengan materi, tetapi terkadang siswa malas belajar
karena materi terlalu banyak. Siswa lebih suka metode HOTS karena lebih santai
dengan banyaknya tanya jawab yang diberikan sampai siswa benar benar paham,
tetapi metode ini terbilang lebih lambat.
P: Dalam evaluasi pembelajaran sejarah, apa saja jenis evaluasi yang dilakukan
guru anda baik dalam penugasan maupun penilaian?
I: jenis soal dicampur dengan pengetahuan umum, tidak semua berbentuk HOTS
P: Lalu menurut anda sudahkah mengarah pada proses berpikir tingkat tinggi?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
152
I: sudah, karena mayoritas pertanyaan bersifat menguji pemiikiran mengapa
suatu hal bisa terjadi.
P: Bagaimana jenis evaluasi pembelajaran sejarah berbasis HOTS yang
dilakukan guru anda baik dalam penugasan maupun penilaian?
I: siswa menilai baik karena menganggap pengetahuan umum itu penting dan
perlu diketahui
P: Apa saja kendala atau kesulitan yang Anda hadapi dalam setiap evaluasi
pembelajaran sejarah yang dilakukan guru dengan basis HOTS?
I: terlalu banyak materi dan tokoh tokoh serta peristiwa sejarah yang beragam
P: Bagaimana strategi atau cara yang Anda lakukan untuk mengatasi kendala
atau kesulitan yang dihadapi?
I: membaca LKS, catatan dan buku paket serta ada inisiatif untuk mencari
informasi di internet.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
153
LAMPIRAN 13
CATATAN LAPANGAN 8
WAWANCARA SISWA
Topik/Judul : Persepsi Guru dan Siswa Terhadap Evaluasi
Pembelajaran Sejarah Berbasis HOTS di SMA
Negeri 6 Yogyakarta
Peneliti : Theresia Apri Lindawati
Informan : Norman Edra
Waktu : 23 April 2019
Keterangan P: Peneliti
I : Informan
P: Persiapan seperti apa yang anda lakukan untuk menghadapi evaluasi
pembelajaran sejarah berbasis HOTS?
I: seperti menghadapi ulangan biasa, membaca dan merangkum di buku, diberi
highlight bagian yang penting
P: Bagaimana kesan anda selama mengikuti evaluasi pembelajaran sejarah
berbasis HOTS?
I: soal sulit, siswa tidak menduga soal akan banyak dan sesulit yang diberikan
P: Bagaimana pendapat anda mengenai evaluasi pembelajaran sejarah berbasis
HOTS?
I: baik karena membuat siswa berpikir lebih dalam, lebih menyenangkan karena
mempelajari materi tidak harus menghafal semua tulisan dalam buku , cukup
hanya dengan mengetahui kata kuncinya.
P: Dalam evaluasi pembelajaran sejarah, apa saja jenis evaluasi yang dilakukan
guru anda baik dalam penugasan maupun penilaian?
I: banyak soal menganalisis, dan banyak mengidentifikasi, membandingkan
keadaan sejarah dan keadaan sekarang
P: Lalu menurut anda sudahkah mengarah pada proses berpikir tingkat tinggi?
I: sudah, dengan menggunakan soal berbentuk cerita, mudah dipahami tetapi dan
diingat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
154
P: Bagaimana jenis evaluasi pembelajaran sejarah berbasis HOTS yang dilakukan
guru anda baik dalam penugasan maupun penilaian?
I: soal berbentuk analisis, dan banyak mengidentifikasi , membandingkan
keadaan sejarah dan keadaan sekarang penilaian dapat berupa tugas kelompok,
evaluasi atau tugas individu
P: Apa saja kendala atau kesulitan yang Anda hadapi dalam setiap evaluasi
pembelajaran sejarah yang dilakukan guru dengan basis HOTS?
I: materi terlalu banyak dan susah dipahami
P: Bagaimana strategi atau cara yang Anda lakukan untuk mengatasi kendala atau
kesulitan yang dihadapi?
I: membuat mind map dari poin poin dari catatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
155
LAMPIRAN 14
CATATAN LAPANGAN 9
WAWANCARA SISWA
Topik/Judul : Persepsi Guru dan Siswa Terhadap Evaluasi
Pembelajaran Sejarah Berbasis HOTS di SMA
Negeri 6 Yogyakarta
Peneliti : Theresia Apri Lindawati
Informan : Gerarda Novena Vinetri
Waktu : 25 April 2019
Keterangan P: Peneliti
I : Informan
P: Persiapan seperti apa yang anda lakukan untuk menghadapi evaluasi
pembelajaran sejarah berbasis HOTS?
I: Menghafalkan materi dan berpikir lebih kenapa suatu hal dapat terjadi,
membuat ringkasan dan mind map
P: Bagaimana kesan anda selama mengikuti evaluasi pembelajaran sejarah
berbasis HOTS?
I: siswa merasakan tantangan lebih dengan menggunakan penalaran dan
kreatifitas sendiri daripada hanya sekedar menghafalkan isi buku
P: Bagaimana pendapat anda mengenai evaluasi pembelajaran sejarah berbasis
HOTS?
I: soal berbasis HOTS dinilai bagus untuk mengasah pikiran, sekaligus dinilai
sulit dan terlalu luas, sulit diprediksi jadi harus pintar menalar.
P: Dalam evaluasi pembelajaran sejarah, apa saja jenis evaluasi yang dilakukan
guru anda baik dalam penugasan maupun penilaian?
I: Menganalisis soal, membuat resensi buku, memberi ulasan artikel, membuat
video, kliping.
P: Lalu menurut anda sudahkah mengarah pada proses berpikir tingkat tinggi?
I: Sudah mengarah ke HOTS.
P: Bagaimana jenis evaluasi pembelajaran sejarah berbasis HOTS yang dilakukan
guru anda baik dalam penugasan maupun penilaian?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
156
I: soal yang keluar belum pernah diajarkan atau kurangnya pemahaman dari para
siswa.
P: Apa saja kendala atau kesulitan yang Anda hadapi dalam setiap evaluasi
pembelajaran sejarah yang dilakukan guru dengan basis HOTS?
I: soal sulit diprediksi karena materi terlalu luas, siswa juga kadang sulit untuk
merangkai kalimat meskipun tahu maksud dari suatu soal yang diberikan
P: Bagaimana strategi atau cara yang Anda lakukan untuk mengatasi kendala atau
kesulitan yang dihadapi?
I: memperbanyak latihan soal dan membiasakan diri dengan banyaknya jenis soal
yang ada, membuat ringkasan materi yang diajarkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
157
LAMPIRAN 15
CATATAN LAPANGAN 10
WAWANCARA SISWA
Topik/Judul : Persepsi Guru dan Siswa Terhadap Evaluasi
Pembelajaran Sejarah Berbasis HOTS di SMA
Negeri 6 Yogyakarta
Peneliti : Theresia Apri Lindawati
Informan : Qinaya Putri Kusama
Waktu : 25 April 2019
Keterangan P: Peneliti
I : Informan
P: Persiapan seperti apa yang anda lakukan untuk menghadapi evaluasi
pembelajaran sejarah berbasis HOTS?
I: belajar membayangkan suatu kejadian karena biasanya ditanyai pendapat
mengenai suatu peristiwa tertentu
P: Bagaimana kesan anda selama mengikuti evaluasi pembelajaran sejarah
berbasis HOTS?
I: seru karena soal HOTS lebih mudah untuk dipelajari karena tidak terpaku pada
buku paket, siswa dapat mengeksplor kemampuan sendiri
P: Bagaimana pendapat anda mengenai evaluasi pembelajaran sejarah berbasis
HOTS?
I: lebih suka soal uraian karena tidak harus menghafal semua (hanya garis besar
dan kata kunci saja)
P: Dalam evaluasi pembelajaran sejarah, apa saja jenis evaluasi yang dilakukan
guru anda baik dalam penugasan maupun penilaian?
I: awal semester menggunakan model soal pilihan ganda, sedangkan semester
akhir menggunakan model soal uraian
P: Lalu menurut anda sudahkah mengarah pada proses berpikir tingkat tinggi?
I: sudah menggunakan dan mengarah pada HOTS.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
158
P: Bagaimana jenis evaluasi pembelajaran sejarah berbasis HOTS yang dilakukan
guru anda baik dalam penugasan maupun penilaian?
I: soal dinilai lebih susah untuk dikerjakan karena butuh berpikir lebih dalam
tidak seperti soal pilihan ganda
P: Apa saja kendala atau kesulitan yang Anda hadapi dalam setiap evaluasi
pembelajaran sejarah yang dilakukan guru dengan basis HOTS?
I: Sumber buku materi untuk tugas susah dicari,
pada saat ujian belum belajar topik yang tepat karena banyaknya meteri, sehingga
kurangnya manajemen waktu
P: Bagaimana strategi atau cara yang Anda lakukan untuk mengatasi kendala atau
kesulitan yang dihadapi?
I: berusaha mengumpulkan tugas lebih awal sebaik mungkin untuk nilai tambah.
Lalu belajar dengan cara membaca lalu menulis ulang di catatan serta merangkum
dengan bahasa sendiri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
159
LAMPIRAN 16
CATATAN LAPANGAN 11
WAWANCARA SISWA
Topik/Judul : Persepsi Guru dan Siswa Terhadap Evaluasi
Pembelajaran Sejarah Berbasis HOTS di SMA
Negeri 6 Yogyakarta
Peneliti : Theresia Apri Lindawati
Informan : Satriya Wira Devriyanta
Waktu : 25 April 2019
Keterangan P: Peneliti
I : Informan
P: Persiapan seperti apa yang anda lakukan untuk menghadapi evaluasi
pembelajaran sejarah berbasis HOTS?
I: lebih memahami inti inti materi sejarah yang akan disampaikan sehingga siswa
tahu alurnya dan dapat menarik kesimpulan dari materi tersebut
P: Bagaimana kesan anda selama mengikuti evaluasi pembelajaran sejarah
berbasis HOTS?
I: khawatir karena jawaban tidak pasti, siswa tidak tahu jawaban bagaimana yang
dianggap benar (sulit diprediksi)
P: Bagaimana pendapat anda mengenai evaluasi pembelajaran sejarah berbasis
HOTS?
I: baik, karena bisa melatih berpikir dengan tingkatan lebih tinggi dengan
memahami isi dari materi.
P: Dalam evaluasi pembelajaran sejarah, apa saja jenis evaluasi yang dilakukan
guru anda baik dalam penugasan maupun penilaian?
I: ujian berbentuk soal cerita dan jawaban sesuai dengan pemahaman siswa
(jawaban belum pasti ada di buku)
P: Lalu menurut anda sudahkah mengarah pada proses berpikir tingkat tinggi?
I: lebih dari 50% sudah mengarah pada HOTS dan memenuhi kriteria soal yang
membutuhkan pemahaman tingkat tinggi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
160
P: Bagaimana jenis evaluasi pembelajaran sejarah berbasis HOTS yang dilakukan
guru anda baik dalam penugasan maupun penilaian?
I: presentasi dan penjelasan sudah mengandung unsur HOTS, penugasan juga
menuntut siswa untuk menjelaskan lebih dari materi serta memanfaatkan sarana
IT.
P: Apa saja kendala atau kesulitan yang Anda hadapi dalam setiap evaluasi
pembelajaran sejarah yang dilakukan guru dengan basis HOTS?
I: sering lupa alur cerita karena banyak kejadian yang mirip, jawaban yang
diberikan siswa terlalu berbelit belit, sulit untuk merangkai kalimat, kurangnya
pemahaman dan literasi mengenai materi.
P: Bagaimana strategi atau cara yang Anda lakukan untuk mengatasi kendala atau
kesulitan yang dihadapi?
I: membaca referensi dari buku sejarah, merangkum dan menghafalkan inti pokok
dari materi yang diajarkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
161
LAMPIRAN 17
CATATAN LAPANGAN 12
WAWANCARA SISWA
Topik/Judul : Persepsi Guru dan Siswa Terhadap Evaluasi
Pembelajaran Sejarah Berbasis HOTS di SMA
Negeri 6 Yogyakarta
Peneliti : Theresia Apri Lindawati
Informan : Yasmina Aziza
Waktu : 26 April 2019
Keterangan P: Peneliti
I : Informan
P: Persiapan seperti apa yang anda lakukan untuk menghadapi evaluasi
pembelajaran sejarah berbasis HOTS?
I: belajar dari kisi kisi dan inti dari materi yang diajarkan, membuat rangkuman
dan menghafalkan materi
P: Bagaimana kesan anda selama mengikuti evaluasi pembelajaran sejarah
berbasis HOTS?
I: Menyenagkan serta lebih baik dan tidak terlalu kaku dalam menjawab soal
selama memahami inti dari materi yang diajarkan
P: Bagaimana pendapat anda mengenai evaluasi pembelajaran sejarah berbasis
HOTS?
I: Lebih bisa mengembangkan kreatifitas, yang penting sudah memahami inti
pokok materi sehingga ketika menjawab soal analisis dapat mengembangkan inti
pokok materi dengan merangkai kalimat menggunakan bahasa sendiri.
P: Dalam evaluasi pembelajaran sejarah, apa saja jenis evaluasi yang dilakukan
guru anda baik dalam penugasan maupun penilaian?
I: jenis soal uraian HOTS dan soal lain sama banyaknya karena materi yang
diberikan juga terbilang cukup banyak
P: Lalu menurut anda sudahkah mengarah pada proses berpikir tingkat tinggi?
I: sudah mengarah dengan soal yang memerlukan analisis dalam menjawab.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
162
P: Bagaimana jenis evaluasi pembelajaran sejarah berbasis HOTS yang dilakukan
guru anda baik dalam penugasan maupun penilaian?
I: penugasan yang diberikan juga sudah mengarah pada HOTS.Tugas biasanya
berbentuk materi presentasi kelompok dengan mind mapping.
P: Apa saja kendala atau kesulitan yang Anda hadapi dalam setiap evaluasi
pembelajaran sejarah yang dilakukan guru dengan basis HOTS?
I: soal terlalu susah dan berbobot sehingga membutuhkan waktu lama untuk
berpikir
P: Bagaimana strategi atau cara yang Anda lakukan untuk mengatasi kendala atau
kesulitan yang dihadapi?
I: membuat rangkuman dan peta konsep, mencicil belajar materi dari awal sedikit
demi sedikit, membuat catatan berdasarkan penjelasan guru, diskusi dengan
teman mengenai soal yang kurang jelas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
163
LAMPIRAN 18
CATATAN LAPANGAN 13
WAWANCARA SISWA
Topik/Judul : Persepsi Guru dan Siswa Terhadap Evaluasi
Pembelajaran Sejarah Berbasis HOTS di SMA
Negeri 6 Yogyakarta
Peneliti : Theresia Apri Lindawati
Informan : Sefiansyah Rizqi Fauzi
Waktu : 26 April 2019
Keterangan P: Peneliti
I : Informan
P: Persiapan seperti apa yang anda lakukan untuk menghadapi evaluasi
pembelajaran sejarah berbasis HOTS?
I: belajar, membaca ulang catatan (baik buku atau foto dan materi yang dibagikan
di grup kelas)
P: Bagaimana kesan anda selama mengikuti evaluasi pembelajaran sejarah
berbasis HOTS?
I: lebih mudah dan menyenangkan karena bersifat penalaran dan rata-rata
menganalisis
P: Bagaimana pendapat anda mengenai evaluasi pembelajaran sejarah berbasis
HOTS?
I: sumber daya (materi) tugas kadang terlalu susah dicari, terlalu banyak tugas
karena mata pelajaran sejarah cenderung lama untuk dikerjakan meskipun
deadline lama dan diberi langsung dalam jumlah banyak
P: Dalam evaluasi pembelajaran sejarah, apa saja jenis evaluasi yang dilakukan
guru anda baik dalam penugasan maupun penilaian?
I: mayoritas uraian yang menanyakan pendapat tentang suatu kejadian sejarah
P: Lalu menurut anda sudahkah mengarah pada proses berpikir tingkat tinggi?
I: sebagian soal sudah mengarah pada HOTS dan sebagian sisanya belum.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
164
P: Bagaimana jenis evaluasi pembelajaran sejarah berbasis HOTS yang dilakukan
guru anda baik dalam penugasan maupun penilaian?
I: soal dinilai lebih susah untuk dikerjakan karena butuh berpikir lebih dalam
P: Apa saja kendala atau kesulitan yang Anda hadapi dalam setiap evaluasi
pembelajaran sejarah yang dilakukan guru dengan basis HOTS?
I: materi terlalu banyak dan sumber buku susah didapatkan untuk mengerjakan
tugas
P: Bagaimana strategi atau cara yang Anda lakukan untuk mengatasi kendala atau
kesulitan yang dihadapi?
I: menegerjakan soal paling mudah terlebih dahulu, dan sisanya improvisasi
mengunakan penalaran serta mencari informasi di internet
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
165
LAMPIRAN 19
CATATAN LAPANGAN 14
Lembar Pengamatan Dokumen
Evaluasi Pembelajaran Sejarah yang Dilakukan Guru
Keterangan:
A : Ada
TA : Tidak Ada
L : Lengkap
TL : Tidak Lengkap
No
Dokumen
Ketersediaan Kelengkapan Keterangan
A TA L TL
1 RPP
2 Soal-soal
3 Kunci Jawaban
4 Rubrik Penilaian Kognitif
5 Rubrik Penilaian Afektif
6
Rubrik Penilaian
Psikomotorik
7 Daftar Nilai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
166
LAMPIRAN 20
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
TAHUN AJARAN 2018-2019
Nama Sekolah : SMAN 6 Yogyakarata
Mata pelajaran : Sejarah Indonesia (Wajib)
Kelas/Semester : X/1
Materi : Masuk dan berkembangnya Islam di
Indonesia (perkembangan kehidupan
masyarakat, pemerintahan, dan budaya pada
masa kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia).
Alokasi Waktu :
2 X 45 menit
A. KOMPETENSI INTI:
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
2. Mengembangkan perilaku jujur, disiplin, santun, peduli (gotong royong,
kerjasama, toleran, damai), bertanggung jawab, responsif, dan pro-aktif
dalam berinteraksi secara efektif sesuai dengan perkembangan anak di
lingkungan, keluarga, sekolah, masyarakat dan lingkungan alam sekitar,
bangsa, negara, kawasan regional, dan kawasan internasional.
3. Memahami, menerapkan, menganalisis dan mengevaluasi pengetahuan
faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif pada tingkat teknis,
spesifik, detail, dan kompleks berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya dan humaniora dengan wawasan
kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab
fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan pada bidang kajian
yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan
masalah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
167
4. Menunjukkan keterampilan menalar, mengolah, dan menyaji secara
efektif, kreatif, produktif, kritis, mandiri, kolaboratif, dan solutif dalam
ranah konkret dan abstrak terkait dengan pengembangan dari yang
dipelajarinya di sekolah, serta mampu menggunakan metoda sesuai
dengan kaidah keilmuan.
B. KOMPETENSI DASAR DAN INDIKATOR PENCAPAIAN
No Kompetensi Dasar No Kompetensi Dasar
3.8 Menganalisis perkembangan
kehidupan masyarakat,
pemerintahan, dan budaya
pada masa kerajaan-kerajaan
Islam di Indonesia serta
menunjukkan contoh-contoh
bukti-bukti yang masih berlaku
pada kehidupan masyarakat
Indonesia saat ini
4.8 Menyajikan hasil penalaran
dalam bentuk tulisan tentang
nilai-nilai dan unsur budaya
yang berkembang pada masa
kerajaan Islam dan masih
berkelanjutan dalam
kehidupan bangsa pada masa
kini
No Indikator Pencapaian
Kompetensi
No Indikator Pencapaian
Kompetensi
3.8.1 Menganalisis perkembangan
kehidupan masyarakat,
pemerintahan, dan budaya
pada masa kerajaan Samura
Pasai dan Aceh
4.8.1 Menganalisis tentang nilai-
nilia dan unsur budaya yang
berkembang pada masa
kerajaan islam dan masih
berkelanjutan dalam
kehidupan masyarakat Aceh.
3.8.2 Menganalisis perkembangan
kehidupan masyarakat,
pemerintahan, dan budaya
pada masa kerajaan Demak
dan Pajang
4.8.2 Menyajikan hasil penelaran
dalam bentuk tulisan tentang
nilai-nilai dan unsur budaya
yang berkembang pada masa
kerajaan Demak dan Pajang
dan masih berkelanjutan
dalam kehidupan bangsa
Indonesia masa kini.
3.8.3 Menganalisis perkembangan
kehidupan masyarakat,
pemerintahan, dan budaya
pada masa kerajaan Mataram
Islam & Banten.
4.8.2 Membuat peta konsep
perkembangan kerajaan
Mataram Islam dan Banten
serta menyajikan kehidupan
masyarakat, pemerintahan
dan budaya yang masih
berkembang di Indonesia
pada masa kini dalam bentuk
tulissan.
3.8.4 Menganalisis perkembangan
kehidupan masyarakat,
4.8.3 Menyajikan hasil penalaran
dalam bentuk tulisan dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
168
pemerintahan, dan budaya
pada masa kerajaan Goa Tallo
perkembangan kerajaan Goa
Tallo yang masih
berkembang hingga saat ini.
3.8.5 Menganalisis perkembangan
kehidupan masyarakat,
pemerintahan, dan budaya
pada masa kerajaan Ternate
dan Tidore
4.8.4 Menyajikan hasil telaah dari
perkembangan kehidupan
ekonomi masyarakat Ternate
dan Tidore dalam bentuk
gambar jalur perdagangan
rempah-rempah dan korelasi
dengan munculnya kota-kota
dagang di Indonesia.
C. Tujuan Pembelajaran
Melalaui kegiatan pembelajaran ini peserta didik kelas X SMAN 6 Yogyakarta
dapat memiliki pengetahuan tentang (KD-3) menganalisis perkembangan
kehidupan masyarakatm pemerintahan, dan budyaa pada masa kerajaan Islam di
Nusantara keterampialan dalam (KD-4) Menyajikan hasil telaah dari
perkembangan kehidupan masyarkaat, pemerintahan dan budaya pada masa
kerajaan Islam dalam bentuk tulisan. (KD-1) mampu menghayati dan
mengamalkan ajaran agama yang dianutnya serta (KD-2) Mengembangkan
perilaku jujur, disiplin santun, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai),
bertanggung jawab, responsif, dan pro-aktif dalam berinteraksi secara efektif
sesuai dengan perkembangan anak di lingkungan, keluarga, sekolah, masyarakat
dan lingkungan alam sekitar, bangsa, negara, kawasan regional, dan kawasan
internasional.
D. Materi Pembelajaran
1. Fakta
- Berdirinya kerajaan-kerajaan Islam di Nusantara
- Sultan-Sultan yang memimpin kerajaan Islam di Nusantara
menggantikan konsep Raja pada masa Hindu Buddha
- Kemunduran Kerajaan-kerajaan Islam di Nusantara karena pengaruh
Asing.
2. Konsep
- Berbagai keadaan masyarakat kerajaan-kerajaan Islam di Nusantara
- Berbagai keadaan sosial-politik kerajaan-kerajaan Islam di Nusantara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
169
- Berbagai kebudayaan kerajaan-kerajaan Islam di Nusantara
3. Prosedur
- Kerajaan Samudera Pasai Aceh Darussalam Demak Pajang
Mataram Islam Banten Goa- Tallo Ternate dan Tidore.
E. Prosedur
1. Pendekatan : Scientific
2. Model : Discovery Learning
3. Metode : Ceramah, diskusi, tanya jawab, dan penugasan
F. Alat/ Bahan, Media Pembelajaran, Sumber Belajar
1. Alat dan Bahan:
Laptop, LCD, Spidol, papan tulis dan penghapus.
2. Media Pembelajaran:
Gambar dan slide pembelajaran
3. Sumber Belajar :
Hapsari, R & Adil, M. 2014. Sejarah Indonesia untuk SMA Kelas X
Kelompok Wajib. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Poesponegoro & Notosusanto. 2009. Sejarah Nasional Indonesia Jilid III.
Jakarta: Balai Pustaka.
Soekmono. 1973. Sejarah Kebudayaan Indonesia 3. Yogyakarta:
Kanisius.
G. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN
Pertemuan ke-2
NO. KEGIATAN DESKRIPSI ALOKASI
WAKTU
1. Pendahuluan 1. Guru memberi salam pembuka
kepada peserta didik.
2. Guru menginstruksikan ketua kelas
untuk memimpin doa sebelum
memulai pelajaran.
3. Guru mengabsen seluruh peserta
15 menit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
170
didik dan mengonfirmasi kesiapan
peserta didik untuk menerima
pelajaran.
4. Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran.
5. Guru mengingatkan kembali
mengenai materi tentang proses dan
latar belakang munculnya kerajaan
Islam pertama di Indonesia.
6. Guru membagi kelas ke dalam
delapan kelompok, yaitu kelompok I,
II, III, IV, V, VI, VII dan VIII.
2. Inti Langkah pembelajaran scientific dengan
model DiscoveryLearning:
a. Mengamati
Peserta didik diinstruksikan untuk
membaca literasi/sumber belajar
tentang munculnya kerajaan Islam
pertama kali di Nusantara.
b. Menanya
1) Guru memotivasi peserta didik
untuk memberikan sebanyak
mungkin pertanyaan yang
relevan dengan bahan
pembelajaran.
2) Guru memilih satu atau lebih
pertanyaan yang berkaitan
dengan materi dan
membahasnya.
3) Guru memberikan penjelasan
tentang Kerajaan Samudra Pasai.
4) Peserta didik dihadapkan dengan
permasalahan bagaimana proses
perkembangan masyarakat,
pemerintahan, dan kebudayaan
kerajaan Islam selanjutnya.
c. Mengumpulkan informasi
1) Guru membagi peserta didik
dibagi menjadi 7 kelompok.
2) Peserta didik ditugaskan untuk
menggali informasi dengan
menggunakan buku atau internet,
dengan pembagian sebagai
berikut:
Kelompok 1Kerajaan Aceh
Darussalam
60 menit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
171
Kelompok 2 Kerajaan Demak
Kelompok 3 Kerajaan Pajang
Kelompok 4 Kerajaan Mataram
Islam
Kelompok 5 Kerajaan Banten
Kelompok 6 Kerajaan Goa dan
Tallo
Kelompok 7 Kerajaan Ternate dan
Tidore
d. Menalar
Setelah menggali informasi, peserta
didik diinstruksikan untuk
menuliskan informasi yang sudah
didapat di kertas secara menarik,
dalam bentuk peta konsep.
e. Mengkomunikasikan
1) Setiap kelompok menyajikan hasil
diskusinya dalam bentuk peta
konsep.
2) Setiap kelompok
mempresentasikan peta
konsepnya sesuai dengan
bahasan masing-masing
3. Penutup 1. Guru dan peserta didik bersama-sama
membuat simpulan atau refleksi
pembelajaran.
2. Guru menyampaikan rencana
pembelajaran pada pertemuan
berikutnya, yaitu presentasi dari
masing-masing kelompok.
3. Menutup pembelajaran dengan do’a.
15 menit
Total 90 menit
Pertemuan ke-3
NO. KEGIATAN DESKRIPSI ALOKASI
WAKTU
1. Pendahuluan 1. Guru mengucapkan salam.
2. Guru menginstruksikan ketua kelas
untuk memimpin do’a sebelum
memulai pelajaran.
3. Guru menanyakan kehadiran peserta
didik.
4. Guru mengonfirmasi kesiapan peserta
didik untuk menerima pelajaran.
5. Guru menjelaskan tujuan
10 menit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
172
pembelajaran.
6. Guru memberikan apersepsi untuk
membawa siswa keluar dari keadaan
pasif dengan menanyakan materi
minggu lalu.
2. Inti Langkah pembelajaran scientific dengan
model DiscoveryLearning:
a Mengamati
Peserta didik membaca sekilas
tentang perkembangan masyarakat,
pemerintahan, dan kebudayaan
kerajaan Aceh Darussalam selama 10
menit
b Menanya
Peserta didik diinstruksikan
menanyakan tentang materi yang
belum dimengerti pada pertemuan
sebelumnya.
c Mengkomunikasikan
1) Kelompok 1 mempresentasikan
tentang kerajaan Aceh Darussalam
(15 menit).
2) Pada saat kelompok tertentu
presentasi kelompok yang lain
memperhatikan dan
mendengarkan, bertanya, atau
menambahkan gagasan (15 menit)
1) Guru menambahkan apabila ada
materi yang kurang, dan
meluruskan apabila ada materi
yang belum benar (30 menit)
70 menit
3. Penutup 1. Guru memberi waktu untuk peserta
didik yang ingin mengajukan
pertanyaan terkait materi yang belum
dipahami dan menyalin peta konsep
kerajaan Aceh Darussalam di catatan
masing-masing.
2. Guru dan peserta didik bersama-sama
membuat simpulan atau refleksi
pembelajaran.
3. Guru menyampaikan rencana
pembelajaran pada pertemuan
berikutnya.
4. Menutup pembelajaran dengan do’a.
10 menit
Total 90 menit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
173
Pertemuan ke-5
NO. KEGIATAN DESKRIPSI ALOKASI
WAKTU
1. Pendahuluan 1. Guru mengucapkan salam.
2. Guru menginstruksikan ketua kelas
untuk memimpin do’a sebelum
memulai pelajaran.
3. Guru menanyakan kehadiran peserta
didik.
4. Guru mengonfirmasi kesiapan peserta
didik untuk menerima pelajaran.
5. Guru menjelaskan tujuan
pembelajaran.
6. Guru memberikan apersepsi untuk
membawa siswa keluar dari keadaan
pasif dengan menanyakan materi
minggu lalu.
10 menit
2. Inti Langkah pembelajaran scientific dengan
model DiscoveryLearning:
a Mengamati
Peserta didik membaca sekilas
tentang perkembangan masyarakat,
pemerintahan, dan kebudayaan
kerajaan Demak dan Pajang selama
10 menit
b Menanya
Peserta didik diinstruksikan
menanyakan tentang materi yang
belum dimengerti pada pertemuan
sebelumnya.
c Mengkomunikasikan
1) Kelompok 2 dan 3
mempresentasikan tentang
kerajaan Demak dan Pajang (tiap
kelompok 10 menit).
2) Pada saat kelompok tertentu
presentasi kelompok yang lain
memperhatikan dan
mendengarkan, bertanya, atau
menambahkan gagasan (masing-
masing kelompok 10 menit)
3) Guru menambahkan apabila ada
materi yang kurang, dan
meluruskan apabila ada materi
yang belum benar (30 menit)
70 menit
3. Penutup 1. Guru memberi waktu untuk peserta 10 menit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
174
didik yang ingin mengajukan
pertanyaan terkait materi yang belum
dipahami dan menyalin peta konsep
kerajaan Demak dan Pajang di catatan
masing-masing.
2. Guru dan peserta didik bersama-sama
membuat simpulan atau refleksi
pembelajaran.
3. Guru menyampaikan rencana
pembelajaran pada pertemuan
berikutnya.
4. Menutup pembelajaran dengan do’a.
Total 90 menit
Pertemuan ke-6
NO. KEGIATAN DESKRIPSI ALOKASI
WAKTU
1. Pendahuluan 1. Guru mengucapkan salam.
2. Guru menginstruksikan ketua kelas
untuk memimpin do’a sebelum
memulai pelajaran.
3. Guru menanyakan kehadiran peserta
didik.
4. Guru mengonfirmasi kesiapan peserta
didik untuk menerima pelajaran.
5. Guru menjelaskan tujuan
pembelajaran.
6. Guru memberikan apersepsi untuk
membawa siswa keluar dari keadaan
pasif dengan menanyakan materi
minggu lalu.
10 menit
2. Inti Langkah pembelajaran scientific dengan
model DiscoveryLearning:
a Mengamati
Peserta didik membaca sekilas
tentang perkembangan masyarakat,
pemerintahan, dan kebudayaan
kerajaan Mataram Islam selama 10
menit.
b Menanya
Peserta didik diinstruksikan
menanyakan tentang materi yang
belum dimengerti pada pertemuan
sebelumnya.
c Mengkomunikasikan
1) Kelompok 4 mempresentasikan
70 menit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
175
tentang kerajaan MataramIslam
(15 menit).
2) Pada saat kelompok tertentu
presentasi kelompok yang lain
memperhatikan dan
mendengarkan, bertanya, atau
menambahkan gagasan (masing-
masing kerajaan mendapat bagian
15 menit)
4) Guru menambahkan apabila ada
materi yang kurang, dan
meluruskan apabila ada materi
yang belum benar (30 menit)
3. Penutup 1. Guru memberi waktu untuk peserta
didik yang ingin mengajukan
pertanyaan terkait materi yang belum
dipahami dan menyalin peta konsep
kerajaan Mataram Islam di catatan
masing-masing.
2. Guru dan peserta didik bersama-sama
membuat simpulan atau refleksi
pembelajaran.
3. Guru menyampaikan rencana
pembelajaran pada pertemuan
berikutnya.
4. Menutup pembelajaran dengan do’a.
10 menit
Total 90 menit
Pertemuan ke-7
NO. KEGIATAN DESKRIPSI ALOKASI
WAKTU
1. Pendahuluan 1. Guru mengucapkan salam.
2. Guru menginstruksikan ketua kelas
untuk memimpin do’a sebelum
memulai pelajaran.
3. Guru menanyakan kehadiran peserta
didik.
4. Guru mengonfirmasi kesiapan peserta
didik untuk menerima pelajaran.
5. Guru menjelaskan tujuan
pembelajaran.
6. Guru memberikan apersepsi untuk
membawa siswa keluar dari keadaan
pasif dengan menanyakan materi
minggu lalu.
10 menit
2. Inti Langkah pembelajaran scientific dengan 70 menit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
176
model DiscoveryLearning:
a Mengamati
Peserta didik membaca sekilas
tentang perkembangan masyarakat,
pemerintahan, dan kebudayaan
kerajaan Banten selama 10 menit.
b Menanya
Peserta didik diinstruksikan
menanyakan tentang materi yang
belum dimengerti pada pertemuan
sebelumnya.
c Mengkomunikasikan
1) Kelompok 5 mempresentasikan
tentang kerajaan Banten (15
menit).
2) Pada saat kelompok tertentu
presentasi kelompok yang lain
memperhatikan dan
mendengarkan, bertanya, atau
menambahkan gagasan (15
menit)
3) Guru menambahkan apabila ada
materi yang kurang, dan
meluruskan apabila ada materi
yang belum benar (masing-
masing 30 menit)
3. Penutup 1. mengajukan pertanyaan terkait materi
yang belum dipahami dan menyalin
peta konsep kerajaan Banten di
catatan masing-masing.
2. Guru dan peserta didik bersama-sama
membuat simpulan atau refleksi
pembelajaran.
3. Guru menyampaikan rencana
pembelajaran pada pertemuan
berikutnya.
4. Menutup pembelajaran dengan do’a.
10 menit
Total 90 menit
Pertemuan ke-8
NO. KEGIATAN DESKRIPSI ALOKASI
WAKTU
1. Pendahuluan 1. Guru mengucapkan salam.
2. Guru menginstruksikan ketua kelas
untuk memimpin do’a sebelum
memulai pelajaran.
10 menit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
177
3. Guru menanyakan kehadiran peserta
didik.
4. Guru mengonfirmasi kesiapan peserta
didik untuk menerima pelajaran.
5. Guru menjelaskan tujuan
pembelajaran.
6. Guru memberikan apersepsi untuk
membawa siswa keluar dari keadaan
pasif dengan menanyakan materi
minggu lalu.
2. Inti Langkah pembelajaran scientific dengan
model DiscoveryLearning:
a Mengamati
Peserta didik membaca sekilas
tentang perkembangan masyarakat,
pemerintahan, dan kebudayaan
kerajaan Goa dan Tallo selama 10
menit.
b Menanya
Peserta didik diinstruksikan
menanyakan tentang materi yang
belum dimengerti pada pertemuan
sebelumnya.
c Mengkomunikasikan
1) Kelompok 6 mempresentasikan
tentang kerajaan Goa dan Tallo (15
menit).
2) Pada saat kelompok tertentu
presentasi kelompok yang lain
memperhatikan dan
mendengarkan, bertanya, atau
menambahkan gagasan (10 menit)
4) Guru menambahkan apabila ada
materi yang kurang, dan
meluruskan apabila ada materi
yang belum benar (masing-masing
35 menit)
70 menit
3. Penutup 1. Guru memberi waktu untuk peserta
didik yang ingin mengajukan
pertanyaan terkait materi yang belum
dipahami dan menyalin peta konsep
kerajaan Goa dan Tallo di catatan
masing-masing.
2. Guru dan peserta didik bersama-sama
membuat simpulan atau refleksi
pembelajaran.
10 menit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
178
3. Guru menyampaikan rencana
pembelajaran pada pertemuan
berikutnya.
4. Menutup pembelajaran dengan do’a.
Total 90 menit
Pertemuan ke-9
NO. KEGIATAN DESKRIPSI ALOKASI
WAKTU
1. Pendahuluan 1. Guru mengucapkan salam.
2. Guru menginstruksikan ketua kelas
untuk memimpin do’a sebelum
memulai pelajaran.
3. Guru menanyakan kehadiran peserta
didik.
4. Guru mengonfirmasi kesiapan peserta
didik untuk menerima pelajaran.
5. Guru menjelaskan tujuan
pembelajaran.
6. Guru memberikan apersepsi untuk
membawa siswa keluar dari keadaan
pasif dengan menanyakan materi
minggu lalu.
10 menit
2. Inti Langkah pembelajaran scientific dengan
model DiscoveryLearning:
a Mengamati
Peserta didik membaca sekilas
tentang perkembangan masyarakat,
pemerintahan, dan kebudayaan
kerajaan Ternate dan Tidoreselama 15
menit.
b Menanya
Peserta didik diinstruksikan
menanyakan tentang materi yang
belum dimengerti pada pertemuan
sebelumnya.
c Mengkomunikasikan
3) Kelompok 7 mempresentasikan
tentang kerajaan Ternate dan
Tidore (15 menit).
4) Pada saat kelompok tertentu
presentasi kelompok yang lain
memperhatikan dan
mendengarkan, bertanya, atau
menambahkan gagasan (10 menit)
5) Guru menambahkan apabila ada
70 menit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
179
materi yang kurang, dan
meluruskan apabila ada materi
yang belum benar (masing-masing
35 menit)
3. Penutup 5. Guru memberi waktu untuk peserta
didik yang ingin mengajukan
pertanyaan terkait materi yang belum
dipahami dan menyalin peta konsep
kerajaan Ternate dan Tidore di
catatan masing-masing.
6. Guru dan peserta didik bersama-sama
membuat simpulan atau refleksi
pembelajaran.
7. Guru menyampaikan rencana
pembelajaran pada pertemuan
berikutnya.
8. Menutup pembelajaran dengan do’a.
10 menit
Total 90 menit
Pertemuan ke-10
NO. KEGIATAN DESKRIPSI ALOKASI
WAKTU
1. Pendahuluan 1. Guru mengucapkan salam.
2. Guru menginstruksikan ketua kelas
untuk memimpin do’a sebelum
memulai pelajaran.
3. Guru menanyakan kehadiran peserta
didik.
4. Guru mengonfirmasi kesiapan peserta
didik untuk menerima pelajaran.
5. Guru menjelaskan tujuan
pembelajaran.
6. Guru memberikan apersepsi untuk
membawa siswa keluar dari keadaan
pasif dengan menanyakan materi
minggu lalu dan keterkaitannya
dengan materi pada pertemuan kali
ini.
10 menit
2. Inti Langkah pembelajaran scientific dengan
model DiscoveryLearning:
a Mengamati
Peserta didik diinstruksikan untuk
mengamati gambar bukti-bukti
pengaruh Islam dalam masyarakat
yang masih ada hingga kini
70 menit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
180
b Menanya
1) Guru memotivasi peserta didik
untuk bertanya.
2) Guru memilih satu atau lebih
pertanayaan yang berkaitan dengan
materi dan membahasnya.
c Mengumpulkan informasi
1) Guru menjelaskan materi bukti-
bukti pengaruh Islam dalam
masyarakat yang masih ada hingga
kini.
2) Peserta didik diinstruksikan
memperhatikan penjelasan dari
guru.
3) Peserta didik diinstruksikan untuk
mencatat penjelasan dari guru.
3. Penutup 1. Guru dan peserta didik bersama-sama
membuat simpulan atau refleksi
pembelajaran.
2. Guru menyampaikan rencana
pembelajaran pada pertemuan
berikutnya, yaitu presentasi dari
masing-masing kelompok.
3. Menutup pembelajaran dengan do’a.
10 menit
Total 90 menit
H. PENILAIAN HASIL BELAJAR
Pencapaian
Kompetensi
Teknik Penilaian Bentuk Instrumen
Sikap Observasi Lembar pengamatan dan rubrik
Pengetahuan Tes Tulis Uraian dan pedoman penilaian
Keterampilan Penilaian
Portofolio
Pedoman penskoran dan pedoman
penilaian
Mengetahui:
Kepala SMA Negeri 6 Yogyakarta
Drs. Munjid Nur Alamsyah, M.M.
NIP. 19611212 198703 1007
Yogyakarta, 25 Januari 2019
Guru Mata Pelajaran,
Wahyu Ida Permatasari, S.Pd.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
181
Lampiran 1. Materi Pembelajaran yang akan disampaikan
Fakta : Berdirinya kerajaan-kerajaan Islam di Nusantara Sultan-sultan yang
memimpin kerajaan-kerajaan Islam di Nusantara.
Kemunduran kerajaan-kerajaan Islam di Nusantara
Konsep :Berbagai keadaan masyarakat kerajaan-kerajaan Islam di
Nusantara.
Berbagai keadaan sosial-politik kerajaan-kerajaan Islam di
Nusantara
Prosedural :Kerajaan Samudera Pasai Aceh Darussalam Demak Pajang
Mataram Islam Banten Goa Tallo Ternate dan Tidore
Metakognitif : Ringkasan Materi Kerajaan-kerajaan Islam di Nusantara
1. Kerajaan Samudra Pasai
Letak sebelah timut Lhokseumawe, Nangro Aceh
Tumbuh pertengahan abad ke-13 M (1270-1275 M)
Kondisi Sriwijaya yang lemah – karena perluasan kerajaan Singhasari dari
Jawa Sriwijaya kurang mampu melakukan kontrol sejak awal abad ke-13
M lambat laun muncul komunitas muslim tumbuhlah Kerajaan Samudra
Pasai
a. Keadaan Politik Samudra Pasai
Nama-nama sultan yang memerintah Samudra Pasai berdasarkan sumber
Sejarah Melayu dan Hikayat Raja-Raja Pasai
1) Sultan Malik as-Shalih sudah ada hubungan dengan Cina (berita dinasti
Yuan) – pada tahun 1282 M seorang utusan Cina meminta untuk agar
raja Samudra mengirimkan dutanya ke Cina yaitu Sulaeman dan Snams-
ad-Din.
2) Sultan Muhammad Malik az-Zahir (1297-1326)
3) Sultan Mahmud Malik az-Zahir (1346-1383) ada hubungan dengan
negeri-negeri Timur Tengah sekitar tahun 1346 M (berita Ibn Battutah) –
berkunjung ahli-ahli agama dari Persi (Iran) bernama Qadi Sharif Amir
Sayyid dari Shiraz, dan Taj-al-Din dari Isfahan.
4) Sultan Zain al-Abidin Malik az-Zahir (1383-1405)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
182
5) Sultanah Nahrisyah (1405-1412)
6) Abu zaid Malik az-Zahir (1412-?)
7) Mahmud Malik az-Zahir (1513-1524)
Pada abad ke-16 M masa puncaknya Samudra Pasai (berita Tome Pires
(1512-1515)) mengalami kemajuan dalam bidang keagamaan,
perekonomian, dan perdagangan.
Mengadakan hubungan persahabatan dengan Malaka
Samudra Pasai mempunnyai peran penting dalam penyebaran agama Islam
di Asia Tenggara Malaka menjadi kerajaan bercorak Islam karena
hubungannya Samudra Pasai bahkan juga mengadakan hubungan
pernikahan antara putra-putra Pasai dan Malaka awal abad 15 M
tumbuh kerajaan Islam di Malka oleh Paramisora.
Pengislaman juga dilakukan pada raja PTANI yang bernama Paya Tu
Naqpa oleh Syaikh Sa’id karena berhasil menyembuhkan raja Patani dari
sakitnya.
b. Keadaan keagamaan, perekonomian, dan perdagangan
Para pedagang yang hadir di Pasai dari negeri Rumi, Turki, Arab,
Persia, Gujarat, Keling, Bengali, Malayu, Jawa, Bruas, Siam, Kedah, dan
Pegu.
Kerajaan menggunakan mata uang mata uang kecil disebut ceitis, yang
dari emas disebut dramas.
Komoditas perdagangan yang dihasilkan lada, sutra, kapur barus, dan
banyak lagi.
Pendapatan kerajaan juga diperoleh dari pungutan pajak barang yang
diekspor dan diimpor.
Bidang keagamaan banyak para ulama dari Persia, Syria, dan Isfahan
yang datang ke Samudra Pasai (berita Ibn Battutah) sultan taat dengan
agama Islam yang bermadzhab Syafi’i.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
183
c. Kemunduran Samudra Pasai
Sejak kedatangan Portugis di Malaka tahun 1511 M dan meluaskan
kekuasaannya, maka kerajaan Samudra Pasai mualai dikuasai pada tahun
1521 M. Akan tetapi Kerajaan Aceh Darussalam di bawah pimpinan Sultan
Ali Mughayat Syah lebih berhasil menguasai Samudra Pasai begitu pula
kerajaan Islam dipesisir seperti Aru, Pedir juga berada dibawah pengaruh
Kerajaan Aceh Darussalam.
2. Kerajaan Aceh Darussalam
Letak Aceh Darussalam
Pada tahun 1520 Kerajaan Aceh Darussalam di bawa pimpinan Sultan Ali
Mughayat Syah berhasil melepaskan diri dari kekuasaan kerajaan Pedir.
Sekaligus pada tahun tersebut berhasil menundukkan kerajaa Daya, Pada
tahun 1524 Pedir dan Samudra Pasai pun ditaklukkan.
a. Keadaan politik
1) Sultan Ali Mughayat Syah
Di bawah kepemimpinannya, kerajaan Aceh mengadakan penyerangan
terhadap kapal Portugis di Bandar Aceh. Tahun 1529 persiapan
penyerangan terhadap Portugis di Malaka juga dilakukan, tetapi gagal
karena beliau wafat pada tahun 1530 M.
2) Sultan Alauddin Ri’ayat Syah al-Kahar
Usaha-usahanya:
Mengembangkan kekuatan angkatan perang.
Mengembangkan perdagangan.
Mengadakan hubungan internasional dengan negeri-negeri di Timur
tengah seperti Turki, Abysinia, dan mesir.
Tahun 1563 ia mengirim utusan ke Konstantinopel untuk meminta
bantuan usaha melawan Portugis 2 tahun kemudian datang bantuan
dari Turki berupa teknisi Sultan menyerang dan menakhlukkan
banyak kerajaan seperti Aru, Batak dan Barus. Johor juga diserang
pada tahun 1537,1547, dan 1568.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
184
3) Sultan Ali Ri’ayat Syah (1568-1588)
Tahun 1573 melakukan penyerangan ke Malaka, dan menyerang Perak
tahun 1575 (setelah Sultan Ahmad (perak) gugur, istri dan anaknya
(Mansur) dibawa ke Aceh dan dinikahkan putri Ali Ri’ayat Syah).
Mengadakan hubungan degan Ratu kalinyamat di Jepara
4) Sultan Alauddin Mansur Syah
Sangat baik, jujur, dan mencintai ulama (Hikayat Bustan as-Salatin).
5) Sultan Alauddin Ri’ayat Syah ibn Sultan Munawar Syah (1585-1588)
6) Sultan Alauddin Ri’ayat Syah ibn Firman Syah (1588-1604)
7) Sultan Iskandar Muda (1607-1636) puncak kejayaan kerajaan Aceh
Darussalam
Berhasil menundukkan daerah-daeraah di sepanjang pesisir Timur dan
Barat, Johor, Semenanjung Malasyia, kedudukan Portugis di Mlaka
juga terus menerus mengalami ancaman dan serangan.
Hubungan politik dengan negeri-negeri di Timur semakin ditingkatkan
Hubungan perdagangan juga ditingkatkan
Awal abad ke-19 kerajaan menagalami anacaman dari kolonialisme
Belanda yang terus meluaskan kekuasaannya Perang Aceh (1873-
1904) – serangan pasukan Aceh dipimpin oleh Panglima Polim, Habib
Abdurrahman, Teuku Cik Di Tiro, Teuku Umar dan Cut Nyak Din. –
Belanda melakukan politik dengan memisahkan antara kaum
bangsawan dengan kaum ulama Aceh (ide CH. Snouck Hurgrounje)
berhasil Sultan Muhammad Daud Syah menyerah dan
menandatangani perjanjian damai pada 10 Januari 1903.
8) Sultan Iskandar Thani (1636-1641)
9) Putri Iskandar Muda bergelar Taj Al-Alam Safiatuddin Syah (1641-
1675) daerah kekuasaan kerajaan mulai terbatas
10) Sri Sultanah Nur Al-Alam Naqiat Ad-Din Syah (1675-1688)
11) Sultanah Inayat Syah Zakiat ad-Din Syah (1688)
12) Sultanah Kamalat Syah (1688-1699)
13) Keturunan orang Arab dan ugis (1699-1735)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
185
Sejak awal ke-18 kerajaan mulai mengalami keruntuhan.
b. Keadaan sosial-ekonomi kerajaan Aceh Darussalam
Bidang ekonomi-perdagangan pada saat masa kejayaan kerajaan Aceh
Darussalam sangat berkembang. Komoditas yang diimpor antara lain yaitu
beras, guci, gula, sakar lumat, anggur, kurma, timah putih dan hitam, besi,
tekstil dari katun, kain batik mori, pinggan dan mangkuk, kipas, kertas, opium,
air mawar (sumber Kitab Adat Aceh). Sedangkan komoditas yang diekspor
yaitu kayu cendana, saapan, gandarukem, damar, getah perca, obat, parfum,
rasamala, kapur barus, bunga lawang, lada, gading, lilin, tali sabuk, sutra,
porselin, pakaian, minyak dan emas.
3. Kerajaan Demak
a. Latar Belakang
Sekitar tahun 1500 bupati Majapahit yang bernama Raden Patah
berkedudukan di Demak dan emmeluk Islam, ia memutuskan hubungan dengan
Majapahit yang sudah lemah. Kemudian ia mendirikan Kerajaan islam dengan
Demak sebagai pusatnya.
b. Politik
1) Raden Patah
2) Adipati Unus
Pada tahun 1513 ia berani memimpin suatu armada untuk menggempur
Malaka untuk mengusir Portugis, walaupun gagal, tetapi karena
keberaniannya itu ia
mendapat julukan Pangeran Sabrang Lor.
3) Sultan Trenggana
Meluaskan kekuasaannya ke Jawa bagian barat dan menyerang
Kerajaan Pajajaran (Sunda), ia mengirimkan pasukannya yang di
pimpin Fatahillah menyerang Pajajaran yang bersekutu dengan
Portugis (dengan jalan diplomasi melalui kerja sama perdagangan
dengan bangsa Portugis, terutama untuk produk lada, kemudian
Portugis diberikan hak untuk mendirikan benteng di Sunda Kelapa)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
186
hal itu berarti ancaman invasi portugis di Jawa, jika hal itu terjadi
maka akan mengancam ambisi Sultan untuk mengislamkan seluruh
Jawa sebelum ke Sunda Kelapa, pasukan Demak singgah ke
Cirebon, atas dorongan dari mertuanya yaitu Sunan Gunung Jati,
maka berangkatlah ia dan pasukannya dibarengi dengan pasukan
gabungan dari Cirebon armada Portugis berhasil dikalahkan
pelabuhan Kalapa yang berhasil direbut diganti namanya menjadi
Jayakarta oleh Fatahillah.
Di bagian timur Sultan juga menundukkan kerajaan-kerajaan yang
masih bercorak Hindu seperti Kadiri (1527), Tuban, Wirasari (1528),
Gagelang di Madiun (1529), Lendangkungan (1530), Surabaya
(1531), Pasuruan (1535), Panurakan, Lamongan, Blitar, dan Wirasaba,
Gunung Penanggungan (1543), Mamenang Thanu (1544), Sengguruh
(1545), Balambangan (1546) tetapi Sultan Trenggana gugur sehingga
Balambangan belum Islam.
c. Runtuhnya Kerajaan Demak
Sepeninggal Sultan Trenggana, terjadi perebutan tahta antara anak dan
adik Trenggana. Adik Trenggana segera terbunuh (dijuluki Pangeran
Sekar Seda ing Lepen, karena terbunuh ditepi sungai) naiklah tahta
yaitu anak Trenggana yaitu Pangeran Prawoto (anak Sultan Trenggana
Pangeran Prawoto beserta keluarganya dibunuh oleh Arya Panangsang
(anak Pangeran Sekar Seda ing Lepen).
Arya Panangsang sangat kejam, sehingga banyak yang tidak senang
terhadapnya. Ia juga membuat marah Hadiwijaya (Jaka Tingkir) dan Ki
Gede Pamanahan juga Ki Penjawi Hadiwijaya (Joko Tingkir, ipar Sedo
ing Lepen) menantu Sultan Trenggana, ia berhasil membinasakan Arya
Panangsang dan naik tahta, kemudian memindahkan ibu kota Demak
dipindahkan olehnya ke Pajang. Sebagai tanda terimakasih, Hadiwijaya
menghadiahkan tanah perdikan yang disebut Mataram kepada Ki Ageng
Pemanahan, kemudian Ki Penjawi diberi jabatan sebagai adipati di Pati.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
187
Setelah Hadiwijaya wafat tahun 1587 penggantinya sebagai sultan
Pajang adalah Aria Pangiri putra Pangeran Prawoto, sedangkan putra
Hadiwijaya yang bernama Pangeran Benowo diangkat sebagai sultan di
Jipang karena kecewa Pangeran Benowo dengan bantuan
Sutawijaya/Panembahan Senopati (anak Ki Gede Pamanahan) merebut
tahta Pajang atas jasanya Sutawijaya diberikan kekuasaaan atas Jipang.
4. Kerajaan Mataram Islam
a. Latar Belakang
Ki Ageng Pemanahan mendirikan keraton tahun 1578
Pada awal pemerintahannya ia banyak mendapatkan tentangan dari
Surabaya (1586), Madiun, dan Ponorogo ditahun yang sama, pada tahun
1595 ia berhasil menundukkan Cirebon dan Galuh.
b. Kondisi Sosial-Politik
Sultan-sultan yang memerintah Mataram:
1) Ki Ageng Pemanahan (Ki Ageng Mataram) (1578-1587)
2) Senapati ing Alaga (1578-1601)
3) Mas Jolang (1601-1613) melakukan pembangunan kota, pembuatan
taman Danalaya, kolam (segaran), kompleks pemakaman Kota Gede
dijuluki Panembahan Seda Ing Krapyak karena meninggal di tempat
perburuan (krapyak).
4) Pangeran Maratapura sering sakit, sehingga segara digantikan
kakaknya.
5) R.M Jatmiko atau Pangeran Rangsang (bergelar Sultan Agung Senapati
ing Alaga)
melakukan penyerangan terhadap kerajaan yang melepaskan diri dari
kekuasaan Mataram (Surabaya (1625), Pati, Giri, Blambangan).
Mengadakan hubungan dengan VOC yang sudah dirintis sejak
pemerintahan Mas Jolang
Gelar pertama yang digunakan adalah Panembahan Hanyakrakusuma atau
"Prabu Pandita Hanyakrakusuma". Setelah Menaklukkan Madura dia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
188
menggunakan gelar "Susuhunan Hanyakrakusuma". Terakhir setelah
1640-an dia menggunakan gelar bergelar "Sultan Agung Senapati
Ingalaga Abdurrahman".
Sejak tahun 1624 hubungan dengan VOC meburuk, Sultan Agung merasa
bahwa VOC berusaha melakukan kolonialismenya yang mengancam
kekuasaan politik Mataram.
Pengepungan Batavia untuk mengusir VOC dimulai tahun 1628 dan gagal,
diulangi kembali tahun 1629 dan tetap gagal. Sultan Agung sakit dan
wafat pada tahun 1645.
6) Amangkurat I (bergelar Sultan Amangkurat Senapati ing Alaga Ngabdur
Rahman Sayidin Panatagama)
Ia memindahkan keraton dari Kota Gede ke Plered.
Ia memerintah dengan kejam.
Lebih dekat dengan VOC untuk mencari dukungan daripada dukungan
dari masyarakat kerajaannya sendiri kedekatan tersebut menyebabkan
banyaknya tindakan VOC mencampuri politik kerajaan.
Terjadi pemberontakan Trunajaya dari Madura Amangkurat I meminta
bantuan terhadap VOC, tetapi wafat ditengah perjalanan karena sakit pada
tahun 1677.
7) Amangkurat II (Adipati Anom)
Ia sangat patuh terhadap VOC.
Belanda mengausai hampur seluruh wilayah Mataram Amngkurat II
mengungsi ke pedesaan dan membangun ibu kota Mataram yang baru di
Wonokerto yang kemudian diberi nama Kartasura.
8) Amangkurat III
Tidak menyukai VOC VOC mengangkat Pakubuwana I (Puger) sebagai
Sultan dualisme pemerintahan
Amangkurat III memberontak dan tertangkap di Batavia dan dibuang ke
Sri Lanka.
9) Pakubuwana I
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
189
10) Amangkurat IV
11) Pakubuwana II
12) Pakubuwana III
Perjanjian Giyanti (Karanganyar, Jateng) pada 13 Februari 1755:
Pembagian Mataram menjadi dua wilayah yaitu Kasultanan
Ngayogyakarta dan Kasunanan Surakarta (Solo).
Atas intervensi Belanda tahun 1575 berdasarkan Perjanjian Salatiga
Mataram dibagi kembali menjadi: Kesultanan Yogyakarta, Kasunanan
Surakarta, dan Mangkunegaran.
Pada tahun 1813 Kesultanan Yogyakarta dibagi menjadi dua :
Kesultanan Yogyakarta dan Pakualaman.
5. Kerajaan Banten
a. Latar Belakang
Babad/Sejarah Banten Banten direbut orang muslim di bawah pimpinan
Maulana Hasanuddin, putra Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati)
sekitar tahun 1525-1526 M pusat kerajaan dipindahkan ke Surosowan.
Sejak pemerintahan Maulana Hasanuddin daerah Lampung sudah masuk
ke dalam kekuasaan Banten, juga dengan Jayakarta.
b. Kondisi Sosial-politik Kerajaan
Sultan-sultan yang memimpin Kerajaan Banten:
1) Maulana Hasanuddin
2) Maulana Yusuf Banten mengalami kemajuan dalam bidang
pembangunan kota, desa-desa, pembuatan persawahan, dan
perladangan (Babad/Sejarah Banten). Banten dibawah
kepemimpinannya juga dapat mengalahkan kerajaan Pajajaran.
3) Maulana Muhammad melakukan serangn terhadap Palembang dan
gugur dalam peperangan.
4) Abulmafakhir Mahmud Abdulkadir pada masanya , pemerintahan
mulai dirongrong oleh Belanda (VOC).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
190
5) Pangeran Surya (Sultan Ageng Tirtayasa) Banten mencapai
puncaknya dalam bidang politik, perekonomian, perdagangan,
keagamaan dan kebudayaan.
6) Sultan Haji Banten mengalami kemunduran, karena Sultan Haji
sangat dekat dengan VOC Sultan Ageng Titayasa sangat tidak suka
melihat hal tersebut Sultan Haji dibantu dengan VOC melawan
Sultan Ageng Tirtayasa Sultan Ageng menyingkir dari istana.
Akhirnya Sultan Haji terikat perjanjian dengan VOC mengganti
kerugian VOC sebesar 12.000 ringgit dan VOC berhak membangun
Benteng Speelwijk untuk seterusnya bidang ekonomi-perdagangan,
ikut campurnya politik VOC dalam setiap pergantian Sultan.
6. Kerajaan Goa-Tallo
a. Latar Belakang
Kerajaan Gowa-Tallo sering bermusuhan dengan kerajaan-kerajaan yang
ada di Sulawesi Selatan seperti Luwu, Bone, Soppeng, dan Wajo. Kerajaan Luwu
yang bersekutu dengan Wajo ditaklukkan oleh Gowa-Tallo Wajo menjadi
bawahan Gowa, hanya Bone yang bertahan karen secara diam-diam mendapat
bantuan dari Wajo.
Dalam sebuah penyerangan terhadap Gowa-Tallo, Karaeng Gowa
meninggal Bone, Wajo, dan Soppeng mengadakan persatuan. Gowa resmi
menjadi kerajaan Islam pada tahun 1605 dan mulai meluaskan politiknya ke
kerajaan-kerajaan lain agar masuk Islam diantaranya: Wajo (1610), dan Bone
(1611).
b. Kondisi politik dan sosial Kerajaan
Kerajaan Goa-Tallo sering disebut dengan Kerajaan Makassar
Setelah pemimpin memeluk Islam, Sultan Gowa yang bernama Daeng
Manrabia menjadi raja dan bergelar Sultan Alauddin, sedangakan raja Tallo
Karaeng Matoaya menjadi perdana menteri dengan gelar Sultan Abdullah.
Kejayaan Makassar terjadi pada masa kepemimpinan Sultan Muhammad Said
(1639-1653) dan Sultan Hasanuddin (1653-1669) membawa Makasar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
191
sebagai daerah dagang yang maju – wilayah kekuasaan meluas ke Flores dan
Pulau Solor.
Masa Sultan Hasanuddin berperang melawan VOC – Perang Makasar
(1666-1669) atas keberaniannya dengan pasukan Belanda di Maluku ia
mendapat julukan “Ayam Jantan dari Timur”.
Penyebab perang Makassar: cita-cita Hasanuddin menjadikan Makasar pusat
perdagangan di Nusantara bagian Timur berarti bagi Belanda kekuasaan
Gowa-Tallo mengancam lalu lintas perdagangan VOC dari Maluku ke
Batavia, kemudian mengancam eksistensi penguasaan ekonomi VOC di
Maluku.
Pelucutan armada Belanda oleh Hasanuddin di Maluku Belanda marah
mendapat bantuan dari Sultan Bone, Aru Palaka dengan syarat kemerdekaan
Bone akhirnya Belanda menyerang Hasanuddin Hasanuddin terpaksa
menandatangani perjanian Bongaya (1667).
Hasanuddin digantikan oleh Mapasomba putranya kekalahannya melawan
VOC membuat Makasar dikuasai VOC.
Makasar berkembang menjadi pelabuhan internasional banyak pedagang
asing berdagang di Makasar seperti Portugis, Inggris, dan Denmark.
Kehidupan sosial sehari-hari masyarakat Makasar terikat oleh norma adat
yang mereka anggap sakral yang diatur berdasarkan adat dan Islam
(Pangadakkang).
Masyarakatnya juga mengenal lapisan sosial
Sebagai negeri maritim, hasil kebudayaannya yang terkenal adalah perahu
pinisi.
7. Kerajaan Ternate dan Tidore
a. Latar Belakang Kerajaan Ternate
Cerita Tradisi Ternate bahwa Raja Ternate Molomatea (1350-1357)
bersahabat dengan orang-orang muslim Arab yang datang ke Maluku
untuk memberikan petunjuk pembuatan kapal. Kemudian diceritakan pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
192
masa pemerintahan Raja Maulana Marhum di Ternate, datang seorang
alim dari Jawa bernama Maulana Husein yang mengajarkan membaca Al-
qur’an dan menulis huruf Arab menarik keluarga serta masyarakatnya.
Cerita lain Raja Cico bersama Zainal Abidin pergi ke Jawa belajar
agama, Zainal Abidin yang mendapat ajaran Islam dari Sunan Giri,
sekembalinya dari Jawa membawa mubalig (Tuhubahalul).
b. Keadaan Sosial dan Politik Kerajaan Ternate
Tidak ada sumber yang secara pasti menjelaskan kapan Islam masuk ke
Maluku, yang pasti Ternate memeluk islam sekitar pertengahan abad ke 15
ketika Raja Marhum (1465-1486) masuk Islam yang diikuti seluruh
kerabat dan pejabat Kerajaan.
Sultan Zainal Abidin (1486-1500), putra Raja Marhum Islam
berkembang pesat
Sultan selanjutnya yaitu Sirullah (1500-1521), Khairun (1534-1570), dan
Baabullah (1570-1583).
Kesultanan Ternate membentuk persekutuan perdagangan yang disebut Uli
Lima (Bacan, Obi, Seram, Ambon, dan Ternate (pemimpinnya)).
Sultan Khairun berhasil mempersatukan daerah-daerah di Maluku Utara
terjadi perpecahan ketika Portugis datang ke Ternate dan Spanyol ke
Tidore dalam upaya monopoli perdagangan rempah-rempah.
Portugis memusatkan perhatiannya tergadap ternate, dan Spanyol terhadap
Tidore.
Kedatang Portugis di ternate dirasakan merugikan sering terjadi
pemberontakan terhadap kedudukan Portugis di Ternate (1565 Sultan
Khairun mengadakan penyerangan, pada akhirnya Sultan terbunuh karena
tipudaya portugis) perlawanan dilanjutkan pada masa pemerintahan
Sultan Baabullah
Wafatnya Sultan Baabullah memberikan kesempatan pada Spanyol untuk
menyerang Ternate (1606) pada masa kepemimpinan Sahid Barkat
Spanyol meminta benteng-benteng semua diserahkan kepada sekutu,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
193
tawanan orang-orang Kristen dibebaskan, dan raja Ternate diasingkan ke
Manila.
Kekalahan Portugis di dengan Sultan Babullah menjadi pintu masuknya
Belanda (VOC).
c. Latar Belakang Kerajaan Tidore
Kesultanan berpusat di tidore, Maluku Utara (1322)
Raja pertama yang menggunakan gelar Sultan yaitu Caliati atau
Jamaluddin.
d. Keadaan Sosial politik Tidore
Kesultanan membentuk persekutuan dagang bernama Uli Siwa (Makyan,
Jailolo, Pulau raja Ampat, Kai, Papua, dan Tidore (pemimpinnya)).
Konflik dengan Ternate terjadi sejak 1512 kedatangan Portugis dan
Spanyol di Maluku.
Baik Ternate dan Tidore sama-sama ingin wilayah yang berada dalam
persekutuan kesultanan masing-masing.
Sultan Mansur (1521) menerima Spanyol
Masa Kejayaan Tidore masa Sultan Nuku (1738-1805)
Pada tahun 1580 portugis dan Spanyol bersatu mencoba menguasai
kembali ternate kekalahan- kekalahan Ternate menyebabkan
dimintanya bantuan dari VOC pada tahun 1603 Spanyol berhasil diusir
dari ternate Ternate menandatangani kontrak dengan VOC tentang
monopoli di Maluku yang berujung penguasan Belanda (VOC) secara
perlahan terhadap Ternate – VOC membangun benteng di Ternate
(benteng Oranje).
Lampiran 2. Penilaian Pengetahuan
Kisi-kisi Soal
NO Materi Indikator Soal Bentuk
Soal
Nomor
Soal
Ket
1 Kehidupan
masyarakat
(letak kerajaan,
Diberikan wacana
tentang persoalan
kemunduran
Uraian 1 C4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
194
politik,
ekonomi,
kebudayaan dan
sumber sejarah,
penyebab
kemunduran)
pada masa
Kerajaan
Samudera
Pasai?
keerajaan
Samudera Pasai.
2 Kehidupan
masyarakat
(letak kerajaan,
politik,
ekonomi,
kebudayaan dan
sumber sejarah,
penyebab
kemunduran)
pada masa
Kerajaan Aceh
Diberikan wacana
tentang sistem
politik
pemerintahan
kerajaan Aceh dan
korelasinya
dengan
Perpolitikan
Indonesia saat ini
Uraian 2 C4
3 Faktor
berkembangnya
kerajaan Demak
Peserta didik
dapat menjelaskan
dan menyebutkan
bagaimana faktor
berkembangnya
kerajaan Demak
Uraian 3 C3
4 Kehidupan
sosial budaya
kerajaan
Mataram Islam
Peserta didik
disajikan gambar
sekaten,
kemudaian persta
didik
menganalisis
bagaimana sistem
sosial budaya
kerajaan Mataram
Islam di bawah
Sultan Agung
Uraian 4 C5
5 Kemunduran
Kerajaan
Banten
Peserta didik
diberikan silsilah
raja kerajaan
Banten dan
Uraian 5 C4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
195
menjelaskan
bagaimana faktor
kemunduran
kerajaan Banten
karena pengaruh
asing
6 Sistem ekonomi
kerajaan Goa
Tallo
Peserta didik
disajikan peta
jalur
perekonomian
wilayah Indonesia
Timur kemudan
menganalisis
bagaimana sistem
ekonomi kerajaan
Goa Tallo setelah
dipengaruhi oleh
bangsa Eropa
Uraian 6 C4
7 Kemunduran
kerajaan
Ternate Tidore
Peserta didik
menganalisis
bagaimana
kemunduran
kerajaan Ternate
dan Tidore
Uraian 7 C4
8 Persebaran
Islam di Ternate
dan Tidore
Peserta didik
mampu
menjelaskan
bagaimana proses
persebaran agama
Islam di wilayah
Indonesia Timur
Uraian 8 C4
9 Dampak dari
pengaruh asing
di Indonesia
Peserta didik
diberikan artikel
tentang
banyaknya
perusahan-
perusahaan asing
yang ada di
Indonesia saat ini
dan dikorelasikan
dengan pengaruh
asing yang ada
Uraian 9 C5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
196
dimasa Islam dulu
10 Hikmah yang
dapat diambil
dari
mempelajari
kerajaan-
kerajaan Islam
di Nusantar
Peserta didik
menganalisis
hikmah atau nilai
yang dapat di
ambil setelah
mempelajari
kerajaan-kerajaan
Islam di
Nusantara
Uraian 10 C4
Soal!
1. Jelaskan faktor kemunduran dari kerajaan Samudera Pasai!
2. Korelasikan sistem politik pemerintahan kerajaan Aceh dengan keadaan
perpolitikan di Indonesia saat ini!
3. Jelaskan faktor perkebangan dari kerajaan Demak!
4. Bagaimana perekembangan budaya keajaan Mataram islam pada masa
pemerintahan Sultan Agung!
5. Jelaskan bagaimana faktor kemunduran kerajaan Banten karena pengaruh
asing!
6. Bagaimana sistem ekonomi kerajaan Goa Tallo setelah dipengaruhi oleh
bangsa Eropa!
7. Bagaimana kemunduran kerajaan Ternate dan Tidore?
8. Jenjelaskan bagaimana proses persebaran agama Islam di wilayah Indonesia
Timur!
9. Banyaknya perusahan-perusahaan asing yang ada di Indonesia saat ini dan
dikorelasikan dengan pengaruh asing yang ada dimasa Islam dulu!
10. hikmah atau nilai yang dapat di ambil setelah mempelajari kerajaan-
kerajaan Islam di Nusantara!
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
197
1. LEMBAR PENGAMATAN SIKAP:
No
Nama
Peserta
Didik
Sikap
spiritual Sikapsosial
Jumlah
Skor
Mensyukuri
1-4
Jujur
1-4
Kerjasama
1-4
Hargadiri
1-4
1.
2.
Keterangan
SIKAP INDIKATOR
Mensyukuri Berdo’a sebelum dan sesudah kegiatan pembelajaran
Memberi salam pada saat awal dan akhir sesuai dengan agama yang
dianut
Saling menghormati dan toleransi
Memelihara hubungan baik dengan teman sekelas
Jujur Tidakberbohong
Mengembalikan kepada yang berhak bila menemukan sesuatu
Tidak menyontek
Terus terang
Kerjasama Peduli kepadas esama
Saling membantu dalam hal kebaikan
Saling menghargai/ toleran
Ramah dengan sesama
Harga diri Tidak suka dengan dominasi asing
Bersikap sopan untuk menegur bagi mereka yang mengejek
Cinta produk negeri sendiri
Menghargai dan menjaga karya-karya sekolah dan masyarakat
sendiri
Rubrik pemberian skor:
4 = jika peserta didik melakukan 4 kegiatan tersebut
3 = jika peserta didik melakukan 3 kegiatan tersebut
2 = jika peserta didik melakukan 2 kegiatantersebut
1 = jika peserta didik melakukan salah satu kegiatan tersebut.
Pedoman Penskoran:
4 : Baik Sekali A : 90-100 (Sangat Memuaskan)
3 : Baik B : 76-89 (Baik)
2 : Cukup C : 70-75(Cukup)
1 : Kurang D : <70 (Kurang)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
198
LEMBAR PENILAIAN HASIL DISKUSI
No NamaSiswa Relevansi
(1-4)
Kelengkapan
(1-4)
Kebahasaan
(1-4)
Jumlah
skor
1
2
3
Dst
Keterangan:
a. Relevansi merujuk pada ketepatan atau keterhubungan fakta yang diamati
dengan informasi yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan kompetensi
dasar/tujuan pembelajaran.
b. Kelengkapan dalam arti semakin banyak komponen fakta yang terliput
atau semakin semakin sedikit sisa (residu) fakta yang tertinggal.
c. Kebahasaan menunjukkan bagaimana peserta didik Mendeskripsikan
fakta-fakta yang dikumpul kan dalam bahasa tulis yang efektif (tata kata
atau tata kalimat yang benar dan mudah dipahami).
Pedoman Penskoran
4 : Baik Sekali A : 90-100 (Sangat Memuaskan)
3 : Baik B : 76-89 (Baik)
2 : Cukup C : 70-75(Cukup)
1 : Kurang D : <70 (Kurang)
Pedoman Penilaian :
Nilai = x 100
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
199
LAMPIRAN 21
DOKUMEN DAFTAR NILAI
(Sumber: Dokumen Guru)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
200
LAMPIRAN 22
DOKUMENTASI PENGISIAN KUESIONER
Pengisian Kuesioner di Kelas X MIPA 1 pada 18 April 2019
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Peneliti Membagikan Lembar Kuesioner di Kelas X MIPA 1 Pada 18 April 2019
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
201
LAMPIRAN 23
DOKUMENTASI WAWANCARA
Wawancara dengan Ibu Wahyu Ida Permata Sari S.Pd pada 22 April 2019
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Wawancara dengan Ibu Tutik Trisnawati, S.Pd pada 24 April 2019
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
202
Wawancara dengan Martinus Tejakusuma pada 23 April 2019
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Wawancara dengan Qinaya Putri Kusuma pada 25 April 2019
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
203
Wawancara dengan Gerarda Novena Vinetri pada 25 April 2019
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Wawancara dengan Satriya Wira Devriyanta pada 25 April 2019
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
204
LAMPIRAN 24
SURAT IZIN MELAKSANAKAN PENELITIAN DARI UNIVERSITAS
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
205
LAMPIRAN 25
SURAT IZIN MELAKSANAKAN PENELITIAN DARI DIKPORA
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
206
LAMPIRAN 26
SURAT KETERANGAN TELAH MENYELESAIKAN PENELITIAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI