139
i PERSEPSI GURU TERHADAP METODE PENGAJARAN UNTUK ANAK HIPERAKTIF KELAS IV SD PELANGI SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Oleh: Dwi Marginingsih NIM : 121134215 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2016 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PERSEPSI GURU TERHADAP METODE PENGAJARAN … · SD Pelangi, (2) persepsi guru terhadap metode pengajaran untuk anak hiperaktif kelas IV SD Pelangi, dan (3) persepsi guru terhadap

  • Upload
    hadieu

  • View
    270

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PERSEPSI GURU TERHADAP METODE PENGAJARAN … · SD Pelangi, (2) persepsi guru terhadap metode pengajaran untuk anak hiperaktif kelas IV SD Pelangi, dan (3) persepsi guru terhadap

i

PERSEPSI GURU TERHADAP METODE PENGAJARAN

UNTUK ANAK HIPERAKTIF KELAS IV SD PELANGI

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Dwi Marginingsih

NIM : 121134215

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2016

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 2: PERSEPSI GURU TERHADAP METODE PENGAJARAN … · SD Pelangi, (2) persepsi guru terhadap metode pengajaran untuk anak hiperaktif kelas IV SD Pelangi, dan (3) persepsi guru terhadap

ii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 3: PERSEPSI GURU TERHADAP METODE PENGAJARAN … · SD Pelangi, (2) persepsi guru terhadap metode pengajaran untuk anak hiperaktif kelas IV SD Pelangi, dan (3) persepsi guru terhadap

iii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 4: PERSEPSI GURU TERHADAP METODE PENGAJARAN … · SD Pelangi, (2) persepsi guru terhadap metode pengajaran untuk anak hiperaktif kelas IV SD Pelangi, dan (3) persepsi guru terhadap

iv

HALAMAN MOTTO

“No one has the ability to do something perfect. But each person is

given a lot of opportunity to do something right.”

“Tidak seorangpun punya kemampuan untuk melakukan sesuatu yang

sempurna. Namun, setiap orang diberi banyak kesempatan untuk

melakukan sesuatu yang benar.”

“Do the best you can do, then God will do the best you can't do.”

“Lakukan hal terbaik yang bisa kamu lakukan, setelah itu Tuhan akan

melakukan yang terbaik yang tidak bisa kamu lakukan.”

(Wilson Kanadi)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 5: PERSEPSI GURU TERHADAP METODE PENGAJARAN … · SD Pelangi, (2) persepsi guru terhadap metode pengajaran untuk anak hiperaktif kelas IV SD Pelangi, dan (3) persepsi guru terhadap

v

HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan yang pertama untuk Tuhan Yang Maha Esa yang

selalu menyertai dan menguatkan saya dalam menjalani kehidupan. Kedua, saya

persembahkan untuk orang tua, yaitu Bapak Bomin Kartono dan Ibu Asih Handayani

yang selalu memberikan yang terbaik, semangat, memenuhi segala kebutuhan saya,

serta doa demi kesuksesan dan masa depan saya. Ketiga, peneliti persembahkan untuk

Anik Parminingsih dan Aprilia Wahyu Ning Tyas yang selalu memberikan semangat

dan menyebut nama saya dalam setiap doanya. Keempat, skripsi ini dipersembahkan

untuk Ady Prasetyo yang selalu memotivasi saya untuk melakukan yang terbaik

dalam hidup.

Skripsi ini juga saya persembahkan untuk dosen-dosen saya yang selalu

memberikan bimbingan dan mendidik saya menjadi calon pendidik yang baik.

Teman-teman seperjuangan saya yang saling memberikan semangat dalam menjalani

hidup. Terakhir, saya persembahkan untuk Universitas Sanata Dharma yang telah

menuntun saya menjadi calon pendidik yang bermutu dan berkualitas.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 6: PERSEPSI GURU TERHADAP METODE PENGAJARAN … · SD Pelangi, (2) persepsi guru terhadap metode pengajaran untuk anak hiperaktif kelas IV SD Pelangi, dan (3) persepsi guru terhadap

vi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 7: PERSEPSI GURU TERHADAP METODE PENGAJARAN … · SD Pelangi, (2) persepsi guru terhadap metode pengajaran untuk anak hiperaktif kelas IV SD Pelangi, dan (3) persepsi guru terhadap

vii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 8: PERSEPSI GURU TERHADAP METODE PENGAJARAN … · SD Pelangi, (2) persepsi guru terhadap metode pengajaran untuk anak hiperaktif kelas IV SD Pelangi, dan (3) persepsi guru terhadap

viii

ABSTRAK

PERSEPSI GURU TERHADAP METODE PENGAJARAN

UNTUK ANAK HIPERAKTIF KELAS IV DI SD PELANGI

Dwi Marginingsih

NIM : 121134215

Perilaku yang ditunjukkan anak hiperaktif di kelas dapat menghambat proses

pembelajaran. Perilaku anak hiperaktif tersebut mengakibatkan munculnya berbagai

persepsi antarguru. Berdasarkan latar belakang tersebut, tujuan penelitian ini adalah

mendeskripsikan mengenai (1) persepsi guru terkait dengan anak hiperaktif kelas IV

SD Pelangi, (2) persepsi guru terhadap metode pengajaran untuk anak hiperaktif kelas

IV SD Pelangi, dan (3) persepsi guru terhadap anak hiperaktif kelas IV SD Pelangi

terkait dengan metode pengajaran.

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif. Metode pengumpulan

data dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi. Instrumen

penelitian yang digunakan peneliti adalah perekam, alat tulis, dan teks anecdot, dan

peneliti itu sendiri. Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah reduksi data,

display data, dan menarik kesimpulan serta verifikasi.

Berdasarkan hasil penelitian dari observasi, wawancara, dan dokumentasi yang

telah peneliti lakukan menunjukkan adanya persamaan persepsi guru yang mengampu

di kelas IV SD Pelangi tentang anak hiperaktif dengan teori anak hiperaktif. Persepsi

guru terkait dengan kondisi siswa yang mengalami hiperaktif juga memiliki

kesamaan dengan teori anak hiperaktif. Begitu pula mengenai persepsi guru terhadap

metode pengajaran untuk anak hiperaktif, yaitu perpaduan berbagai metode

pengajaran yang dikemas dalam satu pembelajaran utuh. Metode pengajaran tersebut

adalah perpaduan antara metode pengajaran berpusat pada siswa dan metode

konvensional. Pedoman guru dalam pemilihan metode pengajaran adalah materi,

karakteristik anak, dan kemampuan anak. Tingkat keberhasilan penggunaan metode

pengajaran tersebut bergantung dengan suasana hati anak.

Kata Kunci: Persepsi Guru, Metode Pengajaran, Anak Hiperaktif

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 9: PERSEPSI GURU TERHADAP METODE PENGAJARAN … · SD Pelangi, (2) persepsi guru terhadap metode pengajaran untuk anak hiperaktif kelas IV SD Pelangi, dan (3) persepsi guru terhadap

ix

ABSTRACT

TEACHERS’ PERCEPTION TOWARD TEACHING METHOD

FOR HYPERACTIVE STUDENTS IN THE FORTH GRADE OF PELANGI

ELEMENTARY SCHOOL

Dwi Marginingsih

NIM: 121134215

The behavior presented by hyperactive children in the classroom might hinder

the learning process there. That behavior can result diverse perception among

teachers. Based on this background, the purposes of this study are to describe the (1)

the perception of teachers about hyperactive children in the fourth grade of Pelangi

Elementary School, (2) the perception of teachers on teaching method for hyperactive

children in the fourth grade of Pelangi Elementary School, (3) the perception of

teachers toward hyperactive children in the fourth grade of Pelangi Elementary

School about teaching method.

This research method is qualitative descriptive. Methods of data collection in

this study are by observation, interview, and documentation. The instrument used in

this study are recorders, stationery, text anecdot, and researcher itself. Data analysis

techniques used in research are by data reduction, data display, and finally draw

conclusions and verification.

The results from observations, interviews, and documentation which has been

done indicate a common perception between administer teacher in fourth grade of

Pelangi Elementary School toward hyperactive children with theory of hyperactive

child. Teachers' perceptions toward children with hyperactive conditions is similar to

theory of hyperactive children. Teacher's perception of the teaching method for

hyperactive children is a combination of various methods of teaching that are packed

in one learning intact. The teaching method is a combination of student-centered

teaching methods and conventional methods. Teachers' guidance in teaching method

is by considering material, characteristic and ability of each child. The success rate

of the use of teaching method depends also on the mood of the children.

Keywords: Teacher's Perception, Teaching Method, Hyperactive Children

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 10: PERSEPSI GURU TERHADAP METODE PENGAJARAN … · SD Pelangi, (2) persepsi guru terhadap metode pengajaran untuk anak hiperaktif kelas IV SD Pelangi, dan (3) persepsi guru terhadap

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah

melimpahkan berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

penyusunan skripsi dengan judul “Persepsi Guru Terhadap Metode Pengajaran

Untuk Anak Hiperaktif Kelas IV SD Pelangi” ini dengan baik. Penyusunan skripsi

ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pada

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD), Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan (FKIP), Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, serta dapat bermanfaat

bagi semua pihak. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak lepas

dari berbagai hambatan, seperti keterbatasan waktu, pengetahuan, dan pengalaman.

Namun, berkat semangat dan dukungan dari berbagai pihak, penyusunan skripsi ini

dapat diselesaikan dengan baik.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Universitas Sanata Dharma, yaitu

Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Sanata Dharma, Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd selaku Ketua Program Studi

Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma, Apri Damai Sagita

Krissandi, S.S., M.Pd. selaku Wakil Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah

Dasar Universitas Sanata Dharma, Eny Winarti, S.Pd., M.Hum., Ph.D., dan Brigitta

Erlita Tri Anggadewi, S. Psi., M. Psi. selaku dosen pembimbing I dan pembimbing II

yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan petunjuk selama proses penelitian

dan penulisan skripsi hingga selesai.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 11: PERSEPSI GURU TERHADAP METODE PENGAJARAN … · SD Pelangi, (2) persepsi guru terhadap metode pengajaran untuk anak hiperaktif kelas IV SD Pelangi, dan (3) persepsi guru terhadap

xi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 12: PERSEPSI GURU TERHADAP METODE PENGAJARAN … · SD Pelangi, (2) persepsi guru terhadap metode pengajaran untuk anak hiperaktif kelas IV SD Pelangi, dan (3) persepsi guru terhadap

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. iii

HALAMAN MOTTO ......................................................................................... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN.......................................................................... v

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ........................................... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA

ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ......................................... vii

ABSTRAK .......................................................................................................... viii

ABSTRACT ......................................................................................................... ix

KATA PENGANTAR ......................................................................................... x

DAFTAR ISI ........................................................................................................ xii

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xv

DAFTAR TABEL ............................................................................................... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xvii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1

1.2 Identifikasi Masalah ................................................................................. 7

1.3 Pembatasan Masalah ................................................................................ 7

1.4 Rumusan Masalah .................................................................................... 7

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 13: PERSEPSI GURU TERHADAP METODE PENGAJARAN … · SD Pelangi, (2) persepsi guru terhadap metode pengajaran untuk anak hiperaktif kelas IV SD Pelangi, dan (3) persepsi guru terhadap

xiii

1.5 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 8

1.6 Manfaat Penelitian .................................................................................... 8

1.7 Definisi Operasional ................................................................................. 9

BAB II LANDASAN TEORI ............................................................................ 10

2.1 Kajian Pustaka .......................................................................................... 10

2.1.1 Deskripsi Partisipan yang Diteliti ................................................... 10

2.1.2 Persepsi ............................................................................................. 12

2.1.3 Metode Pengajaran .......................................................................... 19

2.1.4 Hiperaktivitas .................................................................................. 25

2.2 Hasil Penelitian yang Relevan .................................................................. 30

2.3 Kerangka Teori ......................................................................................... 34

2.4 Pertanyaan Penelitian ............................................................................... 36

BAB III METODE PENELITIAN ................................................................... 37

3.1 Jenis Penelitian .......................................................................................... 37

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................... 39

3.3 Partisipan Penelitian .................................................................................. 40

3.4 Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ................................................ 43

3.5 Instrumen Penelitian .................................................................................. 46

3.6 Teknik Keabsahan Data ............................................................................. 48

3.7 Analisis Data ............................................................................................. 52

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................. 55

4.1 Hasil Penelitian .......................................................................................... 55

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 14: PERSEPSI GURU TERHADAP METODE PENGAJARAN … · SD Pelangi, (2) persepsi guru terhadap metode pengajaran untuk anak hiperaktif kelas IV SD Pelangi, dan (3) persepsi guru terhadap

xiv

4.1.1 Deskripsi Partisipan Penelitian ........................................................ 55

4.2 Pembahasan ............................................................................................... 75

BAB V PENUTUP .............................................................................................. 91

5.1 Kesimpulan ................................................................................................ 91

5.2 Keterbatasan Penelitian ............................................................................. 92

5.2 Saran .......................................................................................................... 92

DAFTAR REFERENSI ..................................................................................... 94

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 15: PERSEPSI GURU TERHADAP METODE PENGAJARAN … · SD Pelangi, (2) persepsi guru terhadap metode pengajaran untuk anak hiperaktif kelas IV SD Pelangi, dan (3) persepsi guru terhadap

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Proses Terjadinya Persepsi menurut Walgito (2010) ....................... 16

Gambar 2.2 Skema Proses Terjadinya Persepsi menurut Walgito (2010) ........... 17

Gambar 2.3 Literatur Map Penelitian-penelitian Relevan ................................... 33

Gambar 3.3 Bagan Triangulasi Metode ............................................................... 50

Gambar 3.4 Bagan Triangulasi Sumber ............................................................... 51

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 16: PERSEPSI GURU TERHADAP METODE PENGAJARAN … · SD Pelangi, (2) persepsi guru terhadap metode pengajaran untuk anak hiperaktif kelas IV SD Pelangi, dan (3) persepsi guru terhadap

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Waktu Penelitian .................................................................................. 40

Tabel 3.2 Alur Instrumen Penelitian .................................................................... 48

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 17: PERSEPSI GURU TERHADAP METODE PENGAJARAN … · SD Pelangi, (2) persepsi guru terhadap metode pengajaran untuk anak hiperaktif kelas IV SD Pelangi, dan (3) persepsi guru terhadap

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Teks Anekdot .................................................................................... 97

Lampiran 2 Hasil Triangulasi Data ...................................................................... 101

Lampiran 3 Theoritical Cooding .......................................................................... 109

Lampiran 4 Catatan Memo ................................................................................... 111

Lampiran 5 Analisis Data ..................................................................................... 119

Lampiran 6 Riwayat Peneliti ................................................................................ 121

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 18: PERSEPSI GURU TERHADAP METODE PENGAJARAN … · SD Pelangi, (2) persepsi guru terhadap metode pengajaran untuk anak hiperaktif kelas IV SD Pelangi, dan (3) persepsi guru terhadap

1

BAB I

PENDAHULUAN

Pada bab I ini, peneliti akan menguraikan tentang latar belakang masalah,

identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian,

manfaat penelitian, dan definsi operasional. Peneliti membahas ketujuh topik tersebut

secara berurutan.

1.1 Latar Belakang Masalah

Sesuai dengan kodrat alami manusia, setiap individu terlahir dengan

kelebihan dan kekurangan yang berbeda. Beberapa diantaranya adalah anak

yang memiliki kebutuhan khusus. Anak-anak berkebutuhan khusus merupakan

anak-anak yang memiliki keunikan tersendiri dalam jenis dan karakteristiknya,

yang membedakan mereka dari anak lainnya. Pada umumnya, anak memiliki

karakteristik khusus tanpa selalu menunjukkan pada ketidakmampuan mental,

emosi, atau fisik (Murtiningsih, 2013). Pernyataan tersebut sesuai dengan

Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

yang menyatakan bahwa “Anak yang memiliki kelainan fisik dan mental

tersebut disebut anak berkebutuhan khusus” (Wiyani, 2014).

Anak berkebutuhan khusus terdiri dari bermacam-macam, diantaranya

hiperaktif, autis, asperger disorder, retardasi mental, sindroma down, dyslexia,

diskalkulia, disgrafia, dan masih ada istilah-istilah lainnya (Murtiningsih,

2013). Salah satu anak yang berkebutuhan khusus adalah hiperaktif. Anak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 19: PERSEPSI GURU TERHADAP METODE PENGAJARAN … · SD Pelangi, (2) persepsi guru terhadap metode pengajaran untuk anak hiperaktif kelas IV SD Pelangi, dan (3) persepsi guru terhadap

2

hiperaktif merupakan anak yang mengalami gangguan pemusatan perhatian

dengan hiperaktivitas atau Attention Deficit and Hyperactivity Disorder

(ADHD) (Zaviera, 2014). Gangguan perilaku ini ditandai dengan adanya

gangguan pemusatan perhatian, pembicaraan yang lepas kontrol, serta gerakan

yang berlebihan melebihi gerakan yang dilakukan anak pada umumnya

(Wiyani, 2014). Mereka kurang mampu mengontrol dan melakukan koordinasi

dalam aktivitas motoriknya, sehingga tidak dapat membedakan mana gerakan

penting dan gerakan tidak penting. Mereka melakukan gerakan tersebut secara

terus-menerus tanpa mengenal lelah. Hal ini menyebabkan mereka kesulitan

dalam memusatkan perhatiannya (Koasih, 2012). Setiap anak hiperaktif

memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Anak hiperaktif terdiri dari tiga tipe,

yaitu tipe inatensi, tipe hiperaktif-implusif, dan tipe kombinasi.

Anak-anak berkebutuhan khusus, terutama anak hiperaktif, membutuhkan

pelayanan pendidikan sesuai kebutuhan mereka untuk mencapai potensi yang

maksimal. Pendidikan yang efektif sangat bergantung pada lingkungan tempat

anak tersebut belajar dan pemenuhan kebutuhan sosial, emosional, dan

pembelajaran mereka (Thompson, 2010). Hal ini sesuai dengan pasal 32 UUD

1945 ayat 1 yang berbunyi: “Pendidikan khusus merupakan pendidikan bagi

peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses

pembelajaran kerena kelainan fisik, emosional, mental, sosial, dan/atau

memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa.” Salah satu pelayanan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 20: PERSEPSI GURU TERHADAP METODE PENGAJARAN … · SD Pelangi, (2) persepsi guru terhadap metode pengajaran untuk anak hiperaktif kelas IV SD Pelangi, dan (3) persepsi guru terhadap

3

pendidikan khusus yang pemerintah berikan kepada anak berkebutuhan khusus

adalah sekolah inklusi.

Tujuan didirikan sekolah inklusi ini adalah membantu anak berkebutuhan

khusus dalam belajar agar dapat memahami materi dengan maksimal (Fitriani,

2012). Salah satu faktor yang harus dimiliki dan dioptimalkan dalam sekolah

inklusi adalah guru. Secara umum, peran guru dalam kegiatan belajar mengajar

adalah mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan

mengevaluasi anak pada semua jenjang pendidikan. Guru juga memiliki peran

sebagai fasilitator, mengembangkan bahan ajar, meningkatkan kemampuan

peserta didik, serta menciptakan situasi dan kondisi belajar mengajar yang

menyenangkan (Sanjaya, 2006). Pernyataan tersebut didukung hasil penelitian

Haryantiningsih (2015) tentang usaha guru untuk memusatkan perhatian anak

hiperaktif. Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa cara guru untuk

memusatkan perhatian anak dengan memberikan bimbingan klasikal melalui

pemberian hadiah, pujian, menciptakan suasana belajar menyenangkan dalam

bentuk permainan, memberikan perhatian khusus, menasihati, menempatkan

anak pada posisi duduk paling depan, dan komunikasi dengan kalimat efektif.

Dengan demikian, guru memiliki peranan penting dalam membantu anak yang

mengalami berbagai macam gangguan belajar, seperti membaca, menulis,

berhitung, dan berbicara. Salah satu langkah yang digunakan guru untuk

membantu anak tersebut dengan menggunakan berbagai metode pengajaran.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 21: PERSEPSI GURU TERHADAP METODE PENGAJARAN … · SD Pelangi, (2) persepsi guru terhadap metode pengajaran untuk anak hiperaktif kelas IV SD Pelangi, dan (3) persepsi guru terhadap

4

Guru mempunyai pandangan yang berbeda terhadap setiap karakteristik

anak di kelas terutama kelas inklusi yang terdapat anak berkebutuhan khusus.

Anak berkebutuhan khusus tersebut dalam proses pembelajaran membutuhkan

pengajaran khusus, sehingga guru memiliki peran penting dalam penerapan

metode pengajaran. Kenyataan tersebut memunculkan persepsi guru terhadap

metode pengajaran untuk anak hiperaktif.

Persepsi merupakan proses diterimanya stimulus oleh individu melalui

alat indera. Proses persepsi tidak lepas dari proses penginderaan. Proses

penginderaan ini akan berlangsung setiap saat, pada waktu individu menerima

stimulus melalui alat-alat indera (Walgito, 2010). Setiap stimulus yang diterima

oleh masing-masing individu berbeda. Perbedaan ini disebabkan oleh dua

faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal merupakan

faktor yang berasal dari dalam diri individu, seperti sikap, kebiasaan, dan

kemauan. Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar individu yang

meliputi stimulus itu sendiri, baik sosial maupun fisik (Sarwono, 2009). Dengan

demikian, setiap guru memiliki persepsi atau pandangan yang berbeda terhadap

metode pengajaran yang tepat untuk anak hiperaktif.

Peneliti melakukan studi pendahuluan di SD Pelangi terhadap anak

hiperaktif. Berdasarkan hasil observasi tersebut, peneliti menemukan bahwa di

kelas IV terdapat anak berkebutuhan khusus. Dari anak berkebutuhan khusus

tersebut, peneliti melihat perilaku Abi yang berbeda dari anak-anak lainnya.

Perilaku yang ditunjukkan Abi antara lain sulit berkonsentrasi, perhatiannya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 22: PERSEPSI GURU TERHADAP METODE PENGAJARAN … · SD Pelangi, (2) persepsi guru terhadap metode pengajaran untuk anak hiperaktif kelas IV SD Pelangi, dan (3) persepsi guru terhadap

5

mudah teralih, misalnya ketika mendengarkan penjelasan guru, tiba-tiba dia

menyanyi atau memainkan pensil dan menggerak-gerakkan tangannya. Abi

terlihat seperti tidak mendengarkan atau menatap lawan bicaranya. Abi sering

menyela pembicaraan orang lain, membutuhkan waktu lama untuk mengerjakan

tugas, dan terkadang dia juga tidak menyelesaikannya.

Selain melakukan observasi, peneliti juga melakukan wawancara dengan

guru kelas. Wawancara pertama dilakukan pada hari Sabtu tanggal 03 Oktober

2015. Wawancara antara peneliti dengan partisipan II ini berlangsung selama

satu jam dari pukul 08:00-09:00 WIB di ruang tamu sekolah. Berdasarkan hasil

wawancara guru kelas menceritakan bagaimana keseharian Abi saat di kelas,

diantaranya anak lebih aktif dibandingkan dengan teman-temannya, terkadang

Abi sering menyela pembicaraan orang lain terutama saat beliau menjelaskan

materi, dan berbicara berlebihan di luar materi yang sedang dipelajari. Abi

memiliki hobi bernyanyi, bahkan sering bernyanyi selama proses pembelajaran.

Peneliti tidak hanya melakukan wawancara dengan guru kelas, tetapi juga

melakukan wawancara dengan guru pendamping pribadi Abi dan guru

pendamping khusus. Hasil wawancara dengan guru pendamping pribadi dan

guru pendamping khusus dapat disimpulkan bahwa Abi suka mencari perhatian,

tingkah laku dan berbicara yang berlebihan, sering membantah atau menyela

pembicaraan orang lain, dan selalu menonjolkan diri bahwa dirinya sudah bisa,

meskipun pada kenyataannya dia belum bisa. Selain itu, Abi sering menyanyi

saat pembelajaran berlangsung. Abi memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Hal

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 23: PERSEPSI GURU TERHADAP METODE PENGAJARAN … · SD Pelangi, (2) persepsi guru terhadap metode pengajaran untuk anak hiperaktif kelas IV SD Pelangi, dan (3) persepsi guru terhadap

6

ini terlihat ketika Abi mengajukan banyak pertanyaan secara terus-menerus

meskipun pertanyaan sebelumnya belum selesai dijawab.

Berdasarkan perilaku yang ditunjukkan Abi, baik guru kelas, guru

pendamping pribadi, maupun guru pendamping khusus menjadikannya

pedoman untuk menyatakan bahwa Abi termasuk anak hiperaktif. Guru kelas

menambahkan “Itu kan setiap tahunnya dari kelas 1 sampai kelas 4 ini,

kebetulan Abi assesmentnya adalah hiperaktif.” Pernyataan guru kelas ini

diperkuat dengan hasil assesment yang telah dilakukan oleh ketiga guru, yaitu

guru kelas, guru pendamping pribadi, dan guru pendamping khusus sekolah

yang menunjukkan bahwa Abi termasuk anak hiperaktif.

Berdasarkan pengalaman yang peneliti alami tersebut, peneliti tertarik

untuk mengkaji tentang persepsi guru terhadap metode pengajaran untuk anak

hiperaktif. Peneliti akan menguraikan tentang bagaimana persepsi guru

terhadap anak hiperaktif dan persepsi guru terhadap metode pengajaran untuk

anak hiperaktif. Dengan demikian, tujuan penelitian ini adalah mengeksplorasi

atau mengetahui gambaran bagaimana persepsi guru terhadap anak hiperaktif

dan persepsi guru terhadap metode pengajaran untuk anak hiperaktif. Judul dari

penelitian ini adalah “Persepsi Guru Terhadap Metode Pengajaran untuk

Anak Hiperaktif Kelas IV SD Pelangi.”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 24: PERSEPSI GURU TERHADAP METODE PENGAJARAN … · SD Pelangi, (2) persepsi guru terhadap metode pengajaran untuk anak hiperaktif kelas IV SD Pelangi, dan (3) persepsi guru terhadap

7

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan tersebut, peneliti dapat

mengidentifikasi permasalahan bahwa ada anak hiperaktif kelas IV SD Pelangi

dan belum diketahui adanya persepsi guru terhadap metode pengajaran untuk

anak hiperaktif.

1.3 Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah, peneliti akan membatasi masalah dalam

penelitian ini oleh persepsi guru terhadap metode pengajaran untuk anak

hiperaktif kelas IV SD Pelangi.

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi, dan pembatasan masalah

tersebut, maka rumusan masalah dari penelitian ini sebagai berikut:

1.4.1 Bagaimanakah persepsi guru terkait dengan anak hiperaktif kelas kelas IV

SD Pelangi?

1.4.2 Bagaimanakah persepsi guru terhadap metode pengajaran untuk anak

hiperaktif kelas IV SD Pelangi?

1.4.3 Bagaimanakah persepsi guru terhadap anak hiperaktif kelas IV SD

Pelangi terkait dengan metode pengajaran?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 25: PERSEPSI GURU TERHADAP METODE PENGAJARAN … · SD Pelangi, (2) persepsi guru terhadap metode pengajaran untuk anak hiperaktif kelas IV SD Pelangi, dan (3) persepsi guru terhadap

8

1.5 Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini sebagai berikut:

1.5.1 Penelitian ini untuk mengeksplorasi atau mengetahui gambaran tentang

persepsi guru terkait dengan anak hiperaktif kelas IV SD Pelangi.

1.5.2 Penelitian ini untuk mengeksplorasi atau mengetahui gambaran persepsi

guru terhadap metode pengajaran untuk anak hiperaktif kelas IV SD

Pelangi.

1.5.3 Penelitian ini untuk mengeksplorasi atau mengetahui gambaran persepsi

guru terhadap anak hiperaktif kelas IV SD Pelangi terkait dengan metode

pengajaran.

1.6 Manfaat Penelitian

1.6.1 Bagi Guru

Hasil penelitian dapat dijadikan bahan referensi guru untuk menggunakan

metode pengajaran yang tepat untuk anak hiperaktif di kelas.

1.6.2 Bagi Sekolah

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi untuk

meningkatkan kualitas sekolah, khususnya sekolah inklusi tentang metode

pengajaran yang tepat untuk anak hiperaktif

1.6.3 Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu sumber untuk melakukan

studi tentang persepsi guru terhadap anak hiperaktif atau melakukan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 26: PERSEPSI GURU TERHADAP METODE PENGAJARAN … · SD Pelangi, (2) persepsi guru terhadap metode pengajaran untuk anak hiperaktif kelas IV SD Pelangi, dan (3) persepsi guru terhadap

9

penelitian yang sejenis sebagai pembanding dengan penelitian yang telah

dilakukan peneliti lain.

1.6.4 Peneliti

Proses dan hasil penelitian ini dapat menambah wawasan dan

pengetahuan peneliti tentang persepsi guru terhadap metode pengajaran

untuk anak hiperaktif.

1.7 Definisi Operasional

Pada penelitian ini, peneliti memberikan pengertian-pengertian agar

memudahkan pembaca dan tidak menimbulkan kesalahpahaman pembaca,

maka pengertian-pengertian yang digunakan peneliti sebagai berikut:

1.7.1 Persepsi merupakan proses penginterpretasian stimulus dari lingkungan

sekitar melalui alat indera, sehingga mampu menafsirkan apa yang

diinderakan.

1.7.2 Metode pengajaran adalah cara yang digunakan untuk mencapai tujuan

pengajaran yang telah ditetapkan.

1.7.3 Hiperaktif merupakan gangguan pada perilaku tidak normal yang ditandai

dengan adanya gangguan pemusatan perhatian, pembicaraan yang lepas

kontrol, serta gerakan yang berlebihan melebihi gerakan yang dilakukan

anak pada umumnya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 27: PERSEPSI GURU TERHADAP METODE PENGAJARAN … · SD Pelangi, (2) persepsi guru terhadap metode pengajaran untuk anak hiperaktif kelas IV SD Pelangi, dan (3) persepsi guru terhadap

10

BAB II

LANDASAN TEORI

Pada bab II, peneliti memaparkan empat topik yang mencakup kajian teori,

penelitian yang relevan, kerangka teori, dan pertanyaan penelitian. Pada kajian teori,

peneliti membahas tentang teori-teori yang berkaitan dengan persepsi guru terhadap

metode pengajaran untuk anak hiperaktif dan mendeskripsikan anak hiperaktif. Pada

penelitian yang relevan, peneliti memaparkan hasil penelitian orang lain yang relevan

dengan penelitian ini. Pada kerangka teori, peneliti memberikan gambaran kepada

pembaca untuk memahami penelitian yang dilakukan. Pertanyaan penelitian berkaitan

dengan rumusan masalah dalam penelitian ini.

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Deskripsi Partisipan yang diteliti

Partisipan pertama dalam penelitian ini bernama Abi. Abi adalah siswa

laki-laki yang berusia 10 tahun kelas IV SD Pelangi. Abi merupakan anak

pertama dari dua bersaudara, pasangan suami istri Joni dan Irin. Riwayat

pendidikan terakhir dari pasangan suami istri tersebut adalah S1 dan D3.

Pekerjaan bapak Joni adalah wiraswasta, sedangkan ibu Irin sebagai ibu

rumah tangga. Abi memiliki hobi bernyanyi dan bersepeda. Abi menyukai

hal-hal yang berkaitan dengan otomotif, bahkan dia rela menyisihkan uang

sakunya untuk membeli majalah otomotif. Abi juga mengikuti beberapa

ekstrakurikuler wajib dan tambahan di sekolah. Ekstrakurikuler tambahan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 28: PERSEPSI GURU TERHADAP METODE PENGAJARAN … · SD Pelangi, (2) persepsi guru terhadap metode pengajaran untuk anak hiperaktif kelas IV SD Pelangi, dan (3) persepsi guru terhadap

11

yang diikuti Abi adalah pencak silat, futsal, dan renang. Data tersebut

berdasarkan hasil observasi dan wawancara baik dengan Abi, guru kelas,

pendamping pribadi Abi, maupun guru pendamping khusus.

Berdasarkan hasil observasi, peneliti melihat Abi secara fisik terlihat

seperti anak tidak memiliki kebutuhan khusus. Abi memiliki anggota tubuh

yang lengkap tanpa kekurangan satupun. Begitu pula dengan aspek afektif,

Abi mampu bersosialisasi dengan teman-temannya. Secara psikomotorik, Abi

masih memerlukan pendampingan terutama dalam hal menggunting,

menggaris atau membuat sebuah prakarya. Secara kogitif, Abi memiliki

kemampuan rata-rata. Abi menyukai mata pelajaran yang berkaitan dengan

pengetahuan dan menghafal, seperti IPA, IPS, dan Bahasa Indonesia. Abi

kurang menyukai pelajaran yang berkaitan dengan angka, seperti Matematika.

Hal ini mempengaruhi nilai Matematika Abi lebih rendah jika dibandingkan

dengan nilai pelajaran lainnya. Saat ini, Abi masih kesulitan dalam pelajaran

Matematika. Nilai Abi hampir semua mata pelajaran di atas KKM, kecuali

Matematika. Informasi tersebut peneliti dapatkan dari hasil studi dokumen dan

wawancara dengan Abi, guru kelas, guru pendamping pribadi, dan guru

pendamping khusus.

Berdasarkan hasil observasi, perilaku yang ditunjukkan Abi selama

proses pembelajaran antara lain perhatiannya mudah teralih dengan hal-hal

yang menarik baginya, membutuhkan waktu lama dalam menyelesaikan tugas,

sering melakukan aktivitas yang berlebihan, dan sering meninggalkan tempat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 29: PERSEPSI GURU TERHADAP METODE PENGAJARAN … · SD Pelangi, (2) persepsi guru terhadap metode pengajaran untuk anak hiperaktif kelas IV SD Pelangi, dan (3) persepsi guru terhadap

12

duduk. Abi terlihat seperti tidak mendengarkan atau menatap lawan bicaranya,

namun dia dapat merespon dengan baik. Abi sering menyela pembicaraan

orang lain, menjawab pertanyaan sebelum pertanyaan tersebut selesai

diberikan, dan tanpa berpikir terlebih dahulu jawabannya. Selain itu, Abi

sering lupa tidak membawa buku atau mengerjakan PR dan sering kehilangan

barang milik pribadinya, seperti pensil atau penghapus.

2.1.2 Persepsi

2.1.2.1 Pengertian Persepsi

Persepsi merupakan proses diterimanya stimulus oleh individu

melalui alat indera (Walgito, 2010). Proses persepsi tidak lepas dari proses

penginderaan. Proses pengideraan adalah proses pendahulu dari proses

persepsi. Proses penginderaan berlangsung pada waktu individu menerima

stimulus melalui alat-alat indera (Walgito, 2010). Alat-alat indera tersebut

terdiri dari mata sebagai alat pengideraan, telinga sebagai alat pendengaran,

hidung sebagai alat pembauan, lidah sebagai alat pengecapan, dan kulit

pada telapak tangan sebagai alat perabaan. Kelima alat indera tersebut

digunakan untuk menerima stimulus dari luar individu. Hal ini sama seperti

yang diungkapkan Sarwono (2009) bahwa persepsi merupakan stimulan

dari luar yang dibawa masuk ke dalam syaraf melalui alat-alat indera

(Sarwono, 2009). Robbin (Danarjati, 2013) mendeskripsikan persepsi yang

berkaitan dengan lingkungan, proses individu mengorganisasikan dan

menafsirkan kesan mereka agar memberi makna pada lingkungan mereka.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 30: PERSEPSI GURU TERHADAP METODE PENGAJARAN … · SD Pelangi, (2) persepsi guru terhadap metode pengajaran untuk anak hiperaktif kelas IV SD Pelangi, dan (3) persepsi guru terhadap

13

Stimulus pada persepsi berasal dari luar maupun dalam diri individu.

Namun, sebagian besar stimulus berasal dari luar. Persepsi dapat

diungkapkan karena perasaan, kemampuan berpikir, dan pengalaman

individu yang tidak sama. Hal ini mempengaruhi seseorang dalam

mempersepsikan suatu stimulus yang berbeda antara individu satu dengan

lainnya (Jacobsen, 2009). Berdasarkan beberapa pengertian persepsi, maka

dapat disimpulkan bahwa persepsi merupakan proses penginterprestasian

stimulus dari lingkungan sekitar melalui alat indera, sehingga mampu

menafsirkan apa yang diinderakan.

2.1.2.2 Faktor yang Mempengaruhi Persepsi

Sarlito (Danarjati, 2013) mengungkapkan beberapa faktor yang

mempengaruhi perbedaan persepsi antarindividu dan antarkelompok ialah

1. Perhatian; Setiap saat terdapat ratusan bahkan ribuan rangsangan

(stimulus) yang tertangkap oleh semua indera kita. Namun, kita tidak

mampu menyerap atau menangkap seluruh rangsangan (stimulus) yang

ada di sekitar kita. Adanya keterbatasan daya serap dari persepsi, maka

kita harus memusatkan perhatian kita pada satu atau dua objek saja.

2. Set; Set adalah kesiapan mental seseorang untuk menanggapi atau

menghadapi rangsangan yang timbul dengan cara tertentu. Perbedaan set

dapat menyebabkan perbedaan persepsi.

3. Kebutuhan; Setiap manusia pasti mempunyai kebutuhan hidup yang

berbeda yang menyebabkan perbedaan persepsi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 31: PERSEPSI GURU TERHADAP METODE PENGAJARAN … · SD Pelangi, (2) persepsi guru terhadap metode pengajaran untuk anak hiperaktif kelas IV SD Pelangi, dan (3) persepsi guru terhadap

14

4. Sistem Nilai; Sistem nilai yang berlaku dalam masyarakat berpengaruh

terhadap persepsi.

5. Tipe Kepribadian; Tipe kepribadian mempengaruhi persepsi. Setiap

orang mempunyai tipe kepribadian yang berbeda, sehingga persepsi

orang terhadap suatu hal juga berbeda-beda.

6. Gangguan Kejiwaan; Dalam gejala normal, ilusi berbeda dari halusinasi

dan delusi yang merupakan kesalahan persepsi penderita gangguan jiwa.

Halusinasi adalah keyakinan melihat atau mendengar sesuatu sebagai

realita, sedangkan delusi merupakan keyakinan bahwa dirinya menjadi

sesuatu yang tidak sesuai dengan realita (fixed false belief).

Keenam faktor persepsi yang diungkapkan oleh Sarlito tersebut sama

seperti pendapat Robbin (Danarjati, 2013) yang mengatakan bahwa faktor

yang mempengaruhi perbedaan persepsi adalah perilaku, objek yang

dipersepsikan, dan konteks dari situasi dimana persepsi itu diberlakukan.

Dari pendapat para ahli tersebut, Bimo (Walgito: 2010) menyederhanakan

menjadi tiga faktor yang mempengaruhi persepsi sebagai berikut:

1. Objek yang dipersepsi; Objek menimbulkan persepsi (stimulus yang

mengenai alat indera). Stimulus muncul baik dari luar individu yang

mempersepsi maupun dalam individu yang bersangkutan.

2. Alat indera, syaraf, dan pusat syaraf; Alat indera merupakan alat untuk

menerima stimulus. Selain alat indera, syaraf sensoris digunakan untuk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 32: PERSEPSI GURU TERHADAP METODE PENGAJARAN … · SD Pelangi, (2) persepsi guru terhadap metode pengajaran untuk anak hiperaktif kelas IV SD Pelangi, dan (3) persepsi guru terhadap

15

meneruskan stimulus yang diterima kemudian diteruskan ke pusat

susunan syaraf, yaitu otak sebagai pusat kesadaran.

3. Perhatian; Perhatian merupakan pemusatan atau konsentrasi dari seluruh

aktivitas individu kepada sesuatu atau sekumpulan objek.

Thoha (Walgito, 2010) berpendapat bahwa persepsi terjadi karena

dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal

merupakan faktor yang berasal dari dalam diri individu, seperti sikap,

kebiasaan, dan kemauan. Faktor eksternal adalah faktor-faktor yang berasal

dari luar individu, meliputi stimulus itu sendiri baik sosial maupun fisik.

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa

faktor yang mempengaruhi persepsi adalah (1) objek atau stimulus yang

dipersepsi, (2) alat indera, syaraf-syaraf, dan pusat susunan syaraf, (3)

perhatian sebagai syarat psikologi, (4) kebutuhan, dan (5) sistem nilai.

2.1.2.3 Proses Terjadinya Persepsi

Alport (Danarjati, 2013) menyatakan proses persepsi merupakan

suatu proses kognitif yang dipengaruhi oleh pengalaman, cakrawala, dan

pengetahuan individu. Pengalaman dan proses belajar akan memberikan

struktur bagi objek yang ditangkap pancaindera, sedangkan pengetahuan

dan cakrawala memberikan makna terhadap objek yang ditangkap individu.

Proses terakhir, individu berperan dalam menentukan tersedianya jawaban

yang berupa sikap dan tingkah laku individu terhadap objek yang ada.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 33: PERSEPSI GURU TERHADAP METODE PENGAJARAN … · SD Pelangi, (2) persepsi guru terhadap metode pengajaran untuk anak hiperaktif kelas IV SD Pelangi, dan (3) persepsi guru terhadap

16

Objek menimbulkan stimulus dan stimulus tersebut mengenai alat

indera. Proses stimulus tersebut merupakan proses kealaman atau proses

fisik (Walgito, 2010). Stimulus yang diterima oleh alat indera dilanjutkan

syaraf sensoris ke otak. Proses selanjutnya ke otak sebagai pusat kesadaran,

sehingga individu menyadari apa yang dilihat, didengar, atau diraba. Proses

ini merupakan persepsi yang sebenarnya. Secara skematis proses tersebut

tergambar sebagai berikut:

Gambar 2.1 Proses Terjadinya Persepsi menurut Walgito (2010)

Keterangan

St : stimulus (faktor luar)

Fi : faktor intern (faktor dalam, termasuk perhatian)

Sp : struktur pribadi individu

Skema tersebut memberikan gambaran bahwa individu menerima beragam

stimulus yang datang dari lingkungan. Namun, tidak semua stimulus akan

diperhatikan atau diberikan respon. Sebagai akibat dari stimulus yang

dipilih dan diterima, individu menyadari dan memberikan respon sebagai

reaksi terhadap stimulus tersebut.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 34: PERSEPSI GURU TERHADAP METODE PENGAJARAN … · SD Pelangi, (2) persepsi guru terhadap metode pengajaran untuk anak hiperaktif kelas IV SD Pelangi, dan (3) persepsi guru terhadap

17

Skema tersebut dapat dilanjutkan sebagai berikut:

Gambar 2.2 Skema Proses Terjadinya Persepsi menurut Walgito (2010)

Persepsi setiap individu selain bergantung pada stimulus dan

individunya, juga bergantung pada bermacam-macam faktor. Salah satu

faktor persepsi adalah perhatian. Perhatian individu merupakan aspek

penting psikologi individu dalam mengadakan persepsi (Walgito, 2010).

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, maka proses persepsi dapat

disimpulkan melalui tiga tahap, yaitu (1) tahap penerimaan stimulus, baik

stimulus fisik maupun stimulus sosial, melalui alat indera manusia yang

mencakup pengenalan dan pengumpulan informasi, (2) tahap pengolahan

stimulus melalui proses seleksi dan pengorganisasian informasi, dan (3)

tahap perubahan stimulus dalam menanggapi lingkungan melalui proses

kognisi yang dipengaruhi oleh pengalaman, cakrawala, dan pengetahuan.

2.1.2.4 Komponen-komponen Persepsi

Sikap adalah suatu interelasi dari berbagai komponen. Komponen

persepsi menurut Alport (Danarjati, 2013) ada tiga, yaitu (1) komponen

kognitif adalah komponen tersusun atas dasar pengetahuan atau informasi

yang dimiliki seseorang tentang objek sikapnya, (2) komponen afektif

adalah komponen yang berhubungan dengan rasa senang atau tidak senang,

L L R S

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 35: PERSEPSI GURU TERHADAP METODE PENGAJARAN … · SD Pelangi, (2) persepsi guru terhadap metode pengajaran untuk anak hiperaktif kelas IV SD Pelangi, dan (3) persepsi guru terhadap

18

dan (3) komponen konatif adalah komponen yang berkaitan dengan

kesiapan seseorang untuk bertingkah laku.

Ketiga komponen tersebut sependapat dengan Rokeach (Walgito,

2010) bahwa persepsi terkandung komponen kognitif dan komponen

konatif. Komponen konatif adalah sikap predisposing untuk merespon atau

berperilaku. Sikap berkaitan dengan perilaku, sehingga sikap seseorang

berubah pada objek untuk memahami, merasakan, dan berperilaku. Kedua

pendapat dari para ahli tersebut diperjelas kembali oleh pendapat Baron

dan Byrne (Danarjati, 2013) persepsi mengandung tiga komponen, yaitu:

1) Komponen perseptual (kognitif), yaitu komponen yang berhubungan

dengan pengetahuan, pandangan, dan keyakinan, serta bagaimana orang

mempersepsikan terhadap suatu objek.

2) Komponen emosional (afektif), yaitu komponen yang berhubungan

dengan rasa senang atau tidak senang terhadap objek sikap. Rasa senang

merupakan hal positif, sedangkan rasa tidak senang adalah hal negatif.

3) Komponen perilaku atau action component (konatif), yaitu komponen

yang berhubungan dengan kecenderungan bertindak terhadap suatu

objek sikap. Komponen ini menunjukkan besar kecilnya kecenderungan

bertindak atau berperilaku seseorang terhadap objek sikap.

Berdasarkan pendapat komponen persepsi tersebut, maka disimpulkan

bahwa komponen persepsi terdiri dari tiga, yaitu (1) komponen kognitif

(perseptual) berupa pengetahuan, pandangan, dan keyakinan, (2) komponen

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 36: PERSEPSI GURU TERHADAP METODE PENGAJARAN … · SD Pelangi, (2) persepsi guru terhadap metode pengajaran untuk anak hiperaktif kelas IV SD Pelangi, dan (3) persepsi guru terhadap

19

afektif (emosional) ditunjukkan dengan rasa senang atau tidak senang, dan

(3) komponen konatif (perilaku atau action component) menunjukkan besar

kecilnya kecenderungan bertindak terhadap objek sikap.

2.1.3 Metode Pengajaran

2.1.3.1 Pengertian Metode Pengajaran

Metode merupakan suatu cara yang digunakan untuk mencapai

tujuan yang telah ditetapkan (Siregar, 2010). Hal ini juga diungkapkan

oleh Djamarah (Zain, 2010) bahwa metode adalah salah satu alat untuk

mencapai suatu tujuan. Penggunaan metode harus disesuaikan dengan

tujuan yang ingin dicapai. Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, maka

dapat disimpulkan bahwa metode merupakan suatu cara yang digunakan

untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Metode memiliki hubungan yang penting dalam kegiatan belajar

mengajar. Kegiatan belajar mengajar merupakan suatu proses dalam rangka

mencapai tujuan pengajaran. Guru dengan sadar berusaha mengatur

lingkungan belajar agar siswa bersemangat dalam belajar. Guru harus

berusaha mencari cara untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah

ditetapkan. Salah satu usaha guru adalah menggunakan metode pengajaran

yang bervariasi sesuai dengan tujuan pembelajaran.

Metode pengajaran merupakan suatu cara yang digunakan dalam

menyampaikan materi untuk mencapai tujuan pembelajaran (Muslich,

2010; Raharjo, 2012). Pendapat ini sejalan dengan pendapat yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 37: PERSEPSI GURU TERHADAP METODE PENGAJARAN … · SD Pelangi, (2) persepsi guru terhadap metode pengajaran untuk anak hiperaktif kelas IV SD Pelangi, dan (3) persepsi guru terhadap

20

diungkapkan oleh Bahri (Siregar, 2010), metode pengajaran sebagai cara

yang digunakan guru sebagai alat mencapai tujuan pembelajaran. Tujuan

pembelajaran akan tercapai secara maksimal apabila guru menggunakan

metode pengajaran dengan tepat (Raharjo, 2012).

Pengertian metode pengajaran tersebut serupa dengan pendapat yang

dikemukakan Bahri (Siregar, 2010) yang mengungkapkan bahwa metode

pengajaran merupakan bagian dari strategi pengajaran. Strategi pengajaran

adalah cara sistematis yang dipilih seorang guru untuk menyampaikan

materi pelajaran, sehingga memudahkan guru maupun siswa mencapai

tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Berdasarkan pengertian metode

pengajaran yang telah diungkapkan para ahli, maka dapat disimpulkan

bahwa metode pengajaran adalah cara yang digunakan untuk mencapai

tujuan pengajaran yang telah ditetapkan.

2.1.3.2 Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Metode Pengajaran

Sebagai guru yang profesional, guru harus mengenal dan memahami

berbagai macam metode pengajaran. Guru harus selektif dalam memilih

metode pengajaran, sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran dengan

maksimal. Tujuan pengajaran akan tercapai apabila pemilihan dan

penentuan metode dilakukan dengan pengenalan terhadap karakteristik dari

masing-masing metode pengajaran.

Winarno (Zain, 2010) mengatakan bahwa pemilihan dan penentuan

metode pengajaran dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai berikut:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 38: PERSEPSI GURU TERHADAP METODE PENGAJARAN … · SD Pelangi, (2) persepsi guru terhadap metode pengajaran untuk anak hiperaktif kelas IV SD Pelangi, dan (3) persepsi guru terhadap

21

1) Siswa; Setiap siswa memiliki intelektualitas yang berbeda. Hal ini

terlihat dari cepat lambatnya siswa terhadap rangsangan yang diberikan

dalam kegiatan belajar mengajar. Secara psikologis, setiap siswa juga

memiliki perilaku yang berbeda, misalnya ada yang pendiam, kreatif,

suka bicara, tertutup (introver), terbuka (ekstrover), atau pemurung.

Perbedaan individual siswa pada aspek biologis, intelektual, dan

psikologis mempengaruhi guru dalam pemilihan dan penentuan metode

pengajaran demi tercapainya tujuan pengajaran yang telah ditetapkan.

2) Tujuan; Tujuan pengajaran adalah sasaran yang ditujukan dari setiap

kegiatan belajar mengajar. Dalam penyeleksian metode pengajaran, guru

harus sejalan dengan taraf kemampuan setiap siswa.

3) Situasi; Situasi kegiatan belajar mengajar yang guru ciptakan tidak

selamanya sama dari hari ke hari. Guru harus memilih metode mengajar

yang sesuai dengan kemampuan siswa dan tujuan yang ingin dicapai,

sehingga mempengaruhi guru dalam menentuan metode pengajaran.

4) Fasilitas; Fasilitas adalah kelengkapan yang menunjang belajar siswa di

sekolah. Lengkap tidaknya fasilitas belajar mempengaruhi pemilihan

dan penentuan metode pengajaran.

5) Guru; Setiap guru mempunyai kepribadian yang berbeda. Guru harus

menguasai berbagai metode pengajaran. Kurangnya penguasaan

terhadap berbagai metode pengajaran menjadi kendala dalam memilih

dan menentukan metode. Dengan demikian, kepribadian, latar belakang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 39: PERSEPSI GURU TERHADAP METODE PENGAJARAN … · SD Pelangi, (2) persepsi guru terhadap metode pengajaran untuk anak hiperaktif kelas IV SD Pelangi, dan (3) persepsi guru terhadap

22

pendidikan, dan pengalaman mengajar adalah permasalahan intern guru

yang mempengaruhi pemilihan dan penentuan metode pengajaran.

Pendapat tersebut diperkuat oleh Miller (Jacobsen, 2009) yang mengatakan

bahwa faktor yang mempengaruhi pemilihan metode pengajaran adalah (1)

karakteristik siswa, (2) situasi dan kondisi sekolah, (3) guru itu sendiri, (4)

fasilitas yang dimiliki kelas atau sekolah, dan (5) kondisi psikologis siswa.

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa

faktor yang mempengaruhi pemilihan metode pengajaran, yaitu siswa,

tujuan, situasi, fasilitas, dan guru.

2.1.3.3 Macam-Macam Metode Pengajaran

Joyce dan Weill (Huda, 2013) mendeskripsikan metode pengajaran

sebagai rencana yang digunakan untuk membentuk kurikulum, mendesain

materi-materi instruksional, dan memandu proses pengajaran di ruang kelas

atau di setting yang berbeda. Metode pengajaran menekankan bagaimana

membantu siswa belajar mengkonstruksikan pengetahuan dan cara belajar

yang mencakup belajar dari sumber-sumber, seperti belajar dari ceramah,

film, tugas membaca, dan sebagainya (Huda, 2013). Bahri (Zain, 2010)

menyatakan macam-macam metode pengajaran sebagai berikut:

1. Metode Eksperimen; Metode eksperimen adalah cara penyajian

pelajaran dimana siswa melakukan percobaan dengan mengalami dan

membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari. Siswa diberi kesempatan

untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti proses,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 40: PERSEPSI GURU TERHADAP METODE PENGAJARAN … · SD Pelangi, (2) persepsi guru terhadap metode pengajaran untuk anak hiperaktif kelas IV SD Pelangi, dan (3) persepsi guru terhadap

23

mengamati objek, menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan

sendiri mengenai suatu objek, keadaan, atau proses sesuatu.

2. Metode Diskusi; Metode diskusi adalah cara penyajian pelajaran dimana

siswa dihadapkan suatu masalah berupa pernyataan atau pertanyaan

yang bersifat problematis untuk dibahas dan dipecahkan bersama.

Proses belajar mengajar terjadi interaksi antara dua atau lebih individu

yang terlibat, bertukar pengalaman, informasi, memecahkan masalah,

sehingga semua siswa aktif selama proses belajar mengajar.

3. Metode Sosiodrama; Metode sosiodrama atau role play adalah cara

penyajian pelajaran dimana siswa mendramasasikan tingkah laku

berkaitan dengan masalah sosial. Tujuan dari metode sosiodrama antara

lain (1) siswa dapat memahami materi dengan baik, (2) siswa belajar

bagaimana bertanggung jawab, (3) siswa belajar bagaimana mengambil

keputusan dalam situasi kelompok secara spontan, (4) siswa dapat

menghayati dan menghargai orang lain dan (5) merangsang kelas untuk

berpikir dan memecahkan masalah.

4. Metode Demonstrasi; Metode demonstrasi adalah cara penyajian

pelajaran dengan meragakan atau mempertunjukkan kepada siswa suatu

proses, situasi, atau benda yang sedang dipelajari dengan penjelasan

lisan. Melalui metode demonstrasi, proses penerimaan siswa terhadap

pelajaran akan lebih berkesan, sehingga membentuk pengertian dengan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 41: PERSEPSI GURU TERHADAP METODE PENGAJARAN … · SD Pelangi, (2) persepsi guru terhadap metode pengajaran untuk anak hiperaktif kelas IV SD Pelangi, dan (3) persepsi guru terhadap

24

baik. Selain itu, siswa dapat mengamati dan memperhatikan apa yang

diperlihatkan selama proses belajar mengajar.

5. Metode Problem Solving; Metode Problem Solving merupakan suatu

metode berpikir, karena siswa memulai belajar dengan mencari data

hingga menarik kesimpulan. Metode ini dapat merangsang kemampuan

berpikir siswa secara kreatif, menyeluruh, dan menyoroti permasalahan

dari berbagai segi dalam rangka mencari pemecahan.

6. Metode Tanya Jawab; Metode tanya jawab adalah cara penyajian

pelajaran dalam bentuk pertanyaan yang harus dijawab, terutama dari

guru kepada siswa atau sebaliknya. Metode tanya jawab dapat

memusatkan perhatian siswa, merangsang siswa untuk melatih dan

mengembangkan daya pikir, serta mengembangkan keberanian dan

keterampilan siswa dalam menjawab dan mengemukakan pendapat.

7. Metode Ceramah; Metode ceramah adalah metode tradisional yang

digunakan sebagai alat komunikasi lisan antara guru dengan siswa

dalam proses belajar mengajar.

Segers (Jacobsen, 2009) menambahkan satu metode pengajaran,

yaitu berbasis masalah (problem-based intruction) dan kooperatif.

Pengajaran berbasis masalah didasarkan pada memanfaatan masalah

sebagai focal point, investigasi, dan penelitian siswa. Metode pengajaran

berbasis masalah terdiri dari penelitian (inquiry) dan pemecahan masalah

(problem-solving) (Jacobsen, 2009).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 42: PERSEPSI GURU TERHADAP METODE PENGAJARAN … · SD Pelangi, (2) persepsi guru terhadap metode pengajaran untuk anak hiperaktif kelas IV SD Pelangi, dan (3) persepsi guru terhadap

25

Penelitian (inquiry) merupakan sebuah proses dalam menjawab

pertanyaan-pertanyaan dan memecahkan masalah-masalah berdasarkan

pada pengujian logis atas fakta dan observasi (Jacobsen, 2009).

Pemecahan masalah (problem-solving) merupakan suatu metode

pengajaran berbasis masalah dimana guru membantu siswa untuk belajar

memecahkan masalah melalui pengalaman selama proses belajar mengajar.

Pada pengajaran kooperatif dirancang untuk mendidik kerjasama kelompok

dan interaksi antarsiswa. Pembelajaran kooperatif dapat diterapkan untuk

mengajarkan tujuan-tujuan akademik, skill-skil dasar, dan keterampilan-

keterampilan berpikir tingkat tinggi.

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, maka dapat disimpulkan

bahwa macam-macam metode pengajaran, yaitu (1) metode eksperimen,

(2) metode diskusi, (3) metode sosiodrama, (4) metode demonstrasi, (5)

metode problem solving, (6) metode tanya jawab, (7) metode ceramah, (8)

metode penelitian (inquiry), dan (9) metode kooperatif.

2.1.4 Hiperaktivitas

2.1.4.1 Pengertian Anak Hiperaktif

Anak hiperaktif merupakan anak yang mengalami gangguan

pemusatan perhatian dengan hiperaktivitas atau Attention Deficit and

Hyperactivity Disorder (Zaviera, 2014). Ciri atau gejala yang muncul pada

anak, yaitu kurang konsentrasi, hiperaktif, dan impulsif yang menyebabkan

ketidakseimbangan dalam kegiatan hidup mereka (Kay, 2013). Hermawan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 43: PERSEPSI GURU TERHADAP METODE PENGAJARAN … · SD Pelangi, (2) persepsi guru terhadap metode pengajaran untuk anak hiperaktif kelas IV SD Pelangi, dan (3) persepsi guru terhadap

26

(Koasih, 2012) mengungkapkan bahwa hiperaktif merupakan gangguan

tingkah laku yang tidak normal disebabkan disfungsi neurologis dengan

gejala utama tidak mampu memusatkan perhatian.

Porter (Kay, 2013) mendefinisikan anak hiperkatif adalah gangguan

perilaku yang ditandai dengan ketidakmampuan memperhatikan sesuatu

secara penuh. Gangguan ini terjadi karena kerusakan kecil pada syaraf

pusat dan otak, sehingga rentang konsentrasi menjadi sangat pendek dan

sulit dikendalikan (Zaviera, 2014). Gangguan perilaku ini ditandai dengan

pemusatan perhatian, pembicaraan yang lepas kontrol, serta gerakan yang

berlebihan melebihi anak pada umumnya (Wiyani, 2014).

Anak hiperkatif kurang mampu mengontrol dan mengkoordinasi

dalam aktivitas motoriknya, sehingga tidak dapat membedakan mana

gerakan penting dan gerakan tidak penting. Gerakan ini dilakukan secara

terus-menerus tanpa mengenal lelah. Hal ini menyebabkan kesulitan

memusatkan perhatiannya. Berdasarkan pengertian dari para ahli tersebut,

maka pengertian hiperaktif dapat disimpulkan menjadi kesatuan yang utuh.

Hiperaktif merupakan gangguan pada perilaku tidak normal yang ditandai

dengan adanya gangguan pemusatan perhatian, pembicaraan yang lepas

kontrol, serta gerakan yang berlebihan melebihi gerakan yang dilakukan

anak pada umumnya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 44: PERSEPSI GURU TERHADAP METODE PENGAJARAN … · SD Pelangi, (2) persepsi guru terhadap metode pengajaran untuk anak hiperaktif kelas IV SD Pelangi, dan (3) persepsi guru terhadap

27

2.1.4.2 Karakteristik Anak Hiperaktif

Setiap anak hiperaktif menunjukkan perilaku atau tingkah laku yang

berbeda-beda. Namun, secara umum karakteristik perilaku anak hiperkatif

menurut Sani (Zaviera, 2014) sebagai berikut:

1. Tidak fokus; anak dengan gangguan hiperaktif tidak bisa berkonsentrasi

lebih dari lima menit. Mereka tidak bisa tenang atau diam dalam waktu

lama karena perhatiannya mudah teralih dengan hal-hal yang menarik

baginya. Anak hiperkatif akan berperilaku impulsif, misalnya selalu

ingin memegang apa yang ada dihadapannya. Selain itu, anak berbicara

semaunya tanpa ada maksud jelas, sehingga kalimat yang diucapkan

sulit dipahami. Hal ini menjadi salah satu penyebab anak hiperaktif

cenderung tidak mampu melakukan sosialisasi dengan baik.

2. Menantang; Anak hiperaktif memiliki sikap penantang atau tidak

menerima nasihat, misalnya anak mudah marah jika dilarang melakukan

tindakan yang ingin dia lakukan.

3. Destruktif; Anak sering menunjukkan perilaku yang destruktif, seperti

merusak apapun disekitarnya.

4. Tidak kenal lelah; Anak hiperaktif tidak pernah menunjukkan sikap

lelah. Setiap hari anak selalu bergerak, lari, berguling, lompat, dan

sebagainya tanpa mengenal rasa lelah.

5. Tanpa tujuan; Pada anak hiperkatif, aktivitas yang dilakukan tanpa

tujuan yang jelas, misalnya anak naik turun kursi secara berulang-ulang.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 45: PERSEPSI GURU TERHADAP METODE PENGAJARAN … · SD Pelangi, (2) persepsi guru terhadap metode pengajaran untuk anak hiperaktif kelas IV SD Pelangi, dan (3) persepsi guru terhadap

28

6. Intelektualitas Rendah; Sebagian besar anak hiperaktif memiliki

intelektualitas di bawah rata-rata anak-anak lainnya. Secara psikologis,

mental anak sudah terganggu, sehingga anak kurang bisa menunjukkan

kemampuan baik kognitif maupun afektifnya.

Keenam karakteristik tersebut, Wiyani (2014) menambahkan secara

rinci karakteristik anak hiperaktif antara lain: (1) anak sering gelisah yang

terlihat pada tangan atau kaki mereka, (2) anak berbicara berlebihan atau

tidak bisa berhenti bicara, (3) anak mengalami kesulitan dalam bermain

atau terlibat dalam kegiatan secara tenang, (4) anak bergerak atau bertindak

seolah-olah dikendalikan mesin, dan (5) anak tidak bisa duduk tenang

dalam waktu lama (lebih dari lima menit). Zaviera (2014) menambahkan

karakteristik anak hiperaktif lainnya, seperti (1) anak sering melakukan

kecerobohan atau gagal menyimak dan sering membuat kesalahan karena

tidak cermat, (2) sering tidak mengikuti instruksi dan gagal menyelesaikan

tugasnya, (3) tidak mendengarkan lawan bicaranya, (4) sering menghindar

atau tidak menyukai melakukan tugas yang membutuhkan pemikiran lama,

(5) sering kehilangan barang yang dimilikinya, (6) sering lupa mengerjakan

tugas sehari-hari, (7) perhatiannya mudah teralih oleh rangsangan dari luar.

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, maka dapat disimpulkan

bahwa karakteristik perilaku anak hiperaktif adalah (1) sulit memusatkan

perhatian lebih dari lima menit, (2) perhatiannya mudah teralihkan oleh

rangsangan dari luar, (3) tidak berhenti berbicara dan cenderung tidak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 46: PERSEPSI GURU TERHADAP METODE PENGAJARAN … · SD Pelangi, (2) persepsi guru terhadap metode pengajaran untuk anak hiperaktif kelas IV SD Pelangi, dan (3) persepsi guru terhadap

29

mendengarkan lawan bicaranya, (4) tidak bisa duduk tenang dalam waktu

yang lama, (5) selalu aktif bergerak tanpa mengenal rasa lelah, sehingga

anak membutuhkan banyak energi, (6) cenderung tidak sabar, terutama saat

menunggu giliran, (7) sering melakukan kecerobohan, mudah lupa, dan

kehilangan barang-barang yang dimilikinya, (8) sering tidak menyukai atau

menghindar dalam melakukan tugas yang membutuhkan pemikiran lama,

dan (9) sering tidak mengikuti instruksi dan gagal menyelesaikan tugas.

Berdasarkan karakteristik anak hiperaktif, ada tiga tipe kriteria anak

hiperaktif, yaitu tipe inatensi, tipe hiperaktif-implusif, dan tipe kombinasi

berlebihan dibanding anak-anak lain yang sebaya (Zaviera, 2014). DSM-

IV® - TR (2003) menjelaskan tiga tipe kriteria anak hiperaktif:

1. Tipe Inatensi; Perilaku yang muncul pada anak, diantaranya (1) anak sulit

memberikan perhatian pada setiap detail pekerjaan, tugas sekolah, atau

aktivitas lain (ceroboh), (2) sulit berkonsentrasi saat mengerjakan tugas

atau bermain, (3) tampak tidak mendengarkan jika diajak berbicara, (4)

sering tidak mengikuti perintah dan gagal dalam menyelesaikan tugas,

(5) tidak teratur dalam mengerjakan tugas, (6) menghindari aktivitas

mental (berpikir), (7) sering kehilangan barang milik pribadi, seperti

buku, pensil, mainan, dan sebagainya, (8) perhatiannya mudah teralih,

dan (9) sering lupa.

2. Tipe Hiperaktif dan Impulsif; Perilaku yang muncul pada hiperaktif (1)

sering gelisah (selalu menggerakkan atau menggoyangkan badan), (2)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 47: PERSEPSI GURU TERHADAP METODE PENGAJARAN … · SD Pelangi, (2) persepsi guru terhadap metode pengajaran untuk anak hiperaktif kelas IV SD Pelangi, dan (3) persepsi guru terhadap

30

sering meninggalkan tempat duduk, (3) berlari dan memanjat secara

berlebihan dalam situasi yang tidak tepat, (4) sulit bermain dengan

tenang saat waktu luang, (5) melakukan aktivitas motorik secara

berlebihan, (6) sering berbicara berlebihan, dan perilaku yang muncul

pada impulsif (7) sering menjawab tanpa berpikir sebelum pertanyaan

selesai diberikan, (8) sulit menunggu giliran, dan (9) sering menyela

pembicaraan orang lain.

3. Tipe kombinasi; Perilaku yang muncul pada anak dengan tipe kombinasi

mencakup kedua karakteristik anak hiperaktif dari tipe inatensi dan tipe

hiperaktif-implusif.

Beberapa kriteria tipe anak hiperaktif yang dikemukakan oleh DSM-

IV® - TR dijadikan pedoman secara umum untuk menentukan seseorang

mengalami hiperaktivitas. Seseorang dinyatakan mengalami hiperaktivitas

apabila memenuhi minimal 6 kriteria diagnosis selama tiga bulan terakhir.

2.2 Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian yang pertama dilakukan oleh Amelia pada tahun 2008 yang

berjudul “Persepsi Guru Terhadap Anak yang Mengalami Gangguan Perilaku

Dalam Kegiatan Sekolah.” Tujuan penelitian ini untuk memperoleh gambaran

persepsi guru terhadap anak yang memiliki gangguan perilaku termasuk

interaksi sosial dengan perilaku guru, interaksi sosial dengan teman sebaya, dan

prestasi belajar anak-anak gangguan perilaku. Metodologi dalam penelitian ini

adalah pendekatan deskriptif kualititatif. Teknik pengumpulan data yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 48: PERSEPSI GURU TERHADAP METODE PENGAJARAN … · SD Pelangi, (2) persepsi guru terhadap metode pengajaran untuk anak hiperaktif kelas IV SD Pelangi, dan (3) persepsi guru terhadap

31

digunakan peneliti adalah angket skala likert dan skala Guttaman. Alternatif

jawaban skala likert, yaitu selalu, jarang, dan tidak pernah, sedangkan skala

Guttaman dengan alternatif jawaban iya dan tidak. Jumlah item keseluruhan

sebanyak 24 item yang berkenaan dengan bagaimana persepsi guru terhadap

anak yang mengalami gangguan perilaku dalam kegiatan sekolah di SMP

Negeri 24 Padang. Peneliti menganalisis data yang telah diperoleh dengan

menggunakan rumus statistik persentase.

Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar guru berpersepsi bahwa (1)

anak yang mengalami gangguan perilaku berinteraksi dengan guru baik ketika

di kelas atau luar kelas, (2) anak mengalami gangguan perilaku berinteraksi

dengan teman sebaya baik ketika di kelas ataupun saat istirahat, dan (3) anak

yang mengalami gangguan perilaku dalam bidang akademik anak hanya

mendapat peringkat 20 besar.

Penelitian kedua dilakukan oleh Rona Fitria (2012) yang berjudul “Proses

Pembelajaran dalam Setting Inklusi di Sekolah Dasar.” Penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui proses pembelajaran secara inklusi, dengan fokus penelitian

tentang bagaimana proses pembelajaran dalam setting inklusi, kendala-kendala

yang dihadapi serta usaha pihak sekolah dalam mengatasi kendala terkait

dengan proses pembelajaran. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian

deskriptif kualitatif. Subjek dalam penelitian ini adalah tiga orang guru kelas

yang terdapat anak berkebutuhan khusus dan 2 orang guru pembimbing khusus.

Teknik pengumpulan data, yaitu observasi, wawancara, dan dokumentasi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 49: PERSEPSI GURU TERHADAP METODE PENGAJARAN … · SD Pelangi, (2) persepsi guru terhadap metode pengajaran untuk anak hiperaktif kelas IV SD Pelangi, dan (3) persepsi guru terhadap

32

Hasil penelitian mengenai pembelajaran dalam setting inklusi di SDN 18

Koto Luar kecamatan Pauh, metode pengajaran yang digunakan guru dalam

proses pembelajaran belum bervariasi, pengaturan tempat duduk bervariasi,

penggunaan media disesuaikan dengan materi, materi diambil dari buku paket

dan guru pembimbing khusus melakukan penyerderhanaan materi, serta

penilaian yang dilakukan guru hanya penilaian secara lisan saja. Kendala yang

dihadapi guru antara lain banyaknya jumlah siswa di dalam kelas dan adanya

siswa hiperaktif, low vision, dan lamban belajar. Hal ini menyebabkan guru

terkendala dalam menggunakan metode pengajaran yang bervariasi. Selain itu,

kurangnya pemahaman guru tentang pembelajaran siswa berkebutuhan khusus.

Penelitian ketiga yang dilakukan dilakukan oleh Syaiful Amri pada tahun

2014 yang berjudul “Pengaruh Terapi Murottal Terhadap Tingkat Hiperaktif-

Impulsif Pada Anak Attention Deficit Hyperactive Disorder (ADHD).”

Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan proses terapi murottal yang

diberikan kepada anak ADHD dan mengetahui pengaruh terapi behaviours-

hiperaktif-impulsif dari anak ADHD. Jenis penelitian ini adalah eksperimen

dengan subjek tunggal atau Single Subject Reaearch (SSR). SSR merupakan

metode untuk memperoleh data dengan melihat hasil ada tidaknya pengaruh

suatu perlakukan (treatment) yang diberikan subjek secara berulang. Teknik

pengumpulan data dalam penelitian ini adalah observasi.

Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh terapi murottal terhadap

menurunnya gejala yang timbul dari subjek penelitian. Terapi murottal

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 50: PERSEPSI GURU TERHADAP METODE PENGAJARAN … · SD Pelangi, (2) persepsi guru terhadap metode pengajaran untuk anak hiperaktif kelas IV SD Pelangi, dan (3) persepsi guru terhadap

33

membantu menurunkan gejala hiperaktivitas dan impulsivitas pada anak

ADHD. Terapi ini membantu anak hiperaktif dan impulsif dalam pembelajaran

serta melatih artikulasi dari anak ADHD tersebut.

Berdasarkan ketiga penelitian tersebut, peneliti membuat literatur map

yang memuat penelitian terdahulu sampai penelitian yang peneliti dilakukan.

Literatur map ini menunjukkan hubungan antara penelitian yang relevan dengan

penelitian yang dilakukan peneliti. Literatur map dapat dilihat pada berikut:

Gambar 2.3 Literatur Map Penelitian-penelitian Relevan

Relevansi ketiga penelitian tersebut dengan penelitian ini yang pertama

penelitian yang dilakukan Amelia (2008) berjudul “Persepsi Guru Terhadap

Anak yang Mengalami Gangguan Perilaku Dalam Kegiatan Sekolah.” Pada

Yang diteliti:

Persepsi guru terhadap metode pengajaran untuk anak

hiperaktif kelas IV SD Pelangi

Yuda Pramita Amelia

(2008) yang berjudul

“Persepsi Guru

Terhadap Anak yang

Mengalami Gangguan

Perilaku Dalam

Kegiatan Sekolah”

Rona Fitria (2012)

yang berjudul “Proses

Pembelajaran dalam

Setting Inklusi di

Sekolah Dasar”

Syaiful Amri (2014)

yang berjudul

“Pengaruh Terapi

Murottal Terhadap

Tingkat Hiperaktif-

Impulsif Pada Anak

Attention Deficit

Hyperactive Disorder

(ADHD).”

Persepsi Guru Anak Hiperaktif Metode pengajaran

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 51: PERSEPSI GURU TERHADAP METODE PENGAJARAN … · SD Pelangi, (2) persepsi guru terhadap metode pengajaran untuk anak hiperaktif kelas IV SD Pelangi, dan (3) persepsi guru terhadap

34

penelitian tersebut memiliki relevansi dengan penelitian yang peneliti lakukan,

yaitu meneliti tentang persepsi guru terhadap anak berkebutuhan khusus. Kedua

penelitian Rona Fitria (2012) yang berjudul “Proses Pembelajaran dalam

Setting Inklusi di Sekolah Dasar.” Pada penelitian ini terdapat relevansi dengan

penelitian yang peneliti lakukan, yaitu bagaimana proses pembelajaran di

sekolah inklusi dalam penggunaan metode pengajaran untuk anak berkebutuhan

khusus. Penelitian ketiga adalah penelitian dari Syaiful Amri (2014) yang

berjudul “Pengaruh Terapi Murottal Terhadap Tingkat Hiperaktif-Impulsif Pada

Anak Attention Deficit Hyperactive Disorder (ADHD).” Relevansi dengan

penelitian tersebut adalah meneliti anak hiperaktif. Berdasarkan fakta-fakta

dalam penelitian tersebut, peneliti berupaya untuk mengetahui persepsi guru

terhadap metode pengajaran untuk anak hiperaktif kelas IV SD Pelangi.

2.3 Kerangka Teori

SD Pelangi merupakan sekolah inklusi yang menerima anak-anak

berkebutuhan khusus, salah satunya anak hiperaktif. Hiperaktif merupakan

gangguan pada perilaku tidak normal yang ditandai dengan adanya gangguan

pemusatan perhatian, pembicaraan yang lepas kontrol, serta gerakan yang

berlebihan melebihi gerakan yang dilakukan anak pada umumnya. Karakteristik

perilaku anak hiperaktif adalah (1) sulit memusatkan perhatian lebih dari lima

menit, (2) perhatian anak mudah teralihkan oleh rangsangan dari luar, (3) tidak

berhenti berbicara dan cenderung tidak mendengarkan lawan bicaranya, (4)

tidak bisa duduk tenang dalam waktu yang lama, (5) selalu aktif bergerak tanpa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 52: PERSEPSI GURU TERHADAP METODE PENGAJARAN … · SD Pelangi, (2) persepsi guru terhadap metode pengajaran untuk anak hiperaktif kelas IV SD Pelangi, dan (3) persepsi guru terhadap

35

mengenal rasa lelah, sehingga anak membutuhkan energi yang banyak, (6)

cenderung tidak sabar, terutama saat menunggu giliran, (6) sering melakukan

kecerobohan, mudah lupa, dan kehilangan barang pribadi, (7) tidak menyukai

atau menghindar dari tugas yang membutuhkan pemikiran cukup lama, dan (8)

sering tidak mengikuti instruksi dan gagal menyelesaikan tugas (Zaviera, 2014).

Guru selama proses belajar mengajar terkadang mengalami berbagai

kendala dan tidak sesuai dengan apa yang diharapkan guru, khususnya pada

kelas inklusi. Faktanya, kelas IV SD Pelangi ada beberapa anak berkebutuhan

khusus, salah satunya anak hiperaktif. Dalam hal ini, guru memiliki peranan

penting untuk membantu anak hiperaktif agar tidak menghambatnya dalam

proses pembelajaran. Cara guru untuk mengatasi permasalahan tersebut dengan

menggunakan metode pengajaran. Penggunaan metode pengajaran disesuaikan

dengan tingkat kemampuan anak, karakteristik anak, situasi dan kondisi

sekolah, guru itu sendiri, fasilitas kelas atau sekolah, dan kondisi psikologis

anak. Dengan demikian, setiap guru mempunyai persepsi yang berbeda tentang

anak hiperaktif dan metode pengajaran yang tepat untuk anak hiperaktif.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang peneliti lakukan di SD

Pelangi terhadap perilaku salah satu anak hiperaktif, peneliti melihat bahwa

perhatian anak mudah teralih dengan sesuatu yang menarik baginya. Hal ini

seperti yang diungkapkan guru pendamping pribadi bahwa dalam mengerjakan

tugas atau mendengarkan penjelasan guru, tiba-tiba anak memainkan pensil dan

menggerak-gerakkan tangannya atau bernyanyi, sehingga anak membutuhkan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 53: PERSEPSI GURU TERHADAP METODE PENGAJARAN … · SD Pelangi, (2) persepsi guru terhadap metode pengajaran untuk anak hiperaktif kelas IV SD Pelangi, dan (3) persepsi guru terhadap

36

waktu lama dalam menyelesaikan tugasnya. Anak sering meninggalkan tempat

duduk, berbicara berlebihan, dan terlihat seperti tidak mendengarkan atau

menatap lawan bicaranya. Guru kelas mengatakan bahwa anak sering menyela

pembicaraan orang lain, menjawab pertanyaan sebelum pertanyaan tersebut

selesai diberikan, sering lupa tidak membawa buku atau mengerjakan PR.

Berdasarkan pernyataan yang diungkapkan guru tersebut, maka guru sekolah

mempunyai persepsi yang berbeda-berbeda terhadap perilaku anak hiperaktif.

Munculnya persepsi guru terhadap perilaku anak hiperaktif mempengaruhi

persepsi guru terhadap pemilihan dan penggunaan metode pengajaran yang

tepat untuk anak. Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti tertarik untuk

mengekplorasi bagaimana persepsi guru terhadap metode pengajaran untuk

anak hiperaktif kelas IV SD Pelangi.

2.4 Pertanyaan Penelitian

Pada pertanyaan penelitian, peneliti menyajikan beberapa pertanyaan

yang membantu dalam melakukan penelitian. Pertanyaan penelitian tersebut

antara lain:

2.4.1 Bagaimana persepsi guru terkait dengan hiperaktivitas anak kelas kelas

IV SD Pelangi?

2.4.2 Bagaimana persepsi guru terhadap metode pengajaran untuk anak

hiperaktif kelas IV SD Pelangi?

2.4.3 Bagaimana persepsi guru terhadap hiperaktivitas anak kelas IV SD

Pelangi terkait dengan metode pengajaran?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 54: PERSEPSI GURU TERHADAP METODE PENGAJARAN … · SD Pelangi, (2) persepsi guru terhadap metode pengajaran untuk anak hiperaktif kelas IV SD Pelangi, dan (3) persepsi guru terhadap

37

BAB III

METODE PENELITIAN

Pada bab III, peneliti menguraikan metode penelitian yang digunakan dalam

penelitian ini. Pembahasan metode penelitian terdiri dari jenis penelitian, setting

penelitian, partisipan penelitian, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian,

keabsahan data, dan teknik analisis data. Peneliti akan membahas secara berurutan

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif

adalah suatu kegiatan yang sistematis untuk menemukan teori dari lapangan,

bukan untuk menguji teori atau hipotesis (Arikunto, 2003). Moleong (2007)

mengatakan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang bertujuan untuk

memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian (perilaku,

persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain) pada suatu konteks alamiah dengan

menggunakan berbagai metode ilmiah. Sugiyono (2011) mengungkapkan

bahwa dalam metode penelitian, peneliti berfungsi sebagai instrumen kunci,

teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi, analisis data bersifat

induktif, dan hasil penelitian lebih menekankan pada makna generalisasi.

Pada penelitian kualitatif, peneliti menginterpretasikan bagaimana subjek

memperoleh makna dari lingkungan sekeliling dan bagaimana makna tersebut

mempengaruhi perilaku mereka. Penelitian kualitatif dilakukan dalam latar

(setting) yang alamiah (naturalistik), bukan hasil perlakuan (treatment) atau

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 55: PERSEPSI GURU TERHADAP METODE PENGAJARAN … · SD Pelangi, (2) persepsi guru terhadap metode pengajaran untuk anak hiperaktif kelas IV SD Pelangi, dan (3) persepsi guru terhadap

38

manipulasi variabel yang dilibatkan (Gunawan, 2013). Sumber data penelitian

kualitatif antara lain catatan observasi, catatan wawancara, pengalaman

individu, dan sejarah. Data yang diperoleh berupa hasil observasi, hasil

wawancara, hasil dokumentasi, analisis dokumen, dan catatan lapangan.

Peneliti menggunakan penelitian kualitatif karena penelitian kualitatif

merupakan penelitian yang bertujuan memahami fenomena sosial secara

mendalam, menemukan pola, dan teori. Fenomena sosial dalam penelitian ini

adalah fenomena yang terjadi di SD Pelangi. Peneliti menarik kesimpulan dari

fenomena yang terjadi di SD Pelangi berdasarkan data yang diperoleh. Selain

itu, penelitian ini tidak menguji kebenaran suatu teori melainkan menarik

kesimpulan dari fenomena yang diteliti.

Jenis penelitian yang digunakan peneliti adalah jenis penelitian deskriptif.

Penelitian deskriptif merupakan suatu penelitian yang digunakan untuk memilih

fenomena sosial yang terjadi pada masa sekarang (Prastowo, 2014). Pernyataan

tersebut diperkuat oleh pendapat Arikunto (2003) menyatakan bahwa penelitian

deskriptif bukan untuk menguji hipotesis, tetapi hanya menggambarkan “apa

adanya” tentang suatu variabel, gejala, atau keadaan. Data dalam penelitian

deskriptif adalah data yang ada di masa sekarang atau masih baru.

Pada penelitian ini, peneliti mendeskripsikan tentang situasi mengenai

partisipan yang diteliti, yaitu persepsi guru terhadap metode pengajaran untuk

anak hiperaktif kelas IV SD Pelangi. Pengambilan data dalam penelitian ini

melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi dari guru dan siswa yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 56: PERSEPSI GURU TERHADAP METODE PENGAJARAN … · SD Pelangi, (2) persepsi guru terhadap metode pengajaran untuk anak hiperaktif kelas IV SD Pelangi, dan (3) persepsi guru terhadap

39

revelan dengan judul penelitian ini. Peneliti mendeskripsikan persepsi yang

ditunjukkan guru terhadap metode pengajaran untuk anak hiperaktif.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

3.2.1 Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SD Pelangi yang berada dipertengahan kota.

SD Pelangi terletak dalam satu area dengan TK dan SMP Pelangi. Halaman

SD Pelangi luas dan dikelilingi berbagai tanaman yang membuat suasana

sekolah ini menjadi rindang. Kondisi bangunan sekolah, terutama ruang kelas

masih layak dipakai. Fasilitas yang ada di SD Pelangi antara lain laboratorium

IPA, UKS, perpustakaan, ruang audio (ruang musik), dan ruangan khusus

untuk kegiatan karawitan. SD Pelangi memiliki 6 ruang kelas, mulai dari kelas

I hingga kelas VI. Peneliti memilih SD Pelangi karena sekolah ini merupakan

sekolah inklusi yang menjadi kriteria dalam penelitian ini.

Peneliti melakukan penelitian di SD Pelangi, tepatnya di kelas IV.

Ruang kelas IV terdapat 1 meja di sudut ruang depan untuk tempat minum, 2

meja di belakang untuk meletakkan hasil karya siswa, 14 meja untuk siswa, 1

meja untuk guru, 29 kursi untuk siswa dan guru, dan 1 rak untuk menyimpan

peralatan siswa serta satu almari besar untuk menyimpan buku dan berkas.

Dinding kelas terdapat berbagai macam hiasan dan tulisan visi misi sekolah

yang tertempel rapi, sehingga kelas menjadi menarik.

Kelas IV berjumlah 14 siswa yang terdiri dari 9 siswa laki-laki dan 5

siswa perempuan. Dari 14 siswa laki-laki dan perempuan terdapat 3 siswa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 57: PERSEPSI GURU TERHADAP METODE PENGAJARAN … · SD Pelangi, (2) persepsi guru terhadap metode pengajaran untuk anak hiperaktif kelas IV SD Pelangi, dan (3) persepsi guru terhadap

40

yang memiliki kebutuhan khusus. Salah satu siswa tersebut bernama Abi. Abi

termasuk anak yang memiliki kebutuhan khusus, yaitu hiperaktif. Peneliti

mendapatkan informasi tersebut melalui observasi, dokumentasi, dan

wawancara baik dengan guru kelas, guru pendamping pribadi anak, maupun

guru pendamping khusus.

3.2.1 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan dari pertengahan bulan Juli sampai bulan

Desember 2015. Jadwal penelitian dapat dilihat pada tabel berikut:

No Jenis Kegiatan

Waktu Kegiatan

Ju

li

Agu

stu

s

Sep

tem

ber

Ok

tob

er

Novem

ber

Dese

mb

er

Jan

uari

Feb

ru

ari

1 Observasi keadaan lapangan

2 Pengumpulan data (observasi,

wawancara dan dokumen)

3 Menyusun proposal

4 Pengecekan data dan proposal

5 Pengolahan data

6 Penyusunan laporan

7 Ujian Skripsi

Tabel 3.1 Waktu Penelitian

3.3 Partisipan Penelitian

Partisipan penelitian adalah sasaran yang digunakan dalam penelitian

(Moleong, 2007). Sasaran penelitian merupakan gambaran dalam rumusan

penelitian secara konkret. Penelitian kualitatif tidak menggunakan populasi

karena penelitian kualitatif berangkat dari kasus tertentu yang ada pada situasi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 58: PERSEPSI GURU TERHADAP METODE PENGAJARAN … · SD Pelangi, (2) persepsi guru terhadap metode pengajaran untuk anak hiperaktif kelas IV SD Pelangi, dan (3) persepsi guru terhadap

41

sosial tertentu (Ghory, 2014). Hasil penelitian tersebut dapat diterapkan pada

situasi sosial lain, apabila situasi sosial lain tersebut memiliki kemiripan atau

kesamaan dengan situasi sosial yang diteliti.

Subjek dalam penelitian kualitatif dinamakan narasumber, partisipan

informan, atau teman dan guru dalam penelitian. Informan adalah subjek yang

memahami informasi objek penelitian sebagai pelaku (orang) memahami objek

penelitian (Prastowo, 2014). Sasaran dalam penelitian ini adalah persepsi guru

dan metode pengajaran untuk anak hiperaktif kelas IV SD Pelangi. Partisipan

dalam penelitian ini adalah salah satu anak hiperaktif kelas IV SD Pelangi, guru

kelas IV, guru pendamping pribadi Abi, dan guru pendamping khusus.

Partisipan pertama dalam penelitian ini adalah Abi selaku anak hiperaktif

kelas IV SD Pelangi. Langkah awal yang dilakukan peneliti adalah melakukan

pengamatan langsung untuk pemilihan partisipan dalam penelitian. Selain itu,

pengamatan langsung digunakan untuk mengetahui bagaimana perilaku

partisipan selama proses pembelajaran, sehingga diketahui apakah partisipan

termasuk anak hiperaktif atau tidak. Partisipan kedua adalah guru kelas IV yang

sekaligus wali kelas Abi. Peneliti memilih guru kelas IV karena guru telah

mendampingi, mendidik, dan mengetahui bagaimana karakteristik perilaku Abi

dalam kesehariannya. Alasan lain peneliti memilih guru kelas IV adalah guru

memiliki banyak pengalaman dalam menangani berbagai anak berkebutuhan

khusus, salah satunya anak hiperaktif. Partisipan ketiga adalah guru

pendamping pribadi Abi. Peneliti memilih guru pendamping pribadi karena

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 59: PERSEPSI GURU TERHADAP METODE PENGAJARAN … · SD Pelangi, (2) persepsi guru terhadap metode pengajaran untuk anak hiperaktif kelas IV SD Pelangi, dan (3) persepsi guru terhadap

42

guru setiap hari selalu mendampingi Abi baik di kelas maupun luar kelas.

Selain itu, guru pendamping pribadi ini mengetahui bagaimana perilaku dan

keseharian Abi. Partisipan keempat adalah guru pendamping khusus sekolah.

Peneliti memilih guru pendamping khusus karena guru yang memberikan kelas

fullout dan assesment anak, sehingga guru pendamping khusus tersebut

mengetahui bagaimana perilaku keseharian Abi.

Peneliti memulai wawancara dengan partisipan III. Peneliti melakukan

wawancara dengan partisipan III ini sebanyak dua kali. Wawancara pertama

peneliti lakukan pada tanggal 03 Oktober 2015. Wawancara tersebut dimulai

dari pukul 07:30–08:00 WIB. Wawancara kedua dengan partisipan III

dilaksanakan peneliti pada tanggal 16 November 2015 mulai dari pukul 10:00-

10:30 WIB. Peneliti melanjutkan wawancara dengan partisipan II, yaitu guru

kelas IV. Wawancara secara mendalam dengan partisipan II sebanyak dua kali.

Wawancara pertama peneliti lakukan pada tanggal 03 Oktober 2015, pukul

08:00 – 09:00 WIB di ruang tamu SD Pelangi. Wawancara kedua dengan

partisipan II, peneliti lakukan pada tanggal 24 November 2015 yang dimulai

dari pukul 08:40 – 09:30 WIB. Pada hari yang berbeda, peneliti melakukan

wawancara dengan partisipan IV, yaitu guru pendamping khusus SD Pelangi.

Wawancara dengan partisipan IV ini sebanyak dua kali yang dilakukan pada

tanggal 17 dan 26 November 2015 di ruang tamu sekolah.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 60: PERSEPSI GURU TERHADAP METODE PENGAJARAN … · SD Pelangi, (2) persepsi guru terhadap metode pengajaran untuk anak hiperaktif kelas IV SD Pelangi, dan (3) persepsi guru terhadap

43

Objek penelitian merupakan sarana yang digunakan untuk mendapatkan

data (Sugiyono, 2012). Objek dalam penelitian ini adalah persepsi guru di SD

Pelangi terhadap metode pengajaran untuk anak hiperaktif.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah paling utama dalam suatu

penelitian. Pengumpulan data dilakukan dalam berbagai setting, sumber, dan

cara. Pada penelitian kualitatif, pengumpulan data dilakukan secara natural

setting (kondisi yang alamiah), sumber data primer, dan teknik pengumpulan

data melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi (Sugiyono, 2011).

Pada penelitian ini, teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti

untuk mendapatkan data tentang persepsi guru terhadap metode pengajaran

untuk anak hiperaktif adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teknik

pengumpulan data pertama, yaitu observasi. Observasi adalah pengumpulan

data esensial dalam penelitian, terutama penelitian kualitatif. Sugiyono (2011)

mengungkapkan bahwa observasi merupakan teknik pengumpulan data secara

alamiah yang pengisiannya didasarkan atas pengamatan langsung terhadap

sikap dan perilaku yang ditunjukkan oleh partisipan. Arikunto (2013)

menjelasakan observasi, yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan

cara mengadakan penelitian secara teliti dan pencatatan secara sistematis.

Berdasarkan pengertian observasi yang dikemukakan oleh beberapa ahli, maka

dapat disimpulkan bahwa observasi adalah teknik pengumpulan data yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 61: PERSEPSI GURU TERHADAP METODE PENGAJARAN … · SD Pelangi, (2) persepsi guru terhadap metode pengajaran untuk anak hiperaktif kelas IV SD Pelangi, dan (3) persepsi guru terhadap

44

dilakukan melalui pengamatan langsung terhadap sikap atau perilaku yang

ditunjukkan oleh partisipan.

Jenis observasi dalam penelitian ini adalah observasi partisipan.

Observasi partisipan bertujuan membantu peneliti memahami lebih dalam

tentang fenomena (perilaku atau peristiwa) yang terjadi di lapangan (Ahmadi,

2014). Observasi partisipan yang dilakukan peneliti di SD Pelangi bertujuan

untuk memperoleh informasi mengenai peristiwa sebenarnya di lapangan yang

melibatkan orang-orang terkait dengan hal-hal yang diteliti. Orang yang terkait

dalam penelitian ini adalah Abi selaku anak hiperaktif, guru kelas IV, guru

pendamping pribadi anak, dan guru pendamping khusus. Alat yang digunakan

peneliti selama observasi adalah pencatatan anecdotal record. Pencatatan

anectodal record merupakan kumpulan catatan hasil observasi tentang metode

pengajaran untuk anak hiperaktif. Kesimpulan hasil catatan tersebut meliputi

bagaimana perilaku anak selama proses pembelajaran dan aktivitas guru dalam

mengajar baik dari segi positif maupun negatif.

Teknik pengumpulan data yang kedua adalah wawancara. Wawancara

merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui

tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu

(Sugiyono, 2011). Moleong (2007) juga mengungkapkan bahwa wawancara

merupakan percakapan dengan tujuan tertentu. Percakapan tersebut dilakukan

oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan

dan terwawancara (interview) yang memberikan jawaban atas pertanyaan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 62: PERSEPSI GURU TERHADAP METODE PENGAJARAN … · SD Pelangi, (2) persepsi guru terhadap metode pengajaran untuk anak hiperaktif kelas IV SD Pelangi, dan (3) persepsi guru terhadap

45

tersebut. Dengan demikian, wawancara adalah pertemuan antara pewawancara

dan terwawancara untuk bertukar informasi dalam topik tertentu.

Jenis wawancara dalam penelitian ini adalah wawancara tidak terstruktur.

Sugiyono (2011) menjelaskan wawancara tidak terstruktur adalah wawancara

bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah

tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan data. Pedoman

wawancara yang digunakan berupa garis besar permasalahan yang ditanyakan.

Pada penelitian ini, garis besar permasalahan yang ditanyakan mengenai

persepsi guru terhadap metode pengajaran untuk anak hiperaktif. Informan

kegiatan wawancara tidak terstruktur dalam penelitian ini adalah Abi selaku

anak hiperaktif, guru kelas IV, guru pendamping pribadi, dan guru pendamping

khusus. Alat yang digunakan peneliti dalam melakukan wawancara adalah

handphone dan alat tulis.

Teknik pengumpulan data ketiga adalah dokumentasi. Dokumentasi

adalah catatan peristiwa yang sudah berlalu dalam bentuk tulisan, gambar, atau

karya-karya dari seseorang. Sugiyono (2012) mengungkapkan bahwa hasil

observasi atau pengamatan yang telah dilakukan oleh peneliti akan lebih akurat

dan dipercaya apabila didukung dengan adanya dokumentasi (Sugiyono, 2012).

Dokumentasi yang digunakan peneliti adalah dokumen tertulis yang berkaitan

dengan perilaku Abi selama proses pembelajaran dan nilai hasil belajar. Tujuan

peneliti menggunakan teknik dokumentasi untuk memperkuat hasil data yang

diperoleh melalui observasi dan wawancara.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 63: PERSEPSI GURU TERHADAP METODE PENGAJARAN … · SD Pelangi, (2) persepsi guru terhadap metode pengajaran untuk anak hiperaktif kelas IV SD Pelangi, dan (3) persepsi guru terhadap

46

3.5 Instrumen Penelitian

Instrumen utama dalam penelitian kualitatif adalah peneliti itu sendiri

(Sugiyono, 2011). Sebagai instrumen penelitian, peneliti harus diuji terlebih

dahulu sebelum terjun ke lapangan, meliputi pemahaman metode penelitian

kualitatif, penguasaan wawasan terhadap bidang yang diteliti, kesiapan peneliti

terjun memasuki objek penelitian baik secara akademik maupun logistiknya.

Peneliti kualitatif sebagai human instrument berfungsi menetapkan fokus

penelitian, menilai kualitas informan sebagai sumber data, melakukan

pengumpulan data, dan membuat kesimpulan atas temuannya (Sugiyono, 2011).

Sebagai instumen penelitian, peneliti mendeskripsikan tentang diri peneliti.

Sebelum melewati proses penelitian ini, peneliti adalah seseorang yang

sangat tertutup, terutama kepada orang yang baru dikenal. Hal ini menyebabkan

peneliti kurang mampu berkomunikasi dengan seseorang. Peneliti mengalami

kesulitan untuk mengungkapkan apa yang ada di dalam hati dan pikiran peneliti

kepada orang lain. Bahkan ketika peneliti menghadapi suatu masalah peneliti

tidak punya keberanian untuk menceritakannya dengan orang lain. Selain itu,

peneliti membutuhkan waktu lama untuk menyesuaikan diri di lingkungan baru.

Seiring berjalannya waktu, saat ini peneliti mengeyam pendidikan di

Universitas Sanata Dharma, banyak pelajaran hidup dan pengalaman yang

peneliti dapatkan. Pelajaran hidup dan pengalaman tersebut sangat membantu

peneliti menjadi seseorang yang lebih terbuka dan mulai mampu berkomunikasi

baik dengan orang lain. Pelajaran hidup dan pengalaman tersebut peneliti

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 64: PERSEPSI GURU TERHADAP METODE PENGAJARAN … · SD Pelangi, (2) persepsi guru terhadap metode pengajaran untuk anak hiperaktif kelas IV SD Pelangi, dan (3) persepsi guru terhadap

47

dapatkan melalui presentasi atau sharing di depan umum, mengerjakan tugas

kelompok, program praktek di lapangan mulai dari semester 2 sampai semester

7. Program praktek di sekolah dasar yang terakhir peneliti lakukan adalah PPL.

Peneliti belajar banyak hal dari kegiatan PPL, diantaranya kedisiplinan,

keteladan, ketulusan hati, cinta dan kasih kepada semua orang. Hal terpenting

yang peneliti dapatkan adalah mengajar itu tidak hanya dengan pikiran, tetapi

dengan hati. Peneliti juga mengikuti kegiatan Universitas Sanata Dharma

menjadi panitia Dekan Cup sebagai koordinasi acara. Dari pengalaman tersebut,

peneliti belajar berkomunikasi, mulai membuka diri, dan menyesuaikan diri di

lingkungan baru. Hal ini sangat membantu peneliti dalam menyesuaikan diri

dan berkomunikasi baik dengan guru maupun siswa di SD Pelangi.

Kesulitan yang peneliti alami dalam pengumpulan data adalah wawancara

guru dan orang tua anak hiperaktif. Sebelum peneliti melakukan wawancara

dengan guru atau bertemu orang tua Abi, peneliti dipenuhi rasa ketakutan dan

kebingungan tentang bagaimana cara membuat guru ataupun orang tua Abi

menjadi teman sekaligus sahabat dan terbuka dengan peneliti. Peneliti tidak

menyerah begitu saja, peneliti membuang rasa takut dengan percaya kepada

Tuhan dan meyakinkan diri peneliti bahwa peneliti pasti bisa dengan berbekal

pengalaman yang telah peneliti dapat selama ini. Dari berbekal pengalaman,

peneliti mampu menjalin komunikasi yang baik dengan guru di SD Pelangi,

bahkan dengan guru kelas IV peneliti sudah dianggap seperti anak sendiri.

Selain terjalinnya komunikasi yang baik, peneliti juga mendapatkan informasi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 65: PERSEPSI GURU TERHADAP METODE PENGAJARAN … · SD Pelangi, (2) persepsi guru terhadap metode pengajaran untuk anak hiperaktif kelas IV SD Pelangi, dan (3) persepsi guru terhadap

48

berupa data dalam penelitian ini. Namun sebaliknya, peneliti belum berhasil

melakukan wawancara secara resmi dengan orang tua Abi. Peneliti menjalin

komunikasi baik dengan orang tua Abi, tetapi orang tua Abi masih belum

berkenan untuk melakukan wawancara secara resmi dengan peneliti.

Berikut tabel alur instrumen penelitian yang digunakan peneliti.

No Partisipan Aspek yang

diteliti

Teknik

pengumpulan

data

Sumber data

1. Anak hiperaktif Proses

pembelajaran

Wawancara

tidak terstruktur

observasi

Anak dengan

hiperaktifitas

2. Guru kelas IV

Metode

pengajaran yang

digunakan

Wawancara

tidak terstruktur

dan observasi

Guru kelas IV

anak

hiperaktif

3.

Guru

Pendamping

Pribadi

Metode

pengajaran yang

digunakan

Wawancara

tidak terstruktur

dan observasi

Guru

pendamping

pribadi anak

hiperaktif

4.

Guru

Pendamping

Khusus

Metode

pengajaran yang

digunakan

Wawancara

tidak terstruktur

dan observasi

Guru

pendamping

Khusus

Tabel 3.2 Alur Instrumen Penelitian

3.6 Teknik Keabsahan Data

3.6.1 Uji Kredibilitas

Dalam penelitian kualitatif, uji kredibilitas data atau kepercayaan

terhadap hasil penelitian, yaitu dilakukan dengan perpanjangan pengamatan,

peningkatan ketekunan dalam penelitian, analisis kasus negatif, dan member

check (Sugiyono, 2011).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 66: PERSEPSI GURU TERHADAP METODE PENGAJARAN … · SD Pelangi, (2) persepsi guru terhadap metode pengajaran untuk anak hiperaktif kelas IV SD Pelangi, dan (3) persepsi guru terhadap

49

3.6.1.1 Perpanjangan Pengamatan

Perpanjangan pengamatan dapat meningkatkan kredibilitas data

yang dikumpulkan. Perpanjangan pengamatan ini peneliti lakukan untuk

mengecek kembali data yang telah diberikan selama ini sudah benar atau

tidak. Perpanjangan pengamatan bertujuan menguji kredibilitas data

penelitian yang difokuskan pada pengujian terhadap data yang diperoleh.

Perpanjangan pengamatan yang dilakukan peneliti adalah observasi

selama proses belajar mengajar. Peneliti melakukan observasi sebanyak 4

kali dimana dalam satu kali observasi terdapat dua kali pertemuan. Pada

pertemuan pertama, guru dan siswa beradaptasi dengan keberadaan

peneliti. Pertemuan selanjutnya, peneliti melakukan observasi selama

pembelajaran untuk mendapatkan data yang lebih rinci mengenai perilaku

anak hiperaktif dan metode pengajaran untuk anak hiperaktif.

3.6.1.2 Triangulasi

Triangulasi merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data yang

memanfaatkan hal yang lain (Ghory, 2014). Pada pengujian triangulasi

ini, hasil penelitian diperlukan pengecekan data dari berbagai sumber

data, metode, dan teori.

3.6.1.2.1 Triangulasi dengan Metode

Pada triangulasi metode, peneliti menggunakan strategi dalam

pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian dari

beberapa teknik pengumpulan data (observasi, wawancara, dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 67: PERSEPSI GURU TERHADAP METODE PENGAJARAN … · SD Pelangi, (2) persepsi guru terhadap metode pengajaran untuk anak hiperaktif kelas IV SD Pelangi, dan (3) persepsi guru terhadap

50

dokumentasi). Dalam hal ini, peneliti melakukan pengecekan terhadap

penggunaan metode pengumpulan data, apakah informan yang didapat

dengan informasi yang diberikan melalui metode wawancara sama

dengan metode observasi dan apakah hasil observasi sesuai dengan

informasi yang diberikan saat wawancara. Triangulasi dengan metode

bertujuan untuk mencari kesamaan data dengan metode yang berbeda

(Bungin: 2007). Berikut bagan triangulasi metode:

Gambar 3.3 Bagan Triangulasi Metode

3.6.1.2.2 Triangulasi dengan Sumber

Selain menggunakan triangulasi metode, dalam penelitian ini

peneliti juga menggunakan triangulasi sumber. Triangulasi sumber

merupakan pengumpulan data dengan menggunakan teknik yang sama,

tetapi sumbernya berbeda-beda (Sugiyono, 2015). Tujuan peneliti

menggunakan triangulasi sumber untuk pengecekan data yang telah

diperoleh baik dari guru kelas, guru pendamping pribadi Abi, dan guru

pendamping khusus tentang persepsi guru terhadap metode pengajaran

untuk anak hiperaktif kelas IV SD Pelangi.

Sumber Data Wawancara

Dokumentasi

Observasi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 68: PERSEPSI GURU TERHADAP METODE PENGAJARAN … · SD Pelangi, (2) persepsi guru terhadap metode pengajaran untuk anak hiperaktif kelas IV SD Pelangi, dan (3) persepsi guru terhadap

51

Berikut bagan triangulasi sumber:

Gambar 3.4 Bagan Triangulasi Sumber

3.6.2 Pengujian Keteralihan (Transferability)

Transferability adalah validasi eksternal dalam penelitian kualitatif.

Validasi eksternal menunjukkan derajad ketepatan hasil penelitian

(Sugiyono, 2012). Pengujian keteralihan ini, peneliti melakukan tahap-tahap

analisis yang objektif dan terbuka. Tujuannya adalah hasil penelitian

menjadi daya transfer pembaca yang memberikan persepsi guru terhadap

metode pengajaran untuk anak hiperaktif. Pembaca dapat memahami tentang

bagaimana metode pengajaran untuk anak hiperaktif ketika menemukan atau

melihat dan berinteraksi langsung dengan anak hiperaktif, terutama bagi

seorang guru. Dalam menuliskan laporan penelitian ini, peneliti akan

menguraikan dengan jelas, rinci, dan sistematis, serta dapat dipercaya,

sehingga laporan hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi, baik bagi

peneliti maupun peneliti lain yang akan melakukan penelitian yang sama.

3.6.3 Ketergantungan (Dependability)

Dalam penelitian kualitatif, pengujian ketergantungan (denpendability)

disebut reliabilitas. Pengujian (ketergantungan) adalah suatu kegiatan yang

Sumber Data Guru Pendamping

Pribadi

Guru Pendamping

Khusus

Guru Kelas IV

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 69: PERSEPSI GURU TERHADAP METODE PENGAJARAN … · SD Pelangi, (2) persepsi guru terhadap metode pengajaran untuk anak hiperaktif kelas IV SD Pelangi, dan (3) persepsi guru terhadap

52

dilakukan dalam pengecekan bahwa peneliti benar-benar melakukan proses

penelitian di lapangan, sehingga data yang diperoleh reliabel (Sugiyono,

2011). Suatu penelitian akan reliabel apabila orang lain dapat mengulangi

atau mereplikasi proses penelitian tersebut. Langkah yang dilakukan peneliti

dalam pengujian ketergantungan adalah peneliti menentukan masalah/fokus,

memasuki lapangan, menentukan sumber data, dan membuat kesimpulan.

3.6.4 Ketegasan (Confirmability)

Pengujian comfirmability merupakan pengujian hasil penelitian yang

berkaitan dengan proses penelitian yang telah dilakukan (Sugiyono, 2012).

Pengujian confirmability hampir mirip dengan uji denpendability, sehingga

pengujian ini dapat dilakukan secara bersamaan. Pada penelitian ini, peneliti

melakukan pengujian kesesuaian antara hasil penelitian dengan proses

penelitian yang telah dilakukan.

3.7 Analisis Data

Analisis data merupakan bagian yang sangat penting dalam penelitian

karena dari analisis ini akan diperoleh suatu temuan, baik temuan subtantif

maupun formal. Analisis data adalah pengujian sistematik dari sesuatu untuk

menetapkan bagian-bagiannya, hubungan antarkajian, dan hubungan terhadap

keseluruhannya (Gunawan, 2013). Analisis data merupakan sebuah kegiatan

mengatur, mengurutkan, mengelompokkan, memberi kode atau tanda, dan

mengkategorikannya, sehingga diperoleh suatu temuan berdasarkan fokus atau

masalah yang ingin dijawab.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 70: PERSEPSI GURU TERHADAP METODE PENGAJARAN … · SD Pelangi, (2) persepsi guru terhadap metode pengajaran untuk anak hiperaktif kelas IV SD Pelangi, dan (3) persepsi guru terhadap

53

Pada penelitian ini, teknik analisis data yang digunakan peneliti adalah

deskriptif kualitatif. Peneliti memaparkan atau menguraikan hasil penelitian

yang telah dilakukan, yaitu persepsi guru terhadap metode pengajaran untuk

anak hiperaktif kelas IV SD Pelangi. Pada penelitian kualitatif, analisis data

bersifat induktif, artinya analisis data berdasarkan data yang diperoleh,

selanjutnya dikembangkan menjadi hipotesis. Berdasarkan hipotesis yang telah

dirumuskan, peneliti mencari data secara berulang hingga dapat disimpulkan

apakah hipotesis tersebut diterima atau ditolak. Apabila hipotesis diterima,

maka hipotesis tersebut berkembang menjadi teori. Teknik analisis data yang

dilakukan peneliti mengacu konsep Miles dan Huberman (Moleong, 2007),

yaitu mengklasifikasikan analisis data dalam tiga langkah berikut:

3.7.1 Reduksi Data

Reduksi data adalah proses berpikir yang memerlukan kecerdasan dan

keleluasaan serta kedalaman wawasan yang tinggi (Sugiyono:2011). Reduksi

data merupakan kegiatan merangkum catatan data di lapangan dengan

memilah hal-hal yang pokok permasalahan yang diteliti, kemudian disusun

secara sistematis agar memberikan gambaran yang lebih tajam serta

mempermudah pencarian. Hal ini bertujuan untuk sewaktu-waktu mencari

kembali data yang diperlukan. Dalam proses reduksi data ini, peneliti harus

mencari data yang benar-benar valid. Setelah data terkumpul, peneliti

menguji kevalidan data dengan mengecek ulang dengan pembanding

informan lain yang lebih memahami.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 71: PERSEPSI GURU TERHADAP METODE PENGAJARAN … · SD Pelangi, (2) persepsi guru terhadap metode pengajaran untuk anak hiperaktif kelas IV SD Pelangi, dan (3) persepsi guru terhadap

54

3.7.2 Display Data

Display data berguna untuk melihat gambaran keseluruhan dari hasil

penelitian, baik yang berbentuk matrik atau pengkodean, dari hasil reduksi

data dan display data itulah selanjutnya peneliti dapat menarik kesimpulan

data memverifikasikan, sehingga menjadi kebermaknaan data. Peneliti

melakukan hal tersebut dengan tujuan untuk memudahkan membaca dan

menarik kesimpulan. Pada proses ini peneliti mengelompokkan hal-hal yang

serupa menjadi kelompok berdasarkan dengan tema.

3.7.3 Menarik Kesimpulan dan Verifikasi

Dalam menarik kesimpulan, hasil awal penelitian masih bersifat

sementara dan dapat mengalami perubahan apabila tidak ditemukan bukti-

bukti yang kuat dan mendukung pada tahap pengumpulan data. Setelah

menetapkan kesimpulan yang tidak bersifat sementara, maka peneliti

melakukan verifikasi selama peneliti berlangsung. Kegiatan yang dilakukan

peneliti dalam memverifikasi, yaitu memberi check dan triangulasi. Hal ini

dilakukan agar memperoleh hasil penelitian yang signifikan. Langkah

selanjutnya adalah mendeskripsikan hasil penelitian dimana data harus selalu

diuji kebenarannya dan kesesuainnya, sehingga peneliti memperoleh data

yang valid. Langkah terakhir, peneliti melaporkan hasil penelitian secara

lengkap.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 72: PERSEPSI GURU TERHADAP METODE PENGAJARAN … · SD Pelangi, (2) persepsi guru terhadap metode pengajaran untuk anak hiperaktif kelas IV SD Pelangi, dan (3) persepsi guru terhadap

55

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab IV ini peneliti membahas hasil penelitian, pembahasan, dan temuan lain

dari hasil penelitian. Pada hasil penelitian, peneliti membahas tentang partisipan

penelitian dan deskripsi partisipan penelitian yang terdiri dari latar belakang informan

dan karakteristik anak hiperaktif. Pembahasan dalam penelitian ini, peneliti

menguraikan kesimpulan penelitian sesuai dengan hasil triangulasi data.

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Deskripsi Partisipan Penelitian

4.1.1.1 Partisipan I (Anak Hiperaktif)

Latar Belakang Partisipan I

Partisipan pertama dalam penelitian ini adalah siswa laki-laki kelas

IV SD Pelangi yang bernama Abi. Abi saat ini berusia 10 tahun. Abi

merupakan anak pertama dari 2 bersaudara, pasangan suami istri Joni dan

Irin. Riwayat pendidikan terakhir dari pasangan suami istri tersebut adalah

S1 dan D3. Pekerjaan bapak Joni adalah wiraswasta di Ambon, sedangkan

ibu Irin sebagai ibu rumah tangga. Pernyataan tersebut diperkuat dari hasil

wawancara peneliti dengan Abi. Peneliti bertanya, “Papa kerja dimana,

Abi?”, Abi menjawab, “Papa di Ambon.” Kemudian peneliti bertanya, “Di

Ambon kerja apa, Abi?”, Abi menjawab, “Angkut-angkut solar, tapi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 73: PERSEPSI GURU TERHADAP METODE PENGAJARAN … · SD Pelangi, (2) persepsi guru terhadap metode pengajaran untuk anak hiperaktif kelas IV SD Pelangi, dan (3) persepsi guru terhadap

56

sekarang kan, besukkan hari natal itu dah pulang, soalnya takutnya

emasnya itu entek.”

Abi memiliki hobi bernyanyi dan bersepeda. Di rumah, Abi sering

bersepeda bersama teman-temannya. Informasi ini peneliti dapatkan ketika

peneliti melakukan wawancara dengan Abi yang mengatakan bahwa dia

sering bermain sepeda bersama teman-temannya di sekitar rumah. Salah

satu kebiasaan Abi setelah pulang sekolah adalah menonton televisi acara

kesukaannya, yaitu film kartun Jarwo. Ketika melakukan wawancara, Abi

tiba-tiba menunjukkan sebuah gambar kepada peneliti. Peneliti tidak

mengetahui apa arti dari gambar tersebut, sehingga peneliti mengajukan

pertanyaan, “Itu gambar apa, Abi?” Abi mendeskripsikan gambar tersebut

adalah seseorang yang menggunakan cadar. Abi menceritakan tentang

keseharian seseorang yang menggunakan cadar tersebut. Peneliti tidak

menyangka bahwa Abi dapat mendeskripsikan gambar tersebut sedemikian

rupa. Informasi tersebut peneliti dapat dari hasil wawancara dengan Abi.

Di sekolah, Abi juga mengikuti beberapa ekstrakurikuler wajib dan

tidak wajib. Ekstrakurikuler tidak wajib yang Abi ikuti adalah pencak silat,

futsal, dan renang. Dalam bidang akademik, Abi menyukai mata pelajaran

yang berkaitan dengan pengetahuan dan hafalan, seperti IPA, IPS, dan

Bahasa Indonesia. Abi tidak menyukai mata pelajaran Matematika, seperti

pernyataan Abi, “Matematika dapet 50, susah, aku dimarahi.” Data

tersebut peneliti dapatkan dan diperkuat dari hasil observasi dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 74: PERSEPSI GURU TERHADAP METODE PENGAJARAN … · SD Pelangi, (2) persepsi guru terhadap metode pengajaran untuk anak hiperaktif kelas IV SD Pelangi, dan (3) persepsi guru terhadap

57

wawancara baik dengan Abi, guru kelas, pendamping pribadi Abi, maupun

guru pendamping khusus.

Pada hari yang berbeda, peneliti kembali melakukan pendekatan

dengan Abi. Saat itu, peneliti melihat tali sepatu Abi lepas kemudian

peneliti menunjukkan kepada Abi bahwa tali sepatunya lepas. Abi meminta

tolong kepada peneliti untuk membantu menalikan sepatunya. Ketika

peneliti mengajari Abi untuk menalikan sepatu, peneliti sambil bertanya,

“Biasanya siapa yang naliin, Abi?”, Abi menjawab, “Punya pembantu di

rumah.” Setelah itu, peneliti menanyakan kepada Abi kenapa dia mendapat

denda dan hukuman dari guru kelasnya. Abi berkata, “Lupa ngerjain PR.”

Ketika peneliti mengajukan pertanyaan, Abi tampak tidak mendengarkan,

tetapi Abi dapat merespon beberapa pertanyaan peneliti dengan baik.

Problematika Anak Hiperaktif

Selama observasi perilaku yang ditunjukkan Abi saat pembelajaran,

peneliti menggunakan Diagnostic and Statistical Manual of Mental

Disorders sebagai pedoman untuk menentukan bahwa Abi termasuk anak

hiperaktif atau tidak. Berdasarkan hasil observasi terhadap perilaku Abi

menunjukkan bahwa Abi termasuk anak hiperaktif.

Perilaku yang ditunjukkan Abi antara lain berbicara berlebihan,

sering meninggalkan tempat duduk, sering lupa membawa buku atau

mengerjakan PR, dan tidak bisa tenang dalam waktu kurang dari lima

menit. Perhatian Abi mudah teralih oleh hal-hal yang menarik baginya,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 75: PERSEPSI GURU TERHADAP METODE PENGAJARAN … · SD Pelangi, (2) persepsi guru terhadap metode pengajaran untuk anak hiperaktif kelas IV SD Pelangi, dan (3) persepsi guru terhadap

58

misalnya saat guru menjelaskan materi atau mengerjakan tugas, tiba-tiba

memainkan pensil atau menggerak-gerakkan tangannya, bahwa menyanyi.

Abi membutuhkan waktu lama untuk mengerjakan tugas, terkadang dia

juga tidak menyelesaikannya. Abi terkadang menyela pembicaraan orang

lain. Hal ini terlihat ketika guru menjelaskan materi, Abi menyela dengan

memberikan komentar atau candaan. Abi akan tertawa keras apabila ada

sesuatu yang menurut dia lucu, meskipun tidak lucu bagi orang lain.

Abi memiliki rasa ingin tahu dan daya imajinasi tinggi. Hal ini

terlihat ketika guru menjelaskan materi, Abi sering mengajukan banyak

pertanyaan. Ketika Abi diberikan pertanyaan, dia menjawab pertanyaan

sebelum pertanyaan tersebut selesai diberikan dan terkadang menambahkan

jawaban di luar pertanyaan. Salah satu contohnya ketika peneliti bertanya,

“Di Ambon kerja apa, Abi?”, Abi menjawab, “Angkut-angkut solar, tapi

sekarang kan, besukkan hari natal itu dah pulang, soalnya takutnya

emasnya itu entek.” Abi juga sering lupa atau kehilangan barang milik

pribadinya, seperti pensil atau penghapus. Informasi ini peneliti dapatkan

ketika orang tua Abi mengatakan bahwa setiap hari pensil atau penghapus

Abi pasti baru. Selain itu, Abi sering bernyanyi saat proses pembelajaran,

bahkan ketika guru sedang menjelaskan rumus keliling pada bangun datar,

rumus tersebut dia nyanyikan. Data tersebut peneliti dapat dari hasil

observasi dan wawancara dengan guru kelas, guru pendamping pribadi

Abi, dan guru pendamping khusus.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 76: PERSEPSI GURU TERHADAP METODE PENGAJARAN … · SD Pelangi, (2) persepsi guru terhadap metode pengajaran untuk anak hiperaktif kelas IV SD Pelangi, dan (3) persepsi guru terhadap

59

4.1.1.2 Partisipan II (Guru Kelas IV)

Latar Belakang Partisipan II

Partisipan kedua dalam penelitian ini adalah Ibu Endah selaku guru

kelas Abi. Wawancara pertama peneliti lakukan pada tanggal 03 Oktober

2015, pukul 08:00–09:00 WIB di ruang tamu SD Pelangi. Wawancara

kedua peneliti lakukan pada tanggal 24 November 2015 dimulai dari pukul

08:40–09:30 WIB. Wawancara kedua ini dilakukan di ruang kerja bu

Endah, sebelah ruang tamu sekolah SD Pelangi.

Ibu Endah memulai kariernya menjadi seorang guru di SD Pelangi

kurang lebih 13 tahun, yaitu sejak tahun 2003 hingga sekarang. Ibu Endah

tertarik sekaligus bersyukur menjadi guru di SD Pelangi karena dapat

belajar tentang budaya Jawa, seperti tata krama, dolanan anak, dan

tembang Jawa. Ibu Endah menceritakan sedikit tentang visi dan misi SD

Pelangi. Visi dari SD Pelangi adalah mencerdaskan anak bangsa yang

berbasis budi pekerti dan budaya. Budi pekerti dan budaya merupakan ciri

khas dari sekolah ini. Ciri khas ini diambil dari ajaran seorang tokoh

pahlawan Indonesia. Ibu Endah juga menjelaskan misi SD Pelangi melatih

dan membimbing anak supaya unggul baik pribadi maupun pelajaran.

Ibu Endah menceritakan latar belakang SD Pelangi berubah menjadi

sekolah inklusi. Menurut Ibu Endah, pada tahun 2009 sekolah meluluskan

satu kelas dimana dalam satu kelas tersebut terdapat anak berkebutuhan

khusus. Semenjak itulah SD Pelangi berubah menjadi sekolah inklusi. Saat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 77: PERSEPSI GURU TERHADAP METODE PENGAJARAN … · SD Pelangi, (2) persepsi guru terhadap metode pengajaran untuk anak hiperaktif kelas IV SD Pelangi, dan (3) persepsi guru terhadap

60

ini, sebagian besar siswa SD Pelangi adalah anak-anak berkebutuhan

khusus dan beberapa dari mereka memiliki guru pendamping pribadi.

Selama mengajar di SD Pelangi, Ibu Endah memiliki banyak

pengalaman dalam menangani anak-anak berkebutuhan khusus. Ibu Endah

pernah mengajar anak tunagrahita, lamban belajar, gangguan konsentrasi,

gangguan emosi, dan hiperaktif. Saat ini, Ibu Endah menangani salah satu

anak hiperaktif yang bernama Abi.

Ibu Endah memiliki persepsi sendiri tentang anak hiperaktif sebagai

anak yang setiap saat anak melakukan aktivitas tertentu, berbicara

berlebihan, tidak bisa diam dalam waktu tertentu, dan terkadang menyela

atau memberikan komentar setiap pembicaraan orang lain. Namun, Ibu

Endah juga berpandangan bahwa sebenarnya anak hiperaktif itu merupakan

anak yang pandai dan banyak akal. Berdasarkan hasil wawancara dengan

Ibu Endah, perilaku yang ditunjukkan Abi di kelas antara lain sering

menyela pembicaraan orang lain, berbicara berlebihan terkadang di luar

materi, sering bernyanyi kapan saja tanpa melihat tempat, tidak mau

mengakui kesalahannya, sering lupa mengerjakan PR, dan membutuhkan

waktu lama dalam mengerjakan tugas, serta tidak sabaran.

Ibu Endah juga mendeskripsikan Abi baik secara fisik, kognitif,

afektif, maupun psikomotorik. Secara fisik, Abi memiliki ciri fisik yang

sama seperti anak-anak lainnya. Abi memiliki anggota tubuh yang lengkap

tanpa kekurangan satupun. Dari aspek afektif, Abi mampu bersosialisasi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 78: PERSEPSI GURU TERHADAP METODE PENGAJARAN … · SD Pelangi, (2) persepsi guru terhadap metode pengajaran untuk anak hiperaktif kelas IV SD Pelangi, dan (3) persepsi guru terhadap

61

baik dengan teman-temannya. Namun, jika dilihat dari segi psikomotorik

Abi masih kurang, terutama saat membuat prakarya Abi masih memerlukan

pendampingan. Secara kognitif Abi memiliki kemampuan rata-rata. Abi

memiliki kelebihan dalam menghafal, terutama pada mata pelajaran yang

berkaitan dengan pengetahuan. Mata pelajaran yang disukai Abi adalah

IPA, IPS, dan Bahasa Indonesia, sedangkan pelajaran yang tidak disukai,

yaitu Matematika. Hal ini menjadi salah satu penyebab Abi kesulitan pada

mata pelajaran Matematika. Ibu Endah mengatakan bahwa dalam pelajaran

Matematika Abi masih membutuhkan pendampingan. Nilai akademik Abi

hampir semua mata pelajaran di atas KKM, kecuali Matematika. Abi juga

memiliki prestasi dalam bidang seni menyanyi.

Pandangan tentang anak hiperaktif tersebut, Ibu Endah jadikan

pedoman untuk menentukan apakah Abi termasuk anak hiperaktif atau

tidak. Ibu Endah berpedoman pada perilaku Abi dan hasil assesment

sebelumnya baik dari sekolah maupun orang tua. Hasil assesment tersebut

menyatakan bahwa Abi sejak kelas I termasuk anak hiperaktif. Ibu Endah

memahami bagaimana kondisi Abi. Ibu Endah berusaha memberikan

penanganan terbaik untuk Abi, meskipun beliau belum pernah dibekali

bagaimana penanganan yang tepat untuk anak hiperaktif. Ibu Endah belajar

secara autodidak untuk menangani Abi selama ini. Hal pertama yang

dilakukan Ibu Endah ketika Abi mulai melakukan aktivitas-aktivitas yang

dapat menghambat proses pembelajaran, beliau hanya memberikan nasihat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 79: PERSEPSI GURU TERHADAP METODE PENGAJARAN … · SD Pelangi, (2) persepsi guru terhadap metode pengajaran untuk anak hiperaktif kelas IV SD Pelangi, dan (3) persepsi guru terhadap

62

dan teguran, seperti yang beliau katakan, “Abi kalo tidak bisa diam nanti

pindah ke kantor.” Ibu Endah mempunyai pandangan bahwa menangani

anak hiperaktif itu harus tegas, keras, dan menggunakan kalimat sederhana

serta jelas. Berdasarkan perilaku Abi selama di kelas, dalam mengajar Ibu

Endah menggunakan berbagai metode pengajaran dengan tujuan semua

anak dapat mencapai tujuan pembelajaran, terutama untuk Abi.

Berdasarkan hasil wawancara, Ibu Endah memiliki persepsi tersendiri

tentang metode pengajaran. Ibu Endah mengatakan bahwa metode

pengajaran adalah cara yang digunakan guru untuk menyampaikan materi

kepada peserta didik. Beberapa metode pengajaran yang pernah beliau

terapkan dalam pembelajaran ialah kerja kelompok, Jigsaw, CTL, ceramah,

dan lain-lain. Guru kelas juga menggunakan berbagai media pembelajaran,

seperti benda-benda konkret, video, PPT, jembatan keledai, dan berbagai

alat peraga. Ibu Endah mencoba menggunakan berbagai metode pengajaran

tersebut dengan harapan anak, terutama Abi, mampu memahami materi

dengan maksimal. Menurut Ibu Endah metode pengajaran yang tepat untuk

anak hiperaktif adalah metode pengajaran dari hasil perpaduan berbagai

metode pengajaran yang dikemas dalam satu pembelajaran. Alasan Ibu

Endah adalah jika hanya menggunakan satu metode pengajaran, anak cepat

bosan yang akan berpengaruh terhadap konsentrasi dan hasil belajar anak.

Tingkat keberhasilan Ibu Endah menggunakan metode pengajaran

tersebut, khususnya Abi dapat memahami materi sekitar 80%, tetapi itu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 80: PERSEPSI GURU TERHADAP METODE PENGAJARAN … · SD Pelangi, (2) persepsi guru terhadap metode pengajaran untuk anak hiperaktif kelas IV SD Pelangi, dan (3) persepsi guru terhadap

63

semua bergantung dengan suasana hati Abi. Apabila Abi sedang mood

belajar, maka nilai hasil evaluasinya 8. Namun sebaliknya, apabila Abi

sedang tidak mood belajar nilai hasil belajarnya di bawah 6. Kemudian cara

Ibu Endah mengembalikan suasana hati Abi dengan memberikan nasehat

dan motivasi, seperti pernyataan beliau, “Nah, kamu kalo seperti ini, kita

lihat nanti hasilnya seperti apa. Kalo kamu nanti hasilnya jelek, o... cita-

citanya tidak akan tercapai.” Ibu Endah akan mengatakan, “Apakah bisa

kalo masih seperti itu jadi orang sukses nggak?” Abi menjawab, “Nggak.”

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan guru kelas, maka

peneliti menyimpulkan bahwa guru kelas cukup memahami bagaimana

kondisi Abi. Guru kelas melakukan penanganan untuk mengurangi perilaku

Abi yang dapat menghambat proses belajar mengajar. Salah satu tindakan

yang guru kelas lakukan adalah menggunakan berbagai metode pengajaran

yang dikemas dalam satu pembelajaran. Metode pengajaran tersebut antara

lain kerja kelompok, Jigsaw, CTL, ceramah, dan lain-lain. Selain itu, guru

kelas juga menggunakan berbagai media, seperti benda konkret, video,

PPT, dan jembatan keledai, serta berbagai alat peraga. Namun, tingkat

keberhasilan penggunaan metode pengajaran tersebut tergantung dengan

suasana hati anak. Informasi tersebut peneliti dapatkan dari hasil

wawancara dengan guru kelas.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 81: PERSEPSI GURU TERHADAP METODE PENGAJARAN … · SD Pelangi, (2) persepsi guru terhadap metode pengajaran untuk anak hiperaktif kelas IV SD Pelangi, dan (3) persepsi guru terhadap

64

Problematika Anak Hiperaktif

Selama proses belajar mengajar, Abi menunjukkan perilaku yang

berbeda dari anak-anak lainnya. Perilaku Abi tersebut dapat menghambat

proses belajar mengajar untuk dirinya sendiri maupun teman-temannya.

Berdasarkan hasil wawancara guru kelas, peneliti membuat kesimpulan

bahwa Abi termasuk anak hiperaktif. Perilaku yang ditunjukkan Abi,

diantaranya sering menyela pembicaraan orang lain, berbicara berlebihan,

perhatian mudah teralih, membutuhkan waktu lama dalam mengerjakan

tugas, sering mengerjakan PR atau membawa buku, dan sering menyanyi.

Beberapa perilaku Abi tersebut juga mempengaruhi nilai Abi. Hal ini

diperkuat dengan wawancara guru kelas tentang nilai hasil belajar Abi.

Nilai Abi mata pelajaran yang berkaitan dengan pengetahuan dan hafalan,

seperti IPA, IPS, dan Bahasa Indonesia di atas KKM, tetapi mata pelajaran

Matematika sering di bawah KKM. Informasi ini peneliti dari hasil

wawancara dengan guru kelas dan berdasarkan dokumen nilai hasil belajar.

Langkah guru kelas menghadapi permasalahan tersebut dengan

menggunakan metode pengajaran. Penggunaan metode pengajaran tersebut

guru lakukan untuk membantu Abi memahami materi secara maksimal,

terutama pada pelajaran Matematika. Guru kelas mengungkapkan bahwa

metode pengajaran yang tepat untuk Abi adalah hasil perpaduan berbagai

metode pengajaran dalam satu pembelajaran. Berbagai metode pengajaran

tersebut antara lain kerja kelompok, Jigsaw, CTL, ceramah, dan berbagai

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 82: PERSEPSI GURU TERHADAP METODE PENGAJARAN … · SD Pelangi, (2) persepsi guru terhadap metode pengajaran untuk anak hiperaktif kelas IV SD Pelangi, dan (3) persepsi guru terhadap

65

media pendukung. Tingkat keberhasilan penggunaan berbagai metode

pengajaran tersebut tergantung suasana hati Abi. Apabila Abi sedang mood

belajar, maka materi dapat diterima Abi sekitar 80%. Namun sebaliknya,

apabila Abi sedang tidak mood belajar, maka materi yang dapat diterima

Abi hanya sekitar 50%-60%. Informasi tersebut peneliti dapat berdasarkan

hasil wawancara dengan guru kelas.

4.1.1.3 Partisipan III (Guru Pendamping Pribadi)

Latar Belakang Partisipan III

Partisipan ketiga dalam penelitian ini adalah Ibu Ine. Ibu Ine

merupakan guru pendamping pribadi Abi baik selama pembelajaran di

kelas maupun luar kelas. Peneliti melakukan wawancara dengan guru

pendamping pribadi Abi sebanyak dua kali, yaitu pada tanggal 03 Oktober

2015 dan 16 Oktober 2015. Wawancara pertama dimulai dari pukul 07:30 –

08:00 WIB di teras SD Pelangi, sedangkan wawancara kedua dilakukan

pada pukul 10:00 – 10:30 WIB di teras depan kelas II.

Ibu Ine memulai kariernya sebagai guru pendamping di SD Pelangi

sejak satu tahun yang lalu, lebih tepatnya pada tahun 2014. Ibu Ine sudah

mendampingi Abi selama satu tahun mulai dari Abi kelas 3 hingga

sekarang. Setiap hari, Ibu Ine mendampingi Abi baik selama proses belajar

di kelas maupun luar kelas. Ibu Ine memberikan les tambahan di rumahnya.

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan Ibu Ine, beliau

memiliki pandangan tentang anak hiperaktif. Ibu Ine dalam menentukan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 83: PERSEPSI GURU TERHADAP METODE PENGAJARAN … · SD Pelangi, (2) persepsi guru terhadap metode pengajaran untuk anak hiperaktif kelas IV SD Pelangi, dan (3) persepsi guru terhadap

66

Abi termasuk anak hiperaktif atau tidak, beliau berpedoman pada perilaku

keseharian Abi. Keseharian Abi tersebut, diantaranya Abi suka mencari-

cari perhatian, berbicara berlebihan, sering membantah, sering menyela

pembicaraan orang lain, dan selalu ingin menonjolkan diri bahwa dirinya

bisa, meskipun pada kenyataannya dia belum bisa. Selain itu, Abi sering

sekali menyanyi saat pembelajaran. Namun, Ibu Ine selalu mengingatkan

Abi, “Ini pelajaran apa?” karena jika tidak diingatkan akan mengganggu

teman-temannya. Perilaku yang Abi tunjukkan ketika marah, yaitu merusak

benda disekitarnya, tetapi tidak pernah melukai diri sendiri atau teman.

Ibu Ine juga menceritakan Abi baik segi fisik, afektif, psikomotorik,

maupun kognitif. Ibu Ine mengungkapkan Abi secara fisik seperti anak

tidak berkebutuhan khusus. Secara afektif, Abi mengalami perubahan yang

sangat pesat. Abi di kelas 3 hanya memiliki satu sahabat, tetapi sekarang

Abi memiliki banyak sahabat baik dengan teman sekelas maupun luar

kelas. Menurut Ibu Ine, kemampuan Abi secara psikomotorik masih kurang

dan perlu pendampingan, terutama dalam hal menggunting, menggaris,

atau membuat suatu prakarya. Namun secara kognitif, Abi memiliki tingkat

pengetahuan yang lebih jika dibandingkan dengan teman-temannya. Abi

menguasai berbagai ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan hafalan.

Menurut Ibu Ine, mata pelajaran yang paling disukai Abi adalah IPA,

sedangkan mata pelajaran yang tidak disukai ialah Matematika. Berikut

pernyataan Ibu Ine saat melakukan wawancara: “Dia kan paling takut

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 84: PERSEPSI GURU TERHADAP METODE PENGAJARAN … · SD Pelangi, (2) persepsi guru terhadap metode pengajaran untuk anak hiperaktif kelas IV SD Pelangi, dan (3) persepsi guru terhadap

67

dengan angka, dia takut dengan Matematika, dia sudah shock dulu, nanti

ujung-ujungnya dia ngamuk begitu.” Ibu Ine mengatakan bahwa ketika

mengikuti pelajaran Matematika, Abi sering marah. Hal ini mempengaruhi

nilai Matematika Abi lebih rendah dibandingkan mata pelajaran lainnya.

Abi memiliki prestasi dibidang seni, yaitu menyanyi. Abi memiliki

suara bagus, seperti yang diungkapkan Ibu Ine berikut ini, “Dia menyanyi

suaranya bagus banget.” Ibu Ine mengungkapkan perubahan-perubahan

positif yang dialami Abi dari kelas 3 hingga sekarang kelas 4 sangat pesat.

Perubahan tersebut adalah dahulu ketika Abi ganti baju harus di dalam

mobil, tetapi sekarang Abi sudah mulai bisa ganti baju di dalam ruangan.

Dahulu Abi takut dengan angka, tetapi sekarang Abi mulai terbiasa dengan

angka. Selain itu, ketika di kelas 3 Abi tidak pernah mengikuti olahraga,

dia selalu bilang, “Aku itu capek, aku itu kakinya sakit, aku pusing,”

banyak sekali alasannya.” Namun saat ini, Abi selalu mengikuti pelajaran

olahraga, bahkan dia juga mengikuti ekstrakurikuler pencak silat dan futsal.

Semua data tersebut peneliti dapatkan dari hasil wawancara antara peneliti

dengan guru pendamping pribadi Abi.

Problematika Anak Hiperaktif

Selama kurang lebih satu tahun menjadi guru pendamping pribadi

Abi, Ibu Ine mempunyai persepsi tersendiri terhadap anak hiperaktif. Ibu

Ine berpedoman pada perilaku yang ditunjukkan Abi, beliau menganggap

karakteristik anak hiperaktif pada diri Abi adalah suka mencari perhatian,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 85: PERSEPSI GURU TERHADAP METODE PENGAJARAN … · SD Pelangi, (2) persepsi guru terhadap metode pengajaran untuk anak hiperaktif kelas IV SD Pelangi, dan (3) persepsi guru terhadap

68

tingkah laku dan berbicara yang berlebihan, sering membantah, sering

menyela pembicaraan orang lain, dan selalu ingin menonjolkan diri bahwa

dirinya bisa, seperti yang diungkapkan beliau, “Banyak ngomong, tingkah

lakunya berlebihan, kalo dikasih tau itu selalu membantah, terus yang

terakhir itu dia selalu ingin menonjolkan kalo dia itu bisa.” Selain itu, Abi

sering menyanyi saat pembelajaran berlangsung.

Perilaku Abi tersebut menghambatnya untuk memahami materi,

terutama pelajaran Matematika. Hingga saat ini, nilai Matematika Abi lebih

rendah dibanding mata pelajaran yang berkaitan dengan pengetahuan dan

hafalan, seperti IPA, IPS, dan Bahasa Indonesia. Nilai Abi pada mata

pelajaran tersebut di atas KKM. Menurut Ibu Ine, strategi penanganan

untuk Abi adalah mencari kelemahan yang dimiliki anak. Ibu Ine mencoba

untuk tidak mempedulikan Abi atau istilahnya “didiemin”, membuat

kesepakatan, dan memberikan nasehat.

Berdasarkan perilaku yang ditunjukkan Abi, Ibu Ine mencoba

berbagai cara agar Abi dapat memahami materi dengan maksimal. Cara Ibu

Ine gunakan saat mengajar dengan menggunakan metode pengajaran. Ibu

Ine memiliki pandangan tentang metode pengajaran. Ibu Ine mengatakan

bahwa metode pengajaran merupakan cara untuk menyampaikan suatu

mata pelajaran. Contoh metode pengajaran yang pernah Ibu Ine terapkan,

diantaranya metode bermain, tanya jawab, dan metode bersahabat. Dari

beberapa metode pengajaran tersebut, menurut Ibu Ine metode bermain dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 86: PERSEPSI GURU TERHADAP METODE PENGAJARAN … · SD Pelangi, (2) persepsi guru terhadap metode pengajaran untuk anak hiperaktif kelas IV SD Pelangi, dan (3) persepsi guru terhadap

69

bersahabat adalah metode yang tepat untuk Abi. Meskipun demikian, Ibu

Ine tidak menutup kemungkinan untuk menggunakan metode pengajaran

lainnya, seperti metode bernyanyi pada pelajaran Matematika.

Berdasarkan hasil wawancara dengan partisipan III, maka dapat

disimpulkan bahwa guru menggunakan berbagai cara untuk menangani Abi

baik di kelas maupun luar kelas. Cara pertama Ibu Ine adalah mencari

kelemahan anak dengan membuat kesepakatan. Kedua, ketika memberikan

les tambahan untuk Abi, Ibu Ine juga menggunakan berbagai metode

pengajaran. Pedoman Ibu Ine dalam menentukan metode pengajaran

tersebut dengan menyesuaikan materi dan karakteristik anak, seperti yang

diungkapkan beliau berikut: “Disesuaikan dengan materi karena takutnya

Abi juga ketinggalan kan to mbak kayak gitu dan Abi juga.” Ibu Ine

mengungkapkan bahwa tidak semua anak akan berhasil menggunakan

metode pengajaran yang sama. Tingkah keberhasilan Ibu Ine menggunakan

berbagai metode pengajaran pada mata pelajaran yang berkaitan dengan

hafalan, yaitu 70% - 80%, tetapi khusus pelajaran Matematika 30% - 40%.

Namun sama seperti partisipan lainnya, keberhasilan tersebut tergantung

dengan suasana hati Abi saat itu juga. Informasi tersebut peneliti dapatkan

dari hasil wawancara dengan guru pendamping pribadi Abi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 87: PERSEPSI GURU TERHADAP METODE PENGAJARAN … · SD Pelangi, (2) persepsi guru terhadap metode pengajaran untuk anak hiperaktif kelas IV SD Pelangi, dan (3) persepsi guru terhadap

70

4.1.1.4 Partisipan IV (Guru Pendamping Khusus)

Latar Belakang Partisipan IV

Partisipan IV dalam penelitian ini adalah Ibu Risti sebagai guru

pendamping khusus SD Pelangi. Peneliti melakukan wawancara dengan

guru pendamping khusus ini sebanyak dua kali. Wawancara pertama

peneliti lakukan pada tanggal 17 Oktober 2015. Wawancara ini dilakukan

mulai pukul 09:00 – 09:30 WIB di ruang tamu sekolah. Wawancara kedua

peneliti lakukan pada tanggal 26 November 2015, mulai dari pukul 12:00 –

12:30 WIB di ruang kerja Ibu Risti.

Ibu Risti sama seperti partisipan lain yang mengawali kariernya

sebagai guru pendamping khusus di SD Pelangi. Saat wawancara, Ibu Risti

menjelaskan sedikit tentang tugasnya sebagai guru pendamping khusus.

Tugas beliau adalah mendampingi ABK yang tidak memiliki pendamping

pribadi, memberikan kelas fullout (kelas tambahan bagi ABK yang kurang

mampu mengikuti pembelajaran), dan melakukan assesment kepada anak-

anak berkebutuhan khusus. Ibu Risti juga menjelaskan bagaimana langkah-

langkah melakukan assesment. Langkah pertama adalah mengumpulkan

data anak baik dari guru kelas, pendamping pribadi jika ada, dan guru lain

yang berkaitan. Setelah itu, dilakukan evaluasi untuk mengetahui kesulitan

belajar anak. Ibu Risti juga menyebarkan kuisioner kepada orang tua anak

yang bersangkutan. Langkah terakhir adalah melakukan assesment dengan

menggunakan pedoman yang sudah ada, data terkumpul, dan perilaku anak.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 88: PERSEPSI GURU TERHADAP METODE PENGAJARAN … · SD Pelangi, (2) persepsi guru terhadap metode pengajaran untuk anak hiperaktif kelas IV SD Pelangi, dan (3) persepsi guru terhadap

71

Ibu Risti mempunyai pandangan sendiri tentang karakteristik anak

hiperaktif berdasarkan pengamatan terhadap perilaku anak. Ibu Risti

mempersepsikan anak hiperaktif sebagai anak yang mempunyai kelebihan

gerak maupun verbal, misalnya dalam waktu tertentu anak lain bergerak 2-

3, tetapi anak hiperaktif bisa lebih, bicara berlebihan, dan tidak bisa duduk

tenang. Ibu Risti juga menambahkan bahwa Abi sulit berkonsentrasi dan

dia pandai dalam mencari alasan, seperti yang beliau ungkapkan, “Kalo

misalnya dia lagi marah atau dia lagi nggak mau ngerjain PR, dia sudah

pintar mencari alasan-alasan gitu, pura-pura pusing atau apa kayak gitu.”

Ibu Risti juga mengatakan bahwa rasa ingin tahu anak tinggi. Hal ini

terlihat Abi sering menyela pembicaraan orang lain dengan mengajukan

pertanyaan, meskipun pertanyaan sebelumnya belum selesai dijawab.

Ibu Risti juga mendeskripsikan Abi baik dari aspek fisik, afektif,

psikomotorik, maupun kognitif. Secara fisik maupun psikomotorik, Ibu

Risti mengatakan bahwa Abi terlihat seperti anak tidak memiliki kebutuhan

khusus. Begitu pula aspek afektif, Abi mampu bersosialisasi dengan teman-

temannya, seperti pernyataan Ibu Ine berikut, “Kalo anaknya bergaul

dengan temen-temennya sudah bisa, bagus.” Secara kognitif pandangan

Ibu Risti tentang Abi sama seperti partisipan lainnya, yaitu pandai dalam

menghafal materi-materi yang berkaitan dengan pengetahuan. Namun, Abi

mengalami kesulitan dalam pelajaran Matematika. Hal ini menyebabkan

nilai Matematika Abi lebih rendah dibandingkan mata pelajaran lain.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 89: PERSEPSI GURU TERHADAP METODE PENGAJARAN … · SD Pelangi, (2) persepsi guru terhadap metode pengajaran untuk anak hiperaktif kelas IV SD Pelangi, dan (3) persepsi guru terhadap

72

Ibu Risti juga menceritakan sedikit tentang bagaimana melakukan

penanganan untuk mengurangi perilaku Abi yang dapat menghambat

proses belajarnya. Ketika Abi marah, dia akan mengatakan, “Uh, kesel,

pusing aku itu, gini-gini.” Kalimat tersebut akan Abi katakan secara terus-

menerus. Tindakan yang Ibu Risti lakukan adalah membiarkan Abi dengan

tidak memperhatikan dan pada akhirnya dia akan diam sendiri. Namun, jika

marahnya Abi mengganggu teman-temannya, Ibu Risti mengatakan, “Abi

nggak boleh seperti itu.”. Ibu Risti berpandangan bahwa penanganan anak

hiperaktif disesuaikan dengan anaknya. Hal ini juga berpengaruh pada

pemilihan metode pengajaran yang digunakan Ibu Risti mengajar di kelas.

Ibu Risti mengungkapkan “Metode pengajaran itu cara untuk memberikan

pembelajaran agar anaknya itu lebih paham, lebih mengusai

pembelajarannya kayak gitu. Jadi ya kita sebagai guru harus tau anaknya

itu kayak gimana dan kita harus tau metode apa yang tepat untuk

anaknya.” Ibu Risti memandang bahwa metode pengajaran adalah cara

untuk menyampaikan materi agar anak dapat memahami dan menguasai

materi yang dipelajari dengan maksimal.

Ibu Risti mengungkapkan bahwa metode pengajaran paling tepat

untuk Abi adalah metode yang dapat menyalurkan aktivitasnya yang

berlebihan ke hal positif, misalnya metode TSTS, snowball throwing,

menggunakan video. Menurut Ibu Risti, dalam satu pembelajaran tidak

hanya menggunakan satu metode pengajaran, tetapi mengkombinasikan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 90: PERSEPSI GURU TERHADAP METODE PENGAJARAN … · SD Pelangi, (2) persepsi guru terhadap metode pengajaran untuk anak hiperaktif kelas IV SD Pelangi, dan (3) persepsi guru terhadap

73

berbagai metode pengajaran yang dikemas dalam satu pembelajaran utuh.

Pedoman Ibu Risti dalam memilih metode pengajaran sama seperti

partisipan lainnya, yaitu materi dan karateristik anak (Abi). Ibu Risti

mengakumulasikan keberhasilan dengan mengkombinasikan beberapa

metode pengajaran dalam satu pembelajaran untuk Abi sekitar 60% - 80%.

Peneliti mendapatkan informasi tersebut dari hasil wawancara antara

peneliti dengan guru pendamping khusus.

Problematika Anak Hiperaktif

Ibu Risti mempunyai cara pandang tersendiri tentang anak hiperaktif

dari hasil pengamatannya selama menjadi guru pendamping khusus. Hasil

pengamatan Ibu Risti terhadap perilaku Abi antara lain anak mengajukan

banyak pertanyaan secara terus-menerus meskipun pertanyaan sebelumnya

belum selesai dijawab, sulit berkonsentrasi, ketika marah anak tidak mau

mengerjakan tugas, tidak mau mengakui kesalahan, berbicara berlebihan,

pandai dalam mencari alasan, dan tidak bisa duduk tenang.

Selama menjadi pendamping khusus, Ibu Risti melakukan beberapa

penanganan untuk mengurangi perilaku Abi yang dapat menghambatnya

dalam belajar. Salah satunya saat Ibu Risti mengajar, beliau menggunakan

berbagai metode pengajaran yang dikombinasikan, terutama pada pelajaran

Matematika. Ibu Risti mengungkapkan bahwa Abi masih kesulitan dalam

pelajaran Matematika, tetapi pada pelajaran yang berkaitan dengan hafalan

Abi dapat menguasai materi dengan baik. Pernyataan Ibu Risti diperkuat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 91: PERSEPSI GURU TERHADAP METODE PENGAJARAN … · SD Pelangi, (2) persepsi guru terhadap metode pengajaran untuk anak hiperaktif kelas IV SD Pelangi, dan (3) persepsi guru terhadap

74

dengan nilai hasil belajar Matematika Abi lebih rendah dibandingkan mata

pelajaran lainnya.

Ibu Risti menceritakan salah satu hasil kombinasi metode pengajaran

yang pernah diterapkan adalah kombinasi metode ceramah dan snowball

throwing, sepertinya pernyataan berikut “Nah, kalo itu saya melakukannya

di combine mbak. Jadi pertama kali ceramah dulu, jelasin materinya dulu.

Setelah itu, baru di combine dengan metode lain, misalnya sama snowball

throwing. Kan sudah dijelasin, misalnya materinya IPA, jelasin materi IPA

kayak gimana terus nanti dari itu kan kita pakai snowball throwing, terus

nanti jadi anaknya kan disuruh menulis soal, terus nanti kita lembar-

lembar, kita jawab sama-sama. Nah, itu lebih efektif sih kalo kemarin.

Jadi, dia juga lebih tau kan belajar itu juga dari anak yang lain, nah

seperti itu jadi nggak melulu dari gurunya seperti itu.” Keberhasilan Ibu

Risti menggunakan metode pengajaran tersebut sekitar 60%- 80%. Namun,

pada pelajaran Matematika Abi masih mengalami kesulitan.

Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan dengan guru

pendamping khusus, peneliti dapat menyimpulkan bahwa Abi temasuk

anak hiperaktif. Guru pendamping khusus menyebutkan beberapa perilaku

Abi yang menunjukkan bahwa Abi termasuk anak hiperaktif. Perilaku-

perilaku tersebut antara lain berbicara berlebihan, mengajukan banyak

pertanyaan meskipun pertanyaan sebelumnya belum selesai dijawab, sulit

berkonsentrasi, saat marah tidak mau mengerjakan tugas, tidak mau

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 92: PERSEPSI GURU TERHADAP METODE PENGAJARAN … · SD Pelangi, (2) persepsi guru terhadap metode pengajaran untuk anak hiperaktif kelas IV SD Pelangi, dan (3) persepsi guru terhadap

75

mengakui kesalahan, berbicara berlebihan, pandai dalam mencari alasan,

dan tidak bisa duduk tenang. Perilaku yang ditunjukkan Abi tersebut

berpengaruh terhadap nilai hasil belajarnya.

Strategi beliau untuk meningkatkan hasil belajar Abi, terutama pada

pelajaran Matematika, dengan menggunakan berbagai metode pengajaran

dalam satu pembelajaran. Langkah ini guru lakukan agar Abi memahami

materi dengan maksimal dan tidak cepat bosan. Tingkat keberhasilan

penggunaan metode pengajaran tersebut dalam pelajaran IPA bagi anak

sekitar 60%-80%, tetapi untuk pelajaran matematika anak masih rendah.

Hal ini sama seperti yang diungkapkan partisipan lain bahwa keberhasilan

penggunaan metode pengajaran tersebut bergantung dengan suasana hati

Abi juga. Informasi tersebut peneliti dapatkan dari hasil wawancara antara

peneliti dengan guru pendamping khusus.

4.2 Pembahasan

Abi merupakan seorang siswa kelas IV SD pelangi yang berusia 10 tahun.

Abi memiliki hobi bernyanyi dan bersepeda. Mata pelajaran yang Abi sukai

adalah IPA, IPS, dan Bahasa Indonesia, sedangkan mata pelajaran yang tidak

sukai adalah Matematika. Abi mengikuti berbagai kegiatan ekstrakurikuler,

diantaranya futsal, renang, dan pencak silat. Informasi ini peneliti dapatkan dari

hasil observasi dan wawancara baik dengan Abi, guru kelas IV, pendamping

pribadi Abi, maupun guru pendamping khusus.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 93: PERSEPSI GURU TERHADAP METODE PENGAJARAN … · SD Pelangi, (2) persepsi guru terhadap metode pengajaran untuk anak hiperaktif kelas IV SD Pelangi, dan (3) persepsi guru terhadap

76

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan peneliti, (1) perhatian Abi

mudah teralih dengan sesuatu yang menarik baginya. Salah satu contohnya

ketika mengerjakan soal atau mendengarkan penjelasan guru, tiba-tiba

memainkan pensil atau menggerak-gerakkan tangan dan kakinya, (2) sering

melakukan aktivitas yang berlebihan dan sering meninggalkan tempat duduk,

(3) terlihat seperti tidak mendengarkan atau menatap lawan bicaranya, (4)

menjawab pertanyaan sebelum pertanyaan tersebut selesai diberikan dan tanpa

berpikir terlebih dahulu jawabannya, (5) berbicara berlebihan, (6) sering

menyela pembicaraan orang lain, (7) sering bernyanyi saat pembelajaran,

bahkan ketika guru menjelaskan rumus keliling bangun datar, rumus tersebut

dinyanyikan, (6) membutuhkan waktu lama untuk mengerjakan tugas,

terkadang juga tidak menyelesaikannya, (7) sering lupa membawa buku atau

mengerjakan PR. Hasil observasi tersebut diperkuat dengan hasil assesment

partisipan II, partisipan III, dan partisipan IV yang menggunakan pedoman dari

Diagnostic and StatisticalManual of Mental Disorders IV®-TR. Hasil assesment

tersebut menyatakan bahwa Abi termasuk anak hiperaktif serta hasil wawancara

dengan partisipan II yang mengatakan, “Itu kan setiap tahunnya dari kelas 1

sampai kelas 4 ini, kebetulan Abi assesmentnya adalah hiperaktif.”

Berdasarkan hasil wawancara dan studi dokumen, secara fisik Abi terlihat

seperti anak yang tidak memiliki kebutuhan khusus. Secara afektif, peneliti

melihat Abi dapat mengekspresikan perasaannya, namun terkadang belum bisa

mengendalikan diri dalam keadaan senang atau marah. Hal ini terlihat ketika

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 94: PERSEPSI GURU TERHADAP METODE PENGAJARAN … · SD Pelangi, (2) persepsi guru terhadap metode pengajaran untuk anak hiperaktif kelas IV SD Pelangi, dan (3) persepsi guru terhadap

77

guru kelas mengatakan, “Tapi saya kan seneng Bu, saya mendapatkan nilai

seratus” Ah itu dia sering sekali saya ingatkan, Abi jangan terlalu seneng

meluap-luap bahagianya, tapi kan saya seneng Bu, saya mendapatkan nilai

seratus kan sudah bahagia, saya kan kalo bahagia nyanyi, seperti itu. Iya saya

ingatkan bahagianya cukup bahagianya, temannya juga dapet seratus, saya

contohkan temannya, temannya dapet seratus biasa saja tidak sampai meluap-

luap, tidak sampai menyanyi seperti itu. Saya ingatkan, ini pelajaran apa?

Kalo menyanyi boleh menyanyi, mau nyanyi apa saja tidak apa-apa.”

Abi mampu bersosialisasi baik dengan teman-temannya. Abi mampu

menyesuaikan diri dengan lingkungannya, terutama dengan orang-orang baru.

Peneliti mengatakan demikian karena pertama kali peneliti bertemu, Abi sangat

welcome. Namun aspek psikomotoriknya, anak masih perlu pendampingan.

Pernyataan tersebut diperkuat dari hasil wawancara guru yang mengungkapkan

bahwa psikomotorik anak masih kurang, misalnya menggunting, menggaris,

atau membuat suatu prakarya anak masih memerlukan pendampingan.

Berdasarkan aspek kognitifnya, anak memiliki kemampuan rata-rata.

Anak memiliki daya menghafal yang tinggi. Hal ini berpengaruh terhadap mata

pelajaran yang disukai dan nilai hasil belajar anak. Mata pelajaran yang anak

sukai berkaitan dengan pengetahuan dan hafalan, seperti IPA, IPS, dan Bahasa

Indonesia, sedangkan pelajaran yang tidak disukai adalah Matematika. Nilai

hasil belajar anak hampir semua di atas KKM, kecuali Matematika. Informasi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 95: PERSEPSI GURU TERHADAP METODE PENGAJARAN … · SD Pelangi, (2) persepsi guru terhadap metode pengajaran untuk anak hiperaktif kelas IV SD Pelangi, dan (3) persepsi guru terhadap

78

tersebut peneliti dapatkan dari hasil studi dokumen dan wawancara, baik guru

kelas, guru pendamping pribadi, maupun guru pendamping khusus.

Melihat karakteristik Abi, maka peneliti membuat kesimpulan bahwa

perilaku Abi sesuai dengan teori karakteristik anak hiperaktif yang diungkapkan

Zaviera (2014) dan Wiyani (2014). Beberapa karakteristik anak hiperaktif

menurut Zaviera (2014), yaitu (1) sering tidak mengikuti instruksi dan gagal

menyelesaikan tugasnya, (2) tidak mendengarkan lawan bicaranya, (3) sering

menghindar atau tidak menyukai melakukan tugas yang membutuhkan

pemikiran lama, (4) sering kehilangan barang yang dimilikinya, (5) sering lupa

mengerjakan tugas sehari-hari, (6) perhatiannya mudah teralih oleh rangsangan

dari luar. Wiyani (2014) menambahkan karakteristik anak hiperaktif antara lain:

(1) berbicara berlebihan atau tidak bisa berhenti bicara, (2) mengalami kesulitan

dalam bermain atau terlibat dalam kegiatan secara tenang, dan (3) tidak bisa

duduk tenang dalam waktu lama (lebih dari lima menit).

Peneliti membuat kesimpulan bahwa Abi menunjukkan perilaku yang

hampir sama atau sama dengan teori karakteristik anak hiperaktif yang telah

dijelaskan tersebut. Pedoman dasar yang peneliti gunakan adalah hampir semua

karakteristik perilaku Abi dan karakteristik anak hiperaktif menurut teori

Zaviera (2014) dan Wiyani (2014). Persamaan karakteristik Abi dengan teori

anak hiperaktif tersebut, yaitu perhatian anak mudah teralih oleh hal-hal yang

menarik baginya, terlihat seperti tidak mendengarkan atau menatap lawan

bicaranya, sering meninggalkan tempat duduk, melakukan aktivitas motorik

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 96: PERSEPSI GURU TERHADAP METODE PENGAJARAN … · SD Pelangi, (2) persepsi guru terhadap metode pengajaran untuk anak hiperaktif kelas IV SD Pelangi, dan (3) persepsi guru terhadap

79

secara berlebihan, berbicara berlebihan, sering menjawab pertanyaan sebelum

pertanyaan tersebut selesai diberikan, sering lupa membawa buku atau

mengerjakan tugas, dan sering menyela pembicaraan orang lain.

Setiap guru mempunyai cara pandang yang berbeda terhadap perilaku

anak yang menunjukkan karakteristik anak hiperaktif. Faktanya, beberapa

kriteria pada hasil assesment dari setiap guru partisipan terhadap perilaku Abi

terdapat perbedaan. Persepsi merupakan proses diterimanya stimulus oleh

individu melalui proses penginderaan. Proses penginderaan akan berlangsung

setiap saat, pada waktu individu menerima stimulus melalui alat-alat indera

(Walgito, 2010). Faktor yang mempengaruhi adanya perbedaan persepsi, yaitu

perilaku persepsi, objek yang dipersepsikan, dan konteks dari situasi dimana

persepsi itu diberlakukan (Danarjati, 2013). Persepsi berasal dari luar (eksternal

perception) dan dalam diri individu (self-perception). Persepsi dapat

diungkapkan karena perasaan, kemampuan berpikir, dan pengalaman individu

berbeda. Hal ini mempengaruhi seseorang dalam mempersepsikan suatu

stimulus antara individu satu dengan individu lain berbeda (Jacobsen, 2009).

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan jenis persepsi yang berasal dari

luar (eksternal perception). Persepsi guru muncul ketika mereka melakukan

pengamatan tentang bagaimana perilaku yang ditunjukkan Abi, baik selama

pembelajaran di kelas atau luar kelas. Kemudian barulah guru mempersepsikan

tentang anak hiperaktif. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru partisipan

menunjukkan bahwa ketiga partisipan tersebut mempersepsikan tentang anak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 97: PERSEPSI GURU TERHADAP METODE PENGAJARAN … · SD Pelangi, (2) persepsi guru terhadap metode pengajaran untuk anak hiperaktif kelas IV SD Pelangi, dan (3) persepsi guru terhadap

80

hiperaktif berbeda-beda. Hal ini terlihat dari hasil wawancara dengan guru kelas

yang mempersepsikan anak hiperaktif sebagai anak yang setiap saat anak

melakukan aktivitas tertentu, berbicara berlebihan, tidak bisa diam dalam waktu

tertentu, dan sering menyela pembicaraan orang lain. Namun, berbeda dengan

guru pendamping pribadi yang mempersepsikan anak hiperaktif adalah anak

yang suka mencari perhatian, berbicara berlebihan, sering membantah, dan

selalu ingin menonjolkan diri bahwa dirinya bisa.

Persepsi terdapat tiga komponen seperti yang dijelaskan pada bab II.

Ketiga komponen persepsi tersebut menurut Alport (Danarjati, 2010),

diantaranya komponen kognitif, komponen afektif, dan komponen konatif.

Berdasarkan teori tersebut, peneliti membuat kesimpulan bahwa komponen

persepsi yang muncul pada semua guru partisipan adalah komponen kognitif.

Alasannya adalah hasil wawancara dengan semua guru partisipan menunjukkan

bahwa munculnya persepsi mereka tentang anak hiperaktif yang ada pada diri

anak berdasarkan pengetahuan atau informasi yang dimiliki seseorang tentang

objek sikapnya. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan guru partisipan

yang menggunakan pengetahuan atau informasi untuk mendeskripsikan

bagaimana perilaku keseharian Abi.

Guru kelas memiliki pandangaan sendiri terhadap perilaku Abi yang

berbeda dengan anak-anak lainnya. Berdasarkan perilaku yang ditunjukkan Abi,

guru kelas menganggap bahwa Abi termasuk anak hiperaktif. Dengan

pernyataan tersebut, peneliti mengajukan pertanyaan kepada guru kelas tentang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 98: PERSEPSI GURU TERHADAP METODE PENGAJARAN … · SD Pelangi, (2) persepsi guru terhadap metode pengajaran untuk anak hiperaktif kelas IV SD Pelangi, dan (3) persepsi guru terhadap

81

persepsi terhadap anak hiperaktif. Guru kelas mempersepsikan anak hiperaktif,

seperti berikut: “Anak hiperaktif itu anak yang e... setiap saat e... apa yaa

melakukan tindakan entah itu berbicara, entah itu aktivitas apa, entah jalan-

jalan itu dan untuk diam beberapa dalam beberapa saat susah, susah sekali.

Walaupun untuk Abi itu tidak ada terapi, tapi dibanding anak-anak yang lain,

Abi itu termasuk anak yang lebih aktif daripada anak lainnya. Sebelum, belum

diajak, gurunya baru menerangkan saja, dia sudah ngomong-ngomong,

nyambung apa-apa, terkadang ngomong e.. di luar apa materi, kadang iya

seperti itu. Ya, anak yang pintar sebenarnya mbak kemudian dia banyak akal,

banyak bergerak karna dia kan banyak akal sebenarnya dia ada saja yang dia

lakukan, kemudian ya di kelas e... intensitas untuk diamnya itu lebih sedikit

dibandingkan dengan geraknya aktif, lebih banyak aktivitas seperti itu.”

Berdasarkan pernyataan tersebut, guru kelas mempersepsikan anak hiperaktif

sebagai anak yang setiap saat melakukan aktivitas tertentu, berbicara

berlebihan, tidak bisa diam dalam waktu tertentu, dan terkadang menyela atau

memberikan komentar setiap pembicaraan orang lain. Guru kelas juga

berpandangan bahwa sebenarnya anak hiperaktif adalah anak yang pandai dan

memiliki banyak akal. Guru kelas menceritakan bagaimana perilaku Abi yang

lain, yaitu terlihat seperti tidak mendengarkan atau menatap lawan bicaranya,

sering menyanyi saat pembelajaran berlangsung, sering lupa membawa buku

atau mengerjakan PR, membutuhkan waktu lama dalam mengerjakan tugas, dan

tidak sabaran.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 99: PERSEPSI GURU TERHADAP METODE PENGAJARAN … · SD Pelangi, (2) persepsi guru terhadap metode pengajaran untuk anak hiperaktif kelas IV SD Pelangi, dan (3) persepsi guru terhadap

82

Berdasarkan persepsi guru kelas terhadap perilaku anak hiperaktif

tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa perilaku yang muncul pada diri Abi

termasuk anak hiperaktif tipe hiperaktif-impulsif. Beberapa perilaku yang

ditunjukkan Abi mencakup indikasi anak hiperaktif tipe hiperaktif-impulsif

yang sesuai dengan teori karakteristik anak hiperaktif oleh DSM-IV® - TR.

Perilaku Abi yang sesuai dengan teori anak hiperaktif tipe hiperaktif-impulsif

menurut DSM-IV® - TR adalah (1) sering melakukan aktivitas motorik secara

berlebihan, (2) berbicara secara berlebihan, (3) sering menjawab tanpa berpikir

sebelum pertanyaan selesai diberikan, (4) sulit menunggu giliran, (5) sering

menyela pembicaraan orang lain, dan (6) sering lupa.

Persepsi guru kelas terhadap anak hiperaktif tersebut berbeda dengan

persepsi guru pendamping pribadi. Menurut Ibu Ine, anak hiperaktif itu anak

yang selalu mencari perhatian, berbicara dan tingkah lakunya berlebihan, selalu

membantah atau menyela pembicaraan orang lain, dan selalu ingin

menonjolkan diri dan merasa bahwa dirinya bisa. Berdasarkan pernyataan

tersebut, peneliti menyimpulkan, perilaku yang ditunjukkan Abi mencakup

indikasi anak hiperaktif tipe hiperaktif-impulsif menurut DSM-IV®-TR.

Perbedaan persepsi antara guru kelas dan guru pendamping pribadi juga

terdapat perbedaan dengan persepsi guru pendamping khusus. Ibu Risti

mempersepsikan anak hiperaktif sebagai anak yang mempunyai kelebihan

gerak maupun verbal, misalnya dalam rentang waktu tertentu anak lain

bergerak 2-3, tetapi anak hiperaktif bisa lebih, bicara berlebihan, dan tidak bisa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 100: PERSEPSI GURU TERHADAP METODE PENGAJARAN … · SD Pelangi, (2) persepsi guru terhadap metode pengajaran untuk anak hiperaktif kelas IV SD Pelangi, dan (3) persepsi guru terhadap

83

duduk tenang. Ibu Risti menambahkan perilaku lain yang ditunjukkan Abi,

diantaranya sulit berkonsentrasi, sering menyela pembicaraan orang lain dengan

mengajukan banyak pertanyaan secara terus-menerus, meskipun pertanyaan

sebelumnya belum selesai dijawab, ketika marah anak tidak mau mengerjakan

tugas, dan pandai dalam mencari alasan dan selalu menyalahkan orang lain.

Dari pernyataan guru tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa perilaku Abi

menunjukkan indikasi anak hiperaktif tipe hiperaktif-impulsif yang sesuai

dengan teori DSM-IV®-TR tentang karakteristik anak hiperaktif. Beberapa

perilaku Abi yang sesuai dengan teori anak hiperaktif tipe hiperaktif-impulsif

menurut DSM-IV®-TR adalah (1) sulit berkonsentrasi saat mengerjakan tugas,

(2) tidak teratur dalam mengerjakan tugas, (3) sering meninggalkan tempat

duduk, (3) sering melakukan aktivitas motorik secara berlebihan, (4) berbicara

berlebihan, (5) sering menjawab tanpa berpikir sebelum pertanyaan selesai

diberikan, dan (6) sering menyela pembicaraan orang lain.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara, peneliti melihat perilaku Abi

menunjukkan anak hiperaktif tipe hiperaktif-impulsif. Peneliti menyimpulkan

demikian karena perilaku yang ditunjukkan Abi sesuai dengan teori DSM-IV®-

TR tentang anak hiperaktif tipe hiperaktif-impulsif, diantaranya (1) sering

meninggalkan tempat duduk, (2) melakukan aktivitas motorik secara

berlebihan, (3) berbicara secara berlebihan, (4) sering menjawab tanpa berpikir

sebelum pertanyaan selesai diberikan, (5) tidak teratur dalam mengerjakan

tugas, dan (6) sering menyela pembicaraan orang lain.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 101: PERSEPSI GURU TERHADAP METODE PENGAJARAN … · SD Pelangi, (2) persepsi guru terhadap metode pengajaran untuk anak hiperaktif kelas IV SD Pelangi, dan (3) persepsi guru terhadap

84

Hasil wawancara dengan guru partisipan, peneliti melihat bahwa guru

mengetahui dan memahami Abi sebagai anak hiperaktif. Guru mengetahui

bagaimana perilaku anak baik di kelas maupun luar kelas. Dalam proses

pembelajaran, guru melakukan penanganan terhadap perilaku Abi agar tujuan

pengajaran dapat tercapai dengan maksimal. Hal inilah yang memunculkan

persepsi guru terhadap penanganan anak hiperaktif.

Guru kelas dalam melakukan penanganan ketika Abi mulai berbicara atau

tertawa berlebihan guru hanya mengingatkan, memberikan nasehat, dan

membuat kesepakatan. Hal ini sesuai dengan pernyataan guru kelas “Iya, saya

ingatkan, Apakah ada hal yang lucu? Ok kalo lucu Ibu Endah kasih waktu

untuk tertawa di luar karena kalo tertawa terlalu lama di kelas nanti

mengganggu konsentrasi teman-temannya.” Penanganan tersebut sama seperti

yang dilakukan guru partisipan lain. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru

pendamping, penanganan yang dilakukan guru saat Abi mulai berbicara atau

tertawa berlebihan adalah memberikan nasehat dan membuat kesepakatan.

Penanganan ketika anak berbicara berlebihan berbeda dengan penanganan

ketika anak marah. Penanganan guru pendamping pribadi ketika anak marah

dengan memberikan waktu kepada anak untuk sendiri. Penanganan tersebut

sama seperti yang dilakukan guru pendamping khusus. Guru membiarkan anak

atau istilahnya “didiemin”, meskipun pada awalnya anak akan mengeluh terus-

menerus. Guru menambahkan ketika anak tidak diperhatikan atau dipedulikan,

anak akan diam dengan sendirinya. Selain itu, guru juga membuat kesepakatan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 102: PERSEPSI GURU TERHADAP METODE PENGAJARAN … · SD Pelangi, (2) persepsi guru terhadap metode pengajaran untuk anak hiperaktif kelas IV SD Pelangi, dan (3) persepsi guru terhadap

85

dengan anak, seperti pernyataan berikut ini: “Jadinya nanti kita diemin kalo

nggak apa namanya Abi kadang-kadang mudah kalo itu nanti Bu Ine berhenti.

Ada ancaman-ancamannya sendiri sih yang membuat dia nanti terus kadang-

kadang nurut seperti itu.” Berdasarkan pengetahuan dan pengalaman guru, cara

tersebut adalah penanganan yang tepat untuk Abi. Tindakan tersebut dipilih

guru karena guru kurang mengetahui cara menangani anak hiperaktif. Hal ini

sesuai dengan hasil wawancara dengan guru yang mengatakan bahwa guru

belum dibekali tentang bagaimana menangani anak hiperaktif yang tepat.

Peneliti melihat dengan karakteristik Abi tersebut, Abi membutuhkan

pendampingan khusus selama proses pembelajaran, terutama pada pelajaran

Matematika. Peneliti mengatakan demikian karena peneliti mendapatkan

informasi bahwa nilai Matematika Abi lebih rendah dibanding mata pelajaran

lain. Pernyataan tersebut diperkuat dari hasil wawancara dan studi dokumen

nilai hasil belajar anak. Berdasarkan permasalahan tersebut, guru mencari cara

untuk meningkatkan hasil belajar Abi, terutama pada pelajaran Matematika.

Cara guru untuk menghadapi permasalahan tersebut dengan menggunakan

metode pengajaran. Hal ini memunculkan persepsi guru terhadap metode

pengajaran untuk anak hiperaktif.

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru partisipan, setiap guru

memiliki persepsi yang hampir sama tentang definisi metode pengajaran. Guru

kelas memiliki persepsi tentang metode pengajaran, seperti yang diungkapkan

berikut “Metode ya e... cara yang digunakan guru untuk e... memberikan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 103: PERSEPSI GURU TERHADAP METODE PENGAJARAN … · SD Pelangi, (2) persepsi guru terhadap metode pengajaran untuk anak hiperaktif kelas IV SD Pelangi, dan (3) persepsi guru terhadap

86

materi kepada peserta didik.” Dari pernyataan tersebut, guru kelas

mendefinisikan metode pengajaran sebagai cara yang digunakan guru untuk

memberikan materi kepada peserta didik. Pernyataan tentang definisi metode

pengajaran dari guru kelas, hampir sama seperti pernyataan yang diungkapkan

guru pendamping pribadi dan guru pendamping khusus. Menurut pendamping

pribadi, metode pengajaran adalah cara penyampaian suatu pelajaran di kelas.

Begitu pula dengan guru pendamping khusus yang berkata, “Metode

pengajaran itu kan caranya, cara untuk memberikan pembelajaran agar

anaknya itu lebih paham, lebih mengusai pembelajarannya kayak gitu. Guru

harus tau anaknya itu kayak gimana dan kita harus tau metode apa yang tepat

untuk anaknya.” Dari pernyataan tersebut, guru pendamping khusus

mendefinisikan metode pengajaran sebagai cara untuk memberikan pelajaran

agar anak memahami dan menguasai materi yang diajarkan.

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru tentang definisi metode

pengajaran, persepsi dari ketiga guru partisipan sesuai dengan teori Muslich

(2010) dan Raharjo (2012) yang mengungkapkan bahwa metode pengajaran

adalah cara yang digunakan dalam menyampaikan materi untuk mencapai

tujuan pembelajaran. Bahri (Siregar, 2010) menjelaskan metode pengajaran

merupakan bagian dari strategi pengajaran. Strategi pengajaran adalah cara

sistematis dipilih guru untuk menyampaikan materi, sehingga memudahkan

guru maupun siswa mencapai tujuan pembelajaran.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 104: PERSEPSI GURU TERHADAP METODE PENGAJARAN … · SD Pelangi, (2) persepsi guru terhadap metode pengajaran untuk anak hiperaktif kelas IV SD Pelangi, dan (3) persepsi guru terhadap

87

Setiap guru partisipan memiliki pengalaman yang berbeda-beda saat

mengajar atau berinteraksi langsung dengan Abi. Hal ini mempengaruhi guru

dalam mempersepsikan metode pengajaran untuk anak hiperaktif. Dari hasil

wawancara dengan guru kelas, maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa guru

kelas cukup memahami bagaimana karakteristik Abi. Guru kelas memiliki

pandangan bahwa metode pengajaran untuk anak hiperaktif adalah hasil

perpaduan berbagai metode pengajaran yang dikemas dalam satu pembelajaran.

Hal tersebut diperkuat dengan pernyataan guru kelas yang berkata, “Iya, itu

campur mbak. Semua campur karena kalo apa kita menerangkan terus anaknya

juga nanti apa namanya ngomong. Nah, nanti terus ada kegiatan apa yang

mereka lakukan, campur-campur.” Metode pengajaran yang pernah guru kelas

gunakan adalah kerja kelompok, Jigsaw, CTL, dan ceramah. Guru kelas juga

menggunakan berbagai media, seperti benda konkret, video, PPT, jembatan

keledai, dan alat peraga. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kelas,

keberhasilan dalam menggunakan metode pengajaran tersebut, khususnya Abi

bisa menerima materi sekitar 80%. Namun, tingkat keberhasilan tersebut

tergantung mood belajar Abi saat itu juga. Informasi ini peneliti dapatkan dari

wawancara dengan guru kelas dan studi dokumen hasil belajar anak.

Persepsi guru kelas terhadap metode pengajaran anak hiperaktif tersebut,

sedikit berbeda dengan persepsi guru pendamping pribadi. Pendamping pribadi

mengungkapkan bahwa metode pengajaran untuk anak hiperaktif adalah

metode pengajaran bermain dan bersahabat. Apabila menggunakan metode

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 105: PERSEPSI GURU TERHADAP METODE PENGAJARAN … · SD Pelangi, (2) persepsi guru terhadap metode pengajaran untuk anak hiperaktif kelas IV SD Pelangi, dan (3) persepsi guru terhadap

88

ceramah, Ibu Ine menganggap tidak efektif karena anak akan cepat bosan.

Namun, metode ceramah menjadi efektif apabila dikombinasikan dengan

metode pengajaran lain. Guru pendamping pribadi mengatakan bahwa Abi

mengalami kesulitan pada pelajaran Matematika. Hal ini menyebabkan nilai

Matematika anak lebih rendah dibanding mata pelajaran lainnya. Contoh

metode pengajaran yang digunakan dalam pelajaran Matematika adalah

bernyanyi, seperti pernyataan Ibu Ine, “Contohnya gini aja Matematika

perkalian ulang sulit banget dan Abi benci sekali dengan angka, saya kadang-

kadang sambil nyanyi. Satu kali satu (Ibu Ine menyanyikannya) kayak gitu

terus, nanti kalo sudah hari berikutnya saya nggak ngasih pelajaran itu, tapi

pulangnya saja tes, “Ayo kak nyanyi lagi kak satu kali satu.” Nah, nanti kalo

dia sudah hafal perkalian satu sampai angka lima, walaupun nanti sampai

enam ke bawah itu mikir lagi, tapi itu sudah bagus.” Ibu Ine mencoba

mengkombinasikan materi dengan hobi anak, yaitu bernyanyi sebagai metode

pengajaran agar anak memahami materi. Ibu Ine mengakumulasikan tingkat

keberhasilannya dalam penggunaan metode pengajaran tersebut juga hampir

sama dengan guru partisipan lain sekitar 70%-80%. Ibu Ine menambahkan

bahwa tingkat keberhasilan tersebut tergantung pada mood anak saat itu juga.

Sama seperti persepsi dari guru kelas dan guru pendamping pribadi, guru

pendamping khusus memiliki persepsi terhadap metode pengajaran untuk anak

hiperaktif. Menurut guru pendamping khusus, jika seorang guru tidak

mengembangkan dan menggunakan metode pengajaran, anak akan kesulitan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 106: PERSEPSI GURU TERHADAP METODE PENGAJARAN … · SD Pelangi, (2) persepsi guru terhadap metode pengajaran untuk anak hiperaktif kelas IV SD Pelangi, dan (3) persepsi guru terhadap

89

dalam memahami materi. Ibu Risti mengungkapkan bahwa metode pengajaran

untuk anak hiperaktif adalah metode pengajaran yang berpusat pada siswa,

bukan berpusat pada guru, misalnya cooperative learning.

Ibu Risti menambahkan, dalam satu pembelajaran beliau tidak hanya

menggunakan satu metode pengajaran, tetapi memadukan berbagai metode

pengajaran. Ibu Risti memberikan contoh, misalnya pada 5 menit pertama,

beliau menggunakan metode ceramah, kemudian dilanjutnya dengan metode

TSTS atau snowball throwing. Tingkat keberhasilan Ibu Risti menggunakan

berbagai metode pengajaran dalam satu pembelajaran untuk Abi memahami

materi 60%-80%. Namun, sama seperti guru partisipan lain bahwa tingkat

keberhasilan tersebut tergantung dengan kondisi anak saat itu juga. Apabila saat

itu anak mood belajar, maka keberhasilannya bisa maksimal. Begitu pula

sebaliknya, apabila anak tidak mood belajar maka dengan metode pengajaran

apapun hasilnya tidak bisa maksimal.

Berdasarkan hasil wawancara dengan ketiga guru partisipan terhadap

metode pengajaran sesuai dengan teori Bahri (Zain, 2010) yang menyatakan

bahwa metode pengajaran yang dapat menjadikan siswa lebih aktif dan

memahami materi antara lain metode eksperimen, metode diskusi, metode

sosiodrama role play, metode demonstrasi, metode problem solving, metode

tanya jawab, dan metode ceramah. Segers (Jacobsen, 2009) menambahkan satu

metode pengajaran, yaitu metode pengajaran kooperatif. Jerolimek dan Parker

(Isjoni, 2013) mengungkapkan kelebihan dari metode kooperatif, diantaranya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 107: PERSEPSI GURU TERHADAP METODE PENGAJARAN … · SD Pelangi, (2) persepsi guru terhadap metode pengajaran untuk anak hiperaktif kelas IV SD Pelangi, dan (3) persepsi guru terhadap

90

adanya ketergantungan positif antaranggota kelompok, belajar mengemukakan

dan menghargai pendapat orang lain, terlibat dalam perencanaan dan

pengelolaan kelas, memiliki banyak kesempatan mengekspresikan pengalaman

mereka, dan hubungan antarsiswa maupun guru dan siswa menjadi lebih akrab.

Huda (2013) menambahkan kelebihan metode kooperatif adalah mendorong

kemandirian belajar siswa, meningkatkan kemampuan berpikir kritis, menimba

berbagai informasi, dan belajar mengurangi tingkah laku yang kurang baik.

Berdasarkan hasil wawancara dan teori tentang metode pengajaran,

peneliti membuat kesimpulan bahwa metode pengajaran yang tepat untuk anak

hiperaktif adalah metode menjadikan siswa aktif dalam pembelajaran dan

mengalihkan atau mengurangi perilaku-perilaku anak hiperaktif ke hal-hal yang

positif. Dengan demikian, anak hiperaktif dapat memahami materi dengan

maksimal. Metode pengajaran untuk anak hiperaktif adalah hasil perpaduan

berbagai metode pengajaran yang dikemas dalam satu pembelajaran. Metode

pengajaran tersebut adalah perpaduan antara metode pengajaran konvensional

dan metode pengajaran yang berpusat pada anak. Salah satu contohnya

perpaduan metode ceramah dan metode kooperatif (cooperative learning). Dari

hasil wawancara dengan ketiga guru partisipan menyatakan bahwa tingkat

keberhasilan penggunaan metode pengajaran tersebut tergantung dengan

suasana hati anak. Secara keseluruhan pernyataan tersebut peneliti membuat

kesimpulan demikian berlandaskan hasil wawancara dan teori yang digunakan

dalam penelitian ini.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 108: PERSEPSI GURU TERHADAP METODE PENGAJARAN … · SD Pelangi, (2) persepsi guru terhadap metode pengajaran untuk anak hiperaktif kelas IV SD Pelangi, dan (3) persepsi guru terhadap

91

BAB V

PENUTUP

Bab V ini berisi tentang kesimpulan penelitian, keterbatasan penelitian, dan

saran. Pada kesimpulan berisi tentang rangkuman hasil penelitian yang telah

dilakukan peneliti. Keterbatasan penelitian berisi tentang keterbatasan yang dihadapi

peneliti dalam penelitian ini, sedangkan saran berisi tentang masukan bagi peneliti

selanjutnya, guru, ataupun orang tua yang memiliki anak hiperaktif.

5.1 Kesimpulan

Perilaku-perilaku yang ditunjukkan anak hiperaktif selama proses

pembelajaran antara lain perhatian anak mudah teralih dengan hal-hal yang

menarik baginya, berbicara dan tertawa berlebihan, terlihat seperti tidak

mendengarkan atau menatap lawan bicaranya, sering menyela pembicaraan

orang lain, sering menjawab sebelum pertanyaan tersebut selesai diberikan,

tidak teratur dalam mengerjakan tugas, melakukan aktivitas motorik secara

berlebihan, dan sering meninggalkan tempat duduk. Secara kognitif, anak

hiperaktif memiliki kemampuan yang rata-rata. Hal ini terlihat dari hampir

semua nilai anak di atas KKM, kecuali Matematika. Anak menyukai mata

pelajaran yang berkaitan dengan hafalan, seperti IPA, IPS, dan Bahasa

Indonesia, sedangkan pelajaran yang tidak disukai adalah Matematika.

Berdasarkan hasil penelitian tentang persepsi guru terhadap anak

hiperaktif, peneliti memperoleh data bahwa setiap guru yang mengampu di

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 109: PERSEPSI GURU TERHADAP METODE PENGAJARAN … · SD Pelangi, (2) persepsi guru terhadap metode pengajaran untuk anak hiperaktif kelas IV SD Pelangi, dan (3) persepsi guru terhadap

92

kelas IV SD Pelangi memiliki kesamaan dengan teori anak hiperaktif. Terkait

dengan perilaku yang ditunjukkan Abi, maka metode pengajaran yang tepat

untuk anak hiperaktif adalah perpaduan dari berbagai metode pengajaran yang

dikemas dalam satu pembelajaran utuh. Metode pengajaran tersebut adalah

perpaduan antara metode pengajaran yang berpusat pada siswa dan metode

konvensional. Salah satu contohnya perpaduan metode ceramah dan metode

kooperatif (cooperative learning). Dalam pemilihan metode pengajaran, guru

menyesuaikan dengan materi, karakteristik anak, dan kemampuan anak.

Tingkat keberhasilan penggunaan berbagai metode pengajaran dalam satu

pembelajaran tersebut tergantung dengan suasana hati anak saat itu.

5.2 Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan dalam penelitian ini adalah peneliti mengalami kesulitan

untuk melakukan wawancara dengan orang tua anak. Orang tua mengijinkan

peneliti melakukan penelitian ini, tetapi orang tua tidak bersedia melakukan

wawancara secara resmi sehingga informasi mengenai anak kurang optimal.

5.3 Saran

Dalam penelitian, seorang peneliti harus mampu memberikan sesuatu

yang berguna bagi semua pihak yang terkait dengan penelitian ini. Adapun

saran-saran yang peneliti berikan setelah peneliti meneliti permasalahan ini

sebagai berikut:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 110: PERSEPSI GURU TERHADAP METODE PENGAJARAN … · SD Pelangi, (2) persepsi guru terhadap metode pengajaran untuk anak hiperaktif kelas IV SD Pelangi, dan (3) persepsi guru terhadap

93

5.3.1 Peneliti Selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya, penelitian ini disarankan sebagai bahan

acuan untuk melakukan penelitian tentang anak hiperaktif. Selain itu,

peneliti selanjutnya dapat melakukan reduksi penelitian ini dengan objek

yang berbeda tentang metode pengajaran untuk anak hiperaktif.

5.3.2 Guru

Guru hendaknya berhati-hati dalam menginterpretasikan anak

hiperaktif. Guru disarankan untuk mengikuti berbagai seminar atau

pelatihan untuk menambah pengetahuan tentang anak hiperaktif. Selain

itu, guru hendaknya membangun relasi antara guru dengan orang tua,

sehingga guru dapat memahami kondisi anak hiperaktif yang sebenarnya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 111: PERSEPSI GURU TERHADAP METODE PENGAJARAN … · SD Pelangi, (2) persepsi guru terhadap metode pengajaran untuk anak hiperaktif kelas IV SD Pelangi, dan (3) persepsi guru terhadap

DAFTAR REFERENSI

Ahmadi, R. (2014). Metodologi Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: AR-Ruzz Media.

Allen, dkk. (2003). Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder fourth

Edition. Washington DC: The American Pshychiatric Associantion.

Amelia, Y. (2013). Persepsi Guru Terhadap Anak yang Mengalami Gangguan

Perilaku Dalam Kegiatan Sekolah. YP Amelia - E-JUPEKhu. Diunduh pada

tanggal 14 November 2015

di ejournal.unp.ac.id/index.php/jupekhu/article/view/949

Amir, S. (2014). Pengaruh Terapi Murottal Terhadap Tingkat Hiperaktif-Impulsif

Pada Anak Attention Deficit Hyperactive Disorder (ADHD). S. Amir-Pelita-

Jurnal Penelitian. DIunduh tanggal 14 November 2015 di

journal.uny.ac.id/index.php/pelita/article/download/4017/3473

Buitelaar, A. P. (2010). ADHD (Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas).

Jakarta: Prenada Media Group.

Danarjati, D. P. (2013). Pengantar Psikologi Umum. Bogor: Graha Ilmu.

Fitria, R. (2012). Proses Pembelajaran dalam Setting Inklusi di Sekolah Dasar.

Jurnal Ilmiah Pendidikan Khusus. Diunduh pada tanggal 14 November 2015 di

http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jupekhu

Fitriani. (2012). Menggali Potensi Di Sekolah Inklusif. Lentera Insan.

Ghory, D. (2014). Metode Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 112: PERSEPSI GURU TERHADAP METODE PENGAJARAN … · SD Pelangi, (2) persepsi guru terhadap metode pengajaran untuk anak hiperaktif kelas IV SD Pelangi, dan (3) persepsi guru terhadap

95

Gunawan. (2013). Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik. Jakarta: PT Bumi

Aksara.

Haryantiningsih, R. (2015). Studi Kasus Anak Hiperaktif dan Usaha Guru Dalam

Memusatkan Perhatian Belajar Siswa di MI Muhammadiyah Ceporan

Kabupaten Karanganyar Tahun Pelajaran 2014/2015 diunduh pada tanggal 12

Februari di http://eprints.ums.ac.id/32593/

Huda, M. (2013). Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar.

Jacobsen. (2009). Methods for Teaching Metode-Metode Pengajaran Meningkatkan

Belajar Siswa TK-SMA. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Kay, J. (2013). Pendidikan Anak Usia Dini. Yogyakarta: Kanisius.

Koasih, E. (2012). Cara Bijak Memahami anak Berkebutuhan Khusus . Bandung :

Yrama Widya.

Moleong.(2007). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Murtiningsih. (2013). Kiat Sukses Mengasuh Anak Berkebutuhan Khusus.

Yogyakarta: AR-RUZZ MEDIA.

Muslich, M. (2010). Penilaian Berbasis Kelas dan Kompetensi. Bandung: PT Refika

Aditama.

Prastowo, A. (2014). Metode Penelitian Kualitatif dalam Perspektif Rancangan

Penelitian. Yogyakarta: AR-Ruzz Media.

Raharjo, M. (2012). Model Pembelajaran Inovatif. Yogyakarta: Gava Media.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 113: PERSEPSI GURU TERHADAP METODE PENGAJARAN … · SD Pelangi, (2) persepsi guru terhadap metode pengajaran untuk anak hiperaktif kelas IV SD Pelangi, dan (3) persepsi guru terhadap

96

Sanjaya, W. (2006). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.

Jakarta: Kencana Prenada.

Sarwono, S. (2009). Pengantar Psikologi Umum. Jakarta: PT Raja Grafind Persada.

Siregar, E. (2010). Teori Belajar dan Pembelajaran. Bogor: Ghalia Indonesia.

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Kombinasi (Mixed

Methods). Bandung: AlfaBeta.

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung:

Alfabeta.

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:

Alfa Beta.

Thompson, J. (2010). Memahami Anak Berkebutuhan Khusus. Jakarta: Erlangga.

Walgito, B. (2010). Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: CV Andi Offset.

Wiyani. (2014). Buku Ajar Penanganan Anak Usia Dini Berkebutuhan Khusus.

Yogyakarta: AR-RUZZ Media.

Zain, A. (2010). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Zaviera, F. (2014). Anak Hiperaktif. Yogyakarta: Kata Hati.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 114: PERSEPSI GURU TERHADAP METODE PENGAJARAN … · SD Pelangi, (2) persepsi guru terhadap metode pengajaran untuk anak hiperaktif kelas IV SD Pelangi, dan (3) persepsi guru terhadap

97

LAMPIRAN 1

TEKS ANEKDOT ANAK

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 115: PERSEPSI GURU TERHADAP METODE PENGAJARAN … · SD Pelangi, (2) persepsi guru terhadap metode pengajaran untuk anak hiperaktif kelas IV SD Pelangi, dan (3) persepsi guru terhadap

98

Lampiran 1.1

Teks Anekdot Anak

Nama : Abi

Umur : 10 tahun

Lokasi : SD Pelangi

Observer : Dwi Marginingsih

Aspek yang diamati : Fisik, Kognitif, Afektif, dan Psikomotorik

Peneliti melaksanakan observasi langsung tentang bagaimana perilaku yang

ditunjukkan Abi di sekolah, baik pembelajaran di kelas maupun di luar kelas

sebanyak empat kali dengan waktu yang berbeda. Peneliti akan mendeskripsikan hasil

observasi yang telah peneliti lakukan di SD Pelangi. Abi merupakan siswa laki-laki

yang saat ini duduk di kelas IV SD. Pada observasi pertama, peneliti mengamati

kegiatan pembelajaran di luar kelas, yaitu mata pelajaran olahraga. Pada saat itu, guru

olahraga mengisi jam pelajaran tersebut untuk latihan upacara pada hari Senin. Pada

latihan upacara tersebut Abi tertugas sebagai anggota paduan suara. Perilaku yang

ditunjukkan Abi saat latihan upacara tersebut antara lain Abi tidak mengikuti

instruksi yang diberikan dan sering kali mengajak berbicara teman yang ada di

sebelahnya.

Observasi kedua peneliti lakukan pada hari Sabtu tanggal 03 Oktober 2015.

Peneliti melakukan observasi pada saat pembelajaran berlangsung. Perilaku-perilaku

yang ditunjukkan Abi saat di kelas antara lain Abi mengalami kesulitan dalam

berkonsentrasi baik saat guru menjelaskan, mencatat materi, maupun mengerjakan

tugas. Abi terlihat seperti tidak mendengarkan atau menatap mata lawan bicaranya,

tetapi dia dapat merespon pembicaraan tersebut dengan baik. Pernyataan tersebut

diperkuat oleh guru kelas yang mengatakan bahwa Abi ketika diajak berbicara tidak

menatap lawan bicaranya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 116: PERSEPSI GURU TERHADAP METODE PENGAJARAN … · SD Pelangi, (2) persepsi guru terhadap metode pengajaran untuk anak hiperaktif kelas IV SD Pelangi, dan (3) persepsi guru terhadap

99

Pada Observasi ketiga, peneliti lakukan pada hari Sabtu 16 November 2015.

Peneliti melakukan observasi saat pembelajaran berlangsung mulai dari pukul 07:30 –

10:00 WIB. Jadwal pelajaran saat itu adalah mata pelajaran IPS, lebih tepatnya materi

tentang sejarah. Abi duduk di baris paling utara dan paling belakang bersama

pendamping pribadinya. Pada awal pembelajaran, guru kelas menanyakan PR dan

meminta anak-anak untuk mengumpulkan PR tersebut. Pada saat itu, Abi lupa tidak

mengerjakan PR. Guru kelas menanyakan kepada Abi kenapa dia tidak mengerjakan

PR. Lalu Abi mencari alasan-alasan dan marah serta menyalahkan pendampingnya

karena tidak mengerjakan PR. Kemudian Abi mendapat hukuman yang telah

ditetapkan di kelas, yaitu membayar denda dan mengerjakan dua kali. Kemarahan

Abi tersebut berlangsung hingga jam istirahat. Pada saat itu, guru kelas dan

pendamping mencoba menenangkan dan memberikan pengertian kepada Abi. Hal ini

diperkuat dengan pernyataan baik guru kelas maupun pendamping pribadi Abi yang

menyatakan bahwa Abi sering lupa membawa buku paket dan tidak mengerjakan PR.

Ketika pembelajaran berlangsung, guru kelas belum selesai menjelaskan materi,

terkadang Abi menyelanya dengan mengajukan beberapa pertanyaan atau

menanggapi dengan candaan. Dia akan tertawa sangat keras apabila ada hal-hal yang

menurut dia lucu, meskipun hal tersebut tidak lucu bagi orang lain. Dia sering sekali

memberikan komentar atau sanggahan kepada orang lain, misalnya dia selalu

memberikan komentar apa yang dikatakan guru kelas maupun guru pendamping

pribadinya. Apabila diberikan pertanyaan, dia sering menjawab sebelum pertanyaan

itu selesai diberikan dan menjawabnya secara langsung tanpa dipikir terlebih dahulu.

Abi memiliki daya imajinasi yang tinggi. Hal ini terlihat pada saat jam istirahat, Abi

menunjukkan sebuah gambar pada peneliti. Ketika Abi menunjukkan gambar, peneliti

tidak bisa menebak apa maksud dari gambar tersebut. Kemudian peneliti bertanya

kepada Abi, “Ini gambar apa, Abi?” Abi pun mendeskripsikan bahwa gambar itu

adalah seseorang yang menggunakan sebuah cadar. Abi juga menceritakan tentang

keseharian seseorang yang menggunakan cadar tersebut. Peneliti tidak menyangka

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 117: PERSEPSI GURU TERHADAP METODE PENGAJARAN … · SD Pelangi, (2) persepsi guru terhadap metode pengajaran untuk anak hiperaktif kelas IV SD Pelangi, dan (3) persepsi guru terhadap

100

bahwa Abi mendeskripsikan gambar tersebut sedemikian rupa. Dari situlah peneliti

membuat pernyataan bahwa Abi memiliki daya imajinasi yang tinggi.

Observasi keempat peneliti lakukan pada tanggal 23 November 2015. Peneliti

kembali melakukan observasi saat pembelajaran berlangsung. Pelajaran saat itu

adalah Matematika dengan materi keliling bangun datar. Selama melakukan

observasi, perilaku yang ditunjukkan Abi antara lain Abi terkadang menyela

pembicaraan guru saat menjelaskan materi. Terkadang Abi menyelanya dengan

candaan. Perhatian Abi juga mudah teralih dengan sesuatu yang menarik baginya.

Salah satu contohnya ketika mengerjakan soal atau mendengarkan penjelasan guru,

tiba-tiba dia menyanyi atau memainkan pensil dan menggerak-gerakkan tangannya.

Abi juga membutuhkan waktu yang lama untuk mengerjakan tugas atau mencatat

materi, terkadang dia juga tidak menyelesaikannya. Dia kurang bisa tenang atau diam

dalam waktu kurang dari lima menit. Dia seringkali meninggalkan tempat duduk dan

melakukan aktivitas motorik yang berlebihan. Abi memiliki hobi menyanyi dan dia

juga memiliki suara yang bagus. Hal ini terlihat saat pembelajaran berlangsung, Abi

sering menyanyi, bahkan ketika guru sedang menjelaskan rumus keliling pada

bangun datar, rumus tersebut dia nyanyikan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 118: PERSEPSI GURU TERHADAP METODE PENGAJARAN … · SD Pelangi, (2) persepsi guru terhadap metode pengajaran untuk anak hiperaktif kelas IV SD Pelangi, dan (3) persepsi guru terhadap

101

LAMPIRAN 2

HASIL TRIANGULASI DATA

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 119: PERSEPSI GURU TERHADAP METODE PENGAJARAN … · SD Pelangi, (2) persepsi guru terhadap metode pengajaran untuk anak hiperaktif kelas IV SD Pelangi, dan (3) persepsi guru terhadap

102

Lampiran 2.1

Hasil Triangulasi Data

TEMATIK

UMUM

TEMATIK

KHUSUS PARTISIPAN II PARTISIPAN III PARTISIPAN III

Persepsi Anak

Hiperaktif

Definisi Anak

Hiperaktif

Anak hiperaktif itu anak yang

e.. setiap saat e... apa yaa

melakukan tindakan entah itu

berbicara, entah itu aktivitas

apa, entah jalan-jalan itu dan

untuk diam beberapa dalam

beberapa saat susah, susah

sekali. Walaupun untuk Abi itu

tidak ada terapi, tapi dibanding

anak-anak yang lain, Abi itu

termasuk anak yang lebih aktif

daripada anak lainnya. Sebelum,

belum diajak, gurunya baru

menerangkan saja, dia sudah

ngomong-ngomong, nyambung

apa-apa, terkadang ngomong e..

di luar apa materi.

Anak hiperaktif itu

sebenernya menurut saya dia

itu nyari-nyari perhatian, dia

hanya ingin mencari

perhatian kalo kita sudah

perhatiin dia bakal, “Oh, aku

sudah diperhatiin, ini aku

lho,” cuma pengen dipuji,

ditinggi-tinggiin, disanjung,

jangan pernah merendahkan

ato ngotot dengan anak, nanti

ujung-ujungnya nggak baik.

Anak hiperaktif itu anak yang

mempunyai kelebihan gerak

maupun verbal kayak gitu.

Kalo kelebihan gerak itu

misalnya kalo anak-anak yang

lain itu e... dalam rentang

waktu tertentu anak normal

itu bergerak 2 sampai 3, nah

kalo anak hiperaktif itu bisa

lebih dari itu seperti itu sama

verbal juga seperti itu, tapi

kalo anak hiperaktif karena

dia tidak tau salah, jadi e...

ngomong-ngomong terus,

nggak bisa duduk, mondar-

mandir kayak gitu.

Karakteristik

Umum Anak

Hiperaktif

Karakteristik

Umum pada

Anak

Hiperaktif

Ya, anak yang pintar

sebenarnya mbak kemudian dia

banyak akal, banyak bergerak

karna dia kan banyak akal

sebenarnya dia ada saja yang

dia lakukan, kemudian ya di

kelas e... intensitas untuk

diamnya itu lebih sedikit

Ngomong terus orangnya,

ngomong. Mungkin yang

paling menonjol itu sih

ngomong dan selalu mencari

perhatian.

kalo dia nangis, dia nanti

kalo ditanya nanti malah

tambah-tambah, jadi saya

Kalo Abi harusnya itu

bagaimana kayak gitu. Kalo

misalnya dia lagi marah atau

dia lagi nggak mau ngerjain

PR, biasanya kalo nggak

ngerjain tugas kayak gitu, tapi

dia sudah pintar mencari

alasan-alasan gitu, pura-pura

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 120: PERSEPSI GURU TERHADAP METODE PENGAJARAN … · SD Pelangi, (2) persepsi guru terhadap metode pengajaran untuk anak hiperaktif kelas IV SD Pelangi, dan (3) persepsi guru terhadap

103

dibandingkan dengan geraknya

yang aktif, lebih banyak

aktivitas seperti itu.

harus taklukin anaknya, saya

diemin. Tapi kalo sudah saya

ancam saya akan pulang,

saya harus keluar dulu

sampai dia merasa bersalah

dan menemui saya, saya baru

naik.

Banyak ngomong, tingkah

lakunya berlebihan, kalo

dikasih tau itu selalu

membantah, terus yang

terakhir itu dia selalu ingin

menonjolkan kalo dia bisa.

pusing atau apa kayak gitu.

Dia itu nanya terus, kita

belum selesai ngasih tau, dia

itu nanya terus kayak

nambah-nambahin gitu lho

(Ibu Risti sambil tersenyum).

Terus misalnya kalo berbicara

di dalam kelas itu nggak bisa

distop, nah itu kalo bermain

dengan temennya itu

mukulnya beneran atau apa

dia berbuat salah, tapi dia

nggak mau disalahin.

Karakteristik

Anak

Hiperaktif

Karakteristik

Anak secara

Fisik

Kalo ciri fisiknya ya biasa, ya

dia gerak e... apa tidak stabil

juga kan Abi itu geraknya tidak

bisa, berdiri diam itu tidak bisa,

harus gerak apa kaki ini ini itu

(Ibu Endah sambil

memperagakan gerak kaki Abi

saat berdiri) tidak bisa diem

seperti itu, pasti geser-geser

seperti itu.

Normallah dia.

Normalnya gini tanda kutip

dia tidak ada yang kurang,

contohnya tangannya

lengkap, nek jalannya belum

bisa normal ya masih kaku,

dia punya kaki dua, punya

telinga, punya mata, dia itu

fisiknya ada semuanya

seperti anak biasanya. Jadi,

sekilas kalo dilihat dia tidak

kelihatan anak hiper.

Kalo secara fisik tidak

kelihatan, dia seperti anak

normal lainnya. Tapi ya itu

dilihatnya itu ketika kita

melihat terus anaknya kalo

secara fisik nggak kelihatan,

mbak.

Karakteristik

Anak secara

Kognitif

Kalo kognitif pengetahuan

tertentu mbak. Ada bagian-

bagian dia yang mampu

mungkin pada saat dia mood

atau pada saat dia tidak

kecapekan, karena anak

hiperaktif itu kan membutuhkan

Pengetahuannya dia lebih

daripada, maksudnya dia bisa

melebihi dari anak normal

lainnya.

Pokoknya berkaitan dengan

alam, seperti IPA,

pengetahuan-pengatahuan

Kognitifnya, kalo Abi itu

punya kekurangannya itu pas

dirumus-rumus pada

Matematika, pokoknya yang

berkaitan dengan rumus. Tapi

kalo yang berkaitan dengan

kayak apa namanya hafalan,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 121: PERSEPSI GURU TERHADAP METODE PENGAJARAN … · SD Pelangi, (2) persepsi guru terhadap metode pengajaran untuk anak hiperaktif kelas IV SD Pelangi, dan (3) persepsi guru terhadap

104

tenaga yang, tenaga yang besar

ya mbak ya. Mungkin pada

awal-awal gini dia mood atau

bisa mengikuti pelajaran e...

pelajaran tertentu untuk hafalan,

dia termasuk lumayan ya. mau

menghafal, hafalnya cepet juga,

tapi kalo untuk matematika ya

e... dia perlu benar-benar

pendampingan, tapi untuk

hafalan e.. apa matematika, IPS,

e... Bahasa itu lumayan tidak

terlalu di bawah KKM.

yang menghafal. Dia pandai

banget menghafal.

Kalo yang paling dia suka

kan ada IPA, Bahasa

Indonesia, kemudian IPS,

sama sekarang Bahasa Jawa

dia seneng. Aksara jowo itu

walaupun kadang-kadang ya

nulis roko itu jadi apa, ya

namanya juga belajar.

Pelajaran yang paling tidak

disuka Matematika.

Iya, lebih rendahlah, jelas

(Ibu Ine sambil tertawa)

dia bisa.

Karakteristik

Anak secara

Psikomotorik

Iya, motoriknyakan jelek berarti

untuk prakarya kurang bagus,

tapi dia tetep PD mbak, tetep

PD bisa, saya bisa. Jadi, dia ada

mata pelajaran apapun

bersemangat.

Kalo psikomotornya kurang

ya mbak ya e...Dia itu pakai

penggaris tidak bisa,

menggunting, terus apa lagi

ya kalo masukin benang itu

jelas tidak bisa, kayak buat

prakarya kayak melilitkan itu

harus saya dulu yang ngasih

lem nanti baru dia.

Kalo psikomotriknya udah

bagus, kayak anak lain

pokoknya

Karakteristik

Anak secara

Afektif

E... ya afektifnya lumayan, tapi

kadang kalo dia sudah benci

dengan temannya, itu terus yang

diincing itu terus, tapi walaupun

tidak dengan fisik cuman

dengan kata-kata itu, tapi

dengan teman-teman yang

lainnya bagus dia sama teman-

temannya, e.. sosialisasinya

Kalo sosialisasinya juga bisa

mengikuti, bisa mengikuti.

Kalo Abi itu seperti kayak

umumnya itu. Dia itu bisa

bersosial, main sama temen,

ikutin apa yang temen-temen

lakukan seperti itu. Normal

sebenernya.

Kalo anaknya bergaul dengan

temen-temennya sudah bisa,

bagus. kalo bermain, nah itu

kalo Abi itu nggak bisa diajak

buat bermain intinya. Jadi

kalo misalnya anak yang lain

itu mukulnya kayak pelan,

nah Abi itu mukulnya

beneran (Ibu Risti sambil

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 122: PERSEPSI GURU TERHADAP METODE PENGAJARAN … · SD Pelangi, (2) persepsi guru terhadap metode pengajaran untuk anak hiperaktif kelas IV SD Pelangi, dan (3) persepsi guru terhadap

105

cukup bagus. tertawa) tapi dia nggak mau

disalahin.

Persepsi

Metode

Pengajaran

Definisi

Metode

Pengajaran

Metode ya e... cara yang

digunakan guru untuk e...

memberikan materi kepada

peserta didik.

Cara penyampaian suatu

pelajaran di kelas.

Cara untuk menyampaikan

sesuatu, suatu pelajaran.

Metode pengajaran itu kan

caranya, cara untuk

memberikan pembelajaran

agar anaknya itu lebih paham,

lebih mengusai

pembelajarannya kayak gitu.

Macam-macam

Metode

Pengajaran

E... kerja kelompok, diskusi ya

mbak ya, e... kemudian Jigsaw

juga pernah, kemudian apa ya

CTL, ya macem-macem mbak

campur-campur.

Iya, ceramah. Ajeg itu mbak,

hehehe (Ibu Endah sambil

tertawa).

E... seperti kayak bermain,

terus dengan tanya jawab,

bermain itu tadi, bermain dan

menjadi sahabat. Itu lebih

kena daripada kita capek-

capek marah-marah.

Walaupun sebenernya saya

suka marah-marah, tapi

dengan cara saya bersahabat

dengan Abi itu lebih bisa

Banyak sih mbak kalo metode

pengajarannya kan ada apa

TsTS, ada yang snowball

throwing itu kan juga

anaknya yang aktif. Terus

metode-metode yang lebih ke

guru kan kayak metode

ceramah, e... misal metode

apa namanya nonton film

bareng-bareng, menceritakan

kembali.

Metode

Pengajaran

untuk

Matematika

Iya, pelajaran Matematika iya

lambat, hehehe (Ibu Endah

sambil tertawa). E... apa ya

untuk kan kalo dia cuma tiga

kali empat itu dia hafal memang

mbak. Tapi kalo untuk langkah-

langkah memang harus

didampingi seperti FPB dan

KPK itu harus gimana. Misal

kelipatan tiga, tiga, enam, itu

cepat mengaktifkannya. Tapi

kan setelah itu naiknya harus

bagaimana harus ada

Seperti kayak di kelas, biasa.

Jadi, misalnya di kelas ada

PR lalu mengerjakan dulu

PRnya, baru setelah itu kalo

jamnya masih Abi membaca

nanti kan Abi gampang

mengingat kan? Nanti tak

suruh membaca buku

pengetahuan-pengetahuan

lalu saya berikan pertanyaan-

pertanyaan. Lalu kalo untuk

matematika, saya juga ikut

membantu menghafal. Jadi,

Tergantung dari materi

pelajarannya sama e Abinya

saat itu juga sih mbak.

Misalnya Metode pelajaraan

untuk matematika atau apa

kayak itu iya tetep. Jadi

nggak bisa hanya satu metode

yang dilakukan, tetapi tetep

ada combine. Jadi, antara

metode konvensional sama

yang aktif yang buat anak

aktif tadi itu.

Metodenya ya itu, ya itu tadi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 123: PERSEPSI GURU TERHADAP METODE PENGAJARAN … · SD Pelangi, (2) persepsi guru terhadap metode pengajaran untuk anak hiperaktif kelas IV SD Pelangi, dan (3) persepsi guru terhadap

106

pendampingan. Kalo dilepaskan

sendiri, nggak nggak tau

maksudnya apa?

E... kalo apa ya kebanyakan

Matematika ya mbak kalo itu,

IPA, IPS cuma hafalan. Kalo

saya apa ya Matematika itu rata-

rata kalo saya mengajar itu tidak

mengejar materi tapi untuk

pemahaman anak mbak. Jadi, ya

seperti untuk mengajar tentang

porogapit pembagian, saya itu

harus menggunakan lambang-

lambang seperti kotak, bunder,

nah seperti itu lho mbak. Jadi,

harapan saya kan kotak itu diisi

apa, bunder diisi apa, seperti

misalkan kalo porogapitkan ada

hasil ini, misalkan dua ratus

dibagi lima. Nah, nantikan

atasnyakan untuk hasil itu saya

kasih bunder seperti itu.

Kemudian untuk apa lagi ya

mbak, banyak mbak saya

sampai (Ibu Endah sambil

tertawa). Oh... misalkan e... apa

jenenge jembatan opo jenenge

sing disingkat? E... Nah,

jembatan keledai kilometer,

hektometer seperti itukan pakai

Kyai Haji Damis seperti itu

supaya mereka hafal.

satu kali satu, seperti itu (Ibu

Ine sambil bernyanyi dengan

lirik tersebut). Jadi, nanti dia

juga ikut menghafal terus

seperti itu.

membuat pelajaran yang bisa

dibuat bermain juga kayak

gitu. Jadi, misalnya kayak

snowball throwing metode

bermain terus kayak TSTS

kita bisa tebak-tebak kayak

gitu.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 124: PERSEPSI GURU TERHADAP METODE PENGAJARAN … · SD Pelangi, (2) persepsi guru terhadap metode pengajaran untuk anak hiperaktif kelas IV SD Pelangi, dan (3) persepsi guru terhadap

107

Metode

Pengajaran

untuk Anak

Hiperaktif

Iya, itu campur mbak. Semua

campur karena kalo apa kita

menerangkan terus anaknya

juga nanti apa namanya

ngomong. Nah, nanti terus ada

kegiatan apa yang mereka

lakukan, campur-campur.

Lha iya, kalo kita satu kelas saja

berbeda-beda mbak, kalo kita

pakai lisan terus ada anak yang

tidak suka, kalo kita suruh baca

terus kan ada anak yang tidak

masuk, nah seperti itu. Kalo kita

hanya menuruti anak yang

hiperaktif saja nanti juga

kasihan anak yang lainnya

mbak, jadi ya dicampur ada

diskusi, apa dengan alat peraga,

iya dengan video pembelajaran,

semuanya dipakai. Karena

semua anak-anak itu yang satu

dengan anak yang lainnya itu

berbeda. Selama saya mampu,

selama saya bisa saya berusaha.

Karna kalo jigsaw itu kan untuk

anak hiperaktif ketika dia

menjadi sumber untuk

kelompok yang lain kan tidak

bisa. Karna dia kan tertawa

terus apa kalo mendiktekan juga

tidak bisa sabar. Kalo Jigsaw itu

kan satu kelompok terus nanti

Kalo hal-hal seperti itu, kita

metodenya itu ada

bercandanya jadinya nggak

monoton, jadi misalnya bahas

apa nanti diplesetin apa tapi

jangan keterlaluan

mlesetinnya, misalnya kayak

gitu mbak nanti dia bakalan

dipikir terus, kayak misalnya

sekarang lagi musim film

ojek pengkolan, nanti

manggil pada lari-lari nanti

dia, “Hai, tukang ojek” (Ibu

Ine sambil menyanyikannya)

tapi kalo “Udah ayo duduk”

kita harus ada variasinyalah

kayak gitu.

Saran lainnya ya itu tadi

kayak ceramah itu juga bisa

tapi kita nggak monoton

dengan ceramah sih,

pokoknya pinter-pinter

gurunya aja sih tergantung

pelajarannya, kadang-

kadangkan kita nggak tau

jadi misalnya mau pakai cara

ini nanti gurunya nyisipin

cara yang lainnya seperti itu.

Metode yang berpusat pada

siswanya, jadi siswa yang

aktif, bukan gurunya yang

aktif. Kalo saya hanya

memberikan arahanya dan

mendampingi anak saat

belajar.

Nah, kalo itu saya

melakukannya di combine

mbak. Jadi pertama kali

ceramah dulu, jelasin

materinya dulu. Setelah itu,

baru di combine dengan

metode lain, misalnya sama

snowball throwing. Kan

sudah dijelasin, misalnya

materinya IPA, jelasin materi

IPA kayak gimana terus nanti

dari itu kan kita pakai

snowball throwing, terus

nanti jadi anaknya kan

disuruh menulis soal, terus

nanti kita lembar-lembar, kita

jawab sama-sama. Nah, itu

lebih efektif sih kalo kemarin.

Jadi, dia juga lebih tau kan

belajar itu juga dari anak yang

lain, nah seperti itu jadi nggak

melulu dari gurunya seperti

itu.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 125: PERSEPSI GURU TERHADAP METODE PENGAJARAN … · SD Pelangi, (2) persepsi guru terhadap metode pengajaran untuk anak hiperaktif kelas IV SD Pelangi, dan (3) persepsi guru terhadap

108

disebar, menginformasikan ke

kelompok lain

Pedoman

Pemilihan

Metode

Pengajaran

E... materinya mbak,

berpedoman dengan materi dan

kira-kira e... untuk kemampuan

anak untuk materi ini tuh

cocoknya yang mana. Jadi,

materi, kemampuan anak,

e...kemudian apa ya e... alat

peraga yang ada, daya

dukungnya itu ya seperti itu.

Disesuaikan dengan materi

itu karena kan takutnya Abi

juga ketinggalan kan to mbak

kayak gitu dan Abi juga.

Tergantung dari materi

pelajarannya sama e Abinya

saat itu juga sih mbak.

Misalnya metode pelajaraan

untuk matematika atau apa

kayak itu iya tetep. Jadi

nggak bisa hanya satu metode

yang dilakukan, tetapi tetep

ada combine. Jadi, antara

metode konvensional sama

yang aktif yang buat anak

aktif tadi itu.

Tingkat

Keberhasilan

Penggunaan

Metode

Pengajaran

Ya berapa persen, ya 80%,

tergantung mood kok dia itu

mbak. Tapi kalo moodnya

bagus ulangan lumayan, bisa

dapet 8 iya to, kalo lagi nggak

belajar suruh belajar susah

sekali, dia akan dapet 6 dapet 5

gitu. Nah, dia kan kalo sudah

mengerjakan sendiri dapet 8 kan

terus sombong mbak, “Aku bisa

sendiri, nggak perlu

pendamping.” Nah, seperti itu

padahal itu nggak mesti,

tergantung mood dia. Iya kita

sebisanya memberikan evaluasi

seperti itu, kadang dia bisa ya

nggak pa-pa, tapi kalo mood dia

nggak ya nggak

Kalo dia merasa nyaman, dia

bisa masuk semua materinya,

ho’o. Maksudnya bisa mau

ikut, tapi kalo diasudah

merasa jenuh atau seumpama

dia baru seneng dengan

pelajaran tertentu, tapi saya

tidak memberikan itu, dah

dia adanya cuma males terus

ngamuk kayak gitu.

Kalo untuk yang

pengetahuan itu bisa 70

sampai 80 bisa masuk. Tapi

kalo untuk kayak Matematika

itu sulit, mungkin 40 30, 40-

an nggak sampai 50%.

Berapa ya, lebih dari 60 80,

mbak.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 126: PERSEPSI GURU TERHADAP METODE PENGAJARAN … · SD Pelangi, (2) persepsi guru terhadap metode pengajaran untuk anak hiperaktif kelas IV SD Pelangi, dan (3) persepsi guru terhadap

109

LAMPIRAN 3

THEORITICAL COODING

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 127: PERSEPSI GURU TERHADAP METODE PENGAJARAN … · SD Pelangi, (2) persepsi guru terhadap metode pengajaran untuk anak hiperaktif kelas IV SD Pelangi, dan (3) persepsi guru terhadap

110

LAMPIRAN 3.1

THEORITICAL COODING

Persepsi Guru

Anak Hiperaktif

Metode Pengajaran Anak

Hiperaktif

Definisi Anak

Hiperaktif

Ciri-ciri Anak

Hiperaktif

Definisi Metode

Pengajaran

Macam-Macam

Metode

Pengajaran

Tingkat

Keberhasilan

Metode

Pengajaran

Persepsi Terhadap Anak Hiperaktif

Persepsi Guru Terhadap Penanganan Terhadap

Anak Hiperaktif

Persepsi Guru Terhadap Metode Pengajaran

Untuk Anak Hiperaktif

Persepsi Terhadap Metode Pengajaran Untuk

Anak Hiperaktif

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 128: PERSEPSI GURU TERHADAP METODE PENGAJARAN … · SD Pelangi, (2) persepsi guru terhadap metode pengajaran untuk anak hiperaktif kelas IV SD Pelangi, dan (3) persepsi guru terhadap

111

LAMPIRAN 4

CATATAN MEMO

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 129: PERSEPSI GURU TERHADAP METODE PENGAJARAN … · SD Pelangi, (2) persepsi guru terhadap metode pengajaran untuk anak hiperaktif kelas IV SD Pelangi, dan (3) persepsi guru terhadap

112

Lampiran 4.1

Catatan Memo Partisipan II (Guru Kelas IV)

Guru kelas IV memiliki persepsi sendiri tentang anak hiperaktif. Beliau

mengatakan:

“Anak hiperaktif itu anak yang e... setiap saat e... apa yaa

melakukan tindakan entah itu berbicara, entah itu aktivitas apa, entah

jalan-jalan itu dan untuk diam beberapa dalam beberapa saat susah,

susah sekali. Walaupun untuk Abi itu tidak ada terapi, tapi dibanding

anak-anak yang lain, Abi itu termasuk anak yang lebih aktif daripada

anak lainnya. Sebelum, belum diajak, gurunya baru menerangkan saja,

dia sudah ngomong-ngomong, nyambung apa-apa, terkadang ngomong

e.. di luar apa materi, kadang iya seperti itu. Ya, anak yang pintar

sebenarnya mbak kemudian dia banyak akal, banyak bergerak karna dia

kan banyak akal sebenarnya dia ada saja yang dia lakukan, kemudian ya

di kelas e... intensitas untuk diamnya itu lebih sedikit dibandingkan

dengan geraknya yang aktif, lebih banyak aktivitas seperti itu.”

Berdasarkan pernyataan tersebut, guru kelas mempersepsikan anak hiperaktif

sebagai anak yang setiap saat melakukan aktivitas tertentu, berbicara berlebihan,

tidak bisa diam dalam waktu tertentu, dan terkadang menyela pembicaraan orang

lain dengan memberikan komentar atau sanggahan. Guru kelas juga berpandangan

bahwa anak hiperaktif itu sebenarnya adalah anak yang pandai dan memiliki

banyak akal. Dalam menentukan apakah Abi termasuk anak hiperaktif atau tidak,

guru berpedoman perilaku yang ditunjukkan Abi, pemahaman tentang hiperaktif,

dan assesment- assesment sebelumnya baik dari sekolah maupun orang tua.

Guru kelas menceritakan bagaimana perilaku Abi selama pembelajaran,

diantaranya sering menyela pembicaraan orang lain, berbicara berlebihan di luar

materi, sering bernyanyi kapan saja tanpa melihat tempat, membutuhkan waktu

lama dalam mengerjakan tugas, sering lupa membawa buku atau mengerjakan PR,

dan tidak sabaran. Guru kelas memahami bahwa setiap anak memiliki kebutuhan

khusus yang berbeda-beda. Setiap anak juga memiliki karakteristik yang berbeda-

beda seperti yang diungkapkan guru kelas:

“Anak yang e... membutuhkan perilaku yang lain dibanding anak

yang lain. Anak yang memerlukan kebutuhan yang lebih khusus

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 130: PERSEPSI GURU TERHADAP METODE PENGAJARAN … · SD Pelangi, (2) persepsi guru terhadap metode pengajaran untuk anak hiperaktif kelas IV SD Pelangi, dan (3) persepsi guru terhadap

113

dibandingkan anak yang pada umumnya dan itu memerlukan kebutuhan

khusus itu anak satu dengan anak yang lain berbeda-beda.”

Ibu Endah mendeskripsikan Abi baik secara fisik, kognitif, afektif, maupun

psikomotorik. Secara fisik, beliau mengungkapkan bahwa anak memiliki ciri fisik

yang sama seperti anak-anak lainnya. Abi memiliki anggota tubuh yang lengkap

tanpa kekurangan satupun. Begitu pula secara kognitif, Abi memiliki kemampuan

dalam menghafal yang bagus, terutama pada mata pelajaran yang berkaitan

dengan pengetahuan, seperti yang diungkapan Ibu Endah berikut:

Kalo kognitif pengetahuan tertentu mbak. Ada bagian-bagian dia

yang mampu mungkin pada saat dia mood atau pada saat dia tidak

kecapekan, karena anak hiperaktif itu kan membutuhkan tenaga yang,

tenaga yang besar ya mbak ya. Mungkin pada awal-awal gini dia mood

atau bisa mengikuti pelajaran e... pelajaran tertentu untuk hafalan, dia

termasuk lumayan ya. mau menghafal, hafalnya cepet juga, tapi kalo

untuk matematika ya e... dia perlu benar-benar pendampingan, tapi

untuk hafalan e.. apa matematika, IPS, e... Bahasa itu lumayan tidak

terlalu di bawah KKM.

Berdasarkan pernyataan tersebut, guru kelas mengatakan bahwa kemampuan anak

rata-rata. Namun, pada pelajaran Matematika Abi mengalami kesulitan, sehingga

Abi masih membutuhkan pendampingan. Nilai akademik Abi hampir semua mata

pelajaran di atas KKM, kecuali Matematika. Abi juga memiliki prestasi dalam

bidang seni, yaitu menyanyi. Abi pernah mengikuti lomba tingkat Kabupaten

untuk anak-anak bekebutuhan khusus. Secara afektif pun, Abi memiliki sosialisasi

yang baik dengan teman-temannya. Namun, jika dilihat dari segi psikomotorik

Abi masih kurang, terutama saat membuat prakarya. Meskipun demikian, Abi

selalu semangat dalam mengikuti semua pelajaran di sekolah. Hal ini sesuai

dengan yang diungkapkan Ibu Endah berikut:

“Iya, motoriknyakan jelek berarti untuk prakarya kurang bagus,

tapi dia tetep PD mbak, tetep PD bisa, saya bisa. Jadi, dia ada mata

pelajaran apapun bersemangat.”

Ibu Endah memahami bagaimana kondisi Abi, sehingga beliau berusaha

memberikan penanganan terhadap perilaku-perilaku yang ditunjukkan anak

selama proses pembelajaran. Pertama, Ibu Endah melakukan pendekatan personal

dengan selalu berkomunikasi, seperti menyapa setiap pagi atau menanyakan PR.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 131: PERSEPSI GURU TERHADAP METODE PENGAJARAN … · SD Pelangi, (2) persepsi guru terhadap metode pengajaran untuk anak hiperaktif kelas IV SD Pelangi, dan (3) persepsi guru terhadap

114

Kedua, ketika Abi mulai tidak fokus pada mata pelajaran, Ibu Endah memberikan

motivasi, nasehat, dan selalu mengingatkan apa yang dia cita-cita selama ini.

Salah satu kebiasaan Abi di kelas, yaitu Abi sering sekali menyanyi. Lagu-lagu

yang sering Abi nyanyikan adalah lagu sekolah minggu atau Sarpo Jarwo. Berikut

pernyataan Ibu Endah saat melakukan wawancara:

“Lagu apapun yang baru saja dia dapatkan. Contonhnya misalnya

sekarang hari senin ya mbak, pastilah nanti lagunya lagu sekolah

minggu karena dia kan agamanya bukan Islam. Lagu sekolah minggu

mbak itu dinyanyekke “Tuhan Yesus” (Ibu Endah memperagakan Abi

ketika menyanyi di kelas) pokoknya nyanyinya seperti itu, “Abi ini bukan

pelajaran Agama.” Kalo nggak dia suka nyanyi Sarpo Jarwo “Limme,

engkau idaman hatiku” (Ibu Endah memperagakan Abi ketika menyanyi

di kelas) sukanya nyanyi itu. Delime kan anaknya Babacang yang terus

dinyanyikan. Terus mbak ngikutin e... logat bahasanya orang Malaysia

seperti itu.”

Penanganan yang Ibu Endah lakukan ketika Abi menyanyi di kelas adalah sama

seperti penanganan-penanganan sebelumnya dengan memberikan nasehat,

meskipun itu hanya berlaku sebentar dan selang beberapa menit kembali seperti

itu lagi. Ibu Endah juga menceritakan bagaimana cara menangani Abi dan anak-

anak lainnya dengan mengucapakan kata dengan keras, jelas, dan bersikap tegas.

Perilaku-perilaku yang ditunjukkan Abi tersebut dapat menghambat proses

pembelajaran baik untuk Abi maupun anak-anak lainnya. Dalam mengatasi

permasalahan tersebut, Ibu Endah menggunakan metode pengajaran. Ibu Endah

memiliki pandangan tentang metode pengajaran, seperti yang diungkapkan beliau

sebagai berikut:

“Metode ya e... cara yang digunakan guru untuk e... memberikan

materi kepada peserta didik.”

Beliau mengungkapkan bahwa metode pengajaran adalah cara yang digunakan

guru untuk memberikan materi kepada peserta didik. Beberapa metode pengajaran

yang pernah beliau terapkan di kelas, diantaranya kerja kelompok, Jigsaw, CTL,

ceramah, dan lain-lain. Selain itu, Ibu Endah juga menggunakan berbagai media

pembelajaran, seperti benda-benda konkrit, video, PPT, jembatan keledai, dan alat

peraga. Ibu Endah mencoba menggunakan berbagai metode pengajaran tersebut

dengan harapan anak, terutama Abi, mampu menerima materi yang diajarkan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 132: PERSEPSI GURU TERHADAP METODE PENGAJARAN … · SD Pelangi, (2) persepsi guru terhadap metode pengajaran untuk anak hiperaktif kelas IV SD Pelangi, dan (3) persepsi guru terhadap

115

dengan maksimal. Menurut Ibu Endah, metode pengajaran yang tepat untuk anak

hiperaktif adalah perpaduan berbagai metode pelajaran yang dikemas dalam satu

pembelajaran utuh, seperti pernyataan beliau berikut:

“Iya, itu campur mbak. Semua campur karena kalo apa kita

menerangkan terus anaknya juga nanti apa namanya ngomong. Nah,

nanti terus ada kegiatan apa yang mereka lakukan, campur-campur.”

Ibu Endah mengungkapkan bahwa Abi pada pelajaran Matematika, pendamping

lebih berperan, terutama pada materi yang membutuhkan langkah-langkah untuk

mengetahui hasil jawabannya. Salah satu contonhnya pada materi KPK dan FPB,

Abi harus didampingi. Kemudian untuk mengetahui tingkat pemahaman Abi, Ibu

Endah memberikan soal evaluasi diakhir pembelajaran tanpa ada pendampingan.

Pedoman Ibu Endah dalam memilih metode pengajaran berdasarkan materi,

kemampuan anak, dan alat peraga yang mendukung. Ibu Endah mengungkapkan

bahwa jika pemilihan metode pengajaran tepat, maka tujuan pembelajaran dapat

tercapai dengan maksimal. Tingkat keberhasilan penggunaan berbagai metode

pengajaran dalam satu pembelajaran tergantung pada mood belajar Abi saat itu

juga. Apabila Abi mood belajar, maka materi yang dapat diterima sekitar 80%,

tetapi sebaliknya ketika Abi tidak mood belajar, maka materi yang diterima hanya

sekitar 50% - 60%. Secara keseluruhan informasi tersebut peneliti dapatkan dari

hasil wawancara dengan guru kelas IV.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 133: PERSEPSI GURU TERHADAP METODE PENGAJARAN … · SD Pelangi, (2) persepsi guru terhadap metode pengajaran untuk anak hiperaktif kelas IV SD Pelangi, dan (3) persepsi guru terhadap

116

Lampiran 4.2

Catatan Memo Partisipan IV (Guru Pendamping Khusus)

Partisipan IV merupakan guru pendamping khusus di SD Pelangi yang

bernama Ibu Risti. Salah satu tugas Ibu Risti sebagai guru pendamping khusus

adalah memberikan assesment pada semua anak berkebutuhan khusus, termasuk

Abi. Sebelum melakukan assesment anak hiperaktif, Ibu Risti memiliki

pandangan tentang karakteristik anak hiperaktif. Persepsi Ibu Risti tentang anak

hiperaktif yang diungkapkan saat melakukan wawancara sebagai berikut ini:

“Anak hiperaktif itu anak yang mempunyai kelebihan gerak

maupun verbal kayak gitu. Kalo kelebihan gerak itu misalnya kalo anak-

anak yang lain itu e... dalam rentang waktu tertentu anak normal itu

anak normal Cuma bergerak 2 sampai 3, nah kalo anak hiperaktif itu

bisa lebih dari itu seperti itu sama verbal juga seperti itu dan tidak bisa

menempatkan gitu, kalo misalkan verbal kan kalo di kelas anak seharus

duduk atau diam atau sebagainya, tapi kalo anak hiperaktif karena dia

tidak tau salah, jadi e... ngomong-ngomong terus, nggak bisa duduk,

mondar-mandir kayak gitu.”

Berdasarkan pernyataan tersebut, Ibu Risti mempersepsikan anak hiperaktif

sebagai anak yang mempunyai kelebihan gerak maupun verbal, misalnya dalam

waktu tertentu anak lain bergerak 2-3, tetapi anak hiperaktif bisa lebih, bicara

berlebihan, dan tidak bisa duduk tenang. Menurut Ibu Risti, karakteristik anak

hiperaktif yang nampak pada anak ini, diantaranya anak sulit berkonsentrasi saat

pembelajaran berlangsung, mengajukan banyak pertanyaan secara terus-menerus

meskipun pertanyaan sebelumnya belum selesai dijawab, ketika marah anak tidak

mau mengerjakan tugas, dia pandai dalam mencari alasan dan selalu menyalahkan

orang lain, seperti pernyataan beliau berikut ini:

“Anak hiperaktif itu suka pengen taunya tapi pengen taunya itu

suka kelewat dari anak yang lain. Itu apa, Bu? itu sudah, tapi kalo anak

hiperaktif itu nanya “Ini apa, itu apa?” Nah terus setelah udah dijelasin

kayak gitu kita ngasih tau, dia itu kayak pura-pura ngasih tau ke orang

lain, nah kayak gitu lho (Ibu Risti sambil sedikit tertawa). Jadi modelnya

membeo, membeo tapi e... ke orang lain ngasih taunya, kayak gitu.”

Ibu Risti juga mendeskripsikan Abi baik secara fisik, kognitif, afektif, maupun

psikomotorik. Secara fisik, Ibu Risti mengungkapkan bahwa Abi terlihat seperti

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 134: PERSEPSI GURU TERHADAP METODE PENGAJARAN … · SD Pelangi, (2) persepsi guru terhadap metode pengajaran untuk anak hiperaktif kelas IV SD Pelangi, dan (3) persepsi guru terhadap

117

anak lainnya yang memiliki fisik lengkap. Abi secara kognitif memiliki kelebihan

dalam menghafal, khususnya pelajaran yang berkaitan dengan pengetahuan.

Namun, dalam mata pelajaran yang berkaitan dengan hitungan, yaitu Matematika,

Abi mengalami kesulitan. Hal ini menyebabkan nilai Abi pada mata pelajaran

Matematika lebih rendah dibanding nilai mata pelajaran lainnya. Dari segi afektif

pun, Abi mampu bersosialisasi baik dengan teman-temannya. Begitu pula dari

aspek psikomotorik pada diri anak ini sudah baik, seperti anak-anak lainnya.

Berdasarkan perilaku-perilaku yang ditunjukkan Abi selama pembelajaran,

Ibu Risti melakukan berbagai penanganan dengan tujuan mengurangi perilaku

hiperaktif pada anak. Beliau berpandangan bahwa penanganan untuk Abi dengan

memberikan pengertian-pengertian atau nasehat yang lebih ke psikologis. Contoh

penanganan yang telah beliau lakukan saat anak sudah berbicara yang berlebihan

dengan memberikan pengertian-pengertian dan membuat kesepakatan, seperti

pernyataan beliau berikut:

“Abi, ini waktunya Ibu yang berbicara, kalo Abi mau berbicara

silakan tapi nanti pas pelajaran ini atau pas istirahat.” Kita kasih tau

kalo misalnya anaknya nggak nggak bisa karna emang Abi kan

pemahamannya sudah bagus ya, jadi kan cuman dikasih tau aja kayak

gitu. Kalo misalnya nggak ada kita bikin kesepakatan lagi, “Jadi,

gimana Abi kalo mau ngomong Ibu diam kalo Ibu yang ngomong Abinya

yang diam.” Kalo misalnya anaknya nggak mau ya udah kalo gitu,

“Sekarang Ibu mau bicara dulu, Abi silakan tunggu di luar.”

Selain memberikan pengertian, nasehat, atau membuat kesepakatan dengan

anak, Ibu Risti juga menggunakan beberapa metode pengajaran ketika mengajar

memberikan kelas fullout. Ibu Risti mempunyai pandangan tersendiri tentang

metode pengajaran, seperti berikut:

“Metode pengajaran itu kan caranya, cara untuk memberikan

pembelajaran agar anaknya itu lebih paham, lebih mengusai

pembelajarannya kayak gitu. Jadi ya kita sebagai guru harus tau

anaknya itu kayak gimana dan kita harus tau metode apa yang tepat

untuk anaknya.”

Berdasarkan pernyataan tersebut, Ibu Risti mendefinisikan metode pengajaran

sebagai cara untuk memberikan pelajaran agar anak dapat memahami dan

menguasai materi yang diajarkan. Beberapa metode pengajaran yang pernah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 135: PERSEPSI GURU TERHADAP METODE PENGAJARAN … · SD Pelangi, (2) persepsi guru terhadap metode pengajaran untuk anak hiperaktif kelas IV SD Pelangi, dan (3) persepsi guru terhadap

118

beliau terapkan di kelas antara lain adalah TSTS, snowball throwing, ceramah,

menggunakan video. Ibu Risti beranggapan jika guru tidak mengembangkan dan

menggunakan metode pengajaran, anak-anak akan kesulitan dalam memahami

materi. Dalam satu pembelajaran Ibu Risti tidak hanya menggunakan satu metode

pengajaran, tetapi mengkombinasikan berbagai metode pengajaran yang dikemas

dalam satu pembelajaran utuh, seperti yang beliau ungkapkan berikut ini:

“Tergantung dari materi pelajarannya sama e Abinya saat itu juga

sih mbak. Misalnya Metode pelajaraan untuk matematika atau apa kayak

itu iya tetep. Jadi nggak bisa hanya satu metode yang dilakukan, tetapi

tetep ada combine. Jadi, antara metode konvensional sama yang aktif

yang buat anak aktif tadi itu.”

Ibu Risti memberikan contoh pada lima menit pertama pembelajaran, beliau

menggunakan metode ceramah, kemudian dilanjutnya dengan metode snowball

throwing. Tingkat keberhasilan Ibu Risti menggunakan metode pengajaran

tersebut, terutama bagi Abi sekitar 60% - 80%. Namun, Ibu Risti menambahkan

tingkat keberhasilan tersebut bergantung dengan suasana hati Abi saat itu juga.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 136: PERSEPSI GURU TERHADAP METODE PENGAJARAN … · SD Pelangi, (2) persepsi guru terhadap metode pengajaran untuk anak hiperaktif kelas IV SD Pelangi, dan (3) persepsi guru terhadap

119

LAMPIRAN 5

BAGAN ANALISIS DATA

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 137: PERSEPSI GURU TERHADAP METODE PENGAJARAN … · SD Pelangi, (2) persepsi guru terhadap metode pengajaran untuk anak hiperaktif kelas IV SD Pelangi, dan (3) persepsi guru terhadap

120

Lampiran 5.1

Bagan Analisis Data

Reduksi Data

Berdasarkan teknik pengumpulan data yang

dilakukan oleh peneliti, baik dari hasil observasi,

wawancara, dan dokumentasi. Peneliti

mentemakan atau mengkategorikan yang menjadi

temuan peneliti dari hasil pengumpulan data.

Peneliti menemukan adanya persepsi guru tentang

metode pengajaran untuk anak hiperaktif.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, peneliti menyimpulkan bahwa guru memahami

bagaimana kondisi Abi. Hal ini menimbulkan persepsi guru terhadap anak hiperaktif.

Setiap guru memiliki persepsi yang berbeda terhadap anak hiperaktif. Namun,

persepsi dari setiap guru yang mengampu di kelas IV SD Pelangi terhadap anak

hiperaktif memiliki kesamaan dengan teori anak hiperaktif. Terkait dengan perilaku

yang ditunjukkan Abi, hal yang dilakukan guru untuk mengurangi perilaku Abi yang

dapat menghambatnya dalam memahami materi dengan menggunakan metode

pengajaran. Hal ini juga mengakibatkan munculnya persepsi guru terhadap metode

pengajaran untuk anak hiperaktif. Berdasarkan hasil penelitian, persepsi guru

terhadap metode pengajaran untuk anak hiperaktif adalah perpaduan dari berbagai

metode pengajaran yang dikemas dalam satu pembelajaran utuh. Metode pengajaran

tersebut adalah perpaduan antara metode pengajaran yang berpusat pada siswa dan

metode konvensional. Pedoman guru dalam pemilihan metode pengajaran adalah

materi, karakteristik anak, kemampuan anak, dan media yang mendukung. Tingkat

keberhasilan menggunakan metode pengajaran tersebut bergantung dengan suasana

hati anak saat itu.

Catatan Lapangan

Peneliti mengadakan penelitian ini dengan teknik

pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara,

dan dokumentasi. Berdasarkan teknik pengumpulan data

tersebut peneliti menemukan adanya anak hiperaktif di

kelas IV SD Pelangi

Display Data

Hasil dari penelitian ini adalah munculnya persepsi guru

terhadap anak hiperaktif yang sesuai dengan teori anak

hiperaktif dan persepsi guru terhadap metode

pengajaran untuk anak hiperaktif. Pernyataan tersebut

menunjukkan bahwa guru memahami problematika

anak hiperaktif. Guru mempunyai persepsi bahwa

metode pengajaran untuk anak hiperaktif, khususnya

Abi adalah perpaduan dari berbagai metode pengajaran

yang dikemas dalam satu pembelajaran utuh. Guru

berpandangan demikian karena guru sebelumnya tidak

dibekali tentang anak hiperaktif dan metode

pengajarannya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 138: PERSEPSI GURU TERHADAP METODE PENGAJARAN … · SD Pelangi, (2) persepsi guru terhadap metode pengajaran untuk anak hiperaktif kelas IV SD Pelangi, dan (3) persepsi guru terhadap

121

LAMPIRAN 6

RIWAYAT PENELITI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 139: PERSEPSI GURU TERHADAP METODE PENGAJARAN … · SD Pelangi, (2) persepsi guru terhadap metode pengajaran untuk anak hiperaktif kelas IV SD Pelangi, dan (3) persepsi guru terhadap

122

Lampiran 6.1

RIWAYAT PENELITI

Dwi Marginingsih adalah seorang wanita yang

lahir pada tanggal 19 Juni 1992 di kota Klaten Jawa

Tengah Indonesia. Peneliti merupakan putri kedua dari

pasangan suami istri Bomin Kartono dan Asih

Handayani. Peneliti mulai menempuh pendidikan dari

usia 5 tahun, yaitu sejak tahun 1997-1998 di TK

Pertiwi Guyangan Tugu Cawas. Peneliti melanjutkan

pendidikan ke jenjang sekolah dasar di SDN Tugu II pada tahun 1998-2004. Pada

tahun 2004-2007, peneliti melanjutkan pendidikan ke jenjang sekolah menengah

pertama di SMP Pangudi Luhur Cawas. Setelah lulus SMP, peneliti melanjutkan

pendidikan ke jenjang sekolah menengah atas di SMA Negeri 1 Cawas dari tahun

2007-2010. Pada tahun 2010-2012 peneliti tidak melanjutkan pendidikan ke

jenjang yang lebih tinggi. Dua tahun kemudian tepatnya pada tahun 2012 peneliti

memutuskan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi di

Universitas Sanata Dharma. Peneliti terdaftar sebagai mahasiswi S1-PGSD

dengan NIM 121134215. Selama menempuh pendidikan di Universitas Sanata

Dharma, peneliti pernah mengikuti kegiatan yang diadakan setiap tahun oleh

falkultas, yaitu Dekan Cup. Pada saat itu, peneliti sebagai menjadi panitia sebagai

CO acara. Selain itu, peneliti juga mengikuti kegiatan kepanitiaan di luar

Universitas, yaitu sebagai panitia open house yang diadakan di SD Pangudi Luhur

Yogyakarta.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI