Upload
others
View
0
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PERSEPSI LANSIA PENGHUNI PANTI WREDA “HANNA”
YOGYAKARTA TERHADAP PANTI WREDA “HANNA”
YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi (S. Psi.)
Program Studi Psikologi
Oleh:
Franciskus Rondang Sitindaon
NIM: 039114089
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI, JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2009
i
PERSEPSI LANSIA PENGHUNI PANTI WREDA
“HANNA” YOGYAKARTA
TERHADAP PANTI WREDA “HANNA” YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi (S. Psi.)
Program Studi Psikologi
Oleh:
Franciskus Rondang Sitindaon
NIM: 039114089
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI, JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2009
ii
iii
iv
“…. My Dreams are My Motivation & Strenght….”
v
Dipersembahkan untuk
Bapa di Surga, inilah hasil usahaku
Bapak-Ibuku, ungkapan rasa hormat dan baktiku.
Saudara-saudaraku….salam sayang selalu.
Semua lansia yang tetap terus menikmati indahnya kehidupan, walau waktu terus
berjalan..
Dan diriku sendiri yang juga akan menjadi lansia. Lansia yang bahagia!
vi
vii
ABSTRAK
PERSEPSI LANSIA PENGHUNI PANTI WREDA “HANNA” YOGYAKARTA TERHADAP PANTI WREDA “HANNA”
YOGYAKARTA
Franciskus Rondang Sitindaon 039114089
Fakultas Psikologi UNIVERSITAS SANATA DHARMA
Salah satu keberhasilan pembangunan Indonesia, yaitu peningkatan taraf hidup dan kesehatan penduduk mengakibatkan umur harapan hidup penduduk meningkat. Peningkatan umur harapan hidup penduduk berdampak pada jumlah para lansia yang semakin bertambah. Peningkatan jumlah penduduk lansia tentunya membawa dampak di berbagai bidang. Lansia yang mengalami perubahan, baik fisik, psikis, dan sosial memerlukan adanya pelayanan untuk memenuhi kebutuhan, baik fisik, psikis, maupun sosial, seperti pengadaan panti wreda. Panti wreda sebagai lembaga yang membantu para lansia dapat dipersepsi positif oleh keluarga lansia maupun oleh lansia yang menjadi penghuni panti wreda karena sangat membantu baik dalam merawat lansia. Namun, panti wreda terkadang masih dipersepsi negatif baik oleh lansia sendiri maupun keluarga lansia penghuni panti wreda. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif yang bertujuan untuk mendeskripsikan persepsi lansia penghuni panti wreda terhadap panti wreda yang ditempati oleh lansia tersebut. Aspek-aspek panti wreda yang dipersepsi lansia antara lain pihak pengelola, relasi lansia dengan perawat, relasi lansia dengan sesama lansia, fasilitas, dan lingkungan fisik panti. Subjek penelitian adalah lansia yang tinggal di panti wreda “HANNA” Yogyakarta. Jumlah subjek terdiri dari lima perempuan yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Metode pengumpulan data dilakukan dengan wawancara terhadap lansia penghuni panti wreda “HANNA” Yogyakarata. Hasil penelitian menggambarkan bahwa persepsi subjek penelitian terhadap tiga aspek panti wreda “HANNA” Yogyakarta, yaitu pihak pengelola, relasi lansia dengan perawat, dan relasi lansia dengan sesama lansia cenderung positif. Persepsi negatif ditujukan pada fasilitas dan lingkungan fisik panti. Kata Kunci: persepsi, lans ia, panti wreda “HANNA” Yogyakarta.
viii
ABSTRACT
THE PERCEPTIONS OF OLDER PEOPLE AT “HANNA” YOGYAKARTA NURSING HOME TOWARD “HANNA” YOGYAKARTA
NURSING HOME
Franciskus Rondang Sitindaon 039114089
Faculty of Psychology UNIVERSITY OF SANATA DHARMA
One of the Indonesia development success which is the increasing of citizen’s extent of life and helath causes the increasing of citizens’ life expectancy. The increasing of life expectancy has an effect on the increasing number of older people. The increasing number of older people brings about some effects in many aspects. Older people who experience physical, mental, and social changes, require a service that can fulfill their needs like the establishment of nursing homes. Nursing homes as departments that help older people, can be perceived positively both by the older people and their family who stay in nursing homes, because nursing homes help them take care the older people. Yet, nursing homes could be perceived negatively as well. The study is the qualitative descriptive one. The aim of this study is to investigate the perceptions of older people who stay at nursing home toward the nursing home which the older people live in. The aspects of nursing home which were perceived by the older people are the owner, relationship among the older people and nurses, the relationship among older people, facility, and physical environment. The participants of the study were the older people who stay at “HANNA” Yogyakarta nursing home. The participants of the study consisted of five people who met the designated criteria. The data were collected by conducting interview toward the older people who stay at “HANNA” Yogyakarta nursing home. The result showed that the participants’ perception toward three aspects of “HANNA” Yogyakarta nursing home which are the owner of the nursing home, the relationship among the older people and the nurses, and the relationships among all of the older peole are positive. Negative perceptions were shown toward the two aspects of nursing home: facility and physical environment. Keywords: perception, older people, “HANNA” Yogyakarta nursing home.
ix
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa, sehingga
skripsi ini berhasil diselesaikan. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah astu
syarat guna memperoleh gelar Sarjana Psikologi di Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta.
Proses dari awal hingga akhir pembuatan skripsi ini telah melibatkan
banyak pihak yang dengan terbuka memberikan bantuannya. Untuk itu, pada
kesempatan kali ini penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih kepada:
1. Bapak P. Eddy Suhartanto, S. Psi., M. Si, selaku Dekan Fakultas Psikologi
Unuversitas Sanata Dharma yang telah memberikan ijin penelitian untuk
skripsi ini.
2. Ibu Dra. Lusia Pratidarmanastiti, M. Si, selaku Dosen Pembimbing yang
telah membimbing peneliti dari awal hingga akhir dalam penyusunan
skripsi ini.
3. Ibu Agnes Indar E., S. Psi., M. Si, selaku Dosen Pembimbing Akademik.
4. Segenap dosen fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma yang telah
membantu peneliti selama ini hingga dapat terselesaikannya penulisan
skripsi ini.
5. Para subjek penelitian yang telah membantu peneliti hingga skripsi ini
dapat terselesaikan.
6. Panti Wreda “HANNA” Yogyakarta yang telah membantu peneliti hingga
skripsi ini dapat terselesaikan.
xi
7. Orang tua penulis, (Almarhum) Bapak Antonius Djaman Sitindaon dan
Ibu Nurdiana Sinaga yang telah mendukung dan mendorong peneliti
hingga dapat menyelesaikan penyusunan skrispsi ini. Salam sayang selalu.
8. Abang dan kakakku (Coky, Butet, Norman, Siska, & Nando). Terimakasih
atas bantuannya selama ini, memberikan kritik, semangat, dan doa dalam
penulisan skripsi. Salam sayang selalu.
9. Seluruh keluarga besar penulis yang telah memberi semangat serta
mendoakan penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.
10. Para karyawan sekretariat fakultas psikologi (ibu Nanik, Mas Gandung,
Bapak Gie) yang telah membantu penulis dalam membantu penulis dalam
semua urusan administrasi di fakultas dan memberikan pengalaman
menjadi asisten BRS on-line. Mas Donnie, terima kasih sudah membantu
penulis dengan meminjamkan buku dan jurnal. Terima kasih sekali lagi.
11. Teman-teman fakultas psikologi yang telah banyak membantu penulis
dalam penulisan skripsi ini.
12. Teman-teman di Paduan Suara Mahasiswa “Cantus Firmus”. Terima kasih
atas keceriaan, semangat, tawa, sedih,…semua jadi satu. Suatu
kebahagiaan & kehormatan memiliki dan menjadi bagian keluarga PSM
“Cantus Firmus”.
13. Teman-teman kontrakan yang telah membantu penulis, Ato & Kang Harri,
nice to know u guys.
xii
14. Akhirnya, terima kasih dan salam hormat selalu kepada Yesus dan
Sidharta Gautama. Ajaran kalian selalu menemani dan menolongku diriku
ketika semangat dan hidup terasa berat kujalani.
Penulis
xiii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL……………………………………………………. i
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING……………..... ii
HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI………………………………. iii
HALAMAN MOTTO………………………………………………….. iv
HALAMAN PERSEMBAHAN………………………………………... v
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA…..………………… vi
ABSTRAK………………………………………………………………. vii
ABSTRACT……………………………………………………………… viii
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH………… ix
KATA PENGANTAR…………………………………………………... x
DAFTAR ISI……….…………………………………………………….. xiii
DAFTAR TABEL….…………………………………………………….. xvii
DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………….. xviii
BAB I (PENDAHULUAN)
A. Latar Belakang Masalah……….………………………… 1
B. Rumusan Permasalahan………….….…………………… 9
C. Tujuan Penelitian………………………………………… 9
D. Manfaat Penelitian………………………………………… 9
BAB II (LANDASAN TEORI)
A. Persepsi
1. Definisi Persepsi…………………………………………. 11
xiv
2. Faktor-Faktor Mempengaruhi Persepsi……………….. 12
B. Lanjut Usia
1. Definisi Lansia…………………………………………… 16
2. Perubahan Pada Lansia………………………………… 17
a. Perubahan Fisik…………………………………… 17
b. Perubahan Psikologi……………………………… 20
c. Perubahan Sosial…………………………………. 22
C. Panti Wreda “HANNA” Yogyakarta
1. Definisi Panti Wreda…………………………………… 25
2. Tujuan Panti Wreda…………………………………… 25
3. Akibat Panti Wreda……………………………………. 26
4. Aspek-Aspek Panti Wreda………………………….….. 28
5. Panti Wreda “HANNA” Yogyakarta………………….. 33
a. Definisi Panti Wreda “HANNA” Yogyakarta……. 33
b. Tujuan Panti Wreda “HANNA” Yogyakarta……. 33
c. Akibat Panti Wreda “HANNA” Yogyakarta…….. 34
d. Aspek-Aspek Panti Wreda “HANNA” Yogyakarta 34
xv
D. Persepsi Lansia Penghuni Panti Wreda “HANNA”
Yogyakarta Terhadap Panti Wreda “HANNA” Yogyakarta 37
BAB III (METODE PENELITIAN)
A. Jenis Penelitian………………………………………….. 40
B. Subjek Penelitian……………………………………..… 41
C. Prosedur Penentuan Sumber Data……………………... 42
D. Variabel Penelitian……………………………………… 42
E. Metode Pengumpulan Data……………………………. 43
F. Analisis Data…………………………………………..… 45
G. Pemeriksaan Keabsahan Data…………………………. 46
BAB IV (PELAKSANAAN, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN)
A. Pelaksanaan Penelitian……………………………..…... 48
B. Hasil Penelitian………………………………………..… 51
1. Data Subjek Penelitian…………………………….. 51
2. Analisis Data………………………………………... 52
C. Pembahasan……………………………………………... 66
xvi
BAB V (KESIMPULAN DAN SARAN)
A. Kesimpulan……………………………………………… 77
B. Saran……………………………………………………... 77
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………….. 78
LAMPIRAN-LAMPIRAN……………………………………………….. 81
xvii
DAFTAR TABEL
Tabel I. Panduan Wawancara…………………………………… 44
Tabel II. Data Subjek Penelitian………………………………… 51
Tabel III. Hasil Tabulasi Persepsi Subjek Penelitian……………… 52
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I Transkrip Verbatim Wawancara Subjek P1………………. 81
Lampiran II Transkrip Verbatim Wawancara Subjek P2 …..…………....87
Lampiran III Transkrip Verbatim Wawancara Subjek P3..…………….... 95
Lampiran IV Transkrip Verbatim Wawancara Subjek P4.…………….... 101
Lampiran V Transkrip Verbatim Wawancara Subjek P5..……………… 108
Lampiran VI Surat Keterangan Penelitian……………………………..... 113
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Jumlah penduduk lanjut usia (lansia) di Indonesia meningkat
dengan signifikan dari tahun 2000 hingga 2 dekade ke depan nanti. Pusat
Data dan Informasi Kesejahteraan Sosial Departemen Sosial (Pusdatin
Depsos dalam Damanik, 2003) memperkirakan jumlah lansia pada tahun
2000 sudah mencapai 15, 8 juta atau sekitar 7,6 persen dari total penduduk
Indonesia. Pada tahun 2010 nanti, jumlah itu akan meningkat menjadi 17,3
juta atau 7,4 persen dari total penduduk pada tahun yang sama.
Peningkatan jumlah penduduk diakibatkan taraf hidup dan
kesehatan penduduk Indonesia yang semakin lama semakin baik sebagai
wujud dari hasil pembangunan, telah meningkatkan harapan hidup. Ini
terbukti meningkatnya umur harapan hidup penduduk, yang pada akhirnya
berdampak pada jumlah para lansia akan terus bertambah (Supriyadi,
2007).
Peningkatan jumlah penduduk lansia tentunya membawa dampak
di berbagai bidang (Damanik, 2003). Pada bidang kesehatan, misalnya
penyediaan layanan yang lebih khusus dalam menangani masalah
kesehatan lansia. Ini dikarenakan lansia mengalami proses penurunan
kemampuan fisik, psikis, dan intelektual secara substansial (Kompas,
dalam Damanik, 2003), sehingga lebih rentan terhadap gangguan berbagai
2
jenis penyakit. Pada bidang ekonomi, penyediaan bantuan dari berbagai
pihak jelas diperlukan, karena sebagian besar lansia bergantung pada
kelompok usia produktif. Pada bidang sosial-budaya dirasakan semakin
mendesak upaya untuk menyediakan layanan sosial. Ini dikarenakan
mereka secara sosial cenderung diabaikan oleh kelompok penduduk
lainnya dalam proses-proses interaksi sosial, sehingga muncul perasaan
terisolasi dari lingkungan masyarakat.
Pada perjalanan hidup, manusia secara alami akan mengalami
proses penuaan yang berupa perubahan, baik fisik, psikis, dan sosial
(Supriyadi, 2007). Perubahan tersebut antara lain kemunduran pada organ
tubuhnya. Pada usia lanjut secara fisiologis akan terjadi penurunan fisik,
misalnya dalam pendengaran dan penglihatannya berkurang, kulitnya
keriput kering dan sakit-sakitan. Selain itu, tulang mudah patah dan
timbulnya berbagai penyakit, seperti tekanan darah tinggi, diabetes, dan
lain- lain. Pada segi psikis terdapat penurunan, seperti gangguan ingatan,
perasaan curiga, murung, kurang bergairah, merasa tidak berguna, dan
lain- lain. Sedangkan pada segi sosial, perubahan pola interaksi dalam
keluarga, seperti anak yang bersekolah atau bekerja di kota lain (Mönks,
1999).
Oleh karena itu, dengan adanya proses penuaan yang berupa
perubahan, baik fisik, psikis, dan sosial, maka lansia memerlukan adanya
pelayanan untuk memenuhi kebutuhan baik fisik, psikis, dan sosialnya,
yaitu dengan pengadaan panti sosial, seperti panti wreda, yang mengurusi
3
bagi para lansia, terutama mereka yang terlantar (Supriyadi, 2007).
Pernyataan ini dipertegas Salamah (2005) bahwa kesejahteraan lansia
merupakan tanggung jawab bersama, merawat, dan memberikan
kesejahteraan sehingga lansia terjamin kehidupannya.
Panti wreda secara umum memiliki pengertian sebagai suatu lembaga
khusus bagi orang-orang dewasa yang membutuhkan perawatan khusus.
Penghuni yang tinggal di panti wreda sebagian besar berusia lebih dari 85
tahun (U. S. Senat dalam Perlmutter, 1992). Selain itu, panti wreda juga
diartikan sebagai lembaga sosial yang bertujuan untuk mengurus dan
merawat lansia agar terjamin keselamatan dan kesehatannya (Rinawati
dalam Salamah, 2005). Panti wreda “HANNA” Yogyakarta sebagai suatu
lembaga yang memiliki tujuan untuk meningkatkan dan melestarikan
pelayanan kepada orang lansia di Yogyakarta. Pelayanan yang diberikan
oleh panti wreda “HANNA” Yogyakarta terhadap lansia tertuju pada
kebutuhan jasmani dan rohani secara utuh (“HANNA”, 2004).
Panti wreda secara umum dalam perkembangannya melaksanakan
kegiatan pemberian kesibukan kepada para lansia berupa bimbingan
keterampilan kerja yang berguna untuk melepaskan lansia dari kevakuman
sosial, rasa kesepian, dan mencegah pengerasan dan atropia anggota badan
(Tursilarini & Untung, 2003). Kondisi ini juga berlaku pada panti wreda
“HANNA” Yogyakarta, namun tidak berhubungan dengan keterampilan,
yang memberikan kegiatan kepada lansia yang memilih tinggal di panti
4
wreda “HANNA” Yogyakarta, seperti senam lansia, membaca, menjahit,
dan lain- lain (“HANNA”, 2004).
Lansia, secara umum, yang ditempatkan di panti wreda, didasarkan
pada hasil evaluasi penelitian terhadap penyebab lansia yang tinggal di
panti wreda, dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu karakteristik
sosiodemografis, status kesehatan, keberfungsian-kelemahan kognisi, dan
dukungan sosial atau lingkungan (Russell dkk, 1997). Faktor
sosiodemografis yang menyebabkan lansia ditempatkan di panti
dikarenakan alasan usia. Usia yang semakin bertambah tua, semakin tinggi
kemungkinannya lansia ditempatkan di panti (Cohen dkk dalam Russell
dkk, 1997).
Faktor umum lain yang dapat dikatakan memegang peranan
penting seorang lansia ditempatkan oleh pihak keluarga lansia di panti
adalah alasan status kesehatan. Status kesehatan lansia yang menurun
akibat terkena kanker, stroke, atau pelemahan fungsi sistem syaraf (Liu
dkk dalam Russell dkk, 1997), pelemahan atau penurunan keberfungsian
atau penurunan secara fisik atau kognitif (Cohen dkk dalam Russell dkk,
1997), dan orang lansia yang menderita satu atau lebih penurunan
kemampuan hidup sehari-hari seperti berpakaian, menyiapkan makanan,
dan mandi lebih besar kemungkinannya ditempatkan di panti wreda
dibandingkan dengan lansia yang tidak mengalami penurunan fungsi (Jette
dkk dalam Russell dkk, 1997). Lansia dengan penurunan fungsi kognitif
baik itu sedang atau berat, tetapi tanpa penurunan kemampuan hidup
5
sehari-hari 2 (dua) kali lebih besar kemungkinan untuk ditempatkan di
panti wreda dibandingkan lansia yang tidak mengalami penurunan fungsi
kognitif (Coughlin & Foley dalam Russell dkk, 1997). Penurunan fisik dan
kognitif akan memperbesar kemungkinan lansia ditempatkan di panti
wreda (Foley dkk dalam Russell dkk, 1997).
Selain itu, penyebab secara umum yang menyebabkan lans ia
ditempatkan di panti wreda adalah kondisi lansia yang hidup sendiri
dibandingkan hidup dengan orang lain (Coughlin dkk dalam Russell dkk,
1997). Lansia yang hidup dengan pasangan hidupnya, anak perempuan,
atau saudara dari lansia itu sendiri memiliki kemungkinan yang lebih kecil
ditempatkan di panti wreda (Freedman dalam Russell dkk, 1997). Lansia
yang pasangan hidup masih ada atau kerabat keluarga yang tinggal satu
rumah dapat memberi bantuan pada tugas yang sulit atau membantu
menyediakan kebutuhan lansia (Greene dkk dalam Russell dkk, 1997).
Pendapat umum menyatakan bahawa penempatan lansia di panti
wreda dapat bernilai negatif, yaitu orang lanjut hidup dalam kesepian,
isolasi atau keterasingan sosial (Salamah, 2005). Ini dikarenakan tinggal di
panti wreda tidak sebebas di rumah sehingga lansia mengalami tekanan
terutama psikisnya, seperti perasaan tersisih, terbuang dari keluarga, dan
terisolir dari lingkungan masyarakat. Schultz & Brenner (dalam Davidson,
2006) menyatakan bahwa penempatan lansia di panti wreda
mengakibatkan lansia mengalami suatu perubahan sosial yang dapat
menjadi stressor dan diyakini berperan dalam meningkatnya mortalitas,
6
walaupun terkadang penempatan lansia di panti maupun lembaga-lembaga
sosial merupakan keinginan lansia itu sendiri atau karena kondisi keluarga.
Pada sisi positif, secara umum lansia yang masuk panti wreda, yaitu
dari pengaruh karakteristik lingkungan panti terhadap perilaku dan
kesejahteraan psikologis lansia menunjukkan bahwa lingkungan panti
wreda memberikan kenyaman yang membantu perkembangan kemandirian
dan juga menyediakan pelayanan kesehatan yang memberikan dampak
positif (Lieberman dkk dalam Long, 1984).
Namun, bagaimanapun juga menurut Papalia & Olds (dalam Afida
dkk, 2000) keputusan untuk menempatkan lansia di panti wreda tidak
menjadi jalan keluar yang disukai. Data hasil penelitian terhadap 3 (tiga)
panti wreda (Montgomery dalam Long, 1984) yang menegaskan bahwa
panti wreda bukan sebagai tempat pembuangan orang-orang lanjut usia,
tetapi sebagai pilihan terakhir.
Penempatan lansia di panti menimbulkan kesan seakan mereka
terbuang dan dirasa kurang manusiawi yang tentunya berdampak negatif
bagi lansia dan juga bagi hubungan antara anggota keluarga lansia itu
sendiri yang menimbulkan ketidaksetujuan atau rasa bersalah.
Sebuah studi yang dilakukan Smith & Bengston (dalam Davidson,
2006) menemukan bahwa beberapa keluarga yang menempatkan lansia di
panti wreda justru memperkuat ikatan keluarga, hanya sekitar 10 persen
keluarga yang hubungan keluarganya memburuk karena perpindahan ke
panti wreda.
7
Penempatan lansia di panti wreda juga sejalan dengan persepsi orang
terhadap panti wreda yang cenderung positif maupun negatif.
Persepsi dalam arti sempit adalah penglihatan, bagaimana cara
seseorang melihat sesuatu; sedangkan dalam arti luas adalah pandangan
atau pengertian, yaitu bagaimana seseorang memandang atau mengartikan
sesuatu (Leavit dalam Sobur, 2003). Persepsi juga diartikan sebagai bentuk
kewaspadaan indera seseorang yang dipengaruhi oleh kemampuan mental,
sikap, pengharapan, motivasi, dan pola berpikir (Lovel, 1968).
Persepsi akan terjadi jika ada objek/stimulus yang akan dipersepsi, ada
alat indera, dan ada perhatian terhadap objek yang akan dipersepsi
(Cronbach dalam Sahrah, 2004). Murdiyanto (2007) melihat bahwa
persepsi seseorang mengenai objek, merupakan hasil pengalaman dan
interaksi dengan orang lain. Oleh karena itu, pengalaman khusus seseorang
yang hidup dalam suatu kebudayaan tertentu akan sangat mempengaruhi
persepsinya terhadap suatu objek.
Persepsi cenderung positif secara umum dimiliki oleh lansia yang
tinggal di panti wreda karena keinginan sendiri (Salamah, 2005). Lansia
yang tinggal di panti wreda atas keinginan sendiri menyatakan bahwa
dengan disediakannya panti wreda merupakan hal yang bermanfaat bagi
lansia. Lansia yang ditempatkan di panti wreda lebih diperhatikan,
kehidupan lansia tenang dan nyaman, serta ada kegiatan yang dapat
mengurangi kebosanan seperti kerajinan menyulam dan gamelan. Alasan
lansia secara umum menilai panti wreda secara positif juga berlaku pada
8
lansia yang tinggal di panti wreda “HANNA” Yogyakarta. Secara umum,
lansia yang tinggal di panti wreda “HANNA” Yogyakarta mendapatkan
kemudahan dalam menikmati hidup, merasakan kebebasan dalam
melakukan kegiatan yang disukai, memiliki banyak teman sebaya, dan
lain- lain (“HANNA”, 2004).
Persepsi yang mengarah negatif secara umum, pada bagian ini peneliti
hanya mendapatkan fakta tentang persepsi positif dengan memanfaatkan
sumber tertulis, yaitu buku Jubileum ke-25 Panti Wreda “HANNA”
Yogyakarta, mengatakan bahwa panti wreda adalah tempat pembuangan
orang-orang yang sudah lanjut usia yang tidak diharapkan oleh
keluarganya timbul bagi lansia yang tidak dapat menerima kenyataan
harus berada di panti wreda (Salamah, 2005). Lansia dinilai merepotkan
keluarga sehingga tanpa keinginan sendiri lansia ditempatkan oleh
keluarganya di panti wreda. Keluarga yang menempatkan orang tuanya di
panti wreda dinilai oleh lingkungan kurang bertanggung jawab terhadap
orang tua yang telah membesarkan anaknya atau tidak ada usaha balas jasa
dari anak-anaknya (Sitindaon, 2007). Lebih jauh lagi, persepsi negatif juga
dapat dimungkinkan ada oleh karena individu masih ingin
mempertahankan hidup yang merdeka atau masih menginginkan privacy
(Thomae dalam Mönks, 1999).
Oleh karena itu, dengan adanya pertentangan persepsi terhadap panti
wreda tersebut peneliti tertarik untuk mengkaji secara empiris bagaimana
persepsi para lansia yang tinggal atau menjadi penghuni panti wreda
9
karena persepsi dari para lansia yang tinggal di panti lebih penting
sehingga dengan mengetahui persepsi para lansia dapat menjadi acuan
dalam mengembangkan panti wreda secara khusus atau dalam menangani
para lansia pada umumnya.
B. Rumusan Permasalahan
Bagaimana persepsi lansia yang tinggal di panti wreda “HANNA”
Yogyakarta terhadap panti wreda “HANNA” Yogyakarta.
C. Tujuan Penelitian
Mengetahui persepsi lansia yang tinggal di panti wreda “HANNA”
Yogyakarta terhadap panti wreda “HANNA” Yogyakarta.
D. Manfaat Penelitian
1. Praktis
a. Bagi pihak-pihak (perawat, petugas kebersihan, pimpinan panti,
dan lain- lain) yang bekeja di panti wreda, secara khusus panti
wreda “HANNA” Yogyakarta dan praktisi yang peduli dengan
orang-orang lanjut usia semakin memahami lansia.
b. Bagi masyarakat yang belum mendapatkan informasi secara
lengkap keadaan para lansia penghuni panti wreda, khususnya
lansia yang tinggal di panti wreda “HANNA” Yogyakarta.
10
c. Bagi keluarga lansia yang memasukkan keluarganya ke panti
wreda, khususnya panti wreda “HANNA” Yogyakarta.
2. Teoritis
Persepsi terhadap Panti Wreda “HANNA” Yogyakarta pada lansia
yang tinggal di Panti Wreda “HANNA” Yogyakarta akan menambah
wacana psikogerontologi.
11
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Persepsi
1. Definisi Persepsi
Thoha (dalam Murdiyanto, 2007) mengartikan persepsi sebagai
proses kognitif yang dialami setiap manusia di dalam memahami
lingkungannya melalui penglihatan, penghayatan, dan perasaan, dan
penciuman. Persepsi terjadi jika ada objek/stimulus yang akan dipersepsi,
ada alat indera, dan ada perhatian terhadap objek yang akan dipersepsi
(Cronbach dalam Sahrah, 2004).
Persepsi sangat tergantung dari dua tipe informasi, yaitu
lingkungan dan si penerima. Seseorang tidak dapat membentuk persepsi
jika tidak ada objek, kehadiran objek juga tidak cukup bila orang tersebut
tidak memiliki informasi tentang objek tersebut di dalam memorinya
(Luthans dalam Tursilarini, 1994). Penjelasan ini sejalan dengan
penjelasan Suharman (2005) bahwa hasil persepsi dipengaruhi oleh
penampilan objek dan pengetahuna tentang objek itu sendiri sehingga
suatu objek dapat dipersepsi secara berbeda oleh setiap individu.
Selain itu, Murdiyanto (2007) melihat bahwa persepsi seseorang
mengenai objek, merupakan hasil pengalaman dan interaksi dengan orang
lain. Oleh karena itu, pengalaman khusus seseorang yang hidup dalam
suatu kebudayaan tertentu akan sangat mempengaruhi persepsinya
12
terhadap suatu objek. Pemberian makan terhadap satu objek oleh
seseorang, bergantung pada cara-cara orang lain bertindak terhadap dirinya
dalam kaitannya dengan sesuatu. Dengan demikian, persepsi merupakan
interpretasi terhadap suatu objek yang akan mempengaruhi tindakan
manusia sehubungan dengan objek tersebut.
Berbagai penjelasan tentang arti persepsi membawa kesimpulan
bahwa persepsi dilihat sebagai suatu cara atau aktivitas dari individu yang
melibatkan aktivitas indera dalam memandang, menginterpretasikan serta
memberikan penilaian yang berbeda satu sama lain terhadap objek-objek
fisik maupun sosial yang terlebih dahulu individu memiliki informasi
tentang objek-objek fisik maupun sosial sehingga membantu individu
secara lebih baik dalam berinteraksi dengan lingkungan
2. Faktor-Faktor Yang Memepengaruhi Persepsi
Faktor yang mempengaruhi persepsi terbagi menjadi 2 (Sobur,
2003), yaitu faktor intern dan ekstern.
a. Faktor intern/dari individu
1) Kepribadian
Persepsi individu dapat dipengaruhi faktor kepribadian.
Individu yang memiliki ciri-ciri kepribadian introvert mungkin
akan tertarik kepada individu yang memiliki ciri-ciri kepribadian
yang sama atau berbeda.
13
2) Kebudayaan
Suatu benda atau objek akan dipersepsi secara berbeda oleh
individu berdasarkan kebudayaan yang dianut dan dipraktekkan
oleh individu itu sendiri. Oleh karena itu, seringkali terjadi bahwa
hal yang dilihat sebagai sesuatu yang biasa oleh satu individu
dianggap asing oleh individu yang lain.
3) Motivasi
Persepsi ditimbulkan jika individu memiliki keinginan
terhadap objek atau benda yang ingin dipersepsinya. Orang dengan
kebutuhan hubungan interpersonal yang sangat tinggi lebih
memperhatikan tingkah laku rekan kerja terhadap dirinya
dibandingkan orang yang kebutuhan interpersonalnya rendah
(Guirdham dalam Sobur, 2003).
4) Minat/hal yang menarik
Persepsi lebih cepat dilakukan jika objek atau benda yang
dipersepsi memberikan daya tarik yang besar bagi individu.
Semakin besar suatu benda atau objek memberikan daya tarik
semakin besar kemungkinan individu melakukan persepsi.
5) Kebutuhan/need
Persepsi terhadap objek atau benda akan lebih mungkin
terjadi jika objek atau benda yang dipersepsi sesuai dengan
kebutuhan individu akan sesuatu hal.
14
6) Pengalaman
Pengalaman individu terhadap suatu benda atau peristiwa
berpengaruh terhadap bagaimana individu melihat benda atau
peristiwa. Individu yang berpengalaman dengan benda atau objek
yang sering dialaminya tidak akan merasa asing, sedangkan
individu yang jarang atau tidak pernah memiliki pengalaman
terhadap suatu benda atau objek akan merasa asing.
b. Faktor ekstern/diluar individu
1) Kejelasan objek
Objek atau benda yang bersifat abstrak akan lebih
mengalami kesulitan untuk dipersepsi dibandingkan dengan objek
bersifat objektif atau nyata.
2) Objek baru yang lebih menarik
Individu akan lebih melakukan persepsi terhadap objek atau
benda yang baru dan menarik dibandingkan dengan objek lama
yang telah sering dialami
3) Percepatan dari objek
Gerakan yang cepat lebih efektif dalam menimbulkan
stimulus pada seseorang untuk melakukan persepsi dibandingkan
gerakan yang lambat
4) Intensitas
Stimulus harus kuat agar dapat dipersepsi oleh individu,
sehingga kekuatan stimulus akan turut menentukan disadari atau
15
tidaknya stimulus itu. Kuatnya stimulus akan lebih mudah direspon
daripada stimulus yang lemah.
5) Ulangan
Objek atau benda yang ditampilkan secara berulang lebih
memungkinkan menarik perhatian individu. Ulangan yang
dilakukan terhadap objek atau benda mengakibatkan individu akan
mengingat dan akan lebih sering memperhatikan dibandingkan
objek atau benda yang frekuensi penampilannya kecil
6) Keakraban
Benda atau objek yang dikenal oleh individu lebih menarik
perhatian.
7) Ukuran
Pada umumnya stimulus yang besar lebih menguntungkan
dalam menarik perhatian bila dibandingkan dengan ukuran yang
kecil
8) Kontras
Objek atau benda yang memiliki sifat atau ciri-ciri yang
berbeda dari objek atau benda yang biasa dilihat oleh individu akan
lebih menarik perhatian. Hal ini dikarenakan perbedaan yang
menonjol diantara objek atau benda yang hadir.
16
Pada kesimpulannya, persepsi dilihat sebagai suatu cara atau
aktivitas yang melibatkan aktivitas indera dalam memandang,
menginterpretasikan serta memberikan penilaian terhadap objek-objek
fisik maupun sosial yang terlebih dahulu individu memiliki informasi
tentang objek-obejk fisik maupun sosial sehingga membantu individu
secara lebih baik dalam berinteraksi dengan lingkungan. Individu
melakukan persepsi tentunya tidak terlepas dari pengaruh, baik dari
individu/faktor intern (motivasi, kebutuhan, kepribadian, kebudayaan, dan
lain- lain) maupun dari luar individu/faktor ekstern (kejelasan objek,
kontras, ulangan, objek baru yang lebih menarik, dan lain- lain).
B. Lanjut Usia
1. Definisi Lanjut Usia (lansia)
Batasan usia penduduk berusia lanjut berbeda-beda sesuai dengan
kebutuhan analisis (Singarimbun dalam Damanik, 2003). Perserikatan
Bangsa-Bangsa (PBB) membuat batas umur 65 tahun ke atas, meskipun di
berbagai negara, khususnya yang memiliki rerata usia harapan hidup yang
rendah, batasannya lebih rendah, misalnya 60 tahun keatas. Dalam
publikasi pemerintah, batas usia yang digunakan untuk menggolongkan
penduduk ke dalam kategori lansia adalah seperti definisi PBB (Badan
Pusat Statistik dalam Damanik, 2003). Undang-Undang RI No. 13 Tahun
1998 pasal 1 ayat 2 (dalam Salamah, 2005) tentang kesejahteraan lansia,
menyebutkan bahwa lansia adalah seseorang yang telah mencapai umur 60
17
tahun ke atas dan menyebutkan bahwa lansia minimal umur 56 tahun.
Selain itu, Kelompok Kerja Kesejahteraan Lansia yang dibentuk Menko
Kesra (Menteri Koordinasi Kesejahteraan Rakyat) tahun 1989
menyebutkan bahwa lansia adalah mereka yang berumur lebih dari 60
tahun (Warta Demograf dalam Suprayogo, 2004).
Suyono (dalam Hartati & Andayani, 2004) menyatakan bahwa
Gerontologi membagi dalam dua golongan, yaitu kelompok “young old”
(67-74 tahun) dan kelompok “old-old” (berusia diatas 75 tahun). Jika
ditinjau dari segi kesehatan, lansia juga dibagi dalam dua kelompok yaitu
“well old” atau kelompok lansia yang sehat, tidak sakit-sakitan dan
kelompok lansia yang menderita penyakit dan memerlukan pertolongan
medis dan psikiatris atau yang disebut kelompok “sick old”.
Berbagai penjelasan tentang pengertian tentang lansia yang
dijabarkan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa lansia adalah orang yang
berusia diatas 65 tahun dengan penggolongan lansia yang terdiri atas dua
bagian yaitu, “young old” (67-74 tahun) dan “old-old”(75 tahun keatas).
2. Perubahan Pada Lansia
Pada perjalanan hidup, manusia secara alami akan mengalami
proses penuaan yang berupa perubahan, baik fisik, psikis, dan sosial
(Supriyadi, 2007).
a. Perubahan Fisik
1) Vinters (dalam Berk, 2006) menyatakan bahwa kemampuan otak
yang menurun berpengaruh besar terhadap pikiran dan kemampuan
18
beraktivitas lansia. Penurunan kemampuan otak pada lansia
dikaitkan dengan matinya sel syaraf dan pelebaran jarak pada otak
(enlargment of verticles within the brain).
2) Perubahan yang terjadi pada sistem sensori seperti penglihatan,
pencecap, peraba, dan pendengaran.
a) Penglihatan
Perubahan terjadi pada struktur mata mengakibatkan
kesulitan untuk fokus pada objek, melihat objek pada tempat
yang kurang cahaya, dan melihat warna. Harvey & U. S.
Census Bureau (dalam Berk, 2006) menyatakan bahwa salah
satu penyakit yang menyerang lansia yang berhubungan dengan
penurunan penglihatan adalah katarak. Hammond dkk (dalam
Berk, 2006) berpendapat bahwa ini diakibatkan proses penuaan
secara biologis, keturunan, cahaya matahari yang berlebihan,
rokok, diabetes, dan penyakit tertentu.
b) Pencecap
Perubahan yang terjadi menyebabkan lansia mengalami
kesulitan mengenali makanan yang sudah sering dimakan
(Fukunaga dkk dalam Berk, 2006). Hal ini disebabkan
penurunan sensitivitas pengecap yang mungkin disebabkan
faktor penuaan, merokok, gigi palsu, pengobatan, atau polusi
dari lingkungan.
19
c) Peraba
Stevens & Cruz (dalam Berk, 2006) menyatakan bahwa
perubahan terjadi disebabkan hilangnya reseptor pada bagian
kulit tertentu dan sirkulasi darah yang lambat ke kaki dan
tangan. Perubahan yang terjadi dirasakan pada lansia setelah
umur 70 tahun.
d) Pendengaran
Salah satu sistem sensori yang paling banyak mengalami
penurunan fungsi adalah pendengaran dan terdapat perbedaan
antara pria dan wanita dalam hal ini. Wanita lebih mengalami
penurunan kemampuan penglihatan daripada pria dan
sebaliknya pria lebih mengalami penurunan pendengaran
daripada wanita (U. S. Department of Health & Human
Services dalam Berk, 2005). Penurunan kemampuan pada
pendengaran diakibatkan berkurangnya suplai darah dan
kematian sel pada auditory cortex. Penurunan pendengaran
menyebabkan rendahnya self-efficacy, kesepian, gejala depresi,
dan relasi sosial yang terbatas (Kramer dkk dalam Berk, 2006).
Namun, berkurangnya kemampuan mendengar tidak
mengganggu lansia. Hal ini terjadi apabila gangguan suara
dapat dikurangi dan persepsi mimik wajah dan konteks dibantu
dengan penglihatan dapat membantu memahami kata yang
diucapkan orang lain.
20
3) Pada lansia, sistem kekebalan tubuh kurang berfungsi secara baik
dan cenderung menyerang balik yang disebut autoimmune. Hasler
& Zouali (dalam Berk, 2006) menyatakan bahwa Autoimmune
dapat menyebabkan lansia rentan terserang berbagai penyakit
seperti flu, jantung, diabetes, dan rematik. Lebih jauh Butcher &
Lord (dalam Berk, 2006) menyatakan bahwa penurunan fungsi
kekebalan tubuh dipengaruhi usia, stres, dan infeksi.
b. Perubahan Psikologi
Perubahan psikologi yang terjadi pada lansia lebih banyak
dikaitkan dengan keterbatasan fisik yang dialami oleh lansia. Pada
sebagian lansia dengan keterbatasan fisik yang ada mampu
mengembangkan beberapa hal, yaitu konsep penerimaan diri, integritas
ego (ego integrity), dan affect optimization. Penerimaan diri (self-
acceptance) yang dimunculkan oleh lansia mampu membantu lansia
menghadapi keterbatasan dan meningkatkan kesejahteraan psikologi
(Ryff dalam Berk, 2006). Kesejahteraan psikologi pada lansia juga
didukung dengan meningkatnya kegiatan yang bersifat religius sejalan
dengan bertambahnya usia pada lansia (Argue dkk dalam Berk, 2006).
Integritas ego yang dinyatakan oleh Erikson (dalam Berk, 2005)
memandang lansia sebagai individu yang ‘penuh’, lengkap, dan
memiliki kepuasan terhadap prestasi yang telah diraih sepanjang
kehidupan yang telah dijalaninya. Sedangkan affect optimization
adalah kemampuan memaksimalkan emosi positif yang dikembangkan
21
oleh lansia dengan tujuan mengurangi emosi negatif yang menghambat
kebahagiaan (Labouvie-Vief & Medler dalam Berk, 2006) serta
membantu lansia mencegah timbulnya penyakit dan memperpanjang
usia (Danner dkk dalam Berk, 2006).
Selain itu, perubahan kemampuan fisik berpengaruh terhadap
keadaan psikologi secara khusus yang dilihat pada keadaan kesehatan
mental lansia. Kesehatan fisik yang tidak baik misalnya sakit dapat
memicu terjadinya gangguan mental, salah satunya depresi (Geerlings
dkk dalam Berk, 2006). Depresi juga dapat disebabkan oleh
perpindahan lansia dari rumah ke panti wreda dengan alasan
keterbatasan fisik.
Perubahan keadaan psikologi pada lansia juga disebabkan adanya
perubahan kehidupan yang bersifat negatif pada lansia. Perubahan
kehidupan yang negatif ini banyak menimpa wanita yang telah berusia
lebih dari 75 tahun, tidak ingin menikah kembali, pendapatan rendah,
menderita berbagai penyakit yang membatasi aktivitas sehingga
menyebabkan harga diri lansia wanita menjadi negatif. Oleh karena itu,
dapat diperkirakan kesejahteraan psikologi pada lansia wanita
cenderung rendah dibandingkan lansia pria (Pinquart & Sörensen
dalam Berk, 2006).
22
c. Perubahan Sosial
Perubahan fisik dan psikologis pada lansia berpengaruh juga pada
perubahan sosial pada lansia. Perubahan kehidupan sosial yang terjadi
pada lansia dijelaskan dengan beberapa teori sosial:
1) Teori Penarikan Diri (Disengagement Theory)
Cumming & Herry (dalam Berk, 2006) pada teori penarikan
diri menyatakan bahwa lansia lambat laun memisahkan dan
menarik diri dari lingkungan masyarakat yang diwujudkan dengan
mengurangi hubungan dengan orang lain, penurunan ketertarikan
pada kegiatan-kegiatan masyarakat, dan berkonsentrasi pada
kehidupan spiritual. Teori penarikan diri juga menjelaskan bahwa
lingkungan mendukung teori ini dengan membebaskan lansia dari
tanggung jawab. Namun, menurut Luborsky & McMullen (dalam,
Berk, 2006) pada beberapa tempat, lansia tetap diberi peranan dan
memegang peranan penting di lingkungan sosial. Lansia
menganggap bahwa penarikan diri yang dilakukan oleh lansia
bukan semata-mata disebabkan oleh lansia sendiri, tetapi lebih pada
tekanan lingkungan yang kurang menyediakan atau memberi
kesempatan bagi lansia untuk ikut beraktivitas.
2) Teori Aktivitas (Activity Theory)
Maddox (dalam Berk, 2006) pada Teori Aktivitas
menyatakan bahwa lansia tetap aktif dan sibuk sewaktu mereka
berada di usia muda dengan mencari peran pengganti yang hilang
23
oleh karena masa pensiun atau status janda. Lansia yang tetap aktif
dan didukung dengan lingkungan yang memberikan kesempatan
pada lansia untuk ikut beraktivitas dapat berpengaruh pada
kepuasan hidup lansia. Namun, menurut Lee dkk (dalam, Berk,
2006), lansia yang banyak terlibat pada berbagai kegiatan dan
memiliki relasi sosial yang luas tidak selalu lebih bahagia.
Kebahagiaan pada lansia lebih ditekankan pada kualitas relasi yang
dijalin dengan pertimbangan menghindari perasaan stres dan
mengembangkan keharmonisan dalam diri lansia. Relasi sosial
yang berskala kecil pada lansia ini dapat lebih memberikan
kebahagiaan dan mengurangi masalah dibandingkan pada orang
muda (Akiyama dkk dalam Berk, 2006).
3) Teori Kesinambungan (Continuity Theory)
Teori tentang perubahan kehidupan sosial juga dijelaskan
dengan Teori Kesinambungan yang dikemukan Robert Atchley
(dalam Berk, 2006). Teori Kesinambungan menjelaskan bahwa
lansia tetap mempertahankan sistem kepribadiaan yang ada, seperti
minat, peranan, dan kemampuan. Tujuan dari mempertahankan
sistem kepribadian ini adalah meningkatkan kepuasan hidup.
Lansia lebih memilih aktivitas yang sesuai dengan kemampuan dan
dilakukan dengan orang yang telah dikenal lans ia. Finchum &
Weber (dalam Berk, 2006) menyatakan bahwa hal positif yang
24
didapatkan lansia ialah mempertahankan fungsi fisik dan kognisi,
mendorong harga diri dan kontrol diri, memperkuat identitas diri.
4) Teori Selektif Sosioemosional
Teori Selektif Sosioemosional oleh Carstensen (dalam
Papalia dkk, 2005) menjelaskan bahwa lansia memilih untuk
menghabiskan waktunya dengan orang dan kegiatan yang
cenderung cocok dengan kebutuhan emosional. Oleh sebab itu,
walaupun lansia dimungkinkan memiliki relasi sosial yang lebih
kecil dibandingkan orang muda, lansia cenderung memiliki banyak
teman dekat (Lang & Carstensen dalam Papalia dkk, 2005) dan
juga lebih merasakan kepuasan dengan apa yang telah mereka
miliki (Antonucci & Akiyama dalam Papalia dkk, 2005).
Lansia pada kesimpulannya adalah orang yang berusia diatas 65
tahun keatas yang mengalami perubahan dalam seluruh aspek kehidupan
baik fisik, psikologi, dan sosial. Perubahan yang terjadi pada lansia dapat
berakibat secara positif maupun negatif bagi kehidupan dan kesejahteraan
lansia tergantung bagaimana usaha lansia dalam menghadapi perubahan
yang terjadi di dalam dirinya (fisik dan psikologi) maupun di luar dirinya
(sosial).
25
C. Panti Wreda “HANNA” Yogyakarta
1. Definisi Panti Wreda
Panti wreda (Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan &
Pengembangan Bahasa, 1990) adalah rumah tempat memelihara dan
merawat orang jompo. Pengertian ini sejalan dengan pendapat bahwa panti
wreda lembaga yang dapat menggantikan keluarga dengan tujuan merawat
dan mengurus para lansia sehingga terjamin keselamatan, kesehatan, serta
memberikan kenyaman dan ketenangan bagi lansia (Rinawati &
Vembriarto dalam Salamah, 2005).
2. Tujuan Panti Wreda
Panti wreda secara umum didirikan dengan tujuan, antara lain:
a. Panti wreda membantu merawat dan memenuhi kesejateraan lansia
sehingga memberi jaminan hidup (Salamah, 2005).
b. Panti wreda dengan penyediaan suasana lingkungan yang nyaman
mampu mendorong kemandirian. Selain itu, penyediaan layanan
kesehatan yang sesuai dapat memberikan dampak positif, terutama
terhadap lansia dengan kondisi fisik dan mental masih tergolong baik
(Lieberman dalam Long, 1984).
c. Panti wreda sebagai alternatif terakhir memberi perlindungan bagi
lansia, terutama yang terlantar atau tidak memiliki keluarga dan
penghasilan (Suweno dalam Supriyadi, 2007).
26
d. Panti wreda merawat dan mengurus para lansia sebagai perwujudan
pelayanan sosial terhadap lansia dengan memberikan perawatan atau
pelayanan (sandang, pangan, papan, dan kesehatan), melaksanakan
kesehatan, bimbingan mental, dan spiritual (Salamah, 2005).
3. Akibat Panti Wreda Secara Umum
a. Positif
1) Lansia yang dapat menerima keadaan di panti wreda suasana hati,
perasaan akan lebih menyenangkan karena segala kebutuhannya
ada yang mengurus dan melayani serta mendapat teman senasib
dirinya (Salamah, 2005).
2) Panti wreda memberikan jaminan terselenggaranya keselamatan,
kesehatan, serta kenyaman dan ketenangan terhadap lansia
(Rinawati & Vembriarto dalam Salamah, 2005).
3) Lansia dapat bertemu dengan orang yang sebaya dengan sehingga
kebutuhan berafiliasi dapat terpenuhi. Mullins & Dugan (dalam
Afida dkk, 2000) menyatakan bahwa interaksi dengan teman dapat
memberikan pengaruh positif pada moral lansia. Dengan kehadiran
orang lain, lansia akan merasa diterima dan dapat memenuhi
kebutuhan berafiliasinya.
b. Negatif
1) Lansia yang tidak dapat menerima kenyataan harus berada di panti
wreda, merasa berat dan berpengaruh terhadap psikisnya, perasaan
tidak berguna, tidak berharga, tersisih, atau terbuang dari keluarga.
27
Ini menyebabkan lansia suka melamun, murung, memberontak dan
berperilaku laku aneh (Salamah, 2005).
2) Lansia yang berpindah ke tempat yang baru menimbulkan stres dan
diyakini berperan dalam meningkatnya angka kematian pada lansia
(Schultz & Brenner dalam Davidson, 2006) terlebih yang
mengalami penyakit tertentu, seperti demensia/kepikunan.
3) Perpindahan tempat tinggal, yaitu ke panti wreda dapat
menyebabkan lansia mengalami kebingungan, kehilangan tujuan,
dan menarik diri yang dapat terjadi selama beberapa bulan (Borup
dkk dalam Rybash, 1991).
4) Kemandirian dalam mengurus diri sendiri yang dihambat tanpa
disengaja oleh perawat, namun membawa akibat yang dianggap
tidak baik pada lansia (Nordhus, 1998).
5) Lansia tidak dapat memilih orang yang dikehendaki untuk
dilibatkan dalam relasi sosial. Ini dikarenakan semuanya
ditentukan oleh para perawat lansia (Berk, 2006).
6) Lansia yang tinggal di panti wreda merasa tidak sebebas di rumah
sehingga lansia mengalami tekanan terutama psikisnya, seperti
perasaan tersisih, terbuang dari keluarga, dan terisolir dari
lingkungan masyarakat (Salamah, 2005).
7) Lingkungan panti wreda yang monoton dan tidak menantang dapat
menghambat suatu bentu fungsi kognitif yang disebut kepasifan
pikiran (Langer dalam Davidson, 2006). Kepasifan pikiran adalah
28
suatu bentuk pemrosesan informasi yang hanya melibatkan sedikit
upaya kognitif atau konsentrasi. Konsentrasi pada aktivitas yang
sudah sangat biasa dapat menghambat performa.
4. Aspek-aspek Panti Wreda
Aspek-aspek panti wreda secara umum berkaitan dengan pihak
pengelola, relasi lansia dengan perawat, relasi sesama lansia, fasilitas, dan
lingkungan fisik panti.
a. Pihak Pengelola Panti Wreda
Panti wreda dapat dibedakan kedalam 3 bentuk (Bould dkk dalam
Rybash dkk, 1991):
1) Lembaga swasta/propriatary homes
Lembaga swasta adalah lembaga usaha yang didirikan atas
kepemilikan pribadi dengan tujuan mencapai keuntungan secara
ekonomi. Konsekuensi bagi lembaga ini, yaitu penyediaan fasilitas,
pemeliharaan/maintanance, biaya perawatan setiap hari, dan lain-
lain. Pada panti wreda yang bersifat swasta, lansia dapat memilih
memilih fasilitas yang diinginkan.
2) Lembaga swadaya/voluntary nonprofit homes
Lembaga swadaya didirikan bagi mereka dengan
keyakinan, atau keanggotaan tertentu. Lembaga ini juga didirikan
dengan perlindungan hukum yang jelas serta lansia yang menjadi
penghuni diberian perhatian yang hampir sama di lembaga swasta.
29
3) Lembaga pemerintah/government facilities
Lembaga pemerintah dikelola oleh pemerintah pusat atau
pemerintah daerah.
b. Relasi Lansia Dengan Perawat Di Panti Wreda
Lidz & Arnold (dalam Nordhus, 1991) melihat bahwa relasi yang
terjadi antara perawat dan pegawai administrasi panti dengan lansia
dapat diartikan bahwa perawat dan pegawai panti sebagai pembuat
keputusan (misalnya, makanan apa yang dimakan oleh lansia, jam
makan lansia, dan jam tidur) dan lansia sebagai pasien yang ‘sakit’.
Baltes (dalam Nordhus, 1991) melihat bahwa hubungan yang terbentuk
ini menyebabkan lansia diartikan sebagai orang yang membutuhkan
bantuan dan tergantung pada orang lain. Perawat dilatih untuk
melayani kebutuhan sehari-hari lansia baik fisik maupun perawatan
yang mempengaruhi kemandirian lansia dalam mengurus diri sendiri.
Ini dapat membawa dampak negatif, yaitu penurunan keberfungsian
dan semangat hidup. Otot-otot menjadi lemah dan mengalami
kemunduran karena tidak digunakan (Davidson, 200). Menurut Langer
& Rodin (dalam Davidson, 2006) memberikan kendali dan tanggung
jawab kepada lansia dalam mengurus diri sendiri dapat meningkatkan
kesehatan dan perilaku ramah
c. Relasi Sesama Lansia Di Panti Wreda
Pendapat umum mengena i relasi sosial yang dibangun oleh lansia
sesama penghuni panti wreda salah satunya dapat disebabkan
30
pemenuhan kebutuhan berafiliasi yang cenderung kurang dapat
dipenuhi keluarga lansia. Menurut Mullin & Dugan (dalam Afida dkk,
2000), interaksi dengan teman-teman dapat memberikan pengaruh
positif pada moral lansia. Kehadiran orang lain atau teman baru
mengakibatkan lansia akan merasa diterima dan dapat memenuhi
kebutuhan berafiliasinya.
Namun pendapat umum menyatakan, lansia penghuni panti wreda
cenderung kurang mendapatkan kesempatan untuk memilih rekan
sosial dan juga waktu untuk interaksi sosial. Kebutuhan sosial lansia
sebagian besar ditentukan oleh pegawai panti wreda, bukan sesuai
dengan pilihan lansia (Berk ,2006).
d. Fasilitas Panti Wreda
Fasilitas yang disediakan di panti wreda pada umumnya memiliki
pengaruh dalam mencapai dan memenuhi tujuan dari panti wreda
sendiri. Haber (dalam Rybash dkk, 1991) menjelaskan bahwa fasilitas
yang disediakan dapat dibedakan sesuai dengan tingkat pelayanan atau
perawatan yang disediakan, yaitu:
1) Fasilitas pelayan tingkat atas/skilled nursing facility
Fasilitas pelayanan tingkat atas menawarkan pelayanan
yang berkualitas tinggi dengan mengikuti aturan-aturan atau
standar yang dibuat oleh pemerintah pusat.
31
2) Pelayanan tingkat menengah/ intermediate nursing care
Pada fasilitas pelayanan tingkat menengah, pelayanan yang
disediakan berada sedikit dibawah fasilitas pelayanan tingkat atas
3) Fasilitas pelayanan tingkat rendah/residential care facility
Pada pelayanan tingkat rendah, aturan yang mengatur
tentang panti wreda sangat sedikit atau dapat dikatakan paling
sedikit, menyediakan fasilitas pelayanan yang sedikit, paling
banyak membutuhkan pendampingan pribadi, dan lain- lain.
Fasilitas yang disediakan oleh panti dapat juga berbentuk lain
(Papalia, 2003), yaitu:
1) Pelayanan atau perawatan yang diberikan oleh panti wreda
diharapkan dapat memenuhi kritera pegawai dan perawat yang
terlatih secara baik.
2) Memiliki program asuransi yang sesuai dari pemerintah.
3) Organisasi yang terstruktur yang mampu menyediakan pelayanan
pada berbagai tingkat.
4) Panti mampu memberikan fasilitas penyembuhan/kesehatan,
rehabilitasi, dan kegiatan sosial.
5) Panti wreda mampu menyajikan kegiatan yang menstimulasi dan
kesempatan bagi lansia untuk menghabiskan waktu dengan orang
lain yang sebaya.
32
6) Panti mampu memberikan area yang bersifat pribadi bagi tiap
penghuni sehingga lansia merasakan kenyamanan ketika ada
kunjungan dari keluarga lansia dan melakukan kegiatan pribadi.
e. Lingkungan Fisik Panti Wreda
Regnier (dalam Nordhus, 1998) membahas mengenai hal-hal yang
terkait dengan lingkungan fisik panti wreda pada umumnya, antara
lain:
1) Aturan pembangunan panti
Panti wreda sebaiknya dibangun dan dibentuk sesuai aturan
yang telah ada sehingga tujuan dari didirikannya panti wreda dapat
tercapai.
2) Pertimbangan masalah keamanan
Lansia yang ditempatkan di panti wreda oleh keluarganya
didasarkan pada masalah keamanan dan keselamatan lansia itu
sendiri. Carp & Sheehan (dalam Nordhus, 1991) melihat bahwa
adanya nilai positif dari terjaminnya keamanan dan keselamatan di
panti, yaitu memberikan dukungan kepada lansia dengan
tersedianya bantuan dan adanya relasi dengan orang lain.
3) Bentuk kamar
Bentuk kamar penghuni panti wreda sebaiknya memberikan
perasaan nyaman dan tenang bagi penghuni.
33
4) Jumlah penghuni tiap kamar
Penghuni kamar yang terlalu banyak atau tidak sesuai
dengan kapasitas kamar memberikan perasaan yang tidak nyaman
bagi lansia yang tinggal di dalam kamar.
5) Jarak tiap kamar penghuni dengan ruangan perawat.
Jarak antara kamar penghuni dengan ruang perawat
memberikan pengaruh bagi lansia dalam membutuhkan bantuan terlebih
bila dalam kondisi darurat.
5. Panti Wreda “HANNA” Yogyakarta
a. Definisi Panti Wreda “HANNA” Yogyakarta
Panti wreda “HANNA” Yogyakarta sebagai salah satu lembaga
sosial memiliki tujuan yang sejalan dengan misi dan misi panti wreda
“HANNA” Yogyakarta, yaitu memberikan perawatan yang layak
dengan terus meningkatkan pelayanan kesejahteraan terhadap lansia
tanpa membedakan latar belakang suku atau agama (“HANNA”,
2004). Sasaran pelayanan panti wreda “HANNA” Yogyakarta adalah
para lansia yang tidak potensial, yaitu lansia yang berusia lebih dari 60
tahun, tidak berdaya mencari nafkah sehingga hidupnya bergantung
kepada orang lain (“HANNA”, 2004)
b. Tujuan Panti Wreda “HANNA” Yogyakarta
Panti wreda “HANNA” Yogyakarta memiliki tujuan (“HANNA”,
2004) antara lain:
1) Lansia mendapatkan perawatan yang layak.
34
2) Meningkatkan pelayanan kesejahteraan bagi para lansia yang
tinggal di panti wreda “HANNA” Yogyakarta.
3) Memberi perhatian kepada usaha pelayanan-pelayan kasih yang
khusus ditujukan terhadap orang lansia.
c. Akibat Panti Wreda “HANNA” Yogyakarta
Panti wreda “HANNA” Yogyakarta memiliki dampak terhadap
para lansia yang tinggal di panti wreda “HANNA” Yogyakarta, antara
lain:
a) Lansia akan merasa lebih bahagia dalam dunia lansia dan
sesama lansia (“HANNA”, 2004).
b) Peningkatan kesejahteraan para lansia (“HANNA”, 2004).
d. Aspek-Aspek Panti Wreda “HANNA” Yogyakarta
1) Pihak Pengelola Panti Wreda
Panti wreda “HANNA” Yogyakarta adalah lembaga yang
didirikan oleh Persekutuan Doa Wanita Oikumene “HANNA”
Yogyakarta (PDWOH) dan menunjuk seseorang menjadi pimpinan
panti wreda yang memimpin pengelolaan panti wreda sehari-hari.
2) Relasi Lansia Dengan Perawat Di Panti Wreda
Perawat pada panti wreda “HANNA” Yogyakarta secara
umum bertugas menyiapkan kebutuhan sehari-hari lansia, seperti
makan. Selain itu, perawat dapat memberikan pertolongan pada
lansia yang memiliki masalah kesehatan sesuai saran dokter.
35
3) Relasi Sesama Lansia Di Panti Wreda
Relasi sesama lansia dapat terjadi antara sesama lansia yang
masih dalam kondisi sehat. Peneliti melihat, kondisi ini
dikarenakan sebagian besar kondisi kesehatan para lansia menurun
dan hanya duduk diam. Namun pada sis lain, lansia penghuni panti
wreda “HANNA” Yogyakarta menyatakan bahwa merasa senang
tinggal di panti wreda “HANNA” Yogyakarta karena banyak
teman sebaya dan merasa senasib sehingga tidak akan merasa
kesepian (“HANNA”, 2004).
4) Fasilitas Panti Wreda
Fasilitas panti wreda “HANNA” Yogyakarta antara lain
(“HANNA”, 2004):
a) Kegiatan di dalam panti berupa pembinaan rohani yang
dilakukan setiap pagi pada pkl. 05.00
b) Senam lansia di dalam panti setiap pagi setelah pembinaan
rohani.
c) Kegiatan Santai Bebas, seperti berkebun, menjahit, membaca.
d) Setiap Minggu diadakan kebaktian di dalam panti.
e) Setiap Jum’at diadakan persekutuan doa yang dipimpin oleh
PDWOH.
f) Setiap Rabu I dan II para lansia diajak ke GKI Ngupasan untuk
mengadakan persekutuan dengan para lansia lainnya.
36
g) Setiap Senin pkl. 17.00 kesehatan para lansia diperiksa oleh
dokter panti.
h) Panti wreda mengadakan kegiatan rekreasi, seperti wisata ke
luar kota atau keliling kota Yogyakarta.
5) Lingkungan Fisik Panti Wreda
Lingkungan fisik panti, antara lain:
a) Pertimbangan masalah keamanan.
Panti wreda “HANNA” Yogyakarta memiliki orang yang
berjaga pada malam hari. Selain itu, panti wreda “HANNA”
Yogyakarta berdekatan dengan lembaga militer/Koramil TNI
Angkatan Darat.
b) Bentuk kamar.
Bentuk kamar setiap lansia berbeda ukuran luasnya. Bentuk
kamar setiap lansia di panti wreda “HANNA” Yogayakarta
disesuaikan dengan kemampuan keuangan lansia.
c) Jumlah penghuni tiap kamar.
Setiap kamar memiliki jumlah penghuni yang berbeda-
beda, misalnya satu kamar ditempati empat orang atau dua
orang, bahkan ada kamar yang hanya ditempati satu orang.
Jumlah penghuni setiap kamar di panti wreda “HANNA”
Yogyakarta diselaraskan dengan kemampuan keuangan lansia.
37
d) Jarak tiap kamar penghuni dengan ruang perawat.
Panti wreda “HANNA” Yogyakarta memiliki satu ruang
perawat yang berada di satu tempat sehingga jarak kamar
lansia dengan ruang perawat berbeda-beda, namun letak ruang
perawat cukup strategis dalam memberikan bantuan kepada
para lansia.
Dapat ditarik kesimpulan bahwa panti wreda “HANNA“ Yogyakarta
adalah lembaga sosial yang dapat menggantikan keluarga dalam merawat
lansia sehingga lansia dapat terjamin keselamatan, kesejahteraan, dan
memiliki ketenangan dalam menikmati kehidupannya dan tentunya untuk
menjamin keselamatan, kesejahteraan, dan ketenangan. Tujuan panti wreda “
HANNA“ Yogyakarta tentunya didukung dengan penyediaan fasiltas dan
dukungan serta perhatian dari orang-orang yang berada di dalam panti wreda,
seperti perawat, pihak pengelola, dan lansia sendiri.
D. Persepsi Lansia Penghuni Panti Wreda “HANNA” Yogyakarta Terhadap
Panti Wreda “HANNA” Yogyakarta
Panti wreda “HANNA” Yogayakarta dilihat sebagai lembaga sosial yang
membantu dan merawat para lansia dapat dipersepsi secara positif maupun
negatif oleh lansia. Pada sisi positif, panti wreda “HANNA“ Yogyakarta dapat
memberikan kesenangan, ketenangan, dan kenyamanan bagi lansia yang
ditempatkan di panti wreda oleh karena bertemu dengan teman sebaya dan
38
kesejateraan para lansia juga mendapatkan jaminan dari pihak panti wreda.
Pendapat umum juga menyatakan bahwa lansia yang masuk ke panti wreda
karena keinginannya sendiri biasanya mempunyai persepsi yang positif.
Persepsi tersebut antara lain lansia merasa lebih diperhatikan. Selain itu, panti
wreda “HANNA” Yogyakarta mempunyai kegiatan yang dapat mengurangi
kebosanan sesuai kesenangan lansia seperti menjahit, berkebun, atau
membaca. Persepsi positif ini akan membantu perkembangan kemandirian dan
memberikan dampak positif (Lieberman dkk dalam Long, 1984).
Selain persepsi positif, persepsi negatif lansia secara umum dapat di
memungkinkan terjadu dan ada pada lansia penghuni panti wreda “HANNA“
Yogyakarta. Lansia melihat panti wreda sebagai tempat pembuangan orang-
orang yang sudah lanjut usia dengan berbagai alasan seperti tidak diharapkan
oleh keluarganya, ketidakmampuan lansia mengurus diri sendiri, atau
kurangnya sumber daya dari keluarga lansia untuk memberi perhatian yang
baik. Selain itu, lansia dinilai merepotkan keluarga sehingga tanpa keinginan
sendiri lansia ditempatkan oleh keluarganya di panti wreda.
Persepsi yang timbul pada lansia baik itu positif maupun negatif dapat
disebabkan oleh 2 faktor besar, yaitu faktor intern/dari dalam individu dan
faktor ekstern/dari luar individu. Faktor intern yang memunculkan persepsi
positif atau negatif disebabkan dari dalam diri lansia sendiri. Sebagai contoh
adalah faktor kebutuhan/need dari lansia yang masuk panti wreda. Panti wreda
yang dimasuki oleh lansia dengan latar belakang bahwa lansia ingin memiliki
ketenangan, ketentraman, dan dapat berkegiatan bersama orang yang sebaya
39
tentunya akan memiliki persepsi yang positif terhadap panti wreda. Contoh
faktor ekstern yang dapat memunculkan persepsi positif atau negatif terhadap
panti wreda, yaitu faktor ulangan. Panti wreda yang tentunya memiliki
berbagai tingkat fasilitas atau pelayan dapat menentukan persepsi lansia
terhadap panti wreda itu. Pelayanan yang diberikan dengan baik dan dilakukan
secara berulang-ulang tentunya memberikan kesan yang positif pada lansia
sehingga persepsi yang timbul pada lansia dapat memungkinkan bernilai
positif dibandingkan pelayanan yang berulang kali kurang baik sehingga
nantinya memunculkan persepsi negatif.
Pada kesimpulannya, persepsi lansia penghuni panti wreda “HANNA“
Yogyakarta terhadap panti wreda “HANNA“ Yogyakarta dapat bernilai positif
maupun negatif. Persepsi positif adalah bahwa panti wreda sebagai tempat
yang didirikan dengan tujuan memberikan bantuan bagi para lansia seperti
perhatian, kegiatan yang bersifat positif, atau ketenangan. Sedangkan, persepsi
lansia terhadap panti wreda yang berarah negatif terlihat pada pendapat bahwa
panti wreda sebagai tempat pembuangan lansia yang dinilai merepotkan atau
tidak diharapkan oleh keluarga lansia sendiri. Persepsi yang dimunculkan oleh
lansia terhadap panti wreda, baik itu positif maupun, negatif tidak muncul
begitu saja tetapi disebabkan oleh dua faktor besar yang mempengaruhi
persepsi, yaitu intern (motivasi, kebudayaan, kebutuhan/need, dan lain- lain)
dan ekstern (hal yang menarik, intensitas, kontras, dan lain- lain) dan panti
wreda sendiri berserta aspek-aspeknya, yaitu pihak pengelola, relasi lansia
dengan perawat, relasi sesama lansia, fasilitas panti, lingkungan fisik.
40
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif, yaitu penelitian dengan
menggunakan prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan
menggambarkan atau melukiskan keadaan subjek penelitian pada saat
sekarang berdasarkan fakta-fakta yang ada. Penelitian deskriptif tidak
terbatas pada sampai pengumpulan dan menyusun data, tetapi meliputi
analisa dan interpretasi tentang arti data (Nawawi, 2005). Ciri-ciri pokok
penelitian deskriptif, yaitu:
1. Memusatkan perhatian pada masalah-masalah yang ada pada saat
penelitian dilakukan, yaitu aspek-aspek panti wreda yang sudah
ditentukan oleh peneliti, yaitu pihak pengelola, relasi antara lansia dan
perawat, relasi sesama lansia, fasilitas, dan lingkungan fisik panti.
2. Menggambarkan fakta-fakta tentang masalah yang diselidiki
sebagaimana adanya dengan diikuti dengan interpretasi yang baik.
Fakta-fakta mengarah pada aspek-aspek panti wreda yang sudah
ditentukan oleh peneliti.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
kualitatif. Denzin dan Lincoln (dalam Creswell, 1997) menyatakan bahwa
metode kualitatif adalah berbagai metode yang berfokus pada
permasalahan subjek dengan melibatkan interpretasi dan pendekatan yang
41
alamiah/natural. Hal ini berarti bahwa penelitian kualitatif mempelajari
sesuatu secara alami dan berusaha mencoba untuk mengartikan
kesimpulan umum/fenomena yang diartikan oleh orang banyak. Penelitian
kualitatif menggunakan berbagai macam sumber empiris seperti studi
kasus, pengalaman individu, sejarah hidup individu, wawancara,
observasi, tulisan, dan lain- lain yang menjelaskan permasalahan dan arti
pada hidup individu. Karakteristik penelitian kualitatif (Bogdan dkk dalam
Creswell, 1997), yaitu:
1. Data dikumpulkan secara alami
2. Peneliti memegang peranan penting dalam pengumpulan data
3. Data terkumpul dalam bentuk kata-kata atau gambar
4. Kesimpulan dilihat sebagai proses daripada hasil
5. Data dianalisis secara induktif dengan perhatian sampai pada hal-
hal terkecil
6. Menggunakan bahasa yang menarik
B. Subjek Penelitian
Subjek yang dilibatkan pada penelitian ini adalah individu dengan
batasan umur 65 keatas atau termasuk dalam golongan “young old” (67-
74 tahun) dan “old-old” (75 tahun keatas), memiliki kondisi kesehatan
yang baik. Jumlah subjek yang terlibat sebanyak 5 orang yang semuanya
berjenis kelamin perempuan. Subjek penelitian yang membantu dalam
penelitian ini semuanya tinggal di Panti Wreda “HANNA” Yogyakarta
dengan lokasi Surokarsan Mg. II/267, Yogyakarta 55151.
42
C. Prosedur Penentuan Sumber Data
Pada penelitian ini prosedur penentuan sumber data menggunakan
prosedur pengambilan sumber data bola salju/berantai (snowball/chain
sampling) (Mikes & Huberman dalam Creswell, 1997). Pengambilan
sumber data dilakukan secara berantai dengan meminta informasi pada
orang yang telah diwawancarai sebelumnya, demikian seterusnya. Peneliti
bertanya pada subjek penelitiannya tentang (calon) subjek penelitian atau
nara sumber lain yang penting atau harus dihubungi. Dengan bertanya
pada orang yang telah diwawancara mengenai siapa lagi yang dapat
memberikan informasi, rantai semakin lama semakin panjang, dan bola
salju semakin lama semakin besar.
D. Variabel Penelitian
Variabel penelitian persepsi lansia penghuni panti wreda
“HANNA” Yogyakarta terhadap panti wreda “HANNA” Yogyakarta.
Persepsi diartikan sebagai cara atau aktivitas yang melibatkan indera
dalam memandang, menginterpretasikan serta memberikan penilaian
terhadap objek fisik maupun sosial yang dipengaruhi oleh faktor intern,
seperti kepribadian, kebudayaan, motivasi, serta faktor ekstern, seperti
kejelasan objek, objek baru yang lebih menarik, dan lainnya. Pada bagian
lain, panti wreda diartikan sebagai tempat atau lembaga yang dapat
menggantikan keluarga dengan tujuan merawat dan mengurus lansia
sehingga terjamin keselamatan dan kesehatan. Oleh karena itu, persepsi
lansia penghuni panti wreda “HANNA” Yogyakarta terhadap panti wreda
43
“HANNA” Yogyakarta diartikan sebagai cara atau aktivitas dalam
mengiterpretasikan dan memberikan penilaian terhadap panti wreda
“HANNA” Yogyakarta.
E. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai bentuk
sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Denzin dan Lincoln (dalam
Creswell, 1997) bahwa penelitian kualitatif melibatkan berbagai macam
sumber data empiris seperti wawancara, observasi, studi kasus, dan
lainnya. Pada penelitian ini, metode pengumpulan data menggunakan
metode wawancara.
Wawancara adalah percakapan dan tanya jawab yang diarahkan untuk
mencapai tujuan tertentu (Poerwandari, 2005). Wawancara kualitatif
dilakukan bila peneliti bermaksud untuk memperoleh pengetahuan tentang
makna-makna subjektif yang dipahami individu berkenaan dengan tema
yang diteliti dan bertujuan untuk menggali lebih dalam terhadap tema
(Banister dkk dalam Poerwandari, 2005)
Pendekatan wawancara yang akan digunakan dalam menggali data dari
sumber data adalah wawancara dengan pedoman umum. Pendekatan
wawancara dengan pedoman umum memiliki pengertian bahwa selama
proses wawancara dilengkapi dengan pedoman umum dengan
mencantumkan hal-hal yang harus diungkap tanpa menentukan urutan
pertanyaan. Pedoman umum digunakan dengan alasan mengingatkan
peneliti terhadap aspek-aspek yang harus dibahas sekaligus menjadi daftar
44
(checklist) apakah aspek-aspek yang berkaitan dengan penelitian telah
ditanyakan (Poerwandari, 2005).
Bentuk pertanyaan yang digunakan pada penelitian ini adalah
pertanyaan wawancara terbuka (open question) dengan tujuan untuk
memperoleh pendapat subjek (Sulistyo & Basuki, 2006).
Wawancara terhadap subjek penelitian dilaksanakan pada saat subjek
tidak sedang melakukan kegiatan sehingga proses wawancara dapat
berjalan dengan baik dan lancar. Kegiatan yang dimaksud adalah kegiatan
yang dilakukan bersama sama maupun secara pribadi seperti, menyambut
tamu yang memberikan pelayan atau menjahit.
Tabel I. Panduan Wawancara
No. Aspek Panti Wreda Contoh Pertanyaan
1
2
3
Pihak Pengelola
Relasi Lansia Dengan
Perawat
Relasi Sesama Lansia
• Apa pendapat Anda tentang bentuk
panti wreda yang sekarang Anda
tempati?
• Bagaimana pendapat Anda terhadap
pelayanan yang diberikan oleh perawat
panti wreda ini?
• Apa penilaian Anda terhadap
kenyamanan yang ada di panti wreda
ini?
• Apa pendapat Anda terhadap relasi
sesama lansia?
45
4
5
Fasilitas Panti
Lingkungan Fisik
• Bagaimana pendapat Anda terhadap
kegiatan yang diadakan oleh panti
wreda?
• Apa pendapat terhadap bentuk kamar
di panti?
• Pendapat Anda terhadap jumlah
penghuni tiap kamar?
• Apa pendapat Anda terhadap relasi
antara perawat dan lansia ?
F. Analisis Data
Data penelitian yang telah diperoleh dengan segera harus dianalisis
dalam bentuk laporan. Tujuan analisis adalah mengungkapkan data apa
yang masih perlu dicari, hipotesis apa yang perlu diuji, pertanyaan apa
yang perlu dijawab, metode apa yang harus digunakan untuk mendapatkan
informasi baru, dan kesalahan apa yang harus diperbaiki (Usman, 2008).
Analisis data menggunakan metode analisi tematik sehingga peneliti
dapat melihat, memahami, dan menemukan tema terhadap hal yang
diteliti. Tema yang ditemukan setidaknya dapat mendeskripsikan
fenomena dan memungkinkan interpretasi fenomena. Tema-tema
yangyang ada dapat diperoleh secara induktif dari informasi mentah atau
diperoleh secara deduktif dari teori atau penelitian-penelitian yang telah
ada (Boyatzis dalam Poerwandari, 2005). Setelah tema ditemukan, langkah
46
selanjutnya adalah mengklasifikasi atau koding dengan memberi label atau
deskripsi (Boyatzis dalam Poerwandari, 2005).
Langkah selanjutnya yang dilakukan oleh peneliti untuk menganalisis
data yang sudah diperoleh dari hasil wawancara adalah (Poerwandari,
2005):
1. Organisasi Data
Organisasi data adalah kegiatan memindahkan hasil wawancara
dari alat perekam ke dalam kertas kosong secara rapi dan sistematis.
Organisasi data yang rapi dan sistematis membuat peneliti memperoleh
kualitas data yang baik, mendokumentasikan analisis yang
dilakukan,dan menyimpan hasil penelitian (Poerwandari, 2005).
2. Koding
Pada tahap berikutnya, peneliti melakukan koding. Koding
dilakukan dengan tujuan mengorganisasi dan mensistematis data
secara lengkap dan mendetail sehingga data dapat menunjukkan
gambaran tentang topic yang diteliti (Poerwandari, 2005). Koding
dilakukan pada setiap pernyataan dan tulisan yang sesuai dengan tema
penelitian dan diletakan pada bagian kanan transkrip.
G. Pemeriksaan Keabsahan Data
Keabsahan penelitian dapat dilakukan dengan menggunakan
konsep kredibilitas (Moleong, 2008). Kredibilitas penelitian kualitatif
digunakan sebagai istilah pengganti konsep validitas. Kredibilitas
penelitian kualitatif terletak pada keberhasilan mencapai tujuan
47
tertentu. Tujuan tertentu ini adalah mengeksplorasi/deskripsi masalah
secara mendalam. Pada penelitian, masalah yang ingin
dieksplorasi/dideskripsikan adalah persepsi lansia penghuni panti
wreda “HANNA” Yogyakarta terhadap aspek-aspek panti yang telah
ditentukan peneliti, yaitu aspek pihak pengelola, relasi lansia dengan
perawat panti wreda, relasi sesama lansia, fasilitas, dan lingkungan
fisik panti wreda. Deskripsi mendalam terhadap terhadap masalah
menjadi ukuran kredibilitas penelitian kualitatif dengan catatan bahwa
peneliti menjamin pendeskripsisan masalah secara akurat.
48
BAB IV
PELAKSANAAN, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN
A. Pelaksanaan Penelitian
1. Persiapan Penelitian
Penelitian dipersiapkan dengan mempertanyakan terlebih dahulu
kepada diri sendiri minat peneliti. Setelah mengetahui minat peneliti,
penelitian dilanjutkan dengan menyusun sejumlah judul penelitian
yang sesuai dengan minat peneliti. Peneliti tertarik dengan kehidupan
para lansia yang tinggal di panti wreda, khususnya pada penelitian ini
panti wreda yang dijadikan sumber data adalah Panti Wreda
“HANNA” Yogyakarta. Pada bagian selanjutnya, peneliti menentukan
judul penelitian. Judul penelitian yang diambil, mempertimbangkan
kemampuan partisipan penelitian dan kesedian pihak pengelola untuk
menerima peneliti melakukan kegiatan penelitian.
2. Perijinan Penelitian
Perijinan penelitian dilakukan satu semester sebelum penyusunan
prosposal penelitian. Ini dilakukan dalam rangka memudahkan
peneliti untuk melakukan wawancara terhadap partisipan. Sehingga
data yang didapat diharapkan data yang terbaik. Perijinan penelitian
terlebih dahulu menemui pihak pengelola dan meminta ijin secara
tidak formal. Setelah disetujui pihak pengelola, peneliti membuat surat
49
ijin penelitian yang dikeluarkan oleh pihak yang berwenang, yaitu
Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
3. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Panti Wreda “HANNA” Yogyakarta
yang bertempat di Surokarsan Mg. II/267, Yogyakarta 55151. Waktu
penelitian dilakukan dimulai pada bulan Februari 2008.
4. Pelaksanaan Penelitian
a. Survey Pendahuluan
Peneliti melakukan survei tempat pada Februari 2007 dan
menetapkan panti wreda “HANNA” Yogyakarta sebagai tempat
penelitian dengan pertimbangan prosedur perijinan yang tidak
terlalu lama dan tempat yang mudah diraih.
b. Wawancara Pendahuluan
Wawancara pendahuluan dilakukan pada Februari 2007 dan
dilanjutkan dengan kunjungan 2 kali dalam 3 bulan. Ini dilakukan
untuk membangun hubungan yang baik antara peneliti, partisipan,
dan pihak panti wreda “HANNA” Yogyakarta.
c. Proses Wawancara (Pengambilan Data)
1) Responden 1
Tanggal : 11/5/2008
Waktu : 10.00-11.00 WIB
50
2) Responden 2
Tanggal : 29/4/2008
Waktu : 09.00-10.00 WIB
3) Responden 3
Tanggal : 2/5/2008
Waktu : 10.00-11.00 WIB
4) Responden 4
Tanggal : 9/5/2008
Waktu : 10.00-11.00 WIB
5) Responden 5
Tanggal : 13/5/2008
Waktu : 10.00-11.00 WIB
B. Hasil Penelitian
1. Data Subjek Penelitian
Tabel II. Data Subjek Penelitian
Kode Penelitian P1 P2
Tanggal/Bulan/Tahun Lahir
30/11/ 1934 22/4/ 1931
Jenis Kelamin Perempuan Perempuan
Pendidikan Terakhir S1 Sekolah Menengah Kejuruan, Juru Kesehatan
Pekerjaan Terakhir PT. Perusahaan Pelayaran Samudera Indonesia (Jerman-Jepang)
Juru Rawat Angkatan Udara Adisucipto, Pensiun tahun 1986
Status Pernikahan Tidak menikah Janda
Jumlah Anak - 3 (2 Perempuan, 1 Laki-laki)
Masuk PW (Bulan & Tahun)
5/10/ 2004 14/12/2004-12/6/2006 (I) & 1/3/ 2007 (II)
Alasan Masuk PW • Kemauan sendiri (Tidak ada yang memaksa/menyuruh)
• Tidak mau ikut saudara karena tidak mau ikut merepotkan
• Anak ke-11 dari 14 bersaudara • Mulai kerja umur 30 tahun dan
hidup sendiri • 1-3 bulan suka tinggal di panti.
Jatuh Januari 2005,mengakibatkan trauma (menjadi tidak senang karena harus memakai “walker” (alat bantu untuk berjalan) dan walker menjadi penghalang. Sebelum memakai walker,bisa bebas pergi kemana saja yang biasa dilakukan. Biasanya seminggu sekali pergi ke rumah saudara yang berada di Jakarta atau ke rumah teman semasa di sekolah menengah atas (SMA)
• Pernah tinggal di PW lain, melarikan diri
• Tidak mau kerja ketika tinggal di rumah orang lain maupun keluarga
• Adik beliau menyuruh untuk tinggal di PW dan biaya ditanggung oleh saudara
• Tidak dipaksa • Ingin hidup di panti wreda dengan tujuan
menambah wawasan kehidupan bersama orang lain
• Tidak punya rumah pribadi (alasan ke-1) • Tidak mau merepotkan anak dan saudara
(alasan ke-2) • Ingin mandiri maka tinggal di panti
wreda sambil mempelajari kehidupan di masa tua
• Belajar hidup sendirian orang lain yang sudah tua
• Cita-cita masuk panti wreda sudah direncanakan sebelum masuk panti wreda
• Ikut anak banyak masalah
51
P3 P4 P5
5/4/ 1932 ±77 tahun 2/11/ 1933
Perempuan Perempuan Perempuan
IKIP Negri, Jurusan Pendidikan Umum
Sekolah Dasar Sarjana Pendidikan
Guru Swasta, Yogyakarta Karyawan Pabrik Raden (ikan Sarden & Kornet)
Kepala Sekolah SMP BudiWacana, Jogyakarta
Tidak Menikah Kawin (tidak tercatat di Catatan Sipil)
Tidak Menikah
- 11 (6 perempuan, 5 laki-laki) -
25/11/ 2005 Mei 2005 1/7/1995
• Tidak mengetahui • Dimasukkan oleh adiknya • Merasa terpaksa masuk ke panti
wreda • Bertahan di panti wreda untuk
sementara waktu sampai mendapatkan rumah untuk ditempati sendiri
1. Sudah ‘mumet’ disini (panti). Ini dikarenakan tidak enak dan tidak nyaman. Tidak nyaman dikarenakan “kadang-kadang lansia lain berteriak”
Faktor yang membuat tidak senang, yaitu:
1. Salah satu pengurus yayasan berkunjung ke panti, sepertinya memata-matai. Pengurus yang datang “kata-katanya asal bunyi. Ini diceritakan oleh pengurus sendiri, Ibu Monika.
2. Ada tamu dan pimpinan tidak senang, Oma menjadi tidak enak
3. Salah satu Oma yang terkadang katanya seperti sengaja dilontarkan seperti menyindir
Dibantu gereja (Komunitas Diakonia, GKI Nupasan)
Anak-anak tidak bisa bantu
• Tidak ada paksaan dari orang lain untuk tinggal di panti wreda
• Secara garis besar, pendapat terhadap panti wreda ini adalah baik. Ini disebabkan bisa tinggal disini dan nyaman.
52
f. Data Seluruh Subjek
Tabel IX. Hasil Tabulasi Persepsi Subjek Penelitian
Keterangan:
A = Pihak Pengelola; B = Relasi Lansia Dengan Perawat; C = Relasi Sesama Lansia;
D = Fasilitas Panti; D1 = Pelayanan; D2 = Fasilitas Penyembuhan/Kesehatan; D3 =
Kegiatan Sosial; D4 = Kegiatan di Dalam Panti; D5 = Area Pribadi; E = Lingkungan
Fisik; E1 = Keamanan; E2 = Bentuk Kamar; E3 = Jumlah Penghuni Kamar; E4 = Jarak
Kamar Lansia Dengan Ruang Perawat; P1, P2, P3, P4, & P5 = Subjek; + = Persepsi
Positif; - = Persepsi Negatif; ? = Persepsi Netral (Tidak Diketahui);.
1) Persepsi Terhadap Pihak Pengelola Panti Wreda “HANNA”
Yogyakarta
Persepsi P1 terhadap pihak pengelola cenderung positif. Ini
disebabkan karena dirinya merasa senang dan menerima kondisi
sekarang yang tinggal di panti. Selain itu, pimpinan panti menilai
bahwa P1 tidak pernah membuat penilaian yang buruk terhadap
P1 P2 P3 P4 P5 Total A + + - - + 3+; 2- B + + - - + 3+; 2- C + - + + + 4+; 1-
1 + + - - - 2+; 3- 2 + - - - - 1+; 4- 3 ? + - + ? 2+; 1-; 2? 4 + + - + - 3+; 2-
D
5 - - - - + 1+; 4- 1 + + - - - 2+; 3- 2 + + + + + 5+ 3 - + - - + 2+; 3-
E
4 - + + + + 4+; 1-
53
pimpinan panti. P1 beralasan bahwa ini dapat dikarenakan kepribadian
dan pengaruh dari lingkungan Keraton.
Persepsi P2 terhadap pihak pengelola cenderung positif. P2 merasa
bahwa berdirinya panti wreda ini memiliki tujuan positif, yaitu sosial.
Selain itu, P2 juga merasakan kebahagiaan dapat tinggal di panti. Ini
disebabkan bahwa panti yang ditempatinya berada dalam satu jalur,
yaitu Kristen serta jiwa pelayanannya berkembang di panti.
Persepsi P3 terhadap pihak pengelola cenderung negatif. P3 merasa
bahwa panti ini sebaiknya memiliki sebuah sistim pengelolaan yang
baik dan perhatian terhadap lansia yang menjadi penghuni panti. P3
beralasan bahwa lansia yang masuk ke panti berasal dari latar belakang
yang saling berbeda satu sama lain sehingga apabila tidak ada perhatian
dari pihak pengelola, jalannya panti cenderung terhambat.
Persepsi P4 terhadap pihak pengelola cenderung negatif. P4 merasa
bahwa pihak pengelola panti kurang mampu melayani dirinya dengan
baik. Selain itu P4 juga menyatakan bahwa pihak pengelola
menunjukkan sikap kurang menyenangkan terhadap dirinya.
Persepsi P5 terhadap pihak pengelola cenderung positif. P5 kurang
mengerti dan tidak mengetahui tujuan dari panti wreda. P5 merasa
bahwa masalah pengelolaan panti tidak berhubungan dengan dirinya
sehingga P5 mempercayakan sepenuhnya dengan pihak pengelola.
54
2) Persepsi Terhadap Relasi Lansia dengan Perawat Pada Panti
Wreda “HANNA” Yogyakarta
Persepsi P1 terhadap relasi lansia dengan perawat cenderung
positif. P1 menunjukkan sikap menghargai dan tidak membuat masalah
dengan perawat. Selain itu, P1 juga menyatakan bahwa perawat yang
memberikan pelayanan di panti menunjukkan sikap baik terhadap
dirinya.
Persepsi P2 terhadap relasi lansia dengan perawat cenderung
positif. P2 merasa bahwa terdapat kerjasama antara perawat dan lansia.
P2 juga menyatakan bahwa relasi dirinya dengan perawat dilihat
bagaikan hubungan pertemanan atau saudara sehingga P2 mampu
menghargai dan menghormati perawat yang memberikan pelayanan
terhadap dirinya, seperti selalu mengucapkan terimakasih.
Persepsi P3 terhadap relasi lansia dengan perawat cenderung
negatif. P3 merasa bahwa dirinya dan lansia lain tidak menyukai perawat
yang memberikan pelayanan di panti. P3 beralasan bahwa ini dapat
disebabkan kondisi mood/suasana perasaan. Selain itu, persepsi negatif
P3 dikarenakan sikap perawat yang dianggap “kemayu” dan setiap kali
meminta sesuatu jawaban yang ada adalah tidak ada sehingga membuat
P3 jengkel.
Persepsi P4 terhadap relasi lansia dengan perawat cenderung
negatif. Persepsi negatif ini diakibatkan oleh pelayanan yang diberikan
55
oleh perawat kurang dapat memenuhi kebutuhan P4. Selain itu, persepsi
negatif P4 diakibatkan perlakuan kurang menyenangkan dari perawat
terhadap dirinya.
Persepsi P5 terhadap relasi lansia dengan perawat cenderung
positif. P5 mampu memaklumi kekurangan sikap dari perawat di dalam
memberikan pelayanan terhadap dirinya.
3) Persepsi Terhadap Relasi Sesama Lansia Pada Panti Wreda
“HANNA” Yogyakarta
Persepsi P1 terhadap relasi sesama lansia cenderung positif. P1
menyatakan bahwa dirinya tidak pernah memusuhi dan ketika dirinya
berkeliling, dia merasa diterima oleh lansia lain.
Persepsi P2 terhadap relasi sesama lansia cenderung negatif. P2
menyatakan bahwa dirinya merasa tidak ada kecocokan dengan lansia
lain. P2 beralasan bahwa ini dikarenakan adanya perbedaan sifat antara
dirinya dengan lansia lain dan kondisi fisik dan psikis dari lansia.
Persepsi P3 terhadap relasi sesama lansia cenderung negatif. P3
merasa senang menjalin relasi dengan lansia lain dan dirinya merasa
diterima oleh lansia. Selain itu, P3 juga mau berbagi dengan lansia lain
jika memiliki sesuatu yang berlebih.
Pada bagian ini, penilaian P4 terhadap persepsi relasi sesama lansia
cenderung positif. P4 menyatakan bahwa dirinya dapat menjalin relasi
56
yang positif dengan lansia lain, seperti saling membantu jika ada
kesulitan dengan cara memberi masukan positif dan. P4 jga menyatakan
bahwa dirinya tidak pernah mengalami konflik dengan lansia lain.
P5 merasa bahwa relasi sesama lansia yang dijalani
cenderung baik. P5 merasa bahwa selama ini, dirinya tidak mengalami
masalah dengan lansia lain.
4) Persepsi Terhadap Fasilitas Panti Wreda “HANNA” Yogyakarta
(a)Pelayanan
Persepsi P1 terhadap pelayanan panti cenderung positif. P1 menilai
bahwa dirinya merasa dilayani dengan baik oleh perawat oleh karena
memperlakukan perawat secara baik.
Persepi P2 terhadap pelayanan yang diberikan oleh panti
cenderung positif. P2 menunjukkan sikap menghargai para pegawai
panti yang telah memberikan pelayanan terhadap dirinya, seperti
selalu mengucapkan terimakasih dan menyapa.
Pada poin ini, persepsi P3 terhadap pelayanan cenderung negatif.
P3 merasa bahwa pelayanan yang diberikan panti terhadap lansia
kurang. Ini dikarenakan latar belakang para lansia yang bervariasi.
Selain itu, P3 menyatakan bahwa kondisi kesehatan lansia kurang
mendapatkan perhatian.
57
Pada poin ini, persepsi P4 terhadap pelayanan yang diberikan oleh
panti terhadap dirinya cenderung negatif. P4 menilai adanya sikap
tidak adil dan kurang menyenangkan dari perawat.
Persepsi P5 terhadap pelayanan panti cenderung negatif, khususnya
pada masalah kebersihan kamar mandi panti. P5 menilai bahwa
kebersihan kamar mandi panti kurang mendapatkan perhatian. P5
menilai ini dikarenakan lansia yang menggunakan kamar mandi
kurang dapat menjaga kebersihan kamar mandi sehingga diharapkan
pihak pengelola memberikan perhatian pada poin ini.
(b) Fasilitas Penyembuhan/Kesehatan
Persepsi P1 terhadap fasilitas penyembuhan/kesehatan
cenderung positif. P1 menyatakan bahwa setiap satu kali dalam
satu minggu terdapat kunjungan dokter yang membantu lansia
dalam memeriksakan kondisi kesehatan.
Persepsi P2 terhadap fasilitas penyembuhan/kesehatan
cenderung negatif. P2 menilai bahwa panti tidak meberikan
pelayanan kesehatan yang cukup. P2 beralasan bahwa ini
diakibatkan dana kesehatan bagi lansia kurang memadai, walaupun
P2 merasa bahwa panti mendapatkan bantuan dana dari departeman
sosial daerah.
Persepsi P3 terhadap fasilitas penyembuhan/kesehatan
cenderung negatif. P3 melihat bahwa salah satu lansia yang
58
mengalami masalah kesehatan tidak ditanggapi oleh pihak
pengelola atau dibiarkan saja, seperti penyakit kulit.
Pada poin ini, persepsi P4 terhadap fasilitas
penyembuhan/kesehatan cenderung negatif. P4 merasa bahwa
dirinya mendapat larangan dan harus menunggu dalam waktu yang
cukup lama untuk mendapatkan pelayanan kesehatan.
P5 menilai bahwa fasilitas penyembuhan/kesehatan panti
kurang mampu melayani kebutuhan dirinya dan lansia lain. P5
mengharapkan bahwa pelayanan kesehatan yang diadakan panti
dapat diadakan setiap hari sehingga kondisi kesehatan lansia dapat
terjaga dengan baik.
(c) Kegiatan Sosial
Persepsi P1 terhadap kegiatan sosial, seperti mengadakan
persekutuan dengan para lansia di panti wreda lainnya, cenderung
netral. P1 merasa kurang memahami tentang kegiatan sosial yang
diadakan oleh panti. P1 menyatakan bahwa lansia disuruh untuk
tetap berada di dalam panti.
Persepsi P2 terhadap kegiatan sosial yang diadakan panti
cenderung positif. P2 beralasan bahwa dengan kegiatan sosial,
seperti kunjungan ke panti wreda lain, dirinya dapat saling
membagikan pengalaman hidup di panti dan menambah relasi.
59
Persepsi P3 terhadap kegiatan sosial cenderung negatif. P3
menyatakan ketidaksetujuannya terhadap kegiatan sosial. P3
beralasan bahwa kegiatan sosial yang dilakukan berdampak negatif
terhadap lansia dan belum tentu memahami maksud dari kegiatan
yang dilakukan.
Persepsi P4 terhadap kegiatan sosial yang diadakan oleh
panti cenderung disikapi secara positif, yaitu dengan sikap mau
membantu. Ini diakibatkan oleh keyakinan P4 bahwa jika dirinya
menolong orang lain, keluarganya akan ditolong orang pada masa
yang akan datang.
P5 merasa bahwa lansia yang tinggal di panti tidak banyak
dilibatkan dengan kegiatan sosial, seperti kunjungan ke panti wreda
lainnya untuk melakukan kegiatan bersama atau rekreasi ke luar
panti wreda. Kegiatan sosial lebih banyak melibatkan karyawan
panti. Ini dikarenakan kondisi fisik lansia yang dianggap P5 tidak
memungkinkan untuk melakukan kegiatan sosial ke luar panti.
(d) Kegiatan di Dalam Panti
Persepsi P1 terhadap kegiatan di dalam panti, pada poin ini
P1 mencontohkan kegiatan menjahit, cenderung positif. P1 menilai
bahwa pihak panti memperbolehkan para lansia untuk melakukan
kegiatan sesuai dengan kemampuan masing-masing dibandingkan
jika lansia hanya berdiam diri.
60
Persepsi P2 terhadap kegiatan di dalam panti cenderung
positif. P2 melihat bahwa panti selalu mengadakan kegiatan yang
berhubungan dengan kegerejaan, seperti pembinaan rohani setiap
pagi atau kebaktian setiap minggu, sehingga jiwa pelayananya
merasa tersalurkan.
Persepsi P3 terhadap kegiatan di dalam panti, seperti
kebaktian bersama PDOWH setiap jum’at atau kebaktian setiap
minggu cenderung negatif. P3 tidak melihat manfaat dan tidak ada
program yang teratur dari kegiatan yang diadakan oleh panti
sehingga jika tidak ada kegiatan di dalam panti tidak menjadi
masalah bagi dirinya.
Pada poin ini,P4 menunjukkan sikap antusias terhadap
kegiatan di dalam panti, seperti kebaktian di dalam panti, dengan
sikap mau membantu jika kondisi kesehatannya baik.
P5 menilai bahwa kegiatan di dalam panti cenderung
negatif. P5 melihat bahwa banyak waktu kosong yang tidak
dimanfaatkan oleh panti untuk mengadakan kegiatan di dalam
panti bagi lansia sehingga P5 cenderung mencari kegiatan di luar
panti.
(e) Area Pribadi
Pada poin ini, persepsi P1 cenderung negatif. P1 merasa
bahwa dirinya kesulitan untuk mendapatkan area pribadi, khususnya
61
pada saat tidur siang. Area pribadi terbatas luasnya dan berdekatan
jaraknya dengan area pribadi lansia lain.
Persepsi P2 terhadap area pribadi cenderung negatif. P2
beralasan bahwa ruang untuk area pribadi terbatas, walaupun dirinya
merasa senang dan bermanfaat jika ada area pribadi bagi tiap lansia.
Area pribadi dipersepsi P3 cenderung negatif. P3
mengeluhkan kondisi panti yang tidak tenang dan tidak adanya
peraturan yang mendukung dirinya dalam melakukan kegiatan
pribadi, seperti berdoa.
Pada poin ini, persepsi P4 terhadap area pribadi cenderung
negatif. Ini diakibatkan tidak adanya tempat untuk melakukan
kegiatan yang bersifat pribadi dan tanggapan kurang menyenangkan
dari lansia lain ketika dirinya berkeinginan melakukan kegiatan
pribadi, seperti berdoa.
Persepsi P5 terhadap area pribadi cenderung positif. Ini
disebabkan kondisi P5 yang tinggal sendiri dalam satu kamar
sehingga apabila P5 ingin melakukan kegiatan pribadi secara baik,
seperti membaca, berdoa, atau mendengar radio, P5 cukup menutup
pintu kamar.
62
5) Persepsi Terhadap Lingkungan Fisik Panti Wreda “HANNA”
Yogyakarta
1. Keamanan
Persepsi P1 terhadap keamanan cenderung positif. Ini dikarenakan
adanya Satpam yang berjaga di malam hari dan letak panti yang
berdekatan dengan Koramil TNI Angkatan Darat.
Persepsi P2 terhadap keamanan panti cenderung positif. P2 tidak
pernah mengalami kasus pencurian di panti, walaupun kunci
kamarnya tidak dikunci.
Persepsi P3 terhadap masalah keamanan cenderung negatif. P3
sering mendengar laporan bahwa lansia lain kehilangan dan
menyarankan perbaikan pada keamanan panti.
Pada poin ini, persepsi P4 cenderung negatif. P4 merasa
ketidakpuasan terhadap keamanan di panti. Ini diakibatkan masalah
kehilangan barang-barang pribadi dirinya, seperti pakaian yang tidak
kembali setelah dicuci.
P5 menilai bahwa masalah keamanan, khususnya masalah barang
pribadi (pakaian), cenderung kurang. P5 menilai sering barang
pribadi tertukar dengan orang lain bahkan hilang.
63
2. Bentuk Kamar
Pada poin ini, persepsi P1 terhadap bentuk kamar cenderung
positif. P1 merasa kamar yang ditempati cukup luas dan jumlah
penghuni sesuai dengan kapasitas kamar.
Persepsi P2 terhadap bentuk kamar cenderung positif. P2 beralasan
bahwa kamar yang ditempatinya sekarang telah sesuai dengan
kapasitas dan memberikan rasa nyaman.
Persepsi P3 terhadap bentuk kamar cenderung positif. P3 merasa
bahwa kamar yang ditempati sesuai dengan kapasitas kamar.
Pada poin ini, persepsi P4 terhadap bentuk kamarnya cenderung
positif. X dan Z menilai bahwa P4 mampu menerima kondisi bentuk
kamar yang ditempati dirinya.
Penilaian P5 terhadap bentuk kamar cenderung positif. P5 merasa
nyaman dan sesuai dengan keinginan dirinya.
3. Jumlah Penghuni Kamar
Persepsi P1 terhadap jumlah penghuni kamar cenderung negatif.
P1 menyatakan keinginannya untuk memiliki kamar yang serupa
dengan kamar di rumahnya yang cukup luas, tetapi ini sudah diatur
menurut kapasitas oleh pihak pengelola.
64
Persepsi P2 terhadap jumlah penghuni kamar cenderung positif. P2
selama ini tidak mengeluhkan jumlah penghuni kamarnya. Ini
disebabkan masalah pembayaran, walaupun P2 dulunya
berkeinginan tinggal sendiri dalam satu kamar, tetapi tempat
terbatas.
Persepsi P3 terhadap jumlah penghuni kamar cenderung negatif.
P3 menyatakan bahwa jumlah penghuni terkadang ada yang tidak
sesuai dengan kapasitas kamar. P3 beralasan bahwa ini dikarenakan
masalah pembayaran.
Persepsi P4 terhadap jumlah penghuni kamar cenderung negatif,
walaupun jumlah penghuni kamar P4 adalah dua orang. Ini
diakibatkan sikap teman satu kamar P4 yang cenderung kurang
memperhatikan masalah kebersihan kamar.
Pada poin ini persepsi P5 cenderung positif. P5 merasa senang
tinggal sendiri di kamarnya. Selain itu, P5 merasa nyaman tinggal di
kamarnya.
4. Jarak Kamar Lansia dengan Ruang Perawat
Persepsi P1 terhadap jarak kamar lansia dengan ruang perawat
cenderung negatif. P1 merasa bahwa kamarnya berjauhan dengan
ruang perawat dan kondisi fisiknya yang terlalu sulit untuk
menjangkau ruang perawat.
65
Persepsi P2 terhadap jarak kamar lansia dengan ruang perawat
cenderung positif. ini disebabkan letak kamar P2 yang berdekatan
dengan ruang perawat sehingga bantuan yang diperlukan oleh
dirinya dapat segera diberikan oleh perawat yang bertugas.
Persepsi P3 terhadap jarak kamar lansia dengan ruang perawat
cenderung positif. P3 menilai bahwa kamarnya berada di posisi yang
baik, yaitu dengan ruang perawat sehingga bantuan yang dibutuhkan
dapat segera datang.
Pada poin selanjutnya, persepsi P4 terhadap jarak kamar lansia
dengan ruang perawat cenderung positif. Ini diakibatkan jarak kamar
P4 dekat dengan ruang perawat sehingga bantuan yang diperlukan
ditanggapi dengan cepat.
Persepsi P5 terhadap jarak kamar lansia dengan ruang perawat
cenderung positif. jarak kamar P5 yang cukup jauh tidak menjadi
masalah bagi dirinya. P5 mampu untuk mendatangi ruang perawat
sendiri jika memerlukan bantuan.
66
C. Pembahasan
1. Persepsi Terhadap Pihak Pengelola Panti Wreda “HANNA”
Yogyakarta
Hasil penelitian menemukan bahwa persepsi lansia terhadap pihak
pengelola positif. Salah satu lansia ( subjek P2) melihat bahwa panti
wreda “HANNA” Yogyakarta memiliki tujuan sosial terhadap lansia.
Sobur (2003) melihat bahwa hal yang memberikan daya tarik yang
baik cenderung dipersepsi. Persepsi positif terjadi karena salah satu
lansia (subjek P2) memilih untuk tinggal di panti wreda “HANNA”
Yogyakarta atas keinginan sendiri sehingga dapat mengembangkan
minat diri. Persepsi positif ini sejalan dengan pendapat Salamah
(2005) bahwa lansia yang dapat tinggal di panti wreda sesuai
keinginan diri, dapat menerima keadaan panti akan lebih
menunjukkan sikap positif. Selain itu, persepsi positif lansia terhadap
pihak pengelola dapat disebabkan faktor kepribadian dan lingkungan.
Salah satu lansia (subjek P1) menggambarkan sikap positif dirinya
terhadap pihak pengelola disebabkan oleh lingkungan tempat dirinya
tinggal sehingga mempengaruhi kepribadiannya.
Teori kesinambungan (Robert Atchley dalam Berk, 2006) yang
menjelaskan tentang perubahan kehidupan sosial melihat bahwa
lansia dinilai tetap mempertahankan sistem kepribadian yang telah
dibentuk oleh lingkungan dan tetap ada, seperti minat, peranan, dan
kemampuan. Hal positif yang didapatkan oleh lansia dalam
67
berkegiatan baik di dalam panti, seperti melakukan kegiatan sesuai
minat, maupun di luar panti ialah mempertahankan fungsi fisik,
mendorong harga diri dan kontrol, memperkuat identitas diri,
mempertahankan rasa harga diri, dan keterlibatan (Finchum & Weber
dalam Berk, 2006).
Persepsi negatif dikarenakan faktor kebutuhan/need dan
pengalaman. Faktor kebutuhan terhadap pelayanan yang diberikan
oleh pihak pengelola dirasakan kurang menyebabkan persepsi
terhadap pihak pengelola cenderung negatif. Individu yang merasa
kebutuhannya kurang mengakibatkan individu semakin membentuk
pola berpikir tentang kebutuhannya yang dirasanya kurang (Sobur
2003). Selain itu, persepsi cenderung negatif dapat juga disebabkan
faktor pengalaman individu terhadap sebuah hal. Sobur (2003)
menjelaskan pengalaman mempersiapkan seseorang untuk mencari
hal-hal atau keadaan yang mungkin hampir sama dengan pengalaman
yang telah didapatkannya. Pada penelitian ini, pengalaman lansia
(subjek P3) terhadap sebuah sistem pengelolaan yang pernah dialami
oleh lansia berbeda dengan sistem pengelolaan panti wreda tempat
lansia tinggal sekarang.
68
2. Persepsi Terhadap Relasi Lansia dengan Perawat Pada Panti
Wreda “HANNA” Yogyakarta
Pada aspek ini, peneliti menemukan bahwa persepsi lansia terhadap
relasi lansia dengan perawat adalah positif. Ini dikarenakan oleh
adanya sikap menghargai perawat yang memberikan pelayanan
sehingga memperkuat kecenderungan persepsi positif lansia terhadap
relasi lansia dengan perawat. Selain itu, sikap menerima kekurangan
perawat oleh lansia dapat dimungkinkan adanya affect optimization,
yaitu kemampuan memaksimalkan emosi positif yang dikembangkan
lansia dengan tujuan mengurangi emosi negatif yang menghambat
kebahagiaan (Labouvie & Medler dalam Berk, 2006). Ini
mengakibatkan persepsi positif cenderung ditunjukkan oleh lansia
terhadap perawat yang memberikan pelayanan, walaupun pelayanan
dinilai kurang.
Persepsi negatif lansia terhadap relasi lansia dengan perawat
diakibatkan oleh sikap perawat yang dianggap oleh lansia (subjek P3)
berlebihan. Latar belakang dapat menyebabkan persepsi negatif lansia
terhadap relasi lansia dengan perawat. Latar belakang mempengaruhi
keadaan yang dipilih dalam persepsi (Sobur, 2003) sehingga persepsi
individu cenderung negatif terhadap suatu keadaan yang kurang sesuai
dengan keadaan yang pernah dialaminya. Lansia dengan latar
belakang budaya tertentu menganggap bahwa sikap tertentu yang
dilakukan secara berlebihan dianggap kurang pantas sehingga persepsi
69
lansia cenderung negatif. Selain itu, persepsi negatif disebabkan oleh
faktor fungsional, yaitu kegembiraan (suasana hati). Faktor fungsional
dihasilkan dari kebutuhan, kegembiraan (suasana hati, pelayanan,
pengalaman masa lalu individu). Bruner dan Goodman (dalam Sobur,
2003) menjelaskan bahwa persepsi tidak ditentukan oleh jenis atau
bentuk stimulus, tetapi bergantung pada karakteristik orang yang
memberikan respon terhadap stimulus. Pada penelitian ini, persepsi
lansia terhadap relasi lansia dengan perawat cenderung negatif
dikarenakan suasana hati yang cenderung kurang baik pada saat
mendapatkan pelayanan.
3. Persepsi Terhadap Relasi Sesama Lansia Pada Panti Wreda
“HANNA” Yogyakarta
Persepsi positif terhadap relasi sesama lansia disebabkan adanya
perasaan diterima oleh lansia lain. De Vito (dalam Sobur, 2003)
menyatakan bahwa persepsi positif ini terjadi oleh karena salah satu
proses yang mempengaruhi persepsi, yaitu ramalan yang dipenuhi
sendiri. Mereka yang mengharapkan diterima oleh orang lain dan
memandang sebagai sahabat, seringkali terlihat sebagai pribadi yang
santai dan menyenangkan. Perilaku ini membuat mereka mendapat
respon positif dari orang lain (Adelmann dalam Sobur, 2003).
Sedangkan persepsi negatif yang dapat diakibatkan oleh perbedaan
kondisi fisik dan psikis. Seseorang yang menjadi lansia berarti
70
mengalami perubahan-perubahan dalam seluruh aspek kehidupan baik
fisik, psikologi, maupun sosial (Supriyadi, 2007). Perubahan fisik,
seperti perubahan pada sistem sensori dapat berpengaruh terhadap
relasi sosial yang terjadi antar sesama lansia. Salah satunya adalah
penurunan kemampuan pendengaran, walaupun pada kasus ini subjek
penelitian semuanya adalah perempuan dan perempuan lebih kecil
mengalami pendengaran daripada pria (U. S. Departement of Health
& Human Services dalam Berk, 2006). Penurunan kemampuan
pendengaran mengakibatkan dampak negatif, salah satunya pada relasi
sosial (Kramer dkk. dalam Berk, 2006).
4. Persepsi Terhadap Fasilitas Panti Wreda ”HANNA” Yogyakarta
Pada aspek fasilitas panti, persepsi lansia cenderung negatif. Pada
salah satu aspek, yaitu pelayanan dijelaskan bahwa persepsi
cenderung negatif disebabkan perlakuan tidak adil dan pelayanan
kurang memenuhi keinginan lansia dan secara singkat dapat dikatakan
bahwa pemenuhan kebutuhan yang dirasakan atau dialami lansia
cenderung kurang. Kondisi ini dapat dimaklumi bahwa sebagian besar
kebutuhan dasar yang dibutuhkan lansia cenderung meningkat
dibandingkan pada masa lampau. Keinginan untuk penghargaan dan
hormat, perasaan kasih atau cinta dan berprestasi, keamanan dan rasa
harga diri adalah kebutuhan-kebutuhan yang cenderung diminta dan
dibutuhkan lansia dan sebagian besar pengalaman menunjukkan
71
bahwa terjadi kesulitan di dalam mendapatkan kepuasan terhadap
kebutuhan dasar tersebut (Pikunas, 1969). Namun, permintaan
pemenuhan kebutuhan yang tinggi pada lansia tidak terlalu
menyebabkan kesulitan pada interaksi sosial.
Persepsi negatif lansia terhadap fasilitas panti selain perasaan
kurang puas terhadap pemenuhan kebutuhan dapat dimungkinkan juga
oleh faktor luar, yaitu kepedulian pihak panti terhadap masalah
kesehatan lansia. Contoh kondisi menunjukkan bahwa proses
penanganan masalah kesehatan lansia cenderung lambat sehingga
harus menunggu atau bahkan dilarang. Selain itu, dana untuk masalah
kesehatan lansia kurang memadai sehingga kondisi kesehatan yang
bermasalah dibiarkan. Kondisi ini memperlihatkan bahwa
permasalahan lansia tidak ditanggapi dengan tidak serius. Panti wreda
yang diharapkan mampu menyediakan fasilitas kesehatan maupun
bimbingan konseling tidak menanggapi dengan cepat permasalahan
yang dihadapi lansia, melihat lansia sebagai individu yang memiliki
potensi. Sehingga pada akhirnya, lansia dengan sendirinya mengalami
penurunan, perhatian terhadap kesehatan cenderung kurang atau
merasa tidak berdaya terhadap kondisi fisik, depresi, dan keterpisahan
(McTavish & Kalish dalam Long, 1984).
Pada kegiatan sosial, baik persepsi negatif maupun netral sama-
sama disebabkan kondisi fisik lansia. Salah satu lansia menyatakan
bahwa kegiatan sosial yang diadakan panti terlalu berisiko sehingga
72
lansia lebih banyak menghabiskan sebagian besar atau mungkin
seluruh waktu hidup di dalam panti. Ini dimungkinkan lebih pada
kondisi fisik lansia yang cenderung menurun (Pikunas, 1969). Kondisi
fisik yang cenderung menurun berakibat pada keterbatasan lansia
untuk berinteraksi dengan lingkungan di luar panti. Jika pada masa
anak-anak, faktor penyebab perkembangan psikologi adalah
bertambahnya kemampuan untuk berinteraksi dan menjelajahi
lingkungan sekitar tempat tinggal, namun pada masa tua, proses ini
menjadi terbalik, misalnya pengaruh penurunan kekuatan dan
koordinasi untuk melakukan pergerakan mengurangi kemampuan
lansia untuk berpergian ke suatu tempat.
Pada fasilitas panti seperti kegiatan sosial dan kegiatan di dalam
panti persepsi positif dapat diakibatkan faktor kebutuhan dan
motivasi. Lansia merasa bahwa kegiatan di dalam dan luar panti,
seperti kunjungan ke panti wreda memberikan manfaat positif.
Persepsi positif ini sejalan dengan Teori Kesinambungan yang
dinyatakan Robert Atchley (dalam Berk, 2006) bahwa lansia tetap
mempertahankan sistem kepribadian yang ada, seperti minat,
perasaan, dan kemampuan. Lansia lebih memilih aktivitas sesuai
dengan kemampuannya, terlebih menyesuaikan kondisi fisik. Finchum
& Weber (dalam Berk, 2006) menyatakan bahwa hal positif yang
didapatkan oleh lansia dalam berkegiatan baik di dalam panti, seperti
melakukan kegiatan sesuai minat, maupun di luar panti ialah
73
mempertahankan fungsi fisik, mendorong harga diri dan kontrol,
memperkuat identitas diri, mempertahankan rasa harga diri, dan
keterlibatan. Sedangkan persepsi negatif dapat diakibatkan kondisi
fisik lansia yang kurang memadai sehingga cenderung menilai bahwa
kegiatan sosial dan kegiatan di dalam panti cenderung negatif, seperti
kegiatan di dalam panti tidak memberikan manfaat. Morgan (dalam
Hurlock, 1953) di dalam penelitiannya melihat bahwa lansia yang
pada masa dulunya memiliki beberapa kegemaran ketika ditanyakan
tentang alasan meninggalkan kegemaran memunculkan beberapa
alasan, yaitu kondisi kesehatan menurun, terlalu mahal, usia tua, tidak
memberi keuntungan, kehilangan minat, dan tidak ada waktu.
5. Persepsi Terhadap Lingkungan Fisik Panti Wreda “HANNA”
Yogyakarta
Persepsi negatif cenderung terjadi pada lansia oleh karena
kebutuhan yang dirasakan kurang. Ini dapat dilihat pada kebutuhan
terhadap rasa keamanan, jumlah penghuni kamar, dan jarak kamar
lansia dengan ruang perawat. Lingkungan panti yang telah disediakan
kurang mampu memenuhi kebutuhan lansia yang tinggal di panti.
Faktor kebutuhan yang mempengaruhi persepsi terhadap lingkungan
fisik panti berhubungan dengan faktor kepribadian. Beberapa tipe
kepribadian pada lansia menurut Neugarten (dalam Schiamberg, 1982)
di dalam studinya tentang tipe kepribadian pada lansia dikaitkan
74
dengan kepuasan dalam hidup dan tingkat aktivitas, seperti integrated
personalities dan unintegrated personalities. Tipe integrated
personalities menjelaskan bahwa individu memiliki kompetensi ego,
kemapuan kognisi yang lengkap, tingkat kepuasan hidup yang tinggi,
dan relatively complex inner lives. Pada tipe unintegrated
personalities dijelaskan bahwa individu memiliki masalah psikologi
yang diikuti gangguan emosional dan penurunan pada proses berpikir
dan lansia tipe unintegrated personalities memiliki tingkat kepuasan
serta kegiatan yang cenderung rendah.
Persepsi terhadap lingkungan fisik panti juga dipengaruhi kondisi
fisik lansia. Pada salah satu poin aspek lingkungan fisik panti, yaitu
jarak kamar lansia dengan ruang perawat didapatkan bahwa salah satu
lansia (subjek P1) menyatakan bahwa jarak kamarnya cukup jauh
dengan ruang perawat oleh karena kondisi fisik. Kondisi ini dapat
dibenarkan bahwa kondisi lansia secara umum dan lansia pada panti
wreda pada khususnya lemah dan memerlukan waktu yang cukup
lama untuk bergerak. Lansia yang tinggal di panti wreda secara umum
digambarkan mengalami berbagai masalah kesehatan yang cukup
signifikan membatasi kemampuan bergerak (Manton dkk dalam
Nordhus, 1998). Beberapa faktor yang mendukung perubahan
kemampuan bergerak (motor performance), yaitu perubahan kondisi
tulang, otot, dan sistem saraf. Menurut Woodruff & Birren (dalam
Schiamberg, 1982) Perubahan pada kondisi tulang terjadi oleh karena
75
penurunan berat tulang yang seringkali diakibatkan peningkatan
tekanan melebihi kemampuan tulang untuk menahan yang terjadi pada
beberapa area tulang sehingga memungkinkan memicu retak. Pada
otot terjadi penurunan ukuran dan kekuatan sejalan dengan bertambah
usia. Woodruff dkk. (dalam Schiamberg, 1982) menyatakan bahwa ini
diakibatkan penurunan aktivitas dan perubahan pada sambungan dan
jaringan yang menempel pada otot. Sedangkan Birren (dalam
Schiamberg, 1982) menyatakan bahwa sistem saraf dipercaya faktor
utama penyebab penurunan kecepatan bergerak (motor performance)
pada lansia.
Pada poin lain aspek lingkungan fisik yang cenderung negatif pada
beberapa lansia subjek penelitian, yaitu jumlah penghuni setiap kamar.
Persepsi ini dapat disebabkan kemampuan keuangan setiap lansia
yang berbeda-beda. Beberapa lansia tinggal sendiri dalam satu kamar,
pada penelitian ini P5 yang mempersepsi positif, dengan konsekuensi
membayar lebih tingggi dibandingkan lansia yang tinggal pada satu
kamar yang ditempati oleh emapat orang dengan konsekuensi
membayar lebih murah.
Pada bagian akhir pembahasan, kesimpulan terhadap penelitian
tentang persepsi lansia penghuni panti wreda “HANNA” Yogyakarta yang
menjadi subjek penelitian terhadap panti wreda “HANNA” Yogyakarta
adalah positif. Persepsi positif ditujukan terhadap pihak pengelola panti,
76
relasi lansia dengan perawat panti, relasi sesama lansia penghuni panti.
Persepsi positif lansia terhadap pihak pengelola dapat disebabkan oleh
tujuan bersifat sosial terhadap lansia dari panti, keinginan dari lansia
sendiri untuk tinggal di panti, atau latar belakang yang mempengaruhi
kepribadian lansia. Persepsi positif terhadap relasi lansia dengan perawat
dapat disebabkan oleh sikap memberi penghargaan terhadap perawat yang
memberikan pelayanan atau lansia menerima kekurangan perawat dalam
memberikan pelayanan. Pada bagian selanjutnya, persepsi lansia terhadap
relasi sesama lansia penghuni panti wreda dapat terjadi oleh karena adanya
perasaan diterima oleh lansia lain.
Persepsi negatif ditujukan terhadap fasilitas dan lingkungan panti.
Persepsi negatif lansia terhadap fasilitas panti dapat disebabkan sikap tidak
adil di dalam memberikan pelayanan terhadap lansia, pemenuhan
kebutuhan yang dirasa kurang memenuhi kebutuhan lansia, penilaian
lansia terhadap kegiatan sosial panti yang dirasa terlalu berisiko, atau
lansia menilai kegiatan di dalam panti yang tidak memberikan manfaat
terhadap lansia. Pada lingkungan fisik, persepsi negatif dimungkinkan
terjadi oleh karena pemenuhan kebutuhan terhadap aspek keamanan,
jumlah penghuni kamar, dan jarak kamar lansia dengan ruang perawat
dirasa kurang oleh lansia. Persepsi negatif terhadap lingkungan fisik,
khususnya pada aspek jarak kamar lansia dengan ruang perawat, juga
dipengaruhi kondisi fisik lansia.
77
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Persepsi lansia penghuni panti wreda “HANNA” Yogyakarta yang
menjadi subjek penelitian terhadap panti wreda “HANNA” Yogyakarta
pada aspek pihak pengelola, relasi lansia dengan perawat, dan relasi
sesama lansia adalah positif. Pada aspek fasilitas dan lingkungan fisik
panti persepsi lansia yang menjadi subjek penelitian negatif.
B. Saran
Sebagai saran dapat dikemukakan beberapa hal berikut:
1. Bagi pihak pengelola panti wreda “HANNA” Yogyakarta,
peningkatan fasilitas dan lingkungan fisik panti mendapatkan
perhatian yang lebih baik pada masa-masa berikutnya sehingga
kebutuhan lansia dapat terpenuhi secara tepat.
2. Bagi perawat dan pengelola panti wreda “HANNA” Yogyakarta,
mempertahankan dan terus meningkatkan sikap positif dalam
memberikan pelayanan terhadap lansia sehingga suasana aman dan
nyaman tercipta di lingkungan panti.
78
Daftar Pustaka
Afida, Nanik., Wahyuningsih, Sri., & Sukamto, Monique Elizabeth. (2000). Hubungan Antara Pemenuhan Kebutuhan Berafiliasi Dengan Tingkat Depresi Pada Wanita Lanjut Usia di Panti Wredha. Anima, Indonesian Psychological Journal, 15, 180-195. Berk, Laura E. (2006). Development Trough The Lifespan. 4th Edition. Boston: Allyn & Bacon. Creswell, John W. (1997). Qualitative Inquiry and Research Design: Choosing Among Five Traditions. California: SAGE Publication. Damanik, Janianton. (2003). Wisata Sebagai Salah Satu Upaya Peningkatan Kesejahteraan Lansia: Suatu Gagasan Awal. Media Informasi Penelitian No. 173, Th. Ke 27 Januari-Maret. Davidson, Gerald C et. al. (2006). Psikologi Abnormal. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. “HANNA”. (2004). Jubileum ke-25 Panti Wreda “HANNA” Yogyakarta 1979- 2004 Hartati, Sri & Andayani, Tri Rejeki. (2004). Perbedaan Tingkat Depresi Antara Lansia Yang Tinggal Dengan Keluarga dan Lansia yang Tinggal Di Panti Sosial Tresna Werdha “Wening Werdaya” Ungaran. Jurnal Psikologi UNDIP, I, 78-87. Kimmel, Douglas C. (1974). Adulthood and Aging: An Interdisiplinary, Development View. United State of America: John Wiley & Sons, Inc. Long, Judith Stevens. (1984). Adult Life: Developmental Processes. 2nd Edition. California: Mayfield Publishing Company. Lovel, K. (1968). An Introduction To Human Development. Dallas: Scoot, Foresman & Company. Moleong, Lexy J. (2008). Metode Penelitian Kualitatif (Edisi Revisi). Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Mönks, F. J. (1999). Psikologi Perkembangan: Pengantar Dalam Berbagai Bagiannya. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
79
Murdiyanto. (2007). Persepsi Masyarakat Terhadap Aktivitas Pemulung di Kabupaten Sleman Propinsi DIY. Jurnal Penelitian Kesejahteraan Sosial, VI, 54-72.
Nawawi, Hadari. (2005). Metode Penelitian Bidang Sosial. Cet. 11. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Nordhus, Inger Hilde et. al. (1998). Clinical Geropsychology. Baltimore: United Book Press, Inc. Papalia, Diane E. et. Al. (2005). Human Development. 10th Edition. New York: McGraw-Hill. Perlmutter, Marion. (1992). Adult Development & Aging. 2nd Edition. Canada: John Wiley & Sons, Inc. Pikunas, Justin. (1969). Human Development: An Emergent Science. 3rd Edition. Tokyo: McGraw-Hill. Poerwandari, Kristi. (2005). Pendekatan Kualitatif Untuk Penelitian Perilaku Manusia. Depok: Mugi Eka Lestari. Russell, Daniel W., Cutrona, Carolyn E., De la Mora, Arlene., & Wallace, Robert B. (1997). Loneliness and Nursing Home Admission Among Rural Older Adults. Psychology and Aging, 12, 574-589. Rybash, John W., Roodin, Paul A., Santrock, John W. (1991). Adult Development and Aging. 2nd Edition . United State of America: Wm. C. Brown Publisher. Salamah. (2005). Kondisi Psikis dan Alternatif Penanganan Masalah
Kesejahteraan Sosial Lansia di Panti Wredha. Jurnal Penelitian Kesejahteraan Sosial, IV, 55-61.
Sahrah, Alimatus. (2004). Persepsi Terhadap Kepemimpinan Perempuan. Anima, Indonesian Psychological Journal, 19, 222-233. Schiamberg, Lawrence B. (1982). Human Development. New York: Macmillan Publishing. Sobur, Alex. (2003). Psikologi Umum dalam Lintasan Sejarah. Bandung: CV Pustaka Setia. Suharman. (2005). Psikologi Kognitif. Surabaya: Srikandi. Sulistyo & Basuki. (2006). Metode Penelitian. Jakarta: Wedatama Widya Sastra.
80
Suprayogo, R. (2004). Pelayanan Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna Werdha
(PSTW) Unit “Abiyoso” Yogyakarta. Jurnal Penelitian Kesejahteraan Sosial, III, 43-57.
Supriyadi. (2007). Peran Panti Sosial Tresna Werdha Budhi Luhur bantul Yogyakarta Dalam Pemenuhan Kebutuhan Fisik, Psikis, dan Sosial. Media Informasi Penelitian No. 192, Th. Ke 31 Oktober-Desember. Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan & Pengembangan Bahasa. (1990). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Cet 4. Jakarta: Balai Pustaka. Tursilarini, Tateki Yoga. (2004). Tindak Kekerasan Terhadap Istri dan
Kepedulian Masyarakat. Jurnal Penelitian Kesejahteraan Sosial, III, 62-74.
Tursilarini, Tateki Yoga & Untung, Abdul. (2003). Mengembalikan Rasa Percaya
Diri, Rasa Harga Diri, dan Rasa Berguna Lansia: Model Pelayanan Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna Wreda “Minaula” Kabupaten Kendari, Propinsi Sulawesi Tenggara. Jurnal Penelitian Kesejahteraan Sosial, II, 54-67.
LAMPIRAN
81
Lampiran I
Transkrip Verbatim Wawancara Subjek P1
82 Tanggal : 11/5/2008 Tempat : Panti Wreda “ HANNA” Yogyakarta Kode Subjek : P1 No. Verbatim Koding 01 02 03 04 05 06 07 08 09 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49
(apa latar belakang Oma untuk masuk ke panti ini..apakah ada alasan tertentu dari Oma memilih panti ini?) Panti Abiyoso ya…yang membayar itu sudah penuh, lalu saya telepon adik saya yang direktris CTF itu untuk apa..mencari lain. terus adik saya bilang perempuan, kalo metting, bahwa di Jogya ada, jadi saya tidak emilih-milih antara panti Kristen. Yayasan apa ndak..saya kan sudah hubungi dulu Abiyoso..yang membayar itu dah penuh lalu saya cari nomor telepon yang Jogya ya ini..terus nelpon sini ada yang mau dikeluarkan satu..penuh waktu itu, tahun 2004 ya..si Bos bilang”wah untung ya buat Bu Rudolfin dari Jakarta” tengah-tengah telpon ada satu yang tanggal 28 september..yang dikelurkan ini bakal 21 oktober berarti ada tempat kan, tinggal satu saja tempat Bu Rudolfin, mungkin sudah karunia Tuhan dia bilang begitu, boleh masuk, kapan saja asal bawa ini dan itu (awalnya bukan disini? ) awalnya ya.(awalnya dimana?) dimana saja lah maksud saya...saya kan dah katakan sudah telpon di Abiyoso..di Bintaro tempat Katolik..penuh..yang bayar. Kalau Bintaro itu punya Katolik pasti bayar semua, tapi ga ada tempat,saya gimana lagi ya, Jakarta ya juga tidak ada tempat terus saya iseng-iseng saja ke Adik perempuan saya itu (kalau sikap Oma terhadap pihak pengelola disini gimana?) maksud..(sikap Oma Rudolfin..sikap atau pendapat Oma Rudolfin terhadap pihak pengelola di sini..pendapat Oma gimana?) pengelola? (terhadap pihak pengelola di sini) maksudnya pengelola yang mana…yang ini (yang ini..panti wreda ini..) maksudnya apa..sikap?…(pendapat Oma) oh pendapat saya…la saya kan..pengelola sini kan saya tidak apa ya..maksud saya..saya tidak tahu apa-apa toh.. asal saya dapat tempat dulu gitu kan (selama tinggal di sini…selama 3 tahun di sini, pendapat Oma gimana..penilaian Oma?) dengan ini..pengelola? (ya..dengan pihak pengelola di sini) hmm..baiklah (baik?) ya (karena..kenapa kok bisa ngomong baik, kenapa?) bisa ngomong baik ya..saya seneng tinggal di sini. Tidak pernah saya ada apa...masalah dengan saya..tidak pernah.itu saja anu..seperti Bu Prapti bilang “seperti Bu Rudolfin itu orang pandai, pinter, kayaknya keras, tapi ga..ga..menilai si ini..ini..pimpinan ini..ga pernah..terus bilang..kayak Deborah itu..”saya pernah dikatakan Deborah..ora becus..ora tegas di sini”..di bilang seperti itu.. kan kalau Bu Rudolfin ga ada masalah selama ini mungkin ya karena kepribadian ya..dari..bukan level ya..ama level yang tinggi ya.biasa di rumah.Saya kan dari Keraton Mangkunegara, Solo..(jadi karena Oma tidak ada masalah di sini, pimpinan di sini baik -baik saja maka Oma mengatakan bahwa pendapat Oma terhadap pihak pengelola di sini baik?) ya (relasi Oma dengan lansia yang lain gimana) relasi aku? (dengan temen-temen sebaya atau lansia yang lain?) saya? (he eh..Oma Rudolfin dengan Oma-Oma yang lain) klien..maksudnya baik atau tidak gitu (ga..pendapat Oma gimana..sikap Oma..penilaian Oma…) ya mereka itu karena saya tidak pernah memusuhi mereka mungkin ya.. jadi mereka juga ga ada masalah dengan saya, gitu toh..itu maksudnya (menurut Oma tidak ada masalah?) ndak ya saya kalau mubeng itu sudah..”di sini-sini, duduk di sini”..berarti saya kan diterima oleh mereka ya, gitu (kalau relasi Oma dengan perawat atau sebutan di sini pramurukti gimana, pendapat Oma atau sikap Oma?) saya..sikap saya terhadap pramurukti gitu? (ya..) Pelayanan ya apa-apa gitu (ya..sikap Oma..pendapat Oma?) saya. sikap
A
A A
A
C
C
B
83 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 76 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102 103 104
saya?…ya baik-baik toh..maksudnya piye toh....(pendapat Oma gimana?) pendapat saya dengan ini, pramurukti-pramurukti (terhadap pramurukti..) saya? (he eh..) ya baik-baik saja.. pokoknya saya tidak pernah bilang keras-keras gitu terhadap perawat, tidak saya, semua baik pada saya (kenapa kok bilang baik?) yang baik mereka itu terhadap saya? (Oma bilang pramuruktinya kok baik kenapa?) ya karena saya tidak pernah kasar keras terhadap mereka. itu seperti itu ngomong sendiri kan, seperti Diah itu, sampai dia diadili di situ, ngunek-ngunek apa..menghujat-menghujat pake pelacur-pelacur dari pasar kembang..wah itu kan..kalau saya kan..semua itu…delapan sama saya..waduh..wong saya tidak pernah ada masalah dengan mereka (ok..kalau dari pelayanan yang diberikan di sini pendapat Oma gimana?) cukup-cukup..ya baiklah.pelayanan pramurukti terhadap saya toh? (he eh..) baik.. mereka juga menerima eh..meladeni dengan baik terhadap saya karena saya baik terhadap dia. Kalau yang tidak baik ya..dengan muka piye ya…kadang ya..kalau sama saya ya “ini tehnya…bu rudolfin, gitu. Kalau sama Diah ora cocok. Samapi si Diahya bilang “ga pernah nawani gitu”. Kenapa kalau sama Bu Rudolfin kok..”itu lain..saya kan baik sama yang ngeladenin ya toh..mereka kan susah payah ngeladenin kita (kenapa kok Oma bilang pelayanan di sini baik, ciri-cirinya apa?) ciri- cirinya ya…menurut aku, memang menurut terhadap pribadi saya baik gitu (dari segi apanya?) ya dari segi apa ya…pribadi merekalah. ya memang ada yang kasar, ada..yang keras, ada..tapi saya terima dengan tidak saya reken..(reken?) ‘hitung’ kalau dia itu keras…katanya orang “si A itu mesti minta kalau mandi barang.kalau saya kan..saya acuhkan gitulah..ga terus melu-melu “opo-opo Mbak..kok mandine barang…” aku yo ga pernah ngurus. Jadi mereka kan orang..pramurukti delapan itu kan, nek coro Jawa Niteni.apa ya..jadi ga ada masalah lah bisa..Niteni tu opo yo coro Indonesianya? Umpama “oh Bu Rudolfin ga pernah sih keras-keras sama pramurukti, gitu lho. makanya delapan pramurukti sama saya semua baik (kalau dari..ini kan saya membuat kategori pelayanan..rendah, sedang, atau tinggi pelayanan di sini?) oh..pramurukti terhadap kita? (pelayanan di sini, bisa dibilang rendah, cukup-cukup saja, atau sangat bagus?) ya cukup-cukup lah…rendah ga..tinggi banget ya ga lah..sedang..cukuplah (kalau fasilitas kesehatan di sini, menurut Oma gimana?) cukup baik karena setiap seminggu satu kali kan ada dokter ke sini..dokter Wiji yang dari RS Bantul..itu untuk kita setiap minggu satu kali datang. Siapa yang merasa kurang sehat atau memeriksakan apa….kalau ga senin..selasa ya..tergantung waktunya dokter Wiji (selain ada dokter, apalagi yang menurut Oma yang bisa dibilang baik?) kemaren..sering ada itu..kayak penginjil itu lho..boleh toh aku bilang gitu..itu pendeta Andreas..itu free ya..bukan tergantung pada sini..tapi beliau pelayan sendiri di sini..kemarin sore juga ke sini..saya disembayangin di situ… terus ke sana..akhirnya nanti ketemu si Bos..itu kadang ada satu minggu sekali. selain kunjungan yang ada pendeta-pendata..ada pendeta Andreas (selain ada yang penginjil dateng, alasan Oma bilang fasilitas kesehatan di sini baik apalagi, selain dokter dan penginjil dateng, kira-kira ada yang lain?)ya..(cuman itu saja?) ya itu..sama dokter..kalau tamu ya beda ya (yang sering dateng dokter ya?) ya itu dokter harus untuk memeriksa kesehatan kita..yang penting yo si dokter itu...(misalnya kegiatan sosial ke luar, menurut Oma gimana?) sosial ke luar? (ya..misalnya bisa dilakukan menurut Oma gimana ada kegiatan sosial) dari sini? (ya..) saya ka ga ngerti ya..wong klien disuruh di rumah wae.. (kalau kegiatan di dalam panti, seperti misalnya menjahit sesuai hobi, atau seperti Oma Tan yang bermain Orgen,gimana menurut Oma?) ya baik..toh memang kegiatan itu
B
B
D1
D1
D1
D2
D3
D4
84 105 106 107 108 109 110 111 112 113 114 115 116 117 118 119 120 121 122 123 124 125 126 127 128 129 130 131 132 133 134 135 136 137 138 139 140 141 142 143 144 145 146 147 148 149 150
kan…peraturan di sini kan siapa yang mampu bordir dipersilahkan bordir..yang orgen ya orgen..mesin jahit ya jahit (alasannya apa kok bisa bilang baik?) ya baik. Terus di sini ya.. Terserah Oma mau ngapa…daripada ‘dengak-dengok’ kalau yang masih berpikir jernih itu boleh lah mau apa-apa (kalau area privasi masksudnya tempat kita privasi, misalnya untuk sekadarm mebaa buku, sekadar kita pengen guling-guling saja, menurut Oma area privasi di sini?) sehari-hari itu..? (ya) ya itu lagi kembali ke…terserah yang mau tiduran..tiduran..yang ga bisa ngapain ya mau gimana, tapi keluar ga boleh tanpa didampingi pramurukti. Tapi seperti yang Bu Tan itu kan orang masih kayak gitu kan…boleh pergi sendiri, apalagi seperti saya ya, masih pake begini mesti sama pramurukti. Di sini tugas pramurukti ada 2 setiap bulan 2..jatuhnya 2 tiap bulan untuk yang mau ke dokter..ada yang mau ke adek saya…ada..(tapi area privasi di kamar Oma itu ada ga, ada mungkin kan ga mau diganggu, ini daerah saya…) ya mestinya begitu ya, tapi kepiye ya wong itu banyak orang kan emosi orang tua padahal saya..kemaren saya tidur siang jam 1..tiba-tiba Debora ganggu...ya itu di kamar itu kadang susah (menurut Oma perlu ruang pribadi bagi tiap-tiap lansia?) ya mestinya perlu tapi bagaimana..tempatnya tidak ada ( jadi menurut Oma kurang..area pribadi?) ya..hanya sebatas area pribadi hanya kamar dan itu penuh (kalau masalah keamanan, menurut Oma gimana?) aman soalnya kita kan punya ini..Pak Priyadi..Satpam itu lho..satu.., tapi hanya malam. dan kita merasa aman tuh seberang tuh kan Koramil, Kodim itu lho (ya..) begitu..(jadi karena ada Satpam dan Deket dengan Koramil?) ya…( kalau bentuk kamar..bentuk kamar yang Oma tempati, menurut Oma bagaimana?) memang itu untuk orang 4..memang dikhususkan untuk orang 4 dan cukup luas.. Itu sama dengan tempat Bakri..itu gede kan..tempatku gede..lebih dari yang sana..sudah cukuplah (karena luas gitu..?) ya ( masalah jumlah penghuni kamar?) memang sudah diputuskan..2 ya 2..satu ya satu…sejak jaman dulu ya toh.. sejak 29 tahun yang lalu (tapi apakah ada keinginan dari Oma..apa pengen sendiri atau gimana..?) ya pengennya seperti di rumah…luas. Tapi mau gimana lagi..diterima apa adanya (jarak kamar dengan ruang perawat?) jauh kan…(menurut Oma gimana?) ya, tapi pribadi saya itu mulai jatuh ini saya dipegangin bel, tapi sementara sudah lama saya jarang bel wong saya..malam ke kamar kecil sendiri tapi penting sekali baru saya pake belnya..(menurut Oma itu kejauhan atau sudah cukup..) buat saya mestinya ya jauh ya..(kenapa Oma bisa bilang jauh..) ya saya kan masih pake..mungkin kalau saya jalan biasa mungkin tidak..karena pake ini kan saya kadang “kok perut saya mules ya, tak liat-liat kok tidur tengah malam, mau ke sana ya lain kan dengan kaki ini..ini kan pake ini ya...ya sudahlah saya cari obat sendiri di kamar sendiri kadang gitu..Kadang aku “Mbk!” ga ngebel ada yang dateng.baik-baik kok mbknya. Mbknya juga tergantung ama klien yang sama dia..iya toh..maksudnya ga pernha minta-minta, kasar…mbk-mbknya tak ajak guyon…jadi mereka kan..timbangannya merengut terus ya..mereka juga sama kita kan gini….
D4
D5
D5
D5
E1
E1
E2
E3
E3
E4
E4
B
Gambaran tentang persepsi terhadap panti wreda sebagaimana P1 menyatakan dapat kita rinci sikap P1 terhadap aspek-aspek panti wreda sebagai berikut, yaitu:
A. Aspek Pihak Pengelola Pada bagian ini, penilaian P1 terhadap pihak pengelola panti cenderung
baik (27). P1 beralasan bahwa dirinya merasakan perasaan senang tinggal di panti dan tidak pernah ada masalah dengan dirinya (29). Lebih lanjut lagi, P1
85
menyatakan bahwa pimpinan panti pernah mengatakan bahwa dirinya tidak pernah membuat menilai buruk terhadap pimpinan panti (32). P1 beralasan mungkin ini disebabkan kepribadian dan pengaruh dari lingkungan Keraton (36). Kesimpulan yang dapat ditarik adalah persepsi P1 terhadap pihak pengelola panti cenderung positif.
B. Aspek Relasi Lansia dengan Perawat Pada bagian ini, penilaian P1 cenderung baik (50). Ini ditunjukkan
dengan sikapnya yang menghargai (53&55) dan tidak pernah ada masalah dengan para perawat (60). Selain itu, P1 juga menyatakan bahwa perawat panti baik-baik (147)
Dapat disimpulkan persepsi subjek mengenai relasinya dengan perawat cenderung positif.
C. Aspek Relasi Sesama Lansia
Pada aspek yang selanjutnya, P1 menyatakan bahwa dirinya tidak pernah memusuhi lansia lain sehingga mereka juga tidak ada masalah dengan dirinya (43). Ketika peneliti menanyakan apakah benar menurut P1 tidak ada masalah dan jawaban dari P1 adalah ya (18) dan pernyataan ini diperkuat dengan alasan bahwa ketika dirinya keliling, dirinya merasa diterima oleh lansia yang lain (45-46).
Kesimpulannya adalah persepsi P1 pada aspek relasi dengan sesama lansia cenderung positif.
D. Fasilitas Panti 1. Pelayanan
Pada poin ini P1 menyatakan bahwa pelayanan yang terdapat pada panti cenderung baik (61&82). P1 menyatakan bahwa dirinya merasa dilayani dengan baik oleh perawat (62-63) oleh karena dirinya memperlakukan secara baik para perawat (63).
2. Fasilitas Penyembuhan/Kesehatan P1 menyatakan bahwa fasilitas kesehatan yang ada di sini juga cukup baik (84). P1 beralasan bahwa setiap satu kali dalam seminggu datang dokter ke panti ini (85). Selain itu, P1 juga menyatakan bahwa dokter yang datang ke panti membantu lansia dalam memeriksakan kesehatan mereka (87).
3. Kegiatan Sosial Pada poin selanjutnya, P1 menyatakan bahwa dirinya kurang memahami tentang kegiatan sosial yang diadakan oleh panti. P1 menyatakan bahwa klien panti disuruh tinggal di panti (101).
4. Kegiatan di dalam Panti Pada poin ini, P1 menyatakan bahwa kegiatan yang diadakan di dalam panti dinilai baik (104). P1 beralasan bahwa pihak panti memperbolehkan para lansia di sini untuk melakukan kegiatan yang sesuai kemampuan masing-masing lansia dibandingkan jika lansia hanya berdiam diri (107-109).
5. Area Pribadi
86
Pada poin yang selanjutnya, P1 menyatakan kesulitan untuk mendapatkan area pribadi,dalam kasus ini waktu tidur siang P1 yang terganggu lansia lain (120). Alasan yang dinyatakan oleh P1 bahwa tempatnya tidak ada dan area pribadi hanya sebatas kamar serta penuh penghuni (121 & 124) sehingga dapat disimpulkan ruang pribadi, terutama waktu pribadi yang kurang. Pada bagian ini dapat ditarik 3 kesimpulan mengenai fasilitas panti, yaitu
cenderung positif, negatif, dan netral. Persepsi cenderung positif ditunjukan terhadap poin pelayanan, fasilitas kesehatan, dan kegiatan di dalam panti. Persepsi cenderung negatif ditujukan terhadap poin area pribadi yang ada pada panti. Sedangkan persepsi netral, yaitu tentang kegiatan sosial.
E. Lingkungan Fisik
1. Keamanan P1 menyatakan aman pada poin ini (127). Ini dikarenakan oleh adanya satpam yang berjaga di malam hari dan letak panti yang berdekatan dengan Koramil (126-127).
2. Bentuk Kamar Bentuk kamar dinilai oleh P1 sudah cukup luas dan kamarnya memang disesuaikan dengan jumlah penghuni kamar (130-132)
3. Jumlah Penghuni Kamar Pada poin ini, P1 menyatakan keinginannya seperti di rumah sendiri sehingga merasa luas (136), tetapi P1 menambahkan bahwa masalah jumlah penghuni kamar sudah diatur menurut kapasitas kamarnya dan sudah diatur sejak jaman dahulu sehingga P1 harus menerima keadaan ini (133)
4. Jarak Kamar Lansia dengan Ruang Perawat Pendapat yang dinyatakan P1 pada bagian ini adalah jauhnya letak ruang perawat dengan kamar lansia (141). Ini dikarenakan kondisi kaki P1 yang tidak memungkinkan berjalan ke ruang perawat yang bagi P1 jauh (142).
Persepsi P1 terhadap Lingkungan Fisik memunculkan 3 persepsi, yaitu positif dan negatif. Persepsi yang cenderung positif ditunjukkan pada poin keamanan dan bentuk kamar. Pada persepsi negatif ditujukan pada poin jumlah penghuni kamar dan jarak kamar lansia dengan ruang perawat. Kesimpulan persepsi P1 terhadap panti wreda secara umum positif.
87
Lampiran II
Transkrip Verbatim Wawancara Subjek P2
88 Tanggal : 29/4/2008 Tempat : Panti Wreda “ HANNA” Yogyakarta Kode Subjek : P2 No. Verbatim Koding 01 02 03 04 05 06 07 08 09 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49
(Pendapat Oma atau penilaian terhadap pihak pengelola di sini..) memang sengaja membuat itu, merancang..membuat panti wreda “HANNA” ini, sengaja didalam rancangannya..jadi ide-ide dari pengurus yang itu mau ingin mencetuskan apa namanya gagasannya, untuk kerja sosialnya. jadi membuat panti ini dengan sungguh-sungguh mateng dibuatnya…sebetulnya mereka lama untuk merancang idenya itu lama. Jadi mateng..sungguh-sungguh mateng nah inilah yang dicetuskan di dalam gagasan-gagasan ide itu.membuat panti wreda itu bener-bener mateng ini dan e.….dulu membuat panti itu belum nyata jadi mengontrak rumah terus dibuatnya panti..panti jompo itu..mula -mula, sudah itu dengan kerjasama usaha itu dicetuskan sekarang ini yang jadi menurut saya menaynakan sesuatu dari pengurus. ini sudah…idenya mateng. Puji Tuhan, Panti ini menurut saya sepertinya ladangnya Tuhan. kalau ladang Tuhan itu dipelihara pasti akan bertumbuh ya,..nyatanya bertumbuh menurut saya. Banyak sekali yang orang-orang lansia itu membutuhkan tempat ini sehingga ya banyak juga yang ga punya kesempatan karena penuhnya tempat..tempatnya terbatas, kalo penuh ini semuanya 32, tidak bisa ditambah lagi karena tempatnya tidak ada, kalau kurang mungkin bisa..nah inilah kalau mau,tambah dimana ndak bisa nanti ‘usek-uesekan’ nanti namanya kayak barang ditumpuk di gudang, kita tinggal disini harus nyaman, menurut saya nyaman, pribadi saya..(bagaimana pendapat Oma tentang relasi perawat atau pramurukti dengan lansia) pramurukti dengan penghuninya? (ya..) menurut saya ada rasa apa namanya..rasa kerjasama. Penghuni ingin dilayani dengan perawat dengan ramah baik, sopan..begitu..kalo saya pribadi. saya ingin berhubungan dengan perawat itu seperti teman atau saudara. jadi ya…tidak harus aku dilayani kayak pelayan sama majikan ndak menurut saya pribadi. Saya selalu mengatakan apa saja yang dikerjakan perawat itu saya menghargai..menghormati pada pelayanannya atau pekerjaannya. Saya selalu mengatakan, “terimakasih ya Mbk” walau hanya dengan senyum, “selamat pagi Mas, selamat bekerja ya Mas”. Saya membiasakan dengan itu. saya bukan memandang dia itu tukang sapu atau bagaimana. Saya tinggal di panti ini saya dengan relasi atau pekerja yang lain, saya anggap aku berteman.bersahabat tidak ada Saya penghuni yang harus kamu layani dan majikan. Saya selalu malah boleh dikatakan merendahkan diri gitu ya. Bersahabat itu ya..netral.kalau umpamanya Masnya dateng..mau kerja itupun dalam pagi..saat doa pagi sudah saya sambut untuk mendoakan mereka di dalam pekerjaannya. “Berkatilah mereka yang akan datang atau yang akan pulang diberkati Tuhan didalam pelayannanya di panti “HANNA” ini dan kalu mereka sudah mau pulang, jam kerja itu. Saya mau tidur ya..saya ketemu dulu merek-mereka..”terimakasih ya Mas yang sudah kerja sepanjang hari ini” saya mengucap terimakasih karena pekerjaanya yang telah diselesaikan Itu kan yang menikmati saya dan orang banyak ..hasil kerjanya. begitu juga dengan tukang masak, Mbk-Mbk ya yang masak untuk kita, kita selalu..udah habis makan..yang nganter kan perawatnya..”terimakasih ya Mbk” udah selesai makan. Nanti saya ketemu sama Mbke yang di dapur “terima kasih ya Mbk” yang masak. Ya walaupun hanya terimakasih toh namanya menghargai pada hasil kerjanya dia itu, menurut saya pribadi yang membiasakan dengan terimakasih karena saya sudah ditolong mereka
A
B
B
89 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102 103 104
semua, saya ga masak, mencuci, nyapu, mengepel, walaupun yang nyuci..nyetrika..nanti saya juga tak cariin..”terimakasih ya Mbk..sampe dia itu “Terimakasih apa ya Bu Juju’..ya terimakasih..pokoknya Mbk-Mbknya sudah berkerja dengan baik, saya menikmati..itu saja..mereka “selamat tidur yang Oma..terimakasih..sudah selesai…tidak ada masalah..tapi ini pribadi lho ya..pribadi saya..lain orang tidak sama..Karena saya merasa semuanya tanpa orang lain, tidak berjalan dengan baik... kalau mereka itu (pegawai) seperti mereka saja ”saya kok merasa dihargai, itukan pekerjaan saya”, ini aku perawat, tapi kok ada ya salah satu apa-apa kok terimakasih..Orang yang dikasih apa saja harusnya bilang terimakasih walaupun..menurut saya, aku penghuni dan semuanya relasi di disini semuanya saya anggap teman saya..teman kerja.Tapi ada yang tidak mengerti..banyak di sini yang tidak merasa bahwa aku itu dilayani sama dia,Mbok aku itu membalas dengan terimakasih saja. aku suka me..memberikan..pengertian “Mbok bilang dong sama Mbk-mbknya atau mas-masnya terimakasih wah dia itu merasa seneng dihargai pekerjaannya gitu..tapi ada yang bilang “ lho kan saya di sini bayar” terus saya bilang..”bener kita tidak bisa tidak bayar di sini”..makan itu dari mana..beli..apa-apa semuanya pegawai di sini harus dibayar,ga mau ga dibayar. Dia jerih payah untu cari makan untuk keluarganya..untuk cari upah jangan sampai kamu..”aku di sini kan bayar” oh, tidak bisa, saya bilang…bayar itu adaah kewajiban.jangan suka begitu ya..saya bilang.ya sudah ,tidak pernah bilang, apa yang diterima itu terimakasih..tidak. bener itu, banyak sekali di sini,..saya juga mempelajari mereka satu persatu kok. Ini penghuni dengan penghuni belum tentu cocok satu kamar..ada, umpamanya saya berdua ya..ada juga saya rasa, waktu yang lalu..saya dan Bu Vera..saya tidak cocok dengan dia satu kamar karena sifatnya berbeda dengan saya..kress..bener-bener kress dengan saya, walaupun satu kamar..walaupun satu kamar dengan dia,saya banyak diem dengan dia, walaupun tempat tidurnya sini sama situ ya..dalam segala hal saya tidak cocok dengan dia, tapi saya tidak mau bermusuhan lebih saya mengalah. Mengalah bukannya untuk lkalah, tapi untuk menang, gitu aja. Nah yang sekamar ini, saya mendapatkan teman,ini namanya Lis toh. Itu bukannya saya tidak cocok,tapi kok saya bisa sama dia, banyak saya omong tentang keluarga..dia juga banyak omong apa..yang masalah di rumahnya..jadi apa kita punya makanan kita saling memberi itu, kalu yang dulu bener-bener saya tidak cocok..karena sifatnya berbeda (bagaimana kalau dari masalah fasilitas, kalau kita omoongin fasilita, pendapat Oma atau penilaian Oma terhadap fasilitas yang ada disini, mungkin seperti pada tingkat pelayanan, program asuransi, fasilitas kesehatan, kegiatan sosial, kegiatan dalam panti, area pribadi pendapat Oma bagaimana?) menurut saya cukup bagus. Ya..saya dengan pengasuh Bu Prapti..boleh dikatakan atasan semua pegawai dan pengasuh itu bagus dan pengurus lain itu..itukan ada pengurus inti ya..itu ya baik..antara klien dengan pengurus ndak ada masalah saya tidak pernah memprotes apapun, saya pribadi lho ya...tentang hidup di sini Saya tidak pernah protes apa-apa..”oh ini kurang baik..oh ini pelayananya kurang..”oh ini makanannya kurang”...ndak, saya tidak mau memprotes. Kalau toh aku sudah tinggal disini mau tidak mau harus mempelajari, makannya seperti itu..ya sudah dimakan,kalau kurang enak, punya duit beli di luar..gitu..sudah cukup. Ada yang “oh makanannya ini…tak buang” tidak..saya tidak, ada yang seperti itu dibuang ditumplaknya, berarti dia protes toh. kalau saya tidak,tetep saya makan atau tidak makan..ya sudah.tak kembalikan, ga saya membuat “ini makananku..”ga kalaupun toh saya dan mau tinggal di sini harus mau menyesuaikan, menurut saya.”kamar mandi kok selalu kotor, ya kotor, yo bukan untuk pribadi..yo
C
D1-5
D1
90 105 106 107 108 109 110 111 112 113 114 115 116 117 118 119 120 121 122 123 124 125 126 127 128 129 130 131 132 133 134 135 136 137 138 139 140 141 142 143 144 145 146 147 148 149 150 151 152 153 154 155 156 157 158 159
temennya yang lain diajari untuk menjaga kebersihan “hayo disiram yang banyak kalu ke wc..hayo kalau kencing disiram ya banyak, itu saja…menurut saya pribadi karena saya ini apa ya..jiwanya juga pelayanan..saya punya jiwa pelayanan, jadi bagaimanapu saya rendah hati aku. Harus belajar..ya bagaimanapun harus menghadapi apa yang kita hadapi dengan cara bagaimana ya..aku ingin menyenangkan orang lain, gitu aja ya..segala sesuatu ingin menyenangkan orang lain. Kalau ada yang bohong..ada.pembohong itu tadi “ya Tuhan, aku kok menemukan orang seperti ini ya..wah super bohong.aduh ya Tuhan,saya itu kamu itu ingin tak ajarin lho..jangan suka bohong ya..jangan suka anu..kamu tu mbok jadi orang yang menyenangkan orang lain, jadi orang itu tidak membenci kamu..jadi orang itu mau mengasihi kamu, kalau seperti ini gimana ya Tuhan..aku jadi bagaimana ya..saya suka gitu..kamu jadilah orang yang menyenangkan itu bagaimana ya..bukannya itu kamu harus cantik..harus pinter ..bukan, menyenangkan orang lain “ oya..umpamanya aku tidak pernah bohong..aku mau belajar yang baik..harus belajar..kamu jangan suka menjengkelkan orang, saya bilang begitu. Kalau kamu jadi orang jujur pasti orang itu senang sama kamu, kalau sifat kamu kayak gini wah kamu tidak punya teman..ya seperti itu..banyak masalah..menurut saya..saya dengan si A atau Si B, banyak sekali masalah, tidak ada yang akur..tapi saya juga apa ya..”oh tau sifatnya seperti itu..aku menghadapi dia seperti ini..umpamanya seperti Oma Tio..yang nonton tv..itu susah..saya ga bisa anu sama dia..ga bisa clear..ga biasa beres..karena motif berpikir saya dengan dia kress mungkin karena pelupa, pikun..mungkin karena saya masih fresh itu saja ga bisa..ga cocok sama dia..saya Cuma bilang ya..ya…gitu aja,tapi anti menghadpi orang ini susuah, misalnya Oma Rudolfin..belum tentu saya cocok..belum tentu..boleh dikatakan di sini ga ada yang cocok sama saya..ya semua orang pasti gitu ya..belum tentu kakak dengan adik cocok. Itulah, saya lebih baik mengalah, saya mmpelajari..oya, kalu saya menghadapi Rudolfin gini..kalau menghadapi Tio begini..gitu aja..untuk saya harus rileks, kalau tidak rileks ini bisa mendidih.stress. Makanya kenapa Oma Juju itu kepinginya sudah tua masuk aja panti, tapi pantinya panti Kristen, ga bisa kalau saya panti umum, ga bisa berkembang. Puji Tuhan saya bisa tinggal disini, kebetulan satu jalur, saya Kristen dan yang mengelola sini Kristen pengurusnya Ekomini, jadi mengambil dari gereja Katolik, Kristen ,GKI, Pentakosta , tapi aslinya pendirinya dari kristen. Puji Tuhan saya bisa tinggal di sini Saya merasa iman saya bertumbuh. Kok bisa bertumbuh? karena saya punya jiwa pelayanan, jadi disini tersalur.ada Ada tiap hari doa pagi ada kunjungan rutin dari gereja, kami bisa setiap hari diberi santapan rohani, baca Alkibat dijabarkan, nyanyi pujian itu menurut saya jiwa saya tersalur. saya punya cita-cita, umpamanya saya ingin masuk dalam penginjilan, tersalur .boleh dikatakan disini banyak kegiatan kegerejaan. ini yang membuat saya betah, betah. seumpamanya kalau saya pelayanan kurang mendapatkan bahan, yo anunya mati, ga berkembang…orang penginjilan ga bisa nginjili..yo mati. Pelayanan itu bukan hanya pinter kotbah, kita harus serba bisa, menurut saya di sini tempatnya (pendapat atau penilaian Oma terhadap lingkungan fisik seperti, aturan pembangunan, masalah keamanan,bentuk kamar, jumlah penghuni tiap kamar, jarak kamar penghuni dengan ruang perawat, itu bagaimana?) ini sudah memenuhi syarat semuanya..jadi kalau menurut.. kalau ada yang sakit, ada yang sehat, ada yang sudah pikun karena lanjut usia. Ini yang dimaksudkan lansia mesti semuanya mengalami itu itu memang juga dimana-mana ya, orang lansia orang lansia mbok yo di rumah yo kayak gitu apalagi di sini, di sini wes orangnya kayak gitu..wes sudah ngompolan..apa-apa harus dilayani karena tidak bisa jalan..sudah
C
D4
D4
E1-4
91 160 161 162 163 164 165 166 167 168 169 170 171 172 173 174 175 176 177 178
kena stroke..sudah kena..mana ini sudah ga jalan..ya itu namanya lansia..tapi tidak sama..tidak sama satu sama lain…kesehatannya ya maksudnya, kesehatannya berbeda dan juga latar belakang mula -miula..karena stress..keluarga di rumah dibawanya ke sini stress juga. Kalo masalah pengobatan, kalau pengobatan nek sakit dibawa ke dokter diobati dokter, tapi kalo sakit jiwa itu bukan karena gila tapi karena jiwanya ini rusak..sakit..itupun harus diobati secara kejiwaan..itu susah untuk memberikan pengobatan seperti itu (masalah keamanan..bentuk kamar) kamar?..(bentuk kamar bentuknya. apakah ada masalah keamanan..) aman, tidak ada masalah, walaupun tidak dikunci. Ini bisa dikatakan, kamar sana tidak terjadi, ada juga terjadi, kadang-kadang ya dengan temen sekamar yang salah satu teman ada salah satu yang suka ambil barang orang ini juga termasuk jiwanya…karakter. yang suka ambil barang temenya sekamar, itu ada.dimanapun ada dan juga di sini pun ada yang suka ambilin barang temennya, tapi kalau namanya pencuriaan tidak ada..kalu ada barang “kok barang di sini tak taruh kok kamu abisin” pasti temen sekamarnya terjadi..tapi kalu aku ambil uangya temenku..tidak terjadi, tapi kalau menurut Oma Tio, seringkali bilang aku kehilangan uang, padahal dia sendiri yang lupa taruh, padahal tidak ada temennya yang curi..
E1
E1
21/8/2008. Panti Wreda “HANNA”. P2
Wawancara ke-2 terhadap P2
179 180 181 182 183 184 185 186 187 188 189 190 191 192 193 194 195 196 197 198 199 200 201 202 203 204 205 206 207 208 209
(pendapat Oma terhadap kegiatan sosial yang diadakan oleh panti, seperti kunjungan ke panti wreda lain?) selama saya disini..belum ada…kalaupun ada, itu kunjungan dari luar panti..(seandainya panti ini mengadakan kegiatan sosial seperti kunjungan ke panti wreda lain, bagaimana pendapat Oma?)..baik (alasannya?) alasannya adalah kita sama-sama..searah..setujuan tinggal di panti wreda..bisa sharing..saling membagi pengalaman bagaimana tinggal di panti dan juga bisa sambil berkenalan sehingga banyak teman..(bagaimana dengan area pribadi, tempat Oma bisa melakukan kegiatan secara sendiri tanpa ada ganguan dari orang lain?)..disini tidak ada ruang pribadi dan seandainya ada saya rasa baik…kita bisa merasakan ketenangan yang tidak terganggu orang lain, tetapi disini tidak ada…(pendapat Oma terhadap jumlah penghuni kamar?) cukup baik ya…alasannya lebih pada permasalahan pembayaran..menyangkut tarif kamar…dulu saya pengen sendirian dalam satu kamar, tapi tempat terbatas..namun, untuk sekarang saya rasa sudah baik, asal teman satu kamar saling menghargai…(bagaimana dengan jarak kamar Oma dengan ruang perawat, pendapta Oma?) bagi saya tidak ada masalah karena bila saya meminta bantuan ke perawat bisa langsung dengar…jarak kamar saya dekat dengan ruang perawat. (pendapat atau penilaian Anda terhadap fasilitas kesehatan yang ada di panti ini? ) kesehatan yang di panti ini..(fasilitas kesehatannya, bagaimana penilaian Anda?) kayaknya ga terasa..(ga terasa?) ini di panti ya..ini mengenai kesehatan orang-orang tua toh..itu ga begitu nganu sekali…menurut saya tidak diperhatikan (tidak diperhatikan?) menurut saya tidak diperhatikan. Umpamane sakit..ya Cuma diperhatikan seperti itu dia pergi ke dokter, diminumin obat gitu aja..gitu toh. Sudah itu ya dirawat biasa aja, dirawat di rumah, diamakanin obat dan sebagainya. Kalao umpamane yang dikit-dikit gitu aja..batuk dikit-dikit kadang-kadang ga dikasih obat, alasannya..ya ini obat harus beli sendiri, keluarga harus… Padahal yang keluarga itu kan ga harus dateng. Boleh dikatakan ada yang ga pernah didatengi keluarga..lah kalao dia sakit..harus ke rumah sakit..ini diperiksa dokter..rumah sakit, dia
D3
D3
D5
E3
E4
D2
92 210 211 212 213 214 215 216 217 218 219 220 221 222 223 224 225 226 227 228 229 230 231 232 233 234 235 236 237 238 239 240 241 242 243 244 245 246
kan harus nebus obatnya padahal keluarga ga mampu..umpamanya. untuk bayar obatnya. Ini juga jadi pemikiran..kalau panti harus membayari semua..kalau ini panti sosial mungkin, kalau ini kan panti karya…berkarya..artinya swasta. Kadang-kadang terbengkalai, padahal banyak yang sakit (kurang diperhatikan?) menurut saya kurang diperhatikan, karena terbentur pada biaya ya (tapi kan ada poliklinik?) poliklinik ini juga termasuk pelayanan ya, dokternya, tapi obatnya ga ada. Dokter itu punya obat tapi obat generik..yg murah, ditebusnya pake duit juga..orangsaya pernha berobat sekali. Dokter itu pelayanan di sini, menyumbagkan tenaga di sini, tapi obatnya tetep bayar, karena dokter itu beli mungkin di apotek juga untuk di..keperluan di sini. Tapi di sini harus menukar ya toh..artinya kok tidak diperhatikan yo, sebenarnya diperhatikan tapi ga begitu..menurut saya kurang (jadi kesimpulan Anda fasilitas kesehatan di panti kurang?) menurut saya kurang..(alasannya tadi? ) biaya. Orang-orang di sini tidak semua mampu ya. Ini boleh dikatakan begitu. Umpamanya seperti Bu Yam. Dia menunggak kost sampe 6 bulan karena keluarga ga mau dateng, boleh dikatakan tidak punya biaya untuk bayar, sampe dia jatuh..batuk-batuk..ya sudah dibiarkan batuk. Apa yang ada di situ..umpamanya ada orang yang batuk masih ada sisa..ya dikasiin aja..ya biaaya ya dari mana, orang yang menanggung aja yang membayarnya tidak dateng. Artinya piye, nek diperhatikan..sing arep nomboi sopo..umpamane pergi ke dokter, sing nomboi sopo, panti emoh..jadi terbengkalai ya..wong ini bukan panti sosial (dibiayai sama negara?) ga dibiayai negara, tetapi ini memperoleh sumbangan dari depsos setempat..tetapi terbatas jumlahnya untuk keperluan panti. Maksudnya untuk perbaikan rumah, fasiliats lainnya. Di sini, dokternya pelayanan, tapi obatnya beli. (bentuk kamar..penilaian Anda bagaimana?) sudah sesuai, menurut saya. Kalau mau mewah, saya pikir di sini tidak ada yang mewah. Di sini sudah boleh dikatakan sedehana, rapi. bentuk-bentuknya rapi..teratur. sudah direncana, bentuknya sama seperti ini, ini cukup untuk berdua. Tapi ini, menurut pemabayaran lagi. Seperti Oma, ini harus berdua cukup. Mau dibikin untuk seorang pun boleh, tapi ini tarif. Tarif juga menentukan ya..Oh ini seperti Oma ini.. berdua, dipake sendiri, tapi dua orang yang harus membayar ditanggung sendiri. Seperti saya, berdua..harus bayarnya berdua..masing-masing harus bayar. Kalau aku mau pake sendiri (bayar?) ho oh. Menanggung 2 orang. Dengan sendirinya, kalau toh itu ada yang 4 orang..agak luas. Nah itu dipakai 4 orang, itu bayarnya sesuai tarifnya.
D2
E2
Gambaran tentang persepsi terhadap panti wreda sebagaimana P2 menyatakan dapat kita rinci sikap P2 terhadap aspek-aspek panti wreda sebagai berikut, yaitu:
A. Aspek Pihak Pengelola
Pada aspek ini, P2 melihat bahwa berdirinya panti wreda ini memiliki tujuan sosial (4-5). P2 juga memandang dan percaya bahwa panti sebagai suatu tempat yang benar-benar bermanfaat jika dikelola dengan baik(13-14). Selain itu, P2 menyatakan kebahagiannya dapat tinggal di panti ini dianggap satu jalur, yaitu Kristen (138) serta merasakan imannya bertumbuh karena beliau punya jiwa pelayanan sehingga dengan tinggal di sini jiwa pelayanannya tersalur (140-142). Kesimpulan yang dapat ditarik dari pernyataan Beliau bahwa persepsi terhadap pihak pengelola cenderung positif.
B. Aspek Relasi Lansia dengan Perawat
93
Aspek selanjutnya dinyatakan oleh P2 bahwa adanya rasa kerjasama antara perawat dan lansia (23-24). P2 berpendapat bahwa dirinya ingin memiliki relasi dengan perawat seperti teman atau saudara (26) yang dipertegas dengan pernyataan bahwa dirinya tidak harus dilayani seperti seorang pelayan melayani majikan (26-27). Selain itu, dapat dilihat bagaimana P2 menggambarkan sikapnya yang menghormati (28-29) dan menghargai perawat yang telah memberikan pelayanan terhadap lansia, seperti berterimakasih (47-48). P2 beralasan bahwa pekerjaan yang dilakukan untuk panti, sangat membantu para lansia di sini (55-56)
Pernyataan dan sikap P2 menunjukkan bahwa persepsi terhadap relasi lansia dengan perawat cenderung positif.
C. Aspek Relasi Sesama Lansia
P2 menyatakan bahwa dirinya merasa tidak cocok dengan satu kamar. Ini dikarenakan perbedaan sifat antara dirinya dengan satu kamarnya (75-78). Hal ini terjadi juga antara dengan lansia yang lainnya. P2 menyatakan kesulitannya untuk berinteraksi dengan lansia yang lain, seperti Oma Rudolfin dan Oma Tio (124-131). P2 beralasan bahwa masalah ini disebabkan kondisi kesehatan fisik dan psikis lansia. (128-131).
Dapat ditarik kesimpulan bahwa persepsi P2 terhadap relasi sesama lansia cenderung negatif.
D. Fasilitas Panti
1. Pelayanan P2 di dalam memandang pelayanan yang diberikan panti terhadap dirinya cenderung bersikap positif. Ini ditunjukkan dengan sikap P2 yang menghargai para pekerja yang memberikan pelayanan di sini (27-29) dengan cara, misalnya memberi ucapan terima kasih, memberi salam. P2 merasa bahwa dirinya sudah ditolong oleh para pegawai panti (47-51)
2. Fasilitas Penyembuhan/Kesehatan Persepsi P2 pada poin ini cenderung negatif. P2 merasa bahwa fasilitas kesehatan panti tidak memberikan pelayanan kesehatan yang memadai terhadap lansia (202, 213-214. P2 beralasan bahwa masalah ini diakibatkan dana bagi kesehatan lansia kurang memadai, walaupun panti telah mendapatkan bantuan dana (215, 233-234)
3. Kegiatan Sosial Pendapat positif dinyatakan pada poin ini. Ini didukung dengan pernyatan oleh P2 bahwa kegiatan sosial itu baik jika diadakan oleh panti. P2 beralasan dengan kegiatan sosial seperti ini, dirinya bisa saling berbagi pengalaman antar penghuni panti dan menambah teman (183-185).
4. Kegiatan di dalam Panti P2 menilai cenderung positif pada poin ini. P2 melihat bahwa di panti ada kegiatan yang berhubungan dengan kegerejaan sehingga jiwa pelayanan P2 tersalurkan, yaitu pelayanan (142-146).
5. Area Pribadi P2 menilai cenderung negati pada poin ini. Dirinya merasa senang dan merasakan manfaat jika ada ruang pribadi bagi lansia, tetapi P2 menyatakan bahwa di panti tidak ada ruang pribadi (188-190).
94
Kesimpulan pada bagian ini bahwa persepsi P2 terhadap fasilitas panti terbagi dua, yaitu positif dan negatif. Persepsi positif ditujukan pada poin pelayanan, kegiatan sosial, dan kegiatan di dalam panti. Sedangkan persepsi negatif ditujukan pada fasilitas penyembuhan/kesehatan dan area pribadi.
E. Lingkungan Fisik
1. Keamanan Pada poin ini, persepsi P2 cenderung positif. P2 tidak mengalami masalah keamanan, walaupun kamarnya tidak dikunci (169) dan tidak adanya kasus pencuriaan di panti (174).
2. Bentuk Kamar Persepsi P2 terhadap poin ini cenderung positif. P2 menilai bahwa kamar yang ditempati pada saat sekarang sesuai dengan kapasitas jumlah orang yang menempati dan memberikan rasa nyaman (236-239).
3. Jumlah Penghuni Kamar Pada bagian ini, persepsi P2 merasa cenderung positif. P2 beralasan bahwa hal ini berhubungan dengan masalah pembayaran. Selain itu, P2 juga dulunya berkeinginan tinggal sendiri dalam satu kamar, tetapi tempat terbatas dan selama ini P2 berpendapat positif dalam menanggapi masalah jumlah penghuni kamar (191-193)
4. Jarak Kamar Lansia dengan Ruang Perawat Pada bagian ini, dirinya tidak mengalami masalah. P2 beralasan bahwa jarak kamarnya dekat dengan ruang perawat. Ini menunjukkan sikap positif P2 dalam menanggapi masalah ini (195-197).
Persepsi P2 terhadap lingkungan fisik panti, yaitu keamanan, bentuk kamar, jumlah penghuni kamar, dan jarak kamar lansia dengan ruang perawat adalah cenderung positif.
95
Lampiran III
Transkrip Verbatim Wawancara Subjek P3
96 Tanggal : 2/5/2008 Tempat : Panti Wreda “ HANNA” Yogyakarta Kode Subjek : P3 No. Verbatim Koding 01 02 03 04 05 06 07 08 09 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49
(bagaimana pendapat Oma terhadap pihak pengelola panti ini?) Jadi menurut saya itu disini itu ada kegiatan, tetapi kegiatan yang saya amati kok kelihatannya tidak di…..tidak di…catat atau dikatakan yang positifnya itu dimana. Jadi misalnya disini ada suatu rumah yang sekarang kita lihat itu dipakai untuk..khususnya untuk Oma-Oma..yang sudah tidak……e..yang saya amati yang disini sudah tidak ada yang menampung tidak punya rumah gitulah..banyaknya tuh, kebanyakan..ya seperti saya tidak punya rumah, kost juga tidak. jadi seakan-akan yang diterima tuh ya mereka-mereka yang ‘kapiran’(terlantar) gitu lho, yang tidak ada tempatnya..yang keadaannya keluarga yang ..positif itu bagaimana……tidak tau…jadi saya tidak tau sebetulnya si B itu disini tuh karena apa itu lho.itu saya ga tau. saya hanya tau, misalnya kayak saya, saya disini karena saya tidak punya uang, tidak punya apa-apa. tapi kalo seperti Ibu..Mak Yet itu, saya ga tau latar belakangnya kenapa dia ada disini. baru setelah saya ap ya..tanyakan dikit-dikit..dia ternyata punya keluarga yang cukup besar….jadi tidak bisa dikatakan bahwa disini tuh orang-orangnya Homogen tuh ga bisa ,Heterogen…ada yang anaknya 5, Mak Yet itu dan mereka itu bekerja….ga bisa dikatakan kalau yang di sini tuh ibu-ibu tua yang ‘kapiran’, tidak punya siapa-siapa, itu nantinya kan..ada ada kaitannya dengan sikap orang-orang yang ada disini..itu akan berlainan, ini yang punya famili yang bagus, tapi disini, ini yang amburadul yang disini, itu bisa ga sama. Dalam suasana itu, pengurus disini harus membuat..menekelnya dengan tidak, ga isa Homogen, saya ga isa…seperti yang lain. Seperti Mak Yet jadi kalau…saya disini itu ga sama sebabnya dan nanti akibatnya disini sdang saya di sini, akibatnya bisa lain apa laporannya kalo itu semua sama itu mungkin mudah jadi ini di sini..kalo ga hati-hati..yang mengelola..itu akan menemui kesulitan-kesulitan yang berbeda. Jadi misalnya,,oh kalau si A itu ga punya sapa-sapa. Jadi disini itu sudah total, tapi yang ini masih sering pulang,…apa itu..masih punya hubungan dengan rumah..itukan lain lagi. Itu saya menanyanya mereka yang mengelola ini, itu harus lebih…aktif daripada yang seperti rumah-rumah yang lain yang isinya atau penghuninya itu sama. Misalnya saya…rumah yang disiapkan untuk mahasiswa..nah itukan lain..jurusan apa..yan ini-ini..yang hampir sama..tapi kalo di sini kan ndak bisa sama..ada yang ini, ada yang itu..jadi penghuninya itu ga Homogen, tapi heterogen (jadi, harus jadi perhatian) ya harus jadi perhatian. Jadi jangan asal diterima kemudian yang satu dengan yang dua itu ada perbedaan yang agak… tajam. itu nanti akan menyusahkan sendiri pemiliki sini (kalo dari dari fasilitas disini) kalo fasilitas.. (tingkat pelayanan..) ya gimana ya..karena sebetulnya orang disini beraneka ragam..sebetulnya masih..masih kurang..seperti ini saja ya… batuk…batuk kenapa harus dikeluarkan dengan begitu kerasnya dan kalo keras itu bisa itu lecet, itu kok tidak pernah saya dengar ada yang mengatakan “jangan begitu”, itu nanti sinimu…(perawatnya?) he eh..jadi ga ada yang memberitahukan begitu. Kalo saya,
D4
A
A
D1
D1
97 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102 103 104
kalo…bisa sobek. Jadi, hal seperti itu disini hal biasa, jadi hal-hal kecil..masalah-masalah kecil, tapi tetap ada efeknya (dan menurut Oma, pelayanan harus ditingkatkan?) ya…yang masuk itu, coba di…lebih mendalam lagi. Kalo ada yang masuk ke sini..ini,masuknya ke sini itu dasarnya apa. atau karena tidak punya rumah…itu nanti akan memberikan hal yang berbeda. Tidak punya rumah, punya rumah, punya orang tua kok disini? Ngapain toh, kan satu pertanyaan. ”kamu tuh Masak cuma kayak itu kok masuk ke sini kenapa? karena di rumah tidak ada yang ‘ngopeni’, Ga punya pembantu, ga punya lainnya. Ada lagi yang karena di sini karena di rumah sama adikku ‘blen’(berantem) terus. Itu lain lagi. Jadi kalo kita tau latar belakang dia ke sini, mungkin akan lebih mudah mengelompokkan, jadi misi si A ini disini ada yang kakak beradik, tapi yang lain. Lain lagi (pendapat Oma kalo kegiatan yang seperti tadi , menurut Oma penting ga?) bagi saya ga, ga ada apa-apanya kok (pendapat Oma gimana?) saya sendiri ga ta maunya apa itu. Mungkin ya karena datengnya begitu mendadak dan hanya sepintas itu lho dan sulit untuk mengatakan maunya apa. Di sini itu maunya apa. saya ga tau, cuma seperti seperti ada proyek..suatu proyek. jadi bukan tidak ada apa-apa dia ini dijadikan proyek..apa yang dibawa ke sini nanti akan bagaimana...akibatnya pada yang selanjutnya itu. Ada ga atau gitu saja atau ada yang membuat ya harus hati-hati (kalo kegiatan keluar panti wreda, penting ga?) ini..yang dimaksudkan di dalam sini ata di luar? (kalau Oma tadi sudah mengatakan bahwa kegiatan di dalam panti yang seperti tadi, ma tidak tau maunya sperti apa, tetapi kalau saya katakan kegiatan ke luar, misalnya Oma-oma pergi ke luar,apakah menurut Oma penting kegiatan sosial, apakah menurut Oma penting?) kalo kegiatan sosial jangan di keluar, itu riskan sekali kalau kegiatan ke luar.coba misalnya Oma-Oma diajak ke panti, saya rasanya apakah Oma-Omanya disini sudah bisa untuk mengatakan, ini tipenya gini (tipenya maksudnya?) tipenya pengunjungan ini sebagai apa, kesananya. Nah tadi Ada..kok ga ada permintaan apa-apa…tapi saya diam aja. kegiatan disini tuh malah minta nyanyi..saya bingung, lho kok minta nyanyi, saya bingung. Tapi padahal yang lain ga ada, saya ga tau. Kalo Oma itu, itu ga tau apa, dia taunya disini diopeni..itu yang mayoritas merasa seperti itu, saya disini bisa mendapat apa yang saya butuhkan. makan, mandi, dan sebagainya. Itu saya dapatkan (perawatannya?) perawatannya dapat (kalau ngomongin masalah perawatan, seberapa penting relasi yang harus dibangun antara perawat dengan lansia?) sebetulnya, yang baik itu yang agak..di..misalnya saya sama Anda..anu statusnya ke sini sudah lain.. itu nanti dalam tanya jawab juga lain. Kalau saya yang sama-sama saya dengan saya seperti Oma Yek itu kan hampir sama.. dia ya butuh tempat..saya ya butuh tempat.. kemudian dia punya keluarga saya ya juga punya adik di luar dan disini karena alasan yang mungkin sama dengan dia (relasi Oma Deborah dengan perawat di sini, bagaimana?) sebetulnya ya.. yang di sini itu mayoritas itu ga seneng dengan Mbake… (perawat?) iya…itu kenapa saya ga tau (tapi menurut Oma relasi yang dibangun antara lansia dengan perawat itu penting?) ya sebetulnya itu hubungannya harus mood..terus terang yang seperti saya orang yang di sini sama Mbake..ga seneng..ada yang bilang kemayu….ada yang bilang ‘opo-opo ora entuk’(apa-apa tidak diperbolehkan)…ada beberapa yang merasa ga enak (kalo Oma sendiri? ) kadang-kadang saya juga
D4
D3
B
B
98 105 106 107 108 109 110 111 112 113 114 115 116 117 118 119 120 121 122 123 124 125 126 127 128 129 130 131 132 133 134 135 136
jengkel, jadi ga pas gitu lho, tapi ‘yo wes’ lah, pokoknya kita disini ga cari masalah tapi nah….(kalau masalah kamar..masalah keamanan?) menurut saya, saya dilapori ada banyak kehilangan, tapi apa Bu Prapti tau apa tidak..tapi saya ga bilang Bu Prapti, Cuma saya bilang “opo..mesti ilang” (berarti perlu peningkatan keamanan di sini? ) ya..(kalo masalah bentuk kamar?) ga masalah, biasa. Ya…. kalo 2 orang sudah pas, kalo 3 orang itu agak sumpet. kalo 2 Bed ini 2 orang, 1 orang satu bed itu ya kepenak. tapi kalo satu bed 2 orang,mau peluk guling aja sudah repot (ada yang 1 bed 2 orang?) iya, ada yang satu bed 2 orang. Ada yang 4 orang hanya 2 bed, jadi 2 orang 1 bed..ya mereka sebetulnya tidak senang ya tapi kan berhubungan dengan duit. memang kalo 4 bagaimanapun juga sumpek (privasi terganggu?) ya, mungkin kalo ga ada apa-apa, Cuma untuk tidur ya ga pa-pa, kalo ada kunjungan, ga enak toh, 1 bed 2 orang, jadi kalu nulis aja sudah sumpek (kalo untuk melakukan kegiatan pribadi seperti berdoa?) kadang-kadang berdoa itu ga enak, kalo berdoa itu kan kondisinya kan tenang. Nah ketenangan ini kadang-kadang ga ada (menurut Oma penting, area pribadi itu penting?) kalo misalnya ada jam segini..ada…suasana tenang (jadi disini kurang?) ya kurang anu…mungkin itu pembagian ruang dan tempat kegiatan… jadi misalnya jam sekian sampai sebaiknya kegiatan ini..apa mau tulis ata mau bikin surat (ada jam-jamnya?) ya kalau ga ada jamnya ya……yang baik itu 2 orang 1 kamar, tidak terlalu penuh, rame (Oma nyaman tinggal di ruangan sendiri?) kalo saya ga pusing-pusing, adanya itu, bisa menerima. kalo mau yang lebih bagus nanti duitnya naik..dan ini sudah agak segar ya, dipotong…nah ini ada yang sakit kulit…ngomel-ngomel temenya..yang saya herankan..mbok ya pimpinannya ini bawa ke dokter..dokternya ini minta dibawa ke dokter spesialis kulit sebab dia mau..spesialias kan obatnya bisa pas, tapi ga ada..jawaban dari pimpinan..diem aja ..padahal itu satu tempat 4 orang..
E1
E2
E3
D5
D5
D2
137 138 139 140 141 142 143 144 145 146 147 148
(Bagaimana pendapat Oma dengan relasi yang terjadi antara Oma dengan Oma yang lain?) saya merasa senang dengan semua penghuni di sini..A, B, C....sama saja...saya justru tidak senang kalau ada ‘Klik’..(klik?) kelompok..orang kalau sudah di sini ya jadi satu...mungkin ini disebabkan status...kalau saya punya jeruk..ya saya bagi-bagi..rasanya tuh seneng (apakah Oma secara Umum diterima oleh Oma-oma yang lain?) ya...secara umum saya merasa diterima oleh Oma-oma yang lain..(bagaimana pendapat Oma terhadap jarak kamar Oma dengan ruang perawat? ) ga apa-apa..tapi memang ada juga Oma yang lain ga seneng karena terlalu jauh...kalau kamar saya deket dan letaknya strategis sehingga kalau ada apa-apa bisa langsung minta bantuan..
C
C
E4 E4
Gambaran tentang persepsi terhadap panti wreda sebagaimana P3 menyatakan dapat kita rinci sikap P3 terhadap aspek-aspek panti wreda sebagai berikut, yaitu:
A. Aspek Pihak Pengelola Pada bagian ini, P3 memberikan pendapat bahwa pengurus panti
diharapkan mampu membuat sistim yang baik dalam hal pengelolaan sehingga mampu mengurus para penghuni penghuni panti yang bersifat heterogen (25-
99
29). Selain itu, P3 juga menyarankan bahwa pihak pengelola harus lebih aktif dalam memperhatikan penghuni yang masuk ke panti (35-39). Selain alasan penghuni panti yang heterogen (39-40), ini juga dikarenakan sesama penghuni ada perbedaan yang agak tajam (42). Ini akan menyusahkan terhadap pihak pengelola sendiri (42-43). Kesimpulan yang dapat diambil tentang persepsi P3 terhadap pihak pengelola adalah cenderung negatif.
B. Aspek Relasi Lansia dengan Perawat Pada bagian selanjutnya, P3 menyatakan bahwa mayoritas penghuni
panti tidak menyenangi perawat (97-98) dan dirinya tidak mengetahui sebabnya (99). Namun, ketika ditanyakan lebih jauh, P3 beralasan bahwa kejadian ini berhubungan dengan kondisi mood (psikis) para lansia (101) dan dirinya sendiri merasa tidak senang dengan perawat (104). Alasan P3 tidak senang dikarenakan dirinya dan para penghuni panti yang lain bilang perawatnya “kemayu” (102) dan ketika meminta sesuatu tidak diberikan (103). Selain itu, dirinya terkadang merasa jengkel dengan perawat (105).
Dapat ditarik kesimpulan bahwa pada aspek ini, persepsi P3 juga cenderung negatif.
C. Aspek Relasi Sesama Lansia
Pada bagian ini, P3 merasa senang dengan lansia lain dan dirinya secara umum diterima oleh lansia yang ada di dalam panti (144). Sikap ini didukung dengan pernyataan bahwa bila dirinya memiliki suatu, dirinya membagi-bagi dengan lansia yang lain (141-142).
Dapat disimpulkan bahwa persepsi P3 cenderung positif.
D. Fasilitas Panti 1. Pelayanan
Pelayanan di panti menurut P3 harus ditingkatkan (44). Dirinya melihat bahwa dengan penghuni yang heterogen, pelayanan di sini kurang (44-45). P3 juga melihat ada lansia lain yang kondisi kesehatannya kurangmendapatkan perhatian dari perawat (46-49). Pada poin ini, P3 cenderung berpersepsi negatif.
2. Fasilitas Penyembuhan/Kesehatan Pada bagian ini, P3 menyatakan bahwa ada kasus penyakit kulit pada salah satu lansia yang tidak direspon oleh pihak pengelola dan terkesan didiamkan saja oleh pimpinan panti (132-135). Dapat ditarik kesimpulan, yaitu perspesi P3 cenderung negatif pada poin ini.
3. Kegiatan Sosial Pada bagian selanjutnya, P3 tidak setuju dengan kegiatan sosial ke luar panti karena memiliki dampak yang cenderung kurang baik (78). Selain itu, penghuni panti yang diajak untuk kegiatan sosial belum tentu memahami maksud dari kegiatan yang dilakukan (87-90). Sehingga dapat ditarik kesimpulan perspesi P3 cenderung negatif pada poin ini.
4. Kegiatan di dalam Panti P3 menyatakan bahwa pada poin ini tidak menganggap penting dan jika tidak ada kegiatan juga tidak menjadi suatu permasalahan bagi dirinya (64-66). Selain itu, P3 menganggap bahwa sejauh pengamatannya kalaupun ada kegiatan tidak dicatat atau ingin dinyatakan yang positif itu
100
dirinya tidak tau (2-4). Namun, jika ada kegiatan yang diadakan oleh orang luar panti bagi panti, P3 menyatakan tidak mengetahui alasan orang yang menyelenggarkan kegiatan (67-68). Alasan yang P3 ajukan adalah adanya kemungkinan kedatangan mereka yang begitu mendadak dan hanya sepintas (66). Lebih jauh lagi, P3 menganggap bahwa kegiatan ini terlihat sebagai suatu proyek (68).
5. Area Pribadi Pada bagian ini, P3 menyatakan jika ada jumlah penghuni terlalu banyak maka area pribadi menjadi terganggu terlebih jika ada kunjungan (118). Selain itu, jika dirinya ingin melakukan kegiatan pribadi, misalnya berdoa, P3 mengeluhkan kondisi panti yang tidak tenang (120-122) dan tidak adanya peraturan panti yang membantu penghuni dalam menikmati kegiatan-kegiatan pribadi (125-126). Dapat ditarik kesimpulan bahwa persepsi P3 pada poin ini cenderung negatif.
Dapat ditarik kesimpulan bahwa persepsi P3 terhadap fasilitas panti cenderung negatif pada pada semua poin, yaitu pelayanan, fasilitas penyembuhan/kesehatan, kegiatan sosial, kegiatan di dalam panti, dan area pribadi.
E. Lingkungan Fisik
1. Keamanan Pada poin ini, Beliau berpendapat bahwa dirinya menerima laporan dari para penghuni panti tentang banyaknya kehilangan (107) dan menyarankan adanya perbaikan pada poin ini (110). Sehingga dapat disimpulkan bahwa persepsi P3 cenderung negatif
2. Bentuk Kamar P3 menyatakan bahwa dirinya tidak menemui masalah (110). Bentuk kamar yang ditempati P3 sudah sesuai dengan kapasitas kamar (111)
3. Jumlah Penghuni Kamar P3 menyatakan bahwa ada penghuni yang menempati 1 tempat tidur untuk 2 orang dan ini menjadi hal yang kurang menyenangkan (114). P3 beralasan bahwa ini berhubungan dengan masalah pembayaran (116). Oleh karena itu, dapat disimpulkan P3 memiliki persepsi cenderung negatif.
4. Jarak Kamar Lansia dengan Ruang Perawat Pada poin ini, P3 tidak mengalami masalah (146). P3 merasa bahwa kamarnya berada pada posisi strategis yang memungkinkan bantuan cepat datang bila dibutuhkan (147-148). Ini menunjukkan perspesi P3 cenderung positif.
Pada bagian ini, persepsi P3 terhadap lingkungan fisik panti terbagi menjadi positif dan negatif. Persepsi positif ditujukan pada poin bentuk kamar dan jarak kamar lansia dengan ruang perawat. Sedangkan persepsi negatif ditujukan pada poin keamanan dan jumlah penghuni kamar.
101
Lampiran IV
Transkrip Verbatim Wawancara Subjek P4
102 Tanggal : 9/5/2008 Tempat : Panti Wreda “ HANNA” Yogyakarta Kode Subjek : P4 No. Verbatim Koding 01 02 03 04 05 06 07 08 09 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49
(Kalau kita ngomongin soal hubungan Oma dengan perawat, jadi perhatian Oma ga atau penting ga?) mestinya penting, tapi ada Mbknya yang ga mau di suruh (o begitu?) ya..soalnya saya ga mampu..1 kali..2 kali..saya sendiri kalo mau minta apa-apa sungkan (sungkan?) ya toh..masak apa-apa minta. Di sini minta satu obat saja ga dikasih..sampe saya..kena jantung lembek..dulu saya pernah senam toh..sekarang ga senam ga apa-apa..saya dulu masih senam..kan anugerah.karena di sini kalau ga senam ga pa-pa..tapi kalau kebaktian saya dengerken sungguh-sungguh, saya perhatikan ya..masa tua saya betul-betul melindungi saya..saya pasrah sama Tuhan..karena anak-anak saya tidak mampu..satu dua bulan ini tidak nengok saya.. tapi saya mau bilang gini-gini..tidak bisa, tapi untung Tuhan memberkati saya, gereja sini mau ongkosin saya, masih mau ngasih uang satu bulan 30 ribu...saya banyak terimakasih ama Tuhan…saya itu pengen mati sebetulnya..anak-anak ga mampu nengok sini. Nanti kalau nengok sini ongkos bolak-balik sudah 4 ribu..ga bawa apa..jadi saya malu..ya toh..saya pasrah ama Tuhan..3 penyakit coba Mas..asam urat, jantung, dan maag (kalau pelayanan di sini gimana Oma ?) buat saya kurang memuaskan (kurang memuaskan, berarti rendah ya?) ya….(penting ga bagi Oma kalau..) mestinya penting. Saya kalau sakit minta obat tidak di kasih…sungguh..saya diare ya..minta obat ga dikasih..saya sampe ambil daun jambu,5 biji…saya cuci bersih dan satu-satu saya makan..saya berdoa sama Tuhan..ya Tuhan bantu saya..tolonglah..anak-anak saya ga mampu..saya ga mampu beli obat, ga punya obat. Minat obat sini dimarahin..”saban hari minta obat”..saya minta sembuh ga sembuh saya pasrah sama Tuhan..saya makan daun jambu..5 lembar..saya cuci bersih..saya makan semuanya..(kalau misalnya ada program asuransi, penting ga?) saya penting, perlu (kalau fasilitas kesehatan, penting ga di sini..jadi perhatian Oma?) ga ya..saya di sini sakit ga boleh periksa di sini..(berarti menurut Oma penting ada di sini..) penting..saya mestinya (kalau kegiatan keluar, penting ga..?) ga bisa..kaki saya..bengkak nih..kena asam urat (kalau kegiatan di dalam panti?) saya apa kalau bisa..saya kerjakan kalau saya bisa bantu (misalnya ada doa kebaktian di dalam panti?) tetep penting..saya nomor satu itu (kalau untuk area privasi..ketika Oma pengen sendiri..doa sendiri..baca buku sendiri, penting ga bagi Oma?) buat saya penting..(kalau masalah keamanan?) keamanan di sini ndak aman..pakaian kalau cuci itu jarang kembali lagi.. (penting bagi Oma ya?) ya penting..(kalau masalah bentuk kamar?) bentuk kamar mestinya penting, tapi mau ga mau harus di situ..saya sudah lima kali di situ..(kalau jumlah penghuni kamar?) satu kamar paling sedikit 4 orang (jadi ada aturannya?) ya..(kalau jarak kamar Oma dengan perawat, penting jika harus deket atau..) penting deket..jadi kalau ada apa-apa bisa (kalau dari pihak pengelola?) pihak pengelola jadi sama saya seperti jauh. Ndak ambil pusing..pokoknya saya betul-betul dilindungi sama Tuhan..(Pendapat Oma terhadap pihak pengelola di sini gimana?) saya kurang kurang memuaskan (pendapat Oma kurang memuaskan, kenapa kurang memuaskan Oma?) orang lain minta obat dikasih, kalau saya minta satu..ya tapi tidak berdaya..tidak dikasih..ya tidak dikasih..saya bilang “suster saya minta obat..” suster bilang ya tapi ga pernah dikasih..jadi saya harus punya persediaan sendiri..ini belakangan
B
D1
D2
D2
D4
D4
D5 E1
A
A
B&D2
103 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102 103 104
ini..perkiraan saya..saya rencana bilang ke pelita kasih, saya minta obat satu bulan sekali.Tuhan saya jantungnya lembek, asam urat sama maag..kalau Tuhan ngijinin saya minta satu bulan satu kali sama pelita kasih..kalao ga boleh saya ga punya uang..anak-anak segitu banyaknya kasih makan kerja di kandang babi..(dimana?) di ngaglik. Dia kerja di situ untuk biayai anaknya sama untuk bantuin saya satu bulan duapuluh ribu..punya uang ga punya uang disiplin dia. Dulu sewaktu berumah tangga dia kerepotan apa..mau ga mau anaknya dititipin saya..saya rawat dengan senang hati..jangan bikin susah dua-duanya (relasi Oma dengan perawat di sini Pendapat Oma bagaimana?) buat saya tidak begitu memuaskan (kenapa tidak memuaskan?) pada suatu waktu ngomong ya…ya…tapi sama marah, seperti menghina gitu. Saya pernah tuh mas dibilang… “Si Mak ni ngemis, di gereja ngemis sak iki ning gerejo dikasih..di sini orang banyak yang kasih pakaian ke Mak, saya ga pernah minta..syukur dikasih..saya terima dengan senang hati kalu ndak..ndak..sungguh (kalau relasi Oma dengan Oma yang lain gimana pendapat Oma?) baik kalau buat saya (baiknya seperti apa?) gotong royong. dia Minta nasehat apa…pengalaman gitu ya….saya mau ( berarti Oma termasuk peduli sama..) ya, temen-temen minta tolong apa..saya tolong kalau saya bisa..kalau ga bisa ya..seperti Oma Yik..dia kalau saya ga tau satu hari,..sampai dia mati……soalnya sama-sama dibantu..gereja…(jadi Oma Diah saling membantu ya?) ya..Saya di sini bareng sama Bu bakri sama Mak Yu..saya di sini tidak pernah berkelahi, terserah kok ( kalau dari pelayanan sendiri yang kata Oma rendah, kenapa kok dikatakan rendah?) Soalnya kalo dikasih nasi ga makan dimarahi, tapi kalo saya makan itu pantangan dari dokter (begitu?) ya..jadi kalo dia marah ya saya biarin karena itu pantangan besar..seperti emping, kulit melinjo, daun sup…itu pantangan nomor satu..sayur masakan itu ndak saya makan..ga saya lempar..saya balikin,daripada badan saya sakit, tapi ada yang bunyiken “ Mak kalau ga doyan makan ngopo?..kalau saya bilang gini-gini..ga marah (menurut Oma..tadikan mengatakan rendah..itu kok bisa mengatakan rendah..) pelayanannya rendah (ciri-cirinya rendah itu apa menurut Oma?) buat orang lain yang beruang, bayar sendiri..minta apa saja bisa..obat apa..minta tambah dikasih..saya minta obat untuk penyakit saya sendiri..biar tidak menular ke orang lain..tidak boleh..(selain minta obat, ciri-ciri rendah yang lain?) saya mau minta nasi lagi ga berani saya, malu saya..kenyang ga kenyang..jatahnya segitu ya sudah (selain yang sebab yang tadi ini, Oma bisa mengatakan rendah itu apalagi? ) semua orang bisa apa saja bisa..saya minta..tidak berdaya (tidak berdaya maksudnya?) saya sudah bilang harusnya dikasih toh ya..ndak boleh..ndak boleh..ya kok ga barangnya (barangnya ga ada?) ya..tapi kalau orang lain yang minta.dikasih.(jadi ada perlakuan yang tidak adil?) ya (ada lagi? ) jadi baiknya gimana mas (saya hanya menanyakan kok kenapa Oma bilang mengatakan pelayanan di sini rendah..tadi kan Oma udah menjelaskan perlakuan tidak adil, obat kalau minta ga dikasih.dan nasi tadi apa?) nasi di sini tidak saya lempar ya..Bu Prapti kok bisa bilang sama aku “mak Diah kalau makan nasinya dilempar dari sini..” saya belum pernah..saya kurang ga kurang..secukupnya itu kalau saya kurang lebih baik saya beli…kalau saya punya uang saya beli nasi untuk satu hari..saya kalau jatah sore saya makan..saya kan maag, ga boleh telat..(tadikan Oma bilang program asuransi penting, Pendapat Oma jika ada program asuransi di sini?) saya tuh sebetulnya membutuhkan obat jadi jangan sampe buat susah orang. (kalau fasilitas kesehatan?) saya kurang (kenapa?) saya penyakitnya 3…asam urat, maag, sama darah rendah..jantung (dokter itu ga ada?)…ga bisa, periksa sini ga boleh..(di
B
C
C
D1
D1
D1
D1
A
D2
D2
104 105 106 107 108 109 110 111 112 113 114 115 116 117 118 119 120 121 122 123 124 125 126 127 128 129 130 131 132 133 134 135 136 137 138 139 140 141 142 143 144 145 146 147 148 149 150 151 152 153 154 155 156 157 158 159
sini ga boleh. kenapa?) bilangnya ga boleh Bu Nency, tapi ga mungkin ya..(tapi dari panti tidak ada, selain dokter..) saya periksa dokter saya ga boleh..saya harus tunggu jumat ke-2 dan ke-4 saya sampai pasrah sama Tuhan (kalau misalnya ada Kegiatan sosial keluar,kalau untuk kondisi sekarang ga bisa pendapat Oma bagaimana?) kalo saya sehat mau bantu sebisa saya…mau saya kalo badan saya kuat (kok bisa mau bantu, misalnya kunjungan ke panti lain?) mau saya..(karena?) tolong menolong. Saya nolong orang ga hilang, saya besok…..anak cucu saya bakal ditolong orang.(kegiatan di dalam panti ini, misalnya ada acara kebaktian. Ulang tahun panti, pendapat Oma gimana?) kalo saya sehat saya bantu. Saya dulu masuk sini itu ga punya asam urat, saya heran ya..di dalam kulit ini rasanya cekot-cekot..lalu diterapi…kayaknya itu perih..kayak orang dibuka perbannya..dalamnya itu lecet ( kalau area pribadi misalnya ingin berdoa, penting..kenapa Oma mengatakan penting?) penting..saya sekarang sakit apa-apa, mudah-mudahan anak cucu jangan seperti saya..(jadi Oma pengennya punya waktu untuk berdoa..) ya..anak cucu saya susah-susah..anak cucu saya biar sehat..dikasih rejeki.. (selain berdoa, Oma pengen area pribadi kondisinya tenang..punya batas..tempat tidur jangan ditempati yang lain?) lah sekarang disini umum, kalo ga boleh nanti saya dimarahin…satu marah satu ga..nanti saya dibunyike ‘alah kamu..rumahmu apa..di sini ditolong” daripada saya begitu lebih baik.. (terus sikap Oma gimana?) saya sudah ga seneng saya ga bantu (kalo ada kunjungan dari anak Oma?) saya terima dengan senang hati. Kalo disini banyak yang iri, ada yang bilang “kamu enak…apa-apa dari gereja, tapi saya tuh Tuhan memberkati Tuhan.. selalu berucap syukur saya diberi kesehatan (jadi menurut Oma ruang pribadi misalnya ada kunjugan dari anak perlu, karena?) anak saya masuk sini ga boleh dan kalo saya memberi barang,..diliati. (area pribadi perlu ya?) ya..di sini tuh, kepala di sini pilih kasih (pilih kasih?) saya ga berasa buang nasi..dibilang lempar nasi..saya minta obat ga saban hari..saya kalau minta obat dari bidan..obat tuh pelukan mas..kalau saya sakit jangan salahkan saya..(masalah keamanan di sini, pendapat Oma bagaimana?) saya tidak begitu seneng dengan keamanan disini (kenapa?) cuci pakaian ga kembali dan tanyain marah (tanyaian ke siapa?) suster…saya tanya..”suster pakaian saya kemaren ke mana ya..”di mana Mak..” saya yang tanyain ga tau sapa yang yang ngambil apa boleh buat..saya bukannya menuduh..saya betul-betul..(menanyakan..?) iya..kalau di jual ga laku ya kan tapi buat saya sah..nanti sama pihak gereja ditanyain..pakaiannya dijual atau dikasihkan ke anak..nanti kalau bilang hilang nanti ga percaya..masak punya Maknya hilang..buat saya penting..berguna..biar jelek tetep saya pake..(selain pakaian yang hilang apalagi? ) kemaren itu Oma-Oma ada darahnya, kok ga dikasih obat sama sini..saya mau bilang nanti takut dibilang banyak mulut ya..keluar darah..(teman Oma?) ya satu kamar..saya mau bilang nanti dibilang “kowe dokter opo..”..sehabis keluar darah..tidur lagi keluar darah lagi..jadi kurang bersihlah kamar (itu tidak dirawat?) dari panti tidak, Cuma di ‘cuh- seperti meludah”…kencing apa..kencing ga di pispot..kencing dibawah (kencing di lantai?) iya..nanti di bersihin nanti ada kencing lagi tetep di situ..(tidak ada yang kontrol gitu..?) yang kontrol ga mau bersiin..mas-mas dan mbk-mbknya ga mau, Cuma yang tugasnya itu tukang bersih dan sapu..nanti jam 2 kencing lagi..sampe besok pagi (jadi petugas kebersihan Cuma pagi? ) ya..Cuma pagi aja..nanti siang jam 2 ada kencing dibersiin, nanti siang jam 2 sampe besok pagi (tapi petugas kebersihan siang ada?) ada 2 kali..tapi kan sudah bau, jadi kelihatannya kurang (kalau Bentuk kamar gimana?) saya tinggal terserah yang bersihiin kamar…(pendapat Oma tentang bentuk kamar gimana?) baik, tapi deket
D2
D3
D3
D4
D5
D5
D5
D5
A
E1
D1&D2
D1
E2 E2
105 160 161 162 163 164 165 166 167 168 169 170 171 172 173 174
kamar mandi…..ya kalo kencing didalam ga pa-pa, tapi kalo kencing diluar..gimana..bau kan kalo dikasih tau nanti marah…(Pendapat Oma tentang jumlah penghuni kamar?) Cuma orang 2 (pendapat Oma gimana?) buat saya ya kurang memuaskan….(kenapa kurang memuaskan?) jorok sekali, kalo kencing sudah bau pesing.. nanti kalo makan sisa dilempar ke arah saya.saya mau ga mau gimana..nasi sudah menjadi bubur…kalau ga suka dilempar ke muka saya..apa sekenanya….saya mau bilang ke suster… suster malah bilang “ya sudah..ngalah Mak”. Saya suka, saya makan..saya ga suka..lebih baik saya lempar wc. (jarak ruangan perawat dengan kamar lansia gimana?) buat saya ya baik….deket dengan ruang jaga (nanti kalau minta bantuan bisa..) ya.. Saya minta tolong sama temen sekamar buat mangilin perawat..boleh apa ga…ga boleh sudah..nanti perawatnya ke situ (toilet?) bersih….tapi kalo saya masuk kamar mandi saya siram semua soalnya pernah sakit darah kotor
E3
E4
Gambaran tentang persepsi terhadap panti wreda sebagaimana P4 menyatakan dapat kita rinci sikap P4 terhadap aspek-aspek panti wreda sebagai berikut, yaitu:
A. Aspek Pihak Pengelola Pada poin ini, P4 menyatakan kekurangpuasannya terhadap pihak
pengelola panti. Ini disebabkan oleh sikap pihak pengelola yang dirasa P4 kurang mampu melayani dengan baik (46-48). Selain itu, P4 juga menyatakan sikap dari pihak pengelola yang kurang menyenangkan terhadap dirinya (95 & 113) .
Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa persepsi P4 terhadap pihak pengelola cenderung negatif.
B. Aspek Relasi Lansia dengan Perawat
Pada bagian selanjutnya, P4 menyatakan kembali ketidakpuasannya terhadap relasi dirinya dengan perawat panti (59-60). Ini dikarenakan oleh sikap perawat yang dinilai P4 kurang menyenangkan di dalam melayani dirinya (2-5 & 60-64)
Ini membawa kesimpulan bahwa persepsi P4 terhadap relasi dirinya dengan perawat cenderung negatif.
C. Aspek Relasi Sesama Lansia
Pada aspek ini, P4 menyatakan bahwa relasi dirinya dengan sesama lansia baik (66). Ini dengan ditunjukkan adanya sikap positif dari P4 seperti, gotong royong, memberi nasehat, dan keinginan untuk berbagi sesama lansia (67). Selain itu, P4 menyatakan bahwa dirinya tidak pernah terlibat konflik dengan sesama lansia (72).
Kesimpulan tentang persepsi relasi sesama lansia adalah cenderung positif.
D. Fasilitas Panti
1. Pelayanan Pada poin ini, P4 merasakan perlakuan tidak adil dan kurang menyenangkan dari para perawat terhadap dirinya (74, 82, & 90-91) dan masalah kebersihan yang menganggu P4 (152-153). Kesimpulan yang ditarik adalah persepsi P4 terhadap pelayanan cenderung negatif.
106
2. Fasilitas Penyembuhan/Kesehatan Pada poin ini, P4 melihat bahwa fasilitas kesehatan yang ada kurang mampu melayani dirinya dan lansia yang lain. Ini didukung dengan pernyataan bahwa dirinya dilarang untuk diperiksa dan harus menunggu sedikit lama (102, 104) dan kondisi kesehatan teman P4 yang kurang mendapatkan perhatian (145). Dapat disimpulkan bahwa persepsi P4 terhadap fasilitas kesehatan cenderung negatif.
3. Kegiatan Sosial Sikap yang cenderung positif ditunjukkan oleh P4 pada poin ini. Ini didukung dengan pernyataan bahwa P4 mau membantu (109). Ini disebabkan oleh konsep tolong menolong dari P4 (111) dan adanya keyakinan jika dirinya menolong orang lain, anak cucunya bakal ditolong orang pada masa yang lain (112). Dapat ditarik kesimpulan bahwa persepsi P4 cenderung positif
4. Kegiatan di dalam Panti Sikap yang cenderung positif juga ditunjukkan di poin ini. P4 siap membantu jika dirinya sehat (114).
5. Area Pribadi Pada bagian ini P4 merasakan perlunya area pribadi untuk melakukan kegiatan pribadi seperti berdoa (118). Namun, di sisi lain, P4 menyatakan bahwa area pribadi di panti terbatas (123) dan pernyataan kurang menyenangkan dari orang lain ketika dirinya berkeinginan melakukan hal-hal bersifat pribadi (124-125). Pada bagian ini dapat dilihat bahwa persepsi P4 terhadap fasilitas yang
disediakan oleh panti terbagi menjadi 2, yaitu positif dan negatif. Persepsi positif ditujukan ke bagian kegiatan sosial dan kegiatan di dalam panti. Sedangkan persepsi negatif ditujukan ke bagian pelayanan, fasilitas kesehatan, dan area pribadi.
E. Lingkungan Fisik
1. Keamanan P4 menyatakan ketidakpuasannya terhadap keamanan panti (136). Ini disebabkan masalah kehilangan barang pribadi P4, yaitu pakaian yang setelah dicuci tidak kembali (137-139). Dapat disimpulkan bahwa persepsi terhadap keamanan dari P4 cenderung negatif.
2. Bentuk Kamar Pada bagian ini, P4 menyatakan bahwa bentuk kamar tidak ada masalah(159), tetapi dirinya mengeluhkan letak kamarnya yang dekat kamar mandi (160).
3. Jumlah Penghuni Kamar Pada bagian ini, P4 menyatakan ketidakpuasaannya dengan jumlah penghuni kamar (163), walau hanya berdua. Ini dikarenakan dengan sikap teman satu kamar yang kurang memperhatikan masalah kebersihan (164-166). Dapat disimpulkan bahwa persepsi P4 cenderung negatif.
4. Jarak Kamar Lansia dengan Ruang Perawat P4 menyatakan hal positif mengenai jarak kamarnya dengan ruang perawat dikarenakan kamarnya dekat dengan ruang jaga sehingga
107
bantuan yang datang terbilang cepat (170-171). P4 disimpulkan memiliki persespsi yang cenderung positif. Pada aspek lingkungan fisik, persepsi P4 terbagi menjadi 2 bagian, yaitu
positif dan negatif. Persepsi positif ditujukan pada poin bentuk kamar dan jarak kamar lansia dengan ruang perawat. Sedangkan persepsi negatif ditujukan pada bagian keamanan dan jumlah penghuni kamar.
108
Lampiran V
Transkrip Verbatim Wawancara Subjek P5
109 Tanggal : 13/5/2008 Tempat : Panti Wreda “ HANNA” Yogyakarta Kode Subjek : P5 No. Verbatim Koding 01 02 03 04 05 06 07 08 09 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49
(Pendapat Oma terhadap pengurus?) mengenai pengurus yayasan itu..kan tidak banyak hubungannya..mungkin saya tidak bisa jawab. Pendapat saya mengenai pengurus di sini tidak ngerti..apa tujuannya..apa..saya kan taunya sudah sehari-hari di sini ya saya senenang saja..entah itu dari pusatnya disuruh begitu atau ga saya ga ngerti..kalau saya di tanya begitu..saya ga ngerti..ga bisa menjawab..maaf ya..aku ga tau..yang mengelola itu kan pengurus..(kalau pendapat Oma terhadap relasi Oma dengan perawat disini? ) ya..kalau itu saya bisa jawab, tapi belum tentu betul ya. Memang kalau pendapatku lain dengan pendapat orang lain..”aku seneng gini, aku seneng gitu..” ah..ya cukup baik..ya meskipun ada kekurangan, tapi ya..baik. dengan sendirinya ada baiknya ada kekurangannya.(cukup baik gimana?) baiknya..ga bisa bilang baiknya gimana ya..banyak.. (bagaimana pendapat Oma, relasi Oma dengan lansia lain?) perawatnya kan ndak cuma satu..banyak jadi satu dengan yang lainnya ga sama. Sini kan perawat ada delapan..saya tau ahli masak ada 2, ahli cuci ada 2….macem-macem.ada yang di sini..baiknya di sini ada yang sifanya begitu, tapi garis besarnya baik..kalau baru ruwet dirumah tentunya ada yang dibawa ke..tapi secara umum ya baik-baik saja…(apa yang dapat Anda katakan terhadap tingkat pelayanan di sini?) ya macem-macem. Tingkat pelayanannya macem-macem ya ada baiknya…ada buruknya, tetapi pada umumnya..garis besar baik..kalau dijumlah..dinilai rata-rata ya baik, cukuplah…(bagaimana Pendapat Oma terhadap fasilitas disini? ) biasa-biasa..cukup saja..cukup kita pakai..tidak berkelebihan..tidak berkekurangan (kenapa dikatakan cukup?) ya saya bisa memakainya…bisa saya pakai fasilitasnya, tidak berlebihan, tidak kekurangan ( kegiatan yang diadakan disini? ) kegiatannya menurut saya, kalau di dalam ya kurang..karena itu aku kegiatannya ke luar,kegiatannya kurang (kenapa kurang?) waktunya banyak yang kosong..itu menurut aku karena itu aku carinya di luar…karena kurang..untuk mengisi waktu karena itu cari kegiatan ke luar (bagaimana pendapat Oma terhadap kegiatan sosial yang keluar?) yang mengadakan siapa? (panti ini..) itu kan tidak banyak melibatkan saya, yang melibatkan ya ini.. perawat-perawat disini..tidak banyak melibatkan saya. Oma-oma disini tidak dilibatkan..pernah diajak rekreasi ke luar tapi….mengenai sosial yang lain…. Itu kebanyakan karyawan..dianggap lansia udah ga kurang mampu melakukan kegiatan ke luar..kebanyakan kan karyawan misalnya melayat..ni Oma-oma kan melayat jam 1..jam 2 ya udah ga bisa…kebanyakan Oma-oma disini jalannya aja sulit..kalo saya ke luar.. kegiatan saya ke luar..sesukaku (pendapat Oma masalah privasi?) privasi itu apa? (Oma mau melakukan kegiatan pribadi yang tidak mau diganggu orang..) saya bisa tutup kamar sendiri udah cukup, bisa….misalnya aku tidak mau diganggu..misalnya kalo mau berdoa, membaca, atau mendengarkan radio..saya bisa tutup pintu di dalam..(pendapat Oma itu sudah cukup..?) karena saya sendiri.. jadi cukup..kalau saya mau apa-apa sendiri, ndak mau diganggu orang lain..saya cukup tutup kamar..tutup pintu ( bagaimana pendapat Oma terhadap bentuk kamar?) maksudnya terhadap bentuk kamar..(gimana pendapat Oma terhadap bentuk kamar yang Oma tempati? ) ya baik saja..cukuplah. saya bisa memakainya..tidak ada keluhan terhadap kamarku (nyaman?) nyaman (bagaimana pendapat Oma terhadap jarak kamar Oma dengan ruang perawat perawat? ) jarakku jauh..tapi ga
A
B
B
D1
D4
D4
D3
D3
D5
D5
E2
E4
110 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84
pa-pa bagiku, meskipun jauh tidak pa-pa..meskipun jauh..saya bisa misalnya saya butuh perawat saya bisa panggil atau saya datang ke sana..tidak masalah bagi saya.…maksudnya meminta pertolongan perawat toh (iya..) ya saya bisa datang ke sana..tidak ada masalah (bagaimana kegiatan yang diadakan oleh panti. Apakah anda menikmati berkumpul bersama dalam kegiatan di dalam panti?) kegiatan di dalam panti bisa saya ikuti itu, meskipun ada beberapa kegiatan saya bisa mengikuti kalau ini..senam pagi. Kalo renungan pagi saya tidak bisa mengikuti..keculai saya yang pimpin. soalnya tergantung telingaku..karena kalau ada kegiatan tiu tidak pake pengeras suara saya tidak bisa mendengarkan…demikian juga kalau ada renungan dari luar, saya liat dulu, ada pengeras suaranya atau ga... percuma cuma duduk ga bisa mendengarkan tidak bisa tergantung ini. Kalau senam itu kan ada laanta yang bisa digedekke, itu saya bisa..tapi kalau ya ga pake pengeras suara, aku ga bisa ikut (bagaimana pendapat Oma terhadap relasi Oma dengan lansia?) ya..ga ada masalah saya. Saya dengen temen-temen di sini ga ada masalah ..baik-baik (apa yang dapat Anda katakan tingkat pelayanan dari perawat? ) ya ada yang memuaskan ada ga..tapi kalau dijumlah rata-rata ya baik saja. saya bisa menerima..(ciri-ciri pelayanan yang baik?) memuaskan..itu yang baik. kadang-kadang ya tiap orang itu…kadang orang yang kurang, tetapi pada umumnya baik..memuaskan..mungkin ini ya..kadang-kadang yang membersihkan tempat kamar mandi itu..saya kurang setuju, ntah itu siapa yang anu..atau memang kita orang lansia itu kurang dengan..(kenapa kurang setuju?) kurang bersih..mungkin ya saya tidak tau, tetapi kadang-kadang kurang bersihlah…kamar mandi itu terutama. Kurang bersih, membersihkannnya. Mungkin bekas orang lain dikarenakan sudah bersih terus dikotori lagi..itu saya ga tau..itu masalah kebersihan (Oma merasa puas dengan relasi Oma dengan lansia lain?) oh.biasa semua..tidak ada kesulitan bagi saya..bagi saya tidak ada kesulitan mengenai.. (kalau dengan dengan jumlah penghuni kamar pendapat Oma?) saya satu. Jadi tidak ada kesulitan toh… (masalah keamanan panti, pendapat Oma?) baik..cuma ini keamanan mengenai baju..itu sering kali “ini bukan punyaku, dikasikan aku..tak kembalikan, tapi kadang-kadang “lho ini punyaku kok ga ada” karena sana itu ada perawat yang suka cuci baju itu ga ngerti. Sudah ada nama, kadang-kadang bingung. Maksudnya itu lho..
D4
C
D1
D1
C
E3 E1
Wawancara ke-2. 21/8/2008. Panti Wreda
85 86 87 88 89 90
(Pendapat Oma tentang fasilitas kesehatan di panti ini? )..saya cerita saja..baru-baru ini saya habis kontrol dari dokter di luar panti..sebab kalau saya mau kontrol di panti, dokter yang ada dokter umum, bukan spesialis. Bagi saya tidak ada masalah, saya bisa keluar dan kontrol di luar panti dan menurut saya disini kurang..kalau bisa tiap hari ada…sebab bagi Oma yang lain saya rasa kurang, tetapi bagi saya tidak berpengaruh…..
D2
Gambaran tentang persepsi terhadap panti wreda sebagaimana P5 menyatakan dapat kita rinci sikap P5 terhadap aspek-aspek panti wreda sebagai berikut, yaitu:
A. Aspek Pihak Pengelola Pada bagian ini, P5 kurang mengerti dan tidak mengetahui tujuan dari
panti wreda ini (1-3). P5 tidak berusaha untuk mengetahui tentang panti dan mempercayakan pengelolaan panti sepenuhnya terhadap pengurus (3). Sehingga dapat disimpulkan persepsi P5 pada bagian ini cenderung positif.
111
B. Aspek Relasi Lansia dengan Perawat P5 menyatakan bahwa relasi yang terjadi antara dirinya dengan perawat
panti dikatakan cukup baik, meskipun ada kekurangan (10). P5 bersikap memaklumi jika ada sikap perawat terhadap dirinya yang kurang dan secara umum P5 menilai baik (18). Sehingga dapat disimpulakan bahwa persepsi P5 terhadap relasi lansia dengan perawat cenderung positif.
C. Aspek Relasi Sesama Lansia Pada poin ini, P5 menyatakan bahwa dirinya tidak mengalami masalah
dan kesulitan dalam berelasi dengan sesama lansia (65&77). Pada kesimpulannya, P5 menilai bahwa relasi sesama lansia yang terjadi cnderung positif.
D. Fasilitas Panti 1. Pelayanan
Pelayanan yang diberikan oleh panti dinilai P5 cenderung kurang. Ini disebabkan lebih pada masalah kebersihan yang dikelola panti yang dianggap P5 tidak memuaskan (73-74). Sehingga dapat disimpulkan bahwa perspesi P5 terhadap pelayanan cenderung negatif.
2. Fasilitas Penyembuhan/Kesehatan Pada bagian ini, kesimpulan yang dapat ditarik adalah pendapat yang cenderung negatif. Ini ditunjukkan dengan penilaian P5 yang merasa fasilitas kesehatan di panti kurang mampu melayani P5 dan lansia lainnya (87-89).
3. Kegiatan Sosial P5 menyatakan bahwa lansia yang tinggal di panti tidak banyak dilibatkan pada kegiatan sosial ke luar (31-33). Kegiatan sosial ke luar lebih banyak melibatkan karyawan oleh karena lansia dianggap sudah tidak mampu melakukan kegiatan ke luar (34-35).
4. Kegiatan di dalam Panti Pada bagian ini, P5 menilai bahwa kegiatan di dalam panti cenderung kurang (26-27). Ini dikarenakan waktu yang banyak kosong sehingga P5 mencari kegiatan di luar panti untuk mengisi waktu luang (29). Sehingga dapat disimpulkan bahwa persepsi P5 terhadap kegiatan di dalam panti cenderung negatif.
5. Area Pribadi Untuk poin ini, persepsi P5 cenderung positif (29). Ini dikarenakan P5 tinggal sendiri di kamarnya (43) dan jika ingin tidak diganggu dirinya bisa menutup pintu kamarnya (44).
Dapat ditarik kesimpulan bahwa persepsi P5 terhadap fasilitas panti terbagi menjadi 3, yaitu positif, negatif, dan netral. Persepsi positif ditujukan pada poin area pribadi. Persepsi negatif ditujukan pada poin pelayanan, fasilitas penyembuhan/kesehatan, dan kegiatan di dalam panti. Sedangkan persepsi netral ditujukan pada poin kegiatan sosial.
112
E. Lingkungan Fisik 1. Keamanan
Menurut P5, masalah keamanan cenderung negatif. P5 cenderung mengalami masalah dengan barang-barang pribadi yang tertukar atau hilang (81-82).
2. Bentuk Kamar Pada poin ini, persepsi P5 cenderung positif. Ini disebabkan perasaan nyaman dan jarang menyatakan ketidakpuasan dari P5 (47-48)
3. Jumlah Penghuni Kamar Pada poin ini, persepsi P5 cenderung positif. Ini dikarenakan kondisi P5 yang tinggal sendiri dalam satu kamar (79)
4. Jarak Kamar Lansia dengan Ruang Perawat Pada poin ini, persepsi P5 cenderung positif. P5 dengan sendirinya langsung mendatangi ruang perawat jika memerlukan bantuan (51-52)
Pada bagian selanjutnya, yaitu persepsi terhadap lingkungan fisik, dapat disimpulkan bahwa persepsi P5 terbagi menjadi positif dan negatif. Persepsi positif ditujukan pada poin bentuk kamar, jumlah penghuni kamar, dan jarak kamar lansia dengan ruang perawat. Sedangkan persepsi negatif ditujukan pada poin keamanan.
113
LAMPIRAN VI
Surat Keterangan Penelitian
114