15
Cahaya Aktiva, Vol. 02, No. 01, Maret 2012 Tjahjaning Giemwarudju Politeknik Cahaya Surya 1 1. PENDAHULUAN Perkembangan dunia usaha global membawa efek luar biasa terhadap ilmu ekonomika dan bisnis di perguruan tinggi. Perguruan tinggi sebagai pusat perkembangan ilmu pengetahuan dalam kegiatan penerapan dan transformator ilmu pengetahuan melalui proses pembelajaran, pengkajian secara berkelanjutan, pelayanan dan pengabdian kepada masyarakat, membawa posisinya yang begitu penting dalam percaturan dunia usaha. Melalui kegiatan tri dharmanya, perguruan tinggi menghasilkan lulusan lulusan yang akan mengisi dan memenuhi kebutuhan tenaga kerja dalam dunia usaha dan dunia industri. Perguruan tinggi diharapkan menghasilkan lulusan yang berkompeten terhadap pengetahuan hardskills di bidangnya masing-masing yang didukung kompetensi softskills. Pengetahuan hardskills lulusan perguruan tinggi harus relevan dengan kebutuhan dunia kerja. Harmonisasi antara output perguruan tinggi dengan keinginan dan kebutuhan dunia kerja mutlak diperlukan. Link and match merupakan solusi tepat dari problematika klasik seperti ini. Politeknik merupakan jenis perguruan tinggi dimana program studi-program studi didalamnya didesain untuk memiliki struktur kurikulum yang mampu menghasilkan luaran yang terampil dan siap pakai di dunia kerja. Penekanan utama kurikulum politeknik pada penerapan ilmu pengetahuan, telah membawa politeknik pada posisi yang memiliki peran penting untuk menyelaraskan output dunia pendidikan tinggi dengan dunia kerja nyata. Nilai lebih politeknik, tepatnya program pendidikan diploma, dibandingkan dengan jenis perguruan tinggi lain adalah struktur kurikulumnya PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP INTERNAL CONTROL PROSES PEMBERIAN KREDIT (PINJAMAN) PADA LEMBAGA KEUANGAN Oleh : Tjahjaning Giemwarudju Abstrac Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menguji secara empiris perbedaan persepsi antara mahasiswa yang sudah menempuh mata kuliah bermuatan internal control dengan mahasiswa yang belum menempuh terhadap internal control pemberian pinjaman pada lembaga keuangan. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengukur efektivitas muatan internal control, khususnya pada proses pemberian pinjaman/pembiayaan pada lembaga keuangan, yang terkandung dalam mata kuliah-mata kuliah kurikulum D III Akuntansi. Hasil uji hipotesis dengan independent sample test menujukkan nilai F hitung 23,845 dengan sig.F 0,000 dan nilai t hitung sebesar 4,162 dengan sig.t 0,000 yang berada dibawah taraf signifikansi 5% maka H 0 ditolak, yang artinya terdapat perbedaan persepsi antara mahasiswa DIII Akuntansi Politeknik Cahaya Surya yang sudah menempuh mata kuliah bermuatan internal control dengan mahasiswa yang belum menempuh terhadap internal control pemberian pinjaman oleh lembaga keuangan, dengan tingkat keyakinan 95 %. Karena terdapat perbedaan persepsi, dimana persepsi mahasiswa yang sudah menempuh lebih baik daripada mahasiswa yang belum (ditujukkan dengan nilai mean 115,5 > 104,7) maka dalam proses pembelajaran di prodi D III Akuntansi muatan internal control yang terkandung dalam mata kuliah akuntansi, telah dipahami oleh mahasiswa dengan baik, atau dapat dikatakan pembelajaran berjalan efektif. Kata kunci : Perbedaan persepsi mahasiswa, internal control proses pemberian pinjaman

PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP PROSES PEMBERIAN KREDIT ... 1-15_Tjahjaning Giem.pdf · ekonomika dan bisnis di perguruan tinggi. Perguruan tinggi sebagai pusat perkembangan ilmu pengetahuan

  • Upload
    others

  • View
    2

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP PROSES PEMBERIAN KREDIT ... 1-15_Tjahjaning Giem.pdf · ekonomika dan bisnis di perguruan tinggi. Perguruan tinggi sebagai pusat perkembangan ilmu pengetahuan

Cahaya Aktiva, Vol. 02, No. 01, Maret 2012 Tjahjaning Giemwarudju

Politeknik Cahaya Surya

1

1. PENDAHULUAN Perkembangan dunia usaha global

membawa efek luar biasa terhadap ilmu ekonomika dan bisnis di perguruan tinggi. Perguruan tinggi sebagai pusat perkembangan ilmu pengetahuan dalam kegiatan penerapan dan transformator ilmu pengetahuan melalui proses pembelajaran, pengkajian secara berkelanjutan, pelayanan dan pengabdian kepada masyarakat, membawa posisinya yang begitu penting dalam percaturan dunia usaha. Melalui kegiatan tri dharmanya, perguruan tinggi menghasilkan lulusan – lulusan yang akan mengisi dan memenuhi kebutuhan tenaga kerja dalam dunia usaha dan dunia industri. Perguruan tinggi diharapkan menghasilkan lulusan yang berkompeten terhadap pengetahuan hardskills di bidangnya masing-masing yang didukung kompetensi softskills.

Pengetahuan hardskills lulusan perguruan tinggi harus relevan dengan kebutuhan dunia kerja. Harmonisasi antara output perguruan tinggi dengan keinginan dan kebutuhan dunia kerja mutlak diperlukan. Link and match merupakan solusi tepat dari problematika klasik seperti ini.

Politeknik merupakan jenis perguruan tinggi dimana program studi-program studi didalamnya didesain untuk memiliki struktur kurikulum yang mampu menghasilkan luaran yang terampil dan siap pakai di dunia kerja. Penekanan utama kurikulum politeknik pada penerapan ilmu pengetahuan, telah membawa politeknik pada posisi yang memiliki peran penting untuk menyelaraskan output dunia pendidikan tinggi dengan dunia kerja nyata.

Nilai lebih politeknik, tepatnya program pendidikan diploma, dibandingkan dengan jenis perguruan tinggi lain adalah struktur kurikulumnya

PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP INTERNAL CONTROL PROSES PEMBERIAN KREDIT (PINJAMAN)

PADA LEMBAGA KEUANGAN

Oleh :

Tjahjaning Giemwarudju

Abstrac

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menguji secara empiris perbedaan persepsi antara mahasiswa yang sudah menempuh mata kuliah bermuatan internal control dengan mahasiswa yang belum menempuh terhadap internal control pemberian pinjaman pada lembaga keuangan. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengukur efektivitas muatan internal control, khususnya pada proses pemberian pinjaman/pembiayaan pada lembaga keuangan, yang terkandung dalam mata kuliah-mata kuliah kurikulum D III Akuntansi. Hasil uji hipotesis dengan independent sample test menujukkan nilai Fhitung 23,845 dengan sig.F 0,000 dan nilai thitung sebesar 4,162 dengan sig.t 0,000 yang berada dibawah taraf signifikansi 5% maka H0 ditolak, yang artinya terdapat perbedaan persepsi antara mahasiswa DIII Akuntansi Politeknik Cahaya Surya yang sudah menempuh mata kuliah bermuatan internal control dengan mahasiswa yang belum menempuh terhadap internal control pemberian pinjaman oleh lembaga keuangan, dengan tingkat keyakinan 95 %. Karena terdapat perbedaan persepsi, dimana persepsi mahasiswa yang sudah menempuh lebih baik daripada mahasiswa yang belum (ditujukkan dengan nilai mean 115,5 > 104,7) maka dalam proses pembelajaran di prodi D III Akuntansi muatan internal control yang terkandung dalam mata kuliah akuntansi, telah dipahami oleh mahasiswa dengan baik, atau dapat dikatakan pembelajaran berjalan efektif. Kata kunci : Perbedaan persepsi mahasiswa, internal control proses pemberian pinjaman

Page 2: PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP PROSES PEMBERIAN KREDIT ... 1-15_Tjahjaning Giem.pdf · ekonomika dan bisnis di perguruan tinggi. Perguruan tinggi sebagai pusat perkembangan ilmu pengetahuan

Cahaya Aktiva, Vol. 02, No. 01, Maret 2012 Tjahjaning Giemwarudju

Politeknik Cahaya Surya

2

yang memiliki prioritas utama pada penerapan ilmu pengetahuan pada kebutuhan dunia kerja melalui pembelajaran yang proporsinya lebih dominan pada aspek praktis, maka tak heran jika dalam proses pembelajarannya prosentase praktikum atau kelas laboratorium lebih banyak daripada pembelajaran teoritis. Komposisi kurikulum politeknik yang lebih aplikatif dan banyak kegiatan praktikum. Apa yang terjadi dan diterapkan didunia kerja terkini, dipelajari dan diterapkan di politeknik. Hal inilah yang menyebabkan lulusan politeknik lebih siap terjun langsung dalam dunia kerja, tanpa harus melewati masa training yang lama.

Politeknik Cahaya Surya merupakan politeknik swasta pertama di Jawa Timur dan kedua di Indonesia. Politeknik Cahaya Surya didirikan pada tahun 1996 oleh Yayasan Pendidikan Cinderella Institute Kediri setelah mendapat ijin operasional pendirian dari Direktorat Jenderal Perguruan Tinggi. Semenjak menghasilkan lulusan pertamanya pada tahun 1999, tingkat keterserapan lulusan Politeknik Cahaya Surya sangat tinggi. Berdasarkan data dari hasil tracer study oleh lembaga tersebut pada tahun 2011 silam, 100% lulusan Politeknik Cahaya Surya telah bekerja dengan rata-rata masa tunggu dibawah 1,5 bulan.

Hasil tracer study juga menyebutkan, keterserapan lulusan Politeknik Cahaya Surya lebih banyak pada sector lembaga keuangan, seperti perbankan (konvensional dan syariah), perusahaan finance, BPR dan KSP. Sampai dengan pertengahan tahun 2012, alumni yang bekerja di perbankan mencapai angka 60% dari total alumni. Adapun lembaga keuangan yang menyerap lulusan Politeknik Cahaya Surya antara lain : Bank Jatim Cabang Kediri, BRI Cabang Surabaya dan Kediri, BTPN Syariah Mojokerto, Bank Danamon Cabang Kediri dan Tulungagung, Bank Mega Cabang Kediri, CIMB Niaga Cabang Kediri, Sinarmas Finance, BPR Artha Pamenang Kediri dan banyak lagi BPR serta KSP yang tersebar di wilayah Kab/Kota Kediri. Posisi pekerjaan yang paling banyak ditempati oleh alumni antara lain : accounting and tax, credit analyst, administration, front liner dan marketing.

Melihat fenomena diatas, kurikulum Politeknik Cahaya Surya, khususnya program studi Diploma Tiga Akuntansi harus mampu menghasilkan lulusan yang relevan dengan kebutuhan sector perbankan. Mata kuliah-mata kuliah yang berhubungan dengan dunia perbankan harus mampu membawa mahasiswa pada tingkat pemahaman yang tinggi setelah menempuhnya, atau dengan kata lain tujuan intruksional umum dan khusus TIU/ TIK) sebagaimana direncanakan

dalam silabus/ SAP/ RPP/ GBPP mata kuliah-mata kuliah perbankan harus tercapai, tidak sebatas pada ranah akademis tapi juga menjangkau pada pemahaman praktis.

Dunia perbankan, dalam posisinya sebagai lembaga intermediasi memiliki kegiatan operasional utama berupa pencairan kredit atau pemberian pinjaman/ pembiayaan kepada masyarakat. Pendapatan bunga pinjaman atau pendapatan bagi hasil pembiayaan merupakan pendapatan operasional utama industri perbankan. Resiko kredit yang salah satunya berupa kredit macet, merupakan resiko operasi yang harus dihindari kalangan perbankan. Agar tidak terjadi kredit macet, kepada siapa kredit diberikan adalah hal paling utama dalam prosedur pembiayaan perbankan. Sistem pengendalian intern (internal control) pada proses pencairan kredit memegang peranan penting dalam operasionalisasi utama bank. Hal seperti ini harus diketahui oleh mahasiswa ketika menempuh mata kuliah-mata kuliah perbankan.

Mata kuliah dalam kurikulum D III Akuntansi Politeknik Cahaya Surya yang mengantarkan mahasiswanya pada pemahaman dunia perbankan adalah mata kuliah Pengantar Perbankan (bobot 2 sks) dan mata kuliah Akuntansi Perbankan (bobot 3 sks). Sementara itu, pemahaman akan pengendalian internal diperoleh mahasiswa pada mata kuliah Sistem Informasi Akuntansi (3 sks), Auditing 1 (3 sks), Auditing 2 ( 3 sks), Praktik Audit ( 2 sks), dan Praktikum Sistem Akuntansi (1 sks).

Penelitian ini dimaksudkan untuk mengukur efektivitas muatan internal control, khususnya pada proses pemberian pinjaman/pembiayaan pada lembaga keuangan, yang terkandung dalam mata kuliah-mata kuliah tersebut diatas. Penelitian ini menguji perbedaan persepsi antara mahasiswa yang sudah menempuh mata kuliah dengan mahasiswa yang belum menempuh terhadap muatan internal control pada proses pemberian pinjaman/pembiayaan pada lembaga keuangan. Mata kuliah dikatakan efektif dalam membentuk pemahaman internal control pada mahasiswa jika terdapat perbedaan antara mahasiswa yang telah menempuh dengan mahasiswa yang belum menempuh, dengan persepsi yang lebih baik pada mahasiswa yang telah menempuh.

Page 3: PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP PROSES PEMBERIAN KREDIT ... 1-15_Tjahjaning Giem.pdf · ekonomika dan bisnis di perguruan tinggi. Perguruan tinggi sebagai pusat perkembangan ilmu pengetahuan

Cahaya Aktiva, Vol. 02, No. 01, Maret 2012 Tjahjaning Giemwarudju

Politeknik Cahaya Surya

3

2. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang diatas, maka masalah dalam penelitian ini adalah : apakah terdapat perbedaan persepsi antara mahasiswa yang sudah menempuh mata kuliah bermuatan internal control dengan mahasiswa yang belum menempuh terhadap internal control pemberian pinjaman oleh lembaga keuangan ?

3. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan penelitian ini adalah untuk

mengetahui dan menguji secara empiris perbedaan persepsi antara mahasiswa yang sudah menempuh mata kuliah bermuatan internal control dengan mahasiswa yang belum menempuh terhadap internal control pemberian pinjaman oleh lembaga keuangan.

4. TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 4.1 PINJAMAN KREDIT (PEMBIAYAAN)

Risiko kredit merupakan risiko kerugian

sehubungan dengan pihak peminjam tidak dapat dan atau tidak mau memenuhi kewajiban untuk membayar kembali dana yang dipinjamkannya secara penuh pada saat jatuh tempo atau sesudahnya.Pada dasarnya risiko masih dapat dikelola. Pengelolaan risiko adalah upaya yang sadar untuk mengidentifikasi, mengukur, dan mengendalikan bentuk kerugian yang dapat timbul. Ini merupakan upaya yang terus-menerus, karena risiko akan dihadapi oleh siapa saja, baik besar maupun kecil. Ada tiga tindakan pokok dalam pengelolaan risiko kredit, yaitu: 1. Identifikasi Risiko dan Pemetaan Resiko

Tindakan ini erat kaitannya dengan kemampuan kita untuk menganalisa dan memprediksi berbagai kejadian yang senantiasa dihadapi oleh setiap orang atau Organisasi.

2. Pengukuran Risiko dan Peringkat Resiko Setelah semua kejadian kita analisa, dan kemungkinan kerugiannya kita ketahui, langkah berikutnya adalah mengukur kerugian-kerugian potensial untuk masa yang akan datang.

3. Pengendalian risiko.

Ada lima kunci utama mengendalikan

risiko yang perlu diperhatikan oleh koperasi Menghindari risiko biasanya sulit dilakukan karena tidak praktis dan tidak mungkin, mengurangi risiko dapat dilakukan untuk beberapa hal, misalnya mempersiapkan sejumlah likuiditas pada jumlah tertentu untuk menjaga kemampuan koperasi guna memenuhi kewajiban yang jatuh tempo, dan memeriksa catatan-catatan keuangan yang ada. Menyebarkan risiko dapat dilakukan dengan beberapa cara yang pada intinya mengurangi risiko kerugian yang akan terjadi. Misalnya, uang tunai yang ada tidak disimpan pada satu tempat saja, sebagian di Bank sebagian di Koperasi. Membuat anggapan terhadap risiko adalah alat yang paling praktis andaikata alternatif-alternatif lain tidak dapat lagi ditemukan. Misalnya kita membuat anggapan bahwa pada bulan – bulan tertentu koperasi harus menghentikan atau mengurangi aktivitas pembiayaannya karena berpotensi terjadi side streaming atau sebaliknya. Mengalihkan risiko dapat dilaksanakan dengan jalan menggunakan pihak lain untuk memikul tanggungan kerugian yang bisa terjadi.

Menurut Johanes (2004 : 7) kata "kredit" berasal dari bahasa Romawi "credere" yang berarti percaya atau credo atau creditum yang berarti saya percaya. Seseorang yang mendapatkan kredit adalah seseorang yang telah mendapat kepercayaan dari kreditur. Undang-undang perbankan nomor 10 tahun 1998 menyebutkan pengertian kredit, Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara lembaga keuangan dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga, imbalan atau pembagian hasil tertentu. Kredit juga didefinisikan sebagai penyerahan atas dasar kepercayaan sejumlah uang atau barang yang dipersamakan dan wajib dikembalikan sesuai dengan syarat-syarat yang disepakati bersama.

Adapun menurut Hasibuan (2007:87) mengemukakan pengertian kredit yang lebih jelas bahwa: "Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang harus dibayar kembali bersama bunganya oleh peminjam sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati". Berdasarkan pengertian diatas nampak bahwa suatu fungsi pokok dari kredit pada dasarnya adalah untuk pemenuhan jasa pelayanan terhadap kebutuhan masyarakat dalam rangka mendorong dan melancarkan kegiatan usaha berbagai bidang yang semua itu

Page 4: PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP PROSES PEMBERIAN KREDIT ... 1-15_Tjahjaning Giem.pdf · ekonomika dan bisnis di perguruan tinggi. Perguruan tinggi sebagai pusat perkembangan ilmu pengetahuan

Cahaya Aktiva, Vol. 02, No. 01, Maret 2012 Tjahjaning Giemwarudju

Politeknik Cahaya Surya

4

untuk meningkatkan taraf hidup rakyat dalam hal ini mempermudah mendapatkan modal usaha. 1. TujuanPemberian Kredit

Tujuan pemberian kredit antara lain: a. Mencari keuntungan

Yaitu lembaga keuangan yang dalam kegiatannya menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dalam bentuk kredit kepada masyarakat bertujuan untuk memperoleh hasil dari pemberian kredit dalam bentuk bunga yang diterimanya.

b. Membantu usaha debitur Tujuan lainnya adalah untuk membantu usaha debitur yang mengalami devisit anggaran (kekurangan dana), baik dana investasi maupun dana modal kerja. Adapun dana tersebut akan dapat mengembangkan dan memperluas usahanya.

c. Membantu pemerintah dalam penerimaan pajak, membuka kesempatan kerja dan meningkatkan jumlah barang dan jasa yang beredar dimasyarakat.

2. Fungsi Pemberian Kredit Adapun fungsi transaksi kredit dalam kehidupan perekonomian menurut Muchdarsyah Sinungan (1991; 5) adalah sebagai berikut: a. Kredit dapat meningkatkan utilitas

(kegunaan) dari uang. Keberadaan uang atau modal yang disimpan oleh para pemilik uang atau modal pada suatu lembaga keuangan atau sejenisnya, akan disalurkan oleh lembaga keuangan tersebut kepada sektor-sektor usaha produktif.

b. Kredit meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang. Melalui kredit, peredaran uang kartal maupun uang giral akan lebih berkembang karena kredit menciptakan mobilitas usaha sehingga penggunaan uang akan bertambah, baik secara kuantitatif maupun secara kualitatif.

c. Kredit dapat meningkatkan kegairahan berusaha. Dengan adanya kredit, pihak peminjam atau yang diberi kredit akan bekerja semaksimal mungkin agar dari usaha yang dijalaninya dihasilkan keuntungan yang besar sehingga dapat melunasi kredit tersebut.

d. Kredit sebagai salah satu alat pengendali stabilitas moneter.

Kebijakan kredit bisa digunakan untuk menekan laju inflasi, yaitu dengan menyalurkan kredit hanya pada sektor-sektor usaha yang produktif dan sektor prioritas yang secara langsung berpengaruh pada hajat hidup masyarakat.

e. Kredit sebagai sarana peningkatan pendapatan nasional. Dengan banyaknya pengusaha baik dari industri skala kecil maupun besar yang mendapatkan fasilitas kredit, diharapkan dapat meningkatkan pendapatan mereka dan secara nasional diharapkan akan dapat meningkatkan pendapatan nasional.

3. Prinsip-prinsip dalam Pemberian Kredit Walaupun pemberian kredit didasarkan

atas kepercayaan, tetapi penilaian atas kepercayaan tadi harus memenuhi kriteria Five C’s (Character, Capacity, Capital, Collateral dan Condition), yang menurut Kasmir (2003:91) terdiri dari: a. Character / Watak

Watak, sifat, kebiasaan debitur (pihak yang berutang) sangat berpengaruh pada pemberian kredit. Kreditur (pihak pemberi utang) dapat meneliti apakah calon debitur masuk ke dalam Daftar Orang Tercela (DOT) atau tidak. Untuk itu kreditur juga dapat meneliti biodatanya dan informasi dari lingkungan usahanya. Informasi dari lingkungan usahanya dapat diperoleh dari supplier dan customer dari debitur. Selain itu dapat pula diperoleh dari Informasi Bank Sentral, namun tidak dapat diperoleh dengan mudah oleh masyarakat umum, karena informasi tersebut hanya dapat di akses oleh pegawai lembaga keuangan bidang perkreditan.

b. Capacity / Kemampuan Capacity adalah kemampuan calon debitur dalam membayar kredit yang dihubungkan dengan kemampuannya mengelola bisnis serta kemampuannya mencari laba. Sehingga pada akhirnya akan terlihat kemampuannya dalam mengembalikan kredit yang disalurkan.

c. Capital / Modal Dengan melihat banyaknya modal yang dimiliki debitur atau melihat berapa banyak modal yang ditanamkan debitur dalam usahanya, kreditur dapat menilai modal debitur. Semakin banyak modal yang ditanamkan, debitur akan dipandang

Page 5: PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP PROSES PEMBERIAN KREDIT ... 1-15_Tjahjaning Giem.pdf · ekonomika dan bisnis di perguruan tinggi. Perguruan tinggi sebagai pusat perkembangan ilmu pengetahuan

Cahaya Aktiva, Vol. 02, No. 01, Maret 2012 Tjahjaning Giemwarudju

Politeknik Cahaya Surya

5

semakin serius dalam menjalankan usahanya.

d. Collateral / Jaminan Jaminan dibutuhkan untuk berjaga-jaga seandainya debitur tidak dapat mengembalikan pinjamannya. Biasanya nilai jaminan lebih tinggi dari jumlah pinjaman.

e. Condition of Economic / Kondisi Ekonomi Keadaan perekonomian di sekitar tempat tinggal calon debitur juga harus diperhatikan untuk memperhitungkan kondisi ekonomi yang akan terjadi di masa datang. Kondisi ekonomi yang perlu diperhatikan antara lain masalah daya beli masyarakat, luas pasar, persaingan, perkembangan teknologi, bahan baku, pasar modal, dan lain sebagainya.

4. Unsur-unsur dan Jenis-jenis Kredit a. Unsur-unsur kredit

Adapun unsur-unsur kredit yang terkandung dalam pemberian suatu fasilitas kredit menurut Kasmir (2008: 98) adalah sebagai berikut : (1) Kepercayaan

Yaitu suatu keyakinan pemberian suatu kredit bahwa kredit yang diberikan baik berupa uang atau jasa yang akan benar - benar diterima kembali dimasa mendatang. Kepercayaan ini diberikan oleh bank kepada calon debitur karena sebelum dana tersebut dikucurkan, sudah dilakukan penelitian dan penyelidikan bagaimana situasi dan kondisi calon debitur sehingga dapat dinilai apakah calon debitur tersebut dipastikan memiliki kemauan dan kemampuan membayar kredit yang disalurkan, sehingga pada saat dana telah dikucurkan tidak terjadi masalah yang berpengaruh baik bagi lembaga keuangan maupun debitur

(2) Kesepakatan Disamping unsur kepercayaan didalam kredit juga mengandung unsur kesepakatan, ini dituangkan dalam suatu perjanjian dimana masing-masing pihak menandatangi hak dan kewajibannya, kesepakatan kredit ini dituangkan dalam akad kredit yang ditandatangani oleh kedua belah pihak.

(3) Jangka waktu Setiap kredit yang diberikan pasti memiliki jangka waktu tertentu.

Jangka waktu ini mencakup masa pengembalian kredit yang telah disepakati. Hampir dapat dipastikan bahwa tidak ada kredit yang tidak memiliki jangka waktu.

(4) Risiko Adanya suatu tenggang waktu pengembalian akan menyebabkan suatu risiko tidak tertagihnya/macet pemberian kredit. Semakin panjang suatu kredit semakin bersar risikonya demikian pula sebaliknya. Risiko ini menjadi tanggungan lembaga keuangan, baik risiko yang disengaja oleh nasabah yang lalai maupun oleh risiko yang tidak disengaja.

(5) Balas Jasa Merupakan keuntungan atas pemberian kredit atau jasa tersebut yang dikenal dengan nama bunga bank konvensional. Balas jasa dalam bentuk bunga, biaya provisi, dan komisi serta biaya administrasi, kredit ini merupakan keuntungan utama suatu lembaga keuangan.

b. Jenis-jenis kredit Secara umum jenis-jenis kredit yang dikeluarkan dapat dilihat dari berbagai segi adalah: (1) Dari segi jangka waktu

(a) Kredit jangka pendek Merupakan kredit yang memiliki jangka waktu kurang dari satu tahun atau paling lama satu tahun dan biasanya untuk keperluan modal kerja.

(b) Kredit jangka menengah Jangka waktu kreditnya berkisar antara satu tahun sampai tiga tahun dan biasanya kredit ini untuk melakukan investasi.

(c) Kredit jangka panjang Merupakan kredit yang masa pengembaliannya paling lama, yaitu diatas tiga tahun atau lima tahun dan biasanya untuk keperluan investasi jangka panjang.

(2) Dari segi jaminan (a) Kredit dengan jaminan

Merupakan kredit yang diberikan dengan suatu jaminan tertentu artinya setiap kredit yang dikeluarkan akan dilindungi oleh jaminan yang diberikan debitur.

Page 6: PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP PROSES PEMBERIAN KREDIT ... 1-15_Tjahjaning Giem.pdf · ekonomika dan bisnis di perguruan tinggi. Perguruan tinggi sebagai pusat perkembangan ilmu pengetahuan

Cahaya Aktiva, Vol. 02, No. 01, Maret 2012 Tjahjaning Giemwarudju

Politeknik Cahaya Surya

6

(b) Kredit tanpa jaminan Yaitu kredit yang diberikan tanpa jaminan ataupun orang tertentu. Hanya melihat prospek usaha, karakter serta loyalitas calon debitur selama berhubungan dengan yang bersangkutan.

(3) Dari segi tujuannya (a) Kredit komersial (Commercial

Loan) Yaitu kredit yang diberikan untuk memperlancar kegiatan usaha nasabah di bidang perdagangan. Kredit komersial antara lain meliputi kredit leveransir, kredit untuk usaha pertokoan, kredit ekspor dan lain-lain.

(b) Kredit konsumtif (Consumer Loan) Yaitu kredit yang diberikan oleh suatu perusahaan untuk memenuhi kebutuhan debitur yang bersifat konsumtif. Misalnya untuk membeli properti (rumah), mobil atau motor, barang elektronik dan berbagai barang konsumsi lainnya.

(c) Kredit produktif (Productive Loan) Yaitu kredit yang diberikan oleh suatu perusahaan dalam rangka membiayai kebutuhan modal kerja debitur sehingga dapat meemperlancar produksi. Misalnya kredit untuk pembelian bahan baku, pembayaran upah, biaya pengepakan, biaya pemasaran, biaya distribusi dan lain-lain.

(4) Dari segi penggunaannya. (a) Kredit modal kerja

Yaitu kredit yang diberikan oleh suatu perusahaan untuk menambah modal kerja debitur, meliputi modal kerja untuk tujuan komersial, industri, kontraktor bangunan dan lain-lain.

(b) Kredit Investasi Yaitu kredit yang diberikan oleh suatu perusahaan kepada perusahaan untuk digunakan dalam melakukan investasi melalui pembelian barang-barang modal.

5. Upaya Penyelamatan Kredit Bermasalah Kredit bermasalah atau nonperforming loan

merupakan resiko yang terkandung dalam setiap pemberian kredit oleh lembaga keuangan kepada nasabahnya. Resiko tersebut berupa keadaan di mana kredit tidak dapat kembali tepat pada waktunya (wanprestasi). Kredit bermasalah atau nonperforming loan di perbankan itu dapat disebabkan oleh beberapa faktor, misalnya, ada kesengajaan dari pihak-pihak yang terlibat dalam proses kredit, kesalahan prosedur pemberian kredit, atau disebabkan faktor lain seperti faktor makro ekonomi.

Pemberian kredit yang tertuang dalam suatu perjanjian tidak dapat dilepaskan dari prinsip kepercayaan, yang sering menjadi sumber malapetaka bagi kreditur sehubungan dengan kredit macet. Berbagai unsur seperti safety, soundness, without substantial risk – pun dalam perundang-undangan/peraturan perlu mendapatkan perhatian, karena dalam kenyataannya kurang memuaskan untuk menyelesaikan permasalahan kredit macet.

Kredit dikategorikan sebagai kredit bermasalah atau non-performing loan (NPL) tersebut adalah apabila kualitas kredit tersebut tergolong pada tingkat kolektibilitas kurang lancar, diragukan, atau macet. Untuk kredit-kredit bermasalah yang bersifat non struktural, pada umumnya dapat diatasi dengan langkah-langkah restrukturisasi berupa penurunan suku bunga kredit, perpanjangan jangka waktu, pengurangan tunggakan bunga kredit, pengurangan tunggakan pokok kredit, penambahan fasilitas kredit, atau konversi kredit menjadi pernyataan sementara. Sedangkan untuk kredit- kredit bermasalah yang bersifat struktural pada umumnya tidak dapat diselesaikan dengan restrukturisasi sebagaimana kredit bermasalah yang bersifat nonstruktural, melainkan harus diberikan pengurangan pokok kredit (haircut) sebagaimana ditentukan oleh peraturan Bank Indonesia No. 7/2/PBI/2005 agar usahanya dapat berjalan kembali dan pendapatannya mampu untuk memenuhi kewajiban-kewajibannya.

Untuk menyelesaikan kredit bermasalah atau non-performing loan itu dapat ditempuh dua cara atau strategi yaitu penyelamatan kredit dan penyelesaian kredit. Yang dimaksud dengan penyelamatan kredit adalah suatu langkah penyelesaian kredit bermasalah melalui perundingan kembali antara lembaga keuangan sebagai kreditur dan nasabah peminjam sebagai debitur, sedangkan penyelesaian kredit adalah

Page 7: PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP PROSES PEMBERIAN KREDIT ... 1-15_Tjahjaning Giem.pdf · ekonomika dan bisnis di perguruan tinggi. Perguruan tinggi sebagai pusat perkembangan ilmu pengetahuan

Cahaya Aktiva, Vol. 02, No. 01, Maret 2012 Tjahjaning Giemwarudju

Politeknik Cahaya Surya

7

suatu langkah penyelesaian kredit bermasalah melalui lembaga hukum. Yang dimaksud dengan lembaga hukum dalam hal ini adalah Panitia Urusan Piutang Negara (PUPN) dan Direktorat Jendral Piutang dan Lelang Negara (DJPLN), melalui Badan Peradilan, dan melalui Arbitrase atau Badan Alternatif Penyelesaian sengketa.

Penanganan kredit bermasalah sebelum diselesaikan secara yudisial dilakukan melalui penjadwalan (rescheduling), persyaratan (reconditioning), dan penataan kembali (restructuring). Penanganan dapat melalui salah satu cara ataupun gabungan dari ketiga cara tersebut. Setelah ditempuh dengan cara tersebut dan tetap tidak ada kemajuan penanganan, selanjutnya diselesaikan secara yudisial melalui jalur pengadilan, pengadilan Niaga dan melalui Lembaga Paksa Badan.

Mengenai penyelamatan kredit bermasalah dapat dilakukan dengan berpedoman kepada Surat Edaran Bank Indonesia No. 26/4/BPPP tanggal 29 Mei 1993 yang pada prinsipnya mengatur penyelamatan kredit bermasalah sebelum diselesaikan melalui lembaga hukum adalah melalui alternatif penanganan secara penjadwalan kembali (rescheduling), persyaratan kembali (reconditioning), dan penataan kembali (restructuring). Dalam surat edaran tersebut yang dimaksud dengan penyelamatan kredit bermasalah melalui rescheduling, reconditioning, dan restructuring adalah sebagai berikut:

1. Melalui rescheduling (penjadwalan kembali), yaitu suatu upaya hukum untuk melakukan perubahan terhadap beberapa syarat perjanjian kredit yang berkenaan dengan jadwal pembayaran kembali/ jangka waktu kredit termasuk tenggang (grace priod), termasuk perubahan jumlah angsuran. Bila perlu dengan penambahan kredit.

2. Melalui reconditioning (persyaratan kembali), yaitu melakukan perubahan atas sebagian atau seluruh persyaratan perjanjian, yang tidak terbatas hanya kepada perubahan jadwal angsuran, atau jangka waktu kredit saja. Tetapi perubahan kredit tersebut tanpa memberikan tambahan kredit atau tanpa melakukan konversi atas seluruh atau sebagian dari kredit menjadi equity perusahaan.

3. Melalui restructuring (penataan kembali), yaitu upaya berupa melakukan perubahan syarat-syarat perjanjian kredit berupa pemberian tambahan kredit, atau melakukan konversi atas seluruh atau sebagian kredit menjadi perusahaan, yang dilakukan dengan atau tanpa rescheduling atau reconditioning

Restrukturisasi Kredit adalah upaya perbaikan yang dilakukan Bank dalam kegiatan perkreditan terhadap debitur yang mengalami kesulitan untuk memenuhi kewajibannya, yang dilakukan antara lain melalui: 1. Penurunan suku bunga kredit; 2. Perpanjangan jangka waktu kredit; 3. Pengurangan tunggakan bunga kredit; 4. Pengurangan tunggakan pokok kredit; 5. Penambahan fasilitas kredit; dan atau 6. Konversi kredit menjadi penyertaan modal

sementara Sebagaimana diketahui dalam praktek

penyelesaian masalah kredit macet diawali dengan upaya – upaya dari lembaga keuangan sebagai pihak kreditur dengan berbagai cara antara lain dengan melakukan penagihan langsung kepada debitur yang bersangkutan atau mengupayakan agar debitur menjual agunan kreditnya sendiri untuk pelunasan kredit.

Apabila penyelesaian sebagaimana tersebut diatas tidak berhasil dilaksanakan, pada umumnya upaya yang dilakukan lembaga keuangan harus melalui prosedur hukum. Sehubungan dengan hal tersebut, sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku terdapat beberapa lembaga dan berbagai sarana hukum yang dapat dipergunakan untuk mempercepat penyelesaian masalah kredit.

4.2 SISTEM PENGENDALIAN INTERN (INTERNAL

CONTROL)

Menurut Zaki Baridwan : sistem akuntansi, edisi : 5. Cetakan keempat, (1993:14) “Suatu perencanaan yang meliputi struktur organisasi dan semua cara-cara serta alat-alat yang dikoordinasikan yang digunakan di dalam perusahaan dengan tujuan untuk menjaga keamanan harta milik perusahaan, memeriksa ketelitian dan kebenaran data akuntansi, memajukan efisiensi di dalam operasi, dan membantu menjaga dipatuhinya kebijakan manajemen yang telah ditetapkan lebih dahulu.

1. Tujuan Pengendalian Intern

Dari definisi di atas dapat kita lihat juga bahwa tujuan adanya pengendalian intern menurut Mulyadi (2001;163) adalah:

a. Menjaga kekayaan organisasi. b. Mengecek ketelitian dan keandalan

data akuntansi. c. Mendorong efisiensi d. Mendorong dipatuhinya kebijakaan

manajemen.

Page 8: PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP PROSES PEMBERIAN KREDIT ... 1-15_Tjahjaning Giem.pdf · ekonomika dan bisnis di perguruan tinggi. Perguruan tinggi sebagai pusat perkembangan ilmu pengetahuan

Cahaya Aktiva, Vol. 02, No. 01, Maret 2012 Tjahjaning Giemwarudju

Politeknik Cahaya Surya

8

2. Komponen Pengendalian Intern

Pengendalian internal terdiri atas beberapa komponen pokok, Menurut Committee of Sponsoring Organizations of the Tradeway/COSO (Baidaie, 2005 : 45-47) yang meliputi komponen pokok pengendalian intern adalah: a. Lingkungan Pengendalian (Control

Environment) Suasana organisasi yang mempengaruhi kesadaran penguasaan (control consciousness) dari seluruh pegawainya. Lingkungan pengendalian ini merupakan dasar dari komponen lain karena menyangkut kedisiplinan dan struktur.

b. Penilaian Resiko (Risk Assestment) Adalah proses mengidentifikasi dan menilai/mengukur resiko-resiko yang dihadapi dalam mencapai tujuan. Setelah teridentifikasi, manajemen harus menentukan bagaimana mengelola /mengendalikannya.

c. Aktivitas Pengendalian (Control Activities) Adalah kebijakan dan prosedur yang harus ditetapkan untuk meyakinkan manajemen bahwa semua arahan telah dilaksanakan. Aktivitas pengendalian ini diterapkan pada semua tingkat organisasi dan pengolahan data.

d. Informasi dan Komunikasi (Information and Communication) Berikut dua elemen yang dapat membantu manajemen melaksanakan tanggung jawabnya. Manajemen harus membangun sistem informasi yang efektif dan tepat waktu. Hal tersebut antara lain menyangkut sistem akuntansi yang terdiri dari cara-cara dan perekaman (records) guna mengidentifikasi, menggabungkan, menganalisa, mengelompokkan, mencatat dan melaporkan transaksi yang timbul serta dalam rangka membuat pertanggung jawaban (akuntabilitas) aset dan utang-utang perusahaan.

e. Pemantauan (Monitoring), suatu proses penilaian sepanjang waktu atas kualitas pelaksanaan pengendalian internal dan dilakukan perbaikan jika dianggap perlu.

3. Elemen Pokok Pengendalian Intern Menurut Zaki Baridwan, untuk memenuhi tujuan pengendalian intern terdapat beberapa elemen yang merupakan ciri-ciri

pokok dari suatu pengendalian intern, meliputi: a. Struktur Organisasi

Dalam menyusun struktur organisasi perusahaan adalah pertimbangan bahwa organisasi itu harus fleksibel dalam arti memungkinkan adanya penyesuaian-penyesuaian tanpa harus mengadakan perubahan total. Selain itu organisasi yang disusun harus dapat menunjukkan garis-garis wewenang dan tanggung jawab yang jelas, dalam arti jangan sampai terjadi adanya overlap fungsi masing-masing bagian. Untuk dapat memenuhi syarat bagi adanya suatu pengendalian intern yang baik, hendaknya struktur organisasi dapat memisahkan fungsi-fungsi operasional, penyimpanan, dan pencatatan. Pemisahan fungsi-fungsi ini diharapkan dapat mencegah timbulnya kecurangan-kecurangan dalam perusahaan.

b. Sistem Wewenang dan Prosedur Pembukuan Sistem wewenang dan prosedur pembukuan dalam suatu perusahaan merupakan alat bagi manajemen untuk mengadakan pengawasan terhadap operasi dan transaksi-transaksi yang terjadi dan juga untuk mengklasifikasikan data akuntansi dengan tepat.

c. Praktek-praktek yang Sehat Praktek-praktek yang sehat adalah setiap pegawai dalam perusahaan melaksanakan tugasnya sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan. Dimana praktek-praktek yang sehat harus berlaku untuk seluruh prosedur yang ada, sehingga pekerjaan suatu bagian akan langsung dicek oleh bagian lainnya. Pekerjaan pengecekan seperti ini dapat terjadi bila struktur organisasi dan prosedur yang disusun itu sudah memisahkan tugas dan wewenang sehingga tidak ada satu bagian pun dalam perusahaan yang mengerjakan suatu transaksi dari awal sampai akhir.

d. Pegawai yang Cukup Cakap Tingkat kecakapan pegawai mempengaruhi sukses tidaknya suatu sistem pengendalian intern. Apabila sudah disusun struktur organisasi yang tepat, prosedur-prosedur yang baik tetapi tingkat kecakapan pegawai tidak memenuhi syarat-syarat yang diminta,

Page 9: PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP PROSES PEMBERIAN KREDIT ... 1-15_Tjahjaning Giem.pdf · ekonomika dan bisnis di perguruan tinggi. Perguruan tinggi sebagai pusat perkembangan ilmu pengetahuan

Cahaya Aktiva, Vol. 02, No. 01, Maret 2012 Tjahjaning Giemwarudju

Politeknik Cahaya Surya

9

bisa diharapkan bahwa sistem pengendalian intern juga tidak akan berhasil dengan baik.

4. Jenis Pengendalian Intern

Pengendalian Intern, dalam arti luas dapat dibedakan menjadi 2 yaitu: a. Pengendalian Intern Akuntansi

(Accounting Control) Pengendalian Intern Akuntansi terdiri dari struktur organisasi dan prosedur-prosedur serta catatan-catatan yang berkaitan dengan pengamanan aktiva dan dapat dipercayanya catatan finansial, sehingga organisasi, prosedur dan catatan-catatan itu disusun untuk memberikan jaminan yang cukup bahwa: 1) Transaksi-transaksi

dilaksanakan sesuai dengan pengesahan (otorisasi) manajemen yang umum maupun yang khusus.

2) Transaksi-transaksi dicatat untuk:

a) Memungkinkan penyusunan laporan keuangan yang sesuai dengan prinsip akuntansi yang umumnya diterima atau kriteria lain yang perlu untuk laporan-laporan tersebut dan;

b) Menunjukkan pertanggungjawaban atas aktiva.

c) Access (penggunaan) aktiva hanya diperbolehkan bila sesuai dengan otorisasi manajemen.

3) Tanggung jawab atas aktiva (menurut catatan) dibandingkan dengan aktiva yang ada setiap waktu tertentu dan diambil tindakan yang perlu bila ada per-bedaan-perbedaan. Pengendalian Intern Akuntansi (accounting control) disebut juga preventive control. Pengawasan ini dibuat dengan tujuan untuk mencegah terjadinya ketidak-efisiensian.

b. Pengendalian Intern Administratif (Administrative Control) Pengendalian Intern Administratif meliputi struktur organisasi dan prosedur-prosedur serta catatan-catatan yang berkaitan dengan proses

pengambilan keputusan yang berhubungan dengan pengesahan (otorisasi) transaksi-transaksi oleh manajemen. Otorisasi tersebut merupakan fungsi manajemen yang secara langsung berhubungan dengan tanggung jawab untuk mencapai tujuan-tujuan perusahaan (organisasi) dan merupakan titik awal untuk menyusun pengawasan akuntansi atas transaksi-transaksi. Pengendalian Intern Administratif (administrative control) disebut juga feedback control. Pengawasan ini dibuat dengan tujuan untuk memperoleh informasi mengenai hasil operasi, apakah pelaksanaan pekerjaan menyimpang dari rencana secara efisien atau tidak.

5. Lingkungan Pengendalian Lingkungan Pengendalian dari suatu organisasi menekankan pada berbagai macam faktor yang secara bersamaan mempengaruhi kebijakan dan prosedur pengendalian. a. Filosofi dan Gaya Operasional

Manajemen Filosofi adalah seperangkat keyakinan dasar yang menjadi parameter bagi perusahaan dan karyawannya .(menggambarkan apa yang seharusnya dikerjakan dan yang tidak dikerjakan) Gaya Operasional mencerminkan ide manajer tentang bagaimana kegiatan operasi suatu perusahaan harus dikerjakan (Filosofi perusahaan dikomunikasikan melalui gaya operasi manajemen)

b. Struktur Organisasi Salah satu elemen kunci dalam lingkungan pengendalian adalah struktur organisasi. Struktur Organisasi menunjukkan pola wewenang dan tanggung jawab yang ada dalam suatu perusahaan. (desentralisasi maupun sentralisasi)

c. Dewan Komisaris dan Audit Komite Dewan komisaris merupakan penghubung antara pemegang saham dengan pihak manajemen perusahaan. Pemegang saham mempercayakan pengendalian atas manajemen melalui dewan komisaris. (jadi semuanya tergantung dari dewan komisaris) Komite audit dibentuk oleh dewan komisaris untuk melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan pengendalian operasional perusahaan.

Page 10: PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP PROSES PEMBERIAN KREDIT ... 1-15_Tjahjaning Giem.pdf · ekonomika dan bisnis di perguruan tinggi. Perguruan tinggi sebagai pusat perkembangan ilmu pengetahuan

Cahaya Aktiva, Vol. 02, No. 01, Maret 2012 Tjahjaning Giemwarudju

Politeknik Cahaya Surya

10

d. Metode Pendelegasian Wewenang dan Tanggung Jawab Metode pendelegasian wewenang dan tanggung jawab mempunyai pengaruh yang penting dalam lingkungan pengendalian. Biasanya metode ini tercermin dalam suatu bagan organisasi.

e. Metode Pengendalian Manajemen Lingkungan pengendalian juga dipengaruhi oleh metode pengendalian manajemen. Metode ini meliputi pengawasan yang efektif (melalui penganggaran), laporan pertanggung jawaban dan audit internal.

f. Kebijakkan dan Praktik Kepegawaian Kebijakan dan praktek yang berhubungan dengan perekrutan, pelatihan, evaluasi, penggajian dan promosi pegawai, mempunyai pengaruh yang penting dalam mencapai tujuan perusahaan sebagaimana juga dilakukan dalam meminimumkan resiko.

g. Pengaruh Ekstern Organisasi harus mematuhi aturan-aturan yang dikeluarkan oleh pemerintah maupun pihak yang mempunyai juridiksi atas organisasi. Hal tersebut sangat berpengaruh pada pengendalian intern perusahaan.

6. Prosedur Pengendalian

Prosedur pengendalian merupakan kebijakan dan aturan mengenai kelakuan karyawan yang dibuat untuk menjamin bahwa tujuan pengendalian manajemen dapat tercapai. Secara umum prosedur pengendalian yang baik terdiri dari : a. Penggunaan wewenang secara tepat

untuk melakukan suatu kegiatan atau transaksi. Dalam organisasi, setiap transaksi hanya terjadi atas dasar otorisasi dari pejabat yang memiliki wewenang untuk menyetujui terjadinya transaksi tersebut. Oleh karena itu dalam organisasi harus dibuat sistem yang mengatur pembagian wewenang untuk otorisasi atas terlaksananya setiap transaksi. Dengan adanya pembagian wewenang ini akan mempermudah jika akan dilakukan audit trail, karena otorisasi membatasi aktivitas transaksi hanya pada orang-orang yang terpilih. Otorisasi mencegah terjadinya penyelewengan transaksi kepada orang lain.

b. Pembagian tugas.

Pembagian tugas memisahkan fungsi operasi dan penyimpanan dari fungsi akuntansi (pencatatan). Suatu fungsi tidak boleh melaksanakan semua tahap suatu transaksi. Dengan pemisahan fungsi operasi dan penyimpanan dari fungsi pencatatan, catatan akuntansi yang disiapkan dapat mencerminkan transaksi yang sesungguhnya terjadi pada fungsi operasi dan fungsi penyimpanan. Jika semua fungsi disatukan, akan membuka kemungkinan terjadinya pencatatan transaksi yang sebenarnya tidak terjadi, sehingga informasi akuntansi yang dihasilkan tidak dapat dipercaya kebenarannya, dan sebagai akibatnya kekayaan organisasi tidak terjamin keamanannya.

c. Pembuatan dan penggunaan dokumen dan catatan yang memadai. Prosedur harus mencakup perancangan dan penggunaan dokumen dan catatan yang memadai untuk membantu meyakinkan adanya pencatatan transaksi dan kejadian secara memadai. Selanjutnya dokumen dan catatan yang memadai akan menghasilkan informasi yang teliti dan dapat dipercaya mengenai kekayaan, utang, pendapatan dan biaya suatu organisasi.

d. Keamanan yang memadai terhadap aset dan catatan. Keamanan yang memadai meliputi pembatasan akses ke tempat penyimpanan aset dan catatan perusahaan untuk menghindari terjadinya pencurian aset dan data/informasi perusahaan. Semua catatan mengenai aktiva yang ada harus dibandingkan (dicek) secara periodik dengan aktiva yang ada secara fisik. Pengecekkan inni harus dilakukan oleh suatu unit organisasi yang independen (selain unit fungsi penyimpanan, unit fungsi operasi dan unit fungsi pencatatan) untuk menjaga objektivitas pemeriksaan.

7. Pengendalian Intern atas Pemberian Kredit

a. Pengertian Pengendalian Intern atas Pemberian Kredit Pengendalian intern atas pemberian kredit adalah suatu prosedur atau usaha-usaha yang dilakukan untuk menjaga agar kredit yang diberikan tetap lancar, produktif, dan tidak macet. Lancar dan produktif artinya kredit tersebut dapat

Page 11: PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP PROSES PEMBERIAN KREDIT ... 1-15_Tjahjaning Giem.pdf · ekonomika dan bisnis di perguruan tinggi. Perguruan tinggi sebagai pusat perkembangan ilmu pengetahuan

Cahaya Aktiva, Vol. 02, No. 01, Maret 2012 Tjahjaning Giemwarudju

Politeknik Cahaya Surya

11

ditarik kembali beserta bunganya sesuai dengan perjanjian yang telah disetujui kedua belah pihak.

b. Tujuan Pengendalian Intern atas Pemberian Kredit Tujuan utamanya adalah untuk mengarahkan kegiatan pemberian kredit agar dapat mengurangi terjadinya kegagalan perkreditan dan mengurangi terjadinya kredit macet.

c. Tahapan Pengendalian Intern atas Pemberian Kredit Menurut Narotama dan Wirawan Radianto, dalam tahapan pengendalian internal, ada dua rekomendasi tahapan yaitu pembuatan dan pengembangan pedoman yang diperlukan, dan kegiatan pengendalian internal. Pembuatan dan pengembangan pedoman yang diperlukan mutlak harus dilakukan oleh beberapa bagian yang bertujuan agar bagian tersebut dapat melakukan tugas dengan cepat, benar dan akurat. Pedoman tersebut harus dibuat dan didokumentasikan sebagai pedoman sistem bagian tersebut. Kegiatan pengendalian internal merupakan kegiatan yang dilakukan oleh satuan pengawas internal dengan dimensi waktu yang berbeda-beda. Beberapa kegiatan pengendalian internal harus dilakukan setiap suatu transaksi tertentu, setiap hari, setiap bulan, atau setiap beberapa periode. Setelah selesai melakukan pengendalian, satuan pengawas internal membuat laporan pengendalian internal.

8. Jenis Pengendalian Intern atas Pemberian Kredit Ada tiga jenis pengendalian internal yang dapat diterapkan, yaitu pengendalian internal rutin, pengendalian internal program, dan pengendalian internal khusus. a. Pengendalian internal rutin

Pengendalian internal rutin dilakukan pada setiap bagian, yang meliputi bagian kredit, bagian umum, bagian dana kas umum, dan bagian pembukuan.

b. Pengendalian internal program Pengendalian internal program dilakukan pada setiap program yang diadakan diperusahaan. Pengendalian internal harus melakukan tugasnya dalam beberapa hal yang memastikan bahwa program tersebut berjalan sesuai dengan rencana yang telah disusun. Pengendalian yang dapat dilakukan mencakup

pengendalian pengeluaran dan pemasukan kas, evaluasi program, dan pengendalian administrasi program.

c. Pengendalian internal khusus Pengendalian internal khusus dilakukan atas perintah khusus dari pimpinan (direksi) jika dirasakan ada keperluan untuk melakukan pengendalian internal pada kejadian tertentu.

Penjelasan teoritis sebagaimana tersebut dalam poin 4.1 dan 4.2 diatas dipelajari oleh mahasiswa D III Akuntansi Politeknik Cahaya Surya pada mata kuliah Pengantar Berdasakan ulasan pustaka diatas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah HA : Terdapat perbedaan persepsi antara

mahasiswa yang sudah menempuh mata kuliah bermuatan internal control dengan mahasiswa yang belum menempuh terhadap internal control pemberian pinjaman oleh lembaga keuangan.

5. METODE PENELITIAN

Data diperoleh dari hasil jawaban

responden atas pertanyaan-pertanyaan kuisioner. Kuisioner dikembangkan dari construct – construct yang mengukur internal control proses pemberian pinjaman/ pembiayaan pada lembaga keuangan. Responden adalah mahasiswa prodi D III Akuntansi Politeknik Cahaya Surya yang beralamat di Jl. Kyai Mojo No.23 Kediri, telp. 0354-682029. Penelitian dilakukan dalam kurun waktu bulan Desember 2011 hingga Februari 2012.

Sesuai rumusan masalah yang dikembangkan dalam penelitian ini, responden dalam hal ini mahasiswa akuntansi, dikelompokkan dalam dua grup, yaitu :

2. Mahasiswa akuntansi yang sudah menempuh dan lulus mata kuliah-mata kuliah bermuatan internal control.

Mata kuliah bermuatan pengendalian internal dalam kurikulum prodi D III Akuntansi Politeknik Cahaya Surya adalah Sistem Informasi Akuntansi (3 sks), Auditing 1 (3 sks), Auditing 2 (3 sks), Praktik Audit (2 sks) dan Praktikum Sistem Akuntansi ( 1 sks). Dengan telah ditempuhnya mata kuliah – mata kuliah tersebut dan dinyatakan lulus, maka diasumsikan kompetensi mahasiswa akan konsep internal control telah terpenuhi.

Page 12: PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP PROSES PEMBERIAN KREDIT ... 1-15_Tjahjaning Giem.pdf · ekonomika dan bisnis di perguruan tinggi. Perguruan tinggi sebagai pusat perkembangan ilmu pengetahuan

Cahaya Aktiva, Vol. 02, No. 01, Maret 2012 Tjahjaning Giemwarudju

Politeknik Cahaya Surya

12

Sedangkan mata kuliah yang memberikan pemahaman tentang dunia perbankan adalah mata kuliah Pengantar Perbankan (2 sks) dan Akuntansi Perbankan (3 sks). Mahasiswa yang memenuhi kriteria kelompok ini adalah mahasiswa yang berada di tingkat akhir, yaitu yang duduk di semester V (ganjil) atau semester VI (genap).

2. Mahasiswa akuntansi yang belum menempuh mata kuliah-mata kuliah bermuatan internal control. Mahasiswa yang belum menempuh mata kuliah-mata kuliah diatas, diasumsikan belum

memahami konsep internal control dan pengetahuan perbankan. Mahasiswa yang dikategorikan kelompok ini adalah mahasiswa yang masih berada di tingkat pertama, yaitu yang duduk di semester I (ganjil) atau semester II (genap).

Variabel penelitian pengendalian internal control proses pemberian pinjaman dan resiko kredit

diukur dengan research instrument berupa kuisioner. Butir – butir pertanyaan kuisioner yang terdiri dari 24 pertanyaan, mengukur construct internal control proses pemberian pinjaman dan resiko kredit dalam delapan dimensi sebagaimana dijelaskan dalam tabel 1 berikut :

Tabel 1. Dimensi pengukur variabel penelitian

Variabel

Penelitian

Dimensi Pengukur

Butir Pertanyaan

Nomor

Pengendalian Intern 1 Lingkungan pengendalian 1.1

Proses Pemberian Kredit 1.2

1.3

2 Penaksiran Resiko 2.1

2.2

2.3

3 Aktivitas pengendalian 3.1

3.2

3.3

4 Informasi dan Komunikasi 4.1

4.2

4.3

5 Pemantauan 5.1

5.2

5.3

Risiko Kredit 6 Identifikasi risiko dan pemetaan resiko

6.1

6.2

6.3

7 Pengukuran risiko dan peringkat resiko 7.1

7.2

7.3

8 Pengendalian risiko 8.1

8.2

8.3

Page 13: PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP PROSES PEMBERIAN KREDIT ... 1-15_Tjahjaning Giem.pdf · ekonomika dan bisnis di perguruan tinggi. Perguruan tinggi sebagai pusat perkembangan ilmu pengetahuan

Cahaya Aktiva, Vol. 02, No. 01, Maret 2012 Tjahjaning Giemwarudju

Politeknik Cahaya Surya Kediri

13

Kuisioner menggunakan skala Likert 1 sampai dengan 5. Butir pertanyaan kuisioner di desain dengan

cermat agar mampu mengukur apa yang harus di ukur serta konsisten hasil jawabannya (memenuhi kriteria validitas dan reliabilitas). Skala paling tinggi menyatakan persepsi yang sangat baik/ sangat setuju sedangkan skala paling rendah menyatakan persepsi sebailknya. Tahapan proses penelitian adalah sebagai berikut : 1. Merekap data jawaban kuisioner dari responden dengan Microsoft excel. 2. Uji kualitas data berupa uji validitas dan uji reliabilitas dengan bantuan SPSS V.16 3. Uji hipotesis dengan uji beda sampel bebas atau independent samples test dengan bantuan SPSS V.16

1. HASIL PENELITIAN

Hasil penelitian menujukkan, data yang diperoleh dari kuisioner yang disebar kepada responden, dalam

hal ini adalah mahasiswa akuntansi, telah diuji dengan uji kualitas data yang berupa uji validitas dan uji reliabilias. Nilai Cronbach's Alpha 0,975 berarti kuisioner adalah reliabel dan seluruh pertanyaan kuisioner memiliki nilai Corrected Item-Total Correlation diatas 0,8 berarti kuisioner tersebut valid. Hasil selengkapnya dari uji kualitas data disajikan dalam tabel 2 berikut :

Tabel 2

Hasil uji validitas dan reliabilitas

Variabel Penelitian Corrected Item-Total Correlation Kesimpulan Dimensi Nomor

Lingkungan pengendalian

1.1 0.868 Valid

1.2 0.801 Valid

1.3 0.823 Valid

Penaksiran Resiko 2.1 0.850 Valid

2.2 0.847 Valid

2.3 0.801 Valid

Aktivitas pengendalian

3.1 0.817 Valid

3.2 0.834 Valid

3.3 0.806 Valid

Informasi dan Komunikasi

4.1 0.924 Valid

4.2 0.863 Valid

4.3 0.961 Valid

Pemantauan 5.1 0.924 Valid

5.2 0.924 Valid

5.3 0.922 Valid

Identifikasi risiko dan pemetaan resiko

6.1 0.815 Valid

6.2 0.827 Valid

6.3 0.923 Valid

Pengukuran risiko dan peringkat resiko

7.1 0.938 Valid

7.2 0.816 Valid

7.3 0.866 Valid

Pengendalian risiko 8.1 0.956 Valid

8.2 0.938 Valid

8.3 0.956 Valid

Case Processing

Summary Cases Valid

N 40 (100 %)

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha 0.975

N of Items 24

Scale Statistics

Mean Variance

1.1010E2 95.528

Std. Deviation N of Items

9.77385 24

Sumber : data diolah

Page 14: PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP PROSES PEMBERIAN KREDIT ... 1-15_Tjahjaning Giem.pdf · ekonomika dan bisnis di perguruan tinggi. Perguruan tinggi sebagai pusat perkembangan ilmu pengetahuan

Cahaya Aktiva, Vol. 02, No. 01, Maret 2012 Tjahjaning Giemwarudju

Politeknik Cahaya Surya Kediri

14

Hasil uji hipotesis dengan independent sample test menujukkan nilai Fhitung 23,845 dengan sig.F 0,000 dan nilai thitung sebesar 4,162 dengan sig.t 0,000 yang berada dibawah taraf signifikansi 5% maka H0 ditolak, yang artinya terdapat perbedaan persepsi antara mahasiswa DIII Akuntansi Politeknik Cahaya Surya yang sudah menempuh mata kuliah bermuatan internal control dengan mahasiswa yang belum menempuh terhadap internal control pemberian pinjaman oleh lembaga keuangan, dengan tingkat keyakinan 95 %. Karena terdapat perbedaan persepsi, dimana persepsi mahasiswa yang sudah menempuh lebih baik daripada mahasiswa yang belum (ditujukkan dengan nilai mean 115,5 > 104,7) maka dalam proses pembelajaran di prodi D III Akuntansi muatan internal control yang terkandung dalam mata kuliah akuntansi, telah dipahami oleh mahasiswa dengan baik, atau pembelajaran berjalan efektif. Hasil uji hipotesis disajikan dalam tabel 3 dibawah :

Tabel 3 Hasil Uji Beda dengan Independent Samples Test

T-Test Independent Samples Test

Levene's Test for Equality of Variances t-test for Equality of Means

F Sig. t df Sig. (2-tailed)

Mean Difference

Std. Error Difference

95% Confidence Interval of the Difference

Lower Upper

Internal Control

Equal variances assumed

23,845 0,000 4,162 38 0,000 10,8 2,59 5,546 16,05

Equal variances

not assumed

4,162 20.946 0,000 10,8 2,59 5,402 16,19

Group Statistics

KelompokMahasiswa N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

Internal Control 1 (Sudah menempuh) 20 11,00 2,56 0,57

2 (Belum menempuh) 20 10,47 11,31 2,53

Sumber : data diolah

Pengujian secara terpisah atas delapan dimensi pengukur internal control pemberian pinjaman juga menujukkan hasil serupa. Semua delapan dimensi yang terdiri dari Lingkungan pengendalian; Penaksiran Resiko; Aktivitas pengendalian; Informasi dan Komunikasi; Pemantauan; Identifikasi risiko dan pemetaan resiko; Pengukuran risiko dan peringkat resiko; dan dimensi Pengendalian risiko dipersepsikan berbeda oleh mahasiswa dengan persepsi yang lebih baik pada mahasiswa tingkat akhir, hal ini ditujukkan dengan semua nilai Sig. (2-tailed) dibawah taraf signifikansi 5 % dan mean mahasiswa akhir lebih besar dari mahasiswa baru (mahasiswa yang belum menempuh).

2. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Berdasarkan hasil analisis data yang mendukung HA (atau menolak H0) yang artinya terdapat perbedaan persepsi antara mahasiswa DIII Akuntansi Politeknik Cahaya Surya yang sudah menempuh mata kuliah bermuatan internal control dengan mahasiswa yang belum menempuh terhadap internal control pemberian pinjaman oleh lembaga keuangan, dengan tingkat keyakinan 95 %. Delapan dimensi pengukur variabel internal control pemberian pinjaman oleh lembaga keuangan dipersepsikan berbeda berbeda oleh mahasiswa dengan persepsi yang lebih baik pada mahasiswa tingkat akhir, hal ini ditujukkan dengan semua nilai Sig. (2-tailed) dibawah taraf signifikansi 5 % dan mean mahasiswa akhir lebih besar dari mahasiswa baru (mahasiswa yang belum menempuh).

Page 15: PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP PROSES PEMBERIAN KREDIT ... 1-15_Tjahjaning Giem.pdf · ekonomika dan bisnis di perguruan tinggi. Perguruan tinggi sebagai pusat perkembangan ilmu pengetahuan

Cahaya Aktiva, Vol. 02, No. 01, Maret 2012 Tjahjaning Giemwarudju

Politeknik Cahaya Surya Kediri

15

Dari hasil penelitian ini dapat ditarik kesimpulan bahwa tujuan kompetensi mata kuliah-mata kuliah prodi D III Akuntansi yang bermuatan internal control telah terpenuhi dengan baik, atau bisa dikatakan tujuan intruksional mata kuliah sebagaimana direncanakan dalam silabus/ SAP telah berhasil dicapai. Mahasiswa yang sudah menempuh mata kuliah seperti perbankan dan sistem akuntansi, memahami dengan baik kopsepsi penerapan dan pengembangan sistem pengendalian internal.

Penelitian ini menyarankan agar kedepan institusi Politeknik Cahaya Surya lebih meningkatkan kompetensi dosen dari segi pemahaman pengetahuan maupun keterampilan mengajar, terlebih pengetahuan tentang system pengendalian intern dan dunia perbankan, mengingat posisi dosen sebagai agen pembelajaran dan transformator ilmu memegang peran penting dalam menghasilkan lulusan yang berdaya saing. Selain itu, disarankan agar kualitas dari mata kuliah Praktek Kerja Lapangan bisa dipertahankan, terutama yang mengambil objek di perusahaan perbankan/ lembaga keuangan lainnya, mengingat posisi PKL sangat penting sebagai sarana memperkenalkan secara praktik dan nyata dunia kerja perbankan kepada mahasiswa.

Bagi peneliti selanjutnya disarankan agar menambah objek penelitian, yaitu mahasiswa akuntansi di Kediri, atau bahkan mungkin seluruh mahasiswa akuntansi di Jawa Timur, sehingga hasil penelitian lebih bisa digeneralisasi. Selain itu, diharapkan juga menambah variabel penelitian, tidak hanya aspek internal control proses pembiayaan saja, tapi juga digali aspek-aspek lain yang tidak kalah penting lainnya. Peneliti selanjutnya diharapkan agar tidak hanya mengamati SPI di dunia perbankan saja, tapi juga mencoba meneliti di jenis industri lain seperti manufaktur, jasa atau bahkan organisasi pemerintahan.

DAFTAR PUSTAKA Baswir Revrisond, 2000. Koperasi Indonesia. BPFE-Yogyakarta, Yogyakarta Fatmawatie, Naning, 2011, “Satuan Acara Pembelajaran Mata Kuliah Pengantar Perbankan Program Studi

D III Akuntansi”, Politeknik Cahaya Surya, Kediri Fatmawatie, Naning, 2010, “Satuan Acara Pembelajaran Mata Kuliah Akuntansi Perbankan Program Studi D III

Akuntansi”, Politeknik Cahaya Surya, Kediri Kusuma, Marhaendra, 2011, “Satuan Acara Pembelajaran Mata Kuliah Sistem Informasi Akuntansi Program

Studi D III Akuntansi”, Politeknik Cahaya Surya, Kediri Lexy J. Moleong, 1994. Metodelogi Penelitian Kualitatif, Remaja Rosdakarya, Bandung Robert Tampubolon, 2004. Risk Management, Cetakan Kedua, Penerbit PT. Elex MediaKomputindo, Jakarta Sugiarto, 2002, Pengantar Akuntansi, Pusat Penerbitan Universitas Terbuka, Jakarta Sujianto, Agus Eko, 2009. Aplikasi Statistik Dengan SPSS 16.0. Prestasi Pustaka Publisher, Jakarta Widjajakoesoema, Ang Sandera, 2011, “Satuan Acara Pembelajaran Mata Kuliah Auditing 1 Program Studi

D III Akuntansi”, Politeknik Cahaya Surya, Kediri Widjajakoesoema, Ang Sandera, 2011, “Satuan Acara Pembelajaran Mata Kuliah Auditing 2 Program Studi

D III Akuntansi”, Politeknik Cahaya Surya, Kediri Widjajakoesoema, Ang Sandera, 2010, “Satuan Acara Pembelajaran Mata Kuliah Praktik Audit Program Studi

D III Akuntansi”, Politeknik Cahaya Surya, Kediri Zaki Baridwan, 1993. Sistem Akuntansi, edisi : 5. Cetakan keempat