Upload
lequynh
View
227
Download
5
Embed Size (px)
Citation preview
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Energi panas bumi adalah energi panas yang tersimpan dalam batuan di
bawah permukaan bumi dan fluida yang terkandung didalamnya (Saptadji, 2014).
Energi panas bumi telah dimanfaatkan untuk pembangkit listrik di Itali sejak
tahun 1913 dan di Selandia Baru sejak tahun 1958 (ESDM, 2015). Energi panas
bumi telah dimanfaatkan untuk sektor non‐listrik (direct use) yang berlangsung di
Islandia selama 70 tahun (Saptadji, 2014). Meningkatnya kebutuhan akan energi
serta meningkatnya harga minyak, khususnya pada tahun 1973 dan 1979, telah
memacu negara‐negara lain, termasuk Amerika Serikat, untuk mengurangi
ketergantungan mereka pada minyak dengan cara memanfaatkan energi panas
bumi. Saat ini energi panas bumi telah dimanfaatkan untuk pembangkit listrik di
24 negara, termasuk Indonesia (Saptadji, 2014).
Geothermal (panas bumi) merupakan salah satu energi alternatif terbarukan.
Panas bumi bersifat konsisten sehingga dapat menghasilkan secara terus-menerus
dan merupakan sumber daya alam yang dapat diperbarui sehingga tidak akan ada
habisnya. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki energi panas
bumi terbanyak. Saat ini telah teridentifikasi 217 lokasi sumber panas bumi
Indonesia dengan potensi mencapai sekitar 28.112 Mwe. Dengan adanya potensi
panas bumi terbanyak, Indonesia berusaha untuk menjadikan energi panas bumi
sebagai salah satu energi alternatif yang dapat menggantikan minyak bumi dan
batu bara. Panas bumi di Indonesia mudah didapat secara kontinu dalam jumlah
besar, tidak terpengaruh cuaca, dan jauh lebih murah biaya produksinya daripada
PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA PANAS BUMI (PLTP) DIENGKABUPATEN WONOSOBOPROVINSI JAWA TENGAHNASLIA FAUZANAUniversitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
2
minyak bumi atau batu bara. Berdasarkan data Departemen Energi dan Sumber
Daya Mineral (ESDM) Republik Indonesia, Indonesia memiliki potensi energi
panas bumi sebesar 27.000 MW yang tersebar di 217 lokasi atau mencapai 40%
dari cadangan panas bumi dunia. Namun, hanya sekitar kurang dari 4% yang baru
dimanfaatkan. Seperti yang terlihat di tabel 1 dan gambar 1 yang merupakan
persebaran panas bumi dari Sumatera hingga Sulawesi dan Maluku.
Tabel 1. Persebaran Sumber Energi Panas Bumi
No Pulau Jumlah
Lapangan Panas Bumi
Potensi Energi Panasbumi (MWE)
Spekulatif Terduga Terbukti 1 Sumatera 72 14.500 3.000 2 Jawa/Bali 66 22.000 8.000 718 3 Nusa Tenggara 13 4.000 1.000
4 Sulawesi dan
Maluku 66 16.000 4.000 146
TOTAL 217 57.000 16.000 864 Sumber : (Sudrajat, 1995)
PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA PANAS BUMI (PLTP) DIENGKABUPATEN WONOSOBOPROVINSI JAWA TENGAHNASLIA FAUZANAUniversitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
3
Gambar 1. Peta Sebaran Panas Bumi di Indonesia
Sumber : Statistik EBTKE 2014, Pusdatin Kementrian ESDM Tabel 1 dan gambar 1 menunjukkan persebaran sumber energi panas bumi di
Indonesia. Dilihat dari segi aspek geografi, persebaran sumber energi panas bumi
dikarenakan Indonesia memiliki 127 gunung berapi aktif sehingga memicu
aktivitas tektonik dalam perut bumi dan terbentuklah energi panas bumi. Salah
satu pemanfaatan energi panas bumi di Indonesia yaitu sebagai pembangkit listrik.
Pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) berasal dari perut bumi berupa uap
air maupun air panas yang bersifat panas. Pembangkit listrik tenaga panas bumi
menggunakan teknologi eksploitasi dan eksplorasi yang biasanya digunakan
dalam kegiatan eksplorasi dan eksploitasi minyak dan gas. Undang-undang
Nomor 27 tahun 2003 tentang panas bumi mengatakan bahwa kegiatan usaha
panas bumi adalah suatu kegiatan untuk menemukan sumber daya panas bumi
sampai dengan pemanfaatannya baik secara langsung maupun tidak langsung.
Pemanfaatan secara langsung merupakan kegiatan usaha pemanfaatan energi
PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA PANAS BUMI (PLTP) DIENGKABUPATEN WONOSOBOPROVINSI JAWA TENGAHNASLIA FAUZANAUniversitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
4
panas bumi yang digunakan untuk keperluan listrik dan pemanfaatan tidak
langsung merupakan kegiatan usaha pemanfataan energi panas bumi yang
digunakan untuk keperluan non-listrik.
Selain sebagai pembangkit listrik, PLTP memberikan dampak positif dan
dampak negatif terhadap masyarakat. Dampak positif yang dapat ditimbulkan dari
adanya PLTP yaitu peningkatan lapangan pekerjaan, pengembangan masyarakat
dari perusahaan serta dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah (ESDM,
2015). Adanya PLTP ini menambah lapangan kerja di luar sektor pertanian yang
akan menambah keanekaragaman mata pencaharian (ESDM, 2015).
Salah satu sumber panas bumi yang dimanfaatkan berada di Provinsi Jawa
Tengah tepatnya di dataran Tinggi Dieng. Pemanfaatan sumber panas bumi ini
adalah untuk keperluan rumah tangga seperti memasak air, memasak makanan,
dan terutama menjadi sumber listrik masyarakat (ESDM, 2015). Adanya
pemanfaatan sumber panas bumi di Dieng digunakan sebagai Pembangkit Listrik
Tenaga Panas Bumi (PLTP) yang memiliki kapasitas kecil yang dikelola oleh PT.
GEODIPA ENERGI yang mulai tahun 2015 akan diambil alih oleh PT.PLN
PERSERO (Fahmi, 2015). PLTP yang terletak di Dieng merupakan salah satu
pembangkit yang memanfaatkan panas bumi sebagai penggerak turbin, kemudian
turbin digunakan untuk memutar generator sehingga menghasilkan daya listrik
sebesar 60 MW. Saat ini PLTP Dieng terhubung sistem koneksi ke Jawa-Madura-
Bali (Geodipa, 2009). Selain pemanfaatan sebagai pembangkit tenaga listrik,
PLTP akan membawa pengaruh terhadap kondisi masyarakat yang ada di sekitar
lokasi PLTP tersebut. Hal ini akan mempengaruhi kondisi ekonomi, sosial, dan
lingkungan fisik di daerah tersebut. Penelitian ini difokuskan kepada persepsi
PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA PANAS BUMI (PLTP) DIENGKABUPATEN WONOSOBOPROVINSI JAWA TENGAHNASLIA FAUZANAUniversitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
5
masyarakat terhadap keberadaan PLTP baik dilihat dari kondisi sosial, ekonomi
dan lingkungan fisik. Selain itu, dari sisi ilmiah, masih kurangnya penelitian
mengenai persepsi masyarakat terhadap PLTP yang dilakukan. Hal inilah yang
membuat peneliti menjadi tertarik untuk mengkaji persepsi masyarakat terhadap
PLTP Dieng.
1.2 Perumusan Masalah
Proses vulkanologi yang masih aktif menjadikan salah satu sumber tenaga
pembangkit listrik khususnya di wilayah Kabupaten Wonosobo. Salah satunya
prmanfaatannya adalah Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Dieng.
Keberadaan PLTP Dieng dapat mempengaruhi persepsi masyarakat Dieng.
Persepsi masyarakat yang ditimbulkan dapat bersifat positif maupun negatif.
Akibat yang ditimbulkan dilihat dari aspek sosial, ekonomi dan lingkungan yang
dapat terjadi berupa penyerapan tenaga kerja, peningkatan pendapatan
masyarakat, atau akan menimbulkan konflik serta perubahan budaya masyarakat
sekitar PLTP atau pun perubahan lingkungan fisik sehingga dapat mempengaruhi
pembangunan wilayah. Penelitian ini berada di Kecamatan Kejajar tepatnya di
Desa Sikunang yang jaraknya lebih kurang 600 meter dari PLTP Dieng. Penelitian
ini penting dilakukan untuk mengetahui bagaimana persepsi mayarakat terhadap
keberadaan PLTP .
Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan maka rumusan masalah
dari kajian penelitian adalah :
PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA PANAS BUMI (PLTP) DIENGKABUPATEN WONOSOBOPROVINSI JAWA TENGAHNASLIA FAUZANAUniversitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
6
1. Bagaimana karakteristik masyarakat serta pengetahuan masyarakat
mengenai PLTP Dieng?
2. Bagaimana persepsi masyarakat terhadap PLTP Dieng dilihat dari aspek
sosial, ekonomi dan lingkungan?
3. Bagaimana hubungan antara karakteristik masyarakat dengan pengetahuan
masyarakat dengan persepsi masyarakat terhadap PLTP Dieng?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Mengkaji karakteristik masyarakat serta pengetahuan masyarakat
mengenai PLTP Dieng.
2. Menganalisis persepsi masyarakat terhadap PLTP Dieng dilihat dari aspek
sosial, ekonomi dan lingkungan.
3. Menganalisis hubungan antara karakteristik pengetahuan masyarakat
dengan persepsi masyarakat terhadap kegiatan PLTP Dieng.
1.4 Manfaat Penelitian
Memberikan informasi mengenai kebermanfaatan PLTP untuk lingkungan
yang berkelanjutan.
Pengembangan ilmu geografi khususnya dalam analisis spasial untuk
mengetahui dampak dari adanya PLTP Dieng terhadap sosial ekonomi
masyarakat lokal di Kawasan Dataran Tinggi Dieng.
Sebagai masukan dan informasi bagi pihak terkait dalam melakukan
pengembangan penelitian sejenis di kemudian hari.
PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA PANAS BUMI (PLTP) DIENGKABUPATEN WONOSOBOPROVINSI JAWA TENGAHNASLIA FAUZANAUniversitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
7
1.5 Tinjauan Pustaka
Geografi adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena
geosfer dengan sudut pandang kewilayahan atau kelingkungan dalam konteks
keruangan. Dalam geografi terpadu, untuk mendekati atau menghampiri masalah
dalam geografi digunakan tiga pendekatan yaitu pendekatan keruangan, pendektan
ekologikal dan pendekatan kompleks wilayah. Pendekatan yang digunakan
geografi terpadu tidak membedakan antara elemen fiskal dan non fiskal (Bintarto,
1987).
Dalam pelaksanaan penyelenggaraan kehidupan, manusia tidak selamanya
mampu melakukannya sesuai dengan kapasitas yang dimilikinya tersebut dan hal
ini dapat terjadi karena berbagai macam hal. Sering terlihat gejala kehidupan dan
lingkungan yang akhirnya justru merugikan manusia dan hal ini disebabkan oleh
ulah manusia baik individual ataupun bersama-sama. Dalam bahasa pembangunan
wilayah dikemukakan bahwa dalam wilayah yang bersangkutan telah terjadi
umpan balik negatif terhadap kehidupan dari perbuatan atau kegiatan yang
dilakukan oleh manusia (Yunus, 2010). Dari adanya perbuatan manusia terhadap
lingkungannya, maka pendekatan paling tepat untuk penelitian ini adalah
pendekatan ekologis. Pendekatan ekologi adalah upaya dalam mengkaji
fenomena geosfer khususnya terhadap interaksi antara organisme hidup dan
lingkungannya, termasuk dengan organisme hidup yang lain. Di dalam organisme
hidup itu manusia merupakan satu komponen yang penting dalam proses
interaksi. Oleh karena itu, muncul istilah ekologi manusia yang mempelajari
interaksi antar manusia serta antara manusia dan lingkungan (Yunus, 2010).
PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA PANAS BUMI (PLTP) DIENGKABUPATEN WONOSOBOPROVINSI JAWA TENGAHNASLIA FAUZANAUniversitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
8
Dalam pembangunan wilayah, pentingnya mengetahui mengenai persepsi
masyarakat di suatu wialayah yang memiliki karakteristik wilayah yang berbeda-
beda dengan objek kajian berbeda dapat dijadikan sebagai suatu apresiasi atau pun
sebagai suatu bahan evaluasi yang digunakan untuk mencapai pembangunan
wilayah yang lebih baik. Pada penelitian ini, objek kajian yang menjadi perhatian
adalah Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Dieng.
1.5.1 Energi Panas Bumi
Panas bumi adalah sumber energi panas yang terkandung di dalam air panas,
uap air, serta batuan bersama mineral ikutan dan gas lainnya yang secara genetic
tidak dapat dipisahkan dalam suatu sistem panas bumi (UU No 21 tahun 2014).
Energi yang terkandung dalam fluida panas bumi adalah air yang dapat di fase
uap, cair atau keduanya sebagai campuran. Cairan ini biasanya terletak lebih dari
kedalaman 1 km di bawah permukaan bumi (Bertani, 2009). Energi geothermal
terletak di lokasi yang dilalui oleh cincin api (ring of fire) yang sama seperti
orang-orang di Amerika Serikat, Kanada, Italia, Jepang, Filipina, Selandia Baru
dan beberapa negara lainnya. Diperkirakan bahwa energi mengalir dari kegiatan
ini mencapai hingga 42 juta MW. Geothermal energi dapat menyediakan
kebutuhan konsumsi energi dunia untuk 100.000 tahun (Nasrudin, dkk., 2014).
Indonesia adalah salah satu negara di dunia dilalui oleh cincin api, yang
karenanya banyak gunung berapi aktif yang ada di Indonesia. Gunung berapi yang
tersebar di pulau Sumatera, Jawa, Nusa Tenggara, Maluku dan Sulawesi, di mana
ada 117 gunung berapi aktif. Sebagai hasil, Indonesia memiliki 217 potensi daerah
panas bumi. Hal ini berarti Indonesia memiliki potensi energi panas bumi terbesar
PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA PANAS BUMI (PLTP) DIENGKABUPATEN WONOSOBOPROVINSI JAWA TENGAHNASLIA FAUZANAUniversitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
9
di dunia, yang mencakup sekitar 40% dari potensi dunia atau 28.617 MW. Sistem
energi panas bumi di negara ini umumnya dengan sistem hidrotermal yang
memiliki suhu tinggi yang lebih dari 225 ° C, dan hanya sedikit dari sistem
hidrotermal memiliki suhu yang lebih rendah sekitar 150-225 ° C. Meskipun
potensi panas bumi yang besar di Indonesia, sampai dengan hari ini,
pemanfaatannya masih belum optimal, terutama untuk listrik tujuan generasi
(Ilyas, 2012).
Secara umum, pemanfaatan energi panas bumi di Indonesia dibagi menjadi
dua jenis: penggunaan langsung dan tidak langsung. Pemanfaatan langsung yaitu
panas yang terkandung dalam cairan panas bumi untuk berbagai keperluan seperti
ruang pemanas, pertanian/agroindustri, perikanan, pariwisata; sedangkan
pemanfaatan tidak langsung adalah tujuan untuk daya generasi (Sugiyono, 2014).
Pemanfaatan energi panas bumi tidak langsung di Indonesia dimulai dengan
eksploitasi panas bumi pertama sebelum kemerdekaan pada tahun 1926. Situs
eksploitasi pertama terletak di Kawah Kamojang di pulau Jawa yang masih
menghasilkan uap hingga saat ini. Pada saat itu, eksplorasi itu dilakukan oleh
Bagian Volcanologi dari Belanda, sebagai bangsa diduduki Indonesia di masa
lalu. Setelah Indonesia merdeka, UNESCO dan Perancis pada tahun 1964 dan
1968 memberikan bantuan dan rekomendasi kepada pemerintah baru untuk
memanfaatkan lebih dari energi geothermal. Hanya pada tahun 1969, pemerintah
Indonesia mendukung program eksplorasi yang dilakukan oleh Geothermal
Power Research Institute dan Survei Indonesia untuk periode eksplorasi
1970-1972. Pada tahun 1971 pemerintah menerima bantuan teknis dari USAID
dan UNESCO (Hochstein & Sudarman, 2000). Selama tiga dekade (1970-2000)
PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA PANAS BUMI (PLTP) DIENGKABUPATEN WONOSOBOPROVINSI JAWA TENGAHNASLIA FAUZANAUniversitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
10
eksplorasi panas bumi sumber daya energi di Indonesia terus dilakukan.
Eksplorasi ini menggunakan teknologi dan metodologi terbaru. Potensi panas
bumi yang dimanfaatkan di Indonesia hingga 2012 adalah hanya 4,5% (ESDM,
2015). Pemanfaatan panas bumi di dalam negeri masih sangat kecil dibandingkan
dengan Filipina yang telah dimanfaatkan 44,5%. Alasan rendahnya pemanfaatan
energi panas bumi adalah karena biaya tinggi dan skema pembiayaan investasi
terbatas untuk pembangkit listrik panas bumi.
1.5.2 Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP)
Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi adalah pembangkit listrik yang
menggunakan panas bumi (geothermal) sebagai energi penggeraknya ( Contessa
dkk., 2009). Indonesia dikaruniai sumber panas bumi yang berlimpah karena
banyaknya gunung berapi di Indonesia. Dari pulau-pulau besar yang ada, hanya
Pulau Kalimantan saja yang tidak mempunyai potensi panas bumi.
Untuk membangkitkan listrik dengan panas bumi dilakukan dengan
mengebor tanah di daerah yang memiliki potensi panas bumi untuk membuat
lubang gas panas yang akan dimanfaatkan untuk memanaskan ketel uap (boiler)
sehingga uapnya bisa menggerakkan turbin uap yang tersambung ke generator.
Untuk panas bumi yang mempunyai tekanan tinggi, dapat langsung memutar
turbin generator, setelah uap yang keluar dibersihkan terlebih dahulu.
Eksplorasi dan eksploitasi panas bumi untuk pembangkit energi listrik
tergolong minim. Untuk menghasilkan energi listrik, pembangkit listrik tenaga
panas bumi hanya membutuhkan area seluas antara 0,4 - 3 hektar. Sedangkan
PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA PANAS BUMI (PLTP) DIENGKABUPATEN WONOSOBOPROVINSI JAWA TENGAHNASLIA FAUZANAUniversitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
11
pembangkit listrik tenaga uap lainnya membutuhkan area sekitar 7,7 hektar
(KOMPAS, 2014). Hal ini menjawab kecemasan masyarakat mengenai dampak
lingkungan eksploitasi panas bumi, terutama isu penebangan hutan di daerah yang
memiliki potensi panas bumi.
1.5.3 Persepsi
Persepsi dapat diartikan sebagai suatu proses pembentuk kesan, pendapat,
ataupun perasaan terhadap sesuatu hal yang melibatkan penggunaan informasi
secara terarah (Ritohardoyo, 2006). Pengertian lainnya, persepsi menjelaskan
bahwa proses pandangan merupakan hasil hubungan antar manusia dengan
lingkungan dan kemudian diproses dalam alam kesadaran (kognisi) yang
dipengaruhi memori tentang pengalaman masa lampau, minat, sikap, intelegensi,
dimana hasil atau penelitian terhadap apa yang diinderakan akan mempengaruhi
tingkah laku (Wirawan, 1995).
Persepsi dapat didefinisikan sebagai proses dengan mana individu-individu
mengorganisasikan dan menafsirkan kesan indera mereka agar memberi makna
kepada lingkungan mereka (Robbins, 2001). Persepsi masyarakat dapat berupa
persepsi positif maupun negatif. Persepsi seseorang terhadap lingkungannya
mempunyai nilai positif maka dapat memberikan motivasi tatanan perilaku
masyarakat yang positif pula terhadap lingkungannya. Sebaliknya apabila persepsi
seseorang terhadap lingkungannya mempunyai nilai negatif maka dapat
memberikan motivasi tatanan perilaku masyarakat yang negatif pula terhadap
lingkungannya (Robbins, 1996).
PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA PANAS BUMI (PLTP) DIENGKABUPATEN WONOSOBOPROVINSI JAWA TENGAHNASLIA FAUZANAUniversitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
12
Secara spesifik, dalam planned behavior theory, persepsi tentang kontrol
perilaku (perceived behavioral control) didefinisikan sebagai persepsi individu
mengenai kemudahan atau kesulitan untuk melakukan suatu perilaku. Perceived
behavioral control ditentukan oleh kombinasi antara belief individu mengenai
faktor pendukung dan atau penghambat untuk melakukan suatu perilaku (control
beliefs), dengan kekuatan perasaan individu akan setiap faktor pendukung ataupun
penghambat tersebut (perceived power control).
Secara umum, semakin individu merasakan banyak faktor pendukung dan
sedikit faktor penghambat untuk dapat melakukan suatu perilaku, maka individu
akan cenderung mempersepsikan diri mudah untuk melakukan perilaku tersebut;
sebaliknya, semakin sedikit individu merasakan sedikit faktor pendukung dan
banyak faktor penghambat untuk dapat melakukan suatu perilaku, maka individu
akan cenderung mempersepsikan diri sulit untuk melakukan perilaku tersebut
(Ajzen, 2005).
Ajzen (2005) mengidentifikasi faktor-faktor eksternal yang memengaruhi
attitude toward the behavior, subjective norm, dan perceived behavioral control
ke dalam tiga kategori, yaitu (a) faktor personal yang terdiri dari sikap secara
umum, kepribadian, nilai hidup, emosi, dan intelijensi; (b) faktor sosial, terdiri
dari usia, jenis kelamin, etnis, tingkat pendidikan, penghasilan, dan kepercayaan
atau agama; (c) faktor informasi, terdiri dari pengalaman, pengetahuan, dan
pemberitaan media massa.
Dalam penelitian ini persepsi adalah persepsi masyarakat dari adanya PLTP
terhadap dampak kondisi sosial ekonomi lingkungan masyarakat yang ada di
PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA PANAS BUMI (PLTP) DIENGKABUPATEN WONOSOBOPROVINSI JAWA TENGAHNASLIA FAUZANAUniversitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
13
sekitar PLTP serta perubahan lingkungan yang ditimbulkan. Persepsi masyarakat
ini diharapkan dapat menggambarkan kesan, pendapat, atau pun perasaan
masyarakat terhadap adanya PLTP di Desa Sikunang Kecamatan Kejajar yang
dilihat dari beberapa aspek yaitu aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan.
1.5.4 Dampak PLTP Terhadap Sosial Ekonomi dan Lingkungan Masyarakat
Dampak sosial ekonomi adalah suatu perubahan yang muncul akibat adanya
suatu kegiatan yang mempengaruhi lingkungan sosial masyarakat dan ekonomi,
baik dalam hal kesempatan kerja, pendapatan, keresahan dan kesejahteraan
masyarakat. Sullivan (1996 dalam Rahma, 2010) menyatakan bila dipandang dari
sudut pandang ekonomi, bertambahnya penduduk akibat adanya kegiatan di suatu
wilayah akan meningkatkan pendapatan penduduk sekitar.
Dampak sosial menurut Homenouck (1988 dalam Hadi, 2005) dapat
dikategorikan dalam dua kelompok, yaitu real impact dan special impact. Real
impact adalah dampak yang timbul akibat adanya aktivitas proyek, pra konstruksi,
kontruksi dan operasi. Misalnya pemindahan penduduk, kebisingan atau polusi
udara. Special impact adalah suatu dampak yang timbul dari persepsi masyarakat
terhadap resiko dari adanya proyek. Persepsi, sikap dan kepercayaan masyarakat
membentuk interpretasi tentang dampak dari adanya kegiatan di suatu wilayah.
Dalam memilih komponen sosial ekonomi perlu diprioritaskan komponen-
komponen yang sangat penting bagi kehidupan masyarakat sekitar. Komponen-
komponen tersebut antara lain, penyerapan tenaga kerja, munculnya kegiatan
ekonomi baru, peningkatan pendapatan penduduk, perubahan lapangan kerja,
PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA PANAS BUMI (PLTP) DIENGKABUPATEN WONOSOBOPROVINSI JAWA TENGAHNASLIA FAUZANAUniversitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
14
persepsi masyarakat, perubahan jumlah penduduk, perpindahan penduduk serta
mobilitas penduduk (Suratmo, 2004).
Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) merupakan energi
terbarukan yang digunakan sebagai listrik rumah tangga masyarakat lokal. Untuk
mengetahui gambaran dampak yang ditimbulkan akibat adanya PLTP terhadap
kesejahteraan masyarakat baik dalam segi sosial dan ekonomi. Berikut terlihat
gambar 2 yang menggambarkan hubungan antara energi terbarukan, dalam hal ini
geothermal dan kesejahteraan masyarakat:
Sumber : Pusat Studi Energi (PSE) UGM, 2010
Gambar 2. Energi Terbarukan dan Kesejahteraan
Gambar 2 menegaskan tiga hal. Pertama, tujuan atau hilir kegiatan
mengembangkan energi terbarukan adalah kesejahteraan masyarakat. Masyarakat
dinyatakan sejahtera apabila kebutuhan dasarnya tercukupi, mampu
mengidentifikasi masalah yang dihadapi dan mengetahui alternatif-alternatif
solusi pelbagai masalah tersebut, serta mampu menciptakan dan memanfaatkan
PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA PANAS BUMI (PLTP) DIENGKABUPATEN WONOSOBOPROVINSI JAWA TENGAHNASLIA FAUZANAUniversitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
15
peluang yang ada di lingkungannya. Kedua, usaha mencapai kesejahteraan
tersebut dilakukan melalui dua cara yaitu: (1) menempatkan energi terbarukan
geothermal sebagai kekuatan untuk memacu pertumbuhan (growth determinant),
dan (2) menempatkan energi terbarukan geothermal sebagai kekuatan membuka
akses masyarakat terhadap sumberdaya alam, sumberdaya manusia, dan ekonomi
(access determinant) (PSE, 2010).
Kualitas lingkungan yang semakin buruk adalah masalah fisik yang paling
utama terjadi akibat dari adanya PLTP. PLTP membawa pengaruh yang kurang
menguntungkan pada lingkungan antara lain : polusi udara, polusi air, polusi
suara, dan penurunan permukaan tanah.
1.5.5 Kerangka Pemikiran
PLTP Dieng memiliki manfaat bagi masyarakat lokal. Keberadaan PLTP di
daerah penelitian merupakan upaya untuk memanfaatkan sumber daya alam
sebagai salah satu potensi yang dimiliki di daerah tersebut. PLTP Dieng terletak
lebih kurang 600 meter dari permukiman warga di Desa Sikunang yang memiliki
populasi sebanyak 2.448 jiwa. Penelitian ini mengkaji mengenai persepsi
masyarakat terhadap PLTP Dieng di Desa Sikunang dan dampaknya terhadap
masyarakat tanpa membahas secara teknis proses PLTP.
PLTP memiliki dampak terhadap kondisi sosial, ekonomi serta lingkungan
fisik di daerah tersebut. Penelitian ini memfokuskan pada persepsi masyarakat
terhadap PLTP dilihat dari aspek sosial, ekonomi dan lingkungan fisik. Dari
PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA PANAS BUMI (PLTP) DIENGKABUPATEN WONOSOBOPROVINSI JAWA TENGAHNASLIA FAUZANAUniversitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
16
persepsi masyarakat tersebut maka bisa didapatkan pendapat dari masyarakat
mengenai adanya dampak positif ataupun dampak negatif PLTP.
Berdasarkan uraian diatas, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
persepsi masyarakat terhadap dampak PLTP Dieng. Kerangka pemikiran pada
penelitian ini dijabarkan dalam Gambar 3.
PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA PANAS BUMI (PLTP) DIENGKABUPATEN WONOSOBOPROVINSI JAWA TENGAHNASLIA FAUZANAUniversitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
17
Alur cara berpikir
TujuanPenelitian
PLTP
Persepsi Masyarakat
terhadap dampak PLTP Karakteristik Masyarakat Pengetahuan masyarakat
terhadap PLTP
Ekonomi
Hubungan antara Karakteristik
dan Pengetahuan Masyarakat
dengan Persepsi Masyarakat
terhadap PLTP dan Dampaknya
Sosial Lingkungan
Sosial
Pengelolaan Sumber Daya
Panas Bumi
Ekonomi
- Gender
- Umur
- Asal
- Lama Tnggal
- Pendidikan
- Pendapatan
- Pekerjaan
- Kepemilikan Lahan
- Pengertian
- Pengelola
- Fungsi
- Pemanfaatan
- Energi
- Akibat /dampak
Tujuan 1
Tujuan 2
Tujuan 3
Gambar 3. Kerangka Pemikiran
PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA PANAS BUMI (PLTP) DIENGKABUPATEN WONOSOBOPROVINSI JAWA TENGAHNASLIA FAUZANAUniversitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
18
1.5.6 Keaslian Penelitian
Penelitian ini terkait dengan energi panas bumi (geothermal) dan persepsi
masyarakat. Energi panas bumi terkait dengan semakin menipisnya sumberdaya
alam yang ada di Indonesia terutama batubara yang biasanya digunakan sebagai
pembangkit listrik. Sehingga diperlukan pembaruan energi untuk pembangkit
listrik yang salah satunya adalah Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP).
Persepsi masyarakat terkait dengan informasi tentang lingkungannya baik lewat
penglihatan maupun pendengaran. Penelitian ini mengacu pada penelitian yang
sebelumnya telah dilakukan oleh, Rahma (2010) dan Sudarmawan (2003). Saat
sumberdaya alam habis maka harus adanya perubahan ke arah energi yang dapat
diperbarui dan ramah lingkungan sehingga terciptanya keberlanjutan.
Geothermal (panas bumi) menjadi obyek penelitian yang sangat menarik
sehingga telah banyak penelitian yang mengambil fokus penelitian di wilayah
sekitar geothermal tersebut. Penelitian yang telah ada tersebut menjadi referensi
untuk melakukan penelitian ini. Penelitian ini menggunakan referensi dari karya
tulis lainnya seperti skripsi, tesis, dan jurnal yang dipublikasikan secara nasional
dan internasional. Penelitian terdahulu yang dirujuk dalam penelitian ini terinci
dalam tabel 2.
Penelitian ini memiliki beberapa perbedaan dengan penelitian yang
terdahulu. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Rahma
(2010) yang memiliki perbedaan dari aspek kajian dan lokasi kajian yaitu persepsi
masyarakat terhadap dampak sosial ekonomi masyarakat dari kegiatan
pertambangan batubara di Kecamatan Sengatta Utara, Kabupaten Kutai Timur.
PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA PANAS BUMI (PLTP) DIENGKABUPATEN WONOSOBOPROVINSI JAWA TENGAHNASLIA FAUZANAUniversitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
19
Penelitian ini berfokus kepada kegiatan pertambangan batubara yang berlokasi di
Kecamatan Sengatta Utara Kabupaten Kutai Timur.
Penelitian kedua yaitu oleh Sudarmawan (2003) yang memiliki perbedaan
dari tujuan penelitian, metode penelitian dan lokasi kajian yaitu persepsi
masyarakat Desa Candikuning terhadap eksploitasi panasbumi Bedugul Tabanan
Bali. Penelitian ini berfokus kepada mengetahui kelayakan dari panas bumi
Bedugul untuk dikembangkan dengan menggunakan metode kualitatif yaitu
interview secara mendalam.
PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA PANAS BUMI (PLTP) DIENGKABUPATEN WONOSOBOPROVINSI JAWA TENGAHNASLIA FAUZANAUniversitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
20
Tabel 2. Penelitian Terdahulu
No Judul dan Penulis Tujuan Metode Hasil 1 Persepsi Masyarakat
Terhadap Dampak Sosial Ekonomi Masyarakat Dari Kegiatan Pertambangan Batubara di Kecamatan Sengatta Utara, Kabupaten Kutai Timur Oleh: Sabrina Rahma (2010) Sumber: Perpustakaan Fakultas Geografi UGM
- Mengetahui persepsi masyarakat terhadap dampak sosial ekonomi masyarakat dari kegiatan penambangan batubara di Kecamatan Sengatta Utara
- Mengetahui harapan masyarakat terhadap perubahan kondisi sosial ekonomi masyarakat dari kegiatan pertambangan di Kecamatan Sengatta Utara
- Mengetahui implikasi kebijakan pemerintah daerah dan perusahaan pertambangan terhadap harapan masyarakat dalam aspek sosial ekonomi masyarakat
Metode survey dengan kuisioner. Penentuan responden dengan menggunakan simple random sampling yaitu 40 responden. Data primer di analisis secara kuantitatif dengan menggunakan skoring.
- Masyarakat memberikan persepsi tinggi terhadap kegiatan pertambangan di Kecamatan Sengatta Utara. Ini menunjukkan secara umum, masyarakat menilai keberadaan kegiatan pertambangan batubara membawa dampak yang baik terhadap kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat
- Adanya keragaman persepsi memunculkan harapan dari masyarakat terhadap kehidupan sosial ekonomi masyarakat untuk masa depan dan masa sekarang, antara lain harapan perbaikan terhadap kesehatan, pendidikan, ketenagakerjaan dan perekonomian
- Antara harapan masyarakat dengan implikasi kebijakan dari daerah dan perusahaan pertambangan terdapat keterkaitan berhubungan.
Lanjutan Tabel 2. Penelitian Terdahulu
PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA PANAS BUMI (PLTP) DIENGKABUPATEN WONOSOBOPROVINSI JAWA TENGAHNASLIA FAUZANAUniversitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
21
No Judul dan Penulis Tujuan Metode Hasil 2 Persepsi masyarakat
desa Candikuning terhadap eksploitasi panasbumi Bedugul Tabanan Bali Oleh: Sudarmawan, I Wayan (2003) Sumber:Perpustakaan Fakultas Geografi UGM
- Untuk mengetahui kelayakan panasbumi Bedugul untuk dikembangkan sebagai pembangkit listrik tenaga panasbumi
- Mengindentifikasi perubahan lingkungan akibat pembangunan PLTP serta mengetahui persepsi masyarakat terhadap kelanjutan eksploitasi panasbumi
- Metode kuantitatif didahulukan untuk menemukan gejala, kesan dan dominasi variabel, selanjutnya variabel dominan dieksplorasi untuk memperoleh deskripsi dengan pendekatan kualitatif yang porsinya lebih besar, dipilih sebagai arahan pelaksanaan penelitian.
Metode kuantitatif didahulukan untuk menemukan gejala, kesan dan dominasi variabel, selanjutnya variabel dominan dieksplorasi untuk memperoleh deskripsi dengan pendekatan kualitatif yang porsinya lebih besar, dipilih sebagai arahan pelaksanaan penelitian.
- Perambahan hutan lindung disekitar lokasi sumur bor menyebabkan perubahan lingkungan dan hilangnya peran ekologis sebagai kawasan lindung. Pada sosial-ekonomi, dengan adanya infrastruktur jalan menyebabkan perekonomian masyarakat meningkat.
- Persepsi positif masyarakat lokal terhadap kelanjutan PLTP karena adanya studi banding tentang panasbumi, sedangkan pemahaman mengenai perubahan yang ditimbulkan akibat eksplorasi panasbumi secara teoretis belum dimengerti. Pemahaman masyarakat terhadap pengertian panasbumi perlu dilakukan sosialisasi yang mendalam, dengan melibatkan berbagai pihak yang terkait.
- Persepsi negative masyarakat tidak serta merta diwujudkan dalam bentuk menentang terhadap kelanjutan proyek eksplorasi panasbumi. Pada masa orde baru pilihan respon masyarakat adalah apatis terhadap adanya eksploitasi
Lanjutan Tabel 2. Penelitian Terdahulu
PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA PANAS BUMI (PLTP) DIENGKABUPATEN WONOSOBOPROVINSI JAWA TENGAHNASLIA FAUZANAUniversitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
22
No Judul dan Penulis Tujuan Metode Hasil proyek panasbumi, sedangkan pada masa reformasi beralih menjadi agresif akibat adanya kebebasan yang lebih luas dalam menyampaikan aspirasi dan keterbukaan.
3 Persepsi Masyarakat Desa Sitimulyo Kecamatan Piyungan Kab. Bantul Terhadap Pembangunan Kawasan Industri Oleh : Sukorini (2004) Sumber : Skripsi Fakultas Geografi UGM
Peneliti mencondongkan dan menelaah tentang kebijakan pemerintah menegenai pembangunan kawasan industri Piyungan yang diatur dalam UU No.5 tahun 1984 tentang perindustrian.
Metode yang dilakukan yakni dengan menggunakan mengumpulkan data sekunder dan data primer serta melakukan wawancara dan kuesioner sebagai bahan dan hasil penelitiannya. Analisis data yang dilakukan dengan mengolah data primer kualitatif menjadi kuantitatif dengan metode skoring yang menghasilkan kebijakan pemerintah terhadap rencana pembangunan kawasan industry piyungan dan persepsi masyarakat Desa Stimulyo terhadap pembangunan kawasan industri
Analisis data yang dilakukan dengan mengolah data primer kualitatif menjadi kuantitatif dengan metode skoring yang menghasilkan kebijakan pemerintah terhadap rencana pembangunan kawasan industry piyungan dan persepsi masyarakat Desa Stimulyo terhadap pembangunan kawasan industri
4 Persepsi Dampak Perubahan Administrasi Wilayah Terhadap
Untuk mengetahui perubahan batas administrasi wilayah di Kecamatan Bukit Intan tahun
Data primer merupakan data utama yang digunakan dalam penelitian ini, dilengkapi data
Hasil penelitian menunjukkan persepsi dampak yang cenderung kea rah positif terhadap sosial ekonomi
Lanjutan Tabel 2. Penelitian Terdahulu
PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA PANAS BUMI (PLTP) DIENGKABUPATEN WONOSOBOPROVINSI JAWA TENGAHNASLIA FAUZANAUniversitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
23
No Judul dan Penulis Tujuan Metode Hasil Kondisi Sosial Ekonomi dan Budaya Masyarakat Bukit Intan Oleh : Siti Nurdianti Astuti (2013) Sumber : Skripsi Fakultas Geografi UGM
2010 dan tahun 2011 sekunder sebagai pendukung penelitian. Teknik pengolahan data yang digunakan adalah analisis kuantitatif dari data hasil skoring kuisioner, dimana variabel dari tiap indikator penilaian diberikan harkat atau derajat dengan nilai tertentu
kelompok masyarakat wilayah administrasi tetap dan tidak berpengaruh pada kelompok wilayah administrasi berubah, sementara persepsi dampak dirasakan tidak begitu berpengaruh baik bagi masyarakat kelompok administrasi tetap maupun kelompok administrasi berubah terhadap kehidupan sosial dan budaya masyarakat Bukit Intan.
5 Dampak Kegiatan Pertambangan Batubara Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat di Kelurahan Loa Ipuh Darat, Tenggarong, Kutai Kartanegara Oleh : Dedek Apriyanto (2012) Sumber : Perpustakaan Fakultas Geografi UGM
- Mengetahui dampak kegiatan pertambangan batubara terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitar.
- Mengetahui hubungan persepsi masyarakat dengan keberadaan kegiatan pertambangan batubara terhadap kondisi sosial, ekonomi dan fisik
Penelitian ini menggunakan metode survey dengan 55 responden. Pemilihan responden menggunakan teknik area sampling dan proportional random sampling. Teknik analisis menggunakan korelasi Kendall Tau-B (taraf signifikan 0,1) untuk melihat hubungan antara faktor dari diri masyarakat (umur, pendidikan,dan pendapatan) dengan persepsi masyarakat terhadap keberadaan kegiatan pertambangan batubara
Hasil penelitian menunjukkan dampak pada kondisi sosial ekonomi memicu timbulnya migrasi, konflik, merenggangnya hubungan kekerabatan, timbulnya praktek prostitusi dan menimbulkan peluang usaha. Peningkatan atau penurunan tingkat pendapatan masyarakat bervariasi berdasarkan mata pencahariannya. Hasil korelasi Kendall Tau-B menunjukkan bahwa variabel pendapatan dan pendidikan memiliki hubungan dalam pembentukan persepsi masyarakat terhadap dampak fisik. Variabel pendapatan juga memiliki hubungan dalam pembentukan persepsi terhadap dampak sosial-ekonomi.
Lanjutan Tabel 2. Penelitian Terdahulu
PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA PANAS BUMI (PLTP) DIENGKABUPATEN WONOSOBOPROVINSI JAWA TENGAHNASLIA FAUZANAUniversitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
24
1.5.7 Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan landasan teori yang telah disebutkan di atas,
maka pertanyaan penelitian yang diajukan adalah sebagai berikut :
a. Tujuan 1 : Mengkaji karakteristik masyarakat serta pengetahuan masyarakat
mengenai PLTP Dieng
Pertanyaan Penelitian :
Bagaimana karakteristik sosial masyarakat dilihat dari jenis kelamin,
umur, asal, lama tinggal dan pendidikan?
Bagaimana karakteristik ekonomi masyarakat dilihat dari pendapatan,
pekerjaan utama, pekerjaan sampingan, kepemilikan lahan dan lokasi
asset lahan?
Bagaimana pengetahuan masyarakat terhadap PLTP Dieng dilihat dari
pengertian PLTP, Pengelola PLTP, Fungsi PLTP, Pemanfaatan PLTP
dan energi dari PLTP?
b. Tujuan 2 : Menganalisis persepsi masyarakat terhadap PLTP Dieng dilihat
dari aspek sosial, ekonomi dan lingkungan.
Pertanyaan Penelitian :
Bagaimana persepsi masyarakat terhadap PLTP Dieng dilihat dari
aspek ekonomi?
Bagaimana persepsi masyarakat terhadap PLTP Dieng dilihat dari
aspek sosial?
Bagaimana persepsi masyarakat terhadap PLTP Dieng dilihat dari
aspek fisik/lingkungan?
PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA PANAS BUMI (PLTP) DIENGKABUPATEN WONOSOBOPROVINSI JAWA TENGAHNASLIA FAUZANAUniversitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
25
c. Tujuan 3 : Bagaimana hubungan antara karakteristik masyarakat dan
pengetahuan masyarakat dengan persepsi masyarakat terhadap adanya PLTP
Dieng?
Pertanyaan Penelitian :
Bagaimana hubungan karakteristik masyarakat dengan persepsi
masyarakat terhadap PLTP Dieng?
Bagaimana hubungan pengetahuan masyarakat dengan persepsi
masyarakat dengan adanya PLTP Dieng?
PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA PANAS BUMI (PLTP) DIENGKABUPATEN WONOSOBOPROVINSI JAWA TENGAHNASLIA FAUZANAUniversitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/