8
Devi Anggun C 121510501010 Dessy Sarfika A 121510501014 Devy Cristiana 121510501020 Desi Rohmawati 121510501034 Denny Tri K 121510501049 Danny Indra S 121510501130 PENERAPAN SISTEM PERTANIAN BERKELANJUTAN DI INDONESIA Sektor pertanian merupakan sektor utama dalam mempertahankan keberlangsungan hidup bangsa Indonesia. Hal tersebut disebabkan karena sektor pertanian mempunyai peranan strategis dalam pembangunan ekonomi nasional dan global. Pengembangan sektor pertanian kurang mendapat perhatian yang serius dari pemerintah sehingga produksi pertanian kurang maksimal dan sering kali mengalami penurunan. Program-program dari pemerintah untuk pembangunan sektor pertanian sering tidak terarah dan tidak sesuai dengan tujuan utamanya yaitu peningkatan produksi pertanian untuk mencukupi kebutuhan masyarakat. Ketidaktepatan program-program dari pemertintah menyebabkan sektor ini berada pada kehancuran. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang banyak menampung tenaga kerja, sehingga sebagian besar penduduk Indonesia bergantung terhadap sektor ini. Oleh karena itu, dapat diketahui bahwa perjalanan pembangunan pertanian di Indonesia hingga saat ini masih belum dapat menunjukkan hasil yang maksimal jika dilihat dari kesejahteraan petani dan juga dari kontribusinya terhadap pendapatan nasional. Permasalahan pembangunan sektor pertanian tidak hanya dihadapi oleh negara Indonesia tetapi seluruh dunia menghadapi hal yang sama. Berbagai tantangan berat yang dihadapi sektor pertanian di seluruh dunia menjadi penghambat kemajuan sektor pertanian. Faktor- faktor yang menyebabkan terhambatnya pembangunan sektor pertanian yaitu: 1. Meningkatnya jumlah penduduk dan perubahan pola konsumsi Seperti yang diketahui bahwa jumlah penduduk dari tahun ke tahun selalu meningkat. Dengan bertambahnya jumlah penduduk maka konsumsi pun sudah pasti meningkat. Hal tersebut seperti pada data berikut,

pertanian berkelanjutan.doc

Embed Size (px)

DESCRIPTION

latar belakang dari pertanian berkelanjutan

Citation preview

Devi Anggun C121510501010Dessy Sarfika A 121510501014Devy Cristiana 121510501020

Desi Rohmawati 121510501034

Denny Tri K121510501049

Danny Indra S121510501130PENERAPAN SISTEM PERTANIAN BERKELANJUTAN DI INDONESIA

Sektor pertanian merupakan sektor utama dalam mempertahankan keberlangsungan hidup bangsa Indonesia. Hal tersebut disebabkan karena sektor pertanian mempunyai peranan strategis dalam pembangunan ekonomi nasional dan global. Pengembangan sektor pertanian kurang mendapat perhatian yang serius dari pemerintah sehingga produksi pertanian kurang maksimal dan sering kali mengalami penurunan. Program-program dari pemerintah untuk pembangunan sektor pertanian sering tidak terarah dan tidak sesuai dengan tujuan utamanya yaitu peningkatan produksi pertanian untuk mencukupi kebutuhan masyarakat. Ketidaktepatan program-program dari pemertintah menyebabkan sektor ini berada pada kehancuran. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang banyak menampung tenaga kerja, sehingga sebagian besar penduduk Indonesia bergantung terhadap sektor ini. Oleh karena itu, dapat diketahui bahwa perjalanan pembangunan pertanian di Indonesia hingga saat ini masih belum dapat menunjukkan hasil yang maksimal jika dilihat dari kesejahteraan petani dan juga dari kontribusinya terhadap pendapatan nasional.

Permasalahan pembangunan sektor pertanian tidak hanya dihadapi oleh negara Indonesia tetapi seluruh dunia menghadapi hal yang sama. Berbagai tantangan berat yang dihadapi sektor pertanian di seluruh dunia menjadi penghambat kemajuan sektor pertanian. Faktor-faktor yang menyebabkan terhambatnya pembangunan sektor pertanian yaitu:1. Meningkatnya jumlah penduduk dan perubahan pola konsumsi

Seperti yang diketahui bahwa jumlah penduduk dari tahun ke tahun selalu meningkat. Dengan bertambahnya jumlah penduduk maka konsumsi pun sudah pasti meningkat. Hal tersebut seperti pada data berikut,

Berdasarkan tabel tersebut diketahui jumlah penduduk indonesia yang terus meningkat (BPS,2009). Jika sudah demikian itu berarti konsumsi pangan pun juga meningkat sehingga akhirnya berpengaruh pada pola pangan masyarakat. Berikut contoh data perubahan pola konsumsi komoditas pangan yang ada di Indonesia ,

Berdasarkan grafik tersebut diketahui bahwa terjadi penurunan jumlah konsumsi beras tetapi tidak terjadi diversifikasi pangan ke jagung maupun terigu. Tetapi di sisi lain diversifikasi terjadi pada bahan pangan hewani seperti produk ikan, telur dan yang paling banyak terjadi kenaikan adalah konsumsi terhadap susu. Berdasarkan tabel tersebut maka dapat dibandingkan pola konsumsi masyarakat di Indonesia dari tahun ke tahun yang semakin berubah (Nuhfil dalam Wafa, 2014). Menurut Ariani (2010) bahwa hal yang menyebabkan perubahan konsumsi adalah peningkatan pendapatan masyarakat sehingga dihadapkan pada banyak pilihan makanan yang sesuai selera tanpa kendala keuangan. Sehingga selera seseorang berubah dari pilihan makanan yang sederhana dengan harga murah yang mengandung karbohidrat berubah menjadi makanan yang memiliki sumber protein, vitamin dan mineral untuk memenuhi kebutuhan gizi yang lebih lengkap jenis maupun jumlahnya. Selain itu, perubahan yang berasal dari aspek psikologis berupa kegengsian yang merupakan salah satu cara untuk memenuhi perubahan gaya hidup yang lebih mapan dan modern. 2. Kelangkaan Sumber Daya Alam

Solihin dan Sudirja (2007) menyatakan bahwa sumber daya alam (SDA) merupakan sesuatu yang ada di alam yang berguna dan mempunyai nilai dalam kondisi dimana kita menemukannya. Kelangkaan sumber daya alam bidang pertanian biasanya terjadi di negara berkembang karena hidupnya seringkali bergantung pada SDA dari pertambangan, kehutanan dan juga pertanian. Faktor yang biasanya berkontribusi pada kelangkaan sumber daya termasuk perubahan iklim, sehingga berpengaruh terhadap produksi pertanian. Selain itu juga lahan yang sudah banyak terdegradasi, hingga akhirnya lahan berkurang. Serta masih banyak sumber daya lain yang mengalami kelangkaan baik yang dapat diperbaharui maupun tidak. 3. Degradasi lingkungan

Merupakan suatu penurunan kualitas lingkungan yang diakibatkan oleh kegiatan pembangunan dengan ciri tidak berfungsinya secara baik komponen lingkungan sebagaimana mestinya. Hal ini biasanya disebabkan oleh ulah manusia, misalnya degradasi lingkungan yang berupa pemanfaatan lahan dengan dieksploitasi. Contoh lain dari degradasi lahan yaitu petani yang mengusahakan padi di lahan irigasi seringkali menggunakan pompa untuk memompa air tanah. Setelah sekian lama, ketersediaan air tanah akan habis dan kemampuan tanah untuk menghilangkan kadar garam akan berkurang. Di masa yang akan datang ketersediaan air akan berkurang dan salinasi lahan akan berakibat menurunnya produktivitas (Pearson et al., 2005). 4. Perubahan Iklim

Iklim adalah rata-rata kondisi cuaca yang merupakan interaksi yang kompleks antara proses-proses fisik, kimia, biologi yang mencerminkan interaksi antara geosfer, biosfer yang terjadi pada atmosfer bumi. Berikut gambaran umum terjadinya perubahan iklim,

Sehingga dengan berubahnya iklim, maka cuaca pun juga akan berubah (Sangaji, 2010). Jika cuaca berubah maka sektor pertanian perlu memperhatikan, karena sebagian besar sektor pertanian tergantung dengan cuaca yang ada. Apabila cuaca tidak sesuai maka kemungkinan gagal lebih banyak. Seperti cuaca yang tidak menentu saat ini membuat para petani perlu memperhitungkan sebelum melakukan budidaya. 5. Restrukturisasi Ekonomi Global

Dengan semakin terintegrasinya perekonomian indonesia ke dalam perekonomian dunia, menuntut pengembangan produk pertanian harus siap menghadapi persaingan terbuka yang semakin ketat agar tidak tergilas oleh pesaing-pesaing luar negeri. Untuk itu paradigma pembangunan pertanian yang menekankan pada peningkatan produksi semata harus bergeser ke arah peningkatan pendapatan dan kesejahteraan keluarga petani dan aktor pertanian lainnya dengan sektor agroindustri sebagai sektor pemacunya (leverage factor). Pertanian di Indonesia abad 21 harus dipandang sebagai suatu sektor ekonomi yang sejajar dengan sektor lainnya. Sektor ini tidak boleh lagi hanya berperan sebagai aktor pembantu apalagi figuran bagi pembangunan nasional seperti selama ini diperlakukan, tetapi harus menjadi pemeran utama yang sejajar dengan sektor industri. Karena itu sektor pertanian harus menjadi sektor moderen, efisien dan berdaya saing, dan tidak boleh dipandang hanya sebagai faktor pengaman untuk menampung tenaga kerja tidak terdidik yang melimpah atau pun penyedia pangan yang murah agar sektor industri mampu bersaing dengan tidak hanya mengandalkan upah rendah (Anonim,2009).

Berdasarkan berbagai macam tantangan untuk pembangunan pertanian tersebut terdapat perubahan yang yang belum pernah terjadi sebelumnya dan dapat memberikan kesempatan yang baik di masa depan, termasuk memunculkan inovasi luar biasa dalam praktek pertanian dan kemajuan teknologi yang dapat memunculkan hasil yang menjanjikan untuk memperbaiki keberlanjutan pertanian serta meningkatkan kesadaran serta perhatian dari konsumen tentang sumber makanan yang mereka konsumsi dan bagaimana cara produksinya. Kemudian Lembaga Penelitian Nasional menyarankan dengan Pertanian Alternatif (seperti PHT, TOT, dan tanaman menutup). Semenjak alternative agriculture dipublikasikan, beberapa perubahan tentang bagaiman petani bercocok tanam telah dibuat . Meskipun ada keuntungan yang bisa didiapatkan dari sistem dan praktek pertanian yang mampu meningkatkan keberlanjutan tersebut, namun masih kurang tersebar di masyarakat. Beberapa alasan mengapa penerapannya masih rendah di kalangan petani dikarenakan faktor sosial, ekonomi dan kebijakan intensif memperkecil perubahan fundamental dari sistem pertanian. Faktor lainnya dikarenakan beberapa dari praktek tersebut memberikan keuntungan pada satu aspek, namun memberikan konsekuensi negative pada aspek lain. Kemudian Dewan Peneliti Nasional mengumpulkan beberapa komite untuk mempelajari dan memberikan kebijakan terhadap pengaruh dari penerapan praktek pertanian dan pengelolaan sistem yang ditujukan untuk mengurangi biaya dan konsekuensi yang tidak diharapkan dari kegiatan pertanian. Kemudian dari hal-hal tersebut muncullah gerakan keberlanjutan di bidang pertanian. Keberlanjutan di bidang pertanian adalah sebuah konsep yang kompleks dan dinamis yang mencakup berbagai macam berbasis sumber daya lingkungan, ekonomi, dan isu-isu sosial. Sehingga untuk mencapai gerakan keberlanjutan tersebut perlu adanya bukti ilmiah tentang kemajuan kinerja praktek dan sistem pertanian (Soedrajad, 2010). Sebuah sistem usahatani adalah pencampuran antara beberapa jenis tanaman dan hewan, atau kombinasi dari kedua hal tersebut di lahan pertanian, penyusunan(pengaturan) ruang maupun waktu di lahan pertanian, sumber-sumber dan teknologi yang digunakan dalam pengelolaan lahan pertanian, alam sekitar dan efektifitas dari hubungan hirarki antara lahan pertanian dan lingkungan ekologi, sosial, ekonomi serta politik didalam menjalankan kegiatan pertanian. Sistem usaha tani yang demikian termasuk hubungan komunitas, integrasi pasar, hubungan antar tenaga kerja, dan interaksi yang berpengaruh dengan faktor kesatuan. Tipe sistem usaha tani dapat diartikan sebagai pemilahan beberapa kesamaan, contonya- jarak lahan, lahan kering, irigasi, tanaman lapang, tanaman bernilai tinggi. Dan termasuk dalam konteks tipe sistem pertanian yang spesifik. Sistem pertanian itu sendiri diartikan usaha pertanian, budidaya tanaman dan peternakan, berhubungan dengan konsep penyediaan tenaga kerja, pemasaran, keuangan, sumberdaya alami, stok genetic, nutrisi, peralatan dan resiko. Meskipun terdapat kemungkinan untuk mengatur efektifitas pada tiap mekanisme untuk mensukseskan pertanian secara mandiri, namun akan didapatkan hasil yang lebih baik apabila mengelola lahan pertanian dengan sebuah sistem (Soedrajad, 2010). Istilah pertanian alternatif, umumnya digunakan untuk merujuk pada pendekatan usaha tani terutama pertanian organik, yang sangat berbeda artinya dengan pertanian konvensional. Tetapi saat ini, alternatif tersebut cenderung dikatakan sebagai sistem pertanian berbasis ekologis atau organik, namun frasenya juga masih ambigu. Maka dari itu, perlu dibahas lagi tentang sistem pertanian yang ada agar tidak rancu dalam pengartiannya, dan juga perlu menjelaskan tentang karakteristik maupun contoh praktek yang terkait dengan sistem yang ada. Sistem pertanian konvensional diambil dari serangkaian praktek pertanian yang dominan digunakan oleh masyarakat. Ciri-ciri dari pertanian konvensional yaitu produksi tanamannya menggunakan pestisida maupun herbisida sintetis dan nutrisi untuk mempertahankan kesuburan tanah juga berasal dari pupuk sintetis. Selain itu lahannya tidak di biarkan bera dan selalu dilakukan rotasi tanaman menggunakan tanaman penutup. Benih yang digunakan pun juga hasil dari rekayasa genetik sehingga memudahkan pengendalian gulma maupun mengurangi kerugian hama. Sedangkan untuk peternakan yang konvensional juga lebih mengandalkan kekangan untuk siklus hidup mereka seperti pada sapi potong, domba maupun kambing diberikan vaksin antibiotik yang mengandung obat pakan, dan juga mengandung hormon pertumbuhan yang digunakan dalam produksi. Contoh dari praktek yang digunakan untuk meningkatkan lingkungan kinerja pertanian konvensional antara lain rotasi tanaman, tanaman penutup, minimmum tillage bahkan tanpa olah tanah, PHT (pengelolaan hama terpadu), presisi praktek pertanian, dibversifikasi usaha tani dan pelestarian praktek pengelolaan pertanian yang terbaik lainnya (BMP), serta pengembangan tanaman dan hewan yang telah meningkatkan resistensi genetik. Sedangkan, sistem pertanian berbasis ekologis menekankan penggunaan proses alami dalam sistem usahatani, sering disebut "ekologi" atau "ekosistem" strategi, yang membangun efisiensi (dan idealnya ketahanan) dengan saling melengkapi dan sinergi dalam lapangan, pertanian, dan pada skala yang lebih besar di seluruh jajaran dan masyarakat, sebagai contohnya yaitu pertanian organik. Sistem pertanian organik biasanya menekankan penggunaan sumber daya terbarukan dan konservasi tanah dan air untuk meningkatkan kualitas lingkungan untuk generasi mendatang. Mereka biasanya mengandalkan rotasi tanaman, pupuk hijau, kompos, pupuk dan pestisida alami, kontrol hama biologis, mekanis budidaya, dan teknologi modern. Daging organik, unggas, telur, dan produk susu berasal dari hewan yang tidak diberi antibiotik atau hormon pertumbuhan. Makanan organik sebagian besar diproduksi tanpa menggunakan pestisida alamiah, pupuk yang dibuat dengan bahan-bahan sintetis atau limbah lumpur, bioteknologi, atau radiasi ionisasi. Walaupun demikian belum tentu kalau sistem pertanian organik lebih ramah lingkungan dibandingakan sistem pertanian lainnya. Memang, semua pertanian jenis sistem memiliki kesempatan untuk meningkatkan keberlanjutan, dan semua jenis sistem usahatani bisa tidak berkelanjutan tergantung pada manajemen mereka dan juga lingkungan, sosial, serta perubahan ekonomi dari waktu ke waktu (Soedrajad, 2010). Kemudian disisi lain muncul sistem pertanian yang berasal dari kedua campuran sistem pertanian konvensional dan juga organik. Sehingga muncul pertanian konservasi yang di ungkapkan oleh FAO yang merujuk pada penggunaan sistem pertanian dengan sumber daya pelestarian dan output tinggi. Menurut FAO, pertanian konservasi biasanya melibatkan pemanfaatan yang terintegrasi dari sistem persiapan lahan minimal, tanaman penutup, dan hasil panen rotasi. Bila mungkin, sumber daya eksternal digantikan oleh sumber daya yang ditemukan pada atau dekat pertanian. Sistem pertaniannya banyak mengurangi-masukan atau input rendah, hal tersebut merupakan contoh dari sistem pertanian terpadu. Sistem pertanian terpadu adalah istilah yang umum digunakan di Eropa untuk menggambarkan produksi secara luas diadopsi sistem yang menggabungkan metode sistem produksi konvensional dan organik dalam upaya untuk menyeimbangkan kualitas lingkungan dan keuntungan ekonomi. Misalnya, petani terpadu membangun tanah mereka dengan kompos dan tanaman pupuk hijau tetapi juga menggunakan beberapa pupuk sintetis; mereka menggunakan beberapa sintetik atau pestisida alami selain praktek pengendalian hama secara biologis, budaya, dan mekanik. Campuran ditandai oleh perusahaan peternakan di mana fraksi yang signifikan dari input pakan hewan yang dihasilkan pada lahan pertanian dan padang rumput yang berada di bawah kontrol langsung dari petani ternak. Sistem-sistem memanfaatkan kemampuan perusahaan untuk menggunakan sinergi antara tanaman pangan dan ternak perusahaan untuk secara efisien mendaur ulang nutrisi, mempromosikan rotasi tanaman, dan melindungi ternak petani dari fluktuasi harga pakan dan masukan pasar. Di sisi lain, skala dan kecanggihan abad ke-21 dicampur antara pertanian tanaman-ternak yang mencerminkan efek teknologi baru, perbaikan tersebut berkembang biak, dan kesadaran yang lebih besar terhadap masalah lingkungan daripada pendahulu mereka (Soedrajad, 2010). DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2009. Pertanian Indonesia dalam Dominasi Politik Global. http://blogdeta.blogspot.com /2009/03/pertanian-indonesia-dalam-dominasi.html, diakses pada 30 Agustus 2014.

Ariani, Mewa. 2010. Diversifikasi Konsumsi Pangan di Indonesia: Antara Harapan dan Kenyataan. http://pse.litbang.deptan.go.id/ind/pdffiles/Mono27-7, diakses pada 29 Agustus 2014.

Badan Pusat Statistik. 2009. Perkembangan Beberapa Indikator Utama Sosial-Ekonomi Indonesia. Jakarta: BPS.Pearson, S., Carl, G., dan Sjaiful, B. 2005. Aplikasi Policy Analysis Matrix pada Pertanian Indonesia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Sangaji, Masudin. 2010. Dampak Perubahan Iklim. http://sangajidino.wordpress.com/2010/04/26 /dampak-perubahan-iklim/, diakses pada 30 Agustus 2014.

Soedrajad, Raden.2010. Toward Sustainable Agricultural System in the 21st Century. Washington DC: The National Academic Press.

Solihin, M.A., dan Sudirja, R. 2007. Pengelolaan Sumberdaya Alam secara Terpadu untuk Memperkuat Perekonomian Lokal. SoilRens, 8(15): 782-793.

Wafa, Indra. 2014. The Overview of the World Food. http://www.paskomnas.com/en/news/The-Overview-of-The-World-Food.php, diakses pada 29 Agustus 2014.