Upload
others
View
7
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MEMUTUSKAN PERKARA CERAI
TALAK SEBAGAI DAMPAK SOSIAL MEDIA DI PENGADILAN AGAMA
SENGETI
Skripsi
Diajukan Untuk Melengkapi Syarat-syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S.1)
Dalam Hukum Keluarga Islam
Pada Fakultas Syariah
Oleh:
ASRA NIKMATUN
SHK. 162098
PEMBIMBING:
Dr. FUAD RAHMAN, S.Ag.,M.Ag
ALHUSNI, S.Ag.,M.HI
PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM
FAKULTAS SYARI’AH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN
JAMBI
iii
Pembimbing I : Dr. FUAD RAHMAN, S.Ag.,M.Ag
Pembimbing II : ALHUSNI, S.Ag.,M.HI
Alamat : Fakultas Syariah UIN STS Jambi
Jl. Jambi- Muara Bulian KM. 16 Simp. Sei Duren
Jaluko Kab. Muaro Jambi 31346 Telp. (0741) 582021
Jambi, 2020
Kepada Yth.
Dekan Fakultas Syariah
UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi
Di-
JAMBI
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Assalamualaikum wr wb.
Setelah membaca dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka skripsi Asra
Nimatun.SHK. 162098 yang berjudul:
“Pertimbangan Hakim dalam Memutuskan Perkara Cerai Talak Sebagai
Dampak Sosial Media di Pengadilan Agama Sengeti”
Telah disetujui dan dapat diajukan untuk dimunaqasahkan guna melengkapi
syarat-syarat memperoleh gelar sarjana starata satu (S1) dalam jurusan Hukum
Keluarga Islam Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin
Jambi.
Demikianlah, kami ucapkan terima kasih semoga bermanfaat bagi kepentingan
Agama, Nusa dan Bangsa.
Wassalamualaikum wr wb.
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Fuad Rahman, S.Ag.,M.Ag Alhusni, S,Ag.,M,HI
NIP: 19730130 200003 1 001 NIP: 19700706 199803 2 003
6
v
MOTTO
ْعُروٍف أاْو تاْسِريٌح بِإِْحساانٍ تااِن ۖ فاإِْمسااٌك بِما رَّ ُق ما الطََّلا
Artinya : “Talak (yang dapat dirujuk) dua kali. Setelah itu boleh rujuk lagi
dengan cara yang ma’ruf atau menceraikan dengan cara yang
baik1
1 Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Semarang: Toha Putra, 1996) Al-Baqarah (2) : 229
vi
ABSTRAK
Skripsi berjudul “Pertimbangan Hakim dalam Memutuskan Perkara Cerai Talak
Sebagai Dampak Sosial Media di Pengadilan Agama Sengeti”. Permasalahan
mengenai pertimbangan Majelis Hakim dalam memutuskan perkara perceraian di
Pengadilan Agama Sengeti. Di dalam putusan Pengadilan Agama Sengeti pada perkara
nomor (61/Pdt.G/2018/PA.Sgt) terdapat pertimbangan hakim dalam memutuskan
perkara perceraian mengenai perselingkuhan yang berakibatkan Sosial Media. Skripsi
ini bertujuan untuk mengetahui faktor perselingkuhan dan pertimbangan hakim dalam
memutuskan perkara perceraian akibat media sosial yang menjadi pemicu perceraian
dalam rumah tangga sehingga dapat dijadikan alasan untuk bercerai. Pada penelitian
ini penulis memilih objek penelitian di Pengadilan Agama Sengeti (Muaro Jambi).
Penelitian ini termasuk jenis penelitian lapangan (field reseach) dengan menggunakan
metode kualitatif, yang mengambil lokasi di Kantor Pengadilan Agama Sengeti Kelas
1B, Kabupaten Muaro Jambi, sedangkan responden nya adalah hakim-hakim yang ada
di Pengadilan Agama Sengeti Kelas 1B. Jenis dan sumber data yang digunakan adalah
data primer dan sekunder, teknik pengumpulan data menggunakan Wawancara dan
dokumentasi. Hasil penelitian ini adalah Media Sosial (Facebook) menjadi faktor
penyebab terjadinya masalah dalam rumah tangga bagi orang yang salah
menyalagunakan media sosial. Selain itu, media sosial juga membuat seseorang lebih
mementingkan diri sendiri. Berawal dari media sosial sering terjadi perselingkuhan,
penipuan dan lain sebagainya.
Kata Kunci : Perceraian, Perselingkuhan, Facebook
vii
PERSEMBAHAN
Sujud syukurku kupersembahkan kepadamu ya Allah, Tuhan yang Maha Agung
dan Maha Tinggi. Atas takdirmu saya bisa menjadi priadi yang berpikir, berilmu,
beriman dan bersabar. Semoga keberhasilan ini menjadi satu langkah awal untuk
masa depanku, dalam meraih cita-cita saya.
Skripsi ini saya persembahkan kepada orang yang saya cintai yaitu kedua
orang tua saya Ayah M. Hasir dan Ibu Rusdah yang selalu memberi kasih sayang yang
berlimpah dari mulai saya lahir, hingga saya sudah sebesar ini. Dan telah banyak
berkorban untuk saya baik tenaga maupun pikiran, dan tidak henti-henti menyelipkan
nama saya di setiap do’anya.
Terima kasih selanjutnya untuk kakak-kakak dan adik saya yang sangat luar
biasa, dalam memberikan dukungan dan do’a tanpa henti. Teta mariya, Abang Syafi’i,
Abang Zikrillah, Abang Muzakkir dan Adik Ardiansyah yang selama ini menjadi kakak
dan adik yang baik dan selalu mensupport saya. Kalian adalah tempat saya berlari
dan mengadu ketika saya merasa tidak ada yang memahami di luar rumah.
Tidak lupa juga saya mengucapkan terima kasih kepada sahabat dan keluarga
Mahasiswa Jurusan Hukum Keluarga Islam Angkata 2016. Semoga kita semua
menjadi orang yang sukses dan dapat membanggakan orang tua serta bertemu kembali
suatu saat nanti. Saya juga berharap agar hubungan kita selalu terjalin walau
dipisahkan oleh jarak dan waktu.
viii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang mana dalam
penyelesaian skripsi ini penulis selalu diberikan kesehatan dan kekuatan, sehingga
dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Tidak lupa pula iringan shalawat serta
salam penulis sampaikan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW.
Skripsi ini diberi judul “Pertimbangan Hakim dalam Memutuskan Perkara
Carai Talak Sebagai Dampak Sosial Media di Pengadilan Agama Sengeti.”
merupakan suatu kajian hukum terhadap putusnya sebuah perkawinan.
Skripsi ini disusun sebagai sumbangan pemikiran terhadap perkembangan ilmu
syariah dalam bagian hukum keluarga dan juga memenuhi sebagian persyaratan guna
memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S1) dalam Jurusan Hukum Keluarga pada
Fakultas Syariah di Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi,
Indonesia.
Kemudian dalam penyelesaian skripsi ini, penulis akui tidak sedikitnya
hambatan dan rintangan yang penulis temui baik dalam pengumpulan data maupun
dalam penyusunannya. Dan berkat adanya bantuan dari berbagai pihak, terutama
bantuan bimbingan yang diberikan oleh dosen pembimbing, maka skripsi ini dapat
diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, hal yang pantas penulis ucapkan adalah
jutaan terima kasih kepada semua pihak yang turut membantu baik secara langsung
maupun tidak langsung penyelesaian skripsi ini, terutama sekali kepada yang
terhormat:
1. Bapak Prof Dr. H. H Su’aidi Asy’ari, M. A, Ph.D sebagai Rektor Universitas Islam
Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
ix
2. Ibu Dr. Rafiqah Ferawati, SE.,M.EI selaku Wakil Rektor 1, Bapak Dr. As’ad Isma’
M.Pd selaku Wakil Rektor II, dan Bapak Dr. Bahrul Ulum, MA selaku Wakil
Rektor III Uin Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
3. Bapak Sayuti, S.Ag,. M.H sebagai Dekan Fakultas Syariah Universitas Islam
Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
4. Bapak Agus Salim, M.A.,M.I.R., Ph.D, sebagai Wakil Dekan Bidang Akademik,
Bapak Ruslan Abdul Gani.,Sh.M.Hum, sebagai Wakil Dekan Bidang Administrasi
Umum Perencanaan dan Keuangan, Bapak Dr. H. Ishaq, SH. M.Hum, sebagai
Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama.
5. Ibu Mustiah, S. Ag., M.Sy Sebagai Ketua Prodi Hukum Keluarga Islam
Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
6. Bapak Irsadunas Noveri, SH., M.H. Sebagai Sekretaris Prodi Hukum Keluarga
Islam Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
7. Bapak Dr. Fuad Rahman, S.Ag.,M.Ag, sebagai Pembimbing I.
8. Bapak Alhusni, S.Ag.,M.HI, sebagai Pembimbing II
9. Bapak dan Ibu Dosen, Asisten Dosen, dan seluruh Karyawan/Karyawati Fakultas
Syariah Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
10. Bapak dan Ibuk Karyawan/Karyawati Perpustakan Fakultas Syariah dan
Perpustakan Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifudin Jambi.
11. Semua pihak yang terlibat dalam penyusunan skripsi ini, baik langsung maupun
tidak langsung.
x
Akhirnya kepada Allah jualah penulis memohon agar jerih payah Bapak/Ibu
dan teman-teman semua menjadi amal shaleh bagi mereka semua dan mendapatkan
ridha Allah SWT serta mendapatkan balasan yang setimpal di hari kemudian nantinya.
Di samping itu dengan segala kerendahan hati penulis menyadari masih banyak
terdapat kekurangan, sehingga penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang
bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini, kepada Allah SWT kita
memohon ampunan-Nya dan kepada manusia kita memohon kemanfaatannya, semoga
amal kebajikan kita ini dinilai seimbang oleh Allah SWT.
Jambi, 27 April 2020
ASRA NIKMATUN
NIM.SHK.162098
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i
LEMBARAN PERNYATAAN .......................................................................... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................................... iii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN ................................................................... iv
MOTTO ............................................................................................................... v
ABSTRAK .......................................................................................................... vi
PERSEMBAHAN .............................................................................................. vii
KATA PENGANTAR ...................................................................................... viii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... xi
DAFTAR SINGKATAN .................................................................................. xiii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................... 6
C. Batasan Masalah .................................................................................. 6
D. Tujuan dan Kegunaan penelitian ......................................................... 8
E. Kerangka Teoristis .............................................................................. 9
F. Kerangka Konseptual ........................................................................ 10
G. Tinjauan Pustaka ............................................................................... 18
BAB II METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................... 20
B. Pendekatan dan Jenis Penelitian........................................................ 20
C. Jenis dan Sumber Data ...................................................................... 21
D. Instrumen Pengumpulan Data ........................................................... 22
E. Unit Analisis ..................................................................................... 24
F. Teknik Analisis Data ......................................................................... 24
G. Sistematika Penulisan ....................................................................... 26
xii
BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Sejarah Pengadilan Agama Sengeti .................................................. 27
B. Visi Misi Pengadilan Agama Sengeti ............................................... 29
C. Struktur Organisasi Pengadilan Agama Sengeti ............................... 33
D. Sarana dan Prasarana Di Pengadilan Agama Sengeti ....................... 35
BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN
A. Faktor Utama Penyebab Gugat Cerai Talak Putusan Nomor
61/Pdt.G/2018.PA.Sgt ...................................................................... 37
B. Pertimbangan Hakim dalam Memutuskan Nomor Perkara
61/Pdt.G/2018.PA.Sgt ....................................................................... 43
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................................ 60
B. Saran .................................................................................................. 61
C. Kata Penutup .................................................................................... 62
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR PERTANYAAN
CURRICULUM VITAE
xiii
DAFTAR SINGKATAN
1. PA : Pengadilan Agama
2. KMA : Ketua Mahkamah Agung
3. UUP : Undang-Undang Perkawinan
4. KHI : Kompilasi Hukum Islam
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Cerai talak yaitu cerai yang dijatuhkan suami di depan Pengadilan sesuai
dengan hukum Islam. Didalam pengadilan Agama selain cerai talak ada juga
istilah cerai gugat. Talak menurut Pasal 117 KHI adalah ikrar suami di hadapan
Pengadilan Agama yang menjadi salah satu sebab putusnya perkawinan.2 Dengan
demikian, bahwa cerai talak adalah terputusnya tali perkawinan (akad nikah)
antara suami dan istri dengan talak yang di ucapkan suami di depan sidang
pengadilan Agama. Al-Qur’an menyeru bahwa laki-laki dan perempuan tidak
dibeda-bedakan, laki-laki dan perempuan memiliki kesamaan tanggung jawab
dan balasan amal, ada keseimbangan (timbal balik) antara hak dan kewajiban
suami dan istri.3
Ketika suami istri yang tidak dapat lagi meneruskan perkawinan, dalam arti
adanya ketidak cocokan pandangan hidup dan percekcokan rumah tangga yang
tidak bisa didamaikan lagi, maka Islam memberikan jalan keluar yang dalam
istilah fiqh disebut dengan Thalaq (perceraian). Agama Islam membolehkan
suami istri bercerai, tentunya dengan alasan-alasan tertentu, meskipun percerai
itu (sangat) dibenci Allah SWT. Perceraian merupakan solusi terakhir yang dapat
2Kompilasi Hukum Islam Pasal 117 3 Amir Syaifuddin, Ushul Fiqih, (Jakarta: Perpustakaan Nasional KDT, 1999), hlm. 235.
2
ditempuh oleh suami isri dalam mengakhiri ikatan perkawinan setelah
mengadakan upaya perdamian secara maksimal.4
Firman Allah:
هُوا شاْيئًا ْعُروِف ۚ فاإِْن كاِرْهتُُموُهنَّ فاعاساٰى أاْن تاْكرا عااِشُروُهنَّ بِاْلما وا
ثِيًرا ْيًرا كا ياْجعالا اللَّهُ فِيِه خا وا
Artinya : kalau kamu membenci mereka itu (istrimu), maka hendaklah kamu
sabar dan jangan segera menjatuhkan talaknya, karena boleh jadi kamu
bencikan sesuatu, sedangkan Allah menjadikan kebaikan yang banyak
didalamnya.”5
Lain daripada itu Islam menganjurkan supaya suami memberi nasihat
kepada istrinya, jika ia bersikap nusyuz dan jangan mengambil keputusan untuk
cepat-cepat menjatuhkan talak. Kalau terjadi perselisihan dan perselisihan hebat
antara kedua suami istri, maka Islam menganjurkan, supaya diadakan dua orang
hakam (pendamai) antara keduanya, seorang dari keluarga suami dan seorang
lagi dari keluarga isteri.
Kedua hakam itu berdaya upaya untuk mendamaikan kedua bela pihak
yaitu suami dan istri tersebut. Kalau tidak juga berhasil perdamaian, maka waktu
itulah hakam menetapkan perceraian antara keduanya dengan menjatuhkan talak
satu atau talak ba’in sugro.
4uthiah, Hukum Islam Dinamika Seputar Hukum Keluarga, (Yogyakarta: Pustaka Bru Press,
2016) hlm. 141. 5 Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Semarang: Toha Putra, 1996) An-Nisa’ (4): 19
3
Dengan keterangan diatas jelaslah bahwa menjatuhkan talak adalah jalan
terakhir, karena tidak dapat lagi dipersatukan antara kedua suami istri itu dengan
segala daya upaya.
قُ ِل إِلاى اللَِّه تاعاالاى الطََّلا َلا أاْبغاُض اْلحا
“Halal yang paling dibenci Allah adalah thalak”,(HR. Abu Daud)6
Talak boleh dijatuhkan apabila suami merasa tidak tenang menjadikannya
sebagai istri, karena suami melihat istrinya tidak menolak tangan laki-laki lain
dan tidak dapat dipercaya untuk menjaga harta dan rahasia, atau si istri tidak bisa
memelihara keutuhan rumah tangga atau kehormatan suami, atau tidak taat
kepada suaminya. Kemajuan teknologi elektronik komunikasi juga semakin
berkembangan seiring berjalannya waktu yang mana dengan perkembangan
tersebut semakin membuka peluang kepada pasangan suami istri untuk berbuat
curang/selingkuh dengan seorang yang bukan mahromnya.
Perselingkuhan secara terminologi adalah kegiatan seksual atau emosional
dilakukan oleh salah satu kedua individu terkait dalam hubungan berkomitmen
dan dianggap melanggar kepercayaan atau norma-norma (terlihat maupun tidak
terlihat) hubungan dengan eksklusivitas emosional seksual.7
6 HR. Abu Daud
7 Anwar Bastian, “Perselingkuhan sebagai Kenikmatan Menyesatkan.” Jurnal Psikologi Perkembangan, Volume 8, No. 2, Juni 2012
4
Trend perselingkuhan bnayak terjadi dalam kehidupan keluarga.
Perselingkuhan merupakan salah satu aspek kehidupan keluarga dan sering
menjadi sumber permasalahan. Perselingkuhan seorang istri merupakan bentuk
penyimpangan tindakan anggota keluarga dilakukan tanpa sepengetahuan
suaminya, demikian juga sebaliknya. Perselingkuhan dilakukan diberbagai aspek
kehidupan keluarga, seperti keuangan, kebijakan keputusan, seksual,
persahabatan, hubungan dengan orang tua, pekerjaan dan sebagainya.
Perselingkuhan biasanya ditandai dengan perubahan sikap. Perubahan sikap
saling nyata dan sering terjadi dalam kasus perselingkuhan adalah
kecenderungan untuk merahasiakan sesuatu, bertindak defensi (bersikap
bertahan), dan berbohong.8
Perceraian berdampak Sosial Media sebagai fokus pembahasan peneliti
perlu dikaji dan diteliti karena relevan dengan maksud dan tujuan perkawinan
yaitu membentuk keluarga sakinah, mawaddah, dan rahmah. Perselingkuhan
dapat mengurangi makna kebahagiaan perkawinan, namun masih saja terjadi
sesuai dengan dinamika masyarakat dan perkembangan zaman. Interaksi yang
tidak Islami terutama didunia Sosial Media menjadi salah satu penyebab
perselingkuhan selain faktor minimnya iman. 9
Dari observasi awal penulis lakukan di Pengadilan Agama Sengeti Kelas 1
B, dapat dijumpai perceraian yang berdampak sosial media. Dalam skripsi ini
8Monty P. Satiadarma, Menyikapi Perselingkuhan, Jakarta, Pustaka Populer, 2010, hlm 29 9Abu Al-gifari, Selingkuh Nikmat yang Terlaknat, Bandung, Mujahid, 2012, hlm 5
5
penulis menfokuskan pada cerai talak karena perselingkuhan melalui sosial
media, dimana penulis menemukan enam nomor perkara cerai talak pada tahun
2018. Seperti dapat dilihat dari tabel di bawah ini:
Tabel.110
Dari tabel diatas dapat kita lihat bahwa tahun 2018 kasus cerai disebabkan
sosial media yang telah diputuskan hakim Pengadilan Agama Sengeti Kelas 1 B
Muaro Jambi sebanyak lima nomor perkara cerai talak dan satu perkara dicabut
oleh penggugat. Penulis hanya memfokuskan pada satu nomor perkara saja yaitu
seorang istri selingkuh dengan laki-laki lain melalui aplikasi Facebook dan
suaminya juga pernah melihat ada foto seorang laki-laki di HP istrinya dan juga
ditemukan bukti transfer uang untuk laki-laki selingkuhannya tersebut. Dengan
kasus tersebut suami merasa tidak senang terhadap perilaku isrtinya, maka sang
suami mengajukan gugatan ke Pengadilan Agama Sengeti. Setelah melihat kasus
tersbut hakim menimbang, bahwa melihat keretakan rumah tangga antara
10 “Daftar Putusan Nomor Perkara Perceraian Yang disebabkan Sosial Media Pada Tahun 2018 PA.Sgt. Kelas 1B”.
No Nomor Perkara Diputus/Dicabut
1 502 Putus
2. 400 Putus
3. 463 Putus
4. 419 Putus
5. 61 Putus
6. 413 Dicabut
6
pemohon dengan termohon, majelis hakim berpendapat, melanjutkan dan
mempertahankan rumah tangga keduanya lebih besar keburukannya dibanding
kebaikannya, diantara pemohon dan termohon sudah tidak ada lagi rasa saling
cinta mencintai, karena telah terjadi perselisihan dan pertengkaran antara
pemohon dan termohon yang sulit untuk didamaikan yang disebabkan pemohon
curiga termohon selingkuh dengan laki-laki lain karena termohon sering bermain
facebook, sehingga akhirnya pemohon dan termohon berpisah rumah sejak lebih
kurang tiga bulan lalu.11
Hakim membuat pertimbangan dengan memperhatikan alasan-alasan dari
pemohon. Alasan pemohon ini akan dikaji untuk akhirnya dibuat putusan. Oleh
karena itu putusan hakim sepatutnya harus sesuai dengan permohonannya baik
itu mengabulkan atau menolaknya.12
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas, maka dilakukan
penelitian berjudul Pertimbangan Hakim dalam Memutuskan Perkara Cerai
Talak Sebagai Dampak Sosial Media di Pengadilan Agama Sengeti.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja yang menjadi faktor utama penyebab putusan nomor
61/pdt.G/2018.PA.Sgt?
11 Sebab-sebab terjadinya Perceraian, Sebagaimana Diatur Dalam HKI Pasal 116
12 Akhmad Sukardja, Hukum Keluarga dan Peradilan Agama di Indonesia (Mahkamah Agung
RI 2001).
7
2. Apa yang menjadi pertimbangan hakim dalam memutuskan perkara nomor
61/Pdt.G/2018.PA.Sgt?
C. Batasan Masalah
Pembahasan mengenai cerai talak sangatlah luas. Oleh karena itu
berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, agar tidak terjadi perluasan
dalam penulisan karya ilmiah, dan agar penelitian ini lebih terarah, maka perlu
adanya pembatasan masalah yang diteliti, yang mana penulis membatasi
pembahasan hanya pada Perkara cerai talak yang terdampak sosial media
berdasarkan putusan Nomor 61 Tahun 2018 di Kantor Pengadilan Agama Sengeti
Kelas 1 B Muaro Jambi.
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Dengan adanya semua perumusan masalah di atas, diharapkan adanya
suatu kejelasan yang dijelaskan dan dijadikan tujuan bagi penulis dalam
skripsi ini. Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan ini adalah sebagai
berikut:
a. Ingin mengetahui faktor penyebab cerai talak dalam putusan perkara
61/Pdt.G/2018/PA.Sgt
b. Ingin mengetahui dasar hukum hakim dalam memutuskan perkara Nomor
61/Pdt.G/2018/PA.Sgt
8
2. Manfaat Penelitian
Manfaat dalam penulisan skripsi ini adalah
a. Manfaat Teoretis
Penelitian ini diharapkan akan menjadi kontribusi positif secara teoritis
dalam rangka mengembangkan khazanah keilmuan dibidang hukum
khusunya dalam bidang perkawinan.
b. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan akan menjadi rujukan bagi pihak-pihak
yang berkepentingan khususnya bagi pasangan suami istri yang
menggunakan sosial media.
E. Kerangka Teoristis
Kerangka teori merupakan teori yang dibuat untuk memberikan gambaran
yang sistematis mengenai masalah yang akan diteliti. Teori ini masih bersifat
sementara yang akan dibuktikan kebenarannya dengan cara meneliti dalam
realitas. Kerangka teori lazimnya dipergunakan dalam penelitian ilmu-ilmu sosial
dan juga dapat dipergunakan dalam penelitian hukum yaitu pada pada penelitian
hukum sosiologis / empiris.13
a. Teori Keadilan
Menurut Aristoteles keadilan adalah kondisi kebenaran ideal secara
moral mengenai suatu hal baik menyangkut benda atau orang. Pada pokoknya
13 Soerjono soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta, 1996, hlm. 127
9
pandangan keadilan ini sebagai suatu pemberian hak persamaan tapi bukan
persamarataan. Aristoteles membedakan hak persamaannya sesuai dengan hak
profesional. Kesamaan hak dipandang manusia suatu unit atau wadah yang
sama. Inilah yang dapat dipahami bahwa semua orang atau setiap warga negara
dihadapan hukum sama. Ada beberapa jenis keadilan menurut pandangan
Aristoteles dibagi kedalam dua macam keadilan, keadilan “distributief” dan
keadilan “commutetief” keadilan Distributief ialah keadilan memberikan
kepada tiap orang porsi menurut prestasinya. Keadilan Commutatief
memberikan sama banyaknya kepada setiap orang tanpa membeda-bedakan.14
b. Maslahah Al-Mursalah
Secara etimologi, kata " الصل ح" , "الصلحة" berarti sesuatu yang
baik, yang bermanfaat, dan ia merupakan lawan dari keburukan atau kerusakan
dan di dalam bahasa Arab sering pula disebut dengan "الخير والصواب" , yaitu
yang baik dan benar.15 Teori Maslahah Al-Mursalah ini mempunyai keterkaitan
dengan permasalahan yang peneliti kaji. Yaitu bagaimana cara Majelis Hakim
serta pihak-pihak yang terkait mencari jalan keluar serta pemecahan masalah,
dan bagaimana bentuk jalan keluar yang baik. Karna bahwasanya maslahah
14 L..J. Van Apeldoorn, Pengantar Ilmu Hukum, Jakarta, Pradnya Paramita, cetakan kedua puluh enam, 1996, hlm. 11-12.
15 Romli, Pengantar Ushul Fiqh Metode Penelitian Hukum Islam, (Jakarta: Kencana, 2017),
hlm. 188-189.
10
mursalah dalam realisasinya harus dapat menarik manfaat dan menolak
mudharat.
F. Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual adalah penggambaran antara konsep-konsep khusus
yang merupakan kumpulan dalam arti yang berkaitan dengan istilah yang akan
diteliti atau diuraikan dalam karya ilmiah. Kerangka konseptual pada pengertian
ini adalah sebagai berikut:
a. Pertimbangan Putusan Hakim
Pertimbangan hakim merupakan salah satu aspek terpenting dalam
memutuskan terwujudnya nilai dari suatu putusan hakim yang mengandung
keadilan (ex aequo et bono) dan mengandung kepastian hukum, disamping itu
juga mengandung manfaat bagi para pihak yang bersangkutan sehingga
pertimbangan hakim ini harus disikapi dengan teliti, baik, dan cermat. Apabila
pertimbangan hakim tidka teliti, baik, dan cermat, maka putusan hakim yang
berasal dari pertimbangan hakim tersebut dibatalkan oleh Pengadilan Tinggi
Mahkamah Agung.
b. Cerai Talak
Secara harfiyah, talak berarti lepas dan bebas. Dihubungkannya kata
talak dalam arti kata ini dengan putusnya perkawinan, karena antara suami dan
istri sudah lepas hubungannya atau masing-masing sudah bebas. Dalam
menggunakan arti talak secara terminologis, ulama mengemukakan rumusan
11
yang berbeda, namun esinsisnya sama, yakni melepaskan hubungan pernikahan
dengan menggunakan lafaz talak dan sejenisnya.16
Para ahli hukum islam (fukaha) berpendapat bahwa bila seseorang
menggucapkan kata-kata talak atau semisalnya terhadap istrinya maka talaknya
dianggap sah dan haram hukumnya bagi keduanya melakukan hubungan
biologis sebelum melakukan rujuk atau hukum lain yang membolehkan mereka
bersatu sebagai suami istri. 17
1. Dasar hukum talak
Menurut dasar hukum perceraian Undang-Undang No 1 Tahun 1974 dalam
pasal 39 berbunyi :
a) Perceraian hanya dapat dilakukan di depan sidang pengadilan setelah
pengadilan yang bersangkutan berusaha dan tidak berhasil
mendamaikan kedua belah pihak.
b) Untuk melakukan perceraian harus ada cukup alasan bahwa antara
suami istri tidak dapat hidup rukun sebagai suami istri.
c) Tata cara perceraian di depan sidang pengadilan diatur dalam peraturan
perundang-undangan itu sendiri18
Dari penjelasan pasal diatas dapat kita lihat bahwa melakukan perceraian
harus dengan alasan yang kongkrit dan hanya bisa dilakukan di depan sidang
16 Dr. Muhammad Syaifuddin, S.H., M.Hum dkk, Hukum Perceraian PT. Sinar Grafika hlm. 117-118.
17Abdul Aziz Muhammad Azzam, Fiqh Munakahat, (Jakarta: Amza, 2011), hlm 157. 18Undang-Undang No 1 tahun 1974 dalam pasal 39 tentang perkawinan.
12
pengadilan, itupun setelah Majelis Hakim telah berusaha mencari jalan damai
dan ternyata tidak berhasil untuk mendamaikan kedua belah pihak. Dalam Islam
maupun hukum positif tidak ada larangan perceraian secara mutlak namun
perceraian harus didahului dengan upaya perdamaian anatar kedua belah pihak.
Akan tetapi jika perdamaian antara suami dan istri tidak terwujud dan
perselisihan semakin memuncak, maka perceraian adalah jalan yang terbaik.
Sedangkan menurut Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 tentang
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan hanya
mengatur tentang tata cara perceraian, yaitu dalam Pasal 114 yang menyatakan
bahwa: “seorang suami yang telah melangsungkan perkawinan menurut Agama
Islam, yang akan menceraikan istrinya mengajukan surat kepada pengadilan
ditempat tinggalnya, yang berisi pemberitahuan bahwa ia bermaksud
menceraikan istrinya dengan alasan-alasannya, serta meminta kepada pengadilan
agar diadakan sidang untuk keperluan itu”.19
Alasan-alasan yang dimaksud dalam pasal 114 tersebut adalah
sebagaimana diatur dalam pasal 116 KHI, yaitu terjadinya perceraian pasangan
suami istri dapat disebabkan karena:
a. Salah satu pihak berbuat zina atau menjadi pemabuk, punjudi atau lain
sebagainya yang sulit disembuhkan.
19 Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 1
Tahun 1974.
13
b. Salah satu pihak meninggalkan pihak lain selama 2 tahun berturut-turut
tanpa izin pihak lain dan tanpa alasan yang sah atau karena hal lain di luar
kemampuan.
c. Salah satu pihak melakukan kekejaman dan penganiayaan berat yang
membahayakan pihak lain.
d. Salah satu pihak mendapat hukuman penjara 5 tahun atau hukuman yang
lebih berat setelah perkawinan berlangsung.
e. Terjadinya perselisihan dan pertengkaran antara suami dan istri secara terus
menrus dan tidak ada harapan akan hidup rukun lagi dalam rumah
tangganya.
f. Salah satu pihak mendapat cacat badan atau penyakit dengan akibat tidak
menjalankan kewajibannya sebagai suami atau istri.
g. Terjadinya peralihan agama atau murtad oleh salah satu pihak yang
menyebabkan terjadinya ketidak rukunan dalam rumah tangga.
h. Suami melanggar taklik Thalak.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa perceraian adalah
lepasnya ikatan perkawinan dan berakhirnya perkawinan.20
a. Talak dalam Kompilasi Hukum Islam
20 Kompilasi Hukum Islam, Pasal 116.
14
Perceraian merupakan salah satu penyebab putusnya perkawinan.
Hal ini sesuai dengan ketentuan pasal 113 KHI, yang mengatur bahwa
putusnya perkawinan dapat dikarena 3 alasan sebagai berikut:
a. Kematian
b. Perceraian
c. Putusnya Pengadilan21
Perceraian yang terjadi karena Talak suami istrinya ditandai dengan
adanya pembacaan ikrar talak (pasal 117 KHI), yaitu ikrar suami dihadapan
sidang Pengadilan Agama yang menjadi salah satu penyebab putusnya
perkawinan dan dilakukan sesuai tata cara perceraian yang diatur dalam
pasal 129, 130, 131.
c. Sosial Media
Sosial media adalah media online, dengan para penggunanya bisa
dengan mudah berpartisipasi, berbagi, dan menciptakan isi meliputi blog,
jejaring sosial, wiki, forum dan dunia virtual. Blog jejaring sosial dan wiki
merupakan bentuk media sosial yang paling umum digunakan oleh
masyarakat di seluruh dunia.
Andreas Kapla dan Michael Haenlein mendifinisikan Sosial media
sebagai “sebuah kelompok aplikasi berbasis internet yang dibangun diatas
dasar ideologi dan teknologi web 2.0 dan yang memungkinkan penciptaan
21 Kompilasi Hukum Islam, Pasal 113.
15
dan pertukaran user-generated content” jejaring sosial merupakan situs
dimana setiap orang bisa membuat web page pribadi, kemudian terhubung
dengan teman-teman untuk berbagi informasi dan komunikasi. Jejaring
sosial terbesar antara lain Fecebook, Path, Instagram, myspace dan Twitter.
Jika media tradisional menggunakan media ceak dan media broadcest, maka
media sosial menggunakan media internet. Media sosial mengajak siapa saja
yang tertarik untuk perpartisipasi dengan member kontribusi dan feedback /
umpan balik secara terbuka, memberi komentar, serta membagi informasi
dalam waktu yang cepat dan tak terbatas. Saat teknologi internet dan mobile
phone makin maju maka media sosial pun ikut tumbuh dengan pesat. Kini
untuk mengakses facebook atau twitter misalnya, bisa dilakukan dimana
saja. karena kecepatan media sosial juga mulai tampak menggantikan
peranan media massa konvensional dalam menyebarlan berita-berita.
Pesatnya perkembangan media sosial kini dikarenakan semua orang
bisa memiliki media sendiri. Seorang pengguna media sosial bisa mengakses
menggunakan sosial media dan jajaring internet. Kita sebagai pengguna
media sosial dengan bebas mengedit, menambahkan, memodifikasi baik
tulisan, gambar, video, dan berbagai model content lainnya.22
22 Anang Sugeng Cahyono, “Pengaruh Sosial Media Terhadap Perubahan Sosial Masyarakat di Indonesia” Jurnal Publiciana 9 (1), 2016 hlm. 6
16
Dari awal penjelasan penulis lakukan sosial media dapat mempengaruhi
dampak negatif dan dampak positif dalam rumah tangga. Adapun dampak negatif
dan positif sosial media adalah sebagai berikut:
a. Dampak Negatif
1) Batasan ranah pribadi menjadi kabur, dalam dunia jaringan sosial kita
bebas menulis apa saja dan seringkali tanpa sadar kita menulis hal yang
seharusnya tidak disampaikan melalui jaringan sosial. Maka tak jarang
pengguna akun jaringan sosial terkadang tanpa sadar menulis tentang
aibnya sendiri pada wall jaringannya, seperti luapan perasaan, curahan hati,
meratap atau semacam pengaduan yang seharusnya hanya ditunjukkan
kepada Allah, namun apabila sedang bermasalah dengan pasangan (suami-
istri) tersebut, mereka ungkapkan lewat statusnya sehingga akan muncul
tanggapan beragam dari teman-teman jaringan sosial yang memberikan
komentar terhadap masalah yang dihadapinya, yang tidak selayaknya
ditampakkan dimuka umum.
2) Berkurangnya interaksi antara keluarga, seorang yang sudah ketagihan
menggunakan jaringan sosial waktunya banyak dihabiskan untuk sekedar
update status, posting atau yang lainnya sehingga waktu berinteraksi
dengan lingkungan keluarga berkurang. Interaksi intim yang seharusnya
terjadi dalam kehidupan keluarga telah digantikan oleh sesi texting karena
bisa dilakukan dimana saja dan kapan saja.
17
3) Membuang waktu dengan sia-sia, update status, upload foto, bermain
games, mengobrol atau melihat dinding jaringan sosial sangat
mengasyikkan dan akhirnya bisa membuat lupa waktu. Waktu yang
seharusnya bermanfaat akhirnya terbuang dengan sia-sia karena
melalaikan pekerjaan dan kewajiban yang seharusnya dikerjakan. Sehingga
hal ini dapat melemahkan fungsi keluarga dalam memberikan hiburan dan
kasih sayang antar pasangan dan anggota keluarga satu sama lainnya.
4) Membuat pasangan cemburu, tim peneliti dari universitas of Guelph,
Kanada menemukan bahwa jaringan sosial dapat meningkatkan rasa
cemburu pasangan. Mereka menemukan bahwa makin seing seseorang
mengabiskan waktunya pada jaringan sosial maka akan menimbulkan rasa
cemburu dan tingkat kecurigaannya pada pasangan semakin tinggi, dan ini
beresiko terhadap pasangan yang telah menikah.
b. Dampak Positif
1) Sebagai sarana untuk menjalin hubungan sesama manusia, baik hubungan
silaturrahmi antar kerabat, hubungan dengan sesama teman, atau
hubungan relasi kerja. Tidak sedikit, banyak juga orang yang
menjadikannya sebagai saran mencari jodoh atau pasangan hidup.
2) Sebagai sarana komunikasi yang dapat digunakan untuk meningkatkan
kualitas hubungan dan keharmonisan diantara anggota keluarga /
pasangan suami-istri. Apalagi bagi pasangan suami istri yang tinggal
tidak satu atap karena tuntutan pekerjaan atau tugas belajar.
18
3) Memudahkan terjadinya transfer of knowledge dalam sebuah keluarga.
Mereka akan saling menambah wawasan dan bertukar ide, gagasan, dan
pengetahuan sehingga menambah wawasan anggota keluarga dalam
kaitannya menuju kelangsungan hidup keluarga yang sejahtera dalam
masyarakat.
4) Memanfaatkan yang spektakuler dari keberadaan media jaringan sosial
ini adalah kemampuannya untuk menjadi tempat perubahan sosial jika
disertai dengan tujuan-tujuan yang positif.23
G. Tinjauan Pustaka
Dalam melakukan penelitian, langkah terpenting harus dilakukan seorang
peneliti adalah melakukan tinjauan pustaka atau penelusuran terhadap hal-hal yang
berkaitan dengan permasalahan yang akan diteliti. Bahkan tinjauan pustaka sangat
perlu dilakukan sebelum penelitian menemukan permasalahannya. Tinjauan
pustaka perlu dilakukan untuk menambah wawasan peneliti sebelum peneliti
melangkah lebih jauh dalam permasalahan yang telah ditemukan. Dalam
penelitian ini penulis menemui suatu hasil penelitian yaitu skripsi yang dilakukan
oleh:
Pertama, penelitian yang dilakukan oleh M. Saifudin dengan judul skripsi
analisis hukum islam terhadap pengguna sosial media sebagai penyebab
23Yuni Harlina ”Dampak Komunikasi Jejaring Sosial Terhadap Kehidupan Perkawinan dalam Islam” Dosen Fakultas Syari’ah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Sultan Syrif Kasim Riau, 2015.
19
perceraian. Skr'ipsi ini membahas tentang dampak negatif sosial media yang
banyak menjadi kerusakan dalam rumah tangga.24
Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Siti Hajar dengan judul Gugatan
Perceraian dikarenakan Perselingkuhan di Media Sosial Menurut Hukum Islam.
Skripsi ini membahas tentang perceraian karena perselingkuhn melalui media
sosial melalui media sosial seperti SMS, Facebook, CHAT (BBM, Line,
instagram, dan WhatsApp). Adalah sah dan diqiyaskan kepada talak dengan
tulisan dengan Illatnya adalah keduanya merupakan pesan melalui teks yang bukan
verbal (lisan). Para ulama fiqh sepakat bahwa hal itu efektif jatuh talak (tulisan
dinilai sama dengan ucapan). Pertimbangan Hakim memutuskan perkara gugatan
perceraian karena perselingkuhan. Hakim telah mempelajari alasan-alasan yang
dapat dipertanggung jawabkan untuk memutuskan perkara perceraian
sebagaimana yang telah ditentukan didalam penjelasan UU No. 1 Tahun 1974
Pasal 39 ayat (2) dan PP No. 9 Tahun 1975 Pasal 19 saerta KHI Pasal 116,
disamping itu hakim juga mempertimbangkan dengan seksama mana yang harus
didahulukan antara mempertahankan ikatan perkawinan atau memutuskannya.
Dengan mempertimbangkan keadaan rumah tangga harmonis yang sulit
24 M Saifudin, “Analisis Hukum Islam Terhadap Penggunaan Sosial Meida Sebagai Penyebab
Perceraian”, Skripsi Mahasiswa Jurusan Hukum Islam Program Studi Ahwal Al Syakhsiyah, Fakultas
Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negri Sunan Ampel, 2014.
20
diwujudkan, maka hakim memilih untuk menjatuhkan putusan perceraian daripada
mempertahankan rumah tangga tersebut.25
Ketiga Penelitian yang dilakukan oleh Yuli Astuti dengan judul skripsi
Facebook Sebagai Pemicu Perselingkuhan yang Berdampak pada Perceraian.
Skripsi ini membahas tentang facebook sebagai pemicu perselingkuhan yang
berdampak perceraian, perselingkuhan adalah permasalahan dari sekian banyak
masalah yang ada di Pengadilan Agama Tegal. Perselingkuhan merupakan suatu
penyakit moral, facebook sebagai tren jejaring sosial baru, pasti punya sisi
negative, tidak menyangka memang, sudah tidak mengkagetkan lagi, karena HP
mulai muncul dan menjadi kebutuhan di masyarakat, sudah banyak cerita
bagaimana HP bisa “memperlancar” perselingkuhan, dan sekarang via facebook
pasti akan lebih dahsyat lagi. Keistimewaan facebook dalam mempermudah
sosialisasi, menampilkan foto, hingga menyajikan berbagai informasi tentang diri
membuat jejaring sosial ini dicintai oleh orang-orang yang ingin eksis dan suka
tampil narsis. Berbagai kelebihan facebook itu ternyata membawa konsekuensi
pada cara orang menarik perhatian lawan jenisnya.
Berdasarkan tinjauan pustaka di atas dapat diambil kesimpulan pada kasus
ini merupakan antara penulis mempunyai persamaan karena sama-sama mengkaji
tentang kasus cerai yang berdampak sosial media, dengan menggunakan metode
25 Siti Hajar, “Gugatan Perceraian dikarenakan Perselingkuhan di Media Sosial Menurut
Hukum Islam”, Skripsi Mahasiswa Hukum Perdata BW, Fakultas Hukum, Universitas Sumatera Utara.
2019.
21
kualitatif, akan tetapi isi dari penelitian tersebut berbeda dengan penulis lainnya.
Karena berdasarkan penelitian yang penulis ajukan yaitu pada objeknya adalah
untuk mengetahui pertimbangan hakim dalam memutuskan perkara cerai talak
yang berdampak sosial media di Pengadilan Agama Sengeti
22
BAB II
METODE PENELITIAN
Metode penelitian adalah suatu pengkajian dalam memperlajari peraturan-
peraturan yang terdapat dalam penelitian. Dalam menulisan proposal ini penulis
melakukan penelitian untuk memperoleh data atau menghimpun berbagai data,
fakta dan informasi yang diperlukan. Data yang didapatkan harus mempunyai
hubungan relevan dengan permasalahan yang dikaji, sehingga memiliki
kualitifikasi sebagai sistem penulisan penellitian ini adalah sebagai berikut:
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Salah satu hal yang harus ada dalam penelitian hukum empiris adanya
lokasi penelitian yang menunjukkan pada tempat dilakukan penelitian. Lokasi
penelitian dilakukan di Pengadilan Agama Sengeti, Kabupaten Muaro Jambi,
Provinsi Jambi, dengan pertimbangan bahwa lokasi tersebut dapat
memperoleh data yang diperoleh untuk menyusun serta menyelesaikan tugas
dan fungsinya untuk mengetahui perkara perceraian yang berdampak sosial
media, dan pertimbangan hakim dalam memutuskan perkara perceraian. Dan
di Kantor Pengadilan Agama Sengeti ini mempermudah penulis memperoleh
data yang diperlukan untuk menyusun serta menyelesaikan skripsi ini.
2. Waktu Penelitian
Waktu untuk penelitian ini adalah dari tahu 2019 sampai dengan 2020.
Penelitian dilakukan pada bulan Februari 2020.
23
B. Pendekatan dan Jenis Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian ini menggunakan pendekatan yuridis empiris
yaitu pendekatan yang digunakan untuk melihat gejala-gejala sosial yang
berkaitan dengan hukum dalam praktik legislasi di Indonesia.26 Dalam
penelitian kasus bertujuan untuk mengetahui secara mendalam terhadap suatu
individu, kelmpok, institusi, atau masyarakat tertentu tentang latar belakang,
keadaan/kondisi, faktor-faktor atau interaksi sosial yang terjadi didalam
masyarakat. 27
2. Jenis Penelitian
Penelitiaan disini menggunakan metode penelitian kualitatif, karena data-
data yang diperoleh berdasarkan temuan dilapangan mengenai masalah yang
diangkat dalam judul ini. Yaitu dengan menggunakan analisa isi, dengan cara
mengguraikan dan mendeskripsikan isi dari putusan yang penulis dapatkan,
kemudian menghubungkan dengan masalah yang diajukan sehingga dapat
menemukan kesimpulan yang objektif, logis, konsisten, dan sistematis sesuai
dengan tujuan yang dikehendaki dalam penulisan skripsi ini. Metode penelitian
deskriptif juga dapat menjelaskan suatu masalah yang bersifat kasuistik dengan
26Noor Muhammad Aziz, “Urgensi Penelitian dan Pengkajian Hukum dalam Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan,” Jurnal RechtsVinding BPHN, Vol. 1 No. 1, (Januari-April 2012), hlm.
19. 27Zainudin Ali, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Sinar Grafika, 2014), hlm. 13.
24
cara menggambarkan kasus yang sedang diteliti berdasarkan hubungan antara
teori dengan kenyataan di lapangan.
C. Jenis dan Sumber Data
Ada dua jenis data yang digunakan dalam penulisan skripsi ini yaitu data
primer dan sekunder
a. Data Primer
Data primer adalah data pokok yang diperlukan dalam penelitian, yang
diperoleh secara langsung dari sumbernya ataupun dari lokasi objek penelitian
atau keseluruhan data hasil penelitian yang diperoleh di lapangan.28 Adapun
sumber datanya adalah peristiwa-peristiwa atau kejadian-kejadian berkenaan
dengan mediasi dalam hal perceraian. Dengan cara melakukan wawancara
secara terstruktur dengan berpedoman kepada daftar pertanyaan yang telah
disiapkan kepada sejumlah responden seperti hakim dan mediator, dan yang
berkaitan dengan permasalahan penelitian seperti dokumen dan arsip yang ada
di Pengadilan Agama sengeti. . Data primer diperoleh peneliti sendiri secara
mentah-mentah dari responden dan masih memerlukan analisa lebih lanjut
dengan cara menguraikan dan menghubungkan dengan masalah yang dikaji.
28 Sayuti Una, Pedoman Penulisan Skripsi (Edisi Revisi), ( Jambi: Syari’ah Press, 2012),hlm.
45
25
b. Data Sekunder,
Sedangkan Data Sekunder adalah data yang diperoleh dengan
melakukan studi kepustakaan.29 Data sekunder bersumber dari dokumen-
dokumen, materi yang terdapat dalam buku-buku dan literatur yang ada
kaitannya dengan permasalahan yang dikaji.
D. Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen pengumpulan data adalah alat yang digunakan untuk
mengumpulkan data dan fakta penelitian. Untuk penelitian kualitatif, alat yang
digunakan adalah si peneliti itu sendiri (human instrument).30 Instrumen
pengumpulan data juga termasuk cara mengumpulkan data yang dibutuhkan
untuk menjawab rumusan masalah penelitian. Dalam penelitian jenis lapangan
ini (field research), penulis menggunakan dua instrumen data, berupa analisis
data, wawancara, dan dokumentasi
1. Wawancara
Wawancara adalah pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan
secara langsung oleh peneliti kepada responden dalam melakukan wawancara.
Sebelum peneliti melakukan wawancara terlebih dahulu mempersiapkan
pedoman wawancara agar wawancara berjalan lancar, sitematis dan sesuai
dengan rencana. Dalam pelaksanaan wawancara ini peneliti menyiapkan
29 Ishaq, Metode Penelitian Hukum dan Penulisan Skripsi, Tesis, serta Disertasi. (STAIN
Kerinci Press, Edisi Revisi 2015). Hlm 156. 30 Ishaq, Metode Penelitian Hukum dan Penulisan Skripsi, Tesis, serta Disertas, (Bandung:
Alfabeta, 2017), hlm. 37.
26
beberapa pertanyaan sebagai pedoman wawancara yang sesuai dengan
permasalahan agar tidak terjadi penyimpangan dalam mencari data.
Wawancara secara garis besar terbagi dua, yaitu wawancara tak terstruktur
dan wawancara terstruktur.31 Dalam wawancara peneliti sengaja menentukan
pihak yang akan diwawancarai baik terhadap pimpinan, hakim mediator,
panitera, pegawai, dan pihak yang berperkara di Pengadilan Agama Sengeti.
Sumber data primer diperoleh dari narasumber Pengadilan Agama Sengeti,
adalah sebagai berikut:
2. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan salah satu instrumen yang digunakan dalam
mengumpulkan data dalam penelitian kualitatif. Dokumentasi adalah data
sekunder yang diperoleh dari arsip dan dokumen dari Pengadilan Agama
Sengeti, serta dokumen lainnya yang mendukung data primer peneliti. Seperti
Sejarah Kantor Pengadilan Agama Sengeti, Struktur Oraganisasi dan
Deskripsi Tugas, dan hal-hal yang menjadi pelengkap penelitian ini.
E. Unit Analisis
Unit analisis dalam penulisan skripsi perlu dicantumkan apabila penelitian
tersebut adalah penelitian lapangan yang tidak memerlukan populasi dan sampel,
baik itu organisasi pemerintah maupun organisasi swasta atau sekelompok orang.
Unit analisis juga menjelaskan kapan waktu (Tahun berapa, atau bulan apa)
31 Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2008), hlm. 180.
27
penelitian dilakukan, jika judul penelitian tidak secara jelas menggambarkan
mengenai batasan waktu tersebut.32
Maka yang menjadi informanya adalah: Hakim Pengadilan Agama
Sengeti, Panmud Pengadilan Agama Sengeti, dan pegawai-pegawai Pengadilan
Agama Sengeti, pada Bulan Februari Tahun 2020. Jadi, keseluruhan informanya
berjumlah 5 orang, informanya yang berasal dari eksternal Pengadilan Agama
Sengeti diperlukan sebagai data pembanding bagi data-data yang diperoleh dari
internal Kantor Pengadilan Agama Sengeti.
F. Teknik Analisis Data
Setelah data yang diperlukan dalam penelitian terkumpul, maka langkah
selanjutnya penulis menganalisis data. Analisis data mempunyai kedudukan
penting dalam penelitian untuk mencapai tujuan penelitian. Dalam menganalisa
data tersebut penulis menggunakan teknik analisis data kualitatif yaitu yang
bersifat interaktif dimana antara satu tahap dengan tahap yang lain saling terkait
(berinteraksi). Yaitu dengan cara mereduksi data, menyajikan, dan kemudian
penulis menarik kesimpulan. Kegiatan komponen itu dapat penulis jelaskan
sebagai berikut:
1. Reduksi Data (Data Reduction)
Reduksi data adalah proses berfikir yang memerlukan kecerdasan dan
kedalaman wawasan yang tinggi. Dengan demikian data yang sudah di
32 Sayuti Una, Pedoman Penulisan Skripsi, (Jambi: Syariah Press, 2012), hlm. 62.
28
reduksikan memberikan gambaran yang luas tentang objek yang diteliti.
Selanjutnya penulis merangkum, memilih hal-hal yang pokok, dan
menfokuskan hal-hal yang penting. Data reduksi dapat dibantu dengan
menggunakan peralatan elektronik.
2. Penyajian Data (Data Display)
Setelah data diperoleh dilapangan, maka data yang masih berupa
gambaran umum yang belum bisa di pahami. Maka langkah selanjutnya
adalah menyajikan data yang telah diperoleh dari lapangan tersebut untuk
diolah menjadi data yang telah terstruktur sehingga mudah dipahami. Jadi
menyajikan data adalah memilih data untuk dijadikan dalam bentuk uraian
singkat dan menfokuskan permasalahan.
3. Penarikan Kesimpulan (Verifikasi)
Penarikan kesimpulan atau verifikasi merupakan kegiatan di akhir
penelitian kualitatif. Peneliti harus sampai pada kesimpulan dan melakukan
verifikasi, baik dari segi makna maupun kebenaran kesimpulan yang disepakati
oleh subjek tempat penelitian itu dilaksanakan
G. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan berisi tentang deskriptif daftar isi karya tulis bab
perbab. Adapun sistematika pembahasannya sebagai berikut :
BAB I : Membahas mengenai pendahuluan yang membahas mengenai latar
belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan dan kegunaan
penelitian, kerangka teoritis dan konseptual, dan tinjauan pustaka.
29
BAB II : Membahas mengenai metode penelitian, jenis dan pendekatan
penelitian, jenis dan sumber data, instrumen pengumpulan data, teknik analisis
data, sistematika penulisan, dan jadwal penelitian
BAB III: Membahas mengenai gambaran umum lokasi penelitian yang
mengandungi sub-sub bab seperti sejarah dan perkembangan Pengadilan Agama
Sengeti Kelas 1B, vis dan misi, tugas dan fungsi pokok Pengadilan Agama
Sengeti Kelas 1B, dan struktur Organisasi Pengadilan Agama Sengeti Kelas 1B.
BAB IV: Membahas mengenai pertimbangan Hakim dalam memutuskan
Perkara, dasar-dasar putusan hakim dalam memutuskan perkara di Pengadilan.
Putusan Perkara Nomor 61/Pdt.P/2018 Tentang Cerai Talak. Faktor terjadinya
Perceraian dan Pertimbangan Hakim Terhadap perkara tersebut.
BAB V : Penutupan dalam skripsi ini terdiri dari kesimpulan hasil penulisan
skripsi ,saran-saran dan penutup.
30
BAB III
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Sejarah Pengadilan Agama Sengeti Muara Jambi
Eksistensi PA Sengeti didasarkan pada Keputusan Presiden Indonesia
Nomor 62 Tahun 2002 tanggal 28 Agustus 2002. PA Sengeti sebelumnya
merupakan bagian dari PA Muara Bulian. PASengeti diresmikan oleh Direktur
Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji rs. H. Taufiq
Kamil pada tanggal 23 April 2003 di Kantor Bupati Muaro Jambi. Pada periode
awal Kantor PA Sengeti menempati rumah penduduk Desa Sengeti yang
bernama Drs. Thohri Yasin dan Endrawati. Pada tahun 2004 Kantor PA pindah
dan memakai gedung Dinas Perkebunan Kabupaten Muaro Jambi.33
Pada tahun 2005 mulailah dibangun Gedung PA Sengeti yang permanen
dan selesai pada tahun itu. Gedung PA Sengeti terletak di komplek perkatoran
Bukit Cinto Kenang Pemerintahan Daerah Kabupaten Muaro Jambi yang
diresmikan pada hari Senin tanggal 20 Februari 2006 M bertepatan dengan
tanggal 21 Muharram 1427 H oleh Wakil Ketua Mahkamah Agung Republik
Indonesia Bidang Non Yudisial dan ditanda tangani oleh Drs. H. Syamsuhadi
Irsyad, SH.,MH. Pada saat yang sama diresmikan pula Gedung PA Tebo dan
Sabak yang juga masuk Wilayah Pengadilan Tinggi Agama Jambi Ketua PA
Sengeti yang pertama dijabat oleh Drs. Usman Karim dan wakilnya adalah Drs.
33 Dokumentasi Pengadilan Agama Sengeti, Kabupaten Muaro Jambi, 4 Februari 2020.
31
H. Wachid Ridwan. Panitera/Sekretaris dijabat oleh Drs. Thohri Yasin. Setelah
Ketua memasuki masa purnabakti tahun 2004, jabatan Ketua dilaksanakan oleh
wakil ketua sebagai PLH Ketua PA Sengeti.34
Tabel II
Nama-Nama Kepala Pengadilan Agama Sengeti35
No Nama Masa Jabatan
1. DRS. USMAN KARIM 2003-2004
2. DRS. SYEKHAN AL JUFRI 2005-2009
3. DRS. AZWAR, S.H. 2009-2013
4. DRA. HJ. SARTINI,S.H. MH 2014-2016
5. DRS.M. JHON AFRIJAL, SH.,M.H 2016-2017
6. DRS. H. ABDAN KHUBBAN, S.H.
M.H
2018-2019
34 Dokumentasi Pengadilan Agama Sengeti, Kabupaten Muaro Jambi, 04 Februari 2020 35Nama-Nama Kepala Pengadilan Agama Sengeti Tahun 2019.
32
B. Visi dan Misi Pengadilan Agama Sengeti
1. Visi:
“Terwujudnya Pengadilan Agama Yang Agung”
Visi Pengadilan Agama Sengeti tersebut merupakan kondisi yang
diharapkan dapat memotivasi seluruh karyawan-karyawati Pengadilan Agama
Sengeti dalam menjalankan aktivitas. Pernyataan visi Pengadilan Agama Sengeti
tersebut memiliki pokok pengertian sebagai berikut:
Bahwa yang ingin dicapai melalui visi ini adalah menjadikan Pengadilan
Agama Sengeti sebagai lembaga peradilan yang dihormati, yang dikelola dan
diawasi oleh hakim dan pegawai yang memiliki kemuliaan, kebesaran dan
keluhuran sikap dan jiwa dalam melaksanakan tugas pokoknya memutus
perkara.36
2. Misi
a. Menjaga kemandirian lembaga peradilan
Maksudnya adalah bahwa syarat utama terselenggaranya suatu proses
peradilan yang obyektif adalah adanya kemandirian lembaga yang
menyelenggarakan peradilan, yaitu kemandirian badan peradilan sebagai sebuah
lembaga (kemandirian institusional), serta kemandirian hakim dalam
menjalankan fungsinya (kemandirian individual/fungsional).
36Dokumentasi Pengadilan Agama Sengeti, Kabupaten Muaro Jambi, 04 Februari 2020.
33
Kemandirian menjadi kata kunci dalam usaha melaksanakan tugas pokok dan
fungsi badan peradilan secara efektif.
Sebagai konsekuensi dari penyatuan atap, dimana badan peradilan telah
mendapatkan kewenagan atas urusan organisasi, administrasi, dan finansial
(konsep satu atap), maka fungsi perancanaan, pelaksanaan, serta pengawasan
organisasi, administrasi, dan finansial seluruh badan peradilan di Indonesia
harus dijalankan secara baik. Hal ini dimaksudkan agar tidak menganggu
pelaksanaan tugas kekuasaan kehakiman yang diembangnya. Hal penting lain
yang perlu diperjuangkan adalah kemandirian pengelolaan anggaran berbasis
kinerja dan penyediaan sarana pendukung dalam bentuk alokasi yang pasti
dari APBN. Kebutuhan adanya kepastian ini untuk memberikan jaminan
penyelenggaraan Pengadilan di seluruh Indonesia.37
Selain kemandirian institusional, kemandirian badan peradilan juga
mengandung aspek kemandirian hakim untuk memutus (kemandirian
individual/fungsional) yang terkait erat dengan tujuan penyelenggaraan
Pengadilan. Tujuan penyelenggaraan Pengadilan yang dimaksud adalah untuk
menjamin adanya pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum
yang adil bagi setiap manusia. Selain itu, juga perlu membangun pemahaman
dan kemampuan yang setara di antara para hakim menegenai masalah-
masalah hukum yang berkembang.
37. Dokumentasi Pengadilan Agama Sengeti, Kabupaten Muaro Jambi, 04 Februari 2020.
34
b. Memberikan pelayanan hukum yang berkeadilan,
Maksudnya adalah tugas badan peradilan adalah menyelenggarakan
peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan. Menyadari hal ini, orientasi
perbaikan yang dilakukan Pengadilan Agama Sengeti mempertimbangkan
kepentingan pencari keadilan dalam memperoleh keadilan. Adalah keharusan
bagi setiap badan peradilan untuk meningkatkan pelayanan public dan
memberikan jaminan proses peradilan yang adil. Keadilan bagi para pencari
keadilan pada dasarnya merupakan suatu nilai yang subyektif, Karena adil
menurut satu pihak belum belum tentu adil bagi pihak lain. Penyelenggaraan
peradilan atau penegakkan hukum harus dipahami sebagai sarana untuk
menjamin adanya suatu proses yang adil, dalam rangka menghasilkan putusan
yang mempertimbangkan kepentingan (keadilan menurut) kedua belah
pihak.38
Perbaikan yang akan dilakukan oleh Pengadilan Agama Sengeti, selain
subtansi putusan yang dapat dipertanggungjawabkan, juga akan meliputi
peningkatan pelayanan administrative sebagai penunjang berjalannya proses
yang adil. Sebagai contoh adalah adanya pengumuman jadwal sidang secara
terbuka dan pemberian salinan putusan, sebagai bentuk jaminan akses bagi
pencari keadilan.
38 Dokumentasi Pengadilan Agama Sengeti, Kabupaten Muaro Jambi, 04 Februari 2020.
35
c. Meningkatkan kualitas kepemimpinan badan peradilan,
Kualitas kepemimpinan badan peradilan akan menentukan kualitas dan
kecepatan gerak perubahan badan peradilan. Dalam system satu atap, peran
pimpinan badan peradilan, selain menguasai aspek teknis yudisial, diharuskan
juga mampu merumuskan kebijakan-kebijakan non-teknis (kepemimpinan
dan manajerial). Terkait aspek yudisial, seorang pimpina Pengadilan
bertanggungjawab untuk menjaga adanya kesatuan hukum diPengadilan yang
dipimpinnya. Untuk area non-teknis, secara operasional, pimpina badan
peradilan dibantu oleh pelaksanaan urusan administrasi.
Dengan kata lain, pimpinan badanperadiln harus memiliki kompetensi
yudisial dan non-yudisial. Demi terlaksannya upaya-upaya tersebut,
Pengadilan Agama Sengeti menitikberatkan pada peningkatan kualitas
kepemimpinan badan peradilan dengan membangun dan mengembangkan
kompetensi teknis yudisial dan non-yudisial (kepemimpinan dan
manajerial).39
d. Meningkatkan kredibilitas dan transparansi badan peradilan
Kredibilitas dan transparansi badan peradilan merupakan factor penting
untuk mengembalikan kepercayaan pencari keadilan kepada badan peradilan.
Upaya menjaga kredibilitas akan dilakukan dengan mengefektifkan sistem
pembinaan, pengawasan, serta publikasi putusan-putusan yang dapat
39 Dokumentasi Pengadilan Agama Sengeti, Kabupaten Muaro Jambi, 04 Februari 2020.
36
dipertanggungjawabka. Selain sebagai pertanggungjawaban publik, adanya
pengelolaan organisasi terbuka, juga akan membangun kepercayaan
pengemban kpentingan di dalam badan peradilan itu sendir. Melalui
keterbukaan informasi dan pelaporan internal, personil peradilan akan
mendapatkan kejelasan mengenai jenjang karir, kesempatan pengembangan
diri dengan pendidikan dan pelatihan, serta penghargaan ataupun hukuman
yang mungkin mereka dapatkan. Terlaksannya prinsip transparansi,
pemberian perlakuan yang setara, serta jaminan proses yang ujur dan adil,
hanya dapat dicapai dengan usaha para personil peradilan untuk bekerja secara
professional dan menjaga integritasnya.40
C. Sturktur Organisasi Pengadilan Agama Sengeti
Setiap Organisasi berkeinginan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan dan untuk mencapainya perlu didukung dengan adanya struktur
organisasi yang baik. Struktur tersebut dibuat untuk mengatur tugas dan
tanggung jawab masing-masing bagian, guna membentuk kerjasama yang terarah
dan terorganisir dalam mencapai tujuan.
Struktur organisasi dapat menunjukkan wewenang dan tanggung jawab
dalam setiap bagian, sehingga masing-masing individu dapat mengetahui
tugasnya dan dapat bekerja sama satu sama lain. Susunan organisasi di
Pengadilan Agama diatur dalam pasal 9 ayat 1 Undang-undang Nomor 7 Tahun
40 Dokumentasi Pengadilan Agama Sengeti, Kabupaten Muaro Jambi, 04 Februari 2020.
37
1989 yang telah diubah dengan Undang-undang Nomor 3 Tahun 2006 kemudian
dirubah kedua kalinya dengan Undang-undang Nomor 50 Tahun 2009 yang
berbunyi “ Susunan Pengadilan Agama terdiri dari Pimpinan, Hakim Anggota,
Panitera, Sekretaris, dan Jurusita”. Untuk mengetahui Struktur Organisasi
Pengadilan Agama Sengeti, dapat dilihat dari gambar berikut ini:
38
Struktur Organisasi Pengadilan Agama Sengeti Kelas 1B
Ketua Pengadilan
Ma’rifah
Wakil Ketua Pengadilan
Muliyamah
Hakim
1. Dra. Emaneli, MH
2. Siti Fatimah,.SHI,.MHI
3. H. Rizlan Hasanuddin, Lc
4. Rahmatullah Ramadan D,
SHI
Panitera
Drs. Idwal Maris, SH
Sekertaris
Yudhstira Adi Pinto SE,. MH
Kasubbag Kepegawaian
M. Solihin, S.Sos,.MHI
Kasubbag Umum
Angga Setiawan SH,.MH
Panitera Muda
Permohonan
Siti Khairiah, SHI
Panitera Muda Gugatan
Drs. Said Hasan A,MH
Panitera Muda
Hukum
Romi Herumas S,SHI,
MH
39
D. Sarana dan Prasarana Pengadilan Agama Sengeti
Secara umum sarana dan prasarana adalah alat penunjang keberhasilan
suatu proses upaya yang dilakukan di dalam pelayanan publik, karena apabila
kedua hal ini tidak tersedia maka semua kegiatan yang dilakukan tidak akan dapat
mencapai hasil yang diharapkan sesuai dengan rencana.
Dalam rangka melaksanakan tugas pokoknya, Pengadilan Agama Sengeti
selain didukung oleh Sumber Daya Manusia juga didukung oleh Sarana dan
Prasarana yang lebih jelasnya akan diuraikan nantinya. Selain itu pihak
Pengadilan Agama Sengeti juga mempunyai beberapa portal laman web resmi
bagi memudahkan masyarakat mendapatkan informasi serta aktivitas berkenaan
dengan Pengadilan Agama sengeti secara tepat tanpa perlu pergi ke kantor
Pengadilan Agama Sengeti Berikut ini adalah uraian daftar sarana dan prasarana
di Pengadilan Agama Sengeti:
40
Tabel. III
Daftar Sarana Dan Prasarana41
Identitas
Barang
Jumlah
Barang
penguasaan
No Nama barang Merk/type Kd Barang Th.prlh
n
1. Meja kerja kayu 3.05.02.01.002 2015 1 buah Milik sendiri
2. Meja kerja kayu 3.05.02.01.002 2015 1 buah Milik sendiri
3. Meja kerja kayu 3.05.02.01.002 2015 1 buah Milik sendiri
4. Kursi besi/metal Lipat merah baru 3.05.02.01.003 2010 1 buah Milik sendiri
5. Kursi besi/metal Lipat merah baru 3.05.02.01.003 2010 1 buah Milik sendiri
6. Kursi besi/metal Lipat merah baru 3.05.02.01.003 2010 1 buah Milik sendiri
7. Kursi besi/metal Lipat merah baru 3.05.02.01.003 2010 1 buah Milik sendiri
8. Kursi besi/metal Lipat merah baru 3.05.02.01.003 2010 1 buah Milik sendiri
9. Kursi besi/metal Lipat merah baru 3.05.02.01.003 2010 1 buah Milik sendiri
10. Kursi besi/metal Lipat merah baru 3.05.02.01.003 2010 1 buah Milik sendiri
11. A.C Split LG 3.05.02.04.004 2006 1 buah Milik sendiri
12. A.C Split LG 3.05.02.04.004 2006 1 buah Milik sendiri
13. P.C Unit Polysonic 3.10.01.02.001 2008 1 buah Milik sendiri
14. P.C Unit Lenovo 3.10.01.02.001 2016 1 buah Milik sendiri
41Daftar Sarana Dan Prasarana Tahun 2019
41
BAB IV
PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN
A. Faktor Utama Penyebab Putusan Nomor 61/Pdt.G/2018
Salah satu faktor utama penyebab persamalahan rumah tangga adalah
penyalagunaan sosial media, sosial media sebagai alat untuk melakukan
hubungan perselingkuhan adalah sebuah hal yang tidak familiar untuk zaman
sekarang. Namun sebenarnya sosial media diciptakan bukan untuk fungsi
tersebut. Sebuah permasalahan yang timbul itu semua karena manusia yang
mengoperasikannya kurang bijak dan tidak memikirkan efek dari perilakunya.
Alasan sosial media dapat menjadi penyebab perceraian adalah terlalu aktif
ber-Sosial Media, sebanyak enam nomor perkara kasus perceraian disebabkan
oleh adanya pihak ketiga tercatat di Pengadilan Agama Sengeti sepanjang 2018.
Penggunaan sosial media yang semakin berkembang dituding menjadi salah satu
penyebab dari meningkatnya angka percerain tersebut. Panitera Muda Hukum
Pengadilan Agama sengeti menjelaskan, meningkatnya kasus perceraian tersebut
memang diduga dampak dari sosial media. Lantaran aktif menggunakan sosial
media antara suami dan istri jadi lupa akan tugas dan kewajiban masing-masing.
Ini yang menimbulkan perselisihan dalam pernikahan.42
42Wawancara bersama Bapak Romi, Panitera Muda Hukum Pengadilan Agama Sengeti 04 Februari 2020.
42
Media sosial yang seharusnya digunakan sebagai alat untuk
mempermudah komunikasi disalah gunakan untuk melampiaskan rasa ketidak
puasan terhadap pasangan, seperti menyebarkan aib dari pasangan, menfitnah,
dan berhubungan dengan bukan mahromnya. Penyalagunaan inilah yang
sekarang menjadi masalah serius dan diperlukan pemecahan. Karena
berhubungan dengan bukan pasangannya masih terkait dalam suatu
perkawinan, hal tersebut termasuk dosa dan akan menghancurkan hati
pasangannya.43 Seperti halnya dengan putusan Nomor 61/Pdt.G/2018/PA.
Sgt.
Dalam kasus perceraian yang disebabkan media sosial sudah banyak
kami terima dalam tahun 2018, seperti dengan nomor perkara
61/Pdt.G/2018. Tentu masalah ini sudah tidak familiar lagi terjadi pada
zaman yang serba teknologi, adapun media-media yang banyak kami
temui untuk pasangan suami istri berselingkuh adalah seperti
Facebook, SMS, WhatsApp dan lain sebagainya.44
Hasil wawancara diatas dapat kita jumpai bahwa kasus perselingkuhan
yang disebabkan sosial media sudah banyak terjadi, perselingkuhan
merupakan hubungan antara seseorang yang sudah menikah dengan orang lain
yang bukan merupakan suami / istri yang sah. contohnya putusan nomor
61/Pdt.G/2018, didalam nomor perkara ini dapat jumpai bahwa seorang istri
43 Rima Safria, “Perselingkuhan Melalui Facebook dan SMS Penyebab Perceraian (Study Pada
Pengadilan Agama Jakarta Selatan”, Skripsi Mahasiswa Jurusan Hukum Keluarga Fakultas Syari’ah dan
Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014. 44 Wawancara bersama Bapak Rahmatullah Ramadhan S.HI Halim Pengadilan Agama Sengeti,
Pada Tanggal 04 Februari 2020.
43
selingkuh dengan laki-laki lain melalui media internet yaitu Facebook, selain
itu menurut keterangan saksi sang suami pernah melihat foto laki-laki lain di
Hp istrinya dan menemukan bukti pengiriman uang kepada laki-laki tersebut.
Berikut dapat dilihat isi dari putusan Nomor 61/Pdt.G/2018/PA.Sgt
Bahwa, pada hari persidangan yang telah ditetapkan, Pemohon telah
hadir sendiri, sedangkan Termohon tidak pernah hadir dan tidak pula
menyuruh orang lain untuk hadir sebagai wakil atau kuasanya, meskipun
menurut Relas Panggilan Nomor 61/Pdt.G/2018/PA.Sgt, tanggal 02 Februari
2018 dan 13 Februari 2018, Termohon telah dipanggil secara resmi dan patut.
Sehingga Termohon tidak dapat didengar keterangannya dan persidangan
dilanjutkan dengan tanpa hadirnya Termohon. Bahwa, atas permohonan
pemohon tersebut Majelis Hakim telah berusaha mendamaikan pihak yang
berperkara di persidangan dengan menasihati Pemohon agar tetap
mempertahankan keutuhan rumah tangganya dengan Termohon, tetapi usaha
tersebut tidak berhasil; Bahwa, upaya mediasi tidak dapat dilaksanakan,
karena Termohon tidak pernah hadir ke persidangan, maka pemeriksa
dilanjutkan dengan membacakan Permohonan pemohon yang isinya tetap
dipertahankan oleh Pemohon; 45
Dari isi putusan perkara 61/Pdt.G/2018 kami liat bahwa dengan keterangan
dari pemohon dan saksi-saksi dari pemohon bahwa benar adanya
perselisihan dan pertengkaran yang disebabkan suami termohon curiga
45 Putusan Pengadilan Agama Sengeti Nomor. 61/Pdt.G/PA.Sgt, Tentang Perceraian Karena
Perselingkuhan Akibat Media Sosial.
44
bahwa termohon berselingkuh dengan laki-laki lain karena termohon
sering bermain facebook dan pemohon pernah melihat foto laki-laki
tersebut dan bukti pengiriman uang dari termohon untuk laki-laki tersebut.
dan saksi tidak mendengar langsung pemohon dan termohon bertengkar,
hal tersebut saksi ketahui dari cerita pemohon kepada saksi, bahkan
pemohon pernah meminta bantuan saksi untuk mendamaikan pemohon dan
termohon. Dan bahkan pihak keluarga pun sudah berupaya untuk
merukunkan pemohon dan termohon, namun tidak berhasil46
Penggunaan sosial media yang semakin berkembang dituding menjadi
salah satu penyebab meningkatnya angka perceraian tersebut. Panitera Muda
Hukum Pengadilan Agama Sengeti Romi, menjelaskan meningkatnya kasus
perceraian diduga dampak dari sosial media. Lantaran aktif menggunakan
sosial media, suami istri lupa tugas dan kewajiban “mereka lalai atas tugas
masing-masing. Mereka lupa mengatur waktu. Akhirnya menimbulkan
perselisihan dalam pernikahan”.
B. Pertimbangan Hakim dalam Memutuskan Perkara Nomor perkara
61/Pdt.G/2018.PA.Sgt
Peradilan yang dilaksanakan Nabi Muhammad Shalallah Alaihi Wa
Salam, dan para Khalifah setelahnya adalah dengan terbuka atau di tempat
umum, seperti masjid atau suatu tempat yang seseorang tidak dilarang
memasukinya. Sebab alasannya peradilan Islam adalah terbuka, sehingga
kasusnya dapat di akses oleh publik.47
46Wawancara bersama Bapak Rahmatullah Ramadhan selaku Hakim di Pengadilan Agama
Sengeti, 04 Februari 2020 47 Samir Aliyah, System Pemerintah Peradilan Dan Adat Dalam Islam, (Jakarta: Khalifa,
2004), hlm. 83.
45
Kewenangan Peradilan Agama yang semula bertugas dan berwenang
memeriksa, memutus, dan menyelesaikan perkara-perkara tingkat pertama antara
orang-orang berAgama Islam dibidang: a.perkawinan; b.kewarisan, wasiat, dan
hibah; c.waqaf dan shadaqah. Berdasarkan UU No. 3 tahun 2006,48
kewenangannya diperluas dalam bidang ekonomi syariah, meliputi: Bank
syariah, Asuransi, Ansuransi Syariah, Reansuransi Syariah dan Surat Berharga
Berjangka Menengah Syariah, Sekuritas Syariah, Pengadilan Syariah, Dana
Pensiun Lembaga Keuangan Syariah, Bisnis Syariah, Dan Lembaga Keuangan
Mikro Syariah.49
Qadha’ adalah fardhu kifayah. Seorang imam (penguasa) di setiap
negera wajib mengangkat qadhi (hakim) di wilayah kekuasaannya sebagai
pengganti dirinya didalam menjelaskan hukum-hukum syariat dan mewajibkan
rakyatnya menaatinya.50
Putusan hakim merupakan mahkota dan puncak dari suatu perkara yang
sedang diperiksa dan diadili oleh hakim tersebut. Oleh karena itu, tentu saja
hakim dalam membuat putusan harus memperhatikan segala aspek didalamnya,
mulai dari perlunya kehati-hatian, dihindari sedikit mungkin ketidakcermatan,
48 Undang-Undang No. 3 tahun 2006, Tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 7 Tahun
1989 Tentang Peradilan Agama. 49 Mardani, Hukum Acara Perdata Peradilan Agama dan Mahkamah Syari’ah, (Jakarta: Sinar
Grafika, 2017), hlm. 14. 50 Syaikh Abu Bakar Jabir Al-Jaza’iri, Minhajul Muslim, (Jakarta: Darul Haq, 2018), hlm. 944.
46
baik yang bersifat formal maupun materil sampai adanya kecakapan teknik
membuatnya.51
Selain itu, pada hakikatnya pertimbangan hakim hendaknya juga memuat
tentang hal-hal sebagai berikut :
1. Pokok persoalan dan hal-hal yang diakui atau dalil-dalil yang tidak disangkal.
2. Adanya analisis secara yuridis terhadap segala aspek menyangkut semua fakta
/ hal-hal yang terbukti dalam persidangan.
3. Adanya pertimbangan-pertimbangan hakim secara yuridis (ratio decidend)
dengan titik tolak pada pendapat para doktrin, alat bukti, dan yurisprudensi.
Pertimbangan-pertimbangan ini hendaknya harus disusun secara logis,
sistematis, saling berhubungan, dan saling mengisi.
4. Adanya semua bagian dari petitum Penggugat harus dipertimbangkan / diadili
secara satu demi satu sehingga hakim dapat menarik kesimpulan tentang
terbukti / tidaknya dan dapat dikabulkan / tidaknya tuntutan tersebut dalam
amar putusan.
Di antara ayat-ayat Al-Qur’an terdapat yang ditunjukan kepada Nabi
Shalallah Alaihi Wa Sallam seperti:
را باۡيناُهۡم ثُمَّ َلا ياِجدُواْ فِي ا شاجا ُموكا فِيما ك ِ تَّٰى يُحا ب ِكا َلا يُۡؤِمنُونا حا را فاَلا وا
ل ُِمواْ تاۡسِليٗما يُسا ۡيتا وا ا قاضا مَّ ٗجا م ِ را ٥٦ أانفُِسِهۡم حا Artinya:Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga
mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka
perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu
51 Ahmad Rifa’i, Penemuan Hukum Oleh Hakim, (Jakarta: Sinar Grafika, 2018), hlm. 94.
47
keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima
dengan sepenuhnya52
Rasulallah Shalallah Alaihi Wa Salam memutuskan perselisihan antara
Abu Bakar dan Rabi’ah Al-Aslami tentang tanah yang terdapat pohon korma
yang miring, adapun batangnya di tanah Rabi’ah, sedangkan rantingnya di tanah
Abu Bakar, dan masing-masing mengakui bahwa pohon tersebut miliknya. lalu
keduanya pergi kepada Nabi Shalallah Alaihi Wa Sallam, maka beliau
memutuskan bahwa ranting menjadi milik orang yang memiliki batang pohon.53
Untuk lebih mendekatkan dan fokus pada permasalahan penelitian yang
ada, dan memberikan deskripsi yang jelas tentang pertimbangan hakim dalam
memutuskan perkara cerai talak sebagai dampak sosial media yang diputus oleh
Pengadilan Agama Sengeti pada No. 61/Pdt.G/2018/PA.Sgt. Dimana dalam
kasus tersebut seorang Istri selingkuh dengan laki-laki lain melalui media
Facebook yang menyebabkan Penggugat merasa tidak senang, dan menyebabkan
sering terjadi perselisihan dan pertengkaran antara keduanya. Dapat kita lihat isi
putusan 61/Pdt.G/2018/PA.Sgt sebagai berikut:
Maksud dan tujuan gugatan Penggugat perceraian adalah agar hakim
mengabulkan gugatan penggugat; memutuskan perkawinan antara Pemohon dan
Termohon. Majelis Hakim telah berusaha dengan sunguh-sungguh mendamaikan
dengan menasihati Pemohon agar tetap mempertahankan rumah tangganya
52 Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Semarang: Toha Putra, 1996) An-Nisa’(4): 65. 53 Samir aliyah, system pemerintah, peradilan dan adat dalam islam, (jakarta: khalifa, 2004),
hlm. 299.
48
dengan Termohon di setiap persidangan quod est pasal 82 Undang-Undang
Nomor 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama yang telah diubah dengan
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1006 dan Undang-Undang Nomor 50 Tahun
2009 Jo. Pasal 31 Peraturan Pemerintah54 Nomor 9 Tahun 1975 Tentang
Pelaksaan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan, akan
tetapi usaha tersebut tetap tidak berhasil sampai putusan ini di jatuhkan.
Sebagaimana yang disampaikan Bapak Rahmatullah Ramadhan selaku Hakim
Anggota di Pengadilan Agama Sengeti, sebagai berikut:
Kita sudah melakukan pengadilan berdasarkan ketentuan yang ada, agar
semuanya bisa dipertanggungjawabkan putusan tersebut. Sehingga apa
yang sudah diberikan bisa menjadikan pelajaran kepada Penggugat
maupun Tergugat, sehingga semuanya dapat dirasakan keputusan ini
memang betul dan benar adanya dengan peraturan hukum yang sudah
ada.55
Hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa berdasarkan ketentuan
Pasal 154 R.Bg. Jo Pasal 3 ayat (1) dan Pasal 4 ayat (1) Peraturan Mahkamah
Agung Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2016 Tentang Prosedur Mediasi di
Pengadilan, oleh karena Termohon tidak hadir selama proses persidangan, maka
mediasi tidak dilaksanakan; Menimbang, bahwa sebelum mempertimbangkan
pokok perkara, Majelis Hakim akan mempertimbangkan terlebih dahulu legal
standing Pemohon dalam mengajukan perkara a quo; Menimbang, bahwa dalam
54 Putusan Pengadilan Agama Sengeti Nomor. 61/Pdt.G/PA.Sgt, Tentang Perceraian Karena
Perselingkuhan Akibat Media Sosial. 55Wawancara bersama Bapak Rahmatullah Ramadhan selaku Hakim di Pengadilan Agama
Sengeti, pada 04 Februari 2020
49
mengajukan perkara a quo Pemohon mendalilkan bahwa Pemohon dan
Termohon adalah pasangan suami istri sah, yang telah melaksanakan
pernikahansesuai dengan peraturan perundang-undangan tentang perkawinan
yang berlaku di Negara kesatuan Republik Indonesia.
Berdasarkan pengamatan dari hasil wawancara penulis di kantor
Pengadilan Agama Sengeti terkait dasar hukum hakim dalam memutuskan
perkara gugat cerai seorang suami karena istri selingkuh dengan laki-laki lain
pada putusan Nomor 61/Pdt.G/2018/PA Sgt, bahwa pemohon dalam surat
permohonannya tertanggal 23 Januari 2018, yang terdaftar di Kepaniteraan
Pengadilan Agama Sengeti Nomor 61/Pdt.G/2018/PA.Sgt, tanggal 23 Januari
2018, telah mengemukakan hal-hal yang pada pokonya adalah sebagai berikut:
1. Pada tanggal 22 Juli 1995, Pemohon dan Termohon melangsungkan
pernikahan yang dicatat oleh Pegawai Pencatatan Nikah Kantor Urusan
Agama Kecamatan Kecamatan, Kabupaten Batanghari, (Kutipan Duplikat
Akta Nikah Nomor 130/6/VIII/1995, Agustus 1995);
2. Setelah pernikahan tersebut, Pemohon dengan Termohon bertempat tinggal di
rumah milik bersama, di RT 16, Desa Desa, Kecamatan Kecamatan,
Kabupaten Muaro Jambi, sampai terjadi pisah. Selama pernikahan tersebut
Pemohon dengan Termohon telah melakukan hubungan layaknya suami istri
(ba’da dukhul) dan telah dikaruniai tiga orang anak yang bernama Nama Anak
1, Nama Anak 2 dan Nama Anak 3;
50
3. Kurang lebih sejak bulan Juli 2017, ketenteraman rumah tangga Pemohon
dengan Termohon mulai goyah, antara Pemohon dan Termohon sering terjadi
perselisihan dan pertengkaran yang disebabkan sudah tidak ada kecocokan
lagi antara Pemohon dan Termohon dan Termohon selingkuh dengan pria
lain;
4. Puncak keretakan hubungan antara Pemohon dengan Termohon tersebut
terjadi kurang lebih pada bulan Agustus 2017, yang akibatnya antara Pemohon
dan Termohon telah pisah rumah. Selama itu sudah tidak ada lagi hubungan
baik lahir maupun batin, dan Termohon sudah tidak lagi menjalankan
kewajiban sebagai seorang istri;
5. Berdasarkan permasalahan di atas maka tidak mungkin lagi tercipta keluarga
yang sakina mawaddah dan rahmah:
6. Pemohon sanggup membayar seluruh biaya yang timbul akibat perkara ini;
Berdasarkan alasan/dalil-dali diatas, Pemohon mohon agar Ketua
Pengadlian Agama Sengeti segera memeriksa dan mengadili perkara ini,
selanjutnya menjatuhkan putusan yang amarnya berbunyi: “Primer:
Mengabulkan permohonan Pemohon; Memberikan izin kepada Pemohon untuk
ikrar menjatuhkan talak satu kepada Termohon di hadapan sidang Pengadilan
Agama Sengeti; dan Memberikan biaya perkara kepada Pemohon” “Subsider:
Apabila Majelis Hakim berpendapat lain mohon putusan yang seadil-adilnya”.
Semua sudah ada mekanismenya, kalau ada seseorang yang ingin
menggugat sesuatu, tentu harus sesuai dengan prosedur yang ada di sini,
51
dari mulai pengisian formulir sampai penyerahan bukti-bukti Pemohon
dalam perkara yang dia ajukan, jika tidak adanya bukti-bukti pemohon
maka itu bisa menyulitkan untuk bisa sampai persidangan. Tapi tetap
dengan alasan tertentu56
Hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa hakim sebagai pelaksana
melihat, menilai dan memutuskan atau membenarkan telah terjadi peristiwa yang
diajukan pemohon dan membuktikan benar atau tidaknya peristiwa/fakta yang
diajukan para pihak melalui alat-alat bukti yang sah menurut hukum pembuktian
yang diuraikan dalam duduk perkara dan berita acara. Hakim juga melihat dan
memeriksa identitas para pihak. Sealain itu hakim juga dituntut untuk
mendamaikan pihak-pihak dan juga memeriksa seluruh fakta/ peristiwa yang
ditemukan para pihak dan memeriksa alat-alat bukti sesuai tata cara pembuktian
serta memeriksa jawaban, sangkalan, keberatan dan bukti-bukti pihak lawan
hingga menetapkan pemeriksaan sesuai hukum yang berlaku.
Hakim menimbang, bahwa untuk menguatkan dalil gugatan tersebut
Pemohon mengajukan alat bukti tulis berupa P yang aslinya merupakan akta
autentik yang mana alat bukti tersebut telah dicocokkan dengan aslinya, maka
sesuai dengan ketentuan Pasal 285 R.Bg, alat bukti tersebut memiliki kekuatan
pembuktian yang mengikat dan sempurna. Oleh karena itu berdasarkan
Ketentuan Pasal 2 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan
Jo. Pasal 4,5 dan 6 Kompilasi Hukum Islam, harus dinyatakan terbukti bahwa
56 Wawancara bersama Bapak Ramhatullah Ramadhan selaku Hakim di Pangadilan Agama
Sengeti, pada 04 Februari 2020.
52
Pemohon dan Termohon telah terikat dalam pernikahan sah, sehingga Pemohon
memiliki legal standing untuk mengajukan perkara aquo, ba