Pertimbangan Penentuan Lokasi Bandar Udara

Embed Size (px)

Citation preview

  • 7/22/2019 Pertimbangan Penentuan Lokasi Bandar Udara

    1/20

    1. Pertimbangan penentuan lokasi Bandar udaraIZIN PENETAPAN LOKASI BANDAR UDARA

    Perizinan Direktorat Bandar Udara

    Dasar Hukum :

    1. Undang-Undang nomor 1 Tahun 2009 Tentang Penerbangan;2. Peraturan Pemerintah nomor 3 Tahun 2001 Tentang Keamanan dan

    Keselamatan Penerbangan;

    3. Peraturan Pemerintah nomor 70 Tahun 2001 Tentang Kebandarudaraan;4. Keputusan Menteri Perhubungan nomor KM 11 Tahun 2010 Tentang Tatanan

    Kebandarudaraan Nasional;

    5. Keputusan Menteri Perhubungan nomor KM 48 Tahun 2002 TentangPenyelenggaraan Bandar Udara;

    6. Peraturan Pemerintah nomor 6 Tahun 2009 Tentang Jenis dan Tarif Atas JenisPenerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku Pada Departemen Perhubungan

    Penetapan lokasi dilakukan dengan memperhatikan :

    1. Rencana induk nasional bandar udara;2. Keselamatan dan keamanan penerbangan;3. Keserasian dan keseimbangan dengan budaya setempat dan kegiatan lain terkait

    di lokasi bandar udara;

    4. Kelayakan ekonomis, finansial, sosial, pengembangan wilayah, teknispembangunan, dan pengoperasian; serta

    5. Kelayakan lingkungan.Persyaratan :

    a. Surat Permohonan Pemrakarsa;

    b. Laporan hasil Studi Kelayakan, yang sekurang-kurangnya memuat :

    1. Kelayakan Pengembangan Wilayah;2. Kelayakan Ekonomi dan Finansial;

  • 7/22/2019 Pertimbangan Penentuan Lokasi Bandar Udara

    2/20

    3. Kelayakan Teknis Pembangunan;4. Kelayakan Operasional;5. Kelayakan Angkutan Udara;6. Kelayakan Lingkungan.

    c. Surat Rekomendasi Gubernur;

    d. Surat Rekomendasi Bupati / walikota;

    e. Surat Ketersediaan Lahan dari Bupati/walikota atau bukti kepemilikan dan/atau

    penguasaan lahan, harus memenuhi ketentuan meliputi :

    Tanah dan/atau perairan dan ruang udara pada lokasi yang telah ditetapkanuntuk keperluan pelayanan jasa kebandarudaraan, pelayanan keselamatan

    operasi penerbangan, dan fasilitas penunjang bandar udara harus dikuasai

    pemrakarsa bandar udara;

    Penetapan luas tanah danlatau perairan dan ruang udara sebagaimana dimaksudpada ayat 1) harus didasarkan pada penatagunaan tanah dan/atau perairan dan

    ruang udara yang menjamin keserasian dan keseimbangan dengan kegiatan

    dalam bidang lain di kawasan letak bandar udara; dan

    Pengadaan tanah untuk kepentingan pembangunan bandar udara dan pemberianhak atas tanahnya dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan

    yang berlaku.

    f. Surat Penegasan Rencana Pembiayaan.

    Prosedur Pengajuan Permohonan :

    a. Penyelenggara bandar udara menyampaikan permohonan penetapan lokasi kepada

    Menteri Perhubungan melalui Direktur Jenderal dengan melampirkan persyaratan

    administrasi;b. Direktur Jenderal melakukan evaluasi terhadap usulan penetapan lokasi yang

    disampaikan oleh penyelenggara bandar udara terhadap aspek :

    1. Tatanan kebandarudaraan nasional;2. Kelayakan ekonomi, teknis, operasional dan kelayakan dari segi angkutan udara;

  • 7/22/2019 Pertimbangan Penentuan Lokasi Bandar Udara

    3/20

    3. Kelayakan/kelestarian lingkungan; dan4. Pertahanan keamanan negara.

    c. Direktur Jenderal menyampaikan hasil evaluasi kepada Menteri selambat-lambatnya

    30 hari kerja setelah dokumen diterima secara lengkap.

    d. Menteri menetapkan lokasi bandar udara dengan memperhatikan hasil evaluasi

    Direktur Jenderal selambat-lambatnya 14 hari kerja setelah hasil evaluasi dari Direktur

    Jenderal diterima secara lengkap.

    Berikut adalah beberapa penjelasan dari buku MEGA CITY & MEGA AIRPORT yang sdikit dapat

    memberi penjelasan tentang penentuan dan persiapan pembangunan Bandar udara.

    PENYUSUNAN MASTERPLAN PEMBANGUNAN/PENGEMBANGAN SUATU BANDAR UDARA

    Pembangunan suatu pelabuhan udara atau Bandar udara dilakukan bukan untuk kebutuhan

    jangka pendek yaitu dua atau tiga tahun, tetapi untuk memenuhi kebutuhan jaangka panjang,

    misalnya 20 tahun dan bahkan lebih lama lagi. Selain dari itu kegiatan lalu lintas penerbangan

    (meliputi pesawat) udara dan penumpang udara ) menunjukan perkembangan dan

    pertumbuhan yang sangat cepat maka perlu dilaksanakan pengembangan Bandar udara untuk

    jangka panjang secara lebih komperhensif, yaitu berarti harus dilakukan penyusunan suatu

    rencana induk Bandar udara(masterplan).

    Penyusunan rencana induk Bandar udara dilakukan meliputi berbagai kajian, kajian ekonomi,

    kajian sosial, kajian operasional, kajian teknik fisik, kajian tata ruang , dan kajian lingkungan

    hidup. Kajian Aspek ekonomi meliputi kajian efektifitas dan efisiensi, pembangunan dan

    pelayanan yang dilakukan Bandar udara, apakah modal yang dibutuhkan untuk membiayai

    pembangunan Bandar udara tersebut yang diperoleh dari kredit/pinjaman dari bank dapat

    dilunasi, bagaimana meningkatkan penerimaan pendapatan Bandar udara, yang berarti harus

    dilakukan studi kelayakan ekonomi(economic feasibility study).

    Kajian aspek sosial meliputi beberapa aspek, misalnya dengan dilakukannyapembangunan/pengembangan Bandar udara yang dimaksud, apakah menimbulkan terjadinya

    keberatan dari masyarakat setempat, menyangkut persoalan ganti rugi harga tanah kepada

    para pemilik tanah setempat, bagaimana meningkatkan partisipasi dan pemberdayaan

    masyarakat setempat terhadap pembangunan/pengembangan Bandar udara tersebut.

  • 7/22/2019 Pertimbangan Penentuan Lokasi Bandar Udara

    4/20

    Kajian aspek fisik meliputi aspek-aspek penting , yaitu aspek geografis , geografis, kondisi lahan,

    kecepatan angin , ketersediaan sumber daya air, dan lainnya.

    Kajian aspek operasional, yaitu mengenai kegiatan arus lalu lintas pesawat udara, penumpang

    udara,kargo udara dan benda pos dalam jangka panjang, yang berarti harus membuat proyeksi

    jangka panjang. Selain dari itu dilakukan pula kajian tentang kapasitas pelayanan tiket dan

    bagasi, pelayanan pemeriksaan keamanan dan keselamatan penumpang dan barang yang

    dibawanya, kapasitas penyediaan ruang dalam gedung terminal penumpang yang cukup luas

    dan aksebilitas.

    PERENCANAAN GEOMETRIS RUNWAY METODA ICAO

    Dalam dunia penerbangan, perlu adanya pengaturan pesawat, baik itu take off, landing maupun pada

    saat masuk ke taxi way dan apron. Runway (r/w): Bagian memanjang dari sisi darat aerodrom yang

    disiapkan untuk tinggal landas dan mendarat pesawat terbang. Untuk menjamin keselamatan pesawat

    maka dikeluarkan persyaratan-persyaratan untuk menentukan panjang runway. Peraturan tersebut

    dikeluarkan oleh FAR (Federal Aviation Regulation) dan I.C.A.O. Panjang landasan pacu bergantung pada

    suhu, kecepatan dan arah angin serta tekanan udara di sekitarnya, juga kemampuan pesawat yang

    melintas di atasnya. Di daerah gurun dan di dataran tinggi, umumnya landas pacu yang digunakan lebih

    panjang daripada yang umum digunakan di bandara-bandara bahkan bandara internasional karena

    tekanan udara yang lebih rendah. Jumlah landasan tergantung pada volume lalu lintas, dan orientasi

    landasan tergantung kepada arah angin dominan yang bertiup, tetapi kadangkadang juga luas tanah

    yang tersedia bagi pengembangan ada pengaruhnya.

    Pengaruh Kemampuan Pesawat Terhadap Panjang Landas Pacu Dalam Perencanaan Geometrik

    Beberapa definisi berkenaan dengan topik ini:

    Kecepatan awal mendaki - Initial Climb Out Speed (V2) : Kecepatan minimum yang diperkenankan untuk

    mendaki sesudah mencapai ketinggian 10,5 m (35 Ft)

    Kecepatan putusanDecision Speed (V1) : Kecepatan yang ditentukan dimana bila mesin mengalami

    kegagalan saat kecepatan V1 belum tercapai pilot harus menghentikan pesawat, namun apabila sudah

    melewati V1 maka pesawat harus terus lepas landas dan tidak boleh mengurangi kecepatan

  • 7/22/2019 Pertimbangan Penentuan Lokasi Bandar Udara

    5/20

    Kecepatan Rotasi - Rotation Speed (Vr) : Kecepatan pada saat pilot mulai mengangkat hidung pesawat.

    Kecepatan AngkatLift Off Speed (V lot) : Kecepatan dari kemampuan pesawat, di saat itu badan

    pesawat mulai terangkat dari landasan.

    Jarak Landasan PacuTake Off Distance : Jarak horizontal yang diperlukan untuk lepas landas dengan

    mesin tidak berkerja tetapi pesawat telah mencapai ketinggian 10,5 m

    Take off Run :

    1. Jarak dari awal take off ke titik V lof + kali jarak pesawat mencapai ketinggian 10,5 m dari V lof,

    pada keadaan mesin tidak berkerja.

    2. Jarak dari awal take off ke titik V lof dikalikan 115% + kali jarak pesawat mencapai ketinggian 10,5 m

    dari titik V lof x 115% tadi, pada keadaan mesin pesawat berkerja.

    Jarak terbesarnya merupakan take off run

    Accelerate Stop Distance : Jarak yang digunakan untuk mencapai kecepatan V1 + jarak untuk berhenti

    dari titik V1

    lStop way : Perpanjangan landasan, digunakan untuk menahan pesawat pada waktu gagal lepas landas.

    Clearway : Area di luar akhir landasan lebarnya paling sedikit 500 feet. As Clearway merupakan

    perpanjangan as landasan, panjangnya tidak boleh melebihi panjang take off run.

    Untuk pesawat terbang bermesin turbin dalam menentukan panjang runway harus mempertimbangkan

    tiga keadaan umum agar pengoperasian pesawat aman.

    Ketiga keadaan tersebut adalah:

    Lepas landas normal

    Suatu keadaan dimana seluruh mesin dapat dipakai dan runway yang cukup dibutuhkan untuk

    menampung variasi-variasi dalam teknik pengangkatan dan karakteristik khusus dari pesawat terbang

    tersebut.

    Lepas landas dengan suatu kegagalan mesin

  • 7/22/2019 Pertimbangan Penentuan Lokasi Bandar Udara

    6/20

    Merupakan keadaan dimana runway yang cukup dibutuhkan untuk memungkinkan pesawat terbang

    lepas landas walaupun kehilangan daya atau bahkan direm untuk berhenti.

    Pendaratan

    Merupakan suatu keadaan dimana runway yang cukup dibutuhkan untuk memungkinkan variasi normal

    dari teknik pendaratan, pendaratan yang melebihi jarak yang ditentukan (overshoots), pendekatan yang

    kurang sempurna (poor aproaches) dan lain-lain. Panjang runway yang dibutuhkan diambil yang

    terpanjang dari ketiga analisa di atas

    Keadaan pendaratan

    Peraturan menyebutkan bahwa jarak pendaratan (landing distance = LD) yang dibutuhkan oleh setiap

    pesawat terbang yang menggunakan bandara, harus cukup untuk memungkinkan pesawat terbang

    benar-benar berhenti pada jarak pemberhentian (stop distance = SD), yaitu 60 persen dari jarak

    pendaratan, dengan menganggap bahwa penerbang membuat pendekatan pada kepesatan yang

    semestinya dan melewati ambang runway pada ketinggian 50 ft.

    1. Keadaan Normal

    Semua mesin bekerja memberikan definisi jarak lepas landas (take off distance = TOD) yang untuk bobotpesawat terbang harus 115 persen dan jarak sebenarnya yang ditempuh pesawat terbang untuk

    mencapai ketinggian 35 ft (D35). Tidak seluruh jarak ini harus dengan perkerasan kekuatan penuh.

    Bagian yang tidak diberi perkerasan dikenal dengan daerah bebas (clearway = CW). Separuh dari selisih

    antara 115 persen dari jarak untuk mencapai titik pengangkatan, jarak pengangkatan (lift off distance =

    LOD) dan jarak lepas landas dapat digunakan sebagai daerah bebas (clearway). Bagian selebihnya dari

    jarak lepas landas harus berupa perkerasan kekuatan penuh dan dinyatakan sebagai pacuan lepas

    landas (take off run = TOR).

    2. Keadaan dengan kegagalan mesin

    peraturan menetapkan bahwa jarak lepas landas yang dibutuhkan adalah jarak sebenarnya untuk

    mencapai ketinggian 35 ft (D35) tanpa digunakan persentase, seperti pada keadaan lepas landas dengan

    seluruh mesin bekerja. Keadaan ini memerlukan jarak yang cukup untuk menghentikan pesawat terbang

  • 7/22/2019 Pertimbangan Penentuan Lokasi Bandar Udara

    7/20

    dan bukan untuk melanjutkan gerakan lepas landas. Jarak ini disebut jarak percepatan berhenti

    (accelerate stop distance = ASD). Untuk pesawat terbang yang digerakkan turbin karena jarang

    mengalami lepas landas yang gagal maka peraturan mengizinkan penggunaan perkerasan dengan

    kekuatan yang lebih kecil, dikenal dengan daerah henti (stopway = SW), untuk bagian jarak percepatan

    berhenti diluar pacuan lepas landas (take off run).

    Panjang lapangan (field length = FL) yang dibutuhkan pada umumnya terdiri dari tiga bagian yaitu

    perkerasan kekuatan penuh (FS), perkerasan dengan kekuatan parsial atau daerah henti (SW) dan

    daerah bebas (CW). Untuk peraturan-peraturan diatas dalam setiap keadaan diringkas dalam bentuk

    persamaanpersamaan berikut :

    Keadaan lepas landas normal:

    Keadaan lepas landas dengan kegagalan mesin dan pendaratan :

    Untuk menentukan panjang lapangan yang dibutuhkan dan berbagai komponennya yang terdiri dari

    perkerasan kekuatan penuh, daerah henti dan daerah bebas, setiap persamaan diatas harus diselesaikan

    untuk rancangan kritis pesawat terbang di bandara. Hal ini akan mendapatkan setiap nilai-nilai berikut:

    1. FL = (TOD, ASD, LD)/ maks (1.5)

    2. FS = (TOR, LD)/ maks (1.6)

    3. SW = ASD(TOR, LD)/ maks (1.7)

    4. CW = (FLASD, CW)/ min (1.8)

    Dimana nilai CW minimum yang diizinkan adalah 0. Apabila pada runway dilakukan operasi pada kedua

    arah, seperti yang umum terjadi, komponen-komponen panjang runway harus ada dalam setiap arah.

  • 7/22/2019 Pertimbangan Penentuan Lokasi Bandar Udara

    8/20

    Table 1.2. Klasifikasi Airport, Disain GroupPesawat dan Jenis Pesawat

    Sumber ; Manual of Standards Part 139Aerodromes Chapter 2: Application of Standards

    toAerodromes, Civil Aviation Safety Authority, Australian Government.

    Perhitungan Panjang Runway Akibat Pengaruh Kondisi Lokal Bandara.

    Lingkungan bandara yang berpengaruh terhadap panjang runway adalah:

    Temperatur,

    angin permukaan (surface wind)

    Kemiringan runway (effective gradient)

    Elevasi runway dari permukaan laut (altitude)

    Kondisi permukaan runway.

    Sesuai dengan rekomendasi dari International Civil Aviation Organization (ICAO) bahwa perhitungan

    panjang runway harus disesuaikan dengan kondisi lokal lokasi bandara. Metoda ini dikenal dengan

    metoda Aeroplane Reference Field Length (ARFL).

    Menurut ICAO, ARFL adalah runway minimum yang dibutuhkan untuk lepas landas pada maximum

    sertificated take off weight, elevasi muka laut, kondisi atmosfir standar, keadaan tanpa angin bertiup,

    runway tanpa kemiringan (kemiringan = 0).

    Perencanaan persyaratan-persyaratan tersebut harus dipenuhi dengan melakukan koreksi akibat

    pengaruh dari keadaan lokal

    Koreksi elevasi

    Menurut ICAO bahwa panjang runway bertambah sebesar 7% setiap kenaikan 300 m (1000 ft) dihitung

    dari ketinggian di atas permukaan laut. Maka rumusnya adalah:

    Dengan Fe : faktor koreksi elevasi

  • 7/22/2019 Pertimbangan Penentuan Lokasi Bandar Udara

    9/20

    h : elevasi di atas permukaan laut, m

    Koreksi temperatur

    Pada temperatur yang tinggi dibutuhkan runway yang lebih panjang sebab temperatur tinggi akan

    menyebabkan density udara yang rendah.

    Sebagai temperatur standar adalah 15 oC

    Menurut ICAO panjang runway harus dikoreksi terhadap temperatur sebesar 1% untuk setiap kenaikan 1

    oC. Sedangkan untuk setiap kenaikan 1000 m dari permukaaan laut rata-rata temperatur turun 6.5 oC

    Rumus : Ft = 1 + 0.01 (T(15 - 0.0065h)) (1.10)

    Dengan

    Ft : faktor koreksi temperatur

    T : temperatur dibandara, oC

    Koreksi kemiringan runway

    Faktor koreksi kemiringan runway dapat dihitung dengan persamaan berikut:

    Fs = 1 + 0.1 S .................... (1.11)

    Dengan Fs : faktor koreksi kemiringan

    S : kemiringan runway, %

    Koreksi angin permukaan (surface wind)

    Panjang runway yang diperlukan lebih pendek bila bertiup angin haluan (head wind) dan sebaliknya bila

    bertiup angin buritan (tail wind) maka runway yang diperlukan lebih panjang. Angin haluan maksimum

  • 7/22/2019 Pertimbangan Penentuan Lokasi Bandar Udara

    10/20

    yang diizinkan bertiup dengan kekuatan 10 knots, dan menurut Basuki (1990) kekuatan maksimum angin

    buritan yang diperhitungkan adalah 5 knots. Tabel berikut memberikan perkiraan pengaruh angin

    terhadap panjang runway.

    Tabel 1. Pengaruh Angin Permukaan Terhadap Panjang Runway

    Sumber: Basuki (1990) Untuk perencanaan bandara diinginkan tanpa tiupan angin tetapi tiupan angin

    lemah masih baik

    Kondisi permukaan runway

    Untuk kondisi permukaan runway hal sangat dihindari adalah adanya genangan tipis air (standing water)karena membahayakan operasi pesawat. Genangan air mengakibatkan permukaan yang sangat licin bagi

    roda pesawat yang membuat daya pengereman menjadi jelek dan yang paling berbahaya lagi adalah

    terhadap kemampuan kecepatan pesawat untuk lepas landas. Menurut hasil penelitian NASA dan FAA

    tinggi maksimum genangan air adalah 1.27 cm. Oleh karena itu drainase bandara harus baik untuk

    membuang air permukaan secepat mungkin

    Jadi panjang runway minimum dengan metoda ARFL dihitung dengan persamaan berikut:

    ARFL = (Lro x Ft x Fe x Fs) + Fw (1.12)

    Dengan

    Lro : Panjang runway rencana, m

    Ft : faktor koreksi temperatur

    Fe : faktor koreksi elevasi

    Fs : faktor koreksi kemiringan

    Fw : faktor koreksi angin permukaan

    Kontrol dengan ARC dapat dilakukan berdasarkan pada Tabel 2 berikut:

    Tabel 2 Aerodrome Reference Code (ARC)

    Sumber: Horonjeff (1994)

  • 7/22/2019 Pertimbangan Penentuan Lokasi Bandar Udara

    11/20

    a. Lebar, Kemiringan dan Jarak Pandang Runway

    Dari ketentuan pada Tabel 2 apabila dihubungkan dengan Tabel 3 berikut maka dapat ditentukan lebar

    runway rencana minimum.

    Tabel 3 Lebar Runway

    a = lebar landasan presisi harus tidak kurang dari 30 m untuk kode angka 1 atau 2

    catatan : apabila landasan dilengkapi dengan bahu landasan lebar total landasan dan bahu landasannya

    paling kurang 60 m.

    Sumber: Basuki (1990)

    b.Kemiringan memanjang (longitudinal) runway

    Kemiringan memanjang landasan dapat ditentukan dengan Tabel 5 dengan tetap mengacu pada kode

    angka pada Tabel 4. Tabel 4 Kemiringan Memanjang (Longitudinal) Landasan

    Catatan :

    1. semua kemiringan yang diberikan dalam persen.

    2. untuk landasan dengan kode angka 4 kemiringan memanjang pada seperempat pertama dan

    seperempat terakhir dari panjang landasan tidak boleh lebih 0.8 %.

    3. untuk landasan dengan kode angka 3 kemiringan memanjang pada seperempat pertama dan

    seperempat terakhir dari panjang landasan precision aproach category II and III tidak boleh lebih 0.8 %.

    Sumber : Basuki (1990)

  • 7/22/2019 Pertimbangan Penentuan Lokasi Bandar Udara

    12/20

    c. Kemiringan melintang (transversal)

    Untuk menjamin pengaliran air permukaan yang berada di atas landasan perlu kemiringan melintang

    dengan ketentuan sebagai berikut:

    a) 1.5 % pada landasan dengan kode huruf C, D atau E.

    b) 2 % pada landasan dengan kode huruf A atau B.

    d. Jarak pandang (sight distance)

    Apabila perubahan kemiringan tidak bisa dihindari maka perubahan harus sedemikian hingga garis

    pandangan tidak terhalang dari :

    a) Suatu titik setinggi 3 m (10 ft) dari permukaan landasan ke titik lain sejauh paling kurang setengah

    panjang landasan yang tingginya 3 m (10 ft) dari permukaan landasan bagi landasan-landasan berkode

    huruf C, D atau E.

    b) Suatu titik setinggi 2 m (7 ft) dari permukaan landasan ke titik lain sejauh paling kurang setengah

    panjang landasan yang tingginya 2 m (7 ft) dari permukaan landasan bagi landasan-landasan berkode

    huruf B.50

    c) Suatu titik setinggi 1.5 m (5 ft) dari permukaan landasan ke titik lain sejauh paling kurang setengah

    panjang landasan yang tingginya 1.5 m (5 ft) dari permukaan landasan bagi landasan-landasan berkode

    huruf A.

    Panjang, Lebar, Kemiringan dan Perataan Strip Landasan.

    Tabel 5 Panjang, Lebar, Kemiringan dan Perataan Strip Landasan

  • 7/22/2019 Pertimbangan Penentuan Lokasi Bandar Udara

    13/20

    Catatan:

    a. 60 m bila landasan berinstrumen 30 m bila landasan tidak berinstrumen

    b. kemiringan transversal pada tiap bagian dari strip di luar diratakan kemiringannya tidak boleh lebih

    dari 5 %

    c. untuk membuat saluran air kemiringan 3m pertama arah ke luar landasan, bahu landasan, stopway

    harus sebesar 5 %

    suatu landasan terbang sedikitnya 6,000 ft ( 1,800 m) biasanya digunakan untuk pesawat terbang di

    bawah 200,000 lb ( 91,000 kg). Pesawat terbang lebih besar yang mencakup widebodies ( Boeing 747,

    767, 777, dan 787 [Preproduction]); Bis udara A310, A330, A340, A350 dan A380; Mcdonnell Douglas

    DC-10 atau MD-11; dan Ruangan pesawat untuk pilot L1011 pada umumnya memerlukan sedikitnya

    8,000 ft (2,400 m) untuk ketinggian level muka air laut sedang pada ketinggian lebih tinggi dibutuhkan

    lebih. International widebody flights mungkin juga mempunyai kebutuhan lahan 10,000 ft ( 3,000 m))

    atau lebih dan kebutuhan takeoff 13,000 ft ( 4,000 m) atau lebih. Pada ketinggian level muka air laut,

    panjang 10,000 ft ( 3,000 m) dapat dipertimbangkan suatu panjang yang cukup untuk mengakomodasi

    hampir seluruh kapal. Sebagai contoh, pada O'Hare Pelabuhan udara Internasional, ketika landasan

    pendaratan secara serempak pada 22R dan 27L atau 27R paralel, negara-negara Timur Jauh yang rutin

    berdatangan pada vector 22R 7,500 ft ( 2,300 m) atau 27R 8,000 ft ( 2,400 m) untuk meminta 27L (

    10,000 ft (3,000 m)). Adalah selalu mengakomodasi, walaupun adakalanya dengan suatu keterlambatan.

    Konfigurasi Runway

    Pada dasarnya landasan dan penghubungnya taxiway diatur sedemikian hingga :

    Memenuhi persyaratan separation pemisahan lalu lintas udara.

    Gangguan operasi satu pesawat dangan lainnya serta penundaan di dalam pendaratan, taxiway serta

    lepas landas, minimal.

    Pembuatan taxiway dari bangunan terminal menuju ujung landasan untuk lepas landas dipilih yang

    paling pendek.

    Pembuatan taxiway memenuhi kebutuhan hingga pendaratan pesawat dapat secepatnya mencapai

    bangunan terminal.

  • 7/22/2019 Pertimbangan Penentuan Lokasi Bandar Udara

    14/20

    Ada 5 bentuk wujud landasan terbang basis dasar dengan sisanya menjadi variasi pola teladan yang asli

    [itu].

    Banyak macam konfigurasi landas pacu, sebagian konfigurasi adalah kombinasi dari konfiguarasi dasar.

    Konfigurasi dasar adalah :

    Landasan tunggal

    Landasan paralel

    Landasan dua jalur

    Landasan berpotongan

    Landasan terbuka V

    Konfigurasi ini ditentukan oleh arah angin dominan yang berhembus

    Penamaan Runway Berdasarkan Arah Runway

    Ilmu penerbangan dikendalikan oleh suatu agen Pemerintah status Yang dipersatukan sebagai

    Administrasi Ilmu penerbangan Yang pemerintah pusat atau FAA.

    Agen mengamanatkan standard identifikasi untuk tataruang bandara udara

    Dari angka-angka landasan terbang dan strip dicat ke pelabuhan udara dan cahaya landasan terbang dantanda

    Kompas Directionsin Ilmu pelayaran Dan survei, semua pengukuran arah dilakukan dengan penggunaan

    angka-angka suatu kompas.

    Suatu kompas adalah suatu 360 melingkar [di mana/jika] 0/360 adalah Utara, 90 Timur, 180 Selatan,

    dan 270 Barat.

    Landasan terbang dipersiapkan menurut angka-angka [itu] pada suatu kompas.

    Suatu arah kompas landasan terbang ditandai oleh sejumlah besar mencat pada ujung landasan terbang

    masing-masing. sebelum nomor;strip berjumlah 8 belang putih.

    Suatu nomor;jumlah landasan terbang tidaklah ditulis dalam derajat tingkat, tetapi diberi suatu format

    stenografi.

    Sebagai contoh, suatu landasan terbang dengan suatu tanda-tanda " 14" benar-benar dekat dengan pun

    140 derajat tingkat.

  • 7/22/2019 Pertimbangan Penentuan Lokasi Bandar Udara

    15/20

    Suatu landasan terbang dengan suatu tanda-tanda " 31" mempunyai suatu kompas [yang] memimpin

    310 derajat tingkat, yang adalah arah barat laut.

    Untuk kesederhanaan, FAA menyelesaikan judul yang tepat kepada yang paling dekat sepuluh. Sebagai

    contoh, landasan terbang 7 kekuatan mempunyai suatu tanda tepat 68 derajat tingkat, tetapi dibuat

    untuk 70 derajat tingkat.

    Landasan tunggal (Open Single Runways)

    Landasan tunggal ini adalah konfigurasi yang paling sederhana, sebagian besar lapangan terbang diIndonesia adalah landasan tunggal. Telah diadakan perhitungan bahwa kapasitas landasan tunggal

    dalam kondisi Visual Flight Rule (VFR) antara 45100 gerakan tiap jam, sedangkan dalam kondisi IFR

    (Instrument Flight Rule) kapasitas berkurang menjadi 4050 gerakan tergantung kepada komposisi

    pesawat campuran dan tersedianya alat bantu navigasi. Kondisi VFR (Visual Flight Rules) adalah kondisi

    penerbangan dengan keadaan cuaca yang sedemikian rupa sehingga pesawat terbang dapat

    mempertahankan jarak pisah yang aman dengan cara-cara visual. Kondisi IFR (Instrument Flight Rules)

    adalah kondisi penerbangan apabila jarak penglihatan atau batas penglihatan berada dibawah yang

    ditentukan oleh VFR. Dalam kondisi-kondisi IFR jarak pisah yang aman di antara pesawat merupakan

    tanggung jawab petugas pengendali lalu lintas udara, sementara dalam kondisi VFR hal itu merupakan

    tanggung jawab penerbang. Dalam kondisi-kondisi VFR, pengendalian lalu lintas udara adalah sangatkecil, dan pesawat terbang diizinkan terbang atas dasar prinsip melihat dan dilihat.

    Landasan Paralel (Open Parallel Runways)

    Kapasitas landasan sejajar tergantung kepada jumlah landasan dan pemisahan/penjarakan antara dua

    landasan. Yang biasa adalah dua landasan sejajar (Cengkareng) atau empat landasan sejajar. Jarang ada

    landasan sejajar tiga. Sampai saat ini belum ada landasan sejajar lebih dari empatPenjarakan antara dualandasan sejajar sangat bermacammacam.

    Penjarakan landasan dibagi menjadi tiga :

    Berdekatan / rapat (Close)

    Menengah (Intermediate)

  • 7/22/2019 Pertimbangan Penentuan Lokasi Bandar Udara

    16/20

    Jauh /renggang (far)

    Tergantung kepada tingkat ketergantungan antara dua landasan dalam kondisi IFR. Landasan sejajar

    berdekatan (Close) mempunyai jarak sumbu kesumbu 100 ft = 213 M (untuk lapangan terbang pesawat

    transport) sampai 3500 ft = 1067 M. Dalam kondisi IFR operasi penerbangan pada satu landasan

    tergantung kepada operasi pada landasan lain. Landasan sejajar menengah (Intermediate) mempunyaijarak sumbu kesumbu 3500 ft = 1067 M sampai 5000 ft = 1524 M. Dalam kondisi IFR kedatangan pada

    satu landasan tidak tergantung kepada keberangkatan pada landasan lain. Landasan sejajar jauh (far)

    mempunyai jarak sumbu kesumbu 4300ft = 1310 M atau lebih. Dalam kondisi IFR dua landasan dapat

    dioperasikan tanpa tergantung kepada keberangkatan satu sama lain .

    Untuk runway sejajar berjarak rapat, menengah dan renggang kapasitasnya per jam dapat bervariasi di

    antara 100 sampai 200 operasi dalam kondisi-kondisi VFR, tergantung pada komposisi campuran

    pesawat terbang. Dalam kondisi IFR kapasitas per jam untuk yang berjarak rapat berkisar di antara 50

    sampai 60 operasi, tergantung pada komposisi campuran pesawat terbang. Untuk runway sejajar yang

    berjarak menengah kapasitas per jam berkisar antara 60 sampai 75 operasi dan untuk yang berjarak

    renggang antara 100 sampai 125 operasi per jam.

    Untuk landasan sejajar empat, pasangan pasangan dibuat berdekatan. Dari dua pasangan close

    dipisahkan jauh (far) untuk menempatkan bangunan terminal diantaranya.

    .

    Landasan 2 jalur

    Landasan dua jalur terdiri dari dua landasan yang sejajar dipisahkan berdekatan (700 ft2499 ft)

    dengan exit taxiway secukupnya. Walaupun kedua landasan dapat dipakai untuk operasi penerbangan

    campuran, tetapi diinginkan operasinya diatur, landasan terdekat dengan terminal untuk keberangkatan

    dan landasan jauh untuk kedatangan pesawat. Diperhitungkan bahwa landasan dua jalur dapat melayani

    70 % lalu lintas lebih banyak dari pada landasan tunggal dalam kondisi VFR dan sekitar 60 % lebih banyak

    lalu lintas pesawat daripada landasan tunggal dalam kondisi IFR. Didapat kenyataan bahwa kapasitas

    landasan untuk pendaratan dan lepas landas tidak begitu peka terhadap pemisahan sumbu landasan

    antara dua landasan bila pemisahan antara 10002499 ft. dianjurkan untuk memisahkan dua landasan

    dengan jarak tidak kurang dari 1000 ft, bila di situ akan dipakai melayani pesawatpesawat komersiil.

    Dengan jarak ini dimungkinkan juga pemberhentian pesawat di taxiway antara dua landasan tanpa

    mengganggu operasi gerakan pesawat di landasan. Untuk memperlancar bisa juga dibangun Taxiway

    sejajar namun tidak terlalu pokok.

  • 7/22/2019 Pertimbangan Penentuan Lokasi Bandar Udara

    17/20

    Keuntungan utama dari landasan dua jalur adalah bisa meningkatkan kapasitas dalam kondisi IFR tanpa

    menambah luas tanah.

    Landasan bersilangan (Intersection Runways)

    Banyak lapangan terbang (di luar negeri) mempunyai dua atau tiga landasan dengan arah (direction)

    berlainan, berpotongan satu sama lain, landasan demikian mempunyai patron bersilangan. Landasan

    bersilangan diperlukan jika angin yang bertiup keras lebih dari satu arah, yang akan menghasilkan tiupan

    angin berlebihan bila landasan mengarah ke satu mata angin. Pada suatu saat angin bertiup kencang

    satu arah maka hanya satu landasan dari dua landasan yang bersilangan bisa digunakan Bila angin

    bertiup lemah (kurang dari 20 knots atau 13 knots) maka kedua landasan, bisa dipakai bersamasama.

    Kapasitas dua landasan yang bersilangan tergantung sepenuhnya di bagian mana landasan itu

    bersilangan (di tengah, di ujung), serta cara operasi penerbangan yaitu strategi dari pendaratan danlepas landas. Kapasitas landasan ditentukan dari jarak persilangan terhadap titik awal lepas landas.

    Semakin dekat jarak persilangan dengan titik awal lepas landas maka semakin besar kapasitas yang

    dicapai.

    Landasan V terbuka (Non-Intersection Divergen Runways)

    Runway V terbuka merupakan runway yang arahnya memencar (divergen) tetapi tidak berpotongan.

    Strategi yang menghasilkan kapasitas tertinggi adalah apabila operasi penerbangan dilakukan menjauhi

    V. Dalam kondisi IFR, kapasitas per jam untuk strategi ini berkisar antara 50 sampai 80 operasi

    tergantung pada campuran pesawat terbang, dan dalam kondisi VFR antara 60 sampai 180 operasi.

    Apabila operasi penerbangan dilakukan menuju V kapasitasnya berkurang menjadi 50 atau 60 dalam

    kondisi IFR dan antara 50 sampai 100 dalam VFR. Sama halnya pada landasan bersilangan, landasan V

    terbuka dibentuk karena arah angin keras dari banyak arah sehingga harus membuat landasan dengan

    dua arah. Ketika angin bertiup kencang dari satu arah, maka landasan hanya bisa dioperasikan satu arah

    saja, sedangkan pada keadaan angin bertiup lembut, landasan duaduanya bisa dipakai bersama

    sama.

    Perbandingan Dari Berbagai Konfigurasi Landasan

    Dilihat dari segi kapasitas dan pengaturan lalu lintas udara, konfigurasi landasan tunggal aalah yang

    paling disenangi.

  • 7/22/2019 Pertimbangan Penentuan Lokasi Bandar Udara

    18/20

    Operasi dari dua arah menghasilkan kapasitas sama serta pengaturan yang sama, konfigurasi ini

    menghasilkan kapasitas terbanyak dibandingkan konfigurasi lain.

    Bagi pengatur lalu lintasnya mengarahkan pesawat dengan arah tunggal jauh lebih sederhana

    dibandingkan banyak arah.

    Sekarang kita bandingkan konfigurasi divergen, landasan dengan V terbuka lebih disukai daripada

    landasan dengan konfigurasi persilangan.

    Pada V terbuka, strategi operasinya dengan rute pesawat membuka V menghasilkan kapasitas lebih

    banyak daripada operasi sebaliknya. Bila tidak bisa dihindari landasan berpotongan, diusahakan agar

    berpotongan dua landasan tadi sedekat mungkin pada thresholdnya, dan mengoperasikan pesawat

    dengan arah menjauhi perpotongan daripada sebaliknya.

    Bagan alir perencanaan runway metoda ICAO

    Sumber :

    Basuki, Heru, (1990), Merancang dan Merencana Lapangan Terbang, Penerbit Alumni, Bandung.

  • 7/22/2019 Pertimbangan Penentuan Lokasi Bandar Udara

    19/20

    Tugas

    PERENCANAAN BANDAR UDARA

    Disusun Oleh :

    Leonardo Mallangi

    D 111 09 253

    JURUSAN SIPIL

    FAKULTAS TEKNIK

    UNIVERSITAS HASANUDDIN

  • 7/22/2019 Pertimbangan Penentuan Lokasi Bandar Udara

    20/20