33
Tugas Perekonomian Indonesia Transisi Demografi Tahun 1994-2014 Nama kelompok 9 : 1. Febby Annisa Saraswati B1C1 12 076 2.Abdul Razak B1C1 12 126 3. Dwi Nugroho S B1C1 12 081 4. Lisda Dwiwahyuni B1C1 12 085 Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Jurusan Akuntansi 1

Pertumbuhan penduduk sulawesi tenggara

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Pertumbuhan penduduk sulawesi tenggara

Citation preview

Page 1: Pertumbuhan penduduk sulawesi tenggara

Tugas

Perekonomian Indonesia

Transisi Demografi Tahun 1994-2014

Nama kelompok 9 :

1. Febby Annisa Saraswati B1C1 12 0762. Abdul Razak B1C1 12 1263. Dwi Nugroho S B1C1 12 0814. Lisda Dwiwahyuni B1C1 12 085

Fakultas Ekonomi Dan Bisnis

Jurusan Akuntansi

Universitas Haluoleo

Kendari

2014

1

Page 2: Pertumbuhan penduduk sulawesi tenggara

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah penulis mengucapkan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Pengasih dan

Maha Penyayang karena berkat rahmat dan ridho-Nya, makalah ini dapat penulis selesaikan.

Makalah ini dibuat sebagai wujud rasa peduli terhadap dunia pendidikan dan sekaligus

melakukan apa yang menjadi tugas mahasiswa yang mengikuti mata kuliah ”Perekonomian

Indonesia”.

Makalah ini disusun agar pembaca dapat mengetahui tentang Transisi Demografi Tahun

1994-2014 yang saya sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber.Kritik dan saran

yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Demikian makalah ini penulis susun.

Semoga bermanfaat.

Penulis

2

Page 3: Pertumbuhan penduduk sulawesi tenggara

Daftar isi

Kata pengantar.............................................................................................. 2

Daftar isi ....................................................................................................... 3

Bab I pendahuluan

1.1 Latar Belakang........................................................................................... 41.2 Tujuan....................................................................................................... 41.3 Rumusan masalah..................................................................................... 5

Bab II Pembahasan

2.1 Data Fertilitas dan Moralitas sulawesi tenggara tahun 1994-2004........ . 6

2.2 Transisi Demografi................................................................................. 10

Bab III Penutup

Kesimpulan................................................................................................. 23

Daftar Pustaka............................................................................................. 24

3

Page 4: Pertumbuhan penduduk sulawesi tenggara

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penduduk Indonesia adalah mereka yang tinggal di Indonesia pada saat dilakukan

sensus dalam kurun waktu minimal 6 bulan. Masalah kependudukan merupakan

masalah umum yang dimiliki oleh setiap negara di dunia ini. Secara umum, masalah

kependudukan di berbagai negara dapat dibedakan menjadi dua, yaitu dalam hal

kuantitas/jumlah penduduk dan kualitas penduduknya. Data tentang kualitas dan

kuantitas penduduk tersebut dapat diketahui melalui beberapa cara, diantaranya

melalui metode sensus, registrasi, dan survei penduduk.

Masalah kependudukan di Indonesia adalah jumlah penduduk yang besar dan

distribusi yang tidak merata. Hal itu dibarengi dengan masalah lain yang lebih spesifik,

yaitu angka fertilitas dan angka mortalitas yang relatif tinggi. Kondisi ini dianggap tidak

menguntungkan dari sisi pembangunan ekonomi.. Hal itu diperkuat dengan kenyataan

bahwa kualitas penduduk masih rendah sehingga penduduk lebih diposisikan sebagai

beban daripada modal pembangunan. Logika seperti itu secara makro digunakan

sebagai landasan kebijakan untuk mengendalikan laju pertumbuhan penduduk Secara

mikro hal itu juga digunakan untuk memberikan justifikasi mengenai pentingnya suatu

keluarga melakukan pengaturan pembatasan jumlah anak.

Pada awalnya masalah fertilitas lebih dipandang sebagai masalah kependudukan,

dan treatment terhadapnya dilakukan dalam rangka untuk mencapai sasaran

kuantitatif. Hal ini sangat jelas dari target atau sasaran di awal program keluarga

berencana dilaksanakan di Indonesia yaitu menurunkan angka kelahiran total (TFR)

menjadi separuhnya sebelum tahun 2000. Oleh karena itu, tidaklah aneh apabila

program keluarga berencana di Indonesia lebih diwarnai oleh target-target kuantitatif.

Dari sisi ini tidak dapat diragukan lagi keberhasilannya.

2.1 Tujuan

Tujuan dari makalah ini yaitu :

4

Page 5: Pertumbuhan penduduk sulawesi tenggara

1. Untuk mengetahui Transisi Demografi tahun 1994-20042. Untuk mengetahui Transisi Demografi tahun 2005-2014

2.3 Rumusan Masalah

Masalah yang akan dibahas dalam makalah ini yaitu Transisi demografi tahun 1994 sampai 2014.

5

Page 6: Pertumbuhan penduduk sulawesi tenggara

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 DATA FERTILITAS DAN MORALITAS SULAWESI TENGGARA TAHUN 1994-2004

A. DATA FERLITAS

1994 1997 1998 1999 2000 2002 20070.00

0.50

1.00

1.50

2.00

2.50

3.00

3.50

4.00

Angka Kelahiran

Angka Kelahiran

Sumber : Sensus Penduduk 1971, 1980, 1990 , Sensus Penduduk Antar Sensus (SUPAS) 1985 , Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 1991 dan 1994

6

Angka Fertilitas Total Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 1994, 1997, 1998, 1999, 2000, 2002, dan 2007

Provinsi 1994 1997 1998 1999 2000 2002 2007

Sulawesi Tenggara 3,50 3,31 3,00 2,87 3,14 3,60 3,30

Sumber : Sensus Penduduk 1971, 1980, 1990 , Sensus Penduduk Antar Sensus (SUPAS) 1985 , Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 1991 dan 1994

Page 7: Pertumbuhan penduduk sulawesi tenggara

Kelahiran merupakan salah satu faktor penambah jumlah penduduk disamping migrasi masuk. Dapat kita lihat, pada tabel diatas tahun 1994 angka kelahiran provinsi sulawesi tenggara mencapai 3,50 %, angka kelahiran pada tahun 1997 mencapai sebesar 3,31 %. Dapat dibandingkan antara tahun 1994 dan 1997 mengalami penurunan angka kelahiran. Tahun1998, angka kelahiran mencapai 3,00 %. Tahun 1999, angka kelahiran mencapai 2,87%. Dapat kita lihat tshun 1998 dan 1997 agka kelahiran menurun sebeesar 0,13%. Pada tahun 2000 angka kelahiran mencapai 3.14%. tahun 2002 angka kelahiran mencapai 3,6%. Dan tahun 2007 angka kelahiran mencapai 3,30%. Tahun 2000 dan 2002 mengalami kenaikan, sedangkan pada tahun 2007 mengalami penurunan angka kelahiran.

  KELAHIRAN (FERTILITAS)

Berdasarkan Sensus Penduduk 2010, jumlah penduduk Indonesia sudah mencapai 237,6 juta jiwa atau bertambah 32,5 juta jiwa sejak tahun 2000. Artinya, setiap tahun selama periode 2000-2010, jumlah penduduk bertambah 3,25 juta jiwa. Jika di alokasikan ke setiap bulan maka setiap bulannya penduduk Indonesia bertambah sebanyak 270.833 jiwa atau sebesar 0,27 juta jiwa.

Berdasarkan jumlah tersebut, maka setiap harinya penduduk Indonesia bertambah sebesar 9.027 jiwa. Dan setiap jam terjadi pertambahan penduduk sebanyak 377 jiwa. Bahkan setiap detik jumlah pertambahan penduduk masih tergolong tinggi yaitu sebanyak 1,04 (1-2 jiwa). Pertambahan penduduk di Indonesia umumnya (bahkan bisa dikatakan 99,9 persen) disebabkan oleh kelahiran, sisanya berupa migrasi masuk. Dengan demikian dapat di simpulkan bahwa dalam 1 detik di Indonesia terjadi kelahiran bayi sebanyak 1-2 jiwa.

Kelahiran dapat diartikan sebagai hasil reproduksi yang nyata dari seorang wanita atau kelompok wanita. Fertilitas merupakan taraf kelahiran penduduk yang sesungguhnya berdasarkan jumlah kelahiran yang terjadi. Pengertian ini digunakan untuk menunjukkan pertambahan jumlah penduduk. Fertilitas disebut juga dengan natalitas. Konsep-konsep lain yang terkait dengan pengertian fertilitas yang penting untuk diketahui adalah:

a. Fecunditas adalah kemampuan secara potensial seorang wanita untuk melahirkan anak.

b. Sterilisasi adalah ketidakmampuan seorang pria atau wanita untuk menghasilkan suatu kelahiran.

c. Natalitas adalah kelahiran yang merupakan komponen dari perubahan penduduk.

d. Lahir hidup (live birth) adalah anak yang dilahirkan hidup (menunjukkan tanda-tanda kehidupan) pada saat dilahirkan, tanpa memperhatikan lamanya di kandungan, walaupun akhirnya meninggal dunia.

7

Page 8: Pertumbuhan penduduk sulawesi tenggara

e. Abortus adalah kematian bayi dalam kandungan dengan umur kehamilan kurang dari 28 minggu.

f. Lahir mati (still birth) adalah kelahiran seorang bayi dari kandungan yang berumur paling sedikit 28 minggu tanpa menunjukkan tanda-tanda kehidupan. Tidak dihitung sebagai kelahiran.

B. DATA MORALITAN

`Angka Kematian Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 1994, 1997, 1999 dan 2007

ProvinsiAngka Kematian Bayi

Angka Kematian Dibawah Usia Lima Tahun

1994 1997 2000 2002 2007 1994 1997 1999 2007

Sulawesi Tenggara 79 78 53 67 41 105 62

Catatan :

SDKI = Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia

Angka Kematian Dibawah Usia Lima Tahun tidak tersedia untuk 1998

Sumber : Sensus Penduduk SDKI 1994 dan 1997

1994 1997 2000 2002 20070

20

40

60

80

100

120

angka kematian bayiAngka Kematian Dibawah Usia Lima Tahun

Pada tahun 1994, angka kematian bayi mencapai 79, sedangkan angka kematian dibawah usia lima tahun mencapai 105. Pada tahun 1997, angka kematian bayi mencapai 78. Tahun 2000 angka kematian bayi mencapai 53. Pada tahun 2002, angka kematian bayi mencapai 67. Pada tahun 2007 angka kelahiran mencapai 41, sedangkan angka kematian dibawah usia lima tahun mencapai 62.

8

Page 9: Pertumbuhan penduduk sulawesi tenggara

Moralitas

Menurut PBB dan WHO, kematian adalah hilangnya semua tanda-tanda

kehidupan secara permanen yang bisa terjadi setiap saat setelah kelahiran hidup. Still

birth dan keguguran tidak termasuk dalam pengertian kematian. Perubahan jumlah

kematian (naik turunnya) di tiap daerah tidaklah sama, tergantung pada berbagai

macam faktor keadaan. Besar kecilnya tingkat kematian ini dapat merupakan petunjuk

atau indikator bagi tingkat kesehatan dan tingkat kehidupan penduduk di suatu

wilayah.

Konsep-konsep lain yang terkait dengan pengertian mortalitas adalah:

a.       Neo-natal death adalah kematian yang terjadi pada bayi yang belum berumur satu

bulan.

b.      Lahir mati (still birth) atau yang sering disebut kematian janin (fetal death) adalah

kematian sebelum dikeluarkannya secara lengkap bayi dari ibunya pada saat

dilahurkan tanpa melihat lamanya dalam kandungan.

c.       Post neo-natal adalah kematian anak yang berumur antara satu bulan sampai

dengan kurang dari satu tahun.

d.      Infant death (kematian bayi) adalah kematian anak sebelum mencapai umur satu

tahun.

1.      FAKTOR PENGARUH

Faktor-faktor yang mempengaruhi kematian dibagi menjadi dua yaitu:

1.      Faktor langsung (faktor dari dalam)

a. Umur,

b. Jenis kelamin,

c. Penyakit,

d. Kecelakaan, kekerasan, bunuh diri.

2.      Faktor tidak langsung (faktor dari luar)

a. Tekanan, baik psikis maupun fisik,

b. Kedudukan dalam perkawinan,

c. Kedudukan sosial-ekonomi,

d. Tingkat pendidikan,

e. Pekerjaan,

9

Page 10: Pertumbuhan penduduk sulawesi tenggara

f. Beban anak yang dilahirkan,

g. Tempat tinggal dan lingkungan,

h. Tingkat pencemaran lingkungan,

i. Fasilitas kesehatan dan kemampuan mencegah penyakit,

j. Politik dan bencana alam.

2.2Transisi Demografi

Transisi demografi adalah perubahan terhadap fertilitas dan mortilitas yang besar.

Perubahan atau transisi tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :

Pada gambar diatas terlihat transisi penduduk ada posisi stabil pada tingkat

kelahiran tinggi, menjadi turun ke stabil pada kelahiran dan kematian rendah.

1. Pada keadaan I

Tingkat kelahiran dan kematian tinggi antara 40 sampai 50. Keadaannya masih

alami tingkat kelahiran tinggi/ tidak terkendali dan tingkat ekonomi yang rendah,

sehingga kesehatan dan gizi lingkungan kurang mendukung. Akibatnya kelaparan dan

kejadian penyakit tinggi sehingga tingkat kematian pun tinggi (kondisi pra

intervensi/pembangunan).

2. Pada keadaan II

10

Page 11: Pertumbuhan penduduk sulawesi tenggara

Angka kematian turun lebih dahulu akibat peningkatan pembangunan dan

teknologi, misalnya dibidang kesehatan, lingkungan, perumahan dan lain-lain. Kondisi

ekonomi makin membaik akibat pembangunan dan pendapatan penduduk meningkat

sehingga kesehatan semakin baik. Akibatnya tingkat kelahiran tetap tinggi (makin

sehat) tetapi angka kematian menurun (akibat kesehatan dan lain- lain). Pada kondisi

ini akan terasa tingginya laju pertumbuhan penduduk alami, seperti dialami indonesia

pada periode tahun 1970 sampai 1980 dengan angka pertumbuhan 2,32 % per tahun.

3. Pada keadaan III

Terjadi perubahan akibat pembangunan dan juga upaya pengendalian penduduk,

maka sikap terhadap fertilitas berubah menjadi cenderung punya anak sedikit, maka

turunnya tingkat kematian juga diikuti turunnya tingkat kelahiran sehingga

pertumbuhan penduduk menjadi tidak tinggi lagi. Keadaan tersebut dapat dilihat pada

pertumbuhan penduduk indonesia periode 1980 sampai 1990 yang turun menjadi 1,85

%.

4. Pada keadaan IV

Bila penurunan tingkat kelahiran dan kematian berlangsung terus menerus, maka

akan mengakibatkan pertumbuhan yang stabil pada tingkat yang rendah indonesia

sedang menuju/mengharap tercapainya kondisi ini yaitu penduduk bertambah sangat

rendah atau tanpa pertumbuhan. Demikian lah gambaran transisi demografi yang dapat

dipercepat dengan peningkatan pembangunan terutama bidang ekonomi, kesehatan,

pendidikan, dan kb.

Menurut blacker (1947) ada 5 phase dalam teori transisi demografi, dimana

khususnya phase 2 dan 3 adalah phase transisi.

a. Tahap-tahap dalam transisi demografi

a) Tahap stasioner tinggi

b) Tingkat kelahiran: tinggi

c) Tingkat kematian: tinggi

d) Pertumbuhan alami: nol/sangat rendah

Contoh: eropa abad 14

b. Tahap awal perkembangan

a) Tingkat kelahiran: tinggi (ada budaya pro natalis)

b) Tingkat kematian: lambat menurun

c) Pertumbuhan alami: lambat

11

Page 12: Pertumbuhan penduduk sulawesi tenggara

Contoh: india sebelum pd ii

c. Tahap akhir perkembangan

a) Tingkat kelahiran: menurun

b) Tingkat kematian: menurun lebih cepat dari tingkat kelahiran

c) Pertumbuhan alami: cepat

Contoh: australia, selandia baru tahun ‘30an

d. Tahap stasioner rendah

a) Tingkat kelahiran: rendah

b) Tingkat kematian: rendah

c) Pertumbuhan alami: nol/sangat rendah

Contoh: perancis sebelum pd ii

e. Tahap menurun

a) Tingkat kelahiran: rendah

b) Tingkat kematian: lebih tinggi dari tingkat kelahiran

c) Pertumbuhan alami: negatif

Contoh: jerman timur & barat tahun ‘75

Ada beberapa masalah dalam mengaplikasikan teori transisi demografi bagi

negara-negara berkembang. Bila di eropa, penurunan mortalitas lebih dikarenakan

pembangunan sosio ekonomi, namun penurunan mortalitas dan fertilitas di negara-

negara berkembang lebih karena pengaruh faktor-faktor lain seperti: peningkatan

pemakaian kontrasepsi, peningkatan perhatian pemerintah, modernisasi, pembangunan

dll.

1.1. Faktor-Faktor Demografik Yang Mempengaruhi Laju Pertumbuhan Penduduk

a. Angka Kelahiran (fertilitas)

Fertilitas dalam pengertian demografi adalah kemampuan seorang wanita secara

riil untuk melahirkan yang diwujudkan dalam jumlah bayi yang senyatanya dilahirkan.

Tinggi rendahnya kelahiran erat hubungannya dan tergantung Pada struktur umur,

banyaknya kelahiran, banyaknya perkawinan, penggunaan alat kontrasepsi, aborsi,

tingkat pendidikan, status pekerjaan, serta pembangunan.

Berikut ini faktor pendorong dan faktor penghambat kelahiran.

Faktor pendorong kelahiran (pronatalitas)

- anggapan bahwa banyak anak banyak rezeki.

- sifat alami manusia yang ingin melanjutkan keturunan.

12

Page 13: Pertumbuhan penduduk sulawesi tenggara

- pernikahan usia dini (usia muda).

- adanya anggapan bahwa anak laki-laki lebih tinggi nilainya, jika dibandingkan

dengan anak perempuan, sehingga bagi keluarga yang belum memiliki anak laki-

laki akan berusaha untuk mempunyai anak laki-laki.

- adanya penilaian yang tinggi terhadap anak, sehingga bagi keluarga yang belum

memiliki anak akan berupaya bagaimana supaya memiliki anak.

Faktor penghambat kelahiran (antinatalitas)

- adanya program keluarga berencana (kb).

- kemajuan di bidang iptek dan obat-obatan.

- adanya peraturan pemerintah tentang pembatasan tunjungan anak bagi pns.

- adanya uu perkawinan yang membatasi dan mengatur usia pernikahan.

- penundaan usia pernikahan karena alasan ekonomi, pendidikan dan karir.

- adanya perasaan malu bila memiliki banyak anak

b. Angka Kematian (Mortalitas)

Angka kematian dibedakan menjadi tiga macam yaitu angka kematian kasar, angka

kematian khusus, dan angka kematian bayi.

Tinggi rendahnya angka kematian penduduk dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu

faktor pendorong dan faktor penghambat.

1) faktor pendorong kematian (promortalitas)

- adanya wabah penyakit seperti demam berdarah, flu burung dan sebagainya.

- adanya bencana alam seperti gempa bumi, tsunami, banjir dan sebagainya.

- kesehatan serta pemenuhan gizi penduduk yang rendah.

- adanya peperangan, kecelakaan, dan sebagainya.

- tingkat pencemaran yang tinggi sehingga lingkungan tidak sehat.

- faktor penghambat kematian (antimortalitas)

- tingkat kesehatan dan pemenuhan gizi masyarakat yang sudah baik.

- negara dalam keadaan aman dan tidak terjadi peperangan.

- adanya kemajuan iptek di bidang kedokteran sehingga berbagai macam penyakit

dapat diobati.

- adanya pemahaman agama yang kuat oleh masyarakat sehingga tidak

melakukan tindakan bunuh diri atau membunuh orang lain, karena ajaran agama

melarang hal tersebut.

13

Page 14: Pertumbuhan penduduk sulawesi tenggara

c. Migrasi

Migrasi merupakan salah satu faktor yang memengaruhi angka pertumbuhan

penduduk. Migrasi adalah perpindahan penduduk. Orang dikatakan telah melakukan

migrasi apabila orang tersebut telah melewati batas administrasi wilayah lain.

Jenis-jenis migrasi:

- ransmigrasi (perpindahan dari satu daerah (pulau) untuk menetap ke daerah

lain di dalam wilayah republik indonesia).

- urbanisasi (perpindahan penduduk dari desa ke kota besar)

- emigrasi (perpindahan penduduk dari dalam negeri kemudian menetap di luar

negeri).

- Imigrasi (kebalikan dari emigrasi)

- Re-emigrasi (kembali ke tempat asal)

migrasi keluar adalah keluarnya penduduk dari suatu wilayah menuju wilayah lain dan

bertujuan untuk menetap di wilayah yang didatangi.

migrasi masuk adalah masuknya penduduk dari wilayah lain ke suatu wilayah dengan

tujuan menetap di wilayah tujuan. Migrasi keluar adalah orang yang melakukan migrasi

ditinjau dari daerah asalnya, sedangkan migrasi masuk adalah orang yang melakukan

migrasi ditinjau dari daerah tujuannya.

d. Transisi Demografi di Indonesia

Sumber:sensus penduduk

- Analisis Mortalitas per kasus

14

1971 1980 1990 1994 1997 2000 2002 2007 2010 20120

50

100

150

200

250

300

350

400

145

109

71 65 52 47 43 39 26 34

218

158

99 9371

60 56 5047 43

Angka Kematian di Indonesia

Angka Kematian di Bawah Usia 5 TahunAngka Kematian Bayi

Page 15: Pertumbuhan penduduk sulawesi tenggara

1. Kasus pertama “Kesadaran Rendah, Angka Kematian Ibu Melahirkan

Tinggi”

Pada tahun 2012, angka kematian ibu melahirkan di Kabupaten Karangnyar

mencapai 127 per 100.000 kelahiran. Jumlah ini masih tergolong tinggi untuk wilayah

Provinsi Jawa Tengah.

Selama tiga tahun angka kematian di kabupaten Karanganyar memang fluktuatif

namun masih tergolong tinggi. Angka kematian ibu dan bayi yang tinggi disebabkan

oleh penyebab langsung dan tidak langsung selama masa kehamilan dan melahirkan

ibu. Penyebab langsung ini berhubungan dengan dengan komplikasi obstetrik selama

masa kehamilan, persalinan dan masa nifas (post-partum) dan penyebab tidak langsung

berhubungan dengan penyakit yang diderita ibu sejak sebelum kehamilan seperti

penyakit jantung, kanker dan lain sebagainya.

2. Kasus Kedua “Kematian Ibu Dan Bayi Kurang Diperhatikan”

Data calon ibu dan bayi di Kabupaten Kaur tidak sesuai dengan kondisi di

lapangan. Akibatnya terjadi keterlambatan dalam penanganan terhadap proses

persalinan ibu. Hal ini terjadi karena kurangnya tenaga medis dan kesadaran

masyarakat yang kurang untuk melaporkan kehamilan. Begitu juga dengan kasus

kekurangan gizi, tidak adanya data yang valid juga menyebabkan keterlambatan

penanganan.

3. Kasus Ketiga “Angka Kematian Ibu Melahirkan dan Bayi Bisa Diturunkan”

Menteri Kesehatan, Nafsiah Mboi menggalakkan kampanye Keluarga Berencana.

Karena merupakan suatu terobosan untuk menurunkan Angka Kematian Ibu dan Angka

Kematian Bayi. Untuk mewujudkan hal itu Menkes meminta Dinkes bekerja sama

dengan BKKBN. Target MDG’s tahun 2015 adalah untuk menurunkan angka kematian

bayi 23 per 1000 kelahiran hidup dan angka kematian ibu adalah 102 per 100.000

kelahiran hidup.

4. Kasus Keempat “PemKab Kulon Progo Turunkan Angka Kematian Ibu dan

Bayi”

Dalam menekan angka kematian bayi dan ibu melahirkan, Pemerintah melakukan

berbagai upaya termasuk dengan penyuluhan dan pelayanan kesehatan serta SDM yang

ada. Di antaranya melalui MPS online serta SMS gateway. Namun demikian sebenarnya

upaya untuk menekan angka kematian bayi dan ibu melahirkan harus dilakukan oleh

semua, bukan hanya institusi kesehatan saja.

15

Page 16: Pertumbuhan penduduk sulawesi tenggara

Dari keempat kasus diatas bisa disimpulakan penyebab-penyebab kematian Ibu

dan Bayi  dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya:

1. Pendidikan

Angka Kematian Ibu yang begitu tinggi salah satunya karena tingkat pendidikan

para ibu di Indonesia yang masih sangat rendah. Jika kita melihat dari jenjang

pendidikan, data Badan Pusat Statistik tahun 2010 menyatakan bahwa mayoritas ibu di

Indonesia tidak memiliki ijazah SD, yakni sebesar 33,34 persen. Selanjutnya sebanyak

30,16% ibu hanya memiliki ijazah SD atau sederajat. Dan hanya terdapat 16,78% ibu

yang berpendidikan setara SMA. Hanya 7,07% ibu yang berpendidikan perguruan

tinggi.

Penyerapan informasi yang beragam dan berbeda sangat dipengaruhi oleh tingkat

pendidikan seorang ibu. Latar pendendidikan formal serta informal akan sangat

berpengaruh pada seluruh aspek kehidupan para ibu mulai dari segi pikiran, perasaan

maupun tindakannya.

Dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi calon ayah dan calon ibu akan

mampu merncanakan kehamilan dangan baik sehingga bisa terhindar dari 4 Terlalu

yaitu melahirkan terlalu muda (dibawah 20 tahun), terlalu tua (diatas 35 tahun), terlalu

dekat (jarak melahirkan kurang dari 2 tahun) dan terlalu banyak (lebih dari 4 kali).

Seperti pada kasus “Angka Kematian Ibu Melahirkan dan Bayi Bisa Diturunkan”.

Dalam penanganan kehamilan dan persalinan pun pendidikan akan sangat penting

agar bisa terhindar dari faktor risiko 3 Terlambat yaitu terlambat mengambil keputusan

di tingkat keluarga, terlambat merujuk/ transportasi dan terlambat menangani dan

Semakin tinggi tingkat pendidikan seorang ibu, maka akan semakin tinggi pula

kesadaran mereka terhadap proses pra kehamilan dan pasca kehamilannya, sehingga

untuk menjaga agar dirinya sehat dalam masa kehamilan maka ibu tersebut pasti akan

melaporkan dan memeriksakan dirinya kepada tenaga medis yang ahli dibidangnya.

Dan sebaliknya, jika pendidikan seorang ibu rendah seperti yang banyak terjadi di

Indonesia, maka kesehatannya selama masa kehamilan tidak begitu diperhatikan. Oleh

sebab itu banyak terjadi kematian pada ibu melahirkan yang disebabkan kesadaran

akan kesehatan yang rendah.

2. Lingkungan

16

Page 17: Pertumbuhan penduduk sulawesi tenggara

Lingkungan juga menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi KIA. Banyak aspek

yang mempengaruhi KIA yang dapat dilihat dalam suatu lingkungan. Dalam

hubungannya dengan meningkatnya kasus kematian ibu (hamil, melahirkan dan nifas),

lingkungan yang dibahas adalah aspek geografis. Kondisi geografis suatu lingkungan

mempengaruhi kondisi kesehatan masyarakat di lingkungan itu sendiri. Kondisi

lingkungan yang tidak mendukung, seperti sulit terjangkau oleh sarana transportasi

tentu saja mengakibatkan sulitnya sarana dan tenaga kesehatan untuk menjangkau

daerah tersebut. Imbasnya, kondisi kesehatan masyarakat di lingkungan tersebut akan

terbengkalai, masyarakat akan minim dalam sarana kesehatan, dan banyak ibu yang

mengalami kesulitan selama masa kehamilan, melahirkan dan juga nifas, sehingga

angka kematian ibu (hamil, melahirkan dan nifas) akan terus bertambah besar.

3. Ekonomi

Kondisi keuangan yang tidak mencukupi tentu menyulitkan para ibu (hamil,

melahirkan dan nifas)  untuk memperoleh fasilitas kesehatan yang memadai. Oleh

sebab itu, mereka cenderung tidak memeriksakan kesehatan dirinya pra kehamilan

hingga pasca kehamilan. Akibatnya, banyak ibu yang meniggal saat melahirkan karena

penyakit yang baru diketahui ketika akan melahirkan.

4. Minimnya Tenaga Medis

Salah satu faktor tingginya AKI di Indonesia adalah disebabkan karena relatif

masih rendahnya cakupan pertolongan oleh tenaga kesehatan. Departemen Kesehatan

menetapkan target 90 persen persalinan ditolong oleh tenaga medis pada tahun 2010.

Perbandingan dengan hasil survei SDKI bahwa persalinan yang ditolong oleh tenaga

medis profesional meningkat dari 66 persen dalam SDKI 2002-2003 menjadi 73 persen

dalam SDKI 2007. Angka ini relatif rendah apabila dibandingkan dengan negara

tetangga seperti Singapura, Malaysia dan Thailand. Dengan cukupnya tenaga medis

diharapkan persoalan berupa kevalidan data dan kasus yang tidak tersentuh dapat

dikurangi sehingga dapat mengurangi angka AKI.

5. Adat Istiadat

Pada kasus kematian ibu akibat perdarahan faktor budaya yang berpengaruh

terhadap tingginya angka kematian ibu adalah kecenderungan bagi ibu di perdesaan

dan keluarga miskin untuk melahirkan dengan bantuan dukun beranak, bukan dengan

bantuan petugas medis yang telah disediakan. Ada pula tradisi suku tertentu yang

17

Page 18: Pertumbuhan penduduk sulawesi tenggara

mengharuskan ibu nifas ditempatkan dalam suatu tempat yang dapat dikatakan kurang

higienis.

Masalah tingginya angka kematian ibu dan bayi dapat ditanggulangi dengan

berbagai cara yaitu:

1. Menggalakkan kampanye KB

Dengan mengkampanyekan KB dan "Dua Anak Cukup", maka kesehatan ibu hamil

dan melahirkan akan menjadi lebih baik sehingga bisa meminimalisasi faktor "empat

terlalu" yang menjadi penyebab terbanyak AKI dan AKB.

2. Penyuluhan

Penyuluhan ini dilakukan oleh institusi kesehatan dengan cara sms gateway dan

MPS Online. Dengan adanya upaya penyuluhan ini diharapkan kesadaran ibu hamil

akan kesehatan dan keselamatan dirinya dan bayinya dapat ditingkatkan.

3. Perbaikan layanan kesehatan dan infrastruktur

Perbaikan layanan kesehatan ini berkaitan dengan pengadaan peralatan medis yang

memadai serta lebih diutamakan kepada administrasi layanan kesehatan itu sendiri.

Perbaikan ini bertujuan agar masyarakat mau memeriksakan kesehatan pada layanan

kesehatan yang ada tanpa terbelit dengan proses administrasi yang lama dan panjang

serta peralatan medis lain yang kurang memadai.

Perbaikan infrastruktur yang akan menunjang akses kepada pelayanan kesehatan

seperti transportasi, ketersediaan listrik, ketersediaan air bersih dan sanitasi, serta

pendidikan dan pemberdayaan masyarakat utamanya terkait kesehatan ibu dan anak

yang menjadi tanggung jawab sektor lain memiliki peran sangat besar untuk

menurunkan angka kematian ibu dan bayi.

4. Meningkatkan Jumlah Tenaga Medis

Meningkatkan jumlah tenaga medis di sini diutamakan pada desa-desa terpencil

yang aksesnya sulit menuju tempat pemeriksaan kesehatan dan sebagainya. Adanya

18

Page 19: Pertumbuhan penduduk sulawesi tenggara

bidan masuk desa merupakan salah satu cara untuk meningkatkan jumlah tenaga medis

di daerah terpencil.

Sumber : Sensus Penduduk 1971, 1980, 1990 , Sensus Penduduk Antar Sensus (SUPAS) 1985 , Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 1991 dan 1994

Penurunan fertilitas menunjukkan adanya pergeseran nilai anak. Dahulu sebagian

besar masyarakat, menilai anak sebagai sumber rezeki dengan pameo “banyak anak

banyak rezeki”, maka sekarang pameo itu berubah menjadi “banyak anak banyak

beban”. Keuntungan finansial (materi) dan kebahagiaan yang diperoleh oleh orang tua

apabila mempunyai anak, tidak sebanding dengan biaya yang dikeluarkan dalam

membesarkan anak. Jika jumlah anak dalam keluarga itu besar, maka biaya dan waktu

alokasi untuk anak akan besar pula dan hal tersebut dapat membebani orang tuanya.

Dari beberapa hasil penelitian tentang fertilitas, dilihat dari segi ekonomi yang

menjadi sebab utama tinggi rendahnya fertilitas adalah beban ekonomi keluarga. Dalam

hal ini ada dua pandangan yang saling bertentangan. Pandangan pertama beranggapan

bahwa dengan mempunyai jumlah anak yang banyak dapat meringankan beban

ekonomi yang harus ditanggung orang tua. Di sini anak dianggap dapat membantu

(meringankan) beban ekonomi orang tua bila mereka sudah bekerja. Pandangan kedua,

yang dapat dikatakan pandangan yang agak maju, beranggapan bahwa anak banyak bila

tidak berkualitas justru menambah dan bahkan akan memperberat beban orangtua

19

19711980

19851990

19911994

19971998

19992000

20022007

20102012

0

1

2

3

4

5

65.61

4.68

4.06

3.333.022.85

2.342.652.59

2.272.32.6 2.412.6

Angka Kelahiran di Indonesia

Angka fertilitas total

Page 20: Pertumbuhan penduduk sulawesi tenggara

kelak. Dengan anggapan seperti ini, mereka menginginkan (mengharapkan) jumlah

anak sedikittetapi berkualitas. Untuk memiliki anak yang berkualitas sudah jelas

diperlukan waktu, tenaga, perhatian, dan biaya yang tidak sedikit yang pada akhirnya

akan menjadi beban orang tua. Berkaitan dengan ini, agar beban tidak terlalu berat,

orang tua cenderung ingin memiliki anak sedikit.

Fawcett (1986) mengemukakan bahwa ada enam nilai anak bagi orang tua, yaitu

(1) perekat cinta kasih, (2) sumber tenaga kerja, (3) asuransi di hari tua, (4) pelangsung

keturunan, (5) sumber rezeki, (6) anak sebagai teman, penolong dan pelindung.

Persepsi tentang nilai anak akan dapat mempengaruhi jumlah anak yang

diinginkan atau dimiliki. Sebagian orang berpendapat bahwa jumlah anak banyak dapat

merupakan asset keluarga yang menguntungkan karena dapat diharapkan untuk

membantu keluarga, khususnya di bidang ekonomi. Akan tetapi sebagian orang lain

berpendapat sebaliknya, yaitu anak banyak hanyalah merupakan beban ekonomi

keluarga yang tidak ringan. Tidak dapat dipungkiri bahwa banyaknya jumlah anak akan

menyebabkan juga banyaknya waktu, tenaga, dan biaya yang dikeluarkan sebagai

kewajiban dan rasa tanggung jawab orang tua.

Penurunan fertilitas tentu memberikan kenyataan bahwa jumlah anak yang

dimiliki seorang wanita semakin sedikit. Akibatnya, wanita semakin mempunyai banyak

waktu, selain mengasuh anaknya. Terlebih lebih bagi perempuan yang sudah memiliki

anak yang sudah beranjak dewasa. Maka banyak wanita yang memanfaatkan tenaga dan

waktu

luang yang dimiliki untuk melakukan aktivitas di luar tugas domestik mereka, terutama

aktivitas ekonomi.

Undang-Undang Perkawinan No. 1 tahun 1974, pasal 31, menyatakan bahwa

wanita mempunyai kewajiban sebagai ibu rumah tangga. Dengan jumlah anak yang

rendah, maka tugas-tugas wanita sebagai ibu rumah tangga, khususnya dalam

mengasuh, memelihara, dan membesarkan anak akan berkurang (Ediastuti, 1995).

Dengan demikian,

dapat diartikan pula bahwa fertilitas yang rendah akan menyebabkan banyaknya tenaga

dan waktu luang bagi wanita, yang seharusnya untuk mengurus anak. Didukung oleh

semakin banyaknya wanita yang memiliki anak sedikit, maka banyak wanita yang

memanfaatkan tenaga dan waktu luang. Hal tersebut memberikan peluang besar

kepada wanita untuk memasuki dunia kerja.

20

Page 21: Pertumbuhan penduduk sulawesi tenggara

Dibandingkan dengan penduduk laki-laki maka wanita yang masuk dalam dunia

kerja berjumlah lebih sedikit. Namun peningkatan partisipasi angkatan kerja justru

lebih banyak terjadi pada wanita. Tjiptoherijanto (1999) mengemukakan bahwa antara

tahun 1980 dan 1990 angkatan kerja wanita meningkat sebesar sekitar 7% yaitu dari

32,6% menjadi 39,6%. Sementara pada periode yang sama, angkatan kerja laki-laki

meningkat hanya 1,8% yaitu dari 68,8% menjadi 70,6%. Pada kelompok pendidikan

rendah, jumlah wanita yang bekerja relatif sama dengan lakilaki. Untuk tingkat

pendidikan yang lebih tinggi angka ini relatif lebih rendah dan semakin tinggi tingkat

pendidikan nampak bahwa proporsi wanita yang bekerja semakin kecil. Akan tetapi di

masa depan wanita dengan tingkat pendidikan tinggi akan lebih banyak masuk ke pasar

kerja. Selain karena jumlahnya meningkat, juga karena lapangan kerja membutuhkan

keahlian tertentu, terutama di bidang-bidang jasa seperti misalnya tenaga penjualan,

kesehatan, pendidikan, pelayanan dan lain sebagainya.

Kondisi Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) wanita di Sulawesi Selatan

tidak jauh berbeda dengan kondisi di daerah lain. TPAK di Sul-Sel, perbedaan antara

laki-laki dan wanita cukup menyolok, tapi beberapa tahun ini terjadi peningkatan TPAK

pada wanita lebih tinggi daripada laki-laki. Pada tahun 1996 TPAK laki-laki sekitar 71%

dan wanita 29%, kemudian pada tahun 1998 terjadi peningkatan, TPAK laki-laki

menjadi 73% dan wanita 32%.Kemudian pada tahun 2001, TPAK laki-laki 72% dan

wanita 31%. Data tersebut menunjukkan bahwa selama 5 tahun (tahun 1996-2001)

TPAK wanita lebih tinggi peningkatannya yaitu sekitar 2-3% sedangkan TPAK laki-laki

sekitar 1-2% (BPS, 2002). Walaupun peningkatan TPAK wanita di Sul-Sel tidak terlalu

tajam, tetapi dengan

semakin meningkatnya kebutuhan ekonomi keluarga dan adanya keinginan untuk

mengaktualisasikan diri dan adanya peluang besar kepada wanita untuk masuk ke

dunia kerja sehingga semakin banyak wanita yang ingin memiliki anak sedikit, terutama

untuk kondisi wanita di Kota Makassar.

Fenomena yang terjadi berdasarkan pada fakta di atas, yaitu semakin menurunnya

fertilitas serta semakin besarnya peluang wanita untuk masuk ke dunia kerja. Dengan

kondisi demikian, memunculkan ketertarikan untuk mengetahui bagaimana gambaran

persepsi nilai anak dan kecenderungan permintaan anak pada wanita terutama wanita

dari

21

Page 22: Pertumbuhan penduduk sulawesi tenggara

pasangan usia muda. Persepsi tentang nilai anak dan berapa jumlah anak yang

diinginkan atau dimiliki berbeda antara satu orang dengan lainnya. Banyak faktor yang

mempengaruhi persepsi nilai dan permintaan anak bagi seseorang, diantaranya tingkat

pendidikan, penghasilan, status kerja, usia perkawinan, kematian anak, kondisi

pemukiman, status migrasi, umur, dan agama.

22

Page 23: Pertumbuhan penduduk sulawesi tenggara

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Penurunan fertilitas menunjukkan adanya pergeseran nilai anak. Dahulu sebagian besar masyarakat, menilai anak sebagai sumber rezeki dengan pameo “banyak anak banyak rezeki”, maka sekarang pameo itu berubah menjadi “banyak anak banyak beban”. Keuntungan finansial (materi) dan kebahagiaan yang diperoleh oleh orang tua apabila mempunyai anak, tidak sebanding dengan biaya yang dikeluarkan dalam membesarkan anak. Jika jumlah anak dalam keluarga itu besar, maka biaya dan waktu alokasi untuk anak akan besar pula dan hal tersebut dapat membebani orang tuanya.

Pada tahun 2012, angka kematian ibu melahirkan di Kabupaten Karangnyar mencapai 127 per 100.000 kelahiran. Jumlah ini masih tergolong tinggi untuk wilayah Provinsi Jawa Tengah. Selama tiga tahun angka kematian di kabupaten Karanganyar memang fluktuatif namun masih tergolong tinggi. Angka kematian ibu dan bayi yang tinggi disebabkan oleh penyebab langsung dan tidak langsung selama masa kehamilan dan melahirkan ibu. Penyebab langsung ini berhubungan dengan dengan komplikasi obstetrik selama masa kehamilan, persalinan dan masa nifas (post-partum) dan penyebab tidak langsung berhubungan dengan penyakit yang diderita ibu sejak sebelum kehamilan seperti penyakit jantung, kanker dan lain sebagainya.

Kelahiran merupakan salah satu faktor penambah jumlah penduduk disamping migrasi masuk. Dapat kita lihat, pada tabel diatas tahun 1994 angka kelahiran provinsi sulawesi tenggara mencapai 3,50 %, angka kelahiran pada tahun 1997 mencapai sebesar 3,31 %. Dapat dibandingkan antara tahun 1994 dan 1997 mengalami penurunan angka kelahiran. Tahun1998, angka kelahiran mencapai 3,00 %. Tahun 1999, angka kelahiran mencapai 2,87%. Dapat kita lihat tshun 1998 dan 1997 agka kelahiran menurun sebeesar 0,13%. Pada tahun 2000 angka kelahiran mencapai 3.14%. tahun 2002 angka kelahiran mencapai 3,6%. Dan tahun 2007 angka kelahiran mencapai 3,30%. Tahun 2000 dan 2002 mengalami kenaikan, sedangkan pada tahun 2007 mengalami penurunan angka kelahiran.

Pada tahun 1994, angka kematian bayi mencapai 79, sedangkan angka kematian dibawah usia lima tahun mencapai 105. Pada tahun 1997, angka kematian bayi mencapai 78. Tahun 2000 angka kematian bayi mencapai 53. Pada tahun 2002, angka kematian bayi mencapai 67. Pada tahun 2007 angka kelahiran mencapai 41, sedangkan angka kematian dibawah usia lima tahun mencapai 62.

23

Page 24: Pertumbuhan penduduk sulawesi tenggara

Daftar Pustaka

http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?kat=2&tabel=1&daftar=1&id_subyek=52%20&notab=2

http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?kat=2&tabel=1&daftar=1&id_subyek=52%20&notab=2

http://sirusa.bps.go.id/index.php?r=indikator/view&id=74

http://berbagh.blogspot.com/2013/05/makalah-fertilitas-mortalitas-dan.html

24