36
I. Latar belakang Indonesia sebagai Negara berkembang masih memiliki banyak kekurangan didalam banyak bidang dengan Negara lain seperti sector pendidikan , tehnologi , kesehatan dan lainnya . Masih banyak penduduk indonesia yang tingkat kesehatannya rendah , baik itu kepada orangtua , anak-anak , orang dewasa maupun pada balita . Di indoneisa juga pernah terjadi beberapa penyakit yang sempat mewabah dan menyerang penduduk di Indonesia diantaranya seperti penyakit polio . Poliomyelitis berasal dari kata Yunani, polio berarti abu- abu, yang myelon yang bersifat saraf perifer, sering juga disebut paralis infatil. Poliomielitis atau sering disebut polio. Sejarah penyakit ini diketahui dengan ditemukannya gambaran seorang anak yang berjalan dengan tongkat dimana sebalah kiri mengecil pada lukisan artefak Mesir Kuno tahun 1403-1365 sebelum masehi Polio adalah suatu penyakit yang di sebabkan oleh virus polio yang dapat mengakibatkan terjadinya kelumpuhan yang permanent. Polio adalah penyakit menular yang dikategorikan sebagai penyakit peradaban.Penyakit Polio disebabkan oleh infeksi polio virus yang berasal dari genus Enterovirus dan family Picorna viridae. Virus ini menular melalui kotoran(feses) atau sekret tenggorokan orang yang terinfeksi. Virus polio masuk melalui ludah sehingga menyebabkan infeksi. Hal ini dapat terjadi dengan mudah bila tangan terkontaminasi atau benda-benda yang terkontaminasi dimasukkan ke dalam mulut. Virus polio masuk kedalam tubuh manusia melalui mulut dan berkembang biak ditenggorokan dan usus. Berkembang biak selama 4 sampai 35 hari, kemudian akan dikeluarkan melalu tinja selama beberapa minggu kemudian. Sifat dari polio seperti halnya yang lain yaitu stabil terhadap Ph asam selama 1-3 jam. Tidak aktif pada suhu 56 derjad celcius selama 30 menit. Virus polio berkembangbiak didalam sel yang terinfeksi dan siklus yang sempurna berlangsung selama 6 jam. Virus tersebut dapat hidup diair dan manusia, meskipun juga bisa terdapat pada sampah dan lalat Polio menular melalui kontak antar manusia. Sebagaian besar penyakit polio dialami oleh anak-anak dan balita.Virus masuk ke dalam tubuh melalui mulut ketika seseorang memakan makanan atau minuman yang terkontaminasi feses.

pertusis dan polio.docx

Embed Size (px)

Citation preview

I.        Latar belakang

Indonesia sebagai Negara berkembang masih memiliki banyak

kekurangan  didalam banyak bidang dengan Negara lain seperti sector pendidikan ,

tehnologi , kesehatan dan lainnya . Masih banyak penduduk indonesia yang tingkat

kesehatannya rendah , baik itu kepada orangtua , anak-anak , orang dewasa maupun

pada balita . Di indoneisa juga pernah terjadi beberapa penyakit yang sempat

mewabah dan menyerang penduduk di Indonesia diantaranya seperti penyakit polio 

.

Poliomyelitis berasal dari kata Yunani, polio berarti abu-abu, yang myelon

yang bersifat saraf perifer, sering juga disebut paralis infatil. Poliomielitis atau sering

disebut polio.  Sejarah penyakit ini diketahui dengan ditemukannya gambaran

seorang anak yang berjalan dengan tongkat dimana sebalah kiri mengecil pada

lukisan artefak Mesir Kuno tahun 1403-1365 sebelum masehi

Polio adalah suatu penyakit yang di sebabkan oleh virus polio yang dapat mengakibatkan terjadinya kelumpuhan yang permanent. Polio adalah penyakit menular yang dikategorikan sebagai penyakit peradaban.Penyakit Polio disebabkan oleh infeksi polio virus yang berasal dari genus Enterovirus dan family Picorna viridae.

 Virus ini menular melalui kotoran(feses) atau sekret tenggorokan orang yang terinfeksi. Virus polio masuk melalui ludah sehingga menyebabkan infeksi. Hal ini dapat terjadi dengan mudah bila tangan terkontaminasi atau benda-benda yang terkontaminasi dimasukkan ke dalam mulut. 

Virus polio masuk kedalam tubuh manusia melalui mulut dan berkembang biak ditenggorokan dan usus. Berkembang biak selama 4 sampai 35 hari, kemudian akan dikeluarkan melalu tinja selama beberapa minggu kemudian.

Sifat dari polio seperti halnya yang lain yaitu stabil terhadap Ph asam selama 1-3 jam. Tidak aktif pada suhu 56 derjad celcius selama 30 menit. Virus polio berkembangbiak didalam sel  yang terinfeksi dan siklus yang sempurna berlangsung selama 6 jam. Virus tersebut dapat hidup diair dan manusia, meskipun juga bisa terdapat pada sampah dan lalat

Polio menular melalui kontak antar manusia. Sebagaian besar penyakit polio dialami oleh anak-anak dan balita.Virus masuk ke dalam tubuh melalui mulut ketika seseorang memakan makanan atau minuman yang terkontaminasi feses.

Jenis – jenis Polio antara lain :

1.      Polio Non-Paralisis

Polio non-paralisis menyebabkan demam, muntah, saki perut, lesu dan

sensitif. Terjadi kram otot pada leher dan punggung, otot terasa lembek jika disentuh.

2.      Polio Paralisis Spinal Strain

Poliovirus ini menyerang saraf tulang belakang, menghancurkan sel tanduk

anterior yang mengontrol pergerakan pada batang tubuh dan otot tungkai. Meskipun

strain ini dapat menyebabkan kelumpuhan permanen, kurang dari satu penderita dari

200 penderita akan mengalami kelumpuhan. Kelumpuhan paling sering ditemukan

terjadi pada kaki. Setelah poliovirus menyerang usus, virus ini akan diserap oleh

kapiler darah pada dinding usus dan diangkut seluruh tubuh.

Poliovirus menyerang saraf tulang belakang dan neuron motor yang

mengontrol gerak fisik. Kelumpuhan pada kaki menyebabkan tungkai menjadi lemas

kondisi ini disebut acute flaccid paralysis (AFP). Infeksi parah pada sistem saraf

pusat dapat menyebabkan kelumpuhan pada batang tubuh dan otot pada toraks

(dada) dan abdomen (perut), disebut quadriplegia.

3.      Polio Bulbar

Polio jenis ini disebabkan oleh tidak adanya kekebalan alami sehingga batang

otak ikut terserang. Batang otak mengandung neuron motor yang mengatur

pernapasan dan saraf kranial, yang mengirim sinyal ke berbagai otot yang mengontrol

pergerakan bola mata saraf trigeminal dan saraf muka yang berhubungan dengan

pipi, kelenjar air mata, gusi, dan otot muka, saraf auditori yang mengatur

pendengaran, saraf glossofaringeal yang membantu proses menelan dan berbgai

fungsi di kerongkongan; pergerakan lidah dan rasa; dan saraf yang mengirim sinyal

ke jantung, usus, paru-paru, dan saraf tambahan yang mengatur pergerakan leher.Gejala Penyakit Polio ini ditandai dengan :

a)      Infeksi subklinis (tanpa gejala atau gejala berlangsung ± dari72 jam) :  demam ringan , sakit kepala , tidak enak badan , nyeri tenggorokan ,  tenggorokan tampak merah ,  muntah.

b)      Poliomielitis non-paralitik (gejala berlangsung selama 1-2 minggu) sampai demam sedang :

sakit kepala , kaku kuduk , muntah , Diare , kelelahan yang luar biasa , Rewel ,  nyeri atau kaku punggung , lengan, tungkai , kejang dan nyeri otot , nyeri leher , nyeri leher bagian depan ,  ruam kulit atau luka di kulit yang terasa nyeri, kekakuan otot.

c)      Poliomielitis paralitik (demam timbul 5-7 hari sebelum gejala lainnya): sakit kepala , kaku kuduk dan punggung , kelemahan otot asimetrik , onsetnya

cepat segera berkembang menjadi kelumpuhan ,  lokasinya tergantung kepada bagian korda spinalis yang terkena , perasaan ganjil/aneh di daerah yang terkena (seperti tertusuk jarum) ,  peka terhadap sentuhan (sentuhan ringan bisa menimbulkan nyeri) , sulit untuk memulai proses berkemih , Sembelit , perut kembung ,gangguan menelan , nyeri otot .

Virus polio mengalami inkubasi selama 5-35 hari di dalam tubuh. Selanjutnya virus akan berkembang pertama kali dalam dinding faring (leher dalam) atau saluran cerna bagian bawah. Dari saluran cerna virus menyebar ke jaringan getah bening local atau regional. Akhirnya virus menyebar masuk ke dalam aliran darah sebelum menembus dan berkembang biak di jaringan saraf.

II.               Pembahasan

Sejak tahun 1995, Indonesia telah dinyatakan bebas polio. Selama 10 tahun ke

depan setelah tahun 1995, tidak ditemukan kasus polio di Indonesia. Sampai pada

April 2005 ditemukan kasus Polio di kampung Cidadap, Sukabumi. Beberapa minggu

kemudian, ditemukan pula kasus polio pada seorang anak di RSCM, Jakarta yang

domisili asalnya dari 1 desa yang sama dengan kasus pertama. Kasus polio di

Indonesia terus bertambah. Enam lagi balita dipastikan menderita penyakit polio.

Wabah ini kemudian menyebar ke 10 propinsi Indonesia, terutama beberapa

kabupaten di pulau Jawa dan Sumatra. Setidaknya 302 anak-anak yang belum pernah

diimunisasi dibuat lumpuh oleh wabah ini. Hasil analisis genetika menunjukan bahwa

virus polio yang di Sukabumi mirip dengan virus polio yang diisolasi di Sudan. Pada

hasil analisis tersebut terdapat dua kemungkinan. Pertama adalah virus yang

menyerang anak-anak di Sukabumi merupakan virus polio impor yang tadinya tidak

pernah ada di Indonesia. Kedua, virus tersbut merupakan virus asli Indonesia yang

kebetulan sama dengan virus di Sudan

Factor-faktor yang dapat menyebabkan penyakit polio antara lain :

1.      Tidak melakukan imunisasi

Imunisasi diperlukan untuk membangkitkan kekebalan lokal di usus melalui

pemberian vaksin polio.Pendidikan masyarakat yang rendah mempengaruhi terhadap

tingkat pengetahuan dan pemahaman akan pentingnya imunisasi Kurangnya

pengetahuan orangtua terhadap kewajiban imunisasi pada anak dapat menyebabkan

resiko seorang anak mengalami polio.Imunisasi dapat melindungi bayi dan anak-anak

dari serangan berbagai virus sehingga diharapkan seorang bayi dan anak yang

memang sangat rentan terhadap penyakit akan lebih kuat dan terjaga kesehatannya.

2.      Kurang memperhatikan kebersihan

Untuk mencegah penyakit polio di antaranya dengan membiasakan pola hidup

sehat, sanitasi yang baik dan terus menjaga kualitas gizi sekaligus kebugaran kondisi

fisik.salah satu cara terbaik melindungi anak-anak dari penyakit polio. Yakni dengan

mencuci tangan dan alat-alat makan seperti piring, gelas, atau pun sendok dengan

sabun dan air yang tidak tercemar oleh virus polio.

3.      Tidak megkonsumsi air yang dimasak

Jika memasak air sebaiknya air dimasak sampai mendidih sempurna, sebab

cara ini cukup efektif untuk membunuh virus polio. Sebab diketahui, virus polio liar

hidup dengan baik pada suhu – 80⁰C. cara ini dapat memperkecil tertularnya virus

polio.

4.      Pola makan yang buruk

Makanan adalah salah satu pertahanan tubuh yang dapat memperkuat dan

menjaga kondisi tubuh kita agar tetap fit . Memiliki pola makan yang buruk dapat

mempermudah virus-virus masuk dan menyerang pertahanan system kekebalan

tubuh , jika pertahanan tubuh yang kita miliki tidak kuat maka  virus-virus tersebut

dengan mudah masuk kedalam tubuh dan menularkan penyakit-penyakit .

5.      Stres atau kelelahan fisik yang luar biasa.

Stess atau kelelahan fisik dapat menjadi salah satu factor yang dapat

menyebabkan terserangnya penyakit polio , karana pada saat kondidi tubuh yang

menurun dapat mengurangi pertahanan tubuh pada virus-virus polio sehingga resiko

terkena virus polio ini dapat berpotensi besar.

6.      Menetap didaerah yang terinfeksi polio

Tinggal didaerah yang mengalami wabah atau terinfeksinya virus-virus polio

dapat menjadi salah satu factor yang dapat menimbulkan tertularnya penyakit polio.

Penyakit polio sebagian besar banyak dialami oleh anak-anak dan balita hal ini

disebabkan karena system kekebalan dan daya tahan tubuh anak-anak belum

mempunyai pertahanan yang cukup dalam menghadapi virus-virus yang menyebar di

lingkungan sekitar , oleh sebab itu penyakit polio ini jarang ditemukan pada orang

dewasa.

III.           Kesimpulan

·           Penyakit polio banyak dialami oleh anak-anak dan balita karena sistem pertahanan

dan kekebalan tubuhnya masih rentan terhadap virus-virus .

·           Salah satu penyebab terjadinya polio antara lain :

-          Tidak melakukan imunisasi

-          Kurang memperhatikan kebersihan

-          Tidak mengkonsumsi air yang dimasak

-          Pola makan yang buruk

-          Stress atau kelelahan fisik yang luar biasa

-          Menetap didaerah yang erinfeksi polio

Polio adalah penyakit yang sangat menular yang disebabkan oleh virus. Ini

menyerang sistem saraf, dan dapat menyebabkan kelumpuhan total dalam hitungan jam.

[1] individu yang terkena polio mempunyai gejala demam disertai lumpuh layuh mendadak

dan pada pemeriksaan tinja ditemukan virus polio. Individu tersebut bisa carier dimana virus

hidup di ususnya dalam waktu cukup lama untuk menularkan pada individu lain. Sekitar 4

sampai 8 persen infeksi poliovirus tidak menimbulkan gejala serius, hanya gejala minor

seperti sakit tenggorokan, demam, lemah,gangguan pencernaan (sembelit) dan gejala

umum lainnya seperti pada penyakit yang disebabkan oleh virus. [3] Virus polio dapat

melumpuhkan bahkan membunuh. Virus ini menular melalui air dan kotoran manusia.

Sifatnya sangat menular dan selalu menyerang anak balita. Polio dapat dicegah secara

efektif dengan vaksin polio oral. Vaksin ini aman bahkan untuk anak yang sedang sakit

sekalipun. Anak yang menerima dosis vaksin berkali-kali akan terlindungi seumur hidup. [2]

Sekitar 1 % hingga 2 % individu yang terinfeksi berkembang menjadi poliomyelitis

nonparalitik meningitis aseptik dengan kekakuan sementara pada leher, punngung atau

kaki. Sedikitnya 2 % dari semua korban infeksi polio akan menjadi lumpuh. Polio tidak dapat

diobati, penyakit ini hanya bisa dicegah melalui imunisasi. Vaksin polio diberikan berkali-kali,

untuk melindungi seorang anak dalam hidupnya. Eradikasi polio adalah salah satu cara

untuk menghentikan transmisi virus polio ke manusia. Strategi Eradikasi Polio diantaranya

imunisasi rutin yang tinggi pada imunisasi dasar dan Pekan Imunisasi Nasional,

BAB I

PENDAHULUAN

  

Poliomyelitis berasal dari kata Yunani, polio berarti abu-abu, yang myelon yang

bersifat saraf perifer, sering juga disebut paralis infatil. Poliomielitis atau sering disebut

polio.  Sejarah penyakit ini diketahui dengan ditemukannya gambaran seorang anak yang

berjalan dengan tongkat dimana sebalah kiri mengecil pada lukisan artefak Mesir Kuno

tahun 1403-1365 sebelum masehi. [4]

Polio adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus polio yang dapat

mengakibatkan terjadinya kelumpuhan yang permanen. Gejala meliputi demam, lemas, sakit

kepala, muntah, sulit buang air besar, nyeri pada kaki, tangan, kadang disertai diare.

Kemudian virus menyerang dan merusakkan jaringan syaraf,sehingga menimbulkan

kelumpuhan yang permanen.

Penyakit polio menjadi terus meningkat dan rata-rata orang yang menderita penyakit

polio meninggal, sehingga jumlah kematian meningkat akibat penyakit ini. Penyakit polio

menyebar luas di Amerika Serikat tahun 1952, dengan penderita 20,000 orang yang terkena

penyakit ini ( Miller,N.Z, 2004). [5,6]

Jenis – jenis Polio antara lain :

1. Polio Non-Paralisis Polio non-paralisis menyebabkan demam, muntah, saki perut, lesu

dan sensitif. Terjadi kram otot pada leher dan punggung, otot terasa lembek jika disentuh.

2. Polio Paralisis Spinal Strain poliovirus ini menyerang saraf tulang belakang,

menghancurkan sel tanduk anterior yang mengontrol pergerakan pada batang tubuh dan

otot tungkai. Meskipun strain ini dapat menyebabkan kelumpuhan permanen, kurang dari

satu penderita dari 200 penderita akan mengalami kelumpuhan. Kelumpuhan paling sering

ditemukan terjadi pada kaki. Setelah poliovirus menyerang usus, virus ini akan diserap oleh

kapiler darah pada dinding usus dan diangkut seluruh tubuh. Poliovirus menyerang saraf

tulang belakang dan neuron motor yang mengontrol gerak fisik. Pada periode inilah muncul

gejala seperti flu. Namun, pada penderita yang tidak memiliki kekebalan atau belum

divaksinasi, virus ini biasanya akan menyerang seluruh bagian batang saraf tulang belakang

dan batang otak. Infeksi ini akan mempengaruhi sistem saraf pusat menyebar sepanjang

serabut saraf. Seiring dengan berkembang biaknya virus dalam sistem saraf pusat, virus

akan menghancurkan neuron motor. Neuron motor tidak memiliki kemampuan regenerasi

dan otot yang berhubungan dengannya tidak akan bereaksi terhadap perintah dari sistem

saraf pusat. Kelumpuhan pada kaki menyebabkan tungkai menjadi lemas kondisi ini disebut

acute flaccid paralysis (AFP). Infeksi parah pada sistem saraf pusat dapat menyebabkan

kelumpuhan pada batang tubuh dan otot pada toraks (dada) dan abdomen (perut), disebut

quadriplegia.

3. Polio Bulbar Polio jenis ini disebabkan oleh tidak adanya kekebalan alami sehingga

batang otak ikut terserang. Batang otak mengandung neuron motor yang mengatur

pernapasan dan saraf kranial, yang mengirim sinyal ke berbagai otot yang mengontrol

pergerakan bola mata saraf trigeminal dan saraf muka yang berhubungan dengan pipi,

kelenjar air mata, gusi, dan otot muka, saraf auditori yang mengatur pendengaran, saraf

glossofaringeal yang membantu proses menelan dan berbgai fungsi di kerongkongan;

pergerakan lidah dan rasa; dan saraf yang mengirim sinyal ke jantung, usus, paru-paru, dan

saraf tambahan yang mengatur pergerakan leher ( Wilson, 2001 ).[5, 6, 7]

            Vaksin polio pertama kali dikembangkan oleh Jonas Salk pada tahun 1955 dan

Albert Sabin pada tahun 1962. Sejak saat itu, jumlah kasus polio menurun tajam . Saat ini

upaya imunisasi di banyak negara dibantu oelh Rotary International UNICEF dan WHO

untuk mempercepat eradikasi global polio. [4]

i.Data Kasus

Kasus polio telah menurun lebih dari 99% sejak tahun 1988, dari 350 000 kasus

diperkirakan lebih dari 125 negara endemik kemudian, untuk 1349 kasus yang dilaporkan

pada tahun 2010. Pada tahun 2011, hanya bagian dari empat negara di dunia tetap endemik

untuk penyakit - wilayah geografis yang terkecil dalam sejarah - dan kasus nomor tipe virus

polio liar 3 yang turun . [2]

Secara keseluruhan, sejak Global Polio Eradication Initiative diluncurkan, jumlah

kasus telah menurun lebih dari 99%. Pada tahun 2011, hanya empat negara di dunia tetap

endemik polio. Persistent kantong penularan polio di Nigeria utara dan di sepanjang

perbatasan antara Afghanistan dan Pakistan adalah tantangan epidemiologi       kunci.

Pada tahun 1994, WHO Wilayah Amerika (36 negara) telah disertifikasi bebas polio,

diikuti oleh WHO Wilayah Pasifik Barat (37 negara dan daerah termasuk Cina) pada tahun

2000 dan WHO Wilayah Eropa (51 negara) pada bulan Juni 2002. Pada tahun 2010,

Wilayah Eropa menderita impor pertama polio setelah sertifikasi. Pada tahun 2011, WHO

Kawasan Pasifik Barat juga mengalami impor    virus polio.

Pada tahun 2009, lebih dari 361 juta anak-anak diimunisasi di 40 negara selama 273

kegiatan imunisasi tambahan (SIAs). Secara global, surveilans polio di tertinggi historis,

yang diwakili oleh deteksi tepat waktu kasus acute flaccid paralysis.[1]

Kasus polio di Indonesia pada tahun 2005 terjadi pertama kali di Cidahu, Sukabumi,

Jawa Barat yang dengan cepat menyebar ke provinsi Banten, DKI Jakarta, Jawa Timur,

Jawa Tengah , dan Lampung. Data terakhir melaporkan secara total terdapat 295 kasus

polio 1 tersebar di 10 provinsi dan 22 kabupaten/kota di Indonesia. [4]

ii. urgensi penyakit polio

Penyakit polio pertama terjadi di Eropa pada abad ke-18, dan menyebar ke Amerika

Serikat beberapa tahun kemudian. Penyakit polio juga menyebar ke negara maju belahan

bumi utara yang bermusim panas.Polio tersebar di seluruh dunia terutama di Asia Selatan,

Asia Tenggara, dan Afrika. Bayi dan anak adalah golongan usia yang sering terserang polio.

Penderita polio sebanyak 70-80% di daerah endemic adalah anak berusia kurang dari 3

tahun, dan 80-90% adalah balita. Kelompok yang rentan tertular adalah anak yang tidak di

imunisasi, kelompok minoritas, para pendatang musiman, dan anak-anak yang tidak

terdaftar. [4]

BAB II

ISI

A.       Triad Epidemiologi

Triad epidemiologi merupakan kpnsep dasar epidemiologis yang memberikan

gambaran hubungan antara host, agent, dan environment dalam terjadinya penyakit atau

masalah kesehatan lainnya.

i. Agent

            Polio disebabkan oleh virus. Virus polio termasuk genus enterovirus. Terdapat tiga

tipe yaitu tipe 1,2, dan 3. Ketiga virus tersebut bisa menyebabkan kelumpuhan. Tipe 1

adalah tipe yang paling mudah di isolasi , diikuti tipe 3, sedangkan tipe 2 paling jarang

diisolasi. Tipe yang sering menyebabkan wabah adalah tipe 1, sedangkan kasus yang

dihubungkan dengan vaksin yang disebabkan oleh tipe 2 dan tipe 3. [4]

ii. Host

            Virus polio dapat menyerang semua golongan usia dengan tingkat kelumpuhan yang

bervariasi. [4]Penyakit ini dapat menyerang pada semua kelompok umur, namun yang

peling rentan adalah kelompok umur kurang dari 3 tahun. [1]

Resiko terjadinya polio:

Ø  Belum mendapatkan imunisasi polio

Ø  Bepergian ke daerah yang masih sering ditemukan polio

Ø  Kehamilan

Ø  Usia sangat lanjut atau sangat muda

Ø  Luka di mulut/hidung/tenggorokan (misalnya baru menjalani pengangkatan amandel atau

pencabutan gigi)

Ø  Stres atau kelelahan fisik yang luar biasa (karena stres emosi dan fisik dapat melemahkan

sistem kekebalan tubuh). [10]

iii. Environment/ Lingkungan

            Anak yang tinggal di daerah kumuh mempunyai antibodi terhadap ketiga tipe virus

polio . Sedangkan anak yang tinggal di daerah yang tidak kumuh  hanya 53% anak yang

mempunyai antibodi terhadap ketiga viruspolio. Status antibodi terhadap masing-masing tipe

virus polio dari anak di Bekasi adalah 96% anak mempunyai antibodi terhdap

virus polio tipe-1, 96% anak mempunyai antibodi polio tipe-2 dan 76% mempunyai

antibodi poliotipe-3. Sedangkan anak di Jakarta yang mempunyai antibodi terhadap masing-

masing virus polio tipe-1, tipe-2 dan tipe-3 sebesar 96%,98% dan 56%.

Dapat disimpulkan bahwa anak yang tinggal di daerah kumuh "Herd Immunity"nya lebih

tinggi dibandingkan dengan anak yang tinggal di daerah yang tidak kumuh. . [11]

B.   Transmisi Polio

Respons pertama terhadap infeksi poliovirus biasanya bersifat infeksi asimptomatik,

yakni tidak menunjukkan gejala sakit apa pun. Sekitar 4 sampai 8 persen infeksi poliovirus

tidak menimbulkan gejala serius. Infeksi itu hanya menimbulkan penyakit minor (abortive

poliomyelitis) berupa demam, lemah, mengantuk, sakit kepala, mual, muntah, sembelit dan

sakit tenggorokan. Setelah itu, pasien dapat sembuh dalam beberapa hari. Namun, bila

poliovirus menginfeksi sel yang menjadi sasaran utamanya, yaitu susunan sel syaraf pusat

di otak, terjadilah poliomyelitis nonparalitik (1 sampai 2 persen) dan poliomyelitis paralitik

(0,1 sampai 1 persen). Pada kasus poliomyelitis nonparalitik, yang berarti poliovirus telah

mencapai selaput otak (meningitis aseptik), penderita mengalami kejang otot, sakit

punggung dan leher

C.       Riwayat Alamiah Penyakit

1. 1.       Masa inkubasi & periode klinis

Masa inkubasi polio biasanya 7-14 hari dengan rentang 3-35 hari. Manusia

merupakan satu-satunya reservoir dan merupakan sumber penularan. Virus ditularkan antar

manusia melalui rute oro-fekal. Penularan melalui secret faring dapat terjadi bila keadaan

higine sanitasinya baik sehingga tidak memungkinkan terjadinya penularan oro-fekal.

Makanan dan bahan lain yang tercemar dapat menularkan virus, walaupun jarang terjadi. [4]

1. 2.       Masa Laten & periode infeksi

Pada akhir inkubasi dan masa awal gejala, para penderita polio sangat poten untuk

menularkan penyakit. Setelah terpakjan dari penderita, virus polio dapat ditemukan pada

secret tenggorokan 36 jam kemudia dan masih bisa ditemukan sampai satu minggu, serta

pada tinja dalam waktu 72 jam sampai 3-6 minggu.

Gejala awal biasanya terjadi selama 1-4 hari, yang kemudian menghilang. Gejala lain

yang bisa muncul adalah nyeri tenggorokan, rasa tidak enak di perut, demam ringan, lemas,

dan nyeri kepala ringan. Gejala klinis yang mengarahkan pada kecurigaan serangan virus

polio adalah adanya demam dan kelumpuhan akut. Kaki biasanya lemas tanpa gangguan

saraf perasa. Kelumpuhan biasanya terjadi pada tungkai bawah, asimetris, dan dapat

menetap selamanya yang bisa disertai gejala nyeri kepala dan muntah. Biasanya terdapat

kekakuan pada leher dan punggung setelah 24 jam.

Kelumpuhan sifatnya mendadak dan layuh, sehingga sering dihubungkan dengan

lumpuh layuh akut (AFP, acute flaccid paralysis), biasanya menyerang satu tungkai, lemas

sampai tidak ada gerakan. Otot bisa mengecil, reflex fisiologi dan reflex patologis negative.

 Gambar Gejala yang timbul dari penyakit polio

www.medicatherapy.com

Pemeriksaan Penunjang Diagnostik

Penyakit polio dapat didiagnosis dengan 3 cara yaitu :

1. Viral Isolation

Poliovirus dapat dideteksi dari faring pada seseorang yang diduga terkena penyakit polio.

Pengisolasian virus diambil dari cairan cerebrospinal adalah diagnostik yang jarang

mendapatkan hasil yang akurat. Jika poliovirus terisolasi dari seseorang dengan

kelumpuhan yang akut, orang tersebut harus diuji lebih lanjut menggunakan uji

oligonucleotide atau pemetaan genomic untuk menentukan apakah virus polio tersebut

bersifat ganas atau lemah.

2. Uji Serology

Uji serology dilakukan dengan mengambil sampel darah dari penderita. Jika pada darah

ditemukan zat antibody polio maka diagnosis bahwa orang tersebut terkena polio adalah

benar. Akan tetapi zat antibody tersebut tampak netral dan dapat menjadi aktif pada saat

pasien tersebut sakit.

3. Cerebrospinal Fluid ( CSF)

CSF di dalam infeksi poliovirus pada umumnya terdapat peningkatan jumlah sel darah putih

yaitu 10-200 sel/mm3 terutama adalah sel limfositnya. Dan kehilangan protein sebanyak 40-

50 mg/100 ml ( Paul, 2004 ).[5, 7, 8]

1. 3.       Pencegahan

Word Health Assembly (WHA) pada tahun 1988 menetapkan dunia bebas polio pada

tahun 2005, dengan tahapan : (1) tahun 200 diharapkan tidak ada transmisi virus polio liar

lagi, (2) tahun 20054 diharapkan South East Asian Region Organization (SEARO) terbentuk.

SEARO adalah suatu sistem pembagian wilayah WHO yang meliputi wilayah regional Asia

Tenggara. [4]   

Pencegahan polio ialah dengan cara ERADIKASI POLIO. Sebenarnya upaya eradikasi polio

sudah berjalan sejak 1988-kurang lebih 17 tahun lalu. Saat itu, semua pihak optimistis bisa

memenuhi target eradikasi tahun 2005, bercermin dari keberhasilan dunia membebaskan

diri dari penyakit cacar. Dalam situs WHO disebutkan, lebih dari 200 negara ikut

berpartisipasi dan melibatkan 200 juta sukarelawan dengan total investasi 3 miliar dollar AS.

Sejak diluncurkannya upaya eradikasi global itu, kasus polio turun drastis di seluruh dunia.

Kalau tahun 1988 masih terdapat 350.000 kasus polio, akhir tahun 2003 cuma ditemukan

700 kasus. 

  Selain itu pencegahan nya dilakukan dengan imunisasi polio. Terdapat 2jenis vaksin yang

beredar dan yang umum diberikan di Indonesia adalah vaksin sabin (kuman yang

dilemahkan). Cara pemberiannya adalah melalui mulut. Dibeberapa negara dikenal pula

Tetravaccine, yaitu kombinasi DPT dan polio.

Pemberian Imunisasi Polio

·         Dapat dilakukan bersamaan dengan BCG, vaksin hepatitis B dan DPT

·         Imunisasi ulangan diberikan bersamaan dengan imunisasi ulang DPT

·         Imunisasi polio diberikan sebanyak empat kali denga selang waktu kurang dari satu bulan

·         Imunisasi ulangan dapat diberikan sebelum anak masuk sekolah (5-6tahun) dan saat

meninggalkan sekolah dasar (12tahun)

·         Diberikan dengan cara meneteskan vaksin polio sebanyak dua tetes langsung kedalam

mulut anak atau dengan menggunakan sendok yang dicampur dengan gula manis [9]

1. 4.       Pengobatan

Pengobatan pada penderita polio tidak spesifik. Pengobatan ditujukan untuk

meredakan gejala dan pengobatan suportif untuk meningkatkan stamina penderita. Peru

diberikan pelayanan fisioterapi untuk meminimalkan kelumpuhan  dan menjaga agar tidak

terjadi atrofi otot. Perawatan ortopedik tersedia bagi mereka yang mengalami kelumpuhan

menetap. Pengendalian penyakit yang paling efektif adalah pencegahan melalui vaksinasi

dan surveilans A I P. [4]

·         Rehabilitasi

Dilakukan dengan beristirahat dan menempatkan pasien ke tempat tidur, memungkinkan

anggota badan yang terkena harus benar-benar nyaman. Jika organ pernapasan terkena,

alat pernapasa terapi fisik mungkin diperlukan. Jika kelumpuhan atau kelemahan berhubung

pernapasan diperlukan perawatan intensif.

·         Prognosis

Penyakit polio mempunyai prognosis yang buruk, karena pada kasus kelumpuhan

mengakibatkan kurang lebih 50-80 % kematian yang disebabkan oleh polio. Selain itu

karena belum dapat ditemukan obat yang dapat menyembuhkan polio. Pemberian vaksin

juga masih kurang efektif untuk mencegah polio, karena banyak orang yang telah diberi

vaksin polio tetapi masih terkena penyakit ini. [5,7]

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan:

1) Polio adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus polio yang dapat mengakibatkan

terjadinya kelumpuhan yang permanen, Jenis polio ada 3 yaitu Polio Non-Paralisis, Polio

Paralisis Spinal,Polio Bulbar.

2) Gejala polio meliputi demam, lemas, sakit kepala, muntah, sulit buang air besar, nyeri

pada kaki/tangan, kadang disertai diare. Kemudian virus menyerang dan merusakkan

jaringan syaraf , sehingga menimbulkan kelumpuhan yang permanen.

3) Pencegahan polio antara lain melakukan cakupan imunisasi yang tinggi dan menyeluruh,

Pekan Imunisasi Nasional yang telah dilakukan Depkes tahun 1995, 1996, dan 1997,

Survailance Acute Flaccid Paralysis, melakukan Mopping Up.

Saran :

1.       Meningkatkan kesadaran dan kepedulian masyarakat dalam menjaga kesehatan mereka.

2.       Meningkatkan kemauan kesadaran pemerintah mengatasi masalah kesehatan lebih

sungguh-sungguh lagi. Sejauh ini kesehatan belum menjadi prioritas penting dalam

pembangunan nasional.

BAB V

GAMBAR PENDUKUNG

1.       Virus Polio

2.       Transmisi Penularan Polio

  

   Vaksin Polio

Daftar Pustaka

1.  http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs114/en/index.html di akses tanggal 2

november 2011

2.  http://www.unicef.org/indonesia/id/health_nutrition_3136.html di akses tanggal 2 november

2011

3.  Permenkes No. 1501 Tahun 2010

4.  Widoyono. 2008. Penyakit Tropis Epidemiologi, Penularan, Pencegahan &

Pemberantasannya. Jakarta : Penerbit Erlangga

5.  L. Heymann, David dan R. Bruce Aylward. 2004. Poliomyelitis. Switzerland : Geneva 12116

6.  http://www.imunisasi.net/Polio.html di akses pada tanggal 6 november 2011

7.  N.Z, Miller.2004. The polio vaccine: a critical assessment of its arcane history, efficacy, and

long-term health-related consequences. USA: Thinktwice Global Vaccine Institute.

8.  M.D, Paul E. Peach.2004. Poliomyelitis. Warm Springs ; GA 31830.

Wilson, Walter R. 2001. Current Diagnosis and Treatment in Infectious Disease. USA :

McGraw-Hill Companies, Inc

9.  http://posyandu.org/imunisasi-polio.html di akses pada tanggal 6 november 2011

10. http://medicastore.com/penyakit/40/Polio.html di akses pada tanggal 7 November 2011

11.http://digilib.litbang.depkes.go.id/search.php?

q=polio&start=21&PHPSESSID=b37da4e031c119a6a7493ad1735b343a di akses pada

tanggal 7 November 2011

 Pertusis adalah infeksi saluran pernapasan akut berupa batuk yang sangat berat atau batuk

intensif. Nama lain tussis quinta, wooping cough, batuk rejan.

       Pertusis adalah infeksi saluran pernapasan akut berupa batuk yang sangat berat atau

batuk intensif. Nama lain tussis quinta, wooping cough, batuk rejan

       Penyebab pertusis adalah Bordetella pertusis atau Hemopilus pertusis.Bordetella

pertusis adalah suatu kuman yang kecil ukuran 0,5-1 um dengan diameter 0,2-0,3 um ,

ovoid  kokobasil, tidak bergerak, gram negative , tidak berspora, berkapsul dapat dimatikan

pada pemanasan 50ºC tetapi bertahan pada suhu tendah 0- 10ºC dan bisa didapatkan

dengan melakukan swab pada daerah nasofaring penderita pertusis yang kemudian ditanam

pada media agar Bordet-Gengou.

       Tersebar diseluruh dunia . ditempat tempat yang padat penduduknya dan dapat berupa

endemic pada anak. Merupakan penyakit paling menular dengan attack rate 80-100 % pada

penduduk yang rentan. Bersifat endemic dengan siklus 3-4 tahun antara juli sampai oktober

sesudah akumulasi kelompok rentan,  Menyerang semua golongan umur yang terbanyak

anak umur , 1tahun, perempuan lebih sering dari laki laki, makin muda yang terkena pertusis

makin berbahaya. Insiden puncak  antara 1-5 tahun, dengan persentase kurang dari satu

tahun : 44%, 1-4 tahun : 21%, 5-9 tahun : 11%, 12 tahun lebih: 24% ( Amerika tahun 1993).

       Bordetella pertusis diitularkan melalui sekresi udara pernapasan yang kemudian

melekat pada silia epitel saluran pernapasan.  Basil biasanya bersarang pada silia epitel

thorakmukosa,  menimbulkan eksudasi yang muko purulen, lesi berupa nekrosis bagian

basal dan tengah epitel torak, disertai infiltrate netrofil dan makrofag.Mekanisme

patogenesis infeksi Bordetella pertusis yaitu perlengketan, perlawanan, pengerusakan local

dan diakhiri dengan penyakit sistemik.Perlengketan dipengaruhi oleh FHA ( filamentous

Hemoglutinin), LPF (lymphositosis promoting factor), proten 69 kd yang berperan dalam

perlengketan  Bordetella pertusis pada silia yang menyebabkan Bordetella pertusis dapat

bermultipikasi dan menghasilkan toksin dan menimbulkan whooping cough. Dimana LFD

menghambat migrasi limfosit dan magrofag didaerah infeksi.

        Perlawanan karena sel target da limfosist menjadi lemah dan mati oleh karena ADP

(toxin mediated adenosine disphosphate) sehingga meningkatkan pengeluaran histamine

dan serotonin, blokir beta adrenergic, dan meningkatkan aktivitas isulin.Sedang

pengerusakan lokal terjadi karena toksin menyebabkan peradangan ringan disertai

hyperplasia jaringan limfoid peribronkial sehingga meningkatkan jumlah mucus pada

permukaan silia yang berakibat fungsi silia sebagai pembersih akan terganggu akibatnya

akan mudah terjadi infeksi sekunder oleh sterptococos pneumonia, H influenzae,

staphylococos aureus.

        Penumpukan mucus akan menyebabkan plug  yang kemudian menjadi obstruksi dan

kolaps pada paru, sedang hipoksemia dan sianosis dapat terjadi oleh karena gangguan

pertukaran oksigen saat ventilasi dan menimbulkan apneu saat batuk. Lendir yang terbentuk

dapat menyumbat bronkus kecil sehingga dapat menimbulkan emfisema dan atelektasis.

Eksudasi dapat pula sampai ke alveolus dan menimbulkan infeksi sekunder, kelaina paru itu

dapat menimbulkan bronkiektasis.

        Masa inkubasi Bordetella pertusis adlah 6-2 hari ( rata rata 7 hari). Sedang perjalanan

penyakit terjadi antara 6-8 minggu.

       Ada 3 stadium Bordetella pertusis:

1.Stadium kataral (1-2 minggu)

      Menyerupai gejala ispa : rinore dengan lender cair, jernih, terdapat injeksi konjungtiva,

lakrimasi, batuk ringan iritatif kering dan intermiten, panas tidak begitu tinggi, dan droplet

sangat infeksius

2.Stadium paroksimal atau spasmodic (2-4 minggu)

     Frekwensi derajat batuk bertambah 5-10 kali pengulangan batuk uat, selama expirsi

diikuti usaha insprasi masif yang medadak sehingga menimbulkan bunyi melengking

(whooop) oleh karena udara yang dihisap melalui glotis yang menyempit. Muka merah,

sianosis, mata menonjol,lidah menjulur, lakrimasi, salivasi, petekia diwajah, muntah sesudah

batuk paroksimal, apatis , penurunan berat badan, batuk mudah dibangkitkan oleh stress

emosiaonal dan aktivitas fisik. Anak dapat terberak berak dan terkencing kencing. Kadang

kadang pada penyakit yang berat tampak pula perdarahan subkonjungtiva dan epistaksis.

3.Stadium konvalesens (1-2 minggu)

      Whoop mulai berangsur angsur menurun dan hilang 2-3 minggu kemudian tetapi pada

beberapa pasien akan timbul batuk paroksimal kembali. Episode ininakan berulang ulang

untuk beberapa bulan dan sering dihubungkan dengan infeksi saluran napas bagian atas

yang berulang.

       Diagnosis ditegakan berdasarkan atas anamnesa , pemeriksaan fisik dan pemeriksaan

laboraturium. Pada anamnesis penting ditanyakan adakah serangan yang khas yaitu batuk

mula mula timbul pada malam hari tidak mereda malahan meningkat menjadi siang dan

malam dan terdapat kontak dengan penderita pertusis, batuk bersifat paroksimal dengan 

bunyi whoop yang jelas, bagaimanakah riwayat imunisasinya. Pada pemeriksaan fisik

tergantung dari stadium saat pasien diperiksa. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan

leukositosis( 20.000-50000/ul) pada akhir stadium kataralis dan permulaan stadium

spasmodic. Pada pemeriksaan  secret nasofaring didapatkan Bordetella pertusis. Dan

pemeriksaan lain adalah foto thorak apakah terdapat infiltrate perihiler, atelektasis atau

emfisema. Diagnosis dapat dibuat dengan memperhatikan batuk yang khas bila penderita

datang pada stadium spasmodic, sedang pada stadium kataralis sukar dibuat diagnosis

karena menyerupai common cold.

      Diagnosis banding Pada batuk spasmodic perlu dipikirkan bronkioitis, pneumonia

bacterial, sistis fibrosis, tuberculosis dan penyakit lain yang menyebabkan limfadenopati

dengan penekanan diluar trakea dan bronkus.Infeksi Bordetella parapertusis, Bordetella

bronkiseptika dan adenovirus dapat menyerupai sindrom klinis Bordetella pertusis. Tetapi

dapat dibedakan dengan isolasi kumam penyebab.

      

       Kompliksi Alat pernapasan Dapat terjadi otitis media “sering pada bayi”, bronchitis,

bronkopneumonia, atelektasis yang disebabkan sumbatan mucus, emfisema “dapat juga

terjadi emfisema mediastinum, leher, kulit pada kasus yang berat”, bronkiektasis, sedangkan

tuberculosis yang sebelumnya telah ada dapat menjadi bertambah berat, batuk yang keras

dapat menyebabkan rupture alveoli, emfisema intestisial, pnemutorak.Alat pencernaan

Muntah muntah yang berat dapat menimbulkan emasiasi, prolapsus rectum atau hernia

yang mungkin timbul karena tingginya tekanan intra abdominal, ulcus pada ujung lidah

karena lidah tergosok pada gigi atau tergigit pada waktu serangan batuk, stomatitis.Susunan

saraf pusat Kejang dapat timbul karena gangguan keseimbangan elektrolit akibat muntah

muntah. Kadang kadang terdapat kongesti dan edema otak, mungkin pula terjadi

perdarahan otak, koma, ensefalitis, hiponatremi.Dapat pula terjadi perdarahan lain seperti

epistaksis, hemoptisis dan perdarahan subkonjungtiva.

·         Pengobatan nya bisa dengan cara:

Ø  Antibiotika

1. Eritromisin dengan dosis 50 mg/kgbb/hari dibagi dalam 4 dosis.

Obat ini dpat menghilangkan Bordetella pertusis dari nasofaring dalam 2-7 hari ( rata rata 3-

4 hari) dengan demikian memperpendek kemungkinan penyebaran infeksi. Eritromisisn juga

menyembuhkan pertusis bila diberikan dalam stadium kataralis, mencegah dan

menyembuhkan pneumonia, oleh karena itu sangat penting untuk pengobatan pertusis

untuk bayi muda.

2. Ampisilin dengan dosis 100 mg/kgbb/hari, dibagi dalam 4 dosis.

3. lain lain : rovamisin, kotromoksazol, kloramfenikol dan tetrasiklin.

Ø  Imunoglobulin

Belum ada penyesuaian faham mengenai pemberian immunoglobulin pada stadium

kataralis.

Ø  Ekspektoransia dan mukolitik

Kodein diberikan bila terdapat batuk batuk yang hebat sekali.

Luminal sebagai sedative.

Oksigen bila terjadi distress pernapasan baik akut maupun kronik.• Terapi suportif : atasi

dehidrasi, berikan nutrisi

 Betameatsol dan salbutamol untuk mencegah obstruksi bronkus, mengurangi batuk

paroksimal, mengurangi lama whoop.

       Prognosis Bergantung kepada ada tidaknya komplikasi, terutama komplikasi paru dan

susunan saraf pusat yang sangat berbahaya khususnya pada bayi dan anak kecil. Dimana

frekuensi komplikasi terbanyak dilaporkan pada bayi kurang dari 6 bulan mempunyai

mortalitas morbiditas yang tinggi.

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1  LATAR BELAKANG

      Pertusis adalah suatu penyakit akut saluran pernapasan yang banyak menyerang anak

balita dengan kematian yang tertinggi pada anak usia di bawah satu tahun yang disebabkan

infeksi Bordetella pertusis. Seperti halnya penyakit infeksi saluran pernapasan akut lainnya,

pertusis sangat mudah dan cepat penularannya.Tindakan penanggulangan penyakit ini

antara lain dilakukan dengan pemberian imunisasi.

      WHO menyarankan sebaiknya anak pada usia satu tahun telah mendapatkan imunisasi

dasar DPT sebanyak 3 dosis dengan interval sekurang-kurangnya 4 minggu dan booster

diberikan pada usia 15 - 18 bulan dan 4 - 6 tahun untuk mempertahankan nilai proteksinya.

Di Nederland, pemberian imunisasi dasar pada umur 3 - 6 bulan dan booster pada umur

satu tahun dengan cakupan imunisasi sebesar 90%, praktis penyakit ini tak tampak lagi.

Walaupun demikian banyak terjadi hambatan, antara lain anak tidak dapat menerima

vaksinasi sebanyak tiga kali dan juga jarak waktu vaksinasinya tidak dapat tepat. Hal ini

terutama banyak. didapat di negara-negara yang sedang berkembang. Menurut perkiraan

WHO(1983) hanya 30% anak-anak negara sedang berkembang yang menerima vaksinasi

DPT sebanyak 3 dosis.

       Di Indonsia, penyakit ini menempati urutan ke tiga penyebab kematian pada anak balita.

Secara konvensional pencegahan penyakit ini dilakukan dengan pemberian imunisasi dasar

pada bayi usia 3 bulan dengan selang waktu di antara dosis satu bulan sebanyak 3 dosis.

Booster diberikan pada anak usia 3 dan 5 tahun. Sejak tahun 1975, Indonesia telah

mengikuti PPI dengan pemberian imunisasi dasar DPT 3 dosis pada anak usia 3-14 bulan

dengan interval 1-3 bulan.Pada pelaksanaannya masih banyak hambatan, mengingat

secara geografis Indonesia beriklim tropis dan terdiri dari beribu-ribu pulau dan fasilitas

kesehatan yang kurang memadai, sedang syarat mutlak keberhasilan program adalah

tingginya persentase populasi target yang harus dicakup yaitu sebesar 80% atau lebih,

sehingga sirkulasi kuman patogen dapat diputuskan.

1.2  TUJUAN

    Tujuan penulisan refrat ini antara lain untuk mengetahui definisi, etiologi, transmisi dan

epidemiologi, distribusi dan insidens, patologi, patogenesis, manifestasi klinik, diagnosis,

diagnosis banding, komplikasi, pengobatan, pencegahan dan kontrol, prognosis dari

pertusis.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1.DEFINISI

·         Definisi Penyakit

Penyakit adalah  suatu keadaan abnormal dari tubuh atau pikiran yang menyebabkan

ketidaknyamanan,disfungsi atau kesukaran terhadap orang yang dipengaruhinya.

·         Definisi Penyakit Menular

Suatu keadaan sakit yang disebabkan oleh suatu mikroorganisme atau racun yang

dikeluarkan dan ditularkan secara langsung atau melalui perantara.

·         Definisi Pertusis

Pertusis atau Batuk Rejan adalah penyakit yang menyerang sistem pernafasan yang

disebabkan oleh bakteri yang hidup dimulut, hidung dan tenggorokan. Disebabkan oleh

kuman Bordetella Pertusis. Penyakit ini cukup parah bila diderita anak balita, bahkan dapat

berakibat kematian pada anak usia kurang dari 1 tahun.  

              

       Pertusis artinya batuk yang intensif, merupakan penyakit infeksi saluran pernafasan

akut yang dapat menyerang setiap orang yang rentan seperti anak-anak yang tidak

diimunisasi atau pada orang dewasa dengan kekebalan menurun. Istilah pertussis (batuk

kuat) pertama kali diperkenalkan oleh Sydenham pada tahun 1670. dimana istilah ini lebih

disukai dari “batuk rejan (whooping cough)”. Selain itu sebutan untuk pertussis di Cina

adalah “batuk 100 hari”.

      Penyakit ini di tandai oleh suatu sindrom yang terdiri dari batuk yang sangat spasmodik

dan paroksimal disertai nada yang meninggi , karena penderita berupaya keras untuk

menarik nafas sehingga pada akhir batuk sering di sertai bunyi yang khas (whoop),

sehingga penyakit ini disebut Whooping Cough Karena tidak semua penderita dengan

penyakit ini mengeluarkan bunyi whoop, maka oleh beberapa ahli, penyakit ini disebut

Pertusis yang berarti batuk yang sangat berat atau batuk yang sangat intensif. Selain

penyakit ini juga sering disebut Tussis Quinta, batuk rejan.

      Penyakit ini dapat ditemukan pada semua umur,mulai dari bayi sampai dewasa. Dengan

kemajuan perkembangan antibiotika dan program imunisasi maka mortalitas dan morbilitas

penyakit ini menurun, namun demikian penyakit ini masih merupakan salah satu masalah

kesehatan bila mengenai bayi – bayi.

2.2.TRIAD EPIDEMIOLOGI

      Proses terjadinya penyakit disebabkan adanya interaksi antara”Agent” atau faktor

penyebab penyakit,Manusia sebagai “penjamu” atau “host”,dan Faktor Lingkungan yang

mendukung(Environment),Ketiga faktor tersebut dikenal sebagai “Triad Epidemiologi”.

      Proses Interaksi ini disebabkan adanya “Agent” atau Penyakit kontak dengan Manusia

sebagai penjamu yang rentan dan didukung oleh keadaan lingkungan.

·         Agent

      Agent Merupakan faktor penyebab peyakit,dapat berupa unsur hidup atau mati yang

terdapat dalam jumlah yang berlebihan atau kekurangan (organisme yang menginfeksi).

     Agent penyakit pertusis adalah Bordetella pertusis atau Hemopilus pertusis.

Bordetella pertusis adalah suatu kuman yang kecil ukuran 0,5-1 um dengan diameter 0,2-0,3

um , ovoid  kokobasil, tidak bergerak, gram negative , tidak berspora, berkapsul dapat

dimatikan pada pemanasan 50ºC tetapi bertahan pada suhu tendah 0- 10ºC dan bisa

didapatkan dengan melakukan swab pada daerah nasofaring penderita pertusis yang

kemudian ditanam pada media agar Bordet-Gengou.