29
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Terjadinya perubahan kondisi ekonomi atau politik (seperti pertumbuhan ekonomi tinggi) dalam suatu negara cenderung mempengaruhi munculnya berbagai macam perubahan dalam struktur sosial masyarakat. Sebagai contoh adalah revolusi yang meletus pada tahun 1917 di Rusia telah menyulut terjadinya perubahan-perubahan besar pada Negara Rusia yang mula-mula mempunyai bentuk kerajaan absolut berubah menjadi diktator proletariat yang dilandaskan pada doktrin Maxis. Segenap lembaga kemasyarakatan, mulai dari bentuk Negara sampai keluarga inti (Struktur keluarga) mengalami perubahan-perubahan yang mendasar. Ditengah-tengah masa pertumbuhan ekonomi tinggi, perubahan struktur keluarga seperti ini memunculkan fenomena poligami, perceraian, talak, rujuk, disorganisasi keluarga, perubahan di dalam sistem kekerabatan Fenomena-fenomena tersebut merupakan dampak dari industrialisasi dan modernisasi. Industrialisasi menjadi faktor utama dalam perubahan struktur keluarga misalnya perubahan keluarga besar menjadi keluarga kecil. Namun masih ada faktor-faktor lain

Perubahan Dalam Struktur Keluarga

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Sosiologi

Citation preview

Page 1: Perubahan Dalam Struktur Keluarga

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Terjadinya perubahan kondisi ekonomi atau politik (seperti

pertumbuhan ekonomi tinggi) dalam suatu negara cenderung mempengaruhi

munculnya berbagai macam perubahan dalam struktur sosial masyarakat.

Sebagai contoh adalah revolusi yang meletus pada tahun 1917 di Rusia telah

menyulut terjadinya perubahan-perubahan besar pada Negara Rusia yang

mula-mula mempunyai bentuk kerajaan absolut berubah menjadi diktator

proletariat yang dilandaskan pada doktrin Maxis. Segenap lembaga

kemasyarakatan, mulai dari bentuk Negara sampai keluarga inti (Struktur

keluarga) mengalami perubahan-perubahan yang mendasar.

Ditengah-tengah masa pertumbuhan ekonomi tinggi, perubahan

struktur keluarga seperti ini memunculkan fenomena poligami, perceraian,

talak, rujuk, disorganisasi keluarga, perubahan di dalam sistem kekerabatan

Fenomena-fenomena tersebut merupakan dampak dari industrialisasi dan

modernisasi. Industrialisasi menjadi faktor utama dalam perubahan struktur

keluarga misalnya perubahan keluarga besar menjadi keluarga kecil. Namun

masih ada faktor-faktor lain yang menjadi pengaruh perubahan strukrut dalam

sebuah keluarga.

Berdasarkan penjelasan tersebut kami sebagai penulis berkeinginan

untuk mengetahui lebih jelas mengenai fenomena-fenomena perubahan dalam

struktur keluarga faktor-faktor lain yang menyebabkan perubahan ituselain

dari faktor industrialisasi dalam sebuah karya ilmiah yang berjudul

“Perubahan Struktur di Dalam Keluarga”.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud struktur keluarga?

2. Bagaimana dampak perubahan di dalam struktur keluarga?

3. Bagaimana faktor-faktor dari perubahan di dalam struktur keluarga?

Page 2: Perubahan Dalam Struktur Keluarga

1.3 Tujuan Masalah

1. Untuk mengetahui pengetian struktur keluarga

2. Untuk mengetahui dampak perubahan di dalam struktur keluarga

3. Untuk mengetahui faktor-faktor dari perubahan di dalam struktur keluarga

Page 3: Perubahan Dalam Struktur Keluarga

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Keluarga

Kelompok individu yang utama bahkan yang pertama adalah keluarga.

Keluarga dapat dibentuk melalui persekutuan-persekutuan individu karena

adanya hubungan darah perkawinan ataupun adopsi. Keluarga dibentuk dari

dua orang individu yang berlainan jenis kelamin, yang diikat tali perkawinan.

Walapun demikian, ada juga keluarga yang dibentuk tanpa ikatan perkawinan

keluarga tetapi mereka yang menjalankan hal semacam ini juga menganut

pola-pola yang dijalankan oleh suami isteri. 1 Pola-pola tersebut yakni

berinteraksi dan berkomunikasi yang menciptakan peranan-peranan sosial bagi

suami dan isteri, ayah dan ibu, putra dan putri, saudara laki-laki dan saudara

perempuan. Peranan-peranan tersebut dibatasi oleh masyarakat, tetapi masing-

masing keluarga diperkuat oleh kekuatan melalui sentimen-sentimen, yang

sebagian merupakan tradisi dan sebagian lagi emosional, yang menghasilkan

pengalaman. 2

Pada awalnya dalam Encyclopedia of Social Work, disebutkan bahwa bentuk

keluarga berdasarkan variasi keanggotaan adalah sebagai berikut:

1. Standard nuclear family

Suami, istri, dan anak-anaknya tinggal di satu rumah tangga dengan suami

pekerja dan istri sebagai pekerja rumah tangga (household worker).

2. Dyadic nuclear family

Suami dengan istri tanpa anak tinggal di satu rumah dan salah satu atau

keduanya bekerja mencari nafkah.

3. Dual work family

Kedua pasangan bekerja sebagai kesepakatan dari perkawinannya.

4. Single parent family

1 Mawardi dan Nur Hidayati, Ilmu Alamiah Dasar, Ilmu Sosial Dasar, Ilmu Budaya Dasar, (Bandung: Pustaka Setia, 2009), h. 212.

2 Khairuddin, Sosiologi Keluarga, (Yogyakarta: Liberty, 2008), h. 7

Page 4: Perubahan Dalam Struktur Keluarga

Salah satu orangtua tinggal serumah, biasanya dengan anak pra sekolah

dan usia sekolah sebagai konsekuensi dari perceraian, ditinggal pergi,

meninggal tanpa sumbangan finansial dari pihak lain.

5. Three generation family

Tiga generasi tinggal bersama dalam satu rumah tangga

6. Middle age or eiderly couple

Suami atau istri bekerja dan salah satu tinggal di rumah, sementara anak-

anak sibuk menuntut ilmu, mengejar karir atau menikah.

7. Second career family

Istri bekerja atau membantu orangtuanya ketika anak sedang di sekolah

(bekerja part time).

2.2 Struktur Keluarga

Struktur merupakan hal yang berhubungan erat dan terus menerus

berinteraksi satu sama lain. Struktur didasarkan pada organisasi, yaitu

perilaku anggota keluarga dan pola hubungan dalam keluarga. Hubungan

yang ada dapat bersifat kompleks, misalnya seorang wanita bisa sebagai

istri, sebagai ibu, sebagai menantu, dll yang semua itu mempunyai

kebutuhan, peran dan harapan yang berbeda. Pola hubungan itu akan

membentuk kekuatan dan struktur peran dalam keluarga. Struktur

keluarga dapat diperluas dan dipersempit tergantung dari kemampuan dari

keluarga tersebut untuk merespon stressor yang ada dalam keluarga. Struktur

keluarga yang sangat kaku atau sangat fleksibel dapat mengganggu atau

merusak fungsi keluarga.

2.2.1 Struktur Keluarga Berdasarkan Jumlah Anggota

1. Keluarga Besar

Sebuah komunitas yang merupakan gabungan dari beberapa

keluarga. Pengertian keluarga besar adalah sebuah keluarga yang

terdiri dari ayah, ibu, anak-anak, kakek, nenek. Paman, bibi dan

sepupu yang hidup bersama dalam sebuah komunitas erat.

Page 5: Perubahan Dalam Struktur Keluarga

2. Keluarga Kecil/Inti

Keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak dalam keadaan

khusus seperti ada anggota keluarga yang meninggal, berpisah atau

belum memiliki keturunan, keluarga inti mungkin saja hanya

beranggotakan ayah dan anak-anak, ibu dan anak-anak atau

pasangan suami istri.

2.2.2 Struktur Keluarga Berdasarkan Kekerabatan

1. Patrilineal

Keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah

dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui

jalur garis ayah.

2. Matrilineal

Keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah

dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui

jalur garis ibu.

3. Patrilokal

Sepasang suami-istri yang tinggal bersama keluarga sedarah suami.

4. Matrilokal

Sepasang suami-istri yang tinggal bersama keluarga sedarah istri.

2.2.3 Struktur Keluarga Berdasarkan Pola Komunikasi

Sementara itu pengertian struktur keluarga menurut Friedman

tidak hanya didasarkan pada jumlah anggota keluarga namun dapat

diartikan sebagai keseluruhan dari pola komunikasi keluarga, struktur

kekuatan atau kekuasaan, struktur peran dan nilai-nilai keluarga.

Menurut Friedman (1998) yang dikutip dalam Murwani (2007)

struktur keluarga terdiri atas :3

1. Struktur Peran

Struktur peran anggota keluarga ditentukan oleh posisinya dalam

keluarga, contohnya pada sebagian besar lapisan masyarakat

3 Muwarni Arita, Asuhan Keperawatan Keluarga Konsep dan Aplikasi Kasus, (Yogyakarta: Mitra Cendekia Press, 2007), h-

Page 6: Perubahan Dalam Struktur Keluarga

seorang ayah bertindak sebagai nahkoda rumah tangga dan

bertugas melindungi, mencari nafkah utama bagi kelangsungan

hidup keluarga. Sementara sang ibu berfungsi sebagai tangan

kanan sang nahkoda, peran ibu seringkali lebih multitasking karena

seorang ibu harus mamp bertindak sebagai manager keuangan

keluarga, psikolog yang tepat untuk tempat curhat, koki handal dan

ahli gizi yang mengerti selera keluarga dan terkadang membantu

mencari penghasilan tambahan.

2. Struktur sebagai Pola Komunikasi

Struktur keluarga sebagai pola komunikasi keluarga dapat diartikan

sebagai pola interaksi keluarga yang berfungsi bersifat jujur dan

terbuka, mampu menyelesaikan konflik keluarga, berfikir positif

dan tidak ngotot mempertahankan argumen individu.

Pola interaksi juga berfungsi sebagai karakteristik pengirim,

yaitu yakin dalam mengemukakan pendapat yang disampaikan secara

jelas dan berkualitas, karakteristik penerima yang siap mendengarkan

pendapat, memberikan tanggapan dan umpan balik jika diperlukan

serta melakukan validasi suatu opini. Berperan tidaknya komunikasi

keluarga tergantung pada peran karakteristik pengirim dan penerima

apakah cukup jelas dalam menyampaikan gagasan, ekpresi yang

kurang tampak di wajah, memutuskan suatu masalah tanpa didsari

prtimbangan matang, si penerima (receiver) yang bersikap efensif,

pembicaraan yang hanya terfokus pada salah satu anggota keluarg,

terlalu mengedepankan emosional daripada logika dalam bertindak.

Struktur kekuatan sebagian dari struktur keluarga meliputi

kemampuan potensional dan aktual individu untuk mempengaruhi

perilaku orang lain menuju kearah lebih baik.

Page 7: Perubahan Dalam Struktur Keluarga

2.3 Faktor Perubahan dalam Struktur Keluarga

Menurut Ronalt Lippit bahwa pendorong bagi perubahan keluarga

berkembangnya kebudayaan materi, tingkat penemuan dan inovasi teknologi,

perbaikan fasilitas transportasi dan komunikasi dan meluasnya industrialisasi

dan urbanisasi.4

Berikut faktor internal dan eksternal pendorong perubahan dalam struktur

keluarga:

2.3.1 Faktor Internal

Faktor internal utama karena perubahan sosial bisa dilihat dari ikatan

suami-istri yang telah equal, dimana wanita atau istri memiliki posisi

tawar (bargaining position) yang lebih baik akibat peningkatan

pendidikan dan peningkatan akses terhadap informasi dan kemajuan-

kemajuan global, modernisasi, serta kualitas dan kuantitas pengasuhan

anak, terutama karena keputusan wanita untuk memasuki sektor

publik. Berikut yang termasuk faktor internal:

1. Poligami dan Monogami

Kata Poligami terdiri dari kata “Poli” dan “Gami”. Secara

Etimologi “Poli” artinya banyak, “Gami” artinya istri. Jadi

poligami artinya beristri banyak. Secara terminologi poligami yaitu

seorang laki-laki mempunyai lebih dari satu istri. 5 Sedangkan

monogami yaitu cukup seorang laki-laki mempunyai seorang istri,

karena dengan perkawinannya akan mempunyai tujuan yaitu

menciptakan suasana yang sakinah, mawaddah, dan rahmah, yang

keadaan terebut sulit dilaksanakan seandainya seorang laki-laki

memiliki istri lebih dari satu.6 Dalam dunia modern sekarang ini

perkawinan yang dipandang baik adalah perkawinan monogami

bahkan sampai bangsa-bangsa yang menganut agama yang dalam

ajarannya membolehkan berpoligami sekalipun berpendapat,

perkawinan monogamy adalah perkawinan yang terbaik dan ideal,

4 Khairuddin, Op. Cit, h. 755 Daradjat Zakiyah, Ilmu Fikih, (Yogyakarta: Dana Bakti Wakaf, 1995), h. 606 Rahmat Hakim, Hukum Perkawinan Islam, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2000), h. 65

Page 8: Perubahan Dalam Struktur Keluarga

sehingga dikalangan masyarakat di mana perkawinan poligami

berlaku, bilamana ada orang yang berpoligami selalu dibicarakan

orang, setidak-tidaknya para tetanggganya akan membicarakan hal

itu. Lebih-lebih dikalangan intelektual, bilamana ada yang

melakukan poligami akan menjadi celaan dari teman-teman di

kalangan mereka.7

2. Talak

Secara etimologi kata talak bermakna melepas, mengurai, atau

meninggalkan; melepas atau mengurai tali pengikat, baik tali

pengikat itu riil atau maknawi seperti tali pengikat perkawinan.8

Hukum islam menentukan bahwa hak thalaq adalah suami dengan

alasan bahwa seorang laki-laki pada umumnya lebih

mengutamakan pemikiran dalam mempertimbangkan sesuatu

daripada wanita yang biasanya bertindak atas dasar emosi. Suami

sebagai pemegang kendali talak sebagai imbangan atas kewajiban

suami menyelenggarakan nafkah.

Macam-macam Talak

a. Ditinjau dari segi waktu dijatuhkannya talak atau keadaan istri

waktu talak itu diucapkan, talak dibedakan menjadi:9

1. Talak sunni, merupakan talak yang pelaksanaannya sesuai

dengan tuntunan al-Qur’an dan sunnah. Kriteria dari talak

ini antara lain: istri sudah pernah dikumpuli, istri segera

melakuan iddah setelah ditalak, istri yang ditalak dalam

keadaan suci baik di awal suci atau diakhir suci, dalam

masa ssuci pada waktu suami menjatuhkan talak istri tidak

dicampuri.

2. Talak Bid’iy, merupakan talak yang dijatuhkan tidak

menurut tuntunan agama. Yang termasuk dalam talak bid’iy

7 Triwulan Tutik, Poligami Perspektif Perikatan Nikah, (Jakarta: ISBN, 2007), h. 558 Supriatna, dkk, Fiqih Munakahat II, (Yogyakarta: Bidang Akademik UIN Sunan

Kalijaga, 2008), h. 19

9 Ibid, h. 31

Page 9: Perubahan Dalam Struktur Keluarga

: talak yang dijatuhkan pada waktu istri sedang menjalani

haid atau sedang nifas, dan talak yang dijatuhkan pada

waktu istri dalam keadaan suci tetapi telah dikumpuli lebih

dahulu.

3. Talak la sunni wala bid’I, merupakan talak yang bukan

sunni dan bukan pula bid’i, yaitu : talak yang dijatuhkan

kepada istri yang belum pernah dikumpuli, talak yang

dijatuhkan terhadap istri yang belum pernah haid atau istri

yang telah lepas dari masa haid ( monopause ), dan talak

yang dijatuhkan kepada istri yang sedang hamil.

b. Ditinjau dari segi lafadz atau kata-kata yang digunakan untuk

menjatuhkan talak:10

1. Talak sharih, merupakan talak yang apabila seorang

menjatuhkan talak kepada istrinya dengan mempergunakan

kata-kata At-Thalaq atau Al-Firaq, atau As-Sara. Ketiga

kata tersebut terdapat dalam Al-Qur’an atau hadits yang

maksudnya jelas untuk menceraikan istri. Dengan

menggunakan lafadz tersebut, seseorang yang mentalak

istrinya maka jatuhlah talak tersebut walaupun tanpa niat.

2. Talak kinayah atau kiasan, merupakan talak yang dilakukan

seseorang dengan menggunakan kata-kata selain dari kata-

kata lafadz sharih. Suami mentalak istrinya dengan

menggunakan kata-kata sindiran atau samar-samar.

Seseorang yang menggunakan lafadz kinayah baru jatuh

talaknya jika dia niatkan bahwa perbuatannya itu adalah

ucapan talak.

c. Ditinjau dari kemungkinan suami merujuk kembali istrinya atau

tidak, talak dibagi menjadi dua macam:11

10 Djamaan Nur, Fiqih Munakahat, (Semarang: Dina Utama, 1993), h. 137

11 Supriatna, Ibid, h. 32-33

Page 10: Perubahan Dalam Struktur Keluarga

1. Talak raj’iy, merupakan talak yang si suami diberi hak

untuk kembali kepada istri yang ditalaknya tanpa harus

melalui akad nikah yang baru, selama istri masih dalam

masa iddah. Talak raj’iy tidak menghilangkan ikatan

perkawinan sama sekali dan yang termasuk dalam talak ini

adalah talak satu atau talak dua.

2. Talak ba’in, merupakan talak yang tidak diberikan hak

kepada suami untuk rujuk kepada istrinya. Apabila suami

ingin kembali kepada mantan istrinya, maka harus

dilakukan dengan akad nikah yang baru yang memenuhi

unsur-unsur dan syarat-syaratnya. Talak ba’in ini

menghilangkan tali ikatan sumai istri.

d. Ditinjau dari cara menyampaikan talak:12

1. Talak dengan ucapan, yaitu talak yang disampaikan oleh

suami dengan ucapan lisan di hadapan istrinya, dan si istri

mendengarkan langsung ucapan suaminya tersebut.

2. Talak dengan tulisan, yaitu talak yang disampaikan oleh

suami secara tertulis, kemudian disampaikan kepada

istrinya, dan istrinya membaca serta memahami maksud dan

isinya.

3. Talak dengan isyarat, yaitu talak yang dilakukan dalama

bentuk isyarat oleh suami yang tuna wicara. Sebagian

fuqaha mengatakan bahwa talak dengan isyarat bagi orang

tuna wicara adalah sah apabila dia buta huruf. Akan tetapi

jika dia dapat menulis, maka dia harus melaksanakan

talaknya dalam bentuk tulisan, karena hal ini lebih jelas

dibandingkan dengan isyarat.

4. Talak dengan utusan, yaitu talak yang disampaikan oleh

suami kepada istrinya melalui perantaraan orang lain

12 Djamaan, Op. Cit, h. 140-141

Page 11: Perubahan Dalam Struktur Keluarga

sebagai utusan darinya untuk menyampaikan maksud dia

mentalak istrinya tersebut.

Syarat-syarat Talak

1. Suami adalah orang yang memiliki hak talak dan yang berhak

menjatuhkannya. Selain suami tidak ada yang berhak

menjatuhkan talak. Suami baru dapat menjatuhkan talak kepada

istrinya apabila telah melakukan akad nikah yang sah.

2. Untuk sahnya talak, istri harus dalam kekuasaan suami, yaitu

istri tersebut belum pernah ditalak atau sudah ditalak tetapi

masih dalam masa iddah.13

3. Perceraian

Perceraian ialah penghapusan perkawainan dengan putusan hakim,

atau tuntutan salah satu pihak dalam perkawinan itu.14 Syarat-

syarat perceraian termaktub dalam pasal 39 Undang-undang

perkawinan terdiri dari 3 ayat, yaitu:15

1. Perceraian hanya dapat dilakukan di depan sidang pengadilan

setelah pengadilan yang bersangkutan berusaha dan tidak

berhasil mendamaikan kedua belah pihak.

2. Untuk melakukan perceraian harus ada cukup alasan, bahwa

antara suami istri itu tidak akan hidup rukun sebagai suami

istri.

3. Tata cara perceraian di depan sidang pengadilan diatur dalam

peraturan perundangan tersendiri.

Alasan perceraian termaktub dalam ayat 2 Undang-undang

Perkawinan pasal 39 dalam PP pada pasal 19:

1. Salah satu pihak berbuat zina atau menjadi pemabok, pemadat,

penjudi, dan lain sebagainya yang sukar disembuhkan.

13 Ibid, h. 141-14314 Subekti, Pokok-pokok Hukum Perdata, (Jakarta: PT Intermasa, 1989), h. 4215 Amir Syariffudin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2009), h.

227

Page 12: Perubahan Dalam Struktur Keluarga

2. Salah satu pihak meninggalkan pihak lain selama 2 (dua) tahun

berturut-turut tanpa izin pihak lain dan tanpa alasan yang sah

atau karena hal lain diluar kemampuannya.

3. Salah satu pihak mendapat hukuman penjara 5 (lima) tahun

atau hukuman yang lebih berat setelah perkawinan

berlangsung.

4. Salah satu pihak melakukan kekejaman atau penganiayaan

berat yang membahayakan pihak yang lain.

5. Salah satu pihak mendapat cacat badan atau penyakit dengan

akibat tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai suami

atau istri.

6. Antara suami dan isteri terus-menerusterjadi perselisihan dan

pertengkaran dan tidak ada harapan akan hidup rukunlagi

dalam rumah tangga.

Akibat perceraian ini mengakibatkan perubahan dalam struktur

keluarga yakni perubahan dari keluarga inti (nuclear family)

menjadi single parent.

4. Rujuk

Rujuk dalam pengertian etimologi adalah kembali, sedangkan

dalam pengertian terminologi adalah kembalinya suami kepada

hubungan nikah dengan istri yang telah dicerai raj’i bukan cerai

ba’in, dan dilaksanakan selama istri dalam masa iddah. Dalam

hukum perkawinan islam rujuk merupakan tindakan hukum yang

terpuji.16 Dari definisi terdapat kata kunci yang menunjukan

hakikat dari perbuatan yang bernama rujuk itu:17  

1. Kata atau ungkapan “kembali” mengandung arti bahwa

diantara keduanya sebelumnya telah terikat dalam perkawinan,

namun ikatan tersebut telah berakhir dengan perceraian, dan

16 Zainuddin, Ali, Hukum Perdata Islam di Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, 2006), h. 90

17 Syariffudin, Op. Cit, h. 337-338

Page 13: Perubahan Dalam Struktur Keluarga

laki-laki yang kembali kepada orang lain dalam bentuk

perkawinan, tidak disebut rujuk dalam pengertian ini.

2. Ungkapan atau kata “yang telah dicerai raj’i” mengandung arti

bahwa istri yang bercerai dengan suaminya itu dalam bentuk

yang belum putus atau ba’in , hal ini mengandung maksud

bahwa kembali kepada istri yang belum dicerai atau telah

dicerai tetapi tidak dalam bentuk talak raj’i tidak disebut rujuk.

3. Ungkapan atau kata “masih dalam masa iddah” mengandung

arti bahwa rujuk itu hanya terjadi selam istri masih berada

dalam iddah. Bila waktu telah habis mantan suami tidak dapat

lagi kembali kepada istrinya dengan nama rujuk, untuk itu

suami harus memulai lagi nikah baru dengan akad baru.

Rukun Rujuk

Menurut Ayub, (2001: 281-283) yang termasuk dalam rukun rujuk

ialah: keadaan istri disyaratkan sudah dicampuri oleh suaminya,

suami melakukan rujuk atas kehendak sendiri, rujuk dilakukan

dengan sighat (lafal atau perkataan rujuk dari suami) bukan melalui

perbuatan (campur), dan hadirnya saksi.

Syarat-syarat Rujuk

1. Laki-laki yang merujuk, adapun syarat bagi laki-laki yang

merujuk itu adalah sebagai berikut: laki-laki yang merujuk

adalah suami bagi perempuan yang dirujuk yang dia menikahi

istrinya itu dengan nikah yang sah, dan laki-laki yang merujuk

itu mestilah seseorang yang mampu melaksanakan pernikahan

dengan sendirinya, yaitu telah dewasa dan sehat akalnyadan

bertindak dengan kesadarannya sendiri. Seseorang yang masih

belum dewasa atau dalam keadaan gila tidak sah ruju’ yang

dilakukannya. Begitu pula bila rujuk itu dilakukan atas paksaan

dari orang lain, tidak sah rujuknya. Tentang sahnya rujuk orang

yang mabuk karena sengaja minum-minuman yang

memabukkan, ulama berbeda pendapat sebagaimana berbeda

Page 14: Perubahan Dalam Struktur Keluarga

pendapat dalam menetapkan sahnya akad yang dilakukan oleh

orang mabuk.

2. Perempuan yang dirujuk, adapun syarat sahnya rujuk bagi

perempuan yang dirujuk itu adalah: perempuan itu adalah istri

yang sah dari laki-laki yang merujuk, istri itu telah diceraikan

dalam bentuk talak raj’i. Tidak sah merujuk istri yang masih

terikat dalam tali perkawinan atau telah ditalak namun dalam

bentuk talak ba’in, istri itu masih berada dalam iddah talak raj’i.

Laki-laki masih mempunyai hubungan hukum dengan istri yang

ditalaknya secara talak raj’i, selama berada dalam iddah.

Sehabis iddah itu putuslah hubungannya sama sekali dan dengan

sendirinya tidak lagi boleh dirujuknya, dan istri itu telah

digaulinya dalam masa perkawinan itu. Tidak sah rujuk kepada

istri yang diceraikannya sebelum istri itu sempat digaulinya,

karena rujuk hanya berlaku bila perempuan itu masih berada

dalam iddah, istri yang dicerai sebelum digauli tidak

mempunyai iddah, sebagaimana disebutkan sebelumnya.18

Menurut (Rifa’i, Mas’udi, 1986: 275) mengatakan, seorang suami

yang menceraikan istrinya tiga kali atau lebih, maka suami tersebut

tidak boleh melakukan rujuk kepada istrinya, melainkan dengan

beberapa syarat yaitu: telah selesai masa iddah perempuan tersebut

darinya, perempuan tersebut menikah lagi dengan lelaki lain, telah

bersetubuh dengan lelaki yang telah dikawininya lagi, telah dicerai

lelaki tersebut tiga kali cerai, dan telah selesai masa iddahnya dari

lelaki tersebut.

5. Kohabitasi

18 Ibid, h. 341-343

Page 15: Perubahan Dalam Struktur Keluarga

Kohabitasi (cohabitation) yaitu dua orang yang hidup bersama

yang melibatkan hubungan seksual tanpa menikah. Kohabitasi

telah menjadi sedemikian lazimnya sehingga sekitar 40 persen

anak-anak amerika serikat sempat tinggal dalam suatu keluarga

yang dibentuk karena kohabitasi. Komitmen merupakan perbedaan

yang sangat penting antara kohabitasi dan pernikahan. Dalam

pernikahan, asumsi yang dipegang ialah kelanggengan. Dalam

kohabitasi pasangan sepakat untuk tetap hidup bersama “ selama

berjalan dengan baik.” Pada pernikahan, individu membuat

sumpah didepan umum yang secara sah mengikat mereka sebagai

sebuah pasangan. Pada kohabitasi, mereka cukup tinggal bersama

saja. Perniakhan memerlukan seorang hakim untuk mengesahkan

perceraiannya. Jika suatu hubungan kohabitasi memburuk, mereka

dapat dengan mudah berpisah dan menceritakan kepada teman

mereka bahwa hubungannya tidak berhasil.

2.3.2 Faktor Eksternal

1. Industrialisasi, Ilmu pengetahun, dan Teknologi,

Transformasi ekonomi dari agraris ke industri telah mengubah

kehidupan keluarga melalui perubahan nilai arti ikatan

kekerabatan, dan semakin elastisitasnya ikatan keluarga.

2. Migrasi penduduk, karena daya dorong desa (agrasi) dan

daya tarik kota (industri). Migrasi penduduk baik urbanisasi

ataupun transmigrasi, telah merubah gambaran keluarga dari

keluarga luas (ektended) menjadi keluarga inti (nuklear), dan

segala konsekuensi dari perubahan tersebut.

3. Perubahan permintaan tenaga kerja. Perkembangan ekonomi

telah merubah peta bidang-bidang usaha dan jenis-jenis

pekerjaan serta kualifikasi dan kompetensi yang dibutuhkan

masing-masing jenis pekerjaan. Meningkatnya kebutuhan

tenaga kerja yang memiliki ketekunan dan ketelitian, yang

Page 16: Perubahan Dalam Struktur Keluarga

biasanya menjadi ciri keahlian wanita, telah mendorong

wanita, bersaing dengan pria memasuki pasaran kerja.

4. Peningkatan pendidikan wanita. Semakin meningkatnya

pendidikan wanita mendorong wanita (belum menikah dan

telah menikah) untuk bekerja di luar rumah.

2.4 Dampak Perubahan dalam Struktur Keluarga

2.4.1 Disorganisasi Kelompok

Yang merupakan perpecahanan keluarga sebagai suatu unit, karena

anggota-anggotanya gagal memenuhi kewajiban-kewajibannya

yang sesuai dengan peran sosial. 19 Perpecahan ini dikarenakan

poligami, perceraaian talak, modernisasi dan industrialisasi.

2.4.2 Perubahan Bentuk Struktur Keluarga

Perubahan dari keluarga besar menjadi keluarga kecil yang

disebabkan oleh industrialisi dan migrasi.

2.4.3 Single Parents

Berubahnya peran dan fungsi dari orang tua terhadap pengasuhan

penuh anak yang disebabkan oleh poligami, talak dan kohabitasi.

.

BAB III

PENUTUP

19 Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,2002), h. 370

Page 17: Perubahan Dalam Struktur Keluarga

3.1 Kesimpulan

1. Menurut Friedman (1998) yang dikutip dalam Murwani (2007) struktur

keluarga terdiri atas : pola komunikasi keluarga, struktur peran, struktur

kekuatan, dan nilai-nilai keluarga. Struktur dan fungsi merupakan hal yang

berhubungan erat dan terus menerus berinteraksi satu sama lain. Struktur

didasarkan pada organisasi, yaitu perilaku anggota keluarga dan pola

hubungan dalam keluarga.

2. Faktor-faktor yang mengakibatkan perubahan di dalam struktur keluarga

yakni: 1) faktor internal, hubungan di dalam kehidupan sehari-hari suami

dan isteri dalam keluarga, 2) faktor eksternal, antara lain industrialisasi,

modernisasi, migrasi, transformasi ekonomi, perubahan permintaan tenaga

kerja, peningkatan pendidikan wanita, perubahan demografi penduduk.

3. Perubahan yang disebabkan oleh faktor-faktor yang telah dijelaskan yakni:

poligami, perceraian, talak, rujuk, perubahan sistem kekerabatan,

fenomena wanita karir, disorganisasi keluarga, perceraian dan fenomena

single parent.

3.2 Saran

1. Komunikasi menjadi faktor utama untuk meredakan permasalahan di

dalam keluarga. Keluarga yang di dalamnya terjalin komunikasi dan

interaksi yang baik menjadikan terjalinnya kehidupan keluarga yang baik

pula. Baik dalam arti, sabar dalam menghadapi masalah, tepat dalam

mengambil keputusan sehingga tidak merugikan berbagai pihak khususnya

pihak di dalam kelurga.

2. Memperdalam ajaran-ajaran agama memberikan pengetahuan tentang

bagaimana menjalankan dan membina rumah tangga yang baik dan di

ridhoi oleh Allah Swt. Menuntun ke dalam kehidupan keluarga yang

saqinah, mawadah dan warrahmah.

DAFTAR PUSTAKA

Arita, Muwarni. 2007. Asuhan Keperawatan Keluarga Konsep dan Aplikasi

Page 18: Perubahan Dalam Struktur Keluarga

Kasus. Yogyakarta: Mitra Cendekia Press

Ayub, Syaikh Hasan. 2001. Fiqih Keluarga. Jakarta: Al-Kautsar

Hakim, Rahmat. 2000. Hukum Perkawinan Islam. Bandung: CV Pustaka Setia

Khairuddin. 2008. Sosiologi Kelurga. Yogyakarta: Liberty

Mawardi dan Nur Hidayati. 2009. Ilmu Alamiah Dasar, Ilmu Sosial Dasar, Ilmu

Budaya Dasar. Bandung: Pustaka Setia

Nur, Djamaan. 1993. Fiqih Munakahat. Semarang: Dina Utama

Tutik, Triwulan. 2007. Poligami Perspektif Perikatan Nikah. Jakarta: ISBN

Soekanto, Soerjono. 2002. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo

Persada

Subekti. 1989. Pokok-pokok Hukum Perdata. Jakarta: PT Intermasa

Supriatna, dkk. 2008. Fiqih Munakahat II. Yogyakarta: Bidang Akademik UIN

Sunan Kalijaga

Syariffudin, Amir. 2009. Hukum Perkawinan Islam di Indoensia. Jakarta:

Kencana

Zainuddin, Ali. 2006. Hukum Perdata Islam di Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika

Zakiyah, Daradjat. 1995. Ilmu Fiqih. Yogyakarta: Dana Bakti Wakaf