15
Perubahan Luas Area Luka dan Pembentukan Jaringan Fibroblast Pada Luka Bakar yang diterapi dengan Madu dan Propolis DGD. Dharma Santhi, DAP. Rasmika Dewi, AAN Subawa 1 1 Bagian Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Telp. 0361-222510 [email protected] ABSTRAK Kerusakan jaringan pada kulit akibat terpajan panas tinggi membuat protein penyusun kulit terancam denaturasi menyebabkan berkurangnya pertahanan terhadap infeksi bakteri, meningkatkan jumlah kerusakan jaringan dan mencegah penyembuhan area kulit yang terbakar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mengetahui proses re-epitalisasi luka bakar pada tikus putih jantan Rattus norvegicus galur Wistar pada pemberian madu dan propolis secara topical yang dinilai melalui perubahan luas area luka bakar dan pembentukan jaringan fibroblast. Dari hasil Hasil Uji One Way ANOVA, pada hari ke 14 dan 21 setelah perlakuan luka bakar mulai terjadi penurunan luas area luka bakar yang menunjukkan terjadinya pembentukan jaringan baru. Pada hari ke 14, diketahui bahwa kelompok kontrol positif (pada pemberian salep SSD) memberikan penurunan luas area luka yang berbeda bermakna dengan kelompok kontrol negatif dan kelompok pemberian madu ternak dan madu hutan. Pada hari ke 21, diketahui bahwa kelompok kontrol positif memberikan penurunan luas area luka yang sama dengan kelompok perlakuan. Pembentukan jaringan fibroblast diamati setelah hari ke 21, ditemukan bahwa bahwa kelompok kontrol positif memberikan jumlah pembentukan jaringan fibroblast yang sama dengan kelompok perlakuan. Kata kunci: Luka Area Luka, Pembentukan Jaringan Fibroblast, Madu, Propolis Pendahuluan Inflamasi merupakan respon terhadap kerusakan jaringan akibat berbagai rangsangan yang merugikan, baik rangsangan kimia maupun mekanis, seperti luka bakar. Pada proses inflamasi terjadi reaksi vaskular, sehingga cairan, elemen- elemen darah, sel darah putih (leukosit), dan mediator kimia terkumpul pada tempat yang cedera untuk menetralkan dan menghilangkan agen-agen berbahaya serta untuk memperbaiki jaringan yang rusak (Kee dan Hayes, 1993). Tanda-tanda inflamasi meliputi kerusakan mikrovaskuler, peningkatan permeabilitas kapiler, dan migrasi leukosit ke daerah inflamasi (Wilmana, 1995). Antimikroba menjadi pilihan untuk mencegah meluasnya infeksi pada luka bakar (Church, dkk, 2006). Produk lebah madu Indonesia, antara lain madu hutan, madu ternak, dan propolis pada penelitian sebelumnya, diketahui memiliki aktivitas sebagai antimikroba. Hal ini dapat dilihat dari pH yang dimiliki oleh madu hutan, madu ternak, dan propolis Indonesia berkisar antara 3,85 4,44. Dimana pada rentang pH tersebut, dikatakan

Perubahan Luas Area Luka dan Pembentukan Jaringan ... · tingkat penyembuhan luka bakar dilihat dari pembentukan jaringan fibroblast serta luas area luka bakar. Hasil dan Pembahasan

  • Upload
    others

  • View
    7

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Perubahan Luas Area Luka dan Pembentukan Jaringan ... · tingkat penyembuhan luka bakar dilihat dari pembentukan jaringan fibroblast serta luas area luka bakar. Hasil dan Pembahasan

Perubahan Luas Area Luka dan Pembentukan Jaringan Fibroblast Pada

Luka Bakar yang diterapi dengan Madu dan Propolis

DGD. Dharma Santhi, DAP. Rasmika Dewi, AAN Subawa1

1Bagian Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Telp. 0361-222510 [email protected]

ABSTRAK

Kerusakan jaringan pada kulit akibat terpajan panas tinggi membuat protein

penyusun kulit terancam denaturasi menyebabkan berkurangnya pertahanan

terhadap infeksi bakteri, meningkatkan jumlah kerusakan jaringan dan mencegah

penyembuhan area kulit yang terbakar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

mengetahui proses re-epitalisasi luka bakar pada tikus putih jantan Rattus

norvegicus galur Wistar pada pemberian madu dan propolis secara topical yang

dinilai melalui perubahan luas area luka bakar dan pembentukan jaringan fibroblast.

Dari hasil Hasil Uji One Way ANOVA, pada hari ke – 14 dan 21 setelah perlakuan

luka bakar mulai terjadi penurunan luas area luka bakar yang menunjukkan

terjadinya pembentukan jaringan baru. Pada hari ke – 14, diketahui bahwa

kelompok kontrol positif (pada pemberian salep SSD) memberikan penurunan luas

area luka yang berbeda bermakna dengan kelompok kontrol negatif dan kelompok

pemberian madu ternak dan madu hutan. Pada hari ke – 21, diketahui bahwa

kelompok kontrol positif memberikan penurunan luas area luka yang sama dengan

kelompok perlakuan. Pembentukan jaringan fibroblast diamati setelah hari ke – 21,

ditemukan bahwa bahwa kelompok kontrol positif memberikan jumlah

pembentukan jaringan fibroblast yang sama dengan kelompok perlakuan.

Kata kunci: Luka Area Luka, Pembentukan Jaringan Fibroblast, Madu, Propolis

Pendahuluan

Inflamasi merupakan respon terhadap kerusakan jaringan akibat berbagai

rangsangan yang merugikan, baik rangsangan kimia maupun mekanis, seperti luka

bakar. Pada proses inflamasi terjadi reaksi vaskular, sehingga cairan, elemen-

elemen darah, sel darah putih (leukosit), dan mediator kimia terkumpul pada tempat

yang cedera untuk menetralkan dan menghilangkan agen-agen berbahaya serta

untuk memperbaiki jaringan yang rusak (Kee dan Hayes, 1993). Tanda-tanda

inflamasi meliputi kerusakan mikrovaskuler, peningkatan permeabilitas kapiler,

dan migrasi leukosit ke daerah inflamasi (Wilmana, 1995). Antimikroba menjadi

pilihan untuk mencegah meluasnya infeksi pada luka bakar (Church, dkk, 2006).

Produk lebah madu Indonesia, antara lain madu hutan, madu ternak, dan propolis

pada penelitian sebelumnya, diketahui memiliki aktivitas sebagai antimikroba. Hal

ini dapat dilihat dari pH yang dimiliki oleh madu hutan, madu ternak, dan propolis

Indonesia berkisar antara 3,85 – 4,44. Dimana pada rentang pH tersebut, dikatakan

Page 2: Perubahan Luas Area Luka dan Pembentukan Jaringan ... · tingkat penyembuhan luka bakar dilihat dari pembentukan jaringan fibroblast serta luas area luka bakar. Hasil dan Pembahasan

bahwa madu dan propolis mampu menghambat pertumbuhan bakteri. Selain itu dari

uji aktivitas antibakteri menggunakan tes Kirby Bauer, dapat dilihat bahwa madu

madu hutan, madu ternak, dan propolis memiliki zone hambat terhadap

pertumbuhan bakteri yang tidak resisten maupun yang sudah resisten terhadap

antibiotika. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur tingkat penyembuhan luka

bakar dilihat dari pembentukan jaringan fibroblast serta luas area luka bakar

Bahan dan Metode

Pada penelitian ini dipergunakan madu yang diperoleh dari tanaman kapuk dengan

spesies lebah Apis mellifera, sedangkan bahan madu hutan diperoleh dari hutan di

pedalaman Riau, yaitu dari spesies Apis dorsata. Untuk bahan uji propolis yang

dipergunakan diperoleh dari spesies lebah Trigona sp dan Abelha coleta. Bahan uji

ini merupakan produk dagang yang mudah ditemukan di pasaran Indonesia.

Sebanyak 36 tikus putih jantan Rattus norvegicus galur Wistar dipergunakan untuk

penelitian ini, dibagi ke dalam 6 kelompok perlakuan. Sebelum diberian perlakuan,

sebelumnya semua hewan coba diadaptasikan selama 1 minggu serta diberikan

pellet serta air minum ad libitum. Kelompok I adalah kelompok kontrol negatif,

dimana luka bakar hewan coba diberi perlakuan dengan membersihkannya dengan

larutan normal saline. Kelompok II adalah kelompok kontrol positif, dimana luka

bakar hewan coba diberi perlakuan dengan mmengoleskan salep silver sulfdiazin

(SSD) 2%. Kelompok perlakuan III adalah kelompok perlakuan, di mana pada luka

bakar pada hewan coba diterapi menggunakan madu ternak dari spesies lebah Apis

mellifera. Kelompok perlakuan IV adalah kelompok perlakuan, di mana pada luka

bakar pada hewan coba diterapi menggunakan madu hutan dari spesies lebah Apis

dorsata. Kelompok perlakuan V adalah kelompok perlakuan, di mana pada luka

bakar pada hewan coba diterapi menggunakan propolis dari spesies lebah Trigona

Sp. Kelompok perlakuan VI adalah kelompok perlakuan, di mana pada luka bakar

pada hewan coba diterapi menggunakan propolis dari spesies lebah Abelha colata.

Parameter yang dipergunakan untuk mengukur tingkat penyembuhan luka bakar

yang terjadi pada hewan coba setelah mendapat perlakuan luka bakar, adalah

tingkat penyembuhan luka bakar dilihat dari pembentukan jaringan fibroblast serta

luas area luka bakar.

Page 3: Perubahan Luas Area Luka dan Pembentukan Jaringan ... · tingkat penyembuhan luka bakar dilihat dari pembentukan jaringan fibroblast serta luas area luka bakar. Hasil dan Pembahasan

Hasil dan Pembahasan

Proses penyembuhan luka dicatat pada hari ke- 0, 3, 7, 14, dan 21 setelah perlakuan

luka bakar. Semua luka difoto bersama alat pengukur standar (penggaris) untuk

mengukur luas area luka.

Tabel 4.7 Diameter Luka Bakar tikus jantan kelompok Perlakuan I

Kelompok I Diameter Luka Bakar (cm2)

Hari ke-0 Hari ke-3 Hari ke-7 Hari ke-14 Hari ke-21 1 3,00 3,00 2,80 2,85 2,40 2 3,00 3,00 2,80 2,60 2,00 3 3,00 3,00 2,40 2,20 1,87 4 3,00 3,00 2,60 2,00 1,87 5 3,00 3,00 2,80 2,60 2,00 6 3,00 3,00 2,60 2,00 1,82

Rata – rata ± SD 3,00 ± 0.00 3,00 ± 0.00 2.67 ± 0.16 2,38 ± 0.36 1,99 ± 0.21

Dari tabel di atas terlihat penurunan luas area luka dari hari ke-0 sampai pada

hari ke – 21 pada kelompok perlakuan I.

Tabel 4.8 Diameter Luka Bakar tikus jantan kelompok Perlakuan II

Kelompok II Diameter Luka Bakar (cm2)

Hari ke-0 Hari ke-3 Hari ke-7 Hari ke-14 Hari ke-21 1 3,00 3,00 2,80 1,30 0,24 2 3,00 3,00 2,40 1,20 0,32 3 3,00 3,00 2,80 1,20 0,48 4 3,00 3,00 2,40 1,00 0,22 5 3,00 3,00 2,80 1,20 0,22 6 3,00 3,00 2,60 1,10 0,20

Rata – rata ± SD 3,00 ± 0.00 3,00 ± 0.00 2.63 ± 0.20 1,17 ± 0.10 0.28 ± 0.11

Dari tabel di atas terlihat penurunan luas area luka dari hari ke-0 sampai pada

hari ke – 21, dimana pada kelompok ini diberikan salep Silver sulfadiazin 2%.

Tabel 4.9 Diameter Luka Bakar tikus jantan kelompok Perlakuan III

Kelompok III Diameter Luka Bakar (cm2)

Hari ke-0 Hari ke-3 Hari ke-7 Hari ke-14 Hari ke-21 1 3,00 3,00 2,40 1,60 0,32 2 3,00 3,00 2,80 1,60 0,28 3 3,00 3,00 2,80 1,87 0,36 4 3,00 3,00 2,40 1,20 0,24 5 3,00 3,00 2,60 2,00 1,80 6 3,00 3,00 2,80 1,32 0,28

Rata – rata ± SD 3,00 ± 0.00 3,00 ± 0.00 2,63 ± 0.20 1,60 ± 0.31 0.55 ± 0.62

Dari tabel di atas terlihat penurunan luas area luka dari hari ke-0 sampai pada

hari ke – 21, dimana pada kelompok ini diberikan madu ternak dari spesies lebah

Apis mellifera.

Page 4: Perubahan Luas Area Luka dan Pembentukan Jaringan ... · tingkat penyembuhan luka bakar dilihat dari pembentukan jaringan fibroblast serta luas area luka bakar. Hasil dan Pembahasan

Tabel 4.10 Diameter Luka Bakar tikus jantan kelompok Perlakuan IV

Kelompok IV Diameter Luka Bakar (cm2)

Hari ke-0 Hari ke-3 Hari ke-7 Hari ke-14 Hari ke-21 1 3,00 3,00 2,60 1,80 0,75 2 3,00 3,00 2,80 1,60 0,64 3 3,00 3,00 2,80 2,00 0,52 4 3,00 3,00 2,60 1,70 0,48 5 3,00 3,00 2,60 1,40 0,52 6 3,00 3,00 2,60 1,90 0,80

Rata – rata ± SD 3,00 ± 0.00 3,00 ± 0.00 2.67 ± 0.10 1.73 ± 0.22 0.62 ± 0.13

Dari tabel di atas terlihat penurunan luas area luka dari hari ke-0 sampai pada

hari ke – 21, dimana pada kelompok ini diberikan madu hutan dari spesies lebah

Apis dorsata.

Tabel 4.11 Diameter Luka Bakar tikus jantan kelompok Perlakuan V

Kelompok V Diameter Luka Bakar (cm2)

Hari ke-0 Hari ke-3 Hari ke-7 Hari ke-14 Hari ke-21 1 3,00 3,00 2,40 1,50 0,50 2 3,00 3,00 2,40 1,04 0,16 3 3,00 3,00 2,60 1,60 0,24 4 3,00 3,00 2,80 1,92 0,45 5 3,00 3,00 2,80 1,44 0,27 6 3,00 3,00 2,40 1,20 0,28

Rata – rata ± SD 3,00 ± 0.00 3,00 ± 0.00 2.57 ± 0.20 1.45 ± 0.31 0.34 ± 0.16

Dari tabel di atas terlihat penurunan luas area luka dari hari ke-0 sampai pada

hari ke – 21, dimana pada kelompok ini diberikan propolis dari spesies lebah

Trigona sp.

Tabel 4.12 Diameter Luka Bakar tikus jantan kelompok Perlakuan VI

Kelompok VI Diameter Luka Bakar (cm2)

Hari ke-0 Hari ke-3 Hari ke-7 Hari ke-14 Hari ke-21 1 3,00 3,00 2,40 0,75 0,10 2 3,00 3,00 2,80 1,05 0,50 3 3,00 3,00 2,80 0,75 0,30 4 3,00 3,00 2,80 0,98 0,45 5 3,00 3,00 2,80 1,04 0,14 6 3,00 3,00 2,40 0,75 0,10

Rata – rata ± SD 3,00 ± 0.00 3,00 ± 0.00 2.67 ± 0.21 0.89 ± 0.15 0.27 ± 0.18

Dari tabel di atas terlihat penurunan luas area luka dari hari ke-0 sampai pada

hari ke – 21, dimana pada kelompok ini diberikan propolis dari spesies lebah Abelha

coleta.

Hasil penelitian untuk mengetahui proses re-epitalisasi yang terjadi pada hewan

coba setelah mendapat perlakuan luka bakar melalui parameter luas area luka bakar

adalah sebagai berikut:

Page 5: Perubahan Luas Area Luka dan Pembentukan Jaringan ... · tingkat penyembuhan luka bakar dilihat dari pembentukan jaringan fibroblast serta luas area luka bakar. Hasil dan Pembahasan

Tabel 5.3. Ringkasan Hasil Uji One Way ANOVA Luas Area Luka Bakar

Luas Area Luka Bakar Probabilitas (p)

Hari ke - 0

Hari ke - 3

Hari ke - 7 0.921

Hari ke - 14 0.000*

Hari ke - 21 0,000*

Keterangan: * = berbeda bermakna pada uji One Way ANOVA (p<0,05)

Berdasarkan tabel 5.3 di atas, dapat diamati bahwa tidak terdapat perbedaan yang

bermakna pada semua kelompok uji pada hari ke-7 perlakuan luka bakar. Hal ini

menandakan bahwa luas area luka sebelum perlakuan adalah seragam. Pada hari ke

– 14 dan 21 setelah perlakuan luka bakar mulai terjadi penurunan luas area luka

bakar yang menunjukkan terjadinya pembentukan jaringan baru. Dari analisis

statistik, pada hari ke– 14 dan 21 yang menunjukkan luas area luka bakar yang

berbeda bermakna antar kelompok perlakuan, di mana diperoleh nilai p = 0.000.

Oleh karena itu, data pengamatan pada hari ke – 14 dan 21 tersebut dapat dianalisis

lebih lanjut dengan uji LSD.

Hasil uji LSD digunakan untuk mengetahui probabilitas tiap kelompok sehingga

dapat diketahui perbedaan antara kelompok satu dan kelompok lainnya pada hari

ke- 14 dan 21 setelah perlakuan luka bakar. Ringkasan nilai probabilitas antar

kelompok pada uji LSD dapat dilihat pada tabel 5.4 dan 5.5.

Tabel 5.4. Ringkasan Hasil Uji LSD Luas Area Luka Bakar Hari Ke - 14

Hari

Pengamatan Kelompok

Kelompok

I

Kelompok

II

Kelompok

III

Kelompok

IV

Kelompok

V

Kelompok

VI

Hari ke - 21

Kelompok I 0.000* 0.000* 0.000* 0.000* 0.000*

Kelompok II 0.000* 0.007* 0.001* 0.066 0.069

Kelompok III 0.000* 0.007* 0.371 0.326 0.000

Kelompok IV 0.000* 0.001* 0.371 0.066 0.000

Kelompok V 0.000* 0.066 0.326 0.066 0.01

Kelompok VI 0.000* 0.069 0.000 0.000 0.001

Keterangan :

* : Berbeda bermakna (p<0,05)

Kelompok I : Pemberian Larutan Normal Saline

Kelompok II :Pemberian Salep Silver Sulfadiazin

Kelompok III : Pemberian Madu Ternak sp. Apis mellifera

Kelompok IV : Pemberian Madu Hutan sp. Apis dorsata

Kelompok V : Pemberian Propolis sp. Trigona

Kelompok VI : Pemberian Propolis sp. Abelha coleta

Page 6: Perubahan Luas Area Luka dan Pembentukan Jaringan ... · tingkat penyembuhan luka bakar dilihat dari pembentukan jaringan fibroblast serta luas area luka bakar. Hasil dan Pembahasan

Dari hasil uji LSD pada hari ke – 14, diketahui bahwa kelompok kontrol positif

(pada pemberian salep Silver Sulfadiazin) memberikan penurunan luas area luka

yang berbeda bermakna dengan kelompok kontrol negatif dan kelompok pemberian

madu ternak dan madu hutan.

Tabel 5.5. Ringkasan Hasil Uji LSD Luas Area Luka Bakar Hari Ke - 21

Hari

Pengamatan Kelompok

Kelompok

I

Kelompok

II

Kelompok

III

Kelompok

IV

Kelompok

V

Kelompok

VI

Hari ke - 21

Kelompok I 0.000* 0.000* 0.000* 0.000* 0.000*

Kelompok II 0.000* 0.121 0.052 0.828 0.929

Kelompok III 0.000* 0.121 0.671 0.179 0.102

Kelompok IV 0.000* 0.052 0.671 0.081 0.043

Kelompok V 0.000* 0.828 0.179 0.081 0.759

Kelompok VI 0.000* 0.929 0.102 0.043* 0.759

Keterangan :

* : Berbeda bermakna (p<0,05)

Kelompok I : Pemberian Larutan Normal Saline

Kelompok II :Pemberian Salep Silver Sulfadiazin

Kelompok III : Pemberian Madu Ternak sp. Apis mellifera

Kelompok IV : Pemberian Madu Hutan sp. Apis dorsata

Kelompok V : Pemberian Propolis sp. Trigona

Kelompok VI : Pemberian Propolis sp. Abelha coleta

Gambar 1. Preparat Histopatologi Kelompok Perlakuan I

Page 7: Perubahan Luas Area Luka dan Pembentukan Jaringan ... · tingkat penyembuhan luka bakar dilihat dari pembentukan jaringan fibroblast serta luas area luka bakar. Hasil dan Pembahasan

Gambar 2. Preparat Histopatologi Kelompok Perlakuan II

Gambar 3. Preparat Histopatologi Kelompok Perlakuan III

Page 8: Perubahan Luas Area Luka dan Pembentukan Jaringan ... · tingkat penyembuhan luka bakar dilihat dari pembentukan jaringan fibroblast serta luas area luka bakar. Hasil dan Pembahasan

Gambar 4. Preparat Histopatologi Kelompok Perlakuan IV

Gambar 5. Preparat Histopatologi Kelompok Perlakuan V

Page 9: Perubahan Luas Area Luka dan Pembentukan Jaringan ... · tingkat penyembuhan luka bakar dilihat dari pembentukan jaringan fibroblast serta luas area luka bakar. Hasil dan Pembahasan

Gambar 6. Preparat Histopatologi Kelompok Perlakuan VI

Dari hasil perhitungan pembentukan jaringan fibrobast pada hari ke – 21,

diketahui bahwa kelompok kontrol positif (pada pemberian salep Silver

Sulfadiazin) memberikan pembentukan jaringan fibroblast yang berbeda bermakna

dengan kelompok kontrol negatif. Sedangkan bila dibandingkan dengan perlakuan,

memberikan pembentukan jaringan fibroblast yang sama.

Madu dikatakan sebagai antimikroba dengan spektrum yang luas, serta non

toksik terhadap jaringan manusia. Pada beberapa kasus, madu digunakan pada luka

terinfeksi yang tidak sembuh dengan terapi antibiotik standar dan antiseptik,

dimana madu efektif pada semua fase penyembuhan luka tanpa efek samping pada

pada prosesnya. Studi efektivitas madu sebagai antimikroba menunjukkan aktivitas

antimikroba terhadap lebih dari 70 strain bakteri yang ditemukan pada luka,

termasuk Methicillin resistant Staphylococcus aureus (MRSA)7. Penelitian lain di

Belanda dengan menggunakan berbagai isolate bakteri yaitu : Staphylococcus

aureus, Staphylococcus epidermidis, Enterococcus faecium, Escherichia coli,

Pseudomonas aeruginosa, Enterobacter cloacae, Klebsiella oxytoca, menemukan

Page 10: Perubahan Luas Area Luka dan Pembentukan Jaringan ... · tingkat penyembuhan luka bakar dilihat dari pembentukan jaringan fibroblast serta luas area luka bakar. Hasil dan Pembahasan

bahwa sediaan madu yang diteliti (Revamil®) mempunyai potensi sebagai

antimikroba topical13. Penelitian lain di Bangladesh menunjukkan bahwa madu

mempunyai aktivitas antibakteri terhadap bakteri Gram Positif (staphylococcus

aureus) maupun bakteri Gram Negatif (Escherchia coli, Pseudomonas aeruginosa,

dan Shigella spp). Dalam penelitian yang dilakukan oleh Zohdi, dkk, 2012, madu

dari Malaysia dimasukkan ke dalam formulasi hidrogel menggunakan teknik

iradiasi berkas elektron (disebut sebagai Honey Hydrogel Dressing) Efef

penyembuhan luka dinilai berdasarkan penampakan luka, kecepatan penyembuhan

luka dan perubahan histopatologis. Hasil dari penelitian ini adalah luka-luka yang

dirawat dengan Honey Hydrogel Dressing menunjukkan penyembuhan yang lebih

baik dan secara signifikan (p <0,05) meningkatkan kecepatan penyembuhan luka

dibandingkan dengan kelompok kontrol pada 21 hari posting terbakar. Epitelisasi

lebih cepat juga terlihat dalam kelompok Honey Hydrogel Dressing dibandingkan

dengan kelompok lain, meskipun ini tidak signifikan secara statistik. Hasil

membuktikan kemanjuran potensi Honey Hydrogel Dressing dalam mempercepat

penyembuhan luka bakar. Propolis atau lem lebah merupakan suatu zat resin yang

dikumpulkan oleh lebah madu dari sumber tumbuhan seperti aliran getah atau tunas

pohon. Propolis memiliki kemampuan untuk menekan pertumbuhan bakteri, virus

dan fungi, serta kemampuan untuk meredakan inflamasi (radang). Beberapa

percobaan terhadap tikus memperlihatkan propolis mampu memperbaiki

pemulihan luka bakar, luka kecil, infeksi, peradangan, sakit gigi, dan herpes

kelamin. Pada penelitian yang dilakukan menggunakan propolis yang berasal dari

Turki, diketahui bahwa penyembuhan luka bakar menggunakan propolis 50% lebih

baik dibandingkan kelompok yang memperoleh krim SSD dan cold cream

(kontrol). Dikatakan bahwa propolis turki mempunyai peranan dalam

penyembuhan luka bakar karena memiliki efek sebagai anti oksidan,antiinflamasi

dan antimikroba.

DAFTAR PUSTAKA

Abu Bakar, Injil. 2006. Luka Bakar identifikasi, dan Terapinya. Available from :

www.kompas.com/, Cited : Januari 19, 2014

Alnaimat S, Wainwright M dan Al'Abri K. 2012. Antibacterial Potential of Honey

from Different Origins ; a Comparsion with Manuka Honey. Journal of

Microbiology, Biotechnology and Food Sciences 2012 ; 1 (5), hal.1328-1338.

Page 11: Perubahan Luas Area Luka dan Pembentukan Jaringan ... · tingkat penyembuhan luka bakar dilihat dari pembentukan jaringan fibroblast serta luas area luka bakar. Hasil dan Pembahasan

Anilakumar Kandangath Raghvan, Khanum Farath, Bawa Amarinder Singh. 2011.

Pharmalogical And Therapeutic Properties Of Propolis. Oxidative Stress In

Vertebrates And Invertebrates. USA

Anonim a. 2014. Mengenal Lebih Dekat Produk-Produk Lebah Madu Trigona.

Available from : m.kompasiana.com. Cited : January 21, 2014.

Anonim b, 1998. Honey Scientific Report Office Of Complementary Medicines.

Available ffrom : www.tga.gov.au. Cited: January 21, 2014.

Anonim c. 2012. Madu. Available from : www.wikipedia.org. Cited : January 19,

2014.

Anonim d. 2014 . Bee pollen. Available from : www.id.wikipedia.org. Cited:

January 21, 2014.

Blair SE, Cokcetin NN, Harry EJ. 2009. The unusual antibacterial activity of

medical-grade Leptospermum honey: antibacterial spectrum, resistance and

transcriptome analysis. Eur J Clin Microbiol Infect Dis 28(10), hal. 1199-

1208.

Bogdanov S. 2012. Honey in Medicine. Available from : www.bee-hexagon.net.

Cited : January 20, 2014.

Budyantara R dan Muhartono. 2012. Perbandingan Tingkat Penyembuhan Luka

Bakar Antara Pemberian Madu dan Klindamisin Secara Topikal Pada Tikus

Putih (Rattus norvegicus). Available from : www.juke.kedokteran.unila.ac.id,

Cited : January 20, 2014.

Church Deirdre, Sameer Elsayed, Owen Reid, Brent Winston, dan Robert Lindsay.

2006. Burn Wound Infections. Clinical Microbiology Reviews, Vol. 19, No.

2, hal. 403–434.

Cooper, R, PC Molan, K Harding. 1999. Antibacterial activity of honey against

strains of Staphylococcus aureus from infected wounds. Journal of the Royal

Society of Medicine, vol. 92, no. 9, hal.283-285.

Cooper RA, Halas E, Molan PC. 2002. The efficacy of honey in inhibiting strains

of Pseudomonas aeruginosa from infected burns. Journal of Burn Care

Rehabilitative; 23:366–370.

Cutting, K F. 2007. Honey and contemporary wound care: An overview.

Ostomy/Wound Management 53 (11): 49-54.

George NM, Cutting KF. 2007. Antibacterial honey (MedihoneyTM): in-vitro

activity against clinical isolates of MRSA, VRE, and other multiresistant

Gram-negative organisms including Pseudomonas aeruginosa. Wounds

19(9), hal. 231-236.

Page 12: Perubahan Luas Area Luka dan Pembentukan Jaringan ... · tingkat penyembuhan luka bakar dilihat dari pembentukan jaringan fibroblast serta luas area luka bakar. Hasil dan Pembahasan

Gethin G . 2007. The significance of surface pH in chronic wounds. Wounds UK

3(3), hal. 52-54.

Grothier Lorrainne nd Rose Cooper. 2007. Medihoney™ Dressings Made Easy -

Products for Practice. Available from : www.wounds-uk.com. Cited : January

20, 2014.

Han, MC, A. S. Durmus, E. Karabalut and I. Yaman. 2005. Effects of Turkish

Propolis and Silver Sulfadiazine on Burn Wound Healing in Rats. Revue

Méd. Vét., 156, 12, hal. 624-627

Hollis, Georgie. 2007. Honey and modern wound management. Available from :

www.dechra.co.uk. Cited : January 20, 2014.

Krisnawati. 2012. Kandungan Propolis Dan Madu Lebah Trigona spp Di Pulau

Lombok. Disampaikan dalam : Alih Teknologi “Budidaya Lebah Trigona

sp”. Mataram.

Kwakman PHS, Van den Akker JPC, Gu¨c¸ lu¨ A, Aslami H, Binnekade J M, de

Boer L, dkk. 2008. Medical-Grade Honey Kills Antibiotic-Resistant Bacteria

In Vitro and Eradicates Skin Colonization. Clinical Infectious Diseases

Journal.

Mandal, Manisha Deb and Shyamapada Mandal. 2011. Honey: its medicinal

property and antibacterial activity. Asian Pac J Trop Biomed.; 1(2), hal.154–

160.

Molan, PC. 1999. The role of honey in the management of wounds. J Wound Care

8(8), hal.415–418

Molan, PC. 2001. Honey as a topical antibacterial agent for treatment of infected

wounds. Available from : www.worldwidewounds.com. Cited : January 20,

2014.

Mutsaers, Marinka, Henk van Blitterswijk, Leen van 't Leven, Jaap Kerkvliet, Jan

van de Waerdt. 2005. Bee products properties, processing and marketing.

Agromisa Foundation, Wageningen.

Nurdiana,Tanto Hariyanto, dan Musfirah. 2006. Perbedaan Kecepatan

Penyembuhan Luka Bakar Derajat II Antara Perawatan Luka Menggunakan

Virgin Coconut Oil (Cocos nucifera) Dan Normal Salin Pada Tikus Putih

(Rattus norvegicus) Strain Wistar. Available from: elibrary.ub.ac.id. Cited :

Januari 20, 2014

Osho A, dan Bello OO. 2010. Antimicrobial effect of honey produced by Apis

mellifera on some common human pathogens. Asian J. Exp.. Biol. Sci. 2010;

1 (4): 875-80.

Page 13: Perubahan Luas Area Luka dan Pembentukan Jaringan ... · tingkat penyembuhan luka bakar dilihat dari pembentukan jaringan fibroblast serta luas area luka bakar. Hasil dan Pembahasan

Rahman S, Salehin F and Iqbal A. 2011. Antibacterial efficacy of raw and

commercially available Honey. African Journal of Biotechnology 2011;

10(54) : 11269-72.

Tumin N, Halim NAA, Shahjahan M, Noor Izani NJ, Sattar MA, Khan AH, dkk.

2005. Antibacterial Activity of local Malaysian Honey. Malaysian Journal of

Pharmaceutical Sciences 2005; 3 (2): 1–10

Zohdi, RM, Md. Zuki Abu Bakar, Norimah Yusof, Noordin Mohamed

Mustapha1, Muhammad Nazrul Hakim Somchit and Asnah Hasan. 2012.

Honey Hydrogel Dressing to Treat Burn Wound in Rats - A Preliminary

Report. Pertanika J. Trop. Agric. Sci. 35 (1): 67 - 74

Page 14: Perubahan Luas Area Luka dan Pembentukan Jaringan ... · tingkat penyembuhan luka bakar dilihat dari pembentukan jaringan fibroblast serta luas area luka bakar. Hasil dan Pembahasan
Page 15: Perubahan Luas Area Luka dan Pembentukan Jaringan ... · tingkat penyembuhan luka bakar dilihat dari pembentukan jaringan fibroblast serta luas area luka bakar. Hasil dan Pembahasan