9
54 54 Perubahan Status Harta Benda Wakaf Berupa Tanah Kurnia Rheza Randy Adinegoro PERUBAHAN STATUS HARTA BENDA WAKAF BERUPA TANAH ALTERNATION STATUS OF LAND AS WAQF Kurnia Rheza Randy Adinegoro 1 1 Kantor Pertanahan Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur, Indonesia E-mail: [email protected] ABSTRAK Wakaf merupakan suatu perbuatan hukum wakif untuk memisahkan atau menyerahkan sebagian harta benda miliknya untuk dimanfaatkan selamanya guna kepentingan ibadah dan kepentingan umum lainnya. Tanah wakaf digunakan untuk seluruh kepentingan umum manusia seperti tanah pekuburan, tempat ibadah, dan lembaga pendidikan. Dalam hukum, harta atau benda yang sudah diwakafkan oleh pemiliknya, maka dilarang dipindah tangan dalam bentuk apa pun. Tak hanya perorangan, pihak pemberi wakaf (wakif), dapat berupa perseorangan, organisasi, dan badan hukum. Wakaf terdiri dari berbagai macam, antara lain wakaf tanah. Tanah yang diwakafkan merupakan tanah hak milik atau tanah milik yang bebas dari masalah apapun. Secara umum, pendaftaran tanah wakaf hanya menyertakan persyaratan mulai dari surat permohonan, surat ukur, Sertipikat Hak Milik, Akta Ikrar Wakaf (AIW) atau Akta Pengganti Ikrar Wakaf (APAIW), hingga surat pernyataan dari Nazhir bahwa tanah tersebut tidak terlibat dalam sengketa, perkara, sita, dan tidak dijaminkan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kepustakaan (library research), sedangkan tipe penelitiannya adalah hukum. Hukum sebagai bentuk dari hukum primer dan hukum sekunder. Hukum primer mengacu pada peraturan perundang-undangan dan jurnal-jurnal hukum serta hukum sekunder mengacu pada internet, buku, dan dokumen lainnya. Metode tersebut akan digunakan untuk menggali lebih dalam mengenai perubahan status harta benda wakaf berupa tanah. Jurnal ini bertujuan untuk menjawab salah satu kendala dalam pembangunan sarana dan prasarana umum, terutama dalam pembebasan lahan tanah wakaf yang menurut sifatnya adalah dimanfaatkan untuk selamanya, apakah nasib tanah wakaf tersebut bisa beralih status penggunaannya atau dapat dialihkan melalui perbuatan hukum tertentu. Kata kunci : Wakaf, Pendaftaran Tanah, Sertipikat Tanah Wakaf ABSTRACT Waqf is a legal act of wakif to separate or give a part of his property to be used forever for the sake of worship and charitable purpose. Waqf land is used for all general human interests such as burial, mosques, and educational institutions. In law, the waqf property, such as land that the owner has donated, is prohibited from being transferred. The organization and legal entity can do not only individuals but also waqf. The party giving the waqf (wakif) can be in individuals, organizations, and legal entities. Waqf assets that have been donated cannot be sold or transferred in the form of other transfers of rights. In general, donated land registrants only include requirements starting from application letters, measuring letters, title certificates, or valid proof of ownership, AIW or APAIW, to statements from Nazhir regarding their land not in dispute, case, seizure, and not guaranteed. The method used in this research was library research, while the type of research was the law. Law was a form of primary law and secondary law. Primary law referred to legislation and legal journals, and secondary law refers to the internet, books, and other documents. These methods would be used to take a deeper look at changes in the status of waqf objects in the form of land. This journal aimed to answer the security issues in constructing public facilities and infrastructure, especially in houses of waqf land status of waqf. The land which by its nature was used forever, whether the fate of the waqf land could change its use status or can be transferred through certain legal actions. Keywords : Waqf, Land Registration, Waqf Land Certificate Received: June 1, 2021 | Reviewed: July 5, 2021 | Accepted: July 29, 2021

PERUBAHAN STATUS HARTA BENDA WAKAF BERUPA TANAH

  • Upload
    others

  • View
    9

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PERUBAHAN STATUS HARTA BENDA WAKAF BERUPA TANAH

5454

Perubahan Status Harta Benda Wakaf Berupa Tanah

Kurnia Rheza Randy Adinegoro

PERUBAHAN STATUS HARTA BENDA WAKAF BERUPA TANAH

ALTERNATION STATUS OF LAND AS WAQF

Kurnia Rheza Randy Adinegoro1

1Kantor Pertanahan Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur, Indonesia

E-mail: [email protected]

ABSTRAKWakaf merupakan suatu perbuatan hukum wakif untuk memisahkan atau menyerahkan sebagian harta benda miliknya untuk

dimanfaatkan selamanya guna kepentingan ibadah dan kepentingan umum lainnya. Tanah wakaf digunakan untuk seluruh

kepentingan umum manusia seperti tanah pekuburan, tempat ibadah, dan lembaga pendidikan. Dalam hukum, harta atau

benda yang sudah diwakafkan oleh pemiliknya, maka dilarang dipindah tangan dalam bentuk apa pun. Tak hanya perorangan,

pihak pemberi wakaf (wakif), dapat berupa perseorangan, organisasi, dan badan hukum. Wakaf terdiri dari berbagai macam,

antara lain wakaf tanah. Tanah yang diwakafkan merupakan tanah hak milik atau tanah milik yang bebas dari masalah

apapun. Secara umum, pendaftaran tanah wakaf hanya menyertakan persyaratan mulai dari surat permohonan, surat ukur,

Sertipikat Hak Milik, Akta Ikrar Wakaf (AIW) atau Akta Pengganti Ikrar Wakaf (APAIW), hingga surat pernyataan dari Nazhir

bahwa tanah tersebut tidak terlibat dalam sengketa, perkara, sita, dan tidak dijaminkan. Metode yang digunakan dalam

penelitian ini adalah metode penelitian kepustakaan (library research), sedangkan tipe penelitiannya adalah hukum. Hukum

sebagai bentuk dari hukum primer dan hukum sekunder. Hukum primer mengacu pada peraturan perundang-undangan

dan jurnal-jurnal hukum serta hukum sekunder mengacu pada internet, buku, dan dokumen lainnya. Metode tersebut akan

digunakan untuk menggali lebih dalam mengenai perubahan status harta benda wakaf berupa tanah. Jurnal ini bertujuan

untuk menjawab salah satu kendala dalam pembangunan sarana dan prasarana umum, terutama dalam pembebasan lahan

tanah wakaf yang menurut sifatnya adalah dimanfaatkan untuk selamanya, apakah nasib tanah wakaf tersebut bisa beralih

status penggunaannya atau dapat dialihkan melalui perbuatan hukum tertentu.

Kata kunci : Wakaf, Pendaftaran Tanah, Sertipikat Tanah Wakaf

ABSTRACT Waqf is a legal act of wakif to separate or give a part of his property to be used forever for the sake of worship and

charitable purpose. Waqf land is used for all general human interests such as burial, mosques, and educational institutions.

In law, the waqf property, such as land that the owner has donated, is prohibited from being transferred. The organization and

legal entity can do not only individuals but also waqf. The party giving the waqf (wakif) can be in individuals, organizations,

and legal entities. Waqf assets that have been donated cannot be sold or transferred in the form of other transfers of rights. In

general, donated land registrants only include requirements starting from application letters, measuring letters, title certificates,

or valid proof of ownership, AIW or APAIW, to statements from Nazhir regarding their land not in dispute, case, seizure, and

not guaranteed. The method used in this research was library research, while the type of research was the law. Law was a

form of primary law and secondary law. Primary law referred to legislation and legal journals, and secondary law refers to the

internet, books, and other documents. These methods would be used to take a deeper look at changes in the status of waqf

objects in the form of land. This journal aimed to answer the security issues in constructing public facilities and infrastructure,

especially in houses of waqf land status of waqf. The land which by its nature was used forever, whether the fate of the waqf

land could change its use status or can be transferred through certain legal actions.

Keywords : Waqf, Land Registration, Waqf Land Certificate

Received: June 1, 2021 | Reviewed: July 5, 2021 | Accepted: July 29, 2021

Page 2: PERUBAHAN STATUS HARTA BENDA WAKAF BERUPA TANAH

5555

JURNAL PERTANAHAN Juli 2021 54- 62Vol. 11 No. 1

I. PENDAHULUANPersoalan mengenai tanah dalam kehidupan masyarakat mempunyai arti yang sangat penting, karena tanah merupakan sumber kehidupan bagi manusia bahkan mempunyai porsi yang besar dalam kehidupan. Pepatah jawa menyebutkan “Sadumuk Bathuk Sanyari Bumi. Dithoi kanti Pati” yang berarti sentuhan pada dahi dan satu pengurangan ukuran atas tanah selebar jari saja bisa dibayar dengan nyawa. Dalam pepatah ini menjelaskan bahwa betapa sakralnya tanah bagi seseorang, hingga seseorang rela mengorbankan nyawa untuk tetap memiliki tanah tersebut. Akan tetapi, banyak dari manusia tidak sadar bahwa tanah mampu mendatangkan banyak masalah. Tidak peduli saudara, tetangga, teman, bahkan keluarga, maka mampu terpecah hanya karena perkara tanah.

Sebagai regulator, pemerintah menyediakan perangkat peraturan-peraturan di bidang pertanahan nasional berupa hukum tertulis selanjutnya diterapkannya penegakan hukum berupa penyelenggaraan pendaftaran tanah secara efektif untuk mencapai suatu kepastian hukum. Hak-hak atas tanah diakui oleh pemerintah, salah satunya hak atas tanah wakaf.

Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf sebagai payung hukum yang mendasari perwakafan di Indonesia tidak terkecuali tentang Tanah. Untuk menjamin kepastian hukum dan menghindari sengketa maupun konflik di masa mendatang, tanah wakaf haruslah didaftarkan ke Kantor Pertanahan setempat untuk mendapatkan dokumen legal berupa sertipikat hak atas tanah wakaf. Sifat tanah adalah dimanfaatkan selamanya atau untuk jangka waktu tertentu, sehingga sampai kapanpun tanah itu digunakan sesuai dengan klausul apa yang tertulis dalam Akta Ikrar Wakaf atau Akta Pengganti Ikrar Wakaf.

Wakaf sudah dikenal dalam Islam sejak era Kenabian Muhammad SAW. Ditandai dengan tanah anak yatim Bani Najjar yang dibeli oleh Rasullullah untuk dibangun Masjid Quba, kemudian disusul dengan Masjid Nabawi. Rasulullah mewakafkan untuk pembagunan Masjid dan para sahabat memberi dukungan untuk menyelesaikan Kontruksi (Lubis, 2016:11).

Dengan adanya Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf, pemerintah bertujuan

untuk melindungi dan memaksimalkan fungsi tanah. Termasuk juga tanah wakaf seperti yang tertulis dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2004 Pasal 22 menyatakan, “Dalam rangka mencapai tujuan dan fungsi wakaf, harta benda wakaf hanya dapat diperuntukkan bagi: a. sarana dan kegiatan ibadah; b. sarana dan kegiatan pendidikan serta kesehatan; c. bantuan kepada fakir miskin, anak terlantar, yatim piatu, bea siswa; d. kemajuan dan peningkatan ekonomi umat dan/atau; e. kemajuan kesejahteraan umum lainnya yang tidak bertentangan dengan syariah dan peraturan perundang-undangan.”

Sayangnya, masih banyak yang rancu dari pemahaman masyarakat luas tentang pengertian pendaftaran tanah, terlebih tanah wakaf. Anggapan masyarakat, jika sebidang tanah telah dilakukan pencatatannya secara administratif oleh instansi pemerintah, maka tanah tersebut sudah terdaftar. Sementara ketentuan hukum agraria (pertanahan) tidak demikian. Pengertian pendaftaran tanah baru dimuat dalam Pasal 1 angka 1 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997, yaitu serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah secara terus menerus, berkesinambungan dan teratur, meliputi pengumpulan, pengolahan, pembukuan, dan penyajian serta pemeliharaan data fisik dan data yuridis dalam bentuk peta dan daftar mengenai bidang-bidang tanah dan satuan-satuan rumah susun, termasuk pemberian surat tanda bukti haknya bagi bidang-bidang tanah yang sudah ada haknya dan hak milik atas satuan rumah susun serta hak-hak tertentu yang membebaninya (Santoso, 2013:13).

Selanjutnya, kegiatan pendaftaran yang akan menghasilkan tanda bukti hak atas tanah yang disebut sertipikat, merupakan realisasi salah satu tujuan UUPA (Undang-Undang Pokok Agraria). Kewajiban untuk melakukan pendaftaran itu pada prinsipnya dibebankan kepada pemerintah dan pelaksanaannya dilakukan secara bertahap, daerah demi daerah berdasarkan pertimbangan ketersediaan peta dasar pendaftaran (Sumardjono, 2001:181-182). Padahal dengan adanya perubahan status tanah yang sebelumya belum terdaftar, kemudian menjadi terdaftar sangatlah penting. Hal tersebut digunakan sebagai dasar kepemilikan yang kuat dengan dibuktikannya sertipikat tanah yang valid. Begitu pula terhadap tanah wakaf yang sebelumnya berstatus milik pribadi berganti menjadi milik umum.

Page 3: PERUBAHAN STATUS HARTA BENDA WAKAF BERUPA TANAH

5656

Perubahan Status Harta Benda Wakaf Berupa Tanah

Kurnia Rheza Randy Adinegoro

Pembuatan sertipikat tanah wakaf ini bertujuan agar tanah yang sudah diwakafkan oleh seseorang tidak bisa diambil kembali oleh keturunan, saudara, atau ahli warisnya ataupun dialihkan menjadi sarana prasarana yang tidak sesuai dengan keinginan dan tujuan awal wakif. Untuk menjamin kepastian hukum dan menghindari sengketa maupun konflik di masa mendatang, tanah wakaf haruslah didaftarkan ke Kantor Pertanahan setempat untuk mendapatkan dokumen legal berupa sertipikat hak atas tanah wakaf. Sifat tanah adalah dimanfaatkan selamanya atau untuk jangka waktu tertentu, sehingga sampai kapanpun tanah itu digunakan sesuai dengan klausul apa yang tertulis dalam Akta Ikrar Wakaf atau Akta Pengganti Ikrar Wakaf.

Pembangunan sarana dan prasarana umum untuk kepentingan umum yang akhir-akhir ini masif di daerah-daerah tentunya mendapat berbagai tantangan, salah satunya tantangan pembebasan lahan, tak terkecuali lahan tanah wakaf. Lalu, bagaimana dengan status tanah wakaf yang menurut sifatnya adalah dimanfaatkan untuk selamanya, apakah nasib tanah wakaf tersebut bisa beralih status penggunaannya atau dapat dialihkan melalui perbuatan hukum tertentu. Berdasarkan hal tersebut di atas, maka penulis tertarik untuk mengkaji lebih dalam mengenai tanah wakaf dalam sebuah tulisan yang berjudul Perubahan Status Harta Benda Wakaf Berupa Tanah.

II. METODEMenurut Marzuki (2005:141), pada dasarnya penelitian hukum tidak mengenal adanya data, sehingga yang digunakan adalah bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder. Jenis bahan hukum yang digunakan dalam penelitian ini adalah bahan hukum primer yakni literatur buku-buku, perundang-undangan, serta jurnal-jurnal hukum yang sesuai dengan penelitian ini, sedangkan untuk bahan hukum sekunder yakni kamus hukum, internet, dan dokumen-dokumen lainnya yang berkaitan dengan penelitian ini. Bahan hukum primer adalah sebuah bahan hukum yang utama.

Utamanya pada bahan hukum yang bersifat autoritatif, yakni bahan hukum yang memiliki suatu otoritas, bahan hukum primer meliputi peraturan perundang-undangan dan segala dokumen resmi yang memuat ketentuan hukum. Sedangkan, bahan

hukum sekunder merupakan sebuah bahan hukum yang memberikan suatu penjelasan terkait bahan hukum primer. Sebagai contoh, rancangan undang-undang, hasil-hasil penelitian, dan hasil karya dari kalangan hukum.

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penulisan ini adalah menggunakan metode penelitian kepustakaan (library research) yaitu penelitian tentang kajian teoritis, referensi serta literatur ilmiah lainnya yang berkaitan dengan budaya, nilai dan norma yang berkembang pada situasi sosial yang diteliti (Mirzaqon dan Budi, 2017). Untuk lebih mengembangkan data penelitian ini, juga dilakukan teknik analisis isi (content analysis) dengan menggunakan pedoman analisis yang digunakan di dalam penelitian kepustakaan (library research).

III. HASIL DAN PEMBAHASANA. Tanah WakafWakaf adalah menahan harta yang bisa dimanfaatkan sementara barang tersebut masih utuh, dengan menghentikan sama sekali pengawasan terhadap barang tersebut dari orang yang mewakafkan dan lainnya, untuk pengelolaan yang diperbolehkan dan riil, atau pengelolaan revenue (penghasilan) barang tersebut untuk tujuan kebajikan dan kebaikan demi mendekatkan diri kepada Allah (Tim El-Madani, 2014:106). Menurut Medias (dalam Fahmi, 2018:152), wakaf sangat erat hubungannya dengan kegiatan sosial seperti halnya kegiatan sosial yang lain. Bahkan wakaf bisa dijadikan sebagai dana abadi umat yang memberikan manfaat dalam mensejahterakan masyarakat.

Sedangkan, tanah wakaf adalah tanah yang di dalamnya dilekati oleh hak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku (Hasril, 2020:3). Kata wakaf atau waqf berasal dari bahasa Arab waqafa. Asal kata wakafa berarti menahan atau berhenti atau diam di tempat. Kata wakafa yaqifu waqfan memiliki arti sama dengan Habasa Yahbisu Tahbisan artinya mewakafkan. Muhammad Jawad Mughniyah (dalam Halim, 2005) menjelaskan bahwa wakaf adalah sebuah bentuk yang melakukan pemberian dengan menghendaki penahanan asal harta dan mendermakan hasilnya pada jalan yang bermanfaat.

Berdasarkan ketentuan Pasal 215 Ayat 4

Page 4: PERUBAHAN STATUS HARTA BENDA WAKAF BERUPA TANAH

5757

JURNAL PERTANAHAN Juli 2021 54- 62Vol. 11 No. 1

Kompilasi Hukum Islam tentang pengertian benda wakaf adalah segala benda-benda baik yang bergerak atau tidak bergerak yang memiliki daya tahan yang tidak hanya sekali pakai dan bernilai menurut ajaran Islam. Pada dasarnya, terhadap harta yang telah diwakafkan tidak dapat dilakukan suatu perubahan atau penggunaan lain selain yang diartikan sebagai dalam ikrar wakaf.

Dalam Islam, perwakafan memainkan peran penting dalam menyediakan fasilitas publik seperti masjid, sekolah, dan ruang ibadah maupun ruang publik. Banyak contoh yang menunjukkan bagaimana wakaf memberikan dampak positif bagi perekonomian masyarakat, misalnya yang terjadi di Singapura, Malaysia, dan Pakistan (Paksi dkk, 2020:52).

B. Pendaftaran Tanah WakafPendaftaran tanah menjadi suatu kewajiban bagi pemerintah maupun bagi pemegang hak atas tanah di seluruh wilayah Republik Indonesia, berkenaan dengan pendaftaran tanah untuk menjamin kepastian hukum Undang-Undang No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria telah mengatur di dalam Pasal 19 Ayat (1) untuk menjamin kepastian hukum oleh pemerintah, diadakan pendaftaran tanah di seluruh wilayah Republik Indonesia menurut ketentuan-ketentuan yang diatur dengan Peraturan Pemerintah. Peraturan Pemerintah yang dimaksud adalah Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah.

Tata cara pendaftaran tanah wakaf diatur dalam peraturan yang khusus yaitu Peraturan Menteri ATR/BPN Nomor 2 Tahun 2017 tentang Tata Cara Pendaftaran Tanah Wakaf. Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf (PPAIW) atas nama Nazhir menyampaikan Akta Ikrar Wakaf (AIW) atau Akta Pengganti Ikrar Wakaf (APAIW) dan dokumen-dokumen lainnya yang diperlukan untuk pendaftaran tanah wakaf atas nama Nazhir kepada Kantor Pertanahan, dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak penandatanganan Akta Ikrar Wakaf (AIW) atau Akta Pengganti Ikrar Wakaf (APAIW). Tanah yang diwakafkan dapat berupa:

1. Hak Milik atau Tanah Milik Adat yang belum terdaftar;

2. Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan, dan

Hak Pakai di atas Tanah Negara;

3. Hak Guna Bangunan atau Hak Pakai di atas tanah Hak Pengelolaan atau Hak Milik;

4. Hak Milik atas Satuan Rumah Susun; dan

5. Tanah Negara.

Tanah dapat diwakafkan untuk jangka waktu selama-lamanya, kecuali tanah HGB dan/atau HP di atas HPL dan Hak Milik Sarusun. Dalam hal tanah HGB atau HP di atas tanah Hak Pengelolaan atau Hak Milik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c akan diwakafkan untuk selama-lamanya, harus terlebih dahulu memperoleh izin tertulis/pelepasan dari pemegang Hak Pengelolaan atau Hak Milik. Permohonan pendaftaran wakaf atas bidang tanah dilampiri dengan: surat permohonan, Akta Ikrar Wakaf (AIW) atau Akta Pengganti Ikrar Wakaf (APAIW), dan surat ukur, Sertipikat Hak Milik bagi yang sudah mempunyai sertipikat.

Asal hak pendaftaran tanah wakaf sendiri pada hakikatnya dibagi menjadi 2 yaitu:

1. Wakaf tanah dari tanah yang belum dicatat di Kantor Pertanahan (belum bersertipikat)

Tanah Wakaf atas Tanah Negara yang belum pernah dilekati dengan sesuatu Hak atas Tanah didaftarkan menjadi Tanah Wakaf atas nama Nazhir. Permohonan pendaftaran Wakaf atas bidang tanah dilampiri dengan surat permoho-nan, Akta Ikrar Wakaf (AIW) atau Akta Peng-ganti Ikrar Wakaf (APAIW), surat pengesahan Nazhir yang bersangkutan dari instansi yang menyelenggarakan urusan agama tingkat ke-camatan; dan surat pernyataan dari Nazhir bahwa tanahnya tidak dalam sengketa, perka-ra, sita, dan tidak dijaminkan.

Setelah didaftarkan ke Kantor Pertanahan, pihak Kantor Pertanahan akan melakukan pengukuran secara kadastral dan peninjuan lapang. Selanjutnya, jika telah memenuhi per-syaratan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, Kepala Kantor Pertana-han menerbitkan keputusan penegasan se-bagai Tanah Wakaf atas nama Nazhir. Setiap tanah wakaf bila aspek administrasinya tidak diurus dengan baik, berpotensi menimbulkan sengketa di masa mendatang.

Lembaga kenazhiran memiliki peran sentral dalam pengelolaan harta wakaf secara umum.

Page 5: PERUBAHAN STATUS HARTA BENDA WAKAF BERUPA TANAH

5858

Perubahan Status Harta Benda Wakaf Berupa Tanah

Kurnia Rheza Randy Adinegoro

Oleh karena itu, eksistensi dan kualitas SDM Nazhir harus betul-betul diperhatikan. Secara umum, pengelolaan wakaf dapat terarah dan terbina secara optimal apabila nazhirnya aman-ah dan profesional, karena dua hal ini akan me-nentukan apakah lembaga tersebut pada akh-irnya bisa dipercaya atau tidak (Kasdi, 2017: 172-173).

2. Wakaf dari tanah yang sudah dicatat di Kantor Pertanahan (sudah bersertipikat)

Permohonan pendaftaran Wakaf atas bidang tanah dilampiri dengan surat permohonan, Ser-tipikat Hak Milik yang bersangkutan, Akta Ikrar Wakaf (AIW) atau Akta Pengganti Ikrar Wakaf (APAIW), surat pengesahan nazhir yang ber-sangkutan dari instansi yang menyelengga-rakan urusan agama tingkat kecamatan; dan surat pernyataan dari nazhir bahwa tanahnya tidak dalam sengketa, perkara, sita, dan tidak dijaminkan.

Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, maka dia-tur dalam Peraturan Menteri ATR/BPN Nomor 2 Tahun 2017 tentang Tata Cara Pendaftaran Tanah Wakaf maka diperoleh penjelasan pada Bab II Tata Cara Pendaftaran Tanah Wakaf Ba-gian Kesatu, sebagai berikut:

Pasal 2:

1) Hak atas tanah yang telah diwakafkan ha-pus sejak tanggal Ikrar Wakaf dan statusnya menjadi benda Wakaf;

2) Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf (PPAIW) atas nama Nazhir menyampaikan Akta Ikrar Wakaf (AIW) atau Akta Pengganti Ikrar Wakaf (APAIW) dan dokumen-dokumen lainnya yang diperlukan untuk pendaftaran Tanah Wakaf atas nama Nazhir kepada Kan-tor Pertanahan, dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak penandata-nganan Akta Ikrar Wakaf (AIW) atau Akta Pengganti Ikrar Wakaf (APAIW).

Pasal 3:

1) Tanah yang diwakafkan dapat berupa:

a. Hak Milik atau Tanah Milik Adat yang belum terdaftar;

b. Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai di atas Tanah Negara;

c. Hak Guna Bangunan atau Hak Pakai di atas

tanah Hak Pengelolaan atau Hak Milik;

d. Hak Milik atas Satuan Rumah Susun; dan

e. Tanah Negara.

1) Tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diwakafkan untuk jangka waktu sela-ma-lamanya, kecuali tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c dan huruf d;

2) Dalam hal tanah Hak Guna Bangunan atau Hak Pakai di atas tanah Hak Pengelolaan atau Hak Milik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c akan diwakafkan untuk sela-ma-lamanya, harus terlebih dahulu memper-oleh izin tertulis/pelepasan dari pemegang Hak Pengelolaan atau Hak Milik.

Setelah didaftarkan ke Kantor Pertanahan, Kepala Kantor Pertanahan menerbitkan Sertipi-kat Tanah Wakaf atas nama Nazhir, dan men-catat dalam Buku Tanah dan Sertipikat Hak Atas Tanah, dengan kalimat, “Hak atas tanah ini ha-pus berdasarkan Akta Ikrar Wakaf/Akta Peng-ganti Akta Ikrar Wakaf …” Kekuatan berlakunya sertipikat sangat penting, setidak-tidaknya ka-rena sertipikat memberikan kepastian hukum pemilikan bagi orang yang namanya tercantum dalam sertipikat. Penerbitan sertipikat dapat mencegah sengketa tanah karena dilindungi dari tindakan sewenang-wenang oleh siapapun.

Pemberian sertipikat yang dimaksudkan untuk mencegah terjadinya sengketa tanah. Konsek-uensi terhadap tanah wakaf sudah disertipikat-kan yaitu tanah tersebut telah memiliki kepastian dan perlindungan hukum, dapat meminimalisir konflik yang akan muncul terhadap tanah wakaf tersebut. Maka dapat diasumsikan bahwa kele-mahan dari tidak didaftarkannya tanah wakaf adalah akan menimbulkan peluang adanya suatu permasalahan pada kemudian hari atas tanah yang diwakafkan.

C. Perubahan Status Harta Benda Wakaf Berupa TanahKementerian Agraria dan Tata Ruang/BPN

melakukan inisasi dengan menargetkan pemetaan bidang tanah lengkap seluruh wilayah Indonesia pada tahun 2025, dimana langkah awal melakukan pendaftaran lima juta bidang tanah pada tahun 2017 yang dikemas dalam bentuk program Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL). Kegiatan tersebut

Page 6: PERUBAHAN STATUS HARTA BENDA WAKAF BERUPA TANAH

5959

JURNAL PERTANAHAN Juli 2021 54- 62Vol. 11 No. 1

dinyatakan Ibnu Qayyim bahwa basis syariat dalam hal ini adalah hikmah dan kemaslahatan manusia di dunia dan akhirat. Kemaslahatan dimaksud meliputi beberapa aspek, di antaranya; keadilan, kebahagiaan, rahmat, dan kebijaksanaan. Apabila keadilan berubah menjadi penindasan, rahmat berubah menjadi kesulitan, kesejahteraan berubah menjadi kesengsaraan, dan hikmah berubah menjadi kebodohan, tidak ada hubungannya dengan syariat (Wasyith, 2017).

Ketentuan dalam Pasal 40 Undang-Undang No. 41 Tahun 2004 tentang Wakaf dengan tegas disebutkan bahwa: “Harta benda wakaf yang sudah diwakafkan dilarang:

1. Dijadikan Jaminan;

2. Disita;

3. Dihibahkan;

4. Dijual;

5. Diwariskan;

6. Ditukar; atau

7. Dialihkan dalam bentuk pengalihan hak lainnya.”

Ketentuan diatas juga berlaku bagi tanah wakaf. Ketentuan tersebut bukan tanpa kecuali, dalam kondisi tertentu dapat dikecualikan dengan ketentuan Pasal 40 Undang-Undang No. 41 Tahun 2004 tentang Wakaf harta benda wakaf apabila yang telah diwakafkan digunakan untuk kepentingan umum sesuai dengan Rencana Umum Tata Ruang (RUTR) dan berdasarkan ketentuan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan tidak bertentangan dengan syariat.

Pelaksanakan ketentuan pengecualian tersebut dapat dilakukan setelah memperoleh izin tertulis dari Menteri atas persetujuan Badan Wakaf Indonesia (BWI). Harta benda wakaf yang sudah diubah statusnya karena ketentuan pengecualian tersebut wajib ditukar dengan harta benda yang manfaat dan nilai tukar sekurang-kurangnya sama dengan harta benda wakaf semula. Dengan demikian, perubahan benda wakaf pada prinsipnya bisa dilakukan selama memenuhi syarat-syarat tertentu dan dengan mengajukan alasan-alasan sebagaimana yang telah ditentukan oleh undang-undang yang berlaku.

Hal ini diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2018 tentang Perubahan atas

tidak bisa lepas dari program presiden dalam bentuk Nawa Cita dalam rangka menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan memberikan rasa aman pada seluruh warga negara melalui Reforma Agraria dan Pendaftaran Tanah di seluruh wilayah Indonesia (Menteri ATR/Kepala BPN, 2016).

Tujuan Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL) adalah untuk percepatan pemberian kepastian hukum dan perlindungan hukum hak atas tanah secara pasti, sederhana, cepat, lancar, aman, adil, merata, dan terbuka secara akuntabel, sehingga dapat mendorong pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Objek program ini adalah seluruh bidang tanah yang belum terdaftar dalam satu wilayah kelurahan, mulai dari tanah milik hingga tanah wakaf (Arifah, 2017: 27).

Perubahan status tanah wakaf yang dilakukan oleh Nazhir baik perseorangan maupun lembaga seringkali kurang jelas. Tindakan Nazhir terkadang sesuka hati mengubah status dan penggunaan tanah wakaf tanpa adanya alasan yang dapat dipertanggungjawabkan. Misalnya, untuk kepentingan diri sendiri tanpa memperhatikan tujuan wakaf yang tertera di dalam ikrar wakaf.

Nazhir yang seharusnya berkewajiban menjaga dan mengembangkan harta benda wakaf, justru mengkhianati kepercayaan pewakif dengan merubah peruntukan atau status tanah wakaf tanpa alasan yang meyakinkan serta tidak sesuai prosedur yang telah ditentukan. Secara umum, pengelolaan wakaf dapat terarah dan terbina secara optimal, apabila Nazhirnya amanah (dapat dipercaya) dan profesional, karena dua hal ini akan menentukan apakah lembaga tersebut pada akhirnya bisa dipercaya atau tidak (Kasdi, 2014: 220).

Hal ini tentunya mengkhawatirkan para wakif. Akibatnya dapat menimbulkan keluhan dan keresahan di dalam masyarakat khususnya yang akan melaksanakan wakaf. Pada puncaknya akan mengurangi peran dan fungsi wakaf dalam pembangunan bangsa dan negara ini.

Perlu diketahui bahwa tanah wakaf digunakan untuk jangka waktu selamanya, artinya tidak untuk dipindahtangankan dengan cara apapun, baik jual beli ataupun perbuatan hukum lainnya. Hukum wakaf merupakan termasuk hukum syariat. Seperti yang

Page 7: PERUBAHAN STATUS HARTA BENDA WAKAF BERUPA TANAH

6060

Perubahan Status Harta Benda Wakaf Berupa Tanah

Kurnia Rheza Randy Adinegoro

Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2006 tentang Wakaf yakni:

Pasal 49:

1) Perubahan status harta benda wakaf dalam bentuk penukaran dilarang kecuali dengan izin tertulis dari Menteri berdasarkan pertim-bangan BWI;

2) Izin tertulis dari Menteri sebagaimana di-maksud pada ayat (1) hanya dapat diberikan dengan pertimbangan sebagai berikut:

a. Perubahan harta benda wakaf tersebut digu-nakan untuk kepentingan umum sesuai den-gan rencana tata ruang (RUTR) berdasar-kan ketentuan peraturan perundangan dan tidak bertentangan dengan prinsip Syariah;

b. Harta benda wakaf tidak dapat diperguna-kan sesuai dengan ikrar wakaf; atau

c. Pertukaran dilakukan untuk keperluan keagamaan secara langsung dan mende-sak.

1) Dalam hal penukaran harta benda wakaf se-bagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a dilakukan terhadap harta benda wakaf yang memiliki luas 5.000 m2, Menteri dapat mem-beri mandat kepada Kantor Wilayah untuk menerbitkan ijin tertulis;

2) Menteri menerbitkan izin tertulis penukaran harta benda wakaf dengan pengecualian se-bagaimana dimaksud ayat (1) berdasarkan:

a. Harta benda penukar memiliki sertipikat atau bukti kepemilikan sah sesuai dengan peratu-ran perundang-undangan; dan

b. Nilai dan manfaat harta benda penukar pal-ing kurang sama dengan harta benda wakaf semula.

1) Kepala Kantor Wilayah menerbitkan izin ter-tulis sebagaimana dimaksud pada ayat (3) berdasarkan:

a. Persetujuan dari BWI Provinsi;

b. Harta benda penukar memiliki sertipikat atau bukti kepemilikan sah sesuai dengan peratu-ran perundang-undangan; dan

c. Nilai dan manfaat harta benda penukar pal-ing kurang sama dengan harta benda wakaf semula.

Unsur kepentingan umum ini dijelaskan lebih lanjut dalam Pasal 5 Keputusan Presiden No. 55 Tahun 1993, Pasal 41 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf. Adapun Pasal 5 Keputusan Presiden No. 55 Tahun 1993 yang dimaksud adalah sebagai berikut: Pembangunan untuk kepentingan umum berdasarkan Keputusan Presiden ini dibatasi untuk kegiatan pembangunan yang dilakukan dan selanjutnya dimiliki pemerintah serta tidak digunakan untuk mencari keuntungan, dalam bidang-bidang antara lain sebagai berikut:

a. Jalan Umum, saluran pembuangan air;

b. Waduk, bendungan dan bangunan pengairan lainnya termasuk saluran irigasi;

c. Rumah sakit umum dan Pusat-pusat Keseha-tan Masyarakat;

d. Pelabuhan atau Bandar Udara atau terminal;

e. Peribadatan;

f. Pendidikan atau sekolahan;

g. Pasar umum atau pasar INPRES;

h. Fasilitas pemakaman umum;

i. Fasilitas keselamatan umum seperti antara lain tanggul penanggulangan bahaya banjir, lahar dan lain-lain bencana;

j. Pos dan Telekomunikasi;

k. Sarana olah raga;

l. Stasion penyiaran radio, televisi beserta sarana pendukungnya; Kantor Pemerintah;

m. Fasilitas Angkatan Bersenjata Republik Indone-sia.

Prosedur dalam perubahan dan atau pengalihan harta benda wakaf berupa tanah dapat ditempuh dengan cara pengajuan oleh Nazhir kepada Menteri melalui Kepala Kantor Kementerian Agama di domisili tanah wakaf setempat. Dengan melampirkan beberapa kelengkapan dokumen antara lain:

a. AIW dan/atau APIW dan Sertipikat Wakaf;

b. Dokumen harta penukar berupa sertipikat atau bukti lain yang sah sesuai dengan peraturan perundang-undangan;

c. Hasil penilaian tanah yang akan ditukar oleh penilai;

d. Kartu Tanda Penduduk Nazhir.

Page 8: PERUBAHAN STATUS HARTA BENDA WAKAF BERUPA TANAH

6161

JURNAL PERTANAHAN Juli 2021 54- 62Vol. 11 No. 1

Setelah Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota menerima dokumen tersebut tugas Kepala Kantor membentuk tim penetapan paling lambat 5 hari setelah dokumen diterima yang terdiri dari berbagai unsur antara lain:

a. Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota;

b. Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota;

c. Majelis Ulama Indonesia Kabupaten/Kota;

d. Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota;

e. Nazhir;

f. Kantor Urusan Agama Kecamatan.

Sebelum tim penetapan mengambil keputusan rekomendasi, harus ada tim penilai yang bertugas untuk menetapkan nilai dan manfaat tanah wakaf yang akan dilakukan tukar-menukar. Tim penilai disediakan oleh instansi atau pihak yang akan menggunakan tanah wakaf sesuai peraturan perundang-undangan. Setelah tim penilai melakukan tugasnya dan mengirimkan hasil penilaiannya ke tim penetapan. Kemudian, tim penetapan merapatkan dan merumuskan rekomendasi tukar-menukar tanah wakaf tersebut.

Tim penetapan yang dibentuk di Kabupaten/Kota mengirimkan hasil rekomendasinya kepada Menteri Agama dan juga BWI. Baru setelah itu, Menteri Agama menerbitkan izin tertulis tukar-menukar tanah wakaf.

Kewajiban instansi atau pihak yang menggunakan tanah selain menyediakan tim penilai juga wajib mengajukan permohonan sertipikat wakaf atas nama Nazhir terhadap tanah penggantu kepada Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota setempat setelah memperoleh izin tukar-menukar tanah wakaf. Instansi atau pihak yang menggunakan tanah baru dapat melakukan pembangunan fisik untuk kepentingan umum setelah menyiapkan tanah dan/atau bangunan sementara untuk digunakan sesuai dengan peruntukan tanah wakaf tersebut.

Prosedur perubahan dan/atau pengalihan tanah wakaf yang begitu bertingkat dan berjenjang itu sebenarnya bertujuan untuk meminimalisir penyimpangan dan menjaga keutuhan tanah wakaf agar tidak terjadi tindakan-tindakan yang dapat merugikan eksistensi wakaf itu sendiri. Dengan demikian diharapkan wakaf tetap menjadi alternatif untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat banyak.

IV. KESIMPULANTanah wakaf adalah sebuah tanah yang telah diberikan oleh wakif dan untuk dikelola yang berguna dalam kepentingan masyarakat. Peruntukan tanah wakaf adalah untuk dimanfaatkan selamanya atau untuk jangka waktu tertentu sesuai dengan kepentingannya guna keperluan ibadah dan/atau kesejahteraan umum. Tata cara pendaftaran tanah wakaf diatur dalam peraturan yang khusus yaitu Peraturan Menteri ATR/BPN Nomor 2 Tahun 2017 tentang Tata Cara Pendaftaran Tanah Wakaf.

Harta benda wakaf yang sudah diwakafkan dilarang dijadikan jaminan, disita, dihibahkan, dijual, diwariskan, ditukar, dan/atau dialihkan dalam bentuk pengalihan hak lainnya. Namun, ketentuan tersebut dikecualikan apabila harta benda wakaf yang telah diwakafkan digunakan untuk kepentingan umum sesuai dengan Rencana Umum Tata Ruang (RUTR) dan berdasarkan ketentuan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan tidak bertentangan dengan syariat. Pelaksanakan perubahan status harta benda wakaf berupa tanah hanya dapat dilakukan setelah memperoleh izin tertulis dari menteri atas persetujuan Badan Wakaf Indonesia (BWI).

DAFTAR PUSTAKAArifah, Nur. 2017. Pensertifikatan Tanah Wakaf

Melalui Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL) di Kantor Pertanahan Kabupaten Temanggung. Universitas Muhammadiyah Magelang.

Fahmi, Nasrul Z. Wakaf Sebagai Instrumen Ekonomi Pembangunan Islam. Economica: Jurnal Ekonomi Islam – Volume 9, Nomor 1. 2018

Halim, Abdul. 2005. Hukum Perwakafan di Indonesia, Jakarta: Ciputat Press.

Hazril. 2020. Hukum Pemanfaatan Tanah Wakaf Untuk Kepentingan Pribadi Pespektif Hukum Islam (Studi Kasus di Desa Talang Segegah kab. Merangin Jambi). Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

Page 9: PERUBAHAN STATUS HARTA BENDA WAKAF BERUPA TANAH

6262

Perubahan Status Harta Benda Wakaf Berupa Tanah

Kurnia Rheza Randy Adinegoro

Kasdi, Abdurrahman. 2017. Fiqih Wakaf (Dari Wakaf Klasik Hingga Wakaf Produktif). Yogyakarta: Idea Press.

Kasdi, Abdurrahman. Peran Nadzir Dalam Pengembangan Wakaf. Jurnal Zakat dan Wakaf, ZISWAF, Vol. 4, No. 2, Juni 2014.

Lestari, A.I. Revitalisasi Wakaf Untuk Kemaslahatan Ummat, Jurnal Zakat dan Wakaf, ZISWAF, Vol. 4, No. 1, Juni 2017.

Lubis, Suhrawardi K. 2016. Hukum Wakaf Tunai. Bandung: PT Citra Aditya Bakti.

Marzuki. P. M. 2005. Penelitian Hukum, Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Mirzaqon, T. A dan Budi Purwoko. Studi Kepustakaan Mengenai Landasan Teori dan Praktik Konseling Expressive Writing. Jurnal BK Unesa, 8(1). 2017.

Nurhidayani, dkk. Pengelolaan Tanah Wakaf dan Tangunan, Maqdis: Jurnal Kajian Ekonomi Islam -Volume 2, Nomor 2. Juni-Desember 2017.

Paksi, Girindra Mega. 2020. Wakaf Bergerak:Teori dan Praktik di Asia. Malang : Penerbit Peneleh

Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 1997 pasal 1 ayat (1)

Peraturan Pemerintah Nomor 28 tahun 1977 dan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004

Santoso, Urip. 2011. Pendaftaran dan Peralihan Hak Atas Tanah. Jakarta: Kencana.

Sumardjono, Maria S.W. 2001. Kebijakan Pertanahan Antara Regulasi dan Implementasi, Jakarta: Kompas Media Nusantara.

Surat Keputusan Menteri Agraria dan Tata Ruang / Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 37/Kep-7.1/I/2017 Tentang Petunjuk Teknis Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap

Tim El-Madani. 2014. Tata Cara Pembagian Waris dan Pengaturan Wakaf. Yogyakarta: Pustaka Yudistia.

Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia nomor 41 Tahun 2004 pasal 16 ayat (2) huruf a

Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia nomor 41 Tahun 2004 pasal 22

Wasyith. Beyond Banking: Revitalisasi Maqāṣid Dalam Perbankan Syariah. Economica: Jurnal Ekonomi Islam 8 (1): 1. 2017.