1

Perusahaan Rintisan Karpet Merah untuk KINERJA 2017bigcms.bisnis.com/file-data/1/1995/91f1bfbb_Des17-KliringPenjaminEfekIndonesia.pdf · an termin Rp4,6 triliun. Nilai tersebut naik

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Perusahaan Rintisan Karpet Merah untuk KINERJA 2017bigcms.bisnis.com/file-data/1/1995/91f1bfbb_Des17-KliringPenjaminEfekIndonesia.pdf · an termin Rp4,6 triliun. Nilai tersebut naik

14 Kamis, 1 Maret 2018 M A R K E T PerdaganganKeuanganProperti InfrastrukturPertanian Pertambangan Industri Dasar Aneka Industri ManufakturInd. Konsumsi

28/2/2018 28/2/2018 28/2/2018 28/2/2018 28/2/2018 28/2/2018 28/2/2018 28/2/2018 28/2/2018 28/2/20181.685,95 2.010,48 780,16 1.352,29 2.840,26 545,40 1.161,06 1.188,79 936,88 1.671,69 1,91% 0,17% 0,92% 1,31% 0,54% 1,36% 0,16% 0,68% 0,43% 0,34%

�DANA KELOLAAN 2018

BNP Paribas Investment Incar Kenaikan 10%

JAKARTA — PT BNP Paribas In-vestment Partners menargetkan dana kelolaan atau asset under management (AUM) meningkat 10% pada tahun ini.

Adapun, per akhir Januari, total dana kelolaan yang berhasil dihimpun perseroan mencapai Rp30,29 triliun.

Presiden Direktur PT BNP Paribas Investment Partners Vivian Secakusuma mengatakan bahwa perseroan telah menyiapkan sejumlah strategi untuk merealisasikan target tersebut. Salah satunya dengan menyediakan produk dengan tingkat risiko yang minim.

“Target kami tahun ini bisa mening-kat sebesar 10%. Dari total AUM itu, 50% merupakan dana yang dikelola dengan menggunakan produk-produk saham, dan sisanya produk-produk non-saham,” katanya di Jakarta, Rabu (28/2).

Dia menambahkan, pasar saham dan obligasi masih cukup menarik pada tahun ini. Namun, tingkat fl uktuasi yang cukup tinggi memaksa manajer investasi untuk melakukan inovasi agar konsumen tetap bisa menda-patkan return atau keuntungan yang memuaskan.

“Obligasi masih fl uktuatif, sama se-perti saham. Makanya kami menye-diakan produk reksa dana campuran yang tingkat fl uktuasinya tidak terlalu berpengaruh ke investor,” ujarnya.

Dia menjelaskan, perseroan mela-kukan peluncuran kembali atau rela-unching reksa dana campuran BNP

Paribas Equitra. Keputusan perseroan untuk menghadirkan ulang produk ini dikarenakan besarnya permintaan pasar.

Reksa dana tersebut sebenarnya telah diluncurkan perseroan pada 2005 silam. Namun, pada 1 Desember tahun lalu, perusahaan melakukan perubahan stra-tegi dalam pengelolaan dana investasi.

Dengan reksa dana ini, investor tidak perlu memikirkan alokasi aset, karena manajer investasi akan melakukan alokasi aset yang aktif pada saham, obligasi, atau instrumen pasar uang, guna menghadapi gejolak pasar baik di dalam maupun luar negeri.

Keuntungan lain dari produk ini adalah tidak adanya batasan minimum pembelian sehingga cocok untuk in-vestor pemula. Ini berbeda dengan produk pendahulunya yang hanya fokus pada aspek risiko.

Hingga akhir Januari 2018, dana kelolaan BNP Paribas Equitra mencapai Rp105,31 miliar. Angka yang cukup besar hanya dalam waktu 2 bulan.

“Target kami dana kelola sekitar Rp400 miliar sampai Rp500 miliar hingga akhir tahun untuk produk ini,” katanya.

Sementara itu, agenda politik yang terjadi pada tahun ini dinilai tidak akan berpengaruh banyak terhadap pergerakan indeks harga saham ga-bungan (IHSG). Menurut Vivian, asumsi ini telah terbukti sejak pelaksanaan Pemilu 2014 dan Pilkada DKI Jakarta beberapa waktu lalu. (Tegar Arief)

�LANTAI BURSA

Karpet Merah untuk Perusahaan Rintisan

“Dulu, perusahaan dengan market cap terbesar itu dari commodity, oil dan energy, tetapi 2 tahun terakhir lima

perusahaan market cap terbesar dunia adalah IT company.”

Emanuel B. [email protected]

Hal tersebut diungkapkan Direktur Bursa Efek Indonesia Tito Sulistio

saat memberikan sambut-an dalam acara Startup #GoPublic yang diseleng-garakan BEI bekerja sama dengan KPEI, KSEI dan OJK untuk menyosialisasikan proses menjadi perusahaan tercatat bagi startup, Rabu (28/2).

BEI sepenuhnya sadar bahwa masa depan ekono-mi Indonesia adalah pada perusahaan-perusahaan baru di bidang teknologi digital yang kini menandai perubahan zaman. Na-mun, tidak mudah untuk menyiapkan iklim yang kondusif bagi berkem-bangnya startup dengan terobosan-terobosan unik yang benar-benar inovatif dan berdaya saing.

BEI tengah mengantisipasi ini dengan menciptakan IDX Incubator untuk memberi-kan dukungan pengetahuan seputar dunia kewirausaha-

an dan pasar modal, jaring-an investor, jaringan mitra dengan emiten, pelatihan dan pembinaan mental bagi para pelaku startup.

Meski perkembangan-nya cukup pesat dan telah menjaring 42 startup, tetapi belum satupun yang sudah mendapatkan angel inves-tor ataupun siap untuk melakukan penawaran umum perdana saham atau initial public offering (IPO). Namun, BEI tengah menyi-apkan banyak cara untuk membantu startup segera IPO.

Memang, pernyataan standar akuntansi keuangan (PSAK) yang ditunggu-tung-gu dari Ikatan Akuntan Indonesia sebagai landas-an untuk mengkapitalisasi program dan aplikasi yang dikembangkan pelaku star-tup hingga kini tak kunjung terbit. Namun, sembari menunggu, BEI menyiapkan terobosan lain.

Tantangan kebanyakan startup untuk listing yakni terbatasnya aktiva berwujud, tidak memenuhi batas mini-mal yang dipersyaratkan BEI yakni Rp5 miliar. Padahal, seandainya bisa dikapitalisa-

sikan, program atau aplikasi yang mereka kembangkan nilainya mungkin jauh lebih tinggi.

ALTERNATIFSapto Adi Junarso, Exe-

cutive Vice President, Head of Privatization, Start-up, SME & Foreign Listing BEI mengatakan, saat ini BEI sudah mengajukan alterna-tif baru bagi syarat listing selain berdasarkan aktiva berwujud bersih atau net tangible asset (NTA).

Bila tidak mampu meme-nuhi syarat NTA Rp5 miliar, calon emiten dapat memilih dua alternatif lain yakni ber-dasarkan minimal pendapat-an atau minimal kapitalisasi pasar. Dua skema ini sudah diterapkan di berbagai bursa luar negeri dan akan dia-daptasikan di Indonesia.

Artinya, bila calon emiten tidak memiliki aktiva ber-wujud yang memadai, maka pendapatan mereka harus lebih tinggi dari persyaratan yang ditetapkan bursa. Bisa juga, calon emiten terlebih dahulu melakukan proses penawaran umum di pasar untuk mendapatkan penilai-an publik atas sahamnya.

Bila hasil penawaran umum menunjukkan kapi-talisasi pasarnya memenuhi syarat minimal yang dite-tapkan bursa, calon emiten bisa dicatat di bursa. Bila tidak, perusahaan tersebut tetap menjadi perusahaan publik, tetapi tidak tercatat di BEI.

Selain itu, BEI juga se-

dang mempersiapkan digital IPO, yakni proses IPO yang sepenuhnya dilakukan seca-ra online. Semua terobosan ini dilakukan untuk men-ciptakan pasar modal yang lebih efi sien serta terbuka kepada calon emiten. "Pro-sesnya akan sangat efi sien, semua dokumen soft copy. Efi sien, paperless dan semo-ga mengurangi masa proses IPO,” katanya.

Minat investor atas per-usahaan startup sejatinya tidak main-main. Tahun lalu, startup kedua yang listing di BEI yakni PT M Cash Integrasi Tbk. mendu-lang minat investor hingga 10,67 kali.

Octavianus Budiyanto, Dir-ektur Kresna Sekuritas, me-ngatakan bahwa kekuatan dari startup yakni keunikan bisnis yang solutif terhadap persoalan sosial. Hal itulah yang menjadi daya jual bagi startup ketika melakukan penawaran umum saham di pasar. Itu pula yang me-nyebabkan Kresna Sekuritas tertarik untuk menanganani IPO startup.

Jelas bahwa tren di masa mendatang sudah mulai terlihat saat ini sehingga ti-dak ada alasan untuk tidak mulai menyediakan karpet merah bagi startup. Namun, tentu juga terlalu naif untuk menganggap bahwa setiap startup pasti merupakan perusahaan yang sangat menjanjikan dan bersikap terlalu optimistis atas semua startup yang melakukan IPO.

Direktur Utama PT Jaya Trishindo Edwin Widjaja (kedua kiri) bersama Komisaris Utama Gouw Erene Goetama (kiri) berbincang dengan Direktur Independen & Cor -po rate Secretary Erwin Budi Satria, dan Komisaris Independen Benny Sidarta, sebe-lum penawaran umum perdana saham perse-roan, di Jakarta, Rabu (28/2). Perusahaan jasa penyedia dan penyewaan helicopter tersebut akan mele-paskan sebanyak 250 juta lembar saham pada rentang Rp110-Rp125 per saham.

Bisnis/Endang Muchtar

�PENAWARAN UMUM PERDANA SAHAM

�KINERJA 2017

Laba Bersih WSBP Tumbuh 58%

JAKARTA — PT Waskita Beton Prescast Tbk. berhasil membukukan kenaikan laba bersih 58% secara year on year pada 2017.

Berdasarkan siaran pers perseroan, Rabu (28/2) malam, emiten berkode saham WSBP itu membukukan penda-patan usaha Rp7,1 triliun pada 2017. Pencapaian itu naik 51% dibandingkan dengan 2016 senilai Rp4,7 triliun. Pada 2017, anak usaha, PT Waskita Karya (Persero) Tbk. itu menerima pembayar-an termin Rp4,6 triliun. Nilai tersebut naik 470% dari penerimaan perseroan periode sebelumnya Rp978,96 miliar.

Adapun, pembayaran termin yang diterima WSBP pada tahun lalu berasal dari sebagian turnkey tol Becakayu dan proyek non-turnkey seperti tol Solo-Kertosono, tol Pejagan-Pemalang-Batang-Semarang, tol Legundi-Bunder, dan tol Bocimi. Selain itu, perseroan juga menerima pembayaran termin dari proyek light rail transit Palembang.

Jarot Subana, Direktur Utama PT Was-kita Beton Precast mengatakan bahwa perseroan berhasil mengantongi laba bersih Rp1 triliun pada 2017. Dengan demikian, laba bersih WSBP tumbuh 58% secara year on year dari 2016 Rp635 miliar.

“Angka ini berdasarkan hasil lapor-an keuangan diaudit yang dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik Satrio Bing Eny & Rekan [Anggota Delo-itte Touche Tohmatsu Limited] yang

telah memberikan opini wajar tanpa pengecualian,” ujarnya.

Sementara itu, margin laba bersih tercatat sebesar 14% atau meningkat dari 2016 yang sebesar 13%. Mar-gin laba kotor sebesar 27% atau meningkat dari tahun sebelumnya. Sampai dengan akhir Februari 2018, sambungnya, WSBP berhasil meng-antongi nilai kontrak baru Rp622,1 miliar. Target kontrak baru yang di-pasang perseroan pada tahun ini senilai Rp11,52 triliun.

MC Budi Setyono, Direktur Ke-uangan dan Risiko Waskita Beton Precast sebelumnya mengungkapkan, perseroan telah mengantongi pemba-yaran termin yang berasal dari proyek Batang-Semarang, Pejagan-Pemalang, dan Pematang Panggang-Kayu Agung. Dengan demikian, sampai dengan 15 Februari 2018, perseroan telah me ngan tongi dana Rp2,37 triliun.

Menurut catatan Bisnis, WSBP ber-komitmen untuk menambah kapasitas produksi pabrik pracetak menjadi 3,8 juta ton per tahun atau naik 550.000 ton per tahun pada 2018. Perseroan saat ini memiliki kapasitas produksi sebesar 3,25 juta ton per tahun dengan dukungan 11 pabrik serta pengelolaan 70 batching plant dan 4 quarry.

WSBP mamasang target pendapatan sebesar Rp9,7 triliun pada 2018. (M.

Nurhadi Pratomo)

langgeng
Typewriter
01 MARET 2018 - INVESTOR , BISNIS