190
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH KABUPATEN PESISIR SELATAN TAHUN 2010 PEMERINTAH KABUPATEN PESISIR SELATAN PROVINSI SUMATERA BARAT

Pesel Buku SLHD Laporan

Embed Size (px)

Citation preview

  • STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH KABUPATEN PESISIR SELATAN

    TAHUN 2010

    PEMERINTAH KABUPATEN PESISIR SELATAN PROVINSI SUMATERA BARAT

  • i

    H. NASRUL ABIT BUPATI PESISIR SELATAN

    Alhamdulillah, ungkapan puji syukur disampaikan kehadirat Allah SWT atas segala

    limpahan rahmat, karunia dan petunjuk-Nya, Buku Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2010 dapat diselesaikan, sesuai dengan waktu yang ditetapkan oleh Bapedalda Provinsi Sumatera Barat. Buku yang memuat berbagai informasi tentang kondisi, potensi dan berbagai sumber daya alam dan permasalahan lingkungan hidup, dapat dijadikan data awal dalam memahami daerah Kabupaten Pesisir Selatan.

    Permasalahan lingkungan dimasa yang akan datang sangatlah komplek dengan

    bertambahnya jumlah penduduk tentu bertambah pula kebutuhan sandang, pangan dan papan yang keberadaannya meliputi banyak aspek dan komponen lingkungan yang ada. Sementara itu kondisi lingkungan hidup saat ini sangat memperhatinkan terutama lahan dan hutan. Kebakaran hutan dan lahan telah menyebabkan kerusakan tanah.

    Analisa buku Status Lingkungan Hidup Daerah ini mengungkapkan tentang kondisi lingkungan hidup daerah dan kecenderungannya terhadap komponen lahan, hutan, keanekaragaman hayati, air, udara, laut, pesisir, pantai, iklim dan bencana alam dianalisa dengan menggunakan analisis statistik sederhana, perbandingan dengan baku mutu dan informasi tekini, aptudet dan akurat. Tekanan terhadap kondisi lingkungan yang ada diantaranya karena kependudukan, permukiman, kesehatan, pertanian, industri, pertambangan, energi, transportasi, pariwisata dan limbah B3. Untuk mensinergikan tekanan tersebut kedalam upaya pengelolaan lingkungan dengan rehabilitasi lingkungan, dokumen kelayakan lingkungan Amdal, penegakan hukum, peran serta masyarakat dan kelembagaan.

    Semoga laporan SLHD Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2010 ini menjadi manfaat bagi stakholder, masyarakat, dan LSM serta wartawan yang membutuhkan data analisis terhadap lingkungan. Akhirnya ucapan terima kasih dan apresiasi diberikan kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dalam penyusunan Buku SLHD Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2010, terutama kepada anggota Tim Pengumpul Data dari Dinas instansi dan steakholder. Kiranya Buku SLHD ini dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang mempergunakannya dan bagi kepentingan kelestarian Lingkungan Hidup secara berkelanjutan. Painan, Desember 2010

    BUPATI PESISIR SELATAN H. NASRUL ABIT

  • ii

    H. NASRUL ABIT BUPATI PESISIR SELATAN

    Secara geografis Kabupataten Pesisir Selatan terletak pada 059, 0o 59 - 2o 28 Lintang Selatan dan 109o 19 - 101o 18 Bujur Timur, tinggi dari permukaan laut 0 1000 meter, mempunyai luas 5.749,89 Km2 beriklim tropis dengan temperature rata-rata 22oC hingga 32oC. Pesisir Selatan berbatasan, Sebelah Utara dengan Kotamadya Padang, Sebelah Selatan dengan Kabupaten Muko-muko Propinsi Bengkulu, Sebelah Timur dengan Kabupaten Solok dan Kabupaten Kerinci (Propinsi Jambi), dan Sebelah Barat dengan Samudera Indonesia. Bentuk wilayah Kabupaten Pesisir Selatan membujur dari Utara ke Selatan dengan garis pantai 234 Km. Dengan Topografi wilayah bergelombang dan dilintasi oleh 18 buah Sungai besar dan kecil, dengan jumlah 53 buah pulau-pulau, tingggi dari permukaan laut 0-1000 meter. Terdiri dari 76 nagari dan 359 kampung. Jumlah penduduk sebanyak 452.334 jiwa. Isu lingkungan hidup kritis lahan dan hutan diantaranya : Bencana alam seperti banjir, longsor dan abrasi pantai karena wilayah Kabupaten Pesisir Selatan berada pada kawasan rawan gempa dan rawan bencana.

    Kondisi lingkungan dengan status kritis lahan dan hutan :penggunaan lahan didominasi oleh hutan lindung sebanyak 71 %, Hutan menurut fungsi TNKS 44 %, APL 27 %, HSAW 8 %, HL 9 %, HP 1 %, HPK 0,5 %, Kawasan rawan tsunami 48,2 ha, rawan abrasi 23,4 ha dan hutan bakau 4826 ha. Lahan kritis didominasi Kecamatan Lengayang 15 %, Lusi 15 %, LSB 13 %, terkecil terdapat di Bayang 3 % dan Bayu 3 %. Kualitas tanah pH tanah masam 4.63, kandungan Ca-dd dan Mg-dd sangat rendah. Air : kualitas air sungai pada musim kemarau parameter Fosfat melebihi baku mutu, BOD tidak melebihi baku mutu, parameter COD pada Batang Inderapura didaerah hulu melebihi baku mutu, Parameter fosat pada batang air dimusim hujan tetap tinggi berada di atas baku mutu. Komponen Air tanah parameter Coli terdapat pada air sumur gali, namun keterbatasan zat tidak dapat dihitung jumlahnya. Komponen Udara daerah Kabupaten Pesisir Selatan berada dibawah baku mutu, ini berarti udara belum tercemar. Komponen Laut Kabupaten Pesisir Selatan Terumbu karang sudah rusak 85,25 % di Tarusan, Padang Lamun 17,87 % rusak di Pulau Cubadak, Hutan mangrove 37,73 % di Tarusan.

    Tekanan dominan berasal dari sumber alami : kondisi geomorfologi, geologi, topografi, jenis tanah vulkanik dan tanah aerosol daerah Pesisir Selatan. Sumber aktifitas manusia : kegiatan permukiman dengan aktifitas masyarakat yang berada di bantaran sungai, tempat pembuangan sampah, dan tempat buang air besar. Kegiatan pertanian dengan penggunaan pupuk untuk lahan sawah, tanaman pangan dan perkebunan. Kegiatan kesehatan : pola hidup kurang sehat terhadap sanitasi lingkungan. Sumber pencemaran : Kegiatan industri berpotensi mencemari air, udara dan tanah jika analisa laboratorium melebihi baku mutu yang telah ditetapkan namun untuk daerah Kabupaten Pesisir Selatan belum melebihi baku mutu analisis laboratoriumnya. Selain itu kegiatan pertambangan juga berpotensi sebagai sumber pencemaran pertambangan batu bara dan bijih emas tanpa pengolahan dan eks tambang yang ditinggalkan. Sumber kerusakan : Pesisir Selatan saat ini telah terjadi kerusakan terumbu karang, Mangrove, padang lamun, abrasi pantai, kebakaran hutan, pertambangan tanpa izin, lahan kritis dan alih fungsi lahan. Upaya /agenda pengelolaan lingkungan hidup pada tahun 2010 seksi AMDAL Kabupaten Pesisir Selatan akan membentuk Komisi AMDAL Kabupaten Pesisir Selatan dengan mengikut sertakan pejabat terkait untuk mengikuti Diklat Penyusun AMDAL (AMDAL B), membentuk dan melatih serta menerbitkan persetujuan tim terpadu penilai lisensi AMDAL, setelah dikeluarkannya Komisi Penilai AMDAL Kabupaten Pesisir Selatan, Setelah Komisi Lisensi AMDAL Kabupaten telah diterbitkan, maka akan dilaporkan kepada Bapedalda Provinsi Sumatera Barat. Seksi Pengawasan dan Penegakan hukum melaksanakan kegiatan pengawasan pelaksanaan kebijakan dan pencemaran lingkungan hidup pada perusahaan-perusahaan perkebunan kelapa sawit, pertambangan, Rumah Sakit, Infrastruktur, Penginapan, dan rumah makan, Disamping pengawasan juga dilaksanakan kegiatan rutin penilaian ADIPURA oleh PPLH Regional Sumatera ke daerah Kabupaten Pesisir Selatan sebagai Kota Kecil. Seksi Pengendalian dan Pencemaran Melaksanakan Kegiatan rutin DAK (dana anggaran khusus) dari Kementerian Negara Lingkungan Hidup dengan pengadaan fisik sesuai dengan kebutuhan daerah Kabupaten Pesisir Selatan, Pengujian Kualitas air sungai setiap tahun, Pengujian kualitas air limbah dan pengujian kualitas udara ambien.

  • iii

    KATA PENGANTAR i ABSTRAK DAFTAR ISI

    ii iii

    DAFTAR TABEL iv DAFTAR GAMBAR viii BAB I BAB II

    PENDAHULUAN I-A LATAR BELAKANG I-B GAMBARAN UMUM I-C VISI DAN MISI I-D TUJUAN PENULISAN LAPORAN I-E ISU LINGKUNGAN HIDUP UTAMA I-F ANALISIS STATUS, TEKANAN DAN RESPON DARI ISU UTAMA I-G AGENDA PENGELOLAAN LINGKUNGAN KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA

    I-1 I-2 I-4 I-7 I-7 I-8 I-15

    II- A LAHAN DAN HUTAN II-1 II-B KEANEKARAGAMAN HAYATI II-7 II-C AIR II-21 II-D UDARA II-45 II-E PESISIR DAN PANTAI II-51 II-F IKLIM II-61 II-G BENCANA ALAM II-64

    BAB III

    TEKANAN TERHADAP LINGKUNGAN

    III-A KEPENDUDUKAN III-1 III-B PERMUKIMAN III-10 III-C KESEHATAN III-19 III-D PERTANIAN III-24 III-E INDUSTRI III-32 III-F PERTAMBANGAN III-36 III-G ENERGI III-40 III-H TRANSPORTASI III-45 III-I PARIWISATA III-50 III-J LIMBAH B3 III-52 BAB IV

    UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN

    IV-A REHABILITASI LINGKUNGAN IV-1 IV-B PENGAWASAN AMDAL IV-5 IV-C PENEGAKAN HUKUM IV-10 IV-D PERAN SERTA MASYARAKAT IV-12 IV-E

    IV-F KELEMBAGAAN AGENDA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP TAHUN 2010

    IV-16 IV-21

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN

  • iv

    TABEL 1.1 PDRB Kab. Pesisir Selatan Tahun 2005-2009 I-4

    TABEL 2.1 Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan/Tutupan Lahan Kabupaten

    Pesisir Selatan

    II-3

    TABEL 2.2 Daerah daerah Kabupaten Pesisir Selatan yang termasuk kedalam hutan TNKS

    II-6

    TABEL 2.3 Kegiatan Tanaman Rehabilitasi Hutan dan Lahan pada tahun 2007 pada

    Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Pesisir Selatan

    II-7

    TABEL 2.4 Kegiatan GNRHL Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Pesisir Selatan tahun 2007

    II-8

    TABEL 2.5 Kegiatan Pembuatan tanaman Reboisasi GN-RHL Tahun 2007 yang

    dilakukan ole SWP DAS AGAM KUANTAN

    II-8

    TABEL 2.6 Kegiatan GNRHL Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Pesisir

    Selatan tahun 2008

    II-9

    TABEL 2.7 Kegiatan Pembuatan tanaman Reboisasi GN-RHL Tahun 2008 yang

    dilakukan oleh SWP DAS AGAM KUANTAN

    II-9

    TABEL 2.8 Kegiatan GNRHL Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Pesisir

    Selatan tahun 2009

    II-10

    TABEL 2.9 Kegiatan Pembuatan tanaman Reboisasi GN-RHL Tahun 2009 yang

    dilakukan oleh SWP DAS AGAM KUANTAN

    II-10

    TABEL 2.10 Kegiatan GNRHL Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Pesisir

    Selatan tahun 2010

    II-10

    TABEL 2.11 Lokasi penanaman pohon mulai dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2009

    II-11

    TABEL 2.12 Analisis Lahan Kritis II-14

    TABEL 2.13 Analisis Kerusakan Lahan II-15

    TABEL 2.14 Embung Kabupaten Pesisir Selatan II-24

    TABEL 2.15 Hasil Pemantauan Kualitas Sungai Pada Musim Kemarau Tahun 2010 II-25

    TABEL 2.16 Hasil Pemantauan Kualitas Sungai Pada Musim Hujan Tahun 2010 II-26

    TABEL 2.17 Hasil Pemantauan Kualitas Sungai Pada Musim Hujan Tahun 2010 II-26

    TABEL 2.18 Hasil Pemantauan Kualitas Air Sumur Tahun 2010 II-27

    TABEL 2.19 Hasil Pemantauan Kualitas Air Embung Tahun 2010 II-28

    TABEL 2.20 Perbandingan Parameter dengan Baku Mutu Kualitas Sungai Pada Musim

    Kemarau Tahun 2010

    II-30

    TABEL 2.21 Perbandingan Kualitas Air Sumur dengan Baku Mutu Tahun 2010 II-32

    TABEL 2.22 Kualitas Air Sumur Tahun 2007 II-37

  • v

    TABEL 2.23 Kualitas Air Sumur Tahun 2008 II-38

    TABEL 2.24 Kualitas Air Sumur Tahun 2009 II-39

    TABEL 2.25 Kualitas Air Sumur Tahun 2010 II-40

    TABEL 2.26 Analisis Debit Musim Kemarau II-41

    TABEL 2.27 Analisis BOD Musim Kemarau II-42

    TABEL 2.28 Analisis COD Musim Kemarau II-43

    TABEL 2.29 Kualitas Udara PT. Incasi Raya dan PDAM II-46

    TABEL 2.30 Kualitas Air Hujan II-48

    TABEL 2.31 Perbandingan Baku Mutu Dengan Kualits Udara PT. INCASI RAYA

    Tahun 2009

    II-49

    TABEL 2.32 Analisis Kualitas Udara II-51

    TABEL 2.33 Kualitas Air Laut Kabupaten Pesisir Selatan 2010 II-54

    TABEL 2.34 Persentase Luas Terumbu Karang Tahun 2010 II-55

    TABEL 2.35 Perbandingan Kualitas Air Laut Dengan Baku Mutu II-57

    TABEL 2.36 Analisis Kerusakan Terumbu Karang II-59

    TABEL 2.37 Analisis Kerusakan Persentase Padang Lamun II-60

    TABEL 2.38 Analisis Kerusakan Hutan Mangrove II-61

    TABEL 2.39 Analisis Curah Hujan Stasiun Tapan II-64

    TABEL 2.40 Bencana Alam Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2010 II-66

    TABEL 2.41 Bencana Alam Banjir Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2010 II-66

    TABEL 2.42 Bencana Alam Tanah Longsor Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2010 II-67

    TABEL 2.43 Bencana Alam Kebakaran Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2010 II-68

    TABEL 2.44 Penanggulangan Bencana Banjir dan Tanah Longsor II-68

    TABEL 3.1 Data Tingkat Kesejahteraan Penduduk III-1

    TABEL 3.2 Kepadatan dan Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Pesisir Selatan III-2

    TABEL 3.3 Jumlah Penduduk Laki-laki Menurut Golongan Umur III-4

    TABEL 3.4 Jumlah Penduduk Perempuan Menurut Golongan Umur III-4

    TABEL 3.5 Jumlah Penduduk Migrasi Selama Hidup III-5

    TABEL 3.6 Jumlah Penduduk di Laut dan Pesisir III-5

    TABEL 3.7 Jumlah Penduduk Perempuan menurut Pendidikan III-6

    TABEL 3.8 Jumlah Penduduk Laki-laki dan Perempuan Menurut Pendidikan Tertinggi III-6

    TABEL 3.9 Jumlah Sekolah menurut Kecamatan III-7

    TABEL 3.10 Jumlah Penduduk berdasarkan tahun

    III-7

    TABEL 3.11 Jumlah Sekolah berdasarkan tahun III-8

    TABEL 3.12 Jumlah Penduduk Laki laki berdasarkan tingkat pendidikan III-8

  • vi

    TABEL 3.13 Analisis Jumlah Penduduk berdasarkan tahun III-9

    TABEL 3.14 Analisis Jumlah Sekolah berdasarkan tahun III-10

    TABEL 3.15 Jumlah Penduduk Perempuan berdasarkan tingkat pendidikan III-12

    TABEL 3.16 Jumlah Penduduk Laki laki berdasarkan tingkat pendidikan III-13

    TABEL 3.17 Jumlah Rumah Tangga Menurut Cara Pem buangannya. III-13

    TABEL 3.18 Jumlah Rumah Tangga dan Tempat Fasilitas Buang Air Besar III-14

    TABEL 3.19 Jumlah Rumah Tangga dan Tempat Pembuangan Akhir III-14

    TABEL 3.20 Jumlah Rumah Tangga dan Perkiraan Timbulan Sampah III-15

    TABEL 3.21 Jumlah Anak Lahir Hidup 2010 III-19

    TABEL 3.22 Jumlah Anak Lahir Hidup 2009 III-19

    TABEL 3.23 Angka Kematian Ibu dan Bayi III-20

    TABEL 3.24 Jumlah kematian dalam tahun 2010 III-20

    TABEL 3.25 Jumlah kematian dalam Hidup 2009 III-20

    TABEL 3.26 Jenis Penyakit Utama di derita Penduduk III-21

    TABEL 3.27 Volume Limbah Padat dan Cair Rumah Sakit III-21

    TABEL 3.28 Limbah Cair Rumah Sakit M Zein Painan III-22

    TABEL 3.29 Luas Sawah dan Produksi Tahun 2010 III-25

    TABEL 3.30 Luas Sawah dan Produksi Tahun 2009 III-25

    TABEL 3.31 Alih Fungsi Lahan Pertanian III-28

    TABEL 3.32 Perkiraan Emisi Gas CO2 dari Pupuk Urea III-30

    TABEL 3.33 Klasifikasi Jaringan dan Luas Sawah yang Dialiri III-31

    TABEL 3.34 Beban Limbah Cair Industri Besar PT. Incasi Raya Tahun 2010 III-33

    TABEL 3.35 Hasil Analisa Udara Ambien Pabrik Kelapa Sawit PT. Incasi Raya III-34

    TABEL 3.36 Hasil Analisa Udara Emisi Boiler Pabrik Kelapa Sawit PT. Incasi Raya III-35

    TABEL 3.37 Luas Areal Pertambangan yang Di Eksloitasi III-33

    TABEL 3.38 Luas Areal Pertambangan Galian C dan Produksinya III-37

    TABEL 3.39 Luas Areal Pertambangan Rakyat III-38

    TABEL 3.40 Jumlah Kendaraan Bermotor III-41

    TABEL 3.41 Jumlah Stasiun Pompa Bensin Umum (SPBU) III-43

    TABEL 3.42 Panjang Jalan Menurut Kewenangan III-46

    TABEL 3.43 Kondisi Jalan Kabupaten Pesisir Selatan III-47

    TABEL 3.44 Sarana Terminal Kendaraan III-48

    TABEL 3.45 Sarana Pelabuhan Laut III-46

    TABEL 3.46 Perkembangan usaha perikanan di Kab. Pessel 2001-2007 III-49

    TABEL 3.47 Perusahaan Penghasil Limbah B3 III-53

    TABEL 3.48 Perusahaan yang Mendapat Izin untuk Penyimpanan, Pengumpulan,

    Pengolahan, Pemanfaatan dan Pemusnahan Limbah B3

    III-53

  • vii

    TABEL 4.1 Rencana dan Realisasi Penghijauan IV-1

    TABEL 4.2 Rencana dan Realisasi Kegiatan Reboisasi IV-3

    TABEL 4.3 Rekomendasi Dokumen Pengelolaan Lingkungan IV-7

    TABEL 4.4 Pengawasan UKL/UPL IV-8

    TABEL 4.5 Pengaduan Masalah Lingkungan IV-11

    TABEL 4.6 Lembaga Swadaya Masyarakat Lingkungan (LSM) IV-12

    TABEL 4.7 Penghargaan Lingkungan IV-13

    TABEL 4.8 Penyuluh dan Seminar Lingkungan IV-14

    TABEL 4.9 Kegiatan Fisik dan Perbaikan Oleh Masyarakat IV-15

    TABEL 4.10 Produk Hukum Bidang Lingkungan IV-16

    TABEL 4.11 Anggaran Pengelolaan Lingkungan Hidup IV-17

    TABEL 4.12 Jumlah Personil Lingkungan Hidup IV-19

    TABEL 4.13 Jumlah PPNS Lingkungan Hidup IV-20

  • viii

    GAMBAR 1.1 Banjir Bandang di Kecamatan Bayang Utara I-10

    GAMBAR 1.2 Longsor di Kecamatan Bayang Utara I-11

    GAMBAR 1.3 Kunjungan Wakil Bupati di Kecamatan Bayang Utara I-11

    GAMBAR 1.4 Kunjungan Wakil Bupati di Kecamatan Bayang Utara I-12

    GAMBAR 1.5 Abrasi pantai di daerah Mandeh I-14

    GAMBAR 2.1 Hutan Lindung Perkecamatan II-2

    GAMBAR 2.2 Persentase Luas Lahan Menurut Fungsi Tahun 2010 II-2

    GAMBAR 2.3 Persentase Luas Lahan Kritis Tahun 2010 II-4

    GAMBAR 2.4 Luas Kerusakan Hutan Tahun 2010 II-4

    GAMBAR 2.5 Luas Konversi Hutan Tahun 2010 II-5

    GAMBAR 2.6 Kegiatan Reboisasi Kabupaten Pesisir Selatan II-11

    GAMBAR 2.7 Luas Lahan Kritis 2007-2009 II-12

    GAMBAR 2.8 Luas Kerusakan Hutan selama 4 tahun II-14

    GAMBAR 2.9 Analisis Statistik Lahan Kritis 2007-2010 II-16

    GAMBAR 2.10 Analisis Statistik Kerusakan Lahan 2007-2010 II-17

    GAMBAR 2.11 Keanekaragaman Hayati II-19

    GAMBAR 2.12 Keanekaragaman hayati yang dilindungi II-20

    GAMBAR 2.13 Flora Fauna yang Dilindungi II-20

    GAMBAR 2.14 Perbandingan Jumlah Spesies yang Diketahui II-21

    GAMBAR 2.15 Perbandingan Jumlah Spesies yang dilindungi II-21

    GAMBAR 2.16 Hasil Pemantauan Kualitas Sungai Pada Musim Kemarau Tahun 2010 II-28

    GAMBAR 2.17 Perbandingan Fosfat dengan Baku Mutu Musim Kemarau Tahun 2010 II-29

    GAMBAR 2.18 Perbandingan BOD dengan Baku Mutu Musim Kemarau Tahun 2010 II-29

    GAMBAR 2.19 Perbandingan COD dengan Baku Mutu Musim Kemarau Tahun 2010 II-30

    GAMBAR 2.20 Perbandingan Fosfat dengan Baku Mutu Musim Hujan Tahun 2010 II-31

    GAMBAR 2.21 Perbandingan BOD dengan Baku Mutu Musim Hujan Tahun 2010 II-31

    GAMBAR 2.22 Perbandingan COD dengan Baku Mutu Musim Kemarau Tahun 2010 II-31

    GAMBAR 2.23 Perbandingan Konsentrasi BOD dengan Baku Mutu Tahun 2010 II-32

    GAMBAR 2.24 Perbandingan Konsentrasi COD dengan Baku Mutu Tahun 2010 II-33

    GAMBAR 2.25 Perbandingan Konsentrasi Fosfat dengan Baku Mutu Tahun 2010 II-33

    GAMBAR 2.26 Debit Air Sungai Musim Kemarau Tahun 2007 II-34

    GAMBAR 2.27 Debit Air Sungai Musim Kemarau Tahun 2008 II-35

  • ix

    GAMBAR 2.28 Debit Air Sungai Musim Hujan Tahun 2008 II-35

    GAMBAR 2.29 Debit Air Sungai Musim Kemarau Tahun 2009 II-36

    GAMBAR 2.30 Kualitas Air Sungai Musim Kemarau II-36

    GAMBAR 2.31 Kualitas Air Sungai Musim Hujan II-36

    GAMBAR 2.32 Analisis Debit Air Pada Musim Kemarau II-42

    GAMBAR 2.33 Kualitas Udara PT. Incasi Raya II-47

    GAMBAR 2.34 Kualitas Udara Kab. Pessel Tahun 2007 II-49

    GAMBAR 2.35 Kualitas Udara Kab. Pessel Tahun 2008 II-50

    GAMBAR 2.36 Kualitas Udara Kab. Pessel Tahun 2009 II-50

    GAMBAR 2.37 Analisis Statistik Kualitas Udara II-52

    GAMBAR 2.38 Kondisi Kualitas Air Laut Kab. Pesisir Selatan II-54

    GAMBAR 2.39 Persentase Kerusakan Padang Lamun Tahun 2010 II-56

    GAMBAR 2.40 Persentase Tutupan Mangrove Tahun 2010 II-56

    GAMBAR 2.41 Persentase Kerusakan Terumbu Karang II-58

    GAMBAR 2.42 Persentase Kerusakan Padang Lamun II-58

    GAMBAR 2.43 Persentase Tutupan Hutan Mangrove II-59

    GAMBAR 2.44 Suhu Rata-rata Bulanan Kabupaten Pesisir Selatan II-63

    GAMBAR 2.45 Curah Hujan Rata rata Bulanan Kabupaten Pesisir Selatan tahun

    2009

    II-63

    GAMBAR 2.46 Analisis Statistik Curah Hujan Pada Stasiun Tapan II-65

    GAMBAR 2.47 Bencana Alam Banjir Kabupaten Pesisir Selatan II-69

    GAMBAR 2.48 Bencana Alam Longsor Kabupaten Pesisir Selatan II-70

    GAMBAR 2.49 Bencana Alam Kebakaran Kabupaten Pesisir Selatan II-70

    GAMBAR 2.50 Bencana Alam Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2004 II-71

    GAMBAR 2.51 Bencana Alam Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2005 II-71

    GAMBAR 3.1 Jumlah Penduduk Tahun 2010 III-3

    GAMBAR 3.2 Penduduk Miskin 2007-2009 III-18

    GAMBAR 3.3 Analisa IPAL RS. M Zein berada diatas Baku Mutu

    III-22

    GAMBAR 3.4 Perbandingan Volume limbah cair RSUD. Dr. M.Zein Painan III-23

    GAMBAR 3.5 Perbandingan analisa Jumlah kematian laki-laki dan perempuan disetiap umur

    III-24

    GAMBAR 3.6 Produksi Tanaman Palawija Tahun 2010 III-26

    GAMBAR 3.7 Produksi Perkebunan Rakyat dan Luas lahan Perkebunan III-26

    GAMBAR 3.8 Pemakaian Pupuk untuk Tanaman Perkebunan III-27

    GAMBAR 3.9 Pemakaian Pupuk untuk Tanaman Padi dan Palawija III-27

    GAMBAR 3.10 Jumlah Hewan Ternak Menurut Jenis III-28

  • x

    GAMBAR 3.11 Jumlah Hewan Unggas Menurut Jenis III-29

    GAMBAR 3.12 Emisi Gas Methan dari Pertanian III-29

    GAMBAR 3.13 Emisi Gas Methan dari Peternakan III-30

    GAMBAR 3.14 Perbandingan Tanaman Palawija III-31

    GAMBAR 3.15 Perbandingan Jumlah Hewan Unggas III-32

    GAMBAR 3.16 Industri Usaha Kecil III-33

    GAMBAR 3.17 Perbandingan Industri besar dan Industri Kecil III-35

    GAMBAR 3.18 Industri Kecil Secara Statistik III-36

    GAMBAR 3.19 Eksplorasi Produksi Tambang Menurut Bahan Galian III-36

    GAMBAR 3.20 Eksplorasi Produksi Tambang Menurut Bahan Galian III-39

    GAMBAR 3.21 Analisis Produksi Tambang Menurut Bahan Galian III-39

    GAMBAR 3.22 Kendaraan Wajib Uji III-42

    GAMBAR 3.23 Kendaraan Telah Diuji III-42

    GAMBAR 3.24 Jumlah Kendaraan Berdasarkan Bahan Bakar III-44

    GAMBAR 3.25 Analisis Jumlah Kendaraan Berdasarkan Bahan Bakar III-45

    GAMBAR 3.26 Perbandingan Panjang Jalan III-49

    GAMBAR 3.27 Analisis Panjang Jalan III-50

    GAMBAR 3.28 Objek Wisata Yang ada di Daerah Kab. Pesisir Selatan III-51

    GAMBAR 3.29 Volume Limbah Padat di Daerah Objek Wisata III-52

    GAMBAR 3.30 Analisis volume limbah padat III-52

    GAMBAR 3.31 Perbandingan Limbah B3 III-54

    GAMBAR 3.32 Analisis Limbah B3 III-55

    GAMBAR 4.1 Rencana dan Realisasi Jumlah Pohon IV-2

    GAMBAR 4.2 Penghijauan Jumlah Pohon Perkecamatan IV-2

    GAMBAR 4.3 Luas Penghijauan Perkecamatan IV-3

    GAMBAR 4.4 Penghargaan Lingkungan IV-13

    GAMBAR 4.5 Anggaran DAK Lingkungan Hidup Kabupaten Pesisir Selatan IV-18

    GAMBAR 4.6 Anggaran APBD Kantor Lingkungan Hidup IV-18

  • I - 1

    I-A. LATAR BELAKANG

    Kebijakan Lingkungan hidup adalah bagaimana mengelola lingkungan sesuai dengan

    tempatnya, maksudnya bahwa menjaga kelestarian, keutuhan dan mempertahankan

    daya dukung serta daya tampung lingkungan harga mati untuk kejayaaan lingkungan

    dimasa depan. Maka dari itu perlu dilakukan pengelolaan lingkungan hidup secara

    terpadu oleh instansi pemerintah, masyarakat serta pelaku pembangunan lainnya,

    sesuai dengan bidang tugas dan tanggung jawab masing-masing, dengan

    memperhatikan keterpaduan perencanaan dan pelaksanaan kebijakan nasional

    pengelolaan lingkungan hidup.

    Sebaliknya kegiatan pembangunan juga mengandung resiko terjadinya pencemaran

    dan kerusakan lingkungan yang mengakibatkan daya dukung, daya tampung dan

    produktifitas lingkungan hidup menurun yang menyebabkan beban social, oleh karena

    itu pencemaran tersebut harus dikelola dengan baik berdasarkan asas tanggung

    jawab, asas keberlanjutan dan asas keadilan. Selain itu, pengelolaan lingkungan hidup

    harus dapat memberikan manfaat ekonomi, social dan budaya yang dilakukan

    berdasarkan prinsip kehati-kehatian, demokrasi lingkungan, desentralisasi, serta

    pengakuan dan penghargaan terhadap kearifan local dan kearifan lingkungan.

    Untuk melaksanakan itu semua telah terdapat dalam Agenda 21 Bab 40, disebutkan

    perlunya kemampuan pemerintahan dalam mengumpulkan dan memanfaatkan data

    dan informasi multisektoral pada proses pengambilan keputusan untuk melaksanakan

    pembangunan berkelanjutan. Hal tersebut menuntut ketersediaan data, keakuratan

    analisis, serta penyajian informasi lingkungan hidup yang informatif.

    Selain itu Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah telah

    melimpahkan kewenangan pengelolaan lingkungan hidup kepada pemerintah daerah

    provinsi dan kabupaten/kota. Dengan meningkatnya kemampuan pemerintah

  • I - 2

    daerah provinsi atau kabupaten/kota dalam penyelenggaraan pemerintahan yang baik

    (good governance) diharapkan akan semakin meningkatkan kepedulian kepada

    pelestarian lingkungan hidup.

    Berkaitan dengan akses informasi kepada publik, telah ditetapkan Undang-Undang

    Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (KIP). Sebagai Badan

    Publik pemerintah wajib menyediakan, memberikan dan atau menerbitkan informasi

    yang berkaitan dengan kepentingan publik. Informasi yang wajib disediakan dan

    diumumkan tersebut antara lain adalah informasi yang diumumkan secara berkala,

    dengan cara yang mudah dijangkau dan dan dalam bahasa yang mudah dipahami

    Keakuratan suatu analisis sangat ditentukan oleh tersedianya data yang memadai baik

    kualitas maupun kuantitasnya. Dimensi data lingkungan dan sumberdaya alam yang

    luas dan kompleks tidak memungkinkan penyediaannya hanya mengandalkan pada

    satu sumber data saja akan tetapi akan melibatkan berbagai sumber data dan

    informasi yang luas. Data pengukuran umumnya adalah hasil pemantauan, misalnya

    pemantauan kualitas air sungai, Kualitas air laut, kualitas air hujan, kualitas udara dan

    kualitas limbah industri.

    Latar belakang penulisan Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Pesisir Selatan

    merupakan bagian dari Program peningkatan kualitas dan akses informasi sumber

    daya alam dan lingkungan hidup. Selain itu Buku Data dan Laporan Status Lingkungan

    Hidup Daerah Kabupaten Pesisir Selatan menjadi acuan dan pedoman kondisi

    lingkungan hidup daerah saat ini dan ini merupakan suatu tantangan untuk menjadi

    lebih baik lagi.

    I-B. GAMBARAN UMUM DAERAH

    Berdasarkan hukum Kabupaten Pesisir Selatan dibentuk berdasarkan Undang-Undang

    Nomor 61 Tahun 1958, tentang Pembentukan Daerah Swatantra Tingkat Sumatera

    Barat, Jambi dan Riau jo Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1979 serta Undang-

    Undang Nomor 12 Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah Kabupaten dalam

    lingkungan Propinsi Sumatera Tengah, jo Undang-undang Nomor 21 Drt Tahun 1958

    jo Undang-undang Nomor 5 Tahun 1958.

    Pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan menjalankan pemerintah untuk melayani

    masyarakat yang tinggal pada wilayah administrasinya. Selanjutnya berdasarkan Surat

  • I - 3

    Keputusan Bupati Pesisir Selatan No.140/132/Kpts/BPT-PS/2010 tanggal 22 Feb 2010

    tentang jumlah nagari dan kampung di masing-masing kecamatan secara administrasi,

    Kabupaten Pesisir Selatan terdiri dari 12 kecamatan, 76 nagari dan 363 kampung

    sebagai satuan pemerintahan terendah.

    Secara geografis Kabupaten Pesisir Selatan terletak pada, 0o 59 - 2o 28,6 Lintang

    Selatan dan 100o 19 - 101o 18 Bujur Timur yang membujur dari utara ke selatan

    dengan panjang garis pantai 287,2 km, tinggi dari permukaan laut 0 1000 meter,

    mempunyai luas 5.749,89 Km2 beriklim tropis dengan temperatur rata-rata 22oC

    hingga 32oC siang hari, 22oC hingga 28oC pada malam hari, luas perairan laut 84.312

    Km2. Kabupaten Pesisir Selatan berbatasan, di sebelah Utara dengan Kota Padang,

    Sebelah Selatan dengan Kabupaten Muko-muko Propinsi Bengkulu, Sebelah Timur

    dengan Kabupaten Solok, Solok dan Kabupaten Kerinci Propinsi Jambi, dan Sebelah

    Barat dengan Samudera Indonesia.

    Kabupaten Pesisir Selatan memiliki 5 buah teluk yaitu Teluk Mandeh, Teluk Painan,

    Teluk Sungai Nipah, Teluk Betung dan Teluk Sungai Bungin. Memiliki perairan payau

    kurang lebih 26.278,18 ha, jumlah pulau 53 buah, kecamatan diwilayah Pesisir

    sebanyak 9 buah, kampung nelayan 48 kampung dan rawa serta telaga sebanyak 491

    ha sungai 22 buah terdiri dari 12 sungai besar dan 10 sungai kecil.

    Fisiografi wilayah terbentuk dari perpaduan antara proses patahan pegunungan Bukit

    Barisan ke arah Barat dan proses aluvial marine. Dari sisi geologis daerah ini termasuk

    pinggir dari patahan semangko yang membujur dari utara ke selatan. Lahan dengan

    kemiringan yang terjal dan lahan rawa disepanjang pantai mendominasi daerah ini.

    Oleh karena itu luas daratan yang dapat dibudidayakan relatif sempit.

    Bentuk Kondisi fisiografi wilayah seperti ini mempersempit lahan budi daya dengan

    dikeluarkannya Surat Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan Nomor

    442/KPTS-II/KPTS-II/1999 tanggal 15 Juni 1999 tentang Penunjukan Kawasan Hutan

    di Wilayah Propinsi Sumatera Barat. Keputusan tersebut menegaskan luas lahan yang

    dapat digunakan untuk Areal Penggunaan Lain (APL) hanya 26,19 %, sedangkan

    73,81 % merupakan wilayah kehutanan, yang terdiri dari hutan konservasi (TNKS),

    hutan lindung, hutan produksi terbatas dan hutan produksi yang tidak dapat

    dimanfaatkan secara langsung untuk kegiatan ekonomi masyarakat sekitarnya.

    Gambaran fisiografis berimplikasi kepada kondisi perekonomian yang masih belum

    berkembang dengan optimal, juga mengakibatkan Pesisir Selatan sangat rentan

  • I - 4

    terhadap ancaman bencana alam. Bencana alam yang terjadi setiap tahun antara lain

    gempa bumi, banjir, longsor, gelombang pasang dan angin puting beliung. Sebagai

    contoh, gempa bumi yang terjadi tanggal 30 September 2009 dan 01 Oktober 2009

    mengakibatkan kerusakan terparah terdapat di 5 (lima) Kecamatan yaitu Kecamatan

    Koto XI Tarusan, Bayang, Bayang Utara, IV Jurai dan Sutera. Beberapa fasilitas sosial,

    ekonomi, infrastruktur, perumahan mengalami rusak berat, sedang dan ringan.

    Tabel 1.1

    PDRB Kab. Pesisir Selatan Tahun 2005-2009

    Tahun PDRB (MILYAR Rp)

    ADH Berlaku ADH Konstan

    2005 2.274,86 1.625,74

    2006 2.654,32 1.710,57

    2007 3.082,92 1.801,34

    2008 3.580,15 1.898,90

    2009 3.913,51 1.942.96

    Sumber : Bappeda, diolah dari data PDRB Kab. Pessel Tahun 2009

    Tabel diatas menunjukan bahwa telah terjadi peningkatan perekonomian daerah, hal

    ini dapat terwujud karena adanya perbaikan ekonomi yang makin membaik dan

    kegiatan pembangunan yang memberikan trickle down effect kepada masyarakat.

    I-C VISI DAN MISI

    Visi dan misi pembangunan daerah Kabupaten Pesisir Selatan tahun 2010 2015

    berdasarkan motto Bupati dan wakil bupati terpilih.

    VISI :

    TERWUJUDNYA MASYARAKAT PESISIR SELATAN YANG SEJAHTERA

    MISI :

    1. Melanjutkan Pembangunan Ekonomi. 2. Melanjutkan Pembangunan Pendidikan. 3. Melanjutkan Pembangunan Kesehatan. 4. Melanjutkan Pembangunan Keagamaan, Kepemudaan dan Sosial Budaya. 5. Melanjutkan Revitalisasi Pemerintahan Daerah

  • I - 5

    MOTO : TEKADKU MEMBANGUN PESISIR SELATAN

    Hakikat pembangunan adalah terjadinya proses transformasi, baik transformasi fisik

    dengan adanya perbaikan dan pengadaan baru, maupun transformasi budaya.

    Sedangkan reformasi adalah upaya pengembalian kearah yang lebih baik. Kegiatan

    Transformasi dan reformasi secara bersama dapat mempercepat pembangunan,

    sehingga tercapai hasil yang memuaskan. Berbagai langkah transformasi dan

    reformasi yang telah dilakukan yaitu pemerintahan yang bersih, pemberdayaan,

    demokratisasi dan akuntabilitas, diharapkan mampu menghasilkan kegiatan dan

    capaian pembangunan yang selanjutnya akan menuntut pemecahan masalaha yang

    lebih sistemis dan konsisten. Kesejahteraan dipegang berdasarkan prinsip

    keseimbangan. Kesejahteraan ditunjukan dengan perolehan tingkat kehidupan yang

    layak dipandang dari segi ekonomi, agama, social dan budaya.

    Visi dan Misi Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Pesisir Selatan

    Dalam menjalankan tugas dan fungsi Kantor Lingkungan Hidup, hukum yang

    dipergunakan adalah : Peraturan Daerah Nomor 04 Tahun 2008, tentang

    Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Badan Perencanaan Pembangunan

    Daerah dan Lembaga Teknis Daerah Kabupaten Pesisir Selatan.

    Pembangunan pengelolaan lingkungan hidup berdasarkan kewenangan daerah

    diperlukan adanya kesinergian di segala bidang dan persamaan persepsi dalam tahap

    perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan pengendalian, karena harapan semoga

    daerah ini lestari untuk diwariskan kepada generasi mendatang.

    Kantor Lingkungan Hidup mempunyai tugas melaksanakan perencanaan dan

    pembinaan serta pengendalian lingkungan hidup, dan dampak lingkungan hidup,

    sedangkan fungsinya adalah sebagai berikut :

    a. Perumusan kebijakan teknis di bidang Lingkungan Hidup;

    b. Pelayanan penunjang penyelenggaraan Pemerintahan Kabupaten di bidang

    Lingkungan Hidup;

    c. Pemberian dukungan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah di bidang

    Lingkungan Hidup;

    d. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh pimpinan.

    Untuk menyelenggarakan tugas dan fungsinya Kantor Lingkungan Hidup mempunyai

  • I - 6

    susunan organisasi yang terdiri dari :

    a. Kepala Kantor;

    b. Sub Kantor Tata Usaha.

    c. Seksi Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL).

    d. Seksi Pengendalian dan Penanggulangan/Pencemaran.

    e. Seksi Pembinaan, Pengawasan dan Penegakan Hukum.

    f. Kelompok Jabatan Fungsional.

    Visi Kantor Lingkungan Hidup dalam pelaksanaan kewenangan daerah ini

    yang dilaksanakan dengan azaz tanggung jawab yang dapat memenuhi aspirasi dan

    kebutuhan masyarakat generasi saat ini tanpa mengurangi pemenuhan aspirasi dan

    kebutuhan generasi mendatang.

    Makna pokok yang terkandung dalam Visi diatas adalah :

    Pengelolaan Lingkungan Hidup merupakan bagian integral dari masalah

    pembangunan, oleh sebab itu pengelolaaan lingkungan hidup merupakan upaya

    terpadu untuk pelestarian fungsi, daya dukung lingkungan hidup dan terlaksana

    dengan baik sistem kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan

    makhluk hidup termasuk manusia dan perilakunya untuk sekian tahun ke depan.

    Misi Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Pesisir Selatan

    Untuk mewujudkan Visi tersebut, maka Kantor Lingkungan Hidup menetapkan Misi

    sebagai tahap-tahap atau langkah-langkah

  • I - 7

    Dalam penetapan tujuan dan sasaran yang ingin dicapai ke depan adalah

    1. Mengintegrasikan pengelolaan lingkungan hidup ke dalam pembangunan daerah

    2. Meningkatkan pemahaman, ketaatan masyarakat terhadap peraturan

    perundang-undangan di bidang lingkungan hidup.

    3. Mengembangkan kelembagaan, pemanfaatan sumber daya alam dan sumber

    daya manusia, serta sistem penunjangnya.

    4. Mengupayakan penyediaan dukungan sarana dan prasarana, SDM dan

    kelembagaan lingkungan hidup yang kuat.

    5. Meningkatkan dan mengembangkan peran serta masyarakat dalam pelestarian

    lingkungan hidup.

    6. Memfasilitasi semua stakeholder untuk menimbulkan komitmen moral

    penyelamatan, pelestarian semua komponen lingkungan hidup.

    I-D TUJUAN PENULISAN LAPORAN

    a. Mengumpulkan data dan informasi terbaru tentang kualitas lingkungan hidup daerah

    Kabupaten Pesisir Selatan tahun 2010 yang berasal dari pelaksanaan kegiatan

    pembangunan yang menjaga kelestarian dan daya dukung lingkungan.

    b. Melakukan analisis terhadap kondisi lingkungan hidup daerah dengan menggunakan

    rumus Status Presure Respon.

    c. Memfasilitasi pengukuran kondisi lingkungan hidup demi kemajuan menuju

    pembangunan yang keberlanjutan di daerah.

    d. Menyediakan informasi tentang kondisi lingkungan terkini dan prospeknya di masa

    mendatang yang akurat, berkala, dan terjangkau bagi publik, pemerintah, organisasi

    non-pemerintah, serta pengambil keputusan;

    e. Memfasilitasi pengembangan, penilaian dan pelaporan himpunan indikator dan

    indeks lingkungan yang disepakati pada tingkat nasional;

    f. Melaporkan keefektifan kebijakan dan program yang dirancang untuk menjawab

    perubahan lingkungan, termasuk kemajuan dalam mencapai standar dan target

    lingkungan;

    I-E. ISU LINGKUNGAN HIDUP UTAMA

    Isu lingkungan hidup yang dikemukakan pada bagian ini adalah isu strategis yang

    terkait dengan perkembangan wilayah dan dampaknya terhadap lingkungan daerah,

    sedangkan isu kritis masing-masing komponen lingkungan akan dibahas pada

  • I - 8

    masing-masing komponen lingkungan dan kecenderungannya. Isu strategis tersebut

    adalah :

    1. Banjir

    2. Longsor

    3. Abrasi pantai

    I-F. ANALISIS STATUS, TEKANAN DAN RESPON DARI ISU UTAMA

    Kabupaten Pesisir Selatan terletak pada 0o59 2o28,6 Lintang Selatan dan 100o1

    101o18 Bujur Timur, dengan luas daerah 5.749,89 Km2, yang memanjang dari utara

    keselatan dengan panjang pantai sekitar 234 km. Posisi geografis Kabupaten Pesisir

    Selatan, sebelah Utara berbatasan dengan Kota Padang, sebelah Selatan dengan

    Provinisi Bengkulu, sebelah Timur dengan Kabupaten Solok dan Propinsi Jambi, dan

    sebelah Barat dengan Samudera Indonesia.

    Daerah ini memiliki pulau sebanyak 53 buah dan 18 buah sungai, yaitu 11 buah

    sungai besar dan 7 buah sungai kecil. Pulau-pulau tersebut sangat berpotensi untuk

    dikembangkan sebagai objek wisata, baik wisata alam maupun wisata bahari.

    Kabupaten Pesisir Selatan adalah daerah rawan bencana alam karena kondisi

    geografis terletak dijalur gempa, rawan banjir, rawan longsor, abrasi pantai,

    penebangan secara liar, sungai disepanjang jalan dan letak rawan bencana alam.

    Curah hujan rata-rata 132 mm/tahun, Suhu rata-rata 32oC, Kelembaban rata-rata

    86 %.

    Berdasarkan topografi daerah Kabupaten Pesisir Selatan bergunung dan berbukit

    bukit, yang merupakan perpanjangan dari Bukit Barisan, dengan tinggi dari

    permukaan laut berkisar antara 0 1000 meter, maka Isu lingkungan hidup utama

    yang ada di Kabupaten Pesisir Selatan adalah seperti dibawah ini.

    a. Status

    Banjir

    Kondisi fisiografi wilayah Kabupaten Pesisir Selatan yang terbentuk dari

    perpaduan antara proses patahan pegunungan Bukit Barisan kearah barat dan

    proses alluvial marine selanjutnya ditambah dengan jumlah sungai yang cukup

    besar yakni 18 buah dengan perincian 11 sungai 7 sungai kecil. Karena kondisi

  • I - 9

    seperti ini menyebakan hampir seluruh daerah Kabupaten Pesisir Selatan pada

    tahun 2010 terkena banjir mulai dari utara ke selatan.

    Pada tanggal 2 Januari tahun 2010 telah terjadi banjir di Kecamatan Balai

    Selasa tepatnya dikenagarian Palangai, banjir ini telah menyebabkan kerugian

    materil dan in materil di 6 kampung milik masyarakat dan pemerintah, tetapi

    tidak ada menelan korban jiwa, seperti kampung Palangai Gadang mengalami

    kerugian lahan sawah 3 ha gagal panen, badan jalan terban sepanjang 60

    meter, satu buah rumah kayu hanyut terbawa arus, irigasi kepala Bandar jebol,

    sawah siap tanam habis dibawa air dan tebing longsor sepanjang 600 meter

    yang membahayakan masyarakat adalah daerah Palangai Gadang terisolasi dan

    putus hubungan denga masyarakat luar.

    Selanjutnya Kampung Limau Sundai mengalami kerugian materil berupa

    beronjong penahan tiang jembatan Bintung Putus mengikis tanah sepanjang 6

    meter, tebing Sungai Taratak Panas runtuh dan air mengarah ke Surau Lakuak

    dan Pandam Kuburan dan tebing dekat pemukiman masyarakat Limau Sundai

    Runtuh.

    Kampung yang ketiga adalah Kampung Koto Nan IV mengalami kerugian

    material diantaranya adalah Batang Air Palangai Timur pindah ke Taruko Baru,

    Beronjong tebing Koto Kuil jebol dan menghantam mushala Nurul Ikhlas dan

    pemukiman masyarakat di sepanjang aliran sungai. Kampung Sungai Liku

    Tangah banjir menghantam lahan jagung seluas 4 ha hanyut dibawa banjir dan

    9 (Sembilan) ekor kambing mati dan hanyut dibawa arus. Kampung Kelok Koto

    Langang banjir menyebabkan masyarakat rugi materil sebanyak 1 ekor sapi

    hayut dan mati, 14 (empat belas) ekor kambing hanyut dan mati ditambah lagi

    dengan 219 ayam hanyut dan mati. Kampung terakhir yang terkena banjir

    adalah Kampung Palangai Kecil materil masyarakat yang terkena adalah

    beronjong penahan tebing sungai di Tanjung Sawah liat Koto Baru, Binuang

    putus dan hanyut, beronjong penahan pondasi jembatan gantung lubuk

    cubadak putus dan hanyut.

    Selanjutnya pada tanggal 7 Januari 2010 banjir menghantam kenagarian

    Surantih Kecamatan Sutera mengakibatkan kerbau mati, sapi terbawa arus

    sungai, sawah dan padi tertimbun longsor, hanyutnya Gudang Gampo Gambir,

    hanyutnya dapur rumah penduduk ukuran 3x4, hanyutnya rumah penduduk

  • I - 10

    ukuran 3x6 dan mati kerbau dikandang.

    Pada tanggal 10 Februari 2010 banjir terjadi di Kenagarian Painan Kecamatan

    IV Jurai mengakibatkan terbannya Parit miring di belakang SD Negeri No. 28

    Painan Timur sepanjang 74 Meter. Tanggal 13 Februari 2010 di Kecamatan

    Batang Kapas banjir mengakibatkan terendamnya rumah penduduk dan lahan

    pertanian masyarakat. Tanggal 16 Februari 2010 banjir terjadi di Kenagarian

    Lumpo Kec. IV Jurai rumah masyarakat hanyut sebanyak 3 buah dengan

    ukuran 3x9 m, 6x7 m dan 3x7 m. Kenagarian Surantih Kecamatan Sutera pada

    tanggal 18 Februari 2010 telah terjadi banjir yang mengakibatkan rusaknya

    beberapa tempat disepanjang alur sungai jebolnya irigasi Taruko di kampong

    kayu Aro dan intake badan bendungan dari beronjong rusak parah.

    Pada tanggal 18 Maret 2010 telah terjadi banjir di Kenagarian Inderapura

    Kecamatan Pancung Soal mengakibatkan 90 ha sawah siap panen hanyut

    dibawa arus dn tertimbun kayu-kayu yang hanyut dari hulu kesungai dan 132

    KK di evakuasi dari jam 14.00 wib sampai dengan 24.00 wib. Dipenghujung

    tahun banjir juga menghantam kecamatan Bayang Utara yang meluluh

    lantakkan rumah, sawah, 1 mushalla hancur, 8 irigasi rusak, jalan sepanjang 14

    meter dan sarana jembatan kayu ambruk terdapat di 3 nagari.

    Gambar 1.1

    Banjir Bandang di Kecamatan Bayang Utara

    Sumber :Web site Pesisir Selatan dokumentasi banjir bandang menghantam rumah penduduk

    dinagari Taratak Teleng Kec. Bayang Utara

    Daerah yang terkena banjir bandang pada daerah Bayang Utara karena diguyur

    hujan secara terus menerus selama 3 hari menyebabkan sawah, jembatan dan

    rumah penduduk terendam banjir, banjir bandang ini terjadi pada akhir 3

    Desember 2010. Sawah yang terendam sebanyak 50 ha dengan kerugian

    kurang lebih dari Rp. 50.000.000,- banyak masyarakat yang mengungsi dari

    rumah penduduk ketempat pengungsian sebanyak 150 kepala keluarga.

  • I - 11

    Longsor

    Kabupaten Pesisir Selatan pada tahun 2010 telah terjadi longsor di 3

    kecamatan yakni Kecamatan Koto XI Tarusan, Kecamatan Bayang Utara dan

    Kecamatan Sutera, longsor yang terjadi telah memporak porandakan rumah

    penduduk, sawah dan harta benda lainnya serta sarana dan prasarana jalan,

    jembatan, tempat ibadah serta tanaman warga.

    Gambar 1.2

    Longsor di Kecamatan Bayang Utara

    Sumber :Web site Pesisir Selatan gambar longsor dari bukit di Kec. Bayang

    Gambar diatas menunjukan bahwa longsor telah menyebabkan jembatan putus

    dan material dari bukit terbawa arus ke hilir dari daerah hulu.

    Gambar 1.3

    Kunjungan Wakil Bupati di Kecamatan Bayang Utara

    Sumber :Web site Pesisir Selatan gambar kunjungan Wakil Bupati di Kec. Bayang

    Wakil Bupati Pesisir Selatan pada kesempatan ini mengunjungi masyarakat

    Kecamatan Bayang Utara yang terkena musibah dan memberikan bantuan

    berupa makanan, keperluan pengungsian dan kebutuhan pengungsi.

    Abrasi Pantai

    Kondisi geografis daerah letak daerah Pesisir Selatan yang membujur dari utara

    ke selatan sepanjang 234 km, dari 12 kecamatan yang ada terdapat 9

    kecamatan terletak pada dipinggir pantai dan hanya 3 kecamatan yang tidak

    berada dipinggir pantai yakni Kecamatan Pancung Soal, Kecamatan Basa IV

    Balai Tapan dan Kecamatan Bayang Utara.

  • I - 12

    Tingginya aktivitas laut menyebabkan gelombang pasang mengalami kenaikan

    dan tinggi ombak mencapai 4 meter, hal ini memberikan pengaruh terhadap

    pantai dan terjadi abrasi yang berkepanjangan, sehingga masyarakat nelayan

    yang berada dipinggir laut mengalami kerugian materil dan in material.

    b. Tekanan

    Banjir

    Penyebab banjir yang menghantam daerah Kabupaten Pesisir Selatan sebanyak

    10 kali pada tahun 2010 adalah penebangan liar, kebakaran hutan, peristiwa

    curah hujan yang berkepanjangan selama berhari-hari. Banjir bandang ini

    menyebabkan masyarakat di 3 nagari terisolasi karena jalan penghubung di 3

    nagari tersebut putus akibat longsor. Sehingga masyarakat yang berada

    didaerah tersebut putus komunikasi dengan masyarakat seberangnya, hal ini

    menyebabkan kerugian dari segi moril dan materil.

    Longsor

    Lahan kritis yang disebabkan oleh pembalakan liar menyebabkan kualitas tanah

    menurun, hal ini menjadikan tanah tersebut labil dan mudah dikikis oleh air

    hujan. Musim hujan telah menyebabkan longsor dibeberapa titik. Penyebab

    terjadi longsor selain lahan kritis adalah kebakaran lahan dan hutan.

    Abrasi Pantai

    Penyebab abrasi pantai didaerah adalah karena factor manusia dan factor alam

    pada posisi geografis daerah pesisir yang berada disepanjang pantai. Faktor

    manusia telah menyebabkan gelombang pasang naik air laut kepermukaan

    sampai mencapai 4 meter telah menyebabkan pemukiman penduduk disekitar

    kawasan pesisir terkena abrasi sehingga perlu dilakukan relokasi pemukiman

    ketempat lebih tinggi.

    c. Respon

    Gambar 1.4

    Kunjungan Wakil Bupati di Kecamatan Bayang Utara

    Sumber :Web site Pesisir Selatan Gambar penanggulangan memakai di Kec. Bayang

  • I - 13

    Pemerintah dan masyarakat bekerja sama dalam menyikapi hal ini dengan

    berbagai cara diantaranya dengan melaksanakan kegiatan fisik dengan

    pengerukan pembersihan jalan yang terkena lingsor dengan bulldozer dari

    Dinas PU Kabupaten Pesisir Selatan dengan menyusun program-program

    menyikapi bencana alam longsor adapun kegiatan sebagai berikut :

    - Pembangunan parit miring

    - Pembangunan tempat pengungsian

    - Sosialisasi tempat pelarian dan pengungsian terhadap masyarakat

    sekitar kawasan rawan banjir dan rawan longsor.

    Banjir

    Daerah langganan banjir telah dilaksanakan program penanggulangan banjir

    oleh Pemerintah daerah diantaranya :

    - Melaksanakan program normalisasi sungai

    - Membuat drainase untuk pengaliran air hujan agar tidak berlimpah

    kejalan dan rumah penduduk

    - Bekerja sama dengan Pemerintah Provinsi membuat Embung

    - Sosialisasi kepada masyarakat bahaya banjir dan apa saja yang harus

    dilakukan jika terjadi banjir.

    - Membangun tempat pengungsian jika terjadi banjir.

    Longsor

    Kegiatan yang telah dilaksanakan adalah :

    - Membuat beronjong dikaki bukit yang rawan longsor

    - Penghijauan dikaki bukit yang gundul akibat kebakaran hutan dan lahan

    serta lahan kritis.

    - Sosialisasi kepada masyarakat jika terjadi longsor dan kegiatan apa

    yang harus dilakukan

    - Pembangunan tempat pengungsian yang tepat dan strategis

  • I - 14

    Abrasi Pantai

    Gambar 1.5

    Abrasi pantai di daerah Mandeh

    Sumber : Kantor Kesbang Linmas Kab. Pessel

    Rencana pengamanan pantai agar terhindar dari abrasi pantai pada daerah pesisir

    dapat dilakukan melalui:

    1. Penanaman hutan bakau di kawasan pesisir pantai.

    2. Membangun pemecah gelombang di wilayah pantai terutama di kawasan pesisir

    yang daratannya merupakan pusat kegiatan.

    3. Membangun tanggul penahan arus laut untuk mencegah abrasi.

    4. Membangun drainase di wilayah pantai pada kawasan permukiman.

    5. Mewujudkan wilayah sempadan pantai sebagai kawasan non budidaya atau

    budidaya sangat terbatas (misalnya pariwisata) sekaligus menjadi kawasan

    pengamanan dari bahaya gelombang laut/tsunami.

    6. Penataan kawasan pesisir pantai dan penguasaan oleh pemerintah serta

    pengendalian pemanfaatannya agar fungsi lindungnya tidak terganggu.

    7. Penyediaan tempat-tempat sampah agar masyarakat tidak membuang sampah

    langsung ke laut.

    8. Pembangunan sea wall di sepanjang pantai yang rawan terjadi abrasi pantai

    9. Sosialisasi kepada masyarakt nelayan jika terjadi abrasi pantai yang

    berkepanjangan

    10. Reklamasi pantai Carocok Painan

    11. Pembangunan Tanggul penahan ombak

    12. Penanaman pohon bakau/hutan mangrove disepanjang pesisir pantai

    13. Penanaman Pohon cemara laut disepanjang pantai

  • I - 15

    I-G AGENDA PENGELOLAAN LINGKUNGAN

    Kebijakan pembangunan Kabupaten Pesisir Selatan tahun 2010 dituangkan kedalam

    Arah Kebijakan Umum (AKU) tahun 2010 di Bidang Lingkungan Hidup yang berisikan

    1. Pengendalian dan pencemaran dampak lingkungan

    2. Informasi kualitas air sungai dan kondisi pencemaran terhadap air sungai

    tersebut.

    3. Pelaksanaan Pemberian izin dokumen Pengelolaan lingkungan berupa AMDAL,

    UKL/UPL, DPPL dan SPPL kepada pemrakarsa yang melaksanakan suatu usaha

    dan/atau kegiatan yang menimbulkan dampak terhadap lingkungan.

    4. Pengendalian dan pencemaran lingkungan oleh Pemrakarsa terhadap kualitas air

    limbah industri, rumah tangga dan rumah sakit.

    5. Penanggulangan bencana alam.

    Pada tahun 2010 ini pendanaan pembangunan Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten

    Pesisir Selatan sebesar Rp. 1,539,982.262,- termasuk kegiatan rutin dan

    kegiatan pembangunan serta dana DAK dari Pusat sebesar Rp. 583.300.000,-,

    sementara untuk kegiatan dan gaji karyawan Kantor Lingkungan Hidup dari APBD

    mempunyai dana tersendiri sebesar Rp. 956.682.262,-.

    Program dan kegiatan yang telah dilaksanakan oleh Kantor lingkungan hidup

    Kabupaten Pesisir Selatan pada tahun 2010 untuk menunjang pelaksanaan isu

    lingkungan yang terjadi pada daerah Kabupaten Pesisir Selatan adalah sebagai

    berikut :

    1. Program Pengendalian Pencemaran dan Pengrusakan Lingkungan

    dengan kegiatan sebagai berikut :

    a. Kegiatan Pengawasan Pelaksanaan Kebijakan Bidang Lingkungan Hidup

    Kegiatan ini dilaksanakan meliputi sector perkebunan kelapa sawit, sector

    pertambangan, sector pembangunan infrastruktur dan sector pesisir pantai,

    yang dilaksanakan pengawasan pada daerah-daerah kawasan Kabupaten

    Pesisir Selatan dari Kecamatan Lunang Silaut sampai dengan Kecamatan Koto

    XI Tarusan.

    b. Kegiatan Pengujian Air Sungai se Kabupaten

    Kegiatan ini meliputi pengujian kualitas air sungai besar di 12 Kecamatan yang

  • I - 16

    ada di Kabupaten Pesisir Selatan, pengambilan sampel dilakukan dengan

    metode pengambilan sesaat dengan 3 titik, pada daerah hulu, tengah dan hilir

    serta pengambilan sampel dilakukan pada 2 musim, yakni musim kemarau dan

    musim hujan. Setelah pengambilan sampel dilakukan pengujian analisa di

    laboratorium lingkungan hidup oleh analis kantor Lingkungan Hidup.

    c. Kegiatan Koordinasi Penilaian Kota Sehat/ADIPURA

    Kegiatan ini dilaksanakan di Kecamatan IV Jurai saja, yaitu Kota Painan dan

    Kota Sago. Adipura merupakan penghargaan kota dibidang kebersihan.

    d. Kegiatan Pemantauan Kualitas Lingkungan (Penunjang DAK)

    Kegiatan ini adalah merupakan dana penunjang dari proses kegiatan DAK

    Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Pesisir Selatan.

    e. Kegiatan Pemantauan Kualitas Lingkungan (DAK Non DR)

    Kegiatan ini adalah dengan menggunakan sumber dana dari DAK APBN,

    dengan didampingi oleh dana APBD 10 %. Kegiatan fisik yang dilaksanakan

    diantaranya adalah Pembangunan Perlengkapan Gedung Labor sebanyak 1

    paket, Pengadaan Alat-alat laboratorium lingkungan berupa pengujian kualitas

    udara 1 paket, pengadaan becak sampah sebanyak 10 buah, Pengadaan Unit

    Teknologi Biogas 1 paket, Pengadaan Server yang memuat Sistem Informasi

    Lingkungan 1 paket, Pengadaan Mobiler 1 paket dan Pengadaan Tong Sampah

    50 buah.

    f. Kegiatan Pengadaan Kit dan Accecoris

    Kegiatan ini adalah pengadaan kit dan accecoris zat logam yang akan

    digunakan untuk peralatan AAS sebanyak 10 kotak.

    g. Kegiatan Penguatan Lisensi AMDAL dengan Lisensi

    Kegiatan ini merupakan luncuran dari tahun sebelumnya, namun pada tahun ini

    juga belum terlaksana.

    2. Program Peningkatan dan akses Informasi Sumber Daya Alam dengan

    kegiatan sebagai berikut :

    1. Kegiatan Pembuatan Buku Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD)

    Tahun 2010.

  • I - 17

    Kegiatan ini merupakan kegiatan rutin yang telah dilaksanakan dari tahun

    ketahun. Buku SLHD terdiri dari 2 buah, buku 1 berisi tentang Buku data dan

    buku 2 berisi tentang analisis dampak lingkungan.

    Agenda Pengelolaan Lingkungan

    Agenda pengelolaan lingkungan tahun 2010 dan tahun kedepannya dirumuskan

    berdasarkan kepada Standar Pelayanan Minimal (SPM) dari Kementerian Negara

    Lingkungan Hidup dan analisis rumus SPR pada bab-bab selanjutnya pada Status

    Lingkungan Hidup tahun 2010. Berdasarkan hal tersebut, maka berikut adalah garis

    besar agenda yang perlu ditindak lanjuti oleh Kantor Lingkungan Hidup maupun

    Pemerintah Daerah dengan harapan dapat didukung oleh kegiatan dari pemerintah

    pusat.

    1. Pengawasan dan Pengendalian Kerusakan lahan dan hutan

    Melaksanakan tapal batas yang jelas antara wilayah hutan Lindung, TNKS, HSAW dengan wilayah tanaman rakyat.

    Melaksanakan reboisasi dan penghijauan pada daerah lahan kritis yang habis dibabat secara illegal loging

    Melakukan pengawasan dan pengendalian terhadap kebakaran lahan dan hutan

    Penyesuaian pembangunan dengan Rencan Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pesisir Selatan.

    2. Pengelolaan Keanekaragaman hayati

    Melahirkan kebijakan local konservasi yang mengakomodir kebutuhan tempatan

    Melaksanakan penyuluhan dan sosialisasi pentingnya menjaga dan melindungi keanekaragaman hayati yang ada

    Melaksanakan kerja sama dengan instansi horizontal dan vertical demi menjaga keanekaragama hayati.

    3. Pengelolaan Kuantitas dan Kualitas Air

    Melakukan inventarisasi terhadap kualitas air sungai dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2010.

    Melakukan kajian strategis untuk pemanfaatan sungai sebagai unsure pembangunan.

    Menertibkan bangunan liar disempadan sungai.

  • I - 18

    Melakukan Searing dengan kecamatan-kecamatan sepanjang pengambilan sampel.

    4. Pengelolaan Kualitas Udara

    Pengujian Kualitas udara pada daerah industri Pengujian kualitas udara pada daerah padat penduduk Pengujian kualitas udara pada daerah padat kendaraan bermotor

    5. Pengelolaan wilayah laut pesisir dan pantai

    Membuat peta zoonasi wilayah pesisir dan pantai Kabupaten Pesisir Selatan Budi daya mangrove dan terumbu karang pada wilayah pesisir yang

    mempunyai tingkat kerusakan cukup tinggi.

    Pembangunan reklamasi pantai

    6. Pengelolaan Bencana Alam

    Menginventarisasi daerah rawan bencana alam dan gempa bumi. Sosialisasi daerah rawan bencana alam Pembangunan tempat pengungsian pada tempat yang telah ditentukan

    7. Pengelolaan lingkungan Permukiman dan penataan kelembagaan.

    Melaksanakan kegiatan yang dapat menurunkan tingginya angka kemisikinan daerah Kabupaten Pesisir Selatan.

    Perlu dilakukan pendataan penghasil limbah B3 untuk pelaksanaan penertiban melalui penertiban izin limbah B3.

    Untuk memperluas jangkauan Pelayanan persampahan maka direncanakan pembangunan TPA regional untuk daerah selatan yang ditempatkan di

    kecamatan Tapan.

    Arah Kebijakan Bidang Lingkungan Hidup :

    1. Memperbaiki system pengelolaan hutan dengan meningkatkan keterlibatan

    masyarakat secara langsung dalam pengelolaan hutan, meningkatkan koordinasi

    dan penguatan kelembagaan dalam wilayah DAS, serta meningkatkan pengawasan

    dan penegakan hukumnya.

    2. Mengefektifkan sumber daya yang tersedia dalam pengelolaan hutan.

    3. Mengelola dan mendayagunakan potensi sumber daya laut, pesisir dan pulau-pulau

    kecil secara lestari berbasis masyarakat.

    4. Membangun system pengendalian dan pengawasan dalam pengelolaan sumber daya

  • I - 19

    laut dan pesisir yang disertai dengan penegakan hukum yang ketat

    5. Meningkatan upaya konservasi laut, pesisir, dan pulau-pulau kecil serta

    merehabilitasi ekosistem yang rusak, seperti terumbu karang, mangrove, padang

    lamun dan estuary.

    6. Merehabilitasi kawasan bekas pertambangan

    7. Meningkatkan pembinaan dan pengawasan pengelolaan pertambangan.

  • II - 1

    II-A. LAHAN DAN HUTAN

    Lahan dan hutan merupakan salah satu isu strategis dan utama lingkungan Hidup

    Kabupaten Pesisir Selatan. Penggunaan lahan di Kabupaten Pesisir Selatan dimoninasi

    oleh Kawasan Hutan Lindung termasuk hutan TNKS dan HSAW sebesar 310.103 ha atau

    sekitar 71 % dan sisanya dipergunakan untuk kebutuhan lain.

    Pembahasan lahan dan hutan dilakukan dengan analisis Statistik sederhana dengan

    perbandingan dengan baku mutu, perbandingan nilai antar lokasi dan antar waktu serta

    analisis statistic sederhana dengan membandingkan frekuensi, maksimum, minimum dan

    rata-rata melalui pendekatan-pendekatan sebagai berikut :

    Mengidentifikasi kondisi lahan dan hutan yang terparah untuk dijadikan subjek utama

    Mengidentifikasi lahan kritis dibeberapa kecamatan Mengukur tingkat percepatan kerusakan dan perbaikan lahan. Menelaah lebih lanjut aktifitas utama yang menyebabkan perubahan alih fungsi

    lahan, seperti :

    a. Konversi lahan dan hutan akibat ekspansi perkebunan

    b. Konversi lahan dan hutan akibat ekspansi pertambangan

    c. Konversi lahan dan hutan akibat ekspansi Galian C

    d. Konversi lahan dan hutan akibat ekspansi Penebangan liar.

    Lahan dan hutan merupakan sumber perekonomian bagi masyarakat sekitar, karena

    daerah Kabupaten Pesisir Selatan mempunyai kawasan hutan sebanyak 71 % dari luas

    wilayah. Hutan tersebut terdiri dari TNKS, HSAW dan Hutan lindung. Maka oleh sebab itu

    diharapkan sumber daya hutan yang berlimpah diharapkan menjadi potensi yang

    memiliki nilai ekonomi dan pembangunan bagi semua pihak.

  • II - 2

    0.00

    10,000.00

    20,000.00

    30,000.00

    40,000.00

    50,000.00

    60,000.00

    Hutan Lindung

    Koto XI Tarusan

    Bayang

    IV Nagari BayangUtaraIV Jurai

    Batang Kapas

    Sutera

    Lengayang

    Ranah Pesisir

    Linggo Sari Baganti

    Gambar 2.1Hutan Lindung Per Kecamatan

    Sumber : Dinas Hutbun Kabb. Pessel

    Dari gambar diatas dapat diketahui bahwa hutan lindung di daerah Kabupaten Pesisir

    Selatan didominasi oleh Kecamatan Lengayang, Ranah Pesisir dan Lunang Silaut diikuti

    oleh kecamatan lain, sementara yang paling sedikit terdapat di Kecamatan Bayang.

    Sementara itu luas lahan menurut fungsi terbagi 6, yang didominasi oleh TNKS sebesar

    260.383 ha atau sekitar 44 %, Areal Penggunaan Lain (APL) sebesar 150.618 ha atau

    sekitar 26 %, dilanjutkan dengan Hutan Produki Terbatas (HPT) sebesar 62.430 ha atau

    sekitar 11 %, Hutan Lindung (HL) sebesar 49.720 ha atau sekitar 9 %, Hutan Suaka

    Alam Wisata (HSAW) sebesar 45.722 ha atau sebesar 8 % dan yang paling sedikit adalah

    Hutan Produksi (HP) sebesar 4.030 ha atau sekitar 1 % dan Hutan Produksi Konservasi

    (HPK) sebesar 2.086 ha atau sekitar 0 %. Seperti digambarkan dibawah ini :

    8%

    45%

    9%1%

    11%

    0%

    26%

    HSAW TNKSHL HPHPT HPKAPL

    Gambar 2.2Persentase Luas Lahan Menurut Fungsi Tahun 2010

    Sumber : Dinas Hutbun Kab Pessel Keterangan : olahan tabel SD-2, SD-3, SD-4 HSAW : Hutan Suaka Alam Wisata, HL: Hutan Lindung, TNKS : Taman Nasional Kerinci Seblat

    HP : Hutan Produksi, HPT : Hutan Produksi Terbatas, HPK : Hutan Produksi Konservasi, APL:Areal Penggunaan Lain

  • II - 3

    Tabel 2.1

    Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan/Tutupan Lahan

    Kabupaten Pesisir Selatan

    No. Kecamatan

    Luas Lahan (Ha)

    Non Pertanian Sawah

    Lahan Kering

    Perkebunan

    Hutan Lindung

    Permukiman Total

    1 Koto XI Tarusan

    58.40

    3,763.94

    301.95

    2,767.95

    37,319.97

    677.94

    44,890.15

    2 Bayang

    11.50

    3,255.63

    117.54

    75.54

    4,088.08

    544.26

    8,092.55

    3 IV Nagari Bayang Utara

    13.40

    626.69

    343.68

    239.66

    20,465.00

    30.80

    21,719.23

    4 IV Jurai

    14.99

    1,525.84

    161.50

    463.56

    24,227.72

    586.15

    26,979.76

    5 Batang Kapas

    5.33

    2,428.93

    1,102.55

    615.10

    44,000.47

    389.21

    48,541.59

    6 Sutera

    14.32

    6,578.68

    2,433.08

    2,894.08

    31,950.03

    1,166.51

    45,036.70

    7 Lengayang

    11.22

    8,346.02

    39.96

    259.40

    56,009.97

    840.52

    65,507.09

    8 Ranah Pesisir 80.56

    4,562.91

    550.64

    70.28

    46,526.06

    668.09

    52,458.54

    9 Linggo Sari Baganti 94.20

    6,948.10

    5,020.48

    143.74

    43,846.07

    910.67

    56,963.26

    10 Pancung Soal 19.50

    9,226.47

    1,844.50

    23,943.73

    39,090.61

    783.64

    74,908.45

    11 Basa IV Balai Tapan 15.40

    3,482.25

    17.96

    13,073.46

    42,553.65

    600.76

    59,743.48

    12 Lunang Silaut 117.85

    1,977.32

    616.02

    72,840.70

    44,954.00

    635.15

    121,141.04

    Total 456.67

    52,722.78

    12,549.86

    117,387.20

    435,031.63

    7,833.70

    625,981.84

    Sumber : Tabel SD-1, buku Data 2010

    Tabel diatas menjelaskan bahwa hutan lindung mendominasi penggunaan lahan di

    daerah Kabupaten Pesisir Selatan sebesar 435.031,63 ha, hutan lindung terluas ada

    di Kecamatan Lengayang dengan luas 56.009,97 ha hutan lindung dengan luas

    terkecil adalah Kecamatan Bayang seluas 4.088,08 ha. Luas terbangun terbesar ada

    di Kecamatan Lunang Silaut sebesar 117.85 ha dan luas terbangun paling sedikit

    terdapat di Kecamatan Batang Kapas sebesar 5,33 ha. Daerah perkebunan

    didominasi oleh Kecamatan Lunang Silaut 72.840,70 ha yang terkecil 70,28 ha,

    sawah terluas ada di Kecamatan Pancung Soal dengan luas 9.226,47 ha yang terkecil

  • II - 4

    ada di Kecamatan Bayang Utara seuas 626,69 ha, lahan kering didominasi oleh

    Kecamatan Linggo Sari Baganti seluas 5.020,48 ha dan terkecil terdapat di

    Kecamatan Basa IV Balai Tapan 17,96 ha, permukiman terluas terdapat di

    Kecamatan Sutera seluas 1.166,51 ha dan terkecil terdapat di Kecamatan Bayang

    Utara seluas 30.69 ha.

    LAHAN KRITIS

    3,553.50

    0.00

    2,000.00

    4,000.00

    6,000.00

    8,000.00

    10,000.00

    12,000.00

    Luas (Ha)

    Koto XI Tarusan

    Bayang

    IV Nagari Bayang Utara

    IV Jurai

    Batang Kapas

    Sutera

    Lengayang

    Ranah Pesisir

    Linggo Sari Baganti

    Pancung Soal

    Basa IV Balai Tapan

    Lunang Silaut

    Sumber : Olahan Tabel SD5 Buku Data 2010

    Gambar 2.3Persentase Luas Lahan Kritis Perkecamatan Kab. Pessel Tahun 2010

    Gambar diatas menunjukan bahwa lahan kritis paling luas terdapat pada Kecamatan

    Lunang Silaut dengan luas 9.817,70 ha, luas yang terkecil ada di Kecamatan Ranah

    Pesisir seluas 842,20 ha. Lahan kritis menyebabkan tanah menjadi tidak subur hal ini

    terkait dengan kandungan mineral yang dibutuhkan untuk tanaman tidak tersedia da

    sedikit mengandung humus.

    65

    Lu..

    Kebakaran Hutan

    Ladang Berpindah

    Penebangan Liar

    Perambahan Hutan

    LainnyaKebakaran HutanLadang BerpindahPenebangan LiarPerambahan HutanLainnya

    GAMBAR 2.4LUAS KERUSAKAN HUTAN KAB. PESSEL TAHUN 2010

    Sumber : Olahan Data SD-6 Buku Data 2010

  • II - 5

    Gambar diatas menunjukan bahwa luas kerusakan hutan didominasi oleh kegiatan

    perambahan hutan seluas 97 ha, diikuti oleh kegiatan kebakaran lahan seluas 65 ha

    dan penebangan liar seluas 20 ha.

    Luas Konversi Hutan Tahun 2010 lebih banyak digunakan untuk kegiatan perkebunan

    seluas 43.170.000.000 km2, kegiatan Hutan Rakyat seluas 40.168.000.000 km2,

    kegiatan pertanian 34.960.000.000 km2 dan untuk permukiman seluas

    32.380.000.000 km2, seperti gambar dibawah ini :

    0

    10,000,000,000

    20,000,000,000

    30,000,000,000

    40,000,000,000

    50,000,000,000

    Luas (Km2)Pemukiman Pertanian

    Perkebunan Hutan RakyatSumber : Olahan Tabel SD7 Buku Data 2010

    Gambar 2.5Luas Konversi Hutan Tahun 2010

    Kualitas lahan/hutan, tutupan lahan, luas kawasan lindung, dan luas lahan kritis

    Kualitas lahan daerah Kabupaten Pesisir Selatan sebagian besar dapat dimanfaatkan

    untuk tanaman keras yang perlu diberi pupuk untuk kesuburannya, seperti tanaman

    kelapa sawit dan kayu-kayuan dan sebagian kecil dimanfaatkan untuk pertanian

    tanaman musiman dengan untuk meningkat kestabilan dan kesuburan tanah. Pada

    umumnya berupa tanah marginal yang membutuhkan pupuk untuk kesuburannya.

    Luas kawasan lindung daerah Kabupaten Pesisir Selatan terdiri dari Hutan rakyat

    luas 41.142,0 ha, Hutan Lindung luas 49.720.0 ha, Hutan TNKS (Taman

    Nasional Kerinci Seblat) luas 260.383,0 ha. Dan Hutan Suaka Alam Wisata dengan

    45.722,0 ha.

    Hutan rakyat ini tersebar diseluruh wilayah Kabupaten Pesisir Selatan dari

    kecamatan Koto XI Tarusan sampai dengan kecamatan Lunang Silaut. Tanaman

  • II - 6

    rakyat seperti kayu-kayuan seperti Surian, Meranti dan buah buahan, seperti

    Durian, Nangka, Terap, Petai, Jengkol, Duku. Hutan Lindung tersebar di seluruh

    daerah Kabupaten Pesisir Selatan dari Kecamatan Koto XI Tarusan sampai dengan

    Kecamatan Lunang Silaut.

    Hutan TNKS (Taman Nasional Kerinci Seblat) terdapat di 10 Kecamatan, hanya 2

    kecamatan yang tidak ada hutan TNKS, hal ini berarti lebih dari 55.94 % daerah

    Kabupaten Pesisir Selatan terdiri dari Taman Nasional Kerinci Seblat.

    Tabel 2.2

    Daerah daerah Kabupaten Pesisir Selatan yang termasuk kedalam hutan TNKS adalah sebagai berikut :

    No Kecamatan Kampung

    1.

    2.

    3.

    4.

    5.

    6.

    7.

    8.

    9.

    10.

    Bayang Utara

    IV Jurai

    Batang Kapas

    Surantih

    Lengayang

    Ranah Pesisir

    Linggo Sari Baganti

    Pancung Soal

    Basa IV Balai Tapan

    Lunang Silaut

    Muara Air, Pancung Tebal, Koto Baru.

    Lumpo Timur, Salido Sari Bulan, Painan Timur

    Taratak Tamparih, Tuik Koto Gunung

    Langgai, Kayu Aro, Taratak Paneh, Tanjung Gadang

    Pasir Lawas, Kampung Arab, Koto Pulai

    Palangai ketek, Palangai Gadang

    Rantau Simalenang

    Transat

    Muaro Sako, Binjai

    Sindang Lubuak Sariak, Sungai Kumbung, Sungai

    Kuyung.

    Sumber : TNKS Kabupaten Pesisir Selatan

    Perbandingan nilai antar lokasi dan antar waktu

    Kegiatan reboisasi yang dilaksanakan pada tahun 2007 sampai 2010 sangat

    bervariasi, pada tahun 2010 kegiatan penghijauan dilakukan di 2 daerah, yaitu

    Kecamatan Linggo Sari Baganti dan Kecamatan Koto XI Tarusan.

  • II - 7

    Tabel 2.3

    Kegiatan Tanaman Rehabilitasi Hutan dan Lahan pada tahun 2007 pada Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Pesisir Selatan adalah

    sebagai berikut :

    No

    Kegiatan Lokasi Kampung / Nagari /

    Kecamatan

    Luas

    (ha) Ket

    1

    2

    3

    4

    5

    6

    7

    8

    9

    10

    11

    12

    13

    14

    15

    16

    17

    18

    19

    20

    21

    22

    Hutan Rakyat Murni

    Hutan Rakyat Murni

    Hutan Rakyat Murni

    Hutan Rakyat Murni

    Areal Dampak/Bantuan

    bibit Tumpang Sari

    Areal Dampak/Bantuan

    bibit Tumpang Sari

    Unit Percontohan

    Hutan Rakyat Model

    Unit Percontohan

    Hutan Rakyat Model

    Kebun Bibit Nagari

    Kebun Bibit Nagari

    Kebun Bibit Nagari

    Pemeliharaan Areal

    Model Hutan Rakyat

    Pemeliharaan Areal

    Model Hutan Rakyat

    Hutan Rakyat Murni

    Hutan Rakyat Murni

    Hutan Rakyat Murni

    Hutan Rakyat Murni

    Areal Tanaman Rotan

    Areal Tanaman Rotan

    Areal Model Tanaman

    Rotan

    UP - UPSA

    UP UPSA

    Koto Gadang Punggasan , LSB

    Limpaso Koto Keduduk Taluk Batang Kapas

    Air Kalam Lakitan Lengayang

    Palangai Gadang Palangai Ranah Pesisir

    Tanjung Gadang Amping Parak Sutera

    Koto Gadang Air Haji Linggo Sari Baganti

    Tanjung Gadang Amping Parak Sutera

    Koto Gadang Air haji Linggo Sari Baganti

    Koto Gadang Air haji Linggo Sari Baganti

    Gunung Pauh Amping Parak Sutera

    Lubuk Betung Inderapura Pancung Soal

    Sungai Liku Palangai Ranah Pesisir

    Lubuk Betung Inderapura Pancung Soal

    Sungai Liku Ateh Palangai Ranah Pesisir

    Koto Marapak Punggasan LSB

    Lagan Koto Mudik Punggasan LSB

    Luar Parit Air Haji Linggo Sari Baganti

    Gunuang Pauh Amping Parak Sutera

    Koto Nan Tigo IV Koto ilie Batang Kapas

    Balai Senayan Lumpo IV Jurai

    Teluk Betung IV Koto Ilie Batang Kapas

    Air Sikambing Air Haji Linggo Sari Baganti

    150

    100

    100

    75

    50

    50

    25

    25

    0.5 unit

    0.5 unit

    0.5 unit

    25

    25

    100

    100

    100

    75

    10

    10

    10

    10

    10

    Lcr 2005

    Sumber Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Pesisir Selatan

    Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa Penghijauan Hutan Rakyat Murni paling luas

    dilaksanakan pada kampung Koto Gadang Punggasan Kecamatan Linggo Sari Baganti

  • II - 8

    dengan luas 150 ha, kegiatan ini luncuran dari tahun 2005. Sedangkan daerah yang

    paling sedikit dilaksanakan kegiatan Areal tanaman rotan di Gunuang Pauh Amping Parak

    Sutera, Koto Nan Tigo IV Koto Ilie Batang Kapas, Balai Senayan Lumpo IV Jurai, UP-

    UPSA pada daerah Teluk Betung IV Koto Ilie Batang Kapas dan Air Sikambing Kenagarian

    Air Haji Kecamatan Liinggo Sari Baganti dengan luas 10 ha.

    Tabel 2.4 Kegiatan GNRHL Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Pesisir

    Selatan tahun 2007 adalah sebagai berikut :

    No

    Kegiatan Lokasi Kampung / Nagari /

    Kecamatan

    Luas

    (ha) Ket

    1

    2

    3

    4

    5

    Reboisasi Hutan

    Produksi

    Pembuatan hutan

    rakyat

    Reboisasi

    Reboisasi

    Reboisasi Pengkayaan

    Koto Langang Air Haji Linggo sari

    Baganti

    Luar Parit Air Haji Linggo sari Baganti

    Koto Langang Air Haji Linggo sari

    Baganti

    Talatau Koto Panjang Linggo sari

    Baganti

    Limau Manih Kulam Lengayang

    50

    50

    300

    200

    200

    Dipa Revisi II

    Ktrk Multiyears

    Ktrk Multiyears

    Ktrk Multiyears

    Sumber Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Pesisir Selatan

    Gambaran tabel diatas diperoleh informasi bahwa Kecamatan Linggo Sari Baganti

    sebagai daerah percontohan untuk kegiatan GNRHL dengan luas 600 ha

    menggunakan kontrak multiyears.

    Tabel 2.5 Kegiatan Pembuatan tanaman Reboisasi GN-RHL Tahun 2007 yang dilakukan ole SWP DAS AGAM KUANTAN adalah sebagai berikut :

    No

    Kegiatan Lokasi Kampung / Nagari / Kecamatan Luas

    (ha) Ket

    1

    2

    3

    Reboisasi Hutan Produksi

    Reboisasi

    Pembangunan hutan berbasis

    nagari

    Koto Langang Air Haji Linggo Sari Baganti

    Luar parit Nagari Air Haji Linggo Sari Baganti

    Gurun panjang Bayang

    50

    50

    -

    Sumber SWP DAS AGAM KUANTAM

    Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa reboisasi hutan produksi dilaksanakan

    paling dominan pada Kecamatan Linggo Sari Baganti. Dengan luas 100 ha.

  • II - 9

    Tabel 2.6

    Kegiatan GNRHL Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Pesisir Selatan tahun 2008 adalah sebagai berikut :

    No

    Kegiatan Lokasi Kampung / Nagari / Kecamatan Luas

    (ha) Ket

    1

    2

    3

    Reboisasi

    Reboisasi

    Reboisasi

    Pengkayaan

    Koto Langang Air Haji Linggo Sari Baganti

    Talatau Koto Panjang Air Haji Linggo Sari

    Baganti

    Limau Manih Kulam Lengayang

    300

    200

    200

    Ktrk Multiyear

    Ktrk Multiyear

    Ktrk Multiyear

    Sumber Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Pesisir Selatan

    Berdasarkan tabel diatas tergambar Kampung Koto Langang Nagari Air Haji

    Kecamatan Linggo Sari Baganti mempunyai daerah paling luas dalam reboisasi yakni

    300 ha.

    Tabel 2.7 Kegiatan Pembuatan tanaman Reboisasi GN-RHL Tahun 2008 yang dilakukan oleh SWP DAS AGAM KUANTAN adalah sebagai berikut :

    No

    Kegiatan Lokasi Kampung / Nagari / Kecamatan Luas

    (ha) Ket

    1

    2

    3

    4

    Reboisasi

    Reboisasi

    Reboisasi Murni

    Reboisasi Pengayaan

    Koto Panjang Koto Langang Punggasan Linggo

    Sari Baganti

    Talatau Koto Panjang Air Haji Linggo Sari Baganti

    Limau Manih Kulam Lengayang

    Limau Manih Kulam Lengayang

    200

    300

    450

    200

    Sumber SWP DAS AGAM KUANTAM

    Reboisasi murni dilaksanakan pada Kampung Limau Manih Kecamatan Lengayang dengan

    luas 450 ha, reboisasi pengayaan di Kampung Limau Manih Kulam 200 ha, Reboisasi di

    Koto Panjang Koto Langang Punggasan dan Telatau Koto Panjang Air Haji 500 ha.

    Pada tahun 2008 juga ada kegiatan Indonesia Menanam dengan melibatkan seluruh

    elemen masyarakat seperti generasi muda, anak-anak sekolah, LSM, perempuan. Khusus

    untuk anak-anak didik tingkat Sekolah Dasar (SD) ditanamkan hakikat dengan Kecil

    Menanam Dewasa Memanen (KMDM). Anak-anak diberi bibit masing-masing 5 (lima) buah

    meliputi jenis kayu-kayuan, buah-buahan dan ditanam dihalaman /kebun/ladangnya atau

    menumpang dikebun saudara dan kalau 5 atau 10 tahun mendatang hasil dari bibit yang

  • II - 10

    ditanam dapat membantu biaya sekolah. Kabupaten Pesisir Selatan mendapat jatah

    menanam untuk 4 sekolah dasar.

    Tabel 2.8 Kegiatan GNRHL Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Pesisir

    Selatan tahun 2009 adalah sebagai berikut :

    No

    Kegiatan Lokasi Kampung / Nagari /

    Kecamatan

    Luas

    (ha) Ket

    1

    2

    3

    4

    5

    Pemeliharaan Hutan rakyat

    Pembuatan UP-UPSA

    Pembuatan Hutan Rakyat

    Pembuatan Hutan Rakyat

    Pembuatan Hutan Rakyat

    Luar Parit Punggasan Linggo Sari Baganti

    Painan Timur IV Jurai

    Anakan IV Koto Hilir Batang Kapas

    Tanjung Kandis Taluak Batang Kapas

    Ampang Teras Lumpo IV Jurai

    75

    10

    100

    100

    100

    Tani Bukit Gadang

    Tani Batu Gajah

    Tani Harapan Jaya

    Tani Tigo Saiyo

    Tani Batu Peti

    Barangan

    Sumber Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Pesisir Selatan

    Pada tahun 2009 pelaksanaan pembuatan hutan rakyat, dan pemeliharaannya

    diserahkan kepada kelompok tani yang ada pada daerah masing-masing seperti

    tergambar pada tabel diatas yang dominan adalah kegiatan pembuatan hutan rakyat.

    Tabel 2.9

    Kegiatan Pembuatan tanaman Reboisasi GN-RHL Tahun 2009 yang dilakukan oleh SWP DAS AGAM KUANTAN adalah sebagai berikut :

    No

    Kegiatan Lokasi Kampung / Nagari /

    Kecamatan Luas (ha) Ket

    1 Reboisasi

    Koto XI Tarusan 300

    Sumber SWP DAS AGAM KUANTAM

    Kecamatan Koto XI Tarusan sebagai sasaran pembuatan tanaman reboisasi yang

    dilaksanakan oleh SWP DAS AGAM KUANTAM seluas 300 ha.

    Tabel 2.10

    Kegiatan GNRHL Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Pesisir Selatan tahun 2010 adalah sebagai berikut :

    No

    Kegiatan Lokasi Kampung / Nagari /

    Kecamatan Luas (ha) Ket

    1

    2

    Reboisasi

    Reboisasi

    Koto XI Tarusan

    Linggo Sari Baganti

    50

    100

    Sumber Dinas Hutbun Kab. Pessel

  • II - 11

    1,951.5 1,890

    685150

    2007 2008 2009 2010

    Luas

    2007200820092010

    GAMBAR 2.6KEGIATAN REBOISASI KABUPATEN PESISIR SELATAN

    Sumber : Dinas Hutbun Kab. Pessel

    Gambar diatas menunjukan bahwa telah terjadi penurunan kegiatan reboisasi

    dari tahun 2007 ke tahun 2008 dan 2009, namun penurunan pada tahun 2008 ke

    tahun 2009 lebih mencolok dan sangat signifikan, namun kondisi dilapangan

    kegiatan ilegal loging memang sudah berkurang bahkan banyak samwil industri

    kayu telah ditutup, pada tahun 2010 kegiatan reboisasi semakin menyusut

    menjadi 150 ha luas daerah tanam, pada Kecamatan Koto XI Tarusan setelah

    ditanam dua bulan kemudian terbakar semua menyisakan 5 ha.

    Tabel 2.11

    Lokasi penanaman pohon mulai dari tahun 2005 sampai

    dengan tahun 2009

    Lokasi Luas (Ha) Jenis Tanaman Tahun Tanam Ampang Pulai Kec. Koto IX Tarusan 550 (HL)

    Mahoni, Meranti, Pulai, Gaharu, Surian, Durian 2005

    Kapuah 100 HR) SDA 2005 Kec. Bayang 200 (HR) SDA 2005

    Kec. Koto IX Tarusan 310 (HL) Pala , Melinjo, Durian, Mahoni, Surian 2006

    Kec. Koto IX Tarusan 150 (HR) SDA 2006 Kec. Koto IX Tarusan 25 (HL) Mangrove 2006

    Kec. Bayang 125 (HR) Pala , Melinjo, Durian, Mahoni, 2006

    Kec. Air Haji 50 (HL) SDA 2007 Kec. Air 50 (HR) SDA 2007 Limau Manih Kulam Kec. Lenggayang

    200 Mahoni, Meranti, Banio, Surian, Durian dan Pala

    2008

    Talatan Kec. Linggo Sari Baganti

    200 Mahoni, Meranti, Banio, Surian, Durian dan Pala

    2008

    Koto Langang Kec. Linggo Sari Baganti

    300 Mahoni, Meranti, Banio, Surian, Durian dan Pala

    2008

    Sumber : Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kab. Pessel.

  • II - 12

    Tanaman yang cocok ditanam sesuai dengan jenis tanah pada daerah Pesisir

    Selatan diantaranya adalah pohon Mahoni, Meranti, Pulai, Surian, Gaharu, Bonio dan

    Durian serta pala.

    Kondisi lahan kritis

    2007

    2008

    2009

    2010

    Lahan Kritis

    2007 2008 2009 2010

    GAMBAR 2.7LUAS LAHAN KRITIS KAB. PESSEL 2007-2009

    Sumber : Olahan Data SD-5 Buku Data 2010

    Gambar 2.7 diatas menunjukan terjadi penurunan yang cukup signifikan antara tahun

    2009 ketahun 2010, hal ini menunjukan telah ada perbaikan kualitas tanah dengan

    kegiatan reboisas, kesadaran masyarakat untuk menjaga kelestarian lingkungan hidup

    dan fungsi tanah sangat penting demi kelancaran pembangunan dan peningkatan

    perekonomian masyarakat disekitar hutan.

    Pada tahun 2007 lahan kritis didominasi di Kecamatan Lunang Silaut, Tapan, Pancung

    Soal, Linggo Sari Baganti, tahun 2010 lahan kritis paling luas terdapat di Kecamatan

    Lunang Silaut sebesar 9.817,70 ha, kecamatan Koto XI Tarusan seluas 3.553,70 ha yang

    paling sedikit luas lahan kritis terdapat pada kecamatan Ranah Pesisir 842,20 ha.

    Informasi kebakaran lahan tahun 2006 2010 sebagai berikut :

    1. Kebakaran tahun 2010

    Kebakaran terjadi pada tanggal 20 September 2010, hasil pemantauan/monitoring

    menunjukan kebakaran dilahan Kecamatan Koto XI Tarusan seluas 50 ha. Kebakaran

    lahan yang terjadi didaerah ini terjadi pada musim kemarau sebagian besar berada

    pada lahan gambut yang banyak mengandung bahan organik dan sisa-sisa

    pelapukan kayu sumber api berada selayaknya api dalam sekam.

  • II - 13

    2. Kebakaran tahun 2009

    Kebakaran terjadi pada tanggal 22 Mei 2009, Hasil Pemantauan/ Monitoring dan

    pengawasan yang di lakukan di wilayah kecamatan Lunang Silaut ditemukan 3

    (Tiga) Titik Api (Hot Spot) yaitu pada Lokasi sebagai berikut:

    a. Lahan yang terbakar diperkirakan 10 Ha menurut keterangan masyarakat

    setempat api sudah ada sejak 5 hari yang lalu yang sengaja dibakar masyarakat

    untuk membuka lahan pertanian diwaktu Tim sampai ditempat api sudah

    berkurang dan pemilik lahan tidak ditemui di lokasi.

    b. Silaut (Barat dan Timur di luar lokasi PT. SAPTA) lokasi yang terbakar di

    perkirakan 15 Ha. Menurut keterangan masyarakat setempat api sudah ada

    sejak 5 hari yang lalu, penyebab kebakaran diduga dari kelalaian masyarakat

    saat membuka Lahan untuk pertanian diperkirakan api hari ini sudah bisa

    dipadamkan karena pihak PT SAPTA terus berupaya dengan masyarakat

    mematikan api tersebut

    3. Kebakaran tahun 2008

    Terjadi kebakaran lahan tanggal 22 Mei 2008 berlokasi di PT. SJAL II di Kecamatan

    Lunang Silaut. Lokasi yang terbakar alahah areal PT. SJAL II eluas 2.000 ha, Blok

    C,D 1.000 ha (sesudah ditanam), blok J,K,L,M 1.000 ha. Penyebab kebakaran diduga

    berasal dari perkebunan masyarakat yang berbatasan langsung dengan PT. SJAL II.

    4. Kebakaran tahun 2007

    Luas kebakaran hutan berdasarkan satelit NOAA dan laporan masyarakat disekitar

    PT. Sumatera Jaya Agro Lestari (SJAL) seluas 400 ha dan perkebunan kelompok tani

    Teluk Permai seluas 85 ha di Kecamatan Pancung Soal. Kebakaran ini terjadi pada

    tanggal 17 April 2007.

    5. Kebakaran tahun 2006

    Kebakaran yang terjadi pada tanggal 15 Agustus 2006 berlokasi di 4 kecamatan,

    yakni kecamatan Koto XI Tarusan seluas 25 ha, Kecamatan Basa IV Balai Tapan

    seluas 100 ha, kecamatan Pancung Soal seluas 125 ha dan kecamatan Lunang Silaut

    seluas 1.000 ha. Kebakaran hutan dan lahan dapat menyebabkan kerusakan struktur

    tanah, infiltrasi, air tanah, akar tanaman tidak berkembang dan meningkatnya laju

    erosi tanah dan infiltrasi air tanah menurun.

  • II - 14

    KEBKRNHTN

    LDGBPDH

    PNBGNLIAR

    PRBHNHTN

    LHNKRITIS

    2007

    2008

    2009

    2010

    2007 2008 2009 2010

    GAMBAR 2.8LUAS KERUSAKAN HUTAN KAB. PESSEL SELAMA 4 TAHUN

    Sumber : Dinas Hutbun Kab. Pessel

    Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa luas kerusakan lahan dari tahun ke tahun terjadi

    perubahan, seperti penebangan liar tahun 2008 lebih banyak terjadi dibandingkan dengan

    tahun lainnya, lahan kritis didominasi pada tahun 2009 lebih banyak pada indikator lahan

    kritis. Pada tahun 2007 kerusakan hutan paling dominan disebabkan oleh penebangan liar,

    pada tahun 2010 kerusakan lahan didominasi oleh kegiatan perambahan hutan luas 97 ha.

    Analisis statistik sederhana

    Analisis statistik sederhana dari kondisi diatas dapat diuraikan sebagai berikut :

    TABEL 2.12

    ANALISIS LAHAN KRITIS

    Lokasi 2007 2008 2009 2010

    Koto XI Tarusan 15.000 18.311,25 26.771,9 3.553,5

    Bayang 17.000 15.523,29 13.687 2.312,8

    Bayang Utara 18.000 9.943,48 15.690 1.354

    IV Jurai 12.000 10.446,17 36.056,6 886,6

    Batang Kapas 30.000 6.479,55 14.261,3 1.851,8

    Sutera 45.000 23.536,34 45.485 2.730,2

    Lengayang 49.000 20.239 63.812 2.187,8

    Ranah Pesisir 57.000 10.544,57 38.318,5 842,3

    Air Haji 65.000 13.339,5 47.585,5 2.991,4

    Pancung Soal 82.000 19.237,9 33.888,7 2.227

    Basa IV Balai Tapan 85.000 46.971,97 43.271,9 2.223,2

    Lunang Silaut 125.000 60.464,33 54.385,9 9.817,7

    Total 600.000 255.034,7 433.214,3

    32,978.20

    Sumber : Analisis Statistik Kantor Lingkungan Hidup