Upload
others
View
39
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Lampiran
Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Nomor : HK.04.1.21.03.17.0870
Tanggal : 13 Maret 2017
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN
TAHUN ANGGARAN 2017
BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN
REPUBLIK INDONESIA
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 1
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI .............................................................................................................................................. 1
BAB I PENDAHULUAN .......................................................... Error! Bookmark not defined.
A. LATAR BELAKANG ................................................... Error! Bookmark not defined.
B. MAKSUD DAN TUJUAN .......................................................................................................... 5
C. RUANG LINGKUP ..................................................................................................................... 5
BAB II PROGRAM, KEGIATAN, TARGET DAN INDIKATOR ................................................ 10
A. PROGRAM DAN KEGIATAN ............................................................................................... 10
B. TARGET KINERJA .................................................................................................................. 12
BAB III PENGORGANISASIAN PENGELOLA ANGGARAN .................................................... 14
A. TUGAS DAN TATA HUBUNGAN KERJA PENGELOLA ANGGARAN PUSAT DAN
DAERAH .................................................................................................................................... 15
B. PENATAUSAHAAN KAS BENDAHARA PENGELUARAN DAN BENDAHARA
PENGELUARAN PEMBANTU (BPP) ............................................................................... 20
C. LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN (LPJ) BENDAHARA DAN BENDAHARA
PENGELUARAN PEMBANTU ............................................................................................ 22
D. MEKANISME PENCAIRAN DANA DIPA ........................................................................ 23
BAB IV TATA CARA PENERIMAAN DAN PENGELUARAN ANGGARAN ......................... 32
A. PENERIMAAN ANGGARAN ............................................................................................... 32
B. PENGELUARAN ANGGARAN ........................................................................................... 38
BAB V KETENTUAN UMUM DALAM PENGELOLAAN ANGGARAN ................................. 45
A. PENATAUSAHAAN DAN PELAPORAN BUKU KAS UMUM (BKU) ...................... 45
B. PENGAWASAN PELAKSANAAN ANGGARAN ............................................................. 46
C. REVISI ANGGARAN .............................................................................................................. 46
D. PELAPORAN ............................................................................................................................ 69
BAB VI KETENTUAN KHUSUS DALAM PELAKSANAAN ANGGARAN ............................ 88
A. PENGELUARAN ANGGARAN ............................................................................................ 88
B. PERJALANAN DINAS............................................................................................................ 89
C. PESERTA TUGAS BELAJAR ............................................................................................. 103
D. HONORARIUM ...................................................................................................................... 106
BAB VII KETENTUAN KHUSUS PENGADAAN BARANG/JASA ........................................ 108
A. PENGADAAN BARANG DAN JASA ................................................................................ 108
B. UNIT LAYANAN PENGADAAN (ULP) .......................................................................... 110
C. LAYANAN PENGADAAN SECARA ELEKTRONIK (LPSE) ..................................... 115
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 2
BAB VIII PENUTUP ........................................................................................................................... 118
DAFTAR LAMPIRAN......................................................................................................................... 119
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................... 120
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 3
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019
merupakan tahap ketiga dari pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025. Sebagai kelanjutan RPJMN tahap kedua,
RPJMN 2015-2019 ditujukan untuk lebih memantapkan pembangunan secara
menyeluruh di berbagai bidang dengan menekankan pada pencapaian daya
saing kompetitif perekonomian yang berlandaskan keunggulan sumber daya
alam, sumber daya manusia berkualitas serta kemampuan ilmu pengetahuan
dan teknologi yang terus meningkat.
Dalam rangka mendukung pencapaian program-program prioritas pemerintah
maka Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) sesuai kewenangan, tugas
dan fungsinya menyusun Rencana Strategis (Renstra) yang memuat visi, misi,
tujuan, strategi, kebijakan serta program dan kegiatan BPOM untuk periode
2015 – 2019. Renstra BPOM Tahun 2015 – 2019 disusun mengacu pada
Nawacita, arah kebijakan dan strategi pembangunan nasional yang tertuang
dalam Perpres Nomor 2 Tahun 2015 tentang RPJMN. BPOM sesuai dengan
tugas dan fungsinya sebagai lembaga pengawasan Obat dan Makanan dituntut
untuk dapat menjamin keamanan, mutu, manfaat/khasiat Obat dan Makanan
sesuai persyaratan yang telah ditetapkan. Untuk itu sebagai lembaga yang
bertanggungjawab dalam pengawasan Obat dan Makanan, maka sejalan
dengan visi dan misi pembangunan dalam RPJMN 2015 – 2019, maka BPOM
menetapkan visinya yaitu ”Obat dan Makanan Aman Meningkatkan
Kesehatan Masyarakat dan Daya Saing Bangsa”.
Untuk mewujudkan visi tersebut di atas, diperlukan tindakan nyata sesuai
dengan penguatan peran BPOM. Adapun misi yang akan dilaksanakan sesuai
dengan peran-peran BPOM untuk periode 2015-2019, adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan sistem pengawasan Obat dan Makanan berbasis risiko
untuk melindungi masyarakat;
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 4
2. Mendorong kemandirian pelaku usaha dalam memberikan jaminan
keamanan Obat dan Makanan serta memperkuat kemitraan dengan
pemangku kepentingan;
3. Meningkatkan kapasitas kelembagaan BPOM.
Sasaran strategis disusun berdasarkan visi dan misi yang ingin dicapai BPOM,
dengan mempertimbangkan tantangan masa depan dan sumber daya serta
infrastruktur yang dimiliki BPOM. Secara ringkas, Visi, Misi, Tujuan, Sasaran
Strategis dan Indikator Kinerja BPOM periode 2015 – 2019 dijabarkan dalam
Lampiran 1.
Stuktur Organisasi dan tata kerja BPOM disusun berdasarkan Keputusan
Kepala BPOM Nomor 02001/SK/KBPOM Tahun 2001 tentang Organisasi dan
Tata Kerja BPOM sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Kepala BPOM
Nomor HK.00.05.21.4231 Tahun 2004. BPOM mempunyai tugas melaksanakan
tugas pemerintahan di bidang pengawasan Obat dan Makanan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan menjalankan
fungsi: 1) pengkajian dan penyusunan kebijakan nasional di bidang
pengawasan Obat dan Makanan; 2) pelaksanaan kebijakan tertentu di bidang
pengawasan Obat dan Makanan; 3) koordinasi kegiatan fungsional dalam
pelaksanaan tugas BPOM; 4) pemantauan, pemberian bimbingan dan
pembinaan terhadap kegiatan instansi pemerintah di bidang pengawasan Obat
dan Makanan; 5) penyelenggaraan pembinaan dan pelayanan administrasi
umum di bidang perencanaan umum, ketatausahaan, organisasi dan tata
laksana, kepegawaian, keuangan, kearsipan, persandian, perlengkapan dan
rumah tangga.
Khusus Organisasi dan Tata Kerja Balai Besar/Balai POM disusun berdasarkan
Peraturan Kepala BPOM Nomor 14 Tahun 2014, tentang Organisasi dan Tata
Kerja Unit Pelaksana Teknis (UPT) di Lingkungan BPOM dan mempunyai tugas
melaksanakan kebijakan di bidang pengawasan produk terapetik, narkotika,
psikotropika dan zat adiktif lain, obat tradisional, kosmetik, produk
komplemen, keamanan pangan dan bahan berbahaya dan menjalankan fungsi:
1) penyusunan rencana dan program pengawasan obat dan makanan; 2)
pelaksanaan pemeriksaan secara laboratorium, pengujian dan penilaian mutu
produk terapetik, narkotika, psikotropika, zat adiktif, obat tradisional,
kosmetik, produk komplemen, pangan dan bahan berbahaya; 3) pelaksanaan
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 5
pemeriksaan laboratorium, pengujian dan penilaian mutu produk secara
mikrobiologi; 4) pelaksanaan pemeriksaan setempat, pengambilan contoh dan
pemeriksaan sarana produksi dan distribusi; 5) investigasi dan penyidikan
pada kasus pelanggaran hukum; 6) pelaksanaan sertifikasi produk, sarana
produksi dan distribusi tertentu yang ditetapkan oleh Kepala BPOM; 7)
pelaksanaan kegiatan layanan informasi konsumen; 8) evaluasi dan
penyusunan laporan pengujian obat dan makanan; 9) pelaksanaan urusan tata
usaha dan kerumahtanggaan; 10) pelaksanaan tugas lain yang ditetapkan oleh
Kepala BPOM, sesuai dengan bidang tugasnya.
Untuk melaksanakan tugas dan fungsi tersebut, BPOM di Pusat mempunyai 4
(empat) unit kerja Eselon I dan 23 (dua puluh tiga) unit kerja Eselon II serta
unit kerja Eselon II dan III untuk 33 unit kerja Balai Besar/Balai POM di daerah.
Operasionalisasi kegiatan pengawasan obat dan makanan di daerah
dilaksanakan oleh 33 Balai Besar/Balai POM di 33 provinsi seluruh Indonesia.
Dalam upaya menyelaraskan pelaksanaan program dan kegiatan maka
ditetapkan Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan dan Anggaran BPOM TA 2017.
B. MAKSUD DAN TUJUAN
1. Maksud
Petunjuk Pelaksanaan (Juklak) Anggaran Tahun 2017 di lingkungan BPOM
ini dimaksudkan sebagai pedoman pelaksanaan anggaran untuk membantu
para pengelola anggaran dalam melaksanakan Daftar Isian Pelaksanaan
Anggaran (DIPA) dan Petunjuk Operasional Kegiatan (POK) Tahun 2017.
2. Tujuan
Juklak ini bertujuan untuk memberikan petunjuk dan arahan dalam
pengelolaan anggaran yang benar agar pengelolaan anggaran dilakukan
secara transparan, akuntabel, tertib administrasi, efisien dan efektif
sehingga dapat mencegah terjadinya kesalahan dan atau penyimpangan
serta sebagai dasar pelaksanaan pengawasan melekat yang dilakukan
secara terus menerus.
C. RUANG LINGKUP
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 6
Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan dan Anggaran BPOM ini mengatur tentang
Pelaksanaan Kegiatan dan Anggaran Tahun 2017 dilengkapi dengan aturan dan
ketentuan tentang:
I. Program, Kegiatan, Target dan Indikator
II. Pengorganisasian Pengelola Anggaran
III. Tata Cara Penerimaan dan Pengeluaran Anggaran, termasuk Pengelolaan
PNBP dan Hibah;
IV. Ketentuan Umum dalam Pengelolaan Anggaran
V. Ketentuan Khusus dalam Pelaksanaan Anggaran
VI. Ketentuan Khusus Pengadaan Barang dan Jasa
Juklak ini juga mengatur pelaksanaan anggaran dalam DIPA dan POK seluruh
Satuan Kerja (Satker) di lingkungan BPOM.
DIPA adalah dokumen pelaksanaan anggaran yang disusun oleh Pengguna
Anggaran (PA)/Kuasa Pengguna Anggaran (KPA). Berlaku untuk 1 (satu) tahun
anggaran dan memuat informasi satuan-satuan terukur yang berfungsi sebagai
dasar pelaksanaan kegiatan bagi satker dan dasar pencairan dana/pengesahan
bagi Bendahara Umum Negara (BUN)/Kuasa BUN. Pagu dalam DIPA
merupakan batas pengeluaran tertinggi yang tidak boleh dilampaui dan
pelaksanaannya harus dapat dipertanggungjawabkan.
DIPA yang disusun oleh PA terdiri dari 2 jenis, yaitu :
a. DIPA Induk adalah akumulasi dari DIPA per Satker yang disusun oleh PA
menurut unit Eselon I dalam hal ini Kepala BPOM;
b. DIPA Petikan adalah DIPA per Satker yang dicetak secara otomatis melalui
sistem, yang berisi mengenai informasi kinerja, rincian pengeluaran,
rencana penarikan dana dan perkiraan penerimaan, dan catatan yang
berfungsi sebagai dasar dalam pelaksanaan kegiatan satker. DIPA Petikan
terdiri atas DIPA satker-satker yang berada dibawah unit Eselon I BPOM.
Sedangkan POK adalah dokumen yang dibuat oleh PA atau KPA yang berisi
petunjuk teknis pelaksanaan kegiatan dalam DIPA sebagai pengendali
operasional kegiatan. POK dipergunakan sebagai pengendali operasional
kegiatan untuk memperlancar pelaksanaan kegiatan sebagaimana tertuang
dalam DIPA Tahun 2017. POK 2017 sudah mengakomodir restrukturisasi
program dan anggaran, dimana Program melekat pada satu unit eselon I,
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 7
sedangkan Kegiatan dilaksanakan oleh unit eselon II, masing-masing Kegiatan
mempunyai output, setiap output dicapai melalui beberapa tahapan yang
disebut komponen, dan setiap komponen terdiri dari beberapa akun yang di
dalamnya terdapat beberapa detil.
Dokumen DIPA dan POK tersebut sebelumnya telah direview oleh Aparatur
Pengawas Internal Pemerintah (APIP) BPOM sesuai PMK Nomor
196/PMK.02/2015 tentang Petunjuk Penyusunan dan Penelahaan Rencana
Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga dan Daftar Isian
Pelaksanaan Anggaran.
DIPA Petikan/POK untuk 9 (sembilan) Satker di BPOM Pusat dan 33 (tiga
puluh tiga) Satker di Balai Besar/Balai POM Daerah pada TA 2017 yaitu :
NO DIPA PETIKAN/POK/
SATKER KEPALA SATKER
1 Sekretariat Utama Sekretaris Utama
2 Kedeputian I Bidang Pengawasan
Produk Terapetik dan NAPZA
Deputi I
3 Kedeputian II Bidang Pengawasan
Obat Tradisional,Kosmetik dan
Produk Komplemen
Deputi II
4 Kedeputian III Bidang
Pengawasan Keamanan Pangan
dan Bahan Berbahaya
Deputi III
5 Inspektorat BPOM Inspektur BPOM
6 Pusat Pengujian Obat dan
Makanan Nasional
Kepala Pusat Pengujian Obat dan
Makanan Nasional
7 Pusat Informasi Obat dan
Makanan
Kepala Pusat Informasi Obat dan
Makanan
8 Pusat Penyidikan Obat dan
Makanan
Kepala Pusat Penyidikan Obat dan
Makanan
9 Pusat Riset Obat dan Makanan Kepala Pusat Riset Obat dan
Makanan
10 Balai Besar POM di Jakarta Kepala Balai Besar POM Jakarta
11 Balai Besar POM di Bandung Kepala Balai Besar POM Bandung
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 8
NO DIPA PETIKAN/POK/
SATKER KEPALA SATKER
12 Balai Besar POM di Semarang Kepala Balai Besar POM Semarang
13 Balai Besar POM di Yogyakarta Kepala Balai Besar POM Yogyakarta
14 Balai Besar POM di Surabaya Kepala Balai Besar POM Surabaya
15 Balai Besar POM di Banda Aceh Kepala Balai Besar POM Banda Aceh
16 Balai Besar POM di Medan Kepala Balai Besar POM Medan
17 Balai Besar POM di Padang Kepala Balai Besar POM Padang
18 Balai Besar POM di Pekanbaru Kepala Balai Besar POM Pekanbaru
19 Balai POM di Jambi Kepala Balai POM Jambi
20 Balai Besar POM di Palembang Kepala Balai Besar POM Palembang
21 Balai Besar POM di Bandar
Lampung
Kepala Balai Besar POM Bandar
Lampung
22 Balai Besar POM di Pontianak Kepala Balai Besar POM Pontianak
23 Balai POM di Palangkaraya Kepala Balai POM Palangkaraya
24 Balai Besar POM di Banjarmasin Kepala Balai Besar POM
Banjarmasin
25 Balai Besar POM di Samarinda Kepala Balai Besar POM Samarinda
26 Balai Besar POM di Manado Kepala Balai Besar POMManado
27 Balai POMdi Palu Kepala Balai POM Palu
28 Balai Besar POM di Makassar Kepala Balai Besar Makassar
29 Balai POM di Kendari Kepala Balai POM Kendari
30 Balai POM di Ambon Kepala Balai POM Ambon
31 Balai Besar POM di Denpasar Kepala Balai Besar POMDenpasar
32 Balai Besar POM di Mataram Kepala Balai Besar POM Mataram
33 Balai POM di Kupang Kepala Balai POM Kupang
34 Balai Besar POM di Jayapura Kepala Balai Besar POM Jayapura
35 Balai POM di Bengkulu Kepala Balai POM Bengkulu
36 Balai POM di Serang Kepala Balai POM Serang
37 Balai POM di Batam Kepala Balai POM Batam
38 Balai POM di Pangkalpinang Kepala Balai POM di Pangkalpinang
39 Balai POM di Gorontalo Kepala Balai POM Gorontalo
40 Balai POM di Manokwari Kepala Balai POM Manokwari
41 Balai POM di Sofifi Kepala Balai POM Sofifi
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 9
NO DIPA PETIKAN/POK/
SATKER KEPALA SATKER
42 Balai POM di Mamuju Kepala Balai POM Mamuju
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 10
BAB II
PROGRAM, KEGIATAN, TARGET DAN INDIKATOR
A. PROGRAM DAN KEGIATAN
Untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi sebagai lembaga pengawasan
Obat dan Makanan, BPOM menetapkan program-programnya sesuai RPJMN
periode 2015-2019, yaitu program utama (teknis) dan program pendukung
(generik), sebagai berikut:
a. Program Teknis
Program Pengawasan Obat dan Makanan
Program ini dimaksudkan untuk melaksanakan tugas-tugas utama BPOM
dalam menghasilkan standardisasi dalam pemenuhan mutu, keamanan dan
manfaat Obat dan Makanan melalui serangkaian kegiatan penetapan
standar pengawasan, penilaian Obat dan Makanan sesuai standar,
pengawasan terhadap sarana produksi, pengawasan terhadap sarana
distribusi, sampling dan pengujian Obat dan Makanan beredar, penegakan
hukum, serta pembinaan dan bimbingan kepada pemangku kepentingan.
b. Program Generik
1) Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis lainnya
BPOM.
2) Program Peningkatan Sarana dan Prasarana BPOM.
Sehingga untuk pelaksanaan Anggaran Tahun 2017, BPOM mempunyai tiga
program yaitu Program Pengawasan Obat dan Makanan, Program Dukungan
Manajemen dan Pelaksanaan Teknis Lainnya BPOM dan Program Peningkatan
Sarana dan Prasarana Aparatur BPOM.
Selanjutnya, program-program tersebut dijabarkan dalam kegiatan-kegiatan
prioritas BPOM yang tersebar dalam beberapa unit Eselon II/Unit Mandiri
sebagai berikut:
a. Kegiatan-kegiatan utama untuk melaksanakan Pengawasan Obat dan
Makanan
1) Pengawasan Obat dan Makanan di 33 Balai Besar/Balai POM;
2) Inspeksi dan Sertifikasi Obat Tradisional, Kosmetik dan Suplemen
Kesehatan;
3) Inspeksi dan Sertifikasi Pangan;
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 11
4) Pengembangan Obat Asli Indonesia;
5) Pengawasan Distribusi Obat;
6) Pengawasan Narkotika, Psikotropika, Prekursor dan Zat Adiktif;
7) Pengawasan Produk dan Bahan Berbahaya;
8) Pengawasan Produksi Obat;
9) Penilaian Pangan Olahan;
10) Penilaian Obat;
11) Penilaian Obat Tradisional, Suplemen Kesehatan dan Kosmetik;
12) Penyusunan Standard Obat Tradisional, Kosmetik dan Suplemen
Kesehatan;
13) Penyusunan Standard Pangan;
14) Penyusunan Standard Obat;
15) Surveilan dan Penyuluhan Keamanan Pangan;
16) Pemeriksaan Secara Laboratorium, Pengujian dan Penilaian Keamanan,
Manfaat dan Mutu Obat dan Makanan serta Pembinaan Laboratorium
POM;
17) Investigasi Awal dan Penyidikan terhadap Pelanggaran Bidang Obat
dan Makanan;
18) Riset Keamanan, Khasiat dan Mutu Obat dan Makanan.
b. Kegiatan untuk melaksanakan kedua program generik (pendukung):
1) Koordinasi Kegiatan Penyusunan Rancangan Peraturan Perundang-
Undangan, Bantuan Hukum, Layanan Pengaduan Konsumen dan
Hubungan Masyarakat;
2) Peningkatan Penyelenggaraan Hubungan dan Kerjasama Luar Negeri
BPOM;
3) Koordinasi Perumusan Renstra dan Pengembangan Organisasi,
Penyusunan Program dan Anggaran, Keuangan serta Evaluasi dan
Pelaporan;
4) Peningkatan Kapasitas dan Kapabilitas SDM Aparatur BPOM;
5) Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur BPOM;
6) Pelayanan Informasi Obat dan Makanan, Informasi Keracunan dan
Teknologi Informasi;
7) Peningkatan Sarana dan Prasaran Aparatur BPOM;
8) Pengadaan, Pemeliharaan dan Pembinaan Pengelolaan, serta
Peningkatan Sarana dan Prasarana Penunjang Aparatur BPOM;
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 12
Untuk melaksanakan program dan kegiatan tersebut dalam TA 2017 BPOM
mendapat alokasi dana sejumlahRp. 1.796.783.895.000,- (satu trilyun tujuh
ratus sembilan puluh enam milyar tujuh ratus delapan puluh tiga juta delapan
ratus sembilan puluh lima ribu rupiah), yang tersebar di 3 (tiga) program.
B. TARGET KINERJA
Sebagaimana sasaran strategis BPOM sesuai dengan tujuan yang telah
ditetapkan, maka target sesuai dengan indikator masing-masing sasaran
strategis adalah sebagai berikut :
Sasaran Strategis Indikator
Menguatnya Sistem Pengawasan
Obat dan Makanan
Persentase obat yang memenuhi
syarat
Persentase Obat Tradisional yang
memenuhi syarat
Persentase kosmetik yang memenuhi
syarat
Persentase suplemen makanan yang
memenuhi syarat
Persentase makanan yang memenuhi
syarat
Meningkatnya kemandirian pelaku
usaha, kemitraan dengan
pemangku kepentingan dan
partisipasi masyarakat
Jumlah industri farmasi yang
meningkat tingkat kemandiriannya
Jumlah pelaku usaha Industri Obat
Tradisional (IOT) yang memiliki
sertifikat CPOTB
Jumlah industri kosmetika yang
mandiri dalam pemenuhan ketentuan
Persentase industri pangan olahan
yang mandiri dalam rangka menjamin
keamanan pangan
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 13
Sasaran Strategis Indikator
Peningkatan indeks kesadaran
masyarakat
Jumlah kerjasama yang
diimplementasikan
Meningkatnya kualitas kapasitas
kelembagaan BPOM
Capaian pelaksanaan RB di BPOM
Opini Laporan Keuangan BPOM dari
BPK
Nilai SAKIP BPOM dari MenPAN
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 14
BAB III
PENGORGANISASIAN PENGELOLA ANGGARAN
Secara umum penerapan anggaran berbasis kinerja di Indonesia didasarkan atas
ketentuan perundang-undangan yang berlaku, yaitu Peraturan Pemerintah (PP)
Nomor 20 Tahun 2004 tentang Rencana Kerja Pemerintah dan PP Nomor 90 Tahun
2010 tentang Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian
Negara/Lembaga, PMK Nomor 196/PMK.02/2015 tentang Petunjuk Penyusunan
dan Penelahaan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga dan
Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran serta PMK Nomor 190/PMK.05/2012 tentang
Tata Cara Pembayaran Dalam Rangka Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara.
Pimpinan Lembaga selaku PA menguasai bagian anggaran dan mempunyai
kewenangan atas penggunaan anggaran di lingkungan Lembaga yang dipimpinnya.
Pimpinan Lembaga yaitu Kepala BPOM sebagai PA bertanggung jawab atas
pengelolaan anggaran pada BPOM.
Pada awal tahun anggaran dalam rangka pengelolaan dan/atau pelaksanaan
anggaran, Kepala BPOM sebagai PA menetapkan Kepala Satker sebagai Kuasa
Pengguna Anggaran/Pengguna Barang (KPA/KPB). Untuk satker yang dipimpin oleh
eselon I/setingkat eselon I, PA dapat menunjuk pejabat lain selain Kepala Satker
untuk menjadi KPA. Dalam hal tidak terdapat perubahan pejabat yang ditunjuk
sebagai KPA pada saat pergantian periode tahun anggaran, penunjukan KPA tahun
anggaran yang lalu masih tetap berlaku.
Penetapan Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) dan Pejabat Penandatanganan Surat
Perintah Membayar (PPSPM) dilimpahkan kepada KPA pada satker masing-masing.
KPA menetapkan PPK dan/atau PPSPM dengan Surat Keputusan dan berlaku sejak
serah terima jabatan. Apabila tidak ada perubahan pejabat yang ditetapkan sebagai
PPK dan/atau PPSPM pada saat pergantian periode tahun anggaran, penetapan PPK
dan/atau PPSPM tahun anggaran yang lalu masih tetap berlaku. Sedangkan bila
terjadi perubahan dan dalam hal PPK dan/atau PPSPM dipindah tugaskan/pensiun/
diberhentikan dari jabatannya/berhalangan sementara, KPA menetapkan PPK
dan/atau PPSPM pengganti dengan Surat Keputusan dan berlaku sejak serah terima
jabatan. Jika terjadi pergantian PPK dan/atau PPSPM, PA menyampaikan
pemberitahuan kepada pejabat yang bersangkutan dan Kepala Kantor Pelayanan
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 15
Perbendaharaan Negara (KPPN) selaku kuasa BUN dengan melampirkan spesimen
tanda tangandan Surat Keputusan (SK) Penetapan.
Bendahara Pengeluaran dan/atau Bendahara Pengeluaran Pembantu (BPP)
ditetapkan oleh Kepala Satker dengan Surat Keputusan dan berlaku sejak serah
terima jabatan. Apabila tidak ada perubahan pejabat yang ditetapkan sebagai
Bendahara Pengeluaran dan/atau BPP pada saat pergantian periode tahun
anggaran, penetapan Bendahara Pengeluaran dan/atau BPP tahun anggaran yang
lalu masih tetap berlaku. Sedangkan bila terjadi perubahan dan dalam hal
Bendahara Pengeluaran dan/atau BPP dipindah tugaskan/pensiun/diberhentikan
dari jabatannya/berhalangan sementara, Kepala Satker menetapkan Bendahara
Pengeluaran dan/atau BPP pengganti dengan Surat Keputusan dan berlaku sejak
serah terima jabatan. Kepala Satker menyampaikan pemberitahuan kepada PPK,
PPSPM, dan Kepala Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) selaku kuasa
BUN dengan melampirkan surat keputusan penetapan dan spesimen tanda tangan.
A. TUGAS DAN TATA HUBUNGAN KERJA PENGELOLA ANGGARAN PUSAT DAN
DAERAH
1. Kuasa Pengguna Anggaran (KPA)
KPA adalah Kepala Satker. PA dapat menunjuk Pejabat lain satu tingkat
dibawah Kepala Satker sebagai KPA dalam hal Satker dipimpin pejabat
Eselon I atau setingkat Eselon I.
Tugas dan tanggung jawab KPA adalah sebagai berikut :
a. menyusun DIPA;
b. menetapkan PPK untuk melakukan tindakan yang mengakibatkan
pengeluaran anggaran belanja Negara;
c. menetapkan PPSPM untuk melakukan pengujian tagihan dan
menerbitkan SPM atas beban anggaran belanja Negara;
d. menetapkan panitia/pejabat yang terlibat dalam pelaksanaan kegiatan
dan pengelola anggaran/keuangan;
e. menetapkan rencana pelaksanaan kegiatan dan rencana penarikan dana,
serta menyusun Rencana Umum Pengadaan di awal tahun anggaran;
f. memberikan supervisi dan konsultasi dalam pelaksanaan kegiatan dan
penarikan dana;
g. mengawasi penatausahaan dokumen dan transaksi yang berkaitan
dengan pelaksanaan kegiatan dan anggaran; dan
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 16
h. menyusun laporan keuangan dan kinerja atas pelaksanaan anggaran
sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
2. Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)
Berdasarkan pertimbangan beban kerja Satker, PPK dapat ditunjuk lebih
dari satu orang. PPK diwajibkan mempunyai Sertifikat Keahlian Pengadaan
Barang/Jasa. PPK tidak dapat merangkap sebagai PPSPM, Kelompok Kerja
Unit Layanan Pengadaan (Pokja ULP), Bendahara Pengeluaran.
PPK memiliki tugas dan wewenang:
a. menyusun rencana pelaksanaan kegiatan dan rencana penarikan dana
berdasarkan DIPA;
b. menerbitkan Surat Penunjukan Penyedia Barang/Jasa;
c. membuat, menandatangani dan melaksanakan perjanjian/kontrak
dengan Penyedia Barang/Jasa;
d. melaksanakan kegiatan swakelola;
e. memberitahukan kepada Kuasa BUN atas perjanjian/kontrak yang
dilakukannya;
f. mengendalikan pelaksanaan perjanjian/kontrak;
g. menguji dan menandatangani surat bukti mengenai hak tagih kepada
negara;
h. membuat dan menandatangani Surat Permintaan Pembayaran (SPP);
i. melaporkan pelaksanaan/penyelesaian kegiatan kepada KPA;
j. menyerahkan hasil pekerjaan pelaksanaan kegiatan kepada KPA dengan
Berita Acara Penyerahan;
k. menyimpan dan menjaga keutuhan seluruh dokumen pelaksanaan
kegiatan; dan
l. melaksanakan tugas dan wewenang lainnya yang berkaitan dengan
tindakan yang mengakibatkan pengeluaran anggaran belanja negara
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
3. Pejabat Penanda Tangan Surat Perintah Membayar (PPSPM)
PPSPM melaksanakan kewenangan KPA untuk melakukan pengujian atas
tagihan dan menerbitkan Surat Perintah Membayar (SPM). PPSPM
ditetapkan satu orang untuk satu satker. Penetapan PPSPM tidak terikat
periode tahun anggaran. Jabatan PPSPM tidak boleh dirangkap oleh PPK
dan bendahara. PPSPM memiliki tugas dan wewenang sebagai berikut :
a. menguji kebenaran SPP beserta dokumen pendukung :
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 17
• kelengkapan dokumen pendukung SPP;
• kesesuaian penanda tangan SPP dengan spesimen tanda tangan PPK;
• kebenaran pengisian format SPP;
• kesesuaian kode Bagan Akun Standar (BAS) pada SPP dengan
DIPA/POK/Rencana Kerja Anggaran Satker;
• ketersediaan pagu sesuai BAS pada SPP dengan DIPA/POK/Rencana
Kerja Anggaran Satker;
• kebenaran formal dokumen/surat keputusan yang menjadi
persyaratan/kelengkapan pembayaran belanja pegawai;
• kebenaran formal dokumen/surat bukti yang menjadi
persyaratan/kelengkapan sehubungan dengan pengadaan
barang/jasa;
• kebenaran pihak yang berhak menerima pembayaran pada SPP
sehubungan dengan perjanjian/kontrak/surat keputusan;
• kebenaran perhitungan tagihan serta kewajiban di bidang perpajakan
dari pihak yang mempunyai hak tagih;
• kepastian telah terpenuhinya kewajiban pembayaran kepada negara
oleh pihak yang mempunyai hak tagih kepada negara; dan
• kesesuaian prestasi pekerjaan dengan ketentuan pembayaran dalam
perjanjian/kontrak.
b. menolak dan mengembalikan SPP, apabila SPP tidak memenuhi
persyaratan untuk dibayarkan;
c. membebankan tagihan pada mata anggaran yang telah disediakan;
d. menerbitkan SPM;
e. menyimpan dan menjaga keutuhan seluruh dokumen hak tagih;
f. melaporkan pelaksanaan pengujian dan perintah pembayaran kepada
KPA; dan
g. melaksanakan tugas dan wewenang lainnya yang berkaitan dengan
pelaksanaan pengujian dan perintah pembayaran
4. Bendahara
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 18
Perbendaharaan dikelola berdasarkan PMK Nomor 162 /PMK.05/2013
Tentang Kedudukan dan tanggung jawab bendahara pada satker pengelola
anggaran pendapatan dan belanja negara.
1) Bendahara Pengeluaran
Bendahara Pengeluaran adalah orang yang ditunjuk untuk menerima,
menyimpan, membayarkan, menatausahakan, dan
mempertanggungjawabkan uang untuk keperluan belanja negara dalam
rangka pelaksanaan APBN pada kantor/satker Kementerian
Negara/Lembaga.
Bendahara Pengeluaran wajib menyelenggarakan pembukuan terhadap
seluruh penerimaan dan pengeluaran meliputi seluruh transaksi dalam
rangka pelaksanaan anggaran belanja satker yang berada dibawah
pengelolaannya;
Dalam rangka menyelenggarakan pembukuan, Bendahara Pengeluaran
wajib menyelenggarakan pembukuan dalam Buku Kas Umum (BKU),
buku-buku pembantu, dan Buku Pengawasan Anggaran.
Pembukuan bendahara dilakukan dengan aplikasi yang dibuat dan
dibangun oleh Kementerian Keuangan cq Direktorat Jenderal
Perbendaharaan. Jika bendahara tidak dapat melakukan pembukuan
menggunakan aplikasi tersebut maka bendahara dapat melakukan
pembukuan secara manual baik dengan tulis tangan atau dengan
komputer. Bendahara Pengeluaran dalam pengelolaan Uang
Persediaandapat dibantu oleh seseorang atau beberapa orang Bendahara
Pengeluaran Pembantu (BPP) yang ditunjuk oleh Kepala Satker.
Bendahara pengeluaran tidak dapat dirangkap oleh KPA, PPK, PPSPM
dan Pokja ULP.
Pelaksanaan tugas kebendaharaan Bendahara Pengeluaran meliputi:
a. menerima, menyimpan, menatausahakan, dan membukukan
uang/surat berharga dalam pengelolaannya;
b. melakukan pengujian dan pembayaran berdasarkan perintah
PPKyang tertuang dalam Surat Perintah Bayar (SPBy);
c. menolak perintah pembayaran apabila tidak memenuhi persyaratan
untuk dibayarkan;
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 19
d. melakukan pemotongan/pemungutan penerimaan negara dari
pembayaran yang dilakukannya (pajak);
e. menyetorkan pemotongan/pemungutan kewajiban kepada negara ke
kas negara (pajak);
f. mengelola rekening tempat penyimpanan Uang Persediaan (UP); dan
g. menyampaikan Laporan Pertanggungjawaban (LPJ) kepada Kepala
KPPN selaku kuasa BUN.
2) Bendahara Pengeluaran Pembantu (BPP)
BPP pada masing-masing unit kerja bertugas membantu Bendahara
Pengeluaran dan bertanggungjawab kepada Bendahara Pengeluaran
tersebut. BPP bertanggung jawab secara pribadi atas seluruh uang di atas
pembayaran yang dilaksanakan.BPP dapat ditunjuk lebih dari 1 (satu)
orang sesuai kebutuhan.
Pelaksanaan tugas kebendaharaan BPP meliputi:
a. menerima dan menyimpan UP;
b. melakukan pengujian dan pembayaran atas tagihan yang dananya
bersumber dari UP;
c. melakukan pembayaran yang dananya bersumber dari UP
berdasarkan perintah PPK;
d. menolak perintah pembayaran apabila tidak memenuhi persyaratan
untuk dibayarkan;
e. melakukan pemotongan/pemungutan dari pembayaran yang
dilakukannya atas kewajiban kepada negara(pajak);
f. menyetorkan pengembalian belanja ke kas negara dengan
menggunakan aplikasi SIMPONI;
g. menatausahakan transaksi UP;
h. menyelenggarakan pembukuan transaksi UP
3) Bendahara Penerimaan
Bendahara Penerimaan adalah orang yang ditunjuk untuk menerima,
menyimpan, menyetorkan, menatausahakan dan
mempertanggungjawabkan uang pendapatan negara dalam rangka
pelaksanaan APBN pada kantor/satker Kementerian Negara/Lembaga.
Sesuai Surat Edaran Kepala BPOM Nomor KU.06.02.213.00224 tanggal
15 Januari 2002, BPOM memiliki kewajiban menyetor PNBP, untuk
penerimaan PNBP yang sudah diatur dalam PP Nomor 48 Tahun 2010
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 20
disetor melalui rekening BPOM dan penerimaan PNBP yang berlaku
umum wajib menyetorkannya langsung ke Kas Negara, penyetoran PNBP
ke Kas Negara harus menggunakan formulir SSBP.
Surat Setoran Bukan Pajak (SSBP)/Surat Setoran Pengembalian Belanja
(SSPB)/Surat Setoran Pajak (SSP) yang dinyatakan sah adalah
SSBP/SSPB/SSP yang telah mendapat Nomor Transaksi Penerimaan
Negara (NTPN) dan Nomor Transaksi Bank (NTB)/Nomor Transaksi Pos
(NTP)/Nomor Penerimaan Potongan (NPP).
Bendahara Penerimaan Satker yang mempunyai PNBP baik pusat dan
daerah berkewajiban menyampaikan laporan realisasi penerimaan PNBP
kepada Bagian Keuangan.
Tugas Bendahara Penerimaan meliputi antara lain :
a. Menerima dan menyimpan uang Pendapatan Negara;
b. Menyetorkan uang Pendapatan Negara ke rekening Kas Negara secara
periodik sesuai ketentuan Peraturan Perundang-undangan dengan
menggunakan aplikasi SIMPONI;
c. Menatausahakan transaksi uang Pendapatan Negara di lingkungan
Kementerian/Lembaga/Satker;
d. Menyelenggarakan pembukuan transaksi uang Pendapatan Negara;
e. Mengelola rekening tempat penyimpanan uang Pendapatan Negara;
dan
f. Menyampaikan laporan pertanggungjawaban bendahara kepada
Badan Pemeriksa Keuangan dan Kuasa BUN.
Struktur Pengelolaan Anggaran BPOM TA. 2017 sebagaimana terdapat
dalam Lampiran 2. Struktur Pengelolaan Anggaran.
B. PENATAUSAHAAN KAS BENDAHARA PENGELUARAN DAN BENDAHARA
PENGELUARAN PEMBANTU (BPP)
Pada setiap akhir hari kerja, uang tunai yang berasal dari UP/TUP yang ada
pada Kas Bendahara Pengeluaran/BPP paling banyak sebesar Rp.50.000.000,-
(lima puluh juta rupiah) jika lebih dari Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah)
harus dibuat Berita Acara Keadaan Kas yang ditandatangani KPA/PPK atas
nama KPA dan Bendahara Pengeluaran/BPP sesuai PMK Nomor
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 21
162/PMK.05/2013 tentang Kedudukan Dan Tanggung Jawab Bendahara
Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara Pada Pengelola.
Sehubungan dengan fungsi BPP selaku perpanjangan tangan dari Bendahara
Pengeluaran, penyaluran dana kepada BPP (baik yang bersumber dari UP
maupun SPM-LS Bendahara) pada dasarnya belum merupakan
belanja/pengeluaran kas bagi Bendahara Pengeluaran. Dengan demikian, kas
pada BPP masih merupakan uang yang harus dipertanggung jawabkan oleh
Bendahara Pengeluaran.
Berikut tata cara pembukuan Bendahara Pengeluaran dan Bendahara
Pengeluaran Pembantu :
1. Pembukuan Bendahara Pengeluaran
a. Setiap transaksi penerimaan dan pengeluaran harus segera dicatat dalam
Buku Kas Umum sebelum dibukukan dalam buku-buku
pembantu/register-register dan buku pengawasan anggaran. Buku
Pembantu terdiri dari Buku Pembantu Kas Tunai, Buku Pembantu Kas,
Buku Pembantu Kas Bank, Buku Pembantu BPP, Buku Pembantu UP,
Buku Pembantu Uang Muka, Buku Pembantu Pajak, Buku Pembantu LS-
Bendahara, Buku Pembantu Lain-lain. Pembukuan Bendahara dapat
dilakukan dengan aplikasi yang dibuat dan dibangun oleh Kementerian
Keuangan cq. Direktorat Jenderal Perbendaharaan.
b. Dokumen sumber pembukuan bendahara yang harus dicatat dalam Buku
Kas Umum, antara lain:
1. yang dinyatakan sah (sebagai bukti pembukuan penerimaan
bendahara); Kuitansi/dokumen pembayaran terkait tagihan (sebagai
bukti pembukuan pengeluaran bendahara);
2. Faktur pajak, bukti potongan atas pembayaran yang dilakukan oleh
bendahara (sebagai bukti pembukuan penerimaan bendahara);
3. SSP/SSBP/SSPB yang dinyatakan sah (sebagai bukti pembukuan
pengeluaran bendahara);
c. Dokumen sumber pembukuan bendahara dalam BKU dibukukan sebesar
nilai bruto. Nilai bruto tersebut berfungsi sebagai pengurang kredit
anggaran untuk mata anggaran berkenaan dalam Buku Pengawasan
Anggaran.
d. Dokumen sumber pembukuan bendahara pada BKU, berfungsi sebagai
pengesahan atas kuitansi/dokumen pembayaran sebagaimana dimaksud
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 22
pada poin (2) huruf b. dibukukan sebesar nilai bruto. Nilai bruto tersebut
berfungsi sebagai pengurang kredit anggaran untuk mata anggaran
berkenaan dan sekaligus sebagai pengesahan atas belanja.
2. Pembukuan Bendahara Pengeluaran Pembantu
BPP melakukan pembukuan atas transaksi yang dilakukannya dan
mempertanggungjawabkannya kepada Bendahara Pengeluaran dalam
bentuk LPJ-BPP. Selanjutnya dalam kaitannya dengan penyaluran dana
kepada BPP, LPJ-BPP menjadi dokumen sumber pembukuan bagi
Bendahara Pengeluaran.
Buku Pembantu pada BPP meliputi : Buku Pembantu BPP, Buku Pembantu
UP, Buku Pembantu Kas, Buku Pembantu Kas Tunai, Buku Pembantu Bank
(jika BPP mempunyai rekening bank), Buku Pembantu LS Bendahara, Buku
Pembantu Pajak. Pembukuan Bendahara Pembantu dapat dilakukan dengan
aplikasi yang dibuat dan dibangun oleh Kementerian Keuangan cq.
Direktorat Jenderal Perbendaharaan.
Tata cara pembukuan Bendahara Pengeluaran, Bendahara Penerimaan dan
BPP dilakukan sesuai dengan Perdirjen Perbendaharaan Nomor PER-
3/PB/2014 tentang Petunjuk Teknis Penatausahaan, Pembukuan, dan
Pertanggungjawaban Bendahara pada Pengelola Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara serta Verifikasi Laporan Pertanggungjawaban Bendahara.
C. LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN (LPJ) BENDAHARA DAN BENDAHARA
PENGELUARAN PEMBANTU
Laporan pertanggungjawaban Bendahara, yang selanjutnya disingkat LPJ,
adalah laporan yang dibuat oleh bendahara Penerimaan/Pengeluaran atas
uang/surat berharga yang dikelolanya sebagai pertanggungjawaban
pengelolaan uang. LPJ Bendahara tersebut disampaikan kepada KPPN paling
lambat tanggal 10 (sepuluh) bulan berikutnya dengan melampirkan :
1. Berita Acara Pemeriksaan Kas dan Rekonsiliasi
2. Salinan Rekening Koran
3. Daftar Saldo Rekening
4. Daftar Hasil Konfirmasi Surat Setoran Penerimaan Negara
5. Neraca Tingkat Satker
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 23
Laporan Pertanggungjawaban BPP yang selanjutnya disingkat LPJ-BPP, adalah
laporan yang dibuat oleh BPP atas uang yang dikelolanya sebagai
pertanggungjawaban pengelolaan uang. LPJ-BPP disampaikan kepada
Bendahara Pengeluaran setiap melakukan revolving GUP.
Bendahara Penerimaan dan Bendahara Pengeluaran wajib menyusun LPJ secara
bulanan atas uang yang dikelolanya yang menyajikan informasi sebagai berikut:
a) keadaan pembukuan pada bulan pelaporan, meliputi saldo awal,
penambahan, penggunaan, dan saldo akhir dari buku-buku pembantu dari
BKU, buku-buku pembantu dan Buku Pengawasan Anggaran;
b) keadaan kas pada akhir bulan pelaporan, meliputi uang tunai dibrankas dan
saldo di rekening bank/pos;
c) hasil rekonsilisasi internal (antara pembukuan bendahara dengan UAKPA);
d) penjelasan atas selisih (jika ada), antara saldo buku dan saldo kas.
D. MEKANISME PENCAIRAN DANA DIPA
Pencairan Dana DIPA pada awal tahun anggaran dapat dilakukan jika telah
melakukan hal – hal sebagai berikut :
1. Menyelesaikan pertanggungjawaban Ganti Uang Persediaan (GUP)/TUP
NIHIL tahun anggaran sebelumnya.
2. Menyerahkan dan melakukan rekonsiliasi LPJ Bendahara Pengeluaran
Kepada KPPN.
3. Melakukan rekonsiliasi Sistem Akuntansi Instansi Berbasis Akrual (SAIBA)
dengan KPPN menggunakan aplikasi e-rekon.
4. Mengajukan spesimen tanda tangan KPA, PPK, PPSPM, Bendahara
Pengeluaran dan pengantar SPM/pengambil SP2D jika ada pergantian
pejabat tersebut.
Apabila tahapan-tahapan diatas belum diselesaikan maka pencairan dana DIPA
belum dapat dilakukan kecuali untuk pembayaran belanja pegawai (gaji bulan
Januari). Sedangkan mekanisme pencairan dana dalam DIPA dapat dilakukan
melalui :
✓ pembayaran langsung (LS) Bendahara Pengeluaran/pihak lainnya¸ untuk
keperluan belanja pegawai non gaji induk, pembayaran honorarium dan
perjalanan dinas;
✓ Pembayaran Langsung ( LS ) pihak ketiga, untuk pembayaran kepada
penyedia barang/jasa;
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 24
✓ Pembayaran melalui UP/TUP
1. Pengajuan Surat Permintaan Pembayaran ( SPP )
PPK mengesahkan dokumen tagihan dan menerbitkan SPP atas dasar
tagihan yang diajukan dari penerima hak berdasarkan bukti-bukti yang sah
untuk memperoleh pembayaran terhadap pelaksanaan kegiatan dengan
kelengkapan sebagaimana ditetapkan sesuai peraturan yang berlaku.
Penerbitan SPP didasarkan atas bukti-bukti yang sah, sebagai berikut :
1) SPP LS kepada penyedia barang/jasa, dilaksanakan berdasarkan bukti-
bukti yang sah, meliputi :
a. Bukti Perjanjian/kontrak;
b. Referensi bank yang menunjukan nama dan nomor rekening penyedia
barang/jasa;
c. Berita Acara Penyelesaian Pekerjaan;
d. Berita Acara Serah Terima Pekerjaan/Barang;
e. Berita Acara Pembayaran;
f. Bukti penyelesaian pekerjaan lainnya sesuai ketentuan;
g. Kuitansi yang telah ditandatangani oleh penyedia dan PPK, yang
dibuat sesuai format sebagaimana tercantum pada lampiran III PMK
Nomor 190/PMK.05/2012;
h. Faktur pajak beserta SSP yang telah ditandatangan wajib pajak/
bendahara pengeluaran;
i. Jaminan yang dikeluarkan oleh bank/lembaga keuangan lainnya, yang
dipersyaratkan dalam ketentuan peraturan pengadaan barang/jasa;
j. Dokumen lain yang dipersyaratkan khususnya untuk
perjanjian/kontrak yang dananya sebagian atau seluruhnya
bersumber dari pinjaman atau hibah dalam/luar negeri bersangkutan.
2) SPP LS untuk pembayaran gaji dilengkapi dengan :
a. Daftar gaji, rekapitulasi daftar gaji, dan halaman luar daftar gaji,
berikut ADK-nya yang ditandatangani oleh Petugas Pengelolaan
Administrasi Belanja Pegawai (PPABP), Bendahara Pengeluaran, dan
KPA/PPK;
b. Daftar perubahan data pegawai berikut ADK nya yang ditandatangani
PPABP;
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 25
c. Daftar penerimaan gaji bersih pegawai untuk pembayaran gaji yang
dilaksanakan secara langsung pada rekening masing-masing pegawai;
d. Copy dokumen pendukung perubahan data pegawai yang telah
dilegalisir oleh pejabat yang berwenang;
e. ADK terkait dengan perubahan data pegawai;
f. ADK perhitungan pembayaran Belanja Pegawai sesuai perubahan data
pegawai;
g. Surat Setoran Pajak Penghasilan (SSP PPh) pasal 21.
3) SPP LS untuk pembayaran Uang Lembur, dilengkapi dengan :
a. Daftar pembayaran perhitungan lembur dan rekapitulasi daftar
perhitungan lembur yang ditandatangani oleh PPABP, Bendahara
Pengeluaran, dan KPA/PPK;
b. Surat perintah kerja lembur;
c. Daftar hadir kerja selama 1 (satu) bulan;
d. Daftar hadir lembur; dan
e. SSP PPh pasal 21.
4) SPP LS untuk pembayaran uang makan dilengkapi dengan :
a. Daftar perhitungan uang makan yang ditandatangani oleh PPABP,
Bendahara Pengeluaran, dan KPA/PPK; dan
b. SSP PPh pasal 21.
5) SPP LS untuk pembayaran honorarium tetap / vakasi dilengkapi dengan:
a. Daftar perhitungan honorarium/vakasi yang ditandatangani oleh
PPABP, Bendahara Pengeluaran, dan KPA/PPK;
b. SK dari Pejabat yang berwenang;
c. SSP PPh pasal 21 yang ditandatangani oleh Bendahara Pengeluaran.
6) SPP LS untuk pembayaran perjalanan dinas diatur sebagai berikut :
a Surat Keputusan yang terdapat pernyataan bahwa biaya yang timbul
akibat penerbitan surat keputusan dimaksud dibebankan pada DIPA;
b. Daftar nominatif penerima honorarium yang memuat paling sedikit
nama orang, besaran honorarium, dan nomor rekening masing-
masing penerima honorarium yang ditandatangani oleh KPA/PPK dan
Bendahara Pengeluaran;
c. SSP PPh Pasal 21 yang ditandatangani olehBendahara Pengeluaran.
7) SPP LS untuk pembayaran perjalanan dinas diatur sebagai berikut :
a. Perjalanan dinas jabatan yang sudah dilaksanakan, dilampiri dengan:
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 26
1. Daftar nominatif perjalanan dinas yang ditandatangani PPK,
memuat paling kurang nama, pangkat/golongan, tujuan, tanggal
keberangkatan, lama perjalanan dinas, dan biaya yang diperlukan
untuk masing-masing pejabat yang melaksanakan perjalanan dinas;
2. Dokumen pertanggungjawaban biaya perjalanan dinas jabatan
(seperti : tiket, Boarding pass, airport tax, bill hotel, SPD, Surat
Tugas, Surat persetujuan pemerintah, fotokopi halaman paspor
yang dibubuhi cap/tanda keberangkatan/kedatangan)
sebagaimana diatur dalam PMK No. 113/PMK.05/2012 tentang
Perjalanan Dinas Jabatan Dalam Negeri dan PMK No.
227/PMK.05/2016 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 164/PMK.05/2015 Tentang Tata Cara
Pelaksanaan Perjalanan Dinas Luar Negeri.
b. Perjalanan dinas jabatan yang belum dilaksanakan, dilampiri dengan
surat tugas dan daftar nominatif perjalanan dinas yang ditandatangani
PPK, memuat paling kurang nama, pangkat/golongan, tujuan, tanggal
keberangkatan, lama perjalanan dinas, dan biaya yang diperlukan
untuk masing-masing pejabat yang melaksanakan perjalanan dinas;
8) SPP LS untuk pembayaran pengadaan tanah dilampiri dengan :
a. Daftar nominatif penerima pembayaran uang ganti kerugian yang
memuat paling sedikit nama masing-masing penerima, besaran uang
dan nomor rekening masing-masing penerima.
b. Foto copy bukti kepemilikan tanah;
c. Bukti pembayaran/kuitansi yang sudah ditandatangan oleh pihak
penjual dan PPK;
d. Surat Pemberitahuan Pajak Terutang Pajak Bumi dan Bangunan (SPPT
PBB) tahun transaksi;
e. Surat Pernyataan dari penjual bahwa tanah tersebut tidak dalam
sengketa dan tidak sedang dalam agunan;
f. Surat pernyataan dari pengadilan negeri yang wilayah hukumnya
meliputi lokasi tanah yang disengketakan bahwa pengadilan negeri
tersebut dapat menerima uang penitipan ganti kerugian, dalam hal
tanah sengketa;
g. Surat Direktur Jenderal Perbendaharaan atau pejabat yang ditunjuk
yang menyatakan bahwa rekening Pengadilan Negeri yang
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 27
menampung uang titipan tersebut merupakan Rekening Pemerintah
Lainnya, dalam hal tanah sengketa;
h. Berita Acara pelepasan hak atas tanah atau penyerahan tanah;
i. SSP PPh final atas pelepasan hak;
j. Surat pelepasan hak adat (bila diperlukan); dan
k. Dokumen-dokumen lainnya sebagaimana dipersyaratkan dalam
peraturan perundang-undangan mengenai pengadaan tanah.
9) SPP- UP/GUP/GUP Nihil
a. Kebutuhan UP dilengkapi dengan perhitungan besaran UP yang sudah
disusun Bendahara Pengeluaran di sampaikan kepada PPK untuk
diterbitkan SPP-UP dan selanjutnya paling lambat 2 (dua) hari kerja
disampaikan kepada PPSPM untuk diterbitkan SPM-UP;
b. Bendahara pengeluaran/BPP melakukan pembayaran atas UP
berdasarkan Surat Perintah Bayar (SPBy) yang disetujui dan
ditandatangani oleh PPK atas nama KPA, dengan dilampiri bukti
pengeluaran berupa : kuitansi/bukti pembelian/nota/bukti
penerimaan barang/jasa yang disahkan PPK beserta faktur pajak dan
SSP;
c. Dalam hal pembayaran yang dilakukan Bendahara Pengeluaran
merupakan uang muka kerja, SPBy harus dilampiri : rencana
pelaksanaan kegiatan/pembayaran, rincian kebutuhan dana dan batas
waktu pertanggungjawaban uang muka kerja (contoh SPBy tercantum
dalam lampiran XII, PMK No. 190/PMK.05/2012);
d. Untuk pengisian kembali UP (revolving), PPK menerbitkan SPP-GUP
yang dilengkapi dengan dokumen pendukung sebagai berikut :
• Daftar rincian permintaan pembayaran;
• kuitansi/bukti pembelian/nota/bukti penerimaan barang/jasa
yang disahkan PPK beserta faktur pajak dan SSP yang telah
dikonfirmasi KPPN;
e. SPP-GUP yang sudah lengkap dengan bukti-bukti pendukung harus
disampaikan paling lambat 5 (lima) hari kerja kepada PPSPM;
f. Penerbitan SPP-GUP Nihil dilakukan dalam hal :
• Sisa dana pada DIPA yang dapat dibayarkan dengan UP minimal
sama dengan besaran UP yang diberikan;
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 28
• Sebagai pertanggungjawaban UP yang dilakukan pada akhir tahun
anggaran;
• UP tidak diperlukan lagi.
g. Penerbitan SPP-GUP Nihil sebagaimana dimaksud huruf “f”
merupakan pengesahan /pertanggungjawaban UP;
10) SPP-TUP/PTUP
a. Masing-masing PPK membuat rincian kebutuhan penggunaan dana
sesuai dengan format yang telah ditentukan yang selanjutnya
dikompilasi oleh Bendahara Pengeluaran untuk disampaikan kepada
KPA dan dibuatkan surat permohonan permintaan TUP kepada
Kepala KPPN;
b. Salah satu PPK dalam Satker menerbitkan SPP-TUP dan dilengkapi
dokumen pendukung yang meliputi :
• Rincian penggunaan dana yang ditandatangani oleh KPA/PPK dan
Bendahara Pengeluaran;
• Surat Pernyataan dari KPA/PPK yang menjelaskan bahwa sisa UP
tidak mencukupi untuk membiayai kegiatan yang sifatnya
mendesak/tidak dapat ditunda;
• Surat permohonan TUP yang telah memperoleh persetujuan TUP
dari KPPN.
c. SPP-TUP yang sudah diterbitkan oleh salah satu PPK, paling lambat
2(dua) hari kerja setelah diterimanya persetujuan TUP dari KPPN
disampaikan kepada PPSPM untuk diterbitkan SPM dan disampaikan
ke KPPN untuk diterbitkan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D);
d. TUP wajib dipertanggungjawabkan paling lama dalam waktu 1 (satu)
bulan dan dapat dilakukan secara bertahap;
e. Untuk mempertanggungjawabkan TUP, salah satu PPK harus
menerbitkan Surat Permintaan Pembayaran Pertanggungjawaban
Tambahan Uang Persediaan (SPP-PTUP) yang dilengkapi data dukung,
berupa kuitansi/bukti pembelian/nota/bukti penerimaan barang/jasa
yang disahkan PPK beserta faktur pajak dan SSP yang telah
dikonfirmasi KPPN;
f. SPP-PTUP sebagaimana tersebut pada huruf “e” disampaikan kepada
PPSPM paling lambat 5 (lima) hari kerja sebelum batas akhir
pertanggungjawaban TUP.
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 29
2. Pengujian SPP dan Penerbitan SPM
1) PPSPM sebelum menerbitkan SPM, terlebih dahulu harus melakukan
pemeriksaan dan pengujian SPP beserta dokumen pendukungnya yang
disampaikan oleh PPK.
2) Dalam hal pemeriksaan dan pengujian SPP beserta dokumen
pendukungnya tidak lengkap dan tidak benar, maka PPSPM harus
menolak dan mengembalikan dokumen tersebut paling lambat 2 (dua)
kerja setelah diterimanya SPP dan PPSPM harus menyatakan secara
tertulis alasan penolakan/pengembalian tersebut.
3) Jangka waktu pengujian SPP sampai dengan penerbitan SPM-
UP/TUP/GUP/PTUP/LS oleh PPSPM diatur sebagai berikut:
a. Untuk SPP-UP/TUP diselesaikan paling lambat 2 (dua) hari kerja;
b. Untuk SPP-GUP diselesaikan paling lambat 4 (empat) hari kerja;
c. Untuk SPP-PTUP diselesaikan paling lambat 3 (tiga) hari kerja;
d. Untuk SPP-LS diselesaikan paling lambat 5 (lima) hari kerja.
4) Penerbitan SPM oleh PPSPM dilakukan melalui sistem aplikasi, memuat
Personal Identification Number (PIN) PPSPM sebagai tanda tangan
elektronik pada ADK SPM dari penerbit SPM yang sah;
5) Dalam penerbitan SPM melalui sistem aplikasi, PPSPM bertanggung
jawab atas: keamanan data pada aplikasi, kebenaran dan kesesuaian
antara data pada SPM dengan data pada ADK SPM dan penggunaan PIN
pada ADK SPM;
6) Seluruh bukti pengeluaran sebagai dasar pengujian dan penerbitan SPM
harus disimpan dengan baik oleh PPSPM (minimal 10 tahun) untuk
bahan pemeriksaan bagi aparat pemeriksa internal dan eksternal.
7) Paling lambat 2 (dua) hari kerja setelah SPM diterbitkan, SPM beserta
ADK SPM disampaikan kepada KPPN, diatur sebagai berikut :
a. Penyampaian SPM-UP dilampiri dengan surat pernyataan dari KPA
(format : lampiran XIV PMK Nomor 190/PMK.05/2012);
b. Penyampaian SPM-TUP dilampiri dengan surat persetujuan
pemberian TUP dari KPPN;
c. Penyampaian SPM-LS dilampiri dengan SSP dan/atau bukti setor
lainnya, dan/atau daftar nominatif untuk yang lebih dari 1 (satu)
penerima.
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 30
8) Khusus untuk penyampaian SPM-LS dalam rangka pembayaran uang
muka atas perjanjian /kontrak, juga dilampiri dengan :
a. Asli surat jaminan uang muka;
b. Asli surat kuasa bermaterai cukup dari PPK kepada Kepala KPPN
untuk mencairkan jaminan uang muka;
c. Asli konfirmasi tertulis dari pimpinan penerbit jaminan uang muka
sesuai Peraturan Presiden mengenai pengadaan barang/jasa
pemerintah.
9) SPM-LS untuk pembayaran gaji induk disampaikan kepada KPPN paling
lambat tanggal 15 sebelum bulan pembayaran, dan apabila tanggal 15
merupakan hari libur, penyampaian SPM dapat disampaikan paling
lambat 1 (satu) hari kerja sebelum tanggal 15.
10) Pembayaran tagihan atas beban belanja negara yang bersumber dari
penggunaan PNBP, dilakukan sebagai berikut:
a. Satker pengguna PNBP menggunakan PNBP sesuai dengan jenis PNBP
dan batas tertinggi PNBP yang dapat digunakan sesuai yang
ditetapkan oleh Menteri Keuangan.
b. Batas tertinggi PNBP yang dapat digunakan sebagaimana dimaksud
pada huruf a merupakan maksimum pencairan dan yang dapat
dilakukan oleh satker berkenaan.
c. Satker dapat menggunakan PNBP sebagaimana dimaksud pada huruf
a setelah PNBP disetor ke kas negara berdasarkan konfirmasi dari
KPPN
d. Dalam hal PNBP yang ditetapkan penggunaannya secara terpusat,
pembayaran dilakukan berdasarkan pagu pencairan sesuai Surat
Edaran/ Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan.
e. Besarnya pencairan dana PNBP secara keseluruhan tidak boleh
melampaui pagu PNBP satker bersangkutan dalam DIPA.
f. Dalam hal realisasi PNBP melampaui target dalam DIPA, penambahan
pagu dalam DIPA dilaksanakan setelah mendapat persetujuan Menteri
Keuangan c.q Direktur Jenderal Anggaran.
11) Khusus SPP untuk PNBP agar diperhatikan hal-hal berikut :
a. Pembayaran UP/TUP/LS untuk PNBP diajukan terpisah dari
UP/TUP/LS yang berasal dari Rupiah Murni.
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 31
b. Pencairan dana PNBP diatur secara khusus dengan menunggu SE
Menteri Keuangan tentang batas maksimal pencairan dana yang
berasal dari pungutan PNBP lingkup BPOM TA 2017.
c. Besarnya pencairan dana PNBP secara keseluruhan tidak boleh
melampaui pagu PNBP Satker yang bersangkutan dalam DIPA.
d. Pertanggungjawaban penggunaan dana PNBP oleh KPA.
12) Dalam penerbitan SPM ada beberapa hal yang perlu diperhatikan :
a. Untuk SPP-LS KONTRAKTUAL/PIHAK KE-3 dengan nilai diatas 50
juta, operator Sistem Aplikasi Satker (SAS) harus membuat data
kontrak (Karwas Kontrak) yang cara pengisiannya ada didalam
menggunakan aplikasi SAS.
b. Setelah Data kontrak tersebut dibuat, data tersebut kemudian
disampaikan ke KPPN untuk didaftarkan ke dalam aplikasi SPAN. Data
kontrak yang sudah dianggap benar akan mendapat
persetujuan/approval dari KPPN melalui email Satker yang telah
didaftarkan sebelumnya ke KPPN. Jangka waktu dalam proses ini
adalah 2 (dua) hari kerja.
c. Untuk SPP dengan nilai di atas 1 milyar, sebelum SPM disampaikan ke
KPPN, operator SAS terlebih dahulu harus membuat Rencana
Penarikan Dana (RPD). Data RPD disampaikan ke KPPN untuk
mendapat persetujuan yang akan dikirim melalui email satker. SPM
dapat disampaikan ke KPPN terhitung 5 (lima) hari kerja setelah
tanggal penyampaian RPD ke KPPN.
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 32
BAB IV
TATA CARA PENERIMAAN DAN PENGELUARAN ANGGARAN
A. PENERIMAAN ANGGARAN
Penerimaan negara terdiri dari:
a. Penerimaan Pajak (Tax): PPn dan PPh
b. Penerimaan Negara Bukan Pajak (Non Tax)
c. Penerimaan Hibah
1. Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)
PNBP di BPOM terdiri dari 2 (dua) Jenis yaitu :
a. Jenis PNBP yang berlaku umum di semua Kementerian dan Lembaga Non
Kementerian, meliputi PNBP sebagai berikut:
1) Pendapatan dari pemindahtanganan BMN Pendapatan Lain-Lain,
dengan akun sebagai berikut:
423121 Pendapatan dari Penjualan Tanah, Gedung, dan Bangunan
423122 Pendapatan dari Penjualan Peralatan dan Mesin
423125 Pendapatan dari Tukar Menukar Tanah, Gedung dan
Bangunan
423126 Pendapatan dari Tukar Menukar Peralatan dan Mesin
423127 Pendapatan dari Tukar Menukar Jalan, Irigasi dan Jaringan
423129 Pendapatan dari Pemindahtanganan BMN Lainnya
2) Pendapatanpemanfaatan BMNdengan akun sebagai berikut:
423141 Pendapatan Sewa Tanah, Gedung, dan Bangunan
423142 Pendapatan Sewa Peralatan dan Mesin
423149 Pendapatan dari Pemanfaatan BMN Lainnya
3) Pendapatanlain-lain denganakun sebagai berikut:
423912 Penerimaan Kembali Belanja Pensiun Tahun Anggaran Yang
Lalu
423921 Pendapatan Penyelesaian Tuntutan Ganti Rugi Non
Bendahara
423922 Pendapatan Penyelesaian Tuntutan Perbendaharaan
423951 Penerimaan Kembali Belanja Pegawai Tahun Anggaran Yang
Lalu
423952 Penerimaan Kembali Belanja Barang Tahun Anggaran Yang
Lalu
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 33
423953 Penerimaan Kembali Belanja Modal Tahun Anggaran Yang
Lalu
423991 Penerimaan Kembali Persekot/Uang Muka Gaji
b. Jenis PNBP yang hanya berlaku pada BPOM.
PNBP yang berlaku di BPOM diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor
48 tahun 2010, meliputi penerimaan dari Jasa Pendaftaran dan Evaluasi,
Jasa Inspeksi Sarana Produksi Produk Impor, Jasa Sertifikasi, Jasa
Pengujian, Jasa Kalibrasi, Jasa Pelatihan Laboratorium, Jasa Uji
Profisiensi, Penjualan Baku Pembanding dan Hewan Uji, dan Kerjasama
Penelitian di Bidang Obat dan Makanan dengan pihak lain (Akun
423216).
Untuk Jenis PNBP yang berlaku umum di semua Kementerian dan Lembaga
Non Kementerian wajib disetorkan langsung ke Kas Negara, sedangkan
untuk Jenis PNBP yang berlaku pada BPOM, sesuai Peraturan Dirjen
Perbendaharaan Nomor PER-35/PB/2007 tentang Petunjuk Teknis
Pengelolaan Rekening Milik Kementerian Negara/ Lembaga/ Kantor/
Satker, pasal 2 ayat (1) bahwa Menteri/ Pimpinan Lembaga/Kepala
Kantor/selaku PA/KPA dalam rangka pelaksanaan penerimaan dan
pengeluaran APBN dapat memiliki rekening penerimaan dan rekening
pengeluaran. Oleh karena itu Mekanisme pengelolaan PNBP BPOM
dilaksanakan berdasarkan Surat Edaran Kepala BPOM Nomor
KU.06.02.213.0224 tanggal 15 Januari 2002, dimana PNBP disetorkan
terlebih dahulu ke rekening BPOM, dengan prinsip utama sebagai berikut:
a. Seluruh PNBP wajib disetorkan ke Kas Negara.
b. Penerimaan Negara wajib disetor sepenuhnya dan pada waktunya ke
Rekening Kas Umum Negara.
c. Satker tidak diperkenankan membuat kebijakan mengenai Tarif PNBP
diluar ketentuan yang tertera pada PP Nomor 48 Tahun 2010.
d. Bendahara penerima wajib menyelenggarakan pembukuan.
e. Penyetoran PNBP menggunakan aplikasi Sistem Informasi Penerimaan
Negara Bukan Pajak Online (SIMPONI).
f. Bendahara penerima menyimpan secara lengkap dan teratur dokumen
yang menyangkut PNBP.
Sesuai dengan SK Kepala BPOM Nomor HK.04.1.21.06.13.3062 tahun 2013
tentang Pedoman Pengelolaan Penerimaan Negara Bukan Pajak di
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 34
Lingkungan BPOM, Bendahara Penerimaan Satker wajib membuat Laporan
PNBP secara periodik ke Sekretariat Utama BPOM c.q. Biro Perencanaan
dan Keuangan, yang terdiri dari:
a. Laporan Bulanan, Semesteran dan Tahunan
1. Laporan PNBP Bulanan disampaikan 7 (tujuh) hari setelah
berakhirnya bulan periode berjalan.
2. Laporan PNBP Semesteran disampaikan pada tanggal 5 bulan Juli,
sedangkan Laporan PNBP Tahunan disampaikan pada tanggal 20
bulan Januari pada tahun berikutnya.
3. Laporan Bulanan disertai Berita Acara (BA) Pemeriksaan Kas, BA
Rekonsiliasi Layanan Publik, LPJ Bendahara Penerimaan.
4. Laporan Bulanan PNBP didukung Laporan Penerbitan SPB-LP,
Laporan Pembayaran SPB-L, Laporan/Rekapitulasi Pelaksanaan
Layanan Publik dan fotocopy BKU Bendahara Penerimaan.
5. Laporan Bulanan disampaikan dalam bentuk softcopy dan hardcopy.
b. Laporan Mingguan
1. Format Laporan PNBP Mingguan sesuai format Laporan PNBP
Bulanan.
2. Laporan Mingguan PNBP didukung laporan penerbitan SPB-LP dan
laporan pembayaran SPB-LP.
3. Laporan Mingguan PNBP wajib disampaikan ke Biro Perencanaan dan
Keuangan c.q. Bagian Keuangan pada setiap hari Jumat pukul 16.00
WIB.
4. Laporan Mingguan disampaikan dalam bentuk softcopy melalui e-mail
: [email protected] dengan cc : [email protected]
ALUR PENERIMAAN DAN PENYETORAN PNBP BPOM
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 35
Laporan PNBP meliputi seluruh transaksi PNBP, untuk Akun 423216
dilengkapi dengan rekapitulasi rincian penerimaan sesuai bukti setoran
bank dan rincian yang digolongkan sesuai klasifikasi pada PP Nomor 48
Tahun 2010, yaitu:
a. Penerimaan dari Jasa Pendaftaran dan Evaluasi
b. Jasa Inspeksi Sarana Produksi Produk Impor
c. Jasa Sertifikasi,
d. Jasa Pengujian,
e. Jasa Kalibrasi,
f. Jasa Pelatihan Laboratorium
g. Jasa Uji Profisiensi
h. Penjualan Baku Pembanding dan Hewan Uji,
i. Kerjasama Penelitian di Bidang Obat dan Makanan dengan pihak lain.
2. Penerimaan Hibah
Hibah menurut sumber/asalnya :
• Dalam Negeri (mis: dari Pemda, dari Kelompok Masyarakat, dari
Lembaga/Badan Usaha)
• Luar Negeri (mis: dari Negara Asing, Lembaga Multilateral, Lembaga
Keuangan dan Non Keuangan Asing).
Hibah menurut bentuknya dibedakan menjadi :
• Hibah Uang terdiri dari Uang Tunai dan Uang untuk membiayai Kegiatan
• Hibah Barang/Jasa
• Hibah Surat Berharga
Dalam rangka meningkatkan akuntabilitas dan transparansi penggunaan
anggaran hibah, sejak tahun 2010 BPOM melakukan integrasi hibah ke
dalam DIPA dan POK masing-masing Satker. Usulan integrasi hibah ke
dalam DIPA POK disampaikan kepada Sestama melalui Biro Perencanaan
dan Keuangan. Selain itu, setiap satker penerima wajib membuka rekening
giro pemerintah untuk menampung masing-masing hibahdengan aturan
bahwa 1 (satu) rekening hibah untuk 1 (satu) register Naskah Perjanjian
Hibah (NPH) serta dilakukan rekonsiliasi dana hibah per triwulan.
Untuk mengelola dana hibah, KPA dapat menunjuk Pengelola Dana
Hibah/Bendahara Penerima Hibah. Penerimaan Hibah di BPOM umumnya
adalah penerimaan Hibah secara langsung baik yang diterima dalam bentuk
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 36
kas maupun barang atau jasa. Untuk mendapatkan pengesahan, penerimaan
hibah langsung tersebut harus diregister di Direktorat Jenderal Pengelolaan
Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) cq Direktorat Evaluasi, Akuntansi dan
Setelmen (EAS) untuk mendapatkan nomor register kegiatan, sesuai dengan
PMK Nomor 191/PMK.05/2011 tentang Mekanisme Pengelolaan Hibah,
PMK Nomor 271/PMK.05/2014 tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan
Keuangan Hibah dan Peraturan Dirjen Perbendaharaan Nomor PER-
81/PB/2011 tentang Tata Cara Pengesahan Hibah Langsung Bentuk Uang
dan Penyampaian Memo Pencatatan Hibah Langsung Bentuk
Barang/Jasa/Surat Berharga serta mengacu pada Surat Edaran Sekretaris
Utama Nomor KU.02.04.2.21.12.12.4757 tanggal 19 Desember 2012
tentang Mekanisme Pelaksanaan Hibah Langsung.
Mekanisme pelaksanaan dan pelaporan atas hibah langsung dalam bentuk
uang dan belanja yang bersumber dari hibah langsung dilaksanakan melalui
pengesahan oleh BUN/Kuasa BUN dengan tahapan :
1. Pengajuan permohonan nomor register;
✓ KPA mengajukan permohonan nomor register atas hibah langsung
bentuk uang kepada DJPPR cq. Direktur EAS dengan melampirkan
perjanjian hibah atau dokumen lain yang dipersamakan dan ringkasan
hibah.
2. Pengajuan persetujuan pembukaan Rekening Hibah;
✓ Rekening Hibah adalah rekening pemerintah lainnya yang dibuka oleh
Kementerian/Lembaga (K/L) dalam rangka pengelolaan hibah
langsung dalam bentuk uang;
✓ Dalam rangka meningkatkan akuntabilitas disebutkan dalam PMK
Nomor 252/PMK.05/2014 tentang Rekening Milik Kementerian
Negara/Lembaga/Satker bahwa untuk satu register NPH
(agreement) atau perjanjian Hibah harus menggunakan satu
rekening Hibah;
✓ KPA wajib melakukan permohonan ijin pembukaan rekening kepada
Kuasa Bendahara Umum Negara Daerah (Kepala KPPN) untuk
mendapatkan persetujuan. Atas persetujuan Kuasa BUN Daerah,
Satker dapat membuka Rekening (diatur dalam PMK Nomor
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 37
252/PMK.05/2014 tentang Rekening Milik Kementerian Negara/
Lembaga/Satker, Lampiran I).
3. Penyesuaian pagu hibah dalam DIPA;
✓ KPA melakukan penyesuaian pagu belanja yang bersumber dari hibah
langsung dalam bentuk uang dalam DIPA satker yang bersangkutan
dengan mengikuti ketentuan Peraturan Menteri Keuangan mengenai
tata cara revisi anggaran. Satker dapat menggunakan uang yang
berasal dari hibah langsung tanpa menunggu terbitnya revisi DIPA.
(Tata cara revisi DIPA mengacu pada PMK Nomor 10/PMK.02/2017
tentang Tata Cara Revisi Anggaran TA 2017)
4. Pengesahan Pendapatan Hibah Langsung dalam bentuk uang dan belanja
yang bersumber dari hibah langsung.
✓ KPA melakukan pengesahan pendapatan hibah langsung dengan
mengajukan Surat Perintah Pengesahan Hibah Langsung (SP2HL)
kepada KPPN Khusus Jakarta VI dengan melampirkan copy rekening
atas rekening hibah; Surat Pernyataan Telah Menerima Hibah
Langsung (SPTMHL); Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak
(SPTJM) serta copy surat persetujuan pembukaan rekening.
✓ KPPN Khusus Jakarta VI mengesahkan realisasi hibah dengan
menerbitkan Surat Pengesahan Hibah Langsung (SPHL) sebagai dasar
realisasi hibah (realisasi DIPA).
Sedangkan mekanisme pelaksanaan dan pelaporan atas hibah langsung
dalam bentuk Barang/Jasa/Surat Berharga dilaksanakan melalui
pengesahan oleh BUN/Kuasa BUN dengan tahapan :
1. Penandatanganan BAST dan penatausahaan dokumen lainnya;
✓ Kepala Satker yang menerima hibah dalam bentuk barang/jasa/surat
berharga membuat dan menandatangani BAST (Berita Acara Serah
Terima) bersama dengan Pemberi Hibah. BAST paling kurang
memuat: tanggal serah terima; pihak pemberi dan penerima hibah;
tujuan penyerahan; nilai nominal; bentuk hibah dan rincian harga per
barang.
2. Pengajuan permohonan nomor register;
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 38
✓ KPA yang menerima hibah dalam bentuk barang/jasa/surat berharga
mengajukan surat permohonan nomor register kepada DJPPR cq.
Direktur EAS dengan melampirkan perjanjian hibah atau dokumen
lain yang dipersamakan dan ringkasan hibah;
✓ Dalam hal tidak terdapat dokumen tersebut, maka permohonan
register dilampirkan dengan Berita Acara Penyerahan Hibah (BAPH)
dan SPTMHL.
3. Pengesahan Pendapatan Hibah Langsung bentuk barang/jasa/surat
berharga ke DJPPR;
✓ Kepala Satker/KPA mengajukan SP3HL BJS (Surat Perintah
Pengesahan Pendapatan Hibah Langsung Bentuk Barang/Jasa/Surat
Berharga) dalam rangkap 3 (tiga) kepada DJPPR cq. Direktur EAS
dengan melampirkan BAST/BAPH dan SPTMHL
4. Pencatatan hibah bentuk barang/jasa/surat berharga ke KPPN.
✓ KPA mengajukan Memo Pencatatan Hibah Langsung
Barang/Jasa/Surat Berharga (MPHL BJS) kepada KPPN Khusus Jakarta
VI dengan melampirkan SPTMHL; SP3HL BJS lembar kedua; SPTJM.
✓ Atas dasar persetujuan MPHL BJS yang diterima dari KPPN, KPA
membukukan belanja barang untuk pencatatan persediaan dari
hibah/belanja modal untuk pencatatan aset tetap atau aset lainnya
dari hibah.
B. PENGELUARAN ANGGARAN
Dalam melaksanakan anggaran Tahun 2017 mengacu pada Pedoman
Pengelolaan Anggaran berdasarkan PMK Nomor 190/PMK.05/2012 tentang
Tata Cara Pembayaran dalam Rangka Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara.
Pembebanan setiap pengeluaran berpedoman pada DIPA tahun 2017 dan
diuraikan dalam POK yang berisikan Rincian Perhitungan Biaya Per Kegiatan
pada RKA-K/L.
Klasifikasi anggaran menurut jenis belanja dibagi ke dalam 8 (delapan) kategori
yaitu:
1. Belanja Pegawai
2. Belanja Barangdan Jasa
3. Belanja Modal
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 39
4. Belanja Pembayaran Kewajiban Utang
5. Belanja Subsidi
6. Belanja Hibah
7. Belanja Bantuan Sosial
8. Belanja Lain-lain
Jenis Belanja yang terdapat pada BPOM adalah Belanja Pegawai, Belanja Barang
dan Jasa serta Belanja Modal.
1. Belanja Pegawai
Merupakan kompensasi terhadap pegawai baik dalam bentuk uang
maupun bentuk barang yang harus dibayarkan kepada pegawai pemerintah
dalam dan luar negeri, baik kepada Pejabat Negara, PNS dan pegawai yang
dipekerjakan oleh pemerintah yang belum berstatus PNS maupun kepada
non PNS sebagai imbalan atas pekerjaan yang telah dilaksanakan dalam
rangka mendukung tugas fungsi unit organisasi pemerintah, kecuali
pekerjaan yang berkaitan dengan pembentukan modal dan/atau kegiatan
yang mempunyai keluaran (output) dalam kategori belanja barang.
Belanja Pegawai terdiri atas :
a. Belanja Gaji dan Tunjangan
1) Tunjangan meliputi:
❖ Suami/Istri
❖ Anak
❖ Struktural/Fungsional
❖ Uang makan Pegawai *)
❖ Pajak Penghasilan (PPh)
❖ Beras
Ket. *) : - sesuai tabel
Tabel Uang Makan Pegawai
Uraian Satuan Biaya
Golongan I dan II Orang Rp. 30.000
Golongan III Orang Rp. 32.000
Golongan IV Orang Rp. 36.000
Maksimum 22 hari x Biaya x 12 bulan untuk satu tahun anggaran
2) Honorarium/Vakasi/Lembur/Tunjangan Khusus
3) Belanja Kontribusi Sosial
4) Belanja Pegawai Transito
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 40
b. Lembur
Kerja lembur adalah bekerja di luar jam kerja/waktu normal yang telah
ditetapkan dan mendapatkan uang lembur. Uang lembur merupakan
kompensasi bagi pegawai negeri yang melakukan kerja lembur
berdasarkan surat perintah dari pejabat yang berwenang.
Pembayaran uang lembur dibayarkan sesuai dengan PMK Nomor
33/PMK.02/2016 tentang Standar Biaya Masukan (SBM) TA. 2017
dengan memperhatikan beberapa ketentuan sebagai berikut:
a. Pegawai Negeri Sipil dapat diperintahkan melakukan Kerja Lembur
untuk menyelesaikan tugas-tugas kedinasan yang mendesak.
b. Perintah sebagaimana dimaksud pada nomor (1) dikeluarkan oleh
KPA/PPK/Kepala Kantor/Kepala Satker dalam bentuk surat Perintah
Kerja Lembur.
c. Kepada Pegawai Negeri Sipil yang melakukan Kerja Lembur tiap-tiap
kali selama paling sedikit 1 (satu) jam penuh dapat diberikan uang
lembur.
d. Besarnya uang lembur untuk tiap-tiap jam penuh Kerja Lembur bagi
Pegawai Negeri Sipil sesuai Golongan mengacu pada SBM TA. 2017.
Uraian Satuan Biaya
Golongan I Orang/jam Rp. 13.000
Golongan II Orang/jam Rp. 17.000
Golongan III Orang/jam Rp. 20.000
Golongan IV Orang/jam Rp. 25.000
e. Pemberian uang lembur pada hari libur kerja adalah sebesar 200%
(dua ratus persen) dari besarnya uang lembur.
f. Uang lembur dibayarkan sebulan sekali pada awal bulan berikutnya.
g. Khusus untuk uang lembur bulan Desember dapat dibayarkan pada
akhir bulan berkenaan.
h. Kepada Pegawai Negeri Sipil yang melaksanakan Kerja Lembur paling
kurang 2 (dua) jam berturut-turut diberikan uang makan lembur
sesuai golongan yang besarannya mengacu pada SBM TA. 2017.
Uraian Satuan Biaya
Golongan I dan II Orang Rp. 30.000
Golongan III Orang Rp. 32.000
Golongan IV Orang Rp. 36.000
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 41
i. Dalam hal Kerja Lembur dilakukan selama 8 (delapan) jam atau lebih,
uang makan lembur diberikan maksimal 2 (dua) kali dari besaran
yang ditetapkan dalam SBM TA. 2017.
j. Uang lembur dibayarkan dalam batas pagu anggaran yang tersedia
dalam DIPA satker berkenaan.
k. Surat permintaan pembayaran langsung (SPP-LS) uang lembur untuk
penerbitan SPM-LS uang lembur dilampiri dengan:
k.1. Daftar Pembayaran perhitungan uang lembur;
k.2. Surat Perintah Kerja Lembur;
k.3. Daftar Hadir Kerja;
k.4. Daftar Hadir Lembur; dan
k.5. Surat Setoran Pajak (SSP) PPh Pasal 21
l. Uang lembur dapat dimintakan bila waktu kerja sesuai dengan
peraturan Kepala BPOM Nomor 4 Tahun 2016 tentang Ketentuan
Teknis Pelaksanaan Pemberian Tunjangan Kinerja Pegawai di
Lingkungan BPOM.
c. Tunjangan Khusus/Kinerja
Besar uang tunjangan kinerja sesuai dengan kelas jabatan berdasarkan
Surat Keputusan Kepala BPOM Nomor HK.04.01.24.01.16.0041 Tahun
2016 tentang Penugasan Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan BPOM.
Teknis Pembayaran tunjangan kinerja mengacu pada Peraturan Kepala
BPOM Nomor 4 Tahun 2016 tentang Ketentuan Teknis Pelaksanaan
Pemberian Tunjangan Kinerja Pegawai di Lingkungan BPOM, dengan
mekanisme sebagai berikut :
a. Satker Sekretariat Utama BPOM RI mengajukan permintaan
Tunjangan Kinerja seluruh Satker di lingkungan BPOM secara global
ke Kementerian Keuangan RI.
b. Satker di lingkungan BPOM mengajukan permintaan tunjangan kinerja
pegawai global di lingkungannya masing-masing untuk diajukan ke
Satker Sekretariat Utama pada awal bulan.
c. Pengembalian sisa tunjangan kinerja dilakukan oleh masing-masing
Satker di lingkungan BPOM paling lambat setiap tanggal 20 pada
bulan berikutnya ke Kas Negara berkoordinasi dengan Bendahara
Pengeluaran Satker Sekretariat Utama.
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 42
d. Bagi Satker yang belum melakukan pengembalian sisa tunjangan
kinerja pada bulan berkenaan, maka Bendahara Pengeluaran Satker
Sekretariat Utama belum dapat melakukan transfer pembayaran
tunjangan kinerja untuk bulan berikutnya.
2. Belanja Barang dan Jasa
Belanja barang yaitu pengeluaran atas pembelian barang dan/atau jasa
yang habis pakai untuk memproduksi barang dan/atau jasa yang
dipasarkan maupun tidak dipasarkan dan pengadaan barang yang
dimaksudkan untuk diserahkan atau dijual kepada masyarakat/
Pemerintah Daerah (Pemda) dan belanja perjalanan. Belanja tersebut
termasuk honorarium dan vakasi yang diberikan dalam rangka pelaksanaan
kegiatan untuk menghasilkan barang dan/atau jasa.
Belanja Barang terdiri dari belanja barang operasional, belanja barang non
operasional, belanja jasa (konsultan, sewa, jasa profesi, dll), belanja
pemeliharaan, belanja perjalanan dinas sesuai dengan PMK Nomor
96/PMK.02/2015 tentang Petunjuk Penyusunan dan Penelaahan RKAKL
dan DIPA.
Khusus Belanja Bahan ATK, cetakan, dan Belanja barang habis pakai berupa
alat gelas (glassware), suku cadang dan reagensia/media mikrobiologi agar
dilakukan pencatatan sendiri atas penerimaan/ penambahan dan sisa
persediaan akhir tahun anggaran yang akan digunakan sebagai dasar dalam
penganggaran tahun berikutnya.
a. Honorarium/Vakasi
Besaran honorarium ditetapkan dengan Surat Keputusan dan lampiran
SK harus ditandatangani oleh yang menetapkan SK, mengacu pada PMK
Nomor 33/PMK.02/2016 tentang SBM TA. 2017.
b. Retribusi Listrik, Telepon, Gas dan Air (LTGA)
Retribusi LTGA dibayarkan sesuai dengan tagihan dan apabila ada
kekurangan anggaran, dapat dibayarkan oleh Satker yang bersangkutan
setelah dilakukan revisi dari kegiatan dalam DIPA POK masing-masing
Satker.
c. Penambah Daya Tahan Tubuh
Penambah daya tahan tubuh diberikan kepada tenaga penguji, petugas
gudang Reagensia, petugas server dan petugas gudang arsip, yang tugas
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 43
dan fungsinya dapat memberikan dampak buruk terhadap kesehatan
pegawai dimaksud.
d. Perjalanan dinas
Sebagaimana diuraikan dalam Bab VI B.
e. Pemeriksaan Kesehatan
✓ Pemeriksaan Kesehatan dengan kasus khusus, disesuaikan dengan
kebutuhan.
✓ Pemeriksaan Medical Check Up
• Kepala Balai/Pejabat Eselon II ke atas
Pemeriksaan Medical Check Up Paket Eksekutif
• Kepala Balai/Pejabat Eselon III dan IV
Pemeriksaan Medical Check Up Paket VIP
• Pegawai yang melaksanakan pengujian
Pemeriksaan Medical Check Up Paket Basic dan pemeriksaan
penunjang lainnya.
• Pegawai selain melaksanakan pengujian
Pemeriksaan Medical Check Up Paket Basic
• Pemeriksaan Kesehatan CPNS
Pemeriksaan Kesehatan program peningkatan status menjadi PNS.
Harga pemeriksaan kesehatan disesuaikan dengan harga pasar.
f. Operasional Pimpinan
Dana Operasional Pimpinan yaitu Dana Operasional Kepala
Badan/Sestama/Deputi. Pelaksanaan Kegiatan Operasional Pimpinan
yang dimaksud bertujuan untuk memberikan kemudahan kepada
Pimpinan dalam melaksanakan tugas sehari-hari sesuai dengan
kebutuhan Pimpinan.
g. Belanja Pemeliharaan
Belanja Pemeliharaan adalah pengeluaran yang dimaksudkan untuk
mempertahankan aset tetap atau aset lainnya yang sudah ada ke
dalam kondisi normal. Belanja pemeliharaan meliputi antara lain
pemeliharaan gedung dan bangunan kantor, taman, jalan lingkungan
kantor, rumah dinas, kendaraan bermotor dinas, dan lain-lain sarana
yang berhubungan dengan penyelenggaraan pemerintahan.
Dalam rangka efektifitas pelaksanaan kegiatan, bagi kegiatan/sub
kegiatan yang ada dalam DIPA masing-masing Satker tertuang dalam
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 44
bentuk ”paket/PKT”, maka jenis belanja/rincian belanja untuk kegiatan
dimaksud disesuaikan dengan yang tercantum dalam Kerangka Acuan
Kegiatan/TOR untuk masing-masing kegiatan.
3. Belanja Modal
Belanja Modal adalah pengeluaran untuk pembayaran perolehan aset tetap
dan/atau aset lainnya atau menambah nilai aset tetap dan/atau aset lainnya
yang memberi manfaat lebih dari satu periode akuntansi dan melebihi batas
minimal kapitalisasi aset tetap/aset lainnya yang ditetapkan pemerintah.
Dalam pembukuan nilai perolehan aset dihitung semua pendanaan yang
dibutuhkan hingga aset tersebut tersedia dan siap digunakan.
Belanja modal ini termasuk belanja modal tanah, belanja modal peralatan
dan mesin, belanja modal gedung dan bangunan, belanja modal jalan, irigasi
dan jaringan, belanja modal lainnya seperti buku dsb.
Pembangunan baru dan Rehabilitasi/Renovasi Berat Bangunan Gedung
Kantor/ Laboratorium.
Bangunan gedung negara merupakan salah satu aset negara yang
mempunyai nilai strategis sebagai tempat proses penyelenggaraan negara,
perlu terus menerus ditata secara terpadu sehingga perubahan yang terjadi
tetap menjamin keamanan, kesehatan, keharmonisan, efektif dan efisien.
Rehabilitasi/Renovasi dalam rangka perawatan bangunan agar gedung
kantor/ Laboratorium dapat berfungsi dengan baik sebagaimana mestinya
dapat digolongkan sesuai tingkat kerusakan pada bangunan berdasarkan
estimasi dari Kementerian PU atau Dinas PU setempat.
Sesuai dengan surat Menteri Keuangan Nomor S-841/MK.02/2014 tanggal
16 Desember 2014 tentang Penundaan/Moratorium Pembangunan Gedung
Kantor K/L, maka Balai Besar/Balai POM yang belum mendapatkan surat
persetujuan, proses pengadaan masih ditunda menunggu persetujuan
Presiden RI.
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 45
BAB V
KETENTUAN UMUM DALAM PENGELOLAAN ANGGARAN
A. PENATAUSAHAAN DAN PELAPORAN BUKU KAS UMUM (BKU)
Buku Kas Umum (BKU) harus dikerjakan sesuai dengan PMK Nomor
73/PMK.05/2008 tanggal 09 Mei 2008 tentang Tata Cara Penatausahaan dan
Penyusunan Laporan Pertanggungjawaban Bendahara Kementerian
Negara/Lembaga/Kantor/Satuan Kerja dan Perdirjen Perbendaharaan Nomor
PER-47/PB/2009 tentang Petunjuk Pelaksanaan Penatausahaan dan
Penyusunan Laporan PertanggungjawabanBendahara. Pembukuan Bendahara
terdiri dari Buku Kas Umum, Buku Pembantu dan Buku Pengawasan Anggaran.
Bendahara yang membukukan lebih dari 1 (satu) DIPA, pembukuannya
dilakukan secara terpisah untuk masing-masing DIPA.
Dalam hal pembukuan dilakukan dengan menggunakan komputer, bendahara
wajib:
1. Mencetak Buku Kas Umum dan Buku Pembantu sekurang-kurangnya 1
(satu) bulan sekali.
2. Menatausahakan cetakan Buku Kas Umum dan Buku Pembantu bulanan
yang telah ditandatangani oleh bendahara dan diketahui oleh KPA.
Bendahara wajib menyusun LPJ secara bulanan atas uang yang dikelolanya. LPJ
di susun berdasarkan Buku Kas Umum, Buku Pembantu dan Buku Pengawasan
Anggaran yang telah diperiksa oleh KPA dan telah direkonsiliasi di KPPN. LPJ
wajib disampaikan secara bulanan paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya
dengan dilampirkan salinan rekening koran bulan laporan kepada :
1. Biro Perencanaan dan Keuangan cq. Bagian Keuangan
2. Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN)
Buku Pembantu pada BPP meliputi : Buku Pembantu BPP, Buku Pembantu UP,
Buku Pembantu Kas, Buku Pembantu LS Bendahara, Buku Pembantu Pajak. Tata
cara pembukuan BPP dilakukan sesuai dengan Per Dirjen Nomor 47/PB/2009
Lampiran I. LPJ-BPP menjadi dokumen sumber pembukuan bagi Bendahara
Pengeluaran. LPJ-BPP disampaikan kepada Bendahara Pengeluaran paling
lambat 5 (lima) hari kerja bulan berikutnya.
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 46
B. PENGAWASAN PELAKSANAAN ANGGARAN
Pengawasan terhadap pelaksanaan anggaran dilakukan sebagai berikut:
1. KPA wajib melakukan pemeriksaan kas bendahara sekurang-kurangnya 1
(satu) kali dalam 3 (tiga) bulan.
2. KPA dapat membentuk Tim Pemeriksa Kas Intern untuk melakukan
pemeriksaan kas bendahara. Berita Acara Hasil Pemeriksaan Kas Intern dan
Register Penutupan Kas dikirimkan kepada :
a) Inspektur BPOM.
b) Kepala Biro Perencanaan dan Keuangan BPOM cq Bagian Keuangan.
C. REVISI ANGGARAN
Revisi Anggaran adalah perubahan Rincian Anggaran yang telah ditetapkan
berdasarkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) TA. 2017 dan
disahkan dalam DIPA TA. 2017.
Dalam hal DIPA dan POK memerlukan penyesuaian sebagai akibat perubahan
kebutuhan dan percepatan pencapaian kinerja, KPA dapat melakukan
perubahan DIPA dan POK sesuai tata cara revisi dalam PMK Nomor
10/PMK.02/2017 tentang Tata Cara Revisi Anggaran TA. 2017.
1. Ruang Lingkup Revisi
Ruang Lingkup Revisi Anggaran meliputi:
a. Revisi Anggaran dalam hal pagu anggaran berubah;
b. Revisi Anggaran dalam hal pagu anggaran tetap; dan/atau
c. Revisi administrasi yang disebabkan oleh kesalahan administrasi,
perubahan rumusan yang tidak terkait dengan anggaran, dan/atau
revisi lainnya yang ditetapkan sebagai revisi administratif lainnya.
a.1. Revisi Anggaran dalam hal pagu anggaran berubah berupa
perubahan rincian anggaran yang disebabkan penambahan atau
pengurangan pagu anggaran termasuk pergeseran rincian
anggarannya, meliputi:
a. perubahan anggaran belanja yang bersumber dari PNBP;
b. perubahan anggaran belanja yang bersumber dari
pinjaman/hibah luar negeri dan dalam negeri, termasuk
Penerusan Pinjaman/hibah;
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 47
c. perubahan anggaran belanja yang bersumber dari SBSN,
termasuk penggunaan sisa dana penerbitan SBSN yang tidak
terserap pada tahun 2016;
d. perubahan anggaran berupa pagu untuk belanja pemerintah
pusat pengesahan belanja yang bersumber dari pinjaman/hibah
luar negeri yang telah closing date;
e. perubahan anggaran belanja dan/atau pembiayaananggaran
sebagai akibat dariperubahan kurs, perubahan parameter,
tambahan kewajiban,dan/atau pemenuhan kewajiban;
a.2. Revisi Anggaran dalam hal Pagu Anggaran tetap, berupa perubahan
pergeseran rincian anggaran dalam hal pagu anggaran tetap, antara
lain meliputi:
a. pergeseran anggaran Bagian Anggaran 999 (BA BUN Pengelola
Belanja Lainnya) ke BA K/ L atau antar subbagian anggaran
dalam Bagian Anggaran 999 (BA BUN);
b. pergeseran anggaran dalam 1 (satu) Program yangsama atau
antar Program dalam 1 (satu) bagian anggaran yang bersumber
dari rupiah murni untuk memenuhi kebutuhan Biaya
Operasional;
c. pergeseran anggaran belanja yang dibiayai dari PNBP yang
berasal dari instansi penghasil;
d. pergeseran anggaran dalam rangka penyelesaian sisa kewajiban
pembayaran. Kegiatan/proyek yang dibiayai melalui SBSN yang
melewati tahun anggaran sesuai dengan hasil audit Badan
Pengawasan Keuangan dan Pembangunan;
e. pergeseran anggaran antar Program dalam 1 (satu) bagian
anggaran untuk memenuhi kebutuhanIneligible Expenditure atas
Kegiatan yang dibiayai dari pinjaman dan/atau hibah luar
negeri;
f. pergeseran anggaran antara Program lama dan Pogram baru
dalam rangka penyelesaian administrasi DIPA sepanjang telah
disetujui Dewan Perwakilan Rakyat;
g. pergeseran anggaran dalam 1 (satu) Program yang sama dalam
rangka penyediaan dana untuk penyelesaian restrukturisasi K/L;
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 48
h. pergeseran anggaran dalam 1 (satu) Program yang sama dalam
rangka memenuhi kebutuhan selisih kurs;
i. pergeseran anggaran dalam 1 (satu) Program yang sama dalam
rangka penyelesaian tunggakan tahun-tahun sebelumnya;
j. pergeseran anggaran pembayaran kewajiban utang sebagai
dampak dari perubahan komposisi instrument pembiayaan
utang;
k. pergeseran anggaran dalam 1 (satu) lokasi yang sama atau antar
lokasi dan/atau antar kewenangan dalam rangka tugas
pembantuan, urusan bersama,dan/atau dekonsentrasi;
l. pergeseran anggaran dalam rangka pembukaan kantor baru;
m. pergeseran anggaran dalam rangka penanggulangan bencana;
n. pergeseran anggaran dalam rangka penyelesaian putusan
pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap
(inlcracht);
o. pergeseran anggaran dalam rangka rekomposisi pendanaan
antar tahun terkait dengan kegiatan kontrak tahun jamak;
p. pergeseran anggaran dalam rangka penggunaan Sisa Anggaran
Kontraktual atau Sisa Anggaran Swakelola yang dilakukan dalam
1 (satu) Program yang sama;
q. pergeseran anggaran dalarn rangka pemenuhan kewajiban
negara sebagai akibat dari keikutsertaan sebagai anggota
organisasi internasional;
s. penggunaan anggaran dalam BA BUN yang belum dialokasikan
dalam DIPA BUN;
t. pergeseran anggaran belanja sebagai akibat dari perubahan
prioritas penggunaan anggaran;
u. penghapusan/ perubahan/pencantuman catatan halaman IV
DIPA berkaitan dengan pemenuhan persyaratan pencairan
anggaran, penggunaan Keluaran (Output) cadangan, dan/ atau
tunggakan;
v. penggunaan dana Keluaran (Output) cadangan; dan/atau
w. pergeseran anggaran dalam 1 (satu) Program yang sama atau
antar Program dalam 1 (satu) bagian anggaran dalam rangka
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 49
memenuhi penyelesaian Kegiatan yang ditunda sebagai akibat
kebijakan penghematan anggaran tahun 2016.
Revisi Anggaran sebagaimana dimaksud diatas dapat dilakukan
dalam 1 (satu) Keluaran (Output) yang sama atau antar Keluaran
(Output), dalam 1 (satu) Kegiatan yang sama atau antar Kegiatan,
dalam 1 (satu) Satker yang sama atau antar Satker, dan/atau dalam 1
(satu) Program yang sama atau antar Program, sesuai dengan
ketentuan masing – masing.
a.3. Revisi administrasi:
➢ Yang disebabkan kesalahan administrasi antara lain meliputi:
a. Ralat kode kewenangan;
b. Ralat kode bagian anggaran dan/atau Satker;
c. Ralat volume, jenis, dan satuan Keluaran (Output) yang
berbeda antara RKA-K/L dan RKP atau hasil kesepakatan DPR-
RI dengan Pemerintah;
d. ralat kode akun dalam rangka penerapan kebijakan akuntansi
sepanjang dalam peruntukan dan sasaran yang sama,
termasuk yang mengakibatkan perubahan jenis belanja;
e. ralatkode Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara(KPPN);
f. ralatkode lokasi satker dan/atau lokasi Kantor KPPN;
g. perubahan rencana penarikan dana/ atau rencana penerimaan
dalam halaman III DIPA;
h. ralat cara penarikan PHLN/PHDN, termasuk Pemberian
Pinjaman;
i. ralat cara penarikan SBSN;
j. ralat nomor register pembiayaan proyek melalui SBSN; dan/
atau
k. ralat karena kesalahan aplikasi berupa tidak berfungsinya
sebagian atau seluruh fungsi matematis aplikasi RKA-K/L
DIPA.
➢ yang disebabkan oleh perubahan rumusan yang tidak terkait
dengan anggaran antara lain meliputi:
a. perubahan/penambahan nomor register pinjaman dan/ atau
hibah luar negeri;
b. perubahan/penambahan nomor register SBSN;
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 50
c. perubahan/ penambahan cara penarikan PHLN/PHDN,
termasuk Pemberian Pinjaman;
d. perubahan/penambahan cara penarikan SBSN;
e. perubahan rumusan sasaran kinerja dalam database RKA-K/L
DIPA;
f. perubahan pejabat penandatangan DIPA;
g. perubahan nomenklatur bagian anggaran, Program/ Kegiatan,
dan/ atau Satker; dan/atau
Revisi anggaran sebagaimana diatas juga berlaku dalam hal terdapat:
a. perubahan atas Undang-Undang mengenai APBN Tahun Anggaran
2017;
b. perubahan atas Kebijakan Prioritas Pemerintah yang telah ditetapkan
dalam Undang-Undang mengenai APBN Tahun Anggaran 2017
dan/atau Undang-Undang mengenai Perubahan atas Undang-Undang
mengenai APBN Tahun Anggaran 2017, termasuk dalam hal ini
kebijakan pemotongan dan/ atau penghematan anggaran.
2. Batasan Revisi
Revisi Anggaran dilakukan sepanjang tidak mengakibatkan pengurangan
alokasi anggaran terhadap:
a. alokasi gaji dan tunjangan yang melekat pada gaji kecuali untuk
pemenuhan belanja pegawai pada komponen 001 pada Satker yang sama
dan/atau untuk pemenuhan alokasi gaji dan tunjangan yang melekat
pada gaji pada Satker lain sepanjang pergeseran tersebut tidak
mengakibatkan pagu minus;
b. pembayaran berbagai tunggakan;
c. Rupiah Murni Pendamping sepanJang paket pekerjaan masih berlanjut
(on-going); dan/atau
d. paket pekerjaan yang telah dikontrakkan dan/atau direalisasikan
dananya sehingga dananya menjadi minus.
Revisi Anggaran dapat dilakukan sepanjang tidak mengubah target kinerja
dengan ketentuan sebagai berikut :
a. tidak mengubah sasaran Program;
b. tidak mengubah Keluaran (Output) kegiatan yang sudah terdapat
realisasi anggaran;
c. tidak mengurangi volume Keluaran (Output); atau
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 51
d. tidak menyebabkan volume Keluaran (Output) yangtelah ditetapkan
menjadi tidak tercapai.
Dalam hal terdapat kebijakan pemotongan anggaran, pengurangan
pinjaman proyek/Hibah atau Keadaan Kahar, usulan Revisi Anggaran
terkait dengan pengurangan volume Keluaran (Output) dapat diajukan
dengan ketentuan sebagai berikut :
a. melampirkan surat pernyataan dari PA bahwa:
1. volume Keluaran (Output) yang diusulkan berkurang tersebut
merupakan volume Keluaran (Output) dari Kegiatan Prioritas
Nasional atau bukan; dan
2. PA menyetujui pengurangan volume Keluaran (Output).
b. dalam hal volume Keluaran (Output) yang berkurang merupakan volume
Keluaran (Output) dari Kegiatan Prioritas Nasional, usul pengurangan
volume Keluaran (Output) ditelaah dalam pertemuan tiga pihak antara
Kementerian Keuangan, Kementerian Perencanaan Pembangunan
Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, dan
Kementerian/ Lembaga yang bersangkutan.
Dalam hal Revisi Anggaran mengakibatkan pengurangan volume Keluaran
(Output) dari Kegiatan Prioritas Nasional, Usul revisi Anggaran diajukan
oleh Sekretaris Utama kepada Direktur Jenderal Anggaran dan Deputi
terkait di Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional.
Dalam hal Revisi Anggaran mengakibatkan pengurangan volume Keluaran
(Output) selain dari Kegiatan Prioritas Nasional, usul revisi Anggaran
diajukan oleh Sekretaris Utama kepada Direktur Jenderal Anggaran.
Dalam hal terdapat perubahan prioritas penggunaan anggaran,
Kementerian/ Lembaga dapat mengajukan usul Revisi Anggaran terkait
dengan pengurangan volume Keluaran (Output) dengan ketentuan sebagai
berikut:
a. usul pengurangan volume Keluaran (Output) berkenaan merupakan
dampak dari perubahan prioritas penggunaan anggaran berupa
pengurangan anggaran pada Keluaran (Output) berkenaan, yang
diusulkan untuk menambah volume Keluaran (Output) lain;
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 52
b. perubahan prioritas penggunaan anggaran sebagaimana dimaksud pada
huruf a berkaitan dengan perubahan kebijakan Pemerintah dan/ atau
perubahan prioritas K/L;
c. usul revisi anggaran sebagaimana dimaksud pada huruf a dapat
dilakukan dalam bentuk pergeseran anggaran antar Keluaran (Output)
dalam 1 (satu) Kegiatan yang sama atau antar Kegiatan;
d. usul pengurangan volume Keluaran (Output) disertai dengan surat
persetujuan Eselon I; dan
e. melampirkan surat pernyataan KPA bahwa volume Keluaran (Output)
yang diusulkan berkurang tersebut merupakan volume Keluaran
(Output) dari Kegiatan Prioritas Nasional atau bukan.
Ketentuan revisi terkait dengan perubahan prioritas penggunaan anggaran
yang berdampak pada pengurangan volume Keluaran (Output)
sebagaimanadimaksud diatas, juga berlaku juga untuk usul revisi terkait
dengan perubahan prioritas penggunaan anggaran tanpa berdampak pada
pengurangan volume Keluaran (Output).
Pergeseran anggaran dalam 1 (satu) Program yang samadalam
rangkapenyelesaian tunggakan tahun-tahun sebelumnya dapat dilakukan
sepanjang tidak mengurangi volumeKeluaran (Output) dalam DIPA.
Untuk tiap-tiap tunggakan tahun lalu harus dicantumkan dalam catatan-
catatan terpisah per kode akun dalam halaman IV DIPA pada tiap-tiap
alokasi yang ditetapkan untuk mendanai suatu Kegiatan per DIPA per
Satker.
Dalam hal jumlah seluruh tunggakan tahun yang lalu per DIPA per Satker
nilainya:
a. sampai dengan Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah), harus
dilampiri surat pernyataan dari KPA;
b. di atas Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) sampai dengan
Rp2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah), harus dilampiri hasil verifikasi
dari APIP K/L;dan
c. di atas Rp2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah), harus dilampiri hasil
verifikasi dari Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan.
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 53
Tunggakan tahun lalu terkait :
a. belanja pegawai khusus gaji dan tunjangan yang melekat pada gaji;
b. tunjangan kinerja sesuai dengan peraturan yangberlaku;
c. uang makan;
d. belanja perjalanan dinas pindah;
e. langganan daya dan jasa;
f. tunjangan profesi guru/dosen;
g. tunjangan kehormatan profesor;
h. tunjangan tambahan penghasilan guru Pegawai Negeri Sipil;
i. tunjangan kemahalan hakim;
j. tunjangan hakim ad hoc;
k. honor pegawai honorer/ pegawai pemerintah non PNS / guru tidak
tetap;
l. imbalan jasa layanan Bank/Pos Persepsi;
m. pembayaran jasa bank penatausahaan penerusan pinjaman;
n. bahan makanan dan/ atau perawatan tahanan untuk
tahanan/narapidana; dan/atau
o. pembayaran provisi benda meterai,
yang alokasi dananya tidak cukup tersedia atau belum dibayarkan pada
tahun sebelumnya, dapat dibebankan pada DIPA TA 2017.
Untuk tunggakan sebagaimana dimaksud diatas dapat dibebankan pada
DIPA TA 2017, dengan ketentuan:
a. tanpa melalui mekanisme revisi DIPA sepanjang alokasi anggaran untuk
peruntukan akun yang sama sudah tersedia; dan
b. tidak memerlukan surat pernyataan dari KPA, hasil verifikasi dari APIP
K/L maupun hasil verifikasi Badan Pengawasan Keuangan dan
Pembangunan.
Untuk tunggakan lain dan/atau tunggakan yang alokasi anggarannya belum
tersedia, dapat dibebankan pada DIPA TA 2017, dengan ketentuan sebagai
berikut:
a. merupakan tagihan atas pekerjaan/penugasan yang alokasi anggarannya
cukup tersedia pada DIPA tahun lalu; dan
b. pekerjaan/penugasannya telah diselesaikan tetapi belum dibayarkan
sampai dengan berakhirnya tahun anggaran.
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 54
Pergeseran anggaran dalam rangka penggunaan Sisa Anggaran Kontraktual
atau Sisa Anggaran Swakelola yang dilakukan dalam 1 (satu) Program yang
sama merupakan Sisa Anggaran Kontraktual, termasuk addendum kontrak
sampai dengan 10 (sepuluh) persen, atau Sisa Anggaran Swakelola. Sisa
Anggaran Kontraktual atau Sisa Anggaran Swakelola dapat digunakan
untuk:
a. meningkatkan volume Keluaran (Output) pada Kegiatan yang sama;
b. meningkatkan volume Keluaran (Output) pada Kegiatan lain dalam
Program yang sama; dan/ atau
c. mendanai prioritas nasional yang dananya belum dialokasikan dalam
DIPA tahun berkenaan namun sasaran kinerjanya telah tercantum dalam
RKP tahun berkenaan dan/ atau Renja K/L tahun berkenaan.
Penggunaan dana Keluaran (Output) cadangan merupakan pemanfaatan
kembali alokasi anggaran yang telah dialokasikan dalam RKA-K/L dan
belum jelas peruntukannya.Penggunaan dana Keluaran (Output) cadangan
dapat dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. mendanai prioritas nasional yang dananya belum dialokasikan dalam
DIPA tahun berkenaan namun sasaran kinerjanya telah tercantum dalam
RKP tahun 2017 dan/atau Renja K/ L tahun 2017;
b. menambah volume Keluaran (Output) prioritas nasional dan/atau
prioritas K/L; dan/atau
c. mendanai Kegiatan yang bersifat mendesak, kedaruratan, atau yang tidak
dapat ditunda.
Keterlibatan peran APIP
Penyesuaian peran APIP dalam proses Revisi Anggaran, sehingga APIP K/L
hanya terlibat dalam hal :
➢ Perubahan rincian anggaran yang disebabkan penambahan atau
pengurangan pagu anggaran belanja;
➢ Penggunaan dana Output Cadangan;
➢ Reviu tunggakan dengan nilai antara Rp200.000.000,- (dua ratus juta
rupiah) sampai dengan Rp2.000.000.000,- (dua miliar rupiah); dan
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 55
➢ Mengusulkan/rekomendasi penghapusan catatan dalam halaman IV
DIPA yang dicantumkan oleh APIP K/L pada saat pembahasan RKA-K/L.
3. Kewenangan dan Tata Cara Revisi
Kewenangan penyelesaian Revisi Anggaran dibagi dalam 4 kelompok yakni:
Revisi Anggaran pada Direktorat Jenderal Anggaran, Revisi Anggaran pada
Direktorat Jenderal Perbendaharaan, Revisi Anggaran pada Kuasa Pengguna
Anggaran serta Revisi Anggaran yang memerlukan Persetujuan DPR RI.
3.1. Revisi Anggaran pada Direktorat Jenderal Anggaran
3.1.1. Revisi anggaran yang dilaksanakan pada Direktorat Jenderal
Anggaran yang memerlukan penelaahan meliputi:
a. Revisi Anggaran dalam hal Pagu Anggaran berubah
termasuk perubahan rinciannya terdiri atas:
i. perubahan anggaran belanja yang bersumber dari PNBP,
tidak termasuk revisi terkait dengan Satker Badan
Layanan Umum;
ii. percepatan penarikan PHLN dan/atau PHDN, termasuk
penerusan Pinjaman;
iii. penambahan hibah luar negeri atau hibah dalam negeri
terencana yang diterima oleh Pemerintah c.q.
Kementerian Keuangan setelah Undang-Undang
mengenai APBN atau Undang-Undang mengenai APBN
Perubahan ditetapkan dan kegiatannya dilaksanakan
oleh K/L;
iv. pengurangan alokasi pinjaman proyek termasuk
pengurangan alokasi Pemberian Pinjaman, pengurangan
alokasi hibah luar negeri dan dalam negeri terencana
termasuk hibah luar negeri atau hibah dalam negeri
yang diterushibahkan, dan/atau pinjaman yang
diteruspinjamkan;
v. lanjutan pelaksanaan Kegiatan/proyek yang dananya
bersumber dari sisa dana penerbitan SBSN yang tidak
terserap pada tahun sebelumnya;
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 56
vi. perubahan anggaran Kegiatan K/L yang sumber
dananya berasal dari pinjaman atau hibah luar negeri
sebagai akibatdari penyesuaian kurs;
vii. tambahan alokasi anggaran belanja pegawai sebagai
akibat dari selisih kurs;
viii. penambahan alokasi anggaran pembayaran kewajiban
utang;
ix. penambahan alokasi anggaran Subsidi Energi;
x. penambahan alokasi anggaran pembayaran cicilan
pokok utang;
xi. penambahan alokasi anggaran dalam rangka PMN;
xii. perubahan pagu anggaran kewajiban penjaminan
Pemerintah;
xiii. perubahan Transfer ke Daerah dan Dana Desa;
b. pergeseran anggaran dalam hal pagu anggaran tetap,
terdiri atas:
i. pergeseran anggaran dalam 1 (satu) Program yang sama
atau antar Progdam dalam 1 (satu) bagian anggaran
untuk memenuhi kebutuhan Ineligible Expenditure atas
Kegiatan yang dibiayai dari pinjaman dan/ atau hibah
luar negeri;
ii. pergeseran anggaran Bagian Anggaran 999.08 (BA BUN
Pengelola Belanja Lainnya) ke BA K/L;
iii. pergeseran anggaran antar subbagian anggaran dalam
Bagian Anggaran 999 (BA BUN);
iv. pergeseran anggaran Bagian Anggaran 999.08 (BA BUN
Pengelola Belanja Lainnya) keBA K/L atau antar
subbagian anggaran dalam Bagian Anggaran 999 ( BA
BUN) terkait dengan pemberian penghargaan dan
pengenaan sanksi atas pelaksanaan anggaran belanja
K/L;
v. pergeseran anggaran belanja yang dibiayai dari PNBP
yang berasal dari instansi penghasil;
vi. pergeseran anggaran dalam 1 (satu) Program dalam
wilayah kerja Kantor Wilayah Direktorat Jenderal
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 57
Perbendaharaan (Kanwil Ditjen Perbendaharaan)yang
berbeda atau antar program dalam 1 (satu) Bagian
Anggaran yang bersumber dari rupiah murni dalam
rangka memenuhi kebutuhan Biaya Operasional;
vii. pergeseran anggaran dalam 1 ( satu) Program yang
sama dalam rangka penyediaan dana untuk
penyelesaian restrukturisasi K/L;
viii. pergeseran anggaran belanja K/L dalam 1 (satu)
Program dalam wilayah kerja Kanwil Ditjen
Perbendaharaan yang berbeda dalam rangka memenuhi
kebutuhan selisih kurs;
ix. pergeseran anggaran dalam 1 (satu) Program dalam
wilayah kerja Kanwil Ditjen Perbendaharaan yang
berbeda dalam rangka penyelesaian tunggakan tahun-
tahun sebelumnya;
x. pergeseran anggaran dalam rangka pembukaan kantor
baru;
xi. pergeseran anggaran dalam rangka penyelesaian
putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan
hukum tetap (inlcracht);
xii. pergeseran anggaran Kegiatan Kontrak Tahun Jamak
dalam rangka rekomposisi pendanaan antar tahun;
xiii. pergeseran anggaran dalam 1 (satu) Program sepanjang
pergeseran anggaran merupakan Sisa Anggaran
Kontraktual atau Sisa Anggaran Swakelola untuk
mendanai prioritas nasional yang dananya belum
dialokasikan dalam DIPA tahun berkenaan namun
sasaran kinerjanya telah tercantum dalam RKP tahun
berkenaan dan/atau Renja K/L tahun berkenaan;
xiv. pemenuhan kewajiban negara sebagai akibat dari
keikutsertaan sebagai anggota organisasi internasional;
xv. perubahan/penambahan cara penarikan PHLN/PHDN,
termasuk Pemberian Pinjaman;
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 58
xvi. perubahan rincian yang dituangkan dalam RKA-K/L dan
DIPA terkait penghapusan/ perubahan/ pencantuman
halaman IV DIPA;
xvii. penghapusan/perubahan/pencantuman catatan dalam
halaman IV DIPA terkait dengan penggunaan dana
Keluaran (Output) cadangan dan/atau terkait dengan BA
BUN yang masih memerlukan penelaahan dan/atau
harus dilengkapi dokumen terkait;
xviii. penggunaan dana Keluaran (Output) cadangan;
xix. pergeseran anggaran dalam 1 (satu) Program yang sama
atau antar Program dalam 1 (satu) bagian anggaran
dalam rangka memenuhi penyelesaian Kegiatan yang
ditunda sebagai akibat kebijakan penghematan
anggaran tahun 2016;
xx. perubahan rumusan sasaran kinerja dalam database
RKA-K/L DIPA;
xxi. perubahan anggaran sebagai akibat dari Perubahan atas
APBN TA 2017; dan/atau
xxii. perubahan anggaran sebagai akibat dari perubahan atas
Kebijakan Prioritas Pemerintah Yang Telah Ditetapkan
dalam Undang-Undang mengenai APBN atau Undang-
Undang mengenai APBN Perubahan termasuk
perubahan anggaran sebagai akibat dari kebijakan
penghematan dan/atau pemotongan anggaran.
3.1.2. Revisi anggaran yang dilaksanakan pada Direktorat Jenderal
Anggaran yang tidak memerlukan penelaahan meliputi:
a. perubahan anggaran belanja Pemerintah Pusat berupa
pagu untuk pengesahan belanja yang bersumber dari
pinjaman/hibah luar negeri yang telah closing date;
b. Revisi Anggaran dalam hal pagu tetap dalam rangka
pengesahan yang dilakukan dengan pergeseran
anggaran dalam 1 (satu) Keluaran (Output) yang sama
atau antar Keluaran (Output), dalam 1 (satu) Kegiatan
yang sama atau antar Kegiatan, antar Satker, antar
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 59
lokasi, dan/ atau antar kewenangan dalam wilayah kerja
Kanwil Ditjen Perbendaharaan yang berbeda;
c. penghapusan/perubahan/pencantuman catatan dalam
halaman IV DIPA;
d. ralat kode KPPN berupa perubahan kantor bayar pada
wilayah kerja Kantor Wilayah Direktorat Jenderal
Perbendaharaan yang berbeda sepanjang DIPA belum
direalisasikan;
e. ralat kode kewenangan;
f. ralat kode bagian anggaran dan/atau Satker;
g. ralat volume, jenis, dan satuan Keluaran (Output) yang
berbeda antara RKA-K/L dan RKP atau hasil
kesepakatan DPR dengan Pemerintah;
h. revisi administrasi yang disebabkan oleh perubahan
rumusan yang tidak terkait dengan anggaran; dan/atau
i. ralat karena kesalahan aplikasi berupa tidak
berfungsinya sebagian atau seluruh fungsi matematis
aplikasi RKA-K/L DIPA.
3.1.3. Mekanisme Revisi Anggaran pada Direktorat Jenderal
Anggaran dapat dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Untuk satker Pusat
i. Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) / Kepala Unit
Kerja menyampaikan usulan revisi kepada Kepala
Biro Perencanaan dan Keuangan yang dilampiri
dokumen pendukung berupa :
✓ Surat Usulan Revisi Anggaran yang dilampiri
Matriks Perubahan (semula – menjadi) sesuai
Lampiran 3 dan/atau Lampiran 4;
✓ BackupRKA-K/L DIPA usulan revisi dalam
bentuk d01_06301_00_xxxxxx_x.s17; dan
✓ Dokumen pendukung terkait.
iii. PPK tidak melakukan pencairan anggaran yang
direvisi selama proses pengesahan sehingga tidak
mengakibatkan pagu minus;
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 60
iv. Biro Perencanaan dan Keuangan meneliti usulan
Revisi Anggaran dan kelengkapan dokumen yang
disampaikan oleh Kepala Unit Kerja/KPA dan
menyampaikan kepada APIP untuk dilakukan
reviu;
v. Biro Perencanaan dan Keuangan menyusun dan
menyampaikan surat permohonan revisi anggaran
yang ditandatangani Sekretaris Utama BPOM
kepada Direktur Jenderal Anggaran dengan
melampirkan dokumen pendukung berupa :
✓ Surat Usulan Revisi Anggaran yang dilampiri
Matriks Perubahan( semula – menjadi);
✓ ADKRKA-K/L DIPA revisi;
✓ RKA Satker;
✓ Copy DIPA terakhir; dan
✓ Dokumen pendukung terkait.
vi. Biro Perencanaan dan Keuangan melakukan
penelaahan revisi bersama Direktorat Anggaran
Bidang PMK dan menandatangani berita acara
penelaahan revisi;
vii. Apabila usulan Revisi Anggaran disetujui, KPA
melalui Biro Perencanaan dan Keuangan
menerima Surat pengesahan Revisi Anggaran yang
dilampiri notifikasi dari sistem;
viii. Direktorat Jenderal Anggaran akan melakukan
upload back up RKA-K/L atau DIPA ke web RKA-
K/L online, dan akan mencetakan SP DIPA
Induk/DIPA Petikan hasil revisi;
ix. Berdasarkan surat pengesahan revisi DIPA
tersebut, Biro Perencanaan dan Keuangan
menerbitkan revisi POK dilampiri surat
pengesahan revisi DIPA;
x. Biro Perencanaan dan Keuangan melakukan
update revisi DIPA berdasarkan RKA-K/L online.
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 61
b. Untuk satker Balai Besar/Balai POM
i. Usulan revisi diajukan oleh PPK/KPA satker Balai
Besar/Balai POM kepada Kepala Biro Perencanaan
dan Keuangan yang dilampiri dokumen pendukung
berupa :
✓ Surat Usulan Revisi Anggaran yang dilampiri
Matriks Perubahan (semula – menjadi) sesuai
Lampiran 3 dan/atau Lampiran 4;
✓ RKA Satker
✓ Backup RKAKL-DIPA usulan revisi dalam bentuk
d01_06301_00_xxxxxx_x.s17; dan
✓ Dokumen pendukung terkait.
ii. PPK tidak melakukan pencairan anggaran yang
direvisi selama proses pengesahan sehingga tidak
mengakibatkan pagu minus;
iii. Biro Perencanaan dan Keuangan meneliti usulan
Revisi Anggaran dan kelengkapan dokumen yang
disampaikan oleh PPK/KPA dan menyampaikan
kepada APIP untuk dilakukan reviu;
iv. Biro Perencanaan dan Keuangan menyusun dan
menyampaikan surat permohonan revisi anggaran
yang ditandatangani Sekretaris Utama BPOM
kepada Direktur Jenderal Anggaran dengan
melampirkan dokumen pendukung berupa :
✓ Surat Usulan Revisi Anggaran yang dilampiri
Matriks Perubahan (semula – menjadi);
✓ ADK RKA-K/L DIPA revisi;
✓ RKA Satker;
✓ Copy DIPA terakhir; dan
✓ Dokumen pendukung terkait.
v. Biro Perencanaan dan Keuangan melakukan
penelaahan revisi bersama Direktorat Anggaran
Bidang PMK dan menandatangani berita acara
penelaahan revisi;
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 62
vi. Apabila usulan Revisi Anggaran disetujui, KPA
melalui Biro Perencanaan dan Keuangan
menerima Surat pengesahan Revisi Anggaran yang
dilampiri notifikasi dari sistem;
vii. Direktorat Jenderal Anggaran akan melakukan
upload back up RKA-K/L atau DIPA ke web RKA-
K/L online, dan akan mencetakan SP DIPA
Induk/DIPA Petikan hasil revisi;
viii. Berdasarkan surat pengesahan revisi DIPA
tersebut, Satker Balai Besar/Balai POM
menerbitkan revisi POK dilampiri surat
pengesahan revisi DIPA;
ix. Biro Perencanaan dan Keuangan melakukan
update revisi DIPA berdasarkan RKA-K/L online.
3.2. Revisi Anggaran pada Direktorat Jenderal Perbendaharaan
3.2.1. Revisi Anggaran pada Kanwil Ditjen Perbendaharaan meliputi
revisi terkait dengan:
a. lanjutan pelaksanaan Kegiatan yang dananya bersumber
dari PHLN dan/atau PHDN;
b. penambahan dan/atau pengurangan penerimaan hibah
langsung;
c. Revisi Anggaran dalam hal pagu tetap dalam rangka
perubahan prioritas penggunaan anggaran sepanjang tidak
mengurangi volume Keluaran (Output), yang dilakukan
dengan:
1. pergeseran anggaran dalam 1 (Satu) Keluaran (Output)
yang sama, dalam 1 (satu) Kegiatan yang sama,dan
dalam 1 (satu) Satker yang sama dalam 1 (satu) wilayah
kerja Kanwil Ditjen Perbendaharaan;
2. pergeseran anggaran antar Keluaran (Output), dalam1
(satu) Kegiatan yang sama, dan dalam 1 (satu) Satker
yang sama dalam 1 (satu) wilayah kerja Kanwil Ditjen
Perbendaharaan;
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 63
3. pergeseran anggaran dalam 1 (Satu) Keluaran (Output)
yang sama, dalam 1 (satu) Kegiatan yang sama, dan
antar Satker dalam 1 (satu) wilayah kerja Kanwil Ditjen
Perbendaharaan;
4. pergeseran anggaran antar Keluaran (Output), dalam1
(satu) Kegiatan yang sama, dan antar Satker dalam1
(satu) wilayah kerja Kantor Wilayah Direktorat Jenderal
Perbendaharaan;
5. pergeseran anggaran antar Kegiatan, dalam 1 (satu)
satker yang sama, dalam 1 (satu) wilayah kerja Kanwil
Ditjen Perbendaharaan;
6. pergeseran anggaran dalam 1 (satu) Kegiatan yang
sama, dan antar Satker dalam 1 (satu) wilayah
kerjaKantor Wilayah Direktorat Jenderal
Perbendaharaan;
d. pergeseran anggaran terkait detil belanja pegawai dalam
komponen 001 dalam rangka memenuhi kebutuhan Biaya
Operasional Satker;
e. pergeseran anggaran Sisa Anggaran Kontraktual atau Sisa
Anggaran Swakelola dalam 1 (satu) Satker dalam rangka
meningkatkan volume Keluaran (Output); ralat karena
kesalahan administrasi dalam wilayah kerja Kantor
Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaaan selain ralat
volume, jenis, dan satuan Keluaran (Output) yang berbeda
antara RKA-K/L dan RKP atau hasil kesepakatan DPR
dengan Pemerintah.
f. perubahan pejabat perbendaharaan;dan/atau
g. penghapusan/perubahan/pencantuman catatan dalam
halaman IV DIPA terkait dengan penyelesaian tunggakan
tahun lalu.
3.2.2. Mekanisme Revisi Anggaran pada Kanwil Ditjen
Perbendaharaan dapat dilakukan dengan ketentuan sebagai
berikut:
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 64
a. Untuk satker Pusat
i. KPA/Kepala Unit Kerja menyampaikan usulan revisi
kepada Kepala Biro Perencanaan dan Keuangan yang
dilampiri dokumen pendukung berupa :
✓ Surat Usulan Revisi Anggaran yang dilampiri
Matriks Perubahan (semula – menjadi) sesuai
Lampiran 3 dan/atau Lampiran 4;
✓ Dokumen pendukung terkait.
✓ ADK RKA-K/L DIPA revisi;
ii. PPK tidak melakukan pencairan anggaran yang
direvisi selama proses pengesahan sehingga tidak
mengakibatkan pagu minus;
iii. Biro Perencanaan dan Keuangan meneliti usulan
Revisi Anggaran dan kelengkapan dokumen yang
disampaikan oleh PPK/KPA;
iv. Biro Perencanaan dan Keuangan menyampaikan
usulan Revisi Anggaran yang ditandatangani KPA
Satker kepada Kanwil Ditjen Perbendaharaan dengan
melampirkan dokumen pendukung berupa:
✓ Surat Usulan Revisi Anggaran yang dilampiri
Matriks Perubahan (semula – menjadi);
✓ ADK RKA-K/L DIPA revisi;
✓ Copy DIPA Petikan terakhir; dan
✓ Dokumen pendukung terkait.
v. Apabila usulan Revisi Anggaran disetujui, KPA
melalui Biro Perencanaan dan Keuangan menerima
Surat pengesahan Revisi Anggaran yang dilampiri
notifikasi dari sistem;
vi. Berdasarkan surat pengesahan revisi DIPA tersebut,
Biro Perencanaan dan Keuangan menerbitkan revisi
POK dilampiri surat pengesahan revisi DIPA;
vii. Biro Perencanaan dan Keuangan melakukan update
revisi DIPA berdasarkan RKA-K/L online.
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 65
b. Untuk satker Balai Besar/Balai POM
i. KPA menyampaikan usulan Revisi Anggaran kepada
Kepala kanwil Ditjen Perbendaharaan dilengkapi
dokumen pendukung berupa :
✓ Surat Usulan Revisi Anggaran yang dilampiri
Matriks Perubahan (semula – menjadi);
✓ ADK RKA-K/L DIPA Revisi;
✓ Copy DIPA Petikan terakhir; dan
✓ Dokumen pendukung terkait.
ii. Apabila usulan Revisi Anggaran disetujui, KPA
menerima Surat pengesahan Revisi Anggaran yang
dilampiri notifikasi dari sistem;
iii. Berdasarkan surat pengesahan revisi DIPA tersebut,
KPA Satker Balai Besar/Balai POM menerbitkan revisi
POK;
iv. Satker Balai Besar/Balai POM melakukan update
revisi DIPA berdasarkan RKA-K/L online.
3.3. Revisi Anggaran pada Kuasa Pengguna Anggaran
3.3.1. Revisi Anggaran dapat dilakukan pada KPA dengan ketentuan
sebagai berikut:
a. pergeseran anggaran antar akun dalam 1 (satu) komponen
yang sama dan dalam 1 ( satu) Keluaran (Output) yang
sama, kecuali pergeseran detil Belanja Pegawai dalam
komponen 001; dan
b. pergeseran anggaran antar akun dalam 1 (satu) jenis
belanja yang sama.
3.3.2. Mekanisme Revisi Anggaran pada KPA dapat dilakukan
dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Untuk Satker Pusat
i. PPK/ KPA menyampaikan usulan revisi kepada
Kepala Biro Perencanaan dan Keuangan yang
dilampiri dokumen pendukung berupa :
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 66
✓ Surat Usulan Revisi Anggaran yang dilampiri
Matriks Perubahan (semula – menjadi) sesuai
Lampiran 3 dan/atau Lampiran 4;
✓ Dokumen pendukung terkait.
ii. Biro Perencanaan dan Keuangan meneliti dan
memeriksa kelengkapan dokumen pendukung, dan
mengubah ADK RKA Satker melalui aplikasi RKA-
K/L-DIPA dan mencetak POK;
iii. KPA menetapkan perubahan POK;
iv. Biro Perencanaan dan Keuangan melakukan update
revisi POK.
b. Untuk Satker Balai/Balai Besar POM
i. PPK menyampaikan usulan revisi kepada KPA satker
Balai Besar/Balai POM yang dilampiri dokumen
pendukung berupa :
✓ Surat Usulan Revisi Anggaran yang dilampiri
Matriks Perubahan (semula – menjadi) sesuai
Lampiran 3 dan/atau Lampiran 4;
✓ Dokumen pendukung terkait.
ii. Satker Balai Besar/Balai POM melakukan perubahan
pada aplikasi RKA-K/L-DIPA dan mencetak POK;
iii. KPA menetapkan perubahan POK;
iv. KPA menyampaikan back upRKA-K/L-DIPA revisi
kepada Biro Perencanaan dan Keuangan sebagai
bahan up dating data komputer di Biro Perencanaan
dan Keuangan;
3.4. Revisi Anggaran yang Memerlukan Persetujuan DPR-RI
3.4.1. Revisi Anggaran yang Memerlukan Persetujuan DPR-RI
meliputi:
a. tambahan Pinjaman Proyek Luar Negeri/Pinjaman Dalam
Negeri baru setelah Undang-Undang mengenai APBN
Tahun Anggaran 2017 ditetapkan;
b. pergeseran anggaran antar fungsi/unit organisasi yang
dipimpin oleh Pejabat Eselon I selaku penanggung jawab
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 67
Program yang memiliki alokasi anggaran (portofolio),
dalam 1 (satu) K/L; dan/atau
c. Pergeseran anggaran antar Program kecuali untuk:
i. memenuhi kebutuhan Biaya Operasional sepanjang
dalam Bagian Anggaran yang sama;
ii. pergeseran anggaran antar Program dalam1 (satu)
Bagian Anggaran untuk memenuhi kebutuhan Ineligible
Expenditure atas Kegiatan yang dibiayai dari pinjaman
dan/ atau hibah luar negeri;
iii. penyediaan dana untuk penyelesaian likuidasi satker
sepanjang likuidasi Satker sudah disetujui oleh DPR;
dan/atau
iv. penyelesaian administrasi DIPA baru dalam1 (satu)
satkerbagi K/L yang mengalami perubahan
nomenklatur/strukturorganisasi sepanjang total pagu
K/L tetap, dan pagu Program lama dan Program baru
sudah disetujui DPR.
3.4.2. Mekanisme Revisi Anggaran yang memerlukan persetujuan
DPR-RI dapat dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Untuk satker Pusat dan Balai
i. Usulan revisi diajukan oleh Sekretaris Utama kepada
Pimpinan Komisi IX DPR RI untuk mendapat
persetujuan;
ii. Berdasarkan persetujuan Pimpinan Komisi IX DPR RI,
Sekretaris Utama mengajukan usulan revisi anggaran
kepada Direktur Jenderal Anggaran dilengkapi
dokumen pendukung berupa :
✓ Surat Usulan Revisi Anggaran yang dilampiri
Matriks Perubahan (semula – menjadi);
✓ ADK RKA-K/L DIPA revisi;
✓ RKA Satker;
✓ Copy DIPA terakhir; dan
✓ Dokumen pendukung terkait.
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 68
iii. Apabila usulan Revisi Anggaran disetujui, Direktorat
Jenderal Anggaran menetapkan Revisi DHP RKA-K/L
dan Surat pengesahan Revisi Anggaran yang dilampiri
notifikasi dari sistem;
iv. Berdasarkan surat pengesahan revisi DIPA tersebut,
Biro Perencanaan dan Keuangan menerbitkan revisi
POK Pusat dilampiri surat pengesahan revisi DIPA;
v. Berdasarkan surat pengesahan revisi DIPA tersebut,
Satker Balai Besar/Balai POM menerbitkan revisi
POK dilampiri surat pengesahan revisi DIPA;
vi. Biro Perencanaan dan Keuangan dan Satker Balai
Besar/Balai POM melakukan update revisi DIPA
berdasarkan RKA-K/L online.
4. Batas Akhir Penerimaan Usul Revisi Anggaran
4.1. Batas akhir penerimaan usul Revisi Anggaran untuk TA. 2017
ditetapkan sebagai berikut:
a. Tanggal 30 Oktober 2017 untuk Revisi Anggaran pada Direktorat
Jenderal Anggaran;
b. Tanggal 30 Nopember 2017 untuk Revisi Anggaran pada Kanwil
Ditjen Perbendaharaan.
c. Tanggal 15 Desember 2017 untuk Revisi Anggaran pada
Direktorat Jenderal Anggaran berkaitan antara lain pergeseran
anggaran untuk belanja pegawai; pergeseran anggaran dari BA
999.08 ke BA K/L; kegiatan yang dananya bersumber dari PNBP,
PLN, HLN terencana, dan HDN terencana serta Pinjaman Dalam
Negeri dan kegiatan yang membutuhkan data/dokumen yang
harus mendapat persetujuan DPR, persetujuan Menteri Keuangan,
hasil audit eksternal dan sejenisnya.
d. Tanggal 30 Desember 2017 untuk Revisi Anggaran kepada
Direktorat Jenderal Anggaran dalam rangka pelaksanaan kegiatan
lingkup BA BUN, pergeseran anggaran untuk bencana alam, dan
revisi dalam rangka pengesahan.
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 69
e. Tanggal 30 Desember 2017 untuk Revisi Anggaran kepada
Direktorat Jenderal Perbendaharaan dalam rangka pengesahan
anggaran belanja yang dibiayai dari hibah langsung.
4.2. Dalam hal penyelesaian Revisi Anggaran ditemukan kesalahan berupa:
kesalahan pencantuman kantor bayar (KPPN), kesalahan
pencantuman kode lokasi, kesalahan pencantuman sumber dana,
terlanjur memberikan approval/persetujuan revisi, tidak
tercantumnya catatan pada halaman IV DIPA dan DIPA belum
direalisasikan, atas kesalahan tersebut dapat dilakukan revisi secara
otomatis.
D. PELAPORAN
Untuk mewujudkan Laporan Keuangan yang andal, akuntabel dan transparan,
BPOM wajib melaksanakan sistem akuntansi dan pelaporan keuangan. Salah
satu unsur dalam sistem akuntansi dan pelaporan keuangan tersebut adalah
terbentuknya struktur organisasi Unit Akuntansi dan Pelaporan Keuangan yang
terdiri dari :
b. Unit Akuntansi dan Pelaporan Keuangan, terdiri dari
a. Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran (UAKPA) Unit Akuntansi pada
tingkat Satuan Kerja.
b. Unit Akuntansi Pengguna Anggaran (UAPA), Unit Akuntansi pada tingkat
BPOM.
c. Penanggung Jawab Unit Akuntansi dan Pelaporan Keuangan
a. Penanggung jawab UAKPA adalah Kepala Satuan Kerja dan wajib
menyusun laporan keuangan sehubungan dengan anggaran yang
dikelolanya.
b. Penanggung jawab UAPA adalah Kepala Badan Badan dan wajib
menyusun Laporan Keuangan tingkat BPOM.
d. Struktur Organisasi Unit Akuntansi dan Pelaporan Keuangan
Dengan adanya pembentukan dan penunjukan Unit Akuntansi dan
Pelaporan Keuangan, diperlukan adanya struktur organisasi akuntansi dan
pelaporan keuangan yaitu sebagai berikut :
a. Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran (UAKPA)
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 70
Petugas Perekeman dan Petugas Akuntansi dan Verifikasi (telaah) dapat dirangkap.
Tugas dan Fungsi
1) Kepala Satuan Kerja
• Menunjuk dan menetapkan Tim Unit Akuntansi dan Pelaporan
Keuangan
• Menandatangani Laporan Keuangan
• Menyampaikan Laporan Keuangan
2) Kasubag Tata Usaha
• Menyiapkan usulan organisasi UAKPA
• Melakukan pembinaan dan monitoring pelaksanaan Sistem
Akuntansi dan Penyusunan laporan keuangan
• Mengkoordinasikan pelaksanaan rekonsiliasi internal dan
eksternal.
• Melakukan analisa Laporan Keuangan Satuan Kerja
3) Petugas Akuntansi dan Verifikasi Dokumen Sumber
• Melakukan analisa transaksi keuangan
• Menerima data dari SIMAK BMN
• Melakukan rekonsiliasi internal dengan Petugas SIMAK BMN
• Mengunduh data ke E-Rekon melalui web
• Melakukan rekonsiliasi eksternal dengan KPPN
• Menelaah Laporan Keuangan
• Melakukan analisis untuk membuat Catatan atas Laporan Keuangan
Kepala Satuan Kerja
Kepala Subag Tata Usaha/yang ditunjuk
Petugas Akuntansi dan Verifikasi Data Sumber
Petugas Perekaman Dokumen Sumber
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 71
• Menyusun Laporan Keuangan
• Mendistribusikan Laporan keuangan.
4) Petugas Perekaman Dokumen Sumber.
• Merekam dokumen sumber (DIPA, Revisi DIPA, Pendapatan dan
Belanja)
• Memelihara dan menyimpan dokumen sumber
• Memelihara Arsip Data Komputer
b. Unit Akuntansi Pengguna Anggaran
Tugas dan fungsi
1) Kepala BPOM
Kepala Badan POM
Sekretariat Utama
Kepala Biro Perencanaan dan Keuangan
Kepala Biro Perencanaan dan Keuangan
Kepala Bagian Keuangan
Petugas Monitoring E_Rekon
Petugas Akuntansi dan Telaah (Verifikasi) LK
Satker
Kepala Subag Verifikasi
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 72
• Menetapkan organisasi Unit Akuntansi dan Penyusunan Laporan
Keuangan Tingkat BPOM (UAPA)
• Menandatangani Statement Of Responsibility (SOR)
2) Sekretariat Utama/Kepala Biro Perencanaan dan Keuangan BPOM
• Menyiapkan Sumber Daya Manusia
• Mengkoordinasikan Sistem Akuntansi Keuangan dan Barang
• Menyetujui/menandatangani Laporan Keuangan (LRA, LO, LPE dan
Neraca)
3) Kepala Bagian Keuangan/Kepala Subag Verifikasi
• Menyiapkan usulan organisasi UAPA.
• Melaksanakan Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan di
lingkup BPOM
• Melakukan supervisi terhadap pelaksanaan akuntansi dan
penyusunan laporan keuangan kepada petugas akuntansi keuangan
dan petugas yang melakukan monitoring E-Rekon.
• Mengkoordinasikan pelaksanaan rekonsiliasi internal dan
eksternal.
• Melakukan konsoliadasi Laporan Keuangan Satuan Kerja dengan
cara klarifikasi, konfimasi, verifikasi dan validasi data Laporan
Keuangan tingkat Satuan Kerja
• Menyusun Laporan Keuangan tingkat BPOM (semester dan
Tahunan baik unaudited maupun audited)
4) Petugas Akuntansi dan Verifikasi Laporan Keuangan
• Melakukan analisa terhadap laporan keuangan Satker di
lingkungan BPOM melalui unduh data melalu web e-rekon dan
pengumpulna Backup data SAIBA, SIMAK BMN dan persediaan.
• Melaksanakan rekonsilasi internal dan eksternal tingkat BPOM
• Menyusun draft Laporan Keuangan tingkat BPOM (semester dan
Tahunan baik unaudited maupun audited)
5) Petugas Monitoring E-Rekon
• Melakukan monitoring data E-Rekon Satuan Kerja di lingkungan
BPOM
• Mengumpulkan backup data SAIBA, SIMAK BMN dan Persediaan
dari Satker.
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 73
• Menyiapkan surat konfirmasi/klarifikasi ke Satuan Kerja jika
terdapat akun tidak normal pada Laporan Keuangan Satuan Kerja
di lingkungan BPOM.
Jenis dan Periode Pelaporan
1. Penyampaian Laporan Keuangan tingkat UAKPA ke :
a. KPPN
• Laporan Keuangan Bulanan yang disampaikan dalam bentuk
unggahan pada aplikasi berbasis web.
• Laporan Keuangan semesteran dalam bentuk cetakan dengan
sistematika dan format sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan
yang berlaku.
• Laporan Keuangan Tahunan unaudited dalam bentuk cetakan dengan
sistematika dan format sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan
yang berlaku.
• Laporan Keuangan Tahunan audited dalam bentuk cetakan dengan
sistematika dan format sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan
yang berlaku.
b. UAPA
• Laporan Bulanan yang disampaikan dalam bentuk unggahan pada
aplikasi berbasis web dengan cara memberikan user id dan password
ke petugas akuntansi tingkat UAPA untuk dilakukan monitoring.
• Laporan Keuangan semesteran dalam bentuk cetakan dan soft copy
dalam bentuk PDF dengan sistematika dan format sesuai dengan
Peraturan Menteri Keuangan yang berlaku, serta backup data SAIBA,
SIMAK BMN dan Persediaan.
• Laporan Keuangan Tahunan unaudited dalam bentuk cetakan dan soft
copy dalam bentuk PDF dengan sistematika dan format sesuai dengan
Peraturan Menteri Keuangan yang berlaku, serta backup data SAIBA,
SIMAK BMN dan Persediaan.
• Laporan Keuangan Tahunan audited dalam bentuk cetakan dan soft
copy dalam bentuk PDF dengan sistematika dan format sesuai dengan
Peraturan Menteri Keuangan yang berlaku, serta backup data SAIBA,
SIMAK BMN dan Persediaan.
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 74
• Waktu penyampaian laporan keuangan akan diinformasikan melalui
Surat Edaran yang akan ditetapkan pada tahun yang bersangkutan.
2. Penyampaian Laporan Keuangan tingkat UAPA ke Kementerian Keuangan
dan Badan Pemeriksa Keuangan.
• Laporan Keuangan semesteran dengan sistematika dan format sesuai
dengan Peraturan Menteri Keuangan yang berlaku, dalam bentuk
cetakan dan soft copy dalam bentuk PDF.
• Laporan Keuangan Tahunan unaudited dengan sistematika dan format
sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan yang berlaku, dalam bentuk
cetakan dan soft copy dalam bentuk PDF.
• Waktu penyampaian Laporan Keuangan ke Kementerian Keuangan
disesuaikan dengan Peraturan Kementerian Keuangan dan Badan
Pemeriksa Keuangan yang berlaku.
1. Pelaporan Kinerja/Kegiatan
Pengendalian pelaksanaan anggaran dan kegiatan terdiri dari 2 (dua) sisi,
yaitu pengendalian keuangan dan pengendalian kegiatan. Untuk
memudahkan pengendalian, sebelum pelaksanaan anggaran dimulai,
Kepala Unit Kerja bersama dengan Penanggung Jawab Kegiatan diwajibkan
untuk membuat Perjanjian Kinerja (PK) dan Rencana Aksi Perjanjian
Kinerja (RAPK), Kerangka Acuan Kegiatan (Term of Reference = TOR),
Rencana Pelaksanaan Kegiatan (Plan of Action = POA), serta entry data dan
mengumumkan Rencana Umum Pengadaan (RUP) melalui Sistem Informasi
RUP (SiRUP). Pencapaian kinerja harus diukur dan dilaporkan dalam
periode tertentu, menggunakan format sebagai berikut:
a. Format RAPK untuk memantau capaian Perjanjian Kinerja;
b. Matriks Pencapaian Rencana Tindak untuk memantau realisasi fisik dan
anggaran;
c. Progress RUP untuk memantau kemajuan pelaksanaan pengadaan
barang/jasa;
d. Rekapitulasi Hasil Pelaksanaan Kegiatan (RHPK) untuk pelaporan kinerja
pengawasan Obat dan Makanan. Untuk pelaporan kinerja yang telah
difasilitasi oleh SIPT, agar dilaporkan melalui SIPT.
Selain itu, penanggung jawab data juga melakukan pelaporan secara online
melalui e-monev Bappenas (PP 39/2006) untuk capaian RKP per triwulan,
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 75
e-monev DJA (PMK 249/2011) untuk capaian output kegiatan yang
tercantum dalam DIPA per bulan, serta e-monev LKPP/ TEPRA untuk
capaian fisik, anggaran, dan progres pengadaan barang/jasa per bulan.
Mulai tahun 2016, untuk memudahkan mekanisme pemantauan kinerja dan
mekanisme pengumpulan data kinerja, telah dilakukan pemantuan kinerja
secara online melalui e-performance BPOM.
A. Pelaksanaan PMK Nomor 249/PMK.02/2011
Sesuai dengan ketentuan pasal 19 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor
90 tahun 2010 tentang Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran
Kementerian Negara/Lembaga, disebutkan bahwa Menteri/Pimpinan
Lembaga melakukan pengukuran dan evaluasi kinerja atas pelaksanaan
RKA-K/L tahun sebelumnya dan tahun anggaran berjalan. Untuk
melaksanakan ketentuan tersebut, Menteri Keuangan menetapkan PMK
Nomor 249/PMK.02/2011 tentang Pengukuran dan Evaluasi Kinerja atas
Pelaksanaan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian
Negara/Lembaga. Evaluasi kinerja tersebut terdiri atas 3 (tiga) aspek
yaitu aspek implementasi, aspek manfaat, dan aspek konteks.
Evaluasi kinerja atas aspek implementasi dilakukan dalam rangka
menghasilkan informasi kinerja mengenai pelaksanaan kegiatan dan
pencapaian keluaran. Indikator yang diukur dalam evaluasi pada aspek
implementasi meliputi:
1. penyerapan anggaran (bobot 9,7%), dilakukan dengan
membandingkan akumulasi realisasi anggaran dengan akumulasi
pagu anggaran dikalikan 100%.
2. konsistensi antara perencanaaan dan implementasi(bobot
18,2%), dilakukan dengan membandingkan akumulasi realisasi
anggaran dengan akumulasi rencana penarikan dana dibagi dengan
jumlah bulan.
3. pencapaian keluaran (bobot 43,5%), dilakukan berdasarkan rata-
rata dari perkalian antara perbandingan realisasi dan target volume
keluaran dengan rata-rata perbandingan antara realisasi dan target
indikator kinerja keluaran. Sampai dengan saat ini, pengukuran
pencapaian keluaran diperoleh dengan merata-ratakan perbandingan
realisasi dan target volume keluaran.
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 76
4. efisiensi (bobot 28,6%), dilakukan dengan mengurangkan angka 1
(satu) dengan hasil perbandingan realisasi anggaran per keluaran
dengan pagu anggaran per keluaran.
Evaluasi kinerja atas aspek manfaat dilakukan dalam rangka
menghasilkan informasi mengenai perubahan yang terjadi dalam
masyarakat dan/atau pemangku kepentingan sebagai penerima manfaat
atas keluaran yang telah dicapai. Indikator yang diukur dalam evaluasi
pada aspek manfaat yaitu capaian indikator kinerja utama (IKU), dengan
membandingkan realisasi dan target IKU. Evaluasi kinerja atas aspek
konteks dilakukan dalam rangka menghasilkan informasi mengenai
relevansi masukan, kegiatan, keluaran, dan hasil, dengan dinamika
perkembangan keadaan, termasuk kebijakan Pemerintah.
Evaluasi kinerja atas aspek implementasi dan aspek manfaat dilakukan
setiap tahun. Evaluasi kinerja atas aspek konteks dilakukan paling sedikit
sekali dalam setahun atau sesuai dengan kebutuhan.Secara keseluruhan,
penilaian kinerja dilakukan dengan menghitung nilai kinerja pada
masing-masing aspek dikalikan dengan bobot masing-masing aspek.Hasil
penilaian kinerja dikelompokkan dalam kategori sebagai berikut:
a. >90% - 100% : Sangat Baik
b. >80% - 90% : Baik
c. >60% - 80% : Cukup atau Normal
d. >50% - 60% : Kurang
e. ≤50% : Sangat Kurang
Pelaporan oleh setiap unit kerja dilakukan setiap bulan melaluiSistem
Monitoring dan Evaluasi Kinerja Terpadu (SMART) yang diakses melalui
http://monev.anggaran.kemenkeu.go.idyang telah disediakan oleh DJA
Kementerian Keuangan, paling lambat 5 (lima) hari kerja setelah
bulan bersangkutan berakhir.
B. Pelaksanaan PP Nomor 39 Tahun 2006
Untuk melaksanakan ketentuan pasal 30 Undang-Undang nomor 25
tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional,
pemerintah menetapkan Peraturan Pemerintah nomor 39 tahun 2006
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 77
tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana
Pembangunan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas alokasi
sumberdaya, serta meningkatkan transparansi dan akuntabilitas
pengelolaan program pembangunan. 3 (tiga) tahapan utama dalam
penerapan PP 39/2006 ini adalah pengendalian, evaluasi, dan pelaporan.
Pengendalian dimaksudkan untuk menjamin tercapainya tujuan dan
sasaran pembangunan yang tertuang dalam rencana, dilakukan melalui
kegiatan pemantauan dan pengawasan. Evaluasi dimaksudkan untuk
mengetahui dengan pasti bahwa capaian hasil, kemajuan dan kendala
yang dijumpai dalam pelaksanaan rencana pembangunan dapat dinilai
dan dipelajari untuk perbaikan pelaksanaan rencana pembangunan yang
akan datang. Evaluasi dilakukan terhadap pelaksanaan Renja-KL dan
RKP dan juga dilakukan terhadap pelaksanaan RPJMN dan Renstra-KL.
Pelaporan bermanfaat untuk memberikan informasi yang cepat, tepat,
dan akurat kepada pemangku kepentingan sebagai bahan pengambilan
keputusan serta penentuan kebijakan.
Pelaporan kinerja oleh seluruh unit kerja dilakukan per triwulan yaitu
pada tanggal 31 Maret, 30 Juni, 30 September, dan 31 Desember kepada
Kementerian PPN/Bappenasmelalui e-monev PP 39 yang diakses melalui
http://e-monev.bappenas.go.id.Laporan tersebut diterima Bappenas
selambat-lambatnya 14 hari kerja sejak triwulan bersangkutan
berakhir. Data dan informasi yang telah disampaikan tersebut, akan
digunakan sebagai bahan evaluasi pelaksanaan RKP untuk menilai
keberhasilan pelaksanaan dari suatu program/kegiatan berdasarkan
indikator dan sasaran kinerja yang tercantum dalam RPJMN.
E-monev PP 39 memonitor dua aspek yaitu realisasi anggaran dan
realisasi kinerja. Tingkat pencapaian kedua aspek ini dihitung
berdasarkan target yang ditetapkan pada setiap awal tahun anggaran
yang disebut sebagai target triwulanan. Target triwulanan kegiatan
dihitung berdasarkan breakdown dari target tahunan yang telah
ditetapkan. Target triwulanan merupakan prakiraan nilai pencapaian
penyerapan anggaran dan prakiraan nilai pencapaian kinerja suatu
kegiatan secara kumulatif per-triwulanan dengan ketentuan sebagai
berikut:
1. Target triwulanan merupakan besaran/nilai yang ingin dicapai
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 78
sampaidengan triwulan tersebut dan bukan hanya nilai pada
triwulan itu saja.
2. Target triwulanan dinyatakan dalam satuan persentase (%) dan
dinyatakan dalam persentase capaian (perbandingan antara realisasi
terhadap target).
3. Nilai persentase yang di-input merupakan kumulatif dari triwulan
sebelumnya.
4. Target yang di-input adalah target penyerapan anggaran kegiatan per-
triwulan dan target capaian kinerja kegiatan per-triwulan
5. Nilai akhir dari target anggaran dan target kinerja pada triwulan
IV wajib 100%.
6. Realisasi anggaran per-kegiatan yang diinput adalah nilai rupiah
kumulatif sampai dengan triwulan berjalan, bukan hanya nilai
realisasi pada triwulan tersebut.
7. Nilai realisasi anggaran diinput dalam satuan rupiah sesuai data
dalam dokumen SP2D (Surat Perintah Pencairan Dana), dan bukan
nilai rupiah pada dokumen SPM (Surat Perintah Membayar) atau
kwitansi pembayaran. Data realisasi anggaran per-kegiatan untuk
kumulatif triwulanan juga dapat diperoleh dari Monev DJA.
Besaran gap atau selisih antara target dan realisasi suatu kegiatan
dihitung secara terpisah antara anggaran dan kinerja, namun kedua hal
tersebut mempunyai rumus dasar perhitungan yang sama. Pengukuran
gap/selisih dalam rumus dasar lebih jelas digambarkan dalam contoh
berikut:
Tabel 1. Contoh Pengukuran Gap Antara Realisasi dengan Target
Kegiatan Target Triwulan
( %)
Realisasi
Kinerja TW
II (%)
Realisasi
- Target
Perhitungan
Gap
Nilai
Gap
I II III IV
Kegiatan A.1 25 40 80 100 22 18 18/40*100 45%
Penjelasan:
• Contoh: Target anggaran triwulan II Kegiatan A.1= 40 %
• Nilai realisasi anggaran yang dicapai pada triwulan II ini = 22 %
• Selisih Realisasi dengan Target = 40% – 22% = 18 %
• Perhitungan Gap/selisih= 18/40*100%= 45%
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 79
Nilai 45% dibandingkan dengan range untuk penentuan Status Capaian
Kegiatan/Program yang dinotifikasikan dalam warna hijau, kuning dan
merah.
Tabel 2. Tabel Keterangan Status Capaian Program/Kegiatan
STATUS
CAPAIAN WARNA
GAP TARGET VS
REALISASI (X) PENJELASAN
Hijau X < 0 % Baik
Kuning 0%< X < 25% Hati–hati
Merah x > 25% Buruk
Berdasarkan Tabel diatas maka nilai 45% dinotifikasikan berwarna
MERAH (buruk). Notifikasi dan Rumus penghitungannya berlaku bagi
status capaian kinerja kegiatan dan program.
C. Pelaksanaan E-Performance BPOM
Berdasarkan hasil evaluasi terhadap Akuntabilitas Kinerja BPOM oleh
Kemenpan dan RB tahun 2014, salah satu hasil evaluasi pada komponen
Pengukuran Kinerja adalah BPOM belum membangun sistem
pengumpulan data kinerja secara memadai, masih bersifat ad hoc pada
saat penyusunan LAKIP. Selama ini, Biro Perencanaan dan Keuangan
telah melakukan pengumpulan data kinerja secara berkala namun masih
semi elektronik melalui email. Untuk menindaklanjuti saran dari
Kemenpan dan RB, BPOM telah menyusun sistem pelaporan kinerja
secara elektronik berbasis Balanced Scorecard yaitu e-performance BPOM
sampai dengan level indikator kinerja eselon III.
Ke depan e-performance BPOM akan diintegrasikan dengan penilaian
prestasi kinerja pegawai berdasarkan indikator yang diturunkan sampai
dengan level indikator kinerja individu. Dengan adanya e-performance
akan mempermudah pengumpulan data kinerja dan pimpinan unit kerja
dapat memantau kinerja unit secara berkala dan hasilnya dapat
dimanfaatkan untuk memperbaiki kinerja.
D. Formulir Pelaporan Kinerja/ Kegiatan
Informasi yang valid dan up to date merupakan salah satu kunci dalam
pelaksanaan tugas dan fungsi pengawasan di bidang Obat dan Makanan.
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 80
Informasi ini dihasilkan dari suatu data yang telah diolah dan dianalisa.
Proses pengambilan keputusan harus didasarkan pada informasi yang
akurat dan tepat, sehingga data sebagai sumber informasi menjadi kunci
utama. Kepercayaan terhadap data tersebut didapatkan jika suatu data
mempunyai setidaknya empat kriteria yaitu : tepat waktu, tepat jumlah,
tidak bias dan dapat diolah.
Terkait dengan data dan informasi, pelaporan yang terstruktur,
terintegrasi dan berkesinambungan merupakan hal yang tak dapat
dielakkan lagi. Dalam hal ini, pelaporan yang dimaksud adalah pelaporan
kinerja pengawasan Obat dan Makanan, yang setidaknya memiliki lima
kriteria, yaitu: ringkas/padat, lengkap, informatif, akuntabel dan tepat
waktu.
Untuk melaksanakan pelaporan yang andal, terdapat beberapa
komponen yang perlu diperhatikan, antara lain :
1. Komitmen
✓ Keinginan bekerjasama (lintas unit kerja dan instansi)
✓ Keinginan memberi yang terbaik
✓ Keinginan untuk melakukan kesinambungan
✓ Verifikasi berjenjang dari top level management sampai ke operator
2. Metode
Yang diatur dalam Pedoman Pelaporan ini adalah pelaporan secara
konvensional/manual, melalui format – format / formulir pelaporan
3. SDM
SDM pengelola pelaporan perlu diperhatikan, tidak hanya terbatas
jumlah/ kuantitas, melainkan juga kualitasnya. Dalam hal ini perlu
ditunjuk/ditentukan SDM pengelola pelaporan dengan kriteria dan
jumlah tertentu, demi kelancaran dan kesinambungan pelaksanaan
pelaporan yang ditetapkan, tanpa menghambat tugas dan fungsi
pengawasan Obat dan Makanan oleh karena itu perlu dibentuk tim
penanggung jawab data di pusat dan Balai Besar/Balai POM.
Setiap unit kerja dalam melaporkan capaian kinerja dan anggaran,
selain melalui e-monev juga melaporkan secara manual menggunakan
format yang telah ditetapkan.
2. Laporan Kegiatan per Bulan
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 81
Laporan pelaksanaan kegiatan oleh Balai Besar / Balai POM secara manual
disampaikan kepada Biro Perencanaan dan Keuangan u.p. Bagian Evaluasi
dan Pelaporan melalui email [email protected] paling
lambat 14 (empat belas) hari setelah bulan bersangkutan
berakhir.Laporan menggunakan format (namun tidak terbatas) pada
Lampiran 3: Format Rekapitulasi Hasil Pelaksanaan Kegiatan (RHPK) sesuai
keputusan Sekretaris Utama Nomor HK.04.2.21.08.16.3115 Tahun 2016
tentang Pedoman Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan Pelaksanaan Program
dan Kegiatan di BPOM. Apabila diperlukan, dapat menambahkan format
pelaporan lainnya. Pelaporan menggunakan format RHPK hanya
mengakomodir pelaporam kinerja yang belum difasilitasi oleh SIPT (Sistem
Informasi Pelaporan Terpadu).
Pada Lampiran 3 pedoman tersebut dicantumkan format pelaporan
kegiatan per bulan Balai Besar/Balai POM, yang merupakan Format
Rekapitulasi Hasil Pelaksanaan Kegiatan (RHPK), terdiri dari:
1. Tabel B.1 : RHPK Pengawasan Iklan dan Label / Penandaan
2. Tabel B.2 : RHPK Layanan Sertifikasi
3. Tabel B.3 : RHPK Layanan Informasi dan Pengaduan
4. Tabel B.4 : RHPK Layanan Pengujian Pihak Ketiga
5. Tabel B.5 : RHPK Pengadaan Barang/Jasa
6. Tabel B.6 : RHPK Penyuluhan / Penyebaran Informasi
7. Tabel B.7 : RHPK Investigasi Awal dan Penyidikan
3. Laporan Berkala pada Tahun Anggaran Berjalan
Unit kerja di pusat menyusun laporan triwulanan sesuai ruang lingkup
tugas dan fungsinya. Laporan disampaikan kepada Biro Perencanaan dan
Keuangan u.p. Bagian Evaluasi dan Pelaporan melalui email
[email protected] dan diterima paling lambat 14 (empat belas)
hari setelah triwulan bersangkutan berakhir, dengan menggunakan
format (namun tidak terbatas) pada Lampiran 4 sesuai keputusan
Sekretaris Utama Nomor HK.04.2.21.08.16.3115 Tahun 2016 tentang
Pedoman Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan Pelaksanaan Program dan
Kegiatan di BPOM.
Pada 4 pedoman tersebut dicantumkan format laporan bulanan unit kerja
di pusat, yang terdiri dari:
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 82
1. Tabel P.1 : Profil Peraturan, Standar, dan Pedoman BPOM
2. Tabel P.2 : Profil Penilaian Produk Obat dan Makanan
3. Tabel P.3 : Hasil Pemeriksaan Sarana Produksi Obat dan
Makanan
4. Tabel P.4 : Hasil Pemeriksaan Sarana Distribusi Obat dan
Makanan
5. Tabel P.5 : Hasil Sampling dan Pengujian Obat dan Makanan
6. Tabel P.6 : Hasil Pengujian Barang Bukti Kasus NAPZA
7. Tabel P.7 : Hasil Penyelidikan Kasus Tindak Pidana di Bidang
Obat dan Makanan
Unit kerja, yang format pelaporannya belum diatur dalam pedoman ini,
dapat menyusun format yang sesuai dengan lingkup tugas dan fungsi
masing–masing.
4. Laporan Rencana Aksi Perjanjian Kinerja (RAPK)
Setiap unit kerja Pusat dan Balai Besar/Balai POM wajib menyampaikan
realisasi dan capaian indikator kinerja yang telah ditetapkan dalam
Perjanjian Kinerja disertai dengan analisis sederhana tentang
keberhasilan/kegagalan dalam pencapaiannya, sebagaimana format pada
Lampiran 5. Harus dipastikan bahwa data yang dilaporkan adalah data
kumulatif, bukan hanya data pada bulan bersangkutan saja.
Catatan :
Pengendalian dan pelaporan kinerja lebih detil diatur dalam
PEDOMAN MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN PELAKSANAAN
PROGRAM DAN KEGIATAN DI BPOM sesuai Keputusan Sekretaris
Utama BPOM RI Nomor : HK.04.2.21.08.16.3115 Tahun 2016.
5. Laporan Barang Milik Negara
Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
menyebutkan bahwa Barang Milik Negara atau BMN adalah semua barang
yang dibeli atau diperoleh atas beban APBN atau berasal dari perolehan
lainnya yang sah.
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan
Barang Milik Negara/Daerah disebutkan bahwa Barang Milik Negara adalah
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 83
semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban APBN atau berasal dari
perolehan lainnya yang sah.
Menurut Peraturan Menteri Keuangan Nomor 181/PMK.06/2016 tentang
Penatausahaan BMN disebutkan bahwa yang dimaksud dengan BMN adalah
semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban APBN atau berasal dari
perolehan lainnya yang sah.
Pada lampiran V PMK Nomor 181/PMK.06/2016 tentang Penatausahaan
BMN, BMN sebagai aset dapat diklasifikasikan kedalam aset lancar, aset
tetap, aset lainnya dan BMN berupa aset bersejarah. BMN dikategorikan
sebagai aset lancar apabila diharapkan segera dipakai atau dimiliki untuk
dijual dalam waktu 12 (dua belas) bulan sejak tanggal pelaporan. BMN yang
memenuhi kriteria ini diperlakukan sebagai persediaan. Sedangkan BMN
dikategorikan sebagai aset tetap apabila mempunyai masa manfaat lebih
dari 12 (dua belas) bulan, tidak dimaksudkan untuk dijual dalam operasi
normal Kuasa Pengguna Barang dan diperoleh atau dibangun dengan
maksud untuk digunakan.
Adapun jenis BMN adalah sebagai berikut :
A. Aset Tetap
Klasifikasi Aset Tetap, yaitu
1. Tanah
2. Peralatan dan mesin
3. Gedung dan Bangunan
4. Jalan, irigasi dan jaringan
5. Aset tetap lainnya
6. Konstruksi Dalam Pengerjaan (KDP)
Penyajian dan pengungkapan aset tetap dinilai dengan biaya perolehan
atau nilai wajar pada saat aset tetap tersebut diperoleh. Biaya perolehan
menggambarkan jumlah pengeluaran yang telah digunakan untuk
memperoleh aset tetap tersebut sampai siap pakai. Biaya ini antara lain
meliputi harga pembelian, biaya pengangkutan, biaya instalasi serta
biaya langsung lainnya untuk memperoleh dan mempersiapkan sampai
aset tetap tersebut siap digunakan.
Biaya perolehan seperti yang dimaksud adalah mengacu kepada nilai
satuan minimum pada Peraturan Menteri Keuangan Nomor
120/PMK.06/2007 tentang Penatausahaan BMN dan Keputusan Menteri
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 84
Keuangan Nomor 01/KMK.12/2001 tentang Pedoman Kapitalisasi
Barang Milik/Kekayaan Negara dalam Sistem Akuntansi Pemerintah,
yaitu :
a. Nilai satuan minimum kapitalisasi untuk per satuan peralatan dan
mesin adalah sama dengan atau lebih dari Rp300.000,- (tiga ratus
ribu rupiah);
b. Nilai satuan minimum kapitalisasi untuk per satuan gedung dan
bangunan adalah sama dengan atau lebih dari Rp10.000.000,-
(sepuluh juta rupiah);
Nilai satuan minimum pada Peraturan Menteri Keuangan Nomor
181/PMK.06/2016 tentang Penatausahaan BMN sebagaimana telah
diatur akan mulai berlaku 2 (dua) tahun terhitung sejak Peraturan
Menteri tersebut diterbitkan.
B. Aset Lancar
Aset lancar adalah Aset yang diharapkan segera untuk direalisasikan,
dipakai, atau dimiliki untuk dijual dalam waktu 12 (dua belas) bulan
sejak tanggal pelaporan. BMN yang menjadi kategori aset lancar adalah
persediaan.
Persediaan dapat terdiri dari :
a. Barang konsumsi
b. Amunisi
c. Bahan untuk pemeliharaan
d. Suku cadang
e. Persediaan untuk tujuan strategis/berjaga-jaga
f. Pita cukai dan leges
g. Bahan baku
h. Barang dalam proses/setengah jadi
i. Tanah/bangunan untuk dijual atau diserahkan kepada masyarakat
j. Hewan dan tanaman, untuk dijual atau diserahkan kepada
masyarakat.
Persediaan disajikan sebesar :
a. Biaya perolehan apabila diperoleh dengan pembelian
b. Harga pokok produksi apabila diperoleh dengan memproduksi sendiri
c. Nilai wajar, apabila diperoleh dengan cara lainnya seperti
donasi/rampasan.
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 85
Biaya perolehan meliputi harga pembelian, biaya pengangkutan, biaya
penanganan dan biaya lainnya yang secara langsung dapat dibebankan
pada perolehan persediaan. Potongan harga, rabat dan lainnya yang
serupa mengurangi biaya perolehan.
Aset lancar berasal dari belanja persediaan (521811) seperti Alat Tulis
Kantor, bahan cetakan, baku pembanding, sampel dan retain sampel,
persediaan alat gelas (glassware), hewan percobaan, reagensia dan lain-
lain.
C. Aset Lainnya
Aset lainnya adalah aset pemerintah yang tidak dapat diklasifikasikan
sebagai aset lancar dan aset tetap.
Aset lainnya antara lain terdiri dari :
a. Aset tak berwujud, meliputi :
1) Software komputer
2) Lisensi dan franchise
3) Hak cipta (copyright), paten dan hak lainnya
4) Hasil kajian/penelitian yang memberikan manfaat jangka panjang
b. Aset lain-lain
Yang termasuk dalam aset lain-lain adalah aset tetap yang dihentikan
dari penggunaan aktif pemerintah.
Pengelolaan Barang Milik Negara
Sesuai PP Nomor 27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Barang Milik
Negara/Daerah, pengelolaan BMN meliputi :
a. Perencanaan kebutuhan dan penganggaran
b. Pengadaan
c. Penggunaan
d. Pemanfaatan
e. Pengamanan dan pemeliharaan
f. Penilaian
g. Pemindahtanganan
h. Pemusnahan
i. Penghapusan
j. Penatausahaan
k. Pembinaan, pengawasan dan pengendalian
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 86
Sesuai ketentuan Surat Edaran Nomor HK.06.02.2.24.12.13.3228 Tahun
2013 tentang Kriteria Persediaan Reagensia Usang/dalam kondisi usang
atau rusak tidak dilaporkan dalam neraca, tetapi diungkapkan dalam
Catatan atas Laporan Keuangan.
Dalam rangka menunjang pelaksanaan proses pemindahtanganan terkait
BMN, Satker dapat mengalokasikan biaya yang ditimbulkan akibat proses
pemindahtanganan tersebut, seperti biaya iklan lelang, honor pejabat
lelang/honor narasumber, honor panitia, biaya operasional lainnya.
Laporan Barang Milik Negara
Sebagai bentuk pertanggung jawaban terhadap belanja APBN yang
berpotensi menjadi aset maka pemerintah telah menetapkan kepada
seluruh entitas pelaporan agar menyajikan dan melaporkan seluruh laporan
BMN yang terjadi kepada Kementerian Keuangan cq. Direktorat Jenderal
Kekayaan Negara setiap periode tahun anggaran sebanyak 2 kali dalam satu
tahun (semester).
Apabila Kementerian Negara Lembaga tidak melaporkan dan menyajikan
laporan BMN tersebut maka akan dikenakan sanksi berupa pembekuan
pencairan anggaran untuk tahun berjalan, tahapan sebelum dilakukannya
penyajian laporan BMN adalah:
1. Klasifikasi terhadap setiap transaksi yang terjadi.
2. Mencatat semua transaksi yang terjadi ke dalam SIMAK BMN (Sistem
Informasi Manajemen dan Akuntansi Barang Milik Negara) yang
terintegrasi dengan Aplikasi Persediaan.
3. Melakukan proses validasi dan rekonsiliasi dengan SAKPA di masing-
masing dan disepakati dengan Berita Acara Rekonsiliasi (BAR) yang
dilakukan setiap semester.
4. Melakukan validasi dan rekonsiliasi data dengan Biro Umum setiap
semester dari masing-masing satker disertai dengan Berita Acara
Pemutahiran;
5. Menyampaikan Laporan BMN yang berasal dari cetakan Aplikasi SIMAK
BMN dan Aplikasi Persediaan beserta Catatan Ringkas Barang Milik
Negara (CRBMN) ke Biro Umum setiap semester.
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 87
6. Melakukan proses rekonsiliasi dengan Kantor Pelayanan Kekayaan
Negara dan Lelang (KPKNL) setempat disertai dengan Berita Acara
Rekonsiliasi (BAR) setiap semester.
7. BAR dari KPKNL tersebut merupakan bagian tidak terpisahkan untuk
dilakukan rekonsiliasi kembali dengan KPPN, apabila terlambat atau
tidak melakukan rekonsiliasi dengan KPKNL maka akan dikenakan
sanksi pembekuan pencairan anggaran untuk tahun berjalan. Prosedur
dan tata cara penyampaian laporan BMN sesuai Buku PEDOMAN
PENATAUSAHAAN BARANG MILIK NEGARA Revisi ke 1 Tahun 2013
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 88
BAB VI
KETENTUAN KHUSUS DALAM PELAKSANAAN ANGGARAN
A. PENGELUARAN ANGGARAN
1. Pembayaran atas beban anggaran belanja negara dilakukan dengan:
a. Pembayaran langsung kepada yang berhak (LS), atau
b. Pembayaran melalui Uang Persediaan (UP)/ Tambahan Uang Persediaan
(TUP)
2. Uang Persediaan
Uang persediaan dapat diberikan untuk pengeluaran-pengeluaran:
a. Belanja Barang;
b. Belanja Modal ;
c. Belanja Lain-lain.
3. Pembayaran yang dilakukan oleh bendahara pengeluaran kepada satu
rekanan tidak boleh melebihi Rp50.000.000,-(Lima Puluh Juta Rupiah),
kecuali pembayaran honor dan perjalanan dinas.
4. Untuk keperluan pembayaran tunai sehari-hari setiap Bendahara
Pengeluaran diizinkan menyimpan uang tunai, setinggi-tingginya sebesar
Rp50.000.000,- (Lima Puluh Juta Rupiah).
5. Sesuai PMK Nomor 190/PMK.05/2012 tentang Tata Cara Pembayaran
Dalam Rangka Pelaksanaan APBN disebutkan bahwa :
• Uang Persediaan (UP) dapat diberikan untuk pengeluaran-pengeluaran
Belanja Barang, Belanja Modal dan Belanja Lain-lain;
• Bendahara Pengeluaran melakukan penggantian (revolving) UP yang
telah digunakan sepanjang dana yang dapat dibayarkan dengan UP masih
tersedia dalam DIPA;
• Uang persediaan dapat diusulkan kembali setelah penggunaan uang
persediaan sebelumnya telah dipertanggungjawabkan minimal sebesar
50% tanpa harus menunggu akhir periode.
6. Untuk pembayaran Belanja Barang (reagensia, suku cadang, ATK dan lain-
lain) dan Belanja Modal yang dilakukan dengan mekanisme UP dan TUP
antara Rp10.000.000,- sd Rp50.000.000,- perlu dilengkapi dengan data
dukung berupa proses penyusunan spesifikasi dan HPS / negosiasi harga.
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 89
B. PERJALANAN DINAS
Merupakan perjalanan ke luar tempat kedudukan yang dilakukan dalam
wilayah maupun di luar wilayah Republik Indonesia untuk kepentingan negara.
Perjalanan dinas terdiri atas Perjalanan dinas dalam negeri dan Perjalanan
dinas luar negeri.
Perjalanan dinas dalam negeri diatur dalam PMK Nomor 113/PMK.05/2012
tentang Perjalanan Dinas Dalam Negeri Bagi Pejabat Negara, Pegawai Negeri
dan Pegawai Tidak Tetap dan PMK Nomor 33/PMK.02/2016 tentang SBM TA
2017.
1. Perjalanan Dinas Dalam Negeri
Perjalanan dinas dalam negeri terdiri dari perjalanan dinas jabatan dan
perjalanan dinas pindah.
1.1. Perjalanan dinas jabatan
1.1.1 Perjalanan dinas jabatan terdiri atas komponen-komponen
sebagai berikut:
a. Uang harian terdiri atas uang makan, uang transport lokal dan
uang saku;
b. Biaya transport terdiri atas
✓ Perjalanan dinas dari tempat kedudukan sampai tempat
tujuan keberangkatan dan kepulangan termasuk biaya ke
terminal bus/stasiun/bandara/pelabuhan keberangkatan;
✓ Retribusi yang dipungut di terminal bus/ stasiun/
bandara/ pelabuhan keberangkatan dan kepulangan;
c. Biaya penginapan
✓ Dalam hal perjalanan dinas jabatan dilakukan bersama-
sama untuk melakukan suatu kegiatan rapat, seminar, dan
sejenisnya, seluruh pelaksana/peserta dapat menginap
pada hotel/penginapan yang sama, apabila biaya
hotel/penginapan lebih tinggi dari satuan biaya
hotel/penginapan sebagaimana diatur dalam PMK Nomor
33/PMK.02/2016 tentang SBM TA 2017, maka Pelaksana
SPD menggunakan fasilitas kamar dengan biaya terendah
pada hotel/penginapan dimaksud;
✓ Untuk perjalanan dinas jabatan dalam rangka
mendampingi pimpinan, maka Pelaksana SPD dapat
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 90
menginap pada hotel/penginapan yang sama sepanjang
sesuai dengan PMK Nomor 33/PMK.02/2016 tentang SBM
TA 2017;
✓ Dalam hal Pelaksana SPD tidak menggunakan biaya
penginapan, Pelaksana SPD dapat diberikan biaya
penginapan sebesar 30 % dari tarif hotel di Kota Tempat
Tujuan sesuai dengan SBM 2017 dan sebagaimana diatur
dalam PMK Nomor 113/PMK.05/2012 tentang Perjalanan
Dinas Dalam Negeri Bagi Pejabat Negara, Pegawai Negeri
dan Pegawai Tidak Tetap. Biaya penginapan sebagaimana
dimaksud dibayarkan secara lumpsum dengan
melampirkan daftar pengeluaraan riil.
d. Uang representasi; dapat diberikan kepada pejabat negara,
pejabat eselon I dan pejabat eselon II selama melakukan
perjalanan dinas sesuai PMK Nomor 33/PMK.02/2016
tentang SBM TA 2017.
e. Sewa kendaraan dalam kota; dan/atau
f. Biaya menjemput/mengantar jenazah.
1.1.2 Perjalanan dinas jabatan digolongkan menjadi :
1. Perjalanan Dinas Melewati Batas Kota
Batas kota khusus untuk Provinsi DKI Jakarta meliputi
kesatuan wilayah Jakarta Pusat, Jakarta Timur, Jakarta Utara,
Jakarta Barat dan Jakarta Selatan.
2. Perjalanan Dinas Jabatan Dalam Kota
✓ Terdiri atas perjalanan dinas jabatan yang dilaksanakan
lebih dari 8 jam dan perjalanan dinas jabatan yang
dilaksanakan sampai dengan 8 (delapan) jam;
✓ Perjalanan Dinas Jabatan Dalam Kota dapat diberikan uang
transport untuk melakukan kegiatan/pekerjaan yang
terkait dengan pelaksanaan tugas kantor/instansi dengan
ketentuan masih dalam batas wilayah Kabupaten/Kota;
✓ Dalam hal Perjalanan Dinas Jabatan Dalam Kota melebihi 8
(delapan) jam pergi pulang termasuk pelaksanaan
kegiatannya, maka dapat diberikan transport dalam kota
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 91
dan uang harian sesuai dengan besaran dalam PMK Nomor
33/PMK.02/2016 tentang SBM TA 2017;
✓ Perjalanan Dinas Jabatan di dalam kota yang dilaksanakan
sampai dengan 8 (delapan) jam dapat diberikan uang
transport tanpa penerbitan SPD. Dibuktikan dengan Form
Bukti Kehadiran yang menjadi lampiran Surat Tugas
Lampiran 5 Formulir Bukti Kehadiran (sesuai LAMPIRAN
I.B. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor
Per-22/PB/2013 Tentang Ketentuan Lebih Lanjut
Pelaksanaan Perjalanan Dinas Dalam Negeri Bagi Pejabat
Negara, Pegawai Negeri, dan Pegawai Tidak Tetap).
Pembebanan biaya Perjalanan Dinas Jabatan dicantumkan
dalam Surat Tugas.
1.1.3 Terkait Peraturan Menpan Nomor 6 Tahun 2015 tentang
Pedoman Pembatasan Pertemuan/Rapat Diluar Kantor dalam
rangka Peningkatan Efisiensi dan Efektivitas Kerja Aparatur,
maka kegiatan bersifat pertemuan/rapat di lingkungan BPOM
diatur sebagai berikut:
1. Diutamakan diselenggarakan di:
a. Gedung milik BPOM atau
b. Gedung milik Instansi Pemerintah lainnya.
2. Dapat diselenggarakan di hotel/villa/cottage/resort dan/atau
fasilitas ruang gedung lainnya yang bukan milik pemerintah
apabila memenuhi salah satu kriteria:
a. Memiliki urgensi tinggi terkait dengan pembahasan materi
bersifat strategis atau memerlukan koordinasi lintas
sektoral, memerlukan penyelesaian secara cepat,
mendesak, terus menerus (simultan). Pertemuan tersebut
antara lain pembahasan rancangan peraturan
perundangan; pembahasan pengujian bersama lintas
sektor;
b. Tidak tersedia ruang rapat di kantor BPOM/Balai
Besar/Balai POM dan tidak tersedia ruang rapat di Instansi
Pemerintah lainnya di wilayah tersebut. Dibuktikan dengan
surat pernyataan keterbatasan sarana dan prasarana untuk
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 92
penyelenggaraan rapat di kantor BPOM/Balai Besar/Balai
POM maupun milik instansi pemerintah lain dari Kepala
Satker/Unit Kerja Mandiri atau penanggungjawab
kegiatan;
c. Lokasi tempat penyelenggaraan pertemuan sulit dijangkau
oleh peserta baik sarana transportasi maupun waktu
perjalanan.
d. Peserta yang berasal dari eselon I lainnya/masyarakat
berjumlah minimal 40 (empat puluh) peserta.
3. Persyaratan penyelenggaraan rapat diluar kantor:
a. Pelaksanaan rapat membutuhkan koordinasi dengan
unit/instansi lainnya sekurang-kurangnya dihadiri peserta
dari eselon I lainnya atau pemerintah daerah atau
masyarakat;
b. Tidak terdapat perjalanan dinas/meeting konsinering
keluar kantor untuk kegiatan yang seharusnya dapat
dilakukan di kantor;
c. Tidak terdapat pelaksanaan perjalanan dinas/meeting
konsinering yang dipecah-pecah apabila suatu kegiatan
dapat dilaksanakan secara sekaligus dengan sasaran
peserta, tempat tujuan dan kinerja yang dihasilkan sama;
d. Memastikan tidak terdapat pelaksanaan perjalanan
dinas/meeting konsinering yang tumpang tindih atau
rangkap;
e. Perjalanan dinas/meeting konsinering hanya dilaksanakan
oleh pelaksana SPD yang memang benar-benar diharapkan
memberikan kontribusi nyata dalam hasil yang akan
dicapai;
f. Mengutamakan pencapaian kinerja dengan pagu anggaran
yang telah tersedia;
g. Biaya penyelenggaraan maksimal sesuai SBM TA 2017.
4. Harus memiliki output/hasil yang jelas yang dibuktikan
dengan:
a. Term of Reference / Kerangka Acuan Kerja;
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 93
b. Untuk poin 2. b. Surat Pernyataan dari Kepala Satker/Unit
Kerja Mandiri atau penanggungjawab kegiatan untuk
keterbatasan sarana dan prasarana ruang rapat kantor
Badan/Balai Besar/Balai POM maupun milik instansi
pemerintah lain;
c. Transkrip hasil rapat/rekaman;
d. Notulensi rapat dan/atau laporan;
e. Daftar hadir peserta rapat;
5. Perencanaan, pelaksanaan dan pelaporan kegiatan harus
disusun dan ditandatangani oleh penanggungjawab kegiatan
dan disampaikan kepada unit pengawas internal.
1.1.4 Merujuk PMK Nomor 113/PMK.05/2012 tentang Perjalanan
Dinas Dalam Negeri bagi Pejabat Negara, Pegawai Negeri dan
Pegawai Tidak Tetap disebutkan bahwa Perjalanan Dinas
Jabatan yang dilakukan melalui perikatan dengan penyedia jasa
meliputi Perjalanan Dinas Jabatan dalam rangka pelaksanaan
tugas dan fungsi yang melekat pada jabatan; dan Perjalanan
Dinas Jabatan dalam rangka mengikuti rapat, seminar dan
sejenisnya diatur sebagai berikut :
• Tatacara pengadaan penyedia jasa mengikuti Perpres yang
berlaku tentang Pengadaan Barang/Jasa;
• Kontrak dengan penyedia jasa:
❖ Untuk 1 paket kegiatan/kebutuhan periode tertentu;
❖ Nilai Satuan Harga tidak melebihi tarif penginapan/hotel
resmi oleh penyedia jasa penginapan/hotel;
❖ Nilai Satuan Harga tidak melebihi tarif tiket resmi yang
dikeluarkan perusahaan jasa transportasi dan SBM TA.
2017;
❖ Pembayaran didasarkan atas prestasi kerja yang telah
diselesaikan sesuai kontrak.
1.1.5 Uang harian paket fullboard di luar kota; uang harian paket
fullboard, fullday/halfday di dalam kota diberikan sesuai SBM
TA 2017.
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 94
1.1.6 Uang harian penyelenggaraan paket meeting fullboard,
fullday/halfday tidak dapat diberikan di hari pelaksanaan
Pejabat/Pegawai tersebut ditugaskan sebagai narasumber.
1.1.7 Uang saku rapat untuk penyelenggaraan rapatdalam kantor
diluar jam kerja tidak dapat diberikan kepada Pejabat/Pegawai
yang pada rapat tersebut ditugaskan sebagai
moderator/narasumber dan telah menerima honorarium
sebagai moderator/narasumber.
1.1.8 Khusus untuk kegiatan yang bersifat nasional, uang harian 1
(satu) hari sebelum dan atau sesudah waktu pelaksanaan
pertemuan dan biaya penginapan dapat diberikan kepada
peserta dengan mempertimbangkan:
• Efisiensi Biaya
• Jadwal pelaksanaan pertemuan, ketersediaan penerbangan/
waktu tempuh dari tempat kedudukan ke tempat pelaksanaan
pertemuan.
1.1.9 Pegawai yang telah mencatatkan kehadirannya pada saat
kedatangannya, kemudian ditugaskan untuk melakukan kegiatan
didalam Kab/Kota kurang dari 8 jam seperti:
• pemeriksaan sarana;
• rapat koordinasi lintas sektor;
• kegiatan sejenisnya.
yang kepadanya diberikan transport lokal karena kedinasan dan
dapat diberikan uang makan PNS jika :
• Pegawai ASN yang bersangkutan melakukan pencatatan
kedatangan dan kepulangan kerja dengan menggunakan
mesin pencatat kehadiran elektronik pada hari pelaksanaan
tugas kedinasan dan/atau melakukan perjalanan dinas; atau
• Pegawai ASN yang tidak dapat melakukan pencatatan
kedatangan dengan menggunakan mesin pencatat kehadiran
elektronik karena melaksanakan tugas kedinasan pada saat
kedatangan jam kantor, maka Pegawai ASN tersebut harus :
✓ Menyelesaikan tugas kedinasan dan/atau perjalanan dinas
terlebih dahulu kemudian segera kembali ke kantor untuk
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 95
mencatatkan kedatangan kerja dengan menggunakan
mesin pencatat kehadiran elektronik; dan
✓ Melakukan pencatatan kepulangan kerja dengan
menggunakan mesin pencatat kehadiran elektronik;
• Pegawai ASN yang melaksanakan tugas kedinasan dan/atau
perjalanan dinas menjelang kepulangan jam kerja, maka
Pegawai ASN tersebut harus :
✓ Melakukan pencatatan kedatangan kerja dengan
menggunakan mesin pencatat kehadiran elektronik sesuai
jam kerja; dan
✓ Melakukan pencatatan kepulangan dengan menggunakan
mesin pencatat kehadiran elektronik pada saat akan
melaksanakan tugas kedinasan dan/atau perjalanan dinas.
• Pegawai ASN yang melaksanakan tugas kedinasan dan/atau
perjalanan dinas sebagaimana dimaksud diatas, maka
Pegawai ASN tersebut harus menyampaikan :
✓ Surat tugas/surat undangan atau disposisi; dan
✓ Surat keterangan terlambat masuk kerja atau pulang
sebelum waktunya sesuai format dalam Lampiran VI
Peraturan Kepala BPOM Nomor 4 Tahun 2016 tentang
Ketentuan Teknis Pelaksanaan Pemberian Tunjangan
Kinerja Pegawai di Lingkungan BPOM.
1.1.10 Dalam rangka efisiensi dan efektifitas pelaksanaan kegiatan
perjalanan dinas, satuan biaya transport perjalanan dinas dari
Jakarta ke Bandung dan Jakarta ke Serang (PP) adalah sebesar
Rp500.000,-
1.1.11 Dalam rangka efisiensi dan efektifitas pelaksanaan kegiatan
perjalanan dinas, satuan biaya transport perjalanan dinas dari
Jakarta ke Bekasi, Depok, Bogor, Cikarang dan Tangerang (PP)
adalah sebesar Rp300.000,-
1.1.12 Transport perjalanan dinas dari Jakarta ke Kepulauan Seribu
bersifat at cost.
1.1.13 Transport perjalanan dinas antar kepulauan/kabupaten/kota
yang tidak diatur di dalam SBM TA 2017 bersifat at cost.
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 96
1.1.14 Bagi perjalanan dinas yang menyewa kendaraan dari pihak
ketiga:
• Untuk kegiatan yang bersifat rutin/operasional kantor/
lapangan, dapat menggunakan sewa kendaraan per bulan
sesuai SBM TA 2017, apabila tidak terdapat anggaran sewa,
maka petugas dapat memperoleh uang transpor;
• Untuk kegiatan yang bersifat insidentil (tidak bersifat terus
menerus), sewa kendaraan dapat dilakukan dengan
memperhatikan :
a) Menggunakan akun belanja sewa dengan dana yang
tersedia dalam POK atau DIPA Satker dengan
memperhatikan PMK Nomor 33/PMK.02/2016 tentang
SBM TA 2017;
b) Sewa kendaraan sudah termasuk bahan bakar dan
pengemudi;
c) Petugas dapat memperoleh biaya uang transport dari
tempat kedudukan ke tempat tujuan PP dan atau transport
lokal dalam kota dengan memperhatikan prinsip efisiensi,
efektifitas dan akuntabel.
1.1.15 Untuk perjalanan dinas dalam kota lebih dari 8 Jam dalam
rangka pemeriksaan sarana, penegakan hukum dan penyelesaian
kasus khusus di dalam kota dapat diberikan:
• Uang transport dalam kota sebesar satuan biaya transport
kegiatan dalam kab/kota yaitu Rp150.000,-,
• Uang Harian dengan nominal sesuai SBM TA. 2017.
• Formulir bukti kehadiran pelaksanaan perjalanan dinas
jabatan dalam kota lebih dari 8 (delapan) jam (khusus untuk
kegiatan Pemeriksaan Sarana) (Lampiran 6 : Formulir Bukti
Kehadiran )
1.2. Perjalanan Dinas Pindah
1.2.1 Perjalanan dinas pindah merupakan perjalanan dinas dari
tempat kedudukan yang lama ke tempat kedudukan yang baru
berdasarkan surat keputusan pindah, diatur dalam PMK Nomor
113/PMK.05/2012.
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 97
1.2.2 Perjalanan Dinas Pindah dilaksanakan oleh Pelaksana SPD
beserta keluarga yang sah dan dilakukan berdasarkan Surat
Keputusan Pindah yang diterbitkan oleh Pejabat yang
berwenang;
1.2.3 Perjalanan Dinas Pindah antara lain dilakukan dalam rangka :
• Pindah tugas dari tempat kedudukan yang lama ke tempat
tujuan pindah;
• Pemulangan Pejabat Negara/Pegawai negeri yang
diberhentikan dengan hormat dengan hak pensiun atau
mendapat uang tunggu dari tempat kedudukan ke tempat
tujuan menetap;
• pemulangan keluarga yang sah dari Pejabat Negara/ Pegawai
Negeri yang meninggal dunia dari tempat tugas terakhir ke
Tempat Tujuan menetap;
• pemulangan Pegawai Tidak Tetap yang diberhentikan karena
telah berakhir masa kerjanya dari Tempat Kedudukan ke
tempat tujuan menetap, sepanjang diatur dalam perjanjian
kerja;
• pemulangan keluarga yang sah dari Pegawai Tidak Tetap yang
meninggal dunia dari tempat tugas yang terakhir ke tempat
tujuan menetap, sepanjang diatur dalam perjanjian kerja; atau
• pengembalian Pejabat Negara/Pegawai Negeri yang
mendapat uang tunggu dari Tempat Kedudukan ke Tempat
Tujuan yang ditentukan untuk dipekerjakan kembali.
1.2.4 Biaya Perjalanan Dinas Pindah terdiri atas komponen biaya
transpor pegawai; biaya transpor keluarga; biaya pengepakan
dan angkutan barang; dan/atau uang harian;
1.2.5 Penggolongan tingkat Biaya Perjalanan Dinas Pindah
digolongkan dalam 3 (tiga) tingkat yaitu Tingkat A, B dan C.
1.2.6 Uang harian Perjalanan Dinas Pindah diberikan untuk pegawai
bersangkutan dan masing-masing anggota keluarga yang sah
dengan ketentuan sebagai berikut:
a. selama 3 (tiga) hari setelah tiba di tempat tujuan
pindah/menetap yang baru;
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 98
b. paling lama 2 (dua) hari untuk tiap kali menunggu sambungan
(transit) dalam hal perjalanan tidak dapat dilakukan
langsung;
c. sebanyak jumlah hari tertahan dalam hal pegawai yang
bersangkutan jatuh sakit dalam Perjalanan Dinas Pindah, satu
dan lain hal menurut keputusan KPA; atau
d. sebanyak jumlah hari tertahan dalam hal pegawai yang sedang
menjalankan Perjalanan Dinas Pindah mendapat perintah dari
pejabat yang menerbitkan Surat Tugas untuk melakukan
tugas lain guna kepentingan negara
1.2.7 Biaya Perjalanan Dinas Pindah dibebankan pada DIPA yang
menerbitkan surat keputusan pindah/ mutasi.
2. Perjalanan Dinas Luar Negeri (PDLN)
Agar perjalanan dinas luar negeri dapat dilaksanakan secara lebih tertib,
efisien, efektif, transparan dan bertanggung jawab, maka Pelaksanaan
Perjalanan Dinas Luar Negeri diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 227/PMK.05/2016 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 164/PMK.95/2015 tentang Tata Cara Pelaksanaan
Perjalanan Dinas Luar Negeri.
Perjalanan Dinas Luar Negeri adalah perjalanan yang dilakukan ke luar
dan/atau masuk ke wilayah Republik Indonesia, termasuk perjalanan di
luar wilayah Republik Indonesia untuk kepentingan dinas/negara.
Untuk kegiatan perjalanan/kunjungan ke negara yang tidak memiliki
hubungan diplomatik seperti Taiwan, sesuai dengan Petunjuk Pelaksanaan
Hubungan Indonesia dengan Taiwan yaitu: Kecuali dengan seijin Presiden
RI, para Menteri hendaknya tidak melakukan perjalanan ke Taiwan.
Kunjungan tingkat eselon I ke bawah hendaknya dengan seijin Menteri yang
bersangkutan. Pada kunjungan tersebut agar diperhatikan ketentuan-
ketentuan sebagai berikut: 1) dijaga sifat kunjungan tidak resmi, 2)
menghindari adanya publisitas, 3) tidak mengeluarkan pernyataan yang
dapat ditafsir sebagai menyalahi isi dan jiwa MoU, 4) tidak menandatangani
sesuatu dokumen yang merujuk pada adanya sebutan “Republic of China”,
“Government” ataupun “Minister/Ministry” of the Republic of China”.
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 99
Perjalanan Dinas dilaksanakan dengan memperhatikan prinsip-prinsip
sebagai berikut:
1. Selektif, yaitu hanya untuk kepentingan yang sangat tinggi dan prioritas
yang berkaitan dengan penyelenggaraan pemerintahan;
2. Ketersediaan anggaran dan kesesuaian dengan pencapaian kinerja
Kementerian Negara/Lembaga;
3. Efisiensi dan Efektivitas penggunaan belanja negara; dan
4. Transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan Perjalanan Dinas khususnya
dalam pemberian perintah dan pembebanan biaya Perjalanan Dinas.
Pelaksanaan Perjalanan Dinas Jabatan dilakukan sesuai dengan target
kinerja BPOM dan dilakukan untuk keperluan sebagai berikut:
1. Melaksanakan tugas dan fungsi yang melekat pada jabatan;
2. Mengikuti tugas belajar di luar negeri;
3. Mengikuti kegiatan magang di luar negeri;
4. Mengikuti konferensi/sidang internasional, seminar, lokakarya, studi
banding dan kegiatan-kegiatan yang sejenis;
5. Mengikuti dan/atau melaksanakan pameran dan promosi; atau
6. Mengikuti training, pendidikan dan pelatihan, kursus singkat (short
course), penelitian atau kegiatan sejenis.
Berdasarkan Surat Tugas, Surat Persetujuan, paspor, dan Exit Permit atau
Izin Berangkat Ke Luar Negeri, Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)
menerbitkan Surat Perjalanan Dinas (SPD). Format Surat Tugas dan SPD
sesuai dengan lampiran Peraturan Menteri Keuangan Nomor
227/PMK.05/2016.
Biaya Perjalanan Dinas Jabatan terdiri atas komponen-komponen sbb:
1. Biaya transportasi termasuk biaya transportasi ke bandara, airport tax,
retribusi yang dipungut di bandar udara keberangkatan/kepulangan,
biaya aplikasi visa, biaya lainnya yangn dipersyaratkan di negara
penerima
2. Uang harian (biaya penginapan, uang makan, uang saku dan transportasi
lokal)
3. Uang representasi (sesuai ketentuan paraturan perundang-undangan)
4. Biaya asuransi perjalanan
Uang harian perjalanan dinas luar negeri diberikan juga untuk waktu dalam
perjalanan, dengan besaran paling tinggi sebesar 40% (empat puluh
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 100
persen) dari tarif uang harian. Waktu perjalanan yang diperlukan untuk
pelaksanaan tugas pergi – pulang (PP) meliputi :
a. waktu yang digunakan oleh Moda Transportasi
b. waktu transit (apabila diperlukan transit); dan/atau
c. waktu tempuh dari bandara/stasiun/pelabuhan/terminal bus ke tempat
tujuan di luar negeri atau tempat tujuan di dalam negeri dan kembali ke
tempat bertolak di dalam negeri atau tempat kedudukan di luar negeri
Waktu perjalanan dimaksud adalah total waktu/jam lama perjalanan yang
diperlukan untuk pelaksanaan tugas pergi – pulang (PP) yang merupakan 1
(satu) rangkaian perjalanan, dengan ketentuan sebagai berikut:
• lama perjalanan 1 (satu) sampai dengan 24 (dua puluh empat) jam, maka
akan mendapatkan uang harian sebesar 40% x 1 hari;
• lama perjalanan 25 (duapuluh lima) sampai dengan 48 (empat puluh
delapan) jam, maka akan mendapatkan uang harian sebesar 40% x 2
hari;
• lama perjalanan 49 (empat puluh Sembilan) sampai dengan 72 (tujuh
puluh dua jam), maka akan mendapatkan uang harian sebesar 40% x 3
hari
Uang Harian 100 % dapat diberikan dalam hal :
a. Diperlukan penginapan pada waktu transit yang tidak ditanggung oleh
penyedia moda transportasi; dan/atau
b. Diperlukan penginapan setibanya di tempat tujuan di luar negeri 1 (satu)
hari sebelum hari penyelenggaraan
Sepanjang anggaran tersedia dalam DIPA Satker dan tidak mempengaruhi
pencapaian target output.
Uang Harian paling tinggi 30% (tiga puluh persen) dari tarif
diberikandalam hal biaya akomodasi Perjalanan Dinas Jabatan dalam
rangka mengikuti konferensi/sidang internasional, seminar, lokakarya,
studi banding, dan kegiatan-kegiatan yang sejenis; mengikuti dan/atau
melaksanakan pameran dan promosi; mengikuti training, diklat, kursus
singkat (short course) atau kegiatan sejenis disediakan oleh pengundang.
Dalam hal pelaksanaan Perjalanan Dinas Jabatan melebihi jumlah hari yang
ditetapkan dalam SPD, dapat diberikan tambahan uang harian, apabila
terdapat:
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 101
✓ Hambatan transportasi, uang harian dibayarkan 30% (tiga puluh
persen) apabila biaya penginapan dan/atau makan ditanggung oleh
penyedia Moda Transportasi; atau dibayarkan 100% (seratus persen)
dalam hal biaya penginapan dan makan tidak ditanggung oleh penyedia
Moda Transportasi
✓ Kebijakan pimpinan yang mengakibatkan tertundanya/gagalnya
kepulangan dari tempat tujuanPerjalanan Dinas Jabatan; atau Keadaan
kahar yang terjadi di luar negeri, uang harian dibayarkan 100% (seratus
persen).
Pembayaran Biaya Perjalanan Dinas dapat dilakukan melalui mekanisme
uang persediaan dilakukan dengan memberikan uang muka kepada Pejabat
Negara/Pegawai Negeri/Pegawai Tidak Tetap/Pihak Lain yang
melaksanakan perjalanan dinas oleh Bendahara Pengeluaran dari uang
persediaan/tambahan uang persediaan yang dikelolanya. Pemberian uang
muka didasarkan pada permintaan dari Kuasa Pengguna Anggaran/Pejabat
Pembuat Komitmen kepada Bendahara Pengeluaran dengan melampirkan
dokumen sbb:
a. Surat tugas
b. Surat Persetujuan Pemerintah
c. Fotokopi paspor yang masih berlaku dan fotokopi Exit Permit atau izin
berangkat ke Luar Negeri
d. SPD
e. Kwitansi Perjalanan Dinas; dan
f. Rincian biaya Perjalanan Dinas
Pembayaran biaya Perjalanan Dinas dapat dilakukan dengan mekanisme
pembayaran langsung melalui rekening Bendahara Pengeluaran atau
Pejabat Negara/Pegawai Negeri/Pegawai Tidak Tetap/Pihak Lain dengan
ketentuan sbb:
a. Biaya Perjalanan Dinas telah dipastikan jumlahnya sebelum Perjalanan
Dinas dilaksanakan dengan ketentuan
✓ Apabila biaya Perjalanan Dinas yang dibayarkan kepada Pejabat
Negara/Pegawai Negeri/Pegawai Tidak Tetap/Pihak Lain melebihi
biaya Perjalanan Dinas yang dikeluarkan, maka kelebihan tersebut
harus disetor ke Kas Negara; atau
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 102
✓ Apabila biaya Perjalanan Dinas yang dibayarkan kepada Pejabat
Negara/Pegawai Negeri/Pegawai Tidak Tetap/Pihak Lain kurang dari
biaya Perjalanan Dinas yang dikeluarkan, kekurangan tersebut tidak
memperoleh penggantian.
b. Perjalanan Dinas telah dilakukan sebelum biaya Perjalanan Dinas
dibayarkan.
Dokumen pertanggungjawaban biaya Perjalanan Dinas Jabatan terdiri dari:
a. Surat tugas dari pejabat yang berwenang
b. Surat persetujuan Pemerintah yang diterbitkan oleh Presiden atau
pejabat yang ditunjuk, sebagai izin prinsip Perjalanan Dinas ke luar
negeri
c. Surat Perjalanan Dinas yang ditandatangani oleh pejabat yang
berwenang di tempat tujuan di luar negeri atau di dalam negeri; dalam
hal di kota tempat diselenggarakannya kegiatan tidak ada perwakilan
Pemerintah RI, maka SPD ditandatangani oleh Petugas/Panitia
penyelenggara dari instansi/kegiatan yang dikunjungi atau pihak hotel
tempat menginap.
d. Fotokopi halaman paspor yang dibubuhi cap/tanda
keberangkatan/kedatangan oleh:
✓ Pihak yang berwenang di negara tempat kedudukan/bertolak dan
negara tempat tujuan Perjalanan Dinas; atau
✓ Pihak yang berwenang di negara tempat kedudukan/bertolak dan
salah satu negara tempat tujuan Perjalanan Dinas yang
memberlakukan ketentuan tentang exit/permit pada suatu kawasan
tertentu;
e. Bukti penerimaan uang harian sesuai jumlah hari yang digunakan untuk
melaksanakan perjalanan dinas;
f. Bukti pengeluaran yang sah untuk biaya transportasi, terdiri dari: bukti
pembelian tiket transportasi dan/atau bukti pembayaran moda
transportasi lainnya, boarding pass, airport tax, pembuatan visa,
retribusi, asuransi;
g. Daftar pengeluaran riil, dalam hal bukti pengeluaran untuk keperluan
transportasi tidak diperoleh.
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 103
PPK berwenang untuk menilai kesesuaian dan kewajaran atas biaya -biaya
yang tercantum dalam bukti-bukti pengeluaran dan Daftar Pengeluaran Riil.
Hal-hal yang belum diatur disini mengacu pada ketentuan yang berlaku.
C. PESERTA TUGAS BELAJAR
Sesuai dengan Keputusan Kepala BPOM Nomor HK.04.1.243.08.16.3071 Tahun
2016 tentang Pedoman Pemberian Tugas Belajar dan Izin Belajar Pegawai
Aparatur Sipil di Lingkungan BPOM, setiap peserta tugas belajar diberikan
bantuan pembiayaan dalam rangka pelaksanaan pendidikan dengan ketentuan
sebagai berikut:
1. Gaji dan tunjangan sesuai dengan ketentuan dalam peraturan perundang-
undangan
2. Bantuan biaya pendidikan yang dibayarkan ke Perguruan Tinggi secara at
cost
3. Biaya akomodasi perjalanan dinas pergi pulang ke dan dari tempat tugas
belajar pada saat kedatangan dan kepulangan dengan jumlah hari
dibayarkan maksimal 2 (dua) hari
4. Bantuan biaya hidup dan operasional, bantuan biaya buku dengan
ketentuan sebagai berikut:
a. Tugas belajar program Doktor (S3) :
1) Bantuan biaya hidup dan operasional diberikan dengan besaran Rp.
1.776.650,- (Satu juta tujuh ratus tujuh puluh enam ribu enam ratus
lima puluh rupiah) tiap bulan.
2) Bantuan biaya buku diberikan sebesar Rp. 198.300,- (Seratus
sembilan puluh delapan ribu tiga ratus rupiah) tiap bulan.
b. Tugas belajar program Magister (S2) :
1) Bantuan biaya hidup dan operasional diberikan dengan besaran Rp.
1.724.150,- (Satu juta tujuh ratus dua puluh empat ribu seratus lima
puluh rupiah) tiap bulan.
2) Bantuan biaya buku diberikan dengan besaran Rp. 176.650,- (Seratus
tujuh puluh enam ribu enam ratus lima puluh rupiah) tiap bulan.
c. Tugas belajar program Sarjana (S1):
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 104
1) Bantuan biaya hidup dan operasional diberikan dengan besaran Rp.
1.417.500,- (Satu juta empat ratus tujuh belas ribu lima ratus rupiah)
tiap bulan.
2) Bantuan biaya buku diberikan sebesar Rp. 154.150,- (Seratus lima
puluh empat ribu seratus lima puluh rupiah) tiap bulan.
c. Tugas belajar program Diploma III (DIII)
1) Bantuan biaya hidup dan operasional diberikan dengan besaran Rp.
1.339.150,- (Satu juta tiga ratus tiga puluh sembilan ribu seratus lima
puluh rupiah) tiap bulan.
2) Bantuan biaya hidup diberikan dengan besaran Rp. 132.500,- (Seratus
tiga puluh dua ribu lima ratus rupiah) tiap bulan.
Bantuan biaya hidup dan operasional, bantuan biaya buku tersebut
diberikan setiap 1 (satu) semester sekali dengan ketentuan sebagai
berikut:
a. Peserta tugas belajar telah menyampaikan laporan perkembangan
studi semester sebelumnya kepada Pimpinan Unit Kerja dan kepala
Biro Umum kecuali bagi peserta tugas belajar semester I (pertama).
b. Menyampaikan kuitansi bantuan biaya tugas belajar, surat
persetujuan bantuan biaya tugas belajar dan daftar pengeluaran
riil.
c. Menyampaikan fotokopi rekening peserta tugas belajar dengan
ketentuan :
1. Bagi peserta tugas belajar yang lama (mulai kuliah sebelum
tahun 2017) menggunakan nomor rekening yang digunakan
untuk pembayaran gaji pegawai
2. Bagi peserta tugas belajar yang mulai kuliah tahun 2017
menggunakan nomor rekening bank mandiri yang berbeda
dengan nomor rekening yang digunakan untuk pembayaran gaji
(nama pemilik rekening harus sama dengan nama peserta tugas
belajar pada keputusan kenaikan pangkat terakhir).
d. Menyampaikan Fotokopi NPWP peserta tugas belajar
e. Menyampaikan biodata singkat peserta tugas belajar yang berisi
nama lengkap, program studi, universitas, unit kerja, nomor HP dan
alamat email yang masih aktif.
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 105
5. Bantuan biaya riset 1 (satu) kali selama melaksanakan tugas belajar yang
diberikan secara at cost dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Batasan maksimal bantuan riset yang dibayarkan sebagai berikut:
1. Bantuan Biaya Riset Diploma 3 (D3) Rp8.000.000,-
2. Bantuan biaya riset Sarjana (S1) dan Profesi Rp25.000.000,-
3. Bantuan biaya riset untuk Program Magister (S2) Rp50.000.000,-
4 Bantuan biaya riset Program Doktor (S3) Rp75.000.000,-
b. Bantuan biaya riset sebagaimana dimaksud pada nomor 5 sudah
termasuk tetapi tidak terbatas pada:
1. Pembelian Alat Tulis Kantor (ATK) dalam rangka riset maksimal
Rp500.000,-/riset
2. Biaya penggandaan dan penjilidan maksimal Rp4.000.000,-.
3. Biaya publikasi riset dalam jurnal ilmiah
4. Pengolah data maksimal Rp1.540.000,-/riset
5. Petugas survey maksimal Rp8.000,- /orang/responden
6. Souvenir untuk responden maksimal Rp10.000,- / responden
7. Pembantu lapangan maksimal Rp80.000,-/hari
d. Pada saat mengajukan permohonan bantuan biaya riset, peserta tugas
belajar wajib melengkapi kelengkapan administrasi sebagai berikut :
1. Proposal riset yang telah disetujui oleh Pimpinan Unit Kerja dan dosen
pembimbing.
2. Rencana Anggaran Belanja (RAB) riset yang telah disetujui oleh
Pimpinan Unit Kerja dan dosen pembimbing.
3. Surat persetujuan pembayaran bantuan riset.
4. Kuitansi pembayaran bantuan biaya riset.
5. Surat pernyataan tanggung jawab mutlak peserta tugas belajar.
6. Fotokopi rekening bank mandiri dari peserta tugas belajar yang
berbeda dengan rekening gaji (nama pemilik rekening harus sama
dengan nama peserta tugas belajar pada keputusan kenaikan pangkat
terakhir).
7. Fotokopi NPWP peserta tugas belajar.
d. Pada akhir riset, peserta tugas belajar wajib menyerahkan laporan
pelaksanan riset dan seluruh bukti pengeluaran (kuitansi atau bukti lain)
asli kepada Kepala Biro Umum. Apabila terdapat sisa anggaran bantuan
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 106
biaya riset, wajib dikembalikan ke kas negara sesuai ketentuan dalam
peraturan perundang-undangan.
e. Peserta tugas belajar bertanggungjawab penuh terhadap penggunaan
bantuan biaya riset dan bersedia menerima sanksi apabila ditemukan
penggunaan anggaran yang tidak sesuai dengan ketentuan dalam
peraturan perundang-undangan.
f. Peserta tugas belajar dilarang melaksanakan perjalanan dinas,
mendapatkan uang makandan menerima honor / bantuan lain yang
bersumber dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara/ Anggaran
Pendapatan Belanja Daerah selain ketentuan dalam nomor 1 s.d 5
tersebut diatas.
D. HONORARIUM
Dalam rangka penerapan kebijakan single remuneration system, keikutsertaan
pejabat negara/pegawai negeri dalam tim pelaksana kegiatan/tim sekretariat
tidak dibatasi namun pemberian honorariumnya diatur dengan ketentuan:
1. Pejabat negara/eselon I/II setiap bulannya hanya diperkenankan menerima
honorarium tim yang bersumber dari DIPA kementerian negara/lembaga
yang bersangkutan paling banyak untuk 3 (tiga) tim pelaksana kegiatan.
2. Pejabat Eselon III setiap bulannya hanya diperkenankan menerima
honorarium tim yang bersumber dari DIPA kementerian negara/lembaga
yang bersangkutan paling banyak untuk 4 (empat) tim pelaksana kegiatan.
3. Pejabat Eselon IV, pelaksana dan pejabat fungsional setiap bulannya hanya
diperkenankan menerima honorarium tim yang bersumber dari DIPA
kementerian negara/lembaga yang bersangkutan paling banyak untuk 6
(enam) tim pelaksana kegiatan.
4. Peserta Tugas Belajar yang dibebaskan dari jabatannya tidak berhak
mendapatkan honorarium kegiatan.
Berdasarkan PMK Nomor 33/PMK.02/2016 tentang SBM TA 2017 disebutkan
bahwa Honorarium Tim Pelaksana Kegiatan dapat diberikan kepada Pegawai
Negeri atau Non Pegawai Negeri yang diberi Tugas untuk Melaksanakan
Kegiatan berdasarkan Surat Keputusan Presiden/Menteri/Pejabat Setingkat
Menteri/Pejabat Eselon I/KPA. Terhadap Tim Pelaksana Kegiatan yang
dibentuk berdasarkan ketetapan Gubernur dalam kedudukannya sebagai wakil
Pemerintah Pusat di daerah dan sumber pendanaannya berasal dari APBN,
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 107
maka besaran honorarium yang diberikan dalam pelaksanaannya disetarakan
dengan honorarium Tim Pelaksana Kegiatan yang ditetapkan oleh
Menteri/Pejabat Setingkat Menteri.
Ketentuan pembentukan Tim Pelaksana Kegiatan adalah sebagai berikut :
a) mempunyai keluaran jelas dan terukur;
b) bersifat koordinatif yang mengharuskan untuk mengikutsertakan eselon I
lainnya;
c) bersifat temporer, pelaksanaannya perlu diprioritaskan;
d) merupakan perangkapan fungsi atau tugas tertentu bagi Pejabat
Negara/Pegawai Negeri disamping tugas pokoknya sehari-hari; dan
e) dilakukan secara selektif, efisien dan efektif.t penguga dibatasi?
Terkait ketentuan honor tenaga penguji dan penunjang yang berlaku di
lingkungan BPOM dengan menggunakan anggaran bersumber dari PNBP, maka
diatur sebagai berikut:
1. Honor tenaga penguji diberikan kepada seluruh pegawai di bidang
pengujian.
2. Honor tenaga penunjang diberikan kepada pegawai yang terkait dalam
pengujian (manajer administrasi sampel, penerima sampel, petugas gudang
reagensia dan petugas gudang retain sampel).
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 108
BAB VII
KETENTUAN KHUSUS PENGADAAN BARANG/JASA
A. PENGADAAN BARANG DAN JASA
1. Pengadaan barang/jasa pemerintah dilakukan sesuai Peraturan Presiden
Nomor 4 Tahun 2015tentang Perubahan Keempat atas Perpres Nomor 54
Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah dan Petunjuk
Teknis Perpres Nomor 70 Tahun 2012 tentang Perubahan Kedua atas
Perpres Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang dan Jasa
Pemerintah. Khusus Balai Besar POM di Jayapura dan Balai POM di
Manokwari mengikuti Perpres 84 tahun 2012 tentang Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah dalam rangka Percepatan Pembangunan Provinsi
Papua dan Provinsi Papua Barat.
2. Pelaksanaan pengadaan barang/jasa pemerintah di tiap Satker Lingkungan
BPOM dilaksanakan oleh Pejabat Pengadaan dan ULP.
3. Pelaksanaan pengadaan barang dan jasa di Satker Balai Besar/Balai POM
dilaksanakan oleh Pejabat Pengadaan dan ULP.
4. Penetapan Pejabat Pengadaan di masing-masing Satker ditetapkan oleh
KPA Satker.
5. Pejabat Pengadaan adalah personil yang memiliki sertifikat keahlian
pengadaan Barang dan Jasa, ditunjuk dan ditetapkan oleh KPA untuk
melaksanakan Pengadaan Barang dan Jasa di masing-masing Satker di
lingkungan BPOM, apabila beban kerja besar dapat ditunjuk lebih dari 1
(satu) orang Pejabat Pengadaan.
6. Pejabat Pengadaan diangkat untuk menetapkan penyedia Barang dan Jasa
untuk:
a) Pengadaan Langsung untuk paket pengadaan barang/pekerjaan jasa
konstruksi/jasa lainnya yang bernilai paling tinggi Rp200.000.000,- dan
atau;
b) Pengadaan Langsung untuk paket pengadaan jasa konsultansi yang
bernilai paling tinggi Rp50.000.000,- harus dilengkapi dengan data
dukung berupa proses penyusunan KAK dan HPS serta negosiasi harga.
c) Penunjukan Langsung untuk sewa penginapan/hotel/ruang rapat sampai
dengan Rp200.000.000,- yang tarifnya terbuka dan dapat diakses
masyarakat.
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 109
d) E-purchasingterhadap barang /jasa yang sudah dimuat dalam sistem
katalog elektronik sesuai dengan kebutuhan
7. Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan Barang dan Jasa adalah
Panitia/Pejabat yang ditetapkan oleh KPA di masing-masing unit kerja yang
bertugas melakukan pemeriksaan hasil pekerjaan pengadaan barang dan
jasa sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam kontrak.
Panitia Penerima Hasil Pekerjaan Barang dan Jasa menerima hasil
pekerjaan pengadaan Barang/Jasa dengan nilai HPS diatas Rp200.000.000.
Panitia Penerima Hasil Pekerjaan Barang dan Jasa tidak merangkap sebagai
Pejabat Pengelola Keuangan dan/atau sebagai Pokja ULP.
8. Dalam hal pemeriksaan barang dan jasa memerlukan keahlian khusus,
dapat dibentuk tim/tenaga ahli untuk membantu pelaksanaan tugas
panitia/pejabat penerima hasil pekerjaan.
9. Dalam hal pengadaan jasa konsultansi, pemeriksaan hasil pekerjaan
dilakukan Panitia/Pejabat Penerima setelah berkoordinasi dengan
pengguna jasa konsultansi yang bersangkutan.
10. Berita Acara penerimaan hasil pekerjaan dianggap sah apabila
ditandatangani minimal oleh dua pertiga Panitia Penerima Hasil Pekerjaan
Barang dan Jasa termasuk Ketua dan/atau Sekretaris serta Penanggung
Jawab Kegiatan.
11. Pada pengadaan barang dan jasa, perhitungan Harga Perkiraan Sendiri
(HPS) harus dilakukan dengan cermat berdasarkan Peraturan Presiden
Nomor 4 Tahun 2015tentang Perubahan Keempat atas Perpres Nomor 54
Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. Data-data hasil
survey harga dalam rangka penyusunan HPS harus diarsipkan dengan baik
sebagai dokumen.
12. Tanda bukti pertanggungjawaban pembelian produk obat dan makanan
terkait investigasi awal kasus pelanggaran Obat dan Makanan dan/atau
penyidikan perkara tindak pidana Obat dan Makanan termasuk pembelian
sampel secara online, MLM adalah sebagai berikut :
a) Di BPOM Pusat menggunakan tanda bukti yang ditandatangani oleh
Penanggung jawab kegiatan dan disetujui/diketahui oleh Kepala Bidang
di Lingkungan Pusat Penyidikan Obat dan Makanan;
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 110
b) Di Balai Besar POM menggunakan tanda bukti yang ditandatangani oleh
Penanggung Jawab Kegiatan dan diketahui oleh Kepala Bidang
Pemeriksaan dan Penyidikan
c) Di Balai POM menggunakan tanda bukti yang ditandatangani oleh
Penanggung Jawab Kegiatan dan diketahui oleh Kepala Seksi
Pemdik/Kepala Seksi Pemdikserlik.
13. Berdasarkan Undang Undang Hukum Acara Pidana Pasal 56 Ayat (1), Balai
Besar/Balai POM dalam melaksanakan kegiatan penyidikan wajib
mengalokasikan anggaran untuk Jasa Penasehat Hukum untuk tersangka
yang ditetapkan oleh Penyidik BPOM.
14. Pada paket pekerjaan Barang/Jasa pada Belanja Mengikat (002) yang
merupakan kebutuhan sehari-hari perkantoran/bersifat continue seperti
Jasa Pengamanan Kantor, Jasa Cleaning Service, Langganan Jasa Provider
Internet dan sebagainya, pelaksanaan lelang dapat dilakukan pada tahun
sebelumnya untuk penetapan DIPA tahun berjalan. Apabila terdapat gagal
lelang/lelang ulang sampai memasuki tahun berjalan, maka paket pekerjaan
dapat menggunakan pengadaan langsung pada bulan berjalan, dengan
menggunakan harga tahun sebelumnya. Bersamaan hal tersebut,
pelaksanaan lelang tetap dilakukan sampai dengan penunjukan pemenang
lelang.
B. UNIT LAYANAN PENGADAAN (ULP)
Unit Layanan Pengadaan (ULP) BPOM RI adalah unit organisasi yang bertugas
melaksanakan pengadaan barang/jasa di lingkungan BPOM. ULP dibentuk
berdasarkan Peraturan Kepala BPOM No 45 tahun 2013. Pembentukan ULP
mengalami perubahan sebanyak 2 kali yaitu pada tahun 2015 melalui Peraturan
Kepala BPOM Nomor 3 tahun 2015 tentang Unit Layanan Pengadaan
Barang/Jasa di Lingkungan Badan Pengawas Obat dan Makanan, dan pada
tahun 2016 melalui Peraturan Kepala BPOM Nomor 22 tahun 2015 tentang Unit
Layanan Pengadaan Barang/Jasa di Lingkungan Badan Pengawas Obat dan
Makanan. Perubahan yang dilakukan melalui peraturan tersebut antara lain
mengenai kewenangan pelaksanaan pengadaan oleh anggota Kelompok kerja
ULP (Pokja ULP).
Personil ULP adalah Kepala ULP, Sekretariat yang dipimpin oleh Sekretaris ULP
dan Kelompok Kerja ULP. Pada tahun 2014, tugas dan kewenangan, serta
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 111
kedudukan Pokja ULP di setiap Satker, ditetapkan melalui Surat Keputusan
Kepala BPOM Nomor HK 04.1.23.01.14.0147 tahun 2014 tentang Penunjukan
Perangkat Unit Layanan Pengadaan Barang/Jasa di Lingkungan BPOM. Pada
tahun 2015 telah dilakukan revisi tentang perangkat ULP melalui Surat
Keputusan Kepala BPOM Nomor HK 04.01.21.04.15.1823 tahun 2015 tentang
Penunjukan Perangkat Unit Layanan Pengadaan Barang/Jasa di Lingkungan
BPOM. Dan pada tahun 2016 revisi dilakukan melalui Surat Keputusan Kepala
BPOM Nomor HK.04.01.23.16.0122 tahun 2016 tentang Penunjukan Perangkat
Unit Layanan Pengadaan Barang/Jasa di Lingkungan BPOM. Revisi pada Surat
Keputusan tersebut antara lain mengenai pembagian beban kerja dan
kewenangan Pokja ULP.
Pokja ULP terbagi menjadi dua yaitu Pokja Pusat dan Pokja Satker. Sebagai
bagian dari penyelesaian pengadaan di Satuan Kerja maka terdapat penetapan
Pokja Mandiri, yaitu Pokja Satker yang mengerjakan semua pengadaan di
Satkernya tanpa ada pelaksanaan pengadaan oleh Pokja Pusat. Penugasan/
penempatan/pemindahan Anggota Pokja ULP untuk setiap paket pengadaan
ditetapkan oleh Kepala ULP melalui Surat Perintah Melaksanakan Tugas (SPMT)
yang ditetapkan berdasarkan usulan dari Pokja ULP di setiap satker, dan
berdasarkan kompetensi atau rekam jejak personil ULP yang terdapat di Pokja
Pusat. Dalam melaksanakan tugasnya, Ketua Pokja ULP dan setiap Anggota
Pokja ULP mempunyai kewenangan yang sama dalam pengambilan keputusan
yang ditetapkan berdasarkan suara terbanyak. Penetapan Penyedia Barang/Jasa
oleh Pokja ULP tidak bisa diganggu-gugat oleh Kepala ULP.
Sesuai Peraturan Kepala BPOM Nomor 22 tahun 2015, ULP melaksanakan
pengadaan barang/ jasa yang meliputi :
a. Pengadaan Barang/ Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya dengan nilai di atas
Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah)
b. Pengadaan Jasa konsultansi di atas Rp50.000.000,00 (lima puluh juta
rupiah).
Dalam pelaksanaan tugas Perangkat ULP, kriteria pengadaan barang/jasa di
BPOM terbagi menjadi dua yaitu:
a. Kriteria pengadaan barang/jasa yang dilaksanakan oleh Pokja Pusat adalah:
1) Pekerjaan konstruksi, jasa konsultan pengawas, jasa konsulan perencana,
dan jasa konsultan manajemen kontruksi. Pengadaan tersebut tidak
hanya yang terkait dengan infrastruktur bangunan atau gedung, tetapi
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 112
termasuk dengan semua jenis pengadaan konstruksi, jasa konsultan
pengawas, dan jasa konsultan perencana, misalnya konsultan perencana
untuk master plan Quality Manajemen System.
2) Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada angka 1)
Pekerjaan konstruksi, jasa konsultan pengawas, jasa konsulan perencana,
dan jasa konsultan manajemen kontruksi dapat dilakukan oleh Pokja
Satker Mandiri. Kriteria Pokja Satker Mandiri dinilai berdasarkan hasil
monitoring dan evaluasi PBJ tahun sebelumnya. Pokja Satker Mandiri
untuk tahun 2016 adalah Balai Besar POM di Semarang dan Yogyakarta.
3) PBJ dengan nilai pagu diatas Rp1.500.000.000,00 (satu milyar lima ratus
juta rupiah), kecuali pengadaan alat laboratorium, reagensia, dan media
mikrobiologi.
b. Kriteria pengadaan barang/jasa yang dilaksanakan oleh Pokja Satker
adalah:
1) PBJ dengan nilai pagu sampai dengan Rp1.500.000.000,00 (satu milyar
lima ratus juta rupiah.
2) Pengadaan alat laboratorium, reagensia, dan media mikrobiologi.
Pokja ULP melaksanakan pengadaan melalui SPSE, atau secara non e-
procurement untuk pengadaan jasa lainnya yang bersifat khusus dengan metode
penunjukkan langsung. Pengadaan barang/pekerjaan konstruksi/jasa lainnya
senilai kurang dari/sama dengan Rp200.000.000 (dua ratus juta rupiah) dan
pengadaan konsultansi kurang dari/sama dengan Rp 50.000.000 (lima puluh
juta rupiah) dilaksanakan oleh Pejabat Pengadaan.
Berdasarkan Surat Edaran Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah nomor 3 tahun 2015 tentang Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa
melelaui e-Purchasing, maka pengadaan yang dilakukan secara e-Purchasing
melalui Katalog Elektronik dilaksanakan oleh Pejabat Pengadaan atau PPK atau
Pejabat yang ditetapkan oleh Pimpinan Institusi.
Tujuan pembentukan ULP antara lain adalah menjamin pelaksanaan pengadaan
barang/jasa yang lebih terintegrasi atau terpadu. Dalam rangka mencapai
tujuan tersebut maka ULP telah menetapkan mekanisme pengadaan
barang/jasa yang dilaksanakan melalui ULP sebagai berikut:
1. KPA menetapkan Rencana Umum Pengadaan (RUP). Proses persiapan
pemilihan Penyedia Barang/Jasa dilakukan setelah RUP ditetapkan oleh
Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran (PA/KPA).
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 113
Admin SiRUP (Sistem informasi Rencana Umum Pengadaan) mengunggah
RUP melalui aplikasi SiRUP pada website http://sirup.lkpp.go.id. Jika
dilakukan revisi RUP oleh KPA maka revisi RUP kembali diunggah pada
aplikasi SiRUP oleh Admin SiRUP.
Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) dapat mengundang Pokja ULP untuk
melakukan Kaji Ulang RUP pada Satuan Kerja terkait melalui Kepala ULP.
Hasil kajian akan disampaikan kepada PA/KPA untuk dilakukan revisi dan
dilakukan penetapan RUP kembali oleh PA/KPA.
2. PPK bekerjasama dengan Tim Teknis PPK untuk membuat Rencana
Pelaksanaan Pengadaan (RPP). Selanjutnya PPK menyampaikan RPP
kepada Kepala ULP melalui surat elektronik [email protected]. RPP
dilengkapi dengan data dukung dan sekurang kurangnya berisi:
a. Surat pengantar RPP
b. Salinan Petunjuk Operasional Kegiatan (POK).
c. Kerangka Acuan Kerja (KAK)
d. Spesifikasi Teknis.
e. Harga Perkiraan Sendiri (HPS).
f. Rancangan Kontrak.
g. ID paket SiRUP
3. Pokja Satker memberikan usulan Anggota Pokja untuk setiap paket
pengadaan kepada Kepala ULP. Format dokumen RPP dan surat usulan
Anggota Pokja dapat diambil di Sekretariat ULP, dan disusun sesuai dengan
kebutuhan proses pengadaan.
4. Sekretariat melakukan pencatatan RPP yang diterima dan surat usulan
Anggota Pokja kedalam Tabel Status RPP. Tabel tersebut memberikan
informasi tentang seluruh tahapan pelaksanaan pengadaan, sehingga semua
pihak terkait dapat mengetahui tahapan yang sedang terjadi atas RPP yang
dikirimkan ke ULP.
5. Kepala ULP menetapkan Tim Pengkaji RPP melalui Memo Dinas
berdasarkan usulan dari Pokja Satker, serta dengan mempertimbangkan
beban kerja, kompetensi, serta rekam jejak anggota Pokja.
6. Sekretariat mengirimkan Memo Dinas Tim Pengkaji RPP bersama RPP yang
diterima dari PPK. Memo Dinas juga ditembuskan ke PPK sehingga PPK
dapat mengetahui seluruh anggota tim pengkaji RPP dan dapat memberikan
data atau informasi yang diperlukan dalam proses perkajian.
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 114
7. Tim Pengkaji RPP melakukan kajian RPP. Terdapat dua tindak lanjut atas
hasil kajian yang akan diberikan oleh Tim Pengkaji RPP, yaitu sebagai
berikut:
a. Jika RPP tidak lengkap, atau terdapat masukan atau tanggapan atau
pertanyaan atas RPP yang dikaji, maka RPP belum layak untuk
dilanjutkan ke proses pelelangan dan hasil kajian RPP dinyatakan
kedalam Formulir Kajian RPP untuk diserahkan kepada PPK.
PPK dapat memperbaiki atau melakukan perubahan RPP berdasarkan
hasil kajian yang diberikan. Perubahan RPP oleh PPK diserahkan kembali
kepada Tim Pengkaji RPP untuk dilakukan kajian.
b. Jika RPP lengkap, atau tidak terdapat masukan atau tanggapan atau
pertanyaan atas RPP yang dikaji, maka RPP layak untuk dilanjutkan ke
proses pelelangan dan hasil kajian RPP dinyatakan kedalam Formulir
Kajian RPP untuk diserahkan kepada Kepala ULP.
8. Sekretariat melakukan pencatatan RPP terakhir yang telah layak untuk
dilelangkan, serta hasil kajian dari Tim Pengkaji RPP.
9. Kepala ULP menerbitkan Surat Perintah Melaksanakan Tugas (SPMT) untuk
penetapan Ketua dan Anggota Pokja ULP kedalam proses pelaksanaan
pelelangan sampai dengan penyelesaian pelelangan yang ditandai dengan
diterbitkannya Berita Acara Hasil Pelelangan (BAHP) oleh Pokja ULP.
Sepanjang tahun 2016, terdapat beberapa pengadaan baru dari pelelangan yang
gagal dan membutuhkan perubahan RPP pada bagian Kerangka Acuan Kerja,
Spesifikasi Teknis, atau Harga Perkiraan Sendiri. Hal tersebut merupakan dasar
ditetapkannya mekanisme pengadaan setelah terjadi lelang/seleksi yang gagal
sebagai berikut:
1. Pokja memberikan Berita Acara Hasil Pelelangan (lelang/seleksi) yang
berisikan info kegagalan pelelangan kepada PPK.
2. PPK melakukan evaluasi kegagalan pelelangan dan melakukan perubahan
RPP pada bagian yang diperlukan, misalnya bagian KAK tentang masa
waktu pelaksanaan pekerjaan.
3. Pokja melakukan kajian atas perubahan RPP yang diberikan PPK.
4. Setelah pengkajian perubahan RPP selesai, maka Berita Acara Hasil
Pelelangan, Formulir Kajian RPP dan perubaan RPP yang layak dilelangkan
dikirimkan ke Sekretariat untuk proses pencatatan dan penerbitan SPMT.
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 115
Dalam rangka penyesuaian dengan teknik penataan dan digitalisasi data ULP,
serta untuk memudahkan ketelusuran dokumen maka seluruh dokumen dan
surat yang disampaikan oleh Pokja kepada Kepala ULP, atau pun sebaliknya
wajib disampaikan melalui surat elektronik ULP di [email protected].
Kepala ULP membuat laporan pertanggungjawaban atas kegiatan pengadaan
barang/jasa kepada PA melalui Sestama. Ketua Pokja setiap paket pengadaan
membuat dan menyerahkan Berita Acara Hasil Pelelangan (lelang/Seleksi) /
Penunjukan Langsung dan Laporan Pengadaan kepada Kepala ULP. Mekanisme
Pengadaan Tahun 2017 sesuai Lampiran 8. Mekanisme Pengadaan.
C. LAYANAN PENGADAAN SECARA ELEKTRONIK (LPSE)
Percepatan pelaksanaan pembangunan yang menjadi tanggung
jawabPemerintah perlu didukung oleh percepatan pelaksanaan belanja
Negara,yang dilaksanakan melalui Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.
Namun,dalam pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah kadang
kaladitemukan kendala yang disebabkan oleh beberapa hal, antara
lain:perencanaan Pengadaan Barang/Jasa yang kurang baik,
pengesahananggaran yang terlambat, tidak segera dilaksanakannya
pengumumanpelaksanaan pemilihan penyedia, hingga belum meratanya
kompetensi dariPengelola Pengadaan.
Kendala dalam pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah salahsatunya
dapat diatasi dengan pemanfaatan teknologi informasi dalam
prosespelaksanaannya. Pemanfaatan teknologi informasi selain bertujuan
untukmemperingan beban Pengelola Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
jugabertujuan untuk tetap menjaga sisi akuntabilitas dalam
pelaksanaanPengadaan Barang/Jasa Pemerintah.
Melalui penyempurnaan kembali terhadap Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun
2010 sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 4
Tahun 2015 tentang Perubahan Keempat Atas Peraturan Presiden Nomor 54
Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, serta inovasi dalam
metode pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah dimaksud, diharapkan
pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah dapat mendorong
peningkatan belanja Pemerintah yang berdampak positif pada pembangunan
Negara dan peningkatan peran Usaha Kecil dan Menengah serta Koperasi
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 116
Upaya pencegahan dan pemberantasan korupsi menjadi unsur dalam reformasi
birokrasi Indonesia. Salah satu mekanisme yang dilakukan, yaitu melalui
perbaikan sistem pengadaan barang/ jasa pemerintah yang lebih transparan,
efisien dan akuntabel. Hal ini tertuang dalam Peraturan Presiden No. 70 Tahun
2012 sebagai perubahan atas Peraturan Presiden No. 54 Tahun 2010 tentang
Pengadaan Barang/ Jasa Pemerintah, dan Instruksi Presiden No. 17 Tahun 2011
tentang Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Tahun 2012, yang
mewajibkan setiap K/L/D/I untuk melaksanakan seluruh/ sebagian kegiatan
pengadaan barang/ jasa secara elektronik melalui Layanan Pengadaan Secara
Elektronik (LPSE).
Sebagai bukti nyata atas implementasi peraturan tersebut adalah dengan
diterapkannya e-Procurement melalui LPSE di BPOM dengan memanfaatkan
aplikasi Sistem Pengadaan Secara Elektronik (SPSE). Penerapan e-
Procurement melalui aplikasi SPSE di BPOM mulai pada tahun 2011 sampai
dengan sekarang. Saat ini sudah seluruh di BPOM sudah melaksanakan proses
pengadaan baik secara e-tendering maupun e-purchasing.
Pengadaan dilakukan melalui mekanisme Sistem Pengadaan Barang/Jasa Secara
Elektronik (SPSE), untuk paket pengadaan Barang/Jasa yang pemilihan
penyedianya dilakukan dengan lelang/seleksi, wajib diproses melalui LPSE
BPOM. Pelaksanaan lelang/seleksi melalui LPSE mengacu pada Perka LKPP
Nomor 18 Tahun 2012 tentang e-tendering. Pengguna SPSE saat ini adalah PPK,
Pokja ULP BPOM dan Penyedia Jasa/Barang di seluruh Indonesia. Pendaftaran
user id dan password untuk penggunaan SPSE diajukan kepada LPSE BPOM.
LPSE dapat menonaktifkan user id dan password pengguna SPSE (Penyedia
Barang/Jasa) apabila ditemukan pelanggaran terhadap persyaratan dan
ketentuan yang berlaku, dan atas permintaan PA/KPA/PPK berkaitan dengan
blacklist.
Inovasi terhadap metode Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah diperlukan dalam
pelaksanaan percepatan belanja Pemerintah, khususnya terhadap Barang/Jasa
yang secara luas dibutuhkan oleh Pemerintah. Oleh karena itu, Pemerintah
merasa perlu untuk mengakselerasi pertumbuhan Katalog Elektronik baik dari
segi kuantitas maupun varian Barang/Jasa.
Sesuai dengan Peraturan Presiden No 54 Tahun 2010 Bab III Pasal 8, ayat (1)
Pengguna Anggaran (PA) memiliki tugas dan kewenangan menetapkan Rencana
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 117
Umum Pengadaan. Pengguna Anggaran (PA) memiliki tugas dan kewenangan
mengumumkan secara luas Rencana Umum Pengadaan. Pengumuman Rencana
Umum Pengadaan di fasilitasi dengan aplikasi Sistem Informasi Rencana Umum
Pengadaan (SIRUP) dengan alamat url : http://sirup.lkpp.go.id/sirup.
Aplikasi SPSE dapat di akses melalui web browser dengan alamat url
http://lpse.pom.go.id sedangkan alamat email LPSE adalah [email protected] dan
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 118
BAB VIII
PENUTUP
Petunjuk pelaksanaan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan dan agar semua
pengelola anggaran baik Kepala Kantor/Satker (KPA), Pejabat Pembuat Komitmen,
Pejabat Penerbit SPM, para Bendahara maupun Pejabat/Staf terkait Pusat dan
Daerah mengetahuinya.
Dengan ditetapkannya Petunjuk Pelaksanaan Anggaran Tahun 2017 ini diharapkan
agar terdapat kesamaan persepsi dan kesatuan langkah Para Pengelola Anggaran
dalam melaksanakan anggaran Tahun 2017.
KEPALA
BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN
Dr. Ir. PENNY K. LUKITO, MCP
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 119
DAFTAR LAMPIRAN
1. VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN STRATEGIS DAN INDIKATOR KINERJA BPOM
PERIODE 2015-2019
2. STRUKTUR PENGELOLAAN ANGGARAN
3. MATRIKS USULAN REVISI PETUNJUK OPERASIONAL KEGIATAN (POK) TAHUN
2017
4. MATRIKS USULAN REVISI DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (DIPA)
TAHUN 2017
5. FORMULIR BUKTI KEHADIRAN PELAKSANAAN PERJALANAN DINAS JABATAN
DALAM KOTA SAMPAI DENGAN 8 (DELAPAN) JAM
6. FORMULIR BUKTI KEHADIRAN PELAKSANAAN PERJALANAN DINAS JABATAN
DALAM KOTA LEBIH DARI 8 (DELAPAN) JAM
7. MEKANISME PENGADAAN
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 120
DAFTAR PUSTAKA
1 PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN
BARANG MILIK NEGARA/DAERAH
2 PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 39 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA
PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA PEMBANGUNAN
3 PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 90 TAHUN 2010 TENTANG PENYUSUNAN
RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA
4 PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG PELAPORAN
KEUANGAN DAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH
5 PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 181/PMK.06/2016 TENTANG
PENATAUSAHAAN BARANG MILIK NEGARA
6 PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 249/PMK.02/2011 TENTANG
PENGUKURAN DAN EVALUASI KINERJA ATAS PELAKSANAAN RENCANA KERJA
DAN ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA
7 PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 191/PMK.05/2011 TENTANG
MEKANISME PENGELOLAAN HIBAH
8 PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 190/PMK.05/2012 TENTANG
TATA CARA PEMBAYARAN DALAM RANGKA PELAKSANAAN APBN
9 PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 113/PMK.05/2012 TENTANG
PERJALANAN DINAS DALAM NEGERI BAGI PEJABAT NEGARA, PEGAWAI
NEGERI DAN PEGAWAI TIDAK TETAP
10 PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 271/PMK.05/2014 TENTANG
SISTEM AKUNTANSI HIBAH
11 PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 252/PMK.05/2014 TENTANG
REKENING MILIK KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA/SATUAN KERJA
12 PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 227/PMK.05/2016 TENTANG
PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR
164/PMK.05/2015 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PERJALANAN DINAS
LUAR NEGERI
13 PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 33/PMK.02/2016 TENTANG
STANDAR BIAYA MASUKAN TA 2017
14 PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 96/PMK.02/2015 TENTANG
PETUNJUK PENYUSUNAN DAN PENELAAHAN RENCANA KERJA DAN
ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA (RKAKL) DAN DAFTAR ISIAN
PETUNJUK PELAKSANAAN ANGGARAN TA. 2017 121
PELAKSANAAN ANGGARAN (DIPA)
15 PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 10/PMK.02/2017 TENTANG TATA
CARA REVISI ANGGARAN TA 2017
16 PERATURAN DIRJEN PERBENDAHARAAN NOMOR PER-81/PB/2011 TENTANG
TATA CARA PENGESAHAN HIBAH LANGSUNG BENTUK UANG DAN
PENYAMPAIAN MEMO PENCATATAN HIBAH LANGSUNG BENTUK
BARANG/JASA/SURAT BERHARGA
17 PERATURAN KEPALA LKPP NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG E-TENDERING .
DAFTAR LAMPIRAN
1. VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN STRATEGIS DAN INDIKATOR KINERJA BPOM
PERIODE 2015-2019
2. STRUKTUR PENGELOLAAN ANGGARAN
3. MATRIKS USULAN REVISI PETUNJUK OPERASIONAL KEGIATAN (POK)
TAHUN 2017
4. MATRIKS USULAN REVISI DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN
(DIPA) TAHUN 2017
5. FORMULIR BUKTI KEHADIRAN PELAKSANAAN PERJALANAN DINAS
JABATAN DALAM KOTA SAMPAI DENGAN 8 (DELAPAN) JAM
6. FORMULIR BUKTI KEHADIRAN PELAKSANAAN PERJALANAN DINAS
JABATAN DALAM KOTA LEBIH DARI 8 (DELAPAN) JAM
7. KERTAS KERJA CAPAIAN RENCANA AKSI PERJANJIAN KINERJA (RAPK)
8. MEKANISME PENGADAAN
VISI MISI TUJUAN SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA
1. Persentase obat yang memenuhi syarat, dengan target 94% pada akhir 2019,
2. Persentase Obat Tradisional yang memenuhi syarat, dengan target 84% pada
akhir 2019,
3. Persentase kosmetik yang memenuhi syarat, dengan target 93% pada akhir
2019,
4. Persentase suplemen kesehatan yang memenuhi syarat, dengan target 83%
pada akhir 2019,
5. Persentase makanan yang memenuhi syarat, dengan target 90,1% pada akhir
2019.
1. Jumlah industri farmasi yang meningkat kemandiriannya, dengan target
kumulatif 40 industri farmasi sampai dengan akhir tahun 2019,
2. Jumlah Industri Obat Tradisional (IOT) yang memiliki sertifikat CPOTB,
dengan target kumulatif 81 IOT pada tahun 2019,
3. Jumlah industri kosmetika yang mandiri dalam pemenuhan ketentuan,
dengan target kumulatif 205 industri kosmetika pada tahun 2019,
4. Persentase industri pangan olahan yang mandiri dalam rangka menjamin
keamanan pangan, dengan target kumulatif 11% industri pangan olahan pada
tahun 2019,
5. Peningkatan indeks kesadaran masyarakat dengan target meningkat pada
akhir 2019 dibandingkan baseline 2016, dan
6. Jumlah kerjasama yang diimplementasikan, dengan target kumulatif pada
akhir 2019 sebanyak 20 kerjasama.
1. Capaian pelaksanaan RB di BPOM, dengan target AA pada tahun 2019,
2. Opini Laporan Keuangan BPOM dari BPK, dengan target WTP pada tahun 2019,
3. Nilai SAKIP BPOM dari MenPAN, dengan target A pada tahun 2019.
LAMPIRAN I
Meningkatkan
kapasitas
kelembagaan BPOM
Meningkatnya
kualitas kapasitas
kelembagaan BPOM
Obat dan
Makanan
Aman
Meningkatka
n Kesehatan
Masyarakat
dan Daya
Saing Bangsa
VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN STRATEGIS DAN INDIKATOR KINERJA BPOM PERIODE 2015-2019
Meningkatkan sistem
pengawasan Obat dan
Makanan berbasis
risiko untuk
melindungi
masyarakat;
Meningkatnya jaminan
produk Obat dan
Makanan aman,
berkhasiat/ bermanfaat,
dan bermutu dalam
rangka meningkatkan
kesehatan masyarakat;
Menguatnya Sistem
Pengawasan Obat dan
Makanan
Mendorong
kemandirian pelaku
usaha dalam
memberikan jaminan
keamanan Obat dan
Makanan serta
memperkuat
kemitraan dengan
pemangku
kepentingan;
Meningkatnya daya
saing Obat dan Makanan
di pasar lokal dan global
dengan menjamin mutu
dan mendukung inovasi.
Meningkatnya
kemandirian pelaku
usaha, kemitraan
dengan pemangku
kepentingan, dan
partisipasi
masyarakat
PENGGUNA ANGGARAN (PA)
KUASA PENGGUNA ANGGARAN SATKER
SEKRETARIAT UTAMA
PEJABAT PEMBUAT
KOMITMEN
BIRO UMUM
PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN
BIRO PERENCANAAN DAN KEUANGAN
PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN
BIRO HUKUM DAN HUB. MASYARAKAT
PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN
BIRO KSLN
BENDAHARA PENGELUARAN
(BP)
BENDAHARA PENGELUARAN
PEMBANTU (BPP)
BENDAHARA PENGELUARAN
PEMBANTU (BPP)
BENDAHARA PENGELUARAN
PEMBANTU (BPP)
BENDAHARA PENGELUARAN
PEMBANTU (BPP)
PPSPM
PENGGUNA ANGGARAN (PA)
KUASA PENGGUNA ANGGARAN SATKER
DEPUTI I
PEJABAT PEMBUAT
KOMITMEN
DIT. LAI OBAT DAN PRODUK
BIOLOGI
PEJABAT PEMBUAT
KOMITMEN
DIT. STANDARDISAS
I PT & PKRT
PEJABAT PEMBUAT
KOMITMEN
DIT. WAS. PRODUKSI Pt
& PKRT
PEJABAT PEMBUAT
KOMITMEN
DIT. WAS DISTRIBUSI PT
& PKRT
PEJABAT PEMBUAT
KOMITMEN
DIT. WAS. NAPZA
BENDAHARA PENGELUARAN
(BP)
BENDAHARA PENGELUARAN
PEMBANTU (BPP)
BENDAHARA PENGELUARAN
PEMBANTU (BPP)
BENDAHARA PENGELUARAN
PEMBANTU (BPP)
BENDAHARA PENGELUARAN
PEMBANTU (BPP)
BENDAHARA PENGELUARAN
PEMBANTU (BPP)
PPSPM
PENGGUNA ANGGARAN (PA)
KUASA PENGGUNA ANGGARAN
SATKER DEPUTI II
PEJABAT PEMBUAT
KOMITMEN
DIT. LAI OT, KOSM, & PK
PEJABAT PEMBUAT
KOMITMEN
DIT. INSERT OT, KOSM, & PK
PEJABAT PEMBUAT
KOMITMEN
DIT. STANDARDISASI OT, KOSM, & PK
PEJABAT PEMBUAT
KOMITMEN
DIT. OAI
BENDAHARA PENGELUARAN
(BP)
BENDAHARA PENGELUARAN
PEMBANTU (BPP)
BENDAHARA PENGELUARAN
PEMBANTU (BPP)
BENDAHARA PENGELUARAN
PEMBANTU (BPP)
BENDAHARA PENGELUARAN
PEMBANTU (BPP)
PPSPM
PENGGUNA ANGGARAN (PA)
KUASA PENGGUNA ANGGARAN SATKER
DEPUTI III
PEJABAT PEMBUAT
KOMITMEN
DIT. LAI KEAMANAN
PANGAN
PEJABAT PEMBUAT
KOMITMEN
DIT. STANDARDISA
SI PANGAN
PEJABAT PEMBUAT
KOMITMEN
DIT. INSERT. PANGAN
PEJABAT PEMBUAT
KOMITMEN
DIT. SURVEILAN
DAN PKP
PEJABAT PEMBUAT
KOMITMEN
DIT. WAS. PRODUK DAN
BB
BENDAHARA PENGELUARA
N (BP)
BENDAHARA PENGELUARAN
PEMBANTU (BPP)
BENDAHARA PENGELUARAN
PEMBANTU (BPP)
BENDAHARA PENGELUARAN
PEMBANTU (BPP)
BENDAHARA PENGELUARAN
PEMBANTU (BPP)
BENDAHARA PENGELUARAN
PEMBANTU (BPP)
PPSPM
PENGGUNA ANGGARAN
KUASA PENGGUNA ANGGARAN (KPA)
SATKER PPOMN
PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN
BENDAHARA PENGELUARAN(BP)
PPSPM
BENDAHARA PENGELUARAN PEMBANTU (BPP)
KUASA PENGGUNA ANGGARAN (KPA)
SATKER PUSDIK
PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN
BENDAHARA PENGELUARAN(BP)
PPSPM
BENDAHARA PENGELUARAN
PEMBANTU (BPP)
KUASA PENGGUNA ANGGARAN (KPA)
SATKER PIOM
PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN
BENDAHARA PENGELUARAN(BP)
PPSPM
BENDAHARA PENGELUARAN
PEMBANTU (BPP)
KUASA PENGGUNA ANGGARAN (KPA)
SATKER PROM
PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN
BENDAHARA PENGELUARAN(BP)
PPSPM
BENDAHARA PENGELUARAN PEMBANTU
(BPP)
KUASA PENGGUNA ANGGARAN (KPA)
SATKER INSPEKTORAT
PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN
BENDAHARA PENGELUARAN(BP)
PPSPM
BENDAHARA PENGELUARAN PEMBANTU (BPP)
Lampiran 3
KODE SATKER :
NAMA SATKER :
PROGRAM :
KEGIATAN :
1 2 6 7 1 2 6 7 8
31XX.002Uraian Output
xxxxxxxxxx
31XX.002Uraian Output
xxxxxxxxx xxxxxxxxx
011 Komponen 1 xxxxxxxxxx 011 Komponen 1 xxxxxxxxx xxxxxxxxx
A Sub Komponen 1 xxxxxxxxxx A Sub Komponen 1 xxxxxxxxx xxxxxxxxx
521211Belanja Bahan xxxxxxxxxx
521211Belanja Bahan xxxxxxxxx xxxxxxxxx
(RM) ATK 1 PKT 1 xxx xxxxxxxxxx ATK 2 PKT 2 xxx xxxxxxxxx xxxxxxxxx
Penggandaan 2 PKT 2 xxx xxxxxxxxxx Penggandaan 2 PKT 2 xxx xxxxxxxxx xxxxxxxxx
ATK Komputer 1 PKT 1 xxx xxxxxxxxxx ATK Komputer 1 PKT 1 aaaa aaaaaaaaaa xxxx-aaaaa
Konsumsi 15 OR x 5 KL 75 xxx xxxxxxxxxx Konsumsi 15 OR x 5 KL 75 xxx xxxxxxxxx xxxxxxxxx
522151Belanja Jasa Profesi xxxxxxxxxx
522151Belanja Jasa Profesi xxxxxxxxx xxxxxxxxx
Honor Narasumber Es I 1 OR x 2 2 xxx xxxxxxxxxx Honor Narasumber Es I 1 OR x 2 2 xxx xxxxxxxxx xxxxxxxxx
Honor Narasumber 16 OR x 2 32 xxx xxxxxxxxxx Honor Narasumber 16 OR x 2 32 bbb bbbbbbbbb xxx-bbbbb
Honor moderator 8 OR x 2 16 xxx xxxxxxxxxx Honor moderator 8 OR x 2 16 xxx xxxxxxxxx xxxxxxxxx
……………………………………………………..
NIP…………………………………………….
vol Harga Satuan JumlahUraian
MATRIKS USULAN REVISI PETUNJUK OPERASIONAL KEGIATAN (POK) TA 2017
SEMULA MENJADI
Output/
Komponen/ Sub
komponen/
akun/ Sumber
dana
Kuasa Pengguna Anggaran/Kepala Unit Kerja
Selisih
5 5
JAM JAM
JAM
Jumlah
Output/
Komponen/ Sub
komponen/
akun/ Sumber
dana
Rincian Perhitungan
JAM
JAM JAM
UraianRincian Perhitungan vol Harga
Satuan
CONTOH
Lampiran 4
DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN
TAHUN ANGGARAN 2017
NOMOR : DIPA-063.01.1.1.432731/2017
Kementerian Negara/lembaga : (063) BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN
Unit Organisasi : (01) BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN
Provinsi : (01) DKI JAKARTA
Kode/Nama Satker : (432731) SEKRETARIAT UTAMA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN
Kewenangan : KP
PEGAWAI BARANG MODAL PEGAWAI BARANG MODAL
1 3 4 5 6 7 8 9 10
(SEMULA) DIPA REVISI KE-…… (BERUBAH MENJADI) DIPA REVISI KE-
MATRIKS USULAN REVISI DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN
KODE URAIAN SATKER/PROGRAM
KEG/OUTPUT/SUMBER DANABELANJA
JUMLAH
SELURUH
BELANJAJUMLAH
SELURUH
2
CONTOH
LAMPIRAN 5
Nama Jabatan Tanda Tangan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
FORM BUKTI KEHADIRAN PELAKSANAAN PERJALANAN DINAS JABATAN DALAM KOTA SAMPAI DENGAN 8 (DELAPAN) JAM
Pejabat/Petugas yang MengesahkanNo Pelaksana SPD Hari Tanggal
(5) Diisi nama pimpinan/pejabat/petugas di Tempat Tujuan Perjalanan Dinas.
(6) Diisi jabatan pimpinan/pejabat/petugas di Tempat Tujuan Perjalanan Dinas.
(7) Diisi tanda tangan pejabat sebagaimana dimaksud pada angka (5) yang ditunjuk untuk menandatangani bukti kehadiran pelaksanaan perjalanan dinas.
Keterangan:
(1) Diisi nomor urut.
(2) Diisi nama Pelaksana SPD yang melakukan Perjalanan Dinas.
(3) Diisi hari pelaksanaan Perjalanan Dinas.
(4) Diisi tanggal pelaksanaan Perjalanan Dinas sesuai yang tercantum dalam Surat Tugas.
Untuk angka (3) dan (4), apabila penugasan lebih dari 1 (satu) hari, maka diisi per hari dan per tanggal pelaksanaan Perjalanan Dinas.
LAMPIRAN 6
Nama Jabatan Tanda Tangan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
(5) Diisi nama pimpinan/pejabat/petugas di Tempat Tujuan Perjalanan Dinas.
(6) Diisi jabatan pimpinan/pejabat/petugas di Tempat Tujuan Perjalanan Dinas.
(7) Diisi tanda tangan pejabat sebagaimana dimaksud pada angka (5) yang ditunjuk untuk menandatangani bukti kehadiran pelaksanaan perjalanan dinas.
Keterangan:
(1) Diisi nomor urut.
(2) Diisi nama Pelaksana SPD yang melakukan Perjalanan Dinas.
(3) Diisi hari pelaksanaan Perjalanan Dinas.
(4) Diisi tanggal pelaksanaan Perjalanan Dinas sesuai yang tercantum dalam Surat Tugas.
Untuk angka (3) dan (4), apabila penugasan lebih dari 1 (satu) hari, maka diisi per hari dan per tanggal pelaksanaan Perjalanan Dinas.
FORM BUKTI KEHADIRAN PELAKSANAAN PERJALANAN DINAS JABATAN DALAM KOTA LEBIH DARI 8 (DELAPAN) JAM
No Pelaksana SPD Hari TanggalPejabat/Petugas yang Mengesahkan
LAMPIRAN 8
MEKANISME PENGADAAN
TAHUN ANGGARAN 2017
Pencatatan oleh Sekretariat ULP
Maksimal 1 hari
Keterangan:
Khusus Pokja Satker menyampaikan usulan nama Anggota Pokja per Paket
Pengadaan yang akan dilaksanakan oleh Pokja Satker
Kuasa Pengguna Anggaran
Kepala ULP
Pokja Satker
PPK
Kepala ULP
Kepala ULP PPK & Panitia Penerima
- KPB
- Operator SIMAK BMN
- Operator SIMAN
RUP
RPP
Rencana Pelaksanaan Pengadaan,
sekurang-kurangnya berisi:
1. Surat pengantar RPP
2. Salinan POK
3. Kerangka Acuan Kerja
4. Spesifikasi Teknis
5. Harga Perkiraan Sendiri
6. Rancangan Kontrak
7. ID paket SiRUP
Pencatatan oleh Sekretariat ULP Maksimal 1 hari
SPMT
BAHP
RPP lengkap
RPP tidak lengkap
Kajian/Reviu RPP
PA melalui Sestama
ULP Pokja Satker
Nama Anggota Pokja
Pokja Pusat
Lelang/Seleksi Berhasil BAHP
Lelang/Seleksi Gagal
PERUBAHAN RPP