56
PETUNJUK PELAKSANAAN PENYUSUNAN PELAPORAN KINERJA SATUAN KERJA LINGKUP DIREKTORAT JENDERAL HORTIKULTURA TAHUN 2017 KEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL HORTIKULTURA TAHUN 2017

PETUNJUK PELAKSANAAN PENYUSUNAN PELAPORAN KINERJA …hortikultura.pertanian.go.id/download/2017/margo/Bag_Evaluasi... · PENYUSUNAN PELAPORAN KINERJA SATUAN ... kegiatan yang diisi

  • Upload
    vutram

  • View
    243

  • Download
    9

Embed Size (px)

Citation preview

KEMENTERIAN PERTANIAN

DIREKTORAT JENDERAL HORTIKULTURA

PETUNJUK PELAKSANAAN

PENYUSUNAN PELAPORAN KINERJA SATUAN KERJA LINGKUP

DIREKTORAT JENDERAL HORTIKULTURA

TAHUN 2017

KEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL HORTIKULTURA TAHUN 2017

KATA PENGANTAR

Dalam rangka menjamin pelaksanaan pemerintahan yang transparan dan

akuntabel, maka pelaksanaan pembangunan hortikultura yang telah

dilaksanakan setiap tahunnya wajib dilaporkan kepada pemerintah dan

khalayak umum. Oleh karena itu perlu adanya laporan hasil kinerja yang

dapat menggambarkan pencapaian hasil pembangunan pada tahun berjalan.

Hal ini sejalan dengan dasar hukum; 1) Peraturan Presiden Nomor 29

Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah

(SAKIP), 2) Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan

Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2015 tentang petunjuk Teknis

Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan

Kinerja Instansi Pemerintah, serta 3) Peraturan Menteri Keuangan Republik

Indonesia Nomor 249/PMK.02/2011 yang menyatakan bahwa evaluasi

kinerja dilaksanakan dalam rangka pelaksanaan fungsi akuntabilitas dan

fungsi peningkatan kualitas, maka pencapaian realisasi fisik output dan

progres kegiatan harus dilaporkan secara online melalui aplikasi Sistem

Monev Kinerja Terpadu (SMART). Sehingga, penggunaan anggaran dan

pelaksanaan kegiatan oleh Direktorat Jenderal Hortikultura dapat

dipertanggungjawabkan secara profesional kepada publik.

Untuk membantu memperlancar proses penyusunan laporan kinerja dan

pengisian aplikasi laporan kinerja online pada Aplikasi SMART, maka

Direktorat Jenderal Hortikultura menerbitkan Petunjuk Pelaksanaan

Penyusunan Pelaporan Kinerja Satuan Kerja lingkup Direktorat Jenderal

Hortikultura Tahun 2017. Petunjuk Pelaksanaan ini berisi tentang cara

pengisian pelaporan capaian keluaran satker yang dilengkapi dengan contoh

pengisian, dan merupakan hasil pembaharuan yang telah disesuaikan

dengan hasil optimalisasi aplikasi SMART yang dilakukan oleh Kementerian

Keuangan. Selain itu, dalam buku ini juga dijelaskan tata cara penyusunan

laporan kinerja yang wajib dibuat oleh semulur Satker pelaksana kegiatan

melalui dukungan dana APBN dan APBN-P 2017.

Demikian, semoga buku Petunjuk Pelaksanaan ini dapat bermanfaat dalam

proses penyusunan pelaporan kinerja pada Satuan Kerja lingkup Direktorat

Jenderal Hortikultura.

Jakarta, Oktober 2017

Direktur Jenderal Hortikultura,

Dr. Ir. Spudnik Sujono, K, MM

Petunjuk Pelaksanaan Penyusunan Pelaporan Kinerja Satuan Kerja lingkup Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun 2017

ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................... i

DAFTAR ISI ........................................................................... ii

DAFTAR TABEL .................................................................... iii

DAFTAR GAMBAR.................................................................. iv

BAB I. PENDAHULUAN ......................................................... 1

1.1. Latar Belakang .......................................................... 1

1.2. Maksud dan Tujuan ................................................. 2

1.3. Organisasi Pelaksana................................................ 3

1.4. Waktu Penyampaian Laporan................................... 3

BAB II. PROGRAM PEMBANGUNAN HORTIKULTURA

TAHUN 2016 ............................................................ 5

BAB III. PENYUSUNAN LAPORAN KINERJA ......................... 7

3.1 Laporan Sistem Monev Kinerja

Terpadu (SMART)................................................. 7

3.1.1 Panduan Penggunaan dan Pengisian

Aplikasi SMART............................................ 8

3.1.2 Struktur Output dan Pembobotan Komponen Output Kegiatan ........................................... 13

3.2 Laporan Kinerja Instansi Pemerintah.................. 41

3.2.2 Panduan Penyusunan Perjanjian Kinerja.. 42 3.2.3 Panduan Penyusunan Laporan Kinerja..... 49

BAB IV PENUTUP ……………………………………………………....... 51

Petunjuk Pelaksanaan Penyusunan Pelaporan Kinerja Satuan Kerja lingkup Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun 2017

iii

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Susunan Organisasi Direktorat Jenderal Hortikultura.....................................................

5

Tabel 2 Penjelasan Pengisian Formulir Realisasi Capaian Output pada Aplikasi SMART............ 12

Tabel 3 Komponen Kegiatan pada Kegiatan Peningkatan Produksi Buah dan Florikultura... 13

Tabel 4 Komponen Kegiatan pada Kegiatan Peningkatan Produksi Sayuran dan Tanaman Obat................................................................ 15

Tabel 5 Komponen dan Bobot pada Kegiatan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura.. 16

Tabel 6 Komponen dan Bobot pada Kegiatan Pengembangan Sistem Perbenihan Hortikultura.............................. 18

Tabel 7 Komponen dan Bobot pada Kegiatan Pengembangan Sistem Perlindungan Hortikultura........................... 19

Tabel 8 Komponen dan Bobot pada Kegiatan Peningkatan Dukungan Manajemen dan Teknis Lainnya pada Ditjen Hortikultura...................... 19

Petunjuk Pelaksanaan Penyusunan Pelaporan Kinerja Satuan Kerja lingkup Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun 2017

iv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Tampilan Formulir Pengisian Aplikasi

SMART............................................... 12

Petunjuk Pelaksanaan Penyusunan Pelaporan Kinerja Satuan Kerja Lingkup Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun 2017

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pelaksanaan pembangunan hortikultura pada Tahun 2017 memasuki

pertengahan tahap percepatan. Sesuai yang tercantum pada Cetak Biru

Pembangunan Hortikultura Tahun 2011-2025 (blueprint), bahwa pada

tahap percepatan (periode 2016 – 2020) pelaksanaan program dan

kegiatan pengembangan hortikultura akan lebih difokuskan pada

program dan kegiatan yang memberi pengaruh langsung terhadap

pencapaian sasaran kinerja pembangunan hortikultura nasional 5

tahun ke depan. Pada Tahun 2016, capaian kinerja Direktorat Jenderal

Hortikultura sudah berhasil melampaui target yang ditetapkan pada

Perjanjian Kinerja. Meskipun, masih terdapat satu capaian kinerja

produksi yang belum maksimal, yaitu produksi sayuran lainnya.

Dengan demikian, belum semua kegiatan pada pelaksanaan

pengembangan hortikultura ditahun 2016 pengembangan hortikultura

berjalan optimal. Akan tetapi berbagai upaya telah dilakukan agar

implementasi program dan kegiatan di tahun mendatang dapat

mencapai dan atau melebihi target sasaran.

Pembangunan hortikultura selama ini dilakukan melalui dukungan

dana APBN yang dialokasikan oleh pemerintah kepada Direktorat

Jenderal Hortikultura, Kementerian Pertanian. Untuk kemudian, alokasi

anggaran tersebut didistribusikan ke provinsi dan kabupaten/kota

melalui penyaluran dana dekonsentrasi dan tugas pembantuan. Lebih

lanjut, pembangunan hortikultura yang dilakukan selama ini telah

melibatkan peran serta berbagai pihak. Dengan demikian, kinerja

pembangunan hortikultura tidak sepenuhnya tergantung pada lingkup

Direktorat Jenderal Hortikultura, tetapi ada pihak lai yang memiliki

peran berkontribusi baik secara langsung maupun tidak langsung

seperti pemerintah daerah (provinsi/kabupaten/kota), pelaku usaha,

perbankan, lembaga pembiayaan bukan bank, serta peran aktif dari

petani di seluruh Indonesia.

Petunjuk Pelaksanaan Penyusunan Pelaporan Kinerja Satuan Kerja Lingkup Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun 2017

2

Dalam rangka mewujudkan pemerintahan yang bersih, transparan dan

akuntabel, maka hasil pelaksanaan pembangunan hortikultura wajib

dipertanggung jawabkan kepada publik. Dalam hal ini, berdasarkan

pada beberapa dasar hukum sebagai berikut:

1. Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 249/PMK.02/2011 tentang

Pengukuran dan Evaluasi Kinerja atas Pelaksanaan Rencana Kerja

dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga (RKA-K/L). Mengacu

pada dasar hukum tersebut, maka semua pelaksanaan kegiatan

dengan pendanaan bersumber dari APBN wajib melaporkan hasil

pelaksanaan kegiatannya melalui Sistem Monitoring dan Evaluasi

Kinerja Terpadu (SMART);

2. Peraturan Presiden RI Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem

Akuntabilitas Kinerja Pemerintah dan Peraturan Menteri

Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53

Tahun 2014 tentang Petunjuk Tekis Perjanjian Kinerja, Pelaporan

Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi

Pemerintah, maka hasil capaian kinerja pembangunan hortikultura

sepatutnya dipertanggungjawabkan sepenuhnya kepada masyarakat

luas melalui Laporan Kinerja.

Oleh karena itu pada Buku Petunjuk Pelaksanaan ini, akan dijelaskan

secara terpisah metode penyampaian pelaporan yang meliputi kewajiban

pelaporan monev kinerja secara mandiri melalui aplikasi SMART dan

laporan kinerja (LAKIN) untuk seluruh Satker Pelaksana Kegiatan

Pengembangan Hortikultura Tahun 2017.

1.2 Maksud dan Tujuan

1.2.1 Maksud

Penyusunan Petunjuk Pelaksanaan ini dimaksudkan sebagai rujukan

dalam proses penyusunan laporan kinerja di lingkup Direktorat

Jenderal Hortikultura sebagai bentuk pertanggungjawaban pada

masing-masing satker baik pusat maupun daerah.

1.2.2 Tujuan

Tujuan penyusunan petunjuk pelaksanaan ini adalah untuk membantu

para pejabat penanggung jawab kegiatan di lingkungan Direktorat

Petunjuk Pelaksanaan Penyusunan Pelaporan Kinerja Satuan Kerja Lingkup Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun 2017

3

Jenderal Hortikultura baik pusat maupun daerah dalam menyampaikan

laporan kinerja. Melalui penyusunan pelaporan kinerja ini diharapkan:

a. Kinerja pengelolaan program dan kegiatan lingkup Direktorat

Jenderal Hortikultura terlaporkan secara akurat, tertib dengan

kualitas lebih terukur dan akuntabel;

b. Pengendalian pelaksanaan program dan kegiatan lingkup Direktorat

Jenderal Hortikultura dapat lebih optimal, baik sejak tahap

persiapan, pelaksanaan, maupun pasca pelaksanaan program dan

kegiatan.

1.3 Organisasi Pelaksana

1.3.1 Petugas

1. Petugas Pusat

Penyusunan laporan kinerja yang meliputi pengisian monev

kinerja melalui aplikasi SMART dan laporan kinerja (LAKIN)

berada di bawah tanggung jawab Bagian Evaluasi dan Layanan

Rekomendasi, Sekretariat Direktorat Jenderal Hortikultura

dengan sumber data dari pelaksana kegiatan lingkup Direktorat

Jenderal Hortikultura.

2. Petugas Daerah

Petugas penyusun laporan kinerja yang meliputi pengisian monev

kinerja melalui aplikasi SMART dan laporan kinerja (LAKIN)

adalah petugas pelaporan yang diberi wewenang untuk

menyampaikan laporan dengan sumber data dari bidang

hortikultura dan atau Pejabat Pembuat Komitmen (PPK).

1.4 Waktu Penyampaian Laporan

Pengisian laporan monev kinerja pada Aplikasi SMART wajib

dilakukan setiap bulan pada output kegiatan sesuai dengan komponen

kegiatan yang diisi secara online pada aplikasi SMART berbasis web

d/a monev.anggaran.depkeu.go.id. Laporan yang diisikan pada aplikasi

SMART adalah capaian realisasi output pada bulan bersangkutan saja,

dan bukan merupakan rekapitulasi capaian output.

Petunjuk Pelaksanaan Penyusunan Pelaporan Kinerja Satuan Kerja Lingkup Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun 2017

4

Selanjutnya, penyusunan Laporan Kinerja (LAKIN) wajib diselesaikan

oleh pelaksana kegiatan pada akhir tahun anggaran berjalan dengan

tata cara penyusunan LAKIN mengacu pada PP RI Nomor 29 Tahun

2014 dan PermenPAN dan RB Nomor 53 Tahun 2014. Untuk kemudian

LAKIN Satker tersebut disampaikan kepada Direktorat Jenderal

Hortikultura selambatnya pada tanggal 15 Januari tahun berikutnya.

Petunjuk Pelaksanaan Penyusunan Pelaporan Kinerja Satuan Kerja Lingkup Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun 2017

5

BAB II PROGRAM PEMBANGUNAN HORTIKULTURA

TAHUN 2017

Sejak Tahun 2015, Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian

mengacu pada Peraturan Menteri Pertanian Nomor 43 Tahun 2015 tentang

Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian. Berdasarkan Peraturan

tersebut fungsi Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian yang

semula merupakan Eselon I, selanjutnya berada di bawah kewenangan

masing-masing Eselon I komoditas. Dengan demikian, Direktorat Jenderal

Hortikultura sejak tahun 2016 ini mengalami perubahan organisasi dan tata

kerja dengan susunan organisasi terbaru sebagai berikut:

Tabel 1. Susunan Organisasi Direktorat Jenderal Hortikultura

Susunan Organisasi Tahun 2017

Direktorat Buah dan Florikultura

Direktorat Sayuran dan Tanaman Obat

Direktorat Perbenihan Hortikultura

Direktorat Perlindungan Hortikultura

Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura

Sekretariat Direktorat Jenderal Hortikultura

Selanjutnya, program yang dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal

Hortikultura di tahun 2017 mengacu pada Renstra Direktorat Jenderal

Hortikultura Tahun 20015-2019 yaitu Program “Peningkatan Produksi dan

Nilai Tambah Hortikultura”. Pencapaian program tersebut didukung melalui

pelaksanaan 6 (enam) kegiatan utama yaitu:

1. Peningkatan Produksi Buah dan Florikultura;

2. Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura;

3. Peningkatan Produksi Sayuran dan Tanaman Obat;

4. Pengembangan Sistem Perbenihan Hortikultura;

5. Pengembangan Sistem Perlindungan Hortikultura;

6. Peningkatan Usaha Dukungan Manajemen dan Teknis Lainnya pada

Direktorat Jenderal Hortikultura.

Sumber: Direktorat Jenderal Hortikultura, 2016

Petunjuk Pelaksanaan Penyusunan Pelaporan Kinerja Satuan Kerja Lingkup Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun 2017

6

Kegiatan pengembangan hortikultura tersebut dilaksanakan di pusat,

provinsi, serta kabupaten/kota dan berdasarkan pada struktur output yang

terdapat pada RKA-K/L.

Petunjuk Pelaksanaan Penyusunan Pelaporan Kinerja Satuan Kerja Lingkup Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun 2017

7

BAB III PENYUSUNAN LAPORAN KINERJA

Sebagai bentuk pertanggungjawaban penggunaan anggaran pemerintah

untuk pembangunan hortikultura yang didistribusikan melalui dana

dekonsentrasi dan tugas pembantuan pada Satker Provinsi,

Kabupaten/Kota, maka seluruh pengguna anggaran pelaksanaan

pembangunan hortikultura sepatutnya dapat menyampaikan capaian

kinerja pelaksanaan kegiatan melalui laporan monev kinerja pada aplikasi

Sistem Monev Kinerja Terpadu (SMART) dan laporan kinerja instansi

pemerintah untuk tahun berjalan.

Dalam bab ini, akan dijelaskan laporan kinerja yang wajib disusun oleh

pengguna anggaran pembangunan hortikultura di tahun 2017. Penyusunan

laporan kinerja tersebut meliputi:

3.1 Laporan Sistem Monev Kinerja Terpadu (SMART)

Sejalan dengan UU Nomor 17 Tahun 2013 tentang Keuangan Negara

dan PP Nomor 90 Tahun 2010 dimana Menteri/Pimpinan Lembaga

selaku pengguna anggaran (PA) wajib; 1) menyusun Rencana Kerja dan

Anggaran Kementerian Negara/Lembaga (RKA-K/L) dengan

menggunakan penganggaran berbasis kinerja (PBK), 2) melakukan

pengukuran dan evaluasi kinerja atas pelaksanaan RKA-K/L tahun

sebelumnya dan tahun anggaran berjalan. Selanjutnya, ketentuan

mengenai pengukuran dan evaluasi kinerja atas pelaksanaan RKA-K/L

diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 249/PMK.02/2011.

Dalam hal ini, evaluasi kinerja merupakan instrumen Penganggaran

Berbasis Kinerja (PBK) yang bertujuan meningkatkan efisiensi dan

efektifitas dari pengeluaran pemerintah. Adapun, pengukuran evaluasi

kinerja ini berdasarkan pada 3 (tiga) aspek yaitu:

1. Aspek Implementasi bertujuan mengevaluasi pelaksanaan program,

dengan indikator meliputi penyerapan, capaian keluara, konsistensi

dan tingkat efisiensi;

2. Aspek Manfaat bertujuan mengevaluasi hasil pelaksanaan program,

dengan indikator pencapaian hasil;

3. Aspek Konteks bertujuan mengevaluasi relevansi program dengan

need/problem sesuai dengan dinamika sosial dan ekonomi.

Petunjuk Pelaksanaan Penyusunan Pelaporan Kinerja Satuan Kerja Lingkup Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun 2017

8

Kesemua aspek tersebut bertujuan untuk dapat menyajikan

akuntabilitas kinerja (to improve) dan keuangan (to prove). Namun

demikian, dalam pelaksanaannya evaluasi kinerja ini hanya mengacu

pada aspek implementasi dan manfaat. Selanjutnya, untuk

memudahkan Kementerian/Lembaga (K/L) melaksanakan monev

kinerja secara mandiri, maka Kementerian Keuangan telah memberikan

dukungan fasilitasi aplikasi Sistem Monitoring dan Evaluasi Kinerja

Terpadu (SMART) yang dapat diakses melalui website

monev.anggaran.kemenkeu.go.id. Aplikasi terpadu SMART berbasis web

merupakan sarana yang diperuntukkan bagi K/L dengan tujuan antara

lain:

1. Memudahkan K/L dalam:

a. Melakukan monitoring capaian kinerja atas pelaksanaan RKA-

K/L berjalan setiap saat;

b. Melaporkan kondisi/keadaan (progres/kendala) yang dihadapi

oleh KPA atas pelaksanaan kegiatan RKS-K/L kepada atasan

langsungnya secara online setiap saat.

2. Meningkatkan Kinerja K/L dalam pengelolaan anggaran yang lebih

baik, karena:

a. Monitoring kinerja tahun anggaran berjalan merupakan “early

warning” dalam upaya meningkatkan capaian kinerja anggaran

belanja K/L yang sedang dilaksanakan;

b. Evaluasi kinerja atas pelaksanaan RKA-K/L tahun anggaran

sebelumnya merupakan umpan balik untuk meningkatkan

kualitas perencanaan tahun anggaran yang akan datang menjadi

lebih baik.

3. Sebagai bahan pertimbangan penerapan sistem ganjaran dan sanksi

(reward and punishment) dalam penetapan pagu anggaran K/L.

3.1.1 Panduan Penggunaan dan Pengisian Aplikasi SMART

Aplikasi SMART terdiri atas tiga layer user K/L yaitu; 1) Layer Satker

(pelaksana program), 2) Layer unit Eselon I (Penanggung jawab

program), 3) Layer Menteri/Pimpinan Lembaga (Pengguna Anggaran),

dan satu layer user Kementerian Pertanian Keuangan c.q Ditjen

Anggaran (monev kinerja seluruh K/L). Adapun, data untuk

keperluan pengukuran dan evaluasi kinerja meliputi data program

dan kegiatan, pagu dan realiasi anggaran, serta target output sudah

tersedia dalam aplikasi monev anggaran tersebut.

Petunjuk Pelaksanaan Penyusunan Pelaporan Kinerja Satuan Kerja Lingkup Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun 2017

9

Dalam pengisian laporan Aplikasi SMART, berikut adalah beberapa

langkah yang perlu dilakukan:

a. Untuk mengakses aplikasi SMART, buka browser dan masukkan

alamat: monev.anggaran.kemenkeu.go.id kemudian pilih tahun

anggaran yang akan digunakan;

b. Masukan user name dan password yang diisi sesuai dengan kode

satker masing-masing. Dalam hal ini, dimohon untuk tidak

mengubah user name dan password awal.

Petunjuk Pelaksanaan Penyusunan Pelaporan Kinerja Satuan Kerja Lingkup Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun 2017

10

c. Melakukan pengisian Data Realisasi Capaian Output pada Layar Satker,

dengan langkah klik menu Entri DataEntri Realisasi Output,

selanjutnya akan muncul Program Kegiatan yang terdapat pada Satker

berkenaan, Kemudian klik pada kegiatan yang akan dilaporkan, seperti

tampilan berikut:

Petunjuk Pelaksanaan Penyusunan Pelaporan Kinerja Satuan Kerja Lingkup Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun 2017

11

d. Selanjutnya melakukan pengisian volume realisasi output yang telah

dicapai pada kolom 7, kemudian mengisikan capaian progres pekerjaan

pada kolom 8. Jika kegiatan belum selesai, maka diisi sesuai dengan

progres pekerjaan pada masing-masing kegiatan. Kemudian isikan

keterangan atau penjelasan pada kolom 9. Keterangan yang diisi berupa

penjelasan terkait capaian output dimaksud, yaitu tahapan pelaksanaan

kegiatan yang sudah dikerjakan. Kemudian klik “Simpan”. Lakukan

proses yang sama untuk mengisi capaian output kegiatan lainnya.

Pengisian realisasi output dilakukan tiap bulan, isian tersebut

merupakan capaian realisasi per bulan bersangkutan dan bukan jumlah

rekapitulasi capaian.

Untuk pengisian data realisasi capaian output, ada beberapa hal yang

patut dicermati terkait pengisian pada kolom-kolom di tampilan aplikasi

sebagai berikut:

Petunjuk Pelaksanaan Penyusunan Pelaporan Kinerja Satuan Kerja Lingkup Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun 2017

12

Gambar 1. Tampilan Formulir Pengisian Aplikasi SMART

Adapun, pengisian pada formulir realisasi capaian output diatas

dijelaskan seperti pada tabel dibawah ini:

Tabel 2. Penjelasan Pengisian Formulir Realisasi Capaian Output

pada Aplikasi SMART

Nama Kolom

Penjelasan

A Nomor

B Output diisi sesuai dengan output pada kegiatan yang terdapat dalam DIPA/POK

C Anggaran

3 Jumlah anggaran pagu terisi secara otomatis sesuai dengan RKA-K/L

4 Target bulan ini diisi manual sesuai dengan ROPAK

5 Realisasi bulan ini terisi secara otomatis sesuai dengan realisasi di KPPN

D Output

6 Target volume terisi secara otomatis sesuai dengan RKA-K/L

7 Realisasi bulan ini (volume) diisi oleh Petugas Pelaporan berkoordinasi dengan penanggungjawab bidang hortikultura

8 Progres bulan diisi berdasarkan penghitungan realisasi progres output seperti dijelaskan pada pembahasan penghitungan

realisasi progres output

Petunjuk Pelaksanaan Penyusunan Pelaporan Kinerja Satuan Kerja Lingkup Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun 2017

13

Nama

Kolom Penjelasan

E Penjelasan

9 Keterangan diisi sesuai dengan komponen kegiatan yang telah dicapai pada bulan berjalan

10 Kendala diisi sesuai dengan permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan

11 Tindakaan diisi sesuai dengan tindak lanjut yang akan dilaksanakan untuk mengatasi permasalahan.

Lebih lanjut, berikut disampaikan penjelasan lainnya terkait pengisian

untuk kolom B (Nama output) dan D (Output) pada Gambar 1.

3.1.2 Struktur Output dan Pembobotan Komponen Output Kegiatan

A. Struktur Output

Pada setiap struktur output terdapat beberapa komponen

kegiatan. Komponen kegiatan merupakan pendukung untuk

mencapai output. Namun demikian jumlah komponen kegiatan

dapat berbeda pada masing-masing Satker Propinsi dan

Kabupaten/Kota disesuaikan dengan kebutuhan pada masing-

masing Satker. Berikut dapat dilihat struktur output dan

komponen kegiatan yang tercantum di kolom 4 pada Tabel 3

sampai Tabel 8.

Tabel 3. Komponen Kegiatan pada Kegiatan Peningkatan

Produksi Buah dan Florikultura

No

Kode Output/

Sub Output

Output/Sub

Output

Komponen/Tahapan

Pelaksanaan Lokasi

(1) (2) (3) (4) (5)

1 5886.024 Kawasan Buah Lainnya

051 Persiapan (sampai dengan Penetapan SK CP/CL oleh KPA)

Pusat, Provinsi dan

Kab/Kota 052

Pelaksanaan (Fasilitasi Bantuan Kepada Petani) *)

053 Peningkatan kapabilitas petugas/petani

054 Pemberdayaan Kelembagaan Usaha

055 Pembinaan/Pendampingan/ Pertemuan/Sosialisasi

056 Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan

Petunjuk Pelaksanaan Penyusunan Pelaporan Kinerja Satuan Kerja Lingkup Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun 2017

14

No

Kode Output/

Sub Output

Output/Sub

Output

Komponen/Tahapan

Pelaksanaan Lokasi

(1) (2) (3) (4) (5)

5886.027 Kawasan Jeruk

051 Persiapan (Identifikasi/Koordinasi/dll)

Pusat, Provinsi dan

Kab/Kota 052 Pelaksanaan (Fasilitasi Bantuan Kepada Petani) *)

053 Peningkatan kapabilitas petugas/petani

054 Pemberdayaan Kelembagaan Usaha

055 Pembinaan/Pendampingan/ Pertemuan/Sosialisasi

056 Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan

5886.053 Desa Organik Berbasis Tanaman Buah/ Florikultura

051 Persiapan (Identifikasi/Koordinasi/dll)

Kab/Kota

052 Pelaksanaan (Fasilitasi Pengembangan Desa Organik Berbasis Tanaman Buah/Florikultura) *)

053 Pembinaan/Pendampingan/ Pertemuan/Sosialisasi

054 Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan

5886.054 Kawasan Tanaman Florikultura

051 Persiapan (Identifikasi/Koordinasi)

Pusat, Provinsi dan

Kab/Kota 052 Pelaksanaan (Fasilitasi Bantuan Kepada Petani) *)

053 Peningkatan kapabilitas petugas/petani

054 Pemberdayaan Kelembagaan Usaha

055 Pembinaan/Pendampingan/ Pertemuan/Sosialisasi

056 Monitoring, Evaluasi dan

Pelaporan

057 Pedoman-pedoman 5886.060 Pembinaan

Pengembangan Tanaman Buah dan Florikultura (Output khusus jika tidak ada pengembangan kawasan di Propinsi)

051 Pelaksanaan (Pertemuan, Workshop, Sosialisasi, Pembinaan) *)

Pusat dan Provinsi

052 Peningkatan kapabilitas petugas/petani

053 Pemberdayaan Kelembagaan Usaha

054 Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan

055 Administrasi Mendukung Pelaksanaan Kegiatan

5886.994 Layanan Perkantoran

051 Administrasi mendukung pelaksanaan kegiatan

Pusat

Petunjuk Pelaksanaan Penyusunan Pelaporan Kinerja Satuan Kerja Lingkup Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun 2017

15

Tabel 4. Komponen Kegiatan pada Kegiatan Peningkatan

Produksi Sayuran dan Tanaman Obat

No

Kode Output/

Sub Output

Output/Sub Output

Komponen/Tahapan Pelaksanaan Lokasi

(1) (2) (3) (4) (5)

1 1771.072 Pembinaan Pengembangan Sayuran dan Tanaman Obat

051 Pelaksanaan (Pertemuan, Workshop, Sosialisasi, Pembinaan)

Pusat dan Provinsi

052 Peningkatan kapabilitas petugas/petani

053 Pemberdayaan Kelembagaan Usaha

054 Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan

055 Administrasi Mendukung Pelaksanaan Kegiatan

2 1771.024 Kawasan Bawang Merah

051 Identifikasi/Koordinasi Provinsi dan

Kab/Kota 052 Fasilitasi Bantuan Kepada Petani *)

053 Peningkatan kapabilitas petugas/petani

054 Pemberdayaan Kelembagaan Usaha

055 Pembinaan/Pendampingan/ Pertemuan/ Sosialisasi

056 Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan

057 Pedoman-pedoman

3 1771.025 Kawasan Sayuran lainnya

051 Identifikasi/Koordinasi Provinsi dan

Kab/Kota 052 Fasilitasi Bantuan Kepada Petani *)

053 Peningkatan kapabilitas petugas/petani

054 Pemberdayaan Kelembagaan Usaha

055 Pembinaan/Pendampingan/ Pertemuan/Sosialisasi

056 Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan

057 Pedoman-pedoman

5 1771.051 Kawasan Aneka Cabai

051 Identifikasi/Koordinasi Provinsi dan

Kab/Kota 052 Fasilitasi Bantuan Kepada Petani *)

053 Peningkatan kapabilitas petugas/petani

054 Pemberdayaan Kelembagaan Usaha

055 Pembinaan/Pendampingan/Pertemuan/Sosialisasi

056 Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan

057 Pedoman-pedoman

Petunjuk Pelaksanaan Penyusunan Pelaporan Kinerja Satuan Kerja Lingkup Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun 2017

16

No

Kode Output/

Sub Output

Output/Sub

Output Komponen/Tahapan Pelaksanaan Lokasi

(1) (2) (3) (4) (5)

6 1771.062 Kelompok Penggerak Pembangun Hortikultura (Sayuran dan Tanaman Obat) di Wilayah Penyangga

051 Koordinasi/verifikasi/identifikasi Pusat

052 Penyusunan Juklak

053 Fasilitasi Bantuan *)

054 Pemantauan/Monitoring, Pendampingan dan Evaluasi

Tabel 5. Komponen dan Bobot pada Kegiatan Pengolahan dan

Pemasaran Hasil Hortikultura

No

Kode Output/

Sub Output

Output/Sub Output

Komponen/Tahapan Pelaksanaan Lokasi

(1) (2) (3) (4) (5)

1 5887.060 Sarana Prasarana Pasca Panen

051 Persiapan (Identifikasi/Koordinasi/ Pedoman dll)

Provinsi dan

Kab/Kota 052 Fasilitasi Bantuan

053 Penerapan GHP

054 Pembinaan/Pendampingan/

Pertemuan/Sosialisasi

055 Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan

056 Distribusi 2 5887.051 Bangsal

Pascapanen 051 Persiapan (Identifikasi/Koordinasi/

Pedoman dll)

Provinsi dan

Kab/Kota 052 Pelaksanaan (Fasilitasi Bantuan)

053 Peningkatan kapabilitas petugas/petani

054 Pembinaan/Pendampingan/ Pertemuan/Sosialisasi

055 Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan

056 Distribusi

Petunjuk Pelaksanaan Penyusunan Pelaporan Kinerja Satuan Kerja Lingkup Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun 2017

17

No

Kode Output/

Sub Output

Output/Sub

Output Komponen/Tahapan Pelaksanaan Lokasi

3 5887.053 Sarana Pengolahan

051 Persiapan (Identifikasi/Koordinasi/ Pedoman dll)

Provinsi dan

Kab/Kota 052 Fasilitasi Bantuan

053 Peningkatan kapabilitas petugas/petani

054 Pembinaan/Pendampingan/ Pertemuan/Sosialisasi

055 Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan

056 Distribusi

4 5887.058 Bimbingan Teknis Peningkatan Nilai Tambah dan Daya Saing Hortikultura

051 Pelaksanaan (Pertemuan, Workshop, Sosialisasi, Pembinaan)

Pusat dan Provinsi

052 Peningkatan kapabilitas petugas/petani

053 Pemberdayaan Kelembagaan Usaha

054 Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan

055 Administrasi Mendukung Pelaksanaan Kegiatan

Petunjuk Pelaksanaan Penyusunan Pelaporan Kinerja Satuan Kerja Lingkup Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun 2017

18

Tabel 6. Komponen dan Bobot pada Kegiatan Pengembangan

Sistem Perbenihan Hortikultura

No

Kode Output/

Sub Output

Output/Sub Output

Komponen/Tahapan Pelaksanaan Lokasi

(1) (2) (3) (4) (5)

1772.024 Produksi Benih Bawang Merah

052 Perbanyakan Benih (Penyediaan Benih Sumber, Produksi Benih Sebar, Pemeliharaan Benih Sumber/PIT/Koleksi Plasma Nutfah)

Provinsi (BBH),

Kabupaten/Kota

053 Monitoring/Evaluasi dan Pelaporan

1772.057 Pembinaan Lembaga Perbenihan

051 Pelaksanaan Bimtek/Sosialisasi Pusat, BBH

052 Pembinaan Penyediaan dan Penggunaan Benih Hortikultura Bermutu

053 Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan

054 Pedoman-pedoman

055 Administrasi Mendukung Pelaksanaan Kegiatan

1772.060 Sertifikasi dan Pengawasan Peredaran Benih Hortikultura

051 Koordiinasi Identifikasi BPSB

052 Observasi Varietas Unggul Daerah/Uji Kebenaran Varietas dalam rangka pendaftaran varietas

053 Penilaian pohon induk sebagai benih sumber

054 Sertifikasi Benih

055 Pengawasan Peredaran Benih

056 Pengujian Laboratorium

057 Monitoring Evaluasi dan Pelaporan

058 Administrasi Mendukung

Pelaksanaan Kegiatan

1772.071 Penangkar Benih Hortikultura

051 Pelaksanaan Bimtek/Sosialisasi BBH, BPSB

052 Pembinaan Penyediaan dan Penggunaan Benih Hortikultura Bermutu

053 Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan

Petunjuk Pelaksanaan Penyusunan Pelaporan Kinerja Satuan Kerja Lingkup Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun 2017

19

Tabel 7. Komponen dan Bobot pada Kegiatan Pengembangan

Sistem Perlindungan Hortikultura

No Kode

Output/Sub Output

Output/Sub Output

Komponen/Tahapan Pelaksanaan Lokasi

(1) (2) (3) (4) (5)

1773.052 Gerakan Pengendalian OPT Hortikultura

051 Koordinasi Pusat dan Provinsi (BPTPH), dan Kab/Kota

052 Fasilitasi Gerakan Pengendalian OPT Hortikultura

053 Penyebarluasan Informasi Perlindungan Hortikultura

054 Sinergisme Sistem Perlindungan Hortikultura Dalam Pemenuhan SPS-WTO

055 Monitoring, evaluasi dan pelaporan OPT

Tabel 8. Komponen dan Bobot pada Kegiatan Peningkatan

Dukungan Manajemen dan Teknis Lainnya pada Ditjen

Hortikultura

No Kode Output/ Sub Output

Output/Sub Output

Komponen Kegiatan Lokasi

(1) (2) (3) (4) (5)

1774.950 Layanan Dukungan Manajemen Eselon I

051 Menyusun dokumen perencanaan

Pusat, Provinsi dan Kab/Kota

052 Menyusun dokumen hukum, kehumasan dan kepegawaian

053 Menyusun Laporan Keuangan

054 Menyusun Laporan Evaluasi dan Layanan Rekomendasi

055 Menyusun Laporan Pemantauan Produksi Cabai dan Bawang Merah

Petunjuk Pelaksanaan Penyusunan Pelaporan Kinerja Satuan Kerja Lingkup Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun 2017

20

No Kode Output/ Sub Output

Output/Sub Output

Komponen Kegiatan Lokasi

1774.951 Layanan Internal (Overhead)

052 Pengadaan perangkat Pengolah Data dan Komunikasi

Pusat, Provinsi dan Kab/Kota 053 Pengadaan Peralatan dan

Fasilitas Perkantoran

054 Pembangunan dan Renovasi Gedung

1774.994 Layanan Perkantoran

051 Pembayaran Gaji dan Tunjangan

Pusat, Provinsi, dan Kabupaten/Kota

052 Penyelenggaraan Operasional dan Pemeliharaan Perkantoran

053 Administrasi Kegiatan

052 Gedung/Bangunan

053 Pelaporan dan Dokumentasi

B. Pembobotan

Dalam perencanaan, kegiatan disusun berdasarkan struktur output

yang memiliki komponen kegiatan untuk mendukung pencapaian output

kegiatan tersebut. Komponen yang telah ditetapkan akan

menggambarkan progres pekerjaan atau perkembangan pelaksanaan

kegiatan melalui pembobotan masing-masing komponen sesuai dengan

struktur output-nya. Berikut disampaikan penghitungan pembobotan

pada output kegiatan beserta dengan contoh pada Satker dengan jumlah

komponen pendukung berbeda.

1) Penghitungan Pembobotan pada Output Kegiatan

Satker pelaksana kegiatan pengembangan hortikultura memiliki

kriteria tersendiri dalam menentukan jumlah komponen kegiatan

pada output maupun sub output kegiatan. Oleh karena itu, jumlah

komponen kegiatan pada output/sub output kegiatan tidak seragam

jumlahnya. Berikut disampaikan penjelasan cara penghitungan

pembobotan pada output kegiatan:

Petunjuk Pelaksanaan Penyusunan Pelaporan Kinerja Satuan Kerja Lingkup Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun 2017

21

Penghitungan pembobotan pada output kegiatan:

1. Untuk setiap Komponen Pendukung (KP) diberikan bobot

masing-masing 5 persen

2. Untuk Komponen Utama (KU) diberikan bobot yang merupakan

100 persen dikurangi jumlah persentase komponen pendukung.

Untuk komponen utama yang bersifat pengadaan baik melalui

proses lelang dan atau pengadaan langsung dan atau penunjukan

langsung, maka pelaksanaan komponen utama dipisahkan

menjadi tiga tahapan dimana untuk tiap tahapan pelaksanaan

akan diberikan bobot sesuai dengan beban pelaksanaannya.

Contoh:

Kegiatan Pengembangan Kawasan Buah:

Komponen Pendukung ada 2 yaitu:

a. Persiapan bobot 5%

b. Monitoring dan Evaluasi bobot 5%

Komponen Utama adalah Pelaksanaan (Fasilitasi Bantuan

Kepada Petani), oleh karena itu bobot komponen utama adalah 90%

Yang merupakan hasil dari penghitungan dengan mengikuti rumus

sebagai berikut:

Keterangan:

BP : Bobot Pendukung (%)

T : Total Bobot yaitu 100%

BU : Bobot Komponen Utama (%)

KP : Jumlah Komponen Pendukung

Maka hasil penghitungan sebagai berikut:

nilai T = 100% ; BP = 5%, KP = 2, maka

BU = (T – (BPxKP)) % = (100% - 10%)

BU = 90%

Sehingga, bobot pada komponen utama adalah bernilai 90%.

BU = (T – BP) % ..................... Rumus (1)

Petunjuk Pelaksanaan Penyusunan Pelaporan Kinerja Satuan Kerja Lingkup Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun 2017

22

Komponen Pelaksanaan (Fasilitasi Bantuan Kepada Petani) terdiri

atas tiga tahapan pelaksanaan dengan bobot pada masing-masing

tahapan komponen utama sebagai berikut:

Komponen Utama dan Tahapan Pelaksanaan

Bobot

Pelaksanaan (Fasilitasi bantuan kepada petani) 90%

a. Persiapan Proses Pengadaan (sampai dengan proses

ke Pokja ULP atau Pejabat pengadaan)

15%

b. Proses Pengadaan Lelang/Penunjukan langsung

(sampai dengan SPK/Kontrak)

20%

c. Pelaksanaan Pekerjaan sampai dengan Pembayaran Hasil Pekerjaan (sampai dengan SP2D)

65%

Selanjutnya, cara penghitungan untuk bobot pada masing-masing

tahapan pelaksanaan di komponen utama dihitung mengikuti rumus

sebagai berikut:

Bobot tahapan kegiatan a: Persiapan proses pengadaan yaitu:

𝟏𝟓% 𝒙 𝑩𝑼 … … … … … … … … … … 𝑹𝒖𝒎𝒖𝒔 (𝟐)

Bobot tahapan kegiatan b: Proses pengadaan lelang/penunjukan

langsung yaitu:

𝟐𝟎% 𝒙 𝑩𝑼 … … … … … … … … … 𝑹𝒖𝒎𝒖𝒔 (𝟑)

Bobot tahapan kegiatan c: Pelaksanaan Pekerjaan sampai dengan

pembayaran hasil pekerjaan yaitu:

65% 𝑥 𝐵𝑈 … … … … … … … … … … … … 𝑹𝒖𝒎𝒖𝒔 (𝟒)

Sehingga didapat:

Bobot tahapan kegiatan:

a.Persiapan proses pengadaan yaitu:

15% 𝑥 𝐵𝑈 = 15% 𝑥 90 = 13,5 %

Petunjuk Pelaksanaan Penyusunan Pelaporan Kinerja Satuan Kerja Lingkup Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun 2017

23

b.Proses pengadaan lelang/penunjukan langsung yaitu:

20% 𝑥 𝐵𝑈 = 20% 𝑥 90 = 18%

c.Pelaksanaan Pekerjaan sampai dengan pembayaran hasil pekerjaan

yaitu:

65%𝑥 𝐵𝑈 = 65% 𝑥 90 = 58,5%

Maka bobot pada masing-masing tahapan pelaksanaan di Komponen

Utama yaitu sebagai berikut:

Komponen Utama dan Tahapan Pelaksanaan Bobot

Pelaksanaan (Fasilitasi bantuan kepada petani) 90%

a. Persiapan Proses Pengadaan (sampai dengan

proses ke Pokja ULP atau Pejabat pengadaan)

15% 13,5%

b. Proses Pengadaan Lelang/Penunjukan langsung

(sampai dengan SPK/Kontrak)

20% 18,00%

c. Pelaksanaan Pekerjaan sampai dengan

Pembayaran Hasil Pekerjaan (sampai dengan

SP2D)

65% 58,5%

Satker dengan jumlah komponen pendukung yang berbeda dapat

mengikuti cara penghitungan bobot berdasarkan pada rumus di atas.

Contoh pada Satker :

1. Kegiatan Pengembangan Kawasan Aneka Cabai, Bawang Merah,

Jeruk, Florikultura, Sayuran Lainnya dan Buah lainnya pada

Satker Dinas Pertanian Provinsi/Kabupaten/Kota

Pada kegiatan ini tidak ada komponen pendukung, sehingga bobot

komponen utama bernilai 100%, dengan bobot pada masing-masing

tahapan pelaksanaan di komponen utama yaitu:

Komponen

Bobot

(052) Pelaksanaan (Fasilitasi bantuan kepada petani) 100%

a. Persiapan Proses Pengadaan (sampai dengan

proses ke Pokja ULP atau Pejabat pengadaan)

15% 15%

b. Proses Pengadaan Lelang/Penunjukan langsung (sampai dengan SPK/Kontrak)

20% 20%

c. Pelaksanaan Pekerjaan sampai dengan

Pembayaran Hasil Pekerjaan (sampai dengan

SP2D)

65% 65%

Petunjuk Pelaksanaan Penyusunan Pelaporan Kinerja Satuan Kerja Lingkup Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun 2017

24

2. Kegiatan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura pada

Output Sarana Prasarana Pasca Panen

Pada kegiatan ini terdapat 2 komponen pendukung, sehingga bobot

komponen utama bernilai 90%, dengan bobot pada masing-masing

tahapan pelaksanaan di komponen utama yaitu:

Komponen

Bobot

(011) Persiapan (Identifikasi/Koordinasi/dll) 5%

(012) Pelaksanaan (Fasilitasi bantuan kepada petani) 90%

a. Persiapan Proses Pengadaan (sampai dengan

proses ke Pokja ULP atau Pejabat pengadaan)

15% 12,75%

b. Proses Pengadaan Lelang/Penunjukan langsung

(sampai dengan SPK/Kontrak)

20% 17,00%

c. Pelaksanaan Pekerjaan sampai dengan

Pembayaran Hasil Pekerjaan (sampai dengan

SP2D)

65% 55,25%

(013) Pembinaan/Pendampingan/Pertemuan/

Sosialisasi

5%

2) Penghitungan Bobot Progres Paket Pengadaan

Apabila paket pengadaan barang/jasa fasilitasi pengembangan kawasan

bawang merah, cabai, jeruk, buah lainnya maupun sayuran lainnya

dipecah/dibagi menjadi beberapa paket pengadaan maka penghitungan

progres untuk output dapat diperoleh melalui rumus berikut ini.

Pembobotan progres paket lelang berbeda untuk setiap satker,

Pembobotan progres paket pengadaan besarnya ditentukan oleh pagu

paket pengadaan tersebut dibagi dengan pagu paket utama pada output

tersebut, apabila paket tidak dipecah maka nilai BPP = 1.

Rumusnya adalah sebagai berikut :

BPP = PPI / PPU ……………………………….. Rumus (5)

Keterangan :

BPP = Bobot Progres Paket Pengadaan

PPI = Pagu Paket Per Item yang dipecah pengadaannya

PPU = Pagu Paket Utama pada output

Petunjuk Pelaksanaan Penyusunan Pelaporan Kinerja Satuan Kerja Lingkup Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun 2017

25

3) Penghitungan Realisasi Progres Pekerjaan

Realisasi progres pekerjaan adalah gambaran perkembangan

pelaksanaan kegiatan yang telah diselesaikan pada waktu laporan bulan

berjalan. Nilai realisasi progres pekerjaan ini adalah nilai yang akan

dimasukan di kolom 11 pada Formulir Pengisian Aplikasi SMART

sebagaimana terdapat pada Gambar 1.

Nilai progres untuk output dan komponen didapat dari penghitungan

jumlah akumulatif jumlah realisasi komponen output yang merupakan

hasil pembagian volume realisasi dengan target pada output yang

disesuaikan dengan bobot yang telah ditetapkan pada komponen

tersebut. Penghitungan progres untuk output dapat dihitung dengan

rumus sebagai berikut:

Keterangan:

D : Realisasi komponen output (%)

C : Volume realisasi progres

B : Target progres

A : Bobot (%)

Selanjutnya, nilai progres merupakan jumlah dari realisasi komponen

kegiatan. Sebagai contoh penghitungan dapat dilihat pada Tabel berikut

Contoh Penghitungan Progres Output Kawasan Bawang Merah, pada

bulan April

Kode Komponen/Tahapan Pelaksanaan

Bobot

(%) Target*)

Realisasi

Vol %

A B C D

052 Pelaksanaan (Fasilitasi

Pengembangan Desa Organik Berbasis Tanaman

Buah/Florikultura) (4 Desa)

100 30 0 0

a. Persiapan Proses Pengadaan (sampai dengan proses ke Pokja ULP atau Pejabat pengadaan)

15 15

D = C/B x A x BPP ............................ Rumus (6)

Petunjuk Pelaksanaan Penyusunan Pelaporan Kinerja Satuan Kerja Lingkup Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun 2017

26

Kode Komponen/Tahapan Pelaksanaan

Bobot

(%) Target*)

Realisasi

Vol %

A B C D

b. Proses Pengadaan Lelang/Penunjukan langsung (sampai dengan SPK/Kontrak)

20

c. Pelaksanaan Pekerjaan sampai dengan Pembayaran Hasil Pekerjaan (sampai dengan SP2D)

65

Progres Desa Organik Berbasis

Tanaman Buah/Florikultura

15,00

Penghitungan nilai progres pada output Kawasan Bawang Merah yaitu:

a. Realisasi komponen Pengadaan jika paket tidak dipecah :

D = C/B x A x BPP = Vol/Target x Bobot x BPP

= (15/100)% x 100 % x 1 = 15 %

Sehingga, nilai progres pada output Kawasan Bawang Merah

merupakan jumlah total realisasi seluruh komponen yaitu : 15%

b. Realisasi komponen Pengadaan jika paket dipecah misal 2 paket

senilai Rp. 2 Milyar, dan baru siap dokumennya 1 paket pengadaan

senilai Rp. 1 Milyar :

D = C/B x A x BPP = Vol/Target x Bobot x BPP

= (15/100)% x 100 % x (Rp. 1 Milyar/Rp. 2 Milyar)

= 7,5 %

Sehingga, nilai progres pada output Kawasan Bawang Merah

merupakan jumlah total realisasi seluruh komponen yaitu : 7,5 %

Catatan penting : pada APBN Murni 2017 mayoritas akun pengembangan

kawasan berupa komponen 052 fasilitasi bantuan kepada petani tanpa ada

komponen tambahan 051 identifikasi maupun 053/054 Monitoring, evaluasi

dan sosialisasi. Maka perhitungan nya tidak dikurangi komponen tambahan

tapi langsung komponen 052 fasilitasi bantuan kepada petani. Berhubung

pada APBN-P 2017 komponen tambahan 051, 053/054 atau 055 muncul

kembali maka rumus dan contoh perhitungan kolom progres kegiatan

berikut nya kembali dikurangi komponen tambahan pada perhitungan

progresnya.

Petunjuk Pelaksanaan Penyusunan Pelaporan Kinerja Satuan Kerja Lingkup Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun 2017

27

Untuk kasus masuknya APBN-P 2017 maka progress output harus

dikurangi pada bulan sebelum terbitnya DIPA APBN-P (apabila APBN murni

telah terlaksana sebelum DIPA APBN-P turun) sehingga rumus perhitungan

progresnya menjadi :

D (gabung) = (PAGU APBN Murni 2017 / PAGU APBN + APBNP 2017) * D

Keterangan :

D (gabung) = Progres output APBN + APBN-P 2017

D = Progres output APBN Murni 2017 (pada bulan bersangkutan)

Contoh perhitungan sebagai berikut :

Satker Dinas Pertanian Kabupaten Sumedang memperoleh PAGU APBN-P

2017 Pengembangan kawasan cabai senilai Rp. 3,05 Milyar dan APBN Murni

Rp. 4,5 Milyar untuk total pengembangan kawasan 250 ha. Progres output

kegiatan pada bulan april sudah mencapai 65 % dan maret sudah 35%

Maka dilakukan perubahan angka progress pada bulan Maret 2017 :

D (gabung) = (Rp. 4,5 Milyar/Rp. 7,55 Milyar) * 35%

= 20.86%

Dilakukan perubahan progres pada bulan maret 2017 di dalam aplikasi

SMART

Sedangkan untuk perubahan angka progres pada bulan April 2017 :

D (gabung) = (Rp. 4,5 Milyar/Rp. 7,55 Milyar) * 65%

= 38,74%

Dilakukan perubahan progres pada bulan April 2017 di dalam aplikasi

SMART

Sehingga Total Progres (D) yang akan terbaca pada laporan (secara otomatis

terakumulasi pada system) menjadi 20,86 + 38,74 = 58,74%

Perhitungan selanjutnya apabila kegiatan APBN-P 2017 dalam proses

pelaksanaan persiapan dokumen lelang, penandatanganan kontrak, hingga

pelaksanaan kegiatan maka perhitungannya digunakan rumus 5 dan 6

diatas.

Petunjuk Pelaksanaan Penyusunan Pelaporan Kinerja Satuan Kerja Lingkup Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun 2017

28

Nilai progres tersebut selanjutnya dimasukan kedalam kolom progres

pekerjaan pada formulir di aplikasi SMART, seperti pada contoh berikut.

Contoh Pengisian Progres pada Output Pengembangan Kawasan

Bawang Merah Sesuai dengan Aplikasi SMART

No Nama Output

Anggaran Output Penjelasan

PAGU (Rp.) Target bulan ini (Rp.)

Realisasi Bulan ini (Rp.)

Target (volume)

Realisasi Bulan ini (volume)

Progres bulan ini (Rp.)

Keterangan Kendala Tindaklanjut

1 Kawasan Bawang Merah

1.200.000.000 0 30 0 15 Telah dilaksanakan CPCL terhadap 20 kelompok tani calon penerima bantuan, 1) KT … 2) KT …., dan Telah disusun dokumen pengadaan diantaranya, RUP, KAK/TOR, HPS, Juklak Juknis, Tim pengadaan

SK KPA dan Petugas satker belum terbit

menghadap Biro hukum di Setda untuk memantau kapan SK akan diterbitkan

Berikut disampaikan Contoh Pengisian Realisasi Progres Pekerjaan pada

Output Kawasan Aneka Cabai pada Satker Dinas Pertanian Tanaman

Pangan Kabupaten Pasuruan untuk 1 tahun berjalan.

Petunjuk Pelaksanaan Penyusunan Pelaporan Kinerja Satuan Kerja Lingkup Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun 2017

29

Bulan Januari:

Pengisian Aplikasi SMART di Bulan Januari:

Petunjuk Pelaksanaan Penyusunan Pelaporan Kinerja Satuan Kerja Lingkup Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun 2017

30

Bulan Februari:

Pengisian Aplikasi SMART di Bulan Februari:

Petunjuk Pelaksanaan Penyusunan Pelaporan Kinerja Satuan Kerja Lingkup Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun 2017

31

Bulan Maret:

Pengisian Aplikasi SMART di Bulan Maret:

Petunjuk Pelaksanaan Penyusunan Pelaporan Kinerja Satuan Kerja Lingkup Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun 2017

32

Bulan April:

Pengisian Aplikasi SMART di Bulan April:

Petunjuk Pelaksanaan Penyusunan Pelaporan Kinerja Satuan Kerja Lingkup Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun 2017

33

Bulan Mei:

Pengisian Aplikasi SMART di Bulan Mei:

Petunjuk Pelaksanaan Penyusunan Pelaporan Kinerja Satuan Kerja Lingkup Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun 2017

34

Bulan Juni:

Pengisian Aplikasi SMART di Bulan Juni:

Petunjuk Pelaksanaan Penyusunan Pelaporan Kinerja Satuan Kerja Lingkup Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun 2017

35

Bulan Juli:

Pengisian Aplikasi SMART di Bulan Juli:

Petunjuk Pelaksanaan Penyusunan Pelaporan Kinerja Satuan Kerja Lingkup Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun 2017

36

Bulan Agustus:

Pengisian Aplikasi SMART di Bulan Agustus:

Petunjuk Pelaksanaan Penyusunan Pelaporan Kinerja Satuan Kerja Lingkup Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun 2017

37

Bulan September:

Pengisian Aplikasi SMART di Bulan September:

Petunjuk Pelaksanaan Penyusunan Pelaporan Kinerja Satuan Kerja Lingkup Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun 2017

38

Bulan Oktober:

Pengisian Aplikasi SMART di Bulan Oktober:

Petunjuk Pelaksanaan Penyusunan Pelaporan Kinerja Satuan Kerja Lingkup Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun 2017

39

Bulan November:

Pengisian Aplikasi SMART di Bulan November:

Petunjuk Pelaksanaan Penyusunan Pelaporan Kinerja Satuan Kerja Lingkup Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun 2017

40

Bulan Desember:

Pengisian Aplikasi SMART di Bulan Desember:

Petunjuk Pelaksanaan Penyusunan Pelaporan Kinerja Satuan Kerja Lingkup Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun 2017

41

3.2 Laporan Kinerja Instansi Pemerintah

Akuntabilitas kinerja adalah perwujudan kewajiban suatu instansi

pemerintah untuk mempertanggungjawabkan kerberhasilan/kegagalan

pelaksanaan program dan kegiatan yang telah diamanatkan para

pemangku kepentingan dalam rangka mencapai misi organisasi secara

terukur dengan sasaran/target kinerja yang telah ditetapkan melalui

laporan kinerja instansi pemerintah yang disusun secara periodik.

Sedangkan, laporan kinerja merupakan bentuk akuntabilitas dari

pelaksanaaan tugas dan fungsi yang dipercayakan kepada setiap

instansi pemerintah atas penggunaan anggaran. Hal terpenting yang

diperlukan dalam penyusunan laporan kinerja adalah pengukuran

kinerja dan evaluasi serta pengungkapan (disclosure) secara memadai

hasil analisis terhadap pengukuran kinerja.

Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang

Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP), pada Pasal 2

dan Pasal 3 bahwa penyelenggaraan SAKIP dilaksanakan melalui

penyusunan Laporan Kinerja yang wajib dilaksanakan oleh Entitas

Akuntabilitas Kinerja secara berjenjang dengan tingkatan Entitas

Akuntabilitas Kinerja; 1) Satuan Kinerja, 2) Unit Organisasi dan 3)

Kementerian Negara/Lembaga.

Selanjutnya, penyusunan laporan kinerja mengacu pada Peraturan

Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi

Nomor 53 Tahun 2015 tentang petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja,

Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi

Pemerintah, yang menggantikan Peraturan Menteri Pendayagunaan

Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PermenPAN dan RB) Nomor:

29 Tahun 2010, tanggal 31 Desember 2010 tentang Pedoman

Penyusunan Penetapan Kinerja Instansi Pemerintah.

Oleh karena itu, dengan berlakunya dasar hukum tersebut diatas,

maka setiap instansi atau institusi negara yang mengelola keuangan

negara memiliki kewajiban untuk melaporkan akuntabilitas kinerja

dalam pemanfaatan keuangan diakhir tahun pelaksanaan kegiatan

secara berjenjang mulai dari Eselon II kepada Eselon I, Eselon I kepada

Menteri danMenteri kepada Presiden melalui Kementerian PAN dan

RB.Disamping itu, pengguna atau pelaksana Anggaran Pendapatan dan

Belanja Negara (APBN) pada Satuan Kerja di daerah juga wajib

melaporkan akuntabilitas kinerja kepada pemberi anggarannya dalam

hal ini adalah Unit Kerja Eselon I diatasnya.

Petunjuk Pelaksanaan Penyusunan Pelaporan Kinerja Satuan Kerja Lingkup Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun 2017

42

Sebagai wujud pertanggungjawaban atas pelaksanaan program dan

kegiatan pembangunan hortikultura, setiap tahunnya Direktorat

Jenderal Hortikultura telah menyusun laporan kinerja yang mengacu

pada PermenPAN dan RB Nomor 53 Tahun 2014, begitupula unit Eselon

II lingkup Direktorat Jenderal Hortikultura. Sedangkan untuk Satuan

Kerja lingkup Direktorat Jenderal Hortikultura di daerah

(Provinsi/Kabupaten/Kota) mulai tahun 2016 ini berkewajiban untuk

menyusun laporan kinerja yang selanjutnya disampaikan kepada

Direktur Jenderal Hortikultura paling lambat 1 (satu) bulan setelah

tahun anggaran berakhir.

3.2.2 Panduan Penyusunan Perjanjian Kinerja

Mengacu pada Lampiran I PermenPAN dan RB Nomor 53 Tahun 2014

tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan

Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah, berikut

disampaikan format Perjanjian Kinerja.

Perjanjian kinerja adalah lembar/dokumen yang berisikan penugasan

dari pimpinan instansi yang lebih tinggi kepada pimpinan instansi

yang lebih rendah untuk melaksanakan program/kegiatan yang

disertai dengan indikator kinerja.

Kinerja yang disepakati tidak dibatasi pada kinerja yang dihasilkan

atas kegiatan tahun bersangkutan, tetapi termasuk kinerja (outcome)

yang seharusnya terwujud akibat kegiatan tahun-tahun sebelumnya.

Dengan demikian target kinerja yang diperjanjikan juga mencakup

outcome yang dihasilkan dari kegiatan tahun-tahun sebelumnya,

sehingga terwujud kesinambungan kinerja setiap tahunnya.

Pihak yang menyusun Perjanjian Kinerja antara lain:

1. Kementerian/Lembaga

a. Pimpinan tertinggi (Menteri dan Pimpinan Lembaga)

Kementerian/Lembaga menyusun Perjanjian Kinerja tingkat

Kementerian/Lembaga dan ditandatangani oleh

Menteri/Pimpinan Lembaga.

b. Pimpinan Unit Kerja (Eselon I)

Perjanjian Kinerja di tingkat unit kerja (Eselon I)

ditandatangani oleh pejabat yang bersangkutan dan disetujui

oleh Menteri/Pimpinan Lembaga.

Petunjuk Pelaksanaan Penyusunan Pelaporan Kinerja Satuan Kerja Lingkup Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun 2017

43

c. Pimpinan Satuan Kerja

Perjanjian Kinerja di tingkat satuan kerja ditandatangani oleh

pimpinan satuan kerja dan pimpinan unit kerja.

2. Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota

a. Pimpinan Tertinggi (Gubernur/Bupati/ Walikota)

Pemerintah Provinsi / Kabupaten / Kota menyusun

Perjanjian Kinerja tingkat pemerintah Provinsi / Kabupaten /

Kota ditandatangani oleh Gubernur / Bupati / Walikota.

b. Pimpinan Satuan Kerja Pemerintah Daerah (SKPD)

Perjanjian Kinerja ditingkat SKPD dan unit kerja mandiri

Pemerintah Provinsi/Kabupaten /Kota disusun oleh

Pimpinan SKPD kemudian ditandatangani oleh

Gubernur/Bupati/ Walikota dan Pimpinan SKPD/Unit Kerja.

Penyusunan Perjanjian Kinerja harus dilakukan segera setelah suatu

instansi pemerintah menerima dokumen pelaksanaan anggaran,

paling lambat satu bulan setelah dokumen anggaran disahkan.

Sasaran dan Indikator dalam Perjanjian Kinerja harus mengikuti

kaidah sebagai berikut:

1. Untuk tingkat K/L/Pemda, sasaran yang digunakan

menggambarkan dampak dan outcome yang dihasilkan, serta

menggunakan Indikator Kinerja Utama K/L/Pemda dan indikator

kinerja lain yang relevan.

2. Untuk tingkat Eselon I, sasaran yang digunakan menggambarkan

dampak pada bidangnya dan outcome yang dihasilkan, serta

menggunakan Indikator Kinerja Utama Eselon I dan indikator

kinerja lain yang relevan.

3. Untuk tingkat Eselon II, sasaran yang digunakan

menggambarkan outcome dan output pada bidangnya serta

menggunakan Indikator Kinerja Utama Eselon II dan indikator

kinerja lain yang relevan.

Secara umum format Perjanjian Kinerja (PK) terdiri atas 2 (dua)

bagian, yaitu Pernyataan Perjanjian Kinerja dan Lampiran

Perjanjian Kinerja. Format dan contoh Pernyataan PK adalah

sebagai berikut:

Petunjuk Pelaksanaan Penyusunan Pelaporan Kinerja Satuan Kerja Lingkup Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun 2017

44

PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA

TINGKAT UNIT KERJA/SKPD/SATUAN KERJA

- Logo Lembaga –

PERJANJIAN KINERJA TAHUN................

Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan

dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama :

Jabatan :

selanjutnya disebut pihak pertama

Nama :

Jabatan :

selaku atasan pihak pertama, selanjutnya disebut pihak kedua

Pihak pertama berjanji akan mewujudkan target kinerja yang seharusnya sesuai

lampiran perjanjian ini, dalam rangka mencapai target kinerja jangka menengah

seperti yang telah ditetapkan dalam dokumen perencanaan. Keberhasilan dan

kegagalan pencapaian target kinerja tersebut menjadi tanggung jawab kami.

Pihak kedua akan melakukan supervis yang diperlukan serta akan melakukan

evaluasi terhadap capaian kinerja dari perjanjian ini dan akan mengambil

tindakan yang diiperlukan dalam rangka pemberian penghargaan dan sanksi.

......................, .........................

Pihak Kedua, Pihak Pertama,

.......................... ...........................

Petunjuk Pelaksanaan Penyusunan Pelaporan Kinerja Satuan Kerja Lingkup Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun 2017

45

CONTOH FORMULIR LAMPIRAN PERJANJIAN KINERJA

KEMENTERIAN/LEMBAGA/PROVINSI/KABUPATEN/KOTA

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 20XX

KEMENTERIAN/LEMBAGA/PROVINSI/KABUPATEN/KOTA

No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja

Target

(1) (2) (3) (4)

Program Anggaran

1. ...................................... Rp. ................................

2. ...................................... Rp. ................................ 3. ...................................... Rp. ................................

4. ...................................... Rp. ................................

...................., .....................20XX

Menteri/Kepala/Gubernur/Bupati/Walikota

.....................................................................

( )

Petunjuk Pelaksanaan Penyusunan Pelaporan Kinerja Satuan Kerja Lingkup Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun 2017

46

CONTOH FORMULIR LAMPIRAN

PERJANJIAN KINERJA UNIT KERJA

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 20XX

UNIT KERJA

No. Sasaran Program/

Kegiatan

Indikator

Kinerja Target

(1) (2) (3) (4)

Program Anggaran 1. ...................................... Rp. ................................

2. ...................................... Rp. ................................

3. ...................................... Rp. ................................

4. ...................................... Rp. ................................

...................., .....................20XX

Atasan Pimpinan Unit Kerja Pimpinan Unit Kerja

( ) ( )

Petunjuk Pelaksanaan Penyusunan Pelaporan Kinerja Satuan Kerja Lingkup Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun 2017

47

CONTOH FORMULIR LAMPIRAN

PERJANJIAN KINERJA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 20XX

SKPD

No. Sasaran Program/ Kegiatan Indikator

Kinerja Target

(1) (2) (3) (4)

Program Anggaran

1. ...................................... Rp. ................................

2. ...................................... Rp. ................................

3. ...................................... Rp. ................................

4. ...................................... Rp. ................................

...................., .....................20XX

Gubernur/Bupati/Walikota Pimpinan SKPD

( ) ( )

Petunjuk Pelaksanaan Penyusunan Pelaporan Kinerja Satuan Kerja Lingkup Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun 2017

48

CONTOH FORMULIR LAMPIRAN

PERJANJIAN KINERJA SATUAN KERJA

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 20XX

SATUAN KERJA

No. Sasaran Program/ Kegiatan Indikator

Kinerja Target

(1) (2) (3) (4)

Program Anggaran 1. ...................................... Rp. ................................

2. ...................................... Rp. ................................

3. ...................................... Rp. ................................

4. ...................................... Rp. ................................

...................., .....................20XX

Atasan Pimpinan Satker Pimpinan Satker

( ) ( )

Petunjuk Pelaksanaan Penyusunan Pelaporan Kinerja Satuan Kerja Lingkup Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun 2017

49

Perjanjian Kinerja dapat direvisi atau disesuaikan jika terjadi

pergantian atau mutasi pejabat, perubahan dalam strategi yang

mempengaruhi pencapaian tujuan dan sasaran (perubahan program,

kegiatan dan alokasi anggaran), serta terjadi perubahan prioritas

atau asumsi yang berakibat secara signifikan dalam proses

pencapaian tujuan dan sasaran.

3.2.3 Panduan Penyusunan Laporan Kinerja

Mengacu pada Lampiran II PermenPAN dan RB Nomor 53 Tahun

2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja

dan Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah,

berikut disampaikan format laporan kinerja.

A. Format Laporan Kinerja

Pada dasarnya laporan kinerja disusun oleh setiap tingkatan

organisasi yang menyusun perjanjian kinerja dan menyajikan

informasi tentang:

Bab I. Pendahuluan

Berisikan penjelasan umum organisasi, dengan penekanan aspek

strategis organisasi serta permasalahan utama (strategic issued)

yang sedang dihadapi organisasi;

Bab II. Perencanaan Kinerja

Pada bab ini diuraikan ringkasan/ikhtisar perjanjian kinerja tahun

yang bersangkutan;

Bab III. Akuntabilitas Kinerja

3.1 Capaian Kinerja Organisasi

Pada sub bab ini disajikan capaian kinerja organisasi untuk

setiap pernyataan kinerja sasaran strategis organisasi sesuai

dengan hasil pengukuran kinerja organisasi. Untuk setiap

pernyataan kinerja sasaran strategis tersebut dilakukan

analisis capaian kinerja sebagai berikut:

1. Membandingkan antara target dan realisasi kinerja

tahun ini;

2. Membandingkan antara realisasi kinerja serta capaian

kinerja tahun ini dengan tahun lalu dan beberaapa

tahun terakhir;

Petunjuk Pelaksanaan Penyusunan Pelaporan Kinerja Satuan Kerja Lingkup Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun 2017

50

3. Membandingkan realisasi kinerja sampai dengan tahun

ini dengan target jangka menengah yang terdapat dalam

dokumen perencanaan strategis organisasi;

4. Membandingkan realisasi kinerja tahun ini dengan

standar nasional (jika ada);

5. Analisis penyebab keberhasilan /kegagalan atau

peningkatan/penurunan kinerja serta alternatif solusi

yang telah dilakukan;

6. Analisis atas efisiensi penggunaan sumber daya;

7. Analisis program/kegiatan yang menunjang keberhasilan

ataupun kegagalan pencapaian pernyataan kinerja.

3.2. Realisasi Anggaran

Pada sub bab ini diuraikan realisasi anggaran yang digunakan

dan yang telah digunakan untuk mewujudkan kinerja

organisasi sesuai dengan dokumen Perjanjian Kinerja.

Bab IV Penutup

Pada bab ini diuraikan simpulan umum atas capaian kinerja

organisasi serta langkah di masa mendatang yang akan dilakukan

oganisasi untuk meningkatkan kinerjanya.

Lampiran

Berisikan Perjanjian Kinerja dan lain-lain yang dianggap perlu

Penyusunan Laporan Kinerja wajib dilaksanakan pada tahun berjalan,

sedangkan penyampaiannya untuk Laporan Kinerja Eselon I dikirimkan

kepada Menteri Pertanian paling lambat tanggal 15 Februari tahun

berikutnya, Laporan Kinerja Eselon II dan Laporan Kinerja Satuan Kerja

lingkup Direktorat Jenderal Hortikultura dikirimkan kepada Direktur

Jenderal Hortikultura paling lambat tanggal 31 Januari tahun

berikutnya.

Petunjuk Pelaksanaan Penyusunan Pelaporan Kinerja Satuan Kerja Lingkup Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun 2017

51

BAB IV. PENUTUP

Dengan disusunnya buku Petunjuk Pelaksanaan Penyusunan

Pelaporan Kinerja Satuan Kerja lingkup Direktorat Jenderal Hortikultura

Tahun 2016 ini, diharapkan pelaksana kegiatan dan petugas pelaporan

dapat menggunakannya sebagai acuan dalam mengukur capaian kinerja

pada setiap kegiatan yang dilaksanakan sesuai dengan komponen dan

tahapan yang ditetapkan.

Selanjutnya diharapkan Buku Petunjuk Pelaksanaan ini dapat

digunakan untuk mengisi pelaporan monev kinerja setiap bulannya

pada aplikasi SMART secara online sesuai dengan PMK

249/PMK.02/2011. Petugas penanggung jawab pelaporan

berkoordinasi dengan penanggungjawab bidang hortikultura diharapkan

mengisi laporan tersebut secara periodik setiap bulannya sehingga

capaian realisasi output, progres pelaksanaan kegiatan dan

permasalahan yang terjadi pada Satker Pelaksana dana dekonsentrasi

maupun dana tugas pembatuan dapat dimonitoring secara rutin setiap

bulannya. Selain itu, diharapkan pula pelaporan kinerja dapat tersusun

secara baik dan akuntabel sesuai dengan PermenPAN RB Nomor 53

Tahun 2014.

Kedisiplinan penyampaian pelaporan monev kinerja ini merupakan

salah satu indikator dalam sistem reward and punishment untuk

pemberian alokasi dana dekonsentrasi maupun tugas pembantuan

pembangunan hortikultura di Provinsi, dan Kabupaten/Kota pada tahun

mendatang. Oleh karena itu, kiranya seluruh pelaksana kegiatan dapat

meningkatkan kedispilinan dan peran aktifnya untuk melaporkan hasil

pelaksanaan kegiatannya secara profesional, akurat dan akuntabel.