47

PETUNJUK TEKNISmalut.litbang.pertanian.go.id/images/stories/publikasi/...Petunjuk Teknis 1 PENDAHULUAN Peningkatan jumlah penduduk dan tingkat pendapatan masyarakat telah mendorong

  • Upload
    others

  • View
    2

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • PETUNJUK TEKNIS

    Teknologi Budidaya

    Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi

    Gogo Di Pulau Morotai

    Penyusun :

    Yopi Saleh

    Himawan Bayu Aji Winda Zainiyah

    BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN MALUKU UTARA BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN

    BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN

    KEMENTERIAN PERTANIAN 2017

    ISBN: 978-602-6864-09-3

  • Petunjuk Teknis

    i

    KATA PENGANTAR

    Pembangunan pertanian yang berkelanjutan pada prinsipnya adalah

    pengelolaan sumberdaya alam yang mengarah pada upaya perbaikan mutu

    hasil pertanian, peningkatan kesejahteraan petani, dan perbaikan

    lingkungan hidup. Untuk mencapai sasaran tersebut, maka perlu diterapkan

    suatu sistem usaha tani yang terpadu, dengan mengoptimalkan segenap

    potensi yang ada.

    Salah satu sistem pertanian tersebut dapat dilaksanakan melalui

    Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT). Di mana PTT merupakan suatu

    pendekatan holistik bersifat partisipatif yang disesuaikan dengan kondisi

    spesifik lokasi, agar dapat berdaya guna dan berhasil guna. Kabupaten

    Pulau Morotai memiliki potensi pengembangan padi gogo dalam rangka

    mendukung kemandirian pangan di wilayah perbatasan. Melalui petunjuk

    teknis (Juknis) Teknologi Budidaya Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT)

    Padi Gogo ini diharapkan petani padi lahan kering khususnya di Kabupaten

    Pulau Morotai dan umumnya di Provinsi Maluku Utara maupun daerah

    lainnya dapat menerapkan rekomendasi teknologi budidaya padi gogo

    spesifik lokasi yang dapat dilihat dan dipelajari dalam juknis ini.

    Kami menyadari bahwa dalam penulisan petunjuk teknis ini masih

    terdapat kekurangan, oleh karena itu kami mengharapkan masukan untuk

    penyempurnaan. Kepada semua pihak yang telah membantu dalam

    penyusunan petunjuk teknis ini, kami sampaikan terima kasih, semoga

    petunjuk teknis ini berguna bagi yang memerlukan.

    Sofifi, Oktober 2017 Kepala BPTP Maluku Utara

    Dr. Ir. Bram Brahmantiyo, M.Si

  • Teknologi Budidaya PTT Padi Gogo

    ii

    DAFTAR ISI

    Halaman

    KATA PENGANTAR ............................................................................ i

    DAFTAR ISI ..................................................................................... ii

    DAFTAR GAMBAR .............................................................................. iii

    PENDAHULUAN ................................................................................. 1

    PERSYARATAN TUMBUH PADI GOGO ................................................. 3

    PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) PADI GOGO ....................... 6

    TEKNOLOGI BUDIDAYA PTT PADI GOGO ............................................ 8

    DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 35

    LAMPIRAN ........................................................................................ 37

  • Petunjuk Teknis

    iii

    DAFTAR GAMBAR

    Halaman

    Gambar 1. Lahan untuk pertanaman padi gogo .................................... 5

    Gambar 2. Bagan alur perakitan komponen teknologi PTT padi gogo ..... 7

    Gambar 3. Pelaksanaan seed treatment ............................................... 12

    Gambar 4. Teknik Penanaman Padi Gogo ............................................. 13

    Gambar 5. Ilustrasi sistem tanam mozaik varietas ................................ 14

    Gambar 6. Penggerek batang padi kuning (Scirpophaga incertulas) dan

    penggerek batang padi putih (Scirpophaga innotata) .......... 18

    Gambar 7. Wereng coklat dan gejala serangannya .............................. 20

    Gambar 8. Larva lalat bibit, Lalat bibit dan gejala serangannya ............ 21

    Gambar 9. Larva uret atau lundi ......................................................... 23

    Gambar 10. Hama tikus dan dampaknya serangannya ......................... 24

    Gambar 11. Skema TBS ..................................................................... 25

    Gambar 12. Skema LTBS di lapangan ................................................. 26

    Gambar 13. Orong-ornag (A dan B) dan gejala serangannya (C) .......... 27

    Gambar 14. Walang sangit ................................................................. 28

    Gambar 15. Gejala penyakit bercak daun coklat .................................. 29

    Gambar 16. Gejala penyakit bercak daun Cercospora (Cercospora

    oryzae) .......................................................................... 30

    Gambar 17. Gejala blas daun dan blas leher ........................................ 31

    Gambar 18. Gejala penyakit hawar daun bakteri .................................. 32

  • Petunjuk Teknis

    1

    PENDAHULUAN

    Peningkatan jumlah penduduk dan tingkat pendapatan

    masyarakat telah mendorong meningkatnya permintaan pangan terutama

    beras. Disamping itu, adanya perubahan pola konsumsi masyarakat dari

    non beras ke beras turut meningkatkan kebutuhan beras. Berkaitan

    dengan hal tersebut, maka perlu diupayakan peningkatan produksi beras

    melalui peningkatan produktivitas lahan sawah yang ada, pencetakan

    lahan irigasi baru dan pengembangan lahan potensial lainnya termasuk di

    dalamnya lahan kering melalui pengembangan padi ladang atau padi

    gogo. Potensi lahan kering di Maluku Utara untuk pengembangan

    tanaman padi gogo masih cukup besar. Hal ini dikarenakan padi gogo

    dapat ditanam secara tunggal pada lahan terbuka/ladang, daerah aliran

    sungai (DAS), atau tumpangsari dengan tanaman pangan ataupun

    tanaman perkebunan muda.

    Padi gogo juga memegang peranan cukup penting dalam sistem

    pertanian Maluku Utara. Produksi padi gogo di provinsi Maluku Utara pada

    tahun 2015 mencapai 20.252 ton atau 26,91% dari total produksi padi

    Maluku Utara (BPS Maluku Utara, 2016). Kabupaten Pulau Morotai

    merupakan salah satu kabupaten sentra produksi padi gogo, yang

    memiliki produksi 2.853 ton, luas panen 1.334 ha dan produktivitas rata-

    rata 2,14 ton/ha (BPS Pulau Morotai, 2016). Saat ini petani padi gogo di

    Maluku Utara umumnya masih menggunakan varietas lokal dan belum

    menerapkan teknologi yang dianjurkan. Hal tersebut menunjukkan

    adanya peluang peningkatan produksi padi gogo melalui penerapan

    inovasi teknologi.

  • Teknologi Budidaya PTT Padi Gogo

    2

    Salah satu upaya untuk meningkatkan produksi padi gogo adalah

    melalui pendekatan pengelolaan tanaman terpadu (PTT). Pola

    pengembangan padi gogo sebaiknya mengacu pada pendekatan model

    pengelolaan tanaman dan sumberdaya terpadu (PTT). Fitria dan Ali

    (2014) menambahkan bahwa tujuan PTT adalah untuk meningkatkan

    produktivitas tanaman dari segi hasil dan kualitas melalui penerapan

    teknologi yang cocok dengan kondisi setempat (spesifik lokasi) serta

    menjaga kelestarian lingkungan. Pendekatan PTT mengutamakan

    sinergisme berbagai komponen teknologi dalam suatu paket teknologi

    agar mampu meningkatkan efisiensi penggunaan input dan hasil panen.

    Pendekatan PTT juga memperhitungkan keterpaduan antara tanaman di

    satu pihak dan sumber daya yang ada dipihak lain (Las, 1999).

  • Petunjuk Teknis

    3

    PERSYARATAN TUMBUH PADI GOGO

    1. Curah Hujan

    Ketersediaan air untuk padi gogo tidak dapat ditentukan

    sebagaimana halnya padi sawah irigasi. Sumber pengairan tanaman padi

    gogo bergantung sepenuhnya pada hujan, baik jumlah maupun

    distribusinya. Rendahnya curah hujan pada saat pertumbuhan tanaman

    menyebabkan produksi rendah.

    Tanaman padi gogo membutuhkan curah hujan > 200 mm/bulan

    yang berlangsung secara berurutan minimal selama 4 bulan. Kondisi yang

    paling sensitif kekurangan air yang akan menentukan tingkat

    produktivitasnya adalah pada pase anakan aktif, primordia bunga sampai

    pengisian gabah. Oleh karena itu budidaya padi gogo sebaiknya dilakukan

    pada awal musim hujan, dan dapat diikuti oleh tanaman palawija yang

    lebih tahan kekeringan pada akhir musim hujan atau awal musim

    kemarau. Bila pola curah hujan diatas 100 mm/bulan cukup panjang,

    maka peluang penerapan pola tanam berbasis padi gogo juga akan

    panjang (BB Padi, 2016a).

    2. Radiasi Matahari

    Tanaman padi gogo yang tumbuh pada musim berawan dan suhu

    24-260C umumnya memberikan hasil tinggi. Hasil penelitian

    menunjukkan, makin tinggi radiasi matahari saat tanaman pada fase

    reproduktif sampai fase pemasakan gabah, makin baik hasil padi gogo. Di

    lain pihak, radiasi matahari yang diharapkan mencapai 16,5 kcal/cm²

    pada fase pengisian sampai fase pemasakan gabah jarang terjadi.

  • Teknologi Budidaya PTT Padi Gogo

    4

    3. Jenis tanah

    Karakteristik lahan pada daerah pertanaman padi gogo cukup

    beragam sebagaimana kondisi iklim. Tekstur tanah bervariasi mulai dari

    pasir sampai liat, pH (kemasaman tanah) 3-10, kandungan bahan organik

    1-50%, kandungan garam 0-1%, dan ketersediaan nutrisi bervariasi dari

    defisiensi akut sampai berlimpah.

    Tekstur tanah mempengaruhi nilai kelembaban tanah melebihi

    sifat lainnya, kecuali topografi. Tekstur tanah merupakan hal yang penting

    di areal pengembangan padi gogo yang tidak punya pengikat untuk

    menahan kelembaban. Profil tekstur tidak saja di lapisan atas, tetapi juga

    di lapisan bawah. Jika bagian bawah tanah mempunyai cukup liat, maka

    fungsi tekstur lapisan atas menjadi berkurang.

    Tanah Grumosol dan Andosol sangat peka erosi, sementara tanah

    Mediteran merah kuning dan Regosol peka erosi. Litosol yang mempunyai

    solum dangkal dan biasanya berasosiasi dengan Regosol, Mediteran, dan

    Grumosol dapat dikategorikan sebagai jenis tanah yang telah tererosi.

    Tanah alluvial berada di bagian lembah dan tidak terancam erosi. Tanah

    Planosol pada dataran rendah yang berombak mempunyai kesuburan

    rendah dan berpeluang tererosi. Di antara jenis tanah tersebut hanya

    Latosol yang tahan erosi.

    4. Profil Lahan Padi Gogo

    Padi gogo ditanam pada ketinggian beberapa meter dari

    permukaan laut sampai 800 mdpl. Sebaran lahan padi gogo secara

    vertikal sangat penting diketahui, karena menyangkut teknologi koservasi

    tanah dan air baik pada lahan datar maupun pada lahan yang berlereng

    (Gambar 1). Erosi dan fluktuasi ketersediaan air sangat menentukan

  • Petunjuk Teknis

    5

    kesuburan tanah, produktivitas, kemantapan dan keberlanjutan produksi.

    Topografi lahan yang banyak digunakan untuk pertanaman padi gogo

    adalah lahan datar, berombak sampai bergelombang. sedangkan di lahan

    yang berbukit dan bergunung jarang dilakukan.

    Konservasi tanah menjadi prasyarat penting bagi pengembangan

    padi gogo, baik di lahan datar maupun berlereng. Pada setiap topografi

    lahan perlu dilakukan tindakan konservasi tanah supaya tidak

    menimbulkan erosi yang akan mengakibatkan lapisan atas tanah (top soil

    ) menjadi hilang tercuci air hujan. Pelaksanaan konservasi dapat

    dilakukan dengan berbagai bentuk tergantung contur topografinya.

    Demikian juga pada semua lahan perlu adanya konservasi, terutama

    konservasi kesuburan dan penyangaan air yang sangat berguna untuk

    pertanaman tahunan maupun penyanggan tanaman setahun/semusim.

    Konservasi tanah dapat diupayakan dengan sistem teras bangku, teras

    gulud, dan budidaya lorong (alley cropping). Jerami tanaman digunakan

    sebagai mulsa dan sumber bahan organik tanah.

    a. Lahan datar b. Lahan berlereng

    Gambar 1. Lahan untuk pertanaman padi gogo

    Sumber foto : BB Padi, (2016b)

  • Teknologi Budidaya PTT Padi Gogo

    6

    PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT)

    PADI GOGO

    Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) padi gogo adalah suatu

    pendekatan inovatif dan dinamis dalam upaya meningkatkan produksi dan

    pendapatan petani melalui perakitan komponen teknologi secara

    partisipatif bersama petani.

    Prinsip�utama�penerapan�PTT�padi�gogo:

    1) Terpadu

    Sumber daya tanaman, tanah dan air dikelola dengan baik secara

    terpadu.

    2) Sinergis

    Pemanfaatan teknologi terbaik, memperhatikan keterkaitan antar

    komponen teknologi yang saling mendukung.

    3) Spesifik Lokasi

    Memperhatikan kesesuaian teknologi dengan lingkungan fisik, sosial

    budaya dan ekonomi petani setempat. Teknologi yang diterapkan

    secara teknis mudah diterapkan, secara ekonomis menguntungkan,

    tidak bertentangan dengan sosial budaya petani setempat dan sesuai

    dengan aturan hukum.

    4) Partisipatif

    Petani berperan aktif memilih dan menguji teknologi yang sesuai

    dengan kondisi setempat, dan meningkatkan kemampuan melalui

    proses pembelajaran di Laboratorium Lapangan.

    Model pengembangan PTT padi gogo di lahan kering dirakit

    secara in situ dengan melibatkan petani setempat. Keterlibatan petani

  • Petunjuk Teknis

    7

    dimulai sejak melakukan inventarisasi masalah dan peluang

    pengembangan, menentukan paket teknologi yang akan dilakukan oleh

    anggota kelompok tani. Agar pemilihan komponen teknologi dapat sesuai

    dengan kebutuhan untuk memecahkan permasalahan setempat, maka

    proses pemilihan atau perakitannya didasarkan pada analisis Kajian

    Kebutuhan dan Peluang (KKP). Dalam KKP, kelompok sasaran berperan

    aktif dalam menganalisis sumberdaya, potensi dan permasalahannya

    sendiri dan sekaligus merencanakan untuk mengambil tindakan dalam

    memecahkan permasalahannya. Pada tahap ini penyuluh hanya bertindak

    sebagai fasilitator dan katalisator.

    Dari hasil KKP teridentifikasi masalah yang dihadapi dalam upaya

    peningkatan produksi. Untuk memecahkan masalah yang ada dipilih

    teknologi yang diintroduksikan baik itu dari komponen teknologi dasar

    maupun pilihan. Perlu diketahui bahwa, komponen teknologi pilihan dapat

    menjadi kewajiban untuk diterapkan apabila hasil KKP memprioritaskan

    komponen teknologi yang dimaksud menjadi keharusan untuk

    memecahkan masalah utama suatu wilayah. Bagan alur perakitan

    komponen teknologi PTT padi gogo seperti dibawah ini.

    Gambar 2. Bagan alur perakitan komponen teknologi PTT padi gogo

    Karakteristik &

    masalah

    prioritas wilayah

    Pemilihan komponen

    teknologi yang sesuai

    PTT

    (Rakitan teknologi spesifik lokasi)

    KKP

  • Teknologi Budidaya PTT Padi Gogo

    8

    TEKNOLOGI BUDIDAYA PTT PADI GOGO

    1. Lahan dan Pengolahan Tanah

    Pengolahan tanah harus disesuaikan dengan kondisi lahan yang

    akan diolah. Lahan yang akan diolah bergantung pada tipe lahan. Lahan-

    lahan tersebut dapat dibagi dalam empat bagian :

    a) Lahan perladangan berpindah (shifting cultivation). Hutan atau

    semak belukar ditebang dan dibakar lalu ditanami. Setelah 2-3 tahun

    kesuburan tanahnya menurun, lahan tersebut ditinggalkan untuk

    berpindah kelain tempat dengan cara yang sama seperti

    penggaraparan awal.

    b) Lahan perladangan berpindah modern (modern shifting cultivation =

    MSC). Perladangan ini dilakukan pada lahan hutan tanaman industri

    (HTI) atau tanaman perkebunan yang secara periodik ada

    peremajaan. Sebelum lahan ditanami tanaman hutan industri atau

    perkebunan, lahan tersebut dapat ditanami padi gogo atau palawija

    lainnya.

    c) Lahan perladangan sistem tumpangsari (interculture) yaitu

    kelanjutan dari MSC yang lahannya telah ditanami hutan tanaman

    industri (jati, mahoni dll) atau perkebunan (kelapa dalam, kelapa

    sawit, karet dll.) sampai tanaman hutan industri atau perkebunan

    tersebut berumur 3 tahun atau tanaman pokok menutup 50%.

    d) Lahan perladangan tetap (permanent cultivation). Merupakan lahan

    ladang yang tetap ditanami padi gogo atau palawija lainnya.

    Pengolahan tanah untuk padi gogo tergantung tipe lahan kering

    yang akan dikelola. Pada areal perladangan tetap dan areal tumpangsari,

  • Petunjuk Teknis

    9

    pengolahan tanah dapat dilakukan dengan menggunanakan herbisida,

    alat sederhana sampai mesin pertanian. Pada lahan perladangan

    berpindah dan perladangan berpindah modern pengolahan tanah hanya

    dapat dilakukan dengan herbisida dan alat sederhana seperti cangkul.

    Pengolahan tanah sebaiknya dilakukan 2 kali, pengolahan tanah

    pertama dilakukan pada musim kemarau atau setelah terjadi hujan

    pertama yang dapat melembabkan tanah dan yang kedua saat menjelang

    tanam. Cara pengolahan tanah dapat dengan dicangkul atau

    menggunakan ternak secara disingkal. Selanjutnya lahan dibiarkan. Bila

    curah hujan sudah turun kontinyu dan memungkinkan untuk tanam,

    lahan segera diolah lagi untuk menghaluskan bongkahan tanah sambil

    meratakan sampai siap tanam (Badan Litbang Pertanian, 2008).

    Pengolahan tanah yang paling baik adalah digarpu saat musim

    kering (kemarau), sehingga tanah bagian atas dibalik dan akar-akar atau

    rizome gulma seperti alang-alang diangkat. Pengolahan tanah dengan

    garpu untuk membalik tanah di musim kering akan sangat menguragi

    pertumbuhan gulma, bahkan gulma tidak dapat tumbuh sampai 2 bulan

    setelah tanam. Bila gulma tidak tumbuh sampai 2 bulan setelah tanam,

    pertanaman padi gogo tidak perlu disiang karena tanaman sudah

    menutup. Selain itu juga perlu diberikan tambahan pupuk organik (pupuk

    hijau, pupuk kandang, kompos) sebanyak 5 ton/ha.�

    Bila kondisi lahan berlereng sampai bergelombang, setelah

    pengolahan tanah pertama perlu dilakukan pembuatan teras gulud untuk

    mengurangi terjadinya erosi tanah yang berlebihan. Pada guludan dapat

    juga untuk menumpuk bebatuan bila ada, tetapi sebaiknya diusahakan

    untuk menanam tanaman penguat teras. Pada lahan yang terbuka yang

    relatif datar perlu dibuat bedengan, dengan lebar bedengan sekitar 6

  • Teknologi Budidaya PTT Padi Gogo

    10

    meter. Antar bedengan dibuat saluran sedalam 20 cm yang dapat

    berfungsi sebagai saluran drainase. Pembuatan saluran drainase sangat

    perlu, karena bila terjadi hujan berkepanjangan pada beberapa tempat

    akan terjadi genangan dan akan meningkatkan kelembaban tanah.

    Kelembaban tanah yang tinggi dapat merangsang munculnya jamur upas

    yang dapat menyerang perakaran tanaman padi gogo (BB Padi, 2016a).

    2. Pemilihan Varietas Unggul Dan Benih Bermutu

    a) Pemilihan Varietas

    Pemilihan varietas padi gogo didasarkan pada :

    tingkat daya adaptasi varietas terhadap kondisi lingkungan

    setempat,

    umur tanaman sesuai untuk mempermudah pengaturan pola

    tanam,

    ketahanan terhadap hama/penyakit,

    produktivitas,

    ketahanan terhadap kekeringan dan kerebahan, dan

    preferensi petani.

    b) Benih Bermutu

    Benih merupakan bagian yang sangat penting dan paling utama,

    hal ini disebabkan produksi padi gogo ditentukan lebih dari 50%

    oleh benih yang baik. Penggunaan benih didasarkan pada :

    sumber benih harus benar (berlabel) dari institusi terpercaya;

    Benih harus bernas;

    Tahan hama dan penyakit;

    Daya kecambah diatas 85 %;

    Tidak mengandung hama dan penyakit (tular benih).

  • Petunjuk Teknis

    11

    Untuk memperoleh bibit yang baik dapat dilakukan pemilihan

    benih dengan cara:

    Pemilahan benih bernas dengan air garam atau ZA (3%),

    Benih direndam dalam larutan 20 gr ZA/liter air atau larutan

    20 gr garam/liter air,

    Benih yang mengambang/mengapung dibuang,

    Sebelum disebarkan benih dibilas agar tidak mengandung

    larutan pupuk/garam. Kemudian benih direndam selama 24

    jam dan setelah itu ditiriskan selama 48 jam.

    Upaya awal pengendalian hama sebelum benih ditanam maka

    dilakukan seed treatment (perlakuan benih). Benih padi gogo dicampur

    dengan insektisida atau fungisida dengan perbandingan tertentu.

    Pelaksanaan seed treatment dengan pestisida sebelum tanam mempunyai

    2 tujuan yaitu mengendalikan infeksi hama dan penyakit tular biji (seed

    borne) dan proteksi terhadap penyakit tular biji saat pertkecambahan dan

    saat tumbuh muda supaya tanaman tidak mati muda (dumping off). Seed

    treatment yang digunakan harus bersifat sistemik atau translaminar,

    dengan dosis rendah namun efektif mengendalikan hama.

    Untuk melindungi pertumbuhan awal tanaman padi gogo dari

    hama (lundi dan lalat bibit, penggerek batang) perlu dilakukan

    perlindungan benih berupa insektisida yang berbahan aktif fipronil dengan

    dosis 2 cc/kg benih dan golongan karbofuran. Sedangkan untuk

    melindungi tanaman terhadap penyakit blas daun bisa digunakan

    fungisida dengan bahan aktif benomil.

  • Teknologi Budidaya PTT Padi Gogo

    12

    Gambar 3. Pelaksanaan seed treatment

    Sumber foto : BB Padi (2016c)

    3. Penanaman

    Cara tanam padi gogo yang aman adalah dengan sistem tugal,

    karena benih dapat berada pada kedalaman 2-3 cm dan pada kelembaban

    tanah yang cukup setelah lubang tugalan ditimbun. Tanam tugal

    dilakukan untuk mengantisipasi curah hujan yang tidak menentu. Pada

    daerah-daerah yang curah hujannya dapat diramalkan tetap, maka tanam

    padi gogo dapat dilakukan dengan sistim larikan. Kedalaman larikan

    hanya 2-3 cm saja, namun benih yang ditanamkan akan cepat tumbuh

    karena hujannya relatif tetap dan hari hujan merata.

    Pengaturan jarak tanam yang penting dapat membentuk barisan

    tanaman yang lurus untuk mempermudah pemeliharaan (penyiangan,

    penyemprotan dan pemupukan). Penanaman sebaiknya menggunakan

    sistem tanam jajar legowo dengan jarak {(20 x 10) x 30} cm, 4-5

    butir/rumpun. Berdasarkan cara tanam ini, populasi tanaman akan

    mencapai sekitar 400 000 rumpun/ha.

  • Petunjuk Teknis

    13

    Lahan yang telah diolah dibuat larikan dengan jarak antar larikan

    20 dan 30 cm. Pada garisan yang terbentuk dapat dijadikan panduan

    untuk penugalan benih. Benih ditanam pada larikan tersebut dengan jarak

    antar titik 10 cm sebanyak 4-5 butir/titik. Selanjutnya lubang yang telah

    diisi benih 4-5 butir ditutup dengan tanah dan pupuk organik.

    Bila keadaan lahan tidak datar atau sedikit berlereng, sebaiknya

    pengaturan barisan tanaman harus memotong lereng, agar bila ada hujan

    yang relatif tinggi dapat mengurangi terjadinya aliran permukaan atau

    mengurangi erosi. Keuntungan cara tanam jajar legowo adalah lebih

    mudah dalam pemeliharaan tanaman terutama untuk kegiatan

    penyiangan dan pemupukan secara larikan (pupuk dasar dan pupuk

    susulan pertama).

    Gambar 4. Teknik Penanaman Padi Gogo

    Untuk mengurangi gangguan penyakit terutama blas perlu

    dilakukan sistem tanam multi varietas atau mozaik varietas agar

    penyebaran penyakit dalam waktu singkat. Sistem tanam multi varietas

    atau mozaik varietas merupakan cara menanam padi gogo di lahan kering

    dengan menggunakan 3-4 varietas yang ditanam sekaligus secara

  • Teknologi Budidaya PTT Padi Gogo

    14

    berselang-seling menurut varietas (BB Padi, 2015). Dengan cara ini, akan

    terbentuk kelompok barisan tanam sesuai varietas dalam lorong-lorong

    memanjang.

    Varietas A Varietas B Varietas C Varietas A Varietas B Varietas C

    Gambar 5. Ilustrasi sistem tanam mozaik varietas

    5. Pemupukan

    Takaran pupuk disusun berdasarkan kebutuhan hara tanaman,

    cadangan hara dalam tanah, dan tingkat hasil tinggi realistis yang biasa

    dicapai di suatu lokasi dalam beberapa musim terakhir. Cara mengukur

    status hara dalam tanah dan kebutuhan tanaman akan hara di lakukan

    dengan Perangkat Uji Tanah Sawah (PUTS) dan Bagan Warna Daun

    (BWD). Jenis pupuk yang digunakan diseusaikan dengan ketersediaan

    pupuk di lokasi. Untuk pupuk tunggal (urea, SP-36, KCl), pupuk majemuk

    (NPK ponska) dan bahan organik.

    Rekomendasi pemupukan di Maluku Utara:

    1. Urea 100 kg / ha,

    2. NPK Phonska 300 kg / ha.

  • Petunjuk Teknis

    15

    Waktu pemupukan:

    1. Pertumbuhan awal: umur 7-14 HST (NPK Phonska semuanya)

    dilakukan dalam larikan dan bisa dicampur insektisida sistemik,

    2. Anakan aktif: umur 21-28 HST (Urea 75 kg / ha), dan

    3. Primordia: umur 35-50 HST (rekomendasi BWD). Bila nilai warna

    pengukuran dibawah 3, maka pertanaman harus segera dipupuk

    Pemberian pupuk juga bisa dilakukan dengan cara ditugal pada

    jarak ±5 cm dari lubang tanam sedalam 7 cm lalu ditutup lagi dengan

    tanah. Waktu pemupukan kondisi tanah harus dalam keadaan lembab.

    6. Penyiangan

    Penyiangan padi gogo merupakan bagian yang sangat berat bagi

    petani, hal ini disebabkan karena tumbuhnya benih gulma bersamaan

    dengan tumbuhnya benih padi gogo dan pertumbuhan gulma selanjutnya

    lebih cepat dari pertumbuhan padi gogo. Oleh karena itu pengendalian

    gulma padi gogo dimulai pada beberapa hari setelah tanam benih.

    Pada lahan yang diolah sederhana, maka pada saat waktu tanam

    musim hujan pada 1-2 hari sebelum tanam benih, lahan diaplikasi dengan

    herbisida untuk menekan pertumbuhan gulma. Pengendalian gulma

    secara manual sebaiknya dilakukan lebih awal. Penyiangan pertama

    dilakukan 10-15 setelah tumbuh atau menjelang pemupukan pertama.

    Sedangkan penyiangan kedua dilakukan pada umur 30-45 hari setelah

    tumbuh atau menjelang pemupukan urea susulan pertama. Pada sistem

    tanam jajar legowo, penyiangan gulma dapat digunakan cangkul untuk

    bagian lorong yang luas (30 cm) dan pada bagian yang sempit (20 cm)

    dapat menggunakan koret.

  • Teknologi Budidaya PTT Padi Gogo

    16

    Pada lahan yang diolah dengan garpu, biasanya gulma tidak tumbuh

    sampai 2 bulan setelah tanam. Pada kondisi seperti ini, pertanaman padi

    gogo tidak perlu disiang karena pada umur 2 bulan daun padi sudah

    menutup dan gulma akan kalah bersaing dengan padi gogo yang

    ditanam.

    7. Pengendalian Hama dan Penyakit

    Beberapa hama dan penyakit dapat mengganggu pertanaman

    padi gogo, sehingga menurunkan hasil dan kualitas hasil. Hama adalah

    organisme pengganggu tanaman yang menimbulkan kerusakan secara

    fisik, atau semua hewan yang menyebabkan kerugian dalam pertanian

    seperti serangga, tikus, babi dan sebagainya. Penyakit adalah

    mikroorganisme/pathogen yang menyebabkan tanaman berfungsi tidak

    normal. Penyebabnya bisa berasal dari jamur/cendawan, bakteri,

    nematode, virus.�

    Untuk mendapatkan hasil panen yang optimum dalam budidaya

    padi, perlu dilakukan usaha pengendalian hama dan penyakit.

    Pengendalian Hama Terpadu (PHT) merupakan pendekatan pengendalian

    yang memperhitungkan faktor pengendalian ekologi sehingga

    pengendalian dilakukan agar tidak terlalu mengganggu keseimbangan

    alami dan tidak menimbukan kerugian besar. PHT merupakan paduan

    beberapa cara pengendalian diantaranya melakukan monitoring populasi

    hama dan kerusakan tanaman sehingga penggunaan teknologi

    pengendalian dapat ditetapkan. Lima strategi PHT, yaitu: (1) sanitasi

    lingkungan di sekitar pertanaman, (2) penggunaan VUB tahan hama

    penyakit, (3) penanaman serempak, (4) penerapan pola tanam (untuk

  • Petunjuk Teknis

    17

    memutus siklus hidup hama dan patogen penyebab penyakit, dan (5)

    penggunaan pestisida secara bijaksana.

    Sebelum melakukan pengendalian hama dan penyakit, perlu diperhatikan:

    Yakinkan hama dan penyakit apa yang menyerang.

    Lestarikan musuh alami dengan mengurangi atau tidak melakukan

    pengendalian.

    Amati populasi hama atau kerusakan, dan musuh alami.

    Lakukan pengendalian dengan pestisida apabila serangan telah

    melebihi ambang batas ekonomi.

    a) Ambang ekonomi adalah kerapatan populasi hama atau

    persentase kerusakan akibat hama yang membutuhkan tindakan

    pengendalian untuk mencegah meningkatnya populasi yang

    dapat mencapai tingkat luka ekonomik.

    b) Prinsip PHT, bila perlu berdasarkan hasil monitoring dapat

    digunakan pestisida kimia, hayati, dan nabati maupun

    kombinasinya.

    a. Hama Tanaman Padi Gogo

    1. Penggerek Batang (stem borer)

    Penggerek batang termasuk hama paling penting pada tanaman

    padi yang sering menimbulkan kerusakan berat dan kehilangan hasil yang

    tinggi. Di lapang, keberadaan hama ini ditandai dengan kehadiran

    ngengat (kupu-kupu), kematian tunas-tunas padi (sundep, dead heart),

    kematian malai (beluk, white head), dan ulat (larva) penggerek batang.

    Hama ini dapat merusak tanaman pada semua fase tumbuh, baik pada

    saat pembibitan, fase anakan, maupun fase berbunga. Bila serangan

  • Teknologi Budidaya PTT Padi Gogo

    18

    terjadi pada pembibitan sampai fase anakan, hama ini disebut sundep

    dan jika terjadi pada saat berbunga, disebut beluk.

    Sampai saat ini belum ada varietas yang tahan penggerek batang.

    Oleh karena itu gejala serangan hama ini perlu diwaspadai, terutama

    pada pertanaman musim hujan. Waktu tanam yang tepat, merupakan

    cara yang efektif untuk menghindari serangan penggerek batang.

    Tindakan pengendalian harus segera dilakukan, kalau > 10% rumpun

    memperlihatkan gejala sundep atau beluk.

    Insektisida yang efektif terhadap penggerek batang tersedia di

    kios-kios sarana pertanian, terutama yang berbahan aktif: karbofuran,

    bensultap, karbosulfan, dimenhipo, amitraz, dan fipronil. Sebelum

    menggunakan suatu produk pestisida, baca dan pahami informasi yang

    tertera pada label. Kecuali untuk kupu-kupu yang banyak beterbangan,

    jangan memakai pestisida semprot untuk sundep dan beluk

    (Puslitbangtan dan IRRI, 2011).

    Gambar 6. Penggerek batang padi kuning (Scirpophaga incertulas) dan

    penggerek batang padi putih (Scirpophaga innotata)

  • Petunjuk Teknis

    19

    2. Wereng Coklat (brown panthopper-BPH)

    Wereng coklat / WCk (Nilaparvata lugens) menjadi salah satu

    hama utama tanaman padi di Indonesia sejak pertengahan tahun 1970-

    an. Ini merupakan konsekuensi dari penerapan sistem intensifikasi padi

    (varietas unggul, pemupukan N dosis tinggi, penerapan IP>200, dsb).

    Penggunaan pestisida yang melanggar kaidah-kaidah PHT (tepat jenis,

    tepat dosis, dan tepat waktu aplikasi) turut memicu ledakan wereng

    coklat. Tergantung pada tingkat kerusakan, serangan wereng coklat dapat

    meningkatkan kerugian hasil padi dari hanya beberapa kuintal gabah

    sampai puso. Selain itu, WCk juga merupakan vektor penyakit virus kerdil

    rumput dan kerdil hampa.

    Dengan menghisap cairan dari dalam jaringan pengangkutan

    tanaman padi, WCk dapat menimbulkan kerusakan ringan sampai berat

    pada hampir semua fase tumbuh, sejak fase bibit, anakan, sampai fase

    masak susu (pengisian). Gejala WCk pada individu rumpun dapat terlihat

    dari daun-daun yang menguning, kemudian tanaman menguning dengan

    cepat (seperti terbakar). Gejala ini dikenal dengan istilah hopperburn.

    Dalam suatu hamparan, gejala hopperburn terlihat sebagai bentuk

    lingkaran, yang menunjukkan pola penyebaran WCk yang dimulai dari

    satu titik, kemudian menyebar ke segala arah dalam bentuk lingkaran.

    Dalam keadaan demikian, populasi WCk biasanya sudah sangat tinggi.

    WCk dapat dikendalikan dengan varietas tahan. Penanaman padi

    dengan jarak tanam yang tidak terlalu rapat, pergiliran varietas, dan

    insektisida juga efektif untuk mengendalikan hama ini. Berbagai

    insektisida yang efektif antara lain yang berbahan aktif bupofresin,

    fipronil, amidakloprid, karbofuran, atau teametoksan (Puslitbangtan dan

    IRRI, 2011).

  • Teknologi Budidaya PTT Padi Gogo

    20

    Gambar 7. Wereng coklat dan gejala serangannya

    3. Lalat bibit (rice whorl maggot)

    Lalat bibit (Hydrellia philippina Ferino) merupakan hama penting

    pada daerah yang kondisi airnya sulit diatur. Dalam serangan yang tinggi,

    hama ini dapat menyebabkan petani harus melakukan tanam ulang,

    karena lebih dari 50% tanaman baru mereka mati oleh lalat bibit. Hama

    ini umumnya menyerang pertanaman yang baru dipindah di sawah yang

    tergenang. Gejala serangan berupa bercak kuning di sepanjang tepi daun,

    daun yang terserang menjadi berubah bentuk, dan daun menggulung.

    Telur serangga ini diletakkan di permukaan atas daun, berwarna keputih-

    putihan, berbentuk lonjong menyerupai bauh pisang. Bila daun yang

    menggulung dibuka, dengan mudah dapat dijumpai larva yang berwarna

    kuning kehijauan yang tembus cahaya. Larva juga bergerak ke bagian

    tengah tanaman sampai mencapai titik tumbuh.

    Hama ini dapat dikendalikan dengan cara mengeringkan sawah.

    Pengendalian lalat bibit yang tepat adalah melalui pencegahan karena

    ketika gejala kerusakan terlihat di lapang, lalat bibit sudah tidak ada di

    pertanaman. Penggunaan insektisida (jika diperlukan) adalah yang

  • Petunjuk Teknis

    21

    berbahan aktif: bensultap, BPMC, atau karbofuran (Puslitbangtan dan

    IRRI, 2011).

    Gambar 8. Larva lalat bibit, Lalat bibit dan gejala serangannya

    4. Lundi/uret

    Uret atau lundi adalah fase larva kumbang Scarabaeidae atau

    Cerambycidae dengan ciri larva berukuran besar, gemuk, putih, badan

    tembus cahaya, kepala warna coklat dan taring besar. Kaki berwarna

    coklat terdapat pada rongga dada dan larva membentuk huruf C. Hama

    ini menyerang padi gogo, jagung, ubikayu, tebu, dan tanaman lain. Larva

    memiliki 3 instar, namun perkembangannya sangat lambat, untuk

    mencapai fase pupa 5 bulan. Kumbang dewasa mulai terbang sore hari

    dan puncak penerbangan pukul 21.00.

    Kumbang betina dewasa menghasilkan feromon seks untuk

    menarik kumbang jantan untuk kawin. Setelah kumbang jantan

    menemukan betina, perkawinan berlangsung sampai dua minggu. Setelah

    kawin, kumbang betina menggali lubang di tanah dan meletakan hanya

    satu telur per lubang. Untuk meletakkan telur, kumbang betina mencari

    kondisi kelembaban tanah yang kondusif untuk pematangan telur.

  • Teknologi Budidaya PTT Padi Gogo

    22

    Kumbang betina meletakan 3-5 telur per malam. Telur menetas 7-10 hari,

    bergantung suhu dan kelembaban tanah. Uret atau lundi yang hidup di

    dalam tanah memakan akar tanaman muda, sehingga tanaman menjadi

    layu dan mati. Pada daerah yang endemik intensitas serangan lundi dapat

    mencapai 50%.

    Pengendalian hama uret telah dilakukan melalui berbagai cara

    seperti kultur teknis (tanam serempak, rotasi tanaman dengan tanaman

    bukan inang, sanitasi lahan, pengolahan lahan yang dalam), pengendalian

    biologis dengan jamur Metarhizium anisopliae, pengendalian secara

    mekanik (mengumpulkan uret pada saat pengolahan tanah, menangkap

    imago dengan memasang lampu perangkap), dan pengendalian secara

    kimia dengan aplikasi karbofuran 20 kg/ha secara tugal pada saat tanam.

    Pengendalian secara kimia, selain dengan aplikasi karbofuran 20 kg/ha,

    saat ini telah diperoleh teknik pengendalian yang efektif yang mampu

    menekan serangan hama uret atau lundi pada pertanaman padi gogo

    dengan teknik seed treatment.

    Berdasarkan hasil penelitian di Subang menunjukkan bahwa seed

    treatment dengan insektisida fipronil dosis 25 ml/kg benih paling efektif

    dalam menekan serangan hama uret atau lundi di pertanaman padi gogo.

    Penampilan pertanaman padi gogo yang mendapat perlakuan seed

    treatment terlihat lebih bagus dibandingkan dengan kontrol yang tanpa

    perlakuan seed treatment (BB Penelitian Tanaman Padi, 2016).

  • Petunjuk Teknis

    23

    Gambar 9. Larva uret atau lundi

    Larva/ulat menyerang pangkal batang dan akar tanaman

    menyebabkan tanaman kerdil dan mati, menimbulkan kehilangan hasil 10

    – 50%.

    Teknologi Pengendalian :

    a) Varietas tahan/kultur teknis/mekanis: Pengaturan pola tanam,

    pergiliran tanaman dengan tanaman bukan inang, pengolahan tanah,

    pengaturan waktu tanam yaitu menanam pada awal musim hujan.

    b) Biologi: musuh alami berupa parasit, predator dan patogen serangga.

    c) Kimiawi: Seed treatment dengan fungisida dengan bahan aktif

    benomil, insektisida golongan karbofuran. Penyemprotan dengan

    insekisida golongan karbofuran.

    5. Tikus (rat)

    Tikus (Rattus rattus argentiventer) bisa menjadi hama pada

    persemaian, masa vegetatif dan generatif padi. Hama ini menyerang pada

    malam hari. Pada siang hari, tikus bersembunyi dalam sarangnya di

    tanggul-tanggul irigasi, jalan sawah, pematang, dan di daerah

    perkampungan dekat sawah dan akan kembali lagi ke sawah setelah

    pertanaman padi menjelang generatif. Tikus sangat cepat berkembang

  • Teknologi Budidaya PTT Padi Gogo

    24

    biak dan hanya terjadi pada periode padi generatif. Dalam satu musim

    tanam, satu ekor tikus betina dapat melahirkan 80 ekor anak.

    Pengendalian tikus dilakukan melalui pendekatan PHTT (Pengendalian

    Hama Tikus Terpadu), yaitu pengendalian yang didasarkan pada biologi

    dan ekologi tikus, dilakukan secara bersama oleh petani sejak dini (sejak

    sebelum tanam), intensif dan terus-menerus, memanfaatkan berbagai

    teknologi pengendalian yang tersedia, dan dalam wilayah sasaran

    pengendalian skala luas.

    Gambar 10. Hama tikus dan dampak serangannya

    Kegiatan pengendalian yang sesuai dengan stadia pertumbuhan

    padi antara lain sebagai berikut (Puslitbangtan dan IRRI, 2011):

    Cara Pengendalian

    Stadia padi / kondisi lingkungan sawah

    Bera Olah

    Tanah Semai Tanam Bertunas Bunting Matang

    Tanam serempak + +

    Sanitasi habitat ++ + +

    Gropyok massal + ++ +

    Fumigasi ++ ++

    LTBS ++ + + ++

    TBS ++

    Rodentisida (Jika diperlukan)

    +

    Keterangan: + = dilakukan; ++ = difokuskan

    Pada awal musim, pengendalian tikus ditekankan untuk menekan

    populasi awal tikus, yang dilakukan melalui gropyok massal, sanitasi

  • Petunjuk Teknis

    25

    habitat, pemasangan TBS (Trap Barrier System) dan LTBS (Linier Trap

    Barrier System), pemasangan bubu perangkap pada persemaian. TBS

    merupakan pertanaman padi yang ditanam 3 minggu lebih awal,

    berukuran minimal (20x20) m, dipagar dengan plastik setinggi 60 cm

    yang ditegakkan dengan ajir bambu pada setiap jarak 1 m, memiliki bubu

    perangkap pada setiap sisi pagar plastik dengan lubang menghadap

    keluar, dan dilengkapi dengan tanggul sempit sebagai jalan masuk tikus.

    LTBS merupakan bentangan pagar plastik sepanjang >100 m,

    dilengkapi bubu perangkap pada kedua sisinya secara berselang-seling

    agar mampu menangkap tikus dari dua arah (habitat dan sawah).

    Pemasangan LTBS dilakukan di dekat habitat tikus seperti tepi kampung,

    sepanjang tanggul irigasi, dan tanggul/pematang besar. LTBS juga efektif

    menangkap tikus migran, yaitu dengan memasang LTBS pada jalur

    migrasi yang dilalui tikus sehingga tikus dapat diarahkan masuk bubu

    perangkap.

    Gambar 11. Skema TBS

  • Teknologi Budidaya PTT Padi Gogo

    26

    Gambar 12. Skema LTBS di lapangan

    Fumigasi paling efektif dilakukan pada fase generatif, saat

    sebagian besar tikus berada dalam lubang untuk reproduksi. Metode ini

    efektif membunuh tikus beserta anak-anaknya di dalam lubang.

    Rodentisida (klerat, racumin, petrokum) sebaiknya hanya digunakan saat

    populasi tikus sangat tinggi, dan hanya efektif pada periode bera dan fase

    awal vegetatif.

    6. Orong-Orong (mole cricket)

    Hama (Gryllotalpa orientalis Burmeister) ini dapat merusak

    tanaman pada semua fase tumbuh. Biasanya ditemukan pada padi lahan

    kering atau di lahan pasang surut. Siklus hidupnya 6 bulan. Benih yang

    disebar di pembibitan juga dapat dimakannya. Hama ini memotong

    tanaman pada pangkal batang dan orang sering keliru dengan gejala

    kerusakan yang disebabkan oleh penggerek batang (sundep). Orong-

    orong merusak akar muda dan bagian pangkal tanaman yang berada di

    bawah tanah. Pertanaman padi muda yang diserangnya mati sehingga

  • Petunjuk Teknis

    27

    terlihat adanya spot-spot kosong di lokasi pertanaman padi (Puslitbangtan

    dan IRRI, 2011).

    Cara pengendalian orong-orong:

    Perataan tanah agar air tergenang merata;

    Penggenangan sawah 3-4 hari dapat membantu membunuh telur

    orong-orong di tanah;

    Penggunaan umpan (sekam dicampur insektisida);

    Penggunaan insektisida (bila diperlukan) yang berbahan aktif

    karbofuran atau fipronil.

    Gambar 13. Orong-orong (A dan B) dan gejala serangannya (C)

    7. Walang Sangit (rice bug)

    Walang sangit (Leptocorisa oratorius) merupakan hama yang

    merusak bulir padi pada fase berbunga sampai matang susu dengan cara

    menghisap butiran gabah yang sedang mengisi. Gabah menjadi berkerut,

    warna beras menjadi coklat/merah dan mengapur dan rasanya pun tidak

    enak. Gejala serangan tampak pada daun terdapat bercak bekas isapan

    oleh nimfa walang sangit dan pada bulir padi terdapat bintik hitam bekas

    tusukan hama sehingga bulirnya hampa.

  • Teknologi Budidaya PTT Padi Gogo

    28

    Gambar 14. Walang sangit

    Hama ini dapat dikendalikan melalui beberapa langkah, seperti

    (Puslitbangtan dan IRRI, 2011):

    Mengendalikan gulma, baik yang ada di sawah maupun yang ada di

    sekitar pertanaman;

    Meratakan lahan dengan baik dan memupuk tanaman secara merata

    agar tanaman tumbuh seragam;

    Menangkap walang sangit dengan menggunakan jaring sebelum

    stadia pembungaan;

    Mengumpan walang sangit dengan ikan yang sudah busuk, daging

    yang sudah rusak, atau dengan kotoran ayam;

    Menggunakan insektisida bila diperlukan antara lain yang berbahan

    aktif BPMC, fipronil, metolkarb, MIPC, atau propoksur, dan sebaiknya

    dilakukan pada pagi atau sore hari ketika walang sangit berada di

    kanopi.

    b. Penyakit Padi

    1. Bercak Coklat (brown spot)

    Penyakit ini menyebabkan kerusakan serius pada pertanaman di

    lahan yang kurang subur. Gejalanya bercak coklat (Helminthosporium

    oryzae) pada daun berbentuk oval yang merata di permukaan daun

  • Petunjuk Teknis

    29

    dengan titik tengah berwarna abu-abu atau putih. Titik abu-abu di tengah

    bercak merupakan gejala khas penyakit bercak daun coklat di lapang.

    Bercak yang masih muda berwarna coklat gelap atau keunguan berbentuk

    bulat. Pada varietas yang peka panjang bercak dapat mencapai panjang 1

    cm. Pada serangan berat, jamur dapat menginfeksi gabah dengan gejala

    bercak berwarna hitam atau coklat gelap pada gabah.

    Gambar 15. Gejala penyakit bercak daun coklat

    Pengendalaian dapat dilakukan dengan menanam varietas tahan,

    pemupukan berimbang, mengurangi kelembaban dengan membersihkan

    gulma yang ada. Juga bisa dilakukan penggunaan fungisida yang

    berbahan aktif iprodione and carbendazim, mancozeb, propiconazole.

    Rabcide 50 WP merupakan fungisida yang dianjurkan.

    2. Bercak Daun Cercospora (narrow brown leaf spot)

    Gejala penyakit timbul pada daun berupa bercak-bercak sempit

    memanjang, berwarna coklat kemerahan, sejajar dengan ibu tulang daun,

    dengan ukuran panjang kurang lebih 5 mm dan lebar 1-1,5 mm. Pada

    varietas tahan, bercak lebih sempit, lebih pendek dan lebih gelap

    dibandingkan pada varietas yang rentan. Banyaknya bercak makin

    meningkat pada waktu tanaman membentuk anakan. Pada serangan yang

    berat bercak-bercak terdapat pada upih daun, batang, dan bunga. Pada

  • Teknologi Budidaya PTT Padi Gogo

    30

    saat tanaman mulai masak gejala yang berat mulai terlihat pada daun

    bendera dan gejala paling berat menyebabkan daun mengering. Infeksi

    yang terjadi pada pelepah dan batang meyebabkan batang dan pelepah

    daun busuk sehingga tanaman menjadi rebah.

    Gambar 16. Gejala penyakit bercak daun Cercospora (Cercospora oryzae)

    Prioritas utama dalam pengendalian penyakit bercak daun

    cercospora adalah dengan penanaman varietas tahan, perbaikan kondisi

    tanaman, pemupukan berimbang. Penyemprotan fungisida difenoconazol

    satu kali dengan dosis 1 cc per satu liter air volume semprot 400-500 l

    /ha pada stadium anakan maksimum, menekan perkembangan penyakit

    bercak daun cercospora hingga 32,10%. Selain itu, fungisida berbahan

    aktif binomil, dan mankozeb juga dapat digunakan untuk penyemprotan

    pada fase berbunga dan pengisian.

    3. Blas (blast)

    Penyakit blas (Pyricularia oryzae) menimbulkan dua gejala khas,

    yaitu blas daun dan blas leher. Blas daun merupakan bercak coklat

    kehitaman, berbentuk belah ketupat, dengan pusat bercak berwarna

    putih. Sedang blas leher berupa bercak coklat kehitaman pada pangkal

    leher yang dapat mengakibatkan leher malai tidak mampu menopang

  • Petunjuk Teknis

    31

    malai dan patah. Kemampuan patogen membentuk strain dengan cepat

    menyebabkan pengendalian penyakit ini sangat sulit.

    Gambar 17. Gejala blas daun dan blas leher

    Pengendalian dilakukan dengan penanaman varietas tahan,

    penggunaan benih sehat, sistem tanam multi varietas (mozaik varietas)

    seed treatment dengan fungisida dengan bahan aktif benomil, melakukan

    pergiliran tanaman dengan bukan padi, membakar sisa tanaman yang

    terserang, pemupukan berimbang. Juga dapat diaplikasikan fungisida

    berbahan aktif, isoprotionalane, benomyl+mancoseb, metil tiofanat,

    fosdifen, atau kasugamisin.

    4. Hawar Daun Bakteri (bacterial leaf blight - BLB)

    Penyakit hawar daun bakteri (Xanthomonas campestris pv.

    Oryzae) bersifat sistemik dan merusak tanaman pada berbagai fase

    pertumbuhan. Gejala penyakit ini dapat dibedakan dalam 3 macam yaitu

    gejala layu kresek pada tanaman muda atau tanaman dewasa yang peka

    gejala hawar, dan gejala daun kuning pucat pada tanaman. Gejala lain

    yang sering terjadi di daerah tropis adalah daun berwarna kuning pucat

    pada tanaman dewasa dan daun tua berwarna hijau normal. Kadang-

    kadang pada helaian daun terdapat garis berwarna hijau pucat.

  • Teknologi Budidaya PTT Padi Gogo

    32

    Gambar 18. Gejala penyakit hawar daun bakteri

    Penyakit HDB secara efektif dikendalikan dengan varietas tahan;

    pemupukan lengkap; dan pengaturan air.

    8. Panen

    Pelaksanaan panen padi gogo dapat dilakukan apabila 95 %

    gabah telah menguning. Umur panen tergantung dari varietas yang

    ditanam, biasanya panen jatuh pada 30 – 35 hari setelah padi berbunga.

    Rata-rata padi gogo berumur antara 110-130 hari untuk varietas unggul,

    sedangkan varietas lokal bisa mencapai umur 5 bulan.

    Cara panen bisa dengan sabit bergerigi, ani-ani, atau mesin

    pemanen. Ani-ani umumnya digunakan petani untuk memanen padi lokal

    yang sulit rontok dan tanaman padi berpostur tinggi dengan cara

    memotong tangkainya. Sabit umumnya digunakan untuk memanen

    varietas unggul baru dengan cara memotong pada bagian atas, tengah,

    atau di bawah rumpun tanaman, bergantung pada cara perontokannya.

    Cara panen dengan potong bawah umumnya diterapkan bila perontokan

    dengan cara dibanting/digebot atau menggunakan pedal thresher. Panen

    padi dengan cara potong atas atau potong tengah dilakukan bila

    perontokan gabah menggunakan mesin perontok.

  • Petunjuk Teknis

    33

    9. Penanganan Pascapanen

    a. Perontokan

    Perontokan padi merupakan tahapan awal pascapanen padi

    setelah pemotongan. Malai dapat dirontok secara manual atau

    menggunakan alat dan mesin perontok. Prinsip untuk melepaskan butir

    gabah dari malainya adalah memberikan tekanan atau pukulan terhadap

    malai tersebut. Perontokan dilakukan segera setelah padi dipanen baik

    dengan cara digilas maupun dengan tresher. Pada saat perontokan,

    gunakan tirai penutup dan alas (terpal) agar gabah tidak hilang atau

    berserakan.

    b. Pengeringan gabah:

    Jemur gabah di atas lantai jemur,

    Ketebalan gabah 5-7 cm,

    Lakukan pembalikan setiap 2 jam sekali,

    c. Penggilingan dan penyimpanan

    Untuk memperoleh beras dengan kualitas tinggi, perhatikan

    waktu panen, sanitasi (kebersihan), dan kadar air gabah (12-

    14%).

    Simpan gabah/beras dalam wadah yang bersih (karung plastik

    kapasitas 50 kg) dalam lumbung/gudang, bebas hama, dan

    memiliki sirkulasi udara yang baik.

    Simpan gabah pada kadar air kurang dari 14% untuk konsumsi

    dan kurang dari 13% untuk benih.

    Gabah yang sudah disimpan dalam penyimpanan, jika akan

    digiling, dikeringkan terlebih dahulu sampai kadar air mencapai

    12-14%.

    Sebelum digiling, gabah yang baru dikeringkan diangin-anginkan

  • Teknologi Budidaya PTT Padi Gogo

    34

    terlebih dahulu untuk menghindari butir pecah.

  • Petunjuk Teknis

    35

    DAFTAR PUSTAKA

    Badan Litbang Pertanian. 2008. Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi

    Gogo. Badan Litbang Pertanian. Jakarta.

    Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. 2015. Perbaikan Komponen

    Teknologi Pengelolaan Tanaman Terpadu Padi Gogo. Laporan

    Tahunan 2014. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. Sukamandi.

    Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. 2016a. Pengelolaan Lahan Kering

    secara Intensif dan Bijaksana. (http://bbpadi.litbang.pertanian.go.id/index.php/berita/info-

    aktual/content/361-pengelolaan-lahan-lering-secara-intensif-dan-bijaksana). Diakses 12 Juli 2017.

    Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. 2016b. Jenis Tanah dan Profil Lahan Padi Gogo. (http://bbpadi.litbang.pertanian.go.id/index.php/berita/info-

    teknologi/content/130-jenis-tanah-dan-profil-lahan-padi-gogo). Diakses 12 Juli 2017.

    Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. 2016c. Perlakuan Benih (Seed Treatment) pada Awal Pertanaman Padi Gogo. (http://bbpadi.litbang.pertanian.go.id/index.php/berita/info-teknologi/content/318-perlakuan-benih-seed-treatment-pada-

    awal-pertanaman-padi-gogo). Diakses 13 Juli 2017.

    Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. 2016. Hama Uret Pada Padi Gogo

    Dengan Teknik Seed Treatment.

    http://bbpadi.litbang.pertanian.go.id/index.php/berita/info-teknologi/content/454-hama-uret-pada-padi-gogo-dengan-teknik-

    seed-treatment. Diakses 12 September 2017.

    BPS Kabupaten Pulau Morotai. 2016. Pulau Morotai Dalam Angka 2016.

    Badan Pusat Statistik Kabupaten Pulau Morotai. Daruba.

    BPS Provinsi Maluku Utara. 2016. Provinsi Maluku Utara Dalam Angka

    2016. Badan Pusat Statistik Provinsi Maluku Utara. Ternate.

    Fitria, E. dan M. N. Ali. 2014. Kelayakan Usaha Tani Padi Gogo Dengan Pola Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Di Kabupaten Aceh

    Besar Provinsi Aceh. Jurnal Widyariset, Volume 17, Nomor 3, Desember 2014: 425-434.

    http://bbpadi.litbang.pertanian.go.id/index.php/berita/info-aktual/content/361-pengelolaan-lahan-lering-secara-intensif-dan-bijaksanahttp://bbpadi.litbang.pertanian.go.id/index.php/berita/info-aktual/content/361-pengelolaan-lahan-lering-secara-intensif-dan-bijaksanahttp://bbpadi.litbang.pertanian.go.id/index.php/berita/info-aktual/content/361-pengelolaan-lahan-lering-secara-intensif-dan-bijaksanahttp://bbpadi.litbang.pertanian.go.id/index.php/berita/info-teknologi/content/130-jenis-tanah-dan-profil-lahan-padi-gogohttp://bbpadi.litbang.pertanian.go.id/index.php/berita/info-teknologi/content/130-jenis-tanah-dan-profil-lahan-padi-gogohttp://bbpadi.litbang.pertanian.go.id/index.php/berita/info-teknologi/content/318-perlakuan-benih-seed-treatment-pada-awal-pertanaman-padi-gogohttp://bbpadi.litbang.pertanian.go.id/index.php/berita/info-teknologi/content/318-perlakuan-benih-seed-treatment-pada-awal-pertanaman-padi-gogohttp://bbpadi.litbang.pertanian.go.id/index.php/berita/info-teknologi/content/318-perlakuan-benih-seed-treatment-pada-awal-pertanaman-padi-gogohttp://bbpadi.litbang.pertanian.go.id/index.php/berita/info-teknologi/content/454-hama-uret-pada-padi-gogo-dengan-teknik-seed-treatmenthttp://bbpadi.litbang.pertanian.go.id/index.php/berita/info-teknologi/content/454-hama-uret-pada-padi-gogo-dengan-teknik-seed-treatmenthttp://bbpadi.litbang.pertanian.go.id/index.php/berita/info-teknologi/content/454-hama-uret-pada-padi-gogo-dengan-teknik-seed-treatment

  • Teknologi Budidaya PTT Padi Gogo

    36

    Las, I. 1999. Pola IP Padi 300-Konsepsi dan Prospek Implementasi Sistem Usaha Pertanian Berbasis Sumber Daya. Badan Litbang Pertanian,

    Jakarta.

    Puslitbangtan dan IRRI. 2011. Masalah Lapang Hama, Penyakit, dan Hara

    Pada Padi. Pusat Penelitian Tanaman Pangan. Bogor.

  • Petunjuk Teknis

    37

    LAMPIRAN 1. Beberapa Varietas Unggul Padi Gogo

    1. Inpago 7

    Nomor seleksi : B12498E-MR-1

    Asal persilangan : IR68886/BP68//Slegreng///Maninjau/

    Asahan

    Umur tanaman : ± 111 hari

    Bentuk tanaman : Tegak

    Tinggi tanaman : ± 107 cm

    Daun bendera : Tegak

    Bentuk gabah : Sedang

    Warna gabah : Kuning jerami

    Warna beras : Merah

    Kerontokan : Sedang

    Kerebahan : Tahan

    Tekstur nasi : Pulen

    Kadar amilosa : 20%

    Bobot 1000 butir : 24,5 g

    Rata-rata hasil : 4,6 t/ha

    Potensi hasil : 7,4 t/ha

    Ketahanan terhadap

    Hama : Agak tahan wereng batang coklat biotipe

    1 dan 2, agak rentan terhadap wereng batang coklat biotipe 3

    Penyakit : Tahan terhadap penyakit blas ras 133 dan agak tahan penyakit blas ras 73, 173

    dan 033.

    Cekaman Abiotik : Agak rentan terhadap kekeringan dan rentanterhadap keracunan Almunium.

    Anjuran tanam : Baik ditanam di lahan kering dataran rendahsampai sedang

  • Teknologi Budidaya PTT Padi Gogo

    38

    2. Inpago 8

    Nomor seleksi : TB409B-TB-14-3

    Asal persilangan : Cirata / TB 177

    Umur tanaman : ± 119 hari

    Bentuk tanaman : Tegak

    Tinggi tanaman : ± 122 cm

    Daun bendera : Tegak

    Bentuk gabah : Panjang

    Warna gabah : Kuning jerami

    Kerontokan : Sedang

    Kerebahan : Tahan

    Tekstur nasi : Pulen

    Kadar amilosa : 22,30%

    Bobot 1000 butir : 27,3 g

    Rata-rata hasil : 5,2 t/ha

    Potensi hasil : 8,1 t/ha

    Ketahanan terhadap

    Hama : Agak rentan terhadap wereng batang

    coklat Penyakit : Tahan terhadap penyakit blas ras 073,

    173, 033, dan 133 Cekaman Abiotik : Toleran terhadap kekeringan, agak

    toleran terhadap keracunan Almunium

    (Al) dan Besi (Fe) Anjuran tanam : Baik ditanam di lahan kering dataran

    rendah sampai sedang

  • Petunjuk Teknis

    39

    3. Inpago 11 AGRITAN

    Nomor seleksi : B12151D-MR-11

    Asal persilangan : UPLRI/IRAT 13

    Umur tanaman : ± 111 hari setelah semai

    Bentuk tanaman : Tegak

    Tinggi tanaman : ± 124 cm

    Daun bendera : Tegak miring

    Bentuk gabah : Bulat Besar

    Warna gabah : Kuning Kotor

    Kerontokan : Sedang

    Kerebahan : Tahan

    Tekstur nasi : Sedang

    Kadar amilosa : ± 21,3 %

    Bobot 1000 butir : 25 g

    Rata-rata hasil : 4,1 t/ha

    Potensi hasil : 6,0 t/ha

    Ketahanan terhadap

    Hama

    Agak rentan wereng batang coklat

    biotipe 1, 2, dan 3.

    Penyakit : Tahan terhadap penyakit blas ras 033, agak tahan terhadap penyakit blas ras

    073 dan 133, tahan terhadap hawar daun bakteri strain III dan agak tahan hawar

    daun bakteri strain VIII.

    Cekaman Abiotik : Moderat terhadap kekeringan pada fase

    vegetatif dan peka keracunan Al pada

    tingkat 60 ppm Al3 Anjuran tanam : Baik ditanam di lahan kering dataran

    rendahsampai sedang

  • Teknologi Budidaya PTT Padi Gogo

    40

    4. Situ Bagendit

    Nomor seleksi : S4325d-1-2-3-1

    Asal persilangan :

    Persilangan Batur/S2823-7d-8-1-A//S283-

    7d-8-1-A

    Umur tanaman : 110 – 120 hari

    Bentuk tanaman : Tegak

    Tinggi tanaman : 99 – 105 cm

    Daun bendera : Tegak

    Bentuk gabah : Panjang ramping

    Warna gabah : Kuning bersih

    Kerontokan : Sedang

    Kerebahan : Sedang

    Tekstur nasi : Pulen

    Kadar amilosa : 22%

    Bobot 1000 butir : 27-28 g

    Rata-rata hasil : 3-5 t/ha GKG

    Potensi hasil : Ketahanan terhadap

    Hama

    Agak rentan wereng batang coklat biotipe 1, 2, dan 3.

    Penyakit : Agak tahan terhadap hawar daun bakteri

    patotipe III dan IV

    Cekaman Abiotik : Moderat terhadap kekeringan pada fase vegetatif dan peka keracunan Al pada

    tingkat 60 ppm Al3 Anjuran tanam : Cocok ditanam di lahan kering maupun di

    lahan sawah

    Pemulia : Z.A. Simanullang, Aan A. Daradjat, Ismail

    BP, Nani Yunani

    Dilepas tahun : 2003

    Cover.pdf (p.1)Juknis PTT Padi Gogo Morotai 2017.pdf (p.2-47)